Top Banner
POLARISASI DIELEKTRIK Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Material Teknik Listrik Disusun oleh : KELOMPOK VIII 1. Adi Wijayanto 2. Anggita Andriani 3. Dona Andika Sukma 4. Moch Arief Albachrony 5. Reny Anggraeny 6. Robi Alamsyah 7. Syarif Jamaluddin PROGRAM S1-EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA 2009
26

Mtl Ext 08 Polarisasi Dielektrik

Oct 19, 2015

Download

Documents

quick_bad
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • POLARISASI DIELEKTRIK

    Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Material Teknik Listrik

    Disusun oleh :

    KELOMPOK VIII

    1. Adi Wijayanto 2. Anggita Andriani 3. Dona Andika Sukma 4. Moch Arief Albachrony 5. Reny Anggraeny 6. Robi Alamsyah 7. Syarif Jamaluddin

    PROGRAM S1-EKSTENSI

    DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS INDONESIA

    2009

  • POLARISASI DILEKTRIK

    1. PENDAHULUAN

    Dalam konteks kita, bahan dipandang sebagai kumpulan muatan positif dan negatif yang

    berasal dan komponen-komponen pembentuk atom, yaitu inti atom dan elektron. Andai

    kata muatan didalam bahan bebas bergerak ke setiap bagian bahan, maka bahan tersebut

    disebut sebagai bahan konduktor. Biasanya yang bebas bergerak didalam konduktor

    adalah elektron-elektron, jadi ada sebagian elektron dalam konduktor yang tidak terkait

    dengan inti tetentu. Konduktor (ideal) dapat memberikan muatan (bebas) dalam jumlah

    yang terbatas. Satu atau dua elektron per atom tidak berasosiasi dengan inti tertentu.

    Sebaliknya bila semua elektron terkait pada suatu inti, sehingga tidak dapat bergerak jauh

    dari inti tersebut, maka bahan itu disebut isolator atau dilektrik.

    Dalam sebuah konduktor, elektron terluar dari sebuah atom sangat mudah untuk terpisah

    dan berpindah dari satu atom ke atom lainnya bila diletakkan dalam medan listrik.

    Sedangkan pada suatu dielektrik, elektron lebih mudah meloncat atau diam pada posisi

    setimbang sehingga mereka tidak bisa terpisah jika diletakkan dalam suatu medan

    listrik.. Jadi, medan listrik tidak memproduksi perpindahan muatan dalam suatu

    dielektrik. Hal ini yang menyebabkan bahan dielektrik merupakan bahan insulator yang

    baik. Contoh dari bahan dielektrik adalah parafin, kaca, dan mika. Jadi Dielektrik adalah

    semua muatan terikat pada atom atau molekul, hanya bergerak sedikit dalam molekul.

    Pergeseran di dalam skala mikroskopik.

    Walaupun dielektrik bukan tergolong konduktor dan oleh sebab itu merupakan isolator,

    dielektrik bias saja lebih dari sekedar isolator semata. Polarisasi dielektrik dapat

    digunakan untuk tujuan-tujuan fungsional pada suatu rangkaian listrik. Polarisasi

    berhubungan erat dengan stuktur atomik dan struktur molekuler dan dengan perpindahan

    yang terjadi guna memproduksi dipol listrik. Apabila suatu bahan dielektrik berada dalam

  • pengaruh medan listrik maka hal utama yang terjadi adalah polarisasi. Fenomena

    polarisasi dielektrik dapat dinilai melalui parameter permitivitas dan konstanta dielektrik

    serta faktor disipasi sudut kerugian dielektrik (loss angle atau loss tangent).

    2. KONSTANTA DIELEKTRIK DAN PERMITIVITAS

    2.1 Konstanta Dielektrik

    Konstanta dielektrik atau permitivitas listrik relatif, adalah sebuah konstanta dalam ilmu

    fisika. Konstanta ini melambangkan rapatnya fluks elektrostatik dalam suatu bahan bila

    diberi potensial listrik. Konstanta dielektrik merupakan perbandingan energi listrik yang

    tersimpan pada bahan tersebut jika diberi sebuah potensial, relatif terhadap vakum (ruang

    hampa).

    Konstanta dielektrik dilambangkan dengan huruf Yunani r atau kadang-kadang , K,

    atau Dk. Secara matematis konstanta dielektrik suatu bahan didefinisikan sebagai

    dimana s merupakan permitivitas statis dari bahan tersebut, dan 0 adalah permitivitas

    vakum/. Permitivitas vakum diturunkan dari persamaan Maxwell dengan

    menghubungkan intensitas medan listrik E dengan kerapatan fluks listrik D. Di vakum

    (ruang hampa), permitivitas sama dengan 0, jadi konstanta dielektriknya adalah 1.

    Permitivitas relatif dari sebuah medium berhubungan dengan susceptibility (kerentanan)

    listriknya, e melalui persamaan

    2.2 Konstanta Dielektrik dalam Ilmu Kimia

    Dalam ilmu kimia, konstanta dielektrik dapat dijadikan pengukur relatif dari kepolaran

    suatu pelarut. Misalnya air yang merupakan pelarut polar memiliki konstanta dielektrik

    80,10 pada 20C sedangkan n-heksana (sangat non-polar) memiliki nilai 1,89 pada 20C.

  • 2.3 Nilai konstanta dielektrik beberapa bahan

    Tabel 1 berikut ini berisi daftar konstanta dielektrik beberapa bahan pada suhu kamar.

    Bahan Konstanta dielektrik

    Vakum 1 (sesuai definisi)

    Udara 1,00054

    Polietilena 2,25

    Kertas 3,5

    PTFE (Teflon(TM)) 2,1

    Polistirena 2,4-2,7

    Kaca pyrex 4,7

    Karet 7

    Silikon 11,68

    Metanol 30

    Beton 4,5

    Air (20C) 80,10

    Barium titanat 1200 2.4 Permittivitas Permittivitas adalah suatu kuantitas fisik yang mengambarkan bagaimana medan listrik

    mempengaruhi dan dipengaruhi oleh suatu medium dielektrik, dan nilainya ditentukan

    oleh kemampuan bahan dari medium untuk terpolarisasi sebagai respons dari medan

    tersebut, yang pada akhirnya juga mengurangi medan listrik dalam bahan. Jadi,

    permittivitas berkaitan dengan kemampuan suatu material untuk menyampaikan atau

    memperbolehkan (atau permit dalam bahasa Inggris) suatu medan listrik.

  • Dalam ruang hampa atau tanpa adanya medium, permittivitas dilambangkan dengan

    sedangkan dalam bahan atau medium, dilambangkan dengan , yang merupakan hasil

    perkalian nilai permittivitas dalam vakum dengan nilai permittivitas relatif.

    3. SIFAT-SIFAT LISTRIK DIELEKTRIK

    Dalam menentukan dimensi suatu sistem isolasi, dibutuhkan pengetahuan yang pasti

    mengnai jenis, besaran dan durasi tekanan elektrik yang akan dialami bahan isolasi

    tersebut, dan disamping itu juga perlu untuk mempertimbangkan kondisi sekitar dimana

    isolasi akan ditempatkan. selain itu, perlu juga untuk mengetahui sifat-sifat dari bahan

    isolasi sehingga dapat dipilih bahan-bahan yang tepat untuk suatu sistem isolasi, dengan

    demikian akan dihasilkan suatu rancangan yang paling ekonomis.

    Fungsi yang penting dari suatu bahan isolasi adalah:

    1. Untuk mengisolasi antara suatu penghantar dengan penghantar lainnya. Misalnya

    antara konduktor fasa dengan konduktor fasa lainnya, atau konduktor fasa dengan

    tanah.

    2. Untuk menahan gaya mekanis akibat adanya arus pada konduktor yang diisolasi,

    3. Mampu menahan tekanan yang diakibatkan panas dan reaksi kimia.

    Tekanan yang diakibatkan oleh medan listrik, gaya mekanik, thermal dan reaksi kimia

    dapat saja terjadi serentak, sehingga perlu diketahui efek bersama dari semua parameter

    tersebut, dengan kata lain suatu bahan isolasi dinyatakan ekonomis jika bahan tersebut

    dapat menahan semua tekanan tersebut dalam jangka waktu yang lama.

    1. Sifat listrik yang dibutuhkan untuk suatu bahan isolasi adalah sebagai berikut:

    Mempunyai kekuatan dielektrik (KD) yang tinggi, agar dimensi sistem isolasi

    menjadi kecil dan penggunaan bahan semakin sedikit, sehingga harganya pun

    akan semakin murah.

    2. Rugi-rugi dielektriknya rendah, agar suhu bahan isolasi tidak melebihi batas yang

    ditentukan.

  • 3. Memiliki kekuatan kerak (tracking strength) yang tinggi, agar tidak terjadi erosi

    karena tekanan listrik permukaan.

    4. Memiliki konstanta dielektrik yang tepat dan cocok, sehingga membuat arus

    pemuatan (charging current) tidak melebihi batas ayang diijinkan.

    Bahan isolasi juga sekaligus merupakan bahan konstruksi peralatan, oleh karena itu juga

    memikul beban mekanis, sehingga bahan isolasi harus memenuhi persyaratan mekanis

    yang dibutuhkan. Sifat mekanis yang dibutuhkan tergantung pada pemakaian, seperti

    diberikan dibawah ini:

    Isolator hantaran udara, sifat mekanis terpentingnya Kekuatan regangan (tensile strength).

    Isolator pendukung pada gardu, sifat mekanis terpentingnya Kekuatan tekuk (bending strength)

    Isolator antenna, sifat mekanis terpentingnya Kekuatan tekan (pressure strength) Pemutus daya (circuit breaker), sifat mekanis terpentingnya Kekuatan tekanan

    dadakan (bursting pressure withstand) karakteristik mekanis, seperti elastisitas,

    kekenyalan dan lain-lain, mempunyai hubungan yang nyata dengan tekanan dan

    ketepatan rancangan.

    Peralatan-peralatan listrik akan mengalami kenaikan suhu selama beroperasi, baik pada

    tegangan kerja normal maupun dalam kondisi gangguan, sehingga bahan isolasi harus

    memiliki sifat themal sebagai berikut:

    - kemampuan untuk menahan panas tinggi (daya tahan panas)

    - kerentanan terhadap perubahan bentuk pada keadaan panas.

    - konduktivitas panas tinggi

    - koefisien muai panas rendah.

    - tidak mudah terbakar dan tahan terhadap busur api, dan lain-lain.

  • Bahan isolasi harus dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan dimana bahan itu

    digunakan. oleh karena itu bahan isolasi harus memiliki kemampuan sebagai berikut:

    - memiliki daya tahan terhadap minyak dan ozon.

    - memiliki kekedapan dan kekenyalan higroskopis yang tinggi.

    - daya serap air rendah.

    - stabil ketika mengalami radiasi.

    Bahan isolasi untuk sistem tegangan tinggi sering menetapkan beberapa persyaratan, dan

    diantaranya ada yang saling bertentangan. Oleh karena itu dalam pemilihan bahan isolasi

    untuk suatu keperluan khusus sering dilakukan dengan mencari kompromi antara

    penyimpangan kebutuhan dengan sifat yang diinginkan, sehingga pemilihan yang benar-

    benar memuaskan tidak terpenuhi. ada enam sifat listrik dielektrik, yaitu:

    1. Kekuatan dielektrik

    2. Konduktansi

    3. Rugi-rugi dielektrik

    4. Tahanan isolasi

    5. Peluahan parsial (partial discharge)

    6. Kekuatan kerak isolasi (tracking strength)

    4. POLARISASI

    Material-material dielektrik tidak menghantar arus listrik. Namun demikian, material-

    material dielektrik tidak sepenuhnya inert terhadap medan listrik. Tanpa adanya medan

    luar, ada kemungkinan muatan negatif terdistribusi merata disekitar muatan positif

    didalam molekul bahan, sehingga pusat muatan negatif dan positif akan berimpit. Dalam

    hal ini molekul tersebut tidak mempunyai momen dipol, seperti dapat terlihat dari

  • persamaan momen dipol untuk dua buah muatan titik yang berlawanan. Dengan adanya

    medan listrik dari luar, muatan positif akan terdorong dalam arah medan, sehingga

    terjadi pemisahan pusat muatan seperti pada gambar berikut. Pergeseran ini disebut

    sebagai polarisasi.

    + -+ -

    + - + - + -

    + - + -

    + - + -

    E

    Gambar 1. Polarisasi bahan akibat medan listrik luar E

    Sehubungan dengan polarisasi bahan, struktur molekul atau atom yang membangun suatu

    bahan dapat dikelompokkan menjadi :

    a. Molekul polar, yaitu molekul yang mempunyai resultan momen dipole permanent

    tidak sama dengan nol. Contoh : H2O

    b.Molekul Non Polar, yaitu molekul yang mempunyai resultan momen dipole

    permanent sama dengan nol. Contoh : CO2.

    c. Molekul Ionik, yaitu molekul yang berikatan ionik. Contoh : NaCl

    d. Atom kristal kovalen bersifat nonpolar dan nonionik. Contoh :Si dan Ge

    Berdasarkan jenis molekul atau atom di atas dan perilakunya saat dikenakan medan,

    maka polarisabilitas bahan dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis berikut:

    1. Polarisari Elektronik

    Polarisasi ionik dapat dibagi menjadi beberapa jenis ditinjau dari unit-unit yang

    dipindahkan. Masing ion atau atom dalam molekul terdiri dari inti (nukleus)dan elektron.

    Bila dikenakan medan, maka ion atau atom individual tersebut menjadi terpolarisasi

    karena elektron mengalami perpindahan relative terhadap inti kearah yang berlawanan

    dengan arah medan. Hal yang sama juga terjadi pada atom netral. Polarisasi ini juga

    terdiri polarisasi elektronik statis dan polarisasi elektronik bolak-balik.

  • Karena berukuran kecil, elektron-elektron memiliki frekuensi alami yang sangat tinggi (~

    1016 Hz) pada saat elektron-elektron tersebut membentuk gelombang tegaknya di

    sekeliling atom-atom itu. Dengan demikian, polarisasi ini dapat terjadi tidak saja dalam

    rangkaian 60 Hz dan pada frekuensi radio, tetapi juga sebagai tanggapan terhadap

    frekuensi cahaya (~ 1015 Hz)

    2. Polarisasi Ionik

    Perpindahan ion negatif dan positif, masing-masing kearah elektroda positif dan negatif

    disebut polarisasi ionic. Seperti polarisasi elektronik, polarisasi ionik diimbas karena

    perindahan netto terjadi hanya ketika terdapat medan eksternal.

    Karena lebih masif daripada elektron, ion-ion itu akan terpolarisasi lebih lambat.

    Polarisasi ionik hanya terjadi pada yang maksimumya sekitar 1013 Hz. Nilai ini berada

    dibawah frekuensi cahaya tampak. Oleh sebab itu, cahaya dating tidak akan

    menghasilkan polarisasi ionik.

    3. Polarisasi Molekuler

    Polarisasi molekuler terjadi apabila molekul-molekul polar berada dalam suatu medan

    listrik. Pada molekul polar, pusat gravitasi untuk muatan negatif tidak berimpit. Terdapat

    suatu dipole molekuler kecil. Salah satu contohnya adalah metil klorida (CH3Cl). Atom

    klorin memiliki komplemen 17 elektron, sementara masing-masing atom hidrogen adalah

    proton yang terkespos yang terletak pada ujung yang terjauh dari suatu ikatan kovalen.

    Polarisasi molekuler adalah polarisasi yang permanen karena polarisasi ini sejak awal

    memang sudah ada dalam struktur molekuler. Semua dipole ini dapat dibuat searah

    dengan arah medannya. Disamping itu molekulnya berputar setiap setengah siklus dari

    suatu medan ac. Karena massa-massa yang terlihat tergantung pada ukuran molekulnya,

    frekuensi tanggapan maksimumnya akan sangat beragam untuk material yang satu

    dengan material yang lainnya. Akan tetapi frekuensi tanggapan ini selalu lebih rendah

    daripada frekuensi tanggapan untuk polarisasi elektronik maupun polarisasi ionik.

    Disamping itu, frekuensi ini sangat peka terhadap suhu.

  • Gambar 2. Polarisasi akibat adanya medan listrik dengan mekanisme (a) elektrik (b) ionic

    (c) molekuler

    Gambar 3. Polarisasi molekuler (Skematik dengan CH3Cl). Molekul asimetris memiliki

    ujung-ujung positif dan negatif dan mengorientasi dalam suatu medan listrik. (a) Daerah

    elektron diarsir. Atom-atom hidrogen adalah proton-proton diujung ikatan kovalen. (b)

    Dipol listrik.

    Terdapat ciri khusus yang membedakan satu sama lain dari ketiga polarisasi diatas, yaitu:

    a. Polarisasi polar menunjukkan kebergantungan kuat terhadap suhu, sedangkan dua

    polarisasi yang lain tidak. Konstanta dielektrik bahan polar mengalami penurunan seiring

    dengan kenaikan suhu.

    b. Perilaku polarisabilitas bolak-balok yaitu saat bahan dikenakan medan listrik bolak-

    balik.

  • 5. KONDUKSI LISTRIK

    Bahan mempunyai sifat menghantarkan arus listrik, karena atom-atom terikat secara

    ionik atau kovalen. Dengan adanya ikatan ini maka aliran arus listrik dalam

    bahan/mineral dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu konduksi secara elektronik,

    konduksi secara elektrolitik dan konduksi secara dielektrik.

    1. Konduksi Elektronik;

    Konduksi ini adalah tipe normal dan aliran arus listrik dalam bahan/mineral. Hal ini

    terjadi jika bahan atau mineral tersebut. mempunyai banyak elektron bebas, akibatnya

    arus mudah mengalir pada bahan ini. Sebagai contoh, bahan yang banyak mengandung

    logam.

    2. Konduksi Elektrolitik;

    Konduksi jenis ini banyak terjadi pada bahan atau mineral yang bersifat porus dan pori-

    porinya tersebut terisi oleh larutan- elektrolit. Dalam hal mi arus listrik mengalir akibat

    dibawa oleb ion-ion larutan elektrolit. Konduksi dengan cara ini lebih lambat daripada

    konduksi elektronik.

    3. Konduksi Dielektrik;

    Konduksi ini terjadi pada bahan yang lebih bersifat dielektrik, artinya bahan tersebut

    mempunyai elektron bebas sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali. Tetapi karena

    adanya pengaruh medan listrik dari luar, maka elektron-elektron dalam, atom bahan

    dipaksa berpindah dan berkumpul terpisah dan intinya sehingga terjadi polarisasi.

    Peristiwa ini sangat bergantung pada konstanta dielektrik bahan yang bersangkutan.

    Konduktivitas bahan berpori bervariasi tergantung pada volume, susunan pori dan

    kandungan air di dalamnya. Padahal konduktivitas air itu sendiri bervariasi yaitu

    tergantung pada banyaknya ion yang terdapat di dalamnya.

  • Pemanasan dielektrik dapat merupakan akibat dari adanya sejumlah muatan bebas dalam

    bahan dielekrtik tersebut, hal ini akan mengakibatkan aliran arus bocor (arus konduksi)

    dalam jumlah kecil pada tegangan yang diterapkan, jika pada fenomena polarisasi terjadi

    disipasi energi listrik maka akan terasa dalam bentuk panas yang menyebabkan

    pemanasan pada dielektrik. Keberadaan arus ini di dalam dan pada permukaan dielektrik

    menunjukkan terjadinya konduksi listrik pada dielektrik tersebut. Dengan kata lain Arus

    yang mengalir melalui suatu material disebut dengan konduksi listrik

    6. TEGANGAN GAGAL

    Pada insulator tegangan gagal merupakan salah satu karakteristik yang dapat diartikan

    tegangan pembeda maksimum yang mungkin lewat pada material sebelum material itu

    collapse dan konduksi. Dalam material insulasi solid biasanya terbentuk bagian yang

    lemah didalam material dengan pembentukan molekul permanen atau perubahan secara

    fiisi oleh arus tiba-tiba.

    Didalam gas hampa ditemukan pada tipe lampu, tegangan gagal juga disebut striking

    voltage. Tegangan gagal pada material tidak merupakan nilai terbatas karena tegangan ini

    adalah sebuah bagian kegagalan dan ada sebuah kemungkinan statistic dimana material

    akal gagal saat diberi tegangan.

    Dua perbedaan peengukuran tegangan material AC dan tegangan gagal impuls. Tegangan

    AC menggunakan frekuensi 50 atau 60 Hz. Sedangkan tegangan impuls biasanya

    menggunakan 1.2 mikrodetik gelombang untuk menghasilkan 90% penguatan lalu turun

    ke 50% setelah 50 mikrodetik.

  • Dua teknik ini menggunakan standar tes ASTM D1816 dan ASTM D3300.

    Dalam kondisi standard tekanan atmosfer, breakdown voltage dalam vacuum

    direpresentasikan.

    dimana Vb adalah tegangan breakdown dalam volts DC, A dan B konstan bergantung

    udara sekitar, p yang diartikan sebagai tekanan gas sekitar, d adalah jarak dalam

    centimetres antar elektroda, and se dalam Secondary Electron Emission Coefficient

    Tegangan yang dapat diterapkan pada semua bahan dielektrik tidak boleh melebihi nilai

    batas tegangan yang umum pada keadaan terbatas. Apabila nilai tegangan yang

    diterapkan melebihi harga tadi, kegagalan dielektrik akan terjadi, yaitu kehilangan

    seluruh kemampuan isolasi bahan tersebut. Nilai tegangan dimana suatu bahan dielektrik

    mulai gagal disebut tegangan gagal (Breakdown Voltage)

    7. SIFAT KAPASITANSI

    Jika bahan dielektrik apapun dengan elektroda-elektroda diletakkan padanya kemudian

    dihubungkan ke rangkaian listrik dapat dianggap sebagai kapasitor dengan nilai

    kapasitansi tertentu. Pemisahan muatan dalam sebuah kondensator lempeng-sejajar

    menciptakan medan elektrik internal. Sebuah peruang dielektrik terpolarisasi (oranye)

    mengurangi medan elektrik serta meningkatkan kapasitansi.

    Kapasitor berfungsi menyimpan muatan atau menyimpan medan listrik. jadi medan listrik

    inilah yang dikatakan sebagai energi. pada gambar di atas adalah kapasitor dalam

    keadaan vakum arah medan listrik dari positif ke negatif (kiri ke kanan). semakin besar

    jumlah muatan terakumulasi ke dua sisi plat maka semakin besar medan listrik yang

    tersimpan. sekarang lihat gambar (4b) jika kita tambahkan bahan dielektrik diantara

    kedua plat, saat ada akumulasi muatan ke dua sisi plat maka dalam bahan dielektrik akan

    terjadi polarisasi muatan. muatan bahan yang positif akan tertarik ke sisi plat negatif dan

    yang sebaliknya juga. karena ada tambahan akumulasi muatan pada sisi-sisi plat yang

  • berasal dari bahan dielektrik, maka besar medan listrik akan semakin besar. bahan yang

    dapat dijadikan bahan dielektrik adalah bahan yang polar, semakin besar polaritasnya

    maka semakin besar nilai permitivitasnya. maksudnya semakin besar atau semakin

    banyak jumlah partikel yang dapat terpolarisasi.

    Gambar 4. Sifat Kapasitansi

    Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya udara vakum, keramik, gelas,

    elektrolit, dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi tegangan listrik, maka

    muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu kaki (elektroda) metalnya

    dan pada saat yang sama muatan-muatan negatif terkumpul pada ujung metal yang

    satu lagi. Muatan positif tidak dapat mengalir menuju ujung kutup negatif dan

    sebaliknya muatan negatif tidak bisa menuju ke ujung kutup positif, karena terpisah

    oleh bahan dielektrik yang non-konduktif. Muatan elektrik ini "tersimpan" selama

    tidak ada konduksi pada ujung-ujung kakinya. Di alam bebas, phenomena kapasitor

    ini terjadi pada saat terkumpulnya muatan-muatan positif dan negatif di awan.

  • Kapasitansi didefenisikan sebagai kemampuan dari suatu kapasitor untuk dapat

    menampung muatan elektron. Coulombs pada abad 18 menghitung bahwa 1 coulomb

    = 6.25 x 1018 elektron. Kemudian Michael Faraday membuat postulat bahwa sebuah

    kapasitor akan memiliki kapasitansi sebesar 1 farad jika dengan tegangan 1 volt

    dapat memuat muatan elektron sebanyak 1 coulombs. Dengan rumus dapat ditulis : Q

    = CV, dimana:

    Q = muatan elektron dalam C (coulombs) C = nilai kapasitansi dalam F (farads) V = besar tegangan dalam V (volt)

    Dalam praktek pembuatan kapasitor, kapasitansi dihitung dengan mengetahui luas

    area plat metal (A), jarak (d) antara kedua plat metal (tebal dielektrik) dan konstanta

    (k) bahan dielektrik. Dengan rumusan dapat ditulis sebagai berikut : C = (8.85 x 10 )-

    12 (k A/t) atau satuan C ditulis sebagai Quolomb (Ampere/detik).

    Berikut adalah tabel contoh konstanta (k) dari beberapa bahan dielektrik yang

    disederhanakan.

    Udara vakum k = 1 Aluminium oksida k = 8 Keramik k = 100 - 1000 Gelas k = 8 Polyethylene k = 3

    Untuk rangkain elektronik praktis, satuan farads adalah sangat besar sekali.

    Umumnya kapasitor yang ada di pasar memiliki satuan:

    mikro Farad (10 F)-6, nano Farad (10 F)-9 pF (10 F) -12

  • Konversi satuan penting diketahui untuk memudahkan membaca besaran sebuah

    kapasitor. Misalnya 0.047 uF (mikro farad) dapat juga dibaca sebagai 47nF, atau

    contoh lain 0.1nF sama dengan 100pF.

    1. Toleransi

    Seperti komponen lainnya, besar kapasitansi nominal ada toleransinya. Tabel berikut

    menyajikan nilai toleransi dengan kode-kode angka atau huruf tertentu. Dengan table

    di atas pemakai dapat dengan mudah mengetahui toleransi kapasitor yang biasanya

    tertera menyertai nilai nominal kapasitor. Misalnya jika tertulis 104 X7R, maka

    kapasitasinya adalah 100nF dengan toleransi +/-15%. Sekaligus dikethaui juga

    bahwa suhu kerja yang direkomendasikan adalah antara -55oC sampai +125oC (lihat

    tabel kode karakteristik) Dissipation Factor (DF) dan Impedansi (Z).

    Dissipation Factor adalah besar persentasi rugi-rugi (losses) kapasitansi jika

    kapasitor bekerja pada aplikasi frekuensi. Besaran ini menjadi faktor yang

    diperhitungkan misalnya pada aplikasi motor phasa, rangkaian ballast, tuner dan lain-

    lain. Dari model rangkaian kapasitor digambarkan adanya resistansi seri (ESR) dan

    induktansi (L). Pabrik pembuat biasanya meyertakan data DF dalam persen. Rugi-

    rugi (losses) itu didefenisikan sebagai ESR yang besarnya adalah persentasi dari

    impedansi kapasitor Xc.

    2. Jenis Kapasitor

    Kapasitor terdiri dari beberapa tipe, tergantung dari bahan dielektriknya. Untuk lebih

    sederhana dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu kapasitor electrostatic, electrolytic

    dan electrochemical.

    3. Kapasitor Electrostatic

    Kapasitor electrostatic adalah kelompok kapasitor yang dibuat dengan bahan

    dielektrik dari keramik, film dan mika. Keramik dan mika adalah bahan yang popular

  • serta murah untuk membuat kapasitor yang kapasitansinya kecil. Tersedia dari

    besaran pF sampai beberapa uF, yang biasanya untuk aplikasi rangkaian yang

    berkenaan dengan frekuensi tinggi. Termasuk kelompok bahan dielektrik film adalah

    bahan-bahan material seperti polyester (polyethylene terephthalate atau dikenal

    dengan sebutan mylar), polystyrene, polyprophylene, polycarbonate, metalized paper

    dan lainnya.

    Mylar, MKM, MKT adalah beberapa contoh sebutan merek dagang untuk kapasitor

    dengan bahan-bahan dielektrik film. Umumnya kapasitor kelompok ini adalah non-

    polar (tidak memiliki polaritas).

    4.Kapasitor Electrolytic

    Kelompok kapasitor electrolytic terdiri dari kapasitor-kapasitor yang bahan

    dielektriknya adalah lapisan metal-oksida. Umumnya kapasitor yang termasuk

    kelompok ini adalah kapasitor polar dengan tanda + dan - di badannya. Mengapa

    kapasitor ini dapat memiliki polaritas, adalah karena proses pembuatannya

    menggunakan elektrolisa sehingga terbentuk kutup positif anoda dan kutup negatif

    katoda.

    Telah lama diketahui beberapa metal seperti tantalum, aluminium, magnesium,

    titanium, niobium, zirconium dan seng (zinc) permukaannya dapat dioksidasi

    sehingga membentuk lapisan metal-oksida (oxide film). Lapisan oksidasi ini

    terbentuk melalui proses elektrolisa, seperti pada proses penyepuhan emas. Elektroda

    metal yang dicelup kedalam larutan electrolit (sodium borate) lalu diberi tegangan

    positif (anoda) dan larutan electrolit diberi tegangan negatif (katoda). Oksigen pada

    larutan electrolyte terlepas dan mengoksidai permukaan plat metal. Contohnya, jika

    digunakan Aluminium, maka akan terbentuk lapisan Aluminium-oksida (Al2O3) pada

    permukaannya.

    Dengan demikian berturut-turut plat metal (anoda), lapisan-metal-oksida dan

    electrolyte(katoda) membentuk kapasitor. Dalam hal ini lapisan-metal-oksida sebagai

  • dielektrik. Dari rumus (2) diketahui besar kapasitansi berbanding terbalik dengan

    tebal dielektrik. Lapisan metal-oksida ini sangat tipis, sehingga dengan demikian

    dapat dibuat kapasitor yang kapasitansinya cukup besar.

    Karena alasan ekonomis dan praktis, umumnya bahan metal yang banyak digunakan

    adalah aluminium dan tantalum. Bahan yang paling banyak dan murah adalah

    Aluminium. Untuk mendapatkan permukaan yang luas, bahan plat Aluminium ini

    biasanya digulung radial. Sehingga dengan cara itu dapat diperoleh kapasitor yang

    kapasitansinya besar. Sebagai contoh 100uF, 470uF, 4700uF dan lain-lain, yang

    sering juga disebut kapasitor elco (electrolyte condensator)

    Bahan electrolyte pada kapasitor Tantalum ada yang cair tetapi ada juga yang padat.

    Disebut electrolyte padat, tetapi sebenarnya bukan larutan electrolit yang menjadi

    elektroda negatif-nya, melainkan bahan lain yaitu manganese-dioksida. Dengan

    demikian kapasitor jenis ini bisa memiliki kapasitansi yang besar namun menjadi

    lebih ramping dan mungil. Selain itu karena seluruhnya padat, maka waktu kerjanya

    (lifetime) menjadi lebih tahan lama. Kapasitor tipe ini juga memiliki arus bocor yang

    sangat kecil Jadi dapat dipahami mengapa kapasitor Tantalum menjadi relatif mahal.

    5.Kapasitor Electrochemical

    Satu jenis kapasitor lain adalah kapasitor electrochemical. Termasuk kapasitor jenis

    ini adalah batere (rechargerable) dan accu. Pada kenyataanya batere dan accu adalah

    kapasitor yang sangat baik, karena memiliki kapasitansi yang besar dan arus bocor

    (leakage current) yang sangat kecil. Tipe kapasitor jenis ini juga masih dalam

    pengembangan untuk mendapatkan kapasitansi yang besar namun kecil dan ringan,

    misalnya untuk applikasi mobil elektrik dan telepon selular.

    6.Membaca Kapasitansi

    Pada kapasitor yang berukuran besar, nilai kapasitansi umumnya ditulis dengan

    angka yang jelas. Lengkap dengan nilai tegangan maksimum dan polaritasnya.

    Misalnya pada kapasitor elco dengan jelas tertulis kapasitansinya sebesar 22uF/25v.

  • Kapasitor yang ukuran fisiknya mungil dan kecil biasanya hanya bertuliskan 2 (dua)

    atau 3 (tiga) angka saja. Jika hanya ada dua angka satuannya adalah pF (pico farads).

    Sebagai contoh, kapasitor yang bertuliskan dua angka 47, maka kapasitansi kapasitor

    tersebut adalah 47 pF.

    Jika ada 3 digit, angka pertama dan kedua menunjukkan nilai nominal, sedangkan

    angka ke-3 adalah faktor pengali. Faktor pengali sesuai dengan angka nominalnya,

    berturut-turut 1 = 10, 2 = 100, 3 = 1.000, 4 = 10.000 dan seterusnya. Misalnya pada

    kapasitor keramik tertulis 104, maka kapasitansinya adalah 10 x 10.000 = 100.000pF

    atau = 100nF. Contoh lain misalnya tertulis 222, artinya kapasitansi kapasitor

    tersebut adalah 22 x 100 = 2200 pF = 2.2 nF.

    Selain dari kapasitansi ada beberapa karakteristik penting lainnya yang perlu

    diperhatikan. Biasanya spesifikasi karakteristik ini disajikan oleh pabrik pembuat

    didalam datasheet. Berikut ini adalah beberapa spesifikasi penting tersebut.

    7.Tegangan Kerja (working voltage)

    Tegangan kerja adalah tegangan maksimum yang diijinkan sehingga kapasitor masih

    dapat bekerja dengan baik. Para elektro- mania barangkali pernah mengalami

    kapasitor yang meledak karena kelebihan tegangan. Misalnya kapasitor 10uF 25V,

    maka tegangan yang bisa diberikan tidak boleh melebihi 25 volt dc. Umumnya

    kapasitor-kapasitor polar bekerja pada tegangan DC dan kapasitor non-polar bekerja

    pada tegangan AC.

    8.Temperatur Kerja

    Kapasitor masih memenuhi spesifikasinya jika bekerja pada suhu yang sesuai.

    Pabrikan pembuat kapasitor umumnya membuat kapasitor yang mengacu pada

    standar popular. Ada 4 standar popular yang biasanya tertera di badan kapasitor

    seperti C0G (ultra stable), X7R (stable) serta Z5U dan Y5V (general purpose).

    Secara lengkap kode-kode tersebut disajikan pada table berikut.

  • Kode Karakteristik Kapasitor Kelas I

    Koefisien

    Suhu

    Faktor Pengali

    Koefisien Suhu

    Toleransi

    Koefisien

    Suhu

    Simbol

    PPM

    per

    Co Simbol Pengali Simbol

    PPM

    per

    Co

    C 0.0 0 -1 G +/-

    30

    B 0.3 1 -10 H +/-

    60

    A 0.9 2 -100 J +/-

    120

    M 1.0 3 -1000 K +/-

    250

    P 1.5 4 -10000 L +/-

    500

    ppm = part per million

    Kode karakteristik kapasitor kelas II dan III

    Suhu kerja

    minimum

    Suhu kerja

    maksimum

    Toleransi

    kapasitansi

    Simbol Co Simbol Co Simbol Persen

    Z +10 2 +45 A +/-

    1.0%

    Y -30 4 +65 B +/-

    1.5%

  • X -55 5 +85 C +/-

    2.2%

    6 +105 D +/-

    3.3%

    7 +125 E +/-

    4.7%

    8 +150 F +/-

    7.5%

    9 +200 P +/-

    10.0%

    R +/-

    15.0%

    S +/-

    22.0%

    T +22% /

    -33%

    U +22% /

    -56%

    V +22% /

    -82%

    Besarnya kapasitansi bahan isolasi yang berfungsi sebagai dielektrik ditentukan oleh

    permitivitasnya, disamping jarak dan permukaannya. Apabila bahan isolasi diberi

    tegangan bolak-balik maka akan terdapat energi yang diserap oleh bahan tersebut.

    Besarnya kerugian energi yang diserap bahan isolasi berbanding lurus dengan tegangan,

    frekuensi, kapasitansi dan sudut kerugian dielektrik

  • 8. SUDUT KERUGIAN DIELEKTRIK Pada saat bahan isolasi diberi tegangan bolak balik, maka terdapat energi yang diserap oleh

    bahan tersebut. Akibatnya terdapat faktor kapasitif. Hubungan vektoris antara tegangan dan

    arus pada bahan isolasi adalah seperti ditunjukkan pada Gb.5. Besarnya kerugian yang

    diserap bahan isolasi adalah berbanding lurus dengan tegangan V volt, frekuensi f hertz,

    kapasitansi C farad, dan sudut kerugian dielektrik tan , seperti ditunjukkan pada persamaan berikut.

    Gambar 5 Grafik Hubungan IC = f (Ir)

    Dari persamaan di atas terlihat bahwa makin besar tegangan, frekuensi dan kapasitansi untuk

    kerugian yang sama, maka makin kecil harga tan atau makin kecil sudut antara arus kapasitif IC dengan arus total I dan makin besar sudut antara arus resistif Ir dengan

    arus total I.

  • Gambar 6 Sudut Kerugian Dielektrik

    Dalam kapasitor yang sempurna = 900 sehingga = 0. Akan tetapi karena adanya sifat material, maka akan muncul arus resitif yang menyebabkan kehilangan daya dielektrik

    dinyatakan : PD = I V cos = I V sin tan C V 2=

    9. KESIMPULAN

    y Konstanta dielektrik merupakan perbandingan energi listrik yang tersimpan pada bahan tersebut jika diberi sebuah potensial, relatif terhadap vakum (ruang hampa).

    y Permittivitas adalah suatu kuantitas fisik yang mengambarkan bagaimana medan listrik mempengaruhi dan dipengaruhi oleh suatu medium dielektrik, dan nilainya

    ditentukan oleh kemampuan bahan dari medium untuk terpolarisasi sebagai

  • respons dari medan tersebut, yang pada akhirnya juga mengurangi medan listrik

    dalam bahan. Jadi, permittivitas berkaitan dengan kemampuan suatu material

    untuk menyampaikan atau memperbolehkan (atau permit dalam bahasa Inggris)

    suatu medan listrik.

    y Peralatan-peralatan listrik akan mengalami kenaikan suhu selama beroperasi, baik

    pada tegangan kerja normal maupun dalam kondisi gangguan, sehingga bahan

    isolasi harus memiliki sifat themal sebagai berikut:

    - kemampuan untuk menahan panas tinggi (daya tahan panas)

    - kerentanan terhadap perubahan bentuk pada keadaan panas.

    - konduktivitas panas tinggi

    - koefisien muai panas rendah.

    - tidak mudah terbakar dan tahan terhadap busur api, dan lain-lain.

    y Ada enam sifat listrik dielektrik, yaitu: 1. Kekuatan dielektrik

    2. Konduktansi

    3. Rugi-rugi dielektrik

    4. Tahanan isolasi

    5. Peluahan parsial (partial discharge)

    6. Kekuatan kerak isolasi (tracking strength)

    y Berdasarkan jenis molekul atau atom, maka polarisabilitas bahan dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis berikut:

    1. Polarisari Elektronik

    2. Polarisasi Ionik

    3. Polarisasi Molekuler

  • y Dengan adanya ikatan atom-atom terikat secara ionik atau kovalen maka aliran arus listrik dalam bahan/mineral dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu

    1. konduksi secara elektronik,

    2. konduksi secara elektrolitik dan

    3. konduksi secara dielektrik.

    Dalam kapasitor yang sempurna = 900 sehingga = 0. Akan tetapi karena adanya sifat material, maka akan muncul arus resitif yang menyebabkan kehilangan daya

    dielektrik dinyatakan : PD = I V cos = I V sin

  • DAFTAR PUSTAKA

    Bonggas L. Tobing, Dasar Teknik Pengujian Tegangan Tinggi, Penerbit PT. Gramedia, Jakarta:2003

    D.R. Lide, Ed. CRC Handbook of Chemistry and Physics, 85th Ed. CRC Press. Boca Raton. 2004. halaman 8-141

    Dielectrics and Waves edited by A. von Hippel, Arthur R., ISBN 0-89006-803-8 Elemen-Elemen Ilmu dan Rekayasa Material. 2004. Erlangga Metalurgi Fisik Modern dan Rekayasa Material. 2003. Erlangga Theory of Electric Polarization: Dielectric Polarization, C.J.F. Bttcher, ISBN 0-

    444-41579-3

    www.blog.unila.ac.id/distrik/files/2009/07/bab-iv10.doc

    Jika bahan dielektrik apapun dengan elektroda-elektroda diletakkan padanya kemudian dihubungkan ke rangkaian listrik dapat dianggap sebagai kapasitor dengan nilai kapasitansi tertentu. Pemisahan muatan dalam sebuah kondensator lempeng-sejajar menciptakan medan elektrik internal. Sebuah peruang dielektrik terpolarisasi (oranye) mengurangi medan elektrik serta meningkatkan kapasitansi. Kapasitor berfungsi menyimpan muatan atau menyimpan medan listrik. jadi medan listrik inilah yang dikatakan sebagai energi. pada gambar di atas adalah kapasitor dalam keadaan vakum arah medan listrik dari positif ke negatif (kiri ke kanan). semakin besar jumlah muatan terakumulasi ke dua sisi plat maka semakin besar medan listrik yang tersimpan. sekarang lihat gambar (4b) jika kita tambahkan bahan dielektrik diantara kedua plat, saat ada akumulasi muatan ke dua sisi plat maka dalam bahan dielektrik akan terjadi polarisasi muatan. muatan bahan yang positif akan tertarik ke sisi plat negatif dan yang sebaliknya juga. karena ada tambahan akumulasi muatan pada sisi-sisi plat yang berasal dari bahan dielektrik, maka besar medan listrik akan semakin besar. bahan yang dapat dijadikan bahan dielektrik adalah bahan yang polar, semakin besar polaritasnya maka semakin besar nilai permitivitasnya. maksudnya semakin besar atau semakin banyak jumlah partikel yang dapat terpolarisasi. Gambar 4. Sifat Kapasitansi