KONTRASEPSI MANTAP
I. PENDAHULUANPenggunaan kontrasepsi di Indonesia setiap
tahunnya mengalami peningkatan.Hal ini terlihat dari data BKKBN
Agustus 2012 mencatat setidaknya tercatat ada 6.152.231 peserta
baru di seluruh Indonesia dari tahun sebelumnya.Penggunaan
kontrasepsi yang terbanyak mayoritas jangka pendek dengan total
82,26% sedangkan jangka panjang hanya 17,74%. Metode jangka panjang
berupa IUD (Intrautrine Device), MOW (Metode Operasi Wanita) atau
tubektomi, MOP(Metode Operasi Pria) atau vasektomi dan
Implan.1Meskipun prevalensi penggunaan kontrasepsi sudah tinggi,
kehamilan yang tidak diinginkan masih sering terjadi. Di Inggris,
angka kejadian aborsi pada tahun 2003 adalah 17,5 per 1000 wanita
usia subur. Namun, tidak semua kehamilan yang tidak diinginkan
berakhir pada aborsi. Sekitar 30% kelahiran bayi berasal dari
kehamilan yang tidak direncanakan.2Keefektifan suatu alat atau
metode kontrasepsi tergantung dari bagaimana cara kerjanya dan
seberapa mudah medote kontrasepsi tersebut digunakan serta tingkat
kegagalan dari alat kontrasepsi tersebut ketika digunakan. 2Ada
beberapa metode dalam kontrasepsi, yaitu kontrasepsi sederhana,
kontrasepsi efektif, dan kontrasepsi mantap.Kontrasepsi sederhana,
terdiri dari kontrasepsi tanpa alat (metode amenorea laktasi,
senggama terputus (koitus interuptus), pantang berkala, metode suhu
badan basal, dan lendir serviks) dan kontrasepsi dengan menggunakan
alat (kondom). Kontrasepsi efektif, terdiri dari: kontrasepsi
hormonal (pil, injeksi, implan) dan alat kontrasepsi dalam rahim
atau AKDR. Kontrasepsi mantap, terdiri dari tubektomi dan
vasektomi.3Kontrasepsi mantap atau sterilisasi, yang disebut juga
kontrasepsi operatif, telah menjadi jenis kontrasepsi yang paling
populer, dan merupakan suatu metode kontrasepsi yang bersifat
permanen.Jumlah pasien yang menjalani prosedur sterilisasi di
Amerika Serikat, baik itu tubektomi maupun vasektomi, tidak dapat
dihitung secara akurat karena sebagian besar dilakukan pada pusat
rawat jalan.Namun, Westhoff dan Davis (2000) mengakses data dari
National Survey of Family of Family Growth, dan mengestimasi bahwa
terdapat sekitar 700.000 orang yang menjalani prosedur tubektomi
per tahun.Sayangnya, terdapat sangat banyak aturan federal yang
mengurungkan niat para wanita untuk melakukan tindakan sterilisasi
secara sukarela.Dari 700.000 wanita di Amerika Serikat yang
menjalani prosedur tubektomi, sebagian dari mereka dilakukan pasca
persalinan dan sebagian lagi melalui rawat jalan.Sebelas juta
wanita di Amerika Serikat yang berusia 15-44 tahun mempercayakan
tubektomi bilateral sebagai metode kontrasepsi, dan lebih dari 190
juta pasangan di dunia menggunakan sterilisasi sebagai kontrasepsi
permanen yang aman dan terpercaya. Sedangkan, vasektomi merupakan
kontrasepsi permanen bagi pria. Pada tahun 2002, sekitar 526.501
prosedur vasektomi dilakukan di Amerika Serikat.4,5,6,7Pada
tahun-tahun terakhir ini vasektomi untuk tujuan sterilisasi makin
banyak dilakukan di beberapa negara seperti India, Pakistan,
Amerika Serikat, dan Korea untuk menekan laju pertambahan penduduk.
Di Indonesia, vasektomi tidak termasuk dalam program keluarga
berencana nasional.3Vasektomi merupakan suatu operasi kecil dan
dapat dilakukan oleh seseorang yang telah mendapat latihan khusus
untuk itu. Selain itu, vasektomi tidak memerlukan alat-alat yang
banyak, dapat dilakukan secara poliklinis, dan pada umumnya
dilakukan dengan menggunakan anestesi lokal.3II. ANATOMI ORGAN
GENITALIA WANITA1. UterusPada orang dewasa berbentuk seperti buah
avokad atau buah peer yang sedikit gepeng. Ukuran panjang uterus
sekitar 7 7,5 cm, lebar ditempat yang paling lebar 5,25 cm dan
tebal 2,5 cm terdiri dari korpus uteri (2/3 bagian atas) dan
serviks uteri (1/3 bagian bawah). Di dalam korpus uteri terdapat
rongga (kavum uteri) yang membuka keluar melalui kanalis servikalis
yang terletak di serviks. Bagian bawah serviks yang terletak di
vagina dinamakan portio uteri (pars vaginalis servisis uteri),
sedangkan yang di atas vagina disebut pars supravaginalis servisis
uteri. Antara korpus dan serviks ada bagian yang disebut isthmus
uteri.3Bagian atas uterus disebut fundus uteri, dimana tuba
Fallopii kanan dan kiri masuk ke uterus.Dinding uterus terutama
terdiri dari miometrium yang mempunyai tiga lapisan otot polos
(sehingga memungkinkan berkontraksi dan relaksasi).Kavum uteri
dilapisi oleh endometrium yang terdiri atas sel-sel epitel kubik,
kelenjar-kelenjar, dan stroma dengan banyak pembuluh darah.
Pertumbuhan dan fungsi endometrium dipengaruhi oleh faktor-faktor
steroid ovarium.3
Gambar 1. Gambar penampang anatomi uterus dan tuba (dikutip dari
kepustakaan 4)
Uterus pada wanita dewasa umumnya terletak pada posisi
anteversiofleksio (serviks ke depan atas) dan membentuk sudut
dengan vagina, sedang korpus uteri berarah ke depan dan membentuk
sudut 120 130 dengan serviks uteri. Kadang-kadang dijumpai uterus
pada posisi retrofleksi (korpus uteri mengarah ke belakang) yang
pada umumnya tidak memerlukan pengobatan.Di bagian luar uterus
dilapisi oleh serosa (peritoneum viserale). Uterus mendapat aliran
darah dari arteria uterine cabang dari arteria iliaka interna, dan
dari arteri ovarika.3
2. Tuba FallopiiMerupakan saluran telur yang secara embriologis
berasal dari duktus Mulleri. Panjang rata-rata tuba fallopii yaitu
11-14 cm. bagian yang ada di dinding uterus disebut pars
interstisialis, sebelah lateralnya (36 cm) terdapat pars isthmika
yang masih sempit (diameter 2-3mm), disebelah lateralnya terdapat
pars ampularis yang lebih lebar (diameter 4-10mm) dan mempunyai
ujung terbuka disebut infundibulum. Bagian luar tuba diliputi oleh
peritoneum viseralis yang merupakan bagian dari ligamentum
latum.Otot di dinding tuba terdiri dari lapisan longitudinal dan
otot sirkuler. Bagian dalam dilapisi oleh mukosa yang terdiri atas
epitel kubik sampai silindrik yang mempunyai bagian-bagian dengan
serabut-serabut (silia) dimana gerakannya menimbulkan aliran ke
kavum uteri.33. Ovarium Terdapat sepasang di sebelah kiri dan kanan
dekat pada dinding pelvis di fossa ovarika.Ovarium berhubungan
dengan uterus dengan ligamentum ovarii propium.Pembuluh darah ke
ovarium melalui ligamentum suspensorium ovarii (ligamentum
infundibulopelvikum).Ovarium terletak pada lapisan belakang
ligamentum latum.Sebagian besar ovarium berada intra peritoneal dan
tidak dilapisi peritoneum.Bagian ovarium kecil berada di ligamentum
latum (hilus ovarii) dimana pembuluh darah dan saraf ovarium masuk.
Lipatan yang menghubungkan lapisan belakang ligamentum latum dengan
ovarium disebut mesovarium.3Ovarium berfugsi menghasilkan ovum yang
dihasilkan dari folikel de Graff atas pengaruh hormone hipofise.
Selain itu ovarium juga berfungsi untuk menghasilkan hormone
estrogen dan progesteron.3III. KONTRASEPSI MANTAP PADA WANITAA.
EpidemiologiPersentase wanita yang menggunakan sterilisasi sebagai
metode kontrasepsi meningkat sekitar 5% (rentang usia 20-24 tahun)
sampai sekitar 50% pada wanita usia 40-44 tahun. Metode kontrasepsi
ini aman (pada jangka waktu yang panjang), memiliki efisasi yang
tinggi, dan harga murah.8Angka akseptor Kontap itu sendiri pada
wanita atau MOW hanya 3,75% dari total penggunaan KB seluruh
Indonesia. Meskipun jumlahnya sangat sedikit tetapi angka kegagalan
yaitu sekitar 0-0,4% untuk teknik Poomeroy, Madlener 1,2% dan
teknik lain seperti Uchida, Kroener, Alridge tingkat kegagalannya
sangat kecil.8Kemampuan sterilisasi yang unik sebagai metode
kontrasepsi jangka panjang adalah alasan yang penting mengapa
metode kontrasepsi ini menjadi populer. Hal ini membuat sterilisasi
menjadi metode yang ideal untuk kontrasepsi permanen di
negara-negara berkembang di mana akses ke sarana pelayanan
kesehatan terbatas.8
B. KeuntunganMetode sterilisasi pada wanita tidak menggunakan
hormon.Metode ini merupakan metode kontrasepsi yang permanen.Tidak
ada data yang melaporkan bahwa wanita yang telah menjalani
sterilisasi mengalami perubahan libido, siklus menstruasi, atau
gangguan laktasi.Motivasi juga hanya dilakukan sekali saja,
sehingga tidak diperlukan motivasi yang berulang-ulang.Selalin itu,
sterilisasi juga memiliki efektivitas hampir 100%.Sterilisasi pada
wanita biasanya dilakukan dalam sehari (one day care).3,5Wanita
yang memilih metode kontrasepsi sterilisasi tidak perlu lagi
khawatir tentang kehamilan atau efek samping dari metode
kontrasepsi yang telah dijalani. Sterilisasi tidak mengganggu
hasrat seksual, dan banyak orang yang mengatakan bahwa sterilisasi
dapat meningkatkan hasrat seksual karena dapat menghilangkan
ketakutan akan kehamilan yang tidak diinginkan.9Keuntungan
sterilisasi pada wanita yang paling populer adalah mampu mengurangi
risiko dari kanker ovarium. Suatu penelitian prospektif yang
diikuti oleh 396.000 wanita dalam 9 tahun menunjukkan bahwa risiko
kanker ovarium menurun sekitar 30% pada kelompok yang menjalani
ligasi tuba. Meskipun mekanismenya belum diketahui (beberapa orang
mengatakan bahwa penutupan tuba melindungi ovariun dengan mencegah
zat-zat karsinogen masuk ke traktus reproduksi bagian atas), namun
ini adalah hal yang paling menguntungkan. Penutupan tuba tidak
mencegah kolonisasi organisme penyakit menular seksual pada traktus
reproduksi bagian bawah, tetapi dapat mengurangi risiko salpingitis
dan peritonitis pelvis.2
C. KerugianSterilisasi pada wanita adalah suatu prosedur yang
melibatkan suatu anestesi regional atau anestesi umum.Ini adalah
suatu metode kontrasepsi yang permanen, sehingga pasien mungkin
saja menyesal dengan keputusannya nanti, terutama wanita-wanita
yang berusia di bawah 30 tahun. Kadar penyesalan ini tidak dapat
diukur karena perasaan wanita dapat berubah-ubah suatu saat nanti,
namun suatu penelitian melaporkan bahwa penyesalan terjadi pada 26%
wanita.5Kerugian lainnya, antara lain:9 Sebagian dari kegagalan
prosedur ini adalah kehamilan ektopik yang membutuhkan tindakan
operasi. Setelah prosedur sterilisasi dilakukan, wanita tersebut
mungkin saja mengalami rasa lelah, pusing, mual, dan mungkin rasa
nyeri pada abdomen dan bahu. Tetapi gejala-gejala ini dapat
menghilang dalam waktu 1-3 hari. Komplikasi serius dari tindakan
sterilisasi pada wanita sangat jarang, dan kebanyakan terjadi pada
prosedur abdominal. Komplikasi-komplikasi ini termasuk perdarahan,
infeksi, dan reaksi pada obat-obatan anestesi.
D. IndikasiSterilisasi tuba diindikasikan pada wanita yang
menginginkan metode kontrasepsi yang permanen dan bebas dari segala
masalah ginekologi yang dapat menyulitkan prosedur kontrasepsi.
Sterilisasi tuba juga diindikasikan pada wanita di mana kehamilan
dapat membahayakan dirinya dari segi medis.6,9Sterilisasi tuba
postpartum diindikasikan pada setiap pasien yang secara medis
stabil setelah melahirkan pervaginam (biasanya dalam waktu 48 jam)
dan adanya keinginan pasien untuk berkontrasepsi secara permanen.
Oleh karena itu, pasien harus benar-benar telah diberikan informed
consent tentang prosedur kontrasepsi.10
E. KontraindikasiPasien yang tidak ingin atau ragu-ragu dalam
menjalani tindakan sterilisasi merupakan kontraindikasi absolut
untuk dilakukan tindakan ini.Pada tindakan sterilisasi dengan
menggunakan teknik laparoskopi, pasien-pasien dengan disfungsi atau
penyakit-penyakit kardiopulmoner merupakan kontraindikasi untuk
dilakukan tindakan ini.6Selain itu, kontraindikasi tindakan
sterilisasi ditujukan terutama pada wanita-wanita postpartum
dengan:10 Terdapat suatu keadaan medis postpartum yang tidak
stabil, misalnya perdarahan, infeksi, hipertensi yang tidak
terkontrol, HELLP syndrome). Pasien tidak ingin atau ragu-ragu
menjalani prosedur tersebut. Terdapat atau pasien dicurigai
mengalami kelainan/abnormalitas pada uterus, tuba fallopi, atau
cavum intrabdominal Tidak sesuai dengan peraturan daerah setempat
atau agama tertentu. Status dari bayi yang dilahirkan tidak
jelas.
F. Syarat KeikutsertaanSetiap peserta kontap harus memenuhi 3
syarat, yaitu:11. Sukarela Setiap calon peserta kontrasepsi mantap
harus secara sukarela menerima pelayanan kontap, artinya secara
sadar dan dengan kemauan sendiri memilih kontap sebagai cara
kontrasepsi.2. Bahagia Setiap calon peserta kontrasepsi mantap
harus memenuhi syarat bahagia artinya, calon peserta tersebut dalam
perkawinan yang sah dan harmonis dan dianugerahi sekurang-kurannya
2 orang anak yang sehat rohani dan jasmani.Bila hanya mempunyai 2
orang anak, maka anak yang terkecil paling sedikit umur sekitar 2
tahun.Umur istri paling muda sekitar 25 tahun.
3. KesehatanSetiap calon kontrasepsi mantap harus memenuhi
syarat kesehatan artinya tidak ditemukan hambatan atau
kontraindikasi untuk menjalani kontap. Oleh karena itu setiap calon
peserta harus diperiksa dahulu kesehatannya oleh dokter sehingga
diketahui apakah cukup sehat atau tidak. Selain itu juga setiap
calon peserta kontrasepsi mantap harus mengikuti konseling dan
menandatangani formulir persetujuan tindakan medik (informed
consent).G. Prosedur1. Persiapan pasienSetelah informed consent,
pasien diposisikan untuk melakukan tindakan sterilisasi. Pasien
diposisikan pada posisi supine dengan kedua tangan berada di
samping.Posisi Tredenlenburg dapat membantu agar posisi usus dapat
terangkat ke atas. Prosedur anestesia yang dapat dilakukan meliputi
anestesi epidural, spinal, dan anestesi umum.10,112. Persiapan
alatPerlengkapan standar laparotomi, seperti hemostats; klem Kelly,
Kocher, dan Allis; gunting Metzenbaum dan Mayo; needle driver dan
forsep jaringan; skalpel. Peralatan lain meliputi klem Babcock,
forsep Singley, catcgut plain atau klip Fishie dan aplikator,
retraktor kecil (Army-Navy atau S-shaped), catgut untuk fascia dan
kulit, skin drapping, dan beberapa peralatan lainnya.10,11
Gambar 2. Peralatan-peralatan untuk tindakan sterilisasi
(dikutip dari kepustakaan10)3. Teknik operasia. Setelah buli-buli
dikosongkan, dan pasien sudah berada di bawah pengaruh anestesi,
kita masuk ke dalam cavum abdomen dengan cara melakukan insisi
semilunar atau insisi vertikal dilakukan pada 2-3 cm
infraumbilikal. Angkat kulit dengan menggunakan klem
Allis.10,11
Gambar 3. Masuk ke dalam cavum abdomen (dikutip dari
kepustakaan10)b. Setelah itu, kita melakukan visualisasi fundus
uteri dan tuba, dengan cara meletakkan dua retraktor kecil pada
tempat insisi kemudian kita mulai mengidentifikasi fundus.
Retraktor jenis Army-Navy lebih mudah digunakan (seperti gambar di
bawah ini), namun pada kasus di mana bagian subkutan lebih tebal,
retraktor jenis S-shaped lebih efektif.10,11
Gambar 4. Visualisasi fundus uteri dan tuba dengan menggunakan
retraktor Army-Navy (dikutip dari kepustakaan10)Dengan menggunakan
2 retraktor, operator menarik retraktor tersebut ke arah adneksa
sambil membuka insisi, sedangkan operator lainnya bersiap-siap
untuk mengambil tuba fallopi yang tervisualisasi dengan menggunakan
klem Babcock.Jika tuba fallopi sudah terklem dengan menggunakan
klem Babcock, angkat dengan lembut sampai berada di atas luka
insisi. Tuba harus dipastikan terlihat sampai fimbria untuk
memastikan bahwa struktur yang terklem adalah struktur yang
benar.10,11
Gambar 5. Tuba fallopi diangkat melewati luka insisi (dikutip
dari kepustakaan10)
c. Kemudian, lakukan oklusi tuba (tubektomi).10 Ada beberapa
metode dalam melakukan tubektomi, antara lain:3,10,11
1) Metode Pomeroy11 Teknik ini paling disukai dan paling banyak
dilakukan pada semua teknik tubektomi. Angka kegagalan sebesar 0
0,4%. Identifikasi tuba fallopi, angkat bagian proksimal tuba
dengan menggunakan klem Babcock, bebaskan dari vaskuler yang
berasal dari mesosalping.8,11 (gambar A) Pastikan bahwa tuba
fallopi yang diklem (bukan ligamen) dengan menelusuri tuba sampai
ke fimbriae. Benang yang dapat diabsorpsi (plain catgut atau catgut
1-0) ditempatkan di sekeliling tuba kemudian diikat dengan kuat,
dengan demikian aliran darah terhenti secara spontan.10,11(gambar
B) Sebuah hemostatditempatkan pada jahitan untuk mencegah tuba
tertarik ke perut. Gunting Metzenbaum digunakan untuk menggunting
tuba, menembus mesosaping sekitar 1 cm dari batas
ikatan.10,11(gambar C) Hasil akhirnya, benang akan diserap dan tuba
fallopi akan kembali ke posisi anatomis semula dengan bagian
proksimal dan distal.10,11(gambar D)
Gambar 6. Tubektomi dengan metode Pomeroy (dikutip dari
kepustakaan14)
2) Metode Parkland Metode ini hampir sama dengan metode Pomeroy.
Angka kegagalan adalah sekitar 1 dari 400 prosedur. Pertama-tama,
identifikasi bagian avaskuler dari mesosalping.4,8,9,11(gambar A)
Buat lubang di daerah tersebut dengan menggunakan gunting
Metzenbaum sambil mengangkat tuba dengan menggunakan klem
Babcock.12(gambar B) Bagian tengah dari tuba sekitar 2 cm, diikat
pada bagian proksimal dan distal dengan menggunakan catgut
plain.9,10,11(gambar C) Bagian tuba yang berada di antara benang,
kemudian dipotong.10,11 (gambar D)
Gambar 7. Tubektomi dengan metode Parkland (dikutip dari
kepustakaan10)
3) Metode MadlenerMetode ini lebih jarang dilakukan daripada
metode Pomeroy dan metode Parkland. Metode ini memilki angka
kegagalan sebesar 1,2%. Langkah-langkah yang dilakukan pada metode
ini adalah8,10,11: Bagian ampulla dari tuba diangkat dan kedua
segmen dijepit dengan menggunakan hemostat.10,11(gambar A) Sebuah
benang yang tidak dapat diabsorpsi digunakan untuk mengikat tuba
yang telah dijepit. Tidak ada jaringan yang dibuang. Bagian yang
telah diikat lama-kelamaan akan nekrosis.10,11(gambar B)
Gambar 8. Tubektomi dengan metode Madlener (dikutip dari
kepustakaan15)
4) Metode Irving Tuba fallopi dibagi pada pertemuan isthmus dan
ampulla, dan pada akhir jahitan, benang tetap dibiarkan panjang
untuk menarik tuba dan untuk langkah selanjutnya.9,11(gambar A)
Dengan menggunakan alat yang tumpul, sebuah terowongan dibuat pada
miometrium uteri dan bagian proksimal dari tuba ditarik ke dalam
terowongan tersebut dan dijahit.9,11(gambar B) Bagian distal tuba
kemudian disatukan dengan ligamnetum latum. Jahitan tambahan
mungkin diperlukan untuk menutup luka akibat insisi yang telah
dibuat.9,11(gambar C)
Gambar 9. Tubektomi dengan metode Irving (dikutip dari
kepustakaan15)
5) Metode Uchida Teknik yang berasal dari Jepang ini memiliki
angka kegagalan yang kecil sekali bahkan mungkin tidak pernah
gagal.8,10,11 Larutan saline-epinefrin diinjeksi ke dalam subserosa
pada bagian ampulla tuba.10,11(gambar A) Bagian serosa kemudian
diinsisi dengan menggunakan gunting, sehingga bagian muskular dari
tuba terlihat. Lapisan muskular dari bagian yang dipotong menjadi
lebih tinggi sementara bagian serosa secara simultan kembali ke
bagian proksimal dan distal tuba.10,11(gambar B) Bagian proksimal
dari lapisan muskular tuba diikat dan dipotong.9,10(gambar C)
Bagian proksimal tuba yang diikat kemudian dikembalikan di dalam
bagian serosa.10,11Sebuah jahitan dibuat pada bagian distal tuba
dan disimpul. Jahitan tambahan mungkin diperlukan untuk menutup
luka pada mesosalping.9,10,11(gambar D)
Gambar 10. Tubektomi dengan metode Uchida (dikutip dari
kepustakaan15)
6) Metode Kroener FimbriektomiTeknik fimbriektomi dikemukakan
oleh Kroener yang menemukan cara tubektomi dengan mengikat bagian
distal ampulla dengan dua buah jahitan permanen kemudian membuang
bagian infundibulum dari tuba. Ligasi dan hemostasis terjadi secara
simultan.Keuntungan dari teknik ini adalah sangat kecilnya
kemungkinan kesalahan mengikat ligamentum rotundum. Angka kegagalan
0,19%. Langkah-langkah metode ini, antara lain:3,8,10,11 Sebuah
jahitan melewati mesosalping dan ditempatkan pada bagian distal
dari ampulla tuba. Jahitan kedua ditempatkan berdekatan dengan
jahitan pertama, kemudian potong infundibulum.10,11 (gambar atas)
Setelah bagian distal tuba dibuang, tampaklah tuba fallopi seperti
di gambar.10,11(gambar bawah)
Gambar 11. Tubektomi dengan metode Kroener Fimbriektomi(dikutip
dari kepustakaan15)
7) Metode AldridgeMetode ini angka kegagalan sangat kecil sekali
dan mungkin suatu saat fimbria yang sudah ditanam dapat dibuka
kembali (reversibel) jika ibu ingin mendapatkan kesuburannya.Pada
metode Aldridge, peritoneum dari ligamentum latum dibuka dan
kemudian tuba bagian distal bersama-sama dengan fimbriae ditanam ke
dalam ligamentum latum. Langkah-langkah metode Aldridge, antara
lain:8,10,11Dengan diseksi tumpul, sebuah lubang dibuat dalam
ligamentum latum. Jahitan traksi ditempatkan dalam lapisan muskular
dari bagian distal tuba dan digunakan untuk menarik infundibulum ke
dalam peritoneum.8,10,11 Beberapa jahitan dengan menggunakan benang
yang tidak dapat diabsorpsi digunakan untuk memancung infundibulum
ke subperitoneal. Harus dipastikan bahwa fimbriae tuba harus
benar-benar tertanam di bawah peritoneum.8,10,11
Gambar 12. Tubektomi dengan metode Aldridge (dikutip dari
kepustakaan15)
IV. KONTRASEPSI MANTAP PADA PRIAPada tahun-tahun terakhir ini
vasektomi untuk tujuan sterilisasi makin banyak dilakukan di
beberapa negara seperti India, Pakistan, Amerika Serikat, dan Korea
untuk menekan laju pertambahan penduduk. Di Indonesia, vasektomi
tidak termasuk dalam program keluarga berencana
nasional.3,7Vasektomi merupakan suatu operasi kecil dan dapat
dilakukan oleh seseorang yang telah mendapat latihan khusus untuk
itu. Selain itu, vasektomi tidak memerlukan alat-alat yang banyak,
dapat dilakukan secara poliklinis, dan pada umumnya dilakukan
dengan menggunakan anestesi lokal.3,7A. EpidemiologiThe national
Survey of Men melaporkan bahwa 12% dari pria usia 20-39 tahun yang
telah menikah telah menjalani vasektomi, dengan proporsi terbesar
pada usia 35-39 tahun (21,6%). Vasektomi lebih populer dilakukan
pada kelompok pria yang berkulit putih (13,5%) daripada yang
berkulit hitam (1,6%). Seringnya tindakan vasektomi dilakukan juga
berbanding lurus dengan tingginya pendidikan.13B.
KeuntunganKeuntungan dari tindakan vasektomi adalah tidak
melibatkan hormon, permanen, cepat, dan memiliki risiko yang
minimal.5C. KerugianKerugian dari tindakan vasektomi adalah pasien
mungkin saja menyesali tindakan yang telah diambilnya.Kontrasepsi
alternatif diperlukan sampai ejakulat yang dikeluarkan terbebas
dari sperma. Vasektomi, sama seperti metode kontrasepsi non-barier
lainnya, tidak memberi perlindungan pada penyakit menular seksual.
Selain itu, rasa tidak nyaman akan dialami oleh pasien pasca
vasektomi bisa saja terjadi.2,5D. IndikasiVasektomi diindikasikan
pada pria yang tidak ingin punya anak lagi dan bersedia untuk
dilakukan tindakan sterilisasi.3,7
E. KontraindikasiKontraindikasi tindakan vasektomi, antara
lain:3,7 Kelainan anatomis, seperti vas deferens yang tidak dapat
dipalpasi, atau terdapatnya hidrokel atau varikokel dengan ukuran
yang besar. Terdapat skar pada skotum, atau post trauma pada
skrotum Infeksi lokal pada kulit skrotumF. ProsedurProsedur
vasektomi biasanya dilakukan pada pasien dengan anestesi lokal,
setelah melakukan asepsis pada daerah skrotum dan
sekitarnya.Anestesi dilakukan di kulit skrotum dan jaringan
sekitarnya di bagian atas, dan pada jaringan di sekitar vas
deferens.Vas deferens dicari dan setelah ditentukan lokasinya,
dipegang sedekat mungkin di bawah kulit skrotum. Setelah itu,
dilakukan sayatan pada kulit skrotum sepanjang 0,5 sampai 1 cm di
dekat vas deferens. Setelah vas deferens kelihatan dijepit dan
dikeluarkan dari sayatan (harus yakin betul bahwa yang dikeluarkan
itu memang vas deferens), vas deferens dipotong sepanjang 1 sampai
2 cm dan kedua ujungnya diikat. Setelah kulit dijahit, tindakan
diulangi pada skrotum di sebelahnya. Tingkat kegagalan vasektomi
kira-kira sebesar 0,1%.3,7Sekarang telah dikenal teknik vasektomi
tanpa menggunakan scalpel atau no scalpel vasectomy. Prosedur no
scalpel vasectomy, adalah sebagai berikut:3,7 Setelah melakukan
tindakan asepsis dan drapping dengan memperlihatkan areaa skrotum,
fiksasi vas deferens dengan menggunakan 3 jari dilakukan, lalu
lakukan anestesi perivasal dengan menggunakan lidocain 1-2% tanpa
epinefrine.3,7
Gambar 13. Teknik fiksasi 3 jari dan anestesi perivasal (dikutip
dari kepustakaan 7) Arahkan ring clamp 90o, jepit vas deferens yang
terdapat di bawah skrotum.3,7
Gambar 14. Penggunaan ring clamp (dikutip dari kepustakaan 7)
Sebuah forsep diseksi kemudian dibuka dan digunakan untuk menjepit
vas deferens dengan sudut 45o, dan kedalaman sebesar 3-4 mm, lalu
tarik sampai vas deferens terlihat.3,7
Gambar 15. Penggunaan forsep diseksi (dikutip dari kepustakaan
7)
Setelah vas deferens terlihat, lepaskan ring clamp, tarik vas
deferens dengan lembut menggunakan forsep diseksi.3,7
Gambar 16. Setelah vas deferens tampak (dikutip dari kepustakaan
6) Gunakan ring clamp untuk menjepit vas deferens searah vertikal,
gunakan sebuah aplikator tumpul untuk menarik vas deferens dan
memisahkannya dari fascia yang mengelilinginya.3,7
Gambar 17.Fascia dibebaskan dengan menggunakan aplikator
tumpul(dikutip dari kepustakaan 7) Kemudian vas deferens diligasi
dengan menggunakan teknik kauterisasi.3,7
Gambar 18. Teknik kauterisasi pada ligasi vas deferens (dikutip
dari kepustakaan 7)Seseorang yang telah mengalami vasektomi baru
dapat dikatakan betul-betul steril jika dia telah mengalami 8
sampai 12 ejakulasi setelah vasektomi. Oleh karena itu sebelum hal
tersebut di atas tercapai, yang bersangkutan dianjurkan memakai
alat kontrasepsi lain saat koitus.3,7G. Komplikasi1. Komplikasi
jangka pendekLuka memar pada skrotum terjadi pada hampir semua
kasus, sedangkan hematoma (1-2%) dan infeksi (