Top Banner

of 66

MP drainase

Feb 10, 2018

Download

Documents

Yurike Andriani
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 7/22/2019 MP drainase

    1/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    ii

    DDAAFFTTAARR IISSII

    KATA PENGANTAR ___________________________________________ i

    DAFTAR ISI _________________________________________________ ii

    DAFTAR TABEL ______________________________________________ iv

    DAFTAR GAMBAR____________________________________________ v

    DAFTAR PETA _______________________________________________ vi

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang _____________________________________________ 1

    1.2 Tujuan dan Sasaran ________________________________________ 3

    1.3 Deskripsi Pekerjaan _________________________________________ 5

    1.4 Hasil Yang Diharapkan_______________________________________ 7

    1.5 Sistematika Pembahasan ____________________________________ 7

    BAB II TINJAUAN KEBIJAKSANAAN DAN RENCANA TATA RUANGWILAYAH

    2.1 Kebijaksanaan Umum Perencanaan Tata Ruang ________________ 9

    2.1.1 Fungsi dan Peran Wilayah ______________________________ 9

    2.1.2 Keseimbangan Ekologi Kota_____________________________ 10

    2.1.3 Kebijaksanaan Optimasi Pemanfaatan Ruang Kota __________ 12

    2.2 Rencana Struktur Tata Ruang _______________________________ 13

    2.2.1 Rencana Fungsional Kota Blitar _________________________ 13

    2.2.2 Rencana Struktur Pusat Pelayanan _______________________ 14

    2.3 Rencana Pemanfaatan Ruang Kota ___________________________ 15

    2.4 Rencana Sistem Transportasi ________________________________ 20

    2.5 Rencana Sistem Utama Jaringan Utilitas Drainase________________ 25

    BAB III DESKRIPSI WILAYAH STUDI

    3.1 Kondisi Sistem Drainase _____________________________________ 26

    3.2 Kondisi Saluran Drainase _____________________________________ 30

  • 7/22/2019 MP drainase

    2/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    iii

    3.2.1 Sistem Drainase Eksisting Kota____________________________ 30

    3.2.2 Tipe Saluran __________________________________________ 33

    3.2.3 Tipe Konstruksi ________________________________________ 33

    3.2.4 Dimensi Saluran _______________________________________ 42

    3.3 Kondisi Hidrologi____________________________________________ 43

    3.3.1 Curah Hujan Rata-rata __________________________________ 43

    3.4 Daerah Genangan Air________________________________________ 46

    BAB IV ANALISA DAN EVALUASI SALURAN DRAINASE

    4.1 Analisa Hidrologi____________________________________________ 50

    4.1.1 Curah Hujan Rata-rata (R) _______________________________ 51

    4.1.2 Perhitungan Curah Hujan Rancangan_______________________ 51

    4.1.3 Time Concentration Analysis (Tc)__________________________ 52

    4.1.4 Penentuan Intensitas Curah Hujan (I) ______________________ 53

    4.1.5 Prakiraan Debit Banjir (Qt) ______________________________ 53

    4.2 Analisa Hidrolika____________________________________________ 64

    4.2.6 Kapasitas Maksimum Saluran Drainase (Q) __________________ 64

    4.2.7 Evaluasi Kapasitas Saluran Drainase _______________________ 74

    4.3 Penanggulangan Masalah_____________________________________ 83

    BAB V KESIMPULAN DAN ARAHAN PENANGANAN

    5.1 Umum____________________________________________________ 92

    5.2 Arahan Penanganan Saluran __________________________________ 93

    5.3 Alternatif Penanganan Tambahan ______________________________ 106

    5.4 Pelestarian Hutan Kota_______________________________________ 109

    5.5 Master Plan Drainase Kota Blitar _______________________________ 110

    5.5.1 Rencana Sistem Drainase Kota Blitar ______________________ 110

    5.5.2 Rekomendasi _________________________________________ 111

    5.5.3 Tahapan Pelaksanaan __________________________________ 112

    LAMPIRAN ___________________________________________

  • 7/22/2019 MP drainase

    3/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    iv

    DDAAFFTTAARR TTAABBEELL

    Tabel 3.1 Panjang, Lebar dan Keadaan Saluran Drainase Kota Blitar _____ 30

    Tabel 3.2 Kondisi Permasalahan Saluran Drainase Kota Blitar __________ 34

    Tabel 3.3 Data Curah Hujan Rata-rata Per Tahun ____________________ 44

    Tabel 3.4 Daerah Genangan Air __________________________________ 48

    Tabel 4.1 Perkiraan Jumlah Penduduk Kota Blitar ____________________ 55

    Tabel 4.2 Perkiraan Kepadatan Penduduk Kota Blitar _________________ 56

    Tabel 4.3 Debit Air Hujan dan Air Buangan Rumah Tangga ____________ 58

    Tabel 4.4 Nilai Kapasitas Maksimum Saluran Drainase ________________ 65

    Tabel 4.5a Evaluasi Kapasitas Saluran Terhadap Debit Banjir Rencana(Saluran Sebelah Kiri) _________________________________ 75

    Tabel 4.5b Evaluasi Kapasitas Saluran Terhadap Debit Banjir Rencana(Saluran Sebelah Kanan) ______________________________ 79

    Tabel 5.1 Arahan Penanganan Pembuatan Saluran Drainase Baru ______ 94

    Tabel 5.2 Arahan Penanganan Perubahan Dimensi Saluran ____________ 95

    Tabel 5.3 Arahan Penanganan Normalisasi Saluran __________________ 100

    Tabel 5.4 Arahan Penanganan Pembuatan Saluran Pintas _____________ 101

    Tabel 5.5 Arahan Penanganan Pembuatan Bangunan Penunjang _______ 101

    Tabel 5.4 Arahan Perubahan Fungsi Saluran Drainase ________________ 102

  • 7/22/2019 MP drainase

    4/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    v

    DDAAFFTTAARR GGAAMMBBAARR

    Gambar 1 : Jl. Melati Jl. Sedap Malam ____________________________ 84

    Gambar 2 : Jl. Merdeka Jl. Anggrek Jl. Mastrip____________________ 85

    Gambar 3 : Jl. Jati Jl. Widuri Jl. Delima__________________________ 86

    Gambar 4 : Terminal Bus - Jl. Palem ______________________________ 87

    Gambar 5 : Jl. A. Yani Jl. Enggano _______________________________ 88

    Gambar 6 : Jl. Madura Jl. Kalimantan ______________________________ 89

    Gambar 7 : Jl. Letjen Suprapto Jl. Palem____________________________ 90

    Gambar 8 : Jl. Wahidin Jl. Kartini Jl. Anjasmoro ____________________ 91

  • 7/22/2019 MP drainase

    5/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    vi

    DDAAFFTTAARR PPEETTAA

    Peta Wilayah Perencanaan ______________________________________ 6

    Peta Jaringan Jalan Eksisting ____________________________________ 24

    Peta Jaringan Drainase Eksisting _________________________________ 29

    Peta Stasiun Amatan ___________________________________________ 45

    Peta Daerah Genangan__________________________________________ 49

    Peta Penyebaran Catchment Area _________________________________ 113

    Peta Rencana Sistem Drainase____________________________________ 114

  • 7/22/2019 MP drainase

    6/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    vii

    BBAABB 11PPEENNDDAAHHUULLUUAANN

    Latar Belakang

    Tujuan dan SasaranDeskripsi PekerjaanHasil Yang Diharapkan

    Sistematika Pembahasan

    1.1 LATAR BELAKANG

    Dengan semakin berkurangnya daerah terbuka di kawasan perkotaan

    yang dapat difungsikan sebagai lahan peresapan air dan didukung pula

    oleh menurunnya kondisi saluran drainase baik kapasitas, sistem operasi

    maupun pengelolaannya telah menyebabkan timbulnya berbagai masalah

    di sektor drainase. Apalagi dengan penurunan permukaan tanah secara

    tidak langsung akan menimbulkan penambahan beban pada sektor

    drainase.

    Demikian halnya dengan kondisi di Kota Blitar dalam beberapa tahun

    terakhir mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan

  • 7/22/2019 MP drainase

    7/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    viii

    dinamika masyarakatnya dan kewenangan yang diberikan pada

    pemerintah Kota Blitar untuk membangun kotanya secara mandiri.

    Perkembangan dan pertumbuhan Kota Blitar membawa dampak ke

    seluruh kota, sehingga diperlukan penataan dan perencanaan secara

    menyeluruh bahkan agar diperoleh kondisi kota yang optimal maka

    diperlukan rencana terperinci, dan salah satunya adalah penyusunan

    Master Plan Drainase Kota Blitar.

    Kebutuhan akan prasarana wilayah di Kota Blitar yang semakin meningkat

    seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk yang sampai tahun 2003

    mencapai 128,216 jiwa yang berdampak pada berkurangnya lahan

    kosong/resapan air sebagai lahan terbangun, pada dasarnya sangat

    membutuhkan penanganan yang lebih intensif dari pihak pemerintah kota.

    Bentuk penanganan tidak hanya dalam bentuk penanganan konstruksi

    bangunan namun lebih dari itu, salah satunya adalah faktor perencanaan

    dimana faktor perencanaan merupakan faktor urgensi dan mempunyai

    peranan penting dalam menentukan tingkat keberhasilan system

    prasarana yang akan diterapkan. Seperti halnya berbagai problema yang

    sering dialami oleh kota-kota besar di Indonesia, terjadinya banjir dan

    longsor menunjukkan kekurangcermatan proses perencanaan yang

    dilakukan.

  • 7/22/2019 MP drainase

    8/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    ix

    Kota Blitar mempunyai luas 3.257,83 Ha dengan letak geografis pada

    ketinggian 150 - 200 mdpl dan berada pada lokasi hulu, mempunyai resiko

    yang besar dalam menimbulkan banjir/genangan air bagi kota-kota yang

    berada disekitarnya maupun pada daerah-daerah yang mempunyai relief

    cekungan di Kota Blitar. Apalagi kondisi klimatologi Kota Blitar yang

    cenderung bercurah hujan tinggi (mencapai 1226,86 mm/th)

    menyebabkan Kota Blitar harus mempunyai system saluran pembuangan

    air (drainase) yang memadai.

    Selain kondisi diatas yang melatarbelakangi perlunya disusun Master Plan

    Drainase, ada beberapa hal yang secara spesifik menyebabkan disusunnya

    master plan ini yaitu :

    - Masih kurang jelasnya komponen-komponen system drainase yang ada

    sebagai konsekuensi pengalihan fungsi system irigasi;

    - Kurang atau tidak layaknya dimensi saluran drainase saat ini;

    - Kurangnya perawatan / perbaikan komponen system drainase yang

    ada;

    - Kurangnya sumber daya manusia untuk perawatan.

    1.2 TUJUAN DAN SASARAN

    Penyusunan Master Plan Drainase Kota Blitar bertujuan untuk memberikan

    landasan dan pedoman bagi pembangunan dan pengembangan jaringan

  • 7/22/2019 MP drainase

    9/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    x

    drainase yang terpadu serta sebagai landasan bagi proses analisa

    penyusunan master plan secara lebih sempurna baik dalam tahap

    pengumpulan data, pengolahan data maupun pemanfaatan data.

    Sedangkan sasaran yang harus dilaksanakan untuk menyusun master plan

    drainase sebagaimana yang diharapkan adalah sebagai berikut:

    1. Peninjauan kembali terhadap kebijakan dan rencana pembangunan

    Kota Blitar yang terkait dengan pengembangan dan pembangunan

    saluran pembuangan air (drainase);

    2. Pengidentifikasian kondisi wilayah perencanaan terhadap aspek fisik

    dan sosial dengan menekankan proses identifikasi terhadap kondisi

    prasarana drainase (up dating data).

    3. Penentuan konsep-konsep pelaksanaan studi mulai dari pendekatan

    yang digunakan, variabel amatan yang akan dikaji, metodologi yang

    akan dipakai sampai pada proses aplikasi metode untuk menganalisis

    variable amatan.

    4. Penyusunan rencana tindak terkait dengan penentuan tim pelaksana

    studi, jadwal pelaksanaan studi, sistem pelaksanaan kerja tim dan

    urutan prioritas penyusunan master plan.

    5. Pengumpulan beberapa dokumen awal berupa data-data primer yang

    berguna sebagai petunjuk proses pelaksanaan survey baik primer

    maupun sekunder.

  • 7/22/2019 MP drainase

    10/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    xi

    1.3 DESKRIPSI PEKERJAAN

    Pelaksanaan kegiatan penyusunan Master Plan Drainase Kota Blitar tetap

    mengacu pada TOR yang yang ada. Studi tersebut dilaksanakan di Kota

    Blitar dengan batas-batas administratif adalah:

    Sebelah Utara : Kec. Nglegok dan Kec. Garum, Kabupaten Blitar

    Sebelah Selatan : Kec. Sanankulon, Kabupaten Blitar

    Sebelah Barat : Kec. Sanankulon dan Kec. Nglegok, Kabupaten Blitar

    Sebelah Timur : Kec. Kanigoro, Kabupaten Blitar

    Orientasi wilayah perencanaan dapat dilihat pada peta berikut.

    Pelaksanaan studi dititikberatkan pada penanganan masalah sistem

    drainase dan pengembangan jaringan drainase terpadu. Adapun kawasan

    yang menjadi orientasi utama yaitu pada:

    a. Kawasan banjir/genangan air

    b. Kawasan buangan air domestik dan non domestik

    c. Kawasan strategis

    Untuk mengatasi permasalahan di tersebut, laporan akhir yang merupakan

    tahap perencanaan akan membahas tentang: (1) kajian terhadap

    kebijakan, karakteristik wilayah studi, dan hasil analisa; (2) perencanaan

    dan pengembangan saluran; (3) penentuan bentuk dan tipikal saluran

    yang tepat.

  • 7/22/2019 MP drainase

    11/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    xii

    Peta wilayah perencanaan

  • 7/22/2019 MP drainase

    12/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    xiii

    1.4 HASIL YANG DIHARAPKAN

    1. Penentuan alternative penanganan terhadap saluran yang bermasalah.

    Penentuan alternative penanganan ditekankan terhadap lokasi

    genangan dan saluran yang mempunyai debit dibawah kapasitas

    maksimum.

    2. Perencanaan Sistem Drainase.

    Perencanaan system saluran merupakian perencanaan terhadap rute

    dan tata letak saluran sesuai dengan kondisi topografi/kontur daerah

    setempat.

    1.5 SISTEMATIKA PEMBAHASAN

    Laporan Akhir Penyusunan Master Plan Drainase Kota Blitardisusun

    dengan sistematika sebagai berikut :

    1. Pendahuluan

    Berisi tentang latar belakang diperlukannya penyusunan master plan,

    tujuan dan sasaran penyusunan, deskripsi kegiatan yang akan

    dilaksanakan, metodologi dan sistematika pembahasan.

  • 7/22/2019 MP drainase

    13/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    xiv

    2. Tinjauan Kebijaksanaan dan Rencana Tata Ruang Wilayah

    Merupakan tinjauan terhadap kebijakan dan Rencana Tata Ruang

    Wilayah Kota Blitar terkait dengan arahan pembangunan jaringan

    drainase di Kota Blitar.

    3. Deskripsi Wilayah Studi

    Berisi tentang kondisi dan permasalahan sistem drainase pada wilayah

    studi, sistem pengaliran dan saluran drainase

    4. Analisa dan Evaluasi Saluran Drainase

    Berisi tentang analisis kebutuhan sistem drainase, analisis teknis terkait

    dengan analisa hidrologi dan hidrolika, evaluasi kapasitas saluran, dan

    penyelesaian masalah terjadinya genangan air.

    5. Kesimpulan dan Arahan Penanganan

    Berisi tentang kesimpulan dari analisa dan evaluasi data-data serta

    arahan penanganan permasalahan saluran drainase dibawah kapasitas

    maksimum, arahan penanganan pada lokasi genangan serta rencana

    sistem drainase Kota Blitar.

  • 7/22/2019 MP drainase

    14/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    xv

    Berisi tentang arahan penanganan permasalahan saluran drainase

    dibawah kapasitas maksimum, arahan penanganan pada lokasi

    genangan serta rencana pengembangan saluran termasuk penentuan

    tipikal/model saluran yang ideal.

    6. Rencana Pengembangan Sistem Drainase

    Berisi tentang rencana pengembangan system drainase Kota Blitar

    meliputi rencana pengambangan saluran termasuk penentuan

    tipikal/model saluran yang ideal.

  • 7/22/2019 MP drainase

    15/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    xvi

    BBAABB 22TINJAUAN KEBIJAKSANAAN DAN

    RENCANA TATA RUANG WILAYAH

    Kebijaksanaan Umum Perencanaan Tata RuangRencana Struktur Tata Ruang

    Rencana Pemanfaatan Ruang Kota

    Rencana Sistem TransportasiRencana Sistem Utama Utilitas Drainase

    2.1 KEBIJAKSANAAN UMUM PERENCANAAN TATA RUANG

    Dalam rangka penyusunan Master Plan Drainase Kota Blitar, maka

    pelaksanaan studi ini diupayakan agar dapat mempertimbangkan

    beberapa aspek kebijaksanaan yang terkait dengan fungsi dan peran

    wilayah, khususnya keseimbangan ekologi dan optimasi ruang yang

    meliputi :

    2.1.1 Fungsi dan Peran Wilayah

    Kota Blitar yang terletak pada Satuan Wilayah Pengembangan (SWP)

    Kediri dan sekitarnya ditujukan pada kegiatan perdagangan (koleksi dan

    distribusi), jasa komersil, keuangan, industri pengolahan dan pelayanan

    umum lainnya. Kota Blitar mempunyai peran penting bagi Jawa Timur, hal

    ini dapat dilihat dari sumbengan yang diberikan terhadap Produk Domestik

  • 7/22/2019 MP drainase

    16/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    xvii

    Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur, yaitu sebesar 0,43 % pada periode

    Tahun 1993 1997. Kedudukan seperti ini sangat memberikan

    keuntungan yang besar bagi Kota Blitar dalam lingkup regional serta

    adanya potensi-potensi yang dimiliki menyebabkan peran Kota Blitar akan

    semakin penting bagi Jawa Timur, terutama dalam sektor industri,

    perhubungan dan perdagangan, hotel dan restoran.

    2.1.2 Keseimbangan Ekologi Kota

    Kota Blitar yang berperan dalam skala regional maupun nasional

    mempunyai tingkat perkembangan kota yang sangat tinggi dengan

    terjadinya berbagai perubahan guna lahan dari kawasan non terbangun ke

    kawasan terbangun. Bila hal ini berlangsung secara terus menerus maka

    akan mengakibatkan berkurangnya ketersediaan lahan non terbangun dan

    akan berdampak pada terganggunya keseimbangan ekologis serta

    penurunan kualitas lingkungan hidup. Kebijaksanaan yang dilakukakan

    dalam upaya menjaga keseimbangan ekologi Kota Blitar adalah dengan

    memantapkan fungsi kawasan perlindungan yang telah ditetapkan, baik

    yang berfungsi sebagai kawasan perlindungan setempat, kawasan lindung

    perlindungan bawahannya dan kawasan rawan bencana. Dengan menjaga

    keserasian antara pengembangan secara optimal kawasan budidaya

    dengan memperhatikan fungsi lindung serta mendasarkan pola

    pembangunan yang berpedoman pada prinsip Lestari, Optimal, Serasi dan

  • 7/22/2019 MP drainase

    17/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    xviii

    Seimbang (LOSS). Untuk itu diharapkan pembangunan berkembang sesuai

    dengan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Maka arahan

    pengendalian pembangunan yang perlu dilakukan antara lain :

    1. Pengendalian akan kemungkinan adanya dampak pengembangan

    kawasan industri terhadap pengembangan kawasan budidaya dan non

    budidaya.

    2. Pengendalian kegiatan industri yang dapat mengundang pemusatan

    pemukiman baru.

    3. Pengendalian kegiatan pemukiman yang dapat mengundang

    pemusatan pemukiman baru di sekitar kawasan pengembangan jalan

    arteri.

    4. Pengendalian terhadap penggunaan lahan pertanian ke non pertanian.

    5. Kawasan yang mempunyai fungsi sebagai kawasan lindung harus

    dikembangkan sebagai jalur hijau kota, kawasan penyangga, penyedia

    oksigen dan sebagai kawasan pembatas lahan konservasi.

    6. Kawasan dengan topografi beragam diperlukan kebijaksanaan

    perencanaan sebagai berikut:

    a. Pada kawasan terbangun kota, harus disediakan ruang terbuka

    hijau (RTH) dengan ketentuan:

    Kawasan berkepadatan tinggi minimum disediakan area 10%;

    Kawasan berkepadatan sedang minimum disediakan area 15%;

    Kawasan berkepadatan rendah minimum disediakan area 20%.

  • 7/22/2019 MP drainase

    18/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    xix

    b. Harus mempertimbangkan besaran koefisien dasar bangunan (KDB)

    dan koefisien lantai bangunan (KLB) sesuai dengan sifat dan

    penggunaan tanah.

    c. Menyediakan sumur resapan air untuk menampung buangan air

    hujan dari saluran darinase.

    7. Ruang terbuka hijau diluar kawasan terbangun harus dicadangkan

    minimum 30% dari luas total wilayah.

    8. Untuk kawasan industri, harus disediakan RTH dengan ketentuan KDB

    maksimal 50% dan sisanya untuk sirkulasi dan RTH dengan jenis

    tanaman yang mampu berfungsi sebagai zona penyangga.

    2.1.3 Kebijaksanaan Optimasi Pemanfaatan Ruang Kota

    Sesuai dengan karakteristik Kota Blitar, maka kegiatan di kawasan

    perkotaan cenderung lebih intensif dibandingkan dengan kawasan

    disekitarnya, sehingga diperlukan kebijaksanaan optimasi pemanfaatan

    lahan kota di Kota Blitar adalah sebagai berikut:

    1. Pengembangan lahan untuk kegiatan permukiman, industri dan

    perdagangan tidak diarahkan pada lahan-lahan produktif/subur

    khususnya lahan pertanian.

    2. Pengendalian peruntukan lahan pada kawasan pusat-pusat kota,

    terutama disepanjang jalan arteri/kolektor primer dan kota-kota kecil

    yang sedang tumbuh pesat.

  • 7/22/2019 MP drainase

    19/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    xx

    3. Kebijaksanaan pemanfaatan lahan perkotaan berpedoman kepada

    arahan kebijaksanaan Rencana Tata Ruang yang telah disusun.

    2.2 RENCANA STRUKTUR TATA RUANG

    Peninjauan terhadap rencana struktur Kota Blitar bertujuan untuk

    mengetahui kegiatan-kegiatan kota secara efektif, efisien, serasi dan

    merata agar nantinya penetapan rencana pembangunan dan

    pengembangan sistem drainase di Kota Blitar dapat sesuai dengan

    karakteristik wilayah dan pola kegiatan yang ada.

    2.2.1 Rencana struktur fungsional Kota Blitar

    Rencana struktur fungsional Kota Blitar sangat berhubungan erat dengan

    peran dan fungsi Kota Blitar yang akan dikembangkan secara umum

    mempunyai fungsi utama sebagai berikut :

    Sebagai pusat kegiatan yang membentuk suatu wilayah pelayanan

    tertentu

    Sebagai simpul jasa perhubungan yang mencakup kegiatan

    pengumpulan, produksi maupun pemasaran

    Sebagai tempat fungsi tertentu yang didasarkan pada suatu kegiatan

    dominan.

  • 7/22/2019 MP drainase

    20/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    xxi

    2.2.2 Rencana Struktur Pusat Pelayanan

    Struktur pelayanan di Kota Blitar direncanakan sesuai dengan penempatan

    kegiatan-kegiatan fugsional kota dengan menetapkan pusat kota dan

    BWK, meliputi :

    1. BWK I

    Merupakan kawasan pusat kota dengan kegiatan utamanya pada

    bidang perumahan, pendidikan, kesehatan, peribadatan, perdagangan

    dan jasa, perkantoran, terminal lokal, Stasiun KA, jalur hijau.

    2. BWK II

    Kegiatan utamanya pada bidang perumahan, pendidikan, kesehatan,

    peribadatan, perdagangan dan jasa, perkantoran, konservasi.

    3. BWK III

    Kegiatan utamanya pada bidang perumahan, pendidikan, peribadatan,

    perdagangan dan jasa, terminal, olah raga, industri kecil, konservasi.

    4. BWK IV

    Kegiatan utamanya pada bidang perumahan, pendidikan, kesehatan,

    peribadatan, perdagangan dan jasa, konservasi.

  • 7/22/2019 MP drainase

    21/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    xxii

    2.3 RENCANA PEMANFAATAN RUANG KOTA

    Pembahasan mengenai pemanfaatan ruang kota pada perencanaan

    drainase di Kota Blitar digunakan untuk menentukan sistem, jenis, dan

    design konstruksi secara tepat agar dapat sesuai dengan peruntukan

    lahan dan arahan pengembangan Kota Blitar dimasa yang akan datang.

    Dalam hal ini tinjauan terhadap rencana pemanfaatan ruang kota

    diorientasikan pada sektor-sektor strategis dan potensial untuk

    mendukung percepatan pembangunan. Sektor-sektor tersebut terdiri dari

    pengembangan sektor kawasan lindung, pertanian tanaman pangan,

    perikanan, peternakan, pariwisata, permukiman, perindustrian,

    perdagangan dan jasa, fasilitas umum dan utilitas umum serta sektor

    khusus.

    a. Kawasan Lindung

    Secara umum pengembangan kawasan lindung adalah untuk

    mencegah timbulnya berbagai kerusakan fungsi lingkungan hidup serta

    mengamankan dari kemungkinan terjadinya intervensi penggunaan ke

    bukan kawasan lindung. Sasaran penetapan kawasan lindung di Kota

    Blitar adalah meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air dan

    iklim (fungsi hidrologis). Kawasan-kawasan yang termasuk kawasan

    lindung adalah kawasan yang memberikan perlindungan kawasan

  • 7/22/2019 MP drainase

    22/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    xxiii

    bawahnya, kawasan perlindungan setempat, kawasan cagar budaya

    dan kawasan rawan bencana.

    b. Kawasan Pertanian Tanaman Pangan

    Penggunaan tanah untuk pertanian tanaman pangan di Kota Blitar

    selama 5 tahun terakhir mengalami penurunan rata-rata sebesar 0,28

    % per tahun dari luas lahan yang ada. Dalam buku Repelitada target

    luas lahan sawah irigasi teknis sampai tahun 2000 sebesar 986 Ha.

    c. Kawasan Perikanan

    Kawasan ini dialih fungsikan ke lahan terbangun maka

    pengembangannya perlu diarahkan secara ketat dan terkendali.

    Sehingga kawasan ini tidak diperluas lagi tapi pengembangannya

    dioptimalkan ke arah luas lahan yang ada dengan tetap menjaga

    fungsi perlindungan terhadap keberadaan daerah tersebut sebagai

    daerah resapan air dan sumber air bersih.

    d. Kawasan Peternakan

    Pengembangan kawasan peternakan diarahkan pada areal peternakan

    yang telah berkembang saat ini, yaitu di kawasan Selatan wilayah Kota

    Blitar.

    e. Kawasan Pariwisata

    Terkait dengan penanganan sistem drainase, Kota Blitar yang

    diarahkan pengembangannya sebagai kota wisata harus didukung oleh

    penyediaan prasarana sistem drainase yang sangat memadai. Upaya

  • 7/22/2019 MP drainase

    23/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    xxiv

    ini didasarkan atas pertimbangan berbagai konsep dalam

    mempertahankan citra kota sebagai kota yang bebas banjir.

    Beberapa lokasi yang menjadi arahan pengembangan pariwisata yang

    harus mendapatkan perhatian khusus adalah:

    Kawasan wisata makam Bung Karno yang terletak di Kelurahan

    Bondogerit Kecamatan Sanan Wetan, telah mempunyai lingkup

    pelayanan regional.

    Kawasan wisata Tirtojati sebagai wisata alam yang terletak di

    Kelurahan Bendo Kecamatan Kepanjen Kidul.

    Kawasan wisata lainnya sebagai fasilitas perkotaan seperti kolam

    renang, taman-taman, dsb.

    f. Kawasan Permukiman

    Penyediaan perumahan di Kota Blitar termasuk di dalamnya

    sarana/prasarana sosial ekonomi, bagi penduduk dengan kegiatan

    usaha non pertanian (pemerintahan, perdagangan dan jasa lainnya).

    Kriteria yang digunakan dalam penetapan kawasan permukiman

    perkotaan adalah :

    Dominasi penggunaan lahan adalah permukiman perkotaan.

    Memperhitungkan kecenderungan perkembangan pembangunan

    kelompok permukiman baru.

    Memperhitungkan daya tampung perkembangan penduduk dan

    sarana/prasarana yang dibutuhkan

  • 7/22/2019 MP drainase

    24/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    xxv

    Menghindari sawah irigasi teknis.

    Prioritas pengembangan lahan permukiman pada lahan dengan

    produktivitas rendah. Penataan ruang dan pengendalian selanjutnya

    disesuaikan dengan arahan rencana tata ruang kota yang ada. Upaya

    lain yang perlu dilakukan adalah penyediaan sarana/prasarana kota

    melalui P3KT, KIP, dsb. Program intensifikasi permukiman perkotaan

    dengan penyelenggaraan Land Re-adjustment (penataan ruang

    permukiman), peremajaan pemukiman melalui pemugaran

    pemukiman.

    g. Kawasan Perindustrian

    Pengembangan kawasan industri di Kota Blitar diarahkan pada

    pengembangan atau pembentukan zona industri serta pengembangan

    sentra-sentra kegiatan industri kecil di setiap wilayah kecamatan di

    Kota Blitar.

    h. Kawasan Perdagangan & Jasa

    Pengembangan kawasan perdagangan berdasarkan skala pelayanan

    masing-masing kegiatan :

    1. Pengaturan letak kegiatan usaha perdagangan dengan skala

    pelayanan regional terletak di jaringan jalan yang mempunyai

    fungsi primer atau mengelompok pada satu lokasi pusat

    perdagangan/grosir.

  • 7/22/2019 MP drainase

    25/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    xxvi

    2. Untuk Kegiatan perdagangan dengan skala pelayanan sub regional

    terletak pada sisi jaringan jalan sekunder dengan memperhatikan

    sempadan dan fungsi pemanfaatan ruang yang ditetapkan pada

    peta rencana kawasan budidaya dan non budidaya.

    3. Kegiatan perdagangan dengan skala pelayanan lokal terletak di

    kawasan permukiman memperhatikan sempadan bangunan agar

    tidak mengambil badan jalan ataupun mengganggu aksesibilitas

    masyarakat.

    Pengembangan fasilitas jasa berada pada kawasan yang

    mempunyai kemudahan untuk di akses oleh masyarakat yang

    kecenderungannya berada pada kawasan yang terkonsentrasi

    kegiatan perdagangan. Pada kawasan tertentu dan kawasan

    permukiman pada umumnya menyatu dengan kawasan untuk

    kegiatan perdagangan dan jasa serta permukiman.

    i. Fasilitas dan Utilitas Umum

    Pengembangan fasilitas dan utilitas umum berkembang menurut skala

    pelayanan, dengan anggapan bahwa titik penilaian kebutuhan pada

    keadaan atau jumlah penduduk yang akan dilayani serta

    memperhatikan jangkauan pelayanan dan aksesbilitas dalam

    penempatan fasilitas dan utilitas umum.

  • 7/22/2019 MP drainase

    26/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    xxvii

    j. Kawasan Khusus

    Pengembangan kawasan khusus yang dimaksud adalah pada kawasan

    terminal regional dan sekitarnya. Dimana pada sekitar kawasan

    terminal nantinya akan berkembang kegiatan perdagangan dan jasa

    sehingga perlu pengaturan lebih lanjut. Aksesbilitas ke lokasi ataupun

    keluar dari lokasi terminal diupayakan dalam radius 200 meter agar

    kegiatan lainnya tidak sampai terganggu dan diharuskan mempunyai

    lahan parkir tersendiri.

    2.4 RENCANA SISTEM TRANSPORTASI

    Berdasarkan rencana struktur tata ruang Kota Blitar, rencana pemanfaatan

    ruang, dan PP No. 26 Tahun 1985 tentang jalan, serta Undang-undang

    No. 13 Tahun 1980 tentang Jalan maka arahan sistem jaringan jalan Kota

    Blitar adalah:

    1. Jaringan Jalan Primer yaitu jaringan jalan yang fungsi utamanya :

    Menghubungkan simpul jasa distribusi fungsi primer.

    Melayani transportasi antar regional dan nasional.

    Menghubungkan secara menerus kota-kota Orde I, II, III dan kota

    orde dibawahnya.

    Menghubungkan kota orde I antar satuan wilayah pembangunan

    (SWP).

  • 7/22/2019 MP drainase

    27/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    xxviii

    Memiliki ROW (Right of Way) : 40 meter.

    Berdasarkan fungsi utama rencana struktur ruang Kota Blitar terutama

    pada pusat pelayanan kota yaitu :

    a. Kolektor Primer yang menghubungkan ibukota Kota Blitar dengan

    IKK lainnya di Kota Blitar.

    b. Jalan Lokal Primer yang menghubungkan kota-kota IKK dengan

    pusat desa.

    2. Jaringan Jalan Sekunder yaitu jaringan jalan yang mempunyai fungsi :

    Menghubungkan kawasan-kawasan yang mempunyai fungsi primer,

    sekunder I, sekunder II, sekunder III dan seterusnya sampai

    perumahan.

    Melayani jasa distribusi untuk masyarakat di dalam kota.

    Memiliki ROW : 10 15 meter.

    Berdasarkan rencana struktur ruang Kota Blitar terutama pada pusat

    pelayanan kota yaitu :

    a. Jalan Arteri Sekunder melayani jasa distribusi untuk masyarakat

    dalam kota sebagai perpanjangan dari jalan arteri primer.

    b. Jalan Kolektor Sekunder yaitu melayani jasa distribusi untuk

    masyarakat di dalam kota IKK sebagai jalan kolektor primer.

    c. Jalan Lokal Sekunder ditetapkan untuk melayani jasa distribusi

    untuk masyarakat di dalam kota IKKI maupun desa.

  • 7/22/2019 MP drainase

    28/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    xxix

    Untuk rencana dimensi jalan yang meliputi Damaja, Damija, dan Dawasja

    pada setiap ruas jalan di Kota Blitar didasarkan pada rencana sistim

    jaringan jalan atau fungsi jalan-jalan yang telah ditetapkan. Adapun

    pengertian dan daerah yang termasuk Damaja, Damija, Dawasja, pada

    setiap ruas jalan di Kota Blitar berdasarkan PP No. 26 Tahun 1985

    adalah sebagai berikut :

    Damaja (Daerah Manfaat Jalan) yaitu merupakan ruang sepanjang

    jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi dan kedalaman ruang bebas

    tertentu yang ditetapkan oleh pembina jalan. Dan yang termasuk

    ruang Damaja ini meliputi perkerasan jalan jalur pemisah, bahu jalan,

    saluran tepi jalan, trotoar lereng, ambang pengaman, timbunan dan

    galian gorong, perlengkapan jalan dan bangunan pelengkap lainnya.

    Damija (Daerah Milik Jalan) yaitu merupakan ruang sepanjang jalan

    yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu sesuai dengan peraturan

    perundang-undangan yang berlaku. Ruang Damija ini termasuk ruang

    Damaja, dan pelebaran jalan maupun penambahan jalur lalulintas

    dikemudian serta kebutuhan ruangan untuk pengaman jalan.

    Dawasja (Daerah Pengawasan Jalan) yaitu merupakan ruang

    sepanjang jalan diluar Damija yang dibatasi oleh lebar dan tinggi

    tertentu, yang ditetapkan oleh pembina jalan dan diperuntukkan bagi

    pandangan bebas pengemudi dan pengamanan kontruksi jalan.

  • 7/22/2019 MP drainase

    29/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    xxx

    Secara operasional pengembangan dimensi jalan di Kota Blitar ini lebih

    ditekankan pada daerah milik jalan (Damija) untuk mengantisipasi

    pelebaran jalan dimasa mendatang.

    Adapun peta jaringan jalan eksisting Kota Blitar dapat dilihat pada peta

    berikut ini.

  • 7/22/2019 MP drainase

    30/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    xxxi

    2.5 RENCANA SISTEM UTAMA UTILITAS DRAINASE

    Fungsi utama jaringan drainase adalah bangunan pengumpul air baik dari

    air hujan serta limpahan hasil kegiatan penduduk sehari-hari dan berakhir

    di laut. Jaringan drainase dalam penamaannya dibedakan atas jaringan

    dengan fungsi primer berupa jaringan sungai sebagai obyek pembawa ke

    laut, sedangkan drainase sekunder adalah bangunan dengan bantaran

    ataupun draianse alam yang mempunyai fungsi utama sebagai

    penampung limpahan air hujan dan kegiatan penduduk.

    Pengembangan sistem drainase meliputi saluran sistem pembuangan air

    hujan dan rumah tangga. Saluran utama yang digunakan adalah sungai

    beserta anak sungai yang ada, baik untuk pembuangan air hujan maupun

    buangan rumah tangga non limbah.

    Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan program pengembangan

    sistem drainase adalah :

    Masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam memelihara kebersihan

    yang berakibat pada terganggunya pengelolaan saluran.

    Masih adanya ketidak jelasan status saluran drainase di berbagai

    lokasi.

    Terbatasnya master plan drainase di setiap kota.

  • 7/22/2019 MP drainase

    31/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    xxxii

    BBAABB 33DESKRIPSI WILAYAH STUDI

    Kondisi Sistem DrainaseKondisi Saluran DrainaseKondisi Hidrologi

    Daerah Genangan Air

    3.1 KONDISI SISTEM DRAINASE

    Secara umum sistem drainase di Kota Blitar masih menggunakan sistem

    drainase gabungan (mix drain) dimana pembuangan air limbah/air kotor

    dan air hujan disalurkan melalui satu saluran. Hal tersebut disebabkan

    karena terbatasnya lahan untuk saluran drainase. Sistem drainase

    gabungan memiliki beberapa kekurangan, yaitu dalam perencanaannya

    menggunakan debit maksimum antara air limbah domestik dan air hujan

    maka seringkali dalam musim kemarau dimana intensitas hujan sangat

    kecil maka air limbah saja yang melintas saluran. Sehingga dengan debit

    yang rendah ini tentu saja saluran drainase rata-rata cukup landai,

    mengingat keadaan topografi Kota Blitar datar. Maka hal tersebut

    memungkinkan terjadi sedimentasi pada dasar saluran, dimana hal

    tersebut sangat mempengaruhi kapasitas saluran pembuangan.

  • 7/22/2019 MP drainase

    32/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    xxxiii

    Pembagian daerah peresapan air (catchment area) sistem drainase

    nantinya akan mengikuti pembagian daerah berdasarkan atas : (i) daerah

    pengaliran sungai (DPS) dan (ii) batas wilayah administratif. Pembagian

    daerah berdasarkan wilayah DPS memiliki keakuratan yang lebih tinggi

    dibanding dengan batas wilayah administratif, karena perencanaan sistem

    aliran air akan mengalami kesulitan jika pendekatan yang digunakan

    adalah pendekatan batas administratif.

    Saat ini Kota Blitar memiliki tiga DPS, yaitu DPS Lahar, DPS Cari dan DPS

    Sumber Nanas. Dasar penentuan tiap DPS berdasarkan pada topografi

    dimana DPS diambil dari daerah tertinggi serta luas pengaliran yang ada

    memungkinkan aliran dari saluran induk masuk ke sungai terdekat.

    Sesuai dengan keadaan topografi Kota Blitar yang terletak pada daerah

    pegunungan/dataran tinggi dengan ketinggian rata-rata 150 - 200 mdpl

    serta kemiringan medan yang bervariasi antara 0-2%, secara tidak

    langsung akan mempengaruhi penanganan sistem drainase di Kota Blitar

    dan sekitarnya.

    Ditinjau dari kondisi fisik kota yang merupakan dataran rendah dengan

    aliran utama berupa sungai, maka saluran yang terdapat di Kota Blitar

    dapat dibagi menjadi 2 (dua) saluran yaitu drainase makro dan drainase

    mikro.

  • 7/22/2019 MP drainase

    33/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    xxxiv

    Wilayah drainase makro meliputi:

    - Daerah pengaliran Sungai Lahar yang melayani tangkapan air hujan di

    Blitar Utara, Blitar Tengah dan Blitar Barat;

    - Daerah pengaliran Sungai Cari yang melayani tangkapan air hujan di

    Blitar Utara, Tengah dan Blitar Selatan.

    - Daerah pengaliran Sungai Nanas yang melayani tangkapan air hujan

    di Blitar Utara dan Blitar Timur.

    - Saluran irigasi primer yang melayani tangkapan air hujan di Blitar

    Utara dan Blitar Barat.

    Sedangkan sistem drainase mikro berkembang dengan dua pola yaitu

    saluran drainase tertutup dan saluran drainase terbuka. Jaringan drainase

    Kota Blitar dapat digambarkan dalam peta jaringan drainase berikut ini.

  • 7/22/2019 MP drainase

    34/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    xxxv

    Peta Jaringan Drainase

  • 7/22/2019 MP drainase

    35/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    xxxvi

    3.2 KONDISI SALURAN DRAINASE

    3.2.1 SISTEM DRAINASE EKSISTING KOTA BLITAR

    Drainase merupakan saluran yang berada pada sisi kiri maupun kanan

    badan jalan yang berfungsi untuk mengalirkan air dari hulu ke hilir dan

    juga untuk mengurangi genangan air akibat air hujan yang berada pada

    jalan.

    Tabel berikut menunjukkan panjang, lebar, dan keadaan saluran drainase

    yang terdapat di Kota Blitar.

    Tabel 3.1Panjang, Lebar, dan Keadaan Saluran Drainase Kota Blitar

    Lebar Saluran Keadaan SaluranNo Nama Jalan PanjangSaluran

    (m) Kanan(m)

    Kiri(m)

    Tertutup Terbuka

    1 Anjasmoro 960 0,7 0,7 960 -

    2 Anggrek 986 0,7 0,7 986 -

    3 Arum Dalu 140 0,6 - 140 -

    4 Akhmad Khasan 500 0,7 - - 500

    5 AMD Manunggal II 170 0,7 - - 170

    6 Akasia 292 0,7 - - 292

    7 Bali 2.900 0,6 0,6 2900 -

    8 Bali Gg I dan II 586 0,4 0,4 - 586

    9 Borobudur 1.200 0,6 0,6 400 800

    10 Bakung 1.560 0,6 0,6 - 1.56011 Bungur 318 0,3 0,3 - 318

    12 Bengawan Solo 600 0,7 0,7 - 600

    13 Barito 796 0,6 0,6 796 -

    14 Bromo 180 - 1 - 180

    15 Brigjen Katamso 1.600 0,7 0,7 - 1.600

    16 Brantas 680 0,6 0,6 680 -

    17 Bogowonto 720 0,6 - - 720

    18 Beringin 324 0,3 - - 324

    19 Ciliwung 2.500 0,7 0,7 2.500 -

    20 Cemara 2.506 0,7 0,7 1.900 606

    21 Cemara Gg I 574 0,3 0,3 - 574

    22 Cemara Gg II 700 0,3 0,3 - 700

    23 Cemara Gg III 280 0,3 0,3 - 280

    24 Cemara Gg IV 700 0,3 0,3 - 70025 Cemara Gg V 584 0,3 0,3 - 584

  • 7/22/2019 MP drainase

    36/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    xxxvii

    Lebar Saluran Keadaan SaluranNo Nama JalanPanjang

    Saluran

    (m) Kanan (m) Kiri(m)

    Tertutup Terbuka

    26 Cemara Gg VI 600 0,3 0,3 - 600

    27 Cemara Gg VII 1.022 0,3 0,3 - 1.022

    28 Cemara Gg VIII 1.570 0,3 0,3 - 1.570

    29 Cemara Gg XI 402 0,3 0,3 - 402

    30 Cemara Gg X 300 0,3 0,3 - 300

    31 Cokroaminoto 394 0,7 0,7 394 -

    32 Cepaka 770 0,7 0,7 770 -

    33 Citarum 900 0,7 0,7 600 300

    34 Dr.Cipto 644 0,7 0,7 644 -

    35 Dahlia 200 0,3 0,3 200 -

    36 Diponegoro 1.266 1 0,6 966 300

    37 Dr.Ismail 268 0,6 0,6 - 286

    38 Dr.Sutomo 1.900 0,7 0,7 1990 -

    39 Dr.Wahidin 2.304 1 0,7 2.104 200

    40 Dieng 920 0,6 0,6 - 920

    41 Delima 1.450 0,7 - - 1450

    42 Durian 700 0,6 - - 700

    43 Dimora 825 0,7 - - 825

    44 Enggano 350 0,3 - - 350

    45 Gebang Gg I 320 - 0,3 - 320

    46 Halir 400 0,6 - - 400

    47 Hasanuddin 1.058 0,3 0,7 658 400

    48 Imam Bonjol 2.400 0,7 0,7 2.400 -

    49 Irian 450 - 0,3 - 450

    50 Jawa / TGP 1.078 0,7 0,7 1.078 -

    51 Jend. A.Yani 3.000 0,7 0,7 3.000 -

    52 Jend. A.Yani Gg.II 90 - 0,3 - 90

    53 JakGung Suprapto 500 0,7 1 500 -54 Jend. Sudirman 418 0,7 0,7 418 -

    55 Jati 2.886 0,7 0,7 - 2886

    56 Kelud 1.460 0,7 0,7 1.460 -

    57 Kalimantan 3.060 0,7 0,7 3.060 -

    58 Kenari 4.466 1 0,7 - -

    59 Kerantil 684 0,6 0,6 684 -

    60 Kenanga 414 0,6 0,6 414 -

    61 Kiprah 1.280 0,7 0,7 - 1.280

    62 Kacapiring 1.736 1 0,6 868 868

    63 Kemuning 200 0,6 - - 200

    64 Kawi 476 0,3 0,3 - 476

    65 Kalimas 1.600 - 0,7 - 1.600

    66 Kali Porong 1.840 0,6 - - 1.840

    67 Klampis 460 - 0,6 - 460

    68 Kalicari 450 1 - - 45069 Kasan Subari 500 0,6 - - 500

    70 Kyai Suradin 500 0,5 - - 500

    71 Kapuas 1.666 0,6 1 - 1.666

    72 Lawu 950 0,6 0,6 950 -

    73 Slamet Riyadi 3.500 0,7 0,7 1.750 1.750

    74 Letjen Suparman 2.500 0,7 0,7 2.500 -

    75 Letjen Suprapto 3.000 0,7 0,7 500 2.500

    76 Mawar 1.050 0,7 0,7 1.050 -

    77 Mayang 658 0,6 0,6 658 -

    78 Masjid 954 0,6 0,6 954 -

    79 Mayjen Sungkono 1.350 0,7 0,7 1.350 -

    80 Merdeka 2.336 0,7 0,7 2.336 -

    81 Merdeka Gg.I 71 - 0,3 - 71

    82 Merapi 400 - 0,7 400 -

  • 7/22/2019 MP drainase

    37/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    xxxviii

    Lebar Saluran Keadaan SaluranNo Nama JalanPanjang

    Saluran

    (m) Kanan (m) Kiri(m)

    Tertutup Terbuka

    83 Menur 144 0,6 0,6 144 -

    84 Melati 2.002 0,7 0,7 2.002 -

    85 Mastrip 1.682 0,7 0,7 1.200 482

    86 Musi 560 0,6 0,6 560 -

    87 Muradi 950 0,6 0,6 - 950

    88 Mojopahit 1.600 0,6 0,6 - 1.600

    89 DI.Panjaitan 1.700 0,7 - - 1.700

    90 Madura 390 0,6 - - 390

    91 MT.Haryono 1.100 0,6 0,6 300 800

    92 Mujari 500 0,6 - - 500

    93 Mendut 251 0,6 0,6 - 251

    94 Mendut Barat 189 0,6 0,6 - 189

    95 Nias 1.640 0,6 0,6 - 1.640

    96 Pahlawan 1.850 0,7 0,7 1.850 -

    97 Pramuka 269 0,7 0,7 - 269

    98 Pemandian 2.100 0,7 0,7 2.100 -

    99 Patitmura 720 0,7 0,7 - 720

    100 Prambanan 770 0,3 0,3 - 770

    101 Palem 1.154 2 0,6 8454 300

    102 Pandan 400 0,6 0,6 - 400

    103 Pamenang 910 0,6 0,6 - 910

    104 RA.Kartini 976 0,7 0,7 976 -

    105 Raung 202 - 0,7 202 -

    106 Riau 300 0,6 0,6 - 300

    107 Sedap Malam 160 - 1 - 160

    108 Semeru 280 0,6 0,6 280 -

    109 Sudanco Supriyadi 930 0,7 0,7 930 -

    110 Seruni 544 0,7 0,7 544 -111 Sumatra 1.400 2 0,6 300 1.100

    112 Sulawesi / TGP 738 0,7 0,7 738 -

    113 Sultan agung 1.500 0,6 0,6 1.500 -

    114 Sri Gading 682 0,3 0,3 - 682

    115 Sumba 1.200 0,6 0,6 - 1.200

    116 Serayu 640 0,7 0,7 - 640

    117 Smtri Brojonegoro 220 0,3 0,3 - 220

    118 Sunanto 370 0,3 0,3 - 370

    119 Simpang Mawar 276 - 0,5 276 -

    120 Sawunggaling 750 0,6 - - 750

    121 Suryat 1.065 0,6 0,6 - 1.065

    122 Sudarmo 250 - 0,5 - 250

    123 Tanjung 2.400 0,7 0,7 2.400 -

    124 Timor 1.888 0,6 0,6 - 1.888

    125 Teuku Umar 408 0,3 0,3 - 408126 Tidar 384 0,6 0,6 - 384

    127 Terate 308 0,7 0,7 308 -

    128 Tengger 300 0,7 0,7 - 300

    129 Turi 2.054 0,7 0,6 500 -

    130 Turi Gg.I 278 0,3 0,3 - 278

    131 Turi Gg.II 260 0,3 0,3 - 260

    132 Turi Gg.III 990 0,3 0,3 - 990

    133 Veteran 2.080 0,7 0,7 2.080 -

    134 WR.Supratman 1.804 0,6 0,6 1.804 -

    135 Wilis 530 0,7 0,7 - 530

    136 Widuri 1.500 0,7 0,7 - 1.500

    137 Lekso 165 0,35 0,35 - 165

    138 Singolodro 460 0,35 0,35 - 460

    Sumber : Hasil Survey Master Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

  • 7/22/2019 MP drainase

    38/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    xxxix

    3.2.2 Tipe Saluran

    Tipe saluran yang ada terdiri dari saluran tertutup dan terbuka. Secara

    umum kondisi drainase di Kota Blitar terutama pada saluran drainase

    tertutup, sebagian besar sudah cukup tua. Kondisi bangunannya banyak

    mengalami penurunan kualitas seperti terjadinya penyumbatan dan tidak

    berfungsinya manhole sebagai street inlet. Keadaan ini sangat

    mengkhawatirkan bagi penduduk dan pengguna jalan apabila terjadi

    genangan air akibat peningkatan intensitas curah hujan.

    Saluran drainase tertutup umumnya merupakan terdapat pada kawasan

    perumahan dan pusat kota. Sedangkan drainase terbuka yang sebagian

    besar merupakan upaya pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah

    kota bersama dengan masyarakat setempat, telah tersedia di sisi kanan

    kiri jalan, walaupun beberapa ruas jalan masih ada yang belum dilengkapi

    dengan saluran.

    3.2.3 Tipe Konstruksi

    Konstruksi saluran drainase di Kota Blitar menggunakan konstruksi beton

    buis , batu kali dan batu bata. Dari hasil survey pada masing-masing

    saluran drainase diketahui sebagian besar konstruksi saluran drainase

  • 7/22/2019 MP drainase

    39/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    xl

    menggunakan beton buis dan batu kali. Adapun kondisi saluran drainase

    dan permasalahannya dapat dilihat pada tabel 3.2.

    Tabel 3.2

  • 7/22/2019 MP drainase

    40/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    xli

    3.2.4 Dimensi Saluran

    Dimensi saluran yang telah dibangun sangat beraneka ragam. Mulai dari

    bentuk silinder (lingkaran), persegi empat, trapesium, sampai pada bentuk

    setengah lingkaran.

    1. Bentuk Trapesium

    Saluran drainase bentuk trapesium pada umumnya saluran yang

    terbuat dari tanah dan pasangan (semen). Saluran ini membutuhkan

    ruang yang cukup dan berfungsi untuk pengaliran air hujan, limbah

    rumah tangga maupun irigasi.

    2. Bentuk Empat Persegi Panjang

    Saluran drainase berbentuk empat persegi panjang tidak banyak

    membutuhkan ruang. Sebagai konsekuensi dari saluran bentuk ini,

    saluran harus dari pasangan atau dari beton. Bentuk saluran ini

    sedemikian hingga berfungsi sebagai saluran air hujan, limbah rumah

    tangga dan air irigasi

    3. Bentuk Setengah Lingkaran

    Saluran drainase bentuk ini berupa saluran yang terbuat dari pasangan

    atau kombinasi pasangan dan pipa beton. Bentuk dasar saluran yang

    bulat memudahkan pengangkutan bahan endapan atau limbah. Bentuk

    saluran setengah lingkaran merupakan penampang hidrolis yang paling

    baik dibandingkan penampang saluran lainnya. Bentuk saluran ini

  • 7/22/2019 MP drainase

    41/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    xlii

    berfungsi sebagai saluran air hujan, limbah rumah tangga dan

    memudahkan kelancaran pengaliran air buangan.

    4. Bentuk Lingkaran atau Silinder

    Saluran drainase bentuk ini berupa saluran yang terbuat dari beton

    (buis), saluran ini biasa dipakai untuk gorong-gorong. Bentuk dasar

    yang bulat akan memudahkan pengaliran dan berfungsi untuk

    meneruskan air buangan yang melintas di bawah jalan raya, trotoar

    dan lain sebagainya.

    3.3 KONDISI HIDROLOGI

    3.3.1 Curah Hujan Rata-rata

    Stasiun pengamatan curah hujan di Kota Blitar terdapat pada empat

    wilayah, yaitu Stasiun Rembang, Ngadirejo, Kepanjen Lor dan Stasiun

    Bendogerit. Dari data-data masing stasiun dapat diketahui curah hujan

    rata-rata tahunan di Kota Blitar selama tahun 1987 2002 sebesar 15,4

    mm/tahun. Curah hujan rata-rata tertinggi terjadi pada tahun 1999

    sebesar 19,9 mm/th dan terendah pada tahun 1997 sebesar 8,2 mm/th.

    Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.3 dan peta Daerah Stasiun

    Amatan berikut.

  • 7/22/2019 MP drainase

    42/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    xliii

    PETA STASIUN AMATAN

  • 7/22/2019 MP drainase

    43/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    xliv

    3.4 DAERAH GENANGAN AIR

    Timbulnya genangan air merupakan masalah yang sering dihadapi pada

    waktu musim hujan. Meskipun sifatnya hanya sesaat antara 10-30 menit,

    masalah genangan air mempunyai dampak yang sangat besar bagi

    kelangsungan aktivitas kota.

    Lokasi timbulnya genangan di Kota Blitar berdasarkan pengamatan dapat

    dilihat pada tabel 3.4.

    Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa

    beberapa daerah yang dulu tercatat sebagai daerah genangan sekarang

    sudah tidak terjadi genangan lagi, akan tetapi beberapa daerah masih

    mengalami genangan dan ada pula daerah baru yang menderita

    genangan. Pada tabel 3.4 dapat dilihat permasalahan genangan dan

    stabilitas pada ruas jalan.

    Dari survey pengamatan yang telah dilakukan diguga penyebab genangan

    adalah :

    - Dimensi saluran yang tidak mencukupi.

    - Sistem drainase yang kurang bagus.

    - Letak saluran atau tanggul saluran lebih tinggi dari bahu jalan.

    - Adanya penyumbatan saluran oleh sampah.

  • 7/22/2019 MP drainase

    44/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    xlv

    - Sedimentasi dari material-material yang terbawa air seperti

    pasir,tanah dan lumpur yang mengakibatkan penyumbatan.

    - Adanya sistem drainase yang digunakan pula untuk pembagian air

    atau untuk irigasi.

    - Berada pada daerah cekungan yang mengakibatkan air tidak dapat

    mengalir.

    Jadi dapat disimpulkan bahwa genangan eksistingyang terjadi disebabkan

    oleh hal-hal tersebut diatas.

  • 7/22/2019 MP drainase

    45/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    xlvi

    BBAABB 44AANNAALLIISSAA DDAANN EEVVAALLUUAASSII

    SSAALLUURRAANN DDRRAAIINNAASSEE

    Analisa HidrologiAnalisa HidrolikaPenanggulangan Masalah

    4.1 ANALISA HIDROLOGI

    Proses analisa hidrologi pada dasarnya merupakan proses pengolahan data curah

    hujan, data luas dan bentuk daerah pengaliran (catchment area), data

    kemiringan lahan/beda tinggi, dan data tata guna lahan yang kesemuanya

    mempunyai arahan untuk mengetahui besarnya curah hujan rata-rata, koefisien

    pengaliran, waktu konsentrasi, intensitas curah hujan, dan debit banjir rencana.

    Sehingga melalui analisis ini dapat dilakukan juga proses evaluasi terhadap

    saluran drainase yang ada.

    4.1.1 Curah Hujan Rata-rata (R)

    Curah hujan yang diperlukan untuk mengetahui besarnya debit banjir di

    Kota Blitar adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang

  • 7/22/2019 MP drainase

    46/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    xlvii

    bersangkutan yang dinyatakan dalam satuan mm. Perhitungan curah

    hujan rata-rata dilakukan dengan menggunakan cara Poligon Thiessen,

    hal ini disebabkan penyebaran stasiun penakar hujan yang menyebar

    sehingga dengan cara ini diharapkan dapat memberikan hasil analisis yang

    lebih baik apabila terjadi kesalahan pendataan curah hujan.

    Penentuan curah hujan rata-rata daerah mengambil data dari stasiun

    pengamatan hujan yang tersebar pada 4 (empat) stasiun pengamatan,

    yiatu : Rembang, Ngadirejo, Kepanjen Lor dan Bondogerit dengan periode

    pengamatan selama 16 (enam belas) tahun dari tahun 1987 sampai 2002.

    Selama kurun waktu 16 tahun, Kota Blitar memiliki curah hujan rata-rata

    pertahun sebesar 15,4 mm/th. Tabel dan grafik curah hujan rata-rata

    dapat dilihat pada tabel 3.3 pada bab 3.

    4.1.2 Perhitungan Curah Hujan Rancangan

    Dalam perhitungan curah hujan rancangan menggunakan Rata-rata

    Aljabar untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan pencatatan curah hujan

    akibat lokasi stsiun yang penakar hujan yang terletak menyebar merata.

    Rumus yang digunakan adalah :

    Log X = Log X + G. Si

  • 7/22/2019 MP drainase

    47/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    xlviii

    Dimana :

    Log X = Logaritma curah hujan rancangan

    Log X = Logaritma rerata curah hujan

    G = Konstanta

    S = Standart deviasi

    Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan Rata-rata Aljabar

    dapat diketahui curah hujan rata-rata rancangan sampai 5 tahun

    mendatang sebesar 18,39 mm/th.

    4.1.3 Time Concentration Analysis (Tc)

    Penentuan waktu konsentrasi dipengaruhi oleh faktor-faktor:

    a. Luas daerah pengaliran (A)

    b. Panjang saluran (L)

    c. Kemiringan dasar saluran (S)

    d. Debit dan kecepatan aliran (V)

    Rumus yang digunakan untuk menentukan Tc adalah:

    Tc = 0,0195 (S

    L )0,77 (menit)

    Tc = Waktu konsentrasi

    L = Panjang saluran

    V = Kecepatan perambatan (kecepatan aliran yang

    diijinkan sesuai jenis bahan pembentuk saluran)

    S = Kemiringan rata-rata

  • 7/22/2019 MP drainase

    48/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    xlix

    Hasil perhitungan waktu konsentrasi dapat dilihat pada Tabel 4.3.

  • 7/22/2019 MP drainase

    49/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    l

    4.1.4 Penentuan Intensitas Curah Hujan (I)

    Intensitas curah hujan merupakan jumlah hujan yang dinyatakan dalam

    tingginya kapasitas/volume air hujan tiap satuan waktu. Besarnya

    intensitas hujan berubah-ubah tergantung lamanya curah hujan dan

    frekuensi kejadiannya.

    Penentuan nilai intensitas curah hujan (I) menggunakan rumus:

    I =

    3/224

    24

    tc

    R..mm/jam

    dimana :

    R = curah hujan rancangan setempat (mm)

    Tc = time of concentration (jam)

    I = intensitas hujan (mm/jam)

    Hasil yang diperoleh per kawasan genangan air dapat dilihat pada tabel

    4.3.

    4.1.5 Prakiraan Debit Banjir (Qs)

    Perhitungan debit saluran drainase merupakan gabungan dari debit air

    hujan dan debit domestik. Penggunaan kedua debit ini dikarenakan guna

    lahan yang sangat padat yang secara tidak langsung akan menambah

    volume air buangan pada drainase kota.

  • 7/22/2019 MP drainase

    50/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    li

    A. Perhitungan Debit Air Hujan (Qa)

    Debit air hujan didasarkan pada limpasan air hujan yang terjadi dan

    tingkat aliran puncak dengan variable amatan yang diorientasikan pada

    intensitas hujan selama waktu konsentrasi dan luas daerah pengaliran.

    Rumus yang digunakan untuk menentukan debit air hujan adalah:

    Qa = 0,278 . C . I . A

    Dimana:

    Qa = debit air hujan maks. (m3/dtk)

    C = koefisien run off

    I = intensitas curah hujan (mm/jam)

    A = luas daerah pengaliran (Km2)

    Perhitungan Debit Air Hujan dapat dilihat pada Tabel 4.3.

    B. Perhitungan Debit Domestik (Qd)

    Perhitungan Pertambahan Penduduk

    Perhitungan pertumbuhan penduduk digunakan untuk menghitung

    beberapa besar jumlah air buangan yang akan ditampung masing-masing

    saluran. Penghitungan pertumbuhan penduduk digunakan untuk

    menghitung resapan jumlah air buangan yang akan ditampung masing-

    masing saluran. Untuk lingkungan daerah studi perhitungan jumlah

  • 7/22/2019 MP drainase

    51/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    lii

    penduduk diproyeksikan pendekatan perhitungan Metode Pertumbuhan

    Eksponensial.

    Perhitungan proyeksi jumlah penduduk dan kepadatan jumlah penduduk

    Kota Blitar sampai 10 tahun mendatang dapat dilihat pada tabel berikut :

    Tabel 4.1

    Perkiraan Jumlah Penduduk Kota Blitar

    Tahun 2003 2013

    No TahunJumlah Penduduk

    (Jiwa)

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    10.

    11.

    2003

    2004

    2005

    2006

    2007

    2008

    2009

    2010

    2011

    2012

    2013

    128.216

    130.804

    133.443

    136.136

    138.883

    141.686

    144.545

    147.462

    150.437

    153.473

    156.570

    Sumber : Hasil Analisa

  • 7/22/2019 MP drainase

    52/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    liii

    Tabel 4.2

    Perkiraan Kepadatan Penduduk Kota Blitar

    Tahun 2003 2013

    No Tahun

    KepadatanPenduduk

    (Jiwa/Ha)

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    10.

    11.

    2003

    2004

    2005

    2006

    2007

    2008

    2009

    2010

    2011

    2012

    2013

    39

    40

    41

    42

    43

    43

    44

    45

    46

    47

    48

    Sumber : Hasil Analisa

    Debit Domestik

    Debit air kotor yang merupakan aliran buangan rumah tangga dianalisa

    dengan menggunakan rumus:

    Qd = 100 liter/jiwa/hari x 70% x Kepadatan Penduduk x A

  • 7/22/2019 MP drainase

    53/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    liv

    Perhitungan Debit Domestik pada kawasan-kawasan genangan dapat

    dilihat pada tabel 4.3.

    Debit banjir (Qs) yang diperoleh merupakan hasil dari penjumlahan debit

    air hujan (Qa) dengan debit domestik (Qd). Perhitungan debit banjir hasil

    analisa dapat dilihat pada Tabel 4.3.

  • 7/22/2019 MP drainase

    54/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    lv

    4.2 ANALISA HIDROLIKA

    4.2.1 Kapasitas Maksimum Saluran Drainase (Qp)

    Asumsi yang digunakan untuk perhitungan kapasitas maksimum saluran

    menggunakan rumus manning yang kemudian dimasukkkan kedalam

    rumus debit. Sehingga kapasitas maksimum saluran drainase dihitung

    berdasarkan data dimensi saluran yang diambil secara langsung (data

    primer) maupun data sekunder.

    Hasil Perhitungan kapasitas maksimum saluran drainase per kawasan jalan

    dapat dilihat pada Tabel 4.4.

  • 7/22/2019 MP drainase

    55/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    lvi

    4.2.2 Evaluasi Kapasitas Saluran Drainase

    Evaluasi kapasitas saluran drainase dilakukan dengan cara

    membandingkan/mencari selisih antara kapasitas saluran eksisting dengan

    besarnya debit rancangan untuk mengetahui besarnya kemampuan

    saluran dalam menampung air buangan yang masuk. Selain itu dapat juga

    digunakan sebagai pedoman perencanaan dan pembangunan saluran

    drainase dimasa yang akan datang.

    Hasil perhitungan evaluasi kapasitas saluran dapat dilihat pada tabel 4.5a

    dan tabel 4.5b.

  • 7/22/2019 MP drainase

    56/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    lvii

    4.3 PENANGGULANGAN MASALAH

    Timbulnya masalah genangan air yang terdapat di kawasan Kota Blitar

    pada umumnya disebabkan oleh konsentrasi arah aliran yang terpusat,

    kapasitas saluran yang tidak memenuhi, sedimentasi lumpur dan sampah.

    Untuk menanggulangi permasalahan genangan tersebut secara teknis

    dilakukan pendekatan alternatif penanganan antara lain :

    1. Pembuatan saluran baru

    2. Perubahan dimensi saluran

    3. Perubahan kemiringan saluran

    4. Normalisasi saluran

    5. Pembuatan sudetan / saluran pintas

    6. Penataan kembali arah aliran

    7. Penataan kembali sistem jaringan drainase

    Berdasarkan hasil survey dengan melakukan pengamatan pada waktu

    hujan sampai selesai hujan, ditemukan 8 (delapan) titik spot rawan

    genangan seperti yang terlihat pada gambar 1 sampai dengan gambar 8

    berikut ini.

  • 7/22/2019 MP drainase

    57/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    lviii

    BBAABB 55KKEESSIIMMPPUULLAANN DDAANN AARRAAHHAANN

    PPEENNAANNGGAANNAANN

    Umum

    Arahan Penanganan Saluran DrainaseAlternatif Penanganan TambahanPelestarian Hutan KotaMaster Plan Drainase Kota Blitar

    5.1 UMUM

    Perencanaan drainase perkotaan perlu memperhatikan fungsi drainase

    perkotaan sebagai prasarana yang dilandaskan pada konsep

    pembangunan yang berwawasan lingkungan. Konsep ini antara lain

    berkaitan dengan usaha konservasi sumber daya air, yang prinsipnya

    adalah mengendalikan air hujan supaya lebih meresap kedalam tanah dan

    tidak banyak terbuang sebagai aliran permukaan, antara lain dengan

    membuat bangunan resapan buatan, penataan lansekap dan pelestarian

    hutan kota.

  • 7/22/2019 MP drainase

    58/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    lix

    5.2 Arahan Penanganan Saluran Drainase

    Dari hasil perhitungan evaluasi debit banjir dan kapasitas saluran drainase

    Kota Blitar bahwa sebagian saluran drainase tidak mampu menampung

    debit rencana dengan kala ulang 5 (lima) tahun. Dengan keadaan yang

    demikian, sistem drainase yang ada sekarang perlu diadakan penanganan

    perbaikan yang memadai agar genangan yang lebih parah lagi dapat

    dicegah. Adapun penanganannya secara teknis dan non teknis.

    Di dalam rencana penanganan perbaikan, prinsip dasar yang dipakai

    adalah mempertahankan saluran-saluran drainase yang sudah ada dengan

    jalan mengevaluasi kapasitas saluran. Jika tidak memungkinkan, alternatif

    penanganan diarahkan dengan jalan merubah dimensi atau ukuran

    saluran drainase yang sudah ada sesuai dengan debit rencana,

    pembuatan bangunan penunjang saluran drainase dan pembuatan

    sudetan. Sedangkan pada ruas jalan yang dibangun saluran baru

    sebaiknya menggunakan tipe saluran terbuka, agar memudahkan

    pemeliharaan saluran.

    Dari alternatif-alternatif diatas, alternatif terbaik yang setidaknya dapat

    dilaksanakan adalah melalui proses pengkajian terhadap kondisi saluran

    drainase terkait dengan aspek teknik dan aspek non teknis. Arahan

  • 7/22/2019 MP drainase

    59/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    lx

    penanganan permasalahan saluran drainase di Kota Blitar dapat dilihat

    pada tabel 5.1 5.6.

  • 7/22/2019 MP drainase

    60/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    lxi

    ALTERNATIF PENANGANAN TAMBAHAN

    Disamping penangananpenanganan di atas, dapat juga perlu

    dipertimbangkan alternatif lain yang mungkin dapat dilaksanakan.

    Alternatif tersebut memang tidak langsung mengatasi genangan teoritis

    maupun genangan eksisting yang terjadi, tetapi untuk jangka panjang

    dapat mengurangi limpasan yang terjadi. Alternatif-alternatif ini sebagai

    arahan penanganan pemecahan masalah yang memerlukan penelitian

    lebih lanjut untuk memperoleh alternatif mana yang sesuai dengan kondisi

    permasalahan pada setiap kawasan.

    Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan, seperti :

    11.. PPeemmbbuuaattaann SSuummuurr RReessaappaann

    Semakin banyak lahan kota yang digunakan sebagai perumahan,

    perkantoran dan faslitas umum, memungkinkan air limpasan

    permukaan semakin tinggi dan saluran-saluran drainase tidak

    mencukupi.

    Dengan adanya sumur resapan dapat mengurangi limpasan

    permukaan yang ada dan mengakibatkan berkurangnya debit yang

    akan ditampung saluran drainase. Selain itu sumur resapan juga dapat

    meninggikan permukaan air tanah. sehingga ditinjau dari kandungan

    air tanah adalah sangat menguntungkan jika daerah Kota Blitar yang

  • 7/22/2019 MP drainase

    61/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    lxii

    relatif mempunyai tinggi permukaan air tanah relatif dalam

    menggunakan sumur resapan.

    Terdapat beberapa macam peresapan air hujan, yaitu :

    Genangan Terbuka

    Metode ini dilakukan dengan mengalirkan air hujan ke suatu

    kolam buatan pada kawasan pemukiman. Karena metode ini

    menggunakan suatu kolam terbuka, maka kurang sesuai dengan

    kondisi Kota Blitar, hal ini disebabkan selain memerlukan lahan

    yang luas juga resiko pencemaran akibat sampah.

    Resapan Tertutup

    Prinsipnya adalah dengan menampung air hujan ke suatu

    reservoir tertutup. Terdapat dua macam resapan tertutup, yaitu

    pipa porus dan selokan tetutup. Metode pipa porus pada

    prinsipnya mengalirkan air hujan ke suatu pipa porus yang

    ditanam secara horizontal di halaman. Sedangkan selokan tertutup

    prinsipnya sama dengan pipa porus hanya penampang

    melintangnya yang berbeda, kalau pipa porus berbentuk bulat,

    sedangkan selokan tertutup berbentuk segiempat atau trapesium.

    Untuk lebih jelasnya gambar kedua metode tersebut dapat dilihat

    pada gambar berikut ini :

  • 7/22/2019 MP drainase

    62/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    lxiii

    Gambar

    Pipa Porus dan Selokan Tertutup

    Sumur Resapan

    Sumur resapan adalah sumur gali yang berfungsi untuk

    menampung air hujan yang jatuh di atas permukaan tanah agar

    dapat meresap ke dalam tanah. Penerapan sumur gali pada

    daerah pemukiman dapat dilakukan secara individu atau kolektif,

    tergantung dari segi teknis dan ekonomis.

    Konstruksi yang digunakan sumur resapan, pada prinsipnya

    adalah direncanakan agar mampu untuk menampung dan

    meresapkan debit air hujan yang diperhitungkan. Oleh karena itu,

    keliling tebing sumur diberi perlindungan pasangan batu bata,

    batu kosong atau tanpa diberi pelindung yang perlu diperhatikan

    dalam penempatan sumur resapan adalah jarak antar sumur,

    karena akan saling mempengaruhi ketinggian permukaan air di

    dalam sumur.

    Permukaan

    Tanah

    m.a.t

    Pipa Porus

  • 7/22/2019 MP drainase

    63/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    lxiv

    GGaammbbaarr

    SSuummuurr RReessaappaann

    5.3 PELESTARIAN HUTAN KOTA

    Air yang jatuh di permukaan bumi, selain dialirkan sebagai limpasan permukaan

    juga meresap ke dalam tanah. Jumlah peresapan dan limpasan yang terjadi

    terutama tergantung dari jenis lapisan permukaan. Sehubungan dengan konsep

    tersebut, kondisi daerah studi yang terus mengalami perkembangan mempunyai

    kecenderungan peningkatan lahan terbangun yang sangat pesat. Sehingga dapat

    mengakibatkan besarnya limpasan permukaan.

    HBuis Beton

    Peluap

    Talang

  • 7/22/2019 MP drainase

    64/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    lxv

    Dengan adanya hutan kota, hujan yang turun sebagian besar ditahan oleh tajuk

    daun. Secara umum luasan ideal yang diperlukan untuk hutan kota ini adalah 30

    % dari luas wilayah.

    Pada saat ini Kota Blitar hanya memiliki satu hutan kota yang terletak di kawasan

    pusat kota wilayah Kecamatan Kepanjen Kidul. Jadi untuk mengantisipasi

    masalah banjir pada masa mendatang perlu dikembangkan kawasan hutan kota

    sebagai kawasan resapan air. Untuk itu perlu diadakan studi khusus mengenai

    hutan kota terkait dengan rencana tata guna lahan kota dan kemampuan

    resapan air suatu kawasan.

    5.4 MASTER PLAN DRAINASE KOTA BLITAR

    5.4.1 Rencana Sistem Drainase Kota Blitar

    Seperti yang telah dijabarkan dalam pembahasan sebelum ini, maka hasil-hasil

    rencana tersebut diintepretasikan ke dalam peta-peta berikut ini :

    1. Peta Rencana Penyebaran Catchment Area;

    2. Peta Rencana Jaringan Drainase meliputi :

    a. Arah Aliran dan Fungsi Saluran;

    b. Pembangunan Saluran Baru;

    c. Perubahan Dimensi Saluran;

    d. Normalisasi Saluran;

    e. Pembuatan Saluran Pintas;

  • 7/22/2019 MP drainase

    65/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    lxvi

    f. Pembangunan Inlet Datar, Tegak dan Bak Kontrol.

    Peta-peta tersebut dapat dilihat pada bagian akhir bab ini.

    5.4.2 Rekomendasi

    Berdasarkan survey lapangan (primer), fakta dan analisa (sekunder ),

    maka dapat direkomendasikan :

    1. Pada saluran drainase dan irigasi terjadi perubahan pola arah aliran,

    sehingga tidak terjadi fokus atau konsentrasi aliran pada saluran

    tertentu, pola arah aliran mengikuti aliran alamiah atau saluran

    kolektor

    2. Penataan kembali sistem jaringan irigasi yang melintasi Kota Blitar,

    diantaranya di perempatan Jl. Wahidin Jl. Anjasmoro Jl. RA Kartini,

    Jl. Kalicari, Jl. Madura dan Jl. Tanjung.

    3. Penambahan dan penempatan bangunan penunjang / utilitas drainase

    (inlet tegak datar, manhole, bak control, trashrack, bangunan

    terjunan, gorong-gorong / sudetan dan grill).

    4. Sistem air buangan terpisah dengan sistem irigasi.

    5. Pendimensian ulang pada saluran yang mengalami overflow dan

    saluran baru (khususnya pada daerah yang mengalami perubahan tata

    guna lahan).

    6. Pengerukan sedimentasi, sampah dan normalisasi saluran drainase.

    7. Merubah sistem jaringan drainase eksisting.

  • 7/22/2019 MP drainase

    66/66

    Laporan AkhirMaster Plan Drainase Kota Blitar Tahun 2003

    8. Mempertahankan kawasan hutan kota yang ada sebagai kawasan

    resapan air.

    5.4.3 Tahapan Pelaksanaan

    Penyusunan tahapan penanganan sistem drainase Kota Blitar berdasarkan

    hasil analisa dan penentuan prioritas penanganan sistem drainase. Urutan

    prioritas penanganan sistem drainase Kota Blitar sebaiknya dimulai dari

    daerah hulu (Blitar Utara) yang mengarah ke wilayah tengah dan selatan.

    Adapun pentahapan yang dimaksud sesuai dengan prioritas

    penanganannya adalah :

    1. Pemisahan fungsi saluran pembuangan (drainase) dengan saluran

    irigasi, khususnya saluran irigasi yang melintasi Kota Blitar;

    2. Pembuatan bangunan penunjang;

    3. Pembuatan sudetan atau saluran pintas;

    4. Normalisasi saluran;

    5. Perubahan dimensi dan kemiringan saluran;

    6. Pembuatan saluran baru pada ruas jalan yang belum terdapat saluran

    drainase.

    7 Perubahan fungsi saluran