-
POLARISASI DIELEKTRIK
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Material
Teknik Listrik
Disusun oleh :
KELOMPOK VIII
1. Adi Wijayanto 2. Anggita Andriani 3. Dona Andika Sukma 4.
Moch Arief Albachrony 5. Reny Anggraeny 6. Robi Alamsyah 7. Syarif
Jamaluddin
PROGRAM S1-EKSTENSI
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
2009
-
POLARISASI DILEKTRIK
1. PENDAHULUAN
Dalam konteks kita, bahan dipandang sebagai kumpulan muatan
positif dan negatif yang
berasal dan komponen-komponen pembentuk atom, yaitu inti atom
dan elektron. Andai
kata muatan didalam bahan bebas bergerak ke setiap bagian bahan,
maka bahan tersebut
disebut sebagai bahan konduktor. Biasanya yang bebas bergerak
didalam konduktor
adalah elektron-elektron, jadi ada sebagian elektron dalam
konduktor yang tidak terkait
dengan inti tetentu. Konduktor (ideal) dapat memberikan muatan
(bebas) dalam jumlah
yang terbatas. Satu atau dua elektron per atom tidak berasosiasi
dengan inti tertentu.
Sebaliknya bila semua elektron terkait pada suatu inti, sehingga
tidak dapat bergerak jauh
dari inti tersebut, maka bahan itu disebut isolator atau
dilektrik.
Dalam sebuah konduktor, elektron terluar dari sebuah atom sangat
mudah untuk terpisah
dan berpindah dari satu atom ke atom lainnya bila diletakkan
dalam medan listrik.
Sedangkan pada suatu dielektrik, elektron lebih mudah meloncat
atau diam pada posisi
setimbang sehingga mereka tidak bisa terpisah jika diletakkan
dalam suatu medan
listrik.. Jadi, medan listrik tidak memproduksi perpindahan
muatan dalam suatu
dielektrik. Hal ini yang menyebabkan bahan dielektrik merupakan
bahan insulator yang
baik. Contoh dari bahan dielektrik adalah parafin, kaca, dan
mika. Jadi Dielektrik adalah
semua muatan terikat pada atom atau molekul, hanya bergerak
sedikit dalam molekul.
Pergeseran di dalam skala mikroskopik.
Walaupun dielektrik bukan tergolong konduktor dan oleh sebab itu
merupakan isolator,
dielektrik bias saja lebih dari sekedar isolator semata.
Polarisasi dielektrik dapat
digunakan untuk tujuan-tujuan fungsional pada suatu rangkaian
listrik. Polarisasi
berhubungan erat dengan stuktur atomik dan struktur molekuler
dan dengan perpindahan
yang terjadi guna memproduksi dipol listrik. Apabila suatu bahan
dielektrik berada dalam
-
pengaruh medan listrik maka hal utama yang terjadi adalah
polarisasi. Fenomena
polarisasi dielektrik dapat dinilai melalui parameter
permitivitas dan konstanta dielektrik
serta faktor disipasi sudut kerugian dielektrik (loss angle atau
loss tangent).
2. KONSTANTA DIELEKTRIK DAN PERMITIVITAS
2.1 Konstanta Dielektrik
Konstanta dielektrik atau permitivitas listrik relatif, adalah
sebuah konstanta dalam ilmu
fisika. Konstanta ini melambangkan rapatnya fluks elektrostatik
dalam suatu bahan bila
diberi potensial listrik. Konstanta dielektrik merupakan
perbandingan energi listrik yang
tersimpan pada bahan tersebut jika diberi sebuah potensial,
relatif terhadap vakum (ruang
hampa).
Konstanta dielektrik dilambangkan dengan huruf Yunani r atau
kadang-kadang , K,
atau Dk. Secara matematis konstanta dielektrik suatu bahan
didefinisikan sebagai
dimana s merupakan permitivitas statis dari bahan tersebut, dan
0 adalah permitivitas
vakum/. Permitivitas vakum diturunkan dari persamaan Maxwell
dengan
menghubungkan intensitas medan listrik E dengan kerapatan fluks
listrik D. Di vakum
(ruang hampa), permitivitas sama dengan 0, jadi konstanta
dielektriknya adalah 1.
Permitivitas relatif dari sebuah medium berhubungan dengan
susceptibility (kerentanan)
listriknya, e melalui persamaan
2.2 Konstanta Dielektrik dalam Ilmu Kimia
Dalam ilmu kimia, konstanta dielektrik dapat dijadikan pengukur
relatif dari kepolaran
suatu pelarut. Misalnya air yang merupakan pelarut polar
memiliki konstanta dielektrik
80,10 pada 20C sedangkan n-heksana (sangat non-polar) memiliki
nilai 1,89 pada 20C.
-
2.3 Nilai konstanta dielektrik beberapa bahan
Tabel 1 berikut ini berisi daftar konstanta dielektrik beberapa
bahan pada suhu kamar.
Bahan Konstanta dielektrik
Vakum 1 (sesuai definisi)
Udara 1,00054
Polietilena 2,25
Kertas 3,5
PTFE (Teflon(TM)) 2,1
Polistirena 2,4-2,7
Kaca pyrex 4,7
Karet 7
Silikon 11,68
Metanol 30
Beton 4,5
Air (20C) 80,10
Barium titanat 1200 2.4 Permittivitas Permittivitas adalah suatu
kuantitas fisik yang mengambarkan bagaimana medan listrik
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh suatu medium dielektrik, dan
nilainya ditentukan
oleh kemampuan bahan dari medium untuk terpolarisasi sebagai
respons dari medan
tersebut, yang pada akhirnya juga mengurangi medan listrik dalam
bahan. Jadi,
permittivitas berkaitan dengan kemampuan suatu material untuk
menyampaikan atau
memperbolehkan (atau permit dalam bahasa Inggris) suatu medan
listrik.
-
Dalam ruang hampa atau tanpa adanya medium, permittivitas
dilambangkan dengan
sedangkan dalam bahan atau medium, dilambangkan dengan , yang
merupakan hasil
perkalian nilai permittivitas dalam vakum dengan nilai
permittivitas relatif.
3. SIFAT-SIFAT LISTRIK DIELEKTRIK
Dalam menentukan dimensi suatu sistem isolasi, dibutuhkan
pengetahuan yang pasti
mengnai jenis, besaran dan durasi tekanan elektrik yang akan
dialami bahan isolasi
tersebut, dan disamping itu juga perlu untuk mempertimbangkan
kondisi sekitar dimana
isolasi akan ditempatkan. selain itu, perlu juga untuk
mengetahui sifat-sifat dari bahan
isolasi sehingga dapat dipilih bahan-bahan yang tepat untuk
suatu sistem isolasi, dengan
demikian akan dihasilkan suatu rancangan yang paling
ekonomis.
Fungsi yang penting dari suatu bahan isolasi adalah:
1. Untuk mengisolasi antara suatu penghantar dengan penghantar
lainnya. Misalnya
antara konduktor fasa dengan konduktor fasa lainnya, atau
konduktor fasa dengan
tanah.
2. Untuk menahan gaya mekanis akibat adanya arus pada konduktor
yang diisolasi,
3. Mampu menahan tekanan yang diakibatkan panas dan reaksi
kimia.
Tekanan yang diakibatkan oleh medan listrik, gaya mekanik,
thermal dan reaksi kimia
dapat saja terjadi serentak, sehingga perlu diketahui efek
bersama dari semua parameter
tersebut, dengan kata lain suatu bahan isolasi dinyatakan
ekonomis jika bahan tersebut
dapat menahan semua tekanan tersebut dalam jangka waktu yang
lama.
1. Sifat listrik yang dibutuhkan untuk suatu bahan isolasi
adalah sebagai berikut:
Mempunyai kekuatan dielektrik (KD) yang tinggi, agar dimensi
sistem isolasi
menjadi kecil dan penggunaan bahan semakin sedikit, sehingga
harganya pun
akan semakin murah.
2. Rugi-rugi dielektriknya rendah, agar suhu bahan isolasi tidak
melebihi batas yang
ditentukan.
-
3. Memiliki kekuatan kerak (tracking strength) yang tinggi, agar
tidak terjadi erosi
karena tekanan listrik permukaan.
4. Memiliki konstanta dielektrik yang tepat dan cocok, sehingga
membuat arus
pemuatan (charging current) tidak melebihi batas ayang
diijinkan.
Bahan isolasi juga sekaligus merupakan bahan konstruksi
peralatan, oleh karena itu juga
memikul beban mekanis, sehingga bahan isolasi harus memenuhi
persyaratan mekanis
yang dibutuhkan. Sifat mekanis yang dibutuhkan tergantung pada
pemakaian, seperti
diberikan dibawah ini:
Isolator hantaran udara, sifat mekanis terpentingnya Kekuatan
regangan (tensile strength).
Isolator pendukung pada gardu, sifat mekanis terpentingnya
Kekuatan tekuk (bending strength)
Isolator antenna, sifat mekanis terpentingnya Kekuatan tekan
(pressure strength) Pemutus daya (circuit breaker), sifat mekanis
terpentingnya Kekuatan tekanan
dadakan (bursting pressure withstand) karakteristik mekanis,
seperti elastisitas,
kekenyalan dan lain-lain, mempunyai hubungan yang nyata dengan
tekanan dan
ketepatan rancangan.
Peralatan-peralatan listrik akan mengalami kenaikan suhu selama
beroperasi, baik pada
tegangan kerja normal maupun dalam kondisi gangguan, sehingga
bahan isolasi harus
memiliki sifat themal sebagai berikut:
- kemampuan untuk menahan panas tinggi (daya tahan panas)
- kerentanan terhadap perubahan bentuk pada keadaan panas.
- konduktivitas panas tinggi
- koefisien muai panas rendah.
- tidak mudah terbakar dan tahan terhadap busur api, dan
lain-lain.
-
Bahan isolasi harus dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan
dimana bahan itu
digunakan. oleh karena itu bahan isolasi harus memiliki
kemampuan sebagai berikut:
- memiliki daya tahan terhadap minyak dan ozon.
- memiliki kekedapan dan kekenyalan higroskopis yang tinggi.
- daya serap air rendah.
- stabil ketika mengalami radiasi.
Bahan isolasi untuk sistem tegangan tinggi sering menetapkan
beberapa persyaratan, dan
diantaranya ada yang saling bertentangan. Oleh karena itu dalam
pemilihan bahan isolasi
untuk suatu keperluan khusus sering dilakukan dengan mencari
kompromi antara
penyimpangan kebutuhan dengan sifat yang diinginkan, sehingga
pemilihan yang benar-
benar memuaskan tidak terpenuhi. ada enam sifat listrik
dielektrik, yaitu:
1. Kekuatan dielektrik
2. Konduktansi
3. Rugi-rugi dielektrik
4. Tahanan isolasi
5. Peluahan parsial (partial discharge)
6. Kekuatan kerak isolasi (tracking strength)
4. POLARISASI
Material-material dielektrik tidak menghantar arus listrik.
Namun demikian, material-
material dielektrik tidak sepenuhnya inert terhadap medan
listrik. Tanpa adanya medan
luar, ada kemungkinan muatan negatif terdistribusi merata
disekitar muatan positif
didalam molekul bahan, sehingga pusat muatan negatif dan positif
akan berimpit. Dalam
hal ini molekul tersebut tidak mempunyai momen dipol, seperti
dapat terlihat dari
-
persamaan momen dipol untuk dua buah muatan titik yang
berlawanan. Dengan adanya
medan listrik dari luar, muatan positif akan terdorong dalam
arah medan, sehingga
terjadi pemisahan pusat muatan seperti pada gambar berikut.
Pergeseran ini disebut
sebagai polarisasi.
+ -+ -
+ - + - + -
+ - + -
+ - + -
E
Gambar 1. Polarisasi bahan akibat medan listrik luar E
Sehubungan dengan polarisasi bahan, struktur molekul atau atom
yang membangun suatu
bahan dapat dikelompokkan menjadi :
a. Molekul polar, yaitu molekul yang mempunyai resultan momen
dipole permanent
tidak sama dengan nol. Contoh : H2O
b.Molekul Non Polar, yaitu molekul yang mempunyai resultan momen
dipole
permanent sama dengan nol. Contoh : CO2.
c. Molekul Ionik, yaitu molekul yang berikatan ionik. Contoh :
NaCl
d. Atom kristal kovalen bersifat nonpolar dan nonionik. Contoh
:Si dan Ge
Berdasarkan jenis molekul atau atom di atas dan perilakunya saat
dikenakan medan,
maka polarisabilitas bahan dapat dikelompokkan dalam beberapa
jenis berikut:
1. Polarisari Elektronik
Polarisasi ionik dapat dibagi menjadi beberapa jenis ditinjau
dari unit-unit yang
dipindahkan. Masing ion atau atom dalam molekul terdiri dari
inti (nukleus)dan elektron.
Bila dikenakan medan, maka ion atau atom individual tersebut
menjadi terpolarisasi
karena elektron mengalami perpindahan relative terhadap inti
kearah yang berlawanan
dengan arah medan. Hal yang sama juga terjadi pada atom netral.
Polarisasi ini juga
terdiri polarisasi elektronik statis dan polarisasi elektronik
bolak-balik.
-
Karena berukuran kecil, elektron-elektron memiliki frekuensi
alami yang sangat tinggi (~
1016 Hz) pada saat elektron-elektron tersebut membentuk
gelombang tegaknya di
sekeliling atom-atom itu. Dengan demikian, polarisasi ini dapat
terjadi tidak saja dalam
rangkaian 60 Hz dan pada frekuensi radio, tetapi juga sebagai
tanggapan terhadap
frekuensi cahaya (~ 1015 Hz)
2. Polarisasi Ionik
Perpindahan ion negatif dan positif, masing-masing kearah
elektroda positif dan negatif
disebut polarisasi ionic. Seperti polarisasi elektronik,
polarisasi ionik diimbas karena
perindahan netto terjadi hanya ketika terdapat medan
eksternal.
Karena lebih masif daripada elektron, ion-ion itu akan
terpolarisasi lebih lambat.
Polarisasi ionik hanya terjadi pada yang maksimumya sekitar 1013
Hz. Nilai ini berada
dibawah frekuensi cahaya tampak. Oleh sebab itu, cahaya dating
tidak akan
menghasilkan polarisasi ionik.
3. Polarisasi Molekuler
Polarisasi molekuler terjadi apabila molekul-molekul polar
berada dalam suatu medan
listrik. Pada molekul polar, pusat gravitasi untuk muatan
negatif tidak berimpit. Terdapat
suatu dipole molekuler kecil. Salah satu contohnya adalah metil
klorida (CH3Cl). Atom
klorin memiliki komplemen 17 elektron, sementara masing-masing
atom hidrogen adalah
proton yang terkespos yang terletak pada ujung yang terjauh dari
suatu ikatan kovalen.
Polarisasi molekuler adalah polarisasi yang permanen karena
polarisasi ini sejak awal
memang sudah ada dalam struktur molekuler. Semua dipole ini
dapat dibuat searah
dengan arah medannya. Disamping itu molekulnya berputar setiap
setengah siklus dari
suatu medan ac. Karena massa-massa yang terlihat tergantung pada
ukuran molekulnya,
frekuensi tanggapan maksimumnya akan sangat beragam untuk
material yang satu
dengan material yang lainnya. Akan tetapi frekuensi tanggapan
ini selalu lebih rendah
daripada frekuensi tanggapan untuk polarisasi elektronik maupun
polarisasi ionik.
Disamping itu, frekuensi ini sangat peka terhadap suhu.
-
Gambar 2. Polarisasi akibat adanya medan listrik dengan
mekanisme (a) elektrik (b) ionic
(c) molekuler
Gambar 3. Polarisasi molekuler (Skematik dengan CH3Cl). Molekul
asimetris memiliki
ujung-ujung positif dan negatif dan mengorientasi dalam suatu
medan listrik. (a) Daerah
elektron diarsir. Atom-atom hidrogen adalah proton-proton
diujung ikatan kovalen. (b)
Dipol listrik.
Terdapat ciri khusus yang membedakan satu sama lain dari ketiga
polarisasi diatas, yaitu:
a. Polarisasi polar menunjukkan kebergantungan kuat terhadap
suhu, sedangkan dua
polarisasi yang lain tidak. Konstanta dielektrik bahan polar
mengalami penurunan seiring
dengan kenaikan suhu.
b. Perilaku polarisabilitas bolak-balok yaitu saat bahan
dikenakan medan listrik bolak-
balik.
-
5. KONDUKSI LISTRIK
Bahan mempunyai sifat menghantarkan arus listrik, karena
atom-atom terikat secara
ionik atau kovalen. Dengan adanya ikatan ini maka aliran arus
listrik dalam
bahan/mineral dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu
konduksi secara elektronik,
konduksi secara elektrolitik dan konduksi secara dielektrik.
1. Konduksi Elektronik;
Konduksi ini adalah tipe normal dan aliran arus listrik dalam
bahan/mineral. Hal ini
terjadi jika bahan atau mineral tersebut. mempunyai banyak
elektron bebas, akibatnya
arus mudah mengalir pada bahan ini. Sebagai contoh, bahan yang
banyak mengandung
logam.
2. Konduksi Elektrolitik;
Konduksi jenis ini banyak terjadi pada bahan atau mineral yang
bersifat porus dan pori-
porinya tersebut terisi oleh larutan- elektrolit. Dalam hal mi
arus listrik mengalir akibat
dibawa oleb ion-ion larutan elektrolit. Konduksi dengan cara ini
lebih lambat daripada
konduksi elektronik.
3. Konduksi Dielektrik;
Konduksi ini terjadi pada bahan yang lebih bersifat dielektrik,
artinya bahan tersebut
mempunyai elektron bebas sedikit atau bahkan tidak ada sama
sekali. Tetapi karena
adanya pengaruh medan listrik dari luar, maka elektron-elektron
dalam, atom bahan
dipaksa berpindah dan berkumpul terpisah dan intinya sehingga
terjadi polarisasi.
Peristiwa ini sangat bergantung pada konstanta dielektrik bahan
yang bersangkutan.
Konduktivitas bahan berpori bervariasi tergantung pada volume,
susunan pori dan
kandungan air di dalamnya. Padahal konduktivitas air itu sendiri
bervariasi yaitu
tergantung pada banyaknya ion yang terdapat di dalamnya.
-
Pemanasan dielektrik dapat merupakan akibat dari adanya sejumlah
muatan bebas dalam
bahan dielekrtik tersebut, hal ini akan mengakibatkan aliran
arus bocor (arus konduksi)
dalam jumlah kecil pada tegangan yang diterapkan, jika pada
fenomena polarisasi terjadi
disipasi energi listrik maka akan terasa dalam bentuk panas yang
menyebabkan
pemanasan pada dielektrik. Keberadaan arus ini di dalam dan pada
permukaan dielektrik
menunjukkan terjadinya konduksi listrik pada dielektrik
tersebut. Dengan kata lain Arus
yang mengalir melalui suatu material disebut dengan konduksi
listrik
6. TEGANGAN GAGAL
Pada insulator tegangan gagal merupakan salah satu karakteristik
yang dapat diartikan
tegangan pembeda maksimum yang mungkin lewat pada material
sebelum material itu
collapse dan konduksi. Dalam material insulasi solid biasanya
terbentuk bagian yang
lemah didalam material dengan pembentukan molekul permanen atau
perubahan secara
fiisi oleh arus tiba-tiba.
Didalam gas hampa ditemukan pada tipe lampu, tegangan gagal juga
disebut striking
voltage. Tegangan gagal pada material tidak merupakan nilai
terbatas karena tegangan ini
adalah sebuah bagian kegagalan dan ada sebuah kemungkinan
statistic dimana material
akal gagal saat diberi tegangan.
Dua perbedaan peengukuran tegangan material AC dan tegangan
gagal impuls. Tegangan
AC menggunakan frekuensi 50 atau 60 Hz. Sedangkan tegangan
impuls biasanya
menggunakan 1.2 mikrodetik gelombang untuk menghasilkan 90%
penguatan lalu turun
ke 50% setelah 50 mikrodetik.
-
Dua teknik ini menggunakan standar tes ASTM D1816 dan ASTM
D3300.
Dalam kondisi standard tekanan atmosfer, breakdown voltage dalam
vacuum
direpresentasikan.
dimana Vb adalah tegangan breakdown dalam volts DC, A dan B
konstan bergantung
udara sekitar, p yang diartikan sebagai tekanan gas sekitar, d
adalah jarak dalam
centimetres antar elektroda, and se dalam Secondary Electron
Emission Coefficient
Tegangan yang dapat diterapkan pada semua bahan dielektrik tidak
boleh melebihi nilai
batas tegangan yang umum pada keadaan terbatas. Apabila nilai
tegangan yang
diterapkan melebihi harga tadi, kegagalan dielektrik akan
terjadi, yaitu kehilangan
seluruh kemampuan isolasi bahan tersebut. Nilai tegangan dimana
suatu bahan dielektrik
mulai gagal disebut tegangan gagal (Breakdown Voltage)
7. SIFAT KAPASITANSI
Jika bahan dielektrik apapun dengan elektroda-elektroda
diletakkan padanya kemudian
dihubungkan ke rangkaian listrik dapat dianggap sebagai
kapasitor dengan nilai
kapasitansi tertentu. Pemisahan muatan dalam sebuah kondensator
lempeng-sejajar
menciptakan medan elektrik internal. Sebuah peruang dielektrik
terpolarisasi (oranye)
mengurangi medan elektrik serta meningkatkan kapasitansi.
Kapasitor berfungsi menyimpan muatan atau menyimpan medan
listrik. jadi medan listrik
inilah yang dikatakan sebagai energi. pada gambar di atas adalah
kapasitor dalam
keadaan vakum arah medan listrik dari positif ke negatif (kiri
ke kanan). semakin besar
jumlah muatan terakumulasi ke dua sisi plat maka semakin besar
medan listrik yang
tersimpan. sekarang lihat gambar (4b) jika kita tambahkan bahan
dielektrik diantara
kedua plat, saat ada akumulasi muatan ke dua sisi plat maka
dalam bahan dielektrik akan
terjadi polarisasi muatan. muatan bahan yang positif akan
tertarik ke sisi plat negatif dan
yang sebaliknya juga. karena ada tambahan akumulasi muatan pada
sisi-sisi plat yang
-
berasal dari bahan dielektrik, maka besar medan listrik akan
semakin besar. bahan yang
dapat dijadikan bahan dielektrik adalah bahan yang polar,
semakin besar polaritasnya
maka semakin besar nilai permitivitasnya. maksudnya semakin
besar atau semakin
banyak jumlah partikel yang dapat terpolarisasi.
Gambar 4. Sifat Kapasitansi
Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya udara vakum,
keramik, gelas,
elektrolit, dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi
tegangan listrik, maka
muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu kaki
(elektroda) metalnya
dan pada saat yang sama muatan-muatan negatif terkumpul pada
ujung metal yang
satu lagi. Muatan positif tidak dapat mengalir menuju ujung
kutup negatif dan
sebaliknya muatan negatif tidak bisa menuju ke ujung kutup
positif, karena terpisah
oleh bahan dielektrik yang non-konduktif. Muatan elektrik ini
"tersimpan" selama
tidak ada konduksi pada ujung-ujung kakinya. Di alam bebas,
phenomena kapasitor
ini terjadi pada saat terkumpulnya muatan-muatan positif dan
negatif di awan.
-
Kapasitansi didefenisikan sebagai kemampuan dari suatu kapasitor
untuk dapat
menampung muatan elektron. Coulombs pada abad 18 menghitung
bahwa 1 coulomb
= 6.25 x 1018 elektron. Kemudian Michael Faraday membuat
postulat bahwa sebuah
kapasitor akan memiliki kapasitansi sebesar 1 farad jika dengan
tegangan 1 volt
dapat memuat muatan elektron sebanyak 1 coulombs. Dengan rumus
dapat ditulis : Q
= CV, dimana:
Q = muatan elektron dalam C (coulombs) C = nilai kapasitansi
dalam F (farads) V = besar tegangan dalam V (volt)
Dalam praktek pembuatan kapasitor, kapasitansi dihitung dengan
mengetahui luas
area plat metal (A), jarak (d) antara kedua plat metal (tebal
dielektrik) dan konstanta
(k) bahan dielektrik. Dengan rumusan dapat ditulis sebagai
berikut : C = (8.85 x 10 )-
12 (k A/t) atau satuan C ditulis sebagai Quolomb
(Ampere/detik).
Berikut adalah tabel contoh konstanta (k) dari beberapa bahan
dielektrik yang
disederhanakan.
Udara vakum k = 1 Aluminium oksida k = 8 Keramik k = 100 - 1000
Gelas k = 8 Polyethylene k = 3
Untuk rangkain elektronik praktis, satuan farads adalah sangat
besar sekali.
Umumnya kapasitor yang ada di pasar memiliki satuan:
mikro Farad (10 F)-6, nano Farad (10 F)-9 pF (10 F) -12
-
Konversi satuan penting diketahui untuk memudahkan membaca
besaran sebuah
kapasitor. Misalnya 0.047 uF (mikro farad) dapat juga dibaca
sebagai 47nF, atau
contoh lain 0.1nF sama dengan 100pF.
1. Toleransi
Seperti komponen lainnya, besar kapasitansi nominal ada
toleransinya. Tabel berikut
menyajikan nilai toleransi dengan kode-kode angka atau huruf
tertentu. Dengan table
di atas pemakai dapat dengan mudah mengetahui toleransi
kapasitor yang biasanya
tertera menyertai nilai nominal kapasitor. Misalnya jika
tertulis 104 X7R, maka
kapasitasinya adalah 100nF dengan toleransi +/-15%. Sekaligus
dikethaui juga
bahwa suhu kerja yang direkomendasikan adalah antara -55oC
sampai +125oC (lihat
tabel kode karakteristik) Dissipation Factor (DF) dan Impedansi
(Z).
Dissipation Factor adalah besar persentasi rugi-rugi (losses)
kapasitansi jika
kapasitor bekerja pada aplikasi frekuensi. Besaran ini menjadi
faktor yang
diperhitungkan misalnya pada aplikasi motor phasa, rangkaian
ballast, tuner dan lain-
lain. Dari model rangkaian kapasitor digambarkan adanya
resistansi seri (ESR) dan
induktansi (L). Pabrik pembuat biasanya meyertakan data DF dalam
persen. Rugi-
rugi (losses) itu didefenisikan sebagai ESR yang besarnya adalah
persentasi dari
impedansi kapasitor Xc.
2. Jenis Kapasitor
Kapasitor terdiri dari beberapa tipe, tergantung dari bahan
dielektriknya. Untuk lebih
sederhana dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu kapasitor
electrostatic, electrolytic
dan electrochemical.
3. Kapasitor Electrostatic
Kapasitor electrostatic adalah kelompok kapasitor yang dibuat
dengan bahan
dielektrik dari keramik, film dan mika. Keramik dan mika adalah
bahan yang popular
-
serta murah untuk membuat kapasitor yang kapasitansinya kecil.
Tersedia dari
besaran pF sampai beberapa uF, yang biasanya untuk aplikasi
rangkaian yang
berkenaan dengan frekuensi tinggi. Termasuk kelompok bahan
dielektrik film adalah
bahan-bahan material seperti polyester (polyethylene
terephthalate atau dikenal
dengan sebutan mylar), polystyrene, polyprophylene,
polycarbonate, metalized paper
dan lainnya.
Mylar, MKM, MKT adalah beberapa contoh sebutan merek dagang
untuk kapasitor
dengan bahan-bahan dielektrik film. Umumnya kapasitor kelompok
ini adalah non-
polar (tidak memiliki polaritas).
4.Kapasitor Electrolytic
Kelompok kapasitor electrolytic terdiri dari kapasitor-kapasitor
yang bahan
dielektriknya adalah lapisan metal-oksida. Umumnya kapasitor
yang termasuk
kelompok ini adalah kapasitor polar dengan tanda + dan - di
badannya. Mengapa
kapasitor ini dapat memiliki polaritas, adalah karena proses
pembuatannya
menggunakan elektrolisa sehingga terbentuk kutup positif anoda
dan kutup negatif
katoda.
Telah lama diketahui beberapa metal seperti tantalum, aluminium,
magnesium,
titanium, niobium, zirconium dan seng (zinc) permukaannya dapat
dioksidasi
sehingga membentuk lapisan metal-oksida (oxide film). Lapisan
oksidasi ini
terbentuk melalui proses elektrolisa, seperti pada proses
penyepuhan emas. Elektroda
metal yang dicelup kedalam larutan electrolit (sodium borate)
lalu diberi tegangan
positif (anoda) dan larutan electrolit diberi tegangan negatif
(katoda). Oksigen pada
larutan electrolyte terlepas dan mengoksidai permukaan plat
metal. Contohnya, jika
digunakan Aluminium, maka akan terbentuk lapisan
Aluminium-oksida (Al2O3) pada
permukaannya.
Dengan demikian berturut-turut plat metal (anoda),
lapisan-metal-oksida dan
electrolyte(katoda) membentuk kapasitor. Dalam hal ini
lapisan-metal-oksida sebagai
-
dielektrik. Dari rumus (2) diketahui besar kapasitansi
berbanding terbalik dengan
tebal dielektrik. Lapisan metal-oksida ini sangat tipis,
sehingga dengan demikian
dapat dibuat kapasitor yang kapasitansinya cukup besar.
Karena alasan ekonomis dan praktis, umumnya bahan metal yang
banyak digunakan
adalah aluminium dan tantalum. Bahan yang paling banyak dan
murah adalah
Aluminium. Untuk mendapatkan permukaan yang luas, bahan plat
Aluminium ini
biasanya digulung radial. Sehingga dengan cara itu dapat
diperoleh kapasitor yang
kapasitansinya besar. Sebagai contoh 100uF, 470uF, 4700uF dan
lain-lain, yang
sering juga disebut kapasitor elco (electrolyte condensator)
Bahan electrolyte pada kapasitor Tantalum ada yang cair tetapi
ada juga yang padat.
Disebut electrolyte padat, tetapi sebenarnya bukan larutan
electrolit yang menjadi
elektroda negatif-nya, melainkan bahan lain yaitu
manganese-dioksida. Dengan
demikian kapasitor jenis ini bisa memiliki kapasitansi yang
besar namun menjadi
lebih ramping dan mungil. Selain itu karena seluruhnya padat,
maka waktu kerjanya
(lifetime) menjadi lebih tahan lama. Kapasitor tipe ini juga
memiliki arus bocor yang
sangat kecil Jadi dapat dipahami mengapa kapasitor Tantalum
menjadi relatif mahal.
5.Kapasitor Electrochemical
Satu jenis kapasitor lain adalah kapasitor electrochemical.
Termasuk kapasitor jenis
ini adalah batere (rechargerable) dan accu. Pada kenyataanya
batere dan accu adalah
kapasitor yang sangat baik, karena memiliki kapasitansi yang
besar dan arus bocor
(leakage current) yang sangat kecil. Tipe kapasitor jenis ini
juga masih dalam
pengembangan untuk mendapatkan kapasitansi yang besar namun
kecil dan ringan,
misalnya untuk applikasi mobil elektrik dan telepon selular.
6.Membaca Kapasitansi
Pada kapasitor yang berukuran besar, nilai kapasitansi umumnya
ditulis dengan
angka yang jelas. Lengkap dengan nilai tegangan maksimum dan
polaritasnya.
Misalnya pada kapasitor elco dengan jelas tertulis
kapasitansinya sebesar 22uF/25v.
-
Kapasitor yang ukuran fisiknya mungil dan kecil biasanya hanya
bertuliskan 2 (dua)
atau 3 (tiga) angka saja. Jika hanya ada dua angka satuannya
adalah pF (pico farads).
Sebagai contoh, kapasitor yang bertuliskan dua angka 47, maka
kapasitansi kapasitor
tersebut adalah 47 pF.
Jika ada 3 digit, angka pertama dan kedua menunjukkan nilai
nominal, sedangkan
angka ke-3 adalah faktor pengali. Faktor pengali sesuai dengan
angka nominalnya,
berturut-turut 1 = 10, 2 = 100, 3 = 1.000, 4 = 10.000 dan
seterusnya. Misalnya pada
kapasitor keramik tertulis 104, maka kapasitansinya adalah 10 x
10.000 = 100.000pF
atau = 100nF. Contoh lain misalnya tertulis 222, artinya
kapasitansi kapasitor
tersebut adalah 22 x 100 = 2200 pF = 2.2 nF.
Selain dari kapasitansi ada beberapa karakteristik penting
lainnya yang perlu
diperhatikan. Biasanya spesifikasi karakteristik ini disajikan
oleh pabrik pembuat
didalam datasheet. Berikut ini adalah beberapa spesifikasi
penting tersebut.
7.Tegangan Kerja (working voltage)
Tegangan kerja adalah tegangan maksimum yang diijinkan sehingga
kapasitor masih
dapat bekerja dengan baik. Para elektro- mania barangkali pernah
mengalami
kapasitor yang meledak karena kelebihan tegangan. Misalnya
kapasitor 10uF 25V,
maka tegangan yang bisa diberikan tidak boleh melebihi 25 volt
dc. Umumnya
kapasitor-kapasitor polar bekerja pada tegangan DC dan kapasitor
non-polar bekerja
pada tegangan AC.
8.Temperatur Kerja
Kapasitor masih memenuhi spesifikasinya jika bekerja pada suhu
yang sesuai.
Pabrikan pembuat kapasitor umumnya membuat kapasitor yang
mengacu pada
standar popular. Ada 4 standar popular yang biasanya tertera di
badan kapasitor
seperti C0G (ultra stable), X7R (stable) serta Z5U dan Y5V
(general purpose).
Secara lengkap kode-kode tersebut disajikan pada table
berikut.
-
Kode Karakteristik Kapasitor Kelas I
Koefisien
Suhu
Faktor Pengali
Koefisien Suhu
Toleransi
Koefisien
Suhu
Simbol
PPM
per
Co Simbol Pengali Simbol
PPM
per
Co
C 0.0 0 -1 G +/-
30
B 0.3 1 -10 H +/-
60
A 0.9 2 -100 J +/-
120
M 1.0 3 -1000 K +/-
250
P 1.5 4 -10000 L +/-
500
ppm = part per million
Kode karakteristik kapasitor kelas II dan III
Suhu kerja
minimum
Suhu kerja
maksimum
Toleransi
kapasitansi
Simbol Co Simbol Co Simbol Persen
Z +10 2 +45 A +/-
1.0%
Y -30 4 +65 B +/-
1.5%
-
X -55 5 +85 C +/-
2.2%
6 +105 D +/-
3.3%
7 +125 E +/-
4.7%
8 +150 F +/-
7.5%
9 +200 P +/-
10.0%
R +/-
15.0%
S +/-
22.0%
T +22% /
-33%
U +22% /
-56%
V +22% /
-82%
Besarnya kapasitansi bahan isolasi yang berfungsi sebagai
dielektrik ditentukan oleh
permitivitasnya, disamping jarak dan permukaannya. Apabila bahan
isolasi diberi
tegangan bolak-balik maka akan terdapat energi yang diserap oleh
bahan tersebut.
Besarnya kerugian energi yang diserap bahan isolasi berbanding
lurus dengan tegangan,
frekuensi, kapasitansi dan sudut kerugian dielektrik
-
8. SUDUT KERUGIAN DIELEKTRIK Pada saat bahan isolasi diberi
tegangan bolak balik, maka terdapat energi yang diserap oleh
bahan tersebut. Akibatnya terdapat faktor kapasitif. Hubungan
vektoris antara tegangan dan
arus pada bahan isolasi adalah seperti ditunjukkan pada Gb.5.
Besarnya kerugian yang
diserap bahan isolasi adalah berbanding lurus dengan tegangan V
volt, frekuensi f hertz,
kapasitansi C farad, dan sudut kerugian dielektrik tan , seperti
ditunjukkan pada persamaan berikut.
Gambar 5 Grafik Hubungan IC = f (Ir)
Dari persamaan di atas terlihat bahwa makin besar tegangan,
frekuensi dan kapasitansi untuk
kerugian yang sama, maka makin kecil harga tan atau makin kecil
sudut antara arus kapasitif IC dengan arus total I dan makin besar
sudut antara arus resistif Ir dengan
arus total I.
-
Gambar 6 Sudut Kerugian Dielektrik
Dalam kapasitor yang sempurna = 900 sehingga = 0. Akan tetapi
karena adanya sifat material, maka akan muncul arus resitif yang
menyebabkan kehilangan daya dielektrik
dinyatakan : PD = I V cos = I V sin tan C V 2=
9. KESIMPULAN
y Konstanta dielektrik merupakan perbandingan energi listrik
yang tersimpan pada bahan tersebut jika diberi sebuah potensial,
relatif terhadap vakum (ruang hampa).
y Permittivitas adalah suatu kuantitas fisik yang mengambarkan
bagaimana medan listrik mempengaruhi dan dipengaruhi oleh suatu
medium dielektrik, dan nilainya
ditentukan oleh kemampuan bahan dari medium untuk terpolarisasi
sebagai
-
respons dari medan tersebut, yang pada akhirnya juga mengurangi
medan listrik
dalam bahan. Jadi, permittivitas berkaitan dengan kemampuan
suatu material
untuk menyampaikan atau memperbolehkan (atau permit dalam bahasa
Inggris)
suatu medan listrik.
y Peralatan-peralatan listrik akan mengalami kenaikan suhu
selama beroperasi, baik
pada tegangan kerja normal maupun dalam kondisi gangguan,
sehingga bahan
isolasi harus memiliki sifat themal sebagai berikut:
- kemampuan untuk menahan panas tinggi (daya tahan panas)
- kerentanan terhadap perubahan bentuk pada keadaan panas.
- konduktivitas panas tinggi
- koefisien muai panas rendah.
- tidak mudah terbakar dan tahan terhadap busur api, dan
lain-lain.
y Ada enam sifat listrik dielektrik, yaitu: 1. Kekuatan
dielektrik
2. Konduktansi
3. Rugi-rugi dielektrik
4. Tahanan isolasi
5. Peluahan parsial (partial discharge)
6. Kekuatan kerak isolasi (tracking strength)
y Berdasarkan jenis molekul atau atom, maka polarisabilitas
bahan dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis berikut:
1. Polarisari Elektronik
2. Polarisasi Ionik
3. Polarisasi Molekuler
-
y Dengan adanya ikatan atom-atom terikat secara ionik atau
kovalen maka aliran arus listrik dalam bahan/mineral dapat
digolongkan menjadi tiga macam yaitu
1. konduksi secara elektronik,
2. konduksi secara elektrolitik dan
3. konduksi secara dielektrik.
Dalam kapasitor yang sempurna = 900 sehingga = 0. Akan tetapi
karena adanya sifat material, maka akan muncul arus resitif yang
menyebabkan kehilangan daya
dielektrik dinyatakan : PD = I V cos = I V sin
-
DAFTAR PUSTAKA
Bonggas L. Tobing, Dasar Teknik Pengujian Tegangan Tinggi,
Penerbit PT. Gramedia, Jakarta:2003
D.R. Lide, Ed. CRC Handbook of Chemistry and Physics, 85th Ed.
CRC Press. Boca Raton. 2004. halaman 8-141
Dielectrics and Waves edited by A. von Hippel, Arthur R., ISBN
0-89006-803-8 Elemen-Elemen Ilmu dan Rekayasa Material. 2004.
Erlangga Metalurgi Fisik Modern dan Rekayasa Material. 2003.
Erlangga Theory of Electric Polarization: Dielectric Polarization,
C.J.F. Bttcher, ISBN 0-
444-41579-3
www.blog.unila.ac.id/distrik/files/2009/07/bab-iv10.doc
Jika bahan dielektrik apapun dengan elektroda-elektroda
diletakkan padanya kemudian dihubungkan ke rangkaian listrik dapat
dianggap sebagai kapasitor dengan nilai kapasitansi tertentu.
Pemisahan muatan dalam sebuah kondensator lempeng-sejajar
menciptakan medan elektrik internal. Sebuah peruang dielektrik
terpolarisasi (oranye) mengurangi medan elektrik serta meningkatkan
kapasitansi. Kapasitor berfungsi menyimpan muatan atau menyimpan
medan listrik. jadi medan listrik inilah yang dikatakan sebagai
energi. pada gambar di atas adalah kapasitor dalam keadaan vakum
arah medan listrik dari positif ke negatif (kiri ke kanan). semakin
besar jumlah muatan terakumulasi ke dua sisi plat maka semakin
besar medan listrik yang tersimpan. sekarang lihat gambar (4b) jika
kita tambahkan bahan dielektrik diantara kedua plat, saat ada
akumulasi muatan ke dua sisi plat maka dalam bahan dielektrik akan
terjadi polarisasi muatan. muatan bahan yang positif akan tertarik
ke sisi plat negatif dan yang sebaliknya juga. karena ada tambahan
akumulasi muatan pada sisi-sisi plat yang berasal dari bahan
dielektrik, maka besar medan listrik akan semakin besar. bahan yang
dapat dijadikan bahan dielektrik adalah bahan yang polar, semakin
besar polaritasnya maka semakin besar nilai permitivitasnya.
maksudnya semakin besar atau semakin banyak jumlah partikel yang
dapat terpolarisasi. Gambar 4. Sifat Kapasitansi