Top Banner
Net PNEUMONIA Pengertian Pnemonia Pnemonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pnemonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa disebut bronchopneumonia). Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali permenit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun. Pada anak dibawah usia 2 bulan, tidak dikenal diagnosis pnemonia. Pneumonia Berat ditandai dengan adanya batuk atau (juga disertai) kesukaran bernapas, napas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam (severe chest indrawing) pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun. Pada kelompok usia ini dikenal juga Pnemonia sangat berat, dengan gejala batuk, kesukaran bernapas disertai gejala sianosis sentral dan tidak dapat minum. Sementara untuk anak dibawah 2 bulan, pnemonia berat ditandai dengan frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali permenit atau lebih atau (juga disertai) penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam. Penanggulangan penyakit Pnemonia menjadi fokus kegiatan program P2ISPA (Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Program ini mengupayakan agar istilah
47

Net PNEUMONIA

Jul 01, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Net PNEUMONIA

Net PNEUMONIA

Pengertian Pnemonia 

Pnemonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli).

Terjadinya pnemonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada

bronkus (biasa disebut bronchopneumonia). Gejala penyakit ini berupa napas cepat

dan napas sesak, karena paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah

frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan

sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali permenit atau lebih pada anak usia 1 tahun

sampai kurang dari 5 tahun. Pada anak dibawah usia 2 bulan, tidak dikenal diagnosis

pnemonia. 

Pneumonia Berat ditandai dengan adanya batuk atau (juga disertai) kesukaran

bernapas, napas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam (severe

chest indrawing) pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun. Pada kelompok

usia ini dikenal juga Pnemonia sangat berat, dengan gejala batuk, kesukaran bernapas

disertai gejala sianosis sentral dan tidak dapat minum. Sementara untuk anak dibawah

2 bulan, pnemonia berat ditandai dengan frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali

permenit atau lebih atau (juga disertai) penarikan kuat pada dinding dada sebelah

bawah ke dalam.

Penanggulangan penyakit Pnemonia menjadi fokus kegiatan program P2ISPA

(Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Program ini

mengupayakan agar istilah Pnemonia lebih dikenal masyarakat, sehingga

memudahkan kegiatan penyuluhan dan penyebaran informasi tentang penanggulangan

Pnemonia. 

Program P2ISPA mengklasifikasikan penderita kedalam 2 kelompok usia:

Usia dibawah 2 bulan (Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia)

Usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun (2 bulan - Pnemonia, Pnemonia Berat dan

Bukan Pnemonia )

Klasifikasi Bukan-pnemonia mencakup kelompok balita penderita batuk yang tidak

menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya

penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Penyakit ISPA diluar pnemonia ini

antara lain: batuk-pilek biasa (common cold), pharyngitis, tonsilitis dan otitis.

Pharyngitis, tonsilitis dan otitis, tidak termasuk penyakit yang tercakup dalam

program ini. 

Page 2: Net PNEUMONIA

Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka kematiannya tinggi,

tidak saja dinegara berkembang, tapi juga di negara maju seperti AS, Kanada dan

negara-negara Eropah. Di AS misalnya, terdapat dua juta sampai tiga juta kasus

pneumonia per tahun dengan jumlah kematian rata-rata 45.000 orang.

Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah

kardiovaskuler dan tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi

angka kematian. Gejala Pneumonia adalah demam, sesak napas, napas dan nadi cepat,

dahak berwarna kehijauan atau seperti karet, serta gambaran hasil ronsen

memperlihatkan kepadatan pada bagian paru 

Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya

merupakan reaksi tubuh untuk mematikan luman. Tapi akibatnya fungsi paru

terganggu, penderita mengalami kesulitan bernapas, karena tak tersisa ruang untuk

oksigen. Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya, disebabkan oleh bakteri, virus

atau mikoplasma ( bentuk peralihan antara bakteri dan virus ). Bakteri yang umum

adalah streptococcus Pneumoniae, Staphylococcus Aureus, Klebsiella Sp,

Pseudomonas sp,vIrus misalnya virus influensa.

Mengobati Pneumonia

Anda mengalami tanda-tanda penumonia ?, Jangan khawatir, kesempatan sembuh

masih amat besar dengan syarat-syarat berikut ini; usia masih muda, dideteksi sejak

dini, sistem kekebalan tubuh bekerja dengan baik, infeksi belum menyebar, dan tidak

ada infeksi lain.

Pengobatan awal biasanya adalah antibiotik, yang cukup manjur mengatasi

penumonia oleh bakteri, mikoplasma dan beberapa kasus rickettsia.

Untuk pneumonia oleh virus sampai saat ini belum ada panduan khusus, meski

beberapa obat antivirus telah digunakan. Kebanyakan pasien juga bisa diobati

dirumah. Biasanya dokter yang menangani peneumonia akan memilihkan obat sesuai

pertimbangan masing-masing, setelah suhu pasien kembali normal, dokter akan

menginstruksikan pengobatan lanjutan untuk mencegah kekambuhan. Soalnya,

seranganberikutnya bisa lebih berat dibanding yang pertama. Selain antibiotika,

pasien juga akan mendapat pengobatan tambahan berupa pengaturan pola makan dan

oksigen untuk meningkatkan jumlah oksigen dalam darah.

Pada pasien yang berusia pertengahan, diperlukan istirahat lebih panjang untuk

mengembvalikan kondisi tubuh. Namun, mereka yang sudah sembuh dari dari

Page 3: Net PNEUMONIA

pneumonia mikoplasma akan letih lesu dalam waktu yang panjang. Secara rutin,

pasien yang sudah sembuh dari pneumonia jangan dilarang kembali melakukan

aktifitasnya. Namun mereka perlu diingatkan untuk tidak langsung melakukan yang

berat-berat. Soalnya, istirahat cukup merupakan kunci untuk kembali sehat.

Untuk menangani pernapasan akut parah ( Severe Acute Respiratory Syndrom/SARS)

yang masih misterius, organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan para

petugas kesehatan untuk menerapkan Universal Precautions. Artinya, mereka harus

mengenakan sarung tangan, masker, sepatu boot dan jas yang melindungi seluruh

tubuh dari kontak langsung dengan penderita. Buat penderitanya juga dianjurkan

untuk mengenakan masker dan pelindung lain sampai SARS-nya ditanggulangi.

Pasien yang dicurigai atau kemungkinan besar terkena SARS harus diisolasi. Ruang

perawatannya harus bertekanan rendah dengan pintu tertutup rapat, tidak sharing

dengan pasien lain ( termasuk dengan pasien sindrom serupa ) dan punya fasilitas

kamar mandi dan kloset sendiri.

Semua peralatan yang digunakan sebaiknya sekali pakai dan ruangan dibersihkan

dengan menggunakan desinfektans yang mengandung antibakteri, antivirus dan

antijamur. Pasien sebaiknya dijaga tidak banyak bergerak. Pasien maupun para

petugas kesehatan yang menangani dianjurkan untuk selalu mencuci tangan dengan

sabun untuk menghindari penyebaran. Karena antibiotika berspekturm luas tidak

menunjukkan efektifitas menangani SARS, WHO lebih menganjurkan untuk

memanfaatkan suntikan intravena ribavirin dan steroid untuk menstabilkan kondisi

pasien yang sudah kritis.

Kenali Pneumonia biar tak Terlambat

PNEUMONIA sebenarnya bukan peyakit baru. American Lung Association misalnya,

menyebutkan hingga tahun 1936 pneumonia menjadi penyebab kematian nomor satu

di Amerika. Penggunaan antibiotik, membuat penyakit ini bisa dikontrol beberapa

tahun kemudian. Namun tahun 2000, kombinasi pneumonia dan influenza kembali

merajalela dan menjadi penyebab kematian ketujuh di negara itu.

Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru ? paru meradang. Kantung-

kantung udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga

kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel

tubuh tidak bisa bekerja. Gara ? gara inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh

tubuh, penderita pneumonia bisa meninggal. Sebenarnya pneumonia bukanlah

Page 4: Net PNEUMONIA

penyakit tunggal. Penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui ada 30 sumber

infeksi, dengan sumber utama bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa

kimia maupun partikel.

Pneumonia Oleh Bakteri

Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia

lanjut. Pencandu alkohol, pasien pasca-operasi, orang-orang dengan penyakit

gangguan pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan tubuhnya,

adalah yang paling berisiko. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling

umum adalah Streptococcus pneumoniae sudah ada di kerongkongan manusia sehat.

Begitu pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri segera

memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan.

Seluruh jaringan paru dipenuhi cairan dan infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh

tubuh melalui aliran darah. Pasien yang terinfeksi pneumonia akan panas tinggi,

berkeringat, napas terengah-engah, dan denyut jantungnya meningkat cepat. Bibir dan

kuku mungkin membiru karena tubuh kekurangan oksigen. Pada kasus yang eksterm,

pasien akan mengigil, gigi bergemelutuk, sakit dada, dan kalau batuk mengeluarkan

lendir berwarna hijau. Sebelum terlambat, penyakit ini masih bisa diobati. Bahkan

untuk pencegahan vaksinnya pun sudah tersedia.

Pneumonia Oleh Virus

Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Saat ini makin

banyak saja virus yang berhasil diidentifikasi. Meski virus-virus ini kebanyakan

menyerang saluran pernapasan bagian atas-terutama pada anak-anak- gangguan ini

bisa memicu pneumonia. Untunglah, sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat

dan sembuh dalam waktu singkat.

Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influensa, gangguan bisa berat dan

kadang menyebabkan kematian, Virus yang menginfeksi paru akan berkembang biak

walau tidak terlihat jaringan paru yang dipenuhi cairan.

Gejala Pneumonia oleh virus sama saja dengan influensa, yaitu demam, batuk kering

sakit kepala, ngilu diseluruh tubuh. Dan letih lesu, selama 12 ? 136 jam, napas

menjadi sesak, batuk makin hebat dan menghasilkan sejumlah lendir. Demam tinggi

kadang membuat bibir menjadi biru.

Page 5: Net PNEUMONIA

Pneumonia Mikoplasma

Pneumonia jenis ini berbeda gejala dan tanda-tanda fisiknya bila dibandingkan

dengan pneumonia pada umumnya. Karena itu, pneumonia yang diduga disebabkan

oleh virus yang belum ditemukan ini sering juga disebut pneumonia yang tidak tipikal

( Atypical Penumonia ).

Pneumonia mikoplasma mulai diidentifikasi dalam perang dnia II. Mikoplasma adalah

agen terkecil dialam bebas yang menyebabkan penyakit pada manusia. Mikoplasma

tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri, meski memiliki karakteristik

keduanya.

Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan tersebar luas. Mikoplasma

menyerang segala jenis usia. Tetapi paling sering pada anak pria remaja dan usia

muda. Angka kematian sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati.

Gejala yang paling sering adalah batuk berat, namun dengan sedikit lendir. Demam

dan menggigil hanya muncul di awal, dan pada beberapa pasien bisa mual dan

muntah. Rasa lemah baru hilang dalam waktu lama.

Pneumonia Jenis Lain

Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii pnumonia ( PCP ) yang diduga

disebabkan oleh jamur, PCP biasanya menjadi tanda awal serangan penyakit pada

pengidap HIV/AIDS.

PCP bisa diobati pada banyak kasus. Bisa saja penyakit ini muncul lagi beberapa

bulan kemudian, namun pengobatan yang baik akan mencegah atau menundah

kekambuhan.

Pneumonia lain yang lebih jarang disebabkan oleh masuknya makanan, cairan , gas,

debu maupun jamur.

Rickettsia- juga masuk golongan antara virus dan bakteri-menyebabkan demam

Rocky Mountain, demam Q, tipus, dan psittacosis. Penyakit-penyakit ini juga

mengganggu fungsi Paru, namun pneumonia tuberkulosis alis TBC adalah infeksi

paru paling berbahaya kecuali dioabati sejak dini.

Pneumonia

Definisi Pneumonia

Page 6: Net PNEUMONIA

Pneumonia adalah suatu infeksi dari satu atau dua paru-paru yang biasanya

disebabkan oleh bakteri-bakteri, virus-virus, atau jamur. Sebelum penemuan dari

antibiotik-antibiotik, satu per tiga dari semua orang-orang yang telah mengembangkan

pneumonia sesudah itu meninggal dari infeksi. Saat ini, lebih dari 3 juta orang-orang

mengembangkan pneumonia setiap tahun di Amerika. Lebih dari setengah juta dari

orang-orag ini diopname di sebuah rumah sakit untuk perawatan. Meskipun

kebanyakan dari orang-orang ini sembuh, kira-kira 5% akan meninggal dari

pneumonia. Pneumonia adalah pemimpin ke enam penyebab kematian di Amerika.

Bagaimana Orang-Orang "Menangkap Pneumonia" ?

Beberapa kasus-kasus dari pneumonia didapatkan dengan menghirup rintik-rintik

kecil (droplets) yang mengandung organisme-organisme yang dapat menyebabkan

pneumonia. Rintik-rintik ini masuk kedalam udara ketika seorang yang terinfeksi

dengan kuman-kuman ini batuk atau bersin. Pada kasus-kasus lain, pneumonia

disebabkan ketika bakteri-bakteri atau virus-virus yang secara normal hadir didalam

mulut, tenggorokan, atau hidung tanpa sengaja memasuki paru. Sewaktu tidur, adalah

sama sekali umum untuk orang-orang untuk menyedot sekresi-sekresi (pengeluaran)

dari mulut, tenggorokan, atau hidung. Secara normal, respon refleks tubuh (membatuk

keluar sekresi-sekresi) dan sistim imun akan mencegah organisme-organisme yang

tersedot menyebabkan pneumonia. Bagaimanapun, jika seseorang ada dalam suatu

kondisi yang lemah dari penyakit yang lain, suatu pneumonia yang parah dapat

berkembang. Orang-orang dengan infeksi-infeksi virus baru-baru ini, penyakit paru,

penyakit jantung, dan persoalan-persoalan menelan, begitu juga sebagai pemakai-

pemakai obat dan alkohol, dan mereka yang telah menderita suatu stroke atau epilepsi

berada pada risiko yang tinggi mengembangkan pneumonia daripada populasi umum.

Sekali organisme-organisme memasuki paru-paru, mereka biasanya menetap di

kantong-kantong udara dari paru dimana mereka tumbuh dalam jumlah secara cepat.

Area dari paru ini kemudian menjadi terisi dengan cairan dan nanah karena tubuh

berusaha untuk melawan infeksi.

Gejala-Gejala Dan Tanda-Tanda Pneumonia

Kebanyakan orang-orang yang mengembangkan pneumonia awalnya mempunyai

gejala-gejala dari suatu infuensa yang kemudian diikuti oleh suatu demam yang tinggi

(adakalanya setinggi 104 derajat Fahrenheit), menggigil, dan suatu batuk dengan

produksi sputum (dahak). Sputum adalah biasanya berubah warna dan adakalanya

berdarah. Orang-orang dengan pneumonia mungkin menjadi pendek napasnya. Satu-

Page 7: Net PNEUMONIA

satunya serat-serat nyeri di paru adalah dipermukaan paru, di area yang dikenal

sebagaipleura. Nyeri dada mungkin berkembang jika aspek-aspek pleural bagian luar

dari paru terlibat. Nyeri ini biasanya adalah tajam dan memburuk ketika mengambil

suatu napas yang dalam, yang dikenal sebagai nyeri pleuritic.

Pada kasus-kasus yang lain dari pneumonia, dapat terjadi suatu penimbulan yang

perlahan dari gejala-gejala. Suatu perburukan batuk, sakit-sakit kepala, dan sakit-sakit

otot mungkin adalah satu-satunya dari gejala-gejala. Pada beberapa orang-orang

dengan pneumonia, batuk adalah bukan suatu gejala utama karena infeksi berlokasi

pada area-area dari paru jauh dari saluran-saluran udara yang lebih besar. Pada saat-

saat, warna kulit seorang individu mungkin berubah dan menjadi kehitam-hitaman

atau keungu-unguan (suatu kondisi yang dikenal sebagai "cyanosis") yang disebabkan

oleh darah mereka yang dioksigenasi secara buruk.

Anak-anak dan bayi-bayi yang mengembangkan pneumonia seringkali tidak

mempunyai tanda-tanda yang spesifik mana saja dari suatu infeksi dada namun

mengembngkan suatu demam, nampak cukup sakit, dan dapat menjadi lesu. Orang-

orang yang lebih tua mungkin juga mempunyai sedikit gejala-gejala dengan

pneumonia.

http://www.totalkesehatananda.com/pneumonia1.html

Pneumonia merupakan radang paru yang disebabkan mik

roorganisme(bakteri, virus, jamur, dan parasit). Proses peradangan akan menyebabkan jaringan paru yang berupa aveoli (kantung udara) dapat dipenuhi cairan ataupun nanah. Akibatnya

Page 8: Net PNEUMONIA

kemampuan paru sebagai tempat pertukaran gas (terutama oksigen) akan terganggu. Kekurangan oksigen dalam sel-sel tubuh akan mengganggu proses metabolisme tubuh. Bila pneumonia tidak ditangani dengan baik, proses peradangan akan terus berlanjut dan menimbulkan berbagai komplikasi seperti, selaput paru terisi cairan atau nanah (efusi pleura atau empiema), jaringan paru bernanah (abses paru), jaringan paru kempis (pneumotoraks) dan lain-lain. Bahkan bila terus berlanjut dapat terjadi penyebaran infeksi melalui darah (sepsis) ke seluruh tubuh sehingga dapat menyebabkan kematian.

ETIOLOGIPenyebab pneumonia bermacam-macam yaitu bakteri,virus,fungus,alergi ,aspirasi,hypostatic pneumonia. Pneumonia bakteri dapat disebabkan oleh Pneumococcus,Staphylococcus,H.influenza,TBC,Klebsiella,bakteri coli.

INSIDENS DAN EPIDEMIOLOGISalahsatu penyebab utama pneumonia adalah Pneumococcus.Pneumococcus dengan serotipe 1 sampai 8 menyebabkan pneumonia pada orang dewasa lebih dari 80%, sedangkan pada anak ditemukan tipe 14,1,6,dan 9. Angka kejadian tertinggi ditemukan pada usia kurang dari 4 tahun dan mengurang dengan meningkatnya umur. Pneumonia lobaris hampir selalu disebabkan oleh pneumococcus, ditemukan pada orang dewasa dan anak besar, sedangkan bronchopneumonia lebih sering dijumpai pada anak kecil dan bayi. Pneumonia sangat rentan terhadap bayi berumur di bawah dua bulan, berjenis kelamin laki-laki, kurang gizi, berat badan lahir rendah, tidak mendapatkan ASI yang memadai, polusi udara, kepadatan tempat tinggal, imunisasi yang tidak memadai, dan defisiensi vitamin A. Faktor-faktor yang meningkatkan risiko kematian akibat pneumonia adalah bayi di bawah umur dua bulan, tingkat sosioekonomi rendah, kurang gizi, berat badan lahir rendah, tingkat pendidikan ibu rendah, tingkat pelayanan kesehatan masih kurang, padatnya tempat tinggal, imunisasi yang tidak memadai, dan adanya penyakit kronis pada bayi.

PATOGENESISPneumococcus masuk ke dalam paru bayi melalui jalan pernafasan secara percikan (droplet). Proses radang pneumonia dapat dibagi atas 4 stadia, yaitu : (1) stadium kongesti: kapiler melebar dan kongesti serta di dalam alveolus terdapat eksudat jernih ,Bakteri dalam jumlah banyak, beberapa neutrofil dan makrofag. (2) Stadium hepatisasi merah: lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak menggabung udara, warna mernjadi merah dan pada perabaan seperti hepar. Di dalam alveolus didapatkam fibrin, leukosit neutrofil eksudat dan banyak sekali eritrosit dan kuman. Stadium ini berlangsung sangat pendek. (3) stadium hepatsasi kelabu: lobus masih tetap padat dan warna merah menjadi pucat kelabu. Permukaan pleura suram karna diliputi oleh fibrin. Alveolus terisi fibrin dan leukosit, tempat terjadi fagositosis Pneumococcus. Kapiler tidak lagi kongesif.(4) stadiumresolusi: eksudat berkurang. Dalam alveolus makrofag bertambah dan leukosit menglami nekrosis dan degenarasi lemak. Fibrin diresorbsi dan menghilang. Secara patologi anatomis bronkopneumonia berbeda dari pneumonia lobaris dalam hal lokalisasi sebagai bercak-bercak dengan distribusi yang tidak teratur. Dengan pengobatan antibiotika urutan stadium khas ini tidak terlihat.

MANIFESTASI KLINIS

Page 9: Net PNEUMONIA

Secara anatomik pneumonia terbagi atas dua yaitu : Pneumonia lobaris

Merupakan penyakit primer,kebanyakan menyerang anak besar (biasanya sesdudah berumur 3 tahun). Anak tampak sakit berat,demam tinggi,pergerakan dada pada sisi yang sakit tampak lambat,pekak relatif pada perkusi. Gambaran radiologik jelas terlihat infiltrate yang jelas. Pada penyembuhan demam menurun secara tiba-tiba (krisis) dalam 5-9 hari. Jarang timbul relaps,prognosis baik, mortalitas rendah,sembuh sempurna.

BronchopneumoniaBiasanya merupakan penyakit sekunder,timbul setelah menderita penyakit lain. Kebanyakan menyerang bayi dan anak kecil. Keadaan umum tidak terlalu terganggu (bila belum sesak), demam tidak terlalu tinggi (sering sebagai demam remitten). Tidak ditemukan pekak relatif pada perkusi, pada foto thorax tidak tampak bayangan infiltrate (atau bila ada tersebar kecil). Sering relaps,mortalitas lebih tinggi, dan sembuh dengan sisa-sisa fibrosis.

DIAGNOSISDalam menegakkan diagnosis, selain klinis,pemeriksaan yang mendukung diagnosis adalah

a. Pemeriksaan Rontgen toraksPemeriksaan ini menunjukkan kelainan sebelum dapat ditemukan secara pemeriksaan fisis. Pada bronkopneumonia bercak-bercak infitrat didapatkan pada satu atau beberapa lobus. Foto Rontgen dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti pleuritis, etelektasis, abses paru, pneumatokel, pneumatoraks, pneumomediastinum atau perikarditis.

b. Pemeriksaan laboratoriumPada pneumonia pneumococcus gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000 – 40.000/mm3 dengan pergeseran ke kiri. Kuman penyebab dapat dibiak dari usapan tenggorokan dan 30% dari darah. Urin biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat albuminuria ringan karna suhu yang naik dan sedikit torak hilin. Pneumonia pneumokokus tidak dapat dibedakan dari pneumonia yang disebabkan oleh bakteri lain atau virus, tanpa pemeriksaan mikrobiologis.

DIAGNOSIS BANDINGKeadaan yang menyerupai pneumonia ialah: bronkiolitis, gagal jantung, aspirasi benda asing, atelektasis, abses paru, tuberculosis. 

PENGOBATAN DAN PENATALAKSANAANSebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi, tetapi berhubung hal ini tidak selalu dikerjakan dan makan waktu maka dalam praktek diberikan pengobatan polifragmasi. Penisilin diberikan 50.000 U/kgbb/hari dan ditambah dengan kloramfenikol 50-75 mg/kgbb/ hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan diteruskan sampai anak bebas panas selama 4-5 hari. Anak yang sangat sesak nafasnya memerlukan pemberian cairan intravena dan oksigen. Jenis cairan yang digunakan adalah campuran Glukosa 5% dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCl 10 mEq/500ml botol infuse. Banyaknya cairan yang diperlukan sebaiknya dihitung dengan menggunakan rumus Darrow. Karena ternyata sebagian besar penderita jauh ke dalam asidosis metabolik akibat kurang makan dan hipoksia, dapat diberikan

Page 10: Net PNEUMONIA

koreksi dengan perhitungan kekurangan basa sebanyak -5mEq. Pneumonia yang tidak berat, tidak perlu dirawat di rumah sakit. 

KOMPLIKASIDengan penggunaan anti biotika, komplikasi hampir tidak pernah dijumpai, Komplikasi yang dapat dijumpai ialah: empiema, otitis media akut. Komplikasi media lain seperti meningitis, perikarditis, osteomielitis, peritonitis lebih jarang dilihat. 

PROGNOSISDengan pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat di turunkan sampai kurang dari 1%. Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein dan yang datang terlambat menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi.

http://medicinestuffs.blogspot.com/2008/11/penumonia-pada-anak.html

nfeksi saluran napas bawah akut (ISNBA) masih terus menjadi masalah kesehatan yang utama meskipun kemajuan dalam identifikasi baik agen-agen penyebab baru ataupun lama sangat pesat, dan kemampuan obat-obat antimikroba telah banyak ditingkatkan. Selain itu masih banyak terdapat kontroversi berkenaan dengan pendekatan diagnostic dan pilihan pengobatan.ISNBA dapat dijumpai dalam berbagai bentuk, tersering adalah dalam bentuk pneumonia. Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Juga bisa didefinisikan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Dan menimbulkan angka kesakitan yang tinggi, dengan gejala-gejala batuk, demam, dan sesak nafas.Secara klinis pneumonia dapat diklasifikasikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit, dan lain-lain). Secara anatomis pneumonia dapat diklasifikasikan sebagai pneumonia lobaris, pneumonia segmentalis, dan pneumonia lobularis yang dikenal sebagai bronkopneumonia dan biasanya mengenai paru bagian bawah. Selain itu pneumonia dapat juga dibedakan berdasarkan tempat dapatannya, yaitu pneumonia komunitas dan pneumonia rumah sakit.Insiden PenumoniaSekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum berhubungan dengan infeksi saluran napas yang terjadi di masyarakat (pneumonia komunitas/PK) atau di dalam rumah sakit (pneumonia nosokomial/PN). Pneumonia yang merupakan bentuk infeksi saluran nafas bawah akut di parenkim paru yang serius dijumpai sekitar 15-20%.Di AS pneumonia mencapai 13% dari semua penyakit infeksi pada anak dibawah 2 tahun. Berdasarkan hasil penelitian insiden pada pneumonia didapat 4 kasus dari 100 anak prasekolah, 2 kasus dari 100 anak umur 5-9 tahun,dan 1 kasus ditemukan dari 100 anak umur 9-15 tahun.UNICEF memperkirakan bahwa 3 juta anak di dunia meninggal karena penyakit pneumonia setiap tahun. Meskipun penyakit ini lebih banyak ditemukan pada daerah berkembang akan tetapi di Negara majupun ditemukan kasus yang cukup signifikan.Berdasarkan umur, pneumonia dapat menyerang siapa saja. Meskipun lebih banyak ditemukan pada anak-anak. Pada berbagai usia penyebabnya cendrung berbeda-beda, dan dapat menjadi pedoman dalam memberikan terapi.

Page 11: Net PNEUMONIA

Epidemiologi PneumoniaPneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran napas yang terbanyak di dapatkan dan sering merupakan penyebab kematian hampir di seluruh dunia. Di Inggris pneumonia menyebabkan kematian 10 kali lebih banyak dari pada penyakit infeksi lain, sedangkan di AS merupakan penyebab kematian urutan ke 15.Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan; prevalensi nasional ISPA: 25,5% (16 provinsi di atas angka nasional), angka kesakitan (morbiditas) pneumonia pada Bayi: 2.2 %, Balita: 3%, angka kematian (mortalitas) pada bayi 23,8%, dan Balita 15,5%.Pneumonia pada dapat terjadi pada orang tanpa kelainan imunitas yang jelas. Namun pada kebanyakan pasien dewasa yang menderita pneumonia didapati adanya satu atau lebih penyakit dasar yang mengganggu daya tahan tubuh. Frekuensi relative terhadap mikroorganisme petogen paru bervariasi menurut lingkungan ketika infeksi tersebut didapat. Misalnya lingkungan masyarakat, panti perawatan, ataupun rumah sakit. Selain itu factor iklim dan letak geografik mempengaruhi peningkatan frekuensi infeksi penyakit ini.Etiologi PneumoniaPneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu bakteri, virus, jamur, protozoa, yang sebagian besar disebabkan oleh bakteri. Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri positif-gram, Streptococcus pneumonia yang menyebabkan pneumonia streptokokus. Bakteri staphylococcus aureus dan streptococcus aeruginosa. Pneumonia lainnya disebabkan oleh virus, misalnya influenza.Pneumonia lobaris adalah peradangan jaringan akut yang berat yang disebabkan oleh pneumococcus. Nama ini menunjukkan bahwa hanya satu lobus paru yang terkena. Ada bermacam-macam pneumonia yang disebabkan oleh bakteri lain, misalnya bronkopneumonia yang penyebabnya sering haemophylus influenza dan pneumococcus.

Page 12: Net PNEUMONIA

Anatomi Paru-ParuParu-paru merupakan organ yang elastic, berbentuk kerucut, dan letaknya berada di dalam rongga dada atau thorax. Kedua paru-paru saling terpisah oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar. Setiap paru-paru mempunyai apeks (bagian atas paru-paru) dan basis.Paru-paru kanan lebih besar dari pada paru2 kiri. Paru-paru kanan dibagi menjadi 3 lobus yaitu lobus superior, lobus medius, dan lobus inferior. Paru-paru kanan terbagi lagi atas 10 segmen yaitu pada lobus superior terdiri atas 3 segmen yakni segmen pertama adalah segmen apical, segmen kedua adalah segmen posterior, dan segmen ketiga adalah segmen anterior.Pada lobus medius terdiri atas 2 segmen yakni segmen keempat adalah segmen lateral, dan segmen kelima adalah segmen medial. Pada lobus inferior terdiri atas 5 segmen yakni segmen keenam adalam segmen apical, segmen ketujuh adalah segmen mediobasal, segmen kedelapan adalah segmen anteriobasal, segmen kesembilan adalah segmen laterobasal, dan segmen kesepuluh adalah segmen posteriobasal.

Page 13: Net PNEUMONIA

Paru-paru kiri terbagi atas dua lobus yaitu lobus superior dan lobus inferior. Paru-paru kiri terdiri dari 8 segmen yaitu pada lobus superior terdiri dari segmen pertama adalah segmen apikoposterior, segmen kedua adalah segmen anterior, segmen ketiga adalah segmen superior, segmen keempat adalah segmen inferior.Pada lobus inferior terdiri dari segmen kelima segmen apical atau segmen superior, segmen keenam adalah segmen mediobasal atau kardiak, segmen ketujuh adalah segmen anterobasal dan segmen kedelapan adalah segmen posterobasal.Patofisiologi PneumoniaPneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan gangguan penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan tubuhnya , adalah yang paling berisiko.

Page 14: Net PNEUMONIA

Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan yang sehat. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak organ paru-paru.Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah.Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling mencolok. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, ataupun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia.CATATAN:Referat Kedokteran ini bersambung ke: Diagnosis dan Penatalaksanaan Penyakit PneumoniaShareThisARTIKEL LAIN YANG BERKAITAN:

Referat Kedokteran: Diagnosis dan Penatalaksanaan Penyakit Pneumonia Pada referat sebelumnya yang berjudul Referat Kedokteran: Etiologi dan Patofisiologi Penyakit Pneumonia, sudah dijelaskan seputar insiden, epidemiologi, etiologi dan patofisiologi penyakit pneumonia. ...

Referat Kedokteran: Pemilihan Cairan Pengganti Pada Perdarahan Akut Artikel ini merupakan lanjutan dari referat kedokteran yang telah kami publikasikan sebelumnya, yaitu Konsep Dasar Transport Oksigen. Kali ini kita akan membicarakan tentang Pemilihan Cairan Pengganti...

Referat Kedokteran: Oklusi Arteri Retina Sentral Hilangnya penglihatan yang tiba-tiba, memberat, dan tanpa nyeri pada salah satu mata merupakan karakteristik dari oklusi arteri retina sentral. Retina akan menjadi opaque dan edema, khususnya dibagian...

Referat Kedokteran: Epidemiologi, Etiologi dan Patofisiologi Penyakit Kista OvariumOvarium mempunyai fungsi yang sangat krusial pada reproduksi dan menstruasi. Gangguan pada ovarium dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, perkembangan dan kematangan sel telur. Gangguan yang pali...

Referat Kedokteran: Penyakit Glaukoma Akut Mata membutuhkan sejumlah tekanan tertentu agar dapat berfungsi baik. Pada beberapa orang, tekanan bola mata ini dapat meninggi sehingga akan menyebabkan kerusakan saraf optik. Dapat pula terjadi bahw...

PneumoniaPNEUMONIA

A. KONSEP DASAR

1. DEFINISI

Page 15: Net PNEUMONIA

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.

Mengingat adanya perubahan pathogen yang menyebabkan pneumonia, maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Community-acquired pneumonia, dimulai sebagai penyakit pernapasan umum dan bisa berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia streptococcal merupakan organisme penyebab umum. Tipe pneumonia ini biasanya menimpa kalangan anak-anak atau kalangan orang tua. Hospital-acquired pneumonia, dikenal sebagai pneumonia nosokomial. Organisme seperti aeruginosa pseudomonas, klebsiella, atau aureus stapilococcus, merupakan bakteri umum penyebab hospital-acquired pneumonia. Lobar dan bronchopneumonia, dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi. Sekarang ini, pneumonia diklasifikasikan menurut organisme, bukan hanya menurut lokasi anatominya saja. Pneumonia viral, bakterial, dan fungal, dikategorikan berdasarkan pada agen penyebabnya. Kultur sputum dan sensitivitas dilakukan untuk mengidentifikasi organisme perusak.

2. ETIOLOGI

ISNBA (infeksi saluran napas bawah akut) dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, tersering disebabkan oleh bakteri. Kuman penyebab pneumonia yang tersering dijumpai berbeda jenisnya disuatu negara, dan antara satu daerah dengan daerah lain pada satu negara, di luar RS dan di dalam RS, antara RS besar/tersier dengan RS yang lebih kecil. Karena itu perlu diketahui dengan baik epidemiologi kuman di suatu tempat.

Diagnosis kuman penyebab akan lebih cepat terarah bila daignosis pneumonia yang dibuat, dikaitkan dengan interaksi faktor-faktor terjadinya infeksi dan cara pasien terinfeksi, misalnya infeksi melalui droplet sering disebabkan Streptococcus pneumoniae, melalui slang infus oleh Staphylococcus aureus sedangkan infeksi pada pemakaian ventilator oleh P. aeruginosa dan Enterobacter. Pada masa kini terjadi perubahan pola mikroorganisme penyebab ISNBA akibat perubahan keadaan pasien seperti gangguan kekebalan dan penyakit kronik, polusi lingkungan, dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat yang menimbulkan perubahan pada karakteristik kuman. Terjadinya peningkatan patogenitas/jenis kuman serta resistensi yang disebabkan oleh S. aureus, B. catarrhalis, H. influenzae dan Entero-bacteriacea yang menghasilkan beta laktamase. Perlu diingat bahwa PN (pneumonia nosokomial) masih mungkin disebabkan oleh infeksi kuman yang biasa menimbulkan PK (pneumonia komunitas).

Kejadian kuman penyebab yang biasa terdapat pada PK ataupun PN di negara barat bervariasi. Penyebab PK tersering dilaporkan tahun 1987 adalah S. pneumoniae (60-70%), H. influenzae (5%), Mycoplasma (5-20%). Bila disertai gangguan imunitas atau terdapat penyakit dasar paru kronik dapat disebabkan oleh S. aureus, kuman Gram negatif seperti K. pneumoniae, P. aeruginosa atau kuman-kuman yang biasa menyebabkan PN. Pada sejumlah 30-50% tidak diketahui kuman penyebabnya.

Page 16: Net PNEUMONIA

PN juga tersering disebabkan oleh bakteri. Kuman penyebabnya sering berbeda jenisnya antara di ruangan biasa dengan ruangan perawatan intensif (ICU). PN bakterial dapat dibagi atas PN awitan awal dalam waktu kurang dari 3 hari yang kumannya sering pula didapat di luar RS, biasanya disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae (5-10%), M. catarrhalis (<5%) dan H. influenzae. PN awitan lanjut bila lebih dari 3 hari, sering disebabkan kuman Gram negatif aerob sebesar 60%, berupa P. aeruginosa, Enterobacter spp., K. pneumoniae, Serratia spp., S. aureus (20-25%). Kelompok kedua ini biasanya merupakan kuman resisten terhadap antibiotik. Kuman anaerob dapat menjadi penyebab pada kedua kelompok (35%).

Pada waktu akhir-akhir ini sejumlah kuman baru/opportunis telah menimbulkan infeksi pada pasien dengan kekebalan tubuh yang rendah, misalnya Legionella, Chlamydia trachomatis, M. atypical, berbagai jenis jamur (C. albicans, Aspergillus fumigatus) dan virus.

3. PATOFISIOLOGI

Pneumonia bakterial menyerang baik ventilasi maupun difusi. Suatu reaksi inflamasi yang dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada alveoli dan menghasilkan eksudat, yang mengganggu gerakan dan difusi oksigen serta karbon dioksida. Sel-sel darah putih, kebanyakan neutrofil, juga bermigrasi ke dalam alveoli dan memenuhi ruang yang biasanya mengandung udara. Area paru tidak mendapat ventilasi yang cukup karena sekresi, edema mukosa, dan bronkospasme, menyebabkan oklusi parsial bronki atau alveoli dengan mengakibatkan penurunan tahanan oksigen alveolar. Darah vena yang memasuki paru-paru lewat melalui area yang kurang terventilasi dan keluar ke sisi kiri jantung tanpa mengalami oksigenasi. Pada pokoknya, darah terpirau dari sisi kanan ke sisi kiri jantung. Percampuran darah yang teroksigenasi dan tidak teroksigenasi ini akhirnya mengakibatkan hipoksemia arterial.

Sindrom Pneumonia Atipikal. Pneumonia yang berkaitan dengan mikoplasma, fungus, klamidia, demam-Q, penyakit Legionnaires’. Pneumocystis carinii, dan virus termasuk ke dalam sindrom pneumonia atipikal.

Pneumonia mikoplasma adalah penyebab pneumonia atipikal primer yang paling umum. Mikoplasma adalah organisme kecil yang dikelilingi oleh membran berlapis tiga tanpa dinding sel. Organisme ini tumbuh pada media kultur khusus tetapi berbeda dari virus. Pneumonia mikoplasma paling sering terjadi pada anak-anak yang sudah besar dan dewasa muda.

Pneumonia kemungkinan ditularkan oleh droplet pernapasan yang terinfeksi, melalui

Page 17: Net PNEUMONIA

kontak dari individu ke individu. Pasien dapat diperiksa terhadap antibodi mikoplasma.

Inflamasi infiltrat lebih kepada interstisial ketimbang alveolar. Pneumonia ini menyebar ke seluruh saluran pernapasan, termasuk bronkiolus. Secara umum, pneumonia ini mempunyai ciri-ciri bronkopneumonia. Sakit telinga dan miringitis bulous merupakan hal yang umum terjadi. Pneumonia atipikal dapat menimbulkan masalah-masalah yang sama baik dalam ventilasi maupun difusi seperti yang diuraikan dalam pneumonia bakterial.

4. MANIFESTASI KLINIK

Pneumonia bakterial (atau pneumokokus) secara khas diawali dengan awitan menggigil, demam yang timbul dengan cepat (39,5oC ¬¬¬sampai 40,5oC), dan nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernapas dan batuk. Pasien sangat sakit dengan takipnea sangat jelas (25 sampai 45 kali/menit) disertai dengan pernapasan mendengkur, pernapasan cuping hidung, dan penggunaan otot-otot aksesori pernapasan.

Pneumonia atipikal beragam dalam gejalanya, tergantung pada organisme penyebab. Banyak pasien mengalami infeksi saluran pernapasan atas (kongesti nasal, sakit tenggorok), dan awitan gejala pneumonianya bertahap. Gejala yang menonjol adalah sakit kepala, demam tingkat rendah, nyeri pleuritis, mialgia, ruam, dan faringitis. Setelah beberapa hari, sputum mukoid atau mukopurulen dikeluarkan.Nadi cepat dan bersambungan (bounding). Nadi biasanya meningkat sekitar 10 kali/menit untuk setiap kenaikan satu derajat Celcius. Bradikardia relatif untuk suatu demam tingkatan tertentu dapat menandakan infeksi virus, infeksi mycoplasma, atau infeksi dengan spesies Legionella.

Pada banyak kasus pneumonia, pipi berwarna kemerahan, warna mata menjadi lebih terang, dan bibir serta bidang kuku sianotik. Pasien lebih menyukai untuk duduk tegak di tempat tidur dengan condong ke arah depan, mencoba untuk mencapai pertukaran gas yang adekuat tanpa mencoba untuk batuk atau napas dalam. Pasien banyak mengeluarkan keringat. Sputum purulen dan bukan merupakan indikator yang dapat dipercaya dari etiologi. Sputum berbusa, bersemu darah sering dihasilkan pada pneumonia pneumokokus, stafilokokus, Klebsiella, dan streptokokus. Pneumonia Klebsiella sering juga mempunyai sputum yang kental; sputum H. influenzae

Page 18: Net PNEUMONIA

biasanya berwarna hijau.

Tanda-tanda lain terjadi pada pasien dengan kondisi lain seperti kanker, atau pada mereka yang menjalani pengobatan dengan imunosupresan, yang menurunkan daya tahan terhadap infeksi dan terhadap organisme yang sebelumnya tidak dianggap patogen serius. Pasien demikian menunjukkan demam, krekles, dan temuan fisik yang menandakan area solid (konsolidasi) pada lobus-lobus paru, termasuk peningkatan fremitus taktil, perkusi pekak, bunyi napas bronkovesikular atau bronkial, egofoni (bunyi mengembik yang terauskultasi), dan bisikan pektoriloquy (bunyi bisikan yang terauskultasi melalui dinding dada). Perubahan ini terjadi karena bunyi ditransmisikan lebih baik melalui jaringan padat atau tebal (konsolidasi) ketimbang melalui jaringan normal.

Pada pasien lansia atau mereka dengan PPOM, gejala-gejala dapat berkembang secara tersembunyi. Sputum purulen mungkin menjadi satu-satunya tanda pneumonia pada pasien ini. Sangat sulit untuk mendeteksi perubahan yang halus pada kondisi mereka karena mereka telah mengalami gangguan fungsi paru yang serius.

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan RadiologisPola radiologis dapat berupa pneumonia alveolar dengan gambaran air bronchogram (airspace disease) misalnya oleh Streptococcus pneumoniae; bronkopneumonia (segmental disease) oleh antara lain staphylococcus, virus atau mikoplasma; dan pneumonia interstisial (interstitial disease) oleh virus dan mikoplasma. Distribusi infiltrat pada segmen apikal lobus bawah atau inferior lobus atas sugestif untuk kuman aspirasi. Tetapi pada pasien yang tidak sadar, lokasi ini bisa dimana saja. Infiltrat di lobus atas sering ditimbulkan Klebsiella, tuberkulosis atau amiloidosis. Pada lobus bawah dapat terjadi infiltrat akibat Staphylococcus atau bakteriemia.

Pemeriksaan LaboratoriumLeukositosis umumnya menandai adanya infeksi bakteri; leukosit normal/rendah dapat disebabkan oleh infeksi virus/mikoplasma atau pada infeksi yang berat sehingga tidak terjadi respons leukosit, orang tua atau lemah. Leukopenia menunjukkan depresi imunitas, misalnya neutropenia pada infeksi kuman Gram negatif atau S. aureus pada pasien dengan keganasan dan gangguan kekebalan. Faal hati mungkin terganggu.

Pemeriksaan BakteriologisBahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal/transtrakeal, aspirasi jarum transtorakal, torakosentesis, bronkoskopi, atau biopsi. Untuk tujuan terapi empiris dilakukan pemeriksaan apus Gram, Burri Gin, Quellung test dan Z. Nielsen.

Pemeriksaan KhususTiter antibodi terhadap virus, legionela, dan mikoplasma. Nilai diagnostik bila titer tinggi atau ada kenaikan titer 4 kali. Analisis gas darah dilakukan untuk menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan oksigen.

6. PENATALAKSANAAN

Pengobatan pneumonia termasuk pemberian antibiotik yang sesuai seperti yang

Page 19: Net PNEUMONIA

ditetapkan oleh hasil pewarnaan Gram. Penisilin G merupakan antibiotik pilihan untuk infeksi oleh S. pneumoniae. Medikasi efektif lainnya termasuk eritromisin, klindamisin, sefalosporin generasi kedua dan ketiga, penisilin lainnya, dan trimetoprim-sulfametoksazol (Bactrim).

Pneumonia mikoplasma memberikan respons terhadap eritromisin, tetrasiklin, dan derivat tetrasiklin (doksisiklin). Pneumonia atipikal lainnya mempunyai penyebab virus, dan kebanyakan tidak memberikan respons terhadap antimikrobial. Pneumocystis carinii memberikan respons terhadap pentamidin dan trimetropim-sulfametoksazol (Bactrim, TMP-SMZ). Inhalasi lembab, hangat sangat membantu dalam menghilangkan iritasi bronkial. Asuhan keperawatan dan pengobatan (dengan pengecualian terapi antimikrobial) sama dengan yang diberikan untuk pasien yang mengalami pneumonia akibat bakteri.

Pasien menjalani tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda penyembuhan. Jika dirawat di RS, pasien diamati dengan cermat dan secara kontinu sampai kondisi klinis membaik.

Jika terjadi hipoksemia, pasien diberikan oksigen. Analisis gas darah arteri dilakukan untuk menentukan kebutuhan akan oksigen dan untuk mengevaluasi keefektifan terapi oksigen. Oksigen dengan konsentrasi tinggi merupakan kontraindikasi pada pasien dengan PPOM karena oksigen ini dapat memperburuk ventilasi alveolar dengan menggantikan dorongan ventilasi yang masih tersisa dan mengarah pada dekompensasi. Tindakan dukungan pernapasan seperti intubasi endotrakeal, inspirasi oksigen konsentrasi tinggi, ventilasi mekanis, dan tekanan ekspirasi akhir positif (PEEP) mungkin diperlukan untuk beberapa pasien tersebut.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN

Aktivitas/istirahatGejala: Kelemahan, kelelahan, insomnia.Tanda: Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.

SirkulasiGejala: Riwayat adany/GJK kronis.Tanda: Takikardia, penampilan kemerahan atau pucat.

Integritas egoGejala: Banyaknya stresor, masalah finansial.

Makanan/cairanGejala: Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, riwayat diabetes melitus.Tanda: Distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia (malnutrisi).

NeurosensoriGejala: Sakit kepala daerah frontal (influenza).Tanda: Perubahan mental (bingung, somnolen).

Page 20: Net PNEUMONIA

Nyeri/keamanan Gejala: Sakit kepala, nyeri dada (pleuritik), meningkat oleh batuk; nyeri dada substernal (influenza), mialgia, artralgia.Tanda: Melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan).

PernapasanGejala: Riwayat adanya/ISK kronis, PPOM, merokok sigaret, takpnea, dispnea progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal.Tanda: Sputum: merah muda, berkarat, atau purulen, perkusi: pekak di atas area yang konsolidasi, fremitus: taktil dan vokal bertahap meningkat dengan konsolidasi, gesekan friksi pleural, bunyi napas: menurun atau tak ada di atas area yang terlibat, atau napas bronkial, warna: pucat atau sianosis bibir/kuku.

KeamananGejala: Riwayat gangguan sistem imun, mis: SLE, AIDS, penggunaan steroid atau kemoterapi, institusionalisasi, ketidakmampuan umum, demam (mis: 38, 5-39,6oC).Tanda: Berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan mungkin ada pada kasus rubeola atau varisela.

Penyuluhan/pembelajaranGejala: Riwayat mengalami pembedahan; penggunaan alkohol kronis.Pertimbangan: DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 6,8 hari.Rencana pemulangan: Bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah, oksigen mungkin diperlukan bila ada kondisi pencetus.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan produksi sputum.2. Gangguan pertukaran gas b/d pneumonia.3. Intoleransi aktivitas b/d kerusakan pertukaran gas sekunder terhadap pneumonia.4. Nyeri akut b/d inflamasi parenkim paru.5. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.6. Risiko kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan berlebihan (demam, berkeringat banyak, napas mulut/hiperventilasi, muntah).

III. INTERVENSI

1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan produksi sputum.Tujuan : Jalan napas paten dengan bunyi napas bersih, tak ada dispnea, sianosis.

Intervensi :1) Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada.R/ Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan/atau cairan paru.2) Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas adventisius, mis: krekels, mengi.R/ Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi napas

Page 21: Net PNEUMONIA

bronkial (normal pada bronkus) dapat juga terjadi pada area konsolidasi. Krekels, ronki, dan mengi terdengar pada inspirasi dan/atau ekspirasi pada respons terhadap pengumpulan cairan, sekret kental, dan spasme jalan napas/obstruksi.3) Bantu pasien latihan napas sering. Tunjukkan/bantu pasien mempelajari melakukan batuk, mis: menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi.R/ Napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/jalan napas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan napas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan napas paten. Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi duduk memungkinkan upaya napas lebih dalam dan lebih kuat.4) Lakukan penghisapan sesuai indikasi.R/ Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tak mampu melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran.5) Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali kontraindikasi). Tawarkan air hangat daripada dingin.R/ Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret.6) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi: mukolitik, ekspektoran, bronkodilator, analgesik.R/ Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret. Analgesik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati, karena dapat menurunkan upaya batuk/menekan pernapasan.

2. Gangguan pertukaran gas b/d pneumonia.Tujuan: Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal dan tak ada gejala distres pernapasan.

Intervensi:1) Kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan bernapas.R/ Manifestasi distres pernapasan tergantung pada/indikasi derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum.2) Observasi warna kulit, membran mukosa, dan kuku, catat adanya sianosis perifer (kuku) atau sianosis sentral (sirkumoral).R/ Sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi atau respon tubuh terhadap demam/menggigil. Namun sianosis daun telinga, membran mukosa, dan kulit sekitar mulut menunjukkan hipoksemia sistemik.3) Awasi suhu tubuh, sesuai indikasi. Bantu tindakan kenyamanan untuk menurunkan demam dan menggigil, mis: selimut tambahan, suhu ruangan nyaman, kompres hangat atau dingin.R/ Demam tinggi (umum pada pneumonia bakterial dan influenza) sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan mengganggu oksigenasi seluler.4) Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi (fowler atau semi fowler), napas dalam dan batuk efektif.R/ Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi.5) Berikan terapi oksigen dengan benar, mis: dengan nasal prong, masker, masker Venturi.R/ Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg. Oksigen diberikan dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pasien.6) Awasi GDA, nadi oksimetri.

Page 22: Net PNEUMONIA

R/ Mengevaluasi proses penyakit dan memudahkan terapi paru.

3. Intoleransi aktivitas b/d kerusakan pertukaran gas sekunder terhadap pneumonia.Tujuan: Melaporkan/menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur dengan tak adanya dispnea, kelemahan berlebihan, dan tanda vital dalam rentang normal.

Intervensi:1) Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dispnea, peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas.R/ Menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi.2) Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi. Dorong penggunaan manajemen stres dan pengalih yang tepat.R/ Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.3) Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.R/ Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan. Pembatasan aktivitas ditentukan dengan respons individual pasien terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan pernapasan.4) Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan/atau tidur.R/ Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi, atau menunduk ke depan meja atau bantal.5) Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.R/ Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

4. Nyeri akut b/d inflamasi parenkim paru.Tujuan: Menunjukkan rileks, istirahat/tidur, dan peningkatan aktivitas yang tepat.Intervensi:

1) Tentukan karakteristik nyeri, mis: tajam, konstan, ditusuk. Selidiki perubahan karakter/lokasi/intensitas nyeri.R/ Nyeri dada, biasanya ada dalam beberapa derajat pada pneumonia, juga dapat timbul komplikasi pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis.2) Pantau tanda vital.R/ Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri, khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat.3) Berikan tindakan nyaman, mis: pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang/perbincangan, relaksasi/latihan napas.R/ Tindakan non-analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgesik.4) Tawarkan pembersihan mulut dengan sering.R/ Pernapasan mulut dan terapi oksigen dapat mengiritasi dan mengeringkan membran mukosa, potensial ketidaknyamanan umum.5) Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.R/ Alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkatkan keefektifan upaya batuk.6) Berikan analgesik dan antitusif sesuai indikasi.

Page 23: Net PNEUMONIA

R/ Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non-produktif/paroksismal atau menurunkan mukosa berlebihan, meningkatkan kenyamanan/istirahat umum.

5. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.Tujuan: Menunjukkan peningkatan masukan makanan, mempertahankan/ meningkatkan berat badan, menyatakan perasaan sejahtera.

Intervensi:1) Pantau: presentase jumlah makanan yang dikonsumsi setiap kali makan, timbang BB tiap hari, hasil pemeriksaan protein total, albumin dan osmolalitas.R/ Mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yang diharapkan.2) Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin. Bartikan/bantu kebersihan mulut setelah muntah, setelah tindakan aerosol dan drainase postural, dan sebelum makan.R/ Menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual.3) Rujuk kepada ahli diet untuk membantu memilih makanan yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi selama sakit panas.R/ Ahli diet ialah spesialisasi dalam hal nutrisi yang dapat membantu pasien memilih makanan yang memenuhi kebutuhan kalori dan kebutuhan nutrisi sesuai dengan keadaan sakitnya, usia, tinggi dan berat badannya.4) Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering dan makanan yang menarik untuk pasien.R/ Tindakan ini dapat meningkatkan masukan dan memerlukan lebih sedikit energi.

6. Risiko kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan berlebihan (demam, berkeringat banyak, napas mulut/hiperventilasi, muntah).Tujuan: Menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter individual yang tepat, mis: membran mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat, tanda vital stabil.

Intervensi:1) Kaji perubahan tanda vital, contoh peningkatan suhu/demam memanjang, takikardia, hipotensi ortostatik.R/ Peningkatan suhu/memanjangnya demam meningkatkan laju metabolik dan kehilangan cairan melalui evaporasi, TD ortostatik berubah dan peningkatan takikardia menunjukkan kekurangan cairan sistemik.2) Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir, lidah).R/ Indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membran mukosa mulut mungkin kering karena napas mulut dan oksigen tambahan.3) Pantau masukan dan haluaran, catat warna, karakter urine. Hitung keseimbangan cairan. Waspadai kehilangan yang tak tampak. Ukur berat badan sesuai indikasi.R/ Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan penggantian.4) Tekankan cairan sedikitnya 2500 ml/hari atau sesuai kondisi individual.R/ Pemenuhan kebutuhan dasar cairan, menurunkan risiko dehidrasi.5) Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan.R/ Adanya penurunan masukan/banyak kehilangan, penggunaan parenteral dapat memperbaiki/mencegah kekurangan.

Page 24: Net PNEUMONIA

6) Lapor dokter jika ada tanda-tanda kekurangan cairan menetap atau bertambah berat.R/ Merupakan tanda-tanda kebutuhan cairan yang meningkat atau mulai timbulnya komplikasi.

IV. EVALUASI

1. Jalan napas paten dengan bunyi napas bersih, tak ada dispnea, sianosis.2. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal dan tak ada gejala distres pernapasan.3. Melaporkan/menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur dengan tak adanya dispnea, kelemahan berlebihan, dan tanda vital dalam rentang normal.4. Menunjukkan rileks, istirahat/tidur, dan peningkatan aktivitas yang tepat.5. Menunjukkan peningkatan masukan makanan, mempertahankan/ meningkatkan berat badan, menyatakan perasaan sejahtera.6. Menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter individual yang tepat, mis: membran mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat, tanda vital stabil.

http://nonnhy.blogspot.com/2010/10/pneumonia.html

ronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan bronkus serta

bronkiolus, berupa distribusi berbentuk bercak-bercak. Bronchopneumonia adalah radang paru-

paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru, ditandai dengan adanya bercak-bercak.

Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru-paru yang disebabkan oleh

bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing. Penyebab Bronkopneumonia antara lain meliputi :

Bakteri (Stretococcus Hemoliticus Aureus, Diplococus Pneumonia, Haemophilus Influenza,

Pneumococcus, Basilus Friendlander, serta Mycobacterium Tuberculosis). Virus (Respiratory

Syntical Virus, Virus Sitomegalik, virus adeno, serta Virus Influenza). Jamur (Blastomices

Dermatides, Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Cocedirides Immitis, Candinda

Albicans, serta Mycoplasma Pneumonia)

Berdasarkan perjalanan penyakitnya, Bronkopneumonia terjadi karena infeksi sekunder oleh

Bakteri, Virus serta Jamur yang masuk ke saluran pernafasan. Kondisi tersebut mengakibatkan

peradangan bronkus dan alveolus. Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan sekret,

demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Jika infeksi sudah sampaai pada alveolus,

komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis. Kolaps alveoli

mengakibatkan penyempitan jalan napas. Fibrosis menyebabkan penurunan fungsi paru dan

penurunan produksi surfaktan yang digunakan sebagai pelumasuntuk melembabkan rongga

pleura. Pada kondisi terinfeksi, pasien akan mengalami tanda dan gejala seperti : suhu tubuh

meningkat, menggigil, napas sesak dan cepat, batuk-batuk, suara napas ronchi basah, sakit

kepala, nyeri otot, anoreksia, kesulitan menelan, leukositosis, serta terdapat bercak-bercak infiltrat

pada satu atau beberapa lobus dari pemeriksaan foto rontgen. 

Page 25: Net PNEUMONIA

sumber: Bronkopneumonia http://id.shvoong.com/medicine-and-health/2104265-bronkopneumonia/#ixzz1IhvQN5M1

http://id.shvoong.com/medicine-and-health/2104265-bronkopneumonia/

Pneumonia adalah suatu radang pada parenkim paru. Proses peradangan tersebut terbanyak

disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, dan jamur), selain itu dapat juga disebabkan oleh

faktor-faktor lain (inhalasi bahan kimia atau makanan, radiasi, dll).(1)

Pneumonia lobaris sebagai penyakit yang menimbulkan gangguan pada sistem pernafasan,

merupakan salah satu bentuk pneumonia yang terletak pada lobus paru.(2,4)

Pneumonia lobaris lebih sering menyerang bayi dan anak kecil. Hal ini dikarenakan respon imunitas

mereka masih belum berkembang dengan baik. Tercatat bakteri sebagai penyebab tersering

pneumonia lobaris pada dewasa dan anak besar adalahStreptococcus pneumoniae dan Haemophilus

influenzae.(3,4,7)

Insidensi pneumonia lobaris di negara-negara yang sedang berkembang pada anak kurang dari 5

tahun diperkirakan sekitar 30% dengan angka mortalitas yang tinggi. Penyakit ini masih merupakan

masalah kesehatan yang mencolok walaupun ada berbagai kemajuan dalam bidang antibiotik. Hal di

atas disebabkan oleh munculnya organisme nosokomial (didapat dari rumah sakit) yang resisten

terhadap antibiotik. Adanya organisme-organisme baru dan penyakit seperti AIDS (Acquired

Immunodeficiency Syndrome) yang semakin memperluas spektrum dan derajat kemungkinan

terjadinya pneumonia lobaris.(2)

A. Definisi

Pneumonia lobaris adalah peradangan pada paru dimana proses peradangannya ini menyerang lobus

paru.(2,5)

Pembagian atau penggolongan pneumonia berdasarkan atas dasar anatomis kurang relevan dibanding

pembagian pneumonia berdasar etiologinya. Berdasar etiologinya, pneumonia dibagi : (1) bakteri

(Diplococcus pneumoniae, Pneumococcus, S.hemolyticus, S.aureus, H.influenza,dll), (2) virus (RSV,

influenza, adenovirus, CMV), (3) Mycoplasma pneumoniae, (4) Jamur (Histoplasma capsulatum,

Cryptococcus neoformans, Aspergillus, Candida albicans, dll), (5) Aspirasi (makanan, kerosen, cairan

amnion, benda asing), (6) Pneumonia hipostatik, (7) Sindrom Loeffler.

B. Etiologi

Pneumonia lobaris lebih sering ditimbulkan oleh invasi bakteri. Golongan bakteri yang sering

menyebabkan ataupun didapatkan pada kasus pneumonia lobaris adalah :

1. Bakteri gram positif

a. Pneumococcus

b. Staphylococcus aureus

1. Bakteri gram negatif

a. Haemophilus influenzae

b. Klebsiella pneumoniae

Page 26: Net PNEUMONIA

Bakteri Gram Positif

1. Pneumococcus

Merupakan bakteri patogen yang paling sering ditemukan pada kasus pneumonia. Pneumokokus

dengan serotipe 1 sampai 8 menyebabkan pneumonia pada orang dewasa lebih dari 80%, sedangkan

pada anak ditemukan tipe 14, 1, 6 dan 9. angka kejadian tertinggi ditemukan pada usia kurang dari 4

tahun dan mengurang dengan meningkatnya umur. Pneumonia lobaris hampir selalu disebabkan oleh

pneumokokus, ditemukan pada dewasa dan anak besar.(4,7)

Pneumokokus jarang yang menyebabkan infeksi primer, biasanya menimbulkan peradangan pada

paru setelah adanya infeksi atau kerusakan oleh virus atau zat kimia pada saluran pernafasan.(8)

? Patofisiologi

Organisme ini teraspirasi ke bagian tepi paru dari saluran nafas bagian atas atau nasofaring. Awalnya

terjadi edema reaktif yang mendukung multiplikasi organisme-organisme ini serta penyebarannya ke

bagian paru lain yang berdekatan. Biasanya satu lobus atau lebih, atau bagian-bagian dari lobus, tidak

melibatkan sisa sistem bronkopulmonal. Namun, gambaran pneumonia lobar ini sering tidak ada pada

bayi, yang mungkin menderita penyakit yang tidak lebih sempurna dan difus yang menyertai distribusi

bronkus dan yang ditandai dengan banyak daerah konsolidasi teratas di sekeliling jalan nafas yang

lebih kecil. Jarang didapatkan jejas yang permanen.(7)

Umumnya bakteri ini mencapai alveoli melalui percikan mukus atau saliva (droplet) dan tersering

mengenai lobus bagian bawah paru karena adanya efek gravitasi. Organisme ini setelah mencapai

alveoli akan menimbulkan respon yang khas yang terdiri dari 4 tahap yang berurutan, yaitu :

1) Kongesti (4 s/d 12 jam pertama)

Eksudat serosa masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor. Serta

didapatkan eksudat yang jernih, bakteri dalam jumlah yang banyak, neutrofil, dan makrofag dalam

alveolus.

2) Hepatisasi merah (48 jam berikutnya)

Paru-paru tampak merah dan bergranula karena sel-sel darah merah, fibrin dan lekosit

polimorfonuklear mengisi alveoli. Lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak

mengandung udara, warna menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar. Stadium ini berlangsung

sangat singkat.

3) Hepatisasi kelabu (3 s/d 8 hari)

Lobus paru masih tetap padat dan warna merah menjadi tampak kelabu karena lekosit dan fibrin

mengalami konsolidasi di dalam alveoli dan permukaan pleura yang terserang melakukan fagositosis

terhadap pneumococcus. Kapiler tidak lagi mengalami kongesti.

4) Resolusi (7 s/d 11 hari)

Eksudat mengalami lisis dan direabsorpsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali pada strukturnya

semula.(2,4,7)

Page 27: Net PNEUMONIA

Bercak-bercak infiltrat yang terbentuk pada pneumonia lobaris adalah bercak-bercak yang tidak

teratur, berbeda dengan bronkopneumonia dimana penyebaran bercaknya mengikuti pembagian dan

penyebaran bronkus dan ditandai dengan adanya daerah-daerah konsolidasi terbatas yang

mengelilingi saluran-saluran nafas yang lebih kecil.(2,4)

? Gambaran Klinis

Biasanya didahului dengan adanya infeksi saluran nafas bagian atas selama beberapa hari. Pada bayi

bisa disertai dengan hidung tersumbat, rewel serta nafsu makan yang menurun. Suhu dapat naik

secara mendadak sampai 39oC atau lebih. Anak sangat gelisah, dispneu. Kesukaran bernafas yang

disertai adanya sianosis di sekitar mulut dan hidung. Tanda kesukaran bernafas ini dapat berupa

bentuk nafas berbunyi (ronki dan friction rub di atas jaringan yang terserang), pernafasan cuping

hidung, retraksi-retraksi pada daerah supraklavikuler, interkostal dan subkostal. Pada awalnya batuk

jarang ditemukan, tapi dapat dijumpai pada perjalanan penyakit lebih lanjut serta sputum yang

berwarna seperti karat (dahak berdarah). Lebih lanjut lagi bisa terjadi efusi pleura dan empiema,

dimana keadaan ini dapat menyebabkan ketinggalan gerak pada sisi yang terkena pada saat respirasi

yang dapat dilihat dengan gerakan berlebihan pada sisi yang berlawanan. Biasanya perkusi redup

pada daerah efusi dengan pengurangan fremitus dan suara pernafasan. Suara bronkial sering

ditemukan tepat di atas batas cairan dan pada sisi yang tidak terkena.(4,7,8)

Hasil pemeriksaan fisik tergantung dari luas daerah yang terkena. Tanda-tanda klasik konsolidasi

ditemukan pada hari kedua dan ketiga penyakit. Pada perkusi bisa ditemukan adanya suara redup,

fremitus yang bertambah. Pada auskultasi mungkin ditemukan adanya suara bronkial, ronki basah

halus.(4,7)

? Diagnosis

Biasanya jumlah lekosit meningkat mencapai 15.000 – 40.000/mmk dengan jumlah sel

polimorfonuklear terbanyak, sedangkan bila didapatkan jumlah lekosit kurang dari 5.000/mmk sering

berhubungan dengan prognosis penyakit yang buruk. Nilai hemoglobin bisa normal atau sedikit

menurun. (4,7,8)

Pemeriksaan sputum harus didapatkan dari sekresi batuk dalam dan aspirasi trakea yang dilakukan

dengan hati-hati. Pada kebanyakan pasien, pneumokokus dapat diisolasi dari sekresi nasofaring, tapi

penemuan ini tidak dapat dipandang sebagai hubungan sebab-akibat, karena 10-15% populasi

mungkin merupakan pengidap S.pneumoniae yang tidak terinfeksi. Namun, isolasi bakteri dari darah

pada cairan pleura adalah diagnosa infeksi. Bakteremia ditemukan pada sekitar 30% penderita yang

menderita pneumonia pneumokokus. Jenis pemeriksaan berupa pemeriksaan makroskopik,

mikroskopik dan biakan.(4,7,8)

Gamba

ran radiologis dapat berupa konsolidasi pada satu atau beberapa lobus. Konsolidasi dapat diperagakan

dengan roentgenografi sebelum konsolidasi ini dapat diketahui dari pemeriksaan fisik. Konsolidasi

Page 28: Net PNEUMONIA

lobus pada anak yang lebih tua tidak sesering pada bayti dan anak muda. Foto Roentgen dapat juga

menunjukkan adanya komplikasi seperti pneumotoraks, atelektasis, abses paru, pneumatokel,

pneumotoraks, pneumomediastinum, atau perikarditis.(4,7)

? Diagnosa banding

Pneumonia pnemokokus tidak dapat dibedakan dari pneumonia bakteri lain atau virus tanpa

pemeriksaan mikrobiologi yang tepat. Keadaan-keadaan yang mungkin merancukan antara lain

bronkiolitis, bronkitis alergika, gagal jantung kongestif, aspirasi benda asing, atelektasis, abses paru

dan tuberkulosis.(4,7)

? Komplikasi

Dengan penggunaan antibiotika, komplikasi pneumonia bakteria menjadi tidak lazim, walaupun

infeksinya terjadi bersamaan dengan infeksi oleh mikroorganisme lain pada temapat yang sama.

Komplikasi yang sering terjadi ialah empiema, yang terjadi sebagai akibat dari perluasan infeksi pada

permukaan flora. Empiema lebih sering terjadi pada bayi dibanding pada anak yang lebih tua.(4,7)

? Penatalaksanaan

Penisilin merupakan terapi yang spesifik karena kebanyakan pneumococcus sangat peka terhadap

obat tersebut. Pada bayi dan anak-anak, pengobatan awal dimulai dengan pemberian penisilin G

dengan dosis 50.000 unit/kgBB/hari secara intramuskular dan ditambah dengan kloramfenikol 50-75

mg/kgBB/hari atau diberikan antibiotika yang mempunyai spektrum luas seperti ampisilin. Terapi ini

dilanjutkan sampai 10 hari atau paling tidak sampai 2 hari setelah suhu badan pasien normal. Bila

didapatkan penderita alergi penisilin maka diberikan sefalosporin dengan dosis 50 mg/kgBB/hari. .(4,7,9)

Asupan cairan per oral secara bebas dan pemberian aspirin untuk mengatasi demam tinggi,

merupakan tambahan utama untuk pengobatan penyakit ini. Jenis cairan yang digunakan ialah

campuran glkukose 5% dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3:1 ditambah dengan larutan KCl 10

mEq/500 ml botol infus. Pemberian oksigen segera untuk penderita dengan kesukaran bernafas

sebelum menjadi sianosis.(4,7,8)

? Prognosis

Dengan pemberian antibiotika yang memadai dan dimulai secara dini pada perjalanan penyakit

tersebut, maka mortalitas pneumonia lobaris akibat bakteri pneumokokus selama masa bayi dan masa

kanak-kanak sekarang menjadi kurang dari 1% dan selanjutnya morbiditas yang berlangsung lama

juga menjadi rendah.(4,7)

2. Staphylococcus aureus

Infeksi yang disebabkan oleh organisme ini merupakan infeksi berat yang cepat menjadi progresif dan

resisten terhadap pengobatan, serta bila tidak segera diobati dengan semestinya akan berhubungan

dengan kesakitan yang berkepanjangan dan mempunyai angka mortalitas tinggi. Penyakit

bronkopneumonia akibat organisme ini jarang ditemukan.(4,7)

Page 29: Net PNEUMONIA

Seperti pada infeksi pneumokokus, infeksi stafilokokus ini sering didahului dengan infeksi virus pada

saluran pernafasan bagian atas. Pada umumnya terjadi pada setiap umur, 30% dari semua penderita

berumur di bawah 3 bulan dan 70% berumur di bawah 1 tahun. Epidemi penyakit ini terjadi di dalam

ruang perawatan bayi, biasanya berhubungan dengan strain-strain organisme patologis spesifik, yang

biasanya resisten terhadap berbagai antibiotika. Bayi akan memperlihatkan penyakit dalam beberapa

hari setelah dikolonisasi atau setelah beberapa minggu kemudian. Infeksi virus pada saluran

pernafasan memegang peranan penting dalam memajukan penyebaran stafilokokus, di antara bayi-

bayi dan dalam mengubah kolonisasi menjadi penyakit.(7)

? Patofisiologi

Stafilokokus menghasilkan bermacam-macam toksin dan enzim misalnya hemolisin, lekosidin,

stafilokinase dan koagulase. Koagulase akan mengadakan interaksi dengan suatu faktor plasma untuk

menghasilkan suatu zat aktif yang mengubah fibrinogen menjadi fibrin dan selanjutnya menyebabkan

pembentukan koagulan.(8)

Permukaan pleura biasanya diselubungi oleh lapisan eksudat fibropurulen tebal, sehingga

menimbulkan abses yang mengandung koloni stafilokokus, lekosit, eritrosit dan debris nekrosis. Bila

abses ini pecah maka dapat terbentuk trombus-trombus sepsis pada daerah-daerah yang mengalami

kerusakan dan peradangan luas.(7,8)

? Gambaran Klinis

Adanya riwayat lesi-lesi kulit penderita atau anggota keluarga lain yang disebabkan oleh

staphylococcus disertai gejala-gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas atau bawah selama

beberapa hari sampai 1 minggu. Penderita mengalami demam bersuhu tinggi, batuk dan tanda

kesukaran pernafasan seperti takipneu, suara pernafasan yang meningkat, retraksi dada dan

subkostal, nafas cuping hidung, sianosis dan kecemasan. Pada beberapa penderita dapat mengalami

gangguan saluran cerna yang ditandai dengan muntah-muntah, anoreksia, diare serta distensi

abdomen.(7,8)

Pemeriksaan fisik pada awal perjalanan penyakit, suara-suara pernafasan yang menurun, ronkhi yang

tersebar dan suara-suara pernafasan bronkhial. Bila terjadi efusi atau empiema, pada perkusi

didapatkan suara redup serta getaran-getaran suara yang berkurang pada auskultasi.(4,7)

? Diagnosis

Didapatkan adanya lekositosis (AL>20.000/mmk) terutama sel-sel polimorfonuklear, pada bayi muda

angka leukosit dapat tetap dalam kisaran normal. Bila didapatkan lekopeni maka prognosisnya buruk,

sering ditemukan adanya anemia ringan sampi sedang. Biakan didapatkan dari aspirasi trakea atau

pungsi pleura, dengan pewarnaan Gram didapatkan gambaran kokus gram positif dalam kelompok.

Penemuan kuman stafilokokus dalam nasofaring tidak bernilai diagnostik, tetapi biakan darah mungkin

positif. Pada cairan pleura menunjukkan adanya eksudat dengan jumlah se-sel polimorfonuklear

Page 30: Net PNEUMONIA

berkisar dari 300 – 100.000/mmk, protein di atas 2,5 g/dl dan kadar glukosa rendah yang relatif sama

dengan kadar glukosa dalam darah.(7)

Gambaran radiologis berupa infiltrat yang menyatu dan biasanya terbatas, atau dipadatkan dan

homogen dan melibatkan seluruh lobus paru atau hemitoraks.(7,8)

? Diagnosis banding

Mengenali pneumonia stafilokokus awal pada bayi sering sukar dilakukan. Mulainya yang mendadak

dan penjelekan gejala yang cepat harus dipertimbangkan disebabkan oleh stafilokokus sampai

terbukti lain. Riwayat furunkulosis, baru masuk rumah sakit, abses payudara ibu harus

dipertimbangkan kemungkinan diagnosa ini. Pneumonia bakteri lain yang menyebabkan empiema

atau pneumatokel dapat merancukan diagnosa, termasuk pneumonia streptokokus, klebsiella, H.

influenza, pneumonia pneumokokus dan tuberkulosis dengan kaverna. Kadang-kadang aspirasi benda

asing yang tidak radioopak dapat memberikan gambaran klinis dan radiologis yang sama.(7)

? Komplikasi

Karena empiema, piopneumotoraks dan pneumatokel begitu sering ditemukan bersama pneumonia

ini, sehingga mereka dianggap bagian dari perjalanan alamiah penyakit dan bukan sebagai komplikasi.

Lesi septik di luar saluran pernafasan jarang terjadi, kecuali pada bayi muda, yang padanya dapat

terjadi perikarditis, meningitis, osteomielitis, dan abses metastasis multipel stafilokokus pada jaringan

lunak.(7,8)

? Penatalaksanaan

Terapi terdiri atas pemberian antibiotik yang tepat, drainase kumpulan nanah, pemberian oksigen,

hidrasi dan pemberian nutrisi secara intravena. Kadang-kadang dapat diperlukan bantuan ventilasi.(7)

Terapi pilihan yaitu dengan pemberian penisilin semi sintetik, resisten penisilase (misal : nafsilin) 200

mg/kgBB/hari secara intra vena atau seftriakson 100-150 mg/kgBB/hari secara intra vena atau dengan

ampicilin 100 mg/kgBB/hari secara intra vena selama 14 hari, pada neonatus. Pada bayi dan anak-

anak antibiotika yang diberikan ialah sefuroksim 80-160 mg/kgBB/hari secara intra vena dengan lama

pemberian selama 10 hari. Uji resistensi pada pneumonia stafilokokus sangatlah penting karena t

elah banyak yang resisten terhadap beberapa antibiotika, namun mengingat cepatnya perjalanan

penyakit maka dianjurkan untuk memberikan antibiotika spektrum luas yang kiranya belum resisten.

Untuk infeksi stafilokokus yang membuat penisilinase dapat diberikan linkomisin 10-20 mg/kgBB/hari

secara intra vena.(4,7,9)

Selain itu bisa pula dilakukan drainase pus yang terkumpul, pemberian oksigen disertai posisi

penderita setengah miring untuk mengurangi sianosis dan kecemasan. Bila paru sudah mulai

mengembang, maka pipa-pipa drainase bisa dilepaskan. Hal ini dikarenakan pipa-pipa tersebut tidak

boleh berada di dalam rongga toraks lebih dari 5 – 7 hari.(7)

? Prognosis

Page 31: Net PNEUMONIA

Angka kesembuhan penderita mengalami kemajuan besar dengan penatalaksanaan sekarang, angka

mortalitas berkisar dari 10 – 30% dan bervariasi dengan lamanya sakit yang dialami sebelum

penderita dirawat, umur penderita, pengobatan yang memadai serta adanya penyakit yang menyertai.

Semua penderita dengan hasil biakan staphylococcus yang positif sebaiknya harus diuji terhadap

kemungkinan fibrosis kistik dan terhadap penyakit defisiensi imunologis.(7)

Bakteri Gram Negatif

1. Haemophilus influenzae

Infeksi yang serius akibat bakteri patogen ini lebih banyak ditemukan pada bayi dan anak-anak,

teriutama yang belum mendapatkan vaksinasi hemofilus, dan sangat berhubungan dengan adanya

riwayat meningitis, otitis media, infeksi traktus respiratorius dan epiglotitis.(7,8)

? Patofisiologi

Pneumonia H. influenza penyebarannya biasanya lobar, tetapi tidak ada tanda roentgenogram dada

yang khas. Terjadi infiltrat segmental, keterlibatan lobus tunggal atau multipel, efusi pleura dan

pneumatokel. Penyebaran dari infeksi di tempat lain adalah secara hematogen. Daerah yang terinfeksi

memperlihatkan adanya reaksi peradangan dengan sel-sel lekosit polimorfonuklear ataupun sel-sel

limfosit disertai dengan penghancuran sel-sel epitel bronkiolus secara meluas. Peradangan ini

selanjutnya menimbulkan edema yang disertai dengan perdarahan.(6,7,8)

? Gambaran Klinis

Gejala klinis yang ditimbulkan tidak jauh berbeda dengan gambaran klinis yang diakibatkan oleh

pneumokokus, pneumonia H. influenza lebih sering mulai secara tersembunyi dan biasanya

perjalanannya lama selama beberapa minggu. Batuk hampir selalu dijumpai tapi mungkin tidak

produktif. Pada penderita di sini juga dijumpai adanya demam serta tanda kesukaran bernafas,

takipnea dan pernafasan cuping hidung.(7)

Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan suara redup yang terlokalisasi saat perkusi serta adanya suara

pernafasan bronkial; cairan pleural sering ada pada roentgen dada pada bayi muda.(6,7,8)

? Diagnosis

Adanya biakan bakteri ini yang memberikan arti positif. Kultur didapatkan dari darah, cairan pleura

maupun dari aspirasi paru yang memperlihatkan adanya lekositosis sedang disertai dengan limfopenia

relatif. Bila tidak ada biakan positif, uji aglutinasi lateks urin yang positif dapat dipakai untuk

mendukung diagnosis ini. Selain itu bisa pula dengan pemeriksaan elektroforesis imunologis

berlawanan (counter immunoelectrophoresis) pada sekresi-sekresi trakea, darah, air kemih dan cairan

pleura untuk menegakkan diagnosis lebih dini. Bila ditemukan adanya atelektasis, bronkoskopi

mungkin terindikasi untuk mengesampingkan adanya benda asing.(6,7,8)

? Komplikasi

Page 32: Net PNEUMONIA

Sering dijumpai adanya komplikasi, terutama pada bayi muda, dan termasuk bakteremia, perikarditis,

selulitis, empiema, meningitis dan piartrosis. Meningitis terjadi pada 15% penderita yang lebih muda

pada satu penelitian.(7)

? Penatalaksanaan

Terapi simtomatik dan suportif sama dengan terapi pada pneumonia pneumokokus dan stafilokokus.

Obat antibiotika pilihan adalah kloramfenikol dengan dosis 100 mg/kgBB/hari dan ampisilin 100

mg/kgBB/hari atau seftriakson 100 mg/kgBB/hari secara intra vena harus dimasukkan sebagai terapi

antibiotika inisial sampai diketahui apakah organisme penghasil penisilinase; jika strain tersebut

sensitif, cukup diberikan ampisilin 100 mg/kgBB/hari saja. Uji kepekaan dan resistensi sangat penting.

(7)

Tindakan drainase diindikasikan bila terdapat efusi pleura dan piartrosis.(7)

? Prognosis

Bila respon awal terhadap pengobatan baik maka diharapkan bakteri penyebab akan melemah dan

tidak mampu lagi menyebar terlalu jauh. Namun apabila terdapat penyakit penyerta seperti

bakteremia, empiema maka hal tersebut akan memperburuk prognosisnya.(8)

2. Klebsiella pneumoniae

Organisme ini termasuk gram negatif yang ditemukan pada traktus respiratorius dan traktus

gastrointestinal pada beberapa anak sehat. Organisme ini jarang menimbulkan infeksi pada anak-

anak. Infeksi akibat Klebsiella pneumoniae ini bisa timbul sebagai kasus sporadis pada neonatus.

Banyak bayi mengandung organisme ini dalam nasofaring mereka tanpa memperlihatkan adanya

tanda-tanda sakit klinis hanya sesekali saja seorang bayi mengalami sakit berat. Bahan-bahan yang

menyebarkan infeksi sehingga menularkan adalah peralatan yang dipakai di dalam ruang

pemeliharaan bayi dan alat pelembab udara sebagai sumber-sumber utama infeksi nosokomial

dengan organisme tersebut.(8)

? Patofisiologi

Infeksi nosokomial yang timbul dari aspirasi orofaringeal. Bakteri ini memasuki alveoli melalui

peralatan yang dipakai dengan kecenderungan merusak dinding alveolar. Daerah yang terinfeksi

benar-benar mengalami nekrosis disertai dengan adanya sejumlah pus yang banyak dan bahkan

jaringan setempat sudah fibrosis.(6)

? Gambaran Klinis

Keadaan pasien akibat infeksi Klebsiella pneumoniae ini adalah kekakuan yang multipel pada onset

yang mendadak, demam, batuk yang produktif, nyeri pleuritis dan kelemahan yang tiba-tiba, serta

dapat terjadi hemoptisis.(6,8)

Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan adanya suara redup saat perkusi dan adanya ronki basah

kasar saat auskultasi akibat banyaknya sekresi pus pada kavitas paru.(6,8)

? Diagnosis

Page 33: Net PNEUMONIA

Ditegakkan dengan pemeriksaan radiologis dengan gambaran adanya infiltrasi pada lobus paru dan

pleura-pleura yang menonjol. Kultur bakteri yang positif didapatkan dari darah, pus di trakea serta

hasil aspirasi paru.(6,8)

? Penatalaksanaan

Penggunaan antibiotik baru berupa sefalosporin generasi ketiga sangat dianjurkan karena obat ini

terbukti efektif dalam melawan bakteri ini. Kanamisin merupakan obat pilihan yang digunakan pada

neonatus. Dosis yang digunakan 15–20 mg/kgBB/hari secara intramuskuler setiap 8 jam selama

minimal 10 – 14 hari atau dengan gentamisin 5-7,5 mg/kgBB/hari secara iv/im. Terapi yang

diperpanjang diindikasikan untuk penyebaran infeksi pada kavitas paru.(4,6,8,9)

Bila sudah terdapat empiema, drainase perlu dilakukan untuk fungsi pengembangan parunya.(4,6,8)

? Prognosis

Adanya penyakit penyerta seperti bakteremia, empiema dan kerusakan parenkim sisa bisa

memperburuk keadaan dan meningkatkan angka kematian.(8)

C. Profilaksis

Tindakan profilaksis terhadap pneumonia maupun komplikasi yang ditimbulkannya dapat dengan

pemberian vaksin. Jenis vaksin yang beredar antara lain : vaksin pneumokokal, vaksin conjugated H.

influenza tipe B, vaksin influenza, dan vaksin varisela.(10)

Dari semua vaksin yang tersedia, sekitar 80-90% adalah vaksin jenis pneumokokal. Kebanyakan anak-

anak di atas 2 tahun dan orang dewasa mempunyai suatu respon antigen di dalam 2-3 minggu setelah

vaksinasi. Sekitar 50% pasien yang divaksinasi timbul keluhan erythema dan/atau rasa sakit di lokasi

suntikan; sekitar 1% timbul demam, mialgia; dan 5 dari 1 juta orang yang divaksinasi timbul reaksi

anafilaksis atau reaksi serius yang lain.(10)

Vaksinasi direkomendasikan untuk anak-anak di atas 2 tahun dan pada orang dewasa dengan resiko

tinggi te

rhadap infeksi pneumokokus atau terhadap komplikasinya, termasuk juga orang dengan penyakit

kardiovaskuler dan paru yang kronis, gangguan fungsi lien, asplenia, penyakit Hodgkin’s, berbagai

myeloma, DM, infeksi HIV, sirosis hepatis, alkolholism, gangguan ginjal, transplantasi organ, atau

kondisi-kondisi lain dihubungkan dengan immunosuppression dan anak dengan nefrosis.(10)

Anak dengan penyakit sel bulan sabit atau penyebab lain asplenia perlu profilaksis dengan penisilin

disamping juga dengan vaksin pneumokokal. Infeksi saluran nafas atas yang rekuren pada anak-anak (

otitis media dan sinusitis) bukan suatu indikasi untuk vaksinasi. Efek perlindungan vaksin ini masih

belum diketahui. Vaksinasi ulang setelah 5 sampai 10 tahun diindikasikan bagi mereka dengan resiko

tinggi.(10)

 

DAFTAR PUSTAKA

Page 34: Net PNEUMONIA

1. Budiono E, Hidyam B, Berkala Ilmu Kedokteran, dalam Pola Kuman Pneumonia pada Penderita di

RSUP Dr. Sardjito 1995 – 1998, Vol. 32, No. 3, Penerbit FK UGM, Yogyakarta, 2000, hal: 161-164.

2. Price SA, Wilson LM, Pathophysiology: Clinical Concepts of Disease Processes(Patofisiologi: Konsep

Klinis Proses-Proses Penyakit), Edisi 4, Penerbit EGC, Jakarta, 1995, hal: 709-712.

3. Soeparman, Waspadji S (ed), Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1995, hal:

695-705.

4. Alatas H, Hasan R (ed), Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak, Percetakan Infomedika, Jakarta, 1986,

hal: 1228-1235.

5. Kumala P, dkk (ed), Kamus Saku Kedokteran Dorland, Edisi 25, Penerbit EGC, Jakarta, 1998, hal:

167.

6. Bordow RA, Moser KM (ed), Manual of Clinical Problems in Pulmonary Medicine with Annotated Key

References, 2nd edition, Little Brown & Co (Inc.), USA, 1986, pp: 85-105.

7. Behrman RE, Vaughan VC, Nelson Ilmu Kesehatan Anak, Bagian II, Edisi 12, Penerbit EGC, Jakarta,

1992, hal: 617-628.

8. Rudolph AM, et al, Pediatrics, 14th edition, Appleton & Lange, California, 1987, pp:1427-1428.

9. Shulman TS, et al, Paduan penyakit Infeksi dan Terapi Antimikroba pada Anak, EGC, Jakarta, 2001,

hal 496-522.

Shah Ira, 2001, Pneumonia in Children,

http://medicom.blogdetik.com/2009/03/18/pneumonia-lobaris/