Modul Praktikum Kimia Analisis Kuantitatif Laboratorium Kimia Metalurgi Departemen Teknik Metalurgi dan Material Fakultas Teknik Universitas Indonesia 2013
[Type text] Page 0
Modul Praktikum Kimia Analisis Kuantitatif
Laboratorium Kimia Metalurgi Departemen Teknik Metalurgi dan
Material Fakultas Teknik Universitas Indonesia
2013
Modul Praktikum Kimia Analisis Kuantitatif 2013 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas terselesaikannya Modul Praktikum
Kimia Analitik Kuantitatif. Modul ini ditujukan sebagai panduan bagi mahasiswa/i teknik
Metalurgi & Material dalam menjalani salah satu dari 2 rangkaian praktikum Kimia Analisis.
Sebagai akademisi Teknik Metalurgi & Material, program studi ini tidak terlepas dari ilmu-
ilmu kimia. Mengenal berbagai senyawa dalam suatu larutan, baik dari segi kualitatif (jenis)
maupun kuantitatif (jumlah/kadar) merupakan suatu cabang ilmu yang harus dan penting
untuk dimengerti oleh setiap mahasiswa/i. Berbagai metode dapat digunakan untuk analisa
zat kimia, salah satunya adalah praktikum langsung di laboratorium, yang secara langsung
dapat meningkatkan keahlian praktis dan analitis sebelum terjun ke dalam dunia kerja.
Praktikum Kimia Analitik Kuantitatif merupakan bagian dari mata kuliah wajib pada
kurikulum 2012, khususnya bagi mahasiswa tingkat 1. Praktikum ini fokus kepada metode
titrimetri dalam menentukan kadar suatu larutan, dengan berbagai metode khusus yang
disesuaikan dengan sifat zat yang dimiliki oleh larutan sample. Oleh sebab itu, modul
panduan ini didesain sebagai salah satu pendukung utama bagi mahasiswa/i untuk dapat
memahami teori dasar kimia analitik kuantitatif, didukung dengan bahan kuliah Kimia
Analitik semester 2.
Target utama yang kami harapkan dengan diselenggarakannya praktikum ini adalah agar
mahasiswa/i dapat memahami :
1. Prinsip kimia analitik kuantitatif dengan metode titrimetri
2. Sifat-sifat larutan yang berkaitan dengan metode titrimetri
3. Metode analisa yang digunakan untuk mengetahui kadar suatu larutan
4. Fungsi & penggunaan indikator, larutan standar primer & larutan standar sekunder
dalam titrasi
5. Alat dan bahan yang diperlukan dalam mendukung proses titrasi
6. Langkah-langkah sistematis yang dilakukan, mulai dari persiapan, penimbangan,
pembuatan larutan standar, penambahan indikator dan proses titrasi
7. Persamaan grek yang dimanfaatkan untuk menghitung kadar zat dalam suatu larutan
Tak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada setiap pihak yang
telah membantu penyusunan modul praktikum ini, di antaranya :
Ir. Rini Riastuti, M.Sc selaku Kepala Laboratorium Metalurgi Kimia DTMM,
Dra. Sari Katili, M.Si selaku dosen pengajar mata kuliah Kimia Analitik,
dan para staf pengajar di lingkungan Departemen Teknik Metalurgi dan Material FTUI, serta
pihak-pihak lain yang tidak kami dapat sebutkan satu persatu di dalam buku ini.
Depok, Maret 2013
Laboratorium Kimia Metalurgi Departemen Teknik Metalurgi dan Material
Modul Praktikum Kimia Analisis Kuantitatif 2013 2
I. Alat-Alat Analisis Kimia
Alat-alat analisis kimia umumnya digunakan dalam pekerjaan titrasi,
gravimetri, maupun analisis secara instrumentasi. Adapun untuk pekerjaan analisis
kuantitatif anorganik yang perlu ketelitian lebih besar maka sebelum pemakaian alat-
alat volumentri yang terbuat dari gelas sebaiknya dilakukan dahulu kalibrasi alat.
Untuk memperoleh hasil yang baik dalam analisis kimia diperlukan cara-cara yang
khusus dalam pemakaian dan pemeliharaannya. Alat-alat yang sering digunakan
dalam pekerjaan analisis kimia adalah sebagai berikut:
Pipet Volumetric
Labu Takar
Labu Erlenmayer
Modul Praktikum Kimia Analisis Kuantitatif 2013 3
Buret
Neraca Analitik/Neraca Digital
Cawan Petri
Corong
Modul Praktikum Kimia Analisis Kuantitatif 2013 4
Batang Pengaduk
Beaker Glass
Gelas Ukur
Modul Praktikum Kimia Analisis Kuantitatif 2013 5
II. Pemilihan Metode dan Sistematika Kerja dalam Analisis Kimia
Kuantitatif
Dalam melakukan analisis kimia kuantitatif, terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu:
1) Pemilihan Metode
Sebelum menganalisis pemilihan metode yang tepat yang dapat dilakukan
untuk penentuan kadar dengan titrasi, kita perlu mengumpulkan data
mengenai sifat dari kation dan anion yang terkandung di dalam zat tersebut.
Zat :.......
Kelarutan di dalam Air:......
Kation Anion
Ion
Kemampuan membentuk kompleks
Sifat (kemampuan mengikat H+)
Kemampuan reduksi/oksidasi
Kemampuan membentuk endapan
Dari pembuatan data seperti di atas, kita dapat memilih metode yang sesuai
untuk titrasi. Metode yang dapat digunakan adalah Acidi-Alkali Metri,
Redoksometri (Permanganometri/Iodometri), atau Argentometri.
2) Kelayakan Titrasi
Setiap metode yang mungkin dilakukan sesuai analisis data di atas belum
sepenuhnya layak dititrasi. Hal ini mengartikan bahwa titrasi tersebut
mungkin untuk dilakukan, namum belum tentu menghasilkan solusi yang
akurat dari pengukuran konsentrasi. Oleh karena itu, setiap metode memiliki
syarat kelayakan titrasi masing-masing.
3) Pemilihan Indikator
Dari setiap metode titrasi, perlu diperhatikan pula penambahan indikator
untuk mempermudah praktikan dalam menentukan titik akhir titrasi.
Indikator tersebut memiliki warna masing-masing pada kondisi / pH tertentu.
Indikator yang biasa digunakan antara lain:
Indikator EBT digunakan untuk metode kompleksometri
Indikator PP, MO, dan BB digunakan untuk metode Acidi-Alkali
Metri (akan tetapi perlu ditinjau ulang dengan adanya perhitungan
pH).
Pada metode permanganometri tidak diperlukan indikator tambahan
untuk mendeteksi titik ekuivalen karena KmnO4 telah memiliki
warna violet pada kondisi standar dan berubah menjadi warna merah
muda ketika titik ekuivalen.
Modul Praktikum Kimia Analisis Kuantitatif 2013 6
4) Kebersihan Alat
Keseluruhan sistem pada proses titrasi perlu dilakukan dengan presisi
& akurat. Oleh karena itu, perlu diperhatikan mengenai kebersihan alat.
Adanya zat lain walau setitik saja dapat mempengaruhi nilai yang diperoleh.
Bila perlu, bilas dan rendamlah alat-alat kimia dengan larutan K2Cr2O7.
Selain kebersihan alat, pelarut juga harus bersih dari adanya unsur-unsur atau
zat-zat lain. Oleh karena itu, pelarut yang digunakan haruslah aquabidest.
5) Standardisasi Titran
Titran (larutan standar sekunder) yang digunakan dalam menentukan
molaritas suatu zat tidak selalu memiliki konsentrasi yang tetap. Banyak
faktor yang menyebabkan zat titran memiliki konsenttasi yang berubah-ubah
dan tidak akurat. Pembuatan larutan standard primer serta proses
standardisasi menjadi proses kunci dalam menentukan konsentrasi titran yang
tepat dan sesungguhnya.
Larutan standar primer merupakan larutan yang konsentrasinya pasti
dan harus dibuat dengan alat-alat yang akurat, kemurnian tinggi (99,995%),
stabil dalam penyimpanan, rumus molekul pasti, berat ekivalen besar, mudah
dikeringkan. Mekanisme standardisasi adalah dengan titrasi larutan standar
primer dengan larutan standar sekunder.
6) Titik Akhir Titrasi dan Titik Ekuivalen
Untuk mencari titik ekivalen titrasi, perlu diperhitungkan terlebih
dahulu dengan persamaan grek analat = grek titran. Titik inilah yang ditandai
dengan berubahnya warna indikator, dimana terjadi lonjakan pH ataupun
perbedaan kelarutan. Titik akhir titrasi adalah suatu kondisi dimana titrasi
selesai dilakukan setelah terjadi perubahan warna saat titk ekivalen. Dalam
hal ini, titik akhir titrasi diharapkan tidak jauh berbeda dengan titik ekivalen
(tepat setelah titik ekivalen terjadi).
7) Perhitungan Titrasi
Setelah titrasi selesai dilakukan, perhitungan dilakukan untuk
mengetahui molaritas dengan persamaan :
Modul Praktikum Kimia Analisis Kuantitatif 2013 7
I. Tujuan
Penentuan kadar zat yang bersifat asam/basa dengan larutan yang bersifat basa/asam
II. Dasar Teori
Penambahan asam dengan basa pada konsentrasi tertentu dapat menghasilkan garam
pada suasana netral. Pada titrasi ini, prinsip tersebut digunakan untuk menentukan
molaritas suatu asam atau basa kuat. Titik ekuivalen pada titrasi ini tercapai saat:
*1 grek = 1 mol H+
yang diikat/dilepas, atau
Syarat untuk kelayakan titrasi dengan metode acidy-alkalimetry adalah reaksi harus
sempurna ke kanan dan nilai K≥105. Oleh karena itu, untuk menentukan kelayakan titrasi
perlu dilakukan perhitungan dengan melakukan langkah-langkah berikut ini:
1. Buat grafik pH vs log [C] terlebih dahulu di milimeter blok untuk menentukan
Σas dan Σbs.
Pada grafik ini, pH berada pada sumbu X (0-14) dan log [C] berada pada
sumbu Y negatif (0-14). Tarik garis dengan gradien = -1 untuk aktifitas H+ dan
gradien 1 dari titik (-14,0) untuk aktifitas OH-. Lakukan pula dengan aktifitas
asam dan basa yang dimiliki larutan.
2. Perhitungan salah titrasi
Kesalahan titrasi yang dihitung adalah salah titrasi kebetulan dan salah titrasi
sistematik. Nilai dari perhitungan ini tidak boleh lebih dari 2%. Jika nilai
kesalahannya lebih dari 2%, maka titrasi tersebut tidak layak digunakan.
Salah Titrasi Kebetulan
{ }
(
)
Salah Titrasi Sistematik
{ }
(
)
Contoh zat yang bisa dititrasi dengan metode ini, antara lain:
– Semua asam kuat dan basa kuat
– CO32-
, HCO3-, PO4
3-, HPO4
2- dengan asam kuat
Modul Praktikum Kimia Analisis Kuantitatif 2013 8
– H2C2O4, H3PO4, CH3COOH dengan basa kuat
Asam/basa poliprotik perlu diperhitungkan kesalahan titrasinya dari masing-masing
valensi. Jika layak dititrasi, perhatikan pula indikator yang cocok dengan range pH dari
titik potong asam dan basa.
III. Titrasi Acidy-Alkalimetry
Contoh : Zat Na2CO3
Preparasi Sampel Na2CO3
Sampel Na2CO3 yang akan ditentukan kadarnya merupakan suatu zat yang larut
dalam suatu pelarut polar seperti air. Praktikan akan memperoleh sampel Na2CO3
dalam bentuk padatan murni. Praktikan akan melarutkan sampel tersebut dalam
100 ml aquadest untuk mempermudah dalam proses titrasi. o Peralatan
1 buah labu takar ukuran 100 ml
1 buah corong kecil
1 buah batang pengaduk
1 buah kaca arloji
o Langkah Kerja
1. Ambilah sampel Na2CO3 dalam wujud padatan yang akan ditentukan
kadarnya. Sampel diletakkan di atas kaca arloji.
2. Larutkan sampel Na2CO3 tersebut dengan sedikit aquadest (gunakan
bantuan batang pengaduk untuk memastikan semua sampel Na2CO3 larut
sempurna) dan masukan larutan Na2CO3 tersebut ke dalam labu takar
ukuran 100 ml dengan bantuan corong dan batang pengaduk.
3. Bilas dengan aquadest kaca arloji, batang pengaduk, dan corong sampai
tidak ada sampel Na2CO3 yang tertinggal pada peralatan tersebut serta
masukan air bilasan tersebut ke dalam labu takar ukuran 100 ml.
4. Tambahkan aquadest ke dalam labu takar sampai volume larutan
Na2CO3 mencapai 100 ml.
5. Pastikan larutan tersebut merupakan larutan yang merata dan homogen
dengan cara sedikit mengocok atau membolak-balikan labu takar (labu
takar dalam keadaan tertutup) secara hati-hati dan perlahan.
6. Preparasi sampel Na2CO3 telah selesai dan siap ditentukan kadarnya
melalui proses titrasi.
Pembuatan Larutan Standar Primer 100 ml Na2CO3 0,1M
Proses titrasi sampel Na2CO3 menggunakan larutan standar sekunder HCl sebagai
titran. Molaritas larutan standar sekunder HCl tersebut tentu tidak presisi
sehingga perlu distandarisasi dengan suatu larutan standar primer. Larutan standar
primer yang digunakan untuk menstandarisasi larutan standar sekunder HCl
tersebut adalah larutan Na2CO3 0,1 M dengan volume sebesar 100 ml.
Modul Praktikum Kimia Analisis Kuantitatif 2013 9
o Perhitungan
Diinginkan 100 ml larutan Na2CO3 0,1 M
Tersedia padatan murni Na2CO3
Diketahui :
M Na2CO3 = 0,1 M
V Na2CO3 = 100 ml = 0,1 liter
Mr Na2CO3 = 106 gram/mol
( )
( )
o Peralatan
1 buah labu takar ukuran 100 ml
1 buah spatula
1 buah cawan petri
1 buah corong kecil
1 buah batang pengaduk
1 buah neraca massa digital
o Langkah Kerja
1. Persiapkan semua peralatan yang digunakan dalam pembuatan
larutan standar primer 100 ml Na2CO3 0,1 M
2. Timbanglah serbuk (padatan) murni Na2CO3 sebanyak 1,06 gram
dengan menggunakan neraca massa digital secara presisi.
Penimbangan dilakukan di atas cawan petri dan pengambilan serbuk
(padatan) murni Na2CO3 dilakukan dengan bantuan spatula.
3. Larutkan sampel Na2CO3 yang ada di atas cawan petri tersebut
dengan sedikit aquadest dan pastikan padatan Na2CO3 semuanya
larut sempurna dengan cara mengaduknya dengan batang pengaduk.
4. Masukan larutan Na2CO3 tersebut ke dalam labu takar ukuran 100
ml. Pemindahan larutan ini dilakukan dengan bantuan corong dan
batang pengaduk.
5. Bilaslah cawan petri, batang pengaduk, dan corong dengan aquadest
sedikit demi sedikit dan masukan air bilasan tersebut ke dalam labu
takar ukuran 100 ml.
6. Ulangi proses pembilasan minimal 3 kali sampai tidak ada zat
Na2CO3 yang tertinggal pada cawan petri, batang pengaduk, dan
corong.
7. Tambahkan aquadest ke dalam labu takar sampai volume larutan
Na2CO3 dalam labu takar mencapai 100 ml secara presisi.
8. Pastikan larutan tersebut merupakan larutan yang merata dan
homogen dengan cara sedikit mengocok atau membolak-balikan
labu takar (labu takar dalam keadaan tertutup) secara hati-hati dan
perlahan.
9. Larutan standar primer 100 ml Na2CO3 0,1 M siap digunakan.
Pembuatan Larutan Standar Sekunder 500 ml HCl 0,1M
Diinginkan 500 ml larutan HCl 0,1 M
Tersedia larutan HCl pekat dengan ρ = 1,12 gram/cm3 dan konsentrasi 25%
Modul Praktikum Kimia Analisis Kuantitatif 2013 10
o Perhitungan
Ma = Molaritas HCl pekat yang tersedia
Mb = Molaritas HCl yang diinginkan
Va = Volume HCl yang diambil
Vb = Volume HCl yang ingin dibuat
Mb = 0,1 M
Vb = 500 ml
% HCl = 25%
ρ = 1,12 gram/cm3
Mr HCl = 36,5 gram/mol
Ma = (% HCl)(ρHCl).10 = (25).(1,12).(10) = 7,671232877 M
Mr 36,5
Va.Ma = Vb.Mb
Va.(7,671232877) = (500).(0,1)
Va = 6,517857143 ml
o Peralatan
1 buah pipet kecil
1 buah gelas ukur 10 ml
1 buah beaker glass ukuran 500 ml
1 buah batang pengaduk
o Langkah Kerja
1. Persiapkan semua peralatan kerja yang digunakan dalam
pembuatan larutan standar sekunder 500 ml HCl 0,1 M
2. Dengan menggunakan gelas ukur, ambil 6,517857143 ml larutan
HCl pekat. Proses pengambilan larutan HCl ini dibantu dengan
pipet dan dilakukan dengan hati-hati.
3. Masukan larutan HCl tersebut ke dalam beaker glass ukuran 500
ml.
4. Tambahkan aquadest ke dalam beaker glass sampai volume larutan
HCl mencapai 500 ml.
5. Pastikan larutan dalam keadaan merata dan homogen dengan cara
mengaduknya dengan batang pengaduk secara perlahan dan hati-
hati.
6. Larutan standar sekunder 500 ml HCl selesai dibuat. Larutan
standar sekunder ini tentunya memiliki molaritas yang tidak presisi
0,1 M sehingga perlu distandariasai dengan larutan standar primer
Na2CO3 sebelum siap dipakai untuk titasi.
Standardisasi Larutan Standar Sekunder HCl dengan Larutan Standar
Primer Na2CO3 0,1M
o Peralatan
1 buah buret ukuran 50 ml
1 buah corong
1 buah labu erlenmeyer ukuran 250 ml
I buah volumetric pipet ukuran 10 ml
Modul Praktikum Kimia Analisis Kuantitatif 2013 11
o Langkah Kerja
1. Siapkan semua peralatan kerja yang digunakan dalam proses
standarisasi larutan standar sekunder HCl dengan larutan standar
primer Na2CO3 0,1 M
2. Masukan larutan HCl ke dalam buret ukuran 50 ml dengan bantuan
corong
3. Ambil 10 ml larutan Na2CO3 0,1 M dengan menggunakan volumetric
pipet ukuran 10 ml. Masukan larutan ini ke dalam labu erlenmeyer
ukuran 250 ml.
4. Masukan 5 tetes indikator phenolftalein ke dalam labu erlenmeyer
sampai warna larutan Na2CO3 berubah menjadi merah muda (pink).
5. Lakukan titrasi sampai warna larutan Na2CO3 dalam erlenmeyer
berubah warna dari merah muda (pink) menjadi tidak berwarna.
6. Ulangi proses titrasi sampai diperoleh 3 buah variasi data.
7. Hitunglah volume HCl rata-rata.
8. Hitunglah molaritas larutan standar sekunder HCl.
o Perhitungan
Titrasi ke- Volume HCl
( ml)
1 ….ml
2 ….ml
3 ….ml
=...ml
V Na2CO3 = 10 ml
M Na2CO3 = 0,1 M
1 mol HCl = 1 grek
1 mol Na2CO3 = 1 grek (karena titrasi dengan indikator phenolftalein)
Persamaan grek:
grek titran = grek analat
grek Na2CO3 = grek HCl
(V Na2CO3 ).(M Na2CO3 ).(1) = (V HCl rata-rata).(M HCl).(1)
(10 ).(0,1 ).(1) = (V HCl rata-rata).(M HCl).(1)
M HCl = …… M
Penentuan Kadar Sampel Na2CO3
o Peralatan
1 buah buret ukuran 50 ml
1 buah corong
1 buah labu erlenmeyer ukuran 250 ml
I buah volumetric pipet ukuran 10 ml
o Langkah Kerja
Modul Praktikum Kimia Analisis Kuantitatif 2013 12
1. Siapkan semua peralatan kerja yang digunakan dalam proses
standarisasi larutan standar sekunder HCl dengan larutan standar
primer Na2CO3 0,1 M
2. Masukan larutan HCl ke dalam buret ukuran 50 ml dengan bantuan
corong
3. Ambil 10 ml larutan Na2CO3 0,1 M dengan menggunakan
volumetric pipet ukuran 10 ml. Masukan larutan ini ke dalam labu
erlenmeyer ukuran 250 ml.
4. Masukan 5 tetes indikator phenolftalein ke dalam labu erlenmeyer
sampai warna larutan Na2CO3 berubah menjadi merah muda (pink).
5. Lakukan titrasi sampai warna larutan Na2CO3 dalam erlenmeyer
berubah warna dari merah muda (pink) menjadi tidak berwarna.
6. Ulangi proses titrasi sampai diperoleh 3 buah variasi data.
7. Hitunglah volume HCl rata-rata.
8. Hitunglah molaritas sampel Na2CO3
o Perhitungan
Titrasi ke- Volume HCl
( ml)
1 ….ml
2 ….ml
3 ….ml
=...ml
V Na2CO3 = 10 ml
M Na2CO3 = 0,1 M
1 mol HCl = 1 grek
1 mol Na2CO3 = 1 grek (karena titrasi dengan indikator phenolftalein)
Persamaan grek:
grek Na2CO3 = grek HCl
(V Na2CO3 ).(M Na2CO3 ).(1) = (V HCl rata-rata).(M HCl).(1)
M Na2CO3 = ……..M
Modul Praktikum Kimia Analisis Kuantitatif 2013 13
I.
I. Tujuan Penentuan kadar zat dengan reaksi oksidasi dan reduksi
II. Dasar Teori Zat oksidator akan bereaksi dengan reduktor, dengan adanya prinsip serah terima
elektron. Pada titrasi ini, prinsip tersebut digunakan untuk menentukan molaritas suatu
zat oksidar / reduktor. Dimana, titik ekivalen tercapai pada saat :
grek oksidator = grek reduktor
[V x N]oksidator = [V x N]reduktor
*1 grek = 1 mol elektron yang dilepas/diikat = V x M x elektron terlibat
Syarat kelayakan titrasi dari metode redoxometry adalah reaksi harus berjalan sempurna
ke kanan dan nilai K≥108. Adapun perhitungan K adalah sebagai berikut:
n2 red1 + n1 ox2 → n2 ox1 + n1 red2
Metode redoxometry yang digunakan di Laboratorium Metalurgi Kimia hanya metode
Permanganometry saja. Kelebihan dari metode permanganometry adalah Tidak
memerlukan indikator (titrasi dilakukan sampai terjadi perubahan warna menjadi merah
muda). Akan tetapi, kelemahannya adalah Titrasi harus dilakukan dalam suasana asam,
titran tidak stabil dalam air dan peka terhadap cahaya , pelarut titran harus bebas dari O2
dan CO2, sehingga setiap kali pemakaian titran harus distandarisasi ulang. Pada saat
titrasi berlangsung, reaksi yang terjadi adalah:
MnO4- + 8H
+ + 5e
- ⇌ Mn
2+ + 4H2O
(1 mol = 5 grek)
Contoh zat yang dapat dititrasi dengan metode permanganometry antara lain:
Cl- → ½Cl2 + e
- (1 mol = 1 grek)
Br- → ½Br2 + e
- (1 mol = 1 grek)
C2O42-
→ CO2 + 2e- (1 mol = 2 grek)
Modul Praktikum Kimia Analisis Kuantitatif 2013 14
III. Titrasi Permanganometry
Contoh: Zat Na2C2O4
Pembuatan Larutan Standar Sekunder 500ml KMnO4 0,1M
Diinginkan 500ml larutan KMnO4 0,1 M
Tersedia padatan KMnO4 murni
o Perhitungan
Diketahui:
M KMnO4 = 0,1 M
V KMnO4 = 500 ml = 0,5 liter
Mr KMnO4 = 158 gram/mol
1 mol KMnO4 = 5 grek
n KMnO4 = (V KMnO4)(M KMnO4 ).(1/5) = (0,1)(0,5)(1/5) = 0,01 mol
m KMnO4 = (n KMnO4)(Mr KMnO4) = (0,01)(158) = 1,58 gram
o Peralatan
1 buah labu takar ukuran 500 ml
1 buah spatula
1 buah cawan petri
1 buah corong kecil
1 buah batang pengaduk
1 buah neraca massa digital
o Langkah Kerja
1. Persiapkan semua peralatan kerja yang digunakan dalam pembuatan
larutan standar sekunder 500 ml KMnO4 0,1 M
2. Timbanglah serbuk (padatan) murni KMnO4 sebanyak 1,58 gram
dengan menggunakan neraca massa digital secara presisi.
Penimbangan dilakukan di atas cawan petri dan pengambilan serbuk
(padatan) KMnO4 dilakukan dengan bantuan spatula.
3. Larutkan padatan KMnO4 yang ada di atas cawan petri tersebut
dengan sedikit aquadest dan pastikan padatan KMnO4 semuanya
larut sempurna dengan cara mengaduknya dengan batang pengaduk.
4. Masukan larutan KMnO4 tersebut ke dalam labu takar ukuran 500
ml. Pemindahan larutan ini dilakukan dengan bantuan corong dan
batang pengaduk.
5. Bilaslah cawan petri, batang pengaduk, dan corong dengan aquadest
sedikit demi sedikit dan masukan air bilasan tersebut ke dalam labu
takar ukuran 500 ml.
6. Ulangi proses pembilasan minimal 3 kali sampai tidak ada zat
KMnO4 yang tertinggal pada cawan petri, batang pengaduk, dan
corong.
7. Tambahkan aquadest ke dalam labu takar sampai volume larutan
KMnO4 dalam labu takar mencapai 500 ml secara presisi.
Modul Praktikum Kimia Analisis Kuantitatif 2013 15
8. Pastikan larutan tersebut merupakan larutan yang merata dan
homogen dengan cara sedikit mengocok atau membolak-balikan
labu takar (labu takar dalam keadaan tertutup) secara hati-hati dan
perlahan.
9. Pastikan labu takar berwarna gelap atau ditutup dengan koran agar
larutan KMnO4 tidak terurai karena pengaruh sinar matahari atau
cahaya lampu.
10. Larutan standar sekunder 500 ml KMnO4 selesai dibuat. Larutan
standar sekunder ini tentunya memiliki molaritas yang tidak presisi
0,1 M sehingga perlu distandariasai dengan larutan standar primer
Na2C2O4 sebelum siap dipakai untuk titasi.
Pembuatan Larutan Standar Primer 100ml Na2C2O4 0,1M
Molaritas larutan standar sekunder KMnO4 tidak presisi sehingga perlu
distandarisasi dengan suatu larutan standar primer. Larutan standar primer yang
digunakan untuk menstandarisasi larutan standar sekunder KMnO4 tersebut
adalah larutan Na2C2O4 0,1 M dengan volume sebesar 100 ml.
o Perhitungan
Diketahui:
Diinginkan 100 ml larutan Na2C2O4 0,1 M
Tersedia padatan murni Na2C2O4
M Na2C2O4 = 0,1 M
V Na2C2O4 = 100 ml = 0,1 liter
1 mol Na2C2O4 = 2 grek
Mr Na2C2O4 = 134 gram/mol
n Na2C2O4 = (V Na2C2O4)(M Na2C2O4 )(1/2) = (0,1)(0,1)(1/2) = 0,005mol
m Na2C2O4 = (n Na2C2O4)(Mr Na2C2O4) = (0,005)(134) = 0,67 gram
o Peralatan
1 buah labu takar ukuran 100 ml
1 buah spatula
1 buah cawan petri
1 buah corong kecil
1 buah batang pengaduk
1 buah neraca massa digital
o Langkah Kerja
1. Persiapkan semua peralatan yang digunakan dalam pembuatan
larutan standar primer 100 ml Na2C2O4 0,1 M
2. Timbanglah serbuk (padatan) murni Na2C2O4 sebanyak 0,67 gram
dengan menggunakan neraca massa digital secara presisi.
Penimbangan dilakukan di atas cawan petri dan pengambilan serbuk
(padatan) murni Na2C2O4 dilakukan dengan bantuan spatula.
3. Larutkan sampel Na2C2O4 yang ada di atas cawan petri tersebut
dengan sedikit aquadest dan pastikan padatan Na2C2O4 semuanya
larut sempurna dengan cara mengaduknya dengan batang pengaduk.
Modul Praktikum Kimia Analisis Kuantitatif 2013 16
4. Masukan larutan Na2C2O4 tersebut ke dalam labu takar ukuran 100
ml. Pemindahan larutan ini dilakukan dengan bantuan corong dan
batang pengaduk.
5. Bilaslah cawan petri, batang pengaduk, dan corong dengan aquadest
sedikit demi sedikit dan masukan air bilasan tersebut ke dalam labu
takar ukuran 100 ml.
6. Ulangi proses pembilasan minimal 3 kali sampai tidak ada zat
Na2C2O4 yang tertinggal pada cawan petri, batang pengaduk, dan
corong.
7. Tambahkan aquadest ke dalam labu takar sampai volume larutan
Na2C2O4 dalam labu takar mencapai 100 ml secara presisi.
8. Pastikan larutan tersebut merupakan larutan yang merata dan
homogen dengan cara sedikit mengocok atau membolak-balikan
labu takar (labu takar dalam keadaan tertutup) secara hati-hati dan
perlahan.
9. Larutan standar primer 100 ml Na2C2O4 0,1 M siap digunakan.
Standardisasi Larutan Standar Sekunder KMnO4 dengan Larutan Standar
Primer Na2C2O4 0,1 M
o Peralatan
1 buah buret ukuran 50 ml
1 buah corong
1 buah labu erlenmeyer ukuran 250 ml
1 buah volumetric pipet ukuran 10 ml
1 buah heater (pemanas air)
1 lembar kertas indikator pH universal
o Langkah Kerja
1. Siapkan semua peralatan kerja yang digunakan dalam proses
standarisasi larutan standar sekunder KMnO4 dengan larutan standar
primer Na2C2O4 0,1 M
2. Masukan larutan KMnO4 ke dalam buret ukuran 50 ml dengan
bantuan corong
3. Ambil 10 ml larutan Na2C2O4 0,1 M dengan menggunakan
volumetric pipet ukuran 10 ml. Masukan larutan ini ke dalam labu
erlenmeyer ukuran 250 ml.
4. Tambahkan asam sulfat encer yang sebelumnya telah dididihkan
selama kurang lebih 10 sampai dengan 15 menit lalu didinginkan
sampai mencapai temperatur kamar. Cek keasaman dengan kertas
pH.
5. Lakukan titrasi sampai warna larutan Na2C2O4 dalam erlenmeyer
berubah warna menjadi merah muda (pink).
6. Ulangi proses titrasi sampai diperoleh 3 buah variasi data.
7. Hitunglah volume KMnO4 rata-rata.
8. Hitunglah molaritas larutan standar sekunder KMnO4.
Modul Praktikum Kimia Analisis Kuantitatif 2013 17
o Perhitungan
Titrasi ke- Volume KMnO4
( ml)
1 ….ml
2 ….ml
3 ….ml
V Na2C2O4 = 10 ml
M Na2C2O4 = 0,1 M
1 mol KMnO4 = 5 grek (titrasi dalam suasana asam)
1 mol Na2C2O4 = 2 grek
Persamaan grek:
grek titran = grek analat
grek Na2C2O4 = grek KMnO4
(V Na2C2O4 ).(M Na2C2O4 ).(2) = (V KMnO4rata-rata).(M KMnO4).(5)
(10 ).(0,1 ).(2) = (V KMnO4 rata-rata).(M KMnO4).(5)
M KMnO4 = …… M
Penentuan Kadar Sampel Na2C2O4
o Peralatan
1 buah buret ukuran 50 ml
1 buah corong
1 buah labu erlenmeyer ukuran 250 ml
1 buah volumetric pipet ukuran 10 ml
1 buah heater (pemanas air)
1 lembar kertas indikator pH universal
o Langkah Kerja
1. Siapkan semua peralatan kerja yang digunakan dalam proses
standarisasi larutan standar sekunder KMnO4 dengan larutan standar
primer Na2C2O4 0,1 M
2. Masukan larutan KMnO4 ke dalam buret ukuran 50 ml dengan
bantuan corong
3. Ambil 10 ml larutan Na2C2O4 0,1 M dengan menggunakan
volumetric pipet ukuran 10 ml. Masukan larutan ini ke dalam labu
erlenmeyer ukuran 250 ml.
4. Tambahkan asam sulfat encer yang sebelumnya telah dididihkan
selama kurang lebih 10 sampai dengan 15 menit lalu didinginkan
sampai mencapai temperatur kamar. Cek keasaman dengan kertas
pH.
5. Lakukan titrasi sampai warna larutan Na2C2O4 dalam erlenmeyer
berubah warna menjadi merah muda (pink).
6. Ulangi proses titrasi sampai diperoleh 3 buah variasi data.
7. Hitunglah volume KMnO4 rata-rata.
8. Hitunglah molaritas Na2C2O4.
Modul Praktikum Kimia Analisis Kuantitatif 2013 18
o Perhitungan
Titrasi ke- Volume KMnO4
( ml)
1 ….ml
2 ….ml
3 ….ml
V Na2C2O4 = 10 ml
M Na2C2O4 = 0,1 M
1 mol KMnO4 = 5 grek (titrasi dalam suasana asam)
1 mol Na2C2O4 = 2 grek
Persamaan grek:
grek titran = grek analat
grek Na2C2O4 = grek KMnO4
(V Na2C2O4 ).(M Na2C2O4 ).(2) = (V KMnO4rata-rata).(M KMnO4).(5)
M Na2C2O4 = …… M
Modul Praktikum Kimia Analisis Kuantitatif 2013 19
I. Tujuan
Penentuan kadar suatu zat dengan reaksi pembentukan ion kompleks dari kation logam.
II. Dasar Teori
Ion logam memiliki kemampuan untuk membentuk senyawa kompleks jika bereaksi
dengan senyawa ligan. Karena itu, prinsip ini digunakan untuk menentukan molaritas
suatu senyawa logam. Dimana, titik ekivalen tercapai pada saat :
mol titran = mol analat
[V x M]titran = [V x M]analat
M(kation) + L(ligan) ⇌ ML(kompleks)
Hal yang harus diperhatikan pada titrasi kompleksometri adalah pH, di mana pH titrasi
diambil sedekat mungkin dengan pH minimum, yang dapat dilihat pada grafik berikut
ini:
Jika titrasi dilakukan pada pH yang tidak sesuai, maka:
Jika pH terlalu rendah (terlalu banyak asam), EDTA tidak stabil dan dapat
bersenyawa dengan H+ menjadi H4(EDTA)
M+n
+ H2(EDTA)-2
⇌ M(EDTA)n-4
+ 2H+
+
-18
-17
-16
-15
-14
-13
-12
-11
-10
-9
-8
-7
-6
-5
-4
-3
-2
-1
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
pH
log α
Modul Praktikum Kimia Analisis Kuantitatif 2013 20
2H+
⇅
H4(EDTA)
• Apabila pH sangat tinggi (pH>>10), maka ion logam akan membentuk
hidroksidanya
M(EDTA)n-4
⇌ M+n
+ (EDTA)-4
+
nOH-
⇅
M(OH)n
Syarat kelayakan titrasi pada metode ini adalah K’≥108. K’ merupakan konstanta
efektif yang mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
Stabilitas Kompleks:
M+n
+ Z-4
⇌ MZn-4
Kstb = [MZn-4
] / [M+n
] [Z-4
]
Reaksi Pembentukan Kompleks:
M+n
+ H2Z-2
⇌ MZn-4
+ 2H+
K = Kstb [H+]2 α
K’ = Kstb α
Syarat kelayakan indikator yang digunakan untuk metode titrasi ini adalah:
1. tentukan indikator dan konstanta (K) perubahan warnanya
2. ketahui konsentrasi titran dan range konsentrasi kira-kira analat
3. tentukan pH saat titrasi dilakukan
4. hitung pM pada akhir perubahan warna
5. hitung pM pada titik ekivalen
6. apabila pM pada titik ekivalen lebih kecil dari pada pM pada akhir perubahan
warna berarti indikator LAYAK DIPAKAI.
Contoh zat yang bisa dititrai dengan metode kompleksometri langsung dengan titran
EDTA (Titriplex®) :
• ion-ion logam alkali tanah Mg2+
, Ca2+
, Ba2+
, Sr2+
dan ion-ion logam aktif Al3+
,
Mn2+
• ion-ion logam transisi: Fe2+
, Co2+
, Ni2+
, Cu2+
, Zn2+
, Cd2+
, Hg2+
, Fe3+
, dll
Modul Praktikum Kimia Analisis Kuantitatif 2013 21
III. Titrasi Kompleksometri
Zat: ZnSO4
Preparasi Sampel ZnSO4
Sampel ZnSO4 yang akan ditentukan kadarnya merupakan suatu zat yang larut
dalam suatu pelarut polar seperti air. Praktikan akan memperoleh sampel ZnSO4
dalam bentuk padatan murni. Praktikan akan melarutkan sampel tersebut dalam
100 ml aquadest untuk mempermudah dalam proses titrasi.
o Peralatan
1 buah labu takar ukuran 100 ml
1 buah corong kecil
1 buah batang pengaduk
1 buah cawan petri
o Langkah Kerja
1. Ambilah sampel ZnSO4 dalam wujud padatan yang akan ditentukan
kadarnya. Sampel diletakkan di atas cawan petri.
2. Larutkan sampel ZnSO4 tersebut dengan sedikit aquadest (gunakan
bantuan batang pengaduk untuk memastikan semua sampel ZnSO4
larut sempurna) dan masukan larutan ZnSO4 tersebut ke dalam labu
takar ukuran 100 ml dengan bantuan corong dan batang pengaduk.
3. Bilas dengan aquadest kaca arloji, batang pengaduk, dan corong
sampai tidak ada sampel ZnSO4 yang tertinggal pada peralatan
tersebut serta masukan air bilasan tersebut ke dalam labu takar
ukuran 100 ml.
4. Tambahkan aquadest ke dalam labu takar sampai volume larutan
ZnSO4mencapai 100 ml.
5. Pastikan larutan tersebut merupakan larutan yang merata dan
homogen dengan cara sedikit mengocok atau membolak-balikan
labu takar (labu takar dalam keadaan tertutup) secara hati-hati dan
perlahan.
6. Preparasi sampel ZnSO4 telah selesai dan siap ditentukan kadarnya
melalui proses titrasi.
Pembuatan Larutan Standar Primer 100ml ZnSO4 0,1M
Proses titrasi sampel ZnSO4 menggunakan larutan standar sekunder Ethylene
Diamine Tetra Acetat (EDTA) sebagai titran. Molaritas larutan standar sekunder
EDTA tersebut tentu tidak presisi sehingga perlu distandarisasi dengan suatu
larutan standar primer. Larutan standar primer yang digunakan untuk
menstandarisasi larutan standar sekunder EDTA tersebut adalah larutan ZnSO4
0,1 M dengan volume sebesar 100 ml.
o Perhitungan
Diketahui:
Tersedia padatan murni ZnSO4
M ZnSO4 = 0,1 M
V ZnSO4 = 100 ml = 0,1 liter
Mr ZnSO4 = 287,54 gram/mol
n ZnSO4 = (V ZnSO4)(M ZnSO4 ) = (0,1)(0,1) = 0,01 mol
Modul Praktikum Kimia Analisis Kuantitatif 2013 22
m ZnSO4 = (n ZnSO4 )(Mr ZnSO4 ) = (0,01)(287,54) = 2,8754 gram
o Peralatan
1 buah labu takar ukuran 100 ml
1 buah spatula
1 buah cawan petri
1 buah corong kecil
1 buah batang pengaduk
1 buah neraca massa digital
o Langkah Kerja
1. Persiapkan semua peralatan yang digunakan dalam pembuatan
larutan standar primer 100 ml ZnSO4 0,1 M
2. Timbanglah serbuk (padatan) murni ZnSO4 sebanyak 2,8754 gram
dengan menggunakan neraca massa digital secara presisi.
Penimbangan dilakukan di atas cawan petri dan pengambilan serbuk
(padatan) murni ZnSO4 dilakukan dengan bantuan spatula.
3. Larutkan sampel ZnSO4 yang ada di atas cawan petri tersebut
dengan sedikit aquadest dan pastikan padatan ZnSO4 semuanya larut
sempurna dengan cara mengaduknya dengan batang pengaduk.
4. Masukan larutan ZnSO4 tersebut ke dalam labu takar ukuran 100 ml.
Pemindahan larutan ini dilakukan dengan bantuan corong dan
batang pengaduk.
5. Bilaslah cawan petri, batang pengaduk, dan corong dengan aquadest
sedikit demi sedikit dan masukan air bilasan tersebut ke dalam labu
takar ukuran 100 ml.
6. Ulangi proses pembilasan minimal 3 kali sampai tidak ada zat
ZnSO4 yang tertinggal pada cawan petri, batang pengaduk, dan
corong.
7. Tambahkan aquadest ke dalam labu takar sampai volume larutan
ZnSO4 dalam labu takar mencapai 100 ml secara presisi.
8. Pastikan larutan tersebut merupakan larutan yang merata dan
homogen dengan cara sedikit mengocok atau membolak-balikan
labu takar (labu takar dalam keadaan tertutup) secara hati-hati dan
perlahan.
9. Larutan standar primer 100 ml ZnSO4 0,1 M siap digunakan.
Pembuatan Larutan Standar Sekunder 500ml EDTA 0,1M
Sampel ZnSO4 akan ditentukan kadarnya melalui titrasi dengan metode
kompleksometri dengan menggunakan suatu larutan standar sekunder Ethylene
Diamine Tetra Acetat (EDTA) sebagai titran.
o Perhitungan
Diinginkan 500 ml larutan EDTA 0,1 M
Tersedia padatan murni Ethylene Diamine Tetra Acetat (EDTA)
M EDTA = 0,1 M
V EDTA = 500 ml = 0,5 liter
Mr EDTA = 372,24 gram/mol
n EDTA = (V EDTA)(M EDTA ) = (0,1)(0,5) = 0,05 mol
m EDTA = (n EDTA )(Mr EDTA ) = (0,05)(372,24) = 18,612 gram
Modul Praktikum Kimia Analisis Kuantitatif 2013 23
o Peralatan
1 buah labu takar ukuran 500 ml
1 buah spatula
1 buah cawan petri
1 buah corong kecil
1 buah batang pengaduk
1 buah neraca massa digital
o Langkah Kerja
1. Persiapkan semua peralatan kerja yang digunakan dalam pembuatan
larutan standar sekunder 500 ml EDTA 0,1 M
2. Timbanglah serbuk (padatan) murni EDTA sebanyak 18,612 gram
dengan menggunakan neraca massa digital secara presisi.
Penimbangan dilakukan di atas cawan petri dan pengambilan serbuk
(padatan) murni EDTA dilakukan dengan bantuan spatula.
3. Larutkan padatan EDTA yang ada di atas cawan petri tersebut
dengan sedikit aquadest dan pastikan padatan EDTA semuanya larut
sempurna dengan cara mengaduknya dengan batang pengaduk.
4. Masukan larutan EDTA tersebut ke dalam labu takar ukuran 500 ml.
Pemindahan larutan ini dilakukan dengan bantuan corong dan
batang pengaduk.
5. Bilaslah cawan petri, batang pengaduk, dan corong dengan aquadest
sedikit demi sedikit dan masukan air bilasan tersebut ke dalam labu
takar ukuran 500 ml.
6. Ulangi proses pembilasan minimal 3 kali sampai tidak ada zat
EDTA yang tertinggal pada cawan petri, batang pengaduk, dan
corong.
7. Tambahkan aquadest ke dalam labu takar sampai volume larutan
EDTA dalam labu takar mencapai 500 ml secara presisi.
8. Pastikan larutan tersebut merupakan larutan yang merata dan
homogen dengan cara sedikit mengocok atau membolak-balikan
labu takar (labu takar dalam keadaan tertutup) secara hati-hati dan
perlahan.
9. Larutan standar sekunder 500 ml EDTA selesai dibuat. Larutan
standar sekunder ini tentunya memiliki molaritas yang tidak presisi
0,1 M sehingga perlu distandariasai dengan larutan standar primer
ZnSO4 sebelum siap dipakai untuk titasi.
Pembuatan Larutan Buffer NH4OH-NH4Cl dengan pH=8
o Perhitungan
Tersedia padatan murni NH4OH dan larutan HCl 30% dengan ρ = 1,15
gram/ml
Pembuatan suatu larutan penyangga (buffer) NH4OH- NH4Cl dengan pH
= 8 sebanyak 250 ml sehingga pada penambahan 1 mmol suatu asam
terjadi perubahan pH atau ΔpH sebesar 0,1 satuan pH.
Diketahui: Kb NH4OH = 1,8.10
-5 (referensi : Underwood)
Modul Praktikum Kimia Analisis Kuantitatif 2013 24
pKb NH4OH = -log(Kb NH4OH) = -log(1,8.10-5) = 5-log1,8 = 5-0,255 = 4,745
pH buffer = 8
pOH buffer = pKw – pH buffer = 14-8 = 6
pOH buffer = pKb NH4OH – log ([NH4OH]/[ NH4Cl])
6 = 4,745 - log([NH4OH]/[ NH4Cl]) log([NH4OH]/[ NH4Cl]) = - 1,255
log([NH4Cl]/[NH4OH]) = 1,255
log([NH4Cl]/[NH4OH]) = log(17,989) [NH4Cl]/[NH4OH] = 17,989
[NH4Cl] = 17,989 [NH4OH]
Setiap penambahan 1 mmol asam maka akan terjadi perubahan pH atau ΔpH sebesar 0,1 satuan pH.
pH awal = 8
ΔpH = 0,1 pH akhir = pH awal + ΔpH = 8 + 0,1 = 8,1
POH akhir = pKw – pH akhir = 14 – 8,1 = 5,9
Kondisi awal :
[NH4OH] = x mmol
[NH4Cl] = 17,989 [NH4OH] [NH4Cl] = 17,989x mmol
[NH4+] = 17,989x mmol
NH4OH (aq) + H+
(aq) NH4+
(aq) + H2O(l) m x mmol - 17,989x mmol -
r 1 mmol 1 mmol 1 mmol -
----------------------------------------------------------------------- s (x-1)mmol 1 mmol (17,989x+1) mmol -
pOH akhir = pKb NH4OH – log([NH4OH]/[ NH4Cl])
5,9 = 4,745 - log([NH4OH]/[ NH4Cl]) log([NH4OH]/[ NH4Cl]) = -1,155
log([NH4Cl]/[ NH4OH]) = 1,155
log([NH4Cl]/[ NH4OH]) = log(14,289) ([NH4Cl]/[ NH4OH]) = 14,289
[NH4Cl] = 14,289[NH4OH]
17,989x + 1 = 14,289(x-1) x = 4,132 mmol/ml
[NH4OH] = x = 4,123 mmol/ml = 4,132 mol/liter = 4,132 M
[NH4Cl] = 17,989x = 17,989(4,132) = 74,331 mmol/ml = 74,331 mol/liter =74,331M
NH4OH (aq) + HCl(aq) NH4Cl(aq) + H2O(l) m 0,2975 mol 0,04475 mol - -
r 0,04475 mol 0,04475 mol 0,04475 mol -
-------------------------------------------------------------------------------- s 0,25 mol 0 mol 0,04475 mol -
n NH4OH = 0,2975 mol
Mr NH4OH = 35 gram/mol m NH4OH = (n NH4OH).(Mr NH4OH) = (0,2975).(35) = 10,4125 gram
Modul Praktikum Kimia Analisis Kuantitatif 2013 25
Larutan HCl 30% dengan massa jenis ρ = 1,15 gram/ml
HCl 30% artinya 30 gram HCl dalam 100 gram larutan n HCl = 0,04475 mol ( mol HCl yang ingin dibuat)
m HCl = 30 gram
Mr HCl = 36,5 gram/mol
n HCl = (m HCl)/(Mr HCl) = (30/36,5) mol m pelarut = 100 gram
ρ HCl = 1,15 gram/ml
V pelarut = (m pelarut)/(ρ HCl) = (100/1,15) ml = (1/11,5) liter M HCl = (n HCl)/(V pelarut) = (30/36,5)/(1/11,5) = 9,452 M
V HCl yang harus diambil = (n HCl yang diinginkan)/(M HCl) = (0,04475)/(9,452)
= 0,004734 liter
= 4,734 ml
o Peralatan
1 buah neraca massa digital
1 buah beaker glass kecil
1 buah spatula
1 buah corong
1 buah batang pengaduk
1 buah volumetric pipet
1 buah labu takar 250 ml
o Langkah Kerja
1. Siapkan semua bahan dan peralatan kerja yang digunakan dalam
pembuatan larutan buffer NH4OH- NH4Cl dengan pH = 8
2. Timbanglah 10,4125 gram padatan NH4OH murni dengan neraca
massa digital secara presisi. Penimbangan dilakukan dilakukan
dengan beaker glass kecil. Pengambilan padatan NH4OH dilakukan
dengan bantuan spatula.
3. Larutkan padatan NH4OH tersebut dengan sedikit aquadest. Pastikan
seluruh padatan NH4OH tersebut larut sempurna dengan
menggunakan batang pengaduk.
4. Masukan larutan NH4OH tersebut ke dalam labu takar ukuran 250
ml. Proses ini dibantu dengan corong dan batang pengaduk.
5. Bilaslah beaker glass, batang pengaduk, dan corong dengan aqudest
dan masukan air bilasan tersebut ke dalam labu takar
6. Ulangi pembilasan minimal 3 kali sampai tidak ada lagi zat NH4OH
yang tertinggal pada beaker glass, corong, dan batang pengaduk
7. Dengan menggunakan volumetric pipet, ambil HCl 30% sebanyak
4,734 ml dan masukan ke dalam labu takar ukuran 250 ml.
8. Larutkan campuran larutan NH4OH dan HCl dalam labu takar
dengan menambahkan aquadest sampai volume larutan dalam labu
takar mencapai 250 ml
9. Larutan penyangga (buffer) NH4OH- NH4Cl dengan pH = 8 siap
untuk digunakan.
Pembuatan Indikator Eriochrom Black T (EBT)
o Peralatan
Modul Praktikum Kimia Analisis Kuantitatif 2013 26
1 buah beaker glass kecil
1 buah neraca massa digital
1 buah labu takar ukuran 100 ml
1 buah corong
1 buah batang pengaduk
1 buah spatula
o Langkah Kerja
1. Timbanglah 0,5 gram padatan (serbuk) indikator Eriochrom Black T
(EBT) di atas beaker glass dengan neraca massa digital secara presisi.
Pengambilan serbuk EBT dilakukan dengan bantuan spatula.
2. Larutkan serbuk EBT tersebut dengan sedikit alkohol.
3. Masukan larutan tersebut ke dalam labu takar ukuran 100 ml dengan
bantuan corong dan batang pengaduk.
4. Tambahkan alkohol ke dalam labu takar hingga volume larutan
indikator EBT mencapai 100 ml.
5. Pastikan larutan tersebut merupakan larutan yang merata dan
homogen dengan cara sedikit mengocok atau membolak-balikan labu
takar (labu takar dalam keadaan tertutup) secara hati-hati dan
perlahan.
6. Cantumkan tanggal pembuatan pada botolnya jika ingin disimpan
karena larutan indikator EBT ini hanya dapat disimpan dengan jangka
waktu paling lama 2 bulan.
o Cara Lain
Indikator EBT dalam wujud padatan murni disiapkan dengan menggerus
100 mg padatan EBT murni ke dalam campuran 10 gram NaCl padat dan
10 gram hidroksilaminhidroksida. Sedikit campuran padat ini
ditambahkan ke dalam tiap labu titrasi dengan bantuan spatula.
Standardisasi Larutan Standar Sekunder EDTA dengan Larutan Standar
Primer ZnSO4
o Peralatan
1 buah buret ukuran 50 ml
1 buah corong
1 buah labu erlenmeyer ukuran 250 ml
1 buah volumetric pipet ukuran 10 ml
1 buah pipet kecil
1 buah gelas ukur 5 ml
o Langkah Kerja
1. Siapkan semua peralatan kerja yang digunakan dalam proses
standarisasi larutan standar sekunder EDTA dengan larutan standar
primer ZnSO4 0,1 M
2. Masukan larutan EDTA ke dalam buret ukuran 50 ml dengan
bantuan corong
3. Ambil 10 ml larutan ZnSO4 0,1 M dengan menggunakan volumetric
pipet ukuran 10 ml. Masukan larutan ini ke dalam labu erlenmeyer
ukuran 250 ml.
Modul Praktikum Kimia Analisis Kuantitatif 2013 27
4. Masukan 5 ml larutan buffer NH4OH dengan pH = 8 ke dalam labu
erlenmeyer yang telah berisi larutan ZnSO4. Pengambilan larutan
buffer NH4OH dengan pH = 8 tersebut dilakukan dengan bantuan
pipet kecil dan gelas ukur 5 ml.
5. Masukan sedikit padatan indikator Eriochrom Black T (EBT) ke
dalam labu erlenmeyer hingga larutan ZnSO4 berubah menjadi
warna merah anggur.
6. Lakukan titrasi sampai warna larutan ZnSO4 dalam erlenmeyer
berubah warna dari merah anggur menjadi warna biru (unsur warna
merah hilang).
7. Ulangi proses titrasi sampai diperoleh 3 buah variasi data.
8. Hitunglah volume EDTA rata-rata.
9. Hitunglah molaritas larutan standar sekunder EDTA.
o Perhitungan Titrasi ke- Volume EDTA
( ml)
1 ….ml
2 ….ml
3 ….ml
V EDTA rata-rata = V EDTA titrasi 1 + V EDTA titrasi 2 + V EDTA titasi 3 = .....ml
3
V ZnSO4 = 10 ml
M ZnSO4 = 0,1 M
1 mol EDTA = 1 grek
1 mol ZnSO4 = 1 grek
Persamaan grek:
grek titran = grek analat
grek ZnSO4 = grek EDTA
(V ZnSO4).(M ZnSO4).(1) = (V EDTA rata-rata).(M EDTA).(1)
(10 ).(0,1 ).(1) = (V EDTA rata-rata).(M EDTA).(1)
M EDTA = …… M
Penentuan Kadar Sampel ZnSO4
o Peralatan
1 buah buret ukuran 50 ml
1 buah corong
1 buah labu erlenmeyer ukuran 250 ml
I buah volumetric pipet ukuran 10 ml
o Langkah Kerja
1. Siapkan semua peralatan kerja yang digunakan dalam proses
penentuan kadar sampel ZnSO4 dengan larutan standar sekunder
EDTA yang telah distandarisasi sebelumnya.
2. Masukan larutan EDTA ke dalam buret ukuran 50 ml dengan bantuan
corong
Modul Praktikum Kimia Analisis Kuantitatif 2013 28
3. Ambil 10 ml sampel larutan ZnSO4 0,1 M dengan menggunakan
volumetric pipet ukuran 10 ml. Masukan larutan ini ke dalam labu
erlenmeyer ukuran 250 ml.
4. Masukan 5 ml larutan buffer NH4OH dengan pH = 8 ke dalam labu
erlenmeyer yang telah berisi larutan ZnSO4. Pengambilan larutan
buffer NH4OH dengan pH = 8 tersebut dilakukan dengan bantuan
pipet kecil dan gelas ukur 5 ml.
5. Masukan sedikit padatan indikator Eriochrom Black T (EBT) ke
dalam labu erlenmeyer hingga larutan ZnSO4 berubah menjadi warna
merah anggur.
6. Lakukan titrasi sampai warna larutan ZnSO4 dalam erlenmeyer
berubah warna dari merah anggur menjadi warna biru (unsur warna
merah hilang).
7. Ulangi proses titrasi sampai diperoleh 3 buah variasi data.
8. Hitunglah volume EDTA rata-rata.
9. Hitunglah molaritas sampel larutan ZnSO4.
o Perhitungan Titrasi ke- Volume EDTA
( ml)
1 ….ml
2 ….ml
3 ….ml
V EDTA rata-rata = V EDTA titrasi 1 + V EDTA titrasi 2 + V EDTA titasi 3 = .....ml
3
V ZnSO4 = 10 ml
M ZnSO4 = 0,1 M
1 mol EDTA = 1 grek
1 mol ZnSO4 = 1 grek
Persamaan grek:
grek titran = grek analat
grek ZnSO4 = grek EDTA
(V ZnSO4).(M ZnSO4).(1) = (V EDTA rata-rata).(M EDTA).(1)
M ZnSO4 = …… M