Top Banner
NUZUL AL-QUR’AN MAKALAH Disampaikan Pada Seminar Kelas Mata Kuliah Ulumul Qur’an (S2) UIN Alauddin Makassar Semester I Tahun Akademik 2013 Oleh: I S M A Y A N T I NIM. 80100212178 Dosen Pemandu: Prof. Dr. Mardan, M.Ag Dr. Hj. Rahmi Damis, M.Ag
32

Nuzul Al-qur'an Ismayanti

Dec 08, 2014

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Nuzul Al-qur'an Ismayanti

NUZUL AL-QUR’AN

MAKALAH

Disampaikan Pada Seminar Kelas Mata Kuliah Ulumul Qur’an (S2) UIN Alauddin Makassar

Semester I Tahun Akademik 2013

Oleh:

I S M A Y A N T INIM. 80100212178

Dosen Pemandu:

Prof. Dr. Mardan, M.AgDr. Hj. Rahmi Damis, M.Ag

PROGRAM PASCA SARJANA (S2)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 2: Nuzul Al-qur'an Ismayanti

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam. Umat ini meyakininya sebagai

firman-firman Allah swt yang diwahyukan dalam bahasa Arab kepada Nabi terakhir,

Nabi Muhammad saw untuk disampaikan kepada umat manusia hingga akhir zaman.

Al-Qur’an adalah kitab Allah yang memberikan berita gembira bagi orang

yang berpegang teguh kepadanya dan menjalani isi kandungannya, memberikan

ancaman keras dengan siksa yang pedih terhadap orang yang melanggar aturan-aturan

yang telah ditetapkan oleh Allah swt.

Al-Qur’an memberikan petunjuk dalam persoalan akidah, syari‘ah, dan

akhlak, dengan jalan meletakkan dasar-dasar prinsipil mengenai persoalan-persoalan

tersebut; dan Allah menugaskan Rasul saw. untuk memberikan keterangan yang

lengkap mengenai dasar-dasar itu, “Kami telah turunkan kepadamu al-Dzikr (al-

Qur’an) untuk kamu terangkan kepada manusia apa-apa yang diturunkan kepada

mereka agar mereka berpikir.” (Q.S. al-Nahl:44).1

Allah s.w.t menurunkan al-Qur’an kepada rasul kita Muhammad s.a.w. untuk

memberi petunjuk kepada manusia. Turunnya al-Qur’an merupakan peristiwa besar

yang sekaligus menyatakan kedudukannya bagi penghuni langit dan bumi. Turunnya

al-Qur’an tahap pertama pada malam lailatul qadar, merupakan pemberitahuan

kepada penghuni alam tingkat tinggi, yang terdiri dari malaikat-malaikat akan

1 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an (Cet. I; Bandung: Mizan, 1992), h. 33.

1

Page 3: Nuzul Al-qur'an Ismayanti

kemuliaan ummat Muhammad s.a.w melalui risalah yang baru ini. Turunnya al-

Qur’an tahap kedua secara berangsur-angsur, berbeda dengan kitab-kitab samawi

yang turun sebelumnya, al-Qur’an membawa pengaruh yang dahsyat, namun di sisi

lain menimbulkan keraguan terhadapnya, sebelum jelas bagi mereka tentang rahasia

ilahi yang ada dibalik itu. Rasulullah tidak menerima risalah agung ini sekaligus,

kaumnya pun juga tidak semuanya puas dengan keberadaan risalah tersebut,

disebabkan karena kesombongan dan sikap permusuhan mereka, oleh karena itu

wahyu pun turun berangsur-angsur untuk menguatkan hati rasulullah s.a.w dan

menghiburnya kemudian membawanya untuk mengikuti peristiwa dan kejadian-

kejadian, sampai Allah menyempurnakan agamanya dan mencukupkan nikmatnya.2

Dengan demikian, proses turunnya al-Qur’an (Nuzul al-Qur’an) merupakan

pembahasan yang sangat penting dalam Ulumul Qur’an, bahkan boleh dikata inilah

pembahasan Ulumul Qur’an yang paling urgen secara keseluruhan, karena

pengetahuan tentang Nuzulul Qur’an adalah dasar untuk meyakini al-Qur’an itu

sendiri, dan bahwasanya al-Qur’an adalah betul-betul firman Allah, juga dasar untuk

mempercayai kenabian Rasulullah, dan bahwasanya Islam itu benar (haq). Kemudian

Nuzulul Qur’an merupakan pokok dari keseluruhan pembahasan-pembahasan Ulumul

Qur’an yang lain.3

Demikianlah gambaran ringkas tentang al-Qur’an yang patut diketahui

sebagai bagian dari upaya untuk mengetahui dan memahami kandungan al-Qur’an, 2 Manna‘ Khalil al-Qattan, Mabahis fi `Ulum al-Qur’an (Kairo: Maktabah Wahbah,2000),

h.95.3 Muhammad Abd al-‘Azhim al-Zarqaniy, Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum al-Qur’an, Juz I

(Beirut: Dar al-Fikr, 1998),h.37

2

Page 4: Nuzul Al-qur'an Ismayanti

karena al-Qur’an adalah petunjuk bagi manusia dan pembeda antara yang haq dan

yang batil.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa poin

permasalahan yang menjadi pembahasan pokok dalam uraian makalah ini, yaitu;

1. Apa Pengertian Nuzul al-Qur’an?

2. Bagaimana Proses turunnya al-Qur’an?

3. Bagaimana cara turunnya wahyu (al-Qur’an)?

4. Apa hikmah diturunkannya al-Qur’an?

3

Page 5: Nuzul Al-qur'an Ismayanti

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Nuzul Al-Qur’an

Pembahasan tentang Nuzul al-Qur’an banyak dijumpai dalam al-Qur’an dan

hadits, diantaranya sebagaimana dalam firman Allah s.w.t Q.S al-Israa’: 105 yang

berbunyi:

وبالحق أنزلناه وبالحق ن��زل وم��ا أرس��لناك إال مبش��را ون��ذيرا(105)اال سراء :

Artinya : “Dan Kami turunkan (Al Qur'an itu dengan sebenar-benarnya dan Al Qur'an itu telah turun dengan (membawa) kebenaran. Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan”.4

Juga sabda Nabi SAW. :

ر منه إن هذا القرآن أنزل على سبعة أحرف فاقرءوا ما تيسArtinya :“Sesungguhnya al-Qur’an diturunkan atas tujuh huruf. Semuanya lengkap

lagi mencukupi.5

Nuzul al-Qur’an terdiri dari dua kata, yaitu Nuzul dan al-Qur’an. Menurut

bahasa, kata al-Nuzul berarti al-hulul berdiam atau tinggal,6. Dari bahasa arab dengan

akar kata ‘nazala – yanzilu – Nuzulun’ berarti turun atau berpindah tempat.7

4 Departemen agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya,(Semarang: PT Toha putra, 2002), h.399

5 Imam Muslim, Shahih Muslim Juz iV, Maktabah Syamilah, h. 2546 Ibnu Mantsur al-Anshary, Lisan al-Arab, Jilid 2 (Beirut: Dar al-Kitab al-‘Ilmiah, 1993),

h.6107 Mardan, Dasar-dasar Materi Kuliah Ulumul Qur’an” (UIN Makassar: 2011) h. 19

4

Page 6: Nuzul Al-qur'an Ismayanti

Sedangkan menurut al-Zarqani penggunaan kata al-Nuzul itu sendiri

mengandung dua pengertian. Pertama bertarti: Tinggal di suatu tempat dan berdiam

atau beristirahat di tempat itu. Kedua berarti: turunnya sesuatu dari tempat yang

tinggi menuju ke tempat yang rendah,8.

Adapun pengertian al-Qur’an merupakan kata jadian dari kata dasar “Qara’a”

(membaca). Baik membaca dengan melihat tulisan ataupun secara menghafal.9 Secara

terminology al-Qur’an adalah kitab suci umat islam yang diturunkan kepada nabi

Muhammad saw untuk menjadi pedoman hidup bagi manusia.10

Sejalan dengan itu Dr. Abd al-Shabur Syahin medefinisikan al-Qur’an sebagai

kalam Allah yang diturunkan ke dalam kalbu Muhammad saw. dengan perantaraan

wahyu – ruh al-quds – secara berangsur-angsur dalam bentuk ayat-ayat dan surah-

surah sepanjang masa kerasulan (dua puluh tiga tahun), yang diawali dengan surah al-

Fatihah dan ditutup dengan surah al-Nas, dinukilkan secara mutawatir sebagai bukti

(burhan) yang mengandung mu‘jizat atas kebenaran risalah Islam.11

Dari defenisi tersebut, maka Nuzulul Qur’an dapat diartikan sebagai ‘turunnya

al-Qur’an atau perpindahan tempat al-Qur’an. Terdapat perbedaan pendapat tentang

hakekat arti “nuzul” yang digandengkan dengan al-Qur’an, apakah hakekatnya dapat

dijangkau oleh nalar manusia, atau justru hanya Allah yang mengetahui, seperti

ungkapan ulama hingga abad ke-3 hijriyah, walaupun semua menyadari bahwa arti

8 Muhammad Abd al-Azim al-Zarqany, loc. cit.,9 Majma’ al-lugah al-Arabiyah, al-Mu‘jam al-Wasit, jld. II h. 750

10 Ramli abdul wahid, Ulumul Qur’an (Cet.2: Jakarta, Raja grafindo persada), h. 7

11 Abd al-Sabur Syahin, Hadits ’an al-Qur’an (Kairo: Dar Akhbar al-Yawm, 2000), h. 15

5

Page 7: Nuzul Al-qur'an Ismayanti

harfiah kata tersebut adalah “perpindahan dari tempat yang tinggi ke tempat yang

rendah.12

Sejalan dengan itu Az Zarqani menjelaskan bahwa kata nuzul mempunyai

makna dasar (perpindahan sesuatu dari atas ke bawah) atau (suatu gerak dari atas

kebawah). Menurutnya, dua batasan tersebut memang tidak layak diberikan untuk

maksud diturun-kannya Al Qur’an oleh Allah, karena keduanya hanya lebih tepat dan

lazim dipergunakan dalam hal yang berkenaan dengan tempat dan benda atau materi

yang mempunyai berat jenis (BJ) tertentu. Sedangkan Al Qur’an bukan semacam

benda yang memerlukan tempat perpindahan dari atas ke bawah. Tapi yang benar

adalah memahami bahwa kata nuzul itu bersfat majazi, yakni pengertian nuzul Al

Qur’an bukan tergambar dalam wujud perpindahannya Al Qur’an, atau Al Qur’an itu

turun dari atas ke bawah, tetapi harus di pahami sebagai pengetahuan bahwa Al

Qur’an telah diberitakan oleh Allah SWT kepada penghuni langit dan bumi. Di sini

terkandung maksud bahwa nuzul harus di ta’wilkan dengan kata i’lam yang berarti

pemberitahuan atau pengajaran. Maka nuzul Al Qur’an berarti proses pemberitaan

atau penyampaian ajaran Al Qur’an yang terkandung di dalamnya.13

2. Proses Turunnya Al-Qur’an

12 Ibnu Mantsur al-Anshary, Lisan al-arab, Juz XIV, h. 182

13 Syakur Sf, M, ‘Ulumul al-Qur’an, semarang : PKPI2-FAI Universitas Wahid Hasyim, h.31

6

Page 8: Nuzul Al-qur'an Ismayanti

Proses turunnya al-Qur’an adalah melalui tiga tahapan yaitu14 ;

a. Al-Qur’an turun secara sekaligus dari Allah ke Lauh al-mahfuz. Yaitu suatu

tempat yang merupakan catatan tentang segala ketentuan dan kepastian Allah.

Proses pertama ini diisyaratkan dalam Q.S. Al-Buruj (85) : 21-22

b. Al-Qur’an diturunkan dari Lauh al-mahfuz ke Bait al-Izzah. Yaitu tempat yang

berada di langit dunia. Dan sekaligus pada malam Lailatul Qader pada bulan

ramadhan15 Proses kedua ini diisyaratkan Allah dalam Q.S. Al-Qadr (97) :1

c. Al-Qur’an diturunkan dari Bait al Izzah kedlam hati Nabi dengan jalan berangsur-

angsur sesuai dengan kebutuhan. Adakalanya satu ayat,dua ayat dan bahkan

kadang-kadang satu surat. Proses ketiga ini diisyaratkan Allah dalam Q.S. Asy-

Syu’ara’ (26) 193-195

Turunnya al-Qur’an, baik itu dari Lauh Mahfuzh ke langit dunia, maupun dari

langit dunia kepada nabi Muhammad s.a.w, dalam hal ini terdapat beberapa

pandangan ulama:

a. Turunnya al-Qur’an dari Lauh Mahfudz ke Baitul ‘Izzah (bagian dari

langit dunia) dengan sekaligus pada malam lailatul qadr di bulan ramadhan16.

b. Turunnya al-Qur’an sebanyak 20 kali malam lailatul qadr dalam 20

tahun ke langit dunia, atau 23 kali dalam 23 tahun, atau 25 kali dalam 25 tahun.

14 Rosihon anwar, Ulum Al-Qur’an, (Cet.III. Bandung : Pustaka setia) h. 34

15 Muhammad Muhammad Abu Syuhbah, al-Madkhal li Dirasati al-Qur’an al-Karim (Riyad: Dar al-Liwa’,1978), h. 49

16 ? Ibid.,

7

Page 9: Nuzul Al-qur'an Ismayanti

Pada tiap malam lailatul qadr diturunkan sesuai dengan ketentuan Allah pada

tahun itu dan kemudian diturunkan secara berangsur-angsur sepanjang tahun.

c. Permulaan turunnya al-Qur’an pada malam lailatul qadr. Kemudian

diturunkan setelah itu dengan berangsur-angsur dalam berbagai waktu 17

Dalil yang membuktikan adanya al-Qur’an telah turun secara sekaligus dan

kemudian turun secara berangsur-angsur, adalah perbedaan makna ‘al-tanzil’ masdar

dari ’dan ‘al-inzal ”نزل“ masdar dari Ulama bahasa telah membedakan .”أنزل“

antara makna al-tanzil dan al-inzal tersebut, bahwa al-tanzil maknanya adalah apa

yang diturunkan secara terpisah-pisah, sedangkan al-inzal adalah apa yang diturunkan

secara umum.18

Lafazh ‘al-inzal’ pada umumnya dipergunakan oleh orang-orang arab untuk

mengungkapkan sesuatu yang turun sekaligus sedangkan lafazh ‘al-tanzil’

dipergunakan untuk sesuatu yang turun berangsur-angsur19

Manna’ al-Qattan menyebutkan,20 bahwa proses turunnya al-Qur’an, menurut

pendapat yang kuat, bisa dibagi dua macam: Pertama, turunnya secara sekaligus pada

malam lailatul qadr ke Bait al-‘Izzah, yaitu bagian dari langit dunia. Kedua, turunnya

secara berangsur-angsur ke bumi yang diterima oleh Nabi Muhammad saw. melalui

malaikat Jibril.

17 ? Salahuddin Arqadan, Mukhtashar al-Itqan fi Ulum al-Qur’an li as-Suyuti (Beirut: Dar an-Nafais, 1987) h. 45.

18 ? Manna‘a Khalil al-Qattan, op.cit., h. 105.19 Muhammad Muhammad Abu Syuhbah, loc. cit.,20 Manna‘ Khalil al-Qattan, op. cit., h. 95

8

Page 10: Nuzul Al-qur'an Ismayanti

A. Turunnya al-Qur’an secara sekaligus

“Sesungguhnya Kami telah turunkan al-Qur’an pada malam qadr.” (Q.S. al-Qadr: 1)

“Sesungguhnya Kami telah turunkan al-Qur’an pada malam yang diberkati.” (Q.S. al-Dukhan: 3)

Tidak ada kontradiksi dalam makna ayat-ayat tersebut, karena lailah

mubarakah (malam yang diberkati) adalah malam lailatul qadr yang terdapat pada

bulan Ramadhan.21 kesemua ayat diatas menyebutkan tentang sebuah peristiwa pada

suatu malam yang mubarakah.

Al-Qurtubi mengatakan bahwa pendapat yang paling kuat dan paling masyhur

adalah al-Qur’an turun secara sekaligus dari Lauh Mahfuzh ke Bait al-‘Izzah bagian

dari langit dunia22

Ibn ‘Abbas dan sejumlah ahli tafsir berpendapat,dan pendapat ini yang

dipegang oleh Jumhur bahwa yang dimaksud dengan nuzul al-Qur’an dalam kedua

ayat tersebut adalah turunnya secara sekaligus ke Bait al-‘Izzah, yaitu bagian dari

langit dunia, sebagai penghormatan terhadap keagungan al-Qur’an di sisi para

malaikat, kemudian setelah itu baru turun secara berangsur-angsur kepada Rasulullah

saw. selama dua puluh tiga tahun.23

21 ? Ibid.,22 Shalahuddin Arqadan, op.cit., 9523 Manna‘a Khalil al-Qattan, op.cit, h. 96.

9

Page 11: Nuzul Al-qur'an Ismayanti

Pendapat inilah yang banyak didukung oleh riwayat-riwayat yang shahih dari

Ibn ‘Abbas, di antaranya diriwayatkan dari Ibn ‘Abbas mengatakan, “al-Qur’an telah

diturunkan pada malam lailatul qadr dalam bulan Ramadhan ke langit dunia secara

sekaligus, kemudian setelah itu diturunkan secara berangsur-angsur.” (H.R. al-

Thabraniy).24

Namun Muhammad Abduh berpendapat bahwa riwayat-riwayat ini sama

sekali tidak sah dan tidak dapat diperpegangi karena tidak mutawatir (tidak

diriwayatkan oleh banyak orang) sementara tidak boleh berpegang kepada hal yang

tidak pasti. apalagi dalam hal aqidah seperti ini.

Akan tetapi pendapat ini dibantah oleh Abu Syuhbah, beliau mengatakan

bahwa permasalahan nuzul al-Qur’an, bukanlah hal aqidah yang harus dengan

riwayat-riwayat mutawatir baru dapat diterima, hal ini berbeda dengan aqidah tentang

keberadaan Allah. Banyak perkara-perkara langit (ghaib) yang diterima tanpa riwayat

mutawatir, dengan riwayat-riwayat yang shahih saja sudah cukup.25

Lebih lanjut Muhammad Abduh, sebagaimana yang dikutip oleh Hasbi Ash

Shiddiqy, mengatakan bahwa riwayat-riwayat ini sama sekali tidak sah. Sebenarnya

hanya merupakan beberapa tambahan yang dimaksudkan untuk memuliakan puasa.

Tuhan tidak menerangkan bahwa al-Qur’an itu diturunkan sekaligus dalam bulan

Ramadhan, dan tidak pula menerangkan bahwa al-Qur’an itu diturunkan dari Lauh

24 Ibid.,25 Muhammad Muhammad Abu Syuhbah, op. cit., h. 52

10

Page 12: Nuzul Al-qur'an Ismayanti

Mahfuzh. Maka kalau demikian tetaplah al-Qur’an terpelihara dengan sempurna di

Lauh Mahfuzh, sesudah diturunkannya dari Lauh Mahfuzh itu ke bumi.26

Sedangkan menurut Jumhur, lafaz-lafaz al-Qur’an yang tertulis di Lauh

Mahfuzh itu yang dipindahkan turun ke bumi, dengan demikian tidak ada lagi lafaz-

lafaz al-Qur’an di Lauh Mahfuzh.27

Akan tetapi Hasbi Ash Shiddiqy membantah pernyataan Jumhur tersebut,

bahwa yang diturunkan bukanlah lafaz-lafaz yang termaktub di sana yang dibawa

turun, namun lafaz-lafaz hanya disalin lalu diturunkan. Sama halnya dengan orang

yang menghafal isi kitab; isi kitab tetap berada dalam kitab, yang disalin pun persis

sebagaimana yang tertulis di kitab itu.28

Namun As-Sya‘abiy berpendapat lain mengenai nuzul al-Qur’an, bahwa yang

dimaksud dengan nuzul al-Qur’an, adalah permulaan turunnya kepada Nabi

Muhammad saw., yaitu diturunkan di malam lailatul qadr pada bulan Ramadhan,

yaitu lailah mubarakah (malam yang diberkati), kemudian setelah itu terus-menerus

turun sacara bertahap sesuai dengan peristiwa yang ada, selama lebih kurang dua

puluh tiga tahun. Maka al-Qur’an punya proses turun satu kali saja, yaitu turunnya

secara bertahap kepada Rasulullah saw., karena itulah yang diungkapkan oleh al-

Qur’an.29

26 M. Hasbi Ash Shiddiqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an/Tafsir (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), h. 57.

27 Ibid.,28 ibid.,29 Manna‘ Khalil al-Qattan, op.cit., h. 97.

11

Page 13: Nuzul Al-qur'an Ismayanti

Tidak ada perselisihan di antara ulama dalam menetapkan bahwa malam

permulaan turunnya al-Qur’an adalah pada bulan Ramadhan, karena ketetapan ini

ditegaskan oleh al-Qur’an sendiri dengan mengatakan, “Bulan Ramadhan, yaitu bulan

di mana al-Qur’an telah diturunkan.” (Q.S. al-Baqarah: 185). Namun terdapat

perbedaan pendapat tentang hari keberapa al-Qur’an itu diturunkan pada bulan

Ramadhan itu?

Ibn Ishaq menyatakan, bahwa malam pertama turunnya al-Qur’an adalah pada

malam ketujuh belas. Penetapan ini didasarkan pada isyarat al-Qur’an itu sendiri,

“Jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba

Kami (Muhammad) di hari Furqan.” (Q.S. al-Anfal: 41).30

Adapun yang dimaksud dengan hari al-Furqan ialah hari jelasnya kemenangan

Islam dan kekalahan orang kafir, yaitu hari bertemunya dua pasukan pada perang

Badar.31 Yang demikian itu tepat jatuhnya pada hari Jumat tanggal 17 Ramadhan,

tahun kedua hijriyah.32

B. Turunnya al-Qur’an Secara Berangsur-angsur

Al-Qur’an diturunkan kepada Rasulullah saw. secara berangsur-angsur, bukan

sekaligus semuanya. Memang sudah diperoleh kenyataan dari pemeriksaan yang

30 Departemen Agama, op.cit. h. 267.31 Ibid.,32 M. Hasbi Ash Shiddiqy, op.cit., h. 53.

12

Page 14: Nuzul Al-qur'an Ismayanti

lengkap, bahwa al-Qur’an itu diturunkan menurut keperluan; lima ayat, sepuluh ayat,

kadang-kadang lebih dan kadang-kadang hanya diturunkan satu ayat.33

Al-Qur’an pertama kali diturunkan kepada Nabi ketika Nabi sedang

berkhalwat di gua Hira pada malam Senin tanggal 17 Ramadhan, tahun 41 dari

kelahiran Nabi Muhammad saw., bertepatan dengan 6 Agustus 610 M.34 Dan ayat-

ayat pertama yang turun sebagaimana yang sudah masyhur adalah lima ayat pertama

surah al-‘Alaq.

Ulama bahasa telah membedakan antara makna ‘al-tanzil’ masdar dari “

-maknanya adalah apa yang diturunkan secara terpisah-pisah sedangkan ‘al ,”نزل

inzal’ masdar dari ,.”أنزل“ makna al-inzal adalah apa yang diturunkan secara

umum. Merupakan dalil yang membuktikan adanya al-Qur’an telah turun secara

sekaligus dan kemudian turun secara berangsur-angsur, adalah perbedaan makna dari

kedua kata tersebut.

Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa ayat-ayat yang menggunakan kata-kata

"al-inzal" atau "anzala" adalah menunjukkan turunnya al-Qur’an secara sekaligus ke

langit dunia, seperti dalam (Q.S. al-Qadr: 1) dan (Q.S. al-Dukhan: 3):

Sedangkan ayat-ayat yang menggunakan lafaz tanzil atau nazzala adalah

menunjukkan penurunan al-Qur’an secara bertahap melalui malaikat Jibril kepada

kalbu Muhammad saw. Misalnya (Q.S.al-Syu’ara: 192-194):

33 Ibid., h. 63.34 Ibid., h. 37.

13

Page 15: Nuzul Al-qur'an Ismayanti

3. Cara Turunnya Wahyu (Al-Qur’an) Kepada Nabi Muhammad saw.

Menurut al-Qattan dalam bukunya “Mabahits Fi Ulum al-Qur’an” bahwa ada

dua cara penyampaian wahyu oleh malaikat Jibril kepada nabi, yaitu:

1. Datang kepadanya suara seperti gerincingan lonceng dan suara yang amat

kuat yang mempengaruhi faktor kesadaran, hingga ia dengan segala kekuatannya

siap menerima pengaruh itu, cara ini yang paling berat buat Rasulullah saw.

dengan cara ini, maka ia mengumpulkan segala kekuatan kesadarannya untuk

menerima, menghapal dan memahaminya.

2. Malaikat menjelma kepada rasul sebagai seorang laki-laki dalam bentuk manusia.

Cara yang demikian itu lebih ringan dari cara yang sebelumnya, karena adanya

kesesuaian antara pembicara dan pendengar. Rasul merasa senang sekali

mendengar apa yang disampaikan oleh utusan pembawa wahyu itu.35

Kemudia timbul pertanyaan bagaimana komunikasi ini dapat terjadi, padahal

terdapat perbedaan watak, karena perbedaan tingkat eksistensi? Jawabannya adalah

adanya perubahan yang terjadi pada salah satu dari dua pihak yang terlibat dalam

proses komunikasi, sehingga komunikasi dengan pihak lain dapat dimungkinkan.

Pertama: Rasulullah berubah dari status kemanusiaannya dan masuk dalam status

kemalaikatan, kemudian menerima wahyu dari Jibril. Kedua: malaikat mengubah diri

35 ? Manna‘ Khalil al-Qattan, op.cit., h. 33

14

Page 16: Nuzul Al-qur'an Ismayanti

masuk ke status kemanusiaan, sehingga rasulullah dapat menerima wahyu dari

Jibril.36 Perubahan yang pertamalah yang paling berat.

Menurut Ibnu Khaldun sebagaimana yang dikutip oleh Khairon Nahdhiyyin, “

dalam kaitannya dengan komuniakasi antara rasulullah saw. dengan Jibril. Ada dua

keadaan, pertama: Rasulullah saw. melepaskan kodratnya sebagai manusia yang

bersifat jasmani untuk berhubungan dengan malaikat yang rohani sifatnya. Kedua:

malaikat berubah dari yang rohani semata menjadi manusia jasmani.37

4. Hikmah Turunnya Al-Qur’an:

Hikmah turunnya al-Qur’an dapat dibagi menjadi dua bahagian, sesuai dengan

keadaan turunnya al-Qur’an itu sendiri.

a. Hikmah turunnya secara sekaligus:

Abu Syamah dalam bukunya ‘al-Mursyid al-Wajiz’ menyebutkan, bahwa

rahasia atau hikmah diturunkannya al-Qur’an secara sekaligus ke langit dunia adalah

untuk meninggikan derajatnya dan derajat orang yang diturunkan kepadanya, yaitu

dengan memberi penyampaian kepada penduduk langit tujuh, bahwasanya inilah

kitab terakhir yang diturunkan kepada rasul terakhir terhadap umat paling mulia,

Kami telah mendekatkannya kepada mereka untuk selanjutkan akan Kami turunkan

kepada mereka, sekiranya bukan karena hikmah ilahiyah (sunnatullah) yang

menghendaki adanya kitab ini turun kepada mereka secara bertahap seiring dengan

peristiwa yang terjadi, niscaya ia akan turun ke bumi secara sekaligus, sebagaimana 36 ? Badruddin Muhammad bin Abdillah al-Zarkasyi, al-Burhan Fi Ulum al-Qur’an, (Cet. III, Beirut; Dar al-Ma’rifah li at-Thiba’ah), h. 22937 ? Khoiron Nahdliyyin, Tekstualis al-Qur’an, terj. Mafhum an-Nash Dirasah fi Ulum al-Qur’an,(Yogyakarta; LKis,2003), h.43

15

Page 17: Nuzul Al-qur'an Ismayanti

halnya kitab-kitab lain sebelumnya. Akan tetapi Allah telah membedakan kitab ini

dengan kitab-kitab tersebut, sehingga Allah menjadikan baginya dua hal:

Diturunkannya secara sekaligus, kemudian diturunkan secara terpisah-pisah, sebagai

pemuliaan terhadap orang yang diturunkan kepadanya.38

Sementara al-Sakhawiy mengatakan, bahwa hikmahnya diturunkan secara

sekaligus ke langit dunia adalah untuk menyamakan antara Rasulullah dan Nabi Musa di

mana kitabnya diturunkan secara sekaligus, kemudian Muhammad dilebihkan dengan

adanya diturunkan secara bertahap agar dia mampu memeliharanya dengan baik.39

b. Hikmah turunnya secara berangsur-angsur:

Manna‘ al-Qattan menyebutkan bahwa hikmah diturunkannya al-Qur’an

secara bertahap adalah sebagai berikut:

1- Untuk mengukuhkan hati Rasulullah saw.

2- Sebagai tantangan dan menampilkan kemukjizatan.

3- Agar mudah dihafal dan dipahami.

4- Untuk menyesuaikannya dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi, dan

menciptakan kebertahapan dalam pembelakuan hukum.

5- Sebagai bukti nyata atas adanya al-Qur’an diturunkan dari Allah Yang

Maha Bijaksana dan Maha Terpuji.40

38 Jalaluddin al-Suyuthiy, al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an, Juz I (Cet. IV; Damaskus dan Beirut: Dar Ibn Katsir, 2000), h. 132.

39 Ibid.,40 Manna‘a al-Qattan, op.cit., h. 107-116.

16

Page 18: Nuzul Al-qur'an Ismayanti

6- Juga di antara hikmahnya, adalah untuk menjawab segala pertanyaan dan

problem yang muncul di kalangan kaum mu’minin.41

Dan kenyataanya, adanya kebertahapan dalam turunnya al-Qur’an itu

menunjukkan adanya wahyu telah memperlakukan fitrah manusia secara bertahap

pula sehingga tidak mengagetkannya dengan hukum-hukum taklif yang melampaui

batas kemampuannya sebagai manusia. Hal itu mengajarkan kepada kita suatu metode

pendidikan dalam mengatasi suatu fitrah yang bengkok ataupun tabiat yang

menyimpang.

BAB III

KESIMPULAN

Demikianlah makalah ini penulis buat dengan sangat sederhana mengenai

beberapa aspek Nuzulul Qur’an. Dari pemaparan di atas, penulis dapat menarik

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

41 Abd al-Shabur Syahin, op.cit., h. 23.

17

Page 19: Nuzul Al-qur'an Ismayanti

1. Nuzulul Qur’an maknanya adalah turunnya al-Qur’an, dalam pengertian “al-

Qur’an” secara terminologi. Dan pembahasan Nuzulul Qur’an adalah pembahasan

tentang proses turunnya wahyu al-Qur’an kepada Rasulullah saw.

2. Proses turunnya al-Qur’an dapat dibagi pada dua bagian: Pertama, turunnya

secara sekaligus pada malam lailatul qadr ke langit dunia. Kedua, turunnya secara

bertahap kepada Nabi saw. melalui malaikat Jibril.

3. Cara turunnya wahyu (al-Qur’an) kepada Rasulullah saw. melalui perantaraan

malaikat Jibril ada dua macam: 1) datang kepadanya suara seperti gerincingan

lonceng dan suara yang amat kuat. 2) malaikat menjelma kepada rasul sebagai

seorang laki-laki dalam bentuk manusia.

4. Hikmah turunnya al-Qur’an

1) Secara sekaligus kepada Nabi saw. adalah:

a. Untuk meninggikan derajat al-Qur’an dan derajat orang-orang yang

diturunkan kepadanya.

b. untuk menyamakan antara Rasulullah dan Nabi Musa dan kitab-kitab

samawi lainnya, dimana kitab-kitab tersebut diturunkan secara sekaligus,

kemudian Muhammad dilebihkan dengan adanya diturunkan secara

bertahap.

2) Secara sekaligus kepada Nabi saw. adalah:

a. Untuk mengukuhkan hati Rasulullah saw.

18

Page 20: Nuzul Al-qur'an Ismayanti

b. Sebagai tantangan dan manampakkan kemukjizatannya.

c. Untuk memudahkan dihafal dan dipahami.

d. Penyesuaian dengan peristiwa aktual yang terjadi, dan terciptanya

kebertahapan pemberlakuan hukum.

e. Sebagai bukti adanya al-Qur’an turun dari Allah.

f. Untuk menjawab pertanyaan dan permasalahan yang muncul dikalangan

kaum muslimin.

19

Page 21: Nuzul Al-qur'an Ismayanti

DAFTAR PUSTAKA

Al-Zarqaniy, Muhammad Abd al-‘Azhim. Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum al-Qur’an, Juz I. Beirut: Dar al-Kitab al-‘Arabi: 1995

Al-Zarkasyi, Badruddin Muhammad bin Abdillah, al-Burhan Fi Ulum al-Qur’an, (Cet. III, Beirut; Dar al-Ma’rifah li at-Thiba’ah)

Al-Qattan, Manna` Khalil. Mabahis fi `Ulum al-Qur’an. Kairo: Maktabah Wahbah,2000.

Al-Suyuthiy, Jalaluddin. al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an, Juz I. Cet. IV; Damaskus dan Beirut: Dar Ibn Katsir, 2000.

Anwar, Rosihon, Ulumul Qur’an, Cet.3, Bandung Pustaka Setia; 2012

Arqadan, Shalahuddin. Mukhtashar al-Itqan fi Ulum al-Qur’an li as-Suyuthi. Beirut: Dar an-Nafais, 1987

Ash Shiddiqy, Hasby. Sejarah dan Pengantara Ilmu al-Qur’an/Tafsir. Jakarta: Bulan Bintang, 1992.

Departemen Agama R.I. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Medinah: Mujamma‘ al-Malik Fahd li Thiba‘ah al-Mushhaf al-Syarif, 1418 H.

Ibnu Mantsur, Lisan al-Arab, Jilid 2. Beirut: Dar al-Kitab al-‘Ilmiah, 1993

Majma‘ al-Lugah al-‘Arabiyah, al-Mu‘jam al-Wasit, jld. II. [t.p.], [t.t.].

Mardan, Dasar-Dasar Materi kuliah Ulumul Qur’an, UIN Makassar : 2001

Muhammad,Muhammad Abu Syuhbah, al-Madkhal li Dirasati al-Qur’an al-Karim. Riyad: Dar al-Liwa’,1978

Nahdliyyin, Khoiron, Tekstualis al-Qur’an, terj. Mafhum an-Nash Dirasah fi Ulum al-Qur’an,Yogyakarta; LKis,2003

Shihab, M. Quraish. Membumikan al-Qur’an. Cet. I; Bandung: Mizan, 1992.

Syahin, Abd al-Sabur. Hadits ‘an al-Qur’an. Kairo: Dar Akhbar al-Yawm, 2000.

Wahid, Ramli Abdul, Ulumul qur’an, Cet.2. Jakarta Raja Grafindo persada, 1994

20