Top Banner

of 26

Neraca Massa Pada Reaktor Tubular

Oct 11, 2015

Download

Documents

Ryan Tito

Laporan Praktikum Teknik Reaksi Kimia, D3 Teknik Kimia Universitas Riau
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Laporan Praktikum Dosen PembimbingTeknik Reaksi Kimia Sri Helianty, ST., M.T

NERACA MASSA PADA REAKTOR TUBULAR

Kelompok : II (Dua)Nama Kelompok: 1. Rita P. Mendrova (1107035609)2. Ryan Tito(1107021186)3. Yakub J. Silaen(1107036648)

Tanggal Praktikum: 30 September 2013Tanggal Pemasukan Laporan: 4 Oktober 2013

LABORATORIUM INSTRUKSIONAL DASAR PROSES DAN OPERASI PABRIK PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIAUNIVERSITAS RIAU2013ABSTRAK

Untuk menyusun neraca massa pada sistem yang bereaksi, dikenal istilah reaktan pembatas, reaktan ekses, dan konversi reaksi. Konversi reaksi merupakan ukuran sejauh mana suatu reaksi telah berlangsung. Tujuan dari percobaan ini yaitu melakukan kalibrasi laju alir pompa yang digunakan pada reaktor, mengetahui pengaruh laju alir terhadap kondisi steady-state dan membandingkan hasil konversi antara titrasi dengan konduktivitas. Metode pengkalibrasian dilakukan dengan menampung air yang dialirkan menggunakan pompa speed 4, 6, 8, 10 dan 12 untuk masing-masing pompa 1 dan 2 selama 1 menit. Langkah selanjutnya yaitu mereaksikan NaOH (pompa 1, speed 5) dengan etil asetat (pompa 2, speed 7) ke dalam reaktor tubular sampai didapat kondisi steady state (ditandai dengan konstannya konduktivitas), kemudian campuran dititrasi dengan HCl 0,01 N. Konduktivitas yang didapat yaitu sebesar 0,73 mS selama 22 menit, sedangkan konsentrasi NaOH yang keluar dari reaktor didapat sebesar 0,00083 N. Hasil konversi NaOH secara titrasi dan konduktivitas berturut-turut didapat sebesar 0,95 dan 0,625. Perbedaan ini terjadi karena reaktor tubular yang digunakan dalam kondisi yang tidak baik.

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Tujuan Percobaan1. Melakukan kalibrasi laju alir pompa yang digunakan pada reaktor.2. Mengetahui pengaruh laju alir terhadap kondisi steady-state.3. Membandingkan hasil konversi antara titrasi dengan konduktivitas.

1.2Dasar TeoriTeknik kimia berpusat pada operasi-operasi seperti reaksi kimia, neraca massa perpindahan bahan, neraca energi dan sebagainya. Neraca massa dan neraca energi sangat berperan dalam perubahan materi dengan menggunakan sistem aliran sebagai transportasi unsteady state (variabel dalam sistem berubah-ubah terhadap waktu) dan dalam keadaan steady state (variabel tidak berubah terhadap waktu).1.2.1 KalibrasiKalibrasi merupakan perbandingan kinerja instrumen dengan suatu standar akurat telah spakati. Kalibrasi menjamin bahwa pengukuran yang akurat dan dalam batas spesifikasi yang disyaratkan dari instrumen proses. Kalibrasi secara singkat dapat digambarkan sebagai suatu aktivitas pengujian instrumen dengan cara membandingkan hasil penunjukkan instrument tersebut dengan nilai/referensi yang telah diketahui. Referensi merupakan nilai acuan /nilai pembanding yang standarnya sudah ditetapkan. Alasan utama untuk kalibrasi adalah bahwa instrumen yang paling baik pun juga mengalami drift serta akan kehilangan kemampuan untuk memberikan pengukuran yang akurat.Sumber-sumber yang mempengaruhi hasil kalibrasi: ProsedurKalibrasi harus dilakukan sesuai dengan prosedur standar yang telah diakui. Kesalahan pemahaman prosedur akan membuahkan hasil yang kurang benar dan tidak dapat dipercaya. Pengesetan sistem harus teliti sesuai dengan aturan pemakaian alat, agar kesalahan dapat dihindari. Kalibrator Kalibrator harus mampu telusur ke standar Nasional dan atau Internasional. Tanpa memiliki ketelusuran, hasil kalibrasi tidak akan diakui oleh pihak lain. Demikian pula ketelitian, kecermatan dan kestabilan kalibrator harus setingkat lebih baik dari pada alat yang dikalibrasi. Tenaga pengkalibrasiTenaga pengkalibrasi harus memiliki keahlian dan keterampilan yang memadai, karena hasil kalibrasi sangat tergantung kepadanya. Kemampuan mengoperasikan alat dan kemampuan visualnya, umumnya sangat diperlukan, terutama untuk menghindari kesalahan yang disebabkan oleh penalaran posisi skala. Periode kalibrasiPeriode kalibrasi adalah selang waktu antara satu kalibrasi suatu alat ukur dengan kalibrasi berikutnya. Periode kalibrasi tergantung pada beberapa faktor antara lain pada kualitas metrologis alat ukur tersebut, frekuensi pemakaian, pemeliharaan atau penyimpanan dan tiingkat ketelitiannya. Periode kalibrasi dapat ditetapkan berdasarkan lamanya pemakaian alat, waktu kalender atau gabungan dari keduanya. Lingkungan Lingkungan dapat menyebabkan pengaruh yang sangat besar terhadap kalibrasi terutama untuk mengkalibrasi kalibrator. Misalnya kondisi suhu, kelembaban, getaran mekanik medan listrik, medan magnetik, medan elektromagnetik, tingkat penerangan dan sebagainya. Alat yang dikalibrasiAlat yang dikalibrasi harus dalam keadaan maksimal, artinya dalam kondisi jalan dengan baik, stabil dan tidak terdapat kerusakan yang mengganggu.

1.2.2Pengertian KonversiKonversi memiliki pengertian bahwa untuk mengetahui sejauh mana reaksi telah berlangsung atau untuk mengetahui jumlah mol hasil untuk setiap penggunaan mol salah satu pereaksi atau basis.Secara rumus dinyatakan:

Xa =

1.2.3Reaktor TubularUntuk menyusun neraca massa pada sistem yang bereaksi, dikenal istilah reaktan pembatas, reaktan ekses (reaktan berlebih) dan konversi reaksi serta yield. Dua reaktan A dan B berada dalam perbandingan stoikiometri jika perbandingan mol A yang ada dengan mol B yang ada sama dengan perbandingan stoikiometri dari persamaan reaksi. Jika reaktan yang ada tersebut tidak dalam perbandingan stoikiometri, berarti salah satu berupa reaktan pembatas dan yang lainnya adalah reaktan ekses (reaktan berlebih). Reaktan pembatas adalah reaktan yang pertama kali habis bereaksi untuk reaksi yang sempurna atau reaktan tersebut berada dalam jumlah yang lebih kecil dibandingkan perbandingan stoikiometri dengan reaktan lainnya. Konversi reaksi adalah perbandingan mol dari suatu reaktan yang bereaksi dengan mol umpan reaktan tersebut. Sedangkan yield adalah perbandingan berat hasil dengan berat umpan. Reaktan disuplai ke dalam reaktor kemudian reaktan ditutup dan reaksi berlangsung. Tidak ada penambahan reaktan dan pelepasan produk dalam reaktor. Temperatur di dalam reaktor dijaga konstan dan pencampuran larutan dapat dilakukan secara pengadukan. Neraca massa di dalam reaktor terjadi saat pelepasan produk dari reaktan. Produk dari reaksi ini akan memperlihatkan penggunaan mol reaktan yang berfungsi sebagai basis.Persamaan neraca massa secara umum untuk sistem yang melibatkan reaksi pada reaktor kontinyu:Input + produk output zat yang bereaksi = akumulasi ...................................(1)Pada percobaan ini sistemnya adalah reaksi saponifikasi etil asetat dengan NaOH dapat di tulis:NaOH + CH3COOC2H5 CH3COONa + C2H5OH ....(2)Neraca massa total pada reaktor tubular:Fa+ Fb = Ft .......(3)Neraca massa komponen NaOH pada reaktor :Ft . a0 Ft . a1 Ft . a0 . xa = d ( v . a1 ) / dt ......(4)Jika tercapai keadaan steady-state, maka akumulasi (da1/dt)= 0, Sehingga persamaan (4) dapat diubah menjadi:Xa = (a0 - a1 ) / a0...(5)a0 pada persamaan (5) merupakan konsentrasi NaOH dalam pencampur umpan (konsentrasi NaOH masuk reaktor). a1 adalah konsentrasi NaOH sisa keluar reaktor dan Xa merupakan konversi reaksi. Hubungan a0 dengan konsentrasi NaOH dalam tangki umpan (a) dapat dinyatakan sebagai berikut:a0 = ( Fa / Ft ) . a .....(6)Hubungan konsentrasi etil asetat dalam tangki (b) dengan konsentrasi etil asetat dalam pencampuran umpan (b0) dinyatakan dengan persamaan berikut:b0 = ( Fa / Ft) . b ......(7)Volume reaktor adalah tetap yaitu 0,400 dm3. Dengan metode titrasi konsentrasi NaOH dalam tangki dan titrasi NaOH sisa keluaran reaktor, maka konversi reaksi NaOH dapat dilakukan dengan pengukuran konduktivitas produk reaktor. Adapun persamaan yang digunakan sebagai berikut :

a1 = (a - a0) .............................................................................(8)a = 0 jika a0 < b0 dan a = (a0 - b0) jika a0 > b0 .................................................(9)A0 = Aa0 (asumsi c0 = 0) .....................................................................................(10)A0 = 0,195 (1 + 0,0184 (T 294)) . a0 ; T > 294 ................................................(11)Aao pada persamaan (8) dapat ditentukan:Aao = Ac + Aa ..................................................................................................(12)Ac = 0,070 (1 + 0,0284 (T 294)) . c ; T > 29.................................................(13)Aa = 0,195 (1 + 0,0184 (T 294 )) . a, jika a 0 .........................................(14)c = b0, untuk b0 < a0 dan c = a0 untuk b0 > a0 .................................................(15)

BAB IIMETODOLOGI PERCOBAAN

2.1. Alat dan Bahana. Alat:1. Reaktor tubular dengan kelengkapan2. Stopwatch3. Gelas ukur4. Labu ukur5. Beaker glass6. Corong7. Neraca digital8. Buret + statif9. Erlenmeyer10. Batang pengaduk11. Pipet tetes

b. Bahan:1. Etil asetat2. NaOH 3. Aquadest4. HCL 0,01 N5. Indikator PP

2.2. Prosedur Percobaana. Kalibrasi Pompa Feed Mengisi kedua tangki feed reagen dengan air hingga penuh Menghidupkan pompa 1 dengan set kontrol kecepatan 4 Menampung air yang terpompa keluar dengan gelas ukur pada periode waktu 1 menit. Mengulang kembali percobaan di atas dengan set kontrol kecepatan 6, 8, 10 dan 12. Melakukan kalibrasi pada pompa 2 dengan menggunakan set kontrol kecepatan yang sama seperti pada pompa 1.

b. Pembuatan Larutan UmpanPembuatan larutan NaOH dan etil asetat masing-masing dibuat sebanyak 5 liter dengan konsentrasi 0,05 M. Untuk larutan NaOH ini dititrasi dengan larutan HCl 0,01 N.

c. Menentukan Konversi NaOH yang bereaksiUntuk menentukan konversi dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan pengukuran konduktivitas dan dengan titrasi. Dengan konduktivitas diperoleh data konduktivitas pada kondisi steady state. Sedangkan dengan titrasi diperoleh dari titrasi NaOH pada kondisi steady-state. Dengan memakai persamaan yang ada, maka konversi dapat ditentukan.

2.3. Gambar dan keterangan alat (Reaktor Tubular dan Kelengkapannya)

Gambar 1. Reaktor tubular dan kelengkapannyaAlat ini terdiri dari beberapa bagian : Tangki Reaktan (2)Tangki reaktan ini terdiri dari dua buah dengan kapasitas volume masing-masing 5 liter. Pada bagian bawah tangki dilengkapi dengan drain valve yang berfungsi untuk mengosongkan tangki. Pompa UmpanTipe pompa paristaltik dengan kemampuan pada range 0-95 ml per menit. Operasi normal dilakukan dengan switch toggle (16) pada posisi manual. Untuk pengaturan kecepatan pompa dapat diatur dengan memutar potensiometer. Sirkulator Air PanasSirkulator air panas ini digunakan, jika reaktor dioperasikan di atas temperatur kamar. Air dipanaskan dengan elemen pemanas dalam sirkulator, dipompa dengan pompa sirkulasi yang terletak dalam sirkulator. Air dikembalikan ke priming vessel (21) setelah dipanaskan. Sistem sirkulasi dioperasikan pada tekanan sub-atmosfherik untuk meningkatkan keamanan. Priming vessel ini digunakan untuk mengisi awal sirkulator dan reactor serta untuk menghembuskan udara. Kontrol Temperatur AutomatisKontrol temperatur dijalankan dengan sirkulasi pemanas atau pendingin air melalui coil yang terletak dalam reaktor tubular. Sensor temperatur (13) dirancang dalam reaktor yang berhubungan dengan pengontrol temperatur otomatis. Temperatur proses diset dengan menekan tombol (23) bersamaan dengan tombol (24), jika untuk menaikkan temperatur. Sedangkan untuk menurunkan temperatur dengan menekan tombol (23) bersamaan dengan tombol (25). Untuk menghidupkan sirkulator dengan cara menekan switch toggle (26) pada posisi 1. Pengukur KonduktivitasKonduktivitas ditunjukkan pada monitor (27) dalam satuan milliSiemen. Selama bereaksi, konduktivitas dari larutan berubah. Dari data ini dapat digunakan untuk menentukan tingkat konversi dan kecepatan konversi.BAB IIIHASIL DAN PEMBAHASAN

3.1.Kalibrasi Pompa

Percobaan kalibrasi pompa dilakukan dengan mengalirkan air menggunakan speed pompa 4, 6, 8, 10 dan 12 (untuk masing-masing pompa 1 dan 2), kemudian menampung air yang keluar dari reaktor tubular dengan gelas ukur selama 1 menit. Hasil pengukuran laju alir air pada masing-masing pompa dapat dilihat pada Tabel 1, sedangkan grafik hubungan antara speed pompa terhadap laju alir air pada masing-masing pompa disajikan pada Grafik 1.

Tabel 1. Data hubungan antara speed pompa dengan laju alir air pada pompa 1 dan pompa 2Speed pompaLaju alir air pada pompa 1( ml/menit )Laju alir air pada pompa 2( ml/menit )

46810129284767861633557593

Grafik 1. Hubungan antara speed pompa dengan laju alir air pada pompa 1 dan 2.Berdasarkan Tabel 1 dan Grafik 1 dapat dilihat bahwa semakin besar speed setting pompa yang digunakan, baik pada pompa 1 maupun pompa 2, maka laju alir yang diperoleh akan semakin besar pula. Hal ini disebabkan oleh volume air yang ditampung pada gelas ukur semakin banyak dalam jangka waktu yang sama, yaitu 1 menit. Dengan bertambahnya volume air dalam jangka waktu yang sama berarti laju alirnya semakin cepat. Grafik 1 menunjukkan bahwa untuk speed pompa yang sama, laju alir air pada pompa 2 lebih besar dibandingkan laju alir air pada pompa 1. Perbedaan ini bisa jadi dikarenakan spesifikasi pompa yang digunakan berbeda, sehingga mempengaruhi kinerja dari pompa tersebut.

3.2. Menentukan kondisi steady statePercobaan ini dilakukan dengan mengalirkan NaOH menggunakan pompa 1 (speed pompa = 5) dan etil asetat menggunakan pompa 2 (speed pompa = 7) ke dalam reaktor tubular hingga didapat kondisi steady state. Kondisi steady state ditandai dengan konstannya konduktivitas reaksi yang terbaca pada alat. Penghitungan konduktivitas dilakukan setiap selang wakti 1 menit. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi steady state dan konduktivitas reaksi selama mencapai kondisi steady state dicatat.Tabel 2. Konduktivitas reaksi pada saat steady state (speed pompa 1 (NaOH) = 5 dan pompa 2 (etil asetat) = 7)Waktu (menit)Konduktivitas (mS)

00,21

10,20

20,21

30,21

40,20

50,21

60,22

70,21

80,21

90,20

100,20

110,23

120,30

130,38

140,48

150,64

160,75

170,74

180,73

190,73

200,73

210,73

220,73

Konduktivitas merupakan kemampuan suatu bahan (larutan, gas atau logam) untuk menghantarkan listrik. Dalam suatu larutan, arus listrik timbul karena adanya pergerakan kation-kation dan anion-anion. Semakin besar konsentrasi suatu larutan, maka semakin banyak ion-ion yang terkandung di dalamnya, sehingga konduktivitas larutan semakin meningkat.Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat adanya fluktuasi konduktivitas pada menit-menit awal terjadinya reaksi. Pada menit ke-12, konduktivitas campuran mulai meningkat hingga menit ke-16. Peningkatan ini terjadi karena semakin banyaknya NaOH dan etil asetat yang bereaksi. Konduktivitas mulai terlihat konstan pada menit ke-18 hingga menit ke-22, kondisi ini menunjukkan bahwa reaksi yang terjadi telah mengalami kondisi steady state. Pengukuran konduktivitas kemudian dihentikan dan dilanjutkan dengan penentuan konsentrasi NaOH yang keluar dari reaktor dengan cara titrasi menggunakan HCL 0,01 N dan indikator PP.Tabel 3. Titrasi pada keadaan steady-state (speed pompa 1 (NaOH) = 5 dan pompa 2 (etil asetat) = 7)Volume NaOH (ml)Volume HCl 0,01 N (ml)

10101010,70,8

Untuk mendapatkan konsentrasi NaOH setelah dalam keadaan steady-state (konsentrasi NaOH yang keluar dari reaktor tubular), dapat dilakukan dengan perhitungan rumus pengenceran:VNaOH . NNaOH = VHCl . NHCl 10 . NNaOH = NNaOH= 0,00083 N

3.3. Menentukan konversi NaOH yang bereaksi Kecepatan alir dari NaOH (Fa)= 36 ml/menit = 0,006 L/s Kecepatan alir CH3COOC2H5 (Fb)= 66 ml/menit = 0,0011 L/s Konsentrasi NaOH dalam tangki(a)= 0,05 (mol/L) Konsentrasi CH3COOC2H5 dalam tangki (b)= 0,05 (mol/L)

3.4. Perbandingan hasil konversi NaOH pada pengukuran titrasi dengan konduktivitas.

Konversi merupakan ukuran sejauh mana suatu reaksi telah berlangsung. Semakin besar konversi suatu komponen yang bereaksi, maka semakin banyak pula komponen tersebut yang telah bereaksi. Hasil konversi NaOH secara titrasi di dapat sebesar 0,95 sedangkan hasil konversi NaOH secara konduktivitas didapat sebesar 0,625 (lihat Lampiran A). Perbedaan hasil konversi ini terjadi karena peralatan reaktor tubular yang digunakan dalam kondisi yang tidak baik, seperti adanya kebocoran pada sensor konduktivitas dan kebocoran pada selang pengukur laju alir pompa 1 (NaOH) yang mengakibatkan kualitas kinerja alat menjadi berkurang. Di samping itu, titrasi NaOH seharusnya menggunakan HCl 0,01 N yang telah distandarisasi dengan Na Borak 0,1 N. Namun dalam percobaan ini, tidak dilakukan standarisasi, sehingga kemungkinan konsentrasi HCl yang digunakan tidak 0,01 N. Ketidakpastian akan konsentrasi HCl ini tentunya akan berpengaruh terhadap hasil titrasi dan konversi NaOH.

BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan1. Semakin besar speed pompa, maka laju alirnya juga akan semakin besar.2. Kondisi steady state didapat pada menit ke-22, dimana konduktivitas campuran telah konstan yaitu sebesar 0,73 mS. Konsentrasi NaOH yang keluar dari reaktor pada kondisi steady state yang dititrasi dengan HCL 0,01 N didapat sebesar 0,00083 N.3. Hasil konversi NaOH melalui titrasi didapat sebesar 0,95 sedangkan melaui pengukuran konduktivitas didapat sebesar 0,625. Perbedaan ini terjadi karena peralatan reaktor tubular yang digunakan dalam kondisi yang tidak baik serta tidak adanya standarisasi larutan HCl 0,01 N.

4.2 Saran1. Praktikan harus teliti dalam membuat larutan umpan, kesalahan dalam pembuatan larutan akan berpengaruh terhadap hasil titrasi dan pengukuran konduktivitas.2. Pastikan bahwa alat yang digunakan berada dalam kondisi operasi yang baik, jika ada kebocoran selang segera laporkan kepada teknisi untuk ditindaklanjuti.

DAFTAR PUSTAKA

Tim penyusun. 2013. Penuntun Praktikum Instrumentasi dan Pengendalian Proses. Program Studi DIII Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau. Pekanbaru

LAMPIRAN APERHITUNGAN

A. Pembuatan Larutan Umpan1. NaOH 0,05 M sebanyak 5 Liter.

Massa= 10 gramSebanyak 10 gram NaOH dilarutkan kedalam 5 Liter aquadest.

2. Etil asetat 0,05 M sebanyak 5 Liter. M = 0,05 M = Vacetat = 24,5 mlSebanyak 24,5 ml Etil asetat dicampurkan ke dalam 5 Liter aquadest.

3. HCL 0.01 N sebanyak 500 mlV1. N1 = V2 . N2

Jadi HCl sebanyak 0,5 ml diencerkan kedalam 500 ml aquadest.

B. Konversi NaOH berdasarkan pengukuran titrasi Laju alir NaOH (Fa) = 0,0006 L/s (speed pompa = 5) dan laju alir Etil asetat (Fb) = 0,0011 L/s (speed pompa = 7), maka nilai konversinya :

Ft = Fa + Fb= (0,0006 + 0,0011) L/s= 0,0017 L/sa0= x a = x 0,05= 0,0176 mol/L a1 = 0,00083 mol/L (konsentrasi NaOH hasil titrasi) xa = = = 0,95

C. Konversi NaOH berdasarkan pengukuran konduktivitas Laju alir NaOH = 0,0006 L/s (speed pompa = 5) dan laju alir Etil asetat = 0,0011 L/s (speed pompa = 7), maka nilai konversinya :

Ft = Fa + Fb= (0,0006 + 0,0011) L/s= 0,0017 L/sa0= x a = x 0,05= 0,0176 mol/Lb0= x b = x 0,05= 0,032 mol/Lkarena a0 < b0, maka a = 0A0 = 0,195 (1 + 0,0184 (T 294 )) . a0 ; T = 303 K = 0,195 (1 + 0,0184 (303 294)) (0,0176) = 0,004 Siemens

c = a0, untuk b0 > a0Ac= 0,07 (1 + 0,0284 (T 294)) . c ; T = 303 K = 0,07 (1 + 0,0284 (303 294)) (0,0176) = 0,0015 Siemens

Aa = 0,195 (1 + 0,0184 (T 294 )) . a = 0,195 (1 + 0,0184 (303 294)) . 0 = 0 Siemens

Aao = Ac + Aa = 0,0015 Siemens + 0 Siemens = 0,0015 SiemensA1 = Konduktivitas pada saat konstan konduktivitas air murni = (0,73 0,17) x 10-3 = 0,00056 Siemens

a1 = (a - a0 )

= = 0,0066 mol/L

xa = = = 0,625

LAMPIRAN BLAPORAN SEMENTARA

Judul Praktikum: Neraca Massa Pada Reaktor TubularHari/Tanggal Praktikum: Senin/30 September 2013Pembimbing: Sri Helianty, ST., MTAsisten Laboratorium: Bonita Restana MNama Kelompok III: Rita Puriani Mendrova (1107035609) Ryan Tito (1107021186) Yakub Jeffery Silaen (1107036648)Hasil Percobaan:Tabel B.1 Data hasil percobaan kalibrasi pompa 1 dan 2Speed pompaLaju alir air pada pompa 1( ml/menit )Laju alir air pada pompa 2( ml/menit )

46810129284767861633557593

Tabel B.2 Titrasi NaOH yang keluar dari reaktor pada keadaan steady-state.Volume NaOH (ml)Volume HCl 0,01 N (ml)

10101010,70,8

Adapun speed pompa yang digunakan yaitu :1. Speed pompa NaOH = 52. Speed pompa etil asetat = 7

Tabel B.3 Data hasil pengukuran konduktivitas pada keadaan steady-state.Waktu (menit)Konduktivitas (mS)

00,21

10,20

20,21

30,21

40,20

50,21

60,22

70,21

80,21

90,20

100,20

110,23

120,30

130,38

140,48

150,64

160,75

170,74

180,73

190,73

200,73

210,73

220,73

Menentukan konversi NaOH yang bereaksi : Kecepatan alir dari NaOH (Fa)= 36 ml/menit = 0,006 L/s Kecepatan alir CH3COOC2H5 (Fb)= 66 ml/menit = 0,0011 L/s Konsentrasi NaOH dalam tangki(a)= 0,05 (mol/L) Konsentrasi CH3COOC2H5 dalam tangki (b)= 0,05 (mol/L)

Pekanbaru, 30 September 2013 Asisten

Bonita Restana M