24 JULI 2016 25 JULI 2016 ULASAN PAMERAN RIZALDY YUSUF Mengusung pemikiran bahwa seni harus peka terhadap kondisi masyarakat, Marco Cassani melibatkan banyak pihak dalam praktik berkaryanya. D alam dunia seni rupa kontemporer, pameran objek temuan bukanlah hal yang baru. Namun, bukan berarti apa yang dilakukan Marco Cassani di pameran tunggalnya “Indisciplinato”, yang berlangsung dari 26 Mei sampai 24 Juni 2016, tidak punya hal menarik. Seniman asal Italia yang tinggal di Bali ini mengumpulkan objek temuan yang bukan diproduksi oleh industri, melainkan hasil karya orang-orang dari kelas berekonomi rendah yang ia temui. Salah satunya, sekaligus yang menyita perhatian, adalah barbel buatan kuli yang ia temui di Bali. Keberadaan barbel-barbel yang dibeli Marco dari para kuli tersebut membuat Sarang Building (ruang seni independen yang didirikan seniman Jumaldi Alfi) di Yogyakarta, tampak seperti pusat olah tubuh. Setelah mengetahui asal muasal barbel Marco, kita mendapat kesan Marco sedang bermain-main dengan analogi – membangun rumah, membangun badan. Tapi jika diperhatikan, yang menjadi poin seri karya ini adalah sensitivitas Marco menangkap fungsi barbel untuk kuli-kuli tersebut yang bukan lagi perkara olahraga, namun juga sarana melepaskan diri dari tuntutan pekerjaan. Di ruang pamer, Marco meletakkan barbel-barbel di atas cermin sehingga refleksi MERABA KISAH DI BALIK OBJEK TEMUAN yang muncul juga bisa memantik tafsiran lain tentang objek itu sendiri. “Saya coba mengombinasikan Barat dan Timur agar saya juga tidak lupa dengan Italia, negara asal saya,” ujarnya mengenai konsep penataan ini. Makna lain dari barbel, Marco temukan setelah dirinya ikut tinggal di tempat para kuli bernaung dan melihat pola hidup mereka. Dengan pendekatan serupalah ia memperoleh seri karya lainnya; Guitar yang ia beli dari seorang pembuat gitar asal Lombok, Banknote serta Mask yang ia beli dari orang gila, atau Column yang berupa tiang dari koin Rp100 yang disusun dengan pipa. Yang agak berbeda, pada karya Guitar , Marco tidak hanya membeli benda untuk dipamerkan, tapi juga mengajak pembuat gitar tersebut merekam lagu di studio untuk ditampilkan sebagai pendamping karya tersebut di ruang pamer. Ada keterlibatan lebih dari kolaborator pada karya itu, seperti halnya pada seri Les Demoiselles D’Orient. Seri karya berupa gambar buatan para pekerja seks komersial di wilayah Yogya, Bali, Surabaya ini didapat Marco setelah dirinya menyewa waktu wanita-wanita tersebut. Marco meminta waktu satu jam; setengah jam pertama dipakainya untuk menjelaskan konsep karya ATAS Suasana instalasi di OFCA International Sarang Building 2016. KIRI Marco Cassani ATAS KANAN SEARAH JARUM JAM Les Demoiselles D’Orient Oleh Vita Les Demoiselles D’Orient Oleh Hanna Les Demoiselles D’Orient Oleh Mida Drawing Ink on paper wood 39,5 x 30,5 cm, 2014 FOTO: DOK. SENIMAN | VAPRICO & OFCA INTERNATIONAL