Top Banner

of 13

Naskah Publikasi Indonesia

Oct 18, 2015

Download

Documents

Auli Rahmi

Naskah thesis
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 5/28/2018 Naskah Publikasi Indonesia

    1/13

    ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN OPTIMAL BERDASARKAN

    ASPEK BIOFISIK DAN KEBUTUHAN MINIMAL LAHAN PERTANIAN

    UNTUK PENGENDALIAN EROSI DI DAS SERANG

    NASKAH PUBLIKASI

    Diajukan oleh :

    Heru Budi Santoso

    10/309079/PKT/00960

    PROGRAM STUDI ILMU KEHUTANAN

    PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS KEHUTANAN

    UNIVERSITAS GADJAH MADA

    YOGYAKARTA

    2012

  • 5/28/2018 Naskah Publikasi Indonesia

    2/13

  • 5/28/2018 Naskah Publikasi Indonesia

    3/13

    ii

    ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN OPTIMAL BERDASARKAN

    ASPEK BIOFISIK DAN KEBUTUHAN MINIMAL LAHAN PERTANIAN

    UNTUK PENGENDALIAN EROSI DI DAS SERANG

    Heru Budi Santoso1)

    Senawi2)

    Ris Hadi Purwanto2)

    INTISARI

    Sasaran kunci pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah peningkatan

    produktivitas lahan serta perbaikan kesejahteraan masyarakat. Realita yang ada, jumlah DASkritis dari tahun ke tahun semakin meningkat dan kesejahteraan masyarakat di sekitar DAS

    juga masih rendah. Berdasarkan aspek biofisik dan sosial ekonomi, DAS Serang termasuk

    dalam DAS prioritas I. Erosi tanah merupakan salah satu penyebab terjadinya lahan kritis dan

    penurunan produktivitas lahan di daerah hulu. Tingginya kebutuhan lahan pertanian serta

    penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya semakin mempercepat terjadinya

    erosi. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui besarnya erosi di DAS Serang, (2)merumuskan alokasi penggunaan lahan optimal untuk pengendalian erosi dengan

    mempertimbangkan kebutuhan masyarakat akan lahan pertanian serta kemampuan lahannya

    Arahan penggunaan lahan optimal dalam penelitian ini didasarkan pada kemampuan

    lahan serta kebutuhan minimal lahan pertanian yang ditujukan untuk mengendalikan erosi.

    Klasifikasi kemampuan lahan didasarkan pada faktor penghambat, kebutuhan minimal lahan

    pertanian diperoleh dari analisis usaha tani, serta pendugaan erosi dengan menggunakan

    USLE. Penentuan alokasi optimal dilakukan dengan menggunakan metode linear

    programming.Hasil penelitian menujukkan bahwa erosi aktual total di DAS Serang sebesar

    407.427,78 ton/th, sedangkan erosi yang diperbolehkan total adalah 362.573,31 ton/th.Berdasarkan hasil analisis penggunaan lahan optimal diperoleh kombinasi alokasi

    penggunaan lahan yaitu sawah irigasi 4.095,34 ha, sawah tadah hujan 522,66 ha, pemukiman1.878,28 ha, tegalan 3.956 ha, kebun campur 9.535,73 ha, hutan 1.187,1 ha serta tubuh air

    555,77 ha. Erosi hasil dari arahan penggunaan lahan optimal sebesar 316.571,3 ton/th atauberkurang 90.856,48 ton/th (22,3%).

    Kata kunci : DAS Serang, erosi, kemampuan lahan, kebutuhan minimal lahan pertanian,

    linear programming, penggunaan lahan optimal.

    1)

    Mahasiswa Pasca Sarjana Fakultas Kehutanan UGM2) Staf Pengajar Program Pasca Sarjana Fakultas Kehutanan UGM

  • 5/28/2018 Naskah Publikasi Indonesia

    4/13

    1

    1. Pendahuluan

    Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan upaya manusia dalam

    mengendalikan hubungan timbal balik antara sumber daya alam dengan manusia di dalam

    DAS dan segala aktifitasnya, dengan tujuan membina kelestarian dan keserasian ekosistem

    serta meningkatkan kemanfaatan sumber daya alam bagi manusia secara berkelanjutan. Salah

    satu sasaran pengelolaan DAS menurut SK Menhut No. 52 tahun 2001 adalah meningkatkanproduktivitas lahan yang diikuti oleh perbaikan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan

    Kerangka Kerja Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Tahun 2008, Jumlah DAS Prioritas I(kritis) terus bertambah sejak 30 tahun yang lalu dari 22 DAS tahun 1970 menjadi 36 DAS

    tahun 1980-an dan sejak tahun 1999 menjadi 60 DAS. Peningkatan jumlah DAS Prioritas Itersebut menunjukkan bahwa pengelolaan DAS selama ini belum tepat sasaran.

    Salah satu parameter penentu kekritisan lahan menurut SK Dirjen RRL No.041/Kpts/V/1998 adalah tingkat bahaya erosi. Erosi merupakan salah satu proses terjadinya

    degradasi lahan, hal ini disebabkan oleh penggunaan lahan di atas daya dukungnya tanpa

    diimbangi dengan upaya konservasi dan perbaikan kondisi lahan. Erosi dapat diminimalisir

    melalui pola penggunaan lahan yang optimal dengan mempertimbangkan kondisi fisik serta

    kemampuan lahannya.

    Berdasarkan SK.Menhut No.346/Menhut-V/2005, DAS Serang merupakan salah satudaerah aliran sungai yang termasuk ke dalam prioritas I, sehingga memerlukan penanganan

    dan pencegahan kerusakan yang cepat dan serius. Menurut data statistik Balai Pengelolaan

    Daerah Aliran Sungai Serayu Opak Progo Tahun 2009, luas lahan kritis di DAS Serang

    seluas 2.030,98 ha (7,9%), agak kritis 6.450,51 ha (25,24%) dan 12.411,77 ha (48,57%)

    potensial kritis. Sartohadi dan Wirastuti (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa

    penggunaan lahan di DAS Serang sebagian telah melampaui daya dukung lingkungannya.

    Tingginya kebutuhan masyarakat akan lahan mengakibatkan munculnya penggunaan lahan

    yang beragam tanpa memperhitungkan kemampuan lahan serta dampak yang akanditimbulkan. Oleh karena itu, untuk mencegah semakin banyaknya lahan kritis di DAS

    Serang maka diperlukan alokasi penggunaan lahan yang optimal untuk mengendalikan erosiyang terjadi dengan mengakomodir kebutuhan masyarakat akan lahan pertanian serta tetap

    mempertimbangkan faktor fisik atau kemampuan lahan sebagai kendala atau batasannya.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya erosi di DAS Serang, serta

    merumuskan alokasi penggunaan lahan optimal untuk pengendalian erosi denganmempertimbangkan kebutuhan masyarakat akan lahan pertanian serta kemampuan lahannya.

    2. Metode Penelitian

    2.1 Lokasi PenelitianLokasi penelitian berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Serang, yang secara

    administratif berada di Kabupaten Kulonprogo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. DAS

    Serang memiliki luas 21.730,87 ha yang terbagi dalam 6 Sub DAS yaitu Sub DAS Nagung,

    Sub DAS Ngrancah, Sub DAS Serang Hilir, Serang Sekiyep, Sub DAS Sidatan dan Sub DASSumitro. DAS Serang termasuk dalam Satuan Wilayah Pengelolaan (SWP) DAS Opak

    Progo.

    2.2 Kelas Kemampuan Lahan

    Kelas kemampuan lahan didekati dengan menggunakan sistem klasifikasi menurutHockensmith dan Steele (1943) yang dijelaskan dalam Arsyad (2006). Klasifikasi tersebut

    menggunakan metode faktor penghambat yaitu setiap kualitas lahan atau sifat-sifat lahandiurutkan dari yang paling kecil hambatannya sampai yang terbesar. Dalam penelitian ini

  • 5/28/2018 Naskah Publikasi Indonesia

    5/13

    2

    klasifikasi kemampuan lahan dilakukan dengan bantuan software LCLP (Land Clasification

    and Landuse Planning). Kriteria klasifikasi kemampuan lahan berdasarkan faktor

    penghambat dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1. Kriteria Klasifikasi Kemampuan Lahan

    Faktor Penghambat/

    Pembatas

    Kelas Kemampuan Lahan

    I II III IV V VI VII VIII1 Lereng permukaan A A B C A D E E

    2 Kepekaan erosi KE1,KE2 KE3 KE4,KE5 KE6 (1) (1) (1) (1)

    3 Tingkat erosi e0 e1 e2 e3 (2) e4 e5 (1)

    4 Kedalaman tanah k 0 k1 k2 K3 (1) (1) (1) (1)

    5 Tekstur lapisan atas t1,t2,t3 t1,t2,t3 t1,t2,t3,t4 t1,t2, t3,t4 (1) t1,t2,t3,t4 t1,t2,t3,t4 t36 Tekstur lapisan bawah sda Sda sda sda (1) sda Sda sda

    7 Permeabilitas P2P3 P2P3 P2P3 P2P3 P1 (1) (1) P58 Drainase d 1 d2 d3 d4 d5 (2) (2) d 09 Kerikil/batuan b0 b0 b1 b2 b3 (1) (1) b410 Ancaman banjir O0 O1 O2 O3 O4 (2) (2) (1)

    2.3 Erosi

    Dalam penelitian ini, besar erosi yang dihitung adalah erosi aktual dan erosi yangdiperbolehkan. Metode pendugaan erosi aktual dilakukan dengan menggunakan formula

    USLE (Universal Soil Loss Equation). Metode ini dipilih karena ketersediaan data sertakemudahan dan kesederhaan dalam aplikasi permodelannya. Persamaan USLE sebagai

    berikut:

    A = R x K x LS x C x P

    Dimana A adalah banyaknya tanah tererosi (ton/ha/tahun), R adalah faktor erosivitas hujan danaliran permukaan (MJ/ha mm h), Kadalah faktor erodibilitas tanah (ton/MJ h mm),LS adalah indeks

    lereng, Cadalah Faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman dan Padalah faktor tindakan

    konservasi tanah.

    Penentuan batas maksimal erosi yang diperbolehkan (T) ditentukan dengan

    mempertimbangkan kedalaman tanah, permeabilitas dan berat volume (BV), denganmengacu pada Arsyad (2006). Erosi yang diperbolehkan dihitung dengan menggunakan

    persamaan berikut ini :

    Edp (ton/ha/th) = T (mm/th) x Berat volume tanah (g cm-3) x 10

    2.4 Luas Kebutuhan Minimal Lahan Pertanian

    Kebutuhan lahan didekati dari luas lahan minimal untuk hidup layak/wajar (Z) dengan

    mengacu pada Soemarwoto (2009). Data diperoleh melalui wawancara dan analisis usaha tani

    (Soekartawi, 2002). Luas lahan minimal untuk lahan pertanian (ha/keluarga), didekati daripersamaan berikut ini :

    Z= Pendapatan yang harus dicukupi dari lahan pertanian untuk hidup wajar (Rp/th/keluarga )Nilai bersih yang diperoleh tiap lahan pertanian (Rp/th/ ha)

    Ketergantungan penduduk terhadap lahan pertanian diketahui dengan merujuk pada

    Peraturan Dirjen RLPS No. P.04/V-SET/2009.

  • 5/28/2018 Naskah Publikasi Indonesia

    6/13

    3

    2.5 Optimalisasi Penggunaan Lahan dengan

    Optimalisasi dilakukan dengan menggunakan linear programming yang bertujuan

    untuk meminimalisir erosi dengan mempertimbangkan potensi kelas kemampuan lahan serta

    luas lahan pertanian yang dibutuhkan untuk dapat hidup layak. Pengolahan data dibantu

    dengan menggunakan program Quantitative System for Business(QSB) + for windows.

    3. Hasil dan Pembahasan

    3.1 Pemetaan Satuan Lahan

    Satuan lahan dibuat dengan cara menumpang-susunkan peta jenis tanah, penggunaan

    lahan serta kemiringan lahan dengan menggunakan program ArcGis 9.2. Hasil dari proses

    tersebut diperoleh 67 satuan lahan yang digunakan sebagai dasar dalam penentuan kelas

    kemampuan lahan.

    3.2 Klasifikasi Kemampuan Lahan

    Dalam klasifikasi kemampuan lahan dengan metode faktor penghambat, semua faktordiurutkan mulai dari yang hambatannya paling ringan sampai yang paling berat. Berdasarkan

    hasil analisis kemampuan lahan dengan menggunakan softwareLCLP seperti yang ada padatabel 2, didapatkan bahwa luas kemampuan terbesar adalah kelas III sebesar 7.382,17 ha

    (33,97%) sedangkan terkecil adalah kelas kemampuan lahan VIII sebesar 461,06 ha (2,12%).

    Tabel 2. Kelas Kemampuan Lahan di DAS SerangKemampuan Lahan Luas

    ha %

    II 2.926,52 13,47

    III 7.382,17 33,97

    IV 4.488,18 20,65

    VI 3.617,54 16,65

    VII 2.299,65 10,58

    VIII 461,06 2,12

    Tubuh air 555,77 2,56

    21.730,87 100,00

    Berdasarkan analisis peta kemampuan lahan dengan peta penggunaan lahan aktual,

    tegalan merupakan jenis penggunaan lahan yang memiliki tingkat ketidaksesuaian palingbesar dibandingkan dengan jenis penggunaan lahan yang lain. Tegalan dikelompokkan ke

    dalam perkebunan terbatas yang memiliki kesesuaian pada kelas kemampuan lahan I IV.

    Dalam klasifikasi kemampuan lahan, kelas kemampuan I-IV termasuk dalam kategori lahan

    yang dapat digarap untuk kegiatan pertanian, sedangkan kelas kemampuan V-VIII

    merupakan lahan yang tidak sesuai digarap untuk tanaman pertanian. Hal ini disebabkan

    karena besarnya hambatan yang ada pada kelas-kelas tersebut. Khusus untuk kelas

    kemampuan VIII direkomendasikan hanya untuk hutan lindung atau dibiarkan secara alami.

    Tabel 3. Kesesuaian Penggunaan Lahan Aktual dengan Kelas Kemampuan LahanNo Penggunaan Lahan Luas (ha)

    Potensi KL Sesuai Tidak sesuai Jumlah

    1 Sawah irigasi I - III 1.714,24 - 1.714,24

    2 Sawah tadah hujan I - III 126,49 22,62 149,11

    3 Pemukiman I - IV 1.536,43 341,85 1.878,28

    4 Tegalan I - IV 3.778,15 2.068,92 5.847,07

    5 Kebun Campur I - VIII 10.399,30 - 10.399,30

    6 Hutan I - VIII 1.187,10 - 1.187,10

    7 Tubuh air 555,77 - 555,77

    Jumlah 19.297,47 2.433,40 21.730,87

  • 5/28/2018 Naskah Publikasi Indonesia

    7/13

    4

    3.3 Erosi

    3.3.1 Erosi aktual

    Hasil penghitungan prediksi erosi dengan menggunakan persamaan USLE,

    didapatkan bahwa rata-rata erosi di DAS Serang adalah 19,24 ton/ha/th. Nilai erosi terendah

    umumnya terjadi pada lahan kebun campur serta sawah irigasi. Pada lahan kebun campur,

    bentuk pengelolaan tanaman dengan kondisi mirip hutan alam serta timbunan seresah yang

    banyak memberikan pengaruh terhadap kecilnya erosi pada penggunaan lahan tersebut,sedangkan untuk sawah irigasi faktor tindakan konservasi fisik mekanik berupa pembuatan

    teras bangku dengan kondisi baik serta lokasi pemanfaatan yang umumnya di lahan datarsampai berombak menjadi salah satu faktor kecilnya prediksi erosi yang terjadi. Secara

    keseluruhan, rata-rata erosi tertinggi pada tiap penggunaan lahan di DAS Serang sebesar53,37 ton/ha/th yaitu pada lahan tegalan, sedangkan yang terendah adalah pada penggunaan

    lahan kebun campur sebesar 1,47 ton/ha/th. Besarnya erosi pada tiap-tiap penggunaan dapatdilihat pada tabel 4.

    Tabel 4. Rata-rata Erosi Aktual pada Tiap Penggunaan LahanNo Jenis Penggunaan Lahan Erosi rata-rata (ton/ha/th)

    1 Kebun campur 1,47

    2 Sawah irigasi 1,68

    3 Hutan 17,544 Sawah tadah hujan 20,42

    5 Pemukiman 28,39

    6 Tegalan 53,37

    7 Tubuh air -

    Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4 tentang erosi aktual pada tiap satuan lahan diDAS Serang, prediksi erosi aktual total yang terjadi di DAS Serang sebesar 407.427,78

    ton/th, dengan sumbangan terbesar berasal dari penggunaan lahan tegalan yaitu 312.038,78ton/th atau 77% dari erosi total. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, hal ini disebabkan oleh

    penggunaan lahan tegalan yang kurang tepat, yaitu sebagian besar lokasinya berada pada

    kemiringan >25% atau kelas kemiringan IV. Menurut Arsyad (2006), penggunaan lahan

    pertanian (tanaman semusim) sebaiknya dilakukan pada kemiringan

  • 5/28/2018 Naskah Publikasi Indonesia

    8/13

    5

    lebih besar dari yang ditoleransi yaitu sebesar 44.854,47 ton/th atau 12% dari total erosi yang

    diperbolehkan.

    3.4 Ketergantungan Penduduk terhadap Lahan Pertanian

    Ketergantungan penduduk terhadap lahan pertanian didasarkan pada hasil wawancara

    yang dilakukan terhadap petani di Desa Tawangsari dan Sidomulyo. Dari data wawancara

    diketahui bahwa rata-rata pendapatan di luar usaha tani per bulan pada Desa Tawangsari danSidomulyo adalah Rp, 256.250. Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa tingkat hidup yang

    dianggap wajar adalah setara dengan 500 kg beras/orang/tahun, nilai ini juga mengacu padaSoemarwoto (2009) tentang penghitungan nilai Z. Jumlah anggota keluarga dalam satu rumah

    tangga diasumsikan berjumlah empat orang (data BPS 2009), dengan harga beras IR 64Rp.6.300/kg. Berdasakan asumsi di atas, maka kebutuhan keluarga untuk dapat hidup wajar

    selama satu tahun adalah Rp.12.600.000 atau Rp.1.050.00 per bulan.Dari data tersebut didapatkan bahwa pendapatan yang harus dicukupi dari usaha tani

    selama sebulan untuk hidup wajar adalah Rp.1.050.000 Rp.256.250 = Rp.793.750. Jadi

    ketergantungan rumah tangga terhadap lahan pertanian di DAS Serang berdasarkan proporsi

    pendapatan dari usaha tani adalah Rp.793.750/Rp.1.050.000 atau 76%, artinya proporsi

    ketergantungan masyarakat terhadap hasil dari lahan pertanian untuk dapat mencapai taraf

    hidup wajar masih cukup tinggi.

    3.5 Luas Minimal untuk Lahan Pertanian

    Dalam penelitian ini, standar hidup yang dianggap wajar/layak untuk satu

    keluarga/rumah tangga selama setahun adalah Rp.1.050.000 x 12 bulan =

    Rp.12.600.000/th/rumah tangga, sedangkan pendapatan yang diperoleh dari luar pertanian

    selama setahun sebesar Rp.256.250 x 12 bulan = Rp.3.075.000/th/rumah tangga. Jadi

    pendapatan yang perlu dicukupi dari lahan pertanian untuk dapat hidup wajar/layak dalam

    satu keluarga/rumah tangga adalah Rp. 12.600.000-Rp.3.075.000 = Rp.9.525.000/th/rumahtangga

    3.5.1 Sawah irigasiPenggunaan lahan berupa sawah irigasi di DAS Serang berdasarkan peta penggunaan

    lahan tahun 2010 seluas 1.714,24 ha. Berdasarkan analisis peta kemampuan lahan, sawahirigasi semuanya berada pada kemampuan lahan kelas III dengan hambatan yang bervariasi,

    mulai dari drainase, kepekaan erosi, kedalaman tanah, serta kelerengan.Berdasarkan hasil analisis data usaha tani, diperoleh rata-rata pendapatan bersih dari

    sawah irigasi pada kedua desa tersebut sebesar Rp.39.464.970,28/th/ha. Pendapatan bersih

    terbesar diperoleh dari pola penanaman dengan sistem surjan yaitu dengan komposisi

    tanaman padi 60% serta bawang merah-cabai 40%. Luas lahan minimal sawah irigasi yang

    diperlukan untuk dapat hidup wajar/layak adalah Rp.9.525.000/ Rp.39.464.970,28 = 0,241

    ha/rumah tangga.

    3.5.2 Sawah tadah hujanDi DAS Serang sendiri, luas sawah tadah hujan hanya 0,69% (149,11 ha) dari luas

    DAS. Untuk sawah tadah hujan, pola tanam yang dilakukan adalah penanaman padi satu kalikemudian diikuti dengan penanaman palawija seperti jagung. Berdasarkan hasil analisis

    usaha tani, diketahui bahwa rata-rata pendapatan bersih dari sawah tadah hujan adalah

    Rp.21.260.714,29/th/ha, sedangkan pendapatan yang perlu dicukupi dari lahan pertanian

    untuk dapat hidup wajar/layak dalam satu keluarga/rumah tangga adalah

    Rp.9.525.000/th/rumah tangga. Jadi luas lahan minimal sawah tadah hujan yang diperlukanuntuk dapat hidup wajar/layak adalah Rp.9.525.000/ Rp.21.260.714,29 = 0,45 ha/rumah

    tangga.

  • 5/28/2018 Naskah Publikasi Indonesia

    9/13

    6

    3.5.3 Tegalan

    Tegalan merupakan jenis pertanian lahan kering dengan jenis tanaman yang

    dibudidayakan umumnya adalah tanaman hortikultura, palawija, dan tanaman kayu keras.

    Lokasi tegalan umumnya agak jauh dari pemukiman, sehingga pengelolaannya pun tidak

    seintensif pengelolaan di persawahan. Jenis tanaman hortikultura yang dibudidayakan

    diantaranya tanaman buah-buahan seperti alpukat, rambutan, pisang, jeruk, semangka dan

    lain-lain, sedangkan tanaman palawija yang banyak dikembangkan antara lain ketela pohon(ubi kayu) atau jagung, serta jenis tanaman kayu keras yang beragam seperti mahoni, sengon,

    kelapa, jati, akasia dan lain-lain.Berdasarkan hasil analisis usaha tani, diketahui bahwa rata-rata pendapatan bersih

    dari lahan tegalan adalah Rp.12.915.214/th/ha, sedangkan pendapatan yang perlu dicukupidari lahan pertanian untuk dapat hidup wajar/layak dalam satu keluarga/rumah tangga adalah

    Rp.9.525.000/th/rumah tangga. Jadi luas lahan minimal tegalan yang diperlukan untuk dapathidup wajar/layak adalah Rp.9.525.000/ Rp.12.915.214 = 0,74 ha/rumah tangga.

    3.6 Optimalisasi Penggunaan Lahan

    Dalam penelitian ini optimalisasi penggunaan lahan didasarkan pada metode linear

    programming yang merupakan bagian dari teknik riset operasi yaitu salah satu teknik

    permodelan untuk pengambilan keputusan.Variabel yang terlibat dalam penelitian ini didasarkan pada bentuk penggunaan lahan

    yang ada di DAS Serang dengan mengacu pada peta penggunaan lahan tahun 2010, yaitu

    sawah irigasi, sawah tadah hujan, tegalan, pemukiman, kebun campur serta hutan. Tujuan

    yang ingin dicapai adalah mendapatkan kombinasi penggunaan lahan optimal dengan nilai

    erosi lebih kecil dari erosi yang diperbolehkan akan tetapi tetap mengakomodir kebutuhan

    masyarakat akan lahan pertanian. Nilai erosi pada masing-masing penggunaan lahan

    didasarkan pada rata-rata erosi aktual pada tiap penggunaan lahan.

    Berikut ini fungsi yang disusun dalam penelitian ini:a) Fungsi Tujuan

    F(x)=1,68Si+20,42Sth+53,3Tgl+28,39Pm+1,47Kc+17,54Ht

    b) Fungsi Kendala

    1) Erosi yang diperbolehkanF(x)=1,68Si+20,42Sth+53,3Tgl+28,39Pm+1,47Kc+17,54Ht

    2) Luas DAS Serang (tidak termasuk tubuh air)Si+Sth+Tgl+Pm+Kc+Ht=21.175,11 ha

    3) Kemampuan lahan

    o Hutan

    Ht21.175,11 ha

    o Pemukiman

    Pm14.796,87 ha

    o Kebun campur

    Kc21.175,11 ha

    o Tegalan

    Tgl 14.796,87 ha

    o Sawah tadah hujan

    Sth 522,66 ha

    o Sawah irigasi

    Si 8.166,03 ha

    4) Luas kawasan hutanHt1.187,1ha

  • 5/28/2018 Naskah Publikasi Indonesia

    10/13

    7

    5) Luas pemukimanPm1.878,28 ha

    6) Luas kebutuhan lahan pertanian

    Luas kebutuhan lahan minimal untuk dapat hidup layak/wajar (Z) digunakan

    sebagai pendekatan untuk mendapatkan luas kebutuhan lahan pertanian. Nilai Z

    dalam penelitian ini diperoleh dalam satuan luas per rumah tangga, oleh karena

    itu untuk mendapatkan luas kebutuhan lahan pertanian maka dibutuhkan datajumlah rumah tangga pertanian yang ada di DAS Serang

    Tabel 5. Jenis Rumah Tangga Pertanian di Kabupaten Kulon ProgoNo Jenis Rumah Tangga Pertanian Persentase

    1 Rumah tangga padi 21%

    2 Rumah tangga palawija 24%

    3 Rumah tangga hortikultura 18%

    4 Rumah tangga bud. Ikan 1%

    5 Rumah tangga kehutanan 17%

    6 Rumah tangga perkebunan 9%

    7 Rumah tangga peternakan 10%

    Jumlah 100%

    Berdasarkan pengertian tersebut maka jenis penggunaan lahan pertanian yang adadi DAS Serang yaitu sawah irigasi, sawah tadah hujan serta tegalan didekati

    berdasarkan komoditas yang dikembangkan.

    o Sawah

    Kesamaan komoditas antara sawah irigasi dan sawah tadah hujan menjadi

    pertimbangan untuk mendapatkan luas lahan minimal untuk lahan sawah,sehingga rata-rata luas kebutuhan lahan minimal untuk sawah sebesar 0,35 ha

    ((0,241 ha + 0,45 ha)/2).Berdasarkan data tersebut maka luas kebutuhan lahan pertanian untuk

    penggunaan lahan sawah adalah 0,35 ha/rumah tangga x 13.336 rumah tangga =4.618 ha. Jadi kendala untuk kebutuhan lahan sawah adalah ;

    Si +Sth=4.618 ha

    o TegalanDalam penelitian ini jumlah rumah tangga yang melakukan kegiatan di

    lahan tegalan didekati dari jumlah rumah tangga hortikultura. Hal ini didasarkanpada jenis komoditas yang dibudidayakan pada lahan tegalan yang sebagian besar

    ditanami tanaman buah seperti alpukat, kelapa, semangka, kopi, ketela pohon,

    rambutan serta beberapa tanaman yang lain.

    Berdasarkan tabel 5 tentang jenis rumah tangga pertanian di Kabupaten

    Kulon Progo, persentase rumah tangga hortikultura adalah 18% dari total rumah

    tangga pertanian, dari persentase tersebut didapatkan bahwa jumlah rumah tangga

    yang kegiatannya banyak dilakukan pada lahan tegalan adalah 18% x 29.703 =

    5.347 rumah tangga. Luas kebutuhan minimal lahan tegalan hasil dari analisis

    usaha tani adalah 0,74 ha/rumah tangga, sehingga luas kebutuhan lahan pertanianuntuk penggunaan lahan tegalan adalah 0,74 ha/rumah tangga x 5.347 rumah

    tangga = 3.956 ha. Kendala untuk kebutuhan luas lahan tegalan adalah ;

    Tgl=3.956 ha

  • 5/28/2018 Naskah Publikasi Indonesia

    11/13

    8

    3.7 Arahan Penggunaan Lahan Optimal

    Berdasarkan analisis antara penggunaan lahan aktual dengan hasil alokasi penggunaan

    lahan optimal, kombinasi penggunaan lahan optimal hasil dari analisis dengan menggunakan

    linear programming menghasilkan penurunan erosi total sebesar 22,3% atau lebih rendah

    52.924,21 ton/th dari erosi aktual. Matriks sebaran alokasi optimal tiap-tiap penggunaan

    lahan seperti dijelaskan dalam tabel 7.

    Tabel 6. Perbandingan Luas Penggunaan Lahan Aktual dengan OptimalNo Penggunaan Lahan Luas (ha) Selisih (ha) Persen

    Aktual Optimal Aktl-Optml

    1 Sawah irigasi 1.714,24 4.095,34 + 2.381,10 11,0%2 Sawah tadah hujan 149,11 522,66 + 373,55 1,7%3 Pemukiman 1.878,28 1.878,28 0 0

    4 Tegalan 5.847,07 3.956,00 -1.891,07 -8,7%5 Kebun Campur 10.399,30 9.535,73 -863,57 -4,0%6 Hutan 1.187,10 1.187,10 0 07 Tubuh air 555,77 555,77 0 0

    Jumlah 21.730,87 21.730,87Erosi (Ton/th) 407.427,78 316.571,30 90.856,48 - 22,3%

    Tabel 7. Matrik Sebaran Alokasi Penggunaan Lahan Optimal

    NoPenggunaan

    lahan

    Luas

    aktual(ha)

    Luas Alokasi Penggunaan Lahan Optimal (ha) Luas

    (ha)Sawahirigasi

    Sawah

    tadah

    Pemukiman Tegalan Kebuncampur

    Hutan Tubuhair

    1 Sawah irigasi 1.714,24 1.714,24 1.714,24

    2 Sawah tadah 149,11 126,49 22,62 149,11

    3 Pemukiman 1.878,28 1.878,28 1.878,28

    4 Tegalan 5.847,07 396,17 3.404,60 2.068,92 5.869,69

    5 Kebun 10.399,30 2.381,10 551,40 7.444,18 10.376,68

    6 Hutan 1.187,10 1.187,10 1.187,10

    7 Tubuh air 555,77 555,77 555,77

    Luas (ha) 21.730,87 4.095,34 522,66 1.878,28 3.956,00 9.535,72 1.187,10 5 55,77 2 1.730,87

    Hasil alokasi penggunaan lahan optimal untuk luas sawah irigasi menjadi 4.095,34 ha

    atau bertambah sebesar 2.381,1 ha. Sartohadi dan Wirastuti (2007) dalam penelitiannya

    menyebutkan bahwa sebagian besar desa di DAS Serang masih belum dapat mencapai tingkat

    swasembada beras dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan penduduk desanya masing-

    masing. Kondisi tersebut mengharuskan penduduk untuk mengimpor beras dari luar wilayahDAS Serang untuk mencukupi kebutuhan pangan mereka. Pola tanam di sawah irigasi yang

    memberikan keuntungan terbesar adalah dengan system surjan.Satuan lahan yang dialokasikan untuk sawah tadah hujan terdiri dari lima satuan lahan

    yang kesemuanya berada pada kelas kemampuan III, dengan faktor pembatas diantaranyakedalaman tanah, drainase serta lereng permukaan.

    Dalam penelitian ini keberadaan lahan pemukiman sebisa mungkin tetapdipertahankan, karena kehidupan masyarakat yang telah berlangsung turun-temurun tidaklah

    mudah untuk dipindahkan ke tempat yang lain. Tindakan yang perlu dilakukan adalahmencegah terjadinya penambahan lahan pemukiman pada kelas kemampuan lahan VI-VIII

    untuk waktu yang akan dating, sedangkan pemukiman yang berada pada kelas kemampuan

    VI-VIII perlu dilakukan pembuatan teras bangku dalam kondisi baik serta penanaman

    tanaman yang berperakaran dalam untuk mencegah longsor.

    Untuk lahan tegalan yang berada pada kelas kemampuan lahan VI-VIII, solusi yang

    dapat dilakukan adalah mengubah tanaman pertanian menjadi tanaman kayu-kayuan yang

    tetap bisa dimanfaatkan hasil tanpa harus memanen kayunya, seperti alpukat, durian,

    rambutan, dan lain-lain, jikalau tetap dilakukan penebangan maka perlu dikontrol secara

  • 5/28/2018 Naskah Publikasi Indonesia

    12/13

    9

    ketat, dengan jaminan pemanenan yang dilakukan tidak dalam jumlah luas dan bersama-

    sama.

    Hasil analisis penggunaan lahan optimal, luas kebun campur sebesar 9.535,73 ha atau

    44% dari luas total. Luasan tersebut terdiri dari 18 satuan lahan, yang lima diantaranya

    merupakan perubahan dari penggunaan lahan tegalan dan sawah tadah hujan. Pada lahan

    tegalan, perubahan perlu dilakukan karena tidak sesuai dengan kelas kemampuan lahannya

    yaitu pada kelas kemampuan I-IV yang cocok untuk lahan pertanian (dapat digarap).Keberadaan hutan dalam alokasi penggunaan lahan optimal dipertahankan

    keberadaannya, karena status kawasan hutan yang telah ditetapkan melalui perundang-

    undangan sehingga tidak memungkinkan untuk dirubah. Selain itu pertimbangan fungsi

    konservasi dan lindung bagi wilayah sekitarnya menjadi alasan kuat bahwa luas hutan di

    DAS Serang harus dipertahankan.

    Penggunaan Lahan Aktual Penggunaan Lahan Optimal

    3.8 Kesimpulan dan Saran

    3.8.1 Kesimpulan

    1) Rata-rata erosi aktual di DAS Serang adalah 19,24 ton/ha/th dengan erosi totalnya

    sebesar 407.427,78 ton/th, sedangkan rata-rata erosi yang diperbolehkan yaitu 17,12

    ton/ha/th dan erosi yang diperbolehkan total sebesar 362.573,31 ton/th. Ini

    menunjukkan bahwa telah terjadi degradasi lingkungan di DAS Serang yang ditandai

    dengan nilai erosi aktual total yang lebih besar dari erosi total yang diperbolehkan.

    2) Berdasarkan hasil analisis penggunaan lahan optimal diperoleh kombinasi alokasi

    penggunaan lahan yaitu sawah irigasi 4.095,34 ha, sawah tadah hujan 522,66 ha,pemukiman 1.878,28 ha, tegalan 3.956 ha, kebun campur 9.535,73 ha, hutan 1.187,1ha serta tubuh air 555,77 ha. Erosi hasil dari arahan penggunaan lahan optimal sebesar

    316.571,3 ton/th atau berkurang 90.856,48 ton/th (22,3%).

  • 5/28/2018 Naskah Publikasi Indonesia

    13/13

    10

    3.8.2 Saran

    1) Perlu adanya kajian lebih lanjut yang terkait dengan aspek teknis pembuatan saluran

    irigasi pada arahan penggunaan lahan optimal hasil konversi dari kebun campur ke

    sawah irigasi serta aspek sosial budaya terkait dengan perubahan pemanfaatan lahan

    untuk menjadi lahan pertanian, karena dalam penelitian ini kesesuaian serta sebaran

    lokasi penggunaan lahan hanya didasarkan pada kemampuan lahannya saja.

    2) Untuk menerapkan hasil penelitian ini di lapangan secara langsung tidaklah mudah,dibutuhkan keseriusan serta kesamaan pandangan terkait dengan pemanfaatan lahan di

    DAS Serang.

    DAFTAR PUSTAKA

    Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.

    Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kulon Progo. 2010. Kulon Progo dalam Angka

    2010.

    Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Serayu Opak Progo. 2009. Statistik Balai

    Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Serayu Opak Progo Tahun 2009. DepartemenKehutanan Dirjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial.

    Chamheidar, H., Nikkami, D., Mahdian, M.H., Pazira, E., dan Ghafouri, M. 2011. Soil

    Loss Minimization through Land Use Optimization. World Applied Science Journal

    Vol. 12, No.1.

    Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan Departemen Kehutanan. 1998. Surat

    Keputusan Dirjen RRL No. 041/Kpts/V/1998 tentang Parameter Penentu Kekritisan

    Lahan.

    Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. 2009. Peraturan DirjenRLPS No. P.04/V-SET/2009 tentang Pedoman Monitoring dan Evaluasi DAS.

    Menteri Kehutanan. 2005. Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.346/Menhut-V/2005tentang Kriteria Penetapan Urutan Prioritas Daerah Aliran Sungai.

    Sartohadi, J. dan Wirastuti. 2007. Kajian Penataan Lingkungan DAS Serang KabupatenKulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurusan Geografi Lingkungan. Fakultas

    Geografi. Universitas Gadjah Mada. Prosiding Lokakarya Sistem InformasiPengelolaan DAS : Inisiatif Pengembangan Infrastruktur Data. Bogor.

    Soemarwoto, O. 2009.Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah Mada University

    Press. Yogyakarta.