Eka Djunarsjah, 2004 Bagian IX NAVIGASI LAUT GD-3121 Hidrografi I
Eka Djunarsjah, 2004
Bagian IX
NAVIGASI LAUT
GD-3121 Hidrografi I
Navigasi
• Definisi Etimologi• Definisi Fungsional• Definisi Kategori• Parameter Navigasi
Kinematika Wahana Apung
• Alur Informasi• Proses Navigasi• Sistem Koordinat
Fenomena Pengamatan untuk Penentuan Posisi
Kriteria Kinerja Sistem Penentuan Posisi
• Ketelitian dan Keandalan• Ukuran Lebih• Daerah Kepercayaan dan Ketelitian Pengukuran• Konsep Dilution of Precision (DOP)• Kriteria Kinerja lainnya
Persyaratan Ketelitian
• Persyaratan untuk Keselamatan Pelayaran• Standar Ketelitian IHO • Ketelitian yang dapat dicapai
Aplikasi Penentuan Posisi
Navigasi Laut
Eka Djunarsjah, 2004
Definisi NavigasiSecara etimologi (Latin) : "navis" = kapal dan "agere" = mengemudi
Secara fungsional, navigasi berarti :
– Penentuan posisi kapal, berkaitan dengan pergerakan kapal (utama)
– Penyesuaian jalur kapal seperti yang direncanakan, berkaitan dengan kecepatan kapal
– Pedoman pelayaran, berkaitan dengan percepatan kapal
Navigasi berarti juga kinematika dari kapal
Parameter NavigasiSepuluh parameter utama, yaitu : waktu t (1 parameter), posisi r (3 parameter), kecepatan v (3 parameter), dan percepatan a (3 parameter)
Seluruh parameter tersebut digunakan pada kapal selam, sedangkan pada kapal biasa, digunakan 7 parameter (posisi horisontal) dan 4 parameter (posisi vertikal)
Navigasi
Eka Djunarsjah, 2004
Kinematika Wahana Apung (1)
Alur Informasi Kinematik
Integrasi
Diferensiasi
a v r
r v a
Low Pass Filter
High Pass Filter
Kesalahan terakumulasi dengan waktu
Sensitif terhadap noise
Eka Djunarsjah, 2004
Kinematika Wahana Apung (2)
Proses Navigasi
A V X
Penentuan
Posisi
PengontrolanPerubahan
KecepatanPercepatan
Kring Diferensiasi
Positioning
Seamanship
Contoh Proses Navigasi
Homing (bergerak menuju suatu tempat tertentu)
Station Keeping (bergerak menuju suatu daerah tertentu)
Track Following (bergerak mengikuti jalur yangditentukan)
Eka Djunarsjah, 2004
Kinematika Wahana Apung (3)
Sistem Koordinat
Lekat Bumi, Pusat Bumi
Posisi : lintang dan bujur atau bidang peta (x, y)
Kecepatan : utara/selatan atau arah/kecepatan
Lekat Bumi, Relatif ke Target
Jarak/arah dari target
Contoh : radar true motion
Lekat Kapal
Jarak/arah dari kapal
Contoh : radar normal
Eka Djunarsjah, 2004
Proses-Proses Navigasi (1)
Diberikan Posisi Target :
Penentuan Posisi Aktual
Hitungan Posisi Relatif terhadap Target(Jarak dan Arah terhadap Target)
Penentuan Kecepatan Aktual(Arah dan Kecepatan)
Hitungan Percepatan yang Dibutuhkan(Perubahan Arah dan Pengurangan Kecepatan)
Pemakaian Percepatan(Perubahan Arah dan Pengurangan Kecepatan)
HomingDiberikan Posisi Target :
Penentuan Posisi Aktual
Hitungan Jarak terhadap Stasiun
Penentuan Kecepatan Aktual
Hitungan Nilai Perubahan Jarak terhadap Stasiun
Pemakaian Hasil Hitungan
Station Keeping
Eka Djunarsjah, 2004
Proses-Proses Navigasi (2)
Penentuan Posisi Aktual
Hitungan Jarak terhadap Jalur Rencana
Penentuan Kecepatan Aktual
Hitungan Nilai Perubahan Jarak terhadap Jalur Rencana
Perubahan Arah
Track Following
Eka Djunarsjah, 2004
Fenomena Pengamatan
Parameter Teknik Fenomenat waktu harian posisi matahari gerakan diurnal bumi, benda angkasa M
waktu teliti arloji transisi atomikr lintang tinggi polaris benda angkasa (polaris)
bujur meridian benda angkasa, arlojikedalaman tali perum batimetri
echosounder sinyal akustikgaris posisi jarak (radio) sinyal elektromagnetik
selisih jarak (radio) sinyal elektromagnetikjarak (akustik) sinyal akustiksudut (sextant) topografi
v arah kompas magnetik medan magnetikkompas giro medan gaya berat, gerakan diurnal
kecepatan hydrodynamic log gerakan kapalelectromagnetic log sinyal elektromagnetikacoustic log sinyal akustik
a percepatan sistem inersial gerakan kapal/bumi/medan gaya berat
Eka Djunarsjah, 2004
Ketelitian dan Keandalan Penentuan Posisi
Jenis KetelitianPredictability :
– Berkaitan dengan penentuan posisi pada suatu sistem referensi yang terdefinisi dengan baikRepeatability :
– Berkaitan dengan penentuan kembali lokasi yang sama pada waktu yang berbeda– Variasi spasial dalam predictability diabaikan dengan repeatability– Variasi sesaat membutuhkan penetapan waktu (contoh : dua tahun atau lebih), agar
repeatability menjadi benarRelatif :
– Berkaitan dengan penentuan posisi yang dilakukan oleh pengamat lain– Ketelitian penentuan posisi berdasarkan posisi sebelumnya pada kapal yang sama
Resolusi :– Batas maksimal ketelitian sistem pengukuran (hanya satu faktor yang terkait dengan
ketelitian di atas)
KeandalanTingkat kepercayaan terhadap kinerja yang diinginkan (contoh : ketelitian)
Eka Djunarsjah, 2004
Ukuran Lebih
Ukuran lebih diperlukan agar memungkinkan dilakukannya pengawasan (ketelitian sesuai seperti yang diharapkan)
Untuk penentuan posisi secara statik, ukuran lebih dapat dicapai dengan dua cara :
– Penambahan waktu (pengukuran kembali jarak Siu
dan Sju)
– Penambahan ruang (pengukuran tambahan jarak Sku
)
i, j, k : titik-titik kontrol (stasiun) pantai
u : kapal
Untuk penentuan posisi secara kinematik, ukuran lebih dengan cara penambahan ruang :
– Penambahan stasiun pantai (biaya menjadi mahal)
– Tidak umum dipakai untuk survei hidrografi (alternatifnya adalah melakukan pra-
analisis, kalibrasi berulang, dan pengontrolan posisi secara teratur)
Sku
Sju
Siu
i
u j
k
Eka Djunarsjah, 2004
Daerah Kepercayaan untuk Navigasi
Matriks Kovariansi– Matriks kovariansi titik fiks navigasi (bersama-sama dengan faktor variansi) secara lengkap
memberi ciri kepada gambaran statistik ketelitian navigasi pada tingkat kepercayaan tertentu
Faktor Perbesaran– Umumnya diinginkan ketelitian parameter pada tingkat kepercayaan 95 %– Matriks kovariansi diskalakan dengan faktor perbesaran berdasarkan asumsi kesalahan acak
menyebar normal– Faktor perbesaran berdasarkan distribusi chi-square :
Daerah Kepercayaan 1 Dimensi 2 Dimensi 3 Dimensi20 % 0,24 0,67 1,0039 % 0,52 1,00 1,3650 % 0,69 1,19 1,5568 % 1,00 1,51 1,8790 % 1,63 2,15 2,4995 % 1,94 2,45 2,7999 % 2,57 3,05 3,38
Catatan : Jika tidak ada ukuran lebih, faktor variansi apriori harus digunakan, dan yang memberi ciri kepada kinerja sistem dianggap memadai (suatu asumsi yang sangat beresiko tinggi)
Eka Djunarsjah, 2004
Kriteria Kinerja Lainnya untuk Sistem Navigasi
CakupanDaerah (2 D atau 3 D) di sekeliling sistem yang memberikan ketelitian tertentu (tergantung pada geometri,kekuatan sinyal, kepekaan penerima,gangguan atmosfir, dan lain-lain)
KetersediaanPersentase waktu pelayanan sistemyang dapat dipakai (tergantung pada kemampuan pemancar, faktor lingkungan, dan lain-lain)
Interval FiksFrekuensi penentuan fiks yang dapat disediakan oleh sistem (contoh :sekali sehari atau beberapa kali perdetik)
Dimensi FiksApakah sistem berkemampuan melakukan penentuan posisi 2 Datau 3 D ?
KapasitasApakah ada batas jumlah pemakai sistem ?
AmbiguitasApakah sistem mempunyai ambiguitas geometris atau lane ?Dapatkah dipecahkan ?
BiayaUntuk penetapan dan pemeliharaan bagi pemakai sistem
Eka Djunarsjah, 2004
Persyaratan Ketelitian Minimum
KriteriaKeselamatan pelayaranEfisiensi dari segi ekonomi
ZonaOcean, wilayah di luar landas kontinen (> 100 km dari daratan), tidak ada kedalamanyang membahayakan pelayaranCoastal, wilayah pada landas kontinen (< 100 km dari daratan), dengan jalur pengaman paling tidak selebar 2 kmPelabuhan, jalur pengaman 100 m atau lebih kecilPerairan pedalaman, berupa terusan, sungai, danau
Keselamatan PelayaranOcean : 4 - 8 kmCoastal : 500 mPelabuhan : 10 - 20 m
Pencarian Sumber Daya AlamOcean : 10 - 100 mCoastal : 1 - 100 mPelabuhan : 1 - 5 m
[Federal Radionavigation Plan, U.S. DoD&T]
Eka Djunarsjah, 2004
• Dalam standar ketelitain yang baru (1998), pengumpulan datadiarahkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan pengguna (tidak hanya untuk keperluan navigasi) :
manajemen kawasan pesisirpengawasan lingkunganpenetapan batas laut nasional (implementasi UU RI No. 22/1999) dan internasional (implementasi UNCLOS 1982)pemodelan laut dan meteorologiberbagai proyek kerekayasaan termasuk untuk penggalian sumber daya kelautan
• Dipacu oleh kemajuan teknologi satelit, echosounder multibeam atau swath sonar, serta teknologi komputer untuk perkapalan
SP – 44 IHO Edisi ke-4 Tahun 1998
Eka Djunarsjah, 2004
Klasifikasi Survei
• Didasarkan berbagai persyaratan ketelitian untuk daerah yangdisurvei :
Orde Spesial : Pelabuhan, tempat berlabuh, dan terusan kritis dengan hambatan sarat kapal minimumOrde 1 : Pelabuhan, pelabuhan mendekati terusan, jalur anjuran, dan daerah perairan dengan kedalaman hingga 100 mOrde 2 : Daerah yang tidak tercakup dalam Orde Spesial dan1, atau daerah dengan kedalaman hingga 200 mOrde 3 : Daerah lepas pantai yang tidak tercakup dalam Orde Spesial, 1, dan 2
• Menggantikan pendekatan berdasarkan skala
Eka Djunarsjah, 2004
Standar Ketelitian Penentuan Posisi (1)
• Posisi Titik Kontrol
Primer : Ketelitian relatif 1 : 100.000 (survei teristris) dan 10sentimeter (tingkat kepercayaan 95 %) jika menggunakan GPSatau GLONASSSekunder : Ketelitian relatif 1 : 10.000 (survei teristris) dan 50sentimeter jika menggunakan GPS atau GLONASS
• Posisi Kedalaman
Orde Spesial : 2 mOrde 1 : 5 m + 5 % kedalaman Orde 2 : 20 m + 5 % kedalaman Orde 3 : 150 m + 5 % kedalaman
Eka Djunarsjah, 2004
Standar Ketelitian Penentuan Posisi (2)
• Posisi Alat Bantu Navigasi dan Fitur Penting Lainnya :
Survei Orde
Spesial
Survei Orde 1
Survei Orde 2dan 3
Alat bantu navigasi tetap dan fitur penting bagi navigasi
2 m 2 m 5 m
Garis pantai alami 10 m 20 m 20 m
Posisi alat bantu navigasi apung
10 m 10 m 20 m
Fitur Topografis 10 m 20 m 20 m
Eka Djunarsjah, 2004
Standar Ketelitian Kedalaman (1)
• Penggunaan konsep atau hal baru yang terdiri dari :
peningkatan tingkat kepercayaan dari 90 % menjadi 95 % agar dapat digunakan dalam survei yang lebih luas standar ketelitian kedalaman terbagi menjadi kesalahan yangbersifat tetap dan kesalahan yang bergantung pada kedalaman untuk masing-masing orde survei kesalahan-kesalahan pengamatan pasut, penentuan datum,dan transfer datum kedalaman telah termasuk dalam penentuan ketelitian kedalaman secara keseluruhan
• Batas-batas kesalahan untuk ketelitian kedalaman dihitung menggunakan persamaan : 2
d x b 2a
+±
Eka Djunarsjah, 2004
Standar Ketelitian Kedalaman (2)
• Nilai a dan b untuk masing-masing orde survei ditentukan berdasarkan :
Orde Spesial : a = 0,25 m b = 0,0075Orde 1 : a = 0,5 m b = 0,013Orde 2 : a = 1,0 m b = 0,023Orde 3 : a = 1,0 m b = 0,023
• Nilai “a” menyatakan kesalahan kedalaman independen (jumlah kesalahan yang bersifat tetap), “b” merupakan faktor kesalahan kedalaman yang dependen, “d” adalah kedalaman, dan “b x d”adalah kesalahan kedalaman yang dependen (jumlah semua kesalahan kedalaman yang dependen)
Eka Djunarsjah, 2004
Standar Kerapatan Data dan Deteksi Objek Bawah Laut
Orde Spesial 1 2 3
Cakupan Dasar Laut
100 %Wajib Diperlukan
pada daerah tertentu
Mungkin diperlukan
Tidak digunakan
Kemampuan Deteksi Sistem
Cubic features> 1 m
Cubic features> 2 m pada kedalaman
hingga 40 m ; 10 % dari
kedalaman jika lebih dari 40 m
Samadengan Orde 1
Tidak digunakan
Lebar Lajur Maksimum Tidak
digunakan
3 xkedalamanrata-rata
atau 25 m
3-4 xkedalamanrata-rata
atau 200 m
4 xkedalamanrata-rata
KetelitianModel
BatimetrikTidak
digunakana = 1,0 mb = 0,026
a = 2,0 mb = 0,05 m
a = 5,0 mb = 0,05 m
Eka Djunarsjah, 2004
Hal Lain yang Penting (1)
• Kesalahan pengukuran total muka laut tidak boleh melebihi +/- 5sentimeter (tingkat kepercayaan 95 %) untuk Orde Spesial dan +/-10 sentimeter untuk orde survei lainnya. Kesalahan pengukuran tinggi pasut ditambah dengan kesalahan yang terjadi pada proses penentuan datum kedalaman dan proses transfer datum dari stasiun pengamatan pasut ke daerah survei, harus dikombinasikan dengan kesalahan pengukuran kedalaman untuk penentuan ketelitian titik-titik kedalaman
• Pengambilan sampel bawah laut dimaksudkan untuk menentukan kondisi dasar laut (dapat juga disimpulkan dari berbagai sensor,seperti echosounder, side scan sonar, atau sub-bottom profiler) yang diperlukan untuk penentuan lokasi penjangkaran kapal,dengan jarak antar sampel 10 kali dari lebar jalur survei
Eka Djunarsjah, 2004
Hal Lain yang Penting (2)
• Pengamatan arus laut dilakukan pada daerah sekitar pelabuhan dan terusan, terutama jika kecepatan arus melebihi 0,5 knot dan sebaiknya dilakukan sepanjang mereka dapat membawa pengaruh terhadap navigasi permukaan dengan lama pengamatan tidak kurang dari 15 hari (dapat mencapai 29 hari), dengan interval minimal satu jam
• Diperlukan dokumen untuk memfasilitasi penggunaan data survei untuk berbagai keperluan pengguna, di antaranya informasi yangberkaitan dengan kualitas data (metadata), tidak hanya berkaitan dengan kapal survei, daerah, tanggal dan peralatan yangdigunakan, tetapi juga tentang prosedur kalibrasi, penentuan kecepatan gelombang akustik, dan metode reduksi pasut, serta estimasi ketelitian data dan tingkat kepercayaan
Eka Djunarsjah, 2004
Ketelitian yang dapat Dicapai
Zona Jarak terhadap Pantai Kedalaman yang mewakiliPedalaman 0 - 30 km 40 mPantai 30 - 150 km 100 mLepas Pantai 150 - 1000 km 200 mLaut Dalam > 1000 km …
Pemilihan kedalaman yang mewakili telah mempertimbangkan persyaratan dan ketelitian beberapa sistem navigasi, sedangkan hubungan antara jarak dan kedalaman sewaktu-waktu dapat berubah
Zona PantaiTermasuk landas kontinen dan batas daerah yang melewati zona line-of-sightSering menggunakan sistem radio dan navigasi gelombang panjang yang memiliki ketelitian rendahJarak peralatan line-of-sight dapat diperpanjang ke dalam zona ini dengan teknik-teknik khusus
Zona Line-of-SightArea landas kontinen, dari pantai hingga ke batas pancaran sinyal radio atau optis (langsung, tidak terhalang), yang penentuan posisinya menggunakan gelombang mikro atau optisKetelitian orde dua atau satu dapat dicapai dalam penentuan posisi wahana fiks atau apungPeralatan seperti EDM dan Teodolit dapat juga digunakan untuk penentuan posisi kapal dan menara bor
Eka Djunarsjah, 2004
Aplikasi Penentuan Posisi
Transportasi LautKeamanan pelayaran - menghindari bahaya
Pelayaran yang efisien - konsumsi waktu dan bahan bakar minimum
Sumber Daya MineralPeninjauan - magnetik, gaya berat,seismik, batimetri
Survei detail - seismik 3D, sub-bottom profiler, side scanEksplorasi dan produksi - survei hukum,wahana, pengeboran, pengerukan
Transportasi - jalur pipa, terminal
PerikananPenangkapan ikan dasar laut - bangkai kapal dan betingPenangkapan ikan pertengahan air -kawanan ikan
Manajemen Kawasan PesisirPemetaan batimetrik - penentuan anomali kedalaman, penggambaran topografi dasar lautPenetapan batas lautStudi oseanografik - sirkulasi,gelombang, pasut, penyebaran panas,garam, oksigen, polutan, nutrienStudi geodinamik - gerakan lokal dan gerakan lempeng
Eka Djunarsjah, 2004