LAPORANKELOMPOK ❑ LAPORAN MODUL II “SESAK NAPAS” BLOK KARDIOVASCULAR Disusun oleh: Kelompok : IV (Empat) Pembimbing : dr. Andi Alief Utama Armyn PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
LAPORAN KELOMPOK❑
LAPORAN MODUL II
“SESAK NAPAS”BLOK KARDIOVASCULAR
Disusun oleh:
Kelompok : IV (Empat)
Pembimbing : dr. Andi Alief Utama Armyn
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT PALU
2013
Nama-Nama Kelompok 4 :
1. Elpis Husain 12 777 029
2. Muhammad rifki 12 777 017
3. M. Ichfan Nabiu 12 777 016
4. Sayid ridho 12 777 041
5. Brahmandita 12 777 054
6. Uzlifatil Jannah 12 777 040
7. Sitti Rahmadita 12 777 061
8. Novi herman 12 777 030
9. Latifa 12 777 053
10. Nurawalia maharani 12 777 005
11. Musdalipha 12 777 065
BAB I
PENDAHULUAN
A. SKENARIO 2
Seorang wanita, 22 tahun datang ke Unit Gawat Darurat RS dengan
keluhan berdebar sejak 2 jam yang lalu. Sebelumnya pasien mengeluh
sesak napas saat bergiat sejak 5 hari yang lalu, tetapi tidak berat. Pasien
terdapat riwayat demam tinggi yang disertai nyeri sendi saat kecil.
Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga tidak ada.
B. KATA KUNCI
1. Wanita 22 tahun
2. Sesak napas saat bergiat 5 hari yang lalu
3. Berdebar sejak 2 jam yang lalu
4. Ada riwayat demam tinggi
5. Nyeri sendi saat kecil
6. Tidak ada riwayat penyakit yang sama
C. PERTANYAAN
1. Bagaimana anatomi fisiologi dari sistem kardiovaskular dan respirasi?
2. Apakah ada hubungan umur dan enis kelamin terhadap riwat penyakit?
3. Bagaimana mekanisme sesak napas?
4. Bagaimana hubungan riwayat penyakit dahulu dengan penyakit sekarang?
BAB II
PEMBAHASAN
A. JANTUNG ANATOMI JANTUNG
Sistem kardiovaskuler merupakan sistem yang memberi fasilitas
proses pengangkutan berbagai substansi dari, dan ke sel-sel tubuh. Sistem
ini terdiri dari organ penggerak yang disebut jantung, dan sistem saluran
yang terdiri dari arteri yang mergalirkan darah dari jantung, dan vena yang
mengalirkan darah menuju jantung.
Jantung manusia merupakan jantung berongga yang memiliki 2
atrium dan 2 ventrikel. Jantung merupakan organ berotot yang mampu
mendorong darah ke berbagai bagian tubuh. Jantung manusia berbentuk
seperti kerucut dan berukuran sebesar kepalan tangan, terletak di rongga
dada sebalah kiri. Jantung dibungkus oleh suatu selaput yang disebut
perikardium. Jantung bertanggung jawab untuk mempertahankan aliran
darah dengan bantuan sejumlah klep yang melengkapinya. Untuk mejamin
kelangsungan sirkulasi, jantung berkontraksi secara periodik. Otot jantung
berkontraksi terus menerus tanpa mengalami kelelahan. Kontraksi jantung
manusia merupakan kontraksi miogenik, yaitu kontaksi yang diawali
kekuatan rangsang dari otot jantung itu sendiri dan bukan dari syaraf.
Terdapat beberapa bagian jantung (secara anatomis) akan kita bahas
dalam makalah ini, diantaranya yaitu :
a. Bentuk Serta Ukuran Jantung
Jantung merupakan organ utama dalam sistem kardiovaskuler.
Jantung dibentuk oleh organ-organ muscular, apex dan basis cordis,
atrium kanan dan kiri serta ventrikel kanan dan kiri. Ukuran jantung
panjangnya kira-kira 12 cm, lebar 8-9 cm seta tebal kira-kira 6 cm.
Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200 sampai 425 gram dan
sedikit lebih besar dari kepalan tangan. Setiap harinya jantung berdetak
100.000 kali dan dalam masa periode itu jantung memompa 2000 galon
darah atau setara dengan 7.571 liter darah.
Posisi jantung terletak diantar kedua paru dan berada ditengah
tengah dada, bertumpu pada diaphragma thoracis dan berada kira-kira 5
cm diatas processus xiphoideus.
Pada tepi kanan cranial berada pada tepi cranialis pars cartilaginis
costa III dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Pada tepi kanan caudal
berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari
tepi lateral sternum. Tepi kiri cranial jantung berada pada tepi caudal
pars cartilaginis costa II sinistra di tepi lateral sternum, tepi kiri caudal
berada pada ruang intercostalis 5, kira-kira 9 cm di kiri linea
medioclavicularis.
Selaput yang membungkus jantung disebut perikardium dimana
terdiri antara lapisan fibrosa dan serosa, dalam cavum pericardii berisi
50 cc yang berfungsi sebagai pelumas agar tidak ada gesekan antara
perikardium dan epikardium. Epikardium adalah lapisan paling luar dari
jantung, lapisan berikutnya adalah lapisan miokardium dimana lapisan
ini adalah lapisan yang paling tebal. Lapisan terakhir adalah lapisan
endokardium.
b. Ruang Dalam Jantung
Ada 4 ruangan dalam jantung dimana dua dari ruang itu disebut
atrium dan sisanya adalah ventrikel. Pada orang awam, atrium dikenal
dengan serambi dan ventrikel dikenal dengan bilik.
Kedua atrium merupakan ruang dengan dinding otot yang tipis
karena rendahnya tekanan yang ditimbulkan oleh atrium. Sebaliknya
ventrikel mempunyai dinding otot yang tebal terutama ventrikel kiri
yang mempunyai lapisan tiga kali lebih tebal dari ventrikel kanan.
Kedua atrium dipisahkan oleh sekat antar atrium (septum
interatriorum), sementara kedua ventrikel dipisahkan oleh sekat antar
ventrikel (septum inter-ventrikulorum). Atrium dan ventrikel pada
masing-masing sisi jantung berhubungan satu sama lain melalui suatu
penghubung yang disebut orifisium atrioventrikuler. Orifisium ini dapat
terbuka atau tertutup oleh suatu katup atrioventrikuler (katup AV).
Katup AV sebelah kiri disebut katup bikuspid (katup mitral) sedangkan
katup AV sebelah kanan disebut katup trikuspid.
c. Katup-Katup Jantung
Diantara atrium kanan dan ventrikel kanan ada katup yang
memisahkan keduanya yaitu katup trikuspid, sedangkan pada atrium
kiri dan ventrikel kiri juga mempunyai katup yang disebut dengan katup
mitral/ bikuspid. Kedua katup ini berfungsi sebagai pembatas yang
dapat terbuka dan tertutup pada saat darah masuk dari atrium ke
ventrikel.
1) Katup Trikuspid
Katup trikuspid berada diantara atrium kanan dan ventrikel
kanan. Bila katup ini terbuka, maka darah akan mengalir dari
atrium kanan menuju ventrikel kanan. Katup trikuspid berfungsi
mencegah kembalinya aliran darah menuju atrium kanan dengan
cara menutup pada saat kontraksi ventrikel. Sesuai dengan
namanya, katup trikuspid terdiri dari 3 daun katup.
2) Katup pulmonal
Setelah katup trikuspid tertutup, darah akan mengalir dari
dalam ventrikel kanan melalui trunkus pulmonalis. Trunkus
pulmonalis bercabang menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri
yang akan berhubungan dengan jaringan paru kanan dan kiri. Pada
pangkal trunkus pulmonalis terdapat katup pulmonalis yang terdiri
dari 3 daun katup yang terbuka bila ventrikel kanan berkontraksi
dan menutup bila ventrikel kanan relaksasi, sehingga
memungkinkan darah mengalir dari ventrikel kanan menuju arteri
pulmonalis.
3) Katup bikuspid
Katup bikuspid atau katup mitral mengatur aliran darah dari
atrium kiri menuju ventrikel kiri.. Seperti katup trikuspid, katup
bikuspid menutup pada saat kontraksi ventrikel. Katup bikuspid
terdiri dari dua daun katup.
4) Katup Aorta
Katup aorta terdiri dari 3 daun katup yang terdapat pada
pangkal aorta. Katup ini akan membuka pada saat ventrikel kiri
berkontraksi sehingga darah akan mengalir keseluruh tubuh.
Sebaliknya katup akan menutup pada saat ventrikel kiri relaksasi,
sehingga mencegah darah masuk kembali kedalam ventrikel kiri.
d. Komponen Sistem Induksi Jantung
1) Sinoatrial
2) Atrioventrikular
3) RA, LA, RV, LV
4) Peace Meker ( Pusat Picu Jantung )
Fungsi utama jantung adalah memompa darh ke seluruh tubuh
dimana pada saat memompa jantung otot-otot jantung (miokardium)
yang bergerak. Untuk fungsi tersebut, otot jantung mempunyai
kemampuan untuk menimmbulkan rangsangan listrik.
Aktifitas kontraksi jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh
selalu didahului oleh aktifitas listrik. Aktifitas listrik inidimulai pada
nodus sinoatrial (nodus SA) yang terletak pada celah antara vena cava
suiperior dan atrium kanan. Pada nodus SA mengawali gelombang
depolarisasi secara spontan sehingga menyebabkan timbulnya potensial
aksi yang disebarkan melalui sel-sel otot atrium, nodus atrioventrikuler
(nodus AV), berkas His, serabut Purkinje dan akhirnya ke seluruh otot
ventrikel.
HISTOLOGI JANTUNG
Secara mikroskopis, dinding jantung terdiri atas 3 lapisan, yaitu
endokardium, miokardium dan lapisan terakhir epikardium.
a. Endokardium
Terdapat perbedaan ketebalan antara lapisan endokardium
atrium dan ventrikel, pada atrium endokardiumnya tipis sedang pada
ventrikel tipis. Dari dalam keluar, lapisan ini terdiri atas lapisan
endotel, subendotel, elastikomuskuler dan subendokardial.
1. Lapisan endotel
Lapisan ini berhubungan dengan endotel pembuluh darah yang
masuk keluar jantung, sel endotel ini adalah sel squamosa
berbentuk agak bulat, dapat juga poligonal.
2. Lapisan subendotel
Merupakan lapisan tipis anyaman penyambung jarang yang
mengandung serat kolagen, elastis dan fibroblast.
3. Lapisan elastikomuskular
Lapisan ini terdiri dari anyaman penyambung elastis yang lebih
padat dan otot polos.
4. Lapisan endokardial
Lapisan ini berhubungan dengan miokardium yang terdiri dari
anyaman penyambung jarang yang mengandung vena, saraf dan sel
purkinye yang merupakan bagian dari sistem impuls konduksi
jantung. Serat purkinye ini merupakan modifikasi dari serat otot
jantung, memiliki diskus interkalaris, diameternya lebih besar dari
otot jantung, memiliki sedikit miofibril yang letaknya di perifer,
sitoplasma memiliki butir glikogen.
b. Miokardium
- Merupakan bagian paling tebal dari dinding jantung yang terdiri
dari lapisan otot jantung.
- Atrium miokardium tipis sedangkan ventrikelnya tebal
- Pada miokardium terdapat diskus interkalaris (glanz streinfein),
yaitu pembatas antara sel miokard:
1. Fascia adheren
2. Gap junction
c. Epikardium
Merupakan lapisan luar jantung:
1. Jaringan ikat fibroelastis
2. Mesotel
Epikardium terdiri dari:
1. Perikardium
2. Kavum perikard
Pada epikardium terdapat:
1. Pembuluh darah yang lebih banyak
2. Potongan saraf
3. Pembuluh limfe
4. Jaringan lemak
FISIOLOGI JANTUNG
Siklus jantung terdiri dari periode sistol (kontraksi dan
pengosongan isi) dan diastole (relaksasi dan pengisian jantung). Atrium
dan ventrikel mengalami siklus sistol dan diastole yang terpisah.
Kontraksi terjadi akibat penyebaran eksitasi ke seluruh jantung,
sedangkan relaksasi timbul satelah repolarisasi otot jantung.
Selama diastole ventrikel dini, atrium juga masih berada dalam
keadaan distol. Karena aliran darah masuk secara kontinu dari system
vena ke dalam atrium, tekanan atrium sedikit melebihi tekanan ventrikel
walaupun kedua bilik tersebut melemas. Karena perbedaan tekanan ini,
katup AV terbuka, dan darah mengalir mengalir langsung dari atrium ke
dalam ventrikel selama diastole ventrikel. Akibatnya, volume ventrikel
perlaha-lahan meningkat bahkan sebelum atrium berkontraksi. Pada akhir
diastol ventrikel, nodus SA mencapai ambang dan membentuk potensial
aksi. Impuls menyebar keseluruh atrium. Depolarisasi atrium
menimbulkan kontraksi atrium, yang memeras lebih banyak darah ke
dalam ventrikel, sehingga terjadi peningkatan kurva tekanan atrium.
Peningkatan tekanna ventrikel yang menyertai berlangsung bersamaan
dengan peningkatan tekanan atrium disebabkan oleh penambahan
volume darah ke ventrikel oleh kontraksi atrium. Selam kontraksi atrium,
tekanan atrium tetap sedikit lebih tinggi daripada tekanan ventrikel,
sehingga katup AV tetap terbuka.
Diastol ventrikel berakhir pada awal kontraksi ventrikel. Pada saat
ini, kontraksi atrium dan pengisian ventrikel telah selesai. Volume darah
di ventrikel pada akhir diastol dikenal sebagai volume diastolik akhir(end
diastilic volume, EDV), yang besarnya sekitar 135 ml. Selama sikluus ini
tidak ada lagi darah yang ditambahkan ke ventrikel. Dengan demikian,
volume diastolik akhir adalah jumlah darah maksimum yang akan
dikandung ventrikel selama siklus ini.
Setelah eksitasi atrium, impuls berjalan melalui nodus AV dan
sistem penghantar khusus untuk merangsang ventrikel. Secara simultan,
terjadi kontraksi atrium. Pada saat pengaktifan ventrikel terjadi, kontraksi
atrium telah selesai. Ketika kontraksi ventrikel dimulai, tekanan ventrikel
segera melebihi tekanan atrium. Perbedaan yang terbalik ini mendorong
katup AV ini menutup. Setelah tekanan ventrikel melebihi tekanan
atrium dan katup AV telah tertutup,tekanan ventrikel harus terus
meningkat sebelum tekanan tersebut dapat melebihi tekanan aorta.
Dengan demikian, terdapat periode waktu singkat antara penutupan katup
AV dan pembukakan katup aorta pada saat ventrikel menjadi bilik
tetutup. Karena semua katup tertutup, tidak ada darah yang masuk atau
keluar ventrikel selama waktu ini. Interval waktu ini disebut sebagai
kontraksi ventrikel isovolumetrik (isovolumetric berarti volume dan
panjang konstan). Karena tidak ada darah yang masuk atau keluar
ventrikel, volume bilik ventrikel tetap dan panjang serat-serat otot juga
tetap. Selama periode kontraksi ventrikel isovolumetrik, tekanan
ventrikel terus meningkat karena volume tetap.
Pada saat tekanan ventrikel melebihi tekanan aorta, kautp aorta
dipaksa membuka dan darah mulai menyemprot. Kurva tekanan aorta
meningkat ketiak darah dipaksa berpindah dari ventrikel ke dalam aorta
lebih cepat daripada darah mengalir pembuluh-pembuluh yang lebih
kecil. Volume ventrikel berkurangs secara drastis sewaktu darah dengan
cepat dipompa keluar. Sistol ventrikel mencakup periode kontraksi
isovolumetrik dan fase ejeksi (penyemprotan) ventrikel.
Ventrikel tidak mengosongkan diri secara sempurna selam
penyemprotan. Dallam keadaan normal hanya sekitar separuh dari
jumlah darah yang terkandung di dalam ventrikell pada akhir diastol
dipompa keluar selama sistol. Jumlah darah yang tersisa di ventrikel pada
akhir sistol ketika fase ejeksi usai disebut volume sistolik akhir (end
sistolik volume, ESV), yang jumlah besarnya sekitar 65 ml. Ini adalah
jumlah darah paling sedikit yang terdapat di dalam ventrikel
selama siklus ini.
Jumlah darah yang dipompa keluar dari setiap ventrikel pada setiap
kontraksi dikenal sebagai volume /isi sekuncup (stroke volume, SV); SV
setara dengan vvolume diastolik akhir dikurangi volume sistolik akhir;
dengan kata lain perbedaan antara volume darah di ventrikel sebelum
kontraksi dan setelah kontraksi adalah jumlah darah yang disemprotkan
selama kontraksi.
Ketika ventrikel mulai berelaksasi karena repolarisasi, tekanan
ventrikel turun dibawah tekanan aorta dan katup aorta menutup.
Penutupan katup aorta menimbulkan gangguan atau takik pada kurva
tekanan aorta yang dikenal sebagai takik dikrotik (dikrotik notch). Tidak
ada lagi darah yang keluar dari ventrikel selama siklus ini karena katup
aorta telah tertutup. Namun katup AV belum terbuka karena tekanan
ventrikel masih lebih tinggi dari daripada tekanan atrium. Dengan
demikian semua katup sekali lagi tertutup dalam waktu singkat yang
disebut relaksasi ventrikel isovolumetrik. Panjang serat otot dan volume
bilik tidak berubah. Tidak ada darah yang masuk atau keluar seiring
dengan relaksasi ventrikel dan tekanan terus turun. Ketika tekanan
ventrikel turun dibawah tekanan atrium, katup AV membuka dan
pengisian ventrikel terjadi kembali. Diastol ventrikel mencakup periode
ralaksasi isovolumetrik dan fase pengisian ventrikel.
Repolarisasi atrium dan depolarisasi ventrikel terjadi secara
bersamaan, sehingga atrium berada dalam diastol sepanjang sistol
ventrikel. Darah terus mengalir dari vena pulmonalis ke dalam atrium
kiri. Karena darah yeng masuk ini terkumpul dalam atrium, tekanan
atrium terus meningkat. Ketika katup AV terbuka pada akhir sisitl
ventrikel, darah yang terkumpul di atrium selama sistol ventrikel dengan
cepat mengalir ke ventrikel. Dengn demikian, mula-mula pengisian
ventrikel berlangsung cepat karena peningkatan tekanan atrium akibat
penimbunan darah di atrium. Kemudian pengisian ventrikel melambat
karena darah yang tertimbun tersebut telah disalurkan ke ventrikel, dan
tekanan atrium mulai turun. Selama periode penurunan pengisian ini,
darah terus mengalir dari vena-vena pulmonalis ke dalam atrium kiri dan
melalui katup AV yang terbuka ke dalam ventrikel kiri. Selama diastol
ventrikel tahap akhir, sewaktu pengisian ventrikel berlangsung lambat,
nodus SA kembali mengeluarkan potensial aksi dan
siklus jantung dimulai kembali.
B. DIAGNOSIS DIFFERENSIAL
BRONCHITIS
A. Definisi
Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh inflamasi bronkus.
Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau
gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama dan
dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan penyakit yang berdiri sendiri
melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut memegang peran.
(Ngastiyah, 1997)
Bronkitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit
tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan
atas atau bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan atas lain seperti
Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma dan sebagainya
(Gunadi Santoso, 1994)
Sebagai penyakit tersendiri, bronkitis merupakan topik yang masih
diliputi kontroversi dan ketidakjelasan di antara ahli klinik dan peneliti.
Bronkitis merupakan diagnosa yang sering ditegakkan pada anak baik di
Indonesia maupun di luar negeri, walaupun dengan patokan diagnosis yang
tidak selalu sama.(Taussig, 1982; Rahayu, 1984)
Kesimpangsiuran definisi bronkitis pada anak bertambah karena
kurangnya konsesus mengenai hal ini. Tetapi keadaan ini sukar dielakkan
karena data hasil penyelidikan tentang hal ini masih sangat kurang.
B. Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan
Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang
banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Fungsi
dari sistem pernapasan adalah untuk mengambil O2 yang kemudian dibawa
oleh darah ke seluruh tubuh untuk mengadakan pembakaran, mengeluarkan
CO2 hasil dari metabolism.
a. Hidung
Merupakan saluran udara yang pertama yang mempunyai dua lubang
dipisahkan oleh sekat septum nasi. Di dalamnya terdapat bulu-bulu untuk
menyaring udara, debu dan kotoran. Selain itu terdapat juga konka nasalis
inferior, konka nasalis posterior dan konka nasalis media yang berfungsi
untuk mengahangatkan udara.
b. Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan
makanan. Terdapat di bawah dasar pernapasan, di belakang rongga
hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Di bawah selaput
lendir terdapat jaringan ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel getah
bening.
c. Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebelum sebagai pembentuk
suara. Terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra
servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya. Laring dilapisi oleh
selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglottis yang dilapisi oleh
sel epitelium berlapis.
d. Trakea
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 – 20 cincin
yang terdiri dari tulang rawan yang berbentuk seperti tapal kuda yang
berfungsi untuk mempertahankan jalan napas agar tetap terbuka. Sebelah
dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel
bersilia, yang berfungsi untuk mengeluarkan benda asing yang masuk
bersama-sama dengan udara pernapasan.
e. Bronkus
Merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada
ketinggian vertebra thorakalis IV dan V. mempunyai struktur serupa
dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus kanan lebih
besar dan lebih pendek daripada bronkus kiri, terdiri dari 6 – 8 cincin dan
mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri terdiri dari 9 – 12 cincin dan
mempunyai 2 cabang. Cabang bronkus yang lebih kecil dinamakan
bronkiolus, disini terdapat cincin dan terdapat gelembung paru yang
disebut alveolli.
f. Paru-paru
Merupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari
gelembung-gelembung. Di sinilah tempat terjadinya pertukaran gas, O2
masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah.
C. Etiologi
1. Infeksi
2. Polusi
3. Rokok
D. Patofisiologi
(penyebab tersering infeksi) – Masuk saluran pernapasan – Sel mukosa
dan sel silia – Berlanjut – Masuk saluran pernapasan(lanjutan) – Menginfeksi
saluran pernapasan – Bronkitis – Mukosa membengkak dan menghasilkan
lendir – Pilek 3 – 4 hari – Batuk (mula-mula kering kemudian berdahak) –
Riak jernih – Purulent – Encer – Hilang – Batuk – Keluar – Suara ronchi
basah atau suara napas kasar – Nyeri subsernal – Sesak napas – Jika tidak
hilang setelah tiga minggu – Kolaps paru segmental atau infeksi paru
sekunder (pertahanan utama) (Sumber : dr.Rusepno Hasan, Buku Kuliah 3
Ilmu Kesehatan Anak, 1981).
E. Penatalaksanaan
1. Berhenti Merokok
2. Obat : - Ekspektoran
- Bronkodilator
- Mukolitik
REGURGITASI MITRAL
A. Definisi
Regurgitasi Katup Mitral (Inkompetensia Mitral, Insufisiensi Mitral),
(Mitral Regurgitation) adalah kebocoran aliran balik melalui katup mitral
setiap kali ventrikel kiri berkontraksi. Pada saat ventrikel kiri memompa
darah dari jantung menuju ke aorta, sebagian darah mengalir kembali ke
dalam atrium kiri dan menyebabkan meningkatnya volume dan tekanan di
atrium kiri. Terjadi peningkatan tekanan darah di dalam pembuluh yang
berasal dari paru-paru, yang mengakibatkan penimbunan cairan (kongesti) di
dalam paru-paru.
B. Etiologi dan Factor Resiko
Penyebab dari kondisi ini dibagi menjadi penyebab primer dan penyebab
sekunder. Penyebab primer menyerang katup mitral secara langsung, antara
lain:
a. Degenerasi miksomatosa pada katup mitral
b. Penyakit jantung iskemi, penyakit arteri koroner
c. Endokarditis
d. Penyakit vaskuler kolagen
e. Penyakit jantung rematik
f. Trauma.
Adapun penyebab sekunder yaitu disebabkan oleh dilatasi ventrikel kiri
sehingga terjadi pelebaran annulus ring yang menyebabkan displacement
daun katup mitral. Dilatasi ini dapat disebabkan oleh dilatasi kardiomiopati,
termasuk insufisiensi aorta.
C. Patofisiologi
Patofisiologi regurgitasi mitral dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu:
a. Fase akut
MR akut (yang dapat diakibatkan rupture mendadak korda tendinea
atau muskulus pappilaris) dapat menyebabkan volume overload dari
ventrikel dan atrium kiri. Hai ini karena setiap kali memompa darah,
tidak hanya aliran darah ke arah aorta (forward stroke volume) saja yang
dipompa, melainkan aliran regurgitasi ke arah atrium (regurgitant
volume) juga dipompa. Total stroke volume ventrikel kiri merupakan
kombinasi forward stroke volume dan regurgitant volume.
Pada keadaan akut stroke volume ventrikel kiri meningkat tetapi
forward cardiac output menurun. Mekanisme yang menyebabkan total
stroke volume meningkat dinamakan dengan Frank-Starling Mechanism.
Regurgitant volume menyebabkan overload volume dan tekanan pada
atrium kiri. Kenaikan tekanan ini akan mengakibatkan kongestif paru,
karena drainase darah dari paru-paru terhambat.
b. Fase kronik terkompensasi
Apabila MR timbulnya lama atau fase akut dapat teratasi dengan
obat. Maka individu ini akan masuk ke dalam fase kronik terkompensasi.
Pada fase ini, ventrikel kiri mengalami hipertrofi yang eksentrik sebagai
kompensasi peningkatan stroke volume. Individu dengan fase ini biasanya
tidak ada keluhan dan dapat melakukan aktivitas seperti biasa.
c. Fase kronik dekompensasi
Fase ini ditandai dengan overload kalsium pada miosit. Pada fase ini
miokard ventrikel tidak dapat lagi berkontraksi secara kuat sebagai
kompensasi overload volume pada MR, dan stroke volume ventrikel kiri
akan menurun. Dengan keadaan ini akan terjadi kongesti vena pulmonalis.
Pada fase ini akan terjadi dilatasi ventrikel kiri, yang berakibat dilatasi
annulus fibrosus yang akan memperburuk derajat RM
D. Gambaran Klinis
Regurgitasi katup mitral yang ringan bisa tidak menunjukkan gejala.
Kelainannya bisa dikenali hanya jika dokter melakukan pemeriksaan dengan
stetoskop, dimana terdengar murmur yang khas, yang disebabkan pengaliran
kembali darah ke dalam atrium kiri ketika ventrikel kanan berkontraksi.
Secara bertahap, ventrikel kiri akan membesar untuk meningkatkan kekuatan
denyut jantung, karena ventrikel kiri harus memompa darah lebih banyak
untuk mengimbangi kebocoran balik ke atrium kiri.
Ventrikel yang membesar dapat menyebabkan palpitasi (jantung berdebar
keras), terutama jika penderita berbaring miring ke kiri. Atrium kiri juga
cenderung membesar untuk menampung darah tambahan yang mengalir
kembali dari ventrikel kiri. Atrium yang sangat membesar sering berdenyut
sangat cepat dalam pola yang kacau dan tidak teratur (fibrilasi atrium), yang
menyebabkan berkurangnya efisiensi pemompaan jantung. Pada keadaan ini
atrium betul-betul hanya bergetar dan tidak memompa; berkurangnya aliran
darah yang melalui atrium, memungkinkan terbentuknya bekuan darah. Jika
suatu bekuan darah terlepas, ia akan terpompa keluar dari jantung dan dapat
menyumbat arteri yang lebih kecil sehingga terjadi stroke atau kerusakan
lainnya.
Gejala yang timbul pada MR tergantung pada fase mana dari penyakit
ini. Pada fase akut gejala yang timbul seperti decompensated congestive heart
failure yaitu: sesak nafas, oedem pulmo, orthopnea, paroksimal nocturnal,
dispnoe, sampai syok kardiogenik. Pada fase kronik terkompensasi mungkin
tidak ada keluhan tetapi individu ini sensitive terhadap perubahan volume
intravaskuler.
E. Pemeriksaan Penunjang
Regurgitasi katup mitral biasanya diketahui melalui murmur yang khas,
yang bisa terdengar pada pemeriksaan dengan stetoskop ketika ventrikel kiri
berkontraksi. Elektrokardiogram (EKG) dan rontgen dada bisa menunjukkan
adanya pembesaran ventrikel kiri. Pemeriksaan yang paling informatif adalah
ekokardiografi, yaitu suatu tehnik penggambaran yang menggunakan
gelombang ultrasonik. Pemeriksaan ini dapat menggambarkan katup yang
rusak dan menentukan beratnya penyakit.
Jika penyakitnya berat, katup perlu diperbaiki atau diganti sebelum
ventrikel kiri menjadi sangat tidak normal sehingga kelainannya tidak dapat
diatasi. Mungkin perlu dilakukan pembedahan untuk memperbaiki katup
(valvuloplasti) atau menggantinya dengan katup mekanik maupun katup yang
sebagian dibuat dari katup babi. Memperbaiki katup bisa menghilangkan
regurgitasi atau menguranginya sehingga gejala dapat ditolerir dan kerusakan
jantung dapat dicegah.
Setiap jenis penggantian katup memiliki keuntungan dan kerugian. Katup
mekanik biasanya efektif, tetapi menyebabkan meningkatnya resiko
pembentukan bekuan darah, sehingga biasanya untuk mengurangi resiko
tersebut diberikan antikoagulan. Katup babi bekerja dengan baik dan tidak
memiliki resiko terbentuknya bekuan darah, tetapi tidak mampu bertahan
selama katup mekanik. Jika katup pengganti gagal, harus segera diganti.
Fibrilasi atrium juga membutuhkan terapi. Obat-obatan seperti beta-
blocker, digoxin dan verapamil dapat memperlambat denyut jantung dan
membantu mengendalikan fibrilasi. Permukaan katup jantung yang rusak
mudah terkena infeksi serius (endokarditis infeksius). Karena itu untuk
mencegah terjadinya infeksi, seseorang dengan katup yang rusak atau katup
buatan harus mengkonsumsi antibiotik sebelum menjalani tindakan
pencabutan gigi atau pembedahan.
F. Penatalasanaan
a. MEDIKAMENTOSA
1. Diuretik
2. ACE-Inhibitor
3. Beta Blocker
4. Digoksin
b. TERAPI BEDAH
1. Penggantian Katub mitral
STENOSIS MITRAL
A. Definisi
Stenosis katup mitral merupakan penyempitan pada lubang katup mitral
yang akan menyebabkan meningkatnya tahanan aliran darah dari atrium kiri
ke ventrikel kiri. Kelainan struktur mitral ini menyebabkan angguan
pembukaan sehingga timbul gangguan pengisian ventrikel kiri saat diastol.
Dibagi atas : Reumatik (> 90% ) dan non reumatik. Sebagian terjadi pada
usia < 20 tahun yang disebut ” Juvenile Mitral Stenosis ”.
B. Etiologi
1. Demam Reumatik
2. Non Rheumatik
C. Patofisiologi
Stenosis mitral menghalangi aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri
selama fase diastolik ventrikel untuk mempertahankan curah jantung, atrium
kiri harus menghasilkan tekanan yang lebih besar untuk mendorong darah
melewati katup yang sempit sehingga terjadi :
1. Hipertrofi atrium kiri untuk meningkatkan kekuatan memompa darah
2. Dilatasi atrium kiri terjadi karena volume atrium kiri meningkat karena
ketidakmampuan atrium untuk mengosongkan diri secara normal.
3. Kongesti ventrikel pulmonalis akibat dari peningkatan tekanan dan volume
atrium kiri yang dipantulkan kebelakang pembuluh paru-paru sehingga
tekanan dalam katup pulmonalis dan kapiler meningkat, kongesti paru-
paru tekanan dan atrium pulmonalis meningkat sebagai akibat dari
resistensi ventrikel pulmonalis yang meningkat. Hipertensi pulmonalis
meningkat resistensi ejeksi ventrikel kanan menuju arteria pulmonalis
ventrikel kanan memberi respon dengan hipertrofi.
Curah jantung yang menetap.
Pada keadaan normal area katup mitral mempunyai ukuran 4-6 cm².
Bila area orifisium katup ini berkurang sampai 2 cm², maka diperlukan
upaya aktif atrium kiri berupa peningkatan tekanan atrium kiriagar aliran
transmitral yang normal tetap terjadi. Stenosis mitral yang kritis terjadi
bila pembukaan katup berkurang hingga mencapai 1 cm². Pada tahap ini
dibutuhkan suatu tekanan atrium kiri sebesar 25 mmHg untuk
mempertahankan curah jantung yang normal (swain,2005).
Derajat berat ringannya stenosis mitral, selain berdasarkan gradien
transmitral, dapat juga ditentukan oleh luasnya area katup mitral, serta
hubungan antara lamanya waktu antara penutupan katup aorta dan opening
snap. Berdasarkan luasnya area katup mitral derajat stenosis mitral sebagai
berikut :
1. Minimal : bila area > 25 cm²
2. Ringan : Bila area 1,4 – 2,5 cm
3. Sedang : Bila area 1 – 1,4 cm²
4. Berat : Bila area < 1,0 cm²
5. Reaktif : Bila area < 1,0 cm²
Keluhan dan gejala stenosis mitral mulai akan muncul bila luas area katup
mitral menurun sampai seperdua normal ( <2-2,5 cm²).
Pada stenosis mitral yang ringan simptom yang muncul biasanya
dicetuskan oleh faktor yang meningkatkan kecepatan aliran atau curah
jantung, atau menurunkan periode pengisisan diastole, yang akan
meningkatkan tekanan atrium kiri secara dramatis.
Beberapa keadaan antara lain :
1. Latihan
2. Stres emosi
3. Infeksi
4. Kehamilan
5. Fibrilasi atrium dengan respon ventrikel cepat
D. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
1. Thorax asimetris
2. Tampak pulsasi
b. Palpasi
1. Impuls apikal sangat singkat dan kualitas mengetuk
2. Kadang opening snap dan gemuruh diastolik dpt dipalpasi
3. Saat tek. a. pulmonalis meningkat, ketokan akhir sistol tinggi pd batas
sternum kiri
c. Perkusi
Batas jantung kanan besar
d. Auskultasi
1. Gemuruh diastol pd apex
2. Presistolik meningkat, bunyi 1 keras, opening snap terdeteksi
3. Bising meningkat intensitasnya selama beberapa siklus jantung 1
4. Auskultasi bisa tdk khas dan sulit didengar
E. Pemeriksaan Penunjang
a. EKG :
Memperlihatkan gambaran P mitral berupa takik (notching )
gelombang P dengan gambaran QRS yang masih normal dan Right Axis
Deviation. Pada stenosis mitral reumatik, sering dijumpai adanya fibrilasi
atau flutter atrium.
b. Foto Thorax :
1. Dapat menunjukkan pembesaran atrium
2. Pelebaran arteri pulmonal
3. Aorta yang relatif kecil
4. Pembesaran ventrikel kanan
5. Perkapuran di daerah katup mitral atau perkardium
6. Pada paru-paru terlihat tanda-tanda bendungan vena
7. Edem Interstitial berupa garis Kerley terdapat pada 30% pasien dengan
tekanan atrium kiri < 20 mmHg dan 70% pada tekanan atrium >20
mmHg
c. Ekokardiografi :
Pemeriksaan ekokardiografi M-mode dan 2D-Doppler sangat penting
dalam penegakan diagnosis. Dapat digunakan untuk :
1. Menentukan derajat stenosis
2. Dimensi ruang untuk jantung
3. Ada tidaknya kelainan penyerta
4. Ada tidaknya trombus pada atrium kiri
d. Kateterisasi jantung :
Kadang perlu dilakukan kateterisasi jantung untuk menentukan luas
dan jenispenyumbatannya. Walaupun demikian pada keadaan tertentu
masih dikerjakan setelah suatu prosedur ekokardiografi yang lengkap. Saat
ini kateterisasi dipergunakan secara primer untuk suatu prosedur
pengobatan intervensi non bedah yaitu valvulotomi dengan balon
e. Laboratorium :
Pemeriksaan laboratorium tidak ada yang khas, ditujukan untuk
penentuan adanya reaktivasi reuma.
F. Penatalaksanaan
a. Istirahat
b. Diet
c. Medikamentosa
Diuretik
Antikoagulasi
Beta blocker/calcium channel blockers
Obat anti-arrhythmic
d. Operasi
Closed mitral commisurotomy
Open mitral valvotomy
Mitral valve reprecament
e. Pencegahan eksaserbasi DR:
Eritromisin 2 x 250 mg/hari
KESIMPULAN
Berdasarkan gejala klinis yang ada pada skenario, kami menduga pasien
tersebut mengalami penyakit STENOSIS MITRAL
Stenosis katup mitral merupakan penyempitan pada lubang katup mitral
yang akan menyebabkan meningkatnya tahanan aliran darah dari atrium
kiri ke ventrikel kiri. Kelainan struktur mitral ini menyebabkan angguan
pembukaan sehingga timbul gangguan pengisian ventrikel kiri saat diastol.
Dibagi atas : Reumatik (> 90% ) dan non reumatik. Sebagian terjadi pada
usia < 20 tahun yang disebut ” Juvenile Mitral Stenosis ”.