1. 10 Pedoman untuk Mendeteksi Aliran Sesat edisi November 2007 4 D ARI Hotel Sari Pan Pasific di Jln. Thamrin Jakarta, 10 kriteria aliran sesat dirilis Pengurus Pusat Majelis Ula- ma Indonesia (MUI) awal November lalu. Sekelom- pok orang, seturut panduan ini, bisa dikategorikan sesat jika mengingkari satu di antara rukun iman yang enam, meyakini atau mengikuti keyakinan yang tak sesuai al-Qur’an dan Sun- nah, atau meyakini turunnya wahyu setelah al-Qur’an (Lihat 10 Pedoman Itu...). Pedoman itu dihasilkan dalam Rapat Kerja Nasional MUI 2007, yang digelar selama tiga hari, 4 - 6 November dan dihadiri seluruh pengurus MUI, ketua dan sekretaris MUI Provinsi se-Indonesia. Selain 10 pedoman, forum tahunan yang dibuka Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY) dan ditutup Wakil Presiden Jusuf Kalla itu juga menghasilkan 13 rekomendasi terkait situasi mutakhir. Di luar kasus penyesatan, sebagian besar rekomendasi MUI seperti Pilkada, penyelanggaraan Bank Syariah, alokasi ang- garan MUI, dan perlindungan TKI, seakan tenggelam. Mak- lum saja, sejak dua bulan terakhir, isu kelompok meyimpang membanjiri pemberitaan media massa tanah air. Pihak MUI beralasan, 10 kreteria aliran sesat itu men- jadi kebutuhan mendesak bagi masyarakat. “Namun harus dibedakan antara kesalahan dan kesesatan,” kata Sekretaris Umum MUI HM Ichwan Syam dalam konferensi pers usai Rakernas (6/11/07). Konsekuensinya, MUI meminta budget tambahan untuk proyek penyesatan ini, dari Rp 16 trilyun menjadi Rp 18 trilyun pertahun (Detik.com, 3/11/2007). Ke- tika membuka Rakernas MUI di Istana Negara, Presiden se- cara tegas menyatakan akan mengikuti dan mengamini lang- kah MUI. Kapolri pun berjanji akan menindak tegas penga- nut dan aktor intelektual aliran sesat (Antara, 01/11/07). Bagi sebagian kelompok, langkah MUI dikhawatirkan akan memicu aksi anarkis, seperti peristiwa-peristiwa sebelumnya paska dikeluarkannya fatwa sejenis. Terkait kasus kekerasan Sepuluh Pedoman Penyesatan, Masyarakat Bertindak Sendiri Sinopsis M ajelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan 10 pedoman penyesatan kepada masyarakat untuk kelompok-kelompok yang dianggap menyimpang. Presiden SBY tampak setuju dengan langkah MUI ini. Kapolri pun mengamini. Permintaan dana MUI melonjak menjadi Rp 18 trilyun. Dengan menggunakan 10 pedoman penyesatan itu, kelompok-kelompok masyarakat terus melakukan “operasi” aliran sesat. Di Cirebon aliran Hidup di Balik Hidup dituduh sesat, kelompok pengajian Nurul Yaqin di Tangerang dan kelompok Dzikir Asmaul Husna diserang, karena dianggap sesat. Kasus yang paling menonjol adalah keluarnya fatwa MUI perihal sesatnya al-Qiyadah al-Islamiyah, yang telah disinggung pada edisi sebelumnya. Akibat fatwa itu, sebagian anggotanya dipukuli kelompok tertentu, sebagian yang lain minta perlindungan pada polisi, sebagiannya lagi menyatakan tobat. Bahkan, Rasul al- Qiyadah al-Islamiyah Ahmad Mushaddeq juga menyatakan tobat. Monthly Report the WAHID Institute edisi kali ini melaporkan isu-isu keagamaan periode Oktober hingga pertengahan November 2007. Selamat membaca! Susunan Redaksi Penanggung Jawab: Yenny Zannuba Wahid, Ahmad Suaedy | Pemimpin Redaksi: Rumadi | Sidang Redaksi: Ahmad Suaedy, Gamal Ferdhi, Nurul H. Ma’arif, Abd. Moqsith Ghazali. Staf Redaksi: M. Subhi Azhari dan Nurun Nisa’ | Lay out: Widhi Cahya Alamat Redaksi: The Wahid Institute Jln Taman Amir Hamzah 8, Jakarta - 10320 Website: www.wahidinstitute.org Email: [email protected]Kontributor: Akhdiansyah - NTB | Suhendy - Jawa Barat | Nur Kholik Ridwan - Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta | Alamsyah M. Dja’far - DKI Jakarta | Zainul Hamdi - Jawa Timur | Syamsul Rijal - Makassar. Kerjasama dengan TIFA Foundation Monthly Report on RELIGIOUS ISSUES
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1. 10PedomanuntukMendeteksiAliranSesat
edisi
November 2007
4
Dari Hotel Sari Pan Pasific di Jln. Thamrin Jakarta, 10 kriteria aliran sesat dirilis Pengurus Pusat Majelis Ulama indonesia (MUi) awal November lalu. Sekelom
pok orang, seturut panduan ini, bisa dikategorikan sesat jika mengingkari satu di antara rukun iman yang enam, meyakini atau mengikuti keyakinan yang tak sesuai alQur’an dan Sunnah, atau meyakini turunnya wahyu setelah alQur’an (Lihat 10 Pedoman Itu...).
Pedoman itu dihasilkan dalam rapat Kerja Nasional MUi 2007, yang digelar selama tiga hari, 4 6 November dan dihadiri seluruh pengurus MUi, ketua dan sekretaris MUi Provinsi seindonesia. Selain 10 pedoman, forum tahunan yang dibuka Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY) dan ditutup Wakil Presiden Jusuf Kalla itu juga menghasilkan 13 rekomendasi terkait situasi mutakhir.
Di luar kasus penyesatan, sebagian besar rekomendasi MUi seperti Pilkada, penyelanggaraan Bank Syariah, alokasi anggaran MUi, dan perlindungan TKi, seakan tenggelam. Maklum saja, sejak dua bulan terakhir, isu kelompok meyimpang membanjiri pemberitaan media massa tanah air.
Pihak MUi beralasan, 10 kreteria aliran sesat itu menjadi kebutuhan mendesak bagi masyarakat. “Namun harus dibedakan antara kesalahan dan kesesatan,” kata Sekretaris Umum MUi HM ichwan Syam dalam konferensi pers usai rakernas (6/11/07). Konsekuensinya, MUi meminta budget tambahan untuk proyek penyesatan ini, dari rp 16 trilyun menjadi rp 18 trilyun pertahun (Detik.com, 3/11/2007). Ketika membuka rakernas MUi di istana Negara, Presiden secara tegas menyatakan akan mengikuti dan mengamini langkah MUi. Kapolri pun berjanji akan menindak tegas penganut dan aktor intelektual aliran sesat (Antara, 01/11/07).
Bagi sebagian kelompok, langkah MUi dikhawatirkan akan memicu aksi anarkis, seperti peristiwaperistiwa sebelumnya paska dikeluarkannya fatwa sejenis. Terkait kasus kekerasan
SepuluhPedomanPenyesatan,
MasyarakatBertindakSendiri
Sinopsis
Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan 10 pedoman penyesatan kepada masyarakat
untuk kelompok-kelompok yang dianggap menyimpang. Presiden SBY tampak setuju dengan langkah MUI ini. Kapolri pun mengamini. Permintaan dana MUI melonjak menjadi Rp 18 trilyun.
Dengan menggunakan 10 pedoman penyesatan itu, kelompok-kelompok masyarakat terus melakukan “operasi” aliran sesat. Di Cirebon aliran Hidup di Balik Hidup dituduh sesat, kelompok pengajian Nurul Yaqin di Tangerang dan kelompok Dzikir Asmaul Husna diserang, karena dianggap sesat. Kasus yang paling menonjol adalah keluarnya fatwa MUI perihal sesatnya al-Qiyadah al-Islamiyah, yang telah disinggung pada edisi sebelumnya. Akibat fatwa itu, sebagian anggotanya dipukuli kelompok tertentu, sebagian yang lain minta perlindungan pada polisi, sebagiannya lagi menyatakan tobat. Bahkan, Rasul al-Qiyadah al-Islamiyah Ahmad Mushaddeq juga menyatakan tobat.
Monthly Report the WAHID Institute edisi kali ini melaporkan isu-isu keagamaan periode Oktober hingga pertengahan November 2007.
Selamat membaca!
Susunan Redaksi Penanggung Jawab: Yenny Zannuba Wahid, ahmad Suaedy | Pemimpin redaksi: rumadi | Sidang redaksi: ahmad Suaedy, Gamal Ferdhi, Nurul H. Ma’arif, abd. Moqsith Ghazali. Staf redaksi: M. Subhi azhari dan Nurun Nisa’ | Lay out: Widhi Cahya alamat redaksi: The Wahid institute Jln Taman amir Hamzah 8, Jakarta 10320 Website: www.wahidinstitute.org Email: [email protected]
Kontributor: akhdiansyah NTB | Suhendy Jawa Barat | Nur Kholik ridwan Jawa Tengah dan Daerah istimewa Yogyakarta | alamsyah M. Dja’far DKi Jakarta | Zainul Hamdi Jawa Timur | Syamsul rijal Makassar. Kerjasama dengan TiFa Foundation
Monthly Report on ReligiouS iSSueS
kasus-kasusbulanini
kasus-kasusbulanini
�
■ Monthly Report on Religious Issues, edisi IV, November 2007
The Wahid Institute
terhadap ahmadiyah, Januari silam, misalnya, temuan Komnas HaM mengokohkan dugaan itu. Dalam laporannya, fatwafatwa MUi berperan langsung membentuk sikap intoleran dan kebencian, yang tak jarang berujung tindak kekerasan. Fatwa ormas yang berdiri 26 Juli 1975 di Jakarta ini pula yang dijadikan, baik oleh sekelompok orang maupun aparat untuk “menggulung” para pengikut alQiyadah alislamiyah di sejumlah daerah.
atas tudingan ini, pihak MUi menampik. Dalam berbagai kesempatan, lembaga yang berkantor di Masjid istiqlal ini berkalikali menandaskan jika tugas mengantisipasi aksi anarkis ada di tangan pemerintah melalui aparat. Tugas ulama tak lebih menjaga akidah umat. Bagi MUi, aliran sesat adalah perkara serius. “ada 13 poin yang ditulis MUi. Yang pertama dilakukan adalah langkahlangkah tegas dan tepat terhadap aliran dan paham sesat. Saya dukung, mari kita jalankan bersamasama,” tegas Presiden (Antara 05/11/07). Tapi untuk serius mengatasinya, saat ini lembaga yang sebagian biaya operasionalnya didanai aPBN lewat Departemen agama itu mengaku kekurangan sangu. Seperti diakui Sekretaris Umum MUi HM ichwan Syam usai diskusi di Trijaya FM, di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (3/11/07), tahun ini anggaran MUi naik sekitar 13 persen dari sebelumnya. Dari rp 16 trilyun menjadi rp 18 trilyun pertahun. “idealnya, sebenarnya banyak sekali,” katanya sembari menyodorkan bukti jika 93 persen sekolah islam di indonesia dikelola swasta. itu artinya, upaya “menggarap” aliran sesat jauh membutuhkan biaya besar.
Bagi kelompok yang getol memperjuangkan kebebasan beragama, perkara uang yang tak sedikit itu bikin jengkel. “Bayangkan! Sudah dibiayai negara banyak, eh malah dipakai bikin fatwa yang membuat kisruh,” kata aktivis sebuah LSM di Jakarta. Tak heran, saat terjadi kekerasan terhadap ahmadiyah awal tahun lalu, mantan Presiden KH. abdurrahman Wahid mendesak pemerintah mencabut bantuan itu. Dengan begitu, implikasinya jelas. Posisi MUi sama dengan ormas lain semisal Nahdlatul Ulama atau Muhammadiyah. Saat menjabat presiden, pikiran serupa juga dilontarkan Gus Dur.
Jalur pemasukan dana ke MUi sebenarnya tak hanya dari aPBN. Beberapa lembaga di MUi, seperti dirujuk Pedoman rumah Tangga MUi disahkan 28 Juli 2005 Jakarta, bisa dianggap lembaga yang banyak meraup rupiah. Dua di antaranya: Lembaga Pengkajian Pangan, Obatobatan, Minuman dan Kosmetika (LP
POM) dan Dewan Syariah Nasional (DSN). Setiap perusahaan yang ingin mendapat stempel halal dari MUi mesti
menggelontorkan rupiah. Tak jelas berapa rupiah untuk setiap jenis produknya.DSN juga terbilang basah. Simak saja
Pedoman rumah Tangga DSNMUi No. 02 Tahun 2000, yang bisa diakses publik via
website resmi MUi www.mui.or.id pada kanal DSN. Lembaga berisi agamawan, praktisi, atau pakar ini, atas persetujuan MUi ditahbiskan sebagai satusatunya badan yang berwenang dan bertugas mengeluarkan fatwa atas jenisjenis kegiatan, produk, dan jasa keuangan Syariah, termasuk fungsi pengawasan terhadap penerapan fatwa untuk seluruh lembagalembaga keuangan syariah di tanah air.
Tak hanya itu, DSN mewajibkan pada setiap lembaga keuangan syariah, seperti bankbank syariah atau lembaga lain yang berkepentingan dengan syariah, untuk menyetor DSN menyebutnya “dana kepesertaan” dan “iuran bulanan”. Besarnya? itu telah dipatok langsung lewat Surat Keputusan DSN. Yang bikin ngiler, di luar itu DSN juga memperoleh dana
SepuluhPedomanitu...1. Mengingkari salah satu dari rukun iman yang enam.2. Meyakini dan atau mengikuti akidah yang tak sesuai
dengan al-Quran dan sunnah.3. Meyakini turunnya wahyu setelah al-Quran.4. Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi al-Quran.5. Melakukan penafsiran al-Quran yang tak berdasarkan
kaidah-kaidah tafsir.6. Mengingkari kedudukan hadis nabi sebagai sumber ajaran
Islam.7. Menghina, melecehkan dan atau merendahkan para nabi
dan rasul.8. Mengingkari Nabi Muhammad sebagai nabi dan rasul
terakhir.9. Mengubah, menambah dan atau mengurangi pokok-pokok
ibadah yang telah ditetapkan oleh syariah, seperti haji tidak ke baitullah, salat wajib tidak lima waktu.
Monthly Report on Religious Issues, edisi IV, November 2007 ■
The Wahid Institute
2. PertobatanRasulal-Qiyadahal-Islamiyah
SEPaNJaNG Oktober hingga pertengahan November, nama ahmad Mushaddeq menjadi bintang media massa.
Pimpinan alQiyadah alislamiyah yang mengklaim punya 40 ribu pengikut itu (8 ribu anggota inti di tanah air), jadi magnitude setelah mengaku sebagai nabi baru. ia menyebut dirinya alMasih alMaw’ud, orang suci yang ditunggutunggu. “aku alMasih alMaw’ud menjadi syahid allah bagi kalian, orangorang yang mengimaniku, dan aku telah menjelaskan kepada kalian tentang sunnahNya dan rencanarencanaNya…”
itu tertulis dalam Ruhul Qudus yang Turun Kepada al-Masih al-Maw’ud, buku yang beredar di kalangan internal alQiyadah alislamiyah. Buku yang edisi perdananya terbit Februari 2007, ini diyakini berisi firman allah dan ruhul Kudus yang diturunkan pada sang utusan. Kata pengantar buku setebal 192 ini ditulis Michael Muhdats (nama ini gabungan bahasa inggris dan arab, yang terdengar cukup nyentrik).
Si Michael tak lain ahmad Mushaddeq yang mengaku memperoleh wahyu setelah lelaku 40 hari 40 malam di Gunung Bunder, Bogor, Jawa Barat, pertengahan 2006. Lelaki kelahiran Jakarta 21 april 1944 ini tidak mewajibkan pengikutnya shalat lima waktu, puasa, membayar zakat, dan naik haji. ia juga mengubah kata Muhammad rasululullah dalam dua kalimat syahadat dengan alMasih alMaw’ud rasulullah.
ajaran ini yang menyulut reaksi luar biasa dari masyarakat. apalagi beberapa pertemuan
besar kelompok alQiyadah alislamiyyah dengan ritual pembaiatannya yang “vulgar” gencar ditayangkan berbagai stasiun televisi. Di sejumlah daerah, para pengikut alQiyadah alislamiyah diserang dan sebagian “diamankan” aparat. Selasa pagi awal Oktober misalnya, berbekal fatwa MUi Sumatera Barat yang dirilis akhir September, massa menyerbu rumah Dedi Priyadi, seorang pimpinan alQiyadah alislamiyah yang konon sudah berpengikut 500 orang. Bersama keluarganya, siang harinya, ia diungsikan ke Markas Kepolisian Kota Besar
Padang, Sumatra Barat. Beberapa hari setelah insiden, pria berjanggut tipis ini
dijadikan tersangka. insiden serupa terjadi di Jawa Timur, Yogyakarta, dan Jawa Barat. Setelah MUi Yogyakarta dan MUi
Sumatera Barat, giliran MUi Pusat menerbitkan fatwa sesat pada 4 Okto
ber 2007. Fatwa itu diteken sehari sebelumnya, dengan No. 4 tahun 2007.
Tapi ahmad Mushaddeq alias abussalam alias alMasih alMaw’ud alias Michael Muhdats dan kelompoknya melawan. Kepada SCTV, Senin (8/10/2007), mantan pelatih atlet bulu tangkis nasional itu berniat melaporkan MUi ke polisi, lantaran telah menghalanginya beribadah sesuai kepercayaan yang dianutnya. Empat hari setelah itu, mantan pegawai Dinas Olah raga Pemda DKi ini kembali menolak fatwa. “Saya tidak membawa agama baru. Saya hanya menggenapkan nubuwwah allah dalam alQur’an, seperti halnya Muhammad menggenapkan ajaran isa dan Musa,” kata Mushaddeq saat bertandang ke Kantor
operasional dari Departemen Keuangan dan Bank indonesia.
***
rasanya 10 pedoman itu tak berakhir hanya di sini. Terbuka peluang dipakai masyarakat untuk melegitimasi aksi kekerasan atau aparat untuk “mengamankan” mereka yang dinilai sesat. Sebuah media islam edisi bulan lalu, bahkan mengarahkan sorotannya ke sejumlah penerbitan yang diduga menyebarkan
aliran sesat semisal Marxisme, pluralisme, dan nikah beda agama.
Lantas ke mana lagi 10 pedoman itu mengarah? Jika tak serius ditangani, boleh jadi kekuatiran yang dilontarkan Wapres Jusuf Kalla di penutupan rakernas MUi (6/11/07), itu yang terjadi: dakwah api dan batu. Dan, kelompokkelompok yang dinilai sesat berdasarkan 10 kreteria kesesatan itulah yang akan kena api dan batunya.■
kasus-kasusbulanini
kasus-kasusbulanini
�
■ Monthly Report on Religious Issues, edisi IV, November 2007
The Wahid Institute
CaP sebagai aliran sesat juga menimpa kelompok pengajian Hidup di Balik Hidup (HDH). Pimpinan HDH,
Muhammad ali alias Mudjoni, di hadapan sejumlah ulama di aula Kantor MUi Kabupaten Cirebon (2/11/07), membantah pernyataan pengikutnya tentang ajaran HDH seperti yang tertuang dalam sebuah buku. Jawaban yang diberikan Mudjoni atas ajaran itu berbelitbelit dan tidak tegas, bahkan justru mengkritik pemberitaan wartawan yang memvonis kelompoknya sesat.
Ketua MUi Cirebon, KH. Ja’far aqil Siradj meminta ketegasan Mudjoni tentang kebenaran empat hal yang membuat resah umat islam, yaitu kebenaran Muhammad Kusnan yang
menjadi pencetus aliran itu pernah menerima wahyu, melakukan mi’raj, melihat surga dan neraka, serta keyakinan bahwa syafaat hanya diberikan saat Nabi Muhammad masih hidup. Menjawab pertanyaan itu, Mudjoni mengatakan, semua pemahaman yang disampaikan pengikutnya itu salah akibat salah penafsiran. “Empat hal itu tidak benar. Mungkin ini karena salah pemahaman atau penafsiran saja,” ujarnya. ia juga membantah isi buku ajaran HDH yang menjadi pegangan kelompok itu. Usai dialog, Mudjoni dibawa ke Mapolres Cirebon untuk menjalani pemeriksaan dengan dugaan menodai agama.
Sementara itu, KH. Ja’far aqil Siradj mengatakan, pihaknya tidak hanya terpaku pada penjelasan Mudjoni, karena sejumlah pengikut
3. TuduhanSesatuntukKelompokHDH
Majalah Tempo, Kamis siang (Tempo Interaktif 18/10/2007).
“Perlawan” itu layu setelah alQiyadah alislamiyah terus ditekan dari berbagai penjuru. razia marak dilakukan di sejumlah daerah sepanjang Oktober hingga awal November. Sebagian pengikutnya mengalami tindak kekerasan seperti yang terjadi di Yogyakarta. Enam orang dipukuli.
akhir kisahnya, Mushaddeq pun menyerahkan diri ke Polda Metro Jaya, 29 Oktober 2007 silam. Jum’at, 9 Oktober, lelaki berdarah Betawi yang konon sempat menjadi anggota Negara islam indonesia Komandemen Wilayah iX (Nii KW iX) itu pun bertobat. Drama pertobatan berlangsung di lantai ii Gedung Direktorat Kriminal Umum Markas Kepolisian Daerah Metro Jaya. “Saya menarik seluruh pernyataan saya tentang nabi dan rasul,” katanya dalam konferensi pers usai pertobatan (Kedaulatan Rakyat 10/11/2007).
acara yang dipandu pakar ilmu komunikasi, Bachtiar ali, ini juga dihadiri agus Miftah, H. amidhan mewakili MUi dan KH. Said aqil Siradj dari Nahdlatul Ulama (NU). Mushaddeq mengungkapkan, dirinya memutuskan bertobat setelah berdialog selama dua hari dengan Kang Said, sapaan akrab KH. Said aqil Siradj. Pelbagai persoalan dikupas. Mulai dari ajaran
alQiyadah alislamiyah, hingga pengakuannya sebagai rasul. Kang Said membawa kitab kuning, menjelaskan bahwa Muhammad adalah rasul dan nabi terakhir. ini kesepakatan para ulama (ijma’) sejak dahulu hingga kini. Lelaki yang mulai mendirikan alQiyadah alislamiyah sejak 2000 itu, usai mendengar argumentasi Kang Said, lantas mengajak para pengikutnya meniru langkahnya.
Sebagian besar pengikutnya meniru langkah sang pemimpin. Bahkan ada yang bertobat lebih dulu sebelum diseru olehnya. Sebagian kecil bersikukuh. acara pertobatan
pada Jum’at (09/11/2007) di aula Markas Kepolisian resor Kota Tegal yang se
mulai berjalan lancar misalnya, tibatiba kisruh. Heru Muhaemin dan para pengikutnya menolak meng
ucapkan syahadat seperti disyaratkan MUi setempat. Bahkan di hadapan MUi dan polisi, mereka mengucapkan
syahadat versi mereka. Lantas bagaimana nasib para pengikut al
Qiyadah alislamiyah selanjutnya? Tak ada kabar pasti. Tapi dengan dikeluarkannya larangan resmi oleh Pemerintah melalui Kejaksaan agung, awal November 2007, rasanya kelompok ini kian tak berkutik. Mereka yang terbukti menyebarkan ajaran alQiyadah alislamiyah bisa terjerat pasal penodaan agama. ancaman penjara pun menanti. ■
kasus-kasusbulanini
The Wahid Institute �
Monthly Report on Religious Issues, edisi IV, November 2007 ■
The Wahid Institute
dan warga telah memberikan keterangan pendukung. “Jawabannya memang berbelitbelit dan intinya membantah semua tuduhan itu, tetapi kami akan pelajari bukubuku yang dipakai kelompok itu,” katanya.
KH. Ja’far mengatakan, jika ajaran itu seperti yang tertulis dalam sejumlah buku karangan Mudjoni, Menjelajah Dimensi Ruang Alam Fana dan Baka, Mengenal Eksistensi Allah, dan Per-cakapan Kusnan dan Ali, maka jelas telah terjadi penyimpangan. “MUi akan memilah apakah terjadi penyimpangan soal akidah, muamalah atau ibadah. Mungkin perlu waktu yang agak lama,” katanya. ia juga menegaskan, tidak ada manusia selain Nabi Muhammad yang bisa mencapai sidratul muntaha atau melihat surga dan neraka. “Keyakinan adanya nabi lain setelah Nabi Muhammad, juga merupakan ajaran yang salah,” katanya (Antara 2/11/07).
Kelompok Hidup di Balik Hidup sebetulnya telah ada sejak 1970 di Kabupaten Cirebon, Jabar, tepatnya di Desa Sigong, Kecamatan Lemahabang, tempat lahir Muhammad Kusnan bin amir yang diyakini jemaahnya sebagai seorang nabi. Di Balai Desa Sigong, Kepala Desa Sigong H. Saefuddin kepada wartawan menjelaskan, ajaran itu telah berkembang sejak 1970an. awalnya Muhammad Kusnan merekrut jamaah dari keluarga dan tetangganya. Sejak 1990, kelompok ini kian berkembang. Darsan (55), warga desa yang sempat ikut ajaran itu mengakui, sejak 1970an ajaran itu telah ada. Namun jemaahnya baru sekitar enam orang. “Saya sendiri ikut datang untuk mengkaji kitab alQur’an. Namun saya keluar dan rupanya sekarang berkembang lagi,” katanya.
rohasan (45) warga Dusun iV rT 03/rW 08 Desa Sigong, juga diyakini jemaahnya sebagai generasi ketiga dari Muhammad Kusnan. ia menjadi pimpinan jemaah di Cirebon dengan jumlah mencapai 500 orang mulai dari Cirebon sampai Kuningan. Dari buku penjelasan ajaran Hidup di Balik Hidup, sebagaimana dilansir Antara dari Kepala Desa Sigong H. Saefuddin, terungkap riwayat Muhammad Kusnan yang lahir 1926, yang mengaku pada usia 10 tahun tubuhnya dibelah oleh dua malaikat. Keduanya memberi cahaya dan jubah putih bercahaya. Sejak itu, Kusnan punya
kemampuan melihat halhal gaib dan biasa berbicara dengan Jibril. Bahkan ditema
ni Jibril, ia menemui semua nabi dari Nabi adam. ia juga diberi kesempatan melihat sidratul muntaha, alam
barzah, surga dan neraka.Para pengikut aliran HDH enggan
berbicara tentang ajaran mereka. Namun mereka mengakui sedikit waswas un
tuk pulang ke rumah, karena takut dihakimi warga. Pada 1/11/07, di Desa Sigong, Kecamatan Lemahabang, sekitar 30 warga melakukan aksi unjuk rasa keliling desa menyatakan penolakan atas ajaran HDH. Sekitar 100 warga desa pengikut HDH kemudian pergi meninggalkan desa itu. Dua diantaranya dihakimi puluhan warga Desa astana Mukti, Kecamatan Pangenan Kabupaten Cirebon pada akhir Oktober 2007 lalu. Namun keduanya berhasil diamankan petugas dan dibawa ke Polres Cirebon.
Hingga laporan ini ditulis, pemimpin HDH, rohasan, masih ditahan di Mapolres Cirebon. Kemungkinan besar dia akan diajukan ke pengadilan dengan tuduhan menodai agama. ■
an istri, tiga puteranya dan beberapa jama’ah, di depan rumah. Tibatiba terdengar kaca depan rumah pecah karena dilempar batu oleh sekelompok orang. Tidak hanya melempar
batu, mereka juga berteriak memanggilmanggil asep rahmat supaya keluar rumah. Karena khawatir atas keamanan keluarganya, asep tidak keluar rumah. Dia membawa anak, istri dan jama’ahnya ke belakang rumah supaya aman. Setelah itu asep naik ke atas rumah. ia melihat sekitar 100 orang yang menyerang
kasus-kasusbulanini
kasus-kasusbulanini
�
■ Monthly Report on Religious Issues, edisi IV, November 2007
The Wahid Institute
rumahnya. Semua mengenakan penutup wajah, membawa golok dan bambu (31/10/07)
Dengan membabi buta, mereka merusak dua mobil (Kijang dan Feroza) dan 3 motor (GL Max, Honda revo dan Honda Supra) yang diparkir di depan rumah. Melihat tindakan anarkis mereka, asep menelpon kantor Polsek, Koramil dan Kecamatan Banyuresmi. Tidak lama setelah mendapat laporan, aparat keamanan Polsek Banyuresmi datang di lokasi. Melihat banyaknya massa, Polsek Banyuresmi meminta bantuan Polres Garut. Beberapa personil tentara dari Koramil Banyuresmi juga datang ke TKP membantu pengamanan.
Melihat kedatangan aparat, para penyerbu melarikan diri. Sempat terjadi pengejaran terhadap mereka, namun tak seorang pun tertangkap. Polisi lantas melakukan penyisiran ke kampungkampung untuk menangkap para pelaku peyerangan.
Namun kepolisian kesulitan menangkap mereka, karena belum mempunyai bukti. Salah satu alasannya belum ada saksi yang melihat dengan jelas para pelaku. Meski demikian, polisi telah memanggil orangorang yang dicurigai, termasuk aktornya yang berinisial r. r dan kelompoknya, menurut informasi warga, telah lama dipantau pihak berwajib karena pernah aktif di Nii. Mereka sekarang bergabung di salah satu ormas islam beraliran Wahabi, yang hobi membid’ahkan amalanamalan warga Nahdliyin.
Sampai saat ini, asep rahmat dan keluarganya belum kembali ke rumahnya, karena situasi masih mencekam. Bahkan beberapa penduduk masih mendapat teror kelompok yang dicurigai melakukan penyerbuan dan pengrusakan rumah asep itu untuk tutup mulut. Untuk mengamankan situasi, pihak kepolisian mengevakuasi asep dan keluarganya ke Ponpes Najahan di Kecamatan Bayongbong Garut, asuhan KH. Ubun Bunyamin. Bersama KH. Bunyamin, asep dan keluarganya diajak ke Kantor PCNU Garut.
Sebelum peristiwa penyerbuan dan pengrusakan, ada selebaran yang ditulis rohendi dan kawankawannya (mantan aktivis Nii), yang disebarluaskan ke
masyarakat di kampung Panjalu, Legokpeer, Legokpeer Kaler, Lampung dan Jamuren Desa Karyasari Kec. Banyuresmi Garut. Selebaran itu menyatakan, ajaran Jama’ah Dzikir asmaul Husna alJabar itu sesat. Dalam selebaran itu disebutkan, asep rahmat melarang shalat dan mengharuskan pengikutnya membayar rp 2 juta untuk menebus dosa.
Di sisi lain, orang tua rohendi, ahur, menemui tokoh Nii di Kec. Banyuresmi yang dikenal sebagai teman dekatnya, yaitu rohman, yang tinggal di kampung Panjalu Ds. Karyasari Kec. Banyuresmi Garut, 5 km dari Kampung Nyalindung (TKP). ahur melaporkan pada rohman perihal ajaranajaran asmaul Husna alJabar yang dianggap sesat. Mendapat informasi ahur, rohman merespon dengan mengumpulkan para pengikutnya. Mereka lantas meminta tanda tangan tokohtokoh masyarakat dari berbagai kampung di Desa Karyasari Kec. Banyuresmi Garut yang akan digunakan untuk menindak asep rahmat.
Karena merasa difitnah dan dicemarkan nama baiknya melalui selebaran, asep rahmat melaporkan rohendi ke Kapolsek Banyuresmi. Polsek Banyuresmi lantas memanggil rohendi. ia datang ke Polsek didampingi keluarganya. Karena pemeriksa dari Polsek Banyuresmi ada tugas luar kantor, rohendi dan keluarganya kembali lagi ke Kampung Nyalindung.
Sepulang rohandi dari Polsek, malam hari nya tibatiba segerombolan orang berteriakteriak pada warga Kampung Legokpeer. Mereka mengatakan, orangorang Kampung Legokpeer tidak punya keberanian. Orang yang menyesatkan dibiarkan saja, tidak ditindak. “Kami sudah melakukan peyerangan dan menghancurkan rumah asep rahmat”, kata mereka.
Menurut pengamatan Hoer, warga Kampung Lampung Ds. Karya Sari Kec.
Banyuresmi, peristiwa ini terjadi karena rohman (tokoh Nii) mer
asa kehilangan pengikut. Sekitar 300 pengikutnya pindah mengikuti asep rahmat. Setelah ada kasus alQiyadah
alislamiyah, asep rahmat malah diisukan oleh rohman
sebagai salah pengikut aliran yang telah disesatkan MUi ini.■
kasus-kasusbulanini
The Wahid Institute �
Monthly Report on Religious Issues, edisi IV, November 2007 ■
Penolakan terhadap pembangunan Pura Penataran agung, di Dusun Kebaloan, Ds. Senaru Kec. Bayang, Kab. Lombok
Barat, mulai merebak sejak Oktober 2007 lalu. ini diawali dengan pembakaran dan pengrusakan alatalat berat di lokasi pembangunan, pada Minggu (21/10/2007). anarkisme ini diperkirakan bukan hanya dilakukan oleh masyarakat sekitar, tapi juga masyarakat Lombok Timur dan Lombok Tengah.
Sejak aksi pembakaran dan pengrusakan terjadi, muncul prokontra dari masyarakat, khususnya umat islam di sana. Sejak berita pembangunan pura ini berkembang di tengah masyarakat, terdapat informasi simpang siur. informasi pertama, sebenarnya tidak ada pembangunan pura baru, tapi merenovasi pura yang sudah ada. informasi kedua, akan dibangun pura terbesar di asia Tenggara. Menurut kelompok ini, lahan yang sudah dibebaskan sekitar 6 hektar dan akan diperluas bertahap.
Guna menyikapi pembangunan pura ini, Senin (5/11/07), berlangsung pertemuan para tuan guru, Ormas islam, dan OKP islam sePulau Lombok, bertempat di Masjid raya atTaqwa Mataram. inisitaif pertemuan berasal dari MUi Propinsi NTB, yang juga berkantor di sekretariat masjid ini. Hadir dalam pertemuan itu, Ketua MUi NTB Prof. Saiful Muslim MM, TGH. Hayyi Nu’man, Ketua DPD PBr NTB dari NW, TGH. Sofwan Hakim dan TGH. Muharrar, keduanya pimpinan Ponpes Nurul Hakim, Kediri Lombok Barat. Hadir juga belasan tuan guru dari Kota Mataram, Lombok Barat, Lombok Tengah dan Lombok Timur.
Dalam pertemuan itu, lahir kesepakatan bersama, yang isinya menolak pembangunan Pura Penataran agung rinjani. Lalu para peserta yang hadir diminta membuat pernyataan menolak pembangunan atas nama Ormas masingmasing yang ditujukan pada Gubernur NTB. Untuk meyakinkan peserta, dibagikan juga selebaran, termasuk denah pembangunan pura.
Tidak mau dianggap diam, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) juga mengadakan pertemuan di kantor Depag NTB, Kamis, (8/11/2007). Selain Ketua MUi NTB, hadir juga Kepala Depag NTB, HL. Suhaemi ismy, Wakil Gubernur HB. Tamrin rayes, TGH. Mustafa Umar, pimpinan Ponpes Kapek Gunung Sari, Gede Mandya (PHDi) dan berbagai tokoh agama. Peserta menyepakati
untuk menunda atau penghentian pembangunannya.
isu pro kontra pembangunan pura terus berlanjut di masyarakat Lom
bok. Sebagian kelompok islam menyatakan siap berjihad jika
pembangunan pura dilanjutkan. Bahkan berkembang isu akan ada
penyerangan di lokasi pembangunan, jika panitia pembangunan ngotot melak
sanakan niatnya. Minggu, (10/11/07), bertempat di kantor
Ds. Gondang Kec. Bayan, Lombok Barat, diadakan pertemuan antara tokoh islam dan Hindu. Pertemuan itu menghasilkan kesepakatan mendukung surat keputusan Bupati Lombok Barat dan PHDi tentang pelarangan pembangunan Pura Penataran agung rinjani. Pemerintah daerahpun diminta membubarkan panitia pembangunan lokal dan nasional.
Menyikapi hal ini, Minggu (18/11/07), relawan Demokrasi (redam) NTB mengundang beberapa tokoh muda, antara lain aktivis PMii Cab. Mataram, Lakpesdam NU Mataram dan aktivis Jaringan islam Kampus (Jarik) Mataram. Hasil pertemuan di kediaman Ketua aliansi Masyarakat adat Nusantara (aMaN) L. Satria Wangsa SH itu, adalah meminta agar Gubernur NTB menyikapi secara serius pembangunan pura ini.
Menurut informasi, L. Satria Wangsa dan Ketua redam L. Prima Wira Putra setelah itu menemui Gubernur NTB Drs. L. Srinata. Senin (19/11/2007) Gubernur NTB lantas mengundang pihak terkait, antara lain MUi, PHDi dan aparat keamanan untuk mengeluarkan keputusan pembubaran panitia pembangunan pura melalui SK Gubernur NTB.■
kasus-kasusbulanini
kasus-kasusbulanini
�
■ Monthly Report on Religious Issues, edisi IV, November 2007
The Wahid Institute
Entah apa yang merasuki 100an warga Kampung Enclek Sebrang, Desa Surya Bahari, Pakuhaji, Tengerang, Banten.
Selasa (6/11/07), mereka menyerbu kelompok Pengajian Nurul Yaqin yang ada di kampung itu. Tak hanya itu, selain mengusir para jemaah pengajian, warga yang datang dari empat desa sekitar membakar rumah dan merusak kendaraan milik jemaah. Dalam sekejap, sebuah rumah berukuran 6 x 12 meter rata dengan tanah. Sebuah warung, sebuah mobil dan empat sepeda motor milik jemaah menjadi arang.
Kejadian yang menimpa kelompok pengajian pimpinan H. Juhata ini lagilagi menjadi catatan buruk bagi caracara menyikapi perbedaan yang ada di tengah masyarakat. Betapa tidak, kedatangan para penyerang yang tibatiba dan tanpa proses dialog, itu sangat jauh dari sikap santun. Tak ayal, para jemaah pengajian yang tidak berdosa harus menerima berbagai kerugian baik moril maupun materiil. Sikap warga ini pun menjadi keprihatinan bagi pihak kepolisian resor Tangerang yang terjun menangani kasus ini. “Kami sesalkan warga yang main hakim sendiri”, kata Kepala Satuan reserse Kriminal resor Tengrang, ajun Komisaris ade ary Syam (Koran Tempo, 7/11/07).
Namun rasa prihatin yang ditunjukkan pihak kepolisian ternyata tidak sertamerta diikuti sikap adil di lapangan. alihalih menahan para pelaku penyerangan, 40 orang jemaah pengajian malah digiring ke Kantor Polsek Pakuhaji untuk diamankan. Sikap polisi, di satu sisi memang ingin menghindari amuk massa yang lebih besar, namun dengan cara menahan para jemaah pengajian yang nota bene korban, tentu saja ini menunjukkan sikap diskriminatif polisi. Meski akhirnya mereka dipulangkan, polisi tidak seharusnya membiarkan para pelaku penyerangan bebas tanpa proses hukum yang mestinya. Bagaimana polisi menjamin para korban terbebas dari rasa takut, jika peristiwa serupa terulang kembali?
apa sesungguhnya pemicu keberingasan
warga Kampung Enclek Sebrang? ini tak lain lantaran adanya dugaan penyebaran aliran sesat oleh H. Juhata melalui pengajian yang diselenggarakannya. Majelis ini diadakan sejak dua tahun lalu, seminggu dua kali, yang dihadiri jemaah dari luar Kampung Enclek. Tidak ada yang istimewa dari pengajian ini. Materi yang diajarkan juga tidak mengganggu ketertiban umum atau menimbulkan permusuhan. Namun seperti kasuskasus penyerangan sebelumnya, materi yang diajarkan H. Juhata dituduh meresahkan warga karena menyimpang dari ajaran islam.
Beberapa tuduhan penyimpangan itu, antara lain, H. Juhata mengajarkan shalat da’im (shalat di mana saja dan kapan saja), mengganti lafal dzikir menjadi la ilaha illa ana (tiada Tu
han selain aku), dan menyempurnakan syahadat dengan puasa 27 hari. Warga
lain menyebutkan, H. Juhata pernah mengaku shalat di bulan dan bisa mendatangkan tsunami.
Secara tegas, tuduhantuduhan itu dibantah baik oleh H. Juhata mau
pun para jemaahnya. Berbagai tuduhan yang dialamatkan pada pengajian Nurul
Yaqin ini sama sekali tidak berdasar, karena masih sebatas dugaan. Para pengikut pengajian sendiri mengakui, yang diajarkan tidak berbeda dengan ajaran islam pada umumnya. H. Juhata pun menganggap tuduhantuduhan itu sebagai fitnah.
Sayangnya, bantahan itu tidak menyurutkan aksi penyesatan. MUi Kab. Tangerang bahkan mempertegas bahwa ajaran H. Juhata tidak sesuai alQur’an dan Hadis. Dalam sebuah pertemuan antara MUi Kab. Tangerang dan H. Juhata, lembaga ini menekan agar yang bersangkutan menghentikan kegiatannya. Cara seperti ini memang acapkali kita saksikan dilakukan MUi untuk memaksakan kebenarannya. Padahal itu belum tentu benar.
MUi tidak pernah melihat bahwa pengajian ini punya program pemberdayaan ekonomi, dengan memberi uang pada setiap anggotanya rp 1 juta untuk modal usaha. Untuk kepentingan ini, H. Juhata meminta jemaah menyetor iuran rp 10 ribu setiap pekan, saat jadwal pengajian (Koran Tempo 8/11/07).■
6. PengajianNurulYaqindiTengerangDiserang
kasus-kasusbulanini
The Wahid Institute �
Monthly Report on Religious Issues, edisi IV, November 2007 ■
The Wahid Institute
Analisis
1. Tidak berlebihan jika periode pelaporan ini disebut sebagai musim penyesatan. Hal ini, antara lain, ditandai semakin maraknya tuduhan sesat terhadap berbagai kelompok yang sebelumnya tidak dikenal. Di samping itu, kelompokkelompok yang sudah divonis sesat sebelum pelaporan ini disusun, juga masih terus menjadi perbincangan publik. Sebut saja ahmadiyah, yang hingga pelaporan ini disusun masih terus mendapat intimidasi di berbagai daerah. Demikian juga kasus alQiyadah alislamiyah yang mencapai puncaknya ketika pimpinannya, ahmad Mushaddeq, menyatakan bertobat.
2. Sebagaimana analisis kami pada edisi sebelumnya (iii), kini MUi, baik pusat maupun daerah kembali menunjukkan dirinya sebagai kekuatan yang dianggap paling otoritatif untuk menentukan sesat tidaknya sebuah kelompok atau aliran keagamaan. Bahkan Presiden SBY, ketika membuka rakernas MUi menyatakan akan mengikuti fatwa MUi. ini cukup ironis, karena panduan kerja seorang presiden adalah konstitusi dan undangundang, bukan fatwa MUi. Pernyataan Presiden itu mengindikasikan betapa ia inferior berhadapan dengan MUi.
3. Menyangkut 10 pedoman identifikasi kelompok sesat yang dikeluarkan MUi, ada beberapa hal yang layak dikomentari. Per-tama, secara substansial banyak hal yang layak dipersoalkan. ada kriteria yang sangat normatif, seperti rukun iman, rukun islam, dan otentisitas alQur’an. Pada tingkat ini, meski dalam beberapa aspeknya bisa
dipermasalahkan, tapi ini mencerminkan arus utama keyakinan teologis islam. Sejumlah kriteria yang lain juga sangat problemtis. Misalnya “melakukan penafsiran alQur’an yang tidak berdasarkan kaidahkaidah tafsir”. Ketentuan ini tidak cukup jelas maksudnya, karenanya bisa menimbulkan berbagai penafsiran. Tentu saja kami tidak menuntut ketentuan ini diperjelas, karena secara metodologis dan substansial memang problematis. Penafsiran terhadap alQur’an dan kaidahkaidah (metodologi)nya terus mengalami perkembangan. Justru karena
perkembangan inilah alQur’an bisa senantiasa sesuai dengan perkembangan zaman (shalihun li kulli za-
man wa makan). Kedua, akibat yang paling mungkin muncul dari 10 pedoman itu adalah
hadirnya “polisi swasta” dalam masyarakat yang akan dengan mu
dah mengklaim sesat kelompok lain. ini sangat potensial menciptakan ke
resahan baru dalam kehidupan masyarakat. Kata “sesat” juga akan menjadi alat komunikasi baru dalam masyarakat, yang jelas sangat tidak mendidik, karena kata “sesat” adalah alat komunikasi kekerasan. Ketiga, pada tingkat tertentu, 10 pedoman ini sangat potensial dijadikan alat menteror aktifitas berfikir umat islam, baik teror yang muncul dari luar maupun dari dalam. Teror dari luar muncul dari orang lain yang menggunakan pedoman ini mengawasi pikiran dan tindakan orang lain. Teror dari luar ini akan menimbulkan ketakutan. Jika teror ini masuk pada dunia akademik islam, jelas sangat berbahaya, karena akan terjadi pembakuan dan pembekuan intelektualisme islam.■
10
■ Monthly Report on Religious Issues, edisi IV, November 2007
The Wahid Institute
Rekomendasi
rumadi, alamsyah, Subhi azhari, ahmad SuaedyJakarta, YongkyLombok,
SuhendyJawa Barat
Dalam kaitan MUi yang terus mengeluarkan fatwa sesat dan telah memicu masyarakat untuk bertindak sendiri, maka tidak berlibihan jika pemerintah meninjau kembali peran MUi. Sebagai lembaga yang mendapat kucuran dana dari aPBN, apakah MUi layak melakukan penyesatan sehingga mendorong terjadinya kekerasan yang berakibat terpecahbelahnya masyarakat? Bolehkah dana negara digunakan MUi untuk kepentingan sendiri dengan menyesatkan, memojokkan dan membiarkan sekelompok masyarakat diperlakukan tidak adil? Bolehkah MUi melakukan bisnis dengan menjual sertifikasi halal dan menarik dana dari Bank Syari’ah? Bagaimana penggunaan dana tersebut? BPKP, BPK dan mungkin lembagalembaga anti korupsi seperti Corruption Wacth sudah waktunya melakukan audit terhadap penggunaan dana tersebut demi terjaganya demokrasi dan keadilan.Dalam kaitan penyesatan, pengka
1.
2.
jian juga perlu segera dilakukan terhadap Pengawas aliran Kepercayaan Masyarakat (Pakem) yang belakangan ini “dihidupkan” kembali untuk memvonis suatu aliran sebagai sesat. Lembaga ini cukup problematis, jika dilihat dari struktur kenegaraan dan kewenangan yang dimiliki. Dari sisi
struktur ketatanegaraan, lembaga yang dibentuk berdasarkan Su
rat Keputusan Jaksa agung No. KEP108/Ja/5/1984 tentang Pembentukan Tim
benarnya tidak jelas. Sementara, dasar hukum penindakan terhadap
aliranaliran dianggap sesat didasarkan pada UU No.1/PNPS/1965 tentang Pencegahan, Penyalahgunaan dan atau Penodaan agama. Dalam praktiknya, Pakem menjadi super body yang bisa berfungsi sebagai polisi, jaksa, sekaligus hakim. Dalam Pakem itulah sebuah kelompok bisa divonis sesat, tanpa melalui proses peradilan yang fair.■