i ANALISIS KEMAMPUAN PENGUCAPAN MUFRADAT BAHASA ARAB SISWA KELAS VII MTs AL-RAISIYAH SEKARBELA MATARAM TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Oleh SINTA SINTIA NIM. 15.1.13.2.108 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM 2017
131
Embed
Oleh JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB FAKULTAS ILMU …etheses.uinmataram.ac.id/503/1/Sinta Sintia151132108.pdfanalisis kemampuan pengucapan mufradat bahasa arab siswa kelas vii mts
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
ANALISIS KEMAMPUAN PENGUCAPAN MUFRADAT BAHASA ARAB
SISWA KELAS VII MTs AL-RAISIYAH SEKARBELA MATARAM
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Oleh SINTA SINTIA
NIM. 15.1.13.2.108
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
2017
ii
ANALISIS KEMAMPUAN PENGUCAPAN MUFRADAT BAHASA ARAB
SISWA KELAS VII MTs AL-RAISIYAH SEKARBELA MATARAM
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Skripsi
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram
Untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar
Sarjana Pendidikan Bahasa Arab (S.Pd)
Oleh SINTA SINTIA
NIM. 15.1.13.2.108
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
2017
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi oleh Sinta Sintia, NIM. 15.1.13.2.108 yang berjudul “Analisis Kemampuan
Pengucapan Mufradat Bahasa Arab Siswa Kelas VII MTs Al-Raisiyah Sekarbela Mataram
Tahun Pelajaran 2016/2017” telah memenuhi syarat dan disetujui untuk dimunaqasyahkan.
Disetujui pada tanggal 07 juni 2017.
Dibawah Bimbingan
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Ahmad Khalakul Khairi, M.Ag Najamuddin, M.Hum NIP:197401262007011010 NIP: 197401032007101001
iv
NOTA DINAS Hal : Munaqasyah Skripsi
Mataram, 07 Juni 2017 Kepada
Yth. Rektor UIN Mataram di-
Mataram Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi maka
kami berpendapat bahwa skripsi saudari:
Nama Mahasiswa : Sinta Sintia
NIM : 15.1.13.2.108
Jurusan : Pendidikan Bahasa Arab (PBA)
Judul : “Analisis Kemampuan Pengucapan Mufradat Bahasa Arab Siswa
Kelas VII MTs Al-Raisiyah Sekarbela Mataram Tahun Pelajaran
2016/2017”
elah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang munaqasyah skripsi Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram. Oleh karena itu, kami berharap agar skripsi ini
dapat segera dimunaqasyahkan.
Demikian, atas perhatian Bapak Rektor disampaikan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Pembimbing I, Pembimbing II,
Ahmad Khalakul Khairi, M. Ag Najamuddin, M.Hum NIP. 197401262007011010 NIP. 197401032007101001
v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Sinta Sintia
NIM : 15.1.13.2.108
Jurusan : Pendidikan Bahasa Arab (PBA)
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas : UIN Mataram
Dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Analisis
Kemampuan Pengucapan Mufradat Bahasa Arab Siswa Kelas VII MTs Al-Raisiyah
Sekarbela Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017” ini keseluruhan adalah hasil penelitian/karya
saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya. Apabila di belakang hari
ternyata karya tulis ini tidak asli, saya siap dianulir gelar kesarjanaan saya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di UIN Mataram.
Mataram, 07 Juni 2017 Saya Menyatakan,
SINTA SINTIA NIM. 15.1.13.2.108
vi
KEMENTERIAN AGAMA RI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN Jln. Pendidikan No. 35 Mataram Telp. (0370) 621298-625337(Fax. 625337) Mataram
Jl. Gajah Mada Jempong Baru - Mataram
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Analisis Kemampuan Pengucapan Mufradat Bahasa Arab
Siswa Kelas VII MTs Al-Raisiyah Sekarbela Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017” yang
diajukan oleh Sinta Sintia, dengan NIM. 15.1.13.2.108, telah dipertahankan di depan dewan
penguji Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Mataram pada tanggal 07 Juli 2017 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk
mencapai gelar sarjana Pendidikan Bahasa Arab.
Dewan Penguji
1. Ketua Sidang/Pemb. I : Ahmad Khalakul Khairi, M.Ag (__________) NIP. 197401262007011010
2. Sekretaris Sidang/Pemb. II : Najamuddin, M.Hum (__________)
NIP. 197401032007101001 3. Penguji I : Drs. H.L.Ahmad Busyairi, MA (__________)
NIP. 196610221999031002 4. Penguji II : Erma Suriani, M.S.I (__________)
NIP. 197612312003122008
Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Mataram
Dr. Hj. Nurul Yakin, M.Pd NIP. 196412311991032006
vii
MOTTO
Artinya, “Dan Katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan diantara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia”.(QS.Al-Isra [17]: 53)1
1 Mushaf Aisyah, Al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta: Pustaka Al-Fatih, 2009), h. 287.
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah menciptakan aneka ragam
bahasa dengan sejumlah makhluknya, sehingga terwujudnya alat komunikasi antar ciptaan-Nya.
Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah SAW yang telah menyampaikan
risalah dakwahnya kepada manusia dengan penuh hikmah serta nasihat yang lembut dan
sentuhan bahasa yang indah.
Peneliti bersyukur kepada Illahi Rabbi yang telah memberikan hidayah serta Taufik-Nya.
Sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Kemampuan Pengucapan Mufradat Bahasa Arab Siswa
Kelas VII MTs Al-Raisiyah Sekarbela Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017 dapat terselesaikan
tepat pada waktunya.
Peneliti menyadari bahwa keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini, peneliti ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Ahmad Khalakul Khairi, M.Ag selaku dosen pembimbing I dan bapak Najamuddin,
M.Hum selaku pembimbing II atas bimbingan, pengarahan, saran serta dukungan yang berarti
kepada peneliti selama penyusunan skripsi.
2. Bapak Dr.H. Dedy Wahyudin, MA selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Arab dan bapak
Muhammad Nurman selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa Arab beserta seluruh
bapak/ibu dosen di Jurusan Pendidikan Bahasa Arab.
3. Ibu Dr. Hj. Nurul Yakin, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram
beserta staf dan jajaran akademika UIN Mataram yang memberikan kemudahan kepada
peneliti dari awal penulisan skripsi ini.
4. Bapak Dr. H. Mutawalli, M.Ag selaku Rektor UIN Mataram.
x
5. Bapak Muhammad Nurman, M.Pd selaku wali dosen yang telah membimbing dan
memberikan pengarahan selama perkuliahan dan proses skripsi ini.
6. Kepada bapak/ibu dosen serta karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram.
7. Kepala MTs Al-Raisiyah Sekarbela Mataram bapak Drs. H. Zainul Islam, MM beserta staf
dan guru-guru MTs Al-Raisiyah Sekarbela yang telah bersedia mengizinkan peneliti serta
melayani dan memberikan keperluan-keperluan dalam bentuk informasi dan data-data yang
diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.
8. Kepada kedua orang tua serta keluarga dan sahabat-sahabat yang telah tulus menyertai
perjuanganku dan do‟a yang tiada hentinya dipanjatkan kepada Allah SWT sehingga
penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat ganda
dari Allah swt. Dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semesta. Aamiin.
Mataram, 07 Juni 2017 Peneliti,
Sinta Sintia
xi
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. iii
NOTA DINAS PEMBIMBING .................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..................................................... v
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ......................................................... vi
HALAMAN MOTTO ................................................................................. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. viii
KATA PENGANTAR ................................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xvi
ABSRAK ..................................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Konteks Penelitian ............................................................................ 1
B. Fokus Penelitian ................................................................................ 9
C. Tujuan dan Manfaat .................................................................. 9
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ...................................... 11
E. Telaah Pustaka .......................................................................... 12
F. Kajian Pustaka .......................................................................... 16
سغ بڱغ في الفصل السابع داػ اللغغ الع شڈاػ في ژطڄ مف ڣف ڣا ه الح ڤافقغ بمخا ائڲسڱغت اس ت ال ام للعام ال بڱا ماؼ ؾڤسطغ بسڱډا ./ا
سؾخم في ڟاالبحن ڟڤ مخل الڈڱفي ڣلؾحصل الباحثغ علګ البڱاژاػ ؽسؾخم أما خل ا اقابلغ ڣالؾڤثڱڄ احظغ ڣا اػ ومع البڱاژاػ با ا ڣالحاصل في ڟاالبحن ؼل ب الباحثغ في او
ئڲسڱغ سغ ال بڱغ في الفصل السابع داػ اللغغ الع ع الطاب في ژطڄ مف ت علګ أڗ چفااس ام للعام ال بڱا ماؼ ؾڤسطغ بسڱډا لڈڜ ڟښاڅ بعض الطاب , وڭ /ا
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.1
Pendidikan sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan
manusia, karena bersifat mutlak baik dalam kehidupan individu, keluarga,
masyarakat maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju
mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan oleh maju mundurnya
pendidikannya. Sedangkan wadah pelaksanaannya pendidikan formal pada
sekolah dan perguruan tinggi. Oleh karena itu sebagai salah satu harapan
besar negeri maka harus bisa bangkit dan mampu berkompetisi dalam era
global. Dalam hal ini bangsa sangat mengharapkan lahirnya output-output
didik yang berintelektual, berdisiplin, beriman, dan bertaqwa karena di pundak
merekalah kejayaan bangsa ini dipertaruhkan. Hal ini sesuai dengan tujuan
pendidikan Nasional dalam Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan
Nasional) No. 20 tahun 2003 yang merumuskan tujuan pendidikan sebagai
berikut:
1 Tim Penyusun, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
SISDIKNAS & Peraturan Pemerintah RI Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Serta Wajib Belajar (Bandung: Umabara, 2010), h. 2.
2
Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta menjadi warga Negara yang berdemokratis dan bertanggung jawab.2
Dalam dunia pendidikan bahasa memiliki peranan penting yaitu
sebagai alat komunikasi dan pendukung dalam pergaulan manusia dalam
sehari-hari, baik antara individu dengan individu, individu dengan masyarakat,
maupun dengan bangsa tertentu.3 Kridalaksana dalam Djoko Kentjono
mendefinisikan bahasa sebagai sistem lambang bunyi arbitrer yang digunakan
oleh para anggota kelompok untuk bekerjasama, berkomunikasi dan
mengidentifikasi diri.4
Bahasa Arab adalah bahasa yang disampaikan oleh orang Arab untuk
menyampaikan maksud-maksud mereka.5 Bahasa Arab sebagai bahasa
perhubungan antar umat Islam diakui sebagai bahasa agama yang diperlukan
untuk berhubungan dengan bangsa-bangsa lain di dunia Islam.6
Walaupun dianggap sebagai bahasa asing oleh bangsa Indonesia,
bahasa Arab tidak asing di telinga mereka, terutama umat Islam. Sayangnya
sebagian besar mereka masih beranggapan bahwa bahasa Arab hanyalah
bahasa agama sehingga perkembangannya terbatas di lingkungan kaum
muslimin yang memperdalam ilmu-ilmu agama. Hanya lingkungan kecil saja
2 Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2011), h. 5. 3 Fathul Maujud, Manajemen Pembelajaran Bahasa Arab (Mataram: IAIN Mataram, 2015),
h. 17. 4 Muhammad, Paradigma Penelitian Kualitatif Penelitian Bahasa (Yogyakarta: Liebe book
Press, 2011), h. 28. 5 Imam Makruf, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Aktif (Semarang: Need‟s Press, 2009(,
h. 3. 6 Azhar Arsyad, Bahasa Arab & Metode Pengajarannya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2004), h. 156.
3
yang menyadari betapa bahasa Arab merupakan bahasa multidimensi yang
digunakan oleh para cendikiawan dalam memproduksi karya-karya besar di
berbagai bidang disiplin ilmu seperti sejarah, filsafat, matematika, fisika,
sastra, dan lain-lain.7
Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa yang telah menyentuh
berbagai ranah di dunia. Selain sebagai bahasa media ajaran Islam, bahasa
Arab juga telah berjasa dalam menjunjung tinggi sains dan teknologi,
memperkaya khazanah budaya nasional dan media perubahan politik
internasional yang semakin menampakkan perannya dewasa ini.8
Selain itu, bahasa Arab merupakan bahasa yang memiliki unsur-unsur dan susunan tersendiri yang berbeda dengan bahasa asing lainnya. Karena memang dilahirkan dari kebudayaan yang jauh berbeda dengan bahasa ibu anak didik. Sebagai bahasa asing, bahasa Arab merupakan salah satu bahasa dunia yang memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannya dari bahasa-bahasa yang lain. Bahasa Arab juga merupakan bahasa Al-Qur‟an dan Hadits, sebuah landasan hukum tertulis yang bersifat mutlak dan harus difahami serta dijalankan oleh setiap pemeluk agama Islam maka tidak diherankan, para sahabat radhiallahu „anhum dan ulama menganjurkan kaum muslimin untuk mempelajari bahasa Arab.9
اال ل ااال
“Pelajarilah bahasa Arab karena bahasa Arab itu akan menambah
(ketajaman( daya nalar”.10
Oleh karena kandungan dari kedua sumber hukum tersebut merupakan suatu hal yang wajib diketahui. Maka mempelajari bahasa Arab pun sangat perlu karena merupakan salah satu alat untuk sampai pada isi dan kandungannya. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, maka dalam
7 Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 1. 8 Ibid., h. 5. 9 Nasikin, Sri Yuliana, El-Tsaqafah Jurnal Bahasa Arab (Mataram: Fakultas Tarbiyah IAIN
Mataram, 2010), h. 69. 10 Azhar Arsyad, Bahasa Arab, h. 7.
4
lembaga pendidikan formal di samping sekolah umum lainnya, juga mengadakan program bahasa Arab sebagai mata pelajaran bahasa asing tetapi bukan sebagai mata pelajaran pokok.11 Untuk itu tidak mengherankan apabila umat Islam di Indonesia
mencurahkan perhatian yang besar pada bahasa Arab. Hal tersebut didasarkan
pada kenyataan bahwa bahasa Arab adalah bahasa agama dan bahasa
persatuan umat Islam penjuru dunia.
Di Indonesia bahasa Arab dipelajari di sekolah-sekolah agama Islam
sejak di tingkat dasar atau Ibtidaiyah sampai ke Perguruan Tinggi, pada MTs
Al-Raisiyah Sekarbela Mataram khususnya. Pengajaran bahasa Arab pada
umumnya sebagai alat bantu untuk memahami ilmu-ilmu agama yang ditulis
dalam bahasa Arab.12 Adapun Tujuan khususnya pengajaran bahasa Arab di
MTs Al-Raisiyah Sekarbela Mataram adalah agar para siswa mampu
memahami bahasa, baik melalui pendengaran maupun tulisan (reseptif) dan
mampu mengutarakan pikiran dan perasaannya, baik secara lisan maupun
tulisan, dan tujuan umumnya adalah untuk memahami bahasa Al-Qur‟an
sebagai wahyu ilahi dan memahami bahasa komunikasi kedua di dunia setelah
bahasa Inggris.13
Di samping itu tujuan pengajaran bahasa Arab adalah untuk
memperkenalkan berbagai bentuk ilmu bahasa kepada peserta didik yang
11 Ibid., h. 7. 12 Fathul Maujud, Manajemen Pembelajaran, h. 22. 13 Http://Gracieuxnoelove.blogspot.com, (14, april, 2017: 14.34 WITA).
5
dapat membantu memperoleh kemahiran berbahasa, dengan menggunakan
berbagai bentuk dan ragam bahasa untuk berkomunikasi.14
Penguasaan bahasa dalam pengucapan mufradat (kosakata) di MTs Al-
Raisiyah Sekarbela Mataram khususnya bahasa Arab, merupakan masalah
pokok atau sentral yang harus ditangani secara intensif agar siswa mampu
mempelajari literatur-literatur yang diwajibkan serta buku-buku ilmu
pengetahuan lainnya. Bahasa Arab yang seharusnya telah dapat digunakan
oleh siswa ternyata masih merupakan kesulitan yang utama yang harus mereka
atasi.15
Kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam mempelajari bahasa Arab
dipengaruhi oleh minimnya pengetahuan bahasa Arab di kalam siswa itu
sendiri, hal ini disebabkan oleh karena kebanyakan dari mereka berasal dari
SD (sekolah dasar) yang belum mengenal bahasa Arab sama sekali dan belum
pernah mempelajarinya. Di samping itu, ada juga yang berasal dari Madrasah
Ibtidaiyah, namun tidak semua dari mereka mampu mengucapkan kosakata
(mufradath) bahasa Arab secara baik dan benar.16
Adapun beberapa kesalahan peserta didik dalam pembelajaran mufradat
(kosakata) bahasa Arab yaitu kebanyakan dari mereka tidak menyadari
kesalahannya dalam hal pengucapan makharijul ashwat yang sesuai dengan
tata bahasa Arab, maka dari itu solusi yang tepat untuk mengetahui kesalahan-
14 Khalilullah, Media Pembelajaran Bahasa Arab (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2016),
h.9. 15 Http://Gracieuxnoelove.blogspot.com, (14, april, 2017: 14.34 WITA). 16 Ibid.
6
kesalahan tersebut dalam hal pengucapan mufradat (kosakata) yaitu dengan
melakukan analisis kemampuan pengucapan mufradat bahasa Arab.
Berdasarkan pemaparan tersebut di atas, maka dalam mempelajari
mufradat (kosakata) bahasa Arab sangat penting untuk diperhatikan
pengucapan mufradat sehingga mampu melafalkan ataupun mengucapkan
mufradat dengan baik dan benar. Selain itu mufradat juga sangat penting
diajarkan kepada peserta didik, karena kosakata merupakan salah satu unsur
bahasa yang harus dikuasai oleh pembelajar bahasa Arab untuk memperoleh
kemahiran berkomunikasi.17
Tetapi mempelajari bahasa tidak harus identik dengan mempelajari
mufradat (kosakata). Artinya untuk memiliki kemahiran berbahasa tidak
cukup hanya menghafal mufradat saja. Seseorang yang tidak memiliki
kekayaan mufradat akan menjadi penghambat dalam berbicara. Semakin kaya
mufradat (kosakata) yang kita miliki maka semakin besar pula kemungkinan
kita terampil berbicara.
Berdasarkan observasi awal tanggal 15 Maret 2017 yang telah
dilakukan peneliti di MTs Al-Raisiyah Sekarbela Mataram, peneliti
menemukan beberapa masalah dalam pembelajaran bahasa Arab diantaranya,
terdapat beberapa orang siswa yang masih salah dalam pengucapan huruf-
huruf yang terdapat dalam mufradat, dikarenakan sulit untuk membedakan
bunyi-bunyi huruf yang hampir sama dalam pengucapannya, baik itu dalam
konteks dialog/percakapan maupun membaca teks yang terdapat dalam buku
17 Nasikin, Sri Yuliana, El-Tsaqafah Jurnal Bahasa Arab , h. 96.
7
paket bahasa Arab, di samping itu mereka juga tidak terlalu memperhatikan
kesalahan-kesalahan dalam mengucapkan mufradat, lain halnya dengan
masalah tugas hanya beberapa dari mereka yang mau mengerjakan tugas yang
diberikan gurunya. Mereka juga termasuk murid yang susah diatur begitupun
dengan suasana kelas yang tidak kondusif karena mereka selalu membuat
kegaduhan di dalam kelas maupun di luar kelas, kurangnya minat mereka
untuk mempelajari bahasa Arab dengan sungguh-sungguh sehingga
ketertarikan siswa terhadap bahasa Arab masih sangat minim, kedisiplinannya
juga kurang ketat ketika kegiatan proses pembelajarannya berlangsung.18
Di madrasah ini, urutan proses pembelajaran bahasa Arab diawali
dengan menyimak atau mendengar (listening, al-istima‟(; berbicara (speaking,
al-muhadatsah); membaca (reading, al-qira‟ah(; dan menulis (writing, al-
kitabah). Berkenaan dengan kemampuan mengucapkan mufradat (kosakata)
bahasa Arab, tidak terlepas juga dari ke-4 segi kemampuan di atas. Metode
yang digunakan oleh guru bahasa Arab yang ada di madarasah ini dalam
mengajarkan mufradat bahasa Arab adalah metode phonetic (mendengar dan
mengucapkan).19 Metode ini mengutamakan ear training dan speak training
yaitu cara menyajikan pelajaran bahasa Arab melalui latihan-latihan
mendengarkan kemudian diikuti dengan latihan-latihan mengucapkan kata-
kata dan kalimat dalam bahasa Arab yang sedang dipelajari.20 Karena jika
terjadi kesalahan pelafalan atau pengucapan bunyi huruf baik satu huruf atau
18 Hasil Observasi 15 Maret 2017. 19 Ibid. 20 Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: Humaniora, 2009), h.
91.
8
lebih maka akan terjadi kesalahan makna atau arti bagi pendengar atau lawan
bicara. Seperti fenomena yang terjadi di sekolah ini masih ada siswa yang
kurang memperhatikan bunyi huruf yang hampir memiliki persamaan
pelafalan seperti: huruf ( ) dengan ( ا) atau ( ) dengan ( ) atau ( ) dengan ( )
disaat membaca teks bahasa Arab atau disaat berbicara.
Ucapan atau bunyi merupakan suatu bagian yang penting dan harus
diajarkan dengan baik dan benar serta diutamakan dalam pengajaran
berbicara, karena mempelajari ucapan atau bunyi dengan syakal yang salah,
maka siswa akan sulit dalam merubah dan membetulkan ucapan atau bunyi
tersebut.21 Jadi, dalam tahapan ini pengajaran terhadap tata bunyi atau
pelafalan sangat penting untuk diajarkan sebelum menuju ke tahapan
berbicara.
Untuk dapat memperoleh kemampuan tersebut di atas, siswa yang
mempelajari bahasa harus memperoleh latihan-latihan yang berkelanjutan
tentang tata bunyi secara baik. Dia harus dilatih untuk dapat membedakan
bunyi huruf yang satu dengan bunyi lainnya, dan antara kalimat yang satu
dengan kalimat yang lainnya, sehingga terhindar dari kesalahan-kesalahan.
Dari permasalahan di atas menarik perhatian peneliti untuk mengkaji
lebih dalam mengenai kemampuan siswa dalam pengucapan mufradat
(kosakata) bahasa Arab pada proses belajar mengajar dalam kelas yang sesuai
dengan tata bahasa Arab yang baik dan benar sehingga peneliti mengangkat
judul sebagai berikut : “Analisis Kemampuan Pengucapan Mufradat Bahasa
21 Abdul Hamid, Mengukur Kemampuan Bahasa Arab (Malang: UIN Maliki Press, 2010),
h. 30.
9
Arab Siswa Kelas VII MTs Al-Raisiyah Sekarbela Mataram Tahun Pelajaran
2016/2017”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan konteks penelitian di atas, maka fokus penelitian dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah kemampuan pengucapan mufradat bahasa Arab pada siswa
kelas VII MTs Al-Raisiyah Sekarbela Mataram tahun pelajaran
2016/2017 ?
2. Bagaimanakah keadaan lingkungan belajar bahasa pada siswa kelas VII
MTs Al-Raisiyah Sekarbela Mataram tahun pelajaran 2016/2017 ?
3. Analisis faktor-faktor kesulitan/kendala yang dihadapi dalam pengucapan
mufradat bahasa Arab pada siswa kelas VII MTs Al-Raisiyah Sekarbela
Mataram tahun pelajaran 2016/2017 ?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk :
a. Untuk mengetahui kemampuan pengucapan mufradat bahasa Arab pada
siswa kelas VII MTs Al-Raisiyah Sekarbela Mataram tahun pelajaran
2016/2017?
10
b. Untuk mengetahui keadaan lingkungan belajar bahasa Arab pada siswa
kelas VII MTs Al-Raisiyah Sekarbela Mataram tahun pelajaran
2016/2017?
c. Mendeskripsikan hasil analisis faktor-faktor kesulitan/kendala yang
dihadapi dalam pengucapan mufradat bahasa Arab pada siswa kelas VII
MTs Al-Raisiyah Sekarbela Mataram tahun pelajaran 2016/2017?
2. Manfaat Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini, ada beberapa manfaat atau
kegunaan dari hasil penelitian ini baik secara praktis maupun teoritis
antara lain sebagai berikut:
a. Manfaat teoritis
1) Menambah khasanah ilmu pengetahuan terkait dengan kemampuan
pengucapan kosakata bahasa Arab.
2) Sebagai salah satu syarat, guna mendapat gelar S1 Universitas
Islam Negeri (UIN) Mataram.
3) Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran bagi peneliti yang lain, khususnya bagi mereka yang
berminat melakukan penelitian mengenai analisis kemampuan
pengucapan mufradat bahasa Arab.
b. Manfaat praktis
Penelitian ini difokuskan pada kelas VII MTs Al-Raisiyah
Sekarbela Mataram sebagai objek penelitian, sehingga diharapkan
pada guru maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan dapat
11
menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan acuan dan
memberikan masukan kepada pihak sekolah tersebut.
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
1. Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini peneliti akan mengkaji tentang kemampuan
pengucapan mufradat, keadaan lingkungan belajar bahasa Arab dan faktor-
faktor kesulitan dalam pengucapan mufradat bahasa Arab pada siswa kelas
VII MTs Al-Raisiyah Sekarbela Mataram tahun pelajaran 2016/2017.
2. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Al-Raisiyah Sekarbela
Mataram. Alasan peneliti memilih lokasi penelitian ini karena, melihat
letak geografis lokasi penelitian yang strategis, yang terletak di pinggir
jalan walaupun berada di lingkungan mayoritas sebagian besar
penduduknya non muslim. Akan tetapi tidak sedikitpun mempengaruhi
keadaan madrasah tersebut. Madrasah ini juga termasuk madrasah yang
ramah akan guru-gurunya. Dan memiliki kesan yang baik di mata
masyarakat. Serta tidak mempersulit mahasiswa yang ingin melakukan
penelitian.
Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan pada tanggal 15
maret 2017 peneliti melihat bahwa sebagian besar siswa- siswi di MTs Al-
Raisiyah khususnya pada kelas VII terdapat kesalahan-kesalahan dalam
pengucapan mufradat yang tidak sesuai dengan makharijul huruf maupun
ketentuan tata bahasa Arab. Selain itu, juga kebanyakan dari mereka masih
12
kurang dalam hal kemampuan pengucapan mufradat bahasa Arab.22
Karena alasan tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian di MTs Al-Raisiyah Sekarbela Mataram.
E. Telaah Pustaka
Untuk menghindari proses repetisi, plagiasi dan duplikasi maka
diperlukan adanya telaah pustaka yaitu penelusuran karya-karya terdahulu
yang memiliki kedekatan judul dengan penelitian yang dilakukan di antaranya
adalah sebagai berikut:
1. Saniah menulis skripsi tentang “Penerapan Media Gambar Dalam Upaya
Meningkatkan Penguasaan Kosakata Bahasa Arab Kelas VII MTs Nurul
Huda Tempos Gerung Lombok Barat Tahun Pelajaran 2014/2015”. Skripsi
ini penelitianya fokus pada bagaimana penerapan media gambar dalam
upaya meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Arab. Sedangkan
penulis, fokus penelitiannya lebih mengarah terhadap kemampuan
mengucapkan mufradat bahasa Arab. Dari hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa penerapan media gambar dapat meningkatkan
penguasaan kosakata siswa dikarenakan, dalam penerapan metode ini
siswa yang awalnya kurang aktif akan berusaha lebih aktif dalam setiap
pelaksanaan pembelajaran. Ini disebabkan siswa dituntut dapat sebisa
mungkin dan berusaha dapat berkomunikasi bahasa Arab di depan kelas.
2. Baiq Mardiana menulis skripsi tentang “Peran Kemampuan Mengucapkan
Kosakata Bahasa Arab Siswa Kelas VII Madrasah Tsanawiyah di Pondok
22 Hasil Observasi 15 Maret 2017.
13
Pesantren Darussholihin NW Darmaji Kopang Lombok Tengah Tahun
Pelajaran 2010/2011”. Skripsi ini penelitiannya fokus pada bagaimana
peran kemampuan mengucapkan kosakata dalam keterampilan berbicara
bahasa Arab sedangkan penulis, fokus penelitiannya lebih mengarah
terhadap keadaan lingkungan belajar bahasa Arab. Dari hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam mengucapkan
kosakata bahasa Arab di MTs Darussholihin NW Darmaji bisa
dikatakatan sudah cukup bagus, sebagaimana hasil tes lisan yang diperoleh
mencapai 80% siswa telah mampu mengucapkan kosakata dengan tepat.
Begitupun dengan kemampuan mengucapkan kosakata dalam
keterampilan berbicara bahasa Arab bagi siswa kelas VII di MTs
Darussholihin NW Darmaji tahun pelajaran 2010/2011, memiliki peran
yang sangat penting karena, sebelum siswa menuju ke tahapan berbicara
maka siswa terlebih dahulu mampu untuk mengucapkan kosakata tersebut
dengan baik dan benar, agar tidak terjadi kesalahan makna atau arti bagi
lawan bicara. Kesalahan pengucapan baik satu huruf/lebih dapat
mengubah makna dari kata tersebut.
3. Ridwah menulis skripsi tentang “Penerapan Media Film terhadap
peningkatan penguasaan kosakata bahasa Arab Siswa Kelas VII MTs
Shirothol Mustaqim Tanak Beak Batukliang Utara Lombok Tengah Tahun
Pelajaran 2015/2016”. Skripsi ini penelitiannya fokus pada penerapan
media film dapat meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Arab
sedangkan penulis, fokus penelitiannya lebih mengarah terhadap
14
kesulitan/kendala-kendala yang dihadapi dalam pengucapan mufradat
bahasa Arab. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan
media film terhadap peningkatan penguasaan kosakata bahasa Arab dapat
dibuktikan dari peningkatan hasil tes belajar siswa pada kosakata bahasa
Arab mengalami peningkatan dari masing-masing siklus penelitian. Pada
tes awal siswa memperoleh nilai rata-rata 55,51, pada siklus 1 meningkat
menjadi 73,79 dan pada siklus II meningkat menjadi 85,34 dengan
porsentase ketuntasan klasikal mencapai 89,65%. Jadi telah melampaui
85% menurut indikator keberhasilan dari penelitian ini.
Dari pemaparan skripsi di atas, maka peneliti sangat ingin dan
tertarik untuk melanjutkan penelitian ini sebagaimana saran-saran
penelitian sebelumnya. Adapun perbedaan dan persamaan dari penelitian
ini antara lain:
a. Perbedaan:
1) Skripsi yang disusun oleh Saniah meneliti tentang penerapan media
gambar dalam upaya meningkatkan penguasaan kosakata bahasa
Arab sedangkan peneliti sekarang meneliti analisis kemampuan
pengucapan kosakata bahasa Arab. Selanjutnya penelitian
sebelumnya dilakasanakan di MTs Nurul Huda Tempos Gerung
Lombok Barat sedangkan yang sekarang bertempat di MTs Al-
Raisiyah Sekarbela Mataram. Adapun pendekatan penelitian yang
digunakan sebelumnya yaitu PTK sedangkan peneliti sekarang
menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.
15
2) Skripsi yang disusun oleh Baiq Mardiana meneliti tentang peran
kemampuan mengucapkan kosakata bahasa Arab sedangkan peneliti
sekarang meneliti analisis kemampuan pengucapan kosakata bahasa
Arab. Selanjutnya peneliti sebelumnya dilaksanakan di Madrasah
Tsanawiyah di Pondok Pesantren Darussholihin NW Darmaji
Kopang Lombok Tengah sedangkan yang sekarang bertempat di
MTs Al-Raisiyah Sekarbela Mataram.
3) Skripsi yang disusun oleh Ridwah meneliti tentang penerapan
media film terhadap peningkatan penguasaan kosakata bahasa Arab
sedangkan peneliti sekarang meneliti analisis kemampuan
pengucapan kosakata bahasa Arab. Selanjutnya penelitian
sebelumnya dilaksanakan di MTs Shirothol Mustaqim Tanak Beak
Batukliang Utara Lombok Tengah sedangkan yang sekarang
bertempat di MTs Al-Raisiyah Sekarbela Mataram. Adapun
pendekatan penelitian yang digunakan sebelumnya yaitu PTK
sedangkan peneliti sekarang menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif.
b. Persamaan:
1) Penelitian yang dilakukan oleh Saniah dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti sekarang sama-sama meneliti tentang
kosakata (mufradat), kemudian sama-sama meneliti di kelas VII.
2) Penelitian yang digunakan oleh Baiq Mardiana dengan penelitian
yang dilakukan oleh peneliti sekarang sama-sama meneliti tentang
16
kemampuan mengucapkan kosakata (mufradat) bahasa Arab.
Kemudian sama-sama meneliti di kelas VII. Adapun pendekatan
yang digunakan sama-sama menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif.
3) Penelitian yang dilakukan oleh Ridwah dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti sekarang sama-sama meneliti tentang
kosakata (mufradat) dan sama-sama meneliti di kelas VII.
F. Kajian Pustaka
1. Analisis
Analisis merupakan penguraian atau penyelidikan terhadap suatu
peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.23 Menurut Spradley
analisis adalah untuk mencari pola.24
Bogdan menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah di pahami, dan temuanya dapat diinformasikan kepada orang lain. analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.25 Dari konsep di atas dapatlah dipahami bahwa analisis merupakan
proses, dan juga dipandang sebagai sebuah penjelasan tentang komponen-
komponen yang perlu ada dalam sebuah analisis data. Jadi, yang dimaksud
23 Hendro Darmawan, ddk, Kamus Ilmiah Populer Lengkap (Yogyakarta: Bintang
Cemerlang, 2013), h. 23. 24 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif (Bandung:
Alfabeta, 2010), h.334. 25 Ibid., h.335.
17
dengan analisis di sini yaitu untuk mengetahui secara mendalam terhadap
suatu masalah yang akan dikaji dalam suatu penelitian.
2. Kesulitan
Kata kesulitan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
bentuk kata sifat sulit yang artinya keadaan yang sulit, sesuatu yang sulit,
kerumitan kata kerja dalam keadaan sukar, kesukaran.26 Jadi, kesulitan
yang dimaksud di sini adalah kesulitan dalam mengucapkan kosakata
bahasa Arab, disebabkan oleh sikap apatis terhadap peserta didik itu
sendiri sehingga tingkat kemampuanya terhadap hal pengucapan sangat
rendah.
3. Kemampuan mengucapkan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kemampuan ialah
kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan.27 Adapun kata mengucapkan
dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah mengeluarkan, melafalkan,
mengatakan dan menyatakan.28 Jadi yang dimaksud dengan kemampuan
mengucapkan kosakata atau kata-kata bahasa Arab di sini yaitu
kemampuan dalam mengucapkan kosakata harus sesuai dengan makharijul
ashwatnya yang terdapat dalam tata bahasa Arab yang baik dan benar.
4. Mufradat (kosakata)
a. Pengertian Kosakata
26 K Gunawan Roni, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Terbit Terang, 2013), h.
341. 27 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2008), h. 869. 28 Daryanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Apollo, 1998), h. 582.
18
Ahmad Fuad Efendi menyatakan bahwa “Kosakata merupakan
salah satu unsur bahasa yang harus dikuasai oleh pembelajar bahasa
asing untuk dapat memperoleh kemahiran berkomunikasi dengan
bahasa tersebut”.29
Suardi mengatakan sebagai berikut: kosakata merupakan bagian yang tak terpisahkan dari aspek-aspek bahasa yang lainnya seperti fonem, sistem gramatika, sistem penulisan, lafal, pembentukan istilah yang harus dikuasai oleh pembelajar bahasa asing untuk dapat memperoleh kemahiran dalam berbahasa. Karena kosakata adalah daftar kata, kekayaan atau pembendaharaan kata pada seseorang atau suatu bahasa.30
Dalam arti bahwa kosakata (mufradat) adalah kumpulan kata
(mufradath) yang digunakan oleh seseorang baik lisan maupun tulisan
yang sudah memiliki pengertian dan uraian terjemahannya tanpa
dirangkaikan dengan kata-kata lain serta tersusun secara abjadiyah.31
Adapun kosakata (mufradat) yang dimaksudkan dalam
penelitian ini adalah kemampuan peserta didik dalam melafalkan
kosakata bahasa Arab yang terdapat pada materi pelajaran yang
dipelajari di kelas, bukan kosakata secara luas.
Menurut Asifuddin, pembelajaran kosakata (mufradat) yaitu proses penyampaian bahan pelajaran (materi) yang berupa kata atau pembendaharaan kata sebagai unsur dalam pembelajaran bahasa Arab. Oleh karena itu pembelajaran bahasa Arab yang diselenggarakan pada suatu lembaga pendidikan perlu membersamakannya dengan pembelajaran beberapa pola kalimat yang relevan.32
29 Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab (Malang: Misykat, 2003), h.
96. 30 Suardi Notosudrijo, Kosakata Istilah Linguistika (Yogyakarta: Kanisius, 1991), h. 42. 31 Zulhannan, Teknik Pembelajaran Bahasa Arab Interaktif (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2014), h. 109. 32 Ibid., h.110.
19
Kosakata merupakan salah satu dari tiga unsur bahasa yaitu
suara (ashwat), kosakata (mufradat) dan tata bahasa yang sangat
penting dikuasai, kosakata ini digunakan dalam bahasa lisan maupun
bahasa tulisan dan merupakan salah satu alat untuk mengembangkan
kemampuan berbahasa Arab seseorang.
Menurut Horn, kosakata adalah sekumpulan kata yang membentuk sebuah bahasa. Peran kosakata dalam menguasai empat kemahiran berbahasa yaitu kemahiran mendengar, kemahiran berbicara, kemahiran membaca dan kemahiran menulis sangat diperlukan, sebagaimana yang dinyatakan Vallet bahwa kemampuan seseorang untuk memahami empat kemahiran berbahasa seperti kemahiran mendengar, kemahiran berbicara, kemahiran membaca dan kemahiran menulis tersebut sangat bergantung pada penguasaan kosakata yang dimiliki.33
Jadi kosakata adalah jumlah kata yang dimiliki oleh setiap
orang atau setiap bahasa untuk membantu dalam mengembangkan
bahasa sehingga memudahkan dan melancarkan dalam berbicara.
Adapun tujuan utama pembelajaran kosakata (mufradat) bahasa Arab yakni; memperkenalkan kosakata baru kepada siswa, dengan melalui bahan bacaan, melatih siswa untuk dapat melafalkan kosakata itu dengan baik dan benar karena pelafalan yang baik dan benar mengantarkan kepada kemahiran berbicara dan membaca secara baik dan benar pula, memahami makna kosakata, baik secara denotatif atau leksikal (berdiri sendiri) maupun ketika digunakan dalam konteks kalimat tertentu (makna konotatif dan gramatikal), mampu mengapresiasi dan memfungsikan kosakata (mufradat) itu dalam berekspresi lisan (berbicara) maupun tulisan (mengarang) sesuai dengan konteksnya yang benar. Selain itu, tujuannya yaitu untuk meningkatkan kemampuan komunikasi bahasa Arab baik secara lisan maupun tulisan. Sehingga
33 Syaiful Mustofa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif (Malang: UIN Maliki
Press, 2011), h. 61.
20
kosakata memiliki manfaat untuk memudahkan dalam berkomunikasi. 34 Dalam pengajaran suatu bahasa Arab, tidak bisa terlepas dari
penguasaan kosakata (pembendaharaan kata) bahasa Arab tersebut.35
Demikian halnya dalam pengajaran bahasa Arab. Langkah awal dalam
memperkenalkan bahasa Arab adalah dengan pengenalan kosakata
kepada murid, ada empat hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1) Makna kata 2) Penggunaan kata 3) Pembentukan kata 4) Struktur kata36
Suatu kata tidak akan lebih berarti tanpa adanya suatu konteks
yang melengkapi arti kata tersebut. Apabila suatu kata tersebut berdiri
sendiri, maka kata tersebut akan mempunyai arti yang tidak pasti,
karena kata-kata dalam bahasa Arab banyak mempunyai arti lebih dari
satu dalam bahasa Arab.37 Untuk itu dalam memperkenalkan kosakata
sebaiknya guru turut memperkenalkan konteks yang berhubungan
dengan kata tersebut. Selain faham arti kata perkata, murid juga
nantinya akan faham arti kata dalam suatu konteks tertentu.
Penggunaan kata tidak kalah pentingnya untuk diajarkan pada murid.
Dengan penggunaan kata yang tepat maka murid akan dapat
membentuk suatu komunikasi, setidaknya percakapan yang tepat pula.
34 Abdul Hamid, Mengukur Kemampuan Bahasa Arab (Malang: UIN Maliki Press, 2010),
h. 33. 35 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Kosakata (Bandung: Angkasa, 2015), h. 43. 36 Ibid., h. 43. 37 Ibid., h. 44.
21
Hal yang ketiga adalah pembentukan kata, seperti yang telah kita ketahui bahwa kata dapat berubah, baik arti maupun strukturnya. Murid haruslah mengetahui perubahan kata itu untuk mendapat pemahaman lebih sempurna terhadap konteks tertentu dalam bahasa Arab.38 Adapun hal terakhir berkaitan dengan pengenalan kata-kata dalam bahasa Arab adalah struktur kata. Ada berbagai jenis kata dalam bahasa Arab, yaitu kata benda (isim), kata kerja (fi‟il( dan kata sifat. Oleh karena itu murid harus faham struktur kata untuk dapat menggunakan dalam kalimat yang benar.39 Keempat hal itu tidak bisa dilepaskan dalam proses pengenalan kosakata bahasa Arab. Kata haruslah diperkenalkan dengan baik secara kontekstual, penggunaan dalam kalimat, perubahan dan strukturnya, sehingga murid dapat faham kata tersebut secara lengkap.40
b. Teknik Pengajaran Kosakata
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa pengenalan kata
dalam bahasa Arab tidak hanya mengenalkan kata tersebut dan
menyuruh murid untuk menghafalnya. Akan tetapi diharapkan juga
siswa mengetahui, mengerti serta faham suatu kata sehingga mampu
mengetahui cara penggunaannya sesuai dengan posisi atau
kedudukannya.41
Ada tiga hal yang diperhatikan dalam pengajaran kosakata
yaitu:
1) Pola ajar
Ada dua pola dalam pengajaran bahasa Arab yaitu
pengajaran aktif dan pasif. Pengajaran aktif tepat digunakan untuk
38 Ibid., h. 46. 39 Ibid., h. 46. 40 Ibid., h. 46. 41 Http://Rohmatteguhnugroho.blogspot.com, (20, maret, 2017: 14.00 WITA).
22
tingkatan murid pemula atau dasar yang memerlukan banyak
latihan dan figur guru yang aktif. Sedang pengajaran pasif tepat
digunakan untuk tingkatan menengah atau tingkatan atas. Dengan
pengajaran pasif, diharapkan muridlah yang lebih aktif dalam
mengolah kata-kata yang telah diberikan.42
2) Hubungan antara kata
Dalam hal ini murid diharapkan mampu untuk mengolah
kata-kata yang telah diberikan dalam suatu kalimat akan lebih
memacu ingatan murid akan arti kata-kata tersebut.43
3) Teknik pengajaran tertentu
Ada berbagai cara untuk memperkenalkan kata dengan
lebih mudah kepada murid yaitu:
a) Menampilkan realita yang ada, hubungan kata dengan konteks.
b) Dengan menggunakan gambar yang bersangkutan dengan kata
tersebut.
c) Menggunakan bahasa Arab tubuh yang khas untuk
menggambarkan atau menunjukkan maksud dari suatu kata.44
Menurut Effendi ada beberapa teknik-teknik pengajaran
kosakata (mufradath) diantaranya sebagai berikut:
1) Mendengarkan kata Tahap pertama yaitu memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mendengarkan kata yang diucapkan oleh guru, baik berdiri sendiri maupun didalam kalimat. Apabila unsur bunyi dari kata itu
42 Ibid. 43 Ibid. 44 Ibid.
23
sudah dikuasai oleh siswa, maka dalam dua atau tiga kali pengulangan, siswa telah mampu mendengarkan secara benar.
2) Mengucapkan kata Tahap berikutnya adalah memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengucapkan kata yang telah didengarnya. Mengucapkan kata baru dapat membantu siswa untuk mengingatnya dalam waktu yang lebih lama.
3) Mendapatkan makna kata Tahapan ini yakni guru memberikan arti kata kepada siswa
dengan sejauh mungkin menghindari terjemahan, kecuali kalau tidak ada jalan lain. Saran ini dikemukakan, karena kalau guru setiap kali selalu menggunakan bahasa ibu siswa, maka tidak akan terjadi komunikasi langsung dalam bahasa yang sedang dipelajari, sementara itu akan segera dilupakan pula oleh siswa.
4) Membaca kata Setelah siswa mendengar, mengucapkan dan memahami
makna kata-kata baru, kemudian guru menulisnya di papan tulis. Setelah itu siswa diberi kesempatan untuk membacanya dengan suara keras.
5) Menulis kata Akan sangat membantu penguasaan kosa kata, kalau siswa
diminta menulis kata-kata yang baru dipelajarinya pada saat makna kata-kata itu masih segar dalam ingatan siswa. Siswa menulis di bukunya masing-masing dengan mencontoh apa yang ditulis guru di papan tulis.
6) Membuat kalimat Tahap terakhir dari kegiatan pengajaran kosakata adalah
menggunakan kata-kata baru itu dalam sebuah kalimat yang sempurna, secara lisan maupun tertulis. Pemakaian dalam kalimat ini akan sangat membantu memantapkan pengertian siswa terhadap makna kata.45
Dengan demikian, tidak semua kata-kata baru harus
dikenalkan dengan semua prosedur. Faktor waktu juga harus
diperhitungkan. Untuk itu perlu dipilih kata-kata yang memang
sulit, atau kata-kata yang memang hanya difahami maknanya
secara utuh apabila dihubungkan dengan konteks.
45 Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran, h. 97.
24
Ucapan sangat penting dalam pengembangan kosakata
karena melibatkan perbedaan antara bunyi-bunyi yang bergabung
untuk membentuk kata-kata dan konsep-konsep. Demikianlah, para
siswa harus dapat membuat pembedaan-pembedaan antara bunyi-
bunyi maupun kata-kata.46
c. Teknik Pembelajaran Kosakata (Mufradath)
Teknik pembelajaran kosakata dapat dilakukan dengan dua
cara. Pertama, direalisasikan melalui proses latihan kontekstual;
sedangkan kedua, diimplementasikan melalui proses latihan
nonkontekstual.47 Untuk lebih jelasnya dapat dipaparkan diantaranya
sebagai berikut:
1) Latihan kontekstual Latihan kontekstual ini dapat di aktualisasikan oleh
pendidik melalui dua jalur yaitu: a) Jalur Tanya jawab
Jalur ini dilakukan antara pendidik dan peserta didik, atau dilakukan perindividu maupun kolektif. Contohnya:
ا ا
b) Jalur dialog Jalur ini direalisasikan dengan menggambarkan tentang
kehidupan sehari-hari, seperti: yang berkaitan dengan “mujamalah”, menyambut tamu dan sebagainya. Contohnya:
: م :
2) Latihan non Kontekstual Latihan non kontekstual ini bisa dilakukan oleh pendidik
untuk menjelaskan makna kata yang sulit dijelaskan melalui jalur kontekstual, yaitu dengan menggunakan media berikut: a) Gambar, Foto, Model dan Sampel. b) Gerakan dan Isyarat.
46 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Kosakata, h. 132. 47 Ibid., h. 109.
25
c) Dramatisasi. d) Definisi, contoh:
ااف اا : ع ا ا م ع ا اا : غ اال ع
e) Sinonim dan antonim ق : ط اب × ا
f) Tasalsul (Berangkai)
: خ – طف - . خ – ج – ب –
g) Pembentukan kata (Isytiqaq) ا
: م لب م ا لب اال h) Terjemah
Sistem ini digunakan sebagai alternatif terakhir, yaitu bila cara kontekstual dan bila ketujuh cara non kontekstual di atas sudah tidak mampu menjelaskan makna kata atau kalimat.48
5. Teknik Pembelajaran Bunyi Bahasa (al-Ashwat)
a. Konseptual Bunyi Bahasa (al-Ashwat)
Bahasa merupakan suatu lambang bunyi yang berartikulasi.
Dan telah menjadi konsensus manusia untuk merealisasikan
komunikasi antar mereka secara aktif (al-Kalam) maupun secara
reseptif (al-Kitabah). Proses Pembelajaran bunyi bahasa terhadap
peserta didik harus benar-benar diperhatikan sebelum mereka
diajarkan keterampilan menulis. Pembelajaran bunyi bahasa (al-
Ashwat) ini adalah untuk melatih peserta didik mengungkapkan bunyi
huruf kata dan kalimat Arab serta perbedaan-perbedaan prinsipil secara
benar dan fasih, sehingga mereka mampu untuk berinteraksi dan
berkomunikasi secara intens.49 Adapun tujuan pembelajaran bunyi
48 Ibid., h. 110. 49 Ibid., h. 118.
26
bahasa (al-Ashwat) adalah membantu peserta didik mengucapkan dan
mengekspresikan bunyi bahasa dengan fokus:
1) Memahami unsur bunyi bahasa dan penggunaanya, seperti mengucapkan bunyi, stressing dan aksentuasi.
2) Penggunaan isyarat bahasa, seperti mengekspresikan wajah dan gerakan-gerakan.
3) Memahami penggunaan kata-kata yang mirip dan berdekatan.
4) Memahami konteks budaya yang diekspresikan dalam kalimat.
5) Membedakan konteks haqiqi dan konteks majazi. 6) Memahami struktur bahasa dan penggunaannya secara
maksimal.50
Tata bunyi bahasa Arab merupakan hal yang sangat penting
dipelajari dengan benar, karena ketika salah mengucapkan 1 huruf
bahasa Arab dalam kata maka akan membedakan arti yang dimaksud.
Maka dari itu kita harus bisa dan mengerti suara atau bunyi huruf
Arab.
Al-ashwat adalah suara, yaitu bagaimana kita mengucapkan
bunyi suara dalam bahasa Arab dengan baik dan benar sebagaimana
orang-orang Arab mengucapkannya.51
Adapun tujuan pembelajaran bunyi bahasa secara umum
meliputi; penguasaan seluruh sistem bunyi, baik dalam bentuk
mengenal dan memahami bunyi bahasa secara reseptif, maupun dalam
bentuk melafalkan dan menggunakan bunyi bahasa secara aktif-
produktif.52 Agar pembelajaran bahasa Arab menjadi perhatian yang
50 Ibid., h. 119. 51 Syaiful Mustofa, Strategi Pembelajaran, h. 27. 52 Abdul Wahab Rosyidi, Mamlu‟atul Ni‟mah, Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Arab
(Malang: UIN Maliki Press, 2012), h. 122.
27
serius, supaya ujar dan bunyi kata bahasa Arab yang diucapkan sesuai
dengan aslinya yang penekanannya berfokus pada pada makhrijul
huruf.
b. Teknik Pembelajaran Bunyi Bahasa (al-Ashwat)
Dari tujuan pembelajaran di atas, maka dapat dipaparkan teknik
pembelajaran secara konkret yaitu:
1) Pendidik dan peserta didik melakukan repetisi sesuatu (huruf-huruf Arab) melalui tiga proses repetisi (repetisi kolektif, kelompok, dan individu).
Repetisi kolektif dilakukan seluruh peserta didik, selanjutnya repetisi kelompok dilakukan kelompok yang telah didesain, kemudian repetisi individu dilakukan oleh individu yang ditunjuk oleh pendidik.53Pendidik mengucapkan contoh yang ditampilkan dua atau tiga kali, sedangkan peserta didik mendengarkan.
2) Pendidik memberikan isyarat, kemudian peserta didik diminta untuk merepetisi secara kolektif.
3) Pendidik merepetisi isyarat tadi, kemudian diikuti peserta didik secara kolektif.
4) Pendidik memberikan isyarat, kemudian peserta didik diminta untuk merepetisi secara kelompok.
5) Pendidik merepetisi isyarat tadi, kemudian diikuti peserta didik secara kelompok.
6) Pendidik memberikan isyarat, kemudian peserta didik diminta untuk merepetisi secara individu.
7) Pendidik merepetisi isyarat tadi, kemudian diikuti peserta didik secara individu. Dalam proses repetisi individu, pendidik memerhatikan respon peserta didik. Jika memungkinkan untuk diadakan perbaikan, atau diberikan motivasi bahkan diberikan pujian, maka hal tersebut harus dilakukan sebagai stimulus mereka mempelajari bahasa Arab.54
53 Ibid., h. 119. 54 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Kosakata, h. 119.
1) Penyajian model pelafalan Cara yang paling efektif dalam mengajarkan bunyi bahasa Arab yang sulit kepada siswa adalah dengan mencontohkan pelafalan setiap bunyi yang kemudian diikuti oleh siswa. Selain dalam bentuk bunyi tunggal, contoh pelafalan bunyi tersebut sebaiknya diberikan dalam bentuk kata bermakna dimana huruf yang dicontohkan berada diawal, ditengah dan diakhir kata contoh:
- - - -
ق ء ح- - ق- خ ا- مغ
2) Pemberian Latihan/Drill Setelah memberikan contoh pelafalan, guru dapat memberikan beberapa bentuk drill untuk membiasakan siswa melafalkan bunyi-bunyi yang sudah pelafalannya pada tahap sebelumnya. Bentuk drill ini tentunya ditentukan berdasarkan tingkat pembelajaran siswa, apakah tingkat dasar, menengah, atau lanjut. Diantara bentuk drill yang bisa digunakan oleh guru adalah: a) Latihan membedakan bunyi bahasa Arab
Latihan membedakan bunyi bahasa Arab ini dapat divariasikan menjadi: 1) Menentukan satu dari tiga bunyi contoh:
Tentukan apakah bunyi ( ) diucapkan pertama, kedua atau ketiga!
- - - - - - -
2) Menentukan salah satu dari dua bunyi dalam sebuah kalimat. Contoh: tentukan apakah bunyi ( ) atau ( ) yang ada dalam setiap kata berikut:
/ احااف / اا ئ اا / اا
3) Menyimak dan mengulangi tsuna‟iyyah sugra (dalam hal ini usahakan buku dalam keadaan tertutup)
4) Membaca dan mengulangi tsuna‟iyyah sugra (dalam hal ini usahakan buku dalam keadaan terbuka)
5) Membaca bebas, artinya guru memerintahkan para siswa untuk membaca huruf, kata atau kalimat yang
29
mengandung bunyi yang sulit tanpa memberikan contoh pelafalan terlebih dahulu.55
Langkah-langkah di atas dapat diterapkan dalam pembelajaran
ashwat, dengan membedakan bunyi yang mirip pada huruf tunggal,
kata, atau kalimat yang dipelajari. Dengan benarnya ashwat Arabiyah
maka secara tidak langsung kita telah belajar untuk benar membaca
Al-Qur‟an dengan makharijul huruf yang baik. Karena akan fatal jika
sampai salah membaca Al-Qur‟an, karena dapat mengubah arti di
dalamnya.
6. Bahasa Arab
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “bahasa” berarti sistem
lambang bunyi yang bersifat arbitrer atau sewenang-wenang dan
konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan
perasaan dan pikiran.56
Selain alat komunikasi, bahasa juga berfungsi sebagai alat berpikir
atau media nalar bagi pemakai bahasa itu sendiri. Perkembangan sebuah
bahasa mengikuti perkembangan pemikiran para pengguna bahasa. Sedang
manusia, ia tidak akan mampu menghafal dan mengembang seluruh kata
dari bahasanya sekalipun ia memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi. Oleh
sebab itu, terkadang seseorang tidak mampu mengingat sebuah kata atau
kesulitan untuk menyebut kosakata yang sesuai dengan yang ia inginkan.57
55 Ibid., h. 40. 56 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), h. 199. 57 Taufiqurrochman, Leksikologi Bahasa Arab (Yogyakarta: UIN Malang Press, 2008), h.
184.
30
Ali Al-Najjar dalam Syahin mengungkapkan bahwa bahasa Arab merupakan bahasa yang terluas dan terkaya kandungannya. Deskripsi dan pemaparannya sangat mendetail dan dalam. Sehingga bahasa Arab menjadi bahasa yang kaya akan kosakata dan struktur bahasa, sehingga cocok untuk mengekspresikan pikiran dan emosi serta sebagai alat untuk mengajarkan bermacam-macam ilmu pengetahuan. Dan menurut Al-Ghalayain, bahasa adalah ucapan-ucapan yang digunakan setiap kaum untuk mengemukakan maksud mereka.58
Dengan demikian, dari beberapa pendapat di atas dapat dipahami
bahwa aktivitas pengajaran bahasa Arab adalah usaha sadar atau
kesanggupan seseorang dalam mengungkapkan semua keadaan yang ada
dalam benak pembicara, dengan menggunakan media bahasa lisan, yaitu
bahasa Arab dengan ucapan-ucapan yang dapat dimengerti oleh pendengar
dalam proses menyajikan bahan yang akan dipelajari dengan cara yang
sistematis dan terarah agar orang yang akan diajarkan dapat menjalankan
perubahan, baik itu perubahan jasmani maupun rohani dan perubahan itu
dirasakan serta dimanfaatkan oleh anak didik.
7. Lingkungan Belajar
a. Lingkungan secara harfiah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, lingkungan diartikan sebagai suatu tempat yang memengaruhi pertumbuhan manusia, sedangkan menurut Kamus Bahasa Inggris environment diartikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan atau suasana.59 Jika dikombinasikan pengertian istilah lingkungan dari kedua bahasa tersebut, maka lingkungan dapat diartikan sebagai suatu tempat atau suasana (keadaan) yang dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seseorang.60
b. Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya
58 Imam Makruf, Strategi Pembelajaran, h. 1. 59 Rita Mariyana, Dkk, Pengelolaan Lingkungan Belajar (Jakarta: Kencana, 2010), h. 16. 60 Ibid., h. 16.
31
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata pada seluruh aspek tingkah laku.61 Perubahan yang terjadi pada seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Adapun tujuan belajar merupakan komponen yang sangat penting dalam belajar, karena tujuan menjadi pedoman bagi seluruh aktivitas belajar.62 Dari perpaduan kata lingkungan dan belajar, secara sederhana dapat dirumuskan pengertian lingkungan belajar, yaitu suatu tempat atau suasana (keadaan) yang memengaruhi proses perubahan tingkah laku manusia. Tentu manusia tersebut adalah pelajar sebagai subjek yang berada di lingkungan tersebut.63
Dari penjelasan di atas dapat ditegaskan bahwa lingkungan
belajar merupakan sarana yang dengannya para pelajar dapat
mencurahkan dirinya untuk beraktivitas, berkreasi, termasuk melakukan
berbagai manipulasi banyak hal hingga mereka mendapatkan sejumlah
perilaku baru dari kegiataannya itu.64 Jadi, yang dimaksud dengan
lingkungan di sini yaitu lingkungan belajar bahasa Arab di dalam
sekolah bukan lingkungan belajar di luar lingkungan sekolah.
Menurut Ahmad Fuad Effendi lingkungan belajar bahasa adalah
segala sesuatu yang didengar, dilihat dan dipelajari oleh pembelajar
berkaitan dengan bahasa target yang sedang dipelajari. Yang dimaksud
dengan bahasa target dalam lingkungan bahasa Arab (bi’ah arabiyyah)
di sini yaitu bahasa Arab. Keberhasilan belajar bahasa Arab sangat
dipengaruhi dan ditentukan oleh lingkungan yang kondusif.
61 Daryanto, Belajar Mengajar (Bandung: Yrama Widya, 2010), h. 2. 62 Http://Www.Rifanfajrin.com, (04, mei, 2017: 02:12 WITA). 63 Rita Mariyana, Dkk, Pengelolaan Lingkungan, h. 17. 64 Ibid., h. 17.
32
Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan belajar dalam sekolah.
Dengan menciptakan lingkungan yang berbahasa Arab maka siswa
akan termotivasi untuk belajar dan mempraktekkan bahasa Arab,
sehingga pada akhirnya siswa akan terbiasa berbahasa Arab baik di
lingkungan formal maupun non formal.65
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif,
dimana peneliti dituntut untuk lebih banyak menggunakan logika, karena
data yang diperoleh dari lapangan lebih banyak yang bersifat informasi
dan keterangan-keterangan yang berbentuk uraian, bukan dalam bentuk
angka, ataupun simbol. Sugiyono menjelaskan bahwa metode penelitian
kualitatif dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting) dan data
yang dikumpulkan umumnya bersifat kualitatif.66
Sejalan dengan itu Beni juga menjelaskan bahwa “metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawanya adalah eksperimen).” Yaitu peneliti adalah sebagai instrument kunci, tehnik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.67 Oleh sebab itu, penelitian kualitatif lebih fokus untuk melakukan pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah daripada melihat permasalahan untuk kepentingan generalisasi. Penelitian kualitatif menggunakan teknik analisis mendalam (indepth analysis), yaitu mengkaji masalah secara khusus (kasus per kasus) karena penelitian kualitatif yakin bahwa sifat dari suatu masalah
65 Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran, h. 100. 66 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, h. 14. 67 Beni Ahmad, Saebani, Metode Penelitian (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 122.
33
akan berbeda dengan sifat dari masalah lainnya. Adapun yang dihasilkan dari penelitian kualitatif ini bukan suatu generalisasi, tetapi pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah.68
Penelitian kualitatif menyatu dengan situasi dan fenomena yang diteliti. Penelitian kualitatif merupakan studi lapangan, peneliti mengumpulkan data dalam rentang waktu yang cukup lama dalam satu lingkungan tertentu dari sejumlah individu.69 Adapun tujuan penelitian kualitatif adalah memahami sistem makna yang menjadi prinsip-prinsip umum dari satuan gejala yang terdapat di dalam kehidupan sosial sebuah masyarakat. Pemahaman tersebut diperoleh melalui pengamatan, pendeskripsian, serta interpretasi yang terperinci tentang gejala yang menjadi fokus penelitian.70 Metode penelitian kualitatif sering juga disebut dengan metode
penelitian alamiah atau naturalistik, karena penelitiannya dilakukan pada
kondisi yang bersifat alamiah, disebut juga sebagai metode kualitatif
karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.
Dengan kata lain, peneliti hanya memaparkan dan menjelaskan apa adanya
tentang temuan data yang diperoleh dari lapangan dalam bentuk tulisan.
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti di sini adalah pesan dan upaya peneliti dalam
memperoleh data atau informasi. Dalam penelitian kualitatif, kehadiran di
lapangan mutlak diperlukan karena peneliti berfungsi sebagai instrument
kunci di lapangan. Kehadiran peneliti bukan ditunjukkan untuk
mempengaruhi subyek penelitian, tetapi untuk mendapatkan data dan
informasi yang akurat.
68 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 91. 69 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), h. 96. 70 Ibid., h. 91.
34
Untuk memperoleh data, peneliti langsung ke lokasi penelitian
sehingga dapat terjalin hubungan yang akrab dan bekerja sama untuk
memperoleh informasi yang sebanyak-banyaknya tentang data yang aktual
dan dapat dipercayai keabsahannya, kemudian menganalisa data itu dan
menarik kesimpulan dari analisis data.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi yang dijadikan obyek penelitian adalah MTs Al-Raisiyah
Sekarbela Mataram, dengan alasan peneliti sudah mengetahui kondisi
madrasah tersebut, letaknya juga dekat dan mudah dijangkau oleh peneliti,
baik dengan menggunakan kendaraan roda dua sehingga akan dapat
mempermudah peneliti dalam melaksnakan kegiatan di lapangan.
4. Sumber Data
Data adalah informasi yang diperoleh atau dicari oleh peneliti
dalam penelitian yang dilakukan. Data penelitian menurut Supardi adalah
semua informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah penelitian.
Informasi yang dimaksud berkenaan dengan benda, tanaman, binatang,
dan manusia.71 Jadi, secara umum semua benda yang dapat dijadikan
sebagai data untuk memecahkan suatu masalah yang ingin diteliti sesuai
dengan permasalahan yang dihadapi.
Sedangkan sumber data adalah asal informasi atau dengan kata
lain, dari mana informasi itu didapatkan atau diperoleh. Sumber data
menurut Arikunto adalah tempat, orang atau benda di mana peneliti dapat
mengamati, bertanya atau membaca tentang hal-hal yang berkenaan
dengan variabel yang diteliti.72
Dengan demikian yang menjadi sumber data pada penelitian ini
adalah guru bidang studi bahasa Arab, para siswa kelas VII, situasi,
peristiwa, proses interaksi belajar mengajar di kelas VII MTs Al-Raisiyah
Sekarbela dan yang terkait langsung dengan fokus permasalahan yang
diangkat peneliti dengan maksud untuk menggali informasi yang
mendalam guna menjawab fokus kajian yang diteliti. Oleh karena peneliti
menggunakan sumber data berupa orang, maka sumber data itu disebut
responden. Responden adalah orang yang memberikan jawaban atau
keterangan tentang variabel.73
5. Prosedur Pengumpulan Data
Penggunaan teknik dan alat pengumpul data yang tepat
memungkinkan diperolehnya data yang objektif atau dengan kata lain
menjadi faktor pendukung yang penting bagi keberhasilan suatu
penelitian. Maka dalam hal ini, peneliti akan menguraikan teknik
penelitian yang ditempuh guna mengumpulkan data sebagai berikut:
a. Interview (wawancara)
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
72 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993), h.131. 73 Ibid., h. 131.
36
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.74 Dalam
wawancara ini peneliti menggunakan wawancara bebas terpimpin,
yaitu wawancara yang bebas tetapi dengan menggunakan acuan
kerangka pertanyaan.
Dalam referensi lain disebutkan bahwa wawancara merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu data
tertentu.75
Dalam penelitian ini, ada dua teknik yang digunakan dalam
proses pengumpulan data, diantaranya dapat dibedakan menjadi dua
jenis yaitu wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Adapun
wawancara terstruktur yaitu digunakan sebagai teknik pengumpulan
data, bila peneliti sudah mengetahui dengan pasti tentang informasi
apa yang akan diperoleh. Sedangkan wawancara tidak terstruktur
menurut Beni adalah wawancara yang bebas, yaitu peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman
wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan dipertanyakan.76
Dari penjelasan di atas peneliti menggunakan wawancara tidak
terstruktur. Jenis wawancara ini penulis gunakan agar data-data yang
kurang jelas bisa ditanyakan kembali kepada responden sehingga data
74 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitati Kuantitatif (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 188. 75 Ibid., h. 190. 76 Ibid., h. 192.
37
yang diperoleh lengkap dan valid. Adapun informan dan hal-hal yang
diwawancarai adalah sebagai berikut:
1) Kepala Madrasah, yaitu tentang sejarah singkat berdirinya MTs Al-
Raisiyah Sekarbela Mataram.
2) Guru bidang studi bahasa Arab, yaitu tentang pembelajaran
mufradat (kosakata) bahasa Arab dan kemampuan siswa dalam
pengucapan mufradat (kosakata) bahasa Arab ketika berkomunkasi
di sekolah.
3) Siswa siswi, yaitu tentang analisis faktor-faktor kesulitan/kendala-
kendala dalam pengucapan kosakata bahasa Arab.
Sedangkan data yang penulis butuhkan dari teknik wawancara
adalah tentang:
1) Bagaimana kemampuan pengucapan kosakata bahasa Arab di kelas
VII MTs Al-Raisiyah Sekarbela Mataram.
2) Bagaimana keadaan lingkungan belajar bahasa Arab di kelas VII
MTs Al-Raisiyah Sekarbela Mataram.
3) Apasaja faktor-faktor kesulitan/kendala dalam mempelajari
kosakata bahasa Arab di kelas VII MTs Al-Raisiyah Sekarbela
Mataram.
b. Observasi
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan oleh peneliti
dengan mengamati langsung mengenai suatu fenomena yang terjadi
dilapangan untuk dicatat. Menurut Beni, observasi merupakan salah
38
satu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
kualitatif.77
Jika dilihat dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data,
observasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu observasi partisipasi dan
observasi non partisipasi.
1) Observasi partisipasi
Dalam observasi ini, peneliti terlibat langsung dengan
kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang
digunakan sebagai sumber data penelitian. sambil melakukan
pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh
sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan cara ini,
maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai
mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.
2) Observasi non partisipasi
Dalam observasi non partisipasi ini peneliti tidak terlibat
dan hanya sebagai pengamat independent saja.
Dari penjelasan di atas, peneliti menggunakan jenis teknik
observasi non partisipasi, alasannya karena peneliti ingin melihat
secara langsung bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran di
dalam maupun di luar kelas. Artinya peneliti melakukan
pengamatan di dalam dan di luar kelas, dimana ketika peneliti
melakukan pengamatan di dalam kelas, peneliti hanya mengamati
77Beni Ahmad, Saebani, Metode Penelitian, h. 186.
39
saja dan tidak ikut mengajar, hal ini dilakukan untuk mendapatkan
informasi atau gambaran yang akurat tentang data yang dicari, dan
juga data-data yang ingin diperoleh adalah situasi dan kondisi di
kelas VII MTs Al-Raisiyah Sekarbela Mataram, sejarah singkat
berdirinya, letak geografis, keadaan guru dan siswa, keadaan
sarana dan prasarana.
Adapun hal-hal yang diobservasi oleh peneliti adalah:
1) Kepala Madrasah, yaitu tentang bentuk sanksi dan pelanggaran bagi
siswa maupun guru yang melanggar aturan dan tata tertib sekolah,
peran kepala sekolah dalam menertibkan ketertiban ketika kegiatan
proses belajar mengajar berlangsung dan solusi yang tepat untuk
menciptakan lingkungan yang berbahasa Arab.
2) Guru bahasa Arab, yaitu tentang inspeksi guru bahasa Arab
terhadap proses pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan
pengucapan mufradat bahasa Arab, cara guru bahasa Arab untuk
melatih kemampuan siswa dalam hal pengucapan mufradat bahasa
Arab, menjalin kooperatif antara guru bahasa Arab dengan guru
yang lain dalam melatih siswa untuk menggunakan bahasa Arab di
lingkungan formal.
3) Siswa siswi, yaitu tentang kemampuan pengucapan mufradat
(kosakata) bahasa terhadap siswa, respon siswa terhadap
pembelajaran mufradat bahasa Arab, penggunaan mufradat
40
terhadaap keterampilan berbicara pada proses pembelajaran bahasa
Arab.
c. Dokumentasi
Kata dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang berarti
barang-barang tertulis. Dalam melaksanakan metode ini peneliti
memiliki barang-barang tertulis seperti; buku-buku, daftar nama siswa
dan lain sebagainya.
Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai
sumber data, karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data
dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk
meramalkan. Sementara jenis dokumen yang diharapkan akan
terkumpul dari metode ini ialah dokumen resmi, yang dimaksud dalam
hal ini adalah bahan-bahan informasi yang berkaitan dengan ranah
penelitian.
Tujuan peneliti menggunakan teknik dokumentasi adalah
untuk melengkapi data yang belum diperoleh melalui teknik
wawancara ataupun observasi, seperti:
1) Sejarah berdirinya MTs Al-Raisiyah Sekarbela Mataram.
2) Visi, misi dan tujuan MTs Al-Raisiyah Sekarbela Mataram.
3) Keadaan sarana dan prasarana di MTs Al-Raisiyah Sekarbela
Mataram.
4) Keadaan guru dan pegawai di MTs Al-Raisiyah Sekarbela
Mataram.
41
5) Keadaan siswa di MTs Al-Raisiyah Sekarbela Mataram.
6) Tata tertib siswa-siswi di MTs Al-Raisiyah Sekarbela Mataram.
7) Struktur organisasi lembaga pendidikan MTs Al-Raisiyah
Sekarbela Mataram.
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam
karya ilmiyah, karena dengan analisis tersebut dapat memberi makna
berguna dalam memecahkan masalah penelitian.78
Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan seiring
dengan proses pengumpulan data dan setelah data terkumpul. Dalam
penelitian kualitatif, teknik analisis ini diarahkan untuk menjawab
rumusan masalah yang sudah dirumuskan pada bagian rumusan masalah.
Pada dasarnya, analisis data penelitian kualitatif ini sudah dilakukan
sebelum peneliti memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah
selesai di lapangan. Dengan cara ini diharapkan terdapat konsistensi
analisis data secara keseluruhan mengingat penelitian ini bersifat
deskriptif.
Dalam hal analisis data kualitatif, Bogdan menyatakan bahwa
analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan
lain, sehingga mudah dipahami, dan temuannya dapat di informasikan
78 Muhammad Nasir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1995), h. 405.
42
kepada orang lain.79 Sedangkan Susan Steinback, mengungkapkan bahwa
analisis data merupakan hal yang kritis dalam proses penelitian kualitatif.
Analisis digunakan untuk memahami hubungan dan konsep dalam data
sehingga hipotesis dapat dikembangkan dan dievaluasi.80
Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat dikemukakan di sini bahwa
analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi
dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan
dalam unit-unit, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehinggga mudah dipahami
oleh diri sendiri maupun orang lain.
Model analisis yang gunakan dalam penelitian ini adalah model
penelitian yang digunakan oleh Miles dan Huberman bahwa aktivitas
analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya menjadi
jenuh.81 Adapun analisis data yang digunakan yaitu:
a. Reduksi data
Reduksi data adalah proses merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya, dan membuang yang tidak perlu.82 Dengan demikian data
yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,
79 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, h. 244. 80 Ibid., h. 244. 81 Ibid., h. 246. 82 Ibid., h. 247.
43
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya.
Dalam penelitian ini data yang direduksi adalah data yang
terkait dengan analisis kemampuan pengucapan mufradat (kosakata)
bahasa Arab.
b. Penyajian data
Penyajian data adalah suatu cara merangkai data agar dapat
melihat gambaran keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari
gambaran keseluruhan. Pada tahap ini peneliti berupaya
mengklasifikasikan dan menyajikan data sesuai dengan pokok
permasalahan yang diawali dengan pengkodean pada setiap subpokok
permasalahan. Dengan demikian display data yang dimaksud adalah
sekumpulan informasi yang telah disusun, diatur dan diringkas dalam
bentuk katagori-katagori sehingga makna yang terkandung di
dalamnya mudah dipahami.
Dalam penelitian ini, data yang disajikan adalah data yang
terkait dengan proses kegiatan pembelajaran bahasa Arab maupun
kemampuan dalam pengucapan mufradat bahasa Arab dan faktor-
faktor kesulitan dalam pengucapan mufradat (kosakata).
c. Verifikasi data
Setelah data didispaly, maka langkah selanjutnya adalah
verifikasi data. Verifikasi data menurut Miles dan Huberman adalah
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang
44
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid
dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data,
maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang
kredibel.83
7. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk mendapatkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan
data. Menurut Moleong, untuk memperoleh kreadibilitas (keabsahan data)
dapat dilakukan dengan jalan waktu penelitian, keikutsertaan, ketekunan
pengamatan, triangulasi, pengecakan sejawat dan kecukupan referensi.84
Dalam penetian ini, teknik yang digunakan dalam memperoleh
keabsahan data adalah:
a. Teknik ketekunan
Ketekunan pengamatan dalam penelitian dimaksudkan untuk
menentukan ciri-ciri dan unsur-unsur yang relevan dengan persoalan
atau isu yang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal
tersebut secara rinci untuk memperoleh data secara lebih mendalam.85
Berdasarkan pendapat di atas, ketekunan pengamatan dalam
penelitian ini bermaksud untuk mencari ciri-ciri dari unsur-unsur yang
relevan dengan data yang ingin diperoleh yaitu mengenai kemampuan
83 Ibid., h. 345. 84 Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007), h. 324. 85 Ibid., h. 329.
45
pengucapan mufradat bahasa Arab di Kelas VII MTs Al-Raisiyah
Sekarbela Mataram.
b. Metode Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain, di luar data untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.86
Dalam hal ini peneliti menggunakan dua teknik yaitu
triangulasi sumber dan triangulasi metode. Triangulasi sumber berarti
melakukan pengecekan data dengan melibatkan semua sumber data,
dalam hal ini, guru bahasa Arab kelas VII dan siswa kelas VII MTs Al-
Raisiyah Sekarbela, sedangkan triangulasi metode berarti melakukan
pengecekan data dengan membandingkan data yang diperoleh melalui
metode yang digunakan peneliti yaitu metode observasi dan
wawancara.
Menurut Denjin, ia membedakan empat macam triangulasi
sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber,
metode, penyidik dan teori.
1) Triangualsi sumber berarti membandingkn mengecek kembali
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu
dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif dengan jalan:
a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara.
86 Ibid., h. 330.
46
b) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum
dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.
c) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang
situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.
d) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa,
orang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada dan
orang pemerintahan.
e) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yang berkaitan.
2) Pada triangulasi dengan metode, menurut Patton dalam Moleong
terdapat dua strategi yaitu:
a) Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian
beberapa teknik pengumpulan data dan
b) Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan
metode yang sama.
3) Pada triangulasi jenis ketiga ini ialah dengan jalan memanfaatkan
peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecakan
kembali derajat kepercayaan data.
4) Triangulasi dengan teori, menurut Lincoln dan Guaba dalam
Moleong berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa
derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. Dipihak lain,
47
Patton dan Moleong berpendapat lain, yaitu bahwa hal itu
dinamakannya penjelasan banding.87
Jadi, triangulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan
perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks
suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan
hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain bahwa dengan
triangulasi, peneliti dapat mengecek temuannya dengan jalan
membandingkan dengan berbagai sumber, metode, atau teori yang
digunakan peneliti.
87 Ibid., h. 330.
48
BAB II
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Profil Sekolah dan Sejarah Berdirinya MTs Al-Raisiyah Sekarbela
Mataram
Yayasan ponpes Al-Raisiyah Sekarbela merupakan salah satu
yayasan yang bergerak di bidang pendidikan yang berdiri pada tahun
1987. Setelah mengalami perkembangan dan peningkatan yang cukup
bagus kemudian yayasan tersebut dirubah namanya menjadi MTs Al-
Raisiyah Sekarbela Mataram di bawah naungan Departemen Pendidikan
Agama dan dibangun di atas tanah seluas 1.888 m2. MTs Al-Raisiyah
Sekarbela merupakan sosial pendidikan dan membantu pemerintah
meningkatkan kecerdasan, kesejahteraan Indonesia menuju masyarakat
yang adil dan makmur.88
Sejak berdirinya pada tahun 1987 sampai sekarang MTs Al-
Raisiyah Sekarbela telah mengalami 3 kali pergantian Kepala Madrasah
yakni:
a. TGH. Muhammmad Rais (alm)
b. TGH. Drs. H. Maqsud Rais
c. Drs.H. Zainul islam, MM.89
88 Dokumentasi, di MTs Al-Raisiyah Sekarbela, Tanggal 14 Mei 2017. 89 Zainul, Kepala Sekolah MTs Al-Raisiyah Sekarbela, Wawancara, 16 Mei 2017.
49
Profil MTs Al-Raisiyah Sekarbela
Nama Sekolah : MTs AL-RAISIYAH SEKARBELA
Alamat :
Jalan/Desa : Jln. Sultan Kaharuddin Sekarbela Kel. Kr. Pule
Kecamatan : Sekarbela
Kab. / Kota : Mataram
Provinsi : Nusa Tenggara Barat
No. Telp/Hp : (0370) 621245 / Hp No. 0817363171
NSS : 202520102004
NIS : 210080
Kepala Madrasah : Drs. H. Zainul Islam, MM
Nama Yayasan : Yayasan Pondok Pesantren “Al-Raisiyah”
Jenjang : Madrasah Tsanawiyah (MTs)
Status : TERAKREDITASI Nomor : A/Mts-Ar/2014
Tahun didirikan : 1993
Tahun Beroperasi : 1993.90
2. Letak Geografis
MTs Al-Raisiyah berlokasi di pinggir Jalan Raya Sekarbela Mataram.
Adapun batas-batasannya adalah sebagai berikut:
Utara : Jalan Raya Sekarbela Mataram;
Timur : Perumahan Pembina/Pengurus Yayasan Pondok Pesantren Al-
Raisiyah Sekarbela Mataram;
Selatan : Asrama Pondok Pesantren Al-Raisiyah Sekarbela Mataram.
Barat : Perumahan penduduk.91
90 Dokumentasi, di MTs Al-Raisiyah Sekarbela, Tanggal 14 Mei 2017.
50
Melihat letak georafis tersebut, dapat dikatakan bahwa Madrasah
Tsanawiyah Al-Raisiyah Sekarbela memiliki posisi yang strategis sebagai sebuah
lembaga pendidikan yang bercirikan agama Islam yang berdekatan dengan MTs
Badrussalam yang berada di depannya MTs tersebut dengan dikelilingi oleh
rumah penduduk maupun pertokoan yang berjejer di pinggir jalan yang menjual
mutiara, mas, dll. Sehingga siswa akan termotivasi untuk belajar guna
mendapatkan pendidikan yang lebih baik walaupun disekitarnya hampir sebagian
besar non muslim akan tetapi tidak sedikitpun mengurangi semangat para siswa
untuk tetap terus belajar dan menuntut ilmu di sekolah tersebut.92
3. Visi, Misi dan Tujuan MTs Al-Raisiyah Sekarbela
a. Visi
Perkembangan dan tantangan masa depan seperti:
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, globalisasi yang sangat
cepat, era informasi dan komunikasi, serta berubahnya kesadaran
masyarakat dan orang tua terhadap pendidikan memicu madrasah untuk
merespon tantangan sekaligus peluang itu. MTs Al-Raisiyah Sekarbela
sebagai salah satu lembaga pendidikan memiliki tanggung jawab moral
yang menggambarkan profil madrasah yang diinginkan di masa yang
akan datang untuk mewujudkan visi Madrasah sebagai berikut:
Terwujudnya Generasi Yang Bertaqwa, Berilmu, Bermanfaat dan
Mandiri.
91 Observasi, Peneliti di MTs Al-Raisiyah Sekarbela, Tanggal 15 Mei 2017. 92 Ibid.
51
b. Misi
1) Memperdalam pemahaman terhadap Al-Qur‟an dan ilmu hadits.
2) Mengembangkan ilmu nahwu sebagai ilmu alat.
3) Membina akhlakul karimah melalui majelis ta‟lim, pengajian, dan
tahassus.
4) Melaksanakan pendidikan terpadu dan berkelanjutan.
5) Memberikan bekal keterampilan dan kemandirian santri melalui
kegiatan koperasi, kerajinan emas mutiara, dan bidang elektronik.
6) Meningkatkan mental dan kepribadian santri melalui kegiatan
kepramukaan, bela diri, kesenian dan lomba bakat.
7) Meningkatkan jiwa sosial santri melalui poskestren, posyandu dan
jum‟at bersih.93
c. Tujuan
1) Membentuk santri/santriwati yang memiliki pemahaman terhadap
Al- Qur‟an dan ilmu hadits.
2) Membentuk santri/santriwati yang memiliki pemahaman terhadap
ilmu nahwu.
3) Membentuk santri/santriwati yang memiliki akhlak yang mulia.
4) Meningkatkan prestasi santri/santriwati di bidang pendidikan.
5) Membentuk santri/santriwati yang terampil dan mandiri.94
93 Dokumentasi, di MTs Al-Raisiyah Sekarbela, Tanggal 14 Mei 2017. 94 Ibid.
52
4. Sarana dan Prasarana
MTs Al-Raisiyah Sekarbela merupakan sekolah yang terbilang
masih dalam tahap berkembang di wilayah Mataram. Hal itu masih dapat
dilihat pada proses pembangunan fisik sekolah yang sedianya untuk proses
belajar mengajar siswa secara terperinci, fasilitas yang terdapat di MTs Al-
Raisiyah Sekarbela adalah sebagai berikut :
a. Kantor
Ruangan yang terdapat di kantor terbagi menjadi beberapa
bagian antara lain :
1) Ruang Kepala Sekolah
Digunakan sebagai penunjang segala aktivitas kepala sekolah
yang terdiri dari dua ruangan yaitu satu sebagai ruang kerja khusus
kepala sekolah yang dilengkapi seperangkat komputer dan satu ruang
tamu yang digunakan oleh kepala sekolah untuk menerima tamu.95
2) Ruang Tata Usaha
Ruangan ini digunakan oleh tenaga administrasi sekolah
dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan administrasi
sekolah. Untuk menunjang kelancaran kegiatan administrasi sekolah,
ruangan ini dilengkapi dengan unit komputer. Ruangan ini terletak di
sebelah ruang kepala sekolah.
3) Ruang Guru
Ruang guru merupakan ruang bagi para pendidik sebagai
tempat istirahatnya guru sekaligus sebagai tempat terjadinya
interaksi sosial atau komunikasi antar sesama guru, guru dengan
95 Ibid.
53
pegawai maupun guru dengan murid. Ruangan ini dilengkapi dengan
peralatan kantor, meja dan kursi untuk setiap guru dan fasilitas air
minum.
4) Ruang Tamu
Ruangan ini digunakan sebagai sarana untuk menerima tamu,
dan sebagai tempat untuk menjalin kerja sama yang baik dengan
pihak-pihak tertentu. Ruang ini dilengkapi dengan satu set sofa dan
satu buah meja, selain itu terdapat gambar struktur organisasi dan
nama-nama guru yang dipajang di dinding ruang tamu.
5) Ruang Kelas
Ruang kelas merupakan sarana yang utama bagi suatu
lembaga pendidikan jumlah ruang kelas di MTs Al-Raisiyah adalah
10 ruangan. Dalam ruang tersebut terdapat beberapa fasilitas
penunjang kegiatan belajar-mengajar antara lain papan tulis berupa
black board, white board, meja, bangku untuk siswa maupun guru
setiap satu ruangan dapat ditempati oleh 10 sampai dengan 25 siswa
dan bergantung pada jumlah meja dan kursi yang tersedia.96
6) Ruang Perpustakaan
Untuk menunjang proses belajar mengajar di MTs Al-
Raisiyah Sekarbela disediakan disebuah perpustakaan yang
dilengkapi dengan buku paket dan beberapa buku penunjang lainnya
96 Ibid.
54
kondisi perpustakaan masih cukup baik dan buku-buku tertata
dengan rapi.
7) Ruang LAB
Laboratorium merupakan tempat riset ilmiah, eksperimen,
pengukuran ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Adapun ruang Lab
yang disediakan oleh MTs Al-Raisiyah yaitu ada dua, yakni ruang
Lab untuk pembelajaran praktik (IPA) dan ruang Lab untuk
pembelajaran bahasa. Adapun sarana yang terdapat di ruang Lab
(IPA) antara lain: kursi, meja, papan, LCD, manekin manusia dan
hewan. Sedangkan sarana yang terdapat pada ruangan LAB bahasa
ialah: kursi, meja, LCD.97
Tabel 1
Keadaan gedung MTs Al-Raisiyah Sekarbela Mataram98
No Nama ruang Jumlah 1 Ruang Kepala Madrasah 1 Lokal 2 Ruang Kantor 2 Lokal 3 Ruang Guru 1 Lokal 4 Lab. IPA 1 Lokal 5 Lab. Bahasa 1 Lokal 6 Ruang Kelas 10 Lokal 7 Ruang Perpustakaan 1 Lokal 8 Ruang Kantin 2 Lokal 9 Kamar Mandi 6 Lokal
10 UKS 1 Lokal 11 Ruang Osis 1 Lokal 12 Musolla 1 Lokal Jumlah 28 Lokal
97 Ibid. 98 Ibid.
55
Melihat kenyataan gedung MTs Al-Raisiyah Sekarbela tersebut,
sudah dapat dikatakan lengkap. Hal ini dapat dilihat dengan kebanyakan
ruang belajar yang berarti dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar
dapat berjalan dengan baik, dikarenakan fasilitas gedung sudah memadai
serta faktor lingkungan sekolah yang mendukung terjadinya proses belajar
mengajar yang baik dan nyaman. Jadi dengan adanya gedung tersebut
diharapkan dapat meningkatkan aktifitas dan kelancaran proses belajar
mengajar.99
5. Keadaaan Guru
Guru merupakan salah satu kebutuhan vital dalam proses belajar
mengajar di sekolah, pendidikan akan berkualitas dan berjalan sesuai
dengan harapan apabila memiliki tenaga pengajar yang kompeten
dibidangnya.100
MTs Al-Raisiyah Sekarbela memiliki tenaga pengajar sebanyak 36
orang secara keseluruhan diantaranya mengajar mata pelajaran yang
berbeda karena sesuai dengan keahlian dibidangnya masing-masing dan
memiliki latar belakang atau jenjang pendidikan yang berbeda diantaranya
ada yang D3, S1dan S2.
Guru-guru di MTs Al-Raisiyah Sekarbela sangat disiplin atas
kehadirannya karena disana ada alat yang akan langsung mendeteksi
kehadiran atau untuk mengabsen dengan cara menyentuh alat tersebut
menggunakan salah satu jari tangannya. Disamping itu juga tugas guru-
99 Ibid. 100 Ibid.
56
guru adalah bertanggung jawab kepada kepala madrasah, membuat
perangkat pengajaran, diantaranya program tahunan atau semester
,program satuan pelajaran, program rencana pengajaran, program
mingguan guru, dan LKS. Guru melaksanakan KBM secara efektif dan
efisien dan harus mampu menjalankan tugas-tugasnya dengan baik secara
profesional.101
Adapun data-data guru yang mengajar di MTs Al-Raisiyah
Sekarbela adalah sebagai berikut :
Tabel 2
Keadaan guru-guru di MTs Al-Raisiyah Sekarbela Mataram102
No Nama Jabatan Pendidikan Mengajar
1 Drs. H. Zainul Islam,MM. Kepala Madrasah S.2
2 Farid Wajdi,MM. Bendahara S.1 3 Irfan,S.Pd.I. Ka.Tata Usaha S.1 TIK 4 Wina Hartaty, S.Pd. Guru S.1 B. Inggris 5 Zulkifli, S.Pd.I, M.H.I. Wk. Kurikulum S.2 B. Arab 6 Hj. Sabriah. S.Pd.I. Wk. Sarana S.1 B.
Indonesia 7 Nurlaili, S.Pd.I. Guru PNS S.1 Biologi 8 Fathoni, M. Pd. Guru PNS S.2 B. Arab 9 Tuti Alawiyah Hijrati,S.Pd. Guru PNS S.1 B. Indonesia
10 Sri Wardiah Warta, S.Pt. Guru S.1 Fisika 11 H. Aminullah, S.Pd.I. Guru S.1 Fiqih 12 Damanhuri, S.Pd.I. Guru S.1 Qur‟an
Hadits 13 Fahratul Ain, S.Pd.I. Guru S.1 B. Inggris 14 Faridatul Ain, SE. Waka Humas S.1 Ekonomi 15 Masa‟ah, S.Pd.I. Guru S.1 Aqidah
Akhlak 16 H. Masri, S.Pd.I. Guru S.1 Keterampilan 17 Mastika, S.Si. Guru S.1 IPA 18 Muhammad Mustafa Guru SLTA Keterampilan
101 Ibid. 102 Ibid.
57
19 Mujnah, S.Pd.I. Guru S.1 Aqidah Akhlak
20 Murniah, S.Pd.I. Guru S.1 Qur‟an Hadits
21 Hj. Murniati, S.Pd.I. Guru S.1 Kitab Kuning
22 Nur‟aini Guru SLTA Kitab Kuning
23 Nurhayati Guru SLTA Kitab Kuning
24 Fauzan, S.Pd.I. Guru S.1 SKI & Tata B. Arab
25 Raudah, S.Ag. Guru S.1 IPS 26 Rohani Sayuti, S.Pd. Guru S.1 Matematika 27 Siti Kurniawati, SH. Guru S.1 IPS 28 Siti Zubaidah, S.Pd. Guru S.1 PKn 29 Taswir Guru SLTA Penjaskes 30 Tofany Sofyan, A.Md. Guru D.3 Penjaskes 31 H. Ubaidilah Guru SLTA Tata B. Arab 32 Umniyati, ST. Guru S.1 IPA 33 Yuntawati, S.Pd. Guru S.1 B. Inggris 34 H. Suaidi, S.Si. Guru S.1 Matematika 35 Irwandi, M.Pd. Guru S.1 B. Inggris 36 Siti Nurlaili S.Pd. Guru S.1 B. Inggris
6. Keadaan Siswa
Dalam proses belajar mengajar, peserta didik menduduki peran
yang sangat penting karena peserta didik yang menjadi tolak ukur berhasil
tidaknya proses belajar mengajar. Oleh karena itu keadaan dan peran aktif
peserta didik sangat mutlak diperlukan dalam proses pembelajaran.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan, di lembaga MTs Al-
Raisiyah Sekarbela Mataram telah banyak menerima siswa untuk diajar
dan dididik agar menjadi anak-anak Indonesia yang mempunyai
58
kemampuan dan keterampilan, berbudi pekerti luhur dan berguna bagi
masyarakat.103
Dalam observasi ini menyangkut jumlah siswa yang ada di MTs.
Al-Raisiyah Sekarbela dalam proses belajar mengajar siswa menduduki
peranan yang sangat penting, karena siswa merupakan salah satu alat
untuk berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar.104
Mengenai keadaan siswa MTs Al-Raisiyah Sekarbela pada tahun
pelajaran 2017 adalah terhitung sebanyak 224 orang siswa.
Menggambarkan tentang keadaan siswa di MTs Al-Raisiyah Sekarbela
maka peneliti akan menjelaskan tentang jumlah siswa-siswi yang masih
aktif belajar di MTs Al-Raisiyah Sekarbela pada tahun pelajaran 2017.
Untuk lebih jelasnya keadaan siswa-siswi dapat dilihat pada table berikut
ini:
Tabel 3 Keadaan Siswa-Siswi MTs Al-Raisiyah Sekarbela Mataram Tahun Pelajaran 2016 /2017.105
No
Kelas
Jumlah kelas
Jenis kelamin Jumlah
Laki – laki Perempuan
1. VII 3 31 29 60
2. VIII 3 36 36 72
3. IX 4 33 59 92
Jumlah 100 124 224
103 Ibid. 104 Observasi, Peneliti di MTs Al-Raisiyah Sekarbela, Tanggal 15 Mei 2017. 105 Dokumentasi, di MTs Al-Raisiyah Sekarbela, Tanggal 14 Mei 2017.
59
Dari jumlah siswa-siswi tersebut pihak MTs Al-Raisiyah Sekarbela
menggunakan 10 ruang kelas dengan perincian kelas VII sebanyak 60
orang siswa terdapat dalam 3 kelas yaitu kelas VII-A sampai dengan kelas
VII-C kelas VIII sebanyak 72 orang siswa yang terbagi yaitu kelas VIII-A
sampai dengan kelas VIII-C kelas IX-A sebanyak 92 orang siswa yang
tersebar dalam 4 kelas yaitu kelas IX-A sampai dengan kelas IX-D.
1. Siswa-siswi masuk kelas mulai pukul 07.30 WITA, telat dari jam
tersebut akan didata dan jika mengulanginya pada hari selanjutnya
sebanyak 3x akan dikenakan sanksi oleh pihak sekolah.
2. Datang bersekolah dengan menggunakan sepatu, tidak diperbolehkan
menggunakan sandal atau lainnya.
3. Bagi siswa laki-laki diwajibkan memasukkan baju ke dalam dan
memakai peci.
4. Tidak diperkenakan menyemir atau mengecet rambut.
5. Memakai seragam yang telah ditentukan dan disesuaikan dengan hari
yang ditetapkan oleh pihak sekolah.
6. Keluar sebelum jam istirahat apalagi sampai bolos pada jam pelajaran.
7. Makan di dalam ruangan kelas dan tidak membuang sampah di
sembarang tempat.
8. Di larang keras coret-coret tembok, meja, kursi, dan pelitas sekolah
lainnya apalagi sampai merusak fasilitas sekolah.
60
9. Menjaga kebersihan lingkungan sekolah, WC/toillet dan kelas yang
menjadi tanggung jawab bersama.
10. Di larang membawa HP/Telpon seluler dan mengaktifkannya pada saat
kegiatan belajar mengajar berlangsung.106
8. Struktur Organisasi MTs Al-Raisiyah Sekarbela
Organisasi sekolah/madrasah merupakan tempat berkumpulnya
orang-orang untuk melakukan kerjasama guna mencapai tujuan tertentu
yang terdiri dari komponen-komponen tertentu.107
Sebagai suatu lembaga atau organisasi, maka struktur lembaga atau
organisasi tersebut harus ada sebagai pedoman atau gambaran dari
koordinasi dan terorganisasikanya pembagian tugas dan wewenang dalam
lembaga tersebut. Begitu pula dengan lembaga pendidikan di MTs Al-
Raisiyah Sekarbela telah disusun organisasi dengan baik karena hal ini
sangat diperlukan. Struktur lembaga pendidikan mutlak dibutuhkan guna
untuk mengaktifkan dan mengefisienkan kinerja serta pencapaian tujuan
pendidikan dan pengajaran yang telah ditetapkan.108 Untuk lebih jelasnya
struktur organisasi MTs Al-Raisiyah Sekarbela Mataram dapat dilihat
dalam bagan di bawah ini:
106 Ibid. 107 Ibid. 108 Ibid.
61
Gambar Struktur Organisasi MTs Al-Raisiyah Sekarbela109
109 Observasi, Peneliti di MTs Al-Raisiyah Sekarbela, Tanggal 15 Mei 2017.
Komite Madrasah
TauhidRifai, S.Ag
Kepala Tata Usaha
Irfan, S.Pd.I
Wk. SaranaPrasarana
Hj. Sabriah, S.Pd.I
Wk. Humas
FaridatulAin, SE
Wk. Kurikulum
Zulkifli, M.H.I
Wk. Kesiswaan
Mastika, S.Si
KepalaPerpustakaan
Raudah, S.Ag
Kepala Lab Bahasa
Fathoni, M.Pd
Kepala Lab IPA
Sri WardiahWartapane, S.Pt
GURU
SISWA
KEAPALA MADRASAH
Drs. H. Zainul Islam, MM
62
B. Kemampuan Pengucapan Mufradat Bahasa Arab Siswa Kelas VII MTs
Al-Raisiyah Sekarbela Mataram
Kemampuan pengucapan mufradat bahasa Arab sangat diperlukan
untuk kelangsungan para siswa dalam pembelajaran bahasa Arab.
Kemampuan yang dimiliki masing-masing siswa pasti memiliki kemampuan
yang berbeda, maka dari itu guru MTs Al-Raisiyah Sekarbela memiliki cara
atau metode untuk mengapresiasikan materi yang akan diajarkan untuk para
siswa dalam kemampuan pengucapan mufradat bahasa Arab terkait dengan
metode yang digunakan adalah metode sam’iyah wa syafawiyah
(mendengarkan dan mengucapkan).
Berikut peneliti paparkan hasil wawancara dan hasil observasi
(pengamatan) peneliti terhadap responden:
1. Deskripsi hasil wawancara dengan guru bahasa Arab
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru bidang studi
bahasa Arab MTs Al-Raisiyah Sekarbela dilakukan pada selasa, 16 Mei
2017, pukul 09.30-10.00 WITA. Dengan bapak Zulkifli, S.Pd,M.H.I
selaku guru bidang studi bahasa Arab mengatakan bahwa saya
menggunakan metode sam’iyah syafawiyah (Audio Lingual) dalam
mengajarkan bahasa Arab terkait dengan kemampuan pengucapan
mufradat dengan tujuan agar siswa mampu mengucapkan mufradat yang
sesuai dengan makhrijul hurufnya yang benar sehingga siswa terampil
berbicara bahasa Arab akan tetapi dalam pembelajaran bahasa Arab
terutama pengucapan mufradat siswa kelas VII MTs Al-Raisiyah
63
Sekarbela sebagaimana yang diungkapkan oleh guru bidang studi bahasa
Arab MTs Al-Raisiyah Sekarbela bahwa “memang mengajar siswa kelas
VII MTs Al-Raisiyah Sekarbela bahasa Arab butuh kesabaran, perlu
dikontrol satu-persatu dan dibimbing ketika proses belajar mengajar
berlangsung”. Terkait kemampuan pengucapan mufradat yang sesuai
dengan makhrijul ashwatnya dalam berbicara sebagian siswa mampu
mengucapkan mufradat bahasa Arab dengan baik dan ada pula yang
kurang bisa dalam mengucapkan mufradat bahasa Arab karena setiap
siswa memiliki kemampuan yang berbeda.110
Menurut guru bidang studi bahasa Arab mengatakan bahwa:
“latihan pengucapan bunyi dilakukan agar siswa dapat menguasai pengucapan bunyi bahasa Arab secara fasih, baik huruf maupun kata atau kalimat. Kemudian saya mencontohkan bagaimana pengucapan yang benar lalu saya meminta siswa untuk menirukan kembali dengan suara keras secara berulang-ulang sehingga siswa mampu mengucapkan dengan baik. Adapun kemampuan siswa MTs Al-Raisiyah Seakarbela Mataram tahun pelajaran 2016/2017 dalam mengucapkan atau melafalkan huruf Arab itu saya rasa sudah cukup bagus, walaupun ada beberapa siswa yang kurang bisa melafalkan huruf Arab”.111
Wawancara dengan guru bahasa Arab juga mengatakan untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam pengucapan mufradat, maka dari itu
sebelum saya mulai mengajar bahasa Arab terlebih dahulu saya telah
menyiapkan materi yang akan diajarkan, metode apa yang digunakan dan
media apa yang sesuai dengan materi, persiapan ini tertuang dalam wujud
110 Zulkifli, Guru Mata Pelajaran Bahasa Arab, Wawancara, Tanggal 16 Mei 2017. 111 Ibid.
64
pelaksanaan pembelajaran sehingga metode yang cocok digunakan dalam
pembelajaran mufradat ini yaitu metode sam’iyah syafawiyah.112
Metode sam’iyah syafawiyah yang diterapkan oleh guru dalam
pengajaran bahasa Arab sangat membantu siswa, karena dengan begitu
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengucapkan mufradat
bahasa Arab sesuai dengan bunyi pelafalan yang tepat.
Menurut pernyatan guru bidang studi bahasa Arab bahwa
kemampuan pengucapan mufradat bahasa Arab siswa kelas VII MTs Al-
Raisiyah Sekarbela dalam mengucapkan mufradat bahasa Arab yang
bersifat sederhana yaitu mufradat yang pernah mereka pelajari berkaitan
dengan sekolah, kata kerja sehari-hari, dan alat sekolah saya rasa sudah
bagus.113 Hampir semuanya bisa mengucapkan dengan intonasi yang fasih
akan tetapi mereka jarang untuk mempraktekkannya, sehingga membuat
mereka sulit untuk mengucapkan mufradat bahasa Arab disisi lain secara
standar siswa-siswi kelas VII sudah memenuhi standar sesuai dengan
tingkatannya. Di samping itu beberapa dari mereka juga sudah ada yang
bisa membaca kitab kuning pada kitab yang tinggi, hanya saja minat atau
kemauannya untuk belajar dan terus mempraktekkannya sangat kurang
dari segi pengucapan.114
Selain itu untuk mengetahui kemampuan pengucapan siswa kelas
VII guru bahasa menggunakan metode sam’iyah syafawiyah yaitu secara
langsung guru bahasa mencontohkan bunyi mufradat yang terdapat dalam
112 Ibid. 113 Ibid. 114 Ibid.
65
buku pelajaran bahasa Arab kemudian menyuruh siswa untuk menirukan
kembali apa yang telah dicontohkan oleh guru bahasa Arab, setelah siswa
mendengarkan secara seksama siswa langsung mengucapkannya,
kemudian diberikan latihan-latihan yang terdapat dalam pelajaran istima‟
karena dalam pembelajaran istma‟ terdapat mufradat bahasa Arab yang
dimana guru bahasa Arab menyuruh siswa untuk menterjemahkan
mufradat bahasa Indonesia ke dalam bahasa Arab begitupun sebaliknya
mufradat bahasa Arab diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia akan
tetapi upaya yang dilakukan oleh guru bahasa Arab masih belum maksimal
dikarenakan sulit mengetahui kemampuan pengucapannya untuk
berkomunikasi menggunakan bahasa Arab di luar daripada ruang kelas
dan guru bidang studi bahasa Arab pun belum menerapkannya. Lain
halnya dengan kemampuan siswa dalam memahami teks bahasa Arab
mereka lebih mudah untuk memahami teks dibanding untuk
mengucapkannya karena mereka masih merasa kesulitan dalam
mengucapkannya.
2. Deskripsi hasil wawancara siswa
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan beberapa orang
siswa kelas VII MTs Al-Raisiyah Sekarbela dilakukan pada Minggu, 14
Mei 2017, pukul 10.10-10.40 WITA. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Baiq Prahasti Eka Waryani mengatakan bahwa sebelum pembelajaran
mufradat dimulai oleh guru bahasa Arab kami selalu dilatih melafalkan
huruf-huruf Arab. Setelah itu kami diminta untuk mengikutinya dengan
66
suara keras secara berulang-ulang, akan tetapi dalam pembelajaran
mufradat sedikit kesulitan dikarenakan banyak mufradat yang
pengucapannya hampir mirip dan kesulitan untuk membedakannya.
Di samping itu guru bahasa Arab selalu mengontrol ketika proses
pembelajaran mufradat apabila ada kesalahan dari segi pengucapan atau
pelafalan yang tidak sesuai dengan ketentuan makhrijul hurufnya, selain
itu kita juga dituntut untuk menggunakan bahasa Arab ketika meminta izin
untuk keluar dari ruangan.115
Menurut Aktaf Tazani mengatakan bahwa pembelajaran mufradat
sangat menarik untuk dipelajari akan tetapi kemauan untuk menghafalnya
yang kurang padahal guru bahasa Arab selalu menuntut untuk menghafal
mufradat yang sudah dipelajari untuk melatih kemampuan pengucapannya
sehingga keterampilan dalam berbicara dapat tercapai.116
Walaupun terkadang dalam masalah tugas tidak semuanya dari
kami mengerjakannya karena tidak adanya kesadaran dari diri kami sendiri
untuk mengerjakannya. Sehingga kemampuan terhadap pengucapan
ataupun penguasaan terhadap mufradat tidak mengalami peningkatan.117
Adapun cara guru bahasa Arab untuk meningkatkan kemampuan
pengucapan mufradat bahasa Arab yaitu dengan menyuruh siswa-siswinya
115 Baiq Prahasti Eka Waryani, Siswi Kelas VII MTs Al-Raisiyah Sekarbela, Wawancara,
Tanggal 16 Mei 2017. 116 Aktaf Tazani, Siswa Kelas VII MTs Al-Raisiyah Sekarbela, Wawancara, Tanggal 16
Mei 2017. 117 Laili Fadliana, Siswi Kelas VII MTs Al-Raisiyah Sekarbela, Wawancara, Tanggal 16
Mei 2017.
67
secara bergantian untuk mengucapkan mufradat yang telah ucapkan dan
diperdengarkannya.118
Melani mengatakan ketika kami diajarkan oleh guru bahasa Arab
kadang-kadang kami selalu membuat suasana kelas menjadi tidak kondusif
akan tetapi guru bahasa selalu sabar untuk menghadapi sikap kami yang
sangat nakal dan guru bahasa Arab sendiri tidak pernah memberikan
hukuman yang sangat berat kepada kami hanya saja teguran ringan yang
membuat hati kami tersentuh sehingga menyadari kesalahan yang kami
lakukan.119
Pernyataan yang diungkapkan oleh beberapa siswa-siswi di atas
dapat diperkuat oleh pernyataan lain diantaranya yaitu:
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Huaidi Munjid salah seorang
siswa MTs Al-Raisiyah Sekarbela bahwa:
“kami senang mengikuti pelajaran bahasa Arab karena guru bahasa Arab selalu mengucapkan dan menuliskan di papan tulis huruf-huruf yang bunyinya hampir sama pengucapannya dan guru memberikan contoh pengucapan kemudian kami diminta untuk mengulang kembali secara bersamaan dan kadang juga diminta satu persatu dengan suara yang keras, hal ini membuat kami bisa membedakan pengucapan huruf hijaiyyah yang hampir sama pengucapannya dan mampu mengucapkan mufradat bahasa Arab”.120 Senada dengan yang diungkapkan oleh Zahratul Aini salah seorang
siswi MTs Al-Raisiyah Sekarbela bahwa “sekarang kami sudah cukup bisa
118 Aktaf Tazani, Siswa Kelas VII MTs Al-Raisiyah Sekarbela, Wawancara, Tanggal 16
Mei 2017. 119 Melani, Siswi Kelas VII MTs Al-Raisiyah Sekarbela, Wawancara, Tanggal 16 Mei
2017. 120 Huaidi Munjid, Siswa Kelas VII MTs Al-Raisiyah Sekarbela, Wawancara, Tanggal 16
Mei 2017.
68
mengucapkan mufradat dengan baik dikarenakan guru selalu mengajarkan
kami cara membedakan pengucapan huruf-huruf hijaiyyah yang hampir
sama bunyinya, dan Alhamdulillah sekarang kami tidak begitu kesulitan
dalam mengucapkan huruf-huruf Arab.121
Masih banyak lagi wawancara peneliti bersama siswa-siswi yang
lain yang harus disampaikan namun karena dilihat dari jawaban para siswa
ternyata jawaban mereka tidak jauh beda maka peneliti menuliskan hanya
enam sebagai perwakilan dari siswa lainnya alasanya karena diantara
teman-temannya yang lain hanya keenam siswa tersebut yang menjawab
pertanyaan dengan baik dan setelah melakukan observasi peneliti dapat
melihat kemampuan keenam siswa tersebut antara yang pintar dan kurang
pintar.
3. Deskripsi hasil observasi/pengamatan peneliti (Catatan Lapangan)
Untuk memperkuat pernyataan peneliti melakukan observasi pada
minggu,15 Mei 2017, pukul 08.30-09.20 WITA. Peneliti melakukan
pengamatan secara langsung pelaksanaan interaksi belajar-mengajar mata
pelajaran bahasa Arab di kelas. Hal ini dilakukan untuk memperoleh
kevalidan data. Data-data yang diperoleh sebelumnya, melalui pengamatan
awal peneliti, wawancara dan dokumentasi dicocokkan, dianalisis dan
disajikan kembali untuk diverifikasi (disimpulkan).
121 Zahratul Aini, Siswi Kelas VII MTs Al-Raisiyah Sekarbela, Wawancara, Tanggal 16
Mei 2017.
69
Berikut peneliti paparkan deskripsi catatan lapangan (field note)
yang berkaitan dengan interaksi pembelajaran bahasa Arab dan hambatan-
hambatan belajar siswa.
Berdasarkan hasil observasi peneliti mengamati bahwa kemampuan
pengucapan mufradat bahasa Arab siswa kelas VII sudah termasuk dalam
kategori cukup bagus walaupun masih ada beberapa dari mereka yang
kurang tepat dalam pengucapan huruf-huruf hijaiyyah karena peneliti
secara langsung menguji kemampuan siswa dengan menyuruh mereka
untuk mengucapkan beberapa mufradat yang terdapat dalam buku paket
bahasa Arab maupun yang tidak ada di dalam buku tersebut guna
mengetahui sejauh mana kemampuan pengucapan mereka untuk
mengucapkan mufradat bahasa Arab dengan fasih.122
Selain itu peneliti mengamati secara seksama ketika proses
pembelajaran bahasa Arab di dalam kelas berlangsung, tampak sekali
banyak siswa yang kurang antusias dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar bahasa Arab. Sebagian siswa masih kelihatan berbicara sendiri-
sendiri, mendiskusikan sesuatu di luar materi pelajaran dengan teman-
teman di samping kiri-kanannya. Sedangkan guru sibuk sendiri
menjelaskan di depan kelas, hanya sebagian siswa yang fokus
mendengarkan penjelasan guru.123
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada saat proses
pembelajaran bahasa Arab berlangsung terkait dengan mufradat. Guru
122 Observasi, Peneliti di MTs Al-Raisiyah Sekarbela, Tanggal 15 Mei 2017. 123 Ibid.
70
mengucapkan huruf-huruf hijaiyyah yang hampir sama pengucapannya,
mengucapkan dan menuliskan beberapa mufradat bahasa Arab.
Untuk mengetahui kemampuan pengucapan mufradat bahasa Arab
siswa kelas VII. Guru bahasa Arab meminta siswa-siswinya secara
bergantian untuk mengucapkan mufradat yang telah diucapkan dan
diperdengarkan oleh guru, dari beberapa mufradat tersebut dapat
digunakan untuk menilai sejauh mana kemampuan pengucapan mufradat
siswa kelas VII.124
Adapun materi yang diajarkan oleh gurunya yaitu materi mengenai
mufradat tentang kata kerja sehari-hari diantaranya yaitu:
خ اا . ااف . ١ ط
. ل . ج ع ى اا ع اا
ب اا . غ اا . ك
ع م . ق اا .
. آك اا .
ب اا . خ . ع اا
ااا ع ى اا ف
ب - ع) . اك) - اا غ اا
خ) م . خ) - - ل اا اا
ب- ع ) . اا ل)آك - ك
اا ا )ل - ب- ل) .
ب)مح . اا ى غ ا ك ) أك - -
124 Kementerian Agama Republik Indonesia, Bahasa Arab (Jakarta: Kementerian Agama,
2014), h. 114.
71
Dilihat dari langkah-langkah kegiatan pembelajaran mufradat di
atas bahwa metode yang digunakan guru bahasa Arab MTs Al-Raisiyah
Sekarbela Mataram dalam mengajar bahasa Arab sangat membantu siswa
dalam meningkatkan kemampuan pengucapan huruf-huruf hijaiyyah dan
mufradat bahasa Arab begitu juga dengan kemampuan berbicara bahasa
Arab. Dan untuk terlaksananya/tercapainya kemampuan berbicara bahasa
Arab guru MTs Al-Raisiyah Sekarbela perlu memperhatikan hal seperti
memberikan beberapa mufradat baru untuk diungkapkan, mufradat ini
harus dikuasai oleh siswa dalam materi percakapan dan huruf-huruf yang
terdapat dalam materi, dan belajar mufradat bahasa Arab di MTs Al-
Raisiyah Sekarbela bertujuan agar siswa bisa berbicara bahasa Arab secara
fasih yang sesuai dengan makhrijul huruf ashwat Arabiyah sehingga akan
terbiasa untuk mengucapkan beberapa mufradat yang telah dipelajarinya.
Karena apabila siswa sudah mampu mengucapkan/melafalkan huruf-huruf
hijaiyyah dan menguasai mufradat bahasa Arab dengan baik maka secara
tidak langsung siswa pun mampu berbicara bahasa Arab dengan baik
sehingga nantinya akan tercipta lingkungan yang berbahasa Arab.125
Untuk mengetahui kemampuan siswa juga dapat dilihat dari hasil
test yang telah dipelajari oleh siswa kelas VII mengenai beberapa mufradat
tentang peralatan sekolah dan kata benda mudzakkar dan mu’annats
diantaranya yaitu:
125 Ibid., h.116.
72
a. Peralatan sekolah ا ا -
Buku ك ب Pulpen ق م Pensil م Kitab مل م Lampu م ح
ه - Tas ح Penggaris م Papan tulis Peta خ Buku tulis ا ك
b. Mufradat kata benda mudzakkar dan mu‟annats126 Arti مؤ ث Arti ك م
Siswa (pr) ط ا Siswa (lk) ط اب Guru (pr) م Guru (lk) م Pengawas sekolah (pr)
Pengawas اا sekolah (lk)
اا
Pegawai (pr) ف م Pegawai (lk) م Penjual (pr) ئل Penjual (lk) ئ Pembantu م خ Pembantu (lk) خ Kepala Perpustakaan (pr)
Kepala م اا perpustakaan (lk)
ب م اا
Pernyataan ini diperkuat dengan hasil observasi peneliti kepada
siswa kelas VII MTs Al-Raisiyah Sekarbela Mataram tahun pelajaran
2016/2017, ketika diminta oleh peneliti untuk mengucapkan/melafalkan
huruf-huruf hijaiyyah yang hampir sama pengucapannya dan penelitipun
membuatnya ke dalam bentuk jumlah seperti :
Huruf-huruf da ( ) dengan dad ( ) dan ( ) za dan ( ) zha, ( ) sya
dengan ( ) sa, (ك) kha dengan (ا) qa dan antara huruf alif (ا) dengan ain
( ) sebagai berikut:
126 Ibid., h.117.
73
Antara huruf Alif „ain (ا) dengan huruf ( ) pada pengucapan yang berbunyi:
ل اا ح ام : اامث اج ى ى ع اى ااث ع اا
Antara huruf zha ( ) dengan huruf za ( ) pada pengucapan yang berbunyi:
ظ ااح ئط ا : اامث ا ى ا ا م خ
Antara huruf dha ( ) dengan huruf da ( ) pada pengucapan yang berbunyi:
ثم ب ااى اا ا ا ااث ب : اامث ج اا ب ااى م ل اا
Antara huruf sa ( ) dengan huruf sya ( ) pengucapan yang berbunyi:
كب : اامث اى اا لاا ا ح ا اا
Antara huruf kha (ك) dengan huruf qa (ا) pada pengucapan yang berbunyi:
اا ا ب ااى اا ك : اامث م ى 127. م اا ق ب
Dari data di atas dapat diketahui bahwa siswa kelas VII MTs Al-
Raisiyah Sekarbela mampu mengucapkan huruf-huruf Arab dengan baik
dan benar ketika dilafalkan.
C. Keadaan Lingkungan Belajar Bahasa Arab Siswa Kelas VII MTs Al-
Raisiyah Sekarbela Mataram
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi bahwa lingkungan
(internal) sangat berpengaruh terhadap kelangsungan proses pembelajaran
khususnya dalam pembelajaran bahasa Arab. Keadaan lingkungan belajar di
MTs Al-Raisiyah Sekarbela belum begitu memadai dikarenakan belum
menunjukkan bi’ah Arabiyah terutama dari segi lingkungan, untuk
127 Ibid., h.16.
74
menciptakan lingkungan yang berbahasa Arab seharusnya guru-guru maupun
pihak yang lain sepenuhnya untuk mendukung hal tersebut walaupun tidak
diwajibkan tetapi dianjurkan untuk menggunakan bahasa Arab akan tetapi
mereka tetap saja menggunakan bahasa Indonesia walaupun mereka paham
terhadap bahasa Arab, selain paham hampir semua guru-guru bisa membaca
kitab terutama guru-guru agama yang mengajar diniyah akan tetapi untuk
mengucapkannya dan mempraktekkan dalam berbicara itu yang sulit
diterapkan.128
Selain dari pihak guru, faktor lain juga tidak mendukung yaitu dari
siswa-siswi itu sendiri yang kesehariannya hanya menggunakan bahasa
Indonesia dan pembelajaran bahasa Arab itupun hanya sekedar untuk
dipelajari di dalam kelas saja tidak berkembang di luar kelas. Karena
kebanyakan mereka menggunakan bahasa daerahnya masing-masing yang
kebetulan siswa-siswinya banyak yang berasal dari sekarbela sehingga bahasa
yang gunakan yaitu bahasa sasak. Jadi kemampuan pengucapanya tidak dapat
berkembang karena tidak dibiasakan untuk mengucapkan kata/kalimat
Arab.129
Selain itu untuk menciptakan lingkungan belajar bahasa Arab yang
efektif seharusnya selalu dipraktekkan baik itu dilingkungan formal dan
lingkungan non formal contohnya dilingkungan formal yaitu dengan
menggunakan bahasa Arab di dalam kelas maupun di luar kelas, cara lain juga
bisa diterapkan seperti halnya menempelkan mufradat/kosakata di setiap
128 Ibid. 129 Ibid.
75
tempat maupun sudut yang ada di lingkungan sekolah akan tetapi hal tersebut
belum diterapkan hanya sekedar untuk dihafal saja.130 Lain halnya dengan
pembelajaran mufradat secara tidak langsung juga dapat dipengaruhi oleh
lingkungan yang dimana lingkungan memiliki peranan yang penting bagi
kelangsungan pembelajaran mufradat, untuk meningkatkan kemampuan
pengucapan mufradat lingkungan harus mendukung yaitu dengan cara sering
mengucapkan mufradat dan menghafalnya bukan hanya sekedar untuk dihafal
akan tetapi mengaplikasikan dalam kesehariannya dengan berbicara
menggunakan bahasa Arab.131
Selain lingkungan internal, lingkungan eksternal juga dapat
mempengaruhi pembelajaran bahasa Arab terutama di lingkungan masyarakat
karena di lingkungan masyarakat rata-rata ada pengajian bahkan di masjid-
masjid jadi anak-anak yang sering mengaji karena lingkungannya banyak
orang yang mengaji bahkan banyak yang tidak sekolah tapi paham terhadap
bahasa Arab karena seringnya membaca Al-Qur‟an termaksud tuan guru
banyak yang tidak sekolah tapi paham terhadap bahasa Arab hanya saja untuk
mengucapkannya yang kesulitan. Disisi lain anak-anak juga sudah banyak
yang bisa baca kitab terutama siswa siswi di MTs Al-Raisiyah khususnya dari
sekarbela di samping itu juga kami sudah menjadwalkan guru-guru di MTs
Al-Raisiyah Sekarbela sebagai guru ngaji untuk setiap siswa perkelompok 10
orang.132 Dengan begitu dari segi lingkungan banyak mufradat yang mereka
ketahui dan didapatkan terutama mufradat yang berkaitan dengan kitab-kitab
130 Ibid. 131 Ibid. 132 Ibid.
76
fikih, nahwu, sharaf tetapi untuk yang berkaitan dengan percakapan sehari-
hari mereka hanya mendapatkan di sekolah karena di lingkungan masyarakat
hanya beberapa yang membahas mufradat untuk keseharian dan yang
diutamakan itu ialah belajar kitabnya daripada belajar mufradat walaupun
mereka belum memahami istilah dari mufradat tersebut tetapi mereka sudah
bisa membacanya.
D. Analisis Faktor-Faktor Kesulitan/Kendala yang dihadapi Dalam
Pengucapan Mufradat Bahasa Arab Siswa Kelas VII MTs Al-Raisiyah
Sekarbela Mataram
Dalam proses kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari berbagai
kesulitan maupun kendala yang dihadapi. Demikian pula dengan proses
pembelajaran bahasa Arab terutama terkait dengan kemampuan pengucapan
mufradat bahasa Arab.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru bahasa Arab MTs
Al-Raisiyah Sekarbela Mataram mengatakan bahwa “ disamping siswa yang
mampu mengucapkan mufradat bahasa Arab dalam berbicara ada juga
beberapa siswa yang tidak bisa mengucapkan dengan baik karena biasanya
disebabkan siswa kurang mempraktekkannya”.133
Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti
terdapat beberapa kesulitan atau kendala yang dihadapi yaitu guru, siswa,
sarana prasarana dan lingkungan sekolah.
133 Ibid.
77
1. Kendala dari guru
Dalam pembelajaran bahasa Arab guru dituntut untuk lebih
memperhatikan makhrijul huruf hijaiyyah serta mufradat bahasa Arab
yang diucapkan supaya siswa mampu mengucapkan mufradat bahasa Arab
dengan baik dan benar.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh pak Zulkifli guru bahasa
Arab MTs Al-Raisiyah Sekarbela bahwa:
“Ada beberapa kendala yang saya hadapi ketika proses
pembelajaran bahasa Arab berlangsung khususnya pembelajaran mufradat
kurangnya siswa memperhatikan saat penyampaian materi, mereka lebih
senang bermain, dan alokasi waktu yang terbatas”.134
Selain itu yang jadi permasalahannya juga ialah kebanyakan dari
mereka lulusan dari SD (Sekolah Dasar) maka dari itu yang lebih aktif
terhadap pembelajaran bahasa Arab yaitu kebanyakan dari lulusan MI
(Madarasah Ibtidaiyah).
2. Kendala dari siswa
a. Siswa kurang mempraktekkannya sehingga berpengaruh terhadap
kelancaran dan kefasihan dalam menngucapkan mufradat ketika
berbicara bahasa Arab dengan baik.
b. Siswa merasa bahwa belajar bahasa Arab itu sulit sehingga membuat
mereka malas dalam mempelajarinya.
c. Kurangnya minat belajar dan motivasi.
134 Ibid.
78
Dari paparan peneliti di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
belajar bahasa Arab terutama kemampuan pengucapan mufradat bahasa
Arab dalam berbicara itu memang memiliki kendala-kendala tertentu,
dilihat dari beberapa kesulitan siswa di atas maka bisa kita lihat hal-hal
yang demikianlah yang membuat siswa kurang mendukung dalam
kemampuan pengucapan mufradat/kosakata bahasa Arab dalam berbicara
akan tetapi apabila guru bisa mengatasi dari kendala-kendala tersebut
menjadi sebuah keberhasilan yang membanggakan bagi seorang guru
bidang studi.
Wawancara dengan Eliyawati “saya kurang mempraktekkannya
dalam berbicara sehingga mempengaruhi pengucapan makhrijul hurufnya
menjadi kurang fasih dan merasa sedikit kesulitan untuk mengucapkan
mufradat”.135
Munurut Nadia Insani “ kurangnya minat saya belajar bahasa Arab
dikarenakan saya merasa belajar bahasa Arab itu sulit dan susah untuk
saya pahami”.136
Wawancara peneliti berikutnya bersama Dedi Kurniawan
menyatakan “saya kurang menghafal mufradat/kosakata yang diberikan
135 Eliyawati, Siswi Kelas VII MTs Al-Raisiyah Sekarbela, Wawancara, Tanggal 16 Mei
2017. 136 Nadia Insani, Siswi Kelas VII MTs Al-Raisiyah Sekarbela, Wawancara, Tanggal 16
Mei 2017.
79
oleh guru serta rasa ketidakpercayaan diri yang membuat saya takut untuk
mempraktekkan bunyi-bunyi dan ungkapan-ungkapan bahasa Arab.137
3. Kendala Dari Sarana Prasarana
Di samping faktor guru, siswa, sarana dan prsarana tidak kalah
pentingnya dalam menunjang kelancaran proses belajar mengajar, sebab
sarana merupakan wadah untuk berlangsungnya proses pembelajaran. Alat
peraga atau alat pembelajaran merupakan faktor penunjang dan pendukung
yang sangat penting.
Dengan sarana dan prasarana yang cukup, tetapi belum begitu
memadai dikarekana fasilitasnya yang masih kurang karena di sekolah
tersebut hanya memiliki satu LCD sehingga bagi guru-guru yang ingin
menggunakannya harus menunggu giliran untuk bisa menggunakan LCD.
Akan tetapi pihak sekolah sendiri akan berusaha memberikan pelayanan
yang maksimal kepada para siswa MTs Al-Raisiyah Sekarbela walaupun
masih terdapat kekurangan dari segi pemenuhan masalah sarana prasarana
guna menunjang kelancaran pembelajaran bahasa Arab.138
Hal ini sesuai dengan pernyataan kepala sekolah MTs Al-Raisiyah
Sekarbela bahwa dalam proses pembelajaran sudah tentu memerlukan
berbagai fasilitas, perlengkapan, alat dan bahan serta waktu yang cukup,
sedangkan sekolah kurang memadai sehingga apa yang kita harapkan
137 Dedi Kurniawan, Siswa Kelas VII MTs Al-Raisiyah Sekarbela, Wawancara, Tanggal
16 Mei 2017. 138 Observasi, Peneliti di MTs Al-Raisiyah Sekarbela, Tanggal 15 Mei 2017.
80
kurang maksimal, kami dari pihak sekolah mengusahakan agar fasilitas di
sekolah ini sesuai dengan apa yang diharapkan.139
4. Lingkungan
Di samping minat belajar dan sarana prasarana lingkungan juga
mendukung agar siswa bisa mengucapkan mufradat sesuai dengan
makhrijul hurufnya dan berbicara bahasa Arab. Apabila siswa tidak bisa
mengucapkan mufradat dengan ketepatan intonasi yang jelas tidak akan
tercapai keterampilan dalam berbicara. Selain itu siswa yang tidak bisa
berbicara bahasa Arab disebabkan karena lingkungan sekolah mereka
menggunakan bahasa daerah masing-masing, Bagaimanapun lingkungan
sangat berpengaruh bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan
pengucapan mufradat dalam keterampilan berbicara.
Dari beberapa hasil wawancara dan observasi yang peneliti
paparkan di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian siswa sudah mampu
mengucapkan mufradat bahasa Arab dengan baik dan adapula yang kurang
bisa dalam mengucapkan mufradat bahasa Arab yang sesuai dengan
makhrijul ashwatnya, di samping itu ditemukan juga beberapa kendala
yang menyebabkan kesulitan belajar bahasa Arab terkait dengan
kemampuan pengucapan mufradat bahasa Arab siswa kelas VII MTs Al-
Raisiyah Sekarbela yaitu kendala yang berasal dari siswa itu sendiri dan
juga berasal dari luar (internal dan eksternal) dari dalam diri siswa seperti:
tidak bisa membedakan pengucapan bunyi huruf dan pengucapan mufradat
139 Zainul, Kepala Sekolah MTs Al-Raisiyah Sekarbela, Wawancara, Tanggal 16 Mei
2017.
81
bahasa Arab, kurang mempraktekkannya dalam berbicara, merasa bahasa
Arab itu sulit dan kurangnya minat belajar bahasa Arab. Dari luar siswa
seperti sarana prasarana dan lingkungan.
82
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kemampuan Pengucapan Mufradat Bahasa Arab Siswa Kelas VII MTs
Al-Raisiyah Sekarbela Mataram
Pembelajaran bahasa Arab berkaitan dengan kemampuan pengucapan
mufradat yang sesuai dengan makhrijul aswhatnya ketika berbicara bahasa
Arab, guru MTs Al-Raisiyah Sekarbela menggunakan metode sam’iyah
syafawiyah dengan tujuan supaya siswa mampu mengucapkan mufradat
bahasa Arab dengan baik sehingga tercapai keterampilan dalam berbicara
menggunakan bahasa Arab karena apabila siswa sudah mampu mengucapkan
mufradat bahasa Arab dengan baik sehingga keterampilan berbicara pun akan
didapatkan oleh siswa.
Sebelum peneliti menjelaskan tentang cara-cara mengajarkan atau
memaparkan bahasa Arab terkait dengan kemampuan pengucapan mufradat
bahasa Arab dengan menggunakan metode sam’iyah syafawiyah terlebih
dahulu peneliti menguraikan hal yang ingin dicapai oleh guru bahasa Arab
MTs Al-Raisiyah Sekarbela dengan menggunakan metode sam’iyah
syafawiyah yaitu: agar siswa bisa membedakan bunyi huruf yang hampir sama
pengucapannya, siswa mampu mengucapkan mufradat bahasa Arab dengan
baik sehingga terampil dalam berbicara bahasa Arab. Dikarenakan
kemampuan berbicara didukung pula dengan kemampuan siswa dalam
mengucapkan bunyi-bunyi dan mufradat bahasa Arab dengan baik dan benar.
83
Proses pembelajaran merupakan hal yang paling utama dalam
menentukan keberhasilan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan dan juga
merupakan proses interaksi antara siswa dengan guru dan sumber belajar pada
suatu lingkugan.
Sebagaimana yang diketahui bahasa merupakan alat komunikasi yang
digunakan untuk berinteraksi dengan sesamanya dan digunakan untuk
mengeluarkan ide-ide yang ada di dalam pikiran baik diekspresikan melalui
ucapan atau tulisan. Setiap pembelajaran bahasa, tidak akan lepas oleh
pendekatan, metode, media maupun strategi yang digunakan agar tujuan dari
pembelajaran bahasa tersebut dapat tercapai secara cepat, efektif dan efisien
adapun metode yang digunakan oleh guru MTs Al-Raisiyah Sekarbela adalah
metode sam’iyah syafawiyah.140
Metode sam’iyah syafawiyah (Audio Lingual) ini mengandaikan
bahwa bahasa adalah apa yang didengar dan diucapkan. Sedangkan tulisan
hanyalah representasi dari ujaran. Dari asumsi ini dapat dikatakan bahwa
bahasa adalah ujaran. Pembelajaran bahasa harus dimulai dengan
mendengarkan bunyi-bunyi bahasa yang berbentuk kata dan kalimat.141 Jadi
pendidik meminta peserta didiknya menirukan pelafalan kata/kalimat untuk
dihafal, sebelum membaca dan menulis diajarkan. Asumsi lain dari metode ini
bahwa bahasa adalah kebiasaan. Suatu prilaku akan menjadi kebiasaan apabila
diulang berkali-kali. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Arab dengan
metode sam’iyah syafawiyah ini menuntut adanya kegiatan pembelajaran
140 Taufiqurrochman, Leksikologi, h.184. 141 Ahmad Fuad Efenddy, Metodologi, h. 46.
84
bahasa yang dilakukan dengan teknik pengulangan atau repetisi. Tujuan
pengajarannya adalah penguasaan terhadap empat keterampilan berbahasa
secara seimbang.142
Metode sam’iyah syafawiyah yaitu suatu cara menyajikan materi
pelajaran bahasa asing dimana guru yang mencontohkan terlebih dahulu untuk
mengucapkan beberapa kata atau kalimat kemudian siswa langsung
mengucapkan apa yang telah dicontohkan dan diperdengarkan oleh gurunya.
Kemudian jika ada suatu kata-kata yang sulit dimengerti anak didik, guru
dapat mengartikan dengan menggunakan alat peraga, mendemonstrasikan,
menggambarkan dan lain-lain.
Metode ini berpijak dari pemahaman, pengajaran bahasa asing/bahasa
Arab tidak sama halnya dengan mengajar ilmu pasti atau ilmu alam. Jika
mengajarkan ilmu pasti, siswa dituntut agar dapat menghafal rumus-rumus
tertentu, berpikir dan mengingat, dalam pengajaran bahasa, siswa atau anak
didik dilatih praktek langsung untuk mengucapkan kata-kata atau kalimat-
kalimat tertentu. Sekalipun kata-kata atau kalimat tersebut mula-mula masih
asing dan tidak dipahami anak didik, namun sedikit demi sedikit kata-kata dan
kalimat-kalimat itu akan dapat diucapkan dan dapat pula mengartikannya.143
Adapun ciri-ciri dari metode sam’iyah syafawiyah sebagai berikut:
1. Materi pelajaran pertama-tama diberikan kata demi kata, kemudian struktur kalimat.
2. Urutan penyajiannya yaitu menyimak dan berbicara baru kemudian membaca dan menulis.
142 Ahmad Fuad Efenddy, Metodologi, h. 47. 143 Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, h. 86.
85
3. Model kalimat bahasa asing diberikan dalam bentuk mufradat kemudian dijadikan sebuah percakapan untuk dihafalkan.
4. Kosakata dibatasi secara ketat dan selalu dihubungkan dengan konteks kalimat atau ungkapan, bukan sebagai kata-kata lepas yang berdiri sendiri.
5. Pengajaran sistem bunyi secara sistematis (berstruktur) agar dapat digunakan/dipraktekkan oleh pelajar, dengan teknik demonstrasi, peniruan, komparasi, kontras, dan lain-lain.
6. Pelajaran menulis merupakan representasi dari pelajaran berbicara, dalam arti pelajaran menulis terdiri dari pola kalimat dan kosakata yang sudah dipelajari secara lisan.
7. Penerjemahan dihindari, pemakaian bahasa ibu apabila sangat diperlukan untuk penjelasam, diperbolehkan secara terbatas.
8. Gramatika (dalam arti ilmu) tidak diajarkan pada tahap permulaan, apabila diperlukan pengajaran gramatika pada tahap tertentu hendaknya diajarkan secara induktif, dan secara bertahap dari yang mudah ke yang sukar.
9. Pemilihan materi ditekankan pada unit dan pola yang menunjukkan adanya perbedaan struktural antara bahasa asing yang diajarkan dan bahasa ibu pelajar. Demikian juga bentuk-bentuk kesalahan siswa sifatnya umum dan frekuensinya tinggi, untuk ini perlu analisis kontranstif dan analisis kesalahan.
10. Kemungkinan-kemungkinan terjadinya kesalahan siswa dalam memberikan response harus sungguh-sungguh dihindarkan.
11. Penggunaan bahan rekaman,laboratorium bahasa, dan visual aids sangat dipentingkan.144
Pada dasarnya dalam pembelajaran bahasa Arab terutama berkaitan
tentang mufradat bahasa Arab dalam berbicara yang ada dilembaga formal
maupun non-formal pada saat ini, sebagian besar sudah dilaksanakan dengan
baik, karena sudah banyak tenaga pengajar/guru yang aktif dan kreatif dalam
memilih metode, media pembelajaran mufradat, sehingga pembelajaran
mufradat tersebut menyenangkan dan mencapai tujuan yang diharapkan oleh
para guru bidang studi.
144 Ahmad Fuad Efenddy, Metodologi, h. 48.
86
Metode sam’iyah syafawiyah sangat membantu siswa dalam
pembelajaran bahasa Arab, sebab di kelas secara langsung diperdengarkan
kemudian diucapkan yaitu menggunakan bahasa pengantar dengan
menggunakan bahasa Arab. terciptanya lingkungan bahasa tersebut dapat
membiasakan siswa untuk mendengarkan dan mengucapkan mufradat bahasa
Arab.
Kosakata yang diberikan oleh guru dengan langsung menggunakan
bahasa Arab tanpa adanya bahasa anak didik, ini tujuannya membiasakan
siswa mendengarkan kosakata dengan bahasa Arab, kemudian untuk
menunjukkan arti dari mufradat/kosakata yang disebutkan tersebut, guru
menggunakan alat peraga atau benda yang berkaitan dengan mufradat yang
disebutkan sesuai materi.
Sehingga saat guru memperdengarkan kemudian mencontohkan
dengan mengucapkan kosakata dan menyebutkan dalam bahasa Arab guru
juga sambil memperlihatkan benda yang disebutkan tersebut, misalnya buku,
pulpen, dan sebagainya, saat disebutkan dalam bahasa Arab guru juga sambil
memperlihatkan benda tersebut. Secara tidak langsung metode tersebut
memberikan siswa pengetahuan tentang nama-nama benda dengan
menggunakan bahasa Arab tanpa adanya bahasa anak didik.
Metode sam’iyyah syafawiyyah adalah metode yang secara langsung
diperdengarkan kemudian langsung mengucapkannya apa yang telah
diperdengarkan itulah yang diterapkan oleh guru dalam penyampaian materi.
Sehingga membiasakan siswa untuk lebih aktif dalam pengucapan mufradat.
87
Penerapan pengajaran metode sam’iyah syafawiyah yang dilakukan
oleh guru bidang studi bahasa Arab MTs Al-Raisiyah Sekarbela telah berjalan
cukup baik, untuk itulah dalam pembelajaran bahasa Arab terutama terkait
tentang mufradat dalam berbicara guru bahasa Arab melakukan cara-cara
sebagai berikut:
1. Mengucapkan beberapa huruf hijaiyyah yang hampir sama penyebutannya
kemudian guru mencontohkan bagaimana pengucapan yang benar lalu
siswa diminta untuk menirukan kembali dengan suara keras secara
berulang-ulang sehingga siswa mampu mengucapkan dengan baik. Cara
ini perlu dilakukan oleh guru bahasa Arab MTs Al-Raisiyah Sekarbela
untuk mengukur kemampuan siswa dalam pengucapan bunyi-bunyi huruf,
dalam bukunya Syaiful Mustofa mengungkapkan:
“Diawal siswa belajar bahasa Arab, siswa akan sering dan terus berucap, berujar bahkan tidak jarang siswa berteriak-teriak untuk melafadzkan huruf, kata atau kalimat dalam bahasa Arab. Tujuan dari cara tersebut agar pengucapan bahasa Arab sesuai dengan aturan bahasa yang telah ditetapkan. Penguasaan terhadap unsur bunyi bahasa Arab tidak hanya terbatas kepada pengucapan dan pelafalan saja tetapi juga penguasaan terhadap intonasinya”.145
2. Mengucapkan mufradat yang berkaitan dengan kata kerja sehari-hari dan
alat-alat dalam sekolah untuk menemukan makna dari mufradat yang telah
diucapkan oleh guru melalui alat peraga : seperti penggaris, buku, papan
tulis, pulpen, bangku dan meja.
Aplikasi pengajaran mufradat di dalam kelas guru MTs Al-
Raisiyah Sekarbela menggunakan alat peraga, digunakannya alat peraga
145 Syaiful, Bahasa Arab Inovatif, h. 28.
88
dengan tujuan agar siswa terbiasa menggunakan bahasa Arab di dalam
kelas dan tidak merasa bosan ketika proses pengajaran berlangsung dalam
bukunya Ahmad Izzan menyatakan:
“Pada umumnya, alat peraga/media pengajaran berupa pengeras
suara, radio, tape/kaset, video dan alat-alat sejenisnya sangat membantu
mempercepat/memperlancar lidah/bacaan siswa. Di samping itu dengan
alat peraga, pengajaran menjadi menarik dan tidak membosankan”.146
Adapun indikator kemampuan menguasai mufradat dapat diketahui
dengan dua cara, baik secara lisan maupun tertulis yaitu secara lisan
apabila seorang siswa sudah mampu mengucapkan dengan fasih dan
intonasi yang jelas, mampu menjawab pertanyaan secara langsung
arti/makna dari suatu kata (mufradat) tersebut, sedangkan secara tertulis
yaitu mampu menterjemahkan langsung sebuah ungkapan dari bahasa
Indonesia ke bahasa Arab begitupun yang bahasa Arab diterjemahkan ke
bahasa Indonesia dengan kalimat yang berbeda.
Di dalam pembelajaran bahasa Arab dari dulu sampai sekarang
pembelajaran mufradat selalu yang pertama sebelum ke tahap
pembelajaran yang lain karena pembelajaran mufradat sangat penting
terhahap pemahaman bahasa Arab terutama untuk memahami teks, siswa-
siswi akan sulit untuk memahami teks kalau hanya berpatokan pada kaidah
tanpa adanya mufradat dengan kata lainnya kalau kaidah itu hanya rumus
tapi untuk memahami teks kita butuh kamus, salah satunya dengan
146 Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, h. 95.
89
mufradat itu, dengan menguasai mufradat yang sudah ada dibuku maka
siswa-siswi akan mudah memahami teks, begitupun dengan pembelajaran
istima‟, kalam, qira‟ah, dan kitabah sangat berpengaruh dan urgen
sehingga pembelajaran mufradat selalu yang pertama sebelum pelajaran
istima‟,kalam,qira‟ah dan kitabah jadi, pembelajaran mufradat harus lebih
diutamakan tanpa itu akan kesulitan semua materi maka dengan adanya
mufradat materi-materi yang lain akan lebih mudah.
Dari pemaparan di atas dapat dipahami bahwa pembelajaran
bahasa Arab di MTs Al-Raisiyah Sekarbela terutama terkait dengan
kemampuan pengucapan mufradat yang cukup baik walaupun ada
beberapa yang belum bisa mengucapkan mufradat dengan baik. Metode
sam’iyah syafawiyah yang digunakan oleh guru MTs Al-Raisiyah
Sekarbela di dalam proses belajar mengajar tersebut sangat mempengaruhi
dalam pengucapan mufradat bahasa Arab dalam berbicara bagi para siswa,
sebab dari penerapan metode tersebut siswa dapat terbiasa mendengarkan
dan mengucapkan mufradat yang sesuai dengan makhrijul ashwatnya
sehingga dapat tercapai kemampuan dalam berbicara bahasa Arab.
B. Keadaan Lingkungan Belajar Bahasa Arab Siswa Kelas VII MTs Al-
Raisiyah Sekarbela Mataram
Lingkungan belajar merupakan tempat bagi para pelajar untuk
menyesuaikan tingkah laku sehingga mereka dapat mencurahkan segala
aktivitasnya untuk bereksplorasi, bereksperimen, berkreasi, inovatif, dan
90
mengekspresikan diri untuk mendapatkan konsep dan informasi baru sebagai
wujud dari hasil belajar.147
Adapun tujuannya yaitu untuk menciptakan lingkungan yang mampu
memberikan kesempatan beraktivitas dan berkreasi pada peserta didik secara
leluasa.148
Keadaan lingkungan belajar yang kondusif sangatlah berpengaruh
terhadap kelangsungan proses pembelajaran terutama keadaan lingkungan
belajar bahasa Arab di MTs Al-Raisiyah Sekarbela yang belum menerapkan
lingkungan berbahasa Arab sehingga pembelajaran bahasa Arab hanya sebatas
pada saat proses pembelajaran di dalam kelas. Keadaan yang tidak
mendukung untuk menciptakan lingkungan berbahasa Arab sehingga
pengaplikasian terhadap bahasa Arab sangat kurang begitupun penguasaan
terhadap mufradat menjadi berkurang maka dari itu kemampuan pengucapan
mufradatnya pun menjadi sulit untuk diucapkan karena kurang
mempraktekkannya.
C. Analisis Faktor-Faktor Kesulitan/Kendala Yang Dihadapi Dalam
Pengucapan Mufradat Bahasa Arab Siswa Kelas VII MTs Al-Raisiyah
Sekarbela Mataram
Dalam proses pembelajaran tidak terlepas dari kesulitan/kendala-
kendala yang dihadapi, karena tidak semua kegiatan berjalan lancar melainkan
pasti ada kendalanya, begitu pula dalam pembelajaran bahasa Arab di MTs
Al-Raisiyah Sekarbela ini, tentu saja mempunyai kendala/kesulitan yang
147 Rita Mariyana, Dkk, Pengelolaan Lingkungan, h. 17. 148 Ibid., h. 22.
91
sering dijumpai dalam sebuah proes pembelajaran terutama kemampuan
pengucapan mufradat bahasa Arab, sebagaimana yang kita ketahui bahwa
siswa pada masa sekarang ini sedang berada pada masa perubahan dari masa
kanak-kanak menjadi remaja. Dimana pada masa ini sangat rentan terjadi
perubahan-perubahan dalam diri siswa, masih senang bermain.149
Di samping itu analisis yang di maksud di sini yaitu bagaimana cara
guru bidang studi mengetahui faktor kesulitan yang dihadapi oleh siswa-siswi
diantaranya yaitu dengan menyuruh siswa-siswinya untuk mengucapkan
kembali mufradat yang telah diperdengarkan kemudian mencontohkan
kembali apa yang telah diucapkan oleh gurunya.
Adapun kesulitan/kendala yang dihadapi yaitu:
1. Guru
Guru merupakan seseorang yang semua aktifitasnya menjadi pusat
perhatian siswa. Guru adalah sosok yang diindahkan dan dicontoh atau
ditiru. Guru adalah profesi dimana seseorang menanamkan nilai-nilai
kebajikan kepada manusia, membentuk karakter dan keperibadian
manusia.150 Dalam pembelajaran bahasa Arab guru dituntut memiliki
perhatian yang lebih besar terhadap peningkatan kemampuan pengucapan
mufradat bahasa Arab, menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa,
guru selalu memberikan yang terbaik kepada siswanya setiap kali proses
pembelajaran bahasa Arab di kelas. Adapun kesulitan/kendala-kendala
yang dihadapi guru bahasa Arab MTs Al-Raisiyah Sekarbela pada saat
149 Abdul Hamid, Mengukur Kemampuan, h. 30. 150 Daryanto, Belajar Mengajar, h. 183.
92
pembelajaran yaitu: alokasi yang terbatas sebelum selesai menyampaikan
atau menjelaskan kepada siswa.
2. Siswa
a. Kurangnya siswa untuk mempraktekkan apa yang telah dipelajari
sehingga berpengaruh terhadap kemampuan pengucapan bahasa
Arabnya.
b. Kurangnya minat belajar dan motivasi siswa
Minat dan motivasi siswa dalam belajar menjadi salah satu
bagian yang harus diperhatikan oleh guru bidang studi, karena minat
belajar siswa akan mempengaruhi dalam proses pembelajaran.
Motivasi dalam belajar sering menjadi kendala bagi siswa, karena
tidak semua siswa memiliki motivasi yang sama dalam hal belajar,
penyebab kendala tersebut bisa berasal dari dalam diri siswa yang
beranggapan bahwa belajar bahasa Arab itu sulit dan tidak
menyenangkan dan bisa juga berasal dari luar siswa seperti lingkungan
siswa itu sendiri.
3. Sarana prasarana dan lingkungan
Selain dari kendala guru, siswa, motivasi belajar, kendala sarana
prasarana dan lingkungan pun menjadi penghambat lancarnya
pembelajaran bahasa Arab di MTs Al-Raisiyah Sekarbela, kendala-
kendala tersebut yaitu faktor lingkungan kelas pada saat pembelajaran
terkadang ada sebagian siswa yang tidak memperhatikan ketika
93
penyampaian materi sehingga yang lain ikut terpengaruh dan kurangnya
sarana prasarana yang dimiliki oleh MTs Al-Raisiyah Sekarbela.151
Sarana prasarana di sekolah Al-Raisiyah Sekarbela masih kurang
memadai, oleh karena itu pihak sekolah mengusahakan untuk terus
melengkapi sarana dan prasarana yang masih kurang, karena dengan
sarana prsarana yang cukup, proses pembelajaran bahasa Arab dapat
tercapai. Dengan sarana prasarana yang cukup, pihak sekolah akan
memberikan pelayanan yang maksimal bagi para siswa.
151 Rina Mariyana, Dkk, Pengelolaan Lingkungan, h. 51.
94
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan data dan pembahasan yang telah peneliti
lakukan sebelumnya, maka peneliti dapat menarik kesimpulan dari penelitian
ini sebagai berikut:
1. Kemampuan pengucapan mufradat bahasa Arab siswa kelas VII MTs Al-
Raisiyah Sekarbela Mataram tahun pelajaran 2016/2017 rata-rata sudah
cukup bagus walaupun masih ada diantaranya yang masih kurang dalam
pengucapannya makhrijul ashwatnya, ada beberapa cara yang dilakukan
dalam pengajaran mufradat yaitu mengucapkan huruf-huruf hijaiyyah
yang hampir sama pengucapannya, mengucapkan dan menuliskan
beberapa mufradat yang berkaitan dengan kata kerja sehari-hari dan alat-
alat dalam sekolah, menggunakan alat peraga, gambar dan menggunakan
metode sam’iyah syafawiyah yang sesuai dengan pengajaran mufradat
bahasa Arab.
2. Keadaan lingkungan belajar bahasa Arab siswa kelas VII MTs Al-
Raisiyah Sekarbela Mataram belum begitu memadai dari segi fasilitasnya
karena masing banyak kekurangan begitupun pengembangan bahasa
Arabnya terhadap lingkungan belum diterapkan sehingga pembelajaran
bahasa Arab hanya sebatas pada saat proses pembelajaran di dalam kelas.
3. Analisis faktor-faktor kesulitan/kendala-kendala yang dihadapi yaitu
dengan cara mempraktekkannya dengan mengucapkan beberapa mufradat
95
yang telah diajarkan, selain itu kendala yang dihadapi berasal dari dua sisi
yaitu berasal dari internal dan eksternal, internal berasal dari siswa yang
kurang mempraktekkan pengucapannya dan mengaplikasikannya dalam
berbicara bahasa Arab, tidak adanya minat dan motivasi dalam belajar
serta merasa bahwa bahasa Arab sulit dan susah. Eksternal yaitu dari segi
sarana prasarana dan lingkungan.
B. Saran-saran
Mengingat akan pentingnya belajar bahasa Arab yang merupakan
alat komunikasi yang digunakan untuk berinteraksi dengan sesama dan
digunakan untuk mengeluarkan ide-ide baik melalui ucapan atau tulisan.
Dengan hal ini penulis mengharapkan beberapa hal yang berhubungan
dengan masalah tersebut di atas dengan saran-saran sebagai berikut:
1. Pembelajaran bahasa Arab di MTs Al-Raisiyah Sekarbela Mataram
secara umum dan guru mata pelajaran bahasa Arab MTs Al-Raisiyah
Sekarbela Mataram secara khususnya telah dilaksanakan agar
ditingkatkan sehingga mencapai suatu pembelajaran yang efektif dan
efisien.
2. Sebelum mengajarkan bunyi, sebaiknya guru terlebih dahulu
mengetahui dengan persis bunyi-bunyi yang dapat menyulitkan siswa,
dan lebih memperlihatkan pengucapan siswa dan prakteknya lebih
ditingkatkan lagi kemudian mengaplikasikannya dalam berbicara
bahasa Arab.
96
3. Seorang guru harus menguasai dengan tepat metode yang efektif dan
efisien, mampu menciptakan suasana yang kondusif dan tertib,
menggunakan metode yang menyenangkan dalam pembelajaran bunyi
dan mufradat, lebih memperhatikan pengucapan makhrijul hurufnya
dalam mengucapkan mufradat untuk melanjutkan ke tahap
pembelajaran berikutnya.
97
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hamid. Mengukur Kemampuan Bahasa Arab. Malang: UIN Maliki Press, 2010.
Acep Hermawan. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011. Ahmad Fuad Effendy. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang: Misykat,
2003. Ahmad Izzan. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: Humaniora,
2009. Azhar Arsyad. Bahasa Arab & Metode Pengajarannya. Pustaka Pelajar: 2004. Beni Ahmad, Saebani. Metode Penelitian. Bandung: Pustaka Setia, 2009. Daryanto. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Apollo, 1998. Daryanto. Belajar Mengajar. Bandung: Yrama Widya, 2010. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT
Liebe Book Press, 2011. Mushaf Aisyah. Al-Qur’an dan Terjemah. Jakarta: Pustaka, Al-Fatih, 2009. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007. Muhammad Nasir. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1995. Nana Syaodih Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012. Nasikin, Sri Yuliana. El-Tsaqafah Jurnal Jurusan Bahasa Arab. Mataram:
Fakultas Tarbiyah IAIN Mataram, 2010. Oemar Hamalik. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001. Rita Mariyana, Dkk. Pengelolaan Lingkungan Belajar. Jakarta: Kencana, 2010. Suardi Notosudrijo. Kosakata Istilah Linguistika. Yogyakarta: Kanisius, 1991. Samsul Nizar. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana, 2011. Syaiful Mustofa. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif. Malang: UIN
2006. Suharsimi Arikunto. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993. Sigiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitattif.
Bandung: Alfabeta, 2010. Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif. Bandung: Alfabeta, 2011. Taufiqurrochman. Leksikologi Bahasa Arab. Yogyakarta: UIN Malang Press,
2008. Tim Penyusun.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang SISDIKNAS & Peraturan Pemerintah R.I Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Serta Wajib Belajar, Bandung: Citra Umabara, 2010.
Zulhannan. Teknik Pembelajaran Bahasa Arab Interaktif. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014.
1
PEDOMAN WAWANCARA
Analisis Kemampuan Pengucapan Mufradat Bahasa Arab Siswa Kelas VII
MTs Al-Raisiyah Sekarbela Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017.
No Sasaran Daftar pertanyaan 1. Kepala Sekolah MTs
Al-Raisiyah Sekarbela Mataram
1. Bagaimanakah sejarah singkat mengenai MTs Al-Raisiyah Sekarbela Mataram.
2. Apakah di sekolah menerapkan peraturan yang ketat ?
2. Guru bahasa Arab MTs Al-Raisiyah Sekarbela Mataram
1. Bagaimanakah kemampuan siswa dalam pengucapan mufradat bahasa Arab?
2. Bagaimanakah keadaan lingkungan belajar bahasa Arab?
3. Analisis yang seperti apa yang dilakukan oleh bapak/ibu untuk mengetahui kemampuan pengucapan kosakata siswa kelas VII?
4. Apasaja kendala-kendala yang dihadapi dalam mengajarkan mufradat bahasa Arab?
5. Apakah dalam pembelajaran bahasa Arab ditekankan untuk menghafal mufradat (kosakata)?
6. Bagaimanakah proses pembelajaran bahasa Arab di kelas?
7. Apasaja urgensi pembelajaran mufradat (kosakata) bahasa Arab?
8. Apasaja indikator kemampuan menguasai mufradat (kosakata) siswa kelas VII?
9. Apakah bapak/ibu mengontrol siswa yang berbicara menggunakan bahasa Arab dalam kesehariannya?
10. Apakah kepribadian siswa, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan teman sebaya dapat mempengaruhi kemampuan untuk menguasai kosakata bahasa Arab?
11. Metode apa yang digunakan oleh guru bahasa Arab dalam mengajarkan bahasa Arab terkait dengan mufradat?
12. Apakah lingkungan belajar dapat mempengaruhi kemampuan dalam pembelajaran mufradat (kosakata).
3.
Siswa MTs Al-Raisiyah Sekarbela Mataram
1. Bagaimanakah pendapat anda terhadap pembelajaran mufradat bahasa Arab?
2. Huruf-huruf apa saja yang sulit diucapkan dalam pembelajaran mufradat bahasa Arab?
3. Apakah guru bahasa Arab mengajarkan
mufradat sesuai dengan makhrijul hurufnya? 4. Apakah ketika anda belajar bahasa Arab
selalu ditekankan untuk menghafal mufradat dan mengaplikasikannya di lingkungan sekolah?
5. Apakah anda selalu mengerjakan latihan dan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru bahasa Arab?
6. Apakah anda pernah diberikan hukuman oleh guru bahasa Arab ketika tidak mengerjakan tugas yang diberikan?
7. Apakah anda sering dilatih untuk melafalkan huruf-huruf hijaiyyah?
8. Apakah ada kesulitan dalam hal pengucapan mufradat bahasa Arab?
9. Apakah guru bahasa Arab selalu memperhatikan kesalahan-kesalahan siswa dalam mengucapkan mufradat (kosakata) yang tidak sesuai dengan makhrijul huruf maupun ketentuan tata bahasa Arab yang baik dan benar?
PEDOMAN OBSERVASI
Analisis Kemampuan Pengucapan Mufradat Bahasa Arab Siswa Kelas VII
MTs Al-Raisiyah Sekarbela Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017.
No Sasaran Hal yang diobservasi
1. Kepala sekolah MTs
Al-Raisiyah
Sekarbela Mataram
1. Bentuk sanksi dan pelanggaran bagi siswa
maupun guru yang melanggar aturan dan tata
tertib sekolah.
2. Peran kepala sekolah dalam menertibkan
ketertiban ketika kegiatan proses belajar
mengajar berlangsung.
3. Solusi yang tepat untuk menciptakan
lingkungan yang berbahasa Arab.
2. Guru bahasa Arab di
MTs Al-Raisiyah
Sekarbela Mataram
1. Inspeksi guru bahasa Arab terhadap proses
pembelajaran dalam meningkatkan
kemampuan pengucapan mufradat.
2. Cara guru bahasa Arab untuk melatih
kemampuan siswa dalam hal pengucapan
mufradat bahasa Arab.
3. Aktivitas guru bahasa Arab dalam proses
pembelajaran bahasa Arab di kelas.
3. Siswa MTs Al-
Raisiyah Sekarbela
Mataram
1. Kemampuan pengucapan mufradat bahasa
Arab terhadap siswa.
2. Respon siswa terhadap pembelajaran
mufradat bahasa Arab.
3. Penggunaan mufradat terhadap keterampilan
berbicara pada proses pembelajaran bahasa
Arab.
LEMBAR OBSERVASI
Tujuan: Untuk mengetahui aspek kemampuan siswa dalam pengucapan
mufradat bahasa Arab.
NO ASPEK YANG DIAMATI
INDIKATOR Penilaian Ya Tidak
1 Makhrijul huruf Mampu mengucapkan huruf
hijaiyyah secara benar
(fasih)
Mampu membedakan
pengucapan yang hampir
sama pengucapannya
2 Suara Dapat terdengar terang dan
jelas
Mampu melafalkan bunyi
Intonasi huruf, kata, kalimat
terdengar jelas
3 Pelafalan Mampu melafalkan
mufradat dengan pelafalan
yang tepat dan benar
Mampu menirukan dan
mengulangi
4 Kelancaran Lancar dalam berbiacara
Tidak terbata-bata
PEDOMAN DOKUMENTASI
Analisis Kemampuan Pengucapan Mufradat Bahasa Arab Siswa Kelas VII
MTs Al-Raisiyah Sekarbela Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017.
1. Data sejarah berdirinya MTs Al-Raisiyah Sekarbela Mataram.
2. Visi, misi dan tujuan MTs Al-Raisiyah Sekarbela Mataram.
3. Data keadaan sarana dan prasarana MTs Al-Raisiyah Sekarbela Mataram.
4. Data keadaan guru dan pegawai MTs Al-Raisiyah Sekarbela Mataram.
5. Data keadaan siswa-siswi MTs Al-Raisiyah Sekarbela Mataram.