BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berkembangnya teknologi dalam era globalisasi, hampir semua menjadi serba elektrik dan serba praktis, setiap orang dalam melakukan aktifitas menginginkan sesuatu yang serba mudah, efektifitas dan efisien. Efektifitas menginginkan waktu dan gerak benar-benar diterapkan, energi yang dikeluarkan sekecil-kecilnya, sebaliknya diharapkan tercapainya produktifitas yang setinggi-tingginya. Keadaan dan prinsip yang seperti itu menyebabkan energi yamg masuk tubuh tidak digunakan dan disimpan sebagai cadangan lemak yang terlalu bertumpuk menyebabkan seseorang kelebihan berat badan bahkan menjadi kegemukan (Kusuma, W., 1994). 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Berkembangnya teknologi dalam era globalisasi, hampir semua menjadi serba
elektrik dan serba praktis, setiap orang dalam melakukan aktifitas menginginkan
sesuatu yang serba mudah, efektifitas dan efisien. Efektifitas menginginkan waktu
dan gerak benar-benar diterapkan, energi yang dikeluarkan sekecil-kecilnya,
sebaliknya diharapkan tercapainya produktifitas yang setinggi-tingginya. Keadaan
dan prinsip yang seperti itu menyebabkan energi yamg masuk tubuh tidak digunakan
dan disimpan sebagai cadangan lemak yang terlalu bertumpuk menyebabkan
seseorang kelebihan berat badan bahkan menjadi kegemukan (Kusuma, W., 1994).
Menurut Sutomo, A.H. (1992) obesitas terjadi karena ketidakseimbangan
antara energi yang masuk dengan energi yang keluar. Selain itu obesitas dapat terjadi
karena cara makan yang salah, kejiwaan (psikis), kerusakan jaringan otak tertentu,
faktor keturunan, kurang gerak badan serta penyakit-penyakit tertentu. Menurut
WHO pada tahun 1992 yang dirujuk oleh Direktorat Bina Gizi Masyarakat, seseorang
disebut obesitas dengan IMT (Indeks Massa Tubuh) lebih dari normal atau disebut
obesitas dengan IMT > 27 kg/m2. IMT adalah suatu angka yang didapat dari hasil
berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat (Status …,
2005).
1
1
Berdasarkan distribusi jaringan lemak tubuh, dikenal dua jenis obesitas yaitu:
obesitas perifer dan obesitas sentral. Obesitas yang menyerupai pir (perifer), yaitu
penumpukan lemak terjadi di bagian bawah seperti pinggul, pantat dan paha dan
resiko terhadap penyakit pada tipe ini umumnya kecil, sedangkan obesitas seperti
apel (sentral) lemak banyak di simpan pada bagian pinggang dan rongga perut.
Resiko kesehatan pada tipe ini lebih tinggi dibandingkan dengan tipe menyerupai
perifer karena sel-sel lemak di sekitar perut lebih siap melepaskan lemaknya ke dalam
pembuluh darah dibandingkan dengan sel-sel lemak ditempat lain. Distribusi
timbunan lemak di dalam tubuh ini dapat digunakan metode rasio lingkar pinggang
dan pinggul (RLPP) atau mengukur lingkar pinggang (LP) menggunakan pita
meteran. Metode ini sangat sederhana, namun cukup akurat untuk mengetahui tingkat
obesitas dan bahaya kesehatan yang ditimbulkan daripada metode berdasarkan IMT
(Semiardji, D.G., 2008).
Jaringan lemak tubuh yang merupakan tempat deposit kelebihan kalori,
terutama di bagian dalam rongga perut dapat mengganggu kerja hormon insulin
(resistensi insulin), dibandingkan terhadap lemak di daerah paha atau bagian tubuh
lain, karena tidak berhubungan langsung terhadap kerja hormon insulin yang di
produksi oleh sel beta pulau langerhans di dalam kelenjar pankreas di rongga perut
bagian atas di belakang lambung (Misnadiarly, 2007). Menurut Siswono. (2002)
resistensi insulin merupakan kondisi sensitivitas insulin yang menurun. Sensitivitas
insulin ini mempunyai kemampuan terhadap hormon insulin menurunkan kadar
2
glukosa darah dengan menekan produksi glukosa hepatik dan menstimulasi
pemanfaatan glukosa di dalam otot skelet dan jaringan adiposa.
Penelitian Zein tahun 1994, ditemukan satu hormon di sel lemak yang
dinamakan leptin. Ditemukan bahwa semakin banyak leptin maka semakin gemuklah
seseorang. Leptin ini merupakan hormon yang sangat berperan terjadinya obesitas
dan diabetes tipe 2. Sekarang sudah jelas diketahui bahwa kegagalan resistensi insulin
terjadi karena kegagalan leptin untuk berfungsi sebagai penghambat penimbunan
lemak, sehingga akan terjadi penimbunan asam lemak di hati, otot, pankreas, dan
jantung (Perangi …, 2007).
Pada orang yang mengalami obesitas disekitar rongga perut, salah satu
mekanisme yang diduga menjadi predisposisi diabetes tipe 2, yaitu terjadinya
pelepasan asam-asam lemak bebas secara cepat yang berasal dari suatu lemak visceral
yang membesar. Proses ini menerangkan terjadinya sirkulasi tingkat tinggi dari asam-
asam lemak bebas di hati sehingga kemampuan hati untuk mengikat dan mengekstrak
insulin dari darah menjadi berkurang, hal ini dapat mengakibatkan hiperinsulinemia.
Akibat lainnya adalah terjadinya glukoneogenesis dimana kadar gula darah
meningkat. Efek kedua dari peningkatan asam-asam lemak bebas adalah menghambat
pengambilan glukosa oleh sel otot, dengan demikian walaupun kadar insulin
meningkat namun glukosa darah tetap abnormal tinggi (Arora, A. S., 2008).
Berdasarkan observasi di Kecamatan Telanaipura kota Jambi, masyarakat
pada umumnya cenderung memiliki perubahan gaya hidup yang mengkonsumsi
makanan yang mengandung lemak tinggi, gaya hidup modern yang kurang gerak,
3
kebiasaan hidup santai, selalu dibantu oleh orang lain (pembantu/supir) atau alat
(remote/handphone/eskalator/kendaraan) sering memicu ketidakseimbangan kalori
yang masuk dibanding yang keluar, sehingga jaringan lemak tubuh terutama di
rongga perut akan mempengaruhi kerja insulin dalam mempertahankan glukosa di
dalam darah. Pada akhirnya akan berdampak pada obesitas, hal itu akan menjadi
masalah karena menyimpan sejumlah penyakit dikemudian hari salah satunya
terhadap penyakit Diabetes mellitus.
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti terhadap
Perbandingan Kadar Glukosa Darah pada Obesitas Sentral dengan Obesitas
Perifer di Kecamatan Telanaipura kota Jambi.
1.2 Rumusan masalah
Apakah kadar glukosa darah penderita obesitas sentral lebih tinggi daripada
obesitas perifer?
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui perbandingan kadar glukosa darah pada obesitas sentral
dengan obesitas perifer di Kecamatan Telanaipura kota Jambi.
1.3.2 Tujuan khusus
4
a. Untuk mengetahui kadar glukosa darah pada obesitas sentral di Kecamatan
Telanaipura kota Jambi.
b. Untuk mengetahui kadar glukosa darah pada obesitas perifer di Kecamatan
Telanaipura kota Jambi.
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Bagi peneliti
a. Dapat memperdalam penelitian secara ilmiah yang berhubungan dengan
kesehatan.
b. Mampu mencari tahu hal-hal yang dianggap dapat berhubungan dengan faktor
resiko obesitas berdasarkan kesenjangan yang terjadi pada saat ini.
1.4.2 Bagi masyarakat
a. Dapat memberikan gambaran pada masyarakat terhadap kadar glukosa darah
obesitas sentral dan obesitas perifer.
b. Dengan melakukan pemeriksaan glukosa darah dapat diketahui
sedini mungkin kelainan yang terjadi, sehingga individu yang berisiko tinggi
obesitas dapat mewaspadai terjadinya peningkatan kadar glukosa darah.
1.4.3 Bagi institusi
Menambah kajian bahan bacaan di Akademi Analis Kesehatan Pemerintah
Provinsi Jambi.
1.5 Batasan masalah
5
Dalam penelitian ini hanya untuk mengetahui kadar glukosa darah pada
obesitas sentral dan obesitas perifer di Kecamatan Telanaipura kota Jambi dengan
menggunakan metode GOD PAP (Glukose OxiDase, Peroksidase,4-Aminophenazone
dan Phenol) pada tanggal 15 Juni sampai 19 Juni 2009, serta diketahui tidak pernah
menderita Diabetes mellitus sebelumnya.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Obesitas
2.1.1 Definisi obesitas
Obesitas berasal dari 2 kata berbahasa latin, yaitu Ob yang berarti akibat dari
dan esum yang berarti makan. Secara sederhana obesitas merupakan keadaan
penumpukan lemak yang berlebihan di jaringan adiposa. Rata-rata wanita memiliki
lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria. Perbandingan yang normal antara
lemak tubuh dengan berat badan pada wanita adalah sekitar 25-30% dan pada pria
sekitar 18-23%. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 25%, pada pria 20% atau lebih
dari berat ideal yang sesuai untuk tinggi tubuh dianggap mengalami obesitas
(Obesitas bukan masalah…, 2007).
Obesitas timbul karena jumlah kalori yang masuk melalui makanan lebih
banyak daripada kalori yang dibakar. Kalori yang diperoleh dari makanan sedangkan
pengeluarannya melalui aktivitas tubuh dan olahraga. Kalori yang terbanyak (60-
70%) dipakai oleh tubuh untuk kehidupan dasar seperti bernafas, jantung berdenyut
dan fungsi dasar sel. Obesitas meningkatkan resiko terjadinya sejumlah penyakit
menahun seperti Diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi (hipertensi), stroke, kolesterol
yang tinggi, gagal jantung, kanker, gout, batu kandung empedu, dan osteoarthritis
(Obesitas …, 2008).
7
7
2.1.2 Mengukur obesitas
Indeks massa tubuh (IMT) adalah ukuran yang menyatakan komposisi tubuh,
perimbangan antara berat badan dengan tinggi badan. IMT digunakan untuk
mengukur kegemukan, sebagai dampak dari perubahan pola hidup, kebiasaan
mengkonsumsi makanan siap saji yang tinggi lemak dan protein, serta rendah
karbohidrat. IMT tidak dapat membedakan otot dengan lemak, selain itu pula tidak
memberikan distribusi lemak di dalam tubuh yang merupakan faktor penentu utama
risiko gangguan metabolisme yang dikaitkan dengan kelebihan berat badan. Pola
penyebaran lemak tubuh tersebut dapat ditentukan oleh rasio lingkar pinggang dan
pinggul atau mengukur lingkar pinggang. Pinggang diukur pada titik yang tersempit,
sedangkan pinggul diukur pada titik yang terlebar; lalu ukuran pinggang dibagi
dengan ukuran pinggul (Arora, A. S., 2008).
Individu yang memiliki resiko obesitas jika ditemukan rasio ≥ 0,8 pada wanita
dan ≥ 0,9 pada pria, maka individu tersebut memiliki bentuk obesitas sentral.
Sebaliknya rasio yang ditemukan kurang dari 0,8 pada wanita dan 0,9 pada pria
bentuk tubuh individu tersebut sebagai obesitas perifer. Bertambahnya ukuran
lingkaran perut dan pinggul terutama pada obesitas sentral, maka semakin tinggi
resiko kesehatan yang akan ditimbulkan (Arora, A. S., 2008).
8
2.1.3 Kriteria Obesitas
a. Obesitas perifer
Kelebihan lemak yang cenderung dimiliki wanita (gynecoid), disimpan
dibawah kulit bagian daerah pinggul dan paha, sehingga tubuh berbentuk seperti buah
pear. Tetapi hal tersebut bukan merupakan sesuatu yang mutlak, kadang pada
beberapa pria tampak seperti buah pir dan beberapa wanita tampak seperti buah apel,
terutama setelah masa menopause. Lemak yang berkumpul dipinggir tubuh yaitu
dipinggul dan paha disebut juga sebagai obesitas perifer. Resiko terhadap penyakit
pada obesitas perifer umumnya kecil, kecuali resiko terhadap penyakit arthritis dan
varises vena (Dadi, H., 2008).
b. Obesitas sentral
Menurut Dadi, H., (2008) pada umumnya obesitas sentral terdapat pada pria
(android) yang menyimpan lemak di bawah kulit dinding perut dan di rongga perut,
sehingga gemuk di perut dan mempunyai bentuk tubuh seperti buah apel atau disebut
juga obesitas sentral. Resiko kesehatan pada tipe ini lebih tinggi dibandingkan dengan
tipe perifer, karena sel-sel lemak di sekitar perut lebih siap melepaskan lemaknya ke
dalam pembuluh darah dibandingkan dengan sel-sel lemak di tempat lain. Lemak
yang masuk ke dalam pembuluh darah dapat menyebabkan penyempitan arteri
(hipertensi), diabetes, stroke dan jenis kanker tertentu (payudara dan endometrium).
Kadar glukosa darah pada orang dengan obesitas sentral lebih tinggi
dibanding kadar glukosa darah pada orang dengan obesitas perifer.
20
Obesitas Kadar glukosa darah
20
3.4 Metodologi penelitian
Metodologi penelitian yang digunakan bersifat deskriptif dengan pendekatan
cross sectional.
3.5 Populasi dan sampel
3.5.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah yang memiliki resiko obesitas sentral dan
obesitas perifer yang bertempat tinggal di Kecamatan Telanaipura kota Jambi.
3.5.2 Sampel
Sampel yang diteliti adalah obesitas sentral 15 orang dan obesitas perifer 15
orang yang bertempat tinggal di Kecamatan Telanaipura kota Jambi serta tidak
pernah menderita Diabetes mellitus sebelumnya.
3.6 Teknik pengumpulan data
Data diperoleh dari proses pengumpulan langsung terhadap masing-masing
obesitas sentral dan obesitas perifer di Kecamatan Telanaipura kota Jambi dengan
melakukan pengukuran tinggi badan dan penimbangan berat badan untuk mengetahui
resiko obesitas serta pengukuran lingkaran pinggang dan pinggul dalam menentukan
kriteria obesitas sentral dan obesitas perifer. Data kadar glukosa didapat dari hasil
pemeriksaan darah responden di laboratorium patologi klinik AAK Provinsi Jambi.
3.7 Waktu dan tempat penelitian
21
Tempat pengambilan sampel dilakukan langsung ke rumah masing-masing
resiko obesitas sentral dan obesitas perifer di Kecamatan Telanaipura kota Jambi dan
diperiksa di Laboratorium Klinik Akademi Analis Kesehatan Pemerintah Provinsi
Jambi pada tanggal 15 Juni sampai 19 Juni 2009.
3.8 Instrumen pemeriksaan spesimen
3.8.1 Metode
Metode pemeriksaan yang digunakan yaitu enzimatik end-point dengan
mengukur hasil reaksi antara substrat dan enzim setelah bereaksi.
3.8.2 Prinsip
Glukosa ST kit menggunakan dasar metode Trinder yang klasik dengan enzim
(G)lukose (O)xi(D)ase,(P)eroksidase,4-(A)minophenazone dan (P)henol (GOD-PAP)
dengan reaksi sebagai berikut :
Glukose + O2 + H2O Gluconid acid + H2O2
H2O2 + Phenol + 4-Aminophenazone H2O + Zat warna quinine berwarna
merah.
3.8.3 Alat dan bahan pemeriksaan
(1) Alat :
(a) Tabung sentrifuge
(b) Spektrofotometer gelombang 492-546 nm
(c) Mikropipet 10 µl & 1000 µl
22
(d) Tissu
(e) Kuvet
(f) Sentrifuge
(g) Tip
(2) Bahan : Serum puasa
3.8.4 Reagensia pemeriksaan
a. Larutan kerja :
1 botol enzim dilarutkan dalam 100 ml pelarut campur sampai homogen.
Larutan ini stabil selama 30 hari pada suhu 2-8 °C.
b. Larutan standard
Kadar 200 mg/dl
3.9 Pemeriksaan glukosa darah
3.9.1 Pengambilan spesimen
a. Vena yang akan ditusuk ditentukan terlebih dahulu.
b. Tempat vena yang akan diambil didesinfektan menggunakan kapas yang
beralkohol 70 % dan dibiarkan kering.
c. Torniquet dipasang pada lengan bagian atas untuk memperjelas posisi vena.
d. Dengan menggunakan spuit pada posisi 45 derajat ditusukkan ujung jarum sampai
darah masuk kedalam spuit dan ditarik bagian spuit sampai volume darah ± 3ml.
e. Tourniquet dilepaskan dari lengan yang dibendung.
23
f. Ujung jarum tersebut dicabut perlahan-lahan.
g. Kapas ditempelkan pada tempat tusukkan.
3.9.2 Prosedur pengolahan spesimen
a. Spesimen darah dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge yang bersih perlahan-
lahan, didiamkan 15-30 menit.
b. Tabung disentrifuge dengan kecepatan 2000 Rpm selama 5 menit untuk
memisahkan antara serum dan darah.
c. Prosedur pemipetan dimasukkan ke dalam kuvet.
Keterangan :
1. Kuvet pertama sebagai kuvet untuk blanko, dimasukkan 10 µl aquadest dan 1
ml reagen warna.
2. Kuvet kedua sebagai kuvet untuk standar, dimasukkan 10 µl larutan standard
dan 1 ml reagen warna.
3. Kuvet ketiga sebagai kuvet untuk test, dimasukkan 10 µl serum dan 1 ml
reagen warna.
d. Masing-masing kuvet tersebut dicampur sampai homogen, dibiarkan pada suhu
kamar selama 25 menit.
e. Absorbance test dan standard dibaca terhadap blanko pada gelombang 505 nm.
Ke dalam kuvet Blanko Standard TestSerum
Standard
Aquadest
Reagen warna
10 µl
1 ml
10 µl
1 ml
10 µl
1 ml
24
3.9.3 Perhitungan
Glukosa darah (mg/dl) = Abs Test x Kadar standard
Abs Standard
3.9.4 Nilai normal
Glukosa darah puasa : 70-110 mg/dl
3.10 Teknik pengolahan data
Setelah didapatkan data-data dari pemeriksaan kadar glukosa darah pada
obesitas sentral dan obesitas perifer, maka untuk menguji hipotesa yang telah
dikemukakan, maka digunakan uji satistik yaitu uji T tidak berpasangan.
25
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil penelitian
Penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 15 Juni 2009 sampai 19 Juni
2009 di Laboratorium Klinik Akademi Analis Kesehatan Pemerintah Provinsi Jambi
terhadap kadar glukosa darah puasa pada 15 orang obesitas sentral dan 15 orang
obesitas perifer di Kecamatan Telanaipura kota Jambi, didapatkan hasil penelitian
yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2 : Deskripsi hasil pemeriksaan kadar glukosa darah pada obesitas sentral dan obesitas perifer di Kecamatan Telanaipura kota Jambi
No Karakteristik sampel Obesitas sentral Obesitas perifer 1. Rata-rata glukosa darah (mg/dl) 91,672 74,146
2. Range hasil 80,00-111,17 69,89-83,01
3. Jumlah sampel 15 15
4. Persentase rata-rata perbandingan 19,118 %
Berdasarkan deskripsi hasil yang terdapat pada tabel 2 dapat dilihat nilai rata-
rata kadar glukosa darah pada obesitas sentral yaitu 91,672 mg/dl lebih tinggi
dibandingkan kadar rata-rata glukosa darah obesitas perifer yaitu 74,146 mg/dl.
Berdasarkan rata-rata kedua hasil pemeriksaan tersebut, terlihat bahwa terjadi
peningkatan kadar glukosa darah pada obesitas sentral dengan rata-rata peningkatan
26
26
sebesar 17,526 mg/dl dan persentase perbandingan kadar glukosa darah pada obesitas
sentral dibandingkan obesitas perifer sebesar 19,118%.
Tabel 3 : Deskripsi hasil uji statistik pemeriksaan kadar glukosa darah pada obesitas sentral dan obesitas perifer
No Sampel α t hitung t tabel
1. Obesitas sentral5% = 0,05 8,04 1,70
2. Obesitas perifer
Dari hasil pengujian statistik (uji T tidak berpasangan) diperoleh (Th ≥ Tb)
sementara kriteria Ho diterima jika Th ≤ Tb, sehingga kriteria Ho ditolak.
Disimpulkan bahwa kadar glukosa darah obesitas sentral lebih tinggi daripada kadar
glukosa darah obesitas perifer.
4.3 Pembahasan
Peningkatan kadar glukosa darah pada obesitas sentral, dikarenakan pengaruh
adanya penumpukan lemak yang berada disekitar rongga perut, mengakibatkan sel-
sel jaringan tubuh dan otot tidak peka atau sudah resisten terhadap insulin. Dalam hal
ini hormon insulin ditolak untuk menurunkan kadar glukosa darah yang akhirnya
tertimbun dalam peredaran darah. Bahaya penumpukan lemak yang lebih tinggi di
sekitar obesitas sentral dibandingkan penumpukan lemak pada obesitas perifer, maka
rasio lingkar pinggang dan pinggul lebih dipilih menjadi tolok ukur obesitas dalam
menentukan distribusi jaringan lemak tubuh.
27
Pada penelitian ini juga dinyatakan dari hasil data pada kriteria sampel
obesitas perifer. Salah satu sampel yang didapatkan kadar glukosa darah sebesar
83,01 mg/dl, menunjukkan hasil glukosa darah lebih tinggi daripada hasil glukosa
darah pada obesitas perifer yang lain. Pada sampel yang menunjukkan glukosa darah
sebesar 83,01 mg/dl ini pengaruh yang lebih dominan dapat dinyatakan pada
lingkaran pinggang yang lebih lebar, meskipun ditemukan nilai IMT dan rasio
lingkar pinggang pinggul hampir sama dengan nilai sampel yang memiliki kadar
glukosa dibawah nilai 83,01 mg/dl.
Hal lain juga dapat terlihat pada salah satu kriteria sampel obesitas sentral,
yang mana didapatkan kadar glukosa darah sebesar 111,17 mg/dl. Hasil glukosa
darah ini jelas terlihat lebih besar daripada hasil glukosa darah pada kriteria obesitas
sentral yang lain, meskipun rasio yang didapatkan hampir sama dengan kriteria
obesitas sentral lain. Selain itu pula IMT yang didapatkan terhadap glukosa darah
sebesar 111,17 mg/dl ini terlihat tidak lebih besar (34 kg/m2) daripada IMT pada
sampel yang menunjukkan sebesar 44 kg/m2, sementara kadar glukosa yang
didapatkan 92,00 mg/dl.
Menurut Dr Xavier Jouven dkk, peneliti dari Prancis melakukan penelitian
terhadap 7.000 polisi Prancis yang meninggal antara 1967-1984 terhadap pengukuran
lingkaran pinggang dan IMT dengan serangan jantung. Pria-pria berperut buncit
memiliki kemungkinan meninggal lebih cepat karena kepadatan lemak di perut.
Penelitian tersebut juga mendapatkan bahwa ternyata orang-orang dengan IMT yang
28
tinggi tidak beresiko meninggal dini, kecuali yang memiliki lingkaran pinggang besar
(Semiardji, G., 2008).
Pengaruh lemak yang bertumpuk di sekitar rongga perut banyak dihubungkan
dengan kumpulan gejala penyakit, ditandai dengan obesitas sentral, hipertensi,
dislipidemia dan glukosa darah yang meningkat. Keadaan ini akan memicu terjadinya
Diabetes mellitus dan menimbulkan penyempitan pembuluh darah yang pada
akhirnya meningkatkan kejadian serangan jantung dan stroke.
Hubungan sebab-akibat (kausatif) antara resistensi insulin dengan penyakit
Diabetes mellitus pada obesitas sentral dapat diterangkan dengan adanya efek dari
penumpukan lemak di sekitar rongga perut. Lemak yang menumpuk lama kelamaan
akan mengaktifkan salah satu enzim, yaitu lipoprotein lipase yang meningkatkan
konsentrasi asam lemak bebas dalam darah. Konsentrasi tinggi asam lemak bebas
menstimulasi pelepasan seperti TNF-a (tumor necrosis factor-alpha) yang memicu
otot tubuh dan sel hati tidak bisa merespon dengan baik kadar insulin normal
sehingga kadar glukosa darah akan meningkat (Siswono, 2002).
Menurut Dadi, H., (2008) yang menyatakan kelebihan lemak pada obesitas
sentral lebih dominan ditemukan pada pria daripada wanita, tetapi pada penelitian ini
kriteria yang didapatkan pada obesitas sentral umumnya lebih banyak pada wanita.
Hal ini bisa disebabkan karena ruang lingkup penelitian tidak terlalu luas serta jumlah
sampel yang di data hanya 15 orang pada kriteria obesitas sentral, sehingga teori yang
dikemukakan Dadi, H., (2008) tidak terbukti pada penelitian ini.
29
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemeriksaan kadar glukosa darah
puasa pada obesitas sentral dan obesitas perifer di Kecamatan Telanaipura kota Jambi
dengan menggunakan sampel darah yang diambil serumnya dapat disimpulkan
bahwa:
a. Nilai rata-rata kadar glukosa darah pada obesitas sentral adalah 91,672 mg/dl.
b. Nilai rata-rata kadar glukosa darah pada obesitas perifer adalah 74,146 mg/dl.
c. Kadar glukosa darah pada obesitas sentral secara bermakna lebih tinggi
dibandingkan dengan kadar glukosa darah obesitas perifer.
5.2 Saran
a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap resiko obesitas dengan
pengukuran lingkaran pinggang yang lebih memberikan resiko kesehatan lebih
tinggi terhadap berbagai macam penyakit seperti Diabetes mellitus tipe 2,
hipertensi, dislipidemia (kolesterol total, LDL, trigliserida tinggi, sedangkan
kolesterol HDL rendah).
b. Pada orang yang memiliki resiko obesitas diharapkan agar dapat mengubah
perilaku makanan yang tidak sehat, menghindari konsumsi makanan yang tinggi
kandungan lemak dan gula, hindari stress, depresi, frustasi, berdiet, berolahraga
30
30
secara teratur untuk memperbaiki kadar lemak dan glukosa darah, serta
mengurangi resiko hipertensi, penyakit jantung koroner, serta stroke.
c. Pencegahan obesitas harus menjadi agenda penting dalam kesehatan masyarakat,
terutama pada usia anak dan remaja. Kesadaran akan hidup sehat dengan
memiliki berat badan ideal adalah kunci utama memerangi obesitas dan
mencegahnya sejak dini.
DAFTAR PUSTAKA
Arora, A. S. 2008. 5 Langkah Mengendalikan Obesitas. Cetakan ke-1. PT Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.
31
Asdie,A.H. 2007. Diabetes. http://books.google.co.id/book?id=j9-fuJt-WT0C&pg=PA26&dq=pengaruh+obesitas+pada+insulin. Diakses tanggal 20 Agustus 2009
Dadi, H. 2008. Mengatasi Overweight dan Obesitas. http://www.google.com/search?hl=en&=q=obesitas+pada+perut&btnG=Search. Diakses tanggal 14 Mei 2009
Kusuma, W. 1994. Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular. Edisi ke-2, Gramedia, Jakarta.
Misnadiarly. 2007. Obesitas. Pustaka Obor Populer, Jakarta.
Semiardji, G. 2008. Lingkar Pinggang : Barometer Kesehatan Anda. Jakarta. http://www.obesitas.web.id/obe-news (i) 23 html . Diakses tanggal 25 Maret 2009
Siswono. 2002. Sindrom Resistensi Insulin. http:id//id.inahaert.or.id/?p=37. Diakses tanggal 1 Juni 2009
Sutomo, A. H. 1992. Penyakit Kencing Manis dan Cara Penanggulangannya. Cetakan ke-2. Aditya Media, Yogyakarta.
Tandra, H. 2008. Diabetes. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Widijanti, W dan B.T. Ratulangi. 2008. Pemeriksaan Laboratorium Penderita Diabetes mellitus.http://www.tempo.co.id/medika/online/tmp.online.old/pus-1.htm. Diakses tanggal 26 Agustus 2009
Widman, F.K. 1989. Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Edisi-9. EGC, Jakarta.
…….2005. Status Gizi. www.medicastore.com/med/. Diakses tanggal 30 Mei 2009
…….2007.Obesitas Bukan Sekedar Masalah Kesehatan Melainkan MasalahKesadaran. http://www.domeclinic.com/artikel/mengenal-obesitas.pdf. Diakses tanggal 17 Mei 2009
…….2007. Perangi Obesitas. Pustaka Obor Populer. http://www.sportindo.com/page/45/execise Healthy Livivng/articlr
tips/Perangi O. Diakses tanggal 20 April 2009
…….2008. Faktor Penyebab Kegemukan. http://www.indomp3z.us/showthread.php?t=75248. Diakses tanggal8 September 2009
…….2008. Obesitas & Diabetes mellitus.http://freemedicarticles.blogspot.com/2008/04/obesitas-diabetes-melitus.html. Diakses tanggal 23 Maret 2009
Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa pada obesitas sentral
No JenisKelamin
Tinggi badan
Berat badan
Nilai IMT Lingkar pinggang
Lingkar pinggul
Rasio Hasil
1. L 163 cm 86 kg 32 kg/m2 107 cm 114 cm 0,9 91,55 mg/dl
2. L 149 cm 73 kg 33 kg/m2 110 cm 115 cm 0,9 90,41 mg/dl
3. P 153 cm 85 kg 36 kg/m2 112 cm 123 cm 0,9 90,74 mg/dl
4. L 165 cm 84 kg 31 kg/m2 109 cm 113 cm 0,9 91,19 mg/dl
5. P 152 cm 79 kg 36 kg/m2 102 cm 114 cm 0,8 84,30 mg/dl
6. P 137 cm 83 kg 44 kg/m2 115 cm 127 cm 0,9 92,00 mg/dl
7. P 153 cm 73 kg 31 kg/m2 97 cm 109 cm 0,8 84,14 mg/dl
8. L 150 cm 75 kg 33 kg/m2 121 cm 125 cm 0,9 95,41 mg/dl
9. P 168 cm 85 kg 30 kg/m2 95 cm 115 cm 0,8 83,89 mg/dl
10. P 160 cm 86 kg 34 kg/m2 121 cm 133 cm 0,9 97,91 mg/dl
11. P 159 cm 79 kg 31 kg/m2 106 cm 113 cm 0,9 91,41 mg/dl
12. P 155 cm 80 kg 33 kg/m2 125 cm 137 cm 0,9 99,17 mg/dl
13. P 151 cm 67 kg 29 kg/m2 92 cm 99 cm 0,9 80,00 mg/dl
14. L 174 cm 104 kg 34 kg/m2 127 cm 131 cm 0,9 111,17 mg/dl
15. L 151 cm 73 kg 32 kg/m2 109 cm 116 cm 0,9 91,79 mg/dl
∑ 1375,04
1 91,672
34
Lampiran 2
Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa pada obesitas perifer
No Jenis kelamin
Tinggi badan
Berat badan
Nilai IMT Lingkar pinggang
Lingkarpinggul
Rasio Hasil
1. P 154 cm 77 kg 33 kg/m2 75 cm 119 cm 0,6 75,00 mg/dl
2. P 155 cm 69 kg 29 kg/m2 70 cm 119 cm 0,5 70,00 mg/dl
3. P 157 cm 73 kg 30 kg/m2 65 cm 116 cm 0,5 71,56 mg/dl
4. P 159 cm 75 kg 30 kg/m2 69 cm 113 cm 0,6 70,74 mg/dl
5. P 165 cm 81 kg 30 kg/m2 66 cm 115 cm 0,5 69,89 mg/dl
6. P 150 cm 70 kg 31 kg/m2 77 cm 115 cm 0,6 75,24 mg/dl
7. P 160 cm 88 kg 33 kg/m2 85 cm 119 cm 0,7 78,85 mg/dl
8. P 152 cm 72 kg 31 kg/m2 71 cm 116 cm 0,6 70,52 mg/dl
9. P 160 cm 83 kg 32 kg/m2 76 cm 120 cm 0, 6 75,33 mg/dl
10. P 164 cm 78 kg 29 kg/m2 69 cm 125 cm 0,5 69,97 mg/dl
11. P 149 cm 74 kg 33 kg/m2 90 cm 127 cm 0,7 83,01 mg/dl
12. P 159 cm 80 kg 32 kg/m2 80 cm 119 cm 0,6 76,04 mg/dl
13. P 151 cm 76 kg 33 kg/m2 89 cm 123 cm 0,7 78,19 mg/dl
14. P 163 cm 79 kg 30 kg/m2 72 cm 121 cm 0,5 70,26 mg/dl
15. P 163 cm 85 kg 32 kg/m2 83 cm 117 cm 0,7 76,67 mg/dl
∑ 1112,19
2 74,146
Persentase rata-rata peningkatan kadar glukosa darah obesitas sentral dibandingkan
dengan kadar glukosa darah obesitas perifer
% = 91,672 – 74,146 x 100%
91,672
= 17,526 x 100% = 19,118 %
35
Lampiran 3
Pengolahan data statistik
1. Parameter uji : Uji T tidak berpasangan
2. Hipotesa : Ho = Tidak ada perbedaan antara peningkatan kadar glukosa darah pada obesitas sentral dibandingkan peningkatan kadar glukosa darah obesitas perifer.
Ha = Ada peningkatan antara kadar glukosa darah pada obesitas sentral lebih tinggi daripada kadar glukosa darah obesitas perifer.
3. Daerah kritis :a. Ho ditolak jika : t hitung ≥ t tabel
b. Ho diterima jika : t hitung ≤ t tabel
4. Perhitungan statistik :
No X2 ( 2- ) ( 2- )2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
75,00
70,92
71,56
70,74
69,89
75,24
78,85
70,52
75,33
69,97
83,01
76,04
78,19
70,26
76,67
0,854
-3,226
-2,586
-3,406
-4,256
1,094
4,704
-3,626
1,184
-4,176
8,864
1,894
4,044
-3,886
2,524
0,73
10,41
6,69
11,60
18,11
1,19
22,13
13,14
1,40
17,44
78,57
3,59
16,35
15,10
6,37
∑ = 1112,19 ∑ = 222,82
No X1 ( 1- ) ( 1- )2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
91,55
90,41
90,74
91,19
84,30
92,00
84,14
95,41
83,89
97,91
91,41
99,17
80,00
111,17
91,79
-0,122
-1,262
-0,932
-0,482
-7,372
0,328
-7,532
3,738
-7,782
6,238
-0,262
7,498
-11,672
19,489
0,118
0,01
1,59
0,87
0,23
54,35
0,11
56,73
13,97
60,56
38,91
0,07
56,22
136,24
380,17
0,01
∑ =1375,04 ∑ = 800,04
36
Keterangan : X1 = data obesitas sentral X2 = data obesitas perifer
Dari data-data diatas diketahui :
Mean 1 =
Mean 2 =
n1 = 15
n2 = 15
= 5% = 0,05
S12 = ∑ ( 1- )2 = 800,04 = 57,15
n-1 15-1
S22 = ∑ ( 2- )2 = 222,82 = 15,92
n-1 15-1
Sg2 = (n1 -1) S12 + (n2-1) S2
2
n1 + n2 – 2
Sg2 = (15-1)57,15 + (15-1)15,92
15+15-2
= (14.57,15 + 14.15,922)
28
= 800,1 + 222,88 28
= 1022,98 28
= 36,54Sg = = = 6,05
37
t hitung =
=
=
=
= 8,04
Nilai t tabel
t tabel = t1 – αdk
t tabel = t1-α = 1- 0,05 = 0,95
dk = (n1+n2-2) = (15+15-2) = 28
dilihat pada tabel t t 0,95 ; 28 t tabel = 1,70
Kesimpulan statistik = Ho ditolak jika t hitung ≥ t tabel
t hitung = 8,04
t tabel = 1,70
= 8,04 ≥ 1,70
(Daerah kritis)
Daerah penerimaan Ho penolakan Ho
t hitung berada di dalam daerah kritis penolakan Ho t hitung ≥ t tabel
Keputusan Ho ditolak
5. Kesimpulan : Secara statistik dengan derajat ketidakpercayaan 5% didapatkan
hasil kadar glukosa darah pada obesitas sentral lebih tinggi