MORBUS HANSEN I. SINONIM Lepra,Kusta 1 , 7,8 II. DEFINISI Penyakit Morbus hansen adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang pertama menyerang saraf perifer,selanjutnya dapat menyerang kulit,mukosa mulut,saluran napas bagian atas,sistem retikuloendotelial,mata, otot, tulang dan testis, kecuali susunan saraf pusat. 6 Penyakit Morbus hansen juga dapat mengenai mukosa hidung, konka, nasofaring dan laring. 13 III. ETIOLOGI Kuman penyebabnya adalah Mycobacterium leprae ditemukan oleh G.A Hansen pada tahun 1873 yang sampai sekarang belum dapat dibiakkan dalam media artifisial. Kuman ini bersifat tahan asam, berbentuk batang dengan ukuran 1-8, lebar 0,2-0,5 biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu- satu, hidup dalam sel terutama jaringan yang bersuhu dingin dan tidak dapat dikultur dalam media buatan. Kuman ini juga dapat menyebabkan infeksi sistemik pada hewan Armadilo. Masa belah diri kuman 106
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MORBUS HANSEN
I. SINONIM
Lepra,Kusta1,7,8
II. DEFINISI
Penyakit Morbus hansen adalah penyakit infeksi kronis yang
disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang pertama menyerang saraf
perifer,selanjutnya dapat menyerang kulit,mukosa mulut,saluran napas
bagian atas,sistem retikuloendotelial,mata, otot, tulang dan testis, kecuali
susunan saraf pusat.6
Penyakit Morbus hansen juga dapat mengenai mukosa hidung,
konka, nasofaring dan laring.13
III. ETIOLOGI
Kuman penyebabnya adalah Mycobacterium leprae ditemukan oleh
G.A Hansen pada tahun 1873 yang sampai sekarang belum dapat dibiakkan
dalam media artifisial. Kuman ini bersifat tahan asam, berbentuk batang
dengan ukuran 1-8, lebar 0,2-0,5 biasanya berkelompok dan ada yang
tersebar satu-satu, hidup dalam sel terutama jaringan yang bersuhu dingin
dan tidak dapat dikultur dalam media buatan. Kuman ini juga dapat
menyebabkan infeksi sistemik pada hewan Armadilo. Masa belah diri
kuman ini memerlukan waktu yang sangat lama dibandingkan dengan
kuman lain yakni 12-21 hari.Oleh karena itu masa tunas menjadi lama yaitu
2-5 tahun.9
Hewan perantara yang biasa menularkan penyakit Morbus hansen
antara lain ditemukan dalam 3 spesies yaitu armadillos, simpanse dan
monyet mangabay.2
106
Mycobacterium leprae
IV. EPIDEMIOLOGI
Masalah epidemiologi masih belum terpecahkan karena cara
penularannya belum diketahui dengan pasti, hanya berdasarkan anggapan
yang klasik ialah melalui kontak langsung antar kulit yang lama dan erat.
Anggapan kedua ialah secara inhalasi,sebab M. leprae masih dapat hidup
beberapa hari dalam droplet.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan adalah patogenitas kuman
penyebab, cara penularan, keadaan sosial ekonomi dan lingkungan, varian
genetik yang berhubungan dengan kerentanan, perubahan-perubahan
imunitas dan kemungkinan adanya reservoir luar manusia. Belum
ditemukannya medium artifisial mempersulit untuk mempelajari sifat-sifat
Mycobacterium Leprae.7
Angka kejadian penyakit kusta di dunia dilaporkan mencapai 5.5 juta
kasus, kebanyakan penyakit menginfeksi penduduk yang hidup di daerah
tropis dan sub tropis. Secara keseluruhan 80 % kasus didapatkan di 5
negara, diantaranya India, Myanmar, Indonesia, Brazil dan Nigeria.
Di Amerika penyakit kusta ditemukan di negara bagian seperti
Florida, Loisiana, Texas sebanyak 112 kasus pada awal tahun 1995.2
Di Indonesia jumlah kasus kusta yang tercatat akhir maret 1997
adalah 31.699 orang, distribusi juga tidak merata yang tertinggi antara lain
di Jawa timur, Jawa barat dan sulawesi selatan. Prevalensi di Indonesia per
10.000 penduduk ialah 1,57.2
107
Penyakit kusta jarang menyebabkan kematian, tatapi penyakit ini
sering menyebabkan kecacatan yang signifikan, pada penderita kusta tipe
LL 70-75% mengalami kecacatan pada mata, tangan dan kaki.Berdasarkan
suatu penelitian angka kejadian dari gangguan fungsi saraf pada daerah yang
endemik tercatat 1,7 per 100 pasien pertahun pada kusta tipe paubasiler dan
12 per 100 pasien pada kusta tipe multibasiler.Frekuensi angka kejadian lesi
saraf baru selama penderita mendapatkan pengobatan adalah 2% pada kusta
tipe PB dan 11 % pada kusta tipe MB.Pada penelitian secara luas
komplikasi okular pada penyakit kusta ditemukan kebutaan akibat penyakit
kusta sekitar 10 % penderita.9
Kusta dapat terjadi pada semua ras di dunia, pada orang afrika
dilaporkan insiden kusta bentuk tuberkuloid lebih tinggi.Orang kulit putih
dan penduduk cina lebih sering terkena kusta tipe leprosa.3
Pada orang dewasa kusta tipe lepromatosa lebih sering pada laki-
laki dengan perbandingan 2 : 1. Pada anak-anak bentuk tuberkuloid pre
dominan dan tidak ada perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan.2
Di Indonesia penderita anak-anak dibawah umur 14 tahun 13 %,
tetapi anak dibawah umur 1 tahun jarang sekali. Frekuensi tertinggi pada
kelompok umur antara 25-35 tahun.Faktor sosial ekonomi memegang
peranan,makin rendah sosial ekonominya makin subur penyakit kusta.9
108
V. PATOGENESIS
Meskipun cara masuk M. leprae ke dalam tubuh masih belum
diketahui dengan pasti, beberapa penelitian telah memperlihatkan bahwa
yang tersering ialah melalui kulit yang lecet pada bagian tubuh yang
bersuhu dingin dan melalui mucosa nasal. Pengaruh M. leprae terhadap
kulit bergantung pada faktor imunitas seseorang, kemampuan hidup M.
leprae pada suhu tubuh yang rendah, waktu regenerasi yang lama, serta sifat
kuman yang avirulen dan nontoksis.9
M. leprae merupakan parasit obligat intraseluler yang terutama
terdapat pada sel makrofag di sekitar pembuluh darah superfisial pada
dermis atau sel schwann di jaringan saraf. Bila kuman M. leprae masuk
dalam tubuh dan bereaksi mengeluarkan makrofag (berasal dari sel monosit
darah,sel mononuclear, histiosit)6
Sel Schwann merupakan sel target untuk pertumbuhan M. leprae, di
samping itu sel schwann berfungsi sebagai dieliminasi dan hanya sedikit
fungsinya sebagai fagositosis. Jadi bila terjadi gannguan imunitas tubuh
dalam sel schwann, kuman dapat bermigrasi dan beraktivasi. Akibatnya
aktivitas regenerasi saraf berkurang dan terjadi kerusakan yang progresif.9
Infeksi M. Lepra tergantung pada Status Imunitas Sistem Imun Seluler (SIS)
yang dapat diketahui melalui kadar CMI, kemampuan hidup M. Lepra pada
suhu tubuh yang rendah, waktu regenerasi yang lama bersifat avirulen dan
nontoksik.
VI. KLASIFIKASI
Jenis Klasifikasi yang umum
A. Klasifikasi Internasional : Klasifikasi Madrid (1953)
Indeterminate ( I )
Tuberkuloid ( T )
Borderline – Dimorphous ( B )
Lepromatosa ( L )
109
B. Klasifikasi untuk kepentingan riset : Klasifikasi Ridley – Jopling
(1962)
Tuberkuloid ( TT )
Borderlne Tuberkuloid ( BT )
Mid- borderline ( BB )
Borderlne Lepromatous ( BL )
Lepromatosa ( LL )
C. Klasifikasi untuk kepentingan Program Kusta : Klasifikasi WHO
(1981) dan modifikasi WHO (1988)
Paubasilar ( PB )
Hanya kusta tipe I, TT dan sebagian besar BT dengan BTA
negatif menurut Kriteri Ridley dan Jopling atau tipe I dan T
menurut klasifikasi Madrid.
Multibasiler ( MB )
Termasuk Kusta tipe LL, BL, BB dan sebagian BT menurut
criteria Ridley dan Jopling atau B dan L menurut Madrid dan
semua tipe kusta dengan BTA positif.6
Untuk pasien yang sedang dalam pengobatan diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. Bila pada mulanya didiagnosis tipe MB, tetap diobati sebagai MB
apapun hasil pemeriksaan BTA nya saat ini.
2. Bila awalnya di diagnosis tipe MB harus dibuat klasifikasi baru
berdasarkan gambaran klinis dan hasil BTA saat ini.
Selain Klasifikasi diatas juga di dapatkan :
Kusta tipe neural
Yaitu penyakit kusta yang ditandai oleh hilangnya fungsi sensoris pada
daeerah sepanjang distribusi sensoris batang saraf yang menebal (dapat
disertai paralysis motoris maupun tidak), tanpa ditemukannya bercak
pada kulit.
Kusta Histoid
110
Pada kusta Histoid didapatkan lesi kulit berupa nodula-nodula dengan
kulit sekitarnya normal,secara klinis didapatkan nodula-nodula licin
berkilat,padat,eritematosa,bentuk bulat atau oval dengan ukuran
penampang bervariasi 1 – 20 mm.4
VII. MANIFESTASI KLINIS
KUSTA MULTIBASILER
Sifat Lepromatosa
( LL)
Borderline
Lepromatosa (BL)
Mid Borderline
( BB )
Lesi
Bentuk
Makula, Infiltrat
difus,papul,nodul
Macula, Plakat,
papul
Plakat,Dome-
shaped
(kubah),Punched-
out
Jumlah Tak
terhitung,praktis
tidak ada kulit
yang sehat
Sukar
dihitung,masih
ada kulit sehat
Dapat dihitung,
kulit sehat jelas
ada
Distribusi Simetris Hampir simetris Asimetris
Permukaan Halus berkilat Halus berkilat Agak kasar,agak
berkilat
Batas Tak jelas Agak jelas Agak jelas
Anestesia Tak ada sampai
tak jelas
Tak jelas Lebih jelas
BTA
Lesi kulit
Sekret hidung
Banyak (ada
globus)
Banyak (ada
globus)
Banyak
Biasanya negative
Agak banyak
Negatif
Tes Lepromin Negatif Negatif Biasanya negatif
111
KUSTA PAUBASILER
Sifat Borderline
Tuberkuloid (BT)
Tuberkuloid ( TT ) Indeterminate ( I )
Lesi
Bentuk
Makula dibatasi
infiltrat,infiltrat
saja
Makula
saja,makula
dibatasi infiltrat
Hanya makula
Jumlah Beberapa atau satu
dengan satelit
Satu dapat
beberapa
Satu atau beberapa
Distribusi Masih asimetris Asimetris Variasi
Permukaan Kering bersisik Kering bersisik Halus agak
berkilat
Batas Jelas Jelas Dapat jelas atau
dapat tidak jelas
Anesthesia Jelas Jelas Tak ada sampai
tak jelas
BTA Negatif atau + 1 Negatif Negative
Tes lepromin Positif lemah Positif kuat ( 3+) Dapat positif
lemah atau negatif
Perbedaan tipe PB dan MB
No PB MB
1. Bercak :
1. Jumlah
2. Ukuran
3. Batas
4. Permukaan
5. Mati rasa
6. Kehilangan
kemampuan
berkeringat, bulu
1-6
kecil dan besar
tegas
kering dan kasar
selalu ada dan jelas
biasanya ada
Banyak
Kecil
Tidak tegas
Halus dan berkilat
Biasanya tidak jelas
Biasanya tidak ada
112
rontok
7. Distribusi unilateral/bilateral,
asimetris
Bilateral dan simetris
2. Infiltrat
1. Kulit
2. Mukosa (hidung
tersumbat, perdarahan
hidung)
Tidak ada, kadang ada
Tidak pernah ada
Ada, kadang tidak ada
Ada, kadang tidak ada
3. Nodulus Tidak ada Ada
4. Ciri-ciri khusus Penyembuhan di bag.
Tengah bercak (central
healing)
Ginekomastia,
madarosis, suara parau
5. Penebalan saraf Jumlah sedikit, unilateral,
lebih sering terjadi dini
Jumlah banyak, bilateral,
pada fase lanjut
6. Deformitas (cacat) Biasanya terjadi dini,
asimetris
Pada fase lanjut, simetris
7. Hapusan kulit BTA (-) BTA (+)
Ridley-Jopling
Gambaran Klinis organ tubuh lain yang dapat diserang :
1. Mata : Iritis,Iridosiklitis, gangguan visus sampai
kebutaan
2. Hidung : Epistaksis, hidung pelana.
3. Tulang dan sendi : Absorbsi,mutilasi, arthritis