NAMA : NOVIA NUR R. NIM : 1102912 MATA KULIAH : MANAJEMEN STRESS DAN KONFLIK JAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER 1. Konflik dalam Organisasi a. Makna Konflik dalam Organisasi Konflik dalam organisasi sering dilihat sebagai sesuatu yang negatif. Oleh sebab itu, penanganan yang dilakukan pun diarahkan kepada pernyelesaian konflik. Sebuah realita bahwa konflik merupakan sesuatu yang sulit dihindari karena berkaitan erat dengan proses interaksi manusia. Karenanya, yang dibutuhkan bukan meredam konflik, tapi bagaimana menanganinya sehingga bisa membawa dampak yang tidak negatif bagi organisasi. Akan tetapi tidak semua konflik merugikan, asalkan konflik tersebut ditata dengan baik maka dapat menguntungkan organisasi. Dan semua anggota bisa menjadikan konflik dalam organisasi sebagai sebuah pembelajaran dan bagian pertimbangan atas banyaknya pemikiran-pemikiran yang berbeda pada setiap anggota organisasi. b. Faktor Penyebab Konflik dalam Organisasi Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan. Setiap adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang
29
Embed
Novia Nur R 1102912 Manajemen Stress Konflik Uts Ap415 2014
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
NAMA : NOVIA NUR R.
NIM : 1102912
MATA KULIAH : MANAJEMEN STRESS DAN KONFLIK
JAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER
1. Konflik dalam Organisasi
a. Makna Konflik dalam Organisasi
Konflik dalam organisasi sering dilihat sebagai sesuatu yang negatif. Oleh sebab
itu, penanganan yang dilakukan pun diarahkan kepada pernyelesaian konflik.
Sebuah realita bahwa konflik merupakan sesuatu yang sulit dihindari karena
berkaitan erat dengan proses interaksi manusia. Karenanya, yang dibutuhkan
bukan meredam konflik, tapi bagaimana menanganinya sehingga bisa membawa
dampak yang tidak negatif bagi organisasi. Akan tetapi tidak semua konflik
merugikan, asalkan konflik tersebut ditata dengan baik maka dapat
menguntungkan organisasi. Dan semua anggota bisa menjadikan konflik dalam
organisasi sebagai sebuah pembelajaran dan bagian pertimbangan atas banyaknya
pemikiran-pemikiran yang berbeda pada setiap anggota organisasi.
b. Faktor Penyebab Konflik dalam Organisasi
Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki
pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan
pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini
dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani
hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.
Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman,
tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa
terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
Perbedaan latar belakang sehingga membentuk pribadi-pribadi yang
berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran
dan pendirian Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya
akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang yang
berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing
orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-
kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang
berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal
pemanfaatan Para tokoh menanggap hutan sebagai kekayaan budaya
yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan
tidak boleh ditebang. Para menbang pohon-pohon karena dianggap
sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau Bagi para
pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor
guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta
lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus
dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu
kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik
sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula
menyangkut bidang, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok
atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok
buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di
antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai,
sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk
dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.
Perubahan-perubahan yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika
perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan
tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada
masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang
mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada
masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat
berubah menjadi nilai-nilai masyarakat. Nilai-nilai yang berubah itu
seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja
dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan
kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam
formal Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-
nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah
menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat
dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat
atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di
masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk
perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat
yang telah ada.
c. Bentuk Konflik
Berdasarkan bentuknya, konflik dibagi atas tiga yaitu:
1. Pseudo Conflict
Pseudo Conflict atau konflik tersembunyi (konflik batin) adalah sebuah bentuk
konflik yang masih tersembunyi namun menuntuk kewaspadaan atau antisipasi
kalau-kalau muncul ke permukaan.
Contoh Pseudo Conflict: Konflik Batin
Seorang yang baru lulus dari SMK jurusan Teknik Informatika mendapat tawaran
pekerjaan di sebuah perusahaan periklanan. Perusahaan ini mengkhususkan diri
memproduksi iklan-iklan berbentuk animasi untuk ditampilkan di televisi.
Pemuda ini memang lulusan dari program studi Teknik Informatika, tetapi jurusan
yang diambil bukan multi media melainkan jurusan jaringan. Karena itu, ia tidak
tahu banyak mengenai program-program aplikasi yang dibutuhkan dalam
pembuatan animasi. Hal ini ia sadari betul. Ia sangat yakin jika ia terima tawaran
tersebut pasti tidak bisa bekerja dengan baik, bahkan akan mengecewakan
perusahaan tersebut. Namun di sisi lain, melihat sulitnya mencari lapangan kerja
dan besarnya gaji yang ditawarkan oleh perusahaan iklan itu, ia sangat ingin
menerima tawaran tersebut. Ia bingung untuk menentukan sikap, menerima atau
menolak tawaran itu. Pertentangan ini membuat dia murung sepanjang waktu.
2. Silent Conflict
Silent Conflict atau konflik semu adalah suatu bentuk konflik yang belum
dinyatakan dan masih bersifat koar-koar (adu mulut) atau istilah familiarnya
Perang Dingin.
Contoh Silent Conflict: Perang Dingin antara Rusia dengan Negara-negara Barat
(AS dan NATO)
“Rusia tidak menghendaki perang dingin, tetapi juga tidak takut menghadapinya.
Dan, kalau Pakta NATO berniat putus hubungan dengan Rusia, maka silahkan
saja. Itu tidak masalah bagi Rusia. Kalau karena itu, Rusia tidak diterima menjadi
anggota organisasi perdagangan dunia WTO, maka juga tidak apa-apa. Semua
syarat menjadi anggota WTO yang sudah diterima Rusia tapi merugikan
perekonomian negeri beruang merah itu akan dibekukan”. (petikan pidato
Presiden Rusia)
Babak baru perang dingin antara Rusia dan Barat telah dimulai. Indikasi
dimulainya perang dingin ini adalah silang pendapat Rusia dan Barat dalam
menyikapi berbagai persoalan seperti, rencana penempatan sistem anti rudal AS
di Eropa Timur, keluarnya Moskow dari perjanjian pengurangan senjata
konvensional di Eropa, keberatan Rusia atas usaha Barat untuk memisahkan
Kosovo dari Serbia, dideportasinya diplomat Rusia dan Inggris menyusul
meningkatnya aktifitas spionase kedua negara ini.
Sejak runtuhnya Uni Soviet dan pembubaran perjanjian Pakta Warsawa, dengan
pimpinan AS, NATO mempergunakan kesempatan berkurangnya keamanan di
Eropa Timur dan berkurangnya pengaruh Rusia di kawasan tersebut untuk
memperluas jangkauan kekuasaannya ke wilayah tersebut. Dalam kesempatan ini,
AS dalam usahanya melemahkan pertahanan Rusia, pada tahun 2001 dengan
sepihak telah keluar dari perjanjian pelarangan pengembangan Rudal anti Balistik
(ABM) yang disepakati pada tahun 1972, dan melaksanakan draf sistem anti rudal
di Eropa Timur. Oleh karenanya Rusia melihat rencana Wasington ini
mengancam stabilitas negaranya.
Setelah 17 tahun runtuhnya Uni Soviet, Rusia dan Barat belum pernah melakukan
langkah positif untuk menyelesaikan berbagai persoalan diantara mereka. Sebagai
dua kekuatan yang saling bersaing, Rusia dan Barat selalu mengejar kepentingan-
kepentingan yang saling bertentangan. Penentangan Rusia terhadap usaha Barat
untuk memisahkan Kosovo dari Serbia dapat dinilai sebagai persaingan mereka
dalam bidang Geostrategis. AS dan Uni Eropa tengah berusaha mengurangi
pengaruh tradisional Rusia di kawasan Balkan. Namun tekanan Barat atas Rusia
akan mempengaruhi pula perilaku negara ini di kawasan-kawasan lain di dunia.
Jelas sekali bahwa dalam rangka menghadapi ancaman-ancaman Barat, Rusia
akan memperkuat hubungannya dengan kekuatan-kekuatan regional seperti Cina
dan India, juga dengan lembaga-lembaga regional seperti Organisasi Kerjasama
Shanghai (SCO).
3. Actual Conflict
Actual Conflict adalah konflik yang nyata terjadi antara satu pihak dengan pihak
lain dengan menggunakan kekuatan fisik maupun senjata api dan senjata tajam.
Contoh Actual Conflict: Invasi Militer Amerika serikat ke Irak
Invasi Irak 2003 dengan kode “Operasi Pembebasan Irak” secara resmi mulai
pada tanggal 20 Maret 2003. Tujuan resmi yang ditetapkan Amerika Serikat
adalah untuk “melucuti senjata pemusnah masal Irak, mengakhiri dukungan
Saddam Hussein kepada terorisme, dan memerdekakan rakyat Irak”. Sebagai
persiapan, pada 18 Februari 100.000 tentara Amerika Serikat dimobilisasikan di
Kuwait. Amerika Serikat menyediakan mayoritas pasukan untuk invasi ini,
dengan dukungan dari pasukan koalisi yang terdiri dari lebih dari 20 negara dan
suku Kurdi di utara Irak. Invasi Irak 2003 inilah yang menjadi pembuka Perang
Irak.
Invasi Amerika terhadap Irak pada 20 Maret 2003 tepatnya pukul 05.35 waktu
Irak, yaitu negeri yang porak poranda akibat perang teluk serta perang
berkepanjangan ditambah dengan sanksi ekonomi yang dipaksakan PBB. Dengan
dalih keamanan dunia dengan menuduh Irak mengembangkan senjata pemusnah
masal, serta mengusung HAM dan demokrasi dengan menjatuhkan Rezim Sadam.
Menjadikan geram negara-negara eropa, bahkan seluruh dunia. Dan sekaligus hal
ini semakin memperjelas ambisi Amerika untuk menguasai dunia setelah
sebelumnya menguasai Afghanistan.
Okupasi yang kemudian dilakukan oleh pasukan koalisi pimpinan Amerika
Serikat mengakibatkan berlanjutnya peperangan antara para pemberontak dengan
pasukan koalisi. Tentara Baru Irak lalu dibentuk untuk menggantikan tentara lama
Irak setelah dibubarkan oleh koalisi, dan diharapkan tentara baru ini akan
mengambil alih tugas-tugas koalisi setelah mereka pergi dari Irak. Dan diantara
peperangan yang terjadi antara para pemberontak, koalisi, dan tentara baru Irak,
perang saudara antar kelompok mayoritas Syi’ah dan minoritas Sunni masih
berlanjut sampai sekarang. Sebab dan akibat terjadinya perang ini sampai kini
masih kontroversial.
d. Karakteristik Konflik
Konflik terjadi ketika ada dua atau lebih nilai, sudut pandang,prinsip, atau
pendapat berkontradiksi satu sama lain.
Konflik dapat terjadi:
1. Di dalam diri kita sendiri (konflik internal), yaitu ketika merasa tak lagi hidup
di dalam sistem nilai yang kita yakini sebagai kebaikan dan kebenaran.
2. Ketika kita merasa bahwa nilai, sudut pandang, prinsip, atau pendapat kita
sedang terancam (konflik eksternal).
3. Ketika kita merasa terancam oleh ketakutan dan kekhawatiran akibat
kekurangtahuan atau oleh sesuatu yang tidak kita ketahui, atau oleh rasa
kurangnya pencapaian (konflik eksternal). Ini bisa diselesaikan dengan terus
belajar.
e. Akibat dari Konflik
Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut :
Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang
mengalami konflik dengan kelompok lain.
Keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.
Perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam,
benci, saling curiga dll.
Kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.
Dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.
Para pakar teori telah mengklaim bahwa pihak-pihak yang berkonflik dapat
memghasilkan respon terhadap konflik menurut sebuah skema dua-dimensi;
pengertian terhadap hasil tujuan kita dan pengertian terhadap hasil tujuan pihak
lainnya. Skema ini akan menghasilkan hipotesa sebagai berikut:
Pengertian yang tinggi untuk hasil kedua belah pihak akan menghasilkan
percobaan untuk mencari jalan keluar yang terbaik.
Pengertian yang tinggi untuk hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan
percobaan untuk "memenangkan" konflik.
Pengertian yang tinggi untuk hasil pihak lain hanya akan menghasilkan
percobaan yang memberikan "kemenangan" konflik bagi pihak tersebut.
Tiada pengertian untuk kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan
untuk menghindari konflik.
f. “Conflict Resolution Strategies”
1. De-eskalasi Konflik
Di tahap pertama, konflik yang terjadi masih diwarnai oleh pertikaian bersenjata
yang memakan korban jiwa sehingga pengusung resolusi konflik berupaya untuk
menemukan waktu yang tepat untuk memulai (entry point) proses resolusi
konflik. Tahap ini masih berurusan dengan adanya konflik bersenjata sehingga
proses resolusi konflik terpaksa harus bergandengan tangan dengan orientasi-
orientasi militer. Proses resolusi konflik dapat dimulai jika mulai didapat indikasi
bahwa pihak-pihak yang bertikai akan menurunkan tingkat eskalasi konflik.
Kajian tentang entry point ini didominasi oleh pendapat Zartman (1985) tentang
kondisi “hurting stalemate”. Saat kondisi ini muncul, pihak-pihak yang bertikai
lebih terbuka untuk menerima opsi perundingan untuk mengurangi beban biaya
kekerasan yang meningkat. Pendapat ini didukung oleh Bloomfied, Nupen dan
Haris (2000). Namun, ripeness thesis ini ditolak oleh Burton (1990, 88-90) yang
menyatakan bahwa
“problem-solving conflict resolution seeks to make possible more accurate
prediction and costing, together with the discovery of viable options, that would
make this ripening unnecessary”.
Dengan demikian, entry point juga dapat diciptakan jika ada pihak ketiga yang
dapat menurunkan eskalasi konflik (Kriesberg: 1991). De-eskalasi ini dapat
dilakukan dengan melakukan intervensi militer yang dapat dilakukan oleh pihak
ketiga internasional berdasarkan mandat BAB VI dan VII Piagam PBB (Crocker,
1996).
Operasi militer untuk menurunkan eskalasi konflik merupakan suatu tugas berat
yang mendapat perhatian besar dari beberapa ageni internasional. UNHCR,
misalnya, telah menerbitkan suatu panduan operasi militer pada tahun 1995 yang
berjudul
“A UNHCR Handbook For The Military On Humanitarian Operations”.
Panduan yang sama juga telah dipublikasikan oleh Institute for International
Studies, Brown University pada tahun 1997 dengan judul “A Guide to Peace
Support Operations”.
2. Intervensi Kemanusiaan dan Negosiasi Politik
Ketika de-eskalasi konflik sudah terjadi, maka tahap kedua proses resolusi konflik
dapat dimulai bersamaan dengan penerapan intervensi kemanusiaan untuk