Top Banner
USULAN PENELITIAN I. JUDUL PENELITIAN OPTIMASI PELAKSANAAN MANAJEMEN WAKTU TERHADAP FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PEKERJAAN KONSTRUKSI PONDASI BORED PILE II. LATAR BELAKANG Seiring perkembangan jaman, pembangunan di Indonesia telah menyebar, tidak hanya terpusat di kota-kota besar saja, tapi telah merambah ke daerah-daerah, di seluruh pelosok tanah air. Dalam pembangunan tersebut banyak bangunan besar seperti gedung, jembatan, menara dan bangunan lain didirikan. Untuk menahan beban bangunan yang berat tersebut tentunya diperlukan pondasi yang kokoh. Apabila kondisi tanah di permukaan tidak mampu menahan bangunan tersebut, maka beban bangunan harus diteruskan ke lapisan tanah keras di bawahnya. Untuk itu sering dipakai konstruksi pondasi dalam berupa tiang pancang atau bored pile. Pondasi tiang pancang sering dipakai pada lahan yang masih luas dan kosong, dimana getaran yang ditimbulkan pada saat aktifitas pemancangan berlangsung tidak mengganggu lingkungan sekitarnya. Namun jika bangunan tersebut didirikan di lokasi yang telah padat penduduknya, maka getaran yang ditimbulkan akan menimbulkan masalah karena PASCASARJANA TEKNIK SIPIL Virginia Aurelia–151.131.003 | 1
28

Optimasi Pelaksanaan Manajemen Waktu

Dec 21, 2015

Download

Documents

Virginia Romero

Optimasi Pelaksanaan Manajemen Waktu
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Optimasi Pelaksanaan Manajemen Waktu

USULAN PENELITIAN

I. JUDUL PENELITIAN

OPTIMASI PELAKSANAAN MANAJEMEN WAKTU TERHADAP FAKTOR-

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PEKERJAAN

KONSTRUKSI PONDASI BORED PILE

II. LATAR BELAKANG

Seiring perkembangan jaman, pembangunan di Indonesia telah menyebar, tidak hanya

terpusat di kota-kota besar saja, tapi telah merambah ke daerah-daerah, di seluruh

pelosok tanah air. Dalam pembangunan tersebut banyak bangunan besar seperti

gedung, jembatan, menara dan bangunan lain didirikan. Untuk menahan beban

bangunan yang berat tersebut tentunya diperlukan pondasi yang kokoh. Apabila

kondisi tanah di permukaan tidak mampu menahan bangunan tersebut, maka beban

bangunan harus diteruskan ke lapisan tanah keras di bawahnya. Untuk itu sering

dipakai konstruksi pondasi dalam berupa tiang pancang atau bored pile.

Pondasi tiang pancang sering dipakai pada lahan yang masih luas dan kosong, dimana

getaran yang ditimbulkan pada saat aktifitas pemancangan berlangsung tidak

mengganggu lingkungan sekitarnya. Namun jika bangunan tersebut didirikan di lokasi

yang telah padat penduduknya, maka getaran yang ditimbulkan akan menimbulkan

masalah karena sangat mengganggu dan dapat merusak bangunan di sekitarnya. Dalam

hal ini pemakaian pondasi bored pile merupakan pilihan pondasi yang tepat.

Pondasi merupakan tahap awal dari suatu proyek. Bila terjadi keterlambatan pada

tahap ini, maka akan mempengaruhi jangka waktu penyelesaian suatu proyek. Oleh

kerena itu sangat diperlukan suatu manajemen waktu (time management) untuk

mengusahakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan paket pekerjaan pondasi yang

maksimal agar dicapai hasil yang maksimal dari sumber daya yang tersedia.

Menurut Mingus (2002), waktu (Time) adalah salah satu constraint dalam Project

Management di samping biaya (Cost), dan kualitas (Quality). Keterlambatan proyek

P A S C A S A R J A N A T E K N I K S I P I L V i r g i n i a A u r e l i a –1 5 1 . 1 3 1 . 0 0 3 | 1

Page 2: Optimasi Pelaksanaan Manajemen Waktu

akan berdampak pada aspek lain dalam proyek. Sebagai contoh, meningkatnya biaya

untuk effort mempercepat pekerjaan dan bertambahnya biaya overhead proyek.

Dampak lain yang juga sering terjadi adalah penurunan kualitas karena pekerjaan

“terpaksa” dilakukan lebih cepat dari yang seharusnya sehingga memungkinkan

beberapa hal teknis “dilanggar” demi mengurangi keterlambatan proyek.

Menurut Association of Researchers in Construction Management pada Twenty-Third

Annual Conference 2007, beberapa pengalaman menyatakan sejumlah proyek

mengalami peningkatan biaya konstruksi akibat penambahan waktu pelaksanaan

hingga sebesar 40%. Jadi, dengan manajemen waktu, resiko sebuah proyek mengalami

keterlambatan menjadi kecil. Secara langsung hal tersebut akan mengurangi

pembekakan biaya proyek, serta pada akhirnya akan memberikan keuntungan bagi

para kontraktor, sebagai penanggungjawab pelaksanaan proyek.

III. PERUMUSAN MASALAH

Hingga saat ini banyak dijumpai proyek-proyek yang mempunyai performa yang

kurang baik, maka diperlukan suatu analisa tentang pelaksanaan manajemen waktu.

Dalam hal ini, ditekankan pada optimasi manajemen waktu terhadap faktor-faktor yang

mempengaruhi keterlambatan pekerjaan konstruksi pondasi bored pile.

Pertanyaan Penelitian :

1. Bagaimana pelaksanaan manajemen waktu pada konstruksi pondasi bored pile?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konstruksi pondasi bored pile?

3. Bagaimana cara mengoptimasi pelaksanaan manajemen waktu terhadap faktor-

faktor yang mempengaruhi konstruksi pondasi bored pile?

IV. TUJUAN DAN SASARAN PENELITIAN

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mangetahui cara mengoptimasi

pelaksanaan manajemen waktu terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi

keterlambatan pekerjaan konstruksi pondasi bored pile. Adapun sasaran penelitian ini

adalah sebagai berikut:

P A S C A S A R J A N A T E K N I K S I P I L V i r g i n i a A u r e l i a –1 5 1 . 1 3 1 . 0 0 3 | 2

Page 3: Optimasi Pelaksanaan Manajemen Waktu

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan manajemen waktu pada konstruksi

pondasi bored pile.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan pekerjaan

konstruksi pondasi bored pile.

3. Untuk mengetahui cara mengoptimasi pelaksanaan managemen waktu terhadap

faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan pekerjaan konstruksi pondasi

bored pile.

V. BATASAN PENELITIAN

Keterlambatan proyek akan berdampak pada aspek lain dalam proyek. Dengan

manajemen waktu, resiko sebuah proyek mengalami keterlambatan menjadi kecil.

Dalam hal ini, penelitian hanya ditekankan pada optimasi pelaksanaan manajemen

waktu terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan pekerjaan konstruksi

pondasi bored pile dari sudut pandang perusahaan “PT X”

“PT X” merupakan suatu perusahaan konstruksi yang khusus menangani pekerjaan

pondasi bored pile sejak tahun 1972. Pada penelitian ini, lokasi proyek tidak dibatasi.

Responden yang akan diwawancarai yaitu orang yang mengerti dan berperan dalam

perusahan kontraktor spesialis pondasi bored pile tersebut.

VI. MANFAAT PENELITIAN

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu :

1. Memperluas wawasan ilmu manajemen konstruksi khususnya manajemen waktu

pada konstruksi pondasi bored pile, sehingga dapat dijadikan bahan rujukan bagi

penelitian yang akan datang.

2. Menambah konsep baru yang dapat dijadikan bahan rujukan bahan penelitian lebih

lanjut bagi pengembangan ilmu managemen kostruksi.

3. Dijadikan acuan dalam usaha mengurangi keterlambatan proses konstruksi,

khususnya konstruksi pondasi bored pile.

4. Memberikan rekomendasi pada kontraktor, pentingnya manajemen waktu dalam

pelaksanaan konstruksi pondasi bored pile.

P A S C A S A R J A N A T E K N I K S I P I L V i r g i n i a A u r e l i a –1 5 1 . 1 3 1 . 0 0 3 | 3

Page 4: Optimasi Pelaksanaan Manajemen Waktu

VII. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Secara garis besar sistematika pembahasan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bab I – PENDAHULUAN

Berisi berbagai hal yang melatarbelakangi diadakannya penelitian ini, masalah

penelitian, tujuan dan sasaran penelitian, batasan penelitian, manfaat penelitian, dan

sistematika pembahasan.

Bab II – KAJIAN PUSTAKA

Berisi sumber-sumber yang digunakan sebagai bahan acuan untuk penelitian,

diantaranya mengenai berbagai sistem manajemen waktu, aspek manajemen waktu,

kendala pelaksanaan manajemen waktu, dan faktor-faktor penyebab keterlambatan

proyek.

Bab III – METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai metode penelitian, populasi dan sampel

penelitian, variable penelitian, jenis dan teknik pengumpulan data, teknik pengolahan

dan analisis data.

Bab IV – ANALISA HASIL PENELITIAN

Berisi analisa dari berbagai data hasil survey, disesuaikan dengan teori yang didapat

dari studi literatur dan berbagai kenyataan di lapangan sehingga didapatkan jawaban

dari permasalahan yang ada.

Bab V – KESIMPULAN DAN SARAN

Membahas hasil penelitian berupa kesimpulan yang diperolah dari pengolahan dan

analisis data. Selain itu, kesimpulan dan saran juga berisi jawaban atas tujuan dan

manfaat penelitian ini sendiri, dan ditutup dengan saran untuk perbaikan di masa

depan.

P A S C A S A R J A N A T E K N I K S I P I L V i r g i n i a A u r e l i a –1 5 1 . 1 3 1 . 0 0 3 | 4

Page 5: Optimasi Pelaksanaan Manajemen Waktu

VIII. TINJAUAN TEORI

Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau

pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau

maksud-maksud yang nyata. Manajemen sebagai proses yang khas yang terdiri dari

tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, menggerakan dan pengawasan

yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah

ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber-sumber lain.

(George R. Terry, Ph.D)

George R. Terry memberikan pengertian bahwa manajemen adalah suatu proses yang

berbeda, terdiri dari planning, organizing, actuating, dan controling yang dilakukan

untuk mencapai tujuan yang ditentukan dengan menggunakan manusia dan sumber

daya lainnya. Dengan kata lain, berbagai jenis kegiatan yang berbeda itulah yang

membentuk manajemen sebagai suatu proses yang tidak dapat dipisah-pisahkan dan

sangat erat hubungannya. (Yayat M. Herujito , 2001: 3)

Sebenarnya teori G.R. Terry inilah yang paling mudah diingat. P O A C : Planning,

Organizing, Actuating, Controlling.

o Planning → Perencanaan

o Organizing → Pengorganisasian atau Pembagian Tugas

o Actuating → Pelaksanaan

o Controlling → Pengontrolan / Pengawasan

Menurut G.R. Terry dalam bukunya, Prinsip-prinsip Manajemen (Principle of

Management), diperlukan suatu usaha yang sinkron / teratur untuk menyediakan

jumlah dan waktu yang tepat dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan

suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan.

1. Teori Manajemen Waktu

1.1. Sistem Manajemen Waktu

1.2. Aspek-aspek Manajemen Waktu

1.2.1. Menentukan Penjadwalan Proyek

1.2.2. Mengukur dan Membuat Laporan Kemajuan Proyek (Monitoring)

P A S C A S A R J A N A T E K N I K S I P I L V i r g i n i a A u r e l i a –1 5 1 . 1 3 1 . 0 0 3 | 5

Page 6: Optimasi Pelaksanaan Manajemen Waktu

1.2.3. Membandingkan Jadwal dengan Kemajuan (Analysis)

1.2.4. Merencanakan dan Menerapkan Tindakan Pembetulan (Corrective

Action)

1.2.5. Memperbaharui Penjadwalan Proyek (Update Operational

Schedule)

1.3. Kendala-Kendala Pelaksanaan Manajemen Waktu

2. Kajian Studi Terdahulu

2.1. Analisa Aspek-aspek yang Menyebabkan Keterlambatan Pelaksanaan

Proyek (Prajogo dan Klemens, 1996)

Pada penelitian sebelumnya yang berjudul “Analisa Aspek-aspek yang

Menyebabkan Keterlambatan Pelaksanaan Proyek” (Prajogo dan Klemens,

1996) merupakan studi kasus pada proyek The Paragon Luxury Apartment.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 4 faktor utama

penyebab keterlambatan suatu proyek, yaitu: (1) keterlambatan pengiriman

material ke lokasi, (2) tingkat pekerjaan ulang dan pembongkaran, (3)

perubahan desain konstruksi, dan (4) keterlambatan pengiriman peralatan.

2.2. Keterlambatan Waktu Pelaksanaan Proyek Klasifikasi dan Peringkat dari

Penyebab-penyebabnya (Praboyo, 1988)

Penelitian lain dengan judul “Keterlambatan Waktu Pelaksanaan Proyek

Klasifikasi dan Peringkat dari Penyebab-penyebabnya” (Praboyo, 1988)

juga membahas tentang keterlambatan proyek. Hasil dari penelitian ini juga

menunjukan 4 faktor utama penyebab keterlambatan proyek, yaitu: (1)

adanya permintaan perubahan atas pekerjaan yang telah selesai, (2)

kualifikasi teknis dan manajerial yang buruk dari personil-personil dalam

organisasi kerja kontraktor; rencana urutan kerja yang tidak tersusun

dengan baik, (3) perencanaan (gambar/spesifikasi) yang salah/tidak

lengkap, dan (4) kegagalan kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan.

P A S C A S A R J A N A T E K N I K S I P I L V i r g i n i a A u r e l i a –1 5 1 . 1 3 1 . 0 0 3 | 6

Page 7: Optimasi Pelaksanaan Manajemen Waktu

3. Kajian Prosedur Standar

Manajemen waktu dikatakan berhasil ketika berhasil bila kontraktor mampu

melaksanakan seluruh aspek manajemen waktu, yaitu :

a) Menentukan Penjadwalan Proyek

b) Mengukur dan Membuat Laporan Kemajuan Proyek (Monitoring)

c) Membandingkan Jadwal dengan Kemajuan (Analysis)

d) Merencanakan dan Menerapkan Tindakan Pembetulan (Corrective Action)

e) Memperbaharui Penjadwalan Proyek (Update Operational Schedule)

IX. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan analisa deskriptif dan analisa non statistik. Analisa

deskriptif ditujukan untuk memberikan gambaran mengenai manajemen waktu dan

aspek-aspek yang mempengaruhinya. Analisa non statistik digunakan untuk mencari

faktor-faktor dominan yang mempengaruhi keterlambatan pekerjaan pondasi bored

pile dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process).

1. Kerangka Penelitian

P A S C A S A R J A N A T E K N I K S I P I L V i r g i n i a A u r e l i a –1 5 1 . 1 3 1 . 0 0 3 | 7

Keterlambatan Pekerjaan Pondasi

Estimasi Waktu Penyelesaian

Seluruh Proyek

OPTIMASI

Manajemen Waktu

Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan

Page 8: Optimasi Pelaksanaan Manajemen Waktu

2. Kerangka Pemikiran

P A S C A S A R J A N A T E K N I K S I P I L V i r g i n i a A u r e l i a –1 5 1 . 1 3 1 . 0 0 3 | 8

TOPIK

Optimasi Manajemen Waktu Terhadap

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterlambatan

Pekerjaan Konstruksi Pondasi Bored Pile

Pengertian mengenai manajemen waktu dan faktor penyebab keterlambatan proyek.

Pelaksanaan manajemen waktu

Faktor-faktor penyebab keterlambatan pekerjaan pondasi bored pile

Landasan teori : Sistem manajemen waktu Aspek manajemen waktu Kendala manajemen waktu Faktor-faktor penyebab

keterlambatan proyek

STUDI LITERATUR

ANALISA (1)

Metode Analytical Hierarchy Process

(AHP)

LATAR BELAKANG

Pembangunan pada suatu lingkungan padat penduduk memilih menggunakan struktur pondasi dalam berupa bored pile. Pondasi

merupakan tahap awal dari suatu proyek. Bila terjadi keterlambatan pada tahap ini, maka akan mempengaruhi jangka waktu

penyelesaian suatu proyek. Oleh kerena itu sangat diperlukan suatu manajemen waktu (time management).

Kajian Studi Terdahulu

Kajian Prosedur Standar

Wawancara Observasi / Pengamatan

Faktor dominan penyebab keterlambatan pekerjaan pondasi bored pile

SURVEY

ANALISA (2)

Pelaksanaan manajemen waktu pada pekerjaan pondasi bored pile.

PEMBAHASAN

KESIMPULAN

Page 9: Optimasi Pelaksanaan Manajemen Waktu

3. Tahapan Penelitian

P A S C A S A R J A N A T E K N I K S I P I L V i r g i n i a A u r e l i a –1 5 1 . 1 3 1 . 0 0 3 | 9

METODE PENELITIAN

OBSERVASI OBJEK.

PENETAPAN OBJEK

HIPOTESA

KESIMPULAN

Manajemen Waktu

Aspek-Aspek Manajemen Waktu pada

Pekerjaan Pondasi Bored Pile

Kinerja Waktu

Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan

Pekerjaan Pondasi Bored Pile

Page 10: Optimasi Pelaksanaan Manajemen Waktu

4. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah perusahan kontraktor spesialis pondasi bored

pile “PT. X”. “PT. X” merupakan suatu perusahaan konstruksi yang khusus

menangani pekerjaan pondasi bored pile sejak tahun 1972. Pada penelitian ini,

lokasi proyek tidak dibatasi.

Penentuan sample menggunakan teknik random sampling methods yang bertipe

Stratified Sampling, yaitu pengisian survey berdasarkan strata/tingkatan dan setiap

tingkatan memiliki karakteristik sendiri. Hal ini dikarenakan responden yang akan

diwawancarai adalah orang yang mengerti dan berperan perusahan kontraktor

spesialis pondasi bored pile “PT. X”.

5. Variabel Penelitian

Pengertian variabel penelitian menurut F Sugiyono ( 1999 ) adalah sesuatu hal

yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel yaitu:

Variabel pada Analisa tahap 1 :

Variabel dependen adalah variabel yang menjadi pusat perhatian utama

peneliti.

Variabel dependen : Kinerja Waktu (Y).

Apabila Y<1 maka pekerjaan pondasi bored pile berjalan dengan pelaksanaan

kinerja waktu yang baik.

Apabila Y>1 maka pekerjaan pondasi bored pile berjalan dengan pelaksanaan

kinerja waktu yang buruk.

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen.

Variabel independen : Faktor-faktor penyebab keterlambatan pada pekerjaan

pondasi bored pile ( X ).

P A S C A S A R J A N A T E K N I K S I P I L V i r g i n i a A u r e l i a –1 5 1 . 1 3 1 . 0 0 3 | 10

Page 11: Optimasi Pelaksanaan Manajemen Waktu

X1 = Proses Kontrak

X2 = Proses Pembayaran

X3 = Jumlah Titik

X4 = Perubahan Desain Konstruksi

X5 = Pengiriman Material

X6 = Kinerja Manajer Proyek

X7 = Kinerja Tim Kerja pada Proyek

X8 = Komunikasi Kontraktor pada Owner

X9 = Pengawasan Proyek

Variabel pada Analisa tahap 2 :

Variabel dependen adalah variabel yang menjadi pusat perhatian utama

peneliti.

Variabel dependen : Manajemen Waktu (Y).

Apabila Y<1 maka pekerjaan pondasi bored pile berjalan dengan pelaksanaan

manajemen waktu yang baik.

Apabila Y>1 maka pekerjaan pondasi bored pile berjalan dengan pelaksanaan

manajemen waktu yang buruk.

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen.

Variabel independen : Aspek-Aspek Manajemen Waktu pada pekerjaan

pondasi bored pile ( X ).

X1 = Menentukan Penjadwalan Proyek

X2 = Mengukur dan Membuat Laporan Kemajuan Proyek (Monitoring)

X3 = Membandingkan Jadwal dengan Kemajuan (Analysis)

X4 = Merencanakan dan Menerapkan Tindakan Pembetulan (CorrectiveAction)

X5 = Memperbaharui Penjadwalan Proyek (Update Operational Schedule)

P A S C A S A R J A N A T E K N I K S I P I L V i r g i n i a A u r e l i a –1 5 1 . 1 3 1 . 0 0 3 | 11

Page 12: Optimasi Pelaksanaan Manajemen Waktu

6. Instrumen Penelitian

a. Studi Literatur

Pengumpulan data mengenai teori yang berhubungan dengan variabel-

variabel yang diteliti.

b. Observasi

Pengambilan data – data mengenai objek yang diteliti berupa foto, gambar

kerja, data lainnya yang mendukung.

c. Wawancara

Pengumpulan data mengenai presepsi responden yang menjadi objek studi

mengenai kasus tersebut.

7. Proses Pengumpulan Data

Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini digunakan dua jenis data yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung dan segera dapat diperoleh dari

sumbernya, diamati, dan dicatat pertama kalinya. Dalam penelitian ini data

primer yang digunakan bersumber dari responden yang mengerti dan berperan

perusahan kontraktor spesialis pondasi bored pile “PT. X”. yang terdiri dari

tanggapan responden terhadap manajemen waktu dan faktor-faktor yang

mempengaruhi keterlambatan pekerjaan pondasi bored pile.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak langsung diperoleh dari sumbernya,

namun sumber yang didapat dari studi literatur, kajian studi terdahulu, kajian

prosedur standar, maupun internet.

P A S C A S A R J A N A T E K N I K S I P I L V i r g i n i a A u r e l i a –1 5 1 . 1 3 1 . 0 0 3 | 12

Page 13: Optimasi Pelaksanaan Manajemen Waktu

Kedua data tersebut sangat penting atau diperlukan untuk ketepatan sejumlah

informasi yang relevan dengan data tentang variabel-variabel penelitian dan

untuk menyederhanakan data yang akan dikumpulkan, agar dalam penelitian

dapat membuat kesimpulan-kesimpulan dari data yang dikumpulkan tersebut.

Cara Pengumpulan Data

Observasi dimulai dengan pengumpulan data objektif melalui narasumber di

“PT.X”. Untuk memperoleh data-data mentah melalui pertanyaan-pertanyaan

yang bersifat terbuka.

Dilakukan pula studi literatur, dimana teori dipilah sesuai dengan

hubungannya terhadap variable-variable penelitian. Dari data-data yang

diperoleh, akan dilakukan analisis untuk proses pengumpulan data lanjutan.

Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu data

yang berkaitan dengan kinerja waktu terhadap faktor-faktor penyebab

keterlambatan pekerjaan pondasi bored pile dan manajemen waktu terhadap

aspek-aspek yang mempengaruhinya.

Data yang telah terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data. Analisa

deskriptif ditujukan untuk memberikan gambaran mengenai manajemen waktu

dan aspek-aspek yang mempengaruhinya. Analisa non statistik digunakan

untuk mencari faktor-faktor dominan yang mempengaruhi keterlambatan

pekerjaan pondasi bored pile dengan menggunakan metode AHP (Analytical

Hierarchy Process). Dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy

Process). Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli

matematika. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan

dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan

mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan

tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam

P A S C A S A R J A N A T E K N I K S I P I L V i r g i n i a A u r e l i a –1 5 1 . 1 3 1 . 0 0 3 | 13

Page 14: Optimasi Pelaksanaan Manajemen Waktu

suatu susunan hirarki, member nilai numerik pada pertimbangan subjektif

tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini

untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi

dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Metode AHP

ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur

suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik

berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini

juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan

pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang

beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif

sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat.

(Saaty, 1993).

Menurut Saaty, ada tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan AHP,

yaitu prinsip menyusun hirarki. Hirarki yang dimaksud adalah hirarki dari

permasalahan yang akan dipecahkan untuk mempertimbangkan kriteria-

kriteria atau komponen komponen yang mendukung pencapaian tujuan. Dalam

proses menentukan tujuan dan hirarki tujuan, perlu diperhatikan apakah

kumpulan tujuan beserta kriteria-kriteria yang bersangkutan tepat untuk

persoalan yang dihadapi. Dalam memilih kriteria-kriteria pada setiap masalah

pengambilan keputusan perlu memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut:

a. Lengkap

Kriteria harus lengkap sehingga mencakup semua aspek yang penting, yang

digunakan dalam mengambil keputusan untuk pencapaian tujuan.

b. Operasional

Operasional dalam artian bahwa setiap kriteria ini harus mempunyai arti

bagi pengambil keputusan, sehingga benar-benar dapat menghayati

terhadap alternatif yang ada, disamping terhadap sarana untuk membantu

penjelasan alat untuk berkomunikasi.

c. Tidak berlebihan

Menghindari adanya kriteria yang pada dasarnya mengandung pengertian

yang sama.

P A S C A S A R J A N A T E K N I K S I P I L V i r g i n i a A u r e l i a –1 5 1 . 1 3 1 . 0 0 3 | 14

Page 15: Optimasi Pelaksanaan Manajemen Waktu

 

d. Minimum

Diusahakan agar jumlah kriteria seminimal mungkin untuk mempermudah

pemahaman terhadap persoalan, serta menyederhanakan persoalan dalam

analisis.

Tiga prinsip menyusun hirarki dalam memecahkan persoalan dengan AHP,

yaitu :

1. Decomposition

Setelah persoalan didefinisikan maka perlu dilakukan decomposition,

yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika

ingin mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan juga dilakukan

terhadap unsur-unsurnya sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari

persoalan tadi. Karena alasan ini maka proses analisis ini dinamai

hirarki (Hierarchy). Pembuatan hirarki tersebut tidak memerlukan

pedoman yang pasti berapa banyak hirarki tersebut dibuat, tergantung

dari pengambil keputusan-lah yang menentukan dengan

memperhatikan keuntungan dan kerugian yang diperoleh jika keadaan

tersebut diperinci lebih lanjut. Ada dua jenis hirarki, yaitu hirarki

lengkap dan hirarki tidak lengkap. Dalam hirarki lengkap, semua

elemen pada semua tingkat memiliki semua elemen yang ada pada

tingkat berikutnya. Jika tidak demikian maka dinamakan hirarki tidak

lengkap.

2. Prinsip Menentukan Prioritas (Comparative Judgement)

Comparatif Judgement Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang

kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam

kaitannya dengan tingkat yang diatasnya. Penilaian ini merupakan inti

dari AHP, karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen.

Hasil dari penilaian ini akan ditempatkan dalam bentuk matriks yang

dinamakan matriks pairwise comparison.

P A S C A S A R J A N A T E K N I K S I P I L V i r g i n i a A u r e l i a –1 5 1 . 1 3 1 . 0 0 3 | 15

Page 16: Optimasi Pelaksanaan Manajemen Waktu

Dalam melakukan penialaian terhadap elemen-elemen yang

diperbandingkan terdapat tahapan-tahapan, yakni: 

a. Elemen mana yang lebih (penting/disukai/berpengaruh/lainnya)

b. Berapa kali sering (penting/disukai/berpengaruh/lainnya)

Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua

elemen, perlu dipahami tujuan yang diambil secara umum. Dalam

penyusunan skala kepentingan, Saaty menggunakan patokan pada tabel

berikut.

Dalam penilaian kepentingan relative dua elemen berlaku aksioma

reciprocal, artinya jika elemen i dinilai 3 kali lebih penting dibanding j,

maka elemen j harus sama dengan 1/3 kali pentingnya dibanding

elemen i. Disamping itu, perbandingan dua elemen yang sama akan

menghasilkan angka 1, artinya sama penting. Dua elemen yang

berlainan dapat saja dinilai sama penting. Jika terdapat m elemen,

P A S C A S A R J A N A T E K N I K S I P I L V i r g i n i a A u r e l i a –1 5 1 . 1 3 1 . 0 0 3 | 16

Page 17: Optimasi Pelaksanaan Manajemen Waktu

maka akan diperoleh matriks pairwise comparison berukuran m x n.

Banyaknya penilaian yang diperlukan dalam menyusun matriks ini

adalah n(n-1)/2 karena matriks reciprocal dan elemen-elemen

diagonalnya sama dengan 1. Synthesis of Priority Dari setiap matriks

pairwise comparison kemudian dicari nilai eigen vectornya untuk

mendapatkan local priority. Karena matriks-matriks pairwise

comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan

global priority harus dilakukan sintesis antara local priority.

Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui

prosedur sintesis dinamakan priority setting.

3. Prinsip Konsistensi Logis (Logical Consistency).

Logical Consistency Konsistensi memiliki dua makna, pertama adalah

objek-objek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan

keseragaman dan relevansi. Arti kedua adalah menyangkut tingkat

hubungan antara objek-objek yang didasarkan pada kriteria tertentu.

Penggunaan Metode AHP

AHP dapat digunakan dalam memecahkan berbagai masalah diantaranya

untuk mengalokasikan sumber daya, analisis keputusan manfaat atau biaya,

menentukan peringkat beberapa alternatif, melaksanakan perencanaan ke masa

depan yang diproyeksikan dan menetapkan prioritas pengembangan suatu unit

usaha dan permasalahan kompleks lainnya.

P A S C A S A R J A N A T E K N I K S I P I L V i r g i n i a A u r e l i a –1 5 1 . 1 3 1 . 0 0 3 | 17

Page 18: Optimasi Pelaksanaan Manajemen Waktu

Secara umum, langkah-langkah dasar dari AHP dapat diringkas dalam

penjelasan berikut ini:

1. Mendefinisikan masalah dan menetapkan tujuan.

Bila AHP digunakan untuk memilih alternatif atau penyusunan prioritas

alternatif, maka pada tahap ini dilakukan pengembangan alternatif.

2. Menyusun masalah dalam struktur hirarki.

Setiap permasalahan yang kompleks dapat ditinjau dari sisi yang detail

dan terstruktur.

3. Menyusun prioritas untuk tiap elemen masalah pada tingkat

hirarki.

Proses ini menghasilkan bobot elemen terhadap pencapaian tujuan,

sehingga elemen dengan bobot tertinggi memiliki prioritas penanganan.

Langkah pertama pada tahap ini adalah menyusun perbandingan

berpasangan yang ditransformasikan dalam bentuk matriks, sehingga

matriks ini disebut matriks perbandingan berpasangan.

8. Penarikan Kesimpulan

Setelah proses analisa selesai dilakukan, terbentuklah sebuah kesimpulan yang didapat

dari seluruh proses penelitian.

P A S C A S A R J A N A T E K N I K S I P I L V i r g i n i a A u r e l i a –1 5 1 . 1 3 1 . 0 0 3 | 18

Page 19: Optimasi Pelaksanaan Manajemen Waktu

DAFTAR PUSTAKA

Kezner, Harold. (2000), Project Management a System Approach to Planning, Scheduling,

and Controlling, Seventh Edition, Singapore.

Mingus, Nancy, 2002, Alpa Teach Yourself Project Management dalam 24 Jam, Prenada

Media, Jakarta.

Praboyo, B. (1998), Keterlambatan Waktu Pelaksanaan Proyek Klasifikasi dan Peringkan

dari Penyebab-penyebabnya, Magister Teknik Universitas Kristen Petra, Surabaya.

Prajogo, F dan Klemens, S.C. (1996), Analisa Aspek-aspek yang Menyebabkan

Keterlambatan Pelaksanaan Proyek (Studi Kasus : Proyek The Paragon Luxury

Apartment), Universitas Kristen Petra, Surabaya.

PMBOK. (2000), A Guide to the Project Management Body of Knowledge,USA.

Soeharto, Imam. (1999), Manajemen Proyek : Dari konseptual Sampai Operasional.

Edisi 2. Cetakan 1, Erlangga, Jakarta.

Sugiono. (2007), Statistika untuk Penelitian, CV. Alfabeta, Bandung.

Terry, George R. (2000), Prinsip-Prinsip Manajemen. (edisi bahasa Indonesia).

PT. Bumi Aksara, Bandung.

P A S C A S A R J A N A T E K N I K S I P I L V i r g i n i a A u r e l i a –1 5 1 . 1 3 1 . 0 0 3 | 19