Top Banner

of 25

Mual Pada Kemoterapi

Feb 11, 2018

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 7/23/2019 Mual Pada Kemoterapi

    1/25

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1.1. Defenisi Kanker

    Kanker adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan

    pertumbuhan tidak terkendali sel tubuh tertentu yang berakibat merusak sel

    dan jaringan tubuh lain, bahkan sering berakhir dengan kematian. Karena

    sifatnya demikian ganas (tumbuh tak terkendali dan berakibat kematian),

    maka kanker juga disebut sebagai penyakit keganasan, dan sel kanker

    disebut juga sel ganas. Semua sel tubuh dapat terkena kanker, kecuali

    rambut, gigi dan kuku (Hendry,dkk 2007).

    Kanker merupakan penyakit atau kelainan pada tubuh sebagai akibat

    dari sel-sel tubuh yang tumbuh dan berkembang abnormal, diluar batas

    kewajaran dan sangat liar. Keadaan kanker terjadi jika sel-sel normal

    berubah dengan pertumbuhan yang sangat cepat, sehingga tidak dapat

    dikendalikan oleh tubuh dan tidak berbentuk. Kanker dapat terjadi disetiap

    bagian tubuh. Bila kanker terjadi di bagian permukaan tubuh, akan mudah

    diketahui dan diobati. Namun bila terjadi di dalam tubuh, kanker itu akan

    sulit diketahui dan kadang-kadang tidak memiliki gejala. Kalaupun timbul

    gejala, biasanya sudah stadium lanjut sehingga sulit diobati (Iskandar,

    2007).

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/23/2019 Mual Pada Kemoterapi

    2/25

    Dalam keadaan normal, sel hanya akan membelah diri bila tubuh

    membutuhkannya seperti mengganti sel-sel yang rusak atau mati.

    Sebaliknya, sel kanker akan membelah diri meskipun tidak dibutuhkan

    sehingga terjadi kelebihan sel-sel baru. Kanker dapat tumbuh di semua sel

    jaringan tubuh, seperti sel kulit, sel hati, sel darah, sel otak, sel lambung, sel

    usus, sel paru, sel saluran kencing, dan berbagai macam sel tubuh lainnya.

    Oleh karena itu, dikenal bermacam-macam jenis kanker menurut sel atau

    jaringan asalnya. Keadaan ini yang menyebabkan adanya perbedaan

    kecepatan pertumbuhannya maupun reaksi terhadap pengobatan

    (Delimartha, 2003).

    2.1.2. Mekanisme terjadinya kanker

    Sebagian besar bukti mengisyaratkan bahwa pembentukan kanker

    merupakan suatu proses bertingkat yang membutuhkan lamanya waktu

    laten, yang disebut teori inisiasi-promosi pada karsinogenesis. Sel-sel

    kanker terbentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses kompleks yang

    disebut transformasi yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi (Iskandar,

    2007).

    Teori inisiasi-promosi menyatakan bahwa langkah pertama

    karsinogenesis adalah mutasi menetap dari DNA sel selama transkripsi

    DNA. Agar kanker dapat terbentuk dari kejadiaan awal ini atau mutasi

    menetap ini, maka harus ada interaksi yang berlangsung lama bagi sel

    tersebut dengan berbagai zat promoter. Zat-zat promoter adalah zat yang

    merangsang reproduksi dan pembelahan sel. Jadi, banyaknya penyebab

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/23/2019 Mual Pada Kemoterapi

    3/25

    inisiasi, adanya berbagai promoter, factor keturunan, umur dan lingkungan

    semua itu berperan dalam pembentukan kanker (Iskandar, 2007).

    Pada tahap inisiasi atau pengenalan terjadi suatu perubahan menetap

    tertentu dalam bahan genetik sel yang memancing sel bakal menjadi ganas.

    Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang

    disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi

    (penyinaran), atau sinar ultraviolet matahari. Namun, tidak semua sel

    memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen (Iskandar, 2007).

    Promosi merupakan proses induksi tumor pada sel yang sebelumnya

    telah diinisiasi atau diinduksi oleh zat kimia. Bahkan gangguan fisik

    menahun pun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu

    keganasan. Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi

    akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak

    akan terpengaruh oleh promosi. Karena itu diperlukan beberapa faktor

    untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu

    karsinogen) (Iskandar, 2007).

    Dalam suatu proses di mana sebuah sel normal menjadi sebuah sel

    ganas, pada akhirnya gen DNA (desoksiribonukleik acid) dari sel tersebut

    akan mengalami perubahan. Perubahan dalam bahan genetic sel sering sulit

    ditemukan, tetapi terjadinya kanker kadang dapat diketahui dari adanya

    suatu perubahan dalm ukuran atau bentuk dari satu kromosom tertentu.

    Semakin sering DNA membelah dan ditranskripsi, semakin besar

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/23/2019 Mual Pada Kemoterapi

    4/25

    kemungkinan terjadinya suatu kesalahan, dan kesalahan yang tidak

    terdeteksi akan bermutasi dan diwariskan (Iskandar, 2007).

    2.1.3. Faktor-Faktor penyebab kanker

    Karsinogen secara umum dapat diartikan sebagai penyebab yang

    dapat merangsang pembentukan kanker. Beberapa karsinogen yang diduga

    dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker sebagai berikut.

    a.

    Senyawa kimia (zat karsinogen), dalam hal ini adalah zat pewarna, zat

    pengawet, bahan tambahan pada makanan dan minuman.

    b. Faktor fisika, dalam hal ini adalah bom atom dan radioterapi agresif

    (radiasi sinar pengion).

    c. Virus, beberapa jenis virus berhubungan erat dengan perubahan sel

    normal menjadi sel kanker. Jenis virus ini disebut virus penyebab

    kanker atau virus onkogenik.

    d.

    Hormon, dalam hal ini adalah zat yang dihasilkan oleh kelenjar tubuh

    yang berfungsi mengatur kegiatan alt-alat tubuh. Pada beberapa

    penelitian diketahui bahwa pemberian hormone tertentu secara

    berlebihan dapat menimbulkan kanker pada organ tubuh yang

    dipengaruhinya (Delimartha, 2003).

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/23/2019 Mual Pada Kemoterapi

    5/25

    2.1.4. Pertumbuhan dan penyebaran (Metastasis)

    Kanker tumbuh dan berkembang secara bertahap. Pertumbuhannya

    dimulai ketika satu sel dari sekian banyak sel normal tiba-tiba mengalami

    mutasi genetik. Sel tersebut kemudian berkembang dan membelah diri.

    Beberapa tahun kemudian, sel tersebut mengalami mutasi lagi yang

    menyebabkan pertumbuhan dan ukuran sel menjadi abnormal. Keadaan ini

    disebut fase dysplasia. Fase dysplasia terus berkembang mulai dari

    dysplasia ringan, sedang, berat, dan akhirnya akan menjadi kanker in situ,

    yaitu kanker yang belum menembus batas jaringan tempat kanker tersebut

    tumbuh. Beberapa tahun kemudian, sel kanker dapat menembus jaringan

    basal dan menyusup ke jaringan sekitarnya. Keadaan ini dinamakan kanker

    invasive . Sel kanker juga dapat melepaskan diri dari tempat asalnya dan

    menembus pembuluh darah atau pembuluh getah bening. Kemudian

    bersama dengan aliran darah atau getah bening, sel kanker terbawa

    kebagian lain dari tubuh. Ditempat yang baru, sel-sel kanker akan tumbuh

    dengan sifat-sifat yang sama dengan kanker induknya. Penyebaran kanker

    ke jaringan tubuh yang lainnya ini dinamakan anak sebar (metastasis)

    (Delimartha, 2003).

    2.1.5. Komplikasi

    Komplikasi yang sering terjadi pada pasien kanker adalah infeksi,

    terutama pada pengidap kanket stadium lanjut. Infeksi terjadi akibat

    kekurangan protein dan zat gizi lainnya (mengingat umumnya nafsu makan

    pasien kanker menurun) serta penekanan system imun yang sering terjadi

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/23/2019 Mual Pada Kemoterapi

    6/25

    setelah pengobatan konvensional. Infeksi juga dapat disebabkan karena

    hormone-hormon yang dihasilkan akibat stress yang berkepanjangan pad

    pasien kanker. Hormon yang dihasilkan akan menyebabkan terjadinya

    penekanan system kekebalan yang disebut imunosupresi. Hormon-hormon

    tersebut di antaranya adalah adrenokortikotropik (ACTH), yang

    merangsang pelepasan kortisol dari kelenjar korteks adrenal. Infeksi terjadi

    juga pada pembedahan (Iskandar, 2007).

    2.2.1. Defenisi kemoterapi

    Kemoterapi adalah cara pengobatan tumor dengan memberikan obat

    pembasmi sel kanker (disebut sitostatika) yang diminum ataupun yang

    diinfuskan ke pembuluh darah. Jadi, obat kemoterapi menyebar ke seluruh

    jaringan tubuh, dapat membasmi sel-sel kanker yang sudah menyebar luas

    di seluruh tubuh. Karena penyebaran obat kemoterapi luas, maka daya

    bunuhnya luas, efek sampingnya biasanya lebih berat dibandingkan dua

    modalitas pengobatan terdahulu (Hendry,dkk 2007).

    Obat kemoterapi secara umum disebut sitostatika, berefek

    menghambat atau membunuh semua sel yang sedang aktif membelah

    diri.Jadi, sel normal yang aktif membelah atau berkembang biak juga

    terkena dampaknya, seperti sel akar rambut, sel darah, sel selaput lendir

    mulut,dll.Sel tubuh tersebut adalah yang paling parah terkena efek samping

    kemoterapi, sehingga dapat timbul kebotakan, kurang darah, sariawan, dll

    (Hendry,dkk 2007).

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/23/2019 Mual Pada Kemoterapi

    7/25

    Oleh karena itu, pemberian obat sitostatik (berupa obat medis

    ataupun obat herbal) harus dibawah pengawasan dokter yang

    berpengalaman untuk mencegah timbulnya efek samping yang serius, dan

    bila terjadi efek samping dapat segera diatasi atau diobati (Hendry, dkk

    2007). Agar sel tubuh normal mempunyai kesempatan untuk memulihkan

    dirinya, maka pemberian kemoterapi biasanya harus diberi jedah (selang

    waktu) 2-3 minggu sebelum dimulai lagi pemberian kemoterapi berikutnya

    (Hendry,dkk 2007).

    2.2.2. Prinsip kerja pengobatan kemoterapi

    Prinsip kerja pengobatan dengan kemoterapi adalah dengan meracuni

    atau membunuh sel-sel kanker, mengontrol pertumbuhan sel kanker, dan

    menghentikan pertumbuhannya agar tidak menyebar, atau untuk

    mengurangi gejala-gejala yang disebabkan oleh kanker. Kemoterapi

    kadang-kadang merupakan pilihan pertama untuk menangani kanker.

    Kemoterapi bersifat sistemik, berbeda dengan radiasi atau pembedahan

    yang bersifat setempat, karenanya kemoterapi dapat menjangkau sel-sel

    kanker yang mungkin suddah menjalar dan menyebar ke bagian tubuh yang

    lain (Iskandar, 2007).

    Penggunaan kemoterapi berbeda-beda untuk setiap pasien, kadang-

    kadang sebagai pengobatan utama, pada kasus lain dilakukan sebelum atau

    setelah operasi atau radiasi. Tingkat keberhasilan kemoterapi juga berbeda-

    beda tergantung jenis kankernya (Iskandar, 2007).

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/23/2019 Mual Pada Kemoterapi

    8/25

    2.2.3. Obat kemoterapi pada kanker

    Dua atau lebih obat sering digunakan sebagai suatu kombinasi.

    Alasan dilakukannya terapi kombinasi adalah untuk menggunakan obat

    yang bekerja pada bagian yang berbeda dari proses metabolisme sel,

    sehingga akan meningkatkan kemungkinan dihancurkannya jumlah sel-sel

    kanker. Selain itu, efek samping yang berbahaya dari kemoterapi dapat

    dikurangi jika obat dengan efek beracun yang berbeda digabungkan,

    masing-masing dalam dosis yang lebih rendah dari pada dosis yang

    diperlukan jika obat itu digunakan tersendiri (Iskandar, 2007 ). Obat-obat

    dengan sifat yang berbeda digabungkan, misalnya obat yang membunuh

    sel-sel tumor dikombinasikan dengan obat yang merangsang system

    kekebalan terhadap kanker (Iskandar, 2007).

    2.2.3.1 Alkylating agents

    Alkylating memengaruhi molekul DNA, yaitu mengubah struktur

    atau fungsinya sehingga tidak dapat berkembang biak. Contoh lain obat

    golongan ini adalah busolvon dan cisplatin. Obat ini biasanya digunakan

    dengan kasus leukemia, limfoma non-Hodgkin, myeloma multiple dan

    melanoma malignan. Efek sampingnya adalah mual; muntah; rambut

    rontok; iritasi kandung kemih (sistitis) disertai terdapatnya darah dalam

    dalam air kemih; jumlah sel darah putih, sel darah merah, dan trombosit

    menurun; jumlah sperma berkurang (pada pria mungkin terjadi kemandulan

    yang menetap) (Indrawati, 2009).

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/23/2019 Mual Pada Kemoterapi

    9/25

    2.2.3.2 Obat antimetabolit

    Antimetabolit adalah zat yang bisa menghambat enzim-enzim yang

    diperlukan untuk memproduksi basa yang menjadi bahan penyusun DNA.

    Antimetabolit dan juga asam folat dapat mencegah terjadinya pembelahan

    pada sel kanker. Contoh dari obat ini antara lain adalah: Methotrexate,

    Floxuridine, Plicamycin, Mercaptopurine, Cytarabine dan Flourouracil

    (Indrawati, 2009).

    Antimetabolit adalah sekumpulan obat yang memengaruhi sintesis

    (pembuatan) DNA atau RNA dan mencegah perkembangbiakan sel. Obat

    golongan ini menimbulkan efek yang sama dengan alkylating agents.

    Efek samping tambahan terjadinya ruam kulit, warna kulit menjadi lebih

    gelap (meningkatkan pigmentasi), atau gagal ginjal. Contoh obat ini

    adalah methotrexate dan gemcitabine yang digunakan pada kanker

    leukimia serta tumor payudara, ovarium dan saluran pencernaan

    (Iskandar, 2009).

    2.2.3.3 Antibiotik antitumor

    Obat ini juga memengaruhi DNA dan mencegah tumor

    berkembang biak dan dengan cara kimiawi mencegah produksi enzim-

    enzim serta mengubah membran sel. Contohnya adalah Pleomycin dan

    Idarubicin yang digunakan untuk berbagai macam jenis kanker (Iskandar,

    2007).

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/23/2019 Mual Pada Kemoterapi

    10/25

    Efek sampingnya sama dengan alkylating agents. Kepada penderita

    leukimia limfoblastik akut dapat diberikan asparagin diperlukan oleh

    leukimia untuk melangsungkan pertumbuhanny (Iskandar, 2007). Efek

    sampingnya berupa reaksi alergi yang bisa berakibat fatal, hilangnya

    nafsu makan, mual, muntah, demam, kadar gula darah tinggi (Iskandar,

    2007).

    2.2.3.4 Senyawa-senyawa Alami

    Ada beberapa senyawa alami yang dapat mengikat DNA (dengan

    sebuah proses yang disebut sebagai interkalasi) sehingga menimbulkan

    kerusakan pada krosom dari sel kanker dan menghambat pembelahan sel

    kanker. Contoh dari senyawa semacam ini adalah dactinomycin,

    mitomycin, doxorubicin, mithromycin, daunorubicin dan bleomycin

    (Indrawati, 2009).

    2.2.3.5 Analog Platinum

    Analog platinum adalah senyawa-senyawa yang mengandung

    unsur logam platinum. Senyawa-senyawa ini bekerja dengan cara

    membentuk rantai silang antara DNA dengan platinum sehingga sel

    kanker tidak dapat melakukan pembelahan dengan benar dan proses

    perkembangbiakannya menjadi terhambat. Contohnya adalah carboplatin,

    cisplatin dan oxaliplatin (Indrawati, 2009).

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/23/2019 Mual Pada Kemoterapi

    11/25

    2.2.4. Efek Samping Kemoterapi

    Antikanker merupakan obat yang indeks terapinya sempit. Pada

    umumnya anti kanker menekan pertumbuhan atau proliferasi sel dan

    menimbulkan toksisitas, karena menghambat pembelahan sel normal yang

    proliferasinya cepat misalnya sumsum tulang, epitel germinativum, mukosa

    salurancerna, folikel rambutdanjaringan limfosit (NafrialdidanSulistia,

    2007).

    Terapi dengan sitostatika menyebabkan mielosupresi sehingga dapat

    menimbulkan risiko infeksi (neutropenia) dan perdarahan

    (trombositopenia). Kerusakan pada membran mukosa menyebabkan nyeri

    pada mulut, diare dan stimulasi zona pemicu kemotaksis yang menimbulkan

    mual dan muntah. Semua kemoterapi bersifat teratogenik. Beberapa obat

    menyebabkan toksisitas yang spesifik terhadap organ, seperti ginjal

    (cisplatin) dan saraf (vinkristin). Perawatan 13 suportif dengan antagonis 5-

    HT3, 5 Hidroksitriptamin (serotonin) dan steroid lebih mengatasi rasa mual

    (Davey, 2006).

    2.3.1. Mual dan muntah

    Penyakit sistemik banyak yang disertai mual dan muntah. Pada

    penderita kanker, mual dan muntah merupakan keluhan yang sering

    dijumpai, baik itu disebabkan oleh pemberian kemoterapi, radioterapi,

    maupun akibat perluasan dari kankernya (Pazdur, 2003).

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/23/2019 Mual Pada Kemoterapi

    12/25

    Muntah atau vomite atau emesis adalah keadaan akibat kontraksi otot

    perut yang kuat sehingga menyebabkan isi perut menjadi terdorong untuk

    keluar melalui mulut baik dengan maupun tanpa disertai mual terlebih

    dahulu Mual dan muntah sering muncul bersama dalam berbagai kondisi,

    termasuk menjadi efek samping yang umum terjadi pada penggunaan obat

    anti neoplastik.. Mual dan muntah yang terjadi setelah dilakukan

    kemoterapi dikenal sebagai Chemotherapy Induced Nausea and Vomiting

    (CINV) (Pazdur, 2003).

    Nausea dan vomiting yang tidak terkontrol dapat mempengaruhi

    terapi pada pasien secara keseluruhan dan mempengaruhi respon terapi

    serta menurunkan tingkat kesembuhan pasien kanker. Selain itu mual

    muntah yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan dehidrasi,

    ketidakseimbangan elektrolit, penurunan berat badan, dan malnutrsisi.

    Muntah yang bekepanjangan dapat menyebabkan esophageal, kerusakan

    gastric dan pendarahan (Pazdur, 2003).

    Demikian pula pada penderita kanker dapat disertai mual dan muntah

    yang pada umumnya disebabkan efek samping dari pengobatan yang

    diberikan, seperti pemberian sitostatika, analgetika opiate dan radiasi. Mual

    dan muntah yang terjadi pada penderita yang mendapt sitostatika umumnya

    terjadi 1-2 jam setelah pemberian sitostatika dan akan berlangsung selama

    24 jam (Hood, 1995).

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/23/2019 Mual Pada Kemoterapi

    13/25

    Keadaan ini disebut reaksi akut, namun demikian dapat juga terjadi

    reaksi lambat, yaitu mual dan muntah terjadi beberapa hari setelah

    pemberian sitostatika dan akan berlangsung beberapa hari. Penderita yang

    mual tidak selalu disertai dengan muntah (Hood, 1995).

    Mual adalah suatu gejala penyakit yang ditandai perasaan tidak suka

    terhadap makanan, rasa tidak enak pada daerah lambung dan ada keinginan

    untuk muntah. Muntah adalah suatu gejala penyakit yang ditandai adanya

    pengeluaran isi lambung melalui mulut. Akhir-akhir ini banyak penelitian

    dilakukan untuk mengetahui mekanisme dan pengelolaan penderita mual

    muntah akibat kemoterapi maupun akibat stadium akhir dari kankernya

    (Hood, 1995).

    Terdapat variasi individu mengenai mual dan muntah dimana factor

    psikiis mempunyai peranan yang penting. Mual dan muntah merupakan

    efek samping yang menakutkan bagi penderita dan keluarganya sehingga

    kadang-kadang penderita menolak pengobatan lanjutan. Dengan adanya

    masalah tersebut tindakan pencegahan dan pengobatan mual dan muntah

    merupakan hal penting dalam pengolahan penderita kanker (Hood, 1995).

    Mual dan muntah adalah efek samping yang seringkali dialami oleh

    banyak orang yang menerima kemoterapi. Beberapa jenis obat juga

    seringkali menimbulkan efek samping seperti ini. Ada beberapa obat

    antimual (antiemetik) yang sudah tersedia untuk membantu mengurangi

    gejala ini, namun demikian efek samping semacam ini adalah masalah yang

    harus dicarikan solusinya agar proses kemoterapi dapat dijalani dengan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/23/2019 Mual Pada Kemoterapi

    14/25

    lebih lancar bagi para pasien. Orang yang mengalami gejala ini tentu saja

    harus berusaha untuk tetap makan dan sebaiknya pasien mendapatkan

    semua dukungan dan pertolongan yang bisa diberikan sebisa mungkin

    untuk meningkatkan nafsu makannya. Pada kemoterapi yang dilakukan

    dalam siklus 21 hari, muntah dan mual akan terjadi selama beberapa hari

    setelah menerima obat, tapi biasanya gejala itu akan hilang dalam waktu

    seminggu setelah menerima obat (Indrawati, 2009).

    2.3.1. Etiologi dan patofisiologi.

    Mual dan muntah adalah manifestasi dini yang sering ditemukan dari

    toksisitas obat kemoterapi. Etiologi mual dan muntah dari banyak masalah

    yang berbeda, oleh karena itu pengatasannya juga berbeda, bisa sederhana

    atau bisa juga kompleks (Dipiro and Thomas, 2005). Pengontrolan mual

    dan muntah dibutuhkan sebagai salah satu pertimbangan penting pada

    pengobatan kanker dan terapi suportif (Pazdur, 2001).

    Mual berhubungan dengan pergerakan lambung, yaitu pergerakan

    yang sulit pada rongga perut dan otot-otot di rongga dada. Muntah adalah

    pengeluaran paksa isi dalam perut dengan kekuatan penuh, disebabkan oleh

    gerakan peristaltik kembali Gastro Intestinal, gerakan ini memerlukan

    koordinasi kontraksi dari otot perut, pylorus dan antrum, kenaikan

    cardiagastric, menurunkan tekanan dan dilatasi esophageal (Dipiro dan

    Taylor, 2005). Selain disebabkan oleh kemoterapi kanker, mual dan muntah

    dapat disebabkan oleh obstruksi usus, ketidakseimbangan cairan dan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/23/2019 Mual Pada Kemoterapi

    15/25

    elektrolit, uremia, obat (digitalis, opium) dan metastase otak (Anonim,

    2007).

    2.3.2. Mekanisme mual muntah

    Refleks yang menyebabkan muntah disebabkan oleh stimulasi dari

    reseptor pada CNS dan atau gastrointestinal. Area reseptor ini mengirim

    pesan 14 pada pusat muntah pada medulla, yang kemudian berkoordinasi

    dengan aksi muntah (Pazdur, 2001). Muntah yang diinduksi oleh berbagai

    zat kimia, obat sitostatik dan radiasi diperantai melalui CTZ (Schein, 1997).

    Chemoreceptors trigger zone (CTZ) juga berlokasi di medulla, berperan

    sebagai chemosensor dan diarahkan pada darah dan CSF. Area ini kaya

    akan berbagai reseptor neurotransmitter (Pazdur, 2001). Contoh dari

    reseptor-reseptor tersebut antara lain reseptor kolinergik dan histamin,

    dopaminergik, opiate, serotonin, neurokinin dan benzodiazepine. Agen

    kemoterapi, metabolitnya, atau komponen emetik lain menyebabkan proses

    muntah melalui salah satu atau lebih dari reseptor tersebut (Dipiro dan

    Taylor, 2005).

    Mual dan muntah terjadi akibat adanya kerusakan pada kantong

    kemih dan ginjal sehingga kotoran-kotoran kimia sel kanker yang mati oleh

    obat kemoterapui atau radiasi tidak dapat dikeluarkan.maka, penting untuk

    memastikan konsumsi air minum atau cairan yang banyak setelah tindakan

    kemoterapi dilakukan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/23/2019 Mual Pada Kemoterapi

    16/25

    2.3.3. Tipe mual dan muntah akibat kemoterapi empat susunan emetogenik

    pada pemberian obat sitostatika antara lain:

    1) Mual muntah akut, biasanya terjadi saat pemberian sitostatika tanpa

    pengobatan antiemetik.

    2) Mual muntah tertunda menggambarkan keterlambatan mual muntah

    akibat penggunaan terapi sitostatika cisplatin. Terjadi 2-6 hari setelah

    terapi.

    3) Mual muntah yang berkelanjutan, biasanya untuk obat sitostatika

    emetogenik sedang, dapat menyebabkan mual muntah selama 2-3 hari.

    4) Antisipator mual muntah, terjadi pada pasien yang merasa mual atau

    rasa tidak enak diperut dan cemas, padahal obat sitostatika belum

    diberikan (Jeffery dkk., 1998).

    2.3.4. Karakteristik Pasien dan Emesis

    a. Riwayat emesis tidak terkontrolEmesis yang sulit dikontrol sebelum

    penggunaan kemoterapi akan menyebabkanpasien lebih sulit untuk

    mengontrol emesisnya saat dilakukan kemoterapi walaupunsudah

    diberikan antiemesis, terutama untuk emesis yang bersifat akut.

    b. Pernah mengonsumsi alcohol.Emesis akan lebih mudah muncul pada

    pasien yang biasa menggunakan alcohol dalam dosis tinggi (>100 g/

    hari). Semakin banyak alkohol yang dikonsumsi makan risiko kejadian

    emesis akan semakin tinggi.

    c. Usia. Beberapa penelitian mengemukakan lebih mudah untuk mengontrol

    emesis padapasien dalam usia lanjut. Pada pasien yang lebih muda

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/23/2019 Mual Pada Kemoterapi

    17/25

    biasanya ada kecendrungan untuk perkembangkan kearah reaksi distonik

    akut.

    d. Jenis kelamin. Lebih sulit untuk mengontrol emesis pada wanita dari

    pada lakilaki yang diberikan kemoterapi yang sama termasuk dalam dosis

    dan frekuensi pemberiannya.

    e. Motion sickness

    Pasien yang mengalami motion sickness biasanya lebih mudah

    mengalami mual muntah akibat kemoterapi (Solimando,2003).

    2.3.5. Terapi Mual Dan Muntah

    Secara garis besar terapi yang digunakan meliputi 2 macam, yaitu :

    1. Terapi farmakologi dengan antiemetic. Antiemetik yang biasa

    digunakan dalam terapi CINV yaitu :

    A. Fenotiazin

    Obat ini merupakan lini pertama yang digunakan dalam

    penanganan mualdan muntah akibat kemoterapi. Mekanisme kerjanya

    adalah dengan memblokade reseptor dopamin di area postrema (CTZ

    dan pusat muntah) digunakan untuk mengobati mual muntah karena

    kemoterapi dengan emetogenisitas ringan. Fenotiazin yang diberikan

    secara IV memiliki efikasi yang lebih baik dibandingkan pemberian

    secara peroral. Contoh obat golonganini misalnya : proklorperazin,

    klorpromazin, perphenazine, thiethylpirazine danpromethazine. Efek

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/23/2019 Mual Pada Kemoterapi

    18/25

    samping yang sering timbul adalah sedasi, akathisia, hipotensi, dan

    reaksi diastonik.

    B. Kortikosteroid

    Kortikosteroid khususnya deksametason digunakan untuk

    mencegah mual muntah karena kemoterapi dengan emetogenisitas

    sedang hingga berat.Mekanisme kerjanya belum diketahui pasti, namun

    diduga karena mampu menyebabkan perubahan permeabilitas sel dan

    mampu menghambat prostaglandin. Efek samping yang sering muncul

    adalah insomnia dan perut terasa terbakar.

    C. Metoklopramid

    Metoklopramid merupakan antiemetik pilihan kedua dalam

    penangananmual dan muntah akibat kemoterapi. Mekanisme kerjanya

    adalah denganmemblokade reseptor dopaminergik di CTZ dan dapat

    digunakan untuk segala macam klasifikasi dari mual muntah akibat

    kemoterapi. Efek samping yang sering muncul adalah diare, reaksi

    ekstrapiramidal, sedasi, dan hipotensi.

    D. Antagonis reseptor neurokinin

    Obat golongan ini biasanya digunakan secara kombinasi dengan

    SSRI dan kortikosteroid untuk mencegah mual muntah akut dan tunda,

    misalnya aprepitan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/23/2019 Mual Pada Kemoterapi

    19/25

    E. SSRI (Selective serotonin reuptake inhibitor)

    Mekanisme kerjanya adalah dengan memblokade fase CINV

    akut, sehingga digunakan sebagai terapi standar CINV, PONV, RINV,

    dengan efek samping yang ringan, misalnya ondansentron, granisentron,

    palonosentron,dolasentron. Untuk terapi pencegahan karena pemakaian

    obat dengan emetogenisitas yang tinggi maka pemakaian obat ini dapat

    dikombinasikan dengan kortikosteroid. Efikasi penggunaan obat ini

    dapat mencapai 3050% pada pasien yang menggunakan cisplatin,

    sedangkan untuk obat-obatan kemoterapi lainnya efektivitas obat ini

    dapat mencapai 70%. Efek samping yang paling sering muncul dalam

    penggunaan obat golongan ini adalah pusing, konstipasi, meningkatkan

    enzim di hati, dan meningkatkan interval konduksi jantung.

    F. Antikolinergik

    Alkaloid seperti skopolamin dan atropin memiliki efektivitas

    sebagai antiemetik dengan cara menghambat reseptor kolinergik pusat.

    Efek samping yang sering muncul adalah pandangan kabur, mulut

    kering, sedasi, dan lain-lain. Contoh obat golongan ini adalah buclizin,

    meklizin.

    G. Antihistamine

    Obat ini bekerja dengan memblok reseptor H di otak dan telinga

    tengah. Efek samping yang paling sering timbul adalah kantuk, mulut

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/23/2019 Mual Pada Kemoterapi

    20/25

    kering, dan sedasi. Contoh obat golongan ini adalah difenhidramin, dan

    hidroksizin.

    H. Benzodiazepin.

    Mekanisme antiemetik dari obat golongan ini belum dapat

    diketahui secara pasti. Efek samping yang paling sering dari obat ini

    adalah sedasi, pandangan kabur, dan amnesia. Lorazepam merupakan yang paling

    sering digunakan dari golongan ini, walaupun midazolam dan diazepam

    juga dapatdigunakan. Benzodiazepin biasanya digunakan untuk aktivitas

    emetogenik yangringan atau dipilih sebagai terapi profilaksis dalam

    penanganan mual dan muntah akut dan antisipatif (Dipiro, 2009).

    2.3.6. Pendekatan yang perlu dilakukan dalam penanganan mual dan

    muntah

    1. Pencegahan lebih baik diberikan pada pasien yang mengalami mual

    dan muntah yang akut. Sedangkan untuk pasien yang mengalami mual

    muntah kategori menengah hingga berat dapat diberikan antiemetik.

    Hal ini tergantung pada pemilihan antiemetik dan rute pemberian.

    Perlakuan sebaiknya diberikan 1 jam hingga 5 menit sebelum

    kemoterapi dilakukan.

    2. Dosis dan frekuensi pemberian diberikan secara individual berbeda

    bagi tiap kondisi pasien dengan jadwal yang tetap.

    3. Jika pasien tidak mengalami mual setelah 24 jam, maka terapi

    antiemetik dapatdiberikan bila diperlukan. Pasien dianjurkan untuk

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/23/2019 Mual Pada Kemoterapi

    21/25

    menggunakan jadwal yang tetap dimulai dari gejala mual yang pertama

    kali muncul hingga 24 jam setelah pasien tidak lagi mengalami mual.

    4. Dosis dapat diturunkan tergantung daya toleransi pasien.

    5. Regimen kombinasi sebaiknya diberikan untuk mengoptimalkan terapi

    walaupun harus menggunakan dua golongan obat yang berbeda.

    6. Sedapat mungkin hindari penggunaan dua obat atau lebih yang berasal dari kategori

    farmakologi yang sama.

    7. Mual dan muntah antisipatif dapat diminimalisir dengan cara

    menggunakan terapi profilaksis yang efektif dalam menangani mual

    sejak siklus pertama kemoterapi.

    8. Jika mual dan muntah antisipatif ini terus berkembang, pasien dapat

    menerima obat obat ansiolitik.

    9. Untuk mual dan muntah kategori menengah, steroid dan penghambat

    reseptor dopamin (seperti metoklorpramid, proklorperazin,

    thiethylpirazine) dapat menjadi regimen yang paling efektif.

    10. Untuk mual dan muntah kategori berat, steroid dan penghambat

    reseptor serotonin (seperti: dolasetron, granisetron, ondansetron)

    dapat menjadi regimen yang paling dianjurkan.

    11. Penghambat reseptor dopamin dapat diberikan apabila penghambat

    reseptor serotonin tidak dapat diberikan.

    12. Antiemetik lainnya biasanya digunakan sebagai terapi inisiasi dan

    akan lebih baik bila dikombinasikan dengan agent yang efektif dalam

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/23/2019 Mual Pada Kemoterapi

    22/25

    penanganan mual dan muntah sehingga bisa dilakukan sebagai terapi

    lini kedua ataupun ketiga.

    13. Obat obatan golongan penghambat reseptor serotonin lebih efektif

    bila digunakan sebagai terapi profilaksis dari pada pemakaian obat

    yang diberikan bila perlu dalam penanganan emesis.

    14. Obat obatan golongan penghambat reseptor serotonin memiliki dosis

    optimal yang apabila diberikan lebih tinggi tidak dapat memberikan

    efek antiemetiko (Solimando, 2003).

    2.3.7. Upaya Penanggulangan Mual & Muntah

    Menurut dr. Noorwati ada beberapa cara mengatasi efek samping

    kemoterapi mual dan muntah, diantaranya:

    a. Makan dan minum sedikit tapi sering.

    b. Minum setiap muntah.

    c. Hindari makanan yang berbau, berminyak, berlemak, berbumbu, pedas,

    terlalu manis, panas, dan beraroma sitrus.

    d.

    Makan makanan yang dingin, kering dan pada temperatur ruangan.

    e.

    Minum teh beraorama mint atau jahe.

    Adapun menurut RS. Dharmais Pusat Kanker Nasional (2009)

    mengemukakan beberapa cara untuk mengatasi efek samping kemoterapi,

    yakni :

    1. Mual dan muntah

    a.

    Hampir 80% pasien

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/23/2019 Mual Pada Kemoterapi

    23/25

    b.Anti mual: Zofran, Narfos, Kytril, Primperan, Ativan dll.

    c.

    Waspada tanda dehidrasi

    2. Penurunan jumlah sel darah merah (RBC)

    a. Menyebabkan kekurangan Oksigen, kelemahan

    b. Hgb 9.5-10 gm/dl perlu supplemen zat besi

    c. Hgb 8 gm/dl perlu transfusi

    d.

    Epogen untuk merangsang produksi RBC

    3. Penurunan jumlah sel darah putih (WBC/ Lekosit)

    a. Resiko tinggi terhadap infeksi

    b. Growth Factor (GCSF): leukokine/ granocyte untuk merangsang

    pembentukan Lekosit

    c.

    Ruang/kamar terpisah dari orang yang menderita infeksi (FLU atau

    penyakit menular lainnya)

    d. Cuci tangan dengan benar

    e. Ukur suhu tubuh tiap 4-6 jam

    f. Perhatikan: demam, tanda infeksi spt batuk/pilek dan jumlah lekosit

    dalam darah

    g. Batasi pengunjung

    h. Hindari tanaman hidup

    i. Makanan: buah berkulit, dimasak matang, hindari makanan

    mentah/lalap

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/23/2019 Mual Pada Kemoterapi

    24/25

    4. Penurunan jumlah trombosit

    a.

    Observasi adanya perdarahan di urine/kotoran

    b.

    Hindari penyuntikan secara secara langsung

    c.

    Gunakan pencukur elektrik

    d. Hindari penggunaan kateter dan termometer dubur

    e. Hindari trauma mulut dengan penggunaan sikatgigi lembut, hindari

    penggunaan dental gloss dan jangan makan permen yang keras

    f. Batasi pergerakan/ aktifitas berlebihan untuk mencegah perdarahan

    otak

    g. Jika perlu gunakan "stool softeners" untuk menghindari mengejan

    h. Tranfusi trombosit jika medis mengindikasikan

    5. Mukositis

    a.

    Perlukaan pada dinding rongga mulut/saluran cerna

    b.

    Kumur2 dengan NS dan peroxide setiap 12 jam

    c.

    Obat Topical analgesic

    d.

    Hindari mouthwash yang mengandung alkohol

    e. Hindari makanan yang pedas dan keras

    f. Monitor status nutrisi pasien

    6. Rambut Rontok

    a.

    2-3 minggu setelah pengobatan

    b.

    Semua rambut termasuk alis dan bulu mata

    c.

    4-8 minggu setelah pengobatan akan tumbuh kembali

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/23/2019 Mual Pada Kemoterapi

    25/25

    d.

    Pergunakan wig/ kerudung/ topi

    e.

    Perawatan kulit kepala tidak berlebihan

    7. Gangguan Saraf Tepi

    a.

    Kebas dan kesemutan di jari tangan dan kaki

    b.

    Hati-hati : gangguan keseimbangan dan jatuh

    c. Alat bantu/ pendamping