Top Banner
NASKAH PUBLIKASI ANALISIS POSTUR KERJA MENGGUNAKAN METODE RULA DAN PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA FINISHING BATIK (Studi Kasus Pada UKM Pembuatan Batik Printing di Desa Pilang, Masaran, Sragen) Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun Oleh: BUDI TRIYANTO D 600 070 024 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012
22

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS POSTUR KERJA …eprints.ums.ac.id/21803/12/JURNAL.pdf · dilakukan sedangkan 65,71% postur berbahaya dan harus dilakukan perbaikan saat ... desain dan susunan

Mar 10, 2019

Download

Documents

ngodat
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: NASKAH PUBLIKASI ANALISIS POSTUR KERJA …eprints.ums.ac.id/21803/12/JURNAL.pdf · dilakukan sedangkan 65,71% postur berbahaya dan harus dilakukan perbaikan saat ... desain dan susunan

NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS POSTUR KERJA MENGGUNAKAN METODE

RULA DAN PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA

FINISHING BATIK

(Studi Kasus Pada UKM Pembuatan Batik Printing di Desa Pilang,

Masaran, Sragen)

Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun Oleh:

BUDI TRIYANTO

D 600 070 024

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2012

Page 2: NASKAH PUBLIKASI ANALISIS POSTUR KERJA …eprints.ums.ac.id/21803/12/JURNAL.pdf · dilakukan sedangkan 65,71% postur berbahaya dan harus dilakukan perbaikan saat ... desain dan susunan
Page 3: NASKAH PUBLIKASI ANALISIS POSTUR KERJA …eprints.ums.ac.id/21803/12/JURNAL.pdf · dilakukan sedangkan 65,71% postur berbahaya dan harus dilakukan perbaikan saat ... desain dan susunan
Page 4: NASKAH PUBLIKASI ANALISIS POSTUR KERJA …eprints.ums.ac.id/21803/12/JURNAL.pdf · dilakukan sedangkan 65,71% postur berbahaya dan harus dilakukan perbaikan saat ... desain dan susunan

ANALISIS POSTUR KERJA MENGGUNAKAN METODE

RULA DAN PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA

FINISHING BATIK

1Budi Triyanto

2Etika Muslimah,

3Ratnanto Fitriadi

1Mahasiswa Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah

Surakarta

Jl. Ahmad Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura 57102 Telp 0271 717417 2,3

Staf Pengajar Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Muhammadiyah Surakarta

Jl. Ahmad Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura 57102 Telp 0271 717417

Email: [email protected]

ABSTRAKSI

Pada stasiun kerja finishing batik di desa Pilang, Masaran, Sragen terdapat posisi dan

postur kerja yang tidak alamiah. Hal tersebut akibat dari perencanaan dan perancangan fasilitas

yang tidak memperhatikan kemampuan dan keterbatasan pekerja. Sehingga pekerja dapat

mengalami gangguan/cidera otot dan penyakit tulang belakang (Low Back Pain). Penelitian ini

bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi postur kerja yang tidak aman dan untuk

mengetahui bagaimana pengaruh tempat kerja terhadap postur kerja pekerja di stasiun kerja

finishing batik.

Pengumpulan data dengan melakukan studi lapangan dan wawancara terhadap pekerja

untuk mendapatkan data yang diinginkan. Data tersebut adalah berupa gambar/foto yang

ditunjukan oleh pekerja pada saat melakukan pekerjaannya. Data postur kerja meliputi sudut yang

dibentuk oleh lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan, leher, punggung dan kaki. Proses

selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan menggunakan metode Rapid Upper Limb

Assessment (RULA). Output yang didapat berupa kategori action level yang menunjukkan apakah

postur kerja yang dilakukan pekerja sudah aman.

Pengolahan data yang telah dilakukan, maka dapat diketahui nilai action level yang

dapat memberikan rekomendasi perbaikan pada masing-masing postur kerja. Pada stasiun kerja

finshing batik terdapat 11,43% postur memerlukan pemeriksaan lanjutan dan diperlukan

perubahan-perubahan, 22,86% postur memerlukan pemeriksaan dan perubahan perlu segera

dilakukan sedangkan 65,71% postur berbahaya dan harus dilakukan perbaikan saat itu juga. Agar

pekerja dapat bekerja dengan aman dan nyaman maka diperlukan perbaikan postur kerja dengan

cara memberikan usulan rancangan perbaikan layout yang telah disesuaikan dengan data

antropometri pekerja. Didalam melakukan pembangunan rancangan usulan ini hanya

memerlukan biaya yang sedikit tetapi dengan dampak yang besar dan menguntungkan bagi

pekerja maupun pemilik usaha.

Kata kunci: Antropometri, Low Back Pain, Perencanan dan Perancangan Fasilitas, Postur

Kerja, RULA.

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penggunaan tenaga manusia dalam dunia industri di Indonesia, khususnya industri

kecil, masih sangat dominan. Fleksibilitas gerakan merupakan alasan kuat penggunaan

tenaga manusia, terutama untuk kegiatan penaganan material secara manual (Manual

Material Handling). Akan tetapi aktivitas MMH diidentifikasi beresiko besar sebagai

penyebab penyakit tulang belakang (Low Back Pain).

Page 5: NASKAH PUBLIKASI ANALISIS POSTUR KERJA …eprints.ums.ac.id/21803/12/JURNAL.pdf · dilakukan sedangkan 65,71% postur berbahaya dan harus dilakukan perbaikan saat ... desain dan susunan

Dibagian stasiun kerja finishing batik terdapat sikap kerja yang tidak alamiah pada

aktivitas MMH yaitu pada pekerja yang melakukan aktivitas pembilasan dengan posisi

tubuh berdiri, membungkuk, dan melakukan gerakan memutar secara berulang-ulang.

Pada penelitian ini analisis postur kerja yang digunakan adalah metode RULA (Rapid

Upper Limb Assessment) yang merupakan suatu metode penelitian postur kerja untuk

menginvestigasi gangguan pada anggota tubuh bagian atas.

1.2. Tujuan Penelitian

1. Menganalisa postur kerja pekerja manual material handling (MMH) dan

mempelajarinya untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan yang menimbulkan

ketidak nyamanan.

2. Memberikan rekomendasi perbaikan kerja terhadap proses kerja yang memiliki postur

kerja yang paling berbahaya berdasarkan penilaian metode RULA.

3. Memberikan perancangan ulang stasiun kerja finishing yang disesuaikan dengan data

antropometri pekerja dan memberikan gambaran secara umum biaya yang

dikeluarkan untuk mengerjakan rancangan tersebut.

2. DASAR TEORI

2.1. Ergonomi

Istilah “Ergonomi” mulai dicetuskan pada tahun 1949. Istilah ergonomi berasal dari

bahasa latin yaitu “Ergon” dan “Nomos“ yaitu aturan, prinsip/kaidah atau dapat pula

didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang

ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, managemen dan desain atau

perancangan (Tarwaka, 2004).

2.2. Postur dan Pergerakan Kerja

Postur kerja merupakan pengaturan sikap tubuh saat bekerja. Sikap kerja yang berbeda

akan menghasilkan kekuatan yang berbeda pula. Pada saat bekerja sebaiknya postur

dilakuakan secara alamiah sehingga dapat meminimalisasi timbulnya cidera

muskuloskeletal (Tayyari, 1997).

2.3. Cumulative Trauma Disorders (CTD)

Cumulative Trauma Disorders (dapat juga disebut sebagai Repetitive Motion Injuries atau

Musculoskeletal Disorders) adalah cidera pada sistem kerangka otot yang semakin

bertambah secara bertahap sebagai akibat dari trauma kecil yang terus menerus yang

disebabkan oleh desain yang buruk yaitu desain alat sistem kerja yang membutuhkan

gerakan tubuh dalam posisi yang tidak normal serta penggunaan perkakas handtools atau

alat lainnya yang terlalu sering (Tayyari, 1997).

2.4. Rapid Upper Limb Assesment (RULA)

Rapid Upper Limb Assesment adalah metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi

yang menginvestigasikan dan menilai posisi kerja yang dilakukan oleh tubuh bagian atas.

Peralatan ini tidak melakukan piranti khusus dalam memberikan pengukuran postur leher,

punggung, dan tubuh bagian atas sejalan dengan fungsi otot dan beban eksternal yang

ditopang oleh tubuh (Lueder, 1996).

2.5. Nordic Body Map (NBM)

Nordic Body Map (NBM) merupakan metode yang dilakukan dengan menganalisis peta

tubuh (NBM) yang ditunjukkan pada tiap bagian tubuh. Melalui NBM dapat diketahui

bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak

nyaman (agak sakit) sampai sangat sakit (Tarwaka, 2002).

2.6. Antropometri

Antropometri berasal dari kata “anthro” yang artinya manusia dan “metri” yang berarti

ukuran. Jadi antropometri diartikan sebagai ilmu secara khusus berkaitan dengan

Page 6: NASKAH PUBLIKASI ANALISIS POSTUR KERJA …eprints.ums.ac.id/21803/12/JURNAL.pdf · dilakukan sedangkan 65,71% postur berbahaya dan harus dilakukan perbaikan saat ... desain dan susunan

pengukuran tubuh manusia yang digunakan untuk menentukan perbedaan pada individu,

kelompok dan sebagainya. Antropometri adalah suatu komponen data numerik yang

berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk dan kekuatan serta

penerapan dari suatu data tersebut untuk penanganan masalah desain (Nurmianto, 1996).

2.7. Perencanaan dan Perancangan Fasilitas

Pengertian perencanaan fasilitas dapat dikemukakan sebagai proses perancangan fasilitas,

termasuk di dalamnya analisis, perencanaan, desain dan susunan fasilitas, peralatan

phisik, dan manusia yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi produksi dan sistem

pelayanan. Perencanaan fasilitas merupakan rancangan dari fasilitas-fasilitas industri yang

akan didirikan atau dibangun (Purnomo, 2004).

2.8. Google SketchUp

Google SketchUp merupakan software untuk membuat, memodifikasi, dan

mempertukarkan model 3 dimensi. Program ini sangat mudah dipelajari, lebih mudah dari

program 3D modeling lain yang selama ini banyak dikenal dan digunakan di komputer

desktop. Google SketchUp mulai banyak digunakan orang karena kecepatan dan

kemudahan pemakaiannya. SketchUp dilengkapi tool-tool yang disederhanakan, disertai

sistem penggambaran terpandu, dan tampilan yang tidak rumit (http://cahaya-

firdha.blogspot.com/2011/12/google-sketchup.html).

3. METODOLOGI

3.1. Obyek Penelitian

Penelitian dilakukan pada pekerja yang bekerja dibagian stasiun kerja finishing Batik

Printing di UKM milik Bapak H. Hadi Marjuki Desa Pilang, Masaran, Sragen.

3.2. Metode Pengumpulan Data

1. Studi Lapangan (observasi)

Metode pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung pada obyek

yang diteliti. Observasi dilakukan guna mendapatkan data postur kerja pekerja dengan

merekam ataupun pengambilan foto dibagian stasiun kerja finishing batik.

2. Wawancara (interview)

Pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab dengan nara sumber yang

terkait dengan penelitian yang dilakukan, wawancara dilakukan pada pekerja dibagian

stasiun kerja finishing batik.

3. Studi Kepustakaan

Metode pengumpulan data yang bersumber pada buku atau literatur-literatur yang

mendukung jalannya penelitian.

3.3. Identifikasi Data

a. Data Primer

Data yang diperoleh dari sumber-sumber yang diamati dan dicatat pertama kali atau

diperoleh langsung dari pimpinan ataupun karyawan (pekerja) perusahaan yang

bersangkutan. Data yang diambil diantaranya:

1. Data postur kerja pekerja dibagian stasiun finishing secara aktual yaitu berupa foto

atau hasil rekaman video sewaktu bekerja.

2. Data berat beban dan penggunaan otot dalam bekerja.

3. Data dari keluhan pekerja (Nordic Body Map).

4. Data pengukuran di stasiun kerja finishing.

5. Data antropometri pekerja yang digunakan untuk perancangan ulang stasiun kerja

finishing.

b. Data Sekunder

Adalah data yang diperoleh dari luar perusahaan yang ada hubungannya dengan

materi penelitian yang meliputi studi pustaka dan disiplin keilmuan yang mendukung

serta mempunyai hubungan dengan kasus yang diteliti.

Page 7: NASKAH PUBLIKASI ANALISIS POSTUR KERJA …eprints.ums.ac.id/21803/12/JURNAL.pdf · dilakukan sedangkan 65,71% postur berbahaya dan harus dilakukan perbaikan saat ... desain dan susunan

3.4. Metode Pemecahan Masalah Dan Analisa Data

3.4.1. Pengolahan Data Dengan Metode RULA

Pengolahan data postur kerja dengan metode RULA (Rapid Upper Limb

Assessment) dengan melalui 3 tahap yaitu:

1. Tahap 1: Pengembangan metode untuk pencatatan postur kerja.

Untuk menghasilkan suatu metode yang cepat digunakan, tubuh dibagi menjadi

dua bagian, yaitu grup A dan grup B. Grup A meliputi lengan atas dan lengan

bawah serta pergelangan tangan. Sementara grup B meliputi leher, punggung

dan kaki.

Kisaran lengan atas diukur dan diskor dengan dasar penemuan dari studi yang

dilakukan oleh Tichauer, Caffin, Herbert et al, Hagbeg, Schuld dan Harms-

Ringdahl dan Shuldt. Skor-skor tersebut adalah:

1 untuk 20° extension hingga 20° flexion

2 untuk extension lebih dari 20° atau 20° - 45° flexion

3 untuk 45° - 90° flexion

4 untuk 90° flexion atau lebih

Keterangan:

+1 jika pundak/bahu ditinggikan

+1 jika lengan atas abdusted

-1 jika operator bersandar atau bobot lengan ditopang

Gambar 1 Range pergerakan lengan atas, (a) postur alamiah, (b) postur

extension dan flexion, (c) postur lengan atas flexion

Rentang untuk lengan bawah dikembangkan dari penelitin Granjean dan

Tichauer. Skor tersebut adalah:

1 untuk 60° - 100° flexion

2 untuk kurang dari 60° atau lebih dari 100° flexion

Keterangan:

+1 jika lengan bekerja melintasi garis tengah badan atau keluar dari sisi

Page 8: NASKAH PUBLIKASI ANALISIS POSTUR KERJA …eprints.ums.ac.id/21803/12/JURNAL.pdf · dilakukan sedangkan 65,71% postur berbahaya dan harus dilakukan perbaikan saat ... desain dan susunan

Gambar 2 Range pergerakan lengan bawah, (a) postur alamiah, (b) postur

flexion 60° - 100° dan (c) postur 100° +

Panduan untuk pergelangan tangan dikembangkan dari penelitian Health and

Safety Executive, digunakan untuk menghasilkan skor postur sebagai berikut:

1 untuk berada pada posisi netral

2 untuk 0 - 15° flexion maupun extension

3 untuk 15° atau lebih flexion maupun extension

Keterangan:

+1 jika pergelangan tangan berada pada deviasi radial maupun ulnar

Gambar 3 Range pergerakan pergelangan tangan, (a) postur alamiah, (b)

postur flexion 15° +, (c) postur 0 - 15° flexion maupun extension, (d) postur

extension 15° +

Putaran pergerakan tangan (pronation dan supination) yang dikeluarkan oleh

Health and Safety Executive pada postur netral berdasar pada Tichauer. Skor

tersebut adalah:

+1 jika pergelangan tangan berada pada rentang menengah putaran

+2 jika pergelangan tangan pada atau hampir berada pada akhir rentang

putaran

Page 9: NASKAH PUBLIKASI ANALISIS POSTUR KERJA …eprints.ums.ac.id/21803/12/JURNAL.pdf · dilakukan sedangkan 65,71% postur berbahaya dan harus dilakukan perbaikan saat ... desain dan susunan

Gambar 4 Range pergerakan putaran pergelagan tangan, (a) postur

alamiah dan (b) postur putaran pergelangan tangan 0°

Kelompok B, rentang postur untuk leher didasarkan pada studi yang dilakukan

oleh Chaffin dan Kilbom et al. Skor dan kisaran tersebut adalah:

1 untuk 0 - 10° flexion

2 untuk 10 - 20° flexion

3 untuk 20° atau lebih flexion

4 jika dalam extention

Gambar 5 Range pergerakan leher, (a) postur alamiah, (b) postur 10 - 20°

flexion, (c) postur 20° atau lebih flexion (d) postur extention

Apabila leher diputar atau dibengkokkan,

Keterangan:

+1 jika leher diputar atau posisi miring, dibengkokkan ke kanan atau kiri.

Gambar 6 Range pergerakan leher yang diputar atau dibengkokkan, (a)

postur alamiah, (b) postur leher diputar, (c) postur leher dibengkokkan

Page 10: NASKAH PUBLIKASI ANALISIS POSTUR KERJA …eprints.ums.ac.id/21803/12/JURNAL.pdf · dilakukan sedangkan 65,71% postur berbahaya dan harus dilakukan perbaikan saat ... desain dan susunan

Kisaran untuk punggung dikembangkan oleh Druy, Grandjean dan Grandjean et

al:

+1 ketika duduk dan ditopang dengan baik dengan sudut pada tubuh 90° atau

lebih

+2 untuk 0 - 20° flexion

+3 untuk 20° - 60° flexion

+4 untuk 60° atau lebih flexion

Gambar 7 Range pergerakan punggung, (a) postur 20° - 60° flexion, (b)

postur alamiah, (c) postur 0° - 20° flexion, (d) postur 60° atau lebih flexion

Punggung diputar atau dibengkokkan,

Keterangan:

+1 jika tubuh diputar

+1 jika tubuh miring kesamping

Gambar 8 Range pergerakan punggung yang diputar atau dibengkokkan,

(a) postur alamiah, (b) postur punggung diputar, (c) postur punggung

dibengkokkan

Page 11: NASKAH PUBLIKASI ANALISIS POSTUR KERJA …eprints.ums.ac.id/21803/12/JURNAL.pdf · dilakukan sedangkan 65,71% postur berbahaya dan harus dilakukan perbaikan saat ... desain dan susunan

Kisaran untuk kaki dengan skor postur kaki ditetapkan sebagai berikut:

+1 jika kaki tertopang ketika duduk dengan bobot seimbang rata

+1 jika berdiri dimana bobot tubuh tersebar merata pada kaki dimana terdapat

ruang untuk berubah posisi

+2 jika kaki tidak tertopang atau bobot tubuh tidak tersebar merata

Gambar 9 Range pergerakan kaki, (a) kaki tertopang, bobot tersebar

merata, (b) kaki tidak tertopang, bobot tidak tersebar merata

2. Tahap 2: Perkembangan sistem untuk pengelompokan skor postur bagian tubuh.

Dengan cara menentukan skor untuk masing-masing postur A dan B. Kemudian

skor tersebut dimasukkan dalam tabel A untuk memperoleh skor A dan tabel B

untuk memperoleh skor B.

Tabel 1 Skor Postur Kelompok A

Lengan Lengan Pergelangan Tangan

1 2 3 4

Atas Bawah PP PP PP PP

1 2 1 2 1 2 1 2

1

1 1 2 2 2 2 2 3 3

2 2 2 2 2 3 3 3 3

3 2 3 3 3 3 3 4 4

2

1 2 3 3 3 3 4 4 4

2 3 3 3 3 3 4 4 4

3 3 4 4 4 4 4 5 5

3

1 3 3 4 4 4 4 5 5

2 3 4 4 4 4 4 5 5

3 4 4 4 4 4 5 5 5

4

1 4 4 4 4 4 5 5 5

2 4 4 4 4 4 5 5 5

3 4 4 4 5 4 5 6 6

5

1 5 5 5 5 5 6 6 7

2 5 6 6 6 6 6 7 7

3 6 6 6 7 7 7 7 8

Page 12: NASKAH PUBLIKASI ANALISIS POSTUR KERJA …eprints.ums.ac.id/21803/12/JURNAL.pdf · dilakukan sedangkan 65,71% postur berbahaya dan harus dilakukan perbaikan saat ... desain dan susunan

6

1 7 7 7 7 7 8 8 9

2 8 8 8 8 9 9 9 9

3 9 9 9 9 9 9 9 9

Tabel 2 Skor Postur Kelompok B

Leher

Punggung

1 2 3 4 5 6

Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki

1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7

2 2 3 2 3 3 4 5 5 6 7 7 7

3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7

4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8

5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8

6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9

Skor untuk penggunaan otot:

+1 jika postur statis (dipertahankan dalam waktu 1 menit) atau penggunaan

postur tersebut berulang lebih dari 4 kali dalam 1 menit

Penggunaan tenaga (beban) dikembangkan berdasarkan penelitian Putz-

Anderson dan Stevenson dan Baaida, yaitu sebagai berikut:

0 jika pembebanan sesekali atau tenaga kurang dari 2 kg dan ditahan

+1 jika beban sesekali 2-10 kg

+2 jika beban 2-10 kg bersifat berulang

+2 jika beban sesekali namun lebih dari 10 kg

+3 jika beban atau tenaga lebih dari 10 kg dialami secara berulang

+4 jika pembebanan seberapapun besarnya dialami dengan sentakan cepat

Skor penggunaan otot dan skor tenaga pada kelompok tubuh bagian A dan B

diukur dan dicatat dalam kotak-kotak yang tersedia kemudian ditambahkan

dengan skor yang berasal dari tabel A dan B, yaitu sebagai berikut:

1. Skor A + skor penggunaan otot + skor tenaga (beban) untuk kelompok A =

skor C

2. Skor B + skor pengguanaan otot + skor tenaga (beban) untuk kelompok B =

skor D.

3. Tahap 3: Pengembangan Grand Score dan Daftar Tindakan.

Penentuan grand score untuk memperoleh nilai action level dan tindakan yang

harus dilakukan.

Tabel 3 Grand Score

Grand Score

Skor D = Skor B + Otot + Tenaga

Skor 1 2 3 4 5 6 7+

C*

1 1 2 3 3 4 5 5

2 2 2 3 3 4 5 5

3 3 3 3 4 4 5 6

4 3 3 3 4 5 6 6

Page 13: NASKAH PUBLIKASI ANALISIS POSTUR KERJA …eprints.ums.ac.id/21803/12/JURNAL.pdf · dilakukan sedangkan 65,71% postur berbahaya dan harus dilakukan perbaikan saat ... desain dan susunan

5 4 4 4 5 6 7 7

6 4 4 5 6 6 7 7

7 5 5 6 6 7 7 7

8+ 5 5 6 7 7 7 7

C* = Skor A + Otot + Tenaga

Setelah diperoleh grand score, yang bernilai 1 sampai 7 menunjukkan level

tindakan (action level) sebagai berikut:

1. Action level 1

Suatu skor 1 atau 2 menunjukkan bahwa postur ini bisa diterima jika tidak

dipertahankan atau tidak berulang dalam periode yang lama.

2. Action level 2

Skor 3 atau 4 menunjukkan bahwa diperlukan pemeriksaan lanjutan dan juga

diperlukan perubahan-perubahan.

3. Action level 3

Skor 5 atau 6 menunjukkan bahwa pemeriksaaan dan perubahan perlu segera

dilakukan.

4. Action level 4

Skor 7 menunjukkan bahwa kondisi ini berbahaya maka pemeriksaan dan

perubahan diperlukan dengan segera (saat itu juga).

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengumpulan Data

Penelitian diawali dengan memberi penjelasan kepada pekerja mengenai maksud,

tujuan dan cara melakukan pengambilan data, dimana pekerja yang diamati dalam

penelitian ini ditugaskan untuk melakukan pekerjaan secara normal (berdasarkan

pekerjaan yang biasanya dilakukan). Peneliti merekam aktivitas kerja di bagian stasiun

kerja finishing menggunakan kamera digital ketika pekerja melakukan aktivitas

penanganan material secara manual pada pekerjaannya.

Setelah mendapatkan gambar/foto hasil rekaman kemudian dilakukan pengukuran

sudut yang dibentuk oleh leher, punggung, lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan

tangan dilakukan dengan bantuan software visio. Kemudian dari hasil pengukuran sudut-

sudut yang terbentuk dari postur kerja yang ada dapat dilanjutkan untuk pengolahan data

selanjutnya yaitu menggunakan metode RULA (Rapid Upper Limb Assesment).

4.1.1. Pengumpulan Data Postur Kerja Pada Stasiun Finishing Batik

Tabel 4 Data Postur Kerja Pekerja Pada Stasiun Kerja Finishing

Page 14: NASKAH PUBLIKASI ANALISIS POSTUR KERJA …eprints.ums.ac.id/21803/12/JURNAL.pdf · dilakukan sedangkan 65,71% postur berbahaya dan harus dilakukan perbaikan saat ... desain dan susunan

4.1.2. Pengumpulan Data Berat Beban Pada Stasiun Kerja Finishing

Tabel 5 Data Berat Beban Pada Stasiun Finishing

No Jumlah Berat Keterangan

1 50 buah 60 kg Batik basah (pengangkatan dari mesin hand roller press)

2 1 buah 1,2 kg Batik basah (pembilasan tahap pertama, ke dua, ke tiga

3 1 buah 1,2 kg dan pengangkatan dari tungku ke bak air)

4 1 ember 7 kg Pemberian cairan lasem ke tungku

5 15 buah 18 kg Batik basah (pengangkatan dari lantai ke tungku)

6 5 buah 6 kg Batik basah (pembilasan tahap ke empat)

7 1 buah 0,4 kg Tongkat pengaduk

8 15 buah 18 kg Batik basah (pengangkatan dari kayu ke gerobak)

Page 15: NASKAH PUBLIKASI ANALISIS POSTUR KERJA …eprints.ums.ac.id/21803/12/JURNAL.pdf · dilakukan sedangkan 65,71% postur berbahaya dan harus dilakukan perbaikan saat ... desain dan susunan

4.2. Hasil dan Pembahasan

4.2.1. Rekapitulasi Grand Score Pada Stasiun Finsihing Batik Pada Tangan Kanan

Tabel 6 Rekapitulasi grand score pada stasiun finishing batik pada tangan kanan

Page 16: NASKAH PUBLIKASI ANALISIS POSTUR KERJA …eprints.ums.ac.id/21803/12/JURNAL.pdf · dilakukan sedangkan 65,71% postur berbahaya dan harus dilakukan perbaikan saat ... desain dan susunan

4.2.2. Rekapitulasi Grand Score Pada Stasiun Finsihing Batik Pada Tangan Kiri

Tabel 7 Rekapitulasi grand score pada stasiun finishing batik pada tangan kiri

4.2.3. Analisa Data

Didalam setiap aktivitas yang dikerjakan oleh pekerja di stasiun finishing

batik terdapat 3 gerakan yang terjadi antara lain mengambil, mengangkat dan

meletakkan kecuali pada aktivitas pengambilan malam dari sisa perebusan di

tungku hanya terdapat 2 gerakan yaitu mengambil dan meletakkan. Jadi total

gerakan dari 12 aktivitas yang dikerjakan adalah 35 gerakan. Dilihat dari tabel 6

rekapitulasi grand score pada stasiun finishing batik pada tangan kanan hanya

terdapat 5 gerakan yang mempunyai action level 2, 7 gerakan mempunyai action

Page 17: NASKAH PUBLIKASI ANALISIS POSTUR KERJA …eprints.ums.ac.id/21803/12/JURNAL.pdf · dilakukan sedangkan 65,71% postur berbahaya dan harus dilakukan perbaikan saat ... desain dan susunan

level 3 dan 23 gerakan mempunyai action level 4. Sedangkan pada tabel 7

rekapitulasi grand score pada stasiun finishing batik pada tangan kiri hanya

terdapat 6 gerakan yang mempunyai action level 2, 8 gerakan mempunyai action

level 3 dan 21 gerakan mempunyai action level 4.

Jadi dapat disimpulkan bahwa aktivitas yang dikerjakan oleh pekerja di

stasiun finshing batik mempunyai 4 postur kerja mempunyai nilai action level 2

bahwa postur memerlukan pemeriksaan lanjutan dan diperlukan perubahan-

perubahan, 8 postur kerja mempunyai nilai action level 3 bahwa postur

memerlukan pemeriksaan dan perubahan perlu segera dilakukan dan 23 postur

kerja nilai action level 4 bahwa postur berbahaya dan harus dilakukan perbaikan

saat itu juga. Dengan demikian perlu adanya perbaikan postur dan tempat kerja

agar pekerja dapat bekerja dengan aman dan nyaman.

4.2.4. Pengukuran dan Rancangan Layout Pada Stasiun Finishing Batik

Gambar 10 Bangunan di stasiun finishing batik

Adapun ukuran bangunan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bak air (tempat pembilasan) ada tiga (pembilasan tahap pertama, ke dua, dan ke

tiga) dengan ketinggian 50 cm.

2. Tempat perebusan dengan ketinggian 100 cm.

3. Pijakan kaki yang digunakan untuk mengambil batik dari tempat perebusan

dengan ketinggian 40 cm.

4. Ember yang diletakkan dilantai untuk pembilasan tahap ke empat.

5. Kayu penyangga untuk meletakan batik setelah pembilasan tahap ke empat

dengan ketinggian 60 cm.

Page 18: NASKAH PUBLIKASI ANALISIS POSTUR KERJA …eprints.ums.ac.id/21803/12/JURNAL.pdf · dilakukan sedangkan 65,71% postur berbahaya dan harus dilakukan perbaikan saat ... desain dan susunan

4.2.5. Rancangan dan Analisa Layout

3,5m

4,5

m

0,5m

1,4

m

1,4m

1,5

m

1,4m

0,8

m

0,6m

1,0m

1,4m

1,0

m

1,4m1,6m

1,1

m

1,3

m

1,3

m

Pembilasan 1

Pembilasan 2

Pembilasan 3

Perebusan

Penguncian Warna

Pembilasan 4

1,4m

5

1

7

8

9

1011

12

4

3

6

2

Gambar 11 Layout di Stasiun Finishing Batik

Dari penjabaran diatas terdapat 12 aktivitas secara manual, menurut hasil

pengamatan yang dilakukan terdapat aktivitas yang tidak efisien. Adapun aktivitas

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Aktivitas mengangkat batik dari dinding bak air ke lantai (Setelah pembilasan

tahap pertama) kemudian baru diangkat ke tungku perebusan, seharusnya tidak

perlu meletakkan batik ke lantai karena dapat langsung dimasukan kedalam

tungku perebusan (aktivitas 3 pada gambar 11 dapat dihilangkan).

2. Aktivitas mengangkat batik dari dalam bak air ke atas kayu penyangga dan

memasukannya kedalam ember untuk pembilasan tahap ke empat kemudian

kembali lagi ke kayu penyangga setelah itu baru diangkat ke gerobak. Hal itu

mengakibatkan pengulangan pekerjaan, sebaiknya aktivitas mengangkat batik

dari dalam ember langsung diangkat ke gerobak (aktivitas 11 pada gambar 11

dapat dihilangkan).

Tata letak fasilitas yang ada pada gambar 11 dapat dilihat bahwa jarak

tempuh dari aktivitas yang satu ke lainnya terlalu jauh misalnya pada aktivitas 1

yaitu mengangkat batik dari mesin hand roller press kedalam bak air (pembilasan

tahap pertama), aktivitas 4 yaitu memberikan cairan lasem kedalam tungku

perebusan, aktivitas 5 yaitu mengangkat batik dari lantai kedalam tungku

perebusan, dan aktivitas 12 yaitu mengangkat batik dari kayu penyangga ke

gerobak. Hal itu mengakibatkan kelelahan pada pekerja sehingga dapat

menurunkan efisiensi produksi.

Page 19: NASKAH PUBLIKASI ANALISIS POSTUR KERJA …eprints.ums.ac.id/21803/12/JURNAL.pdf · dilakukan sedangkan 65,71% postur berbahaya dan harus dilakukan perbaikan saat ... desain dan susunan

4.2.6. Data Antropometri Pekerja

Tabel 8 Data Antropometri Pekerja

No Data yang diukur Pekerja 1 Pekerja 2

(cm) (cm) (cm)

1 Tinggi Badan 163 165 164

2 Tinggi bahu dalam posisi berdiri 145 147 146

3 Panjang jangkauan tangan 76 78 77

4 Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak 101 103 102

Antropometri adalah suatu komponen data numerik yang berhubungan

dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk, dan kekuatan serta

penerapan dari suatu data tersebut untuk penanganan masalah desain. Data

antropometri sangat penting bagi perancangan suatu alat bantu dan layout kerja

pada penelitian ini guna mendapatkan ukuran yang sesuai dan kenyamanan bagi

para pekerja, sehingga dapat mengurangi kecelakaan atau cedera pada saat bekerja.

Adapun dalam penentuan persentil diambil nilai rata–rata atau persentil 50 dari

data antropometri pekerja.

4.2.7. Perancangan Layout Usulan Untuk Stasiun Finishing Batik

4.2.7.1. Rancangan dan Analisa Layout Usulan

1,0m

1,6m

1,1m

4,5m

3,5m

1,1m

1,5m

0,5m

1,3m

1,0m

1,1m

1,3m

1,0m

0,6m

0,6m

0,8m

1,3m

0,6m

67

8

1

4

10

Pembilasan 1

Pembilasan 2

Pembilasan 3

Pembilasan 4

Perebusan

Penguncian Warna

3

2

5

1,5m1,0m

9

Gambar 12 Rancangan Layout Usulan

Tata letak dan konfigurasi bangunan (ukuran, bentuk, letak pintu

dan lebar gang, letak departemen) yang sebelumnya dapat dilihat pada

gambar 11 kemudian mengalami perbaikan pada gambar 12. Dari

perubahan tersebut dapat mengurangi aktivitas pada stasiun finishing

batik yang semula terdapat 12 aktivitas menjadi 10 aktivitas.

Didalam perencanaan aliran material juga menjadi pokok

permasalahan karena masalah aliran muncul dari adanya kebutuhan untuk

memindahkan bahan, komponen, orang dari permulaan proses sampai

Page 20: NASKAH PUBLIKASI ANALISIS POSTUR KERJA …eprints.ums.ac.id/21803/12/JURNAL.pdf · dilakukan sedangkan 65,71% postur berbahaya dan harus dilakukan perbaikan saat ... desain dan susunan

pada akhir proses untuk mencapai lintasan yang paling efisien. Kemudian

bandingkan gambar 11 dengan gambar 12, perbedaan yang ada yaitu pada

gambar 11 aliran material yang dimulai dari departemen yang satu ke

lainnya terlalu jauh dan lebih rumit apabila dibandingkan dengan gambar

12 dapat dilihat aliran materialnya lebih sederhana dan urutanya logis,

mengurangi jarak jalan kaki, dan dapat memanfaatkan ruangan lebih

efisien.

4.2.7.2. Dimensi Rancangan Bangunan Usulan

Gambar 13 Dimensi ukuran bangunan usulan

Gambar diatas menunjukan ukuran tinggi bangunan dari rancangan

usulan perbaikan layout dan yang digunakan untuk perbaikan postur

kerja. Bangunan tersebut telah disesuaikan dengan data antropometri

pekerja agar pekerja dapat bekerja dengan nyaman dan aman. Adapun

ukuran bangunan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bak air (tempat pembilasan) ada empat (pembilasan tahap pertama, ke

dua, ke tiga, dan ke empat) dengan ketinggian 80 cm.

2. Tempat perebusan dengan ketinggian 100 cm.

3. Pijakan kaki yang digunakan untuk mengambil batik dari tempat

perebusan dengan ketinggian 30 cm.

4. Tempat yang digunakan untuk meletakan ember yang berisi cairan

lasem dengan ketinggian 50 cm.

4.2.8. Rekomendasi Perbaikan Postur Kerja

Rekomendasi perbaikan postur kerja pekerja di stasiun kerja finishing batik yaitu

dengan cara merubah posisi yang menurut perhitungan RULA berbahaya dengan

posisi yang aman.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pengolahan data pada analisis postur

kerja menggunakan metode RULA dan perancangan ulang stasiun kerja finishing batik

adalah sebagai berikut:

1. Dari 12 aktivitas yang dikerjakan oleh pekerja di stasiun kerja finshing batik terdapat

35 postur kerja. Dimana terdapat 4 postur kerja yang mempunyai nilai action level 2

dengan persentase 11,43% bahwa postur memerlukan pemeriksaan lanjutan dan

diperlukan perubahan-perubahan, 8 postur kerja mempunyai nilai action level 3

dengan persentase 22,86% bahwa postur memerlukan pemeriksaan dan perubahan

Page 21: NASKAH PUBLIKASI ANALISIS POSTUR KERJA …eprints.ums.ac.id/21803/12/JURNAL.pdf · dilakukan sedangkan 65,71% postur berbahaya dan harus dilakukan perbaikan saat ... desain dan susunan

perlu segera dilakukan dan 23 postur kerja mempunyai nilai action level 4 dengan

persentase 65,71% bahwa postur berbahaya dan harus dilakukan perbaikan saat itu

juga.

2. Rekomendasi perbaikan postur kerja pekerja di stasiun kerja finishing batik yaitu

dengan cara merubah posisi yang menurut perhitungan RULA berbahaya dengan

posisi yang aman. Misalnya pada aktivitas pengambilan batik dari mesin hand roller

press yaitu dengan posisi membungkuk dirubah dengan posisi jongkok dengan

punggung lurus. Sehingga dapat mengurangi keluhan gangguan musculoskeletal yang

dialami oleh pekerja.

3. Rancangan ulang stasiun kerja finishing batik mengalami banyak perubahan yaitu

pada tata letak dan konfigurasi bangunan (ukuran, bentuk, letak departemen, letak

pintu dan lebar gang). Pada bak air yang digunakan untuk tempat pembilasan tahap 1,

2, dan 3 yang semula dengan ketinggian 50 cm dan pada tempat pembilasan tahap 4

yang semula letaknya di lantai pada ember dirubah dengan cara membangun bak air

dengan ketinggian yang sama yaitu 80 cm, dimana dalam pembangunannya telah

disesuaikan dengan data antropometri pekerja. Kemudian jarak dari tiap-tiap

departemen yang semula berjauhan dan urutan pekerjaan yang rumit dirubah dengan

cara membangun departemen sesuai dengan urutan pekerjaannya sehingga urutan

pekerjaan menjadi logis dan dapat mengurangi jarak jalan kaki. Selain itu, juga dapat

mengurangi aktivitas kerja yang semula terdapat 12 aktivitas kerja menjadi 10

aktivitas kerja. Sedangkan gambaran secara umum biaya yang dikeluarkan untuk

melakukan pembangunan rancangan usulan ini adalah sebesar Rp. 1.785.000,-.

5.2. Saran

1. Pemilik usaha diharapkan untuk merealisasikan rancangan usulan perbaikan layout ini

sebab biaya yang dikeluarkan hanya sedikit akan tetapi dapat menimbulkan dampak

yang besar dan menguntungkan bagi pekerja dan pemilik usaha sendiri. Karena hal

tersebut dapat mengurangi cidera yang dialami pekerja dan secara otomatis juga dapat

meningkatkan produktivitas kerja.

2. Untuk penelitian selanjutnya penulis menyarankan perlu adanya penelitian mengenai

dampak yang ditimbulkan akibat berinteraksi langsung dengan bahan-bahan kimia

yang digunakan pada pembuatan batik.

DAFTAR PUSTAKA

Grandjean, E., 1993, Fitting the Task to the Man, 4th ed, Taylor & Francis Inc, London.

Lueder, R., 1996, A Proposed RULA for Computer Users, Procceding of the Ergonomic Summer

Workshop, San Francisco.

Mardiyanto, 2008, Analisis Postur Kerja Menggunakan Metode Rapid Upper Limb Assesment

(RULA), Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

McAtamney, L. and Corlett, E.N., 1993, “RULA : A Survey Based Method for the Investigation of

Work Related Upper Limb Disorders“, Applied Ergonomics, 24(2).91-99.

Niebel, B.W and Freivald, A., 1999, Methods Standards & Work Design, 10th edition,

International Edition.

Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi : Konsep Dasar dan Aplikasinya. Guna Widya. Surabaya.

Purnomo, H., 2004, Perencanaan & Perancangan Fasilitas, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Pujadi, T., Harisno., dan Sugiarto, E., 2009, Aplikassi Sistem Informasi K3Dengan Menggunakan

Metode RULA Dan NIOSH, Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi

2009(SNATI 2009) ISSN: 1907-5022, Yogyakarta.

Sutalaksana, I., Z., Anggawisastra, R., Tjakraatmja, John H., 1979, Tata Cara Kerja, Lab

Ergonomi Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Tarwaka, Sudiajeng, L., dan Bakri, S.H.A., 2004, Ergonomi Untuk Kesehatan dan Keselamatan

Kerja dan Produktivitas, UNIBA Press. Surakarta.

Page 22: NASKAH PUBLIKASI ANALISIS POSTUR KERJA …eprints.ums.ac.id/21803/12/JURNAL.pdf · dilakukan sedangkan 65,71% postur berbahaya dan harus dilakukan perbaikan saat ... desain dan susunan

Varmazyar, S., Varyani, A., S., Zeidi, I., M., and Hashemi, H., J., 2009, Evaluation Working

Posture and Musculoskeletal Disorders Prevalence in Pharmacy Packaging Workers,

European Journal of Scientific Research ISSN 1450-216X Vol.29 No.1 (2009), pp.82-

88.

Wigjosoebroto, S., 1995, Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, PT. Guna Widya, Jakarta.

http://cahaya-firdha.blogspot.com/2011/12/google-sketchup.html

http://selembarkertas27.blogspot.com/2012/03/apa-itu-google-sketchup.html