Page 1
Mutasi GenAprianus Musa Dopong(102011156)
Kelompok PBL 9
Email: [email protected]
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna no. 6, Jakarta 11510
Pendahuluan
Gen adalah unit pewarisan sifat bagi organisme hidup. Bentuk fisiknya adalah urutan DNA yang
menyandi suatuprotein, polipeptida, atau seuntai RNA yang memiliki fungsi bagi organisme
yang memilikinya. Batasan modern gen adalah suatu lokasitertentu pada genom yang
berhubungan dengan pewarisan sifat dan dapat dihubungkan dengan fungsi sebagai regulator
(pengendali), sasarantranskripsi, atau peran-peran fungsional lainnya[1][2]. Penggunaan "gen"
dalam percakapan sehari-hari (misalnya "gen cerdas" atau "gen warna rambut") sering kali
dimaksudkan untuk alel: pilihan variasi yang tersedia oleh suatu gen. Meskipun ekspresi alel
dapat serupa, orang lebih sering menggunakan istilah alel untuk ekspresi gen yang
secara fenotipik berbeda. Gen diwariskan oleh satu individu kepada keturunannya melalui suatu
proses reproduksi, bersama-sama dengan DNA yang membawanya. Dengan demikian, informasi
yang menjaga keutuhan bentuk dan fungsi kehidupan suatu organisme dapat terjaga.
Tujuan
1. Menjelaskan tentang replikasi
2. Menjelaskan tentang transkripsi
3. Menjelaskan tentang translasi
4. Menjelaskan tentang fungsi, komposisi, dan ikatan protein
5. Menjelaskan tentang mutasi gen
Page 2
Isi
1. Replikasi
Replikasi DNA adalah proses membuat salinan DNA. DNA bereplikasi dengan replikasi
semi-konservatif, yang berarti bahwa satu helai induk helix ganda adalah kekal dalam setiap
molekul DNA baru. Meselson dan Stahl adalah ilmuwan yang menunjukkan bahwa DNA
mengikuti model semi-konservatif. Mereka mampu menyangkal replikasi konservatif, dimana
semua DNA induk dilestarikan dalam molekul asli, setelah hanya satu putaran replikasi DNA.
Setelah empat ulangan lagi, mereka juga menyangkal replikasi dispersif, yang menunjukkan
bahwa DNA baru terdiri alternating induk dan anak DNA.1
Replikasi DNA yang terjadi, disebut replikasi semikonservatif, karena masing-masing dari
kedua rantai DNA induk bertindak sebagai cetakan/templat untuk pembuatan dua rantai DNA
dengan untai ganda yang baru.1
Replikasi DNA adalah proses penggandaan rantai ganda DNA. Pada sel, replikasi DNA
terjadi sebelum pembelahan sel. Prokariota terus-menerus melakukan replikasi DNA. Pada
eukariota, waktu terjadinya replikasi DNA sangatlah diatur, yaitu pada fase S siklus sel, sebelum
mitosis atau meiosis I. Penggandaan tersebut memanfaatkan enzim DNA polimerase yang
membantu pembentukan ikatan antara nukleotida-nukleotida penyusun polimer DNA. Proses
replikasi DNA dapat pula dilakukan in vitro dalam proses yang disebut reaksi berantai
polimerase (PCR).
Page 3
Garpu replikasi atau cabang replikasi (replication fork) ialah struktur yang terbentuk ketika
DNA bereplikasi. Garpu replikasi ini dibentuk akibat enzim helikase yang memutus ikatan-
ikatan hidrogen yang menyatukan kedua untaian DNA, membuat terbukanya untaian ganda
tersebut menjadi dua cabang yang masing-masing terdiri dari sebuah untaian tunggal DNA.
Masing-masing cabang tersebut menjadi "cetakan" untuk pembentukan dua untaian DNA baru
berdasarkan urutan nukleotida komplementernya. DNA polimerase membentuk untaian DNA
baru dengan memperpanjang oligonukleotida yang dibentuk oleh enzim primase dan disebut
primer.1
DNA polimerase membentuk untaian DNA baru dengan menambahkan nukleotida—dalam
hal ini, deoksiribonukleotida—ke ujung 3'-hidroksil bebas nukleotida rantai DNA yang sedang
tumbuh. Dengan kata lain, rantai DNA baru disintesis dari arah 5'→3', sedangkan DNA
polimerase bergerak pada DNA "induk" dengan arah 3'→5'. Namun demikian, salah satu untaian
DNA induk pada garpu replikasi berorientasi 3'→5', sementara untaian lainnya berorientasi
5'→3', dan helikase bergerak membuka untaian rangkap DNA dengan arah 5'→3'. Oleh karena
itu, replikasi harus berlangsung pada kedua arah berlawanan tersebut.1
Replikasi DNA. Mula-mula, heliks ganda DNA (merah) dibuka menjadi dua untai
tunggal oleh enzim helikase (9) dengan bantuan topoisomerase (11) yang mengurangi tegangan
untai DNA. Untaian DNA tunggal dilekati oleh protein-protein pengikat untaian tunggal (10)
untuk mencegahnya membentuk heliks ganda kembali. Primase (6) membentuk oligonukleotida
RNA yang disebut primer (5) dan molekul DNA polimerase (3 & 8) melekat pada seuntai
tunggal DNA dan bergerak sepanjang untai tersebut memperpanjang primer, membentuk untaian
tunggal DNA baru yang disebut leading strand (2) dan lagging strand (1). DNA polimerase yang
Page 4
membentuk lagging strand harus mensintesis segmen-segmen polinukleotida diskontinu (disebut
fragmen Okazaki (7)). Enzim DNA ligase (4) kemudian menyambungkan potongan-potongan
lagging strand tersebut.1
Pembentukan leading strand
Pada replikasi DNA, untaian pengawal (leading strand) ialah untaian DNA yang disintesis
dengan arah 5'→3' secara berkesinambungan. Pada untaian ini, DNA polimerase mampu
membentuk DNA menggunakan ujung 3'-OH bebas dari sebuah primer RNA dan sintesis DNA
berlangsung secara berkesinambungan, searah dengan arah pergerakan garpu replikasi.1
Pembentukan lagging strand
Lagging strand ialah untaian DNA yang terletak pada sisi yang berseberangan dengan leading
strand pada garpu replikasi. Untaian ini disintesis dalam segmen-segmen yang disebut fragmen
Okazaki. Pada untaian ini, primase membentuk primer RNA. DNA polimerase dengan demikian
dapat menggunakan gugus OH 3' bebas pada primer RNA tersebut untuk mensintesis DNA
dengan arah 5'→3'. Fragmen primer RNA tersebut lalu disingkirkan (misalnya dengan RNase H
dan DNA Polimerase I) dan deoksiribonukleotida baru ditambahkan untuk mengisi celah yang
tadinya ditempati oleh RNA. DNA ligase lalu menyambungkan fragmen-fragmen Okazaki
tersebut sehingga sintesis lagging strand menjadi lengkap.
Dinamika pada garpu replikasi
Bukti-bukti yang ditemukan belakangan ini menunjukkan bahwa enzim dan protein yang terlibat
dalam replikasi DNA tetap berada pada garpu replikasi sementara DNA membentuk gelung
untuk mempertahankan pembentukan DNA ke dua arah. Hal ini merupakan akibat dari interaksi
antara DNA polimerase, sliding clamp, dan clamp loader.1
Sliding clamp pada semua jenis makhluk hidup memiliki struktur serupa dan mampu berinteraksi
dengan berbagai DNA polimerase prosesif maupun non-prosesif yang ditemukan di sel. Selain
itu, sliding clamp berfungsi sebagai suatu faktor prosesivitas. Ujung-C sliding clamp membentuk
gelungan yang mampu berinteraksi dengan protein-protein lain yang terlibat dalam replikasi
Page 5
DNA (seperti DNA polimerase dan clamp loader). Bagian dalam sliding clamp memungkinkan
DNA bergerak melaluinya. Sliding clamp tidak membentuk interaksi spesifik dengan DNA.
Terdapat lubang 35A besar di tengah clamp ini. Lubang tersebut berukuran sesuai untuk dilalui
DNA dan air menempati tempat sisanya sehingga clamp dapat bergeser pada sepanjang DNA.
Begitu polimerase mencapai ujung templat atau mendeteksi DNA berutas ganda (lihat di bawah),
sliding clamp mengalami perubahan konformasi yang melepaskan DNA polimerase.2
Clamp loader merupakan protein bersubunit banyak yang mampu menempel pada sliding clamp
dan DNA polimerase. Dengan hidrolisis ATP, clamp loader terlepas dari sliding clamp sehingga
DNA polimerase menempel pada sliding clamp. Sliding clamp hanya dapat berikatan pada
polimerase selama terjadinya sintesis utas tunggal DNA. Jika DNA rantai tunggal sudah habis,
polimerase mampu berikatan dengan subunit pada clamp loader dan bergerak ke posisi baru
pada lagging strand. Pada leading strand, DNA polimerase III bergabung dengan clamp loader
dan berikatan dengan sliding clamp.2
2. Transkripsi
Transkripsi merupakan tahapan penting dalam sintesis protein atau ekspresi gen. Proses
transkripsi terjadi pada nukleus (prokaryotik: nukleoid) di mana DNA diterjemahkan menjadi
kode-kode dalam bentuk basa nitrogen membentuk rantai RNA yang bersifat single strain.
Namun, pada rantai RNA yang terbentuk basa Timin digantikan dengan basa Urasil. Pada
prokaryotik, rantai RNA langsung ditranslasikan sebelum transkripsi selesai. Sedangkan pada
eukaryotik, rantai di bawah menuju sitoplasma (ribosom) untuk ditranslasi menjadi produk gen.
Pembentukan RNA pada proses transkripsi melibatkan enzim RNA polymerase.2
Transkripsi mempunyai ciri-ciri kimiawi yang serupa dengan sintesis/replikasi DNA,
yaitu:2
Adanya sumber basa nitrogen berupa nukleosida trifosfat. Bedanya dengan sumber basa
untuk sintesis DNA hanyalah pada molekul gula pentosanya yang tidak berupa
deoksiribosa tetapi ribosa dan tidak adanya basa timin tetapi digantikan oleh urasil.
Jadi, keempat nukleosida trifosfat yang diperlukan adalah adenosin trifosfat (ATP),
guanosin trifosfat (GTP), sitidin trifosfat (CTP), dan uridin trifosfat (UTP).
Page 6
Adanya untai molekul DNA sebagai cetakan. Dalam hal ini hanya salah satu di antara
kedua untai DNA yang akan berfungsi sebagai cetakan bagi sintesis molekul RNA.
Untai DNA ini mempunyai urutan basa yang komplementer dengan urutan basa RNA
hasil transkripsinya, dan disebut sebagai pita antisens. Sementara itu, untai DNA
pasangannya, yang mempunyai urutan basa sama dengan urutan basa RNA, disebut
sebagai pita sens. Meskipun demikian, sebenarnya transkripsi pada umumnya tidak
terjadi pada urutan basa di sepanjang salah satu untai DNA. Jadi, bisa saja urutan basa
yang ditranskripsi terdapat berselang-seling di antara kedua untai DNA.
Sintesis berlangsung dengan arah 5’→ 3’ seperti halnya arah sintesis DNA
Gugus 3’- OH pada suatu nukleotida bereaksi dengan gugus 5’- trifosfat pada
nukleotida berikutnya menghasilkan ikatan fosofodiester dengan membebaskan dua
atom pirofosfat anorganik (PPi). Reaksi ini jelas sama dengan reaksi polimerisasi DNA.
Hanya saja enzim yang bekerja bukannya DNA polimerase, melainkan RNA
polimerase. Perbedaan yang sangat nyata di antara kedua enzim ini terletak pada
kemampuan enzim RNA polimerase untuk melakukan inisiasi sintesis RNA tanpa
adanya molekul primer.
Pengenalan promoter
Agar molekul DNA dapat digunakan sebagai cetakan dalam sintesis RNA, kedua untainya
harus dipisahkan satu sama lain di tempat-tempat terjadinya penambahan basa pada RNA.
Selanjutnya, begitu penambahan basa selesai dilakukan, kedua untai DNA segera menyatu
kembali. Pemisahan kedua untai DNA pertama kali terjadi di suatu tempat tertentu, yang
merupakan tempat pengikatan enzim RNA polimerase di sisi 5’ (upstream) dari urutan basa
penyandi (gen) yang akan ditranskripsi. Tempat ini dinamakan promoter.2
Inisiasi
Setelah mengalami pengikatan oleh promoter, RNA polimerase akan terikat pada suatu
tempat di dekat promoter, yang dinamakan tempat awal polimerisasi atau tapak
inisiasi (initiation site). Tempat ini sering dinyatakan sebagai posisi +1 untuk gen yang akan
ditranskripsi. Nukleosida trifosfat pertama akan diletakkan di tapak inisiasi dan sintesis RNA
pun segera dimulai.2
Page 7
Elongasi
Pengikatan enzim RNA polimerase beserta kofaktor-kofaktornya pada untai DNA cetakan
membentuk kompleks transkripsi. Selama sintesis RNA berlangsung kompleks transkripsi akan
bergeser di sepanjang molekul DNA cetakan sehingga nukleotida demi nukleotida akan
ditambahkan kepada untai RNA yang sedang diperpanjang pada ujung 3’ nya. Jadi, elongasi atau
polimerisasi RNA berlangsung dari arah 5’ ke 3’, sementara RNA polimerasenya sendiri
bergerak dari arah 3’ ke 5’ di sepanjang untai DNA cetakan.2
Terminasi
Berakhirnya polimerisasi RNA ditandai oleh disosiasi kompleks transkripsi atau
terlepasnya enzim RNA polimerase beserta kofaktor-kofaktornya dari untai DNA cetakan.
Begitu pula halnya dengan molekul RNA hasil sintesis. Hal ini terjadi ketika RNA polimerase
mencapai urutan basa tertentu yang disebut dengan terminator.2
Terminasi transkripsi dapat terjadi oleh dua macam sebab, yaitu terminasi yang hanya
bergantung kepada urutan basa cetakan (disebut terminasi diri) dan terminasi yang memerlukan
kehadiran suatu protein khusus (protein rho). Di antara keduanya terminasi diri lebih umum
dijumpai. Terminasi diri terjadi pada urutan basapalindrom yang diikuti oleh beberapa adenin
(A). Urutan palindrom adalah urutan yang sama jika dibaca dari dua arah yang berlawanan. Oleh
karena urutan palindom ini biasanya diselingi oleh beberapa basa tertentu, maka molekul RNA
yang dihasilkan akan mempunyai ujung terminasi berbentuk batang dan kala (loop).
Inisiasi transkripsi tidak harus menunggu selesainya transkripsi sebelumnya. Hal ini karena
begitu RNA polimerase telah melakukan pemanjangan 50 hingga 60 nukleotida, promoter dapat
mengikat RNA polimerase yang lain. Pada gen-gen yang ditranskripsi dengan cepat reinisiasi
transkripsi dapat terjadi berulang-ulang sehingga gen tersebut akan terselubungi oleh sejumlah
molekul RNA dengan tingkat penyelesaian yang berbeda-beda.
3. Translasi
Translasi merupakan proses penerjemahan kodon-kodon pada mRna menjadi polipeptida.
Hanya mRna yang akan disintesis menjadi protein sedangakn tRna dan rRna tidak
disintesis menjadi protein. Translasi berlangsung pada ribosom, didalam proses translasi
kode-kode genetik merupakan aturan yang penting. Urutan nukleotida mRNA dibawa
dalam gugus tiga – tiga. Setiap gugus tiga disebut kodon. Dalam translasi, kodon dikenali
oleh lengan antikodon yang terdapat pada tRNA. Proses translasi dimulai dari
Page 8
menempelnya ribosom sub unit kecil ke mRNA. Penempelan terjadi pada tempat tertentu
yaitu pada 5’-AGGAGGU-3’, sedang pada eukariot terjadi pada struktur tudung. Ribosom
bergeser ke arah 3’ sampai bertemu dengan kodon AUG. Kodon ini menjadi kodon awal.
Asam amino yang dibawa oleh tRNA awal adalah metionin. Tahap selanjutnya adalah
penempelan sub unit besar pada sub unit kecil menghasilkan dua tempat yang terpisah.
Tempat pertama adalah tempat P (peptidil) yang ditempati oleh tRA yang membawa
metionin. Tempat kedua adalah tempat A (aminoasil) yang terletak pada kodon ke dua dan
kosong. Proses elongasi terjadi saat tRNA dengan antikodon dan asam amino yang tepat
masuk ke tempat A. Akibatnya kedua tempat di ribosom terisi, lalu terjadi ikatan peptide
antara kedua asam amino. Ikatan tRNA dengan metionin lalu lepas, sehingga kedua asam
amino yang berangkai berada pada tempat A. Ribosom kemudian bergeser sehingga asam
amino-asam amino-tRNA berada pada tempat P dan tempat A menjadi kosong. Selanjutnya
tRNA dengan antikodon yang tepat dengan kodon ketiga akan masuk ke tempat A, dan
proses berlanjut seperti sebelumnya. Proses translasi akan berhenti bila tempat A bertemu
kodon akhir yaitu UAA, UAG, UGA. Kodon-kodon ini tidak memiliki tRNA yang
membawa antikodon yang sesuai. Selanjutnya masuklah release factor (RF) ke tempat A
dan melepaska rantai polipeptida yang terbentuk dari tRNA yang terakhir. Kemudian
ribosom pecah menjadi sub unit kecil dan besar.3
4. Protein
Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang
merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain
dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon,hidrogen, oksigen, nitrogen dan
kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi
semua sel makhluk hidup dan virus.3
Kebanyakan protein merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis protein lain berperan
dalam fungsi struktural atau mekanis, seperti misalnya protein yang membentuk batang dan
sendi sitoskeleton. Protein terlibat dalam sistem kekebalan (imun) sebagai antibodi, sistem
kendali dalam bentuk hormon, sebagai komponen penyimpanan (dalam biji) dan juga dalam
transportasi hara. Sebagai salah satu sumber gizi, protein berperan sebagai sumber asam
amino bagiorganisme yang tidak mampu membentuk asam amino tersebut (heterotrof).3
Page 9
Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa, selain polisakarida, lipid,
dan polinukleotida, yang merupakan penyusun utama makhluk hidup. Selain itu, protein
merupakan salah satu molekul yang paling banyak diteliti dalam biokimia. Protein ditemukan
oleh Jöns Jakob Berzelius pada tahun 1838.
Biosintesis protein alami sama dengan ekspresi genetik. Kode genetik yang
dibawa DNA ditranskripsi menjadi RNA, yang berperan sebagai cetakan bagitranslasi yang
dilakukan ribosom . Sampai tahap ini, protein masih "mentah", hanya tersusun dari asam amino
proteinogenik. Melalui mekanisme pascatranslasi, terbentuklah protein yang memiliki fungsi
penuh secara biologi.4
Struktur protein
Struktur protein dapat dilihat sebagai hirarki, yaitu berupa struktur primer (tingkat
satu), sekunder (tingkat dua), tersier (tingkat tiga), dan kuartener (tingkat empat):4
struktur primer protein merupakan urutan asam amino penyusun protein yang
dihubungkan melalui ikatan peptida (amida).Frederick Sanger merupakan
ilmuwan yang berjasa dengan temuan metode penentuan deret asam amino pada
protein, dengan penggunaan beberapa enzim protease yang mengiris ikatan antara
asam amino tertentu, menjadi fragmen peptida yang lebih pendek untuk
dipisahkan lebih lanjut dengan bantuan kertas kromatografik. Urutan asam amino
menentukan fungsi protein, pada tahun 1957, Vernon Ingram menemukan bahwa
translokasi asam amino akan mengubah fungsi protein, dan lebih lanjut
memicu mutasi genetik.
struktur sekunder protein adalah struktur tiga dimensi lokal dari berbagai
rangkaian asam amino pada protein yang distabilkan oleh ikatan hidrogen.
Berbagai bentuk struktur sekunder misalnya ialah sebagai berikut:
alpha helix (α-helix, "puntiran-alfa"), berupa pilinan rantai asam-asam
amino berbentuk seperti spiral;
beta-sheet (β-sheet, "lempeng-beta"), berupa lembaran-lembaran lebar yang
tersusun dari sejumlah rantai asam amino yang saling terikat melalui ikatan
hidrogen atau ikatan tiol (S-H);
Page 10
beta-turn, (β-turn, "lekukan-beta"); dan
gamma-turn, (γ-turn, "lekukan-gamma").
struktur tersier yang merupakan gabungan dari aneka ragam dari struktur
sekunder. Struktur tersier biasanya berupa gumpalan. Beberapa molekul protein
dapat berinteraksi secara fisik tanpa ikatan kovalen membentuk oligomer yang
stabil (misalnya dimer, trimer, atau kuartomer) dan membentuk struktur
kuartener.
contoh struktur kuartener yang terkenal adalah enzim Rubisco dan insulin.
Struktur primer protein bisa ditentukan dengan beberapa metode: (1) hidrolisis
protein dengan asam kuat (misalnya, 6N HCl) dan kemudian komposisi asam amino
ditentukan dengan instrumenamino acid analyzer, (2) analisis sekuens dari ujung-N dengan
menggunakan degradasi Edman, (3) kombinasi dari digesti dengan tripsin dan spektrometri
massa, dan (4) penentuan massa molekular dengan spektrometri massa.4
Struktur sekunder bisa ditentukan dengan menggunakan spektroskopi circular
dichroism (CD) dan Fourier Transform Infra Red (FTIR).[6] Spektrum CD dari puntiran-
alfa menunjukkan dua absorbans negatif pada 208 dan 220 nm dan lempeng-beta
menunjukkan satu puncak negatif sekitar 210-216 nm. Estimasi dari komposisi struktur
sekunder dari protein bisa dikalkulasi dari spektrum CD. Pada spektrum FTIR, pita amida-I
dari puntiran-alfa berbeda dibandingkan dengan pita amida-I dari lempeng-beta. Jadi,
komposisi struktur sekunder dari protein juga bisa diestimasi dari spektrum inframerah.4
Struktur protein lainnya yang juga dikenal adalah domain. Struktur ini terdiri dari 40-
350 asam amino. Protein sederhana umumnya hanya memiliki satu domain. Pada protein
yang lebih kompleks, ada beberapa domain yang terlibat di dalamnya. Hubungan rantai
polipeptida yang berperan di dalamnya akan menimbulkan sebuah fungsi baru berbeda
dengan komponen penyusunnya. Bila struktur domain pada struktur kompleks ini berpisah,
maka fungsi biologis masing-masing komponen domain penyusunnya tidak hilang. Inilah
yang membedakan strukturdomain dengan struktur kuartener. Pada struktur kuartener,
setelah struktur kompleksnya berpisah, protein tersebut tidak fungsional.4
Kenyataannya, seluruh protein yang ada di dunia ini merupakan kombinasi dari dua
puluh macam asam amino, baik esensial maupun non esensial.4
Page 11
Fungsi protein
Protein terdiri atas polimer linear dari asam amino dan terdapat kurang lebih 17%
dari jumlah seluruh polimer yang berada di dalam tubuh. Fungsi molekul protein adalah
untuk memelihara struktur tubuh (seperti kolagen), untuk fasilitas pergerakan (seperti actin
dan myosin untuk kontraksi otot), dalam transportasi (seperti transportasi oksigen oleh
hemoglobin, system transportasi pada membran sel), dalam metabolism (seperti enzim),
dalam regulasi (seperti factor-faktor pertumbuhan, dan factor-faktor transkripsi), dan dalam
fungsi imun (seperti immunoglobulin). Meskipun bermacam-macam fungsi dari protein
tubuh, dapat disimpulkan pada satu nomor besar dari perbedaan jenis-jenis protein,
setengah dari protein tubuh berisi hanya empat yaitu struktur protein kolagen, actin, dan
myosin, dan juga protein transportasi oksigen yaitu hemoglobin.5
Protein tubuh didistribusikan ke berbagai organ, dengan jumlah terbanyak (kurang-
lebih 40%) dalam jaringan otot. Dalam penambahan untuk daya penggerak dan bekerja,
otot protein juga mengandung asam amino yang dapat dimobilisasi saat terjadi stress. Otot
protein tidak memiliki bentuk yang berbeda, seperti glikogen, atau lemak, dan kekurangan
otot protein akan berdampak pada fungsi protein.5
Fungsi jaringan otot adalah memberikan prioritas yang lebih rendah dari pada
terhadap fungsi jaringan perut, seperti hati dan usus, yang kandungan proteinnya kurang
lebih 10%. dan Sekitar 30% dari protein tubuh ini terdapat dalam kulit, darah, dan kedua
lesi kulit dan dampak anemia berpengaruh terhadap kekurangan protein. Beberapa protein
seperti kolagen akan dihancurkan jika terjadi masa kekurangan nutrisi pada tubuh, hal ini
terjadi bukan dikarenakan protein kurang penting tetapi jenis protein tersebut sangat mudah
rusak.5
Beberapa fungsi protein tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : (Almatsier,
prinsip dasar ilmu gizi,2005):5
Pertumbuhan dan pemeliharaan
Karena sebagian protein tubuh berbentuk hormon pertumbuhan, maka fungsi
protein termasuk dalam pertumbuhan dan pemeliharaan. dengan proses sintesis
dan degradasi protein, pertumbuhan dan pemeliharan sel maupun jaringan tubuh
yang rusak tetap akan tertangani dengan baik oleh protein tubuh.
Page 12
Pembentukan ikaan-ikatan esensial tubuh
Hormon-hormon tubuh dan enzim merupakan bentukan ikatan-ikatan tubuh yang
bertindak sebagai katalisator atau membantu perubahan-perubahan biokimia yang
terjadi didalam tubuh. dengan mengonsumsi protein yang cukup maka ikatan-
ikatan ini akan berfungsi dengan baik.
Mengatur keseimbangan air
Cairan dalam tubuh manusia dipisahkan oleh membran-membaran sel. membran-
membran sel ini dneganbantuan protein memiliki funsi untuk menjaga
homeostatis dari cairan itu sendiri, salah satu masalah yang timbul jika terjadi
kekurangan protein, adalah dengan terjadinya edema pada bagian tubuh tertentu.
Netralitas tubuh
Sebagian besar jarignan tubuh membutuhkan pH netral untuk menjalankan
fungsinya, dan protein dapat bereaksi terhadap asam dan basa dalam tubuh untuk
menjaga pH pada kondisi konstan.
Pembentukan antibodi
Tinggi-rendahnya daya tahan tubuh sangat bergantung pada pembentukan
antibodi dalam tubuh. dan kemampuan tubuh untuk memproduksi antibodi ini
sangat bergantung pada tinggi rendahnya protein tubuh. sebab protein tubuhlah
yang mampu untuk membentuk enzim-enzim yang berguna dalam pembentukan
antibodi ini.
Mengangkut zat gizi
Dalam hal transportasi sari-sari makanan dalam tubuh protein juga memiliki andil
yang sangat besar, sebab sebagian besar dari zat-zat gizi didalam tubuh hanya bisa
diangkut oleh protein.
Juga sebagai sumber energi
Dengan mengetahui fungsi protein yang sangat penting untuk tubuh kita perlu
pula diketahui beberapa sumber makanan yang kaya akan protein. yaitu sumber
makanan hewani seperti telur, susu, ikan, daging, unggas, dan kerang. untuk
sumber protein nabati antara lain kacang kedelai, dan hasil olahanya seperti tempe
dan tahu, serta jenis kacang-kacangan lainnya.
Page 13
Komposisi protein
Protein terdiri dari karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, dan, dalam beberapa kasus,
belerang. Protein adalah satu-satunya senyawa organic yang mengandung nitrogen,
sebuah fakta yang menjadikannya kedua penting dan berpotensi beracun.1,2
Asam amino merupakan unit dasar struktur protein. Beberapa dari asam amino ini
dapat synthesized lain dari asam amino (disebut sebagai nonessential asam amino),
sementara beberapa harus diperoleh dari makanan (disebut sebagai asam amino
essensial).2
1. Asam Amino
a. Struktur asam amino dan nama asam amino penyusun protein
Asam amino yang terjadi secara alami sebagai penyusun protein mempunyai
gugus amino (NH2) dan gugus karboksilat (COOH) yang terikat pada atom yang
sama yaitu pada atom karbon alfa. Oleh karena itu asam amino ini disebut asam
α-amino dan secara umum rumus strukturnya dapat digambarkan seperti dibawah
ini.
Struktur asam amino α
Suatu asam amino-α terdiri atas:
a. Atom C α. Disebut α karena bersebelahan dengan gugus karboksil (asam).
b. Atom H yang terikat pada atom C α.
c. Gugus karboksil yang terikat pada atom C α.
d. Gugus amino yang terikat pada atom C α.
e. Gugus R yang juga terikat pada atom C α.
Page 14
Contoh struktur dari beberapa asam amino
Perbedaan antara asam amino yang satu dengan asam amino yang lain disebabkan
oleh perbedaan gugus R yang disebut rantai samping. Ada 20 asam amino yang bertindak
sebagai pembangun molekul protein, rumus strukturnya, nama umum dan singkatannya
diberikan dapat dilihat dibawah ini :5
N
o.
Nama Singkatan Sturktur Sifat gugus
rantai samping
1 Alanin Ala hidropibik
2
Valin* Val
Page 15
3 Leusin* Leu
4 Triptofan* Trp
5 Metionin* Met
Page 16
6 Isoleusin* Ile
7 Prolin Pro
8 Fenilalanin* Phe
9 Serin Ser Polar tak
bermuatan
Page 17
10 Glisin Gly
11 Threonin* Thr
12 Sistein Cys
13 Asparagin Asn
Page 18
14 Glutamin Gln
15 Tirosin Tyr
16 Asam
aspartat
Asp Bermuatan
negative pada
PH 7 (asam)
Page 19
17 Asam
glutamate
Glu
18 Arginin Arg Bermuatan
positif pada
PH 7 (basa)
Page 20
19 Lisin* Lys
20 Histidin His
Ikatan protein
Setiap mahluk hidup memiliki beragam protein yang terbentuk dari 20 asam amino
sama jenis yang yang membentuk dunia protein yang beragam. Asam Amino adalah zat
pembangun tubuh, membentuk antibodi,memperbaiki jaringan, membangun RNA & DNA;
menyebarkan oksigen ke seluruh tubuh dan ikut dalam aktifitas otot. Terdapat sejenis zat
medium yang terbentuk dari asam amino yang mempunyai ciri khas protein, tapi tidak
sama dengan protein, yang disebut peptida. Peptida: asam amino dapat terangkai satu sama
lain dalam suatu rantai yang disebut “Ikatan Peptida”. Ikatan peptida ini dapat disebut juga
sebagai ikatan amida. Kedua puluh macam asam amino saling berikatan, dengan urutan
Page 21
yang beraneka ragam untuk membentuk protein. Proses pembentukan protein dari asam-
asam amino ini dinamakan sintesis protein. Ikatan antara asam amino yang satu dengan
lainnya disebut ikatan peptida. 2,3
Ikatan peptida merupakan ikatan yang terbentuk ketika atom karbon pada gugus
karboksil suatu molekul berbagi elektron dengan atom nitrogen pada gugus amina molekul
lainnya. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi kondensasi, hal ini ditandai dengan lepasnya
molekul air ketika reaksi berlangsung. Hasil dari ikatan ini merupakan ikatan CO-NH, dan
menghasilkan molekul yang disebut amida. Ikatan peptida ini dapat menyerap panjang
gelombang 190-230 nm.3
Pembentukan Ikatan Peptida
Ikatan peptida dapat dirusak atau diputus dengan melakukan hidrolisis. Ikatan peptida
terbentuk dari protein yang mempunyai kecenderungan untuk putus secara spontan ketika
terdapat air. Dari hasil pemutusan tersebut, dilepaskan energi sebesar 10 kJ/mol. Namun,
proses pemutusan terjadi sangat lambat. Pada umumnya, organisme menggunakan enzim
untuk membantu proses pemutusan atau pembentukan ikatan peptida untuk mempercepat
reaksi.3
Page 22
5. Mutasi gen
Mutasi gen atau mutasi titik adalah mutasi yang terjadi karena perubahan pada satu pasang
basa DNA suatu gen. Perubahan DNA menyebabkan perubahan kodon-kodon RNA d, yang
akhirnya menyebabkan perubahan asam amino tertentu pada protein yang dibentuk. Perubahan
protein atau enzim akan menyebabkan perubahan metabolisme dan fenotip organisme. Besar
kecilnya jumlah asam amino yang berubah akan menentukan besar kecilnya perubahan fenotip
pada organisme tersebut. Ada dua mekanisme mutasi gen, yaitu subtitusi pasangan basa dan
penambahan atau pengurangan pasangan basa.4
a. Subtitusi pasangan basa
Subtitusi pasangan basa ialah pergantian satu pasang nukleotida oleh pasangan
nukleotida lainnya. Subtitusi pasangan basa ada dua macam, yaitu transisi dan tranversi.
Transisi adalah penggantian satu basa purin oleh basa purin yang lain, atau penggantian
basa pirimidin menjadi basa pirimidin yang lain. Transisi sesama basa purin, misalnya basa
adenin diganti menjadi basa guanin atau sebaliknya. Sedangkan, transisi sesama basa
pirimidin, misalnya basa timin diganti oleh basa sitosin atau sebaliknya.
Tranversi adalah penggantian basa purin oleh basa pirimidin, atau basa pirimidin oleh
basa purin. Tranversi basa purin oleh basa pirimidin, misalnya basa adenin atau guanin
diganti menjadi basa timin atau sitosin. Tranversi basa pirimidin oleh basa purin, misalnya
basa timin atau sitosin menjadi basa adenin atau guanin.
Subtitusi pasangan basa ini kadang-kadang tidak menyebabkan perubahan protein,
karena adanya kodon sinonim (kodon yang terdiri atas tiga urutan basa yang berbeda, tetapi
menghasilkan asam amino yang sama). Misalnya, basa nitrogen pada DNA adalah CGC
menjadi CGA sehingga terjadi perubahan kodon pada RNA-d dari GCG menjadi GCU.
Sedangkan, asam amino yang dipanggil sama, yaitu arginin.
b. Penambahan atau pengurangan pasangan basa
Mutasi gen yang lain adalah perubahan jumlah basa akibat penambahan atau
pengurangan basa. Penambahan atau pengurangan basa pada DNA dapat menyebabkan
perubahan sederetan kodon RNA-d yang terdapat di belakang titik perubahan tersebut,
berarti juga akan terjadi perubahan asam amino yang disandikan melalui RNA-d tersebut.
Akibat lain dari penambahan atau pengurangan basa adalah terjadinya pergeseran kodon
akhir pada RNA-d. Pergeseran kodon akhir menyebabkan rantai polipeptida mutan menjadi
Page 23
lebih panjang atau lebih pendek. Mutasi ini disebut juga mutasi ubah rangka karena
menyebabkan perubahan ukuran pada DNA maupun polipeptida. 4
Mutasi ubah rangka ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penambahan basa (adisi)
dan pengurangan basa (delesi).5
Mutasi karena penambahan basa, misalnya basa DNA awalnya AGC-GTC menjadi
TAG-CGT-C… . Sedangkan, jika basa DNA tersebut mengalami pengurangan basa maka
urutannya menjadi GCG-TC... . Penambahan atau pengurangan basa dapat terjadi di bagian
awal, di tengah, atau di akhir.5
Kesimpulan
Daftar pustaka
1. Elizabeth Pennisi (2007). "DNA Study Forces Rethink of What It Means to Be a
Gene". Science 316 (5831): 1556–1557.
2. Geoffrey M. Cooper (2005). "The Cell - A Molecular Approach". Boston University (ed. 2)
(Sunderland (MA): Sinauer Associates). hlm. Heredity, Genes, and DNA.
3. Gregory S, et. al. (2006). "The DNA sequence and biological annotation of human
chromosome 1". Nature 441 (7091): 315–21.
4. Mandelkern M, Elias J, Eden D, Crothers D (2003). "The dimensions of DNA in
solution". J Mol Biol 152 (1): 153–61.
5. Anthony JF Griffiths, Jeffrey H Miller, David T Suzuki, Richard C Lewontin, and William
M Gelbart (2000). "An Introduction to Genetic Analysis". University of British Columbia,
University of California, Harvard University (ed. 7) (W. H. Freeman). hlm. Properties of
RNA.