Top Banner
V. HASIL PENGAMATAN A. Karakteristik Rumah Tangga Responden Rumah tangga petani merupakan sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan dan pada umumnya makan bersama dari satu dapur atau seseorang yang mendiami sebagian /seluruh bangunan dan mengurus rumah tangga sendiri, dengan kepala rumah tangga bekerja disektor pertanian. Pada penelitian ini, responden adalah petani yang berstatus sebagai petani penggarap. Responden pada penelitian ini berjumlah 90 orang, yang merupakan penduduk dari Kabupaten Wonogiri yang berdomisili di Daerah Aliran Sungai Keduang. Karakteristik rumah tangga responden meliputi data- data yang meliputi identitas responden dan anggota keluarga responden. Data- data tersebut meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga laki- laki maupun perempuan. Karakteristik rumah tangga responden dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 13. Karakteristik Rumah Tangga Responden di Sub DAS Keduang Kabupaten Wonogiri Tahun 2015 No. Uraian Rata- rata 1 Umur (tahun) Suami Istri 54 46 2 Tingkat Pendidikan Suami Istri 7 6 3 Jumlah Anggota Keluarga (orang) 4 Sumber: Analisis Data Primer, 2015 Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa umur rata-rata suami adalah 54 tahun dan istri 46 tahun. Umur berpengaruh terhadap produktivitas/ daya kerja. Semakin bertambahnya umur, produktivitas seseorang akan meningkat, namun akan mengalami penurunan setelah melewati masa produktif. Umur petani rata-rata adalah 54 tahun. Pendidikan formal berpengaruh terhadap pengetahuan dan wawasan seseorang. Rata-rata pendidikan petani adalah 7 tahun, atau setingkat SMP. Ini berarti tingkat pendidikan petani masih cukup rendah. Jumlah anggota rumah tangga petani 65
28

No. Uraian Rata- rata · Kabupaten Wonogiri Tahun 2015 No. Uraian Rata- rata 1 Umur (tahun) Suami Istri 54 46 2 Tingkat Pendidikan Suami Istri 7 6 3 Jumlah Anggota Keluarga (orang)

Jun 27, 2019

Download

Documents

nguyenmien
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: No. Uraian Rata- rata · Kabupaten Wonogiri Tahun 2015 No. Uraian Rata- rata 1 Umur (tahun) Suami Istri 54 46 2 Tingkat Pendidikan Suami Istri 7 6 3 Jumlah Anggota Keluarga (orang)

65

V. HASIL PENGAMATAN

A. Karakteristik Rumah Tangga Responden

Rumah tangga petani merupakan sekelompok orang yang mendiami

sebagian atau seluruh bangunan dan pada umumnya makan bersama dari satu

dapur atau seseorang yang mendiami sebagian /seluruh bangunan dan

mengurus rumah tangga sendiri, dengan kepala rumah tangga bekerja disektor

pertanian. Pada penelitian ini, responden adalah petani yang berstatus sebagai

petani penggarap. Responden pada penelitian ini berjumlah 90 orang, yang

merupakan penduduk dari Kabupaten Wonogiri yang berdomisili di Daerah

Aliran Sungai Keduang. Karakteristik rumah tangga responden meliputi data-

data yang meliputi identitas responden dan anggota keluarga responden. Data-

data tersebut meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga laki-

laki maupun perempuan. Karakteristik rumah tangga responden dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 13. Karakteristik Rumah Tangga Responden di Sub DAS Keduang

Kabupaten Wonogiri Tahun 2015

No. Uraian Rata- rata

1

Umur (tahun)

Suami

Istri

54

46

2

Tingkat Pendidikan

Suami

Istri

7

6

3 Jumlah Anggota Keluarga (orang) 4

Sumber: Analisis Data Primer, 2015

Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa umur rata-rata suami

adalah 54 tahun dan istri 46 tahun. Umur berpengaruh terhadap produktivitas/

daya kerja. Semakin bertambahnya umur, produktivitas seseorang akan

meningkat, namun akan mengalami penurunan setelah melewati masa

produktif. Umur petani rata-rata adalah 54 tahun. Pendidikan formal

berpengaruh terhadap pengetahuan dan wawasan seseorang. Rata-rata

pendidikan petani adalah 7 tahun, atau setingkat SMP. Ini berarti tingkat

pendidikan petani masih cukup rendah. Jumlah anggota rumah tangga petani

65

Page 2: No. Uraian Rata- rata · Kabupaten Wonogiri Tahun 2015 No. Uraian Rata- rata 1 Umur (tahun) Suami Istri 54 46 2 Tingkat Pendidikan Suami Istri 7 6 3 Jumlah Anggota Keluarga (orang)

66

rata-rata adalah 4 orang. Jumlah anggota keluarga petani umumnya hanyalah

kepala keluarga, istri dan 2 orang anak.

Pendidikan dan pengetahuan ibu rumah tangga dapat berpengaruh

terhadap pangan keluarga. Ibu rumah tangga merupakan pengambil keputusan

dalam konsumsi pangan, karena umumnya merekalah yang mengurusi masalah

dapur dan menyiapkan makanan bagi seluruh anggota rumah tangganya.

Apabila pengetahuan ibu rumah tangga tentang konsumsi pangan dan gizi baik,

maka ketercukupan gizi anggota rumah tangganya akan diperhatikan, sehingga

dapat memilih bahan pangan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi rumah

tangganya. Tingkat pendidikan ibu rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga Responden di Sub DAS

Keduang Kabupaten Wonogiri Tahun 2015

Tingkat Pendidikan (tahun) Ibu rumah tangga

Jumlah (orang) Prosentase (%)

Tidak Sekolah

6 (setingkat SD)

7-9 (setingkat SMP)

10-12 (setingkat SMA)

≥ 12 (akademi dan setingkat PT)

15

56

8

5

6

17,04

63,63

9,09

5,68

6,81

Jumlah 88 100

Sumber: Analisis Data Primer, 2015

Dari tabel 14dapat diketahui tingkatan pendidikan formal ibu rumah

tangga responden. Tingkat pendidikan yang paling banyak dimiliki ibu rumah

tangga adalah 6 tahun atau setingkat SD, yaitu sebanyak 56 orang atau

mencapai 63,63%. Banyaknya ibu rumah tangga lulusan SMP sebanyak 8

orang atau 9,09%, ibu rumah tangga yang tidak bersekolah sebanyak 15 orang

atau 17,04%, lulusan SMA atau setingkat terdapat 5 orang atau 5,68%,

sedangkan lulusan akademi dan setingkat PT ada 6 orang atau 6,81%.

Page 3: No. Uraian Rata- rata · Kabupaten Wonogiri Tahun 2015 No. Uraian Rata- rata 1 Umur (tahun) Suami Istri 54 46 2 Tingkat Pendidikan Suami Istri 7 6 3 Jumlah Anggota Keluarga (orang)

67

B. Pendapatan Rumah Tangga Responden

Pendapatan rumah tangga merupakan sejumlah uang yang didapat oleh

masing-masing anggota rumah tangga dari pekerjaan yang dilakukan dalam

satu bulan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Pada Tabel 15

dapat dilihat besarnya rata-rata pendapatan responden.

Tabel 15. Besarnya Rata-rata Pendapatan Responden di Sub DAS Keduang

Kabupaten Wonogiri Tahun 2015

No Pendapatan Rata-rata (Rp) Prosentase (%)

1 Pendapatan Usahatani 690.080,556 30,93

2 Pendapatan Luar Usahatani 1.540.974,074 69,07

Jumlah 2.231.054,630 100

Sumber: Analisis Data Primer, 2015

Pendapatan rumah tangga petani dikelompokkan menjadi 2, yaitu

pendapatan usahatani dan pendapatan luar usahatani. Berdasarkan Tabel 15

rata-rata pendapatan usahatani responden yaitu sebesar Rp. 690.080,556 per

bulan. Rata-rata besarnya pendapatan sampingan rumah tangga petani adalah

sebesar Rp 1.540.974,074 per bulan. Dalam penelitian ini, prosentase

pendapatan usahatani rumah tangga sebesar 30,93%, sedangkan prosentase

pendapatan luar usahatani rumah tangga sebesar 69,07%. Besarnya prosentase

pendapatan usahatani rumah tangga lebih kecil dari pendapatan luar usahatani

rumah tangga. Pekerjaan ibu rumah tangga antara lain adalah buruh tani, buruh

rumah tangga, buruh goni, berdagang di pasar maupun warung. Pendapatan

ibu rumah tangga dapat menjadi tambahan pemasukan dalam rumah tangga,

sehingga pendapatan rumah tangga bertambah. Pendapatan luar usahatani

rumah tangga diperoleh juga dari pendapatan anggota rumah tangga lainnya,

misalnya dari mertua. Selain itu, juga diperoleh dari pemberian, hadiah ataupun

sumbangan.

C. Pengeluaran Rumah Tangga Responden

Pengeluaran rumah tangga adalah biaya yang dikeluarkan untuk

konsumsi semua anggota rumah tangga. Konsumsi rumah tangga digolongkan

menjadi 2 yaitu konsumsi pangan dan non pangan tanpa memperhatikan asal

barang dan terbatas pada pengeluaran untuk kebutuhan rumah tangga saja,

Page 4: No. Uraian Rata- rata · Kabupaten Wonogiri Tahun 2015 No. Uraian Rata- rata 1 Umur (tahun) Suami Istri 54 46 2 Tingkat Pendidikan Suami Istri 7 6 3 Jumlah Anggota Keluarga (orang)

68

tidak termasuk pengeluaran untuk usaha. Tabel 16 merupakan besarnya

pengeluaran rumah tangga responden.

Tabel 16. Rata-Rata Pengeluaran Per Bulan Rumah Tangga Responden di Sub

DAS Keduang Kabupaten Wonogiri Tahun 2015

No. Jenis Pengeluaran Rata-rata (Rp) Prosentase (%)

1.

Pengeluaran Pangan

a. Padi-padian

b. Sayur- sayuran

c. Bumbu-bumbuan

d. Kacang-kacagan

e. Telur dan Susu

f. Daging

g. Minuman

h. Tembakau

i. Makanan dan Minuman

jadi

j. Buah-buahan

k. Minyak dan Lemak

l. Ikan

m. Konsumsi lain

n. Umbi-umbian

146.118,19

110.661,11

107.137,70

80.171,11

65.479,44

60.348,37

57.857,78

48.536,67

47.959,44

46.471,11

39.710,00

34.315,74

34.160,00

20.675,56

57,30

16,24

12,3

11,91

8,91

7,28

6,71

6,43

5,4

5,33

5,17

4,41

3,81

3,8

2,3

Jumlah 899.602,19 100

2.

Pengeluaran Non Pangan

a. Keperluan sosial

b. Barang dan Jasa

c. Biaya Pendidikan

d. Perumahan

e. Sandang

f. Biaya Kesehatan

g. Pajak dan asuransi

h. Barang tahan lama

218.898,59

139.501,67

110.434,60

80.714,44

37.140,76

35.654,63

31.555,23

16.597,31

42,7

32,65

20,81

16,47

12,04

5,54

5,32

4,71

2,48

Jumlah 670.497,26 100

Jumlah 1.570.099,45 100

Sumber: Analisis Data Primer, 2015

Tabel 16 menunjukkan besarnya rata-rata pengeluaran perbulan rumah

tangga responden. Besarnya pengeluaran untuk pangan adalah Rp

899.602,19/bulan dan pengeluaran non pangan sebesar Rp 670.497,26/bulan,

sehingga rata-rata pengeluaran rumah tangga responden sebesar Rp

1.570.099,45/bulan.

Page 5: No. Uraian Rata- rata · Kabupaten Wonogiri Tahun 2015 No. Uraian Rata- rata 1 Umur (tahun) Suami Istri 54 46 2 Tingkat Pendidikan Suami Istri 7 6 3 Jumlah Anggota Keluarga (orang)

69

Pengeluaran untuk jenis padi-padian merupakan pengeluaran pangan

terbesar, yaitu Rp 14.118,19/bulan (16,24%). Pengeluaran pangan terbesar

kedua yaitu pengeluaran untuk sayur-sayuran Rp 110.661,11/bulan

(12,30%). Selanjutnya pengeluaran untuk pangan berdasarkan besarnya

adalah pengeluaran untuk bumbu-bumbuan Rp 107.137,7/bulan (11,91%),

tembakau Rp 485.36,67/bulan (5,04 %), konsumsi lain Rp 34.160,00/bulan

(63,8%), minuman Rp 47.959,44/bulan (5,33%), kacang-kacangan Rp

80.171,11/bulan (8,91%), daging Rp 60.348,37/bulan (6,71%), minyak dan

lemak Rp 39.710,00/bulan (4,41%), telur dan susu Rp 65.479,44/bulan

(7,28%), ikan Rp 34.315,74/bulan (3,81%), buah-buahan Rp

46.471,11/bulan (5,17%), umbi-umbian Rp 20.675,56/bulan (2,30%),

makanan dan minuman jadi Rp 47.959,44/bulan (5,33%). Pengeluaran

pangan terbesar adalah untuk padi-padian, yang mencapai 16,24%.

Kelompok pangan padi-padian meliputi beras, jagung,tepung beras, tepung

jagung, tepung terigu dan jenis produk dari padi-padian. Pengeluaran untuk

padi-padian tergolong besar karena padi/beras merupakan makanan pokok

bagi setiap rumah tangga responden, selain itu tepung beras dan tepung

terigu dapat digunakan untuk bahan-bahan pembuat lauk-pauk. Pola pangan

rumah tangga petani sepanjang tahunnya adalah beras, oleh karena itu,

ketersediaannya di rumah selalu terjaga.

Pengeluaran pangan terbesar kedua adalah untuk sayur-sayuran

mencapai 12,30 %. Golongan sayuran antara lain adalah bayam, kangkung,

kubis, buncis, cabe, tomat, terong, dan lain-lain. Petani dalam mendapatkan

sayuran biasa membeli diwarung ataupun penjual keliling. Selain itu,

sayuran seperti kangkung dan bayam, mereka dapatkan dari pekarangan

atau dari sawah yang tumbuh liar, sehingga dapat menghemat pengeluaran.

Pengeluaran untuk bumbu-bumbuan 11,91%. Golongan bumbu-

bumbuan antara lain: garam, merica, ketambar, terasi, vetsin, kecap, bawang

merah, bawang putih dan lain-lain. Pengeluaran untuk bawang merah dan

bawang putih adalah yang terbanyak. Hal ini dikarenakan kedua jenis ini

diperlukan hampir disetiap masakan dan dalam jumlah yang lebih banyak

Page 6: No. Uraian Rata- rata · Kabupaten Wonogiri Tahun 2015 No. Uraian Rata- rata 1 Umur (tahun) Suami Istri 54 46 2 Tingkat Pendidikan Suami Istri 7 6 3 Jumlah Anggota Keluarga (orang)

70

dibanding bumbu-bumbu yang lain, garam misalnya. Walaupun garam juga

diperlukan disetiap masakan, namun harganya murah.

Pengeluaran untuk kacang-kacangan adalah sebesar 8,91%, yang

meliputi pengeluaran untuk kacang tanah, kacang kedelai, kacang hijau,

tahu, temped an lainnya. Pengeluaran rumah tangga petani untuk golongan

ini hanyalah pada tempe dan tahu. Tempe dan tahu merupakan lauk sumber

protein nabati yang murah dan tersedia terus-menerus dipasar, alasan inilah

yang membuat responden memilih untuk mengkonsumsinya. Pengeluaran

untuk daging 6,71% dari pengeluaran pangan. Golongan daging meliputi

sapi, ayam, kambing dan lainnya. Rumah tangga petani umumnya hanya

dapat mengkonsumsi daging ayam, hal ini karena harga daging ayam lebih

murah jika dibandingkan dengan harga daging sapi maupun kambing.

Konsumsi daging ayam juga tidak setiap hari, biasanya hanya dikonsumsi

pada saat-saat tertentu, atau hari khusus, misalnya saat ada keluarga yang

berkunjung.

Pengeluaran untuk telur dan susu 7,28% dari pengeluaran pangan.

Dari seluruh responden, hanya terdapat 1 rumah tangga yang mengkonsumsi

susu. Rumah tangga tersebut adalah rumah tangga yang masih memiliki

anak usia sekolah. Telur merupakan bahan pangan sumber protein hewani

yang murah dibandingkan dengan daging dan lainnya, sehingga menjadi

pilihan rumah tangga untuk mengkonsumsinya.

Pengeluaran pangan untuk konsumsi tembakau dan sirih yang

mencapai 5,40%. Rumah tangga responden yang mengkonsumsi tembakau

dan sirih adalah 63,33% dari seluruh responden. Ini berarti sebagian besar

rumah tangga petani mengkonsumsi tembakau dan sirih. Golongan pangan

yang termasuk dalam tembakau dan sirih antara lain: rokok kretek, rokok

putih, cerutu, sirih, tembakau, dan pinang. Pengeluaran terbesar pada rokok

kretek. Alasan memilih rokok kretek adalah harganya yang lebih murah

dibanding rokok putih, dan lebih praktis dibanding meracik sendiri (tingwe).

Konsumsi lain mencapai 3,8% pengeluaran pangan. Golongan

konsumsi lain antara lain kerupuk, karak, mie, bihun dan lain-lainnya.

Page 7: No. Uraian Rata- rata · Kabupaten Wonogiri Tahun 2015 No. Uraian Rata- rata 1 Umur (tahun) Suami Istri 54 46 2 Tingkat Pendidikan Suami Istri 7 6 3 Jumlah Anggota Keluarga (orang)

71

Konsumsi untuk mie merupakan pengeluaran terbesar pada golongan ini.

Hampir semua rumah tangga mengkonsumsi mie. Krupuk dan karak juga

dikonsumsi hampir setiap rumah tangga, karena merupakan lauk dengan

harga yang murah.

Pengeluaran untuk minuman mencapai 5,33% pengeluaran pangan.

Pengeluaran untuk minuman meliputi gula, teh, kopi, dan lainnya.

Pengeluaran terbesar adalah untuk gula, karena gula digunakan untuk

melengkapi teh maupun kopi, selain itu juga gula dapat digunakan untuk

pelengkap bumbu dalam masakan.

Pengeluaran untuk minyak dan lemak adalah 4,41% dari pengeluaran

pangan. Pengeluaran untuk minyak dan lemak meliputi minyak goreng,

mentega, kelapa dan lainnya. Pengeluaran untuk minyak goreng merupakan

pengeluaran terbesar, karena semua rumah tangga menggunakan minyak

goreng untuk memasak sayuran maupun lauk. Tidak semua rumah tangga

mengkonsumsi kelapa untuk lauk maupun bahan sayur.

Pengeluaran untuk ikan adalah 3,81% dari pengeluaran untuk

pangan. Golongan ikan meliputi ikan segar, ikan awetan dan lainnya. Ikan

yang dikonsumsi oleh sebagian besar petani responden adalah ikan awetan.

Ikan awetan ini antara lain gereh, pindang besek, dan teri. Harga ikan

awetan yang lebih murah dari ikan segar mungkin menjadi alasan utama

rumah tangga memilihnya.

Pengeluaran untuk buah-buahan sebesar 5,17% dari pengeluaran

pangan. Buah yang paling banyak dikonsumsi rumah tangga petani adalah

jeruk, mangga dan pisang. Buah jeruk dipilih karena harganya yang murah,

dan dapat dinikmati bersama-sama karena dapat dibagi-bagi. Buah mangga

dan pisang adalah buah yang diperoleh dari pekarangan mereka sendiri,

sehingga selain dapat dijual, sebagian hasilnya untuk dikonsumsi sendiri.

Pengeluaran untuk makanan dan minuman jadi 5,33% dari

pengeluaran pangan. Golongan makanan dan minuman jadi antara lain roti,

biscuit, bakso, gado-gado dan lainnya. Rendahnya persentase makanan dan

minuman jadi adalah karena rumah tangga petani merupakan rumah tangga

Page 8: No. Uraian Rata- rata · Kabupaten Wonogiri Tahun 2015 No. Uraian Rata- rata 1 Umur (tahun) Suami Istri 54 46 2 Tingkat Pendidikan Suami Istri 7 6 3 Jumlah Anggota Keluarga (orang)

72

dengan penghasilan yang rendah, sehingga mereka lebih memilih untuk

mencukupi kebutuhan makanan pokok saja dan memilih untuk memasak

sendiri makanan mereka karena dapat lebih menghemat dan disesuaikan

dengan besarnya pendapatan mereka.

Pengeluaran umbi-umbian sebesar 2,3% dari pengeluaran pangan.

Golongan umbi-umbian meliputi ketela pohon, ketela ranbat, gaplek,

kentang, talas dan lainnya. Jenis umbi yang sering dikonsumsi rumah tangga

petani adalah ketela pohon dan ketela rambat. Sebagian besar mereka

memperoleh bukan dari membeli melainkan dari hasil pekarangan

rumahnya. Untuk kentang, rumah tangga petani responden tidak ada yang

mengkonsumsi, alasan mereka adalah karena harga kentang yang mahal,

selain itu, biasanya kentang hanya digunakan untuk tambahan pada sayur

sop, bukan untuk konsumsi kentang secara langsung, misalnya kentang

goreng, kentang rebus atau lainnya.

Pengeluaran non pangan sebesar Rp 670.497,26/bulan, pengeluaran

terbesar adalah untuk keperluan sosial Rp 218.898,59/bulan (32,65%).

Kemudian secara berturut-turut keperluan non pangan terbanyak adalah

pengeluaran untuk aneka barang dan jasa Rp 139.501,67/bulan (20,81%),

perumahan sebesar Rp 80.714,44/bulan (12,04%), biaya pendidikan sebesar

Rp 110.434,60/bulan (16,47%), sandang Rp 37.140,76/bulan ((5,54%),

pajak dan asuransi Rp 31.555,23/bulan (4,71%), biaya kesehatan sebesar

Rp.35.654,63/bulan (5,32%), sedangkan untuk barang tahan lama sebesar

Rp.16.597,31/bulan (2,48%). Pengeluaran non pangan terdiri dari

perumahan dan fasilitas, aneka barang dan jasa, biaya pendidikan, biaya

kesehatan, pakaian dan sepatu, barang tahan lama, pajak dan asuransi,

keperluan pesta dan upacara. Besarnya pengeluaran non pangan adalah Rp

670.497,26/bulan. Pengeluaran non pangan terbesar adalah untuk keperluan

sosial yaitu sebesar 32,65% dari pengeluaran non pangan. Pengeluaran

untuk keperluan sosial meliputi sumbangan untuk perkawinan, kematian,

khitanan, perayaan agama, perayaan adat dan lainnya. Besarnya pengeluaran

untuk keperluan sosial tiap bulannya tidaklah sama. Perayaan atau pesta

Page 9: No. Uraian Rata- rata · Kabupaten Wonogiri Tahun 2015 No. Uraian Rata- rata 1 Umur (tahun) Suami Istri 54 46 2 Tingkat Pendidikan Suami Istri 7 6 3 Jumlah Anggota Keluarga (orang)

73

biasanyadilakukan berdasarkan perhitungan jawa, tidak semua bulan

diperbolehkan untuk ,mengadakan perayaan, contohnya bulan suro.

Sehingga pada bulan tersebut rumah tangga petani hampir tidak

mengeluarkan biaya untuk menyumbang perayaan pesta.

Pengeluaran untuk aneka barang dan jasa adalah yang terbanyak

kedua yaitu sebesar 20,81% dari pengeluaran non pangan. Pengeluaran

untuk aneka barang dan jasa meliputi sabun mandi, sabun cuci, pasta gigi,

sikat gigi, shampoo, ongkos transportasi, bensin, perawatan kendaraan,

pembuatan KTP, komunikasi dan lainnya. Pengeluaran pada golongan ini

tinggi karena meliputi barang yang dibutuhkan dan dipergunakan setiap hari

oleh seluruh anggota rumah tangga. Selain itu untuk transportasi, umumnya

tiap rumah tangga mempunyai kendaraan sendiri, sehingga membutuhkan

bensin untuk bahan bakarnya, sehingga menambah pengeluaran pada

golongan ini.

Pengeluaran perumahan 12,04% dari pengeluaran non pangan.

Pengeluaran untuk perumahan meliputi sewa/kontrak, pelistrikan, minyak

tanah, kayu bakar, renovasi, LPG dan lainnya. Rumah tempat responden

tinggal adalah rumah milik sendiri, sehingga biaya untuk sewa/kontrak tidak

ada. Pengeluaran untuk golongan ini adalah untuk listrik, minyak tanah,

kayu bakar dan LPG. Listrik digunakan setiap harinya untuk sarana

penerangan. Minyak tanah, kayu bakar dan LPG digunakan untuk sarana

memasak. Meskipun telah diberlakukannya konversi minyak tanah ke LPG,

namun masih ada rumah tangga yang masih menggunakan minyak tanah

untuk bahan bakar. Minyak tanah hanya digunakan untuk memasak

menggunakan kayu bakar.

Pengeluaran untuk biaya pendidikan mencapai 16,47% dari

pengeluaran non pangan. Biaya pendidikan meliputi biaya untuk uang

pangkal, SPP, pramuka, prakarya, buku, alat tulis dan lainnya. Pengeluaran

untuk lainnya misalnya adalah pengeluaran untuk uang saku sekolah. Uang

pangkal dan SPP hanya berlaku bagi pelajar SMA dan yang setingkat,

sedangkan untuk SD dan SMP telah membebaskan muridnya dari biaya

Page 10: No. Uraian Rata- rata · Kabupaten Wonogiri Tahun 2015 No. Uraian Rata- rata 1 Umur (tahun) Suami Istri 54 46 2 Tingkat Pendidikan Suami Istri 7 6 3 Jumlah Anggota Keluarga (orang)

74

tersebut melalui dana BOS. Rendahnya persentase biaya pendidikan karena

sebagian besar anak rumah tangga responden sudah tidak bersekolah dan

bekerja, sehingga hanya beberapa responden saja yang masih mempunyai

anak di usia sekolah. Umumnya anak rumah tangga responden

menyelesaikan pendidikan SMA, kemudian tidak melanjutkan keperguruan

tinggi. Keterbatasan dana menjadi salah satu alasan untuk lebih memilih

bekerja dibandingkan melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi.

Pengeluaran untuk sandang mencapai 5,54% dari pengeluaran non

pangan. Pengeluaran sandang meliputi pengeluaran untuk pakaian, alas

kaki, tutup kepala, dan lainnya. Seluruh rumah tangga responden mengaku

hanya membeli pakaian pada saat lebaran atau setahun sekali. Hal ini

dilakukan untuk penghematan, karena mereka lebih mementingkan untuk

keperluan konsumsi yang lainnya daripada untuk membeli pakaian.

Keperluan pajak dan asuransi adalah sebesar 4,71% dari pengeluaran

non pangan. Pengeluaran untuk golongan ini meliputi pengeluaran untuk

PBB, dan lainnya. PBB dikeluarkan untuk pajak tanah yang mereka punya

dan juga bangunan yang mereka tempati (rumah). Biaya lainnya adalah

biaya untuk pajak motor, bagi rumah tangga yang memiliki kendaraan

bermotor. Pajak PBB maupun pajak kendaraan bermotor dikeluarkan setiap

setahun sekali, sehingga jika dirata-rata perbulannya menjadi sedikit.

Pengeluaran untuk biaya kesehatan adalah sebesar 5,32% dari

pengeluaran non pangan. Biaya kesehatan yang rendah pada rumah tangga

responden disebabkan mereka lebih memilih untuk berobat ke puskesmas

atau membeli obat di toko sesuai dengan penyakit yang mereka derita.

Pengeluaran non pangan lainnya adalah untuk barang tahan lama.

Barang tahan lama meliputi alat rumah tangga, alat dapur, alat hiburan, dan

lainnya. Pada penelitian ini, besarnya pengeluaran untuk barang tahan lama

adalah 2,48, hal ini karena rumah tangga responden jarang sekali membeli

barang yang sifatnya tahan lama.

Page 11: No. Uraian Rata- rata · Kabupaten Wonogiri Tahun 2015 No. Uraian Rata- rata 1 Umur (tahun) Suami Istri 54 46 2 Tingkat Pendidikan Suami Istri 7 6 3 Jumlah Anggota Keluarga (orang)

75

D. Proporsi Pengeluaran Konsumsi Pangan Terhadap Total Pengeluaran

Rumah Tangga Responden

Proporsi pengeluaran konsumsi pangan merupakan persentase

banyaknya pengeluaran pangan dibanding besarnya pengeluaran total. Proporsi

pengeluran pangan terhadap pengeluaran total dapat diketahui dengan rumus

sebagai berikut:

PF =

Keterangan:

PF : Proporsi pengeluaran konsumsi pangan (%)

Pp : Pengeluaran konsumsi pangan rumah tangga (Rp/bulan)

TP : Pengeluaran total rumah tangga (Rp/bulan)

Berikut ini merupakan proporsi pengeluaran rumah tangga responden di Sub

DAS KeduangKabupaten Wonogiri.

Tabel 17. Proporsi Pengeluaran Rumah Tangga Responden di Sub DAS

KeduangKabupaten Wonogiri Tahun 2015

Jenis Pengeluaran Nominal (Rp/bulan) Proporsi (%)

Pengeluaran Pangan

Pengeluaran Non Pangan

899.602,19

670.497,26

57,30

42,70

Total Pengeluaran 1.570.099,45 100

Sumber: Analisis Data Primer, 2015

Pengeluaran total merupakan pengeluaran untuk konsumsi pangan

ditambah pengeluaran untuk non pangan. Besarnya rata-rata pengeluaran total

pada penelitian ini adalah Rp 1.570.099,45/bulan. Berdasarkan tabel diatas,

dapat diketahui bahwa pengeluaran untuk pangan sebesar Rp 899.602,19/bulan

atau mencapai 57,3% dari total pengeluaran dan untuk pengeluaran non pangan

sebesar Rp 670.497,26/bulan (42,7%).

E. Konsumsi Energi dan Protein Responden

Konsumsi pangan merupakan sejumlah makanan dan minuman yang

dimakan /diminum penduduk/seseorang dalam rangka memenuhi kebutuhan

fisiknya. Besarnya zat gizi yang terkandung dalam makanan dapat dihitung

dengan rumus sebagai berikut:

Page 12: No. Uraian Rata- rata · Kabupaten Wonogiri Tahun 2015 No. Uraian Rata- rata 1 Umur (tahun) Suami Istri 54 46 2 Tingkat Pendidikan Suami Istri 7 6 3 Jumlah Anggota Keluarga (orang)

76

Keterangan:

Kgij : kandungan zat gizi tertentu (i) dari pangan (j) atau makanan yang

dimakan sesuai satuannya.

BPj : berat makanan/ pangan yang dikonsumsi (gram)

Bddj : bagian yang dapat dimakan (dalam %/gram dari 100% pangan j)

Gij : zat gizi yang dikonsumsi dari pangan j.

Konsumsi energi dan protein rumah tangga responden dihitung menggunakan

metode recall. Sehingga rata rata konsumsi energi dan protein per orang per

hari diperoleh dari konsumsi rumah tangga selama tujuh hari di bagi tujuh di

bagi jumlah anggota keluarga.

Sedangkan Untuk menilai konsumsi pangan secara kuantitatif

digunakan parameter Tingkat Konsumsi Energi (TKE) dan Tingkat Konsumsi

Protein (TKP).

a. Tingkat Konsumsi Energi

Keterangan :

TKE = Tingkat Konsumsi Energi Individu (%)

AKEi aktual = Angka Konsumsi Energi aktual individu (kkal)

AKEi = Angka Kecukupan Energi individu yang dianjurkan

b. Tingkat Konsumsi Protein

Keterangan :

TKP = Tingkat Konsumsi Protein Individu (%)

AKPi aktual = Angka Konsumsi Protein aktual individu (kkal)

AKPi = Angka Kecukupan Protein individu yang dianjurkan

Berikut ini merupakan rata-rata konsumsi energi dan protein rumah

tangga responden dan tingkat kecukupan gizinya rumah tangga petani di Sub

DAS KeduangKabupaten Wonogiri.

Page 13: No. Uraian Rata- rata · Kabupaten Wonogiri Tahun 2015 No. Uraian Rata- rata 1 Umur (tahun) Suami Istri 54 46 2 Tingkat Pendidikan Suami Istri 7 6 3 Jumlah Anggota Keluarga (orang)

77

Tabel 18. Rata-rata Konsumsi Energi dan Protein Serta Tingkat Kecukupan

Gizi Rumah Tangga Petani di Sub DAS KeduangKabupaten

Wonogiri Tahun 2015

Kandungan Gizi AKG yang

Dianjurkan

Konsumsi

Rumah Tangga TKG (%)

Energi (kkal/orang/hari)

Protein (gram/orang/hari)

1946,93

52,13

1562,58

42,55

79,98

81,58

Sumber: Analisis Data Primer, 2015

Berdasarkan Tabel 18, dapat diketahui bahwa besarnya rata-rata

konsumsi energi rumah tangga responden adalah 1562,58 kkal/orang/hari dan

konsumsi protein sebesar 42,55 gram/orang/hari. Besarnya konsumsi energi

dan protein tersebut sebanding dengan 79,98% tingkat kecukupan energi dan

81,58% tingkat kecukupan protein. Rata-rata konsumsi energi dan protein

rumah tangga diperoleh dari besarnya energi dan protein yang terdapat dalam

makanan/minuman yang dikonsumsi oleh masing-masing anggota rumah

tangga dalam tujuh hari, kemudian dibagi dengan jumlah anggota rumah

tangga lalu dibagi tujuh.

Besarnya tingkat kecukupan energi dan protein rumah tangga petani

adalah 79,98% dan 81,58% AKG. Tingkat kecukupan energi rumah tangga

petani tergolong dalam kategori devisit ringan, sedangkan untuk tingkat

kecukupan proteinnya dalam kategori devisit ringan.

Sebaran kategori tingkat kecukupan energi dan protein rumah tangga

petani menunjukkan bahwa status gizi tiap rumah tangga berbeda. Sebagian

besar rumah tangga termasuk dalam kategori normal, artinya rumah tangga

petani telah mampu mencukupi kebutuhan energi dan proteinnya. Rumah

tangga petani yang termasuk dalam kategori tingkat kecukupan energi normal

sebanyak 60%, setelah itu, 23,33% termasuk dalam kategori devisit ringan,

10% devisit sedang dan 6,67% devisit berat. Dan untuk kategori tingkat

kecukupan protein normal sebanyak 60%, kemudian 16,67% termasuk dalam

kategori devisit berat, 13,33% devisit ringan, dan 10% devisit sedang. Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar rumah tangga petani tercukupi kebutuhan

gizinya. Perbedaan kategori tiap rumah tangga disebabkan perbedaan

makanan/minuman yang dikonsumsi tiap rumah tangga.

Page 14: No. Uraian Rata- rata · Kabupaten Wonogiri Tahun 2015 No. Uraian Rata- rata 1 Umur (tahun) Suami Istri 54 46 2 Tingkat Pendidikan Suami Istri 7 6 3 Jumlah Anggota Keluarga (orang)

78

F. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Rumah Tangga

1. Pengeluaran Pangan

Berdasarkan hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pengeluaran rumah tangga petani di Daerah Aliran Sungai Kabupaten

Wonogri, diperoleh rumus sebagai berikut:

Y = 382823,527+ 0,057 X1 + 63760,768 X2 + 246308,403 X3

+ 32394,106 D + e

Keterangan :

Y : Tingkat Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Petani (%)

X1 : Tingkat Pendapatan Rumah Tangga Petani (Rupiah per tahun)

X2 : Jumlah tanggungan keluarga (orang)

X3 : Luas lahan yang dimiliki (hektar)

b0 : Konstanta

b1-b3: Nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel

D : Dummy variabel (D=1, hulu, D=0 hilir)

e : Kesalahan pengganggu

a. Pengujian Model Statistik

1) Uji Koefisien Determinasi (R2)

Nilai koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar variabel-

variabel bebas dapat menjelaskan variabel tak bebas. Berdasarkan hasil

analisis diperoleh nilai R2 sebesar 0,549. Hal ini menunjukkan bahwa

54,9 % pengeluaran pangan rumah tangga peani di daerah Sub DAS

Keduangdapat dijelaskan oleh variable pendapatan,jumlah tanggungan

keluarga, luas lahan, wilayah hulu dan hilir. Sedangkan sisanya sebesar

45,1% dijelaskan oleh variabel lain di luar model, misalnya selera

konsumen, kebudayaan, pendidikan petani dll.

2) Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas

secara bersama-sama terhadap pengeluaran pangan rumah tangga petani

di daerah DAS Keduang. Hasil analisis uji F dapat dilihat pada Tabel 19.

Page 15: No. Uraian Rata- rata · Kabupaten Wonogiri Tahun 2015 No. Uraian Rata- rata 1 Umur (tahun) Suami Istri 54 46 2 Tingkat Pendidikan Suami Istri 7 6 3 Jumlah Anggota Keluarga (orang)

79

Tabel 19. Hasil Analisis Uji F

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

Regression 2,419E12 4 6,047E11 9,179 0,000

Residual 5,600E12 85 6,588E10

Total 8,019E12 89

Sumber : Analisis Data Primer

Keterangan : signifikansi pada tingkat kepercayaan 95 %

Berdasarkan analisis uji F dapat diketahui bahwa nilai signifikansi

sebesar 0,000 dan lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa

variabel-variabel bebas yang diamati yaitu pendapatan, jumlah

tanggungan keluarga, luas lahan, wilayah hulu dan hilir, secara bersama-

sama berpengaruh nyata terhadap pengeluaran pangan rumah tangga

petani di daerah DAS Keduang.

3) Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara

individu terhadap pengeluaran pangan rumah tangga petani di daerah

DAS Keduang. Hasil analisis uji t dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Hasil Analisis Uji t

Variabel Koef.

Regresi t Sig

Pendapatan rumah tangga (X1) 0,057**

2,939 0,004

Jumlah tanggungan keluarga (X2) 63760,768***

3,630 0,000

Luas lahan (X3) 246308,043**

2,946 0,004

Wilayah Hulu Hilir (D) 32394,106 0,585 0,560

Sumber : Analisis Data Primer

Keterangan :

**) : signifikansi pada tingkat kepercayaan 95 %

Berdasarkan hasil analisis uji t dapat diketahui bahwa variabel

pendapatan rumah tangga petani, jumlah tanggungan keluarga, luas

lahan masing-masing berpengaruh nyata terhadap pengeluaran pangan

rumah tangga petani di Sub DAS Keduangpada tingkat kepercayaan 95

%. Hal ini dapat ditunjukkan oleh nilai signifikansi masing-masing

variabel-variabel tersebut yaitu 0,004 ; 0,000 ; 0,004 (< α = 0,05).

Page 16: No. Uraian Rata- rata · Kabupaten Wonogiri Tahun 2015 No. Uraian Rata- rata 1 Umur (tahun) Suami Istri 54 46 2 Tingkat Pendidikan Suami Istri 7 6 3 Jumlah Anggota Keluarga (orang)

80

Variabel wilayah hulu hilir tidak berpengaruh nyata terhadap

pengeluaran pangan rumah tangga petani di Sub DAS Keduang. Hal ini

ditunjukkan oleh nilai signifikansinya 0,560 lebih besar dari α (0,05).

a) Pendapatan Rumah tangga

Pendapatan merupakan faktor yang penting dalam menentukan

variasi permintaan terhadap berbagai jenis barang. Menurut Teori

Keynes, terdapat pengeluaran konsumsi minimum yang harus

dikeluarkan oleh masyarakat dan pengeluaran konsumsi akan

meningkat dengan bertambahnya pendapatan.

Pada pengujian statistik diperoleh hasil dari uji t bahwa variabel

pendapatan penduduk signifikan pada tingkat kepercayaan 95 %,

sehingga pendapatan rumah tangga petani secara individu berpengaruh

nyata terhadap pengeluaran pangan rumah tangga petani di Sub DAS

Keduang. Nilai koefisien pendapatan yang positif menunjukkan bahwa

pendapatan petani berbanding lurus dengan jumlah pengeluaran pangan

rumah tangga petani di Sub DAS KeduangKabupaten Wonogiri.

Semakin tinggi pendapatan rumah tangga petani maka pengeluaran

pangan rumah tangga petani akan meningkat. Hal ini dikarenakan

tingginya kesadaran masyarakat di Wonogiri untuk memenuhi gizi yang

makanan pokoknya beras, sehingga jika pendapatannya naik, maka

masyarakat akan meningkatkan pembelian terhadap barang konsumsi.

Berdasarkan kurva Engel, pendapatan berbanding lurus dengan

kuantitas barang yang diminta, jika pendapatannya meningkat maka

jumlah barang yang diminta juga ikut meningkat, dan berlaku untuk

barang normal.

b) Jumlah tanggungan keluarga

Pada pengujian statistik diperoleh hasil dari uji t bahwa variabel

jumlah tanggungan keluarga signifikan, sehingga jumlah tanggungan

keluarga secara individu berpengaruh nyata terhadap konsumsi energi.

Nilai koefisien variabel jumlah tanggungan keluarga positif, jadi

semakin banyak jumlah anggota keluarga maka jumlah pengeluaran

Page 17: No. Uraian Rata- rata · Kabupaten Wonogiri Tahun 2015 No. Uraian Rata- rata 1 Umur (tahun) Suami Istri 54 46 2 Tingkat Pendidikan Suami Istri 7 6 3 Jumlah Anggota Keluarga (orang)

81

pangan rumah tangga petani juga semakin tinggi. Rumah tangga dengan

jumlah anggota rumah tangga yang lebih besar cenderung mempunyai

tingkat konsumsi yang tinggi.

c) Luas lahan

Pada pengujian statistik diperoleh hasil dari uji t bahwa variabel

luas lahan signifikan, sehingga luas lahan yang dimiliki petani secara

individu berpengaruh nyata terhadap konsumsi energi. Luas lahan

pertanian sangat menentukan jumlah produksi petani yang pada

akhirnya berpengaruh terhadap pendapatan petani. Nilai koefisien

variabel luas lahan yang positif menunjukan besarnya luas lahan

berbanding lurus dengan pengeluaran pangan rumah tangga petani.

Lahan petani yang semakin luas akan menyebabkan produksi petani

semakin tinggi sehingga pendapatan petani semakin tinggi, dengan

pendapatan yang semakin tinggi tersebut maka keluarga petani akan

melakukn pengeluaran pangan dengan jumlah yang semakinbesar pula.

d) Wilayah Hulu dan Hilir

Daerah aliran sungai terbagi menjadi wilayah hulu, tengah DAN

hilir. Ketiga wilayah tersebut saling terkait, yaitu yang sering disebut

eksternalitas. Hubungan tersebut akan sangat nampak antara wilaya

hulu dan hilir, karena wilayah tengah merupakan wilayah peralihan dari

keduanya.

Wilayah hulu DAS biasanya merupakan daerah konservasi,

kerapatan drainase lebih tinggi, kemiringan lereng lebih besar, dan jenis

vegetasi umumnya tegakan hutan. Pada penelitian ini, di kecamatan

Girimarto sebagai wilayah hulu, sebagian lahan petani ditanami dengan

pohon cengkeh. Sistem irigasi tergantung pola tanam dan tidak pernah

terjadi banjir akibat DAS. Sementara wilayah hilir DAS biasanya

merupakan daerah pemanfaatan, kerapatan drainase lebih kecil,

kemiringan lereng lebih kecil,vegetasi didominasi tanaman pertanian.

Di kecamatan Sidoharjo yang termasuk wilayah hilir, lahan petani

ditanami dengan padi, beberapa petani menerapkan tumpangsari dengan

Page 18: No. Uraian Rata- rata · Kabupaten Wonogiri Tahun 2015 No. Uraian Rata- rata 1 Umur (tahun) Suami Istri 54 46 2 Tingkat Pendidikan Suami Istri 7 6 3 Jumlah Anggota Keluarga (orang)

82

tanaman ketela pohon. Penggunaan air di lahan pertanian kecamatan

Sidoharjo juga sangat dipengaruhi oleh bangunan irigasi. Di Sub DAS

Keduangkini aliran air sudah mulai berkurang, dalam hal ini mungkin

dipengaruhi oleh El Nino yang terjadi sehingga menyebabkan beberapa

daerah kering.

Pada pengujian statistik diperoleh hasil dari uji t bahwa variabel

wilayah tidak signifikan, sehingga wilayah yang secara individu tidak

berpengaruh nyata terhadap pengeluaran pangan rumah tangga petani di

Sub DAS KeduangKabupaten Wonogiri. Jadi baik di hulu maupun di

hilir tidak akan mempengaruhi jumlah pengeluaran pangan suatu

keluarga.

2. Pengeluaran Non-Pangan

Berdasarkan hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pengeluaran non-pangan rumah tangga petani di Daerah Aliran Sungai

Kabupaten Wonogri, diperoleh rumus sebagai berikut:

Y = 167086,828+ 0,087 X1 + 58751,777 X2 + 64485,354 X3

+ 71027,718 D + e

Keterangan :

Y : Tingkat PengeluaranNon- Pangan Rumah Tangga Petani (%)

X1 : Tingkat Pendapatan Rumah Tangga Petani (Rupiah per tahun)

X2 : Jumlah tanggungan keluarga (orang)

X3 : Luas lahan yang dimiliki (hektar)

b0 : Konstanta

b1-b3: Nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel

D : Dummy variabel (D=1, hulu, D=0 hilir)

e : Kesalahan pengganggu

a. Pengujian Model Statistik

1) Uji Koefisien Determinasi (R2)

Nilai koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar variabel-

variabel bebas dapat menjelaskan variabel tak bebas. Berdasarkan hasil

analisis diperoleh nilai R2 sebesar 0,570. Hal ini menunjukkan bahwa

Page 19: No. Uraian Rata- rata · Kabupaten Wonogiri Tahun 2015 No. Uraian Rata- rata 1 Umur (tahun) Suami Istri 54 46 2 Tingkat Pendidikan Suami Istri 7 6 3 Jumlah Anggota Keluarga (orang)

83

57% pengeluaran non-pangan rumah tangga petani di daerah Sub DAS

Keduangdapat dijelaskan oleh variable pendapatan,jumlah tanggungan

keluarga, luas lahan, wilayah hulu dan hilir. Sedangkan sisanya sebesar

43% dijelaskan oleh variabel lain di luar model, misalnya selera

konsumen, kebudayaan, pendidikan petani.

2) Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas

secara bersama-sama terhadap pengeluarannon-pangan rumah tangga

petani di Sub DAS Keduang. Hasil analisis uji F dapat dilihat pada Tabel

22.

Tabel 22. Hasil Analisis Uji F

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

Regression 2,864E12 4 7,161E11 10,227 0,000

Residual 5,951E12 85 7,001E10

Total 8,815E12 89

Sumber : Analisis Data Primer

Keterangan : signifikansi pada tingkat kepercayaan 95 %

Berdasarkan analisis uji F dapat diketahui bahwa nilai signifikansi

sebesar 0,000 dan lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa

variabel-variabel bebas yang diamati yaitu pendapatan, jumlah

tanggungan keluarga, luas lahan, wilayah hulu dan hilir, secara bersama-

sama berpengaruh nyata terhadap pengeluaran non-pangan rumah tangga

petani di Sub DAS Keduang.

3) Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara

individu terhadap pengeluaran non-pangan rumah tangga petani di daerah

DAS Keduang. Hasil analisis uji t dapat dilihat pada Tabel 23.

Page 20: No. Uraian Rata- rata · Kabupaten Wonogiri Tahun 2015 No. Uraian Rata- rata 1 Umur (tahun) Suami Istri 54 46 2 Tingkat Pendidikan Suami Istri 7 6 3 Jumlah Anggota Keluarga (orang)

84

Tabel 23. Hasil Analisis Uji t

Variabel Koef.

Regresi t Sig

Pendapatan rumah tangga (X1) 0,087***

4,344 0,000

Jumlah tanggungan keluarga (X2) 58751,777**

3,245 0,002

Luas lahan (X3) 64485,354 0,735 0,454

Wilayah Hulu Hilir (D) 71027,718 1,245 0,216

Sumber : Analisis Data Primer

Keterangan :

**) : signifikansi pada tingkat kepercayaan 95 %

Berdasarkan hasil analisis uji t dapat diketahui bahwa variabel

pendapatan rumah tangga petani dan jumlah tanggungan keluarga

masing-masing berpengaruh nyata terhadap pengeluaran non pangan

rumah tangga petani di daerah Sub DAS Keduangpada tingkat

kepercayaan 95 %. Hal ini dapat ditunjukkan oleh nilai signifikansi

masing-masing variabel-variabel tersebut yaitu 0,000 ; 0,002 (< α =

0,05). Variabel luas lahan dan wilayah hulu hilir tidak berpengaruh

nyata terhadap pengeluaran non pangan rumah tangga petani di Sub

DAS Keduang. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansinya 0,454;

0,216 lebih besar dari α (0,05).

a) Pendapatan Rumah tangga

Pendapatan merupakan faktor yang penting dalam menentukan

variasi permintaan terhadap berbagai jenis barang. Hal ini dikarenakan

besar kecilnya pendapatan dapat menggambarkan daya beli konsumen.

Apabila terjadi perubahan dalam pendapatan maka akan menimbulkan

perubahan dalam mengkonsumsi berbagai jenis barang. Pendapatan

juga dapat dijadikan sebagai tolok ukur kesejahteraan penduduk.

Pada pengujian statistik diperoleh hasil dari uji t bahwa variabel

pendapatan penduduk signifikan pada tingkat kepercayaan 95 %,

sehingga pendapatan rumah tangga petani secara individu berpengaruh

nyata terhadap pengeluaran non-pangan rumah tangga petani di daerah

DAS Keduang. Nilai elastisitas pendapatan yang positif menunjukkan

bahwa pendapatan petani berbanding lurus dengan jumlah pengeluaran

Page 21: No. Uraian Rata- rata · Kabupaten Wonogiri Tahun 2015 No. Uraian Rata- rata 1 Umur (tahun) Suami Istri 54 46 2 Tingkat Pendidikan Suami Istri 7 6 3 Jumlah Anggota Keluarga (orang)

85

rumah tangga petani di Kabupaten Wonogiri. Semakin tinggi

pendapatan rumah tangga petani maka pengeluaran non-pangan rumah

tangga petani akan meningkat. Menurut Sukirno (2005), berdasarkan

kurva Engel, pendapatan berbanding lurus dengan kuantitas barang

yang diminta, jika pendapatannya meningkat maka jumlah barang yang

diminta juga ikut meningkat, dan berlaku untuk barang normal.

b) Jumlah tanggungan keluarga

Pada pengujian statistik diperoleh hasil dari uji t bahwa variabel

jumlah tanggungan keluarga signifikan, sehingga jumlah tanggungan

keluarga secara individu berpengaruh nyata terhadap konsumsi energi.

Nilai koefisien variabel jumlah tanggungan keluarga positif, jadi

semakin banyak jumlah anggota keluarga maka jumlah pengeluaran

non pangan rumah tangga petani juga semakin tinggi. Rumah tangga

dengan jumlah anggota rumah tangga yang lebih besar cenderung

mempunyai tingkat konsumsi yang tinggi.

c) Luas lahan yang dimiliki

Pada pengujian statistik diperoleh hasil dari uji t bahwa variabel

luas lahan tidak signifikan, sehingga luas lahan yang dimiliki petani

secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi energi. Jadi

berapapun jumlah luas lahan tidak akan mempengaruhi jumlah

konsumsi energi suatu keluarga.

d) Wilayah Hulu dan Hilir

Daerah aliran sungai terbagi menjadi wilayah hulu, tengah dan

hilir. Ketiga wilayah tersebut saling terkait, yaitu yang sering disebut

eksternalitas. Hubungan tersebut akan sangat nampak antara wilaya

hulu dan hilir, karena wilayah tengah merupakan wilayah peralihan dari

keduanya. Wilayah hulu DAS biasanya merupakan daerah konservasi,

kerapatan drainase lebih tinggi, kemiringan lereng lebih besar, dan jenis

vegetasi umumnya tegakan hutan. Pada penelitian ini, di kecamatan

Girimarto sebagai wilayah hulu, sebagian lahan petani ditanami dengan

pohon cengkeh. Sistem irigasi tergantung pola tanam dan tidak pernah

Page 22: No. Uraian Rata- rata · Kabupaten Wonogiri Tahun 2015 No. Uraian Rata- rata 1 Umur (tahun) Suami Istri 54 46 2 Tingkat Pendidikan Suami Istri 7 6 3 Jumlah Anggota Keluarga (orang)

86

terjadi banjir akibat DAS. Sementara wilayah hilir DAS biasanya

merupakan daerah pemanfaatan, kerapatan drainase lebih kecil,

kemiringan lereng lebih kecil,vegetasi didominasi tanaman pertanian.

Di kecamatan Sidoharjo yang termasuk wilayah hilir, lahan petani

ditanami dengan padi, beberapa petani menerapkan tumpangsari dengan

tanaman ketela pohon. Penggunaan air di lahan pertanian kecamatan

Sidoharjo juga sangat dipengaruhi oleh bangunan irigasi. Di Sub DAS

Keduangkini aliran air sudah mulai berkurang, dalam hal ini mungkin

dipengaruhi oleh El Nino yang terjadi sehingga menyebabkan beberapa

daerah kering.

Pada pengujian statistik diperoleh hasil dari uji t bahwa variabel

wilayah tidak signifikan, sehingga wilayah yang secara individu tidak

berpengaruh nyata terhadap pengeluaran non pangan rumah tangga

petani. Jadi baik di hulu maupun di hilir tidak akan mempengaruhi

jumlah konsumsi energi suatu keluarga.

3. Total Pengeluaran Rumah Tangga

Berdasarkan hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi total

pengeluaran rumah tangga petani di Daerah Aliran Sungai Kabupaten

Wonogri, diperoleh rumus sebagai berikut:

Y = 549910,355+ 0,144 X1 + 122512,545 X2 + 310793,397 X3

+ 103421,823 D + e

Keterangan :

Y : Tingkat Total Pengeluaran Rumah Tangga Petani (%)

X1 : Tingkat Pendapatan Rumah Tangga Petani (Rupiah per tahun)

X2 : Jumlah tanggungan keluarga (orang)

X3 : Luas lahan yang dimiliki (hektar)

b0 : Konstanta

b1-b3: Nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel

D : Dummy variabel (D=1, hulu, D=0 hilir)

e : Kesalahan pengganggu

Page 23: No. Uraian Rata- rata · Kabupaten Wonogiri Tahun 2015 No. Uraian Rata- rata 1 Umur (tahun) Suami Istri 54 46 2 Tingkat Pendidikan Suami Istri 7 6 3 Jumlah Anggota Keluarga (orang)

87

a. Pengujian Model Statistik

1) Uji Koefisien Determinasi (R2)

Nilai koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar variabel-

variabel bebas dapat menjelaskan variabel tak bebas. Berdasarkan hasil

analisis diperoleh nilai R2 sebesar 0,639. Hal ini menunjukkan bahwa

63,9 % total pengeluaran rumah tangga petani di daerah Sub DAS

Keduangdapat dijelaskan oleh variable pendapatan,jumlah tanggungan

keluarga, luas lahan, wilayah hulu dan hilir. Sedangkan sisanya sebesar

36,1% dijelaskan oleh variabel lain di luar model, misalnya selera

konsumen, kebudayaan, pendidikan petani dll.

2) Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas

secara bersama-sama terhadap total pengeluaran rumah tangga petani di

daerah DAS Keduang. Hasil analisis uji F dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25. Hasil Analisis Uji F

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

Regression 1,005E13 4 2,513E12 14,627 0,000

Residual 1,460E13 85 1,718E11

Total 2,465E13 89

Sumber : Analisis Data Primer

Keterangan : signifikansi pada tingkat kepercayaan 95 %

Berdasarkan analisis uji F dapat diketahui bahwa nilai signifikansi

sebesar 0,000 dan lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa

variabel-variabel bebas yang diamati yaitu pendapatan, jumlah

tanggungan keluarga, luas lahan, wilayah hulu dan hilir, secara bersama-

sama berpengaruh nyata terhadap total pengeluaran rumah tangga petani

di Sub DAS Keduang.

3) Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara

individu terhadap total pengeluaran rumah tangga petani di Sub DAS

Keduang. Hasil analisis uji t dapat dilihat pada Tabel 26.

Page 24: No. Uraian Rata- rata · Kabupaten Wonogiri Tahun 2015 No. Uraian Rata- rata 1 Umur (tahun) Suami Istri 54 46 2 Tingkat Pendidikan Suami Istri 7 6 3 Jumlah Anggota Keluarga (orang)

88

Tabel 26. Hasil Analisis Uji t

Variabel Koef.

Regresi t Sig

Pendapatan rumah tangga (X1) 0,144***

4,594 0,000

Jumlah tanggungan keluarga (X2) 122512,545***

4,320 0,000

Luas lahan (X3) 310793,397**

2,316 0,023

Wilayah Hulu Hilir (D) 103421,823 1,158 0,250

Sumber : Analisis Data Primer

Keterangan :

**) : signifikansi pada tingkat kepercayaan 95 %

Berdasarkan hasil analisis uji t dapat diketahui bahwa variabel

pendapatan rumah tangga petani, jumlah tanggungan keluarga, luas

lahan masing-masing berpengaruh nyata terhadap pengeluaran pangan

rumah tangga petani di Sub DAS Keduang pada tingkat kepercayaan 95

%. Hal ini dapat ditunjukkan oleh nilai signifikansi masing-masing

variabel-variabel tersebut yaitu 0,000 ; 0,000 ; 0,023 (< α = 0,05).

Variabel wilayah hulu hilir tidak berpengaruh nyata terhadap total

pengeluaran rumah tangga petani di Sub DAS Keduang. Hal ini

ditunjukkan oleh nilai signifikansinya 0,250 lebih besar dari α (0,05).

a) Pendapatan Rumah tangga

Pendapatan merupakan faktor yang penting dalam menentukan

variasi permintaan terhadap berbagai jenis barang. Hal ini dikarenakan

besar kecilnya pendapatan dapat menggambarkan daya beli konsumen.

Apabila terjadi perubahan dalam pendapatan maka akan menimbulkan

perubahan dalam mengkonsumsi berbagai jenis barang. Pendapatan

juga dapat dijadikan sebagai tolok ukur kesejahteraan penduduk. Pada

pengujian statistik diperoleh hasil dari uji t bahwa variabel pendapatan

penduduk signifikan pada tingkat kepercayaan 95 %, sehingga

pendapatan rumah tangga petani secara individu berpengaruh nyata

terhadap konsumsi energi di daerah DAS Keduang. Nilai elastisitas

pendapatan yang positif menunjukkan bahwa pendapatan petani

berbanding lurus dengan jumlah pengeluaran rumah tangga petani di

Kabupaten Wonogiri. Semakin tinggi pendapatan rumah tangga petani

Page 25: No. Uraian Rata- rata · Kabupaten Wonogiri Tahun 2015 No. Uraian Rata- rata 1 Umur (tahun) Suami Istri 54 46 2 Tingkat Pendidikan Suami Istri 7 6 3 Jumlah Anggota Keluarga (orang)

89

maka konsumsi energi akan meningkat,. Hal ini dikarenakan tingginya

kesadaran masyarakat di Wonogiri untuk memenuhi gizi yang makanan

pokoknya beras, sehingga jika pendapatannya naik, maka masyarakat

akan meningkatkan pembelian terhadap barang konsumsi. Menurut

Sukirno (2005), berdasarkan kurva Engel, pendapatan berbanding lurus

dengan kuantitas barang yang diminta, jika pendapatannya meningkat

maka jumlah barang yang diminta juga ikut meningkat, dan berlaku

untuk barang normal.

b) Jumlah tanggungan keluarga

Pada pengujian statistik diperoleh hasil dari uji t bahwa variabel

jumlah tanggungan keluarga signifikan, sehingga jumlah tanggungan

keluarga secara individu berpengaruh nyata terhadap konsumsi energi.

Nilai koefisien variabel jumlah tanggungan keluarga positif, jadi

semakin banyak jumlah anggota keluarga maka jumlah pengeluaran

pangan rumah tangga petani juga semakin tinggi. Rumah tangga dengan

jumlah anggota rumah tangga yang lebih besar cenderung mempunyai

tingkat konsumsi yang tinggi.

c) Luas lahan

Pada pengujian statistik diperoleh hasil dari uji t bahwa variabel

luas lahan signifikan, sehingga luas lahan yang dimiliki petani secara

individu berpengaruh nyata terhadap konsumsi energi. Luas lahan

pertanian sangat menentukan jumlah produksi petani yang pada

akhirnya berpengaruh terhadap pendapatan petani. Nilai koefisien

variabel luas lahan yang positif menunjukan besarnya luas lahan

berbanding lurus dengan pengeluaran pangan rumah tangga petani.

Lahan petani yang semakin luas akan menyebabkan produksi petani

semakin tinggi sehingga pendapatan petani semakin tinggi, dengan

pendapatan yang semakin tinggi tersebut maka keluarga petani akan

melakukn pengeluaran pangan dengan jumlah yang semakinbesar pula.

Page 26: No. Uraian Rata- rata · Kabupaten Wonogiri Tahun 2015 No. Uraian Rata- rata 1 Umur (tahun) Suami Istri 54 46 2 Tingkat Pendidikan Suami Istri 7 6 3 Jumlah Anggota Keluarga (orang)

90

d) Wilayah Hulu dan Hilir

Daerah aliran sungai terbagi menjadi wilayah hulu, tengah dan

hilir. Ketiga wilayah tersebut saling terkait, yaitu yang sering disebut

eksternalitas. Hubungan tersebut akan sangat nampak antara wilaya

hulu dan hilir, karena wilayah tengah merupakan wilayah peralihan dari

keduanya. Wilayah hulu DAS biasanya merupakan daerah konservasi,

kerapatan drainase lebih tinggi, kemiringan lereng lebih besar, dan jenis

vegetasi umumnya tegakan hutan. Pada penelitian ini, di kecamatan

Girimarto sebagai wilayah hulu, sebagian lahan petani ditanami dengan

pohon cengkeh. Sistem irigasi tergantung pola tanam dan tidak pernah

terjadi banjir akibat DAS. Sementara wilayah hilir DAS biasanya

merupakan daerah pemanfaatan, kerapatan drainase lebih kecil,

kemiringan lereng lebih kecil,vegetasi didominasi tanaman pertanian.

Di kecamatan Sidoharjo yang termasuk wilayah hilir, lahan petani

ditanami dengan padi, beberapa petani menerapkan tumpangsari dengan

tanaman ketela pohon. Penggunaan air di lahan pertanian kecamatan

Sidoharjo juga sangat dipengaruhi oleh bangunan irigasi. Di Sub DAS

Keduangkini aliran air sudah mulai berkurang, dalam hal ini mungkin

dipengaruhi oleh El Nino yang terjadi sehingga menyebabkan beberapa

daerah kering. Pada pengujian statistik diperoleh hasil dari uji t bahwa

variabel wilayah tidak signifikan, sehingga wilayah yang secara

individu tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi energi. Jadi baik di

hulu maupun di hilir tidak akan mempengaruhi jumlah konsumsi energi

suatu keluarga.

4. Pengujian Asumsi Klasik

Agar koefisien-koefisien regresi yang dihasilkan dengan metode

OLS (Ordinary Least Square) bersifat BLUE (Best Linier Unbiassed

Estimated), maka asusmsi-asumsi persamaan regresi linier klasik harus

dipenuhi oleh model. Uji penyimpangan asumsi klasik yang dilakukan

meliputi uji multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Berikut

Page 27: No. Uraian Rata- rata · Kabupaten Wonogiri Tahun 2015 No. Uraian Rata- rata 1 Umur (tahun) Suami Istri 54 46 2 Tingkat Pendidikan Suami Istri 7 6 3 Jumlah Anggota Keluarga (orang)

91

adalah hasil pengujian model fungsi pengeluaran pangan rumah tangga

petani di daerah Sub DAS Keduangterhadap asumsi klasik :

a) Multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan adanya korelasi antar variabel bebas

dalam model regresi. Sedangkan untuk model regresi yang baik

seharusnya tidak ada korelasi antar variabel bebas. Oleh karena itu, untuk

mengetahui ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai VIF

(VIF<10).

Tabel 27. Uji Multikolinearitas

Variabel Collinearity Statistic

Tolerance VIF Pendapatan rumah tangga (X1) 0,957 1,045 Jumlah tanggungan keluarga (X2) 0,941 1,063 Luas lahan (X3) 0,983 1,017 Wilayah Hulu Hilir (D) 0,958 1,044

Sumber : Analisis Data Primer

Hasil dari analisis diperoleh nilai VIF tidak ada yang lebih besar

dari 10. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi

tidak terjadi multikolinearitas.

b) Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan

ke pengamatan lain. Dalam penelitian ini uji heteroskedastisitas

dilakukan dengan diagram scatterplot. Dari diagram tersebut dapat

diketahui bahwa titik-titik yang terdapat dalam diagram menyebar dan

tidak membentuk suatu pola tertentu. Hal ini dapat disimpulkan bahwa

tidak terjadi heteroskedastisitas.

Page 28: No. Uraian Rata- rata · Kabupaten Wonogiri Tahun 2015 No. Uraian Rata- rata 1 Umur (tahun) Suami Istri 54 46 2 Tingkat Pendidikan Suami Istri 7 6 3 Jumlah Anggota Keluarga (orang)

92

Gambar 3. Diagram Scatterplot

G. Ketahanan Pangan Rumah Tangga

Proporsi pengeluaran pangan dan konsumsi energi merupakan

komponen untuk menentukan ketahanan pangan rumah tangga. Sebaran

ketahanan pangan rumah tangga responden dapat dilihat pada Tabel 28

Tabel 28. Sebaran Ketahanan Pangan Rumah Tangga Responden di Sub DAS

KeduangKabupaten Wonogiri Tahun 2015

Status Ketahanan Pangan Jumlah RT Prosentase (%)

Tahan

Rentan

Kurang

Rawan

25

16

27

22

27,78

17,78

30,00

24,44

Jumlah 90 100

Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan data diatas, dapat diketahui status ketahanan pangan

rumah tangga responden. Rumah tangga dengan status kurang pangan memiliki

sebaran terbesar dengan presentase 30% dari seluruh responden. Rumah tangga

dengan status tahan pangan menempati urutan kedua dengan presentase

27,78%, rumah tangga rawan pangan memiliki prosentase sebesar 24,44% dan

rumah tangga rentan pangan dengan prosentase sebesar 17,78%. Dari

penjelasan diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki

proporsi pengeluaran pangan < 60% dari total pengeluaran, dan konsumsi

cukup (≤80% AKG).