Top Banner

of 9

Newsletter Soverdi Surabaya Juli 2011

Jul 07, 2015

Download

Documents

benemali
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

EDISI-

I,

JULI

2011

HA LA MAN

1

Kata PengantarANGGOTA KOMUNITASP. Eko Juliantoro, SVD P. Felix Kadek S, SVD P. Josef Glinka, SVD P. Stanislaw Pikor, SVD Br. Alexander Hery, SVD P. Pius Kila, SVD P. Tobias M. Kraeng, SVD

Selamat bertemu dalam edisi Juli 2011. Di akhir musim libur ini, Komunitas mengadakan kegiatan liburan cer ia bagi seluruh kar yawankaryawati dan keluarga mereka. Rekreasi diadakan di Jatim Park I, Batu, dan sekaligus menjadi ajang yang baik untuk saling memupuk rasa persaudaraan di antara kami.

Untuk itu, acara tersebut terekam dalam untaian kata-kata dan gambar. Juga, kami merangkum pertemuan Soverdia yang diadakan di komunitas. Akhirnya, tulisan P. Glinka mengajak kita untuk menyimak kembali suatu sejarah dalam kehidupan Paus Yohanes Paulus II. Tetap, sebagaimana komitmen kami, tulisan sharing misi dari para konfrater kita selalu dalam setiap newsletter kami. Selamat membaca! P. Eko Juliantoro, SVD Rector Domus Soverdi

Kesempatan ini juga digunakan untuk P. Godefridus Meko, SVD merayakan pesta 25 tahun Bapak Aloysius Ketut bersama dengan misi P. Benediktus B Mali, SVD SVD Jawa. Tentunya, ucapan terima kasih dan r asa syukur kami P. Paulus Rahmat, SVDBr. Nelson Vidigal, SVD

DAFTAR ISIKata Pengantar Joannes Paulus II Rekreasi karyawan Temu Rohani Sharing misi: Chile Profil Misionaris Terimakasih kami 1 1 4 6 7 9 9

Joannes Paulus IIKENAPA JOHANNES PAULUS II MAU DIBUNUH 1981?

Latar belakang sejarah Perang Dunia II fase akhir, Jerman Hitler kalah. Guna mengatur Eropa pasca perang, para pemimpin sekutu anti Hitler Roosevelt, Churchil dan Stalin bertemu 4 11 Februari 1945 di Yalta, Krimea, Uni Soviet.

25 thn Pengabdianku 5

Menurut keputusan di Yalta antara lain adalah: Jerman akan dibagi dan diawasi oleh Amerika Serikat, Inggeris, Perancis dan Uni Soviet. Atas tekanan Stalin batas timur Polandia tergeser sampai sungai Bug. Dengan demikian sepertiga dari teritori bagian timur Polandia diambil alih Uni Soviet dan batas barat Polandia tergeser sampai sungai Oder dan Nysa, berarti mendapat sebagian timur teritori Jerman. Lagi atas desakan Stalin, Eropa dibagi atas sphere of interest. Dengan demikian Uni Soviet akan menjajahi seluruh Eropa Timur. Pemerintah di negara-negara satelit ini ditentukan oleh Uni Soviet. Maksudnya ekspansi komunisme di Eropa. Lambat-laun Eropa dibagi atas bagian timur dan barat dengan Tirai Besi di antaranya. Tirai Besi berarti bahwa batas barat Sfir Uni Soviet dijaga ketat.

Team RedaksiP. Eko Juliantoro, SVD (editor) Br. Alexander Hery , SVD (design & layout)

AlamatJl. Polisi Istimewa 9 Surabaya 60265 Gambar 1. Churchil, Roosevelt dan Stalin pada pertemuan di Yalta.

HA LA MAN

2

EDISI-

1,

JULI

2011

Penyebaran komunisme berarti ateisasi dan penghapusan agama, yang dianggap obat bius bagi masyarakat. Di Uni Soviet ribuan rohaniwan terbunuh, gedung gereja dihancurkan atau diganti fungsinya. Hal serupa diusahakan di negaranegara satelit. Hanya Polandia merupakan batu sandungan bagi komunis. Ideologi ateisme diimpor dari Rusia, yang menjadi musuh bebuyutan orang Polandia, maka oleh mayoritas orang Polandia komunisme ditolak. Selain itu hampir 90% orang Polandia beragama Katolik dan para uskup kompak, di bawah pimpinan kardinal Stefan Wyszynski, melawan segala aksi ateisasi. Akibatnya ada pastor dan uskup diusir dari diosesnya, ada yang dipenjarakan, termasuk Kardinal Wyszynski. Namun pemberontakan masyarakat berulang-ulang kali memaksa pemerintah untuk membebaskan mereka kembali. Tujuan lain komunis adalah kolektivisasi pertanian. Diusahakan tanah para petani diambil oleh pemerintah dan dijadikan perusahaan kolektif, di mana petani menjadi buruh saja. Di Uni Soviet proses ini dilaksanakan secara paksaan. Akibatnya produktivitas sector pertanian sangat memburuk, menyebabkan kekurangan bahan makanan dan kelaparan. Di Polandia kolektivisasi praktis tidak berhasil. Namun Polandia wajib mengekspor gandum dan ternak ke Uni Soviet. Akibatnya ada kekurangan pangan di negeri sendiri. Contohnya, toko dibuka jam 8, namun orang antri mulai jam 4 pagi, agar dapat membeli roti atau daging, yang selalu tidak cukup. Ini pun membuat masyarakat panas, hinga menyebabkan pemberontakan, walau pengawasan polisi ketat sekali. Pemberontak selalu menuntut pangan dan kebebasan agama.

mengadakan novena besar sembilan tahun pembaharuan rohani bangsa. Kopi gambar Bunda Maria dari Czestochowa (Black Madonna) berziarah dari paroki ke paroki. Hasil rohaninya luar biasa. Namun ini justru membuat komunis makin panas. Untuk menghentikan aksi ini, pemerintah memenjarakan gambar ini. Namun ini pun tidak menghentikan aksi pembaharuan rohani bangsa. Kardinal Polandia menjadi Paus. Tahun 1958 pastor Karol Wojtyla diangkat menjadi uskup pembantu di Krakow. Enam tahun kemudian Paus Paulus VI mengangkatnya menjadi uskup agung keuskupan ini. Tahun 1967 menjadi kardinal. Adanya dua kardinal di Polandia oleh pemerintah sering dipergunakan untuk menunjukan seolah-olah antara keduanya ada antagonisme. Akan tetapi aksi ini sama sekali tidak berhasil. Contohnya, waktu satu kali kepada Kardinal Wyszynski tidak diberikan paspor untuk menghadiri konsili Vaticanum II, sebagai tanda protes Kardinal Wojtyla juga tidak

Gambar 3. Negara-negara blok Soviet

berangkat, walau sudah punya paspor. Pada semua upacara Gerejani mereka selalu hadir bersama. Pemerintah menilai Kardinal Wyszynski sebagai orang keras kepala, sedangkan diharapkan Kardinal Wojtyla lebih lunak. Namun lekas pemerintah kecewa, karena dalam banyak hal Kardinal Wojtyla jauh lebih berani melawan politik pemerintah terhadap agama. Pada waktu sore tanggal 16 Oktober 1978 diumumkan bahwa Kardinal Wojtyla dipilih menjadi Paus, rakyat Polandia bergembira keluar ke jalan-jalan dengan menyanyikan lagu nasional Polandia belum punah, selama kita hidup, khususnya di depan kedutaan dan konsulat-konsulat Uni Soviet.

Gambar 2. Pergeseran batas Negara di Polandia

Pada tahun 1966 jatuh seribu tahun Gereja di Polandia. Sebagai persiapan para uskup dan umat

HALA MAN

3

P AGE 3 EDISI-1, JULI

2011

Sedangkan pemerintah dan pemimpin partai komunis panik. Mereka tidak tahu mengambil sikap apa. Salah seorang anggota komite sentral partai mengatakan spontan: Habis kita! Reaksi di Moskow sama. Nyata bahwa kesadaran dan kebanggaan nasional orang Polandia bertambah dan ini dapat menggoncangkan monopoli partai komunis. Pada waktu Juni 1979 Johannes Paulus II ingin mengunjungi tanahairnya, Brezhniew, ketua partai komunis Uni Soviet mendesak Gierek, ketua partai komunis Polandia, melarang Paus datang ke Polandia. Gierek menjawab: Andaikata saya membuat itu, seluruh masyarakat Polandia akan memberontak. Akhirnya, 2 Juni 1979 Johannes Paulus II mendarat di Warsawa. Ratusan ribu orang berdiri di pingir jalan dan seluruh kota dihiasi dengan bendera Vatikan. Hari berikutnya, Minggu Pentekosta, Paus memimpin misa di lapangan kota. Dalam khotbahnya Johannes Paulus II menyerukan: Semoga Roh Kudus turun dan membaharui muka bumi. Bumi ini! Maksudnya bumi Polandia. Rupanya doa seri Paus terkabulkan, karena pada bulan-bulan berikut menjadi perubahan besar. Antara lain para buruh di hampir seluruh Polandia mogok kerja dan menuntut serikat buruh bebas Solidarnosc. Ini mengoncangkan seluruh sistem politis bukan hanya di Polandia, tetapi juga di negara-negara satelit lainnya. Pemimpin komunis sadar, bahwa kekuatan moral gerakan ini adalah Johannes Paulus II dan Kardinal Wyszynski. Awal tahun 1981 Kardinal Wyszynski jatuh sakit kanker, maka pasti tidak lama lagi akan mati. Tinggal menghilangkan Paus Johannes Paulus II. Komplotan Keputusan untuk membunuh Johannes Paulus II dibuat di Kremlin. Pelaksanaannya diserahkan kepada KGB (polisi rahasia Uni Soviet). Ditentukan mencari agen yang rela menembak Paus. Waktu itu, ada orang yang ingin membunuh Paus, namanya M. Ali Agca. Ia adalah seorang penembak jitu, setuju menembak Paus dengan imbalan pembayaran 3000 euro. Ia dibantu oleh agen rahasia Bulgaria. Kesempatan paling baik adalah audiensi umum pada hari Rabu, yang pada musim panas diadakan di lapangan St. Petrus. Bapa Suci biasa

keliling dengan naik mobil. Agca harus menembak Paus di kepala. Agca sudah siap, namun terjadi sesuatu yang menghalanginya. Mendadak Johannes Paulus II mengangkat dan mencium seorang bayi perempuan. Maka kepala dan dada Paus terlindung. Akhirnya Agca menembak paus di perut. Namu satu peluru kena jari Johannes Paulus II, maka mengubah arahnya.

Gambar 5. Sara Bartoli yang meluputkan nyawa JP II (GN)

Sesudah menembak, Agca membuang pistolnya dan berusaha melarikan diri, tetapi seorang suster menangkapnya dan teriak minta bantuan. Segera polisi mengamankan Agca.

Gambar 6. Johannes Paulus II mengunjungi Ali Agca di penjara (GN)

Kita tahu, bahwa Johannes Paulus II tidak mati. Para dokter meluputkan nyawanya. Penembakan terjadi pada tanggal 13 Mei, hari ulang tahun penempakan Bunda Maria di Fatima. Bapak Suci yakin bahwa Maria melindunginya. Maka tanggal 13 Mei 1982 Johannes Paulus II berziarah ke Fatima untuk berterima kasih kepada Bunda Maria. Peluru, yang menembusi badannya, ditempatkan dalam mahkota gambar Maria. Pepatah Polandia mengatakan: Manusia menembak, tetapi Tuhan mengarahkan peluru. * Stalin pernah bertanya ironis: Berapa divisi tentara yang dimiliki Vatikan? Dewasa ini, Stalin sudah dilupakan, adikuasa Uni Soviet hilang dari peta dunia, sedangkan ribuan orang setiap hari berziarah ke kubur Beato Johannes Paulus II. Inilah orang, yang dengan kekuatan imannya menghancurkan komunisme kata pemimpin Bangsa Tartar. P. Josef Glinka, SVD

HA LA MAN

4

EDISI-1,

JULI

2011

REKREASI KARYAWAN SOVERDIUntuk mengisi liburan ini, karyawankaryawati Soverdi Surabaya mengadakan rekreasi bersama. Dalam kesempatan kali ini, kami berekreasi ke Jatim Park I, pada hari Rabu, tanggal 29 Juni 2011. Didampingi oleh P. bene Mali, SVD dan Br. Alex Hery SVD, perserta yang mengikuti acara rekresi ini berjumlah 51 orang, yaitu karyawan-karyawati beserta keluarga. Kami berangkat bersamasama dari halaman depan Soverdi Surabaya pulul 07.45 WIB dengan naik bis Kalisari. Adapun tujuan dari rekreasi ini adalah semakin mengakrabkan karyawan soverdi Surabaya satu sama lain, selain mengisi lilburan anak-anak sekolah. Begitu banyak persiapan dilakukan seperti konsumsi, transportsi, dokumentsai dan lain-lainnya. Dengan persiapan yang tidak terlalu lama, kami pun dapat melaksanakan rekreasi ini, karena bayak sekali teman teman yang membantu dalam kelancaran acara ini. Salah satunya adalah Br. Alex Hery SVD yang sibuk mengatur konsumsi dan transportasi. Karena dalam perjalanan ke Jatim Park I agak sedikit macet, kami pun baru tiba disana pukul 12.30 WIB. Kami pun segera membeli tiket dan masuk ke areal taman. Di sana kami pun diberi waktu sampai dengan pukul 16.00 WIB untuk berkumpul kembali di halaman Jatim Park I. Karena terbatasnya waktu, kami tidak sempat mengunjungi semua wahana yang ada di sana. Sayang sekali memang, karena di sana banyak sekali wahana anakanak ataupun dewasa. Contohnya, Roller Coaster, Flying Fox, Carussel, kolam renang, dan masih banyak lagi. Bahkan ada yang nekat naik Roller Coaster sampai sampai mabuk dan mau pingsan ,tetapi tetap se-

mangat. Dan lucunya lagi, sampai ada yang kehilangan anak, garagara sang ibu asyik bermain sendiri. Dalam kesempatan ini pula diberikan penghargaan kepada Bpk. Ketut Alouysius, yang telah mengabdi di Kantor SubUnit Soverdi Surabaya selama 25 tahun. Penghargaan tersebut diserahkan oleh P. Bene Mali, SVD, sebelum perjalanan kami kembali ke Surabaya. Semoga Bapak Ketut tetap setia untuk melayani dan mengabdi di Soverdi Surabaya dengan segala suka dukanya. Kurang lebih pukul 16.50 WIB, kami pun kembali ke bis dan bersiapsiap untuk perjalanan pulang. Setibanya di Soverdi Surabaya pukul 20.20 WIB, kami pun pulang kerumah kami masingmasing. Terimakasih kepada P. Eko Yuliantoro,SVD, selaku Rector Soverdi Surabaya yang membuat acara ini terselenggara. Kami tunggu acara rame rame berikutnya.

Ibu Veronika P. (Karyawati Sub-Unit SVD Jawa)

HA LA MAN

5

EDISI-1,

JULI

2011

25 TAHUN PENGABDIANKUSetelah aku menyelesaikan sekolah di SLTA, aku menemui Rm. Mariatma SVD (almarhum). Saat itu beliau menjadi Pastor Paroki Tangeb, dan aku minta tolong dicarikan pekerjaan, karena orangtuaku sudah terang-terangan mengatakan bahwa aku tidak mampu lagi melanjutkan sekolah. Rm Mariatma, sejak kecil, sudah mengenal orang tuaku, karena orang tuaku juga pernah menjadi tukang kebun di susteran di Tuka. Rm Mariatma menawarkan aku untuk sesegera mungkin mengambil kursus mengemudi/montir. Setiap aku ketemu, beliau selalu omong, Ayo cepat, udah bisa...? Tidak lama, kira-kira 1 minggu, aku disuruh berangkat ke Surabaya. Tanpa ada keluarga maupun kenalan di Surabaya, di bulan Oktober 1983 aku memberanikan diri berangkat ke Surabaya dengan bermodal nekat, yakni dengan membawa selembar kertas kecil dari Rm. Mariatma untuk Pater Rektor Biara SOVERDI, yang alamat Jl. Raya Dr. Soetomo 9. Aku berangkat dari Denpasar ke Surabaya naik bus malam, aku turun di terminal Bratang yang sekarang ini menjadi pangkalan bemo. Aku melanjutkan perjalanan dengan naik becak dan berpura-pura bahwa alamatnya aku sudah tahu, guna menghindari seandainya aku dibohongin sama tukang becak. Tapi apa yang terjadi? Ternyata aku diturunkan sama tukang becak itu diujung jalan Diponegoro/Dr.Sutomo 90. Aku mengeluarkan kata-kata kotor setelah beliau agak jauh he..he... Bangsat loo...!!, begitu marahku, sambil berjalan kaki. Setibanya di Soverdi, aku diterima rektor rumah P.Van Ierssel SVD. Pater Rektor waktu itu meminta aku tinggal bersama anak-anak rumah dalam satu asrama, karena Pater Franz lebih suka pergi keluar kota, selalu berangkat pagi jam 03.00 pagi dini hari. Pertama aku datang ke kantor Sub-Unit Soverdi, aku sempat ditegur oleh P. Van Ierssel karena memakai sandal jepit. Aku jawab, Belum ada sepatu. Atas kebaikan dan perhatian Pater Rektor waktu itu, aku diberi sepatu. Dalam waktu kurang lebih 2 (dua) bulan saya bekerja di Sub-Unit, aku tidak krasan, sempat angkat koper untuk balik pulang ke kampung halaman. Kebetulan, waktu itu, aku ketemu Pastor Pikor di lorong yang sedang berjalan menuju ke kamarnya. Lalu aku mengetuk pintu kamarnya untuk menceritakan bahwa aku mau balik pulang. Setelah aku menyampaikan keluhanku, Pater Pikor katakan, Jangan takut, Tut...! Sambil membuka pintu lemarinya, he... he...tahu-tahunya aku diberi 1 (satu) baju batik. Terima kasih Pater Pikor atas perhatiannya! Aku banyak dapat pengalaman dari Pater Franz Schaaf, karena beliau itu orangnya disiplin dan tepat waktu. Kalau aku sudah dilihat capek pegang setir, beliau langsung ambil alih. Tak heran, kalau sudah begitu, Pater Franz menawarkan kami berhenti di rumah makan, sambil istirahat sebentar. Aku masih ingat kesukaan Pater Franz Schaaf, yaitu MIE KUAH + 1 botol bir, setelah itu beliau langsung tancap gas...wes...setiran beliau mantap, seperti membawa mobil di negara Eropa, betul disiplin sekali dalam hal mengemudi. Aku pernah diperingatkan sama Pater Franz kalau pegang setir jangan seperti perempuan, di dalam perjalanan. Pater Franz selalu mengomentari aku, Hati...! hati...! Awas lobang, mobil cepat rusak, sperpat mahal...! Aduh... Aku dibuat stress melulu kalau setir, konsentrasi jadi kacau ah...! Aku pernah batin dan punya perasaan elek, kalau beliau komentar terus, mobilnya tak masukan got aja. Kalau tidak pergi ke luar kota, tugasku mengurusi pengiriman atau pengambilan suratsurat di kantor pos termasuk paket-paket dari luar negeri, membantu Bapak Frans Bedjan (almarhum) di kantor. Tidak mudah, karena kalau satu pekerjaan sampai terlambat, sudah barang tentu, pekerjaan berikutnya akan tersendat. Selain itu, aku juga mengantar para pastor ke dokter/RKZ/RS.Dr.Sutomo, baik pagi hari maupun sore hari ke tempat praktek dokter sampai malam hari. Kini, seiring dengan perjalanan waktu, aku lebih berkonsentrasi di kantor untuk mengurusi perjalanan para pastor dan bruder yang bertamu dan tinggal di Soverdi, serta tetap membantu di bidang HUMAS untuk kepentingan Serikat. Terimakasih serta ucapan syukur 25 tahun aku mengabdikan diriku sampai sekarang di Serikat Sabda Allah Provinsi Jawa atas doa para Pastor, Frater, Bruder serta teman-teman sekalian. Bapak Aloysius I Ketut Alus (Karyawan Kantor Sub-Unit SVD Jawa)

HA LA MAN

6

EDISI-

1,

JULI

2011

TEMU ROHANIPaguyuban Soverdia Surabaya di usia remajanya bisa dibilang telah memberikan sumbangan besar bagi Serikat dan Gereja pada umumnya. Selain memiliki misi memperkokoh ikatan antar anggota, paguyuban ini juga memiliki misi bersama SVD membangun gereja lokal. Soverdia telah beberapa kali mengadakan kegiatan rutin di paroki, namun kali ini memilih rumah SOVERDI Surabaya sebagai tempat pertemuannya. Acara diadakan pada tanggal 18 Juli 2011, jam 17.00. Persiapan dan pembagian tugaspun dilakukan. Pada hari dan jam yang telah ditentukan para anggota soverdia pun berdatangan, yang hadir terbilang lumayan banyak, kalau mau dihitung ada sekitar 60 orang, termasuk beberapa anggota baru dari paroki St. Paulus Juanda yang kedatangan mereka dihantar langsung oleh P. Josef Due sebagai romo pembimbingnya . Acara diawali dengan ucapan selamat datang oleh Ibu Swiyanto sebagai ketua paguyuban, dan dilanjutkan dengan ibadat sore bersama yang dipimpin oleh Br.Alex, SVD. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan perayaan Ekaristi yang di Imami oleh P. Bene Mali, SVD. Dalam kotbahnya, P. Bene mengatakan bahwa keunggulan kita adalah tetap setia kepada Tuhan dan sesama yang kita layani, dalam untung malang, dalam suka maupun duka. Kita hendaknya menghadirkan gaya hidup beriman tidak instan, dan mau tetap melayani Tuhan dan sesama dalam aneka kesulitan dan tantangan yang dihadapi baik sebagai Imam, Bruder SVD maupun sebagai Soverdia. Kita mau SVD Plus dan SVD A Plus. Kita tetap menghadirkan iman kepada Tuhan Yesus dalam hidup kita dimana dan kapan saja kita berada. Setelah perayaan Ekaristi usai acara disambung dengan sharing oleh P. Glinka SVD. Beliau mensharingkan riwayat hidup dan pengalamnnya bersama beato baru kita yakni Beato Joannes Paulus II. Hadirin pun mendengarkan dengan penuh antusias. Seusai sharing, P. Glinka membuka sesi tanya jawab, tetapi ternyata hanya ada satu orang penanya saja, maklumlah penjelasan yang diberikan sudah begitu gamblang. Setelah sharing, Ibu Swiyanto menyampaikan beberapa informasi tentang agenda Soverdia di bulan-bulan mendatang antara lain 1) rencana rekoleksi tgl 10-11 September di Ledug dengan tema MEMBANGUN KOMUNITAS SOVERDIA YANG APRESIATIF (semacam total quality management) yg meliputi visi, struktur, sistem, SDM, dan spiritualitas. Rekoleksi ini akan dibimbing oleh Rm.Anton Rosari,SVD. 2)Pergantian kepengurusan soverdia yang pada gilirannya akan dijabat oleh anggota Soverdia dari Paroki Sakramen Maha Kudus, namun para anggotanya belum bisa

memutuskan menerima karena masih harus dibicarakan secara intern .3) Undangan dari Paroki Lombok untuk mensosialisasikan Soverdia di sana. Setelah penyampaian info Soverdia, acara pun dilanjutkan dengan Malam Perkerabatan, yang tak lain adalah makan malam bersama. Setelah doa makan semua yang hadir langsung menuju refter (ruang makan) Soverdi. Aneka hidangan telah tersedia. Ada makanan yang bersifat penyegar dahaga (seger segeran) sampai yang pedaspedas.wuih tampaknya pas banget Oya.. sekedar diketahui bahwa makanan yang lezatlezat ini merupakan bawaan dari anggota Soverdia tiap paroki SVD lho, ternyata sudah ada pembagiannya. Wah benar-benar agape.

HA LA MAN

7

EDISI-1,

JULI

2011

Suasana nampak sangat akrab, anggota Soverdia ini sangat guyub seperti saudara sendiri. Setelah menikmati santap malam, para anggota Soverdia, nampak satu persatu mulai undur diri,, maklum sudah malam. Ibu swiyanto dalam kesannya mengatakan bahwa pertemuan kali ini rasanya Mak Nyus,hehe Seingat saya memang ini baru kali pertama Soverdia hadir dirumah Soverdi secara utuh dengan kegiatannya yang rutin. Namun karena alasan praktis, mereka lebih suka mengadakan kegiatan di paroki-paroki SVD.

Tetapi kemarin setelah kami semua mengalami sesuatu yang lebih indah dibanding ber-acara di paroki, tentunya kami juga akan usahakan kembali untuk bisa beberapa kali dalam setahun mengadakan pertemuan rutin di Soverdi. Kesan lain mengatakan bahwa mereka sangat senang sekali karena ada kebersamaan antara Romo dan Soverdia. Ada juga usulan yang mengatakan bahwa kegiatan Soverdia hendaknya lebih variatif misalnya mengikuti adorasi/salve dan doa atau misa khas spiritualitas SVD, biar Arnoldian banget gitu loh. Vivat Soverdia!! Br. Alexander Hery Irwanto, SVD

Sharing Misi:ChileDulu, ketika saya masih berada di seminari, ada beberapa Pater yang membagikan pengalaman-nya, secara khusus yang bekerja di Amerika Latin. Dari cerita dan pengalaman para pater itu, saya tertarik untuk bisa menjadi seorang misionaris di Amerika Latin. Ini sungguh menantang saya untuk pergi dari tanah air dan hidup di suatu negeri dengan bahasa dan budaya baru. Keinginan saya ini semakin dikuatkan ketika saya berada di Seminari Tinggi Surya Wacana, Malang. Sebelum me-ngikrarkan kaul kekal, saya melamar ke Mexico atau Chile. Ketika saya mengikrarkan kaul kekal, diumumkan bahwa saya akan bekerja di Chile. Peristiwa ini menjadikan saya lebih bersemangat dalam menjalani panggilan sebagai calon imam serikat Sabda Allah. Walaupun dalam kenyataannya proses untuk menjadi imam ini sempat tertunda, tahbisan imam saya ditunda 2 bulan; akhirnya, saya ditahbiskan di Paroki Hati kudus Yesus, Palasari, Bali. Namun saya masih punya suatu keyakinan, kalau Tuhan menghendaki saya menjadi seorang imam misionaris, maka Dia akan mengerjakanNya, tidak ada suatupun yang dapat menghalanginya. Kepercayaan ini membuat saya menjadi tenang dalam menjalani panggilan. Dan ketika ditahbiskan saya mengambil motto tahbisan Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna (2 Kor 12:9a). Seperti Rasul Paulus, saya melihat dan merefleksikan bahwa kekuatan saya ada dalam kelemahan saya. Karena saya lemah maka saya hanya mengandalkan kekuatan Tuhan sendiri. Keputusan Serikat untuk mengirim saya menjadi seorang misionaris merupakan kabar gembira bagiku. Aku melihat bahwa ini semua bukan hanya rencana saya sendiri, tetapi merupakan rencana Tuhan sendiri sehingga saya tidak perlu khawatir akan apa yang terjadi. Setelah saya ditahbiskan, saya mulai mengurus pasport dan visa. Proses pengurusan visa misionaris ternyata tidak gampang, harus menunggu selama 4 bulan. Tetapi semuanya bisa terselesaikan berkat orangorang yang baik yang mau membantu saya. Dan akhirnya pun visa bisa selesai. Dan tiket pesawat pun dipesan. Keberangkatan saya semakin jelas! Ini berarti apa yang saya inginkan semakin dekat dan menjadi kenyataan. Dalam hati saya, juga ada pergolakan. Saya belum menguasai Bahasa Spanyol. Ketika saya tiba di bandara, di Santiago, Chile, P. Armando Snydrig, SVD (Pater Provinsial), di-

HA LA MAN

8

EDISI-

1,

JULI

2011

temani seorang pater dari Flores dan seorang suster SSpS dari Timor, sudah menunggu saya di bandara dan siap menyambut saya. Walaupun saya belum kenal mereka, namun saya disambut dengan sangat baik. Ini menghilangkan kekawatiran saya akan suatu tempat yang baru. Setelah itu kami berangkat ke provinsialat dan ke seminari, dimana saya tinggal 2 bulan untuk belajar Bahasa Spanyol. Di tempat ini, saya bertemu dengan pater, bruder dan anak-anak seminari yang berasal dari berbagai Negara. Kehidupan harian dalam komunitas internasional memang sungguh menarik karena di sini kami dapat saling berbagi pengalaman,saling belajar mengenal keunikan masing-masing. Kami saling melengkapi dalam Bahasa Spanyol ketika sedang ibadat, misa, makan bersama, mencuci piring bersama dan dalam kesempatan-kesempatan lain. Ini sungguh menjadi pengalaman yang baru bagi saya. Saya bisa belajar banyak tentang segala sesuatu. Setelah dua minggu berada di seminari, saya mendaftarkan diri di Institut Bahasa Spanyol. Dan mulailah saya bergulat dengan Bahasa Spanyol. Pertama-tama saya mengalami kesulitan karena bahasa pengantarnya langsung Bahasa Spanyol, tetapi dengan ketekunan dan kemauan yang keras untuk belajar, akhirnya bisa juga. Belajar bahasa di institut ini saya tempuh dalam 4 nivel (4 bulan). Dalam proses belajar bahasa ini, 2 bulan saya tinggal bersama keluarga orang Chile. Dari keluarga ini, saya belajar banyak, karena selain untuk mempraktekkan bahasa, saya juga belajar banyak tentang kebiasaan-kebiasaan mereka setiap hari. Setelah kursus itu selesai, saya ditempatkan pada sebuah paroki yang dekat dengan sekolah kita juga. Di paroki inilah, saya pertama kali misa dalam Bahasa Spanyol.. Ya.. tentu saya masih pakai teks. Dalam waktu luang, saya menyempatkan diri untuk mengobrol sama anak-anak di sekolah untuk mempraktekkan Bahasa Spanyol. Di paroki ini, saya juga mengalami komunitas internacional: pastor parokinya orang Jerman, ditambah orang Philipina dan orang Chile sendiri. Pengalaman dengan mereka sungguh-sungguh memperkaya saya untuk bekerja di Chile. Setelah 4 bulan berada di paroki ini, atas persetujuan pater provinsial dan dewannya, akhirnya saya mendapat benuming pertama di sebuah paroki. Di paroki saya bekerja dengan orang Philipina dan konfrater

dari Flores. Paroki ini lumayan luas dalam territorial dan paroki ini sangat hidup dalam kegiatankegiatan menggereja. Misalnya, selain misa harian dan misa mingguan, ada kegiatan legio maria, kelompok-kelompok Kitab Suci, pendampingan keluarga-keluarga yang bermasalah, kelompok anak remaja katolik, mudika, kelompok orang lanjut usia, kelompok-kelompok doa atau devosi, kelompok karismatik, juga kelompok misi (kelompok ini yang mengadakan misi atau evangelisasi dari rumah ke rumah) dan kelompok atau komisi yang mempersiapkan anak dan orang dewasa untuk menerima sakramen-sakramen Waktu bekerja di paroki ini saya menangani 2 stasi, sebagai pembina anak remaja katolik, pembina mudika dan pembina kelompokkelompok doa yang ada di paroki ini. Juga yang saya lakukan untuk mengenal umat dan sekaligus supaya Bahasa Spanyol saya semakin lancar, saya selalu meluangkan waktu untuk mengadakan kunjungan keluarga. Dari kunjungan-kunjungan ini, saya semakin mengenal umat, kebutuhankebutuhan mereka dalam bidang rohani. Dengan kunjungan itu, kami bisa saling sharing, saling menguatkan, saling membantu satu sama lain. Selain kunjungan itu, saya juga dapat mengenal umat dari anak-anak remaja dan mudika yang saya damping sebagai pembina. Dari pertemuanpertemuan setiap minggu dan retret 3 kali setahun, mereka sharing tentang diri mereka sendiri dan keluarga mereka. Mereka selalu mengatakan bahwa mereka kurang mendapat perhatian dari orang tua. Mereka hanya setiap hari dengan pembantu atau dengan kakek atau nenek mereka. Orang tua mereka sibuk dengan pekerjaan, berangkat pagi dan ketika mereka pulang pada malam hari anak-anak mereka sudah tidur. Dengan demikian banyak anak yang mencari perhatian atau kebahagiaan di luar. Sehingga tidak mengherankan banyak gadis yang mempunyai anak di luar nikah. Itulah situasi yang kami hadapi atau masalah yang terbesar dari paroki ini. Untuk mengatasi masalah seperti itu, kami di paroki memberi semangat atau harapan kepada anak-anak dengan mengundang mereka terlibat dalam kelompok anak remaja katolik dan mudika. Saya berterima kasih kepada Serikat Sabda Allah, khususnya propinsi Chile yang memberi kesempatan untuk bermisi selama 6 tahun 10 bulan.

HA LA MAN

9

EDISI-

1,

JULI

2011

Dalam refleksi pribadi, sampai sekarang saya masih tetap yakin bahwa bila Tuhan menghendaki, maka segala sesuatu bisa diatasi. Bahasa yang sama sekali berbeda bukanlah suatu halangan untuk suatu karya. Di Propinsi Chile ada imam dari berbagai negara. Saya yakin mereka juga mengalami seperti yang saya alami ini, menjadi orang bisu, tuli dan buta huruf. Sekarang mereka bisa hidup dan berkarya dengan bahasa baru. Tanpa suatu halangan apa-apa. Akan bisa diatasi karena karya ini bukan melulu karya manusiawi belaka. Penerimaan konfrater di Chile juga menjadi sebuah kekuatan yang mendorongku untuk terus belajar bahasa. Walaupun kami tidak saling kenal sebelumnya, namun ketika kami bertemu, sepertinya sudah menjadi satu saudara dalam satu keluarga. Akhirnya, saya katakan Tuhan itu sungguh

baik. Pengetahuan saja tidak cukup untuk menjawab kebaikan Tuhan ini. Kita membutuhkan kemauan yang kuat. Selain mengalami kesulitan bahasa khususnya dalam bulan-bulan pertama kami juga mengalami kesulitan dalam kegiatan pastoral. Tidak semua orang yang setia atau aktif dalam paroki. Tetapi, sekali lagi, bila Tuhan menghendaki, semuanya akan bisa diatasi. Saya sendiri merasakan kekuatan saya terletak pada kelemahan saya. Maksudnya, saya lemah maka saya mengandalkan Tuhan. Tuhan adalah kekuatanku. P.Aloysius Wayan Supriyadi, SVD (Setelah bermisi di Chile, beliau sekarang kembali berkarya di SVD Jawa, tepatnya di Paroki Lawe Desky, Aceh Tenggara)

Misionaris Sang SabdaSungguh sangat mengasyikkan berbicara dengannya. Biasa dipanggil Br. Markus, konfrater yang bercambang putih ini memiliki nama lengkap Br. Markus Rodja, SVD. Beliau dilahirkan di sebuah daerah yang sejuk dan subur di Wilayah Ngada, Bajawa, NTT pada 17 Juli 1950. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar, pada tahun 1969, beliau mendaftar sebagai kandidat Bruder SVD. Lalu 4 tahun mengabdi di Percetakan Arnoldus, beliau masuk Posulat tahun 1973, dan menyelesaikan masa Novisiat 1974. Setelah mengikrarkan kaul Perdana 1976, beliau mengajar di SMP di Wolowaru. Beliau adalah orang yang senantiasa berserah diri kepada Allah. Tak heran, jika ia memilih Allahku Segalaku sebagai motto kaul kekalnya. Dalam semangat ini, beliau melanjutkan studi S1 Bimbingan Konseling (1990). Setelah itu beliau mendapat tugas sebagai Ketua Program IPI (Institut Pastoral Indonesia) cabang Malang, di Palangkaraya, dan sekaligus menjadi Ketua Yayasan Pendidikan Siswata milik Keuskupan Palangkaraya hingga sekarang. Panggilan sebagai Bruder SVD bagi beliau adalah suatu kebanggaan. Oleh sebab itulah beliau berusaha memberikan yang terbaik untuk berkarya dan mengabdi Serikat dan Keuskupan Palangkaraya. Beliau hadir di lingkungan dan membimbing masyarakat di sekitarnya untuk lebih mengenal, memahami dan mencintai lingkungannya dan mendorong generasi muda untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Beliau selalu berharap agar apa yang sudah diperjuangkan ini menjadi milik bersama sehingga bermanfaat bagi diri, keluarga dan masyarakat sekitarnya. Br. Alexander Hery Irwanto, SVD

Terimakasih KamiDi ruang pendopo Soverdi, kini tersedia 2 kotak derma, yakni 1 kotak untuk sumbangan misi dan 1 kotak untuk intensi misa/doa. Kami mengucapkan terima kasih kepada para donator yang telah memberikan sumbangannya bagi karya misi Serikat.