NYERI KEPALA TIPE MIGRAIN Group Keluarga Nyeri Kepala Bagaimanakah cara memilih obat nyeri kepala? serta bagaimanakah mencegah sakit kepala yang kambuhan? bacalah 'LeafBook' nya Advertise here Nyeri kepala tipe migrain Bagaimanakah gejala & keluhan nyeri kepala tipe migrain? Bagaimanakah keluhan & gejala penyerta migrain? Apa sajakah berbagai penyebab pencetus serangan migrain? Bagaimanakah upaya & terapi mengatasi keluhan migrain? Bagaimanakah terapi obat untuk mengatasi nyeri kepala tipe migrain? Bagaimanakah terapi mencegah serangan migrain? Diskusi | Kirim pertanyaan Apakah anda punya pertanyaan seputar masalah kesehatan? klik 'TanyaMedika' Advertise here Obat bebas dapat digunakan secara terbatas, bila keluhan nyeri kepala migrain terus berlanjut atau timbul efek samping akibat minum obat warung, maka penderita harus ke dokter. Untuk tujuan terapi abortive (menghentikan serangan migren), dokter dapat juga meresepkan obat dari golongan yang lain, yaitu golongan Ergot dan golongan Triptan. Ergot dan triptan bukanlah obat pereda nyeri, namun dapat meredakan serangan migren melalui mekanisme yang berbeda.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
NYERI KEPALA TIPE MIGRAIN
Group Keluarga Nyeri Kepala
Bagaimanakah cara memilih obat nyeri kepala? serta bagaimanakah mencegah sakit kepala yang kambuhan?
bacalah 'LeafBook' nya
Advertise here
Nyeri kepala tipe migrain
Bagaimanakah gejala & keluhan nyeri kepala tipe migrain?
Bagaimanakah keluhan & gejala penyerta migrain?
Apa sajakah berbagai penyebab pencetus serangan migrain?
•Ekspresi muka (sedih, gembira, takut, seperti topeng)
Tes kekuatan otota.Mengangkat alis, bandingkan kanan dan kiri.
b.Menutup mata sekuatnya (perhatikan asimetri) kemudioan pemeriksa mencoba
membuka kedua mata tersebut bandingkan kekuatan kanan dan kiri.
c.Memperlihatkan gigi (asimetri)
d.Bersiul dan menculu (asimetri / deviasi ujung bibir)
e.meniup sekuatnya, bandingkan kekuatan uadara dari pipi masing-masing.
f.Menarik sudut mulut ke bawah.
Tes sensorik khusus (pengecapan) 2/3 depan lidah)Pemeriksaan dengan rasa manis, pahit, asam, asin yang disentuhkan pada salah
satu sisi lidah.
HiperakusisJika ada kelumpuhan N. Stapedius yang melayani otot stapedius maka suara-suara
yang diterima oleh telinga pasien menjadi lebih keras intensitasnya.
H.Saraf Vestibulokokhlearis (N. VIII)
Ada dua macam pemeriksaan yaitu pemeriksaan pendengaran dan pemeriksaan
fungsi vestibuler
1)Pemeriksaan pendengaran
Inspeksi meatus akustikus akternus dari pasien untuk mencari adanya serumen atau
obstruksi lainnya dan membrana timpani untuk menentukan adanya inflamasi atau
perforasi kemudian lakukan tes pendengaran dengan menggunakan gesekan jari,
detik arloji, dan audiogram. Audiogram digunakan untuk membedakan tuli saraf
dengan tuli konduksi dipakai tes Rinne dan tes Weber.
a.Tes Rinne
Garpu tala dengan frekuensi 256 Hz mula-mula dilakukan pada prosesus
mastoideus, dibelakang telinga, dan bila bunyi tidak lagi terdengar letakkan garpu
tala tersebut sejajar dengan meatus akustikus oksterna. Dalam keadaan norma
anda masih terdengar pada meatus akustikus eksternus. Pada tuli saraf anda masih
terdengar pada meatus akustikus eksternus. Keadaan ini disebut Rinne negatif.
b.Tes Weber
Garpu tala 256 Hz diletakkan pada bagian tengah dahi dalam keadaan normal bunyi
akan terdengar pada bagian tengah dahi pada tuli saraf bunyi dihantarkan ke telinga
yang normal pada tuli konduktif bunyi tedengar lebih keras pada telinga yang
abnormal.
2)Pemeriksaan Fungsi Vestibuler
Pemeriksaan fungsi vestibuler meliputi : nistagmus, tes romberg dan berjalan lurus
dengan mata tertutup, head tilt test (Nylen – Baranny, dixxon – Hallpike) yaitu tes
untuk postural nistagmus.
I.Saraf glosofaringeus (N. IX) dan saraf vagus (N. X)
Pemeriksaan N. IX dan N X. karena secara klinis sulit dipisahkan maka biasanya
dibicarakan bersama-sama, anamnesis meliputi kesedak / keselek (kelumpuhan
palatom), kesulitan menelan dan disartria(khas bernoda hidung / bindeng). Pasien
disuruh membuka mulut dan inspeksi palatum dengan senter perhatikan apakah
terdapat pergeseran uvula, kemudian pasien disuruh menyebut “ah” jika uvula
terletak ke satu sisi maka ini menunjukkan adanya kelumpuhan nervus X unilateral
perhatikan bahwa uvula tertarik kearah sisi yang sehat.
Sekarang lakukan tes refleks muntah dengan lembut (nervus IX adalah komponen
sensorik dan nervus X adalah komponen motorik). Sentuh bagian belakang faring
pada setiap sisi dengan spacula, jangan lupa menanyakan kepada pasien apakah ia
merasakan sentuhan spatula tersebut (N. IX) setiap kali dilakukan. Dalam keadaaan
normal, terjadi kontraksi palatum molle secara refleks. Jika konraksinya tidak ada
dan sensasinya utuh maka ini menunjukkan kelumpuhan nervus X, kemudian pasien
disuruh berbicara agar dapat menilai adanya suara serak (lesi nervus laringeus
rekuren unilateral), kemudian disuruh batuk , tes juga rasa kecap secara rutin pada
sepertinya posterior lidah (N. IX).
J.Saraf Asesorius (N. XI)
Pemeriksaan saraf asesorius dengan cara meminta pasien mengangkat bahunya
dan kemudian rabalah massa otot trapezius dan usahakan untuk menekan bahunya
ke bawah, kemudian pasien disuruh memutar kepalanya dengan melawan tahanan
(tangan pemeriksa) dan juga raba massa otot sternokleido mastoideus.
K.Saraf Hipoglosus (N. XII)
Pemeriksaan saraf Hipoglosus dengan cara; Inspeksi lidah dalam keadaan diam
didasar mulut, tentukan adanya atrofi dan fasikulasi (kontraksi otot yang halus
iregular dan tidak ritmik). Fasikulasi dapat unilateral atau bilateral.
Pasien diminta menjulurkan lidahnya yang berdeviasi ke arah sisi yang lemah
(terkena) jika terdapat lesi upper atau lower motorneuron unilateral.
Lesi UMN dari N XII biasanya bilateral dan menyebabkan lidah imobil dan kecil.
Kombinasi lesi UMN bilateral dari N. IX. X, XII disebut kelumpuhan pseudobulbar.
PEMERIKSAAN NEUROLOGI
4.Fungsi Cerebral
Keadaan umum, tingkat kesadaran yang umumnya dikembangkan dengan Glasgow
Coma Scala (GCS) :
•Refleks membuka mata (E)
4 : Membuka secara spontan
3 : Membuka dengan rangsangan suara
2 : Membuka dengan rangsangan nyeri
1 : Tidak ada respon
• Refleks verbal (V)
5 : Orientasi baik
4 : Kata baik, kalimat baik, tapi isi percakapan membingungkan.
3 : Kata-kata baik tapi kalimat tidak baik
2 : Kata-kata tidak dapat dimengerti, hanya mengerang
1 : Tidak keluar suara
•Refleks motorik (M)
6 : Melakukan perintah dengan benar
5 : Mengenali nyeri lokal tapi tidak melakukaan perintah dengan benar
4 : Dapat menghindari rangsangan dengan tangan fleksi
3 : Hanya dapat melakukan fleksi
2 : Hanya dapat melakukan ekstensi
1 : Tidak ada gerakan
Cara penulisannya berurutan E-V-M sesuai nilai yang didapatkan. Penderita yang
sadar= Compos mentis pasti GCS-nya 15 (4-5-6), sedang penderita koma dalam,
GCS-nya 3 (1-1-1). Bila salah satu reaksi tidak bisa dinilai, misal kedua mata
bengkak sedang V dan M normal, penulisannya X – 5 – 6. Bila ada trakheastomi
sedang E dan M normal, penulisannya 4 – X – 6. Atau bila tetra parese sedang E an
V normal, penulisannya 4 – 5 – X.
GCS tidak bisa dipakai untuk menilai tingkat kesadaran pada anak berumur kurang
dari 5 tahun.
Derajat kesadaran :
•Sadar : Dapat berorientasi dan berkomunikasi
•Somnolens : dapat digugah dengan berbagai stimulasi, bereaksi secara motorik /
verbal kemudian terlenan lagi. Gelisah atau tenang.
•Stupor : gerakan spontan, menjawab secara refleks terhadap rangsangan nyeri,
pendengaran dengan suara keras dan penglihatan kuat. Verbalisasi mungkin terjadi
tapi terbatas pada satu atau dua kata saja. Non verbal dengan menggunakan
kepala.
•Semi koma : tidak terdapat respon verbal, reaksi rangsangan kasar dan ada yang
menghindar (contoh mnghindri tusukan)
•Koma : tidak bereaksi terhadap stimulus
Kualitas kesadaran :
•Compos mentis : bereaksi secara adekuat
•Abstensia drowsy/kesadaran tumpul : tidak tidur dan tidak begitu waspada.
Perhatian terhadap sekeliling berkurang. Cenderung mengantuk.
•Bingung/confused:disorientasi terhadap tempat, orang dan waktu
•Delerium : mental dan motorik kacau, ada halusinasi dn bergerak sesuai dengan
kekacauan fikirannya.
•Apatis : tidak tidur, acuh tak acuh, tidak bicara dan pandangan hampa
Gangguan fungsi cerebral meliputi :
•Gangguan komunikasi, gangguan intelektual, gangguan perilaku dan gangguan
emosi
Pengkajian status mental / kesadaran meliputi :
•GCS, orientasi (orang, tempat dan waktu), memori, interpretasi dan komunikasi.
. Refleks kulit perutOrang coba berbaring telentang dengan kedua lengan terletak lurus di samping badan. Goreslah kulit daerah abdomen dari lateral kearah umbilicus. Respon yang terjadi berupa kontraksi otot dinding perut.b. Refleks korneaSediakanlah kapas yang digulung menjadi bentuk silinder halus. Orang coba menggerakkan bola mata ke lateral yaitu dengan melihat ke salah satu sisi tanpa menggerakkan kepala. Sentuhlah dengan hati-hati sisi kontralateral kornea dengan kapas.Respon berupa kedipan mata secara cepat.c. Refleks cahayaCahaya senter dijatuhkan pada pupil salah satu mata orang coba.Respons berupa konstriksi pupil holoateral dan kontralateral. Ulangi percobaan pada mata lain.d. Refleks Periost RadialisLengan bawah orang coba setengah difleksikan pada sendi siku dan tangan sedikit dipronasikan.Ketuklah periosteum pada ujung distal os radii.Respons berupa fleksi lengan bawah pada siku dan supinasi tangan.e. Refleks Periost UlnarisLengan bawah orang coba setengah difleksikan pada sendi siku dan tangan antara pronasi dan supinasi.Ketuklah pada periost prosessus stiloideus.Respons berupa pronasi tangan.f. Stretch Reflex (Muscle Spindle Reflex=Myotatic Reflex)1) Knee Pess Reflex (KPR)Orang coba duduk pada tempat yang agak tinggi sehingga kedua tungkai akan tergantung bebas atau orang coba berbaring terlentang dengan fleksi tungkai pada sendi lutut. Ketuklah tendo patella dengan Hammer sehingga terjadi ekstensi tungkai disertai kontraksi otot
kuadrisips.2) Achilles Pess Reflex (ACR)Tungkai difleksikan pada sendi lutut dan kaki didorsofleksikan.Ketuklah pada tendo Achilles, sehingga terjadi plantar fleksi dari kaki dan kontraksi otot gastronemius.3) Refleks bisepsLengan orang coba setengah difleksikan pada sendi siku. Ketuklah pada tendo otot biseps yang akan menyebabkan fleksi lengan pada siku dan tampak kontraksi otot biseps.4) Refleks trisepsLengan bawah difleksikan pada sendi siku dan sedikit dipronasikan. Ketuklah pada tendo otot triseps 5 cm di atas siku akan menyebabkan ekstensi lengan dan kontraksi otot triseps.5) Withdrawl ReflexLengan orang coba diletakkan di atas meja dalam keadaa ekstensi.Tunggulah pada saat orang coba tidak melihat saudara, tusuklah dengan hati-hati dan cepat kulit lengan dengan jarum suntik steril, sehalus mungkin agar tidak melukai orang coba.Respons berupa fleksi lengan tersebut menjauhi stimulus.
Yang Perlu Diperhatikan:1. Relaksasi sempurna: orang coba harus relaks dengan posisi seenaknya. Bagian (anggota gerak) yang akan diperiksa harus terletak sepasif mungkin (lemas) tanpa ada usaha orang coba untuk mempertahankan posisinya.2. Harus ada ketegangan optimal dari otot yang akan diperiksa. Ini dapat dicapai bila posisi dan letak anggota gerak orang coba diatur dengan baik.3. Pemeriksa mengetukkan Hammer dengan gerakan fleksi pada sendi tangan dengan kekuatan yang sama, yang dapat menimbulkan regangan yang cukup.
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil percobaan1. Refleks Kulit perutOrang coba : Tn AProtokol : hasilKulit perut : tidak terjadi reaksiRespon yang terjadi berupa kontraksi otot dinding perut.2. Refleks KorneaOrang coba : Tn AProtokol : hasilKornea : ada kontraksiRespon berupa kedipan mata secara cepat.3. Refleks CahayaOrang coba : Tn AProtokol : hasilCahaya : pupil mengecilRespons berupa konstriksi pupil homolateral dan kontralateral.4. Refleks Perost radialisOrang coba : Tn IProtokol : hasilPeriost radialis : fleksiRespons berupa fleksi lengan bawah pada siku dan supinasi tangan.