BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian dan Fungsi Pompa Pompa adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan dengan cara menambahkan energi pada cairan yang dipindahkan dan berlangsung secara terus menerus. Pompa beroperasi dengan prinsip membuat perbedaan tekanan antara bagian masuk (suction) dengan bagian keluar (discharge). Dengan kata lain, pompa berfungsi mengubah tenaga mekanis dari suatu sumber tenaga (penggerak) menjadi tenaga kinetis (kecepatan), dimana tenaga ini digunakan untuk mengalirkan cairan dan melawan hambatan yang ada sepanjang aliran fluida. Jadi pompa dalam industri biasanya digunakan untuk transportasi fluida, dimana kerja dari pompa tersebut tergantung dari sifat dan jenis fluida. 1.2 Klasifikasi Pompa berdasarkan Prinsip Kerja. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) maka banyak dan beraneka ragam jenis pompa yang sudah diproduksi dan digunakan baik didunia permesinan, kedokteran, pengolahan kimia maupun rumah tangga. Ditinjau dari prinsip kerja maka pompa dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengertian dan Fungsi Pompa
Pompa adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk
memindahkan cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu
media perpipaan dengan cara menambahkan energi pada cairan yang
dipindahkan dan berlangsung secara terus menerus. Pompa beroperasi
dengan prinsip membuat perbedaan tekanan antara bagian masuk (suction)
dengan bagian keluar (discharge). Dengan kata lain, pompa berfungsi
mengubah tenaga mekanis dari suatu sumber tenaga (penggerak) menjadi
tenaga kinetis (kecepatan), dimana tenaga ini digunakan untuk mengalirkan
cairan dan melawan hambatan yang ada sepanjang aliran fluida. Jadi pompa
dalam industri biasanya digunakan untuk transportasi fluida, dimana kerja dari
pompa tersebut tergantung dari sifat dan jenis fluida.
1.2 Klasifikasi Pompa berdasarkan Prinsip Kerja.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(Iptek) maka banyak dan beraneka ragam jenis pompa yang sudah diproduksi
dan digunakan baik didunia permesinan, kedokteran, pengolahan kimia
maupun rumah tangga. Ditinjau dari prinsip kerja maka pompa dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Pompa Desak (Positive Displacement Pump), perpindahan fluida akibat
adanya dorongan dari komponen (rotor,piston) pompa yang bergerak.
Kapasitas yang dihasilkan oleh pompa tekan adalah sebanding dengan
kecepatan pergerakan atau kecepatan putaran, sedangkan total head
(tekanan) yang dihasilkan oleh pompa ini tidak tergantung dari kecepatan
pergerakan atau putaran. Jenis pompa ini dapat dikelompokkan menjadi :
Jadi Kapasitas total Qkd = Qmaju + Qmundur = 14,921 + 7,235 Qkd = 22,16 m3/jam
Qekd = = 0,90 x 22,16 = 19,94 m3/jam
2.4 Tekanan (Head) Pompa Torak
19
Secara umum pompa mempunyai head isap dan tekan, seperti
pompa yang sering digunakan dirumah tangga mempunyai head isap 9 mka
dan head tekan 23 mka. Jadi secara teoritis pompa ini mampu memindahkan
fluida air setinggi 32 meter. Kemampuan tekan ini tergantung pada konstruksi
dan tenaga penggerak pompa.
Head tekan pada pompa torak sebanding dengan gaya dorong mesin
penggerak dan berbanding terbalik dengan luas penampang plungernya, hal ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :
( N/m2 )
dimana , Pt : Tekanan pompa ( N/m2 )
F : Gaya dorong batang plunger dari mesin ( N )
A : Luas penampang plunger ( m2 )
H : Head tekan/tinggi pemindahan fluida ( N/m2 )
Hl : Kerugian tinggi angkat total ( N/m2 )
Head isap pada pompa torak mengikuti teori Boyle-Gay Lussac dan
Toricelli. Teori Boyle-Gay Lussac berhubungan dengan penampang dan
langkah gerak plunger yaitu : sedangkan menurut Toricelli terkait
dengan letak pemasangan pompa dan tekanan udara sekitarnya yang secara
umum dapat dijelaskan seperti pada Gambar 2.5.
Tekanan udara normal sebanding dengan76 mmHg, bila air raksa diganti air
maka tinggi air Ha = 10,336 meter. Posisi ketinggian pemasangan pompa
sangat berpengaruh terhadap head isap atau tekanan awal dalam pompa. Bila
pompa diletakkan pada ketinggian I , II atau III dari permukaan air maka :
hl adalah jumlah kerugian tinggi tekan akibat adanya belokan, orifice, gesekan
turbulen, katup maupun tekanan penguapan karena perubahan tempratur.
20
Gambar 2.5 Tinggi Tekan Udara Normal
Pemasangan pompa pada posisi III lebih dari 10 meter dari permukaan air,
maka Hi3 berharga minus artinya menurut Toricelli air tidak dapat naik sehingga
pompa tidak dapat mengisap atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Kerugian tekanan akibat penguapan dapat dilihat pada Tabel 2.1
Contoh lain dalam pemasangan pompa boiler, suhu air dari ekonomiser 60 oC
dan hambatan-hambatan lain 2,5 mka, tentukan ketinggian (Hz) pompa dari
permukaan sumber fluidanya ?
Kerugian tekanan penguapan pada suhu 60 oC = 2,03 mka, Jadi tinggi
pemasangan pompa maksimal Hz = 10,333 – 2,5 – 2,03 = 5,803 meter dari
permukaan sumber air.
2.5 Tingi Angkat dan Randemen Hidrolis
21
Tinggi angkat adalah merupakan jumlah tinggi isap dan tinggi tekan.
Misalkan air dalam sumur kedalaman 6 meter dipindahkan ke reservoir ke atas
gedung tingkat lima (15 meter) dari tanah maka tinggi angkat H = Hi + Ht
sebesar 21 meter. Tinggi angkat yang dilakukan pompa harus lebih besar dari
tinggi angkat di atas karena harus melawan kerugian gesekan, belokan, orifice
dan sebagainya. Untuk mengetahui besarnya tinggi angkat pompa maka
dipasang manometer vakum pada langkah isap dan manometer tekan pada
langkah tekan.
Gambar 2.6 Manometer Ketel Angin
Manometer isap menunjukkan 52 cmHg, mka = 6,84 mka, berarti
kerugian tinggi isap karena katup, gesekan dan lain-lain adalah hli = 0,84 mka.
Manometer tekan menunjukkan 122 CmHg, mka =16,05 mka,
Berarti kerugian tinggi tekan karena hambatan dan sebagainya hlt = 1,05 mka.
Perbandingan anatara tinggi angkat dan tinggi angkat manometer disebut
Randemen/efisiensi hidrolis yang besarnya adalah :
Randemen Hidrolis X
dimana, : Randemen / Efisiensi hidraulis (%) H = Hi + Ht tinggi angkat total (m) Hi : Tinggi isap (tinggi dari air ke sumbu pompa) (m) Ht : Tinggi tekan (dari sumbu pompa ke reservoir) (m) Hman= Hmi + Hmt + Hl tinggi angkat total pompa (m) Hmi : Tinggi manometer isap (tinggi isap pompa) (m) Hmt : Tinggi manometer tekan (tinggi tekan pompa) (m) Hl : Kerugian tinggi tekan total (m)
2.6 Tenaga Pompa Torak
22
Dalam proses pemindahan zat alir dibutuhkan suatu usaha baik
secara manual maupun menggunakan permesinan. Usaha adalah merupakan
perkalian gaya dan jarak yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
U = F x S = G x Ht (Joule)
G adalah Gaya berat zat cair (fluida) G = V x x g (N)
Ht adalah tinggi total dan sering dikenal dengan Hman = H + Hl
Daya atau Tenaga adalah kemampuan melakukan usaha setiap detik
yang mana besarnya dapat dirumuskan : Tenaga secara umum
N = = = watt
Kapasitas Q = . Dengan mensubstitusikan harga kapasitas pompa
torak kerja tunggal dan ganda ke persamaan di atas maka tenaga pompa torak
dapat dirumuskan :
Kerja Tunggal ( watt )
Kerja Ganda ( watt )
Karena adanya faktor gesekan antara komponen pompa maka tenaga yang
dibutuhkan untuk menggerakkan pompa disebut tenaga penggerak yang
besarnya adalah :
Tenaga Penggerak Pompa ( watt )
dimana : N tenaga pompa torak (watt) Ne tenaga penggerak pompa ( watt ) D diameter piston/plunger ( m ) d diameter batang piston ( m ) S langkah gerak piston ( m ) n putaran mesin penggerak (rpm) massa jenis fluida (Kg/m3) g gravitasi bumi (m/det2) efisiensi mekanik ( % ) H tinggi isap + tekan ( m ) Hl kerugian tinggi tekan total (m)
Contoh Perhitungan Tenaga Pompa
1. Pompa torak Kerja ganda digunakan untuk mengisap air dari kedalaman 6
23
meter dan menekannya setinggi 42 meter dimana kerugian tinggi angkat
diperkirakan 5 mka. Diameter dan Langkah gerak plunger masing-masing
6 dan 10 inci, diameter batang plunger 3 inci. Mesin penggerak pompa
berputar pada 100 rpm. Randemen volumetrik dan mekanik masing-masing
95 dan 85 %. Hitunglah Kapasitas dan tenaga efektip pompa tersebut !
Penyelesaian :
D = 6 inci = 1,5 dm S = 10 inci = 2,5 dm d = 3 inci = 0,75 dm
n = 100 rpm, H + Hl = 53 mka
a. Kapasitas Pompa teoritis
Q = = 5,52 liter/det
Kapasitas sesungguhnya Qe = x Q = 0,95 x 5,52 = 5,24 liter/det
b. Tenaga teoritis
= 2870,0 watt
Tenaga Penggerak Pompa Np = = = 3376,5 watt
2. Mesin uap dengan putaran 90 rpm digunakan untuk menggerakkan pompa
Diferensial yang berkapasitas 270 liter/menit dan pemindahan total
ketinggian H+Hl =50 mka. Langkah piston S = 2D dan diameter piston 0,7D.
Akibat gesekan dan kerugian lainnya menimbulkan efisiensi volumetrik dan
mekanik masing-masing 95 dan 90 %.
Hitunglah a. Ukuran D, S dan d (mm)
b. Kapasitas langkah Isap dan Tekan (liter/detik)
c. Tenaga Penggerak Pompa (Kw)
Penyelesaian :
Q = 270 liter/menit = 4,5 dm3/det n = 90 rpm H + Hl = 50 mka
S = 2D d = 0,7 D
24
a. Perhitungan ukuran komponen Pompa
Kapasitas Pompa =
Diameter Piston D = = = 1,241 dm = 125 mm
Langkah Piston S = 2D = 2x125 = 250 mm
Diameter batang Piston d = 0,7D = 0,7 x 125 = 87,5 mm
b. Kapasitas Isap dan Tekan Pompa
Kapasitas Isap Qi = = = 2,35 liter/det
Kapasitas Tekan Qt = = = 2,25 liter/det
c. Tenaga Penggerak Pompa
Tenaga Penggerak Pompa Np =
Np = = 2581,58 watt Np = 2,582 Kw
2.7 Perhitungan Ukuran Utama Pompa Torak
Konstruksi umum pompa torak berbentuk selinder dan didalamnya
terdapat torak/piston dan batang torak. Pompa ini harus mampu menampung
sejumlah fluida yang bertekanan sesuai kebutuhan
25
1. Perhitungan Diameter didasarkan pada kapasitas pompa yaitu:
a. Pompa Kerja Tunggal
Diameter Piston Kerja Tunggal/Diferensial (m)
b. Pompa Kerja Ganda dimana d = (0,4 – 0,7) D,
Bila diambil d = 0,5D maka harga diameter piston dapat ditentukan :
Diameter piston kerja Ganda (m)
dimana : D diameter piston / selinder ( m ) d diameter batang piston ( m ) S langkah gerak piston ( m ) n putaran mesin penggerak (rpm) efisiensi volumetrik ( % )
2. Perhitungan Tebal Selinder didasarkan pada tekanan yang bekerja
yang mengakibatkan timbulnya tegangan tarik pada dinding yang
besarnya dapat diuraikan sebagai berikut :
A ≥
F = P x D x L A = 2 x t x L
2 x t x L ≥ ........ t ≥ ... untuk mencegah ketidak rata-an,
korosi dan faktor penyusutan maka harga tersebut ditambah 0,5 cm.
Tebal Selinder berdinding tipis (Cm)
Untuk selinder berdinding tebal, dapat menggunakan Rumus menurut Bach
Tebal selinder berdinding tebal
Keterangan :
t ; tebal dinding selinder ( Cm )
P = ρ.g. Hman : tekanan kerja pompa (Kg/cm2)
26
D : diameter dalam selinder ( Cm )
R1 : Jari-jari dalam selinder ( Cm )
R2 : Jari-jari luar selinder ( Cm )
: Tegangan tarik izin bahan selinder (Kg/cm2)
Besi tuang 150 – 250 (Kg/cm2)
Baja tuang 350 – 550 (Kg/cm2)
3. Perhitungan Batang Piston, alat ini berfungsi untuk meneruskan gaya
dorong mesin penggerak ke piston guna menekan dan mengisap fluida.
Besarnya gaya dorong yang dibutuhkan dapat dihitung sebagai berikut :
Gaya dorong F = A x P = ( N )
Gaya ini menimbulkan tegangan tekan pada batang piston yang besarnya :
Tegangan tekan a = dengan mensub-
stitusikan ke dua persamaan tersebut maka diperoleh ukuran diameter :
Diameter batang piston ( m )
Untuk menjaga supaya batang piston tidak bengkok / buckling, maka gaya
dorong yang terjadi harus lebih kecil dari gaya buckling yang besarnya
menurut Euler adalah :
Jadi Panjang batang Piston
Keterangan :
L : panjang batang piston ( cm )
E : modulus elastis bahan Besi-Baja Tuang (20 – 22).105 (Kg/cm2)
F : gaya dorong piston ( Kgf )
v : vaktor keamanan untuk gaya bolak-balik (4 – 8 )
I = A.y2 momen inertia (cm4 )
y : radius of gyration (jari-jari gyrasi) yang harganya adalah :
y = untuk benda bulat I = dan A =
27
Jadi, jari-jari girasi y =
Faktor kelangsingan batang piston yang harganya adalah
Besi tuang ≥ 90 dan Baja tuang ≥ 135.
Contoh
Pompa Diferensial mempunyai randemen hidraulis 85 %, volumetrik 95 % dan
mekanik 90 % digunakan untuk memindahkan air 19 liter/det dari reservoir ke
gedung lantai 12 yang tingginya 42,5 m. Langkah piston dua kali diameternya
dan panjang batang piston 750 mm. Putaran mesin uap sebagai penggerak
pompa 90 rpm. Bahan komponen pompa dari baja tuang. Hitunglah :
Diameter torak = diameter dalam selinder D = 204 mm
b. Tebal Selinder (t)
( cm )
P = = = 1000 x 10 x 42,5/0,85
28
P = 500000 N/m2 = 5 Kgf/cm2 D = 20,4 cm = 350 kgf/cm2
Jadi tebal selinder 0,65 cm = 7 mm
Menurut Bach
R2 = 10,2 = 10,33 cm
T = 10,33 – 10,2 = 0,13 cm = 1,3 mm
Dari ke dua perhitungan di atas lebih aman menggunakan t = 7 mm
c. Diameter Batang Torak (d)
F = A x P = = 0,785 x 20,42 x 5 = 1633,43 (Kgf)
2,44 Cm
Berdasarkan Pompa Diferensial d = 0,71.D = 0,71.20,4 = 14,5 cm
Jadi lebih aman menggunakan d = 145 mm, mengingat panjang batang
piston = 750 mm, apakah kuat terhadap buckling ? ( syarat F ≤ Fb )
4606,62 ≥ 1633,43 jadi sangat aman terhadap buckling
d. Kapasitas Isap dan Tekan Pompa Diferensial
Kapasitas Isap b Qi = = = 9,9 lit/det
Kapasitas Tekan Qt = = = 10,1 liter/det
e. Tenaga yang dibutuhkan (Np)
N = Q x ρ x g x Ht watt
N = 20 x 1 x 10 x 50 = 10000 watt
N = 10 Kw jadi tenaga yang dibutuhkan
29
2.8 Tugas Diskusi
1. Jelaskan keuntungan pompa Diferensial bila dibandingkan dengan pompa
kerja tunggal !
2. Jelaskan keuntungan dan kerugian pompa torak kerja ganda !
3. Jelaskan 10 jenis dan fungssi komponen utama pompa torak !
4. Dalam berita di TV, tabung selinder suatu pompa torak pecah, coba anda
Jelaskan arah pecahnya tabung tersebut, apakah memanjang atau melin-
tang ! dan jelaskan kemungkinan faktor-faktor penyebabnya !
5. Dalam manual sebuah pompa torak kerja ganda yang mempunyai spesifikasi
bahan dari baja tuang, kapasitas efektif 18 m3/jam dan head total 50 meter.
Dengan mengambil referensi Randemen mekanik 85 %, volumetrik 90 %,
hidraulis 88 %, langkah piston dua kali diametrnya dan putaran
penggeraknya 120 rpm ,maka rencanakan ukuran utama pompa tersebut !
BAB III
POMPA SENTRIFUGAL
3.1 Komponen Pompa Sentrifugal
Adapun jenis dan fungsi komponen utama pompa sentrifugal dapat
dikelompokkan menjadi dua komponen utama yaitu Rotor dan Stator yang
dapat dijelaskan sebagai berikut :
30
Gambar 3.1 Komponen utama Pompa Sentrifugal
A. Komponen yang bergerak (Rotor)
1. Impeler (sudu-sudu) berfungsi untuk mengubah energi kinetis/putar poros
menjadi energi potensial sehingga menarik dan melemparkan fluida
dengan gaya sentrifugal yang timbul akibat adanya massa fluida dan
putaran.
2. Shaft (Poros) berfungsi untuk meneruskan putaran dan torsi dari mesin
penggerak ke impeler.
3. Impeler Nut ( Mur Sudu) berfungsi untuk mengikat impeler pada ujung poros
4. Key (Pasak) berfungsi untuk mengunci impeler pada poros
5. Radial bearing berfungsi untuk menahan gaya radial yang timbul akibat
adanya berat rotor dan memperkecil gaya gesekan sehingga memperlancar
gerak putar rotor itu sendiri
6. Thrust bearing berfungsi untuk menahan gaya aksial yang ditimbulkan oleh
penguraian gaya sentrifugal pada kelengkungan konstruksi impeler dan juga
memkecil gaya gesek pada poros
B. Komponen yang diam (Stator)
1. Pump Casing (Rumah Pompa) merupakan bagian paling luar dari pompa
yang berfungsi sebagai pelindung elemen yang berputar, tempat
kedudukan inlet dan outlet flange serta tempat memberikan arah aliran dari
31
31
impeller dan mengkonversikan energi kecepatan cairan menjadi energi
dinamis
2. Inlet / Suction berfungsi sebagai saluran masuk/isap fluida ke dalam
pompa
3. Outlet / Discharge berfungsi sebagai saluran keluar/tekan fluida
4. Suction Flange berfungsi sebagai tempat penyambungan pipa inlet ke
rumah Pompa
5. Discharge Flange berfungsi sebagai tempat penyambungan pipa
outlet/tekan ke rumah pompa
6. Casing Cover berfungsi sebagai tutup impeler dan penahan/pengarah aliran
fluida pada saat pompa beroperasi
7. Casing Wear Ring berfungsi untuk memperkecil kebocoran cairan yang
melewati bagian depan impeller maupun bagian belakang impeller, dengan
cara memperkecil celah antara casing dengan impeller.
8. Cooling Jacket merupakan ruangan ventilasi untuk pendingin cover dan
rumah pompa pada saat beroperasi
9. Casing Drain Conecting adalah tempat penyambungan pipa cerat ke rumah
pompa yang biasanya dalam waktu-waktu tertentu dibuka guna membuang
kotoran yang mengendap di dalam pompa
10.Botton Feet (Landasan Kaki) merupakan dudukan rumah pompa berfungsi
sebagai tempat pemasangan pompa pada fondasinya
11.Seal Flushing Pipe adalah pipa penghubung antara outlet dan ruang operasi
yang berfungsi untuk pelepas tekanan fluida yang berlebihan antara kedua
ruang tersebut.
12.Bearing Bracket adalah rumah tempat pemasangan bearing aksial / radial
13.Bearing Cover adalah tutup bearing yang berfungsi untuk menahan dan
menutup bearing supaya bearing tetap pada posisi dan bebas dari debu
14.Bearing Bracket Support berfungsi sebagai pendukung rumah bearing
15.Oil Chamber berfungsi sebagai wadah dan tempat pembuangan minyak
pelumas antara poros dan bearing
16.Oil / splash seal biasanya dipasang pada ujung poros guna mencegah
kebocoran oli pelumas bearing melalui poros yang sedang berputar
32
17.Shaft Protection Sleeve berfungsi untuk melindungi poros dari erosi keausan
maupun untuk mencegah gerak aksial yang akan terjadi
18. Mechanic Seal berfungsi untuk mencegah kebocoran fluida melalui poros
3.2 Prinsip Kerja Pompa Sentrifugal
Bila dilihat dari samping gambar di atas maka bentuk impeler adalah
bulat dan bersirip seperti gambar di bawah ini. Ketika motor penggerak pompa
dihidupkan maka poros meneruskan putaran ke impeler sehingga fluida masuk
melalui lubang inlet dan disentuh oleh sirip impeler. Fluida yang berada
diantara sirip-sirip impeler akan terlempar keluar akibat gaya sentrifugal yang
ditimbulkan oleh putaran impeler tersebut. Terlemparnya fluida keluar secara
otomatis akan terjadi isapan fluida melalui saluran inlet. Peristiwa ini akan terus
berlangsung selama motor penggerak pompa dihidupkan sehingga terjadi
aliran paksa terhadap fluida mulai dari reservoir sampai keluar pompa.
Gambar 3.2 Konstruksi Impeler
Poros dan Impeller pada pompa sentrifugal didukung dengan bantalan pada
kedua ujung porosnya ataupun hanya salah satu ujungnya saja. Pada
pemasangan satu bantalan menghemat satu seal tetapi akan terjadi
peningkatan dari lendutan/defleksi pada poros, sedangkan lainnya sama.
Untuk meningkatkan kapasitas dapat di buat impeller dengan double suction,
ini juga berguna untuk menyetimbangkan gaya axial yang terjadi. Untuk
memenuhi kebutuhan akan total head yang tinggi maka dapat di konstruksikan
dengan pemasangan inpeller lebih dari satu atau jamak (multi-stage). Untuk
membantu menghilangkan gaya axial dari impeller jamak tersebut maka dapat
dilakukan pemasangan impeller dengan posisi berlawanan (back to back).
33
a. Poros dengan satu Bantalan b. Poros dengan dua Bantalan
c. Impeler bertolak Belakang d. Impeler Multi Stage
Gambar 3.3 Jenis-jenis Pompa Sentrifugal
3.3 Perhitungan Head dan Tekanan
Pompa sentrifugal adalah salah satu tipe pompa yang bekerja
menurut gaya sentrifugal yaitu gaya yang timbul akibat adanya massa yang
berputar dan arahnya keluar tegak lurus meninggalkan sumbu putar. Massa
yang dimaksud dalam hal ini adalah massa fluida yang masuk ke dalam
impeler yang sedang berputar. Gaya lempar fluida yang terjadi yang lebih
umum disebut gaya sentrifugal yang besarnya adalah :
Gaya sentrifugal Fsf = m. ω . R2 (N) dan ω = 2. π . n rad/menit
Akibat gaya ini maka timbul percepatan yang meningkatkan kecepatan dan
berubah menjadi energi kinetis Ek = ½. m . V2 joule. Sesuai dengan bentuk
casing dan fungsi pompa maka energi kinetis fluida ini berubah menjadi energi
potensial Ep = m . g . H joule. Menurut Hukum Kekekalan Energi :
34
Ek = Ep jadi Head (Tinggi tekan) meter, ini berarti bahwa tinggi
angkat fluida pada pompa sentrifugal merupakan fungsi kuadrat dari kecepatan
putar impelernya. Tinggi angkat ini berkaitan langsung dan sebanding dengan
dengan tekanan pompa yaitu :
Tekanan Pompa Sentrifugal ( Pa )
Keterangan , Fsf : gaya sentrifugal fluida ( N ) Ek : energi kinetik (joule) Ep : energi potensial (joule) H : tinggi angkat/tekan pompa (mka) Psf : Tekanan pompa (Pa) m : massa fluida ( Kg ) V : kecepatan keliling/putar impeler (m/det) ω : kecepatan sudut impeler (rad/det) n : jumlah putaran impeler (rpm) ρ : massa jenis fluida (Kg/m3)
Contoh
Pompa sentrifugal mempunyai diameter impeler 300 mm berputar pada 1200
rpm, tentukanlah tinggi angkat dan tekanan impelernya bila randemen hidraulis
80 % dan massa jenis air yang dipindahkan 1 Kg/liter ?
Penyelesaian
D = 300 mm = 0,3 m n = 1200 rpm ρ = 1 Kg/liter = 1000 Kg/m3
Kecepatan keliling sudu V = π.D.n / 60 = 3,14 x 0,3 x 1200 / 60 = 18,84 m/det
Tinggi angkat = = (18,84)2 : (2 x 10) = 17,75 mka
Tinggi angkat efektif = 0,8 x 17,75 = 14,20 mka
35
Tekanan fluida pada impeler
Psf = 1000 x 10 x 17,75 = 177500 Pa
3.4 Kerja Spesifik dan Tinggi Angkat
Perpindahan energi sudu terjadi pada saat sudu diputar dimana fluida
masuk di bagian dalam dengan kecepatan relatif dan arah . Kecepatan
relatif ini merupakan resultan dari kecepatan V1 fluida mengalir ke dalam sudu
dengan kecepatan U1 keliling sudu. Pada saat sudu berbutar bergerak
menelusuri sisi sudu dan keluar dengan kecepatan relatif dengan arah .
Karena adanya gesekan antara fluida dan sisi sudu maka harga dapat
dirumuskan : = . . Gabungan atau resultan antara dan U2
menghasilkan kecepatan V2 fluida keluar sudu.
Gambar 3.4 Segi tiga Kecepatan
Adapun harga parameter diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
Kecepatan keliling sudu bagian dalam U1 = (m/det)
Kecepatan fluida masuk sudu V1 = (m/det)
Luas saluran sudu bagian dalam Ai = π.D1. b1 . z ( m2 )
Arah / sudut masuk fluida secara teoritis = 900 tapi karena ada faktor
gesekan maka ≥ 900 , jika diambil 900 maka harga
dapat menggunakan Rumus Phitagoras, tapi bila > 900 maka dapat
menggunakan Aturan Cosinus.
Besaran dari sudut-sudut di atas dapat ditentukan sebagai berikut :
≥ 900
θ1 = didapat dari hitungan
= 5 - 120 Pompa dengan saluran pengarah (Bertingkat)
36
= 10 - 250 Pompa tanpa saluran pengarah ( 1 tingkat )
θ2 = 25 – 320
Kecepatan keliling sudu bagian luar U2 = (m/det)
Kecepatan relatif fluida keluar sudu = . . (m/det)
Kecepatan keliling sudu bagian luar mempunyai batasan sesuai dengan bahan
yang digunakan antara lain adalah sebagai berikut :
U2 = 35 meter/detik untuk Besituang Kelabu
U2 = 60 meter/detik untuk Perunggu Tuang
U2 = 70 meter/detik untuk Logam ringan
U2 = 80 meter/detik untuk Baja tuang
Koefisien gesek antara fluida dan sirip sudu = 0,95 – 0,98
Dengan menggunakan Aturan Cosinus maka didapat harga kecepatan V2 fluida
keluar sudu. Komponen Kecepatan fluida yang berpengaruh terhadap tenaga
gerak pompa adalah V1x = V1u = V1 . Cos = 0
V2x = V2u = V2 . Cos
Menurut kaidah Momentum, akibat adanya putaran akan menimbulkan Momen
puntir (Torsi) yang besarnya adalah :
T = F x R = m. a . R = m . R .
T =
Torsi ini dihasilkan oleh tenaga penggerak yang besarnya adalah :
Tenaga Pompa N = T x ω dimana kecepatan keliling U = R x ω
N = ω x
N =
jika ruas kiri dan kanan dibagi massa setiap detik, maka diperoleh
Tenaga Spesifik
( Nm/Kg)
37
Tenaga Spesifik adalah tenaga yang dibutuhkan untuk memindahkan 1 Kg
fluida.
Kerja spesifik berkaitan langsung dengan tinggi angkat pompa yang harganya
menurut Euler adalah Y = g . H
Tinggi angkat, Persamaan Euler (mka)
Dari persamaan Euler tersebut dapat dijelaskan bahwa tinggi angkat berlaku
untuk semua jenis fluida tanpa tergantung pada kerapatan/massa jenis. Bila
memperhitungkan massa jenis setiap fluida maka tinggi angkat ini berubah
menjadi tekanan yang besarnya dapat dirumuskan sebagai berikut :
Tekanan Pompa P = ρ . g . H (Pa) 1 bar = 10.000 Pa
Keterangan,
Y : kerja spesifik (Nm/kg) U1/2 : kecepatan keliling dalam/luar sudu m/det
H : tinggi angkat ( mka ) V1/2 : kecepatan fluida masuk/keluar sudu m/det
P : tekanan pompa (Pa) ρ : massa jenis fluida (kg/m3)
g ; gravitasi bumi (m/det2)
3.5 Tenaga dan Efisiensi Pompa
Tinggi angkat merupakan faktor utama dalam penentuan ukuran dan
tenaga pompa. Dari uraian sebelumnya telah dijelaskan bahwa besarnya
tenaga dapat dihitung dengan persamaan :
Tenaga Pompa watt
Dalam pengoperasian pompa terdapat berbagai jenis kerugian seperti tinggi
angkat , volumetrik dan mekanis sehingga menurunkan efisiensi secara
keseluruhan. Jenis-jenis efisiensi yang terjadi pada pompa adalah :
1. Efisiensi Hidraulis
2. Efisiensi Volumetrik
38
3. Efisiensi Mekanis
4. Efisiensi Pompa
Harga Efisiensi hidraulis dan mekanik tergantung pada kecepatan putar spesifik
yang besarnya adalah :
Gambar 3.5 Grafik Kecepatan putar Spesifik dan Randemen
Tabel 3.1 Hubungan antara Kecepatan Putar Spesifik dan Randemen Hidraulis
(nq) adalah kecepatan spesifik yaitu kecepatan putar yang dibutuhkan untuk
menghasilkan tinggi angkat Hq = 1 meter dengan kapasitas Q = 1 m3/det
Harga (nq) ini berpengaruh terhadap pemilihan bentuk impeler yang
digunakan apakah impeler tekanan tinggi atau rendah.
39
Contoh
Sebuah pompa sentrifugal mempunyai kapasitas efektif
126 m3/jam dengan putaran 1450 rpm dan Randemen Volu
metrik 95 %. Dari hasil pengukuran impelernya terdapat
data seperti gambar disamping
Hitunglah : a. Kerja Spesifik (Y) Nm/Kg
b. Tekanan Kerja Pompa (P) Pa
c. Tenaga Penggerak Pompa (Np) Kw
(Data lain lihat Referensi )
Penyelesaian
Qe = 126 m3/jam = 0,035 m3/det D1 =100 mm = 0,10 m b1 = 30 mm = 0,03 m
n = 1450 rpm D2 =220 mm = 0,22 m b2 =12 mm = 0,012m
a. Kerja Spesifik (Y)
Kecep. Keliling sudu bagian dalam U1 = = = 7,59 m/det
Kecep. Keliling sudu bagian luar U2 = = = 16,94 m/det
Kapasitas pompa = = 0,037 m3/detik
Luas saluran masuk sudu A1 = π.D1.b1.z = 3,14 x 0,10 x 0,03 x 6
A1 = 0,057 m2
Kecepatan fluida masuk sudu V1 = = 0,65 m/det
Bila sudut masuk = 900 maka V1u = V1 . Cos 900 = 0,00 m/det
Kecepatan Relatif masuk sudu ω1
ω1 = = 7,62 m/det
Sudut masuk relatif θ1 = = = 4,90
Kecepatan Relatif keluar sudu ω2 = . = 0,95 – 0,98
40
ω2 = 0,95 . 7,62 = 7,24 m/det
Sudut Relatif keluar sudu θ2 = 25 – 320 diambil 300
Kecepatan fluida keluar sudu V2 =
V2 = V2 = 11,27 m/det
Sudut fluida keluar sudu
18,750 dapat diterima karena
= 10 - 250 Pompa tanpa saluran pengarah ( 1 tingkat )
Bila sudut = 18,750 maka V2u = V2 . Cos 18,75 = 11,75 x 0,9469
V2u = 11,13 m/det Jadi Kerja Spesifik Y = (16,94 x 11,13 - 7,59 x 0 ) = 188,54 Nm/Kgb. Tekanan Kerja Pompa ρair = 1000 Kg/m3 Jadi Tekanan Kerja Pompa P = 1000 x 188,54 = 188540 Pa
c. Tenaga Penggerak Pompa (Np)
Tinggi angkat H = meter
Putaran spesifik = x 1450 = 30,83 rpm
Jika nq = 30,83 rpm dan Q = 0,037 m3/det , maka dari Tabel 2.2 dan
Gambar 3.4 didapat : dan 78 %
Tenaga Pompa = 1000 x 10 x 18,854 x 0,037
N = 6975,98 watt
Tenaga Penggerak Pompa Np = =
Np = 9316,21 watt = 9,4 Kw
41
3.6 Perencanaan Dasar Ukuran Utama Pompa
Secara umum perencanaan ukuran utama dari pompa sentrifugal
didasarkan pada tinggi angkat dan kapasitas yang diperlukan. Dari parameter
ini maka dapat ditentukan tenaga pompa yang mana harganya lebih kecil dari
tenaga penggeraknya. Perbandingan ke dua tenaga ini disebut Randemen
mekanik yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
Tenaga Penggerak Pompa ( watt )
Tenaga Pompa N = ρ . g . Hman . Q ( watt )
Tenaga pompa sama dengan tenaga mekanik porosnya N = Nmp = F x V watt
N = Kwatt, sedangkan Torsi T = F x R dari persamaan tersebut
didapat harga Torsi : ( Nm )
1. Perhitungan Diameter Poros
Poros berfungsi sebagai tempat pemasangan impeler dan sekaligus sebagai
penerus putaran dari motor penggerak. Akibat berat dan gaya sentrifugal
impeler akan menimbulkan tegangan bending sedangkan akibat putaran
motor akan menimbulkan tegangan geser puntir. Karena hal tersebut maka
perhitungan ukuran didasarkan pada :
a. Diameter poros berdasarkan Torsi
b. Diameter poros berdasarkan Bending
Bahan poros dapat diambil dari Baja yang mempunyai tegangan puntir izin :
Pompa satu tingkat ringan = 20 N/mm
Pompa bertingkat ringan = 15 N/mm2
Pompa bertingkat berat = 10 N/mm2
Untuk mendapatkan perhitungan diameter poros yang lebih aman maka
dapat menggunakan resultan dari pengaruh torsi dan momen bending. Dari
42
hasil perhitungan diameter maka dilakukan penyesuaian dengan standar
bearing, alur pasak dan jari-jari (fillet) maupun teknik assembling sehingga
didapat gambar poros yang diinginkan.
Gambar 3.6 Poros Pompa
2. Perhitungan Diameter Impeler
Banyak tipe sudu yang dijumpai dilapangan, tapi secara umum dapat dibagi
tiga yaitu tipe terbuka, semi terbuka dan tipe tertutup yang masing-masing
mempunyai kekurangan dan kelebihan sesuai dengan kebutuhannya.
a. Terbuka b. Semi Terbuka c. Tertutup
Gambar 3.7 Tipe Impeler
Dalam perencanaan Ukuran Impeler tergantung
pada ukuran poros yang harganya dapat dijelas
kan sebagai berikut :
Diameter dalam inlet DN = (1,2 – 1,4 ) D
Diameter luar inlet DS = D1 =
Diameter luar outlet D2 =
Q’ = (1,02 – 1,05 ) Q karena ada sebagian fluida kembali ke saluran inlet
melalui celah-celah casing.
Vo : kecepatan aliran fluida masuk mulut/ inlet pompa yang harganya dapat
diperoleh dari Grafik Kapasitas dan Putaran pada Gambar 3.8
Harga U2 tergantung pada bahan impeler , lihat penjelasan pada poin 2.4
43
Gambar 3.8 Grafik Kapasitas dan Putaran
3. Perhitungan Lebar Impeler
Ukuran lubang saluran sudu (t) dibatasi oleh dinding yang tebalnya (s) :
s = (2 – 10) mm untuk Besi tuang
s = (3 - 6 ) mm untuk Logam non Ferro
Karena hal tersebut maka terjadi penyempitan yang menimbulkan
peningkatan kecepatan masuk sudu. Faktor penyempitan dapat ditentukan:
untuk saluran inlet = 1,1 - 1,2
saluran outlet = 1,03 – 1,08
Kecepatan fluida masuk sudu V1 = x Vo dan V2 = x V2m
Luas saluran inlet A1 = (t-s) . b1 . z
Lebar saluran inlet
Lebar saluran outlet
Fungsi sudu adalah mengarahkan aliran fluida dari arah aksial menjadi arah
radial yang tegak lurus poros. Semakin banyak sudu semakin baik arah
aliran tetapi meningkatkan faktor gesekan antara fluida dengan dinding sudu.
Jumlah sudu ini dipengaruhi oleh perbandingan diameter inlet dan outlet
44
maupun jumlah sudut relatif yang harganya dapat ditentukan melalui grafik
berikut ini.
Gambar 3.9 Grafik Sudut Relatif dan Jumlah Sudu
Contoh
Rencanakanlah ukuran utama ( Diameter poros dan ukuran Impeler) pompa
sentrifugal yang dapat menghasilkan kapasitas 300 m3/jam dan tinggi angkat
total 120 meter pada putaran 1450 rpm , bahan sudu diambil dari besi tuang !
Penyelesaian :
a. Jumlah Tingkat / Impeler
Kapasitas fluida Q = 300 m3/jam = 0,083 m3/detik
Tinggi angkat bila 1 tingkat H = 120 meter
Kecepatan Spesifik =
nq = 11,5 permenit
Bila nq = 11,5 maka tipe impeler yang dipakai adalah
Impeler Tekanan tinggi H’ = 100 meter
nq = 11,5 dan Q = 0,083 m3/detik didapat = 74 %
45
Jumlah tingkat i = H : H’ = 120 : 100 = 1,2 dibulatkan menjadi 2 tingkat,
berarti tinggi angkat satu impeler H = 120 : 2 = 60 meter.
Kecepatan Spesifik = = 19 permenit
Bila nq = 19 dan 2 tingkat maka tipe impeler yang
dipakai adalah Impeler Tekanan tinggi
nq = 19 dan Q = 0,083 m3/detik didapat = 77 %
b. Tenaga dan Torsi Pompa
Tenaga penggerak pompa = =
Momen puntir / Torsi
c. Diameter Poros Pompa
Diameter poros bertingkat ringan
= 66 mm
Dengan penyesuaian standard bantalan dan pasak maka diambil D = 70 mm
d. Perhitungan Diameter Impeler
Diameter dalam inlet DN = (1,2 – 1,4 ) D = 1,28 x 70 = 90 mm = 0,09 m
Kapasitas fluida masuk impeler Q’ = 1,05 x 0,083 = 0,087 m3/det
Dari Grafik Kapasitas Q’ = 0,087 m3/det dan n = 1450 rpm maka didapat
46
harga kecepatan fluida masuk impeler Vo = 3,5 m/det
Diameter luar inlet DS = D1 =
=
= 0,1994 m = 200 mm
Diameter luar outlet D2 =
Kecepatan keliling impeler U2 = 35 m/det untuk Besi tuang diambil 33 m/det D2 = = 0,435 m = 435 mm
e. Perhitungan Segitiga Kecepatan
Kecepatan fluida masuk sudu V1 = x Vo = 1,1 - 1,2
V1 = 1,15 x 3,5 = 4 m/det
Kecep. Keliling sudu bagian dalam U1 = =
U1 = 15,2 m/det
Kecepatan Relatif masuk sudu ω1 =
ω1 = 15,5 m/det
Sudut masuk relatif θ1 = = = 14,70 150
Kecepatan Relatif keluar sudu ω2 = . = 0,95 – 0,98
ω2 = 0,95 . 15,5 = 14,7 m/det
Sudut Relatif keluar sudu θ2 = 25 – 320 diambil 280
Dengan memperhatikan ketentuan sebelumnya dan menggunakan Aturan
Sinus – Cosinus maka harga kecepatan fluida dan besar sudut lainnya
didapat sebagai berikut :
= 190 θ2 = 280
ω2 = 14,7 m/det V2 = 24,5 m/det
U2 = 33 m/det V2u = 24 m/det dan V2m = 6,9 m/det
47
f. Perhitungan Lebar Sudu
Lebar saluran inlet
b1 = 0,0398 m = 40 mm
Lebar saluran outlet
b2 = 0,0097 m = 10 mm
g. Perhitungan Jumlah dan Jarak Sudu
Perbandingan D2 : D1 = 435 : 200 = 2,175 dan jumlah sudut relatif
θ1 + θ2 = 150 + 280 = 430, maka dari Gambar 3.9 didapat jumlah sudu (z) =7
Jarak pembagian sudu (t) = Keliling impeler : jumlah sudu
Jarak sudu inlet = 89,7 mm 90 mm
Jarak sudu outlet = 195 mm
Jadi dari perhitungan ukuran sudu-sudu diatas maka hasilnya dapat
digambarkan berikut ini.
48
h. Pengecekan Tinggi Angkat setiap sudu (H1s)
Tinggi angkat setiap sudu menurut Euler :
Karena dari awal sudah ditentukan pompa sentrifugal 2 tingkat atau 2
impeler maka tinggi angkat total 2 x 80,7 meter = 161,4 meter berarti
cukup memenuhi sebab > 120 meter walaupun sedikit boros.
3.7 Tugas Diskusi
1. Jelaskan perbedaan antara sudu dan impeler !
2. Jelaskan pengertian dari Kerja spesifik pompa !
3. Apa yang dimaksud dan manfaat Segitiga Kecepatan !
4. Pompa sentrifugal tiga tingkat, bahan impeler besi tuang berputar pada
putaran 900 rpm, D1 = 140 mm, D2 = 300 mm , jumlah sudu 6 buah dengan
lebar b1= 36 mm dan b2 = 12 mm, data lain lihat ketentuan/standard pompa
Hitunglah : a. Tinggi angkat Pompa
b. Kapasitas efektif Pompa (m3/jam) bila = 94 %
c. Tenaga Penggerak Pompa (Kwatt)
5. Rencanakanlah ukuran utama ( Diameter poros dan ukuran Impeler) pompa
sentrifugal yang dapat menghasilkan kapasitas 280 m3/jam dan tinggi angkat
total 140 meter pada putaran 1450 rpm , bahan sudu diambil dari besi tuang!
BAB IV
KATUP POMPA
4.1 Fungsi dan Klasifikasi Katup
Katup adalah salah satu komponen penting untuk menunjang proses
kerja pompa. Katup (Valve) sering juga disebut klep yang berfungsi untuk
mengatur pemasukan dan pengeluaran fluida ke dalam atau keluar pompa.
Katup dirancang untuk dapat bergerak secara otomatis tanpa adanya bantuan
49
tenaga mekanis tetapi bekerja berdasarkan prinsip perbedaan tekanan yang
timbul di bawah dan di atas katup itu sendiri.
Bahan katup yang digunakan disesuaikan dengan tipe pompa
maupun jenis fluida yang dibutuhkan. Pompa bertekanan dan suhu tinggi
biasanya menggunakan bahan dari logam seperti perunggu, besi tuang, dan
yang bertekanan dan suhu rendah menggunakan bahan bukan dari logam
seprti karet, kulit, kanvas ataupun kayu.
Setiap jenis pompa mempunyai tipe katup yang berbeda, bila ditinjau
dari fungsinya maka katup dapat dibagi dua yaitu :
a. Katup Isap, terbuka secara otomatis pada langkah isap yang berfungsi untuk
mengatur pemasukan fluida ke dalam pompa dan akan tertutup pada
langkah tekan guna mencegah kembalinya fluida ke posisi semula.
b. Katup tekan, terbuka secara otomatis pada langkah tekan untuk mengatur
pengeluaran fluida dari pompa ke arah outlet dan akan tertutup pada langkah
isap guna mencegah kembalinya fluida ke dalam pompa,
Bila ditinjau dari bentuk dasar geometrisnya maka katup dapat dibagi menjadi
enam bentuk yaitu :
1. Katup Cakra Datar
2. Katup Cakra Konis
3. Katup Cincin Tunggal
4. Katup Cincin Ganda
5. Katup Engsel dan
6. Katup Peluru (Bola)
4.2 Katup Cakra Datar
Tipe katup ini mempunyai bentuk seperti piringan yang mempunyai
permukaan rata. Pada saat langkah isap untuk katup isap dan langkah tekan
untuk katup tekan, katup ini terbuka dan terangkat setinggi (h) sehingga fluida
mengalir melalui saluran/pipa berukuran (d) dengan kecepatan C1 dan malui
celah katup dengan kecepatan C2. Menurut Hukum kontinuitas maka berlaku :
Q1 = Q2 Q1 = A1 x C1 =
Q2 = A2 x C2 =
50
51
Untuk menjaga kesetabilan aliran guna mencegah getaran maka diharapkan
kecepatan fluida C1 = C2, jadi dengan mensubstitusikan ke dua persamaan
tersebut didapat : = harga tinggi angkat katup (hki) adalah :
Gambar 4.1 Katup Cakra Datar
Tinggi angkat Katup Isap
Dalam prakteknya, tinggi angkat katup isap
banyak menggunakan rumus empiris yaitu
hki = (0,1 – 0,2).d dan kecepatan fluida pada
celah katup C2 = 1,5 m/det.
Untuk katup tekan dapat dihitung menggunakan rumus :
sehingga didapat harga
Tinggi angkat katup tekan (m/det)
Keterangan, hki / hkt : tinggi angkat katup isap/tekan ( m )
D : diameter engkol ( m )
d : diameter lubang saluran ( m )
Cpm : kecepatan piston maksimum (m/det)
C1 : kecepatan fluida melalui saluran (m/det)
C2 : kecepatan fluida melalui celah katup (m/det)
S : langkah piston ( m )
Contoh
51
Pompa torak berputar pada 120 rpm mempunyai langkah S = 2 D dan
diameter torak 100 mm. Kecepatan fluida pada celah katup 1,5 m/det.
Tentukanlah kecepatan maksimum torak dan diameter serta tinggi angkat
katup!
Penyelesaian :
n = 120 rpm D = 100 mm S = 200 mm C2 = 1,5 m/det
a. Kecepatan piston maksimum = 1,256 m/det
b. Diameter dan tinggi angkat katup
hkt = diambil 0,2.d
Diameter katup = 0,103 m dibulatkan 105 mm
Tinggi angkat katup hk = 0,2 x d = 0,2 x 105 = 21
mm
4.3 Katup Cakra Konis
Dengan jalan yang sama seperti perhitungan katup cakra di atas
dengan sudut kemiringan katup α maka berlaku persamaan :
hx = hkt. Sin α
Tinggi angkat katup tekan (hkt)
52
Gambar 4.2 Katup Cakra Konis
4.4 Katup Cincin Tunggal
Gambar 4.3 Katup Cincin Tunggal
Persamaan aliran fluida antara saluran isap dan dudukan katup :
untuk menjaga kesetabilan aliran fluida maka
diupayakan Ct = C1 sehingga dh2 – db
2 = d2, jadi harga diameter luar dudukan
katup dapat dirumuskan :
Persamaan aliran fluida antara celah katup dan dudukan katup :
2 . π . dg . hki . C2 = π . dg . a . Ct untuk menjaga kesetabilan aliran fluida
maka diupayakan Ct = C2 sehingga didapat harga lebar lubang laluan
dudukan katup
Persamaan aliran fluida antara pada pompa dan celah katup:
53
Contoh
Sebuah pompa dengan putaran pompa penggerak 120 rpm. Perbandingan
langkah dengan diameter piston 2,4. Kecepatan piston maksimum sama
dengan kecepatan fluida melalui celah katup yaitu sebesar 1,5 m/det.
Hitunglah a. Diameter dan langkah piston !
b. Tinggi angkat katup bila diameter tusuk dt = 156 mm
c. Diameter luar dan dalam katup cincin bila s = 3 mm
Penyelesaian
n = 120 rpm S = 2,4 D Cpm = C2 = 1,5 m/det a = 2 hki
a. Diameter dan Langkah Piston
Langkah Piston S = 0,239 meter dibulatkan 240 mm
Diameter Piston D = S : 2,4 = 240 : 2,4 = 100 mm
b. Tinggi angkat Katup
= 0,008 m = 8 mm
c. Diameter Katup Cincin
Diameter dalam Cincin di = dt - a – 2s a = 2hkt = 16 mm s = 3 mm
di = 156 – 16 - 2x3 = 134 mm
Diameter luar Cincin dl = dt + a + 2s
dl = 156 +16 + 2x3 = 178 mm
4.5 Katup Cincin Ganda
54
Gambar 4.4 Katup Cincin Ganda
Dengan prinsip yang sama seperti katup cincin tunggal maka aliran fluida pada
cincin majemuk dapat digunakan persamaan :
Rumus Empiris
dtn = dt1 + 2(n – 1).b 30≤ b ≤ 70 dan diameter tusuk terkecil
b = 2(a + s) dt1 ≤ 70 mm
din = dtn –a – 2s a = 2,25 hk
din = dtn –a – 2s hk ≤ 10 mm Kapasitas kecil
dln = dtn + a + 2s hk = (10 – 15) mm Kapasitas besar
Contoh
Sebuah pompa torak mempunyai diameter piston 200 mm dan langkahnya 360
mm berputar pada 120 rpm. Kecepatan fluida melalui celah C2 = 1,5 m/det dan
harga a = 2,25 hk, s = 2,5 mm dan tinggi angkat katup diambil 8 mm.
Hitunglah a. Kecepatan piston maksimum
b. Diameter tusuk jika jumlah cincin 3 buah
c. Diameter luar dan dalam cincin katup
Penyelesaian
D = 200 mm = 0,2 m S = 360 mm = 0,36 m n = 120 rpm C2 = 1,5 m/det
Hk = 8 mm a = 2,25 hk = 2,25 x 8 = 18 mm s = 2,5 mm
din = dtn – a – 2s di1 = 232 – 18 – 2.2,5 = 209 mm
di2 = 314 – 18 – 2.2,5 = 291 mm
di3 = 396 – 18 – 2.2,5 = 373 mm
dln = dtn + a + 2s dl1 = 232 + 18 + 2.2,5 = 255 mm
dl2 = 314 + 18 + 2.2,5 = 337 mm
dl3 = 396 + 18 + 2.2,5 = 419 mm
4.6 Katup Engsel
56
Gambar 4.5 Katup Engsel
4.7 Katup Peluru (Bola)
Katup ini berbentuk bola dengan bidang sentuh yang relatif kecil, karena itu maka biasanya digunakan untuk fluida yang viskositas/kekentalannya tinggi.
Gambar 4.6 Katup Peluru
4.8 Jenis-jenis Kerugian Hambatan
Dalam proses pemindahan fluida banyak hambatan yang harus dilalui
misalnya adanya gesekan antara fluida dengan fluida, gesekan dengan dinding
penghantar, adanya pengaruh turbulen karena belokan maupun perubahan
penampang (orifice). Pengaruh kecepatan dan percepatan aliran pun
menimbulkan hambatan yang akan menurunkan kapasitas dan tinggi tekan
pompa, Jenis-jenis hambatan ini dapat dipelajari dari mekanika fluida yang
mana diantaranya dapat diuraikan secara singkat berikut ini.