Page 1
MULTILEVEL MARKETING
MILIONAIRE CLUB INDONESIA (MCI) DALAM
PERSPEKTIF UNDANG UNDANG NO.07 TAHUN 2014
TENTANG PERDAGANGAN, FIKIH MUAMALAH
DAN FATWA DSN MUI NO.75/DSN/MUI/VII/2009
TENTANG PENJUALAN LANGSUNG BERJENJANG
SYARIAH (PLBS)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh
MUJITO
NIM 21412013
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017
Page 5
v
MOTTO
“We are born for doing great things!”
“If you think can, Impossible will be possible!”
“Time be lost before again!”
Sekali Melangkah pantang wajah berpaling ke belakang!”
“Hidupkanlah hidupmu dengan kesibukan dan kesuksesan!“
“Bekerjalah untuk masa depan bangsa dan agamamu!”
“Man Jadda wa jadda!”
Page 6
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada Sang Maha Pencipta, Allah Swt, Nabi
Muhammad Saw, Ibunda Siti Aminah, Ayahanda Sujadi, Guru, Kak Sumiyati, Kak
Wahyuningsih, Semua teman-temanku di organisasi Menwa Yon. 953 IAIN
Salatiga, Dema Institut IAIN Salatiga Masa Bhakti 2016, Ma‟had Al-Ishlaah
Tingkir Lor, guru-guru MI Kadirejo 02 yang senantiasa memotivasiku; Semua
dosen, karyawan dan teman-teman baik di kampus satu maupun kampus dua,
Asatidz-asatidzah, tetanggaku yang menyayangiku, warga desaku yang ramah, dan
semua teman yang pernah aku kenal terutama yang membuatku tegar dalam
menghadapi beberapa masalah. Terimakasih atas dukungan kalian semua, aku
mampu menyelesaikan perjuanganku menuju gelar sarjana Hukum dan menjadi
orang yang besar seperti sekarang ini. Semoga amal-amal kalian dicatat sebagai
amal yang memenuhi timbangan kelak di akhirat dan mendapatkan ridha-Nya,
Amiin.
Page 7
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Peneliti panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya hingga karya tulis dengan judul “Multilevel Marketing
Milionaire Club Indonesia (MCI) dalam Perspektif Undang Undang No.07
Tahun 2014 Tentang Perdagangan, Fikih Muamalah dan Fatwa DSN MUI
No. 75/DSN/MUI/VII/2009 tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah”,
Kita perlu mengerti praktik Multi Level Marketing yang sesuai dengan hukum
positif dan hukum islam. Maka penerapan dari kedua hukum tersebut terhadap
pelaksanaan Multi Level Marketing sangatlah penting. Sehingga, pemahaman yang
akan konsep Multi Level Marketing yang baik menurut Undang Undang No.07
Tahun 2014 Tentang Perdagangan, Fikih Muamalah dan Fatwa DSN MUI No.
75/DSN/MUI/VII/2009 tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syari‟ah (PLBS)
dapat menjauhkan masyarakat dari praktik Multi Level Marketing yang dilarang.
Penulisan karya tulis ini tidak akan berhasil tanpa dukungan, petunjuk,
nasehat, bantuan dan kepercayaan dari semua pihak. Oleh karena itu, peneliti
mengucapkan terimaksih kepada:
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Dra. Siti Zumrotun, M. Ag selaku Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga.
3. Ibu Evi Ariyani, M. H selaku Kajur Hukum Ekonomi Syari‟ah IAIN Salatiga.
4. Bapak Nafis Irkhami, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Akademik.
5. Bapak Dr. Ilyya Muhsin, S.HI, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi.
Page 8
viii
6. Seluruh dosen IAIN Salatiga dan karyawan akademik yang tidak dapat saya
sebut satu persatu.
7. Seluruh pegawai perpustakaan kampus IAIN Salatiga.
8. Teman-teman baik itu di organisasi, kampus IAIN Salatiga, Ma‟had Al-Ishlah
Tingkir Lor, Salatiga.
9. Keluarga tercinta di rumah.
Peneliti menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, peneliti Maka peneliti mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun sehingga dapat menyempurnakan karya tulis ini dimasa
mendatang.
Salatiga, Mei 2017
Peneliti
Page 9
ix
ABSTRAK
Mujito. 2016. Multilevel Marketing Milionaire Club Indonesia (MCI) dalam
Perspektif Undang Undang No.07 Tahun 2014 Tentang Perdagangan, Fikih
Muamalah dan Fatwa DSN MUI No. 75/DSN/MUI/VII/2009 Tentang Penjualan
Langsung Berjenjang Syariah. Skripsi. Fakultas Syari‟ah. Jurusan Hukum
Ekonomi Syari‟ah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Ilyya
Muhsin.
Kata Kunci: Multilevel Marketing Milionaire Club Indonesia (MCI),
Undang-Undang No.7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, Fikih
Muamalah, Fatwa DSN MUI No. 75/DSN/MUI/VII/2009 tentang
Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS).
Multi Level Marketing (MLM) Milioner Club Indonesia (MCI) di Salatiga
dan sekitarnya merupakan salah satu jenis MLM yang banyak mengeluarkan
produk kecantikan dan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
praktik MCI di masyarakat. Selain itu, penelitian ini untuk mengetahui kedudukan
hukumnya ditinjau dari Undang-Undang No.07 Tahun 2014 tentang Perdagangan,
Fikih Muamalah, dan Fatwa DSN MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 tentang
Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS).
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan
pendekatan sosiologis dan yuridis-normatif. Penelitian kualitatif yaitu penelitian
yang menggunakan pendekatan yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami subjek peneliti yaitu perilaku, persepsi motivasi, dan
tindakan dari perilaku bisnis MCI. Teknik pengumpulan data dilakukan wawancara
dan dokumentasi. Wawancara dilakukan terhadap para pelaku bisnis MCI,
sedangkan dokumentasi meliputi website, dokumen resmi, buku-buku dan
brosur/leaflet yang berkaitan dengan MCI.
Dari hasil penelitian menyatakan bahwa praktik MLM MCI tidak
memenuhi ketentuan-ketentuan hukum sebagai berikut: 1). Undang-Undang No.07
Tahun 2014 tentang perdagangan yaitu MCI menerapkan sistem skema piramida,
2). Fikih muamalah yaitu Jual beli di MCI mengandung unsur riba, maysir dan
dzulm, 3) Fatwa DSN MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 tentang Penjualan
Langsung Berjenjang Syariah (PLBS) yaitu transaksi jual beli di MCI mengandung
unsur riba, maysir dan dzulm, MCI memberikan passive income, dan MCI
melakukan kegiatan money game. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa praktik MLM MCI adalah money game dan termasuk
transaksi muamalah yang dilarang.
Page 10
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................... iv
HALAMAN MOTO ............................................................................................. v
PERSEMBAHAN ................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 4
D. Kegunaan Penelitian ........................................................................ 4
E. Penegasan Istilah .............................................................................. 4
F. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 7
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan.................................................. 9
2. Kehadiran Peneliti ....................................................................... 10
3. Lokasi Penelitian ......................................................................... 10
Page 11
xi
4. Kebutuhan Dari Sumber Data ..................................................... 10
5. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 11
6. Analisis Data ............................................................................... 12
7. Pengecekan Keabsahan Data....................................................... 13
8. Tahap-tahap Penelitian ................................................................ 13
H. Sistematika Penulisan ...................................................................... 14
BAB II TINJAUAN UMUM MULTI LEVEL MARKETING DAN TEORI
HUKUM ISLAM
A. Gambaran Umum Tentang Multi Level Marketing (MLM)
1. Pengertian Multi Level Marketing .............................................. 16
2. Sejarah Berdirinya Multi Level Marketing ................................. 16
3. Karakteristik Bisnis MLM .......................................................... 18
4. Cara Kerja MLM ......................................................................... 21
B. Tinjauan Undang-Undang No.07 Tahun 2014 tentang
Perdagangan ..................................................................................... 25
C. Tinjauan Fikih Muamalah dan Fatwa DSN MUI No.75/DSN/MUI
/VII/2009 tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah ............ 32
1. Fikih Muamalah .......................................................................... 32
a. Tinjauan Umum Tentang Jual Beli ....................................... 32
1) Pengertian Jual Beli......................................................... 33
2) Dalil Hukum .................................................................... 33
3) Rukun dan Syarat Jual Beli ............................................. 34
4) Jenis-jenis Jual Beli ......................................................... 35
Page 12
xii
a) Jenis-jenis Jual Beli yang diperbolehkan dalam
Islam.........................................................................
35
b) Jenis-jenis Jual Beli yang tidak diperbolehkan
dalam Islam ............................................................... 48
2. Fatwa DSN MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 tentang tentang
Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS) ....................... 55
a. Ketentuan Hukum ................................................................. 55
b. Ketentuan Akad ..................................................................... 64
BAB III PRAKTIK MLM MCI DI MASYARAKAT
A. Profil MCI ........................................................................................ 67
B. Produk-produk Milionaire Club Indonesia .................................... 70
B. Sistem Milionaire Club Indonesia
1. Sistem Manajemen ...................................................................... 73
2. Sistem Pembagian Bonus MCI ................................................... 80
BAB IV PRAKTIK MILIONAIRE CLUB INDONESIA (MCI)
MENURUT UNDANG-UNDANG NO.07 TAHUN 2014 TENTANG
PERDAGANGAN, FIKIH MUAMALAH, dan FATWA DSN MUI
No.75/DSN/MUI/VII/2009 TENTANG PENJUALAN LANGSUNG
BERJENJANG SYARI‟AH (PLBS)
A. Tinjauan Undang-Undang No.07 Tahun 2014 Tentang MCI ........ 86
B. Tinjauan Fikih Muamalah Tentang MCI ......................................... .90
1. Ketentuan hukum ....................................................................... .90
Page 13
xiii
2. Ketentuan Akad ......................................................................... .96
C. Tinjauan Fatwa DSN MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 Tentang
MCI
1. Ketentuan hukum ....................................................................... 99
2. Ketentuan Akad ......................................................................... 107
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN ................................................................................ 112
B. SARAN ............................................................................................ 114
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Page 14
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan MLM dengan Money Game ................................................ .30
Tabel 3.1 Daftar Harga Paket Wow ...................................................................... .75
Tabel 3.2 Daftar Harga Paket Upgrade ................................................................. .76
Tabel 3.3 Daftar Harga Paket Reward .................................................................. .77
Tabel 3.4 Daftar Harga Paket Reward 2 poin ....................................................... .77
Tabel 3.5 Daftar Harga Paket Heboh .................................................................... .78
Tabel 3.6 Daftar Harga Paket Diamond ................................................................ .78
Tabel 3.7 Daftar Harga Paket Full Diamond ........................................................ .79
Tabel 4.1 Tinjauan Undang-undang No.07 Tahun 2014 tentang perdagangan
Terhadap Praktik MLM MCI ................................................................ .89
Tabel 4.2 Tinjauan Fikih Muamalah Terhadap Praktik MLM MCI ..................... .98
Tabel 4.3 Tinjauan Fatwa DSN-MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 Tentang
Penjualan Langsung Berjenjang Syari‟ah (PLBS) Terhadap Praktik
MLM MCI............................................................................................................111
Page 15
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kantor Perwakilan MCI .................................................................. .69
Gambar 3.2 skema bonus level ............................................................................. .81
Gambar 3.3 skema bonus pasangan ...................................................................... .82
Gambar 3.4 skema bonus cycle ............................................................................. .83
Page 16
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Dalam persaingan yang semakin kompetitif ini, tidak dipungkiri bahwa
Indonesia menghadapi masalah keterbatasan kesempatan kerja bagi para
angkatan kerja dengan meningkatnya jumlah pengangguran belakangan ini.
Kondisi ini semakin diperburuk dengan situasi persaingan global
(pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean/MEA) yang akan
memperhadapkan masyarakat Indonesia bersaing secara bebas dengan negara
lainnya. Oleh karena itu, mendirikan sebuah badan usaha atau menjalankan
usaha bisnis merupakan bidang ekonomi yang mampu memberikan konstribusi
yang positif dalam mereduksi angka pengangguran dan kemiskinan saat ini.
Namun, Kendala financial, soft skill, dan minimya pengetahuan tentang
entrepreneurship menyebabkan susahnya usaha mandiri dapat bertumbuh
dengan cepat.
Di tengah masalah tersebut, muncul sebuah sistem bisnis yang dapat
menjanjikan keberhasilan financial dengan sistem pemasaan berjenjang yang
dinilai dapat mendorong kemampuan seseorang di bidang marketing yang
merupakan salah satu hal yang mendasari entrepreneurial yaitu, Multi Level
Marketing (MLM). Sistem pemasaran jaringan yang memangkas jalur
distribusi dalam penjualan konvensional karena tidak melibatkan distributor
atau agen tunggal dan grosir atau sub-grosir tetapi langsung mendistribusikan
Page 17
2
kepada distributor independen yang bertugas sebagai pengecer. Keunikan
sistem pemasaran ini terletak pada eksklusivitas cara pendistribusiannya,
dimana hasil produksinya tidak dapat dibeli umum di tempat-tempat toko,
pasar, swalayan, atau deparment store dan lain-lain, tetapi hanya dapat
diperoleh melalui distributor langsung tersebut (Rozi, 2006:105-106).
Sistem bisnis ini mulai diminati masyarakat dikarenakan bisnis Multi
Level Marketing ini adalah bisnis dengan modal yang relatif lebih kecil dengan
peluang yang besar, mendapatkan passive income, dan tidak memiliki jam keja
tertentu. Multi Level Marketing merupakan suatu metode penjualan barang dan
jasa secara langsung kepada pelanggan melalui jaringan yang dikembangkan
oleh distributor secara berantai dan berjenjang. Maka tidak mengherankan jika
perkembangan industri MLM di Indonesia belakangan ini cukup pesat.
Menurut data APLI (Asosiasi Penjual Langsung Indonesia) pada tahun 2015
jumlah perusahaan MLM yang terdaftar di APLI sebanyak 84 perusahaan
MLM (www.apli.or.id/anggota/ diakses 03 Agustus 2016).
Dalam perkembangan selanjutnya, muncullah persoalan dimasyarakat
terkait kehadiran MLM yakni, banyak masyarakat kita yang menjadi korban
money game, praktek MLM yang tidak sehat, praktik MLM yang berorientasi
pada transaksi ilegal, transaksi yang tidak riil, tidak fair dan di dalamnya
terdapat unsur penipuan, kebohongan dan investasi bodong. Sehingga
menimbulkan keresahan masyarakat. Karena itu pemerintah membuat aturan
undang undang perdagangan No.07 Tahun 2014 dan MUI mengeluarkan fatwa
No.75/DSN/MUI/VII/2009 untuk standar menjadi perusahaan MLM yang
Page 18
3
baik dan untuk melindungi masyarakat dari tindakan curang yang dilakukan
perusahaan MLM yang curang.
Salah satu di antara bisnis MLM yang berkembang adalah Milionaire
Club Indonesia (MCI). MCI adalah klub bisnis dibawah naungan PT. Milioner
Group Indonesia (MGI) yang memberikan hak khusus kepada seluruh
anggotanya untuk membangun jaringan pemasaran produk. PT. Milioner Group
Indonesia (MGI) merupakan perusahaan di bidang kecantikan dan kesehatan.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti berkeinginan untuk
mengkaji lebih dalam praktik bisnis MLM MCI ini agar masyarakat secara
bijak menilai MLM mana yang layak untuk diikuti atau tidak diikuti.
B. Rumusan Masalah
Setelah melihat latar belakang penelitian yang ada maka peneliti akan
membatasi rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini agar tidak
terjadi kerancuan.
Adapun Rumusan Masalah yang diambil adalah:
1. Bagaimana praktik bisnis Multi Level Marketing (MLM) Milionaire Club
Indonesia (MCI) di masyarakat,
2. Bagaimana Multi Level Marketing (MLM) Milionaire Club Indonesia
(MCI) menurut Undang-Undang No.07 Tahun 2014 tentang perdagangan,
Fikih Muamalah secara umum dan secara khusus Fatwa MUI
No.75/DSN/MUI/VII/2009 tentang Penjualan Langsung Berjenjang
Syariah (PLBS).
Page 19
4
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui praktik bisnis Multi Level Marketing Milionaire Club
Indonesia di masyarakat.
2. Untuk mengetahui sistem bisnis Multi Level Marketing Milionaire Club
Indonesia menurut Undang-Undang No.07 Tahun 2014 tentang
perdagangan, Fikih Muamalah dan Fatwa MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009
tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS).
D. Kegunaan Penelitian
Manfaat atau kegunaan yang bisa diambil dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Sebagai bentuk sumbangan pemikiran dan masukan terhadap para pihak
yang berkepentingan terutama masyarakat luas mengenai Multi Level
Marketing.
2. Sebagai bahan kajian bagi akademisi untuk menambah khazanah ilmu
pengetahuan terkait Multi Level Marketing.
E. Penegasan Istilah
1. Praktik
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata praktik merupakan kata benda yang
mengacu pada arti dari sebuah pelaksanaan secara apa yang disebut dalam
teori (Pusat Bahasa, 2007:892).
2. Multi Level Marketing (MLM)
MLM adalah suatu metode bisnis alternatif yang berhubungan dengan
Page 20
5
pemasaran dan distribusi. Perhatian utama dari MLM adalah menentukan
cara terbaik untuk menjual produk dari suatu perusahaan melalui inovasi di
bidang pemasaran dan distribusi. Pada prinsipnya, MLM hanya berkaitan
dengan bagaimana bisa menjual suatu produk dengan lebih efisien dan
efektif kepada pasar (Santoso, 2006:28).
MLM didefinisikan sebagai Penjualan Langsung Berjenjang yakni cara
penjualan barang atau jasa melalui jaringan pemasaran yang dilakukan oleh
perorangan atau badan usaha kepada sejumlah perorangan atau badan usaha
lainnya secara berturut-turut (Fatwa MUI NO.75/DSN/MUI/VII/2009).
3. Milionaire Club Indonesia (MCI)
MCI adalah klub bisnis dibawah naungan PT. Milioner Group Indonesia
(MGI) yang memberikan hak khusus kepada seluruh anggotanya untuk
membangun jaringan pemasaran produk. PT. Milioner Group Indonesia
(MGI) merupakan perusahaan di bidang kecantikan dan kesehatan.
4. Undang-undang No.07 Tahun 2014 Tentang Perdagangan
Undang-undang dalah ketentuan dan peraturan negara yang dibuat oleh
pemerintah (menteri, badan eksekutif, dsb) disahkan oleh Parlemen (Dewan
Pewakilan Rakyat, Badan Legislatif, dsb) ditandatangani oleh kepala
negara (presiden, kepala pemerintah, raja) dan mempunyai kekuatan yang
mengikat (Pusat Bahasa, 2007:1245).
Selanjutnya, Undang-undang No.07 Tahun 2014 Tentang Perdagangan
adalah suatu aturan yang mengatur tentang tatanan kegiatan yang terkait
dengan transaksi barang dan/atau jasa di dalam negeri dan melampui batas
Page 21
6
wilayah negara dengan tujuan pengalihan hak atas barang dan/atau jasa
untuk memperoleh imbalan atau kompensasi (http://seputarpengertian.
blogspot.co.id/2014/11/pengertian tujuan dan lingkup pengaturan
perdagangan.html diakses 07 Mei 2017).
5. Fikih Muamalah
Fikih muamalah adalah aturan-aturan (hukum) Allah Swt. Yang telah
ditetapkan berkaitan dengan interaksi dan perilaku manusia lainnya dalam
upaya memeroleh, mengatur, mengelola, dan mengembangkan harta benda
(al-maal) (Nawai, 2012:11).
6. Fatwa MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 tentang Penjualan Langsung
Berjenjang Syariah (PLBS).
Dalam ilmu Ushul Fikih, fatwa berarti pendapat yang dikemukakan seorang
mujtahid atau faqih sebagai jawaban yang diajukan peminta fatwa dalam
suatu kasus yang bersifat tidak mengikat. Fatwa juga dapat diterjemahkan
sebagai petuah, nasehat, jawaban atas pertanyaan yang berkaitan dengan
hukum (Dahlan, 1996:326).
Selanjutnya, Fatwa MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 tentang Penjualan
Langsung Berjenjang Syariah (PLBS) adalah pedoman syariah terkait
penjualan barang dan jasa dengan sistem Multi Level Marketing (MLM).
Penerbitan fatwa ini diharapkan agar umat islam lebih berhati-hati kepada
praktik MLM yang merugikan dan dilarang dalam syariah (DSN MUI,
2009:1)
Page 22
7
F. Tinjauan Pustaka
Penelitian tentang MLM sudah banyak dilakukan diantaranya penelitian yang
ditulis oleh Ami Sholihat dengan judul Tinjauan Hukum Islam Tentang
Insentif Passive Income Pada Multi Level Marketing Syariah di PT. K-Link
Internasional. Adapun rumusan masalah penelitian tersebut adalah:
1. Apa saja yang termasuk Insentif Passive Income di PT. K-Link
International,
2. Bagaimana tinjauan hukum Islam tentang Insentif Passive Income pada
Multi Level Marketing Syariah di PT. K-Link International.
Hasil penelitian yang dilakukannya adalah sebagai berikut:
1. Insentif passive income didapatkan oleh member K-Link yang berperingkat
atas seperti Royal Crown Ambassador, Crown Ambassador, Emerald
Manager, Sapphire Manager, Diamond Manager, dan Senior Crown
Ambassador. Peringkat-peringkat tersebut yang sudah mahir
menduplikasikan K-System 3 samapai 5 lapis ke dalam tiga kaki utama dan
fokus kerja selama 1-3 tahun.
2. Menurut ketentuan hukum fatwa tentang PLBS (Penjualan Langsung
Berjenjang Syariah) No.75/DSN/MUI/VII/2009, bahwa PT. K-Link
Internaional belum memenuhi fatwa tersebut karena insentif yang diperoleh
member yang berperingkat mendapatkan penghasilan yang lebih besar dari
downline dan hasil jerih payah downline.
Penelitian kedua dilakukan oleh Sunarno dengan judul skripsi
Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Penetapan Harga Pada MLM
Page 23
8
Syari‟ah di PT. Ahad-Net Internasional. Adapun rumusan masalah penelitian
tersebut adalah bagaimana tinjauan hukum islam terhadap sistem penetapan
harga pada PT. AHAD-Net Internasional menurut penilaian mitra niaga. Hasil
penelitian yang dilakukannyan adalah secara umum penetapan yang
diberlakukan sesuai .dengan keinginan mitra niaga dan tidak mahal. Dengan
kata lain, harga tersebut adil dan tidak memberatkan konsumen dan
pengambilan keuntungan wajar. Namun jenis produk deterjen dinilai tidak adil
karena harga tersebut dinilai mahal menurut mitra niaga. Secara keseluruhan,
sistem penetapan harga pada PT. Ahad-Net Internasional sudah tidak
ditemukan kebijakan yang bertentangan dengan hukum islam.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Chusnul Chotimah dengan judul
Praktik Bisnis Multi Level Marketing (MLM) Tianshi Solo di kalangan ustad
Ditinjau dari Hukum Islam. Adapun rumusan masalah penelitian tersebut
adalah Apakah MLM Tianshi Solo telah sesuai hukum islam. Hasil
penelitian yang dilakukannya adalah sebagai berikut: dilihat dari segi
legalitas, segi produk, segi pembagian keuntungan serta jenjang kenaikan
peringkat, Tianshi cukup transparan. Namun , hal tersebut tidak dapat dijadikan
alasan akan kebolehannya. Namun dalam praktiknya, Tianshi tidak sesuai
dengan prinsip prinsip syariat. Diantaranya adalah praktik operasional Tianshi
bertentangan dengan prinsip keadilan, prinsip musyarakah, prinnsip al-bir at
taqwa serta didalamnya terkandung unsur yang dilarang dalam islam yakni
unsur jahalah (ketidak jelasan), unsur dharar (merugikan) dan unsur zulm
(merugikan orang lain).
Page 24
9
Dari kajian yang telah kami lakukan terhadap penelitian di atas penelitian
maka berbeda dengan penelitian sebelumnya karena dalam penelitian ini
penulis menitikberatkan analisis yuridis praktik bisnis Multi level Marketing
Milionaire Club Indonesia menurut UU No.07 Tahun 2014 tentang
Perdagangan, Fikih Muamalah, dan Fatwa MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009
tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS).
G. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian dan pendekatan
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada makna, penalaran,
definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak
meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari
(Munawaroh, 2012: 17).
Adapun pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan
sosiologis dan yuridis-normatif. Pendekatan sosiologis merupakan
pendekatan yang menggunakan berbagai metode pengumpulan data,
diantaranya metode pengamatan, metode wawancara, metode analisis life
history, metode analisis folklore, metode mencatat mimpi, metode survei
lintas budaya dan metode-metode lain (Bungin, 2011: 94).
Sementara itu, pendekatan yuridis-normatif adalah pendekatan yang
digunakan untuk menemukan apakah suatu perbuatan hukum sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku atau tidak.
Page 25
10
2. Kehadiran peneliti
Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan
instrumen atau alat penelitian yang aktif dalam mengumpulkan data-data di
lapangan. Sedangkan instrumen pengumpulan data yang lain selain peneliti
adalah dokumen-dokumen yang menunjang keabsahan hasil penelitian serta
alat-alat bantu lain yang dapat mendukung terlaksananya penelitian, seperti
kamera dan alat perekam. Oleh karena itu kehadiran peneliti di lokasi
penelitian sangat menunjang keberhasilan suatu penelitian, alat bantu
memahami masalah yang ada, serta hubungan dengan informan menjadi
lebih dekat sehingga informasi yang didapat menjadi lebih jelas. Maka
kehadiran peneliti menjadi sumber data yang mutlak. Dalam penelitian ini
subjek penelitian mengetahui bahwa penulis adalah peneliti.
3. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana lokasi penelitian itu dilakukan.
Penelitian tentang praktik bisnis Multi Level Marketing (MLM) Milioner
Club Indonesia (MCI) dilakukan di Kota Salatiga dan sekitarnya. Karena
peneliti masih menemukan praktik bisnis MCI di wilayah tersebut, maka
peneliti memilih lokasi tersebut.
4. Kebutuhan dan sumber data
Sumber data yang bisa didapatkan untuk mendukung penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Page 26
11
a. Sumber data primer
Sumber data primer adalah sumber data yang langsung didapatkan dari
lapangan atau tempat penelitian. Seperti hasil wawancara dengan
informan, dan atau langsung ikut berperan dalam masalah yang diteliti.
Jadi sumber data primer yang didapat dari penelitian ini adalah
wawancara langsung kepada informan di tempat penelitian dan
dokumen-dokumen MCI.
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari berbagai
bacaan atau hasil penelitian sebelumnya yang bertema sama. Jadi
sumber data lain yang bisa mendukung penelitian ini adalah dengan
telaah pustaka seperti buku-buku, jurnal ataupun hasil penelitian
sebelumnya yang meneliti hal serupa.
5. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting dalam suatu
penelitian, oleh karena itu peneliti harus pandai dalam mengumpulkan data,
sehingga data yang diperoleh valid. Pengumpulan data merupakan prosedur
yang standar dan sistematis dalam memperoleh data yang dibutuhkan.
a. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikai antara dua orang, melibatkan
seseorang yang ingin memperoleh informasi dari lainnya dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu
(Mulyana, 2004:180).
Page 27
12
Tujuan peneliti mengunakan metode pengumpulan data ini adalah untuk
mendapatkan data yang konkret mengenai praktik bisnis Multi Level
Marketing MCI yang dilakukan di masyarakat. Dalam penelitian ini
peneliti melakukan wawancara dengan pelaku bisnis Multi Level
Marketing MCI yang ada di Kota Salatiga dan sekitarnya.
b. Dokumentasi
Untuk mendapatkan data yang jelas dan konkret, maka peneliti juga
menggunakan metode dokumentasi berupa, brosur atau leaflet yang
memuat tentang tema yang diteliti.
6. Analisis data
Proses analisis data sebagaimana penelitian kualitatif, maka
digunakan tehnik analisis data dengan reduksi data, penyajian data, dan
verifikasi. Reduksi data (data reduction) yaitu proses pemilihan, dan
pemusatan pada penyederhanaan, abstraksi dan transformasi data kasar
yang diperoleh di lapangan. Penyajian data (data display) yaitu deskripsi
kumpulan informasi tersusun yang memungkinkan untuk melakukan
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penarikan kesimpulan
dan verifikasi (conclusion drawing dan verification) dari permulaan
pengumpulan data periset kualitatatif mencari makna dari setiap gejala yang
diperoleh di lapangan, mencatat keteraturan, pola penjelasan dan
konfigurasi yang mungkin ada, alur kausalitas dan proposisi (Salim, 2006:
22-23).
Page 28
13
7. Pengecekan keabsahan data
Peneliti tidak hanya menerima informasi mentah dari satu informan saja
melainkan dengan mengadakan konfirmasi ke informan lain mengenai data
yang diberikan oleh informan pertama. Hal ini merupakan salah satu dari
jenis strategi triangulasi (Patton. 2006: 279). Peneliti juga tidak menerima
data yang janggal atau bisa dikatakan menggunakan data yang benar dan
dapat dipertanggungjawabkan.
8. Tahap-tahap penelitian
Tahap-tahap yang dilakuakn dalam penelitian kualitatif adalah sebagai
berikut:
a. Tahap sebelum lapangan, yaitu hal-hal yang dilakukan sebelum
melakukan penelitian seperti pembuatan proposal penelitian,
mengajukan surat ijin penelitian, menetapkan fokus penelitian dan
sebagainya yang harus dipenuhi sebelum melakukan penelitian.
b. Tahap pekerjaan lapangan, yaitu mengumpulkan data melalui
wawancara dengan informan dan mengumpulkan dokumen-dokumen
MCI.
c. Tahap analisis data, analisis data dilakukan sejak pengumpulan data
hingga dirasa cukup mengambarkan hasil penelitian sehingga bisa
memberi arti pada objek yang diteliti. Analisis juga dilakukan dengan
membaca model MLM MCI dengan menggunakan Undang-Undang
No.07 Tahun 2014 tentang perdagangan, Fikih Muamalah dan Fatwa
MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 tentang Penjualan Langsung
Page 29
14
Berjenjang Syariah (PLBS).
d. Tahap penulisan laporan, yaitu apabila semua data telah terkumpul dan
telah dianalisis serta dikonsultasikan kepada pembimbing maka yang
dilakukan peneliti selanjutnya adalah menulis hasil penelitian tersebut
sesuai dengan pedoman penulisan yang telah ditentukan.
H. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan laporan hasil penelitian, sistematika penulisan laporan adalah
sebagai berikut :
Bab pertama adalah pendahuluan. Pendahuluan ini merupakan
garis-garis besar pembahasan isi pokok skripsi yang terdiri atas; latar belakang
masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan
istilah, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Di
dalam metode penelitian berisi tentang pendekatan dan jenis penelitian,
kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, dan tahap-tahap penelitian.
Adapun Bab kedua merupakan tinjauan umum MLM dan teori hukum
islam yang meliputi sejarah berdirinya MLM, karakteristik MLM, cara kerja
MLM, tinjauan hukum islam tentang kebolehan dan keharaman MLM,
Undang-Undang No.07 Tahun 2014 tentang perdagangan, Fikih Muamalah dan
Fatwa MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 tentang Penjualan Langsung
Berjenjang Syariah (PLBS).
Bab ketiga ini berisi uraian tentang pelaksanaan Multi Level Marketing
(MLM) Milioner Club Indonesia (MCI) di masyarakat. Pada bab ini dijelaskan
tentang objek penelitian seperti, profilnya, produk-produk yang ditawarkan
Page 30
15
Multi Level Marketing (MLM) Milioner Club Indonesia (MCI), sistem yang
digunakan dalam Multi Level Marketing (MLM) Milioner Club Indonesia
(MCI).
Selanjutnya, Bab keempat yang merupakan inti dari penulisan dan
pembahasan skripsi. Pada bab ini peneliti menguraikan tentang jawaban
terhadap pokok permasalahan dari penelitian yaitu tentang pelaksanaan Multi
Level Marketing (MLM) Milioner Club Indonesia (MCI) di Kota Salatiga dan
sekitarnya apakah sudah sesuai dengan Undang-Undang No.07 Tahun 2014
tentang perdagangan, Fikih Muamalah dan Fatwa MUI
No.75/DSN/MUI/VII/2009 tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah
(PLBS).
Kemudian, diakhiri Bab kelima yang merupakan kesimpulan dan
saran-saran mengenai persoalan yang telah dijabarkan pada bab-bab
sebelumnya.
Adapun bagian akhir dari skripsi memuat daftar pustaka serta
lampiran-lampiran.
Page 31
16
BAB II
TINJAUAN UMUM MULTILEVEL MARKETING DAN TEORI HUKUM
ISLAM
A. Gambaran Umum Tentang Multi Level Marketing (MLM)
1. Pengertian Multi Level Marketing (MLM)
Santoso 2006:28 menyatakan bahwa Multi Level marketing adalah
suatu metode bisnis alternatif yang berhubungan dengan pemasaran dan
distribusi yang dilakukan melalui banyak level (tingkatan), yang biasa
dikenal dengan Upline (tingkat atas) dan Downline (tingkat bawah), orang
akan disebut Upline jika mempunyai Downline. Inti dari bisnis Multi Level
Marketing ini digerakkan dengan jaringan, baik yang bersifat vertikal atas
bawah maupun horizontal kiri kanan ataupun gabungan antara keduanya.
Dengan kata lain, Multi Level Marketing ini disebut juga pemasaran jaringan,
dan sebagian orang menyebutnya Direct Selling atau penjualan langsung.
2. Sejarah berdirinya Multi Level Marketing (MLM)
Sejarah dari MLM tidak bisa dipisahkan dengan berdirimya Amway
Corporation dan produknya Nutrilite. Konsep dari Nutrilite dimulai pada
awal tahun 1930 oleh Carl Rehnborg, seorang pengusaha Amerika yang
pernah tinggal di Cina pada tahun 1917-1927. Berdasarkan publikasi dari
Amway, pengalamannya ketika tinggal di Cina menyebabkan Rehnborg
memperoleh kesempatan yang sangat besar untuk meneliti pengaruh dari diet
yang tidak cukup. Kehidupan yang keras di Cina juga membuat Rehnborg
Page 32
17
mempelajari banyak literatur mengenai nutrisi pada waktu itu. Akhirnya, dia
menyimpulkan bahwa diet yang seimbang dibutuhkan untuk membuat
seluruh tubuh bisa tetap berfungsi secara seimbang. Penemuan ini
menyebabkan dia merasakan adanya kebutuhan untuk makanan suplemen
bagi diet yang mampu menyediakan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh tanpa
mempedulikan kebiasaan makan seseorang. Setelah melakukan eksperimen
selama 7 tahun, akhirnya Rehnborg berhasil menghasilkan makanan
suplemen. Dia memberikan hasil temuannya tersebut kepada
teman-temannya untuk dicoba (Santoso, 2006:23).
Kemudian temuan rehnborg tersebut diminati para konsumen dan
pada tahun 1934 dia mendirikan perusahaan Nutrilite Produced, Inc.
Selanjutnya perusahaannya menerapkan sistem bonus sebesar 2% kepada
penjual yang berhasil merekrut penjual baru. Kemudian perusahaannya juga
memberikan komisi tambahan kepada distributor barunya yang berhasil
merekrut, melatih dan membantu distributor baru menjual nutrilite kepada
konsumen. Dalam perkembangan berikutnya, setidaknya terdapat tiga nama
penting dari sekian banyak distributor nutrilite yang kelak menyempurnakan
sistem penjualan langsung mereka. Mereka adalah Dr. Forrest Shaklee,
Richard De Vos dan Jay Van Andel.
Kemudian pada tahun 1950-an perusahaan Nutrilite Produced, Inc
mengalami keguncangan internal manajemen perusahaan yakni Dr. Forrest
Shaklee mengeluarkan diri dan membangun Shaklee Corporation. Shaklee
Corporation juga bergerak di bidang makanan suplemen dan berkembang
Page 33
18
menjadi perusahaan multinasional. Kemudian pada tahun 1959 mantan
distributor Nutrilite Richard De Vos dan Jay Van Andel mendirikan
Amway. Mereka berhasil mengembangkan sistem pemasaran yang dirintis
Nutrilite Produced. Akhirnya Pada tahun 1972 Amway membeli Nutrilite
Produced. Amway mempunyai 450 lebih produk yang ditawarkan dan
menjadi perusahaan terbesar hingga saat ini (Rozi, 2006:108).
Berkembangnya industri MLM di Indonesia belakangan ini
merupakan suatu fenomena yang cukup menarik. Dalam waktu kurang dari
dua dekade, bangsa ini telah memiliki sekitar 40-an lebih perusahaan MLM.
Menurut data APLI (Asosiasi Penjual Langsung Indonesia) tahun 2002,
sekitar 4 juta orang telah terlibat dalam industri ini, dan di antaranya terdapat
puluhan hingga ratusan ribu orang terpikat hatinya pada
perusahaan-perusahaan MLM (Rozi, 2006:65).
3. Karakteristik bisnis MLM
a. Modal rendah
Modal yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis MLM tidaklah tinggi,
hanya berkisar pada puluhan ribu rupiah. Rendahnya modal awal
disebabkan karena:
1) Sebagai distributor/agen perusahaan MLM tidak harus menyediakan
tempat seperti membuka toko, atau kantor untuk jenis usaha lainnya.
Seorang distributor/agen dapat menggunakan rumahnya sebagai
tempat usaha. Bahkan, ada perusahaan MLM yang menyediakan
tempat/kantor sebagai pusat kegiatan para agen/distributornya.
Page 34
19
2) Sebagai distributor/agen tidak perlu memiliki persediaan/stok barang
yang banyak, cukup hanya sebagai contoh produk saja.
3) Sebagai distributor/agen tidak perlu mengeluarkan biaya untuk
menggaji manajemen (MLM leaders, 2007:4).
b. Pengarahan dan bimbingan
Bisnis MLM menjadi sebuah bisnis dambaan. Setiap orang yang ingin
memiliki bisnis pasti menginginkan adanya bimbingan dari seseorang
yang memiliki pengalaman dalam bisnis, atau usaha tersebut. Dalam
bisnis MLM, setiap orang akan mendapatkan bimbingan yang berasal
dari:
1) Upline, yaitu rekan kerja yang telah mengajak downline untuk
menekuni bisnis MLM. Dengan pengetahuan dan pengalaman yang
telah mereka miliki, mereka dapat mengarahkan, membimbing, serta
mendampingi downline saat menjalankan bisnis ini.
2) Support sistem, yaitu sistem penunjanng yang menyediakan sistem
pendidikan dan peralatan penunjang seperti kaset, buku, VCD/DVD,
brosur, atau majalah (MLM leaders, 2007:7).
c. Resiko kecil
Bisnis MLM ini memiliki resiko yang sangat kecil, bahkan bisa dikatakan
hampir tidak ada. Kecilnya resiko dalam bisnis ini disebabkan oleh:
Page 35
20
1) Modal usaha yang kecil.
Ketika terjadi sesuatu yang buruk, dan member harus berhenti
dengan bisnis ini member tidak akan kehilangan modal, atau uang,
dalam jumlah yang besar.
2) Sistem transaksi cash and carry
Semua pembayaran dilakukan secara tunai oleh setiap rekan kerja
member.
3) Tanggung jawab terpisah.
Masing-masing orang memiliki tanggung jawab dan kewajiban
sendiri-sendiri (MLM leaders, 2007:9).
d. Pendapatan tidak terbatas/besar
Bisnis jaringan adalah sebuah bisnis yang memiliki potensi pendapatan
yang sangat besar, bahkan bisa dikatakan tidak terbatas. Hal ini
disebabkan karena dalam jaringan bisnis seseorang tidak dibatasi jumlah
rekan kerja yang boleh dimiliki.
e. Perluasan wilayah/ekspansi usaha
Ekspansi usaha adalah salah satu cara untuk memperbesar pendapatan
dan memperkecil resiko kehilangan pendapatan. Perluasan wilayah
menjadi suatu hal yang penting untuk dilakukan karena member tidak
pernah tahu kapan akan terjadi sesuatu pada salah satu wilayah usaha nya.
Hal-hal yang terjadi pada sebuah wilayah:
a. Bencana alam
b. Kerusuhan
Page 36
21
c. Keadaan ekonomi yang memburuk
d. Perubahan kebijakan
e. Kestabilan keamanan dan politik suat wilayah bisa berubah
sewaktu-waktu (MLM leaders, 2007:13).
4. CARA KERJA MLM
Setelah mengetahui tujuan dari perusahaan MLM, selanjutnya akan
didiskusikan bagaimana sebetulnya cara suatu perusahaan MLM untuk
mempertahankan keberadaannya.
a. Cara perusahaan Multi Level Bekerja
Perusahaan Multi Level biasanya membagi uang yang mereka terima dari
para distributor mereka dengan proporsi seperti ini:
1) 50% untuk bonus.
2) 25% untuk biaya produk yang diberikan.
3) 25% untuk keuntungan dan biaya lain-lain.
Hal ini berarti untuk setiap dolar yang diberikan oleh distributor
hanya 50% yang akan dikembalikan sebagai bonus. Sama seperti lotre
dan pacuan kuda, perusahaan MLM tidak mencetak sendiri uang yang
digunakan. Mereka hanya mengembalikan sebagian uang yang mereka
terima kepada para distributor mereka. Sisanya digunakan untuk
menghasilkan produk, keuntungan dan biaya lain-lain (Santoso, 2006:
40).
Selanjutnya, apakah para distibutor yang ada akan tetap berpartisipasi jika
mereka tahu akan kehilangan 50% dari uang yang mereka investasikan?.
Page 37
22
Jika mereka menjawab tetap berpartisipasi, selama perusahaan MLM
menyediakan nilai tambah untuk uang yang mereka investasikan. Jika
perusahaan MLM tidak mempunyai produk atau mempunyai produk,
tetapi dengan nilai yang tidak tinggi, maka para distributor akan segera
kecewa karena kehilangan 50% dari uang mereka (Santoso, 2006:40).
Kesalahan inilah yang banyak dilakukan oleh banyak industri
multilevel. Terlalu banyak distributor yang mempunyai pandangan yang
salah dan menganggap bahwa semua orang akan mampu menghasilkan
uang lebih banyak daripada jumlah uang yang mereka investasikan. Hal
ini secara matematis tidak akan mungkin terjadi (Santoso, 2006:40).
Para distibutor yang mempunyai pandangan seperti ini akan
merekrut calon distributor baru dengan mengatakan bahwa mereka akan
menerima uang lebih banyak daripada jumlah yang mereka investasikan.
Padahal, kenyataannya hampir semua distributor akan menerima uang
lebih kecil dari yang mereka investasikan. Bahkan, banyak distributor
yang tidak menerima uang se-sen pun (Santoso, 2006:41).
Perusahaan multilevel tidak dapat menerima 1 dolar sebagai
pendapatan mereka, menyediakan produk, membayar overhead, dan tetap
membayarkan bonus sebesar 1,15 dolar kepada setiap distributor. Jika hal
ini dilakukan, maka perusahaan akan mengalami kerugian dan akan
dengan cepat menjadi bangkrut. Skema seperti inilah yang menyebabkan
hampir sebagian besar distributor tidak mendapatkan bonus sama sekali
(Santoso, 2006: 41).
Page 38
23
Pandangan yang salah ini sering kali membuat para distributor
berkata kepada para calon distributor baru agar tidak mengkhawatirkan
produknya. Meskipun calon distributor tersebut tidak memerlukannya
atau berpikir bahwa harganya terlalu mahal, yang penting calon
distributor tersebut mendapatkan tiga distributor. Selanjutnya, dia akan
mencapai titik impas (break event point). Jika dia mendapatkan
distributor ke-4, dia akan mulai mendapatkan keuntungan (Santoso,
2006:41).
Para distributor baru ini akan bergabung kedalam program dan
merekrut berapa distributor lagi. Para distributor yang mereka rekrut tidak
mendapatkan bonus untuk menutupi investasi bulanan mereka. Akhirnya
mereka putus asa dan berhenti dari program. Hal ini menyebabkan
distributor yang berada diatas mereka kehilangan bonus bulanan-nya
sehingga berada dibawah investasi bulanan, akhirnya mereka juga keluar
dari program ini. Sponsor mereka juga akan kehilangan bonus, sehingga
uang yang didapatkan juga berada dibawah investasinya, yang pada
akhirnya mereka juga keluar dari program ini pula (Santoso, 2006:41).
Ketika seorang distributor mengunakan kekuatan dari rencana
pemasaran hanya untuk merekrut distributor yang lain, mereka pasti akan
mengalami kegagalan, tidak ada satu rencanapun yang kan membuat
semua orang menjadi pemenang dengan menyediakan bonus kepada
mereka lebih besar daripada uang yang mereka investasikan. Dari hal ini,
kita bisa simpulkan mengapa mereka akan gagal jika menggunakan
Page 39
24
rencana pemasaran untuk meyakinkan orang. Berapa banyak distributor
akan kehilangan investasi mereka sehingga sponsor mereka akan menjadi
impas (Santoso, 2006:41).
Semua program MLM yang hanya berdasarkan pada rencana
pemasaran saja pasti akan mengalami kegagalan. Perusahaan-perusahaan
ini hanya memberikan sedikit (atau bahkan tidak ada sama sekali) nilai
pada produk untuk investasi para distributor mereka. Sebagai contoh, 1
botol vitamin seharga 60 dolar yang bisa dibeli di toko seharga 10 dolar,
atau perjalanan yang mahal atau diskon yang biasanya bisa didapat
dengan gratis. Jika produk bukan merupakan sesuatu yang dianggap
bermanfaat oleh para distributor, maka sebagai hasilnya mereka pasti
akan keluar. Jika para distributor keluar biasanya akan diikuti oleh para
sponsor, dan seterusnya (Santoso, 2006:42).
Nilai dari produk harus merupakan sesuatu yang signifikan.
Selalu ada distributor yang terletak di bagian paling bawah sehingga
mereka harus membeli produk untuk mereka pakai sendiri tanpa
mengharapkan potongan yang didapat dari bonus yang diberikan. Rahasia
untuk mendapatkan distributor yang aktif adalah dengan menyediakan
produk yang bernilai. Setiap distributor harus memastikan bahwa produk
yang disediakan oleh perusahaan MLM harus berharga wajar dan
diminati masyarakat (Santoso, 2006:42).
Motivasi distributor yang bergabung dengan perusahaan MLM
adalah mereka memerlukan produk. Para distributor ini merupakan dasar
Page 40
25
bagi para upline untuk mendapatkan bonus yang besar. Jika para upline
secara terus-menerus mengganti para distributor yang baru, maka mereka
hanya akan berlari di tempat dan akan segera menemukan tempat lain
untuk berlari (Santoso, 2006: 42).
Para upline tidak bisa menipu, menjanjikan, dan membodohi para
distributor dalam waktu yang lama. Orang-orang tidak bodoh. Mereka
akan segera menyadari jika mereka dalam posisi yang dirugikan. Oleh
karena itu, marketing plan harus memberikan keuntungan kepada
distributor yang berada pada level bawah. Seorang upline hendaknya
tidak membujuk, meminta, dan mengemis kepada downline-nya untuk
tetap berada sebuah program yang tidak memberikan nilai (Santoso,
2006: 42).
B. Tinjauan Undang Undang No.07 Tahun 2014 tentang Perdagangan
1. Dalam Undang-Undang No.07 tahun 2014 pasal 6 menyatakan bahwa “
Setiap Pelaku Usaha wajib menggunakan atau melengkapi label berbahasa
Indonesia pada Barang yang diperdagangkan di dalam negeri”.
Label berbahasa Indonesia adalah setiap keterangan mengenai Barang yang
berbentuk tulisan berbahasa Indonesia, kombinasi gambar dan tulisan
berbahasa Indonesia, atau bentuk lain yang memuat informasi tentang
Barang dan keterangan Pelaku Usaha, serta informasi lainnya yang
disertakan pada Barang, dimasukkan ke dalam, ditempelkan/melekat pada
Barang, tercetak pada Barang, dan/atau merupakan bagian kemasan Barang.
Page 41
26
2. Dalam Undang-Undang No.07 tahun 2014 pasal 7 ayat 1 menyatakan
bahwa “Distribusi barang yang diperdagangkan dalam negeri secara tidak
langsung atau langsung dapat dilakukan melalui pelaku usaha distribusi”.
Distribusi tidak langsung adalah kegiatan pendistribusian Barang yang
dilakukan oleh Pelaku Usaha Distribusi kepada konsumen melalui rantai
distribusi yang bersifat umum sehingga setiap Pelaku Usaha Distribusi dapat
memperoleh margin (distributor, sub-distributor, produsen pemasok,
pengecer, dan pedagang keliling); dan/atau komisi (agen, sub-agen, dan
pedagang keliling).
Distribusi langsung adalah kegiatan kegiatan pendistribusian barang dengan
sistem penjualan langsung atau menggunakan sistem pendistribusian secara
khusus.
Yang dimaksud dengan “Pelaku Usaha Distribusi” adalah Pelaku Usaha
yang menjalankan kegiatan distribusi barang di dalam negeri dan ke luar
negeri, antara lain distributor, agen, eksportir, importir, produsen pemasok,
subdistributor, sub-agen, dan pengecer.
3. Dalam Undang-Undang No.07 tahun 2014 pasal 7 ayat 2 menyatakan
bahwa “Distribusi Barang secara tidak langsung sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan rantai Distribusi yang bersifat
umum: distributor dan jaringannya, agen dan jaringannya; atau waralaba.”
4. Dalam Undang-Undang No.07 tahun 2014 pasal 7 ayat 3 menyatakan
bahwa “Distribusi Barang secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat
Page 42
27
(1) dilakukan dengan menggunakan pendistribusian khusus melalui sistem
penjualan langsung secara: a. single level; atau b. multilevel.”
Yang dimaksud dengan “penjualan langsung” adalah sistem penjualan
Barang tertentu melalui jaringan pemasaran yang dikembangkan oleh mitra
usaha yang bekerja atas dasar komisi dan/atau bonus berdasarkan hasil
penjualan kepada konsumen di luar lokasi eceran.
Yang dimaksud dengan “penjualan langsung secara single level” adalah
penjualan Barang tertentu yang tidak melalui jaringan pemasaran berjenjang.
Yang dimaksud dengan “penjualan langsung secara multilevel” adalah
penjualan Barang tertentu melalui jaringan pemasaran berjenjang yang
dikembangkan oleh mitra usaha yang bekerja atas dasar komisi dan/atau
bonus berdasarkan hasil penjualan Barang kepada konsumen.
5. Dalam Undang-Undang No.07 tahun 2014 pasal 8 menyatakan bahwa
“Barang dengan hak Distribusi eksklusif yang diperdagangkan dengan
sistem penjualan langsung hanya dapat dipasarkan oleh penjual resmi yang
terdaftar sebagai anggota perusahaan penjualan langsung”.
Dalam hal ini APLI merupakan singkatan dari Asosiasi Penjualan
Langsung Indonesia, adalah suatu organisasi yang merupakan wadah
persatuan dan kesatuan tempat berhimpun para perusahaan penjualan
langsung (Direct selling/DS), termasuk perusahaan yang menjalankan
penjualan dengan sistem berjenjang (Multi Level Marketing/MLM) di
Indonesia. APLI, juga merupakan bagian dan satu-satunya Asosiasi
Penjualan langsung di Indonesia yang telah diakui oleh Federasi Penjualan
Page 43
28
Langsung Internasional (World Federation of Direct selling
Assosiation/WFDSA). Disetiap Negara WFDSA hanya menerima satu
asosiasi DS/MLM sebagai anggota yaitu Asosiasi yang mendaftar pertama
dan anggota-anggotanya memenuhi persyaratan kode etik yang ditentukan
oleh WFDSA. Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI), merupakan
organisasi independen, yang tidak berafiliasi dengan salah satu kegiatan
politik praktis, selain kegiatan professional dalam bidang mewujudkan
Penjualan Langsung (Direct selling), termasuk penjualan dengan sistem
berjenjang (MLM) yang murni dan benar.
Dalam penerimaan anggota, APLI cukup ketat. Ketat, dalam
pengertian melalui cara penelitian yang cukup hati-hati. Kemudian, calon
anggota, akan diteliti dengan cermat bagaimana tentang marketing plannya
dan Kode Etik perusahaannya. Selain itu, produk makanan kesehatan dan
kosmetik, harus ada nomor registrasi dari Badan POM. Cara penerimaan
seperti ini bukan berarti untuk menyulitkan perusahaan DS/MLM yang mau
bergabung dengan APLI, melainkan hanya untuk menangkal lebih dini
terhadap perusahaan yang hanya berkedok DS/MLM
(www.apli.or.id/profil.htm diakses 3 agustus 2016)
6. Dalam undang undang No.07 tahun 2014 pasal 9 menyatakan bahwa
“Pelaku Usaha Distribusi dilarang menerapkan sistem skema piramida
dalam mendistribusikan barang”.
Menurut undang undang No.07 tahun 2014 yang dimaksud
dengan skema piramida” adalah istilah/nama kegiatan usaha yang bukan
Page 44
29
dari hasil kegiatan penjualan barang. Kegiatan usaha itu memanfaatkan
peluang keikutsertaan mitra usaha untuk memperoleh imbalan atau
pendapatan terutama dari biaya partisipasi orang lain yang bergabung
kemudian atau setelah bergabungnya mitra usaha tersebut.
Adapun untuk format sistem skema piramida yaitu:
a. Binary (biner) yaitu sistem dua kaki
b. Trinary yaitu sistem tiga kaki
c. Hybrid yaitu sistem gabungan dimana menggabungkan sistem 2 kaki
dan 3 kaki. atau bahkan lebih.
Saat ini, sistem binary (dua kaki) menjadi sistem yang paling favorit
digunakan oleh pengusung skema piramida. Terutama oleh beberapa
perusahaan MLM (Multi Level Marketing). Hal yang menjadikan sistem ini
banyak digunakan adalah sebagai berikut:
a. Model yang sederhana.
b. Perhitungan bonus/komisi lebih mudah (bagi perusahaan maupun bagi
member).
c. Paling cepat mengakuisisi member. Karena cukup mengajak dua orang
saja, seseorang bisa mendapat dua kaki dan mendapat bonus
(bergantung juga pada sistem bonus yang digunakan)
(http://www.wikusuryomurti.com/kupas tuntas skema piramida dan
money game – WikuSuryomurti 23120017.htm diakes tanggal 21
Januari 2017).
Page 45
30
Dalam rangka memudahkan memahami perbedaan antara MLM dengan
Money Game bisa dilihat tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Perbedaan MLM dengan Money Game (Skema piramida)
No.
.
Multi Level Marketing Money Game
1 Terdaftar pada APLI (Asosiasi Penjualan
Langsung Indonesia) bahkan WFDSA
(World Federation of the Direct selling
Associations).
Perusahaan money game tidak
tergabung dalam anggota APLI dan
WFDSA
2 Berhasil meningkatkan penghasilan dan
kesejahteraan para anggotanya dari level
atas sampai level bawah.
Hanya menguntungkan bagi orang
yang pertama atau lebih dulu
bergabung sebagai anggota, atas
kerugian yang mendaftar belakang
3 Keuntungan/keberhasilan Mitra Usaha
ditentukan dari hasil kerja dalam bentuk
penjualan/pembelian produk/jasa yang
bernilai dan berguna untuk konsumen.
Keuntungan/keberhasilan anggota
ditentukan dari seberapa banyak ybs
merekrut orang lain yang menyetor
sejumlah uang sampai terbentuk satu
format Piramida.
4 Setiap orang hanya berhak menjadi Mitra
Usaha sebanyak 1 kali saja.
Setiap orang boleh menjadi anggota
berkali-kali dalam satu waktu
tertentu, menjadi anggota disebut
dengan membeli kaveling jadi satu
orang boleh membeli beberapa
kaveling.
5 Biaya pendaftaran menjadi anggota tidak
terlalu mahal, masuk akal dan
imbalannya adalah Starter Kit yang
senilai.
Biaya pendaftaran anggota sangat
tinggi, biasanya disertai dengan
produk-produk yang jika dihitung
harganya menjadi sangat mahal
(tidak sesuai dengan produk sejenis
yang ada di pasaran).
6 Produk yang dijual jelas dan dijamin oleh
perusahaan, mudah dijual di pasaran
karena harga rasional dan kualitas
terjamin.
Tidak mempunyai produk nyata atau
kalaupun ada produk bukan hal
utama, biasanya produk tersebut
susah dijual karena kualitasnya yang
kurang baik atau harganya tidak
rasional.
7 Jumlah orang yang direkrut anggota tidak
dibatasi, tetapi dianjurkan sesuai dengan
kapasitas dan kemampuan
masing-masing.
Jumlah anggota yang direkrut
dibatasi. Jika ingin merekrut lebih
banyak lagi, yang bersangkutan
harus menjadi anggota (membeli
kaveling) lagi.
Page 46
31
Lanjutan Tabel 2.1 ...
7. Dalam undang undang No.07 tahun 2014 pasal 10 menyatakan bahwa
“Pelaku Usaha Distribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 melakukan
Distribusi Barang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
serta etika ekonomi dan bisnis dalam rangka tertib usaha”.
Dalam penjelasan undang undang No.07 tahun 2014 pasal 10
tujuan dari penerapan etika ekonomi dan bisnis itu agar prinsip, perilaku
ekonomi dan bisnis oleh Pelaku Usaha Distribusi dapat melahirkan kondisi
dan realitas ekonomi yang bercirikan persaingan yang jujur dan
No. Multi Level Marketing Money Game
8 Setiap Mitra Usaha dilarang menumpuk barang
(Inventory Loading) karena di dalam penjualan
langsung yang terpenting adalah produk yang dibeli
bisa dipakai dan dirasakan khasiat/kegunaannya
oleh konsumen
Setiap anggota dianjurkan
untuk menjadi anggota
berkali-kali dimana setiap
kali menjadi anggota harus
membeli produk dengan
harga yang tidak masuk
akal. Hal ini menyebabkan
banyak sekali anggota yang
menimbun barang dan tidak
dipakai.
9 Program pembinaan Mitra Usaha dan pelatihan
produk dilakukan secara simultan untuk
meningkatkan kualitas
Tidak ada program
pembinaan apapun juga,
karena yang diperlukan
hanya rekruting saja.
10 Memiliki marketing plan yang jelas, anggota MLM
dapat terus menjalankan bisnis dengan atau tanpa
downline, ada aturan main yang jelas, bonus yang
diperoleh berasal dari omzet penjualan
Berlaku sistem binary
ataupun piramid, dimana
upline pasti mendapatkan
keuntungan yang lebih
besar. Bonus yang diperoleh
adalah berasal dari biaya
pendaftaran anggota baru.
Artinya jika anggota
tersebut tidak mendapatkan
downline baru maka bisnis
akan terhenti
Sumber: http://www.apli.or.id/perbedaan-direct-selling-dan -piramida/ diakses pada 14
Oktober 2016
Page 47
32
berkeadilan, serta mendorong berkembangnya etos kerja ekonomi, daya
tahan ekonomi, dan kemampuan saing guna terciptanya suasana kondusif
untuk pemberdayaan ekonomi yang berpihak kepada rakyat kecil melalui
kebijakan secara berkesinambungan.
8. Dalam undang undang No.07 tahun 2014 pasal 24 menyatakan bahwa
“Pelaku Usaha yang melakukan kegiatan usaha Perdagangan wajib memiliki
perizinan di bidang Perdagangan yang diberikan oleh Menteri.”
Dalam penjelasan undang undang No.07 tahun 2014 pasal 24,
Kegiatan perdagangan merupakan tanggung jawab pemerintah yang kini
diwakili melalui Menteri perdagangan. Dalam hal perizinan untuk
melindungi pihak pihak yang berkepentingan dari praktik MLM palsu.
Adapun, Perizinan di bidang Perdagangan yang dimaksud meliputi izin
usaha, izin khusus, pendaftaran, pengakuan, dan persetujuan.
C. Tinjauan Fikih dan Fatwa DSN MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 Tentang
Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS)
1. Fikih Muamalah
a. Tinjauan Umum Tentang Jual Beli
Dalam literatur hukum islam sistem hukum islam, sistem MLM dapat
dikategorikan pembahasan fikih muamalah dalam kitab Al-Buyu‟
mengenai perdagangan atau jual beli dan kerja sama (taawun). Hal ini
sesuai dengan kaidah Fikih, ”Al-Ashlu fil muamalah al-ibahah hatta
yadullad dalilu „ala tahrimiha (Pada dasarnya segala hukum dalam
Page 48
33
muamalah adalah boleh, kecuali ada dalil/prinsip yang melarangnya)
(Dewi, 2005 :183).
1) Pengertian Jual Beli
Jual beli menurut pengertian etimologi (kebahasaan) ialah
خبدج ا (saling menukar). Menurut pengertian terminologi jual beli
ialah tukar menukar harta (semua yang dimiliki dan dimanfaatkan)
atas dasar saling rela atau memindahkan milik (yang bukan hak
milik) dengan ganti (pemberian atau hibah) yang dapat dibenarkan
(berarti bukan jual beli yang terlarang (Iska, 2014:167).
2) Dalil Hukum
a) Q.S Al-Baqarah ayat 275:
... ....
Artinya : ” .......Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba.....” (Q.S Al-Baqarah:275).
b) Hadis nabi
Hadis nabi yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad berikut ini:
سفبعخث عجبخث شع أثثى ائ ع عدي غ صبا صبضذحذ حذ
سافع أي بسعيللا خذجلبيل سافعث جذ خذجع تث ىغ ا
ج شس ع ث و ثذ ج اش أط تلبيع
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Yazid telah
menceritakan kepada kami Al Mas'udi dari Wa`il Abu
Bakr dari Abayah bin Rifa'ah bin Rafi' bin Khadij dari
kakeknya Rafi' bin Khadij dia berkata, "Dikatakan,
"Wahai Rasulullah, mata pencaharian apakah yang
paling baik?" beliau bersabda: "Pekerjaan seorang
laki-laki dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli
Page 49
34
yang mabrur." (H.R. AHMAD nomor 16628 dalam
Musnad Ahmad Lidwa Pustaka i-Software).
3) Rukun dan Syarat Jual Beli
Pertama, ijab dan kabul (ijab ungkapan yang keluar dari
pembeli dan kabul ungkapan persetujuan yang keluar dari penjual).
Menurut Sayid Sabiq untuk transaksi barang kecil tidak diperlukan
ijab dan kabul, cukup dengan saling memberi sesuai adat kebiasaan
yang berlaku.
Syarat akad ini harus ada kesepakatan terhadap harga dan
jenis barang karena jika terjadi perbedaan terhadap harga atau
objek yang ditransaksikan diantara keduanya, maka jual belinya
akan batal.
Kedua, pihak yang berakad. Artinya ada secara jelas pihak
yang membeli dan menjual dengan syarat yaitu berakal agar dapat
memilih (memilih). Akad orang gila, mabuk, atau anak kecil yang
tidak dapat membedakan (memilih) adalah tidak sah. Sedangkan
akad anak kecil yang dapat membedakan (mumayyiz) dinyatakan
sah, hanya keabsahanmya tergantung pada izin walinya.
Ketiga, barang (objek) yang diakadkan. Syarat barang yang
diperjualbelikan itu harus bersih (suci), dapat dimanfaatkan,
sepenuhnya milik pihak yang berakad, dapat diserah-terimakan,
diketahui harga dan jenis barangnya secara jelas, dan berada di
tangan yang berakad (Iska, 2014:169).
Page 50
35
4) Jenis-Jenis Jual Beli
a) Jenis Jual Beli yang Diperbolehkan dalam Islam
1) Jual Beli Salam
(a) Pengertian Jual Beli Salam
Secara lebih khusus akad jual beli yang dilakukan
para perusahaan MLM adalah akad jual beli al-salam atau
dinamakan juga al salaf, yang berarti jual beli pesanan
dengan pembayaran terlebih dahulu, dengan syarat syarat
tertentu. Para Fukaha menyebutnya dengan ح ا ج ب
(barang-barang yang mendesak), karena pada saat jual beli
terjadi barang tidak ada di tempat, padahal keperluannya
mendesak. Jual beli seperti ini diperbolehkan dalam Islam
(Iska, 2014:174).
(b) Dasar hukum
Firman Allah Swt Dalam Q.S. Al Baqarah 282:
ٱلل....
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu
yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.
dan hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar, dan janganlah
penulis enggan menuliskannya sebagaimana
Allah mengajarkannya...(Q.S. Al Baqarah: 282).
Page 51
36
Hadist Nabi Saw yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari
berikut ini:
وضش ث عج ذللا أثجحع اث ع صبعف ب حذ صبأثع حذ
اث بيع أثا صىع اج بلبيلذ ع للا عجبطسض
ع اضلسفمبي للا ز بساغ فاض ف غ ذخ ا ع
لبي ع إىأج ع بسفو فافاض ذأع ا ث عج ذللا
ع ص ع لبيفو أثجح صباث حذ صبعف ب حذ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim telah
menceritakan kepada kami Sufyan dari Ibnu Abi Najih
dari 'Abdullah bin Katsir dari Abu Al Minhal dari Ibnu
'Abbas radliallahu 'anhuma berkata: Ketika Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam tiba di Madinah
orang-orang mempraktekkan jual beli buah-buahan
dengan sistim salaf, yaitu membayar dimuka dan diterima
barangnya setelah kurun waktu dua atau tiga tahun.
Maka Beliau bersabda: "Lakukanlah jual beli salaf pada
buah-buahan dengan takaran sampai waktu yang
diketahui (pasti) ". Dan berkata 'Abdullah bin Al Walid
telah menceritakan kepada kami Sufyan telah
menceritakan kepada kami Ibnu Abi Najih dan berkata:
"dengan takaran dan timbangan yang diketahui (pasti) "
(H.R. BUKHARI nomor 2094 dalam Shahih Bukhari
Lidwa Pustaka i-Software).
(c) Rukun dan Syarat Jual Beli Salam
Pembeli (musalam)
Salah satu kewajiban pembeli adalah (musalam)yaitu
melakukan pembayaran, adapun persyaratannya yaitu:
Jelas alat pembayaran yang digunakan,
Jelas jumlahnya,
Page 52
37
Batas waktu penyerahan diketahui (Pasaribu,
2004:49).
Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan
hutang dari musalam ilaih (penjual).
Pembayaran dalam bentuk uang tunai atau bisa juga
menggunakan aset perdagangan yang senilai
dengan barang yang dipesan berdasarkan perjanjian
(Nawawi, 2012:117).
Penjual (musalam ilaih)
Barang yang dipesan (musalam fih)
Syarat barang yang dipesan:
Barang yang akan diserahkan berada dalam
kekuasaan penjual
Kriteria barang dan jumlahnya jelas
Batas waktu penyerahan diketahui (Pasaribu,
2004:49).
2) Multiakad
(a) Pengertian Multiakad
Kata akad berasal dari kata al „aqd, yang berarti
mengikat, menyambung dan menghubungkan. Dalam
hukum Indonesia, akad diartikan dengan perjanjian.
Sedangkan dalam istilah akad berarti keterkaitan antara ijab
(pernyataan penawaran atau pemindahan kepemilikan) dan
Page 53
38
kabul (pernyataan penerimaan kepemilikan) dalam lingkup
yang disyariatkan dan berpengaruh pada sesuatu (Ascarya,
2006:32).
Multi dalam bahasa Indonesia berati banyak, lebih dari
satu, lebih dari dua, berlipat ganda (Pusat Bahasa,
2010:1050). Dengan demikian, multi akad dalam bahasa
indonesia berati akad yang banyak, lebih dari satu.
Sedangkan menurut istilah fikih, kata multiakad merupakan
terjemahan dari kata arab yaitu al uqud al murakkabah
yang berarti akad ganda (rangkap). al uqud al murakkabah
terdiri dari dua kata al uqud (bentuk jamak dari „aqd)
dan al murakkabah (Munawir, 1997:953). Seangkan kata al
murakkabah secara etimologi berarti al jam‟u (mashdar),
yang berarti pengumpulan atau penghimpunan (Munawir,
1997:953).
Menurut Nazih Hamad, al uqud al murakkabah adalah
kesepakatan kedua belah pihak untuk melaksanakan suatu
akad yang mengandung dua akad atau lebih seperti jual beli
dengan sewa menyewa, hibah, wakalah, qardh,
muzara‟ah, sahraf (penukaran mata uang), syirkah,
mudharabah,.... dan seterusnya... sehingga semua akibat
hukum akad-akad yang terhimpun tersebut, serta semua
hak dan kewajiban yang ditimbulkannya dipandang sebagai
Page 54
39
satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan,
sebagaimana akibat hukum dari satu akad (Hasanudin,
2009:3).
Selanjutnya para ulama sendiri berbeda pendapat
tentang kedudukan hukum atas multiakad. Pendapat
pertama melarang segala bentuk transaksi yang
mengandung multiakad.
Hal ini sebagaimana hadis nabi yang diriwayatkan
Imam Ahmad:
ح ذعج ذاش ع ةلبيع حش بنث ع جخع صبشع ذحذ ح صب حذ
لبي عدأ غ ث عج ذللا سع حذ عج ذللا ث حعف مزب فلرص
و ثب اش آو للا لبيع ع ع صىللا سعيللا إ عف مخ
وبرج ذ شب
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad
telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari
Simak bin Harb ia berkata; Aku mendengar
Abdurrahman bin Abdullah menceritakan dari
Abdullah bin Mas'ud bahwa ia berkata; Tidak
sah ada dua akad (jual beli) dalam satu akad,
sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Allah melaknat pemakan
harta riba, yang memberinya, saksi atas akad
riba dan orang yang menuliskannya" (H.R.
AHMAD nomor 3539 dalam Musnad Ahmad
Lidwa Pustaka i-Software).
Menurut mereka ketentuan hukun islam tentang
larangan melaksanakan transaksi multiakad sudah jelas
tersurat. Kemudian pendapat yang membolehkan praktik
Page 55
40
multiakad dengan persyaratan yang harus dipenuhi.
Pendapat yang kedua ini diikuti oleh mayoritas ulama.
Secara umum, batasan yang disepakati oleh para ulama
adalah sebagai berikut:
Multiakad dilarang karena nash agama
Dalam hadis, Nabi Saw secara jelas menyatakan tiga
bentuk multiakad yang dilarang, yaitu multiakad dalam
jual beli (ba‟i) dan pinjaman, dua akad dalam jual beli
dalam satu transaksi. Sebagaimana hadis yang
diriwayatakan Imam Nasai, sebagai berikut:
ش ع صب اقلبيحذ ص صبعج ذاش سافعلبيحذ ذث ح جشب أخ
أث تع شع شث ع ةع أ لبيع جذ ىسعي ع
ع فث ط شش ع ع ث عف ع ع ع صىللا للا
احذ ض ب سث ح ع ذن ظع ب ع ث ع
Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Muhammad
bin Rafi', ia berkata; telah menceritakan
kepada kami Abdur Razzaq, ia berkata;
telah menceritakan kepada kami Ma'mar
dari Ayyub dari 'Amru bin Syu'aib dari
ayahnya dari kakeknya, ia berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
melarang dari jual beli dengan syarat
diberi hutang, dua syarat dalam satu akad
jual beli, dan menjual sesuatu yang tidak
engkau miliki (H.R. NASAI nomor 4552
dalam Sunan Nasai Lidwa Pustaka
i-Software).
Page 56
41
Pelarangan tersebut terdapat dalam sebuah hadis yang
diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi yaitu:
أث شع ع ذث ح ع ب ع صبعج ذحث صببدحذ حذ
شحلبي أثش خع ع ع ع صىللا ىسعيللا
فغش لذ عخ فث عز ث فع عز لباث ع ا ضأ ثع
ش ثغئخثعش ةثم ذثعششح ميأثعهزااض عخأ ث
بفلثأ ط فئرافبسلعىأحذ ع ج لفبسلعىأحذا
ا ىإراوبذ ع بفع بلبياش عم ذحعىأحذ
ع صىللا ميأثعه اج عخأ فث عز ث ع ع
جت هثىزافئرا رجعغل ثىزاعىأ داسيز
ع شص عثغ ث زافبسقع هداسي ججذ ه غل
سي لذ صف مز ع لعذ ب بعى احذ و
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Hannad
telah menceritakan kepada kami Abdah bin
Sulaiman dari Muhammad bin Amru dari Abu
Salamah dari Abu Hurairah ia berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
melarang melakukan dua penjualan dalam
satu kali transaksi. Sebagian ulama
menafsirkan hadits ini, mereka mengatakan;
maksud Dua penjualan dalam satu transaksi
adalah perkataan seseorang; Aku menjual
pakaian ini kepadamu dengan tunai seharga
sepuluh dan kredit seharga dua puluh tanpa
memisahkannya atas salah satu dari dua
transaksi. Jika ia memisahkannya atas salah
satu dari kedua transaksi tersebut maka tidak
apa-apa selama akadnya jatuh pada salah
satu dari keduanya. Asy Syafi'i berkata;
Termasuk makna dari larangan Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam tentang dua
Page 57
42
transaksi dalam satu kali jual beli adalah
perkataan seseorang; Aku menjual rumahku
kepadamu dengan harga sekian dengan
syarat kamu menjual budakmu kepadaku
dengan harga sekian. Jika budakmu sudah
menjadi milikku berarti rumahku juga
menjadi milikmu, tata cara jual beli seperti
ini berbeda dengan tata cara jual beli barang
yang tidak diketahui harganya dan salah satu
dari keduanya (penjual dan pembeli) tidak
mengetahui tansaksi yang ia tujukan (H.R.
TIRMIDZI nomor 1152 dalam Sunan
Tirmidzi Lidwa Pustaka i-Software).
Suatu akad dinyatakan dinyatakan boleh
selama objek, harga, dan waktunya diketahui oleh
kedua belah pihak. Jika salah satu di antaranya tidak
jelas, maka hukum dari akad itu dilarang. Imam Syafi‟i
memberi contoh, jika seorang hendak membeli rumah
dengan harga seratus, dengan syarat dia meminjamkan
kepadanya seratus, maka sebenarnya akad itu tidak
jelas apakah apakah dibayar seratus atau lebih.
Sehingga harga dari akad jual beli itu tidak jelas,
karena seratus yang telah diterima adalah pinjaman
(„ariyah). Sehingga penggunaan manfaat dari seratus
tidak jelas, apakah dari jual beli atau pinjaman
(Hasanudin, 2009:3).
Ibn Qayyim bependapat bahwa Nabi Saw
melarang multiakad antara akad qardh dan jual beli,
tetapi jika kedua akad itu berlaku sendiri-sendiri
Page 58
43
hukumnya boleh. Larangan menghimpun qardh dan
jual beli dalam satu akad untuk menghindari
terjerumus kepada riba yang diharamkan. Hal itu
terjadi ketika seseorang meminjamkan (qardh) seribu,
lalu menjual barang yang bernilai delapan ratus dengan
harga seribu. Dia seolah memberi seribu dan barang
seharga delapan ratus agar mendapatkan bayaran dua
ribu. Di sini ia memperoleh kelebihan dua ratus
(Hasanudin, 2009:3).
Selain multiakad antara qardh dan jual beli yang
diharamkan, ulama juga sepakat melarang multiakad
antara berbagai jual beli dan qardh dalam satu
transaksi. Semua akad yang mengandung unsur jual
beli dilarang untuk dihimpun dengan qardh dalam satu
transaksi, seperti antara ijarah dan qardh, salam dan
qardh, sharf dan qardh, dan sebagainya (Hasanudin,
2009:3).
Meski penggabungan qardh dan jual beli ini
dilarang, namun menurut al-„Imrani tidak selamanya
dilarang. Penghimpunan dua akad ini diperbolehkan
apabila tidak ada syarat di dalamnya dan tidak ada
tujuan untuk melipatkan harga melalui qardh. Seperti
seseorang yang memberikan pinjaman kepada orang
Page 59
44
lain, lalu beberapa waktu kemudian ia menjual sesuatu
padahal ia masih dalam rentang waktu qardh
tersebut.Yang demikian hukumnya boleh (Hasanudin,
2009:3).
Multiakad sebagai hilah ribawi
Multiakad yang menjadi hilah ribawi dapat
terjadi melalui kesepakatan jual beli „inah atau
sebaliknya dan hilah riba fadhl. Contoh Jual beli „inah
adalah menjual sesuatu dengan harga seratus secara
cicil dengan syarat pembeli harus menjualnya kembali
kepada penjual dengan harga delapan puluh secara
tunai. Pada transaksi ini seolah ada dua akad jual beli,
padahal nyatanya merupakan hilah riba dalam
pinjaman (qardh), karena objek akad semu dan tidak
faktual dalam akad ini. Sehingga tujuan dan manfaat
dari jual beli yang ditentukan syariat tidak ditemukan
dalam transaksi ini (Hasanudin, 2009:3).
Ibn Qayyim menjelaskan bahwa agama
menetapkan seseorang yang memberikan qardh
(pinjaman) agar tidak berharap dananya kembali
kecuali sejumlah qardh yang diberikan, dan dilarang
menetapkan tambahan atas qardh baik dengan hilah
atau lainnya. Demikian pula dengan jual beli
Page 60
45
disyariatkan bagi orang yang mengharapkan
memberikan kepemilikan barang dan mendapatkan
harganya, dan dilarang bagi yang bertujuan riba fadhl
riba atau nasa‟i bukan bertujuan pada harga dan
barang. Demikian pula dengan transaksi kebalikan
„inah juga diharamkan. Seperti seseorang menjual
sesuatu dengan harga delapan puluh tunai dengan
syarat ia membelinya kembali dengan harga seratus.
Transaksi seperti ini telah menyebabkan adanya riba
(Hasanudin, 2009:3).
Multiakad menyebabkan jatuh ke riba
Hal ini terjadi apabila seseorang menjual
sejumlah (misalnya 2 kg beras) harta ribawi dengan
sejumlah harga (misalnya Rp 10.000) dengan syarat
bahwa ia dengan harga yang sama (Rp 10.000) harus
membeli dari pembeli tadi sejumlah harta ribawi
sejenis yang kadarnya lebih banyak (misalnya 3
kilogram). Transaksi seperti ini adalah model hilah
riba fadhl yang diharamkan. Transaksi seperti ini
dilarang sebagaimana peristiwa yang terjadi pada
zaman nabi di mana penduduk Khaibar melakukan
transaksi kurma kualitas sempurna 1 kg dengan kurma
kualitas rendah 3 kg, 3 kg dengan 3 kg dan seterusnya.
Page 61
46
Praktik seperti ini dilarang oleh Nabi, dan beliau
mengatakan agar ketika menjual kualitas rendah
dibayar dengan harga sendiri, begitu pula ketika
membeli kurma kualitas sempurna juga dengan harga
sendiri (Hasanudin, 2009:23).
Sebagaimana hadis nabi yang diriwayatkan Imam
Bukhari sebagai berikut:
أ بهث شبةع اث شع صبا ذحذ صبأثا طحذ
لبي ع ع صىللا اج بع ع للا شسض عع ع
بء بء عشثبشعشسثبإل اش بء بء سثبإل جش ثب جش ا
بء بء شسثبإل شثبز از
Artinya: Telah menceritakan kepada saya Abu Al
Walid telah menceritakan kepada kami Al
Laits dari Ibnu Syihab dari Malik bin Aus
bahwa dia mendengar 'Umar radliallahu
'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Jual beli beras dengan beras
adalah riba' kecuali begini-begini (kontan,
cash), gandum dengan gandum adalah riba'
kecuali begini-begini (kontan, cash), kurma
dengan kurma adalah riba' kecuali
begini-begini (kontan, cash) " (H.R.
BUKHARI nomor 2025 dalam Shahih
Bukhari Lidwa Pustaka i-Software).
Maksud hadis diatas, Menurut Ibn Qayyim,
adalah akad jual beli pertama dan kedua harus dipisah.
Jual beli kedua bukanlah menjadi syarat sempurnanya
jual beli pertama, melainkan berdiri sendiri. Hadis di
Page 62
47
atas ditujukan agar dua akad dipisah, tidak saling
berhubungan, apalagi saling bergantungan satu dengan
lainnya (Hasanudin, 2009:23).
Multi akad terdiri dari akad-akad yang akibat
hukumnya saling bertolak belakang atau berlawanan.
Kalangan ulama Malikiyah mengharamkan
multiakad antara akad-akad yang berbeda ketentuan
hukumnya dan/atau akibat hukumnya saling
belawanan atau bertolak belakang. Larangan ini
didasari atas larangan Nabi Saw menggabungkan
qardh dan jual beli. Dua akad ini mengandung hukum
yang berbeda. Jual beli adalah muamalah yang kental
dengan nuansa dan upaya perhitungan untung-rugi,
sedangkan qardh adalah kegiatan sosial yang
mengedepankan aspek persaudaraan dan kasih sayang
serta tujuan mulia. Karena itu, sebagian ulama
Malikiyah melarang multiakad dari akad-akad yang
berbeda hukumnya, seperti antara jual beli dengan
ju‟alah, sharf, musaqah, syirkah, atau qiradh
(Hasanudin, 2009:23).
Meskipun demikian, sebagian ulama Malikiyah
yang lain dan mayoritas ulama non-Malikiyah
membolehkan multiakad jenis ini. Mereka beralasan
Page 63
48
perbedaan hukum dua akad tidak menyebabkan
hilangnya keabsahan akad. Dari dua pendapat ini,
pendapat yang membolehkan multiakad jenis ini
adalah pendapat yang lebih unggul (Hasanudin,
2009:23). Larangan multiakad ini karena
penghimpunan dua akad yang berbeda dalam syarat
dan hukum menyebabkan tidak sinkronnya kewajiban
dan hasil. Hal ini terjadi karena dua akad untuk satu
objek dan satu waktu, sementara hukumnya berbeda.
Sebagai contoh tergabungnya antara akad
menghibahkan sesuatu dan menjualnya. Akad-akad
yang berlawanan (mutadhadah) inilah yang dilarang
dihimpun dalam satu transaksi (Hasanudin, 2009:24).
b) Jenis-jenis Jual Beli yang Tidak Diperbolehkan dalam Islam
(1) Larangan melakukan transaksi riba
Secara umum riba dapat kita kelompokkan menjadi dua
macam, yaitu:
a) Riba Nasi‟ah
Nasi‟ah artinya penundaan, yaitu riba yang
terjadi dalam suatu suatu transaksi karena adanya unsur
penundaan, baik yang terjadi dalam jual beli maupun
dalam transaksi hutang piutang. Riba Nasi‟ah
merupakan jenis riba yang populer pada jaman
Page 64
49
jahiliyah. Contoh Riba Nasi‟ah yang popular adalah
riba yang terdapat dalam Qardl (hutang piutang) yaitu
seseorang memberikan qardl kepada pihak lain
sejumlah uang dalam tempo yang disepakati, dan pihak
mustaqridl (orang yang berhutang) harus membayar
pada waktu yang disepakati dengan sejumlah tambahan
tertentu sesuai dengan waktu yang disepakati pula
(Azzam, 2010 :218).
b) Riba Fadhl
Riba Fadhl adalah tambahan pada salah
pertukaran dua barang yang sama saat terjadi tukar
menukar secara tunai. Hal ini biasanya terjadi dalam
suatu transaksi pertukaran atau jual beli, di mana
penjual dan pembeli melakukan akad jual beli antara
barang yang sama (sejenis) tetapi terdapat perbedaan
kuantitas. Riba Fadhl adalah jenis riba yang
diharamkan melalui hadis nabi, contohnya yaitu apabila
seseorang menukar gandum dengan gandum tetapi
tidak sama ukurannya (Azzam, 2010:218).
(2) Jual Beli yang mengandung unsur gharar
Setiap transaksi jual beli yang memberi peluang terjadinya
persengketaan, karena barang yang dijual tidak transparan,
atau ada unsur penipuan yang dapat membangkitkan
Page 65
50
permusuhan antara dua pihak yang bertransaksi, atau salah
satu pihak menipu pihak lain dilarang oleh nabi Saw,
transaksi yang mengandung gharar seperti menjual ikan
yang masih dalam air, menjual buah yang masih di pohon
dan semua jenis jual beli yang mengandung unsur
ketidaktransparanannya (Qardhawi, 2007:356).
(3) Jual beli yang mengandung maysir
Istilah maysir (judi) merupakan bentuk objek yang
diartikan sebagai tempat untuk memudahkan sesuatu
karena seseorang yang seharusnya menempuh jalan
semestinya, walaupun jalan pintas dengan harapan dapat
mencapai apa yang dikehendaki, walaupun jalan pintas
tersebut bertentangan dengan nilai aturan syariah (Nawawi,
2012:265).
Allah Swt dan Rasulullah Saw telah melarang segala jenis
perjudian. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al
Maidah ayat 90-91:
Page 66
51
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya
(meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah
termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu
bermaksud hendak menimbulkan permusuhan
dan kebencian di antara kamu lantaran
(meminum) khamar dan berjudi itu, dan
menghalangi kamu dari mengingat Allah dan
sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari
mengerjakan pekerjaan itu) (Al Maidah:90-91).
(4) Jual beli yang mengandung unsur dharar
Salah satu tujuan hukum islam adalah untuk
melindungi jiwa. Maka sebagai umat islam kita harus
mematuhinya karena dengan mematuhi hukum islam maka
berarti kita telah menjaga diri kita. Segala sesuatu yang
diharamkan oleh Allah Swt Maka kita harus tunduk
walaupun kita tidak mengetahui secara detail keburukan
atau kemadharatannya. Terkadang sesuatu yang dapat
dilihat oleh orang lain, suatu keburukan yang tidak
terungkap pada suatu masa ternyata dapat diketahui pada
masa sesudahnya (Qardhawi, 2007:50).
Hal ini bisa kita perhatikan bagaimana Allah Swt
mengharamkan babi. Pada mulanya, umat islam hanya
hanya mengetahui bahwa pengharaman atas babi tersebut
karena kotor dan menjijikkan. Seiring perkembangan
Page 67
52
zaman ilmu pengetahuan berhasil mengungkap bahwa di
dalam daging babi tersebut terdapat kuman dan bakteri
yang mematikan (Qardhawi, 2007:50).
Sebagaiman Allah Swt Berfiman dalam Q.S. Al-Baqarah
ayat 220:
...
Artinya: Dan Allah mengetahui siapa yang membuat
kerusakan dari yang Mengadakan perbaikan.
Dan Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia
dapat mendatangkan kesulitan kepadamu.
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana (Al Baqarah:220).
(5) Jual beli yang mengandung unsur haram
Pada pembahasan rukun dan syarat jual beli sudah
dijelaskan bahwa tidak boleh melakukan jual beli atas
barang yang haram diperjualbelikan seperti bangkai, darah,
babi dan lain sebagainya. Sebagaimana firman Allah dalam
Q.S. Al Maidah ayat 3:
....
Page 68
53
Artinya: Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah,
daging babi, (daging hewan) yang disembelih
atas nama selain Allah, yang tercekik, yang
terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan
diterkam binatang buas, kecuali yang sempat
kamu menyembelihnya, dan (diharamkan
bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan
(diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak
panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu)
adalah kefasikan…. ( Al Maidah:3).
(6) Jual beli yang mengandung unsur dzulm
Kedhaliman merupakan tindakan melampaui batas
yang sering terjadi dan digunakan seseorang untuk
memperoleh keuntungan yang sebanyak-banyaknya.
Tindakan dengan dengan melakukan kedhaliman untuk
mendapatkan keuntungan ini sering juga disebut dengan
Machiavellian yaitu sikap menghalalkan segala cara asal
tujuan bisa tercapai. Kedhaliman (penindasan) merupakan
salah satu hal yang sangat dimurkai dan iharamkan dalam
islam. Bahkan kedhaliman kepada orang lain tidak akan
diampuni Allah sehingga orang tersebut meminta maaf
kepada orang yang didhaliminya
(http://tuntunanislam.com/etika bisnis dalam islam/,
diakses 29 Maret 2017). Larangan berbuat dzulm
diterangkan dalam Al Qur‟an surat Al Baqarah ayat 279:
Page 69
54
Artinya: Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan
sisa riba), Maka ketahuilah, bahwa Allah dan
Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu
bertaubat (dari pengambilan riba), Maka
bagimu pokok hartamu; kamu tidak
Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya (Al
Baqarah: 279).
(7) Jual beli yang mengandung unsur maksiat
Seorang muslim haram menjual atau membeli barang yang
diketahuinya adalah hasil perbuatan maksiat atau akan
digunakan untuk maksiat (Alfaifi, 2010:270).
Hal ini diperkuat sebagaimana firman Allah dalam Al
Qur‟an surat al Maidah ayat 2:
…
Artinya: ... Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya
(Al Maidah:2)
Page 70
55
2. FATWA DSN MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 TENTANG
PENJUALAN LANGSUNG BERJENJANG SYARIAH (PLBS)
a. Ketentuan Hukum
Sebuah perusahaan atau industry MLM dianggap halal dan
tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah apabila memenuhi 12
poin persyaratan sebagai berikut :
1) Adanya objek transaksi riil yang diperjualbelikan berupa barang
atau produk jasa.
Menurut Ketentuan fatwa DSN MUI, Barang adalah setiap
benda berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat
dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat dimiliki
diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh
konsumen.
Adanya objek transaksi riil yang diperjualbelikan berupa
barang atau produk jasa. Objek PLBS ini bisa apa saja asal halal,
namun akan lebih bermanfaat dan tidak menimbulkan banyak
polemik ketika objek PLBS ini berupa kebutuhan pokok atau produk
yang sering kita pergunakan sehari-hari. Sedangkan, produk jasa
adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau pelayanan untuk
dimanfaatkan oleh konsumen (http:zabrahkomputer. blogspot.
nl/2012/06/mencermati bisnis penjualan langsung berjenjang syariah
(MLM Syariah). html, diakses 26 Desember 2016).
Page 71
56
2) Barang atau produk jasa yang diperdagangkan bukan sesuatu yang
diharamkan dan atau yang dipergunakan untuk sesuatu yang haram;
Usaha MLM Syariah harus mendistribusikan atau menjual
produk yang benar-benar halal. Kategori halal dan untuk wilayah
Indonesia dapat merujuk pada daftar halal yang dikeluarkan oleh
Majelis Ulama Indonesia (MUI). Karenanya, bukti kehalalan pun
harus tertera jelas di label produk, sehingga mudah dilihat oleh
konsumen.
Bagi yang belum memiliki sertifikasi halal, bukan berarti
langsung jatuh pada kategori haram. Asal secara produksi dan zat
diyakini secara pasti bahwa itu halal, maka untuk sementara dapat
diyakini sebagai produk halal sampai ada penelitian lebih lanjut, jika
itu diperlukan (Kuswara, 2005: 126-127).
3) Transaksi dalam perdagangan tersebut tidak mengandung unsur
gharar, maysir, riba, dharar, dzulm, maksiat;
Dalam poin ke tiga ini fatwa menjelaskan adanya 6 poin yang
terlarang dalam setiap industry MLM yaitu :
a. Larangan gharar
Gharar adalah transaksi yang mengandung tipuan dari salah satu
pihak sehingga pihak lain dirugikan (Hosen, 20007: 23).
b. Larangan maysir yang mengacu kepada Q.S. Al Maidah:90
Maysir atau perjudian, adalah setiap tindakan atau permainan
yang bersifat untung-untungan/spekulatif yang dimaksudkan
Page 72
57
untuk mendapatkan keuntungan materi. Tindakan seperti ini
membawa dampak terjadinya praktik kepemilikan harta secara
batil (Subagyo, 2009: 266).
c. Larangan unsur riba mengacu Q.S. Al Baqarah:275.
Riba adalah transaksi dengan pengambilan tambahan, baik dalam
transaksi jual beli maupun pinjam meminjam secara batil dan atau
bertentangan dengan ajaran islam (Hosen, 20007:81).
d. Larangan dzulm mengacu pada Q.S. Albaqarah:279.
Dzulm berari penganiayaan, aniaya, lawal dari adil (Hosen,
20007:81). Larangan meliputi larangan mendhalimi orang lain
dan larangan didhalimi oleh orang lain.
e. Larangan unsur dzarar
Larangan unsur dzarar (yang membahayakan) mengacu pada
hadis poin b yaitu sabda rasul: Tidak boleh membahayakan diri
sendiri maupun orang lain.
f. Larangan maksiat
Maksiat adalah perbuatan yang melanggar perintah Allah dan
merupakakan perbuatan dosa (Pusat Bahasa, 2007 : 704).
Page 73
58
4) Tidak ada kenaikan harga/biaya yang berlebihan (excessive
mark-up), sehingga merugikan konsumen karena tidak sepadan
dengan kualitas/manfaat yang diperoleh;
Menurut ketentuan fatwa DSN MUI, excessive mark-up adalah batas
marjin laba yang berlebihan yang dikaitkan dengan hal-hal lain di luar
biaya.
Penentuan harga agar tidak mendhalimi sesama manusia lainnya atau
dalam hal ini masuk dalam kategori wajar dan ini sesuai sabda Nabi
Saw yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad:
صب جحذ عش ؤ صبلبل بدحذ ح خث ع صبثذلزبدحع جب ا
أظع بهث شغل لبي ع ذعىاغ سعيع صىللا للا ع
ع سعيبفمبا للا د فمبيععش إ للا خبك مبثضا ا
جبعظ اصقا شاش غع إا ج لس مىأ أ لللا أحذط ج
خ ظ زبث فإبظ لد بي
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Suraij dan Mu'ammal
berkata, Telah menceritakan kepada kami Hammad bin
Salamah dari Qatadah dan Tsabit al-Bunani dari Anas bin
Malik berkata: pernah terjadi pada masa Rasulullah
Shallallahu'alaihi wa Sallam harga barang manjadi mahal,
sehingga orang-orang berkata: wahai Rasulullah!
tetapkanlah harga, maka Rasulullah Shallallahu'alaihi wa
Sallam bersabda: "Sesungguhnya Allah Sang Maha
pencipta, yang Maha menggenggam dan yang
melapangkan serta hanyalah Dia yang Maha penentu
harga, dan saya berharap bertemu Allah dalam keadaan
tidak ada seorang pun yang menuntutku atas kezaliman
yang saya perbuat kepadanya baik hak darah maupun
harta (harga)”(H.R. Ahmad nomor 12131 dari Kitab 9
Imam Hadist Lidwa Pustaka i-software)
Page 74
59
Ketentuan umum yang digunakan dalam penentuan harga
pada produk MLM Syariah biasanya menggunakan sistem
murabahah. Murabahah sendiri adalah menjual barang setelah ada
penambahan harga dari harga asal (harga beli) atau lebih dikenal
dengan mark-up. Kaidah penetapan harga ini sebenarnya adalah
patokan yang lazim digunakan karena jelas setiap penjual akan
untung kalau mereka memberikan penetapan harga yang lebih tinggi
dari harga asal (mark-up margin laba).
Dengan cara inilah MLM Syariah merujuk pada sistem
penjualan model murabahah, yaitu dengan menetapkan harga yang
lebih tinggi dari harga beli atau harga asal dengan standar mark-up
yang telah ditentukan dan direncanakan untuk setiap item barang
yang dijualnya (Kuswara, 2005: 132).
5) Komisi yang diberikan oleh perusahaan kepada anggota baik
besaran maupun bentuknya harus berdasarkan pada prestasi kerja
nyata yang terkait langsung dengan volume atau nilai hasil penjualan
barang atau produk jasa, dan harus menjadi pendapatan utama mitra
usaha dalam PLBS;
Poin ini merujuk kepada kaidah fikih yang tersebut dalam fatwa yaitu
:
ا سذىلعشج ال خمش
Artinya : Upah adalah sesuai dengan jerih payah atau usaha.
Page 75
60
MLM yang sesuai syariah akan memberikan peluang yang
sama bagi yang sudah menjadi member dan yang baru menjadi
member, pengaruh besar kecilnya bonus diberikan sesuai dengan
usaha yang dilakukan oleh member tersebut. Usaha member tersebut
tidak hanya menitik beratkan pada perekrutan member baru, tetapi
juga terhadap pembinaan member yang ada serta menekankan pada
penjualan produk. Karena dengan kewajiban membina downline serta
kewajiban menjual mereka harus bekerja secara kontinu. (Kuswara,
2005: 134).
6) Bonus yang diberikan oleh perusahaan kepada anggota (mitra
usaha) harus jelas jumlahnya ketika dilakukan transaksi (akad)
sesuai dengan target penjualan barang dan atau produk jasa yang
ditetapkan perusahaan.
Distributor dan perusahaan harus jujur, ikhlas, transparan
dan tidak menipu, dan tidak menjalankan bisnis yang haram ataupun
syubhat (tidak jelas haram maupun halalnya). Distributor dalam hal
ini berhak menerima imbalan setelah berhasil memenuhi akadnya.
Sedangkan pihak perusahaan yang menggunakan jasa marketing juga
harus segera memberikan imbalan kepada distributor dan tidak boleh
menghanguskan dan menghilangkannya (Kuswara, 2005: 97).
Page 76
61
7) Tidak boleh ada komisi atau bonus secara pasif yang diperoleh
secara reguler tanpa melakukan pembinaan dan atau penjualan
barang dan atau jasa;
Dari awal bergabung sudah dijelaskan bagaimana cara
menjalankan bisnis MLM yaitu menjual produk secara langsung
kepada konsumen dan mencari teman atau anggota baru agar ikut
bergabung dan bersedia memasarkan produk-produk perusahaan.
Untuk dapat meraih kesuksesan dalam sistem ini setiap distributor
harus bekerja keras menjual produk-produk perusahaan kepada
konsumen dan mencari mitra kerja untuk melakukan hal yang sama
sebanyak-banyaknya, sehingga mempunyai jaringan yang luas.
Adapun penghasilan mereka diperoleh dari laba grosir, laba eceran,
dan prosentase dari volume penjualan total kelompok atau jaringan
yang berhasil dibentuk. Mereka yang berprestasi tinggi akan
mendapatkan penghasilan yang tinggi pula (Hidayat, 2002:20).
8) Pemberian komisi atau bonus oleh perusahaan kepada anggota
(mitra usaha) tidak menimbulkan ighra‟.
Menurut ketentuan fatwa DSN MUI, Ighra‟ adalah daya tarik
luar biasa yang menyebabkan orang lalai terhadap kewajibannya demi
melakukan hal-hal atau transaksi dalam rangka memperoleh bonus
atau komisi yang dijanjikan. Keuntungan dalam bisnis MLM syariah,
berorientasi pada keuntungan duniawi dan ukhrawi. Imam Ghazali
dalam Ihya Ulumuddin mengatakan bahwa keuntungan dalam Islam
Page 77
62
adalah keuntungan dunia dan akhirat. Keuntungan akhirat
maksudnya, bahwa dengan menjalakan bisnis itu, seseorang telah
dianggap melaksanakan ibadah (asalkan bisnisnya sesuai dengan
syariah). Dengan bisnis, seseorang juga telah membantu orang lain
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Selanjutnya, pemberian
penghargaan dan cara menyampaikanya hendaknya tetap dalam
koridor tasyakur, untuk menghindarkan penerimanya dari takabur dan
kufur nikmat, seolah-olah ia telah melupakan Allah karena ighra‟
MLM yang islami senantiasa berpedoman dengan akhlak Islam
(Rivai, 2012:316).
9) Tidak ada eksploitasi dan ketidakadilan dalam pembagian bonus
antara anggota pertama dengan anggota berikutnya;
PLB yang benar harus bisa memberikan jaminan bahwa
downline paling bawah akan bisa mendapatkan imbal hasil yang sama
dengan yang mulai lebih awal, jika berhasil melakukan distribusi
produk PLB meskipun downline tersebut tidak lagi memiliki
downline. Salah satu strateginya adalah membuat ketentuan bahwa
meskipun upline sudah memiliki downline, namun upline tidak
berhak memeroleh komisi atau bonus atas keberadaan downline
tersebut, jika upline dan/atau downline tidak berhasil memenuhi kuota
penjualan dalam jumlah dan waktu yang ditentukan. Begitu pula jika
anggota paling awal tidak berhasil melakukan penjualan dengan kuota
tertentu, maka dia tidak berhak memeroleh komisi atau bonus.
Page 78
63
Kemudian, hal yang harus diingat bahwa komisi atau bonus hanyalah
penyemangat bisnis atas keberhasilan menjual produk, bukan tujuan
utamanya (http: zabrahkomputer. blogspot.nl/2012/06/ mencermati
bisnis penjualan langsung berjenjang syariah (MLM Syariah) .html
diakses 26 Desember 2016).
10) Sistem perekrutan keanggotaan, bentuk penghargaan dan acara
seremonial yang dilakukan tidak mengandung unsur yang
bertentangan dengan aqidah, syariah dan akhlak mulia, seperti
syirik, kultus, maksiat dan lain-lain;
PLBS yang benar harus mengakomodasi kepentingan ibadah kepada
Tuhan, berbuat baik kepada sesama, tidak memaksa, mencegah
perilaku boros, mencegah pemenuhan kebutuhan yang tidak perlu,
serta tidak merugikan orang lain (http: zabrahkomputer.
blogspot.nl/2012/06/ mencermati bisnis penjualan langsung
berjenjang syariah (MLM Syariah) .html diakses 26 Desember 2016).
11) Setiap mitra usaha yang melakukan perekrutan keanggotaan
berkewajiban melakukan pembinaan dan pengawasan kepada
anggota yang direkrutnya tersebut;
Perusahaan yang menjalankan bisnisnya dengan sistem MLM
tidak hanya sekedar menjalankan penjualan produk barang,
melainkan juga bertujuan untuk merekrut calon member agar bisa
memasarkan produknya tersebut melalui sistem multi level yang telah
ditetapkan perusahaan. Begitu pula member MLM yang telah
Page 79
64
bergabung mempunyai kewajiban mengajari cara menjalankan
bisnisnya mulai dari cara presentasi, pengembangan mental
kewirausahaan, dan pemasarannya. Selain itu tanggung jawab kepada
member baru tersebut berlangsung terus secara berkelanjutan
termasuk memotivasi dan mengawasi agar member baru tersebut
tidak menyimpang dari kode etik perusahanan (Hasibuan, 2005:52).
12) Tidak melakukan kegiatan money game.
Dalam fatwa ini, yang dimaksud money game adalah kegiatan
penghimpunan dana masyarakat atau penggandaan uang dengan
praktik memberikan komisi dan bonus dari hasil
perekrutan/pendaftaran Mitra Usaha yang baru/bergabung kemudian,
dan bukan dari hasil penjualan produk, atau dari hasil penjualan
produk namun produk yang dijual tersebut hanya kamuflase atau tidak
mempunyai mutu/kualitas yang dapat dipertanggungjawabkan.
b. Ketentuan Akad
Akad-akad yang digunakan dalam Penjualan Langsung Berjenjang
Syariah (PLBS)
1) Akad Ju’alah (Menurut Fatwa DSN MUI NO:
62/DSN-MUI/XII/2007 tentang Akad Ju’alah)
a) Pengertian Akad Ju’alah
Ju‟alah adalah janji atau komitmen (iltizam) untuk memberikan
imbalan (reward/‟iwadh/ju‟l) tertentu atas pencapaian hasil
(natijah) yang ditentukan dari suatu pekerjaan.
Page 80
65
b) Rukun dan syarat Akad Ju’alah
(1) Pihak Ja‟il harus memiliki kecakapan hukum dan
kewenangan (muthlaqal-tasharruf) untuk melakukan akad;
(2) Objek Ju‟alah (mahal al-„aqd/maj‟ul „alaih) harus berupa
pekerjaan yang tidak dilarang oleh syariah;
(3) Hasil pekerjaan (natijah) sebagaimana dimaksud harus jelas
dan diketahui oleh para pihak pada saat penawaran;
(4) Imbalan Ju‟alah (reward/‟iwadh/ju‟l) harus ditentukan
besaran-nya oleh Ja‟il dan diketahui oleh para pihak pada
saat penawaran; dan
(5) Tidak boleh ada syarat imbalan diberikan di muka
(sebelum pelaksanaan objek ju‟alah);
2) Akad Ijarah (Fatwa DSN MUI NO: 09/DSN-MUI/IV/2000
tentang pembiayaan ijarah)
a) Pengertian akad ijarah
Akad ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas
suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa
(ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu
sendiri.
b) Rukun dan Syarat Ijarah:
(1) Sighat Ijarah, yaitu ijab dan kabul berupa pernyataan dari
kedua belah pihak yang berakad (berkontrak), baik secara
verbal atau dalam bentuk lain.
Page 81
66
(2) Pihak-pihak yang berakad: terdiri atas pemberi
sewa/pemberi jasa dan penyewa/pengguna jasa.
(3) Objek akad ijarah adalah :
a. manfaat barang dan sewa; atau
b. manfaat jasa dan upah.
Page 82
67
BAB III
PRAKTIK MULTILEVEL MARKETING MCI di MASYARAKAT
A. Profil MCI
1. Sejarah Berdirinya Milionaire Club Indonesia (MCI)
MCI atau sering disebut MC-Indonesia. MCI merupakan singkatan
dari “Milionaire Club Indonesia”. MCI merupakan komunitas/bagian dari
PT. `Milionaire Group Indonesia yang berdiri tahun 04 Februari 2011. Hal
yang mendasari berdirinya adalah keinginan untuk membangun
individu-individu dalam masyarakat Indonesia untuk memiliki kehidupan
yang lebih baik, maka terbentuklah gagasan bisnis yang sangat menarik
yaitu MCI (Millionaire Club Indonesia). Dengan slogan “Better Life with
MCI ” diharapkan MCI kedepannya menjadi MLM terbaik dalam
mensejahterakan anggotanya. Konsep bisnis ini untuk membangun
kehidupan yang lebih baik mulai dari ekonomi, komunitas, kesehatan,
maupun lifestyle. Dengan konsep bisnis yang revolusioner yakni bisnis
ini diharapkan dapat membantu banyak orang mencapai kesuksesan yang
selama ini tidak dapat dicapai di bisnis lain. Ditambah dengan
produk-produk yang sangat menarik dan bermanfaat bagi kesehatan, maka
bisnis ini dapat berjalan hampir di semua segmen baik wanita, pria,
pemerhati kesehatan, pencari passive income, maupun untuk pengembangan
kepribadian.
Page 83
68
Keberhasilan yang telah dicapai MCI saat ini tidak akan lepas dari
peran VSN. VSN adalah singkatan dari Victory System Network. VSN
adalah organisasi pendukung yang menyediakan strategi dan langkah
langkah kerja yang telah terbukti berdasarkan pengalaman dari orang orang
yang berhasil. VSN merupakan sekolah bisnis untuk meningkatkan
keterampilan distributor dalam mengembangkan bisnis ini. VSN
menyediakan pertemuan, alat bantu dan pelatihan.
(www.pusatgrosirdropship.com/MCI MGI (PT.Millionaire Group
Indonesia) - Pusat Grosir Dropship.html diakses 6 agustus 2016).
2. Visi dan Misi
Adapun visi dari MCI adalah menjadi perusahaan network marketing yang
terbaik untuk mencapai kesejahteraan anggotanya baik dari segi finansial,
maupun kesehatan. Selanjutnya, misi dari perusahaan tersebut adalah
memberikan layanan terbaik dengan jaminan dengan jaminan para
membernya akan mendapat layanan eksklusif, berupa kemudahan, produk
dan jaringan yang berkualitas, dengan harga yang kompetitif. Kemudian, misi
selanjutnya adalah mengembangkan bisnis melalui peningkatan kualitas,
jenis produk, pembaharuan sistem promosi dan sistem pendukung
(www.Mc-world.com diakses 3 Agustus 2016).
3. Legalitas Hukum
Nomor SIUP : 503/1633.A/436.6.11/2011.
No SIUPL : 78/1/SIUPLT/I/PMDN/PERDAGANGAN/2013
Nomor TDP : 13.01.1.51.23333
Page 84
69
(https://panduanbisnismci.wordpress.com/2015/06/06/apa-sih-bisnis-mci-itu/
diakses pada 7 Agustus 2016).
Komisaris MGI : Hendra Thiemailattu
Direktur Utama MGI : Wilson Mandala Putra, S.E
(Hasil wawancara dengan Saudari Maya tanggal 26 Agustus 2016).
4. Lokasi perusahaan
Sampai dengan saat ini MCI memiliki 2 kantor perwakilan yang terletak di
Surabaya dan Jakarta.
a. Ngagel Jaya Indah Blok C 71 Surabaya.
b. Rukan Mangga II Square Blok D-38 Jakarta Utara (Katalog produk MCI
hlm 1 ).
Kantor perwakilan MCI dapat dilihat seperti gambar 3.1
Gambar 3.1 Kantor Perwakilan MCI
Sumber http:// sahabatnano.blogspot.co.id/p/Peluang Bisnis Mci _ Profil
Perusahaan.html diakses pada 6 Agustus 2016.
Page 85
70
5. Perkembangan Bisnis MCI
MCI sudah berjalan 5 tahun, Pada akhir bulan Februari tahun
2016, MCI baru saja mencapai rekor dunia 1300 member MCI naik kapal
pesiar dan di tahun ini sedang mempersiapkan diri menuju MLM syariah.
Kemudian di Tahun 2018 direncanakan umroh sebanyak 1800 member
(Hasil wawancara dengan Ibu Devi tanggal 19 Agustus 2016).
Selanjutnya, perkembangan sarana prasarana MCI itu sendiri,
MCI telah mempunyai 2 kantor cabang yakni di Jakarta dan Surabaya, dan
kini tengah nelakukan proses pembangunan kantor ketiganya di Soho
Capital Jakarta yang pada tahun ini selesai. Kemudian di Surabaya tengah
membangun graha MCI. Pembangunan kantor kedua gedung ini
diharapkan bisa mengoptimalkan pelayanan terhadap member di sekitar
wilayah tersebut (Hasil wawancara dengan Saudari Ida pada 14 Oktober
2016).
B. Produk produk MCI
1. Glucola
Merupakaan minuman kesehatan dan kecantikan yang berbentuk
serbuk Glucola mempunyai manfaat pada seluruh tubuh. Dengan sifat
antioksida, glucola mempunyai fungsi untuk detoksifikasi, regenerasi sel
dan mencegah penuaan dini. Glucola sangat bermanfaat bagi kecantikan dan
kesehatan secara menyeluruh, baik, kulit, rambut, ginjal, dan usus (Katalog
produk MCI hlm. 3).
Page 86
71
2. Glucola Gel
Merupakan facial foam yang berfungsi untuk mengangkat sel kulit mati
dan mencerahkan wajah (Katalog produk MCI hlm 4).
3. Nano spray
Minyak semprot yang menggunakan teknologi nanometer untuk
mengubah air menjadi partikel atom dalam beberapa detik sehingga nutrisi
dan kadar oksigen dalam air bisa masuk ke dalam pori-pori kulit dan
berfungsi untuk menghilangkan garis kerutan pada kulit. Nano spray akan
cepat reaksinya jika dikombinasikan dengan magic stick (Katalog produk
MCI hlm. 5).
4. Magic stick
Berbentuk tongkat dengan panjang sekitar 10 cm yang
mengandung batuan germanium yang sangat baik untuk memaksimalkan
kinerja syaraf, kelenjar dan mengencangkan kulit. Penggunaan magic
stick akan sangat tampak jika dikombinasikan dengan nano spray (Katalog
produk MCI hlm. 8).
5. Bioglass
Adalah lempeng kaca bundar yang dapat memancarkan energi skalar
positif berupa frekuensi 127 Megacycle of beta Rhytm (127 MBR) dalam
radius 5 meter lebih ke segala arah. Bioglass membuat energi tubuh optimal
sistem cakra, pusat-pusat/titik pengendali kekuatan tubuh manusia berputar
normal, maka terjadilah self healing, yaitu tubuh mampu menyembuhkan
Page 87
72
dirinya sendiri, ibaratnya Bioglass adalah charger (pembangkit kembali
energi) tubuh kita (Katalog produk MCI hlm.10).
6. So Shin
Merupakan teh hijau dengan kandungan asam Chllorogenic dan rumput laut
coklat. Manfaat dari So Shin yaitu membantu menurunkan berat badan,
sumber serat, energi dan vitamin yang sangat diperlukan tubuh (Katalog
produk MCI hlm. 6).
7. Green Tea
Merupakan teh hijau dengan kandungan pasak bumi yang rendah
kafein dan mengandung antioksida alami yang sangat kuat yang disebut juga
polifenol. Manfat dari green tea sendiri yaitu mencegah resiko kebotakan,
membersihkan jerawat, mencegah penyakit diabetes, mengurangi tekanan
darah tinggi, membantu menurunkan kadar kolesterol, meningkatkan
libido dan kekebalan tubuh (Katalog produk MCI hlm. 7).
8. Pendant Aura
Kalung kesehatan yang terbuat dari batu germanium tanpa
kandungan magnet yang mempunyai kemampuan untuk memancarkan Far
Infra Red (FIR) yang sangat baik untuk mengalirkan energi dan
meningkatkan stamina, memperlancar peredaran darah dan menjaga kadar
Ph dalam tubuh (Katalog produk MCI hal. 9).
Page 88
73
C. Sistem Milionaire Club Indonesia
1. Sistem Manajemen Milioner Club Indonesia
a. Metode Perekrutan Anggota MCI
Banyak metode yang digunakan dalam merekrut member baru
diantaranya:
1. Upline mengajak secara langsung orang orang terdekatnya .
2. Upline melakukan promosi menggunakan media sosial seperti
facebook, instagram, twitter (Hasil wawancara dengan Ibu Susi
tanggal 17 Oktober 2016).
3. Upline mendemokan produknya secara langsung kepada calon
member (Hasil wawancara dengan Ibu Romsatun tanggal 6 Agustus
2016).
4. Upline menceritakan kualitas produknya dan menceritakan
pengalaman orang yang sukses dengan MCI (Hasil wawancara
dengan Ibu Nisa tanggal 12 Oktober 2016).
b. Persyaratan masuk MCI
1) Calon member melakukan pembelian paket produk dengan
melakukan transfer ke rekening perusahaan.
2) Calon member harus memenuhi persyaratan yaitu : foto kopi kartu
identitas (KTP), Alamat, Nomor HP, Email, dan rekening bank.
3) Setelah registrasi selesai maka paling lambat sehari calon member
akan menerima pemberitahuan melalui email dan Nomor HP
Page 89
74
bahwa keanggotaan calon member sudah aktif bergabung (Hasil
wawancara dengan Saudari Ida Tanggal 14 Oktober 2016).
c. Larangan dan sanksi dalam MCI
1. Larangan menjual diatas atau dibawah harga.
2. Larangan memindahkan jaringan orang lain supaya berpindah ke
jaringannya.
3. Larangan monopoli wilayah pemasaran (Hasil wawancara dengan
Ibu Susi tanggal 17 Oktober 2016).
4. Larangan menjalankan bisnis dua jenis MLM.
5. Apabila member MCI kemudian melanggar akan di blokir
keanggotaannya (Hasil wawancara Bu Devi tanggal 09 Agustus
2016).
d. Hak dan Kewajiban Member MCI
1. Member mendapatkan satu hak usaha (ID) setiap pembelian 1 Paket
produk. Member MCI diperbolehkan untuk memiliki lebih dari
satu hak usaha atas nama yang sama dengan melakukan pembelian
paket produk.
2. Member mendapatkan username dan password untuk mengakes
web pusat MCI dan situs web untuk promosi (Hasil wawancara
dengan Saudari Maya tanggal 26 Agustus 2016).
3. Member mendapatkan pembinaan dari upline maupun tim MCI.
4. Member berhak memasarkan produk dan membangun jaringan.
5. Member wajib mematuhi aturan yang ditetapkan perusahaan.
Page 90
75
6. Member wajib membina downline.
7. Member wajib menjaga nama baik perusahaan (Hasil wawancara
dengan Saudari Nisa tanggal 12 Oktober 2016).
e. Metode Pembinaan Member
Ada banyak sekali metode pembinaan member di MCI yaitu
pembinaan langsung dari upline kepada downline, atau member bisa
belajar lebih lanjut di situs web pusat MCI. Selain itu juga ada seminar
Victory System Netwotk (VSN) yang dilakukan rutin tiap bulan biasanya
ada jadwalnya tersendiri. Seminar VSN ini diselenggarakan di kota
kota besar seperti Solo, Salatiga, Jogja dan masih banyak lainnya
(Hasil wawancara dengan Bu Devi tanggal 19 Agustus 2016).
f. Klasifikasi Member MCI
1) Paket Wow (Member biasa)
Paket Join yang dikeluarkan MCI mulai harga paket 1.900.000
hingga 2.500.000.
Tabel 3.1 Daftar Harga Paket
No. Harga Paket Produk
1 Rp 1.900.000 1 buah magic stick dan 2 box green tea , @ 6 sachet
atau 10 box green tea @ 6 sachet
2 Rp 2.000.000 Bio glass 2 Plus
3 Rp2.500.000 Pendant aura dan Glucola gel
4 > Rp2.200.000 Bebas menentukan produk yang dibeli diatas
Rp2.200.000, ditambah gratis voucher pembelian
produk lima ratus ribu
Sumber : Leaflet harga MCI
Page 91
76
2) Paket Upgrade
Diperuntukkan bagi yang sudah bergabung di Paket Wow atau ID
Single MCI agar bisa mengikuti jalan jalan luar negeri (Hasil
wawancara dengan Maya tanggal 03 September 2016).
Ada 2 jenis paket produk yang ditawarkan dalam paket upgrade ini
seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.2
Tabel 3.2 Daftar Harga Paket Upgrade
No. Harga Paket Produk
1 Rp 1.400.000 Magic stick atau Pendant aura
2 Rp 1.600.000 Bebas memilih produk, gratis voucher pembelian
produk Rp 1.500.000
Sumber : Leaflet harga MCI
3) Paket ID REWARD
ID Reward hampir sama dengan ID single hanya saja di
paket ID reward berkesempatan mendapatkan bonus dan reward
yang disediakan oleh MCI. Apabila kita bergabung dengan MCI kita
akan mendapatkan 1 poin (http:www.mcibisnis.com/2015/07/
06/cara bergabung menjadi member mci/diakses pada 6 agustus
2016).
Page 92
77
Penjelasan mengenai daftar harga paket bisa dilihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3 Daftar Harga Paket ID Reward
No. Harga Paket Produk
1 Rp 2.550.000 2 Pendant Aura + 1 box Glucola
2 Rp 2.550.000 Magic stick 2 + Pendant Aura + 1 box Glucola
3 Rp 2.600.000 3 box Glucola/Green tea+ Magic Stick 2
4 Rp 2.750.000 Bebas menentukan produk yang dibeli diatas
Rp2.200.000, ditambah gratis voucher pembelian
produk lima ratus ribu
5 Rp 2.900.000 4 box So Shin
6 Rp 2.950.000 Nano Spray 2 + Magic Stick 2/Pendant Aura + 1 Box
Glucola
7 Rp 3.000.000 3 Box Glucola/Green Tea + Nano Spray 2
8 Rp 3.100.000 Nano Spray 2 + Bioglass + 1 Box Glucola
Sumber : Leaflet harga MCI
4) ID REWARD 2 Poin
Sama seperti ID reward perbedaannya terletak pada setiap
pembelian paket reward 2 poin kita berhak atas 2 poin yang secara
otomatis akan terinput langsung di member ID (http:www.
mcibisnis.com/2015/07/06/cara bergabung menjadi member
mci/diakses 6 agustus 2016).
Tabel 3.4 Daftar Harga Paket ID Reward 2 Poin
No. Harga Paket Produk
1 Rp 3.300.000 2 Magic stick 2 + 1 box Glucola
2 Rp 3.500.000 2 Bioglass V2 + 1 box Glucola
3 Rp 4.100.000 Nano spray 2 + 2 box Glucola
4 Rp 4.200.000 Nano Spray 3 + 3 Box Glucola + 3 Tube Glucola
5 Rp 4.200.000 Nano Spray 2 + Nano Spray 3 + Magic Stick 2
6 Rp 4.300.000 2 pcs nano Spray 3 + Magic Stick 2
7 Rp 4.300.000 2 pcs Nano Spray 3 + 2 Box Glucola
Sumber : Leaflet harga MCI
5) Paket Heboh.
Merupakan gabungan dari paket wow dan paket upgrade yang
dibayar secara langsung. Paket heboh Mendapatkan voucher
Page 93
78
pembelian produk Rp 2.000.000 dapat digunakan untuk pembelian
semua produk MCI kecuali nano spray. Penjelasan mengenai paket
produk yang termasuk dalam paket Heboh bisa dilihat pada tabel
3.5.
Tabel 3.5 Daftar Harga Paket Heboh
No. Harga Paket Produk
1 Rp 3.300.000 Paket wow 1.900.000 + Paket Upgrade Rp 1.400.000
2 Rp 3.800.000 Paket wow Rp 2.200.000 + Paket Upgrade 1.600.000
3 Rp 3.900.000 Paket wow Rp 2.500.000 mendapatkan nano spray +
Magic Stick,atau Nano spray + pendant aura,dan paket
upgrade Rp 1.400.000
Sumber : Leaflet harga MCI
6) Paket ID Diamond
Paket Join yang dikeluarkan MCI mulai harga paket Rp2.750.000
hingga Rp 4.100.000. Adapun mengenai paket produk yang
termasuk dalam paket ID Diamond bisa dilihat pada tabel 3.6.
Tabel 3.6 Daftar Harga Paket Diamond
No. Harga Paket Produk
1 Rp 2.750.000 2 buah Magic Stick
2 Rp 2.950.000 Magic stick+ Pendant Aura+ 1 Box Soshin
3 Rp 3.050.000 2 buah Bioglass
4 Rp 3.100.000 Bioglass + Pendant Aura + 1 Box Soshin
5 Rp 3.650.000 nano spray V3 + 3 Box Soshin atau nano spray V3
+ 2 glucola gel +2 glucola
6 Rp 4.100.000 2 nano spray V3 + magic stick
Sumber : Leaflet harga MCI
7) ID Full Diamond
Sama dengan ID Diamond sebelumnya perbedaan terletak pada
pemberian bonus yang diberikan paling besar daripada paket
Page 94
79
lainnya. Adapun mengenai penjelasan daftar harga paket ID Full
Diamond bisa dilihat pada tabel 3.7.
Tabel 3.7 Daftar Harga Paket Full Diamond
No. Harga Paket Produk
1 Rp 5.600.000 Bioglass + 2 buah Magic Stick + 2 Pendant Aura
2 Rp 5.950.000 2 Bioglass+ Pendant Aura+Magic Stick + glucola +
glucola gel+1 box so shin
3 Rp 5.950.000 4 buah Bioglass
4 Rp 5.950.000 nano spray V3 + Magic Stick + Pendant Aura+
glucola + glucola gel+ 1 box so shin
5 Rp 5.950.000 nano spray V3+2 Magic Stick+2 Pendant Aura
Sumber : Leaflet harga MCI
g. Level Keanggotaan MCI
a) Member
Level anggota yang sudah mempunyai member kurang dari 400
pasang kanan dan kiri.
b) Emerald
Level anggota yang sudah mempunyai member 400 pasang kanan
dan kiri.
c) Diamond
Level anggota yang sudah mempunyai member 1000 pasang kanan
dan kiri.
d) Elite Diamond
Level anggota yang sudah mempunyai member 5000 pasang kanan
dan kiri (Hasil wawancara Bu Devi tanggal 19 Agustus 2016).
Page 95
80
2. Sistem Pembagian Bonus MCI
Pembagian setiap bonus tergantung dari kerja masing-masing
member. Pemberian bonus didasarkan pada sebarapa banyak member
tersebut dapat menjual paket produk. Member yang tidak melakukan
perekrutan penjualan tidak mendapatkan bonus (Hasil wawancara
dengan Ibu Romsatun 18 Agustus 2016).
Sistem pemberian bonus MCI menggunakan sistem binary (sistem
dua kaki). Sistem ini cukup merekrut 2 member yaitu 1 member kanan dan
1 member kiri (Hasil wawancara bu Devi tanggal 19 Agustus 2016).
Setiap member berhak mendapatkan bonus sesuai dengan ketentuan yang
telah ditentukan perusahaan. Bonus yang didapatkan antara lain:
a. Bonus Sponsor
Bonus sponsor adalah bonus yang diperoleh apabila seorang member
mengajak orang lain untuk menjadi member MCI.
Menurut Saudari Ida (Pelaku bisnis MCI) pemberian bonus sponsor
kepada member adalah sebagai berikut: bonus sponsor paket wow dan ID
reward Rp. 200.000, paket heboh dan paket ID Diamond Rp. 250.000, ID
member reward 2 poin Rp. 300.000, dan paket ID full Diamond Rp.
500.000 (Hasil wawancara dengan Saudari Ida tanggal 14 Oktober
2016).
b. Bonus Level
Bonus Level adalah bonus yang diperoleh dari perkembangan
Member Get Member. Bonus Level akan diberikan ketika terjadi
Page 96
81
perkembangan jaringan yaitu pertambahan 1-kiri dan 1-kanan pada 1
Level yang sama dan Bonus Level ini hanya diberikan 1 kali per 1 Level
sebesar Rp 500.000,-. Skema pemberian bonus level dapat dilihat
gambar 3.2.
Gambar 3.2 skema bonus level
Sumber : Leaflet harga MCI
Contoh:
Gambar 3.2 menjelaskan orang yang telah menjadi member MCI me-
rekrut A dan B. Kemudian, A dan B masing-masing merekrut 1 orang
dan terduplikasi kebawah. Jadi, meskipun member MCI hanya
merekrut 2 orang member MCI tetap dapat menikmati Bonus Level tanpa
batas kedalaman (Leaflet marketing plan MCI).
c. Bonus Pasangan dengan flush out 14 pasang/hari
Bonus pasangan adalah bonus yang diperoleh dari pertumbuhan
jaringan member MCI. Bonus pasangan akan diberikan kepada member
MCI dapatkan setiap terjadi pasangan yaitu pertumbuhan 1-kiri dan
MEMBER
MCI
Page 97
82
1-kanan (ada keseimbangan). Bonus pasangan juga tidak melihat posisi
titik harus bseimbang atau sejajar. Ketika terjadi bonus pasangan, maka
member MCI akan mendapatkan bonus pasangan sebesar Rp 50.000
seperti pada gambar 3.3.
Gambar 3.3 skema bonus pasangan
Sumber : Leaflet harga MCI
Sepuluh bonus pasangan pertama akan diberikan dalam bentuk produk.
Selanjutnya 100 bonus pasangan berikutnya dapat member MCI terima
100% secara tunai. Kemudian, akan terulang lagi 10 bonus pasangan
yang ditukarkan dengan produk, kemudian 100 bonus pasangan
berikutnya diterima secara cash dan seterusnya (Leaflet marketing plan
MCI).
d. Bonus Matching
Bonus Matching adalah bonus yang diperoleh apabila member yang
dibina member MCI secara langsung bisa berkembang dan mendapatkan
bonus pasangan (Hasil wawancara dengan Saudari Maya tanggal 03
September 2016).
MEMBER
MCI
Page 98
83
Ketentuan pemberian bonus matching ada 2 macam yaitu sebesar 25%
dari bonus pasangan downline langsung member MCI sebanyak 3
generasi.
Kemudian, bonus matching sebesar 10% dari bonus pasangan downline
langsung member MCI sebanyak 3 generasi berikutnya (Leaflet
marketing plan MCI).
e. Bonus Cycle (Rp 50.000) dengan flush out 7 cycle/hari
Bonus yang diperoleh ketika terjadi pertumbuhan dua titik
sebelah kiri dan dua titik sebelah kanan di dalam jaringan member MCI.
Ketika terjadi terjadi bonus cycle, maka member MCI akan mendapatkan
bonus sebesar Rp 50.000, seperti pada gambar 3.4.
Gambar 3.4 skema bonus cycle
Sumber : Leaflet harga MCI
Lima bonus cycle pertama akan diberikan produk. Selanjutnya lima
bonus cyle berikutnya akan diberikan uang tunai. Pemberian bonus ini
akan terus berulang hingga pemberian bonus cycle kelimapuluh.
MEMBER
MCI
Page 99
84
Setelah itu, pemberian bonus cycle 50 berikutnya akan diberikan uang
tunai (Leaflet marketing plan MCI).
f. Bonus Royalti
1) 1% omzet MCI global diberikan kepada member MCI yang
mencapai atau mempunyai total member 400 kiri - 400 kanan.
2) 2% omzet MCI global diberikan kepada member MCI yang
mencapai atau mempunyai total member 1000 kiri – 1000 kanan
(Leaflet marketing Plan MCI).
g. Reward
Reward diberikan kepada member ketika saat mencapai kualifikasi
tertentu. Bonus yang didapatkan antara lain:
1) Trip ke luar negeri
Trip ke luar negeri sesuai dengan promo yang ditentukan misalnya:
Seperti yang dikatakan oleh Bu Devi bahwa promo trip Tahun 2016,
promo trip-nya adalah jalan-jalan ke Korea. Jalan-Jalan ke Korea
diberikan kepada member MCI yang telah mempunyai 17 poin kiri
kanan, atau melakukan penjualan 17 paket kiri dan kanan dalam
waktu 4 bulan. Kemudian, member yang berhasil memenuhi promo
trip tadi akan mendapatkan uang saku, dan menginap di hotel
berbintang empat atau lima (Hasil wawancara Bu Devi tanggal 19
Agustus 2016).
Page 100
85
2) Bonus cash Rp 50.000.000.-
Bonus cash ini diberikan ketika seorang member mempunyai total
poin diamond 1000 kiri-1000 kanan (berlaku paket ID Diamond dan
Id Full Diamond) (Hasil wawancara dengan Saudari Maya tanggal 26
Agustus 2016).
3) Bonus cash Rp 500.000.000,-.
Bonus cash tersebut diberikan kepada anggota Elite Diamond
Mempunyai total poin 5000 kiri-5000 kanan (berlaku semua paket
MCI kecuali paket Upgrade) (Hasil wawancara dengan Ibu Devi
tanggal 19 Agustus 2016).
Page 101
86
BAB IV
PRAKTIK MILIONAIRE CLUB INDONESIA (MCI) MENURUT UNDANG
UNDANG NO.07 TAHUN 2014 TENTANG PERDAGANGAN, FIKIH
MUAMALAH, DAN FATWA DSN MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009
TENTANG PENJUALAN LANGSUNG BERJENJANG SYARI’AH (PLBS)
A. Tinjauan Undang-Undang No.07 Tahun 2014 Tentang MCI
1. Dalam undang undang No.07 tahun 2014 pasal 6 menyatakan bahwa “
Setiap Pelaku Usaha wajib menggunakan atau melengkapi label berbahasa
Indonesia pada barang yang diperdagangkan di dalam negeri.” Produk MCI
menggunakan bahasa indonesia.
Dilihat dari kemasannya semua produk MCI sudah menggunakan bahasa
Indonesia
2. Dalam undang undang No.07 tahun 2014 pasal 7 ayat 1 menyatakan
bahwa “Distribusi barang yang diperdagangkan dalam negeri secara tidak
langsung atau langsung dapat dilakukan melalui pelaku usaha distribusi”.
Dalam hal ini, MCI dibawah naungan PT. Milioner Group Indonesia
merupakan komunitas bisnis yang bergerak dibidang distribusi produk
kecantikan dan kesehatan.
3. Dalam undang undang No.07 tahun 2014 pasal 7 ayat 2 menyatakan
bahwa “Distribusi Barang secara tidak langsung sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan rantai distribusi yang bersifat
Page 102
87
umum: distributor dan jaringannya, agen dan jaringannya; atau waralaba.”
MLM MCI menggunakan sistem distribusi barang secara langsung.
4. Dalam undang undang No.07 tahun 2014 pasal 7 ayat 3 menyatakan
bahwa “Distribusi Barang secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dengan menggunakan pendistribusian khusus melalui sistem
penjualan langsung secara: a. single level; atau b. multilevel.”
Sistem Penjualan di MCI menggunakan single level barang dari perusahaan
langsung ke member (konsumen). Barang tersebut bisa dipakai sendiri oleh
member atau kalau produk alat seperti nano spray bisa didemokan kepada
calon member. MCI memberikan bonus kepada member atas penjualan
produk langsung dari perusahaan.
5. Dalam undang undang No.07 tahun 2014 pasal 8 menyatakan bahwa
“Barang dengan hak Distribusi eksklusif yang diperdagangkan dengan
sistem penjualan langsung hanya dapat dipasarkan oleh penjual resmi yang
terdaftar sebagai anggota perusahaan penjualan langsung
Produk produk MCI tidak dijual secara umum di pasaran seperti di toko
umum, pasar, supermarket, untuk mendapatkan produk MCI harus melalui
member MCI (Hasil wawancara dengan ibu Nisa tanggal 12 Oktober
2016).
6. Dalam undang undang No.7 tahun 2014 pasal 9 menyatakan bahwa
“Pelaku Usaha Distribusi dilarang menerapkan sistem skema piramida
dalam mendistribusikan barang”.
Page 103
88
Dilihat dari sistemnya, MLM MCI termasuk menggunakan skema
piramida. Hal ini bisa bisa dipenuhinya ciri ciri yang mengarah ke
praktik tersebut diantara Perusahaan MGI tidak tergabung dalam
anggota APLI dan WFDSA, Apabila kita cermati Marketing plan MCI
menunjukkan bahwa sistem pemberian bonus maupun royalty
ditentukan dari seberapa banyak yang member merekrut orang lain
daripada penjualan produk, Sistem yang membolehkan member MCI
memiliki lebih dari 1 keanggotaan, Biaya pendaftaran yang mahal
yakni diatas 1 juta, dan MCI menggunakan sistem binary yang
memberikan untung lebih kepada upline daripada downline Hal ini
terlihat MCI menggunakan sistem binary (Hasil wawancara dengan
Saudari Ida tanggal 14 Oktober 2016).
7. Dalam undang undang No.7 tahun 2014 pasal 10 menyatakan bahwa
“Pelaku Usaha Distribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 melakukan
Distribusi Barang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
serta etika ekonomi dan bisnis dalam rangka tertib usaha”.
Tim Manajemen MLM MCI menerapkan aturan perusahaan yang
harus ditaati para member MCI sebagai pedoman dalam menjalankan
bisnisnya. Perusahaan MCI tidak segan-segan memblokir anggotanya yang
terbukti melanggar larangan MCI seperti menjual dibawah atau diatas harga
standar yang ditetapkan perusahaan, dan bergabung dengan MLM lain
(Hasil wawancara Bu Devi tanggal 09 Agustus 2016).
Page 104
89
8. Dalam undang undang No.7 tahun 2014 pasal 24 menyatakan bahwa
“Pelaku Usaha yang melakukan kegiatan usaha Perdagangan wajib memiliki
perizinan di bidang Perdagangan yang diberikan oleh Menteri.”
MCI sudah memiliki izin usaha diterbitkannya Nomor SIUP
503/1633.A/436.6.11/2011, Nomor SIUPL 78/1/SIUPLT/ I/PMDN/
PERDAGANGAN /2013 dan Nomor TDP 13.01.1.51.23333.
Selanjutnya, untuk mengetahui kesesuaian Undang-Undang No.07
Tahun 2014 tentang perdagangan terhadap praktik MLM MCI bisa dilihat
pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Tinjauan Undang-Undang No.7 Tahun 2014 tentang perdagangan Terhadap
Praktik MLM MCI
No. Pasal MLM MCI
1 Pasal 6 tentang kewajiban pelaku usaha menggunakan
label bahasa indonesia pada kemasan
memenuhi
2 Pasal 7 tentang distribusi barang yang dapat dilakukan
pelaku usaha distribusi
memenuhi
3 Passal 8 tentang hak distribusi eklusif yang dimiliki
anggota perusahaan penjualan langsung
memenuhi
4 Pasal 9 tentang larangan menerapkam sistem skema
piramida
Tidak memenuhi hal ini
dikarenakan sistem
keanggotaan di MCI
menggunakan sistem
kaveling dan sistem
pemberian bonus yang
lebih banyak diberikan
saat terjadi pertambahan
member baru,
5 Pasal 10 tentang pelaku usaha distribusi sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan dan etika ekonomi
bisnis
memenuhi
6 Pasal 24 tentang kewajiban pelaku usaha memiliki
surat izin perdagangan
memenuhi
Page 105
90
B. Tinjauan Fikih Muamalah Tentang MCI
1. Ketentuan hukum
Sebagai suatu akad, jual beli mempunyai rukun dan syarat yang
harus dipenuhi sehingga jual beli itu dapat dikatakan sah oleh syara‟.
Apabila salah satu dari rukun tersebut tidak terpenuhi maka jual beli
tersebut dapat dikategorikan sebagai jual beli yang tidak sah. Berkaitan
dengan jual beli pada Milioner Club Indonesia, peneliti akan menganalisis
dari segi hukum Islam berdasarkan pemenuhan rukun, syarat jual beli dan
ketentuan-ketentuan dalam transaksi jual beli. Berdasarkan pemenuhan
rukun dan syarat jual beli, yaitu:
a. Adanya pihak penjual dan pembeli (aqid)
Pada Bab II telah peneliti kemukakan bahwa orang yang melakukan
transaksi jual beli harus memenuhi syarat-syarat jual beli, diantaranya:
kehendaknya sendiri, berakal sehat, dan baligh. Dalam jual beli di
Milioner Club Indonesia ini para pelaku yang berakad (upline, downline
dan konsumen non member) melakukan akad jual beli atas kehendaknya
sendiri dan tidak ada paksaan dari orang lain. Begitu juga dengan para
penjual dan pembelinya adalah telah baligh dan cakap hukum. Dalam
jual beli di Milioner Club Indonesia ini belum pernah ditemukan bahwa
pihak yang melakukan transaksi jual beli, yaitu para penjual (upline,
downline) dan pembeli (baik konsumen member atau non member)
adalah belum dewasa dan tidak cakap hukum. Ini jelas bahwa praktek
jual beli yang menggunakan sistem MLM di Milioner Club Indonesia
Page 106
91
ini ditinjau dari segi syarat akadnya telah sesuai dengan aturan jual beli
dalam Islam.
b. Lafal/Sighat (ijab dan kabul)
Unsur terpenting dalam jual beli adalah adanya kerelaan dari kedua
belah pihak. Kerelaan tersebut bisa dilihat dari ijab dan kabul yang
dilangsungkan. Pernyataan ijab dan kabul dapat dilakukan dengan lisan,
tulisan/surat-menyurat, atau syarat yang memberi pengertian dengan
jelas tentang adanya ijab dan kabul, dan dapat juga berupa perbuatan
yang telah menjadi kebiasaan dalam ijab dan kabul.
c. Objek yang diperjualbelikan (mau‟qud alaih)
1) Suci
Jual beli yang terlarang karena melihat dari jenis atau zat
yang dilarang menurut Islam, meskipun jual beli tersebut dipandang
sah karena telah memenuhi segala unsur transaksi jual beli. Namun,
karena barang yang secara zatnya terlarang, maka akan menjadi
haram untuk dilakukan oleh kaum muslim seperti jual beli khamar,
bangkai, dan babi.
Dalam jual beli di Milioner Club Indonesia ini produk yang
dijual adalah halal dan suci. Semua Produk MCI telah mendapat izin
dari badan POM dan mendapatkan label halal dari MUI. Ini terlihat
pada kemasan produk Milioner Club Indonesia, misalkan suplemen
kecantikan (Glucolla) yang terbuat dari sari buah jeruk, so shin
terbuat dari ekstrak green tea, rumput laut, green coffe. Produk
Page 107
92
green tea terbuat dari ekstrak green tea, pasak bumi dan produk
nano spray berisi air, magic stick terbuat batuan germanium,
pendant aura dan bio glass yang tebuat dari material mineral bumi
sehingga dari keseluruhan produk diatas tidak ada yang
mengandung unsur yang diharamkan. Maka jual beli tersebut tidak
dilarang karena telah sesuai dengan hukum jual beli dalam Islam.
2) Bermanfaat
Sedangkan yang dimaksud benda yang bermanfaat berarti,
pemanfaatan dari produk-produk tersebut tidak melanggar
norma-norma agama. Kebanyakan produk yang jual pada Milioner
Club Indonesia adalah kecantikan dan kesehatan yang berarti
bermanfaat bagi kesehatan manusia. Misalnya Glucola sangat
bermanfaat bagi kecantikan dan kesehatan secara menyeluruh, baik,
kulit, rambut, ginjal, dan usus. Selanjutnya, magic stick untuk
memaksimalkan kinerja syaraf, kelenjar dan mengencangkan
kulit, nano spray berfungsi untuk menghilangkan garis kerutan pada
kulit, So Shin yaitu membantu menurunkan berat badan, sumber
serat, energi dan vitamin, green tea sendiri yaitu mencegah resiko
kebotakan, membersihkan jerawat, mencegah penyakit diabetes,
mengurangi tekanan darah tinggi, membantu menurunkan kadar
kolesterol, meningkatkan libido dan kekebalan tubuh, mengalirkan
energi dan meningkatkan stamina, memperlancar peredaran darah
dan menjaga kadar Ph dalam tubuh, dan terakhir Bioglass membuat
Page 108
93
energi tubuh optimal sistem cakra, pusat-pusat/titik pengendali
kekuatan tubuh manusia berputar normal dan lain lain.
3) Dapat diserahterimakan
Jual beli yang didalamnya mengandung unsur kesamaran
(gharar) ini mengandung unsur penipuan dan meragukan. Karena
itu, Islam melarang jual beli benda yang tidak nyata. Misalnya jual
beli dengan cara melempar batu, menjual ikan yang masih di laut,
dan ijon. Sedangkan, yang dimaksud dengan benda yang dapat
diserahterimakan adalah benda tersebut adalah benar-benar ada,
meskipun pembelian dilakukan dengan cara pemesanan.
Produk-produk yang dijual di Milioner Club Indonesia adalah
produk yang nyata. Produk yang dijual antara lain: glucolla, so shin,
pendant aura, dan lain-lain. Sehingga, ketika para konsumen
melakukan pembelian produk tersebut, maka selang beberapa lama
akan menerima produk yang dibelinya. Ini terlihat, ketika seorang
konsumen membeli so shin, dalam waktu yang ditentukan itu juga
konsumen menerima produk so shin tersebut. Selain itu, pembelian
produk melalui pemesanan dan pengiriman produk menggunakan
layanaan pengiriman barang JNE Express.
4) Milik sendiri atau telah mendapatkan izin dari pemiliknya
Produk-produk yang di jual di Milioner Club Indonesia
adalah milik sendiri perusahaan Milioner Club Indonesia dan
Perusahaan Milioner Group Indonesia telah memberikan hak
Page 109
94
kepada member MCI untuk memasarkan produk MCI. Karena, hal
tersebut sudah jelas dijelaskan saat awal perekrutan bahwasanya
setiap member mempunyai hak untuk memasarkan produk dan
mengembangkan jaringannya.
Selain itu, kegiatan jual beli tidak mengandung unsur-unsur
yang dilarang seperti berikut :
a. Jual beli yang mengandung transaksi riba
Ada sebagian member MCI yang melakukan jual beli karena
tergiur dengan sistem bonus yang diberikan. Mereka
membayarkan modal sekali untuk membeli paket produk dengan
harapan mereka mendapat pemasukan yang berlipat (Hasil
wawancara dengan ibu Susi tanggal 17 Oktober 2016 dan Hasil
wawancara dengan Saudari Nisa tanggal 12 Oktober 2016). Hal
ini termasuk riba fadhl yang dilarang dalam islam.
b. Jual beli yang mengandung unsur gharar
MCI mempunyai produk yang nyata yaitu barang dan alat
kesehatan. Selanjutnya, MCI telah menjalin kerjasama dengan
perusahaan JNE jadi produk benar-benar dikirimkan sesuai
alamat pemesan setelah terlebih dahulu melakukan
pembayaran sesuai paket produk (Hasil wawancara dengan
Saudari Ida tanggal 14 Oktober 2016).
Page 110
95
c. Jual beli yang mengandung unsur maysir
Praktik MLM MCI tidak bisa lepas dari praktik maysir hal ini
karena motivasi member bergabung MCI alasan untuk
mendapatkan keuntungan yang berlipat dengan modal sekali.
Upline yang nakal sering tidak mematuhi kode etik yang
ditetapkan perusahaan. Berdasarkan hasil wawancara dengan
Bu Devi menjelaskan bahwa penyimpangan yang sering
dilakukan member adalah memberikan penambahan bonus
produk atau diskon yang tidak sesuai sistem pemasaran MCI
(Hasil wawancara Bu Devi tanggal 09 Agustus 2016).
d. Jual beli yang mengandung unsur dharar
Produk-produk MCI mengandung bahan yang aman dan
bermanfaat bagi tubuh. Produk MCI sudah mendapat izin dari
Badan POM dan label halal dari MUI (Hasil wawancara dengan
Ibu Romsatun pada 06 Agustus 2016).
e. Jual beli yang mengandung unsur dzulm
Pembagiaan bonus yang diberikan oleh MCI terjadi unsur
ketidakadilan dan eksploitasi seperti: pemberian bonus
matching hingga 6 generasi. Upline tetap mendapatkan bonus
tanpa melakukan penjualan produk (Hasil wawancara dengan
ibu Susi tanggal 17 Oktober 2016 dan Hasil wawancara dengan
Saudari Nisa tanggal 12 Oktober 2016).
Page 111
96
f. Jual beli yang mengandung unsur maksiat
Kegiatan jual beli MCI terbebas dari unsur maksiat. Ibu
Romsatun menjelaskan bahwa Produk-produk MCI berupa
barang dan alat. Barang dan alat yang bermanfaat bagi
kecantikan dan kesehatan tubuh (Hasil wawancara dengan Ibu
Romsatun pada 06 Agustus 2016).
2. Ketentuan Akad
a. Jual beli salam
Jual beli yang terjadi di MLM MCI menggunakan jual beli
pesanan atau dalam istilah fikih muamalahnya disebut jual beli salam.
Hal ini dikarenakan produk MCI berasal dari perusahaan PT. Milionaire
Group Indonesia. Kegiatan jual beli yang terjadi dimulai dari member
MCI melakukan penawaran produk terhadap calon member MCI,
mereka menawarkan produk dan bisnis MLM MCI. Jika calon member
tertarik untuk bergabung, maka mereka diharuskan membeli salah satu
paket produk yang yang ditawarkan misalkan paket wow, paket heboh,
paket ID reward, dan paket diamond. Setelah itu, calon member
melakukan pembayaran sesuai harga paket produk yang dipilihnya
kepada rekening perusahaan MCI. Setelah menyerahkan bukti transfer
pembayaran beserta persyaratan yang ditentukan maka, member MCI
tadi memasukan data nama calon member tadi dibawah jaringannya,
dan melakukan pemesanan atas nama member calon tersebut. Kemudian
Page 112
97
produk MCI akan dikirim ke alamat calon member melalui jasa
pengiriman barang JNE.
Dari segi pemenuhan rukun dan syarat jual beli salam yang
dilakukan MLM MCI adalah sebagai berikut:
Para pihak yang melakukan akad jual beli tersebut sudah dewasa dan
dibuktikan dengan syarat keanggotaan harus mempunyai KTP.
Adapun mengenai objek akad jual beli salam adalah produk produk
kesehatan dan kecantikan yang bermanfaat bagi tubuh. Adapun barang
yang dipesan dan diterima sudah pasti sesuai pemesanan karena
perusahaan menyediakan daftar paket produk beserta harganya.
Selanjutnya mengenai pembayaran yaitu, calon member melakukan
pembayaran sesuai dengan harga paketan produk yang dipilih ditambah
biaya pengiriman. Pembayaran harus dilakukan secara penuh saat itu
(Hasil wawancara dengan saudari Ida pada 14 Oktober 2016).
Page 113
98
Selanjutnya, tinjauan fikih muamalah terhadap praktik MLM
MCI dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Tinjauan Fikih Muamalah Terhadap Praktik MLM MCI
No. Ketentuan Fikih Muamalah MLM MCI
1 Ketentuan hukum Jual beli:
Ada pihak penjual dan pembeli
Lafal/sighat
Objek Jual beli
Dapat diserah terimakan
Milik sendiri atau telah
mendapatkan izin dari pemiliknya
Memenuhi
2 Ketentuan akad jual beli:
Jual beli salam
Memenuhi
3 Jual beli tidak mengandung unsur yang
dilarang seperti:
Unsur Riba Mengandung unsur
riba fadhl karena
motivasi member
masuk ingin
mendapatkan
pendapatan yang
berlipat dengan modal
sekali
Unsur gharar Tidak mengandung
Unsur Maysir Mengandung unsur
maysir karena MLM
dijadikan jalan untuk
mendapatkan
pendapatan yang
berlebih tanpa
melakukan kerja keras
Unsur dharar Tidak mengandung
Unsur Maksiat Tidak mengandung
Unsur dzulm Mengandung unsur
dzulm karena upline
mendaptakan passive
income dari hasil kerja
downline
Page 114
99
C. Tinjauan Fatwa DSN MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 Tentang MCI
1. Ketentuan Hukum
Setelah mengetahui sistem yang ada dalam MCI, sebagaimana
yang dipraktekan oleh para pelaku bisnis tersebut, kita dapat mengetahui
kedudukan hukum bisnis tersebut. MCI sebagai salah satu bentuk
muamalah di Indonesia, dalam pelaksanaanya harus berpedoman kepada
sejumlah aturan hukum yang berlaku di Indonesia baik itu undang-undang
maupun Fatwa DSN MUI.
a. Fatwa DSN MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 pada ketentuan hukum
poin kesatu menyatakan bahwa “Ada objek transaksi riil yang
diperjualbelikan berupa barang atau produk jasa”.
MCI memiliki berbagai produk yaitu: glucola, glucola gel, so shin,
magick stick, nano spray, bio glass, green tea dan pendant aura. Maka
dalam hal ini MCI telah memenuhi ketentuan Fatwa DSN MUI poin
pertama.
b. Fatwa DSN MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 pada ketentuan hukum
poin kedua menyatakan bahwa “Barang atau produk jasa yang
diperdagangkan bukan sesuatu yang diharamkan dan atau yang
dipergunakan untuk sesuatu yang haram”. Berdasarkan penelitian,
semua produk MCI diatas telah berlabel halal dari MUI. Maka dalam
hal ini MCI telah memenuhi ketentuan Fatwa DSN MUI poin kedua.
Page 115
100
c. Fatwa DSN MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 pada ketentuan hukum
poin ketiga menyatakan bahwa “Transaksi dalam perdagangan tersebut
tidak mengandung unsur gharar, maysir, riba, dharar, maksiat”.
Dalam bisnis MCI ini, menurut peneliti dari hasil penelitian
yang dilakukan, distributor MCI tidak akan bisa menjual dibawah
harga maupun diatas harga karena harga sudah ditetapkan di kantor
pusat MCI, jika terjadi pelanggaran maka distributor tersebut akan
diblokir akunnya di virtual network, sehingga dia akan kehilangan
seluruh aset yang ia bangun (Hasil wawancara dengan Saudari Ida pada
14 Oktober 2016).
Selanjutnya, produk MCI sudah terjamin kualitas baik dari
keamanan dan kehalalannya, sehingga tidak akan membahayakan
konsumen.
Namun, praktik MLM MCI tidak bisa lepas dari praktik
maysir maupun riba fadhl, hal ini karena motivasi member bergabung
MCI alasan untuk mendapatkan keuntungan yang berlipat dengan
modal sekali. Maka hal tersebut tidak sesuai dengan Fatwa DSN MUI
pada ketentuan hukum poin ketiga.
d. Fatwa DSN MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 pada ketentuan hukum
poin keempat menyatakan bahwa “Tidak ada harga/biaya yang
berlebihan (excessive markup), sehingga merugikan konsumen karena
tidak sepadan dengan kualitas/manfaat yang diperoleh”.
Page 116
101
Dilihat dari ketentuan tersebut, seseorang yang ingin bergabung dengan
MCI jika ingin mendapatkan kan keanggotaan biasa (single member)
dengan membeli produk MCI dibawah Rp 1.900.000, maka akan
diberikan akun virtual dan produk yang diinginkan yang ditawarkan
oleh MCI. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Bu Devi bahwa MLM
MCI produknya kebanyakan merupakan produk impor dari Japan
seperti nano spray dan magic stick. menurutnya harga itu wajar dan
sepadan dengan manfaat yang diperoleh. Selain itu beliau juga jarang
ke salon perawatan setelah memakai produk tersebut (Hasil wawancara
Bu Devi tanggal 19 Agustus 2016).
Menurut peneliti, hal tersebut sepadan dengan kualitas atau
manfaat yang diperoleh anggotanya. Oleh karena itu bisnis dalam
bisnis MCI sesuai dengan Fatwa DSN MUI pada ketentuan hukum
keempat.
e. Fatwa DSN MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 pada ketentuan hukum
poin kelima menyatakan bahwa “Komisi yang diberikan oleh
perusahaan kepada anggota baik besaran maupun bentuknya harus
berdasarkan pada prestasi kerja nyata yang terkait langsung dengan
volume atau nilai hasil penjualan barang atau produk jasa, dan harus
menjadi pendapatan utama mitra usaha dalam PLBS”.
Sesuai dengan hasil wawancara dengan Ibu Romsatun, MCI
memberikan komisi atau bonus berdasarkan prestasi kerja yakni
berdasarkan penjualan produk (Hasil wawancara dengan Ibu Romsatun
Page 117
102
pada 06 Agustus 2016). Dengan demikian hal tersebut sesuai dengan
Fatwa DSN MUI ketentuan hukum poin kelima.
f. Fatwa DSN MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 pada ketentuan hukum
poin keenam menyatakan bahwa “Bonus yang diberikan oleh
perusahaan kepada anggota (mitra usaha) harus jelas jumlahnya ketika
dilakukan transaksi (akad) sesuai dengan target penjualan barang dan
atau produk jasa yang ditetapkan oleh perusahaan”.
Dari segi pembagian bonus yang diberikan MCI kepada
anggotanya, MCI dapat melakukan penjualan barang berupa produk
MCI maka orang yang menjualkan produk tersebut mendapatkan bonus
sponsor Rp. 200.000 untuk satu paket ID member reward 1 poin atau
paket wow, Rp. 250.000 untuk satu paket ID Diamond dan paket
heboh, Rp. 300.000 untuk satu paket ID member reward 2 poin dan Rp.
500.000 untuk 1 paket ID full Diamond. Ketentuan hukum MUI pada
poin keenam ini, sesuai dengan yang dipraktekan MCI.
g. Fatwa DSN MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 pada ketentuan hukum
poin ketujuh menyatakan bahwa “Tidak boleh ada komisi atau bonus
secara pasif yang diperoleh secara reguler tanpa melakukan pembinaan
dan atau penjualan barang dan atau jasa”.
Ibu Romsatun menyatakan bahwa anggota MCI akan
mendapatkan pembinaan secara pribadi dari upline langsung dan
training victory dari TIM VSN pusat dan biasanya dilaksanakan di kota
kota besar seperti Solo, Salatiga, Jogja dan sebagainya. Mekanisme
Page 118
103
pemesanan produk yang konsumen butuhkan melalui upline (Hasil
wawancara dengan Ibu Romsatun 18 Agustus 2016).
Karena sistem pembagian bonus tidak hanya sebatas pada
bonus sponsor saja, bonus passive income bisa didapat dari bonus
matching. Hal ini seperti yang dikatakan saudari Susi dan saudari Nisa
keduanya merupakan member MCI non aktif, mereka merasakan
ketidakadilan dalam pemberian bonus matching hingga sampai enam
generasi. Mereka yang kerja keras jualan tetapi upline tetap
mendapatkan bonus (Hasil wawancara dengan ibu Susi tanggal 17
Oktober 2016 dan Hasil wawancara dengan Saudari Nisa tanggal 12
Oktober 2016). Maka passive income MCI tidak sesuai dengan
ketentuan Fatwa DSN MUI poin ketujuh.
h. Fatwa DSN MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 pada ketentuan hukum
poin kedelapan menyatakan bahwa “Pemberian komisi atau bonus oleh
perusahaan kepada anggota (mitra usaha) tidak menimbulkan ighra‟ ”.
Dalam Fatwa DSN MUI ighra‟ diartikan daya tarik yang luar
biasa yang menyebabkan orang lalai terhadap kewajiban demi
melakukan hal-hal atau transaksi dalam rangka memperoleh bonus atau
komisi yang dijanjikan. Menurut peneliti, berdasarkan Hasil
wawancara terhadap pelaku bisnis MCI ada sebagian orang mengikuti
bisnis MCI karena bonus yang diberikan MCI sangat menjanjikan.
Seperti yang dikatakan Saudari Susi, member non aktif
bahwa Di tahun 2014 dia dulu mulai ikut bisnis MCI, hal ini karena ia
Page 119
104
ingin sukses seperti teman yang mengajaknya (Ida) untuk mengikuti
bisnis tersebut (Hasil wawancara dengan ibu Susi tanggal 17 Oktober
2016).
Berbeda dengan Saudari Ida yang mengikuti bisnis ini karena
alasan kesehatan, Saudari Ida sering mengalami migrain, kemudian
Maya yang menyarankan untuk memakai pendant aura. Karena dirasa
produk MCI itu bermanfaat ia memutuskan untuk menjadi member
(Hasil wawancara dengan Saudari Ida tanggal 14 Oktober 2016).
Namun, sebagian yang lain berpendapat bahwa mereka
bergabung di bisnis MCI karena alasan kesehatan. Dengan demikian
hal tersebut sesuai dengan Fatwa DSN MUI pada ketentuan hukum
poin kedelapan.
i. Fatwa DSN MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 pada ketentuan hukum
poin kesembilan menyatakan bahwa “Tidak ada eksploitasi dan
ketidakadilan dalam pembagian bonus antara anggota pertama dengan
anggota berikutnya”. Pembagian bonus yang diberikan MCI terjadi
ketidakadilan dan eksploitasi. Hal ini seperti yang dikatakan saudari
Susi dan saudari Nisa keduanya merupakan member MCI non aktif,
mereka merasakan ketidakadilan dalam pemberian bonus yaitu
pemberian bonus matching hingga sampai enam generasi. Mereka yang
kerja keras jualan tetapi upline tetap mendapatkan bonus (Hasil
wawancara dengan ibu Susi tanggal 17 Oktober 2016 dan Saudari Nisa
tanggal 12 Oktober 2016). Maka dari hal tersebut sistem bisnis MCI
Page 120
105
yang diterapakan MCI, tidak sesuai dengan ketentuan hukum MUI
pada poin yang kesembilan.
j. Fatwa DSN MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 pada ketentuan hukum
poin kesepuluh menyatakan bahwa “Sistem perekrutan keanggotaan,
bentuk penghargaan dan acara seremonial yang dilakukan tidak
mengandung unsur yang bertentangan dengan aqidah, syariah dan
akhlak mulia, seperti syirik, kultus, maksiat dan lain lain”.
Dalam perekrutan member dimulai dengan kegiatan menceritakan
manfaat produk, potensi bisnis dan cara menjalankannya. Selain itu ada
larangan bagi anggota member agar tidak bersikap seenaknya.
Dalam hubungan antar member MCI berlaku sistem kekeluargaan dan
saling membantu antar member. Dan di dalam seminar VSN berisi
kegiatan yang positif pemberian motivasi terhadap semua member
Hasil wawancara Bu Devi tanggal 09 Agustus 2016). Dengan demikian
hal tersebut sesuai dengan ketentuan Fatwa DSN MUI ketentuan
hukum poin kesepuluh.
k. Fatwa DSN MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 pada ketentuan hukum
poin kesebelas menyatakan bahwa “Setiap mitra usaha yang melakukan
perekrutan keanggotaan berkewajiban melakukan pembinaan dan
pengawasan kepada anggota yang direkrutnya tersebut”.
Pada Bab 3 mengenai, MCI mempunyai kegiatan Victory training
setiap 1 bulan sekali yang dan setiap upline berkewajiban melakukan
pembinaan terhadap downline-nya. Pembinaan langsung dari upline
Page 121
106
kepada downline, Kemudian, member bisa belajar lebih lanjut di situs
web pusat MCI. Maka hal tersebut sesuai dengan Fatwa DSN MUI
pada Fatwa DSN MUI ketentuan hukum poin kesebelas.
l. Fatwa DSN MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 pada ketentuan hukum
poin keduabelas menyatakan bahwa “Tidak melakukan kegiatan money
game”. Dari hasil penelitian, sistem bisnis MCI lebih condong pada
praktik money game. Hal hal yang mendasarinya yaitu perusahaan
Milioner Group Indonesia yang menaungi MCI tidak terdaftar di
APLI (Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia) dan WFDSA (World
Federation of Direct Selling Association), aturan MCI yang
memperbolehkan satu orang boleh memiliki lebih dari satu user ID
dengan nama yang sama, satu paket produk berlaku satu user ID, Biaya
pendaftaran anggota sangat tinggi untuk paket termurah yaitu paket
wow harganya Rp.1.900.000. Selain itu, MCI menggunakan sistem
binary. Sistem binary mengakibatkan upline pasti mendapatkan
keuntungan yang lebih besar dan bonus yang diperoleh dari perekrutan
anggota baru. Maka hal ini MCI tidak sesuai dengan Fatwa DSN
MUI ketentuan hukum keduabelas.
Page 122
107
2. Ketentuan akad
Akad-akad yang digunakan dalam PLBS (Penjualan Langsung Berjenjang
Syari‟ah)
1) Akad Ju‟alah (Fatwa DSN MUI No. 62/DSN-MUI/XII/2007 tentang
Akad Ju‟alah)
MLM MCI ditinjau dari segi pemenuhan rukun dan syarat pada akad
ju‟alah
a) Rukun dan syarat Akad Ju‟alah
(1) Pihak ja‟il harus memiliki kecakapan hukum dan kewenangan
(mutahunlaqal-tasharruf) untuk melakukan akad;
Salah satu syarat menjadi member MCI adalah harus
mempunyai KTP maka anak kecil tidak boleh menjadi member
MCI.
(2) Objek ju‟alah (mahal al-„aqd/maj‟ul „alaih) harus berupa
pekerjaan yang tidak dilarang oleh syari‟ah;
Objek ju‟alah adalah melakukan penjualan produk dan
perekrutan anggota dan didalam MLM ini tidak dilarang
syariah.
(3) Hasil pekerjaan (natijah) sebagaimana dimaksud harus jelas
dan diketahui oleh para pihak pada saat penawaran;
Hasil pekerjaan berupa terjualnya produk perusahan dan
bertambahnya konsumen sekaligus tenaga pemasar.
Page 123
108
(4) Imbalan ju‟alah (reward/‟iwadh/ju‟l) harus ditentukan
besarannya oleh Ja‟il dan diketahui oleh para pihak pada saat
penawaran;
Pada bab 3 telah dijelaskan mengenai besaran imbalan ju‟alah
yang berupa bonus royalty, bonus cash 50 juta dan 500 juta.
Bonus royalty 1% dari aset global penjualan MCI diberikan
kepada member yang telah mempunyai 400 member kanan-400
member kiri dan 2% dari aset global penjualan MCI kepada
member yang telah mempunyai 1000 member kiri-1000
member kanan. Kemudian, Bonus cash 50 juta diberikan khusus
kepada paket diamond dan full diamond yang mempunyai
member 1000 member kiri-1000 member kanan. Selanjutnya,
Bonus cash 500 juta diberikan kepada member yang
mempunyai 5000 member kiri-5000 member kanan (Hasil
wawancara Bu Devi tanggal 09 Agustus 2016). Dalam MCI
imbalan ju‟alah tersebut masuk dalam marketing plan MCI
yang dijelaskan saat awal perekrutan member.
(5) Tidak boleh ada syarat imbalan diberikan di muka (sebelum
pelaksanaan objek ju‟alah);
Pemberian bonus MCI diberikan saat member MCI memenuhi
ketentuan pemberian bonus yang telah ditetapkan.
Sebagaimana yang dikatakan Bu Romsatun bahwa bonus itu
diberikan saat member MCI memasukan data member baru ke
Page 124
109
web pusat MCI (Hasil wawancara dengan Bu Romsatun 18
Agustus 2016).
2) Akad Ijarah (Fatwa DSN MUI No.09/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Pembiayaan Ijarah)
MLM MCI ditinjau dari segi pemenuhan rukun dan syarat pada akad
ijarah.
a) Rukun dan Syarat Ijarah:
(1) Sighat ijarah, yaitu ijab dan kabul berupa pernyataan dari kedua
belah pihak yang berakad (berkontrak), baik secara verbal atau
dalam bentuk lain.
Ketika perekrutan member dijelaskan terlebih dahulu
mengenai bagaimana cara menjalankan bisnis MLM MCI,
jika calon member tertarik bisa langsung memenuhi persyaratan
yang sudah ditetapkan MCI. Sebagaimana saudari Ida
mengatakan bahwa cara menjalankan bisnis itu sangat mudah,
cukup untuk mengajak orang membeli produk MCI maka ia
akan mendapatkan bonus yang menarik dari MCI. Kemudian
setelah itu calon member melakukan tranfer pembayaran dan
melengkapi berkas persyaratan seperti fotokopi KTP, alamat,
no.HP, E-mail dan rekening bank. Selanjutnya dalam jangka
waktu sehari calon member tersebut akan diberikan
username, password dan situs web untuk promosi (Hasil
wawancara dengan Saudari Ida tanggal 14 Oktober 2016).
Page 125
110
(2) Pihak-pihak yang berakad: terdiri atas pemberi sewa/pemberi
jasa dan penyewa/pengguna jasa.
Pemberi jasa dalam hal ini adalah member MCI dan pengguna
jasa adalah perusahaan MCI.
(3) Objek akad Ijarah dalam hal ini manfaat jasa dan upah.
Perusahaan mendapatkan jasa dari para member dan
member mendapatkan upah dari perusahaan. Member
mendistribusikan dan memasarkan produk perusahaan sehingga
perusahaan mendapatkan untung dari penjualan tersebut dan
member diberikan upah oleh perusahaan berupa pembayaran
bonus. Pemberian bonus tersebut berupa bonus sponsor, bonus
level, bonus matching, bonus cycle, dan trip luar negeri
terhadap member MCI tadi dengan besaran sesuai dengan
ketentuan marketing plan MCI. Selanjutnya, untuk lebih
memahami tinjauan hasil analisis fatwa dapat dilihat pada tabel
4.3.
Page 126
111
Tabel 4.3 Tinjauan Fatwa DSN-MUI NO.75/DSN/MUI/VII/2009
Tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syari’ah (PLBS)
Terhadap Praktik MLM MCI
No. Fatwa DSN MUI No. 75/DSN/ MUI
/VII/ 2009) Tentang Penjualan
Langsung Berjenjang Syari’ah
(PLBS)
MLM MCI
1 Ketentuan Hukum
a. Ada Objek transaksi riil berupa
barang atau jasa
Memenuhi
b. Objek jual beli bukan barang
haram
Memenuhi
c. Transaksi bebas dari gharar,
maysir, riba, dharar dan maksiat
Tidak memenuhi karena
mengandung unsur riba,
maysir dan dzulm
d. Tidak ada harga atau biaya
berlebihan
memenuhi
e. Komisi berdasarkan prestasi
kerja nyata
Memenuhi
f. Bonus transaksi jelas jumlahnya Memenuhi
g. Tidak boleh ada komisi atau
bonus yang diperoleh secara pasif
Tidak memenuhi karena
adanya passive income
pada bonus matching
hingga 6 generasi
h. Pemberian bonus atau komisi
oleh perusahaan kepada anggota
tidak boleh menimbulkan ighra‟
Memenuhi
i. Tidak boleh ada eksploitasi dan
ketidakadilan dalam pemberian
bonus
Tidak memenuhi karena
adanya passive income
pada bonus matching
j. Sistem perekrutan, bentuk
penghargaan dan upacara
seremonial tidak mengandung
unsur maksiat, kultus syirik dan
lain-lain
Memenuhi
k. Setiap member MLM wajib
melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap
downline-nya
Memenuhi
l. Tidak melakukan money game Tidak memenuhi
karena sistem binary
yang lebih
menguntungkan upline
daripada downline,
sistem pendaftaran yang
membolehkan 1 member
memiiliki lebih dari 1
keanggotaan
2 Ketentuan Akad
a. Akad Ijarah Memenuhi
b. Akad Ju‟alah Memenuhi
Page 127
112
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, maka dapat disimpulkan:
1. MCI merupakan komunitas bisnis multi level marketing dibawah PT.
Milioner Group Indonesia yang memasarkan produk-produk kecantikan
dan kesehatan. Adapun sistem manajemen yang berlaku di adalah
sebagai berikut:
a. Produk-produk MCI yang ditawarkan seperti glucola, glucola gel,
nano spray, magic stick, bioglass, so shin, green tea dan pendant
aura.
b. Klasifikasi member ditentukan saat pembelian paket produk MCI
seperti paket wow, paket upgrade, paket ID reward, paket ID
reward 2 poin, paket heboh, paket diamond dan paket full diamond.
c. Bonus yang ditawarkan di MCI yaitu: bonus sponsor, bonus level,
bonus pasangan, bonus matching, bonus cycle, dan bonus royalty.
Selain itu, MCI juga memberikan reward kepada member yang
memenuhi kualifikasi seperti trip luar negri, bonus cash limapuluh
juta dan limaratus juta.
Jadi, pelaksanaan MLM MCI di masyarakat sudah sesuai dengan
marketing plan MCI.
Page 128
113
2. Pelaksanaan MLM MCI di masyarakat tidak memenuhi
ketentuan-ketentuan hukum seperti:
a. Undang-undang No.07 Tahun 2014 tentang Perdagangan dalam
pasal 9 MCI bahwa MCI melakukan skema piramida.
b. Dalam tinjauan Fikih muamalah secara umum, dapat disimpulkan
bahwa jual beli di MCI mengandung unsur riba fadhl, maysir dan
dzulm.
c. Dalam tinjauan secara khusus Fatwa DSN MUI No.
75/DSN/MUI/VII/2009 tentang Penjualan Langsung Berjenjang
Syariah (PLBS), bahwa dalam sistem bisnis yang telah ditetapkan
oleh MCI, menurut peneliti terdapat beberapa hal yang tidak sesuai
dengan ketentuan hukum MUI, antara lain:
1) Transaksi jual beli di MCI mengandung unsur riba, maysir dan
dzulm sehingga melanggar ketentuan hukum poin ketiga.
2) MCI memberikan passive income sehingga melanggar
ketentuan hukum ketujuh.
3) MCI melakukan kegiatan money game sehingga melanggar
ketentuan hukum kedua belas.
Berdasarkan hasil penelitian tesebut, maka dapat disimpulkan bahwa
praktik MLM MCI melanggar ketentuan Undang-undang No.07 Tahun
2014 tentang Perdagangan, Fikih muamalah, Fatwa DSN MUI No.
75/DSN/MUI/VII/2009 tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah
Page 129
114
(PLBS), sehingga MLM MCI termasuk money game dan termasuk transaksi
muamalah yang dilarang.
B. SARAN
1. Masyarakat dihimbau untuk lebih selektif dalam memilih bisnis MLM,
sehingga tidak terjebak dalam bisnis yang berkedok MLM yang ternyata
dalam bisnis tersebut mengandung perjudian, money game, arisan
berantai, dan sistemnya menggunakan skema piramida.
2. Dengan adanya fatwa MUI No: 75/DSN-MUI/VII/2009 dapat dijadikan
rujukan oleh MLM MCI dalam menyempurnakan sistem pemasaran
yang digunakan saat ini. Hal yang bisa dilakukan diantaranya:
a. menghilangkan passive income terutama pada bonus matching,
b. membuat user ID pendaftaran cukup satu saja,
c. melakukan pelurusan niat para calon member agar mereka masuk
semata mata karena mereka membutuhkan produk bukan karena
bonus.
3. Dengan adanya Undang undang No.07 tahun 2014 tentang perdagangan
khususnya tentang larangan menggunakan skema piramida dapat
dipatuhi oleh perusahaan MLM.
4. Sebagai umat islam hendaklah kita lebih berhati-hati dalam
menjalankan kegiatan bisnis agar tidak terjebak dalam transaksi yang
dilarang oleh agama seperti transaksi yang mengandung riba, gharar,
maysir dan lain-lain.
Page 130
DAFTAR PUSTAKA
Abu Daud, Sulaiman bin al Asy'ats bin Ishaq bin Basyir bin Syadad. Al-Sunan Abu
Daud, Lidwa pustaka i-Software – Kitab 9 Imam Hadis.
Ainullah, Indi. 2008. Ensiklopei Fikih Untuk Remaja 2. Yogyakarta: Insan Madani.
Alfaifi, Sulaiman bin Amad bin Yahya. Tanpa tahun. Mukhtashar Fiqih Sunnah
Sayid Sabiq. Terjemahan oleh: Abdul Majid, dkk. 2010. Solo: AQWAM.
Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, Abu Abdillah, Musnad Ahmad, Lidwa pustaka
i-Software – Kitab 9 Imam Hadis.
Ainullah, Indi. 2008. Eksiklopedia Fikih Untuk Remaja 2. Yogyakarta: Insan
Madani.
Ascarya. 2006. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
Azzam, Abdul Azis Muhammad. Tanpa tahun. Fiqh Muamalah: Sistem Transaksi
Fiqh Islam. Terjemahan oleh Hawari Nadirsyah. 2010. Jakarta : Amzah
Bukhari, Muhammad bin isma‟il bin al-Mughirah. Shahih Bukhari, Lidwa pustaka
i-Software–Kitab 9 Imam Hadis.
Bungin, Burhan.2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada.
Chatimah, Chusnul.2008. Praktik Bisnis Multi Level Marketing (MLM) Tianshi.
Solo di kalangan ustad Ditinjau dari Hukum Islam. Skripsi tidak
diterbitkan. Salatiga: STAIN Salatiga
Dahlan, Abdul Azis. 1996. Ensiklopedi Hukum Islam jilid I. Jakarta: Ichtiar Baru.
Dewi, Gemala, dkk. 2005.Hukum Perikatan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana
Hasanudin. 2009. Multi Akad Dalam Transaksi Syariah Kontemporer Pada
Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia. Ciputat: UIN Syahid
Hasibuan SP, Malayu. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara.
Hayes, Samuel L., dkk. 2007. Hukum keuangan islam: Konsep teori dan praktik.
Terjemahan oleh M. Shobirin Asnawi. Bandung: Nusa Media.
Hidayat, Muhammad. 2002. Analisis Teoritis Normatif MLM dalam Perspektif
Muamalah.Jakarta: Gramedia Pustaka.
Page 131
Hosen, Muhamad Nadratuzzaman, dkk. 2007. Kamus Populer Keuangan dan
Ekonomi Syariah. Jakarta: Pusat Keuangan Ekonomi Syariah (PKES).
Iska, Syukuri.2014. Sistem Perbankan Syariah di Indonesia dalam Perspekti Fikih
Ekonomi cet.2. Yogyakarta: Fajar Media Press.
Kuswara. 2005. Mengenal MLM Syariah Dari Halal-Haram, Kiat Berwirausaha,
sampai dengan Pengelolaanya. Depok: Qultum Media.
MLM Leaders. 2007. The Secret book of MLM. Surabaya: MIC.
Mulyana, Dedi. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif:Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Rosdakarya.
Muslich, Ahmad Wardi. 2010. Fiqh Muamalah. Jakarta: Amzah.
Nawawi, Ismail. 2102. Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer: Hukum
Perjanjian, Ekonomi, Bisnis, dan Sosial. Bogor: Ghalia Indonesia.
Munawaroh. 2012. Metodologi Penelitian. Jombang: Intimedia
Munawwir, Ahmad Warson. 1997. Kamus Al-Munawwir Arab–Indonesia
Terlengkap. Surabaya: Pustaka Progresif.
Nasa'i, Ahmad bin Syu‟aib bin Ali bin Sinan bin Bahr. Al-Sunan Nasa'i, Lidwa
pustaka i-Software – Kitab 9 Imam Hadis.
Pasaribu, Chairuman, dkk. 2004. Hukum Perjanjian dalam Islam. Jakarta: Sinar
Grafika
Patton, Michael Quinn. 2006. Metode Evaluasi Kualitatif. Terjemahan oleh Drs.
Budi Puspo Priyadi, M. Hum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pusat Bahasa. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Balai
Pustaka.
___________. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Balai
Pustaka.
Qardhawi, Yusuf. Tanpa tahun. Halal Haram dalam Islam. Terjemahan oleh
Jasiman, dkk. 2007. Surakarta: Era Media.
_____________. Tanpa tahun. Fatwa Antara Ketelitian dan Kecerobohan cet 1
Terjemahan oleh As‟ad Yasin. 1997. Jakarta: Gema Insani Press.
Rivai, Veitzal. 2012. Islamic Marketing: Membangun Bisnis Dengan Praktik
Marketing Rasulullah SWT. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Rozi, Moch. Fachrur. 2006. Kontroversi Bisnis MLM.Yogyakarta: Pilar Media.
Page 132
Sabiq, Sayid. Tanpa tahun. Fikih Sunnah 13 cet. 8. Terjemahan oleh Marzuki A.
Kamaludin.1987 Bandung: PT. Alma'arif.
Salim, Agus. 2006. Teori dan Paradigma Sosial. Jogjakarta: Tiara Wacana.
Santoso, Benny. 2006. ALL ABOUT MLM “Memahami Lebih Jauh MLM dan
Pernak-Perniknya”. Yogyakarta: Andi Offset.
Sholihat, Ami.2012. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Penetapan Harga
Pada MLM Syari‟ah di PT Ahad Net Internasional. Skripsi tidak
diterbitkan. Surakarta: UMS.
Subagyo, Ahmad. 2009. Kamus Istilah Ekonomi Islam. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
Sunarno. 2012. Tinjauan Hukum Islam Tentang Insentif Passive Income Pada
Multi Level Marketing Syariah di PT. K-Link Internasional. Skripsi tidak
diterbitkan. Semarang: IAIN Walisongo.
Fatwa DSN MUI NO: 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah
Fatwa DSN MUI NO: 62/DSN-MUI/XII/2007 tentang Akad Ju‟alah
Fatwa DSN MUI NO.75/DSN/MUI/VII/2009 Tentang PLBS (Penjualan Langsung
Berjenjang Syariah)
Undang-Undang No.07 Tahun 2014 tentang Perdagangan
Katalog produk MCI
Leaflet harga MCI
Leaflet Marketing Plan MCI
www.Mc-world.com diakses 3 Agustus 2016
www.mcibisnis.com/2015/07/06/cara-bergabung-menjadi-member-mci/ diakses 6
Agustus 2016.
www.apli.or.id diakses 03 agustus 2016
http://www.apli.or.id/perbedaan-direct-selling-dan-piramida/ diakses pada 14 Oktober
2016.
www.pusatgrosirdropship.com/MCI MGI (PT.Millionaire Group Indonesia)-Pusat
Grosir Dropship.html diakses 6 agustus 2016).
https://panduanbisnismci.wordpress.com/2015/06/06/apa-sih-bisnis-mci-itu/
diakses 7 Agustus 2016
Page 133
http://sahabatnano.blogspot.co.id/p/ Peluang Bisnis Mci_Profil Perusahaan.html
diakses 6 Agustus 2016
http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2014/ 11/pengertian tujuan dan lingkup
pengaturan perdagangan.html diakses 07 Mei 2017
http://tuntunanislam.com/etika-bisnis-dalam-islam/ diakses 29 Maret 2017
http://www.wikusuryomurti.com/kupas tuntas skema piramida dan money game -
Wiku Suryomurti23120017.htm diakes tanggal 21 Januari 2017
http://zabrahkomputer.blogspot.nl/2012/06/mencermati-bisnis-penjualan
langsung-berjenjang-syariah-(MLM Syariah).html diakses 26 Desember
2016
Page 141
Daftar Pertanyaan
A. Tentang MCI
1. Apa yang anda ketahui tentang MCI?
2. Bagaimana cara melakukan transaksi dalam bisnis MCI?
3. Produk produk apa saja yang ditawarkan dalam MCI?
4. Apa manfaat dari produk tersebut?
5. Apakah ada sertifikasi halal terhadap produk tersebut?
6. Apakah produk yang ditawarkan MCI dapat dijual kembali?
7. Apakah harga produk MCI dari distributor satu dengan yang lainnya
sama?
8. Bagaimana perkembagan MCI itu sendiri ?
B. Keanggotaan
1. Apa yang memotivasi anda mengikuti MCI?
2. Kapan anda mulai menjalankan bisnis MCI?
3. Apakah posisi anda saat ini dalam MCI?
4. Bagaimana cara anda untuk mengajak orang lain untuk bergabung
dengan MCI?
5. Apakah jenis keanggotaan MCI ada macamnya?
6. Bagaimana masa aktif keanggotan MCI?
7. Apakah diperbolehkan pelaku bisnis MCI mempunyai lebih dari satu
keanggotaan?
8. Apakah ada cara khusus agar anggota mci cepat mendapatkan reward?
9. Fasilitas apa yang didapatkan setelah membeli produk MCI?
10. Bagaimana dengan metode pembinaan dari upline kepada downline
dalam bisnis MCI ?
11. Berapa jumlah anggota yang anda miliki saat ini?
C. Pembagian bonus
1. Apakah ada bonus yang diberikan ?
2. Bagaimana Sistem pemberian bonus tersebut?
3. Apakah bonus yang diberikan sama dengan orang diatas anda?
4. Apakah anda merasa adil dengan sistem pemberian bonus?
5. Darimana bonus itu berasal ?