Top Banner
MODUL Bahan Ajar PELATIHAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN BALAI PELATIHAN KESEHATAN CIKARANG 2012
57

Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Dec 05, 2015

Download

Documents

Shita Addina

asdfghj
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

MODUL Bahan Ajar

PELATIHAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

BALAI PELATIHAN KESEHATAN CIKARANG 2012

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012

Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

Kata Pengantar

Analisis risiko kesehatan lingkungan (ARKL) merupakan suatu pendekatan yang selain dapat digunakan dalam pengkajian aspek kesehatan masyarakat dalam Amdal (Analisis mengenai Dampak Lingkungan Hidup) juga dapat menjadi alat bantu dalam perumusan kebijakan kesehatan lingkungan khususnya untuk mengendalikan risiko kesehatan lingkungan Kiprah ARKL pada beberapa negara sudah menjadi lsquonadirsquo dalam proses pengambilan keputusan dan perumusan kebijakan kesehatan dan lingkungan yang strategis namun tidak demikian di Indonesia ARKL masih sekadar terdengar oleh segelintir praktisi kesehatan lingkungan dan belum dipahami oleh para eksekutif (decision maker)

Dalam Keputusan Kepala Bapedal No Kep-124121997 tentang Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat Dalam Penyusunan AMDAL analisis risiko kualitatif dan kuantitatif disebutkan sebagai salah satu metoda yang dapat digunakan dalam kajian aspek kesehatan masyarakat dalam penyusunan Andal Selanjutnya Departemen Kesehatan pada tahun 2001 mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan No 876MenkesSKVIII2001 tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL) yang dalam isinya menerangkan bahwa ARKL merupakan bagian tidak terpisahkan dari ADKL Meskipun Pedoman Teknis ADKL telah dikeluarkan sejak 11 tahun yang lalu ARKL belum juga populer dan belum banyak digunakan dalam penyusunan Amdal ataupun terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan perumusan kebijakan kesehatan lingkungan Untuk mengantisipasi hal tersebut bekerjasama dengan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Jakarta Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang menyelenggarakan pelatihan ARKL Pelatihan ini diperuntukkan bagi sumber daya manusia kesehatan yang bertugas di Dinas Kesehatan Kabupaten Kota Politeknik Kesehatan BBTKLPP unit penelitian dan pengembangan rumah sakit dan balai pelatihan kesehatan Buku ini merupakan bahan ajar modul yang akan menjadi pegangan peserta latih dalam pelaksanaan pelatihan dengan berorientasi pada kompetensi peserta latih untuk dapat mengimplementasikan ARKL di tempatnya bertugas serta dapat menjadi agen dalam menyebarluaskan hal-hal yang berkaitan dengan ARKL

Penyusun dengan segala kerendahan hati mengucapkan apresiasi dan terima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat hingga selesainya bahan ajar ini Disadari masih banyak kekurangan dalam bahan ajar ini oleh karenanya kami berkenan dan berterima kasih atas setiap kritik dan saran guna penyempurnaan bahan ajar ini Akhirul Kalam dengan mengharap ridha Allah SWT Semata penyusun berharap materi-materi dalam bahan ajr ini dapat menjadi ilmu yang bermanfaat

Jakarta 16 September 2012 Penyusun

Didi Purnama SKM Staf Bidang ADKL BBTKLPP Jakarta

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 1

MODUL I PROSEDUR ARKL

Materi Sub Bahasan Telaah Kritis Implementasi ADKL ARKL dalam Amdal

Pembangunan yang berkembang dengan pesat di Indonesia bagaikan pedang bermata dua bagi rakyat Di satu sisi pembangunan identik dengan berkembang dan majunya tingkat ekonomi rakyat namun di sisi lain dapat menyebabkan kesengsaraan bagi masyarakat Hadirnya kesengsaraan tersebut merupakan buntut dari manajemen yang kurang baik terutama dalam hal pengelolaan lingkungan Pemerintah dalam hal ini telah mengembangkan suatu metoda yang ilmiah dan dapat diterima oleh semua pihak untuk mengantisipasi perubahan lingkungan yang berdampak bagi kehidupan masyarakat Itulah yang dikenal dewasa ini dengan Amdal

Amdal dimaksudkan untuk memprakirakan segala kemungkinan perubahan yang terjadi akibat dibangun atau dilaksanakan suatu kegiatan danatau usaha Tentunya perubahan lingkungan yang dicermati adalah secara komprehensif (holistik) yang tidak hanya meliputi komponen lingkungan fisik kimia biologi sosial ekonomi dan budaya (sosekbud) tetapi juga kesehatan masyarakat Namun prakteknya sungguh ironis kesehatan masyarakat yang memang seringkali merupakan dampak sekunder atau tersier dari suatu kegiatan danatau usaha kerap diabaikan bahkan tidak dianggap penting Faktanya pemrakarsa suatu kegiatan danatau usaha beserta konsultan yang digunakan jasanya sering lsquoasal-asalanrsquo dalam memprakirakan dampak kesehatan masyarakat Kalaupun aspek kesehatan masyarakat dicermati dalam rangkaian penyusunan Amdal kajiannya umumnya dangkal dan hanya bersifat subyektif Sebagai contoh dalam dokumen KA Andal Andal dan RKL-RPL suatu kegiatan danatau usaha pengkajian terhadap dampak kesmas hanya tersaji dalam bentuk deskripsi sarana fasilitas layanan kesehatan hasil observasi sanitasi yang masih bersifat subyektif data kualitas kesehatan lingkungan (laboratorium) dengan metode yang digunakan kurang lsquogregetrsquo ataupun teknik pengambilan dan pemeriksaan sampel (kesehatan lingkungan) nya yang kurang sesuai serta jumlah sampel yang tidak representatif sangat jarang dan hampir tidak pernah pengkajian aspek kesehatan masyarakat dilakukan hingga dapat memperkirakan gangguan kesehatan yang akan timbul populasi sub populasi yang rentan prakiraan kapan dampak akan terjadi yang disertai dengan analisis secara kuantitatif Hal tersebut jika dicermati lebih lanjut disebabkan karena kurang populernya ARKL sebagai suatu tools yang dapat digunakan untuk mengkuantifikasi risiko kesehatan masyarakat serta kompetensi penyusun maupun penilai Amdal yang belum benar-benar sesuai yang diharapkan Materi Sub Bahasan Paradigma kesehatan Lingkungan dan Sejarah ARKL

Menurut WHO kesehatan lingkungan merujuk pada semua faktor fisik kimia dan biologi di luar manusia beserta seluruh faktor yang saling terkait yang merubah perilaku Kesehatan lingkungan mencakup upaya penilaian dan pengendalian faktor-faktor lingkungan yang berpotensi dapat mempengaruhi kesehatan Sasarannya adalah mencegah penyakit dan menciptakan lingkungan yang sehat dan kondusif Oleh karenanya seorang praktisi kesehatan masyarakat harus mampu melakukan penilaian (assessment) dan pengendalian faktor risiko kesehatan lingkungan Dalam melakukan penilaian terhadap kondisi kesehatan lingkungan dikemabngkan beberapa metode termasuk analisis risiko kesehatan lingkungan yang diadaptasi dari berbagai negara lain yang telah menjadikannya sebagai tools dalam perumusan kebijakan kesehatan lingkungan

Analisis risiko kesehatan lingkungan (ARKL) sebenarnya dipergunakan pertama kali justru

dalam bidang nuklir bukannya di bidang kimia seperti yang sering digunakan sekarang Diawali dengan ditemukannya kematian yang disebabkan oleh kanker dengan radiasi nuklir yang diduga sebagai penyebabnya pada tahun 1975 dilakukan analisis risiko secara mendalam untuk

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 2

menginvestigasinya Teknik-teknik analisisnya kemudian diadopsi oleh Food and Drug Administration Amerika Serikat USEPA selanjutnya menerbitkan pedoman tentang analisis risiko karsinogen tahun 1986 Kini analisis risiko digunakan untuk berbagai bahaya lingkungan termasuk bahaya fisik dan biologis Bahaya-bahaya fisik kimiawi dan biologis lingkungan bisa menimbulkan efek yang merugikan kesehatan manusia dan kerusakan lingkungan Kajian efek kesehatan dikenal dengan health risk assessment (HRA analisis risiko kesehatan) sedangkan kajian efek lingkungan disebut ecological risk assessment (ERA)

HRA dibedakan dengan health impact assessment (HIA analisis dampak kesehatan) Sebagaimana akan dijelaskan kemudian dampak lebih bersifat umum yang berarti bisa positif atau negatif sedangkan risiko adalah dampak yang negatif HRA biasanya digunakan untuk menilai atau menaksir risiko yang disebabkan oleh bahaya-bahaya lingkungan dulu kini dan akan datang sedangkan HIA umumnya merupakan bagian perencanaan suatu kegiatan atau pembangunan baru Meskipun penggunaannya berbeda prosedur HRA dan HIA pada prinsipnya adalah sama Perbedaan utama HRA dengan HIA terletak pada pemajanannya Dalam HIA pemajanan yang sesungguhnya belum ada (belum bisa diukur karena kegiatannya belum ada) sedangkan dalam HRA pemajanan sudah ada (telah dan sedang berlangsung)

Selanjutnya HIA tumbuh dan berkembang secara lebih spesifik menjadi environmental health risk assessment (EHRA) yang dialihbahasakan menjadi analisis risiko kesehatan lingkungan (ARKL) Di Indonesia dalam peraturan perundang-undangan ARKL menjadi bagian analisis dampak kesehatan lingkungan (ADKL) ADKL sendiri dibedakan menjadi ADKL bagian Amdal dan ADKL untuk pencemaran pada umumnya (bukan bagian dari studi Amdal) Untuk ADKL dalam Amdal yang dimaksudkan sebagai kajian aspek kesehatan masyarakat dalam konteks rencana usaha atau kegiatan baru telah terbit Keputusan Menteri Kesehatan RI No 876 MenkesSKVIII2001 tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan

Namun pedoman teknis ini belum memberikan lsquopedomanrsquo yang semestinya sebagai prosedur formal analisis risiko kesehatan lingkungan Pedoman ini tidak menjelaskan karakterisasi risiko karsinogenik dan non karsinogenik padahal prosedur untuk menetapkan tingkat risiko kedua efek itu berbeda Pedoman ini juga tidak memberi ruang untuk memerankan ADKL sebagai bagian dari proses legislasi dan regulasi untuk menetapkan standar kualitas kesehatan lingkungan seperti baku mutu atau nilai ambang batas

Di tingkat internasional saat ini ada beberapa model analisis risiko yang dikembangkan oleh Amerika Serikat negara-negara Uni Eropa dan Australia Meskipun secara mendasar proses-proses analisis risiko adalah sama beberapa istilah yang sedikit berbeda banyak digunakan untuk setiap langkah atau proses International Life Science Institute mencatat ada 6 model analisis risiko yang masing-masing menggunakan terminologi agak berbeda yaitu enHealth EHRA (Australia) International Life Science Institute-Risk Science Institute US EPA Ecological Risk Assessment NAS-NRC Risk Assessment (AS) Codex Risk Assessment (WTO) dan OIE Import Risk Assessment (enHealth 2002) Namun model-model itu masih tetap sesuai dengan paradigma risk analysis yang dikembangkan oleh National Academic of Science Amerika Serikat (NRC 1983)

Menyikapi nuansa peristilahan analisis risiko tersebut International Programme on Chemical Safety (IPCS) dan WHO membentuk Harmonization of Approaches to the Assessment of Risk from Exposure to Chemicals yang lebih dikenal sebagai IPCS Harmonization Project Proyek ini adalah program untuk melaksanakan rekomendasi Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan (United Nation Coference on Economic and Development UNCED) tahun 1992 di Brazil untuk menindaklanjuti 6 area program Chapter 19 Agenda 21 Harmonisasi bukanlah standarisasi melainkan upaya konsistensi dan saling pengertian di antara berbagai pendekatan yang digunakan untuk memahami risiko bahan kimia secara global

Harmonisasi analisis risiko ini diharapkan dapat dicapai dengan menyiapkan kerangka untuk membandingkan informasi mengenai analisis risiko memahami pengertian dasar standar-standar pemajanan bahan kimia tertentu di berbagai negara menghemat biaya dan waktu dengan tukar-menukar informasi untuk menghindari duplikasi kerja menumbuhkan dan mengembangkan ilmu

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 3

yang terpercaya melalui komunikasi lebih baik antar organisasi dan pakar-pakar peer review Misi proyek ini adalah memastikan agar analisis risiko bahan kimia dan pengelolaannya berjalan secara lebih baik untuk meningkatkan perlindungan kesehatan manusia dan lingkungan di dalam kerangka pembangunan berkelanjutan

Dewasa ini dengan semakin banyaknya pembangunan perubahan lingkungan yang terjadi juga mempengaruhi aspek kesehatan masyarakat Analisis risiko kesehatan lingkungan sesuai dengan tantangan zaman tidak hanya untuk penilaian saja tetapi juga harus dapat mengakomodir manajemen risiko Untuk itu kapasitas sumber daya manusia khususnya di bidang kesehatan lingkungan perlu dibekali pemahaman dan ketrampilan dalam melakukan analisis risiko kesehatan lingkungan

Mengacu pada Risk Assessment and Management Handbook tahun 1996 analisis risiko

mengenal dua istilah yaitu risk analysis dan risk assessment Risk analysis meliputi 3 komponen yaitu penelitian asesmen risiko (risk assessment) atau ARKL dan manajemen risiko Di dalam prosesnya analisis risiko dapat diilustrasikan sebagai berikut Penelitian dimaksudkan untuk membangun hipotesis mengukur mengamati dan merumuskan

efek dari suatu bahaya ataupun agen risiko di lingkungan terhadap tubuh manusia baik yang dilakukan secara laboratorium maupun penelitian lapangan dengan maksud untuk mengetahui efek respon atau perubahan pada tubuh manusia terhadap dosis dan nilai referensi yang aman bagi tubuh dari agen risiko tersebut

Asesmen risiko (risk assessment) atau ARKL dilakukan dengan maksud untuk mengidentifikasi bahaya apa saja yang membahayakan memahami hubungan antara dosis agen risiko dan respon tubuh yang diketahui dari berbagai penelitian mengukur seberapa besar pajanan agen risiko tersebut dan menetapkan tingkat risiko dan efeknya pada populasi

Manajemen risiko dilakukan bilamana asesmen risiko menetapkan tingkat risiko suatu agen risiko tidak aman atau tidak bisa diterima pada suatu populasi tertentu melalui langkah - langkah pengembangan opsi regulasi pemberian rekomendasi teknis serta sosial ndash ekonomi ndash politis dan melakukan tindak lanjut

Ilustrasi dari paradigma dan proses analisis risiko dapat dilihat dari gambar 1 di bawah ini

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 4

Gambar 1 Paradigma atau proses lsquorisk analysisrsquo (National Risk Council 1986)

Pada gambar 1 di atas diilustrasikan proses risk analysis secara utuh dimulai dari penelitian

terkait agen risiko dosis serta responefeknya terhadap kesehatan manusia yang dilakukan oleh peneliti Sedangkan implementasi risk assessment atau ARKL dan manajemen risiko dilakukan oleh praktisi kesehatan lingkungan

Secara operasional pelaksanaan ARKL diharapkan tidak hanya terbatas pada analisis atau penilaian risiko suatu agen risiko atau parameter tertentu di lingkungan terhadap kesehatan masyarakat namun juga dapat menyusun skenario pengelolaannya Bagan alir penerapan ARKL sebagai bagian dari analisis risiko dapat dilihat pada gambar 2 dan 3

Penelitian Risk Assessment Pengelolaan Risiko

Pengembangan opsi regulasi

Tujuan Keputusan

dan Aksi

Laboratorium Lapangan Klinik Tempat kerja Epidemiologi

Identifikasi Bahaya

ldquoagen risiko (fisik kimia biologi) apa saja yang

berbahayardquo

Mekanisme toksisitas

Pengembangan metode dan validasi

Dosis ekstrapolasi dan spesies

Karakterisasi Risiko

ldquobagaimana efeknya pada populasirdquo

Pertimbangan ekonomi sosial politik dan

teknologi

Analisis Dose-Response

Karakterisasi Bahaya

ldquobagaimana kejadian tersebut dikaitkan

dengan efek kritisrdquo

Observasi dan pengukuran lapangan

Model riwayat dan perjalanan (agen risiko) di lingkungan

Analisis Pajanan

ldquoSiapa akan terpajan

oleh apa kapan dimana berapa lama dan melalui

jalur pajanan yang manardquo

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 5

Gambar 2 Bagan Alir Penerapan ARKL

Pada gambar 2 di atas dijelaskan bahwa ARKL merupakan pendekatan yang digunakan untuk

melakukan penilaian risiko kesehatan di lingkungan dengan output adalah karakterisasi risiko (dinyatakan sebagai tingkat risiko) yang menjelaskan apakah agen risikoparameter lingkungan berisiko terhadap kesehatan masyarakat atau tidak Selanjutnya hasil ARKL akan dikelola dan dikomunikasikan kepada masyarakat sebagai tindak lanjutnya

Gambar 3 Kerangka Konseptual ARKL

ARKL sebagai suatu tools termasuk metoda dan prosedurnya merupakan satu di antara jenis studi di bidang kesehatan lingkungan Studi kesehatan lingkungan dan kesehatan secara umum telah mengenal epidemiologi lebih dahulu Namun jika diperbandingkan di antara kedua studi ini memiliki beberapa perbedaan yang fundamental sebagaimana tersaji dalam tabel 1 dan gambar 4 di bawah ini

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 6

Tabel 1 Perbandingan antara ARKL dan EKL ARKL Epidemologi Kesehatan Lingkungan (EKL)

Pajanan agen risiko dinyatakan dengan intake (asupan) ada angkanya

Pajanan tidak harus dinyatakan dengan asupan

Konsentrasi agen risiko antropometri dan pola aktivitas populasi berisiko populasi kajian mutlak diperlukan

Butuh konsentrasi agen risiko namun antropometri dan pola aktivitas tidak wajib

Risiko non karsinogenik dan karsionogenik dibedakan

Risiko non karsinogenik dan karsionogenik tidak dibedakan

Tidak menguji hubungan faktor lingkungan dan outcome kesehatan

Menguji hubungan faktor lingkungan dan outcome kesehatan

Besaran risiko tidak dibaca sebagai kelipatan Besaran risiko dibaca sebagai kelipatan Kuantitas risiko digunakan untuk komunikasi dan manajemen risiko

Tidak merupakan satu kesatuan dengan komunikasi dan manajemen risiko

Gambar 4 Keterkaitan ARKL dan EKL

Materi Sub Bahasan Agen risiko pajanan dosis dan dampak

Dampak buruk terhadap kesehatan yang ditimbulkan oleh agen risiko terjadi karena adanya pemajanan dengan dosis dan waktu yang cukup Suatu organisme sistem subpopulasi terpajan agen risiko di lingkungan melalui beberapa jalur pemajanan Dampak buruk yang timbul akibat pajanan agen risiko kimia di lingkungan diilustrasikan melalui gambar 5 di bawah ini

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 7

Gambar 5 Skema pajanan dan dosis (Kolluru 1996)

Materi Sub Bahasan Istilah Definisi dan Terminologi

Di dalam pelaksanaan ARKL dikenal banyak istilah dan terminologi yang perlu didefinisikan terlebih dahulu agar didapat kesamaan persepsi Mengacu pada International Program on Chemical Safety (IPCS 2004) Risk Assessment Terminology di bawah ini dijelaskan definisi dari setiap istilah yang umum digunakan dalam pelaksanaan ARKL Istilah dan Definisi Analisis Pengujian terperinci dari sesuatu yang kompleks (rumit)

dengan maksud untuk memahami sifat dasarnya dan untuk menentukan komponenciri-ciri dan sifat pentingnya

Analisis risiko Sebuah proses untuk mengendalikan situasi atau keadaan dimana organisme sistim atau subpopulasi mungkin terpajan bahaya Proses risk analysis meliputi 3 komponen yaitu risk assessment manajemen risiko dan komunikasi risiko

Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL)

Sebuah proses yang dimaksudkan untuk menghitung atau memprakirakan risiko pada kesehatan manusia termasuk juga identifikasi terhadap keberadaan faktor ketidakpastian penelusuran pada pajanan tertentu memperhitungkan karakteristik yang melekat pada agen yang menjadi perhatian dan karakteristik dari sasaran yang spesifik

Kulit

Uptake

Dosis internal Dosis masuk Dosis potensial

Pajanan

Organ

Dosis efektif

Dampak buruk Media Kimia

Jalur pajanan kontak kulit

Mulut hidung

Intake

Saluran cerna

Uptake

Dosis internal Dosis masuk Dosis potensial Pajanan

Organ

Dosis efektif

Dampak buruk Media Kimia

Jalur pajanan oral

Mulut hidung

Intake

Paru-paru

Uptake

Dosis internal Dosis masuk Dosis potensial Pajanan

Organ

Dosis efektif

Dampak buruk Media

Jalur pajanan inhalasi

Kimia

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 8

Analisis dosis respon (dose-response assessment)

Analisis hubungan antara jumlah total suatu agen yang diberikan diterima atau diserap oleh suatu organisme sistim atau subpopulasi dengan perubahan yang terjadi pada suatu organisme sistem atau subpopulasi

Analisis pajanan (exposure assessment)

Evaluasi pajanan agen dan turunannya pada organisme sistim atau subpopulasi Analisis pajanan merupakan langkah yang keempat dalam ARKL

Agen (agent) Zat materiatau makhluk dalam bentuk fisik kimiawiatau biologi yang kontak atau mengenai sasaran

Bahaya (hazard) Sifat yang melekat pada suatu agen atau situasi yang berpotensi untuk menyebab dampak buruk ketika organisme sistem atau sub populasi terpajan agen tersebut

Dampak buruk Perubahan pada morfologi fisiologi pertumbuhan perkembangan reproduksi rentang hidup dari suatu organisme sistem atau sub populasi yang akan mengakibatkan gangguan pada kapasitas fungsional ketidakmampuan dalam mengatasi stress (tekanan) atau peningkatan kerentanan (suskebtibilitas) terhadap pengaruh-pengaruh lain

Dosis Jumlah total suatu agen yang diberikan diterima atau diserap oleh suatu organisme sistim atau subpopulasi

Dosiskonsentrasi referensi (RfDRfC)

Dosiskonsentrasi dari pajanan harian agen risiko non karsinogenik yang diestimasi tidak menimbulkan efek yang mengganggu walaupun pajanannya terjadi sepanjang hayat (seumur hidup)

Dosis- respon Hubungan antara jumlah total suatu agen yang diberikan diterima atau diserap oleh suatu organisme sistim atau subpopulasi dan perubahan yang terjadi pada suatu organisme sistim atau subpopulasi tersebut

Efek (effect) Perubahan keadaan atau dinamika suatu organisme sistim atau subpopulasi

Ekses risiko kanker (excess cancer risk [ECR])

Besarnya risiko yang dinyatakan dalam bilangan pecahan kelipatan pangkat lsquo-10rsquo (eksponen) tanpa satuan yang merupakan perhitungan perbandingan antara intake dengan dosiskonsentrasi referensi dari suatu agen risiko karsinogenik serta dapat juga diinterpretasikan sebagai dapattidak dapat diterimanya suatu agen risiko terhadap organisme sistim atau subpopulasi dan kelimpahan kasus kankernya (jumlah tambahan kasus kanker) dalam satuan populasi tertentu

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 9

Identifikasi bahaya (hazard identification)

Identifikasi terhadap jenis dan sifat serta kemampuan yang melekat pada suatu agen risiko yang dapat menyebabkan dampak buruk organisme sistim atau subpopulasi Identifikasi bahaya merupakan langkah yang kedua dalam ARKL

Intake non karsinogenik (Ink)

Banyaknya suatu materi (bahan) atau agen risiko yang memiliki efek non kanker (tidak menyebabkan kanker) pada sebuah media lingkungan yang masuk ke dalam tubuh manusia setiap harinya yang dinyatakan dalam satuan mgkghari

Intake karsinogenik (Ik) Banyaknya suatu materi (bahan) atau agen risiko yang memiliki efek kanker (terbukti dapat menyebabkan kanker) pada sebuah media lingkungan yang masuk ke dalam tubuh manusia setiap harinya yang dinyatakan dalam satuang mgkghari

Karakterisasi risiko (risk characterization)

Perhitungan kualitatif jika memungkinkan secara kuantitatif meliputi probabilitas terjadinya potensi dampak buruk suatu agen pada organisme sistim atau subpopulasi beserta faktor ketidakpastiannya

Konsentrasi (concentration)

Banyaknya suatu materi (bahan) atau agen yang terlarut atau terkandung dalam satuan jumlah pada sebuah media

Lowest Observed Adverse Effect Level (LOAEL)

Dosis terendah yang secara statistik atau biologis (masih) memperlihatkan efek merugikan pada hewan uji atau pada manusia

No Observed Adverse Effect Level (NOAEL)

Dosis tertinggi suatu zat pada studi toksisitas kronik atau subkronik yang secara statistik atau biologis tidak memperlihatkan efek merugikan pada hewan uji atau pada manusia

Risiko (risk) Kemungkinan atau kebolehjadian dari suatu dampak buruk pada organisme sistem atau sub populasi timbul akibat (disebabkan) oleh terpajan suatu agen pada kondisi tertentu

Risiko aman atau risiko yang dapat diterima (Acceptable Risk)

Istilah dalam manajemen risiko yaitu dapat diterimanya risiko yang didasarkan pada data ilmiah faktor sosial ekonomi dan politik serta benefit dari pajanan suatu agen

Slope factor (SF) Dosis konsentrasi dari pajanan harian agen risiko karsinogenik yang diestimasi tidak menimbulkan efek yang mengganggu atau tidak menyebabkan terjadinya kanker walaupun pajanannya terjadi sepanjang hayat (seumur hidup)

Tingkat risiko (risk quotient [RQ])

Besarnya risiko yang dinyatakan dalam angka tanpa satuan yang merupakan perhitungan perbandingan antara intake dengan dosis konsentrasi referensi dari suatu agen risiko non karsinogenik serta dapat juga diinterpretasikan sebagai amantidak amannya suatu agen risiko terhadap organisme sistim atau subpopulasi

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 10

Materi Sub Bahasan Jenis dan Penggunaan ARKL

Ada dua jenis ARKL yang dapat digunakan yaitu kajian ARKL cepat atau kajian di atas meja (desktop studi) dan kajian lapangan (field study) tergantung sumber data yang digunakan ARKL diatas meja tidak menggunakan data lapangan tetapi menggunakan nilai-nilai default rekomendasi danatau asumsi sedangkan kajian lapangan dilakukan dengan pengukuran langsung kualitas lingkungan pajanan (frekuensi durasi) dan data antropometri (berat badan) Perbedaan antara kedua jenis ARKL tersebut dapat dilihat pada tabel 2

Tabel 2 Perbandingan antara ARKL desktop dan field

VARIABEL Desktop field Sumber data

yang digunakan

Data Sekunder dan asumsinilai default

Data primer (data yang dikumpulkan sendiri) dan asumsi jika Waktu

pelaksanaan Seketika saat dibutuhkan durasi lebih singkat

Perlu perencanaan dan pengorganisasian durasi lebih lama

Besarnya biaya yang dibutuhkan

Sangat sedikit atau tidak ada Biaya besar (biaya seperti melakukan suatu penelitian kajian lapangan)

ARKL sebagai suatu cara lsquotoolsrsquo atau pendekatan dapat diaplikasikan untuk berbagai keperluan Penggunaan ARKL pada berbagai kebutuhan dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini

Tabel 3 Penggunaan dari masing - masing model ARKL Jenis Kegiatan Kebutuhan lsquodesktoprsquo ARKL Kajian ARKL

Analisis suatu kasus kesehatan lingkungan (Emergency Responses)

-

Analisis suatu kasus kesehatan lingkungan (Reformation Responses)

-

Penyusunan AMDAL suatu kegiatan dan atau usaha Kajian ANDAL dan penyusunan RKL - RPL

-

Pengkajian penyusunan dan penetapan baku mutu -

Pengkajian penyusunan dan penetapan kebijakan kesehatan lingkungan yang baru

-

Materi Sub Bahasan Langkah ndash langkah ARKL Perumusan masalah yang dilakukan sebelum melakukan langkah ndash langkah ARKL dimaksudkan untuk dapat menjawab pertanyaan apa dimana berapa besar kapan siapa populasi berisiko dan bagaimana kepedulian masyarakat (populasi berisiko) Rumusan masalah ini akan digunakan sebagai latar belakang mengapa suatu agen risiko perlu dianalisis risiko dan akan dimasukkan ke dalam laporan Uraian apa yang harus dijawab untuk merumuskan masalah dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 11

Tabel 4 Uraian langkah perumusan masalah Pertanyaan Uraiaan - Apa yang menjadi masalah Media lingkungan yang terkena dampak jenis kegiatan yang

menjadisumber dampak jenis polutan apa yang potensial

- Dimana masalah itu terjadi Wilayah administrasi wilayah geografi batas sosial batas ekologis - Seberapa besar masalahnya Prevalensi penyakit terkait lingkungan konsentrasi agen risiko pada media lingkungan jumlah populasi yang potensial terkena

- Kapan masalah terjadi Hari bulan tahun dan durasi (lamanya) masalah berlangsung - Siapa populasi berisiko Kelompok masyarakat yang potensial terkena golongan

umur kelompok berdasarkan tempat tinggal pekerjaan dan komunitas tertentu (komunitas hobi komunitas adat dll)

- Bagaimana kepedulian masyarakat

Deskripsi aksi protes masyarakat opini pendapat masyarakat dan tokoh masyarakat pandangan pakar respon instansi yang berwenang menangani masalah tersebut (program rencana program kerja terkait penanganan masalah

Langkah 1 Identifikasi bahaya (hazard identification) Identifikasi bahaya merupakan langkah pertama dalam ARKL yang digunakan untuk mengetahui secara spesifik agen risiko apa yang berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan bila tubuh terpajan Sebagai pelengkap dalam identifikasi bahaya dapat ditambahkan gejala ndash gejala gangguan kesehatan apa yang terkait erat dengan agen risiko yang akan dianalisis Tahapan ini harus menjawab pertanyaan agen risiko spesifik apa yang berbahaya di media lingkungan yang mana agen risiko eksisting seberapa besar kandungankonsentrasi agen risiko di media lingkungan gejala kesehatan apa yang potensial Uraian apa yang harus dijawab dalam identifikasi bahaya dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini

Tabel 5 Uraian langkah identifikasi bahaya Pertanyaan Uraian Agen risiko spesifik apa yang berbahaya

Agen risiko bahan kimia jelaskan spesi atau senyawa kimia apa yang berbahaya secara jelas Contoh Merkuri (Hg) jelaskan apakah agen risiko berupa elemental mercury anorganic mercury atau organic mercury (methyl mercury) Agen risiko biologi jelaskan spesiesnya

Di media lingkungan yang mana agen risiko eksisting

Jelaskan media lingkungan dimana agen risiko eksisting apakah di udara ambien air tanah sludge biota hewan dll Contoh jika merkuri sebagai agen risiko maka media lingkungan yang terkontaminasi antara lain air bersih sludge (jika pada pertambangan emas rakyat) ataupun di hewan (ikan yang dikonsumsi)

Seberapa besar kandungankonsentrasi agen risiko di media lingkungan

Jelaskan konsentrasi hasil pengukurannya di media lingkungan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 12

Pertanyaan Uraian Gejala kesehatan apa yang potensial

Uraikan gejala kesehatan gangguan kesehatan apa yang dapat terkait dengan agen risiko Contoh jika merkuri sebagai agen risiko maka gejalagangguan kesehatan yang mungkin timbul antara lain tremor gemetaran pada saat berdiri pusing pada saat berdiri rasa nyeri pada tangan dan kaki dan gangguan pada susunan saraf pusat

Untuk membantu dalam melakukan identifikasi bahaya dapat digunakan contoh formulir sebagaimana pada tabel 6 di bawah ini

Tabel 6 Contoh formulir bantu identifikasi bahaya Sumber

dan penggunaan

Media lingkungan potensial

Agen Risiko

Konsentrasi

Minimal Rata - rata Maksimal Pertambangan mineral (emas tembaga perak dll)

Air permukaan (sungai danau)

Merkuri Anorganik Total Merkuri

- Merkuri Anorganik mgl - Total Merkuri mgl

- Merkuri Anorganik mgl - Total Merkuri mgl

- Merkuri Anorganik mgl - Total Merkuri mgl Lumpur (tailing) Metil Merkuri

Merkuri Anorganik Total Merkuri

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Tanaman (buah sayur umbi)

Metil Merkuri Merkuri Anorganik Total Merkuri

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah (sumur) Merkuri Anorganik Total Merkuri

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Udara Total Merkuri Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Biota air (ikan kerang dsb)

Metil Merkuri Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Pertambangan fosil (batu bara minyak bumi)

middot Udara SO2 Benzene Golongan Metan

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 13

Sumber dan

penggunaan

Media lingkungan potensial

Agen Risiko

Konsentrasi

Minimal Rata - rata Maksimal Pengolahan aki bekas

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Industri elektronika

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan (dari limbah cair)

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah (dari limbah cair)

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Bengkel patri las galvanisasi logam

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Transportasi middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Tanaman Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Kegiatan lainnya Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Penggunaan formulir ini dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan dalam pengisiannya merujuk pada literatur yang tersedia Langkah 2 Analisis dosis - respon (dose-response assessment) Setelah melakukan identifikasi bahaya (agen risiko konsentrasi dan media lingkungan ) maka tahap selanjutnya adalah melakukan analisis dosis- respons yaitu mencari nilai RfD danatau RfC danatau SF dari agen risiko yang menjadi fokus ARKL serta memahami efek apa saja yang mungkin ditimbulkan oleh agen risiko tersebut pada tubuh manusia Analisis dosis ndash respon ini tidak harus

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 14

dengan melakukan penelitian percobaan sendiri namun cukup dengan merujuk pada literature yang tersedia Langkah analisis dosis respon ini dimaksudkan untuk

a mengetahui jalur pajanan (pathways) dari suatu agen risiko masuk ke dalam tubuh manusia

b memahami perubahan gejala atau efek kesehatan yang terjadi akibat peningkatan konsentrasi atau dosis agen risiko yang masuk ke dalam tubuh

c mengetahui dosis referensi (RfD) atau konsentrasi referensi (RfC) atau slope factor (SF) dari agen risiko tersebut

Di dalam laporan kajian ARKL ataupun dokumen yang menggunakan ARKL sebagai cara metode kajian analisis dosis ndash respon perlu dibahas dan dicantumkan Analisis dosis ndash respon dipelajari dari berbagai toxicological reviews jurnal ilmiah atau artikel terkait lainnya yang merupakan hasil dari penelitian eksperimental Untuk memudahkan analisis dosis ndash respon dapat dipelajari pada situs wwwepagoviris Dosis Referensi (RfD) Konsentrasi Referensi (RfC) dan Slope Factor (SF) Uraian tentang dosis referensi (RfD) konsentrasi referensi (RfC) dan slope factor (SF) adalah sebagai berikut

a Dosis referensi dan konsentrasi yang selanjutnya disebut RfD dan RfC adalah nilai yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman pada efek non karsinogenik suatu agen risiko sedangkan SF (slope factor) adalah referensi untuk nilai yang aman pada efek karsinogenik

b Nilai RfD RfC dan SF merupakan hasil penelitian (experimental study) dari berbagai sumber baik yang dilakukan langsung pada obyek manusia maupun merupakan ekstrapolasi dari hewan percobaan ke manusia

c Untuk mengetahui RfC RfD dan SF suatu agen risiko dapat dilihat pada Integrated Risk Information System (IRIS) yang bisa diakses di situs wwwepagoviris

d Jika tidak ada RfD RfC dan SF maka nilai dapat diturunkan dari dosis eksperimental yang lain seperti NOAEL (No Observed Adverse Effect Level) LOAEL (Lowest Observed Adverse Effect Level) MRL (Minimum Risk Level) baku mutu udara ambien pada NAAQS (National Ambient Air Quality Standard) dengan catatan dosis eksperimental tersebut mencantumkan faktor antropometri yang jelas (Wb tE fE dan Dt)

Satuan dosis referensi (RfD) dinyatakan sebagai milligram (mg) zat per kilogram (Kg) berat badan per hari disingkat mgkghari Dalam literatur terkadang ditulis mgkgxhari mgkghari dan mgkg-hari Satuan konsentrasi referensi (RfC) dinyatakan sebagai milligram (mg) zat per meter kubik (M3) udara disingkat mgM3 Konsentrasi referensi ini dinormalisasikan menjadi satuan mgkghari dengan ara memasukkan laju inhalasi dan berat badan yang bersangkutan Untuk memudahkan dalam analisis dosis ndash respon pada tabel 7 dan 8 disajikan contoh RfD RfC dan SF

Tabel 7 Contoh RfD dan SF beberapa agen risiko atau spesi kimia jalur ingesti No Agent Dosis Respon

(RfD SF) Efek Kristis dan Referensi

1 As (Arsen) 3E-4 mgkgday 15E+0 (mgkgday)minus1

Hiperpigmentasi keratosis dan kemungkinan komplikasi vaskular pajanan oral (Tseng 1977 Tseng et al 1968)

2 Ba (Barium) 2E-1 mgkgday Nefropati dalam 2 tahun pemberian air minum kepada mencit (NTP 1994)

3 B (Boron) 2E-1 mgkgday Penurunan berat janin pada pajanan asam borat gestasi

4 Cd (Kadmium) 5E-4 mgkgday Proteinuria pajanan kronik manusia (USEPA

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 15

No Agent Dosis Respon (RfD SF)

Efek Kristis dan Referensi

5 Cl2 (Klorin) bebas 1E-1 mgkgday Pajanan kronik air minum tikus (NTP 1992) 6 Cr6+ (Kromium

Heksavalen) 3E-3 mgkgday Uji hayati air minum 1 tahun dengan tikus

(McKenzie et al 1958) dan pajanan air minum penduduk Jinzhou (Zhang and Li 1987)

7 CN- (Sianida) 2E-2 mgkgday Kehilangan berat efek tiroid dan degradasi myelin dalam uji hayati subkronik sampai kronik oral pada tikus (Philbrick et al 1979)

8 F- (Fluorida) 6E-2 mgkgday Flourisis gigi dan efek kosmetik dalam studi epidemio logi (Hodge 1950 cited in Underwood 1977)

9 Mn (Mangan) 1 4E- 1 mgkgday Hipokolesterolemia epilepsi kekurangan pankreas eksokrin sklerosis berganda katarak osteoporosis fenilketonuria amp penyakit kencing maple syrup (inborn) panotda ingesi kronik manusia (NRC 1989 Freeland- Graves et al 1987 WHO 1973)

10 Hg ndash MeHg (Merkuri - metal merkuri)

1E-4 mgkgday Kelainan neuropsikologis perkembangan dalam studi epidemilogi (Grandjean et al 1997 Budz-Jergensen et al 1999)

11 NO2- (Nitrit) 1E-1 mgkgday Methemoglobinemia pada bayi yang terpajan kronik air minum (Walton 1951)

12 Se (Selenium) 5E-3 mgkgday Selenosis dari studi epidemiologi (Yang et al 1989)

13 Zn (Seng) 3E-1 mgkgday Penurunan Cu eriytrosit dan aktifitas Zn superoksida dismutase pada relawan pria dan wanita (Yadrick et al 1989)

14 CHBr3 2E-2 mgkgday 79E-3 (mgkgday)minus1

Lesi hepatik uji hayati subkronik gavage oral pada tikus

15 CHCl3 1E-2 mgkgday Pembentukan greasety cyst sedangnyata pada hati dan peningkatan SGPT dalam uji hayati kronik pada anjing (Heywood et al 1979)

16 CHBr2Cl 2E-2 mgkgday 84E-2 (mgkgday)minus1

Lesi hepatik uji hayati subkronik gavage oral pada tikus (NTP 1989)

Disadur dari Rahman 2007

Tabel 8 Contoh RfC beberapa agen risiko atau spesi kimia jalur inhalasi No Agent Dosis Respon Efek Kristis dan Referensi RfC 1 NH3 286E-2 Kenaikan keparahan rinitis dan pneumonia

dengan lesi pernafasan pada uji hayati tikus subkronik (Broderson et al 1976)

2 H2S 57 1E-4 Lesi nasal lendir olfaktori pada uji hayati tikus subkronik (Brenneman et al 2000)

3 Pb 493E-4 Perubahan tingkat enzim dan perkembangan neurobehavioral anak-anak (IRIS 2006)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 16

1E-4 mgkg-day

(00001

mgkg-day)

No Agent Dosis Respon Efek Kristis dan Referensi 4 NO2 2E-2 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) 5 SO2 26E-2 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) 6 TSP 242 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) Disadur dari Rahman 2007 Mengingat pemutakhiran (update) RfD RfC dan SF berlangsung sangat cepat RfD RfC dan SF yang tercantum pada tabel di atas tidak bisa selamanya dijadikan acuan RfD RfC dan SF dari agen risiko yang lain serta update dari RfD RfC dan SF pada tabel di atas dapat dilihat dengan mengakses wwwepagoviris Tahapan dalam mengakses situs tersebut dapat dilihat pada lampiran 5 Tampilan evaluasi dosis - respon yang terdapat pada toxicological review pada situs tersebut dapat dilihat pada contoh berikut Contoh evaluasi dosis ndash respon (1) Methylmercury (MeHg) CASRN 22967-92-6 IA1 Oral RfD Summary Critical Effect Experimental Doses UF MF RfD

Developmental neuropsychological impairment Human epidemiological studies (Grandjean et al 1997 Budtz-Joslashrgensen et al 1999a)

Benchmark Dose BMDL05 range of 46-79 ppb in maternal blood for different neuropsychological effects in the offspring at 7 years of age corresponding to a range of maternal daily intakes of 0857-1472 microgkg-day

10 1

Conversion Factors and Assumptions mdashMaternal daily dietary intake levels were used as the dose surrogate for the observed developmental effects in the children exposed in utero The daily dietary intake levels were calculated from blood concentrations measured in the mothers with supporting additional values based on their hair concentrations This conversion is explained in the text below A benchmark dose approach (BMD) was used rather than a no-observed-adverse-effect levellowest-observed-adverse-effect level (NOAELLOAEL) approach to analyze the neurological effects in children as the response variable This analysis is also explained in the text below This assessment updates the 1995 RfD assessment on IRIS and is the same as the RfD that was based on the study of a poisoning episode in Iraq in which developmental neurotoxicity was observed following ingestion of methylmercury-treated grain (Marsh et al1987)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 17

mdash 15E+0 per (mgkg)day

Contoh evaluasi dosis - respon (2) Arsenic inorganic (CASRN 7440-38-2) IIB Quantitative Estimate of Carcinogenic Risk from Oral Exposure IIB1 Summary of Risk Estimates Oral Slope Factor Drinking Water Unit Risk mdash 5E-5 per (ugL) Extrapolation Method mdash Time- and dose-related formulation of the multistage model (US EPA 1988) Drinking Water Concentrations at Specified Risk Levels

Risk Level Concentration E-4 (1 in 10000) 2E+0 ugL E-5 (1 in 100000) 2E-1 ugL E-6 (1 in 1000000) 2E-2 ugL

Langkah 3 Analisis pajanan (exposure assessment) Setelah melakukan langkah 1 dan 2 selanjutnya dilakukan Analisis pemajanan yaitu dengan mengukur atau menghitung intake asupan dari agen risiko Untuk menghitung intake digunakan persamaan atau rumus yang berbeda Data yang digunakan untuk melakukan perhitungan dapat berupa data primer (hasil pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan sendiri) atau data sekunder (pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan oleh pihak lain yang dipercaya seperti BLH Dinas Kesehatan LSM dll) dan asumsi yang didasarkan pertimbangan yang logis atau menggunakan nilai default yang tersedia Rumus perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut Perhitungan intake non karsinogenik (INK) 1 Intake pada jalur pemajanan inhalasi (terhirup)

ܫ = ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphelliphelliphellipRumus 1

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ink (Intake)

Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada media udara (udara ambien)

mgm3 Tidak ada nilai default

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 18

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default R (Rate) Laju inhalasi atau

banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya

m3jam Dewasa 083 m3jam Anak ndash anak (6 ndash 12 tahun) 05 m3jam

tE (time of exposure) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap harinya

Jamhari - Pajanan pada pemukiman 24 jamhari - Pajanan pada lingkungan kerja 8 jamhari - Pajanan pada sekolah dasar 6 jamhari

fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasikelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(nk) (time average) Periode waktu rata ndash rata

Hari 30 tahun x 365 haritahun = 10950 hari

2 Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphelliphelliphellipRumus 2

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ink (Intake) Jumlah konsentrasi agen

risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari

Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada air bersihminum atau pada makanan

- mgl (air) mgkg (makanan)

Tidak ada nilai default

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 19

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default R (Rate) Laju konsumsi atau

banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya

- Liter hari (air) - Gram hari (makanan)

Air Minum - Dewasa (pemukiman) 2 literhari - Anak ndash anak (pemukiman) 1 literhari - Dewasa (lingkungan kerja) 1 literhari Makanan - Buah ndash buahan 42 gramhari - Sayuran 80 gramhari fE (frecuency of

exposure) Lamanya atau jumlah hari

terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(nk) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogen

Hari 30 tahun x 365 haritahun = 10950 hari

Perhitungan intake karsinogenik (IK) 1 Intake pada jalur pemajanan inhalasi (terhirup)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphellipRumus 3

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ik (Intake) Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada media udara (udara ambien)

mgm3 Tidak ada nilai default

R (Rate) Laju inhalasi atau banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya

m3jam Dewasa 083 m3jam Anak ndash anak (6 ndash 12 tahun) 05 m3jam

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 20

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default tE (time of exposure) Lamanya atau jumlah jam

terjadinya pajanan setiap harinya

Jamhari - Pajanan pada pemukiman 24 jamhari - Pajanan pada lingkungan kerja 8 jamhari - Pajanan pada sekolah dasar 6 jamhari

fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

2 Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ಲೇಸ

helliphelliphellipRumus 4

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ik (Intake) Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada air bersih minum atau pada makanan

- mgl (air) - mgkg (makanan)

Tidak ada nilai default

R (Rate) Laju konsumsi atau banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya

- literhari (air) - gramhari (makanan)

Air Minum - Dewasa (pemukiman) 2 literhari - Anak ndash anak (pemukiman) 1 literhari - Dewasa (lingkungan kerja) 1 literhari Makanan - Buah ndash buahan 42 gramhari - Sayuran 80 gramhari - Ikan tangkapan 54 gramhari

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 21

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok Populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

Analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL Hal ndash hal yang perlu diketahui dan dicermati dalam melakukan analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL adalah sebagai berikut Pada lsquodesktoprsquo ARKL tidak perlu dilakukan pengumpulan data Data yang menjadi dasar perhitungan intake menggunakan data sekunder dan asumsi Terkait dengan variabel konsentrasi pelu diperhatikan hal sebagai berikut Data sekunder umumnya dibutuhkan untuk mengetahui konsentrasi agen risiko pada media

lingkungan yang mana merupakan hasil pengukuran yang pernah dilakukan oleh pihak lain pada media lingkungan wilayah dan waktu yang sama

Ada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL dalam rangkaian studi AMDAL (kajian ANDAL dan RKL - RPL untuk aspek kesehatan masyarakat) suatu kegiatan sumber data konsentrasi dapat merupakan proyeksi perubahan rona lingkungan yang telah dikaji pada aspek yang lain mis proyeksi konsentrasi agen risiko di udara ambien pada tahap operasional kegiatan atau proyeksi konsentrasi agen risiko di air bersih pada tahap operasional kegiatan

Terkait dengan variabel perhitungan yang lain (R tE fE Dt Wb dan tAVG) asumsi didasarkan pada logika yang rasional atau nilai default yang sudah tersedia Adapun nilai default untuk berbagai variabel pada lsquodesktoprsquo ARKL dapat dilihat pada tabel 9 berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 22

Tabel 9 Nilai default dari faktor pajanan (Rahman 2007) Tataguna lahan

Jalur pajanan Asupan harian Frekuensi pajanan (haritahun)

Durasi pajanan (tahun)

Berat badan (kg)

Residensial Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

12 m3 (anak) raquo 05 350 6 15 Industri amp komersial

Air minum 1 L 250 25 70 55 b

Pertanian Tanaman perkarangan

42 g (buah - buahan)

350 30 70 55 b

80 g (sayur - mayur)

350 30 70 55 b

Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

Rekreasi Ikan tangkapan 54 g 350 30 70 55 b Disadur dari Rahman 2007 seluruhnya berasal dari Exposure Factor Handbook (EPA 1990) kecuali bNukman et al (2005) 324 Langkah 4 Karakterisasi risiko (risk characterization) Langkah ARKL yang terakhir adalah karakterisasi risiko yang dilakukan untuk menetapkan tingkat risiko atau dengan kata lain menentukan apakah agen risiko pada konsentrasi tertentu yang dianalisis pada ARKL berisiko menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat (dengan karakteristik seperti berat badan laju inhalasikonsumsi waktu frekuensi durasi pajanan yang tertentu) atau tidak Karakteristik risiko dilakukan dengan membandingkan membagi intake dengan dosis konsentrasi agen risiko tersebut Variabel yang digunakan untuk menghitung tingkat risiko adalah intake (yang didapatkan dari analisis pemajanan) dan dosis referensi (RfD) konsentrasi referensi (RfC) yang didapat dari literatur yang ada (dapat diakses di situs wwwepagoviris) 1 Karakterisasi risiko pada efek non karsinogenik Perhitungan tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko untuk efek non karsinogenik dinyatakan dalam notasi Risk Quotien (RQ) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek non karsinogenik dilakukan perhitungan dengan membandingkan membagi intake dengan RfC atau RfD Rumus untuk menentukan RQ adalah sebagai berikut ூ

ோ helliphelliphelliphellipRumus 5

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur inhalasi (terhirup) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 1 RfC (reference concentration) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan inhalasi

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 23

ூோ

helliphelliphelliphelliphellipRumus 6

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur ingesti (tertelan) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 2 RfD (reference dose) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan ingesti

Didapat Interpretasi tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko yang diperoleh pada ARKL merupakan konsumsi pakar ataupun praktisi sehingga perlu disederhanakan atau dipilihkan bahasa yang lebih sederhana agar dapat diterima oleh khalayak atau publik Tingkat risiko dinyatakan dalam angka atau bilangan desimal tanpa satuan Tingkat risiko dikatakan AMAN bilamana intake le RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ le 1 Tingkat risiko dikatakan TIDAK AMAN bilamana intake gt RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ gt 1 Narasi yang digunakan dalam penyederhanaan interpretasi risiko agar dapat diterima oleh khalayak atau publik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll Contoh Tingkat risiko RQ untuk pajanan Pb (inhalasi) sebesar 000008 microgm3 pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan rata - rata 55 kg dan telah terpajan 350 haritahun selama 20 tahun diketahui sebesar 0098 maka Interpretasi risiko Pajanan Pb sebesar 000008 microgm3 secara inhalasi pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan 55 Kg masih aman untuk frekuensi pajanan 350 haritahun hingga 20 tahun mendatang Perhitungan tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko untuk efek karsinogenik dinyatakan dalam notasi Excess Cancer Risk (ECR) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek karsinogenik dilakukan perhitungan dengan mengkali intake dengan SF Rumus untuk menentukan ECR adalah sebagai berikut

ܥܧ = Rumus 7helliphelliphelliphellip ܨ ݔ ܫKeterangan Digunakan untuk menghitung tingkat risiko pada agen risiko dengan efek karsinogenik I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 3 atau rumus SF (slope factor) Nilai referensi agen risiko dengan efek karsinogenik

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 24

Interpretasi tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko dinyatakan dalam bilangan exponen tanpa satuan (cth 13E-4) Tingkat risiko dikatakan acceptable atau aman bilamana ECR le E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR le 110000 Tingkat risiko dikatakan unacceptable atau tidak aman bilamana ECR gt E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR gt 110000 Contoh ECR = 13E-5 (13 x 10-5) dapat diinterpretasikan sebagai berikut ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Narasi yang digunakan dalam risiko karsinogenik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoacceptablersquo atau lsquounacceptablersquo (lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo) - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll - Risiko kanker [ mis ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Contoh Tingkat risiko ECR untuk pajanan benzene (inhalasi) sebesar 03 microgm3 pada pekerja depo penampungan BBM di Jakarta dengan berat badan rata - rata 60 kg dan telah terpajan 250 haritahun selama 10 tahun diketahui sebesar 456E-4

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 1

MODUL II MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Manajemen Risiko Kesehatan Lingkungan

Manajemen risiko adalah proses mengidentifikasi evaluasi penyeleksian dan melakukan

upaya untuk mengurangi risiko terhadap ekosistem dan kesehatan manusia (Omenn GS et al 1997) Setelah melakukan keempat langkah ARKL di atas maka telah dapt diketahui apakah suatu agen risiko amandapat diterima atau tidak Manajemen risiko bukan termasuk langkah ARKL melainkan tindak lanjut yang harus dilakukan bilamana hasil karakterisasi risiko menunjukkan tingkat risiko yang tidak aman ataupun unacceptable Dalam melakukan manajemen risiko perlu dibedakan antara strategi manajemen risiko dengan cara manajemen risiko Strategi manajemen risiko meliputi penentuan batas aman yaitu

1 Konsentrasi agen risiko (C) danatau 2 Jumlah konsumsi (R) danatau 3 Waktu pajanan (tE) danatau

4 Frekuensi pajanan (fE) danatau

5 Durasi pajanan (Dt)

Setelah batas aman ditentukan selanjutnya perlu dilakukan penapisan alternatif terhadap batas aman yang mana yang akan dijadikan sebagai target atau sasaran pencapaian dalam pengelolaan risiko Batas aman yang dipilih adalah batas aman yang lebih rasional dan realistis untuk dicapai

Adapun cara manajemen risiko adalah cara atau metode yang akan digunakan untuk

mencapai batas aman tersebut Cara manajemen risiko meliputi beberapa pendekatan yaitu pendekatan teknologi pendekatan sosial - ekonomis dan pendekatan institusional penjelasan lebih lanjut langkah ndash langkah dalam manajemen risiko akan dijelaskan pada sub bahasan selanjutnya

Materi Sub Bahasan Strategi manajemen risiko

1 Penentuan batas aman Batas aman disini adalah batas atau nilai terendah yang menyebabkan tingkat risiko

menjadi tidak aman (tidak dapat diterima) Oleh karenannya nilai yang aman adalah nilai di bawah batas amannya sedangkan nilai yang sama dengan batas aman tersebut akan menyebabkan tingkat risiko menjadi tidak aman Sebagai contoh jika hasil

perhitungan menunjukkan konsentrasi aman adalah 4499 microgm3 maka nilai konsentrasi

yang benar ndash benar aman adalah di bawah 4499 microgm3 (lt4499 microgm3) 4498 microgm3

a) Penentuan konsentrasi aman (C) Dalam penentuan konsentrasi aman semua variabel dan nilai yang digunakan

sama dengan variabel dan nilai pada perhitungan intake Akan tetapi nilai intake yang digunakan adalah RfD atau RfC agen risikonya

Sedangkan konsentrasi aman pada intake karsinogenik perhitungan didasarkan

pada nilai acceptable sebesar 10-4 dibagi nilai SF nya Selain itu variabel tavg disesuaikan dengan perhitungan karsinogenik yaitu (70 haritahun x 365 hari) Untuk menghitung konsentrasi aman digunakan rumus sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 2

Konsentrasi aman non karsinogenik Konsentrasi aman non karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 8

Konsentrasi aman non karsinogenik (ingestii)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ಶ ௫

Rumus 9

Konsentrasi aman karsinogenik Konsentrasi aman karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 10

Konsentrasi aman karsinogenik (ingesti)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 11

Keterangan

Notasi Arti Notasi C(aman) (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada udara ambien atau pada

air bersihminum atau pada makanan yang aman

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 3

Notasi Arti Notasi R (Rate) Laju asupan

Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

Volume air minum yang masuk tubuh (liter) setiap harinya

Volume makanan yang masuk tubuh (gram) setiap harinya

tE atau time of exposure (rumus 8)

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode

b) Penentuan jumlah konsumsi aman (R)

Laju asupan yang dapat dikelola hanyalah pada pada pajanan melalui makanan dan air minum (ingesti) karena masih banyak substitusi untuk setiap jenis makanan ataupun air minum Untuk pajanan melalui udara (inhalasi) pembatasan laju inhalasi hampir tidak mungkin dilakukan Untuk menghitung jumlah konsumsi aman digunakan rumus sebagai berikut Laju konsumsi aman non karsinogenik (ingesti)

() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ಶ ௫

Rumus 12

Laju konsumsi aman karsinogenik (ingesti)

() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ಶ ௫

Rumus 13

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 4

Keterangan Notasi Arti Notasi

R(aman) Laju konsumsi atau banyaknya volume makanan (gram) atau volume air (liter) yang masuk tubuh setiap harinya yang aman

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

c) Penentuan waktu pajanan aman (tE) Waktu pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan

kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan waktu pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah jam terpapar setiap harinya oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung waktu pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Waktu pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 14

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 5

Waktu pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 15

Keterangan

Notasi Arti Notasi t(aman) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap

harinya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

d) Penentuan frekuensi pajanan aman (fE)

Frekuensi pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan frekuensi pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah hari terpapar dalam satu tahun oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung frekuensi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Frekuensi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 16

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 6

Frekuensi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 17

Keterangan

Notasi Arti Notasi fE(aman) (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan

setiap tahunnya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

e) Penentuan durasi pajanan aman (Dt) Durasi pajanan aman dikelola pada pemajanan inhalasi pada lingkungan

yang permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan durasi pajanan dilakukan dengan membatasi lamanya tinggal (tahun) masyarakat pada suatu pemukiman dengan cara melakukan lsquorelokasirsquo pemukiman pada saat telah melewati batas durasi amannya Penerapan strategi durasi pajanan aman untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) kurang tepat karena pada pemajanan ingesti manajemen risiko cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung durasi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Durasi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 18

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 7

Durasi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 19

Keterangan

Notasi Arti Notasi Dt (aman) (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan yang

aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

tE atau time of exposure

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

2 Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko Penapisan alternatif manajemen risiko harus didasarkan pada pertimbangan logis

dan turut mempertimbangkan berbagai faktor termasuk cara pengelolaan risikonya Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini

Tabel 10 Alternatif manajemen risiko dan penggunaannya Alternatif Pengelolaan

Risiko Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Penurunan konsentrasi hingga ke batas aman (konsentrasi aman)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 8

Alternatif Pengelolaan Risiko

Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Pengurangan konsumsi hingga ke batas aman (jumlah konsumsi aman)

Pembatasan waktu pajanan hingga ke batas aman (waktui pajanan aman)

Pembatasan frekuensi pajanan hingga ke batas aman (frekuensi pajanan aman)

Pembatasan durasi pajanan hingga ke batas aman (durasi pajanan aman)

Materi Sub Bahasan Cara manajemen risiko

Manajemen risiko selain membutuhkan strategi yang tepat juga harus dilakukan dengan

cara atau metode yang tepat Dalam aplikasinya cara manajemen risiko dapat dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu 1) Pendekatan teknologi

Manajemen risiko menggunakan teknologi yang tersedia meliputi penggunaan alat bahan dan metode serta teknik tertentu Contoh manajemen risiko dengan pendekatan teknologi antara lain penerapan penggunaan IPAL pengolahan penyaringan air modifikasi cerobong asap penanaman tanaman penyerap polutan dll

2) Pendekatan sosial - ekonomis

Manajemen risiko menggunakan pendekatan sosial - ekonomis meliputi pelibat-sertaan pihak lain efisiensi proses substitusi dan penerapan sistem kompensasi Contoh manajemen risiko dengan pendekatan sosial ndash ekonomis antara lain 3R (reduce reuse dan recycle) limbah pemberdayaan masyarakat yang berisiko pemberian kompensasi pada masyarakat yang terkena dampak permohonan bantuan pemerintah akibat keterbatasan pemrakarsa (pihak yang bertanggung jawab mengelola risiko) dll

3) Pendekatan institusional

Manajemen risiko dengan menempuh jalur dan mekanisme kelembagaan dengan cara melakukan kerjasama dengan pihak lain Contoh manajemen risiko dengan pendekatan institusional antara lain kerjasama dalam pengolahan limbah B3 mendukung pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah menyampaikan laporan kepada instansi yang berwenang dll

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 1

MODUL III SURVEILANS FAKTOR RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans oleh World Health Organization (WHO) didefinisikan sebagai kegiatan

berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data kesehatan masyarakat yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat Surveilans yang dilakukan diharapkan dapat Menjadi sistem kewaspadaan dini terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat di masa yang

akan datang Mendokumentasikan dampak dari suatu intervensi atau jejak dari kemajuan program dalam

mencapai tujuan tertentu dan Memonitor dan mengklarifikasi masalah kesehatan secara epidemiologi guna menetapkan

priritas dan menginformasikan kebijakan dan strategi kesehatan ke publik

Faktor risiko dalam dunia kesehatan dan epidemiologi biasa didefinisikan sebagai faktor-faktor atau kondisi yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit Faktor risiko tersebut umumnya dapat dikatagorikan menjadi beberapa jenis yaitu faktor risiko genetis faktor risiko perilaku dan faktor risiko lingkungan

Dari kedua definisi di atas maka surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah kegiatan berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor-faktor atau kondisi lingkungan yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan lingkungan Untuk itu ada beberapa hal yang menjadi kata kunci dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yaitu sistematis dan berkesinambungan pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor lingkungan yang dapat menyebabkan sakit dan upaya kesehatan lingkungan

Materi Sub Bahasan Konsep dan Penerapan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Penyakit dan masalah kesehatan masyarakat erat terhubung dengan faktor atau kondisi

lingkungan Oleh karenanya secara naluriah setiap manusia menginginkan lingkungan yang sehat dan nyaman sebagai tempat tinggalnya yang juga kondusif terhadap kondisi kesehatannya Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang salah satunya ditempuh melalui kegiatan penyehatan lingkungan (kesehatan lingkungan) Dalam rangka mewujudkan kondisi lingkungan sesuai dengan yang diharapkan upaya yang dilakukan haruslah tepat guna tepat sasaran sistematis dan terencana dengan baik serta berbasis bukti (evidence based) Sehingga perumusan upaya kesehatan lingkungan yang akan diterapkan harus didukung dengan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yang baik

Filosofi dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah melakukan pengamatan dan pengawasan terus-menerus terhadap kondisi lingkungan yang diperkirakan dapat menyebabkan penyakit pada manusia Hasil dari kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah berupa informasi mengenai apakah faktor atau kondisi lingkungan tertentu yang diamati berisiko menimbulkan kesakitan dan rekomendasi upaya tidak lanjut yang dibutuhkan untuk mengendalikannya Konsep dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dipahami dari gambar 6

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 2

(sumber Mullan N et al 2008)

Gambar 6 Konsep Surveilans Awal dan Lanjutan dalam Kesehatan Lingkungan

Konsep di atas diadaptasi dari versi model surveilans kesehatan yang diterapkan di Kanada

Dalam prakteknya surveilans kesehatan lingkungan dilakukan dalam dua tahapan dimana pengumpulan data hingga desiminasi diklasifikasikan sebagai surveilans awal dan sintesa pengetahuan dan proses perumusan kebijakan yang merupakan input dari stakeholder dan peneliti sebagai surveilans lanjutan Surveilans awal dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data rutin (menggunakan form yang telah dibakukan pada masing-masing Negara) sedangkan analisis dan interpretasi dari basis data yang umumnya digunakan untuk tujuan monitoring ataupun pembuatan regulasi Selanjutnya surveilans lanjutan dirumuskan dari hasil surveilans awal dikombinasikan dengan masukan dari para peneliti dan stakeholder yang concern (peduli) terhadap masalah kesehatan lingkungan guna memberikan pemahaman pengertian yang baik terhadap isu yang berkembang serta dapat dirumuskan keputusan upaya tindak lanjut yang tepat untuk merespon isu tersebut

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bukan merupakan hal yang baru Konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan telah dilaksanakan sejak lama oleh sektor kesehatan mulai dari unit yang paling bawah seperti puskesmas hingga tingkat kementerian Namun sedikit perbedaan dalam istilah dan nama yang digunakan membuat konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan terkesan suatu terobosan baru Di unit puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten kota pelaksanaan kegiatan ini identik dengan kegiatan inspeksi sanitasi Inspeksi sanitasi yang dilakukan di puskesmas maupun dinas kesehatan dilakukan pada obyek kesehatan lingkungan secara periodik (time series) dengan fokus pada faktor risiko kesehatan lingkungan pada obyek tersebut Sebagai contoh inspeksi sanitasi depot air minum dilakukan oleh puskesmas atau dinas kesehatan kabupaten kota secara rutin (minimal setahun sekali) dengan melakukan observasi kesehatan lingkungan wawancara terkait perilaku dalam penanganan depot air minum dan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 3

pemeriksaan laboratorium kualitas air baku (air bersih) dan air olahan (air minum) Data hasil inspeksi sanitasi pada satu lokasi depot air minum yang sama dalam beberapa periode inspeksi merupakan basis data (database) yang dapat diinterpretasi dianalisis baik secara tunggal (hanya data satu depot tersebut) ataupun bersamaan dengan data inspeksi depot air minum yang lain dan didesiminasikan Selanjutnya hasil desiminasi tersebut dapat ditindaklanjuti dengan melakukan upaya diantaranya pembinaan pelatihan dan lain sebagainya

Materi Sub Bahasan Desain dan Metodologi Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan merupakan suatu studi yang dapat dilakukan dengan desain cross sectional kasus kontrol ataupun kohort Sebagai suatu studi yang masuk ke dalam ranah epidemiologi kesehatan lingkungan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan selain melihat kecenderungan data juga digunakan untuk melihat adanya hubungan antara pajanan lingkungan dan dampak kesehatan (penyakit) Oleh karenanya dalam surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan diperlukan data-data sebagai berikut

1 Data geografis wilayah dilakukan dengan menggunakan GPS untuk penentuan koordinat lokasi dilakukan pengambilan sampel pengumpulan data

2 Data faktor risiko lingkungan meliputi data kualitas lingkungan (pengambilan dan pemeriksaan sampel) data kondisi lingkungan sanitasi yang dikumpulkan melalui observasi (pengisian cek lis) dan wawancara Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dbutuhkan data kualitas udara dalam ruang yang dilakukan dengan pengukuran dan data berkaitan dengan jenis lantai ventilasi bahan bakar memasak dan lain sebagainya

3 Data faktor risiko lingkungan meliputi data perilaku sampel (responden) yang juga merupakan faktor risiko dari penyakit berbasis lingkungan yang menjadi perhatian Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA selain data kualitas udara dalam ruang dan ventilasi perlu dikumpulkan data terkait dengan kebiasaan membuka jendela

4 Data pajanan meliputi data lama tinggal pola aktivitas pekerjaan data konsumsi makanan dan air dan lain sebagainya Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dibutuhkan data lama tinggal dan rata-rata lama berada di dalam rumah

Sebagai suatu studi surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dilakukan dengan desain

tertentu yang disesuaikan dengan tujuan permasalahan yang akan dikaji dan faktor-faktor lainnya Sebagaimana dijelaskan di atas surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional kasus kontrol dan kohort Penggunaan desain studi pada surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seperti pada tabel 11

Tabel 11 Perbandingan Desain Studi

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort Desain pemilihan sampel (sampling)

Random Bisa juga dipisah fixed disease sampling atau fixed exposure sampling

Sampel terpisah untuk kasus (sakit) dan kontrol (tidak sakit)

Sampel terpisah untuk terpajan dan tidak terpajan

Waktu periode pelaksanaan (arah pengusutan)

Satu titik waktu atau sesaat (non directional)

Retrospektif Prospektif Followup selama periode waktu tertentu

Kausalitas Hanya menjelaskan Kausalitas awal Kausalitas dengan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 4

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort hubungan antara faktor risiko kesehatan lingkungan dengan penyakit (namun bukan bersifat kausalitas)

bukti sekuensi temporal

Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai pengganti risiko

Odds sebagai pengganti risiko

Insidensi (R Risiko) Insidence rate

Perbandingan risiko Prevalence Ratio (PR) Odds Ratio (OR) Risiko Relatif (RR)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan lebih tepat menggunakan desain cross sectional dikarenakan dalam pemilihan sampling dilakukan secara random dan pengumpulan data lingkungan dan penyakit dilakukan pada satu waktu Output dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dengan desain cross sectional adalah hubungan (bukan kausalitas) antara faktor lingkungan dan penyakit Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bisa dilakukan dengan desain kasus kontrol bilamana titik tolak studi (pengusutan) dimulai dari adanya penyakit dan sampel dikelompokkan menjadi kasus (sampel yang menderita penyakit) dan kontrol (sehat) dan data faktor lingkungan sebelum kasus sakit tersedia Selain itu surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat menggunakan desain studi kohort (prospektif) dengan memantau secara terus menerus (hingga periode tertentu) kualitas lingkungan dan faktor lingkungan lainnya bersamaan dengan penyakitnya

Materi Sub Bahasan Tahapan Kegiatan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Tahapan kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seyogyanya terdiri dari survey pendahuluan dan pengumpulan data awal penyusunan instrumen survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pengolahan dan analisis data dan diseminasi Tahapan kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut

1 Survey pendahuluan dan pengumpulan data awal pengumpulan data awal dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal pada lokasi meliputi background data yang telah tersedia atau data lainnya yang berhubungan Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data sekunder dan juga perlu ditentukan lokasi yang akan menjadi titik pengambilan sampel

2 Penyusunan instrumen berdasarkan data awal yang dikumpulkan disusun instrumen untuk survey pengambilan dan pemeriksaan sampel Instrumen disusun berbentuk cek lis danatau kuisioner Untuk mendapatkan data sesuai yang diharapkan instrumen yang telah dibuat sebaiknya diuji coba terlebih dahulu

3 Survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data primer dan pengumpulan data menggunakan instrumen yang digunakan

4 Pengolahan dan analisis data data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis yang dapat dilakukan secara manual ataupun alat bantu lainnya (mis software pengolah data) Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data informasi disajikan dalam bentuk tabel grafik gambar dan peta yang terangkum dalam laporan

5 Diseminasi dimaksudkan untuk menyebarluaskan informasi dan temuan lapangan kepada para stakeholder

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 1

MODUL IV ANALISIS KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Prinsip Dasar Analisis Kualitas Kesehatan Lingkungan

Analisis adalah kajian atau penelitian yang dititikberatkan pada variabel tertentu untuk mengetahui keadaan atau kondisi sebenarnya termasuk juga yang berkaitan dengan sebab musabab terjadinya kondisi tersebut Dengan demikian analisis kualitas lingkungan merupakan suatu kegiatan yang menggunakan cara atau metode ilmiah guna mengetahui seperti apa kondisi atau kualitas kesehatan lingkungan pada suatu tempat waktu yang melibatkan juga masyarakat di tempat tersebut Umumnya analisis kualitas kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk kegiatan pengambilan dan pemeriksaan sampel pengawasan kualitas kesehatan lingkungan melalui kegiatan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi serta interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Analisis kualitas kesehatan lingkungan merupakan kegiatan yang harus mampu dilakukan oleh seorang pejabat kesehatan lingkungan ataupun fungsional sanitarian Perlunya dilakukan analisis ini adalah untuk menjadi bahan masukan ataupun dasar untuk melakukan manajemen risiko kesehatan lingkungan Implementasi dari manajemen risiko kesehatan lingkungan ini bisa dalam bentuk intervensi (pendekatan) teknologi pendekatan sosial melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat secara aktif dan melalui kerjasama jejaring kemitraan antar pihak yang berkepentingan (stakeholder)

Materi analisis kualitas kesehatan lingkungan dalam modul ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan juga keterampilan bagi peserta dalam menilai prosedur pengambilan dan pemeriksaan sampel serta interpretasi hasil pemeriksaan sampel yang dilakukan dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan Materi dalam modul ini bukan dimaksudkan agar peserta mampu melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel kesehatan lingkungan sendiri tanpa berkerjasama dengan laboratorium Materi Sub Bahasan Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Kesehatan Lingkungan

Pengambilan sampel kesehatan lingkungan hakikatnya dilakukan untuk memotret atau

menjadi acuan untuk menduga kualitas kesehatan lingkungan pada suatu media di suatu wilayah Secara garis besar pengambilan sampel bertujuan untuk mengumpulkan data rona awal kesehatan lingkungan dan memantau kondisi kesehatan lingkungan Dalam hal memantau kesehatan lingkungan pengambilan sampel dilakukan untuk menentukan status kualitas kesehatan lingkungan menentukan kebijakan kesehatan lingkungan menegakkan hukum kesehatan dan lingkungan dan melakukan penelitian kesehatan lingkungan

Kualitas kesehatan lingkungan merupakan hal yang kompleks dan begitu dinamis karena dipengaruhi begitu banyak variabelfaktor Untuk itu pengambilan sampel l kesehatan ingkungan yang bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan harus dilakukan dengan cermat tepat serta butuh perencanaan dan pengorganisasian yang baik Untuk menjamin pengambilan sampel dapat menjamin keterwakilan kualitas kesehatan lingkungan perlu diperhatikan beberapa aspek yaitu lokasi dan titik pengambilan sampel parameter kualitas lingkungan yang akan dipilih serta ukuran jumlah dan volume sampel yang akan diambil Perencanaan Pengambilan Sampel

Seperti halnya kegiatan dan program pengambilan sampel sesuai dengan yang diharapkan perlu direncanakan dengan baik Perencanaan pengambilan sampel ini bertujuan untuk memastikan dan menegaskan kembali tujuan pengambilan sampel kesehatan lingkungan memutuskan cara-cara

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 2

mencapai tujuan mengetahui secara tepat hal-hal yang perlu dilakukan pada saat pengambilan sampel menyiapkan sumber daya yang diperlukan dan menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pengambilan sampel Jelasnya unsur-unsur perencanaan pengambilan sampel meliputi

a) Tujuan pengambilan sampel harus dipastikan apakah dalam rangka pengumpulan data rona kesehatan lingkungan awal atau dalam rangka memantau kesehatan lingkungan

b) Merencanakan biaya pengambilan sampel dengan mempertimbangkan empat hal yaitu aksesibilitas lokasi dan titik pengambilan sampel jumlah jenis dan kompleksitas sampel frekuensi pengambilan sampel serta penjaminan dan pengendalian mutu di lapangan Selain empat hal yang perlu dipertimbangkan tersebut perlu diketahui komponen pembiayaan dalam pengambilan sampel yaitu depresiasi (penyusutan) nilai peralatan kalibrasi peralatan pemakaian bahan pengawet secara kimia danatau fisika penggunaan bahan habis pakai penggunaan wadah sampel transportasi ke lokasi pengambilan sampel akomodasi (bila perlu) honor pengambil sampel (lumpsum atau per diem) dan penyusunan laporan pengambilan sampel

c) Administrasi berkaitan dengan pengambilan sampel yang meliputi penyiapan surat tugas surat pemberitahuan perizinan brevet ataupun lencana kewenangan pencatatan pendokumentasian dan hal-hal pendukung lainnya

d) Perlu jaminan pengambil sampel pada saat pengambilan sampel merupakan personel yang kompeten danatau berwenang dengan kualifikasi (kompetensi) latar belakang pendidikan yang sesuai pengalaman di bidangnya terampil dan diakui ataupun tersertifikasi

e) Penentuan parameter pengujian terhadap sampel yang diambil sesuai dengan tujuan pengambilan sampel turut mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait serta disesuaikan dengan parameter indikatif suatu kegiatan atau wilayah tertentu Mis parameter indikatif pada industri Pulp dan kertas adalah pH BOD COD dan TSS sedangkan pada wilayah pertambangan emas parameter yang diambil adalah air raksa (Hg) dan sianida (CN-)

f) Penentuan media lingkungan yang akan dilakukan pengambilan sampel g) Merencanakan tipe sampel yang akan diambil apakah sampel sesaat (grab sample) sampel

gabungan (composite sample) sampel terpadu (integrated sample) atau sampel kontinyu (continous sample)

h) Peralatan pengambilan sampel harus direncanakan dengan baik Peralatan pengambilan sampel terdiri dari peralatan pengambil sampel (utama) peralatan pendukung dan peralatan K3 atau APD Peralatan pengambil sampel adalah peralatan yang fungsinya untuk mengambil sampel lingkungan dengan parameter yang direncanakan seperti HVAS (High Volume Air Sampler) LVS (Low Volume Sampler) MAS (Microbiology Air Sampler) dll Alat pendukung adalah alat yang fungsinya mendukung pengambilan sampel seperti peralatan pengukur parameter lapangan (pH meter termometer barometer kecepatan angin hygrometer dll) dokumen terkait (surat tugas surat izin dll) alat tulis untuk perekaman proses pengambilan sampel penunjuk arah (kompas) dan penunjuk lokasi (GPS) dll APD yang digunakan dalam pengambilan sampel meliputi sarung tangan masker helm ear plugmuff P3K dll

i) Perencanaan terhadap wadah sampel yang akan digunakan untuk pengamanan dan transpor sampel harus disesuaikan dengan karakteristik dan interaksi parameter sampel yang akan diuji dengan sifat bahan wadah Sebagai contoh pengambilan sampel DOBOD harus menggunakan botol BOD khusus yang menggunakan tutup asah sedangkan untuk sampel mikrobiologi digunakan wadah steril

j) Pengawetan sampel dilakukan sesuai dengan karakteristik parameter yang akan diuji pada sampel mis pengawetan sampel untuk parameter golongan logam pada air menggunakan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 3

asam nitrat pekat (HNO3 p) hingga pH lt 2 sedangkan untuk sampel sianida total pada air diawetkan menggunakan NaOH hingga pH gt 12 dan didinginkan 4oCplusmn2oC pada tempat gelap

k) Batas penyimpanan sampel disesuaikan dengan parameter yang akan diuji dan mengacu pada acuan standar seperti ASTM (The American Society for Testing and Materials) dll

l) Pengamanan sampel di lapangan meliputi pengemasan pengamanan pada label sampel (spidol waterproof label yang baik) informasi tambahan yang penting (titik jenis parameter uji pengawetan waktu dan nama pengambil sampel) sehingga mencegah interaksi sampel dengan lingkungan yang menyebabkan perubahan kualitasnya (kontaminasi degradasi dll)

m) Transportasi sampel yang juga berkaitan dengan batas penyimpanan sampel harus diperhatikan dengan seksama Selain itu moda transportasi yang digunakan untuk membawa sampel juga harus dipenuhi standar keamanannya seperti harus mematuhi peraturan penerbangan nasional dan internasional bila sampel dibawa menggunakan pesawat udara

n) Penyimpanan sampel dilakukan baik secara fisik maupun kimia seperti meminimalkan adsorbsi pengasaman mencegah metabolisme mikroorganisme menghindari hidrolisis serta pengendapan Faktor kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan dengan proses pengambilan sampel

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Penentuan Titik Sampel

Prinsip penentuan titik sampel harus mempertimbangkan keterwakilan populasi atau kualitas lingkungan kemampuan peralatan keselamatan pengambil sampel faktor klimatologi biaya dan kaidah-kaidah empiris Prinsip-prinsip penentuan titik sampel pada media lingkungan adalah sebagai berikut a) Pengambilan sampel air a)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 736 tahun 2010 tentang Pengawasan Kualitas Air Minum

Peraturan daerah setempat a)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah jerigen botol botol BOD botol steril timba steril coolbox dll Peralatan pendukung pH meter termometer sisa klor GPS peralatan untuk menjamin

tidak terjadi kontaminasi (krustang kapas alkohol) dll Pengawet Asam (HNO3 p H2SO4 p) basa (NaOH) dry ice dll APD sarung tangan masker jaket pelampung dll

a)3 Aspek yang dipertimbangkan Kedalaman air Homogenitas (untuk sampel air badan air) Arah dan kecepatan aliran air (untuk sampel air badan air)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 4

Keterkaitan dengan pajanan pada masyarakat (bila digunakan untuk penelitian kesehatan masyarakat)

Jarak antar sampel Keselamatan dan kemampuan sumber daya

a)4 Penentuan titik sampel Air sungai ditentukan yaitu

Uji homogenitas sungai dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu lalu lakukan uji parameter lapangan (suhu pH DOoksigen terlarut dan DHLDaya Hantar Listrik) Apabila hasil pengujian beberapa parameter pada beberapa sampel tersebut tidak berbeda jauh dengan variasi lt 10 maka disebut homogen atau tercampur sementara sehingga sampel yang diambil untuk mewakili air sungai tersebut bisa lebih sedikit

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel air sungai harus meliputi daerah hulu yang belum terkontaminasi daerah pemanfaatan sungai daerah yang potensial terkontaminasi daerah pertemuan dua sungai dan daerah hilir

Air tanah Pengambilan sampel dilakukan plusmn 20 cm dari dasar sumur gali dan dipastikan agar tidak

ada sedimen yang ikut terambil atau pada mulut kran tempat air keluar untuk sumur bor

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel dilakukan pada daerah meliputi daerah dimana air tanah digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari termasuk air minum dan di daerah yang berisiko terkontaminasi (dekat penimbunanpembuangan akhir sampah daerah pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif wilayah pesisir dimana terjadi intrusi air laut dll)

b) Pengambilan sampel udara ambien dan udara dalam ruang b)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan Peraturan daerah setempat

b)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Peralatan utama High Volume Air Sampler (HVAS) RAC Gas Sampler EPAM CO dan CO2

Detektor Low Volume Sampler Microbiology Air Sampler atau Lamotte BD Pump dan Sound Level Meter

Peralatan pendukung pengukur kecepatan angin arah angir termometer hygrometer dan luxmeter

Bahan yang digunakan filter HVAS dan LVS absorbant (So2 NO2 H2S NH3 dan O3) dan larutan garam (NaCl) fisiologis steril

b)3 Aspek yang dipertimbangkan Berhubungan dengan klimatologi arah dan kecepatan angin bunga angin (wind rose)

kelembaban musim dan suhu udara Berhubungan dengan asumsi konsentrasi parameter inversi udara dispersi jarak terbang

(distance) dan ukuran partikel Bilamana sumber pencemar adalah cerobong asap maka ketinggian ukuran partikel dan jarak terhadap pemukiman penduduk harus dipertimbangkan

Berhubungan dengan pajanan daerah padat penduduk jarak terhadap sumber pencemar (radius)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 5

b)4 Penentuan titik sampel Pengambilan sampel udara ambien harus menghindari daerah yang dekat dengan

bangunan dan tanaman yang diperkirakan dapat mengabsorbsi atau mengadsorbsi pencemar daerah yang terdapat pengganggu kimia yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Emisi kimiawi kendaraan bermotor dapat mengganggu pengukuran ozon) dan daerah yang terdapat pengganggu fisik yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Pengukuran total partikulat atau TSP dapat terganggu oleh adanya insinerator disekitar lokasi pengukuran)

Pada umumnya lokasi pengukuran (pengambilan sampel) dilakukan pada daerah yang mempunyai konsentrasi parameter tinggi daerah padat penduduk daerah yang diasumsikan menerima paparan pencemar dan daerah yang digunakan untuk memproyeksikan dampak kegiatan pembangunan

c) Pengambilan sampel sedimen c)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Wadah Plastik atau wadah lainnya untuk sedimen tanah atau lumpur Plastik dan botol

steril untuk makanan Peralatan Grab Sampler untuk pengambilan sludge pada daerah yang sulit danatau

dalam c)3 Aspek yang dipertimbangkan

Potensi dan sumber pencemaran Topografi Jenis vegetasi Perkiraan terjadinya pencemaran

c)4 Penentuan titik sampel Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang

cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel meliputi daerah yang tanahnya diperkirakan akan kontak dengan masyarakat daerah yang mewakili pencemaran tertentu berdasarkan karakteristik kegiatan di wilayah tersebut (tanah pada pertanian perkebunan pertambangan dll) dan daerah yang tanahnya diperkirakan dapat mengkontaminasi media lingkungan lainnya

d) Pengambilan sampel makanan d)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan d)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah Plastik atau wadah atau botol untuk makanan Untuk sampel makanan yang akan diperiksa parameter bakteriologisnya maka digunakan wadah steril

Peralatan sendok sendok steril pisau steril dan peralatanbahan yang mendukung pengambilan secara aseptis (Contoh Pembakar bunsen dengan spiritus)

d)3 Aspek yang dipertimbangkan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 2: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012

Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

Kata Pengantar

Analisis risiko kesehatan lingkungan (ARKL) merupakan suatu pendekatan yang selain dapat digunakan dalam pengkajian aspek kesehatan masyarakat dalam Amdal (Analisis mengenai Dampak Lingkungan Hidup) juga dapat menjadi alat bantu dalam perumusan kebijakan kesehatan lingkungan khususnya untuk mengendalikan risiko kesehatan lingkungan Kiprah ARKL pada beberapa negara sudah menjadi lsquonadirsquo dalam proses pengambilan keputusan dan perumusan kebijakan kesehatan dan lingkungan yang strategis namun tidak demikian di Indonesia ARKL masih sekadar terdengar oleh segelintir praktisi kesehatan lingkungan dan belum dipahami oleh para eksekutif (decision maker)

Dalam Keputusan Kepala Bapedal No Kep-124121997 tentang Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat Dalam Penyusunan AMDAL analisis risiko kualitatif dan kuantitatif disebutkan sebagai salah satu metoda yang dapat digunakan dalam kajian aspek kesehatan masyarakat dalam penyusunan Andal Selanjutnya Departemen Kesehatan pada tahun 2001 mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan No 876MenkesSKVIII2001 tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL) yang dalam isinya menerangkan bahwa ARKL merupakan bagian tidak terpisahkan dari ADKL Meskipun Pedoman Teknis ADKL telah dikeluarkan sejak 11 tahun yang lalu ARKL belum juga populer dan belum banyak digunakan dalam penyusunan Amdal ataupun terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan perumusan kebijakan kesehatan lingkungan Untuk mengantisipasi hal tersebut bekerjasama dengan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Jakarta Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang menyelenggarakan pelatihan ARKL Pelatihan ini diperuntukkan bagi sumber daya manusia kesehatan yang bertugas di Dinas Kesehatan Kabupaten Kota Politeknik Kesehatan BBTKLPP unit penelitian dan pengembangan rumah sakit dan balai pelatihan kesehatan Buku ini merupakan bahan ajar modul yang akan menjadi pegangan peserta latih dalam pelaksanaan pelatihan dengan berorientasi pada kompetensi peserta latih untuk dapat mengimplementasikan ARKL di tempatnya bertugas serta dapat menjadi agen dalam menyebarluaskan hal-hal yang berkaitan dengan ARKL

Penyusun dengan segala kerendahan hati mengucapkan apresiasi dan terima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat hingga selesainya bahan ajar ini Disadari masih banyak kekurangan dalam bahan ajar ini oleh karenanya kami berkenan dan berterima kasih atas setiap kritik dan saran guna penyempurnaan bahan ajar ini Akhirul Kalam dengan mengharap ridha Allah SWT Semata penyusun berharap materi-materi dalam bahan ajr ini dapat menjadi ilmu yang bermanfaat

Jakarta 16 September 2012 Penyusun

Didi Purnama SKM Staf Bidang ADKL BBTKLPP Jakarta

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 1

MODUL I PROSEDUR ARKL

Materi Sub Bahasan Telaah Kritis Implementasi ADKL ARKL dalam Amdal

Pembangunan yang berkembang dengan pesat di Indonesia bagaikan pedang bermata dua bagi rakyat Di satu sisi pembangunan identik dengan berkembang dan majunya tingkat ekonomi rakyat namun di sisi lain dapat menyebabkan kesengsaraan bagi masyarakat Hadirnya kesengsaraan tersebut merupakan buntut dari manajemen yang kurang baik terutama dalam hal pengelolaan lingkungan Pemerintah dalam hal ini telah mengembangkan suatu metoda yang ilmiah dan dapat diterima oleh semua pihak untuk mengantisipasi perubahan lingkungan yang berdampak bagi kehidupan masyarakat Itulah yang dikenal dewasa ini dengan Amdal

Amdal dimaksudkan untuk memprakirakan segala kemungkinan perubahan yang terjadi akibat dibangun atau dilaksanakan suatu kegiatan danatau usaha Tentunya perubahan lingkungan yang dicermati adalah secara komprehensif (holistik) yang tidak hanya meliputi komponen lingkungan fisik kimia biologi sosial ekonomi dan budaya (sosekbud) tetapi juga kesehatan masyarakat Namun prakteknya sungguh ironis kesehatan masyarakat yang memang seringkali merupakan dampak sekunder atau tersier dari suatu kegiatan danatau usaha kerap diabaikan bahkan tidak dianggap penting Faktanya pemrakarsa suatu kegiatan danatau usaha beserta konsultan yang digunakan jasanya sering lsquoasal-asalanrsquo dalam memprakirakan dampak kesehatan masyarakat Kalaupun aspek kesehatan masyarakat dicermati dalam rangkaian penyusunan Amdal kajiannya umumnya dangkal dan hanya bersifat subyektif Sebagai contoh dalam dokumen KA Andal Andal dan RKL-RPL suatu kegiatan danatau usaha pengkajian terhadap dampak kesmas hanya tersaji dalam bentuk deskripsi sarana fasilitas layanan kesehatan hasil observasi sanitasi yang masih bersifat subyektif data kualitas kesehatan lingkungan (laboratorium) dengan metode yang digunakan kurang lsquogregetrsquo ataupun teknik pengambilan dan pemeriksaan sampel (kesehatan lingkungan) nya yang kurang sesuai serta jumlah sampel yang tidak representatif sangat jarang dan hampir tidak pernah pengkajian aspek kesehatan masyarakat dilakukan hingga dapat memperkirakan gangguan kesehatan yang akan timbul populasi sub populasi yang rentan prakiraan kapan dampak akan terjadi yang disertai dengan analisis secara kuantitatif Hal tersebut jika dicermati lebih lanjut disebabkan karena kurang populernya ARKL sebagai suatu tools yang dapat digunakan untuk mengkuantifikasi risiko kesehatan masyarakat serta kompetensi penyusun maupun penilai Amdal yang belum benar-benar sesuai yang diharapkan Materi Sub Bahasan Paradigma kesehatan Lingkungan dan Sejarah ARKL

Menurut WHO kesehatan lingkungan merujuk pada semua faktor fisik kimia dan biologi di luar manusia beserta seluruh faktor yang saling terkait yang merubah perilaku Kesehatan lingkungan mencakup upaya penilaian dan pengendalian faktor-faktor lingkungan yang berpotensi dapat mempengaruhi kesehatan Sasarannya adalah mencegah penyakit dan menciptakan lingkungan yang sehat dan kondusif Oleh karenanya seorang praktisi kesehatan masyarakat harus mampu melakukan penilaian (assessment) dan pengendalian faktor risiko kesehatan lingkungan Dalam melakukan penilaian terhadap kondisi kesehatan lingkungan dikemabngkan beberapa metode termasuk analisis risiko kesehatan lingkungan yang diadaptasi dari berbagai negara lain yang telah menjadikannya sebagai tools dalam perumusan kebijakan kesehatan lingkungan

Analisis risiko kesehatan lingkungan (ARKL) sebenarnya dipergunakan pertama kali justru

dalam bidang nuklir bukannya di bidang kimia seperti yang sering digunakan sekarang Diawali dengan ditemukannya kematian yang disebabkan oleh kanker dengan radiasi nuklir yang diduga sebagai penyebabnya pada tahun 1975 dilakukan analisis risiko secara mendalam untuk

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 2

menginvestigasinya Teknik-teknik analisisnya kemudian diadopsi oleh Food and Drug Administration Amerika Serikat USEPA selanjutnya menerbitkan pedoman tentang analisis risiko karsinogen tahun 1986 Kini analisis risiko digunakan untuk berbagai bahaya lingkungan termasuk bahaya fisik dan biologis Bahaya-bahaya fisik kimiawi dan biologis lingkungan bisa menimbulkan efek yang merugikan kesehatan manusia dan kerusakan lingkungan Kajian efek kesehatan dikenal dengan health risk assessment (HRA analisis risiko kesehatan) sedangkan kajian efek lingkungan disebut ecological risk assessment (ERA)

HRA dibedakan dengan health impact assessment (HIA analisis dampak kesehatan) Sebagaimana akan dijelaskan kemudian dampak lebih bersifat umum yang berarti bisa positif atau negatif sedangkan risiko adalah dampak yang negatif HRA biasanya digunakan untuk menilai atau menaksir risiko yang disebabkan oleh bahaya-bahaya lingkungan dulu kini dan akan datang sedangkan HIA umumnya merupakan bagian perencanaan suatu kegiatan atau pembangunan baru Meskipun penggunaannya berbeda prosedur HRA dan HIA pada prinsipnya adalah sama Perbedaan utama HRA dengan HIA terletak pada pemajanannya Dalam HIA pemajanan yang sesungguhnya belum ada (belum bisa diukur karena kegiatannya belum ada) sedangkan dalam HRA pemajanan sudah ada (telah dan sedang berlangsung)

Selanjutnya HIA tumbuh dan berkembang secara lebih spesifik menjadi environmental health risk assessment (EHRA) yang dialihbahasakan menjadi analisis risiko kesehatan lingkungan (ARKL) Di Indonesia dalam peraturan perundang-undangan ARKL menjadi bagian analisis dampak kesehatan lingkungan (ADKL) ADKL sendiri dibedakan menjadi ADKL bagian Amdal dan ADKL untuk pencemaran pada umumnya (bukan bagian dari studi Amdal) Untuk ADKL dalam Amdal yang dimaksudkan sebagai kajian aspek kesehatan masyarakat dalam konteks rencana usaha atau kegiatan baru telah terbit Keputusan Menteri Kesehatan RI No 876 MenkesSKVIII2001 tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan

Namun pedoman teknis ini belum memberikan lsquopedomanrsquo yang semestinya sebagai prosedur formal analisis risiko kesehatan lingkungan Pedoman ini tidak menjelaskan karakterisasi risiko karsinogenik dan non karsinogenik padahal prosedur untuk menetapkan tingkat risiko kedua efek itu berbeda Pedoman ini juga tidak memberi ruang untuk memerankan ADKL sebagai bagian dari proses legislasi dan regulasi untuk menetapkan standar kualitas kesehatan lingkungan seperti baku mutu atau nilai ambang batas

Di tingkat internasional saat ini ada beberapa model analisis risiko yang dikembangkan oleh Amerika Serikat negara-negara Uni Eropa dan Australia Meskipun secara mendasar proses-proses analisis risiko adalah sama beberapa istilah yang sedikit berbeda banyak digunakan untuk setiap langkah atau proses International Life Science Institute mencatat ada 6 model analisis risiko yang masing-masing menggunakan terminologi agak berbeda yaitu enHealth EHRA (Australia) International Life Science Institute-Risk Science Institute US EPA Ecological Risk Assessment NAS-NRC Risk Assessment (AS) Codex Risk Assessment (WTO) dan OIE Import Risk Assessment (enHealth 2002) Namun model-model itu masih tetap sesuai dengan paradigma risk analysis yang dikembangkan oleh National Academic of Science Amerika Serikat (NRC 1983)

Menyikapi nuansa peristilahan analisis risiko tersebut International Programme on Chemical Safety (IPCS) dan WHO membentuk Harmonization of Approaches to the Assessment of Risk from Exposure to Chemicals yang lebih dikenal sebagai IPCS Harmonization Project Proyek ini adalah program untuk melaksanakan rekomendasi Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan (United Nation Coference on Economic and Development UNCED) tahun 1992 di Brazil untuk menindaklanjuti 6 area program Chapter 19 Agenda 21 Harmonisasi bukanlah standarisasi melainkan upaya konsistensi dan saling pengertian di antara berbagai pendekatan yang digunakan untuk memahami risiko bahan kimia secara global

Harmonisasi analisis risiko ini diharapkan dapat dicapai dengan menyiapkan kerangka untuk membandingkan informasi mengenai analisis risiko memahami pengertian dasar standar-standar pemajanan bahan kimia tertentu di berbagai negara menghemat biaya dan waktu dengan tukar-menukar informasi untuk menghindari duplikasi kerja menumbuhkan dan mengembangkan ilmu

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 3

yang terpercaya melalui komunikasi lebih baik antar organisasi dan pakar-pakar peer review Misi proyek ini adalah memastikan agar analisis risiko bahan kimia dan pengelolaannya berjalan secara lebih baik untuk meningkatkan perlindungan kesehatan manusia dan lingkungan di dalam kerangka pembangunan berkelanjutan

Dewasa ini dengan semakin banyaknya pembangunan perubahan lingkungan yang terjadi juga mempengaruhi aspek kesehatan masyarakat Analisis risiko kesehatan lingkungan sesuai dengan tantangan zaman tidak hanya untuk penilaian saja tetapi juga harus dapat mengakomodir manajemen risiko Untuk itu kapasitas sumber daya manusia khususnya di bidang kesehatan lingkungan perlu dibekali pemahaman dan ketrampilan dalam melakukan analisis risiko kesehatan lingkungan

Mengacu pada Risk Assessment and Management Handbook tahun 1996 analisis risiko

mengenal dua istilah yaitu risk analysis dan risk assessment Risk analysis meliputi 3 komponen yaitu penelitian asesmen risiko (risk assessment) atau ARKL dan manajemen risiko Di dalam prosesnya analisis risiko dapat diilustrasikan sebagai berikut Penelitian dimaksudkan untuk membangun hipotesis mengukur mengamati dan merumuskan

efek dari suatu bahaya ataupun agen risiko di lingkungan terhadap tubuh manusia baik yang dilakukan secara laboratorium maupun penelitian lapangan dengan maksud untuk mengetahui efek respon atau perubahan pada tubuh manusia terhadap dosis dan nilai referensi yang aman bagi tubuh dari agen risiko tersebut

Asesmen risiko (risk assessment) atau ARKL dilakukan dengan maksud untuk mengidentifikasi bahaya apa saja yang membahayakan memahami hubungan antara dosis agen risiko dan respon tubuh yang diketahui dari berbagai penelitian mengukur seberapa besar pajanan agen risiko tersebut dan menetapkan tingkat risiko dan efeknya pada populasi

Manajemen risiko dilakukan bilamana asesmen risiko menetapkan tingkat risiko suatu agen risiko tidak aman atau tidak bisa diterima pada suatu populasi tertentu melalui langkah - langkah pengembangan opsi regulasi pemberian rekomendasi teknis serta sosial ndash ekonomi ndash politis dan melakukan tindak lanjut

Ilustrasi dari paradigma dan proses analisis risiko dapat dilihat dari gambar 1 di bawah ini

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 4

Gambar 1 Paradigma atau proses lsquorisk analysisrsquo (National Risk Council 1986)

Pada gambar 1 di atas diilustrasikan proses risk analysis secara utuh dimulai dari penelitian

terkait agen risiko dosis serta responefeknya terhadap kesehatan manusia yang dilakukan oleh peneliti Sedangkan implementasi risk assessment atau ARKL dan manajemen risiko dilakukan oleh praktisi kesehatan lingkungan

Secara operasional pelaksanaan ARKL diharapkan tidak hanya terbatas pada analisis atau penilaian risiko suatu agen risiko atau parameter tertentu di lingkungan terhadap kesehatan masyarakat namun juga dapat menyusun skenario pengelolaannya Bagan alir penerapan ARKL sebagai bagian dari analisis risiko dapat dilihat pada gambar 2 dan 3

Penelitian Risk Assessment Pengelolaan Risiko

Pengembangan opsi regulasi

Tujuan Keputusan

dan Aksi

Laboratorium Lapangan Klinik Tempat kerja Epidemiologi

Identifikasi Bahaya

ldquoagen risiko (fisik kimia biologi) apa saja yang

berbahayardquo

Mekanisme toksisitas

Pengembangan metode dan validasi

Dosis ekstrapolasi dan spesies

Karakterisasi Risiko

ldquobagaimana efeknya pada populasirdquo

Pertimbangan ekonomi sosial politik dan

teknologi

Analisis Dose-Response

Karakterisasi Bahaya

ldquobagaimana kejadian tersebut dikaitkan

dengan efek kritisrdquo

Observasi dan pengukuran lapangan

Model riwayat dan perjalanan (agen risiko) di lingkungan

Analisis Pajanan

ldquoSiapa akan terpajan

oleh apa kapan dimana berapa lama dan melalui

jalur pajanan yang manardquo

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 5

Gambar 2 Bagan Alir Penerapan ARKL

Pada gambar 2 di atas dijelaskan bahwa ARKL merupakan pendekatan yang digunakan untuk

melakukan penilaian risiko kesehatan di lingkungan dengan output adalah karakterisasi risiko (dinyatakan sebagai tingkat risiko) yang menjelaskan apakah agen risikoparameter lingkungan berisiko terhadap kesehatan masyarakat atau tidak Selanjutnya hasil ARKL akan dikelola dan dikomunikasikan kepada masyarakat sebagai tindak lanjutnya

Gambar 3 Kerangka Konseptual ARKL

ARKL sebagai suatu tools termasuk metoda dan prosedurnya merupakan satu di antara jenis studi di bidang kesehatan lingkungan Studi kesehatan lingkungan dan kesehatan secara umum telah mengenal epidemiologi lebih dahulu Namun jika diperbandingkan di antara kedua studi ini memiliki beberapa perbedaan yang fundamental sebagaimana tersaji dalam tabel 1 dan gambar 4 di bawah ini

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 6

Tabel 1 Perbandingan antara ARKL dan EKL ARKL Epidemologi Kesehatan Lingkungan (EKL)

Pajanan agen risiko dinyatakan dengan intake (asupan) ada angkanya

Pajanan tidak harus dinyatakan dengan asupan

Konsentrasi agen risiko antropometri dan pola aktivitas populasi berisiko populasi kajian mutlak diperlukan

Butuh konsentrasi agen risiko namun antropometri dan pola aktivitas tidak wajib

Risiko non karsinogenik dan karsionogenik dibedakan

Risiko non karsinogenik dan karsionogenik tidak dibedakan

Tidak menguji hubungan faktor lingkungan dan outcome kesehatan

Menguji hubungan faktor lingkungan dan outcome kesehatan

Besaran risiko tidak dibaca sebagai kelipatan Besaran risiko dibaca sebagai kelipatan Kuantitas risiko digunakan untuk komunikasi dan manajemen risiko

Tidak merupakan satu kesatuan dengan komunikasi dan manajemen risiko

Gambar 4 Keterkaitan ARKL dan EKL

Materi Sub Bahasan Agen risiko pajanan dosis dan dampak

Dampak buruk terhadap kesehatan yang ditimbulkan oleh agen risiko terjadi karena adanya pemajanan dengan dosis dan waktu yang cukup Suatu organisme sistem subpopulasi terpajan agen risiko di lingkungan melalui beberapa jalur pemajanan Dampak buruk yang timbul akibat pajanan agen risiko kimia di lingkungan diilustrasikan melalui gambar 5 di bawah ini

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 7

Gambar 5 Skema pajanan dan dosis (Kolluru 1996)

Materi Sub Bahasan Istilah Definisi dan Terminologi

Di dalam pelaksanaan ARKL dikenal banyak istilah dan terminologi yang perlu didefinisikan terlebih dahulu agar didapat kesamaan persepsi Mengacu pada International Program on Chemical Safety (IPCS 2004) Risk Assessment Terminology di bawah ini dijelaskan definisi dari setiap istilah yang umum digunakan dalam pelaksanaan ARKL Istilah dan Definisi Analisis Pengujian terperinci dari sesuatu yang kompleks (rumit)

dengan maksud untuk memahami sifat dasarnya dan untuk menentukan komponenciri-ciri dan sifat pentingnya

Analisis risiko Sebuah proses untuk mengendalikan situasi atau keadaan dimana organisme sistim atau subpopulasi mungkin terpajan bahaya Proses risk analysis meliputi 3 komponen yaitu risk assessment manajemen risiko dan komunikasi risiko

Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL)

Sebuah proses yang dimaksudkan untuk menghitung atau memprakirakan risiko pada kesehatan manusia termasuk juga identifikasi terhadap keberadaan faktor ketidakpastian penelusuran pada pajanan tertentu memperhitungkan karakteristik yang melekat pada agen yang menjadi perhatian dan karakteristik dari sasaran yang spesifik

Kulit

Uptake

Dosis internal Dosis masuk Dosis potensial

Pajanan

Organ

Dosis efektif

Dampak buruk Media Kimia

Jalur pajanan kontak kulit

Mulut hidung

Intake

Saluran cerna

Uptake

Dosis internal Dosis masuk Dosis potensial Pajanan

Organ

Dosis efektif

Dampak buruk Media Kimia

Jalur pajanan oral

Mulut hidung

Intake

Paru-paru

Uptake

Dosis internal Dosis masuk Dosis potensial Pajanan

Organ

Dosis efektif

Dampak buruk Media

Jalur pajanan inhalasi

Kimia

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 8

Analisis dosis respon (dose-response assessment)

Analisis hubungan antara jumlah total suatu agen yang diberikan diterima atau diserap oleh suatu organisme sistim atau subpopulasi dengan perubahan yang terjadi pada suatu organisme sistem atau subpopulasi

Analisis pajanan (exposure assessment)

Evaluasi pajanan agen dan turunannya pada organisme sistim atau subpopulasi Analisis pajanan merupakan langkah yang keempat dalam ARKL

Agen (agent) Zat materiatau makhluk dalam bentuk fisik kimiawiatau biologi yang kontak atau mengenai sasaran

Bahaya (hazard) Sifat yang melekat pada suatu agen atau situasi yang berpotensi untuk menyebab dampak buruk ketika organisme sistem atau sub populasi terpajan agen tersebut

Dampak buruk Perubahan pada morfologi fisiologi pertumbuhan perkembangan reproduksi rentang hidup dari suatu organisme sistem atau sub populasi yang akan mengakibatkan gangguan pada kapasitas fungsional ketidakmampuan dalam mengatasi stress (tekanan) atau peningkatan kerentanan (suskebtibilitas) terhadap pengaruh-pengaruh lain

Dosis Jumlah total suatu agen yang diberikan diterima atau diserap oleh suatu organisme sistim atau subpopulasi

Dosiskonsentrasi referensi (RfDRfC)

Dosiskonsentrasi dari pajanan harian agen risiko non karsinogenik yang diestimasi tidak menimbulkan efek yang mengganggu walaupun pajanannya terjadi sepanjang hayat (seumur hidup)

Dosis- respon Hubungan antara jumlah total suatu agen yang diberikan diterima atau diserap oleh suatu organisme sistim atau subpopulasi dan perubahan yang terjadi pada suatu organisme sistim atau subpopulasi tersebut

Efek (effect) Perubahan keadaan atau dinamika suatu organisme sistim atau subpopulasi

Ekses risiko kanker (excess cancer risk [ECR])

Besarnya risiko yang dinyatakan dalam bilangan pecahan kelipatan pangkat lsquo-10rsquo (eksponen) tanpa satuan yang merupakan perhitungan perbandingan antara intake dengan dosiskonsentrasi referensi dari suatu agen risiko karsinogenik serta dapat juga diinterpretasikan sebagai dapattidak dapat diterimanya suatu agen risiko terhadap organisme sistim atau subpopulasi dan kelimpahan kasus kankernya (jumlah tambahan kasus kanker) dalam satuan populasi tertentu

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 9

Identifikasi bahaya (hazard identification)

Identifikasi terhadap jenis dan sifat serta kemampuan yang melekat pada suatu agen risiko yang dapat menyebabkan dampak buruk organisme sistim atau subpopulasi Identifikasi bahaya merupakan langkah yang kedua dalam ARKL

Intake non karsinogenik (Ink)

Banyaknya suatu materi (bahan) atau agen risiko yang memiliki efek non kanker (tidak menyebabkan kanker) pada sebuah media lingkungan yang masuk ke dalam tubuh manusia setiap harinya yang dinyatakan dalam satuan mgkghari

Intake karsinogenik (Ik) Banyaknya suatu materi (bahan) atau agen risiko yang memiliki efek kanker (terbukti dapat menyebabkan kanker) pada sebuah media lingkungan yang masuk ke dalam tubuh manusia setiap harinya yang dinyatakan dalam satuang mgkghari

Karakterisasi risiko (risk characterization)

Perhitungan kualitatif jika memungkinkan secara kuantitatif meliputi probabilitas terjadinya potensi dampak buruk suatu agen pada organisme sistim atau subpopulasi beserta faktor ketidakpastiannya

Konsentrasi (concentration)

Banyaknya suatu materi (bahan) atau agen yang terlarut atau terkandung dalam satuan jumlah pada sebuah media

Lowest Observed Adverse Effect Level (LOAEL)

Dosis terendah yang secara statistik atau biologis (masih) memperlihatkan efek merugikan pada hewan uji atau pada manusia

No Observed Adverse Effect Level (NOAEL)

Dosis tertinggi suatu zat pada studi toksisitas kronik atau subkronik yang secara statistik atau biologis tidak memperlihatkan efek merugikan pada hewan uji atau pada manusia

Risiko (risk) Kemungkinan atau kebolehjadian dari suatu dampak buruk pada organisme sistem atau sub populasi timbul akibat (disebabkan) oleh terpajan suatu agen pada kondisi tertentu

Risiko aman atau risiko yang dapat diterima (Acceptable Risk)

Istilah dalam manajemen risiko yaitu dapat diterimanya risiko yang didasarkan pada data ilmiah faktor sosial ekonomi dan politik serta benefit dari pajanan suatu agen

Slope factor (SF) Dosis konsentrasi dari pajanan harian agen risiko karsinogenik yang diestimasi tidak menimbulkan efek yang mengganggu atau tidak menyebabkan terjadinya kanker walaupun pajanannya terjadi sepanjang hayat (seumur hidup)

Tingkat risiko (risk quotient [RQ])

Besarnya risiko yang dinyatakan dalam angka tanpa satuan yang merupakan perhitungan perbandingan antara intake dengan dosis konsentrasi referensi dari suatu agen risiko non karsinogenik serta dapat juga diinterpretasikan sebagai amantidak amannya suatu agen risiko terhadap organisme sistim atau subpopulasi

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 10

Materi Sub Bahasan Jenis dan Penggunaan ARKL

Ada dua jenis ARKL yang dapat digunakan yaitu kajian ARKL cepat atau kajian di atas meja (desktop studi) dan kajian lapangan (field study) tergantung sumber data yang digunakan ARKL diatas meja tidak menggunakan data lapangan tetapi menggunakan nilai-nilai default rekomendasi danatau asumsi sedangkan kajian lapangan dilakukan dengan pengukuran langsung kualitas lingkungan pajanan (frekuensi durasi) dan data antropometri (berat badan) Perbedaan antara kedua jenis ARKL tersebut dapat dilihat pada tabel 2

Tabel 2 Perbandingan antara ARKL desktop dan field

VARIABEL Desktop field Sumber data

yang digunakan

Data Sekunder dan asumsinilai default

Data primer (data yang dikumpulkan sendiri) dan asumsi jika Waktu

pelaksanaan Seketika saat dibutuhkan durasi lebih singkat

Perlu perencanaan dan pengorganisasian durasi lebih lama

Besarnya biaya yang dibutuhkan

Sangat sedikit atau tidak ada Biaya besar (biaya seperti melakukan suatu penelitian kajian lapangan)

ARKL sebagai suatu cara lsquotoolsrsquo atau pendekatan dapat diaplikasikan untuk berbagai keperluan Penggunaan ARKL pada berbagai kebutuhan dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini

Tabel 3 Penggunaan dari masing - masing model ARKL Jenis Kegiatan Kebutuhan lsquodesktoprsquo ARKL Kajian ARKL

Analisis suatu kasus kesehatan lingkungan (Emergency Responses)

-

Analisis suatu kasus kesehatan lingkungan (Reformation Responses)

-

Penyusunan AMDAL suatu kegiatan dan atau usaha Kajian ANDAL dan penyusunan RKL - RPL

-

Pengkajian penyusunan dan penetapan baku mutu -

Pengkajian penyusunan dan penetapan kebijakan kesehatan lingkungan yang baru

-

Materi Sub Bahasan Langkah ndash langkah ARKL Perumusan masalah yang dilakukan sebelum melakukan langkah ndash langkah ARKL dimaksudkan untuk dapat menjawab pertanyaan apa dimana berapa besar kapan siapa populasi berisiko dan bagaimana kepedulian masyarakat (populasi berisiko) Rumusan masalah ini akan digunakan sebagai latar belakang mengapa suatu agen risiko perlu dianalisis risiko dan akan dimasukkan ke dalam laporan Uraian apa yang harus dijawab untuk merumuskan masalah dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 11

Tabel 4 Uraian langkah perumusan masalah Pertanyaan Uraiaan - Apa yang menjadi masalah Media lingkungan yang terkena dampak jenis kegiatan yang

menjadisumber dampak jenis polutan apa yang potensial

- Dimana masalah itu terjadi Wilayah administrasi wilayah geografi batas sosial batas ekologis - Seberapa besar masalahnya Prevalensi penyakit terkait lingkungan konsentrasi agen risiko pada media lingkungan jumlah populasi yang potensial terkena

- Kapan masalah terjadi Hari bulan tahun dan durasi (lamanya) masalah berlangsung - Siapa populasi berisiko Kelompok masyarakat yang potensial terkena golongan

umur kelompok berdasarkan tempat tinggal pekerjaan dan komunitas tertentu (komunitas hobi komunitas adat dll)

- Bagaimana kepedulian masyarakat

Deskripsi aksi protes masyarakat opini pendapat masyarakat dan tokoh masyarakat pandangan pakar respon instansi yang berwenang menangani masalah tersebut (program rencana program kerja terkait penanganan masalah

Langkah 1 Identifikasi bahaya (hazard identification) Identifikasi bahaya merupakan langkah pertama dalam ARKL yang digunakan untuk mengetahui secara spesifik agen risiko apa yang berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan bila tubuh terpajan Sebagai pelengkap dalam identifikasi bahaya dapat ditambahkan gejala ndash gejala gangguan kesehatan apa yang terkait erat dengan agen risiko yang akan dianalisis Tahapan ini harus menjawab pertanyaan agen risiko spesifik apa yang berbahaya di media lingkungan yang mana agen risiko eksisting seberapa besar kandungankonsentrasi agen risiko di media lingkungan gejala kesehatan apa yang potensial Uraian apa yang harus dijawab dalam identifikasi bahaya dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini

Tabel 5 Uraian langkah identifikasi bahaya Pertanyaan Uraian Agen risiko spesifik apa yang berbahaya

Agen risiko bahan kimia jelaskan spesi atau senyawa kimia apa yang berbahaya secara jelas Contoh Merkuri (Hg) jelaskan apakah agen risiko berupa elemental mercury anorganic mercury atau organic mercury (methyl mercury) Agen risiko biologi jelaskan spesiesnya

Di media lingkungan yang mana agen risiko eksisting

Jelaskan media lingkungan dimana agen risiko eksisting apakah di udara ambien air tanah sludge biota hewan dll Contoh jika merkuri sebagai agen risiko maka media lingkungan yang terkontaminasi antara lain air bersih sludge (jika pada pertambangan emas rakyat) ataupun di hewan (ikan yang dikonsumsi)

Seberapa besar kandungankonsentrasi agen risiko di media lingkungan

Jelaskan konsentrasi hasil pengukurannya di media lingkungan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 12

Pertanyaan Uraian Gejala kesehatan apa yang potensial

Uraikan gejala kesehatan gangguan kesehatan apa yang dapat terkait dengan agen risiko Contoh jika merkuri sebagai agen risiko maka gejalagangguan kesehatan yang mungkin timbul antara lain tremor gemetaran pada saat berdiri pusing pada saat berdiri rasa nyeri pada tangan dan kaki dan gangguan pada susunan saraf pusat

Untuk membantu dalam melakukan identifikasi bahaya dapat digunakan contoh formulir sebagaimana pada tabel 6 di bawah ini

Tabel 6 Contoh formulir bantu identifikasi bahaya Sumber

dan penggunaan

Media lingkungan potensial

Agen Risiko

Konsentrasi

Minimal Rata - rata Maksimal Pertambangan mineral (emas tembaga perak dll)

Air permukaan (sungai danau)

Merkuri Anorganik Total Merkuri

- Merkuri Anorganik mgl - Total Merkuri mgl

- Merkuri Anorganik mgl - Total Merkuri mgl

- Merkuri Anorganik mgl - Total Merkuri mgl Lumpur (tailing) Metil Merkuri

Merkuri Anorganik Total Merkuri

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Tanaman (buah sayur umbi)

Metil Merkuri Merkuri Anorganik Total Merkuri

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah (sumur) Merkuri Anorganik Total Merkuri

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Udara Total Merkuri Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Biota air (ikan kerang dsb)

Metil Merkuri Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Pertambangan fosil (batu bara minyak bumi)

middot Udara SO2 Benzene Golongan Metan

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 13

Sumber dan

penggunaan

Media lingkungan potensial

Agen Risiko

Konsentrasi

Minimal Rata - rata Maksimal Pengolahan aki bekas

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Industri elektronika

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan (dari limbah cair)

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah (dari limbah cair)

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Bengkel patri las galvanisasi logam

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Transportasi middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Tanaman Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Kegiatan lainnya Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Penggunaan formulir ini dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan dalam pengisiannya merujuk pada literatur yang tersedia Langkah 2 Analisis dosis - respon (dose-response assessment) Setelah melakukan identifikasi bahaya (agen risiko konsentrasi dan media lingkungan ) maka tahap selanjutnya adalah melakukan analisis dosis- respons yaitu mencari nilai RfD danatau RfC danatau SF dari agen risiko yang menjadi fokus ARKL serta memahami efek apa saja yang mungkin ditimbulkan oleh agen risiko tersebut pada tubuh manusia Analisis dosis ndash respon ini tidak harus

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 14

dengan melakukan penelitian percobaan sendiri namun cukup dengan merujuk pada literature yang tersedia Langkah analisis dosis respon ini dimaksudkan untuk

a mengetahui jalur pajanan (pathways) dari suatu agen risiko masuk ke dalam tubuh manusia

b memahami perubahan gejala atau efek kesehatan yang terjadi akibat peningkatan konsentrasi atau dosis agen risiko yang masuk ke dalam tubuh

c mengetahui dosis referensi (RfD) atau konsentrasi referensi (RfC) atau slope factor (SF) dari agen risiko tersebut

Di dalam laporan kajian ARKL ataupun dokumen yang menggunakan ARKL sebagai cara metode kajian analisis dosis ndash respon perlu dibahas dan dicantumkan Analisis dosis ndash respon dipelajari dari berbagai toxicological reviews jurnal ilmiah atau artikel terkait lainnya yang merupakan hasil dari penelitian eksperimental Untuk memudahkan analisis dosis ndash respon dapat dipelajari pada situs wwwepagoviris Dosis Referensi (RfD) Konsentrasi Referensi (RfC) dan Slope Factor (SF) Uraian tentang dosis referensi (RfD) konsentrasi referensi (RfC) dan slope factor (SF) adalah sebagai berikut

a Dosis referensi dan konsentrasi yang selanjutnya disebut RfD dan RfC adalah nilai yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman pada efek non karsinogenik suatu agen risiko sedangkan SF (slope factor) adalah referensi untuk nilai yang aman pada efek karsinogenik

b Nilai RfD RfC dan SF merupakan hasil penelitian (experimental study) dari berbagai sumber baik yang dilakukan langsung pada obyek manusia maupun merupakan ekstrapolasi dari hewan percobaan ke manusia

c Untuk mengetahui RfC RfD dan SF suatu agen risiko dapat dilihat pada Integrated Risk Information System (IRIS) yang bisa diakses di situs wwwepagoviris

d Jika tidak ada RfD RfC dan SF maka nilai dapat diturunkan dari dosis eksperimental yang lain seperti NOAEL (No Observed Adverse Effect Level) LOAEL (Lowest Observed Adverse Effect Level) MRL (Minimum Risk Level) baku mutu udara ambien pada NAAQS (National Ambient Air Quality Standard) dengan catatan dosis eksperimental tersebut mencantumkan faktor antropometri yang jelas (Wb tE fE dan Dt)

Satuan dosis referensi (RfD) dinyatakan sebagai milligram (mg) zat per kilogram (Kg) berat badan per hari disingkat mgkghari Dalam literatur terkadang ditulis mgkgxhari mgkghari dan mgkg-hari Satuan konsentrasi referensi (RfC) dinyatakan sebagai milligram (mg) zat per meter kubik (M3) udara disingkat mgM3 Konsentrasi referensi ini dinormalisasikan menjadi satuan mgkghari dengan ara memasukkan laju inhalasi dan berat badan yang bersangkutan Untuk memudahkan dalam analisis dosis ndash respon pada tabel 7 dan 8 disajikan contoh RfD RfC dan SF

Tabel 7 Contoh RfD dan SF beberapa agen risiko atau spesi kimia jalur ingesti No Agent Dosis Respon

(RfD SF) Efek Kristis dan Referensi

1 As (Arsen) 3E-4 mgkgday 15E+0 (mgkgday)minus1

Hiperpigmentasi keratosis dan kemungkinan komplikasi vaskular pajanan oral (Tseng 1977 Tseng et al 1968)

2 Ba (Barium) 2E-1 mgkgday Nefropati dalam 2 tahun pemberian air minum kepada mencit (NTP 1994)

3 B (Boron) 2E-1 mgkgday Penurunan berat janin pada pajanan asam borat gestasi

4 Cd (Kadmium) 5E-4 mgkgday Proteinuria pajanan kronik manusia (USEPA

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 15

No Agent Dosis Respon (RfD SF)

Efek Kristis dan Referensi

5 Cl2 (Klorin) bebas 1E-1 mgkgday Pajanan kronik air minum tikus (NTP 1992) 6 Cr6+ (Kromium

Heksavalen) 3E-3 mgkgday Uji hayati air minum 1 tahun dengan tikus

(McKenzie et al 1958) dan pajanan air minum penduduk Jinzhou (Zhang and Li 1987)

7 CN- (Sianida) 2E-2 mgkgday Kehilangan berat efek tiroid dan degradasi myelin dalam uji hayati subkronik sampai kronik oral pada tikus (Philbrick et al 1979)

8 F- (Fluorida) 6E-2 mgkgday Flourisis gigi dan efek kosmetik dalam studi epidemio logi (Hodge 1950 cited in Underwood 1977)

9 Mn (Mangan) 1 4E- 1 mgkgday Hipokolesterolemia epilepsi kekurangan pankreas eksokrin sklerosis berganda katarak osteoporosis fenilketonuria amp penyakit kencing maple syrup (inborn) panotda ingesi kronik manusia (NRC 1989 Freeland- Graves et al 1987 WHO 1973)

10 Hg ndash MeHg (Merkuri - metal merkuri)

1E-4 mgkgday Kelainan neuropsikologis perkembangan dalam studi epidemilogi (Grandjean et al 1997 Budz-Jergensen et al 1999)

11 NO2- (Nitrit) 1E-1 mgkgday Methemoglobinemia pada bayi yang terpajan kronik air minum (Walton 1951)

12 Se (Selenium) 5E-3 mgkgday Selenosis dari studi epidemiologi (Yang et al 1989)

13 Zn (Seng) 3E-1 mgkgday Penurunan Cu eriytrosit dan aktifitas Zn superoksida dismutase pada relawan pria dan wanita (Yadrick et al 1989)

14 CHBr3 2E-2 mgkgday 79E-3 (mgkgday)minus1

Lesi hepatik uji hayati subkronik gavage oral pada tikus

15 CHCl3 1E-2 mgkgday Pembentukan greasety cyst sedangnyata pada hati dan peningkatan SGPT dalam uji hayati kronik pada anjing (Heywood et al 1979)

16 CHBr2Cl 2E-2 mgkgday 84E-2 (mgkgday)minus1

Lesi hepatik uji hayati subkronik gavage oral pada tikus (NTP 1989)

Disadur dari Rahman 2007

Tabel 8 Contoh RfC beberapa agen risiko atau spesi kimia jalur inhalasi No Agent Dosis Respon Efek Kristis dan Referensi RfC 1 NH3 286E-2 Kenaikan keparahan rinitis dan pneumonia

dengan lesi pernafasan pada uji hayati tikus subkronik (Broderson et al 1976)

2 H2S 57 1E-4 Lesi nasal lendir olfaktori pada uji hayati tikus subkronik (Brenneman et al 2000)

3 Pb 493E-4 Perubahan tingkat enzim dan perkembangan neurobehavioral anak-anak (IRIS 2006)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 16

1E-4 mgkg-day

(00001

mgkg-day)

No Agent Dosis Respon Efek Kristis dan Referensi 4 NO2 2E-2 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) 5 SO2 26E-2 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) 6 TSP 242 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) Disadur dari Rahman 2007 Mengingat pemutakhiran (update) RfD RfC dan SF berlangsung sangat cepat RfD RfC dan SF yang tercantum pada tabel di atas tidak bisa selamanya dijadikan acuan RfD RfC dan SF dari agen risiko yang lain serta update dari RfD RfC dan SF pada tabel di atas dapat dilihat dengan mengakses wwwepagoviris Tahapan dalam mengakses situs tersebut dapat dilihat pada lampiran 5 Tampilan evaluasi dosis - respon yang terdapat pada toxicological review pada situs tersebut dapat dilihat pada contoh berikut Contoh evaluasi dosis ndash respon (1) Methylmercury (MeHg) CASRN 22967-92-6 IA1 Oral RfD Summary Critical Effect Experimental Doses UF MF RfD

Developmental neuropsychological impairment Human epidemiological studies (Grandjean et al 1997 Budtz-Joslashrgensen et al 1999a)

Benchmark Dose BMDL05 range of 46-79 ppb in maternal blood for different neuropsychological effects in the offspring at 7 years of age corresponding to a range of maternal daily intakes of 0857-1472 microgkg-day

10 1

Conversion Factors and Assumptions mdashMaternal daily dietary intake levels were used as the dose surrogate for the observed developmental effects in the children exposed in utero The daily dietary intake levels were calculated from blood concentrations measured in the mothers with supporting additional values based on their hair concentrations This conversion is explained in the text below A benchmark dose approach (BMD) was used rather than a no-observed-adverse-effect levellowest-observed-adverse-effect level (NOAELLOAEL) approach to analyze the neurological effects in children as the response variable This analysis is also explained in the text below This assessment updates the 1995 RfD assessment on IRIS and is the same as the RfD that was based on the study of a poisoning episode in Iraq in which developmental neurotoxicity was observed following ingestion of methylmercury-treated grain (Marsh et al1987)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 17

mdash 15E+0 per (mgkg)day

Contoh evaluasi dosis - respon (2) Arsenic inorganic (CASRN 7440-38-2) IIB Quantitative Estimate of Carcinogenic Risk from Oral Exposure IIB1 Summary of Risk Estimates Oral Slope Factor Drinking Water Unit Risk mdash 5E-5 per (ugL) Extrapolation Method mdash Time- and dose-related formulation of the multistage model (US EPA 1988) Drinking Water Concentrations at Specified Risk Levels

Risk Level Concentration E-4 (1 in 10000) 2E+0 ugL E-5 (1 in 100000) 2E-1 ugL E-6 (1 in 1000000) 2E-2 ugL

Langkah 3 Analisis pajanan (exposure assessment) Setelah melakukan langkah 1 dan 2 selanjutnya dilakukan Analisis pemajanan yaitu dengan mengukur atau menghitung intake asupan dari agen risiko Untuk menghitung intake digunakan persamaan atau rumus yang berbeda Data yang digunakan untuk melakukan perhitungan dapat berupa data primer (hasil pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan sendiri) atau data sekunder (pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan oleh pihak lain yang dipercaya seperti BLH Dinas Kesehatan LSM dll) dan asumsi yang didasarkan pertimbangan yang logis atau menggunakan nilai default yang tersedia Rumus perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut Perhitungan intake non karsinogenik (INK) 1 Intake pada jalur pemajanan inhalasi (terhirup)

ܫ = ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphelliphelliphellipRumus 1

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ink (Intake)

Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada media udara (udara ambien)

mgm3 Tidak ada nilai default

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 18

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default R (Rate) Laju inhalasi atau

banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya

m3jam Dewasa 083 m3jam Anak ndash anak (6 ndash 12 tahun) 05 m3jam

tE (time of exposure) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap harinya

Jamhari - Pajanan pada pemukiman 24 jamhari - Pajanan pada lingkungan kerja 8 jamhari - Pajanan pada sekolah dasar 6 jamhari

fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasikelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(nk) (time average) Periode waktu rata ndash rata

Hari 30 tahun x 365 haritahun = 10950 hari

2 Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphelliphelliphellipRumus 2

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ink (Intake) Jumlah konsentrasi agen

risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari

Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada air bersihminum atau pada makanan

- mgl (air) mgkg (makanan)

Tidak ada nilai default

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 19

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default R (Rate) Laju konsumsi atau

banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya

- Liter hari (air) - Gram hari (makanan)

Air Minum - Dewasa (pemukiman) 2 literhari - Anak ndash anak (pemukiman) 1 literhari - Dewasa (lingkungan kerja) 1 literhari Makanan - Buah ndash buahan 42 gramhari - Sayuran 80 gramhari fE (frecuency of

exposure) Lamanya atau jumlah hari

terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(nk) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogen

Hari 30 tahun x 365 haritahun = 10950 hari

Perhitungan intake karsinogenik (IK) 1 Intake pada jalur pemajanan inhalasi (terhirup)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphellipRumus 3

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ik (Intake) Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada media udara (udara ambien)

mgm3 Tidak ada nilai default

R (Rate) Laju inhalasi atau banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya

m3jam Dewasa 083 m3jam Anak ndash anak (6 ndash 12 tahun) 05 m3jam

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 20

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default tE (time of exposure) Lamanya atau jumlah jam

terjadinya pajanan setiap harinya

Jamhari - Pajanan pada pemukiman 24 jamhari - Pajanan pada lingkungan kerja 8 jamhari - Pajanan pada sekolah dasar 6 jamhari

fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

2 Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ಲೇಸ

helliphelliphellipRumus 4

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ik (Intake) Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada air bersih minum atau pada makanan

- mgl (air) - mgkg (makanan)

Tidak ada nilai default

R (Rate) Laju konsumsi atau banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya

- literhari (air) - gramhari (makanan)

Air Minum - Dewasa (pemukiman) 2 literhari - Anak ndash anak (pemukiman) 1 literhari - Dewasa (lingkungan kerja) 1 literhari Makanan - Buah ndash buahan 42 gramhari - Sayuran 80 gramhari - Ikan tangkapan 54 gramhari

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 21

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok Populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

Analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL Hal ndash hal yang perlu diketahui dan dicermati dalam melakukan analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL adalah sebagai berikut Pada lsquodesktoprsquo ARKL tidak perlu dilakukan pengumpulan data Data yang menjadi dasar perhitungan intake menggunakan data sekunder dan asumsi Terkait dengan variabel konsentrasi pelu diperhatikan hal sebagai berikut Data sekunder umumnya dibutuhkan untuk mengetahui konsentrasi agen risiko pada media

lingkungan yang mana merupakan hasil pengukuran yang pernah dilakukan oleh pihak lain pada media lingkungan wilayah dan waktu yang sama

Ada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL dalam rangkaian studi AMDAL (kajian ANDAL dan RKL - RPL untuk aspek kesehatan masyarakat) suatu kegiatan sumber data konsentrasi dapat merupakan proyeksi perubahan rona lingkungan yang telah dikaji pada aspek yang lain mis proyeksi konsentrasi agen risiko di udara ambien pada tahap operasional kegiatan atau proyeksi konsentrasi agen risiko di air bersih pada tahap operasional kegiatan

Terkait dengan variabel perhitungan yang lain (R tE fE Dt Wb dan tAVG) asumsi didasarkan pada logika yang rasional atau nilai default yang sudah tersedia Adapun nilai default untuk berbagai variabel pada lsquodesktoprsquo ARKL dapat dilihat pada tabel 9 berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 22

Tabel 9 Nilai default dari faktor pajanan (Rahman 2007) Tataguna lahan

Jalur pajanan Asupan harian Frekuensi pajanan (haritahun)

Durasi pajanan (tahun)

Berat badan (kg)

Residensial Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

12 m3 (anak) raquo 05 350 6 15 Industri amp komersial

Air minum 1 L 250 25 70 55 b

Pertanian Tanaman perkarangan

42 g (buah - buahan)

350 30 70 55 b

80 g (sayur - mayur)

350 30 70 55 b

Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

Rekreasi Ikan tangkapan 54 g 350 30 70 55 b Disadur dari Rahman 2007 seluruhnya berasal dari Exposure Factor Handbook (EPA 1990) kecuali bNukman et al (2005) 324 Langkah 4 Karakterisasi risiko (risk characterization) Langkah ARKL yang terakhir adalah karakterisasi risiko yang dilakukan untuk menetapkan tingkat risiko atau dengan kata lain menentukan apakah agen risiko pada konsentrasi tertentu yang dianalisis pada ARKL berisiko menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat (dengan karakteristik seperti berat badan laju inhalasikonsumsi waktu frekuensi durasi pajanan yang tertentu) atau tidak Karakteristik risiko dilakukan dengan membandingkan membagi intake dengan dosis konsentrasi agen risiko tersebut Variabel yang digunakan untuk menghitung tingkat risiko adalah intake (yang didapatkan dari analisis pemajanan) dan dosis referensi (RfD) konsentrasi referensi (RfC) yang didapat dari literatur yang ada (dapat diakses di situs wwwepagoviris) 1 Karakterisasi risiko pada efek non karsinogenik Perhitungan tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko untuk efek non karsinogenik dinyatakan dalam notasi Risk Quotien (RQ) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek non karsinogenik dilakukan perhitungan dengan membandingkan membagi intake dengan RfC atau RfD Rumus untuk menentukan RQ adalah sebagai berikut ூ

ோ helliphelliphelliphellipRumus 5

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur inhalasi (terhirup) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 1 RfC (reference concentration) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan inhalasi

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 23

ூோ

helliphelliphelliphelliphellipRumus 6

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur ingesti (tertelan) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 2 RfD (reference dose) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan ingesti

Didapat Interpretasi tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko yang diperoleh pada ARKL merupakan konsumsi pakar ataupun praktisi sehingga perlu disederhanakan atau dipilihkan bahasa yang lebih sederhana agar dapat diterima oleh khalayak atau publik Tingkat risiko dinyatakan dalam angka atau bilangan desimal tanpa satuan Tingkat risiko dikatakan AMAN bilamana intake le RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ le 1 Tingkat risiko dikatakan TIDAK AMAN bilamana intake gt RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ gt 1 Narasi yang digunakan dalam penyederhanaan interpretasi risiko agar dapat diterima oleh khalayak atau publik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll Contoh Tingkat risiko RQ untuk pajanan Pb (inhalasi) sebesar 000008 microgm3 pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan rata - rata 55 kg dan telah terpajan 350 haritahun selama 20 tahun diketahui sebesar 0098 maka Interpretasi risiko Pajanan Pb sebesar 000008 microgm3 secara inhalasi pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan 55 Kg masih aman untuk frekuensi pajanan 350 haritahun hingga 20 tahun mendatang Perhitungan tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko untuk efek karsinogenik dinyatakan dalam notasi Excess Cancer Risk (ECR) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek karsinogenik dilakukan perhitungan dengan mengkali intake dengan SF Rumus untuk menentukan ECR adalah sebagai berikut

ܥܧ = Rumus 7helliphelliphelliphellip ܨ ݔ ܫKeterangan Digunakan untuk menghitung tingkat risiko pada agen risiko dengan efek karsinogenik I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 3 atau rumus SF (slope factor) Nilai referensi agen risiko dengan efek karsinogenik

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 24

Interpretasi tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko dinyatakan dalam bilangan exponen tanpa satuan (cth 13E-4) Tingkat risiko dikatakan acceptable atau aman bilamana ECR le E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR le 110000 Tingkat risiko dikatakan unacceptable atau tidak aman bilamana ECR gt E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR gt 110000 Contoh ECR = 13E-5 (13 x 10-5) dapat diinterpretasikan sebagai berikut ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Narasi yang digunakan dalam risiko karsinogenik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoacceptablersquo atau lsquounacceptablersquo (lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo) - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll - Risiko kanker [ mis ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Contoh Tingkat risiko ECR untuk pajanan benzene (inhalasi) sebesar 03 microgm3 pada pekerja depo penampungan BBM di Jakarta dengan berat badan rata - rata 60 kg dan telah terpajan 250 haritahun selama 10 tahun diketahui sebesar 456E-4

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 1

MODUL II MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Manajemen Risiko Kesehatan Lingkungan

Manajemen risiko adalah proses mengidentifikasi evaluasi penyeleksian dan melakukan

upaya untuk mengurangi risiko terhadap ekosistem dan kesehatan manusia (Omenn GS et al 1997) Setelah melakukan keempat langkah ARKL di atas maka telah dapt diketahui apakah suatu agen risiko amandapat diterima atau tidak Manajemen risiko bukan termasuk langkah ARKL melainkan tindak lanjut yang harus dilakukan bilamana hasil karakterisasi risiko menunjukkan tingkat risiko yang tidak aman ataupun unacceptable Dalam melakukan manajemen risiko perlu dibedakan antara strategi manajemen risiko dengan cara manajemen risiko Strategi manajemen risiko meliputi penentuan batas aman yaitu

1 Konsentrasi agen risiko (C) danatau 2 Jumlah konsumsi (R) danatau 3 Waktu pajanan (tE) danatau

4 Frekuensi pajanan (fE) danatau

5 Durasi pajanan (Dt)

Setelah batas aman ditentukan selanjutnya perlu dilakukan penapisan alternatif terhadap batas aman yang mana yang akan dijadikan sebagai target atau sasaran pencapaian dalam pengelolaan risiko Batas aman yang dipilih adalah batas aman yang lebih rasional dan realistis untuk dicapai

Adapun cara manajemen risiko adalah cara atau metode yang akan digunakan untuk

mencapai batas aman tersebut Cara manajemen risiko meliputi beberapa pendekatan yaitu pendekatan teknologi pendekatan sosial - ekonomis dan pendekatan institusional penjelasan lebih lanjut langkah ndash langkah dalam manajemen risiko akan dijelaskan pada sub bahasan selanjutnya

Materi Sub Bahasan Strategi manajemen risiko

1 Penentuan batas aman Batas aman disini adalah batas atau nilai terendah yang menyebabkan tingkat risiko

menjadi tidak aman (tidak dapat diterima) Oleh karenannya nilai yang aman adalah nilai di bawah batas amannya sedangkan nilai yang sama dengan batas aman tersebut akan menyebabkan tingkat risiko menjadi tidak aman Sebagai contoh jika hasil

perhitungan menunjukkan konsentrasi aman adalah 4499 microgm3 maka nilai konsentrasi

yang benar ndash benar aman adalah di bawah 4499 microgm3 (lt4499 microgm3) 4498 microgm3

a) Penentuan konsentrasi aman (C) Dalam penentuan konsentrasi aman semua variabel dan nilai yang digunakan

sama dengan variabel dan nilai pada perhitungan intake Akan tetapi nilai intake yang digunakan adalah RfD atau RfC agen risikonya

Sedangkan konsentrasi aman pada intake karsinogenik perhitungan didasarkan

pada nilai acceptable sebesar 10-4 dibagi nilai SF nya Selain itu variabel tavg disesuaikan dengan perhitungan karsinogenik yaitu (70 haritahun x 365 hari) Untuk menghitung konsentrasi aman digunakan rumus sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 2

Konsentrasi aman non karsinogenik Konsentrasi aman non karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 8

Konsentrasi aman non karsinogenik (ingestii)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ಶ ௫

Rumus 9

Konsentrasi aman karsinogenik Konsentrasi aman karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 10

Konsentrasi aman karsinogenik (ingesti)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 11

Keterangan

Notasi Arti Notasi C(aman) (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada udara ambien atau pada

air bersihminum atau pada makanan yang aman

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 3

Notasi Arti Notasi R (Rate) Laju asupan

Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

Volume air minum yang masuk tubuh (liter) setiap harinya

Volume makanan yang masuk tubuh (gram) setiap harinya

tE atau time of exposure (rumus 8)

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode

b) Penentuan jumlah konsumsi aman (R)

Laju asupan yang dapat dikelola hanyalah pada pada pajanan melalui makanan dan air minum (ingesti) karena masih banyak substitusi untuk setiap jenis makanan ataupun air minum Untuk pajanan melalui udara (inhalasi) pembatasan laju inhalasi hampir tidak mungkin dilakukan Untuk menghitung jumlah konsumsi aman digunakan rumus sebagai berikut Laju konsumsi aman non karsinogenik (ingesti)

() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ಶ ௫

Rumus 12

Laju konsumsi aman karsinogenik (ingesti)

() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ಶ ௫

Rumus 13

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 4

Keterangan Notasi Arti Notasi

R(aman) Laju konsumsi atau banyaknya volume makanan (gram) atau volume air (liter) yang masuk tubuh setiap harinya yang aman

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

c) Penentuan waktu pajanan aman (tE) Waktu pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan

kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan waktu pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah jam terpapar setiap harinya oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung waktu pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Waktu pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 14

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 5

Waktu pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 15

Keterangan

Notasi Arti Notasi t(aman) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap

harinya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

d) Penentuan frekuensi pajanan aman (fE)

Frekuensi pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan frekuensi pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah hari terpapar dalam satu tahun oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung frekuensi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Frekuensi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 16

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 6

Frekuensi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 17

Keterangan

Notasi Arti Notasi fE(aman) (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan

setiap tahunnya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

e) Penentuan durasi pajanan aman (Dt) Durasi pajanan aman dikelola pada pemajanan inhalasi pada lingkungan

yang permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan durasi pajanan dilakukan dengan membatasi lamanya tinggal (tahun) masyarakat pada suatu pemukiman dengan cara melakukan lsquorelokasirsquo pemukiman pada saat telah melewati batas durasi amannya Penerapan strategi durasi pajanan aman untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) kurang tepat karena pada pemajanan ingesti manajemen risiko cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung durasi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Durasi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 18

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 7

Durasi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 19

Keterangan

Notasi Arti Notasi Dt (aman) (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan yang

aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

tE atau time of exposure

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

2 Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko Penapisan alternatif manajemen risiko harus didasarkan pada pertimbangan logis

dan turut mempertimbangkan berbagai faktor termasuk cara pengelolaan risikonya Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini

Tabel 10 Alternatif manajemen risiko dan penggunaannya Alternatif Pengelolaan

Risiko Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Penurunan konsentrasi hingga ke batas aman (konsentrasi aman)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 8

Alternatif Pengelolaan Risiko

Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Pengurangan konsumsi hingga ke batas aman (jumlah konsumsi aman)

Pembatasan waktu pajanan hingga ke batas aman (waktui pajanan aman)

Pembatasan frekuensi pajanan hingga ke batas aman (frekuensi pajanan aman)

Pembatasan durasi pajanan hingga ke batas aman (durasi pajanan aman)

Materi Sub Bahasan Cara manajemen risiko

Manajemen risiko selain membutuhkan strategi yang tepat juga harus dilakukan dengan

cara atau metode yang tepat Dalam aplikasinya cara manajemen risiko dapat dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu 1) Pendekatan teknologi

Manajemen risiko menggunakan teknologi yang tersedia meliputi penggunaan alat bahan dan metode serta teknik tertentu Contoh manajemen risiko dengan pendekatan teknologi antara lain penerapan penggunaan IPAL pengolahan penyaringan air modifikasi cerobong asap penanaman tanaman penyerap polutan dll

2) Pendekatan sosial - ekonomis

Manajemen risiko menggunakan pendekatan sosial - ekonomis meliputi pelibat-sertaan pihak lain efisiensi proses substitusi dan penerapan sistem kompensasi Contoh manajemen risiko dengan pendekatan sosial ndash ekonomis antara lain 3R (reduce reuse dan recycle) limbah pemberdayaan masyarakat yang berisiko pemberian kompensasi pada masyarakat yang terkena dampak permohonan bantuan pemerintah akibat keterbatasan pemrakarsa (pihak yang bertanggung jawab mengelola risiko) dll

3) Pendekatan institusional

Manajemen risiko dengan menempuh jalur dan mekanisme kelembagaan dengan cara melakukan kerjasama dengan pihak lain Contoh manajemen risiko dengan pendekatan institusional antara lain kerjasama dalam pengolahan limbah B3 mendukung pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah menyampaikan laporan kepada instansi yang berwenang dll

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 1

MODUL III SURVEILANS FAKTOR RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans oleh World Health Organization (WHO) didefinisikan sebagai kegiatan

berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data kesehatan masyarakat yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat Surveilans yang dilakukan diharapkan dapat Menjadi sistem kewaspadaan dini terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat di masa yang

akan datang Mendokumentasikan dampak dari suatu intervensi atau jejak dari kemajuan program dalam

mencapai tujuan tertentu dan Memonitor dan mengklarifikasi masalah kesehatan secara epidemiologi guna menetapkan

priritas dan menginformasikan kebijakan dan strategi kesehatan ke publik

Faktor risiko dalam dunia kesehatan dan epidemiologi biasa didefinisikan sebagai faktor-faktor atau kondisi yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit Faktor risiko tersebut umumnya dapat dikatagorikan menjadi beberapa jenis yaitu faktor risiko genetis faktor risiko perilaku dan faktor risiko lingkungan

Dari kedua definisi di atas maka surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah kegiatan berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor-faktor atau kondisi lingkungan yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan lingkungan Untuk itu ada beberapa hal yang menjadi kata kunci dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yaitu sistematis dan berkesinambungan pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor lingkungan yang dapat menyebabkan sakit dan upaya kesehatan lingkungan

Materi Sub Bahasan Konsep dan Penerapan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Penyakit dan masalah kesehatan masyarakat erat terhubung dengan faktor atau kondisi

lingkungan Oleh karenanya secara naluriah setiap manusia menginginkan lingkungan yang sehat dan nyaman sebagai tempat tinggalnya yang juga kondusif terhadap kondisi kesehatannya Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang salah satunya ditempuh melalui kegiatan penyehatan lingkungan (kesehatan lingkungan) Dalam rangka mewujudkan kondisi lingkungan sesuai dengan yang diharapkan upaya yang dilakukan haruslah tepat guna tepat sasaran sistematis dan terencana dengan baik serta berbasis bukti (evidence based) Sehingga perumusan upaya kesehatan lingkungan yang akan diterapkan harus didukung dengan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yang baik

Filosofi dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah melakukan pengamatan dan pengawasan terus-menerus terhadap kondisi lingkungan yang diperkirakan dapat menyebabkan penyakit pada manusia Hasil dari kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah berupa informasi mengenai apakah faktor atau kondisi lingkungan tertentu yang diamati berisiko menimbulkan kesakitan dan rekomendasi upaya tidak lanjut yang dibutuhkan untuk mengendalikannya Konsep dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dipahami dari gambar 6

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 2

(sumber Mullan N et al 2008)

Gambar 6 Konsep Surveilans Awal dan Lanjutan dalam Kesehatan Lingkungan

Konsep di atas diadaptasi dari versi model surveilans kesehatan yang diterapkan di Kanada

Dalam prakteknya surveilans kesehatan lingkungan dilakukan dalam dua tahapan dimana pengumpulan data hingga desiminasi diklasifikasikan sebagai surveilans awal dan sintesa pengetahuan dan proses perumusan kebijakan yang merupakan input dari stakeholder dan peneliti sebagai surveilans lanjutan Surveilans awal dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data rutin (menggunakan form yang telah dibakukan pada masing-masing Negara) sedangkan analisis dan interpretasi dari basis data yang umumnya digunakan untuk tujuan monitoring ataupun pembuatan regulasi Selanjutnya surveilans lanjutan dirumuskan dari hasil surveilans awal dikombinasikan dengan masukan dari para peneliti dan stakeholder yang concern (peduli) terhadap masalah kesehatan lingkungan guna memberikan pemahaman pengertian yang baik terhadap isu yang berkembang serta dapat dirumuskan keputusan upaya tindak lanjut yang tepat untuk merespon isu tersebut

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bukan merupakan hal yang baru Konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan telah dilaksanakan sejak lama oleh sektor kesehatan mulai dari unit yang paling bawah seperti puskesmas hingga tingkat kementerian Namun sedikit perbedaan dalam istilah dan nama yang digunakan membuat konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan terkesan suatu terobosan baru Di unit puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten kota pelaksanaan kegiatan ini identik dengan kegiatan inspeksi sanitasi Inspeksi sanitasi yang dilakukan di puskesmas maupun dinas kesehatan dilakukan pada obyek kesehatan lingkungan secara periodik (time series) dengan fokus pada faktor risiko kesehatan lingkungan pada obyek tersebut Sebagai contoh inspeksi sanitasi depot air minum dilakukan oleh puskesmas atau dinas kesehatan kabupaten kota secara rutin (minimal setahun sekali) dengan melakukan observasi kesehatan lingkungan wawancara terkait perilaku dalam penanganan depot air minum dan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 3

pemeriksaan laboratorium kualitas air baku (air bersih) dan air olahan (air minum) Data hasil inspeksi sanitasi pada satu lokasi depot air minum yang sama dalam beberapa periode inspeksi merupakan basis data (database) yang dapat diinterpretasi dianalisis baik secara tunggal (hanya data satu depot tersebut) ataupun bersamaan dengan data inspeksi depot air minum yang lain dan didesiminasikan Selanjutnya hasil desiminasi tersebut dapat ditindaklanjuti dengan melakukan upaya diantaranya pembinaan pelatihan dan lain sebagainya

Materi Sub Bahasan Desain dan Metodologi Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan merupakan suatu studi yang dapat dilakukan dengan desain cross sectional kasus kontrol ataupun kohort Sebagai suatu studi yang masuk ke dalam ranah epidemiologi kesehatan lingkungan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan selain melihat kecenderungan data juga digunakan untuk melihat adanya hubungan antara pajanan lingkungan dan dampak kesehatan (penyakit) Oleh karenanya dalam surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan diperlukan data-data sebagai berikut

1 Data geografis wilayah dilakukan dengan menggunakan GPS untuk penentuan koordinat lokasi dilakukan pengambilan sampel pengumpulan data

2 Data faktor risiko lingkungan meliputi data kualitas lingkungan (pengambilan dan pemeriksaan sampel) data kondisi lingkungan sanitasi yang dikumpulkan melalui observasi (pengisian cek lis) dan wawancara Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dbutuhkan data kualitas udara dalam ruang yang dilakukan dengan pengukuran dan data berkaitan dengan jenis lantai ventilasi bahan bakar memasak dan lain sebagainya

3 Data faktor risiko lingkungan meliputi data perilaku sampel (responden) yang juga merupakan faktor risiko dari penyakit berbasis lingkungan yang menjadi perhatian Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA selain data kualitas udara dalam ruang dan ventilasi perlu dikumpulkan data terkait dengan kebiasaan membuka jendela

4 Data pajanan meliputi data lama tinggal pola aktivitas pekerjaan data konsumsi makanan dan air dan lain sebagainya Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dibutuhkan data lama tinggal dan rata-rata lama berada di dalam rumah

Sebagai suatu studi surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dilakukan dengan desain

tertentu yang disesuaikan dengan tujuan permasalahan yang akan dikaji dan faktor-faktor lainnya Sebagaimana dijelaskan di atas surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional kasus kontrol dan kohort Penggunaan desain studi pada surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seperti pada tabel 11

Tabel 11 Perbandingan Desain Studi

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort Desain pemilihan sampel (sampling)

Random Bisa juga dipisah fixed disease sampling atau fixed exposure sampling

Sampel terpisah untuk kasus (sakit) dan kontrol (tidak sakit)

Sampel terpisah untuk terpajan dan tidak terpajan

Waktu periode pelaksanaan (arah pengusutan)

Satu titik waktu atau sesaat (non directional)

Retrospektif Prospektif Followup selama periode waktu tertentu

Kausalitas Hanya menjelaskan Kausalitas awal Kausalitas dengan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 4

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort hubungan antara faktor risiko kesehatan lingkungan dengan penyakit (namun bukan bersifat kausalitas)

bukti sekuensi temporal

Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai pengganti risiko

Odds sebagai pengganti risiko

Insidensi (R Risiko) Insidence rate

Perbandingan risiko Prevalence Ratio (PR) Odds Ratio (OR) Risiko Relatif (RR)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan lebih tepat menggunakan desain cross sectional dikarenakan dalam pemilihan sampling dilakukan secara random dan pengumpulan data lingkungan dan penyakit dilakukan pada satu waktu Output dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dengan desain cross sectional adalah hubungan (bukan kausalitas) antara faktor lingkungan dan penyakit Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bisa dilakukan dengan desain kasus kontrol bilamana titik tolak studi (pengusutan) dimulai dari adanya penyakit dan sampel dikelompokkan menjadi kasus (sampel yang menderita penyakit) dan kontrol (sehat) dan data faktor lingkungan sebelum kasus sakit tersedia Selain itu surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat menggunakan desain studi kohort (prospektif) dengan memantau secara terus menerus (hingga periode tertentu) kualitas lingkungan dan faktor lingkungan lainnya bersamaan dengan penyakitnya

Materi Sub Bahasan Tahapan Kegiatan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Tahapan kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seyogyanya terdiri dari survey pendahuluan dan pengumpulan data awal penyusunan instrumen survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pengolahan dan analisis data dan diseminasi Tahapan kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut

1 Survey pendahuluan dan pengumpulan data awal pengumpulan data awal dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal pada lokasi meliputi background data yang telah tersedia atau data lainnya yang berhubungan Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data sekunder dan juga perlu ditentukan lokasi yang akan menjadi titik pengambilan sampel

2 Penyusunan instrumen berdasarkan data awal yang dikumpulkan disusun instrumen untuk survey pengambilan dan pemeriksaan sampel Instrumen disusun berbentuk cek lis danatau kuisioner Untuk mendapatkan data sesuai yang diharapkan instrumen yang telah dibuat sebaiknya diuji coba terlebih dahulu

3 Survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data primer dan pengumpulan data menggunakan instrumen yang digunakan

4 Pengolahan dan analisis data data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis yang dapat dilakukan secara manual ataupun alat bantu lainnya (mis software pengolah data) Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data informasi disajikan dalam bentuk tabel grafik gambar dan peta yang terangkum dalam laporan

5 Diseminasi dimaksudkan untuk menyebarluaskan informasi dan temuan lapangan kepada para stakeholder

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 1

MODUL IV ANALISIS KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Prinsip Dasar Analisis Kualitas Kesehatan Lingkungan

Analisis adalah kajian atau penelitian yang dititikberatkan pada variabel tertentu untuk mengetahui keadaan atau kondisi sebenarnya termasuk juga yang berkaitan dengan sebab musabab terjadinya kondisi tersebut Dengan demikian analisis kualitas lingkungan merupakan suatu kegiatan yang menggunakan cara atau metode ilmiah guna mengetahui seperti apa kondisi atau kualitas kesehatan lingkungan pada suatu tempat waktu yang melibatkan juga masyarakat di tempat tersebut Umumnya analisis kualitas kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk kegiatan pengambilan dan pemeriksaan sampel pengawasan kualitas kesehatan lingkungan melalui kegiatan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi serta interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Analisis kualitas kesehatan lingkungan merupakan kegiatan yang harus mampu dilakukan oleh seorang pejabat kesehatan lingkungan ataupun fungsional sanitarian Perlunya dilakukan analisis ini adalah untuk menjadi bahan masukan ataupun dasar untuk melakukan manajemen risiko kesehatan lingkungan Implementasi dari manajemen risiko kesehatan lingkungan ini bisa dalam bentuk intervensi (pendekatan) teknologi pendekatan sosial melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat secara aktif dan melalui kerjasama jejaring kemitraan antar pihak yang berkepentingan (stakeholder)

Materi analisis kualitas kesehatan lingkungan dalam modul ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan juga keterampilan bagi peserta dalam menilai prosedur pengambilan dan pemeriksaan sampel serta interpretasi hasil pemeriksaan sampel yang dilakukan dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan Materi dalam modul ini bukan dimaksudkan agar peserta mampu melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel kesehatan lingkungan sendiri tanpa berkerjasama dengan laboratorium Materi Sub Bahasan Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Kesehatan Lingkungan

Pengambilan sampel kesehatan lingkungan hakikatnya dilakukan untuk memotret atau

menjadi acuan untuk menduga kualitas kesehatan lingkungan pada suatu media di suatu wilayah Secara garis besar pengambilan sampel bertujuan untuk mengumpulkan data rona awal kesehatan lingkungan dan memantau kondisi kesehatan lingkungan Dalam hal memantau kesehatan lingkungan pengambilan sampel dilakukan untuk menentukan status kualitas kesehatan lingkungan menentukan kebijakan kesehatan lingkungan menegakkan hukum kesehatan dan lingkungan dan melakukan penelitian kesehatan lingkungan

Kualitas kesehatan lingkungan merupakan hal yang kompleks dan begitu dinamis karena dipengaruhi begitu banyak variabelfaktor Untuk itu pengambilan sampel l kesehatan ingkungan yang bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan harus dilakukan dengan cermat tepat serta butuh perencanaan dan pengorganisasian yang baik Untuk menjamin pengambilan sampel dapat menjamin keterwakilan kualitas kesehatan lingkungan perlu diperhatikan beberapa aspek yaitu lokasi dan titik pengambilan sampel parameter kualitas lingkungan yang akan dipilih serta ukuran jumlah dan volume sampel yang akan diambil Perencanaan Pengambilan Sampel

Seperti halnya kegiatan dan program pengambilan sampel sesuai dengan yang diharapkan perlu direncanakan dengan baik Perencanaan pengambilan sampel ini bertujuan untuk memastikan dan menegaskan kembali tujuan pengambilan sampel kesehatan lingkungan memutuskan cara-cara

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 2

mencapai tujuan mengetahui secara tepat hal-hal yang perlu dilakukan pada saat pengambilan sampel menyiapkan sumber daya yang diperlukan dan menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pengambilan sampel Jelasnya unsur-unsur perencanaan pengambilan sampel meliputi

a) Tujuan pengambilan sampel harus dipastikan apakah dalam rangka pengumpulan data rona kesehatan lingkungan awal atau dalam rangka memantau kesehatan lingkungan

b) Merencanakan biaya pengambilan sampel dengan mempertimbangkan empat hal yaitu aksesibilitas lokasi dan titik pengambilan sampel jumlah jenis dan kompleksitas sampel frekuensi pengambilan sampel serta penjaminan dan pengendalian mutu di lapangan Selain empat hal yang perlu dipertimbangkan tersebut perlu diketahui komponen pembiayaan dalam pengambilan sampel yaitu depresiasi (penyusutan) nilai peralatan kalibrasi peralatan pemakaian bahan pengawet secara kimia danatau fisika penggunaan bahan habis pakai penggunaan wadah sampel transportasi ke lokasi pengambilan sampel akomodasi (bila perlu) honor pengambil sampel (lumpsum atau per diem) dan penyusunan laporan pengambilan sampel

c) Administrasi berkaitan dengan pengambilan sampel yang meliputi penyiapan surat tugas surat pemberitahuan perizinan brevet ataupun lencana kewenangan pencatatan pendokumentasian dan hal-hal pendukung lainnya

d) Perlu jaminan pengambil sampel pada saat pengambilan sampel merupakan personel yang kompeten danatau berwenang dengan kualifikasi (kompetensi) latar belakang pendidikan yang sesuai pengalaman di bidangnya terampil dan diakui ataupun tersertifikasi

e) Penentuan parameter pengujian terhadap sampel yang diambil sesuai dengan tujuan pengambilan sampel turut mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait serta disesuaikan dengan parameter indikatif suatu kegiatan atau wilayah tertentu Mis parameter indikatif pada industri Pulp dan kertas adalah pH BOD COD dan TSS sedangkan pada wilayah pertambangan emas parameter yang diambil adalah air raksa (Hg) dan sianida (CN-)

f) Penentuan media lingkungan yang akan dilakukan pengambilan sampel g) Merencanakan tipe sampel yang akan diambil apakah sampel sesaat (grab sample) sampel

gabungan (composite sample) sampel terpadu (integrated sample) atau sampel kontinyu (continous sample)

h) Peralatan pengambilan sampel harus direncanakan dengan baik Peralatan pengambilan sampel terdiri dari peralatan pengambil sampel (utama) peralatan pendukung dan peralatan K3 atau APD Peralatan pengambil sampel adalah peralatan yang fungsinya untuk mengambil sampel lingkungan dengan parameter yang direncanakan seperti HVAS (High Volume Air Sampler) LVS (Low Volume Sampler) MAS (Microbiology Air Sampler) dll Alat pendukung adalah alat yang fungsinya mendukung pengambilan sampel seperti peralatan pengukur parameter lapangan (pH meter termometer barometer kecepatan angin hygrometer dll) dokumen terkait (surat tugas surat izin dll) alat tulis untuk perekaman proses pengambilan sampel penunjuk arah (kompas) dan penunjuk lokasi (GPS) dll APD yang digunakan dalam pengambilan sampel meliputi sarung tangan masker helm ear plugmuff P3K dll

i) Perencanaan terhadap wadah sampel yang akan digunakan untuk pengamanan dan transpor sampel harus disesuaikan dengan karakteristik dan interaksi parameter sampel yang akan diuji dengan sifat bahan wadah Sebagai contoh pengambilan sampel DOBOD harus menggunakan botol BOD khusus yang menggunakan tutup asah sedangkan untuk sampel mikrobiologi digunakan wadah steril

j) Pengawetan sampel dilakukan sesuai dengan karakteristik parameter yang akan diuji pada sampel mis pengawetan sampel untuk parameter golongan logam pada air menggunakan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 3

asam nitrat pekat (HNO3 p) hingga pH lt 2 sedangkan untuk sampel sianida total pada air diawetkan menggunakan NaOH hingga pH gt 12 dan didinginkan 4oCplusmn2oC pada tempat gelap

k) Batas penyimpanan sampel disesuaikan dengan parameter yang akan diuji dan mengacu pada acuan standar seperti ASTM (The American Society for Testing and Materials) dll

l) Pengamanan sampel di lapangan meliputi pengemasan pengamanan pada label sampel (spidol waterproof label yang baik) informasi tambahan yang penting (titik jenis parameter uji pengawetan waktu dan nama pengambil sampel) sehingga mencegah interaksi sampel dengan lingkungan yang menyebabkan perubahan kualitasnya (kontaminasi degradasi dll)

m) Transportasi sampel yang juga berkaitan dengan batas penyimpanan sampel harus diperhatikan dengan seksama Selain itu moda transportasi yang digunakan untuk membawa sampel juga harus dipenuhi standar keamanannya seperti harus mematuhi peraturan penerbangan nasional dan internasional bila sampel dibawa menggunakan pesawat udara

n) Penyimpanan sampel dilakukan baik secara fisik maupun kimia seperti meminimalkan adsorbsi pengasaman mencegah metabolisme mikroorganisme menghindari hidrolisis serta pengendapan Faktor kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan dengan proses pengambilan sampel

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Penentuan Titik Sampel

Prinsip penentuan titik sampel harus mempertimbangkan keterwakilan populasi atau kualitas lingkungan kemampuan peralatan keselamatan pengambil sampel faktor klimatologi biaya dan kaidah-kaidah empiris Prinsip-prinsip penentuan titik sampel pada media lingkungan adalah sebagai berikut a) Pengambilan sampel air a)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 736 tahun 2010 tentang Pengawasan Kualitas Air Minum

Peraturan daerah setempat a)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah jerigen botol botol BOD botol steril timba steril coolbox dll Peralatan pendukung pH meter termometer sisa klor GPS peralatan untuk menjamin

tidak terjadi kontaminasi (krustang kapas alkohol) dll Pengawet Asam (HNO3 p H2SO4 p) basa (NaOH) dry ice dll APD sarung tangan masker jaket pelampung dll

a)3 Aspek yang dipertimbangkan Kedalaman air Homogenitas (untuk sampel air badan air) Arah dan kecepatan aliran air (untuk sampel air badan air)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 4

Keterkaitan dengan pajanan pada masyarakat (bila digunakan untuk penelitian kesehatan masyarakat)

Jarak antar sampel Keselamatan dan kemampuan sumber daya

a)4 Penentuan titik sampel Air sungai ditentukan yaitu

Uji homogenitas sungai dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu lalu lakukan uji parameter lapangan (suhu pH DOoksigen terlarut dan DHLDaya Hantar Listrik) Apabila hasil pengujian beberapa parameter pada beberapa sampel tersebut tidak berbeda jauh dengan variasi lt 10 maka disebut homogen atau tercampur sementara sehingga sampel yang diambil untuk mewakili air sungai tersebut bisa lebih sedikit

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel air sungai harus meliputi daerah hulu yang belum terkontaminasi daerah pemanfaatan sungai daerah yang potensial terkontaminasi daerah pertemuan dua sungai dan daerah hilir

Air tanah Pengambilan sampel dilakukan plusmn 20 cm dari dasar sumur gali dan dipastikan agar tidak

ada sedimen yang ikut terambil atau pada mulut kran tempat air keluar untuk sumur bor

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel dilakukan pada daerah meliputi daerah dimana air tanah digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari termasuk air minum dan di daerah yang berisiko terkontaminasi (dekat penimbunanpembuangan akhir sampah daerah pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif wilayah pesisir dimana terjadi intrusi air laut dll)

b) Pengambilan sampel udara ambien dan udara dalam ruang b)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan Peraturan daerah setempat

b)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Peralatan utama High Volume Air Sampler (HVAS) RAC Gas Sampler EPAM CO dan CO2

Detektor Low Volume Sampler Microbiology Air Sampler atau Lamotte BD Pump dan Sound Level Meter

Peralatan pendukung pengukur kecepatan angin arah angir termometer hygrometer dan luxmeter

Bahan yang digunakan filter HVAS dan LVS absorbant (So2 NO2 H2S NH3 dan O3) dan larutan garam (NaCl) fisiologis steril

b)3 Aspek yang dipertimbangkan Berhubungan dengan klimatologi arah dan kecepatan angin bunga angin (wind rose)

kelembaban musim dan suhu udara Berhubungan dengan asumsi konsentrasi parameter inversi udara dispersi jarak terbang

(distance) dan ukuran partikel Bilamana sumber pencemar adalah cerobong asap maka ketinggian ukuran partikel dan jarak terhadap pemukiman penduduk harus dipertimbangkan

Berhubungan dengan pajanan daerah padat penduduk jarak terhadap sumber pencemar (radius)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 5

b)4 Penentuan titik sampel Pengambilan sampel udara ambien harus menghindari daerah yang dekat dengan

bangunan dan tanaman yang diperkirakan dapat mengabsorbsi atau mengadsorbsi pencemar daerah yang terdapat pengganggu kimia yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Emisi kimiawi kendaraan bermotor dapat mengganggu pengukuran ozon) dan daerah yang terdapat pengganggu fisik yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Pengukuran total partikulat atau TSP dapat terganggu oleh adanya insinerator disekitar lokasi pengukuran)

Pada umumnya lokasi pengukuran (pengambilan sampel) dilakukan pada daerah yang mempunyai konsentrasi parameter tinggi daerah padat penduduk daerah yang diasumsikan menerima paparan pencemar dan daerah yang digunakan untuk memproyeksikan dampak kegiatan pembangunan

c) Pengambilan sampel sedimen c)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Wadah Plastik atau wadah lainnya untuk sedimen tanah atau lumpur Plastik dan botol

steril untuk makanan Peralatan Grab Sampler untuk pengambilan sludge pada daerah yang sulit danatau

dalam c)3 Aspek yang dipertimbangkan

Potensi dan sumber pencemaran Topografi Jenis vegetasi Perkiraan terjadinya pencemaran

c)4 Penentuan titik sampel Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang

cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel meliputi daerah yang tanahnya diperkirakan akan kontak dengan masyarakat daerah yang mewakili pencemaran tertentu berdasarkan karakteristik kegiatan di wilayah tersebut (tanah pada pertanian perkebunan pertambangan dll) dan daerah yang tanahnya diperkirakan dapat mengkontaminasi media lingkungan lainnya

d) Pengambilan sampel makanan d)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan d)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah Plastik atau wadah atau botol untuk makanan Untuk sampel makanan yang akan diperiksa parameter bakteriologisnya maka digunakan wadah steril

Peralatan sendok sendok steril pisau steril dan peralatanbahan yang mendukung pengambilan secara aseptis (Contoh Pembakar bunsen dengan spiritus)

d)3 Aspek yang dipertimbangkan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 3: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 1

MODUL I PROSEDUR ARKL

Materi Sub Bahasan Telaah Kritis Implementasi ADKL ARKL dalam Amdal

Pembangunan yang berkembang dengan pesat di Indonesia bagaikan pedang bermata dua bagi rakyat Di satu sisi pembangunan identik dengan berkembang dan majunya tingkat ekonomi rakyat namun di sisi lain dapat menyebabkan kesengsaraan bagi masyarakat Hadirnya kesengsaraan tersebut merupakan buntut dari manajemen yang kurang baik terutama dalam hal pengelolaan lingkungan Pemerintah dalam hal ini telah mengembangkan suatu metoda yang ilmiah dan dapat diterima oleh semua pihak untuk mengantisipasi perubahan lingkungan yang berdampak bagi kehidupan masyarakat Itulah yang dikenal dewasa ini dengan Amdal

Amdal dimaksudkan untuk memprakirakan segala kemungkinan perubahan yang terjadi akibat dibangun atau dilaksanakan suatu kegiatan danatau usaha Tentunya perubahan lingkungan yang dicermati adalah secara komprehensif (holistik) yang tidak hanya meliputi komponen lingkungan fisik kimia biologi sosial ekonomi dan budaya (sosekbud) tetapi juga kesehatan masyarakat Namun prakteknya sungguh ironis kesehatan masyarakat yang memang seringkali merupakan dampak sekunder atau tersier dari suatu kegiatan danatau usaha kerap diabaikan bahkan tidak dianggap penting Faktanya pemrakarsa suatu kegiatan danatau usaha beserta konsultan yang digunakan jasanya sering lsquoasal-asalanrsquo dalam memprakirakan dampak kesehatan masyarakat Kalaupun aspek kesehatan masyarakat dicermati dalam rangkaian penyusunan Amdal kajiannya umumnya dangkal dan hanya bersifat subyektif Sebagai contoh dalam dokumen KA Andal Andal dan RKL-RPL suatu kegiatan danatau usaha pengkajian terhadap dampak kesmas hanya tersaji dalam bentuk deskripsi sarana fasilitas layanan kesehatan hasil observasi sanitasi yang masih bersifat subyektif data kualitas kesehatan lingkungan (laboratorium) dengan metode yang digunakan kurang lsquogregetrsquo ataupun teknik pengambilan dan pemeriksaan sampel (kesehatan lingkungan) nya yang kurang sesuai serta jumlah sampel yang tidak representatif sangat jarang dan hampir tidak pernah pengkajian aspek kesehatan masyarakat dilakukan hingga dapat memperkirakan gangguan kesehatan yang akan timbul populasi sub populasi yang rentan prakiraan kapan dampak akan terjadi yang disertai dengan analisis secara kuantitatif Hal tersebut jika dicermati lebih lanjut disebabkan karena kurang populernya ARKL sebagai suatu tools yang dapat digunakan untuk mengkuantifikasi risiko kesehatan masyarakat serta kompetensi penyusun maupun penilai Amdal yang belum benar-benar sesuai yang diharapkan Materi Sub Bahasan Paradigma kesehatan Lingkungan dan Sejarah ARKL

Menurut WHO kesehatan lingkungan merujuk pada semua faktor fisik kimia dan biologi di luar manusia beserta seluruh faktor yang saling terkait yang merubah perilaku Kesehatan lingkungan mencakup upaya penilaian dan pengendalian faktor-faktor lingkungan yang berpotensi dapat mempengaruhi kesehatan Sasarannya adalah mencegah penyakit dan menciptakan lingkungan yang sehat dan kondusif Oleh karenanya seorang praktisi kesehatan masyarakat harus mampu melakukan penilaian (assessment) dan pengendalian faktor risiko kesehatan lingkungan Dalam melakukan penilaian terhadap kondisi kesehatan lingkungan dikemabngkan beberapa metode termasuk analisis risiko kesehatan lingkungan yang diadaptasi dari berbagai negara lain yang telah menjadikannya sebagai tools dalam perumusan kebijakan kesehatan lingkungan

Analisis risiko kesehatan lingkungan (ARKL) sebenarnya dipergunakan pertama kali justru

dalam bidang nuklir bukannya di bidang kimia seperti yang sering digunakan sekarang Diawali dengan ditemukannya kematian yang disebabkan oleh kanker dengan radiasi nuklir yang diduga sebagai penyebabnya pada tahun 1975 dilakukan analisis risiko secara mendalam untuk

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 2

menginvestigasinya Teknik-teknik analisisnya kemudian diadopsi oleh Food and Drug Administration Amerika Serikat USEPA selanjutnya menerbitkan pedoman tentang analisis risiko karsinogen tahun 1986 Kini analisis risiko digunakan untuk berbagai bahaya lingkungan termasuk bahaya fisik dan biologis Bahaya-bahaya fisik kimiawi dan biologis lingkungan bisa menimbulkan efek yang merugikan kesehatan manusia dan kerusakan lingkungan Kajian efek kesehatan dikenal dengan health risk assessment (HRA analisis risiko kesehatan) sedangkan kajian efek lingkungan disebut ecological risk assessment (ERA)

HRA dibedakan dengan health impact assessment (HIA analisis dampak kesehatan) Sebagaimana akan dijelaskan kemudian dampak lebih bersifat umum yang berarti bisa positif atau negatif sedangkan risiko adalah dampak yang negatif HRA biasanya digunakan untuk menilai atau menaksir risiko yang disebabkan oleh bahaya-bahaya lingkungan dulu kini dan akan datang sedangkan HIA umumnya merupakan bagian perencanaan suatu kegiatan atau pembangunan baru Meskipun penggunaannya berbeda prosedur HRA dan HIA pada prinsipnya adalah sama Perbedaan utama HRA dengan HIA terletak pada pemajanannya Dalam HIA pemajanan yang sesungguhnya belum ada (belum bisa diukur karena kegiatannya belum ada) sedangkan dalam HRA pemajanan sudah ada (telah dan sedang berlangsung)

Selanjutnya HIA tumbuh dan berkembang secara lebih spesifik menjadi environmental health risk assessment (EHRA) yang dialihbahasakan menjadi analisis risiko kesehatan lingkungan (ARKL) Di Indonesia dalam peraturan perundang-undangan ARKL menjadi bagian analisis dampak kesehatan lingkungan (ADKL) ADKL sendiri dibedakan menjadi ADKL bagian Amdal dan ADKL untuk pencemaran pada umumnya (bukan bagian dari studi Amdal) Untuk ADKL dalam Amdal yang dimaksudkan sebagai kajian aspek kesehatan masyarakat dalam konteks rencana usaha atau kegiatan baru telah terbit Keputusan Menteri Kesehatan RI No 876 MenkesSKVIII2001 tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan

Namun pedoman teknis ini belum memberikan lsquopedomanrsquo yang semestinya sebagai prosedur formal analisis risiko kesehatan lingkungan Pedoman ini tidak menjelaskan karakterisasi risiko karsinogenik dan non karsinogenik padahal prosedur untuk menetapkan tingkat risiko kedua efek itu berbeda Pedoman ini juga tidak memberi ruang untuk memerankan ADKL sebagai bagian dari proses legislasi dan regulasi untuk menetapkan standar kualitas kesehatan lingkungan seperti baku mutu atau nilai ambang batas

Di tingkat internasional saat ini ada beberapa model analisis risiko yang dikembangkan oleh Amerika Serikat negara-negara Uni Eropa dan Australia Meskipun secara mendasar proses-proses analisis risiko adalah sama beberapa istilah yang sedikit berbeda banyak digunakan untuk setiap langkah atau proses International Life Science Institute mencatat ada 6 model analisis risiko yang masing-masing menggunakan terminologi agak berbeda yaitu enHealth EHRA (Australia) International Life Science Institute-Risk Science Institute US EPA Ecological Risk Assessment NAS-NRC Risk Assessment (AS) Codex Risk Assessment (WTO) dan OIE Import Risk Assessment (enHealth 2002) Namun model-model itu masih tetap sesuai dengan paradigma risk analysis yang dikembangkan oleh National Academic of Science Amerika Serikat (NRC 1983)

Menyikapi nuansa peristilahan analisis risiko tersebut International Programme on Chemical Safety (IPCS) dan WHO membentuk Harmonization of Approaches to the Assessment of Risk from Exposure to Chemicals yang lebih dikenal sebagai IPCS Harmonization Project Proyek ini adalah program untuk melaksanakan rekomendasi Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan (United Nation Coference on Economic and Development UNCED) tahun 1992 di Brazil untuk menindaklanjuti 6 area program Chapter 19 Agenda 21 Harmonisasi bukanlah standarisasi melainkan upaya konsistensi dan saling pengertian di antara berbagai pendekatan yang digunakan untuk memahami risiko bahan kimia secara global

Harmonisasi analisis risiko ini diharapkan dapat dicapai dengan menyiapkan kerangka untuk membandingkan informasi mengenai analisis risiko memahami pengertian dasar standar-standar pemajanan bahan kimia tertentu di berbagai negara menghemat biaya dan waktu dengan tukar-menukar informasi untuk menghindari duplikasi kerja menumbuhkan dan mengembangkan ilmu

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 3

yang terpercaya melalui komunikasi lebih baik antar organisasi dan pakar-pakar peer review Misi proyek ini adalah memastikan agar analisis risiko bahan kimia dan pengelolaannya berjalan secara lebih baik untuk meningkatkan perlindungan kesehatan manusia dan lingkungan di dalam kerangka pembangunan berkelanjutan

Dewasa ini dengan semakin banyaknya pembangunan perubahan lingkungan yang terjadi juga mempengaruhi aspek kesehatan masyarakat Analisis risiko kesehatan lingkungan sesuai dengan tantangan zaman tidak hanya untuk penilaian saja tetapi juga harus dapat mengakomodir manajemen risiko Untuk itu kapasitas sumber daya manusia khususnya di bidang kesehatan lingkungan perlu dibekali pemahaman dan ketrampilan dalam melakukan analisis risiko kesehatan lingkungan

Mengacu pada Risk Assessment and Management Handbook tahun 1996 analisis risiko

mengenal dua istilah yaitu risk analysis dan risk assessment Risk analysis meliputi 3 komponen yaitu penelitian asesmen risiko (risk assessment) atau ARKL dan manajemen risiko Di dalam prosesnya analisis risiko dapat diilustrasikan sebagai berikut Penelitian dimaksudkan untuk membangun hipotesis mengukur mengamati dan merumuskan

efek dari suatu bahaya ataupun agen risiko di lingkungan terhadap tubuh manusia baik yang dilakukan secara laboratorium maupun penelitian lapangan dengan maksud untuk mengetahui efek respon atau perubahan pada tubuh manusia terhadap dosis dan nilai referensi yang aman bagi tubuh dari agen risiko tersebut

Asesmen risiko (risk assessment) atau ARKL dilakukan dengan maksud untuk mengidentifikasi bahaya apa saja yang membahayakan memahami hubungan antara dosis agen risiko dan respon tubuh yang diketahui dari berbagai penelitian mengukur seberapa besar pajanan agen risiko tersebut dan menetapkan tingkat risiko dan efeknya pada populasi

Manajemen risiko dilakukan bilamana asesmen risiko menetapkan tingkat risiko suatu agen risiko tidak aman atau tidak bisa diterima pada suatu populasi tertentu melalui langkah - langkah pengembangan opsi regulasi pemberian rekomendasi teknis serta sosial ndash ekonomi ndash politis dan melakukan tindak lanjut

Ilustrasi dari paradigma dan proses analisis risiko dapat dilihat dari gambar 1 di bawah ini

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 4

Gambar 1 Paradigma atau proses lsquorisk analysisrsquo (National Risk Council 1986)

Pada gambar 1 di atas diilustrasikan proses risk analysis secara utuh dimulai dari penelitian

terkait agen risiko dosis serta responefeknya terhadap kesehatan manusia yang dilakukan oleh peneliti Sedangkan implementasi risk assessment atau ARKL dan manajemen risiko dilakukan oleh praktisi kesehatan lingkungan

Secara operasional pelaksanaan ARKL diharapkan tidak hanya terbatas pada analisis atau penilaian risiko suatu agen risiko atau parameter tertentu di lingkungan terhadap kesehatan masyarakat namun juga dapat menyusun skenario pengelolaannya Bagan alir penerapan ARKL sebagai bagian dari analisis risiko dapat dilihat pada gambar 2 dan 3

Penelitian Risk Assessment Pengelolaan Risiko

Pengembangan opsi regulasi

Tujuan Keputusan

dan Aksi

Laboratorium Lapangan Klinik Tempat kerja Epidemiologi

Identifikasi Bahaya

ldquoagen risiko (fisik kimia biologi) apa saja yang

berbahayardquo

Mekanisme toksisitas

Pengembangan metode dan validasi

Dosis ekstrapolasi dan spesies

Karakterisasi Risiko

ldquobagaimana efeknya pada populasirdquo

Pertimbangan ekonomi sosial politik dan

teknologi

Analisis Dose-Response

Karakterisasi Bahaya

ldquobagaimana kejadian tersebut dikaitkan

dengan efek kritisrdquo

Observasi dan pengukuran lapangan

Model riwayat dan perjalanan (agen risiko) di lingkungan

Analisis Pajanan

ldquoSiapa akan terpajan

oleh apa kapan dimana berapa lama dan melalui

jalur pajanan yang manardquo

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 5

Gambar 2 Bagan Alir Penerapan ARKL

Pada gambar 2 di atas dijelaskan bahwa ARKL merupakan pendekatan yang digunakan untuk

melakukan penilaian risiko kesehatan di lingkungan dengan output adalah karakterisasi risiko (dinyatakan sebagai tingkat risiko) yang menjelaskan apakah agen risikoparameter lingkungan berisiko terhadap kesehatan masyarakat atau tidak Selanjutnya hasil ARKL akan dikelola dan dikomunikasikan kepada masyarakat sebagai tindak lanjutnya

Gambar 3 Kerangka Konseptual ARKL

ARKL sebagai suatu tools termasuk metoda dan prosedurnya merupakan satu di antara jenis studi di bidang kesehatan lingkungan Studi kesehatan lingkungan dan kesehatan secara umum telah mengenal epidemiologi lebih dahulu Namun jika diperbandingkan di antara kedua studi ini memiliki beberapa perbedaan yang fundamental sebagaimana tersaji dalam tabel 1 dan gambar 4 di bawah ini

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 6

Tabel 1 Perbandingan antara ARKL dan EKL ARKL Epidemologi Kesehatan Lingkungan (EKL)

Pajanan agen risiko dinyatakan dengan intake (asupan) ada angkanya

Pajanan tidak harus dinyatakan dengan asupan

Konsentrasi agen risiko antropometri dan pola aktivitas populasi berisiko populasi kajian mutlak diperlukan

Butuh konsentrasi agen risiko namun antropometri dan pola aktivitas tidak wajib

Risiko non karsinogenik dan karsionogenik dibedakan

Risiko non karsinogenik dan karsionogenik tidak dibedakan

Tidak menguji hubungan faktor lingkungan dan outcome kesehatan

Menguji hubungan faktor lingkungan dan outcome kesehatan

Besaran risiko tidak dibaca sebagai kelipatan Besaran risiko dibaca sebagai kelipatan Kuantitas risiko digunakan untuk komunikasi dan manajemen risiko

Tidak merupakan satu kesatuan dengan komunikasi dan manajemen risiko

Gambar 4 Keterkaitan ARKL dan EKL

Materi Sub Bahasan Agen risiko pajanan dosis dan dampak

Dampak buruk terhadap kesehatan yang ditimbulkan oleh agen risiko terjadi karena adanya pemajanan dengan dosis dan waktu yang cukup Suatu organisme sistem subpopulasi terpajan agen risiko di lingkungan melalui beberapa jalur pemajanan Dampak buruk yang timbul akibat pajanan agen risiko kimia di lingkungan diilustrasikan melalui gambar 5 di bawah ini

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 7

Gambar 5 Skema pajanan dan dosis (Kolluru 1996)

Materi Sub Bahasan Istilah Definisi dan Terminologi

Di dalam pelaksanaan ARKL dikenal banyak istilah dan terminologi yang perlu didefinisikan terlebih dahulu agar didapat kesamaan persepsi Mengacu pada International Program on Chemical Safety (IPCS 2004) Risk Assessment Terminology di bawah ini dijelaskan definisi dari setiap istilah yang umum digunakan dalam pelaksanaan ARKL Istilah dan Definisi Analisis Pengujian terperinci dari sesuatu yang kompleks (rumit)

dengan maksud untuk memahami sifat dasarnya dan untuk menentukan komponenciri-ciri dan sifat pentingnya

Analisis risiko Sebuah proses untuk mengendalikan situasi atau keadaan dimana organisme sistim atau subpopulasi mungkin terpajan bahaya Proses risk analysis meliputi 3 komponen yaitu risk assessment manajemen risiko dan komunikasi risiko

Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL)

Sebuah proses yang dimaksudkan untuk menghitung atau memprakirakan risiko pada kesehatan manusia termasuk juga identifikasi terhadap keberadaan faktor ketidakpastian penelusuran pada pajanan tertentu memperhitungkan karakteristik yang melekat pada agen yang menjadi perhatian dan karakteristik dari sasaran yang spesifik

Kulit

Uptake

Dosis internal Dosis masuk Dosis potensial

Pajanan

Organ

Dosis efektif

Dampak buruk Media Kimia

Jalur pajanan kontak kulit

Mulut hidung

Intake

Saluran cerna

Uptake

Dosis internal Dosis masuk Dosis potensial Pajanan

Organ

Dosis efektif

Dampak buruk Media Kimia

Jalur pajanan oral

Mulut hidung

Intake

Paru-paru

Uptake

Dosis internal Dosis masuk Dosis potensial Pajanan

Organ

Dosis efektif

Dampak buruk Media

Jalur pajanan inhalasi

Kimia

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 8

Analisis dosis respon (dose-response assessment)

Analisis hubungan antara jumlah total suatu agen yang diberikan diterima atau diserap oleh suatu organisme sistim atau subpopulasi dengan perubahan yang terjadi pada suatu organisme sistem atau subpopulasi

Analisis pajanan (exposure assessment)

Evaluasi pajanan agen dan turunannya pada organisme sistim atau subpopulasi Analisis pajanan merupakan langkah yang keempat dalam ARKL

Agen (agent) Zat materiatau makhluk dalam bentuk fisik kimiawiatau biologi yang kontak atau mengenai sasaran

Bahaya (hazard) Sifat yang melekat pada suatu agen atau situasi yang berpotensi untuk menyebab dampak buruk ketika organisme sistem atau sub populasi terpajan agen tersebut

Dampak buruk Perubahan pada morfologi fisiologi pertumbuhan perkembangan reproduksi rentang hidup dari suatu organisme sistem atau sub populasi yang akan mengakibatkan gangguan pada kapasitas fungsional ketidakmampuan dalam mengatasi stress (tekanan) atau peningkatan kerentanan (suskebtibilitas) terhadap pengaruh-pengaruh lain

Dosis Jumlah total suatu agen yang diberikan diterima atau diserap oleh suatu organisme sistim atau subpopulasi

Dosiskonsentrasi referensi (RfDRfC)

Dosiskonsentrasi dari pajanan harian agen risiko non karsinogenik yang diestimasi tidak menimbulkan efek yang mengganggu walaupun pajanannya terjadi sepanjang hayat (seumur hidup)

Dosis- respon Hubungan antara jumlah total suatu agen yang diberikan diterima atau diserap oleh suatu organisme sistim atau subpopulasi dan perubahan yang terjadi pada suatu organisme sistim atau subpopulasi tersebut

Efek (effect) Perubahan keadaan atau dinamika suatu organisme sistim atau subpopulasi

Ekses risiko kanker (excess cancer risk [ECR])

Besarnya risiko yang dinyatakan dalam bilangan pecahan kelipatan pangkat lsquo-10rsquo (eksponen) tanpa satuan yang merupakan perhitungan perbandingan antara intake dengan dosiskonsentrasi referensi dari suatu agen risiko karsinogenik serta dapat juga diinterpretasikan sebagai dapattidak dapat diterimanya suatu agen risiko terhadap organisme sistim atau subpopulasi dan kelimpahan kasus kankernya (jumlah tambahan kasus kanker) dalam satuan populasi tertentu

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 9

Identifikasi bahaya (hazard identification)

Identifikasi terhadap jenis dan sifat serta kemampuan yang melekat pada suatu agen risiko yang dapat menyebabkan dampak buruk organisme sistim atau subpopulasi Identifikasi bahaya merupakan langkah yang kedua dalam ARKL

Intake non karsinogenik (Ink)

Banyaknya suatu materi (bahan) atau agen risiko yang memiliki efek non kanker (tidak menyebabkan kanker) pada sebuah media lingkungan yang masuk ke dalam tubuh manusia setiap harinya yang dinyatakan dalam satuan mgkghari

Intake karsinogenik (Ik) Banyaknya suatu materi (bahan) atau agen risiko yang memiliki efek kanker (terbukti dapat menyebabkan kanker) pada sebuah media lingkungan yang masuk ke dalam tubuh manusia setiap harinya yang dinyatakan dalam satuang mgkghari

Karakterisasi risiko (risk characterization)

Perhitungan kualitatif jika memungkinkan secara kuantitatif meliputi probabilitas terjadinya potensi dampak buruk suatu agen pada organisme sistim atau subpopulasi beserta faktor ketidakpastiannya

Konsentrasi (concentration)

Banyaknya suatu materi (bahan) atau agen yang terlarut atau terkandung dalam satuan jumlah pada sebuah media

Lowest Observed Adverse Effect Level (LOAEL)

Dosis terendah yang secara statistik atau biologis (masih) memperlihatkan efek merugikan pada hewan uji atau pada manusia

No Observed Adverse Effect Level (NOAEL)

Dosis tertinggi suatu zat pada studi toksisitas kronik atau subkronik yang secara statistik atau biologis tidak memperlihatkan efek merugikan pada hewan uji atau pada manusia

Risiko (risk) Kemungkinan atau kebolehjadian dari suatu dampak buruk pada organisme sistem atau sub populasi timbul akibat (disebabkan) oleh terpajan suatu agen pada kondisi tertentu

Risiko aman atau risiko yang dapat diterima (Acceptable Risk)

Istilah dalam manajemen risiko yaitu dapat diterimanya risiko yang didasarkan pada data ilmiah faktor sosial ekonomi dan politik serta benefit dari pajanan suatu agen

Slope factor (SF) Dosis konsentrasi dari pajanan harian agen risiko karsinogenik yang diestimasi tidak menimbulkan efek yang mengganggu atau tidak menyebabkan terjadinya kanker walaupun pajanannya terjadi sepanjang hayat (seumur hidup)

Tingkat risiko (risk quotient [RQ])

Besarnya risiko yang dinyatakan dalam angka tanpa satuan yang merupakan perhitungan perbandingan antara intake dengan dosis konsentrasi referensi dari suatu agen risiko non karsinogenik serta dapat juga diinterpretasikan sebagai amantidak amannya suatu agen risiko terhadap organisme sistim atau subpopulasi

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 10

Materi Sub Bahasan Jenis dan Penggunaan ARKL

Ada dua jenis ARKL yang dapat digunakan yaitu kajian ARKL cepat atau kajian di atas meja (desktop studi) dan kajian lapangan (field study) tergantung sumber data yang digunakan ARKL diatas meja tidak menggunakan data lapangan tetapi menggunakan nilai-nilai default rekomendasi danatau asumsi sedangkan kajian lapangan dilakukan dengan pengukuran langsung kualitas lingkungan pajanan (frekuensi durasi) dan data antropometri (berat badan) Perbedaan antara kedua jenis ARKL tersebut dapat dilihat pada tabel 2

Tabel 2 Perbandingan antara ARKL desktop dan field

VARIABEL Desktop field Sumber data

yang digunakan

Data Sekunder dan asumsinilai default

Data primer (data yang dikumpulkan sendiri) dan asumsi jika Waktu

pelaksanaan Seketika saat dibutuhkan durasi lebih singkat

Perlu perencanaan dan pengorganisasian durasi lebih lama

Besarnya biaya yang dibutuhkan

Sangat sedikit atau tidak ada Biaya besar (biaya seperti melakukan suatu penelitian kajian lapangan)

ARKL sebagai suatu cara lsquotoolsrsquo atau pendekatan dapat diaplikasikan untuk berbagai keperluan Penggunaan ARKL pada berbagai kebutuhan dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini

Tabel 3 Penggunaan dari masing - masing model ARKL Jenis Kegiatan Kebutuhan lsquodesktoprsquo ARKL Kajian ARKL

Analisis suatu kasus kesehatan lingkungan (Emergency Responses)

-

Analisis suatu kasus kesehatan lingkungan (Reformation Responses)

-

Penyusunan AMDAL suatu kegiatan dan atau usaha Kajian ANDAL dan penyusunan RKL - RPL

-

Pengkajian penyusunan dan penetapan baku mutu -

Pengkajian penyusunan dan penetapan kebijakan kesehatan lingkungan yang baru

-

Materi Sub Bahasan Langkah ndash langkah ARKL Perumusan masalah yang dilakukan sebelum melakukan langkah ndash langkah ARKL dimaksudkan untuk dapat menjawab pertanyaan apa dimana berapa besar kapan siapa populasi berisiko dan bagaimana kepedulian masyarakat (populasi berisiko) Rumusan masalah ini akan digunakan sebagai latar belakang mengapa suatu agen risiko perlu dianalisis risiko dan akan dimasukkan ke dalam laporan Uraian apa yang harus dijawab untuk merumuskan masalah dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 11

Tabel 4 Uraian langkah perumusan masalah Pertanyaan Uraiaan - Apa yang menjadi masalah Media lingkungan yang terkena dampak jenis kegiatan yang

menjadisumber dampak jenis polutan apa yang potensial

- Dimana masalah itu terjadi Wilayah administrasi wilayah geografi batas sosial batas ekologis - Seberapa besar masalahnya Prevalensi penyakit terkait lingkungan konsentrasi agen risiko pada media lingkungan jumlah populasi yang potensial terkena

- Kapan masalah terjadi Hari bulan tahun dan durasi (lamanya) masalah berlangsung - Siapa populasi berisiko Kelompok masyarakat yang potensial terkena golongan

umur kelompok berdasarkan tempat tinggal pekerjaan dan komunitas tertentu (komunitas hobi komunitas adat dll)

- Bagaimana kepedulian masyarakat

Deskripsi aksi protes masyarakat opini pendapat masyarakat dan tokoh masyarakat pandangan pakar respon instansi yang berwenang menangani masalah tersebut (program rencana program kerja terkait penanganan masalah

Langkah 1 Identifikasi bahaya (hazard identification) Identifikasi bahaya merupakan langkah pertama dalam ARKL yang digunakan untuk mengetahui secara spesifik agen risiko apa yang berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan bila tubuh terpajan Sebagai pelengkap dalam identifikasi bahaya dapat ditambahkan gejala ndash gejala gangguan kesehatan apa yang terkait erat dengan agen risiko yang akan dianalisis Tahapan ini harus menjawab pertanyaan agen risiko spesifik apa yang berbahaya di media lingkungan yang mana agen risiko eksisting seberapa besar kandungankonsentrasi agen risiko di media lingkungan gejala kesehatan apa yang potensial Uraian apa yang harus dijawab dalam identifikasi bahaya dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini

Tabel 5 Uraian langkah identifikasi bahaya Pertanyaan Uraian Agen risiko spesifik apa yang berbahaya

Agen risiko bahan kimia jelaskan spesi atau senyawa kimia apa yang berbahaya secara jelas Contoh Merkuri (Hg) jelaskan apakah agen risiko berupa elemental mercury anorganic mercury atau organic mercury (methyl mercury) Agen risiko biologi jelaskan spesiesnya

Di media lingkungan yang mana agen risiko eksisting

Jelaskan media lingkungan dimana agen risiko eksisting apakah di udara ambien air tanah sludge biota hewan dll Contoh jika merkuri sebagai agen risiko maka media lingkungan yang terkontaminasi antara lain air bersih sludge (jika pada pertambangan emas rakyat) ataupun di hewan (ikan yang dikonsumsi)

Seberapa besar kandungankonsentrasi agen risiko di media lingkungan

Jelaskan konsentrasi hasil pengukurannya di media lingkungan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 12

Pertanyaan Uraian Gejala kesehatan apa yang potensial

Uraikan gejala kesehatan gangguan kesehatan apa yang dapat terkait dengan agen risiko Contoh jika merkuri sebagai agen risiko maka gejalagangguan kesehatan yang mungkin timbul antara lain tremor gemetaran pada saat berdiri pusing pada saat berdiri rasa nyeri pada tangan dan kaki dan gangguan pada susunan saraf pusat

Untuk membantu dalam melakukan identifikasi bahaya dapat digunakan contoh formulir sebagaimana pada tabel 6 di bawah ini

Tabel 6 Contoh formulir bantu identifikasi bahaya Sumber

dan penggunaan

Media lingkungan potensial

Agen Risiko

Konsentrasi

Minimal Rata - rata Maksimal Pertambangan mineral (emas tembaga perak dll)

Air permukaan (sungai danau)

Merkuri Anorganik Total Merkuri

- Merkuri Anorganik mgl - Total Merkuri mgl

- Merkuri Anorganik mgl - Total Merkuri mgl

- Merkuri Anorganik mgl - Total Merkuri mgl Lumpur (tailing) Metil Merkuri

Merkuri Anorganik Total Merkuri

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Tanaman (buah sayur umbi)

Metil Merkuri Merkuri Anorganik Total Merkuri

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah (sumur) Merkuri Anorganik Total Merkuri

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Udara Total Merkuri Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Biota air (ikan kerang dsb)

Metil Merkuri Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Pertambangan fosil (batu bara minyak bumi)

middot Udara SO2 Benzene Golongan Metan

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 13

Sumber dan

penggunaan

Media lingkungan potensial

Agen Risiko

Konsentrasi

Minimal Rata - rata Maksimal Pengolahan aki bekas

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Industri elektronika

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan (dari limbah cair)

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah (dari limbah cair)

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Bengkel patri las galvanisasi logam

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Transportasi middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Tanaman Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Kegiatan lainnya Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Penggunaan formulir ini dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan dalam pengisiannya merujuk pada literatur yang tersedia Langkah 2 Analisis dosis - respon (dose-response assessment) Setelah melakukan identifikasi bahaya (agen risiko konsentrasi dan media lingkungan ) maka tahap selanjutnya adalah melakukan analisis dosis- respons yaitu mencari nilai RfD danatau RfC danatau SF dari agen risiko yang menjadi fokus ARKL serta memahami efek apa saja yang mungkin ditimbulkan oleh agen risiko tersebut pada tubuh manusia Analisis dosis ndash respon ini tidak harus

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 14

dengan melakukan penelitian percobaan sendiri namun cukup dengan merujuk pada literature yang tersedia Langkah analisis dosis respon ini dimaksudkan untuk

a mengetahui jalur pajanan (pathways) dari suatu agen risiko masuk ke dalam tubuh manusia

b memahami perubahan gejala atau efek kesehatan yang terjadi akibat peningkatan konsentrasi atau dosis agen risiko yang masuk ke dalam tubuh

c mengetahui dosis referensi (RfD) atau konsentrasi referensi (RfC) atau slope factor (SF) dari agen risiko tersebut

Di dalam laporan kajian ARKL ataupun dokumen yang menggunakan ARKL sebagai cara metode kajian analisis dosis ndash respon perlu dibahas dan dicantumkan Analisis dosis ndash respon dipelajari dari berbagai toxicological reviews jurnal ilmiah atau artikel terkait lainnya yang merupakan hasil dari penelitian eksperimental Untuk memudahkan analisis dosis ndash respon dapat dipelajari pada situs wwwepagoviris Dosis Referensi (RfD) Konsentrasi Referensi (RfC) dan Slope Factor (SF) Uraian tentang dosis referensi (RfD) konsentrasi referensi (RfC) dan slope factor (SF) adalah sebagai berikut

a Dosis referensi dan konsentrasi yang selanjutnya disebut RfD dan RfC adalah nilai yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman pada efek non karsinogenik suatu agen risiko sedangkan SF (slope factor) adalah referensi untuk nilai yang aman pada efek karsinogenik

b Nilai RfD RfC dan SF merupakan hasil penelitian (experimental study) dari berbagai sumber baik yang dilakukan langsung pada obyek manusia maupun merupakan ekstrapolasi dari hewan percobaan ke manusia

c Untuk mengetahui RfC RfD dan SF suatu agen risiko dapat dilihat pada Integrated Risk Information System (IRIS) yang bisa diakses di situs wwwepagoviris

d Jika tidak ada RfD RfC dan SF maka nilai dapat diturunkan dari dosis eksperimental yang lain seperti NOAEL (No Observed Adverse Effect Level) LOAEL (Lowest Observed Adverse Effect Level) MRL (Minimum Risk Level) baku mutu udara ambien pada NAAQS (National Ambient Air Quality Standard) dengan catatan dosis eksperimental tersebut mencantumkan faktor antropometri yang jelas (Wb tE fE dan Dt)

Satuan dosis referensi (RfD) dinyatakan sebagai milligram (mg) zat per kilogram (Kg) berat badan per hari disingkat mgkghari Dalam literatur terkadang ditulis mgkgxhari mgkghari dan mgkg-hari Satuan konsentrasi referensi (RfC) dinyatakan sebagai milligram (mg) zat per meter kubik (M3) udara disingkat mgM3 Konsentrasi referensi ini dinormalisasikan menjadi satuan mgkghari dengan ara memasukkan laju inhalasi dan berat badan yang bersangkutan Untuk memudahkan dalam analisis dosis ndash respon pada tabel 7 dan 8 disajikan contoh RfD RfC dan SF

Tabel 7 Contoh RfD dan SF beberapa agen risiko atau spesi kimia jalur ingesti No Agent Dosis Respon

(RfD SF) Efek Kristis dan Referensi

1 As (Arsen) 3E-4 mgkgday 15E+0 (mgkgday)minus1

Hiperpigmentasi keratosis dan kemungkinan komplikasi vaskular pajanan oral (Tseng 1977 Tseng et al 1968)

2 Ba (Barium) 2E-1 mgkgday Nefropati dalam 2 tahun pemberian air minum kepada mencit (NTP 1994)

3 B (Boron) 2E-1 mgkgday Penurunan berat janin pada pajanan asam borat gestasi

4 Cd (Kadmium) 5E-4 mgkgday Proteinuria pajanan kronik manusia (USEPA

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 15

No Agent Dosis Respon (RfD SF)

Efek Kristis dan Referensi

5 Cl2 (Klorin) bebas 1E-1 mgkgday Pajanan kronik air minum tikus (NTP 1992) 6 Cr6+ (Kromium

Heksavalen) 3E-3 mgkgday Uji hayati air minum 1 tahun dengan tikus

(McKenzie et al 1958) dan pajanan air minum penduduk Jinzhou (Zhang and Li 1987)

7 CN- (Sianida) 2E-2 mgkgday Kehilangan berat efek tiroid dan degradasi myelin dalam uji hayati subkronik sampai kronik oral pada tikus (Philbrick et al 1979)

8 F- (Fluorida) 6E-2 mgkgday Flourisis gigi dan efek kosmetik dalam studi epidemio logi (Hodge 1950 cited in Underwood 1977)

9 Mn (Mangan) 1 4E- 1 mgkgday Hipokolesterolemia epilepsi kekurangan pankreas eksokrin sklerosis berganda katarak osteoporosis fenilketonuria amp penyakit kencing maple syrup (inborn) panotda ingesi kronik manusia (NRC 1989 Freeland- Graves et al 1987 WHO 1973)

10 Hg ndash MeHg (Merkuri - metal merkuri)

1E-4 mgkgday Kelainan neuropsikologis perkembangan dalam studi epidemilogi (Grandjean et al 1997 Budz-Jergensen et al 1999)

11 NO2- (Nitrit) 1E-1 mgkgday Methemoglobinemia pada bayi yang terpajan kronik air minum (Walton 1951)

12 Se (Selenium) 5E-3 mgkgday Selenosis dari studi epidemiologi (Yang et al 1989)

13 Zn (Seng) 3E-1 mgkgday Penurunan Cu eriytrosit dan aktifitas Zn superoksida dismutase pada relawan pria dan wanita (Yadrick et al 1989)

14 CHBr3 2E-2 mgkgday 79E-3 (mgkgday)minus1

Lesi hepatik uji hayati subkronik gavage oral pada tikus

15 CHCl3 1E-2 mgkgday Pembentukan greasety cyst sedangnyata pada hati dan peningkatan SGPT dalam uji hayati kronik pada anjing (Heywood et al 1979)

16 CHBr2Cl 2E-2 mgkgday 84E-2 (mgkgday)minus1

Lesi hepatik uji hayati subkronik gavage oral pada tikus (NTP 1989)

Disadur dari Rahman 2007

Tabel 8 Contoh RfC beberapa agen risiko atau spesi kimia jalur inhalasi No Agent Dosis Respon Efek Kristis dan Referensi RfC 1 NH3 286E-2 Kenaikan keparahan rinitis dan pneumonia

dengan lesi pernafasan pada uji hayati tikus subkronik (Broderson et al 1976)

2 H2S 57 1E-4 Lesi nasal lendir olfaktori pada uji hayati tikus subkronik (Brenneman et al 2000)

3 Pb 493E-4 Perubahan tingkat enzim dan perkembangan neurobehavioral anak-anak (IRIS 2006)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 16

1E-4 mgkg-day

(00001

mgkg-day)

No Agent Dosis Respon Efek Kristis dan Referensi 4 NO2 2E-2 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) 5 SO2 26E-2 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) 6 TSP 242 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) Disadur dari Rahman 2007 Mengingat pemutakhiran (update) RfD RfC dan SF berlangsung sangat cepat RfD RfC dan SF yang tercantum pada tabel di atas tidak bisa selamanya dijadikan acuan RfD RfC dan SF dari agen risiko yang lain serta update dari RfD RfC dan SF pada tabel di atas dapat dilihat dengan mengakses wwwepagoviris Tahapan dalam mengakses situs tersebut dapat dilihat pada lampiran 5 Tampilan evaluasi dosis - respon yang terdapat pada toxicological review pada situs tersebut dapat dilihat pada contoh berikut Contoh evaluasi dosis ndash respon (1) Methylmercury (MeHg) CASRN 22967-92-6 IA1 Oral RfD Summary Critical Effect Experimental Doses UF MF RfD

Developmental neuropsychological impairment Human epidemiological studies (Grandjean et al 1997 Budtz-Joslashrgensen et al 1999a)

Benchmark Dose BMDL05 range of 46-79 ppb in maternal blood for different neuropsychological effects in the offspring at 7 years of age corresponding to a range of maternal daily intakes of 0857-1472 microgkg-day

10 1

Conversion Factors and Assumptions mdashMaternal daily dietary intake levels were used as the dose surrogate for the observed developmental effects in the children exposed in utero The daily dietary intake levels were calculated from blood concentrations measured in the mothers with supporting additional values based on their hair concentrations This conversion is explained in the text below A benchmark dose approach (BMD) was used rather than a no-observed-adverse-effect levellowest-observed-adverse-effect level (NOAELLOAEL) approach to analyze the neurological effects in children as the response variable This analysis is also explained in the text below This assessment updates the 1995 RfD assessment on IRIS and is the same as the RfD that was based on the study of a poisoning episode in Iraq in which developmental neurotoxicity was observed following ingestion of methylmercury-treated grain (Marsh et al1987)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 17

mdash 15E+0 per (mgkg)day

Contoh evaluasi dosis - respon (2) Arsenic inorganic (CASRN 7440-38-2) IIB Quantitative Estimate of Carcinogenic Risk from Oral Exposure IIB1 Summary of Risk Estimates Oral Slope Factor Drinking Water Unit Risk mdash 5E-5 per (ugL) Extrapolation Method mdash Time- and dose-related formulation of the multistage model (US EPA 1988) Drinking Water Concentrations at Specified Risk Levels

Risk Level Concentration E-4 (1 in 10000) 2E+0 ugL E-5 (1 in 100000) 2E-1 ugL E-6 (1 in 1000000) 2E-2 ugL

Langkah 3 Analisis pajanan (exposure assessment) Setelah melakukan langkah 1 dan 2 selanjutnya dilakukan Analisis pemajanan yaitu dengan mengukur atau menghitung intake asupan dari agen risiko Untuk menghitung intake digunakan persamaan atau rumus yang berbeda Data yang digunakan untuk melakukan perhitungan dapat berupa data primer (hasil pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan sendiri) atau data sekunder (pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan oleh pihak lain yang dipercaya seperti BLH Dinas Kesehatan LSM dll) dan asumsi yang didasarkan pertimbangan yang logis atau menggunakan nilai default yang tersedia Rumus perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut Perhitungan intake non karsinogenik (INK) 1 Intake pada jalur pemajanan inhalasi (terhirup)

ܫ = ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphelliphelliphellipRumus 1

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ink (Intake)

Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada media udara (udara ambien)

mgm3 Tidak ada nilai default

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 18

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default R (Rate) Laju inhalasi atau

banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya

m3jam Dewasa 083 m3jam Anak ndash anak (6 ndash 12 tahun) 05 m3jam

tE (time of exposure) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap harinya

Jamhari - Pajanan pada pemukiman 24 jamhari - Pajanan pada lingkungan kerja 8 jamhari - Pajanan pada sekolah dasar 6 jamhari

fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasikelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(nk) (time average) Periode waktu rata ndash rata

Hari 30 tahun x 365 haritahun = 10950 hari

2 Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphelliphelliphellipRumus 2

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ink (Intake) Jumlah konsentrasi agen

risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari

Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada air bersihminum atau pada makanan

- mgl (air) mgkg (makanan)

Tidak ada nilai default

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 19

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default R (Rate) Laju konsumsi atau

banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya

- Liter hari (air) - Gram hari (makanan)

Air Minum - Dewasa (pemukiman) 2 literhari - Anak ndash anak (pemukiman) 1 literhari - Dewasa (lingkungan kerja) 1 literhari Makanan - Buah ndash buahan 42 gramhari - Sayuran 80 gramhari fE (frecuency of

exposure) Lamanya atau jumlah hari

terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(nk) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogen

Hari 30 tahun x 365 haritahun = 10950 hari

Perhitungan intake karsinogenik (IK) 1 Intake pada jalur pemajanan inhalasi (terhirup)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphellipRumus 3

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ik (Intake) Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada media udara (udara ambien)

mgm3 Tidak ada nilai default

R (Rate) Laju inhalasi atau banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya

m3jam Dewasa 083 m3jam Anak ndash anak (6 ndash 12 tahun) 05 m3jam

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 20

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default tE (time of exposure) Lamanya atau jumlah jam

terjadinya pajanan setiap harinya

Jamhari - Pajanan pada pemukiman 24 jamhari - Pajanan pada lingkungan kerja 8 jamhari - Pajanan pada sekolah dasar 6 jamhari

fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

2 Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ಲೇಸ

helliphelliphellipRumus 4

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ik (Intake) Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada air bersih minum atau pada makanan

- mgl (air) - mgkg (makanan)

Tidak ada nilai default

R (Rate) Laju konsumsi atau banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya

- literhari (air) - gramhari (makanan)

Air Minum - Dewasa (pemukiman) 2 literhari - Anak ndash anak (pemukiman) 1 literhari - Dewasa (lingkungan kerja) 1 literhari Makanan - Buah ndash buahan 42 gramhari - Sayuran 80 gramhari - Ikan tangkapan 54 gramhari

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 21

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok Populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

Analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL Hal ndash hal yang perlu diketahui dan dicermati dalam melakukan analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL adalah sebagai berikut Pada lsquodesktoprsquo ARKL tidak perlu dilakukan pengumpulan data Data yang menjadi dasar perhitungan intake menggunakan data sekunder dan asumsi Terkait dengan variabel konsentrasi pelu diperhatikan hal sebagai berikut Data sekunder umumnya dibutuhkan untuk mengetahui konsentrasi agen risiko pada media

lingkungan yang mana merupakan hasil pengukuran yang pernah dilakukan oleh pihak lain pada media lingkungan wilayah dan waktu yang sama

Ada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL dalam rangkaian studi AMDAL (kajian ANDAL dan RKL - RPL untuk aspek kesehatan masyarakat) suatu kegiatan sumber data konsentrasi dapat merupakan proyeksi perubahan rona lingkungan yang telah dikaji pada aspek yang lain mis proyeksi konsentrasi agen risiko di udara ambien pada tahap operasional kegiatan atau proyeksi konsentrasi agen risiko di air bersih pada tahap operasional kegiatan

Terkait dengan variabel perhitungan yang lain (R tE fE Dt Wb dan tAVG) asumsi didasarkan pada logika yang rasional atau nilai default yang sudah tersedia Adapun nilai default untuk berbagai variabel pada lsquodesktoprsquo ARKL dapat dilihat pada tabel 9 berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 22

Tabel 9 Nilai default dari faktor pajanan (Rahman 2007) Tataguna lahan

Jalur pajanan Asupan harian Frekuensi pajanan (haritahun)

Durasi pajanan (tahun)

Berat badan (kg)

Residensial Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

12 m3 (anak) raquo 05 350 6 15 Industri amp komersial

Air minum 1 L 250 25 70 55 b

Pertanian Tanaman perkarangan

42 g (buah - buahan)

350 30 70 55 b

80 g (sayur - mayur)

350 30 70 55 b

Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

Rekreasi Ikan tangkapan 54 g 350 30 70 55 b Disadur dari Rahman 2007 seluruhnya berasal dari Exposure Factor Handbook (EPA 1990) kecuali bNukman et al (2005) 324 Langkah 4 Karakterisasi risiko (risk characterization) Langkah ARKL yang terakhir adalah karakterisasi risiko yang dilakukan untuk menetapkan tingkat risiko atau dengan kata lain menentukan apakah agen risiko pada konsentrasi tertentu yang dianalisis pada ARKL berisiko menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat (dengan karakteristik seperti berat badan laju inhalasikonsumsi waktu frekuensi durasi pajanan yang tertentu) atau tidak Karakteristik risiko dilakukan dengan membandingkan membagi intake dengan dosis konsentrasi agen risiko tersebut Variabel yang digunakan untuk menghitung tingkat risiko adalah intake (yang didapatkan dari analisis pemajanan) dan dosis referensi (RfD) konsentrasi referensi (RfC) yang didapat dari literatur yang ada (dapat diakses di situs wwwepagoviris) 1 Karakterisasi risiko pada efek non karsinogenik Perhitungan tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko untuk efek non karsinogenik dinyatakan dalam notasi Risk Quotien (RQ) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek non karsinogenik dilakukan perhitungan dengan membandingkan membagi intake dengan RfC atau RfD Rumus untuk menentukan RQ adalah sebagai berikut ூ

ோ helliphelliphelliphellipRumus 5

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur inhalasi (terhirup) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 1 RfC (reference concentration) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan inhalasi

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 23

ூோ

helliphelliphelliphelliphellipRumus 6

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur ingesti (tertelan) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 2 RfD (reference dose) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan ingesti

Didapat Interpretasi tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko yang diperoleh pada ARKL merupakan konsumsi pakar ataupun praktisi sehingga perlu disederhanakan atau dipilihkan bahasa yang lebih sederhana agar dapat diterima oleh khalayak atau publik Tingkat risiko dinyatakan dalam angka atau bilangan desimal tanpa satuan Tingkat risiko dikatakan AMAN bilamana intake le RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ le 1 Tingkat risiko dikatakan TIDAK AMAN bilamana intake gt RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ gt 1 Narasi yang digunakan dalam penyederhanaan interpretasi risiko agar dapat diterima oleh khalayak atau publik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll Contoh Tingkat risiko RQ untuk pajanan Pb (inhalasi) sebesar 000008 microgm3 pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan rata - rata 55 kg dan telah terpajan 350 haritahun selama 20 tahun diketahui sebesar 0098 maka Interpretasi risiko Pajanan Pb sebesar 000008 microgm3 secara inhalasi pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan 55 Kg masih aman untuk frekuensi pajanan 350 haritahun hingga 20 tahun mendatang Perhitungan tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko untuk efek karsinogenik dinyatakan dalam notasi Excess Cancer Risk (ECR) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek karsinogenik dilakukan perhitungan dengan mengkali intake dengan SF Rumus untuk menentukan ECR adalah sebagai berikut

ܥܧ = Rumus 7helliphelliphelliphellip ܨ ݔ ܫKeterangan Digunakan untuk menghitung tingkat risiko pada agen risiko dengan efek karsinogenik I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 3 atau rumus SF (slope factor) Nilai referensi agen risiko dengan efek karsinogenik

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 24

Interpretasi tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko dinyatakan dalam bilangan exponen tanpa satuan (cth 13E-4) Tingkat risiko dikatakan acceptable atau aman bilamana ECR le E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR le 110000 Tingkat risiko dikatakan unacceptable atau tidak aman bilamana ECR gt E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR gt 110000 Contoh ECR = 13E-5 (13 x 10-5) dapat diinterpretasikan sebagai berikut ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Narasi yang digunakan dalam risiko karsinogenik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoacceptablersquo atau lsquounacceptablersquo (lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo) - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll - Risiko kanker [ mis ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Contoh Tingkat risiko ECR untuk pajanan benzene (inhalasi) sebesar 03 microgm3 pada pekerja depo penampungan BBM di Jakarta dengan berat badan rata - rata 60 kg dan telah terpajan 250 haritahun selama 10 tahun diketahui sebesar 456E-4

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 1

MODUL II MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Manajemen Risiko Kesehatan Lingkungan

Manajemen risiko adalah proses mengidentifikasi evaluasi penyeleksian dan melakukan

upaya untuk mengurangi risiko terhadap ekosistem dan kesehatan manusia (Omenn GS et al 1997) Setelah melakukan keempat langkah ARKL di atas maka telah dapt diketahui apakah suatu agen risiko amandapat diterima atau tidak Manajemen risiko bukan termasuk langkah ARKL melainkan tindak lanjut yang harus dilakukan bilamana hasil karakterisasi risiko menunjukkan tingkat risiko yang tidak aman ataupun unacceptable Dalam melakukan manajemen risiko perlu dibedakan antara strategi manajemen risiko dengan cara manajemen risiko Strategi manajemen risiko meliputi penentuan batas aman yaitu

1 Konsentrasi agen risiko (C) danatau 2 Jumlah konsumsi (R) danatau 3 Waktu pajanan (tE) danatau

4 Frekuensi pajanan (fE) danatau

5 Durasi pajanan (Dt)

Setelah batas aman ditentukan selanjutnya perlu dilakukan penapisan alternatif terhadap batas aman yang mana yang akan dijadikan sebagai target atau sasaran pencapaian dalam pengelolaan risiko Batas aman yang dipilih adalah batas aman yang lebih rasional dan realistis untuk dicapai

Adapun cara manajemen risiko adalah cara atau metode yang akan digunakan untuk

mencapai batas aman tersebut Cara manajemen risiko meliputi beberapa pendekatan yaitu pendekatan teknologi pendekatan sosial - ekonomis dan pendekatan institusional penjelasan lebih lanjut langkah ndash langkah dalam manajemen risiko akan dijelaskan pada sub bahasan selanjutnya

Materi Sub Bahasan Strategi manajemen risiko

1 Penentuan batas aman Batas aman disini adalah batas atau nilai terendah yang menyebabkan tingkat risiko

menjadi tidak aman (tidak dapat diterima) Oleh karenannya nilai yang aman adalah nilai di bawah batas amannya sedangkan nilai yang sama dengan batas aman tersebut akan menyebabkan tingkat risiko menjadi tidak aman Sebagai contoh jika hasil

perhitungan menunjukkan konsentrasi aman adalah 4499 microgm3 maka nilai konsentrasi

yang benar ndash benar aman adalah di bawah 4499 microgm3 (lt4499 microgm3) 4498 microgm3

a) Penentuan konsentrasi aman (C) Dalam penentuan konsentrasi aman semua variabel dan nilai yang digunakan

sama dengan variabel dan nilai pada perhitungan intake Akan tetapi nilai intake yang digunakan adalah RfD atau RfC agen risikonya

Sedangkan konsentrasi aman pada intake karsinogenik perhitungan didasarkan

pada nilai acceptable sebesar 10-4 dibagi nilai SF nya Selain itu variabel tavg disesuaikan dengan perhitungan karsinogenik yaitu (70 haritahun x 365 hari) Untuk menghitung konsentrasi aman digunakan rumus sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 2

Konsentrasi aman non karsinogenik Konsentrasi aman non karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 8

Konsentrasi aman non karsinogenik (ingestii)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ಶ ௫

Rumus 9

Konsentrasi aman karsinogenik Konsentrasi aman karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 10

Konsentrasi aman karsinogenik (ingesti)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 11

Keterangan

Notasi Arti Notasi C(aman) (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada udara ambien atau pada

air bersihminum atau pada makanan yang aman

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 3

Notasi Arti Notasi R (Rate) Laju asupan

Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

Volume air minum yang masuk tubuh (liter) setiap harinya

Volume makanan yang masuk tubuh (gram) setiap harinya

tE atau time of exposure (rumus 8)

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode

b) Penentuan jumlah konsumsi aman (R)

Laju asupan yang dapat dikelola hanyalah pada pada pajanan melalui makanan dan air minum (ingesti) karena masih banyak substitusi untuk setiap jenis makanan ataupun air minum Untuk pajanan melalui udara (inhalasi) pembatasan laju inhalasi hampir tidak mungkin dilakukan Untuk menghitung jumlah konsumsi aman digunakan rumus sebagai berikut Laju konsumsi aman non karsinogenik (ingesti)

() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ಶ ௫

Rumus 12

Laju konsumsi aman karsinogenik (ingesti)

() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ಶ ௫

Rumus 13

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 4

Keterangan Notasi Arti Notasi

R(aman) Laju konsumsi atau banyaknya volume makanan (gram) atau volume air (liter) yang masuk tubuh setiap harinya yang aman

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

c) Penentuan waktu pajanan aman (tE) Waktu pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan

kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan waktu pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah jam terpapar setiap harinya oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung waktu pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Waktu pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 14

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 5

Waktu pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 15

Keterangan

Notasi Arti Notasi t(aman) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap

harinya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

d) Penentuan frekuensi pajanan aman (fE)

Frekuensi pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan frekuensi pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah hari terpapar dalam satu tahun oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung frekuensi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Frekuensi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 16

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 6

Frekuensi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 17

Keterangan

Notasi Arti Notasi fE(aman) (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan

setiap tahunnya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

e) Penentuan durasi pajanan aman (Dt) Durasi pajanan aman dikelola pada pemajanan inhalasi pada lingkungan

yang permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan durasi pajanan dilakukan dengan membatasi lamanya tinggal (tahun) masyarakat pada suatu pemukiman dengan cara melakukan lsquorelokasirsquo pemukiman pada saat telah melewati batas durasi amannya Penerapan strategi durasi pajanan aman untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) kurang tepat karena pada pemajanan ingesti manajemen risiko cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung durasi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Durasi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 18

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 7

Durasi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 19

Keterangan

Notasi Arti Notasi Dt (aman) (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan yang

aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

tE atau time of exposure

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

2 Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko Penapisan alternatif manajemen risiko harus didasarkan pada pertimbangan logis

dan turut mempertimbangkan berbagai faktor termasuk cara pengelolaan risikonya Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini

Tabel 10 Alternatif manajemen risiko dan penggunaannya Alternatif Pengelolaan

Risiko Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Penurunan konsentrasi hingga ke batas aman (konsentrasi aman)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 8

Alternatif Pengelolaan Risiko

Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Pengurangan konsumsi hingga ke batas aman (jumlah konsumsi aman)

Pembatasan waktu pajanan hingga ke batas aman (waktui pajanan aman)

Pembatasan frekuensi pajanan hingga ke batas aman (frekuensi pajanan aman)

Pembatasan durasi pajanan hingga ke batas aman (durasi pajanan aman)

Materi Sub Bahasan Cara manajemen risiko

Manajemen risiko selain membutuhkan strategi yang tepat juga harus dilakukan dengan

cara atau metode yang tepat Dalam aplikasinya cara manajemen risiko dapat dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu 1) Pendekatan teknologi

Manajemen risiko menggunakan teknologi yang tersedia meliputi penggunaan alat bahan dan metode serta teknik tertentu Contoh manajemen risiko dengan pendekatan teknologi antara lain penerapan penggunaan IPAL pengolahan penyaringan air modifikasi cerobong asap penanaman tanaman penyerap polutan dll

2) Pendekatan sosial - ekonomis

Manajemen risiko menggunakan pendekatan sosial - ekonomis meliputi pelibat-sertaan pihak lain efisiensi proses substitusi dan penerapan sistem kompensasi Contoh manajemen risiko dengan pendekatan sosial ndash ekonomis antara lain 3R (reduce reuse dan recycle) limbah pemberdayaan masyarakat yang berisiko pemberian kompensasi pada masyarakat yang terkena dampak permohonan bantuan pemerintah akibat keterbatasan pemrakarsa (pihak yang bertanggung jawab mengelola risiko) dll

3) Pendekatan institusional

Manajemen risiko dengan menempuh jalur dan mekanisme kelembagaan dengan cara melakukan kerjasama dengan pihak lain Contoh manajemen risiko dengan pendekatan institusional antara lain kerjasama dalam pengolahan limbah B3 mendukung pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah menyampaikan laporan kepada instansi yang berwenang dll

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 1

MODUL III SURVEILANS FAKTOR RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans oleh World Health Organization (WHO) didefinisikan sebagai kegiatan

berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data kesehatan masyarakat yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat Surveilans yang dilakukan diharapkan dapat Menjadi sistem kewaspadaan dini terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat di masa yang

akan datang Mendokumentasikan dampak dari suatu intervensi atau jejak dari kemajuan program dalam

mencapai tujuan tertentu dan Memonitor dan mengklarifikasi masalah kesehatan secara epidemiologi guna menetapkan

priritas dan menginformasikan kebijakan dan strategi kesehatan ke publik

Faktor risiko dalam dunia kesehatan dan epidemiologi biasa didefinisikan sebagai faktor-faktor atau kondisi yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit Faktor risiko tersebut umumnya dapat dikatagorikan menjadi beberapa jenis yaitu faktor risiko genetis faktor risiko perilaku dan faktor risiko lingkungan

Dari kedua definisi di atas maka surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah kegiatan berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor-faktor atau kondisi lingkungan yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan lingkungan Untuk itu ada beberapa hal yang menjadi kata kunci dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yaitu sistematis dan berkesinambungan pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor lingkungan yang dapat menyebabkan sakit dan upaya kesehatan lingkungan

Materi Sub Bahasan Konsep dan Penerapan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Penyakit dan masalah kesehatan masyarakat erat terhubung dengan faktor atau kondisi

lingkungan Oleh karenanya secara naluriah setiap manusia menginginkan lingkungan yang sehat dan nyaman sebagai tempat tinggalnya yang juga kondusif terhadap kondisi kesehatannya Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang salah satunya ditempuh melalui kegiatan penyehatan lingkungan (kesehatan lingkungan) Dalam rangka mewujudkan kondisi lingkungan sesuai dengan yang diharapkan upaya yang dilakukan haruslah tepat guna tepat sasaran sistematis dan terencana dengan baik serta berbasis bukti (evidence based) Sehingga perumusan upaya kesehatan lingkungan yang akan diterapkan harus didukung dengan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yang baik

Filosofi dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah melakukan pengamatan dan pengawasan terus-menerus terhadap kondisi lingkungan yang diperkirakan dapat menyebabkan penyakit pada manusia Hasil dari kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah berupa informasi mengenai apakah faktor atau kondisi lingkungan tertentu yang diamati berisiko menimbulkan kesakitan dan rekomendasi upaya tidak lanjut yang dibutuhkan untuk mengendalikannya Konsep dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dipahami dari gambar 6

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 2

(sumber Mullan N et al 2008)

Gambar 6 Konsep Surveilans Awal dan Lanjutan dalam Kesehatan Lingkungan

Konsep di atas diadaptasi dari versi model surveilans kesehatan yang diterapkan di Kanada

Dalam prakteknya surveilans kesehatan lingkungan dilakukan dalam dua tahapan dimana pengumpulan data hingga desiminasi diklasifikasikan sebagai surveilans awal dan sintesa pengetahuan dan proses perumusan kebijakan yang merupakan input dari stakeholder dan peneliti sebagai surveilans lanjutan Surveilans awal dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data rutin (menggunakan form yang telah dibakukan pada masing-masing Negara) sedangkan analisis dan interpretasi dari basis data yang umumnya digunakan untuk tujuan monitoring ataupun pembuatan regulasi Selanjutnya surveilans lanjutan dirumuskan dari hasil surveilans awal dikombinasikan dengan masukan dari para peneliti dan stakeholder yang concern (peduli) terhadap masalah kesehatan lingkungan guna memberikan pemahaman pengertian yang baik terhadap isu yang berkembang serta dapat dirumuskan keputusan upaya tindak lanjut yang tepat untuk merespon isu tersebut

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bukan merupakan hal yang baru Konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan telah dilaksanakan sejak lama oleh sektor kesehatan mulai dari unit yang paling bawah seperti puskesmas hingga tingkat kementerian Namun sedikit perbedaan dalam istilah dan nama yang digunakan membuat konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan terkesan suatu terobosan baru Di unit puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten kota pelaksanaan kegiatan ini identik dengan kegiatan inspeksi sanitasi Inspeksi sanitasi yang dilakukan di puskesmas maupun dinas kesehatan dilakukan pada obyek kesehatan lingkungan secara periodik (time series) dengan fokus pada faktor risiko kesehatan lingkungan pada obyek tersebut Sebagai contoh inspeksi sanitasi depot air minum dilakukan oleh puskesmas atau dinas kesehatan kabupaten kota secara rutin (minimal setahun sekali) dengan melakukan observasi kesehatan lingkungan wawancara terkait perilaku dalam penanganan depot air minum dan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 3

pemeriksaan laboratorium kualitas air baku (air bersih) dan air olahan (air minum) Data hasil inspeksi sanitasi pada satu lokasi depot air minum yang sama dalam beberapa periode inspeksi merupakan basis data (database) yang dapat diinterpretasi dianalisis baik secara tunggal (hanya data satu depot tersebut) ataupun bersamaan dengan data inspeksi depot air minum yang lain dan didesiminasikan Selanjutnya hasil desiminasi tersebut dapat ditindaklanjuti dengan melakukan upaya diantaranya pembinaan pelatihan dan lain sebagainya

Materi Sub Bahasan Desain dan Metodologi Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan merupakan suatu studi yang dapat dilakukan dengan desain cross sectional kasus kontrol ataupun kohort Sebagai suatu studi yang masuk ke dalam ranah epidemiologi kesehatan lingkungan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan selain melihat kecenderungan data juga digunakan untuk melihat adanya hubungan antara pajanan lingkungan dan dampak kesehatan (penyakit) Oleh karenanya dalam surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan diperlukan data-data sebagai berikut

1 Data geografis wilayah dilakukan dengan menggunakan GPS untuk penentuan koordinat lokasi dilakukan pengambilan sampel pengumpulan data

2 Data faktor risiko lingkungan meliputi data kualitas lingkungan (pengambilan dan pemeriksaan sampel) data kondisi lingkungan sanitasi yang dikumpulkan melalui observasi (pengisian cek lis) dan wawancara Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dbutuhkan data kualitas udara dalam ruang yang dilakukan dengan pengukuran dan data berkaitan dengan jenis lantai ventilasi bahan bakar memasak dan lain sebagainya

3 Data faktor risiko lingkungan meliputi data perilaku sampel (responden) yang juga merupakan faktor risiko dari penyakit berbasis lingkungan yang menjadi perhatian Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA selain data kualitas udara dalam ruang dan ventilasi perlu dikumpulkan data terkait dengan kebiasaan membuka jendela

4 Data pajanan meliputi data lama tinggal pola aktivitas pekerjaan data konsumsi makanan dan air dan lain sebagainya Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dibutuhkan data lama tinggal dan rata-rata lama berada di dalam rumah

Sebagai suatu studi surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dilakukan dengan desain

tertentu yang disesuaikan dengan tujuan permasalahan yang akan dikaji dan faktor-faktor lainnya Sebagaimana dijelaskan di atas surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional kasus kontrol dan kohort Penggunaan desain studi pada surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seperti pada tabel 11

Tabel 11 Perbandingan Desain Studi

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort Desain pemilihan sampel (sampling)

Random Bisa juga dipisah fixed disease sampling atau fixed exposure sampling

Sampel terpisah untuk kasus (sakit) dan kontrol (tidak sakit)

Sampel terpisah untuk terpajan dan tidak terpajan

Waktu periode pelaksanaan (arah pengusutan)

Satu titik waktu atau sesaat (non directional)

Retrospektif Prospektif Followup selama periode waktu tertentu

Kausalitas Hanya menjelaskan Kausalitas awal Kausalitas dengan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 4

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort hubungan antara faktor risiko kesehatan lingkungan dengan penyakit (namun bukan bersifat kausalitas)

bukti sekuensi temporal

Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai pengganti risiko

Odds sebagai pengganti risiko

Insidensi (R Risiko) Insidence rate

Perbandingan risiko Prevalence Ratio (PR) Odds Ratio (OR) Risiko Relatif (RR)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan lebih tepat menggunakan desain cross sectional dikarenakan dalam pemilihan sampling dilakukan secara random dan pengumpulan data lingkungan dan penyakit dilakukan pada satu waktu Output dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dengan desain cross sectional adalah hubungan (bukan kausalitas) antara faktor lingkungan dan penyakit Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bisa dilakukan dengan desain kasus kontrol bilamana titik tolak studi (pengusutan) dimulai dari adanya penyakit dan sampel dikelompokkan menjadi kasus (sampel yang menderita penyakit) dan kontrol (sehat) dan data faktor lingkungan sebelum kasus sakit tersedia Selain itu surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat menggunakan desain studi kohort (prospektif) dengan memantau secara terus menerus (hingga periode tertentu) kualitas lingkungan dan faktor lingkungan lainnya bersamaan dengan penyakitnya

Materi Sub Bahasan Tahapan Kegiatan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Tahapan kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seyogyanya terdiri dari survey pendahuluan dan pengumpulan data awal penyusunan instrumen survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pengolahan dan analisis data dan diseminasi Tahapan kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut

1 Survey pendahuluan dan pengumpulan data awal pengumpulan data awal dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal pada lokasi meliputi background data yang telah tersedia atau data lainnya yang berhubungan Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data sekunder dan juga perlu ditentukan lokasi yang akan menjadi titik pengambilan sampel

2 Penyusunan instrumen berdasarkan data awal yang dikumpulkan disusun instrumen untuk survey pengambilan dan pemeriksaan sampel Instrumen disusun berbentuk cek lis danatau kuisioner Untuk mendapatkan data sesuai yang diharapkan instrumen yang telah dibuat sebaiknya diuji coba terlebih dahulu

3 Survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data primer dan pengumpulan data menggunakan instrumen yang digunakan

4 Pengolahan dan analisis data data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis yang dapat dilakukan secara manual ataupun alat bantu lainnya (mis software pengolah data) Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data informasi disajikan dalam bentuk tabel grafik gambar dan peta yang terangkum dalam laporan

5 Diseminasi dimaksudkan untuk menyebarluaskan informasi dan temuan lapangan kepada para stakeholder

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 1

MODUL IV ANALISIS KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Prinsip Dasar Analisis Kualitas Kesehatan Lingkungan

Analisis adalah kajian atau penelitian yang dititikberatkan pada variabel tertentu untuk mengetahui keadaan atau kondisi sebenarnya termasuk juga yang berkaitan dengan sebab musabab terjadinya kondisi tersebut Dengan demikian analisis kualitas lingkungan merupakan suatu kegiatan yang menggunakan cara atau metode ilmiah guna mengetahui seperti apa kondisi atau kualitas kesehatan lingkungan pada suatu tempat waktu yang melibatkan juga masyarakat di tempat tersebut Umumnya analisis kualitas kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk kegiatan pengambilan dan pemeriksaan sampel pengawasan kualitas kesehatan lingkungan melalui kegiatan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi serta interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Analisis kualitas kesehatan lingkungan merupakan kegiatan yang harus mampu dilakukan oleh seorang pejabat kesehatan lingkungan ataupun fungsional sanitarian Perlunya dilakukan analisis ini adalah untuk menjadi bahan masukan ataupun dasar untuk melakukan manajemen risiko kesehatan lingkungan Implementasi dari manajemen risiko kesehatan lingkungan ini bisa dalam bentuk intervensi (pendekatan) teknologi pendekatan sosial melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat secara aktif dan melalui kerjasama jejaring kemitraan antar pihak yang berkepentingan (stakeholder)

Materi analisis kualitas kesehatan lingkungan dalam modul ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan juga keterampilan bagi peserta dalam menilai prosedur pengambilan dan pemeriksaan sampel serta interpretasi hasil pemeriksaan sampel yang dilakukan dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan Materi dalam modul ini bukan dimaksudkan agar peserta mampu melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel kesehatan lingkungan sendiri tanpa berkerjasama dengan laboratorium Materi Sub Bahasan Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Kesehatan Lingkungan

Pengambilan sampel kesehatan lingkungan hakikatnya dilakukan untuk memotret atau

menjadi acuan untuk menduga kualitas kesehatan lingkungan pada suatu media di suatu wilayah Secara garis besar pengambilan sampel bertujuan untuk mengumpulkan data rona awal kesehatan lingkungan dan memantau kondisi kesehatan lingkungan Dalam hal memantau kesehatan lingkungan pengambilan sampel dilakukan untuk menentukan status kualitas kesehatan lingkungan menentukan kebijakan kesehatan lingkungan menegakkan hukum kesehatan dan lingkungan dan melakukan penelitian kesehatan lingkungan

Kualitas kesehatan lingkungan merupakan hal yang kompleks dan begitu dinamis karena dipengaruhi begitu banyak variabelfaktor Untuk itu pengambilan sampel l kesehatan ingkungan yang bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan harus dilakukan dengan cermat tepat serta butuh perencanaan dan pengorganisasian yang baik Untuk menjamin pengambilan sampel dapat menjamin keterwakilan kualitas kesehatan lingkungan perlu diperhatikan beberapa aspek yaitu lokasi dan titik pengambilan sampel parameter kualitas lingkungan yang akan dipilih serta ukuran jumlah dan volume sampel yang akan diambil Perencanaan Pengambilan Sampel

Seperti halnya kegiatan dan program pengambilan sampel sesuai dengan yang diharapkan perlu direncanakan dengan baik Perencanaan pengambilan sampel ini bertujuan untuk memastikan dan menegaskan kembali tujuan pengambilan sampel kesehatan lingkungan memutuskan cara-cara

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 2

mencapai tujuan mengetahui secara tepat hal-hal yang perlu dilakukan pada saat pengambilan sampel menyiapkan sumber daya yang diperlukan dan menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pengambilan sampel Jelasnya unsur-unsur perencanaan pengambilan sampel meliputi

a) Tujuan pengambilan sampel harus dipastikan apakah dalam rangka pengumpulan data rona kesehatan lingkungan awal atau dalam rangka memantau kesehatan lingkungan

b) Merencanakan biaya pengambilan sampel dengan mempertimbangkan empat hal yaitu aksesibilitas lokasi dan titik pengambilan sampel jumlah jenis dan kompleksitas sampel frekuensi pengambilan sampel serta penjaminan dan pengendalian mutu di lapangan Selain empat hal yang perlu dipertimbangkan tersebut perlu diketahui komponen pembiayaan dalam pengambilan sampel yaitu depresiasi (penyusutan) nilai peralatan kalibrasi peralatan pemakaian bahan pengawet secara kimia danatau fisika penggunaan bahan habis pakai penggunaan wadah sampel transportasi ke lokasi pengambilan sampel akomodasi (bila perlu) honor pengambil sampel (lumpsum atau per diem) dan penyusunan laporan pengambilan sampel

c) Administrasi berkaitan dengan pengambilan sampel yang meliputi penyiapan surat tugas surat pemberitahuan perizinan brevet ataupun lencana kewenangan pencatatan pendokumentasian dan hal-hal pendukung lainnya

d) Perlu jaminan pengambil sampel pada saat pengambilan sampel merupakan personel yang kompeten danatau berwenang dengan kualifikasi (kompetensi) latar belakang pendidikan yang sesuai pengalaman di bidangnya terampil dan diakui ataupun tersertifikasi

e) Penentuan parameter pengujian terhadap sampel yang diambil sesuai dengan tujuan pengambilan sampel turut mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait serta disesuaikan dengan parameter indikatif suatu kegiatan atau wilayah tertentu Mis parameter indikatif pada industri Pulp dan kertas adalah pH BOD COD dan TSS sedangkan pada wilayah pertambangan emas parameter yang diambil adalah air raksa (Hg) dan sianida (CN-)

f) Penentuan media lingkungan yang akan dilakukan pengambilan sampel g) Merencanakan tipe sampel yang akan diambil apakah sampel sesaat (grab sample) sampel

gabungan (composite sample) sampel terpadu (integrated sample) atau sampel kontinyu (continous sample)

h) Peralatan pengambilan sampel harus direncanakan dengan baik Peralatan pengambilan sampel terdiri dari peralatan pengambil sampel (utama) peralatan pendukung dan peralatan K3 atau APD Peralatan pengambil sampel adalah peralatan yang fungsinya untuk mengambil sampel lingkungan dengan parameter yang direncanakan seperti HVAS (High Volume Air Sampler) LVS (Low Volume Sampler) MAS (Microbiology Air Sampler) dll Alat pendukung adalah alat yang fungsinya mendukung pengambilan sampel seperti peralatan pengukur parameter lapangan (pH meter termometer barometer kecepatan angin hygrometer dll) dokumen terkait (surat tugas surat izin dll) alat tulis untuk perekaman proses pengambilan sampel penunjuk arah (kompas) dan penunjuk lokasi (GPS) dll APD yang digunakan dalam pengambilan sampel meliputi sarung tangan masker helm ear plugmuff P3K dll

i) Perencanaan terhadap wadah sampel yang akan digunakan untuk pengamanan dan transpor sampel harus disesuaikan dengan karakteristik dan interaksi parameter sampel yang akan diuji dengan sifat bahan wadah Sebagai contoh pengambilan sampel DOBOD harus menggunakan botol BOD khusus yang menggunakan tutup asah sedangkan untuk sampel mikrobiologi digunakan wadah steril

j) Pengawetan sampel dilakukan sesuai dengan karakteristik parameter yang akan diuji pada sampel mis pengawetan sampel untuk parameter golongan logam pada air menggunakan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 3

asam nitrat pekat (HNO3 p) hingga pH lt 2 sedangkan untuk sampel sianida total pada air diawetkan menggunakan NaOH hingga pH gt 12 dan didinginkan 4oCplusmn2oC pada tempat gelap

k) Batas penyimpanan sampel disesuaikan dengan parameter yang akan diuji dan mengacu pada acuan standar seperti ASTM (The American Society for Testing and Materials) dll

l) Pengamanan sampel di lapangan meliputi pengemasan pengamanan pada label sampel (spidol waterproof label yang baik) informasi tambahan yang penting (titik jenis parameter uji pengawetan waktu dan nama pengambil sampel) sehingga mencegah interaksi sampel dengan lingkungan yang menyebabkan perubahan kualitasnya (kontaminasi degradasi dll)

m) Transportasi sampel yang juga berkaitan dengan batas penyimpanan sampel harus diperhatikan dengan seksama Selain itu moda transportasi yang digunakan untuk membawa sampel juga harus dipenuhi standar keamanannya seperti harus mematuhi peraturan penerbangan nasional dan internasional bila sampel dibawa menggunakan pesawat udara

n) Penyimpanan sampel dilakukan baik secara fisik maupun kimia seperti meminimalkan adsorbsi pengasaman mencegah metabolisme mikroorganisme menghindari hidrolisis serta pengendapan Faktor kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan dengan proses pengambilan sampel

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Penentuan Titik Sampel

Prinsip penentuan titik sampel harus mempertimbangkan keterwakilan populasi atau kualitas lingkungan kemampuan peralatan keselamatan pengambil sampel faktor klimatologi biaya dan kaidah-kaidah empiris Prinsip-prinsip penentuan titik sampel pada media lingkungan adalah sebagai berikut a) Pengambilan sampel air a)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 736 tahun 2010 tentang Pengawasan Kualitas Air Minum

Peraturan daerah setempat a)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah jerigen botol botol BOD botol steril timba steril coolbox dll Peralatan pendukung pH meter termometer sisa klor GPS peralatan untuk menjamin

tidak terjadi kontaminasi (krustang kapas alkohol) dll Pengawet Asam (HNO3 p H2SO4 p) basa (NaOH) dry ice dll APD sarung tangan masker jaket pelampung dll

a)3 Aspek yang dipertimbangkan Kedalaman air Homogenitas (untuk sampel air badan air) Arah dan kecepatan aliran air (untuk sampel air badan air)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 4

Keterkaitan dengan pajanan pada masyarakat (bila digunakan untuk penelitian kesehatan masyarakat)

Jarak antar sampel Keselamatan dan kemampuan sumber daya

a)4 Penentuan titik sampel Air sungai ditentukan yaitu

Uji homogenitas sungai dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu lalu lakukan uji parameter lapangan (suhu pH DOoksigen terlarut dan DHLDaya Hantar Listrik) Apabila hasil pengujian beberapa parameter pada beberapa sampel tersebut tidak berbeda jauh dengan variasi lt 10 maka disebut homogen atau tercampur sementara sehingga sampel yang diambil untuk mewakili air sungai tersebut bisa lebih sedikit

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel air sungai harus meliputi daerah hulu yang belum terkontaminasi daerah pemanfaatan sungai daerah yang potensial terkontaminasi daerah pertemuan dua sungai dan daerah hilir

Air tanah Pengambilan sampel dilakukan plusmn 20 cm dari dasar sumur gali dan dipastikan agar tidak

ada sedimen yang ikut terambil atau pada mulut kran tempat air keluar untuk sumur bor

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel dilakukan pada daerah meliputi daerah dimana air tanah digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari termasuk air minum dan di daerah yang berisiko terkontaminasi (dekat penimbunanpembuangan akhir sampah daerah pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif wilayah pesisir dimana terjadi intrusi air laut dll)

b) Pengambilan sampel udara ambien dan udara dalam ruang b)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan Peraturan daerah setempat

b)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Peralatan utama High Volume Air Sampler (HVAS) RAC Gas Sampler EPAM CO dan CO2

Detektor Low Volume Sampler Microbiology Air Sampler atau Lamotte BD Pump dan Sound Level Meter

Peralatan pendukung pengukur kecepatan angin arah angir termometer hygrometer dan luxmeter

Bahan yang digunakan filter HVAS dan LVS absorbant (So2 NO2 H2S NH3 dan O3) dan larutan garam (NaCl) fisiologis steril

b)3 Aspek yang dipertimbangkan Berhubungan dengan klimatologi arah dan kecepatan angin bunga angin (wind rose)

kelembaban musim dan suhu udara Berhubungan dengan asumsi konsentrasi parameter inversi udara dispersi jarak terbang

(distance) dan ukuran partikel Bilamana sumber pencemar adalah cerobong asap maka ketinggian ukuran partikel dan jarak terhadap pemukiman penduduk harus dipertimbangkan

Berhubungan dengan pajanan daerah padat penduduk jarak terhadap sumber pencemar (radius)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 5

b)4 Penentuan titik sampel Pengambilan sampel udara ambien harus menghindari daerah yang dekat dengan

bangunan dan tanaman yang diperkirakan dapat mengabsorbsi atau mengadsorbsi pencemar daerah yang terdapat pengganggu kimia yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Emisi kimiawi kendaraan bermotor dapat mengganggu pengukuran ozon) dan daerah yang terdapat pengganggu fisik yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Pengukuran total partikulat atau TSP dapat terganggu oleh adanya insinerator disekitar lokasi pengukuran)

Pada umumnya lokasi pengukuran (pengambilan sampel) dilakukan pada daerah yang mempunyai konsentrasi parameter tinggi daerah padat penduduk daerah yang diasumsikan menerima paparan pencemar dan daerah yang digunakan untuk memproyeksikan dampak kegiatan pembangunan

c) Pengambilan sampel sedimen c)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Wadah Plastik atau wadah lainnya untuk sedimen tanah atau lumpur Plastik dan botol

steril untuk makanan Peralatan Grab Sampler untuk pengambilan sludge pada daerah yang sulit danatau

dalam c)3 Aspek yang dipertimbangkan

Potensi dan sumber pencemaran Topografi Jenis vegetasi Perkiraan terjadinya pencemaran

c)4 Penentuan titik sampel Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang

cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel meliputi daerah yang tanahnya diperkirakan akan kontak dengan masyarakat daerah yang mewakili pencemaran tertentu berdasarkan karakteristik kegiatan di wilayah tersebut (tanah pada pertanian perkebunan pertambangan dll) dan daerah yang tanahnya diperkirakan dapat mengkontaminasi media lingkungan lainnya

d) Pengambilan sampel makanan d)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan d)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah Plastik atau wadah atau botol untuk makanan Untuk sampel makanan yang akan diperiksa parameter bakteriologisnya maka digunakan wadah steril

Peralatan sendok sendok steril pisau steril dan peralatanbahan yang mendukung pengambilan secara aseptis (Contoh Pembakar bunsen dengan spiritus)

d)3 Aspek yang dipertimbangkan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 4: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 2

menginvestigasinya Teknik-teknik analisisnya kemudian diadopsi oleh Food and Drug Administration Amerika Serikat USEPA selanjutnya menerbitkan pedoman tentang analisis risiko karsinogen tahun 1986 Kini analisis risiko digunakan untuk berbagai bahaya lingkungan termasuk bahaya fisik dan biologis Bahaya-bahaya fisik kimiawi dan biologis lingkungan bisa menimbulkan efek yang merugikan kesehatan manusia dan kerusakan lingkungan Kajian efek kesehatan dikenal dengan health risk assessment (HRA analisis risiko kesehatan) sedangkan kajian efek lingkungan disebut ecological risk assessment (ERA)

HRA dibedakan dengan health impact assessment (HIA analisis dampak kesehatan) Sebagaimana akan dijelaskan kemudian dampak lebih bersifat umum yang berarti bisa positif atau negatif sedangkan risiko adalah dampak yang negatif HRA biasanya digunakan untuk menilai atau menaksir risiko yang disebabkan oleh bahaya-bahaya lingkungan dulu kini dan akan datang sedangkan HIA umumnya merupakan bagian perencanaan suatu kegiatan atau pembangunan baru Meskipun penggunaannya berbeda prosedur HRA dan HIA pada prinsipnya adalah sama Perbedaan utama HRA dengan HIA terletak pada pemajanannya Dalam HIA pemajanan yang sesungguhnya belum ada (belum bisa diukur karena kegiatannya belum ada) sedangkan dalam HRA pemajanan sudah ada (telah dan sedang berlangsung)

Selanjutnya HIA tumbuh dan berkembang secara lebih spesifik menjadi environmental health risk assessment (EHRA) yang dialihbahasakan menjadi analisis risiko kesehatan lingkungan (ARKL) Di Indonesia dalam peraturan perundang-undangan ARKL menjadi bagian analisis dampak kesehatan lingkungan (ADKL) ADKL sendiri dibedakan menjadi ADKL bagian Amdal dan ADKL untuk pencemaran pada umumnya (bukan bagian dari studi Amdal) Untuk ADKL dalam Amdal yang dimaksudkan sebagai kajian aspek kesehatan masyarakat dalam konteks rencana usaha atau kegiatan baru telah terbit Keputusan Menteri Kesehatan RI No 876 MenkesSKVIII2001 tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan

Namun pedoman teknis ini belum memberikan lsquopedomanrsquo yang semestinya sebagai prosedur formal analisis risiko kesehatan lingkungan Pedoman ini tidak menjelaskan karakterisasi risiko karsinogenik dan non karsinogenik padahal prosedur untuk menetapkan tingkat risiko kedua efek itu berbeda Pedoman ini juga tidak memberi ruang untuk memerankan ADKL sebagai bagian dari proses legislasi dan regulasi untuk menetapkan standar kualitas kesehatan lingkungan seperti baku mutu atau nilai ambang batas

Di tingkat internasional saat ini ada beberapa model analisis risiko yang dikembangkan oleh Amerika Serikat negara-negara Uni Eropa dan Australia Meskipun secara mendasar proses-proses analisis risiko adalah sama beberapa istilah yang sedikit berbeda banyak digunakan untuk setiap langkah atau proses International Life Science Institute mencatat ada 6 model analisis risiko yang masing-masing menggunakan terminologi agak berbeda yaitu enHealth EHRA (Australia) International Life Science Institute-Risk Science Institute US EPA Ecological Risk Assessment NAS-NRC Risk Assessment (AS) Codex Risk Assessment (WTO) dan OIE Import Risk Assessment (enHealth 2002) Namun model-model itu masih tetap sesuai dengan paradigma risk analysis yang dikembangkan oleh National Academic of Science Amerika Serikat (NRC 1983)

Menyikapi nuansa peristilahan analisis risiko tersebut International Programme on Chemical Safety (IPCS) dan WHO membentuk Harmonization of Approaches to the Assessment of Risk from Exposure to Chemicals yang lebih dikenal sebagai IPCS Harmonization Project Proyek ini adalah program untuk melaksanakan rekomendasi Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan (United Nation Coference on Economic and Development UNCED) tahun 1992 di Brazil untuk menindaklanjuti 6 area program Chapter 19 Agenda 21 Harmonisasi bukanlah standarisasi melainkan upaya konsistensi dan saling pengertian di antara berbagai pendekatan yang digunakan untuk memahami risiko bahan kimia secara global

Harmonisasi analisis risiko ini diharapkan dapat dicapai dengan menyiapkan kerangka untuk membandingkan informasi mengenai analisis risiko memahami pengertian dasar standar-standar pemajanan bahan kimia tertentu di berbagai negara menghemat biaya dan waktu dengan tukar-menukar informasi untuk menghindari duplikasi kerja menumbuhkan dan mengembangkan ilmu

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 3

yang terpercaya melalui komunikasi lebih baik antar organisasi dan pakar-pakar peer review Misi proyek ini adalah memastikan agar analisis risiko bahan kimia dan pengelolaannya berjalan secara lebih baik untuk meningkatkan perlindungan kesehatan manusia dan lingkungan di dalam kerangka pembangunan berkelanjutan

Dewasa ini dengan semakin banyaknya pembangunan perubahan lingkungan yang terjadi juga mempengaruhi aspek kesehatan masyarakat Analisis risiko kesehatan lingkungan sesuai dengan tantangan zaman tidak hanya untuk penilaian saja tetapi juga harus dapat mengakomodir manajemen risiko Untuk itu kapasitas sumber daya manusia khususnya di bidang kesehatan lingkungan perlu dibekali pemahaman dan ketrampilan dalam melakukan analisis risiko kesehatan lingkungan

Mengacu pada Risk Assessment and Management Handbook tahun 1996 analisis risiko

mengenal dua istilah yaitu risk analysis dan risk assessment Risk analysis meliputi 3 komponen yaitu penelitian asesmen risiko (risk assessment) atau ARKL dan manajemen risiko Di dalam prosesnya analisis risiko dapat diilustrasikan sebagai berikut Penelitian dimaksudkan untuk membangun hipotesis mengukur mengamati dan merumuskan

efek dari suatu bahaya ataupun agen risiko di lingkungan terhadap tubuh manusia baik yang dilakukan secara laboratorium maupun penelitian lapangan dengan maksud untuk mengetahui efek respon atau perubahan pada tubuh manusia terhadap dosis dan nilai referensi yang aman bagi tubuh dari agen risiko tersebut

Asesmen risiko (risk assessment) atau ARKL dilakukan dengan maksud untuk mengidentifikasi bahaya apa saja yang membahayakan memahami hubungan antara dosis agen risiko dan respon tubuh yang diketahui dari berbagai penelitian mengukur seberapa besar pajanan agen risiko tersebut dan menetapkan tingkat risiko dan efeknya pada populasi

Manajemen risiko dilakukan bilamana asesmen risiko menetapkan tingkat risiko suatu agen risiko tidak aman atau tidak bisa diterima pada suatu populasi tertentu melalui langkah - langkah pengembangan opsi regulasi pemberian rekomendasi teknis serta sosial ndash ekonomi ndash politis dan melakukan tindak lanjut

Ilustrasi dari paradigma dan proses analisis risiko dapat dilihat dari gambar 1 di bawah ini

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 4

Gambar 1 Paradigma atau proses lsquorisk analysisrsquo (National Risk Council 1986)

Pada gambar 1 di atas diilustrasikan proses risk analysis secara utuh dimulai dari penelitian

terkait agen risiko dosis serta responefeknya terhadap kesehatan manusia yang dilakukan oleh peneliti Sedangkan implementasi risk assessment atau ARKL dan manajemen risiko dilakukan oleh praktisi kesehatan lingkungan

Secara operasional pelaksanaan ARKL diharapkan tidak hanya terbatas pada analisis atau penilaian risiko suatu agen risiko atau parameter tertentu di lingkungan terhadap kesehatan masyarakat namun juga dapat menyusun skenario pengelolaannya Bagan alir penerapan ARKL sebagai bagian dari analisis risiko dapat dilihat pada gambar 2 dan 3

Penelitian Risk Assessment Pengelolaan Risiko

Pengembangan opsi regulasi

Tujuan Keputusan

dan Aksi

Laboratorium Lapangan Klinik Tempat kerja Epidemiologi

Identifikasi Bahaya

ldquoagen risiko (fisik kimia biologi) apa saja yang

berbahayardquo

Mekanisme toksisitas

Pengembangan metode dan validasi

Dosis ekstrapolasi dan spesies

Karakterisasi Risiko

ldquobagaimana efeknya pada populasirdquo

Pertimbangan ekonomi sosial politik dan

teknologi

Analisis Dose-Response

Karakterisasi Bahaya

ldquobagaimana kejadian tersebut dikaitkan

dengan efek kritisrdquo

Observasi dan pengukuran lapangan

Model riwayat dan perjalanan (agen risiko) di lingkungan

Analisis Pajanan

ldquoSiapa akan terpajan

oleh apa kapan dimana berapa lama dan melalui

jalur pajanan yang manardquo

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 5

Gambar 2 Bagan Alir Penerapan ARKL

Pada gambar 2 di atas dijelaskan bahwa ARKL merupakan pendekatan yang digunakan untuk

melakukan penilaian risiko kesehatan di lingkungan dengan output adalah karakterisasi risiko (dinyatakan sebagai tingkat risiko) yang menjelaskan apakah agen risikoparameter lingkungan berisiko terhadap kesehatan masyarakat atau tidak Selanjutnya hasil ARKL akan dikelola dan dikomunikasikan kepada masyarakat sebagai tindak lanjutnya

Gambar 3 Kerangka Konseptual ARKL

ARKL sebagai suatu tools termasuk metoda dan prosedurnya merupakan satu di antara jenis studi di bidang kesehatan lingkungan Studi kesehatan lingkungan dan kesehatan secara umum telah mengenal epidemiologi lebih dahulu Namun jika diperbandingkan di antara kedua studi ini memiliki beberapa perbedaan yang fundamental sebagaimana tersaji dalam tabel 1 dan gambar 4 di bawah ini

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 6

Tabel 1 Perbandingan antara ARKL dan EKL ARKL Epidemologi Kesehatan Lingkungan (EKL)

Pajanan agen risiko dinyatakan dengan intake (asupan) ada angkanya

Pajanan tidak harus dinyatakan dengan asupan

Konsentrasi agen risiko antropometri dan pola aktivitas populasi berisiko populasi kajian mutlak diperlukan

Butuh konsentrasi agen risiko namun antropometri dan pola aktivitas tidak wajib

Risiko non karsinogenik dan karsionogenik dibedakan

Risiko non karsinogenik dan karsionogenik tidak dibedakan

Tidak menguji hubungan faktor lingkungan dan outcome kesehatan

Menguji hubungan faktor lingkungan dan outcome kesehatan

Besaran risiko tidak dibaca sebagai kelipatan Besaran risiko dibaca sebagai kelipatan Kuantitas risiko digunakan untuk komunikasi dan manajemen risiko

Tidak merupakan satu kesatuan dengan komunikasi dan manajemen risiko

Gambar 4 Keterkaitan ARKL dan EKL

Materi Sub Bahasan Agen risiko pajanan dosis dan dampak

Dampak buruk terhadap kesehatan yang ditimbulkan oleh agen risiko terjadi karena adanya pemajanan dengan dosis dan waktu yang cukup Suatu organisme sistem subpopulasi terpajan agen risiko di lingkungan melalui beberapa jalur pemajanan Dampak buruk yang timbul akibat pajanan agen risiko kimia di lingkungan diilustrasikan melalui gambar 5 di bawah ini

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 7

Gambar 5 Skema pajanan dan dosis (Kolluru 1996)

Materi Sub Bahasan Istilah Definisi dan Terminologi

Di dalam pelaksanaan ARKL dikenal banyak istilah dan terminologi yang perlu didefinisikan terlebih dahulu agar didapat kesamaan persepsi Mengacu pada International Program on Chemical Safety (IPCS 2004) Risk Assessment Terminology di bawah ini dijelaskan definisi dari setiap istilah yang umum digunakan dalam pelaksanaan ARKL Istilah dan Definisi Analisis Pengujian terperinci dari sesuatu yang kompleks (rumit)

dengan maksud untuk memahami sifat dasarnya dan untuk menentukan komponenciri-ciri dan sifat pentingnya

Analisis risiko Sebuah proses untuk mengendalikan situasi atau keadaan dimana organisme sistim atau subpopulasi mungkin terpajan bahaya Proses risk analysis meliputi 3 komponen yaitu risk assessment manajemen risiko dan komunikasi risiko

Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL)

Sebuah proses yang dimaksudkan untuk menghitung atau memprakirakan risiko pada kesehatan manusia termasuk juga identifikasi terhadap keberadaan faktor ketidakpastian penelusuran pada pajanan tertentu memperhitungkan karakteristik yang melekat pada agen yang menjadi perhatian dan karakteristik dari sasaran yang spesifik

Kulit

Uptake

Dosis internal Dosis masuk Dosis potensial

Pajanan

Organ

Dosis efektif

Dampak buruk Media Kimia

Jalur pajanan kontak kulit

Mulut hidung

Intake

Saluran cerna

Uptake

Dosis internal Dosis masuk Dosis potensial Pajanan

Organ

Dosis efektif

Dampak buruk Media Kimia

Jalur pajanan oral

Mulut hidung

Intake

Paru-paru

Uptake

Dosis internal Dosis masuk Dosis potensial Pajanan

Organ

Dosis efektif

Dampak buruk Media

Jalur pajanan inhalasi

Kimia

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 8

Analisis dosis respon (dose-response assessment)

Analisis hubungan antara jumlah total suatu agen yang diberikan diterima atau diserap oleh suatu organisme sistim atau subpopulasi dengan perubahan yang terjadi pada suatu organisme sistem atau subpopulasi

Analisis pajanan (exposure assessment)

Evaluasi pajanan agen dan turunannya pada organisme sistim atau subpopulasi Analisis pajanan merupakan langkah yang keempat dalam ARKL

Agen (agent) Zat materiatau makhluk dalam bentuk fisik kimiawiatau biologi yang kontak atau mengenai sasaran

Bahaya (hazard) Sifat yang melekat pada suatu agen atau situasi yang berpotensi untuk menyebab dampak buruk ketika organisme sistem atau sub populasi terpajan agen tersebut

Dampak buruk Perubahan pada morfologi fisiologi pertumbuhan perkembangan reproduksi rentang hidup dari suatu organisme sistem atau sub populasi yang akan mengakibatkan gangguan pada kapasitas fungsional ketidakmampuan dalam mengatasi stress (tekanan) atau peningkatan kerentanan (suskebtibilitas) terhadap pengaruh-pengaruh lain

Dosis Jumlah total suatu agen yang diberikan diterima atau diserap oleh suatu organisme sistim atau subpopulasi

Dosiskonsentrasi referensi (RfDRfC)

Dosiskonsentrasi dari pajanan harian agen risiko non karsinogenik yang diestimasi tidak menimbulkan efek yang mengganggu walaupun pajanannya terjadi sepanjang hayat (seumur hidup)

Dosis- respon Hubungan antara jumlah total suatu agen yang diberikan diterima atau diserap oleh suatu organisme sistim atau subpopulasi dan perubahan yang terjadi pada suatu organisme sistim atau subpopulasi tersebut

Efek (effect) Perubahan keadaan atau dinamika suatu organisme sistim atau subpopulasi

Ekses risiko kanker (excess cancer risk [ECR])

Besarnya risiko yang dinyatakan dalam bilangan pecahan kelipatan pangkat lsquo-10rsquo (eksponen) tanpa satuan yang merupakan perhitungan perbandingan antara intake dengan dosiskonsentrasi referensi dari suatu agen risiko karsinogenik serta dapat juga diinterpretasikan sebagai dapattidak dapat diterimanya suatu agen risiko terhadap organisme sistim atau subpopulasi dan kelimpahan kasus kankernya (jumlah tambahan kasus kanker) dalam satuan populasi tertentu

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 9

Identifikasi bahaya (hazard identification)

Identifikasi terhadap jenis dan sifat serta kemampuan yang melekat pada suatu agen risiko yang dapat menyebabkan dampak buruk organisme sistim atau subpopulasi Identifikasi bahaya merupakan langkah yang kedua dalam ARKL

Intake non karsinogenik (Ink)

Banyaknya suatu materi (bahan) atau agen risiko yang memiliki efek non kanker (tidak menyebabkan kanker) pada sebuah media lingkungan yang masuk ke dalam tubuh manusia setiap harinya yang dinyatakan dalam satuan mgkghari

Intake karsinogenik (Ik) Banyaknya suatu materi (bahan) atau agen risiko yang memiliki efek kanker (terbukti dapat menyebabkan kanker) pada sebuah media lingkungan yang masuk ke dalam tubuh manusia setiap harinya yang dinyatakan dalam satuang mgkghari

Karakterisasi risiko (risk characterization)

Perhitungan kualitatif jika memungkinkan secara kuantitatif meliputi probabilitas terjadinya potensi dampak buruk suatu agen pada organisme sistim atau subpopulasi beserta faktor ketidakpastiannya

Konsentrasi (concentration)

Banyaknya suatu materi (bahan) atau agen yang terlarut atau terkandung dalam satuan jumlah pada sebuah media

Lowest Observed Adverse Effect Level (LOAEL)

Dosis terendah yang secara statistik atau biologis (masih) memperlihatkan efek merugikan pada hewan uji atau pada manusia

No Observed Adverse Effect Level (NOAEL)

Dosis tertinggi suatu zat pada studi toksisitas kronik atau subkronik yang secara statistik atau biologis tidak memperlihatkan efek merugikan pada hewan uji atau pada manusia

Risiko (risk) Kemungkinan atau kebolehjadian dari suatu dampak buruk pada organisme sistem atau sub populasi timbul akibat (disebabkan) oleh terpajan suatu agen pada kondisi tertentu

Risiko aman atau risiko yang dapat diterima (Acceptable Risk)

Istilah dalam manajemen risiko yaitu dapat diterimanya risiko yang didasarkan pada data ilmiah faktor sosial ekonomi dan politik serta benefit dari pajanan suatu agen

Slope factor (SF) Dosis konsentrasi dari pajanan harian agen risiko karsinogenik yang diestimasi tidak menimbulkan efek yang mengganggu atau tidak menyebabkan terjadinya kanker walaupun pajanannya terjadi sepanjang hayat (seumur hidup)

Tingkat risiko (risk quotient [RQ])

Besarnya risiko yang dinyatakan dalam angka tanpa satuan yang merupakan perhitungan perbandingan antara intake dengan dosis konsentrasi referensi dari suatu agen risiko non karsinogenik serta dapat juga diinterpretasikan sebagai amantidak amannya suatu agen risiko terhadap organisme sistim atau subpopulasi

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 10

Materi Sub Bahasan Jenis dan Penggunaan ARKL

Ada dua jenis ARKL yang dapat digunakan yaitu kajian ARKL cepat atau kajian di atas meja (desktop studi) dan kajian lapangan (field study) tergantung sumber data yang digunakan ARKL diatas meja tidak menggunakan data lapangan tetapi menggunakan nilai-nilai default rekomendasi danatau asumsi sedangkan kajian lapangan dilakukan dengan pengukuran langsung kualitas lingkungan pajanan (frekuensi durasi) dan data antropometri (berat badan) Perbedaan antara kedua jenis ARKL tersebut dapat dilihat pada tabel 2

Tabel 2 Perbandingan antara ARKL desktop dan field

VARIABEL Desktop field Sumber data

yang digunakan

Data Sekunder dan asumsinilai default

Data primer (data yang dikumpulkan sendiri) dan asumsi jika Waktu

pelaksanaan Seketika saat dibutuhkan durasi lebih singkat

Perlu perencanaan dan pengorganisasian durasi lebih lama

Besarnya biaya yang dibutuhkan

Sangat sedikit atau tidak ada Biaya besar (biaya seperti melakukan suatu penelitian kajian lapangan)

ARKL sebagai suatu cara lsquotoolsrsquo atau pendekatan dapat diaplikasikan untuk berbagai keperluan Penggunaan ARKL pada berbagai kebutuhan dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini

Tabel 3 Penggunaan dari masing - masing model ARKL Jenis Kegiatan Kebutuhan lsquodesktoprsquo ARKL Kajian ARKL

Analisis suatu kasus kesehatan lingkungan (Emergency Responses)

-

Analisis suatu kasus kesehatan lingkungan (Reformation Responses)

-

Penyusunan AMDAL suatu kegiatan dan atau usaha Kajian ANDAL dan penyusunan RKL - RPL

-

Pengkajian penyusunan dan penetapan baku mutu -

Pengkajian penyusunan dan penetapan kebijakan kesehatan lingkungan yang baru

-

Materi Sub Bahasan Langkah ndash langkah ARKL Perumusan masalah yang dilakukan sebelum melakukan langkah ndash langkah ARKL dimaksudkan untuk dapat menjawab pertanyaan apa dimana berapa besar kapan siapa populasi berisiko dan bagaimana kepedulian masyarakat (populasi berisiko) Rumusan masalah ini akan digunakan sebagai latar belakang mengapa suatu agen risiko perlu dianalisis risiko dan akan dimasukkan ke dalam laporan Uraian apa yang harus dijawab untuk merumuskan masalah dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 11

Tabel 4 Uraian langkah perumusan masalah Pertanyaan Uraiaan - Apa yang menjadi masalah Media lingkungan yang terkena dampak jenis kegiatan yang

menjadisumber dampak jenis polutan apa yang potensial

- Dimana masalah itu terjadi Wilayah administrasi wilayah geografi batas sosial batas ekologis - Seberapa besar masalahnya Prevalensi penyakit terkait lingkungan konsentrasi agen risiko pada media lingkungan jumlah populasi yang potensial terkena

- Kapan masalah terjadi Hari bulan tahun dan durasi (lamanya) masalah berlangsung - Siapa populasi berisiko Kelompok masyarakat yang potensial terkena golongan

umur kelompok berdasarkan tempat tinggal pekerjaan dan komunitas tertentu (komunitas hobi komunitas adat dll)

- Bagaimana kepedulian masyarakat

Deskripsi aksi protes masyarakat opini pendapat masyarakat dan tokoh masyarakat pandangan pakar respon instansi yang berwenang menangani masalah tersebut (program rencana program kerja terkait penanganan masalah

Langkah 1 Identifikasi bahaya (hazard identification) Identifikasi bahaya merupakan langkah pertama dalam ARKL yang digunakan untuk mengetahui secara spesifik agen risiko apa yang berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan bila tubuh terpajan Sebagai pelengkap dalam identifikasi bahaya dapat ditambahkan gejala ndash gejala gangguan kesehatan apa yang terkait erat dengan agen risiko yang akan dianalisis Tahapan ini harus menjawab pertanyaan agen risiko spesifik apa yang berbahaya di media lingkungan yang mana agen risiko eksisting seberapa besar kandungankonsentrasi agen risiko di media lingkungan gejala kesehatan apa yang potensial Uraian apa yang harus dijawab dalam identifikasi bahaya dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini

Tabel 5 Uraian langkah identifikasi bahaya Pertanyaan Uraian Agen risiko spesifik apa yang berbahaya

Agen risiko bahan kimia jelaskan spesi atau senyawa kimia apa yang berbahaya secara jelas Contoh Merkuri (Hg) jelaskan apakah agen risiko berupa elemental mercury anorganic mercury atau organic mercury (methyl mercury) Agen risiko biologi jelaskan spesiesnya

Di media lingkungan yang mana agen risiko eksisting

Jelaskan media lingkungan dimana agen risiko eksisting apakah di udara ambien air tanah sludge biota hewan dll Contoh jika merkuri sebagai agen risiko maka media lingkungan yang terkontaminasi antara lain air bersih sludge (jika pada pertambangan emas rakyat) ataupun di hewan (ikan yang dikonsumsi)

Seberapa besar kandungankonsentrasi agen risiko di media lingkungan

Jelaskan konsentrasi hasil pengukurannya di media lingkungan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 12

Pertanyaan Uraian Gejala kesehatan apa yang potensial

Uraikan gejala kesehatan gangguan kesehatan apa yang dapat terkait dengan agen risiko Contoh jika merkuri sebagai agen risiko maka gejalagangguan kesehatan yang mungkin timbul antara lain tremor gemetaran pada saat berdiri pusing pada saat berdiri rasa nyeri pada tangan dan kaki dan gangguan pada susunan saraf pusat

Untuk membantu dalam melakukan identifikasi bahaya dapat digunakan contoh formulir sebagaimana pada tabel 6 di bawah ini

Tabel 6 Contoh formulir bantu identifikasi bahaya Sumber

dan penggunaan

Media lingkungan potensial

Agen Risiko

Konsentrasi

Minimal Rata - rata Maksimal Pertambangan mineral (emas tembaga perak dll)

Air permukaan (sungai danau)

Merkuri Anorganik Total Merkuri

- Merkuri Anorganik mgl - Total Merkuri mgl

- Merkuri Anorganik mgl - Total Merkuri mgl

- Merkuri Anorganik mgl - Total Merkuri mgl Lumpur (tailing) Metil Merkuri

Merkuri Anorganik Total Merkuri

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Tanaman (buah sayur umbi)

Metil Merkuri Merkuri Anorganik Total Merkuri

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah (sumur) Merkuri Anorganik Total Merkuri

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Udara Total Merkuri Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Biota air (ikan kerang dsb)

Metil Merkuri Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Pertambangan fosil (batu bara minyak bumi)

middot Udara SO2 Benzene Golongan Metan

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 13

Sumber dan

penggunaan

Media lingkungan potensial

Agen Risiko

Konsentrasi

Minimal Rata - rata Maksimal Pengolahan aki bekas

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Industri elektronika

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan (dari limbah cair)

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah (dari limbah cair)

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Bengkel patri las galvanisasi logam

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Transportasi middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Tanaman Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Kegiatan lainnya Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Penggunaan formulir ini dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan dalam pengisiannya merujuk pada literatur yang tersedia Langkah 2 Analisis dosis - respon (dose-response assessment) Setelah melakukan identifikasi bahaya (agen risiko konsentrasi dan media lingkungan ) maka tahap selanjutnya adalah melakukan analisis dosis- respons yaitu mencari nilai RfD danatau RfC danatau SF dari agen risiko yang menjadi fokus ARKL serta memahami efek apa saja yang mungkin ditimbulkan oleh agen risiko tersebut pada tubuh manusia Analisis dosis ndash respon ini tidak harus

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 14

dengan melakukan penelitian percobaan sendiri namun cukup dengan merujuk pada literature yang tersedia Langkah analisis dosis respon ini dimaksudkan untuk

a mengetahui jalur pajanan (pathways) dari suatu agen risiko masuk ke dalam tubuh manusia

b memahami perubahan gejala atau efek kesehatan yang terjadi akibat peningkatan konsentrasi atau dosis agen risiko yang masuk ke dalam tubuh

c mengetahui dosis referensi (RfD) atau konsentrasi referensi (RfC) atau slope factor (SF) dari agen risiko tersebut

Di dalam laporan kajian ARKL ataupun dokumen yang menggunakan ARKL sebagai cara metode kajian analisis dosis ndash respon perlu dibahas dan dicantumkan Analisis dosis ndash respon dipelajari dari berbagai toxicological reviews jurnal ilmiah atau artikel terkait lainnya yang merupakan hasil dari penelitian eksperimental Untuk memudahkan analisis dosis ndash respon dapat dipelajari pada situs wwwepagoviris Dosis Referensi (RfD) Konsentrasi Referensi (RfC) dan Slope Factor (SF) Uraian tentang dosis referensi (RfD) konsentrasi referensi (RfC) dan slope factor (SF) adalah sebagai berikut

a Dosis referensi dan konsentrasi yang selanjutnya disebut RfD dan RfC adalah nilai yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman pada efek non karsinogenik suatu agen risiko sedangkan SF (slope factor) adalah referensi untuk nilai yang aman pada efek karsinogenik

b Nilai RfD RfC dan SF merupakan hasil penelitian (experimental study) dari berbagai sumber baik yang dilakukan langsung pada obyek manusia maupun merupakan ekstrapolasi dari hewan percobaan ke manusia

c Untuk mengetahui RfC RfD dan SF suatu agen risiko dapat dilihat pada Integrated Risk Information System (IRIS) yang bisa diakses di situs wwwepagoviris

d Jika tidak ada RfD RfC dan SF maka nilai dapat diturunkan dari dosis eksperimental yang lain seperti NOAEL (No Observed Adverse Effect Level) LOAEL (Lowest Observed Adverse Effect Level) MRL (Minimum Risk Level) baku mutu udara ambien pada NAAQS (National Ambient Air Quality Standard) dengan catatan dosis eksperimental tersebut mencantumkan faktor antropometri yang jelas (Wb tE fE dan Dt)

Satuan dosis referensi (RfD) dinyatakan sebagai milligram (mg) zat per kilogram (Kg) berat badan per hari disingkat mgkghari Dalam literatur terkadang ditulis mgkgxhari mgkghari dan mgkg-hari Satuan konsentrasi referensi (RfC) dinyatakan sebagai milligram (mg) zat per meter kubik (M3) udara disingkat mgM3 Konsentrasi referensi ini dinormalisasikan menjadi satuan mgkghari dengan ara memasukkan laju inhalasi dan berat badan yang bersangkutan Untuk memudahkan dalam analisis dosis ndash respon pada tabel 7 dan 8 disajikan contoh RfD RfC dan SF

Tabel 7 Contoh RfD dan SF beberapa agen risiko atau spesi kimia jalur ingesti No Agent Dosis Respon

(RfD SF) Efek Kristis dan Referensi

1 As (Arsen) 3E-4 mgkgday 15E+0 (mgkgday)minus1

Hiperpigmentasi keratosis dan kemungkinan komplikasi vaskular pajanan oral (Tseng 1977 Tseng et al 1968)

2 Ba (Barium) 2E-1 mgkgday Nefropati dalam 2 tahun pemberian air minum kepada mencit (NTP 1994)

3 B (Boron) 2E-1 mgkgday Penurunan berat janin pada pajanan asam borat gestasi

4 Cd (Kadmium) 5E-4 mgkgday Proteinuria pajanan kronik manusia (USEPA

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 15

No Agent Dosis Respon (RfD SF)

Efek Kristis dan Referensi

5 Cl2 (Klorin) bebas 1E-1 mgkgday Pajanan kronik air minum tikus (NTP 1992) 6 Cr6+ (Kromium

Heksavalen) 3E-3 mgkgday Uji hayati air minum 1 tahun dengan tikus

(McKenzie et al 1958) dan pajanan air minum penduduk Jinzhou (Zhang and Li 1987)

7 CN- (Sianida) 2E-2 mgkgday Kehilangan berat efek tiroid dan degradasi myelin dalam uji hayati subkronik sampai kronik oral pada tikus (Philbrick et al 1979)

8 F- (Fluorida) 6E-2 mgkgday Flourisis gigi dan efek kosmetik dalam studi epidemio logi (Hodge 1950 cited in Underwood 1977)

9 Mn (Mangan) 1 4E- 1 mgkgday Hipokolesterolemia epilepsi kekurangan pankreas eksokrin sklerosis berganda katarak osteoporosis fenilketonuria amp penyakit kencing maple syrup (inborn) panotda ingesi kronik manusia (NRC 1989 Freeland- Graves et al 1987 WHO 1973)

10 Hg ndash MeHg (Merkuri - metal merkuri)

1E-4 mgkgday Kelainan neuropsikologis perkembangan dalam studi epidemilogi (Grandjean et al 1997 Budz-Jergensen et al 1999)

11 NO2- (Nitrit) 1E-1 mgkgday Methemoglobinemia pada bayi yang terpajan kronik air minum (Walton 1951)

12 Se (Selenium) 5E-3 mgkgday Selenosis dari studi epidemiologi (Yang et al 1989)

13 Zn (Seng) 3E-1 mgkgday Penurunan Cu eriytrosit dan aktifitas Zn superoksida dismutase pada relawan pria dan wanita (Yadrick et al 1989)

14 CHBr3 2E-2 mgkgday 79E-3 (mgkgday)minus1

Lesi hepatik uji hayati subkronik gavage oral pada tikus

15 CHCl3 1E-2 mgkgday Pembentukan greasety cyst sedangnyata pada hati dan peningkatan SGPT dalam uji hayati kronik pada anjing (Heywood et al 1979)

16 CHBr2Cl 2E-2 mgkgday 84E-2 (mgkgday)minus1

Lesi hepatik uji hayati subkronik gavage oral pada tikus (NTP 1989)

Disadur dari Rahman 2007

Tabel 8 Contoh RfC beberapa agen risiko atau spesi kimia jalur inhalasi No Agent Dosis Respon Efek Kristis dan Referensi RfC 1 NH3 286E-2 Kenaikan keparahan rinitis dan pneumonia

dengan lesi pernafasan pada uji hayati tikus subkronik (Broderson et al 1976)

2 H2S 57 1E-4 Lesi nasal lendir olfaktori pada uji hayati tikus subkronik (Brenneman et al 2000)

3 Pb 493E-4 Perubahan tingkat enzim dan perkembangan neurobehavioral anak-anak (IRIS 2006)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 16

1E-4 mgkg-day

(00001

mgkg-day)

No Agent Dosis Respon Efek Kristis dan Referensi 4 NO2 2E-2 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) 5 SO2 26E-2 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) 6 TSP 242 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) Disadur dari Rahman 2007 Mengingat pemutakhiran (update) RfD RfC dan SF berlangsung sangat cepat RfD RfC dan SF yang tercantum pada tabel di atas tidak bisa selamanya dijadikan acuan RfD RfC dan SF dari agen risiko yang lain serta update dari RfD RfC dan SF pada tabel di atas dapat dilihat dengan mengakses wwwepagoviris Tahapan dalam mengakses situs tersebut dapat dilihat pada lampiran 5 Tampilan evaluasi dosis - respon yang terdapat pada toxicological review pada situs tersebut dapat dilihat pada contoh berikut Contoh evaluasi dosis ndash respon (1) Methylmercury (MeHg) CASRN 22967-92-6 IA1 Oral RfD Summary Critical Effect Experimental Doses UF MF RfD

Developmental neuropsychological impairment Human epidemiological studies (Grandjean et al 1997 Budtz-Joslashrgensen et al 1999a)

Benchmark Dose BMDL05 range of 46-79 ppb in maternal blood for different neuropsychological effects in the offspring at 7 years of age corresponding to a range of maternal daily intakes of 0857-1472 microgkg-day

10 1

Conversion Factors and Assumptions mdashMaternal daily dietary intake levels were used as the dose surrogate for the observed developmental effects in the children exposed in utero The daily dietary intake levels were calculated from blood concentrations measured in the mothers with supporting additional values based on their hair concentrations This conversion is explained in the text below A benchmark dose approach (BMD) was used rather than a no-observed-adverse-effect levellowest-observed-adverse-effect level (NOAELLOAEL) approach to analyze the neurological effects in children as the response variable This analysis is also explained in the text below This assessment updates the 1995 RfD assessment on IRIS and is the same as the RfD that was based on the study of a poisoning episode in Iraq in which developmental neurotoxicity was observed following ingestion of methylmercury-treated grain (Marsh et al1987)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 17

mdash 15E+0 per (mgkg)day

Contoh evaluasi dosis - respon (2) Arsenic inorganic (CASRN 7440-38-2) IIB Quantitative Estimate of Carcinogenic Risk from Oral Exposure IIB1 Summary of Risk Estimates Oral Slope Factor Drinking Water Unit Risk mdash 5E-5 per (ugL) Extrapolation Method mdash Time- and dose-related formulation of the multistage model (US EPA 1988) Drinking Water Concentrations at Specified Risk Levels

Risk Level Concentration E-4 (1 in 10000) 2E+0 ugL E-5 (1 in 100000) 2E-1 ugL E-6 (1 in 1000000) 2E-2 ugL

Langkah 3 Analisis pajanan (exposure assessment) Setelah melakukan langkah 1 dan 2 selanjutnya dilakukan Analisis pemajanan yaitu dengan mengukur atau menghitung intake asupan dari agen risiko Untuk menghitung intake digunakan persamaan atau rumus yang berbeda Data yang digunakan untuk melakukan perhitungan dapat berupa data primer (hasil pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan sendiri) atau data sekunder (pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan oleh pihak lain yang dipercaya seperti BLH Dinas Kesehatan LSM dll) dan asumsi yang didasarkan pertimbangan yang logis atau menggunakan nilai default yang tersedia Rumus perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut Perhitungan intake non karsinogenik (INK) 1 Intake pada jalur pemajanan inhalasi (terhirup)

ܫ = ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphelliphelliphellipRumus 1

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ink (Intake)

Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada media udara (udara ambien)

mgm3 Tidak ada nilai default

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 18

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default R (Rate) Laju inhalasi atau

banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya

m3jam Dewasa 083 m3jam Anak ndash anak (6 ndash 12 tahun) 05 m3jam

tE (time of exposure) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap harinya

Jamhari - Pajanan pada pemukiman 24 jamhari - Pajanan pada lingkungan kerja 8 jamhari - Pajanan pada sekolah dasar 6 jamhari

fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasikelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(nk) (time average) Periode waktu rata ndash rata

Hari 30 tahun x 365 haritahun = 10950 hari

2 Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphelliphelliphellipRumus 2

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ink (Intake) Jumlah konsentrasi agen

risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari

Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada air bersihminum atau pada makanan

- mgl (air) mgkg (makanan)

Tidak ada nilai default

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 19

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default R (Rate) Laju konsumsi atau

banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya

- Liter hari (air) - Gram hari (makanan)

Air Minum - Dewasa (pemukiman) 2 literhari - Anak ndash anak (pemukiman) 1 literhari - Dewasa (lingkungan kerja) 1 literhari Makanan - Buah ndash buahan 42 gramhari - Sayuran 80 gramhari fE (frecuency of

exposure) Lamanya atau jumlah hari

terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(nk) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogen

Hari 30 tahun x 365 haritahun = 10950 hari

Perhitungan intake karsinogenik (IK) 1 Intake pada jalur pemajanan inhalasi (terhirup)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphellipRumus 3

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ik (Intake) Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada media udara (udara ambien)

mgm3 Tidak ada nilai default

R (Rate) Laju inhalasi atau banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya

m3jam Dewasa 083 m3jam Anak ndash anak (6 ndash 12 tahun) 05 m3jam

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 20

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default tE (time of exposure) Lamanya atau jumlah jam

terjadinya pajanan setiap harinya

Jamhari - Pajanan pada pemukiman 24 jamhari - Pajanan pada lingkungan kerja 8 jamhari - Pajanan pada sekolah dasar 6 jamhari

fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

2 Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ಲೇಸ

helliphelliphellipRumus 4

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ik (Intake) Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada air bersih minum atau pada makanan

- mgl (air) - mgkg (makanan)

Tidak ada nilai default

R (Rate) Laju konsumsi atau banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya

- literhari (air) - gramhari (makanan)

Air Minum - Dewasa (pemukiman) 2 literhari - Anak ndash anak (pemukiman) 1 literhari - Dewasa (lingkungan kerja) 1 literhari Makanan - Buah ndash buahan 42 gramhari - Sayuran 80 gramhari - Ikan tangkapan 54 gramhari

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 21

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok Populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

Analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL Hal ndash hal yang perlu diketahui dan dicermati dalam melakukan analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL adalah sebagai berikut Pada lsquodesktoprsquo ARKL tidak perlu dilakukan pengumpulan data Data yang menjadi dasar perhitungan intake menggunakan data sekunder dan asumsi Terkait dengan variabel konsentrasi pelu diperhatikan hal sebagai berikut Data sekunder umumnya dibutuhkan untuk mengetahui konsentrasi agen risiko pada media

lingkungan yang mana merupakan hasil pengukuran yang pernah dilakukan oleh pihak lain pada media lingkungan wilayah dan waktu yang sama

Ada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL dalam rangkaian studi AMDAL (kajian ANDAL dan RKL - RPL untuk aspek kesehatan masyarakat) suatu kegiatan sumber data konsentrasi dapat merupakan proyeksi perubahan rona lingkungan yang telah dikaji pada aspek yang lain mis proyeksi konsentrasi agen risiko di udara ambien pada tahap operasional kegiatan atau proyeksi konsentrasi agen risiko di air bersih pada tahap operasional kegiatan

Terkait dengan variabel perhitungan yang lain (R tE fE Dt Wb dan tAVG) asumsi didasarkan pada logika yang rasional atau nilai default yang sudah tersedia Adapun nilai default untuk berbagai variabel pada lsquodesktoprsquo ARKL dapat dilihat pada tabel 9 berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 22

Tabel 9 Nilai default dari faktor pajanan (Rahman 2007) Tataguna lahan

Jalur pajanan Asupan harian Frekuensi pajanan (haritahun)

Durasi pajanan (tahun)

Berat badan (kg)

Residensial Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

12 m3 (anak) raquo 05 350 6 15 Industri amp komersial

Air minum 1 L 250 25 70 55 b

Pertanian Tanaman perkarangan

42 g (buah - buahan)

350 30 70 55 b

80 g (sayur - mayur)

350 30 70 55 b

Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

Rekreasi Ikan tangkapan 54 g 350 30 70 55 b Disadur dari Rahman 2007 seluruhnya berasal dari Exposure Factor Handbook (EPA 1990) kecuali bNukman et al (2005) 324 Langkah 4 Karakterisasi risiko (risk characterization) Langkah ARKL yang terakhir adalah karakterisasi risiko yang dilakukan untuk menetapkan tingkat risiko atau dengan kata lain menentukan apakah agen risiko pada konsentrasi tertentu yang dianalisis pada ARKL berisiko menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat (dengan karakteristik seperti berat badan laju inhalasikonsumsi waktu frekuensi durasi pajanan yang tertentu) atau tidak Karakteristik risiko dilakukan dengan membandingkan membagi intake dengan dosis konsentrasi agen risiko tersebut Variabel yang digunakan untuk menghitung tingkat risiko adalah intake (yang didapatkan dari analisis pemajanan) dan dosis referensi (RfD) konsentrasi referensi (RfC) yang didapat dari literatur yang ada (dapat diakses di situs wwwepagoviris) 1 Karakterisasi risiko pada efek non karsinogenik Perhitungan tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko untuk efek non karsinogenik dinyatakan dalam notasi Risk Quotien (RQ) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek non karsinogenik dilakukan perhitungan dengan membandingkan membagi intake dengan RfC atau RfD Rumus untuk menentukan RQ adalah sebagai berikut ூ

ோ helliphelliphelliphellipRumus 5

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur inhalasi (terhirup) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 1 RfC (reference concentration) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan inhalasi

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 23

ூோ

helliphelliphelliphelliphellipRumus 6

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur ingesti (tertelan) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 2 RfD (reference dose) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan ingesti

Didapat Interpretasi tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko yang diperoleh pada ARKL merupakan konsumsi pakar ataupun praktisi sehingga perlu disederhanakan atau dipilihkan bahasa yang lebih sederhana agar dapat diterima oleh khalayak atau publik Tingkat risiko dinyatakan dalam angka atau bilangan desimal tanpa satuan Tingkat risiko dikatakan AMAN bilamana intake le RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ le 1 Tingkat risiko dikatakan TIDAK AMAN bilamana intake gt RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ gt 1 Narasi yang digunakan dalam penyederhanaan interpretasi risiko agar dapat diterima oleh khalayak atau publik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll Contoh Tingkat risiko RQ untuk pajanan Pb (inhalasi) sebesar 000008 microgm3 pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan rata - rata 55 kg dan telah terpajan 350 haritahun selama 20 tahun diketahui sebesar 0098 maka Interpretasi risiko Pajanan Pb sebesar 000008 microgm3 secara inhalasi pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan 55 Kg masih aman untuk frekuensi pajanan 350 haritahun hingga 20 tahun mendatang Perhitungan tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko untuk efek karsinogenik dinyatakan dalam notasi Excess Cancer Risk (ECR) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek karsinogenik dilakukan perhitungan dengan mengkali intake dengan SF Rumus untuk menentukan ECR adalah sebagai berikut

ܥܧ = Rumus 7helliphelliphelliphellip ܨ ݔ ܫKeterangan Digunakan untuk menghitung tingkat risiko pada agen risiko dengan efek karsinogenik I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 3 atau rumus SF (slope factor) Nilai referensi agen risiko dengan efek karsinogenik

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 24

Interpretasi tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko dinyatakan dalam bilangan exponen tanpa satuan (cth 13E-4) Tingkat risiko dikatakan acceptable atau aman bilamana ECR le E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR le 110000 Tingkat risiko dikatakan unacceptable atau tidak aman bilamana ECR gt E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR gt 110000 Contoh ECR = 13E-5 (13 x 10-5) dapat diinterpretasikan sebagai berikut ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Narasi yang digunakan dalam risiko karsinogenik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoacceptablersquo atau lsquounacceptablersquo (lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo) - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll - Risiko kanker [ mis ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Contoh Tingkat risiko ECR untuk pajanan benzene (inhalasi) sebesar 03 microgm3 pada pekerja depo penampungan BBM di Jakarta dengan berat badan rata - rata 60 kg dan telah terpajan 250 haritahun selama 10 tahun diketahui sebesar 456E-4

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 1

MODUL II MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Manajemen Risiko Kesehatan Lingkungan

Manajemen risiko adalah proses mengidentifikasi evaluasi penyeleksian dan melakukan

upaya untuk mengurangi risiko terhadap ekosistem dan kesehatan manusia (Omenn GS et al 1997) Setelah melakukan keempat langkah ARKL di atas maka telah dapt diketahui apakah suatu agen risiko amandapat diterima atau tidak Manajemen risiko bukan termasuk langkah ARKL melainkan tindak lanjut yang harus dilakukan bilamana hasil karakterisasi risiko menunjukkan tingkat risiko yang tidak aman ataupun unacceptable Dalam melakukan manajemen risiko perlu dibedakan antara strategi manajemen risiko dengan cara manajemen risiko Strategi manajemen risiko meliputi penentuan batas aman yaitu

1 Konsentrasi agen risiko (C) danatau 2 Jumlah konsumsi (R) danatau 3 Waktu pajanan (tE) danatau

4 Frekuensi pajanan (fE) danatau

5 Durasi pajanan (Dt)

Setelah batas aman ditentukan selanjutnya perlu dilakukan penapisan alternatif terhadap batas aman yang mana yang akan dijadikan sebagai target atau sasaran pencapaian dalam pengelolaan risiko Batas aman yang dipilih adalah batas aman yang lebih rasional dan realistis untuk dicapai

Adapun cara manajemen risiko adalah cara atau metode yang akan digunakan untuk

mencapai batas aman tersebut Cara manajemen risiko meliputi beberapa pendekatan yaitu pendekatan teknologi pendekatan sosial - ekonomis dan pendekatan institusional penjelasan lebih lanjut langkah ndash langkah dalam manajemen risiko akan dijelaskan pada sub bahasan selanjutnya

Materi Sub Bahasan Strategi manajemen risiko

1 Penentuan batas aman Batas aman disini adalah batas atau nilai terendah yang menyebabkan tingkat risiko

menjadi tidak aman (tidak dapat diterima) Oleh karenannya nilai yang aman adalah nilai di bawah batas amannya sedangkan nilai yang sama dengan batas aman tersebut akan menyebabkan tingkat risiko menjadi tidak aman Sebagai contoh jika hasil

perhitungan menunjukkan konsentrasi aman adalah 4499 microgm3 maka nilai konsentrasi

yang benar ndash benar aman adalah di bawah 4499 microgm3 (lt4499 microgm3) 4498 microgm3

a) Penentuan konsentrasi aman (C) Dalam penentuan konsentrasi aman semua variabel dan nilai yang digunakan

sama dengan variabel dan nilai pada perhitungan intake Akan tetapi nilai intake yang digunakan adalah RfD atau RfC agen risikonya

Sedangkan konsentrasi aman pada intake karsinogenik perhitungan didasarkan

pada nilai acceptable sebesar 10-4 dibagi nilai SF nya Selain itu variabel tavg disesuaikan dengan perhitungan karsinogenik yaitu (70 haritahun x 365 hari) Untuk menghitung konsentrasi aman digunakan rumus sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 2

Konsentrasi aman non karsinogenik Konsentrasi aman non karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 8

Konsentrasi aman non karsinogenik (ingestii)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ಶ ௫

Rumus 9

Konsentrasi aman karsinogenik Konsentrasi aman karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 10

Konsentrasi aman karsinogenik (ingesti)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 11

Keterangan

Notasi Arti Notasi C(aman) (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada udara ambien atau pada

air bersihminum atau pada makanan yang aman

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 3

Notasi Arti Notasi R (Rate) Laju asupan

Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

Volume air minum yang masuk tubuh (liter) setiap harinya

Volume makanan yang masuk tubuh (gram) setiap harinya

tE atau time of exposure (rumus 8)

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode

b) Penentuan jumlah konsumsi aman (R)

Laju asupan yang dapat dikelola hanyalah pada pada pajanan melalui makanan dan air minum (ingesti) karena masih banyak substitusi untuk setiap jenis makanan ataupun air minum Untuk pajanan melalui udara (inhalasi) pembatasan laju inhalasi hampir tidak mungkin dilakukan Untuk menghitung jumlah konsumsi aman digunakan rumus sebagai berikut Laju konsumsi aman non karsinogenik (ingesti)

() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ಶ ௫

Rumus 12

Laju konsumsi aman karsinogenik (ingesti)

() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ಶ ௫

Rumus 13

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 4

Keterangan Notasi Arti Notasi

R(aman) Laju konsumsi atau banyaknya volume makanan (gram) atau volume air (liter) yang masuk tubuh setiap harinya yang aman

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

c) Penentuan waktu pajanan aman (tE) Waktu pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan

kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan waktu pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah jam terpapar setiap harinya oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung waktu pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Waktu pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 14

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 5

Waktu pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 15

Keterangan

Notasi Arti Notasi t(aman) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap

harinya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

d) Penentuan frekuensi pajanan aman (fE)

Frekuensi pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan frekuensi pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah hari terpapar dalam satu tahun oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung frekuensi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Frekuensi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 16

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 6

Frekuensi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 17

Keterangan

Notasi Arti Notasi fE(aman) (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan

setiap tahunnya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

e) Penentuan durasi pajanan aman (Dt) Durasi pajanan aman dikelola pada pemajanan inhalasi pada lingkungan

yang permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan durasi pajanan dilakukan dengan membatasi lamanya tinggal (tahun) masyarakat pada suatu pemukiman dengan cara melakukan lsquorelokasirsquo pemukiman pada saat telah melewati batas durasi amannya Penerapan strategi durasi pajanan aman untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) kurang tepat karena pada pemajanan ingesti manajemen risiko cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung durasi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Durasi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 18

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 7

Durasi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 19

Keterangan

Notasi Arti Notasi Dt (aman) (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan yang

aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

tE atau time of exposure

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

2 Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko Penapisan alternatif manajemen risiko harus didasarkan pada pertimbangan logis

dan turut mempertimbangkan berbagai faktor termasuk cara pengelolaan risikonya Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini

Tabel 10 Alternatif manajemen risiko dan penggunaannya Alternatif Pengelolaan

Risiko Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Penurunan konsentrasi hingga ke batas aman (konsentrasi aman)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 8

Alternatif Pengelolaan Risiko

Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Pengurangan konsumsi hingga ke batas aman (jumlah konsumsi aman)

Pembatasan waktu pajanan hingga ke batas aman (waktui pajanan aman)

Pembatasan frekuensi pajanan hingga ke batas aman (frekuensi pajanan aman)

Pembatasan durasi pajanan hingga ke batas aman (durasi pajanan aman)

Materi Sub Bahasan Cara manajemen risiko

Manajemen risiko selain membutuhkan strategi yang tepat juga harus dilakukan dengan

cara atau metode yang tepat Dalam aplikasinya cara manajemen risiko dapat dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu 1) Pendekatan teknologi

Manajemen risiko menggunakan teknologi yang tersedia meliputi penggunaan alat bahan dan metode serta teknik tertentu Contoh manajemen risiko dengan pendekatan teknologi antara lain penerapan penggunaan IPAL pengolahan penyaringan air modifikasi cerobong asap penanaman tanaman penyerap polutan dll

2) Pendekatan sosial - ekonomis

Manajemen risiko menggunakan pendekatan sosial - ekonomis meliputi pelibat-sertaan pihak lain efisiensi proses substitusi dan penerapan sistem kompensasi Contoh manajemen risiko dengan pendekatan sosial ndash ekonomis antara lain 3R (reduce reuse dan recycle) limbah pemberdayaan masyarakat yang berisiko pemberian kompensasi pada masyarakat yang terkena dampak permohonan bantuan pemerintah akibat keterbatasan pemrakarsa (pihak yang bertanggung jawab mengelola risiko) dll

3) Pendekatan institusional

Manajemen risiko dengan menempuh jalur dan mekanisme kelembagaan dengan cara melakukan kerjasama dengan pihak lain Contoh manajemen risiko dengan pendekatan institusional antara lain kerjasama dalam pengolahan limbah B3 mendukung pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah menyampaikan laporan kepada instansi yang berwenang dll

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 1

MODUL III SURVEILANS FAKTOR RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans oleh World Health Organization (WHO) didefinisikan sebagai kegiatan

berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data kesehatan masyarakat yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat Surveilans yang dilakukan diharapkan dapat Menjadi sistem kewaspadaan dini terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat di masa yang

akan datang Mendokumentasikan dampak dari suatu intervensi atau jejak dari kemajuan program dalam

mencapai tujuan tertentu dan Memonitor dan mengklarifikasi masalah kesehatan secara epidemiologi guna menetapkan

priritas dan menginformasikan kebijakan dan strategi kesehatan ke publik

Faktor risiko dalam dunia kesehatan dan epidemiologi biasa didefinisikan sebagai faktor-faktor atau kondisi yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit Faktor risiko tersebut umumnya dapat dikatagorikan menjadi beberapa jenis yaitu faktor risiko genetis faktor risiko perilaku dan faktor risiko lingkungan

Dari kedua definisi di atas maka surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah kegiatan berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor-faktor atau kondisi lingkungan yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan lingkungan Untuk itu ada beberapa hal yang menjadi kata kunci dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yaitu sistematis dan berkesinambungan pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor lingkungan yang dapat menyebabkan sakit dan upaya kesehatan lingkungan

Materi Sub Bahasan Konsep dan Penerapan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Penyakit dan masalah kesehatan masyarakat erat terhubung dengan faktor atau kondisi

lingkungan Oleh karenanya secara naluriah setiap manusia menginginkan lingkungan yang sehat dan nyaman sebagai tempat tinggalnya yang juga kondusif terhadap kondisi kesehatannya Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang salah satunya ditempuh melalui kegiatan penyehatan lingkungan (kesehatan lingkungan) Dalam rangka mewujudkan kondisi lingkungan sesuai dengan yang diharapkan upaya yang dilakukan haruslah tepat guna tepat sasaran sistematis dan terencana dengan baik serta berbasis bukti (evidence based) Sehingga perumusan upaya kesehatan lingkungan yang akan diterapkan harus didukung dengan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yang baik

Filosofi dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah melakukan pengamatan dan pengawasan terus-menerus terhadap kondisi lingkungan yang diperkirakan dapat menyebabkan penyakit pada manusia Hasil dari kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah berupa informasi mengenai apakah faktor atau kondisi lingkungan tertentu yang diamati berisiko menimbulkan kesakitan dan rekomendasi upaya tidak lanjut yang dibutuhkan untuk mengendalikannya Konsep dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dipahami dari gambar 6

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 2

(sumber Mullan N et al 2008)

Gambar 6 Konsep Surveilans Awal dan Lanjutan dalam Kesehatan Lingkungan

Konsep di atas diadaptasi dari versi model surveilans kesehatan yang diterapkan di Kanada

Dalam prakteknya surveilans kesehatan lingkungan dilakukan dalam dua tahapan dimana pengumpulan data hingga desiminasi diklasifikasikan sebagai surveilans awal dan sintesa pengetahuan dan proses perumusan kebijakan yang merupakan input dari stakeholder dan peneliti sebagai surveilans lanjutan Surveilans awal dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data rutin (menggunakan form yang telah dibakukan pada masing-masing Negara) sedangkan analisis dan interpretasi dari basis data yang umumnya digunakan untuk tujuan monitoring ataupun pembuatan regulasi Selanjutnya surveilans lanjutan dirumuskan dari hasil surveilans awal dikombinasikan dengan masukan dari para peneliti dan stakeholder yang concern (peduli) terhadap masalah kesehatan lingkungan guna memberikan pemahaman pengertian yang baik terhadap isu yang berkembang serta dapat dirumuskan keputusan upaya tindak lanjut yang tepat untuk merespon isu tersebut

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bukan merupakan hal yang baru Konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan telah dilaksanakan sejak lama oleh sektor kesehatan mulai dari unit yang paling bawah seperti puskesmas hingga tingkat kementerian Namun sedikit perbedaan dalam istilah dan nama yang digunakan membuat konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan terkesan suatu terobosan baru Di unit puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten kota pelaksanaan kegiatan ini identik dengan kegiatan inspeksi sanitasi Inspeksi sanitasi yang dilakukan di puskesmas maupun dinas kesehatan dilakukan pada obyek kesehatan lingkungan secara periodik (time series) dengan fokus pada faktor risiko kesehatan lingkungan pada obyek tersebut Sebagai contoh inspeksi sanitasi depot air minum dilakukan oleh puskesmas atau dinas kesehatan kabupaten kota secara rutin (minimal setahun sekali) dengan melakukan observasi kesehatan lingkungan wawancara terkait perilaku dalam penanganan depot air minum dan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 3

pemeriksaan laboratorium kualitas air baku (air bersih) dan air olahan (air minum) Data hasil inspeksi sanitasi pada satu lokasi depot air minum yang sama dalam beberapa periode inspeksi merupakan basis data (database) yang dapat diinterpretasi dianalisis baik secara tunggal (hanya data satu depot tersebut) ataupun bersamaan dengan data inspeksi depot air minum yang lain dan didesiminasikan Selanjutnya hasil desiminasi tersebut dapat ditindaklanjuti dengan melakukan upaya diantaranya pembinaan pelatihan dan lain sebagainya

Materi Sub Bahasan Desain dan Metodologi Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan merupakan suatu studi yang dapat dilakukan dengan desain cross sectional kasus kontrol ataupun kohort Sebagai suatu studi yang masuk ke dalam ranah epidemiologi kesehatan lingkungan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan selain melihat kecenderungan data juga digunakan untuk melihat adanya hubungan antara pajanan lingkungan dan dampak kesehatan (penyakit) Oleh karenanya dalam surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan diperlukan data-data sebagai berikut

1 Data geografis wilayah dilakukan dengan menggunakan GPS untuk penentuan koordinat lokasi dilakukan pengambilan sampel pengumpulan data

2 Data faktor risiko lingkungan meliputi data kualitas lingkungan (pengambilan dan pemeriksaan sampel) data kondisi lingkungan sanitasi yang dikumpulkan melalui observasi (pengisian cek lis) dan wawancara Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dbutuhkan data kualitas udara dalam ruang yang dilakukan dengan pengukuran dan data berkaitan dengan jenis lantai ventilasi bahan bakar memasak dan lain sebagainya

3 Data faktor risiko lingkungan meliputi data perilaku sampel (responden) yang juga merupakan faktor risiko dari penyakit berbasis lingkungan yang menjadi perhatian Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA selain data kualitas udara dalam ruang dan ventilasi perlu dikumpulkan data terkait dengan kebiasaan membuka jendela

4 Data pajanan meliputi data lama tinggal pola aktivitas pekerjaan data konsumsi makanan dan air dan lain sebagainya Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dibutuhkan data lama tinggal dan rata-rata lama berada di dalam rumah

Sebagai suatu studi surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dilakukan dengan desain

tertentu yang disesuaikan dengan tujuan permasalahan yang akan dikaji dan faktor-faktor lainnya Sebagaimana dijelaskan di atas surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional kasus kontrol dan kohort Penggunaan desain studi pada surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seperti pada tabel 11

Tabel 11 Perbandingan Desain Studi

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort Desain pemilihan sampel (sampling)

Random Bisa juga dipisah fixed disease sampling atau fixed exposure sampling

Sampel terpisah untuk kasus (sakit) dan kontrol (tidak sakit)

Sampel terpisah untuk terpajan dan tidak terpajan

Waktu periode pelaksanaan (arah pengusutan)

Satu titik waktu atau sesaat (non directional)

Retrospektif Prospektif Followup selama periode waktu tertentu

Kausalitas Hanya menjelaskan Kausalitas awal Kausalitas dengan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 4

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort hubungan antara faktor risiko kesehatan lingkungan dengan penyakit (namun bukan bersifat kausalitas)

bukti sekuensi temporal

Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai pengganti risiko

Odds sebagai pengganti risiko

Insidensi (R Risiko) Insidence rate

Perbandingan risiko Prevalence Ratio (PR) Odds Ratio (OR) Risiko Relatif (RR)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan lebih tepat menggunakan desain cross sectional dikarenakan dalam pemilihan sampling dilakukan secara random dan pengumpulan data lingkungan dan penyakit dilakukan pada satu waktu Output dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dengan desain cross sectional adalah hubungan (bukan kausalitas) antara faktor lingkungan dan penyakit Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bisa dilakukan dengan desain kasus kontrol bilamana titik tolak studi (pengusutan) dimulai dari adanya penyakit dan sampel dikelompokkan menjadi kasus (sampel yang menderita penyakit) dan kontrol (sehat) dan data faktor lingkungan sebelum kasus sakit tersedia Selain itu surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat menggunakan desain studi kohort (prospektif) dengan memantau secara terus menerus (hingga periode tertentu) kualitas lingkungan dan faktor lingkungan lainnya bersamaan dengan penyakitnya

Materi Sub Bahasan Tahapan Kegiatan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Tahapan kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seyogyanya terdiri dari survey pendahuluan dan pengumpulan data awal penyusunan instrumen survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pengolahan dan analisis data dan diseminasi Tahapan kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut

1 Survey pendahuluan dan pengumpulan data awal pengumpulan data awal dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal pada lokasi meliputi background data yang telah tersedia atau data lainnya yang berhubungan Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data sekunder dan juga perlu ditentukan lokasi yang akan menjadi titik pengambilan sampel

2 Penyusunan instrumen berdasarkan data awal yang dikumpulkan disusun instrumen untuk survey pengambilan dan pemeriksaan sampel Instrumen disusun berbentuk cek lis danatau kuisioner Untuk mendapatkan data sesuai yang diharapkan instrumen yang telah dibuat sebaiknya diuji coba terlebih dahulu

3 Survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data primer dan pengumpulan data menggunakan instrumen yang digunakan

4 Pengolahan dan analisis data data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis yang dapat dilakukan secara manual ataupun alat bantu lainnya (mis software pengolah data) Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data informasi disajikan dalam bentuk tabel grafik gambar dan peta yang terangkum dalam laporan

5 Diseminasi dimaksudkan untuk menyebarluaskan informasi dan temuan lapangan kepada para stakeholder

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 1

MODUL IV ANALISIS KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Prinsip Dasar Analisis Kualitas Kesehatan Lingkungan

Analisis adalah kajian atau penelitian yang dititikberatkan pada variabel tertentu untuk mengetahui keadaan atau kondisi sebenarnya termasuk juga yang berkaitan dengan sebab musabab terjadinya kondisi tersebut Dengan demikian analisis kualitas lingkungan merupakan suatu kegiatan yang menggunakan cara atau metode ilmiah guna mengetahui seperti apa kondisi atau kualitas kesehatan lingkungan pada suatu tempat waktu yang melibatkan juga masyarakat di tempat tersebut Umumnya analisis kualitas kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk kegiatan pengambilan dan pemeriksaan sampel pengawasan kualitas kesehatan lingkungan melalui kegiatan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi serta interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Analisis kualitas kesehatan lingkungan merupakan kegiatan yang harus mampu dilakukan oleh seorang pejabat kesehatan lingkungan ataupun fungsional sanitarian Perlunya dilakukan analisis ini adalah untuk menjadi bahan masukan ataupun dasar untuk melakukan manajemen risiko kesehatan lingkungan Implementasi dari manajemen risiko kesehatan lingkungan ini bisa dalam bentuk intervensi (pendekatan) teknologi pendekatan sosial melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat secara aktif dan melalui kerjasama jejaring kemitraan antar pihak yang berkepentingan (stakeholder)

Materi analisis kualitas kesehatan lingkungan dalam modul ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan juga keterampilan bagi peserta dalam menilai prosedur pengambilan dan pemeriksaan sampel serta interpretasi hasil pemeriksaan sampel yang dilakukan dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan Materi dalam modul ini bukan dimaksudkan agar peserta mampu melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel kesehatan lingkungan sendiri tanpa berkerjasama dengan laboratorium Materi Sub Bahasan Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Kesehatan Lingkungan

Pengambilan sampel kesehatan lingkungan hakikatnya dilakukan untuk memotret atau

menjadi acuan untuk menduga kualitas kesehatan lingkungan pada suatu media di suatu wilayah Secara garis besar pengambilan sampel bertujuan untuk mengumpulkan data rona awal kesehatan lingkungan dan memantau kondisi kesehatan lingkungan Dalam hal memantau kesehatan lingkungan pengambilan sampel dilakukan untuk menentukan status kualitas kesehatan lingkungan menentukan kebijakan kesehatan lingkungan menegakkan hukum kesehatan dan lingkungan dan melakukan penelitian kesehatan lingkungan

Kualitas kesehatan lingkungan merupakan hal yang kompleks dan begitu dinamis karena dipengaruhi begitu banyak variabelfaktor Untuk itu pengambilan sampel l kesehatan ingkungan yang bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan harus dilakukan dengan cermat tepat serta butuh perencanaan dan pengorganisasian yang baik Untuk menjamin pengambilan sampel dapat menjamin keterwakilan kualitas kesehatan lingkungan perlu diperhatikan beberapa aspek yaitu lokasi dan titik pengambilan sampel parameter kualitas lingkungan yang akan dipilih serta ukuran jumlah dan volume sampel yang akan diambil Perencanaan Pengambilan Sampel

Seperti halnya kegiatan dan program pengambilan sampel sesuai dengan yang diharapkan perlu direncanakan dengan baik Perencanaan pengambilan sampel ini bertujuan untuk memastikan dan menegaskan kembali tujuan pengambilan sampel kesehatan lingkungan memutuskan cara-cara

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 2

mencapai tujuan mengetahui secara tepat hal-hal yang perlu dilakukan pada saat pengambilan sampel menyiapkan sumber daya yang diperlukan dan menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pengambilan sampel Jelasnya unsur-unsur perencanaan pengambilan sampel meliputi

a) Tujuan pengambilan sampel harus dipastikan apakah dalam rangka pengumpulan data rona kesehatan lingkungan awal atau dalam rangka memantau kesehatan lingkungan

b) Merencanakan biaya pengambilan sampel dengan mempertimbangkan empat hal yaitu aksesibilitas lokasi dan titik pengambilan sampel jumlah jenis dan kompleksitas sampel frekuensi pengambilan sampel serta penjaminan dan pengendalian mutu di lapangan Selain empat hal yang perlu dipertimbangkan tersebut perlu diketahui komponen pembiayaan dalam pengambilan sampel yaitu depresiasi (penyusutan) nilai peralatan kalibrasi peralatan pemakaian bahan pengawet secara kimia danatau fisika penggunaan bahan habis pakai penggunaan wadah sampel transportasi ke lokasi pengambilan sampel akomodasi (bila perlu) honor pengambil sampel (lumpsum atau per diem) dan penyusunan laporan pengambilan sampel

c) Administrasi berkaitan dengan pengambilan sampel yang meliputi penyiapan surat tugas surat pemberitahuan perizinan brevet ataupun lencana kewenangan pencatatan pendokumentasian dan hal-hal pendukung lainnya

d) Perlu jaminan pengambil sampel pada saat pengambilan sampel merupakan personel yang kompeten danatau berwenang dengan kualifikasi (kompetensi) latar belakang pendidikan yang sesuai pengalaman di bidangnya terampil dan diakui ataupun tersertifikasi

e) Penentuan parameter pengujian terhadap sampel yang diambil sesuai dengan tujuan pengambilan sampel turut mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait serta disesuaikan dengan parameter indikatif suatu kegiatan atau wilayah tertentu Mis parameter indikatif pada industri Pulp dan kertas adalah pH BOD COD dan TSS sedangkan pada wilayah pertambangan emas parameter yang diambil adalah air raksa (Hg) dan sianida (CN-)

f) Penentuan media lingkungan yang akan dilakukan pengambilan sampel g) Merencanakan tipe sampel yang akan diambil apakah sampel sesaat (grab sample) sampel

gabungan (composite sample) sampel terpadu (integrated sample) atau sampel kontinyu (continous sample)

h) Peralatan pengambilan sampel harus direncanakan dengan baik Peralatan pengambilan sampel terdiri dari peralatan pengambil sampel (utama) peralatan pendukung dan peralatan K3 atau APD Peralatan pengambil sampel adalah peralatan yang fungsinya untuk mengambil sampel lingkungan dengan parameter yang direncanakan seperti HVAS (High Volume Air Sampler) LVS (Low Volume Sampler) MAS (Microbiology Air Sampler) dll Alat pendukung adalah alat yang fungsinya mendukung pengambilan sampel seperti peralatan pengukur parameter lapangan (pH meter termometer barometer kecepatan angin hygrometer dll) dokumen terkait (surat tugas surat izin dll) alat tulis untuk perekaman proses pengambilan sampel penunjuk arah (kompas) dan penunjuk lokasi (GPS) dll APD yang digunakan dalam pengambilan sampel meliputi sarung tangan masker helm ear plugmuff P3K dll

i) Perencanaan terhadap wadah sampel yang akan digunakan untuk pengamanan dan transpor sampel harus disesuaikan dengan karakteristik dan interaksi parameter sampel yang akan diuji dengan sifat bahan wadah Sebagai contoh pengambilan sampel DOBOD harus menggunakan botol BOD khusus yang menggunakan tutup asah sedangkan untuk sampel mikrobiologi digunakan wadah steril

j) Pengawetan sampel dilakukan sesuai dengan karakteristik parameter yang akan diuji pada sampel mis pengawetan sampel untuk parameter golongan logam pada air menggunakan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 3

asam nitrat pekat (HNO3 p) hingga pH lt 2 sedangkan untuk sampel sianida total pada air diawetkan menggunakan NaOH hingga pH gt 12 dan didinginkan 4oCplusmn2oC pada tempat gelap

k) Batas penyimpanan sampel disesuaikan dengan parameter yang akan diuji dan mengacu pada acuan standar seperti ASTM (The American Society for Testing and Materials) dll

l) Pengamanan sampel di lapangan meliputi pengemasan pengamanan pada label sampel (spidol waterproof label yang baik) informasi tambahan yang penting (titik jenis parameter uji pengawetan waktu dan nama pengambil sampel) sehingga mencegah interaksi sampel dengan lingkungan yang menyebabkan perubahan kualitasnya (kontaminasi degradasi dll)

m) Transportasi sampel yang juga berkaitan dengan batas penyimpanan sampel harus diperhatikan dengan seksama Selain itu moda transportasi yang digunakan untuk membawa sampel juga harus dipenuhi standar keamanannya seperti harus mematuhi peraturan penerbangan nasional dan internasional bila sampel dibawa menggunakan pesawat udara

n) Penyimpanan sampel dilakukan baik secara fisik maupun kimia seperti meminimalkan adsorbsi pengasaman mencegah metabolisme mikroorganisme menghindari hidrolisis serta pengendapan Faktor kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan dengan proses pengambilan sampel

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Penentuan Titik Sampel

Prinsip penentuan titik sampel harus mempertimbangkan keterwakilan populasi atau kualitas lingkungan kemampuan peralatan keselamatan pengambil sampel faktor klimatologi biaya dan kaidah-kaidah empiris Prinsip-prinsip penentuan titik sampel pada media lingkungan adalah sebagai berikut a) Pengambilan sampel air a)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 736 tahun 2010 tentang Pengawasan Kualitas Air Minum

Peraturan daerah setempat a)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah jerigen botol botol BOD botol steril timba steril coolbox dll Peralatan pendukung pH meter termometer sisa klor GPS peralatan untuk menjamin

tidak terjadi kontaminasi (krustang kapas alkohol) dll Pengawet Asam (HNO3 p H2SO4 p) basa (NaOH) dry ice dll APD sarung tangan masker jaket pelampung dll

a)3 Aspek yang dipertimbangkan Kedalaman air Homogenitas (untuk sampel air badan air) Arah dan kecepatan aliran air (untuk sampel air badan air)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 4

Keterkaitan dengan pajanan pada masyarakat (bila digunakan untuk penelitian kesehatan masyarakat)

Jarak antar sampel Keselamatan dan kemampuan sumber daya

a)4 Penentuan titik sampel Air sungai ditentukan yaitu

Uji homogenitas sungai dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu lalu lakukan uji parameter lapangan (suhu pH DOoksigen terlarut dan DHLDaya Hantar Listrik) Apabila hasil pengujian beberapa parameter pada beberapa sampel tersebut tidak berbeda jauh dengan variasi lt 10 maka disebut homogen atau tercampur sementara sehingga sampel yang diambil untuk mewakili air sungai tersebut bisa lebih sedikit

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel air sungai harus meliputi daerah hulu yang belum terkontaminasi daerah pemanfaatan sungai daerah yang potensial terkontaminasi daerah pertemuan dua sungai dan daerah hilir

Air tanah Pengambilan sampel dilakukan plusmn 20 cm dari dasar sumur gali dan dipastikan agar tidak

ada sedimen yang ikut terambil atau pada mulut kran tempat air keluar untuk sumur bor

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel dilakukan pada daerah meliputi daerah dimana air tanah digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari termasuk air minum dan di daerah yang berisiko terkontaminasi (dekat penimbunanpembuangan akhir sampah daerah pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif wilayah pesisir dimana terjadi intrusi air laut dll)

b) Pengambilan sampel udara ambien dan udara dalam ruang b)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan Peraturan daerah setempat

b)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Peralatan utama High Volume Air Sampler (HVAS) RAC Gas Sampler EPAM CO dan CO2

Detektor Low Volume Sampler Microbiology Air Sampler atau Lamotte BD Pump dan Sound Level Meter

Peralatan pendukung pengukur kecepatan angin arah angir termometer hygrometer dan luxmeter

Bahan yang digunakan filter HVAS dan LVS absorbant (So2 NO2 H2S NH3 dan O3) dan larutan garam (NaCl) fisiologis steril

b)3 Aspek yang dipertimbangkan Berhubungan dengan klimatologi arah dan kecepatan angin bunga angin (wind rose)

kelembaban musim dan suhu udara Berhubungan dengan asumsi konsentrasi parameter inversi udara dispersi jarak terbang

(distance) dan ukuran partikel Bilamana sumber pencemar adalah cerobong asap maka ketinggian ukuran partikel dan jarak terhadap pemukiman penduduk harus dipertimbangkan

Berhubungan dengan pajanan daerah padat penduduk jarak terhadap sumber pencemar (radius)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 5

b)4 Penentuan titik sampel Pengambilan sampel udara ambien harus menghindari daerah yang dekat dengan

bangunan dan tanaman yang diperkirakan dapat mengabsorbsi atau mengadsorbsi pencemar daerah yang terdapat pengganggu kimia yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Emisi kimiawi kendaraan bermotor dapat mengganggu pengukuran ozon) dan daerah yang terdapat pengganggu fisik yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Pengukuran total partikulat atau TSP dapat terganggu oleh adanya insinerator disekitar lokasi pengukuran)

Pada umumnya lokasi pengukuran (pengambilan sampel) dilakukan pada daerah yang mempunyai konsentrasi parameter tinggi daerah padat penduduk daerah yang diasumsikan menerima paparan pencemar dan daerah yang digunakan untuk memproyeksikan dampak kegiatan pembangunan

c) Pengambilan sampel sedimen c)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Wadah Plastik atau wadah lainnya untuk sedimen tanah atau lumpur Plastik dan botol

steril untuk makanan Peralatan Grab Sampler untuk pengambilan sludge pada daerah yang sulit danatau

dalam c)3 Aspek yang dipertimbangkan

Potensi dan sumber pencemaran Topografi Jenis vegetasi Perkiraan terjadinya pencemaran

c)4 Penentuan titik sampel Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang

cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel meliputi daerah yang tanahnya diperkirakan akan kontak dengan masyarakat daerah yang mewakili pencemaran tertentu berdasarkan karakteristik kegiatan di wilayah tersebut (tanah pada pertanian perkebunan pertambangan dll) dan daerah yang tanahnya diperkirakan dapat mengkontaminasi media lingkungan lainnya

d) Pengambilan sampel makanan d)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan d)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah Plastik atau wadah atau botol untuk makanan Untuk sampel makanan yang akan diperiksa parameter bakteriologisnya maka digunakan wadah steril

Peralatan sendok sendok steril pisau steril dan peralatanbahan yang mendukung pengambilan secara aseptis (Contoh Pembakar bunsen dengan spiritus)

d)3 Aspek yang dipertimbangkan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 5: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 3

yang terpercaya melalui komunikasi lebih baik antar organisasi dan pakar-pakar peer review Misi proyek ini adalah memastikan agar analisis risiko bahan kimia dan pengelolaannya berjalan secara lebih baik untuk meningkatkan perlindungan kesehatan manusia dan lingkungan di dalam kerangka pembangunan berkelanjutan

Dewasa ini dengan semakin banyaknya pembangunan perubahan lingkungan yang terjadi juga mempengaruhi aspek kesehatan masyarakat Analisis risiko kesehatan lingkungan sesuai dengan tantangan zaman tidak hanya untuk penilaian saja tetapi juga harus dapat mengakomodir manajemen risiko Untuk itu kapasitas sumber daya manusia khususnya di bidang kesehatan lingkungan perlu dibekali pemahaman dan ketrampilan dalam melakukan analisis risiko kesehatan lingkungan

Mengacu pada Risk Assessment and Management Handbook tahun 1996 analisis risiko

mengenal dua istilah yaitu risk analysis dan risk assessment Risk analysis meliputi 3 komponen yaitu penelitian asesmen risiko (risk assessment) atau ARKL dan manajemen risiko Di dalam prosesnya analisis risiko dapat diilustrasikan sebagai berikut Penelitian dimaksudkan untuk membangun hipotesis mengukur mengamati dan merumuskan

efek dari suatu bahaya ataupun agen risiko di lingkungan terhadap tubuh manusia baik yang dilakukan secara laboratorium maupun penelitian lapangan dengan maksud untuk mengetahui efek respon atau perubahan pada tubuh manusia terhadap dosis dan nilai referensi yang aman bagi tubuh dari agen risiko tersebut

Asesmen risiko (risk assessment) atau ARKL dilakukan dengan maksud untuk mengidentifikasi bahaya apa saja yang membahayakan memahami hubungan antara dosis agen risiko dan respon tubuh yang diketahui dari berbagai penelitian mengukur seberapa besar pajanan agen risiko tersebut dan menetapkan tingkat risiko dan efeknya pada populasi

Manajemen risiko dilakukan bilamana asesmen risiko menetapkan tingkat risiko suatu agen risiko tidak aman atau tidak bisa diterima pada suatu populasi tertentu melalui langkah - langkah pengembangan opsi regulasi pemberian rekomendasi teknis serta sosial ndash ekonomi ndash politis dan melakukan tindak lanjut

Ilustrasi dari paradigma dan proses analisis risiko dapat dilihat dari gambar 1 di bawah ini

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 4

Gambar 1 Paradigma atau proses lsquorisk analysisrsquo (National Risk Council 1986)

Pada gambar 1 di atas diilustrasikan proses risk analysis secara utuh dimulai dari penelitian

terkait agen risiko dosis serta responefeknya terhadap kesehatan manusia yang dilakukan oleh peneliti Sedangkan implementasi risk assessment atau ARKL dan manajemen risiko dilakukan oleh praktisi kesehatan lingkungan

Secara operasional pelaksanaan ARKL diharapkan tidak hanya terbatas pada analisis atau penilaian risiko suatu agen risiko atau parameter tertentu di lingkungan terhadap kesehatan masyarakat namun juga dapat menyusun skenario pengelolaannya Bagan alir penerapan ARKL sebagai bagian dari analisis risiko dapat dilihat pada gambar 2 dan 3

Penelitian Risk Assessment Pengelolaan Risiko

Pengembangan opsi regulasi

Tujuan Keputusan

dan Aksi

Laboratorium Lapangan Klinik Tempat kerja Epidemiologi

Identifikasi Bahaya

ldquoagen risiko (fisik kimia biologi) apa saja yang

berbahayardquo

Mekanisme toksisitas

Pengembangan metode dan validasi

Dosis ekstrapolasi dan spesies

Karakterisasi Risiko

ldquobagaimana efeknya pada populasirdquo

Pertimbangan ekonomi sosial politik dan

teknologi

Analisis Dose-Response

Karakterisasi Bahaya

ldquobagaimana kejadian tersebut dikaitkan

dengan efek kritisrdquo

Observasi dan pengukuran lapangan

Model riwayat dan perjalanan (agen risiko) di lingkungan

Analisis Pajanan

ldquoSiapa akan terpajan

oleh apa kapan dimana berapa lama dan melalui

jalur pajanan yang manardquo

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 5

Gambar 2 Bagan Alir Penerapan ARKL

Pada gambar 2 di atas dijelaskan bahwa ARKL merupakan pendekatan yang digunakan untuk

melakukan penilaian risiko kesehatan di lingkungan dengan output adalah karakterisasi risiko (dinyatakan sebagai tingkat risiko) yang menjelaskan apakah agen risikoparameter lingkungan berisiko terhadap kesehatan masyarakat atau tidak Selanjutnya hasil ARKL akan dikelola dan dikomunikasikan kepada masyarakat sebagai tindak lanjutnya

Gambar 3 Kerangka Konseptual ARKL

ARKL sebagai suatu tools termasuk metoda dan prosedurnya merupakan satu di antara jenis studi di bidang kesehatan lingkungan Studi kesehatan lingkungan dan kesehatan secara umum telah mengenal epidemiologi lebih dahulu Namun jika diperbandingkan di antara kedua studi ini memiliki beberapa perbedaan yang fundamental sebagaimana tersaji dalam tabel 1 dan gambar 4 di bawah ini

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 6

Tabel 1 Perbandingan antara ARKL dan EKL ARKL Epidemologi Kesehatan Lingkungan (EKL)

Pajanan agen risiko dinyatakan dengan intake (asupan) ada angkanya

Pajanan tidak harus dinyatakan dengan asupan

Konsentrasi agen risiko antropometri dan pola aktivitas populasi berisiko populasi kajian mutlak diperlukan

Butuh konsentrasi agen risiko namun antropometri dan pola aktivitas tidak wajib

Risiko non karsinogenik dan karsionogenik dibedakan

Risiko non karsinogenik dan karsionogenik tidak dibedakan

Tidak menguji hubungan faktor lingkungan dan outcome kesehatan

Menguji hubungan faktor lingkungan dan outcome kesehatan

Besaran risiko tidak dibaca sebagai kelipatan Besaran risiko dibaca sebagai kelipatan Kuantitas risiko digunakan untuk komunikasi dan manajemen risiko

Tidak merupakan satu kesatuan dengan komunikasi dan manajemen risiko

Gambar 4 Keterkaitan ARKL dan EKL

Materi Sub Bahasan Agen risiko pajanan dosis dan dampak

Dampak buruk terhadap kesehatan yang ditimbulkan oleh agen risiko terjadi karena adanya pemajanan dengan dosis dan waktu yang cukup Suatu organisme sistem subpopulasi terpajan agen risiko di lingkungan melalui beberapa jalur pemajanan Dampak buruk yang timbul akibat pajanan agen risiko kimia di lingkungan diilustrasikan melalui gambar 5 di bawah ini

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 7

Gambar 5 Skema pajanan dan dosis (Kolluru 1996)

Materi Sub Bahasan Istilah Definisi dan Terminologi

Di dalam pelaksanaan ARKL dikenal banyak istilah dan terminologi yang perlu didefinisikan terlebih dahulu agar didapat kesamaan persepsi Mengacu pada International Program on Chemical Safety (IPCS 2004) Risk Assessment Terminology di bawah ini dijelaskan definisi dari setiap istilah yang umum digunakan dalam pelaksanaan ARKL Istilah dan Definisi Analisis Pengujian terperinci dari sesuatu yang kompleks (rumit)

dengan maksud untuk memahami sifat dasarnya dan untuk menentukan komponenciri-ciri dan sifat pentingnya

Analisis risiko Sebuah proses untuk mengendalikan situasi atau keadaan dimana organisme sistim atau subpopulasi mungkin terpajan bahaya Proses risk analysis meliputi 3 komponen yaitu risk assessment manajemen risiko dan komunikasi risiko

Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL)

Sebuah proses yang dimaksudkan untuk menghitung atau memprakirakan risiko pada kesehatan manusia termasuk juga identifikasi terhadap keberadaan faktor ketidakpastian penelusuran pada pajanan tertentu memperhitungkan karakteristik yang melekat pada agen yang menjadi perhatian dan karakteristik dari sasaran yang spesifik

Kulit

Uptake

Dosis internal Dosis masuk Dosis potensial

Pajanan

Organ

Dosis efektif

Dampak buruk Media Kimia

Jalur pajanan kontak kulit

Mulut hidung

Intake

Saluran cerna

Uptake

Dosis internal Dosis masuk Dosis potensial Pajanan

Organ

Dosis efektif

Dampak buruk Media Kimia

Jalur pajanan oral

Mulut hidung

Intake

Paru-paru

Uptake

Dosis internal Dosis masuk Dosis potensial Pajanan

Organ

Dosis efektif

Dampak buruk Media

Jalur pajanan inhalasi

Kimia

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 8

Analisis dosis respon (dose-response assessment)

Analisis hubungan antara jumlah total suatu agen yang diberikan diterima atau diserap oleh suatu organisme sistim atau subpopulasi dengan perubahan yang terjadi pada suatu organisme sistem atau subpopulasi

Analisis pajanan (exposure assessment)

Evaluasi pajanan agen dan turunannya pada organisme sistim atau subpopulasi Analisis pajanan merupakan langkah yang keempat dalam ARKL

Agen (agent) Zat materiatau makhluk dalam bentuk fisik kimiawiatau biologi yang kontak atau mengenai sasaran

Bahaya (hazard) Sifat yang melekat pada suatu agen atau situasi yang berpotensi untuk menyebab dampak buruk ketika organisme sistem atau sub populasi terpajan agen tersebut

Dampak buruk Perubahan pada morfologi fisiologi pertumbuhan perkembangan reproduksi rentang hidup dari suatu organisme sistem atau sub populasi yang akan mengakibatkan gangguan pada kapasitas fungsional ketidakmampuan dalam mengatasi stress (tekanan) atau peningkatan kerentanan (suskebtibilitas) terhadap pengaruh-pengaruh lain

Dosis Jumlah total suatu agen yang diberikan diterima atau diserap oleh suatu organisme sistim atau subpopulasi

Dosiskonsentrasi referensi (RfDRfC)

Dosiskonsentrasi dari pajanan harian agen risiko non karsinogenik yang diestimasi tidak menimbulkan efek yang mengganggu walaupun pajanannya terjadi sepanjang hayat (seumur hidup)

Dosis- respon Hubungan antara jumlah total suatu agen yang diberikan diterima atau diserap oleh suatu organisme sistim atau subpopulasi dan perubahan yang terjadi pada suatu organisme sistim atau subpopulasi tersebut

Efek (effect) Perubahan keadaan atau dinamika suatu organisme sistim atau subpopulasi

Ekses risiko kanker (excess cancer risk [ECR])

Besarnya risiko yang dinyatakan dalam bilangan pecahan kelipatan pangkat lsquo-10rsquo (eksponen) tanpa satuan yang merupakan perhitungan perbandingan antara intake dengan dosiskonsentrasi referensi dari suatu agen risiko karsinogenik serta dapat juga diinterpretasikan sebagai dapattidak dapat diterimanya suatu agen risiko terhadap organisme sistim atau subpopulasi dan kelimpahan kasus kankernya (jumlah tambahan kasus kanker) dalam satuan populasi tertentu

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 9

Identifikasi bahaya (hazard identification)

Identifikasi terhadap jenis dan sifat serta kemampuan yang melekat pada suatu agen risiko yang dapat menyebabkan dampak buruk organisme sistim atau subpopulasi Identifikasi bahaya merupakan langkah yang kedua dalam ARKL

Intake non karsinogenik (Ink)

Banyaknya suatu materi (bahan) atau agen risiko yang memiliki efek non kanker (tidak menyebabkan kanker) pada sebuah media lingkungan yang masuk ke dalam tubuh manusia setiap harinya yang dinyatakan dalam satuan mgkghari

Intake karsinogenik (Ik) Banyaknya suatu materi (bahan) atau agen risiko yang memiliki efek kanker (terbukti dapat menyebabkan kanker) pada sebuah media lingkungan yang masuk ke dalam tubuh manusia setiap harinya yang dinyatakan dalam satuang mgkghari

Karakterisasi risiko (risk characterization)

Perhitungan kualitatif jika memungkinkan secara kuantitatif meliputi probabilitas terjadinya potensi dampak buruk suatu agen pada organisme sistim atau subpopulasi beserta faktor ketidakpastiannya

Konsentrasi (concentration)

Banyaknya suatu materi (bahan) atau agen yang terlarut atau terkandung dalam satuan jumlah pada sebuah media

Lowest Observed Adverse Effect Level (LOAEL)

Dosis terendah yang secara statistik atau biologis (masih) memperlihatkan efek merugikan pada hewan uji atau pada manusia

No Observed Adverse Effect Level (NOAEL)

Dosis tertinggi suatu zat pada studi toksisitas kronik atau subkronik yang secara statistik atau biologis tidak memperlihatkan efek merugikan pada hewan uji atau pada manusia

Risiko (risk) Kemungkinan atau kebolehjadian dari suatu dampak buruk pada organisme sistem atau sub populasi timbul akibat (disebabkan) oleh terpajan suatu agen pada kondisi tertentu

Risiko aman atau risiko yang dapat diterima (Acceptable Risk)

Istilah dalam manajemen risiko yaitu dapat diterimanya risiko yang didasarkan pada data ilmiah faktor sosial ekonomi dan politik serta benefit dari pajanan suatu agen

Slope factor (SF) Dosis konsentrasi dari pajanan harian agen risiko karsinogenik yang diestimasi tidak menimbulkan efek yang mengganggu atau tidak menyebabkan terjadinya kanker walaupun pajanannya terjadi sepanjang hayat (seumur hidup)

Tingkat risiko (risk quotient [RQ])

Besarnya risiko yang dinyatakan dalam angka tanpa satuan yang merupakan perhitungan perbandingan antara intake dengan dosis konsentrasi referensi dari suatu agen risiko non karsinogenik serta dapat juga diinterpretasikan sebagai amantidak amannya suatu agen risiko terhadap organisme sistim atau subpopulasi

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 10

Materi Sub Bahasan Jenis dan Penggunaan ARKL

Ada dua jenis ARKL yang dapat digunakan yaitu kajian ARKL cepat atau kajian di atas meja (desktop studi) dan kajian lapangan (field study) tergantung sumber data yang digunakan ARKL diatas meja tidak menggunakan data lapangan tetapi menggunakan nilai-nilai default rekomendasi danatau asumsi sedangkan kajian lapangan dilakukan dengan pengukuran langsung kualitas lingkungan pajanan (frekuensi durasi) dan data antropometri (berat badan) Perbedaan antara kedua jenis ARKL tersebut dapat dilihat pada tabel 2

Tabel 2 Perbandingan antara ARKL desktop dan field

VARIABEL Desktop field Sumber data

yang digunakan

Data Sekunder dan asumsinilai default

Data primer (data yang dikumpulkan sendiri) dan asumsi jika Waktu

pelaksanaan Seketika saat dibutuhkan durasi lebih singkat

Perlu perencanaan dan pengorganisasian durasi lebih lama

Besarnya biaya yang dibutuhkan

Sangat sedikit atau tidak ada Biaya besar (biaya seperti melakukan suatu penelitian kajian lapangan)

ARKL sebagai suatu cara lsquotoolsrsquo atau pendekatan dapat diaplikasikan untuk berbagai keperluan Penggunaan ARKL pada berbagai kebutuhan dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini

Tabel 3 Penggunaan dari masing - masing model ARKL Jenis Kegiatan Kebutuhan lsquodesktoprsquo ARKL Kajian ARKL

Analisis suatu kasus kesehatan lingkungan (Emergency Responses)

-

Analisis suatu kasus kesehatan lingkungan (Reformation Responses)

-

Penyusunan AMDAL suatu kegiatan dan atau usaha Kajian ANDAL dan penyusunan RKL - RPL

-

Pengkajian penyusunan dan penetapan baku mutu -

Pengkajian penyusunan dan penetapan kebijakan kesehatan lingkungan yang baru

-

Materi Sub Bahasan Langkah ndash langkah ARKL Perumusan masalah yang dilakukan sebelum melakukan langkah ndash langkah ARKL dimaksudkan untuk dapat menjawab pertanyaan apa dimana berapa besar kapan siapa populasi berisiko dan bagaimana kepedulian masyarakat (populasi berisiko) Rumusan masalah ini akan digunakan sebagai latar belakang mengapa suatu agen risiko perlu dianalisis risiko dan akan dimasukkan ke dalam laporan Uraian apa yang harus dijawab untuk merumuskan masalah dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 11

Tabel 4 Uraian langkah perumusan masalah Pertanyaan Uraiaan - Apa yang menjadi masalah Media lingkungan yang terkena dampak jenis kegiatan yang

menjadisumber dampak jenis polutan apa yang potensial

- Dimana masalah itu terjadi Wilayah administrasi wilayah geografi batas sosial batas ekologis - Seberapa besar masalahnya Prevalensi penyakit terkait lingkungan konsentrasi agen risiko pada media lingkungan jumlah populasi yang potensial terkena

- Kapan masalah terjadi Hari bulan tahun dan durasi (lamanya) masalah berlangsung - Siapa populasi berisiko Kelompok masyarakat yang potensial terkena golongan

umur kelompok berdasarkan tempat tinggal pekerjaan dan komunitas tertentu (komunitas hobi komunitas adat dll)

- Bagaimana kepedulian masyarakat

Deskripsi aksi protes masyarakat opini pendapat masyarakat dan tokoh masyarakat pandangan pakar respon instansi yang berwenang menangani masalah tersebut (program rencana program kerja terkait penanganan masalah

Langkah 1 Identifikasi bahaya (hazard identification) Identifikasi bahaya merupakan langkah pertama dalam ARKL yang digunakan untuk mengetahui secara spesifik agen risiko apa yang berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan bila tubuh terpajan Sebagai pelengkap dalam identifikasi bahaya dapat ditambahkan gejala ndash gejala gangguan kesehatan apa yang terkait erat dengan agen risiko yang akan dianalisis Tahapan ini harus menjawab pertanyaan agen risiko spesifik apa yang berbahaya di media lingkungan yang mana agen risiko eksisting seberapa besar kandungankonsentrasi agen risiko di media lingkungan gejala kesehatan apa yang potensial Uraian apa yang harus dijawab dalam identifikasi bahaya dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini

Tabel 5 Uraian langkah identifikasi bahaya Pertanyaan Uraian Agen risiko spesifik apa yang berbahaya

Agen risiko bahan kimia jelaskan spesi atau senyawa kimia apa yang berbahaya secara jelas Contoh Merkuri (Hg) jelaskan apakah agen risiko berupa elemental mercury anorganic mercury atau organic mercury (methyl mercury) Agen risiko biologi jelaskan spesiesnya

Di media lingkungan yang mana agen risiko eksisting

Jelaskan media lingkungan dimana agen risiko eksisting apakah di udara ambien air tanah sludge biota hewan dll Contoh jika merkuri sebagai agen risiko maka media lingkungan yang terkontaminasi antara lain air bersih sludge (jika pada pertambangan emas rakyat) ataupun di hewan (ikan yang dikonsumsi)

Seberapa besar kandungankonsentrasi agen risiko di media lingkungan

Jelaskan konsentrasi hasil pengukurannya di media lingkungan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 12

Pertanyaan Uraian Gejala kesehatan apa yang potensial

Uraikan gejala kesehatan gangguan kesehatan apa yang dapat terkait dengan agen risiko Contoh jika merkuri sebagai agen risiko maka gejalagangguan kesehatan yang mungkin timbul antara lain tremor gemetaran pada saat berdiri pusing pada saat berdiri rasa nyeri pada tangan dan kaki dan gangguan pada susunan saraf pusat

Untuk membantu dalam melakukan identifikasi bahaya dapat digunakan contoh formulir sebagaimana pada tabel 6 di bawah ini

Tabel 6 Contoh formulir bantu identifikasi bahaya Sumber

dan penggunaan

Media lingkungan potensial

Agen Risiko

Konsentrasi

Minimal Rata - rata Maksimal Pertambangan mineral (emas tembaga perak dll)

Air permukaan (sungai danau)

Merkuri Anorganik Total Merkuri

- Merkuri Anorganik mgl - Total Merkuri mgl

- Merkuri Anorganik mgl - Total Merkuri mgl

- Merkuri Anorganik mgl - Total Merkuri mgl Lumpur (tailing) Metil Merkuri

Merkuri Anorganik Total Merkuri

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Tanaman (buah sayur umbi)

Metil Merkuri Merkuri Anorganik Total Merkuri

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah (sumur) Merkuri Anorganik Total Merkuri

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Udara Total Merkuri Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Biota air (ikan kerang dsb)

Metil Merkuri Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Pertambangan fosil (batu bara minyak bumi)

middot Udara SO2 Benzene Golongan Metan

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 13

Sumber dan

penggunaan

Media lingkungan potensial

Agen Risiko

Konsentrasi

Minimal Rata - rata Maksimal Pengolahan aki bekas

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Industri elektronika

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan (dari limbah cair)

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah (dari limbah cair)

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Bengkel patri las galvanisasi logam

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Transportasi middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Tanaman Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Kegiatan lainnya Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Penggunaan formulir ini dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan dalam pengisiannya merujuk pada literatur yang tersedia Langkah 2 Analisis dosis - respon (dose-response assessment) Setelah melakukan identifikasi bahaya (agen risiko konsentrasi dan media lingkungan ) maka tahap selanjutnya adalah melakukan analisis dosis- respons yaitu mencari nilai RfD danatau RfC danatau SF dari agen risiko yang menjadi fokus ARKL serta memahami efek apa saja yang mungkin ditimbulkan oleh agen risiko tersebut pada tubuh manusia Analisis dosis ndash respon ini tidak harus

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 14

dengan melakukan penelitian percobaan sendiri namun cukup dengan merujuk pada literature yang tersedia Langkah analisis dosis respon ini dimaksudkan untuk

a mengetahui jalur pajanan (pathways) dari suatu agen risiko masuk ke dalam tubuh manusia

b memahami perubahan gejala atau efek kesehatan yang terjadi akibat peningkatan konsentrasi atau dosis agen risiko yang masuk ke dalam tubuh

c mengetahui dosis referensi (RfD) atau konsentrasi referensi (RfC) atau slope factor (SF) dari agen risiko tersebut

Di dalam laporan kajian ARKL ataupun dokumen yang menggunakan ARKL sebagai cara metode kajian analisis dosis ndash respon perlu dibahas dan dicantumkan Analisis dosis ndash respon dipelajari dari berbagai toxicological reviews jurnal ilmiah atau artikel terkait lainnya yang merupakan hasil dari penelitian eksperimental Untuk memudahkan analisis dosis ndash respon dapat dipelajari pada situs wwwepagoviris Dosis Referensi (RfD) Konsentrasi Referensi (RfC) dan Slope Factor (SF) Uraian tentang dosis referensi (RfD) konsentrasi referensi (RfC) dan slope factor (SF) adalah sebagai berikut

a Dosis referensi dan konsentrasi yang selanjutnya disebut RfD dan RfC adalah nilai yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman pada efek non karsinogenik suatu agen risiko sedangkan SF (slope factor) adalah referensi untuk nilai yang aman pada efek karsinogenik

b Nilai RfD RfC dan SF merupakan hasil penelitian (experimental study) dari berbagai sumber baik yang dilakukan langsung pada obyek manusia maupun merupakan ekstrapolasi dari hewan percobaan ke manusia

c Untuk mengetahui RfC RfD dan SF suatu agen risiko dapat dilihat pada Integrated Risk Information System (IRIS) yang bisa diakses di situs wwwepagoviris

d Jika tidak ada RfD RfC dan SF maka nilai dapat diturunkan dari dosis eksperimental yang lain seperti NOAEL (No Observed Adverse Effect Level) LOAEL (Lowest Observed Adverse Effect Level) MRL (Minimum Risk Level) baku mutu udara ambien pada NAAQS (National Ambient Air Quality Standard) dengan catatan dosis eksperimental tersebut mencantumkan faktor antropometri yang jelas (Wb tE fE dan Dt)

Satuan dosis referensi (RfD) dinyatakan sebagai milligram (mg) zat per kilogram (Kg) berat badan per hari disingkat mgkghari Dalam literatur terkadang ditulis mgkgxhari mgkghari dan mgkg-hari Satuan konsentrasi referensi (RfC) dinyatakan sebagai milligram (mg) zat per meter kubik (M3) udara disingkat mgM3 Konsentrasi referensi ini dinormalisasikan menjadi satuan mgkghari dengan ara memasukkan laju inhalasi dan berat badan yang bersangkutan Untuk memudahkan dalam analisis dosis ndash respon pada tabel 7 dan 8 disajikan contoh RfD RfC dan SF

Tabel 7 Contoh RfD dan SF beberapa agen risiko atau spesi kimia jalur ingesti No Agent Dosis Respon

(RfD SF) Efek Kristis dan Referensi

1 As (Arsen) 3E-4 mgkgday 15E+0 (mgkgday)minus1

Hiperpigmentasi keratosis dan kemungkinan komplikasi vaskular pajanan oral (Tseng 1977 Tseng et al 1968)

2 Ba (Barium) 2E-1 mgkgday Nefropati dalam 2 tahun pemberian air minum kepada mencit (NTP 1994)

3 B (Boron) 2E-1 mgkgday Penurunan berat janin pada pajanan asam borat gestasi

4 Cd (Kadmium) 5E-4 mgkgday Proteinuria pajanan kronik manusia (USEPA

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 15

No Agent Dosis Respon (RfD SF)

Efek Kristis dan Referensi

5 Cl2 (Klorin) bebas 1E-1 mgkgday Pajanan kronik air minum tikus (NTP 1992) 6 Cr6+ (Kromium

Heksavalen) 3E-3 mgkgday Uji hayati air minum 1 tahun dengan tikus

(McKenzie et al 1958) dan pajanan air minum penduduk Jinzhou (Zhang and Li 1987)

7 CN- (Sianida) 2E-2 mgkgday Kehilangan berat efek tiroid dan degradasi myelin dalam uji hayati subkronik sampai kronik oral pada tikus (Philbrick et al 1979)

8 F- (Fluorida) 6E-2 mgkgday Flourisis gigi dan efek kosmetik dalam studi epidemio logi (Hodge 1950 cited in Underwood 1977)

9 Mn (Mangan) 1 4E- 1 mgkgday Hipokolesterolemia epilepsi kekurangan pankreas eksokrin sklerosis berganda katarak osteoporosis fenilketonuria amp penyakit kencing maple syrup (inborn) panotda ingesi kronik manusia (NRC 1989 Freeland- Graves et al 1987 WHO 1973)

10 Hg ndash MeHg (Merkuri - metal merkuri)

1E-4 mgkgday Kelainan neuropsikologis perkembangan dalam studi epidemilogi (Grandjean et al 1997 Budz-Jergensen et al 1999)

11 NO2- (Nitrit) 1E-1 mgkgday Methemoglobinemia pada bayi yang terpajan kronik air minum (Walton 1951)

12 Se (Selenium) 5E-3 mgkgday Selenosis dari studi epidemiologi (Yang et al 1989)

13 Zn (Seng) 3E-1 mgkgday Penurunan Cu eriytrosit dan aktifitas Zn superoksida dismutase pada relawan pria dan wanita (Yadrick et al 1989)

14 CHBr3 2E-2 mgkgday 79E-3 (mgkgday)minus1

Lesi hepatik uji hayati subkronik gavage oral pada tikus

15 CHCl3 1E-2 mgkgday Pembentukan greasety cyst sedangnyata pada hati dan peningkatan SGPT dalam uji hayati kronik pada anjing (Heywood et al 1979)

16 CHBr2Cl 2E-2 mgkgday 84E-2 (mgkgday)minus1

Lesi hepatik uji hayati subkronik gavage oral pada tikus (NTP 1989)

Disadur dari Rahman 2007

Tabel 8 Contoh RfC beberapa agen risiko atau spesi kimia jalur inhalasi No Agent Dosis Respon Efek Kristis dan Referensi RfC 1 NH3 286E-2 Kenaikan keparahan rinitis dan pneumonia

dengan lesi pernafasan pada uji hayati tikus subkronik (Broderson et al 1976)

2 H2S 57 1E-4 Lesi nasal lendir olfaktori pada uji hayati tikus subkronik (Brenneman et al 2000)

3 Pb 493E-4 Perubahan tingkat enzim dan perkembangan neurobehavioral anak-anak (IRIS 2006)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 16

1E-4 mgkg-day

(00001

mgkg-day)

No Agent Dosis Respon Efek Kristis dan Referensi 4 NO2 2E-2 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) 5 SO2 26E-2 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) 6 TSP 242 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) Disadur dari Rahman 2007 Mengingat pemutakhiran (update) RfD RfC dan SF berlangsung sangat cepat RfD RfC dan SF yang tercantum pada tabel di atas tidak bisa selamanya dijadikan acuan RfD RfC dan SF dari agen risiko yang lain serta update dari RfD RfC dan SF pada tabel di atas dapat dilihat dengan mengakses wwwepagoviris Tahapan dalam mengakses situs tersebut dapat dilihat pada lampiran 5 Tampilan evaluasi dosis - respon yang terdapat pada toxicological review pada situs tersebut dapat dilihat pada contoh berikut Contoh evaluasi dosis ndash respon (1) Methylmercury (MeHg) CASRN 22967-92-6 IA1 Oral RfD Summary Critical Effect Experimental Doses UF MF RfD

Developmental neuropsychological impairment Human epidemiological studies (Grandjean et al 1997 Budtz-Joslashrgensen et al 1999a)

Benchmark Dose BMDL05 range of 46-79 ppb in maternal blood for different neuropsychological effects in the offspring at 7 years of age corresponding to a range of maternal daily intakes of 0857-1472 microgkg-day

10 1

Conversion Factors and Assumptions mdashMaternal daily dietary intake levels were used as the dose surrogate for the observed developmental effects in the children exposed in utero The daily dietary intake levels were calculated from blood concentrations measured in the mothers with supporting additional values based on their hair concentrations This conversion is explained in the text below A benchmark dose approach (BMD) was used rather than a no-observed-adverse-effect levellowest-observed-adverse-effect level (NOAELLOAEL) approach to analyze the neurological effects in children as the response variable This analysis is also explained in the text below This assessment updates the 1995 RfD assessment on IRIS and is the same as the RfD that was based on the study of a poisoning episode in Iraq in which developmental neurotoxicity was observed following ingestion of methylmercury-treated grain (Marsh et al1987)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 17

mdash 15E+0 per (mgkg)day

Contoh evaluasi dosis - respon (2) Arsenic inorganic (CASRN 7440-38-2) IIB Quantitative Estimate of Carcinogenic Risk from Oral Exposure IIB1 Summary of Risk Estimates Oral Slope Factor Drinking Water Unit Risk mdash 5E-5 per (ugL) Extrapolation Method mdash Time- and dose-related formulation of the multistage model (US EPA 1988) Drinking Water Concentrations at Specified Risk Levels

Risk Level Concentration E-4 (1 in 10000) 2E+0 ugL E-5 (1 in 100000) 2E-1 ugL E-6 (1 in 1000000) 2E-2 ugL

Langkah 3 Analisis pajanan (exposure assessment) Setelah melakukan langkah 1 dan 2 selanjutnya dilakukan Analisis pemajanan yaitu dengan mengukur atau menghitung intake asupan dari agen risiko Untuk menghitung intake digunakan persamaan atau rumus yang berbeda Data yang digunakan untuk melakukan perhitungan dapat berupa data primer (hasil pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan sendiri) atau data sekunder (pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan oleh pihak lain yang dipercaya seperti BLH Dinas Kesehatan LSM dll) dan asumsi yang didasarkan pertimbangan yang logis atau menggunakan nilai default yang tersedia Rumus perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut Perhitungan intake non karsinogenik (INK) 1 Intake pada jalur pemajanan inhalasi (terhirup)

ܫ = ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphelliphelliphellipRumus 1

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ink (Intake)

Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada media udara (udara ambien)

mgm3 Tidak ada nilai default

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 18

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default R (Rate) Laju inhalasi atau

banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya

m3jam Dewasa 083 m3jam Anak ndash anak (6 ndash 12 tahun) 05 m3jam

tE (time of exposure) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap harinya

Jamhari - Pajanan pada pemukiman 24 jamhari - Pajanan pada lingkungan kerja 8 jamhari - Pajanan pada sekolah dasar 6 jamhari

fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasikelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(nk) (time average) Periode waktu rata ndash rata

Hari 30 tahun x 365 haritahun = 10950 hari

2 Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphelliphelliphellipRumus 2

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ink (Intake) Jumlah konsentrasi agen

risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari

Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada air bersihminum atau pada makanan

- mgl (air) mgkg (makanan)

Tidak ada nilai default

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 19

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default R (Rate) Laju konsumsi atau

banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya

- Liter hari (air) - Gram hari (makanan)

Air Minum - Dewasa (pemukiman) 2 literhari - Anak ndash anak (pemukiman) 1 literhari - Dewasa (lingkungan kerja) 1 literhari Makanan - Buah ndash buahan 42 gramhari - Sayuran 80 gramhari fE (frecuency of

exposure) Lamanya atau jumlah hari

terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(nk) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogen

Hari 30 tahun x 365 haritahun = 10950 hari

Perhitungan intake karsinogenik (IK) 1 Intake pada jalur pemajanan inhalasi (terhirup)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphellipRumus 3

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ik (Intake) Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada media udara (udara ambien)

mgm3 Tidak ada nilai default

R (Rate) Laju inhalasi atau banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya

m3jam Dewasa 083 m3jam Anak ndash anak (6 ndash 12 tahun) 05 m3jam

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 20

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default tE (time of exposure) Lamanya atau jumlah jam

terjadinya pajanan setiap harinya

Jamhari - Pajanan pada pemukiman 24 jamhari - Pajanan pada lingkungan kerja 8 jamhari - Pajanan pada sekolah dasar 6 jamhari

fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

2 Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ಲೇಸ

helliphelliphellipRumus 4

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ik (Intake) Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada air bersih minum atau pada makanan

- mgl (air) - mgkg (makanan)

Tidak ada nilai default

R (Rate) Laju konsumsi atau banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya

- literhari (air) - gramhari (makanan)

Air Minum - Dewasa (pemukiman) 2 literhari - Anak ndash anak (pemukiman) 1 literhari - Dewasa (lingkungan kerja) 1 literhari Makanan - Buah ndash buahan 42 gramhari - Sayuran 80 gramhari - Ikan tangkapan 54 gramhari

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 21

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok Populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

Analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL Hal ndash hal yang perlu diketahui dan dicermati dalam melakukan analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL adalah sebagai berikut Pada lsquodesktoprsquo ARKL tidak perlu dilakukan pengumpulan data Data yang menjadi dasar perhitungan intake menggunakan data sekunder dan asumsi Terkait dengan variabel konsentrasi pelu diperhatikan hal sebagai berikut Data sekunder umumnya dibutuhkan untuk mengetahui konsentrasi agen risiko pada media

lingkungan yang mana merupakan hasil pengukuran yang pernah dilakukan oleh pihak lain pada media lingkungan wilayah dan waktu yang sama

Ada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL dalam rangkaian studi AMDAL (kajian ANDAL dan RKL - RPL untuk aspek kesehatan masyarakat) suatu kegiatan sumber data konsentrasi dapat merupakan proyeksi perubahan rona lingkungan yang telah dikaji pada aspek yang lain mis proyeksi konsentrasi agen risiko di udara ambien pada tahap operasional kegiatan atau proyeksi konsentrasi agen risiko di air bersih pada tahap operasional kegiatan

Terkait dengan variabel perhitungan yang lain (R tE fE Dt Wb dan tAVG) asumsi didasarkan pada logika yang rasional atau nilai default yang sudah tersedia Adapun nilai default untuk berbagai variabel pada lsquodesktoprsquo ARKL dapat dilihat pada tabel 9 berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 22

Tabel 9 Nilai default dari faktor pajanan (Rahman 2007) Tataguna lahan

Jalur pajanan Asupan harian Frekuensi pajanan (haritahun)

Durasi pajanan (tahun)

Berat badan (kg)

Residensial Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

12 m3 (anak) raquo 05 350 6 15 Industri amp komersial

Air minum 1 L 250 25 70 55 b

Pertanian Tanaman perkarangan

42 g (buah - buahan)

350 30 70 55 b

80 g (sayur - mayur)

350 30 70 55 b

Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

Rekreasi Ikan tangkapan 54 g 350 30 70 55 b Disadur dari Rahman 2007 seluruhnya berasal dari Exposure Factor Handbook (EPA 1990) kecuali bNukman et al (2005) 324 Langkah 4 Karakterisasi risiko (risk characterization) Langkah ARKL yang terakhir adalah karakterisasi risiko yang dilakukan untuk menetapkan tingkat risiko atau dengan kata lain menentukan apakah agen risiko pada konsentrasi tertentu yang dianalisis pada ARKL berisiko menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat (dengan karakteristik seperti berat badan laju inhalasikonsumsi waktu frekuensi durasi pajanan yang tertentu) atau tidak Karakteristik risiko dilakukan dengan membandingkan membagi intake dengan dosis konsentrasi agen risiko tersebut Variabel yang digunakan untuk menghitung tingkat risiko adalah intake (yang didapatkan dari analisis pemajanan) dan dosis referensi (RfD) konsentrasi referensi (RfC) yang didapat dari literatur yang ada (dapat diakses di situs wwwepagoviris) 1 Karakterisasi risiko pada efek non karsinogenik Perhitungan tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko untuk efek non karsinogenik dinyatakan dalam notasi Risk Quotien (RQ) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek non karsinogenik dilakukan perhitungan dengan membandingkan membagi intake dengan RfC atau RfD Rumus untuk menentukan RQ adalah sebagai berikut ூ

ோ helliphelliphelliphellipRumus 5

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur inhalasi (terhirup) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 1 RfC (reference concentration) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan inhalasi

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 23

ூோ

helliphelliphelliphelliphellipRumus 6

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur ingesti (tertelan) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 2 RfD (reference dose) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan ingesti

Didapat Interpretasi tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko yang diperoleh pada ARKL merupakan konsumsi pakar ataupun praktisi sehingga perlu disederhanakan atau dipilihkan bahasa yang lebih sederhana agar dapat diterima oleh khalayak atau publik Tingkat risiko dinyatakan dalam angka atau bilangan desimal tanpa satuan Tingkat risiko dikatakan AMAN bilamana intake le RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ le 1 Tingkat risiko dikatakan TIDAK AMAN bilamana intake gt RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ gt 1 Narasi yang digunakan dalam penyederhanaan interpretasi risiko agar dapat diterima oleh khalayak atau publik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll Contoh Tingkat risiko RQ untuk pajanan Pb (inhalasi) sebesar 000008 microgm3 pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan rata - rata 55 kg dan telah terpajan 350 haritahun selama 20 tahun diketahui sebesar 0098 maka Interpretasi risiko Pajanan Pb sebesar 000008 microgm3 secara inhalasi pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan 55 Kg masih aman untuk frekuensi pajanan 350 haritahun hingga 20 tahun mendatang Perhitungan tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko untuk efek karsinogenik dinyatakan dalam notasi Excess Cancer Risk (ECR) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek karsinogenik dilakukan perhitungan dengan mengkali intake dengan SF Rumus untuk menentukan ECR adalah sebagai berikut

ܥܧ = Rumus 7helliphelliphelliphellip ܨ ݔ ܫKeterangan Digunakan untuk menghitung tingkat risiko pada agen risiko dengan efek karsinogenik I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 3 atau rumus SF (slope factor) Nilai referensi agen risiko dengan efek karsinogenik

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 24

Interpretasi tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko dinyatakan dalam bilangan exponen tanpa satuan (cth 13E-4) Tingkat risiko dikatakan acceptable atau aman bilamana ECR le E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR le 110000 Tingkat risiko dikatakan unacceptable atau tidak aman bilamana ECR gt E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR gt 110000 Contoh ECR = 13E-5 (13 x 10-5) dapat diinterpretasikan sebagai berikut ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Narasi yang digunakan dalam risiko karsinogenik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoacceptablersquo atau lsquounacceptablersquo (lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo) - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll - Risiko kanker [ mis ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Contoh Tingkat risiko ECR untuk pajanan benzene (inhalasi) sebesar 03 microgm3 pada pekerja depo penampungan BBM di Jakarta dengan berat badan rata - rata 60 kg dan telah terpajan 250 haritahun selama 10 tahun diketahui sebesar 456E-4

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 1

MODUL II MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Manajemen Risiko Kesehatan Lingkungan

Manajemen risiko adalah proses mengidentifikasi evaluasi penyeleksian dan melakukan

upaya untuk mengurangi risiko terhadap ekosistem dan kesehatan manusia (Omenn GS et al 1997) Setelah melakukan keempat langkah ARKL di atas maka telah dapt diketahui apakah suatu agen risiko amandapat diterima atau tidak Manajemen risiko bukan termasuk langkah ARKL melainkan tindak lanjut yang harus dilakukan bilamana hasil karakterisasi risiko menunjukkan tingkat risiko yang tidak aman ataupun unacceptable Dalam melakukan manajemen risiko perlu dibedakan antara strategi manajemen risiko dengan cara manajemen risiko Strategi manajemen risiko meliputi penentuan batas aman yaitu

1 Konsentrasi agen risiko (C) danatau 2 Jumlah konsumsi (R) danatau 3 Waktu pajanan (tE) danatau

4 Frekuensi pajanan (fE) danatau

5 Durasi pajanan (Dt)

Setelah batas aman ditentukan selanjutnya perlu dilakukan penapisan alternatif terhadap batas aman yang mana yang akan dijadikan sebagai target atau sasaran pencapaian dalam pengelolaan risiko Batas aman yang dipilih adalah batas aman yang lebih rasional dan realistis untuk dicapai

Adapun cara manajemen risiko adalah cara atau metode yang akan digunakan untuk

mencapai batas aman tersebut Cara manajemen risiko meliputi beberapa pendekatan yaitu pendekatan teknologi pendekatan sosial - ekonomis dan pendekatan institusional penjelasan lebih lanjut langkah ndash langkah dalam manajemen risiko akan dijelaskan pada sub bahasan selanjutnya

Materi Sub Bahasan Strategi manajemen risiko

1 Penentuan batas aman Batas aman disini adalah batas atau nilai terendah yang menyebabkan tingkat risiko

menjadi tidak aman (tidak dapat diterima) Oleh karenannya nilai yang aman adalah nilai di bawah batas amannya sedangkan nilai yang sama dengan batas aman tersebut akan menyebabkan tingkat risiko menjadi tidak aman Sebagai contoh jika hasil

perhitungan menunjukkan konsentrasi aman adalah 4499 microgm3 maka nilai konsentrasi

yang benar ndash benar aman adalah di bawah 4499 microgm3 (lt4499 microgm3) 4498 microgm3

a) Penentuan konsentrasi aman (C) Dalam penentuan konsentrasi aman semua variabel dan nilai yang digunakan

sama dengan variabel dan nilai pada perhitungan intake Akan tetapi nilai intake yang digunakan adalah RfD atau RfC agen risikonya

Sedangkan konsentrasi aman pada intake karsinogenik perhitungan didasarkan

pada nilai acceptable sebesar 10-4 dibagi nilai SF nya Selain itu variabel tavg disesuaikan dengan perhitungan karsinogenik yaitu (70 haritahun x 365 hari) Untuk menghitung konsentrasi aman digunakan rumus sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 2

Konsentrasi aman non karsinogenik Konsentrasi aman non karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 8

Konsentrasi aman non karsinogenik (ingestii)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ಶ ௫

Rumus 9

Konsentrasi aman karsinogenik Konsentrasi aman karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 10

Konsentrasi aman karsinogenik (ingesti)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 11

Keterangan

Notasi Arti Notasi C(aman) (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada udara ambien atau pada

air bersihminum atau pada makanan yang aman

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 3

Notasi Arti Notasi R (Rate) Laju asupan

Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

Volume air minum yang masuk tubuh (liter) setiap harinya

Volume makanan yang masuk tubuh (gram) setiap harinya

tE atau time of exposure (rumus 8)

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode

b) Penentuan jumlah konsumsi aman (R)

Laju asupan yang dapat dikelola hanyalah pada pada pajanan melalui makanan dan air minum (ingesti) karena masih banyak substitusi untuk setiap jenis makanan ataupun air minum Untuk pajanan melalui udara (inhalasi) pembatasan laju inhalasi hampir tidak mungkin dilakukan Untuk menghitung jumlah konsumsi aman digunakan rumus sebagai berikut Laju konsumsi aman non karsinogenik (ingesti)

() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ಶ ௫

Rumus 12

Laju konsumsi aman karsinogenik (ingesti)

() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ಶ ௫

Rumus 13

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 4

Keterangan Notasi Arti Notasi

R(aman) Laju konsumsi atau banyaknya volume makanan (gram) atau volume air (liter) yang masuk tubuh setiap harinya yang aman

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

c) Penentuan waktu pajanan aman (tE) Waktu pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan

kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan waktu pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah jam terpapar setiap harinya oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung waktu pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Waktu pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 14

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 5

Waktu pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 15

Keterangan

Notasi Arti Notasi t(aman) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap

harinya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

d) Penentuan frekuensi pajanan aman (fE)

Frekuensi pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan frekuensi pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah hari terpapar dalam satu tahun oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung frekuensi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Frekuensi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 16

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 6

Frekuensi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 17

Keterangan

Notasi Arti Notasi fE(aman) (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan

setiap tahunnya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

e) Penentuan durasi pajanan aman (Dt) Durasi pajanan aman dikelola pada pemajanan inhalasi pada lingkungan

yang permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan durasi pajanan dilakukan dengan membatasi lamanya tinggal (tahun) masyarakat pada suatu pemukiman dengan cara melakukan lsquorelokasirsquo pemukiman pada saat telah melewati batas durasi amannya Penerapan strategi durasi pajanan aman untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) kurang tepat karena pada pemajanan ingesti manajemen risiko cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung durasi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Durasi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 18

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 7

Durasi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 19

Keterangan

Notasi Arti Notasi Dt (aman) (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan yang

aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

tE atau time of exposure

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

2 Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko Penapisan alternatif manajemen risiko harus didasarkan pada pertimbangan logis

dan turut mempertimbangkan berbagai faktor termasuk cara pengelolaan risikonya Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini

Tabel 10 Alternatif manajemen risiko dan penggunaannya Alternatif Pengelolaan

Risiko Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Penurunan konsentrasi hingga ke batas aman (konsentrasi aman)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 8

Alternatif Pengelolaan Risiko

Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Pengurangan konsumsi hingga ke batas aman (jumlah konsumsi aman)

Pembatasan waktu pajanan hingga ke batas aman (waktui pajanan aman)

Pembatasan frekuensi pajanan hingga ke batas aman (frekuensi pajanan aman)

Pembatasan durasi pajanan hingga ke batas aman (durasi pajanan aman)

Materi Sub Bahasan Cara manajemen risiko

Manajemen risiko selain membutuhkan strategi yang tepat juga harus dilakukan dengan

cara atau metode yang tepat Dalam aplikasinya cara manajemen risiko dapat dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu 1) Pendekatan teknologi

Manajemen risiko menggunakan teknologi yang tersedia meliputi penggunaan alat bahan dan metode serta teknik tertentu Contoh manajemen risiko dengan pendekatan teknologi antara lain penerapan penggunaan IPAL pengolahan penyaringan air modifikasi cerobong asap penanaman tanaman penyerap polutan dll

2) Pendekatan sosial - ekonomis

Manajemen risiko menggunakan pendekatan sosial - ekonomis meliputi pelibat-sertaan pihak lain efisiensi proses substitusi dan penerapan sistem kompensasi Contoh manajemen risiko dengan pendekatan sosial ndash ekonomis antara lain 3R (reduce reuse dan recycle) limbah pemberdayaan masyarakat yang berisiko pemberian kompensasi pada masyarakat yang terkena dampak permohonan bantuan pemerintah akibat keterbatasan pemrakarsa (pihak yang bertanggung jawab mengelola risiko) dll

3) Pendekatan institusional

Manajemen risiko dengan menempuh jalur dan mekanisme kelembagaan dengan cara melakukan kerjasama dengan pihak lain Contoh manajemen risiko dengan pendekatan institusional antara lain kerjasama dalam pengolahan limbah B3 mendukung pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah menyampaikan laporan kepada instansi yang berwenang dll

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 1

MODUL III SURVEILANS FAKTOR RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans oleh World Health Organization (WHO) didefinisikan sebagai kegiatan

berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data kesehatan masyarakat yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat Surveilans yang dilakukan diharapkan dapat Menjadi sistem kewaspadaan dini terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat di masa yang

akan datang Mendokumentasikan dampak dari suatu intervensi atau jejak dari kemajuan program dalam

mencapai tujuan tertentu dan Memonitor dan mengklarifikasi masalah kesehatan secara epidemiologi guna menetapkan

priritas dan menginformasikan kebijakan dan strategi kesehatan ke publik

Faktor risiko dalam dunia kesehatan dan epidemiologi biasa didefinisikan sebagai faktor-faktor atau kondisi yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit Faktor risiko tersebut umumnya dapat dikatagorikan menjadi beberapa jenis yaitu faktor risiko genetis faktor risiko perilaku dan faktor risiko lingkungan

Dari kedua definisi di atas maka surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah kegiatan berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor-faktor atau kondisi lingkungan yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan lingkungan Untuk itu ada beberapa hal yang menjadi kata kunci dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yaitu sistematis dan berkesinambungan pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor lingkungan yang dapat menyebabkan sakit dan upaya kesehatan lingkungan

Materi Sub Bahasan Konsep dan Penerapan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Penyakit dan masalah kesehatan masyarakat erat terhubung dengan faktor atau kondisi

lingkungan Oleh karenanya secara naluriah setiap manusia menginginkan lingkungan yang sehat dan nyaman sebagai tempat tinggalnya yang juga kondusif terhadap kondisi kesehatannya Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang salah satunya ditempuh melalui kegiatan penyehatan lingkungan (kesehatan lingkungan) Dalam rangka mewujudkan kondisi lingkungan sesuai dengan yang diharapkan upaya yang dilakukan haruslah tepat guna tepat sasaran sistematis dan terencana dengan baik serta berbasis bukti (evidence based) Sehingga perumusan upaya kesehatan lingkungan yang akan diterapkan harus didukung dengan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yang baik

Filosofi dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah melakukan pengamatan dan pengawasan terus-menerus terhadap kondisi lingkungan yang diperkirakan dapat menyebabkan penyakit pada manusia Hasil dari kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah berupa informasi mengenai apakah faktor atau kondisi lingkungan tertentu yang diamati berisiko menimbulkan kesakitan dan rekomendasi upaya tidak lanjut yang dibutuhkan untuk mengendalikannya Konsep dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dipahami dari gambar 6

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 2

(sumber Mullan N et al 2008)

Gambar 6 Konsep Surveilans Awal dan Lanjutan dalam Kesehatan Lingkungan

Konsep di atas diadaptasi dari versi model surveilans kesehatan yang diterapkan di Kanada

Dalam prakteknya surveilans kesehatan lingkungan dilakukan dalam dua tahapan dimana pengumpulan data hingga desiminasi diklasifikasikan sebagai surveilans awal dan sintesa pengetahuan dan proses perumusan kebijakan yang merupakan input dari stakeholder dan peneliti sebagai surveilans lanjutan Surveilans awal dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data rutin (menggunakan form yang telah dibakukan pada masing-masing Negara) sedangkan analisis dan interpretasi dari basis data yang umumnya digunakan untuk tujuan monitoring ataupun pembuatan regulasi Selanjutnya surveilans lanjutan dirumuskan dari hasil surveilans awal dikombinasikan dengan masukan dari para peneliti dan stakeholder yang concern (peduli) terhadap masalah kesehatan lingkungan guna memberikan pemahaman pengertian yang baik terhadap isu yang berkembang serta dapat dirumuskan keputusan upaya tindak lanjut yang tepat untuk merespon isu tersebut

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bukan merupakan hal yang baru Konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan telah dilaksanakan sejak lama oleh sektor kesehatan mulai dari unit yang paling bawah seperti puskesmas hingga tingkat kementerian Namun sedikit perbedaan dalam istilah dan nama yang digunakan membuat konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan terkesan suatu terobosan baru Di unit puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten kota pelaksanaan kegiatan ini identik dengan kegiatan inspeksi sanitasi Inspeksi sanitasi yang dilakukan di puskesmas maupun dinas kesehatan dilakukan pada obyek kesehatan lingkungan secara periodik (time series) dengan fokus pada faktor risiko kesehatan lingkungan pada obyek tersebut Sebagai contoh inspeksi sanitasi depot air minum dilakukan oleh puskesmas atau dinas kesehatan kabupaten kota secara rutin (minimal setahun sekali) dengan melakukan observasi kesehatan lingkungan wawancara terkait perilaku dalam penanganan depot air minum dan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 3

pemeriksaan laboratorium kualitas air baku (air bersih) dan air olahan (air minum) Data hasil inspeksi sanitasi pada satu lokasi depot air minum yang sama dalam beberapa periode inspeksi merupakan basis data (database) yang dapat diinterpretasi dianalisis baik secara tunggal (hanya data satu depot tersebut) ataupun bersamaan dengan data inspeksi depot air minum yang lain dan didesiminasikan Selanjutnya hasil desiminasi tersebut dapat ditindaklanjuti dengan melakukan upaya diantaranya pembinaan pelatihan dan lain sebagainya

Materi Sub Bahasan Desain dan Metodologi Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan merupakan suatu studi yang dapat dilakukan dengan desain cross sectional kasus kontrol ataupun kohort Sebagai suatu studi yang masuk ke dalam ranah epidemiologi kesehatan lingkungan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan selain melihat kecenderungan data juga digunakan untuk melihat adanya hubungan antara pajanan lingkungan dan dampak kesehatan (penyakit) Oleh karenanya dalam surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan diperlukan data-data sebagai berikut

1 Data geografis wilayah dilakukan dengan menggunakan GPS untuk penentuan koordinat lokasi dilakukan pengambilan sampel pengumpulan data

2 Data faktor risiko lingkungan meliputi data kualitas lingkungan (pengambilan dan pemeriksaan sampel) data kondisi lingkungan sanitasi yang dikumpulkan melalui observasi (pengisian cek lis) dan wawancara Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dbutuhkan data kualitas udara dalam ruang yang dilakukan dengan pengukuran dan data berkaitan dengan jenis lantai ventilasi bahan bakar memasak dan lain sebagainya

3 Data faktor risiko lingkungan meliputi data perilaku sampel (responden) yang juga merupakan faktor risiko dari penyakit berbasis lingkungan yang menjadi perhatian Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA selain data kualitas udara dalam ruang dan ventilasi perlu dikumpulkan data terkait dengan kebiasaan membuka jendela

4 Data pajanan meliputi data lama tinggal pola aktivitas pekerjaan data konsumsi makanan dan air dan lain sebagainya Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dibutuhkan data lama tinggal dan rata-rata lama berada di dalam rumah

Sebagai suatu studi surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dilakukan dengan desain

tertentu yang disesuaikan dengan tujuan permasalahan yang akan dikaji dan faktor-faktor lainnya Sebagaimana dijelaskan di atas surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional kasus kontrol dan kohort Penggunaan desain studi pada surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seperti pada tabel 11

Tabel 11 Perbandingan Desain Studi

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort Desain pemilihan sampel (sampling)

Random Bisa juga dipisah fixed disease sampling atau fixed exposure sampling

Sampel terpisah untuk kasus (sakit) dan kontrol (tidak sakit)

Sampel terpisah untuk terpajan dan tidak terpajan

Waktu periode pelaksanaan (arah pengusutan)

Satu titik waktu atau sesaat (non directional)

Retrospektif Prospektif Followup selama periode waktu tertentu

Kausalitas Hanya menjelaskan Kausalitas awal Kausalitas dengan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 4

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort hubungan antara faktor risiko kesehatan lingkungan dengan penyakit (namun bukan bersifat kausalitas)

bukti sekuensi temporal

Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai pengganti risiko

Odds sebagai pengganti risiko

Insidensi (R Risiko) Insidence rate

Perbandingan risiko Prevalence Ratio (PR) Odds Ratio (OR) Risiko Relatif (RR)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan lebih tepat menggunakan desain cross sectional dikarenakan dalam pemilihan sampling dilakukan secara random dan pengumpulan data lingkungan dan penyakit dilakukan pada satu waktu Output dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dengan desain cross sectional adalah hubungan (bukan kausalitas) antara faktor lingkungan dan penyakit Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bisa dilakukan dengan desain kasus kontrol bilamana titik tolak studi (pengusutan) dimulai dari adanya penyakit dan sampel dikelompokkan menjadi kasus (sampel yang menderita penyakit) dan kontrol (sehat) dan data faktor lingkungan sebelum kasus sakit tersedia Selain itu surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat menggunakan desain studi kohort (prospektif) dengan memantau secara terus menerus (hingga periode tertentu) kualitas lingkungan dan faktor lingkungan lainnya bersamaan dengan penyakitnya

Materi Sub Bahasan Tahapan Kegiatan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Tahapan kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seyogyanya terdiri dari survey pendahuluan dan pengumpulan data awal penyusunan instrumen survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pengolahan dan analisis data dan diseminasi Tahapan kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut

1 Survey pendahuluan dan pengumpulan data awal pengumpulan data awal dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal pada lokasi meliputi background data yang telah tersedia atau data lainnya yang berhubungan Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data sekunder dan juga perlu ditentukan lokasi yang akan menjadi titik pengambilan sampel

2 Penyusunan instrumen berdasarkan data awal yang dikumpulkan disusun instrumen untuk survey pengambilan dan pemeriksaan sampel Instrumen disusun berbentuk cek lis danatau kuisioner Untuk mendapatkan data sesuai yang diharapkan instrumen yang telah dibuat sebaiknya diuji coba terlebih dahulu

3 Survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data primer dan pengumpulan data menggunakan instrumen yang digunakan

4 Pengolahan dan analisis data data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis yang dapat dilakukan secara manual ataupun alat bantu lainnya (mis software pengolah data) Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data informasi disajikan dalam bentuk tabel grafik gambar dan peta yang terangkum dalam laporan

5 Diseminasi dimaksudkan untuk menyebarluaskan informasi dan temuan lapangan kepada para stakeholder

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 1

MODUL IV ANALISIS KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Prinsip Dasar Analisis Kualitas Kesehatan Lingkungan

Analisis adalah kajian atau penelitian yang dititikberatkan pada variabel tertentu untuk mengetahui keadaan atau kondisi sebenarnya termasuk juga yang berkaitan dengan sebab musabab terjadinya kondisi tersebut Dengan demikian analisis kualitas lingkungan merupakan suatu kegiatan yang menggunakan cara atau metode ilmiah guna mengetahui seperti apa kondisi atau kualitas kesehatan lingkungan pada suatu tempat waktu yang melibatkan juga masyarakat di tempat tersebut Umumnya analisis kualitas kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk kegiatan pengambilan dan pemeriksaan sampel pengawasan kualitas kesehatan lingkungan melalui kegiatan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi serta interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Analisis kualitas kesehatan lingkungan merupakan kegiatan yang harus mampu dilakukan oleh seorang pejabat kesehatan lingkungan ataupun fungsional sanitarian Perlunya dilakukan analisis ini adalah untuk menjadi bahan masukan ataupun dasar untuk melakukan manajemen risiko kesehatan lingkungan Implementasi dari manajemen risiko kesehatan lingkungan ini bisa dalam bentuk intervensi (pendekatan) teknologi pendekatan sosial melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat secara aktif dan melalui kerjasama jejaring kemitraan antar pihak yang berkepentingan (stakeholder)

Materi analisis kualitas kesehatan lingkungan dalam modul ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan juga keterampilan bagi peserta dalam menilai prosedur pengambilan dan pemeriksaan sampel serta interpretasi hasil pemeriksaan sampel yang dilakukan dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan Materi dalam modul ini bukan dimaksudkan agar peserta mampu melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel kesehatan lingkungan sendiri tanpa berkerjasama dengan laboratorium Materi Sub Bahasan Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Kesehatan Lingkungan

Pengambilan sampel kesehatan lingkungan hakikatnya dilakukan untuk memotret atau

menjadi acuan untuk menduga kualitas kesehatan lingkungan pada suatu media di suatu wilayah Secara garis besar pengambilan sampel bertujuan untuk mengumpulkan data rona awal kesehatan lingkungan dan memantau kondisi kesehatan lingkungan Dalam hal memantau kesehatan lingkungan pengambilan sampel dilakukan untuk menentukan status kualitas kesehatan lingkungan menentukan kebijakan kesehatan lingkungan menegakkan hukum kesehatan dan lingkungan dan melakukan penelitian kesehatan lingkungan

Kualitas kesehatan lingkungan merupakan hal yang kompleks dan begitu dinamis karena dipengaruhi begitu banyak variabelfaktor Untuk itu pengambilan sampel l kesehatan ingkungan yang bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan harus dilakukan dengan cermat tepat serta butuh perencanaan dan pengorganisasian yang baik Untuk menjamin pengambilan sampel dapat menjamin keterwakilan kualitas kesehatan lingkungan perlu diperhatikan beberapa aspek yaitu lokasi dan titik pengambilan sampel parameter kualitas lingkungan yang akan dipilih serta ukuran jumlah dan volume sampel yang akan diambil Perencanaan Pengambilan Sampel

Seperti halnya kegiatan dan program pengambilan sampel sesuai dengan yang diharapkan perlu direncanakan dengan baik Perencanaan pengambilan sampel ini bertujuan untuk memastikan dan menegaskan kembali tujuan pengambilan sampel kesehatan lingkungan memutuskan cara-cara

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 2

mencapai tujuan mengetahui secara tepat hal-hal yang perlu dilakukan pada saat pengambilan sampel menyiapkan sumber daya yang diperlukan dan menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pengambilan sampel Jelasnya unsur-unsur perencanaan pengambilan sampel meliputi

a) Tujuan pengambilan sampel harus dipastikan apakah dalam rangka pengumpulan data rona kesehatan lingkungan awal atau dalam rangka memantau kesehatan lingkungan

b) Merencanakan biaya pengambilan sampel dengan mempertimbangkan empat hal yaitu aksesibilitas lokasi dan titik pengambilan sampel jumlah jenis dan kompleksitas sampel frekuensi pengambilan sampel serta penjaminan dan pengendalian mutu di lapangan Selain empat hal yang perlu dipertimbangkan tersebut perlu diketahui komponen pembiayaan dalam pengambilan sampel yaitu depresiasi (penyusutan) nilai peralatan kalibrasi peralatan pemakaian bahan pengawet secara kimia danatau fisika penggunaan bahan habis pakai penggunaan wadah sampel transportasi ke lokasi pengambilan sampel akomodasi (bila perlu) honor pengambil sampel (lumpsum atau per diem) dan penyusunan laporan pengambilan sampel

c) Administrasi berkaitan dengan pengambilan sampel yang meliputi penyiapan surat tugas surat pemberitahuan perizinan brevet ataupun lencana kewenangan pencatatan pendokumentasian dan hal-hal pendukung lainnya

d) Perlu jaminan pengambil sampel pada saat pengambilan sampel merupakan personel yang kompeten danatau berwenang dengan kualifikasi (kompetensi) latar belakang pendidikan yang sesuai pengalaman di bidangnya terampil dan diakui ataupun tersertifikasi

e) Penentuan parameter pengujian terhadap sampel yang diambil sesuai dengan tujuan pengambilan sampel turut mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait serta disesuaikan dengan parameter indikatif suatu kegiatan atau wilayah tertentu Mis parameter indikatif pada industri Pulp dan kertas adalah pH BOD COD dan TSS sedangkan pada wilayah pertambangan emas parameter yang diambil adalah air raksa (Hg) dan sianida (CN-)

f) Penentuan media lingkungan yang akan dilakukan pengambilan sampel g) Merencanakan tipe sampel yang akan diambil apakah sampel sesaat (grab sample) sampel

gabungan (composite sample) sampel terpadu (integrated sample) atau sampel kontinyu (continous sample)

h) Peralatan pengambilan sampel harus direncanakan dengan baik Peralatan pengambilan sampel terdiri dari peralatan pengambil sampel (utama) peralatan pendukung dan peralatan K3 atau APD Peralatan pengambil sampel adalah peralatan yang fungsinya untuk mengambil sampel lingkungan dengan parameter yang direncanakan seperti HVAS (High Volume Air Sampler) LVS (Low Volume Sampler) MAS (Microbiology Air Sampler) dll Alat pendukung adalah alat yang fungsinya mendukung pengambilan sampel seperti peralatan pengukur parameter lapangan (pH meter termometer barometer kecepatan angin hygrometer dll) dokumen terkait (surat tugas surat izin dll) alat tulis untuk perekaman proses pengambilan sampel penunjuk arah (kompas) dan penunjuk lokasi (GPS) dll APD yang digunakan dalam pengambilan sampel meliputi sarung tangan masker helm ear plugmuff P3K dll

i) Perencanaan terhadap wadah sampel yang akan digunakan untuk pengamanan dan transpor sampel harus disesuaikan dengan karakteristik dan interaksi parameter sampel yang akan diuji dengan sifat bahan wadah Sebagai contoh pengambilan sampel DOBOD harus menggunakan botol BOD khusus yang menggunakan tutup asah sedangkan untuk sampel mikrobiologi digunakan wadah steril

j) Pengawetan sampel dilakukan sesuai dengan karakteristik parameter yang akan diuji pada sampel mis pengawetan sampel untuk parameter golongan logam pada air menggunakan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 3

asam nitrat pekat (HNO3 p) hingga pH lt 2 sedangkan untuk sampel sianida total pada air diawetkan menggunakan NaOH hingga pH gt 12 dan didinginkan 4oCplusmn2oC pada tempat gelap

k) Batas penyimpanan sampel disesuaikan dengan parameter yang akan diuji dan mengacu pada acuan standar seperti ASTM (The American Society for Testing and Materials) dll

l) Pengamanan sampel di lapangan meliputi pengemasan pengamanan pada label sampel (spidol waterproof label yang baik) informasi tambahan yang penting (titik jenis parameter uji pengawetan waktu dan nama pengambil sampel) sehingga mencegah interaksi sampel dengan lingkungan yang menyebabkan perubahan kualitasnya (kontaminasi degradasi dll)

m) Transportasi sampel yang juga berkaitan dengan batas penyimpanan sampel harus diperhatikan dengan seksama Selain itu moda transportasi yang digunakan untuk membawa sampel juga harus dipenuhi standar keamanannya seperti harus mematuhi peraturan penerbangan nasional dan internasional bila sampel dibawa menggunakan pesawat udara

n) Penyimpanan sampel dilakukan baik secara fisik maupun kimia seperti meminimalkan adsorbsi pengasaman mencegah metabolisme mikroorganisme menghindari hidrolisis serta pengendapan Faktor kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan dengan proses pengambilan sampel

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Penentuan Titik Sampel

Prinsip penentuan titik sampel harus mempertimbangkan keterwakilan populasi atau kualitas lingkungan kemampuan peralatan keselamatan pengambil sampel faktor klimatologi biaya dan kaidah-kaidah empiris Prinsip-prinsip penentuan titik sampel pada media lingkungan adalah sebagai berikut a) Pengambilan sampel air a)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 736 tahun 2010 tentang Pengawasan Kualitas Air Minum

Peraturan daerah setempat a)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah jerigen botol botol BOD botol steril timba steril coolbox dll Peralatan pendukung pH meter termometer sisa klor GPS peralatan untuk menjamin

tidak terjadi kontaminasi (krustang kapas alkohol) dll Pengawet Asam (HNO3 p H2SO4 p) basa (NaOH) dry ice dll APD sarung tangan masker jaket pelampung dll

a)3 Aspek yang dipertimbangkan Kedalaman air Homogenitas (untuk sampel air badan air) Arah dan kecepatan aliran air (untuk sampel air badan air)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 4

Keterkaitan dengan pajanan pada masyarakat (bila digunakan untuk penelitian kesehatan masyarakat)

Jarak antar sampel Keselamatan dan kemampuan sumber daya

a)4 Penentuan titik sampel Air sungai ditentukan yaitu

Uji homogenitas sungai dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu lalu lakukan uji parameter lapangan (suhu pH DOoksigen terlarut dan DHLDaya Hantar Listrik) Apabila hasil pengujian beberapa parameter pada beberapa sampel tersebut tidak berbeda jauh dengan variasi lt 10 maka disebut homogen atau tercampur sementara sehingga sampel yang diambil untuk mewakili air sungai tersebut bisa lebih sedikit

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel air sungai harus meliputi daerah hulu yang belum terkontaminasi daerah pemanfaatan sungai daerah yang potensial terkontaminasi daerah pertemuan dua sungai dan daerah hilir

Air tanah Pengambilan sampel dilakukan plusmn 20 cm dari dasar sumur gali dan dipastikan agar tidak

ada sedimen yang ikut terambil atau pada mulut kran tempat air keluar untuk sumur bor

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel dilakukan pada daerah meliputi daerah dimana air tanah digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari termasuk air minum dan di daerah yang berisiko terkontaminasi (dekat penimbunanpembuangan akhir sampah daerah pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif wilayah pesisir dimana terjadi intrusi air laut dll)

b) Pengambilan sampel udara ambien dan udara dalam ruang b)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan Peraturan daerah setempat

b)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Peralatan utama High Volume Air Sampler (HVAS) RAC Gas Sampler EPAM CO dan CO2

Detektor Low Volume Sampler Microbiology Air Sampler atau Lamotte BD Pump dan Sound Level Meter

Peralatan pendukung pengukur kecepatan angin arah angir termometer hygrometer dan luxmeter

Bahan yang digunakan filter HVAS dan LVS absorbant (So2 NO2 H2S NH3 dan O3) dan larutan garam (NaCl) fisiologis steril

b)3 Aspek yang dipertimbangkan Berhubungan dengan klimatologi arah dan kecepatan angin bunga angin (wind rose)

kelembaban musim dan suhu udara Berhubungan dengan asumsi konsentrasi parameter inversi udara dispersi jarak terbang

(distance) dan ukuran partikel Bilamana sumber pencemar adalah cerobong asap maka ketinggian ukuran partikel dan jarak terhadap pemukiman penduduk harus dipertimbangkan

Berhubungan dengan pajanan daerah padat penduduk jarak terhadap sumber pencemar (radius)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 5

b)4 Penentuan titik sampel Pengambilan sampel udara ambien harus menghindari daerah yang dekat dengan

bangunan dan tanaman yang diperkirakan dapat mengabsorbsi atau mengadsorbsi pencemar daerah yang terdapat pengganggu kimia yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Emisi kimiawi kendaraan bermotor dapat mengganggu pengukuran ozon) dan daerah yang terdapat pengganggu fisik yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Pengukuran total partikulat atau TSP dapat terganggu oleh adanya insinerator disekitar lokasi pengukuran)

Pada umumnya lokasi pengukuran (pengambilan sampel) dilakukan pada daerah yang mempunyai konsentrasi parameter tinggi daerah padat penduduk daerah yang diasumsikan menerima paparan pencemar dan daerah yang digunakan untuk memproyeksikan dampak kegiatan pembangunan

c) Pengambilan sampel sedimen c)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Wadah Plastik atau wadah lainnya untuk sedimen tanah atau lumpur Plastik dan botol

steril untuk makanan Peralatan Grab Sampler untuk pengambilan sludge pada daerah yang sulit danatau

dalam c)3 Aspek yang dipertimbangkan

Potensi dan sumber pencemaran Topografi Jenis vegetasi Perkiraan terjadinya pencemaran

c)4 Penentuan titik sampel Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang

cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel meliputi daerah yang tanahnya diperkirakan akan kontak dengan masyarakat daerah yang mewakili pencemaran tertentu berdasarkan karakteristik kegiatan di wilayah tersebut (tanah pada pertanian perkebunan pertambangan dll) dan daerah yang tanahnya diperkirakan dapat mengkontaminasi media lingkungan lainnya

d) Pengambilan sampel makanan d)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan d)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah Plastik atau wadah atau botol untuk makanan Untuk sampel makanan yang akan diperiksa parameter bakteriologisnya maka digunakan wadah steril

Peralatan sendok sendok steril pisau steril dan peralatanbahan yang mendukung pengambilan secara aseptis (Contoh Pembakar bunsen dengan spiritus)

d)3 Aspek yang dipertimbangkan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 6: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 4

Gambar 1 Paradigma atau proses lsquorisk analysisrsquo (National Risk Council 1986)

Pada gambar 1 di atas diilustrasikan proses risk analysis secara utuh dimulai dari penelitian

terkait agen risiko dosis serta responefeknya terhadap kesehatan manusia yang dilakukan oleh peneliti Sedangkan implementasi risk assessment atau ARKL dan manajemen risiko dilakukan oleh praktisi kesehatan lingkungan

Secara operasional pelaksanaan ARKL diharapkan tidak hanya terbatas pada analisis atau penilaian risiko suatu agen risiko atau parameter tertentu di lingkungan terhadap kesehatan masyarakat namun juga dapat menyusun skenario pengelolaannya Bagan alir penerapan ARKL sebagai bagian dari analisis risiko dapat dilihat pada gambar 2 dan 3

Penelitian Risk Assessment Pengelolaan Risiko

Pengembangan opsi regulasi

Tujuan Keputusan

dan Aksi

Laboratorium Lapangan Klinik Tempat kerja Epidemiologi

Identifikasi Bahaya

ldquoagen risiko (fisik kimia biologi) apa saja yang

berbahayardquo

Mekanisme toksisitas

Pengembangan metode dan validasi

Dosis ekstrapolasi dan spesies

Karakterisasi Risiko

ldquobagaimana efeknya pada populasirdquo

Pertimbangan ekonomi sosial politik dan

teknologi

Analisis Dose-Response

Karakterisasi Bahaya

ldquobagaimana kejadian tersebut dikaitkan

dengan efek kritisrdquo

Observasi dan pengukuran lapangan

Model riwayat dan perjalanan (agen risiko) di lingkungan

Analisis Pajanan

ldquoSiapa akan terpajan

oleh apa kapan dimana berapa lama dan melalui

jalur pajanan yang manardquo

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 5

Gambar 2 Bagan Alir Penerapan ARKL

Pada gambar 2 di atas dijelaskan bahwa ARKL merupakan pendekatan yang digunakan untuk

melakukan penilaian risiko kesehatan di lingkungan dengan output adalah karakterisasi risiko (dinyatakan sebagai tingkat risiko) yang menjelaskan apakah agen risikoparameter lingkungan berisiko terhadap kesehatan masyarakat atau tidak Selanjutnya hasil ARKL akan dikelola dan dikomunikasikan kepada masyarakat sebagai tindak lanjutnya

Gambar 3 Kerangka Konseptual ARKL

ARKL sebagai suatu tools termasuk metoda dan prosedurnya merupakan satu di antara jenis studi di bidang kesehatan lingkungan Studi kesehatan lingkungan dan kesehatan secara umum telah mengenal epidemiologi lebih dahulu Namun jika diperbandingkan di antara kedua studi ini memiliki beberapa perbedaan yang fundamental sebagaimana tersaji dalam tabel 1 dan gambar 4 di bawah ini

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 6

Tabel 1 Perbandingan antara ARKL dan EKL ARKL Epidemologi Kesehatan Lingkungan (EKL)

Pajanan agen risiko dinyatakan dengan intake (asupan) ada angkanya

Pajanan tidak harus dinyatakan dengan asupan

Konsentrasi agen risiko antropometri dan pola aktivitas populasi berisiko populasi kajian mutlak diperlukan

Butuh konsentrasi agen risiko namun antropometri dan pola aktivitas tidak wajib

Risiko non karsinogenik dan karsionogenik dibedakan

Risiko non karsinogenik dan karsionogenik tidak dibedakan

Tidak menguji hubungan faktor lingkungan dan outcome kesehatan

Menguji hubungan faktor lingkungan dan outcome kesehatan

Besaran risiko tidak dibaca sebagai kelipatan Besaran risiko dibaca sebagai kelipatan Kuantitas risiko digunakan untuk komunikasi dan manajemen risiko

Tidak merupakan satu kesatuan dengan komunikasi dan manajemen risiko

Gambar 4 Keterkaitan ARKL dan EKL

Materi Sub Bahasan Agen risiko pajanan dosis dan dampak

Dampak buruk terhadap kesehatan yang ditimbulkan oleh agen risiko terjadi karena adanya pemajanan dengan dosis dan waktu yang cukup Suatu organisme sistem subpopulasi terpajan agen risiko di lingkungan melalui beberapa jalur pemajanan Dampak buruk yang timbul akibat pajanan agen risiko kimia di lingkungan diilustrasikan melalui gambar 5 di bawah ini

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 7

Gambar 5 Skema pajanan dan dosis (Kolluru 1996)

Materi Sub Bahasan Istilah Definisi dan Terminologi

Di dalam pelaksanaan ARKL dikenal banyak istilah dan terminologi yang perlu didefinisikan terlebih dahulu agar didapat kesamaan persepsi Mengacu pada International Program on Chemical Safety (IPCS 2004) Risk Assessment Terminology di bawah ini dijelaskan definisi dari setiap istilah yang umum digunakan dalam pelaksanaan ARKL Istilah dan Definisi Analisis Pengujian terperinci dari sesuatu yang kompleks (rumit)

dengan maksud untuk memahami sifat dasarnya dan untuk menentukan komponenciri-ciri dan sifat pentingnya

Analisis risiko Sebuah proses untuk mengendalikan situasi atau keadaan dimana organisme sistim atau subpopulasi mungkin terpajan bahaya Proses risk analysis meliputi 3 komponen yaitu risk assessment manajemen risiko dan komunikasi risiko

Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL)

Sebuah proses yang dimaksudkan untuk menghitung atau memprakirakan risiko pada kesehatan manusia termasuk juga identifikasi terhadap keberadaan faktor ketidakpastian penelusuran pada pajanan tertentu memperhitungkan karakteristik yang melekat pada agen yang menjadi perhatian dan karakteristik dari sasaran yang spesifik

Kulit

Uptake

Dosis internal Dosis masuk Dosis potensial

Pajanan

Organ

Dosis efektif

Dampak buruk Media Kimia

Jalur pajanan kontak kulit

Mulut hidung

Intake

Saluran cerna

Uptake

Dosis internal Dosis masuk Dosis potensial Pajanan

Organ

Dosis efektif

Dampak buruk Media Kimia

Jalur pajanan oral

Mulut hidung

Intake

Paru-paru

Uptake

Dosis internal Dosis masuk Dosis potensial Pajanan

Organ

Dosis efektif

Dampak buruk Media

Jalur pajanan inhalasi

Kimia

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 8

Analisis dosis respon (dose-response assessment)

Analisis hubungan antara jumlah total suatu agen yang diberikan diterima atau diserap oleh suatu organisme sistim atau subpopulasi dengan perubahan yang terjadi pada suatu organisme sistem atau subpopulasi

Analisis pajanan (exposure assessment)

Evaluasi pajanan agen dan turunannya pada organisme sistim atau subpopulasi Analisis pajanan merupakan langkah yang keempat dalam ARKL

Agen (agent) Zat materiatau makhluk dalam bentuk fisik kimiawiatau biologi yang kontak atau mengenai sasaran

Bahaya (hazard) Sifat yang melekat pada suatu agen atau situasi yang berpotensi untuk menyebab dampak buruk ketika organisme sistem atau sub populasi terpajan agen tersebut

Dampak buruk Perubahan pada morfologi fisiologi pertumbuhan perkembangan reproduksi rentang hidup dari suatu organisme sistem atau sub populasi yang akan mengakibatkan gangguan pada kapasitas fungsional ketidakmampuan dalam mengatasi stress (tekanan) atau peningkatan kerentanan (suskebtibilitas) terhadap pengaruh-pengaruh lain

Dosis Jumlah total suatu agen yang diberikan diterima atau diserap oleh suatu organisme sistim atau subpopulasi

Dosiskonsentrasi referensi (RfDRfC)

Dosiskonsentrasi dari pajanan harian agen risiko non karsinogenik yang diestimasi tidak menimbulkan efek yang mengganggu walaupun pajanannya terjadi sepanjang hayat (seumur hidup)

Dosis- respon Hubungan antara jumlah total suatu agen yang diberikan diterima atau diserap oleh suatu organisme sistim atau subpopulasi dan perubahan yang terjadi pada suatu organisme sistim atau subpopulasi tersebut

Efek (effect) Perubahan keadaan atau dinamika suatu organisme sistim atau subpopulasi

Ekses risiko kanker (excess cancer risk [ECR])

Besarnya risiko yang dinyatakan dalam bilangan pecahan kelipatan pangkat lsquo-10rsquo (eksponen) tanpa satuan yang merupakan perhitungan perbandingan antara intake dengan dosiskonsentrasi referensi dari suatu agen risiko karsinogenik serta dapat juga diinterpretasikan sebagai dapattidak dapat diterimanya suatu agen risiko terhadap organisme sistim atau subpopulasi dan kelimpahan kasus kankernya (jumlah tambahan kasus kanker) dalam satuan populasi tertentu

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 9

Identifikasi bahaya (hazard identification)

Identifikasi terhadap jenis dan sifat serta kemampuan yang melekat pada suatu agen risiko yang dapat menyebabkan dampak buruk organisme sistim atau subpopulasi Identifikasi bahaya merupakan langkah yang kedua dalam ARKL

Intake non karsinogenik (Ink)

Banyaknya suatu materi (bahan) atau agen risiko yang memiliki efek non kanker (tidak menyebabkan kanker) pada sebuah media lingkungan yang masuk ke dalam tubuh manusia setiap harinya yang dinyatakan dalam satuan mgkghari

Intake karsinogenik (Ik) Banyaknya suatu materi (bahan) atau agen risiko yang memiliki efek kanker (terbukti dapat menyebabkan kanker) pada sebuah media lingkungan yang masuk ke dalam tubuh manusia setiap harinya yang dinyatakan dalam satuang mgkghari

Karakterisasi risiko (risk characterization)

Perhitungan kualitatif jika memungkinkan secara kuantitatif meliputi probabilitas terjadinya potensi dampak buruk suatu agen pada organisme sistim atau subpopulasi beserta faktor ketidakpastiannya

Konsentrasi (concentration)

Banyaknya suatu materi (bahan) atau agen yang terlarut atau terkandung dalam satuan jumlah pada sebuah media

Lowest Observed Adverse Effect Level (LOAEL)

Dosis terendah yang secara statistik atau biologis (masih) memperlihatkan efek merugikan pada hewan uji atau pada manusia

No Observed Adverse Effect Level (NOAEL)

Dosis tertinggi suatu zat pada studi toksisitas kronik atau subkronik yang secara statistik atau biologis tidak memperlihatkan efek merugikan pada hewan uji atau pada manusia

Risiko (risk) Kemungkinan atau kebolehjadian dari suatu dampak buruk pada organisme sistem atau sub populasi timbul akibat (disebabkan) oleh terpajan suatu agen pada kondisi tertentu

Risiko aman atau risiko yang dapat diterima (Acceptable Risk)

Istilah dalam manajemen risiko yaitu dapat diterimanya risiko yang didasarkan pada data ilmiah faktor sosial ekonomi dan politik serta benefit dari pajanan suatu agen

Slope factor (SF) Dosis konsentrasi dari pajanan harian agen risiko karsinogenik yang diestimasi tidak menimbulkan efek yang mengganggu atau tidak menyebabkan terjadinya kanker walaupun pajanannya terjadi sepanjang hayat (seumur hidup)

Tingkat risiko (risk quotient [RQ])

Besarnya risiko yang dinyatakan dalam angka tanpa satuan yang merupakan perhitungan perbandingan antara intake dengan dosis konsentrasi referensi dari suatu agen risiko non karsinogenik serta dapat juga diinterpretasikan sebagai amantidak amannya suatu agen risiko terhadap organisme sistim atau subpopulasi

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 10

Materi Sub Bahasan Jenis dan Penggunaan ARKL

Ada dua jenis ARKL yang dapat digunakan yaitu kajian ARKL cepat atau kajian di atas meja (desktop studi) dan kajian lapangan (field study) tergantung sumber data yang digunakan ARKL diatas meja tidak menggunakan data lapangan tetapi menggunakan nilai-nilai default rekomendasi danatau asumsi sedangkan kajian lapangan dilakukan dengan pengukuran langsung kualitas lingkungan pajanan (frekuensi durasi) dan data antropometri (berat badan) Perbedaan antara kedua jenis ARKL tersebut dapat dilihat pada tabel 2

Tabel 2 Perbandingan antara ARKL desktop dan field

VARIABEL Desktop field Sumber data

yang digunakan

Data Sekunder dan asumsinilai default

Data primer (data yang dikumpulkan sendiri) dan asumsi jika Waktu

pelaksanaan Seketika saat dibutuhkan durasi lebih singkat

Perlu perencanaan dan pengorganisasian durasi lebih lama

Besarnya biaya yang dibutuhkan

Sangat sedikit atau tidak ada Biaya besar (biaya seperti melakukan suatu penelitian kajian lapangan)

ARKL sebagai suatu cara lsquotoolsrsquo atau pendekatan dapat diaplikasikan untuk berbagai keperluan Penggunaan ARKL pada berbagai kebutuhan dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini

Tabel 3 Penggunaan dari masing - masing model ARKL Jenis Kegiatan Kebutuhan lsquodesktoprsquo ARKL Kajian ARKL

Analisis suatu kasus kesehatan lingkungan (Emergency Responses)

-

Analisis suatu kasus kesehatan lingkungan (Reformation Responses)

-

Penyusunan AMDAL suatu kegiatan dan atau usaha Kajian ANDAL dan penyusunan RKL - RPL

-

Pengkajian penyusunan dan penetapan baku mutu -

Pengkajian penyusunan dan penetapan kebijakan kesehatan lingkungan yang baru

-

Materi Sub Bahasan Langkah ndash langkah ARKL Perumusan masalah yang dilakukan sebelum melakukan langkah ndash langkah ARKL dimaksudkan untuk dapat menjawab pertanyaan apa dimana berapa besar kapan siapa populasi berisiko dan bagaimana kepedulian masyarakat (populasi berisiko) Rumusan masalah ini akan digunakan sebagai latar belakang mengapa suatu agen risiko perlu dianalisis risiko dan akan dimasukkan ke dalam laporan Uraian apa yang harus dijawab untuk merumuskan masalah dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 11

Tabel 4 Uraian langkah perumusan masalah Pertanyaan Uraiaan - Apa yang menjadi masalah Media lingkungan yang terkena dampak jenis kegiatan yang

menjadisumber dampak jenis polutan apa yang potensial

- Dimana masalah itu terjadi Wilayah administrasi wilayah geografi batas sosial batas ekologis - Seberapa besar masalahnya Prevalensi penyakit terkait lingkungan konsentrasi agen risiko pada media lingkungan jumlah populasi yang potensial terkena

- Kapan masalah terjadi Hari bulan tahun dan durasi (lamanya) masalah berlangsung - Siapa populasi berisiko Kelompok masyarakat yang potensial terkena golongan

umur kelompok berdasarkan tempat tinggal pekerjaan dan komunitas tertentu (komunitas hobi komunitas adat dll)

- Bagaimana kepedulian masyarakat

Deskripsi aksi protes masyarakat opini pendapat masyarakat dan tokoh masyarakat pandangan pakar respon instansi yang berwenang menangani masalah tersebut (program rencana program kerja terkait penanganan masalah

Langkah 1 Identifikasi bahaya (hazard identification) Identifikasi bahaya merupakan langkah pertama dalam ARKL yang digunakan untuk mengetahui secara spesifik agen risiko apa yang berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan bila tubuh terpajan Sebagai pelengkap dalam identifikasi bahaya dapat ditambahkan gejala ndash gejala gangguan kesehatan apa yang terkait erat dengan agen risiko yang akan dianalisis Tahapan ini harus menjawab pertanyaan agen risiko spesifik apa yang berbahaya di media lingkungan yang mana agen risiko eksisting seberapa besar kandungankonsentrasi agen risiko di media lingkungan gejala kesehatan apa yang potensial Uraian apa yang harus dijawab dalam identifikasi bahaya dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini

Tabel 5 Uraian langkah identifikasi bahaya Pertanyaan Uraian Agen risiko spesifik apa yang berbahaya

Agen risiko bahan kimia jelaskan spesi atau senyawa kimia apa yang berbahaya secara jelas Contoh Merkuri (Hg) jelaskan apakah agen risiko berupa elemental mercury anorganic mercury atau organic mercury (methyl mercury) Agen risiko biologi jelaskan spesiesnya

Di media lingkungan yang mana agen risiko eksisting

Jelaskan media lingkungan dimana agen risiko eksisting apakah di udara ambien air tanah sludge biota hewan dll Contoh jika merkuri sebagai agen risiko maka media lingkungan yang terkontaminasi antara lain air bersih sludge (jika pada pertambangan emas rakyat) ataupun di hewan (ikan yang dikonsumsi)

Seberapa besar kandungankonsentrasi agen risiko di media lingkungan

Jelaskan konsentrasi hasil pengukurannya di media lingkungan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 12

Pertanyaan Uraian Gejala kesehatan apa yang potensial

Uraikan gejala kesehatan gangguan kesehatan apa yang dapat terkait dengan agen risiko Contoh jika merkuri sebagai agen risiko maka gejalagangguan kesehatan yang mungkin timbul antara lain tremor gemetaran pada saat berdiri pusing pada saat berdiri rasa nyeri pada tangan dan kaki dan gangguan pada susunan saraf pusat

Untuk membantu dalam melakukan identifikasi bahaya dapat digunakan contoh formulir sebagaimana pada tabel 6 di bawah ini

Tabel 6 Contoh formulir bantu identifikasi bahaya Sumber

dan penggunaan

Media lingkungan potensial

Agen Risiko

Konsentrasi

Minimal Rata - rata Maksimal Pertambangan mineral (emas tembaga perak dll)

Air permukaan (sungai danau)

Merkuri Anorganik Total Merkuri

- Merkuri Anorganik mgl - Total Merkuri mgl

- Merkuri Anorganik mgl - Total Merkuri mgl

- Merkuri Anorganik mgl - Total Merkuri mgl Lumpur (tailing) Metil Merkuri

Merkuri Anorganik Total Merkuri

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Tanaman (buah sayur umbi)

Metil Merkuri Merkuri Anorganik Total Merkuri

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah (sumur) Merkuri Anorganik Total Merkuri

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Udara Total Merkuri Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Biota air (ikan kerang dsb)

Metil Merkuri Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Pertambangan fosil (batu bara minyak bumi)

middot Udara SO2 Benzene Golongan Metan

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 13

Sumber dan

penggunaan

Media lingkungan potensial

Agen Risiko

Konsentrasi

Minimal Rata - rata Maksimal Pengolahan aki bekas

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Industri elektronika

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan (dari limbah cair)

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah (dari limbah cair)

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Bengkel patri las galvanisasi logam

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Transportasi middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Tanaman Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Kegiatan lainnya Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Penggunaan formulir ini dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan dalam pengisiannya merujuk pada literatur yang tersedia Langkah 2 Analisis dosis - respon (dose-response assessment) Setelah melakukan identifikasi bahaya (agen risiko konsentrasi dan media lingkungan ) maka tahap selanjutnya adalah melakukan analisis dosis- respons yaitu mencari nilai RfD danatau RfC danatau SF dari agen risiko yang menjadi fokus ARKL serta memahami efek apa saja yang mungkin ditimbulkan oleh agen risiko tersebut pada tubuh manusia Analisis dosis ndash respon ini tidak harus

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 14

dengan melakukan penelitian percobaan sendiri namun cukup dengan merujuk pada literature yang tersedia Langkah analisis dosis respon ini dimaksudkan untuk

a mengetahui jalur pajanan (pathways) dari suatu agen risiko masuk ke dalam tubuh manusia

b memahami perubahan gejala atau efek kesehatan yang terjadi akibat peningkatan konsentrasi atau dosis agen risiko yang masuk ke dalam tubuh

c mengetahui dosis referensi (RfD) atau konsentrasi referensi (RfC) atau slope factor (SF) dari agen risiko tersebut

Di dalam laporan kajian ARKL ataupun dokumen yang menggunakan ARKL sebagai cara metode kajian analisis dosis ndash respon perlu dibahas dan dicantumkan Analisis dosis ndash respon dipelajari dari berbagai toxicological reviews jurnal ilmiah atau artikel terkait lainnya yang merupakan hasil dari penelitian eksperimental Untuk memudahkan analisis dosis ndash respon dapat dipelajari pada situs wwwepagoviris Dosis Referensi (RfD) Konsentrasi Referensi (RfC) dan Slope Factor (SF) Uraian tentang dosis referensi (RfD) konsentrasi referensi (RfC) dan slope factor (SF) adalah sebagai berikut

a Dosis referensi dan konsentrasi yang selanjutnya disebut RfD dan RfC adalah nilai yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman pada efek non karsinogenik suatu agen risiko sedangkan SF (slope factor) adalah referensi untuk nilai yang aman pada efek karsinogenik

b Nilai RfD RfC dan SF merupakan hasil penelitian (experimental study) dari berbagai sumber baik yang dilakukan langsung pada obyek manusia maupun merupakan ekstrapolasi dari hewan percobaan ke manusia

c Untuk mengetahui RfC RfD dan SF suatu agen risiko dapat dilihat pada Integrated Risk Information System (IRIS) yang bisa diakses di situs wwwepagoviris

d Jika tidak ada RfD RfC dan SF maka nilai dapat diturunkan dari dosis eksperimental yang lain seperti NOAEL (No Observed Adverse Effect Level) LOAEL (Lowest Observed Adverse Effect Level) MRL (Minimum Risk Level) baku mutu udara ambien pada NAAQS (National Ambient Air Quality Standard) dengan catatan dosis eksperimental tersebut mencantumkan faktor antropometri yang jelas (Wb tE fE dan Dt)

Satuan dosis referensi (RfD) dinyatakan sebagai milligram (mg) zat per kilogram (Kg) berat badan per hari disingkat mgkghari Dalam literatur terkadang ditulis mgkgxhari mgkghari dan mgkg-hari Satuan konsentrasi referensi (RfC) dinyatakan sebagai milligram (mg) zat per meter kubik (M3) udara disingkat mgM3 Konsentrasi referensi ini dinormalisasikan menjadi satuan mgkghari dengan ara memasukkan laju inhalasi dan berat badan yang bersangkutan Untuk memudahkan dalam analisis dosis ndash respon pada tabel 7 dan 8 disajikan contoh RfD RfC dan SF

Tabel 7 Contoh RfD dan SF beberapa agen risiko atau spesi kimia jalur ingesti No Agent Dosis Respon

(RfD SF) Efek Kristis dan Referensi

1 As (Arsen) 3E-4 mgkgday 15E+0 (mgkgday)minus1

Hiperpigmentasi keratosis dan kemungkinan komplikasi vaskular pajanan oral (Tseng 1977 Tseng et al 1968)

2 Ba (Barium) 2E-1 mgkgday Nefropati dalam 2 tahun pemberian air minum kepada mencit (NTP 1994)

3 B (Boron) 2E-1 mgkgday Penurunan berat janin pada pajanan asam borat gestasi

4 Cd (Kadmium) 5E-4 mgkgday Proteinuria pajanan kronik manusia (USEPA

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 15

No Agent Dosis Respon (RfD SF)

Efek Kristis dan Referensi

5 Cl2 (Klorin) bebas 1E-1 mgkgday Pajanan kronik air minum tikus (NTP 1992) 6 Cr6+ (Kromium

Heksavalen) 3E-3 mgkgday Uji hayati air minum 1 tahun dengan tikus

(McKenzie et al 1958) dan pajanan air minum penduduk Jinzhou (Zhang and Li 1987)

7 CN- (Sianida) 2E-2 mgkgday Kehilangan berat efek tiroid dan degradasi myelin dalam uji hayati subkronik sampai kronik oral pada tikus (Philbrick et al 1979)

8 F- (Fluorida) 6E-2 mgkgday Flourisis gigi dan efek kosmetik dalam studi epidemio logi (Hodge 1950 cited in Underwood 1977)

9 Mn (Mangan) 1 4E- 1 mgkgday Hipokolesterolemia epilepsi kekurangan pankreas eksokrin sklerosis berganda katarak osteoporosis fenilketonuria amp penyakit kencing maple syrup (inborn) panotda ingesi kronik manusia (NRC 1989 Freeland- Graves et al 1987 WHO 1973)

10 Hg ndash MeHg (Merkuri - metal merkuri)

1E-4 mgkgday Kelainan neuropsikologis perkembangan dalam studi epidemilogi (Grandjean et al 1997 Budz-Jergensen et al 1999)

11 NO2- (Nitrit) 1E-1 mgkgday Methemoglobinemia pada bayi yang terpajan kronik air minum (Walton 1951)

12 Se (Selenium) 5E-3 mgkgday Selenosis dari studi epidemiologi (Yang et al 1989)

13 Zn (Seng) 3E-1 mgkgday Penurunan Cu eriytrosit dan aktifitas Zn superoksida dismutase pada relawan pria dan wanita (Yadrick et al 1989)

14 CHBr3 2E-2 mgkgday 79E-3 (mgkgday)minus1

Lesi hepatik uji hayati subkronik gavage oral pada tikus

15 CHCl3 1E-2 mgkgday Pembentukan greasety cyst sedangnyata pada hati dan peningkatan SGPT dalam uji hayati kronik pada anjing (Heywood et al 1979)

16 CHBr2Cl 2E-2 mgkgday 84E-2 (mgkgday)minus1

Lesi hepatik uji hayati subkronik gavage oral pada tikus (NTP 1989)

Disadur dari Rahman 2007

Tabel 8 Contoh RfC beberapa agen risiko atau spesi kimia jalur inhalasi No Agent Dosis Respon Efek Kristis dan Referensi RfC 1 NH3 286E-2 Kenaikan keparahan rinitis dan pneumonia

dengan lesi pernafasan pada uji hayati tikus subkronik (Broderson et al 1976)

2 H2S 57 1E-4 Lesi nasal lendir olfaktori pada uji hayati tikus subkronik (Brenneman et al 2000)

3 Pb 493E-4 Perubahan tingkat enzim dan perkembangan neurobehavioral anak-anak (IRIS 2006)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 16

1E-4 mgkg-day

(00001

mgkg-day)

No Agent Dosis Respon Efek Kristis dan Referensi 4 NO2 2E-2 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) 5 SO2 26E-2 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) 6 TSP 242 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) Disadur dari Rahman 2007 Mengingat pemutakhiran (update) RfD RfC dan SF berlangsung sangat cepat RfD RfC dan SF yang tercantum pada tabel di atas tidak bisa selamanya dijadikan acuan RfD RfC dan SF dari agen risiko yang lain serta update dari RfD RfC dan SF pada tabel di atas dapat dilihat dengan mengakses wwwepagoviris Tahapan dalam mengakses situs tersebut dapat dilihat pada lampiran 5 Tampilan evaluasi dosis - respon yang terdapat pada toxicological review pada situs tersebut dapat dilihat pada contoh berikut Contoh evaluasi dosis ndash respon (1) Methylmercury (MeHg) CASRN 22967-92-6 IA1 Oral RfD Summary Critical Effect Experimental Doses UF MF RfD

Developmental neuropsychological impairment Human epidemiological studies (Grandjean et al 1997 Budtz-Joslashrgensen et al 1999a)

Benchmark Dose BMDL05 range of 46-79 ppb in maternal blood for different neuropsychological effects in the offspring at 7 years of age corresponding to a range of maternal daily intakes of 0857-1472 microgkg-day

10 1

Conversion Factors and Assumptions mdashMaternal daily dietary intake levels were used as the dose surrogate for the observed developmental effects in the children exposed in utero The daily dietary intake levels were calculated from blood concentrations measured in the mothers with supporting additional values based on their hair concentrations This conversion is explained in the text below A benchmark dose approach (BMD) was used rather than a no-observed-adverse-effect levellowest-observed-adverse-effect level (NOAELLOAEL) approach to analyze the neurological effects in children as the response variable This analysis is also explained in the text below This assessment updates the 1995 RfD assessment on IRIS and is the same as the RfD that was based on the study of a poisoning episode in Iraq in which developmental neurotoxicity was observed following ingestion of methylmercury-treated grain (Marsh et al1987)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 17

mdash 15E+0 per (mgkg)day

Contoh evaluasi dosis - respon (2) Arsenic inorganic (CASRN 7440-38-2) IIB Quantitative Estimate of Carcinogenic Risk from Oral Exposure IIB1 Summary of Risk Estimates Oral Slope Factor Drinking Water Unit Risk mdash 5E-5 per (ugL) Extrapolation Method mdash Time- and dose-related formulation of the multistage model (US EPA 1988) Drinking Water Concentrations at Specified Risk Levels

Risk Level Concentration E-4 (1 in 10000) 2E+0 ugL E-5 (1 in 100000) 2E-1 ugL E-6 (1 in 1000000) 2E-2 ugL

Langkah 3 Analisis pajanan (exposure assessment) Setelah melakukan langkah 1 dan 2 selanjutnya dilakukan Analisis pemajanan yaitu dengan mengukur atau menghitung intake asupan dari agen risiko Untuk menghitung intake digunakan persamaan atau rumus yang berbeda Data yang digunakan untuk melakukan perhitungan dapat berupa data primer (hasil pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan sendiri) atau data sekunder (pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan oleh pihak lain yang dipercaya seperti BLH Dinas Kesehatan LSM dll) dan asumsi yang didasarkan pertimbangan yang logis atau menggunakan nilai default yang tersedia Rumus perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut Perhitungan intake non karsinogenik (INK) 1 Intake pada jalur pemajanan inhalasi (terhirup)

ܫ = ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphelliphelliphellipRumus 1

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ink (Intake)

Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada media udara (udara ambien)

mgm3 Tidak ada nilai default

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 18

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default R (Rate) Laju inhalasi atau

banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya

m3jam Dewasa 083 m3jam Anak ndash anak (6 ndash 12 tahun) 05 m3jam

tE (time of exposure) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap harinya

Jamhari - Pajanan pada pemukiman 24 jamhari - Pajanan pada lingkungan kerja 8 jamhari - Pajanan pada sekolah dasar 6 jamhari

fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasikelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(nk) (time average) Periode waktu rata ndash rata

Hari 30 tahun x 365 haritahun = 10950 hari

2 Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphelliphelliphellipRumus 2

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ink (Intake) Jumlah konsentrasi agen

risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari

Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada air bersihminum atau pada makanan

- mgl (air) mgkg (makanan)

Tidak ada nilai default

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 19

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default R (Rate) Laju konsumsi atau

banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya

- Liter hari (air) - Gram hari (makanan)

Air Minum - Dewasa (pemukiman) 2 literhari - Anak ndash anak (pemukiman) 1 literhari - Dewasa (lingkungan kerja) 1 literhari Makanan - Buah ndash buahan 42 gramhari - Sayuran 80 gramhari fE (frecuency of

exposure) Lamanya atau jumlah hari

terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(nk) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogen

Hari 30 tahun x 365 haritahun = 10950 hari

Perhitungan intake karsinogenik (IK) 1 Intake pada jalur pemajanan inhalasi (terhirup)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphellipRumus 3

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ik (Intake) Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada media udara (udara ambien)

mgm3 Tidak ada nilai default

R (Rate) Laju inhalasi atau banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya

m3jam Dewasa 083 m3jam Anak ndash anak (6 ndash 12 tahun) 05 m3jam

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 20

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default tE (time of exposure) Lamanya atau jumlah jam

terjadinya pajanan setiap harinya

Jamhari - Pajanan pada pemukiman 24 jamhari - Pajanan pada lingkungan kerja 8 jamhari - Pajanan pada sekolah dasar 6 jamhari

fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

2 Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ಲೇಸ

helliphelliphellipRumus 4

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ik (Intake) Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada air bersih minum atau pada makanan

- mgl (air) - mgkg (makanan)

Tidak ada nilai default

R (Rate) Laju konsumsi atau banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya

- literhari (air) - gramhari (makanan)

Air Minum - Dewasa (pemukiman) 2 literhari - Anak ndash anak (pemukiman) 1 literhari - Dewasa (lingkungan kerja) 1 literhari Makanan - Buah ndash buahan 42 gramhari - Sayuran 80 gramhari - Ikan tangkapan 54 gramhari

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 21

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok Populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

Analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL Hal ndash hal yang perlu diketahui dan dicermati dalam melakukan analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL adalah sebagai berikut Pada lsquodesktoprsquo ARKL tidak perlu dilakukan pengumpulan data Data yang menjadi dasar perhitungan intake menggunakan data sekunder dan asumsi Terkait dengan variabel konsentrasi pelu diperhatikan hal sebagai berikut Data sekunder umumnya dibutuhkan untuk mengetahui konsentrasi agen risiko pada media

lingkungan yang mana merupakan hasil pengukuran yang pernah dilakukan oleh pihak lain pada media lingkungan wilayah dan waktu yang sama

Ada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL dalam rangkaian studi AMDAL (kajian ANDAL dan RKL - RPL untuk aspek kesehatan masyarakat) suatu kegiatan sumber data konsentrasi dapat merupakan proyeksi perubahan rona lingkungan yang telah dikaji pada aspek yang lain mis proyeksi konsentrasi agen risiko di udara ambien pada tahap operasional kegiatan atau proyeksi konsentrasi agen risiko di air bersih pada tahap operasional kegiatan

Terkait dengan variabel perhitungan yang lain (R tE fE Dt Wb dan tAVG) asumsi didasarkan pada logika yang rasional atau nilai default yang sudah tersedia Adapun nilai default untuk berbagai variabel pada lsquodesktoprsquo ARKL dapat dilihat pada tabel 9 berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 22

Tabel 9 Nilai default dari faktor pajanan (Rahman 2007) Tataguna lahan

Jalur pajanan Asupan harian Frekuensi pajanan (haritahun)

Durasi pajanan (tahun)

Berat badan (kg)

Residensial Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

12 m3 (anak) raquo 05 350 6 15 Industri amp komersial

Air minum 1 L 250 25 70 55 b

Pertanian Tanaman perkarangan

42 g (buah - buahan)

350 30 70 55 b

80 g (sayur - mayur)

350 30 70 55 b

Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

Rekreasi Ikan tangkapan 54 g 350 30 70 55 b Disadur dari Rahman 2007 seluruhnya berasal dari Exposure Factor Handbook (EPA 1990) kecuali bNukman et al (2005) 324 Langkah 4 Karakterisasi risiko (risk characterization) Langkah ARKL yang terakhir adalah karakterisasi risiko yang dilakukan untuk menetapkan tingkat risiko atau dengan kata lain menentukan apakah agen risiko pada konsentrasi tertentu yang dianalisis pada ARKL berisiko menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat (dengan karakteristik seperti berat badan laju inhalasikonsumsi waktu frekuensi durasi pajanan yang tertentu) atau tidak Karakteristik risiko dilakukan dengan membandingkan membagi intake dengan dosis konsentrasi agen risiko tersebut Variabel yang digunakan untuk menghitung tingkat risiko adalah intake (yang didapatkan dari analisis pemajanan) dan dosis referensi (RfD) konsentrasi referensi (RfC) yang didapat dari literatur yang ada (dapat diakses di situs wwwepagoviris) 1 Karakterisasi risiko pada efek non karsinogenik Perhitungan tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko untuk efek non karsinogenik dinyatakan dalam notasi Risk Quotien (RQ) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek non karsinogenik dilakukan perhitungan dengan membandingkan membagi intake dengan RfC atau RfD Rumus untuk menentukan RQ adalah sebagai berikut ூ

ோ helliphelliphelliphellipRumus 5

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur inhalasi (terhirup) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 1 RfC (reference concentration) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan inhalasi

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 23

ூோ

helliphelliphelliphelliphellipRumus 6

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur ingesti (tertelan) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 2 RfD (reference dose) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan ingesti

Didapat Interpretasi tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko yang diperoleh pada ARKL merupakan konsumsi pakar ataupun praktisi sehingga perlu disederhanakan atau dipilihkan bahasa yang lebih sederhana agar dapat diterima oleh khalayak atau publik Tingkat risiko dinyatakan dalam angka atau bilangan desimal tanpa satuan Tingkat risiko dikatakan AMAN bilamana intake le RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ le 1 Tingkat risiko dikatakan TIDAK AMAN bilamana intake gt RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ gt 1 Narasi yang digunakan dalam penyederhanaan interpretasi risiko agar dapat diterima oleh khalayak atau publik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll Contoh Tingkat risiko RQ untuk pajanan Pb (inhalasi) sebesar 000008 microgm3 pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan rata - rata 55 kg dan telah terpajan 350 haritahun selama 20 tahun diketahui sebesar 0098 maka Interpretasi risiko Pajanan Pb sebesar 000008 microgm3 secara inhalasi pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan 55 Kg masih aman untuk frekuensi pajanan 350 haritahun hingga 20 tahun mendatang Perhitungan tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko untuk efek karsinogenik dinyatakan dalam notasi Excess Cancer Risk (ECR) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek karsinogenik dilakukan perhitungan dengan mengkali intake dengan SF Rumus untuk menentukan ECR adalah sebagai berikut

ܥܧ = Rumus 7helliphelliphelliphellip ܨ ݔ ܫKeterangan Digunakan untuk menghitung tingkat risiko pada agen risiko dengan efek karsinogenik I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 3 atau rumus SF (slope factor) Nilai referensi agen risiko dengan efek karsinogenik

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 24

Interpretasi tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko dinyatakan dalam bilangan exponen tanpa satuan (cth 13E-4) Tingkat risiko dikatakan acceptable atau aman bilamana ECR le E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR le 110000 Tingkat risiko dikatakan unacceptable atau tidak aman bilamana ECR gt E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR gt 110000 Contoh ECR = 13E-5 (13 x 10-5) dapat diinterpretasikan sebagai berikut ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Narasi yang digunakan dalam risiko karsinogenik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoacceptablersquo atau lsquounacceptablersquo (lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo) - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll - Risiko kanker [ mis ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Contoh Tingkat risiko ECR untuk pajanan benzene (inhalasi) sebesar 03 microgm3 pada pekerja depo penampungan BBM di Jakarta dengan berat badan rata - rata 60 kg dan telah terpajan 250 haritahun selama 10 tahun diketahui sebesar 456E-4

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 1

MODUL II MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Manajemen Risiko Kesehatan Lingkungan

Manajemen risiko adalah proses mengidentifikasi evaluasi penyeleksian dan melakukan

upaya untuk mengurangi risiko terhadap ekosistem dan kesehatan manusia (Omenn GS et al 1997) Setelah melakukan keempat langkah ARKL di atas maka telah dapt diketahui apakah suatu agen risiko amandapat diterima atau tidak Manajemen risiko bukan termasuk langkah ARKL melainkan tindak lanjut yang harus dilakukan bilamana hasil karakterisasi risiko menunjukkan tingkat risiko yang tidak aman ataupun unacceptable Dalam melakukan manajemen risiko perlu dibedakan antara strategi manajemen risiko dengan cara manajemen risiko Strategi manajemen risiko meliputi penentuan batas aman yaitu

1 Konsentrasi agen risiko (C) danatau 2 Jumlah konsumsi (R) danatau 3 Waktu pajanan (tE) danatau

4 Frekuensi pajanan (fE) danatau

5 Durasi pajanan (Dt)

Setelah batas aman ditentukan selanjutnya perlu dilakukan penapisan alternatif terhadap batas aman yang mana yang akan dijadikan sebagai target atau sasaran pencapaian dalam pengelolaan risiko Batas aman yang dipilih adalah batas aman yang lebih rasional dan realistis untuk dicapai

Adapun cara manajemen risiko adalah cara atau metode yang akan digunakan untuk

mencapai batas aman tersebut Cara manajemen risiko meliputi beberapa pendekatan yaitu pendekatan teknologi pendekatan sosial - ekonomis dan pendekatan institusional penjelasan lebih lanjut langkah ndash langkah dalam manajemen risiko akan dijelaskan pada sub bahasan selanjutnya

Materi Sub Bahasan Strategi manajemen risiko

1 Penentuan batas aman Batas aman disini adalah batas atau nilai terendah yang menyebabkan tingkat risiko

menjadi tidak aman (tidak dapat diterima) Oleh karenannya nilai yang aman adalah nilai di bawah batas amannya sedangkan nilai yang sama dengan batas aman tersebut akan menyebabkan tingkat risiko menjadi tidak aman Sebagai contoh jika hasil

perhitungan menunjukkan konsentrasi aman adalah 4499 microgm3 maka nilai konsentrasi

yang benar ndash benar aman adalah di bawah 4499 microgm3 (lt4499 microgm3) 4498 microgm3

a) Penentuan konsentrasi aman (C) Dalam penentuan konsentrasi aman semua variabel dan nilai yang digunakan

sama dengan variabel dan nilai pada perhitungan intake Akan tetapi nilai intake yang digunakan adalah RfD atau RfC agen risikonya

Sedangkan konsentrasi aman pada intake karsinogenik perhitungan didasarkan

pada nilai acceptable sebesar 10-4 dibagi nilai SF nya Selain itu variabel tavg disesuaikan dengan perhitungan karsinogenik yaitu (70 haritahun x 365 hari) Untuk menghitung konsentrasi aman digunakan rumus sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 2

Konsentrasi aman non karsinogenik Konsentrasi aman non karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 8

Konsentrasi aman non karsinogenik (ingestii)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ಶ ௫

Rumus 9

Konsentrasi aman karsinogenik Konsentrasi aman karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 10

Konsentrasi aman karsinogenik (ingesti)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 11

Keterangan

Notasi Arti Notasi C(aman) (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada udara ambien atau pada

air bersihminum atau pada makanan yang aman

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 3

Notasi Arti Notasi R (Rate) Laju asupan

Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

Volume air minum yang masuk tubuh (liter) setiap harinya

Volume makanan yang masuk tubuh (gram) setiap harinya

tE atau time of exposure (rumus 8)

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode

b) Penentuan jumlah konsumsi aman (R)

Laju asupan yang dapat dikelola hanyalah pada pada pajanan melalui makanan dan air minum (ingesti) karena masih banyak substitusi untuk setiap jenis makanan ataupun air minum Untuk pajanan melalui udara (inhalasi) pembatasan laju inhalasi hampir tidak mungkin dilakukan Untuk menghitung jumlah konsumsi aman digunakan rumus sebagai berikut Laju konsumsi aman non karsinogenik (ingesti)

() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ಶ ௫

Rumus 12

Laju konsumsi aman karsinogenik (ingesti)

() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ಶ ௫

Rumus 13

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 4

Keterangan Notasi Arti Notasi

R(aman) Laju konsumsi atau banyaknya volume makanan (gram) atau volume air (liter) yang masuk tubuh setiap harinya yang aman

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

c) Penentuan waktu pajanan aman (tE) Waktu pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan

kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan waktu pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah jam terpapar setiap harinya oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung waktu pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Waktu pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 14

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 5

Waktu pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 15

Keterangan

Notasi Arti Notasi t(aman) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap

harinya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

d) Penentuan frekuensi pajanan aman (fE)

Frekuensi pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan frekuensi pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah hari terpapar dalam satu tahun oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung frekuensi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Frekuensi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 16

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 6

Frekuensi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 17

Keterangan

Notasi Arti Notasi fE(aman) (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan

setiap tahunnya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

e) Penentuan durasi pajanan aman (Dt) Durasi pajanan aman dikelola pada pemajanan inhalasi pada lingkungan

yang permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan durasi pajanan dilakukan dengan membatasi lamanya tinggal (tahun) masyarakat pada suatu pemukiman dengan cara melakukan lsquorelokasirsquo pemukiman pada saat telah melewati batas durasi amannya Penerapan strategi durasi pajanan aman untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) kurang tepat karena pada pemajanan ingesti manajemen risiko cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung durasi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Durasi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 18

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 7

Durasi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 19

Keterangan

Notasi Arti Notasi Dt (aman) (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan yang

aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

tE atau time of exposure

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

2 Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko Penapisan alternatif manajemen risiko harus didasarkan pada pertimbangan logis

dan turut mempertimbangkan berbagai faktor termasuk cara pengelolaan risikonya Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini

Tabel 10 Alternatif manajemen risiko dan penggunaannya Alternatif Pengelolaan

Risiko Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Penurunan konsentrasi hingga ke batas aman (konsentrasi aman)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 8

Alternatif Pengelolaan Risiko

Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Pengurangan konsumsi hingga ke batas aman (jumlah konsumsi aman)

Pembatasan waktu pajanan hingga ke batas aman (waktui pajanan aman)

Pembatasan frekuensi pajanan hingga ke batas aman (frekuensi pajanan aman)

Pembatasan durasi pajanan hingga ke batas aman (durasi pajanan aman)

Materi Sub Bahasan Cara manajemen risiko

Manajemen risiko selain membutuhkan strategi yang tepat juga harus dilakukan dengan

cara atau metode yang tepat Dalam aplikasinya cara manajemen risiko dapat dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu 1) Pendekatan teknologi

Manajemen risiko menggunakan teknologi yang tersedia meliputi penggunaan alat bahan dan metode serta teknik tertentu Contoh manajemen risiko dengan pendekatan teknologi antara lain penerapan penggunaan IPAL pengolahan penyaringan air modifikasi cerobong asap penanaman tanaman penyerap polutan dll

2) Pendekatan sosial - ekonomis

Manajemen risiko menggunakan pendekatan sosial - ekonomis meliputi pelibat-sertaan pihak lain efisiensi proses substitusi dan penerapan sistem kompensasi Contoh manajemen risiko dengan pendekatan sosial ndash ekonomis antara lain 3R (reduce reuse dan recycle) limbah pemberdayaan masyarakat yang berisiko pemberian kompensasi pada masyarakat yang terkena dampak permohonan bantuan pemerintah akibat keterbatasan pemrakarsa (pihak yang bertanggung jawab mengelola risiko) dll

3) Pendekatan institusional

Manajemen risiko dengan menempuh jalur dan mekanisme kelembagaan dengan cara melakukan kerjasama dengan pihak lain Contoh manajemen risiko dengan pendekatan institusional antara lain kerjasama dalam pengolahan limbah B3 mendukung pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah menyampaikan laporan kepada instansi yang berwenang dll

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 1

MODUL III SURVEILANS FAKTOR RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans oleh World Health Organization (WHO) didefinisikan sebagai kegiatan

berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data kesehatan masyarakat yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat Surveilans yang dilakukan diharapkan dapat Menjadi sistem kewaspadaan dini terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat di masa yang

akan datang Mendokumentasikan dampak dari suatu intervensi atau jejak dari kemajuan program dalam

mencapai tujuan tertentu dan Memonitor dan mengklarifikasi masalah kesehatan secara epidemiologi guna menetapkan

priritas dan menginformasikan kebijakan dan strategi kesehatan ke publik

Faktor risiko dalam dunia kesehatan dan epidemiologi biasa didefinisikan sebagai faktor-faktor atau kondisi yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit Faktor risiko tersebut umumnya dapat dikatagorikan menjadi beberapa jenis yaitu faktor risiko genetis faktor risiko perilaku dan faktor risiko lingkungan

Dari kedua definisi di atas maka surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah kegiatan berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor-faktor atau kondisi lingkungan yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan lingkungan Untuk itu ada beberapa hal yang menjadi kata kunci dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yaitu sistematis dan berkesinambungan pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor lingkungan yang dapat menyebabkan sakit dan upaya kesehatan lingkungan

Materi Sub Bahasan Konsep dan Penerapan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Penyakit dan masalah kesehatan masyarakat erat terhubung dengan faktor atau kondisi

lingkungan Oleh karenanya secara naluriah setiap manusia menginginkan lingkungan yang sehat dan nyaman sebagai tempat tinggalnya yang juga kondusif terhadap kondisi kesehatannya Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang salah satunya ditempuh melalui kegiatan penyehatan lingkungan (kesehatan lingkungan) Dalam rangka mewujudkan kondisi lingkungan sesuai dengan yang diharapkan upaya yang dilakukan haruslah tepat guna tepat sasaran sistematis dan terencana dengan baik serta berbasis bukti (evidence based) Sehingga perumusan upaya kesehatan lingkungan yang akan diterapkan harus didukung dengan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yang baik

Filosofi dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah melakukan pengamatan dan pengawasan terus-menerus terhadap kondisi lingkungan yang diperkirakan dapat menyebabkan penyakit pada manusia Hasil dari kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah berupa informasi mengenai apakah faktor atau kondisi lingkungan tertentu yang diamati berisiko menimbulkan kesakitan dan rekomendasi upaya tidak lanjut yang dibutuhkan untuk mengendalikannya Konsep dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dipahami dari gambar 6

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 2

(sumber Mullan N et al 2008)

Gambar 6 Konsep Surveilans Awal dan Lanjutan dalam Kesehatan Lingkungan

Konsep di atas diadaptasi dari versi model surveilans kesehatan yang diterapkan di Kanada

Dalam prakteknya surveilans kesehatan lingkungan dilakukan dalam dua tahapan dimana pengumpulan data hingga desiminasi diklasifikasikan sebagai surveilans awal dan sintesa pengetahuan dan proses perumusan kebijakan yang merupakan input dari stakeholder dan peneliti sebagai surveilans lanjutan Surveilans awal dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data rutin (menggunakan form yang telah dibakukan pada masing-masing Negara) sedangkan analisis dan interpretasi dari basis data yang umumnya digunakan untuk tujuan monitoring ataupun pembuatan regulasi Selanjutnya surveilans lanjutan dirumuskan dari hasil surveilans awal dikombinasikan dengan masukan dari para peneliti dan stakeholder yang concern (peduli) terhadap masalah kesehatan lingkungan guna memberikan pemahaman pengertian yang baik terhadap isu yang berkembang serta dapat dirumuskan keputusan upaya tindak lanjut yang tepat untuk merespon isu tersebut

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bukan merupakan hal yang baru Konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan telah dilaksanakan sejak lama oleh sektor kesehatan mulai dari unit yang paling bawah seperti puskesmas hingga tingkat kementerian Namun sedikit perbedaan dalam istilah dan nama yang digunakan membuat konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan terkesan suatu terobosan baru Di unit puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten kota pelaksanaan kegiatan ini identik dengan kegiatan inspeksi sanitasi Inspeksi sanitasi yang dilakukan di puskesmas maupun dinas kesehatan dilakukan pada obyek kesehatan lingkungan secara periodik (time series) dengan fokus pada faktor risiko kesehatan lingkungan pada obyek tersebut Sebagai contoh inspeksi sanitasi depot air minum dilakukan oleh puskesmas atau dinas kesehatan kabupaten kota secara rutin (minimal setahun sekali) dengan melakukan observasi kesehatan lingkungan wawancara terkait perilaku dalam penanganan depot air minum dan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 3

pemeriksaan laboratorium kualitas air baku (air bersih) dan air olahan (air minum) Data hasil inspeksi sanitasi pada satu lokasi depot air minum yang sama dalam beberapa periode inspeksi merupakan basis data (database) yang dapat diinterpretasi dianalisis baik secara tunggal (hanya data satu depot tersebut) ataupun bersamaan dengan data inspeksi depot air minum yang lain dan didesiminasikan Selanjutnya hasil desiminasi tersebut dapat ditindaklanjuti dengan melakukan upaya diantaranya pembinaan pelatihan dan lain sebagainya

Materi Sub Bahasan Desain dan Metodologi Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan merupakan suatu studi yang dapat dilakukan dengan desain cross sectional kasus kontrol ataupun kohort Sebagai suatu studi yang masuk ke dalam ranah epidemiologi kesehatan lingkungan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan selain melihat kecenderungan data juga digunakan untuk melihat adanya hubungan antara pajanan lingkungan dan dampak kesehatan (penyakit) Oleh karenanya dalam surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan diperlukan data-data sebagai berikut

1 Data geografis wilayah dilakukan dengan menggunakan GPS untuk penentuan koordinat lokasi dilakukan pengambilan sampel pengumpulan data

2 Data faktor risiko lingkungan meliputi data kualitas lingkungan (pengambilan dan pemeriksaan sampel) data kondisi lingkungan sanitasi yang dikumpulkan melalui observasi (pengisian cek lis) dan wawancara Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dbutuhkan data kualitas udara dalam ruang yang dilakukan dengan pengukuran dan data berkaitan dengan jenis lantai ventilasi bahan bakar memasak dan lain sebagainya

3 Data faktor risiko lingkungan meliputi data perilaku sampel (responden) yang juga merupakan faktor risiko dari penyakit berbasis lingkungan yang menjadi perhatian Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA selain data kualitas udara dalam ruang dan ventilasi perlu dikumpulkan data terkait dengan kebiasaan membuka jendela

4 Data pajanan meliputi data lama tinggal pola aktivitas pekerjaan data konsumsi makanan dan air dan lain sebagainya Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dibutuhkan data lama tinggal dan rata-rata lama berada di dalam rumah

Sebagai suatu studi surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dilakukan dengan desain

tertentu yang disesuaikan dengan tujuan permasalahan yang akan dikaji dan faktor-faktor lainnya Sebagaimana dijelaskan di atas surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional kasus kontrol dan kohort Penggunaan desain studi pada surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seperti pada tabel 11

Tabel 11 Perbandingan Desain Studi

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort Desain pemilihan sampel (sampling)

Random Bisa juga dipisah fixed disease sampling atau fixed exposure sampling

Sampel terpisah untuk kasus (sakit) dan kontrol (tidak sakit)

Sampel terpisah untuk terpajan dan tidak terpajan

Waktu periode pelaksanaan (arah pengusutan)

Satu titik waktu atau sesaat (non directional)

Retrospektif Prospektif Followup selama periode waktu tertentu

Kausalitas Hanya menjelaskan Kausalitas awal Kausalitas dengan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 4

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort hubungan antara faktor risiko kesehatan lingkungan dengan penyakit (namun bukan bersifat kausalitas)

bukti sekuensi temporal

Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai pengganti risiko

Odds sebagai pengganti risiko

Insidensi (R Risiko) Insidence rate

Perbandingan risiko Prevalence Ratio (PR) Odds Ratio (OR) Risiko Relatif (RR)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan lebih tepat menggunakan desain cross sectional dikarenakan dalam pemilihan sampling dilakukan secara random dan pengumpulan data lingkungan dan penyakit dilakukan pada satu waktu Output dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dengan desain cross sectional adalah hubungan (bukan kausalitas) antara faktor lingkungan dan penyakit Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bisa dilakukan dengan desain kasus kontrol bilamana titik tolak studi (pengusutan) dimulai dari adanya penyakit dan sampel dikelompokkan menjadi kasus (sampel yang menderita penyakit) dan kontrol (sehat) dan data faktor lingkungan sebelum kasus sakit tersedia Selain itu surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat menggunakan desain studi kohort (prospektif) dengan memantau secara terus menerus (hingga periode tertentu) kualitas lingkungan dan faktor lingkungan lainnya bersamaan dengan penyakitnya

Materi Sub Bahasan Tahapan Kegiatan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Tahapan kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seyogyanya terdiri dari survey pendahuluan dan pengumpulan data awal penyusunan instrumen survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pengolahan dan analisis data dan diseminasi Tahapan kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut

1 Survey pendahuluan dan pengumpulan data awal pengumpulan data awal dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal pada lokasi meliputi background data yang telah tersedia atau data lainnya yang berhubungan Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data sekunder dan juga perlu ditentukan lokasi yang akan menjadi titik pengambilan sampel

2 Penyusunan instrumen berdasarkan data awal yang dikumpulkan disusun instrumen untuk survey pengambilan dan pemeriksaan sampel Instrumen disusun berbentuk cek lis danatau kuisioner Untuk mendapatkan data sesuai yang diharapkan instrumen yang telah dibuat sebaiknya diuji coba terlebih dahulu

3 Survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data primer dan pengumpulan data menggunakan instrumen yang digunakan

4 Pengolahan dan analisis data data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis yang dapat dilakukan secara manual ataupun alat bantu lainnya (mis software pengolah data) Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data informasi disajikan dalam bentuk tabel grafik gambar dan peta yang terangkum dalam laporan

5 Diseminasi dimaksudkan untuk menyebarluaskan informasi dan temuan lapangan kepada para stakeholder

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 1

MODUL IV ANALISIS KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Prinsip Dasar Analisis Kualitas Kesehatan Lingkungan

Analisis adalah kajian atau penelitian yang dititikberatkan pada variabel tertentu untuk mengetahui keadaan atau kondisi sebenarnya termasuk juga yang berkaitan dengan sebab musabab terjadinya kondisi tersebut Dengan demikian analisis kualitas lingkungan merupakan suatu kegiatan yang menggunakan cara atau metode ilmiah guna mengetahui seperti apa kondisi atau kualitas kesehatan lingkungan pada suatu tempat waktu yang melibatkan juga masyarakat di tempat tersebut Umumnya analisis kualitas kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk kegiatan pengambilan dan pemeriksaan sampel pengawasan kualitas kesehatan lingkungan melalui kegiatan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi serta interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Analisis kualitas kesehatan lingkungan merupakan kegiatan yang harus mampu dilakukan oleh seorang pejabat kesehatan lingkungan ataupun fungsional sanitarian Perlunya dilakukan analisis ini adalah untuk menjadi bahan masukan ataupun dasar untuk melakukan manajemen risiko kesehatan lingkungan Implementasi dari manajemen risiko kesehatan lingkungan ini bisa dalam bentuk intervensi (pendekatan) teknologi pendekatan sosial melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat secara aktif dan melalui kerjasama jejaring kemitraan antar pihak yang berkepentingan (stakeholder)

Materi analisis kualitas kesehatan lingkungan dalam modul ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan juga keterampilan bagi peserta dalam menilai prosedur pengambilan dan pemeriksaan sampel serta interpretasi hasil pemeriksaan sampel yang dilakukan dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan Materi dalam modul ini bukan dimaksudkan agar peserta mampu melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel kesehatan lingkungan sendiri tanpa berkerjasama dengan laboratorium Materi Sub Bahasan Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Kesehatan Lingkungan

Pengambilan sampel kesehatan lingkungan hakikatnya dilakukan untuk memotret atau

menjadi acuan untuk menduga kualitas kesehatan lingkungan pada suatu media di suatu wilayah Secara garis besar pengambilan sampel bertujuan untuk mengumpulkan data rona awal kesehatan lingkungan dan memantau kondisi kesehatan lingkungan Dalam hal memantau kesehatan lingkungan pengambilan sampel dilakukan untuk menentukan status kualitas kesehatan lingkungan menentukan kebijakan kesehatan lingkungan menegakkan hukum kesehatan dan lingkungan dan melakukan penelitian kesehatan lingkungan

Kualitas kesehatan lingkungan merupakan hal yang kompleks dan begitu dinamis karena dipengaruhi begitu banyak variabelfaktor Untuk itu pengambilan sampel l kesehatan ingkungan yang bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan harus dilakukan dengan cermat tepat serta butuh perencanaan dan pengorganisasian yang baik Untuk menjamin pengambilan sampel dapat menjamin keterwakilan kualitas kesehatan lingkungan perlu diperhatikan beberapa aspek yaitu lokasi dan titik pengambilan sampel parameter kualitas lingkungan yang akan dipilih serta ukuran jumlah dan volume sampel yang akan diambil Perencanaan Pengambilan Sampel

Seperti halnya kegiatan dan program pengambilan sampel sesuai dengan yang diharapkan perlu direncanakan dengan baik Perencanaan pengambilan sampel ini bertujuan untuk memastikan dan menegaskan kembali tujuan pengambilan sampel kesehatan lingkungan memutuskan cara-cara

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 2

mencapai tujuan mengetahui secara tepat hal-hal yang perlu dilakukan pada saat pengambilan sampel menyiapkan sumber daya yang diperlukan dan menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pengambilan sampel Jelasnya unsur-unsur perencanaan pengambilan sampel meliputi

a) Tujuan pengambilan sampel harus dipastikan apakah dalam rangka pengumpulan data rona kesehatan lingkungan awal atau dalam rangka memantau kesehatan lingkungan

b) Merencanakan biaya pengambilan sampel dengan mempertimbangkan empat hal yaitu aksesibilitas lokasi dan titik pengambilan sampel jumlah jenis dan kompleksitas sampel frekuensi pengambilan sampel serta penjaminan dan pengendalian mutu di lapangan Selain empat hal yang perlu dipertimbangkan tersebut perlu diketahui komponen pembiayaan dalam pengambilan sampel yaitu depresiasi (penyusutan) nilai peralatan kalibrasi peralatan pemakaian bahan pengawet secara kimia danatau fisika penggunaan bahan habis pakai penggunaan wadah sampel transportasi ke lokasi pengambilan sampel akomodasi (bila perlu) honor pengambil sampel (lumpsum atau per diem) dan penyusunan laporan pengambilan sampel

c) Administrasi berkaitan dengan pengambilan sampel yang meliputi penyiapan surat tugas surat pemberitahuan perizinan brevet ataupun lencana kewenangan pencatatan pendokumentasian dan hal-hal pendukung lainnya

d) Perlu jaminan pengambil sampel pada saat pengambilan sampel merupakan personel yang kompeten danatau berwenang dengan kualifikasi (kompetensi) latar belakang pendidikan yang sesuai pengalaman di bidangnya terampil dan diakui ataupun tersertifikasi

e) Penentuan parameter pengujian terhadap sampel yang diambil sesuai dengan tujuan pengambilan sampel turut mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait serta disesuaikan dengan parameter indikatif suatu kegiatan atau wilayah tertentu Mis parameter indikatif pada industri Pulp dan kertas adalah pH BOD COD dan TSS sedangkan pada wilayah pertambangan emas parameter yang diambil adalah air raksa (Hg) dan sianida (CN-)

f) Penentuan media lingkungan yang akan dilakukan pengambilan sampel g) Merencanakan tipe sampel yang akan diambil apakah sampel sesaat (grab sample) sampel

gabungan (composite sample) sampel terpadu (integrated sample) atau sampel kontinyu (continous sample)

h) Peralatan pengambilan sampel harus direncanakan dengan baik Peralatan pengambilan sampel terdiri dari peralatan pengambil sampel (utama) peralatan pendukung dan peralatan K3 atau APD Peralatan pengambil sampel adalah peralatan yang fungsinya untuk mengambil sampel lingkungan dengan parameter yang direncanakan seperti HVAS (High Volume Air Sampler) LVS (Low Volume Sampler) MAS (Microbiology Air Sampler) dll Alat pendukung adalah alat yang fungsinya mendukung pengambilan sampel seperti peralatan pengukur parameter lapangan (pH meter termometer barometer kecepatan angin hygrometer dll) dokumen terkait (surat tugas surat izin dll) alat tulis untuk perekaman proses pengambilan sampel penunjuk arah (kompas) dan penunjuk lokasi (GPS) dll APD yang digunakan dalam pengambilan sampel meliputi sarung tangan masker helm ear plugmuff P3K dll

i) Perencanaan terhadap wadah sampel yang akan digunakan untuk pengamanan dan transpor sampel harus disesuaikan dengan karakteristik dan interaksi parameter sampel yang akan diuji dengan sifat bahan wadah Sebagai contoh pengambilan sampel DOBOD harus menggunakan botol BOD khusus yang menggunakan tutup asah sedangkan untuk sampel mikrobiologi digunakan wadah steril

j) Pengawetan sampel dilakukan sesuai dengan karakteristik parameter yang akan diuji pada sampel mis pengawetan sampel untuk parameter golongan logam pada air menggunakan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 3

asam nitrat pekat (HNO3 p) hingga pH lt 2 sedangkan untuk sampel sianida total pada air diawetkan menggunakan NaOH hingga pH gt 12 dan didinginkan 4oCplusmn2oC pada tempat gelap

k) Batas penyimpanan sampel disesuaikan dengan parameter yang akan diuji dan mengacu pada acuan standar seperti ASTM (The American Society for Testing and Materials) dll

l) Pengamanan sampel di lapangan meliputi pengemasan pengamanan pada label sampel (spidol waterproof label yang baik) informasi tambahan yang penting (titik jenis parameter uji pengawetan waktu dan nama pengambil sampel) sehingga mencegah interaksi sampel dengan lingkungan yang menyebabkan perubahan kualitasnya (kontaminasi degradasi dll)

m) Transportasi sampel yang juga berkaitan dengan batas penyimpanan sampel harus diperhatikan dengan seksama Selain itu moda transportasi yang digunakan untuk membawa sampel juga harus dipenuhi standar keamanannya seperti harus mematuhi peraturan penerbangan nasional dan internasional bila sampel dibawa menggunakan pesawat udara

n) Penyimpanan sampel dilakukan baik secara fisik maupun kimia seperti meminimalkan adsorbsi pengasaman mencegah metabolisme mikroorganisme menghindari hidrolisis serta pengendapan Faktor kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan dengan proses pengambilan sampel

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Penentuan Titik Sampel

Prinsip penentuan titik sampel harus mempertimbangkan keterwakilan populasi atau kualitas lingkungan kemampuan peralatan keselamatan pengambil sampel faktor klimatologi biaya dan kaidah-kaidah empiris Prinsip-prinsip penentuan titik sampel pada media lingkungan adalah sebagai berikut a) Pengambilan sampel air a)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 736 tahun 2010 tentang Pengawasan Kualitas Air Minum

Peraturan daerah setempat a)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah jerigen botol botol BOD botol steril timba steril coolbox dll Peralatan pendukung pH meter termometer sisa klor GPS peralatan untuk menjamin

tidak terjadi kontaminasi (krustang kapas alkohol) dll Pengawet Asam (HNO3 p H2SO4 p) basa (NaOH) dry ice dll APD sarung tangan masker jaket pelampung dll

a)3 Aspek yang dipertimbangkan Kedalaman air Homogenitas (untuk sampel air badan air) Arah dan kecepatan aliran air (untuk sampel air badan air)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 4

Keterkaitan dengan pajanan pada masyarakat (bila digunakan untuk penelitian kesehatan masyarakat)

Jarak antar sampel Keselamatan dan kemampuan sumber daya

a)4 Penentuan titik sampel Air sungai ditentukan yaitu

Uji homogenitas sungai dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu lalu lakukan uji parameter lapangan (suhu pH DOoksigen terlarut dan DHLDaya Hantar Listrik) Apabila hasil pengujian beberapa parameter pada beberapa sampel tersebut tidak berbeda jauh dengan variasi lt 10 maka disebut homogen atau tercampur sementara sehingga sampel yang diambil untuk mewakili air sungai tersebut bisa lebih sedikit

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel air sungai harus meliputi daerah hulu yang belum terkontaminasi daerah pemanfaatan sungai daerah yang potensial terkontaminasi daerah pertemuan dua sungai dan daerah hilir

Air tanah Pengambilan sampel dilakukan plusmn 20 cm dari dasar sumur gali dan dipastikan agar tidak

ada sedimen yang ikut terambil atau pada mulut kran tempat air keluar untuk sumur bor

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel dilakukan pada daerah meliputi daerah dimana air tanah digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari termasuk air minum dan di daerah yang berisiko terkontaminasi (dekat penimbunanpembuangan akhir sampah daerah pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif wilayah pesisir dimana terjadi intrusi air laut dll)

b) Pengambilan sampel udara ambien dan udara dalam ruang b)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan Peraturan daerah setempat

b)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Peralatan utama High Volume Air Sampler (HVAS) RAC Gas Sampler EPAM CO dan CO2

Detektor Low Volume Sampler Microbiology Air Sampler atau Lamotte BD Pump dan Sound Level Meter

Peralatan pendukung pengukur kecepatan angin arah angir termometer hygrometer dan luxmeter

Bahan yang digunakan filter HVAS dan LVS absorbant (So2 NO2 H2S NH3 dan O3) dan larutan garam (NaCl) fisiologis steril

b)3 Aspek yang dipertimbangkan Berhubungan dengan klimatologi arah dan kecepatan angin bunga angin (wind rose)

kelembaban musim dan suhu udara Berhubungan dengan asumsi konsentrasi parameter inversi udara dispersi jarak terbang

(distance) dan ukuran partikel Bilamana sumber pencemar adalah cerobong asap maka ketinggian ukuran partikel dan jarak terhadap pemukiman penduduk harus dipertimbangkan

Berhubungan dengan pajanan daerah padat penduduk jarak terhadap sumber pencemar (radius)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 5

b)4 Penentuan titik sampel Pengambilan sampel udara ambien harus menghindari daerah yang dekat dengan

bangunan dan tanaman yang diperkirakan dapat mengabsorbsi atau mengadsorbsi pencemar daerah yang terdapat pengganggu kimia yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Emisi kimiawi kendaraan bermotor dapat mengganggu pengukuran ozon) dan daerah yang terdapat pengganggu fisik yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Pengukuran total partikulat atau TSP dapat terganggu oleh adanya insinerator disekitar lokasi pengukuran)

Pada umumnya lokasi pengukuran (pengambilan sampel) dilakukan pada daerah yang mempunyai konsentrasi parameter tinggi daerah padat penduduk daerah yang diasumsikan menerima paparan pencemar dan daerah yang digunakan untuk memproyeksikan dampak kegiatan pembangunan

c) Pengambilan sampel sedimen c)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Wadah Plastik atau wadah lainnya untuk sedimen tanah atau lumpur Plastik dan botol

steril untuk makanan Peralatan Grab Sampler untuk pengambilan sludge pada daerah yang sulit danatau

dalam c)3 Aspek yang dipertimbangkan

Potensi dan sumber pencemaran Topografi Jenis vegetasi Perkiraan terjadinya pencemaran

c)4 Penentuan titik sampel Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang

cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel meliputi daerah yang tanahnya diperkirakan akan kontak dengan masyarakat daerah yang mewakili pencemaran tertentu berdasarkan karakteristik kegiatan di wilayah tersebut (tanah pada pertanian perkebunan pertambangan dll) dan daerah yang tanahnya diperkirakan dapat mengkontaminasi media lingkungan lainnya

d) Pengambilan sampel makanan d)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan d)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah Plastik atau wadah atau botol untuk makanan Untuk sampel makanan yang akan diperiksa parameter bakteriologisnya maka digunakan wadah steril

Peralatan sendok sendok steril pisau steril dan peralatanbahan yang mendukung pengambilan secara aseptis (Contoh Pembakar bunsen dengan spiritus)

d)3 Aspek yang dipertimbangkan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 7: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 5

Gambar 2 Bagan Alir Penerapan ARKL

Pada gambar 2 di atas dijelaskan bahwa ARKL merupakan pendekatan yang digunakan untuk

melakukan penilaian risiko kesehatan di lingkungan dengan output adalah karakterisasi risiko (dinyatakan sebagai tingkat risiko) yang menjelaskan apakah agen risikoparameter lingkungan berisiko terhadap kesehatan masyarakat atau tidak Selanjutnya hasil ARKL akan dikelola dan dikomunikasikan kepada masyarakat sebagai tindak lanjutnya

Gambar 3 Kerangka Konseptual ARKL

ARKL sebagai suatu tools termasuk metoda dan prosedurnya merupakan satu di antara jenis studi di bidang kesehatan lingkungan Studi kesehatan lingkungan dan kesehatan secara umum telah mengenal epidemiologi lebih dahulu Namun jika diperbandingkan di antara kedua studi ini memiliki beberapa perbedaan yang fundamental sebagaimana tersaji dalam tabel 1 dan gambar 4 di bawah ini

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 6

Tabel 1 Perbandingan antara ARKL dan EKL ARKL Epidemologi Kesehatan Lingkungan (EKL)

Pajanan agen risiko dinyatakan dengan intake (asupan) ada angkanya

Pajanan tidak harus dinyatakan dengan asupan

Konsentrasi agen risiko antropometri dan pola aktivitas populasi berisiko populasi kajian mutlak diperlukan

Butuh konsentrasi agen risiko namun antropometri dan pola aktivitas tidak wajib

Risiko non karsinogenik dan karsionogenik dibedakan

Risiko non karsinogenik dan karsionogenik tidak dibedakan

Tidak menguji hubungan faktor lingkungan dan outcome kesehatan

Menguji hubungan faktor lingkungan dan outcome kesehatan

Besaran risiko tidak dibaca sebagai kelipatan Besaran risiko dibaca sebagai kelipatan Kuantitas risiko digunakan untuk komunikasi dan manajemen risiko

Tidak merupakan satu kesatuan dengan komunikasi dan manajemen risiko

Gambar 4 Keterkaitan ARKL dan EKL

Materi Sub Bahasan Agen risiko pajanan dosis dan dampak

Dampak buruk terhadap kesehatan yang ditimbulkan oleh agen risiko terjadi karena adanya pemajanan dengan dosis dan waktu yang cukup Suatu organisme sistem subpopulasi terpajan agen risiko di lingkungan melalui beberapa jalur pemajanan Dampak buruk yang timbul akibat pajanan agen risiko kimia di lingkungan diilustrasikan melalui gambar 5 di bawah ini

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 7

Gambar 5 Skema pajanan dan dosis (Kolluru 1996)

Materi Sub Bahasan Istilah Definisi dan Terminologi

Di dalam pelaksanaan ARKL dikenal banyak istilah dan terminologi yang perlu didefinisikan terlebih dahulu agar didapat kesamaan persepsi Mengacu pada International Program on Chemical Safety (IPCS 2004) Risk Assessment Terminology di bawah ini dijelaskan definisi dari setiap istilah yang umum digunakan dalam pelaksanaan ARKL Istilah dan Definisi Analisis Pengujian terperinci dari sesuatu yang kompleks (rumit)

dengan maksud untuk memahami sifat dasarnya dan untuk menentukan komponenciri-ciri dan sifat pentingnya

Analisis risiko Sebuah proses untuk mengendalikan situasi atau keadaan dimana organisme sistim atau subpopulasi mungkin terpajan bahaya Proses risk analysis meliputi 3 komponen yaitu risk assessment manajemen risiko dan komunikasi risiko

Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL)

Sebuah proses yang dimaksudkan untuk menghitung atau memprakirakan risiko pada kesehatan manusia termasuk juga identifikasi terhadap keberadaan faktor ketidakpastian penelusuran pada pajanan tertentu memperhitungkan karakteristik yang melekat pada agen yang menjadi perhatian dan karakteristik dari sasaran yang spesifik

Kulit

Uptake

Dosis internal Dosis masuk Dosis potensial

Pajanan

Organ

Dosis efektif

Dampak buruk Media Kimia

Jalur pajanan kontak kulit

Mulut hidung

Intake

Saluran cerna

Uptake

Dosis internal Dosis masuk Dosis potensial Pajanan

Organ

Dosis efektif

Dampak buruk Media Kimia

Jalur pajanan oral

Mulut hidung

Intake

Paru-paru

Uptake

Dosis internal Dosis masuk Dosis potensial Pajanan

Organ

Dosis efektif

Dampak buruk Media

Jalur pajanan inhalasi

Kimia

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 8

Analisis dosis respon (dose-response assessment)

Analisis hubungan antara jumlah total suatu agen yang diberikan diterima atau diserap oleh suatu organisme sistim atau subpopulasi dengan perubahan yang terjadi pada suatu organisme sistem atau subpopulasi

Analisis pajanan (exposure assessment)

Evaluasi pajanan agen dan turunannya pada organisme sistim atau subpopulasi Analisis pajanan merupakan langkah yang keempat dalam ARKL

Agen (agent) Zat materiatau makhluk dalam bentuk fisik kimiawiatau biologi yang kontak atau mengenai sasaran

Bahaya (hazard) Sifat yang melekat pada suatu agen atau situasi yang berpotensi untuk menyebab dampak buruk ketika organisme sistem atau sub populasi terpajan agen tersebut

Dampak buruk Perubahan pada morfologi fisiologi pertumbuhan perkembangan reproduksi rentang hidup dari suatu organisme sistem atau sub populasi yang akan mengakibatkan gangguan pada kapasitas fungsional ketidakmampuan dalam mengatasi stress (tekanan) atau peningkatan kerentanan (suskebtibilitas) terhadap pengaruh-pengaruh lain

Dosis Jumlah total suatu agen yang diberikan diterima atau diserap oleh suatu organisme sistim atau subpopulasi

Dosiskonsentrasi referensi (RfDRfC)

Dosiskonsentrasi dari pajanan harian agen risiko non karsinogenik yang diestimasi tidak menimbulkan efek yang mengganggu walaupun pajanannya terjadi sepanjang hayat (seumur hidup)

Dosis- respon Hubungan antara jumlah total suatu agen yang diberikan diterima atau diserap oleh suatu organisme sistim atau subpopulasi dan perubahan yang terjadi pada suatu organisme sistim atau subpopulasi tersebut

Efek (effect) Perubahan keadaan atau dinamika suatu organisme sistim atau subpopulasi

Ekses risiko kanker (excess cancer risk [ECR])

Besarnya risiko yang dinyatakan dalam bilangan pecahan kelipatan pangkat lsquo-10rsquo (eksponen) tanpa satuan yang merupakan perhitungan perbandingan antara intake dengan dosiskonsentrasi referensi dari suatu agen risiko karsinogenik serta dapat juga diinterpretasikan sebagai dapattidak dapat diterimanya suatu agen risiko terhadap organisme sistim atau subpopulasi dan kelimpahan kasus kankernya (jumlah tambahan kasus kanker) dalam satuan populasi tertentu

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 9

Identifikasi bahaya (hazard identification)

Identifikasi terhadap jenis dan sifat serta kemampuan yang melekat pada suatu agen risiko yang dapat menyebabkan dampak buruk organisme sistim atau subpopulasi Identifikasi bahaya merupakan langkah yang kedua dalam ARKL

Intake non karsinogenik (Ink)

Banyaknya suatu materi (bahan) atau agen risiko yang memiliki efek non kanker (tidak menyebabkan kanker) pada sebuah media lingkungan yang masuk ke dalam tubuh manusia setiap harinya yang dinyatakan dalam satuan mgkghari

Intake karsinogenik (Ik) Banyaknya suatu materi (bahan) atau agen risiko yang memiliki efek kanker (terbukti dapat menyebabkan kanker) pada sebuah media lingkungan yang masuk ke dalam tubuh manusia setiap harinya yang dinyatakan dalam satuang mgkghari

Karakterisasi risiko (risk characterization)

Perhitungan kualitatif jika memungkinkan secara kuantitatif meliputi probabilitas terjadinya potensi dampak buruk suatu agen pada organisme sistim atau subpopulasi beserta faktor ketidakpastiannya

Konsentrasi (concentration)

Banyaknya suatu materi (bahan) atau agen yang terlarut atau terkandung dalam satuan jumlah pada sebuah media

Lowest Observed Adverse Effect Level (LOAEL)

Dosis terendah yang secara statistik atau biologis (masih) memperlihatkan efek merugikan pada hewan uji atau pada manusia

No Observed Adverse Effect Level (NOAEL)

Dosis tertinggi suatu zat pada studi toksisitas kronik atau subkronik yang secara statistik atau biologis tidak memperlihatkan efek merugikan pada hewan uji atau pada manusia

Risiko (risk) Kemungkinan atau kebolehjadian dari suatu dampak buruk pada organisme sistem atau sub populasi timbul akibat (disebabkan) oleh terpajan suatu agen pada kondisi tertentu

Risiko aman atau risiko yang dapat diterima (Acceptable Risk)

Istilah dalam manajemen risiko yaitu dapat diterimanya risiko yang didasarkan pada data ilmiah faktor sosial ekonomi dan politik serta benefit dari pajanan suatu agen

Slope factor (SF) Dosis konsentrasi dari pajanan harian agen risiko karsinogenik yang diestimasi tidak menimbulkan efek yang mengganggu atau tidak menyebabkan terjadinya kanker walaupun pajanannya terjadi sepanjang hayat (seumur hidup)

Tingkat risiko (risk quotient [RQ])

Besarnya risiko yang dinyatakan dalam angka tanpa satuan yang merupakan perhitungan perbandingan antara intake dengan dosis konsentrasi referensi dari suatu agen risiko non karsinogenik serta dapat juga diinterpretasikan sebagai amantidak amannya suatu agen risiko terhadap organisme sistim atau subpopulasi

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 10

Materi Sub Bahasan Jenis dan Penggunaan ARKL

Ada dua jenis ARKL yang dapat digunakan yaitu kajian ARKL cepat atau kajian di atas meja (desktop studi) dan kajian lapangan (field study) tergantung sumber data yang digunakan ARKL diatas meja tidak menggunakan data lapangan tetapi menggunakan nilai-nilai default rekomendasi danatau asumsi sedangkan kajian lapangan dilakukan dengan pengukuran langsung kualitas lingkungan pajanan (frekuensi durasi) dan data antropometri (berat badan) Perbedaan antara kedua jenis ARKL tersebut dapat dilihat pada tabel 2

Tabel 2 Perbandingan antara ARKL desktop dan field

VARIABEL Desktop field Sumber data

yang digunakan

Data Sekunder dan asumsinilai default

Data primer (data yang dikumpulkan sendiri) dan asumsi jika Waktu

pelaksanaan Seketika saat dibutuhkan durasi lebih singkat

Perlu perencanaan dan pengorganisasian durasi lebih lama

Besarnya biaya yang dibutuhkan

Sangat sedikit atau tidak ada Biaya besar (biaya seperti melakukan suatu penelitian kajian lapangan)

ARKL sebagai suatu cara lsquotoolsrsquo atau pendekatan dapat diaplikasikan untuk berbagai keperluan Penggunaan ARKL pada berbagai kebutuhan dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini

Tabel 3 Penggunaan dari masing - masing model ARKL Jenis Kegiatan Kebutuhan lsquodesktoprsquo ARKL Kajian ARKL

Analisis suatu kasus kesehatan lingkungan (Emergency Responses)

-

Analisis suatu kasus kesehatan lingkungan (Reformation Responses)

-

Penyusunan AMDAL suatu kegiatan dan atau usaha Kajian ANDAL dan penyusunan RKL - RPL

-

Pengkajian penyusunan dan penetapan baku mutu -

Pengkajian penyusunan dan penetapan kebijakan kesehatan lingkungan yang baru

-

Materi Sub Bahasan Langkah ndash langkah ARKL Perumusan masalah yang dilakukan sebelum melakukan langkah ndash langkah ARKL dimaksudkan untuk dapat menjawab pertanyaan apa dimana berapa besar kapan siapa populasi berisiko dan bagaimana kepedulian masyarakat (populasi berisiko) Rumusan masalah ini akan digunakan sebagai latar belakang mengapa suatu agen risiko perlu dianalisis risiko dan akan dimasukkan ke dalam laporan Uraian apa yang harus dijawab untuk merumuskan masalah dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 11

Tabel 4 Uraian langkah perumusan masalah Pertanyaan Uraiaan - Apa yang menjadi masalah Media lingkungan yang terkena dampak jenis kegiatan yang

menjadisumber dampak jenis polutan apa yang potensial

- Dimana masalah itu terjadi Wilayah administrasi wilayah geografi batas sosial batas ekologis - Seberapa besar masalahnya Prevalensi penyakit terkait lingkungan konsentrasi agen risiko pada media lingkungan jumlah populasi yang potensial terkena

- Kapan masalah terjadi Hari bulan tahun dan durasi (lamanya) masalah berlangsung - Siapa populasi berisiko Kelompok masyarakat yang potensial terkena golongan

umur kelompok berdasarkan tempat tinggal pekerjaan dan komunitas tertentu (komunitas hobi komunitas adat dll)

- Bagaimana kepedulian masyarakat

Deskripsi aksi protes masyarakat opini pendapat masyarakat dan tokoh masyarakat pandangan pakar respon instansi yang berwenang menangani masalah tersebut (program rencana program kerja terkait penanganan masalah

Langkah 1 Identifikasi bahaya (hazard identification) Identifikasi bahaya merupakan langkah pertama dalam ARKL yang digunakan untuk mengetahui secara spesifik agen risiko apa yang berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan bila tubuh terpajan Sebagai pelengkap dalam identifikasi bahaya dapat ditambahkan gejala ndash gejala gangguan kesehatan apa yang terkait erat dengan agen risiko yang akan dianalisis Tahapan ini harus menjawab pertanyaan agen risiko spesifik apa yang berbahaya di media lingkungan yang mana agen risiko eksisting seberapa besar kandungankonsentrasi agen risiko di media lingkungan gejala kesehatan apa yang potensial Uraian apa yang harus dijawab dalam identifikasi bahaya dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini

Tabel 5 Uraian langkah identifikasi bahaya Pertanyaan Uraian Agen risiko spesifik apa yang berbahaya

Agen risiko bahan kimia jelaskan spesi atau senyawa kimia apa yang berbahaya secara jelas Contoh Merkuri (Hg) jelaskan apakah agen risiko berupa elemental mercury anorganic mercury atau organic mercury (methyl mercury) Agen risiko biologi jelaskan spesiesnya

Di media lingkungan yang mana agen risiko eksisting

Jelaskan media lingkungan dimana agen risiko eksisting apakah di udara ambien air tanah sludge biota hewan dll Contoh jika merkuri sebagai agen risiko maka media lingkungan yang terkontaminasi antara lain air bersih sludge (jika pada pertambangan emas rakyat) ataupun di hewan (ikan yang dikonsumsi)

Seberapa besar kandungankonsentrasi agen risiko di media lingkungan

Jelaskan konsentrasi hasil pengukurannya di media lingkungan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 12

Pertanyaan Uraian Gejala kesehatan apa yang potensial

Uraikan gejala kesehatan gangguan kesehatan apa yang dapat terkait dengan agen risiko Contoh jika merkuri sebagai agen risiko maka gejalagangguan kesehatan yang mungkin timbul antara lain tremor gemetaran pada saat berdiri pusing pada saat berdiri rasa nyeri pada tangan dan kaki dan gangguan pada susunan saraf pusat

Untuk membantu dalam melakukan identifikasi bahaya dapat digunakan contoh formulir sebagaimana pada tabel 6 di bawah ini

Tabel 6 Contoh formulir bantu identifikasi bahaya Sumber

dan penggunaan

Media lingkungan potensial

Agen Risiko

Konsentrasi

Minimal Rata - rata Maksimal Pertambangan mineral (emas tembaga perak dll)

Air permukaan (sungai danau)

Merkuri Anorganik Total Merkuri

- Merkuri Anorganik mgl - Total Merkuri mgl

- Merkuri Anorganik mgl - Total Merkuri mgl

- Merkuri Anorganik mgl - Total Merkuri mgl Lumpur (tailing) Metil Merkuri

Merkuri Anorganik Total Merkuri

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Tanaman (buah sayur umbi)

Metil Merkuri Merkuri Anorganik Total Merkuri

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah (sumur) Merkuri Anorganik Total Merkuri

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Udara Total Merkuri Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Biota air (ikan kerang dsb)

Metil Merkuri Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Pertambangan fosil (batu bara minyak bumi)

middot Udara SO2 Benzene Golongan Metan

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 13

Sumber dan

penggunaan

Media lingkungan potensial

Agen Risiko

Konsentrasi

Minimal Rata - rata Maksimal Pengolahan aki bekas

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Industri elektronika

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan (dari limbah cair)

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah (dari limbah cair)

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Bengkel patri las galvanisasi logam

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Transportasi middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Tanaman Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Kegiatan lainnya Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Penggunaan formulir ini dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan dalam pengisiannya merujuk pada literatur yang tersedia Langkah 2 Analisis dosis - respon (dose-response assessment) Setelah melakukan identifikasi bahaya (agen risiko konsentrasi dan media lingkungan ) maka tahap selanjutnya adalah melakukan analisis dosis- respons yaitu mencari nilai RfD danatau RfC danatau SF dari agen risiko yang menjadi fokus ARKL serta memahami efek apa saja yang mungkin ditimbulkan oleh agen risiko tersebut pada tubuh manusia Analisis dosis ndash respon ini tidak harus

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 14

dengan melakukan penelitian percobaan sendiri namun cukup dengan merujuk pada literature yang tersedia Langkah analisis dosis respon ini dimaksudkan untuk

a mengetahui jalur pajanan (pathways) dari suatu agen risiko masuk ke dalam tubuh manusia

b memahami perubahan gejala atau efek kesehatan yang terjadi akibat peningkatan konsentrasi atau dosis agen risiko yang masuk ke dalam tubuh

c mengetahui dosis referensi (RfD) atau konsentrasi referensi (RfC) atau slope factor (SF) dari agen risiko tersebut

Di dalam laporan kajian ARKL ataupun dokumen yang menggunakan ARKL sebagai cara metode kajian analisis dosis ndash respon perlu dibahas dan dicantumkan Analisis dosis ndash respon dipelajari dari berbagai toxicological reviews jurnal ilmiah atau artikel terkait lainnya yang merupakan hasil dari penelitian eksperimental Untuk memudahkan analisis dosis ndash respon dapat dipelajari pada situs wwwepagoviris Dosis Referensi (RfD) Konsentrasi Referensi (RfC) dan Slope Factor (SF) Uraian tentang dosis referensi (RfD) konsentrasi referensi (RfC) dan slope factor (SF) adalah sebagai berikut

a Dosis referensi dan konsentrasi yang selanjutnya disebut RfD dan RfC adalah nilai yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman pada efek non karsinogenik suatu agen risiko sedangkan SF (slope factor) adalah referensi untuk nilai yang aman pada efek karsinogenik

b Nilai RfD RfC dan SF merupakan hasil penelitian (experimental study) dari berbagai sumber baik yang dilakukan langsung pada obyek manusia maupun merupakan ekstrapolasi dari hewan percobaan ke manusia

c Untuk mengetahui RfC RfD dan SF suatu agen risiko dapat dilihat pada Integrated Risk Information System (IRIS) yang bisa diakses di situs wwwepagoviris

d Jika tidak ada RfD RfC dan SF maka nilai dapat diturunkan dari dosis eksperimental yang lain seperti NOAEL (No Observed Adverse Effect Level) LOAEL (Lowest Observed Adverse Effect Level) MRL (Minimum Risk Level) baku mutu udara ambien pada NAAQS (National Ambient Air Quality Standard) dengan catatan dosis eksperimental tersebut mencantumkan faktor antropometri yang jelas (Wb tE fE dan Dt)

Satuan dosis referensi (RfD) dinyatakan sebagai milligram (mg) zat per kilogram (Kg) berat badan per hari disingkat mgkghari Dalam literatur terkadang ditulis mgkgxhari mgkghari dan mgkg-hari Satuan konsentrasi referensi (RfC) dinyatakan sebagai milligram (mg) zat per meter kubik (M3) udara disingkat mgM3 Konsentrasi referensi ini dinormalisasikan menjadi satuan mgkghari dengan ara memasukkan laju inhalasi dan berat badan yang bersangkutan Untuk memudahkan dalam analisis dosis ndash respon pada tabel 7 dan 8 disajikan contoh RfD RfC dan SF

Tabel 7 Contoh RfD dan SF beberapa agen risiko atau spesi kimia jalur ingesti No Agent Dosis Respon

(RfD SF) Efek Kristis dan Referensi

1 As (Arsen) 3E-4 mgkgday 15E+0 (mgkgday)minus1

Hiperpigmentasi keratosis dan kemungkinan komplikasi vaskular pajanan oral (Tseng 1977 Tseng et al 1968)

2 Ba (Barium) 2E-1 mgkgday Nefropati dalam 2 tahun pemberian air minum kepada mencit (NTP 1994)

3 B (Boron) 2E-1 mgkgday Penurunan berat janin pada pajanan asam borat gestasi

4 Cd (Kadmium) 5E-4 mgkgday Proteinuria pajanan kronik manusia (USEPA

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 15

No Agent Dosis Respon (RfD SF)

Efek Kristis dan Referensi

5 Cl2 (Klorin) bebas 1E-1 mgkgday Pajanan kronik air minum tikus (NTP 1992) 6 Cr6+ (Kromium

Heksavalen) 3E-3 mgkgday Uji hayati air minum 1 tahun dengan tikus

(McKenzie et al 1958) dan pajanan air minum penduduk Jinzhou (Zhang and Li 1987)

7 CN- (Sianida) 2E-2 mgkgday Kehilangan berat efek tiroid dan degradasi myelin dalam uji hayati subkronik sampai kronik oral pada tikus (Philbrick et al 1979)

8 F- (Fluorida) 6E-2 mgkgday Flourisis gigi dan efek kosmetik dalam studi epidemio logi (Hodge 1950 cited in Underwood 1977)

9 Mn (Mangan) 1 4E- 1 mgkgday Hipokolesterolemia epilepsi kekurangan pankreas eksokrin sklerosis berganda katarak osteoporosis fenilketonuria amp penyakit kencing maple syrup (inborn) panotda ingesi kronik manusia (NRC 1989 Freeland- Graves et al 1987 WHO 1973)

10 Hg ndash MeHg (Merkuri - metal merkuri)

1E-4 mgkgday Kelainan neuropsikologis perkembangan dalam studi epidemilogi (Grandjean et al 1997 Budz-Jergensen et al 1999)

11 NO2- (Nitrit) 1E-1 mgkgday Methemoglobinemia pada bayi yang terpajan kronik air minum (Walton 1951)

12 Se (Selenium) 5E-3 mgkgday Selenosis dari studi epidemiologi (Yang et al 1989)

13 Zn (Seng) 3E-1 mgkgday Penurunan Cu eriytrosit dan aktifitas Zn superoksida dismutase pada relawan pria dan wanita (Yadrick et al 1989)

14 CHBr3 2E-2 mgkgday 79E-3 (mgkgday)minus1

Lesi hepatik uji hayati subkronik gavage oral pada tikus

15 CHCl3 1E-2 mgkgday Pembentukan greasety cyst sedangnyata pada hati dan peningkatan SGPT dalam uji hayati kronik pada anjing (Heywood et al 1979)

16 CHBr2Cl 2E-2 mgkgday 84E-2 (mgkgday)minus1

Lesi hepatik uji hayati subkronik gavage oral pada tikus (NTP 1989)

Disadur dari Rahman 2007

Tabel 8 Contoh RfC beberapa agen risiko atau spesi kimia jalur inhalasi No Agent Dosis Respon Efek Kristis dan Referensi RfC 1 NH3 286E-2 Kenaikan keparahan rinitis dan pneumonia

dengan lesi pernafasan pada uji hayati tikus subkronik (Broderson et al 1976)

2 H2S 57 1E-4 Lesi nasal lendir olfaktori pada uji hayati tikus subkronik (Brenneman et al 2000)

3 Pb 493E-4 Perubahan tingkat enzim dan perkembangan neurobehavioral anak-anak (IRIS 2006)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 16

1E-4 mgkg-day

(00001

mgkg-day)

No Agent Dosis Respon Efek Kristis dan Referensi 4 NO2 2E-2 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) 5 SO2 26E-2 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) 6 TSP 242 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) Disadur dari Rahman 2007 Mengingat pemutakhiran (update) RfD RfC dan SF berlangsung sangat cepat RfD RfC dan SF yang tercantum pada tabel di atas tidak bisa selamanya dijadikan acuan RfD RfC dan SF dari agen risiko yang lain serta update dari RfD RfC dan SF pada tabel di atas dapat dilihat dengan mengakses wwwepagoviris Tahapan dalam mengakses situs tersebut dapat dilihat pada lampiran 5 Tampilan evaluasi dosis - respon yang terdapat pada toxicological review pada situs tersebut dapat dilihat pada contoh berikut Contoh evaluasi dosis ndash respon (1) Methylmercury (MeHg) CASRN 22967-92-6 IA1 Oral RfD Summary Critical Effect Experimental Doses UF MF RfD

Developmental neuropsychological impairment Human epidemiological studies (Grandjean et al 1997 Budtz-Joslashrgensen et al 1999a)

Benchmark Dose BMDL05 range of 46-79 ppb in maternal blood for different neuropsychological effects in the offspring at 7 years of age corresponding to a range of maternal daily intakes of 0857-1472 microgkg-day

10 1

Conversion Factors and Assumptions mdashMaternal daily dietary intake levels were used as the dose surrogate for the observed developmental effects in the children exposed in utero The daily dietary intake levels were calculated from blood concentrations measured in the mothers with supporting additional values based on their hair concentrations This conversion is explained in the text below A benchmark dose approach (BMD) was used rather than a no-observed-adverse-effect levellowest-observed-adverse-effect level (NOAELLOAEL) approach to analyze the neurological effects in children as the response variable This analysis is also explained in the text below This assessment updates the 1995 RfD assessment on IRIS and is the same as the RfD that was based on the study of a poisoning episode in Iraq in which developmental neurotoxicity was observed following ingestion of methylmercury-treated grain (Marsh et al1987)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 17

mdash 15E+0 per (mgkg)day

Contoh evaluasi dosis - respon (2) Arsenic inorganic (CASRN 7440-38-2) IIB Quantitative Estimate of Carcinogenic Risk from Oral Exposure IIB1 Summary of Risk Estimates Oral Slope Factor Drinking Water Unit Risk mdash 5E-5 per (ugL) Extrapolation Method mdash Time- and dose-related formulation of the multistage model (US EPA 1988) Drinking Water Concentrations at Specified Risk Levels

Risk Level Concentration E-4 (1 in 10000) 2E+0 ugL E-5 (1 in 100000) 2E-1 ugL E-6 (1 in 1000000) 2E-2 ugL

Langkah 3 Analisis pajanan (exposure assessment) Setelah melakukan langkah 1 dan 2 selanjutnya dilakukan Analisis pemajanan yaitu dengan mengukur atau menghitung intake asupan dari agen risiko Untuk menghitung intake digunakan persamaan atau rumus yang berbeda Data yang digunakan untuk melakukan perhitungan dapat berupa data primer (hasil pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan sendiri) atau data sekunder (pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan oleh pihak lain yang dipercaya seperti BLH Dinas Kesehatan LSM dll) dan asumsi yang didasarkan pertimbangan yang logis atau menggunakan nilai default yang tersedia Rumus perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut Perhitungan intake non karsinogenik (INK) 1 Intake pada jalur pemajanan inhalasi (terhirup)

ܫ = ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphelliphelliphellipRumus 1

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ink (Intake)

Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada media udara (udara ambien)

mgm3 Tidak ada nilai default

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 18

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default R (Rate) Laju inhalasi atau

banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya

m3jam Dewasa 083 m3jam Anak ndash anak (6 ndash 12 tahun) 05 m3jam

tE (time of exposure) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap harinya

Jamhari - Pajanan pada pemukiman 24 jamhari - Pajanan pada lingkungan kerja 8 jamhari - Pajanan pada sekolah dasar 6 jamhari

fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasikelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(nk) (time average) Periode waktu rata ndash rata

Hari 30 tahun x 365 haritahun = 10950 hari

2 Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphelliphelliphellipRumus 2

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ink (Intake) Jumlah konsentrasi agen

risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari

Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada air bersihminum atau pada makanan

- mgl (air) mgkg (makanan)

Tidak ada nilai default

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 19

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default R (Rate) Laju konsumsi atau

banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya

- Liter hari (air) - Gram hari (makanan)

Air Minum - Dewasa (pemukiman) 2 literhari - Anak ndash anak (pemukiman) 1 literhari - Dewasa (lingkungan kerja) 1 literhari Makanan - Buah ndash buahan 42 gramhari - Sayuran 80 gramhari fE (frecuency of

exposure) Lamanya atau jumlah hari

terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(nk) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogen

Hari 30 tahun x 365 haritahun = 10950 hari

Perhitungan intake karsinogenik (IK) 1 Intake pada jalur pemajanan inhalasi (terhirup)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphellipRumus 3

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ik (Intake) Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada media udara (udara ambien)

mgm3 Tidak ada nilai default

R (Rate) Laju inhalasi atau banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya

m3jam Dewasa 083 m3jam Anak ndash anak (6 ndash 12 tahun) 05 m3jam

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 20

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default tE (time of exposure) Lamanya atau jumlah jam

terjadinya pajanan setiap harinya

Jamhari - Pajanan pada pemukiman 24 jamhari - Pajanan pada lingkungan kerja 8 jamhari - Pajanan pada sekolah dasar 6 jamhari

fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

2 Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ಲೇಸ

helliphelliphellipRumus 4

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ik (Intake) Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada air bersih minum atau pada makanan

- mgl (air) - mgkg (makanan)

Tidak ada nilai default

R (Rate) Laju konsumsi atau banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya

- literhari (air) - gramhari (makanan)

Air Minum - Dewasa (pemukiman) 2 literhari - Anak ndash anak (pemukiman) 1 literhari - Dewasa (lingkungan kerja) 1 literhari Makanan - Buah ndash buahan 42 gramhari - Sayuran 80 gramhari - Ikan tangkapan 54 gramhari

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 21

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok Populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

Analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL Hal ndash hal yang perlu diketahui dan dicermati dalam melakukan analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL adalah sebagai berikut Pada lsquodesktoprsquo ARKL tidak perlu dilakukan pengumpulan data Data yang menjadi dasar perhitungan intake menggunakan data sekunder dan asumsi Terkait dengan variabel konsentrasi pelu diperhatikan hal sebagai berikut Data sekunder umumnya dibutuhkan untuk mengetahui konsentrasi agen risiko pada media

lingkungan yang mana merupakan hasil pengukuran yang pernah dilakukan oleh pihak lain pada media lingkungan wilayah dan waktu yang sama

Ada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL dalam rangkaian studi AMDAL (kajian ANDAL dan RKL - RPL untuk aspek kesehatan masyarakat) suatu kegiatan sumber data konsentrasi dapat merupakan proyeksi perubahan rona lingkungan yang telah dikaji pada aspek yang lain mis proyeksi konsentrasi agen risiko di udara ambien pada tahap operasional kegiatan atau proyeksi konsentrasi agen risiko di air bersih pada tahap operasional kegiatan

Terkait dengan variabel perhitungan yang lain (R tE fE Dt Wb dan tAVG) asumsi didasarkan pada logika yang rasional atau nilai default yang sudah tersedia Adapun nilai default untuk berbagai variabel pada lsquodesktoprsquo ARKL dapat dilihat pada tabel 9 berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 22

Tabel 9 Nilai default dari faktor pajanan (Rahman 2007) Tataguna lahan

Jalur pajanan Asupan harian Frekuensi pajanan (haritahun)

Durasi pajanan (tahun)

Berat badan (kg)

Residensial Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

12 m3 (anak) raquo 05 350 6 15 Industri amp komersial

Air minum 1 L 250 25 70 55 b

Pertanian Tanaman perkarangan

42 g (buah - buahan)

350 30 70 55 b

80 g (sayur - mayur)

350 30 70 55 b

Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

Rekreasi Ikan tangkapan 54 g 350 30 70 55 b Disadur dari Rahman 2007 seluruhnya berasal dari Exposure Factor Handbook (EPA 1990) kecuali bNukman et al (2005) 324 Langkah 4 Karakterisasi risiko (risk characterization) Langkah ARKL yang terakhir adalah karakterisasi risiko yang dilakukan untuk menetapkan tingkat risiko atau dengan kata lain menentukan apakah agen risiko pada konsentrasi tertentu yang dianalisis pada ARKL berisiko menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat (dengan karakteristik seperti berat badan laju inhalasikonsumsi waktu frekuensi durasi pajanan yang tertentu) atau tidak Karakteristik risiko dilakukan dengan membandingkan membagi intake dengan dosis konsentrasi agen risiko tersebut Variabel yang digunakan untuk menghitung tingkat risiko adalah intake (yang didapatkan dari analisis pemajanan) dan dosis referensi (RfD) konsentrasi referensi (RfC) yang didapat dari literatur yang ada (dapat diakses di situs wwwepagoviris) 1 Karakterisasi risiko pada efek non karsinogenik Perhitungan tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko untuk efek non karsinogenik dinyatakan dalam notasi Risk Quotien (RQ) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek non karsinogenik dilakukan perhitungan dengan membandingkan membagi intake dengan RfC atau RfD Rumus untuk menentukan RQ adalah sebagai berikut ூ

ோ helliphelliphelliphellipRumus 5

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur inhalasi (terhirup) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 1 RfC (reference concentration) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan inhalasi

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 23

ூோ

helliphelliphelliphelliphellipRumus 6

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur ingesti (tertelan) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 2 RfD (reference dose) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan ingesti

Didapat Interpretasi tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko yang diperoleh pada ARKL merupakan konsumsi pakar ataupun praktisi sehingga perlu disederhanakan atau dipilihkan bahasa yang lebih sederhana agar dapat diterima oleh khalayak atau publik Tingkat risiko dinyatakan dalam angka atau bilangan desimal tanpa satuan Tingkat risiko dikatakan AMAN bilamana intake le RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ le 1 Tingkat risiko dikatakan TIDAK AMAN bilamana intake gt RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ gt 1 Narasi yang digunakan dalam penyederhanaan interpretasi risiko agar dapat diterima oleh khalayak atau publik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll Contoh Tingkat risiko RQ untuk pajanan Pb (inhalasi) sebesar 000008 microgm3 pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan rata - rata 55 kg dan telah terpajan 350 haritahun selama 20 tahun diketahui sebesar 0098 maka Interpretasi risiko Pajanan Pb sebesar 000008 microgm3 secara inhalasi pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan 55 Kg masih aman untuk frekuensi pajanan 350 haritahun hingga 20 tahun mendatang Perhitungan tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko untuk efek karsinogenik dinyatakan dalam notasi Excess Cancer Risk (ECR) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek karsinogenik dilakukan perhitungan dengan mengkali intake dengan SF Rumus untuk menentukan ECR adalah sebagai berikut

ܥܧ = Rumus 7helliphelliphelliphellip ܨ ݔ ܫKeterangan Digunakan untuk menghitung tingkat risiko pada agen risiko dengan efek karsinogenik I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 3 atau rumus SF (slope factor) Nilai referensi agen risiko dengan efek karsinogenik

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 24

Interpretasi tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko dinyatakan dalam bilangan exponen tanpa satuan (cth 13E-4) Tingkat risiko dikatakan acceptable atau aman bilamana ECR le E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR le 110000 Tingkat risiko dikatakan unacceptable atau tidak aman bilamana ECR gt E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR gt 110000 Contoh ECR = 13E-5 (13 x 10-5) dapat diinterpretasikan sebagai berikut ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Narasi yang digunakan dalam risiko karsinogenik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoacceptablersquo atau lsquounacceptablersquo (lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo) - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll - Risiko kanker [ mis ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Contoh Tingkat risiko ECR untuk pajanan benzene (inhalasi) sebesar 03 microgm3 pada pekerja depo penampungan BBM di Jakarta dengan berat badan rata - rata 60 kg dan telah terpajan 250 haritahun selama 10 tahun diketahui sebesar 456E-4

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 1

MODUL II MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Manajemen Risiko Kesehatan Lingkungan

Manajemen risiko adalah proses mengidentifikasi evaluasi penyeleksian dan melakukan

upaya untuk mengurangi risiko terhadap ekosistem dan kesehatan manusia (Omenn GS et al 1997) Setelah melakukan keempat langkah ARKL di atas maka telah dapt diketahui apakah suatu agen risiko amandapat diterima atau tidak Manajemen risiko bukan termasuk langkah ARKL melainkan tindak lanjut yang harus dilakukan bilamana hasil karakterisasi risiko menunjukkan tingkat risiko yang tidak aman ataupun unacceptable Dalam melakukan manajemen risiko perlu dibedakan antara strategi manajemen risiko dengan cara manajemen risiko Strategi manajemen risiko meliputi penentuan batas aman yaitu

1 Konsentrasi agen risiko (C) danatau 2 Jumlah konsumsi (R) danatau 3 Waktu pajanan (tE) danatau

4 Frekuensi pajanan (fE) danatau

5 Durasi pajanan (Dt)

Setelah batas aman ditentukan selanjutnya perlu dilakukan penapisan alternatif terhadap batas aman yang mana yang akan dijadikan sebagai target atau sasaran pencapaian dalam pengelolaan risiko Batas aman yang dipilih adalah batas aman yang lebih rasional dan realistis untuk dicapai

Adapun cara manajemen risiko adalah cara atau metode yang akan digunakan untuk

mencapai batas aman tersebut Cara manajemen risiko meliputi beberapa pendekatan yaitu pendekatan teknologi pendekatan sosial - ekonomis dan pendekatan institusional penjelasan lebih lanjut langkah ndash langkah dalam manajemen risiko akan dijelaskan pada sub bahasan selanjutnya

Materi Sub Bahasan Strategi manajemen risiko

1 Penentuan batas aman Batas aman disini adalah batas atau nilai terendah yang menyebabkan tingkat risiko

menjadi tidak aman (tidak dapat diterima) Oleh karenannya nilai yang aman adalah nilai di bawah batas amannya sedangkan nilai yang sama dengan batas aman tersebut akan menyebabkan tingkat risiko menjadi tidak aman Sebagai contoh jika hasil

perhitungan menunjukkan konsentrasi aman adalah 4499 microgm3 maka nilai konsentrasi

yang benar ndash benar aman adalah di bawah 4499 microgm3 (lt4499 microgm3) 4498 microgm3

a) Penentuan konsentrasi aman (C) Dalam penentuan konsentrasi aman semua variabel dan nilai yang digunakan

sama dengan variabel dan nilai pada perhitungan intake Akan tetapi nilai intake yang digunakan adalah RfD atau RfC agen risikonya

Sedangkan konsentrasi aman pada intake karsinogenik perhitungan didasarkan

pada nilai acceptable sebesar 10-4 dibagi nilai SF nya Selain itu variabel tavg disesuaikan dengan perhitungan karsinogenik yaitu (70 haritahun x 365 hari) Untuk menghitung konsentrasi aman digunakan rumus sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 2

Konsentrasi aman non karsinogenik Konsentrasi aman non karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 8

Konsentrasi aman non karsinogenik (ingestii)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ಶ ௫

Rumus 9

Konsentrasi aman karsinogenik Konsentrasi aman karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 10

Konsentrasi aman karsinogenik (ingesti)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 11

Keterangan

Notasi Arti Notasi C(aman) (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada udara ambien atau pada

air bersihminum atau pada makanan yang aman

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 3

Notasi Arti Notasi R (Rate) Laju asupan

Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

Volume air minum yang masuk tubuh (liter) setiap harinya

Volume makanan yang masuk tubuh (gram) setiap harinya

tE atau time of exposure (rumus 8)

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode

b) Penentuan jumlah konsumsi aman (R)

Laju asupan yang dapat dikelola hanyalah pada pada pajanan melalui makanan dan air minum (ingesti) karena masih banyak substitusi untuk setiap jenis makanan ataupun air minum Untuk pajanan melalui udara (inhalasi) pembatasan laju inhalasi hampir tidak mungkin dilakukan Untuk menghitung jumlah konsumsi aman digunakan rumus sebagai berikut Laju konsumsi aman non karsinogenik (ingesti)

() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ಶ ௫

Rumus 12

Laju konsumsi aman karsinogenik (ingesti)

() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ಶ ௫

Rumus 13

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 4

Keterangan Notasi Arti Notasi

R(aman) Laju konsumsi atau banyaknya volume makanan (gram) atau volume air (liter) yang masuk tubuh setiap harinya yang aman

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

c) Penentuan waktu pajanan aman (tE) Waktu pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan

kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan waktu pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah jam terpapar setiap harinya oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung waktu pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Waktu pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 14

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 5

Waktu pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 15

Keterangan

Notasi Arti Notasi t(aman) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap

harinya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

d) Penentuan frekuensi pajanan aman (fE)

Frekuensi pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan frekuensi pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah hari terpapar dalam satu tahun oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung frekuensi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Frekuensi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 16

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 6

Frekuensi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 17

Keterangan

Notasi Arti Notasi fE(aman) (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan

setiap tahunnya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

e) Penentuan durasi pajanan aman (Dt) Durasi pajanan aman dikelola pada pemajanan inhalasi pada lingkungan

yang permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan durasi pajanan dilakukan dengan membatasi lamanya tinggal (tahun) masyarakat pada suatu pemukiman dengan cara melakukan lsquorelokasirsquo pemukiman pada saat telah melewati batas durasi amannya Penerapan strategi durasi pajanan aman untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) kurang tepat karena pada pemajanan ingesti manajemen risiko cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung durasi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Durasi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 18

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 7

Durasi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 19

Keterangan

Notasi Arti Notasi Dt (aman) (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan yang

aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

tE atau time of exposure

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

2 Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko Penapisan alternatif manajemen risiko harus didasarkan pada pertimbangan logis

dan turut mempertimbangkan berbagai faktor termasuk cara pengelolaan risikonya Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini

Tabel 10 Alternatif manajemen risiko dan penggunaannya Alternatif Pengelolaan

Risiko Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Penurunan konsentrasi hingga ke batas aman (konsentrasi aman)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 8

Alternatif Pengelolaan Risiko

Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Pengurangan konsumsi hingga ke batas aman (jumlah konsumsi aman)

Pembatasan waktu pajanan hingga ke batas aman (waktui pajanan aman)

Pembatasan frekuensi pajanan hingga ke batas aman (frekuensi pajanan aman)

Pembatasan durasi pajanan hingga ke batas aman (durasi pajanan aman)

Materi Sub Bahasan Cara manajemen risiko

Manajemen risiko selain membutuhkan strategi yang tepat juga harus dilakukan dengan

cara atau metode yang tepat Dalam aplikasinya cara manajemen risiko dapat dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu 1) Pendekatan teknologi

Manajemen risiko menggunakan teknologi yang tersedia meliputi penggunaan alat bahan dan metode serta teknik tertentu Contoh manajemen risiko dengan pendekatan teknologi antara lain penerapan penggunaan IPAL pengolahan penyaringan air modifikasi cerobong asap penanaman tanaman penyerap polutan dll

2) Pendekatan sosial - ekonomis

Manajemen risiko menggunakan pendekatan sosial - ekonomis meliputi pelibat-sertaan pihak lain efisiensi proses substitusi dan penerapan sistem kompensasi Contoh manajemen risiko dengan pendekatan sosial ndash ekonomis antara lain 3R (reduce reuse dan recycle) limbah pemberdayaan masyarakat yang berisiko pemberian kompensasi pada masyarakat yang terkena dampak permohonan bantuan pemerintah akibat keterbatasan pemrakarsa (pihak yang bertanggung jawab mengelola risiko) dll

3) Pendekatan institusional

Manajemen risiko dengan menempuh jalur dan mekanisme kelembagaan dengan cara melakukan kerjasama dengan pihak lain Contoh manajemen risiko dengan pendekatan institusional antara lain kerjasama dalam pengolahan limbah B3 mendukung pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah menyampaikan laporan kepada instansi yang berwenang dll

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 1

MODUL III SURVEILANS FAKTOR RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans oleh World Health Organization (WHO) didefinisikan sebagai kegiatan

berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data kesehatan masyarakat yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat Surveilans yang dilakukan diharapkan dapat Menjadi sistem kewaspadaan dini terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat di masa yang

akan datang Mendokumentasikan dampak dari suatu intervensi atau jejak dari kemajuan program dalam

mencapai tujuan tertentu dan Memonitor dan mengklarifikasi masalah kesehatan secara epidemiologi guna menetapkan

priritas dan menginformasikan kebijakan dan strategi kesehatan ke publik

Faktor risiko dalam dunia kesehatan dan epidemiologi biasa didefinisikan sebagai faktor-faktor atau kondisi yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit Faktor risiko tersebut umumnya dapat dikatagorikan menjadi beberapa jenis yaitu faktor risiko genetis faktor risiko perilaku dan faktor risiko lingkungan

Dari kedua definisi di atas maka surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah kegiatan berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor-faktor atau kondisi lingkungan yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan lingkungan Untuk itu ada beberapa hal yang menjadi kata kunci dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yaitu sistematis dan berkesinambungan pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor lingkungan yang dapat menyebabkan sakit dan upaya kesehatan lingkungan

Materi Sub Bahasan Konsep dan Penerapan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Penyakit dan masalah kesehatan masyarakat erat terhubung dengan faktor atau kondisi

lingkungan Oleh karenanya secara naluriah setiap manusia menginginkan lingkungan yang sehat dan nyaman sebagai tempat tinggalnya yang juga kondusif terhadap kondisi kesehatannya Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang salah satunya ditempuh melalui kegiatan penyehatan lingkungan (kesehatan lingkungan) Dalam rangka mewujudkan kondisi lingkungan sesuai dengan yang diharapkan upaya yang dilakukan haruslah tepat guna tepat sasaran sistematis dan terencana dengan baik serta berbasis bukti (evidence based) Sehingga perumusan upaya kesehatan lingkungan yang akan diterapkan harus didukung dengan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yang baik

Filosofi dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah melakukan pengamatan dan pengawasan terus-menerus terhadap kondisi lingkungan yang diperkirakan dapat menyebabkan penyakit pada manusia Hasil dari kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah berupa informasi mengenai apakah faktor atau kondisi lingkungan tertentu yang diamati berisiko menimbulkan kesakitan dan rekomendasi upaya tidak lanjut yang dibutuhkan untuk mengendalikannya Konsep dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dipahami dari gambar 6

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 2

(sumber Mullan N et al 2008)

Gambar 6 Konsep Surveilans Awal dan Lanjutan dalam Kesehatan Lingkungan

Konsep di atas diadaptasi dari versi model surveilans kesehatan yang diterapkan di Kanada

Dalam prakteknya surveilans kesehatan lingkungan dilakukan dalam dua tahapan dimana pengumpulan data hingga desiminasi diklasifikasikan sebagai surveilans awal dan sintesa pengetahuan dan proses perumusan kebijakan yang merupakan input dari stakeholder dan peneliti sebagai surveilans lanjutan Surveilans awal dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data rutin (menggunakan form yang telah dibakukan pada masing-masing Negara) sedangkan analisis dan interpretasi dari basis data yang umumnya digunakan untuk tujuan monitoring ataupun pembuatan regulasi Selanjutnya surveilans lanjutan dirumuskan dari hasil surveilans awal dikombinasikan dengan masukan dari para peneliti dan stakeholder yang concern (peduli) terhadap masalah kesehatan lingkungan guna memberikan pemahaman pengertian yang baik terhadap isu yang berkembang serta dapat dirumuskan keputusan upaya tindak lanjut yang tepat untuk merespon isu tersebut

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bukan merupakan hal yang baru Konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan telah dilaksanakan sejak lama oleh sektor kesehatan mulai dari unit yang paling bawah seperti puskesmas hingga tingkat kementerian Namun sedikit perbedaan dalam istilah dan nama yang digunakan membuat konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan terkesan suatu terobosan baru Di unit puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten kota pelaksanaan kegiatan ini identik dengan kegiatan inspeksi sanitasi Inspeksi sanitasi yang dilakukan di puskesmas maupun dinas kesehatan dilakukan pada obyek kesehatan lingkungan secara periodik (time series) dengan fokus pada faktor risiko kesehatan lingkungan pada obyek tersebut Sebagai contoh inspeksi sanitasi depot air minum dilakukan oleh puskesmas atau dinas kesehatan kabupaten kota secara rutin (minimal setahun sekali) dengan melakukan observasi kesehatan lingkungan wawancara terkait perilaku dalam penanganan depot air minum dan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 3

pemeriksaan laboratorium kualitas air baku (air bersih) dan air olahan (air minum) Data hasil inspeksi sanitasi pada satu lokasi depot air minum yang sama dalam beberapa periode inspeksi merupakan basis data (database) yang dapat diinterpretasi dianalisis baik secara tunggal (hanya data satu depot tersebut) ataupun bersamaan dengan data inspeksi depot air minum yang lain dan didesiminasikan Selanjutnya hasil desiminasi tersebut dapat ditindaklanjuti dengan melakukan upaya diantaranya pembinaan pelatihan dan lain sebagainya

Materi Sub Bahasan Desain dan Metodologi Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan merupakan suatu studi yang dapat dilakukan dengan desain cross sectional kasus kontrol ataupun kohort Sebagai suatu studi yang masuk ke dalam ranah epidemiologi kesehatan lingkungan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan selain melihat kecenderungan data juga digunakan untuk melihat adanya hubungan antara pajanan lingkungan dan dampak kesehatan (penyakit) Oleh karenanya dalam surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan diperlukan data-data sebagai berikut

1 Data geografis wilayah dilakukan dengan menggunakan GPS untuk penentuan koordinat lokasi dilakukan pengambilan sampel pengumpulan data

2 Data faktor risiko lingkungan meliputi data kualitas lingkungan (pengambilan dan pemeriksaan sampel) data kondisi lingkungan sanitasi yang dikumpulkan melalui observasi (pengisian cek lis) dan wawancara Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dbutuhkan data kualitas udara dalam ruang yang dilakukan dengan pengukuran dan data berkaitan dengan jenis lantai ventilasi bahan bakar memasak dan lain sebagainya

3 Data faktor risiko lingkungan meliputi data perilaku sampel (responden) yang juga merupakan faktor risiko dari penyakit berbasis lingkungan yang menjadi perhatian Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA selain data kualitas udara dalam ruang dan ventilasi perlu dikumpulkan data terkait dengan kebiasaan membuka jendela

4 Data pajanan meliputi data lama tinggal pola aktivitas pekerjaan data konsumsi makanan dan air dan lain sebagainya Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dibutuhkan data lama tinggal dan rata-rata lama berada di dalam rumah

Sebagai suatu studi surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dilakukan dengan desain

tertentu yang disesuaikan dengan tujuan permasalahan yang akan dikaji dan faktor-faktor lainnya Sebagaimana dijelaskan di atas surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional kasus kontrol dan kohort Penggunaan desain studi pada surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seperti pada tabel 11

Tabel 11 Perbandingan Desain Studi

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort Desain pemilihan sampel (sampling)

Random Bisa juga dipisah fixed disease sampling atau fixed exposure sampling

Sampel terpisah untuk kasus (sakit) dan kontrol (tidak sakit)

Sampel terpisah untuk terpajan dan tidak terpajan

Waktu periode pelaksanaan (arah pengusutan)

Satu titik waktu atau sesaat (non directional)

Retrospektif Prospektif Followup selama periode waktu tertentu

Kausalitas Hanya menjelaskan Kausalitas awal Kausalitas dengan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 4

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort hubungan antara faktor risiko kesehatan lingkungan dengan penyakit (namun bukan bersifat kausalitas)

bukti sekuensi temporal

Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai pengganti risiko

Odds sebagai pengganti risiko

Insidensi (R Risiko) Insidence rate

Perbandingan risiko Prevalence Ratio (PR) Odds Ratio (OR) Risiko Relatif (RR)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan lebih tepat menggunakan desain cross sectional dikarenakan dalam pemilihan sampling dilakukan secara random dan pengumpulan data lingkungan dan penyakit dilakukan pada satu waktu Output dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dengan desain cross sectional adalah hubungan (bukan kausalitas) antara faktor lingkungan dan penyakit Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bisa dilakukan dengan desain kasus kontrol bilamana titik tolak studi (pengusutan) dimulai dari adanya penyakit dan sampel dikelompokkan menjadi kasus (sampel yang menderita penyakit) dan kontrol (sehat) dan data faktor lingkungan sebelum kasus sakit tersedia Selain itu surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat menggunakan desain studi kohort (prospektif) dengan memantau secara terus menerus (hingga periode tertentu) kualitas lingkungan dan faktor lingkungan lainnya bersamaan dengan penyakitnya

Materi Sub Bahasan Tahapan Kegiatan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Tahapan kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seyogyanya terdiri dari survey pendahuluan dan pengumpulan data awal penyusunan instrumen survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pengolahan dan analisis data dan diseminasi Tahapan kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut

1 Survey pendahuluan dan pengumpulan data awal pengumpulan data awal dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal pada lokasi meliputi background data yang telah tersedia atau data lainnya yang berhubungan Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data sekunder dan juga perlu ditentukan lokasi yang akan menjadi titik pengambilan sampel

2 Penyusunan instrumen berdasarkan data awal yang dikumpulkan disusun instrumen untuk survey pengambilan dan pemeriksaan sampel Instrumen disusun berbentuk cek lis danatau kuisioner Untuk mendapatkan data sesuai yang diharapkan instrumen yang telah dibuat sebaiknya diuji coba terlebih dahulu

3 Survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data primer dan pengumpulan data menggunakan instrumen yang digunakan

4 Pengolahan dan analisis data data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis yang dapat dilakukan secara manual ataupun alat bantu lainnya (mis software pengolah data) Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data informasi disajikan dalam bentuk tabel grafik gambar dan peta yang terangkum dalam laporan

5 Diseminasi dimaksudkan untuk menyebarluaskan informasi dan temuan lapangan kepada para stakeholder

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 1

MODUL IV ANALISIS KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Prinsip Dasar Analisis Kualitas Kesehatan Lingkungan

Analisis adalah kajian atau penelitian yang dititikberatkan pada variabel tertentu untuk mengetahui keadaan atau kondisi sebenarnya termasuk juga yang berkaitan dengan sebab musabab terjadinya kondisi tersebut Dengan demikian analisis kualitas lingkungan merupakan suatu kegiatan yang menggunakan cara atau metode ilmiah guna mengetahui seperti apa kondisi atau kualitas kesehatan lingkungan pada suatu tempat waktu yang melibatkan juga masyarakat di tempat tersebut Umumnya analisis kualitas kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk kegiatan pengambilan dan pemeriksaan sampel pengawasan kualitas kesehatan lingkungan melalui kegiatan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi serta interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Analisis kualitas kesehatan lingkungan merupakan kegiatan yang harus mampu dilakukan oleh seorang pejabat kesehatan lingkungan ataupun fungsional sanitarian Perlunya dilakukan analisis ini adalah untuk menjadi bahan masukan ataupun dasar untuk melakukan manajemen risiko kesehatan lingkungan Implementasi dari manajemen risiko kesehatan lingkungan ini bisa dalam bentuk intervensi (pendekatan) teknologi pendekatan sosial melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat secara aktif dan melalui kerjasama jejaring kemitraan antar pihak yang berkepentingan (stakeholder)

Materi analisis kualitas kesehatan lingkungan dalam modul ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan juga keterampilan bagi peserta dalam menilai prosedur pengambilan dan pemeriksaan sampel serta interpretasi hasil pemeriksaan sampel yang dilakukan dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan Materi dalam modul ini bukan dimaksudkan agar peserta mampu melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel kesehatan lingkungan sendiri tanpa berkerjasama dengan laboratorium Materi Sub Bahasan Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Kesehatan Lingkungan

Pengambilan sampel kesehatan lingkungan hakikatnya dilakukan untuk memotret atau

menjadi acuan untuk menduga kualitas kesehatan lingkungan pada suatu media di suatu wilayah Secara garis besar pengambilan sampel bertujuan untuk mengumpulkan data rona awal kesehatan lingkungan dan memantau kondisi kesehatan lingkungan Dalam hal memantau kesehatan lingkungan pengambilan sampel dilakukan untuk menentukan status kualitas kesehatan lingkungan menentukan kebijakan kesehatan lingkungan menegakkan hukum kesehatan dan lingkungan dan melakukan penelitian kesehatan lingkungan

Kualitas kesehatan lingkungan merupakan hal yang kompleks dan begitu dinamis karena dipengaruhi begitu banyak variabelfaktor Untuk itu pengambilan sampel l kesehatan ingkungan yang bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan harus dilakukan dengan cermat tepat serta butuh perencanaan dan pengorganisasian yang baik Untuk menjamin pengambilan sampel dapat menjamin keterwakilan kualitas kesehatan lingkungan perlu diperhatikan beberapa aspek yaitu lokasi dan titik pengambilan sampel parameter kualitas lingkungan yang akan dipilih serta ukuran jumlah dan volume sampel yang akan diambil Perencanaan Pengambilan Sampel

Seperti halnya kegiatan dan program pengambilan sampel sesuai dengan yang diharapkan perlu direncanakan dengan baik Perencanaan pengambilan sampel ini bertujuan untuk memastikan dan menegaskan kembali tujuan pengambilan sampel kesehatan lingkungan memutuskan cara-cara

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 2

mencapai tujuan mengetahui secara tepat hal-hal yang perlu dilakukan pada saat pengambilan sampel menyiapkan sumber daya yang diperlukan dan menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pengambilan sampel Jelasnya unsur-unsur perencanaan pengambilan sampel meliputi

a) Tujuan pengambilan sampel harus dipastikan apakah dalam rangka pengumpulan data rona kesehatan lingkungan awal atau dalam rangka memantau kesehatan lingkungan

b) Merencanakan biaya pengambilan sampel dengan mempertimbangkan empat hal yaitu aksesibilitas lokasi dan titik pengambilan sampel jumlah jenis dan kompleksitas sampel frekuensi pengambilan sampel serta penjaminan dan pengendalian mutu di lapangan Selain empat hal yang perlu dipertimbangkan tersebut perlu diketahui komponen pembiayaan dalam pengambilan sampel yaitu depresiasi (penyusutan) nilai peralatan kalibrasi peralatan pemakaian bahan pengawet secara kimia danatau fisika penggunaan bahan habis pakai penggunaan wadah sampel transportasi ke lokasi pengambilan sampel akomodasi (bila perlu) honor pengambil sampel (lumpsum atau per diem) dan penyusunan laporan pengambilan sampel

c) Administrasi berkaitan dengan pengambilan sampel yang meliputi penyiapan surat tugas surat pemberitahuan perizinan brevet ataupun lencana kewenangan pencatatan pendokumentasian dan hal-hal pendukung lainnya

d) Perlu jaminan pengambil sampel pada saat pengambilan sampel merupakan personel yang kompeten danatau berwenang dengan kualifikasi (kompetensi) latar belakang pendidikan yang sesuai pengalaman di bidangnya terampil dan diakui ataupun tersertifikasi

e) Penentuan parameter pengujian terhadap sampel yang diambil sesuai dengan tujuan pengambilan sampel turut mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait serta disesuaikan dengan parameter indikatif suatu kegiatan atau wilayah tertentu Mis parameter indikatif pada industri Pulp dan kertas adalah pH BOD COD dan TSS sedangkan pada wilayah pertambangan emas parameter yang diambil adalah air raksa (Hg) dan sianida (CN-)

f) Penentuan media lingkungan yang akan dilakukan pengambilan sampel g) Merencanakan tipe sampel yang akan diambil apakah sampel sesaat (grab sample) sampel

gabungan (composite sample) sampel terpadu (integrated sample) atau sampel kontinyu (continous sample)

h) Peralatan pengambilan sampel harus direncanakan dengan baik Peralatan pengambilan sampel terdiri dari peralatan pengambil sampel (utama) peralatan pendukung dan peralatan K3 atau APD Peralatan pengambil sampel adalah peralatan yang fungsinya untuk mengambil sampel lingkungan dengan parameter yang direncanakan seperti HVAS (High Volume Air Sampler) LVS (Low Volume Sampler) MAS (Microbiology Air Sampler) dll Alat pendukung adalah alat yang fungsinya mendukung pengambilan sampel seperti peralatan pengukur parameter lapangan (pH meter termometer barometer kecepatan angin hygrometer dll) dokumen terkait (surat tugas surat izin dll) alat tulis untuk perekaman proses pengambilan sampel penunjuk arah (kompas) dan penunjuk lokasi (GPS) dll APD yang digunakan dalam pengambilan sampel meliputi sarung tangan masker helm ear plugmuff P3K dll

i) Perencanaan terhadap wadah sampel yang akan digunakan untuk pengamanan dan transpor sampel harus disesuaikan dengan karakteristik dan interaksi parameter sampel yang akan diuji dengan sifat bahan wadah Sebagai contoh pengambilan sampel DOBOD harus menggunakan botol BOD khusus yang menggunakan tutup asah sedangkan untuk sampel mikrobiologi digunakan wadah steril

j) Pengawetan sampel dilakukan sesuai dengan karakteristik parameter yang akan diuji pada sampel mis pengawetan sampel untuk parameter golongan logam pada air menggunakan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 3

asam nitrat pekat (HNO3 p) hingga pH lt 2 sedangkan untuk sampel sianida total pada air diawetkan menggunakan NaOH hingga pH gt 12 dan didinginkan 4oCplusmn2oC pada tempat gelap

k) Batas penyimpanan sampel disesuaikan dengan parameter yang akan diuji dan mengacu pada acuan standar seperti ASTM (The American Society for Testing and Materials) dll

l) Pengamanan sampel di lapangan meliputi pengemasan pengamanan pada label sampel (spidol waterproof label yang baik) informasi tambahan yang penting (titik jenis parameter uji pengawetan waktu dan nama pengambil sampel) sehingga mencegah interaksi sampel dengan lingkungan yang menyebabkan perubahan kualitasnya (kontaminasi degradasi dll)

m) Transportasi sampel yang juga berkaitan dengan batas penyimpanan sampel harus diperhatikan dengan seksama Selain itu moda transportasi yang digunakan untuk membawa sampel juga harus dipenuhi standar keamanannya seperti harus mematuhi peraturan penerbangan nasional dan internasional bila sampel dibawa menggunakan pesawat udara

n) Penyimpanan sampel dilakukan baik secara fisik maupun kimia seperti meminimalkan adsorbsi pengasaman mencegah metabolisme mikroorganisme menghindari hidrolisis serta pengendapan Faktor kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan dengan proses pengambilan sampel

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Penentuan Titik Sampel

Prinsip penentuan titik sampel harus mempertimbangkan keterwakilan populasi atau kualitas lingkungan kemampuan peralatan keselamatan pengambil sampel faktor klimatologi biaya dan kaidah-kaidah empiris Prinsip-prinsip penentuan titik sampel pada media lingkungan adalah sebagai berikut a) Pengambilan sampel air a)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 736 tahun 2010 tentang Pengawasan Kualitas Air Minum

Peraturan daerah setempat a)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah jerigen botol botol BOD botol steril timba steril coolbox dll Peralatan pendukung pH meter termometer sisa klor GPS peralatan untuk menjamin

tidak terjadi kontaminasi (krustang kapas alkohol) dll Pengawet Asam (HNO3 p H2SO4 p) basa (NaOH) dry ice dll APD sarung tangan masker jaket pelampung dll

a)3 Aspek yang dipertimbangkan Kedalaman air Homogenitas (untuk sampel air badan air) Arah dan kecepatan aliran air (untuk sampel air badan air)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 4

Keterkaitan dengan pajanan pada masyarakat (bila digunakan untuk penelitian kesehatan masyarakat)

Jarak antar sampel Keselamatan dan kemampuan sumber daya

a)4 Penentuan titik sampel Air sungai ditentukan yaitu

Uji homogenitas sungai dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu lalu lakukan uji parameter lapangan (suhu pH DOoksigen terlarut dan DHLDaya Hantar Listrik) Apabila hasil pengujian beberapa parameter pada beberapa sampel tersebut tidak berbeda jauh dengan variasi lt 10 maka disebut homogen atau tercampur sementara sehingga sampel yang diambil untuk mewakili air sungai tersebut bisa lebih sedikit

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel air sungai harus meliputi daerah hulu yang belum terkontaminasi daerah pemanfaatan sungai daerah yang potensial terkontaminasi daerah pertemuan dua sungai dan daerah hilir

Air tanah Pengambilan sampel dilakukan plusmn 20 cm dari dasar sumur gali dan dipastikan agar tidak

ada sedimen yang ikut terambil atau pada mulut kran tempat air keluar untuk sumur bor

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel dilakukan pada daerah meliputi daerah dimana air tanah digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari termasuk air minum dan di daerah yang berisiko terkontaminasi (dekat penimbunanpembuangan akhir sampah daerah pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif wilayah pesisir dimana terjadi intrusi air laut dll)

b) Pengambilan sampel udara ambien dan udara dalam ruang b)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan Peraturan daerah setempat

b)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Peralatan utama High Volume Air Sampler (HVAS) RAC Gas Sampler EPAM CO dan CO2

Detektor Low Volume Sampler Microbiology Air Sampler atau Lamotte BD Pump dan Sound Level Meter

Peralatan pendukung pengukur kecepatan angin arah angir termometer hygrometer dan luxmeter

Bahan yang digunakan filter HVAS dan LVS absorbant (So2 NO2 H2S NH3 dan O3) dan larutan garam (NaCl) fisiologis steril

b)3 Aspek yang dipertimbangkan Berhubungan dengan klimatologi arah dan kecepatan angin bunga angin (wind rose)

kelembaban musim dan suhu udara Berhubungan dengan asumsi konsentrasi parameter inversi udara dispersi jarak terbang

(distance) dan ukuran partikel Bilamana sumber pencemar adalah cerobong asap maka ketinggian ukuran partikel dan jarak terhadap pemukiman penduduk harus dipertimbangkan

Berhubungan dengan pajanan daerah padat penduduk jarak terhadap sumber pencemar (radius)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 5

b)4 Penentuan titik sampel Pengambilan sampel udara ambien harus menghindari daerah yang dekat dengan

bangunan dan tanaman yang diperkirakan dapat mengabsorbsi atau mengadsorbsi pencemar daerah yang terdapat pengganggu kimia yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Emisi kimiawi kendaraan bermotor dapat mengganggu pengukuran ozon) dan daerah yang terdapat pengganggu fisik yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Pengukuran total partikulat atau TSP dapat terganggu oleh adanya insinerator disekitar lokasi pengukuran)

Pada umumnya lokasi pengukuran (pengambilan sampel) dilakukan pada daerah yang mempunyai konsentrasi parameter tinggi daerah padat penduduk daerah yang diasumsikan menerima paparan pencemar dan daerah yang digunakan untuk memproyeksikan dampak kegiatan pembangunan

c) Pengambilan sampel sedimen c)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Wadah Plastik atau wadah lainnya untuk sedimen tanah atau lumpur Plastik dan botol

steril untuk makanan Peralatan Grab Sampler untuk pengambilan sludge pada daerah yang sulit danatau

dalam c)3 Aspek yang dipertimbangkan

Potensi dan sumber pencemaran Topografi Jenis vegetasi Perkiraan terjadinya pencemaran

c)4 Penentuan titik sampel Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang

cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel meliputi daerah yang tanahnya diperkirakan akan kontak dengan masyarakat daerah yang mewakili pencemaran tertentu berdasarkan karakteristik kegiatan di wilayah tersebut (tanah pada pertanian perkebunan pertambangan dll) dan daerah yang tanahnya diperkirakan dapat mengkontaminasi media lingkungan lainnya

d) Pengambilan sampel makanan d)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan d)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah Plastik atau wadah atau botol untuk makanan Untuk sampel makanan yang akan diperiksa parameter bakteriologisnya maka digunakan wadah steril

Peralatan sendok sendok steril pisau steril dan peralatanbahan yang mendukung pengambilan secara aseptis (Contoh Pembakar bunsen dengan spiritus)

d)3 Aspek yang dipertimbangkan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 8: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 6

Tabel 1 Perbandingan antara ARKL dan EKL ARKL Epidemologi Kesehatan Lingkungan (EKL)

Pajanan agen risiko dinyatakan dengan intake (asupan) ada angkanya

Pajanan tidak harus dinyatakan dengan asupan

Konsentrasi agen risiko antropometri dan pola aktivitas populasi berisiko populasi kajian mutlak diperlukan

Butuh konsentrasi agen risiko namun antropometri dan pola aktivitas tidak wajib

Risiko non karsinogenik dan karsionogenik dibedakan

Risiko non karsinogenik dan karsionogenik tidak dibedakan

Tidak menguji hubungan faktor lingkungan dan outcome kesehatan

Menguji hubungan faktor lingkungan dan outcome kesehatan

Besaran risiko tidak dibaca sebagai kelipatan Besaran risiko dibaca sebagai kelipatan Kuantitas risiko digunakan untuk komunikasi dan manajemen risiko

Tidak merupakan satu kesatuan dengan komunikasi dan manajemen risiko

Gambar 4 Keterkaitan ARKL dan EKL

Materi Sub Bahasan Agen risiko pajanan dosis dan dampak

Dampak buruk terhadap kesehatan yang ditimbulkan oleh agen risiko terjadi karena adanya pemajanan dengan dosis dan waktu yang cukup Suatu organisme sistem subpopulasi terpajan agen risiko di lingkungan melalui beberapa jalur pemajanan Dampak buruk yang timbul akibat pajanan agen risiko kimia di lingkungan diilustrasikan melalui gambar 5 di bawah ini

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 7

Gambar 5 Skema pajanan dan dosis (Kolluru 1996)

Materi Sub Bahasan Istilah Definisi dan Terminologi

Di dalam pelaksanaan ARKL dikenal banyak istilah dan terminologi yang perlu didefinisikan terlebih dahulu agar didapat kesamaan persepsi Mengacu pada International Program on Chemical Safety (IPCS 2004) Risk Assessment Terminology di bawah ini dijelaskan definisi dari setiap istilah yang umum digunakan dalam pelaksanaan ARKL Istilah dan Definisi Analisis Pengujian terperinci dari sesuatu yang kompleks (rumit)

dengan maksud untuk memahami sifat dasarnya dan untuk menentukan komponenciri-ciri dan sifat pentingnya

Analisis risiko Sebuah proses untuk mengendalikan situasi atau keadaan dimana organisme sistim atau subpopulasi mungkin terpajan bahaya Proses risk analysis meliputi 3 komponen yaitu risk assessment manajemen risiko dan komunikasi risiko

Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL)

Sebuah proses yang dimaksudkan untuk menghitung atau memprakirakan risiko pada kesehatan manusia termasuk juga identifikasi terhadap keberadaan faktor ketidakpastian penelusuran pada pajanan tertentu memperhitungkan karakteristik yang melekat pada agen yang menjadi perhatian dan karakteristik dari sasaran yang spesifik

Kulit

Uptake

Dosis internal Dosis masuk Dosis potensial

Pajanan

Organ

Dosis efektif

Dampak buruk Media Kimia

Jalur pajanan kontak kulit

Mulut hidung

Intake

Saluran cerna

Uptake

Dosis internal Dosis masuk Dosis potensial Pajanan

Organ

Dosis efektif

Dampak buruk Media Kimia

Jalur pajanan oral

Mulut hidung

Intake

Paru-paru

Uptake

Dosis internal Dosis masuk Dosis potensial Pajanan

Organ

Dosis efektif

Dampak buruk Media

Jalur pajanan inhalasi

Kimia

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 8

Analisis dosis respon (dose-response assessment)

Analisis hubungan antara jumlah total suatu agen yang diberikan diterima atau diserap oleh suatu organisme sistim atau subpopulasi dengan perubahan yang terjadi pada suatu organisme sistem atau subpopulasi

Analisis pajanan (exposure assessment)

Evaluasi pajanan agen dan turunannya pada organisme sistim atau subpopulasi Analisis pajanan merupakan langkah yang keempat dalam ARKL

Agen (agent) Zat materiatau makhluk dalam bentuk fisik kimiawiatau biologi yang kontak atau mengenai sasaran

Bahaya (hazard) Sifat yang melekat pada suatu agen atau situasi yang berpotensi untuk menyebab dampak buruk ketika organisme sistem atau sub populasi terpajan agen tersebut

Dampak buruk Perubahan pada morfologi fisiologi pertumbuhan perkembangan reproduksi rentang hidup dari suatu organisme sistem atau sub populasi yang akan mengakibatkan gangguan pada kapasitas fungsional ketidakmampuan dalam mengatasi stress (tekanan) atau peningkatan kerentanan (suskebtibilitas) terhadap pengaruh-pengaruh lain

Dosis Jumlah total suatu agen yang diberikan diterima atau diserap oleh suatu organisme sistim atau subpopulasi

Dosiskonsentrasi referensi (RfDRfC)

Dosiskonsentrasi dari pajanan harian agen risiko non karsinogenik yang diestimasi tidak menimbulkan efek yang mengganggu walaupun pajanannya terjadi sepanjang hayat (seumur hidup)

Dosis- respon Hubungan antara jumlah total suatu agen yang diberikan diterima atau diserap oleh suatu organisme sistim atau subpopulasi dan perubahan yang terjadi pada suatu organisme sistim atau subpopulasi tersebut

Efek (effect) Perubahan keadaan atau dinamika suatu organisme sistim atau subpopulasi

Ekses risiko kanker (excess cancer risk [ECR])

Besarnya risiko yang dinyatakan dalam bilangan pecahan kelipatan pangkat lsquo-10rsquo (eksponen) tanpa satuan yang merupakan perhitungan perbandingan antara intake dengan dosiskonsentrasi referensi dari suatu agen risiko karsinogenik serta dapat juga diinterpretasikan sebagai dapattidak dapat diterimanya suatu agen risiko terhadap organisme sistim atau subpopulasi dan kelimpahan kasus kankernya (jumlah tambahan kasus kanker) dalam satuan populasi tertentu

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 9

Identifikasi bahaya (hazard identification)

Identifikasi terhadap jenis dan sifat serta kemampuan yang melekat pada suatu agen risiko yang dapat menyebabkan dampak buruk organisme sistim atau subpopulasi Identifikasi bahaya merupakan langkah yang kedua dalam ARKL

Intake non karsinogenik (Ink)

Banyaknya suatu materi (bahan) atau agen risiko yang memiliki efek non kanker (tidak menyebabkan kanker) pada sebuah media lingkungan yang masuk ke dalam tubuh manusia setiap harinya yang dinyatakan dalam satuan mgkghari

Intake karsinogenik (Ik) Banyaknya suatu materi (bahan) atau agen risiko yang memiliki efek kanker (terbukti dapat menyebabkan kanker) pada sebuah media lingkungan yang masuk ke dalam tubuh manusia setiap harinya yang dinyatakan dalam satuang mgkghari

Karakterisasi risiko (risk characterization)

Perhitungan kualitatif jika memungkinkan secara kuantitatif meliputi probabilitas terjadinya potensi dampak buruk suatu agen pada organisme sistim atau subpopulasi beserta faktor ketidakpastiannya

Konsentrasi (concentration)

Banyaknya suatu materi (bahan) atau agen yang terlarut atau terkandung dalam satuan jumlah pada sebuah media

Lowest Observed Adverse Effect Level (LOAEL)

Dosis terendah yang secara statistik atau biologis (masih) memperlihatkan efek merugikan pada hewan uji atau pada manusia

No Observed Adverse Effect Level (NOAEL)

Dosis tertinggi suatu zat pada studi toksisitas kronik atau subkronik yang secara statistik atau biologis tidak memperlihatkan efek merugikan pada hewan uji atau pada manusia

Risiko (risk) Kemungkinan atau kebolehjadian dari suatu dampak buruk pada organisme sistem atau sub populasi timbul akibat (disebabkan) oleh terpajan suatu agen pada kondisi tertentu

Risiko aman atau risiko yang dapat diterima (Acceptable Risk)

Istilah dalam manajemen risiko yaitu dapat diterimanya risiko yang didasarkan pada data ilmiah faktor sosial ekonomi dan politik serta benefit dari pajanan suatu agen

Slope factor (SF) Dosis konsentrasi dari pajanan harian agen risiko karsinogenik yang diestimasi tidak menimbulkan efek yang mengganggu atau tidak menyebabkan terjadinya kanker walaupun pajanannya terjadi sepanjang hayat (seumur hidup)

Tingkat risiko (risk quotient [RQ])

Besarnya risiko yang dinyatakan dalam angka tanpa satuan yang merupakan perhitungan perbandingan antara intake dengan dosis konsentrasi referensi dari suatu agen risiko non karsinogenik serta dapat juga diinterpretasikan sebagai amantidak amannya suatu agen risiko terhadap organisme sistim atau subpopulasi

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 10

Materi Sub Bahasan Jenis dan Penggunaan ARKL

Ada dua jenis ARKL yang dapat digunakan yaitu kajian ARKL cepat atau kajian di atas meja (desktop studi) dan kajian lapangan (field study) tergantung sumber data yang digunakan ARKL diatas meja tidak menggunakan data lapangan tetapi menggunakan nilai-nilai default rekomendasi danatau asumsi sedangkan kajian lapangan dilakukan dengan pengukuran langsung kualitas lingkungan pajanan (frekuensi durasi) dan data antropometri (berat badan) Perbedaan antara kedua jenis ARKL tersebut dapat dilihat pada tabel 2

Tabel 2 Perbandingan antara ARKL desktop dan field

VARIABEL Desktop field Sumber data

yang digunakan

Data Sekunder dan asumsinilai default

Data primer (data yang dikumpulkan sendiri) dan asumsi jika Waktu

pelaksanaan Seketika saat dibutuhkan durasi lebih singkat

Perlu perencanaan dan pengorganisasian durasi lebih lama

Besarnya biaya yang dibutuhkan

Sangat sedikit atau tidak ada Biaya besar (biaya seperti melakukan suatu penelitian kajian lapangan)

ARKL sebagai suatu cara lsquotoolsrsquo atau pendekatan dapat diaplikasikan untuk berbagai keperluan Penggunaan ARKL pada berbagai kebutuhan dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini

Tabel 3 Penggunaan dari masing - masing model ARKL Jenis Kegiatan Kebutuhan lsquodesktoprsquo ARKL Kajian ARKL

Analisis suatu kasus kesehatan lingkungan (Emergency Responses)

-

Analisis suatu kasus kesehatan lingkungan (Reformation Responses)

-

Penyusunan AMDAL suatu kegiatan dan atau usaha Kajian ANDAL dan penyusunan RKL - RPL

-

Pengkajian penyusunan dan penetapan baku mutu -

Pengkajian penyusunan dan penetapan kebijakan kesehatan lingkungan yang baru

-

Materi Sub Bahasan Langkah ndash langkah ARKL Perumusan masalah yang dilakukan sebelum melakukan langkah ndash langkah ARKL dimaksudkan untuk dapat menjawab pertanyaan apa dimana berapa besar kapan siapa populasi berisiko dan bagaimana kepedulian masyarakat (populasi berisiko) Rumusan masalah ini akan digunakan sebagai latar belakang mengapa suatu agen risiko perlu dianalisis risiko dan akan dimasukkan ke dalam laporan Uraian apa yang harus dijawab untuk merumuskan masalah dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 11

Tabel 4 Uraian langkah perumusan masalah Pertanyaan Uraiaan - Apa yang menjadi masalah Media lingkungan yang terkena dampak jenis kegiatan yang

menjadisumber dampak jenis polutan apa yang potensial

- Dimana masalah itu terjadi Wilayah administrasi wilayah geografi batas sosial batas ekologis - Seberapa besar masalahnya Prevalensi penyakit terkait lingkungan konsentrasi agen risiko pada media lingkungan jumlah populasi yang potensial terkena

- Kapan masalah terjadi Hari bulan tahun dan durasi (lamanya) masalah berlangsung - Siapa populasi berisiko Kelompok masyarakat yang potensial terkena golongan

umur kelompok berdasarkan tempat tinggal pekerjaan dan komunitas tertentu (komunitas hobi komunitas adat dll)

- Bagaimana kepedulian masyarakat

Deskripsi aksi protes masyarakat opini pendapat masyarakat dan tokoh masyarakat pandangan pakar respon instansi yang berwenang menangani masalah tersebut (program rencana program kerja terkait penanganan masalah

Langkah 1 Identifikasi bahaya (hazard identification) Identifikasi bahaya merupakan langkah pertama dalam ARKL yang digunakan untuk mengetahui secara spesifik agen risiko apa yang berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan bila tubuh terpajan Sebagai pelengkap dalam identifikasi bahaya dapat ditambahkan gejala ndash gejala gangguan kesehatan apa yang terkait erat dengan agen risiko yang akan dianalisis Tahapan ini harus menjawab pertanyaan agen risiko spesifik apa yang berbahaya di media lingkungan yang mana agen risiko eksisting seberapa besar kandungankonsentrasi agen risiko di media lingkungan gejala kesehatan apa yang potensial Uraian apa yang harus dijawab dalam identifikasi bahaya dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini

Tabel 5 Uraian langkah identifikasi bahaya Pertanyaan Uraian Agen risiko spesifik apa yang berbahaya

Agen risiko bahan kimia jelaskan spesi atau senyawa kimia apa yang berbahaya secara jelas Contoh Merkuri (Hg) jelaskan apakah agen risiko berupa elemental mercury anorganic mercury atau organic mercury (methyl mercury) Agen risiko biologi jelaskan spesiesnya

Di media lingkungan yang mana agen risiko eksisting

Jelaskan media lingkungan dimana agen risiko eksisting apakah di udara ambien air tanah sludge biota hewan dll Contoh jika merkuri sebagai agen risiko maka media lingkungan yang terkontaminasi antara lain air bersih sludge (jika pada pertambangan emas rakyat) ataupun di hewan (ikan yang dikonsumsi)

Seberapa besar kandungankonsentrasi agen risiko di media lingkungan

Jelaskan konsentrasi hasil pengukurannya di media lingkungan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 12

Pertanyaan Uraian Gejala kesehatan apa yang potensial

Uraikan gejala kesehatan gangguan kesehatan apa yang dapat terkait dengan agen risiko Contoh jika merkuri sebagai agen risiko maka gejalagangguan kesehatan yang mungkin timbul antara lain tremor gemetaran pada saat berdiri pusing pada saat berdiri rasa nyeri pada tangan dan kaki dan gangguan pada susunan saraf pusat

Untuk membantu dalam melakukan identifikasi bahaya dapat digunakan contoh formulir sebagaimana pada tabel 6 di bawah ini

Tabel 6 Contoh formulir bantu identifikasi bahaya Sumber

dan penggunaan

Media lingkungan potensial

Agen Risiko

Konsentrasi

Minimal Rata - rata Maksimal Pertambangan mineral (emas tembaga perak dll)

Air permukaan (sungai danau)

Merkuri Anorganik Total Merkuri

- Merkuri Anorganik mgl - Total Merkuri mgl

- Merkuri Anorganik mgl - Total Merkuri mgl

- Merkuri Anorganik mgl - Total Merkuri mgl Lumpur (tailing) Metil Merkuri

Merkuri Anorganik Total Merkuri

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Tanaman (buah sayur umbi)

Metil Merkuri Merkuri Anorganik Total Merkuri

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah (sumur) Merkuri Anorganik Total Merkuri

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Udara Total Merkuri Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Biota air (ikan kerang dsb)

Metil Merkuri Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Pertambangan fosil (batu bara minyak bumi)

middot Udara SO2 Benzene Golongan Metan

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 13

Sumber dan

penggunaan

Media lingkungan potensial

Agen Risiko

Konsentrasi

Minimal Rata - rata Maksimal Pengolahan aki bekas

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Industri elektronika

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan (dari limbah cair)

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah (dari limbah cair)

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Bengkel patri las galvanisasi logam

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Transportasi middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Tanaman Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Kegiatan lainnya Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Penggunaan formulir ini dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan dalam pengisiannya merujuk pada literatur yang tersedia Langkah 2 Analisis dosis - respon (dose-response assessment) Setelah melakukan identifikasi bahaya (agen risiko konsentrasi dan media lingkungan ) maka tahap selanjutnya adalah melakukan analisis dosis- respons yaitu mencari nilai RfD danatau RfC danatau SF dari agen risiko yang menjadi fokus ARKL serta memahami efek apa saja yang mungkin ditimbulkan oleh agen risiko tersebut pada tubuh manusia Analisis dosis ndash respon ini tidak harus

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 14

dengan melakukan penelitian percobaan sendiri namun cukup dengan merujuk pada literature yang tersedia Langkah analisis dosis respon ini dimaksudkan untuk

a mengetahui jalur pajanan (pathways) dari suatu agen risiko masuk ke dalam tubuh manusia

b memahami perubahan gejala atau efek kesehatan yang terjadi akibat peningkatan konsentrasi atau dosis agen risiko yang masuk ke dalam tubuh

c mengetahui dosis referensi (RfD) atau konsentrasi referensi (RfC) atau slope factor (SF) dari agen risiko tersebut

Di dalam laporan kajian ARKL ataupun dokumen yang menggunakan ARKL sebagai cara metode kajian analisis dosis ndash respon perlu dibahas dan dicantumkan Analisis dosis ndash respon dipelajari dari berbagai toxicological reviews jurnal ilmiah atau artikel terkait lainnya yang merupakan hasil dari penelitian eksperimental Untuk memudahkan analisis dosis ndash respon dapat dipelajari pada situs wwwepagoviris Dosis Referensi (RfD) Konsentrasi Referensi (RfC) dan Slope Factor (SF) Uraian tentang dosis referensi (RfD) konsentrasi referensi (RfC) dan slope factor (SF) adalah sebagai berikut

a Dosis referensi dan konsentrasi yang selanjutnya disebut RfD dan RfC adalah nilai yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman pada efek non karsinogenik suatu agen risiko sedangkan SF (slope factor) adalah referensi untuk nilai yang aman pada efek karsinogenik

b Nilai RfD RfC dan SF merupakan hasil penelitian (experimental study) dari berbagai sumber baik yang dilakukan langsung pada obyek manusia maupun merupakan ekstrapolasi dari hewan percobaan ke manusia

c Untuk mengetahui RfC RfD dan SF suatu agen risiko dapat dilihat pada Integrated Risk Information System (IRIS) yang bisa diakses di situs wwwepagoviris

d Jika tidak ada RfD RfC dan SF maka nilai dapat diturunkan dari dosis eksperimental yang lain seperti NOAEL (No Observed Adverse Effect Level) LOAEL (Lowest Observed Adverse Effect Level) MRL (Minimum Risk Level) baku mutu udara ambien pada NAAQS (National Ambient Air Quality Standard) dengan catatan dosis eksperimental tersebut mencantumkan faktor antropometri yang jelas (Wb tE fE dan Dt)

Satuan dosis referensi (RfD) dinyatakan sebagai milligram (mg) zat per kilogram (Kg) berat badan per hari disingkat mgkghari Dalam literatur terkadang ditulis mgkgxhari mgkghari dan mgkg-hari Satuan konsentrasi referensi (RfC) dinyatakan sebagai milligram (mg) zat per meter kubik (M3) udara disingkat mgM3 Konsentrasi referensi ini dinormalisasikan menjadi satuan mgkghari dengan ara memasukkan laju inhalasi dan berat badan yang bersangkutan Untuk memudahkan dalam analisis dosis ndash respon pada tabel 7 dan 8 disajikan contoh RfD RfC dan SF

Tabel 7 Contoh RfD dan SF beberapa agen risiko atau spesi kimia jalur ingesti No Agent Dosis Respon

(RfD SF) Efek Kristis dan Referensi

1 As (Arsen) 3E-4 mgkgday 15E+0 (mgkgday)minus1

Hiperpigmentasi keratosis dan kemungkinan komplikasi vaskular pajanan oral (Tseng 1977 Tseng et al 1968)

2 Ba (Barium) 2E-1 mgkgday Nefropati dalam 2 tahun pemberian air minum kepada mencit (NTP 1994)

3 B (Boron) 2E-1 mgkgday Penurunan berat janin pada pajanan asam borat gestasi

4 Cd (Kadmium) 5E-4 mgkgday Proteinuria pajanan kronik manusia (USEPA

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 15

No Agent Dosis Respon (RfD SF)

Efek Kristis dan Referensi

5 Cl2 (Klorin) bebas 1E-1 mgkgday Pajanan kronik air minum tikus (NTP 1992) 6 Cr6+ (Kromium

Heksavalen) 3E-3 mgkgday Uji hayati air minum 1 tahun dengan tikus

(McKenzie et al 1958) dan pajanan air minum penduduk Jinzhou (Zhang and Li 1987)

7 CN- (Sianida) 2E-2 mgkgday Kehilangan berat efek tiroid dan degradasi myelin dalam uji hayati subkronik sampai kronik oral pada tikus (Philbrick et al 1979)

8 F- (Fluorida) 6E-2 mgkgday Flourisis gigi dan efek kosmetik dalam studi epidemio logi (Hodge 1950 cited in Underwood 1977)

9 Mn (Mangan) 1 4E- 1 mgkgday Hipokolesterolemia epilepsi kekurangan pankreas eksokrin sklerosis berganda katarak osteoporosis fenilketonuria amp penyakit kencing maple syrup (inborn) panotda ingesi kronik manusia (NRC 1989 Freeland- Graves et al 1987 WHO 1973)

10 Hg ndash MeHg (Merkuri - metal merkuri)

1E-4 mgkgday Kelainan neuropsikologis perkembangan dalam studi epidemilogi (Grandjean et al 1997 Budz-Jergensen et al 1999)

11 NO2- (Nitrit) 1E-1 mgkgday Methemoglobinemia pada bayi yang terpajan kronik air minum (Walton 1951)

12 Se (Selenium) 5E-3 mgkgday Selenosis dari studi epidemiologi (Yang et al 1989)

13 Zn (Seng) 3E-1 mgkgday Penurunan Cu eriytrosit dan aktifitas Zn superoksida dismutase pada relawan pria dan wanita (Yadrick et al 1989)

14 CHBr3 2E-2 mgkgday 79E-3 (mgkgday)minus1

Lesi hepatik uji hayati subkronik gavage oral pada tikus

15 CHCl3 1E-2 mgkgday Pembentukan greasety cyst sedangnyata pada hati dan peningkatan SGPT dalam uji hayati kronik pada anjing (Heywood et al 1979)

16 CHBr2Cl 2E-2 mgkgday 84E-2 (mgkgday)minus1

Lesi hepatik uji hayati subkronik gavage oral pada tikus (NTP 1989)

Disadur dari Rahman 2007

Tabel 8 Contoh RfC beberapa agen risiko atau spesi kimia jalur inhalasi No Agent Dosis Respon Efek Kristis dan Referensi RfC 1 NH3 286E-2 Kenaikan keparahan rinitis dan pneumonia

dengan lesi pernafasan pada uji hayati tikus subkronik (Broderson et al 1976)

2 H2S 57 1E-4 Lesi nasal lendir olfaktori pada uji hayati tikus subkronik (Brenneman et al 2000)

3 Pb 493E-4 Perubahan tingkat enzim dan perkembangan neurobehavioral anak-anak (IRIS 2006)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 16

1E-4 mgkg-day

(00001

mgkg-day)

No Agent Dosis Respon Efek Kristis dan Referensi 4 NO2 2E-2 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) 5 SO2 26E-2 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) 6 TSP 242 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) Disadur dari Rahman 2007 Mengingat pemutakhiran (update) RfD RfC dan SF berlangsung sangat cepat RfD RfC dan SF yang tercantum pada tabel di atas tidak bisa selamanya dijadikan acuan RfD RfC dan SF dari agen risiko yang lain serta update dari RfD RfC dan SF pada tabel di atas dapat dilihat dengan mengakses wwwepagoviris Tahapan dalam mengakses situs tersebut dapat dilihat pada lampiran 5 Tampilan evaluasi dosis - respon yang terdapat pada toxicological review pada situs tersebut dapat dilihat pada contoh berikut Contoh evaluasi dosis ndash respon (1) Methylmercury (MeHg) CASRN 22967-92-6 IA1 Oral RfD Summary Critical Effect Experimental Doses UF MF RfD

Developmental neuropsychological impairment Human epidemiological studies (Grandjean et al 1997 Budtz-Joslashrgensen et al 1999a)

Benchmark Dose BMDL05 range of 46-79 ppb in maternal blood for different neuropsychological effects in the offspring at 7 years of age corresponding to a range of maternal daily intakes of 0857-1472 microgkg-day

10 1

Conversion Factors and Assumptions mdashMaternal daily dietary intake levels were used as the dose surrogate for the observed developmental effects in the children exposed in utero The daily dietary intake levels were calculated from blood concentrations measured in the mothers with supporting additional values based on their hair concentrations This conversion is explained in the text below A benchmark dose approach (BMD) was used rather than a no-observed-adverse-effect levellowest-observed-adverse-effect level (NOAELLOAEL) approach to analyze the neurological effects in children as the response variable This analysis is also explained in the text below This assessment updates the 1995 RfD assessment on IRIS and is the same as the RfD that was based on the study of a poisoning episode in Iraq in which developmental neurotoxicity was observed following ingestion of methylmercury-treated grain (Marsh et al1987)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 17

mdash 15E+0 per (mgkg)day

Contoh evaluasi dosis - respon (2) Arsenic inorganic (CASRN 7440-38-2) IIB Quantitative Estimate of Carcinogenic Risk from Oral Exposure IIB1 Summary of Risk Estimates Oral Slope Factor Drinking Water Unit Risk mdash 5E-5 per (ugL) Extrapolation Method mdash Time- and dose-related formulation of the multistage model (US EPA 1988) Drinking Water Concentrations at Specified Risk Levels

Risk Level Concentration E-4 (1 in 10000) 2E+0 ugL E-5 (1 in 100000) 2E-1 ugL E-6 (1 in 1000000) 2E-2 ugL

Langkah 3 Analisis pajanan (exposure assessment) Setelah melakukan langkah 1 dan 2 selanjutnya dilakukan Analisis pemajanan yaitu dengan mengukur atau menghitung intake asupan dari agen risiko Untuk menghitung intake digunakan persamaan atau rumus yang berbeda Data yang digunakan untuk melakukan perhitungan dapat berupa data primer (hasil pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan sendiri) atau data sekunder (pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan oleh pihak lain yang dipercaya seperti BLH Dinas Kesehatan LSM dll) dan asumsi yang didasarkan pertimbangan yang logis atau menggunakan nilai default yang tersedia Rumus perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut Perhitungan intake non karsinogenik (INK) 1 Intake pada jalur pemajanan inhalasi (terhirup)

ܫ = ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphelliphelliphellipRumus 1

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ink (Intake)

Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada media udara (udara ambien)

mgm3 Tidak ada nilai default

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 18

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default R (Rate) Laju inhalasi atau

banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya

m3jam Dewasa 083 m3jam Anak ndash anak (6 ndash 12 tahun) 05 m3jam

tE (time of exposure) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap harinya

Jamhari - Pajanan pada pemukiman 24 jamhari - Pajanan pada lingkungan kerja 8 jamhari - Pajanan pada sekolah dasar 6 jamhari

fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasikelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(nk) (time average) Periode waktu rata ndash rata

Hari 30 tahun x 365 haritahun = 10950 hari

2 Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphelliphelliphellipRumus 2

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ink (Intake) Jumlah konsentrasi agen

risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari

Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada air bersihminum atau pada makanan

- mgl (air) mgkg (makanan)

Tidak ada nilai default

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 19

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default R (Rate) Laju konsumsi atau

banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya

- Liter hari (air) - Gram hari (makanan)

Air Minum - Dewasa (pemukiman) 2 literhari - Anak ndash anak (pemukiman) 1 literhari - Dewasa (lingkungan kerja) 1 literhari Makanan - Buah ndash buahan 42 gramhari - Sayuran 80 gramhari fE (frecuency of

exposure) Lamanya atau jumlah hari

terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(nk) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogen

Hari 30 tahun x 365 haritahun = 10950 hari

Perhitungan intake karsinogenik (IK) 1 Intake pada jalur pemajanan inhalasi (terhirup)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphellipRumus 3

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ik (Intake) Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada media udara (udara ambien)

mgm3 Tidak ada nilai default

R (Rate) Laju inhalasi atau banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya

m3jam Dewasa 083 m3jam Anak ndash anak (6 ndash 12 tahun) 05 m3jam

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 20

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default tE (time of exposure) Lamanya atau jumlah jam

terjadinya pajanan setiap harinya

Jamhari - Pajanan pada pemukiman 24 jamhari - Pajanan pada lingkungan kerja 8 jamhari - Pajanan pada sekolah dasar 6 jamhari

fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

2 Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ಲೇಸ

helliphelliphellipRumus 4

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ik (Intake) Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada air bersih minum atau pada makanan

- mgl (air) - mgkg (makanan)

Tidak ada nilai default

R (Rate) Laju konsumsi atau banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya

- literhari (air) - gramhari (makanan)

Air Minum - Dewasa (pemukiman) 2 literhari - Anak ndash anak (pemukiman) 1 literhari - Dewasa (lingkungan kerja) 1 literhari Makanan - Buah ndash buahan 42 gramhari - Sayuran 80 gramhari - Ikan tangkapan 54 gramhari

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 21

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok Populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

Analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL Hal ndash hal yang perlu diketahui dan dicermati dalam melakukan analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL adalah sebagai berikut Pada lsquodesktoprsquo ARKL tidak perlu dilakukan pengumpulan data Data yang menjadi dasar perhitungan intake menggunakan data sekunder dan asumsi Terkait dengan variabel konsentrasi pelu diperhatikan hal sebagai berikut Data sekunder umumnya dibutuhkan untuk mengetahui konsentrasi agen risiko pada media

lingkungan yang mana merupakan hasil pengukuran yang pernah dilakukan oleh pihak lain pada media lingkungan wilayah dan waktu yang sama

Ada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL dalam rangkaian studi AMDAL (kajian ANDAL dan RKL - RPL untuk aspek kesehatan masyarakat) suatu kegiatan sumber data konsentrasi dapat merupakan proyeksi perubahan rona lingkungan yang telah dikaji pada aspek yang lain mis proyeksi konsentrasi agen risiko di udara ambien pada tahap operasional kegiatan atau proyeksi konsentrasi agen risiko di air bersih pada tahap operasional kegiatan

Terkait dengan variabel perhitungan yang lain (R tE fE Dt Wb dan tAVG) asumsi didasarkan pada logika yang rasional atau nilai default yang sudah tersedia Adapun nilai default untuk berbagai variabel pada lsquodesktoprsquo ARKL dapat dilihat pada tabel 9 berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 22

Tabel 9 Nilai default dari faktor pajanan (Rahman 2007) Tataguna lahan

Jalur pajanan Asupan harian Frekuensi pajanan (haritahun)

Durasi pajanan (tahun)

Berat badan (kg)

Residensial Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

12 m3 (anak) raquo 05 350 6 15 Industri amp komersial

Air minum 1 L 250 25 70 55 b

Pertanian Tanaman perkarangan

42 g (buah - buahan)

350 30 70 55 b

80 g (sayur - mayur)

350 30 70 55 b

Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

Rekreasi Ikan tangkapan 54 g 350 30 70 55 b Disadur dari Rahman 2007 seluruhnya berasal dari Exposure Factor Handbook (EPA 1990) kecuali bNukman et al (2005) 324 Langkah 4 Karakterisasi risiko (risk characterization) Langkah ARKL yang terakhir adalah karakterisasi risiko yang dilakukan untuk menetapkan tingkat risiko atau dengan kata lain menentukan apakah agen risiko pada konsentrasi tertentu yang dianalisis pada ARKL berisiko menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat (dengan karakteristik seperti berat badan laju inhalasikonsumsi waktu frekuensi durasi pajanan yang tertentu) atau tidak Karakteristik risiko dilakukan dengan membandingkan membagi intake dengan dosis konsentrasi agen risiko tersebut Variabel yang digunakan untuk menghitung tingkat risiko adalah intake (yang didapatkan dari analisis pemajanan) dan dosis referensi (RfD) konsentrasi referensi (RfC) yang didapat dari literatur yang ada (dapat diakses di situs wwwepagoviris) 1 Karakterisasi risiko pada efek non karsinogenik Perhitungan tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko untuk efek non karsinogenik dinyatakan dalam notasi Risk Quotien (RQ) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek non karsinogenik dilakukan perhitungan dengan membandingkan membagi intake dengan RfC atau RfD Rumus untuk menentukan RQ adalah sebagai berikut ூ

ோ helliphelliphelliphellipRumus 5

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur inhalasi (terhirup) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 1 RfC (reference concentration) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan inhalasi

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 23

ூோ

helliphelliphelliphelliphellipRumus 6

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur ingesti (tertelan) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 2 RfD (reference dose) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan ingesti

Didapat Interpretasi tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko yang diperoleh pada ARKL merupakan konsumsi pakar ataupun praktisi sehingga perlu disederhanakan atau dipilihkan bahasa yang lebih sederhana agar dapat diterima oleh khalayak atau publik Tingkat risiko dinyatakan dalam angka atau bilangan desimal tanpa satuan Tingkat risiko dikatakan AMAN bilamana intake le RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ le 1 Tingkat risiko dikatakan TIDAK AMAN bilamana intake gt RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ gt 1 Narasi yang digunakan dalam penyederhanaan interpretasi risiko agar dapat diterima oleh khalayak atau publik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll Contoh Tingkat risiko RQ untuk pajanan Pb (inhalasi) sebesar 000008 microgm3 pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan rata - rata 55 kg dan telah terpajan 350 haritahun selama 20 tahun diketahui sebesar 0098 maka Interpretasi risiko Pajanan Pb sebesar 000008 microgm3 secara inhalasi pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan 55 Kg masih aman untuk frekuensi pajanan 350 haritahun hingga 20 tahun mendatang Perhitungan tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko untuk efek karsinogenik dinyatakan dalam notasi Excess Cancer Risk (ECR) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek karsinogenik dilakukan perhitungan dengan mengkali intake dengan SF Rumus untuk menentukan ECR adalah sebagai berikut

ܥܧ = Rumus 7helliphelliphelliphellip ܨ ݔ ܫKeterangan Digunakan untuk menghitung tingkat risiko pada agen risiko dengan efek karsinogenik I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 3 atau rumus SF (slope factor) Nilai referensi agen risiko dengan efek karsinogenik

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 24

Interpretasi tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko dinyatakan dalam bilangan exponen tanpa satuan (cth 13E-4) Tingkat risiko dikatakan acceptable atau aman bilamana ECR le E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR le 110000 Tingkat risiko dikatakan unacceptable atau tidak aman bilamana ECR gt E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR gt 110000 Contoh ECR = 13E-5 (13 x 10-5) dapat diinterpretasikan sebagai berikut ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Narasi yang digunakan dalam risiko karsinogenik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoacceptablersquo atau lsquounacceptablersquo (lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo) - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll - Risiko kanker [ mis ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Contoh Tingkat risiko ECR untuk pajanan benzene (inhalasi) sebesar 03 microgm3 pada pekerja depo penampungan BBM di Jakarta dengan berat badan rata - rata 60 kg dan telah terpajan 250 haritahun selama 10 tahun diketahui sebesar 456E-4

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 1

MODUL II MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Manajemen Risiko Kesehatan Lingkungan

Manajemen risiko adalah proses mengidentifikasi evaluasi penyeleksian dan melakukan

upaya untuk mengurangi risiko terhadap ekosistem dan kesehatan manusia (Omenn GS et al 1997) Setelah melakukan keempat langkah ARKL di atas maka telah dapt diketahui apakah suatu agen risiko amandapat diterima atau tidak Manajemen risiko bukan termasuk langkah ARKL melainkan tindak lanjut yang harus dilakukan bilamana hasil karakterisasi risiko menunjukkan tingkat risiko yang tidak aman ataupun unacceptable Dalam melakukan manajemen risiko perlu dibedakan antara strategi manajemen risiko dengan cara manajemen risiko Strategi manajemen risiko meliputi penentuan batas aman yaitu

1 Konsentrasi agen risiko (C) danatau 2 Jumlah konsumsi (R) danatau 3 Waktu pajanan (tE) danatau

4 Frekuensi pajanan (fE) danatau

5 Durasi pajanan (Dt)

Setelah batas aman ditentukan selanjutnya perlu dilakukan penapisan alternatif terhadap batas aman yang mana yang akan dijadikan sebagai target atau sasaran pencapaian dalam pengelolaan risiko Batas aman yang dipilih adalah batas aman yang lebih rasional dan realistis untuk dicapai

Adapun cara manajemen risiko adalah cara atau metode yang akan digunakan untuk

mencapai batas aman tersebut Cara manajemen risiko meliputi beberapa pendekatan yaitu pendekatan teknologi pendekatan sosial - ekonomis dan pendekatan institusional penjelasan lebih lanjut langkah ndash langkah dalam manajemen risiko akan dijelaskan pada sub bahasan selanjutnya

Materi Sub Bahasan Strategi manajemen risiko

1 Penentuan batas aman Batas aman disini adalah batas atau nilai terendah yang menyebabkan tingkat risiko

menjadi tidak aman (tidak dapat diterima) Oleh karenannya nilai yang aman adalah nilai di bawah batas amannya sedangkan nilai yang sama dengan batas aman tersebut akan menyebabkan tingkat risiko menjadi tidak aman Sebagai contoh jika hasil

perhitungan menunjukkan konsentrasi aman adalah 4499 microgm3 maka nilai konsentrasi

yang benar ndash benar aman adalah di bawah 4499 microgm3 (lt4499 microgm3) 4498 microgm3

a) Penentuan konsentrasi aman (C) Dalam penentuan konsentrasi aman semua variabel dan nilai yang digunakan

sama dengan variabel dan nilai pada perhitungan intake Akan tetapi nilai intake yang digunakan adalah RfD atau RfC agen risikonya

Sedangkan konsentrasi aman pada intake karsinogenik perhitungan didasarkan

pada nilai acceptable sebesar 10-4 dibagi nilai SF nya Selain itu variabel tavg disesuaikan dengan perhitungan karsinogenik yaitu (70 haritahun x 365 hari) Untuk menghitung konsentrasi aman digunakan rumus sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 2

Konsentrasi aman non karsinogenik Konsentrasi aman non karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 8

Konsentrasi aman non karsinogenik (ingestii)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ಶ ௫

Rumus 9

Konsentrasi aman karsinogenik Konsentrasi aman karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 10

Konsentrasi aman karsinogenik (ingesti)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 11

Keterangan

Notasi Arti Notasi C(aman) (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada udara ambien atau pada

air bersihminum atau pada makanan yang aman

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 3

Notasi Arti Notasi R (Rate) Laju asupan

Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

Volume air minum yang masuk tubuh (liter) setiap harinya

Volume makanan yang masuk tubuh (gram) setiap harinya

tE atau time of exposure (rumus 8)

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode

b) Penentuan jumlah konsumsi aman (R)

Laju asupan yang dapat dikelola hanyalah pada pada pajanan melalui makanan dan air minum (ingesti) karena masih banyak substitusi untuk setiap jenis makanan ataupun air minum Untuk pajanan melalui udara (inhalasi) pembatasan laju inhalasi hampir tidak mungkin dilakukan Untuk menghitung jumlah konsumsi aman digunakan rumus sebagai berikut Laju konsumsi aman non karsinogenik (ingesti)

() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ಶ ௫

Rumus 12

Laju konsumsi aman karsinogenik (ingesti)

() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ಶ ௫

Rumus 13

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 4

Keterangan Notasi Arti Notasi

R(aman) Laju konsumsi atau banyaknya volume makanan (gram) atau volume air (liter) yang masuk tubuh setiap harinya yang aman

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

c) Penentuan waktu pajanan aman (tE) Waktu pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan

kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan waktu pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah jam terpapar setiap harinya oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung waktu pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Waktu pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 14

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 5

Waktu pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 15

Keterangan

Notasi Arti Notasi t(aman) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap

harinya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

d) Penentuan frekuensi pajanan aman (fE)

Frekuensi pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan frekuensi pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah hari terpapar dalam satu tahun oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung frekuensi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Frekuensi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 16

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 6

Frekuensi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 17

Keterangan

Notasi Arti Notasi fE(aman) (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan

setiap tahunnya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

e) Penentuan durasi pajanan aman (Dt) Durasi pajanan aman dikelola pada pemajanan inhalasi pada lingkungan

yang permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan durasi pajanan dilakukan dengan membatasi lamanya tinggal (tahun) masyarakat pada suatu pemukiman dengan cara melakukan lsquorelokasirsquo pemukiman pada saat telah melewati batas durasi amannya Penerapan strategi durasi pajanan aman untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) kurang tepat karena pada pemajanan ingesti manajemen risiko cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung durasi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Durasi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 18

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 7

Durasi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 19

Keterangan

Notasi Arti Notasi Dt (aman) (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan yang

aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

tE atau time of exposure

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

2 Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko Penapisan alternatif manajemen risiko harus didasarkan pada pertimbangan logis

dan turut mempertimbangkan berbagai faktor termasuk cara pengelolaan risikonya Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini

Tabel 10 Alternatif manajemen risiko dan penggunaannya Alternatif Pengelolaan

Risiko Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Penurunan konsentrasi hingga ke batas aman (konsentrasi aman)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 8

Alternatif Pengelolaan Risiko

Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Pengurangan konsumsi hingga ke batas aman (jumlah konsumsi aman)

Pembatasan waktu pajanan hingga ke batas aman (waktui pajanan aman)

Pembatasan frekuensi pajanan hingga ke batas aman (frekuensi pajanan aman)

Pembatasan durasi pajanan hingga ke batas aman (durasi pajanan aman)

Materi Sub Bahasan Cara manajemen risiko

Manajemen risiko selain membutuhkan strategi yang tepat juga harus dilakukan dengan

cara atau metode yang tepat Dalam aplikasinya cara manajemen risiko dapat dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu 1) Pendekatan teknologi

Manajemen risiko menggunakan teknologi yang tersedia meliputi penggunaan alat bahan dan metode serta teknik tertentu Contoh manajemen risiko dengan pendekatan teknologi antara lain penerapan penggunaan IPAL pengolahan penyaringan air modifikasi cerobong asap penanaman tanaman penyerap polutan dll

2) Pendekatan sosial - ekonomis

Manajemen risiko menggunakan pendekatan sosial - ekonomis meliputi pelibat-sertaan pihak lain efisiensi proses substitusi dan penerapan sistem kompensasi Contoh manajemen risiko dengan pendekatan sosial ndash ekonomis antara lain 3R (reduce reuse dan recycle) limbah pemberdayaan masyarakat yang berisiko pemberian kompensasi pada masyarakat yang terkena dampak permohonan bantuan pemerintah akibat keterbatasan pemrakarsa (pihak yang bertanggung jawab mengelola risiko) dll

3) Pendekatan institusional

Manajemen risiko dengan menempuh jalur dan mekanisme kelembagaan dengan cara melakukan kerjasama dengan pihak lain Contoh manajemen risiko dengan pendekatan institusional antara lain kerjasama dalam pengolahan limbah B3 mendukung pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah menyampaikan laporan kepada instansi yang berwenang dll

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 1

MODUL III SURVEILANS FAKTOR RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans oleh World Health Organization (WHO) didefinisikan sebagai kegiatan

berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data kesehatan masyarakat yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat Surveilans yang dilakukan diharapkan dapat Menjadi sistem kewaspadaan dini terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat di masa yang

akan datang Mendokumentasikan dampak dari suatu intervensi atau jejak dari kemajuan program dalam

mencapai tujuan tertentu dan Memonitor dan mengklarifikasi masalah kesehatan secara epidemiologi guna menetapkan

priritas dan menginformasikan kebijakan dan strategi kesehatan ke publik

Faktor risiko dalam dunia kesehatan dan epidemiologi biasa didefinisikan sebagai faktor-faktor atau kondisi yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit Faktor risiko tersebut umumnya dapat dikatagorikan menjadi beberapa jenis yaitu faktor risiko genetis faktor risiko perilaku dan faktor risiko lingkungan

Dari kedua definisi di atas maka surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah kegiatan berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor-faktor atau kondisi lingkungan yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan lingkungan Untuk itu ada beberapa hal yang menjadi kata kunci dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yaitu sistematis dan berkesinambungan pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor lingkungan yang dapat menyebabkan sakit dan upaya kesehatan lingkungan

Materi Sub Bahasan Konsep dan Penerapan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Penyakit dan masalah kesehatan masyarakat erat terhubung dengan faktor atau kondisi

lingkungan Oleh karenanya secara naluriah setiap manusia menginginkan lingkungan yang sehat dan nyaman sebagai tempat tinggalnya yang juga kondusif terhadap kondisi kesehatannya Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang salah satunya ditempuh melalui kegiatan penyehatan lingkungan (kesehatan lingkungan) Dalam rangka mewujudkan kondisi lingkungan sesuai dengan yang diharapkan upaya yang dilakukan haruslah tepat guna tepat sasaran sistematis dan terencana dengan baik serta berbasis bukti (evidence based) Sehingga perumusan upaya kesehatan lingkungan yang akan diterapkan harus didukung dengan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yang baik

Filosofi dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah melakukan pengamatan dan pengawasan terus-menerus terhadap kondisi lingkungan yang diperkirakan dapat menyebabkan penyakit pada manusia Hasil dari kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah berupa informasi mengenai apakah faktor atau kondisi lingkungan tertentu yang diamati berisiko menimbulkan kesakitan dan rekomendasi upaya tidak lanjut yang dibutuhkan untuk mengendalikannya Konsep dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dipahami dari gambar 6

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 2

(sumber Mullan N et al 2008)

Gambar 6 Konsep Surveilans Awal dan Lanjutan dalam Kesehatan Lingkungan

Konsep di atas diadaptasi dari versi model surveilans kesehatan yang diterapkan di Kanada

Dalam prakteknya surveilans kesehatan lingkungan dilakukan dalam dua tahapan dimana pengumpulan data hingga desiminasi diklasifikasikan sebagai surveilans awal dan sintesa pengetahuan dan proses perumusan kebijakan yang merupakan input dari stakeholder dan peneliti sebagai surveilans lanjutan Surveilans awal dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data rutin (menggunakan form yang telah dibakukan pada masing-masing Negara) sedangkan analisis dan interpretasi dari basis data yang umumnya digunakan untuk tujuan monitoring ataupun pembuatan regulasi Selanjutnya surveilans lanjutan dirumuskan dari hasil surveilans awal dikombinasikan dengan masukan dari para peneliti dan stakeholder yang concern (peduli) terhadap masalah kesehatan lingkungan guna memberikan pemahaman pengertian yang baik terhadap isu yang berkembang serta dapat dirumuskan keputusan upaya tindak lanjut yang tepat untuk merespon isu tersebut

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bukan merupakan hal yang baru Konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan telah dilaksanakan sejak lama oleh sektor kesehatan mulai dari unit yang paling bawah seperti puskesmas hingga tingkat kementerian Namun sedikit perbedaan dalam istilah dan nama yang digunakan membuat konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan terkesan suatu terobosan baru Di unit puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten kota pelaksanaan kegiatan ini identik dengan kegiatan inspeksi sanitasi Inspeksi sanitasi yang dilakukan di puskesmas maupun dinas kesehatan dilakukan pada obyek kesehatan lingkungan secara periodik (time series) dengan fokus pada faktor risiko kesehatan lingkungan pada obyek tersebut Sebagai contoh inspeksi sanitasi depot air minum dilakukan oleh puskesmas atau dinas kesehatan kabupaten kota secara rutin (minimal setahun sekali) dengan melakukan observasi kesehatan lingkungan wawancara terkait perilaku dalam penanganan depot air minum dan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 3

pemeriksaan laboratorium kualitas air baku (air bersih) dan air olahan (air minum) Data hasil inspeksi sanitasi pada satu lokasi depot air minum yang sama dalam beberapa periode inspeksi merupakan basis data (database) yang dapat diinterpretasi dianalisis baik secara tunggal (hanya data satu depot tersebut) ataupun bersamaan dengan data inspeksi depot air minum yang lain dan didesiminasikan Selanjutnya hasil desiminasi tersebut dapat ditindaklanjuti dengan melakukan upaya diantaranya pembinaan pelatihan dan lain sebagainya

Materi Sub Bahasan Desain dan Metodologi Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan merupakan suatu studi yang dapat dilakukan dengan desain cross sectional kasus kontrol ataupun kohort Sebagai suatu studi yang masuk ke dalam ranah epidemiologi kesehatan lingkungan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan selain melihat kecenderungan data juga digunakan untuk melihat adanya hubungan antara pajanan lingkungan dan dampak kesehatan (penyakit) Oleh karenanya dalam surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan diperlukan data-data sebagai berikut

1 Data geografis wilayah dilakukan dengan menggunakan GPS untuk penentuan koordinat lokasi dilakukan pengambilan sampel pengumpulan data

2 Data faktor risiko lingkungan meliputi data kualitas lingkungan (pengambilan dan pemeriksaan sampel) data kondisi lingkungan sanitasi yang dikumpulkan melalui observasi (pengisian cek lis) dan wawancara Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dbutuhkan data kualitas udara dalam ruang yang dilakukan dengan pengukuran dan data berkaitan dengan jenis lantai ventilasi bahan bakar memasak dan lain sebagainya

3 Data faktor risiko lingkungan meliputi data perilaku sampel (responden) yang juga merupakan faktor risiko dari penyakit berbasis lingkungan yang menjadi perhatian Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA selain data kualitas udara dalam ruang dan ventilasi perlu dikumpulkan data terkait dengan kebiasaan membuka jendela

4 Data pajanan meliputi data lama tinggal pola aktivitas pekerjaan data konsumsi makanan dan air dan lain sebagainya Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dibutuhkan data lama tinggal dan rata-rata lama berada di dalam rumah

Sebagai suatu studi surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dilakukan dengan desain

tertentu yang disesuaikan dengan tujuan permasalahan yang akan dikaji dan faktor-faktor lainnya Sebagaimana dijelaskan di atas surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional kasus kontrol dan kohort Penggunaan desain studi pada surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seperti pada tabel 11

Tabel 11 Perbandingan Desain Studi

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort Desain pemilihan sampel (sampling)

Random Bisa juga dipisah fixed disease sampling atau fixed exposure sampling

Sampel terpisah untuk kasus (sakit) dan kontrol (tidak sakit)

Sampel terpisah untuk terpajan dan tidak terpajan

Waktu periode pelaksanaan (arah pengusutan)

Satu titik waktu atau sesaat (non directional)

Retrospektif Prospektif Followup selama periode waktu tertentu

Kausalitas Hanya menjelaskan Kausalitas awal Kausalitas dengan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 4

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort hubungan antara faktor risiko kesehatan lingkungan dengan penyakit (namun bukan bersifat kausalitas)

bukti sekuensi temporal

Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai pengganti risiko

Odds sebagai pengganti risiko

Insidensi (R Risiko) Insidence rate

Perbandingan risiko Prevalence Ratio (PR) Odds Ratio (OR) Risiko Relatif (RR)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan lebih tepat menggunakan desain cross sectional dikarenakan dalam pemilihan sampling dilakukan secara random dan pengumpulan data lingkungan dan penyakit dilakukan pada satu waktu Output dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dengan desain cross sectional adalah hubungan (bukan kausalitas) antara faktor lingkungan dan penyakit Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bisa dilakukan dengan desain kasus kontrol bilamana titik tolak studi (pengusutan) dimulai dari adanya penyakit dan sampel dikelompokkan menjadi kasus (sampel yang menderita penyakit) dan kontrol (sehat) dan data faktor lingkungan sebelum kasus sakit tersedia Selain itu surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat menggunakan desain studi kohort (prospektif) dengan memantau secara terus menerus (hingga periode tertentu) kualitas lingkungan dan faktor lingkungan lainnya bersamaan dengan penyakitnya

Materi Sub Bahasan Tahapan Kegiatan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Tahapan kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seyogyanya terdiri dari survey pendahuluan dan pengumpulan data awal penyusunan instrumen survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pengolahan dan analisis data dan diseminasi Tahapan kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut

1 Survey pendahuluan dan pengumpulan data awal pengumpulan data awal dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal pada lokasi meliputi background data yang telah tersedia atau data lainnya yang berhubungan Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data sekunder dan juga perlu ditentukan lokasi yang akan menjadi titik pengambilan sampel

2 Penyusunan instrumen berdasarkan data awal yang dikumpulkan disusun instrumen untuk survey pengambilan dan pemeriksaan sampel Instrumen disusun berbentuk cek lis danatau kuisioner Untuk mendapatkan data sesuai yang diharapkan instrumen yang telah dibuat sebaiknya diuji coba terlebih dahulu

3 Survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data primer dan pengumpulan data menggunakan instrumen yang digunakan

4 Pengolahan dan analisis data data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis yang dapat dilakukan secara manual ataupun alat bantu lainnya (mis software pengolah data) Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data informasi disajikan dalam bentuk tabel grafik gambar dan peta yang terangkum dalam laporan

5 Diseminasi dimaksudkan untuk menyebarluaskan informasi dan temuan lapangan kepada para stakeholder

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 1

MODUL IV ANALISIS KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Prinsip Dasar Analisis Kualitas Kesehatan Lingkungan

Analisis adalah kajian atau penelitian yang dititikberatkan pada variabel tertentu untuk mengetahui keadaan atau kondisi sebenarnya termasuk juga yang berkaitan dengan sebab musabab terjadinya kondisi tersebut Dengan demikian analisis kualitas lingkungan merupakan suatu kegiatan yang menggunakan cara atau metode ilmiah guna mengetahui seperti apa kondisi atau kualitas kesehatan lingkungan pada suatu tempat waktu yang melibatkan juga masyarakat di tempat tersebut Umumnya analisis kualitas kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk kegiatan pengambilan dan pemeriksaan sampel pengawasan kualitas kesehatan lingkungan melalui kegiatan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi serta interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Analisis kualitas kesehatan lingkungan merupakan kegiatan yang harus mampu dilakukan oleh seorang pejabat kesehatan lingkungan ataupun fungsional sanitarian Perlunya dilakukan analisis ini adalah untuk menjadi bahan masukan ataupun dasar untuk melakukan manajemen risiko kesehatan lingkungan Implementasi dari manajemen risiko kesehatan lingkungan ini bisa dalam bentuk intervensi (pendekatan) teknologi pendekatan sosial melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat secara aktif dan melalui kerjasama jejaring kemitraan antar pihak yang berkepentingan (stakeholder)

Materi analisis kualitas kesehatan lingkungan dalam modul ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan juga keterampilan bagi peserta dalam menilai prosedur pengambilan dan pemeriksaan sampel serta interpretasi hasil pemeriksaan sampel yang dilakukan dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan Materi dalam modul ini bukan dimaksudkan agar peserta mampu melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel kesehatan lingkungan sendiri tanpa berkerjasama dengan laboratorium Materi Sub Bahasan Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Kesehatan Lingkungan

Pengambilan sampel kesehatan lingkungan hakikatnya dilakukan untuk memotret atau

menjadi acuan untuk menduga kualitas kesehatan lingkungan pada suatu media di suatu wilayah Secara garis besar pengambilan sampel bertujuan untuk mengumpulkan data rona awal kesehatan lingkungan dan memantau kondisi kesehatan lingkungan Dalam hal memantau kesehatan lingkungan pengambilan sampel dilakukan untuk menentukan status kualitas kesehatan lingkungan menentukan kebijakan kesehatan lingkungan menegakkan hukum kesehatan dan lingkungan dan melakukan penelitian kesehatan lingkungan

Kualitas kesehatan lingkungan merupakan hal yang kompleks dan begitu dinamis karena dipengaruhi begitu banyak variabelfaktor Untuk itu pengambilan sampel l kesehatan ingkungan yang bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan harus dilakukan dengan cermat tepat serta butuh perencanaan dan pengorganisasian yang baik Untuk menjamin pengambilan sampel dapat menjamin keterwakilan kualitas kesehatan lingkungan perlu diperhatikan beberapa aspek yaitu lokasi dan titik pengambilan sampel parameter kualitas lingkungan yang akan dipilih serta ukuran jumlah dan volume sampel yang akan diambil Perencanaan Pengambilan Sampel

Seperti halnya kegiatan dan program pengambilan sampel sesuai dengan yang diharapkan perlu direncanakan dengan baik Perencanaan pengambilan sampel ini bertujuan untuk memastikan dan menegaskan kembali tujuan pengambilan sampel kesehatan lingkungan memutuskan cara-cara

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 2

mencapai tujuan mengetahui secara tepat hal-hal yang perlu dilakukan pada saat pengambilan sampel menyiapkan sumber daya yang diperlukan dan menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pengambilan sampel Jelasnya unsur-unsur perencanaan pengambilan sampel meliputi

a) Tujuan pengambilan sampel harus dipastikan apakah dalam rangka pengumpulan data rona kesehatan lingkungan awal atau dalam rangka memantau kesehatan lingkungan

b) Merencanakan biaya pengambilan sampel dengan mempertimbangkan empat hal yaitu aksesibilitas lokasi dan titik pengambilan sampel jumlah jenis dan kompleksitas sampel frekuensi pengambilan sampel serta penjaminan dan pengendalian mutu di lapangan Selain empat hal yang perlu dipertimbangkan tersebut perlu diketahui komponen pembiayaan dalam pengambilan sampel yaitu depresiasi (penyusutan) nilai peralatan kalibrasi peralatan pemakaian bahan pengawet secara kimia danatau fisika penggunaan bahan habis pakai penggunaan wadah sampel transportasi ke lokasi pengambilan sampel akomodasi (bila perlu) honor pengambil sampel (lumpsum atau per diem) dan penyusunan laporan pengambilan sampel

c) Administrasi berkaitan dengan pengambilan sampel yang meliputi penyiapan surat tugas surat pemberitahuan perizinan brevet ataupun lencana kewenangan pencatatan pendokumentasian dan hal-hal pendukung lainnya

d) Perlu jaminan pengambil sampel pada saat pengambilan sampel merupakan personel yang kompeten danatau berwenang dengan kualifikasi (kompetensi) latar belakang pendidikan yang sesuai pengalaman di bidangnya terampil dan diakui ataupun tersertifikasi

e) Penentuan parameter pengujian terhadap sampel yang diambil sesuai dengan tujuan pengambilan sampel turut mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait serta disesuaikan dengan parameter indikatif suatu kegiatan atau wilayah tertentu Mis parameter indikatif pada industri Pulp dan kertas adalah pH BOD COD dan TSS sedangkan pada wilayah pertambangan emas parameter yang diambil adalah air raksa (Hg) dan sianida (CN-)

f) Penentuan media lingkungan yang akan dilakukan pengambilan sampel g) Merencanakan tipe sampel yang akan diambil apakah sampel sesaat (grab sample) sampel

gabungan (composite sample) sampel terpadu (integrated sample) atau sampel kontinyu (continous sample)

h) Peralatan pengambilan sampel harus direncanakan dengan baik Peralatan pengambilan sampel terdiri dari peralatan pengambil sampel (utama) peralatan pendukung dan peralatan K3 atau APD Peralatan pengambil sampel adalah peralatan yang fungsinya untuk mengambil sampel lingkungan dengan parameter yang direncanakan seperti HVAS (High Volume Air Sampler) LVS (Low Volume Sampler) MAS (Microbiology Air Sampler) dll Alat pendukung adalah alat yang fungsinya mendukung pengambilan sampel seperti peralatan pengukur parameter lapangan (pH meter termometer barometer kecepatan angin hygrometer dll) dokumen terkait (surat tugas surat izin dll) alat tulis untuk perekaman proses pengambilan sampel penunjuk arah (kompas) dan penunjuk lokasi (GPS) dll APD yang digunakan dalam pengambilan sampel meliputi sarung tangan masker helm ear plugmuff P3K dll

i) Perencanaan terhadap wadah sampel yang akan digunakan untuk pengamanan dan transpor sampel harus disesuaikan dengan karakteristik dan interaksi parameter sampel yang akan diuji dengan sifat bahan wadah Sebagai contoh pengambilan sampel DOBOD harus menggunakan botol BOD khusus yang menggunakan tutup asah sedangkan untuk sampel mikrobiologi digunakan wadah steril

j) Pengawetan sampel dilakukan sesuai dengan karakteristik parameter yang akan diuji pada sampel mis pengawetan sampel untuk parameter golongan logam pada air menggunakan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 3

asam nitrat pekat (HNO3 p) hingga pH lt 2 sedangkan untuk sampel sianida total pada air diawetkan menggunakan NaOH hingga pH gt 12 dan didinginkan 4oCplusmn2oC pada tempat gelap

k) Batas penyimpanan sampel disesuaikan dengan parameter yang akan diuji dan mengacu pada acuan standar seperti ASTM (The American Society for Testing and Materials) dll

l) Pengamanan sampel di lapangan meliputi pengemasan pengamanan pada label sampel (spidol waterproof label yang baik) informasi tambahan yang penting (titik jenis parameter uji pengawetan waktu dan nama pengambil sampel) sehingga mencegah interaksi sampel dengan lingkungan yang menyebabkan perubahan kualitasnya (kontaminasi degradasi dll)

m) Transportasi sampel yang juga berkaitan dengan batas penyimpanan sampel harus diperhatikan dengan seksama Selain itu moda transportasi yang digunakan untuk membawa sampel juga harus dipenuhi standar keamanannya seperti harus mematuhi peraturan penerbangan nasional dan internasional bila sampel dibawa menggunakan pesawat udara

n) Penyimpanan sampel dilakukan baik secara fisik maupun kimia seperti meminimalkan adsorbsi pengasaman mencegah metabolisme mikroorganisme menghindari hidrolisis serta pengendapan Faktor kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan dengan proses pengambilan sampel

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Penentuan Titik Sampel

Prinsip penentuan titik sampel harus mempertimbangkan keterwakilan populasi atau kualitas lingkungan kemampuan peralatan keselamatan pengambil sampel faktor klimatologi biaya dan kaidah-kaidah empiris Prinsip-prinsip penentuan titik sampel pada media lingkungan adalah sebagai berikut a) Pengambilan sampel air a)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 736 tahun 2010 tentang Pengawasan Kualitas Air Minum

Peraturan daerah setempat a)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah jerigen botol botol BOD botol steril timba steril coolbox dll Peralatan pendukung pH meter termometer sisa klor GPS peralatan untuk menjamin

tidak terjadi kontaminasi (krustang kapas alkohol) dll Pengawet Asam (HNO3 p H2SO4 p) basa (NaOH) dry ice dll APD sarung tangan masker jaket pelampung dll

a)3 Aspek yang dipertimbangkan Kedalaman air Homogenitas (untuk sampel air badan air) Arah dan kecepatan aliran air (untuk sampel air badan air)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 4

Keterkaitan dengan pajanan pada masyarakat (bila digunakan untuk penelitian kesehatan masyarakat)

Jarak antar sampel Keselamatan dan kemampuan sumber daya

a)4 Penentuan titik sampel Air sungai ditentukan yaitu

Uji homogenitas sungai dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu lalu lakukan uji parameter lapangan (suhu pH DOoksigen terlarut dan DHLDaya Hantar Listrik) Apabila hasil pengujian beberapa parameter pada beberapa sampel tersebut tidak berbeda jauh dengan variasi lt 10 maka disebut homogen atau tercampur sementara sehingga sampel yang diambil untuk mewakili air sungai tersebut bisa lebih sedikit

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel air sungai harus meliputi daerah hulu yang belum terkontaminasi daerah pemanfaatan sungai daerah yang potensial terkontaminasi daerah pertemuan dua sungai dan daerah hilir

Air tanah Pengambilan sampel dilakukan plusmn 20 cm dari dasar sumur gali dan dipastikan agar tidak

ada sedimen yang ikut terambil atau pada mulut kran tempat air keluar untuk sumur bor

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel dilakukan pada daerah meliputi daerah dimana air tanah digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari termasuk air minum dan di daerah yang berisiko terkontaminasi (dekat penimbunanpembuangan akhir sampah daerah pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif wilayah pesisir dimana terjadi intrusi air laut dll)

b) Pengambilan sampel udara ambien dan udara dalam ruang b)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan Peraturan daerah setempat

b)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Peralatan utama High Volume Air Sampler (HVAS) RAC Gas Sampler EPAM CO dan CO2

Detektor Low Volume Sampler Microbiology Air Sampler atau Lamotte BD Pump dan Sound Level Meter

Peralatan pendukung pengukur kecepatan angin arah angir termometer hygrometer dan luxmeter

Bahan yang digunakan filter HVAS dan LVS absorbant (So2 NO2 H2S NH3 dan O3) dan larutan garam (NaCl) fisiologis steril

b)3 Aspek yang dipertimbangkan Berhubungan dengan klimatologi arah dan kecepatan angin bunga angin (wind rose)

kelembaban musim dan suhu udara Berhubungan dengan asumsi konsentrasi parameter inversi udara dispersi jarak terbang

(distance) dan ukuran partikel Bilamana sumber pencemar adalah cerobong asap maka ketinggian ukuran partikel dan jarak terhadap pemukiman penduduk harus dipertimbangkan

Berhubungan dengan pajanan daerah padat penduduk jarak terhadap sumber pencemar (radius)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 5

b)4 Penentuan titik sampel Pengambilan sampel udara ambien harus menghindari daerah yang dekat dengan

bangunan dan tanaman yang diperkirakan dapat mengabsorbsi atau mengadsorbsi pencemar daerah yang terdapat pengganggu kimia yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Emisi kimiawi kendaraan bermotor dapat mengganggu pengukuran ozon) dan daerah yang terdapat pengganggu fisik yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Pengukuran total partikulat atau TSP dapat terganggu oleh adanya insinerator disekitar lokasi pengukuran)

Pada umumnya lokasi pengukuran (pengambilan sampel) dilakukan pada daerah yang mempunyai konsentrasi parameter tinggi daerah padat penduduk daerah yang diasumsikan menerima paparan pencemar dan daerah yang digunakan untuk memproyeksikan dampak kegiatan pembangunan

c) Pengambilan sampel sedimen c)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Wadah Plastik atau wadah lainnya untuk sedimen tanah atau lumpur Plastik dan botol

steril untuk makanan Peralatan Grab Sampler untuk pengambilan sludge pada daerah yang sulit danatau

dalam c)3 Aspek yang dipertimbangkan

Potensi dan sumber pencemaran Topografi Jenis vegetasi Perkiraan terjadinya pencemaran

c)4 Penentuan titik sampel Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang

cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel meliputi daerah yang tanahnya diperkirakan akan kontak dengan masyarakat daerah yang mewakili pencemaran tertentu berdasarkan karakteristik kegiatan di wilayah tersebut (tanah pada pertanian perkebunan pertambangan dll) dan daerah yang tanahnya diperkirakan dapat mengkontaminasi media lingkungan lainnya

d) Pengambilan sampel makanan d)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan d)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah Plastik atau wadah atau botol untuk makanan Untuk sampel makanan yang akan diperiksa parameter bakteriologisnya maka digunakan wadah steril

Peralatan sendok sendok steril pisau steril dan peralatanbahan yang mendukung pengambilan secara aseptis (Contoh Pembakar bunsen dengan spiritus)

d)3 Aspek yang dipertimbangkan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 9: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 7

Gambar 5 Skema pajanan dan dosis (Kolluru 1996)

Materi Sub Bahasan Istilah Definisi dan Terminologi

Di dalam pelaksanaan ARKL dikenal banyak istilah dan terminologi yang perlu didefinisikan terlebih dahulu agar didapat kesamaan persepsi Mengacu pada International Program on Chemical Safety (IPCS 2004) Risk Assessment Terminology di bawah ini dijelaskan definisi dari setiap istilah yang umum digunakan dalam pelaksanaan ARKL Istilah dan Definisi Analisis Pengujian terperinci dari sesuatu yang kompleks (rumit)

dengan maksud untuk memahami sifat dasarnya dan untuk menentukan komponenciri-ciri dan sifat pentingnya

Analisis risiko Sebuah proses untuk mengendalikan situasi atau keadaan dimana organisme sistim atau subpopulasi mungkin terpajan bahaya Proses risk analysis meliputi 3 komponen yaitu risk assessment manajemen risiko dan komunikasi risiko

Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL)

Sebuah proses yang dimaksudkan untuk menghitung atau memprakirakan risiko pada kesehatan manusia termasuk juga identifikasi terhadap keberadaan faktor ketidakpastian penelusuran pada pajanan tertentu memperhitungkan karakteristik yang melekat pada agen yang menjadi perhatian dan karakteristik dari sasaran yang spesifik

Kulit

Uptake

Dosis internal Dosis masuk Dosis potensial

Pajanan

Organ

Dosis efektif

Dampak buruk Media Kimia

Jalur pajanan kontak kulit

Mulut hidung

Intake

Saluran cerna

Uptake

Dosis internal Dosis masuk Dosis potensial Pajanan

Organ

Dosis efektif

Dampak buruk Media Kimia

Jalur pajanan oral

Mulut hidung

Intake

Paru-paru

Uptake

Dosis internal Dosis masuk Dosis potensial Pajanan

Organ

Dosis efektif

Dampak buruk Media

Jalur pajanan inhalasi

Kimia

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 8

Analisis dosis respon (dose-response assessment)

Analisis hubungan antara jumlah total suatu agen yang diberikan diterima atau diserap oleh suatu organisme sistim atau subpopulasi dengan perubahan yang terjadi pada suatu organisme sistem atau subpopulasi

Analisis pajanan (exposure assessment)

Evaluasi pajanan agen dan turunannya pada organisme sistim atau subpopulasi Analisis pajanan merupakan langkah yang keempat dalam ARKL

Agen (agent) Zat materiatau makhluk dalam bentuk fisik kimiawiatau biologi yang kontak atau mengenai sasaran

Bahaya (hazard) Sifat yang melekat pada suatu agen atau situasi yang berpotensi untuk menyebab dampak buruk ketika organisme sistem atau sub populasi terpajan agen tersebut

Dampak buruk Perubahan pada morfologi fisiologi pertumbuhan perkembangan reproduksi rentang hidup dari suatu organisme sistem atau sub populasi yang akan mengakibatkan gangguan pada kapasitas fungsional ketidakmampuan dalam mengatasi stress (tekanan) atau peningkatan kerentanan (suskebtibilitas) terhadap pengaruh-pengaruh lain

Dosis Jumlah total suatu agen yang diberikan diterima atau diserap oleh suatu organisme sistim atau subpopulasi

Dosiskonsentrasi referensi (RfDRfC)

Dosiskonsentrasi dari pajanan harian agen risiko non karsinogenik yang diestimasi tidak menimbulkan efek yang mengganggu walaupun pajanannya terjadi sepanjang hayat (seumur hidup)

Dosis- respon Hubungan antara jumlah total suatu agen yang diberikan diterima atau diserap oleh suatu organisme sistim atau subpopulasi dan perubahan yang terjadi pada suatu organisme sistim atau subpopulasi tersebut

Efek (effect) Perubahan keadaan atau dinamika suatu organisme sistim atau subpopulasi

Ekses risiko kanker (excess cancer risk [ECR])

Besarnya risiko yang dinyatakan dalam bilangan pecahan kelipatan pangkat lsquo-10rsquo (eksponen) tanpa satuan yang merupakan perhitungan perbandingan antara intake dengan dosiskonsentrasi referensi dari suatu agen risiko karsinogenik serta dapat juga diinterpretasikan sebagai dapattidak dapat diterimanya suatu agen risiko terhadap organisme sistim atau subpopulasi dan kelimpahan kasus kankernya (jumlah tambahan kasus kanker) dalam satuan populasi tertentu

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 9

Identifikasi bahaya (hazard identification)

Identifikasi terhadap jenis dan sifat serta kemampuan yang melekat pada suatu agen risiko yang dapat menyebabkan dampak buruk organisme sistim atau subpopulasi Identifikasi bahaya merupakan langkah yang kedua dalam ARKL

Intake non karsinogenik (Ink)

Banyaknya suatu materi (bahan) atau agen risiko yang memiliki efek non kanker (tidak menyebabkan kanker) pada sebuah media lingkungan yang masuk ke dalam tubuh manusia setiap harinya yang dinyatakan dalam satuan mgkghari

Intake karsinogenik (Ik) Banyaknya suatu materi (bahan) atau agen risiko yang memiliki efek kanker (terbukti dapat menyebabkan kanker) pada sebuah media lingkungan yang masuk ke dalam tubuh manusia setiap harinya yang dinyatakan dalam satuang mgkghari

Karakterisasi risiko (risk characterization)

Perhitungan kualitatif jika memungkinkan secara kuantitatif meliputi probabilitas terjadinya potensi dampak buruk suatu agen pada organisme sistim atau subpopulasi beserta faktor ketidakpastiannya

Konsentrasi (concentration)

Banyaknya suatu materi (bahan) atau agen yang terlarut atau terkandung dalam satuan jumlah pada sebuah media

Lowest Observed Adverse Effect Level (LOAEL)

Dosis terendah yang secara statistik atau biologis (masih) memperlihatkan efek merugikan pada hewan uji atau pada manusia

No Observed Adverse Effect Level (NOAEL)

Dosis tertinggi suatu zat pada studi toksisitas kronik atau subkronik yang secara statistik atau biologis tidak memperlihatkan efek merugikan pada hewan uji atau pada manusia

Risiko (risk) Kemungkinan atau kebolehjadian dari suatu dampak buruk pada organisme sistem atau sub populasi timbul akibat (disebabkan) oleh terpajan suatu agen pada kondisi tertentu

Risiko aman atau risiko yang dapat diterima (Acceptable Risk)

Istilah dalam manajemen risiko yaitu dapat diterimanya risiko yang didasarkan pada data ilmiah faktor sosial ekonomi dan politik serta benefit dari pajanan suatu agen

Slope factor (SF) Dosis konsentrasi dari pajanan harian agen risiko karsinogenik yang diestimasi tidak menimbulkan efek yang mengganggu atau tidak menyebabkan terjadinya kanker walaupun pajanannya terjadi sepanjang hayat (seumur hidup)

Tingkat risiko (risk quotient [RQ])

Besarnya risiko yang dinyatakan dalam angka tanpa satuan yang merupakan perhitungan perbandingan antara intake dengan dosis konsentrasi referensi dari suatu agen risiko non karsinogenik serta dapat juga diinterpretasikan sebagai amantidak amannya suatu agen risiko terhadap organisme sistim atau subpopulasi

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 10

Materi Sub Bahasan Jenis dan Penggunaan ARKL

Ada dua jenis ARKL yang dapat digunakan yaitu kajian ARKL cepat atau kajian di atas meja (desktop studi) dan kajian lapangan (field study) tergantung sumber data yang digunakan ARKL diatas meja tidak menggunakan data lapangan tetapi menggunakan nilai-nilai default rekomendasi danatau asumsi sedangkan kajian lapangan dilakukan dengan pengukuran langsung kualitas lingkungan pajanan (frekuensi durasi) dan data antropometri (berat badan) Perbedaan antara kedua jenis ARKL tersebut dapat dilihat pada tabel 2

Tabel 2 Perbandingan antara ARKL desktop dan field

VARIABEL Desktop field Sumber data

yang digunakan

Data Sekunder dan asumsinilai default

Data primer (data yang dikumpulkan sendiri) dan asumsi jika Waktu

pelaksanaan Seketika saat dibutuhkan durasi lebih singkat

Perlu perencanaan dan pengorganisasian durasi lebih lama

Besarnya biaya yang dibutuhkan

Sangat sedikit atau tidak ada Biaya besar (biaya seperti melakukan suatu penelitian kajian lapangan)

ARKL sebagai suatu cara lsquotoolsrsquo atau pendekatan dapat diaplikasikan untuk berbagai keperluan Penggunaan ARKL pada berbagai kebutuhan dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini

Tabel 3 Penggunaan dari masing - masing model ARKL Jenis Kegiatan Kebutuhan lsquodesktoprsquo ARKL Kajian ARKL

Analisis suatu kasus kesehatan lingkungan (Emergency Responses)

-

Analisis suatu kasus kesehatan lingkungan (Reformation Responses)

-

Penyusunan AMDAL suatu kegiatan dan atau usaha Kajian ANDAL dan penyusunan RKL - RPL

-

Pengkajian penyusunan dan penetapan baku mutu -

Pengkajian penyusunan dan penetapan kebijakan kesehatan lingkungan yang baru

-

Materi Sub Bahasan Langkah ndash langkah ARKL Perumusan masalah yang dilakukan sebelum melakukan langkah ndash langkah ARKL dimaksudkan untuk dapat menjawab pertanyaan apa dimana berapa besar kapan siapa populasi berisiko dan bagaimana kepedulian masyarakat (populasi berisiko) Rumusan masalah ini akan digunakan sebagai latar belakang mengapa suatu agen risiko perlu dianalisis risiko dan akan dimasukkan ke dalam laporan Uraian apa yang harus dijawab untuk merumuskan masalah dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 11

Tabel 4 Uraian langkah perumusan masalah Pertanyaan Uraiaan - Apa yang menjadi masalah Media lingkungan yang terkena dampak jenis kegiatan yang

menjadisumber dampak jenis polutan apa yang potensial

- Dimana masalah itu terjadi Wilayah administrasi wilayah geografi batas sosial batas ekologis - Seberapa besar masalahnya Prevalensi penyakit terkait lingkungan konsentrasi agen risiko pada media lingkungan jumlah populasi yang potensial terkena

- Kapan masalah terjadi Hari bulan tahun dan durasi (lamanya) masalah berlangsung - Siapa populasi berisiko Kelompok masyarakat yang potensial terkena golongan

umur kelompok berdasarkan tempat tinggal pekerjaan dan komunitas tertentu (komunitas hobi komunitas adat dll)

- Bagaimana kepedulian masyarakat

Deskripsi aksi protes masyarakat opini pendapat masyarakat dan tokoh masyarakat pandangan pakar respon instansi yang berwenang menangani masalah tersebut (program rencana program kerja terkait penanganan masalah

Langkah 1 Identifikasi bahaya (hazard identification) Identifikasi bahaya merupakan langkah pertama dalam ARKL yang digunakan untuk mengetahui secara spesifik agen risiko apa yang berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan bila tubuh terpajan Sebagai pelengkap dalam identifikasi bahaya dapat ditambahkan gejala ndash gejala gangguan kesehatan apa yang terkait erat dengan agen risiko yang akan dianalisis Tahapan ini harus menjawab pertanyaan agen risiko spesifik apa yang berbahaya di media lingkungan yang mana agen risiko eksisting seberapa besar kandungankonsentrasi agen risiko di media lingkungan gejala kesehatan apa yang potensial Uraian apa yang harus dijawab dalam identifikasi bahaya dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini

Tabel 5 Uraian langkah identifikasi bahaya Pertanyaan Uraian Agen risiko spesifik apa yang berbahaya

Agen risiko bahan kimia jelaskan spesi atau senyawa kimia apa yang berbahaya secara jelas Contoh Merkuri (Hg) jelaskan apakah agen risiko berupa elemental mercury anorganic mercury atau organic mercury (methyl mercury) Agen risiko biologi jelaskan spesiesnya

Di media lingkungan yang mana agen risiko eksisting

Jelaskan media lingkungan dimana agen risiko eksisting apakah di udara ambien air tanah sludge biota hewan dll Contoh jika merkuri sebagai agen risiko maka media lingkungan yang terkontaminasi antara lain air bersih sludge (jika pada pertambangan emas rakyat) ataupun di hewan (ikan yang dikonsumsi)

Seberapa besar kandungankonsentrasi agen risiko di media lingkungan

Jelaskan konsentrasi hasil pengukurannya di media lingkungan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 12

Pertanyaan Uraian Gejala kesehatan apa yang potensial

Uraikan gejala kesehatan gangguan kesehatan apa yang dapat terkait dengan agen risiko Contoh jika merkuri sebagai agen risiko maka gejalagangguan kesehatan yang mungkin timbul antara lain tremor gemetaran pada saat berdiri pusing pada saat berdiri rasa nyeri pada tangan dan kaki dan gangguan pada susunan saraf pusat

Untuk membantu dalam melakukan identifikasi bahaya dapat digunakan contoh formulir sebagaimana pada tabel 6 di bawah ini

Tabel 6 Contoh formulir bantu identifikasi bahaya Sumber

dan penggunaan

Media lingkungan potensial

Agen Risiko

Konsentrasi

Minimal Rata - rata Maksimal Pertambangan mineral (emas tembaga perak dll)

Air permukaan (sungai danau)

Merkuri Anorganik Total Merkuri

- Merkuri Anorganik mgl - Total Merkuri mgl

- Merkuri Anorganik mgl - Total Merkuri mgl

- Merkuri Anorganik mgl - Total Merkuri mgl Lumpur (tailing) Metil Merkuri

Merkuri Anorganik Total Merkuri

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Tanaman (buah sayur umbi)

Metil Merkuri Merkuri Anorganik Total Merkuri

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah (sumur) Merkuri Anorganik Total Merkuri

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Udara Total Merkuri Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Biota air (ikan kerang dsb)

Metil Merkuri Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Pertambangan fosil (batu bara minyak bumi)

middot Udara SO2 Benzene Golongan Metan

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 13

Sumber dan

penggunaan

Media lingkungan potensial

Agen Risiko

Konsentrasi

Minimal Rata - rata Maksimal Pengolahan aki bekas

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Industri elektronika

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan (dari limbah cair)

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah (dari limbah cair)

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Bengkel patri las galvanisasi logam

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Transportasi middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Tanaman Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Kegiatan lainnya Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Penggunaan formulir ini dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan dalam pengisiannya merujuk pada literatur yang tersedia Langkah 2 Analisis dosis - respon (dose-response assessment) Setelah melakukan identifikasi bahaya (agen risiko konsentrasi dan media lingkungan ) maka tahap selanjutnya adalah melakukan analisis dosis- respons yaitu mencari nilai RfD danatau RfC danatau SF dari agen risiko yang menjadi fokus ARKL serta memahami efek apa saja yang mungkin ditimbulkan oleh agen risiko tersebut pada tubuh manusia Analisis dosis ndash respon ini tidak harus

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 14

dengan melakukan penelitian percobaan sendiri namun cukup dengan merujuk pada literature yang tersedia Langkah analisis dosis respon ini dimaksudkan untuk

a mengetahui jalur pajanan (pathways) dari suatu agen risiko masuk ke dalam tubuh manusia

b memahami perubahan gejala atau efek kesehatan yang terjadi akibat peningkatan konsentrasi atau dosis agen risiko yang masuk ke dalam tubuh

c mengetahui dosis referensi (RfD) atau konsentrasi referensi (RfC) atau slope factor (SF) dari agen risiko tersebut

Di dalam laporan kajian ARKL ataupun dokumen yang menggunakan ARKL sebagai cara metode kajian analisis dosis ndash respon perlu dibahas dan dicantumkan Analisis dosis ndash respon dipelajari dari berbagai toxicological reviews jurnal ilmiah atau artikel terkait lainnya yang merupakan hasil dari penelitian eksperimental Untuk memudahkan analisis dosis ndash respon dapat dipelajari pada situs wwwepagoviris Dosis Referensi (RfD) Konsentrasi Referensi (RfC) dan Slope Factor (SF) Uraian tentang dosis referensi (RfD) konsentrasi referensi (RfC) dan slope factor (SF) adalah sebagai berikut

a Dosis referensi dan konsentrasi yang selanjutnya disebut RfD dan RfC adalah nilai yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman pada efek non karsinogenik suatu agen risiko sedangkan SF (slope factor) adalah referensi untuk nilai yang aman pada efek karsinogenik

b Nilai RfD RfC dan SF merupakan hasil penelitian (experimental study) dari berbagai sumber baik yang dilakukan langsung pada obyek manusia maupun merupakan ekstrapolasi dari hewan percobaan ke manusia

c Untuk mengetahui RfC RfD dan SF suatu agen risiko dapat dilihat pada Integrated Risk Information System (IRIS) yang bisa diakses di situs wwwepagoviris

d Jika tidak ada RfD RfC dan SF maka nilai dapat diturunkan dari dosis eksperimental yang lain seperti NOAEL (No Observed Adverse Effect Level) LOAEL (Lowest Observed Adverse Effect Level) MRL (Minimum Risk Level) baku mutu udara ambien pada NAAQS (National Ambient Air Quality Standard) dengan catatan dosis eksperimental tersebut mencantumkan faktor antropometri yang jelas (Wb tE fE dan Dt)

Satuan dosis referensi (RfD) dinyatakan sebagai milligram (mg) zat per kilogram (Kg) berat badan per hari disingkat mgkghari Dalam literatur terkadang ditulis mgkgxhari mgkghari dan mgkg-hari Satuan konsentrasi referensi (RfC) dinyatakan sebagai milligram (mg) zat per meter kubik (M3) udara disingkat mgM3 Konsentrasi referensi ini dinormalisasikan menjadi satuan mgkghari dengan ara memasukkan laju inhalasi dan berat badan yang bersangkutan Untuk memudahkan dalam analisis dosis ndash respon pada tabel 7 dan 8 disajikan contoh RfD RfC dan SF

Tabel 7 Contoh RfD dan SF beberapa agen risiko atau spesi kimia jalur ingesti No Agent Dosis Respon

(RfD SF) Efek Kristis dan Referensi

1 As (Arsen) 3E-4 mgkgday 15E+0 (mgkgday)minus1

Hiperpigmentasi keratosis dan kemungkinan komplikasi vaskular pajanan oral (Tseng 1977 Tseng et al 1968)

2 Ba (Barium) 2E-1 mgkgday Nefropati dalam 2 tahun pemberian air minum kepada mencit (NTP 1994)

3 B (Boron) 2E-1 mgkgday Penurunan berat janin pada pajanan asam borat gestasi

4 Cd (Kadmium) 5E-4 mgkgday Proteinuria pajanan kronik manusia (USEPA

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 15

No Agent Dosis Respon (RfD SF)

Efek Kristis dan Referensi

5 Cl2 (Klorin) bebas 1E-1 mgkgday Pajanan kronik air minum tikus (NTP 1992) 6 Cr6+ (Kromium

Heksavalen) 3E-3 mgkgday Uji hayati air minum 1 tahun dengan tikus

(McKenzie et al 1958) dan pajanan air minum penduduk Jinzhou (Zhang and Li 1987)

7 CN- (Sianida) 2E-2 mgkgday Kehilangan berat efek tiroid dan degradasi myelin dalam uji hayati subkronik sampai kronik oral pada tikus (Philbrick et al 1979)

8 F- (Fluorida) 6E-2 mgkgday Flourisis gigi dan efek kosmetik dalam studi epidemio logi (Hodge 1950 cited in Underwood 1977)

9 Mn (Mangan) 1 4E- 1 mgkgday Hipokolesterolemia epilepsi kekurangan pankreas eksokrin sklerosis berganda katarak osteoporosis fenilketonuria amp penyakit kencing maple syrup (inborn) panotda ingesi kronik manusia (NRC 1989 Freeland- Graves et al 1987 WHO 1973)

10 Hg ndash MeHg (Merkuri - metal merkuri)

1E-4 mgkgday Kelainan neuropsikologis perkembangan dalam studi epidemilogi (Grandjean et al 1997 Budz-Jergensen et al 1999)

11 NO2- (Nitrit) 1E-1 mgkgday Methemoglobinemia pada bayi yang terpajan kronik air minum (Walton 1951)

12 Se (Selenium) 5E-3 mgkgday Selenosis dari studi epidemiologi (Yang et al 1989)

13 Zn (Seng) 3E-1 mgkgday Penurunan Cu eriytrosit dan aktifitas Zn superoksida dismutase pada relawan pria dan wanita (Yadrick et al 1989)

14 CHBr3 2E-2 mgkgday 79E-3 (mgkgday)minus1

Lesi hepatik uji hayati subkronik gavage oral pada tikus

15 CHCl3 1E-2 mgkgday Pembentukan greasety cyst sedangnyata pada hati dan peningkatan SGPT dalam uji hayati kronik pada anjing (Heywood et al 1979)

16 CHBr2Cl 2E-2 mgkgday 84E-2 (mgkgday)minus1

Lesi hepatik uji hayati subkronik gavage oral pada tikus (NTP 1989)

Disadur dari Rahman 2007

Tabel 8 Contoh RfC beberapa agen risiko atau spesi kimia jalur inhalasi No Agent Dosis Respon Efek Kristis dan Referensi RfC 1 NH3 286E-2 Kenaikan keparahan rinitis dan pneumonia

dengan lesi pernafasan pada uji hayati tikus subkronik (Broderson et al 1976)

2 H2S 57 1E-4 Lesi nasal lendir olfaktori pada uji hayati tikus subkronik (Brenneman et al 2000)

3 Pb 493E-4 Perubahan tingkat enzim dan perkembangan neurobehavioral anak-anak (IRIS 2006)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 16

1E-4 mgkg-day

(00001

mgkg-day)

No Agent Dosis Respon Efek Kristis dan Referensi 4 NO2 2E-2 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) 5 SO2 26E-2 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) 6 TSP 242 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) Disadur dari Rahman 2007 Mengingat pemutakhiran (update) RfD RfC dan SF berlangsung sangat cepat RfD RfC dan SF yang tercantum pada tabel di atas tidak bisa selamanya dijadikan acuan RfD RfC dan SF dari agen risiko yang lain serta update dari RfD RfC dan SF pada tabel di atas dapat dilihat dengan mengakses wwwepagoviris Tahapan dalam mengakses situs tersebut dapat dilihat pada lampiran 5 Tampilan evaluasi dosis - respon yang terdapat pada toxicological review pada situs tersebut dapat dilihat pada contoh berikut Contoh evaluasi dosis ndash respon (1) Methylmercury (MeHg) CASRN 22967-92-6 IA1 Oral RfD Summary Critical Effect Experimental Doses UF MF RfD

Developmental neuropsychological impairment Human epidemiological studies (Grandjean et al 1997 Budtz-Joslashrgensen et al 1999a)

Benchmark Dose BMDL05 range of 46-79 ppb in maternal blood for different neuropsychological effects in the offspring at 7 years of age corresponding to a range of maternal daily intakes of 0857-1472 microgkg-day

10 1

Conversion Factors and Assumptions mdashMaternal daily dietary intake levels were used as the dose surrogate for the observed developmental effects in the children exposed in utero The daily dietary intake levels were calculated from blood concentrations measured in the mothers with supporting additional values based on their hair concentrations This conversion is explained in the text below A benchmark dose approach (BMD) was used rather than a no-observed-adverse-effect levellowest-observed-adverse-effect level (NOAELLOAEL) approach to analyze the neurological effects in children as the response variable This analysis is also explained in the text below This assessment updates the 1995 RfD assessment on IRIS and is the same as the RfD that was based on the study of a poisoning episode in Iraq in which developmental neurotoxicity was observed following ingestion of methylmercury-treated grain (Marsh et al1987)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 17

mdash 15E+0 per (mgkg)day

Contoh evaluasi dosis - respon (2) Arsenic inorganic (CASRN 7440-38-2) IIB Quantitative Estimate of Carcinogenic Risk from Oral Exposure IIB1 Summary of Risk Estimates Oral Slope Factor Drinking Water Unit Risk mdash 5E-5 per (ugL) Extrapolation Method mdash Time- and dose-related formulation of the multistage model (US EPA 1988) Drinking Water Concentrations at Specified Risk Levels

Risk Level Concentration E-4 (1 in 10000) 2E+0 ugL E-5 (1 in 100000) 2E-1 ugL E-6 (1 in 1000000) 2E-2 ugL

Langkah 3 Analisis pajanan (exposure assessment) Setelah melakukan langkah 1 dan 2 selanjutnya dilakukan Analisis pemajanan yaitu dengan mengukur atau menghitung intake asupan dari agen risiko Untuk menghitung intake digunakan persamaan atau rumus yang berbeda Data yang digunakan untuk melakukan perhitungan dapat berupa data primer (hasil pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan sendiri) atau data sekunder (pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan oleh pihak lain yang dipercaya seperti BLH Dinas Kesehatan LSM dll) dan asumsi yang didasarkan pertimbangan yang logis atau menggunakan nilai default yang tersedia Rumus perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut Perhitungan intake non karsinogenik (INK) 1 Intake pada jalur pemajanan inhalasi (terhirup)

ܫ = ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphelliphelliphellipRumus 1

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ink (Intake)

Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada media udara (udara ambien)

mgm3 Tidak ada nilai default

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 18

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default R (Rate) Laju inhalasi atau

banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya

m3jam Dewasa 083 m3jam Anak ndash anak (6 ndash 12 tahun) 05 m3jam

tE (time of exposure) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap harinya

Jamhari - Pajanan pada pemukiman 24 jamhari - Pajanan pada lingkungan kerja 8 jamhari - Pajanan pada sekolah dasar 6 jamhari

fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasikelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(nk) (time average) Periode waktu rata ndash rata

Hari 30 tahun x 365 haritahun = 10950 hari

2 Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphelliphelliphellipRumus 2

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ink (Intake) Jumlah konsentrasi agen

risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari

Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada air bersihminum atau pada makanan

- mgl (air) mgkg (makanan)

Tidak ada nilai default

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 19

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default R (Rate) Laju konsumsi atau

banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya

- Liter hari (air) - Gram hari (makanan)

Air Minum - Dewasa (pemukiman) 2 literhari - Anak ndash anak (pemukiman) 1 literhari - Dewasa (lingkungan kerja) 1 literhari Makanan - Buah ndash buahan 42 gramhari - Sayuran 80 gramhari fE (frecuency of

exposure) Lamanya atau jumlah hari

terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(nk) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogen

Hari 30 tahun x 365 haritahun = 10950 hari

Perhitungan intake karsinogenik (IK) 1 Intake pada jalur pemajanan inhalasi (terhirup)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphellipRumus 3

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ik (Intake) Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada media udara (udara ambien)

mgm3 Tidak ada nilai default

R (Rate) Laju inhalasi atau banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya

m3jam Dewasa 083 m3jam Anak ndash anak (6 ndash 12 tahun) 05 m3jam

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 20

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default tE (time of exposure) Lamanya atau jumlah jam

terjadinya pajanan setiap harinya

Jamhari - Pajanan pada pemukiman 24 jamhari - Pajanan pada lingkungan kerja 8 jamhari - Pajanan pada sekolah dasar 6 jamhari

fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

2 Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ಲೇಸ

helliphelliphellipRumus 4

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ik (Intake) Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada air bersih minum atau pada makanan

- mgl (air) - mgkg (makanan)

Tidak ada nilai default

R (Rate) Laju konsumsi atau banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya

- literhari (air) - gramhari (makanan)

Air Minum - Dewasa (pemukiman) 2 literhari - Anak ndash anak (pemukiman) 1 literhari - Dewasa (lingkungan kerja) 1 literhari Makanan - Buah ndash buahan 42 gramhari - Sayuran 80 gramhari - Ikan tangkapan 54 gramhari

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 21

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok Populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

Analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL Hal ndash hal yang perlu diketahui dan dicermati dalam melakukan analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL adalah sebagai berikut Pada lsquodesktoprsquo ARKL tidak perlu dilakukan pengumpulan data Data yang menjadi dasar perhitungan intake menggunakan data sekunder dan asumsi Terkait dengan variabel konsentrasi pelu diperhatikan hal sebagai berikut Data sekunder umumnya dibutuhkan untuk mengetahui konsentrasi agen risiko pada media

lingkungan yang mana merupakan hasil pengukuran yang pernah dilakukan oleh pihak lain pada media lingkungan wilayah dan waktu yang sama

Ada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL dalam rangkaian studi AMDAL (kajian ANDAL dan RKL - RPL untuk aspek kesehatan masyarakat) suatu kegiatan sumber data konsentrasi dapat merupakan proyeksi perubahan rona lingkungan yang telah dikaji pada aspek yang lain mis proyeksi konsentrasi agen risiko di udara ambien pada tahap operasional kegiatan atau proyeksi konsentrasi agen risiko di air bersih pada tahap operasional kegiatan

Terkait dengan variabel perhitungan yang lain (R tE fE Dt Wb dan tAVG) asumsi didasarkan pada logika yang rasional atau nilai default yang sudah tersedia Adapun nilai default untuk berbagai variabel pada lsquodesktoprsquo ARKL dapat dilihat pada tabel 9 berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 22

Tabel 9 Nilai default dari faktor pajanan (Rahman 2007) Tataguna lahan

Jalur pajanan Asupan harian Frekuensi pajanan (haritahun)

Durasi pajanan (tahun)

Berat badan (kg)

Residensial Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

12 m3 (anak) raquo 05 350 6 15 Industri amp komersial

Air minum 1 L 250 25 70 55 b

Pertanian Tanaman perkarangan

42 g (buah - buahan)

350 30 70 55 b

80 g (sayur - mayur)

350 30 70 55 b

Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

Rekreasi Ikan tangkapan 54 g 350 30 70 55 b Disadur dari Rahman 2007 seluruhnya berasal dari Exposure Factor Handbook (EPA 1990) kecuali bNukman et al (2005) 324 Langkah 4 Karakterisasi risiko (risk characterization) Langkah ARKL yang terakhir adalah karakterisasi risiko yang dilakukan untuk menetapkan tingkat risiko atau dengan kata lain menentukan apakah agen risiko pada konsentrasi tertentu yang dianalisis pada ARKL berisiko menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat (dengan karakteristik seperti berat badan laju inhalasikonsumsi waktu frekuensi durasi pajanan yang tertentu) atau tidak Karakteristik risiko dilakukan dengan membandingkan membagi intake dengan dosis konsentrasi agen risiko tersebut Variabel yang digunakan untuk menghitung tingkat risiko adalah intake (yang didapatkan dari analisis pemajanan) dan dosis referensi (RfD) konsentrasi referensi (RfC) yang didapat dari literatur yang ada (dapat diakses di situs wwwepagoviris) 1 Karakterisasi risiko pada efek non karsinogenik Perhitungan tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko untuk efek non karsinogenik dinyatakan dalam notasi Risk Quotien (RQ) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek non karsinogenik dilakukan perhitungan dengan membandingkan membagi intake dengan RfC atau RfD Rumus untuk menentukan RQ adalah sebagai berikut ூ

ோ helliphelliphelliphellipRumus 5

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur inhalasi (terhirup) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 1 RfC (reference concentration) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan inhalasi

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 23

ூோ

helliphelliphelliphelliphellipRumus 6

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur ingesti (tertelan) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 2 RfD (reference dose) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan ingesti

Didapat Interpretasi tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko yang diperoleh pada ARKL merupakan konsumsi pakar ataupun praktisi sehingga perlu disederhanakan atau dipilihkan bahasa yang lebih sederhana agar dapat diterima oleh khalayak atau publik Tingkat risiko dinyatakan dalam angka atau bilangan desimal tanpa satuan Tingkat risiko dikatakan AMAN bilamana intake le RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ le 1 Tingkat risiko dikatakan TIDAK AMAN bilamana intake gt RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ gt 1 Narasi yang digunakan dalam penyederhanaan interpretasi risiko agar dapat diterima oleh khalayak atau publik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll Contoh Tingkat risiko RQ untuk pajanan Pb (inhalasi) sebesar 000008 microgm3 pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan rata - rata 55 kg dan telah terpajan 350 haritahun selama 20 tahun diketahui sebesar 0098 maka Interpretasi risiko Pajanan Pb sebesar 000008 microgm3 secara inhalasi pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan 55 Kg masih aman untuk frekuensi pajanan 350 haritahun hingga 20 tahun mendatang Perhitungan tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko untuk efek karsinogenik dinyatakan dalam notasi Excess Cancer Risk (ECR) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek karsinogenik dilakukan perhitungan dengan mengkali intake dengan SF Rumus untuk menentukan ECR adalah sebagai berikut

ܥܧ = Rumus 7helliphelliphelliphellip ܨ ݔ ܫKeterangan Digunakan untuk menghitung tingkat risiko pada agen risiko dengan efek karsinogenik I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 3 atau rumus SF (slope factor) Nilai referensi agen risiko dengan efek karsinogenik

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 24

Interpretasi tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko dinyatakan dalam bilangan exponen tanpa satuan (cth 13E-4) Tingkat risiko dikatakan acceptable atau aman bilamana ECR le E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR le 110000 Tingkat risiko dikatakan unacceptable atau tidak aman bilamana ECR gt E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR gt 110000 Contoh ECR = 13E-5 (13 x 10-5) dapat diinterpretasikan sebagai berikut ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Narasi yang digunakan dalam risiko karsinogenik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoacceptablersquo atau lsquounacceptablersquo (lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo) - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll - Risiko kanker [ mis ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Contoh Tingkat risiko ECR untuk pajanan benzene (inhalasi) sebesar 03 microgm3 pada pekerja depo penampungan BBM di Jakarta dengan berat badan rata - rata 60 kg dan telah terpajan 250 haritahun selama 10 tahun diketahui sebesar 456E-4

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 1

MODUL II MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Manajemen Risiko Kesehatan Lingkungan

Manajemen risiko adalah proses mengidentifikasi evaluasi penyeleksian dan melakukan

upaya untuk mengurangi risiko terhadap ekosistem dan kesehatan manusia (Omenn GS et al 1997) Setelah melakukan keempat langkah ARKL di atas maka telah dapt diketahui apakah suatu agen risiko amandapat diterima atau tidak Manajemen risiko bukan termasuk langkah ARKL melainkan tindak lanjut yang harus dilakukan bilamana hasil karakterisasi risiko menunjukkan tingkat risiko yang tidak aman ataupun unacceptable Dalam melakukan manajemen risiko perlu dibedakan antara strategi manajemen risiko dengan cara manajemen risiko Strategi manajemen risiko meliputi penentuan batas aman yaitu

1 Konsentrasi agen risiko (C) danatau 2 Jumlah konsumsi (R) danatau 3 Waktu pajanan (tE) danatau

4 Frekuensi pajanan (fE) danatau

5 Durasi pajanan (Dt)

Setelah batas aman ditentukan selanjutnya perlu dilakukan penapisan alternatif terhadap batas aman yang mana yang akan dijadikan sebagai target atau sasaran pencapaian dalam pengelolaan risiko Batas aman yang dipilih adalah batas aman yang lebih rasional dan realistis untuk dicapai

Adapun cara manajemen risiko adalah cara atau metode yang akan digunakan untuk

mencapai batas aman tersebut Cara manajemen risiko meliputi beberapa pendekatan yaitu pendekatan teknologi pendekatan sosial - ekonomis dan pendekatan institusional penjelasan lebih lanjut langkah ndash langkah dalam manajemen risiko akan dijelaskan pada sub bahasan selanjutnya

Materi Sub Bahasan Strategi manajemen risiko

1 Penentuan batas aman Batas aman disini adalah batas atau nilai terendah yang menyebabkan tingkat risiko

menjadi tidak aman (tidak dapat diterima) Oleh karenannya nilai yang aman adalah nilai di bawah batas amannya sedangkan nilai yang sama dengan batas aman tersebut akan menyebabkan tingkat risiko menjadi tidak aman Sebagai contoh jika hasil

perhitungan menunjukkan konsentrasi aman adalah 4499 microgm3 maka nilai konsentrasi

yang benar ndash benar aman adalah di bawah 4499 microgm3 (lt4499 microgm3) 4498 microgm3

a) Penentuan konsentrasi aman (C) Dalam penentuan konsentrasi aman semua variabel dan nilai yang digunakan

sama dengan variabel dan nilai pada perhitungan intake Akan tetapi nilai intake yang digunakan adalah RfD atau RfC agen risikonya

Sedangkan konsentrasi aman pada intake karsinogenik perhitungan didasarkan

pada nilai acceptable sebesar 10-4 dibagi nilai SF nya Selain itu variabel tavg disesuaikan dengan perhitungan karsinogenik yaitu (70 haritahun x 365 hari) Untuk menghitung konsentrasi aman digunakan rumus sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 2

Konsentrasi aman non karsinogenik Konsentrasi aman non karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 8

Konsentrasi aman non karsinogenik (ingestii)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ಶ ௫

Rumus 9

Konsentrasi aman karsinogenik Konsentrasi aman karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 10

Konsentrasi aman karsinogenik (ingesti)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 11

Keterangan

Notasi Arti Notasi C(aman) (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada udara ambien atau pada

air bersihminum atau pada makanan yang aman

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 3

Notasi Arti Notasi R (Rate) Laju asupan

Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

Volume air minum yang masuk tubuh (liter) setiap harinya

Volume makanan yang masuk tubuh (gram) setiap harinya

tE atau time of exposure (rumus 8)

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode

b) Penentuan jumlah konsumsi aman (R)

Laju asupan yang dapat dikelola hanyalah pada pada pajanan melalui makanan dan air minum (ingesti) karena masih banyak substitusi untuk setiap jenis makanan ataupun air minum Untuk pajanan melalui udara (inhalasi) pembatasan laju inhalasi hampir tidak mungkin dilakukan Untuk menghitung jumlah konsumsi aman digunakan rumus sebagai berikut Laju konsumsi aman non karsinogenik (ingesti)

() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ಶ ௫

Rumus 12

Laju konsumsi aman karsinogenik (ingesti)

() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ಶ ௫

Rumus 13

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 4

Keterangan Notasi Arti Notasi

R(aman) Laju konsumsi atau banyaknya volume makanan (gram) atau volume air (liter) yang masuk tubuh setiap harinya yang aman

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

c) Penentuan waktu pajanan aman (tE) Waktu pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan

kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan waktu pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah jam terpapar setiap harinya oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung waktu pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Waktu pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 14

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 5

Waktu pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 15

Keterangan

Notasi Arti Notasi t(aman) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap

harinya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

d) Penentuan frekuensi pajanan aman (fE)

Frekuensi pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan frekuensi pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah hari terpapar dalam satu tahun oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung frekuensi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Frekuensi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 16

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 6

Frekuensi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 17

Keterangan

Notasi Arti Notasi fE(aman) (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan

setiap tahunnya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

e) Penentuan durasi pajanan aman (Dt) Durasi pajanan aman dikelola pada pemajanan inhalasi pada lingkungan

yang permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan durasi pajanan dilakukan dengan membatasi lamanya tinggal (tahun) masyarakat pada suatu pemukiman dengan cara melakukan lsquorelokasirsquo pemukiman pada saat telah melewati batas durasi amannya Penerapan strategi durasi pajanan aman untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) kurang tepat karena pada pemajanan ingesti manajemen risiko cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung durasi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Durasi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 18

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 7

Durasi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 19

Keterangan

Notasi Arti Notasi Dt (aman) (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan yang

aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

tE atau time of exposure

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

2 Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko Penapisan alternatif manajemen risiko harus didasarkan pada pertimbangan logis

dan turut mempertimbangkan berbagai faktor termasuk cara pengelolaan risikonya Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini

Tabel 10 Alternatif manajemen risiko dan penggunaannya Alternatif Pengelolaan

Risiko Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Penurunan konsentrasi hingga ke batas aman (konsentrasi aman)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 8

Alternatif Pengelolaan Risiko

Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Pengurangan konsumsi hingga ke batas aman (jumlah konsumsi aman)

Pembatasan waktu pajanan hingga ke batas aman (waktui pajanan aman)

Pembatasan frekuensi pajanan hingga ke batas aman (frekuensi pajanan aman)

Pembatasan durasi pajanan hingga ke batas aman (durasi pajanan aman)

Materi Sub Bahasan Cara manajemen risiko

Manajemen risiko selain membutuhkan strategi yang tepat juga harus dilakukan dengan

cara atau metode yang tepat Dalam aplikasinya cara manajemen risiko dapat dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu 1) Pendekatan teknologi

Manajemen risiko menggunakan teknologi yang tersedia meliputi penggunaan alat bahan dan metode serta teknik tertentu Contoh manajemen risiko dengan pendekatan teknologi antara lain penerapan penggunaan IPAL pengolahan penyaringan air modifikasi cerobong asap penanaman tanaman penyerap polutan dll

2) Pendekatan sosial - ekonomis

Manajemen risiko menggunakan pendekatan sosial - ekonomis meliputi pelibat-sertaan pihak lain efisiensi proses substitusi dan penerapan sistem kompensasi Contoh manajemen risiko dengan pendekatan sosial ndash ekonomis antara lain 3R (reduce reuse dan recycle) limbah pemberdayaan masyarakat yang berisiko pemberian kompensasi pada masyarakat yang terkena dampak permohonan bantuan pemerintah akibat keterbatasan pemrakarsa (pihak yang bertanggung jawab mengelola risiko) dll

3) Pendekatan institusional

Manajemen risiko dengan menempuh jalur dan mekanisme kelembagaan dengan cara melakukan kerjasama dengan pihak lain Contoh manajemen risiko dengan pendekatan institusional antara lain kerjasama dalam pengolahan limbah B3 mendukung pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah menyampaikan laporan kepada instansi yang berwenang dll

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 1

MODUL III SURVEILANS FAKTOR RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans oleh World Health Organization (WHO) didefinisikan sebagai kegiatan

berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data kesehatan masyarakat yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat Surveilans yang dilakukan diharapkan dapat Menjadi sistem kewaspadaan dini terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat di masa yang

akan datang Mendokumentasikan dampak dari suatu intervensi atau jejak dari kemajuan program dalam

mencapai tujuan tertentu dan Memonitor dan mengklarifikasi masalah kesehatan secara epidemiologi guna menetapkan

priritas dan menginformasikan kebijakan dan strategi kesehatan ke publik

Faktor risiko dalam dunia kesehatan dan epidemiologi biasa didefinisikan sebagai faktor-faktor atau kondisi yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit Faktor risiko tersebut umumnya dapat dikatagorikan menjadi beberapa jenis yaitu faktor risiko genetis faktor risiko perilaku dan faktor risiko lingkungan

Dari kedua definisi di atas maka surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah kegiatan berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor-faktor atau kondisi lingkungan yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan lingkungan Untuk itu ada beberapa hal yang menjadi kata kunci dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yaitu sistematis dan berkesinambungan pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor lingkungan yang dapat menyebabkan sakit dan upaya kesehatan lingkungan

Materi Sub Bahasan Konsep dan Penerapan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Penyakit dan masalah kesehatan masyarakat erat terhubung dengan faktor atau kondisi

lingkungan Oleh karenanya secara naluriah setiap manusia menginginkan lingkungan yang sehat dan nyaman sebagai tempat tinggalnya yang juga kondusif terhadap kondisi kesehatannya Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang salah satunya ditempuh melalui kegiatan penyehatan lingkungan (kesehatan lingkungan) Dalam rangka mewujudkan kondisi lingkungan sesuai dengan yang diharapkan upaya yang dilakukan haruslah tepat guna tepat sasaran sistematis dan terencana dengan baik serta berbasis bukti (evidence based) Sehingga perumusan upaya kesehatan lingkungan yang akan diterapkan harus didukung dengan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yang baik

Filosofi dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah melakukan pengamatan dan pengawasan terus-menerus terhadap kondisi lingkungan yang diperkirakan dapat menyebabkan penyakit pada manusia Hasil dari kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah berupa informasi mengenai apakah faktor atau kondisi lingkungan tertentu yang diamati berisiko menimbulkan kesakitan dan rekomendasi upaya tidak lanjut yang dibutuhkan untuk mengendalikannya Konsep dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dipahami dari gambar 6

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 2

(sumber Mullan N et al 2008)

Gambar 6 Konsep Surveilans Awal dan Lanjutan dalam Kesehatan Lingkungan

Konsep di atas diadaptasi dari versi model surveilans kesehatan yang diterapkan di Kanada

Dalam prakteknya surveilans kesehatan lingkungan dilakukan dalam dua tahapan dimana pengumpulan data hingga desiminasi diklasifikasikan sebagai surveilans awal dan sintesa pengetahuan dan proses perumusan kebijakan yang merupakan input dari stakeholder dan peneliti sebagai surveilans lanjutan Surveilans awal dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data rutin (menggunakan form yang telah dibakukan pada masing-masing Negara) sedangkan analisis dan interpretasi dari basis data yang umumnya digunakan untuk tujuan monitoring ataupun pembuatan regulasi Selanjutnya surveilans lanjutan dirumuskan dari hasil surveilans awal dikombinasikan dengan masukan dari para peneliti dan stakeholder yang concern (peduli) terhadap masalah kesehatan lingkungan guna memberikan pemahaman pengertian yang baik terhadap isu yang berkembang serta dapat dirumuskan keputusan upaya tindak lanjut yang tepat untuk merespon isu tersebut

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bukan merupakan hal yang baru Konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan telah dilaksanakan sejak lama oleh sektor kesehatan mulai dari unit yang paling bawah seperti puskesmas hingga tingkat kementerian Namun sedikit perbedaan dalam istilah dan nama yang digunakan membuat konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan terkesan suatu terobosan baru Di unit puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten kota pelaksanaan kegiatan ini identik dengan kegiatan inspeksi sanitasi Inspeksi sanitasi yang dilakukan di puskesmas maupun dinas kesehatan dilakukan pada obyek kesehatan lingkungan secara periodik (time series) dengan fokus pada faktor risiko kesehatan lingkungan pada obyek tersebut Sebagai contoh inspeksi sanitasi depot air minum dilakukan oleh puskesmas atau dinas kesehatan kabupaten kota secara rutin (minimal setahun sekali) dengan melakukan observasi kesehatan lingkungan wawancara terkait perilaku dalam penanganan depot air minum dan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 3

pemeriksaan laboratorium kualitas air baku (air bersih) dan air olahan (air minum) Data hasil inspeksi sanitasi pada satu lokasi depot air minum yang sama dalam beberapa periode inspeksi merupakan basis data (database) yang dapat diinterpretasi dianalisis baik secara tunggal (hanya data satu depot tersebut) ataupun bersamaan dengan data inspeksi depot air minum yang lain dan didesiminasikan Selanjutnya hasil desiminasi tersebut dapat ditindaklanjuti dengan melakukan upaya diantaranya pembinaan pelatihan dan lain sebagainya

Materi Sub Bahasan Desain dan Metodologi Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan merupakan suatu studi yang dapat dilakukan dengan desain cross sectional kasus kontrol ataupun kohort Sebagai suatu studi yang masuk ke dalam ranah epidemiologi kesehatan lingkungan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan selain melihat kecenderungan data juga digunakan untuk melihat adanya hubungan antara pajanan lingkungan dan dampak kesehatan (penyakit) Oleh karenanya dalam surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan diperlukan data-data sebagai berikut

1 Data geografis wilayah dilakukan dengan menggunakan GPS untuk penentuan koordinat lokasi dilakukan pengambilan sampel pengumpulan data

2 Data faktor risiko lingkungan meliputi data kualitas lingkungan (pengambilan dan pemeriksaan sampel) data kondisi lingkungan sanitasi yang dikumpulkan melalui observasi (pengisian cek lis) dan wawancara Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dbutuhkan data kualitas udara dalam ruang yang dilakukan dengan pengukuran dan data berkaitan dengan jenis lantai ventilasi bahan bakar memasak dan lain sebagainya

3 Data faktor risiko lingkungan meliputi data perilaku sampel (responden) yang juga merupakan faktor risiko dari penyakit berbasis lingkungan yang menjadi perhatian Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA selain data kualitas udara dalam ruang dan ventilasi perlu dikumpulkan data terkait dengan kebiasaan membuka jendela

4 Data pajanan meliputi data lama tinggal pola aktivitas pekerjaan data konsumsi makanan dan air dan lain sebagainya Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dibutuhkan data lama tinggal dan rata-rata lama berada di dalam rumah

Sebagai suatu studi surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dilakukan dengan desain

tertentu yang disesuaikan dengan tujuan permasalahan yang akan dikaji dan faktor-faktor lainnya Sebagaimana dijelaskan di atas surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional kasus kontrol dan kohort Penggunaan desain studi pada surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seperti pada tabel 11

Tabel 11 Perbandingan Desain Studi

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort Desain pemilihan sampel (sampling)

Random Bisa juga dipisah fixed disease sampling atau fixed exposure sampling

Sampel terpisah untuk kasus (sakit) dan kontrol (tidak sakit)

Sampel terpisah untuk terpajan dan tidak terpajan

Waktu periode pelaksanaan (arah pengusutan)

Satu titik waktu atau sesaat (non directional)

Retrospektif Prospektif Followup selama periode waktu tertentu

Kausalitas Hanya menjelaskan Kausalitas awal Kausalitas dengan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 4

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort hubungan antara faktor risiko kesehatan lingkungan dengan penyakit (namun bukan bersifat kausalitas)

bukti sekuensi temporal

Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai pengganti risiko

Odds sebagai pengganti risiko

Insidensi (R Risiko) Insidence rate

Perbandingan risiko Prevalence Ratio (PR) Odds Ratio (OR) Risiko Relatif (RR)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan lebih tepat menggunakan desain cross sectional dikarenakan dalam pemilihan sampling dilakukan secara random dan pengumpulan data lingkungan dan penyakit dilakukan pada satu waktu Output dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dengan desain cross sectional adalah hubungan (bukan kausalitas) antara faktor lingkungan dan penyakit Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bisa dilakukan dengan desain kasus kontrol bilamana titik tolak studi (pengusutan) dimulai dari adanya penyakit dan sampel dikelompokkan menjadi kasus (sampel yang menderita penyakit) dan kontrol (sehat) dan data faktor lingkungan sebelum kasus sakit tersedia Selain itu surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat menggunakan desain studi kohort (prospektif) dengan memantau secara terus menerus (hingga periode tertentu) kualitas lingkungan dan faktor lingkungan lainnya bersamaan dengan penyakitnya

Materi Sub Bahasan Tahapan Kegiatan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Tahapan kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seyogyanya terdiri dari survey pendahuluan dan pengumpulan data awal penyusunan instrumen survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pengolahan dan analisis data dan diseminasi Tahapan kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut

1 Survey pendahuluan dan pengumpulan data awal pengumpulan data awal dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal pada lokasi meliputi background data yang telah tersedia atau data lainnya yang berhubungan Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data sekunder dan juga perlu ditentukan lokasi yang akan menjadi titik pengambilan sampel

2 Penyusunan instrumen berdasarkan data awal yang dikumpulkan disusun instrumen untuk survey pengambilan dan pemeriksaan sampel Instrumen disusun berbentuk cek lis danatau kuisioner Untuk mendapatkan data sesuai yang diharapkan instrumen yang telah dibuat sebaiknya diuji coba terlebih dahulu

3 Survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data primer dan pengumpulan data menggunakan instrumen yang digunakan

4 Pengolahan dan analisis data data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis yang dapat dilakukan secara manual ataupun alat bantu lainnya (mis software pengolah data) Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data informasi disajikan dalam bentuk tabel grafik gambar dan peta yang terangkum dalam laporan

5 Diseminasi dimaksudkan untuk menyebarluaskan informasi dan temuan lapangan kepada para stakeholder

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 1

MODUL IV ANALISIS KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Prinsip Dasar Analisis Kualitas Kesehatan Lingkungan

Analisis adalah kajian atau penelitian yang dititikberatkan pada variabel tertentu untuk mengetahui keadaan atau kondisi sebenarnya termasuk juga yang berkaitan dengan sebab musabab terjadinya kondisi tersebut Dengan demikian analisis kualitas lingkungan merupakan suatu kegiatan yang menggunakan cara atau metode ilmiah guna mengetahui seperti apa kondisi atau kualitas kesehatan lingkungan pada suatu tempat waktu yang melibatkan juga masyarakat di tempat tersebut Umumnya analisis kualitas kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk kegiatan pengambilan dan pemeriksaan sampel pengawasan kualitas kesehatan lingkungan melalui kegiatan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi serta interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Analisis kualitas kesehatan lingkungan merupakan kegiatan yang harus mampu dilakukan oleh seorang pejabat kesehatan lingkungan ataupun fungsional sanitarian Perlunya dilakukan analisis ini adalah untuk menjadi bahan masukan ataupun dasar untuk melakukan manajemen risiko kesehatan lingkungan Implementasi dari manajemen risiko kesehatan lingkungan ini bisa dalam bentuk intervensi (pendekatan) teknologi pendekatan sosial melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat secara aktif dan melalui kerjasama jejaring kemitraan antar pihak yang berkepentingan (stakeholder)

Materi analisis kualitas kesehatan lingkungan dalam modul ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan juga keterampilan bagi peserta dalam menilai prosedur pengambilan dan pemeriksaan sampel serta interpretasi hasil pemeriksaan sampel yang dilakukan dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan Materi dalam modul ini bukan dimaksudkan agar peserta mampu melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel kesehatan lingkungan sendiri tanpa berkerjasama dengan laboratorium Materi Sub Bahasan Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Kesehatan Lingkungan

Pengambilan sampel kesehatan lingkungan hakikatnya dilakukan untuk memotret atau

menjadi acuan untuk menduga kualitas kesehatan lingkungan pada suatu media di suatu wilayah Secara garis besar pengambilan sampel bertujuan untuk mengumpulkan data rona awal kesehatan lingkungan dan memantau kondisi kesehatan lingkungan Dalam hal memantau kesehatan lingkungan pengambilan sampel dilakukan untuk menentukan status kualitas kesehatan lingkungan menentukan kebijakan kesehatan lingkungan menegakkan hukum kesehatan dan lingkungan dan melakukan penelitian kesehatan lingkungan

Kualitas kesehatan lingkungan merupakan hal yang kompleks dan begitu dinamis karena dipengaruhi begitu banyak variabelfaktor Untuk itu pengambilan sampel l kesehatan ingkungan yang bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan harus dilakukan dengan cermat tepat serta butuh perencanaan dan pengorganisasian yang baik Untuk menjamin pengambilan sampel dapat menjamin keterwakilan kualitas kesehatan lingkungan perlu diperhatikan beberapa aspek yaitu lokasi dan titik pengambilan sampel parameter kualitas lingkungan yang akan dipilih serta ukuran jumlah dan volume sampel yang akan diambil Perencanaan Pengambilan Sampel

Seperti halnya kegiatan dan program pengambilan sampel sesuai dengan yang diharapkan perlu direncanakan dengan baik Perencanaan pengambilan sampel ini bertujuan untuk memastikan dan menegaskan kembali tujuan pengambilan sampel kesehatan lingkungan memutuskan cara-cara

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 2

mencapai tujuan mengetahui secara tepat hal-hal yang perlu dilakukan pada saat pengambilan sampel menyiapkan sumber daya yang diperlukan dan menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pengambilan sampel Jelasnya unsur-unsur perencanaan pengambilan sampel meliputi

a) Tujuan pengambilan sampel harus dipastikan apakah dalam rangka pengumpulan data rona kesehatan lingkungan awal atau dalam rangka memantau kesehatan lingkungan

b) Merencanakan biaya pengambilan sampel dengan mempertimbangkan empat hal yaitu aksesibilitas lokasi dan titik pengambilan sampel jumlah jenis dan kompleksitas sampel frekuensi pengambilan sampel serta penjaminan dan pengendalian mutu di lapangan Selain empat hal yang perlu dipertimbangkan tersebut perlu diketahui komponen pembiayaan dalam pengambilan sampel yaitu depresiasi (penyusutan) nilai peralatan kalibrasi peralatan pemakaian bahan pengawet secara kimia danatau fisika penggunaan bahan habis pakai penggunaan wadah sampel transportasi ke lokasi pengambilan sampel akomodasi (bila perlu) honor pengambil sampel (lumpsum atau per diem) dan penyusunan laporan pengambilan sampel

c) Administrasi berkaitan dengan pengambilan sampel yang meliputi penyiapan surat tugas surat pemberitahuan perizinan brevet ataupun lencana kewenangan pencatatan pendokumentasian dan hal-hal pendukung lainnya

d) Perlu jaminan pengambil sampel pada saat pengambilan sampel merupakan personel yang kompeten danatau berwenang dengan kualifikasi (kompetensi) latar belakang pendidikan yang sesuai pengalaman di bidangnya terampil dan diakui ataupun tersertifikasi

e) Penentuan parameter pengujian terhadap sampel yang diambil sesuai dengan tujuan pengambilan sampel turut mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait serta disesuaikan dengan parameter indikatif suatu kegiatan atau wilayah tertentu Mis parameter indikatif pada industri Pulp dan kertas adalah pH BOD COD dan TSS sedangkan pada wilayah pertambangan emas parameter yang diambil adalah air raksa (Hg) dan sianida (CN-)

f) Penentuan media lingkungan yang akan dilakukan pengambilan sampel g) Merencanakan tipe sampel yang akan diambil apakah sampel sesaat (grab sample) sampel

gabungan (composite sample) sampel terpadu (integrated sample) atau sampel kontinyu (continous sample)

h) Peralatan pengambilan sampel harus direncanakan dengan baik Peralatan pengambilan sampel terdiri dari peralatan pengambil sampel (utama) peralatan pendukung dan peralatan K3 atau APD Peralatan pengambil sampel adalah peralatan yang fungsinya untuk mengambil sampel lingkungan dengan parameter yang direncanakan seperti HVAS (High Volume Air Sampler) LVS (Low Volume Sampler) MAS (Microbiology Air Sampler) dll Alat pendukung adalah alat yang fungsinya mendukung pengambilan sampel seperti peralatan pengukur parameter lapangan (pH meter termometer barometer kecepatan angin hygrometer dll) dokumen terkait (surat tugas surat izin dll) alat tulis untuk perekaman proses pengambilan sampel penunjuk arah (kompas) dan penunjuk lokasi (GPS) dll APD yang digunakan dalam pengambilan sampel meliputi sarung tangan masker helm ear plugmuff P3K dll

i) Perencanaan terhadap wadah sampel yang akan digunakan untuk pengamanan dan transpor sampel harus disesuaikan dengan karakteristik dan interaksi parameter sampel yang akan diuji dengan sifat bahan wadah Sebagai contoh pengambilan sampel DOBOD harus menggunakan botol BOD khusus yang menggunakan tutup asah sedangkan untuk sampel mikrobiologi digunakan wadah steril

j) Pengawetan sampel dilakukan sesuai dengan karakteristik parameter yang akan diuji pada sampel mis pengawetan sampel untuk parameter golongan logam pada air menggunakan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 3

asam nitrat pekat (HNO3 p) hingga pH lt 2 sedangkan untuk sampel sianida total pada air diawetkan menggunakan NaOH hingga pH gt 12 dan didinginkan 4oCplusmn2oC pada tempat gelap

k) Batas penyimpanan sampel disesuaikan dengan parameter yang akan diuji dan mengacu pada acuan standar seperti ASTM (The American Society for Testing and Materials) dll

l) Pengamanan sampel di lapangan meliputi pengemasan pengamanan pada label sampel (spidol waterproof label yang baik) informasi tambahan yang penting (titik jenis parameter uji pengawetan waktu dan nama pengambil sampel) sehingga mencegah interaksi sampel dengan lingkungan yang menyebabkan perubahan kualitasnya (kontaminasi degradasi dll)

m) Transportasi sampel yang juga berkaitan dengan batas penyimpanan sampel harus diperhatikan dengan seksama Selain itu moda transportasi yang digunakan untuk membawa sampel juga harus dipenuhi standar keamanannya seperti harus mematuhi peraturan penerbangan nasional dan internasional bila sampel dibawa menggunakan pesawat udara

n) Penyimpanan sampel dilakukan baik secara fisik maupun kimia seperti meminimalkan adsorbsi pengasaman mencegah metabolisme mikroorganisme menghindari hidrolisis serta pengendapan Faktor kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan dengan proses pengambilan sampel

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Penentuan Titik Sampel

Prinsip penentuan titik sampel harus mempertimbangkan keterwakilan populasi atau kualitas lingkungan kemampuan peralatan keselamatan pengambil sampel faktor klimatologi biaya dan kaidah-kaidah empiris Prinsip-prinsip penentuan titik sampel pada media lingkungan adalah sebagai berikut a) Pengambilan sampel air a)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 736 tahun 2010 tentang Pengawasan Kualitas Air Minum

Peraturan daerah setempat a)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah jerigen botol botol BOD botol steril timba steril coolbox dll Peralatan pendukung pH meter termometer sisa klor GPS peralatan untuk menjamin

tidak terjadi kontaminasi (krustang kapas alkohol) dll Pengawet Asam (HNO3 p H2SO4 p) basa (NaOH) dry ice dll APD sarung tangan masker jaket pelampung dll

a)3 Aspek yang dipertimbangkan Kedalaman air Homogenitas (untuk sampel air badan air) Arah dan kecepatan aliran air (untuk sampel air badan air)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 4

Keterkaitan dengan pajanan pada masyarakat (bila digunakan untuk penelitian kesehatan masyarakat)

Jarak antar sampel Keselamatan dan kemampuan sumber daya

a)4 Penentuan titik sampel Air sungai ditentukan yaitu

Uji homogenitas sungai dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu lalu lakukan uji parameter lapangan (suhu pH DOoksigen terlarut dan DHLDaya Hantar Listrik) Apabila hasil pengujian beberapa parameter pada beberapa sampel tersebut tidak berbeda jauh dengan variasi lt 10 maka disebut homogen atau tercampur sementara sehingga sampel yang diambil untuk mewakili air sungai tersebut bisa lebih sedikit

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel air sungai harus meliputi daerah hulu yang belum terkontaminasi daerah pemanfaatan sungai daerah yang potensial terkontaminasi daerah pertemuan dua sungai dan daerah hilir

Air tanah Pengambilan sampel dilakukan plusmn 20 cm dari dasar sumur gali dan dipastikan agar tidak

ada sedimen yang ikut terambil atau pada mulut kran tempat air keluar untuk sumur bor

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel dilakukan pada daerah meliputi daerah dimana air tanah digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari termasuk air minum dan di daerah yang berisiko terkontaminasi (dekat penimbunanpembuangan akhir sampah daerah pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif wilayah pesisir dimana terjadi intrusi air laut dll)

b) Pengambilan sampel udara ambien dan udara dalam ruang b)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan Peraturan daerah setempat

b)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Peralatan utama High Volume Air Sampler (HVAS) RAC Gas Sampler EPAM CO dan CO2

Detektor Low Volume Sampler Microbiology Air Sampler atau Lamotte BD Pump dan Sound Level Meter

Peralatan pendukung pengukur kecepatan angin arah angir termometer hygrometer dan luxmeter

Bahan yang digunakan filter HVAS dan LVS absorbant (So2 NO2 H2S NH3 dan O3) dan larutan garam (NaCl) fisiologis steril

b)3 Aspek yang dipertimbangkan Berhubungan dengan klimatologi arah dan kecepatan angin bunga angin (wind rose)

kelembaban musim dan suhu udara Berhubungan dengan asumsi konsentrasi parameter inversi udara dispersi jarak terbang

(distance) dan ukuran partikel Bilamana sumber pencemar adalah cerobong asap maka ketinggian ukuran partikel dan jarak terhadap pemukiman penduduk harus dipertimbangkan

Berhubungan dengan pajanan daerah padat penduduk jarak terhadap sumber pencemar (radius)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 5

b)4 Penentuan titik sampel Pengambilan sampel udara ambien harus menghindari daerah yang dekat dengan

bangunan dan tanaman yang diperkirakan dapat mengabsorbsi atau mengadsorbsi pencemar daerah yang terdapat pengganggu kimia yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Emisi kimiawi kendaraan bermotor dapat mengganggu pengukuran ozon) dan daerah yang terdapat pengganggu fisik yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Pengukuran total partikulat atau TSP dapat terganggu oleh adanya insinerator disekitar lokasi pengukuran)

Pada umumnya lokasi pengukuran (pengambilan sampel) dilakukan pada daerah yang mempunyai konsentrasi parameter tinggi daerah padat penduduk daerah yang diasumsikan menerima paparan pencemar dan daerah yang digunakan untuk memproyeksikan dampak kegiatan pembangunan

c) Pengambilan sampel sedimen c)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Wadah Plastik atau wadah lainnya untuk sedimen tanah atau lumpur Plastik dan botol

steril untuk makanan Peralatan Grab Sampler untuk pengambilan sludge pada daerah yang sulit danatau

dalam c)3 Aspek yang dipertimbangkan

Potensi dan sumber pencemaran Topografi Jenis vegetasi Perkiraan terjadinya pencemaran

c)4 Penentuan titik sampel Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang

cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel meliputi daerah yang tanahnya diperkirakan akan kontak dengan masyarakat daerah yang mewakili pencemaran tertentu berdasarkan karakteristik kegiatan di wilayah tersebut (tanah pada pertanian perkebunan pertambangan dll) dan daerah yang tanahnya diperkirakan dapat mengkontaminasi media lingkungan lainnya

d) Pengambilan sampel makanan d)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan d)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah Plastik atau wadah atau botol untuk makanan Untuk sampel makanan yang akan diperiksa parameter bakteriologisnya maka digunakan wadah steril

Peralatan sendok sendok steril pisau steril dan peralatanbahan yang mendukung pengambilan secara aseptis (Contoh Pembakar bunsen dengan spiritus)

d)3 Aspek yang dipertimbangkan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 10: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 8

Analisis dosis respon (dose-response assessment)

Analisis hubungan antara jumlah total suatu agen yang diberikan diterima atau diserap oleh suatu organisme sistim atau subpopulasi dengan perubahan yang terjadi pada suatu organisme sistem atau subpopulasi

Analisis pajanan (exposure assessment)

Evaluasi pajanan agen dan turunannya pada organisme sistim atau subpopulasi Analisis pajanan merupakan langkah yang keempat dalam ARKL

Agen (agent) Zat materiatau makhluk dalam bentuk fisik kimiawiatau biologi yang kontak atau mengenai sasaran

Bahaya (hazard) Sifat yang melekat pada suatu agen atau situasi yang berpotensi untuk menyebab dampak buruk ketika organisme sistem atau sub populasi terpajan agen tersebut

Dampak buruk Perubahan pada morfologi fisiologi pertumbuhan perkembangan reproduksi rentang hidup dari suatu organisme sistem atau sub populasi yang akan mengakibatkan gangguan pada kapasitas fungsional ketidakmampuan dalam mengatasi stress (tekanan) atau peningkatan kerentanan (suskebtibilitas) terhadap pengaruh-pengaruh lain

Dosis Jumlah total suatu agen yang diberikan diterima atau diserap oleh suatu organisme sistim atau subpopulasi

Dosiskonsentrasi referensi (RfDRfC)

Dosiskonsentrasi dari pajanan harian agen risiko non karsinogenik yang diestimasi tidak menimbulkan efek yang mengganggu walaupun pajanannya terjadi sepanjang hayat (seumur hidup)

Dosis- respon Hubungan antara jumlah total suatu agen yang diberikan diterima atau diserap oleh suatu organisme sistim atau subpopulasi dan perubahan yang terjadi pada suatu organisme sistim atau subpopulasi tersebut

Efek (effect) Perubahan keadaan atau dinamika suatu organisme sistim atau subpopulasi

Ekses risiko kanker (excess cancer risk [ECR])

Besarnya risiko yang dinyatakan dalam bilangan pecahan kelipatan pangkat lsquo-10rsquo (eksponen) tanpa satuan yang merupakan perhitungan perbandingan antara intake dengan dosiskonsentrasi referensi dari suatu agen risiko karsinogenik serta dapat juga diinterpretasikan sebagai dapattidak dapat diterimanya suatu agen risiko terhadap organisme sistim atau subpopulasi dan kelimpahan kasus kankernya (jumlah tambahan kasus kanker) dalam satuan populasi tertentu

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 9

Identifikasi bahaya (hazard identification)

Identifikasi terhadap jenis dan sifat serta kemampuan yang melekat pada suatu agen risiko yang dapat menyebabkan dampak buruk organisme sistim atau subpopulasi Identifikasi bahaya merupakan langkah yang kedua dalam ARKL

Intake non karsinogenik (Ink)

Banyaknya suatu materi (bahan) atau agen risiko yang memiliki efek non kanker (tidak menyebabkan kanker) pada sebuah media lingkungan yang masuk ke dalam tubuh manusia setiap harinya yang dinyatakan dalam satuan mgkghari

Intake karsinogenik (Ik) Banyaknya suatu materi (bahan) atau agen risiko yang memiliki efek kanker (terbukti dapat menyebabkan kanker) pada sebuah media lingkungan yang masuk ke dalam tubuh manusia setiap harinya yang dinyatakan dalam satuang mgkghari

Karakterisasi risiko (risk characterization)

Perhitungan kualitatif jika memungkinkan secara kuantitatif meliputi probabilitas terjadinya potensi dampak buruk suatu agen pada organisme sistim atau subpopulasi beserta faktor ketidakpastiannya

Konsentrasi (concentration)

Banyaknya suatu materi (bahan) atau agen yang terlarut atau terkandung dalam satuan jumlah pada sebuah media

Lowest Observed Adverse Effect Level (LOAEL)

Dosis terendah yang secara statistik atau biologis (masih) memperlihatkan efek merugikan pada hewan uji atau pada manusia

No Observed Adverse Effect Level (NOAEL)

Dosis tertinggi suatu zat pada studi toksisitas kronik atau subkronik yang secara statistik atau biologis tidak memperlihatkan efek merugikan pada hewan uji atau pada manusia

Risiko (risk) Kemungkinan atau kebolehjadian dari suatu dampak buruk pada organisme sistem atau sub populasi timbul akibat (disebabkan) oleh terpajan suatu agen pada kondisi tertentu

Risiko aman atau risiko yang dapat diterima (Acceptable Risk)

Istilah dalam manajemen risiko yaitu dapat diterimanya risiko yang didasarkan pada data ilmiah faktor sosial ekonomi dan politik serta benefit dari pajanan suatu agen

Slope factor (SF) Dosis konsentrasi dari pajanan harian agen risiko karsinogenik yang diestimasi tidak menimbulkan efek yang mengganggu atau tidak menyebabkan terjadinya kanker walaupun pajanannya terjadi sepanjang hayat (seumur hidup)

Tingkat risiko (risk quotient [RQ])

Besarnya risiko yang dinyatakan dalam angka tanpa satuan yang merupakan perhitungan perbandingan antara intake dengan dosis konsentrasi referensi dari suatu agen risiko non karsinogenik serta dapat juga diinterpretasikan sebagai amantidak amannya suatu agen risiko terhadap organisme sistim atau subpopulasi

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 10

Materi Sub Bahasan Jenis dan Penggunaan ARKL

Ada dua jenis ARKL yang dapat digunakan yaitu kajian ARKL cepat atau kajian di atas meja (desktop studi) dan kajian lapangan (field study) tergantung sumber data yang digunakan ARKL diatas meja tidak menggunakan data lapangan tetapi menggunakan nilai-nilai default rekomendasi danatau asumsi sedangkan kajian lapangan dilakukan dengan pengukuran langsung kualitas lingkungan pajanan (frekuensi durasi) dan data antropometri (berat badan) Perbedaan antara kedua jenis ARKL tersebut dapat dilihat pada tabel 2

Tabel 2 Perbandingan antara ARKL desktop dan field

VARIABEL Desktop field Sumber data

yang digunakan

Data Sekunder dan asumsinilai default

Data primer (data yang dikumpulkan sendiri) dan asumsi jika Waktu

pelaksanaan Seketika saat dibutuhkan durasi lebih singkat

Perlu perencanaan dan pengorganisasian durasi lebih lama

Besarnya biaya yang dibutuhkan

Sangat sedikit atau tidak ada Biaya besar (biaya seperti melakukan suatu penelitian kajian lapangan)

ARKL sebagai suatu cara lsquotoolsrsquo atau pendekatan dapat diaplikasikan untuk berbagai keperluan Penggunaan ARKL pada berbagai kebutuhan dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini

Tabel 3 Penggunaan dari masing - masing model ARKL Jenis Kegiatan Kebutuhan lsquodesktoprsquo ARKL Kajian ARKL

Analisis suatu kasus kesehatan lingkungan (Emergency Responses)

-

Analisis suatu kasus kesehatan lingkungan (Reformation Responses)

-

Penyusunan AMDAL suatu kegiatan dan atau usaha Kajian ANDAL dan penyusunan RKL - RPL

-

Pengkajian penyusunan dan penetapan baku mutu -

Pengkajian penyusunan dan penetapan kebijakan kesehatan lingkungan yang baru

-

Materi Sub Bahasan Langkah ndash langkah ARKL Perumusan masalah yang dilakukan sebelum melakukan langkah ndash langkah ARKL dimaksudkan untuk dapat menjawab pertanyaan apa dimana berapa besar kapan siapa populasi berisiko dan bagaimana kepedulian masyarakat (populasi berisiko) Rumusan masalah ini akan digunakan sebagai latar belakang mengapa suatu agen risiko perlu dianalisis risiko dan akan dimasukkan ke dalam laporan Uraian apa yang harus dijawab untuk merumuskan masalah dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 11

Tabel 4 Uraian langkah perumusan masalah Pertanyaan Uraiaan - Apa yang menjadi masalah Media lingkungan yang terkena dampak jenis kegiatan yang

menjadisumber dampak jenis polutan apa yang potensial

- Dimana masalah itu terjadi Wilayah administrasi wilayah geografi batas sosial batas ekologis - Seberapa besar masalahnya Prevalensi penyakit terkait lingkungan konsentrasi agen risiko pada media lingkungan jumlah populasi yang potensial terkena

- Kapan masalah terjadi Hari bulan tahun dan durasi (lamanya) masalah berlangsung - Siapa populasi berisiko Kelompok masyarakat yang potensial terkena golongan

umur kelompok berdasarkan tempat tinggal pekerjaan dan komunitas tertentu (komunitas hobi komunitas adat dll)

- Bagaimana kepedulian masyarakat

Deskripsi aksi protes masyarakat opini pendapat masyarakat dan tokoh masyarakat pandangan pakar respon instansi yang berwenang menangani masalah tersebut (program rencana program kerja terkait penanganan masalah

Langkah 1 Identifikasi bahaya (hazard identification) Identifikasi bahaya merupakan langkah pertama dalam ARKL yang digunakan untuk mengetahui secara spesifik agen risiko apa yang berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan bila tubuh terpajan Sebagai pelengkap dalam identifikasi bahaya dapat ditambahkan gejala ndash gejala gangguan kesehatan apa yang terkait erat dengan agen risiko yang akan dianalisis Tahapan ini harus menjawab pertanyaan agen risiko spesifik apa yang berbahaya di media lingkungan yang mana agen risiko eksisting seberapa besar kandungankonsentrasi agen risiko di media lingkungan gejala kesehatan apa yang potensial Uraian apa yang harus dijawab dalam identifikasi bahaya dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini

Tabel 5 Uraian langkah identifikasi bahaya Pertanyaan Uraian Agen risiko spesifik apa yang berbahaya

Agen risiko bahan kimia jelaskan spesi atau senyawa kimia apa yang berbahaya secara jelas Contoh Merkuri (Hg) jelaskan apakah agen risiko berupa elemental mercury anorganic mercury atau organic mercury (methyl mercury) Agen risiko biologi jelaskan spesiesnya

Di media lingkungan yang mana agen risiko eksisting

Jelaskan media lingkungan dimana agen risiko eksisting apakah di udara ambien air tanah sludge biota hewan dll Contoh jika merkuri sebagai agen risiko maka media lingkungan yang terkontaminasi antara lain air bersih sludge (jika pada pertambangan emas rakyat) ataupun di hewan (ikan yang dikonsumsi)

Seberapa besar kandungankonsentrasi agen risiko di media lingkungan

Jelaskan konsentrasi hasil pengukurannya di media lingkungan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 12

Pertanyaan Uraian Gejala kesehatan apa yang potensial

Uraikan gejala kesehatan gangguan kesehatan apa yang dapat terkait dengan agen risiko Contoh jika merkuri sebagai agen risiko maka gejalagangguan kesehatan yang mungkin timbul antara lain tremor gemetaran pada saat berdiri pusing pada saat berdiri rasa nyeri pada tangan dan kaki dan gangguan pada susunan saraf pusat

Untuk membantu dalam melakukan identifikasi bahaya dapat digunakan contoh formulir sebagaimana pada tabel 6 di bawah ini

Tabel 6 Contoh formulir bantu identifikasi bahaya Sumber

dan penggunaan

Media lingkungan potensial

Agen Risiko

Konsentrasi

Minimal Rata - rata Maksimal Pertambangan mineral (emas tembaga perak dll)

Air permukaan (sungai danau)

Merkuri Anorganik Total Merkuri

- Merkuri Anorganik mgl - Total Merkuri mgl

- Merkuri Anorganik mgl - Total Merkuri mgl

- Merkuri Anorganik mgl - Total Merkuri mgl Lumpur (tailing) Metil Merkuri

Merkuri Anorganik Total Merkuri

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Tanaman (buah sayur umbi)

Metil Merkuri Merkuri Anorganik Total Merkuri

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah (sumur) Merkuri Anorganik Total Merkuri

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Udara Total Merkuri Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Biota air (ikan kerang dsb)

Metil Merkuri Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Pertambangan fosil (batu bara minyak bumi)

middot Udara SO2 Benzene Golongan Metan

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 13

Sumber dan

penggunaan

Media lingkungan potensial

Agen Risiko

Konsentrasi

Minimal Rata - rata Maksimal Pengolahan aki bekas

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Industri elektronika

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan (dari limbah cair)

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah (dari limbah cair)

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Bengkel patri las galvanisasi logam

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Transportasi middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Tanaman Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Kegiatan lainnya Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Penggunaan formulir ini dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan dalam pengisiannya merujuk pada literatur yang tersedia Langkah 2 Analisis dosis - respon (dose-response assessment) Setelah melakukan identifikasi bahaya (agen risiko konsentrasi dan media lingkungan ) maka tahap selanjutnya adalah melakukan analisis dosis- respons yaitu mencari nilai RfD danatau RfC danatau SF dari agen risiko yang menjadi fokus ARKL serta memahami efek apa saja yang mungkin ditimbulkan oleh agen risiko tersebut pada tubuh manusia Analisis dosis ndash respon ini tidak harus

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 14

dengan melakukan penelitian percobaan sendiri namun cukup dengan merujuk pada literature yang tersedia Langkah analisis dosis respon ini dimaksudkan untuk

a mengetahui jalur pajanan (pathways) dari suatu agen risiko masuk ke dalam tubuh manusia

b memahami perubahan gejala atau efek kesehatan yang terjadi akibat peningkatan konsentrasi atau dosis agen risiko yang masuk ke dalam tubuh

c mengetahui dosis referensi (RfD) atau konsentrasi referensi (RfC) atau slope factor (SF) dari agen risiko tersebut

Di dalam laporan kajian ARKL ataupun dokumen yang menggunakan ARKL sebagai cara metode kajian analisis dosis ndash respon perlu dibahas dan dicantumkan Analisis dosis ndash respon dipelajari dari berbagai toxicological reviews jurnal ilmiah atau artikel terkait lainnya yang merupakan hasil dari penelitian eksperimental Untuk memudahkan analisis dosis ndash respon dapat dipelajari pada situs wwwepagoviris Dosis Referensi (RfD) Konsentrasi Referensi (RfC) dan Slope Factor (SF) Uraian tentang dosis referensi (RfD) konsentrasi referensi (RfC) dan slope factor (SF) adalah sebagai berikut

a Dosis referensi dan konsentrasi yang selanjutnya disebut RfD dan RfC adalah nilai yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman pada efek non karsinogenik suatu agen risiko sedangkan SF (slope factor) adalah referensi untuk nilai yang aman pada efek karsinogenik

b Nilai RfD RfC dan SF merupakan hasil penelitian (experimental study) dari berbagai sumber baik yang dilakukan langsung pada obyek manusia maupun merupakan ekstrapolasi dari hewan percobaan ke manusia

c Untuk mengetahui RfC RfD dan SF suatu agen risiko dapat dilihat pada Integrated Risk Information System (IRIS) yang bisa diakses di situs wwwepagoviris

d Jika tidak ada RfD RfC dan SF maka nilai dapat diturunkan dari dosis eksperimental yang lain seperti NOAEL (No Observed Adverse Effect Level) LOAEL (Lowest Observed Adverse Effect Level) MRL (Minimum Risk Level) baku mutu udara ambien pada NAAQS (National Ambient Air Quality Standard) dengan catatan dosis eksperimental tersebut mencantumkan faktor antropometri yang jelas (Wb tE fE dan Dt)

Satuan dosis referensi (RfD) dinyatakan sebagai milligram (mg) zat per kilogram (Kg) berat badan per hari disingkat mgkghari Dalam literatur terkadang ditulis mgkgxhari mgkghari dan mgkg-hari Satuan konsentrasi referensi (RfC) dinyatakan sebagai milligram (mg) zat per meter kubik (M3) udara disingkat mgM3 Konsentrasi referensi ini dinormalisasikan menjadi satuan mgkghari dengan ara memasukkan laju inhalasi dan berat badan yang bersangkutan Untuk memudahkan dalam analisis dosis ndash respon pada tabel 7 dan 8 disajikan contoh RfD RfC dan SF

Tabel 7 Contoh RfD dan SF beberapa agen risiko atau spesi kimia jalur ingesti No Agent Dosis Respon

(RfD SF) Efek Kristis dan Referensi

1 As (Arsen) 3E-4 mgkgday 15E+0 (mgkgday)minus1

Hiperpigmentasi keratosis dan kemungkinan komplikasi vaskular pajanan oral (Tseng 1977 Tseng et al 1968)

2 Ba (Barium) 2E-1 mgkgday Nefropati dalam 2 tahun pemberian air minum kepada mencit (NTP 1994)

3 B (Boron) 2E-1 mgkgday Penurunan berat janin pada pajanan asam borat gestasi

4 Cd (Kadmium) 5E-4 mgkgday Proteinuria pajanan kronik manusia (USEPA

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 15

No Agent Dosis Respon (RfD SF)

Efek Kristis dan Referensi

5 Cl2 (Klorin) bebas 1E-1 mgkgday Pajanan kronik air minum tikus (NTP 1992) 6 Cr6+ (Kromium

Heksavalen) 3E-3 mgkgday Uji hayati air minum 1 tahun dengan tikus

(McKenzie et al 1958) dan pajanan air minum penduduk Jinzhou (Zhang and Li 1987)

7 CN- (Sianida) 2E-2 mgkgday Kehilangan berat efek tiroid dan degradasi myelin dalam uji hayati subkronik sampai kronik oral pada tikus (Philbrick et al 1979)

8 F- (Fluorida) 6E-2 mgkgday Flourisis gigi dan efek kosmetik dalam studi epidemio logi (Hodge 1950 cited in Underwood 1977)

9 Mn (Mangan) 1 4E- 1 mgkgday Hipokolesterolemia epilepsi kekurangan pankreas eksokrin sklerosis berganda katarak osteoporosis fenilketonuria amp penyakit kencing maple syrup (inborn) panotda ingesi kronik manusia (NRC 1989 Freeland- Graves et al 1987 WHO 1973)

10 Hg ndash MeHg (Merkuri - metal merkuri)

1E-4 mgkgday Kelainan neuropsikologis perkembangan dalam studi epidemilogi (Grandjean et al 1997 Budz-Jergensen et al 1999)

11 NO2- (Nitrit) 1E-1 mgkgday Methemoglobinemia pada bayi yang terpajan kronik air minum (Walton 1951)

12 Se (Selenium) 5E-3 mgkgday Selenosis dari studi epidemiologi (Yang et al 1989)

13 Zn (Seng) 3E-1 mgkgday Penurunan Cu eriytrosit dan aktifitas Zn superoksida dismutase pada relawan pria dan wanita (Yadrick et al 1989)

14 CHBr3 2E-2 mgkgday 79E-3 (mgkgday)minus1

Lesi hepatik uji hayati subkronik gavage oral pada tikus

15 CHCl3 1E-2 mgkgday Pembentukan greasety cyst sedangnyata pada hati dan peningkatan SGPT dalam uji hayati kronik pada anjing (Heywood et al 1979)

16 CHBr2Cl 2E-2 mgkgday 84E-2 (mgkgday)minus1

Lesi hepatik uji hayati subkronik gavage oral pada tikus (NTP 1989)

Disadur dari Rahman 2007

Tabel 8 Contoh RfC beberapa agen risiko atau spesi kimia jalur inhalasi No Agent Dosis Respon Efek Kristis dan Referensi RfC 1 NH3 286E-2 Kenaikan keparahan rinitis dan pneumonia

dengan lesi pernafasan pada uji hayati tikus subkronik (Broderson et al 1976)

2 H2S 57 1E-4 Lesi nasal lendir olfaktori pada uji hayati tikus subkronik (Brenneman et al 2000)

3 Pb 493E-4 Perubahan tingkat enzim dan perkembangan neurobehavioral anak-anak (IRIS 2006)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 16

1E-4 mgkg-day

(00001

mgkg-day)

No Agent Dosis Respon Efek Kristis dan Referensi 4 NO2 2E-2 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) 5 SO2 26E-2 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) 6 TSP 242 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) Disadur dari Rahman 2007 Mengingat pemutakhiran (update) RfD RfC dan SF berlangsung sangat cepat RfD RfC dan SF yang tercantum pada tabel di atas tidak bisa selamanya dijadikan acuan RfD RfC dan SF dari agen risiko yang lain serta update dari RfD RfC dan SF pada tabel di atas dapat dilihat dengan mengakses wwwepagoviris Tahapan dalam mengakses situs tersebut dapat dilihat pada lampiran 5 Tampilan evaluasi dosis - respon yang terdapat pada toxicological review pada situs tersebut dapat dilihat pada contoh berikut Contoh evaluasi dosis ndash respon (1) Methylmercury (MeHg) CASRN 22967-92-6 IA1 Oral RfD Summary Critical Effect Experimental Doses UF MF RfD

Developmental neuropsychological impairment Human epidemiological studies (Grandjean et al 1997 Budtz-Joslashrgensen et al 1999a)

Benchmark Dose BMDL05 range of 46-79 ppb in maternal blood for different neuropsychological effects in the offspring at 7 years of age corresponding to a range of maternal daily intakes of 0857-1472 microgkg-day

10 1

Conversion Factors and Assumptions mdashMaternal daily dietary intake levels were used as the dose surrogate for the observed developmental effects in the children exposed in utero The daily dietary intake levels were calculated from blood concentrations measured in the mothers with supporting additional values based on their hair concentrations This conversion is explained in the text below A benchmark dose approach (BMD) was used rather than a no-observed-adverse-effect levellowest-observed-adverse-effect level (NOAELLOAEL) approach to analyze the neurological effects in children as the response variable This analysis is also explained in the text below This assessment updates the 1995 RfD assessment on IRIS and is the same as the RfD that was based on the study of a poisoning episode in Iraq in which developmental neurotoxicity was observed following ingestion of methylmercury-treated grain (Marsh et al1987)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 17

mdash 15E+0 per (mgkg)day

Contoh evaluasi dosis - respon (2) Arsenic inorganic (CASRN 7440-38-2) IIB Quantitative Estimate of Carcinogenic Risk from Oral Exposure IIB1 Summary of Risk Estimates Oral Slope Factor Drinking Water Unit Risk mdash 5E-5 per (ugL) Extrapolation Method mdash Time- and dose-related formulation of the multistage model (US EPA 1988) Drinking Water Concentrations at Specified Risk Levels

Risk Level Concentration E-4 (1 in 10000) 2E+0 ugL E-5 (1 in 100000) 2E-1 ugL E-6 (1 in 1000000) 2E-2 ugL

Langkah 3 Analisis pajanan (exposure assessment) Setelah melakukan langkah 1 dan 2 selanjutnya dilakukan Analisis pemajanan yaitu dengan mengukur atau menghitung intake asupan dari agen risiko Untuk menghitung intake digunakan persamaan atau rumus yang berbeda Data yang digunakan untuk melakukan perhitungan dapat berupa data primer (hasil pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan sendiri) atau data sekunder (pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan oleh pihak lain yang dipercaya seperti BLH Dinas Kesehatan LSM dll) dan asumsi yang didasarkan pertimbangan yang logis atau menggunakan nilai default yang tersedia Rumus perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut Perhitungan intake non karsinogenik (INK) 1 Intake pada jalur pemajanan inhalasi (terhirup)

ܫ = ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphelliphelliphellipRumus 1

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ink (Intake)

Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada media udara (udara ambien)

mgm3 Tidak ada nilai default

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 18

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default R (Rate) Laju inhalasi atau

banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya

m3jam Dewasa 083 m3jam Anak ndash anak (6 ndash 12 tahun) 05 m3jam

tE (time of exposure) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap harinya

Jamhari - Pajanan pada pemukiman 24 jamhari - Pajanan pada lingkungan kerja 8 jamhari - Pajanan pada sekolah dasar 6 jamhari

fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasikelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(nk) (time average) Periode waktu rata ndash rata

Hari 30 tahun x 365 haritahun = 10950 hari

2 Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphelliphelliphellipRumus 2

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ink (Intake) Jumlah konsentrasi agen

risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari

Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada air bersihminum atau pada makanan

- mgl (air) mgkg (makanan)

Tidak ada nilai default

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 19

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default R (Rate) Laju konsumsi atau

banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya

- Liter hari (air) - Gram hari (makanan)

Air Minum - Dewasa (pemukiman) 2 literhari - Anak ndash anak (pemukiman) 1 literhari - Dewasa (lingkungan kerja) 1 literhari Makanan - Buah ndash buahan 42 gramhari - Sayuran 80 gramhari fE (frecuency of

exposure) Lamanya atau jumlah hari

terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(nk) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogen

Hari 30 tahun x 365 haritahun = 10950 hari

Perhitungan intake karsinogenik (IK) 1 Intake pada jalur pemajanan inhalasi (terhirup)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphellipRumus 3

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ik (Intake) Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada media udara (udara ambien)

mgm3 Tidak ada nilai default

R (Rate) Laju inhalasi atau banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya

m3jam Dewasa 083 m3jam Anak ndash anak (6 ndash 12 tahun) 05 m3jam

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 20

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default tE (time of exposure) Lamanya atau jumlah jam

terjadinya pajanan setiap harinya

Jamhari - Pajanan pada pemukiman 24 jamhari - Pajanan pada lingkungan kerja 8 jamhari - Pajanan pada sekolah dasar 6 jamhari

fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

2 Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ಲೇಸ

helliphelliphellipRumus 4

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ik (Intake) Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada air bersih minum atau pada makanan

- mgl (air) - mgkg (makanan)

Tidak ada nilai default

R (Rate) Laju konsumsi atau banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya

- literhari (air) - gramhari (makanan)

Air Minum - Dewasa (pemukiman) 2 literhari - Anak ndash anak (pemukiman) 1 literhari - Dewasa (lingkungan kerja) 1 literhari Makanan - Buah ndash buahan 42 gramhari - Sayuran 80 gramhari - Ikan tangkapan 54 gramhari

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 21

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok Populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

Analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL Hal ndash hal yang perlu diketahui dan dicermati dalam melakukan analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL adalah sebagai berikut Pada lsquodesktoprsquo ARKL tidak perlu dilakukan pengumpulan data Data yang menjadi dasar perhitungan intake menggunakan data sekunder dan asumsi Terkait dengan variabel konsentrasi pelu diperhatikan hal sebagai berikut Data sekunder umumnya dibutuhkan untuk mengetahui konsentrasi agen risiko pada media

lingkungan yang mana merupakan hasil pengukuran yang pernah dilakukan oleh pihak lain pada media lingkungan wilayah dan waktu yang sama

Ada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL dalam rangkaian studi AMDAL (kajian ANDAL dan RKL - RPL untuk aspek kesehatan masyarakat) suatu kegiatan sumber data konsentrasi dapat merupakan proyeksi perubahan rona lingkungan yang telah dikaji pada aspek yang lain mis proyeksi konsentrasi agen risiko di udara ambien pada tahap operasional kegiatan atau proyeksi konsentrasi agen risiko di air bersih pada tahap operasional kegiatan

Terkait dengan variabel perhitungan yang lain (R tE fE Dt Wb dan tAVG) asumsi didasarkan pada logika yang rasional atau nilai default yang sudah tersedia Adapun nilai default untuk berbagai variabel pada lsquodesktoprsquo ARKL dapat dilihat pada tabel 9 berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 22

Tabel 9 Nilai default dari faktor pajanan (Rahman 2007) Tataguna lahan

Jalur pajanan Asupan harian Frekuensi pajanan (haritahun)

Durasi pajanan (tahun)

Berat badan (kg)

Residensial Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

12 m3 (anak) raquo 05 350 6 15 Industri amp komersial

Air minum 1 L 250 25 70 55 b

Pertanian Tanaman perkarangan

42 g (buah - buahan)

350 30 70 55 b

80 g (sayur - mayur)

350 30 70 55 b

Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

Rekreasi Ikan tangkapan 54 g 350 30 70 55 b Disadur dari Rahman 2007 seluruhnya berasal dari Exposure Factor Handbook (EPA 1990) kecuali bNukman et al (2005) 324 Langkah 4 Karakterisasi risiko (risk characterization) Langkah ARKL yang terakhir adalah karakterisasi risiko yang dilakukan untuk menetapkan tingkat risiko atau dengan kata lain menentukan apakah agen risiko pada konsentrasi tertentu yang dianalisis pada ARKL berisiko menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat (dengan karakteristik seperti berat badan laju inhalasikonsumsi waktu frekuensi durasi pajanan yang tertentu) atau tidak Karakteristik risiko dilakukan dengan membandingkan membagi intake dengan dosis konsentrasi agen risiko tersebut Variabel yang digunakan untuk menghitung tingkat risiko adalah intake (yang didapatkan dari analisis pemajanan) dan dosis referensi (RfD) konsentrasi referensi (RfC) yang didapat dari literatur yang ada (dapat diakses di situs wwwepagoviris) 1 Karakterisasi risiko pada efek non karsinogenik Perhitungan tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko untuk efek non karsinogenik dinyatakan dalam notasi Risk Quotien (RQ) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek non karsinogenik dilakukan perhitungan dengan membandingkan membagi intake dengan RfC atau RfD Rumus untuk menentukan RQ adalah sebagai berikut ூ

ோ helliphelliphelliphellipRumus 5

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur inhalasi (terhirup) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 1 RfC (reference concentration) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan inhalasi

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 23

ூோ

helliphelliphelliphelliphellipRumus 6

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur ingesti (tertelan) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 2 RfD (reference dose) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan ingesti

Didapat Interpretasi tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko yang diperoleh pada ARKL merupakan konsumsi pakar ataupun praktisi sehingga perlu disederhanakan atau dipilihkan bahasa yang lebih sederhana agar dapat diterima oleh khalayak atau publik Tingkat risiko dinyatakan dalam angka atau bilangan desimal tanpa satuan Tingkat risiko dikatakan AMAN bilamana intake le RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ le 1 Tingkat risiko dikatakan TIDAK AMAN bilamana intake gt RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ gt 1 Narasi yang digunakan dalam penyederhanaan interpretasi risiko agar dapat diterima oleh khalayak atau publik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll Contoh Tingkat risiko RQ untuk pajanan Pb (inhalasi) sebesar 000008 microgm3 pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan rata - rata 55 kg dan telah terpajan 350 haritahun selama 20 tahun diketahui sebesar 0098 maka Interpretasi risiko Pajanan Pb sebesar 000008 microgm3 secara inhalasi pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan 55 Kg masih aman untuk frekuensi pajanan 350 haritahun hingga 20 tahun mendatang Perhitungan tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko untuk efek karsinogenik dinyatakan dalam notasi Excess Cancer Risk (ECR) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek karsinogenik dilakukan perhitungan dengan mengkali intake dengan SF Rumus untuk menentukan ECR adalah sebagai berikut

ܥܧ = Rumus 7helliphelliphelliphellip ܨ ݔ ܫKeterangan Digunakan untuk menghitung tingkat risiko pada agen risiko dengan efek karsinogenik I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 3 atau rumus SF (slope factor) Nilai referensi agen risiko dengan efek karsinogenik

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 24

Interpretasi tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko dinyatakan dalam bilangan exponen tanpa satuan (cth 13E-4) Tingkat risiko dikatakan acceptable atau aman bilamana ECR le E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR le 110000 Tingkat risiko dikatakan unacceptable atau tidak aman bilamana ECR gt E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR gt 110000 Contoh ECR = 13E-5 (13 x 10-5) dapat diinterpretasikan sebagai berikut ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Narasi yang digunakan dalam risiko karsinogenik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoacceptablersquo atau lsquounacceptablersquo (lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo) - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll - Risiko kanker [ mis ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Contoh Tingkat risiko ECR untuk pajanan benzene (inhalasi) sebesar 03 microgm3 pada pekerja depo penampungan BBM di Jakarta dengan berat badan rata - rata 60 kg dan telah terpajan 250 haritahun selama 10 tahun diketahui sebesar 456E-4

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 1

MODUL II MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Manajemen Risiko Kesehatan Lingkungan

Manajemen risiko adalah proses mengidentifikasi evaluasi penyeleksian dan melakukan

upaya untuk mengurangi risiko terhadap ekosistem dan kesehatan manusia (Omenn GS et al 1997) Setelah melakukan keempat langkah ARKL di atas maka telah dapt diketahui apakah suatu agen risiko amandapat diterima atau tidak Manajemen risiko bukan termasuk langkah ARKL melainkan tindak lanjut yang harus dilakukan bilamana hasil karakterisasi risiko menunjukkan tingkat risiko yang tidak aman ataupun unacceptable Dalam melakukan manajemen risiko perlu dibedakan antara strategi manajemen risiko dengan cara manajemen risiko Strategi manajemen risiko meliputi penentuan batas aman yaitu

1 Konsentrasi agen risiko (C) danatau 2 Jumlah konsumsi (R) danatau 3 Waktu pajanan (tE) danatau

4 Frekuensi pajanan (fE) danatau

5 Durasi pajanan (Dt)

Setelah batas aman ditentukan selanjutnya perlu dilakukan penapisan alternatif terhadap batas aman yang mana yang akan dijadikan sebagai target atau sasaran pencapaian dalam pengelolaan risiko Batas aman yang dipilih adalah batas aman yang lebih rasional dan realistis untuk dicapai

Adapun cara manajemen risiko adalah cara atau metode yang akan digunakan untuk

mencapai batas aman tersebut Cara manajemen risiko meliputi beberapa pendekatan yaitu pendekatan teknologi pendekatan sosial - ekonomis dan pendekatan institusional penjelasan lebih lanjut langkah ndash langkah dalam manajemen risiko akan dijelaskan pada sub bahasan selanjutnya

Materi Sub Bahasan Strategi manajemen risiko

1 Penentuan batas aman Batas aman disini adalah batas atau nilai terendah yang menyebabkan tingkat risiko

menjadi tidak aman (tidak dapat diterima) Oleh karenannya nilai yang aman adalah nilai di bawah batas amannya sedangkan nilai yang sama dengan batas aman tersebut akan menyebabkan tingkat risiko menjadi tidak aman Sebagai contoh jika hasil

perhitungan menunjukkan konsentrasi aman adalah 4499 microgm3 maka nilai konsentrasi

yang benar ndash benar aman adalah di bawah 4499 microgm3 (lt4499 microgm3) 4498 microgm3

a) Penentuan konsentrasi aman (C) Dalam penentuan konsentrasi aman semua variabel dan nilai yang digunakan

sama dengan variabel dan nilai pada perhitungan intake Akan tetapi nilai intake yang digunakan adalah RfD atau RfC agen risikonya

Sedangkan konsentrasi aman pada intake karsinogenik perhitungan didasarkan

pada nilai acceptable sebesar 10-4 dibagi nilai SF nya Selain itu variabel tavg disesuaikan dengan perhitungan karsinogenik yaitu (70 haritahun x 365 hari) Untuk menghitung konsentrasi aman digunakan rumus sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 2

Konsentrasi aman non karsinogenik Konsentrasi aman non karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 8

Konsentrasi aman non karsinogenik (ingestii)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ಶ ௫

Rumus 9

Konsentrasi aman karsinogenik Konsentrasi aman karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 10

Konsentrasi aman karsinogenik (ingesti)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 11

Keterangan

Notasi Arti Notasi C(aman) (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada udara ambien atau pada

air bersihminum atau pada makanan yang aman

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 3

Notasi Arti Notasi R (Rate) Laju asupan

Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

Volume air minum yang masuk tubuh (liter) setiap harinya

Volume makanan yang masuk tubuh (gram) setiap harinya

tE atau time of exposure (rumus 8)

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode

b) Penentuan jumlah konsumsi aman (R)

Laju asupan yang dapat dikelola hanyalah pada pada pajanan melalui makanan dan air minum (ingesti) karena masih banyak substitusi untuk setiap jenis makanan ataupun air minum Untuk pajanan melalui udara (inhalasi) pembatasan laju inhalasi hampir tidak mungkin dilakukan Untuk menghitung jumlah konsumsi aman digunakan rumus sebagai berikut Laju konsumsi aman non karsinogenik (ingesti)

() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ಶ ௫

Rumus 12

Laju konsumsi aman karsinogenik (ingesti)

() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ಶ ௫

Rumus 13

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 4

Keterangan Notasi Arti Notasi

R(aman) Laju konsumsi atau banyaknya volume makanan (gram) atau volume air (liter) yang masuk tubuh setiap harinya yang aman

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

c) Penentuan waktu pajanan aman (tE) Waktu pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan

kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan waktu pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah jam terpapar setiap harinya oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung waktu pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Waktu pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 14

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 5

Waktu pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 15

Keterangan

Notasi Arti Notasi t(aman) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap

harinya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

d) Penentuan frekuensi pajanan aman (fE)

Frekuensi pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan frekuensi pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah hari terpapar dalam satu tahun oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung frekuensi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Frekuensi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 16

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 6

Frekuensi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 17

Keterangan

Notasi Arti Notasi fE(aman) (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan

setiap tahunnya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

e) Penentuan durasi pajanan aman (Dt) Durasi pajanan aman dikelola pada pemajanan inhalasi pada lingkungan

yang permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan durasi pajanan dilakukan dengan membatasi lamanya tinggal (tahun) masyarakat pada suatu pemukiman dengan cara melakukan lsquorelokasirsquo pemukiman pada saat telah melewati batas durasi amannya Penerapan strategi durasi pajanan aman untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) kurang tepat karena pada pemajanan ingesti manajemen risiko cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung durasi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Durasi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 18

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 7

Durasi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 19

Keterangan

Notasi Arti Notasi Dt (aman) (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan yang

aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

tE atau time of exposure

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

2 Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko Penapisan alternatif manajemen risiko harus didasarkan pada pertimbangan logis

dan turut mempertimbangkan berbagai faktor termasuk cara pengelolaan risikonya Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini

Tabel 10 Alternatif manajemen risiko dan penggunaannya Alternatif Pengelolaan

Risiko Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Penurunan konsentrasi hingga ke batas aman (konsentrasi aman)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 8

Alternatif Pengelolaan Risiko

Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Pengurangan konsumsi hingga ke batas aman (jumlah konsumsi aman)

Pembatasan waktu pajanan hingga ke batas aman (waktui pajanan aman)

Pembatasan frekuensi pajanan hingga ke batas aman (frekuensi pajanan aman)

Pembatasan durasi pajanan hingga ke batas aman (durasi pajanan aman)

Materi Sub Bahasan Cara manajemen risiko

Manajemen risiko selain membutuhkan strategi yang tepat juga harus dilakukan dengan

cara atau metode yang tepat Dalam aplikasinya cara manajemen risiko dapat dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu 1) Pendekatan teknologi

Manajemen risiko menggunakan teknologi yang tersedia meliputi penggunaan alat bahan dan metode serta teknik tertentu Contoh manajemen risiko dengan pendekatan teknologi antara lain penerapan penggunaan IPAL pengolahan penyaringan air modifikasi cerobong asap penanaman tanaman penyerap polutan dll

2) Pendekatan sosial - ekonomis

Manajemen risiko menggunakan pendekatan sosial - ekonomis meliputi pelibat-sertaan pihak lain efisiensi proses substitusi dan penerapan sistem kompensasi Contoh manajemen risiko dengan pendekatan sosial ndash ekonomis antara lain 3R (reduce reuse dan recycle) limbah pemberdayaan masyarakat yang berisiko pemberian kompensasi pada masyarakat yang terkena dampak permohonan bantuan pemerintah akibat keterbatasan pemrakarsa (pihak yang bertanggung jawab mengelola risiko) dll

3) Pendekatan institusional

Manajemen risiko dengan menempuh jalur dan mekanisme kelembagaan dengan cara melakukan kerjasama dengan pihak lain Contoh manajemen risiko dengan pendekatan institusional antara lain kerjasama dalam pengolahan limbah B3 mendukung pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah menyampaikan laporan kepada instansi yang berwenang dll

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 1

MODUL III SURVEILANS FAKTOR RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans oleh World Health Organization (WHO) didefinisikan sebagai kegiatan

berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data kesehatan masyarakat yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat Surveilans yang dilakukan diharapkan dapat Menjadi sistem kewaspadaan dini terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat di masa yang

akan datang Mendokumentasikan dampak dari suatu intervensi atau jejak dari kemajuan program dalam

mencapai tujuan tertentu dan Memonitor dan mengklarifikasi masalah kesehatan secara epidemiologi guna menetapkan

priritas dan menginformasikan kebijakan dan strategi kesehatan ke publik

Faktor risiko dalam dunia kesehatan dan epidemiologi biasa didefinisikan sebagai faktor-faktor atau kondisi yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit Faktor risiko tersebut umumnya dapat dikatagorikan menjadi beberapa jenis yaitu faktor risiko genetis faktor risiko perilaku dan faktor risiko lingkungan

Dari kedua definisi di atas maka surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah kegiatan berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor-faktor atau kondisi lingkungan yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan lingkungan Untuk itu ada beberapa hal yang menjadi kata kunci dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yaitu sistematis dan berkesinambungan pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor lingkungan yang dapat menyebabkan sakit dan upaya kesehatan lingkungan

Materi Sub Bahasan Konsep dan Penerapan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Penyakit dan masalah kesehatan masyarakat erat terhubung dengan faktor atau kondisi

lingkungan Oleh karenanya secara naluriah setiap manusia menginginkan lingkungan yang sehat dan nyaman sebagai tempat tinggalnya yang juga kondusif terhadap kondisi kesehatannya Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang salah satunya ditempuh melalui kegiatan penyehatan lingkungan (kesehatan lingkungan) Dalam rangka mewujudkan kondisi lingkungan sesuai dengan yang diharapkan upaya yang dilakukan haruslah tepat guna tepat sasaran sistematis dan terencana dengan baik serta berbasis bukti (evidence based) Sehingga perumusan upaya kesehatan lingkungan yang akan diterapkan harus didukung dengan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yang baik

Filosofi dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah melakukan pengamatan dan pengawasan terus-menerus terhadap kondisi lingkungan yang diperkirakan dapat menyebabkan penyakit pada manusia Hasil dari kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah berupa informasi mengenai apakah faktor atau kondisi lingkungan tertentu yang diamati berisiko menimbulkan kesakitan dan rekomendasi upaya tidak lanjut yang dibutuhkan untuk mengendalikannya Konsep dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dipahami dari gambar 6

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 2

(sumber Mullan N et al 2008)

Gambar 6 Konsep Surveilans Awal dan Lanjutan dalam Kesehatan Lingkungan

Konsep di atas diadaptasi dari versi model surveilans kesehatan yang diterapkan di Kanada

Dalam prakteknya surveilans kesehatan lingkungan dilakukan dalam dua tahapan dimana pengumpulan data hingga desiminasi diklasifikasikan sebagai surveilans awal dan sintesa pengetahuan dan proses perumusan kebijakan yang merupakan input dari stakeholder dan peneliti sebagai surveilans lanjutan Surveilans awal dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data rutin (menggunakan form yang telah dibakukan pada masing-masing Negara) sedangkan analisis dan interpretasi dari basis data yang umumnya digunakan untuk tujuan monitoring ataupun pembuatan regulasi Selanjutnya surveilans lanjutan dirumuskan dari hasil surveilans awal dikombinasikan dengan masukan dari para peneliti dan stakeholder yang concern (peduli) terhadap masalah kesehatan lingkungan guna memberikan pemahaman pengertian yang baik terhadap isu yang berkembang serta dapat dirumuskan keputusan upaya tindak lanjut yang tepat untuk merespon isu tersebut

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bukan merupakan hal yang baru Konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan telah dilaksanakan sejak lama oleh sektor kesehatan mulai dari unit yang paling bawah seperti puskesmas hingga tingkat kementerian Namun sedikit perbedaan dalam istilah dan nama yang digunakan membuat konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan terkesan suatu terobosan baru Di unit puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten kota pelaksanaan kegiatan ini identik dengan kegiatan inspeksi sanitasi Inspeksi sanitasi yang dilakukan di puskesmas maupun dinas kesehatan dilakukan pada obyek kesehatan lingkungan secara periodik (time series) dengan fokus pada faktor risiko kesehatan lingkungan pada obyek tersebut Sebagai contoh inspeksi sanitasi depot air minum dilakukan oleh puskesmas atau dinas kesehatan kabupaten kota secara rutin (minimal setahun sekali) dengan melakukan observasi kesehatan lingkungan wawancara terkait perilaku dalam penanganan depot air minum dan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 3

pemeriksaan laboratorium kualitas air baku (air bersih) dan air olahan (air minum) Data hasil inspeksi sanitasi pada satu lokasi depot air minum yang sama dalam beberapa periode inspeksi merupakan basis data (database) yang dapat diinterpretasi dianalisis baik secara tunggal (hanya data satu depot tersebut) ataupun bersamaan dengan data inspeksi depot air minum yang lain dan didesiminasikan Selanjutnya hasil desiminasi tersebut dapat ditindaklanjuti dengan melakukan upaya diantaranya pembinaan pelatihan dan lain sebagainya

Materi Sub Bahasan Desain dan Metodologi Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan merupakan suatu studi yang dapat dilakukan dengan desain cross sectional kasus kontrol ataupun kohort Sebagai suatu studi yang masuk ke dalam ranah epidemiologi kesehatan lingkungan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan selain melihat kecenderungan data juga digunakan untuk melihat adanya hubungan antara pajanan lingkungan dan dampak kesehatan (penyakit) Oleh karenanya dalam surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan diperlukan data-data sebagai berikut

1 Data geografis wilayah dilakukan dengan menggunakan GPS untuk penentuan koordinat lokasi dilakukan pengambilan sampel pengumpulan data

2 Data faktor risiko lingkungan meliputi data kualitas lingkungan (pengambilan dan pemeriksaan sampel) data kondisi lingkungan sanitasi yang dikumpulkan melalui observasi (pengisian cek lis) dan wawancara Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dbutuhkan data kualitas udara dalam ruang yang dilakukan dengan pengukuran dan data berkaitan dengan jenis lantai ventilasi bahan bakar memasak dan lain sebagainya

3 Data faktor risiko lingkungan meliputi data perilaku sampel (responden) yang juga merupakan faktor risiko dari penyakit berbasis lingkungan yang menjadi perhatian Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA selain data kualitas udara dalam ruang dan ventilasi perlu dikumpulkan data terkait dengan kebiasaan membuka jendela

4 Data pajanan meliputi data lama tinggal pola aktivitas pekerjaan data konsumsi makanan dan air dan lain sebagainya Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dibutuhkan data lama tinggal dan rata-rata lama berada di dalam rumah

Sebagai suatu studi surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dilakukan dengan desain

tertentu yang disesuaikan dengan tujuan permasalahan yang akan dikaji dan faktor-faktor lainnya Sebagaimana dijelaskan di atas surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional kasus kontrol dan kohort Penggunaan desain studi pada surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seperti pada tabel 11

Tabel 11 Perbandingan Desain Studi

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort Desain pemilihan sampel (sampling)

Random Bisa juga dipisah fixed disease sampling atau fixed exposure sampling

Sampel terpisah untuk kasus (sakit) dan kontrol (tidak sakit)

Sampel terpisah untuk terpajan dan tidak terpajan

Waktu periode pelaksanaan (arah pengusutan)

Satu titik waktu atau sesaat (non directional)

Retrospektif Prospektif Followup selama periode waktu tertentu

Kausalitas Hanya menjelaskan Kausalitas awal Kausalitas dengan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 4

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort hubungan antara faktor risiko kesehatan lingkungan dengan penyakit (namun bukan bersifat kausalitas)

bukti sekuensi temporal

Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai pengganti risiko

Odds sebagai pengganti risiko

Insidensi (R Risiko) Insidence rate

Perbandingan risiko Prevalence Ratio (PR) Odds Ratio (OR) Risiko Relatif (RR)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan lebih tepat menggunakan desain cross sectional dikarenakan dalam pemilihan sampling dilakukan secara random dan pengumpulan data lingkungan dan penyakit dilakukan pada satu waktu Output dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dengan desain cross sectional adalah hubungan (bukan kausalitas) antara faktor lingkungan dan penyakit Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bisa dilakukan dengan desain kasus kontrol bilamana titik tolak studi (pengusutan) dimulai dari adanya penyakit dan sampel dikelompokkan menjadi kasus (sampel yang menderita penyakit) dan kontrol (sehat) dan data faktor lingkungan sebelum kasus sakit tersedia Selain itu surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat menggunakan desain studi kohort (prospektif) dengan memantau secara terus menerus (hingga periode tertentu) kualitas lingkungan dan faktor lingkungan lainnya bersamaan dengan penyakitnya

Materi Sub Bahasan Tahapan Kegiatan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Tahapan kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seyogyanya terdiri dari survey pendahuluan dan pengumpulan data awal penyusunan instrumen survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pengolahan dan analisis data dan diseminasi Tahapan kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut

1 Survey pendahuluan dan pengumpulan data awal pengumpulan data awal dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal pada lokasi meliputi background data yang telah tersedia atau data lainnya yang berhubungan Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data sekunder dan juga perlu ditentukan lokasi yang akan menjadi titik pengambilan sampel

2 Penyusunan instrumen berdasarkan data awal yang dikumpulkan disusun instrumen untuk survey pengambilan dan pemeriksaan sampel Instrumen disusun berbentuk cek lis danatau kuisioner Untuk mendapatkan data sesuai yang diharapkan instrumen yang telah dibuat sebaiknya diuji coba terlebih dahulu

3 Survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data primer dan pengumpulan data menggunakan instrumen yang digunakan

4 Pengolahan dan analisis data data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis yang dapat dilakukan secara manual ataupun alat bantu lainnya (mis software pengolah data) Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data informasi disajikan dalam bentuk tabel grafik gambar dan peta yang terangkum dalam laporan

5 Diseminasi dimaksudkan untuk menyebarluaskan informasi dan temuan lapangan kepada para stakeholder

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 1

MODUL IV ANALISIS KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Prinsip Dasar Analisis Kualitas Kesehatan Lingkungan

Analisis adalah kajian atau penelitian yang dititikberatkan pada variabel tertentu untuk mengetahui keadaan atau kondisi sebenarnya termasuk juga yang berkaitan dengan sebab musabab terjadinya kondisi tersebut Dengan demikian analisis kualitas lingkungan merupakan suatu kegiatan yang menggunakan cara atau metode ilmiah guna mengetahui seperti apa kondisi atau kualitas kesehatan lingkungan pada suatu tempat waktu yang melibatkan juga masyarakat di tempat tersebut Umumnya analisis kualitas kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk kegiatan pengambilan dan pemeriksaan sampel pengawasan kualitas kesehatan lingkungan melalui kegiatan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi serta interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Analisis kualitas kesehatan lingkungan merupakan kegiatan yang harus mampu dilakukan oleh seorang pejabat kesehatan lingkungan ataupun fungsional sanitarian Perlunya dilakukan analisis ini adalah untuk menjadi bahan masukan ataupun dasar untuk melakukan manajemen risiko kesehatan lingkungan Implementasi dari manajemen risiko kesehatan lingkungan ini bisa dalam bentuk intervensi (pendekatan) teknologi pendekatan sosial melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat secara aktif dan melalui kerjasama jejaring kemitraan antar pihak yang berkepentingan (stakeholder)

Materi analisis kualitas kesehatan lingkungan dalam modul ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan juga keterampilan bagi peserta dalam menilai prosedur pengambilan dan pemeriksaan sampel serta interpretasi hasil pemeriksaan sampel yang dilakukan dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan Materi dalam modul ini bukan dimaksudkan agar peserta mampu melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel kesehatan lingkungan sendiri tanpa berkerjasama dengan laboratorium Materi Sub Bahasan Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Kesehatan Lingkungan

Pengambilan sampel kesehatan lingkungan hakikatnya dilakukan untuk memotret atau

menjadi acuan untuk menduga kualitas kesehatan lingkungan pada suatu media di suatu wilayah Secara garis besar pengambilan sampel bertujuan untuk mengumpulkan data rona awal kesehatan lingkungan dan memantau kondisi kesehatan lingkungan Dalam hal memantau kesehatan lingkungan pengambilan sampel dilakukan untuk menentukan status kualitas kesehatan lingkungan menentukan kebijakan kesehatan lingkungan menegakkan hukum kesehatan dan lingkungan dan melakukan penelitian kesehatan lingkungan

Kualitas kesehatan lingkungan merupakan hal yang kompleks dan begitu dinamis karena dipengaruhi begitu banyak variabelfaktor Untuk itu pengambilan sampel l kesehatan ingkungan yang bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan harus dilakukan dengan cermat tepat serta butuh perencanaan dan pengorganisasian yang baik Untuk menjamin pengambilan sampel dapat menjamin keterwakilan kualitas kesehatan lingkungan perlu diperhatikan beberapa aspek yaitu lokasi dan titik pengambilan sampel parameter kualitas lingkungan yang akan dipilih serta ukuran jumlah dan volume sampel yang akan diambil Perencanaan Pengambilan Sampel

Seperti halnya kegiatan dan program pengambilan sampel sesuai dengan yang diharapkan perlu direncanakan dengan baik Perencanaan pengambilan sampel ini bertujuan untuk memastikan dan menegaskan kembali tujuan pengambilan sampel kesehatan lingkungan memutuskan cara-cara

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 2

mencapai tujuan mengetahui secara tepat hal-hal yang perlu dilakukan pada saat pengambilan sampel menyiapkan sumber daya yang diperlukan dan menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pengambilan sampel Jelasnya unsur-unsur perencanaan pengambilan sampel meliputi

a) Tujuan pengambilan sampel harus dipastikan apakah dalam rangka pengumpulan data rona kesehatan lingkungan awal atau dalam rangka memantau kesehatan lingkungan

b) Merencanakan biaya pengambilan sampel dengan mempertimbangkan empat hal yaitu aksesibilitas lokasi dan titik pengambilan sampel jumlah jenis dan kompleksitas sampel frekuensi pengambilan sampel serta penjaminan dan pengendalian mutu di lapangan Selain empat hal yang perlu dipertimbangkan tersebut perlu diketahui komponen pembiayaan dalam pengambilan sampel yaitu depresiasi (penyusutan) nilai peralatan kalibrasi peralatan pemakaian bahan pengawet secara kimia danatau fisika penggunaan bahan habis pakai penggunaan wadah sampel transportasi ke lokasi pengambilan sampel akomodasi (bila perlu) honor pengambil sampel (lumpsum atau per diem) dan penyusunan laporan pengambilan sampel

c) Administrasi berkaitan dengan pengambilan sampel yang meliputi penyiapan surat tugas surat pemberitahuan perizinan brevet ataupun lencana kewenangan pencatatan pendokumentasian dan hal-hal pendukung lainnya

d) Perlu jaminan pengambil sampel pada saat pengambilan sampel merupakan personel yang kompeten danatau berwenang dengan kualifikasi (kompetensi) latar belakang pendidikan yang sesuai pengalaman di bidangnya terampil dan diakui ataupun tersertifikasi

e) Penentuan parameter pengujian terhadap sampel yang diambil sesuai dengan tujuan pengambilan sampel turut mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait serta disesuaikan dengan parameter indikatif suatu kegiatan atau wilayah tertentu Mis parameter indikatif pada industri Pulp dan kertas adalah pH BOD COD dan TSS sedangkan pada wilayah pertambangan emas parameter yang diambil adalah air raksa (Hg) dan sianida (CN-)

f) Penentuan media lingkungan yang akan dilakukan pengambilan sampel g) Merencanakan tipe sampel yang akan diambil apakah sampel sesaat (grab sample) sampel

gabungan (composite sample) sampel terpadu (integrated sample) atau sampel kontinyu (continous sample)

h) Peralatan pengambilan sampel harus direncanakan dengan baik Peralatan pengambilan sampel terdiri dari peralatan pengambil sampel (utama) peralatan pendukung dan peralatan K3 atau APD Peralatan pengambil sampel adalah peralatan yang fungsinya untuk mengambil sampel lingkungan dengan parameter yang direncanakan seperti HVAS (High Volume Air Sampler) LVS (Low Volume Sampler) MAS (Microbiology Air Sampler) dll Alat pendukung adalah alat yang fungsinya mendukung pengambilan sampel seperti peralatan pengukur parameter lapangan (pH meter termometer barometer kecepatan angin hygrometer dll) dokumen terkait (surat tugas surat izin dll) alat tulis untuk perekaman proses pengambilan sampel penunjuk arah (kompas) dan penunjuk lokasi (GPS) dll APD yang digunakan dalam pengambilan sampel meliputi sarung tangan masker helm ear plugmuff P3K dll

i) Perencanaan terhadap wadah sampel yang akan digunakan untuk pengamanan dan transpor sampel harus disesuaikan dengan karakteristik dan interaksi parameter sampel yang akan diuji dengan sifat bahan wadah Sebagai contoh pengambilan sampel DOBOD harus menggunakan botol BOD khusus yang menggunakan tutup asah sedangkan untuk sampel mikrobiologi digunakan wadah steril

j) Pengawetan sampel dilakukan sesuai dengan karakteristik parameter yang akan diuji pada sampel mis pengawetan sampel untuk parameter golongan logam pada air menggunakan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 3

asam nitrat pekat (HNO3 p) hingga pH lt 2 sedangkan untuk sampel sianida total pada air diawetkan menggunakan NaOH hingga pH gt 12 dan didinginkan 4oCplusmn2oC pada tempat gelap

k) Batas penyimpanan sampel disesuaikan dengan parameter yang akan diuji dan mengacu pada acuan standar seperti ASTM (The American Society for Testing and Materials) dll

l) Pengamanan sampel di lapangan meliputi pengemasan pengamanan pada label sampel (spidol waterproof label yang baik) informasi tambahan yang penting (titik jenis parameter uji pengawetan waktu dan nama pengambil sampel) sehingga mencegah interaksi sampel dengan lingkungan yang menyebabkan perubahan kualitasnya (kontaminasi degradasi dll)

m) Transportasi sampel yang juga berkaitan dengan batas penyimpanan sampel harus diperhatikan dengan seksama Selain itu moda transportasi yang digunakan untuk membawa sampel juga harus dipenuhi standar keamanannya seperti harus mematuhi peraturan penerbangan nasional dan internasional bila sampel dibawa menggunakan pesawat udara

n) Penyimpanan sampel dilakukan baik secara fisik maupun kimia seperti meminimalkan adsorbsi pengasaman mencegah metabolisme mikroorganisme menghindari hidrolisis serta pengendapan Faktor kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan dengan proses pengambilan sampel

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Penentuan Titik Sampel

Prinsip penentuan titik sampel harus mempertimbangkan keterwakilan populasi atau kualitas lingkungan kemampuan peralatan keselamatan pengambil sampel faktor klimatologi biaya dan kaidah-kaidah empiris Prinsip-prinsip penentuan titik sampel pada media lingkungan adalah sebagai berikut a) Pengambilan sampel air a)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 736 tahun 2010 tentang Pengawasan Kualitas Air Minum

Peraturan daerah setempat a)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah jerigen botol botol BOD botol steril timba steril coolbox dll Peralatan pendukung pH meter termometer sisa klor GPS peralatan untuk menjamin

tidak terjadi kontaminasi (krustang kapas alkohol) dll Pengawet Asam (HNO3 p H2SO4 p) basa (NaOH) dry ice dll APD sarung tangan masker jaket pelampung dll

a)3 Aspek yang dipertimbangkan Kedalaman air Homogenitas (untuk sampel air badan air) Arah dan kecepatan aliran air (untuk sampel air badan air)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 4

Keterkaitan dengan pajanan pada masyarakat (bila digunakan untuk penelitian kesehatan masyarakat)

Jarak antar sampel Keselamatan dan kemampuan sumber daya

a)4 Penentuan titik sampel Air sungai ditentukan yaitu

Uji homogenitas sungai dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu lalu lakukan uji parameter lapangan (suhu pH DOoksigen terlarut dan DHLDaya Hantar Listrik) Apabila hasil pengujian beberapa parameter pada beberapa sampel tersebut tidak berbeda jauh dengan variasi lt 10 maka disebut homogen atau tercampur sementara sehingga sampel yang diambil untuk mewakili air sungai tersebut bisa lebih sedikit

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel air sungai harus meliputi daerah hulu yang belum terkontaminasi daerah pemanfaatan sungai daerah yang potensial terkontaminasi daerah pertemuan dua sungai dan daerah hilir

Air tanah Pengambilan sampel dilakukan plusmn 20 cm dari dasar sumur gali dan dipastikan agar tidak

ada sedimen yang ikut terambil atau pada mulut kran tempat air keluar untuk sumur bor

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel dilakukan pada daerah meliputi daerah dimana air tanah digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari termasuk air minum dan di daerah yang berisiko terkontaminasi (dekat penimbunanpembuangan akhir sampah daerah pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif wilayah pesisir dimana terjadi intrusi air laut dll)

b) Pengambilan sampel udara ambien dan udara dalam ruang b)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan Peraturan daerah setempat

b)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Peralatan utama High Volume Air Sampler (HVAS) RAC Gas Sampler EPAM CO dan CO2

Detektor Low Volume Sampler Microbiology Air Sampler atau Lamotte BD Pump dan Sound Level Meter

Peralatan pendukung pengukur kecepatan angin arah angir termometer hygrometer dan luxmeter

Bahan yang digunakan filter HVAS dan LVS absorbant (So2 NO2 H2S NH3 dan O3) dan larutan garam (NaCl) fisiologis steril

b)3 Aspek yang dipertimbangkan Berhubungan dengan klimatologi arah dan kecepatan angin bunga angin (wind rose)

kelembaban musim dan suhu udara Berhubungan dengan asumsi konsentrasi parameter inversi udara dispersi jarak terbang

(distance) dan ukuran partikel Bilamana sumber pencemar adalah cerobong asap maka ketinggian ukuran partikel dan jarak terhadap pemukiman penduduk harus dipertimbangkan

Berhubungan dengan pajanan daerah padat penduduk jarak terhadap sumber pencemar (radius)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 5

b)4 Penentuan titik sampel Pengambilan sampel udara ambien harus menghindari daerah yang dekat dengan

bangunan dan tanaman yang diperkirakan dapat mengabsorbsi atau mengadsorbsi pencemar daerah yang terdapat pengganggu kimia yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Emisi kimiawi kendaraan bermotor dapat mengganggu pengukuran ozon) dan daerah yang terdapat pengganggu fisik yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Pengukuran total partikulat atau TSP dapat terganggu oleh adanya insinerator disekitar lokasi pengukuran)

Pada umumnya lokasi pengukuran (pengambilan sampel) dilakukan pada daerah yang mempunyai konsentrasi parameter tinggi daerah padat penduduk daerah yang diasumsikan menerima paparan pencemar dan daerah yang digunakan untuk memproyeksikan dampak kegiatan pembangunan

c) Pengambilan sampel sedimen c)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Wadah Plastik atau wadah lainnya untuk sedimen tanah atau lumpur Plastik dan botol

steril untuk makanan Peralatan Grab Sampler untuk pengambilan sludge pada daerah yang sulit danatau

dalam c)3 Aspek yang dipertimbangkan

Potensi dan sumber pencemaran Topografi Jenis vegetasi Perkiraan terjadinya pencemaran

c)4 Penentuan titik sampel Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang

cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel meliputi daerah yang tanahnya diperkirakan akan kontak dengan masyarakat daerah yang mewakili pencemaran tertentu berdasarkan karakteristik kegiatan di wilayah tersebut (tanah pada pertanian perkebunan pertambangan dll) dan daerah yang tanahnya diperkirakan dapat mengkontaminasi media lingkungan lainnya

d) Pengambilan sampel makanan d)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan d)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah Plastik atau wadah atau botol untuk makanan Untuk sampel makanan yang akan diperiksa parameter bakteriologisnya maka digunakan wadah steril

Peralatan sendok sendok steril pisau steril dan peralatanbahan yang mendukung pengambilan secara aseptis (Contoh Pembakar bunsen dengan spiritus)

d)3 Aspek yang dipertimbangkan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 11: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 9

Identifikasi bahaya (hazard identification)

Identifikasi terhadap jenis dan sifat serta kemampuan yang melekat pada suatu agen risiko yang dapat menyebabkan dampak buruk organisme sistim atau subpopulasi Identifikasi bahaya merupakan langkah yang kedua dalam ARKL

Intake non karsinogenik (Ink)

Banyaknya suatu materi (bahan) atau agen risiko yang memiliki efek non kanker (tidak menyebabkan kanker) pada sebuah media lingkungan yang masuk ke dalam tubuh manusia setiap harinya yang dinyatakan dalam satuan mgkghari

Intake karsinogenik (Ik) Banyaknya suatu materi (bahan) atau agen risiko yang memiliki efek kanker (terbukti dapat menyebabkan kanker) pada sebuah media lingkungan yang masuk ke dalam tubuh manusia setiap harinya yang dinyatakan dalam satuang mgkghari

Karakterisasi risiko (risk characterization)

Perhitungan kualitatif jika memungkinkan secara kuantitatif meliputi probabilitas terjadinya potensi dampak buruk suatu agen pada organisme sistim atau subpopulasi beserta faktor ketidakpastiannya

Konsentrasi (concentration)

Banyaknya suatu materi (bahan) atau agen yang terlarut atau terkandung dalam satuan jumlah pada sebuah media

Lowest Observed Adverse Effect Level (LOAEL)

Dosis terendah yang secara statistik atau biologis (masih) memperlihatkan efek merugikan pada hewan uji atau pada manusia

No Observed Adverse Effect Level (NOAEL)

Dosis tertinggi suatu zat pada studi toksisitas kronik atau subkronik yang secara statistik atau biologis tidak memperlihatkan efek merugikan pada hewan uji atau pada manusia

Risiko (risk) Kemungkinan atau kebolehjadian dari suatu dampak buruk pada organisme sistem atau sub populasi timbul akibat (disebabkan) oleh terpajan suatu agen pada kondisi tertentu

Risiko aman atau risiko yang dapat diterima (Acceptable Risk)

Istilah dalam manajemen risiko yaitu dapat diterimanya risiko yang didasarkan pada data ilmiah faktor sosial ekonomi dan politik serta benefit dari pajanan suatu agen

Slope factor (SF) Dosis konsentrasi dari pajanan harian agen risiko karsinogenik yang diestimasi tidak menimbulkan efek yang mengganggu atau tidak menyebabkan terjadinya kanker walaupun pajanannya terjadi sepanjang hayat (seumur hidup)

Tingkat risiko (risk quotient [RQ])

Besarnya risiko yang dinyatakan dalam angka tanpa satuan yang merupakan perhitungan perbandingan antara intake dengan dosis konsentrasi referensi dari suatu agen risiko non karsinogenik serta dapat juga diinterpretasikan sebagai amantidak amannya suatu agen risiko terhadap organisme sistim atau subpopulasi

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 10

Materi Sub Bahasan Jenis dan Penggunaan ARKL

Ada dua jenis ARKL yang dapat digunakan yaitu kajian ARKL cepat atau kajian di atas meja (desktop studi) dan kajian lapangan (field study) tergantung sumber data yang digunakan ARKL diatas meja tidak menggunakan data lapangan tetapi menggunakan nilai-nilai default rekomendasi danatau asumsi sedangkan kajian lapangan dilakukan dengan pengukuran langsung kualitas lingkungan pajanan (frekuensi durasi) dan data antropometri (berat badan) Perbedaan antara kedua jenis ARKL tersebut dapat dilihat pada tabel 2

Tabel 2 Perbandingan antara ARKL desktop dan field

VARIABEL Desktop field Sumber data

yang digunakan

Data Sekunder dan asumsinilai default

Data primer (data yang dikumpulkan sendiri) dan asumsi jika Waktu

pelaksanaan Seketika saat dibutuhkan durasi lebih singkat

Perlu perencanaan dan pengorganisasian durasi lebih lama

Besarnya biaya yang dibutuhkan

Sangat sedikit atau tidak ada Biaya besar (biaya seperti melakukan suatu penelitian kajian lapangan)

ARKL sebagai suatu cara lsquotoolsrsquo atau pendekatan dapat diaplikasikan untuk berbagai keperluan Penggunaan ARKL pada berbagai kebutuhan dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini

Tabel 3 Penggunaan dari masing - masing model ARKL Jenis Kegiatan Kebutuhan lsquodesktoprsquo ARKL Kajian ARKL

Analisis suatu kasus kesehatan lingkungan (Emergency Responses)

-

Analisis suatu kasus kesehatan lingkungan (Reformation Responses)

-

Penyusunan AMDAL suatu kegiatan dan atau usaha Kajian ANDAL dan penyusunan RKL - RPL

-

Pengkajian penyusunan dan penetapan baku mutu -

Pengkajian penyusunan dan penetapan kebijakan kesehatan lingkungan yang baru

-

Materi Sub Bahasan Langkah ndash langkah ARKL Perumusan masalah yang dilakukan sebelum melakukan langkah ndash langkah ARKL dimaksudkan untuk dapat menjawab pertanyaan apa dimana berapa besar kapan siapa populasi berisiko dan bagaimana kepedulian masyarakat (populasi berisiko) Rumusan masalah ini akan digunakan sebagai latar belakang mengapa suatu agen risiko perlu dianalisis risiko dan akan dimasukkan ke dalam laporan Uraian apa yang harus dijawab untuk merumuskan masalah dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 11

Tabel 4 Uraian langkah perumusan masalah Pertanyaan Uraiaan - Apa yang menjadi masalah Media lingkungan yang terkena dampak jenis kegiatan yang

menjadisumber dampak jenis polutan apa yang potensial

- Dimana masalah itu terjadi Wilayah administrasi wilayah geografi batas sosial batas ekologis - Seberapa besar masalahnya Prevalensi penyakit terkait lingkungan konsentrasi agen risiko pada media lingkungan jumlah populasi yang potensial terkena

- Kapan masalah terjadi Hari bulan tahun dan durasi (lamanya) masalah berlangsung - Siapa populasi berisiko Kelompok masyarakat yang potensial terkena golongan

umur kelompok berdasarkan tempat tinggal pekerjaan dan komunitas tertentu (komunitas hobi komunitas adat dll)

- Bagaimana kepedulian masyarakat

Deskripsi aksi protes masyarakat opini pendapat masyarakat dan tokoh masyarakat pandangan pakar respon instansi yang berwenang menangani masalah tersebut (program rencana program kerja terkait penanganan masalah

Langkah 1 Identifikasi bahaya (hazard identification) Identifikasi bahaya merupakan langkah pertama dalam ARKL yang digunakan untuk mengetahui secara spesifik agen risiko apa yang berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan bila tubuh terpajan Sebagai pelengkap dalam identifikasi bahaya dapat ditambahkan gejala ndash gejala gangguan kesehatan apa yang terkait erat dengan agen risiko yang akan dianalisis Tahapan ini harus menjawab pertanyaan agen risiko spesifik apa yang berbahaya di media lingkungan yang mana agen risiko eksisting seberapa besar kandungankonsentrasi agen risiko di media lingkungan gejala kesehatan apa yang potensial Uraian apa yang harus dijawab dalam identifikasi bahaya dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini

Tabel 5 Uraian langkah identifikasi bahaya Pertanyaan Uraian Agen risiko spesifik apa yang berbahaya

Agen risiko bahan kimia jelaskan spesi atau senyawa kimia apa yang berbahaya secara jelas Contoh Merkuri (Hg) jelaskan apakah agen risiko berupa elemental mercury anorganic mercury atau organic mercury (methyl mercury) Agen risiko biologi jelaskan spesiesnya

Di media lingkungan yang mana agen risiko eksisting

Jelaskan media lingkungan dimana agen risiko eksisting apakah di udara ambien air tanah sludge biota hewan dll Contoh jika merkuri sebagai agen risiko maka media lingkungan yang terkontaminasi antara lain air bersih sludge (jika pada pertambangan emas rakyat) ataupun di hewan (ikan yang dikonsumsi)

Seberapa besar kandungankonsentrasi agen risiko di media lingkungan

Jelaskan konsentrasi hasil pengukurannya di media lingkungan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 12

Pertanyaan Uraian Gejala kesehatan apa yang potensial

Uraikan gejala kesehatan gangguan kesehatan apa yang dapat terkait dengan agen risiko Contoh jika merkuri sebagai agen risiko maka gejalagangguan kesehatan yang mungkin timbul antara lain tremor gemetaran pada saat berdiri pusing pada saat berdiri rasa nyeri pada tangan dan kaki dan gangguan pada susunan saraf pusat

Untuk membantu dalam melakukan identifikasi bahaya dapat digunakan contoh formulir sebagaimana pada tabel 6 di bawah ini

Tabel 6 Contoh formulir bantu identifikasi bahaya Sumber

dan penggunaan

Media lingkungan potensial

Agen Risiko

Konsentrasi

Minimal Rata - rata Maksimal Pertambangan mineral (emas tembaga perak dll)

Air permukaan (sungai danau)

Merkuri Anorganik Total Merkuri

- Merkuri Anorganik mgl - Total Merkuri mgl

- Merkuri Anorganik mgl - Total Merkuri mgl

- Merkuri Anorganik mgl - Total Merkuri mgl Lumpur (tailing) Metil Merkuri

Merkuri Anorganik Total Merkuri

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Tanaman (buah sayur umbi)

Metil Merkuri Merkuri Anorganik Total Merkuri

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah (sumur) Merkuri Anorganik Total Merkuri

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Udara Total Merkuri Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Biota air (ikan kerang dsb)

Metil Merkuri Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Pertambangan fosil (batu bara minyak bumi)

middot Udara SO2 Benzene Golongan Metan

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 13

Sumber dan

penggunaan

Media lingkungan potensial

Agen Risiko

Konsentrasi

Minimal Rata - rata Maksimal Pengolahan aki bekas

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Industri elektronika

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan (dari limbah cair)

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah (dari limbah cair)

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Bengkel patri las galvanisasi logam

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Transportasi middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Tanaman Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Kegiatan lainnya Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Penggunaan formulir ini dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan dalam pengisiannya merujuk pada literatur yang tersedia Langkah 2 Analisis dosis - respon (dose-response assessment) Setelah melakukan identifikasi bahaya (agen risiko konsentrasi dan media lingkungan ) maka tahap selanjutnya adalah melakukan analisis dosis- respons yaitu mencari nilai RfD danatau RfC danatau SF dari agen risiko yang menjadi fokus ARKL serta memahami efek apa saja yang mungkin ditimbulkan oleh agen risiko tersebut pada tubuh manusia Analisis dosis ndash respon ini tidak harus

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 14

dengan melakukan penelitian percobaan sendiri namun cukup dengan merujuk pada literature yang tersedia Langkah analisis dosis respon ini dimaksudkan untuk

a mengetahui jalur pajanan (pathways) dari suatu agen risiko masuk ke dalam tubuh manusia

b memahami perubahan gejala atau efek kesehatan yang terjadi akibat peningkatan konsentrasi atau dosis agen risiko yang masuk ke dalam tubuh

c mengetahui dosis referensi (RfD) atau konsentrasi referensi (RfC) atau slope factor (SF) dari agen risiko tersebut

Di dalam laporan kajian ARKL ataupun dokumen yang menggunakan ARKL sebagai cara metode kajian analisis dosis ndash respon perlu dibahas dan dicantumkan Analisis dosis ndash respon dipelajari dari berbagai toxicological reviews jurnal ilmiah atau artikel terkait lainnya yang merupakan hasil dari penelitian eksperimental Untuk memudahkan analisis dosis ndash respon dapat dipelajari pada situs wwwepagoviris Dosis Referensi (RfD) Konsentrasi Referensi (RfC) dan Slope Factor (SF) Uraian tentang dosis referensi (RfD) konsentrasi referensi (RfC) dan slope factor (SF) adalah sebagai berikut

a Dosis referensi dan konsentrasi yang selanjutnya disebut RfD dan RfC adalah nilai yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman pada efek non karsinogenik suatu agen risiko sedangkan SF (slope factor) adalah referensi untuk nilai yang aman pada efek karsinogenik

b Nilai RfD RfC dan SF merupakan hasil penelitian (experimental study) dari berbagai sumber baik yang dilakukan langsung pada obyek manusia maupun merupakan ekstrapolasi dari hewan percobaan ke manusia

c Untuk mengetahui RfC RfD dan SF suatu agen risiko dapat dilihat pada Integrated Risk Information System (IRIS) yang bisa diakses di situs wwwepagoviris

d Jika tidak ada RfD RfC dan SF maka nilai dapat diturunkan dari dosis eksperimental yang lain seperti NOAEL (No Observed Adverse Effect Level) LOAEL (Lowest Observed Adverse Effect Level) MRL (Minimum Risk Level) baku mutu udara ambien pada NAAQS (National Ambient Air Quality Standard) dengan catatan dosis eksperimental tersebut mencantumkan faktor antropometri yang jelas (Wb tE fE dan Dt)

Satuan dosis referensi (RfD) dinyatakan sebagai milligram (mg) zat per kilogram (Kg) berat badan per hari disingkat mgkghari Dalam literatur terkadang ditulis mgkgxhari mgkghari dan mgkg-hari Satuan konsentrasi referensi (RfC) dinyatakan sebagai milligram (mg) zat per meter kubik (M3) udara disingkat mgM3 Konsentrasi referensi ini dinormalisasikan menjadi satuan mgkghari dengan ara memasukkan laju inhalasi dan berat badan yang bersangkutan Untuk memudahkan dalam analisis dosis ndash respon pada tabel 7 dan 8 disajikan contoh RfD RfC dan SF

Tabel 7 Contoh RfD dan SF beberapa agen risiko atau spesi kimia jalur ingesti No Agent Dosis Respon

(RfD SF) Efek Kristis dan Referensi

1 As (Arsen) 3E-4 mgkgday 15E+0 (mgkgday)minus1

Hiperpigmentasi keratosis dan kemungkinan komplikasi vaskular pajanan oral (Tseng 1977 Tseng et al 1968)

2 Ba (Barium) 2E-1 mgkgday Nefropati dalam 2 tahun pemberian air minum kepada mencit (NTP 1994)

3 B (Boron) 2E-1 mgkgday Penurunan berat janin pada pajanan asam borat gestasi

4 Cd (Kadmium) 5E-4 mgkgday Proteinuria pajanan kronik manusia (USEPA

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 15

No Agent Dosis Respon (RfD SF)

Efek Kristis dan Referensi

5 Cl2 (Klorin) bebas 1E-1 mgkgday Pajanan kronik air minum tikus (NTP 1992) 6 Cr6+ (Kromium

Heksavalen) 3E-3 mgkgday Uji hayati air minum 1 tahun dengan tikus

(McKenzie et al 1958) dan pajanan air minum penduduk Jinzhou (Zhang and Li 1987)

7 CN- (Sianida) 2E-2 mgkgday Kehilangan berat efek tiroid dan degradasi myelin dalam uji hayati subkronik sampai kronik oral pada tikus (Philbrick et al 1979)

8 F- (Fluorida) 6E-2 mgkgday Flourisis gigi dan efek kosmetik dalam studi epidemio logi (Hodge 1950 cited in Underwood 1977)

9 Mn (Mangan) 1 4E- 1 mgkgday Hipokolesterolemia epilepsi kekurangan pankreas eksokrin sklerosis berganda katarak osteoporosis fenilketonuria amp penyakit kencing maple syrup (inborn) panotda ingesi kronik manusia (NRC 1989 Freeland- Graves et al 1987 WHO 1973)

10 Hg ndash MeHg (Merkuri - metal merkuri)

1E-4 mgkgday Kelainan neuropsikologis perkembangan dalam studi epidemilogi (Grandjean et al 1997 Budz-Jergensen et al 1999)

11 NO2- (Nitrit) 1E-1 mgkgday Methemoglobinemia pada bayi yang terpajan kronik air minum (Walton 1951)

12 Se (Selenium) 5E-3 mgkgday Selenosis dari studi epidemiologi (Yang et al 1989)

13 Zn (Seng) 3E-1 mgkgday Penurunan Cu eriytrosit dan aktifitas Zn superoksida dismutase pada relawan pria dan wanita (Yadrick et al 1989)

14 CHBr3 2E-2 mgkgday 79E-3 (mgkgday)minus1

Lesi hepatik uji hayati subkronik gavage oral pada tikus

15 CHCl3 1E-2 mgkgday Pembentukan greasety cyst sedangnyata pada hati dan peningkatan SGPT dalam uji hayati kronik pada anjing (Heywood et al 1979)

16 CHBr2Cl 2E-2 mgkgday 84E-2 (mgkgday)minus1

Lesi hepatik uji hayati subkronik gavage oral pada tikus (NTP 1989)

Disadur dari Rahman 2007

Tabel 8 Contoh RfC beberapa agen risiko atau spesi kimia jalur inhalasi No Agent Dosis Respon Efek Kristis dan Referensi RfC 1 NH3 286E-2 Kenaikan keparahan rinitis dan pneumonia

dengan lesi pernafasan pada uji hayati tikus subkronik (Broderson et al 1976)

2 H2S 57 1E-4 Lesi nasal lendir olfaktori pada uji hayati tikus subkronik (Brenneman et al 2000)

3 Pb 493E-4 Perubahan tingkat enzim dan perkembangan neurobehavioral anak-anak (IRIS 2006)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 16

1E-4 mgkg-day

(00001

mgkg-day)

No Agent Dosis Respon Efek Kristis dan Referensi 4 NO2 2E-2 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) 5 SO2 26E-2 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) 6 TSP 242 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) Disadur dari Rahman 2007 Mengingat pemutakhiran (update) RfD RfC dan SF berlangsung sangat cepat RfD RfC dan SF yang tercantum pada tabel di atas tidak bisa selamanya dijadikan acuan RfD RfC dan SF dari agen risiko yang lain serta update dari RfD RfC dan SF pada tabel di atas dapat dilihat dengan mengakses wwwepagoviris Tahapan dalam mengakses situs tersebut dapat dilihat pada lampiran 5 Tampilan evaluasi dosis - respon yang terdapat pada toxicological review pada situs tersebut dapat dilihat pada contoh berikut Contoh evaluasi dosis ndash respon (1) Methylmercury (MeHg) CASRN 22967-92-6 IA1 Oral RfD Summary Critical Effect Experimental Doses UF MF RfD

Developmental neuropsychological impairment Human epidemiological studies (Grandjean et al 1997 Budtz-Joslashrgensen et al 1999a)

Benchmark Dose BMDL05 range of 46-79 ppb in maternal blood for different neuropsychological effects in the offspring at 7 years of age corresponding to a range of maternal daily intakes of 0857-1472 microgkg-day

10 1

Conversion Factors and Assumptions mdashMaternal daily dietary intake levels were used as the dose surrogate for the observed developmental effects in the children exposed in utero The daily dietary intake levels were calculated from blood concentrations measured in the mothers with supporting additional values based on their hair concentrations This conversion is explained in the text below A benchmark dose approach (BMD) was used rather than a no-observed-adverse-effect levellowest-observed-adverse-effect level (NOAELLOAEL) approach to analyze the neurological effects in children as the response variable This analysis is also explained in the text below This assessment updates the 1995 RfD assessment on IRIS and is the same as the RfD that was based on the study of a poisoning episode in Iraq in which developmental neurotoxicity was observed following ingestion of methylmercury-treated grain (Marsh et al1987)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 17

mdash 15E+0 per (mgkg)day

Contoh evaluasi dosis - respon (2) Arsenic inorganic (CASRN 7440-38-2) IIB Quantitative Estimate of Carcinogenic Risk from Oral Exposure IIB1 Summary of Risk Estimates Oral Slope Factor Drinking Water Unit Risk mdash 5E-5 per (ugL) Extrapolation Method mdash Time- and dose-related formulation of the multistage model (US EPA 1988) Drinking Water Concentrations at Specified Risk Levels

Risk Level Concentration E-4 (1 in 10000) 2E+0 ugL E-5 (1 in 100000) 2E-1 ugL E-6 (1 in 1000000) 2E-2 ugL

Langkah 3 Analisis pajanan (exposure assessment) Setelah melakukan langkah 1 dan 2 selanjutnya dilakukan Analisis pemajanan yaitu dengan mengukur atau menghitung intake asupan dari agen risiko Untuk menghitung intake digunakan persamaan atau rumus yang berbeda Data yang digunakan untuk melakukan perhitungan dapat berupa data primer (hasil pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan sendiri) atau data sekunder (pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan oleh pihak lain yang dipercaya seperti BLH Dinas Kesehatan LSM dll) dan asumsi yang didasarkan pertimbangan yang logis atau menggunakan nilai default yang tersedia Rumus perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut Perhitungan intake non karsinogenik (INK) 1 Intake pada jalur pemajanan inhalasi (terhirup)

ܫ = ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphelliphelliphellipRumus 1

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ink (Intake)

Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada media udara (udara ambien)

mgm3 Tidak ada nilai default

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 18

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default R (Rate) Laju inhalasi atau

banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya

m3jam Dewasa 083 m3jam Anak ndash anak (6 ndash 12 tahun) 05 m3jam

tE (time of exposure) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap harinya

Jamhari - Pajanan pada pemukiman 24 jamhari - Pajanan pada lingkungan kerja 8 jamhari - Pajanan pada sekolah dasar 6 jamhari

fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasikelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(nk) (time average) Periode waktu rata ndash rata

Hari 30 tahun x 365 haritahun = 10950 hari

2 Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphelliphelliphellipRumus 2

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ink (Intake) Jumlah konsentrasi agen

risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari

Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada air bersihminum atau pada makanan

- mgl (air) mgkg (makanan)

Tidak ada nilai default

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 19

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default R (Rate) Laju konsumsi atau

banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya

- Liter hari (air) - Gram hari (makanan)

Air Minum - Dewasa (pemukiman) 2 literhari - Anak ndash anak (pemukiman) 1 literhari - Dewasa (lingkungan kerja) 1 literhari Makanan - Buah ndash buahan 42 gramhari - Sayuran 80 gramhari fE (frecuency of

exposure) Lamanya atau jumlah hari

terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(nk) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogen

Hari 30 tahun x 365 haritahun = 10950 hari

Perhitungan intake karsinogenik (IK) 1 Intake pada jalur pemajanan inhalasi (terhirup)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphellipRumus 3

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ik (Intake) Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada media udara (udara ambien)

mgm3 Tidak ada nilai default

R (Rate) Laju inhalasi atau banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya

m3jam Dewasa 083 m3jam Anak ndash anak (6 ndash 12 tahun) 05 m3jam

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 20

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default tE (time of exposure) Lamanya atau jumlah jam

terjadinya pajanan setiap harinya

Jamhari - Pajanan pada pemukiman 24 jamhari - Pajanan pada lingkungan kerja 8 jamhari - Pajanan pada sekolah dasar 6 jamhari

fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

2 Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ಲೇಸ

helliphelliphellipRumus 4

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ik (Intake) Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada air bersih minum atau pada makanan

- mgl (air) - mgkg (makanan)

Tidak ada nilai default

R (Rate) Laju konsumsi atau banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya

- literhari (air) - gramhari (makanan)

Air Minum - Dewasa (pemukiman) 2 literhari - Anak ndash anak (pemukiman) 1 literhari - Dewasa (lingkungan kerja) 1 literhari Makanan - Buah ndash buahan 42 gramhari - Sayuran 80 gramhari - Ikan tangkapan 54 gramhari

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 21

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok Populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

Analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL Hal ndash hal yang perlu diketahui dan dicermati dalam melakukan analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL adalah sebagai berikut Pada lsquodesktoprsquo ARKL tidak perlu dilakukan pengumpulan data Data yang menjadi dasar perhitungan intake menggunakan data sekunder dan asumsi Terkait dengan variabel konsentrasi pelu diperhatikan hal sebagai berikut Data sekunder umumnya dibutuhkan untuk mengetahui konsentrasi agen risiko pada media

lingkungan yang mana merupakan hasil pengukuran yang pernah dilakukan oleh pihak lain pada media lingkungan wilayah dan waktu yang sama

Ada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL dalam rangkaian studi AMDAL (kajian ANDAL dan RKL - RPL untuk aspek kesehatan masyarakat) suatu kegiatan sumber data konsentrasi dapat merupakan proyeksi perubahan rona lingkungan yang telah dikaji pada aspek yang lain mis proyeksi konsentrasi agen risiko di udara ambien pada tahap operasional kegiatan atau proyeksi konsentrasi agen risiko di air bersih pada tahap operasional kegiatan

Terkait dengan variabel perhitungan yang lain (R tE fE Dt Wb dan tAVG) asumsi didasarkan pada logika yang rasional atau nilai default yang sudah tersedia Adapun nilai default untuk berbagai variabel pada lsquodesktoprsquo ARKL dapat dilihat pada tabel 9 berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 22

Tabel 9 Nilai default dari faktor pajanan (Rahman 2007) Tataguna lahan

Jalur pajanan Asupan harian Frekuensi pajanan (haritahun)

Durasi pajanan (tahun)

Berat badan (kg)

Residensial Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

12 m3 (anak) raquo 05 350 6 15 Industri amp komersial

Air minum 1 L 250 25 70 55 b

Pertanian Tanaman perkarangan

42 g (buah - buahan)

350 30 70 55 b

80 g (sayur - mayur)

350 30 70 55 b

Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

Rekreasi Ikan tangkapan 54 g 350 30 70 55 b Disadur dari Rahman 2007 seluruhnya berasal dari Exposure Factor Handbook (EPA 1990) kecuali bNukman et al (2005) 324 Langkah 4 Karakterisasi risiko (risk characterization) Langkah ARKL yang terakhir adalah karakterisasi risiko yang dilakukan untuk menetapkan tingkat risiko atau dengan kata lain menentukan apakah agen risiko pada konsentrasi tertentu yang dianalisis pada ARKL berisiko menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat (dengan karakteristik seperti berat badan laju inhalasikonsumsi waktu frekuensi durasi pajanan yang tertentu) atau tidak Karakteristik risiko dilakukan dengan membandingkan membagi intake dengan dosis konsentrasi agen risiko tersebut Variabel yang digunakan untuk menghitung tingkat risiko adalah intake (yang didapatkan dari analisis pemajanan) dan dosis referensi (RfD) konsentrasi referensi (RfC) yang didapat dari literatur yang ada (dapat diakses di situs wwwepagoviris) 1 Karakterisasi risiko pada efek non karsinogenik Perhitungan tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko untuk efek non karsinogenik dinyatakan dalam notasi Risk Quotien (RQ) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek non karsinogenik dilakukan perhitungan dengan membandingkan membagi intake dengan RfC atau RfD Rumus untuk menentukan RQ adalah sebagai berikut ூ

ோ helliphelliphelliphellipRumus 5

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur inhalasi (terhirup) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 1 RfC (reference concentration) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan inhalasi

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 23

ூோ

helliphelliphelliphelliphellipRumus 6

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur ingesti (tertelan) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 2 RfD (reference dose) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan ingesti

Didapat Interpretasi tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko yang diperoleh pada ARKL merupakan konsumsi pakar ataupun praktisi sehingga perlu disederhanakan atau dipilihkan bahasa yang lebih sederhana agar dapat diterima oleh khalayak atau publik Tingkat risiko dinyatakan dalam angka atau bilangan desimal tanpa satuan Tingkat risiko dikatakan AMAN bilamana intake le RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ le 1 Tingkat risiko dikatakan TIDAK AMAN bilamana intake gt RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ gt 1 Narasi yang digunakan dalam penyederhanaan interpretasi risiko agar dapat diterima oleh khalayak atau publik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll Contoh Tingkat risiko RQ untuk pajanan Pb (inhalasi) sebesar 000008 microgm3 pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan rata - rata 55 kg dan telah terpajan 350 haritahun selama 20 tahun diketahui sebesar 0098 maka Interpretasi risiko Pajanan Pb sebesar 000008 microgm3 secara inhalasi pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan 55 Kg masih aman untuk frekuensi pajanan 350 haritahun hingga 20 tahun mendatang Perhitungan tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko untuk efek karsinogenik dinyatakan dalam notasi Excess Cancer Risk (ECR) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek karsinogenik dilakukan perhitungan dengan mengkali intake dengan SF Rumus untuk menentukan ECR adalah sebagai berikut

ܥܧ = Rumus 7helliphelliphelliphellip ܨ ݔ ܫKeterangan Digunakan untuk menghitung tingkat risiko pada agen risiko dengan efek karsinogenik I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 3 atau rumus SF (slope factor) Nilai referensi agen risiko dengan efek karsinogenik

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 24

Interpretasi tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko dinyatakan dalam bilangan exponen tanpa satuan (cth 13E-4) Tingkat risiko dikatakan acceptable atau aman bilamana ECR le E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR le 110000 Tingkat risiko dikatakan unacceptable atau tidak aman bilamana ECR gt E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR gt 110000 Contoh ECR = 13E-5 (13 x 10-5) dapat diinterpretasikan sebagai berikut ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Narasi yang digunakan dalam risiko karsinogenik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoacceptablersquo atau lsquounacceptablersquo (lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo) - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll - Risiko kanker [ mis ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Contoh Tingkat risiko ECR untuk pajanan benzene (inhalasi) sebesar 03 microgm3 pada pekerja depo penampungan BBM di Jakarta dengan berat badan rata - rata 60 kg dan telah terpajan 250 haritahun selama 10 tahun diketahui sebesar 456E-4

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 1

MODUL II MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Manajemen Risiko Kesehatan Lingkungan

Manajemen risiko adalah proses mengidentifikasi evaluasi penyeleksian dan melakukan

upaya untuk mengurangi risiko terhadap ekosistem dan kesehatan manusia (Omenn GS et al 1997) Setelah melakukan keempat langkah ARKL di atas maka telah dapt diketahui apakah suatu agen risiko amandapat diterima atau tidak Manajemen risiko bukan termasuk langkah ARKL melainkan tindak lanjut yang harus dilakukan bilamana hasil karakterisasi risiko menunjukkan tingkat risiko yang tidak aman ataupun unacceptable Dalam melakukan manajemen risiko perlu dibedakan antara strategi manajemen risiko dengan cara manajemen risiko Strategi manajemen risiko meliputi penentuan batas aman yaitu

1 Konsentrasi agen risiko (C) danatau 2 Jumlah konsumsi (R) danatau 3 Waktu pajanan (tE) danatau

4 Frekuensi pajanan (fE) danatau

5 Durasi pajanan (Dt)

Setelah batas aman ditentukan selanjutnya perlu dilakukan penapisan alternatif terhadap batas aman yang mana yang akan dijadikan sebagai target atau sasaran pencapaian dalam pengelolaan risiko Batas aman yang dipilih adalah batas aman yang lebih rasional dan realistis untuk dicapai

Adapun cara manajemen risiko adalah cara atau metode yang akan digunakan untuk

mencapai batas aman tersebut Cara manajemen risiko meliputi beberapa pendekatan yaitu pendekatan teknologi pendekatan sosial - ekonomis dan pendekatan institusional penjelasan lebih lanjut langkah ndash langkah dalam manajemen risiko akan dijelaskan pada sub bahasan selanjutnya

Materi Sub Bahasan Strategi manajemen risiko

1 Penentuan batas aman Batas aman disini adalah batas atau nilai terendah yang menyebabkan tingkat risiko

menjadi tidak aman (tidak dapat diterima) Oleh karenannya nilai yang aman adalah nilai di bawah batas amannya sedangkan nilai yang sama dengan batas aman tersebut akan menyebabkan tingkat risiko menjadi tidak aman Sebagai contoh jika hasil

perhitungan menunjukkan konsentrasi aman adalah 4499 microgm3 maka nilai konsentrasi

yang benar ndash benar aman adalah di bawah 4499 microgm3 (lt4499 microgm3) 4498 microgm3

a) Penentuan konsentrasi aman (C) Dalam penentuan konsentrasi aman semua variabel dan nilai yang digunakan

sama dengan variabel dan nilai pada perhitungan intake Akan tetapi nilai intake yang digunakan adalah RfD atau RfC agen risikonya

Sedangkan konsentrasi aman pada intake karsinogenik perhitungan didasarkan

pada nilai acceptable sebesar 10-4 dibagi nilai SF nya Selain itu variabel tavg disesuaikan dengan perhitungan karsinogenik yaitu (70 haritahun x 365 hari) Untuk menghitung konsentrasi aman digunakan rumus sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 2

Konsentrasi aman non karsinogenik Konsentrasi aman non karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 8

Konsentrasi aman non karsinogenik (ingestii)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ಶ ௫

Rumus 9

Konsentrasi aman karsinogenik Konsentrasi aman karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 10

Konsentrasi aman karsinogenik (ingesti)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 11

Keterangan

Notasi Arti Notasi C(aman) (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada udara ambien atau pada

air bersihminum atau pada makanan yang aman

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 3

Notasi Arti Notasi R (Rate) Laju asupan

Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

Volume air minum yang masuk tubuh (liter) setiap harinya

Volume makanan yang masuk tubuh (gram) setiap harinya

tE atau time of exposure (rumus 8)

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode

b) Penentuan jumlah konsumsi aman (R)

Laju asupan yang dapat dikelola hanyalah pada pada pajanan melalui makanan dan air minum (ingesti) karena masih banyak substitusi untuk setiap jenis makanan ataupun air minum Untuk pajanan melalui udara (inhalasi) pembatasan laju inhalasi hampir tidak mungkin dilakukan Untuk menghitung jumlah konsumsi aman digunakan rumus sebagai berikut Laju konsumsi aman non karsinogenik (ingesti)

() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ಶ ௫

Rumus 12

Laju konsumsi aman karsinogenik (ingesti)

() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ಶ ௫

Rumus 13

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 4

Keterangan Notasi Arti Notasi

R(aman) Laju konsumsi atau banyaknya volume makanan (gram) atau volume air (liter) yang masuk tubuh setiap harinya yang aman

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

c) Penentuan waktu pajanan aman (tE) Waktu pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan

kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan waktu pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah jam terpapar setiap harinya oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung waktu pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Waktu pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 14

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 5

Waktu pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 15

Keterangan

Notasi Arti Notasi t(aman) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap

harinya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

d) Penentuan frekuensi pajanan aman (fE)

Frekuensi pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan frekuensi pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah hari terpapar dalam satu tahun oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung frekuensi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Frekuensi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 16

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 6

Frekuensi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 17

Keterangan

Notasi Arti Notasi fE(aman) (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan

setiap tahunnya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

e) Penentuan durasi pajanan aman (Dt) Durasi pajanan aman dikelola pada pemajanan inhalasi pada lingkungan

yang permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan durasi pajanan dilakukan dengan membatasi lamanya tinggal (tahun) masyarakat pada suatu pemukiman dengan cara melakukan lsquorelokasirsquo pemukiman pada saat telah melewati batas durasi amannya Penerapan strategi durasi pajanan aman untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) kurang tepat karena pada pemajanan ingesti manajemen risiko cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung durasi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Durasi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 18

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 7

Durasi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 19

Keterangan

Notasi Arti Notasi Dt (aman) (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan yang

aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

tE atau time of exposure

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

2 Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko Penapisan alternatif manajemen risiko harus didasarkan pada pertimbangan logis

dan turut mempertimbangkan berbagai faktor termasuk cara pengelolaan risikonya Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini

Tabel 10 Alternatif manajemen risiko dan penggunaannya Alternatif Pengelolaan

Risiko Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Penurunan konsentrasi hingga ke batas aman (konsentrasi aman)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 8

Alternatif Pengelolaan Risiko

Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Pengurangan konsumsi hingga ke batas aman (jumlah konsumsi aman)

Pembatasan waktu pajanan hingga ke batas aman (waktui pajanan aman)

Pembatasan frekuensi pajanan hingga ke batas aman (frekuensi pajanan aman)

Pembatasan durasi pajanan hingga ke batas aman (durasi pajanan aman)

Materi Sub Bahasan Cara manajemen risiko

Manajemen risiko selain membutuhkan strategi yang tepat juga harus dilakukan dengan

cara atau metode yang tepat Dalam aplikasinya cara manajemen risiko dapat dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu 1) Pendekatan teknologi

Manajemen risiko menggunakan teknologi yang tersedia meliputi penggunaan alat bahan dan metode serta teknik tertentu Contoh manajemen risiko dengan pendekatan teknologi antara lain penerapan penggunaan IPAL pengolahan penyaringan air modifikasi cerobong asap penanaman tanaman penyerap polutan dll

2) Pendekatan sosial - ekonomis

Manajemen risiko menggunakan pendekatan sosial - ekonomis meliputi pelibat-sertaan pihak lain efisiensi proses substitusi dan penerapan sistem kompensasi Contoh manajemen risiko dengan pendekatan sosial ndash ekonomis antara lain 3R (reduce reuse dan recycle) limbah pemberdayaan masyarakat yang berisiko pemberian kompensasi pada masyarakat yang terkena dampak permohonan bantuan pemerintah akibat keterbatasan pemrakarsa (pihak yang bertanggung jawab mengelola risiko) dll

3) Pendekatan institusional

Manajemen risiko dengan menempuh jalur dan mekanisme kelembagaan dengan cara melakukan kerjasama dengan pihak lain Contoh manajemen risiko dengan pendekatan institusional antara lain kerjasama dalam pengolahan limbah B3 mendukung pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah menyampaikan laporan kepada instansi yang berwenang dll

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 1

MODUL III SURVEILANS FAKTOR RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans oleh World Health Organization (WHO) didefinisikan sebagai kegiatan

berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data kesehatan masyarakat yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat Surveilans yang dilakukan diharapkan dapat Menjadi sistem kewaspadaan dini terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat di masa yang

akan datang Mendokumentasikan dampak dari suatu intervensi atau jejak dari kemajuan program dalam

mencapai tujuan tertentu dan Memonitor dan mengklarifikasi masalah kesehatan secara epidemiologi guna menetapkan

priritas dan menginformasikan kebijakan dan strategi kesehatan ke publik

Faktor risiko dalam dunia kesehatan dan epidemiologi biasa didefinisikan sebagai faktor-faktor atau kondisi yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit Faktor risiko tersebut umumnya dapat dikatagorikan menjadi beberapa jenis yaitu faktor risiko genetis faktor risiko perilaku dan faktor risiko lingkungan

Dari kedua definisi di atas maka surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah kegiatan berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor-faktor atau kondisi lingkungan yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan lingkungan Untuk itu ada beberapa hal yang menjadi kata kunci dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yaitu sistematis dan berkesinambungan pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor lingkungan yang dapat menyebabkan sakit dan upaya kesehatan lingkungan

Materi Sub Bahasan Konsep dan Penerapan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Penyakit dan masalah kesehatan masyarakat erat terhubung dengan faktor atau kondisi

lingkungan Oleh karenanya secara naluriah setiap manusia menginginkan lingkungan yang sehat dan nyaman sebagai tempat tinggalnya yang juga kondusif terhadap kondisi kesehatannya Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang salah satunya ditempuh melalui kegiatan penyehatan lingkungan (kesehatan lingkungan) Dalam rangka mewujudkan kondisi lingkungan sesuai dengan yang diharapkan upaya yang dilakukan haruslah tepat guna tepat sasaran sistematis dan terencana dengan baik serta berbasis bukti (evidence based) Sehingga perumusan upaya kesehatan lingkungan yang akan diterapkan harus didukung dengan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yang baik

Filosofi dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah melakukan pengamatan dan pengawasan terus-menerus terhadap kondisi lingkungan yang diperkirakan dapat menyebabkan penyakit pada manusia Hasil dari kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah berupa informasi mengenai apakah faktor atau kondisi lingkungan tertentu yang diamati berisiko menimbulkan kesakitan dan rekomendasi upaya tidak lanjut yang dibutuhkan untuk mengendalikannya Konsep dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dipahami dari gambar 6

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 2

(sumber Mullan N et al 2008)

Gambar 6 Konsep Surveilans Awal dan Lanjutan dalam Kesehatan Lingkungan

Konsep di atas diadaptasi dari versi model surveilans kesehatan yang diterapkan di Kanada

Dalam prakteknya surveilans kesehatan lingkungan dilakukan dalam dua tahapan dimana pengumpulan data hingga desiminasi diklasifikasikan sebagai surveilans awal dan sintesa pengetahuan dan proses perumusan kebijakan yang merupakan input dari stakeholder dan peneliti sebagai surveilans lanjutan Surveilans awal dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data rutin (menggunakan form yang telah dibakukan pada masing-masing Negara) sedangkan analisis dan interpretasi dari basis data yang umumnya digunakan untuk tujuan monitoring ataupun pembuatan regulasi Selanjutnya surveilans lanjutan dirumuskan dari hasil surveilans awal dikombinasikan dengan masukan dari para peneliti dan stakeholder yang concern (peduli) terhadap masalah kesehatan lingkungan guna memberikan pemahaman pengertian yang baik terhadap isu yang berkembang serta dapat dirumuskan keputusan upaya tindak lanjut yang tepat untuk merespon isu tersebut

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bukan merupakan hal yang baru Konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan telah dilaksanakan sejak lama oleh sektor kesehatan mulai dari unit yang paling bawah seperti puskesmas hingga tingkat kementerian Namun sedikit perbedaan dalam istilah dan nama yang digunakan membuat konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan terkesan suatu terobosan baru Di unit puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten kota pelaksanaan kegiatan ini identik dengan kegiatan inspeksi sanitasi Inspeksi sanitasi yang dilakukan di puskesmas maupun dinas kesehatan dilakukan pada obyek kesehatan lingkungan secara periodik (time series) dengan fokus pada faktor risiko kesehatan lingkungan pada obyek tersebut Sebagai contoh inspeksi sanitasi depot air minum dilakukan oleh puskesmas atau dinas kesehatan kabupaten kota secara rutin (minimal setahun sekali) dengan melakukan observasi kesehatan lingkungan wawancara terkait perilaku dalam penanganan depot air minum dan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 3

pemeriksaan laboratorium kualitas air baku (air bersih) dan air olahan (air minum) Data hasil inspeksi sanitasi pada satu lokasi depot air minum yang sama dalam beberapa periode inspeksi merupakan basis data (database) yang dapat diinterpretasi dianalisis baik secara tunggal (hanya data satu depot tersebut) ataupun bersamaan dengan data inspeksi depot air minum yang lain dan didesiminasikan Selanjutnya hasil desiminasi tersebut dapat ditindaklanjuti dengan melakukan upaya diantaranya pembinaan pelatihan dan lain sebagainya

Materi Sub Bahasan Desain dan Metodologi Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan merupakan suatu studi yang dapat dilakukan dengan desain cross sectional kasus kontrol ataupun kohort Sebagai suatu studi yang masuk ke dalam ranah epidemiologi kesehatan lingkungan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan selain melihat kecenderungan data juga digunakan untuk melihat adanya hubungan antara pajanan lingkungan dan dampak kesehatan (penyakit) Oleh karenanya dalam surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan diperlukan data-data sebagai berikut

1 Data geografis wilayah dilakukan dengan menggunakan GPS untuk penentuan koordinat lokasi dilakukan pengambilan sampel pengumpulan data

2 Data faktor risiko lingkungan meliputi data kualitas lingkungan (pengambilan dan pemeriksaan sampel) data kondisi lingkungan sanitasi yang dikumpulkan melalui observasi (pengisian cek lis) dan wawancara Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dbutuhkan data kualitas udara dalam ruang yang dilakukan dengan pengukuran dan data berkaitan dengan jenis lantai ventilasi bahan bakar memasak dan lain sebagainya

3 Data faktor risiko lingkungan meliputi data perilaku sampel (responden) yang juga merupakan faktor risiko dari penyakit berbasis lingkungan yang menjadi perhatian Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA selain data kualitas udara dalam ruang dan ventilasi perlu dikumpulkan data terkait dengan kebiasaan membuka jendela

4 Data pajanan meliputi data lama tinggal pola aktivitas pekerjaan data konsumsi makanan dan air dan lain sebagainya Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dibutuhkan data lama tinggal dan rata-rata lama berada di dalam rumah

Sebagai suatu studi surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dilakukan dengan desain

tertentu yang disesuaikan dengan tujuan permasalahan yang akan dikaji dan faktor-faktor lainnya Sebagaimana dijelaskan di atas surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional kasus kontrol dan kohort Penggunaan desain studi pada surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seperti pada tabel 11

Tabel 11 Perbandingan Desain Studi

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort Desain pemilihan sampel (sampling)

Random Bisa juga dipisah fixed disease sampling atau fixed exposure sampling

Sampel terpisah untuk kasus (sakit) dan kontrol (tidak sakit)

Sampel terpisah untuk terpajan dan tidak terpajan

Waktu periode pelaksanaan (arah pengusutan)

Satu titik waktu atau sesaat (non directional)

Retrospektif Prospektif Followup selama periode waktu tertentu

Kausalitas Hanya menjelaskan Kausalitas awal Kausalitas dengan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 4

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort hubungan antara faktor risiko kesehatan lingkungan dengan penyakit (namun bukan bersifat kausalitas)

bukti sekuensi temporal

Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai pengganti risiko

Odds sebagai pengganti risiko

Insidensi (R Risiko) Insidence rate

Perbandingan risiko Prevalence Ratio (PR) Odds Ratio (OR) Risiko Relatif (RR)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan lebih tepat menggunakan desain cross sectional dikarenakan dalam pemilihan sampling dilakukan secara random dan pengumpulan data lingkungan dan penyakit dilakukan pada satu waktu Output dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dengan desain cross sectional adalah hubungan (bukan kausalitas) antara faktor lingkungan dan penyakit Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bisa dilakukan dengan desain kasus kontrol bilamana titik tolak studi (pengusutan) dimulai dari adanya penyakit dan sampel dikelompokkan menjadi kasus (sampel yang menderita penyakit) dan kontrol (sehat) dan data faktor lingkungan sebelum kasus sakit tersedia Selain itu surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat menggunakan desain studi kohort (prospektif) dengan memantau secara terus menerus (hingga periode tertentu) kualitas lingkungan dan faktor lingkungan lainnya bersamaan dengan penyakitnya

Materi Sub Bahasan Tahapan Kegiatan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Tahapan kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seyogyanya terdiri dari survey pendahuluan dan pengumpulan data awal penyusunan instrumen survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pengolahan dan analisis data dan diseminasi Tahapan kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut

1 Survey pendahuluan dan pengumpulan data awal pengumpulan data awal dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal pada lokasi meliputi background data yang telah tersedia atau data lainnya yang berhubungan Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data sekunder dan juga perlu ditentukan lokasi yang akan menjadi titik pengambilan sampel

2 Penyusunan instrumen berdasarkan data awal yang dikumpulkan disusun instrumen untuk survey pengambilan dan pemeriksaan sampel Instrumen disusun berbentuk cek lis danatau kuisioner Untuk mendapatkan data sesuai yang diharapkan instrumen yang telah dibuat sebaiknya diuji coba terlebih dahulu

3 Survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data primer dan pengumpulan data menggunakan instrumen yang digunakan

4 Pengolahan dan analisis data data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis yang dapat dilakukan secara manual ataupun alat bantu lainnya (mis software pengolah data) Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data informasi disajikan dalam bentuk tabel grafik gambar dan peta yang terangkum dalam laporan

5 Diseminasi dimaksudkan untuk menyebarluaskan informasi dan temuan lapangan kepada para stakeholder

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 1

MODUL IV ANALISIS KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Prinsip Dasar Analisis Kualitas Kesehatan Lingkungan

Analisis adalah kajian atau penelitian yang dititikberatkan pada variabel tertentu untuk mengetahui keadaan atau kondisi sebenarnya termasuk juga yang berkaitan dengan sebab musabab terjadinya kondisi tersebut Dengan demikian analisis kualitas lingkungan merupakan suatu kegiatan yang menggunakan cara atau metode ilmiah guna mengetahui seperti apa kondisi atau kualitas kesehatan lingkungan pada suatu tempat waktu yang melibatkan juga masyarakat di tempat tersebut Umumnya analisis kualitas kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk kegiatan pengambilan dan pemeriksaan sampel pengawasan kualitas kesehatan lingkungan melalui kegiatan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi serta interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Analisis kualitas kesehatan lingkungan merupakan kegiatan yang harus mampu dilakukan oleh seorang pejabat kesehatan lingkungan ataupun fungsional sanitarian Perlunya dilakukan analisis ini adalah untuk menjadi bahan masukan ataupun dasar untuk melakukan manajemen risiko kesehatan lingkungan Implementasi dari manajemen risiko kesehatan lingkungan ini bisa dalam bentuk intervensi (pendekatan) teknologi pendekatan sosial melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat secara aktif dan melalui kerjasama jejaring kemitraan antar pihak yang berkepentingan (stakeholder)

Materi analisis kualitas kesehatan lingkungan dalam modul ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan juga keterampilan bagi peserta dalam menilai prosedur pengambilan dan pemeriksaan sampel serta interpretasi hasil pemeriksaan sampel yang dilakukan dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan Materi dalam modul ini bukan dimaksudkan agar peserta mampu melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel kesehatan lingkungan sendiri tanpa berkerjasama dengan laboratorium Materi Sub Bahasan Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Kesehatan Lingkungan

Pengambilan sampel kesehatan lingkungan hakikatnya dilakukan untuk memotret atau

menjadi acuan untuk menduga kualitas kesehatan lingkungan pada suatu media di suatu wilayah Secara garis besar pengambilan sampel bertujuan untuk mengumpulkan data rona awal kesehatan lingkungan dan memantau kondisi kesehatan lingkungan Dalam hal memantau kesehatan lingkungan pengambilan sampel dilakukan untuk menentukan status kualitas kesehatan lingkungan menentukan kebijakan kesehatan lingkungan menegakkan hukum kesehatan dan lingkungan dan melakukan penelitian kesehatan lingkungan

Kualitas kesehatan lingkungan merupakan hal yang kompleks dan begitu dinamis karena dipengaruhi begitu banyak variabelfaktor Untuk itu pengambilan sampel l kesehatan ingkungan yang bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan harus dilakukan dengan cermat tepat serta butuh perencanaan dan pengorganisasian yang baik Untuk menjamin pengambilan sampel dapat menjamin keterwakilan kualitas kesehatan lingkungan perlu diperhatikan beberapa aspek yaitu lokasi dan titik pengambilan sampel parameter kualitas lingkungan yang akan dipilih serta ukuran jumlah dan volume sampel yang akan diambil Perencanaan Pengambilan Sampel

Seperti halnya kegiatan dan program pengambilan sampel sesuai dengan yang diharapkan perlu direncanakan dengan baik Perencanaan pengambilan sampel ini bertujuan untuk memastikan dan menegaskan kembali tujuan pengambilan sampel kesehatan lingkungan memutuskan cara-cara

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 2

mencapai tujuan mengetahui secara tepat hal-hal yang perlu dilakukan pada saat pengambilan sampel menyiapkan sumber daya yang diperlukan dan menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pengambilan sampel Jelasnya unsur-unsur perencanaan pengambilan sampel meliputi

a) Tujuan pengambilan sampel harus dipastikan apakah dalam rangka pengumpulan data rona kesehatan lingkungan awal atau dalam rangka memantau kesehatan lingkungan

b) Merencanakan biaya pengambilan sampel dengan mempertimbangkan empat hal yaitu aksesibilitas lokasi dan titik pengambilan sampel jumlah jenis dan kompleksitas sampel frekuensi pengambilan sampel serta penjaminan dan pengendalian mutu di lapangan Selain empat hal yang perlu dipertimbangkan tersebut perlu diketahui komponen pembiayaan dalam pengambilan sampel yaitu depresiasi (penyusutan) nilai peralatan kalibrasi peralatan pemakaian bahan pengawet secara kimia danatau fisika penggunaan bahan habis pakai penggunaan wadah sampel transportasi ke lokasi pengambilan sampel akomodasi (bila perlu) honor pengambil sampel (lumpsum atau per diem) dan penyusunan laporan pengambilan sampel

c) Administrasi berkaitan dengan pengambilan sampel yang meliputi penyiapan surat tugas surat pemberitahuan perizinan brevet ataupun lencana kewenangan pencatatan pendokumentasian dan hal-hal pendukung lainnya

d) Perlu jaminan pengambil sampel pada saat pengambilan sampel merupakan personel yang kompeten danatau berwenang dengan kualifikasi (kompetensi) latar belakang pendidikan yang sesuai pengalaman di bidangnya terampil dan diakui ataupun tersertifikasi

e) Penentuan parameter pengujian terhadap sampel yang diambil sesuai dengan tujuan pengambilan sampel turut mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait serta disesuaikan dengan parameter indikatif suatu kegiatan atau wilayah tertentu Mis parameter indikatif pada industri Pulp dan kertas adalah pH BOD COD dan TSS sedangkan pada wilayah pertambangan emas parameter yang diambil adalah air raksa (Hg) dan sianida (CN-)

f) Penentuan media lingkungan yang akan dilakukan pengambilan sampel g) Merencanakan tipe sampel yang akan diambil apakah sampel sesaat (grab sample) sampel

gabungan (composite sample) sampel terpadu (integrated sample) atau sampel kontinyu (continous sample)

h) Peralatan pengambilan sampel harus direncanakan dengan baik Peralatan pengambilan sampel terdiri dari peralatan pengambil sampel (utama) peralatan pendukung dan peralatan K3 atau APD Peralatan pengambil sampel adalah peralatan yang fungsinya untuk mengambil sampel lingkungan dengan parameter yang direncanakan seperti HVAS (High Volume Air Sampler) LVS (Low Volume Sampler) MAS (Microbiology Air Sampler) dll Alat pendukung adalah alat yang fungsinya mendukung pengambilan sampel seperti peralatan pengukur parameter lapangan (pH meter termometer barometer kecepatan angin hygrometer dll) dokumen terkait (surat tugas surat izin dll) alat tulis untuk perekaman proses pengambilan sampel penunjuk arah (kompas) dan penunjuk lokasi (GPS) dll APD yang digunakan dalam pengambilan sampel meliputi sarung tangan masker helm ear plugmuff P3K dll

i) Perencanaan terhadap wadah sampel yang akan digunakan untuk pengamanan dan transpor sampel harus disesuaikan dengan karakteristik dan interaksi parameter sampel yang akan diuji dengan sifat bahan wadah Sebagai contoh pengambilan sampel DOBOD harus menggunakan botol BOD khusus yang menggunakan tutup asah sedangkan untuk sampel mikrobiologi digunakan wadah steril

j) Pengawetan sampel dilakukan sesuai dengan karakteristik parameter yang akan diuji pada sampel mis pengawetan sampel untuk parameter golongan logam pada air menggunakan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 3

asam nitrat pekat (HNO3 p) hingga pH lt 2 sedangkan untuk sampel sianida total pada air diawetkan menggunakan NaOH hingga pH gt 12 dan didinginkan 4oCplusmn2oC pada tempat gelap

k) Batas penyimpanan sampel disesuaikan dengan parameter yang akan diuji dan mengacu pada acuan standar seperti ASTM (The American Society for Testing and Materials) dll

l) Pengamanan sampel di lapangan meliputi pengemasan pengamanan pada label sampel (spidol waterproof label yang baik) informasi tambahan yang penting (titik jenis parameter uji pengawetan waktu dan nama pengambil sampel) sehingga mencegah interaksi sampel dengan lingkungan yang menyebabkan perubahan kualitasnya (kontaminasi degradasi dll)

m) Transportasi sampel yang juga berkaitan dengan batas penyimpanan sampel harus diperhatikan dengan seksama Selain itu moda transportasi yang digunakan untuk membawa sampel juga harus dipenuhi standar keamanannya seperti harus mematuhi peraturan penerbangan nasional dan internasional bila sampel dibawa menggunakan pesawat udara

n) Penyimpanan sampel dilakukan baik secara fisik maupun kimia seperti meminimalkan adsorbsi pengasaman mencegah metabolisme mikroorganisme menghindari hidrolisis serta pengendapan Faktor kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan dengan proses pengambilan sampel

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Penentuan Titik Sampel

Prinsip penentuan titik sampel harus mempertimbangkan keterwakilan populasi atau kualitas lingkungan kemampuan peralatan keselamatan pengambil sampel faktor klimatologi biaya dan kaidah-kaidah empiris Prinsip-prinsip penentuan titik sampel pada media lingkungan adalah sebagai berikut a) Pengambilan sampel air a)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 736 tahun 2010 tentang Pengawasan Kualitas Air Minum

Peraturan daerah setempat a)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah jerigen botol botol BOD botol steril timba steril coolbox dll Peralatan pendukung pH meter termometer sisa klor GPS peralatan untuk menjamin

tidak terjadi kontaminasi (krustang kapas alkohol) dll Pengawet Asam (HNO3 p H2SO4 p) basa (NaOH) dry ice dll APD sarung tangan masker jaket pelampung dll

a)3 Aspek yang dipertimbangkan Kedalaman air Homogenitas (untuk sampel air badan air) Arah dan kecepatan aliran air (untuk sampel air badan air)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 4

Keterkaitan dengan pajanan pada masyarakat (bila digunakan untuk penelitian kesehatan masyarakat)

Jarak antar sampel Keselamatan dan kemampuan sumber daya

a)4 Penentuan titik sampel Air sungai ditentukan yaitu

Uji homogenitas sungai dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu lalu lakukan uji parameter lapangan (suhu pH DOoksigen terlarut dan DHLDaya Hantar Listrik) Apabila hasil pengujian beberapa parameter pada beberapa sampel tersebut tidak berbeda jauh dengan variasi lt 10 maka disebut homogen atau tercampur sementara sehingga sampel yang diambil untuk mewakili air sungai tersebut bisa lebih sedikit

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel air sungai harus meliputi daerah hulu yang belum terkontaminasi daerah pemanfaatan sungai daerah yang potensial terkontaminasi daerah pertemuan dua sungai dan daerah hilir

Air tanah Pengambilan sampel dilakukan plusmn 20 cm dari dasar sumur gali dan dipastikan agar tidak

ada sedimen yang ikut terambil atau pada mulut kran tempat air keluar untuk sumur bor

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel dilakukan pada daerah meliputi daerah dimana air tanah digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari termasuk air minum dan di daerah yang berisiko terkontaminasi (dekat penimbunanpembuangan akhir sampah daerah pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif wilayah pesisir dimana terjadi intrusi air laut dll)

b) Pengambilan sampel udara ambien dan udara dalam ruang b)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan Peraturan daerah setempat

b)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Peralatan utama High Volume Air Sampler (HVAS) RAC Gas Sampler EPAM CO dan CO2

Detektor Low Volume Sampler Microbiology Air Sampler atau Lamotte BD Pump dan Sound Level Meter

Peralatan pendukung pengukur kecepatan angin arah angir termometer hygrometer dan luxmeter

Bahan yang digunakan filter HVAS dan LVS absorbant (So2 NO2 H2S NH3 dan O3) dan larutan garam (NaCl) fisiologis steril

b)3 Aspek yang dipertimbangkan Berhubungan dengan klimatologi arah dan kecepatan angin bunga angin (wind rose)

kelembaban musim dan suhu udara Berhubungan dengan asumsi konsentrasi parameter inversi udara dispersi jarak terbang

(distance) dan ukuran partikel Bilamana sumber pencemar adalah cerobong asap maka ketinggian ukuran partikel dan jarak terhadap pemukiman penduduk harus dipertimbangkan

Berhubungan dengan pajanan daerah padat penduduk jarak terhadap sumber pencemar (radius)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 5

b)4 Penentuan titik sampel Pengambilan sampel udara ambien harus menghindari daerah yang dekat dengan

bangunan dan tanaman yang diperkirakan dapat mengabsorbsi atau mengadsorbsi pencemar daerah yang terdapat pengganggu kimia yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Emisi kimiawi kendaraan bermotor dapat mengganggu pengukuran ozon) dan daerah yang terdapat pengganggu fisik yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Pengukuran total partikulat atau TSP dapat terganggu oleh adanya insinerator disekitar lokasi pengukuran)

Pada umumnya lokasi pengukuran (pengambilan sampel) dilakukan pada daerah yang mempunyai konsentrasi parameter tinggi daerah padat penduduk daerah yang diasumsikan menerima paparan pencemar dan daerah yang digunakan untuk memproyeksikan dampak kegiatan pembangunan

c) Pengambilan sampel sedimen c)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Wadah Plastik atau wadah lainnya untuk sedimen tanah atau lumpur Plastik dan botol

steril untuk makanan Peralatan Grab Sampler untuk pengambilan sludge pada daerah yang sulit danatau

dalam c)3 Aspek yang dipertimbangkan

Potensi dan sumber pencemaran Topografi Jenis vegetasi Perkiraan terjadinya pencemaran

c)4 Penentuan titik sampel Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang

cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel meliputi daerah yang tanahnya diperkirakan akan kontak dengan masyarakat daerah yang mewakili pencemaran tertentu berdasarkan karakteristik kegiatan di wilayah tersebut (tanah pada pertanian perkebunan pertambangan dll) dan daerah yang tanahnya diperkirakan dapat mengkontaminasi media lingkungan lainnya

d) Pengambilan sampel makanan d)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan d)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah Plastik atau wadah atau botol untuk makanan Untuk sampel makanan yang akan diperiksa parameter bakteriologisnya maka digunakan wadah steril

Peralatan sendok sendok steril pisau steril dan peralatanbahan yang mendukung pengambilan secara aseptis (Contoh Pembakar bunsen dengan spiritus)

d)3 Aspek yang dipertimbangkan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 12: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 10

Materi Sub Bahasan Jenis dan Penggunaan ARKL

Ada dua jenis ARKL yang dapat digunakan yaitu kajian ARKL cepat atau kajian di atas meja (desktop studi) dan kajian lapangan (field study) tergantung sumber data yang digunakan ARKL diatas meja tidak menggunakan data lapangan tetapi menggunakan nilai-nilai default rekomendasi danatau asumsi sedangkan kajian lapangan dilakukan dengan pengukuran langsung kualitas lingkungan pajanan (frekuensi durasi) dan data antropometri (berat badan) Perbedaan antara kedua jenis ARKL tersebut dapat dilihat pada tabel 2

Tabel 2 Perbandingan antara ARKL desktop dan field

VARIABEL Desktop field Sumber data

yang digunakan

Data Sekunder dan asumsinilai default

Data primer (data yang dikumpulkan sendiri) dan asumsi jika Waktu

pelaksanaan Seketika saat dibutuhkan durasi lebih singkat

Perlu perencanaan dan pengorganisasian durasi lebih lama

Besarnya biaya yang dibutuhkan

Sangat sedikit atau tidak ada Biaya besar (biaya seperti melakukan suatu penelitian kajian lapangan)

ARKL sebagai suatu cara lsquotoolsrsquo atau pendekatan dapat diaplikasikan untuk berbagai keperluan Penggunaan ARKL pada berbagai kebutuhan dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini

Tabel 3 Penggunaan dari masing - masing model ARKL Jenis Kegiatan Kebutuhan lsquodesktoprsquo ARKL Kajian ARKL

Analisis suatu kasus kesehatan lingkungan (Emergency Responses)

-

Analisis suatu kasus kesehatan lingkungan (Reformation Responses)

-

Penyusunan AMDAL suatu kegiatan dan atau usaha Kajian ANDAL dan penyusunan RKL - RPL

-

Pengkajian penyusunan dan penetapan baku mutu -

Pengkajian penyusunan dan penetapan kebijakan kesehatan lingkungan yang baru

-

Materi Sub Bahasan Langkah ndash langkah ARKL Perumusan masalah yang dilakukan sebelum melakukan langkah ndash langkah ARKL dimaksudkan untuk dapat menjawab pertanyaan apa dimana berapa besar kapan siapa populasi berisiko dan bagaimana kepedulian masyarakat (populasi berisiko) Rumusan masalah ini akan digunakan sebagai latar belakang mengapa suatu agen risiko perlu dianalisis risiko dan akan dimasukkan ke dalam laporan Uraian apa yang harus dijawab untuk merumuskan masalah dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 11

Tabel 4 Uraian langkah perumusan masalah Pertanyaan Uraiaan - Apa yang menjadi masalah Media lingkungan yang terkena dampak jenis kegiatan yang

menjadisumber dampak jenis polutan apa yang potensial

- Dimana masalah itu terjadi Wilayah administrasi wilayah geografi batas sosial batas ekologis - Seberapa besar masalahnya Prevalensi penyakit terkait lingkungan konsentrasi agen risiko pada media lingkungan jumlah populasi yang potensial terkena

- Kapan masalah terjadi Hari bulan tahun dan durasi (lamanya) masalah berlangsung - Siapa populasi berisiko Kelompok masyarakat yang potensial terkena golongan

umur kelompok berdasarkan tempat tinggal pekerjaan dan komunitas tertentu (komunitas hobi komunitas adat dll)

- Bagaimana kepedulian masyarakat

Deskripsi aksi protes masyarakat opini pendapat masyarakat dan tokoh masyarakat pandangan pakar respon instansi yang berwenang menangani masalah tersebut (program rencana program kerja terkait penanganan masalah

Langkah 1 Identifikasi bahaya (hazard identification) Identifikasi bahaya merupakan langkah pertama dalam ARKL yang digunakan untuk mengetahui secara spesifik agen risiko apa yang berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan bila tubuh terpajan Sebagai pelengkap dalam identifikasi bahaya dapat ditambahkan gejala ndash gejala gangguan kesehatan apa yang terkait erat dengan agen risiko yang akan dianalisis Tahapan ini harus menjawab pertanyaan agen risiko spesifik apa yang berbahaya di media lingkungan yang mana agen risiko eksisting seberapa besar kandungankonsentrasi agen risiko di media lingkungan gejala kesehatan apa yang potensial Uraian apa yang harus dijawab dalam identifikasi bahaya dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini

Tabel 5 Uraian langkah identifikasi bahaya Pertanyaan Uraian Agen risiko spesifik apa yang berbahaya

Agen risiko bahan kimia jelaskan spesi atau senyawa kimia apa yang berbahaya secara jelas Contoh Merkuri (Hg) jelaskan apakah agen risiko berupa elemental mercury anorganic mercury atau organic mercury (methyl mercury) Agen risiko biologi jelaskan spesiesnya

Di media lingkungan yang mana agen risiko eksisting

Jelaskan media lingkungan dimana agen risiko eksisting apakah di udara ambien air tanah sludge biota hewan dll Contoh jika merkuri sebagai agen risiko maka media lingkungan yang terkontaminasi antara lain air bersih sludge (jika pada pertambangan emas rakyat) ataupun di hewan (ikan yang dikonsumsi)

Seberapa besar kandungankonsentrasi agen risiko di media lingkungan

Jelaskan konsentrasi hasil pengukurannya di media lingkungan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 12

Pertanyaan Uraian Gejala kesehatan apa yang potensial

Uraikan gejala kesehatan gangguan kesehatan apa yang dapat terkait dengan agen risiko Contoh jika merkuri sebagai agen risiko maka gejalagangguan kesehatan yang mungkin timbul antara lain tremor gemetaran pada saat berdiri pusing pada saat berdiri rasa nyeri pada tangan dan kaki dan gangguan pada susunan saraf pusat

Untuk membantu dalam melakukan identifikasi bahaya dapat digunakan contoh formulir sebagaimana pada tabel 6 di bawah ini

Tabel 6 Contoh formulir bantu identifikasi bahaya Sumber

dan penggunaan

Media lingkungan potensial

Agen Risiko

Konsentrasi

Minimal Rata - rata Maksimal Pertambangan mineral (emas tembaga perak dll)

Air permukaan (sungai danau)

Merkuri Anorganik Total Merkuri

- Merkuri Anorganik mgl - Total Merkuri mgl

- Merkuri Anorganik mgl - Total Merkuri mgl

- Merkuri Anorganik mgl - Total Merkuri mgl Lumpur (tailing) Metil Merkuri

Merkuri Anorganik Total Merkuri

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Tanaman (buah sayur umbi)

Metil Merkuri Merkuri Anorganik Total Merkuri

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah (sumur) Merkuri Anorganik Total Merkuri

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Udara Total Merkuri Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Biota air (ikan kerang dsb)

Metil Merkuri Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Pertambangan fosil (batu bara minyak bumi)

middot Udara SO2 Benzene Golongan Metan

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 13

Sumber dan

penggunaan

Media lingkungan potensial

Agen Risiko

Konsentrasi

Minimal Rata - rata Maksimal Pengolahan aki bekas

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Industri elektronika

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan (dari limbah cair)

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah (dari limbah cair)

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Bengkel patri las galvanisasi logam

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Transportasi middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Tanaman Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Kegiatan lainnya Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Penggunaan formulir ini dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan dalam pengisiannya merujuk pada literatur yang tersedia Langkah 2 Analisis dosis - respon (dose-response assessment) Setelah melakukan identifikasi bahaya (agen risiko konsentrasi dan media lingkungan ) maka tahap selanjutnya adalah melakukan analisis dosis- respons yaitu mencari nilai RfD danatau RfC danatau SF dari agen risiko yang menjadi fokus ARKL serta memahami efek apa saja yang mungkin ditimbulkan oleh agen risiko tersebut pada tubuh manusia Analisis dosis ndash respon ini tidak harus

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 14

dengan melakukan penelitian percobaan sendiri namun cukup dengan merujuk pada literature yang tersedia Langkah analisis dosis respon ini dimaksudkan untuk

a mengetahui jalur pajanan (pathways) dari suatu agen risiko masuk ke dalam tubuh manusia

b memahami perubahan gejala atau efek kesehatan yang terjadi akibat peningkatan konsentrasi atau dosis agen risiko yang masuk ke dalam tubuh

c mengetahui dosis referensi (RfD) atau konsentrasi referensi (RfC) atau slope factor (SF) dari agen risiko tersebut

Di dalam laporan kajian ARKL ataupun dokumen yang menggunakan ARKL sebagai cara metode kajian analisis dosis ndash respon perlu dibahas dan dicantumkan Analisis dosis ndash respon dipelajari dari berbagai toxicological reviews jurnal ilmiah atau artikel terkait lainnya yang merupakan hasil dari penelitian eksperimental Untuk memudahkan analisis dosis ndash respon dapat dipelajari pada situs wwwepagoviris Dosis Referensi (RfD) Konsentrasi Referensi (RfC) dan Slope Factor (SF) Uraian tentang dosis referensi (RfD) konsentrasi referensi (RfC) dan slope factor (SF) adalah sebagai berikut

a Dosis referensi dan konsentrasi yang selanjutnya disebut RfD dan RfC adalah nilai yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman pada efek non karsinogenik suatu agen risiko sedangkan SF (slope factor) adalah referensi untuk nilai yang aman pada efek karsinogenik

b Nilai RfD RfC dan SF merupakan hasil penelitian (experimental study) dari berbagai sumber baik yang dilakukan langsung pada obyek manusia maupun merupakan ekstrapolasi dari hewan percobaan ke manusia

c Untuk mengetahui RfC RfD dan SF suatu agen risiko dapat dilihat pada Integrated Risk Information System (IRIS) yang bisa diakses di situs wwwepagoviris

d Jika tidak ada RfD RfC dan SF maka nilai dapat diturunkan dari dosis eksperimental yang lain seperti NOAEL (No Observed Adverse Effect Level) LOAEL (Lowest Observed Adverse Effect Level) MRL (Minimum Risk Level) baku mutu udara ambien pada NAAQS (National Ambient Air Quality Standard) dengan catatan dosis eksperimental tersebut mencantumkan faktor antropometri yang jelas (Wb tE fE dan Dt)

Satuan dosis referensi (RfD) dinyatakan sebagai milligram (mg) zat per kilogram (Kg) berat badan per hari disingkat mgkghari Dalam literatur terkadang ditulis mgkgxhari mgkghari dan mgkg-hari Satuan konsentrasi referensi (RfC) dinyatakan sebagai milligram (mg) zat per meter kubik (M3) udara disingkat mgM3 Konsentrasi referensi ini dinormalisasikan menjadi satuan mgkghari dengan ara memasukkan laju inhalasi dan berat badan yang bersangkutan Untuk memudahkan dalam analisis dosis ndash respon pada tabel 7 dan 8 disajikan contoh RfD RfC dan SF

Tabel 7 Contoh RfD dan SF beberapa agen risiko atau spesi kimia jalur ingesti No Agent Dosis Respon

(RfD SF) Efek Kristis dan Referensi

1 As (Arsen) 3E-4 mgkgday 15E+0 (mgkgday)minus1

Hiperpigmentasi keratosis dan kemungkinan komplikasi vaskular pajanan oral (Tseng 1977 Tseng et al 1968)

2 Ba (Barium) 2E-1 mgkgday Nefropati dalam 2 tahun pemberian air minum kepada mencit (NTP 1994)

3 B (Boron) 2E-1 mgkgday Penurunan berat janin pada pajanan asam borat gestasi

4 Cd (Kadmium) 5E-4 mgkgday Proteinuria pajanan kronik manusia (USEPA

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 15

No Agent Dosis Respon (RfD SF)

Efek Kristis dan Referensi

5 Cl2 (Klorin) bebas 1E-1 mgkgday Pajanan kronik air minum tikus (NTP 1992) 6 Cr6+ (Kromium

Heksavalen) 3E-3 mgkgday Uji hayati air minum 1 tahun dengan tikus

(McKenzie et al 1958) dan pajanan air minum penduduk Jinzhou (Zhang and Li 1987)

7 CN- (Sianida) 2E-2 mgkgday Kehilangan berat efek tiroid dan degradasi myelin dalam uji hayati subkronik sampai kronik oral pada tikus (Philbrick et al 1979)

8 F- (Fluorida) 6E-2 mgkgday Flourisis gigi dan efek kosmetik dalam studi epidemio logi (Hodge 1950 cited in Underwood 1977)

9 Mn (Mangan) 1 4E- 1 mgkgday Hipokolesterolemia epilepsi kekurangan pankreas eksokrin sklerosis berganda katarak osteoporosis fenilketonuria amp penyakit kencing maple syrup (inborn) panotda ingesi kronik manusia (NRC 1989 Freeland- Graves et al 1987 WHO 1973)

10 Hg ndash MeHg (Merkuri - metal merkuri)

1E-4 mgkgday Kelainan neuropsikologis perkembangan dalam studi epidemilogi (Grandjean et al 1997 Budz-Jergensen et al 1999)

11 NO2- (Nitrit) 1E-1 mgkgday Methemoglobinemia pada bayi yang terpajan kronik air minum (Walton 1951)

12 Se (Selenium) 5E-3 mgkgday Selenosis dari studi epidemiologi (Yang et al 1989)

13 Zn (Seng) 3E-1 mgkgday Penurunan Cu eriytrosit dan aktifitas Zn superoksida dismutase pada relawan pria dan wanita (Yadrick et al 1989)

14 CHBr3 2E-2 mgkgday 79E-3 (mgkgday)minus1

Lesi hepatik uji hayati subkronik gavage oral pada tikus

15 CHCl3 1E-2 mgkgday Pembentukan greasety cyst sedangnyata pada hati dan peningkatan SGPT dalam uji hayati kronik pada anjing (Heywood et al 1979)

16 CHBr2Cl 2E-2 mgkgday 84E-2 (mgkgday)minus1

Lesi hepatik uji hayati subkronik gavage oral pada tikus (NTP 1989)

Disadur dari Rahman 2007

Tabel 8 Contoh RfC beberapa agen risiko atau spesi kimia jalur inhalasi No Agent Dosis Respon Efek Kristis dan Referensi RfC 1 NH3 286E-2 Kenaikan keparahan rinitis dan pneumonia

dengan lesi pernafasan pada uji hayati tikus subkronik (Broderson et al 1976)

2 H2S 57 1E-4 Lesi nasal lendir olfaktori pada uji hayati tikus subkronik (Brenneman et al 2000)

3 Pb 493E-4 Perubahan tingkat enzim dan perkembangan neurobehavioral anak-anak (IRIS 2006)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 16

1E-4 mgkg-day

(00001

mgkg-day)

No Agent Dosis Respon Efek Kristis dan Referensi 4 NO2 2E-2 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) 5 SO2 26E-2 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) 6 TSP 242 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) Disadur dari Rahman 2007 Mengingat pemutakhiran (update) RfD RfC dan SF berlangsung sangat cepat RfD RfC dan SF yang tercantum pada tabel di atas tidak bisa selamanya dijadikan acuan RfD RfC dan SF dari agen risiko yang lain serta update dari RfD RfC dan SF pada tabel di atas dapat dilihat dengan mengakses wwwepagoviris Tahapan dalam mengakses situs tersebut dapat dilihat pada lampiran 5 Tampilan evaluasi dosis - respon yang terdapat pada toxicological review pada situs tersebut dapat dilihat pada contoh berikut Contoh evaluasi dosis ndash respon (1) Methylmercury (MeHg) CASRN 22967-92-6 IA1 Oral RfD Summary Critical Effect Experimental Doses UF MF RfD

Developmental neuropsychological impairment Human epidemiological studies (Grandjean et al 1997 Budtz-Joslashrgensen et al 1999a)

Benchmark Dose BMDL05 range of 46-79 ppb in maternal blood for different neuropsychological effects in the offspring at 7 years of age corresponding to a range of maternal daily intakes of 0857-1472 microgkg-day

10 1

Conversion Factors and Assumptions mdashMaternal daily dietary intake levels were used as the dose surrogate for the observed developmental effects in the children exposed in utero The daily dietary intake levels were calculated from blood concentrations measured in the mothers with supporting additional values based on their hair concentrations This conversion is explained in the text below A benchmark dose approach (BMD) was used rather than a no-observed-adverse-effect levellowest-observed-adverse-effect level (NOAELLOAEL) approach to analyze the neurological effects in children as the response variable This analysis is also explained in the text below This assessment updates the 1995 RfD assessment on IRIS and is the same as the RfD that was based on the study of a poisoning episode in Iraq in which developmental neurotoxicity was observed following ingestion of methylmercury-treated grain (Marsh et al1987)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 17

mdash 15E+0 per (mgkg)day

Contoh evaluasi dosis - respon (2) Arsenic inorganic (CASRN 7440-38-2) IIB Quantitative Estimate of Carcinogenic Risk from Oral Exposure IIB1 Summary of Risk Estimates Oral Slope Factor Drinking Water Unit Risk mdash 5E-5 per (ugL) Extrapolation Method mdash Time- and dose-related formulation of the multistage model (US EPA 1988) Drinking Water Concentrations at Specified Risk Levels

Risk Level Concentration E-4 (1 in 10000) 2E+0 ugL E-5 (1 in 100000) 2E-1 ugL E-6 (1 in 1000000) 2E-2 ugL

Langkah 3 Analisis pajanan (exposure assessment) Setelah melakukan langkah 1 dan 2 selanjutnya dilakukan Analisis pemajanan yaitu dengan mengukur atau menghitung intake asupan dari agen risiko Untuk menghitung intake digunakan persamaan atau rumus yang berbeda Data yang digunakan untuk melakukan perhitungan dapat berupa data primer (hasil pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan sendiri) atau data sekunder (pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan oleh pihak lain yang dipercaya seperti BLH Dinas Kesehatan LSM dll) dan asumsi yang didasarkan pertimbangan yang logis atau menggunakan nilai default yang tersedia Rumus perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut Perhitungan intake non karsinogenik (INK) 1 Intake pada jalur pemajanan inhalasi (terhirup)

ܫ = ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphelliphelliphellipRumus 1

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ink (Intake)

Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada media udara (udara ambien)

mgm3 Tidak ada nilai default

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 18

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default R (Rate) Laju inhalasi atau

banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya

m3jam Dewasa 083 m3jam Anak ndash anak (6 ndash 12 tahun) 05 m3jam

tE (time of exposure) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap harinya

Jamhari - Pajanan pada pemukiman 24 jamhari - Pajanan pada lingkungan kerja 8 jamhari - Pajanan pada sekolah dasar 6 jamhari

fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasikelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(nk) (time average) Periode waktu rata ndash rata

Hari 30 tahun x 365 haritahun = 10950 hari

2 Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphelliphelliphellipRumus 2

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ink (Intake) Jumlah konsentrasi agen

risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari

Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada air bersihminum atau pada makanan

- mgl (air) mgkg (makanan)

Tidak ada nilai default

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 19

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default R (Rate) Laju konsumsi atau

banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya

- Liter hari (air) - Gram hari (makanan)

Air Minum - Dewasa (pemukiman) 2 literhari - Anak ndash anak (pemukiman) 1 literhari - Dewasa (lingkungan kerja) 1 literhari Makanan - Buah ndash buahan 42 gramhari - Sayuran 80 gramhari fE (frecuency of

exposure) Lamanya atau jumlah hari

terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(nk) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogen

Hari 30 tahun x 365 haritahun = 10950 hari

Perhitungan intake karsinogenik (IK) 1 Intake pada jalur pemajanan inhalasi (terhirup)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphellipRumus 3

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ik (Intake) Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada media udara (udara ambien)

mgm3 Tidak ada nilai default

R (Rate) Laju inhalasi atau banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya

m3jam Dewasa 083 m3jam Anak ndash anak (6 ndash 12 tahun) 05 m3jam

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 20

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default tE (time of exposure) Lamanya atau jumlah jam

terjadinya pajanan setiap harinya

Jamhari - Pajanan pada pemukiman 24 jamhari - Pajanan pada lingkungan kerja 8 jamhari - Pajanan pada sekolah dasar 6 jamhari

fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

2 Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ಲೇಸ

helliphelliphellipRumus 4

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ik (Intake) Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada air bersih minum atau pada makanan

- mgl (air) - mgkg (makanan)

Tidak ada nilai default

R (Rate) Laju konsumsi atau banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya

- literhari (air) - gramhari (makanan)

Air Minum - Dewasa (pemukiman) 2 literhari - Anak ndash anak (pemukiman) 1 literhari - Dewasa (lingkungan kerja) 1 literhari Makanan - Buah ndash buahan 42 gramhari - Sayuran 80 gramhari - Ikan tangkapan 54 gramhari

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 21

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok Populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

Analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL Hal ndash hal yang perlu diketahui dan dicermati dalam melakukan analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL adalah sebagai berikut Pada lsquodesktoprsquo ARKL tidak perlu dilakukan pengumpulan data Data yang menjadi dasar perhitungan intake menggunakan data sekunder dan asumsi Terkait dengan variabel konsentrasi pelu diperhatikan hal sebagai berikut Data sekunder umumnya dibutuhkan untuk mengetahui konsentrasi agen risiko pada media

lingkungan yang mana merupakan hasil pengukuran yang pernah dilakukan oleh pihak lain pada media lingkungan wilayah dan waktu yang sama

Ada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL dalam rangkaian studi AMDAL (kajian ANDAL dan RKL - RPL untuk aspek kesehatan masyarakat) suatu kegiatan sumber data konsentrasi dapat merupakan proyeksi perubahan rona lingkungan yang telah dikaji pada aspek yang lain mis proyeksi konsentrasi agen risiko di udara ambien pada tahap operasional kegiatan atau proyeksi konsentrasi agen risiko di air bersih pada tahap operasional kegiatan

Terkait dengan variabel perhitungan yang lain (R tE fE Dt Wb dan tAVG) asumsi didasarkan pada logika yang rasional atau nilai default yang sudah tersedia Adapun nilai default untuk berbagai variabel pada lsquodesktoprsquo ARKL dapat dilihat pada tabel 9 berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 22

Tabel 9 Nilai default dari faktor pajanan (Rahman 2007) Tataguna lahan

Jalur pajanan Asupan harian Frekuensi pajanan (haritahun)

Durasi pajanan (tahun)

Berat badan (kg)

Residensial Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

12 m3 (anak) raquo 05 350 6 15 Industri amp komersial

Air minum 1 L 250 25 70 55 b

Pertanian Tanaman perkarangan

42 g (buah - buahan)

350 30 70 55 b

80 g (sayur - mayur)

350 30 70 55 b

Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

Rekreasi Ikan tangkapan 54 g 350 30 70 55 b Disadur dari Rahman 2007 seluruhnya berasal dari Exposure Factor Handbook (EPA 1990) kecuali bNukman et al (2005) 324 Langkah 4 Karakterisasi risiko (risk characterization) Langkah ARKL yang terakhir adalah karakterisasi risiko yang dilakukan untuk menetapkan tingkat risiko atau dengan kata lain menentukan apakah agen risiko pada konsentrasi tertentu yang dianalisis pada ARKL berisiko menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat (dengan karakteristik seperti berat badan laju inhalasikonsumsi waktu frekuensi durasi pajanan yang tertentu) atau tidak Karakteristik risiko dilakukan dengan membandingkan membagi intake dengan dosis konsentrasi agen risiko tersebut Variabel yang digunakan untuk menghitung tingkat risiko adalah intake (yang didapatkan dari analisis pemajanan) dan dosis referensi (RfD) konsentrasi referensi (RfC) yang didapat dari literatur yang ada (dapat diakses di situs wwwepagoviris) 1 Karakterisasi risiko pada efek non karsinogenik Perhitungan tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko untuk efek non karsinogenik dinyatakan dalam notasi Risk Quotien (RQ) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek non karsinogenik dilakukan perhitungan dengan membandingkan membagi intake dengan RfC atau RfD Rumus untuk menentukan RQ adalah sebagai berikut ூ

ோ helliphelliphelliphellipRumus 5

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur inhalasi (terhirup) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 1 RfC (reference concentration) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan inhalasi

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 23

ூோ

helliphelliphelliphelliphellipRumus 6

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur ingesti (tertelan) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 2 RfD (reference dose) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan ingesti

Didapat Interpretasi tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko yang diperoleh pada ARKL merupakan konsumsi pakar ataupun praktisi sehingga perlu disederhanakan atau dipilihkan bahasa yang lebih sederhana agar dapat diterima oleh khalayak atau publik Tingkat risiko dinyatakan dalam angka atau bilangan desimal tanpa satuan Tingkat risiko dikatakan AMAN bilamana intake le RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ le 1 Tingkat risiko dikatakan TIDAK AMAN bilamana intake gt RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ gt 1 Narasi yang digunakan dalam penyederhanaan interpretasi risiko agar dapat diterima oleh khalayak atau publik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll Contoh Tingkat risiko RQ untuk pajanan Pb (inhalasi) sebesar 000008 microgm3 pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan rata - rata 55 kg dan telah terpajan 350 haritahun selama 20 tahun diketahui sebesar 0098 maka Interpretasi risiko Pajanan Pb sebesar 000008 microgm3 secara inhalasi pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan 55 Kg masih aman untuk frekuensi pajanan 350 haritahun hingga 20 tahun mendatang Perhitungan tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko untuk efek karsinogenik dinyatakan dalam notasi Excess Cancer Risk (ECR) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek karsinogenik dilakukan perhitungan dengan mengkali intake dengan SF Rumus untuk menentukan ECR adalah sebagai berikut

ܥܧ = Rumus 7helliphelliphelliphellip ܨ ݔ ܫKeterangan Digunakan untuk menghitung tingkat risiko pada agen risiko dengan efek karsinogenik I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 3 atau rumus SF (slope factor) Nilai referensi agen risiko dengan efek karsinogenik

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 24

Interpretasi tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko dinyatakan dalam bilangan exponen tanpa satuan (cth 13E-4) Tingkat risiko dikatakan acceptable atau aman bilamana ECR le E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR le 110000 Tingkat risiko dikatakan unacceptable atau tidak aman bilamana ECR gt E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR gt 110000 Contoh ECR = 13E-5 (13 x 10-5) dapat diinterpretasikan sebagai berikut ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Narasi yang digunakan dalam risiko karsinogenik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoacceptablersquo atau lsquounacceptablersquo (lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo) - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll - Risiko kanker [ mis ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Contoh Tingkat risiko ECR untuk pajanan benzene (inhalasi) sebesar 03 microgm3 pada pekerja depo penampungan BBM di Jakarta dengan berat badan rata - rata 60 kg dan telah terpajan 250 haritahun selama 10 tahun diketahui sebesar 456E-4

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 1

MODUL II MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Manajemen Risiko Kesehatan Lingkungan

Manajemen risiko adalah proses mengidentifikasi evaluasi penyeleksian dan melakukan

upaya untuk mengurangi risiko terhadap ekosistem dan kesehatan manusia (Omenn GS et al 1997) Setelah melakukan keempat langkah ARKL di atas maka telah dapt diketahui apakah suatu agen risiko amandapat diterima atau tidak Manajemen risiko bukan termasuk langkah ARKL melainkan tindak lanjut yang harus dilakukan bilamana hasil karakterisasi risiko menunjukkan tingkat risiko yang tidak aman ataupun unacceptable Dalam melakukan manajemen risiko perlu dibedakan antara strategi manajemen risiko dengan cara manajemen risiko Strategi manajemen risiko meliputi penentuan batas aman yaitu

1 Konsentrasi agen risiko (C) danatau 2 Jumlah konsumsi (R) danatau 3 Waktu pajanan (tE) danatau

4 Frekuensi pajanan (fE) danatau

5 Durasi pajanan (Dt)

Setelah batas aman ditentukan selanjutnya perlu dilakukan penapisan alternatif terhadap batas aman yang mana yang akan dijadikan sebagai target atau sasaran pencapaian dalam pengelolaan risiko Batas aman yang dipilih adalah batas aman yang lebih rasional dan realistis untuk dicapai

Adapun cara manajemen risiko adalah cara atau metode yang akan digunakan untuk

mencapai batas aman tersebut Cara manajemen risiko meliputi beberapa pendekatan yaitu pendekatan teknologi pendekatan sosial - ekonomis dan pendekatan institusional penjelasan lebih lanjut langkah ndash langkah dalam manajemen risiko akan dijelaskan pada sub bahasan selanjutnya

Materi Sub Bahasan Strategi manajemen risiko

1 Penentuan batas aman Batas aman disini adalah batas atau nilai terendah yang menyebabkan tingkat risiko

menjadi tidak aman (tidak dapat diterima) Oleh karenannya nilai yang aman adalah nilai di bawah batas amannya sedangkan nilai yang sama dengan batas aman tersebut akan menyebabkan tingkat risiko menjadi tidak aman Sebagai contoh jika hasil

perhitungan menunjukkan konsentrasi aman adalah 4499 microgm3 maka nilai konsentrasi

yang benar ndash benar aman adalah di bawah 4499 microgm3 (lt4499 microgm3) 4498 microgm3

a) Penentuan konsentrasi aman (C) Dalam penentuan konsentrasi aman semua variabel dan nilai yang digunakan

sama dengan variabel dan nilai pada perhitungan intake Akan tetapi nilai intake yang digunakan adalah RfD atau RfC agen risikonya

Sedangkan konsentrasi aman pada intake karsinogenik perhitungan didasarkan

pada nilai acceptable sebesar 10-4 dibagi nilai SF nya Selain itu variabel tavg disesuaikan dengan perhitungan karsinogenik yaitu (70 haritahun x 365 hari) Untuk menghitung konsentrasi aman digunakan rumus sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 2

Konsentrasi aman non karsinogenik Konsentrasi aman non karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 8

Konsentrasi aman non karsinogenik (ingestii)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ಶ ௫

Rumus 9

Konsentrasi aman karsinogenik Konsentrasi aman karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 10

Konsentrasi aman karsinogenik (ingesti)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 11

Keterangan

Notasi Arti Notasi C(aman) (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada udara ambien atau pada

air bersihminum atau pada makanan yang aman

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 3

Notasi Arti Notasi R (Rate) Laju asupan

Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

Volume air minum yang masuk tubuh (liter) setiap harinya

Volume makanan yang masuk tubuh (gram) setiap harinya

tE atau time of exposure (rumus 8)

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode

b) Penentuan jumlah konsumsi aman (R)

Laju asupan yang dapat dikelola hanyalah pada pada pajanan melalui makanan dan air minum (ingesti) karena masih banyak substitusi untuk setiap jenis makanan ataupun air minum Untuk pajanan melalui udara (inhalasi) pembatasan laju inhalasi hampir tidak mungkin dilakukan Untuk menghitung jumlah konsumsi aman digunakan rumus sebagai berikut Laju konsumsi aman non karsinogenik (ingesti)

() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ಶ ௫

Rumus 12

Laju konsumsi aman karsinogenik (ingesti)

() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ಶ ௫

Rumus 13

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 4

Keterangan Notasi Arti Notasi

R(aman) Laju konsumsi atau banyaknya volume makanan (gram) atau volume air (liter) yang masuk tubuh setiap harinya yang aman

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

c) Penentuan waktu pajanan aman (tE) Waktu pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan

kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan waktu pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah jam terpapar setiap harinya oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung waktu pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Waktu pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 14

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 5

Waktu pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 15

Keterangan

Notasi Arti Notasi t(aman) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap

harinya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

d) Penentuan frekuensi pajanan aman (fE)

Frekuensi pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan frekuensi pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah hari terpapar dalam satu tahun oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung frekuensi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Frekuensi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 16

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 6

Frekuensi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 17

Keterangan

Notasi Arti Notasi fE(aman) (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan

setiap tahunnya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

e) Penentuan durasi pajanan aman (Dt) Durasi pajanan aman dikelola pada pemajanan inhalasi pada lingkungan

yang permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan durasi pajanan dilakukan dengan membatasi lamanya tinggal (tahun) masyarakat pada suatu pemukiman dengan cara melakukan lsquorelokasirsquo pemukiman pada saat telah melewati batas durasi amannya Penerapan strategi durasi pajanan aman untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) kurang tepat karena pada pemajanan ingesti manajemen risiko cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung durasi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Durasi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 18

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 7

Durasi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 19

Keterangan

Notasi Arti Notasi Dt (aman) (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan yang

aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

tE atau time of exposure

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

2 Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko Penapisan alternatif manajemen risiko harus didasarkan pada pertimbangan logis

dan turut mempertimbangkan berbagai faktor termasuk cara pengelolaan risikonya Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini

Tabel 10 Alternatif manajemen risiko dan penggunaannya Alternatif Pengelolaan

Risiko Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Penurunan konsentrasi hingga ke batas aman (konsentrasi aman)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 8

Alternatif Pengelolaan Risiko

Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Pengurangan konsumsi hingga ke batas aman (jumlah konsumsi aman)

Pembatasan waktu pajanan hingga ke batas aman (waktui pajanan aman)

Pembatasan frekuensi pajanan hingga ke batas aman (frekuensi pajanan aman)

Pembatasan durasi pajanan hingga ke batas aman (durasi pajanan aman)

Materi Sub Bahasan Cara manajemen risiko

Manajemen risiko selain membutuhkan strategi yang tepat juga harus dilakukan dengan

cara atau metode yang tepat Dalam aplikasinya cara manajemen risiko dapat dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu 1) Pendekatan teknologi

Manajemen risiko menggunakan teknologi yang tersedia meliputi penggunaan alat bahan dan metode serta teknik tertentu Contoh manajemen risiko dengan pendekatan teknologi antara lain penerapan penggunaan IPAL pengolahan penyaringan air modifikasi cerobong asap penanaman tanaman penyerap polutan dll

2) Pendekatan sosial - ekonomis

Manajemen risiko menggunakan pendekatan sosial - ekonomis meliputi pelibat-sertaan pihak lain efisiensi proses substitusi dan penerapan sistem kompensasi Contoh manajemen risiko dengan pendekatan sosial ndash ekonomis antara lain 3R (reduce reuse dan recycle) limbah pemberdayaan masyarakat yang berisiko pemberian kompensasi pada masyarakat yang terkena dampak permohonan bantuan pemerintah akibat keterbatasan pemrakarsa (pihak yang bertanggung jawab mengelola risiko) dll

3) Pendekatan institusional

Manajemen risiko dengan menempuh jalur dan mekanisme kelembagaan dengan cara melakukan kerjasama dengan pihak lain Contoh manajemen risiko dengan pendekatan institusional antara lain kerjasama dalam pengolahan limbah B3 mendukung pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah menyampaikan laporan kepada instansi yang berwenang dll

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 1

MODUL III SURVEILANS FAKTOR RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans oleh World Health Organization (WHO) didefinisikan sebagai kegiatan

berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data kesehatan masyarakat yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat Surveilans yang dilakukan diharapkan dapat Menjadi sistem kewaspadaan dini terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat di masa yang

akan datang Mendokumentasikan dampak dari suatu intervensi atau jejak dari kemajuan program dalam

mencapai tujuan tertentu dan Memonitor dan mengklarifikasi masalah kesehatan secara epidemiologi guna menetapkan

priritas dan menginformasikan kebijakan dan strategi kesehatan ke publik

Faktor risiko dalam dunia kesehatan dan epidemiologi biasa didefinisikan sebagai faktor-faktor atau kondisi yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit Faktor risiko tersebut umumnya dapat dikatagorikan menjadi beberapa jenis yaitu faktor risiko genetis faktor risiko perilaku dan faktor risiko lingkungan

Dari kedua definisi di atas maka surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah kegiatan berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor-faktor atau kondisi lingkungan yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan lingkungan Untuk itu ada beberapa hal yang menjadi kata kunci dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yaitu sistematis dan berkesinambungan pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor lingkungan yang dapat menyebabkan sakit dan upaya kesehatan lingkungan

Materi Sub Bahasan Konsep dan Penerapan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Penyakit dan masalah kesehatan masyarakat erat terhubung dengan faktor atau kondisi

lingkungan Oleh karenanya secara naluriah setiap manusia menginginkan lingkungan yang sehat dan nyaman sebagai tempat tinggalnya yang juga kondusif terhadap kondisi kesehatannya Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang salah satunya ditempuh melalui kegiatan penyehatan lingkungan (kesehatan lingkungan) Dalam rangka mewujudkan kondisi lingkungan sesuai dengan yang diharapkan upaya yang dilakukan haruslah tepat guna tepat sasaran sistematis dan terencana dengan baik serta berbasis bukti (evidence based) Sehingga perumusan upaya kesehatan lingkungan yang akan diterapkan harus didukung dengan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yang baik

Filosofi dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah melakukan pengamatan dan pengawasan terus-menerus terhadap kondisi lingkungan yang diperkirakan dapat menyebabkan penyakit pada manusia Hasil dari kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah berupa informasi mengenai apakah faktor atau kondisi lingkungan tertentu yang diamati berisiko menimbulkan kesakitan dan rekomendasi upaya tidak lanjut yang dibutuhkan untuk mengendalikannya Konsep dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dipahami dari gambar 6

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 2

(sumber Mullan N et al 2008)

Gambar 6 Konsep Surveilans Awal dan Lanjutan dalam Kesehatan Lingkungan

Konsep di atas diadaptasi dari versi model surveilans kesehatan yang diterapkan di Kanada

Dalam prakteknya surveilans kesehatan lingkungan dilakukan dalam dua tahapan dimana pengumpulan data hingga desiminasi diklasifikasikan sebagai surveilans awal dan sintesa pengetahuan dan proses perumusan kebijakan yang merupakan input dari stakeholder dan peneliti sebagai surveilans lanjutan Surveilans awal dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data rutin (menggunakan form yang telah dibakukan pada masing-masing Negara) sedangkan analisis dan interpretasi dari basis data yang umumnya digunakan untuk tujuan monitoring ataupun pembuatan regulasi Selanjutnya surveilans lanjutan dirumuskan dari hasil surveilans awal dikombinasikan dengan masukan dari para peneliti dan stakeholder yang concern (peduli) terhadap masalah kesehatan lingkungan guna memberikan pemahaman pengertian yang baik terhadap isu yang berkembang serta dapat dirumuskan keputusan upaya tindak lanjut yang tepat untuk merespon isu tersebut

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bukan merupakan hal yang baru Konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan telah dilaksanakan sejak lama oleh sektor kesehatan mulai dari unit yang paling bawah seperti puskesmas hingga tingkat kementerian Namun sedikit perbedaan dalam istilah dan nama yang digunakan membuat konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan terkesan suatu terobosan baru Di unit puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten kota pelaksanaan kegiatan ini identik dengan kegiatan inspeksi sanitasi Inspeksi sanitasi yang dilakukan di puskesmas maupun dinas kesehatan dilakukan pada obyek kesehatan lingkungan secara periodik (time series) dengan fokus pada faktor risiko kesehatan lingkungan pada obyek tersebut Sebagai contoh inspeksi sanitasi depot air minum dilakukan oleh puskesmas atau dinas kesehatan kabupaten kota secara rutin (minimal setahun sekali) dengan melakukan observasi kesehatan lingkungan wawancara terkait perilaku dalam penanganan depot air minum dan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 3

pemeriksaan laboratorium kualitas air baku (air bersih) dan air olahan (air minum) Data hasil inspeksi sanitasi pada satu lokasi depot air minum yang sama dalam beberapa periode inspeksi merupakan basis data (database) yang dapat diinterpretasi dianalisis baik secara tunggal (hanya data satu depot tersebut) ataupun bersamaan dengan data inspeksi depot air minum yang lain dan didesiminasikan Selanjutnya hasil desiminasi tersebut dapat ditindaklanjuti dengan melakukan upaya diantaranya pembinaan pelatihan dan lain sebagainya

Materi Sub Bahasan Desain dan Metodologi Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan merupakan suatu studi yang dapat dilakukan dengan desain cross sectional kasus kontrol ataupun kohort Sebagai suatu studi yang masuk ke dalam ranah epidemiologi kesehatan lingkungan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan selain melihat kecenderungan data juga digunakan untuk melihat adanya hubungan antara pajanan lingkungan dan dampak kesehatan (penyakit) Oleh karenanya dalam surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan diperlukan data-data sebagai berikut

1 Data geografis wilayah dilakukan dengan menggunakan GPS untuk penentuan koordinat lokasi dilakukan pengambilan sampel pengumpulan data

2 Data faktor risiko lingkungan meliputi data kualitas lingkungan (pengambilan dan pemeriksaan sampel) data kondisi lingkungan sanitasi yang dikumpulkan melalui observasi (pengisian cek lis) dan wawancara Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dbutuhkan data kualitas udara dalam ruang yang dilakukan dengan pengukuran dan data berkaitan dengan jenis lantai ventilasi bahan bakar memasak dan lain sebagainya

3 Data faktor risiko lingkungan meliputi data perilaku sampel (responden) yang juga merupakan faktor risiko dari penyakit berbasis lingkungan yang menjadi perhatian Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA selain data kualitas udara dalam ruang dan ventilasi perlu dikumpulkan data terkait dengan kebiasaan membuka jendela

4 Data pajanan meliputi data lama tinggal pola aktivitas pekerjaan data konsumsi makanan dan air dan lain sebagainya Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dibutuhkan data lama tinggal dan rata-rata lama berada di dalam rumah

Sebagai suatu studi surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dilakukan dengan desain

tertentu yang disesuaikan dengan tujuan permasalahan yang akan dikaji dan faktor-faktor lainnya Sebagaimana dijelaskan di atas surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional kasus kontrol dan kohort Penggunaan desain studi pada surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seperti pada tabel 11

Tabel 11 Perbandingan Desain Studi

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort Desain pemilihan sampel (sampling)

Random Bisa juga dipisah fixed disease sampling atau fixed exposure sampling

Sampel terpisah untuk kasus (sakit) dan kontrol (tidak sakit)

Sampel terpisah untuk terpajan dan tidak terpajan

Waktu periode pelaksanaan (arah pengusutan)

Satu titik waktu atau sesaat (non directional)

Retrospektif Prospektif Followup selama periode waktu tertentu

Kausalitas Hanya menjelaskan Kausalitas awal Kausalitas dengan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 4

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort hubungan antara faktor risiko kesehatan lingkungan dengan penyakit (namun bukan bersifat kausalitas)

bukti sekuensi temporal

Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai pengganti risiko

Odds sebagai pengganti risiko

Insidensi (R Risiko) Insidence rate

Perbandingan risiko Prevalence Ratio (PR) Odds Ratio (OR) Risiko Relatif (RR)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan lebih tepat menggunakan desain cross sectional dikarenakan dalam pemilihan sampling dilakukan secara random dan pengumpulan data lingkungan dan penyakit dilakukan pada satu waktu Output dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dengan desain cross sectional adalah hubungan (bukan kausalitas) antara faktor lingkungan dan penyakit Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bisa dilakukan dengan desain kasus kontrol bilamana titik tolak studi (pengusutan) dimulai dari adanya penyakit dan sampel dikelompokkan menjadi kasus (sampel yang menderita penyakit) dan kontrol (sehat) dan data faktor lingkungan sebelum kasus sakit tersedia Selain itu surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat menggunakan desain studi kohort (prospektif) dengan memantau secara terus menerus (hingga periode tertentu) kualitas lingkungan dan faktor lingkungan lainnya bersamaan dengan penyakitnya

Materi Sub Bahasan Tahapan Kegiatan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Tahapan kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seyogyanya terdiri dari survey pendahuluan dan pengumpulan data awal penyusunan instrumen survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pengolahan dan analisis data dan diseminasi Tahapan kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut

1 Survey pendahuluan dan pengumpulan data awal pengumpulan data awal dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal pada lokasi meliputi background data yang telah tersedia atau data lainnya yang berhubungan Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data sekunder dan juga perlu ditentukan lokasi yang akan menjadi titik pengambilan sampel

2 Penyusunan instrumen berdasarkan data awal yang dikumpulkan disusun instrumen untuk survey pengambilan dan pemeriksaan sampel Instrumen disusun berbentuk cek lis danatau kuisioner Untuk mendapatkan data sesuai yang diharapkan instrumen yang telah dibuat sebaiknya diuji coba terlebih dahulu

3 Survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data primer dan pengumpulan data menggunakan instrumen yang digunakan

4 Pengolahan dan analisis data data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis yang dapat dilakukan secara manual ataupun alat bantu lainnya (mis software pengolah data) Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data informasi disajikan dalam bentuk tabel grafik gambar dan peta yang terangkum dalam laporan

5 Diseminasi dimaksudkan untuk menyebarluaskan informasi dan temuan lapangan kepada para stakeholder

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 1

MODUL IV ANALISIS KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Prinsip Dasar Analisis Kualitas Kesehatan Lingkungan

Analisis adalah kajian atau penelitian yang dititikberatkan pada variabel tertentu untuk mengetahui keadaan atau kondisi sebenarnya termasuk juga yang berkaitan dengan sebab musabab terjadinya kondisi tersebut Dengan demikian analisis kualitas lingkungan merupakan suatu kegiatan yang menggunakan cara atau metode ilmiah guna mengetahui seperti apa kondisi atau kualitas kesehatan lingkungan pada suatu tempat waktu yang melibatkan juga masyarakat di tempat tersebut Umumnya analisis kualitas kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk kegiatan pengambilan dan pemeriksaan sampel pengawasan kualitas kesehatan lingkungan melalui kegiatan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi serta interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Analisis kualitas kesehatan lingkungan merupakan kegiatan yang harus mampu dilakukan oleh seorang pejabat kesehatan lingkungan ataupun fungsional sanitarian Perlunya dilakukan analisis ini adalah untuk menjadi bahan masukan ataupun dasar untuk melakukan manajemen risiko kesehatan lingkungan Implementasi dari manajemen risiko kesehatan lingkungan ini bisa dalam bentuk intervensi (pendekatan) teknologi pendekatan sosial melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat secara aktif dan melalui kerjasama jejaring kemitraan antar pihak yang berkepentingan (stakeholder)

Materi analisis kualitas kesehatan lingkungan dalam modul ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan juga keterampilan bagi peserta dalam menilai prosedur pengambilan dan pemeriksaan sampel serta interpretasi hasil pemeriksaan sampel yang dilakukan dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan Materi dalam modul ini bukan dimaksudkan agar peserta mampu melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel kesehatan lingkungan sendiri tanpa berkerjasama dengan laboratorium Materi Sub Bahasan Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Kesehatan Lingkungan

Pengambilan sampel kesehatan lingkungan hakikatnya dilakukan untuk memotret atau

menjadi acuan untuk menduga kualitas kesehatan lingkungan pada suatu media di suatu wilayah Secara garis besar pengambilan sampel bertujuan untuk mengumpulkan data rona awal kesehatan lingkungan dan memantau kondisi kesehatan lingkungan Dalam hal memantau kesehatan lingkungan pengambilan sampel dilakukan untuk menentukan status kualitas kesehatan lingkungan menentukan kebijakan kesehatan lingkungan menegakkan hukum kesehatan dan lingkungan dan melakukan penelitian kesehatan lingkungan

Kualitas kesehatan lingkungan merupakan hal yang kompleks dan begitu dinamis karena dipengaruhi begitu banyak variabelfaktor Untuk itu pengambilan sampel l kesehatan ingkungan yang bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan harus dilakukan dengan cermat tepat serta butuh perencanaan dan pengorganisasian yang baik Untuk menjamin pengambilan sampel dapat menjamin keterwakilan kualitas kesehatan lingkungan perlu diperhatikan beberapa aspek yaitu lokasi dan titik pengambilan sampel parameter kualitas lingkungan yang akan dipilih serta ukuran jumlah dan volume sampel yang akan diambil Perencanaan Pengambilan Sampel

Seperti halnya kegiatan dan program pengambilan sampel sesuai dengan yang diharapkan perlu direncanakan dengan baik Perencanaan pengambilan sampel ini bertujuan untuk memastikan dan menegaskan kembali tujuan pengambilan sampel kesehatan lingkungan memutuskan cara-cara

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 2

mencapai tujuan mengetahui secara tepat hal-hal yang perlu dilakukan pada saat pengambilan sampel menyiapkan sumber daya yang diperlukan dan menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pengambilan sampel Jelasnya unsur-unsur perencanaan pengambilan sampel meliputi

a) Tujuan pengambilan sampel harus dipastikan apakah dalam rangka pengumpulan data rona kesehatan lingkungan awal atau dalam rangka memantau kesehatan lingkungan

b) Merencanakan biaya pengambilan sampel dengan mempertimbangkan empat hal yaitu aksesibilitas lokasi dan titik pengambilan sampel jumlah jenis dan kompleksitas sampel frekuensi pengambilan sampel serta penjaminan dan pengendalian mutu di lapangan Selain empat hal yang perlu dipertimbangkan tersebut perlu diketahui komponen pembiayaan dalam pengambilan sampel yaitu depresiasi (penyusutan) nilai peralatan kalibrasi peralatan pemakaian bahan pengawet secara kimia danatau fisika penggunaan bahan habis pakai penggunaan wadah sampel transportasi ke lokasi pengambilan sampel akomodasi (bila perlu) honor pengambil sampel (lumpsum atau per diem) dan penyusunan laporan pengambilan sampel

c) Administrasi berkaitan dengan pengambilan sampel yang meliputi penyiapan surat tugas surat pemberitahuan perizinan brevet ataupun lencana kewenangan pencatatan pendokumentasian dan hal-hal pendukung lainnya

d) Perlu jaminan pengambil sampel pada saat pengambilan sampel merupakan personel yang kompeten danatau berwenang dengan kualifikasi (kompetensi) latar belakang pendidikan yang sesuai pengalaman di bidangnya terampil dan diakui ataupun tersertifikasi

e) Penentuan parameter pengujian terhadap sampel yang diambil sesuai dengan tujuan pengambilan sampel turut mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait serta disesuaikan dengan parameter indikatif suatu kegiatan atau wilayah tertentu Mis parameter indikatif pada industri Pulp dan kertas adalah pH BOD COD dan TSS sedangkan pada wilayah pertambangan emas parameter yang diambil adalah air raksa (Hg) dan sianida (CN-)

f) Penentuan media lingkungan yang akan dilakukan pengambilan sampel g) Merencanakan tipe sampel yang akan diambil apakah sampel sesaat (grab sample) sampel

gabungan (composite sample) sampel terpadu (integrated sample) atau sampel kontinyu (continous sample)

h) Peralatan pengambilan sampel harus direncanakan dengan baik Peralatan pengambilan sampel terdiri dari peralatan pengambil sampel (utama) peralatan pendukung dan peralatan K3 atau APD Peralatan pengambil sampel adalah peralatan yang fungsinya untuk mengambil sampel lingkungan dengan parameter yang direncanakan seperti HVAS (High Volume Air Sampler) LVS (Low Volume Sampler) MAS (Microbiology Air Sampler) dll Alat pendukung adalah alat yang fungsinya mendukung pengambilan sampel seperti peralatan pengukur parameter lapangan (pH meter termometer barometer kecepatan angin hygrometer dll) dokumen terkait (surat tugas surat izin dll) alat tulis untuk perekaman proses pengambilan sampel penunjuk arah (kompas) dan penunjuk lokasi (GPS) dll APD yang digunakan dalam pengambilan sampel meliputi sarung tangan masker helm ear plugmuff P3K dll

i) Perencanaan terhadap wadah sampel yang akan digunakan untuk pengamanan dan transpor sampel harus disesuaikan dengan karakteristik dan interaksi parameter sampel yang akan diuji dengan sifat bahan wadah Sebagai contoh pengambilan sampel DOBOD harus menggunakan botol BOD khusus yang menggunakan tutup asah sedangkan untuk sampel mikrobiologi digunakan wadah steril

j) Pengawetan sampel dilakukan sesuai dengan karakteristik parameter yang akan diuji pada sampel mis pengawetan sampel untuk parameter golongan logam pada air menggunakan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 3

asam nitrat pekat (HNO3 p) hingga pH lt 2 sedangkan untuk sampel sianida total pada air diawetkan menggunakan NaOH hingga pH gt 12 dan didinginkan 4oCplusmn2oC pada tempat gelap

k) Batas penyimpanan sampel disesuaikan dengan parameter yang akan diuji dan mengacu pada acuan standar seperti ASTM (The American Society for Testing and Materials) dll

l) Pengamanan sampel di lapangan meliputi pengemasan pengamanan pada label sampel (spidol waterproof label yang baik) informasi tambahan yang penting (titik jenis parameter uji pengawetan waktu dan nama pengambil sampel) sehingga mencegah interaksi sampel dengan lingkungan yang menyebabkan perubahan kualitasnya (kontaminasi degradasi dll)

m) Transportasi sampel yang juga berkaitan dengan batas penyimpanan sampel harus diperhatikan dengan seksama Selain itu moda transportasi yang digunakan untuk membawa sampel juga harus dipenuhi standar keamanannya seperti harus mematuhi peraturan penerbangan nasional dan internasional bila sampel dibawa menggunakan pesawat udara

n) Penyimpanan sampel dilakukan baik secara fisik maupun kimia seperti meminimalkan adsorbsi pengasaman mencegah metabolisme mikroorganisme menghindari hidrolisis serta pengendapan Faktor kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan dengan proses pengambilan sampel

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Penentuan Titik Sampel

Prinsip penentuan titik sampel harus mempertimbangkan keterwakilan populasi atau kualitas lingkungan kemampuan peralatan keselamatan pengambil sampel faktor klimatologi biaya dan kaidah-kaidah empiris Prinsip-prinsip penentuan titik sampel pada media lingkungan adalah sebagai berikut a) Pengambilan sampel air a)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 736 tahun 2010 tentang Pengawasan Kualitas Air Minum

Peraturan daerah setempat a)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah jerigen botol botol BOD botol steril timba steril coolbox dll Peralatan pendukung pH meter termometer sisa klor GPS peralatan untuk menjamin

tidak terjadi kontaminasi (krustang kapas alkohol) dll Pengawet Asam (HNO3 p H2SO4 p) basa (NaOH) dry ice dll APD sarung tangan masker jaket pelampung dll

a)3 Aspek yang dipertimbangkan Kedalaman air Homogenitas (untuk sampel air badan air) Arah dan kecepatan aliran air (untuk sampel air badan air)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 4

Keterkaitan dengan pajanan pada masyarakat (bila digunakan untuk penelitian kesehatan masyarakat)

Jarak antar sampel Keselamatan dan kemampuan sumber daya

a)4 Penentuan titik sampel Air sungai ditentukan yaitu

Uji homogenitas sungai dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu lalu lakukan uji parameter lapangan (suhu pH DOoksigen terlarut dan DHLDaya Hantar Listrik) Apabila hasil pengujian beberapa parameter pada beberapa sampel tersebut tidak berbeda jauh dengan variasi lt 10 maka disebut homogen atau tercampur sementara sehingga sampel yang diambil untuk mewakili air sungai tersebut bisa lebih sedikit

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel air sungai harus meliputi daerah hulu yang belum terkontaminasi daerah pemanfaatan sungai daerah yang potensial terkontaminasi daerah pertemuan dua sungai dan daerah hilir

Air tanah Pengambilan sampel dilakukan plusmn 20 cm dari dasar sumur gali dan dipastikan agar tidak

ada sedimen yang ikut terambil atau pada mulut kran tempat air keluar untuk sumur bor

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel dilakukan pada daerah meliputi daerah dimana air tanah digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari termasuk air minum dan di daerah yang berisiko terkontaminasi (dekat penimbunanpembuangan akhir sampah daerah pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif wilayah pesisir dimana terjadi intrusi air laut dll)

b) Pengambilan sampel udara ambien dan udara dalam ruang b)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan Peraturan daerah setempat

b)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Peralatan utama High Volume Air Sampler (HVAS) RAC Gas Sampler EPAM CO dan CO2

Detektor Low Volume Sampler Microbiology Air Sampler atau Lamotte BD Pump dan Sound Level Meter

Peralatan pendukung pengukur kecepatan angin arah angir termometer hygrometer dan luxmeter

Bahan yang digunakan filter HVAS dan LVS absorbant (So2 NO2 H2S NH3 dan O3) dan larutan garam (NaCl) fisiologis steril

b)3 Aspek yang dipertimbangkan Berhubungan dengan klimatologi arah dan kecepatan angin bunga angin (wind rose)

kelembaban musim dan suhu udara Berhubungan dengan asumsi konsentrasi parameter inversi udara dispersi jarak terbang

(distance) dan ukuran partikel Bilamana sumber pencemar adalah cerobong asap maka ketinggian ukuran partikel dan jarak terhadap pemukiman penduduk harus dipertimbangkan

Berhubungan dengan pajanan daerah padat penduduk jarak terhadap sumber pencemar (radius)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 5

b)4 Penentuan titik sampel Pengambilan sampel udara ambien harus menghindari daerah yang dekat dengan

bangunan dan tanaman yang diperkirakan dapat mengabsorbsi atau mengadsorbsi pencemar daerah yang terdapat pengganggu kimia yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Emisi kimiawi kendaraan bermotor dapat mengganggu pengukuran ozon) dan daerah yang terdapat pengganggu fisik yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Pengukuran total partikulat atau TSP dapat terganggu oleh adanya insinerator disekitar lokasi pengukuran)

Pada umumnya lokasi pengukuran (pengambilan sampel) dilakukan pada daerah yang mempunyai konsentrasi parameter tinggi daerah padat penduduk daerah yang diasumsikan menerima paparan pencemar dan daerah yang digunakan untuk memproyeksikan dampak kegiatan pembangunan

c) Pengambilan sampel sedimen c)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Wadah Plastik atau wadah lainnya untuk sedimen tanah atau lumpur Plastik dan botol

steril untuk makanan Peralatan Grab Sampler untuk pengambilan sludge pada daerah yang sulit danatau

dalam c)3 Aspek yang dipertimbangkan

Potensi dan sumber pencemaran Topografi Jenis vegetasi Perkiraan terjadinya pencemaran

c)4 Penentuan titik sampel Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang

cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel meliputi daerah yang tanahnya diperkirakan akan kontak dengan masyarakat daerah yang mewakili pencemaran tertentu berdasarkan karakteristik kegiatan di wilayah tersebut (tanah pada pertanian perkebunan pertambangan dll) dan daerah yang tanahnya diperkirakan dapat mengkontaminasi media lingkungan lainnya

d) Pengambilan sampel makanan d)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan d)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah Plastik atau wadah atau botol untuk makanan Untuk sampel makanan yang akan diperiksa parameter bakteriologisnya maka digunakan wadah steril

Peralatan sendok sendok steril pisau steril dan peralatanbahan yang mendukung pengambilan secara aseptis (Contoh Pembakar bunsen dengan spiritus)

d)3 Aspek yang dipertimbangkan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 13: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 11

Tabel 4 Uraian langkah perumusan masalah Pertanyaan Uraiaan - Apa yang menjadi masalah Media lingkungan yang terkena dampak jenis kegiatan yang

menjadisumber dampak jenis polutan apa yang potensial

- Dimana masalah itu terjadi Wilayah administrasi wilayah geografi batas sosial batas ekologis - Seberapa besar masalahnya Prevalensi penyakit terkait lingkungan konsentrasi agen risiko pada media lingkungan jumlah populasi yang potensial terkena

- Kapan masalah terjadi Hari bulan tahun dan durasi (lamanya) masalah berlangsung - Siapa populasi berisiko Kelompok masyarakat yang potensial terkena golongan

umur kelompok berdasarkan tempat tinggal pekerjaan dan komunitas tertentu (komunitas hobi komunitas adat dll)

- Bagaimana kepedulian masyarakat

Deskripsi aksi protes masyarakat opini pendapat masyarakat dan tokoh masyarakat pandangan pakar respon instansi yang berwenang menangani masalah tersebut (program rencana program kerja terkait penanganan masalah

Langkah 1 Identifikasi bahaya (hazard identification) Identifikasi bahaya merupakan langkah pertama dalam ARKL yang digunakan untuk mengetahui secara spesifik agen risiko apa yang berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan bila tubuh terpajan Sebagai pelengkap dalam identifikasi bahaya dapat ditambahkan gejala ndash gejala gangguan kesehatan apa yang terkait erat dengan agen risiko yang akan dianalisis Tahapan ini harus menjawab pertanyaan agen risiko spesifik apa yang berbahaya di media lingkungan yang mana agen risiko eksisting seberapa besar kandungankonsentrasi agen risiko di media lingkungan gejala kesehatan apa yang potensial Uraian apa yang harus dijawab dalam identifikasi bahaya dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini

Tabel 5 Uraian langkah identifikasi bahaya Pertanyaan Uraian Agen risiko spesifik apa yang berbahaya

Agen risiko bahan kimia jelaskan spesi atau senyawa kimia apa yang berbahaya secara jelas Contoh Merkuri (Hg) jelaskan apakah agen risiko berupa elemental mercury anorganic mercury atau organic mercury (methyl mercury) Agen risiko biologi jelaskan spesiesnya

Di media lingkungan yang mana agen risiko eksisting

Jelaskan media lingkungan dimana agen risiko eksisting apakah di udara ambien air tanah sludge biota hewan dll Contoh jika merkuri sebagai agen risiko maka media lingkungan yang terkontaminasi antara lain air bersih sludge (jika pada pertambangan emas rakyat) ataupun di hewan (ikan yang dikonsumsi)

Seberapa besar kandungankonsentrasi agen risiko di media lingkungan

Jelaskan konsentrasi hasil pengukurannya di media lingkungan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 12

Pertanyaan Uraian Gejala kesehatan apa yang potensial

Uraikan gejala kesehatan gangguan kesehatan apa yang dapat terkait dengan agen risiko Contoh jika merkuri sebagai agen risiko maka gejalagangguan kesehatan yang mungkin timbul antara lain tremor gemetaran pada saat berdiri pusing pada saat berdiri rasa nyeri pada tangan dan kaki dan gangguan pada susunan saraf pusat

Untuk membantu dalam melakukan identifikasi bahaya dapat digunakan contoh formulir sebagaimana pada tabel 6 di bawah ini

Tabel 6 Contoh formulir bantu identifikasi bahaya Sumber

dan penggunaan

Media lingkungan potensial

Agen Risiko

Konsentrasi

Minimal Rata - rata Maksimal Pertambangan mineral (emas tembaga perak dll)

Air permukaan (sungai danau)

Merkuri Anorganik Total Merkuri

- Merkuri Anorganik mgl - Total Merkuri mgl

- Merkuri Anorganik mgl - Total Merkuri mgl

- Merkuri Anorganik mgl - Total Merkuri mgl Lumpur (tailing) Metil Merkuri

Merkuri Anorganik Total Merkuri

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Tanaman (buah sayur umbi)

Metil Merkuri Merkuri Anorganik Total Merkuri

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah (sumur) Merkuri Anorganik Total Merkuri

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Udara Total Merkuri Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Biota air (ikan kerang dsb)

Metil Merkuri Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Pertambangan fosil (batu bara minyak bumi)

middot Udara SO2 Benzene Golongan Metan

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 13

Sumber dan

penggunaan

Media lingkungan potensial

Agen Risiko

Konsentrasi

Minimal Rata - rata Maksimal Pengolahan aki bekas

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Industri elektronika

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan (dari limbah cair)

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah (dari limbah cair)

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Bengkel patri las galvanisasi logam

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Transportasi middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Tanaman Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Kegiatan lainnya Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Penggunaan formulir ini dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan dalam pengisiannya merujuk pada literatur yang tersedia Langkah 2 Analisis dosis - respon (dose-response assessment) Setelah melakukan identifikasi bahaya (agen risiko konsentrasi dan media lingkungan ) maka tahap selanjutnya adalah melakukan analisis dosis- respons yaitu mencari nilai RfD danatau RfC danatau SF dari agen risiko yang menjadi fokus ARKL serta memahami efek apa saja yang mungkin ditimbulkan oleh agen risiko tersebut pada tubuh manusia Analisis dosis ndash respon ini tidak harus

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 14

dengan melakukan penelitian percobaan sendiri namun cukup dengan merujuk pada literature yang tersedia Langkah analisis dosis respon ini dimaksudkan untuk

a mengetahui jalur pajanan (pathways) dari suatu agen risiko masuk ke dalam tubuh manusia

b memahami perubahan gejala atau efek kesehatan yang terjadi akibat peningkatan konsentrasi atau dosis agen risiko yang masuk ke dalam tubuh

c mengetahui dosis referensi (RfD) atau konsentrasi referensi (RfC) atau slope factor (SF) dari agen risiko tersebut

Di dalam laporan kajian ARKL ataupun dokumen yang menggunakan ARKL sebagai cara metode kajian analisis dosis ndash respon perlu dibahas dan dicantumkan Analisis dosis ndash respon dipelajari dari berbagai toxicological reviews jurnal ilmiah atau artikel terkait lainnya yang merupakan hasil dari penelitian eksperimental Untuk memudahkan analisis dosis ndash respon dapat dipelajari pada situs wwwepagoviris Dosis Referensi (RfD) Konsentrasi Referensi (RfC) dan Slope Factor (SF) Uraian tentang dosis referensi (RfD) konsentrasi referensi (RfC) dan slope factor (SF) adalah sebagai berikut

a Dosis referensi dan konsentrasi yang selanjutnya disebut RfD dan RfC adalah nilai yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman pada efek non karsinogenik suatu agen risiko sedangkan SF (slope factor) adalah referensi untuk nilai yang aman pada efek karsinogenik

b Nilai RfD RfC dan SF merupakan hasil penelitian (experimental study) dari berbagai sumber baik yang dilakukan langsung pada obyek manusia maupun merupakan ekstrapolasi dari hewan percobaan ke manusia

c Untuk mengetahui RfC RfD dan SF suatu agen risiko dapat dilihat pada Integrated Risk Information System (IRIS) yang bisa diakses di situs wwwepagoviris

d Jika tidak ada RfD RfC dan SF maka nilai dapat diturunkan dari dosis eksperimental yang lain seperti NOAEL (No Observed Adverse Effect Level) LOAEL (Lowest Observed Adverse Effect Level) MRL (Minimum Risk Level) baku mutu udara ambien pada NAAQS (National Ambient Air Quality Standard) dengan catatan dosis eksperimental tersebut mencantumkan faktor antropometri yang jelas (Wb tE fE dan Dt)

Satuan dosis referensi (RfD) dinyatakan sebagai milligram (mg) zat per kilogram (Kg) berat badan per hari disingkat mgkghari Dalam literatur terkadang ditulis mgkgxhari mgkghari dan mgkg-hari Satuan konsentrasi referensi (RfC) dinyatakan sebagai milligram (mg) zat per meter kubik (M3) udara disingkat mgM3 Konsentrasi referensi ini dinormalisasikan menjadi satuan mgkghari dengan ara memasukkan laju inhalasi dan berat badan yang bersangkutan Untuk memudahkan dalam analisis dosis ndash respon pada tabel 7 dan 8 disajikan contoh RfD RfC dan SF

Tabel 7 Contoh RfD dan SF beberapa agen risiko atau spesi kimia jalur ingesti No Agent Dosis Respon

(RfD SF) Efek Kristis dan Referensi

1 As (Arsen) 3E-4 mgkgday 15E+0 (mgkgday)minus1

Hiperpigmentasi keratosis dan kemungkinan komplikasi vaskular pajanan oral (Tseng 1977 Tseng et al 1968)

2 Ba (Barium) 2E-1 mgkgday Nefropati dalam 2 tahun pemberian air minum kepada mencit (NTP 1994)

3 B (Boron) 2E-1 mgkgday Penurunan berat janin pada pajanan asam borat gestasi

4 Cd (Kadmium) 5E-4 mgkgday Proteinuria pajanan kronik manusia (USEPA

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 15

No Agent Dosis Respon (RfD SF)

Efek Kristis dan Referensi

5 Cl2 (Klorin) bebas 1E-1 mgkgday Pajanan kronik air minum tikus (NTP 1992) 6 Cr6+ (Kromium

Heksavalen) 3E-3 mgkgday Uji hayati air minum 1 tahun dengan tikus

(McKenzie et al 1958) dan pajanan air minum penduduk Jinzhou (Zhang and Li 1987)

7 CN- (Sianida) 2E-2 mgkgday Kehilangan berat efek tiroid dan degradasi myelin dalam uji hayati subkronik sampai kronik oral pada tikus (Philbrick et al 1979)

8 F- (Fluorida) 6E-2 mgkgday Flourisis gigi dan efek kosmetik dalam studi epidemio logi (Hodge 1950 cited in Underwood 1977)

9 Mn (Mangan) 1 4E- 1 mgkgday Hipokolesterolemia epilepsi kekurangan pankreas eksokrin sklerosis berganda katarak osteoporosis fenilketonuria amp penyakit kencing maple syrup (inborn) panotda ingesi kronik manusia (NRC 1989 Freeland- Graves et al 1987 WHO 1973)

10 Hg ndash MeHg (Merkuri - metal merkuri)

1E-4 mgkgday Kelainan neuropsikologis perkembangan dalam studi epidemilogi (Grandjean et al 1997 Budz-Jergensen et al 1999)

11 NO2- (Nitrit) 1E-1 mgkgday Methemoglobinemia pada bayi yang terpajan kronik air minum (Walton 1951)

12 Se (Selenium) 5E-3 mgkgday Selenosis dari studi epidemiologi (Yang et al 1989)

13 Zn (Seng) 3E-1 mgkgday Penurunan Cu eriytrosit dan aktifitas Zn superoksida dismutase pada relawan pria dan wanita (Yadrick et al 1989)

14 CHBr3 2E-2 mgkgday 79E-3 (mgkgday)minus1

Lesi hepatik uji hayati subkronik gavage oral pada tikus

15 CHCl3 1E-2 mgkgday Pembentukan greasety cyst sedangnyata pada hati dan peningkatan SGPT dalam uji hayati kronik pada anjing (Heywood et al 1979)

16 CHBr2Cl 2E-2 mgkgday 84E-2 (mgkgday)minus1

Lesi hepatik uji hayati subkronik gavage oral pada tikus (NTP 1989)

Disadur dari Rahman 2007

Tabel 8 Contoh RfC beberapa agen risiko atau spesi kimia jalur inhalasi No Agent Dosis Respon Efek Kristis dan Referensi RfC 1 NH3 286E-2 Kenaikan keparahan rinitis dan pneumonia

dengan lesi pernafasan pada uji hayati tikus subkronik (Broderson et al 1976)

2 H2S 57 1E-4 Lesi nasal lendir olfaktori pada uji hayati tikus subkronik (Brenneman et al 2000)

3 Pb 493E-4 Perubahan tingkat enzim dan perkembangan neurobehavioral anak-anak (IRIS 2006)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 16

1E-4 mgkg-day

(00001

mgkg-day)

No Agent Dosis Respon Efek Kristis dan Referensi 4 NO2 2E-2 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) 5 SO2 26E-2 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) 6 TSP 242 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) Disadur dari Rahman 2007 Mengingat pemutakhiran (update) RfD RfC dan SF berlangsung sangat cepat RfD RfC dan SF yang tercantum pada tabel di atas tidak bisa selamanya dijadikan acuan RfD RfC dan SF dari agen risiko yang lain serta update dari RfD RfC dan SF pada tabel di atas dapat dilihat dengan mengakses wwwepagoviris Tahapan dalam mengakses situs tersebut dapat dilihat pada lampiran 5 Tampilan evaluasi dosis - respon yang terdapat pada toxicological review pada situs tersebut dapat dilihat pada contoh berikut Contoh evaluasi dosis ndash respon (1) Methylmercury (MeHg) CASRN 22967-92-6 IA1 Oral RfD Summary Critical Effect Experimental Doses UF MF RfD

Developmental neuropsychological impairment Human epidemiological studies (Grandjean et al 1997 Budtz-Joslashrgensen et al 1999a)

Benchmark Dose BMDL05 range of 46-79 ppb in maternal blood for different neuropsychological effects in the offspring at 7 years of age corresponding to a range of maternal daily intakes of 0857-1472 microgkg-day

10 1

Conversion Factors and Assumptions mdashMaternal daily dietary intake levels were used as the dose surrogate for the observed developmental effects in the children exposed in utero The daily dietary intake levels were calculated from blood concentrations measured in the mothers with supporting additional values based on their hair concentrations This conversion is explained in the text below A benchmark dose approach (BMD) was used rather than a no-observed-adverse-effect levellowest-observed-adverse-effect level (NOAELLOAEL) approach to analyze the neurological effects in children as the response variable This analysis is also explained in the text below This assessment updates the 1995 RfD assessment on IRIS and is the same as the RfD that was based on the study of a poisoning episode in Iraq in which developmental neurotoxicity was observed following ingestion of methylmercury-treated grain (Marsh et al1987)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 17

mdash 15E+0 per (mgkg)day

Contoh evaluasi dosis - respon (2) Arsenic inorganic (CASRN 7440-38-2) IIB Quantitative Estimate of Carcinogenic Risk from Oral Exposure IIB1 Summary of Risk Estimates Oral Slope Factor Drinking Water Unit Risk mdash 5E-5 per (ugL) Extrapolation Method mdash Time- and dose-related formulation of the multistage model (US EPA 1988) Drinking Water Concentrations at Specified Risk Levels

Risk Level Concentration E-4 (1 in 10000) 2E+0 ugL E-5 (1 in 100000) 2E-1 ugL E-6 (1 in 1000000) 2E-2 ugL

Langkah 3 Analisis pajanan (exposure assessment) Setelah melakukan langkah 1 dan 2 selanjutnya dilakukan Analisis pemajanan yaitu dengan mengukur atau menghitung intake asupan dari agen risiko Untuk menghitung intake digunakan persamaan atau rumus yang berbeda Data yang digunakan untuk melakukan perhitungan dapat berupa data primer (hasil pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan sendiri) atau data sekunder (pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan oleh pihak lain yang dipercaya seperti BLH Dinas Kesehatan LSM dll) dan asumsi yang didasarkan pertimbangan yang logis atau menggunakan nilai default yang tersedia Rumus perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut Perhitungan intake non karsinogenik (INK) 1 Intake pada jalur pemajanan inhalasi (terhirup)

ܫ = ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphelliphelliphellipRumus 1

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ink (Intake)

Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada media udara (udara ambien)

mgm3 Tidak ada nilai default

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 18

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default R (Rate) Laju inhalasi atau

banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya

m3jam Dewasa 083 m3jam Anak ndash anak (6 ndash 12 tahun) 05 m3jam

tE (time of exposure) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap harinya

Jamhari - Pajanan pada pemukiman 24 jamhari - Pajanan pada lingkungan kerja 8 jamhari - Pajanan pada sekolah dasar 6 jamhari

fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasikelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(nk) (time average) Periode waktu rata ndash rata

Hari 30 tahun x 365 haritahun = 10950 hari

2 Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphelliphelliphellipRumus 2

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ink (Intake) Jumlah konsentrasi agen

risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari

Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada air bersihminum atau pada makanan

- mgl (air) mgkg (makanan)

Tidak ada nilai default

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 19

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default R (Rate) Laju konsumsi atau

banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya

- Liter hari (air) - Gram hari (makanan)

Air Minum - Dewasa (pemukiman) 2 literhari - Anak ndash anak (pemukiman) 1 literhari - Dewasa (lingkungan kerja) 1 literhari Makanan - Buah ndash buahan 42 gramhari - Sayuran 80 gramhari fE (frecuency of

exposure) Lamanya atau jumlah hari

terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(nk) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogen

Hari 30 tahun x 365 haritahun = 10950 hari

Perhitungan intake karsinogenik (IK) 1 Intake pada jalur pemajanan inhalasi (terhirup)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphellipRumus 3

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ik (Intake) Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada media udara (udara ambien)

mgm3 Tidak ada nilai default

R (Rate) Laju inhalasi atau banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya

m3jam Dewasa 083 m3jam Anak ndash anak (6 ndash 12 tahun) 05 m3jam

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 20

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default tE (time of exposure) Lamanya atau jumlah jam

terjadinya pajanan setiap harinya

Jamhari - Pajanan pada pemukiman 24 jamhari - Pajanan pada lingkungan kerja 8 jamhari - Pajanan pada sekolah dasar 6 jamhari

fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

2 Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ಲೇಸ

helliphelliphellipRumus 4

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ik (Intake) Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada air bersih minum atau pada makanan

- mgl (air) - mgkg (makanan)

Tidak ada nilai default

R (Rate) Laju konsumsi atau banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya

- literhari (air) - gramhari (makanan)

Air Minum - Dewasa (pemukiman) 2 literhari - Anak ndash anak (pemukiman) 1 literhari - Dewasa (lingkungan kerja) 1 literhari Makanan - Buah ndash buahan 42 gramhari - Sayuran 80 gramhari - Ikan tangkapan 54 gramhari

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 21

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok Populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

Analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL Hal ndash hal yang perlu diketahui dan dicermati dalam melakukan analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL adalah sebagai berikut Pada lsquodesktoprsquo ARKL tidak perlu dilakukan pengumpulan data Data yang menjadi dasar perhitungan intake menggunakan data sekunder dan asumsi Terkait dengan variabel konsentrasi pelu diperhatikan hal sebagai berikut Data sekunder umumnya dibutuhkan untuk mengetahui konsentrasi agen risiko pada media

lingkungan yang mana merupakan hasil pengukuran yang pernah dilakukan oleh pihak lain pada media lingkungan wilayah dan waktu yang sama

Ada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL dalam rangkaian studi AMDAL (kajian ANDAL dan RKL - RPL untuk aspek kesehatan masyarakat) suatu kegiatan sumber data konsentrasi dapat merupakan proyeksi perubahan rona lingkungan yang telah dikaji pada aspek yang lain mis proyeksi konsentrasi agen risiko di udara ambien pada tahap operasional kegiatan atau proyeksi konsentrasi agen risiko di air bersih pada tahap operasional kegiatan

Terkait dengan variabel perhitungan yang lain (R tE fE Dt Wb dan tAVG) asumsi didasarkan pada logika yang rasional atau nilai default yang sudah tersedia Adapun nilai default untuk berbagai variabel pada lsquodesktoprsquo ARKL dapat dilihat pada tabel 9 berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 22

Tabel 9 Nilai default dari faktor pajanan (Rahman 2007) Tataguna lahan

Jalur pajanan Asupan harian Frekuensi pajanan (haritahun)

Durasi pajanan (tahun)

Berat badan (kg)

Residensial Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

12 m3 (anak) raquo 05 350 6 15 Industri amp komersial

Air minum 1 L 250 25 70 55 b

Pertanian Tanaman perkarangan

42 g (buah - buahan)

350 30 70 55 b

80 g (sayur - mayur)

350 30 70 55 b

Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

Rekreasi Ikan tangkapan 54 g 350 30 70 55 b Disadur dari Rahman 2007 seluruhnya berasal dari Exposure Factor Handbook (EPA 1990) kecuali bNukman et al (2005) 324 Langkah 4 Karakterisasi risiko (risk characterization) Langkah ARKL yang terakhir adalah karakterisasi risiko yang dilakukan untuk menetapkan tingkat risiko atau dengan kata lain menentukan apakah agen risiko pada konsentrasi tertentu yang dianalisis pada ARKL berisiko menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat (dengan karakteristik seperti berat badan laju inhalasikonsumsi waktu frekuensi durasi pajanan yang tertentu) atau tidak Karakteristik risiko dilakukan dengan membandingkan membagi intake dengan dosis konsentrasi agen risiko tersebut Variabel yang digunakan untuk menghitung tingkat risiko adalah intake (yang didapatkan dari analisis pemajanan) dan dosis referensi (RfD) konsentrasi referensi (RfC) yang didapat dari literatur yang ada (dapat diakses di situs wwwepagoviris) 1 Karakterisasi risiko pada efek non karsinogenik Perhitungan tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko untuk efek non karsinogenik dinyatakan dalam notasi Risk Quotien (RQ) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek non karsinogenik dilakukan perhitungan dengan membandingkan membagi intake dengan RfC atau RfD Rumus untuk menentukan RQ adalah sebagai berikut ூ

ோ helliphelliphelliphellipRumus 5

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur inhalasi (terhirup) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 1 RfC (reference concentration) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan inhalasi

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 23

ூோ

helliphelliphelliphelliphellipRumus 6

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur ingesti (tertelan) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 2 RfD (reference dose) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan ingesti

Didapat Interpretasi tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko yang diperoleh pada ARKL merupakan konsumsi pakar ataupun praktisi sehingga perlu disederhanakan atau dipilihkan bahasa yang lebih sederhana agar dapat diterima oleh khalayak atau publik Tingkat risiko dinyatakan dalam angka atau bilangan desimal tanpa satuan Tingkat risiko dikatakan AMAN bilamana intake le RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ le 1 Tingkat risiko dikatakan TIDAK AMAN bilamana intake gt RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ gt 1 Narasi yang digunakan dalam penyederhanaan interpretasi risiko agar dapat diterima oleh khalayak atau publik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll Contoh Tingkat risiko RQ untuk pajanan Pb (inhalasi) sebesar 000008 microgm3 pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan rata - rata 55 kg dan telah terpajan 350 haritahun selama 20 tahun diketahui sebesar 0098 maka Interpretasi risiko Pajanan Pb sebesar 000008 microgm3 secara inhalasi pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan 55 Kg masih aman untuk frekuensi pajanan 350 haritahun hingga 20 tahun mendatang Perhitungan tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko untuk efek karsinogenik dinyatakan dalam notasi Excess Cancer Risk (ECR) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek karsinogenik dilakukan perhitungan dengan mengkali intake dengan SF Rumus untuk menentukan ECR adalah sebagai berikut

ܥܧ = Rumus 7helliphelliphelliphellip ܨ ݔ ܫKeterangan Digunakan untuk menghitung tingkat risiko pada agen risiko dengan efek karsinogenik I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 3 atau rumus SF (slope factor) Nilai referensi agen risiko dengan efek karsinogenik

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 24

Interpretasi tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko dinyatakan dalam bilangan exponen tanpa satuan (cth 13E-4) Tingkat risiko dikatakan acceptable atau aman bilamana ECR le E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR le 110000 Tingkat risiko dikatakan unacceptable atau tidak aman bilamana ECR gt E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR gt 110000 Contoh ECR = 13E-5 (13 x 10-5) dapat diinterpretasikan sebagai berikut ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Narasi yang digunakan dalam risiko karsinogenik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoacceptablersquo atau lsquounacceptablersquo (lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo) - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll - Risiko kanker [ mis ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Contoh Tingkat risiko ECR untuk pajanan benzene (inhalasi) sebesar 03 microgm3 pada pekerja depo penampungan BBM di Jakarta dengan berat badan rata - rata 60 kg dan telah terpajan 250 haritahun selama 10 tahun diketahui sebesar 456E-4

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 1

MODUL II MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Manajemen Risiko Kesehatan Lingkungan

Manajemen risiko adalah proses mengidentifikasi evaluasi penyeleksian dan melakukan

upaya untuk mengurangi risiko terhadap ekosistem dan kesehatan manusia (Omenn GS et al 1997) Setelah melakukan keempat langkah ARKL di atas maka telah dapt diketahui apakah suatu agen risiko amandapat diterima atau tidak Manajemen risiko bukan termasuk langkah ARKL melainkan tindak lanjut yang harus dilakukan bilamana hasil karakterisasi risiko menunjukkan tingkat risiko yang tidak aman ataupun unacceptable Dalam melakukan manajemen risiko perlu dibedakan antara strategi manajemen risiko dengan cara manajemen risiko Strategi manajemen risiko meliputi penentuan batas aman yaitu

1 Konsentrasi agen risiko (C) danatau 2 Jumlah konsumsi (R) danatau 3 Waktu pajanan (tE) danatau

4 Frekuensi pajanan (fE) danatau

5 Durasi pajanan (Dt)

Setelah batas aman ditentukan selanjutnya perlu dilakukan penapisan alternatif terhadap batas aman yang mana yang akan dijadikan sebagai target atau sasaran pencapaian dalam pengelolaan risiko Batas aman yang dipilih adalah batas aman yang lebih rasional dan realistis untuk dicapai

Adapun cara manajemen risiko adalah cara atau metode yang akan digunakan untuk

mencapai batas aman tersebut Cara manajemen risiko meliputi beberapa pendekatan yaitu pendekatan teknologi pendekatan sosial - ekonomis dan pendekatan institusional penjelasan lebih lanjut langkah ndash langkah dalam manajemen risiko akan dijelaskan pada sub bahasan selanjutnya

Materi Sub Bahasan Strategi manajemen risiko

1 Penentuan batas aman Batas aman disini adalah batas atau nilai terendah yang menyebabkan tingkat risiko

menjadi tidak aman (tidak dapat diterima) Oleh karenannya nilai yang aman adalah nilai di bawah batas amannya sedangkan nilai yang sama dengan batas aman tersebut akan menyebabkan tingkat risiko menjadi tidak aman Sebagai contoh jika hasil

perhitungan menunjukkan konsentrasi aman adalah 4499 microgm3 maka nilai konsentrasi

yang benar ndash benar aman adalah di bawah 4499 microgm3 (lt4499 microgm3) 4498 microgm3

a) Penentuan konsentrasi aman (C) Dalam penentuan konsentrasi aman semua variabel dan nilai yang digunakan

sama dengan variabel dan nilai pada perhitungan intake Akan tetapi nilai intake yang digunakan adalah RfD atau RfC agen risikonya

Sedangkan konsentrasi aman pada intake karsinogenik perhitungan didasarkan

pada nilai acceptable sebesar 10-4 dibagi nilai SF nya Selain itu variabel tavg disesuaikan dengan perhitungan karsinogenik yaitu (70 haritahun x 365 hari) Untuk menghitung konsentrasi aman digunakan rumus sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 2

Konsentrasi aman non karsinogenik Konsentrasi aman non karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 8

Konsentrasi aman non karsinogenik (ingestii)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ಶ ௫

Rumus 9

Konsentrasi aman karsinogenik Konsentrasi aman karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 10

Konsentrasi aman karsinogenik (ingesti)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 11

Keterangan

Notasi Arti Notasi C(aman) (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada udara ambien atau pada

air bersihminum atau pada makanan yang aman

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 3

Notasi Arti Notasi R (Rate) Laju asupan

Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

Volume air minum yang masuk tubuh (liter) setiap harinya

Volume makanan yang masuk tubuh (gram) setiap harinya

tE atau time of exposure (rumus 8)

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode

b) Penentuan jumlah konsumsi aman (R)

Laju asupan yang dapat dikelola hanyalah pada pada pajanan melalui makanan dan air minum (ingesti) karena masih banyak substitusi untuk setiap jenis makanan ataupun air minum Untuk pajanan melalui udara (inhalasi) pembatasan laju inhalasi hampir tidak mungkin dilakukan Untuk menghitung jumlah konsumsi aman digunakan rumus sebagai berikut Laju konsumsi aman non karsinogenik (ingesti)

() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ಶ ௫

Rumus 12

Laju konsumsi aman karsinogenik (ingesti)

() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ಶ ௫

Rumus 13

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 4

Keterangan Notasi Arti Notasi

R(aman) Laju konsumsi atau banyaknya volume makanan (gram) atau volume air (liter) yang masuk tubuh setiap harinya yang aman

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

c) Penentuan waktu pajanan aman (tE) Waktu pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan

kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan waktu pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah jam terpapar setiap harinya oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung waktu pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Waktu pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 14

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 5

Waktu pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 15

Keterangan

Notasi Arti Notasi t(aman) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap

harinya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

d) Penentuan frekuensi pajanan aman (fE)

Frekuensi pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan frekuensi pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah hari terpapar dalam satu tahun oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung frekuensi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Frekuensi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 16

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 6

Frekuensi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 17

Keterangan

Notasi Arti Notasi fE(aman) (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan

setiap tahunnya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

e) Penentuan durasi pajanan aman (Dt) Durasi pajanan aman dikelola pada pemajanan inhalasi pada lingkungan

yang permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan durasi pajanan dilakukan dengan membatasi lamanya tinggal (tahun) masyarakat pada suatu pemukiman dengan cara melakukan lsquorelokasirsquo pemukiman pada saat telah melewati batas durasi amannya Penerapan strategi durasi pajanan aman untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) kurang tepat karena pada pemajanan ingesti manajemen risiko cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung durasi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Durasi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 18

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 7

Durasi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 19

Keterangan

Notasi Arti Notasi Dt (aman) (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan yang

aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

tE atau time of exposure

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

2 Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko Penapisan alternatif manajemen risiko harus didasarkan pada pertimbangan logis

dan turut mempertimbangkan berbagai faktor termasuk cara pengelolaan risikonya Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini

Tabel 10 Alternatif manajemen risiko dan penggunaannya Alternatif Pengelolaan

Risiko Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Penurunan konsentrasi hingga ke batas aman (konsentrasi aman)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 8

Alternatif Pengelolaan Risiko

Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Pengurangan konsumsi hingga ke batas aman (jumlah konsumsi aman)

Pembatasan waktu pajanan hingga ke batas aman (waktui pajanan aman)

Pembatasan frekuensi pajanan hingga ke batas aman (frekuensi pajanan aman)

Pembatasan durasi pajanan hingga ke batas aman (durasi pajanan aman)

Materi Sub Bahasan Cara manajemen risiko

Manajemen risiko selain membutuhkan strategi yang tepat juga harus dilakukan dengan

cara atau metode yang tepat Dalam aplikasinya cara manajemen risiko dapat dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu 1) Pendekatan teknologi

Manajemen risiko menggunakan teknologi yang tersedia meliputi penggunaan alat bahan dan metode serta teknik tertentu Contoh manajemen risiko dengan pendekatan teknologi antara lain penerapan penggunaan IPAL pengolahan penyaringan air modifikasi cerobong asap penanaman tanaman penyerap polutan dll

2) Pendekatan sosial - ekonomis

Manajemen risiko menggunakan pendekatan sosial - ekonomis meliputi pelibat-sertaan pihak lain efisiensi proses substitusi dan penerapan sistem kompensasi Contoh manajemen risiko dengan pendekatan sosial ndash ekonomis antara lain 3R (reduce reuse dan recycle) limbah pemberdayaan masyarakat yang berisiko pemberian kompensasi pada masyarakat yang terkena dampak permohonan bantuan pemerintah akibat keterbatasan pemrakarsa (pihak yang bertanggung jawab mengelola risiko) dll

3) Pendekatan institusional

Manajemen risiko dengan menempuh jalur dan mekanisme kelembagaan dengan cara melakukan kerjasama dengan pihak lain Contoh manajemen risiko dengan pendekatan institusional antara lain kerjasama dalam pengolahan limbah B3 mendukung pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah menyampaikan laporan kepada instansi yang berwenang dll

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 1

MODUL III SURVEILANS FAKTOR RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans oleh World Health Organization (WHO) didefinisikan sebagai kegiatan

berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data kesehatan masyarakat yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat Surveilans yang dilakukan diharapkan dapat Menjadi sistem kewaspadaan dini terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat di masa yang

akan datang Mendokumentasikan dampak dari suatu intervensi atau jejak dari kemajuan program dalam

mencapai tujuan tertentu dan Memonitor dan mengklarifikasi masalah kesehatan secara epidemiologi guna menetapkan

priritas dan menginformasikan kebijakan dan strategi kesehatan ke publik

Faktor risiko dalam dunia kesehatan dan epidemiologi biasa didefinisikan sebagai faktor-faktor atau kondisi yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit Faktor risiko tersebut umumnya dapat dikatagorikan menjadi beberapa jenis yaitu faktor risiko genetis faktor risiko perilaku dan faktor risiko lingkungan

Dari kedua definisi di atas maka surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah kegiatan berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor-faktor atau kondisi lingkungan yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan lingkungan Untuk itu ada beberapa hal yang menjadi kata kunci dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yaitu sistematis dan berkesinambungan pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor lingkungan yang dapat menyebabkan sakit dan upaya kesehatan lingkungan

Materi Sub Bahasan Konsep dan Penerapan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Penyakit dan masalah kesehatan masyarakat erat terhubung dengan faktor atau kondisi

lingkungan Oleh karenanya secara naluriah setiap manusia menginginkan lingkungan yang sehat dan nyaman sebagai tempat tinggalnya yang juga kondusif terhadap kondisi kesehatannya Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang salah satunya ditempuh melalui kegiatan penyehatan lingkungan (kesehatan lingkungan) Dalam rangka mewujudkan kondisi lingkungan sesuai dengan yang diharapkan upaya yang dilakukan haruslah tepat guna tepat sasaran sistematis dan terencana dengan baik serta berbasis bukti (evidence based) Sehingga perumusan upaya kesehatan lingkungan yang akan diterapkan harus didukung dengan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yang baik

Filosofi dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah melakukan pengamatan dan pengawasan terus-menerus terhadap kondisi lingkungan yang diperkirakan dapat menyebabkan penyakit pada manusia Hasil dari kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah berupa informasi mengenai apakah faktor atau kondisi lingkungan tertentu yang diamati berisiko menimbulkan kesakitan dan rekomendasi upaya tidak lanjut yang dibutuhkan untuk mengendalikannya Konsep dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dipahami dari gambar 6

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 2

(sumber Mullan N et al 2008)

Gambar 6 Konsep Surveilans Awal dan Lanjutan dalam Kesehatan Lingkungan

Konsep di atas diadaptasi dari versi model surveilans kesehatan yang diterapkan di Kanada

Dalam prakteknya surveilans kesehatan lingkungan dilakukan dalam dua tahapan dimana pengumpulan data hingga desiminasi diklasifikasikan sebagai surveilans awal dan sintesa pengetahuan dan proses perumusan kebijakan yang merupakan input dari stakeholder dan peneliti sebagai surveilans lanjutan Surveilans awal dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data rutin (menggunakan form yang telah dibakukan pada masing-masing Negara) sedangkan analisis dan interpretasi dari basis data yang umumnya digunakan untuk tujuan monitoring ataupun pembuatan regulasi Selanjutnya surveilans lanjutan dirumuskan dari hasil surveilans awal dikombinasikan dengan masukan dari para peneliti dan stakeholder yang concern (peduli) terhadap masalah kesehatan lingkungan guna memberikan pemahaman pengertian yang baik terhadap isu yang berkembang serta dapat dirumuskan keputusan upaya tindak lanjut yang tepat untuk merespon isu tersebut

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bukan merupakan hal yang baru Konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan telah dilaksanakan sejak lama oleh sektor kesehatan mulai dari unit yang paling bawah seperti puskesmas hingga tingkat kementerian Namun sedikit perbedaan dalam istilah dan nama yang digunakan membuat konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan terkesan suatu terobosan baru Di unit puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten kota pelaksanaan kegiatan ini identik dengan kegiatan inspeksi sanitasi Inspeksi sanitasi yang dilakukan di puskesmas maupun dinas kesehatan dilakukan pada obyek kesehatan lingkungan secara periodik (time series) dengan fokus pada faktor risiko kesehatan lingkungan pada obyek tersebut Sebagai contoh inspeksi sanitasi depot air minum dilakukan oleh puskesmas atau dinas kesehatan kabupaten kota secara rutin (minimal setahun sekali) dengan melakukan observasi kesehatan lingkungan wawancara terkait perilaku dalam penanganan depot air minum dan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 3

pemeriksaan laboratorium kualitas air baku (air bersih) dan air olahan (air minum) Data hasil inspeksi sanitasi pada satu lokasi depot air minum yang sama dalam beberapa periode inspeksi merupakan basis data (database) yang dapat diinterpretasi dianalisis baik secara tunggal (hanya data satu depot tersebut) ataupun bersamaan dengan data inspeksi depot air minum yang lain dan didesiminasikan Selanjutnya hasil desiminasi tersebut dapat ditindaklanjuti dengan melakukan upaya diantaranya pembinaan pelatihan dan lain sebagainya

Materi Sub Bahasan Desain dan Metodologi Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan merupakan suatu studi yang dapat dilakukan dengan desain cross sectional kasus kontrol ataupun kohort Sebagai suatu studi yang masuk ke dalam ranah epidemiologi kesehatan lingkungan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan selain melihat kecenderungan data juga digunakan untuk melihat adanya hubungan antara pajanan lingkungan dan dampak kesehatan (penyakit) Oleh karenanya dalam surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan diperlukan data-data sebagai berikut

1 Data geografis wilayah dilakukan dengan menggunakan GPS untuk penentuan koordinat lokasi dilakukan pengambilan sampel pengumpulan data

2 Data faktor risiko lingkungan meliputi data kualitas lingkungan (pengambilan dan pemeriksaan sampel) data kondisi lingkungan sanitasi yang dikumpulkan melalui observasi (pengisian cek lis) dan wawancara Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dbutuhkan data kualitas udara dalam ruang yang dilakukan dengan pengukuran dan data berkaitan dengan jenis lantai ventilasi bahan bakar memasak dan lain sebagainya

3 Data faktor risiko lingkungan meliputi data perilaku sampel (responden) yang juga merupakan faktor risiko dari penyakit berbasis lingkungan yang menjadi perhatian Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA selain data kualitas udara dalam ruang dan ventilasi perlu dikumpulkan data terkait dengan kebiasaan membuka jendela

4 Data pajanan meliputi data lama tinggal pola aktivitas pekerjaan data konsumsi makanan dan air dan lain sebagainya Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dibutuhkan data lama tinggal dan rata-rata lama berada di dalam rumah

Sebagai suatu studi surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dilakukan dengan desain

tertentu yang disesuaikan dengan tujuan permasalahan yang akan dikaji dan faktor-faktor lainnya Sebagaimana dijelaskan di atas surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional kasus kontrol dan kohort Penggunaan desain studi pada surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seperti pada tabel 11

Tabel 11 Perbandingan Desain Studi

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort Desain pemilihan sampel (sampling)

Random Bisa juga dipisah fixed disease sampling atau fixed exposure sampling

Sampel terpisah untuk kasus (sakit) dan kontrol (tidak sakit)

Sampel terpisah untuk terpajan dan tidak terpajan

Waktu periode pelaksanaan (arah pengusutan)

Satu titik waktu atau sesaat (non directional)

Retrospektif Prospektif Followup selama periode waktu tertentu

Kausalitas Hanya menjelaskan Kausalitas awal Kausalitas dengan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 4

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort hubungan antara faktor risiko kesehatan lingkungan dengan penyakit (namun bukan bersifat kausalitas)

bukti sekuensi temporal

Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai pengganti risiko

Odds sebagai pengganti risiko

Insidensi (R Risiko) Insidence rate

Perbandingan risiko Prevalence Ratio (PR) Odds Ratio (OR) Risiko Relatif (RR)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan lebih tepat menggunakan desain cross sectional dikarenakan dalam pemilihan sampling dilakukan secara random dan pengumpulan data lingkungan dan penyakit dilakukan pada satu waktu Output dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dengan desain cross sectional adalah hubungan (bukan kausalitas) antara faktor lingkungan dan penyakit Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bisa dilakukan dengan desain kasus kontrol bilamana titik tolak studi (pengusutan) dimulai dari adanya penyakit dan sampel dikelompokkan menjadi kasus (sampel yang menderita penyakit) dan kontrol (sehat) dan data faktor lingkungan sebelum kasus sakit tersedia Selain itu surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat menggunakan desain studi kohort (prospektif) dengan memantau secara terus menerus (hingga periode tertentu) kualitas lingkungan dan faktor lingkungan lainnya bersamaan dengan penyakitnya

Materi Sub Bahasan Tahapan Kegiatan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Tahapan kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seyogyanya terdiri dari survey pendahuluan dan pengumpulan data awal penyusunan instrumen survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pengolahan dan analisis data dan diseminasi Tahapan kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut

1 Survey pendahuluan dan pengumpulan data awal pengumpulan data awal dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal pada lokasi meliputi background data yang telah tersedia atau data lainnya yang berhubungan Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data sekunder dan juga perlu ditentukan lokasi yang akan menjadi titik pengambilan sampel

2 Penyusunan instrumen berdasarkan data awal yang dikumpulkan disusun instrumen untuk survey pengambilan dan pemeriksaan sampel Instrumen disusun berbentuk cek lis danatau kuisioner Untuk mendapatkan data sesuai yang diharapkan instrumen yang telah dibuat sebaiknya diuji coba terlebih dahulu

3 Survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data primer dan pengumpulan data menggunakan instrumen yang digunakan

4 Pengolahan dan analisis data data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis yang dapat dilakukan secara manual ataupun alat bantu lainnya (mis software pengolah data) Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data informasi disajikan dalam bentuk tabel grafik gambar dan peta yang terangkum dalam laporan

5 Diseminasi dimaksudkan untuk menyebarluaskan informasi dan temuan lapangan kepada para stakeholder

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 1

MODUL IV ANALISIS KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Prinsip Dasar Analisis Kualitas Kesehatan Lingkungan

Analisis adalah kajian atau penelitian yang dititikberatkan pada variabel tertentu untuk mengetahui keadaan atau kondisi sebenarnya termasuk juga yang berkaitan dengan sebab musabab terjadinya kondisi tersebut Dengan demikian analisis kualitas lingkungan merupakan suatu kegiatan yang menggunakan cara atau metode ilmiah guna mengetahui seperti apa kondisi atau kualitas kesehatan lingkungan pada suatu tempat waktu yang melibatkan juga masyarakat di tempat tersebut Umumnya analisis kualitas kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk kegiatan pengambilan dan pemeriksaan sampel pengawasan kualitas kesehatan lingkungan melalui kegiatan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi serta interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Analisis kualitas kesehatan lingkungan merupakan kegiatan yang harus mampu dilakukan oleh seorang pejabat kesehatan lingkungan ataupun fungsional sanitarian Perlunya dilakukan analisis ini adalah untuk menjadi bahan masukan ataupun dasar untuk melakukan manajemen risiko kesehatan lingkungan Implementasi dari manajemen risiko kesehatan lingkungan ini bisa dalam bentuk intervensi (pendekatan) teknologi pendekatan sosial melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat secara aktif dan melalui kerjasama jejaring kemitraan antar pihak yang berkepentingan (stakeholder)

Materi analisis kualitas kesehatan lingkungan dalam modul ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan juga keterampilan bagi peserta dalam menilai prosedur pengambilan dan pemeriksaan sampel serta interpretasi hasil pemeriksaan sampel yang dilakukan dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan Materi dalam modul ini bukan dimaksudkan agar peserta mampu melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel kesehatan lingkungan sendiri tanpa berkerjasama dengan laboratorium Materi Sub Bahasan Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Kesehatan Lingkungan

Pengambilan sampel kesehatan lingkungan hakikatnya dilakukan untuk memotret atau

menjadi acuan untuk menduga kualitas kesehatan lingkungan pada suatu media di suatu wilayah Secara garis besar pengambilan sampel bertujuan untuk mengumpulkan data rona awal kesehatan lingkungan dan memantau kondisi kesehatan lingkungan Dalam hal memantau kesehatan lingkungan pengambilan sampel dilakukan untuk menentukan status kualitas kesehatan lingkungan menentukan kebijakan kesehatan lingkungan menegakkan hukum kesehatan dan lingkungan dan melakukan penelitian kesehatan lingkungan

Kualitas kesehatan lingkungan merupakan hal yang kompleks dan begitu dinamis karena dipengaruhi begitu banyak variabelfaktor Untuk itu pengambilan sampel l kesehatan ingkungan yang bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan harus dilakukan dengan cermat tepat serta butuh perencanaan dan pengorganisasian yang baik Untuk menjamin pengambilan sampel dapat menjamin keterwakilan kualitas kesehatan lingkungan perlu diperhatikan beberapa aspek yaitu lokasi dan titik pengambilan sampel parameter kualitas lingkungan yang akan dipilih serta ukuran jumlah dan volume sampel yang akan diambil Perencanaan Pengambilan Sampel

Seperti halnya kegiatan dan program pengambilan sampel sesuai dengan yang diharapkan perlu direncanakan dengan baik Perencanaan pengambilan sampel ini bertujuan untuk memastikan dan menegaskan kembali tujuan pengambilan sampel kesehatan lingkungan memutuskan cara-cara

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 2

mencapai tujuan mengetahui secara tepat hal-hal yang perlu dilakukan pada saat pengambilan sampel menyiapkan sumber daya yang diperlukan dan menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pengambilan sampel Jelasnya unsur-unsur perencanaan pengambilan sampel meliputi

a) Tujuan pengambilan sampel harus dipastikan apakah dalam rangka pengumpulan data rona kesehatan lingkungan awal atau dalam rangka memantau kesehatan lingkungan

b) Merencanakan biaya pengambilan sampel dengan mempertimbangkan empat hal yaitu aksesibilitas lokasi dan titik pengambilan sampel jumlah jenis dan kompleksitas sampel frekuensi pengambilan sampel serta penjaminan dan pengendalian mutu di lapangan Selain empat hal yang perlu dipertimbangkan tersebut perlu diketahui komponen pembiayaan dalam pengambilan sampel yaitu depresiasi (penyusutan) nilai peralatan kalibrasi peralatan pemakaian bahan pengawet secara kimia danatau fisika penggunaan bahan habis pakai penggunaan wadah sampel transportasi ke lokasi pengambilan sampel akomodasi (bila perlu) honor pengambil sampel (lumpsum atau per diem) dan penyusunan laporan pengambilan sampel

c) Administrasi berkaitan dengan pengambilan sampel yang meliputi penyiapan surat tugas surat pemberitahuan perizinan brevet ataupun lencana kewenangan pencatatan pendokumentasian dan hal-hal pendukung lainnya

d) Perlu jaminan pengambil sampel pada saat pengambilan sampel merupakan personel yang kompeten danatau berwenang dengan kualifikasi (kompetensi) latar belakang pendidikan yang sesuai pengalaman di bidangnya terampil dan diakui ataupun tersertifikasi

e) Penentuan parameter pengujian terhadap sampel yang diambil sesuai dengan tujuan pengambilan sampel turut mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait serta disesuaikan dengan parameter indikatif suatu kegiatan atau wilayah tertentu Mis parameter indikatif pada industri Pulp dan kertas adalah pH BOD COD dan TSS sedangkan pada wilayah pertambangan emas parameter yang diambil adalah air raksa (Hg) dan sianida (CN-)

f) Penentuan media lingkungan yang akan dilakukan pengambilan sampel g) Merencanakan tipe sampel yang akan diambil apakah sampel sesaat (grab sample) sampel

gabungan (composite sample) sampel terpadu (integrated sample) atau sampel kontinyu (continous sample)

h) Peralatan pengambilan sampel harus direncanakan dengan baik Peralatan pengambilan sampel terdiri dari peralatan pengambil sampel (utama) peralatan pendukung dan peralatan K3 atau APD Peralatan pengambil sampel adalah peralatan yang fungsinya untuk mengambil sampel lingkungan dengan parameter yang direncanakan seperti HVAS (High Volume Air Sampler) LVS (Low Volume Sampler) MAS (Microbiology Air Sampler) dll Alat pendukung adalah alat yang fungsinya mendukung pengambilan sampel seperti peralatan pengukur parameter lapangan (pH meter termometer barometer kecepatan angin hygrometer dll) dokumen terkait (surat tugas surat izin dll) alat tulis untuk perekaman proses pengambilan sampel penunjuk arah (kompas) dan penunjuk lokasi (GPS) dll APD yang digunakan dalam pengambilan sampel meliputi sarung tangan masker helm ear plugmuff P3K dll

i) Perencanaan terhadap wadah sampel yang akan digunakan untuk pengamanan dan transpor sampel harus disesuaikan dengan karakteristik dan interaksi parameter sampel yang akan diuji dengan sifat bahan wadah Sebagai contoh pengambilan sampel DOBOD harus menggunakan botol BOD khusus yang menggunakan tutup asah sedangkan untuk sampel mikrobiologi digunakan wadah steril

j) Pengawetan sampel dilakukan sesuai dengan karakteristik parameter yang akan diuji pada sampel mis pengawetan sampel untuk parameter golongan logam pada air menggunakan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 3

asam nitrat pekat (HNO3 p) hingga pH lt 2 sedangkan untuk sampel sianida total pada air diawetkan menggunakan NaOH hingga pH gt 12 dan didinginkan 4oCplusmn2oC pada tempat gelap

k) Batas penyimpanan sampel disesuaikan dengan parameter yang akan diuji dan mengacu pada acuan standar seperti ASTM (The American Society for Testing and Materials) dll

l) Pengamanan sampel di lapangan meliputi pengemasan pengamanan pada label sampel (spidol waterproof label yang baik) informasi tambahan yang penting (titik jenis parameter uji pengawetan waktu dan nama pengambil sampel) sehingga mencegah interaksi sampel dengan lingkungan yang menyebabkan perubahan kualitasnya (kontaminasi degradasi dll)

m) Transportasi sampel yang juga berkaitan dengan batas penyimpanan sampel harus diperhatikan dengan seksama Selain itu moda transportasi yang digunakan untuk membawa sampel juga harus dipenuhi standar keamanannya seperti harus mematuhi peraturan penerbangan nasional dan internasional bila sampel dibawa menggunakan pesawat udara

n) Penyimpanan sampel dilakukan baik secara fisik maupun kimia seperti meminimalkan adsorbsi pengasaman mencegah metabolisme mikroorganisme menghindari hidrolisis serta pengendapan Faktor kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan dengan proses pengambilan sampel

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Penentuan Titik Sampel

Prinsip penentuan titik sampel harus mempertimbangkan keterwakilan populasi atau kualitas lingkungan kemampuan peralatan keselamatan pengambil sampel faktor klimatologi biaya dan kaidah-kaidah empiris Prinsip-prinsip penentuan titik sampel pada media lingkungan adalah sebagai berikut a) Pengambilan sampel air a)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 736 tahun 2010 tentang Pengawasan Kualitas Air Minum

Peraturan daerah setempat a)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah jerigen botol botol BOD botol steril timba steril coolbox dll Peralatan pendukung pH meter termometer sisa klor GPS peralatan untuk menjamin

tidak terjadi kontaminasi (krustang kapas alkohol) dll Pengawet Asam (HNO3 p H2SO4 p) basa (NaOH) dry ice dll APD sarung tangan masker jaket pelampung dll

a)3 Aspek yang dipertimbangkan Kedalaman air Homogenitas (untuk sampel air badan air) Arah dan kecepatan aliran air (untuk sampel air badan air)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 4

Keterkaitan dengan pajanan pada masyarakat (bila digunakan untuk penelitian kesehatan masyarakat)

Jarak antar sampel Keselamatan dan kemampuan sumber daya

a)4 Penentuan titik sampel Air sungai ditentukan yaitu

Uji homogenitas sungai dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu lalu lakukan uji parameter lapangan (suhu pH DOoksigen terlarut dan DHLDaya Hantar Listrik) Apabila hasil pengujian beberapa parameter pada beberapa sampel tersebut tidak berbeda jauh dengan variasi lt 10 maka disebut homogen atau tercampur sementara sehingga sampel yang diambil untuk mewakili air sungai tersebut bisa lebih sedikit

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel air sungai harus meliputi daerah hulu yang belum terkontaminasi daerah pemanfaatan sungai daerah yang potensial terkontaminasi daerah pertemuan dua sungai dan daerah hilir

Air tanah Pengambilan sampel dilakukan plusmn 20 cm dari dasar sumur gali dan dipastikan agar tidak

ada sedimen yang ikut terambil atau pada mulut kran tempat air keluar untuk sumur bor

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel dilakukan pada daerah meliputi daerah dimana air tanah digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari termasuk air minum dan di daerah yang berisiko terkontaminasi (dekat penimbunanpembuangan akhir sampah daerah pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif wilayah pesisir dimana terjadi intrusi air laut dll)

b) Pengambilan sampel udara ambien dan udara dalam ruang b)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan Peraturan daerah setempat

b)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Peralatan utama High Volume Air Sampler (HVAS) RAC Gas Sampler EPAM CO dan CO2

Detektor Low Volume Sampler Microbiology Air Sampler atau Lamotte BD Pump dan Sound Level Meter

Peralatan pendukung pengukur kecepatan angin arah angir termometer hygrometer dan luxmeter

Bahan yang digunakan filter HVAS dan LVS absorbant (So2 NO2 H2S NH3 dan O3) dan larutan garam (NaCl) fisiologis steril

b)3 Aspek yang dipertimbangkan Berhubungan dengan klimatologi arah dan kecepatan angin bunga angin (wind rose)

kelembaban musim dan suhu udara Berhubungan dengan asumsi konsentrasi parameter inversi udara dispersi jarak terbang

(distance) dan ukuran partikel Bilamana sumber pencemar adalah cerobong asap maka ketinggian ukuran partikel dan jarak terhadap pemukiman penduduk harus dipertimbangkan

Berhubungan dengan pajanan daerah padat penduduk jarak terhadap sumber pencemar (radius)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 5

b)4 Penentuan titik sampel Pengambilan sampel udara ambien harus menghindari daerah yang dekat dengan

bangunan dan tanaman yang diperkirakan dapat mengabsorbsi atau mengadsorbsi pencemar daerah yang terdapat pengganggu kimia yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Emisi kimiawi kendaraan bermotor dapat mengganggu pengukuran ozon) dan daerah yang terdapat pengganggu fisik yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Pengukuran total partikulat atau TSP dapat terganggu oleh adanya insinerator disekitar lokasi pengukuran)

Pada umumnya lokasi pengukuran (pengambilan sampel) dilakukan pada daerah yang mempunyai konsentrasi parameter tinggi daerah padat penduduk daerah yang diasumsikan menerima paparan pencemar dan daerah yang digunakan untuk memproyeksikan dampak kegiatan pembangunan

c) Pengambilan sampel sedimen c)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Wadah Plastik atau wadah lainnya untuk sedimen tanah atau lumpur Plastik dan botol

steril untuk makanan Peralatan Grab Sampler untuk pengambilan sludge pada daerah yang sulit danatau

dalam c)3 Aspek yang dipertimbangkan

Potensi dan sumber pencemaran Topografi Jenis vegetasi Perkiraan terjadinya pencemaran

c)4 Penentuan titik sampel Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang

cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel meliputi daerah yang tanahnya diperkirakan akan kontak dengan masyarakat daerah yang mewakili pencemaran tertentu berdasarkan karakteristik kegiatan di wilayah tersebut (tanah pada pertanian perkebunan pertambangan dll) dan daerah yang tanahnya diperkirakan dapat mengkontaminasi media lingkungan lainnya

d) Pengambilan sampel makanan d)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan d)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah Plastik atau wadah atau botol untuk makanan Untuk sampel makanan yang akan diperiksa parameter bakteriologisnya maka digunakan wadah steril

Peralatan sendok sendok steril pisau steril dan peralatanbahan yang mendukung pengambilan secara aseptis (Contoh Pembakar bunsen dengan spiritus)

d)3 Aspek yang dipertimbangkan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 14: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 12

Pertanyaan Uraian Gejala kesehatan apa yang potensial

Uraikan gejala kesehatan gangguan kesehatan apa yang dapat terkait dengan agen risiko Contoh jika merkuri sebagai agen risiko maka gejalagangguan kesehatan yang mungkin timbul antara lain tremor gemetaran pada saat berdiri pusing pada saat berdiri rasa nyeri pada tangan dan kaki dan gangguan pada susunan saraf pusat

Untuk membantu dalam melakukan identifikasi bahaya dapat digunakan contoh formulir sebagaimana pada tabel 6 di bawah ini

Tabel 6 Contoh formulir bantu identifikasi bahaya Sumber

dan penggunaan

Media lingkungan potensial

Agen Risiko

Konsentrasi

Minimal Rata - rata Maksimal Pertambangan mineral (emas tembaga perak dll)

Air permukaan (sungai danau)

Merkuri Anorganik Total Merkuri

- Merkuri Anorganik mgl - Total Merkuri mgl

- Merkuri Anorganik mgl - Total Merkuri mgl

- Merkuri Anorganik mgl - Total Merkuri mgl Lumpur (tailing) Metil Merkuri

Merkuri Anorganik Total Merkuri

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Tanaman (buah sayur umbi)

Metil Merkuri Merkuri Anorganik Total Merkuri

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah (sumur) Merkuri Anorganik Total Merkuri

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Udara Total Merkuri Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Biota air (ikan kerang dsb)

Metil Merkuri Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Pertambangan fosil (batu bara minyak bumi)

middot Udara SO2 Benzene Golongan Metan

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 13

Sumber dan

penggunaan

Media lingkungan potensial

Agen Risiko

Konsentrasi

Minimal Rata - rata Maksimal Pengolahan aki bekas

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Industri elektronika

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan (dari limbah cair)

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah (dari limbah cair)

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Bengkel patri las galvanisasi logam

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Transportasi middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Tanaman Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Kegiatan lainnya Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Penggunaan formulir ini dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan dalam pengisiannya merujuk pada literatur yang tersedia Langkah 2 Analisis dosis - respon (dose-response assessment) Setelah melakukan identifikasi bahaya (agen risiko konsentrasi dan media lingkungan ) maka tahap selanjutnya adalah melakukan analisis dosis- respons yaitu mencari nilai RfD danatau RfC danatau SF dari agen risiko yang menjadi fokus ARKL serta memahami efek apa saja yang mungkin ditimbulkan oleh agen risiko tersebut pada tubuh manusia Analisis dosis ndash respon ini tidak harus

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 14

dengan melakukan penelitian percobaan sendiri namun cukup dengan merujuk pada literature yang tersedia Langkah analisis dosis respon ini dimaksudkan untuk

a mengetahui jalur pajanan (pathways) dari suatu agen risiko masuk ke dalam tubuh manusia

b memahami perubahan gejala atau efek kesehatan yang terjadi akibat peningkatan konsentrasi atau dosis agen risiko yang masuk ke dalam tubuh

c mengetahui dosis referensi (RfD) atau konsentrasi referensi (RfC) atau slope factor (SF) dari agen risiko tersebut

Di dalam laporan kajian ARKL ataupun dokumen yang menggunakan ARKL sebagai cara metode kajian analisis dosis ndash respon perlu dibahas dan dicantumkan Analisis dosis ndash respon dipelajari dari berbagai toxicological reviews jurnal ilmiah atau artikel terkait lainnya yang merupakan hasil dari penelitian eksperimental Untuk memudahkan analisis dosis ndash respon dapat dipelajari pada situs wwwepagoviris Dosis Referensi (RfD) Konsentrasi Referensi (RfC) dan Slope Factor (SF) Uraian tentang dosis referensi (RfD) konsentrasi referensi (RfC) dan slope factor (SF) adalah sebagai berikut

a Dosis referensi dan konsentrasi yang selanjutnya disebut RfD dan RfC adalah nilai yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman pada efek non karsinogenik suatu agen risiko sedangkan SF (slope factor) adalah referensi untuk nilai yang aman pada efek karsinogenik

b Nilai RfD RfC dan SF merupakan hasil penelitian (experimental study) dari berbagai sumber baik yang dilakukan langsung pada obyek manusia maupun merupakan ekstrapolasi dari hewan percobaan ke manusia

c Untuk mengetahui RfC RfD dan SF suatu agen risiko dapat dilihat pada Integrated Risk Information System (IRIS) yang bisa diakses di situs wwwepagoviris

d Jika tidak ada RfD RfC dan SF maka nilai dapat diturunkan dari dosis eksperimental yang lain seperti NOAEL (No Observed Adverse Effect Level) LOAEL (Lowest Observed Adverse Effect Level) MRL (Minimum Risk Level) baku mutu udara ambien pada NAAQS (National Ambient Air Quality Standard) dengan catatan dosis eksperimental tersebut mencantumkan faktor antropometri yang jelas (Wb tE fE dan Dt)

Satuan dosis referensi (RfD) dinyatakan sebagai milligram (mg) zat per kilogram (Kg) berat badan per hari disingkat mgkghari Dalam literatur terkadang ditulis mgkgxhari mgkghari dan mgkg-hari Satuan konsentrasi referensi (RfC) dinyatakan sebagai milligram (mg) zat per meter kubik (M3) udara disingkat mgM3 Konsentrasi referensi ini dinormalisasikan menjadi satuan mgkghari dengan ara memasukkan laju inhalasi dan berat badan yang bersangkutan Untuk memudahkan dalam analisis dosis ndash respon pada tabel 7 dan 8 disajikan contoh RfD RfC dan SF

Tabel 7 Contoh RfD dan SF beberapa agen risiko atau spesi kimia jalur ingesti No Agent Dosis Respon

(RfD SF) Efek Kristis dan Referensi

1 As (Arsen) 3E-4 mgkgday 15E+0 (mgkgday)minus1

Hiperpigmentasi keratosis dan kemungkinan komplikasi vaskular pajanan oral (Tseng 1977 Tseng et al 1968)

2 Ba (Barium) 2E-1 mgkgday Nefropati dalam 2 tahun pemberian air minum kepada mencit (NTP 1994)

3 B (Boron) 2E-1 mgkgday Penurunan berat janin pada pajanan asam borat gestasi

4 Cd (Kadmium) 5E-4 mgkgday Proteinuria pajanan kronik manusia (USEPA

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 15

No Agent Dosis Respon (RfD SF)

Efek Kristis dan Referensi

5 Cl2 (Klorin) bebas 1E-1 mgkgday Pajanan kronik air minum tikus (NTP 1992) 6 Cr6+ (Kromium

Heksavalen) 3E-3 mgkgday Uji hayati air minum 1 tahun dengan tikus

(McKenzie et al 1958) dan pajanan air minum penduduk Jinzhou (Zhang and Li 1987)

7 CN- (Sianida) 2E-2 mgkgday Kehilangan berat efek tiroid dan degradasi myelin dalam uji hayati subkronik sampai kronik oral pada tikus (Philbrick et al 1979)

8 F- (Fluorida) 6E-2 mgkgday Flourisis gigi dan efek kosmetik dalam studi epidemio logi (Hodge 1950 cited in Underwood 1977)

9 Mn (Mangan) 1 4E- 1 mgkgday Hipokolesterolemia epilepsi kekurangan pankreas eksokrin sklerosis berganda katarak osteoporosis fenilketonuria amp penyakit kencing maple syrup (inborn) panotda ingesi kronik manusia (NRC 1989 Freeland- Graves et al 1987 WHO 1973)

10 Hg ndash MeHg (Merkuri - metal merkuri)

1E-4 mgkgday Kelainan neuropsikologis perkembangan dalam studi epidemilogi (Grandjean et al 1997 Budz-Jergensen et al 1999)

11 NO2- (Nitrit) 1E-1 mgkgday Methemoglobinemia pada bayi yang terpajan kronik air minum (Walton 1951)

12 Se (Selenium) 5E-3 mgkgday Selenosis dari studi epidemiologi (Yang et al 1989)

13 Zn (Seng) 3E-1 mgkgday Penurunan Cu eriytrosit dan aktifitas Zn superoksida dismutase pada relawan pria dan wanita (Yadrick et al 1989)

14 CHBr3 2E-2 mgkgday 79E-3 (mgkgday)minus1

Lesi hepatik uji hayati subkronik gavage oral pada tikus

15 CHCl3 1E-2 mgkgday Pembentukan greasety cyst sedangnyata pada hati dan peningkatan SGPT dalam uji hayati kronik pada anjing (Heywood et al 1979)

16 CHBr2Cl 2E-2 mgkgday 84E-2 (mgkgday)minus1

Lesi hepatik uji hayati subkronik gavage oral pada tikus (NTP 1989)

Disadur dari Rahman 2007

Tabel 8 Contoh RfC beberapa agen risiko atau spesi kimia jalur inhalasi No Agent Dosis Respon Efek Kristis dan Referensi RfC 1 NH3 286E-2 Kenaikan keparahan rinitis dan pneumonia

dengan lesi pernafasan pada uji hayati tikus subkronik (Broderson et al 1976)

2 H2S 57 1E-4 Lesi nasal lendir olfaktori pada uji hayati tikus subkronik (Brenneman et al 2000)

3 Pb 493E-4 Perubahan tingkat enzim dan perkembangan neurobehavioral anak-anak (IRIS 2006)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 16

1E-4 mgkg-day

(00001

mgkg-day)

No Agent Dosis Respon Efek Kristis dan Referensi 4 NO2 2E-2 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) 5 SO2 26E-2 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) 6 TSP 242 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) Disadur dari Rahman 2007 Mengingat pemutakhiran (update) RfD RfC dan SF berlangsung sangat cepat RfD RfC dan SF yang tercantum pada tabel di atas tidak bisa selamanya dijadikan acuan RfD RfC dan SF dari agen risiko yang lain serta update dari RfD RfC dan SF pada tabel di atas dapat dilihat dengan mengakses wwwepagoviris Tahapan dalam mengakses situs tersebut dapat dilihat pada lampiran 5 Tampilan evaluasi dosis - respon yang terdapat pada toxicological review pada situs tersebut dapat dilihat pada contoh berikut Contoh evaluasi dosis ndash respon (1) Methylmercury (MeHg) CASRN 22967-92-6 IA1 Oral RfD Summary Critical Effect Experimental Doses UF MF RfD

Developmental neuropsychological impairment Human epidemiological studies (Grandjean et al 1997 Budtz-Joslashrgensen et al 1999a)

Benchmark Dose BMDL05 range of 46-79 ppb in maternal blood for different neuropsychological effects in the offspring at 7 years of age corresponding to a range of maternal daily intakes of 0857-1472 microgkg-day

10 1

Conversion Factors and Assumptions mdashMaternal daily dietary intake levels were used as the dose surrogate for the observed developmental effects in the children exposed in utero The daily dietary intake levels were calculated from blood concentrations measured in the mothers with supporting additional values based on their hair concentrations This conversion is explained in the text below A benchmark dose approach (BMD) was used rather than a no-observed-adverse-effect levellowest-observed-adverse-effect level (NOAELLOAEL) approach to analyze the neurological effects in children as the response variable This analysis is also explained in the text below This assessment updates the 1995 RfD assessment on IRIS and is the same as the RfD that was based on the study of a poisoning episode in Iraq in which developmental neurotoxicity was observed following ingestion of methylmercury-treated grain (Marsh et al1987)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 17

mdash 15E+0 per (mgkg)day

Contoh evaluasi dosis - respon (2) Arsenic inorganic (CASRN 7440-38-2) IIB Quantitative Estimate of Carcinogenic Risk from Oral Exposure IIB1 Summary of Risk Estimates Oral Slope Factor Drinking Water Unit Risk mdash 5E-5 per (ugL) Extrapolation Method mdash Time- and dose-related formulation of the multistage model (US EPA 1988) Drinking Water Concentrations at Specified Risk Levels

Risk Level Concentration E-4 (1 in 10000) 2E+0 ugL E-5 (1 in 100000) 2E-1 ugL E-6 (1 in 1000000) 2E-2 ugL

Langkah 3 Analisis pajanan (exposure assessment) Setelah melakukan langkah 1 dan 2 selanjutnya dilakukan Analisis pemajanan yaitu dengan mengukur atau menghitung intake asupan dari agen risiko Untuk menghitung intake digunakan persamaan atau rumus yang berbeda Data yang digunakan untuk melakukan perhitungan dapat berupa data primer (hasil pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan sendiri) atau data sekunder (pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan oleh pihak lain yang dipercaya seperti BLH Dinas Kesehatan LSM dll) dan asumsi yang didasarkan pertimbangan yang logis atau menggunakan nilai default yang tersedia Rumus perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut Perhitungan intake non karsinogenik (INK) 1 Intake pada jalur pemajanan inhalasi (terhirup)

ܫ = ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphelliphelliphellipRumus 1

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ink (Intake)

Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada media udara (udara ambien)

mgm3 Tidak ada nilai default

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 18

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default R (Rate) Laju inhalasi atau

banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya

m3jam Dewasa 083 m3jam Anak ndash anak (6 ndash 12 tahun) 05 m3jam

tE (time of exposure) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap harinya

Jamhari - Pajanan pada pemukiman 24 jamhari - Pajanan pada lingkungan kerja 8 jamhari - Pajanan pada sekolah dasar 6 jamhari

fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasikelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(nk) (time average) Periode waktu rata ndash rata

Hari 30 tahun x 365 haritahun = 10950 hari

2 Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphelliphelliphellipRumus 2

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ink (Intake) Jumlah konsentrasi agen

risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari

Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada air bersihminum atau pada makanan

- mgl (air) mgkg (makanan)

Tidak ada nilai default

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 19

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default R (Rate) Laju konsumsi atau

banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya

- Liter hari (air) - Gram hari (makanan)

Air Minum - Dewasa (pemukiman) 2 literhari - Anak ndash anak (pemukiman) 1 literhari - Dewasa (lingkungan kerja) 1 literhari Makanan - Buah ndash buahan 42 gramhari - Sayuran 80 gramhari fE (frecuency of

exposure) Lamanya atau jumlah hari

terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(nk) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogen

Hari 30 tahun x 365 haritahun = 10950 hari

Perhitungan intake karsinogenik (IK) 1 Intake pada jalur pemajanan inhalasi (terhirup)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphellipRumus 3

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ik (Intake) Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada media udara (udara ambien)

mgm3 Tidak ada nilai default

R (Rate) Laju inhalasi atau banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya

m3jam Dewasa 083 m3jam Anak ndash anak (6 ndash 12 tahun) 05 m3jam

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 20

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default tE (time of exposure) Lamanya atau jumlah jam

terjadinya pajanan setiap harinya

Jamhari - Pajanan pada pemukiman 24 jamhari - Pajanan pada lingkungan kerja 8 jamhari - Pajanan pada sekolah dasar 6 jamhari

fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

2 Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ಲೇಸ

helliphelliphellipRumus 4

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ik (Intake) Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada air bersih minum atau pada makanan

- mgl (air) - mgkg (makanan)

Tidak ada nilai default

R (Rate) Laju konsumsi atau banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya

- literhari (air) - gramhari (makanan)

Air Minum - Dewasa (pemukiman) 2 literhari - Anak ndash anak (pemukiman) 1 literhari - Dewasa (lingkungan kerja) 1 literhari Makanan - Buah ndash buahan 42 gramhari - Sayuran 80 gramhari - Ikan tangkapan 54 gramhari

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 21

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok Populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

Analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL Hal ndash hal yang perlu diketahui dan dicermati dalam melakukan analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL adalah sebagai berikut Pada lsquodesktoprsquo ARKL tidak perlu dilakukan pengumpulan data Data yang menjadi dasar perhitungan intake menggunakan data sekunder dan asumsi Terkait dengan variabel konsentrasi pelu diperhatikan hal sebagai berikut Data sekunder umumnya dibutuhkan untuk mengetahui konsentrasi agen risiko pada media

lingkungan yang mana merupakan hasil pengukuran yang pernah dilakukan oleh pihak lain pada media lingkungan wilayah dan waktu yang sama

Ada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL dalam rangkaian studi AMDAL (kajian ANDAL dan RKL - RPL untuk aspek kesehatan masyarakat) suatu kegiatan sumber data konsentrasi dapat merupakan proyeksi perubahan rona lingkungan yang telah dikaji pada aspek yang lain mis proyeksi konsentrasi agen risiko di udara ambien pada tahap operasional kegiatan atau proyeksi konsentrasi agen risiko di air bersih pada tahap operasional kegiatan

Terkait dengan variabel perhitungan yang lain (R tE fE Dt Wb dan tAVG) asumsi didasarkan pada logika yang rasional atau nilai default yang sudah tersedia Adapun nilai default untuk berbagai variabel pada lsquodesktoprsquo ARKL dapat dilihat pada tabel 9 berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 22

Tabel 9 Nilai default dari faktor pajanan (Rahman 2007) Tataguna lahan

Jalur pajanan Asupan harian Frekuensi pajanan (haritahun)

Durasi pajanan (tahun)

Berat badan (kg)

Residensial Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

12 m3 (anak) raquo 05 350 6 15 Industri amp komersial

Air minum 1 L 250 25 70 55 b

Pertanian Tanaman perkarangan

42 g (buah - buahan)

350 30 70 55 b

80 g (sayur - mayur)

350 30 70 55 b

Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

Rekreasi Ikan tangkapan 54 g 350 30 70 55 b Disadur dari Rahman 2007 seluruhnya berasal dari Exposure Factor Handbook (EPA 1990) kecuali bNukman et al (2005) 324 Langkah 4 Karakterisasi risiko (risk characterization) Langkah ARKL yang terakhir adalah karakterisasi risiko yang dilakukan untuk menetapkan tingkat risiko atau dengan kata lain menentukan apakah agen risiko pada konsentrasi tertentu yang dianalisis pada ARKL berisiko menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat (dengan karakteristik seperti berat badan laju inhalasikonsumsi waktu frekuensi durasi pajanan yang tertentu) atau tidak Karakteristik risiko dilakukan dengan membandingkan membagi intake dengan dosis konsentrasi agen risiko tersebut Variabel yang digunakan untuk menghitung tingkat risiko adalah intake (yang didapatkan dari analisis pemajanan) dan dosis referensi (RfD) konsentrasi referensi (RfC) yang didapat dari literatur yang ada (dapat diakses di situs wwwepagoviris) 1 Karakterisasi risiko pada efek non karsinogenik Perhitungan tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko untuk efek non karsinogenik dinyatakan dalam notasi Risk Quotien (RQ) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek non karsinogenik dilakukan perhitungan dengan membandingkan membagi intake dengan RfC atau RfD Rumus untuk menentukan RQ adalah sebagai berikut ூ

ோ helliphelliphelliphellipRumus 5

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur inhalasi (terhirup) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 1 RfC (reference concentration) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan inhalasi

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 23

ூோ

helliphelliphelliphelliphellipRumus 6

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur ingesti (tertelan) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 2 RfD (reference dose) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan ingesti

Didapat Interpretasi tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko yang diperoleh pada ARKL merupakan konsumsi pakar ataupun praktisi sehingga perlu disederhanakan atau dipilihkan bahasa yang lebih sederhana agar dapat diterima oleh khalayak atau publik Tingkat risiko dinyatakan dalam angka atau bilangan desimal tanpa satuan Tingkat risiko dikatakan AMAN bilamana intake le RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ le 1 Tingkat risiko dikatakan TIDAK AMAN bilamana intake gt RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ gt 1 Narasi yang digunakan dalam penyederhanaan interpretasi risiko agar dapat diterima oleh khalayak atau publik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll Contoh Tingkat risiko RQ untuk pajanan Pb (inhalasi) sebesar 000008 microgm3 pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan rata - rata 55 kg dan telah terpajan 350 haritahun selama 20 tahun diketahui sebesar 0098 maka Interpretasi risiko Pajanan Pb sebesar 000008 microgm3 secara inhalasi pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan 55 Kg masih aman untuk frekuensi pajanan 350 haritahun hingga 20 tahun mendatang Perhitungan tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko untuk efek karsinogenik dinyatakan dalam notasi Excess Cancer Risk (ECR) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek karsinogenik dilakukan perhitungan dengan mengkali intake dengan SF Rumus untuk menentukan ECR adalah sebagai berikut

ܥܧ = Rumus 7helliphelliphelliphellip ܨ ݔ ܫKeterangan Digunakan untuk menghitung tingkat risiko pada agen risiko dengan efek karsinogenik I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 3 atau rumus SF (slope factor) Nilai referensi agen risiko dengan efek karsinogenik

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 24

Interpretasi tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko dinyatakan dalam bilangan exponen tanpa satuan (cth 13E-4) Tingkat risiko dikatakan acceptable atau aman bilamana ECR le E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR le 110000 Tingkat risiko dikatakan unacceptable atau tidak aman bilamana ECR gt E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR gt 110000 Contoh ECR = 13E-5 (13 x 10-5) dapat diinterpretasikan sebagai berikut ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Narasi yang digunakan dalam risiko karsinogenik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoacceptablersquo atau lsquounacceptablersquo (lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo) - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll - Risiko kanker [ mis ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Contoh Tingkat risiko ECR untuk pajanan benzene (inhalasi) sebesar 03 microgm3 pada pekerja depo penampungan BBM di Jakarta dengan berat badan rata - rata 60 kg dan telah terpajan 250 haritahun selama 10 tahun diketahui sebesar 456E-4

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 1

MODUL II MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Manajemen Risiko Kesehatan Lingkungan

Manajemen risiko adalah proses mengidentifikasi evaluasi penyeleksian dan melakukan

upaya untuk mengurangi risiko terhadap ekosistem dan kesehatan manusia (Omenn GS et al 1997) Setelah melakukan keempat langkah ARKL di atas maka telah dapt diketahui apakah suatu agen risiko amandapat diterima atau tidak Manajemen risiko bukan termasuk langkah ARKL melainkan tindak lanjut yang harus dilakukan bilamana hasil karakterisasi risiko menunjukkan tingkat risiko yang tidak aman ataupun unacceptable Dalam melakukan manajemen risiko perlu dibedakan antara strategi manajemen risiko dengan cara manajemen risiko Strategi manajemen risiko meliputi penentuan batas aman yaitu

1 Konsentrasi agen risiko (C) danatau 2 Jumlah konsumsi (R) danatau 3 Waktu pajanan (tE) danatau

4 Frekuensi pajanan (fE) danatau

5 Durasi pajanan (Dt)

Setelah batas aman ditentukan selanjutnya perlu dilakukan penapisan alternatif terhadap batas aman yang mana yang akan dijadikan sebagai target atau sasaran pencapaian dalam pengelolaan risiko Batas aman yang dipilih adalah batas aman yang lebih rasional dan realistis untuk dicapai

Adapun cara manajemen risiko adalah cara atau metode yang akan digunakan untuk

mencapai batas aman tersebut Cara manajemen risiko meliputi beberapa pendekatan yaitu pendekatan teknologi pendekatan sosial - ekonomis dan pendekatan institusional penjelasan lebih lanjut langkah ndash langkah dalam manajemen risiko akan dijelaskan pada sub bahasan selanjutnya

Materi Sub Bahasan Strategi manajemen risiko

1 Penentuan batas aman Batas aman disini adalah batas atau nilai terendah yang menyebabkan tingkat risiko

menjadi tidak aman (tidak dapat diterima) Oleh karenannya nilai yang aman adalah nilai di bawah batas amannya sedangkan nilai yang sama dengan batas aman tersebut akan menyebabkan tingkat risiko menjadi tidak aman Sebagai contoh jika hasil

perhitungan menunjukkan konsentrasi aman adalah 4499 microgm3 maka nilai konsentrasi

yang benar ndash benar aman adalah di bawah 4499 microgm3 (lt4499 microgm3) 4498 microgm3

a) Penentuan konsentrasi aman (C) Dalam penentuan konsentrasi aman semua variabel dan nilai yang digunakan

sama dengan variabel dan nilai pada perhitungan intake Akan tetapi nilai intake yang digunakan adalah RfD atau RfC agen risikonya

Sedangkan konsentrasi aman pada intake karsinogenik perhitungan didasarkan

pada nilai acceptable sebesar 10-4 dibagi nilai SF nya Selain itu variabel tavg disesuaikan dengan perhitungan karsinogenik yaitu (70 haritahun x 365 hari) Untuk menghitung konsentrasi aman digunakan rumus sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 2

Konsentrasi aman non karsinogenik Konsentrasi aman non karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 8

Konsentrasi aman non karsinogenik (ingestii)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ಶ ௫

Rumus 9

Konsentrasi aman karsinogenik Konsentrasi aman karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 10

Konsentrasi aman karsinogenik (ingesti)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 11

Keterangan

Notasi Arti Notasi C(aman) (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada udara ambien atau pada

air bersihminum atau pada makanan yang aman

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 3

Notasi Arti Notasi R (Rate) Laju asupan

Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

Volume air minum yang masuk tubuh (liter) setiap harinya

Volume makanan yang masuk tubuh (gram) setiap harinya

tE atau time of exposure (rumus 8)

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode

b) Penentuan jumlah konsumsi aman (R)

Laju asupan yang dapat dikelola hanyalah pada pada pajanan melalui makanan dan air minum (ingesti) karena masih banyak substitusi untuk setiap jenis makanan ataupun air minum Untuk pajanan melalui udara (inhalasi) pembatasan laju inhalasi hampir tidak mungkin dilakukan Untuk menghitung jumlah konsumsi aman digunakan rumus sebagai berikut Laju konsumsi aman non karsinogenik (ingesti)

() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ಶ ௫

Rumus 12

Laju konsumsi aman karsinogenik (ingesti)

() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ಶ ௫

Rumus 13

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 4

Keterangan Notasi Arti Notasi

R(aman) Laju konsumsi atau banyaknya volume makanan (gram) atau volume air (liter) yang masuk tubuh setiap harinya yang aman

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

c) Penentuan waktu pajanan aman (tE) Waktu pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan

kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan waktu pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah jam terpapar setiap harinya oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung waktu pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Waktu pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 14

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 5

Waktu pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 15

Keterangan

Notasi Arti Notasi t(aman) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap

harinya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

d) Penentuan frekuensi pajanan aman (fE)

Frekuensi pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan frekuensi pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah hari terpapar dalam satu tahun oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung frekuensi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Frekuensi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 16

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 6

Frekuensi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 17

Keterangan

Notasi Arti Notasi fE(aman) (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan

setiap tahunnya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

e) Penentuan durasi pajanan aman (Dt) Durasi pajanan aman dikelola pada pemajanan inhalasi pada lingkungan

yang permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan durasi pajanan dilakukan dengan membatasi lamanya tinggal (tahun) masyarakat pada suatu pemukiman dengan cara melakukan lsquorelokasirsquo pemukiman pada saat telah melewati batas durasi amannya Penerapan strategi durasi pajanan aman untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) kurang tepat karena pada pemajanan ingesti manajemen risiko cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung durasi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Durasi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 18

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 7

Durasi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 19

Keterangan

Notasi Arti Notasi Dt (aman) (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan yang

aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

tE atau time of exposure

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

2 Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko Penapisan alternatif manajemen risiko harus didasarkan pada pertimbangan logis

dan turut mempertimbangkan berbagai faktor termasuk cara pengelolaan risikonya Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini

Tabel 10 Alternatif manajemen risiko dan penggunaannya Alternatif Pengelolaan

Risiko Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Penurunan konsentrasi hingga ke batas aman (konsentrasi aman)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 8

Alternatif Pengelolaan Risiko

Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Pengurangan konsumsi hingga ke batas aman (jumlah konsumsi aman)

Pembatasan waktu pajanan hingga ke batas aman (waktui pajanan aman)

Pembatasan frekuensi pajanan hingga ke batas aman (frekuensi pajanan aman)

Pembatasan durasi pajanan hingga ke batas aman (durasi pajanan aman)

Materi Sub Bahasan Cara manajemen risiko

Manajemen risiko selain membutuhkan strategi yang tepat juga harus dilakukan dengan

cara atau metode yang tepat Dalam aplikasinya cara manajemen risiko dapat dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu 1) Pendekatan teknologi

Manajemen risiko menggunakan teknologi yang tersedia meliputi penggunaan alat bahan dan metode serta teknik tertentu Contoh manajemen risiko dengan pendekatan teknologi antara lain penerapan penggunaan IPAL pengolahan penyaringan air modifikasi cerobong asap penanaman tanaman penyerap polutan dll

2) Pendekatan sosial - ekonomis

Manajemen risiko menggunakan pendekatan sosial - ekonomis meliputi pelibat-sertaan pihak lain efisiensi proses substitusi dan penerapan sistem kompensasi Contoh manajemen risiko dengan pendekatan sosial ndash ekonomis antara lain 3R (reduce reuse dan recycle) limbah pemberdayaan masyarakat yang berisiko pemberian kompensasi pada masyarakat yang terkena dampak permohonan bantuan pemerintah akibat keterbatasan pemrakarsa (pihak yang bertanggung jawab mengelola risiko) dll

3) Pendekatan institusional

Manajemen risiko dengan menempuh jalur dan mekanisme kelembagaan dengan cara melakukan kerjasama dengan pihak lain Contoh manajemen risiko dengan pendekatan institusional antara lain kerjasama dalam pengolahan limbah B3 mendukung pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah menyampaikan laporan kepada instansi yang berwenang dll

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 1

MODUL III SURVEILANS FAKTOR RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans oleh World Health Organization (WHO) didefinisikan sebagai kegiatan

berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data kesehatan masyarakat yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat Surveilans yang dilakukan diharapkan dapat Menjadi sistem kewaspadaan dini terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat di masa yang

akan datang Mendokumentasikan dampak dari suatu intervensi atau jejak dari kemajuan program dalam

mencapai tujuan tertentu dan Memonitor dan mengklarifikasi masalah kesehatan secara epidemiologi guna menetapkan

priritas dan menginformasikan kebijakan dan strategi kesehatan ke publik

Faktor risiko dalam dunia kesehatan dan epidemiologi biasa didefinisikan sebagai faktor-faktor atau kondisi yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit Faktor risiko tersebut umumnya dapat dikatagorikan menjadi beberapa jenis yaitu faktor risiko genetis faktor risiko perilaku dan faktor risiko lingkungan

Dari kedua definisi di atas maka surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah kegiatan berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor-faktor atau kondisi lingkungan yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan lingkungan Untuk itu ada beberapa hal yang menjadi kata kunci dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yaitu sistematis dan berkesinambungan pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor lingkungan yang dapat menyebabkan sakit dan upaya kesehatan lingkungan

Materi Sub Bahasan Konsep dan Penerapan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Penyakit dan masalah kesehatan masyarakat erat terhubung dengan faktor atau kondisi

lingkungan Oleh karenanya secara naluriah setiap manusia menginginkan lingkungan yang sehat dan nyaman sebagai tempat tinggalnya yang juga kondusif terhadap kondisi kesehatannya Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang salah satunya ditempuh melalui kegiatan penyehatan lingkungan (kesehatan lingkungan) Dalam rangka mewujudkan kondisi lingkungan sesuai dengan yang diharapkan upaya yang dilakukan haruslah tepat guna tepat sasaran sistematis dan terencana dengan baik serta berbasis bukti (evidence based) Sehingga perumusan upaya kesehatan lingkungan yang akan diterapkan harus didukung dengan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yang baik

Filosofi dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah melakukan pengamatan dan pengawasan terus-menerus terhadap kondisi lingkungan yang diperkirakan dapat menyebabkan penyakit pada manusia Hasil dari kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah berupa informasi mengenai apakah faktor atau kondisi lingkungan tertentu yang diamati berisiko menimbulkan kesakitan dan rekomendasi upaya tidak lanjut yang dibutuhkan untuk mengendalikannya Konsep dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dipahami dari gambar 6

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 2

(sumber Mullan N et al 2008)

Gambar 6 Konsep Surveilans Awal dan Lanjutan dalam Kesehatan Lingkungan

Konsep di atas diadaptasi dari versi model surveilans kesehatan yang diterapkan di Kanada

Dalam prakteknya surveilans kesehatan lingkungan dilakukan dalam dua tahapan dimana pengumpulan data hingga desiminasi diklasifikasikan sebagai surveilans awal dan sintesa pengetahuan dan proses perumusan kebijakan yang merupakan input dari stakeholder dan peneliti sebagai surveilans lanjutan Surveilans awal dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data rutin (menggunakan form yang telah dibakukan pada masing-masing Negara) sedangkan analisis dan interpretasi dari basis data yang umumnya digunakan untuk tujuan monitoring ataupun pembuatan regulasi Selanjutnya surveilans lanjutan dirumuskan dari hasil surveilans awal dikombinasikan dengan masukan dari para peneliti dan stakeholder yang concern (peduli) terhadap masalah kesehatan lingkungan guna memberikan pemahaman pengertian yang baik terhadap isu yang berkembang serta dapat dirumuskan keputusan upaya tindak lanjut yang tepat untuk merespon isu tersebut

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bukan merupakan hal yang baru Konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan telah dilaksanakan sejak lama oleh sektor kesehatan mulai dari unit yang paling bawah seperti puskesmas hingga tingkat kementerian Namun sedikit perbedaan dalam istilah dan nama yang digunakan membuat konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan terkesan suatu terobosan baru Di unit puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten kota pelaksanaan kegiatan ini identik dengan kegiatan inspeksi sanitasi Inspeksi sanitasi yang dilakukan di puskesmas maupun dinas kesehatan dilakukan pada obyek kesehatan lingkungan secara periodik (time series) dengan fokus pada faktor risiko kesehatan lingkungan pada obyek tersebut Sebagai contoh inspeksi sanitasi depot air minum dilakukan oleh puskesmas atau dinas kesehatan kabupaten kota secara rutin (minimal setahun sekali) dengan melakukan observasi kesehatan lingkungan wawancara terkait perilaku dalam penanganan depot air minum dan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 3

pemeriksaan laboratorium kualitas air baku (air bersih) dan air olahan (air minum) Data hasil inspeksi sanitasi pada satu lokasi depot air minum yang sama dalam beberapa periode inspeksi merupakan basis data (database) yang dapat diinterpretasi dianalisis baik secara tunggal (hanya data satu depot tersebut) ataupun bersamaan dengan data inspeksi depot air minum yang lain dan didesiminasikan Selanjutnya hasil desiminasi tersebut dapat ditindaklanjuti dengan melakukan upaya diantaranya pembinaan pelatihan dan lain sebagainya

Materi Sub Bahasan Desain dan Metodologi Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan merupakan suatu studi yang dapat dilakukan dengan desain cross sectional kasus kontrol ataupun kohort Sebagai suatu studi yang masuk ke dalam ranah epidemiologi kesehatan lingkungan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan selain melihat kecenderungan data juga digunakan untuk melihat adanya hubungan antara pajanan lingkungan dan dampak kesehatan (penyakit) Oleh karenanya dalam surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan diperlukan data-data sebagai berikut

1 Data geografis wilayah dilakukan dengan menggunakan GPS untuk penentuan koordinat lokasi dilakukan pengambilan sampel pengumpulan data

2 Data faktor risiko lingkungan meliputi data kualitas lingkungan (pengambilan dan pemeriksaan sampel) data kondisi lingkungan sanitasi yang dikumpulkan melalui observasi (pengisian cek lis) dan wawancara Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dbutuhkan data kualitas udara dalam ruang yang dilakukan dengan pengukuran dan data berkaitan dengan jenis lantai ventilasi bahan bakar memasak dan lain sebagainya

3 Data faktor risiko lingkungan meliputi data perilaku sampel (responden) yang juga merupakan faktor risiko dari penyakit berbasis lingkungan yang menjadi perhatian Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA selain data kualitas udara dalam ruang dan ventilasi perlu dikumpulkan data terkait dengan kebiasaan membuka jendela

4 Data pajanan meliputi data lama tinggal pola aktivitas pekerjaan data konsumsi makanan dan air dan lain sebagainya Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dibutuhkan data lama tinggal dan rata-rata lama berada di dalam rumah

Sebagai suatu studi surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dilakukan dengan desain

tertentu yang disesuaikan dengan tujuan permasalahan yang akan dikaji dan faktor-faktor lainnya Sebagaimana dijelaskan di atas surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional kasus kontrol dan kohort Penggunaan desain studi pada surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seperti pada tabel 11

Tabel 11 Perbandingan Desain Studi

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort Desain pemilihan sampel (sampling)

Random Bisa juga dipisah fixed disease sampling atau fixed exposure sampling

Sampel terpisah untuk kasus (sakit) dan kontrol (tidak sakit)

Sampel terpisah untuk terpajan dan tidak terpajan

Waktu periode pelaksanaan (arah pengusutan)

Satu titik waktu atau sesaat (non directional)

Retrospektif Prospektif Followup selama periode waktu tertentu

Kausalitas Hanya menjelaskan Kausalitas awal Kausalitas dengan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 4

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort hubungan antara faktor risiko kesehatan lingkungan dengan penyakit (namun bukan bersifat kausalitas)

bukti sekuensi temporal

Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai pengganti risiko

Odds sebagai pengganti risiko

Insidensi (R Risiko) Insidence rate

Perbandingan risiko Prevalence Ratio (PR) Odds Ratio (OR) Risiko Relatif (RR)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan lebih tepat menggunakan desain cross sectional dikarenakan dalam pemilihan sampling dilakukan secara random dan pengumpulan data lingkungan dan penyakit dilakukan pada satu waktu Output dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dengan desain cross sectional adalah hubungan (bukan kausalitas) antara faktor lingkungan dan penyakit Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bisa dilakukan dengan desain kasus kontrol bilamana titik tolak studi (pengusutan) dimulai dari adanya penyakit dan sampel dikelompokkan menjadi kasus (sampel yang menderita penyakit) dan kontrol (sehat) dan data faktor lingkungan sebelum kasus sakit tersedia Selain itu surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat menggunakan desain studi kohort (prospektif) dengan memantau secara terus menerus (hingga periode tertentu) kualitas lingkungan dan faktor lingkungan lainnya bersamaan dengan penyakitnya

Materi Sub Bahasan Tahapan Kegiatan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Tahapan kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seyogyanya terdiri dari survey pendahuluan dan pengumpulan data awal penyusunan instrumen survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pengolahan dan analisis data dan diseminasi Tahapan kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut

1 Survey pendahuluan dan pengumpulan data awal pengumpulan data awal dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal pada lokasi meliputi background data yang telah tersedia atau data lainnya yang berhubungan Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data sekunder dan juga perlu ditentukan lokasi yang akan menjadi titik pengambilan sampel

2 Penyusunan instrumen berdasarkan data awal yang dikumpulkan disusun instrumen untuk survey pengambilan dan pemeriksaan sampel Instrumen disusun berbentuk cek lis danatau kuisioner Untuk mendapatkan data sesuai yang diharapkan instrumen yang telah dibuat sebaiknya diuji coba terlebih dahulu

3 Survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data primer dan pengumpulan data menggunakan instrumen yang digunakan

4 Pengolahan dan analisis data data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis yang dapat dilakukan secara manual ataupun alat bantu lainnya (mis software pengolah data) Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data informasi disajikan dalam bentuk tabel grafik gambar dan peta yang terangkum dalam laporan

5 Diseminasi dimaksudkan untuk menyebarluaskan informasi dan temuan lapangan kepada para stakeholder

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 1

MODUL IV ANALISIS KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Prinsip Dasar Analisis Kualitas Kesehatan Lingkungan

Analisis adalah kajian atau penelitian yang dititikberatkan pada variabel tertentu untuk mengetahui keadaan atau kondisi sebenarnya termasuk juga yang berkaitan dengan sebab musabab terjadinya kondisi tersebut Dengan demikian analisis kualitas lingkungan merupakan suatu kegiatan yang menggunakan cara atau metode ilmiah guna mengetahui seperti apa kondisi atau kualitas kesehatan lingkungan pada suatu tempat waktu yang melibatkan juga masyarakat di tempat tersebut Umumnya analisis kualitas kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk kegiatan pengambilan dan pemeriksaan sampel pengawasan kualitas kesehatan lingkungan melalui kegiatan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi serta interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Analisis kualitas kesehatan lingkungan merupakan kegiatan yang harus mampu dilakukan oleh seorang pejabat kesehatan lingkungan ataupun fungsional sanitarian Perlunya dilakukan analisis ini adalah untuk menjadi bahan masukan ataupun dasar untuk melakukan manajemen risiko kesehatan lingkungan Implementasi dari manajemen risiko kesehatan lingkungan ini bisa dalam bentuk intervensi (pendekatan) teknologi pendekatan sosial melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat secara aktif dan melalui kerjasama jejaring kemitraan antar pihak yang berkepentingan (stakeholder)

Materi analisis kualitas kesehatan lingkungan dalam modul ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan juga keterampilan bagi peserta dalam menilai prosedur pengambilan dan pemeriksaan sampel serta interpretasi hasil pemeriksaan sampel yang dilakukan dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan Materi dalam modul ini bukan dimaksudkan agar peserta mampu melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel kesehatan lingkungan sendiri tanpa berkerjasama dengan laboratorium Materi Sub Bahasan Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Kesehatan Lingkungan

Pengambilan sampel kesehatan lingkungan hakikatnya dilakukan untuk memotret atau

menjadi acuan untuk menduga kualitas kesehatan lingkungan pada suatu media di suatu wilayah Secara garis besar pengambilan sampel bertujuan untuk mengumpulkan data rona awal kesehatan lingkungan dan memantau kondisi kesehatan lingkungan Dalam hal memantau kesehatan lingkungan pengambilan sampel dilakukan untuk menentukan status kualitas kesehatan lingkungan menentukan kebijakan kesehatan lingkungan menegakkan hukum kesehatan dan lingkungan dan melakukan penelitian kesehatan lingkungan

Kualitas kesehatan lingkungan merupakan hal yang kompleks dan begitu dinamis karena dipengaruhi begitu banyak variabelfaktor Untuk itu pengambilan sampel l kesehatan ingkungan yang bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan harus dilakukan dengan cermat tepat serta butuh perencanaan dan pengorganisasian yang baik Untuk menjamin pengambilan sampel dapat menjamin keterwakilan kualitas kesehatan lingkungan perlu diperhatikan beberapa aspek yaitu lokasi dan titik pengambilan sampel parameter kualitas lingkungan yang akan dipilih serta ukuran jumlah dan volume sampel yang akan diambil Perencanaan Pengambilan Sampel

Seperti halnya kegiatan dan program pengambilan sampel sesuai dengan yang diharapkan perlu direncanakan dengan baik Perencanaan pengambilan sampel ini bertujuan untuk memastikan dan menegaskan kembali tujuan pengambilan sampel kesehatan lingkungan memutuskan cara-cara

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 2

mencapai tujuan mengetahui secara tepat hal-hal yang perlu dilakukan pada saat pengambilan sampel menyiapkan sumber daya yang diperlukan dan menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pengambilan sampel Jelasnya unsur-unsur perencanaan pengambilan sampel meliputi

a) Tujuan pengambilan sampel harus dipastikan apakah dalam rangka pengumpulan data rona kesehatan lingkungan awal atau dalam rangka memantau kesehatan lingkungan

b) Merencanakan biaya pengambilan sampel dengan mempertimbangkan empat hal yaitu aksesibilitas lokasi dan titik pengambilan sampel jumlah jenis dan kompleksitas sampel frekuensi pengambilan sampel serta penjaminan dan pengendalian mutu di lapangan Selain empat hal yang perlu dipertimbangkan tersebut perlu diketahui komponen pembiayaan dalam pengambilan sampel yaitu depresiasi (penyusutan) nilai peralatan kalibrasi peralatan pemakaian bahan pengawet secara kimia danatau fisika penggunaan bahan habis pakai penggunaan wadah sampel transportasi ke lokasi pengambilan sampel akomodasi (bila perlu) honor pengambil sampel (lumpsum atau per diem) dan penyusunan laporan pengambilan sampel

c) Administrasi berkaitan dengan pengambilan sampel yang meliputi penyiapan surat tugas surat pemberitahuan perizinan brevet ataupun lencana kewenangan pencatatan pendokumentasian dan hal-hal pendukung lainnya

d) Perlu jaminan pengambil sampel pada saat pengambilan sampel merupakan personel yang kompeten danatau berwenang dengan kualifikasi (kompetensi) latar belakang pendidikan yang sesuai pengalaman di bidangnya terampil dan diakui ataupun tersertifikasi

e) Penentuan parameter pengujian terhadap sampel yang diambil sesuai dengan tujuan pengambilan sampel turut mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait serta disesuaikan dengan parameter indikatif suatu kegiatan atau wilayah tertentu Mis parameter indikatif pada industri Pulp dan kertas adalah pH BOD COD dan TSS sedangkan pada wilayah pertambangan emas parameter yang diambil adalah air raksa (Hg) dan sianida (CN-)

f) Penentuan media lingkungan yang akan dilakukan pengambilan sampel g) Merencanakan tipe sampel yang akan diambil apakah sampel sesaat (grab sample) sampel

gabungan (composite sample) sampel terpadu (integrated sample) atau sampel kontinyu (continous sample)

h) Peralatan pengambilan sampel harus direncanakan dengan baik Peralatan pengambilan sampel terdiri dari peralatan pengambil sampel (utama) peralatan pendukung dan peralatan K3 atau APD Peralatan pengambil sampel adalah peralatan yang fungsinya untuk mengambil sampel lingkungan dengan parameter yang direncanakan seperti HVAS (High Volume Air Sampler) LVS (Low Volume Sampler) MAS (Microbiology Air Sampler) dll Alat pendukung adalah alat yang fungsinya mendukung pengambilan sampel seperti peralatan pengukur parameter lapangan (pH meter termometer barometer kecepatan angin hygrometer dll) dokumen terkait (surat tugas surat izin dll) alat tulis untuk perekaman proses pengambilan sampel penunjuk arah (kompas) dan penunjuk lokasi (GPS) dll APD yang digunakan dalam pengambilan sampel meliputi sarung tangan masker helm ear plugmuff P3K dll

i) Perencanaan terhadap wadah sampel yang akan digunakan untuk pengamanan dan transpor sampel harus disesuaikan dengan karakteristik dan interaksi parameter sampel yang akan diuji dengan sifat bahan wadah Sebagai contoh pengambilan sampel DOBOD harus menggunakan botol BOD khusus yang menggunakan tutup asah sedangkan untuk sampel mikrobiologi digunakan wadah steril

j) Pengawetan sampel dilakukan sesuai dengan karakteristik parameter yang akan diuji pada sampel mis pengawetan sampel untuk parameter golongan logam pada air menggunakan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 3

asam nitrat pekat (HNO3 p) hingga pH lt 2 sedangkan untuk sampel sianida total pada air diawetkan menggunakan NaOH hingga pH gt 12 dan didinginkan 4oCplusmn2oC pada tempat gelap

k) Batas penyimpanan sampel disesuaikan dengan parameter yang akan diuji dan mengacu pada acuan standar seperti ASTM (The American Society for Testing and Materials) dll

l) Pengamanan sampel di lapangan meliputi pengemasan pengamanan pada label sampel (spidol waterproof label yang baik) informasi tambahan yang penting (titik jenis parameter uji pengawetan waktu dan nama pengambil sampel) sehingga mencegah interaksi sampel dengan lingkungan yang menyebabkan perubahan kualitasnya (kontaminasi degradasi dll)

m) Transportasi sampel yang juga berkaitan dengan batas penyimpanan sampel harus diperhatikan dengan seksama Selain itu moda transportasi yang digunakan untuk membawa sampel juga harus dipenuhi standar keamanannya seperti harus mematuhi peraturan penerbangan nasional dan internasional bila sampel dibawa menggunakan pesawat udara

n) Penyimpanan sampel dilakukan baik secara fisik maupun kimia seperti meminimalkan adsorbsi pengasaman mencegah metabolisme mikroorganisme menghindari hidrolisis serta pengendapan Faktor kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan dengan proses pengambilan sampel

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Penentuan Titik Sampel

Prinsip penentuan titik sampel harus mempertimbangkan keterwakilan populasi atau kualitas lingkungan kemampuan peralatan keselamatan pengambil sampel faktor klimatologi biaya dan kaidah-kaidah empiris Prinsip-prinsip penentuan titik sampel pada media lingkungan adalah sebagai berikut a) Pengambilan sampel air a)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 736 tahun 2010 tentang Pengawasan Kualitas Air Minum

Peraturan daerah setempat a)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah jerigen botol botol BOD botol steril timba steril coolbox dll Peralatan pendukung pH meter termometer sisa klor GPS peralatan untuk menjamin

tidak terjadi kontaminasi (krustang kapas alkohol) dll Pengawet Asam (HNO3 p H2SO4 p) basa (NaOH) dry ice dll APD sarung tangan masker jaket pelampung dll

a)3 Aspek yang dipertimbangkan Kedalaman air Homogenitas (untuk sampel air badan air) Arah dan kecepatan aliran air (untuk sampel air badan air)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 4

Keterkaitan dengan pajanan pada masyarakat (bila digunakan untuk penelitian kesehatan masyarakat)

Jarak antar sampel Keselamatan dan kemampuan sumber daya

a)4 Penentuan titik sampel Air sungai ditentukan yaitu

Uji homogenitas sungai dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu lalu lakukan uji parameter lapangan (suhu pH DOoksigen terlarut dan DHLDaya Hantar Listrik) Apabila hasil pengujian beberapa parameter pada beberapa sampel tersebut tidak berbeda jauh dengan variasi lt 10 maka disebut homogen atau tercampur sementara sehingga sampel yang diambil untuk mewakili air sungai tersebut bisa lebih sedikit

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel air sungai harus meliputi daerah hulu yang belum terkontaminasi daerah pemanfaatan sungai daerah yang potensial terkontaminasi daerah pertemuan dua sungai dan daerah hilir

Air tanah Pengambilan sampel dilakukan plusmn 20 cm dari dasar sumur gali dan dipastikan agar tidak

ada sedimen yang ikut terambil atau pada mulut kran tempat air keluar untuk sumur bor

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel dilakukan pada daerah meliputi daerah dimana air tanah digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari termasuk air minum dan di daerah yang berisiko terkontaminasi (dekat penimbunanpembuangan akhir sampah daerah pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif wilayah pesisir dimana terjadi intrusi air laut dll)

b) Pengambilan sampel udara ambien dan udara dalam ruang b)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan Peraturan daerah setempat

b)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Peralatan utama High Volume Air Sampler (HVAS) RAC Gas Sampler EPAM CO dan CO2

Detektor Low Volume Sampler Microbiology Air Sampler atau Lamotte BD Pump dan Sound Level Meter

Peralatan pendukung pengukur kecepatan angin arah angir termometer hygrometer dan luxmeter

Bahan yang digunakan filter HVAS dan LVS absorbant (So2 NO2 H2S NH3 dan O3) dan larutan garam (NaCl) fisiologis steril

b)3 Aspek yang dipertimbangkan Berhubungan dengan klimatologi arah dan kecepatan angin bunga angin (wind rose)

kelembaban musim dan suhu udara Berhubungan dengan asumsi konsentrasi parameter inversi udara dispersi jarak terbang

(distance) dan ukuran partikel Bilamana sumber pencemar adalah cerobong asap maka ketinggian ukuran partikel dan jarak terhadap pemukiman penduduk harus dipertimbangkan

Berhubungan dengan pajanan daerah padat penduduk jarak terhadap sumber pencemar (radius)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 5

b)4 Penentuan titik sampel Pengambilan sampel udara ambien harus menghindari daerah yang dekat dengan

bangunan dan tanaman yang diperkirakan dapat mengabsorbsi atau mengadsorbsi pencemar daerah yang terdapat pengganggu kimia yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Emisi kimiawi kendaraan bermotor dapat mengganggu pengukuran ozon) dan daerah yang terdapat pengganggu fisik yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Pengukuran total partikulat atau TSP dapat terganggu oleh adanya insinerator disekitar lokasi pengukuran)

Pada umumnya lokasi pengukuran (pengambilan sampel) dilakukan pada daerah yang mempunyai konsentrasi parameter tinggi daerah padat penduduk daerah yang diasumsikan menerima paparan pencemar dan daerah yang digunakan untuk memproyeksikan dampak kegiatan pembangunan

c) Pengambilan sampel sedimen c)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Wadah Plastik atau wadah lainnya untuk sedimen tanah atau lumpur Plastik dan botol

steril untuk makanan Peralatan Grab Sampler untuk pengambilan sludge pada daerah yang sulit danatau

dalam c)3 Aspek yang dipertimbangkan

Potensi dan sumber pencemaran Topografi Jenis vegetasi Perkiraan terjadinya pencemaran

c)4 Penentuan titik sampel Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang

cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel meliputi daerah yang tanahnya diperkirakan akan kontak dengan masyarakat daerah yang mewakili pencemaran tertentu berdasarkan karakteristik kegiatan di wilayah tersebut (tanah pada pertanian perkebunan pertambangan dll) dan daerah yang tanahnya diperkirakan dapat mengkontaminasi media lingkungan lainnya

d) Pengambilan sampel makanan d)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan d)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah Plastik atau wadah atau botol untuk makanan Untuk sampel makanan yang akan diperiksa parameter bakteriologisnya maka digunakan wadah steril

Peralatan sendok sendok steril pisau steril dan peralatanbahan yang mendukung pengambilan secara aseptis (Contoh Pembakar bunsen dengan spiritus)

d)3 Aspek yang dipertimbangkan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 15: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 13

Sumber dan

penggunaan

Media lingkungan potensial

Agen Risiko

Konsentrasi

Minimal Rata - rata Maksimal Pengolahan aki bekas

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Industri elektronika

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan (dari limbah cair)

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah (dari limbah cair)

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Bengkel patri las galvanisasi logam

middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air permukaan Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Air tanah Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Transportasi middot Udara Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

middot Tanaman Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Kegiatan lainnya Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan literatur yang ada

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Disesuaikan dengan agen risikonya

Penggunaan formulir ini dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan dalam pengisiannya merujuk pada literatur yang tersedia Langkah 2 Analisis dosis - respon (dose-response assessment) Setelah melakukan identifikasi bahaya (agen risiko konsentrasi dan media lingkungan ) maka tahap selanjutnya adalah melakukan analisis dosis- respons yaitu mencari nilai RfD danatau RfC danatau SF dari agen risiko yang menjadi fokus ARKL serta memahami efek apa saja yang mungkin ditimbulkan oleh agen risiko tersebut pada tubuh manusia Analisis dosis ndash respon ini tidak harus

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 14

dengan melakukan penelitian percobaan sendiri namun cukup dengan merujuk pada literature yang tersedia Langkah analisis dosis respon ini dimaksudkan untuk

a mengetahui jalur pajanan (pathways) dari suatu agen risiko masuk ke dalam tubuh manusia

b memahami perubahan gejala atau efek kesehatan yang terjadi akibat peningkatan konsentrasi atau dosis agen risiko yang masuk ke dalam tubuh

c mengetahui dosis referensi (RfD) atau konsentrasi referensi (RfC) atau slope factor (SF) dari agen risiko tersebut

Di dalam laporan kajian ARKL ataupun dokumen yang menggunakan ARKL sebagai cara metode kajian analisis dosis ndash respon perlu dibahas dan dicantumkan Analisis dosis ndash respon dipelajari dari berbagai toxicological reviews jurnal ilmiah atau artikel terkait lainnya yang merupakan hasil dari penelitian eksperimental Untuk memudahkan analisis dosis ndash respon dapat dipelajari pada situs wwwepagoviris Dosis Referensi (RfD) Konsentrasi Referensi (RfC) dan Slope Factor (SF) Uraian tentang dosis referensi (RfD) konsentrasi referensi (RfC) dan slope factor (SF) adalah sebagai berikut

a Dosis referensi dan konsentrasi yang selanjutnya disebut RfD dan RfC adalah nilai yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman pada efek non karsinogenik suatu agen risiko sedangkan SF (slope factor) adalah referensi untuk nilai yang aman pada efek karsinogenik

b Nilai RfD RfC dan SF merupakan hasil penelitian (experimental study) dari berbagai sumber baik yang dilakukan langsung pada obyek manusia maupun merupakan ekstrapolasi dari hewan percobaan ke manusia

c Untuk mengetahui RfC RfD dan SF suatu agen risiko dapat dilihat pada Integrated Risk Information System (IRIS) yang bisa diakses di situs wwwepagoviris

d Jika tidak ada RfD RfC dan SF maka nilai dapat diturunkan dari dosis eksperimental yang lain seperti NOAEL (No Observed Adverse Effect Level) LOAEL (Lowest Observed Adverse Effect Level) MRL (Minimum Risk Level) baku mutu udara ambien pada NAAQS (National Ambient Air Quality Standard) dengan catatan dosis eksperimental tersebut mencantumkan faktor antropometri yang jelas (Wb tE fE dan Dt)

Satuan dosis referensi (RfD) dinyatakan sebagai milligram (mg) zat per kilogram (Kg) berat badan per hari disingkat mgkghari Dalam literatur terkadang ditulis mgkgxhari mgkghari dan mgkg-hari Satuan konsentrasi referensi (RfC) dinyatakan sebagai milligram (mg) zat per meter kubik (M3) udara disingkat mgM3 Konsentrasi referensi ini dinormalisasikan menjadi satuan mgkghari dengan ara memasukkan laju inhalasi dan berat badan yang bersangkutan Untuk memudahkan dalam analisis dosis ndash respon pada tabel 7 dan 8 disajikan contoh RfD RfC dan SF

Tabel 7 Contoh RfD dan SF beberapa agen risiko atau spesi kimia jalur ingesti No Agent Dosis Respon

(RfD SF) Efek Kristis dan Referensi

1 As (Arsen) 3E-4 mgkgday 15E+0 (mgkgday)minus1

Hiperpigmentasi keratosis dan kemungkinan komplikasi vaskular pajanan oral (Tseng 1977 Tseng et al 1968)

2 Ba (Barium) 2E-1 mgkgday Nefropati dalam 2 tahun pemberian air minum kepada mencit (NTP 1994)

3 B (Boron) 2E-1 mgkgday Penurunan berat janin pada pajanan asam borat gestasi

4 Cd (Kadmium) 5E-4 mgkgday Proteinuria pajanan kronik manusia (USEPA

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 15

No Agent Dosis Respon (RfD SF)

Efek Kristis dan Referensi

5 Cl2 (Klorin) bebas 1E-1 mgkgday Pajanan kronik air minum tikus (NTP 1992) 6 Cr6+ (Kromium

Heksavalen) 3E-3 mgkgday Uji hayati air minum 1 tahun dengan tikus

(McKenzie et al 1958) dan pajanan air minum penduduk Jinzhou (Zhang and Li 1987)

7 CN- (Sianida) 2E-2 mgkgday Kehilangan berat efek tiroid dan degradasi myelin dalam uji hayati subkronik sampai kronik oral pada tikus (Philbrick et al 1979)

8 F- (Fluorida) 6E-2 mgkgday Flourisis gigi dan efek kosmetik dalam studi epidemio logi (Hodge 1950 cited in Underwood 1977)

9 Mn (Mangan) 1 4E- 1 mgkgday Hipokolesterolemia epilepsi kekurangan pankreas eksokrin sklerosis berganda katarak osteoporosis fenilketonuria amp penyakit kencing maple syrup (inborn) panotda ingesi kronik manusia (NRC 1989 Freeland- Graves et al 1987 WHO 1973)

10 Hg ndash MeHg (Merkuri - metal merkuri)

1E-4 mgkgday Kelainan neuropsikologis perkembangan dalam studi epidemilogi (Grandjean et al 1997 Budz-Jergensen et al 1999)

11 NO2- (Nitrit) 1E-1 mgkgday Methemoglobinemia pada bayi yang terpajan kronik air minum (Walton 1951)

12 Se (Selenium) 5E-3 mgkgday Selenosis dari studi epidemiologi (Yang et al 1989)

13 Zn (Seng) 3E-1 mgkgday Penurunan Cu eriytrosit dan aktifitas Zn superoksida dismutase pada relawan pria dan wanita (Yadrick et al 1989)

14 CHBr3 2E-2 mgkgday 79E-3 (mgkgday)minus1

Lesi hepatik uji hayati subkronik gavage oral pada tikus

15 CHCl3 1E-2 mgkgday Pembentukan greasety cyst sedangnyata pada hati dan peningkatan SGPT dalam uji hayati kronik pada anjing (Heywood et al 1979)

16 CHBr2Cl 2E-2 mgkgday 84E-2 (mgkgday)minus1

Lesi hepatik uji hayati subkronik gavage oral pada tikus (NTP 1989)

Disadur dari Rahman 2007

Tabel 8 Contoh RfC beberapa agen risiko atau spesi kimia jalur inhalasi No Agent Dosis Respon Efek Kristis dan Referensi RfC 1 NH3 286E-2 Kenaikan keparahan rinitis dan pneumonia

dengan lesi pernafasan pada uji hayati tikus subkronik (Broderson et al 1976)

2 H2S 57 1E-4 Lesi nasal lendir olfaktori pada uji hayati tikus subkronik (Brenneman et al 2000)

3 Pb 493E-4 Perubahan tingkat enzim dan perkembangan neurobehavioral anak-anak (IRIS 2006)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 16

1E-4 mgkg-day

(00001

mgkg-day)

No Agent Dosis Respon Efek Kristis dan Referensi 4 NO2 2E-2 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) 5 SO2 26E-2 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) 6 TSP 242 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) Disadur dari Rahman 2007 Mengingat pemutakhiran (update) RfD RfC dan SF berlangsung sangat cepat RfD RfC dan SF yang tercantum pada tabel di atas tidak bisa selamanya dijadikan acuan RfD RfC dan SF dari agen risiko yang lain serta update dari RfD RfC dan SF pada tabel di atas dapat dilihat dengan mengakses wwwepagoviris Tahapan dalam mengakses situs tersebut dapat dilihat pada lampiran 5 Tampilan evaluasi dosis - respon yang terdapat pada toxicological review pada situs tersebut dapat dilihat pada contoh berikut Contoh evaluasi dosis ndash respon (1) Methylmercury (MeHg) CASRN 22967-92-6 IA1 Oral RfD Summary Critical Effect Experimental Doses UF MF RfD

Developmental neuropsychological impairment Human epidemiological studies (Grandjean et al 1997 Budtz-Joslashrgensen et al 1999a)

Benchmark Dose BMDL05 range of 46-79 ppb in maternal blood for different neuropsychological effects in the offspring at 7 years of age corresponding to a range of maternal daily intakes of 0857-1472 microgkg-day

10 1

Conversion Factors and Assumptions mdashMaternal daily dietary intake levels were used as the dose surrogate for the observed developmental effects in the children exposed in utero The daily dietary intake levels were calculated from blood concentrations measured in the mothers with supporting additional values based on their hair concentrations This conversion is explained in the text below A benchmark dose approach (BMD) was used rather than a no-observed-adverse-effect levellowest-observed-adverse-effect level (NOAELLOAEL) approach to analyze the neurological effects in children as the response variable This analysis is also explained in the text below This assessment updates the 1995 RfD assessment on IRIS and is the same as the RfD that was based on the study of a poisoning episode in Iraq in which developmental neurotoxicity was observed following ingestion of methylmercury-treated grain (Marsh et al1987)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 17

mdash 15E+0 per (mgkg)day

Contoh evaluasi dosis - respon (2) Arsenic inorganic (CASRN 7440-38-2) IIB Quantitative Estimate of Carcinogenic Risk from Oral Exposure IIB1 Summary of Risk Estimates Oral Slope Factor Drinking Water Unit Risk mdash 5E-5 per (ugL) Extrapolation Method mdash Time- and dose-related formulation of the multistage model (US EPA 1988) Drinking Water Concentrations at Specified Risk Levels

Risk Level Concentration E-4 (1 in 10000) 2E+0 ugL E-5 (1 in 100000) 2E-1 ugL E-6 (1 in 1000000) 2E-2 ugL

Langkah 3 Analisis pajanan (exposure assessment) Setelah melakukan langkah 1 dan 2 selanjutnya dilakukan Analisis pemajanan yaitu dengan mengukur atau menghitung intake asupan dari agen risiko Untuk menghitung intake digunakan persamaan atau rumus yang berbeda Data yang digunakan untuk melakukan perhitungan dapat berupa data primer (hasil pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan sendiri) atau data sekunder (pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan oleh pihak lain yang dipercaya seperti BLH Dinas Kesehatan LSM dll) dan asumsi yang didasarkan pertimbangan yang logis atau menggunakan nilai default yang tersedia Rumus perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut Perhitungan intake non karsinogenik (INK) 1 Intake pada jalur pemajanan inhalasi (terhirup)

ܫ = ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphelliphelliphellipRumus 1

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ink (Intake)

Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada media udara (udara ambien)

mgm3 Tidak ada nilai default

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 18

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default R (Rate) Laju inhalasi atau

banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya

m3jam Dewasa 083 m3jam Anak ndash anak (6 ndash 12 tahun) 05 m3jam

tE (time of exposure) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap harinya

Jamhari - Pajanan pada pemukiman 24 jamhari - Pajanan pada lingkungan kerja 8 jamhari - Pajanan pada sekolah dasar 6 jamhari

fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasikelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(nk) (time average) Periode waktu rata ndash rata

Hari 30 tahun x 365 haritahun = 10950 hari

2 Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphelliphelliphellipRumus 2

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ink (Intake) Jumlah konsentrasi agen

risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari

Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada air bersihminum atau pada makanan

- mgl (air) mgkg (makanan)

Tidak ada nilai default

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 19

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default R (Rate) Laju konsumsi atau

banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya

- Liter hari (air) - Gram hari (makanan)

Air Minum - Dewasa (pemukiman) 2 literhari - Anak ndash anak (pemukiman) 1 literhari - Dewasa (lingkungan kerja) 1 literhari Makanan - Buah ndash buahan 42 gramhari - Sayuran 80 gramhari fE (frecuency of

exposure) Lamanya atau jumlah hari

terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(nk) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogen

Hari 30 tahun x 365 haritahun = 10950 hari

Perhitungan intake karsinogenik (IK) 1 Intake pada jalur pemajanan inhalasi (terhirup)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphellipRumus 3

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ik (Intake) Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada media udara (udara ambien)

mgm3 Tidak ada nilai default

R (Rate) Laju inhalasi atau banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya

m3jam Dewasa 083 m3jam Anak ndash anak (6 ndash 12 tahun) 05 m3jam

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 20

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default tE (time of exposure) Lamanya atau jumlah jam

terjadinya pajanan setiap harinya

Jamhari - Pajanan pada pemukiman 24 jamhari - Pajanan pada lingkungan kerja 8 jamhari - Pajanan pada sekolah dasar 6 jamhari

fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

2 Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ಲೇಸ

helliphelliphellipRumus 4

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ik (Intake) Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada air bersih minum atau pada makanan

- mgl (air) - mgkg (makanan)

Tidak ada nilai default

R (Rate) Laju konsumsi atau banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya

- literhari (air) - gramhari (makanan)

Air Minum - Dewasa (pemukiman) 2 literhari - Anak ndash anak (pemukiman) 1 literhari - Dewasa (lingkungan kerja) 1 literhari Makanan - Buah ndash buahan 42 gramhari - Sayuran 80 gramhari - Ikan tangkapan 54 gramhari

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 21

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok Populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

Analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL Hal ndash hal yang perlu diketahui dan dicermati dalam melakukan analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL adalah sebagai berikut Pada lsquodesktoprsquo ARKL tidak perlu dilakukan pengumpulan data Data yang menjadi dasar perhitungan intake menggunakan data sekunder dan asumsi Terkait dengan variabel konsentrasi pelu diperhatikan hal sebagai berikut Data sekunder umumnya dibutuhkan untuk mengetahui konsentrasi agen risiko pada media

lingkungan yang mana merupakan hasil pengukuran yang pernah dilakukan oleh pihak lain pada media lingkungan wilayah dan waktu yang sama

Ada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL dalam rangkaian studi AMDAL (kajian ANDAL dan RKL - RPL untuk aspek kesehatan masyarakat) suatu kegiatan sumber data konsentrasi dapat merupakan proyeksi perubahan rona lingkungan yang telah dikaji pada aspek yang lain mis proyeksi konsentrasi agen risiko di udara ambien pada tahap operasional kegiatan atau proyeksi konsentrasi agen risiko di air bersih pada tahap operasional kegiatan

Terkait dengan variabel perhitungan yang lain (R tE fE Dt Wb dan tAVG) asumsi didasarkan pada logika yang rasional atau nilai default yang sudah tersedia Adapun nilai default untuk berbagai variabel pada lsquodesktoprsquo ARKL dapat dilihat pada tabel 9 berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 22

Tabel 9 Nilai default dari faktor pajanan (Rahman 2007) Tataguna lahan

Jalur pajanan Asupan harian Frekuensi pajanan (haritahun)

Durasi pajanan (tahun)

Berat badan (kg)

Residensial Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

12 m3 (anak) raquo 05 350 6 15 Industri amp komersial

Air minum 1 L 250 25 70 55 b

Pertanian Tanaman perkarangan

42 g (buah - buahan)

350 30 70 55 b

80 g (sayur - mayur)

350 30 70 55 b

Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

Rekreasi Ikan tangkapan 54 g 350 30 70 55 b Disadur dari Rahman 2007 seluruhnya berasal dari Exposure Factor Handbook (EPA 1990) kecuali bNukman et al (2005) 324 Langkah 4 Karakterisasi risiko (risk characterization) Langkah ARKL yang terakhir adalah karakterisasi risiko yang dilakukan untuk menetapkan tingkat risiko atau dengan kata lain menentukan apakah agen risiko pada konsentrasi tertentu yang dianalisis pada ARKL berisiko menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat (dengan karakteristik seperti berat badan laju inhalasikonsumsi waktu frekuensi durasi pajanan yang tertentu) atau tidak Karakteristik risiko dilakukan dengan membandingkan membagi intake dengan dosis konsentrasi agen risiko tersebut Variabel yang digunakan untuk menghitung tingkat risiko adalah intake (yang didapatkan dari analisis pemajanan) dan dosis referensi (RfD) konsentrasi referensi (RfC) yang didapat dari literatur yang ada (dapat diakses di situs wwwepagoviris) 1 Karakterisasi risiko pada efek non karsinogenik Perhitungan tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko untuk efek non karsinogenik dinyatakan dalam notasi Risk Quotien (RQ) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek non karsinogenik dilakukan perhitungan dengan membandingkan membagi intake dengan RfC atau RfD Rumus untuk menentukan RQ adalah sebagai berikut ூ

ோ helliphelliphelliphellipRumus 5

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur inhalasi (terhirup) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 1 RfC (reference concentration) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan inhalasi

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 23

ூோ

helliphelliphelliphelliphellipRumus 6

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur ingesti (tertelan) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 2 RfD (reference dose) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan ingesti

Didapat Interpretasi tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko yang diperoleh pada ARKL merupakan konsumsi pakar ataupun praktisi sehingga perlu disederhanakan atau dipilihkan bahasa yang lebih sederhana agar dapat diterima oleh khalayak atau publik Tingkat risiko dinyatakan dalam angka atau bilangan desimal tanpa satuan Tingkat risiko dikatakan AMAN bilamana intake le RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ le 1 Tingkat risiko dikatakan TIDAK AMAN bilamana intake gt RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ gt 1 Narasi yang digunakan dalam penyederhanaan interpretasi risiko agar dapat diterima oleh khalayak atau publik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll Contoh Tingkat risiko RQ untuk pajanan Pb (inhalasi) sebesar 000008 microgm3 pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan rata - rata 55 kg dan telah terpajan 350 haritahun selama 20 tahun diketahui sebesar 0098 maka Interpretasi risiko Pajanan Pb sebesar 000008 microgm3 secara inhalasi pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan 55 Kg masih aman untuk frekuensi pajanan 350 haritahun hingga 20 tahun mendatang Perhitungan tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko untuk efek karsinogenik dinyatakan dalam notasi Excess Cancer Risk (ECR) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek karsinogenik dilakukan perhitungan dengan mengkali intake dengan SF Rumus untuk menentukan ECR adalah sebagai berikut

ܥܧ = Rumus 7helliphelliphelliphellip ܨ ݔ ܫKeterangan Digunakan untuk menghitung tingkat risiko pada agen risiko dengan efek karsinogenik I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 3 atau rumus SF (slope factor) Nilai referensi agen risiko dengan efek karsinogenik

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 24

Interpretasi tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko dinyatakan dalam bilangan exponen tanpa satuan (cth 13E-4) Tingkat risiko dikatakan acceptable atau aman bilamana ECR le E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR le 110000 Tingkat risiko dikatakan unacceptable atau tidak aman bilamana ECR gt E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR gt 110000 Contoh ECR = 13E-5 (13 x 10-5) dapat diinterpretasikan sebagai berikut ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Narasi yang digunakan dalam risiko karsinogenik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoacceptablersquo atau lsquounacceptablersquo (lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo) - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll - Risiko kanker [ mis ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Contoh Tingkat risiko ECR untuk pajanan benzene (inhalasi) sebesar 03 microgm3 pada pekerja depo penampungan BBM di Jakarta dengan berat badan rata - rata 60 kg dan telah terpajan 250 haritahun selama 10 tahun diketahui sebesar 456E-4

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 1

MODUL II MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Manajemen Risiko Kesehatan Lingkungan

Manajemen risiko adalah proses mengidentifikasi evaluasi penyeleksian dan melakukan

upaya untuk mengurangi risiko terhadap ekosistem dan kesehatan manusia (Omenn GS et al 1997) Setelah melakukan keempat langkah ARKL di atas maka telah dapt diketahui apakah suatu agen risiko amandapat diterima atau tidak Manajemen risiko bukan termasuk langkah ARKL melainkan tindak lanjut yang harus dilakukan bilamana hasil karakterisasi risiko menunjukkan tingkat risiko yang tidak aman ataupun unacceptable Dalam melakukan manajemen risiko perlu dibedakan antara strategi manajemen risiko dengan cara manajemen risiko Strategi manajemen risiko meliputi penentuan batas aman yaitu

1 Konsentrasi agen risiko (C) danatau 2 Jumlah konsumsi (R) danatau 3 Waktu pajanan (tE) danatau

4 Frekuensi pajanan (fE) danatau

5 Durasi pajanan (Dt)

Setelah batas aman ditentukan selanjutnya perlu dilakukan penapisan alternatif terhadap batas aman yang mana yang akan dijadikan sebagai target atau sasaran pencapaian dalam pengelolaan risiko Batas aman yang dipilih adalah batas aman yang lebih rasional dan realistis untuk dicapai

Adapun cara manajemen risiko adalah cara atau metode yang akan digunakan untuk

mencapai batas aman tersebut Cara manajemen risiko meliputi beberapa pendekatan yaitu pendekatan teknologi pendekatan sosial - ekonomis dan pendekatan institusional penjelasan lebih lanjut langkah ndash langkah dalam manajemen risiko akan dijelaskan pada sub bahasan selanjutnya

Materi Sub Bahasan Strategi manajemen risiko

1 Penentuan batas aman Batas aman disini adalah batas atau nilai terendah yang menyebabkan tingkat risiko

menjadi tidak aman (tidak dapat diterima) Oleh karenannya nilai yang aman adalah nilai di bawah batas amannya sedangkan nilai yang sama dengan batas aman tersebut akan menyebabkan tingkat risiko menjadi tidak aman Sebagai contoh jika hasil

perhitungan menunjukkan konsentrasi aman adalah 4499 microgm3 maka nilai konsentrasi

yang benar ndash benar aman adalah di bawah 4499 microgm3 (lt4499 microgm3) 4498 microgm3

a) Penentuan konsentrasi aman (C) Dalam penentuan konsentrasi aman semua variabel dan nilai yang digunakan

sama dengan variabel dan nilai pada perhitungan intake Akan tetapi nilai intake yang digunakan adalah RfD atau RfC agen risikonya

Sedangkan konsentrasi aman pada intake karsinogenik perhitungan didasarkan

pada nilai acceptable sebesar 10-4 dibagi nilai SF nya Selain itu variabel tavg disesuaikan dengan perhitungan karsinogenik yaitu (70 haritahun x 365 hari) Untuk menghitung konsentrasi aman digunakan rumus sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 2

Konsentrasi aman non karsinogenik Konsentrasi aman non karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 8

Konsentrasi aman non karsinogenik (ingestii)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ಶ ௫

Rumus 9

Konsentrasi aman karsinogenik Konsentrasi aman karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 10

Konsentrasi aman karsinogenik (ingesti)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 11

Keterangan

Notasi Arti Notasi C(aman) (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada udara ambien atau pada

air bersihminum atau pada makanan yang aman

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 3

Notasi Arti Notasi R (Rate) Laju asupan

Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

Volume air minum yang masuk tubuh (liter) setiap harinya

Volume makanan yang masuk tubuh (gram) setiap harinya

tE atau time of exposure (rumus 8)

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode

b) Penentuan jumlah konsumsi aman (R)

Laju asupan yang dapat dikelola hanyalah pada pada pajanan melalui makanan dan air minum (ingesti) karena masih banyak substitusi untuk setiap jenis makanan ataupun air minum Untuk pajanan melalui udara (inhalasi) pembatasan laju inhalasi hampir tidak mungkin dilakukan Untuk menghitung jumlah konsumsi aman digunakan rumus sebagai berikut Laju konsumsi aman non karsinogenik (ingesti)

() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ಶ ௫

Rumus 12

Laju konsumsi aman karsinogenik (ingesti)

() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ಶ ௫

Rumus 13

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 4

Keterangan Notasi Arti Notasi

R(aman) Laju konsumsi atau banyaknya volume makanan (gram) atau volume air (liter) yang masuk tubuh setiap harinya yang aman

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

c) Penentuan waktu pajanan aman (tE) Waktu pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan

kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan waktu pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah jam terpapar setiap harinya oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung waktu pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Waktu pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 14

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 5

Waktu pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 15

Keterangan

Notasi Arti Notasi t(aman) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap

harinya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

d) Penentuan frekuensi pajanan aman (fE)

Frekuensi pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan frekuensi pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah hari terpapar dalam satu tahun oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung frekuensi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Frekuensi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 16

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 6

Frekuensi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 17

Keterangan

Notasi Arti Notasi fE(aman) (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan

setiap tahunnya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

e) Penentuan durasi pajanan aman (Dt) Durasi pajanan aman dikelola pada pemajanan inhalasi pada lingkungan

yang permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan durasi pajanan dilakukan dengan membatasi lamanya tinggal (tahun) masyarakat pada suatu pemukiman dengan cara melakukan lsquorelokasirsquo pemukiman pada saat telah melewati batas durasi amannya Penerapan strategi durasi pajanan aman untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) kurang tepat karena pada pemajanan ingesti manajemen risiko cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung durasi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Durasi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 18

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 7

Durasi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 19

Keterangan

Notasi Arti Notasi Dt (aman) (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan yang

aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

tE atau time of exposure

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

2 Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko Penapisan alternatif manajemen risiko harus didasarkan pada pertimbangan logis

dan turut mempertimbangkan berbagai faktor termasuk cara pengelolaan risikonya Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini

Tabel 10 Alternatif manajemen risiko dan penggunaannya Alternatif Pengelolaan

Risiko Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Penurunan konsentrasi hingga ke batas aman (konsentrasi aman)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 8

Alternatif Pengelolaan Risiko

Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Pengurangan konsumsi hingga ke batas aman (jumlah konsumsi aman)

Pembatasan waktu pajanan hingga ke batas aman (waktui pajanan aman)

Pembatasan frekuensi pajanan hingga ke batas aman (frekuensi pajanan aman)

Pembatasan durasi pajanan hingga ke batas aman (durasi pajanan aman)

Materi Sub Bahasan Cara manajemen risiko

Manajemen risiko selain membutuhkan strategi yang tepat juga harus dilakukan dengan

cara atau metode yang tepat Dalam aplikasinya cara manajemen risiko dapat dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu 1) Pendekatan teknologi

Manajemen risiko menggunakan teknologi yang tersedia meliputi penggunaan alat bahan dan metode serta teknik tertentu Contoh manajemen risiko dengan pendekatan teknologi antara lain penerapan penggunaan IPAL pengolahan penyaringan air modifikasi cerobong asap penanaman tanaman penyerap polutan dll

2) Pendekatan sosial - ekonomis

Manajemen risiko menggunakan pendekatan sosial - ekonomis meliputi pelibat-sertaan pihak lain efisiensi proses substitusi dan penerapan sistem kompensasi Contoh manajemen risiko dengan pendekatan sosial ndash ekonomis antara lain 3R (reduce reuse dan recycle) limbah pemberdayaan masyarakat yang berisiko pemberian kompensasi pada masyarakat yang terkena dampak permohonan bantuan pemerintah akibat keterbatasan pemrakarsa (pihak yang bertanggung jawab mengelola risiko) dll

3) Pendekatan institusional

Manajemen risiko dengan menempuh jalur dan mekanisme kelembagaan dengan cara melakukan kerjasama dengan pihak lain Contoh manajemen risiko dengan pendekatan institusional antara lain kerjasama dalam pengolahan limbah B3 mendukung pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah menyampaikan laporan kepada instansi yang berwenang dll

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 1

MODUL III SURVEILANS FAKTOR RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans oleh World Health Organization (WHO) didefinisikan sebagai kegiatan

berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data kesehatan masyarakat yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat Surveilans yang dilakukan diharapkan dapat Menjadi sistem kewaspadaan dini terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat di masa yang

akan datang Mendokumentasikan dampak dari suatu intervensi atau jejak dari kemajuan program dalam

mencapai tujuan tertentu dan Memonitor dan mengklarifikasi masalah kesehatan secara epidemiologi guna menetapkan

priritas dan menginformasikan kebijakan dan strategi kesehatan ke publik

Faktor risiko dalam dunia kesehatan dan epidemiologi biasa didefinisikan sebagai faktor-faktor atau kondisi yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit Faktor risiko tersebut umumnya dapat dikatagorikan menjadi beberapa jenis yaitu faktor risiko genetis faktor risiko perilaku dan faktor risiko lingkungan

Dari kedua definisi di atas maka surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah kegiatan berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor-faktor atau kondisi lingkungan yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan lingkungan Untuk itu ada beberapa hal yang menjadi kata kunci dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yaitu sistematis dan berkesinambungan pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor lingkungan yang dapat menyebabkan sakit dan upaya kesehatan lingkungan

Materi Sub Bahasan Konsep dan Penerapan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Penyakit dan masalah kesehatan masyarakat erat terhubung dengan faktor atau kondisi

lingkungan Oleh karenanya secara naluriah setiap manusia menginginkan lingkungan yang sehat dan nyaman sebagai tempat tinggalnya yang juga kondusif terhadap kondisi kesehatannya Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang salah satunya ditempuh melalui kegiatan penyehatan lingkungan (kesehatan lingkungan) Dalam rangka mewujudkan kondisi lingkungan sesuai dengan yang diharapkan upaya yang dilakukan haruslah tepat guna tepat sasaran sistematis dan terencana dengan baik serta berbasis bukti (evidence based) Sehingga perumusan upaya kesehatan lingkungan yang akan diterapkan harus didukung dengan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yang baik

Filosofi dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah melakukan pengamatan dan pengawasan terus-menerus terhadap kondisi lingkungan yang diperkirakan dapat menyebabkan penyakit pada manusia Hasil dari kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah berupa informasi mengenai apakah faktor atau kondisi lingkungan tertentu yang diamati berisiko menimbulkan kesakitan dan rekomendasi upaya tidak lanjut yang dibutuhkan untuk mengendalikannya Konsep dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dipahami dari gambar 6

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 2

(sumber Mullan N et al 2008)

Gambar 6 Konsep Surveilans Awal dan Lanjutan dalam Kesehatan Lingkungan

Konsep di atas diadaptasi dari versi model surveilans kesehatan yang diterapkan di Kanada

Dalam prakteknya surveilans kesehatan lingkungan dilakukan dalam dua tahapan dimana pengumpulan data hingga desiminasi diklasifikasikan sebagai surveilans awal dan sintesa pengetahuan dan proses perumusan kebijakan yang merupakan input dari stakeholder dan peneliti sebagai surveilans lanjutan Surveilans awal dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data rutin (menggunakan form yang telah dibakukan pada masing-masing Negara) sedangkan analisis dan interpretasi dari basis data yang umumnya digunakan untuk tujuan monitoring ataupun pembuatan regulasi Selanjutnya surveilans lanjutan dirumuskan dari hasil surveilans awal dikombinasikan dengan masukan dari para peneliti dan stakeholder yang concern (peduli) terhadap masalah kesehatan lingkungan guna memberikan pemahaman pengertian yang baik terhadap isu yang berkembang serta dapat dirumuskan keputusan upaya tindak lanjut yang tepat untuk merespon isu tersebut

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bukan merupakan hal yang baru Konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan telah dilaksanakan sejak lama oleh sektor kesehatan mulai dari unit yang paling bawah seperti puskesmas hingga tingkat kementerian Namun sedikit perbedaan dalam istilah dan nama yang digunakan membuat konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan terkesan suatu terobosan baru Di unit puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten kota pelaksanaan kegiatan ini identik dengan kegiatan inspeksi sanitasi Inspeksi sanitasi yang dilakukan di puskesmas maupun dinas kesehatan dilakukan pada obyek kesehatan lingkungan secara periodik (time series) dengan fokus pada faktor risiko kesehatan lingkungan pada obyek tersebut Sebagai contoh inspeksi sanitasi depot air minum dilakukan oleh puskesmas atau dinas kesehatan kabupaten kota secara rutin (minimal setahun sekali) dengan melakukan observasi kesehatan lingkungan wawancara terkait perilaku dalam penanganan depot air minum dan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 3

pemeriksaan laboratorium kualitas air baku (air bersih) dan air olahan (air minum) Data hasil inspeksi sanitasi pada satu lokasi depot air minum yang sama dalam beberapa periode inspeksi merupakan basis data (database) yang dapat diinterpretasi dianalisis baik secara tunggal (hanya data satu depot tersebut) ataupun bersamaan dengan data inspeksi depot air minum yang lain dan didesiminasikan Selanjutnya hasil desiminasi tersebut dapat ditindaklanjuti dengan melakukan upaya diantaranya pembinaan pelatihan dan lain sebagainya

Materi Sub Bahasan Desain dan Metodologi Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan merupakan suatu studi yang dapat dilakukan dengan desain cross sectional kasus kontrol ataupun kohort Sebagai suatu studi yang masuk ke dalam ranah epidemiologi kesehatan lingkungan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan selain melihat kecenderungan data juga digunakan untuk melihat adanya hubungan antara pajanan lingkungan dan dampak kesehatan (penyakit) Oleh karenanya dalam surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan diperlukan data-data sebagai berikut

1 Data geografis wilayah dilakukan dengan menggunakan GPS untuk penentuan koordinat lokasi dilakukan pengambilan sampel pengumpulan data

2 Data faktor risiko lingkungan meliputi data kualitas lingkungan (pengambilan dan pemeriksaan sampel) data kondisi lingkungan sanitasi yang dikumpulkan melalui observasi (pengisian cek lis) dan wawancara Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dbutuhkan data kualitas udara dalam ruang yang dilakukan dengan pengukuran dan data berkaitan dengan jenis lantai ventilasi bahan bakar memasak dan lain sebagainya

3 Data faktor risiko lingkungan meliputi data perilaku sampel (responden) yang juga merupakan faktor risiko dari penyakit berbasis lingkungan yang menjadi perhatian Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA selain data kualitas udara dalam ruang dan ventilasi perlu dikumpulkan data terkait dengan kebiasaan membuka jendela

4 Data pajanan meliputi data lama tinggal pola aktivitas pekerjaan data konsumsi makanan dan air dan lain sebagainya Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dibutuhkan data lama tinggal dan rata-rata lama berada di dalam rumah

Sebagai suatu studi surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dilakukan dengan desain

tertentu yang disesuaikan dengan tujuan permasalahan yang akan dikaji dan faktor-faktor lainnya Sebagaimana dijelaskan di atas surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional kasus kontrol dan kohort Penggunaan desain studi pada surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seperti pada tabel 11

Tabel 11 Perbandingan Desain Studi

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort Desain pemilihan sampel (sampling)

Random Bisa juga dipisah fixed disease sampling atau fixed exposure sampling

Sampel terpisah untuk kasus (sakit) dan kontrol (tidak sakit)

Sampel terpisah untuk terpajan dan tidak terpajan

Waktu periode pelaksanaan (arah pengusutan)

Satu titik waktu atau sesaat (non directional)

Retrospektif Prospektif Followup selama periode waktu tertentu

Kausalitas Hanya menjelaskan Kausalitas awal Kausalitas dengan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 4

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort hubungan antara faktor risiko kesehatan lingkungan dengan penyakit (namun bukan bersifat kausalitas)

bukti sekuensi temporal

Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai pengganti risiko

Odds sebagai pengganti risiko

Insidensi (R Risiko) Insidence rate

Perbandingan risiko Prevalence Ratio (PR) Odds Ratio (OR) Risiko Relatif (RR)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan lebih tepat menggunakan desain cross sectional dikarenakan dalam pemilihan sampling dilakukan secara random dan pengumpulan data lingkungan dan penyakit dilakukan pada satu waktu Output dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dengan desain cross sectional adalah hubungan (bukan kausalitas) antara faktor lingkungan dan penyakit Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bisa dilakukan dengan desain kasus kontrol bilamana titik tolak studi (pengusutan) dimulai dari adanya penyakit dan sampel dikelompokkan menjadi kasus (sampel yang menderita penyakit) dan kontrol (sehat) dan data faktor lingkungan sebelum kasus sakit tersedia Selain itu surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat menggunakan desain studi kohort (prospektif) dengan memantau secara terus menerus (hingga periode tertentu) kualitas lingkungan dan faktor lingkungan lainnya bersamaan dengan penyakitnya

Materi Sub Bahasan Tahapan Kegiatan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Tahapan kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seyogyanya terdiri dari survey pendahuluan dan pengumpulan data awal penyusunan instrumen survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pengolahan dan analisis data dan diseminasi Tahapan kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut

1 Survey pendahuluan dan pengumpulan data awal pengumpulan data awal dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal pada lokasi meliputi background data yang telah tersedia atau data lainnya yang berhubungan Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data sekunder dan juga perlu ditentukan lokasi yang akan menjadi titik pengambilan sampel

2 Penyusunan instrumen berdasarkan data awal yang dikumpulkan disusun instrumen untuk survey pengambilan dan pemeriksaan sampel Instrumen disusun berbentuk cek lis danatau kuisioner Untuk mendapatkan data sesuai yang diharapkan instrumen yang telah dibuat sebaiknya diuji coba terlebih dahulu

3 Survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data primer dan pengumpulan data menggunakan instrumen yang digunakan

4 Pengolahan dan analisis data data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis yang dapat dilakukan secara manual ataupun alat bantu lainnya (mis software pengolah data) Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data informasi disajikan dalam bentuk tabel grafik gambar dan peta yang terangkum dalam laporan

5 Diseminasi dimaksudkan untuk menyebarluaskan informasi dan temuan lapangan kepada para stakeholder

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 1

MODUL IV ANALISIS KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Prinsip Dasar Analisis Kualitas Kesehatan Lingkungan

Analisis adalah kajian atau penelitian yang dititikberatkan pada variabel tertentu untuk mengetahui keadaan atau kondisi sebenarnya termasuk juga yang berkaitan dengan sebab musabab terjadinya kondisi tersebut Dengan demikian analisis kualitas lingkungan merupakan suatu kegiatan yang menggunakan cara atau metode ilmiah guna mengetahui seperti apa kondisi atau kualitas kesehatan lingkungan pada suatu tempat waktu yang melibatkan juga masyarakat di tempat tersebut Umumnya analisis kualitas kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk kegiatan pengambilan dan pemeriksaan sampel pengawasan kualitas kesehatan lingkungan melalui kegiatan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi serta interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Analisis kualitas kesehatan lingkungan merupakan kegiatan yang harus mampu dilakukan oleh seorang pejabat kesehatan lingkungan ataupun fungsional sanitarian Perlunya dilakukan analisis ini adalah untuk menjadi bahan masukan ataupun dasar untuk melakukan manajemen risiko kesehatan lingkungan Implementasi dari manajemen risiko kesehatan lingkungan ini bisa dalam bentuk intervensi (pendekatan) teknologi pendekatan sosial melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat secara aktif dan melalui kerjasama jejaring kemitraan antar pihak yang berkepentingan (stakeholder)

Materi analisis kualitas kesehatan lingkungan dalam modul ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan juga keterampilan bagi peserta dalam menilai prosedur pengambilan dan pemeriksaan sampel serta interpretasi hasil pemeriksaan sampel yang dilakukan dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan Materi dalam modul ini bukan dimaksudkan agar peserta mampu melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel kesehatan lingkungan sendiri tanpa berkerjasama dengan laboratorium Materi Sub Bahasan Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Kesehatan Lingkungan

Pengambilan sampel kesehatan lingkungan hakikatnya dilakukan untuk memotret atau

menjadi acuan untuk menduga kualitas kesehatan lingkungan pada suatu media di suatu wilayah Secara garis besar pengambilan sampel bertujuan untuk mengumpulkan data rona awal kesehatan lingkungan dan memantau kondisi kesehatan lingkungan Dalam hal memantau kesehatan lingkungan pengambilan sampel dilakukan untuk menentukan status kualitas kesehatan lingkungan menentukan kebijakan kesehatan lingkungan menegakkan hukum kesehatan dan lingkungan dan melakukan penelitian kesehatan lingkungan

Kualitas kesehatan lingkungan merupakan hal yang kompleks dan begitu dinamis karena dipengaruhi begitu banyak variabelfaktor Untuk itu pengambilan sampel l kesehatan ingkungan yang bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan harus dilakukan dengan cermat tepat serta butuh perencanaan dan pengorganisasian yang baik Untuk menjamin pengambilan sampel dapat menjamin keterwakilan kualitas kesehatan lingkungan perlu diperhatikan beberapa aspek yaitu lokasi dan titik pengambilan sampel parameter kualitas lingkungan yang akan dipilih serta ukuran jumlah dan volume sampel yang akan diambil Perencanaan Pengambilan Sampel

Seperti halnya kegiatan dan program pengambilan sampel sesuai dengan yang diharapkan perlu direncanakan dengan baik Perencanaan pengambilan sampel ini bertujuan untuk memastikan dan menegaskan kembali tujuan pengambilan sampel kesehatan lingkungan memutuskan cara-cara

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 2

mencapai tujuan mengetahui secara tepat hal-hal yang perlu dilakukan pada saat pengambilan sampel menyiapkan sumber daya yang diperlukan dan menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pengambilan sampel Jelasnya unsur-unsur perencanaan pengambilan sampel meliputi

a) Tujuan pengambilan sampel harus dipastikan apakah dalam rangka pengumpulan data rona kesehatan lingkungan awal atau dalam rangka memantau kesehatan lingkungan

b) Merencanakan biaya pengambilan sampel dengan mempertimbangkan empat hal yaitu aksesibilitas lokasi dan titik pengambilan sampel jumlah jenis dan kompleksitas sampel frekuensi pengambilan sampel serta penjaminan dan pengendalian mutu di lapangan Selain empat hal yang perlu dipertimbangkan tersebut perlu diketahui komponen pembiayaan dalam pengambilan sampel yaitu depresiasi (penyusutan) nilai peralatan kalibrasi peralatan pemakaian bahan pengawet secara kimia danatau fisika penggunaan bahan habis pakai penggunaan wadah sampel transportasi ke lokasi pengambilan sampel akomodasi (bila perlu) honor pengambil sampel (lumpsum atau per diem) dan penyusunan laporan pengambilan sampel

c) Administrasi berkaitan dengan pengambilan sampel yang meliputi penyiapan surat tugas surat pemberitahuan perizinan brevet ataupun lencana kewenangan pencatatan pendokumentasian dan hal-hal pendukung lainnya

d) Perlu jaminan pengambil sampel pada saat pengambilan sampel merupakan personel yang kompeten danatau berwenang dengan kualifikasi (kompetensi) latar belakang pendidikan yang sesuai pengalaman di bidangnya terampil dan diakui ataupun tersertifikasi

e) Penentuan parameter pengujian terhadap sampel yang diambil sesuai dengan tujuan pengambilan sampel turut mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait serta disesuaikan dengan parameter indikatif suatu kegiatan atau wilayah tertentu Mis parameter indikatif pada industri Pulp dan kertas adalah pH BOD COD dan TSS sedangkan pada wilayah pertambangan emas parameter yang diambil adalah air raksa (Hg) dan sianida (CN-)

f) Penentuan media lingkungan yang akan dilakukan pengambilan sampel g) Merencanakan tipe sampel yang akan diambil apakah sampel sesaat (grab sample) sampel

gabungan (composite sample) sampel terpadu (integrated sample) atau sampel kontinyu (continous sample)

h) Peralatan pengambilan sampel harus direncanakan dengan baik Peralatan pengambilan sampel terdiri dari peralatan pengambil sampel (utama) peralatan pendukung dan peralatan K3 atau APD Peralatan pengambil sampel adalah peralatan yang fungsinya untuk mengambil sampel lingkungan dengan parameter yang direncanakan seperti HVAS (High Volume Air Sampler) LVS (Low Volume Sampler) MAS (Microbiology Air Sampler) dll Alat pendukung adalah alat yang fungsinya mendukung pengambilan sampel seperti peralatan pengukur parameter lapangan (pH meter termometer barometer kecepatan angin hygrometer dll) dokumen terkait (surat tugas surat izin dll) alat tulis untuk perekaman proses pengambilan sampel penunjuk arah (kompas) dan penunjuk lokasi (GPS) dll APD yang digunakan dalam pengambilan sampel meliputi sarung tangan masker helm ear plugmuff P3K dll

i) Perencanaan terhadap wadah sampel yang akan digunakan untuk pengamanan dan transpor sampel harus disesuaikan dengan karakteristik dan interaksi parameter sampel yang akan diuji dengan sifat bahan wadah Sebagai contoh pengambilan sampel DOBOD harus menggunakan botol BOD khusus yang menggunakan tutup asah sedangkan untuk sampel mikrobiologi digunakan wadah steril

j) Pengawetan sampel dilakukan sesuai dengan karakteristik parameter yang akan diuji pada sampel mis pengawetan sampel untuk parameter golongan logam pada air menggunakan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 3

asam nitrat pekat (HNO3 p) hingga pH lt 2 sedangkan untuk sampel sianida total pada air diawetkan menggunakan NaOH hingga pH gt 12 dan didinginkan 4oCplusmn2oC pada tempat gelap

k) Batas penyimpanan sampel disesuaikan dengan parameter yang akan diuji dan mengacu pada acuan standar seperti ASTM (The American Society for Testing and Materials) dll

l) Pengamanan sampel di lapangan meliputi pengemasan pengamanan pada label sampel (spidol waterproof label yang baik) informasi tambahan yang penting (titik jenis parameter uji pengawetan waktu dan nama pengambil sampel) sehingga mencegah interaksi sampel dengan lingkungan yang menyebabkan perubahan kualitasnya (kontaminasi degradasi dll)

m) Transportasi sampel yang juga berkaitan dengan batas penyimpanan sampel harus diperhatikan dengan seksama Selain itu moda transportasi yang digunakan untuk membawa sampel juga harus dipenuhi standar keamanannya seperti harus mematuhi peraturan penerbangan nasional dan internasional bila sampel dibawa menggunakan pesawat udara

n) Penyimpanan sampel dilakukan baik secara fisik maupun kimia seperti meminimalkan adsorbsi pengasaman mencegah metabolisme mikroorganisme menghindari hidrolisis serta pengendapan Faktor kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan dengan proses pengambilan sampel

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Penentuan Titik Sampel

Prinsip penentuan titik sampel harus mempertimbangkan keterwakilan populasi atau kualitas lingkungan kemampuan peralatan keselamatan pengambil sampel faktor klimatologi biaya dan kaidah-kaidah empiris Prinsip-prinsip penentuan titik sampel pada media lingkungan adalah sebagai berikut a) Pengambilan sampel air a)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 736 tahun 2010 tentang Pengawasan Kualitas Air Minum

Peraturan daerah setempat a)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah jerigen botol botol BOD botol steril timba steril coolbox dll Peralatan pendukung pH meter termometer sisa klor GPS peralatan untuk menjamin

tidak terjadi kontaminasi (krustang kapas alkohol) dll Pengawet Asam (HNO3 p H2SO4 p) basa (NaOH) dry ice dll APD sarung tangan masker jaket pelampung dll

a)3 Aspek yang dipertimbangkan Kedalaman air Homogenitas (untuk sampel air badan air) Arah dan kecepatan aliran air (untuk sampel air badan air)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 4

Keterkaitan dengan pajanan pada masyarakat (bila digunakan untuk penelitian kesehatan masyarakat)

Jarak antar sampel Keselamatan dan kemampuan sumber daya

a)4 Penentuan titik sampel Air sungai ditentukan yaitu

Uji homogenitas sungai dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu lalu lakukan uji parameter lapangan (suhu pH DOoksigen terlarut dan DHLDaya Hantar Listrik) Apabila hasil pengujian beberapa parameter pada beberapa sampel tersebut tidak berbeda jauh dengan variasi lt 10 maka disebut homogen atau tercampur sementara sehingga sampel yang diambil untuk mewakili air sungai tersebut bisa lebih sedikit

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel air sungai harus meliputi daerah hulu yang belum terkontaminasi daerah pemanfaatan sungai daerah yang potensial terkontaminasi daerah pertemuan dua sungai dan daerah hilir

Air tanah Pengambilan sampel dilakukan plusmn 20 cm dari dasar sumur gali dan dipastikan agar tidak

ada sedimen yang ikut terambil atau pada mulut kran tempat air keluar untuk sumur bor

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel dilakukan pada daerah meliputi daerah dimana air tanah digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari termasuk air minum dan di daerah yang berisiko terkontaminasi (dekat penimbunanpembuangan akhir sampah daerah pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif wilayah pesisir dimana terjadi intrusi air laut dll)

b) Pengambilan sampel udara ambien dan udara dalam ruang b)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan Peraturan daerah setempat

b)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Peralatan utama High Volume Air Sampler (HVAS) RAC Gas Sampler EPAM CO dan CO2

Detektor Low Volume Sampler Microbiology Air Sampler atau Lamotte BD Pump dan Sound Level Meter

Peralatan pendukung pengukur kecepatan angin arah angir termometer hygrometer dan luxmeter

Bahan yang digunakan filter HVAS dan LVS absorbant (So2 NO2 H2S NH3 dan O3) dan larutan garam (NaCl) fisiologis steril

b)3 Aspek yang dipertimbangkan Berhubungan dengan klimatologi arah dan kecepatan angin bunga angin (wind rose)

kelembaban musim dan suhu udara Berhubungan dengan asumsi konsentrasi parameter inversi udara dispersi jarak terbang

(distance) dan ukuran partikel Bilamana sumber pencemar adalah cerobong asap maka ketinggian ukuran partikel dan jarak terhadap pemukiman penduduk harus dipertimbangkan

Berhubungan dengan pajanan daerah padat penduduk jarak terhadap sumber pencemar (radius)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 5

b)4 Penentuan titik sampel Pengambilan sampel udara ambien harus menghindari daerah yang dekat dengan

bangunan dan tanaman yang diperkirakan dapat mengabsorbsi atau mengadsorbsi pencemar daerah yang terdapat pengganggu kimia yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Emisi kimiawi kendaraan bermotor dapat mengganggu pengukuran ozon) dan daerah yang terdapat pengganggu fisik yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Pengukuran total partikulat atau TSP dapat terganggu oleh adanya insinerator disekitar lokasi pengukuran)

Pada umumnya lokasi pengukuran (pengambilan sampel) dilakukan pada daerah yang mempunyai konsentrasi parameter tinggi daerah padat penduduk daerah yang diasumsikan menerima paparan pencemar dan daerah yang digunakan untuk memproyeksikan dampak kegiatan pembangunan

c) Pengambilan sampel sedimen c)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Wadah Plastik atau wadah lainnya untuk sedimen tanah atau lumpur Plastik dan botol

steril untuk makanan Peralatan Grab Sampler untuk pengambilan sludge pada daerah yang sulit danatau

dalam c)3 Aspek yang dipertimbangkan

Potensi dan sumber pencemaran Topografi Jenis vegetasi Perkiraan terjadinya pencemaran

c)4 Penentuan titik sampel Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang

cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel meliputi daerah yang tanahnya diperkirakan akan kontak dengan masyarakat daerah yang mewakili pencemaran tertentu berdasarkan karakteristik kegiatan di wilayah tersebut (tanah pada pertanian perkebunan pertambangan dll) dan daerah yang tanahnya diperkirakan dapat mengkontaminasi media lingkungan lainnya

d) Pengambilan sampel makanan d)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan d)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah Plastik atau wadah atau botol untuk makanan Untuk sampel makanan yang akan diperiksa parameter bakteriologisnya maka digunakan wadah steril

Peralatan sendok sendok steril pisau steril dan peralatanbahan yang mendukung pengambilan secara aseptis (Contoh Pembakar bunsen dengan spiritus)

d)3 Aspek yang dipertimbangkan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 16: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 14

dengan melakukan penelitian percobaan sendiri namun cukup dengan merujuk pada literature yang tersedia Langkah analisis dosis respon ini dimaksudkan untuk

a mengetahui jalur pajanan (pathways) dari suatu agen risiko masuk ke dalam tubuh manusia

b memahami perubahan gejala atau efek kesehatan yang terjadi akibat peningkatan konsentrasi atau dosis agen risiko yang masuk ke dalam tubuh

c mengetahui dosis referensi (RfD) atau konsentrasi referensi (RfC) atau slope factor (SF) dari agen risiko tersebut

Di dalam laporan kajian ARKL ataupun dokumen yang menggunakan ARKL sebagai cara metode kajian analisis dosis ndash respon perlu dibahas dan dicantumkan Analisis dosis ndash respon dipelajari dari berbagai toxicological reviews jurnal ilmiah atau artikel terkait lainnya yang merupakan hasil dari penelitian eksperimental Untuk memudahkan analisis dosis ndash respon dapat dipelajari pada situs wwwepagoviris Dosis Referensi (RfD) Konsentrasi Referensi (RfC) dan Slope Factor (SF) Uraian tentang dosis referensi (RfD) konsentrasi referensi (RfC) dan slope factor (SF) adalah sebagai berikut

a Dosis referensi dan konsentrasi yang selanjutnya disebut RfD dan RfC adalah nilai yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman pada efek non karsinogenik suatu agen risiko sedangkan SF (slope factor) adalah referensi untuk nilai yang aman pada efek karsinogenik

b Nilai RfD RfC dan SF merupakan hasil penelitian (experimental study) dari berbagai sumber baik yang dilakukan langsung pada obyek manusia maupun merupakan ekstrapolasi dari hewan percobaan ke manusia

c Untuk mengetahui RfC RfD dan SF suatu agen risiko dapat dilihat pada Integrated Risk Information System (IRIS) yang bisa diakses di situs wwwepagoviris

d Jika tidak ada RfD RfC dan SF maka nilai dapat diturunkan dari dosis eksperimental yang lain seperti NOAEL (No Observed Adverse Effect Level) LOAEL (Lowest Observed Adverse Effect Level) MRL (Minimum Risk Level) baku mutu udara ambien pada NAAQS (National Ambient Air Quality Standard) dengan catatan dosis eksperimental tersebut mencantumkan faktor antropometri yang jelas (Wb tE fE dan Dt)

Satuan dosis referensi (RfD) dinyatakan sebagai milligram (mg) zat per kilogram (Kg) berat badan per hari disingkat mgkghari Dalam literatur terkadang ditulis mgkgxhari mgkghari dan mgkg-hari Satuan konsentrasi referensi (RfC) dinyatakan sebagai milligram (mg) zat per meter kubik (M3) udara disingkat mgM3 Konsentrasi referensi ini dinormalisasikan menjadi satuan mgkghari dengan ara memasukkan laju inhalasi dan berat badan yang bersangkutan Untuk memudahkan dalam analisis dosis ndash respon pada tabel 7 dan 8 disajikan contoh RfD RfC dan SF

Tabel 7 Contoh RfD dan SF beberapa agen risiko atau spesi kimia jalur ingesti No Agent Dosis Respon

(RfD SF) Efek Kristis dan Referensi

1 As (Arsen) 3E-4 mgkgday 15E+0 (mgkgday)minus1

Hiperpigmentasi keratosis dan kemungkinan komplikasi vaskular pajanan oral (Tseng 1977 Tseng et al 1968)

2 Ba (Barium) 2E-1 mgkgday Nefropati dalam 2 tahun pemberian air minum kepada mencit (NTP 1994)

3 B (Boron) 2E-1 mgkgday Penurunan berat janin pada pajanan asam borat gestasi

4 Cd (Kadmium) 5E-4 mgkgday Proteinuria pajanan kronik manusia (USEPA

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 15

No Agent Dosis Respon (RfD SF)

Efek Kristis dan Referensi

5 Cl2 (Klorin) bebas 1E-1 mgkgday Pajanan kronik air minum tikus (NTP 1992) 6 Cr6+ (Kromium

Heksavalen) 3E-3 mgkgday Uji hayati air minum 1 tahun dengan tikus

(McKenzie et al 1958) dan pajanan air minum penduduk Jinzhou (Zhang and Li 1987)

7 CN- (Sianida) 2E-2 mgkgday Kehilangan berat efek tiroid dan degradasi myelin dalam uji hayati subkronik sampai kronik oral pada tikus (Philbrick et al 1979)

8 F- (Fluorida) 6E-2 mgkgday Flourisis gigi dan efek kosmetik dalam studi epidemio logi (Hodge 1950 cited in Underwood 1977)

9 Mn (Mangan) 1 4E- 1 mgkgday Hipokolesterolemia epilepsi kekurangan pankreas eksokrin sklerosis berganda katarak osteoporosis fenilketonuria amp penyakit kencing maple syrup (inborn) panotda ingesi kronik manusia (NRC 1989 Freeland- Graves et al 1987 WHO 1973)

10 Hg ndash MeHg (Merkuri - metal merkuri)

1E-4 mgkgday Kelainan neuropsikologis perkembangan dalam studi epidemilogi (Grandjean et al 1997 Budz-Jergensen et al 1999)

11 NO2- (Nitrit) 1E-1 mgkgday Methemoglobinemia pada bayi yang terpajan kronik air minum (Walton 1951)

12 Se (Selenium) 5E-3 mgkgday Selenosis dari studi epidemiologi (Yang et al 1989)

13 Zn (Seng) 3E-1 mgkgday Penurunan Cu eriytrosit dan aktifitas Zn superoksida dismutase pada relawan pria dan wanita (Yadrick et al 1989)

14 CHBr3 2E-2 mgkgday 79E-3 (mgkgday)minus1

Lesi hepatik uji hayati subkronik gavage oral pada tikus

15 CHCl3 1E-2 mgkgday Pembentukan greasety cyst sedangnyata pada hati dan peningkatan SGPT dalam uji hayati kronik pada anjing (Heywood et al 1979)

16 CHBr2Cl 2E-2 mgkgday 84E-2 (mgkgday)minus1

Lesi hepatik uji hayati subkronik gavage oral pada tikus (NTP 1989)

Disadur dari Rahman 2007

Tabel 8 Contoh RfC beberapa agen risiko atau spesi kimia jalur inhalasi No Agent Dosis Respon Efek Kristis dan Referensi RfC 1 NH3 286E-2 Kenaikan keparahan rinitis dan pneumonia

dengan lesi pernafasan pada uji hayati tikus subkronik (Broderson et al 1976)

2 H2S 57 1E-4 Lesi nasal lendir olfaktori pada uji hayati tikus subkronik (Brenneman et al 2000)

3 Pb 493E-4 Perubahan tingkat enzim dan perkembangan neurobehavioral anak-anak (IRIS 2006)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 16

1E-4 mgkg-day

(00001

mgkg-day)

No Agent Dosis Respon Efek Kristis dan Referensi 4 NO2 2E-2 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) 5 SO2 26E-2 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) 6 TSP 242 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) Disadur dari Rahman 2007 Mengingat pemutakhiran (update) RfD RfC dan SF berlangsung sangat cepat RfD RfC dan SF yang tercantum pada tabel di atas tidak bisa selamanya dijadikan acuan RfD RfC dan SF dari agen risiko yang lain serta update dari RfD RfC dan SF pada tabel di atas dapat dilihat dengan mengakses wwwepagoviris Tahapan dalam mengakses situs tersebut dapat dilihat pada lampiran 5 Tampilan evaluasi dosis - respon yang terdapat pada toxicological review pada situs tersebut dapat dilihat pada contoh berikut Contoh evaluasi dosis ndash respon (1) Methylmercury (MeHg) CASRN 22967-92-6 IA1 Oral RfD Summary Critical Effect Experimental Doses UF MF RfD

Developmental neuropsychological impairment Human epidemiological studies (Grandjean et al 1997 Budtz-Joslashrgensen et al 1999a)

Benchmark Dose BMDL05 range of 46-79 ppb in maternal blood for different neuropsychological effects in the offspring at 7 years of age corresponding to a range of maternal daily intakes of 0857-1472 microgkg-day

10 1

Conversion Factors and Assumptions mdashMaternal daily dietary intake levels were used as the dose surrogate for the observed developmental effects in the children exposed in utero The daily dietary intake levels were calculated from blood concentrations measured in the mothers with supporting additional values based on their hair concentrations This conversion is explained in the text below A benchmark dose approach (BMD) was used rather than a no-observed-adverse-effect levellowest-observed-adverse-effect level (NOAELLOAEL) approach to analyze the neurological effects in children as the response variable This analysis is also explained in the text below This assessment updates the 1995 RfD assessment on IRIS and is the same as the RfD that was based on the study of a poisoning episode in Iraq in which developmental neurotoxicity was observed following ingestion of methylmercury-treated grain (Marsh et al1987)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 17

mdash 15E+0 per (mgkg)day

Contoh evaluasi dosis - respon (2) Arsenic inorganic (CASRN 7440-38-2) IIB Quantitative Estimate of Carcinogenic Risk from Oral Exposure IIB1 Summary of Risk Estimates Oral Slope Factor Drinking Water Unit Risk mdash 5E-5 per (ugL) Extrapolation Method mdash Time- and dose-related formulation of the multistage model (US EPA 1988) Drinking Water Concentrations at Specified Risk Levels

Risk Level Concentration E-4 (1 in 10000) 2E+0 ugL E-5 (1 in 100000) 2E-1 ugL E-6 (1 in 1000000) 2E-2 ugL

Langkah 3 Analisis pajanan (exposure assessment) Setelah melakukan langkah 1 dan 2 selanjutnya dilakukan Analisis pemajanan yaitu dengan mengukur atau menghitung intake asupan dari agen risiko Untuk menghitung intake digunakan persamaan atau rumus yang berbeda Data yang digunakan untuk melakukan perhitungan dapat berupa data primer (hasil pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan sendiri) atau data sekunder (pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan oleh pihak lain yang dipercaya seperti BLH Dinas Kesehatan LSM dll) dan asumsi yang didasarkan pertimbangan yang logis atau menggunakan nilai default yang tersedia Rumus perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut Perhitungan intake non karsinogenik (INK) 1 Intake pada jalur pemajanan inhalasi (terhirup)

ܫ = ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphelliphelliphellipRumus 1

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ink (Intake)

Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada media udara (udara ambien)

mgm3 Tidak ada nilai default

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 18

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default R (Rate) Laju inhalasi atau

banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya

m3jam Dewasa 083 m3jam Anak ndash anak (6 ndash 12 tahun) 05 m3jam

tE (time of exposure) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap harinya

Jamhari - Pajanan pada pemukiman 24 jamhari - Pajanan pada lingkungan kerja 8 jamhari - Pajanan pada sekolah dasar 6 jamhari

fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasikelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(nk) (time average) Periode waktu rata ndash rata

Hari 30 tahun x 365 haritahun = 10950 hari

2 Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphelliphelliphellipRumus 2

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ink (Intake) Jumlah konsentrasi agen

risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari

Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada air bersihminum atau pada makanan

- mgl (air) mgkg (makanan)

Tidak ada nilai default

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 19

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default R (Rate) Laju konsumsi atau

banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya

- Liter hari (air) - Gram hari (makanan)

Air Minum - Dewasa (pemukiman) 2 literhari - Anak ndash anak (pemukiman) 1 literhari - Dewasa (lingkungan kerja) 1 literhari Makanan - Buah ndash buahan 42 gramhari - Sayuran 80 gramhari fE (frecuency of

exposure) Lamanya atau jumlah hari

terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(nk) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogen

Hari 30 tahun x 365 haritahun = 10950 hari

Perhitungan intake karsinogenik (IK) 1 Intake pada jalur pemajanan inhalasi (terhirup)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphellipRumus 3

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ik (Intake) Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada media udara (udara ambien)

mgm3 Tidak ada nilai default

R (Rate) Laju inhalasi atau banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya

m3jam Dewasa 083 m3jam Anak ndash anak (6 ndash 12 tahun) 05 m3jam

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 20

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default tE (time of exposure) Lamanya atau jumlah jam

terjadinya pajanan setiap harinya

Jamhari - Pajanan pada pemukiman 24 jamhari - Pajanan pada lingkungan kerja 8 jamhari - Pajanan pada sekolah dasar 6 jamhari

fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

2 Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ಲೇಸ

helliphelliphellipRumus 4

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ik (Intake) Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada air bersih minum atau pada makanan

- mgl (air) - mgkg (makanan)

Tidak ada nilai default

R (Rate) Laju konsumsi atau banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya

- literhari (air) - gramhari (makanan)

Air Minum - Dewasa (pemukiman) 2 literhari - Anak ndash anak (pemukiman) 1 literhari - Dewasa (lingkungan kerja) 1 literhari Makanan - Buah ndash buahan 42 gramhari - Sayuran 80 gramhari - Ikan tangkapan 54 gramhari

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 21

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok Populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

Analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL Hal ndash hal yang perlu diketahui dan dicermati dalam melakukan analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL adalah sebagai berikut Pada lsquodesktoprsquo ARKL tidak perlu dilakukan pengumpulan data Data yang menjadi dasar perhitungan intake menggunakan data sekunder dan asumsi Terkait dengan variabel konsentrasi pelu diperhatikan hal sebagai berikut Data sekunder umumnya dibutuhkan untuk mengetahui konsentrasi agen risiko pada media

lingkungan yang mana merupakan hasil pengukuran yang pernah dilakukan oleh pihak lain pada media lingkungan wilayah dan waktu yang sama

Ada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL dalam rangkaian studi AMDAL (kajian ANDAL dan RKL - RPL untuk aspek kesehatan masyarakat) suatu kegiatan sumber data konsentrasi dapat merupakan proyeksi perubahan rona lingkungan yang telah dikaji pada aspek yang lain mis proyeksi konsentrasi agen risiko di udara ambien pada tahap operasional kegiatan atau proyeksi konsentrasi agen risiko di air bersih pada tahap operasional kegiatan

Terkait dengan variabel perhitungan yang lain (R tE fE Dt Wb dan tAVG) asumsi didasarkan pada logika yang rasional atau nilai default yang sudah tersedia Adapun nilai default untuk berbagai variabel pada lsquodesktoprsquo ARKL dapat dilihat pada tabel 9 berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 22

Tabel 9 Nilai default dari faktor pajanan (Rahman 2007) Tataguna lahan

Jalur pajanan Asupan harian Frekuensi pajanan (haritahun)

Durasi pajanan (tahun)

Berat badan (kg)

Residensial Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

12 m3 (anak) raquo 05 350 6 15 Industri amp komersial

Air minum 1 L 250 25 70 55 b

Pertanian Tanaman perkarangan

42 g (buah - buahan)

350 30 70 55 b

80 g (sayur - mayur)

350 30 70 55 b

Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

Rekreasi Ikan tangkapan 54 g 350 30 70 55 b Disadur dari Rahman 2007 seluruhnya berasal dari Exposure Factor Handbook (EPA 1990) kecuali bNukman et al (2005) 324 Langkah 4 Karakterisasi risiko (risk characterization) Langkah ARKL yang terakhir adalah karakterisasi risiko yang dilakukan untuk menetapkan tingkat risiko atau dengan kata lain menentukan apakah agen risiko pada konsentrasi tertentu yang dianalisis pada ARKL berisiko menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat (dengan karakteristik seperti berat badan laju inhalasikonsumsi waktu frekuensi durasi pajanan yang tertentu) atau tidak Karakteristik risiko dilakukan dengan membandingkan membagi intake dengan dosis konsentrasi agen risiko tersebut Variabel yang digunakan untuk menghitung tingkat risiko adalah intake (yang didapatkan dari analisis pemajanan) dan dosis referensi (RfD) konsentrasi referensi (RfC) yang didapat dari literatur yang ada (dapat diakses di situs wwwepagoviris) 1 Karakterisasi risiko pada efek non karsinogenik Perhitungan tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko untuk efek non karsinogenik dinyatakan dalam notasi Risk Quotien (RQ) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek non karsinogenik dilakukan perhitungan dengan membandingkan membagi intake dengan RfC atau RfD Rumus untuk menentukan RQ adalah sebagai berikut ூ

ோ helliphelliphelliphellipRumus 5

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur inhalasi (terhirup) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 1 RfC (reference concentration) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan inhalasi

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 23

ூோ

helliphelliphelliphelliphellipRumus 6

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur ingesti (tertelan) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 2 RfD (reference dose) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan ingesti

Didapat Interpretasi tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko yang diperoleh pada ARKL merupakan konsumsi pakar ataupun praktisi sehingga perlu disederhanakan atau dipilihkan bahasa yang lebih sederhana agar dapat diterima oleh khalayak atau publik Tingkat risiko dinyatakan dalam angka atau bilangan desimal tanpa satuan Tingkat risiko dikatakan AMAN bilamana intake le RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ le 1 Tingkat risiko dikatakan TIDAK AMAN bilamana intake gt RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ gt 1 Narasi yang digunakan dalam penyederhanaan interpretasi risiko agar dapat diterima oleh khalayak atau publik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll Contoh Tingkat risiko RQ untuk pajanan Pb (inhalasi) sebesar 000008 microgm3 pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan rata - rata 55 kg dan telah terpajan 350 haritahun selama 20 tahun diketahui sebesar 0098 maka Interpretasi risiko Pajanan Pb sebesar 000008 microgm3 secara inhalasi pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan 55 Kg masih aman untuk frekuensi pajanan 350 haritahun hingga 20 tahun mendatang Perhitungan tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko untuk efek karsinogenik dinyatakan dalam notasi Excess Cancer Risk (ECR) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek karsinogenik dilakukan perhitungan dengan mengkali intake dengan SF Rumus untuk menentukan ECR adalah sebagai berikut

ܥܧ = Rumus 7helliphelliphelliphellip ܨ ݔ ܫKeterangan Digunakan untuk menghitung tingkat risiko pada agen risiko dengan efek karsinogenik I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 3 atau rumus SF (slope factor) Nilai referensi agen risiko dengan efek karsinogenik

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 24

Interpretasi tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko dinyatakan dalam bilangan exponen tanpa satuan (cth 13E-4) Tingkat risiko dikatakan acceptable atau aman bilamana ECR le E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR le 110000 Tingkat risiko dikatakan unacceptable atau tidak aman bilamana ECR gt E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR gt 110000 Contoh ECR = 13E-5 (13 x 10-5) dapat diinterpretasikan sebagai berikut ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Narasi yang digunakan dalam risiko karsinogenik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoacceptablersquo atau lsquounacceptablersquo (lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo) - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll - Risiko kanker [ mis ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Contoh Tingkat risiko ECR untuk pajanan benzene (inhalasi) sebesar 03 microgm3 pada pekerja depo penampungan BBM di Jakarta dengan berat badan rata - rata 60 kg dan telah terpajan 250 haritahun selama 10 tahun diketahui sebesar 456E-4

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 1

MODUL II MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Manajemen Risiko Kesehatan Lingkungan

Manajemen risiko adalah proses mengidentifikasi evaluasi penyeleksian dan melakukan

upaya untuk mengurangi risiko terhadap ekosistem dan kesehatan manusia (Omenn GS et al 1997) Setelah melakukan keempat langkah ARKL di atas maka telah dapt diketahui apakah suatu agen risiko amandapat diterima atau tidak Manajemen risiko bukan termasuk langkah ARKL melainkan tindak lanjut yang harus dilakukan bilamana hasil karakterisasi risiko menunjukkan tingkat risiko yang tidak aman ataupun unacceptable Dalam melakukan manajemen risiko perlu dibedakan antara strategi manajemen risiko dengan cara manajemen risiko Strategi manajemen risiko meliputi penentuan batas aman yaitu

1 Konsentrasi agen risiko (C) danatau 2 Jumlah konsumsi (R) danatau 3 Waktu pajanan (tE) danatau

4 Frekuensi pajanan (fE) danatau

5 Durasi pajanan (Dt)

Setelah batas aman ditentukan selanjutnya perlu dilakukan penapisan alternatif terhadap batas aman yang mana yang akan dijadikan sebagai target atau sasaran pencapaian dalam pengelolaan risiko Batas aman yang dipilih adalah batas aman yang lebih rasional dan realistis untuk dicapai

Adapun cara manajemen risiko adalah cara atau metode yang akan digunakan untuk

mencapai batas aman tersebut Cara manajemen risiko meliputi beberapa pendekatan yaitu pendekatan teknologi pendekatan sosial - ekonomis dan pendekatan institusional penjelasan lebih lanjut langkah ndash langkah dalam manajemen risiko akan dijelaskan pada sub bahasan selanjutnya

Materi Sub Bahasan Strategi manajemen risiko

1 Penentuan batas aman Batas aman disini adalah batas atau nilai terendah yang menyebabkan tingkat risiko

menjadi tidak aman (tidak dapat diterima) Oleh karenannya nilai yang aman adalah nilai di bawah batas amannya sedangkan nilai yang sama dengan batas aman tersebut akan menyebabkan tingkat risiko menjadi tidak aman Sebagai contoh jika hasil

perhitungan menunjukkan konsentrasi aman adalah 4499 microgm3 maka nilai konsentrasi

yang benar ndash benar aman adalah di bawah 4499 microgm3 (lt4499 microgm3) 4498 microgm3

a) Penentuan konsentrasi aman (C) Dalam penentuan konsentrasi aman semua variabel dan nilai yang digunakan

sama dengan variabel dan nilai pada perhitungan intake Akan tetapi nilai intake yang digunakan adalah RfD atau RfC agen risikonya

Sedangkan konsentrasi aman pada intake karsinogenik perhitungan didasarkan

pada nilai acceptable sebesar 10-4 dibagi nilai SF nya Selain itu variabel tavg disesuaikan dengan perhitungan karsinogenik yaitu (70 haritahun x 365 hari) Untuk menghitung konsentrasi aman digunakan rumus sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 2

Konsentrasi aman non karsinogenik Konsentrasi aman non karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 8

Konsentrasi aman non karsinogenik (ingestii)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ಶ ௫

Rumus 9

Konsentrasi aman karsinogenik Konsentrasi aman karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 10

Konsentrasi aman karsinogenik (ingesti)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 11

Keterangan

Notasi Arti Notasi C(aman) (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada udara ambien atau pada

air bersihminum atau pada makanan yang aman

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 3

Notasi Arti Notasi R (Rate) Laju asupan

Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

Volume air minum yang masuk tubuh (liter) setiap harinya

Volume makanan yang masuk tubuh (gram) setiap harinya

tE atau time of exposure (rumus 8)

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode

b) Penentuan jumlah konsumsi aman (R)

Laju asupan yang dapat dikelola hanyalah pada pada pajanan melalui makanan dan air minum (ingesti) karena masih banyak substitusi untuk setiap jenis makanan ataupun air minum Untuk pajanan melalui udara (inhalasi) pembatasan laju inhalasi hampir tidak mungkin dilakukan Untuk menghitung jumlah konsumsi aman digunakan rumus sebagai berikut Laju konsumsi aman non karsinogenik (ingesti)

() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ಶ ௫

Rumus 12

Laju konsumsi aman karsinogenik (ingesti)

() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ಶ ௫

Rumus 13

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 4

Keterangan Notasi Arti Notasi

R(aman) Laju konsumsi atau banyaknya volume makanan (gram) atau volume air (liter) yang masuk tubuh setiap harinya yang aman

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

c) Penentuan waktu pajanan aman (tE) Waktu pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan

kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan waktu pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah jam terpapar setiap harinya oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung waktu pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Waktu pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 14

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 5

Waktu pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 15

Keterangan

Notasi Arti Notasi t(aman) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap

harinya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

d) Penentuan frekuensi pajanan aman (fE)

Frekuensi pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan frekuensi pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah hari terpapar dalam satu tahun oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung frekuensi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Frekuensi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 16

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 6

Frekuensi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 17

Keterangan

Notasi Arti Notasi fE(aman) (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan

setiap tahunnya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

e) Penentuan durasi pajanan aman (Dt) Durasi pajanan aman dikelola pada pemajanan inhalasi pada lingkungan

yang permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan durasi pajanan dilakukan dengan membatasi lamanya tinggal (tahun) masyarakat pada suatu pemukiman dengan cara melakukan lsquorelokasirsquo pemukiman pada saat telah melewati batas durasi amannya Penerapan strategi durasi pajanan aman untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) kurang tepat karena pada pemajanan ingesti manajemen risiko cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung durasi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Durasi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 18

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 7

Durasi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 19

Keterangan

Notasi Arti Notasi Dt (aman) (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan yang

aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

tE atau time of exposure

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

2 Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko Penapisan alternatif manajemen risiko harus didasarkan pada pertimbangan logis

dan turut mempertimbangkan berbagai faktor termasuk cara pengelolaan risikonya Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini

Tabel 10 Alternatif manajemen risiko dan penggunaannya Alternatif Pengelolaan

Risiko Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Penurunan konsentrasi hingga ke batas aman (konsentrasi aman)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 8

Alternatif Pengelolaan Risiko

Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Pengurangan konsumsi hingga ke batas aman (jumlah konsumsi aman)

Pembatasan waktu pajanan hingga ke batas aman (waktui pajanan aman)

Pembatasan frekuensi pajanan hingga ke batas aman (frekuensi pajanan aman)

Pembatasan durasi pajanan hingga ke batas aman (durasi pajanan aman)

Materi Sub Bahasan Cara manajemen risiko

Manajemen risiko selain membutuhkan strategi yang tepat juga harus dilakukan dengan

cara atau metode yang tepat Dalam aplikasinya cara manajemen risiko dapat dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu 1) Pendekatan teknologi

Manajemen risiko menggunakan teknologi yang tersedia meliputi penggunaan alat bahan dan metode serta teknik tertentu Contoh manajemen risiko dengan pendekatan teknologi antara lain penerapan penggunaan IPAL pengolahan penyaringan air modifikasi cerobong asap penanaman tanaman penyerap polutan dll

2) Pendekatan sosial - ekonomis

Manajemen risiko menggunakan pendekatan sosial - ekonomis meliputi pelibat-sertaan pihak lain efisiensi proses substitusi dan penerapan sistem kompensasi Contoh manajemen risiko dengan pendekatan sosial ndash ekonomis antara lain 3R (reduce reuse dan recycle) limbah pemberdayaan masyarakat yang berisiko pemberian kompensasi pada masyarakat yang terkena dampak permohonan bantuan pemerintah akibat keterbatasan pemrakarsa (pihak yang bertanggung jawab mengelola risiko) dll

3) Pendekatan institusional

Manajemen risiko dengan menempuh jalur dan mekanisme kelembagaan dengan cara melakukan kerjasama dengan pihak lain Contoh manajemen risiko dengan pendekatan institusional antara lain kerjasama dalam pengolahan limbah B3 mendukung pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah menyampaikan laporan kepada instansi yang berwenang dll

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 1

MODUL III SURVEILANS FAKTOR RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans oleh World Health Organization (WHO) didefinisikan sebagai kegiatan

berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data kesehatan masyarakat yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat Surveilans yang dilakukan diharapkan dapat Menjadi sistem kewaspadaan dini terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat di masa yang

akan datang Mendokumentasikan dampak dari suatu intervensi atau jejak dari kemajuan program dalam

mencapai tujuan tertentu dan Memonitor dan mengklarifikasi masalah kesehatan secara epidemiologi guna menetapkan

priritas dan menginformasikan kebijakan dan strategi kesehatan ke publik

Faktor risiko dalam dunia kesehatan dan epidemiologi biasa didefinisikan sebagai faktor-faktor atau kondisi yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit Faktor risiko tersebut umumnya dapat dikatagorikan menjadi beberapa jenis yaitu faktor risiko genetis faktor risiko perilaku dan faktor risiko lingkungan

Dari kedua definisi di atas maka surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah kegiatan berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor-faktor atau kondisi lingkungan yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan lingkungan Untuk itu ada beberapa hal yang menjadi kata kunci dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yaitu sistematis dan berkesinambungan pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor lingkungan yang dapat menyebabkan sakit dan upaya kesehatan lingkungan

Materi Sub Bahasan Konsep dan Penerapan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Penyakit dan masalah kesehatan masyarakat erat terhubung dengan faktor atau kondisi

lingkungan Oleh karenanya secara naluriah setiap manusia menginginkan lingkungan yang sehat dan nyaman sebagai tempat tinggalnya yang juga kondusif terhadap kondisi kesehatannya Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang salah satunya ditempuh melalui kegiatan penyehatan lingkungan (kesehatan lingkungan) Dalam rangka mewujudkan kondisi lingkungan sesuai dengan yang diharapkan upaya yang dilakukan haruslah tepat guna tepat sasaran sistematis dan terencana dengan baik serta berbasis bukti (evidence based) Sehingga perumusan upaya kesehatan lingkungan yang akan diterapkan harus didukung dengan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yang baik

Filosofi dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah melakukan pengamatan dan pengawasan terus-menerus terhadap kondisi lingkungan yang diperkirakan dapat menyebabkan penyakit pada manusia Hasil dari kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah berupa informasi mengenai apakah faktor atau kondisi lingkungan tertentu yang diamati berisiko menimbulkan kesakitan dan rekomendasi upaya tidak lanjut yang dibutuhkan untuk mengendalikannya Konsep dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dipahami dari gambar 6

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 2

(sumber Mullan N et al 2008)

Gambar 6 Konsep Surveilans Awal dan Lanjutan dalam Kesehatan Lingkungan

Konsep di atas diadaptasi dari versi model surveilans kesehatan yang diterapkan di Kanada

Dalam prakteknya surveilans kesehatan lingkungan dilakukan dalam dua tahapan dimana pengumpulan data hingga desiminasi diklasifikasikan sebagai surveilans awal dan sintesa pengetahuan dan proses perumusan kebijakan yang merupakan input dari stakeholder dan peneliti sebagai surveilans lanjutan Surveilans awal dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data rutin (menggunakan form yang telah dibakukan pada masing-masing Negara) sedangkan analisis dan interpretasi dari basis data yang umumnya digunakan untuk tujuan monitoring ataupun pembuatan regulasi Selanjutnya surveilans lanjutan dirumuskan dari hasil surveilans awal dikombinasikan dengan masukan dari para peneliti dan stakeholder yang concern (peduli) terhadap masalah kesehatan lingkungan guna memberikan pemahaman pengertian yang baik terhadap isu yang berkembang serta dapat dirumuskan keputusan upaya tindak lanjut yang tepat untuk merespon isu tersebut

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bukan merupakan hal yang baru Konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan telah dilaksanakan sejak lama oleh sektor kesehatan mulai dari unit yang paling bawah seperti puskesmas hingga tingkat kementerian Namun sedikit perbedaan dalam istilah dan nama yang digunakan membuat konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan terkesan suatu terobosan baru Di unit puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten kota pelaksanaan kegiatan ini identik dengan kegiatan inspeksi sanitasi Inspeksi sanitasi yang dilakukan di puskesmas maupun dinas kesehatan dilakukan pada obyek kesehatan lingkungan secara periodik (time series) dengan fokus pada faktor risiko kesehatan lingkungan pada obyek tersebut Sebagai contoh inspeksi sanitasi depot air minum dilakukan oleh puskesmas atau dinas kesehatan kabupaten kota secara rutin (minimal setahun sekali) dengan melakukan observasi kesehatan lingkungan wawancara terkait perilaku dalam penanganan depot air minum dan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 3

pemeriksaan laboratorium kualitas air baku (air bersih) dan air olahan (air minum) Data hasil inspeksi sanitasi pada satu lokasi depot air minum yang sama dalam beberapa periode inspeksi merupakan basis data (database) yang dapat diinterpretasi dianalisis baik secara tunggal (hanya data satu depot tersebut) ataupun bersamaan dengan data inspeksi depot air minum yang lain dan didesiminasikan Selanjutnya hasil desiminasi tersebut dapat ditindaklanjuti dengan melakukan upaya diantaranya pembinaan pelatihan dan lain sebagainya

Materi Sub Bahasan Desain dan Metodologi Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan merupakan suatu studi yang dapat dilakukan dengan desain cross sectional kasus kontrol ataupun kohort Sebagai suatu studi yang masuk ke dalam ranah epidemiologi kesehatan lingkungan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan selain melihat kecenderungan data juga digunakan untuk melihat adanya hubungan antara pajanan lingkungan dan dampak kesehatan (penyakit) Oleh karenanya dalam surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan diperlukan data-data sebagai berikut

1 Data geografis wilayah dilakukan dengan menggunakan GPS untuk penentuan koordinat lokasi dilakukan pengambilan sampel pengumpulan data

2 Data faktor risiko lingkungan meliputi data kualitas lingkungan (pengambilan dan pemeriksaan sampel) data kondisi lingkungan sanitasi yang dikumpulkan melalui observasi (pengisian cek lis) dan wawancara Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dbutuhkan data kualitas udara dalam ruang yang dilakukan dengan pengukuran dan data berkaitan dengan jenis lantai ventilasi bahan bakar memasak dan lain sebagainya

3 Data faktor risiko lingkungan meliputi data perilaku sampel (responden) yang juga merupakan faktor risiko dari penyakit berbasis lingkungan yang menjadi perhatian Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA selain data kualitas udara dalam ruang dan ventilasi perlu dikumpulkan data terkait dengan kebiasaan membuka jendela

4 Data pajanan meliputi data lama tinggal pola aktivitas pekerjaan data konsumsi makanan dan air dan lain sebagainya Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dibutuhkan data lama tinggal dan rata-rata lama berada di dalam rumah

Sebagai suatu studi surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dilakukan dengan desain

tertentu yang disesuaikan dengan tujuan permasalahan yang akan dikaji dan faktor-faktor lainnya Sebagaimana dijelaskan di atas surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional kasus kontrol dan kohort Penggunaan desain studi pada surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seperti pada tabel 11

Tabel 11 Perbandingan Desain Studi

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort Desain pemilihan sampel (sampling)

Random Bisa juga dipisah fixed disease sampling atau fixed exposure sampling

Sampel terpisah untuk kasus (sakit) dan kontrol (tidak sakit)

Sampel terpisah untuk terpajan dan tidak terpajan

Waktu periode pelaksanaan (arah pengusutan)

Satu titik waktu atau sesaat (non directional)

Retrospektif Prospektif Followup selama periode waktu tertentu

Kausalitas Hanya menjelaskan Kausalitas awal Kausalitas dengan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 4

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort hubungan antara faktor risiko kesehatan lingkungan dengan penyakit (namun bukan bersifat kausalitas)

bukti sekuensi temporal

Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai pengganti risiko

Odds sebagai pengganti risiko

Insidensi (R Risiko) Insidence rate

Perbandingan risiko Prevalence Ratio (PR) Odds Ratio (OR) Risiko Relatif (RR)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan lebih tepat menggunakan desain cross sectional dikarenakan dalam pemilihan sampling dilakukan secara random dan pengumpulan data lingkungan dan penyakit dilakukan pada satu waktu Output dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dengan desain cross sectional adalah hubungan (bukan kausalitas) antara faktor lingkungan dan penyakit Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bisa dilakukan dengan desain kasus kontrol bilamana titik tolak studi (pengusutan) dimulai dari adanya penyakit dan sampel dikelompokkan menjadi kasus (sampel yang menderita penyakit) dan kontrol (sehat) dan data faktor lingkungan sebelum kasus sakit tersedia Selain itu surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat menggunakan desain studi kohort (prospektif) dengan memantau secara terus menerus (hingga periode tertentu) kualitas lingkungan dan faktor lingkungan lainnya bersamaan dengan penyakitnya

Materi Sub Bahasan Tahapan Kegiatan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Tahapan kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seyogyanya terdiri dari survey pendahuluan dan pengumpulan data awal penyusunan instrumen survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pengolahan dan analisis data dan diseminasi Tahapan kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut

1 Survey pendahuluan dan pengumpulan data awal pengumpulan data awal dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal pada lokasi meliputi background data yang telah tersedia atau data lainnya yang berhubungan Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data sekunder dan juga perlu ditentukan lokasi yang akan menjadi titik pengambilan sampel

2 Penyusunan instrumen berdasarkan data awal yang dikumpulkan disusun instrumen untuk survey pengambilan dan pemeriksaan sampel Instrumen disusun berbentuk cek lis danatau kuisioner Untuk mendapatkan data sesuai yang diharapkan instrumen yang telah dibuat sebaiknya diuji coba terlebih dahulu

3 Survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data primer dan pengumpulan data menggunakan instrumen yang digunakan

4 Pengolahan dan analisis data data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis yang dapat dilakukan secara manual ataupun alat bantu lainnya (mis software pengolah data) Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data informasi disajikan dalam bentuk tabel grafik gambar dan peta yang terangkum dalam laporan

5 Diseminasi dimaksudkan untuk menyebarluaskan informasi dan temuan lapangan kepada para stakeholder

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 1

MODUL IV ANALISIS KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Prinsip Dasar Analisis Kualitas Kesehatan Lingkungan

Analisis adalah kajian atau penelitian yang dititikberatkan pada variabel tertentu untuk mengetahui keadaan atau kondisi sebenarnya termasuk juga yang berkaitan dengan sebab musabab terjadinya kondisi tersebut Dengan demikian analisis kualitas lingkungan merupakan suatu kegiatan yang menggunakan cara atau metode ilmiah guna mengetahui seperti apa kondisi atau kualitas kesehatan lingkungan pada suatu tempat waktu yang melibatkan juga masyarakat di tempat tersebut Umumnya analisis kualitas kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk kegiatan pengambilan dan pemeriksaan sampel pengawasan kualitas kesehatan lingkungan melalui kegiatan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi serta interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Analisis kualitas kesehatan lingkungan merupakan kegiatan yang harus mampu dilakukan oleh seorang pejabat kesehatan lingkungan ataupun fungsional sanitarian Perlunya dilakukan analisis ini adalah untuk menjadi bahan masukan ataupun dasar untuk melakukan manajemen risiko kesehatan lingkungan Implementasi dari manajemen risiko kesehatan lingkungan ini bisa dalam bentuk intervensi (pendekatan) teknologi pendekatan sosial melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat secara aktif dan melalui kerjasama jejaring kemitraan antar pihak yang berkepentingan (stakeholder)

Materi analisis kualitas kesehatan lingkungan dalam modul ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan juga keterampilan bagi peserta dalam menilai prosedur pengambilan dan pemeriksaan sampel serta interpretasi hasil pemeriksaan sampel yang dilakukan dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan Materi dalam modul ini bukan dimaksudkan agar peserta mampu melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel kesehatan lingkungan sendiri tanpa berkerjasama dengan laboratorium Materi Sub Bahasan Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Kesehatan Lingkungan

Pengambilan sampel kesehatan lingkungan hakikatnya dilakukan untuk memotret atau

menjadi acuan untuk menduga kualitas kesehatan lingkungan pada suatu media di suatu wilayah Secara garis besar pengambilan sampel bertujuan untuk mengumpulkan data rona awal kesehatan lingkungan dan memantau kondisi kesehatan lingkungan Dalam hal memantau kesehatan lingkungan pengambilan sampel dilakukan untuk menentukan status kualitas kesehatan lingkungan menentukan kebijakan kesehatan lingkungan menegakkan hukum kesehatan dan lingkungan dan melakukan penelitian kesehatan lingkungan

Kualitas kesehatan lingkungan merupakan hal yang kompleks dan begitu dinamis karena dipengaruhi begitu banyak variabelfaktor Untuk itu pengambilan sampel l kesehatan ingkungan yang bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan harus dilakukan dengan cermat tepat serta butuh perencanaan dan pengorganisasian yang baik Untuk menjamin pengambilan sampel dapat menjamin keterwakilan kualitas kesehatan lingkungan perlu diperhatikan beberapa aspek yaitu lokasi dan titik pengambilan sampel parameter kualitas lingkungan yang akan dipilih serta ukuran jumlah dan volume sampel yang akan diambil Perencanaan Pengambilan Sampel

Seperti halnya kegiatan dan program pengambilan sampel sesuai dengan yang diharapkan perlu direncanakan dengan baik Perencanaan pengambilan sampel ini bertujuan untuk memastikan dan menegaskan kembali tujuan pengambilan sampel kesehatan lingkungan memutuskan cara-cara

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 2

mencapai tujuan mengetahui secara tepat hal-hal yang perlu dilakukan pada saat pengambilan sampel menyiapkan sumber daya yang diperlukan dan menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pengambilan sampel Jelasnya unsur-unsur perencanaan pengambilan sampel meliputi

a) Tujuan pengambilan sampel harus dipastikan apakah dalam rangka pengumpulan data rona kesehatan lingkungan awal atau dalam rangka memantau kesehatan lingkungan

b) Merencanakan biaya pengambilan sampel dengan mempertimbangkan empat hal yaitu aksesibilitas lokasi dan titik pengambilan sampel jumlah jenis dan kompleksitas sampel frekuensi pengambilan sampel serta penjaminan dan pengendalian mutu di lapangan Selain empat hal yang perlu dipertimbangkan tersebut perlu diketahui komponen pembiayaan dalam pengambilan sampel yaitu depresiasi (penyusutan) nilai peralatan kalibrasi peralatan pemakaian bahan pengawet secara kimia danatau fisika penggunaan bahan habis pakai penggunaan wadah sampel transportasi ke lokasi pengambilan sampel akomodasi (bila perlu) honor pengambil sampel (lumpsum atau per diem) dan penyusunan laporan pengambilan sampel

c) Administrasi berkaitan dengan pengambilan sampel yang meliputi penyiapan surat tugas surat pemberitahuan perizinan brevet ataupun lencana kewenangan pencatatan pendokumentasian dan hal-hal pendukung lainnya

d) Perlu jaminan pengambil sampel pada saat pengambilan sampel merupakan personel yang kompeten danatau berwenang dengan kualifikasi (kompetensi) latar belakang pendidikan yang sesuai pengalaman di bidangnya terampil dan diakui ataupun tersertifikasi

e) Penentuan parameter pengujian terhadap sampel yang diambil sesuai dengan tujuan pengambilan sampel turut mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait serta disesuaikan dengan parameter indikatif suatu kegiatan atau wilayah tertentu Mis parameter indikatif pada industri Pulp dan kertas adalah pH BOD COD dan TSS sedangkan pada wilayah pertambangan emas parameter yang diambil adalah air raksa (Hg) dan sianida (CN-)

f) Penentuan media lingkungan yang akan dilakukan pengambilan sampel g) Merencanakan tipe sampel yang akan diambil apakah sampel sesaat (grab sample) sampel

gabungan (composite sample) sampel terpadu (integrated sample) atau sampel kontinyu (continous sample)

h) Peralatan pengambilan sampel harus direncanakan dengan baik Peralatan pengambilan sampel terdiri dari peralatan pengambil sampel (utama) peralatan pendukung dan peralatan K3 atau APD Peralatan pengambil sampel adalah peralatan yang fungsinya untuk mengambil sampel lingkungan dengan parameter yang direncanakan seperti HVAS (High Volume Air Sampler) LVS (Low Volume Sampler) MAS (Microbiology Air Sampler) dll Alat pendukung adalah alat yang fungsinya mendukung pengambilan sampel seperti peralatan pengukur parameter lapangan (pH meter termometer barometer kecepatan angin hygrometer dll) dokumen terkait (surat tugas surat izin dll) alat tulis untuk perekaman proses pengambilan sampel penunjuk arah (kompas) dan penunjuk lokasi (GPS) dll APD yang digunakan dalam pengambilan sampel meliputi sarung tangan masker helm ear plugmuff P3K dll

i) Perencanaan terhadap wadah sampel yang akan digunakan untuk pengamanan dan transpor sampel harus disesuaikan dengan karakteristik dan interaksi parameter sampel yang akan diuji dengan sifat bahan wadah Sebagai contoh pengambilan sampel DOBOD harus menggunakan botol BOD khusus yang menggunakan tutup asah sedangkan untuk sampel mikrobiologi digunakan wadah steril

j) Pengawetan sampel dilakukan sesuai dengan karakteristik parameter yang akan diuji pada sampel mis pengawetan sampel untuk parameter golongan logam pada air menggunakan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 3

asam nitrat pekat (HNO3 p) hingga pH lt 2 sedangkan untuk sampel sianida total pada air diawetkan menggunakan NaOH hingga pH gt 12 dan didinginkan 4oCplusmn2oC pada tempat gelap

k) Batas penyimpanan sampel disesuaikan dengan parameter yang akan diuji dan mengacu pada acuan standar seperti ASTM (The American Society for Testing and Materials) dll

l) Pengamanan sampel di lapangan meliputi pengemasan pengamanan pada label sampel (spidol waterproof label yang baik) informasi tambahan yang penting (titik jenis parameter uji pengawetan waktu dan nama pengambil sampel) sehingga mencegah interaksi sampel dengan lingkungan yang menyebabkan perubahan kualitasnya (kontaminasi degradasi dll)

m) Transportasi sampel yang juga berkaitan dengan batas penyimpanan sampel harus diperhatikan dengan seksama Selain itu moda transportasi yang digunakan untuk membawa sampel juga harus dipenuhi standar keamanannya seperti harus mematuhi peraturan penerbangan nasional dan internasional bila sampel dibawa menggunakan pesawat udara

n) Penyimpanan sampel dilakukan baik secara fisik maupun kimia seperti meminimalkan adsorbsi pengasaman mencegah metabolisme mikroorganisme menghindari hidrolisis serta pengendapan Faktor kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan dengan proses pengambilan sampel

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Penentuan Titik Sampel

Prinsip penentuan titik sampel harus mempertimbangkan keterwakilan populasi atau kualitas lingkungan kemampuan peralatan keselamatan pengambil sampel faktor klimatologi biaya dan kaidah-kaidah empiris Prinsip-prinsip penentuan titik sampel pada media lingkungan adalah sebagai berikut a) Pengambilan sampel air a)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 736 tahun 2010 tentang Pengawasan Kualitas Air Minum

Peraturan daerah setempat a)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah jerigen botol botol BOD botol steril timba steril coolbox dll Peralatan pendukung pH meter termometer sisa klor GPS peralatan untuk menjamin

tidak terjadi kontaminasi (krustang kapas alkohol) dll Pengawet Asam (HNO3 p H2SO4 p) basa (NaOH) dry ice dll APD sarung tangan masker jaket pelampung dll

a)3 Aspek yang dipertimbangkan Kedalaman air Homogenitas (untuk sampel air badan air) Arah dan kecepatan aliran air (untuk sampel air badan air)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 4

Keterkaitan dengan pajanan pada masyarakat (bila digunakan untuk penelitian kesehatan masyarakat)

Jarak antar sampel Keselamatan dan kemampuan sumber daya

a)4 Penentuan titik sampel Air sungai ditentukan yaitu

Uji homogenitas sungai dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu lalu lakukan uji parameter lapangan (suhu pH DOoksigen terlarut dan DHLDaya Hantar Listrik) Apabila hasil pengujian beberapa parameter pada beberapa sampel tersebut tidak berbeda jauh dengan variasi lt 10 maka disebut homogen atau tercampur sementara sehingga sampel yang diambil untuk mewakili air sungai tersebut bisa lebih sedikit

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel air sungai harus meliputi daerah hulu yang belum terkontaminasi daerah pemanfaatan sungai daerah yang potensial terkontaminasi daerah pertemuan dua sungai dan daerah hilir

Air tanah Pengambilan sampel dilakukan plusmn 20 cm dari dasar sumur gali dan dipastikan agar tidak

ada sedimen yang ikut terambil atau pada mulut kran tempat air keluar untuk sumur bor

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel dilakukan pada daerah meliputi daerah dimana air tanah digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari termasuk air minum dan di daerah yang berisiko terkontaminasi (dekat penimbunanpembuangan akhir sampah daerah pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif wilayah pesisir dimana terjadi intrusi air laut dll)

b) Pengambilan sampel udara ambien dan udara dalam ruang b)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan Peraturan daerah setempat

b)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Peralatan utama High Volume Air Sampler (HVAS) RAC Gas Sampler EPAM CO dan CO2

Detektor Low Volume Sampler Microbiology Air Sampler atau Lamotte BD Pump dan Sound Level Meter

Peralatan pendukung pengukur kecepatan angin arah angir termometer hygrometer dan luxmeter

Bahan yang digunakan filter HVAS dan LVS absorbant (So2 NO2 H2S NH3 dan O3) dan larutan garam (NaCl) fisiologis steril

b)3 Aspek yang dipertimbangkan Berhubungan dengan klimatologi arah dan kecepatan angin bunga angin (wind rose)

kelembaban musim dan suhu udara Berhubungan dengan asumsi konsentrasi parameter inversi udara dispersi jarak terbang

(distance) dan ukuran partikel Bilamana sumber pencemar adalah cerobong asap maka ketinggian ukuran partikel dan jarak terhadap pemukiman penduduk harus dipertimbangkan

Berhubungan dengan pajanan daerah padat penduduk jarak terhadap sumber pencemar (radius)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 5

b)4 Penentuan titik sampel Pengambilan sampel udara ambien harus menghindari daerah yang dekat dengan

bangunan dan tanaman yang diperkirakan dapat mengabsorbsi atau mengadsorbsi pencemar daerah yang terdapat pengganggu kimia yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Emisi kimiawi kendaraan bermotor dapat mengganggu pengukuran ozon) dan daerah yang terdapat pengganggu fisik yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Pengukuran total partikulat atau TSP dapat terganggu oleh adanya insinerator disekitar lokasi pengukuran)

Pada umumnya lokasi pengukuran (pengambilan sampel) dilakukan pada daerah yang mempunyai konsentrasi parameter tinggi daerah padat penduduk daerah yang diasumsikan menerima paparan pencemar dan daerah yang digunakan untuk memproyeksikan dampak kegiatan pembangunan

c) Pengambilan sampel sedimen c)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Wadah Plastik atau wadah lainnya untuk sedimen tanah atau lumpur Plastik dan botol

steril untuk makanan Peralatan Grab Sampler untuk pengambilan sludge pada daerah yang sulit danatau

dalam c)3 Aspek yang dipertimbangkan

Potensi dan sumber pencemaran Topografi Jenis vegetasi Perkiraan terjadinya pencemaran

c)4 Penentuan titik sampel Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang

cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel meliputi daerah yang tanahnya diperkirakan akan kontak dengan masyarakat daerah yang mewakili pencemaran tertentu berdasarkan karakteristik kegiatan di wilayah tersebut (tanah pada pertanian perkebunan pertambangan dll) dan daerah yang tanahnya diperkirakan dapat mengkontaminasi media lingkungan lainnya

d) Pengambilan sampel makanan d)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan d)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah Plastik atau wadah atau botol untuk makanan Untuk sampel makanan yang akan diperiksa parameter bakteriologisnya maka digunakan wadah steril

Peralatan sendok sendok steril pisau steril dan peralatanbahan yang mendukung pengambilan secara aseptis (Contoh Pembakar bunsen dengan spiritus)

d)3 Aspek yang dipertimbangkan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 17: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 15

No Agent Dosis Respon (RfD SF)

Efek Kristis dan Referensi

5 Cl2 (Klorin) bebas 1E-1 mgkgday Pajanan kronik air minum tikus (NTP 1992) 6 Cr6+ (Kromium

Heksavalen) 3E-3 mgkgday Uji hayati air minum 1 tahun dengan tikus

(McKenzie et al 1958) dan pajanan air minum penduduk Jinzhou (Zhang and Li 1987)

7 CN- (Sianida) 2E-2 mgkgday Kehilangan berat efek tiroid dan degradasi myelin dalam uji hayati subkronik sampai kronik oral pada tikus (Philbrick et al 1979)

8 F- (Fluorida) 6E-2 mgkgday Flourisis gigi dan efek kosmetik dalam studi epidemio logi (Hodge 1950 cited in Underwood 1977)

9 Mn (Mangan) 1 4E- 1 mgkgday Hipokolesterolemia epilepsi kekurangan pankreas eksokrin sklerosis berganda katarak osteoporosis fenilketonuria amp penyakit kencing maple syrup (inborn) panotda ingesi kronik manusia (NRC 1989 Freeland- Graves et al 1987 WHO 1973)

10 Hg ndash MeHg (Merkuri - metal merkuri)

1E-4 mgkgday Kelainan neuropsikologis perkembangan dalam studi epidemilogi (Grandjean et al 1997 Budz-Jergensen et al 1999)

11 NO2- (Nitrit) 1E-1 mgkgday Methemoglobinemia pada bayi yang terpajan kronik air minum (Walton 1951)

12 Se (Selenium) 5E-3 mgkgday Selenosis dari studi epidemiologi (Yang et al 1989)

13 Zn (Seng) 3E-1 mgkgday Penurunan Cu eriytrosit dan aktifitas Zn superoksida dismutase pada relawan pria dan wanita (Yadrick et al 1989)

14 CHBr3 2E-2 mgkgday 79E-3 (mgkgday)minus1

Lesi hepatik uji hayati subkronik gavage oral pada tikus

15 CHCl3 1E-2 mgkgday Pembentukan greasety cyst sedangnyata pada hati dan peningkatan SGPT dalam uji hayati kronik pada anjing (Heywood et al 1979)

16 CHBr2Cl 2E-2 mgkgday 84E-2 (mgkgday)minus1

Lesi hepatik uji hayati subkronik gavage oral pada tikus (NTP 1989)

Disadur dari Rahman 2007

Tabel 8 Contoh RfC beberapa agen risiko atau spesi kimia jalur inhalasi No Agent Dosis Respon Efek Kristis dan Referensi RfC 1 NH3 286E-2 Kenaikan keparahan rinitis dan pneumonia

dengan lesi pernafasan pada uji hayati tikus subkronik (Broderson et al 1976)

2 H2S 57 1E-4 Lesi nasal lendir olfaktori pada uji hayati tikus subkronik (Brenneman et al 2000)

3 Pb 493E-4 Perubahan tingkat enzim dan perkembangan neurobehavioral anak-anak (IRIS 2006)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 16

1E-4 mgkg-day

(00001

mgkg-day)

No Agent Dosis Respon Efek Kristis dan Referensi 4 NO2 2E-2 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) 5 SO2 26E-2 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) 6 TSP 242 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) Disadur dari Rahman 2007 Mengingat pemutakhiran (update) RfD RfC dan SF berlangsung sangat cepat RfD RfC dan SF yang tercantum pada tabel di atas tidak bisa selamanya dijadikan acuan RfD RfC dan SF dari agen risiko yang lain serta update dari RfD RfC dan SF pada tabel di atas dapat dilihat dengan mengakses wwwepagoviris Tahapan dalam mengakses situs tersebut dapat dilihat pada lampiran 5 Tampilan evaluasi dosis - respon yang terdapat pada toxicological review pada situs tersebut dapat dilihat pada contoh berikut Contoh evaluasi dosis ndash respon (1) Methylmercury (MeHg) CASRN 22967-92-6 IA1 Oral RfD Summary Critical Effect Experimental Doses UF MF RfD

Developmental neuropsychological impairment Human epidemiological studies (Grandjean et al 1997 Budtz-Joslashrgensen et al 1999a)

Benchmark Dose BMDL05 range of 46-79 ppb in maternal blood for different neuropsychological effects in the offspring at 7 years of age corresponding to a range of maternal daily intakes of 0857-1472 microgkg-day

10 1

Conversion Factors and Assumptions mdashMaternal daily dietary intake levels were used as the dose surrogate for the observed developmental effects in the children exposed in utero The daily dietary intake levels were calculated from blood concentrations measured in the mothers with supporting additional values based on their hair concentrations This conversion is explained in the text below A benchmark dose approach (BMD) was used rather than a no-observed-adverse-effect levellowest-observed-adverse-effect level (NOAELLOAEL) approach to analyze the neurological effects in children as the response variable This analysis is also explained in the text below This assessment updates the 1995 RfD assessment on IRIS and is the same as the RfD that was based on the study of a poisoning episode in Iraq in which developmental neurotoxicity was observed following ingestion of methylmercury-treated grain (Marsh et al1987)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 17

mdash 15E+0 per (mgkg)day

Contoh evaluasi dosis - respon (2) Arsenic inorganic (CASRN 7440-38-2) IIB Quantitative Estimate of Carcinogenic Risk from Oral Exposure IIB1 Summary of Risk Estimates Oral Slope Factor Drinking Water Unit Risk mdash 5E-5 per (ugL) Extrapolation Method mdash Time- and dose-related formulation of the multistage model (US EPA 1988) Drinking Water Concentrations at Specified Risk Levels

Risk Level Concentration E-4 (1 in 10000) 2E+0 ugL E-5 (1 in 100000) 2E-1 ugL E-6 (1 in 1000000) 2E-2 ugL

Langkah 3 Analisis pajanan (exposure assessment) Setelah melakukan langkah 1 dan 2 selanjutnya dilakukan Analisis pemajanan yaitu dengan mengukur atau menghitung intake asupan dari agen risiko Untuk menghitung intake digunakan persamaan atau rumus yang berbeda Data yang digunakan untuk melakukan perhitungan dapat berupa data primer (hasil pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan sendiri) atau data sekunder (pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan oleh pihak lain yang dipercaya seperti BLH Dinas Kesehatan LSM dll) dan asumsi yang didasarkan pertimbangan yang logis atau menggunakan nilai default yang tersedia Rumus perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut Perhitungan intake non karsinogenik (INK) 1 Intake pada jalur pemajanan inhalasi (terhirup)

ܫ = ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphelliphelliphellipRumus 1

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ink (Intake)

Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada media udara (udara ambien)

mgm3 Tidak ada nilai default

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 18

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default R (Rate) Laju inhalasi atau

banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya

m3jam Dewasa 083 m3jam Anak ndash anak (6 ndash 12 tahun) 05 m3jam

tE (time of exposure) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap harinya

Jamhari - Pajanan pada pemukiman 24 jamhari - Pajanan pada lingkungan kerja 8 jamhari - Pajanan pada sekolah dasar 6 jamhari

fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasikelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(nk) (time average) Periode waktu rata ndash rata

Hari 30 tahun x 365 haritahun = 10950 hari

2 Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphelliphelliphellipRumus 2

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ink (Intake) Jumlah konsentrasi agen

risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari

Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada air bersihminum atau pada makanan

- mgl (air) mgkg (makanan)

Tidak ada nilai default

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 19

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default R (Rate) Laju konsumsi atau

banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya

- Liter hari (air) - Gram hari (makanan)

Air Minum - Dewasa (pemukiman) 2 literhari - Anak ndash anak (pemukiman) 1 literhari - Dewasa (lingkungan kerja) 1 literhari Makanan - Buah ndash buahan 42 gramhari - Sayuran 80 gramhari fE (frecuency of

exposure) Lamanya atau jumlah hari

terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(nk) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogen

Hari 30 tahun x 365 haritahun = 10950 hari

Perhitungan intake karsinogenik (IK) 1 Intake pada jalur pemajanan inhalasi (terhirup)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphellipRumus 3

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ik (Intake) Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada media udara (udara ambien)

mgm3 Tidak ada nilai default

R (Rate) Laju inhalasi atau banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya

m3jam Dewasa 083 m3jam Anak ndash anak (6 ndash 12 tahun) 05 m3jam

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 20

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default tE (time of exposure) Lamanya atau jumlah jam

terjadinya pajanan setiap harinya

Jamhari - Pajanan pada pemukiman 24 jamhari - Pajanan pada lingkungan kerja 8 jamhari - Pajanan pada sekolah dasar 6 jamhari

fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

2 Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ಲೇಸ

helliphelliphellipRumus 4

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ik (Intake) Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada air bersih minum atau pada makanan

- mgl (air) - mgkg (makanan)

Tidak ada nilai default

R (Rate) Laju konsumsi atau banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya

- literhari (air) - gramhari (makanan)

Air Minum - Dewasa (pemukiman) 2 literhari - Anak ndash anak (pemukiman) 1 literhari - Dewasa (lingkungan kerja) 1 literhari Makanan - Buah ndash buahan 42 gramhari - Sayuran 80 gramhari - Ikan tangkapan 54 gramhari

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 21

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok Populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

Analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL Hal ndash hal yang perlu diketahui dan dicermati dalam melakukan analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL adalah sebagai berikut Pada lsquodesktoprsquo ARKL tidak perlu dilakukan pengumpulan data Data yang menjadi dasar perhitungan intake menggunakan data sekunder dan asumsi Terkait dengan variabel konsentrasi pelu diperhatikan hal sebagai berikut Data sekunder umumnya dibutuhkan untuk mengetahui konsentrasi agen risiko pada media

lingkungan yang mana merupakan hasil pengukuran yang pernah dilakukan oleh pihak lain pada media lingkungan wilayah dan waktu yang sama

Ada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL dalam rangkaian studi AMDAL (kajian ANDAL dan RKL - RPL untuk aspek kesehatan masyarakat) suatu kegiatan sumber data konsentrasi dapat merupakan proyeksi perubahan rona lingkungan yang telah dikaji pada aspek yang lain mis proyeksi konsentrasi agen risiko di udara ambien pada tahap operasional kegiatan atau proyeksi konsentrasi agen risiko di air bersih pada tahap operasional kegiatan

Terkait dengan variabel perhitungan yang lain (R tE fE Dt Wb dan tAVG) asumsi didasarkan pada logika yang rasional atau nilai default yang sudah tersedia Adapun nilai default untuk berbagai variabel pada lsquodesktoprsquo ARKL dapat dilihat pada tabel 9 berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 22

Tabel 9 Nilai default dari faktor pajanan (Rahman 2007) Tataguna lahan

Jalur pajanan Asupan harian Frekuensi pajanan (haritahun)

Durasi pajanan (tahun)

Berat badan (kg)

Residensial Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

12 m3 (anak) raquo 05 350 6 15 Industri amp komersial

Air minum 1 L 250 25 70 55 b

Pertanian Tanaman perkarangan

42 g (buah - buahan)

350 30 70 55 b

80 g (sayur - mayur)

350 30 70 55 b

Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

Rekreasi Ikan tangkapan 54 g 350 30 70 55 b Disadur dari Rahman 2007 seluruhnya berasal dari Exposure Factor Handbook (EPA 1990) kecuali bNukman et al (2005) 324 Langkah 4 Karakterisasi risiko (risk characterization) Langkah ARKL yang terakhir adalah karakterisasi risiko yang dilakukan untuk menetapkan tingkat risiko atau dengan kata lain menentukan apakah agen risiko pada konsentrasi tertentu yang dianalisis pada ARKL berisiko menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat (dengan karakteristik seperti berat badan laju inhalasikonsumsi waktu frekuensi durasi pajanan yang tertentu) atau tidak Karakteristik risiko dilakukan dengan membandingkan membagi intake dengan dosis konsentrasi agen risiko tersebut Variabel yang digunakan untuk menghitung tingkat risiko adalah intake (yang didapatkan dari analisis pemajanan) dan dosis referensi (RfD) konsentrasi referensi (RfC) yang didapat dari literatur yang ada (dapat diakses di situs wwwepagoviris) 1 Karakterisasi risiko pada efek non karsinogenik Perhitungan tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko untuk efek non karsinogenik dinyatakan dalam notasi Risk Quotien (RQ) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek non karsinogenik dilakukan perhitungan dengan membandingkan membagi intake dengan RfC atau RfD Rumus untuk menentukan RQ adalah sebagai berikut ூ

ோ helliphelliphelliphellipRumus 5

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur inhalasi (terhirup) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 1 RfC (reference concentration) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan inhalasi

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 23

ூோ

helliphelliphelliphelliphellipRumus 6

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur ingesti (tertelan) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 2 RfD (reference dose) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan ingesti

Didapat Interpretasi tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko yang diperoleh pada ARKL merupakan konsumsi pakar ataupun praktisi sehingga perlu disederhanakan atau dipilihkan bahasa yang lebih sederhana agar dapat diterima oleh khalayak atau publik Tingkat risiko dinyatakan dalam angka atau bilangan desimal tanpa satuan Tingkat risiko dikatakan AMAN bilamana intake le RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ le 1 Tingkat risiko dikatakan TIDAK AMAN bilamana intake gt RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ gt 1 Narasi yang digunakan dalam penyederhanaan interpretasi risiko agar dapat diterima oleh khalayak atau publik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll Contoh Tingkat risiko RQ untuk pajanan Pb (inhalasi) sebesar 000008 microgm3 pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan rata - rata 55 kg dan telah terpajan 350 haritahun selama 20 tahun diketahui sebesar 0098 maka Interpretasi risiko Pajanan Pb sebesar 000008 microgm3 secara inhalasi pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan 55 Kg masih aman untuk frekuensi pajanan 350 haritahun hingga 20 tahun mendatang Perhitungan tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko untuk efek karsinogenik dinyatakan dalam notasi Excess Cancer Risk (ECR) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek karsinogenik dilakukan perhitungan dengan mengkali intake dengan SF Rumus untuk menentukan ECR adalah sebagai berikut

ܥܧ = Rumus 7helliphelliphelliphellip ܨ ݔ ܫKeterangan Digunakan untuk menghitung tingkat risiko pada agen risiko dengan efek karsinogenik I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 3 atau rumus SF (slope factor) Nilai referensi agen risiko dengan efek karsinogenik

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 24

Interpretasi tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko dinyatakan dalam bilangan exponen tanpa satuan (cth 13E-4) Tingkat risiko dikatakan acceptable atau aman bilamana ECR le E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR le 110000 Tingkat risiko dikatakan unacceptable atau tidak aman bilamana ECR gt E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR gt 110000 Contoh ECR = 13E-5 (13 x 10-5) dapat diinterpretasikan sebagai berikut ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Narasi yang digunakan dalam risiko karsinogenik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoacceptablersquo atau lsquounacceptablersquo (lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo) - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll - Risiko kanker [ mis ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Contoh Tingkat risiko ECR untuk pajanan benzene (inhalasi) sebesar 03 microgm3 pada pekerja depo penampungan BBM di Jakarta dengan berat badan rata - rata 60 kg dan telah terpajan 250 haritahun selama 10 tahun diketahui sebesar 456E-4

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 1

MODUL II MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Manajemen Risiko Kesehatan Lingkungan

Manajemen risiko adalah proses mengidentifikasi evaluasi penyeleksian dan melakukan

upaya untuk mengurangi risiko terhadap ekosistem dan kesehatan manusia (Omenn GS et al 1997) Setelah melakukan keempat langkah ARKL di atas maka telah dapt diketahui apakah suatu agen risiko amandapat diterima atau tidak Manajemen risiko bukan termasuk langkah ARKL melainkan tindak lanjut yang harus dilakukan bilamana hasil karakterisasi risiko menunjukkan tingkat risiko yang tidak aman ataupun unacceptable Dalam melakukan manajemen risiko perlu dibedakan antara strategi manajemen risiko dengan cara manajemen risiko Strategi manajemen risiko meliputi penentuan batas aman yaitu

1 Konsentrasi agen risiko (C) danatau 2 Jumlah konsumsi (R) danatau 3 Waktu pajanan (tE) danatau

4 Frekuensi pajanan (fE) danatau

5 Durasi pajanan (Dt)

Setelah batas aman ditentukan selanjutnya perlu dilakukan penapisan alternatif terhadap batas aman yang mana yang akan dijadikan sebagai target atau sasaran pencapaian dalam pengelolaan risiko Batas aman yang dipilih adalah batas aman yang lebih rasional dan realistis untuk dicapai

Adapun cara manajemen risiko adalah cara atau metode yang akan digunakan untuk

mencapai batas aman tersebut Cara manajemen risiko meliputi beberapa pendekatan yaitu pendekatan teknologi pendekatan sosial - ekonomis dan pendekatan institusional penjelasan lebih lanjut langkah ndash langkah dalam manajemen risiko akan dijelaskan pada sub bahasan selanjutnya

Materi Sub Bahasan Strategi manajemen risiko

1 Penentuan batas aman Batas aman disini adalah batas atau nilai terendah yang menyebabkan tingkat risiko

menjadi tidak aman (tidak dapat diterima) Oleh karenannya nilai yang aman adalah nilai di bawah batas amannya sedangkan nilai yang sama dengan batas aman tersebut akan menyebabkan tingkat risiko menjadi tidak aman Sebagai contoh jika hasil

perhitungan menunjukkan konsentrasi aman adalah 4499 microgm3 maka nilai konsentrasi

yang benar ndash benar aman adalah di bawah 4499 microgm3 (lt4499 microgm3) 4498 microgm3

a) Penentuan konsentrasi aman (C) Dalam penentuan konsentrasi aman semua variabel dan nilai yang digunakan

sama dengan variabel dan nilai pada perhitungan intake Akan tetapi nilai intake yang digunakan adalah RfD atau RfC agen risikonya

Sedangkan konsentrasi aman pada intake karsinogenik perhitungan didasarkan

pada nilai acceptable sebesar 10-4 dibagi nilai SF nya Selain itu variabel tavg disesuaikan dengan perhitungan karsinogenik yaitu (70 haritahun x 365 hari) Untuk menghitung konsentrasi aman digunakan rumus sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 2

Konsentrasi aman non karsinogenik Konsentrasi aman non karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 8

Konsentrasi aman non karsinogenik (ingestii)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ಶ ௫

Rumus 9

Konsentrasi aman karsinogenik Konsentrasi aman karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 10

Konsentrasi aman karsinogenik (ingesti)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 11

Keterangan

Notasi Arti Notasi C(aman) (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada udara ambien atau pada

air bersihminum atau pada makanan yang aman

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 3

Notasi Arti Notasi R (Rate) Laju asupan

Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

Volume air minum yang masuk tubuh (liter) setiap harinya

Volume makanan yang masuk tubuh (gram) setiap harinya

tE atau time of exposure (rumus 8)

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode

b) Penentuan jumlah konsumsi aman (R)

Laju asupan yang dapat dikelola hanyalah pada pada pajanan melalui makanan dan air minum (ingesti) karena masih banyak substitusi untuk setiap jenis makanan ataupun air minum Untuk pajanan melalui udara (inhalasi) pembatasan laju inhalasi hampir tidak mungkin dilakukan Untuk menghitung jumlah konsumsi aman digunakan rumus sebagai berikut Laju konsumsi aman non karsinogenik (ingesti)

() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ಶ ௫

Rumus 12

Laju konsumsi aman karsinogenik (ingesti)

() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ಶ ௫

Rumus 13

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 4

Keterangan Notasi Arti Notasi

R(aman) Laju konsumsi atau banyaknya volume makanan (gram) atau volume air (liter) yang masuk tubuh setiap harinya yang aman

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

c) Penentuan waktu pajanan aman (tE) Waktu pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan

kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan waktu pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah jam terpapar setiap harinya oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung waktu pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Waktu pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 14

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 5

Waktu pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 15

Keterangan

Notasi Arti Notasi t(aman) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap

harinya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

d) Penentuan frekuensi pajanan aman (fE)

Frekuensi pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan frekuensi pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah hari terpapar dalam satu tahun oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung frekuensi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Frekuensi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 16

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 6

Frekuensi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 17

Keterangan

Notasi Arti Notasi fE(aman) (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan

setiap tahunnya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

e) Penentuan durasi pajanan aman (Dt) Durasi pajanan aman dikelola pada pemajanan inhalasi pada lingkungan

yang permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan durasi pajanan dilakukan dengan membatasi lamanya tinggal (tahun) masyarakat pada suatu pemukiman dengan cara melakukan lsquorelokasirsquo pemukiman pada saat telah melewati batas durasi amannya Penerapan strategi durasi pajanan aman untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) kurang tepat karena pada pemajanan ingesti manajemen risiko cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung durasi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Durasi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 18

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 7

Durasi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 19

Keterangan

Notasi Arti Notasi Dt (aman) (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan yang

aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

tE atau time of exposure

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

2 Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko Penapisan alternatif manajemen risiko harus didasarkan pada pertimbangan logis

dan turut mempertimbangkan berbagai faktor termasuk cara pengelolaan risikonya Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini

Tabel 10 Alternatif manajemen risiko dan penggunaannya Alternatif Pengelolaan

Risiko Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Penurunan konsentrasi hingga ke batas aman (konsentrasi aman)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 8

Alternatif Pengelolaan Risiko

Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Pengurangan konsumsi hingga ke batas aman (jumlah konsumsi aman)

Pembatasan waktu pajanan hingga ke batas aman (waktui pajanan aman)

Pembatasan frekuensi pajanan hingga ke batas aman (frekuensi pajanan aman)

Pembatasan durasi pajanan hingga ke batas aman (durasi pajanan aman)

Materi Sub Bahasan Cara manajemen risiko

Manajemen risiko selain membutuhkan strategi yang tepat juga harus dilakukan dengan

cara atau metode yang tepat Dalam aplikasinya cara manajemen risiko dapat dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu 1) Pendekatan teknologi

Manajemen risiko menggunakan teknologi yang tersedia meliputi penggunaan alat bahan dan metode serta teknik tertentu Contoh manajemen risiko dengan pendekatan teknologi antara lain penerapan penggunaan IPAL pengolahan penyaringan air modifikasi cerobong asap penanaman tanaman penyerap polutan dll

2) Pendekatan sosial - ekonomis

Manajemen risiko menggunakan pendekatan sosial - ekonomis meliputi pelibat-sertaan pihak lain efisiensi proses substitusi dan penerapan sistem kompensasi Contoh manajemen risiko dengan pendekatan sosial ndash ekonomis antara lain 3R (reduce reuse dan recycle) limbah pemberdayaan masyarakat yang berisiko pemberian kompensasi pada masyarakat yang terkena dampak permohonan bantuan pemerintah akibat keterbatasan pemrakarsa (pihak yang bertanggung jawab mengelola risiko) dll

3) Pendekatan institusional

Manajemen risiko dengan menempuh jalur dan mekanisme kelembagaan dengan cara melakukan kerjasama dengan pihak lain Contoh manajemen risiko dengan pendekatan institusional antara lain kerjasama dalam pengolahan limbah B3 mendukung pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah menyampaikan laporan kepada instansi yang berwenang dll

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 1

MODUL III SURVEILANS FAKTOR RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans oleh World Health Organization (WHO) didefinisikan sebagai kegiatan

berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data kesehatan masyarakat yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat Surveilans yang dilakukan diharapkan dapat Menjadi sistem kewaspadaan dini terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat di masa yang

akan datang Mendokumentasikan dampak dari suatu intervensi atau jejak dari kemajuan program dalam

mencapai tujuan tertentu dan Memonitor dan mengklarifikasi masalah kesehatan secara epidemiologi guna menetapkan

priritas dan menginformasikan kebijakan dan strategi kesehatan ke publik

Faktor risiko dalam dunia kesehatan dan epidemiologi biasa didefinisikan sebagai faktor-faktor atau kondisi yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit Faktor risiko tersebut umumnya dapat dikatagorikan menjadi beberapa jenis yaitu faktor risiko genetis faktor risiko perilaku dan faktor risiko lingkungan

Dari kedua definisi di atas maka surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah kegiatan berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor-faktor atau kondisi lingkungan yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan lingkungan Untuk itu ada beberapa hal yang menjadi kata kunci dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yaitu sistematis dan berkesinambungan pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor lingkungan yang dapat menyebabkan sakit dan upaya kesehatan lingkungan

Materi Sub Bahasan Konsep dan Penerapan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Penyakit dan masalah kesehatan masyarakat erat terhubung dengan faktor atau kondisi

lingkungan Oleh karenanya secara naluriah setiap manusia menginginkan lingkungan yang sehat dan nyaman sebagai tempat tinggalnya yang juga kondusif terhadap kondisi kesehatannya Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang salah satunya ditempuh melalui kegiatan penyehatan lingkungan (kesehatan lingkungan) Dalam rangka mewujudkan kondisi lingkungan sesuai dengan yang diharapkan upaya yang dilakukan haruslah tepat guna tepat sasaran sistematis dan terencana dengan baik serta berbasis bukti (evidence based) Sehingga perumusan upaya kesehatan lingkungan yang akan diterapkan harus didukung dengan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yang baik

Filosofi dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah melakukan pengamatan dan pengawasan terus-menerus terhadap kondisi lingkungan yang diperkirakan dapat menyebabkan penyakit pada manusia Hasil dari kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah berupa informasi mengenai apakah faktor atau kondisi lingkungan tertentu yang diamati berisiko menimbulkan kesakitan dan rekomendasi upaya tidak lanjut yang dibutuhkan untuk mengendalikannya Konsep dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dipahami dari gambar 6

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 2

(sumber Mullan N et al 2008)

Gambar 6 Konsep Surveilans Awal dan Lanjutan dalam Kesehatan Lingkungan

Konsep di atas diadaptasi dari versi model surveilans kesehatan yang diterapkan di Kanada

Dalam prakteknya surveilans kesehatan lingkungan dilakukan dalam dua tahapan dimana pengumpulan data hingga desiminasi diklasifikasikan sebagai surveilans awal dan sintesa pengetahuan dan proses perumusan kebijakan yang merupakan input dari stakeholder dan peneliti sebagai surveilans lanjutan Surveilans awal dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data rutin (menggunakan form yang telah dibakukan pada masing-masing Negara) sedangkan analisis dan interpretasi dari basis data yang umumnya digunakan untuk tujuan monitoring ataupun pembuatan regulasi Selanjutnya surveilans lanjutan dirumuskan dari hasil surveilans awal dikombinasikan dengan masukan dari para peneliti dan stakeholder yang concern (peduli) terhadap masalah kesehatan lingkungan guna memberikan pemahaman pengertian yang baik terhadap isu yang berkembang serta dapat dirumuskan keputusan upaya tindak lanjut yang tepat untuk merespon isu tersebut

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bukan merupakan hal yang baru Konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan telah dilaksanakan sejak lama oleh sektor kesehatan mulai dari unit yang paling bawah seperti puskesmas hingga tingkat kementerian Namun sedikit perbedaan dalam istilah dan nama yang digunakan membuat konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan terkesan suatu terobosan baru Di unit puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten kota pelaksanaan kegiatan ini identik dengan kegiatan inspeksi sanitasi Inspeksi sanitasi yang dilakukan di puskesmas maupun dinas kesehatan dilakukan pada obyek kesehatan lingkungan secara periodik (time series) dengan fokus pada faktor risiko kesehatan lingkungan pada obyek tersebut Sebagai contoh inspeksi sanitasi depot air minum dilakukan oleh puskesmas atau dinas kesehatan kabupaten kota secara rutin (minimal setahun sekali) dengan melakukan observasi kesehatan lingkungan wawancara terkait perilaku dalam penanganan depot air minum dan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 3

pemeriksaan laboratorium kualitas air baku (air bersih) dan air olahan (air minum) Data hasil inspeksi sanitasi pada satu lokasi depot air minum yang sama dalam beberapa periode inspeksi merupakan basis data (database) yang dapat diinterpretasi dianalisis baik secara tunggal (hanya data satu depot tersebut) ataupun bersamaan dengan data inspeksi depot air minum yang lain dan didesiminasikan Selanjutnya hasil desiminasi tersebut dapat ditindaklanjuti dengan melakukan upaya diantaranya pembinaan pelatihan dan lain sebagainya

Materi Sub Bahasan Desain dan Metodologi Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan merupakan suatu studi yang dapat dilakukan dengan desain cross sectional kasus kontrol ataupun kohort Sebagai suatu studi yang masuk ke dalam ranah epidemiologi kesehatan lingkungan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan selain melihat kecenderungan data juga digunakan untuk melihat adanya hubungan antara pajanan lingkungan dan dampak kesehatan (penyakit) Oleh karenanya dalam surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan diperlukan data-data sebagai berikut

1 Data geografis wilayah dilakukan dengan menggunakan GPS untuk penentuan koordinat lokasi dilakukan pengambilan sampel pengumpulan data

2 Data faktor risiko lingkungan meliputi data kualitas lingkungan (pengambilan dan pemeriksaan sampel) data kondisi lingkungan sanitasi yang dikumpulkan melalui observasi (pengisian cek lis) dan wawancara Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dbutuhkan data kualitas udara dalam ruang yang dilakukan dengan pengukuran dan data berkaitan dengan jenis lantai ventilasi bahan bakar memasak dan lain sebagainya

3 Data faktor risiko lingkungan meliputi data perilaku sampel (responden) yang juga merupakan faktor risiko dari penyakit berbasis lingkungan yang menjadi perhatian Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA selain data kualitas udara dalam ruang dan ventilasi perlu dikumpulkan data terkait dengan kebiasaan membuka jendela

4 Data pajanan meliputi data lama tinggal pola aktivitas pekerjaan data konsumsi makanan dan air dan lain sebagainya Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dibutuhkan data lama tinggal dan rata-rata lama berada di dalam rumah

Sebagai suatu studi surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dilakukan dengan desain

tertentu yang disesuaikan dengan tujuan permasalahan yang akan dikaji dan faktor-faktor lainnya Sebagaimana dijelaskan di atas surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional kasus kontrol dan kohort Penggunaan desain studi pada surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seperti pada tabel 11

Tabel 11 Perbandingan Desain Studi

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort Desain pemilihan sampel (sampling)

Random Bisa juga dipisah fixed disease sampling atau fixed exposure sampling

Sampel terpisah untuk kasus (sakit) dan kontrol (tidak sakit)

Sampel terpisah untuk terpajan dan tidak terpajan

Waktu periode pelaksanaan (arah pengusutan)

Satu titik waktu atau sesaat (non directional)

Retrospektif Prospektif Followup selama periode waktu tertentu

Kausalitas Hanya menjelaskan Kausalitas awal Kausalitas dengan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 4

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort hubungan antara faktor risiko kesehatan lingkungan dengan penyakit (namun bukan bersifat kausalitas)

bukti sekuensi temporal

Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai pengganti risiko

Odds sebagai pengganti risiko

Insidensi (R Risiko) Insidence rate

Perbandingan risiko Prevalence Ratio (PR) Odds Ratio (OR) Risiko Relatif (RR)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan lebih tepat menggunakan desain cross sectional dikarenakan dalam pemilihan sampling dilakukan secara random dan pengumpulan data lingkungan dan penyakit dilakukan pada satu waktu Output dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dengan desain cross sectional adalah hubungan (bukan kausalitas) antara faktor lingkungan dan penyakit Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bisa dilakukan dengan desain kasus kontrol bilamana titik tolak studi (pengusutan) dimulai dari adanya penyakit dan sampel dikelompokkan menjadi kasus (sampel yang menderita penyakit) dan kontrol (sehat) dan data faktor lingkungan sebelum kasus sakit tersedia Selain itu surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat menggunakan desain studi kohort (prospektif) dengan memantau secara terus menerus (hingga periode tertentu) kualitas lingkungan dan faktor lingkungan lainnya bersamaan dengan penyakitnya

Materi Sub Bahasan Tahapan Kegiatan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Tahapan kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seyogyanya terdiri dari survey pendahuluan dan pengumpulan data awal penyusunan instrumen survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pengolahan dan analisis data dan diseminasi Tahapan kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut

1 Survey pendahuluan dan pengumpulan data awal pengumpulan data awal dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal pada lokasi meliputi background data yang telah tersedia atau data lainnya yang berhubungan Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data sekunder dan juga perlu ditentukan lokasi yang akan menjadi titik pengambilan sampel

2 Penyusunan instrumen berdasarkan data awal yang dikumpulkan disusun instrumen untuk survey pengambilan dan pemeriksaan sampel Instrumen disusun berbentuk cek lis danatau kuisioner Untuk mendapatkan data sesuai yang diharapkan instrumen yang telah dibuat sebaiknya diuji coba terlebih dahulu

3 Survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data primer dan pengumpulan data menggunakan instrumen yang digunakan

4 Pengolahan dan analisis data data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis yang dapat dilakukan secara manual ataupun alat bantu lainnya (mis software pengolah data) Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data informasi disajikan dalam bentuk tabel grafik gambar dan peta yang terangkum dalam laporan

5 Diseminasi dimaksudkan untuk menyebarluaskan informasi dan temuan lapangan kepada para stakeholder

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 1

MODUL IV ANALISIS KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Prinsip Dasar Analisis Kualitas Kesehatan Lingkungan

Analisis adalah kajian atau penelitian yang dititikberatkan pada variabel tertentu untuk mengetahui keadaan atau kondisi sebenarnya termasuk juga yang berkaitan dengan sebab musabab terjadinya kondisi tersebut Dengan demikian analisis kualitas lingkungan merupakan suatu kegiatan yang menggunakan cara atau metode ilmiah guna mengetahui seperti apa kondisi atau kualitas kesehatan lingkungan pada suatu tempat waktu yang melibatkan juga masyarakat di tempat tersebut Umumnya analisis kualitas kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk kegiatan pengambilan dan pemeriksaan sampel pengawasan kualitas kesehatan lingkungan melalui kegiatan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi serta interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Analisis kualitas kesehatan lingkungan merupakan kegiatan yang harus mampu dilakukan oleh seorang pejabat kesehatan lingkungan ataupun fungsional sanitarian Perlunya dilakukan analisis ini adalah untuk menjadi bahan masukan ataupun dasar untuk melakukan manajemen risiko kesehatan lingkungan Implementasi dari manajemen risiko kesehatan lingkungan ini bisa dalam bentuk intervensi (pendekatan) teknologi pendekatan sosial melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat secara aktif dan melalui kerjasama jejaring kemitraan antar pihak yang berkepentingan (stakeholder)

Materi analisis kualitas kesehatan lingkungan dalam modul ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan juga keterampilan bagi peserta dalam menilai prosedur pengambilan dan pemeriksaan sampel serta interpretasi hasil pemeriksaan sampel yang dilakukan dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan Materi dalam modul ini bukan dimaksudkan agar peserta mampu melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel kesehatan lingkungan sendiri tanpa berkerjasama dengan laboratorium Materi Sub Bahasan Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Kesehatan Lingkungan

Pengambilan sampel kesehatan lingkungan hakikatnya dilakukan untuk memotret atau

menjadi acuan untuk menduga kualitas kesehatan lingkungan pada suatu media di suatu wilayah Secara garis besar pengambilan sampel bertujuan untuk mengumpulkan data rona awal kesehatan lingkungan dan memantau kondisi kesehatan lingkungan Dalam hal memantau kesehatan lingkungan pengambilan sampel dilakukan untuk menentukan status kualitas kesehatan lingkungan menentukan kebijakan kesehatan lingkungan menegakkan hukum kesehatan dan lingkungan dan melakukan penelitian kesehatan lingkungan

Kualitas kesehatan lingkungan merupakan hal yang kompleks dan begitu dinamis karena dipengaruhi begitu banyak variabelfaktor Untuk itu pengambilan sampel l kesehatan ingkungan yang bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan harus dilakukan dengan cermat tepat serta butuh perencanaan dan pengorganisasian yang baik Untuk menjamin pengambilan sampel dapat menjamin keterwakilan kualitas kesehatan lingkungan perlu diperhatikan beberapa aspek yaitu lokasi dan titik pengambilan sampel parameter kualitas lingkungan yang akan dipilih serta ukuran jumlah dan volume sampel yang akan diambil Perencanaan Pengambilan Sampel

Seperti halnya kegiatan dan program pengambilan sampel sesuai dengan yang diharapkan perlu direncanakan dengan baik Perencanaan pengambilan sampel ini bertujuan untuk memastikan dan menegaskan kembali tujuan pengambilan sampel kesehatan lingkungan memutuskan cara-cara

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 2

mencapai tujuan mengetahui secara tepat hal-hal yang perlu dilakukan pada saat pengambilan sampel menyiapkan sumber daya yang diperlukan dan menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pengambilan sampel Jelasnya unsur-unsur perencanaan pengambilan sampel meliputi

a) Tujuan pengambilan sampel harus dipastikan apakah dalam rangka pengumpulan data rona kesehatan lingkungan awal atau dalam rangka memantau kesehatan lingkungan

b) Merencanakan biaya pengambilan sampel dengan mempertimbangkan empat hal yaitu aksesibilitas lokasi dan titik pengambilan sampel jumlah jenis dan kompleksitas sampel frekuensi pengambilan sampel serta penjaminan dan pengendalian mutu di lapangan Selain empat hal yang perlu dipertimbangkan tersebut perlu diketahui komponen pembiayaan dalam pengambilan sampel yaitu depresiasi (penyusutan) nilai peralatan kalibrasi peralatan pemakaian bahan pengawet secara kimia danatau fisika penggunaan bahan habis pakai penggunaan wadah sampel transportasi ke lokasi pengambilan sampel akomodasi (bila perlu) honor pengambil sampel (lumpsum atau per diem) dan penyusunan laporan pengambilan sampel

c) Administrasi berkaitan dengan pengambilan sampel yang meliputi penyiapan surat tugas surat pemberitahuan perizinan brevet ataupun lencana kewenangan pencatatan pendokumentasian dan hal-hal pendukung lainnya

d) Perlu jaminan pengambil sampel pada saat pengambilan sampel merupakan personel yang kompeten danatau berwenang dengan kualifikasi (kompetensi) latar belakang pendidikan yang sesuai pengalaman di bidangnya terampil dan diakui ataupun tersertifikasi

e) Penentuan parameter pengujian terhadap sampel yang diambil sesuai dengan tujuan pengambilan sampel turut mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait serta disesuaikan dengan parameter indikatif suatu kegiatan atau wilayah tertentu Mis parameter indikatif pada industri Pulp dan kertas adalah pH BOD COD dan TSS sedangkan pada wilayah pertambangan emas parameter yang diambil adalah air raksa (Hg) dan sianida (CN-)

f) Penentuan media lingkungan yang akan dilakukan pengambilan sampel g) Merencanakan tipe sampel yang akan diambil apakah sampel sesaat (grab sample) sampel

gabungan (composite sample) sampel terpadu (integrated sample) atau sampel kontinyu (continous sample)

h) Peralatan pengambilan sampel harus direncanakan dengan baik Peralatan pengambilan sampel terdiri dari peralatan pengambil sampel (utama) peralatan pendukung dan peralatan K3 atau APD Peralatan pengambil sampel adalah peralatan yang fungsinya untuk mengambil sampel lingkungan dengan parameter yang direncanakan seperti HVAS (High Volume Air Sampler) LVS (Low Volume Sampler) MAS (Microbiology Air Sampler) dll Alat pendukung adalah alat yang fungsinya mendukung pengambilan sampel seperti peralatan pengukur parameter lapangan (pH meter termometer barometer kecepatan angin hygrometer dll) dokumen terkait (surat tugas surat izin dll) alat tulis untuk perekaman proses pengambilan sampel penunjuk arah (kompas) dan penunjuk lokasi (GPS) dll APD yang digunakan dalam pengambilan sampel meliputi sarung tangan masker helm ear plugmuff P3K dll

i) Perencanaan terhadap wadah sampel yang akan digunakan untuk pengamanan dan transpor sampel harus disesuaikan dengan karakteristik dan interaksi parameter sampel yang akan diuji dengan sifat bahan wadah Sebagai contoh pengambilan sampel DOBOD harus menggunakan botol BOD khusus yang menggunakan tutup asah sedangkan untuk sampel mikrobiologi digunakan wadah steril

j) Pengawetan sampel dilakukan sesuai dengan karakteristik parameter yang akan diuji pada sampel mis pengawetan sampel untuk parameter golongan logam pada air menggunakan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 3

asam nitrat pekat (HNO3 p) hingga pH lt 2 sedangkan untuk sampel sianida total pada air diawetkan menggunakan NaOH hingga pH gt 12 dan didinginkan 4oCplusmn2oC pada tempat gelap

k) Batas penyimpanan sampel disesuaikan dengan parameter yang akan diuji dan mengacu pada acuan standar seperti ASTM (The American Society for Testing and Materials) dll

l) Pengamanan sampel di lapangan meliputi pengemasan pengamanan pada label sampel (spidol waterproof label yang baik) informasi tambahan yang penting (titik jenis parameter uji pengawetan waktu dan nama pengambil sampel) sehingga mencegah interaksi sampel dengan lingkungan yang menyebabkan perubahan kualitasnya (kontaminasi degradasi dll)

m) Transportasi sampel yang juga berkaitan dengan batas penyimpanan sampel harus diperhatikan dengan seksama Selain itu moda transportasi yang digunakan untuk membawa sampel juga harus dipenuhi standar keamanannya seperti harus mematuhi peraturan penerbangan nasional dan internasional bila sampel dibawa menggunakan pesawat udara

n) Penyimpanan sampel dilakukan baik secara fisik maupun kimia seperti meminimalkan adsorbsi pengasaman mencegah metabolisme mikroorganisme menghindari hidrolisis serta pengendapan Faktor kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan dengan proses pengambilan sampel

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Penentuan Titik Sampel

Prinsip penentuan titik sampel harus mempertimbangkan keterwakilan populasi atau kualitas lingkungan kemampuan peralatan keselamatan pengambil sampel faktor klimatologi biaya dan kaidah-kaidah empiris Prinsip-prinsip penentuan titik sampel pada media lingkungan adalah sebagai berikut a) Pengambilan sampel air a)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 736 tahun 2010 tentang Pengawasan Kualitas Air Minum

Peraturan daerah setempat a)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah jerigen botol botol BOD botol steril timba steril coolbox dll Peralatan pendukung pH meter termometer sisa klor GPS peralatan untuk menjamin

tidak terjadi kontaminasi (krustang kapas alkohol) dll Pengawet Asam (HNO3 p H2SO4 p) basa (NaOH) dry ice dll APD sarung tangan masker jaket pelampung dll

a)3 Aspek yang dipertimbangkan Kedalaman air Homogenitas (untuk sampel air badan air) Arah dan kecepatan aliran air (untuk sampel air badan air)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 4

Keterkaitan dengan pajanan pada masyarakat (bila digunakan untuk penelitian kesehatan masyarakat)

Jarak antar sampel Keselamatan dan kemampuan sumber daya

a)4 Penentuan titik sampel Air sungai ditentukan yaitu

Uji homogenitas sungai dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu lalu lakukan uji parameter lapangan (suhu pH DOoksigen terlarut dan DHLDaya Hantar Listrik) Apabila hasil pengujian beberapa parameter pada beberapa sampel tersebut tidak berbeda jauh dengan variasi lt 10 maka disebut homogen atau tercampur sementara sehingga sampel yang diambil untuk mewakili air sungai tersebut bisa lebih sedikit

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel air sungai harus meliputi daerah hulu yang belum terkontaminasi daerah pemanfaatan sungai daerah yang potensial terkontaminasi daerah pertemuan dua sungai dan daerah hilir

Air tanah Pengambilan sampel dilakukan plusmn 20 cm dari dasar sumur gali dan dipastikan agar tidak

ada sedimen yang ikut terambil atau pada mulut kran tempat air keluar untuk sumur bor

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel dilakukan pada daerah meliputi daerah dimana air tanah digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari termasuk air minum dan di daerah yang berisiko terkontaminasi (dekat penimbunanpembuangan akhir sampah daerah pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif wilayah pesisir dimana terjadi intrusi air laut dll)

b) Pengambilan sampel udara ambien dan udara dalam ruang b)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan Peraturan daerah setempat

b)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Peralatan utama High Volume Air Sampler (HVAS) RAC Gas Sampler EPAM CO dan CO2

Detektor Low Volume Sampler Microbiology Air Sampler atau Lamotte BD Pump dan Sound Level Meter

Peralatan pendukung pengukur kecepatan angin arah angir termometer hygrometer dan luxmeter

Bahan yang digunakan filter HVAS dan LVS absorbant (So2 NO2 H2S NH3 dan O3) dan larutan garam (NaCl) fisiologis steril

b)3 Aspek yang dipertimbangkan Berhubungan dengan klimatologi arah dan kecepatan angin bunga angin (wind rose)

kelembaban musim dan suhu udara Berhubungan dengan asumsi konsentrasi parameter inversi udara dispersi jarak terbang

(distance) dan ukuran partikel Bilamana sumber pencemar adalah cerobong asap maka ketinggian ukuran partikel dan jarak terhadap pemukiman penduduk harus dipertimbangkan

Berhubungan dengan pajanan daerah padat penduduk jarak terhadap sumber pencemar (radius)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 5

b)4 Penentuan titik sampel Pengambilan sampel udara ambien harus menghindari daerah yang dekat dengan

bangunan dan tanaman yang diperkirakan dapat mengabsorbsi atau mengadsorbsi pencemar daerah yang terdapat pengganggu kimia yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Emisi kimiawi kendaraan bermotor dapat mengganggu pengukuran ozon) dan daerah yang terdapat pengganggu fisik yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Pengukuran total partikulat atau TSP dapat terganggu oleh adanya insinerator disekitar lokasi pengukuran)

Pada umumnya lokasi pengukuran (pengambilan sampel) dilakukan pada daerah yang mempunyai konsentrasi parameter tinggi daerah padat penduduk daerah yang diasumsikan menerima paparan pencemar dan daerah yang digunakan untuk memproyeksikan dampak kegiatan pembangunan

c) Pengambilan sampel sedimen c)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Wadah Plastik atau wadah lainnya untuk sedimen tanah atau lumpur Plastik dan botol

steril untuk makanan Peralatan Grab Sampler untuk pengambilan sludge pada daerah yang sulit danatau

dalam c)3 Aspek yang dipertimbangkan

Potensi dan sumber pencemaran Topografi Jenis vegetasi Perkiraan terjadinya pencemaran

c)4 Penentuan titik sampel Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang

cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel meliputi daerah yang tanahnya diperkirakan akan kontak dengan masyarakat daerah yang mewakili pencemaran tertentu berdasarkan karakteristik kegiatan di wilayah tersebut (tanah pada pertanian perkebunan pertambangan dll) dan daerah yang tanahnya diperkirakan dapat mengkontaminasi media lingkungan lainnya

d) Pengambilan sampel makanan d)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan d)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah Plastik atau wadah atau botol untuk makanan Untuk sampel makanan yang akan diperiksa parameter bakteriologisnya maka digunakan wadah steril

Peralatan sendok sendok steril pisau steril dan peralatanbahan yang mendukung pengambilan secara aseptis (Contoh Pembakar bunsen dengan spiritus)

d)3 Aspek yang dipertimbangkan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 18: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 16

1E-4 mgkg-day

(00001

mgkg-day)

No Agent Dosis Respon Efek Kristis dan Referensi 4 NO2 2E-2 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) 5 SO2 26E-2 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) 6 TSP 242 Gangguan saluran pernafasan (EPANAAQS

1990) Disadur dari Rahman 2007 Mengingat pemutakhiran (update) RfD RfC dan SF berlangsung sangat cepat RfD RfC dan SF yang tercantum pada tabel di atas tidak bisa selamanya dijadikan acuan RfD RfC dan SF dari agen risiko yang lain serta update dari RfD RfC dan SF pada tabel di atas dapat dilihat dengan mengakses wwwepagoviris Tahapan dalam mengakses situs tersebut dapat dilihat pada lampiran 5 Tampilan evaluasi dosis - respon yang terdapat pada toxicological review pada situs tersebut dapat dilihat pada contoh berikut Contoh evaluasi dosis ndash respon (1) Methylmercury (MeHg) CASRN 22967-92-6 IA1 Oral RfD Summary Critical Effect Experimental Doses UF MF RfD

Developmental neuropsychological impairment Human epidemiological studies (Grandjean et al 1997 Budtz-Joslashrgensen et al 1999a)

Benchmark Dose BMDL05 range of 46-79 ppb in maternal blood for different neuropsychological effects in the offspring at 7 years of age corresponding to a range of maternal daily intakes of 0857-1472 microgkg-day

10 1

Conversion Factors and Assumptions mdashMaternal daily dietary intake levels were used as the dose surrogate for the observed developmental effects in the children exposed in utero The daily dietary intake levels were calculated from blood concentrations measured in the mothers with supporting additional values based on their hair concentrations This conversion is explained in the text below A benchmark dose approach (BMD) was used rather than a no-observed-adverse-effect levellowest-observed-adverse-effect level (NOAELLOAEL) approach to analyze the neurological effects in children as the response variable This analysis is also explained in the text below This assessment updates the 1995 RfD assessment on IRIS and is the same as the RfD that was based on the study of a poisoning episode in Iraq in which developmental neurotoxicity was observed following ingestion of methylmercury-treated grain (Marsh et al1987)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 17

mdash 15E+0 per (mgkg)day

Contoh evaluasi dosis - respon (2) Arsenic inorganic (CASRN 7440-38-2) IIB Quantitative Estimate of Carcinogenic Risk from Oral Exposure IIB1 Summary of Risk Estimates Oral Slope Factor Drinking Water Unit Risk mdash 5E-5 per (ugL) Extrapolation Method mdash Time- and dose-related formulation of the multistage model (US EPA 1988) Drinking Water Concentrations at Specified Risk Levels

Risk Level Concentration E-4 (1 in 10000) 2E+0 ugL E-5 (1 in 100000) 2E-1 ugL E-6 (1 in 1000000) 2E-2 ugL

Langkah 3 Analisis pajanan (exposure assessment) Setelah melakukan langkah 1 dan 2 selanjutnya dilakukan Analisis pemajanan yaitu dengan mengukur atau menghitung intake asupan dari agen risiko Untuk menghitung intake digunakan persamaan atau rumus yang berbeda Data yang digunakan untuk melakukan perhitungan dapat berupa data primer (hasil pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan sendiri) atau data sekunder (pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan oleh pihak lain yang dipercaya seperti BLH Dinas Kesehatan LSM dll) dan asumsi yang didasarkan pertimbangan yang logis atau menggunakan nilai default yang tersedia Rumus perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut Perhitungan intake non karsinogenik (INK) 1 Intake pada jalur pemajanan inhalasi (terhirup)

ܫ = ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphelliphelliphellipRumus 1

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ink (Intake)

Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada media udara (udara ambien)

mgm3 Tidak ada nilai default

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 18

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default R (Rate) Laju inhalasi atau

banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya

m3jam Dewasa 083 m3jam Anak ndash anak (6 ndash 12 tahun) 05 m3jam

tE (time of exposure) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap harinya

Jamhari - Pajanan pada pemukiman 24 jamhari - Pajanan pada lingkungan kerja 8 jamhari - Pajanan pada sekolah dasar 6 jamhari

fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasikelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(nk) (time average) Periode waktu rata ndash rata

Hari 30 tahun x 365 haritahun = 10950 hari

2 Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphelliphelliphellipRumus 2

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ink (Intake) Jumlah konsentrasi agen

risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari

Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada air bersihminum atau pada makanan

- mgl (air) mgkg (makanan)

Tidak ada nilai default

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 19

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default R (Rate) Laju konsumsi atau

banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya

- Liter hari (air) - Gram hari (makanan)

Air Minum - Dewasa (pemukiman) 2 literhari - Anak ndash anak (pemukiman) 1 literhari - Dewasa (lingkungan kerja) 1 literhari Makanan - Buah ndash buahan 42 gramhari - Sayuran 80 gramhari fE (frecuency of

exposure) Lamanya atau jumlah hari

terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(nk) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogen

Hari 30 tahun x 365 haritahun = 10950 hari

Perhitungan intake karsinogenik (IK) 1 Intake pada jalur pemajanan inhalasi (terhirup)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphellipRumus 3

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ik (Intake) Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada media udara (udara ambien)

mgm3 Tidak ada nilai default

R (Rate) Laju inhalasi atau banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya

m3jam Dewasa 083 m3jam Anak ndash anak (6 ndash 12 tahun) 05 m3jam

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 20

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default tE (time of exposure) Lamanya atau jumlah jam

terjadinya pajanan setiap harinya

Jamhari - Pajanan pada pemukiman 24 jamhari - Pajanan pada lingkungan kerja 8 jamhari - Pajanan pada sekolah dasar 6 jamhari

fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

2 Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ಲೇಸ

helliphelliphellipRumus 4

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ik (Intake) Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada air bersih minum atau pada makanan

- mgl (air) - mgkg (makanan)

Tidak ada nilai default

R (Rate) Laju konsumsi atau banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya

- literhari (air) - gramhari (makanan)

Air Minum - Dewasa (pemukiman) 2 literhari - Anak ndash anak (pemukiman) 1 literhari - Dewasa (lingkungan kerja) 1 literhari Makanan - Buah ndash buahan 42 gramhari - Sayuran 80 gramhari - Ikan tangkapan 54 gramhari

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 21

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok Populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

Analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL Hal ndash hal yang perlu diketahui dan dicermati dalam melakukan analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL adalah sebagai berikut Pada lsquodesktoprsquo ARKL tidak perlu dilakukan pengumpulan data Data yang menjadi dasar perhitungan intake menggunakan data sekunder dan asumsi Terkait dengan variabel konsentrasi pelu diperhatikan hal sebagai berikut Data sekunder umumnya dibutuhkan untuk mengetahui konsentrasi agen risiko pada media

lingkungan yang mana merupakan hasil pengukuran yang pernah dilakukan oleh pihak lain pada media lingkungan wilayah dan waktu yang sama

Ada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL dalam rangkaian studi AMDAL (kajian ANDAL dan RKL - RPL untuk aspek kesehatan masyarakat) suatu kegiatan sumber data konsentrasi dapat merupakan proyeksi perubahan rona lingkungan yang telah dikaji pada aspek yang lain mis proyeksi konsentrasi agen risiko di udara ambien pada tahap operasional kegiatan atau proyeksi konsentrasi agen risiko di air bersih pada tahap operasional kegiatan

Terkait dengan variabel perhitungan yang lain (R tE fE Dt Wb dan tAVG) asumsi didasarkan pada logika yang rasional atau nilai default yang sudah tersedia Adapun nilai default untuk berbagai variabel pada lsquodesktoprsquo ARKL dapat dilihat pada tabel 9 berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 22

Tabel 9 Nilai default dari faktor pajanan (Rahman 2007) Tataguna lahan

Jalur pajanan Asupan harian Frekuensi pajanan (haritahun)

Durasi pajanan (tahun)

Berat badan (kg)

Residensial Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

12 m3 (anak) raquo 05 350 6 15 Industri amp komersial

Air minum 1 L 250 25 70 55 b

Pertanian Tanaman perkarangan

42 g (buah - buahan)

350 30 70 55 b

80 g (sayur - mayur)

350 30 70 55 b

Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

Rekreasi Ikan tangkapan 54 g 350 30 70 55 b Disadur dari Rahman 2007 seluruhnya berasal dari Exposure Factor Handbook (EPA 1990) kecuali bNukman et al (2005) 324 Langkah 4 Karakterisasi risiko (risk characterization) Langkah ARKL yang terakhir adalah karakterisasi risiko yang dilakukan untuk menetapkan tingkat risiko atau dengan kata lain menentukan apakah agen risiko pada konsentrasi tertentu yang dianalisis pada ARKL berisiko menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat (dengan karakteristik seperti berat badan laju inhalasikonsumsi waktu frekuensi durasi pajanan yang tertentu) atau tidak Karakteristik risiko dilakukan dengan membandingkan membagi intake dengan dosis konsentrasi agen risiko tersebut Variabel yang digunakan untuk menghitung tingkat risiko adalah intake (yang didapatkan dari analisis pemajanan) dan dosis referensi (RfD) konsentrasi referensi (RfC) yang didapat dari literatur yang ada (dapat diakses di situs wwwepagoviris) 1 Karakterisasi risiko pada efek non karsinogenik Perhitungan tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko untuk efek non karsinogenik dinyatakan dalam notasi Risk Quotien (RQ) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek non karsinogenik dilakukan perhitungan dengan membandingkan membagi intake dengan RfC atau RfD Rumus untuk menentukan RQ adalah sebagai berikut ூ

ோ helliphelliphelliphellipRumus 5

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur inhalasi (terhirup) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 1 RfC (reference concentration) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan inhalasi

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 23

ூோ

helliphelliphelliphelliphellipRumus 6

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur ingesti (tertelan) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 2 RfD (reference dose) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan ingesti

Didapat Interpretasi tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko yang diperoleh pada ARKL merupakan konsumsi pakar ataupun praktisi sehingga perlu disederhanakan atau dipilihkan bahasa yang lebih sederhana agar dapat diterima oleh khalayak atau publik Tingkat risiko dinyatakan dalam angka atau bilangan desimal tanpa satuan Tingkat risiko dikatakan AMAN bilamana intake le RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ le 1 Tingkat risiko dikatakan TIDAK AMAN bilamana intake gt RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ gt 1 Narasi yang digunakan dalam penyederhanaan interpretasi risiko agar dapat diterima oleh khalayak atau publik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll Contoh Tingkat risiko RQ untuk pajanan Pb (inhalasi) sebesar 000008 microgm3 pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan rata - rata 55 kg dan telah terpajan 350 haritahun selama 20 tahun diketahui sebesar 0098 maka Interpretasi risiko Pajanan Pb sebesar 000008 microgm3 secara inhalasi pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan 55 Kg masih aman untuk frekuensi pajanan 350 haritahun hingga 20 tahun mendatang Perhitungan tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko untuk efek karsinogenik dinyatakan dalam notasi Excess Cancer Risk (ECR) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek karsinogenik dilakukan perhitungan dengan mengkali intake dengan SF Rumus untuk menentukan ECR adalah sebagai berikut

ܥܧ = Rumus 7helliphelliphelliphellip ܨ ݔ ܫKeterangan Digunakan untuk menghitung tingkat risiko pada agen risiko dengan efek karsinogenik I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 3 atau rumus SF (slope factor) Nilai referensi agen risiko dengan efek karsinogenik

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 24

Interpretasi tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko dinyatakan dalam bilangan exponen tanpa satuan (cth 13E-4) Tingkat risiko dikatakan acceptable atau aman bilamana ECR le E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR le 110000 Tingkat risiko dikatakan unacceptable atau tidak aman bilamana ECR gt E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR gt 110000 Contoh ECR = 13E-5 (13 x 10-5) dapat diinterpretasikan sebagai berikut ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Narasi yang digunakan dalam risiko karsinogenik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoacceptablersquo atau lsquounacceptablersquo (lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo) - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll - Risiko kanker [ mis ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Contoh Tingkat risiko ECR untuk pajanan benzene (inhalasi) sebesar 03 microgm3 pada pekerja depo penampungan BBM di Jakarta dengan berat badan rata - rata 60 kg dan telah terpajan 250 haritahun selama 10 tahun diketahui sebesar 456E-4

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 1

MODUL II MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Manajemen Risiko Kesehatan Lingkungan

Manajemen risiko adalah proses mengidentifikasi evaluasi penyeleksian dan melakukan

upaya untuk mengurangi risiko terhadap ekosistem dan kesehatan manusia (Omenn GS et al 1997) Setelah melakukan keempat langkah ARKL di atas maka telah dapt diketahui apakah suatu agen risiko amandapat diterima atau tidak Manajemen risiko bukan termasuk langkah ARKL melainkan tindak lanjut yang harus dilakukan bilamana hasil karakterisasi risiko menunjukkan tingkat risiko yang tidak aman ataupun unacceptable Dalam melakukan manajemen risiko perlu dibedakan antara strategi manajemen risiko dengan cara manajemen risiko Strategi manajemen risiko meliputi penentuan batas aman yaitu

1 Konsentrasi agen risiko (C) danatau 2 Jumlah konsumsi (R) danatau 3 Waktu pajanan (tE) danatau

4 Frekuensi pajanan (fE) danatau

5 Durasi pajanan (Dt)

Setelah batas aman ditentukan selanjutnya perlu dilakukan penapisan alternatif terhadap batas aman yang mana yang akan dijadikan sebagai target atau sasaran pencapaian dalam pengelolaan risiko Batas aman yang dipilih adalah batas aman yang lebih rasional dan realistis untuk dicapai

Adapun cara manajemen risiko adalah cara atau metode yang akan digunakan untuk

mencapai batas aman tersebut Cara manajemen risiko meliputi beberapa pendekatan yaitu pendekatan teknologi pendekatan sosial - ekonomis dan pendekatan institusional penjelasan lebih lanjut langkah ndash langkah dalam manajemen risiko akan dijelaskan pada sub bahasan selanjutnya

Materi Sub Bahasan Strategi manajemen risiko

1 Penentuan batas aman Batas aman disini adalah batas atau nilai terendah yang menyebabkan tingkat risiko

menjadi tidak aman (tidak dapat diterima) Oleh karenannya nilai yang aman adalah nilai di bawah batas amannya sedangkan nilai yang sama dengan batas aman tersebut akan menyebabkan tingkat risiko menjadi tidak aman Sebagai contoh jika hasil

perhitungan menunjukkan konsentrasi aman adalah 4499 microgm3 maka nilai konsentrasi

yang benar ndash benar aman adalah di bawah 4499 microgm3 (lt4499 microgm3) 4498 microgm3

a) Penentuan konsentrasi aman (C) Dalam penentuan konsentrasi aman semua variabel dan nilai yang digunakan

sama dengan variabel dan nilai pada perhitungan intake Akan tetapi nilai intake yang digunakan adalah RfD atau RfC agen risikonya

Sedangkan konsentrasi aman pada intake karsinogenik perhitungan didasarkan

pada nilai acceptable sebesar 10-4 dibagi nilai SF nya Selain itu variabel tavg disesuaikan dengan perhitungan karsinogenik yaitu (70 haritahun x 365 hari) Untuk menghitung konsentrasi aman digunakan rumus sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 2

Konsentrasi aman non karsinogenik Konsentrasi aman non karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 8

Konsentrasi aman non karsinogenik (ingestii)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ಶ ௫

Rumus 9

Konsentrasi aman karsinogenik Konsentrasi aman karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 10

Konsentrasi aman karsinogenik (ingesti)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 11

Keterangan

Notasi Arti Notasi C(aman) (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada udara ambien atau pada

air bersihminum atau pada makanan yang aman

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 3

Notasi Arti Notasi R (Rate) Laju asupan

Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

Volume air minum yang masuk tubuh (liter) setiap harinya

Volume makanan yang masuk tubuh (gram) setiap harinya

tE atau time of exposure (rumus 8)

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode

b) Penentuan jumlah konsumsi aman (R)

Laju asupan yang dapat dikelola hanyalah pada pada pajanan melalui makanan dan air minum (ingesti) karena masih banyak substitusi untuk setiap jenis makanan ataupun air minum Untuk pajanan melalui udara (inhalasi) pembatasan laju inhalasi hampir tidak mungkin dilakukan Untuk menghitung jumlah konsumsi aman digunakan rumus sebagai berikut Laju konsumsi aman non karsinogenik (ingesti)

() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ಶ ௫

Rumus 12

Laju konsumsi aman karsinogenik (ingesti)

() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ಶ ௫

Rumus 13

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 4

Keterangan Notasi Arti Notasi

R(aman) Laju konsumsi atau banyaknya volume makanan (gram) atau volume air (liter) yang masuk tubuh setiap harinya yang aman

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

c) Penentuan waktu pajanan aman (tE) Waktu pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan

kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan waktu pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah jam terpapar setiap harinya oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung waktu pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Waktu pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 14

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 5

Waktu pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 15

Keterangan

Notasi Arti Notasi t(aman) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap

harinya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

d) Penentuan frekuensi pajanan aman (fE)

Frekuensi pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan frekuensi pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah hari terpapar dalam satu tahun oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung frekuensi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Frekuensi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 16

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 6

Frekuensi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 17

Keterangan

Notasi Arti Notasi fE(aman) (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan

setiap tahunnya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

e) Penentuan durasi pajanan aman (Dt) Durasi pajanan aman dikelola pada pemajanan inhalasi pada lingkungan

yang permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan durasi pajanan dilakukan dengan membatasi lamanya tinggal (tahun) masyarakat pada suatu pemukiman dengan cara melakukan lsquorelokasirsquo pemukiman pada saat telah melewati batas durasi amannya Penerapan strategi durasi pajanan aman untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) kurang tepat karena pada pemajanan ingesti manajemen risiko cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung durasi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Durasi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 18

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 7

Durasi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 19

Keterangan

Notasi Arti Notasi Dt (aman) (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan yang

aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

tE atau time of exposure

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

2 Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko Penapisan alternatif manajemen risiko harus didasarkan pada pertimbangan logis

dan turut mempertimbangkan berbagai faktor termasuk cara pengelolaan risikonya Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini

Tabel 10 Alternatif manajemen risiko dan penggunaannya Alternatif Pengelolaan

Risiko Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Penurunan konsentrasi hingga ke batas aman (konsentrasi aman)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 8

Alternatif Pengelolaan Risiko

Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Pengurangan konsumsi hingga ke batas aman (jumlah konsumsi aman)

Pembatasan waktu pajanan hingga ke batas aman (waktui pajanan aman)

Pembatasan frekuensi pajanan hingga ke batas aman (frekuensi pajanan aman)

Pembatasan durasi pajanan hingga ke batas aman (durasi pajanan aman)

Materi Sub Bahasan Cara manajemen risiko

Manajemen risiko selain membutuhkan strategi yang tepat juga harus dilakukan dengan

cara atau metode yang tepat Dalam aplikasinya cara manajemen risiko dapat dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu 1) Pendekatan teknologi

Manajemen risiko menggunakan teknologi yang tersedia meliputi penggunaan alat bahan dan metode serta teknik tertentu Contoh manajemen risiko dengan pendekatan teknologi antara lain penerapan penggunaan IPAL pengolahan penyaringan air modifikasi cerobong asap penanaman tanaman penyerap polutan dll

2) Pendekatan sosial - ekonomis

Manajemen risiko menggunakan pendekatan sosial - ekonomis meliputi pelibat-sertaan pihak lain efisiensi proses substitusi dan penerapan sistem kompensasi Contoh manajemen risiko dengan pendekatan sosial ndash ekonomis antara lain 3R (reduce reuse dan recycle) limbah pemberdayaan masyarakat yang berisiko pemberian kompensasi pada masyarakat yang terkena dampak permohonan bantuan pemerintah akibat keterbatasan pemrakarsa (pihak yang bertanggung jawab mengelola risiko) dll

3) Pendekatan institusional

Manajemen risiko dengan menempuh jalur dan mekanisme kelembagaan dengan cara melakukan kerjasama dengan pihak lain Contoh manajemen risiko dengan pendekatan institusional antara lain kerjasama dalam pengolahan limbah B3 mendukung pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah menyampaikan laporan kepada instansi yang berwenang dll

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 1

MODUL III SURVEILANS FAKTOR RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans oleh World Health Organization (WHO) didefinisikan sebagai kegiatan

berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data kesehatan masyarakat yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat Surveilans yang dilakukan diharapkan dapat Menjadi sistem kewaspadaan dini terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat di masa yang

akan datang Mendokumentasikan dampak dari suatu intervensi atau jejak dari kemajuan program dalam

mencapai tujuan tertentu dan Memonitor dan mengklarifikasi masalah kesehatan secara epidemiologi guna menetapkan

priritas dan menginformasikan kebijakan dan strategi kesehatan ke publik

Faktor risiko dalam dunia kesehatan dan epidemiologi biasa didefinisikan sebagai faktor-faktor atau kondisi yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit Faktor risiko tersebut umumnya dapat dikatagorikan menjadi beberapa jenis yaitu faktor risiko genetis faktor risiko perilaku dan faktor risiko lingkungan

Dari kedua definisi di atas maka surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah kegiatan berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor-faktor atau kondisi lingkungan yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan lingkungan Untuk itu ada beberapa hal yang menjadi kata kunci dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yaitu sistematis dan berkesinambungan pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor lingkungan yang dapat menyebabkan sakit dan upaya kesehatan lingkungan

Materi Sub Bahasan Konsep dan Penerapan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Penyakit dan masalah kesehatan masyarakat erat terhubung dengan faktor atau kondisi

lingkungan Oleh karenanya secara naluriah setiap manusia menginginkan lingkungan yang sehat dan nyaman sebagai tempat tinggalnya yang juga kondusif terhadap kondisi kesehatannya Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang salah satunya ditempuh melalui kegiatan penyehatan lingkungan (kesehatan lingkungan) Dalam rangka mewujudkan kondisi lingkungan sesuai dengan yang diharapkan upaya yang dilakukan haruslah tepat guna tepat sasaran sistematis dan terencana dengan baik serta berbasis bukti (evidence based) Sehingga perumusan upaya kesehatan lingkungan yang akan diterapkan harus didukung dengan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yang baik

Filosofi dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah melakukan pengamatan dan pengawasan terus-menerus terhadap kondisi lingkungan yang diperkirakan dapat menyebabkan penyakit pada manusia Hasil dari kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah berupa informasi mengenai apakah faktor atau kondisi lingkungan tertentu yang diamati berisiko menimbulkan kesakitan dan rekomendasi upaya tidak lanjut yang dibutuhkan untuk mengendalikannya Konsep dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dipahami dari gambar 6

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 2

(sumber Mullan N et al 2008)

Gambar 6 Konsep Surveilans Awal dan Lanjutan dalam Kesehatan Lingkungan

Konsep di atas diadaptasi dari versi model surveilans kesehatan yang diterapkan di Kanada

Dalam prakteknya surveilans kesehatan lingkungan dilakukan dalam dua tahapan dimana pengumpulan data hingga desiminasi diklasifikasikan sebagai surveilans awal dan sintesa pengetahuan dan proses perumusan kebijakan yang merupakan input dari stakeholder dan peneliti sebagai surveilans lanjutan Surveilans awal dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data rutin (menggunakan form yang telah dibakukan pada masing-masing Negara) sedangkan analisis dan interpretasi dari basis data yang umumnya digunakan untuk tujuan monitoring ataupun pembuatan regulasi Selanjutnya surveilans lanjutan dirumuskan dari hasil surveilans awal dikombinasikan dengan masukan dari para peneliti dan stakeholder yang concern (peduli) terhadap masalah kesehatan lingkungan guna memberikan pemahaman pengertian yang baik terhadap isu yang berkembang serta dapat dirumuskan keputusan upaya tindak lanjut yang tepat untuk merespon isu tersebut

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bukan merupakan hal yang baru Konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan telah dilaksanakan sejak lama oleh sektor kesehatan mulai dari unit yang paling bawah seperti puskesmas hingga tingkat kementerian Namun sedikit perbedaan dalam istilah dan nama yang digunakan membuat konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan terkesan suatu terobosan baru Di unit puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten kota pelaksanaan kegiatan ini identik dengan kegiatan inspeksi sanitasi Inspeksi sanitasi yang dilakukan di puskesmas maupun dinas kesehatan dilakukan pada obyek kesehatan lingkungan secara periodik (time series) dengan fokus pada faktor risiko kesehatan lingkungan pada obyek tersebut Sebagai contoh inspeksi sanitasi depot air minum dilakukan oleh puskesmas atau dinas kesehatan kabupaten kota secara rutin (minimal setahun sekali) dengan melakukan observasi kesehatan lingkungan wawancara terkait perilaku dalam penanganan depot air minum dan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 3

pemeriksaan laboratorium kualitas air baku (air bersih) dan air olahan (air minum) Data hasil inspeksi sanitasi pada satu lokasi depot air minum yang sama dalam beberapa periode inspeksi merupakan basis data (database) yang dapat diinterpretasi dianalisis baik secara tunggal (hanya data satu depot tersebut) ataupun bersamaan dengan data inspeksi depot air minum yang lain dan didesiminasikan Selanjutnya hasil desiminasi tersebut dapat ditindaklanjuti dengan melakukan upaya diantaranya pembinaan pelatihan dan lain sebagainya

Materi Sub Bahasan Desain dan Metodologi Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan merupakan suatu studi yang dapat dilakukan dengan desain cross sectional kasus kontrol ataupun kohort Sebagai suatu studi yang masuk ke dalam ranah epidemiologi kesehatan lingkungan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan selain melihat kecenderungan data juga digunakan untuk melihat adanya hubungan antara pajanan lingkungan dan dampak kesehatan (penyakit) Oleh karenanya dalam surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan diperlukan data-data sebagai berikut

1 Data geografis wilayah dilakukan dengan menggunakan GPS untuk penentuan koordinat lokasi dilakukan pengambilan sampel pengumpulan data

2 Data faktor risiko lingkungan meliputi data kualitas lingkungan (pengambilan dan pemeriksaan sampel) data kondisi lingkungan sanitasi yang dikumpulkan melalui observasi (pengisian cek lis) dan wawancara Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dbutuhkan data kualitas udara dalam ruang yang dilakukan dengan pengukuran dan data berkaitan dengan jenis lantai ventilasi bahan bakar memasak dan lain sebagainya

3 Data faktor risiko lingkungan meliputi data perilaku sampel (responden) yang juga merupakan faktor risiko dari penyakit berbasis lingkungan yang menjadi perhatian Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA selain data kualitas udara dalam ruang dan ventilasi perlu dikumpulkan data terkait dengan kebiasaan membuka jendela

4 Data pajanan meliputi data lama tinggal pola aktivitas pekerjaan data konsumsi makanan dan air dan lain sebagainya Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dibutuhkan data lama tinggal dan rata-rata lama berada di dalam rumah

Sebagai suatu studi surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dilakukan dengan desain

tertentu yang disesuaikan dengan tujuan permasalahan yang akan dikaji dan faktor-faktor lainnya Sebagaimana dijelaskan di atas surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional kasus kontrol dan kohort Penggunaan desain studi pada surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seperti pada tabel 11

Tabel 11 Perbandingan Desain Studi

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort Desain pemilihan sampel (sampling)

Random Bisa juga dipisah fixed disease sampling atau fixed exposure sampling

Sampel terpisah untuk kasus (sakit) dan kontrol (tidak sakit)

Sampel terpisah untuk terpajan dan tidak terpajan

Waktu periode pelaksanaan (arah pengusutan)

Satu titik waktu atau sesaat (non directional)

Retrospektif Prospektif Followup selama periode waktu tertentu

Kausalitas Hanya menjelaskan Kausalitas awal Kausalitas dengan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 4

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort hubungan antara faktor risiko kesehatan lingkungan dengan penyakit (namun bukan bersifat kausalitas)

bukti sekuensi temporal

Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai pengganti risiko

Odds sebagai pengganti risiko

Insidensi (R Risiko) Insidence rate

Perbandingan risiko Prevalence Ratio (PR) Odds Ratio (OR) Risiko Relatif (RR)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan lebih tepat menggunakan desain cross sectional dikarenakan dalam pemilihan sampling dilakukan secara random dan pengumpulan data lingkungan dan penyakit dilakukan pada satu waktu Output dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dengan desain cross sectional adalah hubungan (bukan kausalitas) antara faktor lingkungan dan penyakit Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bisa dilakukan dengan desain kasus kontrol bilamana titik tolak studi (pengusutan) dimulai dari adanya penyakit dan sampel dikelompokkan menjadi kasus (sampel yang menderita penyakit) dan kontrol (sehat) dan data faktor lingkungan sebelum kasus sakit tersedia Selain itu surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat menggunakan desain studi kohort (prospektif) dengan memantau secara terus menerus (hingga periode tertentu) kualitas lingkungan dan faktor lingkungan lainnya bersamaan dengan penyakitnya

Materi Sub Bahasan Tahapan Kegiatan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Tahapan kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seyogyanya terdiri dari survey pendahuluan dan pengumpulan data awal penyusunan instrumen survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pengolahan dan analisis data dan diseminasi Tahapan kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut

1 Survey pendahuluan dan pengumpulan data awal pengumpulan data awal dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal pada lokasi meliputi background data yang telah tersedia atau data lainnya yang berhubungan Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data sekunder dan juga perlu ditentukan lokasi yang akan menjadi titik pengambilan sampel

2 Penyusunan instrumen berdasarkan data awal yang dikumpulkan disusun instrumen untuk survey pengambilan dan pemeriksaan sampel Instrumen disusun berbentuk cek lis danatau kuisioner Untuk mendapatkan data sesuai yang diharapkan instrumen yang telah dibuat sebaiknya diuji coba terlebih dahulu

3 Survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data primer dan pengumpulan data menggunakan instrumen yang digunakan

4 Pengolahan dan analisis data data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis yang dapat dilakukan secara manual ataupun alat bantu lainnya (mis software pengolah data) Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data informasi disajikan dalam bentuk tabel grafik gambar dan peta yang terangkum dalam laporan

5 Diseminasi dimaksudkan untuk menyebarluaskan informasi dan temuan lapangan kepada para stakeholder

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 1

MODUL IV ANALISIS KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Prinsip Dasar Analisis Kualitas Kesehatan Lingkungan

Analisis adalah kajian atau penelitian yang dititikberatkan pada variabel tertentu untuk mengetahui keadaan atau kondisi sebenarnya termasuk juga yang berkaitan dengan sebab musabab terjadinya kondisi tersebut Dengan demikian analisis kualitas lingkungan merupakan suatu kegiatan yang menggunakan cara atau metode ilmiah guna mengetahui seperti apa kondisi atau kualitas kesehatan lingkungan pada suatu tempat waktu yang melibatkan juga masyarakat di tempat tersebut Umumnya analisis kualitas kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk kegiatan pengambilan dan pemeriksaan sampel pengawasan kualitas kesehatan lingkungan melalui kegiatan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi serta interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Analisis kualitas kesehatan lingkungan merupakan kegiatan yang harus mampu dilakukan oleh seorang pejabat kesehatan lingkungan ataupun fungsional sanitarian Perlunya dilakukan analisis ini adalah untuk menjadi bahan masukan ataupun dasar untuk melakukan manajemen risiko kesehatan lingkungan Implementasi dari manajemen risiko kesehatan lingkungan ini bisa dalam bentuk intervensi (pendekatan) teknologi pendekatan sosial melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat secara aktif dan melalui kerjasama jejaring kemitraan antar pihak yang berkepentingan (stakeholder)

Materi analisis kualitas kesehatan lingkungan dalam modul ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan juga keterampilan bagi peserta dalam menilai prosedur pengambilan dan pemeriksaan sampel serta interpretasi hasil pemeriksaan sampel yang dilakukan dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan Materi dalam modul ini bukan dimaksudkan agar peserta mampu melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel kesehatan lingkungan sendiri tanpa berkerjasama dengan laboratorium Materi Sub Bahasan Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Kesehatan Lingkungan

Pengambilan sampel kesehatan lingkungan hakikatnya dilakukan untuk memotret atau

menjadi acuan untuk menduga kualitas kesehatan lingkungan pada suatu media di suatu wilayah Secara garis besar pengambilan sampel bertujuan untuk mengumpulkan data rona awal kesehatan lingkungan dan memantau kondisi kesehatan lingkungan Dalam hal memantau kesehatan lingkungan pengambilan sampel dilakukan untuk menentukan status kualitas kesehatan lingkungan menentukan kebijakan kesehatan lingkungan menegakkan hukum kesehatan dan lingkungan dan melakukan penelitian kesehatan lingkungan

Kualitas kesehatan lingkungan merupakan hal yang kompleks dan begitu dinamis karena dipengaruhi begitu banyak variabelfaktor Untuk itu pengambilan sampel l kesehatan ingkungan yang bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan harus dilakukan dengan cermat tepat serta butuh perencanaan dan pengorganisasian yang baik Untuk menjamin pengambilan sampel dapat menjamin keterwakilan kualitas kesehatan lingkungan perlu diperhatikan beberapa aspek yaitu lokasi dan titik pengambilan sampel parameter kualitas lingkungan yang akan dipilih serta ukuran jumlah dan volume sampel yang akan diambil Perencanaan Pengambilan Sampel

Seperti halnya kegiatan dan program pengambilan sampel sesuai dengan yang diharapkan perlu direncanakan dengan baik Perencanaan pengambilan sampel ini bertujuan untuk memastikan dan menegaskan kembali tujuan pengambilan sampel kesehatan lingkungan memutuskan cara-cara

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 2

mencapai tujuan mengetahui secara tepat hal-hal yang perlu dilakukan pada saat pengambilan sampel menyiapkan sumber daya yang diperlukan dan menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pengambilan sampel Jelasnya unsur-unsur perencanaan pengambilan sampel meliputi

a) Tujuan pengambilan sampel harus dipastikan apakah dalam rangka pengumpulan data rona kesehatan lingkungan awal atau dalam rangka memantau kesehatan lingkungan

b) Merencanakan biaya pengambilan sampel dengan mempertimbangkan empat hal yaitu aksesibilitas lokasi dan titik pengambilan sampel jumlah jenis dan kompleksitas sampel frekuensi pengambilan sampel serta penjaminan dan pengendalian mutu di lapangan Selain empat hal yang perlu dipertimbangkan tersebut perlu diketahui komponen pembiayaan dalam pengambilan sampel yaitu depresiasi (penyusutan) nilai peralatan kalibrasi peralatan pemakaian bahan pengawet secara kimia danatau fisika penggunaan bahan habis pakai penggunaan wadah sampel transportasi ke lokasi pengambilan sampel akomodasi (bila perlu) honor pengambil sampel (lumpsum atau per diem) dan penyusunan laporan pengambilan sampel

c) Administrasi berkaitan dengan pengambilan sampel yang meliputi penyiapan surat tugas surat pemberitahuan perizinan brevet ataupun lencana kewenangan pencatatan pendokumentasian dan hal-hal pendukung lainnya

d) Perlu jaminan pengambil sampel pada saat pengambilan sampel merupakan personel yang kompeten danatau berwenang dengan kualifikasi (kompetensi) latar belakang pendidikan yang sesuai pengalaman di bidangnya terampil dan diakui ataupun tersertifikasi

e) Penentuan parameter pengujian terhadap sampel yang diambil sesuai dengan tujuan pengambilan sampel turut mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait serta disesuaikan dengan parameter indikatif suatu kegiatan atau wilayah tertentu Mis parameter indikatif pada industri Pulp dan kertas adalah pH BOD COD dan TSS sedangkan pada wilayah pertambangan emas parameter yang diambil adalah air raksa (Hg) dan sianida (CN-)

f) Penentuan media lingkungan yang akan dilakukan pengambilan sampel g) Merencanakan tipe sampel yang akan diambil apakah sampel sesaat (grab sample) sampel

gabungan (composite sample) sampel terpadu (integrated sample) atau sampel kontinyu (continous sample)

h) Peralatan pengambilan sampel harus direncanakan dengan baik Peralatan pengambilan sampel terdiri dari peralatan pengambil sampel (utama) peralatan pendukung dan peralatan K3 atau APD Peralatan pengambil sampel adalah peralatan yang fungsinya untuk mengambil sampel lingkungan dengan parameter yang direncanakan seperti HVAS (High Volume Air Sampler) LVS (Low Volume Sampler) MAS (Microbiology Air Sampler) dll Alat pendukung adalah alat yang fungsinya mendukung pengambilan sampel seperti peralatan pengukur parameter lapangan (pH meter termometer barometer kecepatan angin hygrometer dll) dokumen terkait (surat tugas surat izin dll) alat tulis untuk perekaman proses pengambilan sampel penunjuk arah (kompas) dan penunjuk lokasi (GPS) dll APD yang digunakan dalam pengambilan sampel meliputi sarung tangan masker helm ear plugmuff P3K dll

i) Perencanaan terhadap wadah sampel yang akan digunakan untuk pengamanan dan transpor sampel harus disesuaikan dengan karakteristik dan interaksi parameter sampel yang akan diuji dengan sifat bahan wadah Sebagai contoh pengambilan sampel DOBOD harus menggunakan botol BOD khusus yang menggunakan tutup asah sedangkan untuk sampel mikrobiologi digunakan wadah steril

j) Pengawetan sampel dilakukan sesuai dengan karakteristik parameter yang akan diuji pada sampel mis pengawetan sampel untuk parameter golongan logam pada air menggunakan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 3

asam nitrat pekat (HNO3 p) hingga pH lt 2 sedangkan untuk sampel sianida total pada air diawetkan menggunakan NaOH hingga pH gt 12 dan didinginkan 4oCplusmn2oC pada tempat gelap

k) Batas penyimpanan sampel disesuaikan dengan parameter yang akan diuji dan mengacu pada acuan standar seperti ASTM (The American Society for Testing and Materials) dll

l) Pengamanan sampel di lapangan meliputi pengemasan pengamanan pada label sampel (spidol waterproof label yang baik) informasi tambahan yang penting (titik jenis parameter uji pengawetan waktu dan nama pengambil sampel) sehingga mencegah interaksi sampel dengan lingkungan yang menyebabkan perubahan kualitasnya (kontaminasi degradasi dll)

m) Transportasi sampel yang juga berkaitan dengan batas penyimpanan sampel harus diperhatikan dengan seksama Selain itu moda transportasi yang digunakan untuk membawa sampel juga harus dipenuhi standar keamanannya seperti harus mematuhi peraturan penerbangan nasional dan internasional bila sampel dibawa menggunakan pesawat udara

n) Penyimpanan sampel dilakukan baik secara fisik maupun kimia seperti meminimalkan adsorbsi pengasaman mencegah metabolisme mikroorganisme menghindari hidrolisis serta pengendapan Faktor kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan dengan proses pengambilan sampel

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Penentuan Titik Sampel

Prinsip penentuan titik sampel harus mempertimbangkan keterwakilan populasi atau kualitas lingkungan kemampuan peralatan keselamatan pengambil sampel faktor klimatologi biaya dan kaidah-kaidah empiris Prinsip-prinsip penentuan titik sampel pada media lingkungan adalah sebagai berikut a) Pengambilan sampel air a)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 736 tahun 2010 tentang Pengawasan Kualitas Air Minum

Peraturan daerah setempat a)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah jerigen botol botol BOD botol steril timba steril coolbox dll Peralatan pendukung pH meter termometer sisa klor GPS peralatan untuk menjamin

tidak terjadi kontaminasi (krustang kapas alkohol) dll Pengawet Asam (HNO3 p H2SO4 p) basa (NaOH) dry ice dll APD sarung tangan masker jaket pelampung dll

a)3 Aspek yang dipertimbangkan Kedalaman air Homogenitas (untuk sampel air badan air) Arah dan kecepatan aliran air (untuk sampel air badan air)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 4

Keterkaitan dengan pajanan pada masyarakat (bila digunakan untuk penelitian kesehatan masyarakat)

Jarak antar sampel Keselamatan dan kemampuan sumber daya

a)4 Penentuan titik sampel Air sungai ditentukan yaitu

Uji homogenitas sungai dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu lalu lakukan uji parameter lapangan (suhu pH DOoksigen terlarut dan DHLDaya Hantar Listrik) Apabila hasil pengujian beberapa parameter pada beberapa sampel tersebut tidak berbeda jauh dengan variasi lt 10 maka disebut homogen atau tercampur sementara sehingga sampel yang diambil untuk mewakili air sungai tersebut bisa lebih sedikit

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel air sungai harus meliputi daerah hulu yang belum terkontaminasi daerah pemanfaatan sungai daerah yang potensial terkontaminasi daerah pertemuan dua sungai dan daerah hilir

Air tanah Pengambilan sampel dilakukan plusmn 20 cm dari dasar sumur gali dan dipastikan agar tidak

ada sedimen yang ikut terambil atau pada mulut kran tempat air keluar untuk sumur bor

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel dilakukan pada daerah meliputi daerah dimana air tanah digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari termasuk air minum dan di daerah yang berisiko terkontaminasi (dekat penimbunanpembuangan akhir sampah daerah pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif wilayah pesisir dimana terjadi intrusi air laut dll)

b) Pengambilan sampel udara ambien dan udara dalam ruang b)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan Peraturan daerah setempat

b)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Peralatan utama High Volume Air Sampler (HVAS) RAC Gas Sampler EPAM CO dan CO2

Detektor Low Volume Sampler Microbiology Air Sampler atau Lamotte BD Pump dan Sound Level Meter

Peralatan pendukung pengukur kecepatan angin arah angir termometer hygrometer dan luxmeter

Bahan yang digunakan filter HVAS dan LVS absorbant (So2 NO2 H2S NH3 dan O3) dan larutan garam (NaCl) fisiologis steril

b)3 Aspek yang dipertimbangkan Berhubungan dengan klimatologi arah dan kecepatan angin bunga angin (wind rose)

kelembaban musim dan suhu udara Berhubungan dengan asumsi konsentrasi parameter inversi udara dispersi jarak terbang

(distance) dan ukuran partikel Bilamana sumber pencemar adalah cerobong asap maka ketinggian ukuran partikel dan jarak terhadap pemukiman penduduk harus dipertimbangkan

Berhubungan dengan pajanan daerah padat penduduk jarak terhadap sumber pencemar (radius)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 5

b)4 Penentuan titik sampel Pengambilan sampel udara ambien harus menghindari daerah yang dekat dengan

bangunan dan tanaman yang diperkirakan dapat mengabsorbsi atau mengadsorbsi pencemar daerah yang terdapat pengganggu kimia yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Emisi kimiawi kendaraan bermotor dapat mengganggu pengukuran ozon) dan daerah yang terdapat pengganggu fisik yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Pengukuran total partikulat atau TSP dapat terganggu oleh adanya insinerator disekitar lokasi pengukuran)

Pada umumnya lokasi pengukuran (pengambilan sampel) dilakukan pada daerah yang mempunyai konsentrasi parameter tinggi daerah padat penduduk daerah yang diasumsikan menerima paparan pencemar dan daerah yang digunakan untuk memproyeksikan dampak kegiatan pembangunan

c) Pengambilan sampel sedimen c)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Wadah Plastik atau wadah lainnya untuk sedimen tanah atau lumpur Plastik dan botol

steril untuk makanan Peralatan Grab Sampler untuk pengambilan sludge pada daerah yang sulit danatau

dalam c)3 Aspek yang dipertimbangkan

Potensi dan sumber pencemaran Topografi Jenis vegetasi Perkiraan terjadinya pencemaran

c)4 Penentuan titik sampel Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang

cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel meliputi daerah yang tanahnya diperkirakan akan kontak dengan masyarakat daerah yang mewakili pencemaran tertentu berdasarkan karakteristik kegiatan di wilayah tersebut (tanah pada pertanian perkebunan pertambangan dll) dan daerah yang tanahnya diperkirakan dapat mengkontaminasi media lingkungan lainnya

d) Pengambilan sampel makanan d)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan d)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah Plastik atau wadah atau botol untuk makanan Untuk sampel makanan yang akan diperiksa parameter bakteriologisnya maka digunakan wadah steril

Peralatan sendok sendok steril pisau steril dan peralatanbahan yang mendukung pengambilan secara aseptis (Contoh Pembakar bunsen dengan spiritus)

d)3 Aspek yang dipertimbangkan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 19: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 17

mdash 15E+0 per (mgkg)day

Contoh evaluasi dosis - respon (2) Arsenic inorganic (CASRN 7440-38-2) IIB Quantitative Estimate of Carcinogenic Risk from Oral Exposure IIB1 Summary of Risk Estimates Oral Slope Factor Drinking Water Unit Risk mdash 5E-5 per (ugL) Extrapolation Method mdash Time- and dose-related formulation of the multistage model (US EPA 1988) Drinking Water Concentrations at Specified Risk Levels

Risk Level Concentration E-4 (1 in 10000) 2E+0 ugL E-5 (1 in 100000) 2E-1 ugL E-6 (1 in 1000000) 2E-2 ugL

Langkah 3 Analisis pajanan (exposure assessment) Setelah melakukan langkah 1 dan 2 selanjutnya dilakukan Analisis pemajanan yaitu dengan mengukur atau menghitung intake asupan dari agen risiko Untuk menghitung intake digunakan persamaan atau rumus yang berbeda Data yang digunakan untuk melakukan perhitungan dapat berupa data primer (hasil pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan sendiri) atau data sekunder (pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan oleh pihak lain yang dipercaya seperti BLH Dinas Kesehatan LSM dll) dan asumsi yang didasarkan pertimbangan yang logis atau menggunakan nilai default yang tersedia Rumus perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut Perhitungan intake non karsinogenik (INK) 1 Intake pada jalur pemajanan inhalasi (terhirup)

ܫ = ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphelliphelliphellipRumus 1

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ink (Intake)

Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada media udara (udara ambien)

mgm3 Tidak ada nilai default

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 18

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default R (Rate) Laju inhalasi atau

banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya

m3jam Dewasa 083 m3jam Anak ndash anak (6 ndash 12 tahun) 05 m3jam

tE (time of exposure) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap harinya

Jamhari - Pajanan pada pemukiman 24 jamhari - Pajanan pada lingkungan kerja 8 jamhari - Pajanan pada sekolah dasar 6 jamhari

fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasikelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(nk) (time average) Periode waktu rata ndash rata

Hari 30 tahun x 365 haritahun = 10950 hari

2 Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphelliphelliphellipRumus 2

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ink (Intake) Jumlah konsentrasi agen

risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari

Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada air bersihminum atau pada makanan

- mgl (air) mgkg (makanan)

Tidak ada nilai default

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 19

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default R (Rate) Laju konsumsi atau

banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya

- Liter hari (air) - Gram hari (makanan)

Air Minum - Dewasa (pemukiman) 2 literhari - Anak ndash anak (pemukiman) 1 literhari - Dewasa (lingkungan kerja) 1 literhari Makanan - Buah ndash buahan 42 gramhari - Sayuran 80 gramhari fE (frecuency of

exposure) Lamanya atau jumlah hari

terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(nk) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogen

Hari 30 tahun x 365 haritahun = 10950 hari

Perhitungan intake karsinogenik (IK) 1 Intake pada jalur pemajanan inhalasi (terhirup)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphellipRumus 3

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ik (Intake) Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada media udara (udara ambien)

mgm3 Tidak ada nilai default

R (Rate) Laju inhalasi atau banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya

m3jam Dewasa 083 m3jam Anak ndash anak (6 ndash 12 tahun) 05 m3jam

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 20

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default tE (time of exposure) Lamanya atau jumlah jam

terjadinya pajanan setiap harinya

Jamhari - Pajanan pada pemukiman 24 jamhari - Pajanan pada lingkungan kerja 8 jamhari - Pajanan pada sekolah dasar 6 jamhari

fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

2 Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ಲೇಸ

helliphelliphellipRumus 4

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ik (Intake) Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada air bersih minum atau pada makanan

- mgl (air) - mgkg (makanan)

Tidak ada nilai default

R (Rate) Laju konsumsi atau banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya

- literhari (air) - gramhari (makanan)

Air Minum - Dewasa (pemukiman) 2 literhari - Anak ndash anak (pemukiman) 1 literhari - Dewasa (lingkungan kerja) 1 literhari Makanan - Buah ndash buahan 42 gramhari - Sayuran 80 gramhari - Ikan tangkapan 54 gramhari

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 21

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok Populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

Analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL Hal ndash hal yang perlu diketahui dan dicermati dalam melakukan analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL adalah sebagai berikut Pada lsquodesktoprsquo ARKL tidak perlu dilakukan pengumpulan data Data yang menjadi dasar perhitungan intake menggunakan data sekunder dan asumsi Terkait dengan variabel konsentrasi pelu diperhatikan hal sebagai berikut Data sekunder umumnya dibutuhkan untuk mengetahui konsentrasi agen risiko pada media

lingkungan yang mana merupakan hasil pengukuran yang pernah dilakukan oleh pihak lain pada media lingkungan wilayah dan waktu yang sama

Ada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL dalam rangkaian studi AMDAL (kajian ANDAL dan RKL - RPL untuk aspek kesehatan masyarakat) suatu kegiatan sumber data konsentrasi dapat merupakan proyeksi perubahan rona lingkungan yang telah dikaji pada aspek yang lain mis proyeksi konsentrasi agen risiko di udara ambien pada tahap operasional kegiatan atau proyeksi konsentrasi agen risiko di air bersih pada tahap operasional kegiatan

Terkait dengan variabel perhitungan yang lain (R tE fE Dt Wb dan tAVG) asumsi didasarkan pada logika yang rasional atau nilai default yang sudah tersedia Adapun nilai default untuk berbagai variabel pada lsquodesktoprsquo ARKL dapat dilihat pada tabel 9 berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 22

Tabel 9 Nilai default dari faktor pajanan (Rahman 2007) Tataguna lahan

Jalur pajanan Asupan harian Frekuensi pajanan (haritahun)

Durasi pajanan (tahun)

Berat badan (kg)

Residensial Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

12 m3 (anak) raquo 05 350 6 15 Industri amp komersial

Air minum 1 L 250 25 70 55 b

Pertanian Tanaman perkarangan

42 g (buah - buahan)

350 30 70 55 b

80 g (sayur - mayur)

350 30 70 55 b

Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

Rekreasi Ikan tangkapan 54 g 350 30 70 55 b Disadur dari Rahman 2007 seluruhnya berasal dari Exposure Factor Handbook (EPA 1990) kecuali bNukman et al (2005) 324 Langkah 4 Karakterisasi risiko (risk characterization) Langkah ARKL yang terakhir adalah karakterisasi risiko yang dilakukan untuk menetapkan tingkat risiko atau dengan kata lain menentukan apakah agen risiko pada konsentrasi tertentu yang dianalisis pada ARKL berisiko menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat (dengan karakteristik seperti berat badan laju inhalasikonsumsi waktu frekuensi durasi pajanan yang tertentu) atau tidak Karakteristik risiko dilakukan dengan membandingkan membagi intake dengan dosis konsentrasi agen risiko tersebut Variabel yang digunakan untuk menghitung tingkat risiko adalah intake (yang didapatkan dari analisis pemajanan) dan dosis referensi (RfD) konsentrasi referensi (RfC) yang didapat dari literatur yang ada (dapat diakses di situs wwwepagoviris) 1 Karakterisasi risiko pada efek non karsinogenik Perhitungan tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko untuk efek non karsinogenik dinyatakan dalam notasi Risk Quotien (RQ) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek non karsinogenik dilakukan perhitungan dengan membandingkan membagi intake dengan RfC atau RfD Rumus untuk menentukan RQ adalah sebagai berikut ூ

ோ helliphelliphelliphellipRumus 5

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur inhalasi (terhirup) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 1 RfC (reference concentration) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan inhalasi

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 23

ூோ

helliphelliphelliphelliphellipRumus 6

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur ingesti (tertelan) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 2 RfD (reference dose) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan ingesti

Didapat Interpretasi tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko yang diperoleh pada ARKL merupakan konsumsi pakar ataupun praktisi sehingga perlu disederhanakan atau dipilihkan bahasa yang lebih sederhana agar dapat diterima oleh khalayak atau publik Tingkat risiko dinyatakan dalam angka atau bilangan desimal tanpa satuan Tingkat risiko dikatakan AMAN bilamana intake le RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ le 1 Tingkat risiko dikatakan TIDAK AMAN bilamana intake gt RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ gt 1 Narasi yang digunakan dalam penyederhanaan interpretasi risiko agar dapat diterima oleh khalayak atau publik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll Contoh Tingkat risiko RQ untuk pajanan Pb (inhalasi) sebesar 000008 microgm3 pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan rata - rata 55 kg dan telah terpajan 350 haritahun selama 20 tahun diketahui sebesar 0098 maka Interpretasi risiko Pajanan Pb sebesar 000008 microgm3 secara inhalasi pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan 55 Kg masih aman untuk frekuensi pajanan 350 haritahun hingga 20 tahun mendatang Perhitungan tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko untuk efek karsinogenik dinyatakan dalam notasi Excess Cancer Risk (ECR) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek karsinogenik dilakukan perhitungan dengan mengkali intake dengan SF Rumus untuk menentukan ECR adalah sebagai berikut

ܥܧ = Rumus 7helliphelliphelliphellip ܨ ݔ ܫKeterangan Digunakan untuk menghitung tingkat risiko pada agen risiko dengan efek karsinogenik I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 3 atau rumus SF (slope factor) Nilai referensi agen risiko dengan efek karsinogenik

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 24

Interpretasi tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko dinyatakan dalam bilangan exponen tanpa satuan (cth 13E-4) Tingkat risiko dikatakan acceptable atau aman bilamana ECR le E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR le 110000 Tingkat risiko dikatakan unacceptable atau tidak aman bilamana ECR gt E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR gt 110000 Contoh ECR = 13E-5 (13 x 10-5) dapat diinterpretasikan sebagai berikut ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Narasi yang digunakan dalam risiko karsinogenik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoacceptablersquo atau lsquounacceptablersquo (lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo) - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll - Risiko kanker [ mis ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Contoh Tingkat risiko ECR untuk pajanan benzene (inhalasi) sebesar 03 microgm3 pada pekerja depo penampungan BBM di Jakarta dengan berat badan rata - rata 60 kg dan telah terpajan 250 haritahun selama 10 tahun diketahui sebesar 456E-4

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 1

MODUL II MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Manajemen Risiko Kesehatan Lingkungan

Manajemen risiko adalah proses mengidentifikasi evaluasi penyeleksian dan melakukan

upaya untuk mengurangi risiko terhadap ekosistem dan kesehatan manusia (Omenn GS et al 1997) Setelah melakukan keempat langkah ARKL di atas maka telah dapt diketahui apakah suatu agen risiko amandapat diterima atau tidak Manajemen risiko bukan termasuk langkah ARKL melainkan tindak lanjut yang harus dilakukan bilamana hasil karakterisasi risiko menunjukkan tingkat risiko yang tidak aman ataupun unacceptable Dalam melakukan manajemen risiko perlu dibedakan antara strategi manajemen risiko dengan cara manajemen risiko Strategi manajemen risiko meliputi penentuan batas aman yaitu

1 Konsentrasi agen risiko (C) danatau 2 Jumlah konsumsi (R) danatau 3 Waktu pajanan (tE) danatau

4 Frekuensi pajanan (fE) danatau

5 Durasi pajanan (Dt)

Setelah batas aman ditentukan selanjutnya perlu dilakukan penapisan alternatif terhadap batas aman yang mana yang akan dijadikan sebagai target atau sasaran pencapaian dalam pengelolaan risiko Batas aman yang dipilih adalah batas aman yang lebih rasional dan realistis untuk dicapai

Adapun cara manajemen risiko adalah cara atau metode yang akan digunakan untuk

mencapai batas aman tersebut Cara manajemen risiko meliputi beberapa pendekatan yaitu pendekatan teknologi pendekatan sosial - ekonomis dan pendekatan institusional penjelasan lebih lanjut langkah ndash langkah dalam manajemen risiko akan dijelaskan pada sub bahasan selanjutnya

Materi Sub Bahasan Strategi manajemen risiko

1 Penentuan batas aman Batas aman disini adalah batas atau nilai terendah yang menyebabkan tingkat risiko

menjadi tidak aman (tidak dapat diterima) Oleh karenannya nilai yang aman adalah nilai di bawah batas amannya sedangkan nilai yang sama dengan batas aman tersebut akan menyebabkan tingkat risiko menjadi tidak aman Sebagai contoh jika hasil

perhitungan menunjukkan konsentrasi aman adalah 4499 microgm3 maka nilai konsentrasi

yang benar ndash benar aman adalah di bawah 4499 microgm3 (lt4499 microgm3) 4498 microgm3

a) Penentuan konsentrasi aman (C) Dalam penentuan konsentrasi aman semua variabel dan nilai yang digunakan

sama dengan variabel dan nilai pada perhitungan intake Akan tetapi nilai intake yang digunakan adalah RfD atau RfC agen risikonya

Sedangkan konsentrasi aman pada intake karsinogenik perhitungan didasarkan

pada nilai acceptable sebesar 10-4 dibagi nilai SF nya Selain itu variabel tavg disesuaikan dengan perhitungan karsinogenik yaitu (70 haritahun x 365 hari) Untuk menghitung konsentrasi aman digunakan rumus sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 2

Konsentrasi aman non karsinogenik Konsentrasi aman non karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 8

Konsentrasi aman non karsinogenik (ingestii)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ಶ ௫

Rumus 9

Konsentrasi aman karsinogenik Konsentrasi aman karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 10

Konsentrasi aman karsinogenik (ingesti)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 11

Keterangan

Notasi Arti Notasi C(aman) (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada udara ambien atau pada

air bersihminum atau pada makanan yang aman

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 3

Notasi Arti Notasi R (Rate) Laju asupan

Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

Volume air minum yang masuk tubuh (liter) setiap harinya

Volume makanan yang masuk tubuh (gram) setiap harinya

tE atau time of exposure (rumus 8)

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode

b) Penentuan jumlah konsumsi aman (R)

Laju asupan yang dapat dikelola hanyalah pada pada pajanan melalui makanan dan air minum (ingesti) karena masih banyak substitusi untuk setiap jenis makanan ataupun air minum Untuk pajanan melalui udara (inhalasi) pembatasan laju inhalasi hampir tidak mungkin dilakukan Untuk menghitung jumlah konsumsi aman digunakan rumus sebagai berikut Laju konsumsi aman non karsinogenik (ingesti)

() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ಶ ௫

Rumus 12

Laju konsumsi aman karsinogenik (ingesti)

() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ಶ ௫

Rumus 13

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 4

Keterangan Notasi Arti Notasi

R(aman) Laju konsumsi atau banyaknya volume makanan (gram) atau volume air (liter) yang masuk tubuh setiap harinya yang aman

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

c) Penentuan waktu pajanan aman (tE) Waktu pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan

kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan waktu pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah jam terpapar setiap harinya oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung waktu pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Waktu pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 14

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 5

Waktu pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 15

Keterangan

Notasi Arti Notasi t(aman) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap

harinya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

d) Penentuan frekuensi pajanan aman (fE)

Frekuensi pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan frekuensi pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah hari terpapar dalam satu tahun oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung frekuensi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Frekuensi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 16

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 6

Frekuensi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 17

Keterangan

Notasi Arti Notasi fE(aman) (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan

setiap tahunnya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

e) Penentuan durasi pajanan aman (Dt) Durasi pajanan aman dikelola pada pemajanan inhalasi pada lingkungan

yang permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan durasi pajanan dilakukan dengan membatasi lamanya tinggal (tahun) masyarakat pada suatu pemukiman dengan cara melakukan lsquorelokasirsquo pemukiman pada saat telah melewati batas durasi amannya Penerapan strategi durasi pajanan aman untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) kurang tepat karena pada pemajanan ingesti manajemen risiko cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung durasi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Durasi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 18

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 7

Durasi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 19

Keterangan

Notasi Arti Notasi Dt (aman) (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan yang

aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

tE atau time of exposure

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

2 Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko Penapisan alternatif manajemen risiko harus didasarkan pada pertimbangan logis

dan turut mempertimbangkan berbagai faktor termasuk cara pengelolaan risikonya Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini

Tabel 10 Alternatif manajemen risiko dan penggunaannya Alternatif Pengelolaan

Risiko Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Penurunan konsentrasi hingga ke batas aman (konsentrasi aman)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 8

Alternatif Pengelolaan Risiko

Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Pengurangan konsumsi hingga ke batas aman (jumlah konsumsi aman)

Pembatasan waktu pajanan hingga ke batas aman (waktui pajanan aman)

Pembatasan frekuensi pajanan hingga ke batas aman (frekuensi pajanan aman)

Pembatasan durasi pajanan hingga ke batas aman (durasi pajanan aman)

Materi Sub Bahasan Cara manajemen risiko

Manajemen risiko selain membutuhkan strategi yang tepat juga harus dilakukan dengan

cara atau metode yang tepat Dalam aplikasinya cara manajemen risiko dapat dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu 1) Pendekatan teknologi

Manajemen risiko menggunakan teknologi yang tersedia meliputi penggunaan alat bahan dan metode serta teknik tertentu Contoh manajemen risiko dengan pendekatan teknologi antara lain penerapan penggunaan IPAL pengolahan penyaringan air modifikasi cerobong asap penanaman tanaman penyerap polutan dll

2) Pendekatan sosial - ekonomis

Manajemen risiko menggunakan pendekatan sosial - ekonomis meliputi pelibat-sertaan pihak lain efisiensi proses substitusi dan penerapan sistem kompensasi Contoh manajemen risiko dengan pendekatan sosial ndash ekonomis antara lain 3R (reduce reuse dan recycle) limbah pemberdayaan masyarakat yang berisiko pemberian kompensasi pada masyarakat yang terkena dampak permohonan bantuan pemerintah akibat keterbatasan pemrakarsa (pihak yang bertanggung jawab mengelola risiko) dll

3) Pendekatan institusional

Manajemen risiko dengan menempuh jalur dan mekanisme kelembagaan dengan cara melakukan kerjasama dengan pihak lain Contoh manajemen risiko dengan pendekatan institusional antara lain kerjasama dalam pengolahan limbah B3 mendukung pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah menyampaikan laporan kepada instansi yang berwenang dll

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 1

MODUL III SURVEILANS FAKTOR RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans oleh World Health Organization (WHO) didefinisikan sebagai kegiatan

berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data kesehatan masyarakat yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat Surveilans yang dilakukan diharapkan dapat Menjadi sistem kewaspadaan dini terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat di masa yang

akan datang Mendokumentasikan dampak dari suatu intervensi atau jejak dari kemajuan program dalam

mencapai tujuan tertentu dan Memonitor dan mengklarifikasi masalah kesehatan secara epidemiologi guna menetapkan

priritas dan menginformasikan kebijakan dan strategi kesehatan ke publik

Faktor risiko dalam dunia kesehatan dan epidemiologi biasa didefinisikan sebagai faktor-faktor atau kondisi yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit Faktor risiko tersebut umumnya dapat dikatagorikan menjadi beberapa jenis yaitu faktor risiko genetis faktor risiko perilaku dan faktor risiko lingkungan

Dari kedua definisi di atas maka surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah kegiatan berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor-faktor atau kondisi lingkungan yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan lingkungan Untuk itu ada beberapa hal yang menjadi kata kunci dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yaitu sistematis dan berkesinambungan pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor lingkungan yang dapat menyebabkan sakit dan upaya kesehatan lingkungan

Materi Sub Bahasan Konsep dan Penerapan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Penyakit dan masalah kesehatan masyarakat erat terhubung dengan faktor atau kondisi

lingkungan Oleh karenanya secara naluriah setiap manusia menginginkan lingkungan yang sehat dan nyaman sebagai tempat tinggalnya yang juga kondusif terhadap kondisi kesehatannya Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang salah satunya ditempuh melalui kegiatan penyehatan lingkungan (kesehatan lingkungan) Dalam rangka mewujudkan kondisi lingkungan sesuai dengan yang diharapkan upaya yang dilakukan haruslah tepat guna tepat sasaran sistematis dan terencana dengan baik serta berbasis bukti (evidence based) Sehingga perumusan upaya kesehatan lingkungan yang akan diterapkan harus didukung dengan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yang baik

Filosofi dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah melakukan pengamatan dan pengawasan terus-menerus terhadap kondisi lingkungan yang diperkirakan dapat menyebabkan penyakit pada manusia Hasil dari kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah berupa informasi mengenai apakah faktor atau kondisi lingkungan tertentu yang diamati berisiko menimbulkan kesakitan dan rekomendasi upaya tidak lanjut yang dibutuhkan untuk mengendalikannya Konsep dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dipahami dari gambar 6

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 2

(sumber Mullan N et al 2008)

Gambar 6 Konsep Surveilans Awal dan Lanjutan dalam Kesehatan Lingkungan

Konsep di atas diadaptasi dari versi model surveilans kesehatan yang diterapkan di Kanada

Dalam prakteknya surveilans kesehatan lingkungan dilakukan dalam dua tahapan dimana pengumpulan data hingga desiminasi diklasifikasikan sebagai surveilans awal dan sintesa pengetahuan dan proses perumusan kebijakan yang merupakan input dari stakeholder dan peneliti sebagai surveilans lanjutan Surveilans awal dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data rutin (menggunakan form yang telah dibakukan pada masing-masing Negara) sedangkan analisis dan interpretasi dari basis data yang umumnya digunakan untuk tujuan monitoring ataupun pembuatan regulasi Selanjutnya surveilans lanjutan dirumuskan dari hasil surveilans awal dikombinasikan dengan masukan dari para peneliti dan stakeholder yang concern (peduli) terhadap masalah kesehatan lingkungan guna memberikan pemahaman pengertian yang baik terhadap isu yang berkembang serta dapat dirumuskan keputusan upaya tindak lanjut yang tepat untuk merespon isu tersebut

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bukan merupakan hal yang baru Konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan telah dilaksanakan sejak lama oleh sektor kesehatan mulai dari unit yang paling bawah seperti puskesmas hingga tingkat kementerian Namun sedikit perbedaan dalam istilah dan nama yang digunakan membuat konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan terkesan suatu terobosan baru Di unit puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten kota pelaksanaan kegiatan ini identik dengan kegiatan inspeksi sanitasi Inspeksi sanitasi yang dilakukan di puskesmas maupun dinas kesehatan dilakukan pada obyek kesehatan lingkungan secara periodik (time series) dengan fokus pada faktor risiko kesehatan lingkungan pada obyek tersebut Sebagai contoh inspeksi sanitasi depot air minum dilakukan oleh puskesmas atau dinas kesehatan kabupaten kota secara rutin (minimal setahun sekali) dengan melakukan observasi kesehatan lingkungan wawancara terkait perilaku dalam penanganan depot air minum dan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 3

pemeriksaan laboratorium kualitas air baku (air bersih) dan air olahan (air minum) Data hasil inspeksi sanitasi pada satu lokasi depot air minum yang sama dalam beberapa periode inspeksi merupakan basis data (database) yang dapat diinterpretasi dianalisis baik secara tunggal (hanya data satu depot tersebut) ataupun bersamaan dengan data inspeksi depot air minum yang lain dan didesiminasikan Selanjutnya hasil desiminasi tersebut dapat ditindaklanjuti dengan melakukan upaya diantaranya pembinaan pelatihan dan lain sebagainya

Materi Sub Bahasan Desain dan Metodologi Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan merupakan suatu studi yang dapat dilakukan dengan desain cross sectional kasus kontrol ataupun kohort Sebagai suatu studi yang masuk ke dalam ranah epidemiologi kesehatan lingkungan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan selain melihat kecenderungan data juga digunakan untuk melihat adanya hubungan antara pajanan lingkungan dan dampak kesehatan (penyakit) Oleh karenanya dalam surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan diperlukan data-data sebagai berikut

1 Data geografis wilayah dilakukan dengan menggunakan GPS untuk penentuan koordinat lokasi dilakukan pengambilan sampel pengumpulan data

2 Data faktor risiko lingkungan meliputi data kualitas lingkungan (pengambilan dan pemeriksaan sampel) data kondisi lingkungan sanitasi yang dikumpulkan melalui observasi (pengisian cek lis) dan wawancara Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dbutuhkan data kualitas udara dalam ruang yang dilakukan dengan pengukuran dan data berkaitan dengan jenis lantai ventilasi bahan bakar memasak dan lain sebagainya

3 Data faktor risiko lingkungan meliputi data perilaku sampel (responden) yang juga merupakan faktor risiko dari penyakit berbasis lingkungan yang menjadi perhatian Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA selain data kualitas udara dalam ruang dan ventilasi perlu dikumpulkan data terkait dengan kebiasaan membuka jendela

4 Data pajanan meliputi data lama tinggal pola aktivitas pekerjaan data konsumsi makanan dan air dan lain sebagainya Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dibutuhkan data lama tinggal dan rata-rata lama berada di dalam rumah

Sebagai suatu studi surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dilakukan dengan desain

tertentu yang disesuaikan dengan tujuan permasalahan yang akan dikaji dan faktor-faktor lainnya Sebagaimana dijelaskan di atas surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional kasus kontrol dan kohort Penggunaan desain studi pada surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seperti pada tabel 11

Tabel 11 Perbandingan Desain Studi

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort Desain pemilihan sampel (sampling)

Random Bisa juga dipisah fixed disease sampling atau fixed exposure sampling

Sampel terpisah untuk kasus (sakit) dan kontrol (tidak sakit)

Sampel terpisah untuk terpajan dan tidak terpajan

Waktu periode pelaksanaan (arah pengusutan)

Satu titik waktu atau sesaat (non directional)

Retrospektif Prospektif Followup selama periode waktu tertentu

Kausalitas Hanya menjelaskan Kausalitas awal Kausalitas dengan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 4

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort hubungan antara faktor risiko kesehatan lingkungan dengan penyakit (namun bukan bersifat kausalitas)

bukti sekuensi temporal

Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai pengganti risiko

Odds sebagai pengganti risiko

Insidensi (R Risiko) Insidence rate

Perbandingan risiko Prevalence Ratio (PR) Odds Ratio (OR) Risiko Relatif (RR)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan lebih tepat menggunakan desain cross sectional dikarenakan dalam pemilihan sampling dilakukan secara random dan pengumpulan data lingkungan dan penyakit dilakukan pada satu waktu Output dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dengan desain cross sectional adalah hubungan (bukan kausalitas) antara faktor lingkungan dan penyakit Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bisa dilakukan dengan desain kasus kontrol bilamana titik tolak studi (pengusutan) dimulai dari adanya penyakit dan sampel dikelompokkan menjadi kasus (sampel yang menderita penyakit) dan kontrol (sehat) dan data faktor lingkungan sebelum kasus sakit tersedia Selain itu surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat menggunakan desain studi kohort (prospektif) dengan memantau secara terus menerus (hingga periode tertentu) kualitas lingkungan dan faktor lingkungan lainnya bersamaan dengan penyakitnya

Materi Sub Bahasan Tahapan Kegiatan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Tahapan kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seyogyanya terdiri dari survey pendahuluan dan pengumpulan data awal penyusunan instrumen survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pengolahan dan analisis data dan diseminasi Tahapan kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut

1 Survey pendahuluan dan pengumpulan data awal pengumpulan data awal dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal pada lokasi meliputi background data yang telah tersedia atau data lainnya yang berhubungan Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data sekunder dan juga perlu ditentukan lokasi yang akan menjadi titik pengambilan sampel

2 Penyusunan instrumen berdasarkan data awal yang dikumpulkan disusun instrumen untuk survey pengambilan dan pemeriksaan sampel Instrumen disusun berbentuk cek lis danatau kuisioner Untuk mendapatkan data sesuai yang diharapkan instrumen yang telah dibuat sebaiknya diuji coba terlebih dahulu

3 Survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data primer dan pengumpulan data menggunakan instrumen yang digunakan

4 Pengolahan dan analisis data data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis yang dapat dilakukan secara manual ataupun alat bantu lainnya (mis software pengolah data) Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data informasi disajikan dalam bentuk tabel grafik gambar dan peta yang terangkum dalam laporan

5 Diseminasi dimaksudkan untuk menyebarluaskan informasi dan temuan lapangan kepada para stakeholder

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 1

MODUL IV ANALISIS KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Prinsip Dasar Analisis Kualitas Kesehatan Lingkungan

Analisis adalah kajian atau penelitian yang dititikberatkan pada variabel tertentu untuk mengetahui keadaan atau kondisi sebenarnya termasuk juga yang berkaitan dengan sebab musabab terjadinya kondisi tersebut Dengan demikian analisis kualitas lingkungan merupakan suatu kegiatan yang menggunakan cara atau metode ilmiah guna mengetahui seperti apa kondisi atau kualitas kesehatan lingkungan pada suatu tempat waktu yang melibatkan juga masyarakat di tempat tersebut Umumnya analisis kualitas kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk kegiatan pengambilan dan pemeriksaan sampel pengawasan kualitas kesehatan lingkungan melalui kegiatan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi serta interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Analisis kualitas kesehatan lingkungan merupakan kegiatan yang harus mampu dilakukan oleh seorang pejabat kesehatan lingkungan ataupun fungsional sanitarian Perlunya dilakukan analisis ini adalah untuk menjadi bahan masukan ataupun dasar untuk melakukan manajemen risiko kesehatan lingkungan Implementasi dari manajemen risiko kesehatan lingkungan ini bisa dalam bentuk intervensi (pendekatan) teknologi pendekatan sosial melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat secara aktif dan melalui kerjasama jejaring kemitraan antar pihak yang berkepentingan (stakeholder)

Materi analisis kualitas kesehatan lingkungan dalam modul ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan juga keterampilan bagi peserta dalam menilai prosedur pengambilan dan pemeriksaan sampel serta interpretasi hasil pemeriksaan sampel yang dilakukan dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan Materi dalam modul ini bukan dimaksudkan agar peserta mampu melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel kesehatan lingkungan sendiri tanpa berkerjasama dengan laboratorium Materi Sub Bahasan Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Kesehatan Lingkungan

Pengambilan sampel kesehatan lingkungan hakikatnya dilakukan untuk memotret atau

menjadi acuan untuk menduga kualitas kesehatan lingkungan pada suatu media di suatu wilayah Secara garis besar pengambilan sampel bertujuan untuk mengumpulkan data rona awal kesehatan lingkungan dan memantau kondisi kesehatan lingkungan Dalam hal memantau kesehatan lingkungan pengambilan sampel dilakukan untuk menentukan status kualitas kesehatan lingkungan menentukan kebijakan kesehatan lingkungan menegakkan hukum kesehatan dan lingkungan dan melakukan penelitian kesehatan lingkungan

Kualitas kesehatan lingkungan merupakan hal yang kompleks dan begitu dinamis karena dipengaruhi begitu banyak variabelfaktor Untuk itu pengambilan sampel l kesehatan ingkungan yang bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan harus dilakukan dengan cermat tepat serta butuh perencanaan dan pengorganisasian yang baik Untuk menjamin pengambilan sampel dapat menjamin keterwakilan kualitas kesehatan lingkungan perlu diperhatikan beberapa aspek yaitu lokasi dan titik pengambilan sampel parameter kualitas lingkungan yang akan dipilih serta ukuran jumlah dan volume sampel yang akan diambil Perencanaan Pengambilan Sampel

Seperti halnya kegiatan dan program pengambilan sampel sesuai dengan yang diharapkan perlu direncanakan dengan baik Perencanaan pengambilan sampel ini bertujuan untuk memastikan dan menegaskan kembali tujuan pengambilan sampel kesehatan lingkungan memutuskan cara-cara

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 2

mencapai tujuan mengetahui secara tepat hal-hal yang perlu dilakukan pada saat pengambilan sampel menyiapkan sumber daya yang diperlukan dan menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pengambilan sampel Jelasnya unsur-unsur perencanaan pengambilan sampel meliputi

a) Tujuan pengambilan sampel harus dipastikan apakah dalam rangka pengumpulan data rona kesehatan lingkungan awal atau dalam rangka memantau kesehatan lingkungan

b) Merencanakan biaya pengambilan sampel dengan mempertimbangkan empat hal yaitu aksesibilitas lokasi dan titik pengambilan sampel jumlah jenis dan kompleksitas sampel frekuensi pengambilan sampel serta penjaminan dan pengendalian mutu di lapangan Selain empat hal yang perlu dipertimbangkan tersebut perlu diketahui komponen pembiayaan dalam pengambilan sampel yaitu depresiasi (penyusutan) nilai peralatan kalibrasi peralatan pemakaian bahan pengawet secara kimia danatau fisika penggunaan bahan habis pakai penggunaan wadah sampel transportasi ke lokasi pengambilan sampel akomodasi (bila perlu) honor pengambil sampel (lumpsum atau per diem) dan penyusunan laporan pengambilan sampel

c) Administrasi berkaitan dengan pengambilan sampel yang meliputi penyiapan surat tugas surat pemberitahuan perizinan brevet ataupun lencana kewenangan pencatatan pendokumentasian dan hal-hal pendukung lainnya

d) Perlu jaminan pengambil sampel pada saat pengambilan sampel merupakan personel yang kompeten danatau berwenang dengan kualifikasi (kompetensi) latar belakang pendidikan yang sesuai pengalaman di bidangnya terampil dan diakui ataupun tersertifikasi

e) Penentuan parameter pengujian terhadap sampel yang diambil sesuai dengan tujuan pengambilan sampel turut mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait serta disesuaikan dengan parameter indikatif suatu kegiatan atau wilayah tertentu Mis parameter indikatif pada industri Pulp dan kertas adalah pH BOD COD dan TSS sedangkan pada wilayah pertambangan emas parameter yang diambil adalah air raksa (Hg) dan sianida (CN-)

f) Penentuan media lingkungan yang akan dilakukan pengambilan sampel g) Merencanakan tipe sampel yang akan diambil apakah sampel sesaat (grab sample) sampel

gabungan (composite sample) sampel terpadu (integrated sample) atau sampel kontinyu (continous sample)

h) Peralatan pengambilan sampel harus direncanakan dengan baik Peralatan pengambilan sampel terdiri dari peralatan pengambil sampel (utama) peralatan pendukung dan peralatan K3 atau APD Peralatan pengambil sampel adalah peralatan yang fungsinya untuk mengambil sampel lingkungan dengan parameter yang direncanakan seperti HVAS (High Volume Air Sampler) LVS (Low Volume Sampler) MAS (Microbiology Air Sampler) dll Alat pendukung adalah alat yang fungsinya mendukung pengambilan sampel seperti peralatan pengukur parameter lapangan (pH meter termometer barometer kecepatan angin hygrometer dll) dokumen terkait (surat tugas surat izin dll) alat tulis untuk perekaman proses pengambilan sampel penunjuk arah (kompas) dan penunjuk lokasi (GPS) dll APD yang digunakan dalam pengambilan sampel meliputi sarung tangan masker helm ear plugmuff P3K dll

i) Perencanaan terhadap wadah sampel yang akan digunakan untuk pengamanan dan transpor sampel harus disesuaikan dengan karakteristik dan interaksi parameter sampel yang akan diuji dengan sifat bahan wadah Sebagai contoh pengambilan sampel DOBOD harus menggunakan botol BOD khusus yang menggunakan tutup asah sedangkan untuk sampel mikrobiologi digunakan wadah steril

j) Pengawetan sampel dilakukan sesuai dengan karakteristik parameter yang akan diuji pada sampel mis pengawetan sampel untuk parameter golongan logam pada air menggunakan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 3

asam nitrat pekat (HNO3 p) hingga pH lt 2 sedangkan untuk sampel sianida total pada air diawetkan menggunakan NaOH hingga pH gt 12 dan didinginkan 4oCplusmn2oC pada tempat gelap

k) Batas penyimpanan sampel disesuaikan dengan parameter yang akan diuji dan mengacu pada acuan standar seperti ASTM (The American Society for Testing and Materials) dll

l) Pengamanan sampel di lapangan meliputi pengemasan pengamanan pada label sampel (spidol waterproof label yang baik) informasi tambahan yang penting (titik jenis parameter uji pengawetan waktu dan nama pengambil sampel) sehingga mencegah interaksi sampel dengan lingkungan yang menyebabkan perubahan kualitasnya (kontaminasi degradasi dll)

m) Transportasi sampel yang juga berkaitan dengan batas penyimpanan sampel harus diperhatikan dengan seksama Selain itu moda transportasi yang digunakan untuk membawa sampel juga harus dipenuhi standar keamanannya seperti harus mematuhi peraturan penerbangan nasional dan internasional bila sampel dibawa menggunakan pesawat udara

n) Penyimpanan sampel dilakukan baik secara fisik maupun kimia seperti meminimalkan adsorbsi pengasaman mencegah metabolisme mikroorganisme menghindari hidrolisis serta pengendapan Faktor kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan dengan proses pengambilan sampel

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Penentuan Titik Sampel

Prinsip penentuan titik sampel harus mempertimbangkan keterwakilan populasi atau kualitas lingkungan kemampuan peralatan keselamatan pengambil sampel faktor klimatologi biaya dan kaidah-kaidah empiris Prinsip-prinsip penentuan titik sampel pada media lingkungan adalah sebagai berikut a) Pengambilan sampel air a)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 736 tahun 2010 tentang Pengawasan Kualitas Air Minum

Peraturan daerah setempat a)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah jerigen botol botol BOD botol steril timba steril coolbox dll Peralatan pendukung pH meter termometer sisa klor GPS peralatan untuk menjamin

tidak terjadi kontaminasi (krustang kapas alkohol) dll Pengawet Asam (HNO3 p H2SO4 p) basa (NaOH) dry ice dll APD sarung tangan masker jaket pelampung dll

a)3 Aspek yang dipertimbangkan Kedalaman air Homogenitas (untuk sampel air badan air) Arah dan kecepatan aliran air (untuk sampel air badan air)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 4

Keterkaitan dengan pajanan pada masyarakat (bila digunakan untuk penelitian kesehatan masyarakat)

Jarak antar sampel Keselamatan dan kemampuan sumber daya

a)4 Penentuan titik sampel Air sungai ditentukan yaitu

Uji homogenitas sungai dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu lalu lakukan uji parameter lapangan (suhu pH DOoksigen terlarut dan DHLDaya Hantar Listrik) Apabila hasil pengujian beberapa parameter pada beberapa sampel tersebut tidak berbeda jauh dengan variasi lt 10 maka disebut homogen atau tercampur sementara sehingga sampel yang diambil untuk mewakili air sungai tersebut bisa lebih sedikit

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel air sungai harus meliputi daerah hulu yang belum terkontaminasi daerah pemanfaatan sungai daerah yang potensial terkontaminasi daerah pertemuan dua sungai dan daerah hilir

Air tanah Pengambilan sampel dilakukan plusmn 20 cm dari dasar sumur gali dan dipastikan agar tidak

ada sedimen yang ikut terambil atau pada mulut kran tempat air keluar untuk sumur bor

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel dilakukan pada daerah meliputi daerah dimana air tanah digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari termasuk air minum dan di daerah yang berisiko terkontaminasi (dekat penimbunanpembuangan akhir sampah daerah pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif wilayah pesisir dimana terjadi intrusi air laut dll)

b) Pengambilan sampel udara ambien dan udara dalam ruang b)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan Peraturan daerah setempat

b)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Peralatan utama High Volume Air Sampler (HVAS) RAC Gas Sampler EPAM CO dan CO2

Detektor Low Volume Sampler Microbiology Air Sampler atau Lamotte BD Pump dan Sound Level Meter

Peralatan pendukung pengukur kecepatan angin arah angir termometer hygrometer dan luxmeter

Bahan yang digunakan filter HVAS dan LVS absorbant (So2 NO2 H2S NH3 dan O3) dan larutan garam (NaCl) fisiologis steril

b)3 Aspek yang dipertimbangkan Berhubungan dengan klimatologi arah dan kecepatan angin bunga angin (wind rose)

kelembaban musim dan suhu udara Berhubungan dengan asumsi konsentrasi parameter inversi udara dispersi jarak terbang

(distance) dan ukuran partikel Bilamana sumber pencemar adalah cerobong asap maka ketinggian ukuran partikel dan jarak terhadap pemukiman penduduk harus dipertimbangkan

Berhubungan dengan pajanan daerah padat penduduk jarak terhadap sumber pencemar (radius)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 5

b)4 Penentuan titik sampel Pengambilan sampel udara ambien harus menghindari daerah yang dekat dengan

bangunan dan tanaman yang diperkirakan dapat mengabsorbsi atau mengadsorbsi pencemar daerah yang terdapat pengganggu kimia yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Emisi kimiawi kendaraan bermotor dapat mengganggu pengukuran ozon) dan daerah yang terdapat pengganggu fisik yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Pengukuran total partikulat atau TSP dapat terganggu oleh adanya insinerator disekitar lokasi pengukuran)

Pada umumnya lokasi pengukuran (pengambilan sampel) dilakukan pada daerah yang mempunyai konsentrasi parameter tinggi daerah padat penduduk daerah yang diasumsikan menerima paparan pencemar dan daerah yang digunakan untuk memproyeksikan dampak kegiatan pembangunan

c) Pengambilan sampel sedimen c)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Wadah Plastik atau wadah lainnya untuk sedimen tanah atau lumpur Plastik dan botol

steril untuk makanan Peralatan Grab Sampler untuk pengambilan sludge pada daerah yang sulit danatau

dalam c)3 Aspek yang dipertimbangkan

Potensi dan sumber pencemaran Topografi Jenis vegetasi Perkiraan terjadinya pencemaran

c)4 Penentuan titik sampel Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang

cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel meliputi daerah yang tanahnya diperkirakan akan kontak dengan masyarakat daerah yang mewakili pencemaran tertentu berdasarkan karakteristik kegiatan di wilayah tersebut (tanah pada pertanian perkebunan pertambangan dll) dan daerah yang tanahnya diperkirakan dapat mengkontaminasi media lingkungan lainnya

d) Pengambilan sampel makanan d)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan d)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah Plastik atau wadah atau botol untuk makanan Untuk sampel makanan yang akan diperiksa parameter bakteriologisnya maka digunakan wadah steril

Peralatan sendok sendok steril pisau steril dan peralatanbahan yang mendukung pengambilan secara aseptis (Contoh Pembakar bunsen dengan spiritus)

d)3 Aspek yang dipertimbangkan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 20: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 18

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default R (Rate) Laju inhalasi atau

banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya

m3jam Dewasa 083 m3jam Anak ndash anak (6 ndash 12 tahun) 05 m3jam

tE (time of exposure) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap harinya

Jamhari - Pajanan pada pemukiman 24 jamhari - Pajanan pada lingkungan kerja 8 jamhari - Pajanan pada sekolah dasar 6 jamhari

fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasikelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(nk) (time average) Periode waktu rata ndash rata

Hari 30 tahun x 365 haritahun = 10950 hari

2 Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphelliphelliphellipRumus 2

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ink (Intake) Jumlah konsentrasi agen

risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari

Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada air bersihminum atau pada makanan

- mgl (air) mgkg (makanan)

Tidak ada nilai default

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 19

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default R (Rate) Laju konsumsi atau

banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya

- Liter hari (air) - Gram hari (makanan)

Air Minum - Dewasa (pemukiman) 2 literhari - Anak ndash anak (pemukiman) 1 literhari - Dewasa (lingkungan kerja) 1 literhari Makanan - Buah ndash buahan 42 gramhari - Sayuran 80 gramhari fE (frecuency of

exposure) Lamanya atau jumlah hari

terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(nk) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogen

Hari 30 tahun x 365 haritahun = 10950 hari

Perhitungan intake karsinogenik (IK) 1 Intake pada jalur pemajanan inhalasi (terhirup)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphellipRumus 3

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ik (Intake) Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada media udara (udara ambien)

mgm3 Tidak ada nilai default

R (Rate) Laju inhalasi atau banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya

m3jam Dewasa 083 m3jam Anak ndash anak (6 ndash 12 tahun) 05 m3jam

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 20

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default tE (time of exposure) Lamanya atau jumlah jam

terjadinya pajanan setiap harinya

Jamhari - Pajanan pada pemukiman 24 jamhari - Pajanan pada lingkungan kerja 8 jamhari - Pajanan pada sekolah dasar 6 jamhari

fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

2 Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ಲೇಸ

helliphelliphellipRumus 4

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ik (Intake) Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada air bersih minum atau pada makanan

- mgl (air) - mgkg (makanan)

Tidak ada nilai default

R (Rate) Laju konsumsi atau banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya

- literhari (air) - gramhari (makanan)

Air Minum - Dewasa (pemukiman) 2 literhari - Anak ndash anak (pemukiman) 1 literhari - Dewasa (lingkungan kerja) 1 literhari Makanan - Buah ndash buahan 42 gramhari - Sayuran 80 gramhari - Ikan tangkapan 54 gramhari

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 21

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok Populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

Analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL Hal ndash hal yang perlu diketahui dan dicermati dalam melakukan analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL adalah sebagai berikut Pada lsquodesktoprsquo ARKL tidak perlu dilakukan pengumpulan data Data yang menjadi dasar perhitungan intake menggunakan data sekunder dan asumsi Terkait dengan variabel konsentrasi pelu diperhatikan hal sebagai berikut Data sekunder umumnya dibutuhkan untuk mengetahui konsentrasi agen risiko pada media

lingkungan yang mana merupakan hasil pengukuran yang pernah dilakukan oleh pihak lain pada media lingkungan wilayah dan waktu yang sama

Ada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL dalam rangkaian studi AMDAL (kajian ANDAL dan RKL - RPL untuk aspek kesehatan masyarakat) suatu kegiatan sumber data konsentrasi dapat merupakan proyeksi perubahan rona lingkungan yang telah dikaji pada aspek yang lain mis proyeksi konsentrasi agen risiko di udara ambien pada tahap operasional kegiatan atau proyeksi konsentrasi agen risiko di air bersih pada tahap operasional kegiatan

Terkait dengan variabel perhitungan yang lain (R tE fE Dt Wb dan tAVG) asumsi didasarkan pada logika yang rasional atau nilai default yang sudah tersedia Adapun nilai default untuk berbagai variabel pada lsquodesktoprsquo ARKL dapat dilihat pada tabel 9 berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 22

Tabel 9 Nilai default dari faktor pajanan (Rahman 2007) Tataguna lahan

Jalur pajanan Asupan harian Frekuensi pajanan (haritahun)

Durasi pajanan (tahun)

Berat badan (kg)

Residensial Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

12 m3 (anak) raquo 05 350 6 15 Industri amp komersial

Air minum 1 L 250 25 70 55 b

Pertanian Tanaman perkarangan

42 g (buah - buahan)

350 30 70 55 b

80 g (sayur - mayur)

350 30 70 55 b

Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

Rekreasi Ikan tangkapan 54 g 350 30 70 55 b Disadur dari Rahman 2007 seluruhnya berasal dari Exposure Factor Handbook (EPA 1990) kecuali bNukman et al (2005) 324 Langkah 4 Karakterisasi risiko (risk characterization) Langkah ARKL yang terakhir adalah karakterisasi risiko yang dilakukan untuk menetapkan tingkat risiko atau dengan kata lain menentukan apakah agen risiko pada konsentrasi tertentu yang dianalisis pada ARKL berisiko menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat (dengan karakteristik seperti berat badan laju inhalasikonsumsi waktu frekuensi durasi pajanan yang tertentu) atau tidak Karakteristik risiko dilakukan dengan membandingkan membagi intake dengan dosis konsentrasi agen risiko tersebut Variabel yang digunakan untuk menghitung tingkat risiko adalah intake (yang didapatkan dari analisis pemajanan) dan dosis referensi (RfD) konsentrasi referensi (RfC) yang didapat dari literatur yang ada (dapat diakses di situs wwwepagoviris) 1 Karakterisasi risiko pada efek non karsinogenik Perhitungan tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko untuk efek non karsinogenik dinyatakan dalam notasi Risk Quotien (RQ) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek non karsinogenik dilakukan perhitungan dengan membandingkan membagi intake dengan RfC atau RfD Rumus untuk menentukan RQ adalah sebagai berikut ூ

ோ helliphelliphelliphellipRumus 5

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur inhalasi (terhirup) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 1 RfC (reference concentration) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan inhalasi

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 23

ூோ

helliphelliphelliphelliphellipRumus 6

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur ingesti (tertelan) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 2 RfD (reference dose) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan ingesti

Didapat Interpretasi tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko yang diperoleh pada ARKL merupakan konsumsi pakar ataupun praktisi sehingga perlu disederhanakan atau dipilihkan bahasa yang lebih sederhana agar dapat diterima oleh khalayak atau publik Tingkat risiko dinyatakan dalam angka atau bilangan desimal tanpa satuan Tingkat risiko dikatakan AMAN bilamana intake le RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ le 1 Tingkat risiko dikatakan TIDAK AMAN bilamana intake gt RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ gt 1 Narasi yang digunakan dalam penyederhanaan interpretasi risiko agar dapat diterima oleh khalayak atau publik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll Contoh Tingkat risiko RQ untuk pajanan Pb (inhalasi) sebesar 000008 microgm3 pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan rata - rata 55 kg dan telah terpajan 350 haritahun selama 20 tahun diketahui sebesar 0098 maka Interpretasi risiko Pajanan Pb sebesar 000008 microgm3 secara inhalasi pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan 55 Kg masih aman untuk frekuensi pajanan 350 haritahun hingga 20 tahun mendatang Perhitungan tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko untuk efek karsinogenik dinyatakan dalam notasi Excess Cancer Risk (ECR) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek karsinogenik dilakukan perhitungan dengan mengkali intake dengan SF Rumus untuk menentukan ECR adalah sebagai berikut

ܥܧ = Rumus 7helliphelliphelliphellip ܨ ݔ ܫKeterangan Digunakan untuk menghitung tingkat risiko pada agen risiko dengan efek karsinogenik I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 3 atau rumus SF (slope factor) Nilai referensi agen risiko dengan efek karsinogenik

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 24

Interpretasi tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko dinyatakan dalam bilangan exponen tanpa satuan (cth 13E-4) Tingkat risiko dikatakan acceptable atau aman bilamana ECR le E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR le 110000 Tingkat risiko dikatakan unacceptable atau tidak aman bilamana ECR gt E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR gt 110000 Contoh ECR = 13E-5 (13 x 10-5) dapat diinterpretasikan sebagai berikut ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Narasi yang digunakan dalam risiko karsinogenik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoacceptablersquo atau lsquounacceptablersquo (lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo) - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll - Risiko kanker [ mis ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Contoh Tingkat risiko ECR untuk pajanan benzene (inhalasi) sebesar 03 microgm3 pada pekerja depo penampungan BBM di Jakarta dengan berat badan rata - rata 60 kg dan telah terpajan 250 haritahun selama 10 tahun diketahui sebesar 456E-4

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 1

MODUL II MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Manajemen Risiko Kesehatan Lingkungan

Manajemen risiko adalah proses mengidentifikasi evaluasi penyeleksian dan melakukan

upaya untuk mengurangi risiko terhadap ekosistem dan kesehatan manusia (Omenn GS et al 1997) Setelah melakukan keempat langkah ARKL di atas maka telah dapt diketahui apakah suatu agen risiko amandapat diterima atau tidak Manajemen risiko bukan termasuk langkah ARKL melainkan tindak lanjut yang harus dilakukan bilamana hasil karakterisasi risiko menunjukkan tingkat risiko yang tidak aman ataupun unacceptable Dalam melakukan manajemen risiko perlu dibedakan antara strategi manajemen risiko dengan cara manajemen risiko Strategi manajemen risiko meliputi penentuan batas aman yaitu

1 Konsentrasi agen risiko (C) danatau 2 Jumlah konsumsi (R) danatau 3 Waktu pajanan (tE) danatau

4 Frekuensi pajanan (fE) danatau

5 Durasi pajanan (Dt)

Setelah batas aman ditentukan selanjutnya perlu dilakukan penapisan alternatif terhadap batas aman yang mana yang akan dijadikan sebagai target atau sasaran pencapaian dalam pengelolaan risiko Batas aman yang dipilih adalah batas aman yang lebih rasional dan realistis untuk dicapai

Adapun cara manajemen risiko adalah cara atau metode yang akan digunakan untuk

mencapai batas aman tersebut Cara manajemen risiko meliputi beberapa pendekatan yaitu pendekatan teknologi pendekatan sosial - ekonomis dan pendekatan institusional penjelasan lebih lanjut langkah ndash langkah dalam manajemen risiko akan dijelaskan pada sub bahasan selanjutnya

Materi Sub Bahasan Strategi manajemen risiko

1 Penentuan batas aman Batas aman disini adalah batas atau nilai terendah yang menyebabkan tingkat risiko

menjadi tidak aman (tidak dapat diterima) Oleh karenannya nilai yang aman adalah nilai di bawah batas amannya sedangkan nilai yang sama dengan batas aman tersebut akan menyebabkan tingkat risiko menjadi tidak aman Sebagai contoh jika hasil

perhitungan menunjukkan konsentrasi aman adalah 4499 microgm3 maka nilai konsentrasi

yang benar ndash benar aman adalah di bawah 4499 microgm3 (lt4499 microgm3) 4498 microgm3

a) Penentuan konsentrasi aman (C) Dalam penentuan konsentrasi aman semua variabel dan nilai yang digunakan

sama dengan variabel dan nilai pada perhitungan intake Akan tetapi nilai intake yang digunakan adalah RfD atau RfC agen risikonya

Sedangkan konsentrasi aman pada intake karsinogenik perhitungan didasarkan

pada nilai acceptable sebesar 10-4 dibagi nilai SF nya Selain itu variabel tavg disesuaikan dengan perhitungan karsinogenik yaitu (70 haritahun x 365 hari) Untuk menghitung konsentrasi aman digunakan rumus sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 2

Konsentrasi aman non karsinogenik Konsentrasi aman non karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 8

Konsentrasi aman non karsinogenik (ingestii)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ಶ ௫

Rumus 9

Konsentrasi aman karsinogenik Konsentrasi aman karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 10

Konsentrasi aman karsinogenik (ingesti)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 11

Keterangan

Notasi Arti Notasi C(aman) (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada udara ambien atau pada

air bersihminum atau pada makanan yang aman

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 3

Notasi Arti Notasi R (Rate) Laju asupan

Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

Volume air minum yang masuk tubuh (liter) setiap harinya

Volume makanan yang masuk tubuh (gram) setiap harinya

tE atau time of exposure (rumus 8)

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode

b) Penentuan jumlah konsumsi aman (R)

Laju asupan yang dapat dikelola hanyalah pada pada pajanan melalui makanan dan air minum (ingesti) karena masih banyak substitusi untuk setiap jenis makanan ataupun air minum Untuk pajanan melalui udara (inhalasi) pembatasan laju inhalasi hampir tidak mungkin dilakukan Untuk menghitung jumlah konsumsi aman digunakan rumus sebagai berikut Laju konsumsi aman non karsinogenik (ingesti)

() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ಶ ௫

Rumus 12

Laju konsumsi aman karsinogenik (ingesti)

() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ಶ ௫

Rumus 13

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 4

Keterangan Notasi Arti Notasi

R(aman) Laju konsumsi atau banyaknya volume makanan (gram) atau volume air (liter) yang masuk tubuh setiap harinya yang aman

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

c) Penentuan waktu pajanan aman (tE) Waktu pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan

kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan waktu pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah jam terpapar setiap harinya oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung waktu pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Waktu pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 14

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 5

Waktu pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 15

Keterangan

Notasi Arti Notasi t(aman) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap

harinya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

d) Penentuan frekuensi pajanan aman (fE)

Frekuensi pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan frekuensi pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah hari terpapar dalam satu tahun oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung frekuensi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Frekuensi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 16

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 6

Frekuensi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 17

Keterangan

Notasi Arti Notasi fE(aman) (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan

setiap tahunnya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

e) Penentuan durasi pajanan aman (Dt) Durasi pajanan aman dikelola pada pemajanan inhalasi pada lingkungan

yang permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan durasi pajanan dilakukan dengan membatasi lamanya tinggal (tahun) masyarakat pada suatu pemukiman dengan cara melakukan lsquorelokasirsquo pemukiman pada saat telah melewati batas durasi amannya Penerapan strategi durasi pajanan aman untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) kurang tepat karena pada pemajanan ingesti manajemen risiko cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung durasi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Durasi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 18

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 7

Durasi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 19

Keterangan

Notasi Arti Notasi Dt (aman) (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan yang

aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

tE atau time of exposure

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

2 Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko Penapisan alternatif manajemen risiko harus didasarkan pada pertimbangan logis

dan turut mempertimbangkan berbagai faktor termasuk cara pengelolaan risikonya Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini

Tabel 10 Alternatif manajemen risiko dan penggunaannya Alternatif Pengelolaan

Risiko Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Penurunan konsentrasi hingga ke batas aman (konsentrasi aman)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 8

Alternatif Pengelolaan Risiko

Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Pengurangan konsumsi hingga ke batas aman (jumlah konsumsi aman)

Pembatasan waktu pajanan hingga ke batas aman (waktui pajanan aman)

Pembatasan frekuensi pajanan hingga ke batas aman (frekuensi pajanan aman)

Pembatasan durasi pajanan hingga ke batas aman (durasi pajanan aman)

Materi Sub Bahasan Cara manajemen risiko

Manajemen risiko selain membutuhkan strategi yang tepat juga harus dilakukan dengan

cara atau metode yang tepat Dalam aplikasinya cara manajemen risiko dapat dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu 1) Pendekatan teknologi

Manajemen risiko menggunakan teknologi yang tersedia meliputi penggunaan alat bahan dan metode serta teknik tertentu Contoh manajemen risiko dengan pendekatan teknologi antara lain penerapan penggunaan IPAL pengolahan penyaringan air modifikasi cerobong asap penanaman tanaman penyerap polutan dll

2) Pendekatan sosial - ekonomis

Manajemen risiko menggunakan pendekatan sosial - ekonomis meliputi pelibat-sertaan pihak lain efisiensi proses substitusi dan penerapan sistem kompensasi Contoh manajemen risiko dengan pendekatan sosial ndash ekonomis antara lain 3R (reduce reuse dan recycle) limbah pemberdayaan masyarakat yang berisiko pemberian kompensasi pada masyarakat yang terkena dampak permohonan bantuan pemerintah akibat keterbatasan pemrakarsa (pihak yang bertanggung jawab mengelola risiko) dll

3) Pendekatan institusional

Manajemen risiko dengan menempuh jalur dan mekanisme kelembagaan dengan cara melakukan kerjasama dengan pihak lain Contoh manajemen risiko dengan pendekatan institusional antara lain kerjasama dalam pengolahan limbah B3 mendukung pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah menyampaikan laporan kepada instansi yang berwenang dll

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 1

MODUL III SURVEILANS FAKTOR RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans oleh World Health Organization (WHO) didefinisikan sebagai kegiatan

berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data kesehatan masyarakat yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat Surveilans yang dilakukan diharapkan dapat Menjadi sistem kewaspadaan dini terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat di masa yang

akan datang Mendokumentasikan dampak dari suatu intervensi atau jejak dari kemajuan program dalam

mencapai tujuan tertentu dan Memonitor dan mengklarifikasi masalah kesehatan secara epidemiologi guna menetapkan

priritas dan menginformasikan kebijakan dan strategi kesehatan ke publik

Faktor risiko dalam dunia kesehatan dan epidemiologi biasa didefinisikan sebagai faktor-faktor atau kondisi yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit Faktor risiko tersebut umumnya dapat dikatagorikan menjadi beberapa jenis yaitu faktor risiko genetis faktor risiko perilaku dan faktor risiko lingkungan

Dari kedua definisi di atas maka surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah kegiatan berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor-faktor atau kondisi lingkungan yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan lingkungan Untuk itu ada beberapa hal yang menjadi kata kunci dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yaitu sistematis dan berkesinambungan pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor lingkungan yang dapat menyebabkan sakit dan upaya kesehatan lingkungan

Materi Sub Bahasan Konsep dan Penerapan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Penyakit dan masalah kesehatan masyarakat erat terhubung dengan faktor atau kondisi

lingkungan Oleh karenanya secara naluriah setiap manusia menginginkan lingkungan yang sehat dan nyaman sebagai tempat tinggalnya yang juga kondusif terhadap kondisi kesehatannya Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang salah satunya ditempuh melalui kegiatan penyehatan lingkungan (kesehatan lingkungan) Dalam rangka mewujudkan kondisi lingkungan sesuai dengan yang diharapkan upaya yang dilakukan haruslah tepat guna tepat sasaran sistematis dan terencana dengan baik serta berbasis bukti (evidence based) Sehingga perumusan upaya kesehatan lingkungan yang akan diterapkan harus didukung dengan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yang baik

Filosofi dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah melakukan pengamatan dan pengawasan terus-menerus terhadap kondisi lingkungan yang diperkirakan dapat menyebabkan penyakit pada manusia Hasil dari kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah berupa informasi mengenai apakah faktor atau kondisi lingkungan tertentu yang diamati berisiko menimbulkan kesakitan dan rekomendasi upaya tidak lanjut yang dibutuhkan untuk mengendalikannya Konsep dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dipahami dari gambar 6

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 2

(sumber Mullan N et al 2008)

Gambar 6 Konsep Surveilans Awal dan Lanjutan dalam Kesehatan Lingkungan

Konsep di atas diadaptasi dari versi model surveilans kesehatan yang diterapkan di Kanada

Dalam prakteknya surveilans kesehatan lingkungan dilakukan dalam dua tahapan dimana pengumpulan data hingga desiminasi diklasifikasikan sebagai surveilans awal dan sintesa pengetahuan dan proses perumusan kebijakan yang merupakan input dari stakeholder dan peneliti sebagai surveilans lanjutan Surveilans awal dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data rutin (menggunakan form yang telah dibakukan pada masing-masing Negara) sedangkan analisis dan interpretasi dari basis data yang umumnya digunakan untuk tujuan monitoring ataupun pembuatan regulasi Selanjutnya surveilans lanjutan dirumuskan dari hasil surveilans awal dikombinasikan dengan masukan dari para peneliti dan stakeholder yang concern (peduli) terhadap masalah kesehatan lingkungan guna memberikan pemahaman pengertian yang baik terhadap isu yang berkembang serta dapat dirumuskan keputusan upaya tindak lanjut yang tepat untuk merespon isu tersebut

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bukan merupakan hal yang baru Konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan telah dilaksanakan sejak lama oleh sektor kesehatan mulai dari unit yang paling bawah seperti puskesmas hingga tingkat kementerian Namun sedikit perbedaan dalam istilah dan nama yang digunakan membuat konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan terkesan suatu terobosan baru Di unit puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten kota pelaksanaan kegiatan ini identik dengan kegiatan inspeksi sanitasi Inspeksi sanitasi yang dilakukan di puskesmas maupun dinas kesehatan dilakukan pada obyek kesehatan lingkungan secara periodik (time series) dengan fokus pada faktor risiko kesehatan lingkungan pada obyek tersebut Sebagai contoh inspeksi sanitasi depot air minum dilakukan oleh puskesmas atau dinas kesehatan kabupaten kota secara rutin (minimal setahun sekali) dengan melakukan observasi kesehatan lingkungan wawancara terkait perilaku dalam penanganan depot air minum dan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 3

pemeriksaan laboratorium kualitas air baku (air bersih) dan air olahan (air minum) Data hasil inspeksi sanitasi pada satu lokasi depot air minum yang sama dalam beberapa periode inspeksi merupakan basis data (database) yang dapat diinterpretasi dianalisis baik secara tunggal (hanya data satu depot tersebut) ataupun bersamaan dengan data inspeksi depot air minum yang lain dan didesiminasikan Selanjutnya hasil desiminasi tersebut dapat ditindaklanjuti dengan melakukan upaya diantaranya pembinaan pelatihan dan lain sebagainya

Materi Sub Bahasan Desain dan Metodologi Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan merupakan suatu studi yang dapat dilakukan dengan desain cross sectional kasus kontrol ataupun kohort Sebagai suatu studi yang masuk ke dalam ranah epidemiologi kesehatan lingkungan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan selain melihat kecenderungan data juga digunakan untuk melihat adanya hubungan antara pajanan lingkungan dan dampak kesehatan (penyakit) Oleh karenanya dalam surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan diperlukan data-data sebagai berikut

1 Data geografis wilayah dilakukan dengan menggunakan GPS untuk penentuan koordinat lokasi dilakukan pengambilan sampel pengumpulan data

2 Data faktor risiko lingkungan meliputi data kualitas lingkungan (pengambilan dan pemeriksaan sampel) data kondisi lingkungan sanitasi yang dikumpulkan melalui observasi (pengisian cek lis) dan wawancara Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dbutuhkan data kualitas udara dalam ruang yang dilakukan dengan pengukuran dan data berkaitan dengan jenis lantai ventilasi bahan bakar memasak dan lain sebagainya

3 Data faktor risiko lingkungan meliputi data perilaku sampel (responden) yang juga merupakan faktor risiko dari penyakit berbasis lingkungan yang menjadi perhatian Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA selain data kualitas udara dalam ruang dan ventilasi perlu dikumpulkan data terkait dengan kebiasaan membuka jendela

4 Data pajanan meliputi data lama tinggal pola aktivitas pekerjaan data konsumsi makanan dan air dan lain sebagainya Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dibutuhkan data lama tinggal dan rata-rata lama berada di dalam rumah

Sebagai suatu studi surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dilakukan dengan desain

tertentu yang disesuaikan dengan tujuan permasalahan yang akan dikaji dan faktor-faktor lainnya Sebagaimana dijelaskan di atas surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional kasus kontrol dan kohort Penggunaan desain studi pada surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seperti pada tabel 11

Tabel 11 Perbandingan Desain Studi

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort Desain pemilihan sampel (sampling)

Random Bisa juga dipisah fixed disease sampling atau fixed exposure sampling

Sampel terpisah untuk kasus (sakit) dan kontrol (tidak sakit)

Sampel terpisah untuk terpajan dan tidak terpajan

Waktu periode pelaksanaan (arah pengusutan)

Satu titik waktu atau sesaat (non directional)

Retrospektif Prospektif Followup selama periode waktu tertentu

Kausalitas Hanya menjelaskan Kausalitas awal Kausalitas dengan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 4

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort hubungan antara faktor risiko kesehatan lingkungan dengan penyakit (namun bukan bersifat kausalitas)

bukti sekuensi temporal

Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai pengganti risiko

Odds sebagai pengganti risiko

Insidensi (R Risiko) Insidence rate

Perbandingan risiko Prevalence Ratio (PR) Odds Ratio (OR) Risiko Relatif (RR)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan lebih tepat menggunakan desain cross sectional dikarenakan dalam pemilihan sampling dilakukan secara random dan pengumpulan data lingkungan dan penyakit dilakukan pada satu waktu Output dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dengan desain cross sectional adalah hubungan (bukan kausalitas) antara faktor lingkungan dan penyakit Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bisa dilakukan dengan desain kasus kontrol bilamana titik tolak studi (pengusutan) dimulai dari adanya penyakit dan sampel dikelompokkan menjadi kasus (sampel yang menderita penyakit) dan kontrol (sehat) dan data faktor lingkungan sebelum kasus sakit tersedia Selain itu surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat menggunakan desain studi kohort (prospektif) dengan memantau secara terus menerus (hingga periode tertentu) kualitas lingkungan dan faktor lingkungan lainnya bersamaan dengan penyakitnya

Materi Sub Bahasan Tahapan Kegiatan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Tahapan kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seyogyanya terdiri dari survey pendahuluan dan pengumpulan data awal penyusunan instrumen survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pengolahan dan analisis data dan diseminasi Tahapan kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut

1 Survey pendahuluan dan pengumpulan data awal pengumpulan data awal dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal pada lokasi meliputi background data yang telah tersedia atau data lainnya yang berhubungan Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data sekunder dan juga perlu ditentukan lokasi yang akan menjadi titik pengambilan sampel

2 Penyusunan instrumen berdasarkan data awal yang dikumpulkan disusun instrumen untuk survey pengambilan dan pemeriksaan sampel Instrumen disusun berbentuk cek lis danatau kuisioner Untuk mendapatkan data sesuai yang diharapkan instrumen yang telah dibuat sebaiknya diuji coba terlebih dahulu

3 Survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data primer dan pengumpulan data menggunakan instrumen yang digunakan

4 Pengolahan dan analisis data data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis yang dapat dilakukan secara manual ataupun alat bantu lainnya (mis software pengolah data) Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data informasi disajikan dalam bentuk tabel grafik gambar dan peta yang terangkum dalam laporan

5 Diseminasi dimaksudkan untuk menyebarluaskan informasi dan temuan lapangan kepada para stakeholder

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 1

MODUL IV ANALISIS KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Prinsip Dasar Analisis Kualitas Kesehatan Lingkungan

Analisis adalah kajian atau penelitian yang dititikberatkan pada variabel tertentu untuk mengetahui keadaan atau kondisi sebenarnya termasuk juga yang berkaitan dengan sebab musabab terjadinya kondisi tersebut Dengan demikian analisis kualitas lingkungan merupakan suatu kegiatan yang menggunakan cara atau metode ilmiah guna mengetahui seperti apa kondisi atau kualitas kesehatan lingkungan pada suatu tempat waktu yang melibatkan juga masyarakat di tempat tersebut Umumnya analisis kualitas kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk kegiatan pengambilan dan pemeriksaan sampel pengawasan kualitas kesehatan lingkungan melalui kegiatan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi serta interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Analisis kualitas kesehatan lingkungan merupakan kegiatan yang harus mampu dilakukan oleh seorang pejabat kesehatan lingkungan ataupun fungsional sanitarian Perlunya dilakukan analisis ini adalah untuk menjadi bahan masukan ataupun dasar untuk melakukan manajemen risiko kesehatan lingkungan Implementasi dari manajemen risiko kesehatan lingkungan ini bisa dalam bentuk intervensi (pendekatan) teknologi pendekatan sosial melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat secara aktif dan melalui kerjasama jejaring kemitraan antar pihak yang berkepentingan (stakeholder)

Materi analisis kualitas kesehatan lingkungan dalam modul ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan juga keterampilan bagi peserta dalam menilai prosedur pengambilan dan pemeriksaan sampel serta interpretasi hasil pemeriksaan sampel yang dilakukan dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan Materi dalam modul ini bukan dimaksudkan agar peserta mampu melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel kesehatan lingkungan sendiri tanpa berkerjasama dengan laboratorium Materi Sub Bahasan Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Kesehatan Lingkungan

Pengambilan sampel kesehatan lingkungan hakikatnya dilakukan untuk memotret atau

menjadi acuan untuk menduga kualitas kesehatan lingkungan pada suatu media di suatu wilayah Secara garis besar pengambilan sampel bertujuan untuk mengumpulkan data rona awal kesehatan lingkungan dan memantau kondisi kesehatan lingkungan Dalam hal memantau kesehatan lingkungan pengambilan sampel dilakukan untuk menentukan status kualitas kesehatan lingkungan menentukan kebijakan kesehatan lingkungan menegakkan hukum kesehatan dan lingkungan dan melakukan penelitian kesehatan lingkungan

Kualitas kesehatan lingkungan merupakan hal yang kompleks dan begitu dinamis karena dipengaruhi begitu banyak variabelfaktor Untuk itu pengambilan sampel l kesehatan ingkungan yang bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan harus dilakukan dengan cermat tepat serta butuh perencanaan dan pengorganisasian yang baik Untuk menjamin pengambilan sampel dapat menjamin keterwakilan kualitas kesehatan lingkungan perlu diperhatikan beberapa aspek yaitu lokasi dan titik pengambilan sampel parameter kualitas lingkungan yang akan dipilih serta ukuran jumlah dan volume sampel yang akan diambil Perencanaan Pengambilan Sampel

Seperti halnya kegiatan dan program pengambilan sampel sesuai dengan yang diharapkan perlu direncanakan dengan baik Perencanaan pengambilan sampel ini bertujuan untuk memastikan dan menegaskan kembali tujuan pengambilan sampel kesehatan lingkungan memutuskan cara-cara

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 2

mencapai tujuan mengetahui secara tepat hal-hal yang perlu dilakukan pada saat pengambilan sampel menyiapkan sumber daya yang diperlukan dan menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pengambilan sampel Jelasnya unsur-unsur perencanaan pengambilan sampel meliputi

a) Tujuan pengambilan sampel harus dipastikan apakah dalam rangka pengumpulan data rona kesehatan lingkungan awal atau dalam rangka memantau kesehatan lingkungan

b) Merencanakan biaya pengambilan sampel dengan mempertimbangkan empat hal yaitu aksesibilitas lokasi dan titik pengambilan sampel jumlah jenis dan kompleksitas sampel frekuensi pengambilan sampel serta penjaminan dan pengendalian mutu di lapangan Selain empat hal yang perlu dipertimbangkan tersebut perlu diketahui komponen pembiayaan dalam pengambilan sampel yaitu depresiasi (penyusutan) nilai peralatan kalibrasi peralatan pemakaian bahan pengawet secara kimia danatau fisika penggunaan bahan habis pakai penggunaan wadah sampel transportasi ke lokasi pengambilan sampel akomodasi (bila perlu) honor pengambil sampel (lumpsum atau per diem) dan penyusunan laporan pengambilan sampel

c) Administrasi berkaitan dengan pengambilan sampel yang meliputi penyiapan surat tugas surat pemberitahuan perizinan brevet ataupun lencana kewenangan pencatatan pendokumentasian dan hal-hal pendukung lainnya

d) Perlu jaminan pengambil sampel pada saat pengambilan sampel merupakan personel yang kompeten danatau berwenang dengan kualifikasi (kompetensi) latar belakang pendidikan yang sesuai pengalaman di bidangnya terampil dan diakui ataupun tersertifikasi

e) Penentuan parameter pengujian terhadap sampel yang diambil sesuai dengan tujuan pengambilan sampel turut mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait serta disesuaikan dengan parameter indikatif suatu kegiatan atau wilayah tertentu Mis parameter indikatif pada industri Pulp dan kertas adalah pH BOD COD dan TSS sedangkan pada wilayah pertambangan emas parameter yang diambil adalah air raksa (Hg) dan sianida (CN-)

f) Penentuan media lingkungan yang akan dilakukan pengambilan sampel g) Merencanakan tipe sampel yang akan diambil apakah sampel sesaat (grab sample) sampel

gabungan (composite sample) sampel terpadu (integrated sample) atau sampel kontinyu (continous sample)

h) Peralatan pengambilan sampel harus direncanakan dengan baik Peralatan pengambilan sampel terdiri dari peralatan pengambil sampel (utama) peralatan pendukung dan peralatan K3 atau APD Peralatan pengambil sampel adalah peralatan yang fungsinya untuk mengambil sampel lingkungan dengan parameter yang direncanakan seperti HVAS (High Volume Air Sampler) LVS (Low Volume Sampler) MAS (Microbiology Air Sampler) dll Alat pendukung adalah alat yang fungsinya mendukung pengambilan sampel seperti peralatan pengukur parameter lapangan (pH meter termometer barometer kecepatan angin hygrometer dll) dokumen terkait (surat tugas surat izin dll) alat tulis untuk perekaman proses pengambilan sampel penunjuk arah (kompas) dan penunjuk lokasi (GPS) dll APD yang digunakan dalam pengambilan sampel meliputi sarung tangan masker helm ear plugmuff P3K dll

i) Perencanaan terhadap wadah sampel yang akan digunakan untuk pengamanan dan transpor sampel harus disesuaikan dengan karakteristik dan interaksi parameter sampel yang akan diuji dengan sifat bahan wadah Sebagai contoh pengambilan sampel DOBOD harus menggunakan botol BOD khusus yang menggunakan tutup asah sedangkan untuk sampel mikrobiologi digunakan wadah steril

j) Pengawetan sampel dilakukan sesuai dengan karakteristik parameter yang akan diuji pada sampel mis pengawetan sampel untuk parameter golongan logam pada air menggunakan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 3

asam nitrat pekat (HNO3 p) hingga pH lt 2 sedangkan untuk sampel sianida total pada air diawetkan menggunakan NaOH hingga pH gt 12 dan didinginkan 4oCplusmn2oC pada tempat gelap

k) Batas penyimpanan sampel disesuaikan dengan parameter yang akan diuji dan mengacu pada acuan standar seperti ASTM (The American Society for Testing and Materials) dll

l) Pengamanan sampel di lapangan meliputi pengemasan pengamanan pada label sampel (spidol waterproof label yang baik) informasi tambahan yang penting (titik jenis parameter uji pengawetan waktu dan nama pengambil sampel) sehingga mencegah interaksi sampel dengan lingkungan yang menyebabkan perubahan kualitasnya (kontaminasi degradasi dll)

m) Transportasi sampel yang juga berkaitan dengan batas penyimpanan sampel harus diperhatikan dengan seksama Selain itu moda transportasi yang digunakan untuk membawa sampel juga harus dipenuhi standar keamanannya seperti harus mematuhi peraturan penerbangan nasional dan internasional bila sampel dibawa menggunakan pesawat udara

n) Penyimpanan sampel dilakukan baik secara fisik maupun kimia seperti meminimalkan adsorbsi pengasaman mencegah metabolisme mikroorganisme menghindari hidrolisis serta pengendapan Faktor kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan dengan proses pengambilan sampel

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Penentuan Titik Sampel

Prinsip penentuan titik sampel harus mempertimbangkan keterwakilan populasi atau kualitas lingkungan kemampuan peralatan keselamatan pengambil sampel faktor klimatologi biaya dan kaidah-kaidah empiris Prinsip-prinsip penentuan titik sampel pada media lingkungan adalah sebagai berikut a) Pengambilan sampel air a)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 736 tahun 2010 tentang Pengawasan Kualitas Air Minum

Peraturan daerah setempat a)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah jerigen botol botol BOD botol steril timba steril coolbox dll Peralatan pendukung pH meter termometer sisa klor GPS peralatan untuk menjamin

tidak terjadi kontaminasi (krustang kapas alkohol) dll Pengawet Asam (HNO3 p H2SO4 p) basa (NaOH) dry ice dll APD sarung tangan masker jaket pelampung dll

a)3 Aspek yang dipertimbangkan Kedalaman air Homogenitas (untuk sampel air badan air) Arah dan kecepatan aliran air (untuk sampel air badan air)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 4

Keterkaitan dengan pajanan pada masyarakat (bila digunakan untuk penelitian kesehatan masyarakat)

Jarak antar sampel Keselamatan dan kemampuan sumber daya

a)4 Penentuan titik sampel Air sungai ditentukan yaitu

Uji homogenitas sungai dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu lalu lakukan uji parameter lapangan (suhu pH DOoksigen terlarut dan DHLDaya Hantar Listrik) Apabila hasil pengujian beberapa parameter pada beberapa sampel tersebut tidak berbeda jauh dengan variasi lt 10 maka disebut homogen atau tercampur sementara sehingga sampel yang diambil untuk mewakili air sungai tersebut bisa lebih sedikit

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel air sungai harus meliputi daerah hulu yang belum terkontaminasi daerah pemanfaatan sungai daerah yang potensial terkontaminasi daerah pertemuan dua sungai dan daerah hilir

Air tanah Pengambilan sampel dilakukan plusmn 20 cm dari dasar sumur gali dan dipastikan agar tidak

ada sedimen yang ikut terambil atau pada mulut kran tempat air keluar untuk sumur bor

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel dilakukan pada daerah meliputi daerah dimana air tanah digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari termasuk air minum dan di daerah yang berisiko terkontaminasi (dekat penimbunanpembuangan akhir sampah daerah pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif wilayah pesisir dimana terjadi intrusi air laut dll)

b) Pengambilan sampel udara ambien dan udara dalam ruang b)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan Peraturan daerah setempat

b)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Peralatan utama High Volume Air Sampler (HVAS) RAC Gas Sampler EPAM CO dan CO2

Detektor Low Volume Sampler Microbiology Air Sampler atau Lamotte BD Pump dan Sound Level Meter

Peralatan pendukung pengukur kecepatan angin arah angir termometer hygrometer dan luxmeter

Bahan yang digunakan filter HVAS dan LVS absorbant (So2 NO2 H2S NH3 dan O3) dan larutan garam (NaCl) fisiologis steril

b)3 Aspek yang dipertimbangkan Berhubungan dengan klimatologi arah dan kecepatan angin bunga angin (wind rose)

kelembaban musim dan suhu udara Berhubungan dengan asumsi konsentrasi parameter inversi udara dispersi jarak terbang

(distance) dan ukuran partikel Bilamana sumber pencemar adalah cerobong asap maka ketinggian ukuran partikel dan jarak terhadap pemukiman penduduk harus dipertimbangkan

Berhubungan dengan pajanan daerah padat penduduk jarak terhadap sumber pencemar (radius)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 5

b)4 Penentuan titik sampel Pengambilan sampel udara ambien harus menghindari daerah yang dekat dengan

bangunan dan tanaman yang diperkirakan dapat mengabsorbsi atau mengadsorbsi pencemar daerah yang terdapat pengganggu kimia yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Emisi kimiawi kendaraan bermotor dapat mengganggu pengukuran ozon) dan daerah yang terdapat pengganggu fisik yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Pengukuran total partikulat atau TSP dapat terganggu oleh adanya insinerator disekitar lokasi pengukuran)

Pada umumnya lokasi pengukuran (pengambilan sampel) dilakukan pada daerah yang mempunyai konsentrasi parameter tinggi daerah padat penduduk daerah yang diasumsikan menerima paparan pencemar dan daerah yang digunakan untuk memproyeksikan dampak kegiatan pembangunan

c) Pengambilan sampel sedimen c)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Wadah Plastik atau wadah lainnya untuk sedimen tanah atau lumpur Plastik dan botol

steril untuk makanan Peralatan Grab Sampler untuk pengambilan sludge pada daerah yang sulit danatau

dalam c)3 Aspek yang dipertimbangkan

Potensi dan sumber pencemaran Topografi Jenis vegetasi Perkiraan terjadinya pencemaran

c)4 Penentuan titik sampel Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang

cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel meliputi daerah yang tanahnya diperkirakan akan kontak dengan masyarakat daerah yang mewakili pencemaran tertentu berdasarkan karakteristik kegiatan di wilayah tersebut (tanah pada pertanian perkebunan pertambangan dll) dan daerah yang tanahnya diperkirakan dapat mengkontaminasi media lingkungan lainnya

d) Pengambilan sampel makanan d)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan d)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah Plastik atau wadah atau botol untuk makanan Untuk sampel makanan yang akan diperiksa parameter bakteriologisnya maka digunakan wadah steril

Peralatan sendok sendok steril pisau steril dan peralatanbahan yang mendukung pengambilan secara aseptis (Contoh Pembakar bunsen dengan spiritus)

d)3 Aspek yang dipertimbangkan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 21: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 19

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default R (Rate) Laju konsumsi atau

banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya

- Liter hari (air) - Gram hari (makanan)

Air Minum - Dewasa (pemukiman) 2 literhari - Anak ndash anak (pemukiman) 1 literhari - Dewasa (lingkungan kerja) 1 literhari Makanan - Buah ndash buahan 42 gramhari - Sayuran 80 gramhari fE (frecuency of

exposure) Lamanya atau jumlah hari

terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(nk) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogen

Hari 30 tahun x 365 haritahun = 10950 hari

Perhitungan intake karsinogenik (IK) 1 Intake pada jalur pemajanan inhalasi (terhirup)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ೡ

helliphelliphelliphellipRumus 3

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ik (Intake) Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada media udara (udara ambien)

mgm3 Tidak ada nilai default

R (Rate) Laju inhalasi atau banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya

m3jam Dewasa 083 m3jam Anak ndash anak (6 ndash 12 tahun) 05 m3jam

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 20

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default tE (time of exposure) Lamanya atau jumlah jam

terjadinya pajanan setiap harinya

Jamhari - Pajanan pada pemukiman 24 jamhari - Pajanan pada lingkungan kerja 8 jamhari - Pajanan pada sekolah dasar 6 jamhari

fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

2 Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ಲೇಸ

helliphelliphellipRumus 4

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ik (Intake) Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada air bersih minum atau pada makanan

- mgl (air) - mgkg (makanan)

Tidak ada nilai default

R (Rate) Laju konsumsi atau banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya

- literhari (air) - gramhari (makanan)

Air Minum - Dewasa (pemukiman) 2 literhari - Anak ndash anak (pemukiman) 1 literhari - Dewasa (lingkungan kerja) 1 literhari Makanan - Buah ndash buahan 42 gramhari - Sayuran 80 gramhari - Ikan tangkapan 54 gramhari

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 21

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok Populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

Analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL Hal ndash hal yang perlu diketahui dan dicermati dalam melakukan analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL adalah sebagai berikut Pada lsquodesktoprsquo ARKL tidak perlu dilakukan pengumpulan data Data yang menjadi dasar perhitungan intake menggunakan data sekunder dan asumsi Terkait dengan variabel konsentrasi pelu diperhatikan hal sebagai berikut Data sekunder umumnya dibutuhkan untuk mengetahui konsentrasi agen risiko pada media

lingkungan yang mana merupakan hasil pengukuran yang pernah dilakukan oleh pihak lain pada media lingkungan wilayah dan waktu yang sama

Ada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL dalam rangkaian studi AMDAL (kajian ANDAL dan RKL - RPL untuk aspek kesehatan masyarakat) suatu kegiatan sumber data konsentrasi dapat merupakan proyeksi perubahan rona lingkungan yang telah dikaji pada aspek yang lain mis proyeksi konsentrasi agen risiko di udara ambien pada tahap operasional kegiatan atau proyeksi konsentrasi agen risiko di air bersih pada tahap operasional kegiatan

Terkait dengan variabel perhitungan yang lain (R tE fE Dt Wb dan tAVG) asumsi didasarkan pada logika yang rasional atau nilai default yang sudah tersedia Adapun nilai default untuk berbagai variabel pada lsquodesktoprsquo ARKL dapat dilihat pada tabel 9 berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 22

Tabel 9 Nilai default dari faktor pajanan (Rahman 2007) Tataguna lahan

Jalur pajanan Asupan harian Frekuensi pajanan (haritahun)

Durasi pajanan (tahun)

Berat badan (kg)

Residensial Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

12 m3 (anak) raquo 05 350 6 15 Industri amp komersial

Air minum 1 L 250 25 70 55 b

Pertanian Tanaman perkarangan

42 g (buah - buahan)

350 30 70 55 b

80 g (sayur - mayur)

350 30 70 55 b

Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

Rekreasi Ikan tangkapan 54 g 350 30 70 55 b Disadur dari Rahman 2007 seluruhnya berasal dari Exposure Factor Handbook (EPA 1990) kecuali bNukman et al (2005) 324 Langkah 4 Karakterisasi risiko (risk characterization) Langkah ARKL yang terakhir adalah karakterisasi risiko yang dilakukan untuk menetapkan tingkat risiko atau dengan kata lain menentukan apakah agen risiko pada konsentrasi tertentu yang dianalisis pada ARKL berisiko menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat (dengan karakteristik seperti berat badan laju inhalasikonsumsi waktu frekuensi durasi pajanan yang tertentu) atau tidak Karakteristik risiko dilakukan dengan membandingkan membagi intake dengan dosis konsentrasi agen risiko tersebut Variabel yang digunakan untuk menghitung tingkat risiko adalah intake (yang didapatkan dari analisis pemajanan) dan dosis referensi (RfD) konsentrasi referensi (RfC) yang didapat dari literatur yang ada (dapat diakses di situs wwwepagoviris) 1 Karakterisasi risiko pada efek non karsinogenik Perhitungan tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko untuk efek non karsinogenik dinyatakan dalam notasi Risk Quotien (RQ) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek non karsinogenik dilakukan perhitungan dengan membandingkan membagi intake dengan RfC atau RfD Rumus untuk menentukan RQ adalah sebagai berikut ூ

ோ helliphelliphelliphellipRumus 5

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur inhalasi (terhirup) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 1 RfC (reference concentration) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan inhalasi

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 23

ூோ

helliphelliphelliphelliphellipRumus 6

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur ingesti (tertelan) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 2 RfD (reference dose) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan ingesti

Didapat Interpretasi tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko yang diperoleh pada ARKL merupakan konsumsi pakar ataupun praktisi sehingga perlu disederhanakan atau dipilihkan bahasa yang lebih sederhana agar dapat diterima oleh khalayak atau publik Tingkat risiko dinyatakan dalam angka atau bilangan desimal tanpa satuan Tingkat risiko dikatakan AMAN bilamana intake le RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ le 1 Tingkat risiko dikatakan TIDAK AMAN bilamana intake gt RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ gt 1 Narasi yang digunakan dalam penyederhanaan interpretasi risiko agar dapat diterima oleh khalayak atau publik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll Contoh Tingkat risiko RQ untuk pajanan Pb (inhalasi) sebesar 000008 microgm3 pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan rata - rata 55 kg dan telah terpajan 350 haritahun selama 20 tahun diketahui sebesar 0098 maka Interpretasi risiko Pajanan Pb sebesar 000008 microgm3 secara inhalasi pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan 55 Kg masih aman untuk frekuensi pajanan 350 haritahun hingga 20 tahun mendatang Perhitungan tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko untuk efek karsinogenik dinyatakan dalam notasi Excess Cancer Risk (ECR) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek karsinogenik dilakukan perhitungan dengan mengkali intake dengan SF Rumus untuk menentukan ECR adalah sebagai berikut

ܥܧ = Rumus 7helliphelliphelliphellip ܨ ݔ ܫKeterangan Digunakan untuk menghitung tingkat risiko pada agen risiko dengan efek karsinogenik I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 3 atau rumus SF (slope factor) Nilai referensi agen risiko dengan efek karsinogenik

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 24

Interpretasi tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko dinyatakan dalam bilangan exponen tanpa satuan (cth 13E-4) Tingkat risiko dikatakan acceptable atau aman bilamana ECR le E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR le 110000 Tingkat risiko dikatakan unacceptable atau tidak aman bilamana ECR gt E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR gt 110000 Contoh ECR = 13E-5 (13 x 10-5) dapat diinterpretasikan sebagai berikut ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Narasi yang digunakan dalam risiko karsinogenik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoacceptablersquo atau lsquounacceptablersquo (lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo) - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll - Risiko kanker [ mis ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Contoh Tingkat risiko ECR untuk pajanan benzene (inhalasi) sebesar 03 microgm3 pada pekerja depo penampungan BBM di Jakarta dengan berat badan rata - rata 60 kg dan telah terpajan 250 haritahun selama 10 tahun diketahui sebesar 456E-4

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 1

MODUL II MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Manajemen Risiko Kesehatan Lingkungan

Manajemen risiko adalah proses mengidentifikasi evaluasi penyeleksian dan melakukan

upaya untuk mengurangi risiko terhadap ekosistem dan kesehatan manusia (Omenn GS et al 1997) Setelah melakukan keempat langkah ARKL di atas maka telah dapt diketahui apakah suatu agen risiko amandapat diterima atau tidak Manajemen risiko bukan termasuk langkah ARKL melainkan tindak lanjut yang harus dilakukan bilamana hasil karakterisasi risiko menunjukkan tingkat risiko yang tidak aman ataupun unacceptable Dalam melakukan manajemen risiko perlu dibedakan antara strategi manajemen risiko dengan cara manajemen risiko Strategi manajemen risiko meliputi penentuan batas aman yaitu

1 Konsentrasi agen risiko (C) danatau 2 Jumlah konsumsi (R) danatau 3 Waktu pajanan (tE) danatau

4 Frekuensi pajanan (fE) danatau

5 Durasi pajanan (Dt)

Setelah batas aman ditentukan selanjutnya perlu dilakukan penapisan alternatif terhadap batas aman yang mana yang akan dijadikan sebagai target atau sasaran pencapaian dalam pengelolaan risiko Batas aman yang dipilih adalah batas aman yang lebih rasional dan realistis untuk dicapai

Adapun cara manajemen risiko adalah cara atau metode yang akan digunakan untuk

mencapai batas aman tersebut Cara manajemen risiko meliputi beberapa pendekatan yaitu pendekatan teknologi pendekatan sosial - ekonomis dan pendekatan institusional penjelasan lebih lanjut langkah ndash langkah dalam manajemen risiko akan dijelaskan pada sub bahasan selanjutnya

Materi Sub Bahasan Strategi manajemen risiko

1 Penentuan batas aman Batas aman disini adalah batas atau nilai terendah yang menyebabkan tingkat risiko

menjadi tidak aman (tidak dapat diterima) Oleh karenannya nilai yang aman adalah nilai di bawah batas amannya sedangkan nilai yang sama dengan batas aman tersebut akan menyebabkan tingkat risiko menjadi tidak aman Sebagai contoh jika hasil

perhitungan menunjukkan konsentrasi aman adalah 4499 microgm3 maka nilai konsentrasi

yang benar ndash benar aman adalah di bawah 4499 microgm3 (lt4499 microgm3) 4498 microgm3

a) Penentuan konsentrasi aman (C) Dalam penentuan konsentrasi aman semua variabel dan nilai yang digunakan

sama dengan variabel dan nilai pada perhitungan intake Akan tetapi nilai intake yang digunakan adalah RfD atau RfC agen risikonya

Sedangkan konsentrasi aman pada intake karsinogenik perhitungan didasarkan

pada nilai acceptable sebesar 10-4 dibagi nilai SF nya Selain itu variabel tavg disesuaikan dengan perhitungan karsinogenik yaitu (70 haritahun x 365 hari) Untuk menghitung konsentrasi aman digunakan rumus sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 2

Konsentrasi aman non karsinogenik Konsentrasi aman non karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 8

Konsentrasi aman non karsinogenik (ingestii)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ಶ ௫

Rumus 9

Konsentrasi aman karsinogenik Konsentrasi aman karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 10

Konsentrasi aman karsinogenik (ingesti)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 11

Keterangan

Notasi Arti Notasi C(aman) (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada udara ambien atau pada

air bersihminum atau pada makanan yang aman

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 3

Notasi Arti Notasi R (Rate) Laju asupan

Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

Volume air minum yang masuk tubuh (liter) setiap harinya

Volume makanan yang masuk tubuh (gram) setiap harinya

tE atau time of exposure (rumus 8)

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode

b) Penentuan jumlah konsumsi aman (R)

Laju asupan yang dapat dikelola hanyalah pada pada pajanan melalui makanan dan air minum (ingesti) karena masih banyak substitusi untuk setiap jenis makanan ataupun air minum Untuk pajanan melalui udara (inhalasi) pembatasan laju inhalasi hampir tidak mungkin dilakukan Untuk menghitung jumlah konsumsi aman digunakan rumus sebagai berikut Laju konsumsi aman non karsinogenik (ingesti)

() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ಶ ௫

Rumus 12

Laju konsumsi aman karsinogenik (ingesti)

() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ಶ ௫

Rumus 13

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 4

Keterangan Notasi Arti Notasi

R(aman) Laju konsumsi atau banyaknya volume makanan (gram) atau volume air (liter) yang masuk tubuh setiap harinya yang aman

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

c) Penentuan waktu pajanan aman (tE) Waktu pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan

kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan waktu pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah jam terpapar setiap harinya oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung waktu pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Waktu pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 14

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 5

Waktu pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 15

Keterangan

Notasi Arti Notasi t(aman) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap

harinya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

d) Penentuan frekuensi pajanan aman (fE)

Frekuensi pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan frekuensi pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah hari terpapar dalam satu tahun oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung frekuensi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Frekuensi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 16

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 6

Frekuensi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 17

Keterangan

Notasi Arti Notasi fE(aman) (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan

setiap tahunnya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

e) Penentuan durasi pajanan aman (Dt) Durasi pajanan aman dikelola pada pemajanan inhalasi pada lingkungan

yang permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan durasi pajanan dilakukan dengan membatasi lamanya tinggal (tahun) masyarakat pada suatu pemukiman dengan cara melakukan lsquorelokasirsquo pemukiman pada saat telah melewati batas durasi amannya Penerapan strategi durasi pajanan aman untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) kurang tepat karena pada pemajanan ingesti manajemen risiko cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung durasi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Durasi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 18

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 7

Durasi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 19

Keterangan

Notasi Arti Notasi Dt (aman) (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan yang

aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

tE atau time of exposure

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

2 Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko Penapisan alternatif manajemen risiko harus didasarkan pada pertimbangan logis

dan turut mempertimbangkan berbagai faktor termasuk cara pengelolaan risikonya Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini

Tabel 10 Alternatif manajemen risiko dan penggunaannya Alternatif Pengelolaan

Risiko Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Penurunan konsentrasi hingga ke batas aman (konsentrasi aman)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 8

Alternatif Pengelolaan Risiko

Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Pengurangan konsumsi hingga ke batas aman (jumlah konsumsi aman)

Pembatasan waktu pajanan hingga ke batas aman (waktui pajanan aman)

Pembatasan frekuensi pajanan hingga ke batas aman (frekuensi pajanan aman)

Pembatasan durasi pajanan hingga ke batas aman (durasi pajanan aman)

Materi Sub Bahasan Cara manajemen risiko

Manajemen risiko selain membutuhkan strategi yang tepat juga harus dilakukan dengan

cara atau metode yang tepat Dalam aplikasinya cara manajemen risiko dapat dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu 1) Pendekatan teknologi

Manajemen risiko menggunakan teknologi yang tersedia meliputi penggunaan alat bahan dan metode serta teknik tertentu Contoh manajemen risiko dengan pendekatan teknologi antara lain penerapan penggunaan IPAL pengolahan penyaringan air modifikasi cerobong asap penanaman tanaman penyerap polutan dll

2) Pendekatan sosial - ekonomis

Manajemen risiko menggunakan pendekatan sosial - ekonomis meliputi pelibat-sertaan pihak lain efisiensi proses substitusi dan penerapan sistem kompensasi Contoh manajemen risiko dengan pendekatan sosial ndash ekonomis antara lain 3R (reduce reuse dan recycle) limbah pemberdayaan masyarakat yang berisiko pemberian kompensasi pada masyarakat yang terkena dampak permohonan bantuan pemerintah akibat keterbatasan pemrakarsa (pihak yang bertanggung jawab mengelola risiko) dll

3) Pendekatan institusional

Manajemen risiko dengan menempuh jalur dan mekanisme kelembagaan dengan cara melakukan kerjasama dengan pihak lain Contoh manajemen risiko dengan pendekatan institusional antara lain kerjasama dalam pengolahan limbah B3 mendukung pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah menyampaikan laporan kepada instansi yang berwenang dll

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 1

MODUL III SURVEILANS FAKTOR RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans oleh World Health Organization (WHO) didefinisikan sebagai kegiatan

berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data kesehatan masyarakat yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat Surveilans yang dilakukan diharapkan dapat Menjadi sistem kewaspadaan dini terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat di masa yang

akan datang Mendokumentasikan dampak dari suatu intervensi atau jejak dari kemajuan program dalam

mencapai tujuan tertentu dan Memonitor dan mengklarifikasi masalah kesehatan secara epidemiologi guna menetapkan

priritas dan menginformasikan kebijakan dan strategi kesehatan ke publik

Faktor risiko dalam dunia kesehatan dan epidemiologi biasa didefinisikan sebagai faktor-faktor atau kondisi yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit Faktor risiko tersebut umumnya dapat dikatagorikan menjadi beberapa jenis yaitu faktor risiko genetis faktor risiko perilaku dan faktor risiko lingkungan

Dari kedua definisi di atas maka surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah kegiatan berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor-faktor atau kondisi lingkungan yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan lingkungan Untuk itu ada beberapa hal yang menjadi kata kunci dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yaitu sistematis dan berkesinambungan pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor lingkungan yang dapat menyebabkan sakit dan upaya kesehatan lingkungan

Materi Sub Bahasan Konsep dan Penerapan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Penyakit dan masalah kesehatan masyarakat erat terhubung dengan faktor atau kondisi

lingkungan Oleh karenanya secara naluriah setiap manusia menginginkan lingkungan yang sehat dan nyaman sebagai tempat tinggalnya yang juga kondusif terhadap kondisi kesehatannya Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang salah satunya ditempuh melalui kegiatan penyehatan lingkungan (kesehatan lingkungan) Dalam rangka mewujudkan kondisi lingkungan sesuai dengan yang diharapkan upaya yang dilakukan haruslah tepat guna tepat sasaran sistematis dan terencana dengan baik serta berbasis bukti (evidence based) Sehingga perumusan upaya kesehatan lingkungan yang akan diterapkan harus didukung dengan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yang baik

Filosofi dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah melakukan pengamatan dan pengawasan terus-menerus terhadap kondisi lingkungan yang diperkirakan dapat menyebabkan penyakit pada manusia Hasil dari kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah berupa informasi mengenai apakah faktor atau kondisi lingkungan tertentu yang diamati berisiko menimbulkan kesakitan dan rekomendasi upaya tidak lanjut yang dibutuhkan untuk mengendalikannya Konsep dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dipahami dari gambar 6

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 2

(sumber Mullan N et al 2008)

Gambar 6 Konsep Surveilans Awal dan Lanjutan dalam Kesehatan Lingkungan

Konsep di atas diadaptasi dari versi model surveilans kesehatan yang diterapkan di Kanada

Dalam prakteknya surveilans kesehatan lingkungan dilakukan dalam dua tahapan dimana pengumpulan data hingga desiminasi diklasifikasikan sebagai surveilans awal dan sintesa pengetahuan dan proses perumusan kebijakan yang merupakan input dari stakeholder dan peneliti sebagai surveilans lanjutan Surveilans awal dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data rutin (menggunakan form yang telah dibakukan pada masing-masing Negara) sedangkan analisis dan interpretasi dari basis data yang umumnya digunakan untuk tujuan monitoring ataupun pembuatan regulasi Selanjutnya surveilans lanjutan dirumuskan dari hasil surveilans awal dikombinasikan dengan masukan dari para peneliti dan stakeholder yang concern (peduli) terhadap masalah kesehatan lingkungan guna memberikan pemahaman pengertian yang baik terhadap isu yang berkembang serta dapat dirumuskan keputusan upaya tindak lanjut yang tepat untuk merespon isu tersebut

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bukan merupakan hal yang baru Konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan telah dilaksanakan sejak lama oleh sektor kesehatan mulai dari unit yang paling bawah seperti puskesmas hingga tingkat kementerian Namun sedikit perbedaan dalam istilah dan nama yang digunakan membuat konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan terkesan suatu terobosan baru Di unit puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten kota pelaksanaan kegiatan ini identik dengan kegiatan inspeksi sanitasi Inspeksi sanitasi yang dilakukan di puskesmas maupun dinas kesehatan dilakukan pada obyek kesehatan lingkungan secara periodik (time series) dengan fokus pada faktor risiko kesehatan lingkungan pada obyek tersebut Sebagai contoh inspeksi sanitasi depot air minum dilakukan oleh puskesmas atau dinas kesehatan kabupaten kota secara rutin (minimal setahun sekali) dengan melakukan observasi kesehatan lingkungan wawancara terkait perilaku dalam penanganan depot air minum dan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 3

pemeriksaan laboratorium kualitas air baku (air bersih) dan air olahan (air minum) Data hasil inspeksi sanitasi pada satu lokasi depot air minum yang sama dalam beberapa periode inspeksi merupakan basis data (database) yang dapat diinterpretasi dianalisis baik secara tunggal (hanya data satu depot tersebut) ataupun bersamaan dengan data inspeksi depot air minum yang lain dan didesiminasikan Selanjutnya hasil desiminasi tersebut dapat ditindaklanjuti dengan melakukan upaya diantaranya pembinaan pelatihan dan lain sebagainya

Materi Sub Bahasan Desain dan Metodologi Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan merupakan suatu studi yang dapat dilakukan dengan desain cross sectional kasus kontrol ataupun kohort Sebagai suatu studi yang masuk ke dalam ranah epidemiologi kesehatan lingkungan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan selain melihat kecenderungan data juga digunakan untuk melihat adanya hubungan antara pajanan lingkungan dan dampak kesehatan (penyakit) Oleh karenanya dalam surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan diperlukan data-data sebagai berikut

1 Data geografis wilayah dilakukan dengan menggunakan GPS untuk penentuan koordinat lokasi dilakukan pengambilan sampel pengumpulan data

2 Data faktor risiko lingkungan meliputi data kualitas lingkungan (pengambilan dan pemeriksaan sampel) data kondisi lingkungan sanitasi yang dikumpulkan melalui observasi (pengisian cek lis) dan wawancara Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dbutuhkan data kualitas udara dalam ruang yang dilakukan dengan pengukuran dan data berkaitan dengan jenis lantai ventilasi bahan bakar memasak dan lain sebagainya

3 Data faktor risiko lingkungan meliputi data perilaku sampel (responden) yang juga merupakan faktor risiko dari penyakit berbasis lingkungan yang menjadi perhatian Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA selain data kualitas udara dalam ruang dan ventilasi perlu dikumpulkan data terkait dengan kebiasaan membuka jendela

4 Data pajanan meliputi data lama tinggal pola aktivitas pekerjaan data konsumsi makanan dan air dan lain sebagainya Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dibutuhkan data lama tinggal dan rata-rata lama berada di dalam rumah

Sebagai suatu studi surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dilakukan dengan desain

tertentu yang disesuaikan dengan tujuan permasalahan yang akan dikaji dan faktor-faktor lainnya Sebagaimana dijelaskan di atas surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional kasus kontrol dan kohort Penggunaan desain studi pada surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seperti pada tabel 11

Tabel 11 Perbandingan Desain Studi

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort Desain pemilihan sampel (sampling)

Random Bisa juga dipisah fixed disease sampling atau fixed exposure sampling

Sampel terpisah untuk kasus (sakit) dan kontrol (tidak sakit)

Sampel terpisah untuk terpajan dan tidak terpajan

Waktu periode pelaksanaan (arah pengusutan)

Satu titik waktu atau sesaat (non directional)

Retrospektif Prospektif Followup selama periode waktu tertentu

Kausalitas Hanya menjelaskan Kausalitas awal Kausalitas dengan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 4

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort hubungan antara faktor risiko kesehatan lingkungan dengan penyakit (namun bukan bersifat kausalitas)

bukti sekuensi temporal

Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai pengganti risiko

Odds sebagai pengganti risiko

Insidensi (R Risiko) Insidence rate

Perbandingan risiko Prevalence Ratio (PR) Odds Ratio (OR) Risiko Relatif (RR)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan lebih tepat menggunakan desain cross sectional dikarenakan dalam pemilihan sampling dilakukan secara random dan pengumpulan data lingkungan dan penyakit dilakukan pada satu waktu Output dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dengan desain cross sectional adalah hubungan (bukan kausalitas) antara faktor lingkungan dan penyakit Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bisa dilakukan dengan desain kasus kontrol bilamana titik tolak studi (pengusutan) dimulai dari adanya penyakit dan sampel dikelompokkan menjadi kasus (sampel yang menderita penyakit) dan kontrol (sehat) dan data faktor lingkungan sebelum kasus sakit tersedia Selain itu surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat menggunakan desain studi kohort (prospektif) dengan memantau secara terus menerus (hingga periode tertentu) kualitas lingkungan dan faktor lingkungan lainnya bersamaan dengan penyakitnya

Materi Sub Bahasan Tahapan Kegiatan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Tahapan kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seyogyanya terdiri dari survey pendahuluan dan pengumpulan data awal penyusunan instrumen survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pengolahan dan analisis data dan diseminasi Tahapan kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut

1 Survey pendahuluan dan pengumpulan data awal pengumpulan data awal dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal pada lokasi meliputi background data yang telah tersedia atau data lainnya yang berhubungan Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data sekunder dan juga perlu ditentukan lokasi yang akan menjadi titik pengambilan sampel

2 Penyusunan instrumen berdasarkan data awal yang dikumpulkan disusun instrumen untuk survey pengambilan dan pemeriksaan sampel Instrumen disusun berbentuk cek lis danatau kuisioner Untuk mendapatkan data sesuai yang diharapkan instrumen yang telah dibuat sebaiknya diuji coba terlebih dahulu

3 Survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data primer dan pengumpulan data menggunakan instrumen yang digunakan

4 Pengolahan dan analisis data data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis yang dapat dilakukan secara manual ataupun alat bantu lainnya (mis software pengolah data) Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data informasi disajikan dalam bentuk tabel grafik gambar dan peta yang terangkum dalam laporan

5 Diseminasi dimaksudkan untuk menyebarluaskan informasi dan temuan lapangan kepada para stakeholder

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 1

MODUL IV ANALISIS KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Prinsip Dasar Analisis Kualitas Kesehatan Lingkungan

Analisis adalah kajian atau penelitian yang dititikberatkan pada variabel tertentu untuk mengetahui keadaan atau kondisi sebenarnya termasuk juga yang berkaitan dengan sebab musabab terjadinya kondisi tersebut Dengan demikian analisis kualitas lingkungan merupakan suatu kegiatan yang menggunakan cara atau metode ilmiah guna mengetahui seperti apa kondisi atau kualitas kesehatan lingkungan pada suatu tempat waktu yang melibatkan juga masyarakat di tempat tersebut Umumnya analisis kualitas kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk kegiatan pengambilan dan pemeriksaan sampel pengawasan kualitas kesehatan lingkungan melalui kegiatan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi serta interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Analisis kualitas kesehatan lingkungan merupakan kegiatan yang harus mampu dilakukan oleh seorang pejabat kesehatan lingkungan ataupun fungsional sanitarian Perlunya dilakukan analisis ini adalah untuk menjadi bahan masukan ataupun dasar untuk melakukan manajemen risiko kesehatan lingkungan Implementasi dari manajemen risiko kesehatan lingkungan ini bisa dalam bentuk intervensi (pendekatan) teknologi pendekatan sosial melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat secara aktif dan melalui kerjasama jejaring kemitraan antar pihak yang berkepentingan (stakeholder)

Materi analisis kualitas kesehatan lingkungan dalam modul ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan juga keterampilan bagi peserta dalam menilai prosedur pengambilan dan pemeriksaan sampel serta interpretasi hasil pemeriksaan sampel yang dilakukan dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan Materi dalam modul ini bukan dimaksudkan agar peserta mampu melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel kesehatan lingkungan sendiri tanpa berkerjasama dengan laboratorium Materi Sub Bahasan Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Kesehatan Lingkungan

Pengambilan sampel kesehatan lingkungan hakikatnya dilakukan untuk memotret atau

menjadi acuan untuk menduga kualitas kesehatan lingkungan pada suatu media di suatu wilayah Secara garis besar pengambilan sampel bertujuan untuk mengumpulkan data rona awal kesehatan lingkungan dan memantau kondisi kesehatan lingkungan Dalam hal memantau kesehatan lingkungan pengambilan sampel dilakukan untuk menentukan status kualitas kesehatan lingkungan menentukan kebijakan kesehatan lingkungan menegakkan hukum kesehatan dan lingkungan dan melakukan penelitian kesehatan lingkungan

Kualitas kesehatan lingkungan merupakan hal yang kompleks dan begitu dinamis karena dipengaruhi begitu banyak variabelfaktor Untuk itu pengambilan sampel l kesehatan ingkungan yang bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan harus dilakukan dengan cermat tepat serta butuh perencanaan dan pengorganisasian yang baik Untuk menjamin pengambilan sampel dapat menjamin keterwakilan kualitas kesehatan lingkungan perlu diperhatikan beberapa aspek yaitu lokasi dan titik pengambilan sampel parameter kualitas lingkungan yang akan dipilih serta ukuran jumlah dan volume sampel yang akan diambil Perencanaan Pengambilan Sampel

Seperti halnya kegiatan dan program pengambilan sampel sesuai dengan yang diharapkan perlu direncanakan dengan baik Perencanaan pengambilan sampel ini bertujuan untuk memastikan dan menegaskan kembali tujuan pengambilan sampel kesehatan lingkungan memutuskan cara-cara

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 2

mencapai tujuan mengetahui secara tepat hal-hal yang perlu dilakukan pada saat pengambilan sampel menyiapkan sumber daya yang diperlukan dan menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pengambilan sampel Jelasnya unsur-unsur perencanaan pengambilan sampel meliputi

a) Tujuan pengambilan sampel harus dipastikan apakah dalam rangka pengumpulan data rona kesehatan lingkungan awal atau dalam rangka memantau kesehatan lingkungan

b) Merencanakan biaya pengambilan sampel dengan mempertimbangkan empat hal yaitu aksesibilitas lokasi dan titik pengambilan sampel jumlah jenis dan kompleksitas sampel frekuensi pengambilan sampel serta penjaminan dan pengendalian mutu di lapangan Selain empat hal yang perlu dipertimbangkan tersebut perlu diketahui komponen pembiayaan dalam pengambilan sampel yaitu depresiasi (penyusutan) nilai peralatan kalibrasi peralatan pemakaian bahan pengawet secara kimia danatau fisika penggunaan bahan habis pakai penggunaan wadah sampel transportasi ke lokasi pengambilan sampel akomodasi (bila perlu) honor pengambil sampel (lumpsum atau per diem) dan penyusunan laporan pengambilan sampel

c) Administrasi berkaitan dengan pengambilan sampel yang meliputi penyiapan surat tugas surat pemberitahuan perizinan brevet ataupun lencana kewenangan pencatatan pendokumentasian dan hal-hal pendukung lainnya

d) Perlu jaminan pengambil sampel pada saat pengambilan sampel merupakan personel yang kompeten danatau berwenang dengan kualifikasi (kompetensi) latar belakang pendidikan yang sesuai pengalaman di bidangnya terampil dan diakui ataupun tersertifikasi

e) Penentuan parameter pengujian terhadap sampel yang diambil sesuai dengan tujuan pengambilan sampel turut mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait serta disesuaikan dengan parameter indikatif suatu kegiatan atau wilayah tertentu Mis parameter indikatif pada industri Pulp dan kertas adalah pH BOD COD dan TSS sedangkan pada wilayah pertambangan emas parameter yang diambil adalah air raksa (Hg) dan sianida (CN-)

f) Penentuan media lingkungan yang akan dilakukan pengambilan sampel g) Merencanakan tipe sampel yang akan diambil apakah sampel sesaat (grab sample) sampel

gabungan (composite sample) sampel terpadu (integrated sample) atau sampel kontinyu (continous sample)

h) Peralatan pengambilan sampel harus direncanakan dengan baik Peralatan pengambilan sampel terdiri dari peralatan pengambil sampel (utama) peralatan pendukung dan peralatan K3 atau APD Peralatan pengambil sampel adalah peralatan yang fungsinya untuk mengambil sampel lingkungan dengan parameter yang direncanakan seperti HVAS (High Volume Air Sampler) LVS (Low Volume Sampler) MAS (Microbiology Air Sampler) dll Alat pendukung adalah alat yang fungsinya mendukung pengambilan sampel seperti peralatan pengukur parameter lapangan (pH meter termometer barometer kecepatan angin hygrometer dll) dokumen terkait (surat tugas surat izin dll) alat tulis untuk perekaman proses pengambilan sampel penunjuk arah (kompas) dan penunjuk lokasi (GPS) dll APD yang digunakan dalam pengambilan sampel meliputi sarung tangan masker helm ear plugmuff P3K dll

i) Perencanaan terhadap wadah sampel yang akan digunakan untuk pengamanan dan transpor sampel harus disesuaikan dengan karakteristik dan interaksi parameter sampel yang akan diuji dengan sifat bahan wadah Sebagai contoh pengambilan sampel DOBOD harus menggunakan botol BOD khusus yang menggunakan tutup asah sedangkan untuk sampel mikrobiologi digunakan wadah steril

j) Pengawetan sampel dilakukan sesuai dengan karakteristik parameter yang akan diuji pada sampel mis pengawetan sampel untuk parameter golongan logam pada air menggunakan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 3

asam nitrat pekat (HNO3 p) hingga pH lt 2 sedangkan untuk sampel sianida total pada air diawetkan menggunakan NaOH hingga pH gt 12 dan didinginkan 4oCplusmn2oC pada tempat gelap

k) Batas penyimpanan sampel disesuaikan dengan parameter yang akan diuji dan mengacu pada acuan standar seperti ASTM (The American Society for Testing and Materials) dll

l) Pengamanan sampel di lapangan meliputi pengemasan pengamanan pada label sampel (spidol waterproof label yang baik) informasi tambahan yang penting (titik jenis parameter uji pengawetan waktu dan nama pengambil sampel) sehingga mencegah interaksi sampel dengan lingkungan yang menyebabkan perubahan kualitasnya (kontaminasi degradasi dll)

m) Transportasi sampel yang juga berkaitan dengan batas penyimpanan sampel harus diperhatikan dengan seksama Selain itu moda transportasi yang digunakan untuk membawa sampel juga harus dipenuhi standar keamanannya seperti harus mematuhi peraturan penerbangan nasional dan internasional bila sampel dibawa menggunakan pesawat udara

n) Penyimpanan sampel dilakukan baik secara fisik maupun kimia seperti meminimalkan adsorbsi pengasaman mencegah metabolisme mikroorganisme menghindari hidrolisis serta pengendapan Faktor kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan dengan proses pengambilan sampel

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Penentuan Titik Sampel

Prinsip penentuan titik sampel harus mempertimbangkan keterwakilan populasi atau kualitas lingkungan kemampuan peralatan keselamatan pengambil sampel faktor klimatologi biaya dan kaidah-kaidah empiris Prinsip-prinsip penentuan titik sampel pada media lingkungan adalah sebagai berikut a) Pengambilan sampel air a)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 736 tahun 2010 tentang Pengawasan Kualitas Air Minum

Peraturan daerah setempat a)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah jerigen botol botol BOD botol steril timba steril coolbox dll Peralatan pendukung pH meter termometer sisa klor GPS peralatan untuk menjamin

tidak terjadi kontaminasi (krustang kapas alkohol) dll Pengawet Asam (HNO3 p H2SO4 p) basa (NaOH) dry ice dll APD sarung tangan masker jaket pelampung dll

a)3 Aspek yang dipertimbangkan Kedalaman air Homogenitas (untuk sampel air badan air) Arah dan kecepatan aliran air (untuk sampel air badan air)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 4

Keterkaitan dengan pajanan pada masyarakat (bila digunakan untuk penelitian kesehatan masyarakat)

Jarak antar sampel Keselamatan dan kemampuan sumber daya

a)4 Penentuan titik sampel Air sungai ditentukan yaitu

Uji homogenitas sungai dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu lalu lakukan uji parameter lapangan (suhu pH DOoksigen terlarut dan DHLDaya Hantar Listrik) Apabila hasil pengujian beberapa parameter pada beberapa sampel tersebut tidak berbeda jauh dengan variasi lt 10 maka disebut homogen atau tercampur sementara sehingga sampel yang diambil untuk mewakili air sungai tersebut bisa lebih sedikit

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel air sungai harus meliputi daerah hulu yang belum terkontaminasi daerah pemanfaatan sungai daerah yang potensial terkontaminasi daerah pertemuan dua sungai dan daerah hilir

Air tanah Pengambilan sampel dilakukan plusmn 20 cm dari dasar sumur gali dan dipastikan agar tidak

ada sedimen yang ikut terambil atau pada mulut kran tempat air keluar untuk sumur bor

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel dilakukan pada daerah meliputi daerah dimana air tanah digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari termasuk air minum dan di daerah yang berisiko terkontaminasi (dekat penimbunanpembuangan akhir sampah daerah pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif wilayah pesisir dimana terjadi intrusi air laut dll)

b) Pengambilan sampel udara ambien dan udara dalam ruang b)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan Peraturan daerah setempat

b)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Peralatan utama High Volume Air Sampler (HVAS) RAC Gas Sampler EPAM CO dan CO2

Detektor Low Volume Sampler Microbiology Air Sampler atau Lamotte BD Pump dan Sound Level Meter

Peralatan pendukung pengukur kecepatan angin arah angir termometer hygrometer dan luxmeter

Bahan yang digunakan filter HVAS dan LVS absorbant (So2 NO2 H2S NH3 dan O3) dan larutan garam (NaCl) fisiologis steril

b)3 Aspek yang dipertimbangkan Berhubungan dengan klimatologi arah dan kecepatan angin bunga angin (wind rose)

kelembaban musim dan suhu udara Berhubungan dengan asumsi konsentrasi parameter inversi udara dispersi jarak terbang

(distance) dan ukuran partikel Bilamana sumber pencemar adalah cerobong asap maka ketinggian ukuran partikel dan jarak terhadap pemukiman penduduk harus dipertimbangkan

Berhubungan dengan pajanan daerah padat penduduk jarak terhadap sumber pencemar (radius)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 5

b)4 Penentuan titik sampel Pengambilan sampel udara ambien harus menghindari daerah yang dekat dengan

bangunan dan tanaman yang diperkirakan dapat mengabsorbsi atau mengadsorbsi pencemar daerah yang terdapat pengganggu kimia yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Emisi kimiawi kendaraan bermotor dapat mengganggu pengukuran ozon) dan daerah yang terdapat pengganggu fisik yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Pengukuran total partikulat atau TSP dapat terganggu oleh adanya insinerator disekitar lokasi pengukuran)

Pada umumnya lokasi pengukuran (pengambilan sampel) dilakukan pada daerah yang mempunyai konsentrasi parameter tinggi daerah padat penduduk daerah yang diasumsikan menerima paparan pencemar dan daerah yang digunakan untuk memproyeksikan dampak kegiatan pembangunan

c) Pengambilan sampel sedimen c)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Wadah Plastik atau wadah lainnya untuk sedimen tanah atau lumpur Plastik dan botol

steril untuk makanan Peralatan Grab Sampler untuk pengambilan sludge pada daerah yang sulit danatau

dalam c)3 Aspek yang dipertimbangkan

Potensi dan sumber pencemaran Topografi Jenis vegetasi Perkiraan terjadinya pencemaran

c)4 Penentuan titik sampel Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang

cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel meliputi daerah yang tanahnya diperkirakan akan kontak dengan masyarakat daerah yang mewakili pencemaran tertentu berdasarkan karakteristik kegiatan di wilayah tersebut (tanah pada pertanian perkebunan pertambangan dll) dan daerah yang tanahnya diperkirakan dapat mengkontaminasi media lingkungan lainnya

d) Pengambilan sampel makanan d)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan d)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah Plastik atau wadah atau botol untuk makanan Untuk sampel makanan yang akan diperiksa parameter bakteriologisnya maka digunakan wadah steril

Peralatan sendok sendok steril pisau steril dan peralatanbahan yang mendukung pengambilan secara aseptis (Contoh Pembakar bunsen dengan spiritus)

d)3 Aspek yang dipertimbangkan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 22: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 20

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default tE (time of exposure) Lamanya atau jumlah jam

terjadinya pajanan setiap harinya

Jamhari - Pajanan pada pemukiman 24 jamhari - Pajanan pada lingkungan kerja 8 jamhari - Pajanan pada sekolah dasar 6 jamhari

fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

2 Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

ܫ = ௫ ோ ௫ ಶ௫ௐ ௫ ௧ಲೇಸ

helliphelliphellipRumus 4

Keterangan Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default Ik (Intake) Jumlah konsentrasi

agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap

mgkg x hari Tidak ada nilai default

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada air bersih minum atau pada makanan

- mgl (air) - mgkg (makanan)

Tidak ada nilai default

R (Rate) Laju konsumsi atau banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya

- literhari (air) - gramhari (makanan)

Air Minum - Dewasa (pemukiman) 2 literhari - Anak ndash anak (pemukiman) 1 literhari - Dewasa (lingkungan kerja) 1 literhari Makanan - Buah ndash buahan 42 gramhari - Sayuran 80 gramhari - Ikan tangkapan 54 gramhari

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 21

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok Populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

Analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL Hal ndash hal yang perlu diketahui dan dicermati dalam melakukan analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL adalah sebagai berikut Pada lsquodesktoprsquo ARKL tidak perlu dilakukan pengumpulan data Data yang menjadi dasar perhitungan intake menggunakan data sekunder dan asumsi Terkait dengan variabel konsentrasi pelu diperhatikan hal sebagai berikut Data sekunder umumnya dibutuhkan untuk mengetahui konsentrasi agen risiko pada media

lingkungan yang mana merupakan hasil pengukuran yang pernah dilakukan oleh pihak lain pada media lingkungan wilayah dan waktu yang sama

Ada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL dalam rangkaian studi AMDAL (kajian ANDAL dan RKL - RPL untuk aspek kesehatan masyarakat) suatu kegiatan sumber data konsentrasi dapat merupakan proyeksi perubahan rona lingkungan yang telah dikaji pada aspek yang lain mis proyeksi konsentrasi agen risiko di udara ambien pada tahap operasional kegiatan atau proyeksi konsentrasi agen risiko di air bersih pada tahap operasional kegiatan

Terkait dengan variabel perhitungan yang lain (R tE fE Dt Wb dan tAVG) asumsi didasarkan pada logika yang rasional atau nilai default yang sudah tersedia Adapun nilai default untuk berbagai variabel pada lsquodesktoprsquo ARKL dapat dilihat pada tabel 9 berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 22

Tabel 9 Nilai default dari faktor pajanan (Rahman 2007) Tataguna lahan

Jalur pajanan Asupan harian Frekuensi pajanan (haritahun)

Durasi pajanan (tahun)

Berat badan (kg)

Residensial Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

12 m3 (anak) raquo 05 350 6 15 Industri amp komersial

Air minum 1 L 250 25 70 55 b

Pertanian Tanaman perkarangan

42 g (buah - buahan)

350 30 70 55 b

80 g (sayur - mayur)

350 30 70 55 b

Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

Rekreasi Ikan tangkapan 54 g 350 30 70 55 b Disadur dari Rahman 2007 seluruhnya berasal dari Exposure Factor Handbook (EPA 1990) kecuali bNukman et al (2005) 324 Langkah 4 Karakterisasi risiko (risk characterization) Langkah ARKL yang terakhir adalah karakterisasi risiko yang dilakukan untuk menetapkan tingkat risiko atau dengan kata lain menentukan apakah agen risiko pada konsentrasi tertentu yang dianalisis pada ARKL berisiko menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat (dengan karakteristik seperti berat badan laju inhalasikonsumsi waktu frekuensi durasi pajanan yang tertentu) atau tidak Karakteristik risiko dilakukan dengan membandingkan membagi intake dengan dosis konsentrasi agen risiko tersebut Variabel yang digunakan untuk menghitung tingkat risiko adalah intake (yang didapatkan dari analisis pemajanan) dan dosis referensi (RfD) konsentrasi referensi (RfC) yang didapat dari literatur yang ada (dapat diakses di situs wwwepagoviris) 1 Karakterisasi risiko pada efek non karsinogenik Perhitungan tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko untuk efek non karsinogenik dinyatakan dalam notasi Risk Quotien (RQ) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek non karsinogenik dilakukan perhitungan dengan membandingkan membagi intake dengan RfC atau RfD Rumus untuk menentukan RQ adalah sebagai berikut ூ

ோ helliphelliphelliphellipRumus 5

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur inhalasi (terhirup) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 1 RfC (reference concentration) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan inhalasi

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 23

ூோ

helliphelliphelliphelliphellipRumus 6

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur ingesti (tertelan) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 2 RfD (reference dose) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan ingesti

Didapat Interpretasi tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko yang diperoleh pada ARKL merupakan konsumsi pakar ataupun praktisi sehingga perlu disederhanakan atau dipilihkan bahasa yang lebih sederhana agar dapat diterima oleh khalayak atau publik Tingkat risiko dinyatakan dalam angka atau bilangan desimal tanpa satuan Tingkat risiko dikatakan AMAN bilamana intake le RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ le 1 Tingkat risiko dikatakan TIDAK AMAN bilamana intake gt RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ gt 1 Narasi yang digunakan dalam penyederhanaan interpretasi risiko agar dapat diterima oleh khalayak atau publik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll Contoh Tingkat risiko RQ untuk pajanan Pb (inhalasi) sebesar 000008 microgm3 pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan rata - rata 55 kg dan telah terpajan 350 haritahun selama 20 tahun diketahui sebesar 0098 maka Interpretasi risiko Pajanan Pb sebesar 000008 microgm3 secara inhalasi pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan 55 Kg masih aman untuk frekuensi pajanan 350 haritahun hingga 20 tahun mendatang Perhitungan tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko untuk efek karsinogenik dinyatakan dalam notasi Excess Cancer Risk (ECR) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek karsinogenik dilakukan perhitungan dengan mengkali intake dengan SF Rumus untuk menentukan ECR adalah sebagai berikut

ܥܧ = Rumus 7helliphelliphelliphellip ܨ ݔ ܫKeterangan Digunakan untuk menghitung tingkat risiko pada agen risiko dengan efek karsinogenik I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 3 atau rumus SF (slope factor) Nilai referensi agen risiko dengan efek karsinogenik

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 24

Interpretasi tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko dinyatakan dalam bilangan exponen tanpa satuan (cth 13E-4) Tingkat risiko dikatakan acceptable atau aman bilamana ECR le E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR le 110000 Tingkat risiko dikatakan unacceptable atau tidak aman bilamana ECR gt E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR gt 110000 Contoh ECR = 13E-5 (13 x 10-5) dapat diinterpretasikan sebagai berikut ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Narasi yang digunakan dalam risiko karsinogenik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoacceptablersquo atau lsquounacceptablersquo (lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo) - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll - Risiko kanker [ mis ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Contoh Tingkat risiko ECR untuk pajanan benzene (inhalasi) sebesar 03 microgm3 pada pekerja depo penampungan BBM di Jakarta dengan berat badan rata - rata 60 kg dan telah terpajan 250 haritahun selama 10 tahun diketahui sebesar 456E-4

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 1

MODUL II MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Manajemen Risiko Kesehatan Lingkungan

Manajemen risiko adalah proses mengidentifikasi evaluasi penyeleksian dan melakukan

upaya untuk mengurangi risiko terhadap ekosistem dan kesehatan manusia (Omenn GS et al 1997) Setelah melakukan keempat langkah ARKL di atas maka telah dapt diketahui apakah suatu agen risiko amandapat diterima atau tidak Manajemen risiko bukan termasuk langkah ARKL melainkan tindak lanjut yang harus dilakukan bilamana hasil karakterisasi risiko menunjukkan tingkat risiko yang tidak aman ataupun unacceptable Dalam melakukan manajemen risiko perlu dibedakan antara strategi manajemen risiko dengan cara manajemen risiko Strategi manajemen risiko meliputi penentuan batas aman yaitu

1 Konsentrasi agen risiko (C) danatau 2 Jumlah konsumsi (R) danatau 3 Waktu pajanan (tE) danatau

4 Frekuensi pajanan (fE) danatau

5 Durasi pajanan (Dt)

Setelah batas aman ditentukan selanjutnya perlu dilakukan penapisan alternatif terhadap batas aman yang mana yang akan dijadikan sebagai target atau sasaran pencapaian dalam pengelolaan risiko Batas aman yang dipilih adalah batas aman yang lebih rasional dan realistis untuk dicapai

Adapun cara manajemen risiko adalah cara atau metode yang akan digunakan untuk

mencapai batas aman tersebut Cara manajemen risiko meliputi beberapa pendekatan yaitu pendekatan teknologi pendekatan sosial - ekonomis dan pendekatan institusional penjelasan lebih lanjut langkah ndash langkah dalam manajemen risiko akan dijelaskan pada sub bahasan selanjutnya

Materi Sub Bahasan Strategi manajemen risiko

1 Penentuan batas aman Batas aman disini adalah batas atau nilai terendah yang menyebabkan tingkat risiko

menjadi tidak aman (tidak dapat diterima) Oleh karenannya nilai yang aman adalah nilai di bawah batas amannya sedangkan nilai yang sama dengan batas aman tersebut akan menyebabkan tingkat risiko menjadi tidak aman Sebagai contoh jika hasil

perhitungan menunjukkan konsentrasi aman adalah 4499 microgm3 maka nilai konsentrasi

yang benar ndash benar aman adalah di bawah 4499 microgm3 (lt4499 microgm3) 4498 microgm3

a) Penentuan konsentrasi aman (C) Dalam penentuan konsentrasi aman semua variabel dan nilai yang digunakan

sama dengan variabel dan nilai pada perhitungan intake Akan tetapi nilai intake yang digunakan adalah RfD atau RfC agen risikonya

Sedangkan konsentrasi aman pada intake karsinogenik perhitungan didasarkan

pada nilai acceptable sebesar 10-4 dibagi nilai SF nya Selain itu variabel tavg disesuaikan dengan perhitungan karsinogenik yaitu (70 haritahun x 365 hari) Untuk menghitung konsentrasi aman digunakan rumus sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 2

Konsentrasi aman non karsinogenik Konsentrasi aman non karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 8

Konsentrasi aman non karsinogenik (ingestii)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ಶ ௫

Rumus 9

Konsentrasi aman karsinogenik Konsentrasi aman karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 10

Konsentrasi aman karsinogenik (ingesti)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 11

Keterangan

Notasi Arti Notasi C(aman) (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada udara ambien atau pada

air bersihminum atau pada makanan yang aman

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 3

Notasi Arti Notasi R (Rate) Laju asupan

Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

Volume air minum yang masuk tubuh (liter) setiap harinya

Volume makanan yang masuk tubuh (gram) setiap harinya

tE atau time of exposure (rumus 8)

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode

b) Penentuan jumlah konsumsi aman (R)

Laju asupan yang dapat dikelola hanyalah pada pada pajanan melalui makanan dan air minum (ingesti) karena masih banyak substitusi untuk setiap jenis makanan ataupun air minum Untuk pajanan melalui udara (inhalasi) pembatasan laju inhalasi hampir tidak mungkin dilakukan Untuk menghitung jumlah konsumsi aman digunakan rumus sebagai berikut Laju konsumsi aman non karsinogenik (ingesti)

() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ಶ ௫

Rumus 12

Laju konsumsi aman karsinogenik (ingesti)

() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ಶ ௫

Rumus 13

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 4

Keterangan Notasi Arti Notasi

R(aman) Laju konsumsi atau banyaknya volume makanan (gram) atau volume air (liter) yang masuk tubuh setiap harinya yang aman

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

c) Penentuan waktu pajanan aman (tE) Waktu pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan

kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan waktu pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah jam terpapar setiap harinya oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung waktu pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Waktu pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 14

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 5

Waktu pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 15

Keterangan

Notasi Arti Notasi t(aman) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap

harinya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

d) Penentuan frekuensi pajanan aman (fE)

Frekuensi pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan frekuensi pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah hari terpapar dalam satu tahun oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung frekuensi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Frekuensi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 16

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 6

Frekuensi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 17

Keterangan

Notasi Arti Notasi fE(aman) (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan

setiap tahunnya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

e) Penentuan durasi pajanan aman (Dt) Durasi pajanan aman dikelola pada pemajanan inhalasi pada lingkungan

yang permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan durasi pajanan dilakukan dengan membatasi lamanya tinggal (tahun) masyarakat pada suatu pemukiman dengan cara melakukan lsquorelokasirsquo pemukiman pada saat telah melewati batas durasi amannya Penerapan strategi durasi pajanan aman untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) kurang tepat karena pada pemajanan ingesti manajemen risiko cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung durasi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Durasi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 18

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 7

Durasi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 19

Keterangan

Notasi Arti Notasi Dt (aman) (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan yang

aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

tE atau time of exposure

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

2 Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko Penapisan alternatif manajemen risiko harus didasarkan pada pertimbangan logis

dan turut mempertimbangkan berbagai faktor termasuk cara pengelolaan risikonya Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini

Tabel 10 Alternatif manajemen risiko dan penggunaannya Alternatif Pengelolaan

Risiko Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Penurunan konsentrasi hingga ke batas aman (konsentrasi aman)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 8

Alternatif Pengelolaan Risiko

Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Pengurangan konsumsi hingga ke batas aman (jumlah konsumsi aman)

Pembatasan waktu pajanan hingga ke batas aman (waktui pajanan aman)

Pembatasan frekuensi pajanan hingga ke batas aman (frekuensi pajanan aman)

Pembatasan durasi pajanan hingga ke batas aman (durasi pajanan aman)

Materi Sub Bahasan Cara manajemen risiko

Manajemen risiko selain membutuhkan strategi yang tepat juga harus dilakukan dengan

cara atau metode yang tepat Dalam aplikasinya cara manajemen risiko dapat dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu 1) Pendekatan teknologi

Manajemen risiko menggunakan teknologi yang tersedia meliputi penggunaan alat bahan dan metode serta teknik tertentu Contoh manajemen risiko dengan pendekatan teknologi antara lain penerapan penggunaan IPAL pengolahan penyaringan air modifikasi cerobong asap penanaman tanaman penyerap polutan dll

2) Pendekatan sosial - ekonomis

Manajemen risiko menggunakan pendekatan sosial - ekonomis meliputi pelibat-sertaan pihak lain efisiensi proses substitusi dan penerapan sistem kompensasi Contoh manajemen risiko dengan pendekatan sosial ndash ekonomis antara lain 3R (reduce reuse dan recycle) limbah pemberdayaan masyarakat yang berisiko pemberian kompensasi pada masyarakat yang terkena dampak permohonan bantuan pemerintah akibat keterbatasan pemrakarsa (pihak yang bertanggung jawab mengelola risiko) dll

3) Pendekatan institusional

Manajemen risiko dengan menempuh jalur dan mekanisme kelembagaan dengan cara melakukan kerjasama dengan pihak lain Contoh manajemen risiko dengan pendekatan institusional antara lain kerjasama dalam pengolahan limbah B3 mendukung pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah menyampaikan laporan kepada instansi yang berwenang dll

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 1

MODUL III SURVEILANS FAKTOR RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans oleh World Health Organization (WHO) didefinisikan sebagai kegiatan

berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data kesehatan masyarakat yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat Surveilans yang dilakukan diharapkan dapat Menjadi sistem kewaspadaan dini terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat di masa yang

akan datang Mendokumentasikan dampak dari suatu intervensi atau jejak dari kemajuan program dalam

mencapai tujuan tertentu dan Memonitor dan mengklarifikasi masalah kesehatan secara epidemiologi guna menetapkan

priritas dan menginformasikan kebijakan dan strategi kesehatan ke publik

Faktor risiko dalam dunia kesehatan dan epidemiologi biasa didefinisikan sebagai faktor-faktor atau kondisi yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit Faktor risiko tersebut umumnya dapat dikatagorikan menjadi beberapa jenis yaitu faktor risiko genetis faktor risiko perilaku dan faktor risiko lingkungan

Dari kedua definisi di atas maka surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah kegiatan berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor-faktor atau kondisi lingkungan yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan lingkungan Untuk itu ada beberapa hal yang menjadi kata kunci dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yaitu sistematis dan berkesinambungan pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor lingkungan yang dapat menyebabkan sakit dan upaya kesehatan lingkungan

Materi Sub Bahasan Konsep dan Penerapan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Penyakit dan masalah kesehatan masyarakat erat terhubung dengan faktor atau kondisi

lingkungan Oleh karenanya secara naluriah setiap manusia menginginkan lingkungan yang sehat dan nyaman sebagai tempat tinggalnya yang juga kondusif terhadap kondisi kesehatannya Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang salah satunya ditempuh melalui kegiatan penyehatan lingkungan (kesehatan lingkungan) Dalam rangka mewujudkan kondisi lingkungan sesuai dengan yang diharapkan upaya yang dilakukan haruslah tepat guna tepat sasaran sistematis dan terencana dengan baik serta berbasis bukti (evidence based) Sehingga perumusan upaya kesehatan lingkungan yang akan diterapkan harus didukung dengan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yang baik

Filosofi dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah melakukan pengamatan dan pengawasan terus-menerus terhadap kondisi lingkungan yang diperkirakan dapat menyebabkan penyakit pada manusia Hasil dari kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah berupa informasi mengenai apakah faktor atau kondisi lingkungan tertentu yang diamati berisiko menimbulkan kesakitan dan rekomendasi upaya tidak lanjut yang dibutuhkan untuk mengendalikannya Konsep dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dipahami dari gambar 6

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 2

(sumber Mullan N et al 2008)

Gambar 6 Konsep Surveilans Awal dan Lanjutan dalam Kesehatan Lingkungan

Konsep di atas diadaptasi dari versi model surveilans kesehatan yang diterapkan di Kanada

Dalam prakteknya surveilans kesehatan lingkungan dilakukan dalam dua tahapan dimana pengumpulan data hingga desiminasi diklasifikasikan sebagai surveilans awal dan sintesa pengetahuan dan proses perumusan kebijakan yang merupakan input dari stakeholder dan peneliti sebagai surveilans lanjutan Surveilans awal dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data rutin (menggunakan form yang telah dibakukan pada masing-masing Negara) sedangkan analisis dan interpretasi dari basis data yang umumnya digunakan untuk tujuan monitoring ataupun pembuatan regulasi Selanjutnya surveilans lanjutan dirumuskan dari hasil surveilans awal dikombinasikan dengan masukan dari para peneliti dan stakeholder yang concern (peduli) terhadap masalah kesehatan lingkungan guna memberikan pemahaman pengertian yang baik terhadap isu yang berkembang serta dapat dirumuskan keputusan upaya tindak lanjut yang tepat untuk merespon isu tersebut

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bukan merupakan hal yang baru Konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan telah dilaksanakan sejak lama oleh sektor kesehatan mulai dari unit yang paling bawah seperti puskesmas hingga tingkat kementerian Namun sedikit perbedaan dalam istilah dan nama yang digunakan membuat konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan terkesan suatu terobosan baru Di unit puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten kota pelaksanaan kegiatan ini identik dengan kegiatan inspeksi sanitasi Inspeksi sanitasi yang dilakukan di puskesmas maupun dinas kesehatan dilakukan pada obyek kesehatan lingkungan secara periodik (time series) dengan fokus pada faktor risiko kesehatan lingkungan pada obyek tersebut Sebagai contoh inspeksi sanitasi depot air minum dilakukan oleh puskesmas atau dinas kesehatan kabupaten kota secara rutin (minimal setahun sekali) dengan melakukan observasi kesehatan lingkungan wawancara terkait perilaku dalam penanganan depot air minum dan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 3

pemeriksaan laboratorium kualitas air baku (air bersih) dan air olahan (air minum) Data hasil inspeksi sanitasi pada satu lokasi depot air minum yang sama dalam beberapa periode inspeksi merupakan basis data (database) yang dapat diinterpretasi dianalisis baik secara tunggal (hanya data satu depot tersebut) ataupun bersamaan dengan data inspeksi depot air minum yang lain dan didesiminasikan Selanjutnya hasil desiminasi tersebut dapat ditindaklanjuti dengan melakukan upaya diantaranya pembinaan pelatihan dan lain sebagainya

Materi Sub Bahasan Desain dan Metodologi Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan merupakan suatu studi yang dapat dilakukan dengan desain cross sectional kasus kontrol ataupun kohort Sebagai suatu studi yang masuk ke dalam ranah epidemiologi kesehatan lingkungan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan selain melihat kecenderungan data juga digunakan untuk melihat adanya hubungan antara pajanan lingkungan dan dampak kesehatan (penyakit) Oleh karenanya dalam surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan diperlukan data-data sebagai berikut

1 Data geografis wilayah dilakukan dengan menggunakan GPS untuk penentuan koordinat lokasi dilakukan pengambilan sampel pengumpulan data

2 Data faktor risiko lingkungan meliputi data kualitas lingkungan (pengambilan dan pemeriksaan sampel) data kondisi lingkungan sanitasi yang dikumpulkan melalui observasi (pengisian cek lis) dan wawancara Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dbutuhkan data kualitas udara dalam ruang yang dilakukan dengan pengukuran dan data berkaitan dengan jenis lantai ventilasi bahan bakar memasak dan lain sebagainya

3 Data faktor risiko lingkungan meliputi data perilaku sampel (responden) yang juga merupakan faktor risiko dari penyakit berbasis lingkungan yang menjadi perhatian Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA selain data kualitas udara dalam ruang dan ventilasi perlu dikumpulkan data terkait dengan kebiasaan membuka jendela

4 Data pajanan meliputi data lama tinggal pola aktivitas pekerjaan data konsumsi makanan dan air dan lain sebagainya Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dibutuhkan data lama tinggal dan rata-rata lama berada di dalam rumah

Sebagai suatu studi surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dilakukan dengan desain

tertentu yang disesuaikan dengan tujuan permasalahan yang akan dikaji dan faktor-faktor lainnya Sebagaimana dijelaskan di atas surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional kasus kontrol dan kohort Penggunaan desain studi pada surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seperti pada tabel 11

Tabel 11 Perbandingan Desain Studi

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort Desain pemilihan sampel (sampling)

Random Bisa juga dipisah fixed disease sampling atau fixed exposure sampling

Sampel terpisah untuk kasus (sakit) dan kontrol (tidak sakit)

Sampel terpisah untuk terpajan dan tidak terpajan

Waktu periode pelaksanaan (arah pengusutan)

Satu titik waktu atau sesaat (non directional)

Retrospektif Prospektif Followup selama periode waktu tertentu

Kausalitas Hanya menjelaskan Kausalitas awal Kausalitas dengan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 4

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort hubungan antara faktor risiko kesehatan lingkungan dengan penyakit (namun bukan bersifat kausalitas)

bukti sekuensi temporal

Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai pengganti risiko

Odds sebagai pengganti risiko

Insidensi (R Risiko) Insidence rate

Perbandingan risiko Prevalence Ratio (PR) Odds Ratio (OR) Risiko Relatif (RR)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan lebih tepat menggunakan desain cross sectional dikarenakan dalam pemilihan sampling dilakukan secara random dan pengumpulan data lingkungan dan penyakit dilakukan pada satu waktu Output dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dengan desain cross sectional adalah hubungan (bukan kausalitas) antara faktor lingkungan dan penyakit Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bisa dilakukan dengan desain kasus kontrol bilamana titik tolak studi (pengusutan) dimulai dari adanya penyakit dan sampel dikelompokkan menjadi kasus (sampel yang menderita penyakit) dan kontrol (sehat) dan data faktor lingkungan sebelum kasus sakit tersedia Selain itu surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat menggunakan desain studi kohort (prospektif) dengan memantau secara terus menerus (hingga periode tertentu) kualitas lingkungan dan faktor lingkungan lainnya bersamaan dengan penyakitnya

Materi Sub Bahasan Tahapan Kegiatan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Tahapan kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seyogyanya terdiri dari survey pendahuluan dan pengumpulan data awal penyusunan instrumen survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pengolahan dan analisis data dan diseminasi Tahapan kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut

1 Survey pendahuluan dan pengumpulan data awal pengumpulan data awal dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal pada lokasi meliputi background data yang telah tersedia atau data lainnya yang berhubungan Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data sekunder dan juga perlu ditentukan lokasi yang akan menjadi titik pengambilan sampel

2 Penyusunan instrumen berdasarkan data awal yang dikumpulkan disusun instrumen untuk survey pengambilan dan pemeriksaan sampel Instrumen disusun berbentuk cek lis danatau kuisioner Untuk mendapatkan data sesuai yang diharapkan instrumen yang telah dibuat sebaiknya diuji coba terlebih dahulu

3 Survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data primer dan pengumpulan data menggunakan instrumen yang digunakan

4 Pengolahan dan analisis data data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis yang dapat dilakukan secara manual ataupun alat bantu lainnya (mis software pengolah data) Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data informasi disajikan dalam bentuk tabel grafik gambar dan peta yang terangkum dalam laporan

5 Diseminasi dimaksudkan untuk menyebarluaskan informasi dan temuan lapangan kepada para stakeholder

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 1

MODUL IV ANALISIS KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Prinsip Dasar Analisis Kualitas Kesehatan Lingkungan

Analisis adalah kajian atau penelitian yang dititikberatkan pada variabel tertentu untuk mengetahui keadaan atau kondisi sebenarnya termasuk juga yang berkaitan dengan sebab musabab terjadinya kondisi tersebut Dengan demikian analisis kualitas lingkungan merupakan suatu kegiatan yang menggunakan cara atau metode ilmiah guna mengetahui seperti apa kondisi atau kualitas kesehatan lingkungan pada suatu tempat waktu yang melibatkan juga masyarakat di tempat tersebut Umumnya analisis kualitas kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk kegiatan pengambilan dan pemeriksaan sampel pengawasan kualitas kesehatan lingkungan melalui kegiatan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi serta interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Analisis kualitas kesehatan lingkungan merupakan kegiatan yang harus mampu dilakukan oleh seorang pejabat kesehatan lingkungan ataupun fungsional sanitarian Perlunya dilakukan analisis ini adalah untuk menjadi bahan masukan ataupun dasar untuk melakukan manajemen risiko kesehatan lingkungan Implementasi dari manajemen risiko kesehatan lingkungan ini bisa dalam bentuk intervensi (pendekatan) teknologi pendekatan sosial melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat secara aktif dan melalui kerjasama jejaring kemitraan antar pihak yang berkepentingan (stakeholder)

Materi analisis kualitas kesehatan lingkungan dalam modul ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan juga keterampilan bagi peserta dalam menilai prosedur pengambilan dan pemeriksaan sampel serta interpretasi hasil pemeriksaan sampel yang dilakukan dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan Materi dalam modul ini bukan dimaksudkan agar peserta mampu melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel kesehatan lingkungan sendiri tanpa berkerjasama dengan laboratorium Materi Sub Bahasan Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Kesehatan Lingkungan

Pengambilan sampel kesehatan lingkungan hakikatnya dilakukan untuk memotret atau

menjadi acuan untuk menduga kualitas kesehatan lingkungan pada suatu media di suatu wilayah Secara garis besar pengambilan sampel bertujuan untuk mengumpulkan data rona awal kesehatan lingkungan dan memantau kondisi kesehatan lingkungan Dalam hal memantau kesehatan lingkungan pengambilan sampel dilakukan untuk menentukan status kualitas kesehatan lingkungan menentukan kebijakan kesehatan lingkungan menegakkan hukum kesehatan dan lingkungan dan melakukan penelitian kesehatan lingkungan

Kualitas kesehatan lingkungan merupakan hal yang kompleks dan begitu dinamis karena dipengaruhi begitu banyak variabelfaktor Untuk itu pengambilan sampel l kesehatan ingkungan yang bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan harus dilakukan dengan cermat tepat serta butuh perencanaan dan pengorganisasian yang baik Untuk menjamin pengambilan sampel dapat menjamin keterwakilan kualitas kesehatan lingkungan perlu diperhatikan beberapa aspek yaitu lokasi dan titik pengambilan sampel parameter kualitas lingkungan yang akan dipilih serta ukuran jumlah dan volume sampel yang akan diambil Perencanaan Pengambilan Sampel

Seperti halnya kegiatan dan program pengambilan sampel sesuai dengan yang diharapkan perlu direncanakan dengan baik Perencanaan pengambilan sampel ini bertujuan untuk memastikan dan menegaskan kembali tujuan pengambilan sampel kesehatan lingkungan memutuskan cara-cara

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 2

mencapai tujuan mengetahui secara tepat hal-hal yang perlu dilakukan pada saat pengambilan sampel menyiapkan sumber daya yang diperlukan dan menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pengambilan sampel Jelasnya unsur-unsur perencanaan pengambilan sampel meliputi

a) Tujuan pengambilan sampel harus dipastikan apakah dalam rangka pengumpulan data rona kesehatan lingkungan awal atau dalam rangka memantau kesehatan lingkungan

b) Merencanakan biaya pengambilan sampel dengan mempertimbangkan empat hal yaitu aksesibilitas lokasi dan titik pengambilan sampel jumlah jenis dan kompleksitas sampel frekuensi pengambilan sampel serta penjaminan dan pengendalian mutu di lapangan Selain empat hal yang perlu dipertimbangkan tersebut perlu diketahui komponen pembiayaan dalam pengambilan sampel yaitu depresiasi (penyusutan) nilai peralatan kalibrasi peralatan pemakaian bahan pengawet secara kimia danatau fisika penggunaan bahan habis pakai penggunaan wadah sampel transportasi ke lokasi pengambilan sampel akomodasi (bila perlu) honor pengambil sampel (lumpsum atau per diem) dan penyusunan laporan pengambilan sampel

c) Administrasi berkaitan dengan pengambilan sampel yang meliputi penyiapan surat tugas surat pemberitahuan perizinan brevet ataupun lencana kewenangan pencatatan pendokumentasian dan hal-hal pendukung lainnya

d) Perlu jaminan pengambil sampel pada saat pengambilan sampel merupakan personel yang kompeten danatau berwenang dengan kualifikasi (kompetensi) latar belakang pendidikan yang sesuai pengalaman di bidangnya terampil dan diakui ataupun tersertifikasi

e) Penentuan parameter pengujian terhadap sampel yang diambil sesuai dengan tujuan pengambilan sampel turut mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait serta disesuaikan dengan parameter indikatif suatu kegiatan atau wilayah tertentu Mis parameter indikatif pada industri Pulp dan kertas adalah pH BOD COD dan TSS sedangkan pada wilayah pertambangan emas parameter yang diambil adalah air raksa (Hg) dan sianida (CN-)

f) Penentuan media lingkungan yang akan dilakukan pengambilan sampel g) Merencanakan tipe sampel yang akan diambil apakah sampel sesaat (grab sample) sampel

gabungan (composite sample) sampel terpadu (integrated sample) atau sampel kontinyu (continous sample)

h) Peralatan pengambilan sampel harus direncanakan dengan baik Peralatan pengambilan sampel terdiri dari peralatan pengambil sampel (utama) peralatan pendukung dan peralatan K3 atau APD Peralatan pengambil sampel adalah peralatan yang fungsinya untuk mengambil sampel lingkungan dengan parameter yang direncanakan seperti HVAS (High Volume Air Sampler) LVS (Low Volume Sampler) MAS (Microbiology Air Sampler) dll Alat pendukung adalah alat yang fungsinya mendukung pengambilan sampel seperti peralatan pengukur parameter lapangan (pH meter termometer barometer kecepatan angin hygrometer dll) dokumen terkait (surat tugas surat izin dll) alat tulis untuk perekaman proses pengambilan sampel penunjuk arah (kompas) dan penunjuk lokasi (GPS) dll APD yang digunakan dalam pengambilan sampel meliputi sarung tangan masker helm ear plugmuff P3K dll

i) Perencanaan terhadap wadah sampel yang akan digunakan untuk pengamanan dan transpor sampel harus disesuaikan dengan karakteristik dan interaksi parameter sampel yang akan diuji dengan sifat bahan wadah Sebagai contoh pengambilan sampel DOBOD harus menggunakan botol BOD khusus yang menggunakan tutup asah sedangkan untuk sampel mikrobiologi digunakan wadah steril

j) Pengawetan sampel dilakukan sesuai dengan karakteristik parameter yang akan diuji pada sampel mis pengawetan sampel untuk parameter golongan logam pada air menggunakan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 3

asam nitrat pekat (HNO3 p) hingga pH lt 2 sedangkan untuk sampel sianida total pada air diawetkan menggunakan NaOH hingga pH gt 12 dan didinginkan 4oCplusmn2oC pada tempat gelap

k) Batas penyimpanan sampel disesuaikan dengan parameter yang akan diuji dan mengacu pada acuan standar seperti ASTM (The American Society for Testing and Materials) dll

l) Pengamanan sampel di lapangan meliputi pengemasan pengamanan pada label sampel (spidol waterproof label yang baik) informasi tambahan yang penting (titik jenis parameter uji pengawetan waktu dan nama pengambil sampel) sehingga mencegah interaksi sampel dengan lingkungan yang menyebabkan perubahan kualitasnya (kontaminasi degradasi dll)

m) Transportasi sampel yang juga berkaitan dengan batas penyimpanan sampel harus diperhatikan dengan seksama Selain itu moda transportasi yang digunakan untuk membawa sampel juga harus dipenuhi standar keamanannya seperti harus mematuhi peraturan penerbangan nasional dan internasional bila sampel dibawa menggunakan pesawat udara

n) Penyimpanan sampel dilakukan baik secara fisik maupun kimia seperti meminimalkan adsorbsi pengasaman mencegah metabolisme mikroorganisme menghindari hidrolisis serta pengendapan Faktor kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan dengan proses pengambilan sampel

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Penentuan Titik Sampel

Prinsip penentuan titik sampel harus mempertimbangkan keterwakilan populasi atau kualitas lingkungan kemampuan peralatan keselamatan pengambil sampel faktor klimatologi biaya dan kaidah-kaidah empiris Prinsip-prinsip penentuan titik sampel pada media lingkungan adalah sebagai berikut a) Pengambilan sampel air a)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 736 tahun 2010 tentang Pengawasan Kualitas Air Minum

Peraturan daerah setempat a)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah jerigen botol botol BOD botol steril timba steril coolbox dll Peralatan pendukung pH meter termometer sisa klor GPS peralatan untuk menjamin

tidak terjadi kontaminasi (krustang kapas alkohol) dll Pengawet Asam (HNO3 p H2SO4 p) basa (NaOH) dry ice dll APD sarung tangan masker jaket pelampung dll

a)3 Aspek yang dipertimbangkan Kedalaman air Homogenitas (untuk sampel air badan air) Arah dan kecepatan aliran air (untuk sampel air badan air)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 4

Keterkaitan dengan pajanan pada masyarakat (bila digunakan untuk penelitian kesehatan masyarakat)

Jarak antar sampel Keselamatan dan kemampuan sumber daya

a)4 Penentuan titik sampel Air sungai ditentukan yaitu

Uji homogenitas sungai dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu lalu lakukan uji parameter lapangan (suhu pH DOoksigen terlarut dan DHLDaya Hantar Listrik) Apabila hasil pengujian beberapa parameter pada beberapa sampel tersebut tidak berbeda jauh dengan variasi lt 10 maka disebut homogen atau tercampur sementara sehingga sampel yang diambil untuk mewakili air sungai tersebut bisa lebih sedikit

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel air sungai harus meliputi daerah hulu yang belum terkontaminasi daerah pemanfaatan sungai daerah yang potensial terkontaminasi daerah pertemuan dua sungai dan daerah hilir

Air tanah Pengambilan sampel dilakukan plusmn 20 cm dari dasar sumur gali dan dipastikan agar tidak

ada sedimen yang ikut terambil atau pada mulut kran tempat air keluar untuk sumur bor

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel dilakukan pada daerah meliputi daerah dimana air tanah digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari termasuk air minum dan di daerah yang berisiko terkontaminasi (dekat penimbunanpembuangan akhir sampah daerah pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif wilayah pesisir dimana terjadi intrusi air laut dll)

b) Pengambilan sampel udara ambien dan udara dalam ruang b)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan Peraturan daerah setempat

b)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Peralatan utama High Volume Air Sampler (HVAS) RAC Gas Sampler EPAM CO dan CO2

Detektor Low Volume Sampler Microbiology Air Sampler atau Lamotte BD Pump dan Sound Level Meter

Peralatan pendukung pengukur kecepatan angin arah angir termometer hygrometer dan luxmeter

Bahan yang digunakan filter HVAS dan LVS absorbant (So2 NO2 H2S NH3 dan O3) dan larutan garam (NaCl) fisiologis steril

b)3 Aspek yang dipertimbangkan Berhubungan dengan klimatologi arah dan kecepatan angin bunga angin (wind rose)

kelembaban musim dan suhu udara Berhubungan dengan asumsi konsentrasi parameter inversi udara dispersi jarak terbang

(distance) dan ukuran partikel Bilamana sumber pencemar adalah cerobong asap maka ketinggian ukuran partikel dan jarak terhadap pemukiman penduduk harus dipertimbangkan

Berhubungan dengan pajanan daerah padat penduduk jarak terhadap sumber pencemar (radius)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 5

b)4 Penentuan titik sampel Pengambilan sampel udara ambien harus menghindari daerah yang dekat dengan

bangunan dan tanaman yang diperkirakan dapat mengabsorbsi atau mengadsorbsi pencemar daerah yang terdapat pengganggu kimia yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Emisi kimiawi kendaraan bermotor dapat mengganggu pengukuran ozon) dan daerah yang terdapat pengganggu fisik yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Pengukuran total partikulat atau TSP dapat terganggu oleh adanya insinerator disekitar lokasi pengukuran)

Pada umumnya lokasi pengukuran (pengambilan sampel) dilakukan pada daerah yang mempunyai konsentrasi parameter tinggi daerah padat penduduk daerah yang diasumsikan menerima paparan pencemar dan daerah yang digunakan untuk memproyeksikan dampak kegiatan pembangunan

c) Pengambilan sampel sedimen c)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Wadah Plastik atau wadah lainnya untuk sedimen tanah atau lumpur Plastik dan botol

steril untuk makanan Peralatan Grab Sampler untuk pengambilan sludge pada daerah yang sulit danatau

dalam c)3 Aspek yang dipertimbangkan

Potensi dan sumber pencemaran Topografi Jenis vegetasi Perkiraan terjadinya pencemaran

c)4 Penentuan titik sampel Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang

cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel meliputi daerah yang tanahnya diperkirakan akan kontak dengan masyarakat daerah yang mewakili pencemaran tertentu berdasarkan karakteristik kegiatan di wilayah tersebut (tanah pada pertanian perkebunan pertambangan dll) dan daerah yang tanahnya diperkirakan dapat mengkontaminasi media lingkungan lainnya

d) Pengambilan sampel makanan d)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan d)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah Plastik atau wadah atau botol untuk makanan Untuk sampel makanan yang akan diperiksa parameter bakteriologisnya maka digunakan wadah steril

Peralatan sendok sendok steril pisau steril dan peralatanbahan yang mendukung pengambilan secara aseptis (Contoh Pembakar bunsen dengan spiritus)

d)3 Aspek yang dipertimbangkan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 23: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 21

Notasi Arti notasi Satuan Nilai Default fE (frecuency of exposure)

Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Haritahun - Pajanan pada pemukiman 350 haritahun - Pajanan pada lingkungan kerja 250 haritahun

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Tahun Residensial (pemukiman) pajanan seumur hidup 30 tahun

Wb (weight of body) Berat badan manusia Populasi kelompok Populasi

Kg - Dewasa asia Indonesia 55 Kg - Anak ndash anak 15 Kg

tavg(k) (time average) Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

Hari 70 tahun x 365 haritahun = 25550 hari

Analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL Hal ndash hal yang perlu diketahui dan dicermati dalam melakukan analisis pemajanan pada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL adalah sebagai berikut Pada lsquodesktoprsquo ARKL tidak perlu dilakukan pengumpulan data Data yang menjadi dasar perhitungan intake menggunakan data sekunder dan asumsi Terkait dengan variabel konsentrasi pelu diperhatikan hal sebagai berikut Data sekunder umumnya dibutuhkan untuk mengetahui konsentrasi agen risiko pada media

lingkungan yang mana merupakan hasil pengukuran yang pernah dilakukan oleh pihak lain pada media lingkungan wilayah dan waktu yang sama

Ada aplikasi lsquodesktoprsquo ARKL dalam rangkaian studi AMDAL (kajian ANDAL dan RKL - RPL untuk aspek kesehatan masyarakat) suatu kegiatan sumber data konsentrasi dapat merupakan proyeksi perubahan rona lingkungan yang telah dikaji pada aspek yang lain mis proyeksi konsentrasi agen risiko di udara ambien pada tahap operasional kegiatan atau proyeksi konsentrasi agen risiko di air bersih pada tahap operasional kegiatan

Terkait dengan variabel perhitungan yang lain (R tE fE Dt Wb dan tAVG) asumsi didasarkan pada logika yang rasional atau nilai default yang sudah tersedia Adapun nilai default untuk berbagai variabel pada lsquodesktoprsquo ARKL dapat dilihat pada tabel 9 berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 22

Tabel 9 Nilai default dari faktor pajanan (Rahman 2007) Tataguna lahan

Jalur pajanan Asupan harian Frekuensi pajanan (haritahun)

Durasi pajanan (tahun)

Berat badan (kg)

Residensial Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

12 m3 (anak) raquo 05 350 6 15 Industri amp komersial

Air minum 1 L 250 25 70 55 b

Pertanian Tanaman perkarangan

42 g (buah - buahan)

350 30 70 55 b

80 g (sayur - mayur)

350 30 70 55 b

Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

Rekreasi Ikan tangkapan 54 g 350 30 70 55 b Disadur dari Rahman 2007 seluruhnya berasal dari Exposure Factor Handbook (EPA 1990) kecuali bNukman et al (2005) 324 Langkah 4 Karakterisasi risiko (risk characterization) Langkah ARKL yang terakhir adalah karakterisasi risiko yang dilakukan untuk menetapkan tingkat risiko atau dengan kata lain menentukan apakah agen risiko pada konsentrasi tertentu yang dianalisis pada ARKL berisiko menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat (dengan karakteristik seperti berat badan laju inhalasikonsumsi waktu frekuensi durasi pajanan yang tertentu) atau tidak Karakteristik risiko dilakukan dengan membandingkan membagi intake dengan dosis konsentrasi agen risiko tersebut Variabel yang digunakan untuk menghitung tingkat risiko adalah intake (yang didapatkan dari analisis pemajanan) dan dosis referensi (RfD) konsentrasi referensi (RfC) yang didapat dari literatur yang ada (dapat diakses di situs wwwepagoviris) 1 Karakterisasi risiko pada efek non karsinogenik Perhitungan tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko untuk efek non karsinogenik dinyatakan dalam notasi Risk Quotien (RQ) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek non karsinogenik dilakukan perhitungan dengan membandingkan membagi intake dengan RfC atau RfD Rumus untuk menentukan RQ adalah sebagai berikut ூ

ோ helliphelliphelliphellipRumus 5

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur inhalasi (terhirup) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 1 RfC (reference concentration) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan inhalasi

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 23

ூோ

helliphelliphelliphelliphellipRumus 6

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur ingesti (tertelan) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 2 RfD (reference dose) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan ingesti

Didapat Interpretasi tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko yang diperoleh pada ARKL merupakan konsumsi pakar ataupun praktisi sehingga perlu disederhanakan atau dipilihkan bahasa yang lebih sederhana agar dapat diterima oleh khalayak atau publik Tingkat risiko dinyatakan dalam angka atau bilangan desimal tanpa satuan Tingkat risiko dikatakan AMAN bilamana intake le RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ le 1 Tingkat risiko dikatakan TIDAK AMAN bilamana intake gt RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ gt 1 Narasi yang digunakan dalam penyederhanaan interpretasi risiko agar dapat diterima oleh khalayak atau publik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll Contoh Tingkat risiko RQ untuk pajanan Pb (inhalasi) sebesar 000008 microgm3 pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan rata - rata 55 kg dan telah terpajan 350 haritahun selama 20 tahun diketahui sebesar 0098 maka Interpretasi risiko Pajanan Pb sebesar 000008 microgm3 secara inhalasi pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan 55 Kg masih aman untuk frekuensi pajanan 350 haritahun hingga 20 tahun mendatang Perhitungan tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko untuk efek karsinogenik dinyatakan dalam notasi Excess Cancer Risk (ECR) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek karsinogenik dilakukan perhitungan dengan mengkali intake dengan SF Rumus untuk menentukan ECR adalah sebagai berikut

ܥܧ = Rumus 7helliphelliphelliphellip ܨ ݔ ܫKeterangan Digunakan untuk menghitung tingkat risiko pada agen risiko dengan efek karsinogenik I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 3 atau rumus SF (slope factor) Nilai referensi agen risiko dengan efek karsinogenik

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 24

Interpretasi tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko dinyatakan dalam bilangan exponen tanpa satuan (cth 13E-4) Tingkat risiko dikatakan acceptable atau aman bilamana ECR le E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR le 110000 Tingkat risiko dikatakan unacceptable atau tidak aman bilamana ECR gt E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR gt 110000 Contoh ECR = 13E-5 (13 x 10-5) dapat diinterpretasikan sebagai berikut ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Narasi yang digunakan dalam risiko karsinogenik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoacceptablersquo atau lsquounacceptablersquo (lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo) - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll - Risiko kanker [ mis ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Contoh Tingkat risiko ECR untuk pajanan benzene (inhalasi) sebesar 03 microgm3 pada pekerja depo penampungan BBM di Jakarta dengan berat badan rata - rata 60 kg dan telah terpajan 250 haritahun selama 10 tahun diketahui sebesar 456E-4

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 1

MODUL II MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Manajemen Risiko Kesehatan Lingkungan

Manajemen risiko adalah proses mengidentifikasi evaluasi penyeleksian dan melakukan

upaya untuk mengurangi risiko terhadap ekosistem dan kesehatan manusia (Omenn GS et al 1997) Setelah melakukan keempat langkah ARKL di atas maka telah dapt diketahui apakah suatu agen risiko amandapat diterima atau tidak Manajemen risiko bukan termasuk langkah ARKL melainkan tindak lanjut yang harus dilakukan bilamana hasil karakterisasi risiko menunjukkan tingkat risiko yang tidak aman ataupun unacceptable Dalam melakukan manajemen risiko perlu dibedakan antara strategi manajemen risiko dengan cara manajemen risiko Strategi manajemen risiko meliputi penentuan batas aman yaitu

1 Konsentrasi agen risiko (C) danatau 2 Jumlah konsumsi (R) danatau 3 Waktu pajanan (tE) danatau

4 Frekuensi pajanan (fE) danatau

5 Durasi pajanan (Dt)

Setelah batas aman ditentukan selanjutnya perlu dilakukan penapisan alternatif terhadap batas aman yang mana yang akan dijadikan sebagai target atau sasaran pencapaian dalam pengelolaan risiko Batas aman yang dipilih adalah batas aman yang lebih rasional dan realistis untuk dicapai

Adapun cara manajemen risiko adalah cara atau metode yang akan digunakan untuk

mencapai batas aman tersebut Cara manajemen risiko meliputi beberapa pendekatan yaitu pendekatan teknologi pendekatan sosial - ekonomis dan pendekatan institusional penjelasan lebih lanjut langkah ndash langkah dalam manajemen risiko akan dijelaskan pada sub bahasan selanjutnya

Materi Sub Bahasan Strategi manajemen risiko

1 Penentuan batas aman Batas aman disini adalah batas atau nilai terendah yang menyebabkan tingkat risiko

menjadi tidak aman (tidak dapat diterima) Oleh karenannya nilai yang aman adalah nilai di bawah batas amannya sedangkan nilai yang sama dengan batas aman tersebut akan menyebabkan tingkat risiko menjadi tidak aman Sebagai contoh jika hasil

perhitungan menunjukkan konsentrasi aman adalah 4499 microgm3 maka nilai konsentrasi

yang benar ndash benar aman adalah di bawah 4499 microgm3 (lt4499 microgm3) 4498 microgm3

a) Penentuan konsentrasi aman (C) Dalam penentuan konsentrasi aman semua variabel dan nilai yang digunakan

sama dengan variabel dan nilai pada perhitungan intake Akan tetapi nilai intake yang digunakan adalah RfD atau RfC agen risikonya

Sedangkan konsentrasi aman pada intake karsinogenik perhitungan didasarkan

pada nilai acceptable sebesar 10-4 dibagi nilai SF nya Selain itu variabel tavg disesuaikan dengan perhitungan karsinogenik yaitu (70 haritahun x 365 hari) Untuk menghitung konsentrasi aman digunakan rumus sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 2

Konsentrasi aman non karsinogenik Konsentrasi aman non karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 8

Konsentrasi aman non karsinogenik (ingestii)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ಶ ௫

Rumus 9

Konsentrasi aman karsinogenik Konsentrasi aman karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 10

Konsentrasi aman karsinogenik (ingesti)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 11

Keterangan

Notasi Arti Notasi C(aman) (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada udara ambien atau pada

air bersihminum atau pada makanan yang aman

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 3

Notasi Arti Notasi R (Rate) Laju asupan

Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

Volume air minum yang masuk tubuh (liter) setiap harinya

Volume makanan yang masuk tubuh (gram) setiap harinya

tE atau time of exposure (rumus 8)

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode

b) Penentuan jumlah konsumsi aman (R)

Laju asupan yang dapat dikelola hanyalah pada pada pajanan melalui makanan dan air minum (ingesti) karena masih banyak substitusi untuk setiap jenis makanan ataupun air minum Untuk pajanan melalui udara (inhalasi) pembatasan laju inhalasi hampir tidak mungkin dilakukan Untuk menghitung jumlah konsumsi aman digunakan rumus sebagai berikut Laju konsumsi aman non karsinogenik (ingesti)

() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ಶ ௫

Rumus 12

Laju konsumsi aman karsinogenik (ingesti)

() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ಶ ௫

Rumus 13

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 4

Keterangan Notasi Arti Notasi

R(aman) Laju konsumsi atau banyaknya volume makanan (gram) atau volume air (liter) yang masuk tubuh setiap harinya yang aman

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

c) Penentuan waktu pajanan aman (tE) Waktu pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan

kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan waktu pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah jam terpapar setiap harinya oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung waktu pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Waktu pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 14

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 5

Waktu pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 15

Keterangan

Notasi Arti Notasi t(aman) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap

harinya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

d) Penentuan frekuensi pajanan aman (fE)

Frekuensi pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan frekuensi pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah hari terpapar dalam satu tahun oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung frekuensi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Frekuensi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 16

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 6

Frekuensi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 17

Keterangan

Notasi Arti Notasi fE(aman) (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan

setiap tahunnya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

e) Penentuan durasi pajanan aman (Dt) Durasi pajanan aman dikelola pada pemajanan inhalasi pada lingkungan

yang permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan durasi pajanan dilakukan dengan membatasi lamanya tinggal (tahun) masyarakat pada suatu pemukiman dengan cara melakukan lsquorelokasirsquo pemukiman pada saat telah melewati batas durasi amannya Penerapan strategi durasi pajanan aman untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) kurang tepat karena pada pemajanan ingesti manajemen risiko cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung durasi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Durasi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 18

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 7

Durasi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 19

Keterangan

Notasi Arti Notasi Dt (aman) (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan yang

aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

tE atau time of exposure

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

2 Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko Penapisan alternatif manajemen risiko harus didasarkan pada pertimbangan logis

dan turut mempertimbangkan berbagai faktor termasuk cara pengelolaan risikonya Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini

Tabel 10 Alternatif manajemen risiko dan penggunaannya Alternatif Pengelolaan

Risiko Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Penurunan konsentrasi hingga ke batas aman (konsentrasi aman)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 8

Alternatif Pengelolaan Risiko

Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Pengurangan konsumsi hingga ke batas aman (jumlah konsumsi aman)

Pembatasan waktu pajanan hingga ke batas aman (waktui pajanan aman)

Pembatasan frekuensi pajanan hingga ke batas aman (frekuensi pajanan aman)

Pembatasan durasi pajanan hingga ke batas aman (durasi pajanan aman)

Materi Sub Bahasan Cara manajemen risiko

Manajemen risiko selain membutuhkan strategi yang tepat juga harus dilakukan dengan

cara atau metode yang tepat Dalam aplikasinya cara manajemen risiko dapat dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu 1) Pendekatan teknologi

Manajemen risiko menggunakan teknologi yang tersedia meliputi penggunaan alat bahan dan metode serta teknik tertentu Contoh manajemen risiko dengan pendekatan teknologi antara lain penerapan penggunaan IPAL pengolahan penyaringan air modifikasi cerobong asap penanaman tanaman penyerap polutan dll

2) Pendekatan sosial - ekonomis

Manajemen risiko menggunakan pendekatan sosial - ekonomis meliputi pelibat-sertaan pihak lain efisiensi proses substitusi dan penerapan sistem kompensasi Contoh manajemen risiko dengan pendekatan sosial ndash ekonomis antara lain 3R (reduce reuse dan recycle) limbah pemberdayaan masyarakat yang berisiko pemberian kompensasi pada masyarakat yang terkena dampak permohonan bantuan pemerintah akibat keterbatasan pemrakarsa (pihak yang bertanggung jawab mengelola risiko) dll

3) Pendekatan institusional

Manajemen risiko dengan menempuh jalur dan mekanisme kelembagaan dengan cara melakukan kerjasama dengan pihak lain Contoh manajemen risiko dengan pendekatan institusional antara lain kerjasama dalam pengolahan limbah B3 mendukung pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah menyampaikan laporan kepada instansi yang berwenang dll

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 1

MODUL III SURVEILANS FAKTOR RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans oleh World Health Organization (WHO) didefinisikan sebagai kegiatan

berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data kesehatan masyarakat yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat Surveilans yang dilakukan diharapkan dapat Menjadi sistem kewaspadaan dini terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat di masa yang

akan datang Mendokumentasikan dampak dari suatu intervensi atau jejak dari kemajuan program dalam

mencapai tujuan tertentu dan Memonitor dan mengklarifikasi masalah kesehatan secara epidemiologi guna menetapkan

priritas dan menginformasikan kebijakan dan strategi kesehatan ke publik

Faktor risiko dalam dunia kesehatan dan epidemiologi biasa didefinisikan sebagai faktor-faktor atau kondisi yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit Faktor risiko tersebut umumnya dapat dikatagorikan menjadi beberapa jenis yaitu faktor risiko genetis faktor risiko perilaku dan faktor risiko lingkungan

Dari kedua definisi di atas maka surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah kegiatan berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor-faktor atau kondisi lingkungan yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan lingkungan Untuk itu ada beberapa hal yang menjadi kata kunci dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yaitu sistematis dan berkesinambungan pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor lingkungan yang dapat menyebabkan sakit dan upaya kesehatan lingkungan

Materi Sub Bahasan Konsep dan Penerapan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Penyakit dan masalah kesehatan masyarakat erat terhubung dengan faktor atau kondisi

lingkungan Oleh karenanya secara naluriah setiap manusia menginginkan lingkungan yang sehat dan nyaman sebagai tempat tinggalnya yang juga kondusif terhadap kondisi kesehatannya Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang salah satunya ditempuh melalui kegiatan penyehatan lingkungan (kesehatan lingkungan) Dalam rangka mewujudkan kondisi lingkungan sesuai dengan yang diharapkan upaya yang dilakukan haruslah tepat guna tepat sasaran sistematis dan terencana dengan baik serta berbasis bukti (evidence based) Sehingga perumusan upaya kesehatan lingkungan yang akan diterapkan harus didukung dengan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yang baik

Filosofi dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah melakukan pengamatan dan pengawasan terus-menerus terhadap kondisi lingkungan yang diperkirakan dapat menyebabkan penyakit pada manusia Hasil dari kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah berupa informasi mengenai apakah faktor atau kondisi lingkungan tertentu yang diamati berisiko menimbulkan kesakitan dan rekomendasi upaya tidak lanjut yang dibutuhkan untuk mengendalikannya Konsep dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dipahami dari gambar 6

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 2

(sumber Mullan N et al 2008)

Gambar 6 Konsep Surveilans Awal dan Lanjutan dalam Kesehatan Lingkungan

Konsep di atas diadaptasi dari versi model surveilans kesehatan yang diterapkan di Kanada

Dalam prakteknya surveilans kesehatan lingkungan dilakukan dalam dua tahapan dimana pengumpulan data hingga desiminasi diklasifikasikan sebagai surveilans awal dan sintesa pengetahuan dan proses perumusan kebijakan yang merupakan input dari stakeholder dan peneliti sebagai surveilans lanjutan Surveilans awal dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data rutin (menggunakan form yang telah dibakukan pada masing-masing Negara) sedangkan analisis dan interpretasi dari basis data yang umumnya digunakan untuk tujuan monitoring ataupun pembuatan regulasi Selanjutnya surveilans lanjutan dirumuskan dari hasil surveilans awal dikombinasikan dengan masukan dari para peneliti dan stakeholder yang concern (peduli) terhadap masalah kesehatan lingkungan guna memberikan pemahaman pengertian yang baik terhadap isu yang berkembang serta dapat dirumuskan keputusan upaya tindak lanjut yang tepat untuk merespon isu tersebut

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bukan merupakan hal yang baru Konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan telah dilaksanakan sejak lama oleh sektor kesehatan mulai dari unit yang paling bawah seperti puskesmas hingga tingkat kementerian Namun sedikit perbedaan dalam istilah dan nama yang digunakan membuat konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan terkesan suatu terobosan baru Di unit puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten kota pelaksanaan kegiatan ini identik dengan kegiatan inspeksi sanitasi Inspeksi sanitasi yang dilakukan di puskesmas maupun dinas kesehatan dilakukan pada obyek kesehatan lingkungan secara periodik (time series) dengan fokus pada faktor risiko kesehatan lingkungan pada obyek tersebut Sebagai contoh inspeksi sanitasi depot air minum dilakukan oleh puskesmas atau dinas kesehatan kabupaten kota secara rutin (minimal setahun sekali) dengan melakukan observasi kesehatan lingkungan wawancara terkait perilaku dalam penanganan depot air minum dan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 3

pemeriksaan laboratorium kualitas air baku (air bersih) dan air olahan (air minum) Data hasil inspeksi sanitasi pada satu lokasi depot air minum yang sama dalam beberapa periode inspeksi merupakan basis data (database) yang dapat diinterpretasi dianalisis baik secara tunggal (hanya data satu depot tersebut) ataupun bersamaan dengan data inspeksi depot air minum yang lain dan didesiminasikan Selanjutnya hasil desiminasi tersebut dapat ditindaklanjuti dengan melakukan upaya diantaranya pembinaan pelatihan dan lain sebagainya

Materi Sub Bahasan Desain dan Metodologi Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan merupakan suatu studi yang dapat dilakukan dengan desain cross sectional kasus kontrol ataupun kohort Sebagai suatu studi yang masuk ke dalam ranah epidemiologi kesehatan lingkungan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan selain melihat kecenderungan data juga digunakan untuk melihat adanya hubungan antara pajanan lingkungan dan dampak kesehatan (penyakit) Oleh karenanya dalam surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan diperlukan data-data sebagai berikut

1 Data geografis wilayah dilakukan dengan menggunakan GPS untuk penentuan koordinat lokasi dilakukan pengambilan sampel pengumpulan data

2 Data faktor risiko lingkungan meliputi data kualitas lingkungan (pengambilan dan pemeriksaan sampel) data kondisi lingkungan sanitasi yang dikumpulkan melalui observasi (pengisian cek lis) dan wawancara Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dbutuhkan data kualitas udara dalam ruang yang dilakukan dengan pengukuran dan data berkaitan dengan jenis lantai ventilasi bahan bakar memasak dan lain sebagainya

3 Data faktor risiko lingkungan meliputi data perilaku sampel (responden) yang juga merupakan faktor risiko dari penyakit berbasis lingkungan yang menjadi perhatian Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA selain data kualitas udara dalam ruang dan ventilasi perlu dikumpulkan data terkait dengan kebiasaan membuka jendela

4 Data pajanan meliputi data lama tinggal pola aktivitas pekerjaan data konsumsi makanan dan air dan lain sebagainya Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dibutuhkan data lama tinggal dan rata-rata lama berada di dalam rumah

Sebagai suatu studi surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dilakukan dengan desain

tertentu yang disesuaikan dengan tujuan permasalahan yang akan dikaji dan faktor-faktor lainnya Sebagaimana dijelaskan di atas surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional kasus kontrol dan kohort Penggunaan desain studi pada surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seperti pada tabel 11

Tabel 11 Perbandingan Desain Studi

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort Desain pemilihan sampel (sampling)

Random Bisa juga dipisah fixed disease sampling atau fixed exposure sampling

Sampel terpisah untuk kasus (sakit) dan kontrol (tidak sakit)

Sampel terpisah untuk terpajan dan tidak terpajan

Waktu periode pelaksanaan (arah pengusutan)

Satu titik waktu atau sesaat (non directional)

Retrospektif Prospektif Followup selama periode waktu tertentu

Kausalitas Hanya menjelaskan Kausalitas awal Kausalitas dengan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 4

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort hubungan antara faktor risiko kesehatan lingkungan dengan penyakit (namun bukan bersifat kausalitas)

bukti sekuensi temporal

Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai pengganti risiko

Odds sebagai pengganti risiko

Insidensi (R Risiko) Insidence rate

Perbandingan risiko Prevalence Ratio (PR) Odds Ratio (OR) Risiko Relatif (RR)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan lebih tepat menggunakan desain cross sectional dikarenakan dalam pemilihan sampling dilakukan secara random dan pengumpulan data lingkungan dan penyakit dilakukan pada satu waktu Output dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dengan desain cross sectional adalah hubungan (bukan kausalitas) antara faktor lingkungan dan penyakit Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bisa dilakukan dengan desain kasus kontrol bilamana titik tolak studi (pengusutan) dimulai dari adanya penyakit dan sampel dikelompokkan menjadi kasus (sampel yang menderita penyakit) dan kontrol (sehat) dan data faktor lingkungan sebelum kasus sakit tersedia Selain itu surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat menggunakan desain studi kohort (prospektif) dengan memantau secara terus menerus (hingga periode tertentu) kualitas lingkungan dan faktor lingkungan lainnya bersamaan dengan penyakitnya

Materi Sub Bahasan Tahapan Kegiatan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Tahapan kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seyogyanya terdiri dari survey pendahuluan dan pengumpulan data awal penyusunan instrumen survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pengolahan dan analisis data dan diseminasi Tahapan kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut

1 Survey pendahuluan dan pengumpulan data awal pengumpulan data awal dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal pada lokasi meliputi background data yang telah tersedia atau data lainnya yang berhubungan Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data sekunder dan juga perlu ditentukan lokasi yang akan menjadi titik pengambilan sampel

2 Penyusunan instrumen berdasarkan data awal yang dikumpulkan disusun instrumen untuk survey pengambilan dan pemeriksaan sampel Instrumen disusun berbentuk cek lis danatau kuisioner Untuk mendapatkan data sesuai yang diharapkan instrumen yang telah dibuat sebaiknya diuji coba terlebih dahulu

3 Survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data primer dan pengumpulan data menggunakan instrumen yang digunakan

4 Pengolahan dan analisis data data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis yang dapat dilakukan secara manual ataupun alat bantu lainnya (mis software pengolah data) Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data informasi disajikan dalam bentuk tabel grafik gambar dan peta yang terangkum dalam laporan

5 Diseminasi dimaksudkan untuk menyebarluaskan informasi dan temuan lapangan kepada para stakeholder

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 1

MODUL IV ANALISIS KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Prinsip Dasar Analisis Kualitas Kesehatan Lingkungan

Analisis adalah kajian atau penelitian yang dititikberatkan pada variabel tertentu untuk mengetahui keadaan atau kondisi sebenarnya termasuk juga yang berkaitan dengan sebab musabab terjadinya kondisi tersebut Dengan demikian analisis kualitas lingkungan merupakan suatu kegiatan yang menggunakan cara atau metode ilmiah guna mengetahui seperti apa kondisi atau kualitas kesehatan lingkungan pada suatu tempat waktu yang melibatkan juga masyarakat di tempat tersebut Umumnya analisis kualitas kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk kegiatan pengambilan dan pemeriksaan sampel pengawasan kualitas kesehatan lingkungan melalui kegiatan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi serta interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Analisis kualitas kesehatan lingkungan merupakan kegiatan yang harus mampu dilakukan oleh seorang pejabat kesehatan lingkungan ataupun fungsional sanitarian Perlunya dilakukan analisis ini adalah untuk menjadi bahan masukan ataupun dasar untuk melakukan manajemen risiko kesehatan lingkungan Implementasi dari manajemen risiko kesehatan lingkungan ini bisa dalam bentuk intervensi (pendekatan) teknologi pendekatan sosial melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat secara aktif dan melalui kerjasama jejaring kemitraan antar pihak yang berkepentingan (stakeholder)

Materi analisis kualitas kesehatan lingkungan dalam modul ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan juga keterampilan bagi peserta dalam menilai prosedur pengambilan dan pemeriksaan sampel serta interpretasi hasil pemeriksaan sampel yang dilakukan dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan Materi dalam modul ini bukan dimaksudkan agar peserta mampu melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel kesehatan lingkungan sendiri tanpa berkerjasama dengan laboratorium Materi Sub Bahasan Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Kesehatan Lingkungan

Pengambilan sampel kesehatan lingkungan hakikatnya dilakukan untuk memotret atau

menjadi acuan untuk menduga kualitas kesehatan lingkungan pada suatu media di suatu wilayah Secara garis besar pengambilan sampel bertujuan untuk mengumpulkan data rona awal kesehatan lingkungan dan memantau kondisi kesehatan lingkungan Dalam hal memantau kesehatan lingkungan pengambilan sampel dilakukan untuk menentukan status kualitas kesehatan lingkungan menentukan kebijakan kesehatan lingkungan menegakkan hukum kesehatan dan lingkungan dan melakukan penelitian kesehatan lingkungan

Kualitas kesehatan lingkungan merupakan hal yang kompleks dan begitu dinamis karena dipengaruhi begitu banyak variabelfaktor Untuk itu pengambilan sampel l kesehatan ingkungan yang bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan harus dilakukan dengan cermat tepat serta butuh perencanaan dan pengorganisasian yang baik Untuk menjamin pengambilan sampel dapat menjamin keterwakilan kualitas kesehatan lingkungan perlu diperhatikan beberapa aspek yaitu lokasi dan titik pengambilan sampel parameter kualitas lingkungan yang akan dipilih serta ukuran jumlah dan volume sampel yang akan diambil Perencanaan Pengambilan Sampel

Seperti halnya kegiatan dan program pengambilan sampel sesuai dengan yang diharapkan perlu direncanakan dengan baik Perencanaan pengambilan sampel ini bertujuan untuk memastikan dan menegaskan kembali tujuan pengambilan sampel kesehatan lingkungan memutuskan cara-cara

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 2

mencapai tujuan mengetahui secara tepat hal-hal yang perlu dilakukan pada saat pengambilan sampel menyiapkan sumber daya yang diperlukan dan menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pengambilan sampel Jelasnya unsur-unsur perencanaan pengambilan sampel meliputi

a) Tujuan pengambilan sampel harus dipastikan apakah dalam rangka pengumpulan data rona kesehatan lingkungan awal atau dalam rangka memantau kesehatan lingkungan

b) Merencanakan biaya pengambilan sampel dengan mempertimbangkan empat hal yaitu aksesibilitas lokasi dan titik pengambilan sampel jumlah jenis dan kompleksitas sampel frekuensi pengambilan sampel serta penjaminan dan pengendalian mutu di lapangan Selain empat hal yang perlu dipertimbangkan tersebut perlu diketahui komponen pembiayaan dalam pengambilan sampel yaitu depresiasi (penyusutan) nilai peralatan kalibrasi peralatan pemakaian bahan pengawet secara kimia danatau fisika penggunaan bahan habis pakai penggunaan wadah sampel transportasi ke lokasi pengambilan sampel akomodasi (bila perlu) honor pengambil sampel (lumpsum atau per diem) dan penyusunan laporan pengambilan sampel

c) Administrasi berkaitan dengan pengambilan sampel yang meliputi penyiapan surat tugas surat pemberitahuan perizinan brevet ataupun lencana kewenangan pencatatan pendokumentasian dan hal-hal pendukung lainnya

d) Perlu jaminan pengambil sampel pada saat pengambilan sampel merupakan personel yang kompeten danatau berwenang dengan kualifikasi (kompetensi) latar belakang pendidikan yang sesuai pengalaman di bidangnya terampil dan diakui ataupun tersertifikasi

e) Penentuan parameter pengujian terhadap sampel yang diambil sesuai dengan tujuan pengambilan sampel turut mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait serta disesuaikan dengan parameter indikatif suatu kegiatan atau wilayah tertentu Mis parameter indikatif pada industri Pulp dan kertas adalah pH BOD COD dan TSS sedangkan pada wilayah pertambangan emas parameter yang diambil adalah air raksa (Hg) dan sianida (CN-)

f) Penentuan media lingkungan yang akan dilakukan pengambilan sampel g) Merencanakan tipe sampel yang akan diambil apakah sampel sesaat (grab sample) sampel

gabungan (composite sample) sampel terpadu (integrated sample) atau sampel kontinyu (continous sample)

h) Peralatan pengambilan sampel harus direncanakan dengan baik Peralatan pengambilan sampel terdiri dari peralatan pengambil sampel (utama) peralatan pendukung dan peralatan K3 atau APD Peralatan pengambil sampel adalah peralatan yang fungsinya untuk mengambil sampel lingkungan dengan parameter yang direncanakan seperti HVAS (High Volume Air Sampler) LVS (Low Volume Sampler) MAS (Microbiology Air Sampler) dll Alat pendukung adalah alat yang fungsinya mendukung pengambilan sampel seperti peralatan pengukur parameter lapangan (pH meter termometer barometer kecepatan angin hygrometer dll) dokumen terkait (surat tugas surat izin dll) alat tulis untuk perekaman proses pengambilan sampel penunjuk arah (kompas) dan penunjuk lokasi (GPS) dll APD yang digunakan dalam pengambilan sampel meliputi sarung tangan masker helm ear plugmuff P3K dll

i) Perencanaan terhadap wadah sampel yang akan digunakan untuk pengamanan dan transpor sampel harus disesuaikan dengan karakteristik dan interaksi parameter sampel yang akan diuji dengan sifat bahan wadah Sebagai contoh pengambilan sampel DOBOD harus menggunakan botol BOD khusus yang menggunakan tutup asah sedangkan untuk sampel mikrobiologi digunakan wadah steril

j) Pengawetan sampel dilakukan sesuai dengan karakteristik parameter yang akan diuji pada sampel mis pengawetan sampel untuk parameter golongan logam pada air menggunakan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 3

asam nitrat pekat (HNO3 p) hingga pH lt 2 sedangkan untuk sampel sianida total pada air diawetkan menggunakan NaOH hingga pH gt 12 dan didinginkan 4oCplusmn2oC pada tempat gelap

k) Batas penyimpanan sampel disesuaikan dengan parameter yang akan diuji dan mengacu pada acuan standar seperti ASTM (The American Society for Testing and Materials) dll

l) Pengamanan sampel di lapangan meliputi pengemasan pengamanan pada label sampel (spidol waterproof label yang baik) informasi tambahan yang penting (titik jenis parameter uji pengawetan waktu dan nama pengambil sampel) sehingga mencegah interaksi sampel dengan lingkungan yang menyebabkan perubahan kualitasnya (kontaminasi degradasi dll)

m) Transportasi sampel yang juga berkaitan dengan batas penyimpanan sampel harus diperhatikan dengan seksama Selain itu moda transportasi yang digunakan untuk membawa sampel juga harus dipenuhi standar keamanannya seperti harus mematuhi peraturan penerbangan nasional dan internasional bila sampel dibawa menggunakan pesawat udara

n) Penyimpanan sampel dilakukan baik secara fisik maupun kimia seperti meminimalkan adsorbsi pengasaman mencegah metabolisme mikroorganisme menghindari hidrolisis serta pengendapan Faktor kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan dengan proses pengambilan sampel

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Penentuan Titik Sampel

Prinsip penentuan titik sampel harus mempertimbangkan keterwakilan populasi atau kualitas lingkungan kemampuan peralatan keselamatan pengambil sampel faktor klimatologi biaya dan kaidah-kaidah empiris Prinsip-prinsip penentuan titik sampel pada media lingkungan adalah sebagai berikut a) Pengambilan sampel air a)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 736 tahun 2010 tentang Pengawasan Kualitas Air Minum

Peraturan daerah setempat a)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah jerigen botol botol BOD botol steril timba steril coolbox dll Peralatan pendukung pH meter termometer sisa klor GPS peralatan untuk menjamin

tidak terjadi kontaminasi (krustang kapas alkohol) dll Pengawet Asam (HNO3 p H2SO4 p) basa (NaOH) dry ice dll APD sarung tangan masker jaket pelampung dll

a)3 Aspek yang dipertimbangkan Kedalaman air Homogenitas (untuk sampel air badan air) Arah dan kecepatan aliran air (untuk sampel air badan air)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 4

Keterkaitan dengan pajanan pada masyarakat (bila digunakan untuk penelitian kesehatan masyarakat)

Jarak antar sampel Keselamatan dan kemampuan sumber daya

a)4 Penentuan titik sampel Air sungai ditentukan yaitu

Uji homogenitas sungai dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu lalu lakukan uji parameter lapangan (suhu pH DOoksigen terlarut dan DHLDaya Hantar Listrik) Apabila hasil pengujian beberapa parameter pada beberapa sampel tersebut tidak berbeda jauh dengan variasi lt 10 maka disebut homogen atau tercampur sementara sehingga sampel yang diambil untuk mewakili air sungai tersebut bisa lebih sedikit

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel air sungai harus meliputi daerah hulu yang belum terkontaminasi daerah pemanfaatan sungai daerah yang potensial terkontaminasi daerah pertemuan dua sungai dan daerah hilir

Air tanah Pengambilan sampel dilakukan plusmn 20 cm dari dasar sumur gali dan dipastikan agar tidak

ada sedimen yang ikut terambil atau pada mulut kran tempat air keluar untuk sumur bor

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel dilakukan pada daerah meliputi daerah dimana air tanah digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari termasuk air minum dan di daerah yang berisiko terkontaminasi (dekat penimbunanpembuangan akhir sampah daerah pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif wilayah pesisir dimana terjadi intrusi air laut dll)

b) Pengambilan sampel udara ambien dan udara dalam ruang b)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan Peraturan daerah setempat

b)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Peralatan utama High Volume Air Sampler (HVAS) RAC Gas Sampler EPAM CO dan CO2

Detektor Low Volume Sampler Microbiology Air Sampler atau Lamotte BD Pump dan Sound Level Meter

Peralatan pendukung pengukur kecepatan angin arah angir termometer hygrometer dan luxmeter

Bahan yang digunakan filter HVAS dan LVS absorbant (So2 NO2 H2S NH3 dan O3) dan larutan garam (NaCl) fisiologis steril

b)3 Aspek yang dipertimbangkan Berhubungan dengan klimatologi arah dan kecepatan angin bunga angin (wind rose)

kelembaban musim dan suhu udara Berhubungan dengan asumsi konsentrasi parameter inversi udara dispersi jarak terbang

(distance) dan ukuran partikel Bilamana sumber pencemar adalah cerobong asap maka ketinggian ukuran partikel dan jarak terhadap pemukiman penduduk harus dipertimbangkan

Berhubungan dengan pajanan daerah padat penduduk jarak terhadap sumber pencemar (radius)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 5

b)4 Penentuan titik sampel Pengambilan sampel udara ambien harus menghindari daerah yang dekat dengan

bangunan dan tanaman yang diperkirakan dapat mengabsorbsi atau mengadsorbsi pencemar daerah yang terdapat pengganggu kimia yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Emisi kimiawi kendaraan bermotor dapat mengganggu pengukuran ozon) dan daerah yang terdapat pengganggu fisik yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Pengukuran total partikulat atau TSP dapat terganggu oleh adanya insinerator disekitar lokasi pengukuran)

Pada umumnya lokasi pengukuran (pengambilan sampel) dilakukan pada daerah yang mempunyai konsentrasi parameter tinggi daerah padat penduduk daerah yang diasumsikan menerima paparan pencemar dan daerah yang digunakan untuk memproyeksikan dampak kegiatan pembangunan

c) Pengambilan sampel sedimen c)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Wadah Plastik atau wadah lainnya untuk sedimen tanah atau lumpur Plastik dan botol

steril untuk makanan Peralatan Grab Sampler untuk pengambilan sludge pada daerah yang sulit danatau

dalam c)3 Aspek yang dipertimbangkan

Potensi dan sumber pencemaran Topografi Jenis vegetasi Perkiraan terjadinya pencemaran

c)4 Penentuan titik sampel Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang

cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel meliputi daerah yang tanahnya diperkirakan akan kontak dengan masyarakat daerah yang mewakili pencemaran tertentu berdasarkan karakteristik kegiatan di wilayah tersebut (tanah pada pertanian perkebunan pertambangan dll) dan daerah yang tanahnya diperkirakan dapat mengkontaminasi media lingkungan lainnya

d) Pengambilan sampel makanan d)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan d)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah Plastik atau wadah atau botol untuk makanan Untuk sampel makanan yang akan diperiksa parameter bakteriologisnya maka digunakan wadah steril

Peralatan sendok sendok steril pisau steril dan peralatanbahan yang mendukung pengambilan secara aseptis (Contoh Pembakar bunsen dengan spiritus)

d)3 Aspek yang dipertimbangkan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 24: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 22

Tabel 9 Nilai default dari faktor pajanan (Rahman 2007) Tataguna lahan

Jalur pajanan Asupan harian Frekuensi pajanan (haritahun)

Durasi pajanan (tahun)

Berat badan (kg)

Residensial Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

12 m3 (anak) raquo 05 350 6 15 Industri amp komersial

Air minum 1 L 250 25 70 55 b

Pertanian Tanaman perkarangan

42 g (buah - buahan)

350 30 70 55 b

80 g (sayur - mayur)

350 30 70 55 b

Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70 55 b 1 L (anak) 350 6 15

Tanahdebu (tertelan)

100 mg (dewasa) 350 24 70 55 b 200 mg (anak) 350 6 15

Inhalasi (terhirup)

20 m3 (dewasa) raquo 083 m3jam

350 30 70 55 b

Rekreasi Ikan tangkapan 54 g 350 30 70 55 b Disadur dari Rahman 2007 seluruhnya berasal dari Exposure Factor Handbook (EPA 1990) kecuali bNukman et al (2005) 324 Langkah 4 Karakterisasi risiko (risk characterization) Langkah ARKL yang terakhir adalah karakterisasi risiko yang dilakukan untuk menetapkan tingkat risiko atau dengan kata lain menentukan apakah agen risiko pada konsentrasi tertentu yang dianalisis pada ARKL berisiko menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat (dengan karakteristik seperti berat badan laju inhalasikonsumsi waktu frekuensi durasi pajanan yang tertentu) atau tidak Karakteristik risiko dilakukan dengan membandingkan membagi intake dengan dosis konsentrasi agen risiko tersebut Variabel yang digunakan untuk menghitung tingkat risiko adalah intake (yang didapatkan dari analisis pemajanan) dan dosis referensi (RfD) konsentrasi referensi (RfC) yang didapat dari literatur yang ada (dapat diakses di situs wwwepagoviris) 1 Karakterisasi risiko pada efek non karsinogenik Perhitungan tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko untuk efek non karsinogenik dinyatakan dalam notasi Risk Quotien (RQ) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek non karsinogenik dilakukan perhitungan dengan membandingkan membagi intake dengan RfC atau RfD Rumus untuk menentukan RQ adalah sebagai berikut ூ

ோ helliphelliphelliphellipRumus 5

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur inhalasi (terhirup) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 1 RfC (reference concentration) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan inhalasi

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 23

ூோ

helliphelliphelliphelliphellipRumus 6

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur ingesti (tertelan) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 2 RfD (reference dose) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan ingesti

Didapat Interpretasi tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko yang diperoleh pada ARKL merupakan konsumsi pakar ataupun praktisi sehingga perlu disederhanakan atau dipilihkan bahasa yang lebih sederhana agar dapat diterima oleh khalayak atau publik Tingkat risiko dinyatakan dalam angka atau bilangan desimal tanpa satuan Tingkat risiko dikatakan AMAN bilamana intake le RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ le 1 Tingkat risiko dikatakan TIDAK AMAN bilamana intake gt RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ gt 1 Narasi yang digunakan dalam penyederhanaan interpretasi risiko agar dapat diterima oleh khalayak atau publik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll Contoh Tingkat risiko RQ untuk pajanan Pb (inhalasi) sebesar 000008 microgm3 pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan rata - rata 55 kg dan telah terpajan 350 haritahun selama 20 tahun diketahui sebesar 0098 maka Interpretasi risiko Pajanan Pb sebesar 000008 microgm3 secara inhalasi pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan 55 Kg masih aman untuk frekuensi pajanan 350 haritahun hingga 20 tahun mendatang Perhitungan tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko untuk efek karsinogenik dinyatakan dalam notasi Excess Cancer Risk (ECR) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek karsinogenik dilakukan perhitungan dengan mengkali intake dengan SF Rumus untuk menentukan ECR adalah sebagai berikut

ܥܧ = Rumus 7helliphelliphelliphellip ܨ ݔ ܫKeterangan Digunakan untuk menghitung tingkat risiko pada agen risiko dengan efek karsinogenik I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 3 atau rumus SF (slope factor) Nilai referensi agen risiko dengan efek karsinogenik

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 24

Interpretasi tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko dinyatakan dalam bilangan exponen tanpa satuan (cth 13E-4) Tingkat risiko dikatakan acceptable atau aman bilamana ECR le E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR le 110000 Tingkat risiko dikatakan unacceptable atau tidak aman bilamana ECR gt E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR gt 110000 Contoh ECR = 13E-5 (13 x 10-5) dapat diinterpretasikan sebagai berikut ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Narasi yang digunakan dalam risiko karsinogenik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoacceptablersquo atau lsquounacceptablersquo (lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo) - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll - Risiko kanker [ mis ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Contoh Tingkat risiko ECR untuk pajanan benzene (inhalasi) sebesar 03 microgm3 pada pekerja depo penampungan BBM di Jakarta dengan berat badan rata - rata 60 kg dan telah terpajan 250 haritahun selama 10 tahun diketahui sebesar 456E-4

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 1

MODUL II MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Manajemen Risiko Kesehatan Lingkungan

Manajemen risiko adalah proses mengidentifikasi evaluasi penyeleksian dan melakukan

upaya untuk mengurangi risiko terhadap ekosistem dan kesehatan manusia (Omenn GS et al 1997) Setelah melakukan keempat langkah ARKL di atas maka telah dapt diketahui apakah suatu agen risiko amandapat diterima atau tidak Manajemen risiko bukan termasuk langkah ARKL melainkan tindak lanjut yang harus dilakukan bilamana hasil karakterisasi risiko menunjukkan tingkat risiko yang tidak aman ataupun unacceptable Dalam melakukan manajemen risiko perlu dibedakan antara strategi manajemen risiko dengan cara manajemen risiko Strategi manajemen risiko meliputi penentuan batas aman yaitu

1 Konsentrasi agen risiko (C) danatau 2 Jumlah konsumsi (R) danatau 3 Waktu pajanan (tE) danatau

4 Frekuensi pajanan (fE) danatau

5 Durasi pajanan (Dt)

Setelah batas aman ditentukan selanjutnya perlu dilakukan penapisan alternatif terhadap batas aman yang mana yang akan dijadikan sebagai target atau sasaran pencapaian dalam pengelolaan risiko Batas aman yang dipilih adalah batas aman yang lebih rasional dan realistis untuk dicapai

Adapun cara manajemen risiko adalah cara atau metode yang akan digunakan untuk

mencapai batas aman tersebut Cara manajemen risiko meliputi beberapa pendekatan yaitu pendekatan teknologi pendekatan sosial - ekonomis dan pendekatan institusional penjelasan lebih lanjut langkah ndash langkah dalam manajemen risiko akan dijelaskan pada sub bahasan selanjutnya

Materi Sub Bahasan Strategi manajemen risiko

1 Penentuan batas aman Batas aman disini adalah batas atau nilai terendah yang menyebabkan tingkat risiko

menjadi tidak aman (tidak dapat diterima) Oleh karenannya nilai yang aman adalah nilai di bawah batas amannya sedangkan nilai yang sama dengan batas aman tersebut akan menyebabkan tingkat risiko menjadi tidak aman Sebagai contoh jika hasil

perhitungan menunjukkan konsentrasi aman adalah 4499 microgm3 maka nilai konsentrasi

yang benar ndash benar aman adalah di bawah 4499 microgm3 (lt4499 microgm3) 4498 microgm3

a) Penentuan konsentrasi aman (C) Dalam penentuan konsentrasi aman semua variabel dan nilai yang digunakan

sama dengan variabel dan nilai pada perhitungan intake Akan tetapi nilai intake yang digunakan adalah RfD atau RfC agen risikonya

Sedangkan konsentrasi aman pada intake karsinogenik perhitungan didasarkan

pada nilai acceptable sebesar 10-4 dibagi nilai SF nya Selain itu variabel tavg disesuaikan dengan perhitungan karsinogenik yaitu (70 haritahun x 365 hari) Untuk menghitung konsentrasi aman digunakan rumus sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 2

Konsentrasi aman non karsinogenik Konsentrasi aman non karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 8

Konsentrasi aman non karsinogenik (ingestii)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ಶ ௫

Rumus 9

Konsentrasi aman karsinogenik Konsentrasi aman karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 10

Konsentrasi aman karsinogenik (ingesti)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 11

Keterangan

Notasi Arti Notasi C(aman) (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada udara ambien atau pada

air bersihminum atau pada makanan yang aman

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 3

Notasi Arti Notasi R (Rate) Laju asupan

Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

Volume air minum yang masuk tubuh (liter) setiap harinya

Volume makanan yang masuk tubuh (gram) setiap harinya

tE atau time of exposure (rumus 8)

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode

b) Penentuan jumlah konsumsi aman (R)

Laju asupan yang dapat dikelola hanyalah pada pada pajanan melalui makanan dan air minum (ingesti) karena masih banyak substitusi untuk setiap jenis makanan ataupun air minum Untuk pajanan melalui udara (inhalasi) pembatasan laju inhalasi hampir tidak mungkin dilakukan Untuk menghitung jumlah konsumsi aman digunakan rumus sebagai berikut Laju konsumsi aman non karsinogenik (ingesti)

() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ಶ ௫

Rumus 12

Laju konsumsi aman karsinogenik (ingesti)

() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ಶ ௫

Rumus 13

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 4

Keterangan Notasi Arti Notasi

R(aman) Laju konsumsi atau banyaknya volume makanan (gram) atau volume air (liter) yang masuk tubuh setiap harinya yang aman

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

c) Penentuan waktu pajanan aman (tE) Waktu pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan

kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan waktu pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah jam terpapar setiap harinya oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung waktu pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Waktu pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 14

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 5

Waktu pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 15

Keterangan

Notasi Arti Notasi t(aman) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap

harinya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

d) Penentuan frekuensi pajanan aman (fE)

Frekuensi pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan frekuensi pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah hari terpapar dalam satu tahun oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung frekuensi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Frekuensi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 16

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 6

Frekuensi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 17

Keterangan

Notasi Arti Notasi fE(aman) (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan

setiap tahunnya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

e) Penentuan durasi pajanan aman (Dt) Durasi pajanan aman dikelola pada pemajanan inhalasi pada lingkungan

yang permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan durasi pajanan dilakukan dengan membatasi lamanya tinggal (tahun) masyarakat pada suatu pemukiman dengan cara melakukan lsquorelokasirsquo pemukiman pada saat telah melewati batas durasi amannya Penerapan strategi durasi pajanan aman untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) kurang tepat karena pada pemajanan ingesti manajemen risiko cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung durasi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Durasi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 18

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 7

Durasi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 19

Keterangan

Notasi Arti Notasi Dt (aman) (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan yang

aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

tE atau time of exposure

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

2 Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko Penapisan alternatif manajemen risiko harus didasarkan pada pertimbangan logis

dan turut mempertimbangkan berbagai faktor termasuk cara pengelolaan risikonya Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini

Tabel 10 Alternatif manajemen risiko dan penggunaannya Alternatif Pengelolaan

Risiko Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Penurunan konsentrasi hingga ke batas aman (konsentrasi aman)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 8

Alternatif Pengelolaan Risiko

Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Pengurangan konsumsi hingga ke batas aman (jumlah konsumsi aman)

Pembatasan waktu pajanan hingga ke batas aman (waktui pajanan aman)

Pembatasan frekuensi pajanan hingga ke batas aman (frekuensi pajanan aman)

Pembatasan durasi pajanan hingga ke batas aman (durasi pajanan aman)

Materi Sub Bahasan Cara manajemen risiko

Manajemen risiko selain membutuhkan strategi yang tepat juga harus dilakukan dengan

cara atau metode yang tepat Dalam aplikasinya cara manajemen risiko dapat dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu 1) Pendekatan teknologi

Manajemen risiko menggunakan teknologi yang tersedia meliputi penggunaan alat bahan dan metode serta teknik tertentu Contoh manajemen risiko dengan pendekatan teknologi antara lain penerapan penggunaan IPAL pengolahan penyaringan air modifikasi cerobong asap penanaman tanaman penyerap polutan dll

2) Pendekatan sosial - ekonomis

Manajemen risiko menggunakan pendekatan sosial - ekonomis meliputi pelibat-sertaan pihak lain efisiensi proses substitusi dan penerapan sistem kompensasi Contoh manajemen risiko dengan pendekatan sosial ndash ekonomis antara lain 3R (reduce reuse dan recycle) limbah pemberdayaan masyarakat yang berisiko pemberian kompensasi pada masyarakat yang terkena dampak permohonan bantuan pemerintah akibat keterbatasan pemrakarsa (pihak yang bertanggung jawab mengelola risiko) dll

3) Pendekatan institusional

Manajemen risiko dengan menempuh jalur dan mekanisme kelembagaan dengan cara melakukan kerjasama dengan pihak lain Contoh manajemen risiko dengan pendekatan institusional antara lain kerjasama dalam pengolahan limbah B3 mendukung pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah menyampaikan laporan kepada instansi yang berwenang dll

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 1

MODUL III SURVEILANS FAKTOR RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans oleh World Health Organization (WHO) didefinisikan sebagai kegiatan

berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data kesehatan masyarakat yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat Surveilans yang dilakukan diharapkan dapat Menjadi sistem kewaspadaan dini terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat di masa yang

akan datang Mendokumentasikan dampak dari suatu intervensi atau jejak dari kemajuan program dalam

mencapai tujuan tertentu dan Memonitor dan mengklarifikasi masalah kesehatan secara epidemiologi guna menetapkan

priritas dan menginformasikan kebijakan dan strategi kesehatan ke publik

Faktor risiko dalam dunia kesehatan dan epidemiologi biasa didefinisikan sebagai faktor-faktor atau kondisi yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit Faktor risiko tersebut umumnya dapat dikatagorikan menjadi beberapa jenis yaitu faktor risiko genetis faktor risiko perilaku dan faktor risiko lingkungan

Dari kedua definisi di atas maka surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah kegiatan berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor-faktor atau kondisi lingkungan yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan lingkungan Untuk itu ada beberapa hal yang menjadi kata kunci dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yaitu sistematis dan berkesinambungan pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor lingkungan yang dapat menyebabkan sakit dan upaya kesehatan lingkungan

Materi Sub Bahasan Konsep dan Penerapan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Penyakit dan masalah kesehatan masyarakat erat terhubung dengan faktor atau kondisi

lingkungan Oleh karenanya secara naluriah setiap manusia menginginkan lingkungan yang sehat dan nyaman sebagai tempat tinggalnya yang juga kondusif terhadap kondisi kesehatannya Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang salah satunya ditempuh melalui kegiatan penyehatan lingkungan (kesehatan lingkungan) Dalam rangka mewujudkan kondisi lingkungan sesuai dengan yang diharapkan upaya yang dilakukan haruslah tepat guna tepat sasaran sistematis dan terencana dengan baik serta berbasis bukti (evidence based) Sehingga perumusan upaya kesehatan lingkungan yang akan diterapkan harus didukung dengan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yang baik

Filosofi dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah melakukan pengamatan dan pengawasan terus-menerus terhadap kondisi lingkungan yang diperkirakan dapat menyebabkan penyakit pada manusia Hasil dari kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah berupa informasi mengenai apakah faktor atau kondisi lingkungan tertentu yang diamati berisiko menimbulkan kesakitan dan rekomendasi upaya tidak lanjut yang dibutuhkan untuk mengendalikannya Konsep dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dipahami dari gambar 6

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 2

(sumber Mullan N et al 2008)

Gambar 6 Konsep Surveilans Awal dan Lanjutan dalam Kesehatan Lingkungan

Konsep di atas diadaptasi dari versi model surveilans kesehatan yang diterapkan di Kanada

Dalam prakteknya surveilans kesehatan lingkungan dilakukan dalam dua tahapan dimana pengumpulan data hingga desiminasi diklasifikasikan sebagai surveilans awal dan sintesa pengetahuan dan proses perumusan kebijakan yang merupakan input dari stakeholder dan peneliti sebagai surveilans lanjutan Surveilans awal dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data rutin (menggunakan form yang telah dibakukan pada masing-masing Negara) sedangkan analisis dan interpretasi dari basis data yang umumnya digunakan untuk tujuan monitoring ataupun pembuatan regulasi Selanjutnya surveilans lanjutan dirumuskan dari hasil surveilans awal dikombinasikan dengan masukan dari para peneliti dan stakeholder yang concern (peduli) terhadap masalah kesehatan lingkungan guna memberikan pemahaman pengertian yang baik terhadap isu yang berkembang serta dapat dirumuskan keputusan upaya tindak lanjut yang tepat untuk merespon isu tersebut

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bukan merupakan hal yang baru Konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan telah dilaksanakan sejak lama oleh sektor kesehatan mulai dari unit yang paling bawah seperti puskesmas hingga tingkat kementerian Namun sedikit perbedaan dalam istilah dan nama yang digunakan membuat konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan terkesan suatu terobosan baru Di unit puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten kota pelaksanaan kegiatan ini identik dengan kegiatan inspeksi sanitasi Inspeksi sanitasi yang dilakukan di puskesmas maupun dinas kesehatan dilakukan pada obyek kesehatan lingkungan secara periodik (time series) dengan fokus pada faktor risiko kesehatan lingkungan pada obyek tersebut Sebagai contoh inspeksi sanitasi depot air minum dilakukan oleh puskesmas atau dinas kesehatan kabupaten kota secara rutin (minimal setahun sekali) dengan melakukan observasi kesehatan lingkungan wawancara terkait perilaku dalam penanganan depot air minum dan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 3

pemeriksaan laboratorium kualitas air baku (air bersih) dan air olahan (air minum) Data hasil inspeksi sanitasi pada satu lokasi depot air minum yang sama dalam beberapa periode inspeksi merupakan basis data (database) yang dapat diinterpretasi dianalisis baik secara tunggal (hanya data satu depot tersebut) ataupun bersamaan dengan data inspeksi depot air minum yang lain dan didesiminasikan Selanjutnya hasil desiminasi tersebut dapat ditindaklanjuti dengan melakukan upaya diantaranya pembinaan pelatihan dan lain sebagainya

Materi Sub Bahasan Desain dan Metodologi Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan merupakan suatu studi yang dapat dilakukan dengan desain cross sectional kasus kontrol ataupun kohort Sebagai suatu studi yang masuk ke dalam ranah epidemiologi kesehatan lingkungan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan selain melihat kecenderungan data juga digunakan untuk melihat adanya hubungan antara pajanan lingkungan dan dampak kesehatan (penyakit) Oleh karenanya dalam surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan diperlukan data-data sebagai berikut

1 Data geografis wilayah dilakukan dengan menggunakan GPS untuk penentuan koordinat lokasi dilakukan pengambilan sampel pengumpulan data

2 Data faktor risiko lingkungan meliputi data kualitas lingkungan (pengambilan dan pemeriksaan sampel) data kondisi lingkungan sanitasi yang dikumpulkan melalui observasi (pengisian cek lis) dan wawancara Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dbutuhkan data kualitas udara dalam ruang yang dilakukan dengan pengukuran dan data berkaitan dengan jenis lantai ventilasi bahan bakar memasak dan lain sebagainya

3 Data faktor risiko lingkungan meliputi data perilaku sampel (responden) yang juga merupakan faktor risiko dari penyakit berbasis lingkungan yang menjadi perhatian Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA selain data kualitas udara dalam ruang dan ventilasi perlu dikumpulkan data terkait dengan kebiasaan membuka jendela

4 Data pajanan meliputi data lama tinggal pola aktivitas pekerjaan data konsumsi makanan dan air dan lain sebagainya Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dibutuhkan data lama tinggal dan rata-rata lama berada di dalam rumah

Sebagai suatu studi surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dilakukan dengan desain

tertentu yang disesuaikan dengan tujuan permasalahan yang akan dikaji dan faktor-faktor lainnya Sebagaimana dijelaskan di atas surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional kasus kontrol dan kohort Penggunaan desain studi pada surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seperti pada tabel 11

Tabel 11 Perbandingan Desain Studi

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort Desain pemilihan sampel (sampling)

Random Bisa juga dipisah fixed disease sampling atau fixed exposure sampling

Sampel terpisah untuk kasus (sakit) dan kontrol (tidak sakit)

Sampel terpisah untuk terpajan dan tidak terpajan

Waktu periode pelaksanaan (arah pengusutan)

Satu titik waktu atau sesaat (non directional)

Retrospektif Prospektif Followup selama periode waktu tertentu

Kausalitas Hanya menjelaskan Kausalitas awal Kausalitas dengan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 4

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort hubungan antara faktor risiko kesehatan lingkungan dengan penyakit (namun bukan bersifat kausalitas)

bukti sekuensi temporal

Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai pengganti risiko

Odds sebagai pengganti risiko

Insidensi (R Risiko) Insidence rate

Perbandingan risiko Prevalence Ratio (PR) Odds Ratio (OR) Risiko Relatif (RR)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan lebih tepat menggunakan desain cross sectional dikarenakan dalam pemilihan sampling dilakukan secara random dan pengumpulan data lingkungan dan penyakit dilakukan pada satu waktu Output dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dengan desain cross sectional adalah hubungan (bukan kausalitas) antara faktor lingkungan dan penyakit Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bisa dilakukan dengan desain kasus kontrol bilamana titik tolak studi (pengusutan) dimulai dari adanya penyakit dan sampel dikelompokkan menjadi kasus (sampel yang menderita penyakit) dan kontrol (sehat) dan data faktor lingkungan sebelum kasus sakit tersedia Selain itu surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat menggunakan desain studi kohort (prospektif) dengan memantau secara terus menerus (hingga periode tertentu) kualitas lingkungan dan faktor lingkungan lainnya bersamaan dengan penyakitnya

Materi Sub Bahasan Tahapan Kegiatan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Tahapan kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seyogyanya terdiri dari survey pendahuluan dan pengumpulan data awal penyusunan instrumen survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pengolahan dan analisis data dan diseminasi Tahapan kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut

1 Survey pendahuluan dan pengumpulan data awal pengumpulan data awal dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal pada lokasi meliputi background data yang telah tersedia atau data lainnya yang berhubungan Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data sekunder dan juga perlu ditentukan lokasi yang akan menjadi titik pengambilan sampel

2 Penyusunan instrumen berdasarkan data awal yang dikumpulkan disusun instrumen untuk survey pengambilan dan pemeriksaan sampel Instrumen disusun berbentuk cek lis danatau kuisioner Untuk mendapatkan data sesuai yang diharapkan instrumen yang telah dibuat sebaiknya diuji coba terlebih dahulu

3 Survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data primer dan pengumpulan data menggunakan instrumen yang digunakan

4 Pengolahan dan analisis data data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis yang dapat dilakukan secara manual ataupun alat bantu lainnya (mis software pengolah data) Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data informasi disajikan dalam bentuk tabel grafik gambar dan peta yang terangkum dalam laporan

5 Diseminasi dimaksudkan untuk menyebarluaskan informasi dan temuan lapangan kepada para stakeholder

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 1

MODUL IV ANALISIS KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Prinsip Dasar Analisis Kualitas Kesehatan Lingkungan

Analisis adalah kajian atau penelitian yang dititikberatkan pada variabel tertentu untuk mengetahui keadaan atau kondisi sebenarnya termasuk juga yang berkaitan dengan sebab musabab terjadinya kondisi tersebut Dengan demikian analisis kualitas lingkungan merupakan suatu kegiatan yang menggunakan cara atau metode ilmiah guna mengetahui seperti apa kondisi atau kualitas kesehatan lingkungan pada suatu tempat waktu yang melibatkan juga masyarakat di tempat tersebut Umumnya analisis kualitas kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk kegiatan pengambilan dan pemeriksaan sampel pengawasan kualitas kesehatan lingkungan melalui kegiatan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi serta interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Analisis kualitas kesehatan lingkungan merupakan kegiatan yang harus mampu dilakukan oleh seorang pejabat kesehatan lingkungan ataupun fungsional sanitarian Perlunya dilakukan analisis ini adalah untuk menjadi bahan masukan ataupun dasar untuk melakukan manajemen risiko kesehatan lingkungan Implementasi dari manajemen risiko kesehatan lingkungan ini bisa dalam bentuk intervensi (pendekatan) teknologi pendekatan sosial melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat secara aktif dan melalui kerjasama jejaring kemitraan antar pihak yang berkepentingan (stakeholder)

Materi analisis kualitas kesehatan lingkungan dalam modul ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan juga keterampilan bagi peserta dalam menilai prosedur pengambilan dan pemeriksaan sampel serta interpretasi hasil pemeriksaan sampel yang dilakukan dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan Materi dalam modul ini bukan dimaksudkan agar peserta mampu melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel kesehatan lingkungan sendiri tanpa berkerjasama dengan laboratorium Materi Sub Bahasan Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Kesehatan Lingkungan

Pengambilan sampel kesehatan lingkungan hakikatnya dilakukan untuk memotret atau

menjadi acuan untuk menduga kualitas kesehatan lingkungan pada suatu media di suatu wilayah Secara garis besar pengambilan sampel bertujuan untuk mengumpulkan data rona awal kesehatan lingkungan dan memantau kondisi kesehatan lingkungan Dalam hal memantau kesehatan lingkungan pengambilan sampel dilakukan untuk menentukan status kualitas kesehatan lingkungan menentukan kebijakan kesehatan lingkungan menegakkan hukum kesehatan dan lingkungan dan melakukan penelitian kesehatan lingkungan

Kualitas kesehatan lingkungan merupakan hal yang kompleks dan begitu dinamis karena dipengaruhi begitu banyak variabelfaktor Untuk itu pengambilan sampel l kesehatan ingkungan yang bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan harus dilakukan dengan cermat tepat serta butuh perencanaan dan pengorganisasian yang baik Untuk menjamin pengambilan sampel dapat menjamin keterwakilan kualitas kesehatan lingkungan perlu diperhatikan beberapa aspek yaitu lokasi dan titik pengambilan sampel parameter kualitas lingkungan yang akan dipilih serta ukuran jumlah dan volume sampel yang akan diambil Perencanaan Pengambilan Sampel

Seperti halnya kegiatan dan program pengambilan sampel sesuai dengan yang diharapkan perlu direncanakan dengan baik Perencanaan pengambilan sampel ini bertujuan untuk memastikan dan menegaskan kembali tujuan pengambilan sampel kesehatan lingkungan memutuskan cara-cara

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 2

mencapai tujuan mengetahui secara tepat hal-hal yang perlu dilakukan pada saat pengambilan sampel menyiapkan sumber daya yang diperlukan dan menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pengambilan sampel Jelasnya unsur-unsur perencanaan pengambilan sampel meliputi

a) Tujuan pengambilan sampel harus dipastikan apakah dalam rangka pengumpulan data rona kesehatan lingkungan awal atau dalam rangka memantau kesehatan lingkungan

b) Merencanakan biaya pengambilan sampel dengan mempertimbangkan empat hal yaitu aksesibilitas lokasi dan titik pengambilan sampel jumlah jenis dan kompleksitas sampel frekuensi pengambilan sampel serta penjaminan dan pengendalian mutu di lapangan Selain empat hal yang perlu dipertimbangkan tersebut perlu diketahui komponen pembiayaan dalam pengambilan sampel yaitu depresiasi (penyusutan) nilai peralatan kalibrasi peralatan pemakaian bahan pengawet secara kimia danatau fisika penggunaan bahan habis pakai penggunaan wadah sampel transportasi ke lokasi pengambilan sampel akomodasi (bila perlu) honor pengambil sampel (lumpsum atau per diem) dan penyusunan laporan pengambilan sampel

c) Administrasi berkaitan dengan pengambilan sampel yang meliputi penyiapan surat tugas surat pemberitahuan perizinan brevet ataupun lencana kewenangan pencatatan pendokumentasian dan hal-hal pendukung lainnya

d) Perlu jaminan pengambil sampel pada saat pengambilan sampel merupakan personel yang kompeten danatau berwenang dengan kualifikasi (kompetensi) latar belakang pendidikan yang sesuai pengalaman di bidangnya terampil dan diakui ataupun tersertifikasi

e) Penentuan parameter pengujian terhadap sampel yang diambil sesuai dengan tujuan pengambilan sampel turut mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait serta disesuaikan dengan parameter indikatif suatu kegiatan atau wilayah tertentu Mis parameter indikatif pada industri Pulp dan kertas adalah pH BOD COD dan TSS sedangkan pada wilayah pertambangan emas parameter yang diambil adalah air raksa (Hg) dan sianida (CN-)

f) Penentuan media lingkungan yang akan dilakukan pengambilan sampel g) Merencanakan tipe sampel yang akan diambil apakah sampel sesaat (grab sample) sampel

gabungan (composite sample) sampel terpadu (integrated sample) atau sampel kontinyu (continous sample)

h) Peralatan pengambilan sampel harus direncanakan dengan baik Peralatan pengambilan sampel terdiri dari peralatan pengambil sampel (utama) peralatan pendukung dan peralatan K3 atau APD Peralatan pengambil sampel adalah peralatan yang fungsinya untuk mengambil sampel lingkungan dengan parameter yang direncanakan seperti HVAS (High Volume Air Sampler) LVS (Low Volume Sampler) MAS (Microbiology Air Sampler) dll Alat pendukung adalah alat yang fungsinya mendukung pengambilan sampel seperti peralatan pengukur parameter lapangan (pH meter termometer barometer kecepatan angin hygrometer dll) dokumen terkait (surat tugas surat izin dll) alat tulis untuk perekaman proses pengambilan sampel penunjuk arah (kompas) dan penunjuk lokasi (GPS) dll APD yang digunakan dalam pengambilan sampel meliputi sarung tangan masker helm ear plugmuff P3K dll

i) Perencanaan terhadap wadah sampel yang akan digunakan untuk pengamanan dan transpor sampel harus disesuaikan dengan karakteristik dan interaksi parameter sampel yang akan diuji dengan sifat bahan wadah Sebagai contoh pengambilan sampel DOBOD harus menggunakan botol BOD khusus yang menggunakan tutup asah sedangkan untuk sampel mikrobiologi digunakan wadah steril

j) Pengawetan sampel dilakukan sesuai dengan karakteristik parameter yang akan diuji pada sampel mis pengawetan sampel untuk parameter golongan logam pada air menggunakan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 3

asam nitrat pekat (HNO3 p) hingga pH lt 2 sedangkan untuk sampel sianida total pada air diawetkan menggunakan NaOH hingga pH gt 12 dan didinginkan 4oCplusmn2oC pada tempat gelap

k) Batas penyimpanan sampel disesuaikan dengan parameter yang akan diuji dan mengacu pada acuan standar seperti ASTM (The American Society for Testing and Materials) dll

l) Pengamanan sampel di lapangan meliputi pengemasan pengamanan pada label sampel (spidol waterproof label yang baik) informasi tambahan yang penting (titik jenis parameter uji pengawetan waktu dan nama pengambil sampel) sehingga mencegah interaksi sampel dengan lingkungan yang menyebabkan perubahan kualitasnya (kontaminasi degradasi dll)

m) Transportasi sampel yang juga berkaitan dengan batas penyimpanan sampel harus diperhatikan dengan seksama Selain itu moda transportasi yang digunakan untuk membawa sampel juga harus dipenuhi standar keamanannya seperti harus mematuhi peraturan penerbangan nasional dan internasional bila sampel dibawa menggunakan pesawat udara

n) Penyimpanan sampel dilakukan baik secara fisik maupun kimia seperti meminimalkan adsorbsi pengasaman mencegah metabolisme mikroorganisme menghindari hidrolisis serta pengendapan Faktor kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan dengan proses pengambilan sampel

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Penentuan Titik Sampel

Prinsip penentuan titik sampel harus mempertimbangkan keterwakilan populasi atau kualitas lingkungan kemampuan peralatan keselamatan pengambil sampel faktor klimatologi biaya dan kaidah-kaidah empiris Prinsip-prinsip penentuan titik sampel pada media lingkungan adalah sebagai berikut a) Pengambilan sampel air a)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 736 tahun 2010 tentang Pengawasan Kualitas Air Minum

Peraturan daerah setempat a)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah jerigen botol botol BOD botol steril timba steril coolbox dll Peralatan pendukung pH meter termometer sisa klor GPS peralatan untuk menjamin

tidak terjadi kontaminasi (krustang kapas alkohol) dll Pengawet Asam (HNO3 p H2SO4 p) basa (NaOH) dry ice dll APD sarung tangan masker jaket pelampung dll

a)3 Aspek yang dipertimbangkan Kedalaman air Homogenitas (untuk sampel air badan air) Arah dan kecepatan aliran air (untuk sampel air badan air)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 4

Keterkaitan dengan pajanan pada masyarakat (bila digunakan untuk penelitian kesehatan masyarakat)

Jarak antar sampel Keselamatan dan kemampuan sumber daya

a)4 Penentuan titik sampel Air sungai ditentukan yaitu

Uji homogenitas sungai dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu lalu lakukan uji parameter lapangan (suhu pH DOoksigen terlarut dan DHLDaya Hantar Listrik) Apabila hasil pengujian beberapa parameter pada beberapa sampel tersebut tidak berbeda jauh dengan variasi lt 10 maka disebut homogen atau tercampur sementara sehingga sampel yang diambil untuk mewakili air sungai tersebut bisa lebih sedikit

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel air sungai harus meliputi daerah hulu yang belum terkontaminasi daerah pemanfaatan sungai daerah yang potensial terkontaminasi daerah pertemuan dua sungai dan daerah hilir

Air tanah Pengambilan sampel dilakukan plusmn 20 cm dari dasar sumur gali dan dipastikan agar tidak

ada sedimen yang ikut terambil atau pada mulut kran tempat air keluar untuk sumur bor

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel dilakukan pada daerah meliputi daerah dimana air tanah digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari termasuk air minum dan di daerah yang berisiko terkontaminasi (dekat penimbunanpembuangan akhir sampah daerah pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif wilayah pesisir dimana terjadi intrusi air laut dll)

b) Pengambilan sampel udara ambien dan udara dalam ruang b)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan Peraturan daerah setempat

b)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Peralatan utama High Volume Air Sampler (HVAS) RAC Gas Sampler EPAM CO dan CO2

Detektor Low Volume Sampler Microbiology Air Sampler atau Lamotte BD Pump dan Sound Level Meter

Peralatan pendukung pengukur kecepatan angin arah angir termometer hygrometer dan luxmeter

Bahan yang digunakan filter HVAS dan LVS absorbant (So2 NO2 H2S NH3 dan O3) dan larutan garam (NaCl) fisiologis steril

b)3 Aspek yang dipertimbangkan Berhubungan dengan klimatologi arah dan kecepatan angin bunga angin (wind rose)

kelembaban musim dan suhu udara Berhubungan dengan asumsi konsentrasi parameter inversi udara dispersi jarak terbang

(distance) dan ukuran partikel Bilamana sumber pencemar adalah cerobong asap maka ketinggian ukuran partikel dan jarak terhadap pemukiman penduduk harus dipertimbangkan

Berhubungan dengan pajanan daerah padat penduduk jarak terhadap sumber pencemar (radius)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 5

b)4 Penentuan titik sampel Pengambilan sampel udara ambien harus menghindari daerah yang dekat dengan

bangunan dan tanaman yang diperkirakan dapat mengabsorbsi atau mengadsorbsi pencemar daerah yang terdapat pengganggu kimia yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Emisi kimiawi kendaraan bermotor dapat mengganggu pengukuran ozon) dan daerah yang terdapat pengganggu fisik yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Pengukuran total partikulat atau TSP dapat terganggu oleh adanya insinerator disekitar lokasi pengukuran)

Pada umumnya lokasi pengukuran (pengambilan sampel) dilakukan pada daerah yang mempunyai konsentrasi parameter tinggi daerah padat penduduk daerah yang diasumsikan menerima paparan pencemar dan daerah yang digunakan untuk memproyeksikan dampak kegiatan pembangunan

c) Pengambilan sampel sedimen c)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Wadah Plastik atau wadah lainnya untuk sedimen tanah atau lumpur Plastik dan botol

steril untuk makanan Peralatan Grab Sampler untuk pengambilan sludge pada daerah yang sulit danatau

dalam c)3 Aspek yang dipertimbangkan

Potensi dan sumber pencemaran Topografi Jenis vegetasi Perkiraan terjadinya pencemaran

c)4 Penentuan titik sampel Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang

cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel meliputi daerah yang tanahnya diperkirakan akan kontak dengan masyarakat daerah yang mewakili pencemaran tertentu berdasarkan karakteristik kegiatan di wilayah tersebut (tanah pada pertanian perkebunan pertambangan dll) dan daerah yang tanahnya diperkirakan dapat mengkontaminasi media lingkungan lainnya

d) Pengambilan sampel makanan d)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan d)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah Plastik atau wadah atau botol untuk makanan Untuk sampel makanan yang akan diperiksa parameter bakteriologisnya maka digunakan wadah steril

Peralatan sendok sendok steril pisau steril dan peralatanbahan yang mendukung pengambilan secara aseptis (Contoh Pembakar bunsen dengan spiritus)

d)3 Aspek yang dipertimbangkan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 25: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 23

ூோ

helliphelliphelliphelliphellipRumus 6

Keterangan Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur ingesti (tertelan) I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 2 RfD (reference dose) Nilai referensi agen risiko pada pemajanan ingesti

Didapat Interpretasi tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko yang diperoleh pada ARKL merupakan konsumsi pakar ataupun praktisi sehingga perlu disederhanakan atau dipilihkan bahasa yang lebih sederhana agar dapat diterima oleh khalayak atau publik Tingkat risiko dinyatakan dalam angka atau bilangan desimal tanpa satuan Tingkat risiko dikatakan AMAN bilamana intake le RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ le 1 Tingkat risiko dikatakan TIDAK AMAN bilamana intake gt RfD atau RfCnya atau dinyatakan dengan RQ gt 1 Narasi yang digunakan dalam penyederhanaan interpretasi risiko agar dapat diterima oleh khalayak atau publik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll Contoh Tingkat risiko RQ untuk pajanan Pb (inhalasi) sebesar 000008 microgm3 pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan rata - rata 55 kg dan telah terpajan 350 haritahun selama 20 tahun diketahui sebesar 0098 maka Interpretasi risiko Pajanan Pb sebesar 000008 microgm3 secara inhalasi pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan 55 Kg masih aman untuk frekuensi pajanan 350 haritahun hingga 20 tahun mendatang Perhitungan tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko untuk efek karsinogenik dinyatakan dalam notasi Excess Cancer Risk (ECR) Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek karsinogenik dilakukan perhitungan dengan mengkali intake dengan SF Rumus untuk menentukan ECR adalah sebagai berikut

ܥܧ = Rumus 7helliphelliphelliphellip ܨ ݔ ܫKeterangan Digunakan untuk menghitung tingkat risiko pada agen risiko dengan efek karsinogenik I (intake) Intake yang telah dihitung dengan rumus 3 atau rumus SF (slope factor) Nilai referensi agen risiko dengan efek karsinogenik

Didapat dari situs wwwepagoviris

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 24

Interpretasi tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko dinyatakan dalam bilangan exponen tanpa satuan (cth 13E-4) Tingkat risiko dikatakan acceptable atau aman bilamana ECR le E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR le 110000 Tingkat risiko dikatakan unacceptable atau tidak aman bilamana ECR gt E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR gt 110000 Contoh ECR = 13E-5 (13 x 10-5) dapat diinterpretasikan sebagai berikut ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Narasi yang digunakan dalam risiko karsinogenik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoacceptablersquo atau lsquounacceptablersquo (lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo) - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll - Risiko kanker [ mis ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Contoh Tingkat risiko ECR untuk pajanan benzene (inhalasi) sebesar 03 microgm3 pada pekerja depo penampungan BBM di Jakarta dengan berat badan rata - rata 60 kg dan telah terpajan 250 haritahun selama 10 tahun diketahui sebesar 456E-4

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 1

MODUL II MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Manajemen Risiko Kesehatan Lingkungan

Manajemen risiko adalah proses mengidentifikasi evaluasi penyeleksian dan melakukan

upaya untuk mengurangi risiko terhadap ekosistem dan kesehatan manusia (Omenn GS et al 1997) Setelah melakukan keempat langkah ARKL di atas maka telah dapt diketahui apakah suatu agen risiko amandapat diterima atau tidak Manajemen risiko bukan termasuk langkah ARKL melainkan tindak lanjut yang harus dilakukan bilamana hasil karakterisasi risiko menunjukkan tingkat risiko yang tidak aman ataupun unacceptable Dalam melakukan manajemen risiko perlu dibedakan antara strategi manajemen risiko dengan cara manajemen risiko Strategi manajemen risiko meliputi penentuan batas aman yaitu

1 Konsentrasi agen risiko (C) danatau 2 Jumlah konsumsi (R) danatau 3 Waktu pajanan (tE) danatau

4 Frekuensi pajanan (fE) danatau

5 Durasi pajanan (Dt)

Setelah batas aman ditentukan selanjutnya perlu dilakukan penapisan alternatif terhadap batas aman yang mana yang akan dijadikan sebagai target atau sasaran pencapaian dalam pengelolaan risiko Batas aman yang dipilih adalah batas aman yang lebih rasional dan realistis untuk dicapai

Adapun cara manajemen risiko adalah cara atau metode yang akan digunakan untuk

mencapai batas aman tersebut Cara manajemen risiko meliputi beberapa pendekatan yaitu pendekatan teknologi pendekatan sosial - ekonomis dan pendekatan institusional penjelasan lebih lanjut langkah ndash langkah dalam manajemen risiko akan dijelaskan pada sub bahasan selanjutnya

Materi Sub Bahasan Strategi manajemen risiko

1 Penentuan batas aman Batas aman disini adalah batas atau nilai terendah yang menyebabkan tingkat risiko

menjadi tidak aman (tidak dapat diterima) Oleh karenannya nilai yang aman adalah nilai di bawah batas amannya sedangkan nilai yang sama dengan batas aman tersebut akan menyebabkan tingkat risiko menjadi tidak aman Sebagai contoh jika hasil

perhitungan menunjukkan konsentrasi aman adalah 4499 microgm3 maka nilai konsentrasi

yang benar ndash benar aman adalah di bawah 4499 microgm3 (lt4499 microgm3) 4498 microgm3

a) Penentuan konsentrasi aman (C) Dalam penentuan konsentrasi aman semua variabel dan nilai yang digunakan

sama dengan variabel dan nilai pada perhitungan intake Akan tetapi nilai intake yang digunakan adalah RfD atau RfC agen risikonya

Sedangkan konsentrasi aman pada intake karsinogenik perhitungan didasarkan

pada nilai acceptable sebesar 10-4 dibagi nilai SF nya Selain itu variabel tavg disesuaikan dengan perhitungan karsinogenik yaitu (70 haritahun x 365 hari) Untuk menghitung konsentrasi aman digunakan rumus sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 2

Konsentrasi aman non karsinogenik Konsentrasi aman non karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 8

Konsentrasi aman non karsinogenik (ingestii)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ಶ ௫

Rumus 9

Konsentrasi aman karsinogenik Konsentrasi aman karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 10

Konsentrasi aman karsinogenik (ingesti)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 11

Keterangan

Notasi Arti Notasi C(aman) (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada udara ambien atau pada

air bersihminum atau pada makanan yang aman

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 3

Notasi Arti Notasi R (Rate) Laju asupan

Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

Volume air minum yang masuk tubuh (liter) setiap harinya

Volume makanan yang masuk tubuh (gram) setiap harinya

tE atau time of exposure (rumus 8)

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode

b) Penentuan jumlah konsumsi aman (R)

Laju asupan yang dapat dikelola hanyalah pada pada pajanan melalui makanan dan air minum (ingesti) karena masih banyak substitusi untuk setiap jenis makanan ataupun air minum Untuk pajanan melalui udara (inhalasi) pembatasan laju inhalasi hampir tidak mungkin dilakukan Untuk menghitung jumlah konsumsi aman digunakan rumus sebagai berikut Laju konsumsi aman non karsinogenik (ingesti)

() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ಶ ௫

Rumus 12

Laju konsumsi aman karsinogenik (ingesti)

() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ಶ ௫

Rumus 13

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 4

Keterangan Notasi Arti Notasi

R(aman) Laju konsumsi atau banyaknya volume makanan (gram) atau volume air (liter) yang masuk tubuh setiap harinya yang aman

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

c) Penentuan waktu pajanan aman (tE) Waktu pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan

kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan waktu pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah jam terpapar setiap harinya oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung waktu pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Waktu pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 14

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 5

Waktu pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 15

Keterangan

Notasi Arti Notasi t(aman) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap

harinya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

d) Penentuan frekuensi pajanan aman (fE)

Frekuensi pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan frekuensi pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah hari terpapar dalam satu tahun oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung frekuensi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Frekuensi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 16

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 6

Frekuensi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 17

Keterangan

Notasi Arti Notasi fE(aman) (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan

setiap tahunnya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

e) Penentuan durasi pajanan aman (Dt) Durasi pajanan aman dikelola pada pemajanan inhalasi pada lingkungan

yang permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan durasi pajanan dilakukan dengan membatasi lamanya tinggal (tahun) masyarakat pada suatu pemukiman dengan cara melakukan lsquorelokasirsquo pemukiman pada saat telah melewati batas durasi amannya Penerapan strategi durasi pajanan aman untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) kurang tepat karena pada pemajanan ingesti manajemen risiko cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung durasi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Durasi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 18

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 7

Durasi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 19

Keterangan

Notasi Arti Notasi Dt (aman) (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan yang

aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

tE atau time of exposure

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

2 Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko Penapisan alternatif manajemen risiko harus didasarkan pada pertimbangan logis

dan turut mempertimbangkan berbagai faktor termasuk cara pengelolaan risikonya Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini

Tabel 10 Alternatif manajemen risiko dan penggunaannya Alternatif Pengelolaan

Risiko Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Penurunan konsentrasi hingga ke batas aman (konsentrasi aman)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 8

Alternatif Pengelolaan Risiko

Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Pengurangan konsumsi hingga ke batas aman (jumlah konsumsi aman)

Pembatasan waktu pajanan hingga ke batas aman (waktui pajanan aman)

Pembatasan frekuensi pajanan hingga ke batas aman (frekuensi pajanan aman)

Pembatasan durasi pajanan hingga ke batas aman (durasi pajanan aman)

Materi Sub Bahasan Cara manajemen risiko

Manajemen risiko selain membutuhkan strategi yang tepat juga harus dilakukan dengan

cara atau metode yang tepat Dalam aplikasinya cara manajemen risiko dapat dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu 1) Pendekatan teknologi

Manajemen risiko menggunakan teknologi yang tersedia meliputi penggunaan alat bahan dan metode serta teknik tertentu Contoh manajemen risiko dengan pendekatan teknologi antara lain penerapan penggunaan IPAL pengolahan penyaringan air modifikasi cerobong asap penanaman tanaman penyerap polutan dll

2) Pendekatan sosial - ekonomis

Manajemen risiko menggunakan pendekatan sosial - ekonomis meliputi pelibat-sertaan pihak lain efisiensi proses substitusi dan penerapan sistem kompensasi Contoh manajemen risiko dengan pendekatan sosial ndash ekonomis antara lain 3R (reduce reuse dan recycle) limbah pemberdayaan masyarakat yang berisiko pemberian kompensasi pada masyarakat yang terkena dampak permohonan bantuan pemerintah akibat keterbatasan pemrakarsa (pihak yang bertanggung jawab mengelola risiko) dll

3) Pendekatan institusional

Manajemen risiko dengan menempuh jalur dan mekanisme kelembagaan dengan cara melakukan kerjasama dengan pihak lain Contoh manajemen risiko dengan pendekatan institusional antara lain kerjasama dalam pengolahan limbah B3 mendukung pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah menyampaikan laporan kepada instansi yang berwenang dll

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 1

MODUL III SURVEILANS FAKTOR RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans oleh World Health Organization (WHO) didefinisikan sebagai kegiatan

berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data kesehatan masyarakat yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat Surveilans yang dilakukan diharapkan dapat Menjadi sistem kewaspadaan dini terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat di masa yang

akan datang Mendokumentasikan dampak dari suatu intervensi atau jejak dari kemajuan program dalam

mencapai tujuan tertentu dan Memonitor dan mengklarifikasi masalah kesehatan secara epidemiologi guna menetapkan

priritas dan menginformasikan kebijakan dan strategi kesehatan ke publik

Faktor risiko dalam dunia kesehatan dan epidemiologi biasa didefinisikan sebagai faktor-faktor atau kondisi yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit Faktor risiko tersebut umumnya dapat dikatagorikan menjadi beberapa jenis yaitu faktor risiko genetis faktor risiko perilaku dan faktor risiko lingkungan

Dari kedua definisi di atas maka surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah kegiatan berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor-faktor atau kondisi lingkungan yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan lingkungan Untuk itu ada beberapa hal yang menjadi kata kunci dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yaitu sistematis dan berkesinambungan pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor lingkungan yang dapat menyebabkan sakit dan upaya kesehatan lingkungan

Materi Sub Bahasan Konsep dan Penerapan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Penyakit dan masalah kesehatan masyarakat erat terhubung dengan faktor atau kondisi

lingkungan Oleh karenanya secara naluriah setiap manusia menginginkan lingkungan yang sehat dan nyaman sebagai tempat tinggalnya yang juga kondusif terhadap kondisi kesehatannya Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang salah satunya ditempuh melalui kegiatan penyehatan lingkungan (kesehatan lingkungan) Dalam rangka mewujudkan kondisi lingkungan sesuai dengan yang diharapkan upaya yang dilakukan haruslah tepat guna tepat sasaran sistematis dan terencana dengan baik serta berbasis bukti (evidence based) Sehingga perumusan upaya kesehatan lingkungan yang akan diterapkan harus didukung dengan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yang baik

Filosofi dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah melakukan pengamatan dan pengawasan terus-menerus terhadap kondisi lingkungan yang diperkirakan dapat menyebabkan penyakit pada manusia Hasil dari kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah berupa informasi mengenai apakah faktor atau kondisi lingkungan tertentu yang diamati berisiko menimbulkan kesakitan dan rekomendasi upaya tidak lanjut yang dibutuhkan untuk mengendalikannya Konsep dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dipahami dari gambar 6

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 2

(sumber Mullan N et al 2008)

Gambar 6 Konsep Surveilans Awal dan Lanjutan dalam Kesehatan Lingkungan

Konsep di atas diadaptasi dari versi model surveilans kesehatan yang diterapkan di Kanada

Dalam prakteknya surveilans kesehatan lingkungan dilakukan dalam dua tahapan dimana pengumpulan data hingga desiminasi diklasifikasikan sebagai surveilans awal dan sintesa pengetahuan dan proses perumusan kebijakan yang merupakan input dari stakeholder dan peneliti sebagai surveilans lanjutan Surveilans awal dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data rutin (menggunakan form yang telah dibakukan pada masing-masing Negara) sedangkan analisis dan interpretasi dari basis data yang umumnya digunakan untuk tujuan monitoring ataupun pembuatan regulasi Selanjutnya surveilans lanjutan dirumuskan dari hasil surveilans awal dikombinasikan dengan masukan dari para peneliti dan stakeholder yang concern (peduli) terhadap masalah kesehatan lingkungan guna memberikan pemahaman pengertian yang baik terhadap isu yang berkembang serta dapat dirumuskan keputusan upaya tindak lanjut yang tepat untuk merespon isu tersebut

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bukan merupakan hal yang baru Konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan telah dilaksanakan sejak lama oleh sektor kesehatan mulai dari unit yang paling bawah seperti puskesmas hingga tingkat kementerian Namun sedikit perbedaan dalam istilah dan nama yang digunakan membuat konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan terkesan suatu terobosan baru Di unit puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten kota pelaksanaan kegiatan ini identik dengan kegiatan inspeksi sanitasi Inspeksi sanitasi yang dilakukan di puskesmas maupun dinas kesehatan dilakukan pada obyek kesehatan lingkungan secara periodik (time series) dengan fokus pada faktor risiko kesehatan lingkungan pada obyek tersebut Sebagai contoh inspeksi sanitasi depot air minum dilakukan oleh puskesmas atau dinas kesehatan kabupaten kota secara rutin (minimal setahun sekali) dengan melakukan observasi kesehatan lingkungan wawancara terkait perilaku dalam penanganan depot air minum dan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 3

pemeriksaan laboratorium kualitas air baku (air bersih) dan air olahan (air minum) Data hasil inspeksi sanitasi pada satu lokasi depot air minum yang sama dalam beberapa periode inspeksi merupakan basis data (database) yang dapat diinterpretasi dianalisis baik secara tunggal (hanya data satu depot tersebut) ataupun bersamaan dengan data inspeksi depot air minum yang lain dan didesiminasikan Selanjutnya hasil desiminasi tersebut dapat ditindaklanjuti dengan melakukan upaya diantaranya pembinaan pelatihan dan lain sebagainya

Materi Sub Bahasan Desain dan Metodologi Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan merupakan suatu studi yang dapat dilakukan dengan desain cross sectional kasus kontrol ataupun kohort Sebagai suatu studi yang masuk ke dalam ranah epidemiologi kesehatan lingkungan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan selain melihat kecenderungan data juga digunakan untuk melihat adanya hubungan antara pajanan lingkungan dan dampak kesehatan (penyakit) Oleh karenanya dalam surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan diperlukan data-data sebagai berikut

1 Data geografis wilayah dilakukan dengan menggunakan GPS untuk penentuan koordinat lokasi dilakukan pengambilan sampel pengumpulan data

2 Data faktor risiko lingkungan meliputi data kualitas lingkungan (pengambilan dan pemeriksaan sampel) data kondisi lingkungan sanitasi yang dikumpulkan melalui observasi (pengisian cek lis) dan wawancara Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dbutuhkan data kualitas udara dalam ruang yang dilakukan dengan pengukuran dan data berkaitan dengan jenis lantai ventilasi bahan bakar memasak dan lain sebagainya

3 Data faktor risiko lingkungan meliputi data perilaku sampel (responden) yang juga merupakan faktor risiko dari penyakit berbasis lingkungan yang menjadi perhatian Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA selain data kualitas udara dalam ruang dan ventilasi perlu dikumpulkan data terkait dengan kebiasaan membuka jendela

4 Data pajanan meliputi data lama tinggal pola aktivitas pekerjaan data konsumsi makanan dan air dan lain sebagainya Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dibutuhkan data lama tinggal dan rata-rata lama berada di dalam rumah

Sebagai suatu studi surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dilakukan dengan desain

tertentu yang disesuaikan dengan tujuan permasalahan yang akan dikaji dan faktor-faktor lainnya Sebagaimana dijelaskan di atas surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional kasus kontrol dan kohort Penggunaan desain studi pada surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seperti pada tabel 11

Tabel 11 Perbandingan Desain Studi

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort Desain pemilihan sampel (sampling)

Random Bisa juga dipisah fixed disease sampling atau fixed exposure sampling

Sampel terpisah untuk kasus (sakit) dan kontrol (tidak sakit)

Sampel terpisah untuk terpajan dan tidak terpajan

Waktu periode pelaksanaan (arah pengusutan)

Satu titik waktu atau sesaat (non directional)

Retrospektif Prospektif Followup selama periode waktu tertentu

Kausalitas Hanya menjelaskan Kausalitas awal Kausalitas dengan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 4

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort hubungan antara faktor risiko kesehatan lingkungan dengan penyakit (namun bukan bersifat kausalitas)

bukti sekuensi temporal

Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai pengganti risiko

Odds sebagai pengganti risiko

Insidensi (R Risiko) Insidence rate

Perbandingan risiko Prevalence Ratio (PR) Odds Ratio (OR) Risiko Relatif (RR)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan lebih tepat menggunakan desain cross sectional dikarenakan dalam pemilihan sampling dilakukan secara random dan pengumpulan data lingkungan dan penyakit dilakukan pada satu waktu Output dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dengan desain cross sectional adalah hubungan (bukan kausalitas) antara faktor lingkungan dan penyakit Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bisa dilakukan dengan desain kasus kontrol bilamana titik tolak studi (pengusutan) dimulai dari adanya penyakit dan sampel dikelompokkan menjadi kasus (sampel yang menderita penyakit) dan kontrol (sehat) dan data faktor lingkungan sebelum kasus sakit tersedia Selain itu surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat menggunakan desain studi kohort (prospektif) dengan memantau secara terus menerus (hingga periode tertentu) kualitas lingkungan dan faktor lingkungan lainnya bersamaan dengan penyakitnya

Materi Sub Bahasan Tahapan Kegiatan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Tahapan kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seyogyanya terdiri dari survey pendahuluan dan pengumpulan data awal penyusunan instrumen survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pengolahan dan analisis data dan diseminasi Tahapan kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut

1 Survey pendahuluan dan pengumpulan data awal pengumpulan data awal dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal pada lokasi meliputi background data yang telah tersedia atau data lainnya yang berhubungan Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data sekunder dan juga perlu ditentukan lokasi yang akan menjadi titik pengambilan sampel

2 Penyusunan instrumen berdasarkan data awal yang dikumpulkan disusun instrumen untuk survey pengambilan dan pemeriksaan sampel Instrumen disusun berbentuk cek lis danatau kuisioner Untuk mendapatkan data sesuai yang diharapkan instrumen yang telah dibuat sebaiknya diuji coba terlebih dahulu

3 Survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data primer dan pengumpulan data menggunakan instrumen yang digunakan

4 Pengolahan dan analisis data data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis yang dapat dilakukan secara manual ataupun alat bantu lainnya (mis software pengolah data) Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data informasi disajikan dalam bentuk tabel grafik gambar dan peta yang terangkum dalam laporan

5 Diseminasi dimaksudkan untuk menyebarluaskan informasi dan temuan lapangan kepada para stakeholder

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 1

MODUL IV ANALISIS KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Prinsip Dasar Analisis Kualitas Kesehatan Lingkungan

Analisis adalah kajian atau penelitian yang dititikberatkan pada variabel tertentu untuk mengetahui keadaan atau kondisi sebenarnya termasuk juga yang berkaitan dengan sebab musabab terjadinya kondisi tersebut Dengan demikian analisis kualitas lingkungan merupakan suatu kegiatan yang menggunakan cara atau metode ilmiah guna mengetahui seperti apa kondisi atau kualitas kesehatan lingkungan pada suatu tempat waktu yang melibatkan juga masyarakat di tempat tersebut Umumnya analisis kualitas kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk kegiatan pengambilan dan pemeriksaan sampel pengawasan kualitas kesehatan lingkungan melalui kegiatan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi serta interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Analisis kualitas kesehatan lingkungan merupakan kegiatan yang harus mampu dilakukan oleh seorang pejabat kesehatan lingkungan ataupun fungsional sanitarian Perlunya dilakukan analisis ini adalah untuk menjadi bahan masukan ataupun dasar untuk melakukan manajemen risiko kesehatan lingkungan Implementasi dari manajemen risiko kesehatan lingkungan ini bisa dalam bentuk intervensi (pendekatan) teknologi pendekatan sosial melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat secara aktif dan melalui kerjasama jejaring kemitraan antar pihak yang berkepentingan (stakeholder)

Materi analisis kualitas kesehatan lingkungan dalam modul ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan juga keterampilan bagi peserta dalam menilai prosedur pengambilan dan pemeriksaan sampel serta interpretasi hasil pemeriksaan sampel yang dilakukan dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan Materi dalam modul ini bukan dimaksudkan agar peserta mampu melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel kesehatan lingkungan sendiri tanpa berkerjasama dengan laboratorium Materi Sub Bahasan Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Kesehatan Lingkungan

Pengambilan sampel kesehatan lingkungan hakikatnya dilakukan untuk memotret atau

menjadi acuan untuk menduga kualitas kesehatan lingkungan pada suatu media di suatu wilayah Secara garis besar pengambilan sampel bertujuan untuk mengumpulkan data rona awal kesehatan lingkungan dan memantau kondisi kesehatan lingkungan Dalam hal memantau kesehatan lingkungan pengambilan sampel dilakukan untuk menentukan status kualitas kesehatan lingkungan menentukan kebijakan kesehatan lingkungan menegakkan hukum kesehatan dan lingkungan dan melakukan penelitian kesehatan lingkungan

Kualitas kesehatan lingkungan merupakan hal yang kompleks dan begitu dinamis karena dipengaruhi begitu banyak variabelfaktor Untuk itu pengambilan sampel l kesehatan ingkungan yang bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan harus dilakukan dengan cermat tepat serta butuh perencanaan dan pengorganisasian yang baik Untuk menjamin pengambilan sampel dapat menjamin keterwakilan kualitas kesehatan lingkungan perlu diperhatikan beberapa aspek yaitu lokasi dan titik pengambilan sampel parameter kualitas lingkungan yang akan dipilih serta ukuran jumlah dan volume sampel yang akan diambil Perencanaan Pengambilan Sampel

Seperti halnya kegiatan dan program pengambilan sampel sesuai dengan yang diharapkan perlu direncanakan dengan baik Perencanaan pengambilan sampel ini bertujuan untuk memastikan dan menegaskan kembali tujuan pengambilan sampel kesehatan lingkungan memutuskan cara-cara

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 2

mencapai tujuan mengetahui secara tepat hal-hal yang perlu dilakukan pada saat pengambilan sampel menyiapkan sumber daya yang diperlukan dan menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pengambilan sampel Jelasnya unsur-unsur perencanaan pengambilan sampel meliputi

a) Tujuan pengambilan sampel harus dipastikan apakah dalam rangka pengumpulan data rona kesehatan lingkungan awal atau dalam rangka memantau kesehatan lingkungan

b) Merencanakan biaya pengambilan sampel dengan mempertimbangkan empat hal yaitu aksesibilitas lokasi dan titik pengambilan sampel jumlah jenis dan kompleksitas sampel frekuensi pengambilan sampel serta penjaminan dan pengendalian mutu di lapangan Selain empat hal yang perlu dipertimbangkan tersebut perlu diketahui komponen pembiayaan dalam pengambilan sampel yaitu depresiasi (penyusutan) nilai peralatan kalibrasi peralatan pemakaian bahan pengawet secara kimia danatau fisika penggunaan bahan habis pakai penggunaan wadah sampel transportasi ke lokasi pengambilan sampel akomodasi (bila perlu) honor pengambil sampel (lumpsum atau per diem) dan penyusunan laporan pengambilan sampel

c) Administrasi berkaitan dengan pengambilan sampel yang meliputi penyiapan surat tugas surat pemberitahuan perizinan brevet ataupun lencana kewenangan pencatatan pendokumentasian dan hal-hal pendukung lainnya

d) Perlu jaminan pengambil sampel pada saat pengambilan sampel merupakan personel yang kompeten danatau berwenang dengan kualifikasi (kompetensi) latar belakang pendidikan yang sesuai pengalaman di bidangnya terampil dan diakui ataupun tersertifikasi

e) Penentuan parameter pengujian terhadap sampel yang diambil sesuai dengan tujuan pengambilan sampel turut mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait serta disesuaikan dengan parameter indikatif suatu kegiatan atau wilayah tertentu Mis parameter indikatif pada industri Pulp dan kertas adalah pH BOD COD dan TSS sedangkan pada wilayah pertambangan emas parameter yang diambil adalah air raksa (Hg) dan sianida (CN-)

f) Penentuan media lingkungan yang akan dilakukan pengambilan sampel g) Merencanakan tipe sampel yang akan diambil apakah sampel sesaat (grab sample) sampel

gabungan (composite sample) sampel terpadu (integrated sample) atau sampel kontinyu (continous sample)

h) Peralatan pengambilan sampel harus direncanakan dengan baik Peralatan pengambilan sampel terdiri dari peralatan pengambil sampel (utama) peralatan pendukung dan peralatan K3 atau APD Peralatan pengambil sampel adalah peralatan yang fungsinya untuk mengambil sampel lingkungan dengan parameter yang direncanakan seperti HVAS (High Volume Air Sampler) LVS (Low Volume Sampler) MAS (Microbiology Air Sampler) dll Alat pendukung adalah alat yang fungsinya mendukung pengambilan sampel seperti peralatan pengukur parameter lapangan (pH meter termometer barometer kecepatan angin hygrometer dll) dokumen terkait (surat tugas surat izin dll) alat tulis untuk perekaman proses pengambilan sampel penunjuk arah (kompas) dan penunjuk lokasi (GPS) dll APD yang digunakan dalam pengambilan sampel meliputi sarung tangan masker helm ear plugmuff P3K dll

i) Perencanaan terhadap wadah sampel yang akan digunakan untuk pengamanan dan transpor sampel harus disesuaikan dengan karakteristik dan interaksi parameter sampel yang akan diuji dengan sifat bahan wadah Sebagai contoh pengambilan sampel DOBOD harus menggunakan botol BOD khusus yang menggunakan tutup asah sedangkan untuk sampel mikrobiologi digunakan wadah steril

j) Pengawetan sampel dilakukan sesuai dengan karakteristik parameter yang akan diuji pada sampel mis pengawetan sampel untuk parameter golongan logam pada air menggunakan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 3

asam nitrat pekat (HNO3 p) hingga pH lt 2 sedangkan untuk sampel sianida total pada air diawetkan menggunakan NaOH hingga pH gt 12 dan didinginkan 4oCplusmn2oC pada tempat gelap

k) Batas penyimpanan sampel disesuaikan dengan parameter yang akan diuji dan mengacu pada acuan standar seperti ASTM (The American Society for Testing and Materials) dll

l) Pengamanan sampel di lapangan meliputi pengemasan pengamanan pada label sampel (spidol waterproof label yang baik) informasi tambahan yang penting (titik jenis parameter uji pengawetan waktu dan nama pengambil sampel) sehingga mencegah interaksi sampel dengan lingkungan yang menyebabkan perubahan kualitasnya (kontaminasi degradasi dll)

m) Transportasi sampel yang juga berkaitan dengan batas penyimpanan sampel harus diperhatikan dengan seksama Selain itu moda transportasi yang digunakan untuk membawa sampel juga harus dipenuhi standar keamanannya seperti harus mematuhi peraturan penerbangan nasional dan internasional bila sampel dibawa menggunakan pesawat udara

n) Penyimpanan sampel dilakukan baik secara fisik maupun kimia seperti meminimalkan adsorbsi pengasaman mencegah metabolisme mikroorganisme menghindari hidrolisis serta pengendapan Faktor kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan dengan proses pengambilan sampel

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Penentuan Titik Sampel

Prinsip penentuan titik sampel harus mempertimbangkan keterwakilan populasi atau kualitas lingkungan kemampuan peralatan keselamatan pengambil sampel faktor klimatologi biaya dan kaidah-kaidah empiris Prinsip-prinsip penentuan titik sampel pada media lingkungan adalah sebagai berikut a) Pengambilan sampel air a)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 736 tahun 2010 tentang Pengawasan Kualitas Air Minum

Peraturan daerah setempat a)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah jerigen botol botol BOD botol steril timba steril coolbox dll Peralatan pendukung pH meter termometer sisa klor GPS peralatan untuk menjamin

tidak terjadi kontaminasi (krustang kapas alkohol) dll Pengawet Asam (HNO3 p H2SO4 p) basa (NaOH) dry ice dll APD sarung tangan masker jaket pelampung dll

a)3 Aspek yang dipertimbangkan Kedalaman air Homogenitas (untuk sampel air badan air) Arah dan kecepatan aliran air (untuk sampel air badan air)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 4

Keterkaitan dengan pajanan pada masyarakat (bila digunakan untuk penelitian kesehatan masyarakat)

Jarak antar sampel Keselamatan dan kemampuan sumber daya

a)4 Penentuan titik sampel Air sungai ditentukan yaitu

Uji homogenitas sungai dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu lalu lakukan uji parameter lapangan (suhu pH DOoksigen terlarut dan DHLDaya Hantar Listrik) Apabila hasil pengujian beberapa parameter pada beberapa sampel tersebut tidak berbeda jauh dengan variasi lt 10 maka disebut homogen atau tercampur sementara sehingga sampel yang diambil untuk mewakili air sungai tersebut bisa lebih sedikit

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel air sungai harus meliputi daerah hulu yang belum terkontaminasi daerah pemanfaatan sungai daerah yang potensial terkontaminasi daerah pertemuan dua sungai dan daerah hilir

Air tanah Pengambilan sampel dilakukan plusmn 20 cm dari dasar sumur gali dan dipastikan agar tidak

ada sedimen yang ikut terambil atau pada mulut kran tempat air keluar untuk sumur bor

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel dilakukan pada daerah meliputi daerah dimana air tanah digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari termasuk air minum dan di daerah yang berisiko terkontaminasi (dekat penimbunanpembuangan akhir sampah daerah pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif wilayah pesisir dimana terjadi intrusi air laut dll)

b) Pengambilan sampel udara ambien dan udara dalam ruang b)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan Peraturan daerah setempat

b)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Peralatan utama High Volume Air Sampler (HVAS) RAC Gas Sampler EPAM CO dan CO2

Detektor Low Volume Sampler Microbiology Air Sampler atau Lamotte BD Pump dan Sound Level Meter

Peralatan pendukung pengukur kecepatan angin arah angir termometer hygrometer dan luxmeter

Bahan yang digunakan filter HVAS dan LVS absorbant (So2 NO2 H2S NH3 dan O3) dan larutan garam (NaCl) fisiologis steril

b)3 Aspek yang dipertimbangkan Berhubungan dengan klimatologi arah dan kecepatan angin bunga angin (wind rose)

kelembaban musim dan suhu udara Berhubungan dengan asumsi konsentrasi parameter inversi udara dispersi jarak terbang

(distance) dan ukuran partikel Bilamana sumber pencemar adalah cerobong asap maka ketinggian ukuran partikel dan jarak terhadap pemukiman penduduk harus dipertimbangkan

Berhubungan dengan pajanan daerah padat penduduk jarak terhadap sumber pencemar (radius)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 5

b)4 Penentuan titik sampel Pengambilan sampel udara ambien harus menghindari daerah yang dekat dengan

bangunan dan tanaman yang diperkirakan dapat mengabsorbsi atau mengadsorbsi pencemar daerah yang terdapat pengganggu kimia yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Emisi kimiawi kendaraan bermotor dapat mengganggu pengukuran ozon) dan daerah yang terdapat pengganggu fisik yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Pengukuran total partikulat atau TSP dapat terganggu oleh adanya insinerator disekitar lokasi pengukuran)

Pada umumnya lokasi pengukuran (pengambilan sampel) dilakukan pada daerah yang mempunyai konsentrasi parameter tinggi daerah padat penduduk daerah yang diasumsikan menerima paparan pencemar dan daerah yang digunakan untuk memproyeksikan dampak kegiatan pembangunan

c) Pengambilan sampel sedimen c)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Wadah Plastik atau wadah lainnya untuk sedimen tanah atau lumpur Plastik dan botol

steril untuk makanan Peralatan Grab Sampler untuk pengambilan sludge pada daerah yang sulit danatau

dalam c)3 Aspek yang dipertimbangkan

Potensi dan sumber pencemaran Topografi Jenis vegetasi Perkiraan terjadinya pencemaran

c)4 Penentuan titik sampel Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang

cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel meliputi daerah yang tanahnya diperkirakan akan kontak dengan masyarakat daerah yang mewakili pencemaran tertentu berdasarkan karakteristik kegiatan di wilayah tersebut (tanah pada pertanian perkebunan pertambangan dll) dan daerah yang tanahnya diperkirakan dapat mengkontaminasi media lingkungan lainnya

d) Pengambilan sampel makanan d)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan d)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah Plastik atau wadah atau botol untuk makanan Untuk sampel makanan yang akan diperiksa parameter bakteriologisnya maka digunakan wadah steril

Peralatan sendok sendok steril pisau steril dan peralatanbahan yang mendukung pengambilan secara aseptis (Contoh Pembakar bunsen dengan spiritus)

d)3 Aspek yang dipertimbangkan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 26: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

I - 24

Interpretasi tingkat risiko karsinogenik Tingkat risiko dinyatakan dalam bilangan exponen tanpa satuan (cth 13E-4) Tingkat risiko dikatakan acceptable atau aman bilamana ECR le E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR le 110000 Tingkat risiko dikatakan unacceptable atau tidak aman bilamana ECR gt E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR gt 110000 Contoh ECR = 13E-5 (13 x 10-5) dapat diinterpretasikan sebagai berikut ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Narasi yang digunakan dalam risiko karsinogenik harus memuat sebagai berikut - Pernyataan risiko [ lsquoacceptablersquo atau lsquounacceptablersquo (lsquoamanrsquo atau lsquotidak amanrsquo) - Jalur pajanan (dasar perhitungan) [ lsquoinhalasirsquo atau lsquoingestirsquo - Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis lsquo000008 microgm3rsquo lsquo002 mglrsquo dll - Populasi yang berisiko [ mis lsquopekerja tambangrsquo lsquomasyarakat di sekitar jalan tolrsquo dll - Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) [ lsquodewasarsquo atau lsquoanak ndash anak - Berat badan populasi (dasar perhitungan) [ mis lsquo15 kgrsquo lsquo55 kgrsquo lsquo65 kgrsquo lsquo70 kgrsquo dll - Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis lsquo350 haritahunrsquo lsquo250 haritahunrsquo dll - Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis yang terpajan selama lsquo10 tahunrsquo lsquo30 tahunrsquo dll - Risiko kanker [ mis ldquoterdapat 13 kasus dalam 100000 orang yang dapat berkembang menjadi kasus kankerrdquo atau ldquoterdapat 13 orang yang berisiko terkena kanker pada 100000 orang populasirdquo Contoh Tingkat risiko ECR untuk pajanan benzene (inhalasi) sebesar 03 microgm3 pada pekerja depo penampungan BBM di Jakarta dengan berat badan rata - rata 60 kg dan telah terpajan 250 haritahun selama 10 tahun diketahui sebesar 456E-4

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 1

MODUL II MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Manajemen Risiko Kesehatan Lingkungan

Manajemen risiko adalah proses mengidentifikasi evaluasi penyeleksian dan melakukan

upaya untuk mengurangi risiko terhadap ekosistem dan kesehatan manusia (Omenn GS et al 1997) Setelah melakukan keempat langkah ARKL di atas maka telah dapt diketahui apakah suatu agen risiko amandapat diterima atau tidak Manajemen risiko bukan termasuk langkah ARKL melainkan tindak lanjut yang harus dilakukan bilamana hasil karakterisasi risiko menunjukkan tingkat risiko yang tidak aman ataupun unacceptable Dalam melakukan manajemen risiko perlu dibedakan antara strategi manajemen risiko dengan cara manajemen risiko Strategi manajemen risiko meliputi penentuan batas aman yaitu

1 Konsentrasi agen risiko (C) danatau 2 Jumlah konsumsi (R) danatau 3 Waktu pajanan (tE) danatau

4 Frekuensi pajanan (fE) danatau

5 Durasi pajanan (Dt)

Setelah batas aman ditentukan selanjutnya perlu dilakukan penapisan alternatif terhadap batas aman yang mana yang akan dijadikan sebagai target atau sasaran pencapaian dalam pengelolaan risiko Batas aman yang dipilih adalah batas aman yang lebih rasional dan realistis untuk dicapai

Adapun cara manajemen risiko adalah cara atau metode yang akan digunakan untuk

mencapai batas aman tersebut Cara manajemen risiko meliputi beberapa pendekatan yaitu pendekatan teknologi pendekatan sosial - ekonomis dan pendekatan institusional penjelasan lebih lanjut langkah ndash langkah dalam manajemen risiko akan dijelaskan pada sub bahasan selanjutnya

Materi Sub Bahasan Strategi manajemen risiko

1 Penentuan batas aman Batas aman disini adalah batas atau nilai terendah yang menyebabkan tingkat risiko

menjadi tidak aman (tidak dapat diterima) Oleh karenannya nilai yang aman adalah nilai di bawah batas amannya sedangkan nilai yang sama dengan batas aman tersebut akan menyebabkan tingkat risiko menjadi tidak aman Sebagai contoh jika hasil

perhitungan menunjukkan konsentrasi aman adalah 4499 microgm3 maka nilai konsentrasi

yang benar ndash benar aman adalah di bawah 4499 microgm3 (lt4499 microgm3) 4498 microgm3

a) Penentuan konsentrasi aman (C) Dalam penentuan konsentrasi aman semua variabel dan nilai yang digunakan

sama dengan variabel dan nilai pada perhitungan intake Akan tetapi nilai intake yang digunakan adalah RfD atau RfC agen risikonya

Sedangkan konsentrasi aman pada intake karsinogenik perhitungan didasarkan

pada nilai acceptable sebesar 10-4 dibagi nilai SF nya Selain itu variabel tavg disesuaikan dengan perhitungan karsinogenik yaitu (70 haritahun x 365 hari) Untuk menghitung konsentrasi aman digunakan rumus sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 2

Konsentrasi aman non karsinogenik Konsentrasi aman non karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 8

Konsentrasi aman non karsinogenik (ingestii)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ಶ ௫

Rumus 9

Konsentrasi aman karsinogenik Konsentrasi aman karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 10

Konsentrasi aman karsinogenik (ingesti)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 11

Keterangan

Notasi Arti Notasi C(aman) (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada udara ambien atau pada

air bersihminum atau pada makanan yang aman

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 3

Notasi Arti Notasi R (Rate) Laju asupan

Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

Volume air minum yang masuk tubuh (liter) setiap harinya

Volume makanan yang masuk tubuh (gram) setiap harinya

tE atau time of exposure (rumus 8)

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode

b) Penentuan jumlah konsumsi aman (R)

Laju asupan yang dapat dikelola hanyalah pada pada pajanan melalui makanan dan air minum (ingesti) karena masih banyak substitusi untuk setiap jenis makanan ataupun air minum Untuk pajanan melalui udara (inhalasi) pembatasan laju inhalasi hampir tidak mungkin dilakukan Untuk menghitung jumlah konsumsi aman digunakan rumus sebagai berikut Laju konsumsi aman non karsinogenik (ingesti)

() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ಶ ௫

Rumus 12

Laju konsumsi aman karsinogenik (ingesti)

() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ಶ ௫

Rumus 13

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 4

Keterangan Notasi Arti Notasi

R(aman) Laju konsumsi atau banyaknya volume makanan (gram) atau volume air (liter) yang masuk tubuh setiap harinya yang aman

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

c) Penentuan waktu pajanan aman (tE) Waktu pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan

kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan waktu pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah jam terpapar setiap harinya oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung waktu pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Waktu pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 14

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 5

Waktu pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 15

Keterangan

Notasi Arti Notasi t(aman) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap

harinya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

d) Penentuan frekuensi pajanan aman (fE)

Frekuensi pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan frekuensi pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah hari terpapar dalam satu tahun oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung frekuensi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Frekuensi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 16

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 6

Frekuensi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 17

Keterangan

Notasi Arti Notasi fE(aman) (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan

setiap tahunnya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

e) Penentuan durasi pajanan aman (Dt) Durasi pajanan aman dikelola pada pemajanan inhalasi pada lingkungan

yang permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan durasi pajanan dilakukan dengan membatasi lamanya tinggal (tahun) masyarakat pada suatu pemukiman dengan cara melakukan lsquorelokasirsquo pemukiman pada saat telah melewati batas durasi amannya Penerapan strategi durasi pajanan aman untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) kurang tepat karena pada pemajanan ingesti manajemen risiko cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung durasi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Durasi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 18

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 7

Durasi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 19

Keterangan

Notasi Arti Notasi Dt (aman) (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan yang

aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

tE atau time of exposure

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

2 Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko Penapisan alternatif manajemen risiko harus didasarkan pada pertimbangan logis

dan turut mempertimbangkan berbagai faktor termasuk cara pengelolaan risikonya Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini

Tabel 10 Alternatif manajemen risiko dan penggunaannya Alternatif Pengelolaan

Risiko Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Penurunan konsentrasi hingga ke batas aman (konsentrasi aman)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 8

Alternatif Pengelolaan Risiko

Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Pengurangan konsumsi hingga ke batas aman (jumlah konsumsi aman)

Pembatasan waktu pajanan hingga ke batas aman (waktui pajanan aman)

Pembatasan frekuensi pajanan hingga ke batas aman (frekuensi pajanan aman)

Pembatasan durasi pajanan hingga ke batas aman (durasi pajanan aman)

Materi Sub Bahasan Cara manajemen risiko

Manajemen risiko selain membutuhkan strategi yang tepat juga harus dilakukan dengan

cara atau metode yang tepat Dalam aplikasinya cara manajemen risiko dapat dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu 1) Pendekatan teknologi

Manajemen risiko menggunakan teknologi yang tersedia meliputi penggunaan alat bahan dan metode serta teknik tertentu Contoh manajemen risiko dengan pendekatan teknologi antara lain penerapan penggunaan IPAL pengolahan penyaringan air modifikasi cerobong asap penanaman tanaman penyerap polutan dll

2) Pendekatan sosial - ekonomis

Manajemen risiko menggunakan pendekatan sosial - ekonomis meliputi pelibat-sertaan pihak lain efisiensi proses substitusi dan penerapan sistem kompensasi Contoh manajemen risiko dengan pendekatan sosial ndash ekonomis antara lain 3R (reduce reuse dan recycle) limbah pemberdayaan masyarakat yang berisiko pemberian kompensasi pada masyarakat yang terkena dampak permohonan bantuan pemerintah akibat keterbatasan pemrakarsa (pihak yang bertanggung jawab mengelola risiko) dll

3) Pendekatan institusional

Manajemen risiko dengan menempuh jalur dan mekanisme kelembagaan dengan cara melakukan kerjasama dengan pihak lain Contoh manajemen risiko dengan pendekatan institusional antara lain kerjasama dalam pengolahan limbah B3 mendukung pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah menyampaikan laporan kepada instansi yang berwenang dll

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 1

MODUL III SURVEILANS FAKTOR RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans oleh World Health Organization (WHO) didefinisikan sebagai kegiatan

berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data kesehatan masyarakat yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat Surveilans yang dilakukan diharapkan dapat Menjadi sistem kewaspadaan dini terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat di masa yang

akan datang Mendokumentasikan dampak dari suatu intervensi atau jejak dari kemajuan program dalam

mencapai tujuan tertentu dan Memonitor dan mengklarifikasi masalah kesehatan secara epidemiologi guna menetapkan

priritas dan menginformasikan kebijakan dan strategi kesehatan ke publik

Faktor risiko dalam dunia kesehatan dan epidemiologi biasa didefinisikan sebagai faktor-faktor atau kondisi yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit Faktor risiko tersebut umumnya dapat dikatagorikan menjadi beberapa jenis yaitu faktor risiko genetis faktor risiko perilaku dan faktor risiko lingkungan

Dari kedua definisi di atas maka surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah kegiatan berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor-faktor atau kondisi lingkungan yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan lingkungan Untuk itu ada beberapa hal yang menjadi kata kunci dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yaitu sistematis dan berkesinambungan pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor lingkungan yang dapat menyebabkan sakit dan upaya kesehatan lingkungan

Materi Sub Bahasan Konsep dan Penerapan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Penyakit dan masalah kesehatan masyarakat erat terhubung dengan faktor atau kondisi

lingkungan Oleh karenanya secara naluriah setiap manusia menginginkan lingkungan yang sehat dan nyaman sebagai tempat tinggalnya yang juga kondusif terhadap kondisi kesehatannya Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang salah satunya ditempuh melalui kegiatan penyehatan lingkungan (kesehatan lingkungan) Dalam rangka mewujudkan kondisi lingkungan sesuai dengan yang diharapkan upaya yang dilakukan haruslah tepat guna tepat sasaran sistematis dan terencana dengan baik serta berbasis bukti (evidence based) Sehingga perumusan upaya kesehatan lingkungan yang akan diterapkan harus didukung dengan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yang baik

Filosofi dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah melakukan pengamatan dan pengawasan terus-menerus terhadap kondisi lingkungan yang diperkirakan dapat menyebabkan penyakit pada manusia Hasil dari kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah berupa informasi mengenai apakah faktor atau kondisi lingkungan tertentu yang diamati berisiko menimbulkan kesakitan dan rekomendasi upaya tidak lanjut yang dibutuhkan untuk mengendalikannya Konsep dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dipahami dari gambar 6

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 2

(sumber Mullan N et al 2008)

Gambar 6 Konsep Surveilans Awal dan Lanjutan dalam Kesehatan Lingkungan

Konsep di atas diadaptasi dari versi model surveilans kesehatan yang diterapkan di Kanada

Dalam prakteknya surveilans kesehatan lingkungan dilakukan dalam dua tahapan dimana pengumpulan data hingga desiminasi diklasifikasikan sebagai surveilans awal dan sintesa pengetahuan dan proses perumusan kebijakan yang merupakan input dari stakeholder dan peneliti sebagai surveilans lanjutan Surveilans awal dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data rutin (menggunakan form yang telah dibakukan pada masing-masing Negara) sedangkan analisis dan interpretasi dari basis data yang umumnya digunakan untuk tujuan monitoring ataupun pembuatan regulasi Selanjutnya surveilans lanjutan dirumuskan dari hasil surveilans awal dikombinasikan dengan masukan dari para peneliti dan stakeholder yang concern (peduli) terhadap masalah kesehatan lingkungan guna memberikan pemahaman pengertian yang baik terhadap isu yang berkembang serta dapat dirumuskan keputusan upaya tindak lanjut yang tepat untuk merespon isu tersebut

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bukan merupakan hal yang baru Konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan telah dilaksanakan sejak lama oleh sektor kesehatan mulai dari unit yang paling bawah seperti puskesmas hingga tingkat kementerian Namun sedikit perbedaan dalam istilah dan nama yang digunakan membuat konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan terkesan suatu terobosan baru Di unit puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten kota pelaksanaan kegiatan ini identik dengan kegiatan inspeksi sanitasi Inspeksi sanitasi yang dilakukan di puskesmas maupun dinas kesehatan dilakukan pada obyek kesehatan lingkungan secara periodik (time series) dengan fokus pada faktor risiko kesehatan lingkungan pada obyek tersebut Sebagai contoh inspeksi sanitasi depot air minum dilakukan oleh puskesmas atau dinas kesehatan kabupaten kota secara rutin (minimal setahun sekali) dengan melakukan observasi kesehatan lingkungan wawancara terkait perilaku dalam penanganan depot air minum dan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 3

pemeriksaan laboratorium kualitas air baku (air bersih) dan air olahan (air minum) Data hasil inspeksi sanitasi pada satu lokasi depot air minum yang sama dalam beberapa periode inspeksi merupakan basis data (database) yang dapat diinterpretasi dianalisis baik secara tunggal (hanya data satu depot tersebut) ataupun bersamaan dengan data inspeksi depot air minum yang lain dan didesiminasikan Selanjutnya hasil desiminasi tersebut dapat ditindaklanjuti dengan melakukan upaya diantaranya pembinaan pelatihan dan lain sebagainya

Materi Sub Bahasan Desain dan Metodologi Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan merupakan suatu studi yang dapat dilakukan dengan desain cross sectional kasus kontrol ataupun kohort Sebagai suatu studi yang masuk ke dalam ranah epidemiologi kesehatan lingkungan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan selain melihat kecenderungan data juga digunakan untuk melihat adanya hubungan antara pajanan lingkungan dan dampak kesehatan (penyakit) Oleh karenanya dalam surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan diperlukan data-data sebagai berikut

1 Data geografis wilayah dilakukan dengan menggunakan GPS untuk penentuan koordinat lokasi dilakukan pengambilan sampel pengumpulan data

2 Data faktor risiko lingkungan meliputi data kualitas lingkungan (pengambilan dan pemeriksaan sampel) data kondisi lingkungan sanitasi yang dikumpulkan melalui observasi (pengisian cek lis) dan wawancara Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dbutuhkan data kualitas udara dalam ruang yang dilakukan dengan pengukuran dan data berkaitan dengan jenis lantai ventilasi bahan bakar memasak dan lain sebagainya

3 Data faktor risiko lingkungan meliputi data perilaku sampel (responden) yang juga merupakan faktor risiko dari penyakit berbasis lingkungan yang menjadi perhatian Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA selain data kualitas udara dalam ruang dan ventilasi perlu dikumpulkan data terkait dengan kebiasaan membuka jendela

4 Data pajanan meliputi data lama tinggal pola aktivitas pekerjaan data konsumsi makanan dan air dan lain sebagainya Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dibutuhkan data lama tinggal dan rata-rata lama berada di dalam rumah

Sebagai suatu studi surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dilakukan dengan desain

tertentu yang disesuaikan dengan tujuan permasalahan yang akan dikaji dan faktor-faktor lainnya Sebagaimana dijelaskan di atas surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional kasus kontrol dan kohort Penggunaan desain studi pada surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seperti pada tabel 11

Tabel 11 Perbandingan Desain Studi

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort Desain pemilihan sampel (sampling)

Random Bisa juga dipisah fixed disease sampling atau fixed exposure sampling

Sampel terpisah untuk kasus (sakit) dan kontrol (tidak sakit)

Sampel terpisah untuk terpajan dan tidak terpajan

Waktu periode pelaksanaan (arah pengusutan)

Satu titik waktu atau sesaat (non directional)

Retrospektif Prospektif Followup selama periode waktu tertentu

Kausalitas Hanya menjelaskan Kausalitas awal Kausalitas dengan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 4

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort hubungan antara faktor risiko kesehatan lingkungan dengan penyakit (namun bukan bersifat kausalitas)

bukti sekuensi temporal

Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai pengganti risiko

Odds sebagai pengganti risiko

Insidensi (R Risiko) Insidence rate

Perbandingan risiko Prevalence Ratio (PR) Odds Ratio (OR) Risiko Relatif (RR)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan lebih tepat menggunakan desain cross sectional dikarenakan dalam pemilihan sampling dilakukan secara random dan pengumpulan data lingkungan dan penyakit dilakukan pada satu waktu Output dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dengan desain cross sectional adalah hubungan (bukan kausalitas) antara faktor lingkungan dan penyakit Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bisa dilakukan dengan desain kasus kontrol bilamana titik tolak studi (pengusutan) dimulai dari adanya penyakit dan sampel dikelompokkan menjadi kasus (sampel yang menderita penyakit) dan kontrol (sehat) dan data faktor lingkungan sebelum kasus sakit tersedia Selain itu surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat menggunakan desain studi kohort (prospektif) dengan memantau secara terus menerus (hingga periode tertentu) kualitas lingkungan dan faktor lingkungan lainnya bersamaan dengan penyakitnya

Materi Sub Bahasan Tahapan Kegiatan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Tahapan kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seyogyanya terdiri dari survey pendahuluan dan pengumpulan data awal penyusunan instrumen survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pengolahan dan analisis data dan diseminasi Tahapan kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut

1 Survey pendahuluan dan pengumpulan data awal pengumpulan data awal dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal pada lokasi meliputi background data yang telah tersedia atau data lainnya yang berhubungan Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data sekunder dan juga perlu ditentukan lokasi yang akan menjadi titik pengambilan sampel

2 Penyusunan instrumen berdasarkan data awal yang dikumpulkan disusun instrumen untuk survey pengambilan dan pemeriksaan sampel Instrumen disusun berbentuk cek lis danatau kuisioner Untuk mendapatkan data sesuai yang diharapkan instrumen yang telah dibuat sebaiknya diuji coba terlebih dahulu

3 Survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data primer dan pengumpulan data menggunakan instrumen yang digunakan

4 Pengolahan dan analisis data data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis yang dapat dilakukan secara manual ataupun alat bantu lainnya (mis software pengolah data) Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data informasi disajikan dalam bentuk tabel grafik gambar dan peta yang terangkum dalam laporan

5 Diseminasi dimaksudkan untuk menyebarluaskan informasi dan temuan lapangan kepada para stakeholder

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 1

MODUL IV ANALISIS KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Prinsip Dasar Analisis Kualitas Kesehatan Lingkungan

Analisis adalah kajian atau penelitian yang dititikberatkan pada variabel tertentu untuk mengetahui keadaan atau kondisi sebenarnya termasuk juga yang berkaitan dengan sebab musabab terjadinya kondisi tersebut Dengan demikian analisis kualitas lingkungan merupakan suatu kegiatan yang menggunakan cara atau metode ilmiah guna mengetahui seperti apa kondisi atau kualitas kesehatan lingkungan pada suatu tempat waktu yang melibatkan juga masyarakat di tempat tersebut Umumnya analisis kualitas kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk kegiatan pengambilan dan pemeriksaan sampel pengawasan kualitas kesehatan lingkungan melalui kegiatan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi serta interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Analisis kualitas kesehatan lingkungan merupakan kegiatan yang harus mampu dilakukan oleh seorang pejabat kesehatan lingkungan ataupun fungsional sanitarian Perlunya dilakukan analisis ini adalah untuk menjadi bahan masukan ataupun dasar untuk melakukan manajemen risiko kesehatan lingkungan Implementasi dari manajemen risiko kesehatan lingkungan ini bisa dalam bentuk intervensi (pendekatan) teknologi pendekatan sosial melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat secara aktif dan melalui kerjasama jejaring kemitraan antar pihak yang berkepentingan (stakeholder)

Materi analisis kualitas kesehatan lingkungan dalam modul ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan juga keterampilan bagi peserta dalam menilai prosedur pengambilan dan pemeriksaan sampel serta interpretasi hasil pemeriksaan sampel yang dilakukan dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan Materi dalam modul ini bukan dimaksudkan agar peserta mampu melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel kesehatan lingkungan sendiri tanpa berkerjasama dengan laboratorium Materi Sub Bahasan Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Kesehatan Lingkungan

Pengambilan sampel kesehatan lingkungan hakikatnya dilakukan untuk memotret atau

menjadi acuan untuk menduga kualitas kesehatan lingkungan pada suatu media di suatu wilayah Secara garis besar pengambilan sampel bertujuan untuk mengumpulkan data rona awal kesehatan lingkungan dan memantau kondisi kesehatan lingkungan Dalam hal memantau kesehatan lingkungan pengambilan sampel dilakukan untuk menentukan status kualitas kesehatan lingkungan menentukan kebijakan kesehatan lingkungan menegakkan hukum kesehatan dan lingkungan dan melakukan penelitian kesehatan lingkungan

Kualitas kesehatan lingkungan merupakan hal yang kompleks dan begitu dinamis karena dipengaruhi begitu banyak variabelfaktor Untuk itu pengambilan sampel l kesehatan ingkungan yang bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan harus dilakukan dengan cermat tepat serta butuh perencanaan dan pengorganisasian yang baik Untuk menjamin pengambilan sampel dapat menjamin keterwakilan kualitas kesehatan lingkungan perlu diperhatikan beberapa aspek yaitu lokasi dan titik pengambilan sampel parameter kualitas lingkungan yang akan dipilih serta ukuran jumlah dan volume sampel yang akan diambil Perencanaan Pengambilan Sampel

Seperti halnya kegiatan dan program pengambilan sampel sesuai dengan yang diharapkan perlu direncanakan dengan baik Perencanaan pengambilan sampel ini bertujuan untuk memastikan dan menegaskan kembali tujuan pengambilan sampel kesehatan lingkungan memutuskan cara-cara

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 2

mencapai tujuan mengetahui secara tepat hal-hal yang perlu dilakukan pada saat pengambilan sampel menyiapkan sumber daya yang diperlukan dan menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pengambilan sampel Jelasnya unsur-unsur perencanaan pengambilan sampel meliputi

a) Tujuan pengambilan sampel harus dipastikan apakah dalam rangka pengumpulan data rona kesehatan lingkungan awal atau dalam rangka memantau kesehatan lingkungan

b) Merencanakan biaya pengambilan sampel dengan mempertimbangkan empat hal yaitu aksesibilitas lokasi dan titik pengambilan sampel jumlah jenis dan kompleksitas sampel frekuensi pengambilan sampel serta penjaminan dan pengendalian mutu di lapangan Selain empat hal yang perlu dipertimbangkan tersebut perlu diketahui komponen pembiayaan dalam pengambilan sampel yaitu depresiasi (penyusutan) nilai peralatan kalibrasi peralatan pemakaian bahan pengawet secara kimia danatau fisika penggunaan bahan habis pakai penggunaan wadah sampel transportasi ke lokasi pengambilan sampel akomodasi (bila perlu) honor pengambil sampel (lumpsum atau per diem) dan penyusunan laporan pengambilan sampel

c) Administrasi berkaitan dengan pengambilan sampel yang meliputi penyiapan surat tugas surat pemberitahuan perizinan brevet ataupun lencana kewenangan pencatatan pendokumentasian dan hal-hal pendukung lainnya

d) Perlu jaminan pengambil sampel pada saat pengambilan sampel merupakan personel yang kompeten danatau berwenang dengan kualifikasi (kompetensi) latar belakang pendidikan yang sesuai pengalaman di bidangnya terampil dan diakui ataupun tersertifikasi

e) Penentuan parameter pengujian terhadap sampel yang diambil sesuai dengan tujuan pengambilan sampel turut mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait serta disesuaikan dengan parameter indikatif suatu kegiatan atau wilayah tertentu Mis parameter indikatif pada industri Pulp dan kertas adalah pH BOD COD dan TSS sedangkan pada wilayah pertambangan emas parameter yang diambil adalah air raksa (Hg) dan sianida (CN-)

f) Penentuan media lingkungan yang akan dilakukan pengambilan sampel g) Merencanakan tipe sampel yang akan diambil apakah sampel sesaat (grab sample) sampel

gabungan (composite sample) sampel terpadu (integrated sample) atau sampel kontinyu (continous sample)

h) Peralatan pengambilan sampel harus direncanakan dengan baik Peralatan pengambilan sampel terdiri dari peralatan pengambil sampel (utama) peralatan pendukung dan peralatan K3 atau APD Peralatan pengambil sampel adalah peralatan yang fungsinya untuk mengambil sampel lingkungan dengan parameter yang direncanakan seperti HVAS (High Volume Air Sampler) LVS (Low Volume Sampler) MAS (Microbiology Air Sampler) dll Alat pendukung adalah alat yang fungsinya mendukung pengambilan sampel seperti peralatan pengukur parameter lapangan (pH meter termometer barometer kecepatan angin hygrometer dll) dokumen terkait (surat tugas surat izin dll) alat tulis untuk perekaman proses pengambilan sampel penunjuk arah (kompas) dan penunjuk lokasi (GPS) dll APD yang digunakan dalam pengambilan sampel meliputi sarung tangan masker helm ear plugmuff P3K dll

i) Perencanaan terhadap wadah sampel yang akan digunakan untuk pengamanan dan transpor sampel harus disesuaikan dengan karakteristik dan interaksi parameter sampel yang akan diuji dengan sifat bahan wadah Sebagai contoh pengambilan sampel DOBOD harus menggunakan botol BOD khusus yang menggunakan tutup asah sedangkan untuk sampel mikrobiologi digunakan wadah steril

j) Pengawetan sampel dilakukan sesuai dengan karakteristik parameter yang akan diuji pada sampel mis pengawetan sampel untuk parameter golongan logam pada air menggunakan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 3

asam nitrat pekat (HNO3 p) hingga pH lt 2 sedangkan untuk sampel sianida total pada air diawetkan menggunakan NaOH hingga pH gt 12 dan didinginkan 4oCplusmn2oC pada tempat gelap

k) Batas penyimpanan sampel disesuaikan dengan parameter yang akan diuji dan mengacu pada acuan standar seperti ASTM (The American Society for Testing and Materials) dll

l) Pengamanan sampel di lapangan meliputi pengemasan pengamanan pada label sampel (spidol waterproof label yang baik) informasi tambahan yang penting (titik jenis parameter uji pengawetan waktu dan nama pengambil sampel) sehingga mencegah interaksi sampel dengan lingkungan yang menyebabkan perubahan kualitasnya (kontaminasi degradasi dll)

m) Transportasi sampel yang juga berkaitan dengan batas penyimpanan sampel harus diperhatikan dengan seksama Selain itu moda transportasi yang digunakan untuk membawa sampel juga harus dipenuhi standar keamanannya seperti harus mematuhi peraturan penerbangan nasional dan internasional bila sampel dibawa menggunakan pesawat udara

n) Penyimpanan sampel dilakukan baik secara fisik maupun kimia seperti meminimalkan adsorbsi pengasaman mencegah metabolisme mikroorganisme menghindari hidrolisis serta pengendapan Faktor kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan dengan proses pengambilan sampel

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Penentuan Titik Sampel

Prinsip penentuan titik sampel harus mempertimbangkan keterwakilan populasi atau kualitas lingkungan kemampuan peralatan keselamatan pengambil sampel faktor klimatologi biaya dan kaidah-kaidah empiris Prinsip-prinsip penentuan titik sampel pada media lingkungan adalah sebagai berikut a) Pengambilan sampel air a)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 736 tahun 2010 tentang Pengawasan Kualitas Air Minum

Peraturan daerah setempat a)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah jerigen botol botol BOD botol steril timba steril coolbox dll Peralatan pendukung pH meter termometer sisa klor GPS peralatan untuk menjamin

tidak terjadi kontaminasi (krustang kapas alkohol) dll Pengawet Asam (HNO3 p H2SO4 p) basa (NaOH) dry ice dll APD sarung tangan masker jaket pelampung dll

a)3 Aspek yang dipertimbangkan Kedalaman air Homogenitas (untuk sampel air badan air) Arah dan kecepatan aliran air (untuk sampel air badan air)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 4

Keterkaitan dengan pajanan pada masyarakat (bila digunakan untuk penelitian kesehatan masyarakat)

Jarak antar sampel Keselamatan dan kemampuan sumber daya

a)4 Penentuan titik sampel Air sungai ditentukan yaitu

Uji homogenitas sungai dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu lalu lakukan uji parameter lapangan (suhu pH DOoksigen terlarut dan DHLDaya Hantar Listrik) Apabila hasil pengujian beberapa parameter pada beberapa sampel tersebut tidak berbeda jauh dengan variasi lt 10 maka disebut homogen atau tercampur sementara sehingga sampel yang diambil untuk mewakili air sungai tersebut bisa lebih sedikit

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel air sungai harus meliputi daerah hulu yang belum terkontaminasi daerah pemanfaatan sungai daerah yang potensial terkontaminasi daerah pertemuan dua sungai dan daerah hilir

Air tanah Pengambilan sampel dilakukan plusmn 20 cm dari dasar sumur gali dan dipastikan agar tidak

ada sedimen yang ikut terambil atau pada mulut kran tempat air keluar untuk sumur bor

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel dilakukan pada daerah meliputi daerah dimana air tanah digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari termasuk air minum dan di daerah yang berisiko terkontaminasi (dekat penimbunanpembuangan akhir sampah daerah pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif wilayah pesisir dimana terjadi intrusi air laut dll)

b) Pengambilan sampel udara ambien dan udara dalam ruang b)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan Peraturan daerah setempat

b)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Peralatan utama High Volume Air Sampler (HVAS) RAC Gas Sampler EPAM CO dan CO2

Detektor Low Volume Sampler Microbiology Air Sampler atau Lamotte BD Pump dan Sound Level Meter

Peralatan pendukung pengukur kecepatan angin arah angir termometer hygrometer dan luxmeter

Bahan yang digunakan filter HVAS dan LVS absorbant (So2 NO2 H2S NH3 dan O3) dan larutan garam (NaCl) fisiologis steril

b)3 Aspek yang dipertimbangkan Berhubungan dengan klimatologi arah dan kecepatan angin bunga angin (wind rose)

kelembaban musim dan suhu udara Berhubungan dengan asumsi konsentrasi parameter inversi udara dispersi jarak terbang

(distance) dan ukuran partikel Bilamana sumber pencemar adalah cerobong asap maka ketinggian ukuran partikel dan jarak terhadap pemukiman penduduk harus dipertimbangkan

Berhubungan dengan pajanan daerah padat penduduk jarak terhadap sumber pencemar (radius)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 5

b)4 Penentuan titik sampel Pengambilan sampel udara ambien harus menghindari daerah yang dekat dengan

bangunan dan tanaman yang diperkirakan dapat mengabsorbsi atau mengadsorbsi pencemar daerah yang terdapat pengganggu kimia yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Emisi kimiawi kendaraan bermotor dapat mengganggu pengukuran ozon) dan daerah yang terdapat pengganggu fisik yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Pengukuran total partikulat atau TSP dapat terganggu oleh adanya insinerator disekitar lokasi pengukuran)

Pada umumnya lokasi pengukuran (pengambilan sampel) dilakukan pada daerah yang mempunyai konsentrasi parameter tinggi daerah padat penduduk daerah yang diasumsikan menerima paparan pencemar dan daerah yang digunakan untuk memproyeksikan dampak kegiatan pembangunan

c) Pengambilan sampel sedimen c)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Wadah Plastik atau wadah lainnya untuk sedimen tanah atau lumpur Plastik dan botol

steril untuk makanan Peralatan Grab Sampler untuk pengambilan sludge pada daerah yang sulit danatau

dalam c)3 Aspek yang dipertimbangkan

Potensi dan sumber pencemaran Topografi Jenis vegetasi Perkiraan terjadinya pencemaran

c)4 Penentuan titik sampel Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang

cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel meliputi daerah yang tanahnya diperkirakan akan kontak dengan masyarakat daerah yang mewakili pencemaran tertentu berdasarkan karakteristik kegiatan di wilayah tersebut (tanah pada pertanian perkebunan pertambangan dll) dan daerah yang tanahnya diperkirakan dapat mengkontaminasi media lingkungan lainnya

d) Pengambilan sampel makanan d)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan d)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah Plastik atau wadah atau botol untuk makanan Untuk sampel makanan yang akan diperiksa parameter bakteriologisnya maka digunakan wadah steril

Peralatan sendok sendok steril pisau steril dan peralatanbahan yang mendukung pengambilan secara aseptis (Contoh Pembakar bunsen dengan spiritus)

d)3 Aspek yang dipertimbangkan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 27: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 1

MODUL II MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Manajemen Risiko Kesehatan Lingkungan

Manajemen risiko adalah proses mengidentifikasi evaluasi penyeleksian dan melakukan

upaya untuk mengurangi risiko terhadap ekosistem dan kesehatan manusia (Omenn GS et al 1997) Setelah melakukan keempat langkah ARKL di atas maka telah dapt diketahui apakah suatu agen risiko amandapat diterima atau tidak Manajemen risiko bukan termasuk langkah ARKL melainkan tindak lanjut yang harus dilakukan bilamana hasil karakterisasi risiko menunjukkan tingkat risiko yang tidak aman ataupun unacceptable Dalam melakukan manajemen risiko perlu dibedakan antara strategi manajemen risiko dengan cara manajemen risiko Strategi manajemen risiko meliputi penentuan batas aman yaitu

1 Konsentrasi agen risiko (C) danatau 2 Jumlah konsumsi (R) danatau 3 Waktu pajanan (tE) danatau

4 Frekuensi pajanan (fE) danatau

5 Durasi pajanan (Dt)

Setelah batas aman ditentukan selanjutnya perlu dilakukan penapisan alternatif terhadap batas aman yang mana yang akan dijadikan sebagai target atau sasaran pencapaian dalam pengelolaan risiko Batas aman yang dipilih adalah batas aman yang lebih rasional dan realistis untuk dicapai

Adapun cara manajemen risiko adalah cara atau metode yang akan digunakan untuk

mencapai batas aman tersebut Cara manajemen risiko meliputi beberapa pendekatan yaitu pendekatan teknologi pendekatan sosial - ekonomis dan pendekatan institusional penjelasan lebih lanjut langkah ndash langkah dalam manajemen risiko akan dijelaskan pada sub bahasan selanjutnya

Materi Sub Bahasan Strategi manajemen risiko

1 Penentuan batas aman Batas aman disini adalah batas atau nilai terendah yang menyebabkan tingkat risiko

menjadi tidak aman (tidak dapat diterima) Oleh karenannya nilai yang aman adalah nilai di bawah batas amannya sedangkan nilai yang sama dengan batas aman tersebut akan menyebabkan tingkat risiko menjadi tidak aman Sebagai contoh jika hasil

perhitungan menunjukkan konsentrasi aman adalah 4499 microgm3 maka nilai konsentrasi

yang benar ndash benar aman adalah di bawah 4499 microgm3 (lt4499 microgm3) 4498 microgm3

a) Penentuan konsentrasi aman (C) Dalam penentuan konsentrasi aman semua variabel dan nilai yang digunakan

sama dengan variabel dan nilai pada perhitungan intake Akan tetapi nilai intake yang digunakan adalah RfD atau RfC agen risikonya

Sedangkan konsentrasi aman pada intake karsinogenik perhitungan didasarkan

pada nilai acceptable sebesar 10-4 dibagi nilai SF nya Selain itu variabel tavg disesuaikan dengan perhitungan karsinogenik yaitu (70 haritahun x 365 hari) Untuk menghitung konsentrasi aman digunakan rumus sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 2

Konsentrasi aman non karsinogenik Konsentrasi aman non karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 8

Konsentrasi aman non karsinogenik (ingestii)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ಶ ௫

Rumus 9

Konsentrasi aman karsinogenik Konsentrasi aman karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 10

Konsentrasi aman karsinogenik (ingesti)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 11

Keterangan

Notasi Arti Notasi C(aman) (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada udara ambien atau pada

air bersihminum atau pada makanan yang aman

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 3

Notasi Arti Notasi R (Rate) Laju asupan

Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

Volume air minum yang masuk tubuh (liter) setiap harinya

Volume makanan yang masuk tubuh (gram) setiap harinya

tE atau time of exposure (rumus 8)

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode

b) Penentuan jumlah konsumsi aman (R)

Laju asupan yang dapat dikelola hanyalah pada pada pajanan melalui makanan dan air minum (ingesti) karena masih banyak substitusi untuk setiap jenis makanan ataupun air minum Untuk pajanan melalui udara (inhalasi) pembatasan laju inhalasi hampir tidak mungkin dilakukan Untuk menghitung jumlah konsumsi aman digunakan rumus sebagai berikut Laju konsumsi aman non karsinogenik (ingesti)

() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ಶ ௫

Rumus 12

Laju konsumsi aman karsinogenik (ingesti)

() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ಶ ௫

Rumus 13

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 4

Keterangan Notasi Arti Notasi

R(aman) Laju konsumsi atau banyaknya volume makanan (gram) atau volume air (liter) yang masuk tubuh setiap harinya yang aman

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

c) Penentuan waktu pajanan aman (tE) Waktu pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan

kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan waktu pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah jam terpapar setiap harinya oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung waktu pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Waktu pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 14

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 5

Waktu pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 15

Keterangan

Notasi Arti Notasi t(aman) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap

harinya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

d) Penentuan frekuensi pajanan aman (fE)

Frekuensi pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan frekuensi pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah hari terpapar dalam satu tahun oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung frekuensi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Frekuensi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 16

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 6

Frekuensi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 17

Keterangan

Notasi Arti Notasi fE(aman) (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan

setiap tahunnya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

e) Penentuan durasi pajanan aman (Dt) Durasi pajanan aman dikelola pada pemajanan inhalasi pada lingkungan

yang permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan durasi pajanan dilakukan dengan membatasi lamanya tinggal (tahun) masyarakat pada suatu pemukiman dengan cara melakukan lsquorelokasirsquo pemukiman pada saat telah melewati batas durasi amannya Penerapan strategi durasi pajanan aman untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) kurang tepat karena pada pemajanan ingesti manajemen risiko cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung durasi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Durasi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 18

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 7

Durasi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 19

Keterangan

Notasi Arti Notasi Dt (aman) (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan yang

aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

tE atau time of exposure

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

2 Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko Penapisan alternatif manajemen risiko harus didasarkan pada pertimbangan logis

dan turut mempertimbangkan berbagai faktor termasuk cara pengelolaan risikonya Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini

Tabel 10 Alternatif manajemen risiko dan penggunaannya Alternatif Pengelolaan

Risiko Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Penurunan konsentrasi hingga ke batas aman (konsentrasi aman)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 8

Alternatif Pengelolaan Risiko

Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Pengurangan konsumsi hingga ke batas aman (jumlah konsumsi aman)

Pembatasan waktu pajanan hingga ke batas aman (waktui pajanan aman)

Pembatasan frekuensi pajanan hingga ke batas aman (frekuensi pajanan aman)

Pembatasan durasi pajanan hingga ke batas aman (durasi pajanan aman)

Materi Sub Bahasan Cara manajemen risiko

Manajemen risiko selain membutuhkan strategi yang tepat juga harus dilakukan dengan

cara atau metode yang tepat Dalam aplikasinya cara manajemen risiko dapat dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu 1) Pendekatan teknologi

Manajemen risiko menggunakan teknologi yang tersedia meliputi penggunaan alat bahan dan metode serta teknik tertentu Contoh manajemen risiko dengan pendekatan teknologi antara lain penerapan penggunaan IPAL pengolahan penyaringan air modifikasi cerobong asap penanaman tanaman penyerap polutan dll

2) Pendekatan sosial - ekonomis

Manajemen risiko menggunakan pendekatan sosial - ekonomis meliputi pelibat-sertaan pihak lain efisiensi proses substitusi dan penerapan sistem kompensasi Contoh manajemen risiko dengan pendekatan sosial ndash ekonomis antara lain 3R (reduce reuse dan recycle) limbah pemberdayaan masyarakat yang berisiko pemberian kompensasi pada masyarakat yang terkena dampak permohonan bantuan pemerintah akibat keterbatasan pemrakarsa (pihak yang bertanggung jawab mengelola risiko) dll

3) Pendekatan institusional

Manajemen risiko dengan menempuh jalur dan mekanisme kelembagaan dengan cara melakukan kerjasama dengan pihak lain Contoh manajemen risiko dengan pendekatan institusional antara lain kerjasama dalam pengolahan limbah B3 mendukung pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah menyampaikan laporan kepada instansi yang berwenang dll

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 1

MODUL III SURVEILANS FAKTOR RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans oleh World Health Organization (WHO) didefinisikan sebagai kegiatan

berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data kesehatan masyarakat yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat Surveilans yang dilakukan diharapkan dapat Menjadi sistem kewaspadaan dini terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat di masa yang

akan datang Mendokumentasikan dampak dari suatu intervensi atau jejak dari kemajuan program dalam

mencapai tujuan tertentu dan Memonitor dan mengklarifikasi masalah kesehatan secara epidemiologi guna menetapkan

priritas dan menginformasikan kebijakan dan strategi kesehatan ke publik

Faktor risiko dalam dunia kesehatan dan epidemiologi biasa didefinisikan sebagai faktor-faktor atau kondisi yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit Faktor risiko tersebut umumnya dapat dikatagorikan menjadi beberapa jenis yaitu faktor risiko genetis faktor risiko perilaku dan faktor risiko lingkungan

Dari kedua definisi di atas maka surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah kegiatan berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor-faktor atau kondisi lingkungan yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan lingkungan Untuk itu ada beberapa hal yang menjadi kata kunci dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yaitu sistematis dan berkesinambungan pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor lingkungan yang dapat menyebabkan sakit dan upaya kesehatan lingkungan

Materi Sub Bahasan Konsep dan Penerapan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Penyakit dan masalah kesehatan masyarakat erat terhubung dengan faktor atau kondisi

lingkungan Oleh karenanya secara naluriah setiap manusia menginginkan lingkungan yang sehat dan nyaman sebagai tempat tinggalnya yang juga kondusif terhadap kondisi kesehatannya Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang salah satunya ditempuh melalui kegiatan penyehatan lingkungan (kesehatan lingkungan) Dalam rangka mewujudkan kondisi lingkungan sesuai dengan yang diharapkan upaya yang dilakukan haruslah tepat guna tepat sasaran sistematis dan terencana dengan baik serta berbasis bukti (evidence based) Sehingga perumusan upaya kesehatan lingkungan yang akan diterapkan harus didukung dengan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yang baik

Filosofi dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah melakukan pengamatan dan pengawasan terus-menerus terhadap kondisi lingkungan yang diperkirakan dapat menyebabkan penyakit pada manusia Hasil dari kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah berupa informasi mengenai apakah faktor atau kondisi lingkungan tertentu yang diamati berisiko menimbulkan kesakitan dan rekomendasi upaya tidak lanjut yang dibutuhkan untuk mengendalikannya Konsep dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dipahami dari gambar 6

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 2

(sumber Mullan N et al 2008)

Gambar 6 Konsep Surveilans Awal dan Lanjutan dalam Kesehatan Lingkungan

Konsep di atas diadaptasi dari versi model surveilans kesehatan yang diterapkan di Kanada

Dalam prakteknya surveilans kesehatan lingkungan dilakukan dalam dua tahapan dimana pengumpulan data hingga desiminasi diklasifikasikan sebagai surveilans awal dan sintesa pengetahuan dan proses perumusan kebijakan yang merupakan input dari stakeholder dan peneliti sebagai surveilans lanjutan Surveilans awal dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data rutin (menggunakan form yang telah dibakukan pada masing-masing Negara) sedangkan analisis dan interpretasi dari basis data yang umumnya digunakan untuk tujuan monitoring ataupun pembuatan regulasi Selanjutnya surveilans lanjutan dirumuskan dari hasil surveilans awal dikombinasikan dengan masukan dari para peneliti dan stakeholder yang concern (peduli) terhadap masalah kesehatan lingkungan guna memberikan pemahaman pengertian yang baik terhadap isu yang berkembang serta dapat dirumuskan keputusan upaya tindak lanjut yang tepat untuk merespon isu tersebut

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bukan merupakan hal yang baru Konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan telah dilaksanakan sejak lama oleh sektor kesehatan mulai dari unit yang paling bawah seperti puskesmas hingga tingkat kementerian Namun sedikit perbedaan dalam istilah dan nama yang digunakan membuat konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan terkesan suatu terobosan baru Di unit puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten kota pelaksanaan kegiatan ini identik dengan kegiatan inspeksi sanitasi Inspeksi sanitasi yang dilakukan di puskesmas maupun dinas kesehatan dilakukan pada obyek kesehatan lingkungan secara periodik (time series) dengan fokus pada faktor risiko kesehatan lingkungan pada obyek tersebut Sebagai contoh inspeksi sanitasi depot air minum dilakukan oleh puskesmas atau dinas kesehatan kabupaten kota secara rutin (minimal setahun sekali) dengan melakukan observasi kesehatan lingkungan wawancara terkait perilaku dalam penanganan depot air minum dan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 3

pemeriksaan laboratorium kualitas air baku (air bersih) dan air olahan (air minum) Data hasil inspeksi sanitasi pada satu lokasi depot air minum yang sama dalam beberapa periode inspeksi merupakan basis data (database) yang dapat diinterpretasi dianalisis baik secara tunggal (hanya data satu depot tersebut) ataupun bersamaan dengan data inspeksi depot air minum yang lain dan didesiminasikan Selanjutnya hasil desiminasi tersebut dapat ditindaklanjuti dengan melakukan upaya diantaranya pembinaan pelatihan dan lain sebagainya

Materi Sub Bahasan Desain dan Metodologi Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan merupakan suatu studi yang dapat dilakukan dengan desain cross sectional kasus kontrol ataupun kohort Sebagai suatu studi yang masuk ke dalam ranah epidemiologi kesehatan lingkungan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan selain melihat kecenderungan data juga digunakan untuk melihat adanya hubungan antara pajanan lingkungan dan dampak kesehatan (penyakit) Oleh karenanya dalam surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan diperlukan data-data sebagai berikut

1 Data geografis wilayah dilakukan dengan menggunakan GPS untuk penentuan koordinat lokasi dilakukan pengambilan sampel pengumpulan data

2 Data faktor risiko lingkungan meliputi data kualitas lingkungan (pengambilan dan pemeriksaan sampel) data kondisi lingkungan sanitasi yang dikumpulkan melalui observasi (pengisian cek lis) dan wawancara Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dbutuhkan data kualitas udara dalam ruang yang dilakukan dengan pengukuran dan data berkaitan dengan jenis lantai ventilasi bahan bakar memasak dan lain sebagainya

3 Data faktor risiko lingkungan meliputi data perilaku sampel (responden) yang juga merupakan faktor risiko dari penyakit berbasis lingkungan yang menjadi perhatian Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA selain data kualitas udara dalam ruang dan ventilasi perlu dikumpulkan data terkait dengan kebiasaan membuka jendela

4 Data pajanan meliputi data lama tinggal pola aktivitas pekerjaan data konsumsi makanan dan air dan lain sebagainya Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dibutuhkan data lama tinggal dan rata-rata lama berada di dalam rumah

Sebagai suatu studi surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dilakukan dengan desain

tertentu yang disesuaikan dengan tujuan permasalahan yang akan dikaji dan faktor-faktor lainnya Sebagaimana dijelaskan di atas surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional kasus kontrol dan kohort Penggunaan desain studi pada surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seperti pada tabel 11

Tabel 11 Perbandingan Desain Studi

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort Desain pemilihan sampel (sampling)

Random Bisa juga dipisah fixed disease sampling atau fixed exposure sampling

Sampel terpisah untuk kasus (sakit) dan kontrol (tidak sakit)

Sampel terpisah untuk terpajan dan tidak terpajan

Waktu periode pelaksanaan (arah pengusutan)

Satu titik waktu atau sesaat (non directional)

Retrospektif Prospektif Followup selama periode waktu tertentu

Kausalitas Hanya menjelaskan Kausalitas awal Kausalitas dengan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 4

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort hubungan antara faktor risiko kesehatan lingkungan dengan penyakit (namun bukan bersifat kausalitas)

bukti sekuensi temporal

Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai pengganti risiko

Odds sebagai pengganti risiko

Insidensi (R Risiko) Insidence rate

Perbandingan risiko Prevalence Ratio (PR) Odds Ratio (OR) Risiko Relatif (RR)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan lebih tepat menggunakan desain cross sectional dikarenakan dalam pemilihan sampling dilakukan secara random dan pengumpulan data lingkungan dan penyakit dilakukan pada satu waktu Output dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dengan desain cross sectional adalah hubungan (bukan kausalitas) antara faktor lingkungan dan penyakit Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bisa dilakukan dengan desain kasus kontrol bilamana titik tolak studi (pengusutan) dimulai dari adanya penyakit dan sampel dikelompokkan menjadi kasus (sampel yang menderita penyakit) dan kontrol (sehat) dan data faktor lingkungan sebelum kasus sakit tersedia Selain itu surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat menggunakan desain studi kohort (prospektif) dengan memantau secara terus menerus (hingga periode tertentu) kualitas lingkungan dan faktor lingkungan lainnya bersamaan dengan penyakitnya

Materi Sub Bahasan Tahapan Kegiatan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Tahapan kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seyogyanya terdiri dari survey pendahuluan dan pengumpulan data awal penyusunan instrumen survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pengolahan dan analisis data dan diseminasi Tahapan kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut

1 Survey pendahuluan dan pengumpulan data awal pengumpulan data awal dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal pada lokasi meliputi background data yang telah tersedia atau data lainnya yang berhubungan Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data sekunder dan juga perlu ditentukan lokasi yang akan menjadi titik pengambilan sampel

2 Penyusunan instrumen berdasarkan data awal yang dikumpulkan disusun instrumen untuk survey pengambilan dan pemeriksaan sampel Instrumen disusun berbentuk cek lis danatau kuisioner Untuk mendapatkan data sesuai yang diharapkan instrumen yang telah dibuat sebaiknya diuji coba terlebih dahulu

3 Survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data primer dan pengumpulan data menggunakan instrumen yang digunakan

4 Pengolahan dan analisis data data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis yang dapat dilakukan secara manual ataupun alat bantu lainnya (mis software pengolah data) Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data informasi disajikan dalam bentuk tabel grafik gambar dan peta yang terangkum dalam laporan

5 Diseminasi dimaksudkan untuk menyebarluaskan informasi dan temuan lapangan kepada para stakeholder

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 1

MODUL IV ANALISIS KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Prinsip Dasar Analisis Kualitas Kesehatan Lingkungan

Analisis adalah kajian atau penelitian yang dititikberatkan pada variabel tertentu untuk mengetahui keadaan atau kondisi sebenarnya termasuk juga yang berkaitan dengan sebab musabab terjadinya kondisi tersebut Dengan demikian analisis kualitas lingkungan merupakan suatu kegiatan yang menggunakan cara atau metode ilmiah guna mengetahui seperti apa kondisi atau kualitas kesehatan lingkungan pada suatu tempat waktu yang melibatkan juga masyarakat di tempat tersebut Umumnya analisis kualitas kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk kegiatan pengambilan dan pemeriksaan sampel pengawasan kualitas kesehatan lingkungan melalui kegiatan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi serta interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Analisis kualitas kesehatan lingkungan merupakan kegiatan yang harus mampu dilakukan oleh seorang pejabat kesehatan lingkungan ataupun fungsional sanitarian Perlunya dilakukan analisis ini adalah untuk menjadi bahan masukan ataupun dasar untuk melakukan manajemen risiko kesehatan lingkungan Implementasi dari manajemen risiko kesehatan lingkungan ini bisa dalam bentuk intervensi (pendekatan) teknologi pendekatan sosial melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat secara aktif dan melalui kerjasama jejaring kemitraan antar pihak yang berkepentingan (stakeholder)

Materi analisis kualitas kesehatan lingkungan dalam modul ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan juga keterampilan bagi peserta dalam menilai prosedur pengambilan dan pemeriksaan sampel serta interpretasi hasil pemeriksaan sampel yang dilakukan dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan Materi dalam modul ini bukan dimaksudkan agar peserta mampu melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel kesehatan lingkungan sendiri tanpa berkerjasama dengan laboratorium Materi Sub Bahasan Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Kesehatan Lingkungan

Pengambilan sampel kesehatan lingkungan hakikatnya dilakukan untuk memotret atau

menjadi acuan untuk menduga kualitas kesehatan lingkungan pada suatu media di suatu wilayah Secara garis besar pengambilan sampel bertujuan untuk mengumpulkan data rona awal kesehatan lingkungan dan memantau kondisi kesehatan lingkungan Dalam hal memantau kesehatan lingkungan pengambilan sampel dilakukan untuk menentukan status kualitas kesehatan lingkungan menentukan kebijakan kesehatan lingkungan menegakkan hukum kesehatan dan lingkungan dan melakukan penelitian kesehatan lingkungan

Kualitas kesehatan lingkungan merupakan hal yang kompleks dan begitu dinamis karena dipengaruhi begitu banyak variabelfaktor Untuk itu pengambilan sampel l kesehatan ingkungan yang bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan harus dilakukan dengan cermat tepat serta butuh perencanaan dan pengorganisasian yang baik Untuk menjamin pengambilan sampel dapat menjamin keterwakilan kualitas kesehatan lingkungan perlu diperhatikan beberapa aspek yaitu lokasi dan titik pengambilan sampel parameter kualitas lingkungan yang akan dipilih serta ukuran jumlah dan volume sampel yang akan diambil Perencanaan Pengambilan Sampel

Seperti halnya kegiatan dan program pengambilan sampel sesuai dengan yang diharapkan perlu direncanakan dengan baik Perencanaan pengambilan sampel ini bertujuan untuk memastikan dan menegaskan kembali tujuan pengambilan sampel kesehatan lingkungan memutuskan cara-cara

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 2

mencapai tujuan mengetahui secara tepat hal-hal yang perlu dilakukan pada saat pengambilan sampel menyiapkan sumber daya yang diperlukan dan menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pengambilan sampel Jelasnya unsur-unsur perencanaan pengambilan sampel meliputi

a) Tujuan pengambilan sampel harus dipastikan apakah dalam rangka pengumpulan data rona kesehatan lingkungan awal atau dalam rangka memantau kesehatan lingkungan

b) Merencanakan biaya pengambilan sampel dengan mempertimbangkan empat hal yaitu aksesibilitas lokasi dan titik pengambilan sampel jumlah jenis dan kompleksitas sampel frekuensi pengambilan sampel serta penjaminan dan pengendalian mutu di lapangan Selain empat hal yang perlu dipertimbangkan tersebut perlu diketahui komponen pembiayaan dalam pengambilan sampel yaitu depresiasi (penyusutan) nilai peralatan kalibrasi peralatan pemakaian bahan pengawet secara kimia danatau fisika penggunaan bahan habis pakai penggunaan wadah sampel transportasi ke lokasi pengambilan sampel akomodasi (bila perlu) honor pengambil sampel (lumpsum atau per diem) dan penyusunan laporan pengambilan sampel

c) Administrasi berkaitan dengan pengambilan sampel yang meliputi penyiapan surat tugas surat pemberitahuan perizinan brevet ataupun lencana kewenangan pencatatan pendokumentasian dan hal-hal pendukung lainnya

d) Perlu jaminan pengambil sampel pada saat pengambilan sampel merupakan personel yang kompeten danatau berwenang dengan kualifikasi (kompetensi) latar belakang pendidikan yang sesuai pengalaman di bidangnya terampil dan diakui ataupun tersertifikasi

e) Penentuan parameter pengujian terhadap sampel yang diambil sesuai dengan tujuan pengambilan sampel turut mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait serta disesuaikan dengan parameter indikatif suatu kegiatan atau wilayah tertentu Mis parameter indikatif pada industri Pulp dan kertas adalah pH BOD COD dan TSS sedangkan pada wilayah pertambangan emas parameter yang diambil adalah air raksa (Hg) dan sianida (CN-)

f) Penentuan media lingkungan yang akan dilakukan pengambilan sampel g) Merencanakan tipe sampel yang akan diambil apakah sampel sesaat (grab sample) sampel

gabungan (composite sample) sampel terpadu (integrated sample) atau sampel kontinyu (continous sample)

h) Peralatan pengambilan sampel harus direncanakan dengan baik Peralatan pengambilan sampel terdiri dari peralatan pengambil sampel (utama) peralatan pendukung dan peralatan K3 atau APD Peralatan pengambil sampel adalah peralatan yang fungsinya untuk mengambil sampel lingkungan dengan parameter yang direncanakan seperti HVAS (High Volume Air Sampler) LVS (Low Volume Sampler) MAS (Microbiology Air Sampler) dll Alat pendukung adalah alat yang fungsinya mendukung pengambilan sampel seperti peralatan pengukur parameter lapangan (pH meter termometer barometer kecepatan angin hygrometer dll) dokumen terkait (surat tugas surat izin dll) alat tulis untuk perekaman proses pengambilan sampel penunjuk arah (kompas) dan penunjuk lokasi (GPS) dll APD yang digunakan dalam pengambilan sampel meliputi sarung tangan masker helm ear plugmuff P3K dll

i) Perencanaan terhadap wadah sampel yang akan digunakan untuk pengamanan dan transpor sampel harus disesuaikan dengan karakteristik dan interaksi parameter sampel yang akan diuji dengan sifat bahan wadah Sebagai contoh pengambilan sampel DOBOD harus menggunakan botol BOD khusus yang menggunakan tutup asah sedangkan untuk sampel mikrobiologi digunakan wadah steril

j) Pengawetan sampel dilakukan sesuai dengan karakteristik parameter yang akan diuji pada sampel mis pengawetan sampel untuk parameter golongan logam pada air menggunakan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 3

asam nitrat pekat (HNO3 p) hingga pH lt 2 sedangkan untuk sampel sianida total pada air diawetkan menggunakan NaOH hingga pH gt 12 dan didinginkan 4oCplusmn2oC pada tempat gelap

k) Batas penyimpanan sampel disesuaikan dengan parameter yang akan diuji dan mengacu pada acuan standar seperti ASTM (The American Society for Testing and Materials) dll

l) Pengamanan sampel di lapangan meliputi pengemasan pengamanan pada label sampel (spidol waterproof label yang baik) informasi tambahan yang penting (titik jenis parameter uji pengawetan waktu dan nama pengambil sampel) sehingga mencegah interaksi sampel dengan lingkungan yang menyebabkan perubahan kualitasnya (kontaminasi degradasi dll)

m) Transportasi sampel yang juga berkaitan dengan batas penyimpanan sampel harus diperhatikan dengan seksama Selain itu moda transportasi yang digunakan untuk membawa sampel juga harus dipenuhi standar keamanannya seperti harus mematuhi peraturan penerbangan nasional dan internasional bila sampel dibawa menggunakan pesawat udara

n) Penyimpanan sampel dilakukan baik secara fisik maupun kimia seperti meminimalkan adsorbsi pengasaman mencegah metabolisme mikroorganisme menghindari hidrolisis serta pengendapan Faktor kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan dengan proses pengambilan sampel

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Penentuan Titik Sampel

Prinsip penentuan titik sampel harus mempertimbangkan keterwakilan populasi atau kualitas lingkungan kemampuan peralatan keselamatan pengambil sampel faktor klimatologi biaya dan kaidah-kaidah empiris Prinsip-prinsip penentuan titik sampel pada media lingkungan adalah sebagai berikut a) Pengambilan sampel air a)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 736 tahun 2010 tentang Pengawasan Kualitas Air Minum

Peraturan daerah setempat a)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah jerigen botol botol BOD botol steril timba steril coolbox dll Peralatan pendukung pH meter termometer sisa klor GPS peralatan untuk menjamin

tidak terjadi kontaminasi (krustang kapas alkohol) dll Pengawet Asam (HNO3 p H2SO4 p) basa (NaOH) dry ice dll APD sarung tangan masker jaket pelampung dll

a)3 Aspek yang dipertimbangkan Kedalaman air Homogenitas (untuk sampel air badan air) Arah dan kecepatan aliran air (untuk sampel air badan air)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 4

Keterkaitan dengan pajanan pada masyarakat (bila digunakan untuk penelitian kesehatan masyarakat)

Jarak antar sampel Keselamatan dan kemampuan sumber daya

a)4 Penentuan titik sampel Air sungai ditentukan yaitu

Uji homogenitas sungai dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu lalu lakukan uji parameter lapangan (suhu pH DOoksigen terlarut dan DHLDaya Hantar Listrik) Apabila hasil pengujian beberapa parameter pada beberapa sampel tersebut tidak berbeda jauh dengan variasi lt 10 maka disebut homogen atau tercampur sementara sehingga sampel yang diambil untuk mewakili air sungai tersebut bisa lebih sedikit

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel air sungai harus meliputi daerah hulu yang belum terkontaminasi daerah pemanfaatan sungai daerah yang potensial terkontaminasi daerah pertemuan dua sungai dan daerah hilir

Air tanah Pengambilan sampel dilakukan plusmn 20 cm dari dasar sumur gali dan dipastikan agar tidak

ada sedimen yang ikut terambil atau pada mulut kran tempat air keluar untuk sumur bor

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel dilakukan pada daerah meliputi daerah dimana air tanah digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari termasuk air minum dan di daerah yang berisiko terkontaminasi (dekat penimbunanpembuangan akhir sampah daerah pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif wilayah pesisir dimana terjadi intrusi air laut dll)

b) Pengambilan sampel udara ambien dan udara dalam ruang b)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan Peraturan daerah setempat

b)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Peralatan utama High Volume Air Sampler (HVAS) RAC Gas Sampler EPAM CO dan CO2

Detektor Low Volume Sampler Microbiology Air Sampler atau Lamotte BD Pump dan Sound Level Meter

Peralatan pendukung pengukur kecepatan angin arah angir termometer hygrometer dan luxmeter

Bahan yang digunakan filter HVAS dan LVS absorbant (So2 NO2 H2S NH3 dan O3) dan larutan garam (NaCl) fisiologis steril

b)3 Aspek yang dipertimbangkan Berhubungan dengan klimatologi arah dan kecepatan angin bunga angin (wind rose)

kelembaban musim dan suhu udara Berhubungan dengan asumsi konsentrasi parameter inversi udara dispersi jarak terbang

(distance) dan ukuran partikel Bilamana sumber pencemar adalah cerobong asap maka ketinggian ukuran partikel dan jarak terhadap pemukiman penduduk harus dipertimbangkan

Berhubungan dengan pajanan daerah padat penduduk jarak terhadap sumber pencemar (radius)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 5

b)4 Penentuan titik sampel Pengambilan sampel udara ambien harus menghindari daerah yang dekat dengan

bangunan dan tanaman yang diperkirakan dapat mengabsorbsi atau mengadsorbsi pencemar daerah yang terdapat pengganggu kimia yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Emisi kimiawi kendaraan bermotor dapat mengganggu pengukuran ozon) dan daerah yang terdapat pengganggu fisik yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Pengukuran total partikulat atau TSP dapat terganggu oleh adanya insinerator disekitar lokasi pengukuran)

Pada umumnya lokasi pengukuran (pengambilan sampel) dilakukan pada daerah yang mempunyai konsentrasi parameter tinggi daerah padat penduduk daerah yang diasumsikan menerima paparan pencemar dan daerah yang digunakan untuk memproyeksikan dampak kegiatan pembangunan

c) Pengambilan sampel sedimen c)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Wadah Plastik atau wadah lainnya untuk sedimen tanah atau lumpur Plastik dan botol

steril untuk makanan Peralatan Grab Sampler untuk pengambilan sludge pada daerah yang sulit danatau

dalam c)3 Aspek yang dipertimbangkan

Potensi dan sumber pencemaran Topografi Jenis vegetasi Perkiraan terjadinya pencemaran

c)4 Penentuan titik sampel Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang

cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel meliputi daerah yang tanahnya diperkirakan akan kontak dengan masyarakat daerah yang mewakili pencemaran tertentu berdasarkan karakteristik kegiatan di wilayah tersebut (tanah pada pertanian perkebunan pertambangan dll) dan daerah yang tanahnya diperkirakan dapat mengkontaminasi media lingkungan lainnya

d) Pengambilan sampel makanan d)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan d)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah Plastik atau wadah atau botol untuk makanan Untuk sampel makanan yang akan diperiksa parameter bakteriologisnya maka digunakan wadah steril

Peralatan sendok sendok steril pisau steril dan peralatanbahan yang mendukung pengambilan secara aseptis (Contoh Pembakar bunsen dengan spiritus)

d)3 Aspek yang dipertimbangkan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 28: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 2

Konsentrasi aman non karsinogenik Konsentrasi aman non karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 8

Konsentrasi aman non karsinogenik (ingestii)

()ܥ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡோ ௫ ಶ ௫

Rumus 9

Konsentrasi aman karsinogenik Konsentrasi aman karsinogenik (inhalasi)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ ௫

Rumus 10

Konsentrasi aman karsinogenik (ingesti)

()ܥ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 11

Keterangan

Notasi Arti Notasi C(aman) (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada udara ambien atau pada

air bersihminum atau pada makanan yang aman

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 3

Notasi Arti Notasi R (Rate) Laju asupan

Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

Volume air minum yang masuk tubuh (liter) setiap harinya

Volume makanan yang masuk tubuh (gram) setiap harinya

tE atau time of exposure (rumus 8)

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode

b) Penentuan jumlah konsumsi aman (R)

Laju asupan yang dapat dikelola hanyalah pada pada pajanan melalui makanan dan air minum (ingesti) karena masih banyak substitusi untuk setiap jenis makanan ataupun air minum Untuk pajanan melalui udara (inhalasi) pembatasan laju inhalasi hampir tidak mungkin dilakukan Untuk menghitung jumlah konsumsi aman digunakan rumus sebagai berikut Laju konsumsi aman non karsinogenik (ingesti)

() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ಶ ௫

Rumus 12

Laju konsumsi aman karsinogenik (ingesti)

() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ಶ ௫

Rumus 13

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 4

Keterangan Notasi Arti Notasi

R(aman) Laju konsumsi atau banyaknya volume makanan (gram) atau volume air (liter) yang masuk tubuh setiap harinya yang aman

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

c) Penentuan waktu pajanan aman (tE) Waktu pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan

kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan waktu pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah jam terpapar setiap harinya oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung waktu pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Waktu pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 14

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 5

Waktu pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 15

Keterangan

Notasi Arti Notasi t(aman) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap

harinya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

d) Penentuan frekuensi pajanan aman (fE)

Frekuensi pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan frekuensi pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah hari terpapar dalam satu tahun oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung frekuensi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Frekuensi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 16

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 6

Frekuensi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 17

Keterangan

Notasi Arti Notasi fE(aman) (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan

setiap tahunnya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

e) Penentuan durasi pajanan aman (Dt) Durasi pajanan aman dikelola pada pemajanan inhalasi pada lingkungan

yang permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan durasi pajanan dilakukan dengan membatasi lamanya tinggal (tahun) masyarakat pada suatu pemukiman dengan cara melakukan lsquorelokasirsquo pemukiman pada saat telah melewati batas durasi amannya Penerapan strategi durasi pajanan aman untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) kurang tepat karena pada pemajanan ingesti manajemen risiko cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung durasi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Durasi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 18

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 7

Durasi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 19

Keterangan

Notasi Arti Notasi Dt (aman) (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan yang

aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

tE atau time of exposure

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

2 Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko Penapisan alternatif manajemen risiko harus didasarkan pada pertimbangan logis

dan turut mempertimbangkan berbagai faktor termasuk cara pengelolaan risikonya Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini

Tabel 10 Alternatif manajemen risiko dan penggunaannya Alternatif Pengelolaan

Risiko Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Penurunan konsentrasi hingga ke batas aman (konsentrasi aman)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 8

Alternatif Pengelolaan Risiko

Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Pengurangan konsumsi hingga ke batas aman (jumlah konsumsi aman)

Pembatasan waktu pajanan hingga ke batas aman (waktui pajanan aman)

Pembatasan frekuensi pajanan hingga ke batas aman (frekuensi pajanan aman)

Pembatasan durasi pajanan hingga ke batas aman (durasi pajanan aman)

Materi Sub Bahasan Cara manajemen risiko

Manajemen risiko selain membutuhkan strategi yang tepat juga harus dilakukan dengan

cara atau metode yang tepat Dalam aplikasinya cara manajemen risiko dapat dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu 1) Pendekatan teknologi

Manajemen risiko menggunakan teknologi yang tersedia meliputi penggunaan alat bahan dan metode serta teknik tertentu Contoh manajemen risiko dengan pendekatan teknologi antara lain penerapan penggunaan IPAL pengolahan penyaringan air modifikasi cerobong asap penanaman tanaman penyerap polutan dll

2) Pendekatan sosial - ekonomis

Manajemen risiko menggunakan pendekatan sosial - ekonomis meliputi pelibat-sertaan pihak lain efisiensi proses substitusi dan penerapan sistem kompensasi Contoh manajemen risiko dengan pendekatan sosial ndash ekonomis antara lain 3R (reduce reuse dan recycle) limbah pemberdayaan masyarakat yang berisiko pemberian kompensasi pada masyarakat yang terkena dampak permohonan bantuan pemerintah akibat keterbatasan pemrakarsa (pihak yang bertanggung jawab mengelola risiko) dll

3) Pendekatan institusional

Manajemen risiko dengan menempuh jalur dan mekanisme kelembagaan dengan cara melakukan kerjasama dengan pihak lain Contoh manajemen risiko dengan pendekatan institusional antara lain kerjasama dalam pengolahan limbah B3 mendukung pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah menyampaikan laporan kepada instansi yang berwenang dll

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 1

MODUL III SURVEILANS FAKTOR RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans oleh World Health Organization (WHO) didefinisikan sebagai kegiatan

berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data kesehatan masyarakat yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat Surveilans yang dilakukan diharapkan dapat Menjadi sistem kewaspadaan dini terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat di masa yang

akan datang Mendokumentasikan dampak dari suatu intervensi atau jejak dari kemajuan program dalam

mencapai tujuan tertentu dan Memonitor dan mengklarifikasi masalah kesehatan secara epidemiologi guna menetapkan

priritas dan menginformasikan kebijakan dan strategi kesehatan ke publik

Faktor risiko dalam dunia kesehatan dan epidemiologi biasa didefinisikan sebagai faktor-faktor atau kondisi yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit Faktor risiko tersebut umumnya dapat dikatagorikan menjadi beberapa jenis yaitu faktor risiko genetis faktor risiko perilaku dan faktor risiko lingkungan

Dari kedua definisi di atas maka surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah kegiatan berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor-faktor atau kondisi lingkungan yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan lingkungan Untuk itu ada beberapa hal yang menjadi kata kunci dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yaitu sistematis dan berkesinambungan pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor lingkungan yang dapat menyebabkan sakit dan upaya kesehatan lingkungan

Materi Sub Bahasan Konsep dan Penerapan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Penyakit dan masalah kesehatan masyarakat erat terhubung dengan faktor atau kondisi

lingkungan Oleh karenanya secara naluriah setiap manusia menginginkan lingkungan yang sehat dan nyaman sebagai tempat tinggalnya yang juga kondusif terhadap kondisi kesehatannya Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang salah satunya ditempuh melalui kegiatan penyehatan lingkungan (kesehatan lingkungan) Dalam rangka mewujudkan kondisi lingkungan sesuai dengan yang diharapkan upaya yang dilakukan haruslah tepat guna tepat sasaran sistematis dan terencana dengan baik serta berbasis bukti (evidence based) Sehingga perumusan upaya kesehatan lingkungan yang akan diterapkan harus didukung dengan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yang baik

Filosofi dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah melakukan pengamatan dan pengawasan terus-menerus terhadap kondisi lingkungan yang diperkirakan dapat menyebabkan penyakit pada manusia Hasil dari kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah berupa informasi mengenai apakah faktor atau kondisi lingkungan tertentu yang diamati berisiko menimbulkan kesakitan dan rekomendasi upaya tidak lanjut yang dibutuhkan untuk mengendalikannya Konsep dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dipahami dari gambar 6

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 2

(sumber Mullan N et al 2008)

Gambar 6 Konsep Surveilans Awal dan Lanjutan dalam Kesehatan Lingkungan

Konsep di atas diadaptasi dari versi model surveilans kesehatan yang diterapkan di Kanada

Dalam prakteknya surveilans kesehatan lingkungan dilakukan dalam dua tahapan dimana pengumpulan data hingga desiminasi diklasifikasikan sebagai surveilans awal dan sintesa pengetahuan dan proses perumusan kebijakan yang merupakan input dari stakeholder dan peneliti sebagai surveilans lanjutan Surveilans awal dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data rutin (menggunakan form yang telah dibakukan pada masing-masing Negara) sedangkan analisis dan interpretasi dari basis data yang umumnya digunakan untuk tujuan monitoring ataupun pembuatan regulasi Selanjutnya surveilans lanjutan dirumuskan dari hasil surveilans awal dikombinasikan dengan masukan dari para peneliti dan stakeholder yang concern (peduli) terhadap masalah kesehatan lingkungan guna memberikan pemahaman pengertian yang baik terhadap isu yang berkembang serta dapat dirumuskan keputusan upaya tindak lanjut yang tepat untuk merespon isu tersebut

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bukan merupakan hal yang baru Konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan telah dilaksanakan sejak lama oleh sektor kesehatan mulai dari unit yang paling bawah seperti puskesmas hingga tingkat kementerian Namun sedikit perbedaan dalam istilah dan nama yang digunakan membuat konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan terkesan suatu terobosan baru Di unit puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten kota pelaksanaan kegiatan ini identik dengan kegiatan inspeksi sanitasi Inspeksi sanitasi yang dilakukan di puskesmas maupun dinas kesehatan dilakukan pada obyek kesehatan lingkungan secara periodik (time series) dengan fokus pada faktor risiko kesehatan lingkungan pada obyek tersebut Sebagai contoh inspeksi sanitasi depot air minum dilakukan oleh puskesmas atau dinas kesehatan kabupaten kota secara rutin (minimal setahun sekali) dengan melakukan observasi kesehatan lingkungan wawancara terkait perilaku dalam penanganan depot air minum dan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 3

pemeriksaan laboratorium kualitas air baku (air bersih) dan air olahan (air minum) Data hasil inspeksi sanitasi pada satu lokasi depot air minum yang sama dalam beberapa periode inspeksi merupakan basis data (database) yang dapat diinterpretasi dianalisis baik secara tunggal (hanya data satu depot tersebut) ataupun bersamaan dengan data inspeksi depot air minum yang lain dan didesiminasikan Selanjutnya hasil desiminasi tersebut dapat ditindaklanjuti dengan melakukan upaya diantaranya pembinaan pelatihan dan lain sebagainya

Materi Sub Bahasan Desain dan Metodologi Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan merupakan suatu studi yang dapat dilakukan dengan desain cross sectional kasus kontrol ataupun kohort Sebagai suatu studi yang masuk ke dalam ranah epidemiologi kesehatan lingkungan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan selain melihat kecenderungan data juga digunakan untuk melihat adanya hubungan antara pajanan lingkungan dan dampak kesehatan (penyakit) Oleh karenanya dalam surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan diperlukan data-data sebagai berikut

1 Data geografis wilayah dilakukan dengan menggunakan GPS untuk penentuan koordinat lokasi dilakukan pengambilan sampel pengumpulan data

2 Data faktor risiko lingkungan meliputi data kualitas lingkungan (pengambilan dan pemeriksaan sampel) data kondisi lingkungan sanitasi yang dikumpulkan melalui observasi (pengisian cek lis) dan wawancara Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dbutuhkan data kualitas udara dalam ruang yang dilakukan dengan pengukuran dan data berkaitan dengan jenis lantai ventilasi bahan bakar memasak dan lain sebagainya

3 Data faktor risiko lingkungan meliputi data perilaku sampel (responden) yang juga merupakan faktor risiko dari penyakit berbasis lingkungan yang menjadi perhatian Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA selain data kualitas udara dalam ruang dan ventilasi perlu dikumpulkan data terkait dengan kebiasaan membuka jendela

4 Data pajanan meliputi data lama tinggal pola aktivitas pekerjaan data konsumsi makanan dan air dan lain sebagainya Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dibutuhkan data lama tinggal dan rata-rata lama berada di dalam rumah

Sebagai suatu studi surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dilakukan dengan desain

tertentu yang disesuaikan dengan tujuan permasalahan yang akan dikaji dan faktor-faktor lainnya Sebagaimana dijelaskan di atas surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional kasus kontrol dan kohort Penggunaan desain studi pada surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seperti pada tabel 11

Tabel 11 Perbandingan Desain Studi

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort Desain pemilihan sampel (sampling)

Random Bisa juga dipisah fixed disease sampling atau fixed exposure sampling

Sampel terpisah untuk kasus (sakit) dan kontrol (tidak sakit)

Sampel terpisah untuk terpajan dan tidak terpajan

Waktu periode pelaksanaan (arah pengusutan)

Satu titik waktu atau sesaat (non directional)

Retrospektif Prospektif Followup selama periode waktu tertentu

Kausalitas Hanya menjelaskan Kausalitas awal Kausalitas dengan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 4

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort hubungan antara faktor risiko kesehatan lingkungan dengan penyakit (namun bukan bersifat kausalitas)

bukti sekuensi temporal

Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai pengganti risiko

Odds sebagai pengganti risiko

Insidensi (R Risiko) Insidence rate

Perbandingan risiko Prevalence Ratio (PR) Odds Ratio (OR) Risiko Relatif (RR)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan lebih tepat menggunakan desain cross sectional dikarenakan dalam pemilihan sampling dilakukan secara random dan pengumpulan data lingkungan dan penyakit dilakukan pada satu waktu Output dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dengan desain cross sectional adalah hubungan (bukan kausalitas) antara faktor lingkungan dan penyakit Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bisa dilakukan dengan desain kasus kontrol bilamana titik tolak studi (pengusutan) dimulai dari adanya penyakit dan sampel dikelompokkan menjadi kasus (sampel yang menderita penyakit) dan kontrol (sehat) dan data faktor lingkungan sebelum kasus sakit tersedia Selain itu surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat menggunakan desain studi kohort (prospektif) dengan memantau secara terus menerus (hingga periode tertentu) kualitas lingkungan dan faktor lingkungan lainnya bersamaan dengan penyakitnya

Materi Sub Bahasan Tahapan Kegiatan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Tahapan kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seyogyanya terdiri dari survey pendahuluan dan pengumpulan data awal penyusunan instrumen survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pengolahan dan analisis data dan diseminasi Tahapan kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut

1 Survey pendahuluan dan pengumpulan data awal pengumpulan data awal dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal pada lokasi meliputi background data yang telah tersedia atau data lainnya yang berhubungan Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data sekunder dan juga perlu ditentukan lokasi yang akan menjadi titik pengambilan sampel

2 Penyusunan instrumen berdasarkan data awal yang dikumpulkan disusun instrumen untuk survey pengambilan dan pemeriksaan sampel Instrumen disusun berbentuk cek lis danatau kuisioner Untuk mendapatkan data sesuai yang diharapkan instrumen yang telah dibuat sebaiknya diuji coba terlebih dahulu

3 Survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data primer dan pengumpulan data menggunakan instrumen yang digunakan

4 Pengolahan dan analisis data data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis yang dapat dilakukan secara manual ataupun alat bantu lainnya (mis software pengolah data) Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data informasi disajikan dalam bentuk tabel grafik gambar dan peta yang terangkum dalam laporan

5 Diseminasi dimaksudkan untuk menyebarluaskan informasi dan temuan lapangan kepada para stakeholder

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 1

MODUL IV ANALISIS KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Prinsip Dasar Analisis Kualitas Kesehatan Lingkungan

Analisis adalah kajian atau penelitian yang dititikberatkan pada variabel tertentu untuk mengetahui keadaan atau kondisi sebenarnya termasuk juga yang berkaitan dengan sebab musabab terjadinya kondisi tersebut Dengan demikian analisis kualitas lingkungan merupakan suatu kegiatan yang menggunakan cara atau metode ilmiah guna mengetahui seperti apa kondisi atau kualitas kesehatan lingkungan pada suatu tempat waktu yang melibatkan juga masyarakat di tempat tersebut Umumnya analisis kualitas kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk kegiatan pengambilan dan pemeriksaan sampel pengawasan kualitas kesehatan lingkungan melalui kegiatan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi serta interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Analisis kualitas kesehatan lingkungan merupakan kegiatan yang harus mampu dilakukan oleh seorang pejabat kesehatan lingkungan ataupun fungsional sanitarian Perlunya dilakukan analisis ini adalah untuk menjadi bahan masukan ataupun dasar untuk melakukan manajemen risiko kesehatan lingkungan Implementasi dari manajemen risiko kesehatan lingkungan ini bisa dalam bentuk intervensi (pendekatan) teknologi pendekatan sosial melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat secara aktif dan melalui kerjasama jejaring kemitraan antar pihak yang berkepentingan (stakeholder)

Materi analisis kualitas kesehatan lingkungan dalam modul ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan juga keterampilan bagi peserta dalam menilai prosedur pengambilan dan pemeriksaan sampel serta interpretasi hasil pemeriksaan sampel yang dilakukan dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan Materi dalam modul ini bukan dimaksudkan agar peserta mampu melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel kesehatan lingkungan sendiri tanpa berkerjasama dengan laboratorium Materi Sub Bahasan Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Kesehatan Lingkungan

Pengambilan sampel kesehatan lingkungan hakikatnya dilakukan untuk memotret atau

menjadi acuan untuk menduga kualitas kesehatan lingkungan pada suatu media di suatu wilayah Secara garis besar pengambilan sampel bertujuan untuk mengumpulkan data rona awal kesehatan lingkungan dan memantau kondisi kesehatan lingkungan Dalam hal memantau kesehatan lingkungan pengambilan sampel dilakukan untuk menentukan status kualitas kesehatan lingkungan menentukan kebijakan kesehatan lingkungan menegakkan hukum kesehatan dan lingkungan dan melakukan penelitian kesehatan lingkungan

Kualitas kesehatan lingkungan merupakan hal yang kompleks dan begitu dinamis karena dipengaruhi begitu banyak variabelfaktor Untuk itu pengambilan sampel l kesehatan ingkungan yang bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan harus dilakukan dengan cermat tepat serta butuh perencanaan dan pengorganisasian yang baik Untuk menjamin pengambilan sampel dapat menjamin keterwakilan kualitas kesehatan lingkungan perlu diperhatikan beberapa aspek yaitu lokasi dan titik pengambilan sampel parameter kualitas lingkungan yang akan dipilih serta ukuran jumlah dan volume sampel yang akan diambil Perencanaan Pengambilan Sampel

Seperti halnya kegiatan dan program pengambilan sampel sesuai dengan yang diharapkan perlu direncanakan dengan baik Perencanaan pengambilan sampel ini bertujuan untuk memastikan dan menegaskan kembali tujuan pengambilan sampel kesehatan lingkungan memutuskan cara-cara

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 2

mencapai tujuan mengetahui secara tepat hal-hal yang perlu dilakukan pada saat pengambilan sampel menyiapkan sumber daya yang diperlukan dan menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pengambilan sampel Jelasnya unsur-unsur perencanaan pengambilan sampel meliputi

a) Tujuan pengambilan sampel harus dipastikan apakah dalam rangka pengumpulan data rona kesehatan lingkungan awal atau dalam rangka memantau kesehatan lingkungan

b) Merencanakan biaya pengambilan sampel dengan mempertimbangkan empat hal yaitu aksesibilitas lokasi dan titik pengambilan sampel jumlah jenis dan kompleksitas sampel frekuensi pengambilan sampel serta penjaminan dan pengendalian mutu di lapangan Selain empat hal yang perlu dipertimbangkan tersebut perlu diketahui komponen pembiayaan dalam pengambilan sampel yaitu depresiasi (penyusutan) nilai peralatan kalibrasi peralatan pemakaian bahan pengawet secara kimia danatau fisika penggunaan bahan habis pakai penggunaan wadah sampel transportasi ke lokasi pengambilan sampel akomodasi (bila perlu) honor pengambil sampel (lumpsum atau per diem) dan penyusunan laporan pengambilan sampel

c) Administrasi berkaitan dengan pengambilan sampel yang meliputi penyiapan surat tugas surat pemberitahuan perizinan brevet ataupun lencana kewenangan pencatatan pendokumentasian dan hal-hal pendukung lainnya

d) Perlu jaminan pengambil sampel pada saat pengambilan sampel merupakan personel yang kompeten danatau berwenang dengan kualifikasi (kompetensi) latar belakang pendidikan yang sesuai pengalaman di bidangnya terampil dan diakui ataupun tersertifikasi

e) Penentuan parameter pengujian terhadap sampel yang diambil sesuai dengan tujuan pengambilan sampel turut mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait serta disesuaikan dengan parameter indikatif suatu kegiatan atau wilayah tertentu Mis parameter indikatif pada industri Pulp dan kertas adalah pH BOD COD dan TSS sedangkan pada wilayah pertambangan emas parameter yang diambil adalah air raksa (Hg) dan sianida (CN-)

f) Penentuan media lingkungan yang akan dilakukan pengambilan sampel g) Merencanakan tipe sampel yang akan diambil apakah sampel sesaat (grab sample) sampel

gabungan (composite sample) sampel terpadu (integrated sample) atau sampel kontinyu (continous sample)

h) Peralatan pengambilan sampel harus direncanakan dengan baik Peralatan pengambilan sampel terdiri dari peralatan pengambil sampel (utama) peralatan pendukung dan peralatan K3 atau APD Peralatan pengambil sampel adalah peralatan yang fungsinya untuk mengambil sampel lingkungan dengan parameter yang direncanakan seperti HVAS (High Volume Air Sampler) LVS (Low Volume Sampler) MAS (Microbiology Air Sampler) dll Alat pendukung adalah alat yang fungsinya mendukung pengambilan sampel seperti peralatan pengukur parameter lapangan (pH meter termometer barometer kecepatan angin hygrometer dll) dokumen terkait (surat tugas surat izin dll) alat tulis untuk perekaman proses pengambilan sampel penunjuk arah (kompas) dan penunjuk lokasi (GPS) dll APD yang digunakan dalam pengambilan sampel meliputi sarung tangan masker helm ear plugmuff P3K dll

i) Perencanaan terhadap wadah sampel yang akan digunakan untuk pengamanan dan transpor sampel harus disesuaikan dengan karakteristik dan interaksi parameter sampel yang akan diuji dengan sifat bahan wadah Sebagai contoh pengambilan sampel DOBOD harus menggunakan botol BOD khusus yang menggunakan tutup asah sedangkan untuk sampel mikrobiologi digunakan wadah steril

j) Pengawetan sampel dilakukan sesuai dengan karakteristik parameter yang akan diuji pada sampel mis pengawetan sampel untuk parameter golongan logam pada air menggunakan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 3

asam nitrat pekat (HNO3 p) hingga pH lt 2 sedangkan untuk sampel sianida total pada air diawetkan menggunakan NaOH hingga pH gt 12 dan didinginkan 4oCplusmn2oC pada tempat gelap

k) Batas penyimpanan sampel disesuaikan dengan parameter yang akan diuji dan mengacu pada acuan standar seperti ASTM (The American Society for Testing and Materials) dll

l) Pengamanan sampel di lapangan meliputi pengemasan pengamanan pada label sampel (spidol waterproof label yang baik) informasi tambahan yang penting (titik jenis parameter uji pengawetan waktu dan nama pengambil sampel) sehingga mencegah interaksi sampel dengan lingkungan yang menyebabkan perubahan kualitasnya (kontaminasi degradasi dll)

m) Transportasi sampel yang juga berkaitan dengan batas penyimpanan sampel harus diperhatikan dengan seksama Selain itu moda transportasi yang digunakan untuk membawa sampel juga harus dipenuhi standar keamanannya seperti harus mematuhi peraturan penerbangan nasional dan internasional bila sampel dibawa menggunakan pesawat udara

n) Penyimpanan sampel dilakukan baik secara fisik maupun kimia seperti meminimalkan adsorbsi pengasaman mencegah metabolisme mikroorganisme menghindari hidrolisis serta pengendapan Faktor kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan dengan proses pengambilan sampel

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Penentuan Titik Sampel

Prinsip penentuan titik sampel harus mempertimbangkan keterwakilan populasi atau kualitas lingkungan kemampuan peralatan keselamatan pengambil sampel faktor klimatologi biaya dan kaidah-kaidah empiris Prinsip-prinsip penentuan titik sampel pada media lingkungan adalah sebagai berikut a) Pengambilan sampel air a)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 736 tahun 2010 tentang Pengawasan Kualitas Air Minum

Peraturan daerah setempat a)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah jerigen botol botol BOD botol steril timba steril coolbox dll Peralatan pendukung pH meter termometer sisa klor GPS peralatan untuk menjamin

tidak terjadi kontaminasi (krustang kapas alkohol) dll Pengawet Asam (HNO3 p H2SO4 p) basa (NaOH) dry ice dll APD sarung tangan masker jaket pelampung dll

a)3 Aspek yang dipertimbangkan Kedalaman air Homogenitas (untuk sampel air badan air) Arah dan kecepatan aliran air (untuk sampel air badan air)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 4

Keterkaitan dengan pajanan pada masyarakat (bila digunakan untuk penelitian kesehatan masyarakat)

Jarak antar sampel Keselamatan dan kemampuan sumber daya

a)4 Penentuan titik sampel Air sungai ditentukan yaitu

Uji homogenitas sungai dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu lalu lakukan uji parameter lapangan (suhu pH DOoksigen terlarut dan DHLDaya Hantar Listrik) Apabila hasil pengujian beberapa parameter pada beberapa sampel tersebut tidak berbeda jauh dengan variasi lt 10 maka disebut homogen atau tercampur sementara sehingga sampel yang diambil untuk mewakili air sungai tersebut bisa lebih sedikit

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel air sungai harus meliputi daerah hulu yang belum terkontaminasi daerah pemanfaatan sungai daerah yang potensial terkontaminasi daerah pertemuan dua sungai dan daerah hilir

Air tanah Pengambilan sampel dilakukan plusmn 20 cm dari dasar sumur gali dan dipastikan agar tidak

ada sedimen yang ikut terambil atau pada mulut kran tempat air keluar untuk sumur bor

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel dilakukan pada daerah meliputi daerah dimana air tanah digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari termasuk air minum dan di daerah yang berisiko terkontaminasi (dekat penimbunanpembuangan akhir sampah daerah pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif wilayah pesisir dimana terjadi intrusi air laut dll)

b) Pengambilan sampel udara ambien dan udara dalam ruang b)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan Peraturan daerah setempat

b)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Peralatan utama High Volume Air Sampler (HVAS) RAC Gas Sampler EPAM CO dan CO2

Detektor Low Volume Sampler Microbiology Air Sampler atau Lamotte BD Pump dan Sound Level Meter

Peralatan pendukung pengukur kecepatan angin arah angir termometer hygrometer dan luxmeter

Bahan yang digunakan filter HVAS dan LVS absorbant (So2 NO2 H2S NH3 dan O3) dan larutan garam (NaCl) fisiologis steril

b)3 Aspek yang dipertimbangkan Berhubungan dengan klimatologi arah dan kecepatan angin bunga angin (wind rose)

kelembaban musim dan suhu udara Berhubungan dengan asumsi konsentrasi parameter inversi udara dispersi jarak terbang

(distance) dan ukuran partikel Bilamana sumber pencemar adalah cerobong asap maka ketinggian ukuran partikel dan jarak terhadap pemukiman penduduk harus dipertimbangkan

Berhubungan dengan pajanan daerah padat penduduk jarak terhadap sumber pencemar (radius)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 5

b)4 Penentuan titik sampel Pengambilan sampel udara ambien harus menghindari daerah yang dekat dengan

bangunan dan tanaman yang diperkirakan dapat mengabsorbsi atau mengadsorbsi pencemar daerah yang terdapat pengganggu kimia yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Emisi kimiawi kendaraan bermotor dapat mengganggu pengukuran ozon) dan daerah yang terdapat pengganggu fisik yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Pengukuran total partikulat atau TSP dapat terganggu oleh adanya insinerator disekitar lokasi pengukuran)

Pada umumnya lokasi pengukuran (pengambilan sampel) dilakukan pada daerah yang mempunyai konsentrasi parameter tinggi daerah padat penduduk daerah yang diasumsikan menerima paparan pencemar dan daerah yang digunakan untuk memproyeksikan dampak kegiatan pembangunan

c) Pengambilan sampel sedimen c)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Wadah Plastik atau wadah lainnya untuk sedimen tanah atau lumpur Plastik dan botol

steril untuk makanan Peralatan Grab Sampler untuk pengambilan sludge pada daerah yang sulit danatau

dalam c)3 Aspek yang dipertimbangkan

Potensi dan sumber pencemaran Topografi Jenis vegetasi Perkiraan terjadinya pencemaran

c)4 Penentuan titik sampel Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang

cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel meliputi daerah yang tanahnya diperkirakan akan kontak dengan masyarakat daerah yang mewakili pencemaran tertentu berdasarkan karakteristik kegiatan di wilayah tersebut (tanah pada pertanian perkebunan pertambangan dll) dan daerah yang tanahnya diperkirakan dapat mengkontaminasi media lingkungan lainnya

d) Pengambilan sampel makanan d)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan d)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah Plastik atau wadah atau botol untuk makanan Untuk sampel makanan yang akan diperiksa parameter bakteriologisnya maka digunakan wadah steril

Peralatan sendok sendok steril pisau steril dan peralatanbahan yang mendukung pengambilan secara aseptis (Contoh Pembakar bunsen dengan spiritus)

d)3 Aspek yang dipertimbangkan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 29: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 3

Notasi Arti Notasi R (Rate) Laju asupan

Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

Volume air minum yang masuk tubuh (liter) setiap harinya

Volume makanan yang masuk tubuh (gram) setiap harinya

tE atau time of exposure (rumus 8)

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode

b) Penentuan jumlah konsumsi aman (R)

Laju asupan yang dapat dikelola hanyalah pada pada pajanan melalui makanan dan air minum (ingesti) karena masih banyak substitusi untuk setiap jenis makanan ataupun air minum Untuk pajanan melalui udara (inhalasi) pembatasan laju inhalasi hampir tidak mungkin dilakukan Untuk menghitung jumlah konsumsi aman digunakan rumus sebagai berikut Laju konsumsi aman non karsinogenik (ingesti)

() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ಶ ௫

Rumus 12

Laju konsumsi aman karsinogenik (ingesti)

() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ಶ ௫

Rumus 13

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 4

Keterangan Notasi Arti Notasi

R(aman) Laju konsumsi atau banyaknya volume makanan (gram) atau volume air (liter) yang masuk tubuh setiap harinya yang aman

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

c) Penentuan waktu pajanan aman (tE) Waktu pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan

kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan waktu pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah jam terpapar setiap harinya oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung waktu pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Waktu pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 14

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 5

Waktu pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 15

Keterangan

Notasi Arti Notasi t(aman) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap

harinya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

d) Penentuan frekuensi pajanan aman (fE)

Frekuensi pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan frekuensi pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah hari terpapar dalam satu tahun oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung frekuensi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Frekuensi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 16

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 6

Frekuensi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 17

Keterangan

Notasi Arti Notasi fE(aman) (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan

setiap tahunnya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

e) Penentuan durasi pajanan aman (Dt) Durasi pajanan aman dikelola pada pemajanan inhalasi pada lingkungan

yang permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan durasi pajanan dilakukan dengan membatasi lamanya tinggal (tahun) masyarakat pada suatu pemukiman dengan cara melakukan lsquorelokasirsquo pemukiman pada saat telah melewati batas durasi amannya Penerapan strategi durasi pajanan aman untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) kurang tepat karena pada pemajanan ingesti manajemen risiko cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung durasi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Durasi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 18

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 7

Durasi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 19

Keterangan

Notasi Arti Notasi Dt (aman) (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan yang

aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

tE atau time of exposure

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

2 Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko Penapisan alternatif manajemen risiko harus didasarkan pada pertimbangan logis

dan turut mempertimbangkan berbagai faktor termasuk cara pengelolaan risikonya Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini

Tabel 10 Alternatif manajemen risiko dan penggunaannya Alternatif Pengelolaan

Risiko Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Penurunan konsentrasi hingga ke batas aman (konsentrasi aman)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 8

Alternatif Pengelolaan Risiko

Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Pengurangan konsumsi hingga ke batas aman (jumlah konsumsi aman)

Pembatasan waktu pajanan hingga ke batas aman (waktui pajanan aman)

Pembatasan frekuensi pajanan hingga ke batas aman (frekuensi pajanan aman)

Pembatasan durasi pajanan hingga ke batas aman (durasi pajanan aman)

Materi Sub Bahasan Cara manajemen risiko

Manajemen risiko selain membutuhkan strategi yang tepat juga harus dilakukan dengan

cara atau metode yang tepat Dalam aplikasinya cara manajemen risiko dapat dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu 1) Pendekatan teknologi

Manajemen risiko menggunakan teknologi yang tersedia meliputi penggunaan alat bahan dan metode serta teknik tertentu Contoh manajemen risiko dengan pendekatan teknologi antara lain penerapan penggunaan IPAL pengolahan penyaringan air modifikasi cerobong asap penanaman tanaman penyerap polutan dll

2) Pendekatan sosial - ekonomis

Manajemen risiko menggunakan pendekatan sosial - ekonomis meliputi pelibat-sertaan pihak lain efisiensi proses substitusi dan penerapan sistem kompensasi Contoh manajemen risiko dengan pendekatan sosial ndash ekonomis antara lain 3R (reduce reuse dan recycle) limbah pemberdayaan masyarakat yang berisiko pemberian kompensasi pada masyarakat yang terkena dampak permohonan bantuan pemerintah akibat keterbatasan pemrakarsa (pihak yang bertanggung jawab mengelola risiko) dll

3) Pendekatan institusional

Manajemen risiko dengan menempuh jalur dan mekanisme kelembagaan dengan cara melakukan kerjasama dengan pihak lain Contoh manajemen risiko dengan pendekatan institusional antara lain kerjasama dalam pengolahan limbah B3 mendukung pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah menyampaikan laporan kepada instansi yang berwenang dll

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 1

MODUL III SURVEILANS FAKTOR RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans oleh World Health Organization (WHO) didefinisikan sebagai kegiatan

berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data kesehatan masyarakat yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat Surveilans yang dilakukan diharapkan dapat Menjadi sistem kewaspadaan dini terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat di masa yang

akan datang Mendokumentasikan dampak dari suatu intervensi atau jejak dari kemajuan program dalam

mencapai tujuan tertentu dan Memonitor dan mengklarifikasi masalah kesehatan secara epidemiologi guna menetapkan

priritas dan menginformasikan kebijakan dan strategi kesehatan ke publik

Faktor risiko dalam dunia kesehatan dan epidemiologi biasa didefinisikan sebagai faktor-faktor atau kondisi yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit Faktor risiko tersebut umumnya dapat dikatagorikan menjadi beberapa jenis yaitu faktor risiko genetis faktor risiko perilaku dan faktor risiko lingkungan

Dari kedua definisi di atas maka surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah kegiatan berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor-faktor atau kondisi lingkungan yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan lingkungan Untuk itu ada beberapa hal yang menjadi kata kunci dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yaitu sistematis dan berkesinambungan pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor lingkungan yang dapat menyebabkan sakit dan upaya kesehatan lingkungan

Materi Sub Bahasan Konsep dan Penerapan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Penyakit dan masalah kesehatan masyarakat erat terhubung dengan faktor atau kondisi

lingkungan Oleh karenanya secara naluriah setiap manusia menginginkan lingkungan yang sehat dan nyaman sebagai tempat tinggalnya yang juga kondusif terhadap kondisi kesehatannya Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang salah satunya ditempuh melalui kegiatan penyehatan lingkungan (kesehatan lingkungan) Dalam rangka mewujudkan kondisi lingkungan sesuai dengan yang diharapkan upaya yang dilakukan haruslah tepat guna tepat sasaran sistematis dan terencana dengan baik serta berbasis bukti (evidence based) Sehingga perumusan upaya kesehatan lingkungan yang akan diterapkan harus didukung dengan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yang baik

Filosofi dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah melakukan pengamatan dan pengawasan terus-menerus terhadap kondisi lingkungan yang diperkirakan dapat menyebabkan penyakit pada manusia Hasil dari kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah berupa informasi mengenai apakah faktor atau kondisi lingkungan tertentu yang diamati berisiko menimbulkan kesakitan dan rekomendasi upaya tidak lanjut yang dibutuhkan untuk mengendalikannya Konsep dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dipahami dari gambar 6

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 2

(sumber Mullan N et al 2008)

Gambar 6 Konsep Surveilans Awal dan Lanjutan dalam Kesehatan Lingkungan

Konsep di atas diadaptasi dari versi model surveilans kesehatan yang diterapkan di Kanada

Dalam prakteknya surveilans kesehatan lingkungan dilakukan dalam dua tahapan dimana pengumpulan data hingga desiminasi diklasifikasikan sebagai surveilans awal dan sintesa pengetahuan dan proses perumusan kebijakan yang merupakan input dari stakeholder dan peneliti sebagai surveilans lanjutan Surveilans awal dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data rutin (menggunakan form yang telah dibakukan pada masing-masing Negara) sedangkan analisis dan interpretasi dari basis data yang umumnya digunakan untuk tujuan monitoring ataupun pembuatan regulasi Selanjutnya surveilans lanjutan dirumuskan dari hasil surveilans awal dikombinasikan dengan masukan dari para peneliti dan stakeholder yang concern (peduli) terhadap masalah kesehatan lingkungan guna memberikan pemahaman pengertian yang baik terhadap isu yang berkembang serta dapat dirumuskan keputusan upaya tindak lanjut yang tepat untuk merespon isu tersebut

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bukan merupakan hal yang baru Konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan telah dilaksanakan sejak lama oleh sektor kesehatan mulai dari unit yang paling bawah seperti puskesmas hingga tingkat kementerian Namun sedikit perbedaan dalam istilah dan nama yang digunakan membuat konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan terkesan suatu terobosan baru Di unit puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten kota pelaksanaan kegiatan ini identik dengan kegiatan inspeksi sanitasi Inspeksi sanitasi yang dilakukan di puskesmas maupun dinas kesehatan dilakukan pada obyek kesehatan lingkungan secara periodik (time series) dengan fokus pada faktor risiko kesehatan lingkungan pada obyek tersebut Sebagai contoh inspeksi sanitasi depot air minum dilakukan oleh puskesmas atau dinas kesehatan kabupaten kota secara rutin (minimal setahun sekali) dengan melakukan observasi kesehatan lingkungan wawancara terkait perilaku dalam penanganan depot air minum dan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 3

pemeriksaan laboratorium kualitas air baku (air bersih) dan air olahan (air minum) Data hasil inspeksi sanitasi pada satu lokasi depot air minum yang sama dalam beberapa periode inspeksi merupakan basis data (database) yang dapat diinterpretasi dianalisis baik secara tunggal (hanya data satu depot tersebut) ataupun bersamaan dengan data inspeksi depot air minum yang lain dan didesiminasikan Selanjutnya hasil desiminasi tersebut dapat ditindaklanjuti dengan melakukan upaya diantaranya pembinaan pelatihan dan lain sebagainya

Materi Sub Bahasan Desain dan Metodologi Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan merupakan suatu studi yang dapat dilakukan dengan desain cross sectional kasus kontrol ataupun kohort Sebagai suatu studi yang masuk ke dalam ranah epidemiologi kesehatan lingkungan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan selain melihat kecenderungan data juga digunakan untuk melihat adanya hubungan antara pajanan lingkungan dan dampak kesehatan (penyakit) Oleh karenanya dalam surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan diperlukan data-data sebagai berikut

1 Data geografis wilayah dilakukan dengan menggunakan GPS untuk penentuan koordinat lokasi dilakukan pengambilan sampel pengumpulan data

2 Data faktor risiko lingkungan meliputi data kualitas lingkungan (pengambilan dan pemeriksaan sampel) data kondisi lingkungan sanitasi yang dikumpulkan melalui observasi (pengisian cek lis) dan wawancara Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dbutuhkan data kualitas udara dalam ruang yang dilakukan dengan pengukuran dan data berkaitan dengan jenis lantai ventilasi bahan bakar memasak dan lain sebagainya

3 Data faktor risiko lingkungan meliputi data perilaku sampel (responden) yang juga merupakan faktor risiko dari penyakit berbasis lingkungan yang menjadi perhatian Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA selain data kualitas udara dalam ruang dan ventilasi perlu dikumpulkan data terkait dengan kebiasaan membuka jendela

4 Data pajanan meliputi data lama tinggal pola aktivitas pekerjaan data konsumsi makanan dan air dan lain sebagainya Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dibutuhkan data lama tinggal dan rata-rata lama berada di dalam rumah

Sebagai suatu studi surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dilakukan dengan desain

tertentu yang disesuaikan dengan tujuan permasalahan yang akan dikaji dan faktor-faktor lainnya Sebagaimana dijelaskan di atas surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional kasus kontrol dan kohort Penggunaan desain studi pada surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seperti pada tabel 11

Tabel 11 Perbandingan Desain Studi

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort Desain pemilihan sampel (sampling)

Random Bisa juga dipisah fixed disease sampling atau fixed exposure sampling

Sampel terpisah untuk kasus (sakit) dan kontrol (tidak sakit)

Sampel terpisah untuk terpajan dan tidak terpajan

Waktu periode pelaksanaan (arah pengusutan)

Satu titik waktu atau sesaat (non directional)

Retrospektif Prospektif Followup selama periode waktu tertentu

Kausalitas Hanya menjelaskan Kausalitas awal Kausalitas dengan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 4

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort hubungan antara faktor risiko kesehatan lingkungan dengan penyakit (namun bukan bersifat kausalitas)

bukti sekuensi temporal

Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai pengganti risiko

Odds sebagai pengganti risiko

Insidensi (R Risiko) Insidence rate

Perbandingan risiko Prevalence Ratio (PR) Odds Ratio (OR) Risiko Relatif (RR)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan lebih tepat menggunakan desain cross sectional dikarenakan dalam pemilihan sampling dilakukan secara random dan pengumpulan data lingkungan dan penyakit dilakukan pada satu waktu Output dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dengan desain cross sectional adalah hubungan (bukan kausalitas) antara faktor lingkungan dan penyakit Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bisa dilakukan dengan desain kasus kontrol bilamana titik tolak studi (pengusutan) dimulai dari adanya penyakit dan sampel dikelompokkan menjadi kasus (sampel yang menderita penyakit) dan kontrol (sehat) dan data faktor lingkungan sebelum kasus sakit tersedia Selain itu surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat menggunakan desain studi kohort (prospektif) dengan memantau secara terus menerus (hingga periode tertentu) kualitas lingkungan dan faktor lingkungan lainnya bersamaan dengan penyakitnya

Materi Sub Bahasan Tahapan Kegiatan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Tahapan kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seyogyanya terdiri dari survey pendahuluan dan pengumpulan data awal penyusunan instrumen survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pengolahan dan analisis data dan diseminasi Tahapan kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut

1 Survey pendahuluan dan pengumpulan data awal pengumpulan data awal dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal pada lokasi meliputi background data yang telah tersedia atau data lainnya yang berhubungan Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data sekunder dan juga perlu ditentukan lokasi yang akan menjadi titik pengambilan sampel

2 Penyusunan instrumen berdasarkan data awal yang dikumpulkan disusun instrumen untuk survey pengambilan dan pemeriksaan sampel Instrumen disusun berbentuk cek lis danatau kuisioner Untuk mendapatkan data sesuai yang diharapkan instrumen yang telah dibuat sebaiknya diuji coba terlebih dahulu

3 Survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data primer dan pengumpulan data menggunakan instrumen yang digunakan

4 Pengolahan dan analisis data data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis yang dapat dilakukan secara manual ataupun alat bantu lainnya (mis software pengolah data) Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data informasi disajikan dalam bentuk tabel grafik gambar dan peta yang terangkum dalam laporan

5 Diseminasi dimaksudkan untuk menyebarluaskan informasi dan temuan lapangan kepada para stakeholder

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 1

MODUL IV ANALISIS KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Prinsip Dasar Analisis Kualitas Kesehatan Lingkungan

Analisis adalah kajian atau penelitian yang dititikberatkan pada variabel tertentu untuk mengetahui keadaan atau kondisi sebenarnya termasuk juga yang berkaitan dengan sebab musabab terjadinya kondisi tersebut Dengan demikian analisis kualitas lingkungan merupakan suatu kegiatan yang menggunakan cara atau metode ilmiah guna mengetahui seperti apa kondisi atau kualitas kesehatan lingkungan pada suatu tempat waktu yang melibatkan juga masyarakat di tempat tersebut Umumnya analisis kualitas kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk kegiatan pengambilan dan pemeriksaan sampel pengawasan kualitas kesehatan lingkungan melalui kegiatan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi serta interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Analisis kualitas kesehatan lingkungan merupakan kegiatan yang harus mampu dilakukan oleh seorang pejabat kesehatan lingkungan ataupun fungsional sanitarian Perlunya dilakukan analisis ini adalah untuk menjadi bahan masukan ataupun dasar untuk melakukan manajemen risiko kesehatan lingkungan Implementasi dari manajemen risiko kesehatan lingkungan ini bisa dalam bentuk intervensi (pendekatan) teknologi pendekatan sosial melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat secara aktif dan melalui kerjasama jejaring kemitraan antar pihak yang berkepentingan (stakeholder)

Materi analisis kualitas kesehatan lingkungan dalam modul ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan juga keterampilan bagi peserta dalam menilai prosedur pengambilan dan pemeriksaan sampel serta interpretasi hasil pemeriksaan sampel yang dilakukan dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan Materi dalam modul ini bukan dimaksudkan agar peserta mampu melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel kesehatan lingkungan sendiri tanpa berkerjasama dengan laboratorium Materi Sub Bahasan Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Kesehatan Lingkungan

Pengambilan sampel kesehatan lingkungan hakikatnya dilakukan untuk memotret atau

menjadi acuan untuk menduga kualitas kesehatan lingkungan pada suatu media di suatu wilayah Secara garis besar pengambilan sampel bertujuan untuk mengumpulkan data rona awal kesehatan lingkungan dan memantau kondisi kesehatan lingkungan Dalam hal memantau kesehatan lingkungan pengambilan sampel dilakukan untuk menentukan status kualitas kesehatan lingkungan menentukan kebijakan kesehatan lingkungan menegakkan hukum kesehatan dan lingkungan dan melakukan penelitian kesehatan lingkungan

Kualitas kesehatan lingkungan merupakan hal yang kompleks dan begitu dinamis karena dipengaruhi begitu banyak variabelfaktor Untuk itu pengambilan sampel l kesehatan ingkungan yang bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan harus dilakukan dengan cermat tepat serta butuh perencanaan dan pengorganisasian yang baik Untuk menjamin pengambilan sampel dapat menjamin keterwakilan kualitas kesehatan lingkungan perlu diperhatikan beberapa aspek yaitu lokasi dan titik pengambilan sampel parameter kualitas lingkungan yang akan dipilih serta ukuran jumlah dan volume sampel yang akan diambil Perencanaan Pengambilan Sampel

Seperti halnya kegiatan dan program pengambilan sampel sesuai dengan yang diharapkan perlu direncanakan dengan baik Perencanaan pengambilan sampel ini bertujuan untuk memastikan dan menegaskan kembali tujuan pengambilan sampel kesehatan lingkungan memutuskan cara-cara

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 2

mencapai tujuan mengetahui secara tepat hal-hal yang perlu dilakukan pada saat pengambilan sampel menyiapkan sumber daya yang diperlukan dan menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pengambilan sampel Jelasnya unsur-unsur perencanaan pengambilan sampel meliputi

a) Tujuan pengambilan sampel harus dipastikan apakah dalam rangka pengumpulan data rona kesehatan lingkungan awal atau dalam rangka memantau kesehatan lingkungan

b) Merencanakan biaya pengambilan sampel dengan mempertimbangkan empat hal yaitu aksesibilitas lokasi dan titik pengambilan sampel jumlah jenis dan kompleksitas sampel frekuensi pengambilan sampel serta penjaminan dan pengendalian mutu di lapangan Selain empat hal yang perlu dipertimbangkan tersebut perlu diketahui komponen pembiayaan dalam pengambilan sampel yaitu depresiasi (penyusutan) nilai peralatan kalibrasi peralatan pemakaian bahan pengawet secara kimia danatau fisika penggunaan bahan habis pakai penggunaan wadah sampel transportasi ke lokasi pengambilan sampel akomodasi (bila perlu) honor pengambil sampel (lumpsum atau per diem) dan penyusunan laporan pengambilan sampel

c) Administrasi berkaitan dengan pengambilan sampel yang meliputi penyiapan surat tugas surat pemberitahuan perizinan brevet ataupun lencana kewenangan pencatatan pendokumentasian dan hal-hal pendukung lainnya

d) Perlu jaminan pengambil sampel pada saat pengambilan sampel merupakan personel yang kompeten danatau berwenang dengan kualifikasi (kompetensi) latar belakang pendidikan yang sesuai pengalaman di bidangnya terampil dan diakui ataupun tersertifikasi

e) Penentuan parameter pengujian terhadap sampel yang diambil sesuai dengan tujuan pengambilan sampel turut mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait serta disesuaikan dengan parameter indikatif suatu kegiatan atau wilayah tertentu Mis parameter indikatif pada industri Pulp dan kertas adalah pH BOD COD dan TSS sedangkan pada wilayah pertambangan emas parameter yang diambil adalah air raksa (Hg) dan sianida (CN-)

f) Penentuan media lingkungan yang akan dilakukan pengambilan sampel g) Merencanakan tipe sampel yang akan diambil apakah sampel sesaat (grab sample) sampel

gabungan (composite sample) sampel terpadu (integrated sample) atau sampel kontinyu (continous sample)

h) Peralatan pengambilan sampel harus direncanakan dengan baik Peralatan pengambilan sampel terdiri dari peralatan pengambil sampel (utama) peralatan pendukung dan peralatan K3 atau APD Peralatan pengambil sampel adalah peralatan yang fungsinya untuk mengambil sampel lingkungan dengan parameter yang direncanakan seperti HVAS (High Volume Air Sampler) LVS (Low Volume Sampler) MAS (Microbiology Air Sampler) dll Alat pendukung adalah alat yang fungsinya mendukung pengambilan sampel seperti peralatan pengukur parameter lapangan (pH meter termometer barometer kecepatan angin hygrometer dll) dokumen terkait (surat tugas surat izin dll) alat tulis untuk perekaman proses pengambilan sampel penunjuk arah (kompas) dan penunjuk lokasi (GPS) dll APD yang digunakan dalam pengambilan sampel meliputi sarung tangan masker helm ear plugmuff P3K dll

i) Perencanaan terhadap wadah sampel yang akan digunakan untuk pengamanan dan transpor sampel harus disesuaikan dengan karakteristik dan interaksi parameter sampel yang akan diuji dengan sifat bahan wadah Sebagai contoh pengambilan sampel DOBOD harus menggunakan botol BOD khusus yang menggunakan tutup asah sedangkan untuk sampel mikrobiologi digunakan wadah steril

j) Pengawetan sampel dilakukan sesuai dengan karakteristik parameter yang akan diuji pada sampel mis pengawetan sampel untuk parameter golongan logam pada air menggunakan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 3

asam nitrat pekat (HNO3 p) hingga pH lt 2 sedangkan untuk sampel sianida total pada air diawetkan menggunakan NaOH hingga pH gt 12 dan didinginkan 4oCplusmn2oC pada tempat gelap

k) Batas penyimpanan sampel disesuaikan dengan parameter yang akan diuji dan mengacu pada acuan standar seperti ASTM (The American Society for Testing and Materials) dll

l) Pengamanan sampel di lapangan meliputi pengemasan pengamanan pada label sampel (spidol waterproof label yang baik) informasi tambahan yang penting (titik jenis parameter uji pengawetan waktu dan nama pengambil sampel) sehingga mencegah interaksi sampel dengan lingkungan yang menyebabkan perubahan kualitasnya (kontaminasi degradasi dll)

m) Transportasi sampel yang juga berkaitan dengan batas penyimpanan sampel harus diperhatikan dengan seksama Selain itu moda transportasi yang digunakan untuk membawa sampel juga harus dipenuhi standar keamanannya seperti harus mematuhi peraturan penerbangan nasional dan internasional bila sampel dibawa menggunakan pesawat udara

n) Penyimpanan sampel dilakukan baik secara fisik maupun kimia seperti meminimalkan adsorbsi pengasaman mencegah metabolisme mikroorganisme menghindari hidrolisis serta pengendapan Faktor kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan dengan proses pengambilan sampel

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Penentuan Titik Sampel

Prinsip penentuan titik sampel harus mempertimbangkan keterwakilan populasi atau kualitas lingkungan kemampuan peralatan keselamatan pengambil sampel faktor klimatologi biaya dan kaidah-kaidah empiris Prinsip-prinsip penentuan titik sampel pada media lingkungan adalah sebagai berikut a) Pengambilan sampel air a)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 736 tahun 2010 tentang Pengawasan Kualitas Air Minum

Peraturan daerah setempat a)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah jerigen botol botol BOD botol steril timba steril coolbox dll Peralatan pendukung pH meter termometer sisa klor GPS peralatan untuk menjamin

tidak terjadi kontaminasi (krustang kapas alkohol) dll Pengawet Asam (HNO3 p H2SO4 p) basa (NaOH) dry ice dll APD sarung tangan masker jaket pelampung dll

a)3 Aspek yang dipertimbangkan Kedalaman air Homogenitas (untuk sampel air badan air) Arah dan kecepatan aliran air (untuk sampel air badan air)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 4

Keterkaitan dengan pajanan pada masyarakat (bila digunakan untuk penelitian kesehatan masyarakat)

Jarak antar sampel Keselamatan dan kemampuan sumber daya

a)4 Penentuan titik sampel Air sungai ditentukan yaitu

Uji homogenitas sungai dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu lalu lakukan uji parameter lapangan (suhu pH DOoksigen terlarut dan DHLDaya Hantar Listrik) Apabila hasil pengujian beberapa parameter pada beberapa sampel tersebut tidak berbeda jauh dengan variasi lt 10 maka disebut homogen atau tercampur sementara sehingga sampel yang diambil untuk mewakili air sungai tersebut bisa lebih sedikit

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel air sungai harus meliputi daerah hulu yang belum terkontaminasi daerah pemanfaatan sungai daerah yang potensial terkontaminasi daerah pertemuan dua sungai dan daerah hilir

Air tanah Pengambilan sampel dilakukan plusmn 20 cm dari dasar sumur gali dan dipastikan agar tidak

ada sedimen yang ikut terambil atau pada mulut kran tempat air keluar untuk sumur bor

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel dilakukan pada daerah meliputi daerah dimana air tanah digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari termasuk air minum dan di daerah yang berisiko terkontaminasi (dekat penimbunanpembuangan akhir sampah daerah pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif wilayah pesisir dimana terjadi intrusi air laut dll)

b) Pengambilan sampel udara ambien dan udara dalam ruang b)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan Peraturan daerah setempat

b)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Peralatan utama High Volume Air Sampler (HVAS) RAC Gas Sampler EPAM CO dan CO2

Detektor Low Volume Sampler Microbiology Air Sampler atau Lamotte BD Pump dan Sound Level Meter

Peralatan pendukung pengukur kecepatan angin arah angir termometer hygrometer dan luxmeter

Bahan yang digunakan filter HVAS dan LVS absorbant (So2 NO2 H2S NH3 dan O3) dan larutan garam (NaCl) fisiologis steril

b)3 Aspek yang dipertimbangkan Berhubungan dengan klimatologi arah dan kecepatan angin bunga angin (wind rose)

kelembaban musim dan suhu udara Berhubungan dengan asumsi konsentrasi parameter inversi udara dispersi jarak terbang

(distance) dan ukuran partikel Bilamana sumber pencemar adalah cerobong asap maka ketinggian ukuran partikel dan jarak terhadap pemukiman penduduk harus dipertimbangkan

Berhubungan dengan pajanan daerah padat penduduk jarak terhadap sumber pencemar (radius)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 5

b)4 Penentuan titik sampel Pengambilan sampel udara ambien harus menghindari daerah yang dekat dengan

bangunan dan tanaman yang diperkirakan dapat mengabsorbsi atau mengadsorbsi pencemar daerah yang terdapat pengganggu kimia yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Emisi kimiawi kendaraan bermotor dapat mengganggu pengukuran ozon) dan daerah yang terdapat pengganggu fisik yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Pengukuran total partikulat atau TSP dapat terganggu oleh adanya insinerator disekitar lokasi pengukuran)

Pada umumnya lokasi pengukuran (pengambilan sampel) dilakukan pada daerah yang mempunyai konsentrasi parameter tinggi daerah padat penduduk daerah yang diasumsikan menerima paparan pencemar dan daerah yang digunakan untuk memproyeksikan dampak kegiatan pembangunan

c) Pengambilan sampel sedimen c)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Wadah Plastik atau wadah lainnya untuk sedimen tanah atau lumpur Plastik dan botol

steril untuk makanan Peralatan Grab Sampler untuk pengambilan sludge pada daerah yang sulit danatau

dalam c)3 Aspek yang dipertimbangkan

Potensi dan sumber pencemaran Topografi Jenis vegetasi Perkiraan terjadinya pencemaran

c)4 Penentuan titik sampel Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang

cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel meliputi daerah yang tanahnya diperkirakan akan kontak dengan masyarakat daerah yang mewakili pencemaran tertentu berdasarkan karakteristik kegiatan di wilayah tersebut (tanah pada pertanian perkebunan pertambangan dll) dan daerah yang tanahnya diperkirakan dapat mengkontaminasi media lingkungan lainnya

d) Pengambilan sampel makanan d)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan d)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah Plastik atau wadah atau botol untuk makanan Untuk sampel makanan yang akan diperiksa parameter bakteriologisnya maka digunakan wadah steril

Peralatan sendok sendok steril pisau steril dan peralatanbahan yang mendukung pengambilan secara aseptis (Contoh Pembakar bunsen dengan spiritus)

d)3 Aspek yang dipertimbangkan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 30: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 4

Keterangan Notasi Arti Notasi

R(aman) Laju konsumsi atau banyaknya volume makanan (gram) atau volume air (liter) yang masuk tubuh setiap harinya yang aman

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

c) Penentuan waktu pajanan aman (tE) Waktu pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan

kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan waktu pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah jam terpapar setiap harinya oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung waktu pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Waktu pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 14

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 5

Waktu pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 15

Keterangan

Notasi Arti Notasi t(aman) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap

harinya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

d) Penentuan frekuensi pajanan aman (fE)

Frekuensi pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan frekuensi pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah hari terpapar dalam satu tahun oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung frekuensi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Frekuensi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 16

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 6

Frekuensi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 17

Keterangan

Notasi Arti Notasi fE(aman) (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan

setiap tahunnya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

e) Penentuan durasi pajanan aman (Dt) Durasi pajanan aman dikelola pada pemajanan inhalasi pada lingkungan

yang permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan durasi pajanan dilakukan dengan membatasi lamanya tinggal (tahun) masyarakat pada suatu pemukiman dengan cara melakukan lsquorelokasirsquo pemukiman pada saat telah melewati batas durasi amannya Penerapan strategi durasi pajanan aman untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) kurang tepat karena pada pemajanan ingesti manajemen risiko cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung durasi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Durasi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 18

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 7

Durasi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 19

Keterangan

Notasi Arti Notasi Dt (aman) (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan yang

aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

tE atau time of exposure

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

2 Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko Penapisan alternatif manajemen risiko harus didasarkan pada pertimbangan logis

dan turut mempertimbangkan berbagai faktor termasuk cara pengelolaan risikonya Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini

Tabel 10 Alternatif manajemen risiko dan penggunaannya Alternatif Pengelolaan

Risiko Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Penurunan konsentrasi hingga ke batas aman (konsentrasi aman)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 8

Alternatif Pengelolaan Risiko

Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Pengurangan konsumsi hingga ke batas aman (jumlah konsumsi aman)

Pembatasan waktu pajanan hingga ke batas aman (waktui pajanan aman)

Pembatasan frekuensi pajanan hingga ke batas aman (frekuensi pajanan aman)

Pembatasan durasi pajanan hingga ke batas aman (durasi pajanan aman)

Materi Sub Bahasan Cara manajemen risiko

Manajemen risiko selain membutuhkan strategi yang tepat juga harus dilakukan dengan

cara atau metode yang tepat Dalam aplikasinya cara manajemen risiko dapat dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu 1) Pendekatan teknologi

Manajemen risiko menggunakan teknologi yang tersedia meliputi penggunaan alat bahan dan metode serta teknik tertentu Contoh manajemen risiko dengan pendekatan teknologi antara lain penerapan penggunaan IPAL pengolahan penyaringan air modifikasi cerobong asap penanaman tanaman penyerap polutan dll

2) Pendekatan sosial - ekonomis

Manajemen risiko menggunakan pendekatan sosial - ekonomis meliputi pelibat-sertaan pihak lain efisiensi proses substitusi dan penerapan sistem kompensasi Contoh manajemen risiko dengan pendekatan sosial ndash ekonomis antara lain 3R (reduce reuse dan recycle) limbah pemberdayaan masyarakat yang berisiko pemberian kompensasi pada masyarakat yang terkena dampak permohonan bantuan pemerintah akibat keterbatasan pemrakarsa (pihak yang bertanggung jawab mengelola risiko) dll

3) Pendekatan institusional

Manajemen risiko dengan menempuh jalur dan mekanisme kelembagaan dengan cara melakukan kerjasama dengan pihak lain Contoh manajemen risiko dengan pendekatan institusional antara lain kerjasama dalam pengolahan limbah B3 mendukung pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah menyampaikan laporan kepada instansi yang berwenang dll

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 1

MODUL III SURVEILANS FAKTOR RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans oleh World Health Organization (WHO) didefinisikan sebagai kegiatan

berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data kesehatan masyarakat yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat Surveilans yang dilakukan diharapkan dapat Menjadi sistem kewaspadaan dini terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat di masa yang

akan datang Mendokumentasikan dampak dari suatu intervensi atau jejak dari kemajuan program dalam

mencapai tujuan tertentu dan Memonitor dan mengklarifikasi masalah kesehatan secara epidemiologi guna menetapkan

priritas dan menginformasikan kebijakan dan strategi kesehatan ke publik

Faktor risiko dalam dunia kesehatan dan epidemiologi biasa didefinisikan sebagai faktor-faktor atau kondisi yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit Faktor risiko tersebut umumnya dapat dikatagorikan menjadi beberapa jenis yaitu faktor risiko genetis faktor risiko perilaku dan faktor risiko lingkungan

Dari kedua definisi di atas maka surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah kegiatan berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor-faktor atau kondisi lingkungan yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan lingkungan Untuk itu ada beberapa hal yang menjadi kata kunci dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yaitu sistematis dan berkesinambungan pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor lingkungan yang dapat menyebabkan sakit dan upaya kesehatan lingkungan

Materi Sub Bahasan Konsep dan Penerapan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Penyakit dan masalah kesehatan masyarakat erat terhubung dengan faktor atau kondisi

lingkungan Oleh karenanya secara naluriah setiap manusia menginginkan lingkungan yang sehat dan nyaman sebagai tempat tinggalnya yang juga kondusif terhadap kondisi kesehatannya Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang salah satunya ditempuh melalui kegiatan penyehatan lingkungan (kesehatan lingkungan) Dalam rangka mewujudkan kondisi lingkungan sesuai dengan yang diharapkan upaya yang dilakukan haruslah tepat guna tepat sasaran sistematis dan terencana dengan baik serta berbasis bukti (evidence based) Sehingga perumusan upaya kesehatan lingkungan yang akan diterapkan harus didukung dengan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yang baik

Filosofi dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah melakukan pengamatan dan pengawasan terus-menerus terhadap kondisi lingkungan yang diperkirakan dapat menyebabkan penyakit pada manusia Hasil dari kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah berupa informasi mengenai apakah faktor atau kondisi lingkungan tertentu yang diamati berisiko menimbulkan kesakitan dan rekomendasi upaya tidak lanjut yang dibutuhkan untuk mengendalikannya Konsep dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dipahami dari gambar 6

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 2

(sumber Mullan N et al 2008)

Gambar 6 Konsep Surveilans Awal dan Lanjutan dalam Kesehatan Lingkungan

Konsep di atas diadaptasi dari versi model surveilans kesehatan yang diterapkan di Kanada

Dalam prakteknya surveilans kesehatan lingkungan dilakukan dalam dua tahapan dimana pengumpulan data hingga desiminasi diklasifikasikan sebagai surveilans awal dan sintesa pengetahuan dan proses perumusan kebijakan yang merupakan input dari stakeholder dan peneliti sebagai surveilans lanjutan Surveilans awal dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data rutin (menggunakan form yang telah dibakukan pada masing-masing Negara) sedangkan analisis dan interpretasi dari basis data yang umumnya digunakan untuk tujuan monitoring ataupun pembuatan regulasi Selanjutnya surveilans lanjutan dirumuskan dari hasil surveilans awal dikombinasikan dengan masukan dari para peneliti dan stakeholder yang concern (peduli) terhadap masalah kesehatan lingkungan guna memberikan pemahaman pengertian yang baik terhadap isu yang berkembang serta dapat dirumuskan keputusan upaya tindak lanjut yang tepat untuk merespon isu tersebut

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bukan merupakan hal yang baru Konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan telah dilaksanakan sejak lama oleh sektor kesehatan mulai dari unit yang paling bawah seperti puskesmas hingga tingkat kementerian Namun sedikit perbedaan dalam istilah dan nama yang digunakan membuat konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan terkesan suatu terobosan baru Di unit puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten kota pelaksanaan kegiatan ini identik dengan kegiatan inspeksi sanitasi Inspeksi sanitasi yang dilakukan di puskesmas maupun dinas kesehatan dilakukan pada obyek kesehatan lingkungan secara periodik (time series) dengan fokus pada faktor risiko kesehatan lingkungan pada obyek tersebut Sebagai contoh inspeksi sanitasi depot air minum dilakukan oleh puskesmas atau dinas kesehatan kabupaten kota secara rutin (minimal setahun sekali) dengan melakukan observasi kesehatan lingkungan wawancara terkait perilaku dalam penanganan depot air minum dan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 3

pemeriksaan laboratorium kualitas air baku (air bersih) dan air olahan (air minum) Data hasil inspeksi sanitasi pada satu lokasi depot air minum yang sama dalam beberapa periode inspeksi merupakan basis data (database) yang dapat diinterpretasi dianalisis baik secara tunggal (hanya data satu depot tersebut) ataupun bersamaan dengan data inspeksi depot air minum yang lain dan didesiminasikan Selanjutnya hasil desiminasi tersebut dapat ditindaklanjuti dengan melakukan upaya diantaranya pembinaan pelatihan dan lain sebagainya

Materi Sub Bahasan Desain dan Metodologi Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan merupakan suatu studi yang dapat dilakukan dengan desain cross sectional kasus kontrol ataupun kohort Sebagai suatu studi yang masuk ke dalam ranah epidemiologi kesehatan lingkungan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan selain melihat kecenderungan data juga digunakan untuk melihat adanya hubungan antara pajanan lingkungan dan dampak kesehatan (penyakit) Oleh karenanya dalam surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan diperlukan data-data sebagai berikut

1 Data geografis wilayah dilakukan dengan menggunakan GPS untuk penentuan koordinat lokasi dilakukan pengambilan sampel pengumpulan data

2 Data faktor risiko lingkungan meliputi data kualitas lingkungan (pengambilan dan pemeriksaan sampel) data kondisi lingkungan sanitasi yang dikumpulkan melalui observasi (pengisian cek lis) dan wawancara Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dbutuhkan data kualitas udara dalam ruang yang dilakukan dengan pengukuran dan data berkaitan dengan jenis lantai ventilasi bahan bakar memasak dan lain sebagainya

3 Data faktor risiko lingkungan meliputi data perilaku sampel (responden) yang juga merupakan faktor risiko dari penyakit berbasis lingkungan yang menjadi perhatian Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA selain data kualitas udara dalam ruang dan ventilasi perlu dikumpulkan data terkait dengan kebiasaan membuka jendela

4 Data pajanan meliputi data lama tinggal pola aktivitas pekerjaan data konsumsi makanan dan air dan lain sebagainya Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dibutuhkan data lama tinggal dan rata-rata lama berada di dalam rumah

Sebagai suatu studi surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dilakukan dengan desain

tertentu yang disesuaikan dengan tujuan permasalahan yang akan dikaji dan faktor-faktor lainnya Sebagaimana dijelaskan di atas surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional kasus kontrol dan kohort Penggunaan desain studi pada surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seperti pada tabel 11

Tabel 11 Perbandingan Desain Studi

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort Desain pemilihan sampel (sampling)

Random Bisa juga dipisah fixed disease sampling atau fixed exposure sampling

Sampel terpisah untuk kasus (sakit) dan kontrol (tidak sakit)

Sampel terpisah untuk terpajan dan tidak terpajan

Waktu periode pelaksanaan (arah pengusutan)

Satu titik waktu atau sesaat (non directional)

Retrospektif Prospektif Followup selama periode waktu tertentu

Kausalitas Hanya menjelaskan Kausalitas awal Kausalitas dengan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 4

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort hubungan antara faktor risiko kesehatan lingkungan dengan penyakit (namun bukan bersifat kausalitas)

bukti sekuensi temporal

Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai pengganti risiko

Odds sebagai pengganti risiko

Insidensi (R Risiko) Insidence rate

Perbandingan risiko Prevalence Ratio (PR) Odds Ratio (OR) Risiko Relatif (RR)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan lebih tepat menggunakan desain cross sectional dikarenakan dalam pemilihan sampling dilakukan secara random dan pengumpulan data lingkungan dan penyakit dilakukan pada satu waktu Output dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dengan desain cross sectional adalah hubungan (bukan kausalitas) antara faktor lingkungan dan penyakit Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bisa dilakukan dengan desain kasus kontrol bilamana titik tolak studi (pengusutan) dimulai dari adanya penyakit dan sampel dikelompokkan menjadi kasus (sampel yang menderita penyakit) dan kontrol (sehat) dan data faktor lingkungan sebelum kasus sakit tersedia Selain itu surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat menggunakan desain studi kohort (prospektif) dengan memantau secara terus menerus (hingga periode tertentu) kualitas lingkungan dan faktor lingkungan lainnya bersamaan dengan penyakitnya

Materi Sub Bahasan Tahapan Kegiatan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Tahapan kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seyogyanya terdiri dari survey pendahuluan dan pengumpulan data awal penyusunan instrumen survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pengolahan dan analisis data dan diseminasi Tahapan kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut

1 Survey pendahuluan dan pengumpulan data awal pengumpulan data awal dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal pada lokasi meliputi background data yang telah tersedia atau data lainnya yang berhubungan Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data sekunder dan juga perlu ditentukan lokasi yang akan menjadi titik pengambilan sampel

2 Penyusunan instrumen berdasarkan data awal yang dikumpulkan disusun instrumen untuk survey pengambilan dan pemeriksaan sampel Instrumen disusun berbentuk cek lis danatau kuisioner Untuk mendapatkan data sesuai yang diharapkan instrumen yang telah dibuat sebaiknya diuji coba terlebih dahulu

3 Survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data primer dan pengumpulan data menggunakan instrumen yang digunakan

4 Pengolahan dan analisis data data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis yang dapat dilakukan secara manual ataupun alat bantu lainnya (mis software pengolah data) Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data informasi disajikan dalam bentuk tabel grafik gambar dan peta yang terangkum dalam laporan

5 Diseminasi dimaksudkan untuk menyebarluaskan informasi dan temuan lapangan kepada para stakeholder

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 1

MODUL IV ANALISIS KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Prinsip Dasar Analisis Kualitas Kesehatan Lingkungan

Analisis adalah kajian atau penelitian yang dititikberatkan pada variabel tertentu untuk mengetahui keadaan atau kondisi sebenarnya termasuk juga yang berkaitan dengan sebab musabab terjadinya kondisi tersebut Dengan demikian analisis kualitas lingkungan merupakan suatu kegiatan yang menggunakan cara atau metode ilmiah guna mengetahui seperti apa kondisi atau kualitas kesehatan lingkungan pada suatu tempat waktu yang melibatkan juga masyarakat di tempat tersebut Umumnya analisis kualitas kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk kegiatan pengambilan dan pemeriksaan sampel pengawasan kualitas kesehatan lingkungan melalui kegiatan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi serta interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Analisis kualitas kesehatan lingkungan merupakan kegiatan yang harus mampu dilakukan oleh seorang pejabat kesehatan lingkungan ataupun fungsional sanitarian Perlunya dilakukan analisis ini adalah untuk menjadi bahan masukan ataupun dasar untuk melakukan manajemen risiko kesehatan lingkungan Implementasi dari manajemen risiko kesehatan lingkungan ini bisa dalam bentuk intervensi (pendekatan) teknologi pendekatan sosial melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat secara aktif dan melalui kerjasama jejaring kemitraan antar pihak yang berkepentingan (stakeholder)

Materi analisis kualitas kesehatan lingkungan dalam modul ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan juga keterampilan bagi peserta dalam menilai prosedur pengambilan dan pemeriksaan sampel serta interpretasi hasil pemeriksaan sampel yang dilakukan dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan Materi dalam modul ini bukan dimaksudkan agar peserta mampu melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel kesehatan lingkungan sendiri tanpa berkerjasama dengan laboratorium Materi Sub Bahasan Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Kesehatan Lingkungan

Pengambilan sampel kesehatan lingkungan hakikatnya dilakukan untuk memotret atau

menjadi acuan untuk menduga kualitas kesehatan lingkungan pada suatu media di suatu wilayah Secara garis besar pengambilan sampel bertujuan untuk mengumpulkan data rona awal kesehatan lingkungan dan memantau kondisi kesehatan lingkungan Dalam hal memantau kesehatan lingkungan pengambilan sampel dilakukan untuk menentukan status kualitas kesehatan lingkungan menentukan kebijakan kesehatan lingkungan menegakkan hukum kesehatan dan lingkungan dan melakukan penelitian kesehatan lingkungan

Kualitas kesehatan lingkungan merupakan hal yang kompleks dan begitu dinamis karena dipengaruhi begitu banyak variabelfaktor Untuk itu pengambilan sampel l kesehatan ingkungan yang bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan harus dilakukan dengan cermat tepat serta butuh perencanaan dan pengorganisasian yang baik Untuk menjamin pengambilan sampel dapat menjamin keterwakilan kualitas kesehatan lingkungan perlu diperhatikan beberapa aspek yaitu lokasi dan titik pengambilan sampel parameter kualitas lingkungan yang akan dipilih serta ukuran jumlah dan volume sampel yang akan diambil Perencanaan Pengambilan Sampel

Seperti halnya kegiatan dan program pengambilan sampel sesuai dengan yang diharapkan perlu direncanakan dengan baik Perencanaan pengambilan sampel ini bertujuan untuk memastikan dan menegaskan kembali tujuan pengambilan sampel kesehatan lingkungan memutuskan cara-cara

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 2

mencapai tujuan mengetahui secara tepat hal-hal yang perlu dilakukan pada saat pengambilan sampel menyiapkan sumber daya yang diperlukan dan menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pengambilan sampel Jelasnya unsur-unsur perencanaan pengambilan sampel meliputi

a) Tujuan pengambilan sampel harus dipastikan apakah dalam rangka pengumpulan data rona kesehatan lingkungan awal atau dalam rangka memantau kesehatan lingkungan

b) Merencanakan biaya pengambilan sampel dengan mempertimbangkan empat hal yaitu aksesibilitas lokasi dan titik pengambilan sampel jumlah jenis dan kompleksitas sampel frekuensi pengambilan sampel serta penjaminan dan pengendalian mutu di lapangan Selain empat hal yang perlu dipertimbangkan tersebut perlu diketahui komponen pembiayaan dalam pengambilan sampel yaitu depresiasi (penyusutan) nilai peralatan kalibrasi peralatan pemakaian bahan pengawet secara kimia danatau fisika penggunaan bahan habis pakai penggunaan wadah sampel transportasi ke lokasi pengambilan sampel akomodasi (bila perlu) honor pengambil sampel (lumpsum atau per diem) dan penyusunan laporan pengambilan sampel

c) Administrasi berkaitan dengan pengambilan sampel yang meliputi penyiapan surat tugas surat pemberitahuan perizinan brevet ataupun lencana kewenangan pencatatan pendokumentasian dan hal-hal pendukung lainnya

d) Perlu jaminan pengambil sampel pada saat pengambilan sampel merupakan personel yang kompeten danatau berwenang dengan kualifikasi (kompetensi) latar belakang pendidikan yang sesuai pengalaman di bidangnya terampil dan diakui ataupun tersertifikasi

e) Penentuan parameter pengujian terhadap sampel yang diambil sesuai dengan tujuan pengambilan sampel turut mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait serta disesuaikan dengan parameter indikatif suatu kegiatan atau wilayah tertentu Mis parameter indikatif pada industri Pulp dan kertas adalah pH BOD COD dan TSS sedangkan pada wilayah pertambangan emas parameter yang diambil adalah air raksa (Hg) dan sianida (CN-)

f) Penentuan media lingkungan yang akan dilakukan pengambilan sampel g) Merencanakan tipe sampel yang akan diambil apakah sampel sesaat (grab sample) sampel

gabungan (composite sample) sampel terpadu (integrated sample) atau sampel kontinyu (continous sample)

h) Peralatan pengambilan sampel harus direncanakan dengan baik Peralatan pengambilan sampel terdiri dari peralatan pengambil sampel (utama) peralatan pendukung dan peralatan K3 atau APD Peralatan pengambil sampel adalah peralatan yang fungsinya untuk mengambil sampel lingkungan dengan parameter yang direncanakan seperti HVAS (High Volume Air Sampler) LVS (Low Volume Sampler) MAS (Microbiology Air Sampler) dll Alat pendukung adalah alat yang fungsinya mendukung pengambilan sampel seperti peralatan pengukur parameter lapangan (pH meter termometer barometer kecepatan angin hygrometer dll) dokumen terkait (surat tugas surat izin dll) alat tulis untuk perekaman proses pengambilan sampel penunjuk arah (kompas) dan penunjuk lokasi (GPS) dll APD yang digunakan dalam pengambilan sampel meliputi sarung tangan masker helm ear plugmuff P3K dll

i) Perencanaan terhadap wadah sampel yang akan digunakan untuk pengamanan dan transpor sampel harus disesuaikan dengan karakteristik dan interaksi parameter sampel yang akan diuji dengan sifat bahan wadah Sebagai contoh pengambilan sampel DOBOD harus menggunakan botol BOD khusus yang menggunakan tutup asah sedangkan untuk sampel mikrobiologi digunakan wadah steril

j) Pengawetan sampel dilakukan sesuai dengan karakteristik parameter yang akan diuji pada sampel mis pengawetan sampel untuk parameter golongan logam pada air menggunakan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 3

asam nitrat pekat (HNO3 p) hingga pH lt 2 sedangkan untuk sampel sianida total pada air diawetkan menggunakan NaOH hingga pH gt 12 dan didinginkan 4oCplusmn2oC pada tempat gelap

k) Batas penyimpanan sampel disesuaikan dengan parameter yang akan diuji dan mengacu pada acuan standar seperti ASTM (The American Society for Testing and Materials) dll

l) Pengamanan sampel di lapangan meliputi pengemasan pengamanan pada label sampel (spidol waterproof label yang baik) informasi tambahan yang penting (titik jenis parameter uji pengawetan waktu dan nama pengambil sampel) sehingga mencegah interaksi sampel dengan lingkungan yang menyebabkan perubahan kualitasnya (kontaminasi degradasi dll)

m) Transportasi sampel yang juga berkaitan dengan batas penyimpanan sampel harus diperhatikan dengan seksama Selain itu moda transportasi yang digunakan untuk membawa sampel juga harus dipenuhi standar keamanannya seperti harus mematuhi peraturan penerbangan nasional dan internasional bila sampel dibawa menggunakan pesawat udara

n) Penyimpanan sampel dilakukan baik secara fisik maupun kimia seperti meminimalkan adsorbsi pengasaman mencegah metabolisme mikroorganisme menghindari hidrolisis serta pengendapan Faktor kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan dengan proses pengambilan sampel

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Penentuan Titik Sampel

Prinsip penentuan titik sampel harus mempertimbangkan keterwakilan populasi atau kualitas lingkungan kemampuan peralatan keselamatan pengambil sampel faktor klimatologi biaya dan kaidah-kaidah empiris Prinsip-prinsip penentuan titik sampel pada media lingkungan adalah sebagai berikut a) Pengambilan sampel air a)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 736 tahun 2010 tentang Pengawasan Kualitas Air Minum

Peraturan daerah setempat a)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah jerigen botol botol BOD botol steril timba steril coolbox dll Peralatan pendukung pH meter termometer sisa klor GPS peralatan untuk menjamin

tidak terjadi kontaminasi (krustang kapas alkohol) dll Pengawet Asam (HNO3 p H2SO4 p) basa (NaOH) dry ice dll APD sarung tangan masker jaket pelampung dll

a)3 Aspek yang dipertimbangkan Kedalaman air Homogenitas (untuk sampel air badan air) Arah dan kecepatan aliran air (untuk sampel air badan air)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 4

Keterkaitan dengan pajanan pada masyarakat (bila digunakan untuk penelitian kesehatan masyarakat)

Jarak antar sampel Keselamatan dan kemampuan sumber daya

a)4 Penentuan titik sampel Air sungai ditentukan yaitu

Uji homogenitas sungai dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu lalu lakukan uji parameter lapangan (suhu pH DOoksigen terlarut dan DHLDaya Hantar Listrik) Apabila hasil pengujian beberapa parameter pada beberapa sampel tersebut tidak berbeda jauh dengan variasi lt 10 maka disebut homogen atau tercampur sementara sehingga sampel yang diambil untuk mewakili air sungai tersebut bisa lebih sedikit

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel air sungai harus meliputi daerah hulu yang belum terkontaminasi daerah pemanfaatan sungai daerah yang potensial terkontaminasi daerah pertemuan dua sungai dan daerah hilir

Air tanah Pengambilan sampel dilakukan plusmn 20 cm dari dasar sumur gali dan dipastikan agar tidak

ada sedimen yang ikut terambil atau pada mulut kran tempat air keluar untuk sumur bor

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel dilakukan pada daerah meliputi daerah dimana air tanah digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari termasuk air minum dan di daerah yang berisiko terkontaminasi (dekat penimbunanpembuangan akhir sampah daerah pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif wilayah pesisir dimana terjadi intrusi air laut dll)

b) Pengambilan sampel udara ambien dan udara dalam ruang b)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan Peraturan daerah setempat

b)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Peralatan utama High Volume Air Sampler (HVAS) RAC Gas Sampler EPAM CO dan CO2

Detektor Low Volume Sampler Microbiology Air Sampler atau Lamotte BD Pump dan Sound Level Meter

Peralatan pendukung pengukur kecepatan angin arah angir termometer hygrometer dan luxmeter

Bahan yang digunakan filter HVAS dan LVS absorbant (So2 NO2 H2S NH3 dan O3) dan larutan garam (NaCl) fisiologis steril

b)3 Aspek yang dipertimbangkan Berhubungan dengan klimatologi arah dan kecepatan angin bunga angin (wind rose)

kelembaban musim dan suhu udara Berhubungan dengan asumsi konsentrasi parameter inversi udara dispersi jarak terbang

(distance) dan ukuran partikel Bilamana sumber pencemar adalah cerobong asap maka ketinggian ukuran partikel dan jarak terhadap pemukiman penduduk harus dipertimbangkan

Berhubungan dengan pajanan daerah padat penduduk jarak terhadap sumber pencemar (radius)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 5

b)4 Penentuan titik sampel Pengambilan sampel udara ambien harus menghindari daerah yang dekat dengan

bangunan dan tanaman yang diperkirakan dapat mengabsorbsi atau mengadsorbsi pencemar daerah yang terdapat pengganggu kimia yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Emisi kimiawi kendaraan bermotor dapat mengganggu pengukuran ozon) dan daerah yang terdapat pengganggu fisik yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Pengukuran total partikulat atau TSP dapat terganggu oleh adanya insinerator disekitar lokasi pengukuran)

Pada umumnya lokasi pengukuran (pengambilan sampel) dilakukan pada daerah yang mempunyai konsentrasi parameter tinggi daerah padat penduduk daerah yang diasumsikan menerima paparan pencemar dan daerah yang digunakan untuk memproyeksikan dampak kegiatan pembangunan

c) Pengambilan sampel sedimen c)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Wadah Plastik atau wadah lainnya untuk sedimen tanah atau lumpur Plastik dan botol

steril untuk makanan Peralatan Grab Sampler untuk pengambilan sludge pada daerah yang sulit danatau

dalam c)3 Aspek yang dipertimbangkan

Potensi dan sumber pencemaran Topografi Jenis vegetasi Perkiraan terjadinya pencemaran

c)4 Penentuan titik sampel Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang

cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel meliputi daerah yang tanahnya diperkirakan akan kontak dengan masyarakat daerah yang mewakili pencemaran tertentu berdasarkan karakteristik kegiatan di wilayah tersebut (tanah pada pertanian perkebunan pertambangan dll) dan daerah yang tanahnya diperkirakan dapat mengkontaminasi media lingkungan lainnya

d) Pengambilan sampel makanan d)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan d)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah Plastik atau wadah atau botol untuk makanan Untuk sampel makanan yang akan diperiksa parameter bakteriologisnya maka digunakan wadah steril

Peralatan sendok sendok steril pisau steril dan peralatanbahan yang mendukung pengambilan secara aseptis (Contoh Pembakar bunsen dengan spiritus)

d)3 Aspek yang dipertimbangkan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 31: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 5

Waktu pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா()ݐ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ಶ ௫

Rumus 15

Keterangan

Notasi Arti Notasi t(aman) Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap

harinya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

d) Penentuan frekuensi pajanan aman (fE)

Frekuensi pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan kerja ataupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan frekuensi pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah hari terpapar dalam satu tahun oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat) Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi sedangkan untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung frekuensi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Frekuensi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

ா() = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 16

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 6

Frekuensi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 17

Keterangan

Notasi Arti Notasi fE(aman) (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan

setiap tahunnya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

e) Penentuan durasi pajanan aman (Dt) Durasi pajanan aman dikelola pada pemajanan inhalasi pada lingkungan

yang permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan durasi pajanan dilakukan dengan membatasi lamanya tinggal (tahun) masyarakat pada suatu pemukiman dengan cara melakukan lsquorelokasirsquo pemukiman pada saat telah melewati batas durasi amannya Penerapan strategi durasi pajanan aman untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) kurang tepat karena pada pemajanan ingesti manajemen risiko cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung durasi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Durasi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 18

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 7

Durasi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 19

Keterangan

Notasi Arti Notasi Dt (aman) (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan yang

aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

tE atau time of exposure

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

2 Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko Penapisan alternatif manajemen risiko harus didasarkan pada pertimbangan logis

dan turut mempertimbangkan berbagai faktor termasuk cara pengelolaan risikonya Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini

Tabel 10 Alternatif manajemen risiko dan penggunaannya Alternatif Pengelolaan

Risiko Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Penurunan konsentrasi hingga ke batas aman (konsentrasi aman)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 8

Alternatif Pengelolaan Risiko

Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Pengurangan konsumsi hingga ke batas aman (jumlah konsumsi aman)

Pembatasan waktu pajanan hingga ke batas aman (waktui pajanan aman)

Pembatasan frekuensi pajanan hingga ke batas aman (frekuensi pajanan aman)

Pembatasan durasi pajanan hingga ke batas aman (durasi pajanan aman)

Materi Sub Bahasan Cara manajemen risiko

Manajemen risiko selain membutuhkan strategi yang tepat juga harus dilakukan dengan

cara atau metode yang tepat Dalam aplikasinya cara manajemen risiko dapat dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu 1) Pendekatan teknologi

Manajemen risiko menggunakan teknologi yang tersedia meliputi penggunaan alat bahan dan metode serta teknik tertentu Contoh manajemen risiko dengan pendekatan teknologi antara lain penerapan penggunaan IPAL pengolahan penyaringan air modifikasi cerobong asap penanaman tanaman penyerap polutan dll

2) Pendekatan sosial - ekonomis

Manajemen risiko menggunakan pendekatan sosial - ekonomis meliputi pelibat-sertaan pihak lain efisiensi proses substitusi dan penerapan sistem kompensasi Contoh manajemen risiko dengan pendekatan sosial ndash ekonomis antara lain 3R (reduce reuse dan recycle) limbah pemberdayaan masyarakat yang berisiko pemberian kompensasi pada masyarakat yang terkena dampak permohonan bantuan pemerintah akibat keterbatasan pemrakarsa (pihak yang bertanggung jawab mengelola risiko) dll

3) Pendekatan institusional

Manajemen risiko dengan menempuh jalur dan mekanisme kelembagaan dengan cara melakukan kerjasama dengan pihak lain Contoh manajemen risiko dengan pendekatan institusional antara lain kerjasama dalam pengolahan limbah B3 mendukung pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah menyampaikan laporan kepada instansi yang berwenang dll

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 1

MODUL III SURVEILANS FAKTOR RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans oleh World Health Organization (WHO) didefinisikan sebagai kegiatan

berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data kesehatan masyarakat yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat Surveilans yang dilakukan diharapkan dapat Menjadi sistem kewaspadaan dini terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat di masa yang

akan datang Mendokumentasikan dampak dari suatu intervensi atau jejak dari kemajuan program dalam

mencapai tujuan tertentu dan Memonitor dan mengklarifikasi masalah kesehatan secara epidemiologi guna menetapkan

priritas dan menginformasikan kebijakan dan strategi kesehatan ke publik

Faktor risiko dalam dunia kesehatan dan epidemiologi biasa didefinisikan sebagai faktor-faktor atau kondisi yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit Faktor risiko tersebut umumnya dapat dikatagorikan menjadi beberapa jenis yaitu faktor risiko genetis faktor risiko perilaku dan faktor risiko lingkungan

Dari kedua definisi di atas maka surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah kegiatan berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor-faktor atau kondisi lingkungan yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan lingkungan Untuk itu ada beberapa hal yang menjadi kata kunci dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yaitu sistematis dan berkesinambungan pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor lingkungan yang dapat menyebabkan sakit dan upaya kesehatan lingkungan

Materi Sub Bahasan Konsep dan Penerapan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Penyakit dan masalah kesehatan masyarakat erat terhubung dengan faktor atau kondisi

lingkungan Oleh karenanya secara naluriah setiap manusia menginginkan lingkungan yang sehat dan nyaman sebagai tempat tinggalnya yang juga kondusif terhadap kondisi kesehatannya Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang salah satunya ditempuh melalui kegiatan penyehatan lingkungan (kesehatan lingkungan) Dalam rangka mewujudkan kondisi lingkungan sesuai dengan yang diharapkan upaya yang dilakukan haruslah tepat guna tepat sasaran sistematis dan terencana dengan baik serta berbasis bukti (evidence based) Sehingga perumusan upaya kesehatan lingkungan yang akan diterapkan harus didukung dengan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yang baik

Filosofi dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah melakukan pengamatan dan pengawasan terus-menerus terhadap kondisi lingkungan yang diperkirakan dapat menyebabkan penyakit pada manusia Hasil dari kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah berupa informasi mengenai apakah faktor atau kondisi lingkungan tertentu yang diamati berisiko menimbulkan kesakitan dan rekomendasi upaya tidak lanjut yang dibutuhkan untuk mengendalikannya Konsep dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dipahami dari gambar 6

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 2

(sumber Mullan N et al 2008)

Gambar 6 Konsep Surveilans Awal dan Lanjutan dalam Kesehatan Lingkungan

Konsep di atas diadaptasi dari versi model surveilans kesehatan yang diterapkan di Kanada

Dalam prakteknya surveilans kesehatan lingkungan dilakukan dalam dua tahapan dimana pengumpulan data hingga desiminasi diklasifikasikan sebagai surveilans awal dan sintesa pengetahuan dan proses perumusan kebijakan yang merupakan input dari stakeholder dan peneliti sebagai surveilans lanjutan Surveilans awal dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data rutin (menggunakan form yang telah dibakukan pada masing-masing Negara) sedangkan analisis dan interpretasi dari basis data yang umumnya digunakan untuk tujuan monitoring ataupun pembuatan regulasi Selanjutnya surveilans lanjutan dirumuskan dari hasil surveilans awal dikombinasikan dengan masukan dari para peneliti dan stakeholder yang concern (peduli) terhadap masalah kesehatan lingkungan guna memberikan pemahaman pengertian yang baik terhadap isu yang berkembang serta dapat dirumuskan keputusan upaya tindak lanjut yang tepat untuk merespon isu tersebut

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bukan merupakan hal yang baru Konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan telah dilaksanakan sejak lama oleh sektor kesehatan mulai dari unit yang paling bawah seperti puskesmas hingga tingkat kementerian Namun sedikit perbedaan dalam istilah dan nama yang digunakan membuat konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan terkesan suatu terobosan baru Di unit puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten kota pelaksanaan kegiatan ini identik dengan kegiatan inspeksi sanitasi Inspeksi sanitasi yang dilakukan di puskesmas maupun dinas kesehatan dilakukan pada obyek kesehatan lingkungan secara periodik (time series) dengan fokus pada faktor risiko kesehatan lingkungan pada obyek tersebut Sebagai contoh inspeksi sanitasi depot air minum dilakukan oleh puskesmas atau dinas kesehatan kabupaten kota secara rutin (minimal setahun sekali) dengan melakukan observasi kesehatan lingkungan wawancara terkait perilaku dalam penanganan depot air minum dan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 3

pemeriksaan laboratorium kualitas air baku (air bersih) dan air olahan (air minum) Data hasil inspeksi sanitasi pada satu lokasi depot air minum yang sama dalam beberapa periode inspeksi merupakan basis data (database) yang dapat diinterpretasi dianalisis baik secara tunggal (hanya data satu depot tersebut) ataupun bersamaan dengan data inspeksi depot air minum yang lain dan didesiminasikan Selanjutnya hasil desiminasi tersebut dapat ditindaklanjuti dengan melakukan upaya diantaranya pembinaan pelatihan dan lain sebagainya

Materi Sub Bahasan Desain dan Metodologi Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan merupakan suatu studi yang dapat dilakukan dengan desain cross sectional kasus kontrol ataupun kohort Sebagai suatu studi yang masuk ke dalam ranah epidemiologi kesehatan lingkungan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan selain melihat kecenderungan data juga digunakan untuk melihat adanya hubungan antara pajanan lingkungan dan dampak kesehatan (penyakit) Oleh karenanya dalam surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan diperlukan data-data sebagai berikut

1 Data geografis wilayah dilakukan dengan menggunakan GPS untuk penentuan koordinat lokasi dilakukan pengambilan sampel pengumpulan data

2 Data faktor risiko lingkungan meliputi data kualitas lingkungan (pengambilan dan pemeriksaan sampel) data kondisi lingkungan sanitasi yang dikumpulkan melalui observasi (pengisian cek lis) dan wawancara Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dbutuhkan data kualitas udara dalam ruang yang dilakukan dengan pengukuran dan data berkaitan dengan jenis lantai ventilasi bahan bakar memasak dan lain sebagainya

3 Data faktor risiko lingkungan meliputi data perilaku sampel (responden) yang juga merupakan faktor risiko dari penyakit berbasis lingkungan yang menjadi perhatian Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA selain data kualitas udara dalam ruang dan ventilasi perlu dikumpulkan data terkait dengan kebiasaan membuka jendela

4 Data pajanan meliputi data lama tinggal pola aktivitas pekerjaan data konsumsi makanan dan air dan lain sebagainya Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dibutuhkan data lama tinggal dan rata-rata lama berada di dalam rumah

Sebagai suatu studi surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dilakukan dengan desain

tertentu yang disesuaikan dengan tujuan permasalahan yang akan dikaji dan faktor-faktor lainnya Sebagaimana dijelaskan di atas surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional kasus kontrol dan kohort Penggunaan desain studi pada surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seperti pada tabel 11

Tabel 11 Perbandingan Desain Studi

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort Desain pemilihan sampel (sampling)

Random Bisa juga dipisah fixed disease sampling atau fixed exposure sampling

Sampel terpisah untuk kasus (sakit) dan kontrol (tidak sakit)

Sampel terpisah untuk terpajan dan tidak terpajan

Waktu periode pelaksanaan (arah pengusutan)

Satu titik waktu atau sesaat (non directional)

Retrospektif Prospektif Followup selama periode waktu tertentu

Kausalitas Hanya menjelaskan Kausalitas awal Kausalitas dengan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 4

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort hubungan antara faktor risiko kesehatan lingkungan dengan penyakit (namun bukan bersifat kausalitas)

bukti sekuensi temporal

Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai pengganti risiko

Odds sebagai pengganti risiko

Insidensi (R Risiko) Insidence rate

Perbandingan risiko Prevalence Ratio (PR) Odds Ratio (OR) Risiko Relatif (RR)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan lebih tepat menggunakan desain cross sectional dikarenakan dalam pemilihan sampling dilakukan secara random dan pengumpulan data lingkungan dan penyakit dilakukan pada satu waktu Output dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dengan desain cross sectional adalah hubungan (bukan kausalitas) antara faktor lingkungan dan penyakit Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bisa dilakukan dengan desain kasus kontrol bilamana titik tolak studi (pengusutan) dimulai dari adanya penyakit dan sampel dikelompokkan menjadi kasus (sampel yang menderita penyakit) dan kontrol (sehat) dan data faktor lingkungan sebelum kasus sakit tersedia Selain itu surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat menggunakan desain studi kohort (prospektif) dengan memantau secara terus menerus (hingga periode tertentu) kualitas lingkungan dan faktor lingkungan lainnya bersamaan dengan penyakitnya

Materi Sub Bahasan Tahapan Kegiatan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Tahapan kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seyogyanya terdiri dari survey pendahuluan dan pengumpulan data awal penyusunan instrumen survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pengolahan dan analisis data dan diseminasi Tahapan kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut

1 Survey pendahuluan dan pengumpulan data awal pengumpulan data awal dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal pada lokasi meliputi background data yang telah tersedia atau data lainnya yang berhubungan Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data sekunder dan juga perlu ditentukan lokasi yang akan menjadi titik pengambilan sampel

2 Penyusunan instrumen berdasarkan data awal yang dikumpulkan disusun instrumen untuk survey pengambilan dan pemeriksaan sampel Instrumen disusun berbentuk cek lis danatau kuisioner Untuk mendapatkan data sesuai yang diharapkan instrumen yang telah dibuat sebaiknya diuji coba terlebih dahulu

3 Survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data primer dan pengumpulan data menggunakan instrumen yang digunakan

4 Pengolahan dan analisis data data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis yang dapat dilakukan secara manual ataupun alat bantu lainnya (mis software pengolah data) Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data informasi disajikan dalam bentuk tabel grafik gambar dan peta yang terangkum dalam laporan

5 Diseminasi dimaksudkan untuk menyebarluaskan informasi dan temuan lapangan kepada para stakeholder

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 1

MODUL IV ANALISIS KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Prinsip Dasar Analisis Kualitas Kesehatan Lingkungan

Analisis adalah kajian atau penelitian yang dititikberatkan pada variabel tertentu untuk mengetahui keadaan atau kondisi sebenarnya termasuk juga yang berkaitan dengan sebab musabab terjadinya kondisi tersebut Dengan demikian analisis kualitas lingkungan merupakan suatu kegiatan yang menggunakan cara atau metode ilmiah guna mengetahui seperti apa kondisi atau kualitas kesehatan lingkungan pada suatu tempat waktu yang melibatkan juga masyarakat di tempat tersebut Umumnya analisis kualitas kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk kegiatan pengambilan dan pemeriksaan sampel pengawasan kualitas kesehatan lingkungan melalui kegiatan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi serta interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Analisis kualitas kesehatan lingkungan merupakan kegiatan yang harus mampu dilakukan oleh seorang pejabat kesehatan lingkungan ataupun fungsional sanitarian Perlunya dilakukan analisis ini adalah untuk menjadi bahan masukan ataupun dasar untuk melakukan manajemen risiko kesehatan lingkungan Implementasi dari manajemen risiko kesehatan lingkungan ini bisa dalam bentuk intervensi (pendekatan) teknologi pendekatan sosial melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat secara aktif dan melalui kerjasama jejaring kemitraan antar pihak yang berkepentingan (stakeholder)

Materi analisis kualitas kesehatan lingkungan dalam modul ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan juga keterampilan bagi peserta dalam menilai prosedur pengambilan dan pemeriksaan sampel serta interpretasi hasil pemeriksaan sampel yang dilakukan dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan Materi dalam modul ini bukan dimaksudkan agar peserta mampu melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel kesehatan lingkungan sendiri tanpa berkerjasama dengan laboratorium Materi Sub Bahasan Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Kesehatan Lingkungan

Pengambilan sampel kesehatan lingkungan hakikatnya dilakukan untuk memotret atau

menjadi acuan untuk menduga kualitas kesehatan lingkungan pada suatu media di suatu wilayah Secara garis besar pengambilan sampel bertujuan untuk mengumpulkan data rona awal kesehatan lingkungan dan memantau kondisi kesehatan lingkungan Dalam hal memantau kesehatan lingkungan pengambilan sampel dilakukan untuk menentukan status kualitas kesehatan lingkungan menentukan kebijakan kesehatan lingkungan menegakkan hukum kesehatan dan lingkungan dan melakukan penelitian kesehatan lingkungan

Kualitas kesehatan lingkungan merupakan hal yang kompleks dan begitu dinamis karena dipengaruhi begitu banyak variabelfaktor Untuk itu pengambilan sampel l kesehatan ingkungan yang bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan harus dilakukan dengan cermat tepat serta butuh perencanaan dan pengorganisasian yang baik Untuk menjamin pengambilan sampel dapat menjamin keterwakilan kualitas kesehatan lingkungan perlu diperhatikan beberapa aspek yaitu lokasi dan titik pengambilan sampel parameter kualitas lingkungan yang akan dipilih serta ukuran jumlah dan volume sampel yang akan diambil Perencanaan Pengambilan Sampel

Seperti halnya kegiatan dan program pengambilan sampel sesuai dengan yang diharapkan perlu direncanakan dengan baik Perencanaan pengambilan sampel ini bertujuan untuk memastikan dan menegaskan kembali tujuan pengambilan sampel kesehatan lingkungan memutuskan cara-cara

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 2

mencapai tujuan mengetahui secara tepat hal-hal yang perlu dilakukan pada saat pengambilan sampel menyiapkan sumber daya yang diperlukan dan menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pengambilan sampel Jelasnya unsur-unsur perencanaan pengambilan sampel meliputi

a) Tujuan pengambilan sampel harus dipastikan apakah dalam rangka pengumpulan data rona kesehatan lingkungan awal atau dalam rangka memantau kesehatan lingkungan

b) Merencanakan biaya pengambilan sampel dengan mempertimbangkan empat hal yaitu aksesibilitas lokasi dan titik pengambilan sampel jumlah jenis dan kompleksitas sampel frekuensi pengambilan sampel serta penjaminan dan pengendalian mutu di lapangan Selain empat hal yang perlu dipertimbangkan tersebut perlu diketahui komponen pembiayaan dalam pengambilan sampel yaitu depresiasi (penyusutan) nilai peralatan kalibrasi peralatan pemakaian bahan pengawet secara kimia danatau fisika penggunaan bahan habis pakai penggunaan wadah sampel transportasi ke lokasi pengambilan sampel akomodasi (bila perlu) honor pengambil sampel (lumpsum atau per diem) dan penyusunan laporan pengambilan sampel

c) Administrasi berkaitan dengan pengambilan sampel yang meliputi penyiapan surat tugas surat pemberitahuan perizinan brevet ataupun lencana kewenangan pencatatan pendokumentasian dan hal-hal pendukung lainnya

d) Perlu jaminan pengambil sampel pada saat pengambilan sampel merupakan personel yang kompeten danatau berwenang dengan kualifikasi (kompetensi) latar belakang pendidikan yang sesuai pengalaman di bidangnya terampil dan diakui ataupun tersertifikasi

e) Penentuan parameter pengujian terhadap sampel yang diambil sesuai dengan tujuan pengambilan sampel turut mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait serta disesuaikan dengan parameter indikatif suatu kegiatan atau wilayah tertentu Mis parameter indikatif pada industri Pulp dan kertas adalah pH BOD COD dan TSS sedangkan pada wilayah pertambangan emas parameter yang diambil adalah air raksa (Hg) dan sianida (CN-)

f) Penentuan media lingkungan yang akan dilakukan pengambilan sampel g) Merencanakan tipe sampel yang akan diambil apakah sampel sesaat (grab sample) sampel

gabungan (composite sample) sampel terpadu (integrated sample) atau sampel kontinyu (continous sample)

h) Peralatan pengambilan sampel harus direncanakan dengan baik Peralatan pengambilan sampel terdiri dari peralatan pengambil sampel (utama) peralatan pendukung dan peralatan K3 atau APD Peralatan pengambil sampel adalah peralatan yang fungsinya untuk mengambil sampel lingkungan dengan parameter yang direncanakan seperti HVAS (High Volume Air Sampler) LVS (Low Volume Sampler) MAS (Microbiology Air Sampler) dll Alat pendukung adalah alat yang fungsinya mendukung pengambilan sampel seperti peralatan pengukur parameter lapangan (pH meter termometer barometer kecepatan angin hygrometer dll) dokumen terkait (surat tugas surat izin dll) alat tulis untuk perekaman proses pengambilan sampel penunjuk arah (kompas) dan penunjuk lokasi (GPS) dll APD yang digunakan dalam pengambilan sampel meliputi sarung tangan masker helm ear plugmuff P3K dll

i) Perencanaan terhadap wadah sampel yang akan digunakan untuk pengamanan dan transpor sampel harus disesuaikan dengan karakteristik dan interaksi parameter sampel yang akan diuji dengan sifat bahan wadah Sebagai contoh pengambilan sampel DOBOD harus menggunakan botol BOD khusus yang menggunakan tutup asah sedangkan untuk sampel mikrobiologi digunakan wadah steril

j) Pengawetan sampel dilakukan sesuai dengan karakteristik parameter yang akan diuji pada sampel mis pengawetan sampel untuk parameter golongan logam pada air menggunakan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 3

asam nitrat pekat (HNO3 p) hingga pH lt 2 sedangkan untuk sampel sianida total pada air diawetkan menggunakan NaOH hingga pH gt 12 dan didinginkan 4oCplusmn2oC pada tempat gelap

k) Batas penyimpanan sampel disesuaikan dengan parameter yang akan diuji dan mengacu pada acuan standar seperti ASTM (The American Society for Testing and Materials) dll

l) Pengamanan sampel di lapangan meliputi pengemasan pengamanan pada label sampel (spidol waterproof label yang baik) informasi tambahan yang penting (titik jenis parameter uji pengawetan waktu dan nama pengambil sampel) sehingga mencegah interaksi sampel dengan lingkungan yang menyebabkan perubahan kualitasnya (kontaminasi degradasi dll)

m) Transportasi sampel yang juga berkaitan dengan batas penyimpanan sampel harus diperhatikan dengan seksama Selain itu moda transportasi yang digunakan untuk membawa sampel juga harus dipenuhi standar keamanannya seperti harus mematuhi peraturan penerbangan nasional dan internasional bila sampel dibawa menggunakan pesawat udara

n) Penyimpanan sampel dilakukan baik secara fisik maupun kimia seperti meminimalkan adsorbsi pengasaman mencegah metabolisme mikroorganisme menghindari hidrolisis serta pengendapan Faktor kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan dengan proses pengambilan sampel

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Penentuan Titik Sampel

Prinsip penentuan titik sampel harus mempertimbangkan keterwakilan populasi atau kualitas lingkungan kemampuan peralatan keselamatan pengambil sampel faktor klimatologi biaya dan kaidah-kaidah empiris Prinsip-prinsip penentuan titik sampel pada media lingkungan adalah sebagai berikut a) Pengambilan sampel air a)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 736 tahun 2010 tentang Pengawasan Kualitas Air Minum

Peraturan daerah setempat a)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah jerigen botol botol BOD botol steril timba steril coolbox dll Peralatan pendukung pH meter termometer sisa klor GPS peralatan untuk menjamin

tidak terjadi kontaminasi (krustang kapas alkohol) dll Pengawet Asam (HNO3 p H2SO4 p) basa (NaOH) dry ice dll APD sarung tangan masker jaket pelampung dll

a)3 Aspek yang dipertimbangkan Kedalaman air Homogenitas (untuk sampel air badan air) Arah dan kecepatan aliran air (untuk sampel air badan air)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 4

Keterkaitan dengan pajanan pada masyarakat (bila digunakan untuk penelitian kesehatan masyarakat)

Jarak antar sampel Keselamatan dan kemampuan sumber daya

a)4 Penentuan titik sampel Air sungai ditentukan yaitu

Uji homogenitas sungai dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu lalu lakukan uji parameter lapangan (suhu pH DOoksigen terlarut dan DHLDaya Hantar Listrik) Apabila hasil pengujian beberapa parameter pada beberapa sampel tersebut tidak berbeda jauh dengan variasi lt 10 maka disebut homogen atau tercampur sementara sehingga sampel yang diambil untuk mewakili air sungai tersebut bisa lebih sedikit

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel air sungai harus meliputi daerah hulu yang belum terkontaminasi daerah pemanfaatan sungai daerah yang potensial terkontaminasi daerah pertemuan dua sungai dan daerah hilir

Air tanah Pengambilan sampel dilakukan plusmn 20 cm dari dasar sumur gali dan dipastikan agar tidak

ada sedimen yang ikut terambil atau pada mulut kran tempat air keluar untuk sumur bor

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel dilakukan pada daerah meliputi daerah dimana air tanah digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari termasuk air minum dan di daerah yang berisiko terkontaminasi (dekat penimbunanpembuangan akhir sampah daerah pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif wilayah pesisir dimana terjadi intrusi air laut dll)

b) Pengambilan sampel udara ambien dan udara dalam ruang b)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan Peraturan daerah setempat

b)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Peralatan utama High Volume Air Sampler (HVAS) RAC Gas Sampler EPAM CO dan CO2

Detektor Low Volume Sampler Microbiology Air Sampler atau Lamotte BD Pump dan Sound Level Meter

Peralatan pendukung pengukur kecepatan angin arah angir termometer hygrometer dan luxmeter

Bahan yang digunakan filter HVAS dan LVS absorbant (So2 NO2 H2S NH3 dan O3) dan larutan garam (NaCl) fisiologis steril

b)3 Aspek yang dipertimbangkan Berhubungan dengan klimatologi arah dan kecepatan angin bunga angin (wind rose)

kelembaban musim dan suhu udara Berhubungan dengan asumsi konsentrasi parameter inversi udara dispersi jarak terbang

(distance) dan ukuran partikel Bilamana sumber pencemar adalah cerobong asap maka ketinggian ukuran partikel dan jarak terhadap pemukiman penduduk harus dipertimbangkan

Berhubungan dengan pajanan daerah padat penduduk jarak terhadap sumber pencemar (radius)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 5

b)4 Penentuan titik sampel Pengambilan sampel udara ambien harus menghindari daerah yang dekat dengan

bangunan dan tanaman yang diperkirakan dapat mengabsorbsi atau mengadsorbsi pencemar daerah yang terdapat pengganggu kimia yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Emisi kimiawi kendaraan bermotor dapat mengganggu pengukuran ozon) dan daerah yang terdapat pengganggu fisik yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Pengukuran total partikulat atau TSP dapat terganggu oleh adanya insinerator disekitar lokasi pengukuran)

Pada umumnya lokasi pengukuran (pengambilan sampel) dilakukan pada daerah yang mempunyai konsentrasi parameter tinggi daerah padat penduduk daerah yang diasumsikan menerima paparan pencemar dan daerah yang digunakan untuk memproyeksikan dampak kegiatan pembangunan

c) Pengambilan sampel sedimen c)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Wadah Plastik atau wadah lainnya untuk sedimen tanah atau lumpur Plastik dan botol

steril untuk makanan Peralatan Grab Sampler untuk pengambilan sludge pada daerah yang sulit danatau

dalam c)3 Aspek yang dipertimbangkan

Potensi dan sumber pencemaran Topografi Jenis vegetasi Perkiraan terjadinya pencemaran

c)4 Penentuan titik sampel Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang

cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel meliputi daerah yang tanahnya diperkirakan akan kontak dengan masyarakat daerah yang mewakili pencemaran tertentu berdasarkan karakteristik kegiatan di wilayah tersebut (tanah pada pertanian perkebunan pertambangan dll) dan daerah yang tanahnya diperkirakan dapat mengkontaminasi media lingkungan lainnya

d) Pengambilan sampel makanan d)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan d)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah Plastik atau wadah atau botol untuk makanan Untuk sampel makanan yang akan diperiksa parameter bakteriologisnya maka digunakan wadah steril

Peralatan sendok sendok steril pisau steril dan peralatanbahan yang mendukung pengambilan secara aseptis (Contoh Pembakar bunsen dengan spiritus)

d)3 Aspek yang dipertimbangkan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 32: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 6

Frekuensi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

ா() = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫

Rumus 17

Keterangan

Notasi Arti Notasi fE(aman) (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan

setiap tahunnya yang aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

RfD atau reference dose SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

e) Penentuan durasi pajanan aman (Dt) Durasi pajanan aman dikelola pada pemajanan inhalasi pada lingkungan

yang permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman) Pengelolaan durasi pajanan dilakukan dengan membatasi lamanya tinggal (tahun) masyarakat pada suatu pemukiman dengan cara melakukan lsquorelokasirsquo pemukiman pada saat telah melewati batas durasi amannya Penerapan strategi durasi pajanan aman untuk pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) kurang tepat karena pada pemajanan ingesti manajemen risiko cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi saja Untuk menghitung durasi pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut Durasi pajanan aman non karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = ோ ௫ ௐ ௫ ௧ೡ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 18

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 7

Durasi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 19

Keterangan

Notasi Arti Notasi Dt (aman) (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan yang

aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

tE atau time of exposure

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

2 Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko Penapisan alternatif manajemen risiko harus didasarkan pada pertimbangan logis

dan turut mempertimbangkan berbagai faktor termasuk cara pengelolaan risikonya Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini

Tabel 10 Alternatif manajemen risiko dan penggunaannya Alternatif Pengelolaan

Risiko Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Penurunan konsentrasi hingga ke batas aman (konsentrasi aman)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 8

Alternatif Pengelolaan Risiko

Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Pengurangan konsumsi hingga ke batas aman (jumlah konsumsi aman)

Pembatasan waktu pajanan hingga ke batas aman (waktui pajanan aman)

Pembatasan frekuensi pajanan hingga ke batas aman (frekuensi pajanan aman)

Pembatasan durasi pajanan hingga ke batas aman (durasi pajanan aman)

Materi Sub Bahasan Cara manajemen risiko

Manajemen risiko selain membutuhkan strategi yang tepat juga harus dilakukan dengan

cara atau metode yang tepat Dalam aplikasinya cara manajemen risiko dapat dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu 1) Pendekatan teknologi

Manajemen risiko menggunakan teknologi yang tersedia meliputi penggunaan alat bahan dan metode serta teknik tertentu Contoh manajemen risiko dengan pendekatan teknologi antara lain penerapan penggunaan IPAL pengolahan penyaringan air modifikasi cerobong asap penanaman tanaman penyerap polutan dll

2) Pendekatan sosial - ekonomis

Manajemen risiko menggunakan pendekatan sosial - ekonomis meliputi pelibat-sertaan pihak lain efisiensi proses substitusi dan penerapan sistem kompensasi Contoh manajemen risiko dengan pendekatan sosial ndash ekonomis antara lain 3R (reduce reuse dan recycle) limbah pemberdayaan masyarakat yang berisiko pemberian kompensasi pada masyarakat yang terkena dampak permohonan bantuan pemerintah akibat keterbatasan pemrakarsa (pihak yang bertanggung jawab mengelola risiko) dll

3) Pendekatan institusional

Manajemen risiko dengan menempuh jalur dan mekanisme kelembagaan dengan cara melakukan kerjasama dengan pihak lain Contoh manajemen risiko dengan pendekatan institusional antara lain kerjasama dalam pengolahan limbah B3 mendukung pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah menyampaikan laporan kepada instansi yang berwenang dll

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 1

MODUL III SURVEILANS FAKTOR RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans oleh World Health Organization (WHO) didefinisikan sebagai kegiatan

berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data kesehatan masyarakat yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat Surveilans yang dilakukan diharapkan dapat Menjadi sistem kewaspadaan dini terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat di masa yang

akan datang Mendokumentasikan dampak dari suatu intervensi atau jejak dari kemajuan program dalam

mencapai tujuan tertentu dan Memonitor dan mengklarifikasi masalah kesehatan secara epidemiologi guna menetapkan

priritas dan menginformasikan kebijakan dan strategi kesehatan ke publik

Faktor risiko dalam dunia kesehatan dan epidemiologi biasa didefinisikan sebagai faktor-faktor atau kondisi yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit Faktor risiko tersebut umumnya dapat dikatagorikan menjadi beberapa jenis yaitu faktor risiko genetis faktor risiko perilaku dan faktor risiko lingkungan

Dari kedua definisi di atas maka surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah kegiatan berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor-faktor atau kondisi lingkungan yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan lingkungan Untuk itu ada beberapa hal yang menjadi kata kunci dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yaitu sistematis dan berkesinambungan pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor lingkungan yang dapat menyebabkan sakit dan upaya kesehatan lingkungan

Materi Sub Bahasan Konsep dan Penerapan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Penyakit dan masalah kesehatan masyarakat erat terhubung dengan faktor atau kondisi

lingkungan Oleh karenanya secara naluriah setiap manusia menginginkan lingkungan yang sehat dan nyaman sebagai tempat tinggalnya yang juga kondusif terhadap kondisi kesehatannya Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang salah satunya ditempuh melalui kegiatan penyehatan lingkungan (kesehatan lingkungan) Dalam rangka mewujudkan kondisi lingkungan sesuai dengan yang diharapkan upaya yang dilakukan haruslah tepat guna tepat sasaran sistematis dan terencana dengan baik serta berbasis bukti (evidence based) Sehingga perumusan upaya kesehatan lingkungan yang akan diterapkan harus didukung dengan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yang baik

Filosofi dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah melakukan pengamatan dan pengawasan terus-menerus terhadap kondisi lingkungan yang diperkirakan dapat menyebabkan penyakit pada manusia Hasil dari kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah berupa informasi mengenai apakah faktor atau kondisi lingkungan tertentu yang diamati berisiko menimbulkan kesakitan dan rekomendasi upaya tidak lanjut yang dibutuhkan untuk mengendalikannya Konsep dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dipahami dari gambar 6

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 2

(sumber Mullan N et al 2008)

Gambar 6 Konsep Surveilans Awal dan Lanjutan dalam Kesehatan Lingkungan

Konsep di atas diadaptasi dari versi model surveilans kesehatan yang diterapkan di Kanada

Dalam prakteknya surveilans kesehatan lingkungan dilakukan dalam dua tahapan dimana pengumpulan data hingga desiminasi diklasifikasikan sebagai surveilans awal dan sintesa pengetahuan dan proses perumusan kebijakan yang merupakan input dari stakeholder dan peneliti sebagai surveilans lanjutan Surveilans awal dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data rutin (menggunakan form yang telah dibakukan pada masing-masing Negara) sedangkan analisis dan interpretasi dari basis data yang umumnya digunakan untuk tujuan monitoring ataupun pembuatan regulasi Selanjutnya surveilans lanjutan dirumuskan dari hasil surveilans awal dikombinasikan dengan masukan dari para peneliti dan stakeholder yang concern (peduli) terhadap masalah kesehatan lingkungan guna memberikan pemahaman pengertian yang baik terhadap isu yang berkembang serta dapat dirumuskan keputusan upaya tindak lanjut yang tepat untuk merespon isu tersebut

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bukan merupakan hal yang baru Konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan telah dilaksanakan sejak lama oleh sektor kesehatan mulai dari unit yang paling bawah seperti puskesmas hingga tingkat kementerian Namun sedikit perbedaan dalam istilah dan nama yang digunakan membuat konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan terkesan suatu terobosan baru Di unit puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten kota pelaksanaan kegiatan ini identik dengan kegiatan inspeksi sanitasi Inspeksi sanitasi yang dilakukan di puskesmas maupun dinas kesehatan dilakukan pada obyek kesehatan lingkungan secara periodik (time series) dengan fokus pada faktor risiko kesehatan lingkungan pada obyek tersebut Sebagai contoh inspeksi sanitasi depot air minum dilakukan oleh puskesmas atau dinas kesehatan kabupaten kota secara rutin (minimal setahun sekali) dengan melakukan observasi kesehatan lingkungan wawancara terkait perilaku dalam penanganan depot air minum dan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 3

pemeriksaan laboratorium kualitas air baku (air bersih) dan air olahan (air minum) Data hasil inspeksi sanitasi pada satu lokasi depot air minum yang sama dalam beberapa periode inspeksi merupakan basis data (database) yang dapat diinterpretasi dianalisis baik secara tunggal (hanya data satu depot tersebut) ataupun bersamaan dengan data inspeksi depot air minum yang lain dan didesiminasikan Selanjutnya hasil desiminasi tersebut dapat ditindaklanjuti dengan melakukan upaya diantaranya pembinaan pelatihan dan lain sebagainya

Materi Sub Bahasan Desain dan Metodologi Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan merupakan suatu studi yang dapat dilakukan dengan desain cross sectional kasus kontrol ataupun kohort Sebagai suatu studi yang masuk ke dalam ranah epidemiologi kesehatan lingkungan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan selain melihat kecenderungan data juga digunakan untuk melihat adanya hubungan antara pajanan lingkungan dan dampak kesehatan (penyakit) Oleh karenanya dalam surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan diperlukan data-data sebagai berikut

1 Data geografis wilayah dilakukan dengan menggunakan GPS untuk penentuan koordinat lokasi dilakukan pengambilan sampel pengumpulan data

2 Data faktor risiko lingkungan meliputi data kualitas lingkungan (pengambilan dan pemeriksaan sampel) data kondisi lingkungan sanitasi yang dikumpulkan melalui observasi (pengisian cek lis) dan wawancara Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dbutuhkan data kualitas udara dalam ruang yang dilakukan dengan pengukuran dan data berkaitan dengan jenis lantai ventilasi bahan bakar memasak dan lain sebagainya

3 Data faktor risiko lingkungan meliputi data perilaku sampel (responden) yang juga merupakan faktor risiko dari penyakit berbasis lingkungan yang menjadi perhatian Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA selain data kualitas udara dalam ruang dan ventilasi perlu dikumpulkan data terkait dengan kebiasaan membuka jendela

4 Data pajanan meliputi data lama tinggal pola aktivitas pekerjaan data konsumsi makanan dan air dan lain sebagainya Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dibutuhkan data lama tinggal dan rata-rata lama berada di dalam rumah

Sebagai suatu studi surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dilakukan dengan desain

tertentu yang disesuaikan dengan tujuan permasalahan yang akan dikaji dan faktor-faktor lainnya Sebagaimana dijelaskan di atas surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional kasus kontrol dan kohort Penggunaan desain studi pada surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seperti pada tabel 11

Tabel 11 Perbandingan Desain Studi

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort Desain pemilihan sampel (sampling)

Random Bisa juga dipisah fixed disease sampling atau fixed exposure sampling

Sampel terpisah untuk kasus (sakit) dan kontrol (tidak sakit)

Sampel terpisah untuk terpajan dan tidak terpajan

Waktu periode pelaksanaan (arah pengusutan)

Satu titik waktu atau sesaat (non directional)

Retrospektif Prospektif Followup selama periode waktu tertentu

Kausalitas Hanya menjelaskan Kausalitas awal Kausalitas dengan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 4

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort hubungan antara faktor risiko kesehatan lingkungan dengan penyakit (namun bukan bersifat kausalitas)

bukti sekuensi temporal

Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai pengganti risiko

Odds sebagai pengganti risiko

Insidensi (R Risiko) Insidence rate

Perbandingan risiko Prevalence Ratio (PR) Odds Ratio (OR) Risiko Relatif (RR)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan lebih tepat menggunakan desain cross sectional dikarenakan dalam pemilihan sampling dilakukan secara random dan pengumpulan data lingkungan dan penyakit dilakukan pada satu waktu Output dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dengan desain cross sectional adalah hubungan (bukan kausalitas) antara faktor lingkungan dan penyakit Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bisa dilakukan dengan desain kasus kontrol bilamana titik tolak studi (pengusutan) dimulai dari adanya penyakit dan sampel dikelompokkan menjadi kasus (sampel yang menderita penyakit) dan kontrol (sehat) dan data faktor lingkungan sebelum kasus sakit tersedia Selain itu surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat menggunakan desain studi kohort (prospektif) dengan memantau secara terus menerus (hingga periode tertentu) kualitas lingkungan dan faktor lingkungan lainnya bersamaan dengan penyakitnya

Materi Sub Bahasan Tahapan Kegiatan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Tahapan kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seyogyanya terdiri dari survey pendahuluan dan pengumpulan data awal penyusunan instrumen survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pengolahan dan analisis data dan diseminasi Tahapan kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut

1 Survey pendahuluan dan pengumpulan data awal pengumpulan data awal dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal pada lokasi meliputi background data yang telah tersedia atau data lainnya yang berhubungan Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data sekunder dan juga perlu ditentukan lokasi yang akan menjadi titik pengambilan sampel

2 Penyusunan instrumen berdasarkan data awal yang dikumpulkan disusun instrumen untuk survey pengambilan dan pemeriksaan sampel Instrumen disusun berbentuk cek lis danatau kuisioner Untuk mendapatkan data sesuai yang diharapkan instrumen yang telah dibuat sebaiknya diuji coba terlebih dahulu

3 Survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data primer dan pengumpulan data menggunakan instrumen yang digunakan

4 Pengolahan dan analisis data data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis yang dapat dilakukan secara manual ataupun alat bantu lainnya (mis software pengolah data) Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data informasi disajikan dalam bentuk tabel grafik gambar dan peta yang terangkum dalam laporan

5 Diseminasi dimaksudkan untuk menyebarluaskan informasi dan temuan lapangan kepada para stakeholder

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 1

MODUL IV ANALISIS KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Prinsip Dasar Analisis Kualitas Kesehatan Lingkungan

Analisis adalah kajian atau penelitian yang dititikberatkan pada variabel tertentu untuk mengetahui keadaan atau kondisi sebenarnya termasuk juga yang berkaitan dengan sebab musabab terjadinya kondisi tersebut Dengan demikian analisis kualitas lingkungan merupakan suatu kegiatan yang menggunakan cara atau metode ilmiah guna mengetahui seperti apa kondisi atau kualitas kesehatan lingkungan pada suatu tempat waktu yang melibatkan juga masyarakat di tempat tersebut Umumnya analisis kualitas kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk kegiatan pengambilan dan pemeriksaan sampel pengawasan kualitas kesehatan lingkungan melalui kegiatan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi serta interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Analisis kualitas kesehatan lingkungan merupakan kegiatan yang harus mampu dilakukan oleh seorang pejabat kesehatan lingkungan ataupun fungsional sanitarian Perlunya dilakukan analisis ini adalah untuk menjadi bahan masukan ataupun dasar untuk melakukan manajemen risiko kesehatan lingkungan Implementasi dari manajemen risiko kesehatan lingkungan ini bisa dalam bentuk intervensi (pendekatan) teknologi pendekatan sosial melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat secara aktif dan melalui kerjasama jejaring kemitraan antar pihak yang berkepentingan (stakeholder)

Materi analisis kualitas kesehatan lingkungan dalam modul ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan juga keterampilan bagi peserta dalam menilai prosedur pengambilan dan pemeriksaan sampel serta interpretasi hasil pemeriksaan sampel yang dilakukan dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan Materi dalam modul ini bukan dimaksudkan agar peserta mampu melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel kesehatan lingkungan sendiri tanpa berkerjasama dengan laboratorium Materi Sub Bahasan Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Kesehatan Lingkungan

Pengambilan sampel kesehatan lingkungan hakikatnya dilakukan untuk memotret atau

menjadi acuan untuk menduga kualitas kesehatan lingkungan pada suatu media di suatu wilayah Secara garis besar pengambilan sampel bertujuan untuk mengumpulkan data rona awal kesehatan lingkungan dan memantau kondisi kesehatan lingkungan Dalam hal memantau kesehatan lingkungan pengambilan sampel dilakukan untuk menentukan status kualitas kesehatan lingkungan menentukan kebijakan kesehatan lingkungan menegakkan hukum kesehatan dan lingkungan dan melakukan penelitian kesehatan lingkungan

Kualitas kesehatan lingkungan merupakan hal yang kompleks dan begitu dinamis karena dipengaruhi begitu banyak variabelfaktor Untuk itu pengambilan sampel l kesehatan ingkungan yang bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan harus dilakukan dengan cermat tepat serta butuh perencanaan dan pengorganisasian yang baik Untuk menjamin pengambilan sampel dapat menjamin keterwakilan kualitas kesehatan lingkungan perlu diperhatikan beberapa aspek yaitu lokasi dan titik pengambilan sampel parameter kualitas lingkungan yang akan dipilih serta ukuran jumlah dan volume sampel yang akan diambil Perencanaan Pengambilan Sampel

Seperti halnya kegiatan dan program pengambilan sampel sesuai dengan yang diharapkan perlu direncanakan dengan baik Perencanaan pengambilan sampel ini bertujuan untuk memastikan dan menegaskan kembali tujuan pengambilan sampel kesehatan lingkungan memutuskan cara-cara

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 2

mencapai tujuan mengetahui secara tepat hal-hal yang perlu dilakukan pada saat pengambilan sampel menyiapkan sumber daya yang diperlukan dan menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pengambilan sampel Jelasnya unsur-unsur perencanaan pengambilan sampel meliputi

a) Tujuan pengambilan sampel harus dipastikan apakah dalam rangka pengumpulan data rona kesehatan lingkungan awal atau dalam rangka memantau kesehatan lingkungan

b) Merencanakan biaya pengambilan sampel dengan mempertimbangkan empat hal yaitu aksesibilitas lokasi dan titik pengambilan sampel jumlah jenis dan kompleksitas sampel frekuensi pengambilan sampel serta penjaminan dan pengendalian mutu di lapangan Selain empat hal yang perlu dipertimbangkan tersebut perlu diketahui komponen pembiayaan dalam pengambilan sampel yaitu depresiasi (penyusutan) nilai peralatan kalibrasi peralatan pemakaian bahan pengawet secara kimia danatau fisika penggunaan bahan habis pakai penggunaan wadah sampel transportasi ke lokasi pengambilan sampel akomodasi (bila perlu) honor pengambil sampel (lumpsum atau per diem) dan penyusunan laporan pengambilan sampel

c) Administrasi berkaitan dengan pengambilan sampel yang meliputi penyiapan surat tugas surat pemberitahuan perizinan brevet ataupun lencana kewenangan pencatatan pendokumentasian dan hal-hal pendukung lainnya

d) Perlu jaminan pengambil sampel pada saat pengambilan sampel merupakan personel yang kompeten danatau berwenang dengan kualifikasi (kompetensi) latar belakang pendidikan yang sesuai pengalaman di bidangnya terampil dan diakui ataupun tersertifikasi

e) Penentuan parameter pengujian terhadap sampel yang diambil sesuai dengan tujuan pengambilan sampel turut mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait serta disesuaikan dengan parameter indikatif suatu kegiatan atau wilayah tertentu Mis parameter indikatif pada industri Pulp dan kertas adalah pH BOD COD dan TSS sedangkan pada wilayah pertambangan emas parameter yang diambil adalah air raksa (Hg) dan sianida (CN-)

f) Penentuan media lingkungan yang akan dilakukan pengambilan sampel g) Merencanakan tipe sampel yang akan diambil apakah sampel sesaat (grab sample) sampel

gabungan (composite sample) sampel terpadu (integrated sample) atau sampel kontinyu (continous sample)

h) Peralatan pengambilan sampel harus direncanakan dengan baik Peralatan pengambilan sampel terdiri dari peralatan pengambil sampel (utama) peralatan pendukung dan peralatan K3 atau APD Peralatan pengambil sampel adalah peralatan yang fungsinya untuk mengambil sampel lingkungan dengan parameter yang direncanakan seperti HVAS (High Volume Air Sampler) LVS (Low Volume Sampler) MAS (Microbiology Air Sampler) dll Alat pendukung adalah alat yang fungsinya mendukung pengambilan sampel seperti peralatan pengukur parameter lapangan (pH meter termometer barometer kecepatan angin hygrometer dll) dokumen terkait (surat tugas surat izin dll) alat tulis untuk perekaman proses pengambilan sampel penunjuk arah (kompas) dan penunjuk lokasi (GPS) dll APD yang digunakan dalam pengambilan sampel meliputi sarung tangan masker helm ear plugmuff P3K dll

i) Perencanaan terhadap wadah sampel yang akan digunakan untuk pengamanan dan transpor sampel harus disesuaikan dengan karakteristik dan interaksi parameter sampel yang akan diuji dengan sifat bahan wadah Sebagai contoh pengambilan sampel DOBOD harus menggunakan botol BOD khusus yang menggunakan tutup asah sedangkan untuk sampel mikrobiologi digunakan wadah steril

j) Pengawetan sampel dilakukan sesuai dengan karakteristik parameter yang akan diuji pada sampel mis pengawetan sampel untuk parameter golongan logam pada air menggunakan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 3

asam nitrat pekat (HNO3 p) hingga pH lt 2 sedangkan untuk sampel sianida total pada air diawetkan menggunakan NaOH hingga pH gt 12 dan didinginkan 4oCplusmn2oC pada tempat gelap

k) Batas penyimpanan sampel disesuaikan dengan parameter yang akan diuji dan mengacu pada acuan standar seperti ASTM (The American Society for Testing and Materials) dll

l) Pengamanan sampel di lapangan meliputi pengemasan pengamanan pada label sampel (spidol waterproof label yang baik) informasi tambahan yang penting (titik jenis parameter uji pengawetan waktu dan nama pengambil sampel) sehingga mencegah interaksi sampel dengan lingkungan yang menyebabkan perubahan kualitasnya (kontaminasi degradasi dll)

m) Transportasi sampel yang juga berkaitan dengan batas penyimpanan sampel harus diperhatikan dengan seksama Selain itu moda transportasi yang digunakan untuk membawa sampel juga harus dipenuhi standar keamanannya seperti harus mematuhi peraturan penerbangan nasional dan internasional bila sampel dibawa menggunakan pesawat udara

n) Penyimpanan sampel dilakukan baik secara fisik maupun kimia seperti meminimalkan adsorbsi pengasaman mencegah metabolisme mikroorganisme menghindari hidrolisis serta pengendapan Faktor kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan dengan proses pengambilan sampel

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Penentuan Titik Sampel

Prinsip penentuan titik sampel harus mempertimbangkan keterwakilan populasi atau kualitas lingkungan kemampuan peralatan keselamatan pengambil sampel faktor klimatologi biaya dan kaidah-kaidah empiris Prinsip-prinsip penentuan titik sampel pada media lingkungan adalah sebagai berikut a) Pengambilan sampel air a)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 736 tahun 2010 tentang Pengawasan Kualitas Air Minum

Peraturan daerah setempat a)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah jerigen botol botol BOD botol steril timba steril coolbox dll Peralatan pendukung pH meter termometer sisa klor GPS peralatan untuk menjamin

tidak terjadi kontaminasi (krustang kapas alkohol) dll Pengawet Asam (HNO3 p H2SO4 p) basa (NaOH) dry ice dll APD sarung tangan masker jaket pelampung dll

a)3 Aspek yang dipertimbangkan Kedalaman air Homogenitas (untuk sampel air badan air) Arah dan kecepatan aliran air (untuk sampel air badan air)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 4

Keterkaitan dengan pajanan pada masyarakat (bila digunakan untuk penelitian kesehatan masyarakat)

Jarak antar sampel Keselamatan dan kemampuan sumber daya

a)4 Penentuan titik sampel Air sungai ditentukan yaitu

Uji homogenitas sungai dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu lalu lakukan uji parameter lapangan (suhu pH DOoksigen terlarut dan DHLDaya Hantar Listrik) Apabila hasil pengujian beberapa parameter pada beberapa sampel tersebut tidak berbeda jauh dengan variasi lt 10 maka disebut homogen atau tercampur sementara sehingga sampel yang diambil untuk mewakili air sungai tersebut bisa lebih sedikit

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel air sungai harus meliputi daerah hulu yang belum terkontaminasi daerah pemanfaatan sungai daerah yang potensial terkontaminasi daerah pertemuan dua sungai dan daerah hilir

Air tanah Pengambilan sampel dilakukan plusmn 20 cm dari dasar sumur gali dan dipastikan agar tidak

ada sedimen yang ikut terambil atau pada mulut kran tempat air keluar untuk sumur bor

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel dilakukan pada daerah meliputi daerah dimana air tanah digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari termasuk air minum dan di daerah yang berisiko terkontaminasi (dekat penimbunanpembuangan akhir sampah daerah pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif wilayah pesisir dimana terjadi intrusi air laut dll)

b) Pengambilan sampel udara ambien dan udara dalam ruang b)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan Peraturan daerah setempat

b)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Peralatan utama High Volume Air Sampler (HVAS) RAC Gas Sampler EPAM CO dan CO2

Detektor Low Volume Sampler Microbiology Air Sampler atau Lamotte BD Pump dan Sound Level Meter

Peralatan pendukung pengukur kecepatan angin arah angir termometer hygrometer dan luxmeter

Bahan yang digunakan filter HVAS dan LVS absorbant (So2 NO2 H2S NH3 dan O3) dan larutan garam (NaCl) fisiologis steril

b)3 Aspek yang dipertimbangkan Berhubungan dengan klimatologi arah dan kecepatan angin bunga angin (wind rose)

kelembaban musim dan suhu udara Berhubungan dengan asumsi konsentrasi parameter inversi udara dispersi jarak terbang

(distance) dan ukuran partikel Bilamana sumber pencemar adalah cerobong asap maka ketinggian ukuran partikel dan jarak terhadap pemukiman penduduk harus dipertimbangkan

Berhubungan dengan pajanan daerah padat penduduk jarak terhadap sumber pencemar (radius)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 5

b)4 Penentuan titik sampel Pengambilan sampel udara ambien harus menghindari daerah yang dekat dengan

bangunan dan tanaman yang diperkirakan dapat mengabsorbsi atau mengadsorbsi pencemar daerah yang terdapat pengganggu kimia yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Emisi kimiawi kendaraan bermotor dapat mengganggu pengukuran ozon) dan daerah yang terdapat pengganggu fisik yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Pengukuran total partikulat atau TSP dapat terganggu oleh adanya insinerator disekitar lokasi pengukuran)

Pada umumnya lokasi pengukuran (pengambilan sampel) dilakukan pada daerah yang mempunyai konsentrasi parameter tinggi daerah padat penduduk daerah yang diasumsikan menerima paparan pencemar dan daerah yang digunakan untuk memproyeksikan dampak kegiatan pembangunan

c) Pengambilan sampel sedimen c)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Wadah Plastik atau wadah lainnya untuk sedimen tanah atau lumpur Plastik dan botol

steril untuk makanan Peralatan Grab Sampler untuk pengambilan sludge pada daerah yang sulit danatau

dalam c)3 Aspek yang dipertimbangkan

Potensi dan sumber pencemaran Topografi Jenis vegetasi Perkiraan terjadinya pencemaran

c)4 Penentuan titik sampel Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang

cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel meliputi daerah yang tanahnya diperkirakan akan kontak dengan masyarakat daerah yang mewakili pencemaran tertentu berdasarkan karakteristik kegiatan di wilayah tersebut (tanah pada pertanian perkebunan pertambangan dll) dan daerah yang tanahnya diperkirakan dapat mengkontaminasi media lingkungan lainnya

d) Pengambilan sampel makanan d)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan d)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah Plastik atau wadah atau botol untuk makanan Untuk sampel makanan yang akan diperiksa parameter bakteriologisnya maka digunakan wadah steril

Peralatan sendok sendok steril pisau steril dan peralatanbahan yang mendukung pengambilan secara aseptis (Contoh Pembakar bunsen dengan spiritus)

d)3 Aspek yang dipertimbangkan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 33: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 7

Durasi pajanan aman karsinogenik (inhalasi)

௧()ܦ = (ଵ ௌி) ௫ ௐ ௫ ௫ ଷହ ௫ ோ ௫ ௧ಶ ௫ ಶ

Rumus 19

Keterangan

Notasi Arti Notasi Dt (aman) (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan yang

aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap jamnya

RfC atau reference concentration

SF atau slope factor

Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu agen risiko yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh

Nilai kuantitatif suatu agen risiko karsinogenik yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan atau air

fE (frecuency of exposure) Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya

tE atau time of exposure

Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiapharinya

Wb (weight of body) Berat badan manusia populasi kelompok populasi

tavg (time average) Untuk agen risiko dengan efek non karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek non karsinogenik

Untuk agen risiko dengan efek karsinogenik Periode waktu rata ndash rata untuk efek karsinogenik

2 Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko Penapisan alternatif manajemen risiko harus didasarkan pada pertimbangan logis

dan turut mempertimbangkan berbagai faktor termasuk cara pengelolaan risikonya Penapisan alternatif (pemilihan skenario) manajemen risiko dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini

Tabel 10 Alternatif manajemen risiko dan penggunaannya Alternatif Pengelolaan

Risiko Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Penurunan konsentrasi hingga ke batas aman (konsentrasi aman)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 8

Alternatif Pengelolaan Risiko

Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Pengurangan konsumsi hingga ke batas aman (jumlah konsumsi aman)

Pembatasan waktu pajanan hingga ke batas aman (waktui pajanan aman)

Pembatasan frekuensi pajanan hingga ke batas aman (frekuensi pajanan aman)

Pembatasan durasi pajanan hingga ke batas aman (durasi pajanan aman)

Materi Sub Bahasan Cara manajemen risiko

Manajemen risiko selain membutuhkan strategi yang tepat juga harus dilakukan dengan

cara atau metode yang tepat Dalam aplikasinya cara manajemen risiko dapat dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu 1) Pendekatan teknologi

Manajemen risiko menggunakan teknologi yang tersedia meliputi penggunaan alat bahan dan metode serta teknik tertentu Contoh manajemen risiko dengan pendekatan teknologi antara lain penerapan penggunaan IPAL pengolahan penyaringan air modifikasi cerobong asap penanaman tanaman penyerap polutan dll

2) Pendekatan sosial - ekonomis

Manajemen risiko menggunakan pendekatan sosial - ekonomis meliputi pelibat-sertaan pihak lain efisiensi proses substitusi dan penerapan sistem kompensasi Contoh manajemen risiko dengan pendekatan sosial ndash ekonomis antara lain 3R (reduce reuse dan recycle) limbah pemberdayaan masyarakat yang berisiko pemberian kompensasi pada masyarakat yang terkena dampak permohonan bantuan pemerintah akibat keterbatasan pemrakarsa (pihak yang bertanggung jawab mengelola risiko) dll

3) Pendekatan institusional

Manajemen risiko dengan menempuh jalur dan mekanisme kelembagaan dengan cara melakukan kerjasama dengan pihak lain Contoh manajemen risiko dengan pendekatan institusional antara lain kerjasama dalam pengolahan limbah B3 mendukung pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah menyampaikan laporan kepada instansi yang berwenang dll

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 1

MODUL III SURVEILANS FAKTOR RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans oleh World Health Organization (WHO) didefinisikan sebagai kegiatan

berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data kesehatan masyarakat yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat Surveilans yang dilakukan diharapkan dapat Menjadi sistem kewaspadaan dini terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat di masa yang

akan datang Mendokumentasikan dampak dari suatu intervensi atau jejak dari kemajuan program dalam

mencapai tujuan tertentu dan Memonitor dan mengklarifikasi masalah kesehatan secara epidemiologi guna menetapkan

priritas dan menginformasikan kebijakan dan strategi kesehatan ke publik

Faktor risiko dalam dunia kesehatan dan epidemiologi biasa didefinisikan sebagai faktor-faktor atau kondisi yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit Faktor risiko tersebut umumnya dapat dikatagorikan menjadi beberapa jenis yaitu faktor risiko genetis faktor risiko perilaku dan faktor risiko lingkungan

Dari kedua definisi di atas maka surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah kegiatan berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor-faktor atau kondisi lingkungan yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan lingkungan Untuk itu ada beberapa hal yang menjadi kata kunci dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yaitu sistematis dan berkesinambungan pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor lingkungan yang dapat menyebabkan sakit dan upaya kesehatan lingkungan

Materi Sub Bahasan Konsep dan Penerapan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Penyakit dan masalah kesehatan masyarakat erat terhubung dengan faktor atau kondisi

lingkungan Oleh karenanya secara naluriah setiap manusia menginginkan lingkungan yang sehat dan nyaman sebagai tempat tinggalnya yang juga kondusif terhadap kondisi kesehatannya Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang salah satunya ditempuh melalui kegiatan penyehatan lingkungan (kesehatan lingkungan) Dalam rangka mewujudkan kondisi lingkungan sesuai dengan yang diharapkan upaya yang dilakukan haruslah tepat guna tepat sasaran sistematis dan terencana dengan baik serta berbasis bukti (evidence based) Sehingga perumusan upaya kesehatan lingkungan yang akan diterapkan harus didukung dengan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yang baik

Filosofi dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah melakukan pengamatan dan pengawasan terus-menerus terhadap kondisi lingkungan yang diperkirakan dapat menyebabkan penyakit pada manusia Hasil dari kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah berupa informasi mengenai apakah faktor atau kondisi lingkungan tertentu yang diamati berisiko menimbulkan kesakitan dan rekomendasi upaya tidak lanjut yang dibutuhkan untuk mengendalikannya Konsep dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dipahami dari gambar 6

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 2

(sumber Mullan N et al 2008)

Gambar 6 Konsep Surveilans Awal dan Lanjutan dalam Kesehatan Lingkungan

Konsep di atas diadaptasi dari versi model surveilans kesehatan yang diterapkan di Kanada

Dalam prakteknya surveilans kesehatan lingkungan dilakukan dalam dua tahapan dimana pengumpulan data hingga desiminasi diklasifikasikan sebagai surveilans awal dan sintesa pengetahuan dan proses perumusan kebijakan yang merupakan input dari stakeholder dan peneliti sebagai surveilans lanjutan Surveilans awal dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data rutin (menggunakan form yang telah dibakukan pada masing-masing Negara) sedangkan analisis dan interpretasi dari basis data yang umumnya digunakan untuk tujuan monitoring ataupun pembuatan regulasi Selanjutnya surveilans lanjutan dirumuskan dari hasil surveilans awal dikombinasikan dengan masukan dari para peneliti dan stakeholder yang concern (peduli) terhadap masalah kesehatan lingkungan guna memberikan pemahaman pengertian yang baik terhadap isu yang berkembang serta dapat dirumuskan keputusan upaya tindak lanjut yang tepat untuk merespon isu tersebut

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bukan merupakan hal yang baru Konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan telah dilaksanakan sejak lama oleh sektor kesehatan mulai dari unit yang paling bawah seperti puskesmas hingga tingkat kementerian Namun sedikit perbedaan dalam istilah dan nama yang digunakan membuat konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan terkesan suatu terobosan baru Di unit puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten kota pelaksanaan kegiatan ini identik dengan kegiatan inspeksi sanitasi Inspeksi sanitasi yang dilakukan di puskesmas maupun dinas kesehatan dilakukan pada obyek kesehatan lingkungan secara periodik (time series) dengan fokus pada faktor risiko kesehatan lingkungan pada obyek tersebut Sebagai contoh inspeksi sanitasi depot air minum dilakukan oleh puskesmas atau dinas kesehatan kabupaten kota secara rutin (minimal setahun sekali) dengan melakukan observasi kesehatan lingkungan wawancara terkait perilaku dalam penanganan depot air minum dan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 3

pemeriksaan laboratorium kualitas air baku (air bersih) dan air olahan (air minum) Data hasil inspeksi sanitasi pada satu lokasi depot air minum yang sama dalam beberapa periode inspeksi merupakan basis data (database) yang dapat diinterpretasi dianalisis baik secara tunggal (hanya data satu depot tersebut) ataupun bersamaan dengan data inspeksi depot air minum yang lain dan didesiminasikan Selanjutnya hasil desiminasi tersebut dapat ditindaklanjuti dengan melakukan upaya diantaranya pembinaan pelatihan dan lain sebagainya

Materi Sub Bahasan Desain dan Metodologi Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan merupakan suatu studi yang dapat dilakukan dengan desain cross sectional kasus kontrol ataupun kohort Sebagai suatu studi yang masuk ke dalam ranah epidemiologi kesehatan lingkungan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan selain melihat kecenderungan data juga digunakan untuk melihat adanya hubungan antara pajanan lingkungan dan dampak kesehatan (penyakit) Oleh karenanya dalam surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan diperlukan data-data sebagai berikut

1 Data geografis wilayah dilakukan dengan menggunakan GPS untuk penentuan koordinat lokasi dilakukan pengambilan sampel pengumpulan data

2 Data faktor risiko lingkungan meliputi data kualitas lingkungan (pengambilan dan pemeriksaan sampel) data kondisi lingkungan sanitasi yang dikumpulkan melalui observasi (pengisian cek lis) dan wawancara Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dbutuhkan data kualitas udara dalam ruang yang dilakukan dengan pengukuran dan data berkaitan dengan jenis lantai ventilasi bahan bakar memasak dan lain sebagainya

3 Data faktor risiko lingkungan meliputi data perilaku sampel (responden) yang juga merupakan faktor risiko dari penyakit berbasis lingkungan yang menjadi perhatian Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA selain data kualitas udara dalam ruang dan ventilasi perlu dikumpulkan data terkait dengan kebiasaan membuka jendela

4 Data pajanan meliputi data lama tinggal pola aktivitas pekerjaan data konsumsi makanan dan air dan lain sebagainya Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dibutuhkan data lama tinggal dan rata-rata lama berada di dalam rumah

Sebagai suatu studi surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dilakukan dengan desain

tertentu yang disesuaikan dengan tujuan permasalahan yang akan dikaji dan faktor-faktor lainnya Sebagaimana dijelaskan di atas surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional kasus kontrol dan kohort Penggunaan desain studi pada surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seperti pada tabel 11

Tabel 11 Perbandingan Desain Studi

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort Desain pemilihan sampel (sampling)

Random Bisa juga dipisah fixed disease sampling atau fixed exposure sampling

Sampel terpisah untuk kasus (sakit) dan kontrol (tidak sakit)

Sampel terpisah untuk terpajan dan tidak terpajan

Waktu periode pelaksanaan (arah pengusutan)

Satu titik waktu atau sesaat (non directional)

Retrospektif Prospektif Followup selama periode waktu tertentu

Kausalitas Hanya menjelaskan Kausalitas awal Kausalitas dengan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 4

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort hubungan antara faktor risiko kesehatan lingkungan dengan penyakit (namun bukan bersifat kausalitas)

bukti sekuensi temporal

Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai pengganti risiko

Odds sebagai pengganti risiko

Insidensi (R Risiko) Insidence rate

Perbandingan risiko Prevalence Ratio (PR) Odds Ratio (OR) Risiko Relatif (RR)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan lebih tepat menggunakan desain cross sectional dikarenakan dalam pemilihan sampling dilakukan secara random dan pengumpulan data lingkungan dan penyakit dilakukan pada satu waktu Output dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dengan desain cross sectional adalah hubungan (bukan kausalitas) antara faktor lingkungan dan penyakit Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bisa dilakukan dengan desain kasus kontrol bilamana titik tolak studi (pengusutan) dimulai dari adanya penyakit dan sampel dikelompokkan menjadi kasus (sampel yang menderita penyakit) dan kontrol (sehat) dan data faktor lingkungan sebelum kasus sakit tersedia Selain itu surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat menggunakan desain studi kohort (prospektif) dengan memantau secara terus menerus (hingga periode tertentu) kualitas lingkungan dan faktor lingkungan lainnya bersamaan dengan penyakitnya

Materi Sub Bahasan Tahapan Kegiatan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Tahapan kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seyogyanya terdiri dari survey pendahuluan dan pengumpulan data awal penyusunan instrumen survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pengolahan dan analisis data dan diseminasi Tahapan kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut

1 Survey pendahuluan dan pengumpulan data awal pengumpulan data awal dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal pada lokasi meliputi background data yang telah tersedia atau data lainnya yang berhubungan Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data sekunder dan juga perlu ditentukan lokasi yang akan menjadi titik pengambilan sampel

2 Penyusunan instrumen berdasarkan data awal yang dikumpulkan disusun instrumen untuk survey pengambilan dan pemeriksaan sampel Instrumen disusun berbentuk cek lis danatau kuisioner Untuk mendapatkan data sesuai yang diharapkan instrumen yang telah dibuat sebaiknya diuji coba terlebih dahulu

3 Survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data primer dan pengumpulan data menggunakan instrumen yang digunakan

4 Pengolahan dan analisis data data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis yang dapat dilakukan secara manual ataupun alat bantu lainnya (mis software pengolah data) Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data informasi disajikan dalam bentuk tabel grafik gambar dan peta yang terangkum dalam laporan

5 Diseminasi dimaksudkan untuk menyebarluaskan informasi dan temuan lapangan kepada para stakeholder

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 1

MODUL IV ANALISIS KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Prinsip Dasar Analisis Kualitas Kesehatan Lingkungan

Analisis adalah kajian atau penelitian yang dititikberatkan pada variabel tertentu untuk mengetahui keadaan atau kondisi sebenarnya termasuk juga yang berkaitan dengan sebab musabab terjadinya kondisi tersebut Dengan demikian analisis kualitas lingkungan merupakan suatu kegiatan yang menggunakan cara atau metode ilmiah guna mengetahui seperti apa kondisi atau kualitas kesehatan lingkungan pada suatu tempat waktu yang melibatkan juga masyarakat di tempat tersebut Umumnya analisis kualitas kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk kegiatan pengambilan dan pemeriksaan sampel pengawasan kualitas kesehatan lingkungan melalui kegiatan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi serta interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Analisis kualitas kesehatan lingkungan merupakan kegiatan yang harus mampu dilakukan oleh seorang pejabat kesehatan lingkungan ataupun fungsional sanitarian Perlunya dilakukan analisis ini adalah untuk menjadi bahan masukan ataupun dasar untuk melakukan manajemen risiko kesehatan lingkungan Implementasi dari manajemen risiko kesehatan lingkungan ini bisa dalam bentuk intervensi (pendekatan) teknologi pendekatan sosial melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat secara aktif dan melalui kerjasama jejaring kemitraan antar pihak yang berkepentingan (stakeholder)

Materi analisis kualitas kesehatan lingkungan dalam modul ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan juga keterampilan bagi peserta dalam menilai prosedur pengambilan dan pemeriksaan sampel serta interpretasi hasil pemeriksaan sampel yang dilakukan dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan Materi dalam modul ini bukan dimaksudkan agar peserta mampu melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel kesehatan lingkungan sendiri tanpa berkerjasama dengan laboratorium Materi Sub Bahasan Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Kesehatan Lingkungan

Pengambilan sampel kesehatan lingkungan hakikatnya dilakukan untuk memotret atau

menjadi acuan untuk menduga kualitas kesehatan lingkungan pada suatu media di suatu wilayah Secara garis besar pengambilan sampel bertujuan untuk mengumpulkan data rona awal kesehatan lingkungan dan memantau kondisi kesehatan lingkungan Dalam hal memantau kesehatan lingkungan pengambilan sampel dilakukan untuk menentukan status kualitas kesehatan lingkungan menentukan kebijakan kesehatan lingkungan menegakkan hukum kesehatan dan lingkungan dan melakukan penelitian kesehatan lingkungan

Kualitas kesehatan lingkungan merupakan hal yang kompleks dan begitu dinamis karena dipengaruhi begitu banyak variabelfaktor Untuk itu pengambilan sampel l kesehatan ingkungan yang bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan harus dilakukan dengan cermat tepat serta butuh perencanaan dan pengorganisasian yang baik Untuk menjamin pengambilan sampel dapat menjamin keterwakilan kualitas kesehatan lingkungan perlu diperhatikan beberapa aspek yaitu lokasi dan titik pengambilan sampel parameter kualitas lingkungan yang akan dipilih serta ukuran jumlah dan volume sampel yang akan diambil Perencanaan Pengambilan Sampel

Seperti halnya kegiatan dan program pengambilan sampel sesuai dengan yang diharapkan perlu direncanakan dengan baik Perencanaan pengambilan sampel ini bertujuan untuk memastikan dan menegaskan kembali tujuan pengambilan sampel kesehatan lingkungan memutuskan cara-cara

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 2

mencapai tujuan mengetahui secara tepat hal-hal yang perlu dilakukan pada saat pengambilan sampel menyiapkan sumber daya yang diperlukan dan menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pengambilan sampel Jelasnya unsur-unsur perencanaan pengambilan sampel meliputi

a) Tujuan pengambilan sampel harus dipastikan apakah dalam rangka pengumpulan data rona kesehatan lingkungan awal atau dalam rangka memantau kesehatan lingkungan

b) Merencanakan biaya pengambilan sampel dengan mempertimbangkan empat hal yaitu aksesibilitas lokasi dan titik pengambilan sampel jumlah jenis dan kompleksitas sampel frekuensi pengambilan sampel serta penjaminan dan pengendalian mutu di lapangan Selain empat hal yang perlu dipertimbangkan tersebut perlu diketahui komponen pembiayaan dalam pengambilan sampel yaitu depresiasi (penyusutan) nilai peralatan kalibrasi peralatan pemakaian bahan pengawet secara kimia danatau fisika penggunaan bahan habis pakai penggunaan wadah sampel transportasi ke lokasi pengambilan sampel akomodasi (bila perlu) honor pengambil sampel (lumpsum atau per diem) dan penyusunan laporan pengambilan sampel

c) Administrasi berkaitan dengan pengambilan sampel yang meliputi penyiapan surat tugas surat pemberitahuan perizinan brevet ataupun lencana kewenangan pencatatan pendokumentasian dan hal-hal pendukung lainnya

d) Perlu jaminan pengambil sampel pada saat pengambilan sampel merupakan personel yang kompeten danatau berwenang dengan kualifikasi (kompetensi) latar belakang pendidikan yang sesuai pengalaman di bidangnya terampil dan diakui ataupun tersertifikasi

e) Penentuan parameter pengujian terhadap sampel yang diambil sesuai dengan tujuan pengambilan sampel turut mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait serta disesuaikan dengan parameter indikatif suatu kegiatan atau wilayah tertentu Mis parameter indikatif pada industri Pulp dan kertas adalah pH BOD COD dan TSS sedangkan pada wilayah pertambangan emas parameter yang diambil adalah air raksa (Hg) dan sianida (CN-)

f) Penentuan media lingkungan yang akan dilakukan pengambilan sampel g) Merencanakan tipe sampel yang akan diambil apakah sampel sesaat (grab sample) sampel

gabungan (composite sample) sampel terpadu (integrated sample) atau sampel kontinyu (continous sample)

h) Peralatan pengambilan sampel harus direncanakan dengan baik Peralatan pengambilan sampel terdiri dari peralatan pengambil sampel (utama) peralatan pendukung dan peralatan K3 atau APD Peralatan pengambil sampel adalah peralatan yang fungsinya untuk mengambil sampel lingkungan dengan parameter yang direncanakan seperti HVAS (High Volume Air Sampler) LVS (Low Volume Sampler) MAS (Microbiology Air Sampler) dll Alat pendukung adalah alat yang fungsinya mendukung pengambilan sampel seperti peralatan pengukur parameter lapangan (pH meter termometer barometer kecepatan angin hygrometer dll) dokumen terkait (surat tugas surat izin dll) alat tulis untuk perekaman proses pengambilan sampel penunjuk arah (kompas) dan penunjuk lokasi (GPS) dll APD yang digunakan dalam pengambilan sampel meliputi sarung tangan masker helm ear plugmuff P3K dll

i) Perencanaan terhadap wadah sampel yang akan digunakan untuk pengamanan dan transpor sampel harus disesuaikan dengan karakteristik dan interaksi parameter sampel yang akan diuji dengan sifat bahan wadah Sebagai contoh pengambilan sampel DOBOD harus menggunakan botol BOD khusus yang menggunakan tutup asah sedangkan untuk sampel mikrobiologi digunakan wadah steril

j) Pengawetan sampel dilakukan sesuai dengan karakteristik parameter yang akan diuji pada sampel mis pengawetan sampel untuk parameter golongan logam pada air menggunakan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 3

asam nitrat pekat (HNO3 p) hingga pH lt 2 sedangkan untuk sampel sianida total pada air diawetkan menggunakan NaOH hingga pH gt 12 dan didinginkan 4oCplusmn2oC pada tempat gelap

k) Batas penyimpanan sampel disesuaikan dengan parameter yang akan diuji dan mengacu pada acuan standar seperti ASTM (The American Society for Testing and Materials) dll

l) Pengamanan sampel di lapangan meliputi pengemasan pengamanan pada label sampel (spidol waterproof label yang baik) informasi tambahan yang penting (titik jenis parameter uji pengawetan waktu dan nama pengambil sampel) sehingga mencegah interaksi sampel dengan lingkungan yang menyebabkan perubahan kualitasnya (kontaminasi degradasi dll)

m) Transportasi sampel yang juga berkaitan dengan batas penyimpanan sampel harus diperhatikan dengan seksama Selain itu moda transportasi yang digunakan untuk membawa sampel juga harus dipenuhi standar keamanannya seperti harus mematuhi peraturan penerbangan nasional dan internasional bila sampel dibawa menggunakan pesawat udara

n) Penyimpanan sampel dilakukan baik secara fisik maupun kimia seperti meminimalkan adsorbsi pengasaman mencegah metabolisme mikroorganisme menghindari hidrolisis serta pengendapan Faktor kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan dengan proses pengambilan sampel

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Penentuan Titik Sampel

Prinsip penentuan titik sampel harus mempertimbangkan keterwakilan populasi atau kualitas lingkungan kemampuan peralatan keselamatan pengambil sampel faktor klimatologi biaya dan kaidah-kaidah empiris Prinsip-prinsip penentuan titik sampel pada media lingkungan adalah sebagai berikut a) Pengambilan sampel air a)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 736 tahun 2010 tentang Pengawasan Kualitas Air Minum

Peraturan daerah setempat a)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah jerigen botol botol BOD botol steril timba steril coolbox dll Peralatan pendukung pH meter termometer sisa klor GPS peralatan untuk menjamin

tidak terjadi kontaminasi (krustang kapas alkohol) dll Pengawet Asam (HNO3 p H2SO4 p) basa (NaOH) dry ice dll APD sarung tangan masker jaket pelampung dll

a)3 Aspek yang dipertimbangkan Kedalaman air Homogenitas (untuk sampel air badan air) Arah dan kecepatan aliran air (untuk sampel air badan air)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 4

Keterkaitan dengan pajanan pada masyarakat (bila digunakan untuk penelitian kesehatan masyarakat)

Jarak antar sampel Keselamatan dan kemampuan sumber daya

a)4 Penentuan titik sampel Air sungai ditentukan yaitu

Uji homogenitas sungai dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu lalu lakukan uji parameter lapangan (suhu pH DOoksigen terlarut dan DHLDaya Hantar Listrik) Apabila hasil pengujian beberapa parameter pada beberapa sampel tersebut tidak berbeda jauh dengan variasi lt 10 maka disebut homogen atau tercampur sementara sehingga sampel yang diambil untuk mewakili air sungai tersebut bisa lebih sedikit

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel air sungai harus meliputi daerah hulu yang belum terkontaminasi daerah pemanfaatan sungai daerah yang potensial terkontaminasi daerah pertemuan dua sungai dan daerah hilir

Air tanah Pengambilan sampel dilakukan plusmn 20 cm dari dasar sumur gali dan dipastikan agar tidak

ada sedimen yang ikut terambil atau pada mulut kran tempat air keluar untuk sumur bor

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel dilakukan pada daerah meliputi daerah dimana air tanah digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari termasuk air minum dan di daerah yang berisiko terkontaminasi (dekat penimbunanpembuangan akhir sampah daerah pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif wilayah pesisir dimana terjadi intrusi air laut dll)

b) Pengambilan sampel udara ambien dan udara dalam ruang b)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan Peraturan daerah setempat

b)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Peralatan utama High Volume Air Sampler (HVAS) RAC Gas Sampler EPAM CO dan CO2

Detektor Low Volume Sampler Microbiology Air Sampler atau Lamotte BD Pump dan Sound Level Meter

Peralatan pendukung pengukur kecepatan angin arah angir termometer hygrometer dan luxmeter

Bahan yang digunakan filter HVAS dan LVS absorbant (So2 NO2 H2S NH3 dan O3) dan larutan garam (NaCl) fisiologis steril

b)3 Aspek yang dipertimbangkan Berhubungan dengan klimatologi arah dan kecepatan angin bunga angin (wind rose)

kelembaban musim dan suhu udara Berhubungan dengan asumsi konsentrasi parameter inversi udara dispersi jarak terbang

(distance) dan ukuran partikel Bilamana sumber pencemar adalah cerobong asap maka ketinggian ukuran partikel dan jarak terhadap pemukiman penduduk harus dipertimbangkan

Berhubungan dengan pajanan daerah padat penduduk jarak terhadap sumber pencemar (radius)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 5

b)4 Penentuan titik sampel Pengambilan sampel udara ambien harus menghindari daerah yang dekat dengan

bangunan dan tanaman yang diperkirakan dapat mengabsorbsi atau mengadsorbsi pencemar daerah yang terdapat pengganggu kimia yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Emisi kimiawi kendaraan bermotor dapat mengganggu pengukuran ozon) dan daerah yang terdapat pengganggu fisik yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Pengukuran total partikulat atau TSP dapat terganggu oleh adanya insinerator disekitar lokasi pengukuran)

Pada umumnya lokasi pengukuran (pengambilan sampel) dilakukan pada daerah yang mempunyai konsentrasi parameter tinggi daerah padat penduduk daerah yang diasumsikan menerima paparan pencemar dan daerah yang digunakan untuk memproyeksikan dampak kegiatan pembangunan

c) Pengambilan sampel sedimen c)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Wadah Plastik atau wadah lainnya untuk sedimen tanah atau lumpur Plastik dan botol

steril untuk makanan Peralatan Grab Sampler untuk pengambilan sludge pada daerah yang sulit danatau

dalam c)3 Aspek yang dipertimbangkan

Potensi dan sumber pencemaran Topografi Jenis vegetasi Perkiraan terjadinya pencemaran

c)4 Penentuan titik sampel Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang

cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel meliputi daerah yang tanahnya diperkirakan akan kontak dengan masyarakat daerah yang mewakili pencemaran tertentu berdasarkan karakteristik kegiatan di wilayah tersebut (tanah pada pertanian perkebunan pertambangan dll) dan daerah yang tanahnya diperkirakan dapat mengkontaminasi media lingkungan lainnya

d) Pengambilan sampel makanan d)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan d)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah Plastik atau wadah atau botol untuk makanan Untuk sampel makanan yang akan diperiksa parameter bakteriologisnya maka digunakan wadah steril

Peralatan sendok sendok steril pisau steril dan peralatanbahan yang mendukung pengambilan secara aseptis (Contoh Pembakar bunsen dengan spiritus)

d)3 Aspek yang dipertimbangkan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 34: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

II - 8

Alternatif Pengelolaan Risiko

Penggunaan

Pada lingkungan khusus (tempat kerja sekolah dll)

Pada lingkungan permanen (pemukiman)

Ingesti Inhalasi Ingesti Inhalasi Air Makanan Udara Air Makanan Udara

Pengurangan konsumsi hingga ke batas aman (jumlah konsumsi aman)

Pembatasan waktu pajanan hingga ke batas aman (waktui pajanan aman)

Pembatasan frekuensi pajanan hingga ke batas aman (frekuensi pajanan aman)

Pembatasan durasi pajanan hingga ke batas aman (durasi pajanan aman)

Materi Sub Bahasan Cara manajemen risiko

Manajemen risiko selain membutuhkan strategi yang tepat juga harus dilakukan dengan

cara atau metode yang tepat Dalam aplikasinya cara manajemen risiko dapat dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu 1) Pendekatan teknologi

Manajemen risiko menggunakan teknologi yang tersedia meliputi penggunaan alat bahan dan metode serta teknik tertentu Contoh manajemen risiko dengan pendekatan teknologi antara lain penerapan penggunaan IPAL pengolahan penyaringan air modifikasi cerobong asap penanaman tanaman penyerap polutan dll

2) Pendekatan sosial - ekonomis

Manajemen risiko menggunakan pendekatan sosial - ekonomis meliputi pelibat-sertaan pihak lain efisiensi proses substitusi dan penerapan sistem kompensasi Contoh manajemen risiko dengan pendekatan sosial ndash ekonomis antara lain 3R (reduce reuse dan recycle) limbah pemberdayaan masyarakat yang berisiko pemberian kompensasi pada masyarakat yang terkena dampak permohonan bantuan pemerintah akibat keterbatasan pemrakarsa (pihak yang bertanggung jawab mengelola risiko) dll

3) Pendekatan institusional

Manajemen risiko dengan menempuh jalur dan mekanisme kelembagaan dengan cara melakukan kerjasama dengan pihak lain Contoh manajemen risiko dengan pendekatan institusional antara lain kerjasama dalam pengolahan limbah B3 mendukung pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah menyampaikan laporan kepada instansi yang berwenang dll

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 1

MODUL III SURVEILANS FAKTOR RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans oleh World Health Organization (WHO) didefinisikan sebagai kegiatan

berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data kesehatan masyarakat yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat Surveilans yang dilakukan diharapkan dapat Menjadi sistem kewaspadaan dini terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat di masa yang

akan datang Mendokumentasikan dampak dari suatu intervensi atau jejak dari kemajuan program dalam

mencapai tujuan tertentu dan Memonitor dan mengklarifikasi masalah kesehatan secara epidemiologi guna menetapkan

priritas dan menginformasikan kebijakan dan strategi kesehatan ke publik

Faktor risiko dalam dunia kesehatan dan epidemiologi biasa didefinisikan sebagai faktor-faktor atau kondisi yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit Faktor risiko tersebut umumnya dapat dikatagorikan menjadi beberapa jenis yaitu faktor risiko genetis faktor risiko perilaku dan faktor risiko lingkungan

Dari kedua definisi di atas maka surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah kegiatan berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor-faktor atau kondisi lingkungan yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan lingkungan Untuk itu ada beberapa hal yang menjadi kata kunci dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yaitu sistematis dan berkesinambungan pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor lingkungan yang dapat menyebabkan sakit dan upaya kesehatan lingkungan

Materi Sub Bahasan Konsep dan Penerapan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Penyakit dan masalah kesehatan masyarakat erat terhubung dengan faktor atau kondisi

lingkungan Oleh karenanya secara naluriah setiap manusia menginginkan lingkungan yang sehat dan nyaman sebagai tempat tinggalnya yang juga kondusif terhadap kondisi kesehatannya Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang salah satunya ditempuh melalui kegiatan penyehatan lingkungan (kesehatan lingkungan) Dalam rangka mewujudkan kondisi lingkungan sesuai dengan yang diharapkan upaya yang dilakukan haruslah tepat guna tepat sasaran sistematis dan terencana dengan baik serta berbasis bukti (evidence based) Sehingga perumusan upaya kesehatan lingkungan yang akan diterapkan harus didukung dengan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yang baik

Filosofi dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah melakukan pengamatan dan pengawasan terus-menerus terhadap kondisi lingkungan yang diperkirakan dapat menyebabkan penyakit pada manusia Hasil dari kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah berupa informasi mengenai apakah faktor atau kondisi lingkungan tertentu yang diamati berisiko menimbulkan kesakitan dan rekomendasi upaya tidak lanjut yang dibutuhkan untuk mengendalikannya Konsep dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dipahami dari gambar 6

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 2

(sumber Mullan N et al 2008)

Gambar 6 Konsep Surveilans Awal dan Lanjutan dalam Kesehatan Lingkungan

Konsep di atas diadaptasi dari versi model surveilans kesehatan yang diterapkan di Kanada

Dalam prakteknya surveilans kesehatan lingkungan dilakukan dalam dua tahapan dimana pengumpulan data hingga desiminasi diklasifikasikan sebagai surveilans awal dan sintesa pengetahuan dan proses perumusan kebijakan yang merupakan input dari stakeholder dan peneliti sebagai surveilans lanjutan Surveilans awal dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data rutin (menggunakan form yang telah dibakukan pada masing-masing Negara) sedangkan analisis dan interpretasi dari basis data yang umumnya digunakan untuk tujuan monitoring ataupun pembuatan regulasi Selanjutnya surveilans lanjutan dirumuskan dari hasil surveilans awal dikombinasikan dengan masukan dari para peneliti dan stakeholder yang concern (peduli) terhadap masalah kesehatan lingkungan guna memberikan pemahaman pengertian yang baik terhadap isu yang berkembang serta dapat dirumuskan keputusan upaya tindak lanjut yang tepat untuk merespon isu tersebut

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bukan merupakan hal yang baru Konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan telah dilaksanakan sejak lama oleh sektor kesehatan mulai dari unit yang paling bawah seperti puskesmas hingga tingkat kementerian Namun sedikit perbedaan dalam istilah dan nama yang digunakan membuat konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan terkesan suatu terobosan baru Di unit puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten kota pelaksanaan kegiatan ini identik dengan kegiatan inspeksi sanitasi Inspeksi sanitasi yang dilakukan di puskesmas maupun dinas kesehatan dilakukan pada obyek kesehatan lingkungan secara periodik (time series) dengan fokus pada faktor risiko kesehatan lingkungan pada obyek tersebut Sebagai contoh inspeksi sanitasi depot air minum dilakukan oleh puskesmas atau dinas kesehatan kabupaten kota secara rutin (minimal setahun sekali) dengan melakukan observasi kesehatan lingkungan wawancara terkait perilaku dalam penanganan depot air minum dan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 3

pemeriksaan laboratorium kualitas air baku (air bersih) dan air olahan (air minum) Data hasil inspeksi sanitasi pada satu lokasi depot air minum yang sama dalam beberapa periode inspeksi merupakan basis data (database) yang dapat diinterpretasi dianalisis baik secara tunggal (hanya data satu depot tersebut) ataupun bersamaan dengan data inspeksi depot air minum yang lain dan didesiminasikan Selanjutnya hasil desiminasi tersebut dapat ditindaklanjuti dengan melakukan upaya diantaranya pembinaan pelatihan dan lain sebagainya

Materi Sub Bahasan Desain dan Metodologi Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan merupakan suatu studi yang dapat dilakukan dengan desain cross sectional kasus kontrol ataupun kohort Sebagai suatu studi yang masuk ke dalam ranah epidemiologi kesehatan lingkungan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan selain melihat kecenderungan data juga digunakan untuk melihat adanya hubungan antara pajanan lingkungan dan dampak kesehatan (penyakit) Oleh karenanya dalam surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan diperlukan data-data sebagai berikut

1 Data geografis wilayah dilakukan dengan menggunakan GPS untuk penentuan koordinat lokasi dilakukan pengambilan sampel pengumpulan data

2 Data faktor risiko lingkungan meliputi data kualitas lingkungan (pengambilan dan pemeriksaan sampel) data kondisi lingkungan sanitasi yang dikumpulkan melalui observasi (pengisian cek lis) dan wawancara Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dbutuhkan data kualitas udara dalam ruang yang dilakukan dengan pengukuran dan data berkaitan dengan jenis lantai ventilasi bahan bakar memasak dan lain sebagainya

3 Data faktor risiko lingkungan meliputi data perilaku sampel (responden) yang juga merupakan faktor risiko dari penyakit berbasis lingkungan yang menjadi perhatian Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA selain data kualitas udara dalam ruang dan ventilasi perlu dikumpulkan data terkait dengan kebiasaan membuka jendela

4 Data pajanan meliputi data lama tinggal pola aktivitas pekerjaan data konsumsi makanan dan air dan lain sebagainya Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dibutuhkan data lama tinggal dan rata-rata lama berada di dalam rumah

Sebagai suatu studi surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dilakukan dengan desain

tertentu yang disesuaikan dengan tujuan permasalahan yang akan dikaji dan faktor-faktor lainnya Sebagaimana dijelaskan di atas surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional kasus kontrol dan kohort Penggunaan desain studi pada surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seperti pada tabel 11

Tabel 11 Perbandingan Desain Studi

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort Desain pemilihan sampel (sampling)

Random Bisa juga dipisah fixed disease sampling atau fixed exposure sampling

Sampel terpisah untuk kasus (sakit) dan kontrol (tidak sakit)

Sampel terpisah untuk terpajan dan tidak terpajan

Waktu periode pelaksanaan (arah pengusutan)

Satu titik waktu atau sesaat (non directional)

Retrospektif Prospektif Followup selama periode waktu tertentu

Kausalitas Hanya menjelaskan Kausalitas awal Kausalitas dengan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 4

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort hubungan antara faktor risiko kesehatan lingkungan dengan penyakit (namun bukan bersifat kausalitas)

bukti sekuensi temporal

Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai pengganti risiko

Odds sebagai pengganti risiko

Insidensi (R Risiko) Insidence rate

Perbandingan risiko Prevalence Ratio (PR) Odds Ratio (OR) Risiko Relatif (RR)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan lebih tepat menggunakan desain cross sectional dikarenakan dalam pemilihan sampling dilakukan secara random dan pengumpulan data lingkungan dan penyakit dilakukan pada satu waktu Output dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dengan desain cross sectional adalah hubungan (bukan kausalitas) antara faktor lingkungan dan penyakit Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bisa dilakukan dengan desain kasus kontrol bilamana titik tolak studi (pengusutan) dimulai dari adanya penyakit dan sampel dikelompokkan menjadi kasus (sampel yang menderita penyakit) dan kontrol (sehat) dan data faktor lingkungan sebelum kasus sakit tersedia Selain itu surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat menggunakan desain studi kohort (prospektif) dengan memantau secara terus menerus (hingga periode tertentu) kualitas lingkungan dan faktor lingkungan lainnya bersamaan dengan penyakitnya

Materi Sub Bahasan Tahapan Kegiatan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Tahapan kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seyogyanya terdiri dari survey pendahuluan dan pengumpulan data awal penyusunan instrumen survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pengolahan dan analisis data dan diseminasi Tahapan kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut

1 Survey pendahuluan dan pengumpulan data awal pengumpulan data awal dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal pada lokasi meliputi background data yang telah tersedia atau data lainnya yang berhubungan Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data sekunder dan juga perlu ditentukan lokasi yang akan menjadi titik pengambilan sampel

2 Penyusunan instrumen berdasarkan data awal yang dikumpulkan disusun instrumen untuk survey pengambilan dan pemeriksaan sampel Instrumen disusun berbentuk cek lis danatau kuisioner Untuk mendapatkan data sesuai yang diharapkan instrumen yang telah dibuat sebaiknya diuji coba terlebih dahulu

3 Survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data primer dan pengumpulan data menggunakan instrumen yang digunakan

4 Pengolahan dan analisis data data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis yang dapat dilakukan secara manual ataupun alat bantu lainnya (mis software pengolah data) Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data informasi disajikan dalam bentuk tabel grafik gambar dan peta yang terangkum dalam laporan

5 Diseminasi dimaksudkan untuk menyebarluaskan informasi dan temuan lapangan kepada para stakeholder

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 1

MODUL IV ANALISIS KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Prinsip Dasar Analisis Kualitas Kesehatan Lingkungan

Analisis adalah kajian atau penelitian yang dititikberatkan pada variabel tertentu untuk mengetahui keadaan atau kondisi sebenarnya termasuk juga yang berkaitan dengan sebab musabab terjadinya kondisi tersebut Dengan demikian analisis kualitas lingkungan merupakan suatu kegiatan yang menggunakan cara atau metode ilmiah guna mengetahui seperti apa kondisi atau kualitas kesehatan lingkungan pada suatu tempat waktu yang melibatkan juga masyarakat di tempat tersebut Umumnya analisis kualitas kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk kegiatan pengambilan dan pemeriksaan sampel pengawasan kualitas kesehatan lingkungan melalui kegiatan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi serta interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Analisis kualitas kesehatan lingkungan merupakan kegiatan yang harus mampu dilakukan oleh seorang pejabat kesehatan lingkungan ataupun fungsional sanitarian Perlunya dilakukan analisis ini adalah untuk menjadi bahan masukan ataupun dasar untuk melakukan manajemen risiko kesehatan lingkungan Implementasi dari manajemen risiko kesehatan lingkungan ini bisa dalam bentuk intervensi (pendekatan) teknologi pendekatan sosial melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat secara aktif dan melalui kerjasama jejaring kemitraan antar pihak yang berkepentingan (stakeholder)

Materi analisis kualitas kesehatan lingkungan dalam modul ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan juga keterampilan bagi peserta dalam menilai prosedur pengambilan dan pemeriksaan sampel serta interpretasi hasil pemeriksaan sampel yang dilakukan dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan Materi dalam modul ini bukan dimaksudkan agar peserta mampu melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel kesehatan lingkungan sendiri tanpa berkerjasama dengan laboratorium Materi Sub Bahasan Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Kesehatan Lingkungan

Pengambilan sampel kesehatan lingkungan hakikatnya dilakukan untuk memotret atau

menjadi acuan untuk menduga kualitas kesehatan lingkungan pada suatu media di suatu wilayah Secara garis besar pengambilan sampel bertujuan untuk mengumpulkan data rona awal kesehatan lingkungan dan memantau kondisi kesehatan lingkungan Dalam hal memantau kesehatan lingkungan pengambilan sampel dilakukan untuk menentukan status kualitas kesehatan lingkungan menentukan kebijakan kesehatan lingkungan menegakkan hukum kesehatan dan lingkungan dan melakukan penelitian kesehatan lingkungan

Kualitas kesehatan lingkungan merupakan hal yang kompleks dan begitu dinamis karena dipengaruhi begitu banyak variabelfaktor Untuk itu pengambilan sampel l kesehatan ingkungan yang bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan harus dilakukan dengan cermat tepat serta butuh perencanaan dan pengorganisasian yang baik Untuk menjamin pengambilan sampel dapat menjamin keterwakilan kualitas kesehatan lingkungan perlu diperhatikan beberapa aspek yaitu lokasi dan titik pengambilan sampel parameter kualitas lingkungan yang akan dipilih serta ukuran jumlah dan volume sampel yang akan diambil Perencanaan Pengambilan Sampel

Seperti halnya kegiatan dan program pengambilan sampel sesuai dengan yang diharapkan perlu direncanakan dengan baik Perencanaan pengambilan sampel ini bertujuan untuk memastikan dan menegaskan kembali tujuan pengambilan sampel kesehatan lingkungan memutuskan cara-cara

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 2

mencapai tujuan mengetahui secara tepat hal-hal yang perlu dilakukan pada saat pengambilan sampel menyiapkan sumber daya yang diperlukan dan menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pengambilan sampel Jelasnya unsur-unsur perencanaan pengambilan sampel meliputi

a) Tujuan pengambilan sampel harus dipastikan apakah dalam rangka pengumpulan data rona kesehatan lingkungan awal atau dalam rangka memantau kesehatan lingkungan

b) Merencanakan biaya pengambilan sampel dengan mempertimbangkan empat hal yaitu aksesibilitas lokasi dan titik pengambilan sampel jumlah jenis dan kompleksitas sampel frekuensi pengambilan sampel serta penjaminan dan pengendalian mutu di lapangan Selain empat hal yang perlu dipertimbangkan tersebut perlu diketahui komponen pembiayaan dalam pengambilan sampel yaitu depresiasi (penyusutan) nilai peralatan kalibrasi peralatan pemakaian bahan pengawet secara kimia danatau fisika penggunaan bahan habis pakai penggunaan wadah sampel transportasi ke lokasi pengambilan sampel akomodasi (bila perlu) honor pengambil sampel (lumpsum atau per diem) dan penyusunan laporan pengambilan sampel

c) Administrasi berkaitan dengan pengambilan sampel yang meliputi penyiapan surat tugas surat pemberitahuan perizinan brevet ataupun lencana kewenangan pencatatan pendokumentasian dan hal-hal pendukung lainnya

d) Perlu jaminan pengambil sampel pada saat pengambilan sampel merupakan personel yang kompeten danatau berwenang dengan kualifikasi (kompetensi) latar belakang pendidikan yang sesuai pengalaman di bidangnya terampil dan diakui ataupun tersertifikasi

e) Penentuan parameter pengujian terhadap sampel yang diambil sesuai dengan tujuan pengambilan sampel turut mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait serta disesuaikan dengan parameter indikatif suatu kegiatan atau wilayah tertentu Mis parameter indikatif pada industri Pulp dan kertas adalah pH BOD COD dan TSS sedangkan pada wilayah pertambangan emas parameter yang diambil adalah air raksa (Hg) dan sianida (CN-)

f) Penentuan media lingkungan yang akan dilakukan pengambilan sampel g) Merencanakan tipe sampel yang akan diambil apakah sampel sesaat (grab sample) sampel

gabungan (composite sample) sampel terpadu (integrated sample) atau sampel kontinyu (continous sample)

h) Peralatan pengambilan sampel harus direncanakan dengan baik Peralatan pengambilan sampel terdiri dari peralatan pengambil sampel (utama) peralatan pendukung dan peralatan K3 atau APD Peralatan pengambil sampel adalah peralatan yang fungsinya untuk mengambil sampel lingkungan dengan parameter yang direncanakan seperti HVAS (High Volume Air Sampler) LVS (Low Volume Sampler) MAS (Microbiology Air Sampler) dll Alat pendukung adalah alat yang fungsinya mendukung pengambilan sampel seperti peralatan pengukur parameter lapangan (pH meter termometer barometer kecepatan angin hygrometer dll) dokumen terkait (surat tugas surat izin dll) alat tulis untuk perekaman proses pengambilan sampel penunjuk arah (kompas) dan penunjuk lokasi (GPS) dll APD yang digunakan dalam pengambilan sampel meliputi sarung tangan masker helm ear plugmuff P3K dll

i) Perencanaan terhadap wadah sampel yang akan digunakan untuk pengamanan dan transpor sampel harus disesuaikan dengan karakteristik dan interaksi parameter sampel yang akan diuji dengan sifat bahan wadah Sebagai contoh pengambilan sampel DOBOD harus menggunakan botol BOD khusus yang menggunakan tutup asah sedangkan untuk sampel mikrobiologi digunakan wadah steril

j) Pengawetan sampel dilakukan sesuai dengan karakteristik parameter yang akan diuji pada sampel mis pengawetan sampel untuk parameter golongan logam pada air menggunakan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 3

asam nitrat pekat (HNO3 p) hingga pH lt 2 sedangkan untuk sampel sianida total pada air diawetkan menggunakan NaOH hingga pH gt 12 dan didinginkan 4oCplusmn2oC pada tempat gelap

k) Batas penyimpanan sampel disesuaikan dengan parameter yang akan diuji dan mengacu pada acuan standar seperti ASTM (The American Society for Testing and Materials) dll

l) Pengamanan sampel di lapangan meliputi pengemasan pengamanan pada label sampel (spidol waterproof label yang baik) informasi tambahan yang penting (titik jenis parameter uji pengawetan waktu dan nama pengambil sampel) sehingga mencegah interaksi sampel dengan lingkungan yang menyebabkan perubahan kualitasnya (kontaminasi degradasi dll)

m) Transportasi sampel yang juga berkaitan dengan batas penyimpanan sampel harus diperhatikan dengan seksama Selain itu moda transportasi yang digunakan untuk membawa sampel juga harus dipenuhi standar keamanannya seperti harus mematuhi peraturan penerbangan nasional dan internasional bila sampel dibawa menggunakan pesawat udara

n) Penyimpanan sampel dilakukan baik secara fisik maupun kimia seperti meminimalkan adsorbsi pengasaman mencegah metabolisme mikroorganisme menghindari hidrolisis serta pengendapan Faktor kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan dengan proses pengambilan sampel

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Penentuan Titik Sampel

Prinsip penentuan titik sampel harus mempertimbangkan keterwakilan populasi atau kualitas lingkungan kemampuan peralatan keselamatan pengambil sampel faktor klimatologi biaya dan kaidah-kaidah empiris Prinsip-prinsip penentuan titik sampel pada media lingkungan adalah sebagai berikut a) Pengambilan sampel air a)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 736 tahun 2010 tentang Pengawasan Kualitas Air Minum

Peraturan daerah setempat a)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah jerigen botol botol BOD botol steril timba steril coolbox dll Peralatan pendukung pH meter termometer sisa klor GPS peralatan untuk menjamin

tidak terjadi kontaminasi (krustang kapas alkohol) dll Pengawet Asam (HNO3 p H2SO4 p) basa (NaOH) dry ice dll APD sarung tangan masker jaket pelampung dll

a)3 Aspek yang dipertimbangkan Kedalaman air Homogenitas (untuk sampel air badan air) Arah dan kecepatan aliran air (untuk sampel air badan air)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 4

Keterkaitan dengan pajanan pada masyarakat (bila digunakan untuk penelitian kesehatan masyarakat)

Jarak antar sampel Keselamatan dan kemampuan sumber daya

a)4 Penentuan titik sampel Air sungai ditentukan yaitu

Uji homogenitas sungai dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu lalu lakukan uji parameter lapangan (suhu pH DOoksigen terlarut dan DHLDaya Hantar Listrik) Apabila hasil pengujian beberapa parameter pada beberapa sampel tersebut tidak berbeda jauh dengan variasi lt 10 maka disebut homogen atau tercampur sementara sehingga sampel yang diambil untuk mewakili air sungai tersebut bisa lebih sedikit

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel air sungai harus meliputi daerah hulu yang belum terkontaminasi daerah pemanfaatan sungai daerah yang potensial terkontaminasi daerah pertemuan dua sungai dan daerah hilir

Air tanah Pengambilan sampel dilakukan plusmn 20 cm dari dasar sumur gali dan dipastikan agar tidak

ada sedimen yang ikut terambil atau pada mulut kran tempat air keluar untuk sumur bor

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel dilakukan pada daerah meliputi daerah dimana air tanah digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari termasuk air minum dan di daerah yang berisiko terkontaminasi (dekat penimbunanpembuangan akhir sampah daerah pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif wilayah pesisir dimana terjadi intrusi air laut dll)

b) Pengambilan sampel udara ambien dan udara dalam ruang b)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan Peraturan daerah setempat

b)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Peralatan utama High Volume Air Sampler (HVAS) RAC Gas Sampler EPAM CO dan CO2

Detektor Low Volume Sampler Microbiology Air Sampler atau Lamotte BD Pump dan Sound Level Meter

Peralatan pendukung pengukur kecepatan angin arah angir termometer hygrometer dan luxmeter

Bahan yang digunakan filter HVAS dan LVS absorbant (So2 NO2 H2S NH3 dan O3) dan larutan garam (NaCl) fisiologis steril

b)3 Aspek yang dipertimbangkan Berhubungan dengan klimatologi arah dan kecepatan angin bunga angin (wind rose)

kelembaban musim dan suhu udara Berhubungan dengan asumsi konsentrasi parameter inversi udara dispersi jarak terbang

(distance) dan ukuran partikel Bilamana sumber pencemar adalah cerobong asap maka ketinggian ukuran partikel dan jarak terhadap pemukiman penduduk harus dipertimbangkan

Berhubungan dengan pajanan daerah padat penduduk jarak terhadap sumber pencemar (radius)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 5

b)4 Penentuan titik sampel Pengambilan sampel udara ambien harus menghindari daerah yang dekat dengan

bangunan dan tanaman yang diperkirakan dapat mengabsorbsi atau mengadsorbsi pencemar daerah yang terdapat pengganggu kimia yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Emisi kimiawi kendaraan bermotor dapat mengganggu pengukuran ozon) dan daerah yang terdapat pengganggu fisik yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Pengukuran total partikulat atau TSP dapat terganggu oleh adanya insinerator disekitar lokasi pengukuran)

Pada umumnya lokasi pengukuran (pengambilan sampel) dilakukan pada daerah yang mempunyai konsentrasi parameter tinggi daerah padat penduduk daerah yang diasumsikan menerima paparan pencemar dan daerah yang digunakan untuk memproyeksikan dampak kegiatan pembangunan

c) Pengambilan sampel sedimen c)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Wadah Plastik atau wadah lainnya untuk sedimen tanah atau lumpur Plastik dan botol

steril untuk makanan Peralatan Grab Sampler untuk pengambilan sludge pada daerah yang sulit danatau

dalam c)3 Aspek yang dipertimbangkan

Potensi dan sumber pencemaran Topografi Jenis vegetasi Perkiraan terjadinya pencemaran

c)4 Penentuan titik sampel Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang

cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel meliputi daerah yang tanahnya diperkirakan akan kontak dengan masyarakat daerah yang mewakili pencemaran tertentu berdasarkan karakteristik kegiatan di wilayah tersebut (tanah pada pertanian perkebunan pertambangan dll) dan daerah yang tanahnya diperkirakan dapat mengkontaminasi media lingkungan lainnya

d) Pengambilan sampel makanan d)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan d)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah Plastik atau wadah atau botol untuk makanan Untuk sampel makanan yang akan diperiksa parameter bakteriologisnya maka digunakan wadah steril

Peralatan sendok sendok steril pisau steril dan peralatanbahan yang mendukung pengambilan secara aseptis (Contoh Pembakar bunsen dengan spiritus)

d)3 Aspek yang dipertimbangkan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 35: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 1

MODUL III SURVEILANS FAKTOR RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Definisi dan Pengertian Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans oleh World Health Organization (WHO) didefinisikan sebagai kegiatan

berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data kesehatan masyarakat yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat Surveilans yang dilakukan diharapkan dapat Menjadi sistem kewaspadaan dini terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat di masa yang

akan datang Mendokumentasikan dampak dari suatu intervensi atau jejak dari kemajuan program dalam

mencapai tujuan tertentu dan Memonitor dan mengklarifikasi masalah kesehatan secara epidemiologi guna menetapkan

priritas dan menginformasikan kebijakan dan strategi kesehatan ke publik

Faktor risiko dalam dunia kesehatan dan epidemiologi biasa didefinisikan sebagai faktor-faktor atau kondisi yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit Faktor risiko tersebut umumnya dapat dikatagorikan menjadi beberapa jenis yaitu faktor risiko genetis faktor risiko perilaku dan faktor risiko lingkungan

Dari kedua definisi di atas maka surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah kegiatan berkesinambungan dan sistematis meliputi pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor-faktor atau kondisi lingkungan yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit yang dibutuhkan dalam perencanaan implementasi dan evaluasi upaya kesehatan lingkungan Untuk itu ada beberapa hal yang menjadi kata kunci dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yaitu sistematis dan berkesinambungan pengumpulan analisis dan interpretasi data faktor lingkungan yang dapat menyebabkan sakit dan upaya kesehatan lingkungan

Materi Sub Bahasan Konsep dan Penerapan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Penyakit dan masalah kesehatan masyarakat erat terhubung dengan faktor atau kondisi

lingkungan Oleh karenanya secara naluriah setiap manusia menginginkan lingkungan yang sehat dan nyaman sebagai tempat tinggalnya yang juga kondusif terhadap kondisi kesehatannya Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang salah satunya ditempuh melalui kegiatan penyehatan lingkungan (kesehatan lingkungan) Dalam rangka mewujudkan kondisi lingkungan sesuai dengan yang diharapkan upaya yang dilakukan haruslah tepat guna tepat sasaran sistematis dan terencana dengan baik serta berbasis bukti (evidence based) Sehingga perumusan upaya kesehatan lingkungan yang akan diterapkan harus didukung dengan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yang baik

Filosofi dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah melakukan pengamatan dan pengawasan terus-menerus terhadap kondisi lingkungan yang diperkirakan dapat menyebabkan penyakit pada manusia Hasil dari kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah berupa informasi mengenai apakah faktor atau kondisi lingkungan tertentu yang diamati berisiko menimbulkan kesakitan dan rekomendasi upaya tidak lanjut yang dibutuhkan untuk mengendalikannya Konsep dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dipahami dari gambar 6

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 2

(sumber Mullan N et al 2008)

Gambar 6 Konsep Surveilans Awal dan Lanjutan dalam Kesehatan Lingkungan

Konsep di atas diadaptasi dari versi model surveilans kesehatan yang diterapkan di Kanada

Dalam prakteknya surveilans kesehatan lingkungan dilakukan dalam dua tahapan dimana pengumpulan data hingga desiminasi diklasifikasikan sebagai surveilans awal dan sintesa pengetahuan dan proses perumusan kebijakan yang merupakan input dari stakeholder dan peneliti sebagai surveilans lanjutan Surveilans awal dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data rutin (menggunakan form yang telah dibakukan pada masing-masing Negara) sedangkan analisis dan interpretasi dari basis data yang umumnya digunakan untuk tujuan monitoring ataupun pembuatan regulasi Selanjutnya surveilans lanjutan dirumuskan dari hasil surveilans awal dikombinasikan dengan masukan dari para peneliti dan stakeholder yang concern (peduli) terhadap masalah kesehatan lingkungan guna memberikan pemahaman pengertian yang baik terhadap isu yang berkembang serta dapat dirumuskan keputusan upaya tindak lanjut yang tepat untuk merespon isu tersebut

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bukan merupakan hal yang baru Konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan telah dilaksanakan sejak lama oleh sektor kesehatan mulai dari unit yang paling bawah seperti puskesmas hingga tingkat kementerian Namun sedikit perbedaan dalam istilah dan nama yang digunakan membuat konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan terkesan suatu terobosan baru Di unit puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten kota pelaksanaan kegiatan ini identik dengan kegiatan inspeksi sanitasi Inspeksi sanitasi yang dilakukan di puskesmas maupun dinas kesehatan dilakukan pada obyek kesehatan lingkungan secara periodik (time series) dengan fokus pada faktor risiko kesehatan lingkungan pada obyek tersebut Sebagai contoh inspeksi sanitasi depot air minum dilakukan oleh puskesmas atau dinas kesehatan kabupaten kota secara rutin (minimal setahun sekali) dengan melakukan observasi kesehatan lingkungan wawancara terkait perilaku dalam penanganan depot air minum dan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 3

pemeriksaan laboratorium kualitas air baku (air bersih) dan air olahan (air minum) Data hasil inspeksi sanitasi pada satu lokasi depot air minum yang sama dalam beberapa periode inspeksi merupakan basis data (database) yang dapat diinterpretasi dianalisis baik secara tunggal (hanya data satu depot tersebut) ataupun bersamaan dengan data inspeksi depot air minum yang lain dan didesiminasikan Selanjutnya hasil desiminasi tersebut dapat ditindaklanjuti dengan melakukan upaya diantaranya pembinaan pelatihan dan lain sebagainya

Materi Sub Bahasan Desain dan Metodologi Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan merupakan suatu studi yang dapat dilakukan dengan desain cross sectional kasus kontrol ataupun kohort Sebagai suatu studi yang masuk ke dalam ranah epidemiologi kesehatan lingkungan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan selain melihat kecenderungan data juga digunakan untuk melihat adanya hubungan antara pajanan lingkungan dan dampak kesehatan (penyakit) Oleh karenanya dalam surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan diperlukan data-data sebagai berikut

1 Data geografis wilayah dilakukan dengan menggunakan GPS untuk penentuan koordinat lokasi dilakukan pengambilan sampel pengumpulan data

2 Data faktor risiko lingkungan meliputi data kualitas lingkungan (pengambilan dan pemeriksaan sampel) data kondisi lingkungan sanitasi yang dikumpulkan melalui observasi (pengisian cek lis) dan wawancara Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dbutuhkan data kualitas udara dalam ruang yang dilakukan dengan pengukuran dan data berkaitan dengan jenis lantai ventilasi bahan bakar memasak dan lain sebagainya

3 Data faktor risiko lingkungan meliputi data perilaku sampel (responden) yang juga merupakan faktor risiko dari penyakit berbasis lingkungan yang menjadi perhatian Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA selain data kualitas udara dalam ruang dan ventilasi perlu dikumpulkan data terkait dengan kebiasaan membuka jendela

4 Data pajanan meliputi data lama tinggal pola aktivitas pekerjaan data konsumsi makanan dan air dan lain sebagainya Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dibutuhkan data lama tinggal dan rata-rata lama berada di dalam rumah

Sebagai suatu studi surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dilakukan dengan desain

tertentu yang disesuaikan dengan tujuan permasalahan yang akan dikaji dan faktor-faktor lainnya Sebagaimana dijelaskan di atas surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional kasus kontrol dan kohort Penggunaan desain studi pada surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seperti pada tabel 11

Tabel 11 Perbandingan Desain Studi

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort Desain pemilihan sampel (sampling)

Random Bisa juga dipisah fixed disease sampling atau fixed exposure sampling

Sampel terpisah untuk kasus (sakit) dan kontrol (tidak sakit)

Sampel terpisah untuk terpajan dan tidak terpajan

Waktu periode pelaksanaan (arah pengusutan)

Satu titik waktu atau sesaat (non directional)

Retrospektif Prospektif Followup selama periode waktu tertentu

Kausalitas Hanya menjelaskan Kausalitas awal Kausalitas dengan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 4

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort hubungan antara faktor risiko kesehatan lingkungan dengan penyakit (namun bukan bersifat kausalitas)

bukti sekuensi temporal

Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai pengganti risiko

Odds sebagai pengganti risiko

Insidensi (R Risiko) Insidence rate

Perbandingan risiko Prevalence Ratio (PR) Odds Ratio (OR) Risiko Relatif (RR)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan lebih tepat menggunakan desain cross sectional dikarenakan dalam pemilihan sampling dilakukan secara random dan pengumpulan data lingkungan dan penyakit dilakukan pada satu waktu Output dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dengan desain cross sectional adalah hubungan (bukan kausalitas) antara faktor lingkungan dan penyakit Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bisa dilakukan dengan desain kasus kontrol bilamana titik tolak studi (pengusutan) dimulai dari adanya penyakit dan sampel dikelompokkan menjadi kasus (sampel yang menderita penyakit) dan kontrol (sehat) dan data faktor lingkungan sebelum kasus sakit tersedia Selain itu surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat menggunakan desain studi kohort (prospektif) dengan memantau secara terus menerus (hingga periode tertentu) kualitas lingkungan dan faktor lingkungan lainnya bersamaan dengan penyakitnya

Materi Sub Bahasan Tahapan Kegiatan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Tahapan kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seyogyanya terdiri dari survey pendahuluan dan pengumpulan data awal penyusunan instrumen survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pengolahan dan analisis data dan diseminasi Tahapan kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut

1 Survey pendahuluan dan pengumpulan data awal pengumpulan data awal dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal pada lokasi meliputi background data yang telah tersedia atau data lainnya yang berhubungan Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data sekunder dan juga perlu ditentukan lokasi yang akan menjadi titik pengambilan sampel

2 Penyusunan instrumen berdasarkan data awal yang dikumpulkan disusun instrumen untuk survey pengambilan dan pemeriksaan sampel Instrumen disusun berbentuk cek lis danatau kuisioner Untuk mendapatkan data sesuai yang diharapkan instrumen yang telah dibuat sebaiknya diuji coba terlebih dahulu

3 Survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data primer dan pengumpulan data menggunakan instrumen yang digunakan

4 Pengolahan dan analisis data data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis yang dapat dilakukan secara manual ataupun alat bantu lainnya (mis software pengolah data) Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data informasi disajikan dalam bentuk tabel grafik gambar dan peta yang terangkum dalam laporan

5 Diseminasi dimaksudkan untuk menyebarluaskan informasi dan temuan lapangan kepada para stakeholder

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 1

MODUL IV ANALISIS KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Prinsip Dasar Analisis Kualitas Kesehatan Lingkungan

Analisis adalah kajian atau penelitian yang dititikberatkan pada variabel tertentu untuk mengetahui keadaan atau kondisi sebenarnya termasuk juga yang berkaitan dengan sebab musabab terjadinya kondisi tersebut Dengan demikian analisis kualitas lingkungan merupakan suatu kegiatan yang menggunakan cara atau metode ilmiah guna mengetahui seperti apa kondisi atau kualitas kesehatan lingkungan pada suatu tempat waktu yang melibatkan juga masyarakat di tempat tersebut Umumnya analisis kualitas kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk kegiatan pengambilan dan pemeriksaan sampel pengawasan kualitas kesehatan lingkungan melalui kegiatan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi serta interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Analisis kualitas kesehatan lingkungan merupakan kegiatan yang harus mampu dilakukan oleh seorang pejabat kesehatan lingkungan ataupun fungsional sanitarian Perlunya dilakukan analisis ini adalah untuk menjadi bahan masukan ataupun dasar untuk melakukan manajemen risiko kesehatan lingkungan Implementasi dari manajemen risiko kesehatan lingkungan ini bisa dalam bentuk intervensi (pendekatan) teknologi pendekatan sosial melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat secara aktif dan melalui kerjasama jejaring kemitraan antar pihak yang berkepentingan (stakeholder)

Materi analisis kualitas kesehatan lingkungan dalam modul ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan juga keterampilan bagi peserta dalam menilai prosedur pengambilan dan pemeriksaan sampel serta interpretasi hasil pemeriksaan sampel yang dilakukan dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan Materi dalam modul ini bukan dimaksudkan agar peserta mampu melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel kesehatan lingkungan sendiri tanpa berkerjasama dengan laboratorium Materi Sub Bahasan Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Kesehatan Lingkungan

Pengambilan sampel kesehatan lingkungan hakikatnya dilakukan untuk memotret atau

menjadi acuan untuk menduga kualitas kesehatan lingkungan pada suatu media di suatu wilayah Secara garis besar pengambilan sampel bertujuan untuk mengumpulkan data rona awal kesehatan lingkungan dan memantau kondisi kesehatan lingkungan Dalam hal memantau kesehatan lingkungan pengambilan sampel dilakukan untuk menentukan status kualitas kesehatan lingkungan menentukan kebijakan kesehatan lingkungan menegakkan hukum kesehatan dan lingkungan dan melakukan penelitian kesehatan lingkungan

Kualitas kesehatan lingkungan merupakan hal yang kompleks dan begitu dinamis karena dipengaruhi begitu banyak variabelfaktor Untuk itu pengambilan sampel l kesehatan ingkungan yang bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan harus dilakukan dengan cermat tepat serta butuh perencanaan dan pengorganisasian yang baik Untuk menjamin pengambilan sampel dapat menjamin keterwakilan kualitas kesehatan lingkungan perlu diperhatikan beberapa aspek yaitu lokasi dan titik pengambilan sampel parameter kualitas lingkungan yang akan dipilih serta ukuran jumlah dan volume sampel yang akan diambil Perencanaan Pengambilan Sampel

Seperti halnya kegiatan dan program pengambilan sampel sesuai dengan yang diharapkan perlu direncanakan dengan baik Perencanaan pengambilan sampel ini bertujuan untuk memastikan dan menegaskan kembali tujuan pengambilan sampel kesehatan lingkungan memutuskan cara-cara

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 2

mencapai tujuan mengetahui secara tepat hal-hal yang perlu dilakukan pada saat pengambilan sampel menyiapkan sumber daya yang diperlukan dan menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pengambilan sampel Jelasnya unsur-unsur perencanaan pengambilan sampel meliputi

a) Tujuan pengambilan sampel harus dipastikan apakah dalam rangka pengumpulan data rona kesehatan lingkungan awal atau dalam rangka memantau kesehatan lingkungan

b) Merencanakan biaya pengambilan sampel dengan mempertimbangkan empat hal yaitu aksesibilitas lokasi dan titik pengambilan sampel jumlah jenis dan kompleksitas sampel frekuensi pengambilan sampel serta penjaminan dan pengendalian mutu di lapangan Selain empat hal yang perlu dipertimbangkan tersebut perlu diketahui komponen pembiayaan dalam pengambilan sampel yaitu depresiasi (penyusutan) nilai peralatan kalibrasi peralatan pemakaian bahan pengawet secara kimia danatau fisika penggunaan bahan habis pakai penggunaan wadah sampel transportasi ke lokasi pengambilan sampel akomodasi (bila perlu) honor pengambil sampel (lumpsum atau per diem) dan penyusunan laporan pengambilan sampel

c) Administrasi berkaitan dengan pengambilan sampel yang meliputi penyiapan surat tugas surat pemberitahuan perizinan brevet ataupun lencana kewenangan pencatatan pendokumentasian dan hal-hal pendukung lainnya

d) Perlu jaminan pengambil sampel pada saat pengambilan sampel merupakan personel yang kompeten danatau berwenang dengan kualifikasi (kompetensi) latar belakang pendidikan yang sesuai pengalaman di bidangnya terampil dan diakui ataupun tersertifikasi

e) Penentuan parameter pengujian terhadap sampel yang diambil sesuai dengan tujuan pengambilan sampel turut mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait serta disesuaikan dengan parameter indikatif suatu kegiatan atau wilayah tertentu Mis parameter indikatif pada industri Pulp dan kertas adalah pH BOD COD dan TSS sedangkan pada wilayah pertambangan emas parameter yang diambil adalah air raksa (Hg) dan sianida (CN-)

f) Penentuan media lingkungan yang akan dilakukan pengambilan sampel g) Merencanakan tipe sampel yang akan diambil apakah sampel sesaat (grab sample) sampel

gabungan (composite sample) sampel terpadu (integrated sample) atau sampel kontinyu (continous sample)

h) Peralatan pengambilan sampel harus direncanakan dengan baik Peralatan pengambilan sampel terdiri dari peralatan pengambil sampel (utama) peralatan pendukung dan peralatan K3 atau APD Peralatan pengambil sampel adalah peralatan yang fungsinya untuk mengambil sampel lingkungan dengan parameter yang direncanakan seperti HVAS (High Volume Air Sampler) LVS (Low Volume Sampler) MAS (Microbiology Air Sampler) dll Alat pendukung adalah alat yang fungsinya mendukung pengambilan sampel seperti peralatan pengukur parameter lapangan (pH meter termometer barometer kecepatan angin hygrometer dll) dokumen terkait (surat tugas surat izin dll) alat tulis untuk perekaman proses pengambilan sampel penunjuk arah (kompas) dan penunjuk lokasi (GPS) dll APD yang digunakan dalam pengambilan sampel meliputi sarung tangan masker helm ear plugmuff P3K dll

i) Perencanaan terhadap wadah sampel yang akan digunakan untuk pengamanan dan transpor sampel harus disesuaikan dengan karakteristik dan interaksi parameter sampel yang akan diuji dengan sifat bahan wadah Sebagai contoh pengambilan sampel DOBOD harus menggunakan botol BOD khusus yang menggunakan tutup asah sedangkan untuk sampel mikrobiologi digunakan wadah steril

j) Pengawetan sampel dilakukan sesuai dengan karakteristik parameter yang akan diuji pada sampel mis pengawetan sampel untuk parameter golongan logam pada air menggunakan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 3

asam nitrat pekat (HNO3 p) hingga pH lt 2 sedangkan untuk sampel sianida total pada air diawetkan menggunakan NaOH hingga pH gt 12 dan didinginkan 4oCplusmn2oC pada tempat gelap

k) Batas penyimpanan sampel disesuaikan dengan parameter yang akan diuji dan mengacu pada acuan standar seperti ASTM (The American Society for Testing and Materials) dll

l) Pengamanan sampel di lapangan meliputi pengemasan pengamanan pada label sampel (spidol waterproof label yang baik) informasi tambahan yang penting (titik jenis parameter uji pengawetan waktu dan nama pengambil sampel) sehingga mencegah interaksi sampel dengan lingkungan yang menyebabkan perubahan kualitasnya (kontaminasi degradasi dll)

m) Transportasi sampel yang juga berkaitan dengan batas penyimpanan sampel harus diperhatikan dengan seksama Selain itu moda transportasi yang digunakan untuk membawa sampel juga harus dipenuhi standar keamanannya seperti harus mematuhi peraturan penerbangan nasional dan internasional bila sampel dibawa menggunakan pesawat udara

n) Penyimpanan sampel dilakukan baik secara fisik maupun kimia seperti meminimalkan adsorbsi pengasaman mencegah metabolisme mikroorganisme menghindari hidrolisis serta pengendapan Faktor kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan dengan proses pengambilan sampel

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Penentuan Titik Sampel

Prinsip penentuan titik sampel harus mempertimbangkan keterwakilan populasi atau kualitas lingkungan kemampuan peralatan keselamatan pengambil sampel faktor klimatologi biaya dan kaidah-kaidah empiris Prinsip-prinsip penentuan titik sampel pada media lingkungan adalah sebagai berikut a) Pengambilan sampel air a)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 736 tahun 2010 tentang Pengawasan Kualitas Air Minum

Peraturan daerah setempat a)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah jerigen botol botol BOD botol steril timba steril coolbox dll Peralatan pendukung pH meter termometer sisa klor GPS peralatan untuk menjamin

tidak terjadi kontaminasi (krustang kapas alkohol) dll Pengawet Asam (HNO3 p H2SO4 p) basa (NaOH) dry ice dll APD sarung tangan masker jaket pelampung dll

a)3 Aspek yang dipertimbangkan Kedalaman air Homogenitas (untuk sampel air badan air) Arah dan kecepatan aliran air (untuk sampel air badan air)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 4

Keterkaitan dengan pajanan pada masyarakat (bila digunakan untuk penelitian kesehatan masyarakat)

Jarak antar sampel Keselamatan dan kemampuan sumber daya

a)4 Penentuan titik sampel Air sungai ditentukan yaitu

Uji homogenitas sungai dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu lalu lakukan uji parameter lapangan (suhu pH DOoksigen terlarut dan DHLDaya Hantar Listrik) Apabila hasil pengujian beberapa parameter pada beberapa sampel tersebut tidak berbeda jauh dengan variasi lt 10 maka disebut homogen atau tercampur sementara sehingga sampel yang diambil untuk mewakili air sungai tersebut bisa lebih sedikit

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel air sungai harus meliputi daerah hulu yang belum terkontaminasi daerah pemanfaatan sungai daerah yang potensial terkontaminasi daerah pertemuan dua sungai dan daerah hilir

Air tanah Pengambilan sampel dilakukan plusmn 20 cm dari dasar sumur gali dan dipastikan agar tidak

ada sedimen yang ikut terambil atau pada mulut kran tempat air keluar untuk sumur bor

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel dilakukan pada daerah meliputi daerah dimana air tanah digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari termasuk air minum dan di daerah yang berisiko terkontaminasi (dekat penimbunanpembuangan akhir sampah daerah pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif wilayah pesisir dimana terjadi intrusi air laut dll)

b) Pengambilan sampel udara ambien dan udara dalam ruang b)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan Peraturan daerah setempat

b)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Peralatan utama High Volume Air Sampler (HVAS) RAC Gas Sampler EPAM CO dan CO2

Detektor Low Volume Sampler Microbiology Air Sampler atau Lamotte BD Pump dan Sound Level Meter

Peralatan pendukung pengukur kecepatan angin arah angir termometer hygrometer dan luxmeter

Bahan yang digunakan filter HVAS dan LVS absorbant (So2 NO2 H2S NH3 dan O3) dan larutan garam (NaCl) fisiologis steril

b)3 Aspek yang dipertimbangkan Berhubungan dengan klimatologi arah dan kecepatan angin bunga angin (wind rose)

kelembaban musim dan suhu udara Berhubungan dengan asumsi konsentrasi parameter inversi udara dispersi jarak terbang

(distance) dan ukuran partikel Bilamana sumber pencemar adalah cerobong asap maka ketinggian ukuran partikel dan jarak terhadap pemukiman penduduk harus dipertimbangkan

Berhubungan dengan pajanan daerah padat penduduk jarak terhadap sumber pencemar (radius)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 5

b)4 Penentuan titik sampel Pengambilan sampel udara ambien harus menghindari daerah yang dekat dengan

bangunan dan tanaman yang diperkirakan dapat mengabsorbsi atau mengadsorbsi pencemar daerah yang terdapat pengganggu kimia yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Emisi kimiawi kendaraan bermotor dapat mengganggu pengukuran ozon) dan daerah yang terdapat pengganggu fisik yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Pengukuran total partikulat atau TSP dapat terganggu oleh adanya insinerator disekitar lokasi pengukuran)

Pada umumnya lokasi pengukuran (pengambilan sampel) dilakukan pada daerah yang mempunyai konsentrasi parameter tinggi daerah padat penduduk daerah yang diasumsikan menerima paparan pencemar dan daerah yang digunakan untuk memproyeksikan dampak kegiatan pembangunan

c) Pengambilan sampel sedimen c)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Wadah Plastik atau wadah lainnya untuk sedimen tanah atau lumpur Plastik dan botol

steril untuk makanan Peralatan Grab Sampler untuk pengambilan sludge pada daerah yang sulit danatau

dalam c)3 Aspek yang dipertimbangkan

Potensi dan sumber pencemaran Topografi Jenis vegetasi Perkiraan terjadinya pencemaran

c)4 Penentuan titik sampel Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang

cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel meliputi daerah yang tanahnya diperkirakan akan kontak dengan masyarakat daerah yang mewakili pencemaran tertentu berdasarkan karakteristik kegiatan di wilayah tersebut (tanah pada pertanian perkebunan pertambangan dll) dan daerah yang tanahnya diperkirakan dapat mengkontaminasi media lingkungan lainnya

d) Pengambilan sampel makanan d)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan d)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah Plastik atau wadah atau botol untuk makanan Untuk sampel makanan yang akan diperiksa parameter bakteriologisnya maka digunakan wadah steril

Peralatan sendok sendok steril pisau steril dan peralatanbahan yang mendukung pengambilan secara aseptis (Contoh Pembakar bunsen dengan spiritus)

d)3 Aspek yang dipertimbangkan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 36: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 2

(sumber Mullan N et al 2008)

Gambar 6 Konsep Surveilans Awal dan Lanjutan dalam Kesehatan Lingkungan

Konsep di atas diadaptasi dari versi model surveilans kesehatan yang diterapkan di Kanada

Dalam prakteknya surveilans kesehatan lingkungan dilakukan dalam dua tahapan dimana pengumpulan data hingga desiminasi diklasifikasikan sebagai surveilans awal dan sintesa pengetahuan dan proses perumusan kebijakan yang merupakan input dari stakeholder dan peneliti sebagai surveilans lanjutan Surveilans awal dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data rutin (menggunakan form yang telah dibakukan pada masing-masing Negara) sedangkan analisis dan interpretasi dari basis data yang umumnya digunakan untuk tujuan monitoring ataupun pembuatan regulasi Selanjutnya surveilans lanjutan dirumuskan dari hasil surveilans awal dikombinasikan dengan masukan dari para peneliti dan stakeholder yang concern (peduli) terhadap masalah kesehatan lingkungan guna memberikan pemahaman pengertian yang baik terhadap isu yang berkembang serta dapat dirumuskan keputusan upaya tindak lanjut yang tepat untuk merespon isu tersebut

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bukan merupakan hal yang baru Konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan telah dilaksanakan sejak lama oleh sektor kesehatan mulai dari unit yang paling bawah seperti puskesmas hingga tingkat kementerian Namun sedikit perbedaan dalam istilah dan nama yang digunakan membuat konsep surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan terkesan suatu terobosan baru Di unit puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten kota pelaksanaan kegiatan ini identik dengan kegiatan inspeksi sanitasi Inspeksi sanitasi yang dilakukan di puskesmas maupun dinas kesehatan dilakukan pada obyek kesehatan lingkungan secara periodik (time series) dengan fokus pada faktor risiko kesehatan lingkungan pada obyek tersebut Sebagai contoh inspeksi sanitasi depot air minum dilakukan oleh puskesmas atau dinas kesehatan kabupaten kota secara rutin (minimal setahun sekali) dengan melakukan observasi kesehatan lingkungan wawancara terkait perilaku dalam penanganan depot air minum dan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 3

pemeriksaan laboratorium kualitas air baku (air bersih) dan air olahan (air minum) Data hasil inspeksi sanitasi pada satu lokasi depot air minum yang sama dalam beberapa periode inspeksi merupakan basis data (database) yang dapat diinterpretasi dianalisis baik secara tunggal (hanya data satu depot tersebut) ataupun bersamaan dengan data inspeksi depot air minum yang lain dan didesiminasikan Selanjutnya hasil desiminasi tersebut dapat ditindaklanjuti dengan melakukan upaya diantaranya pembinaan pelatihan dan lain sebagainya

Materi Sub Bahasan Desain dan Metodologi Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan merupakan suatu studi yang dapat dilakukan dengan desain cross sectional kasus kontrol ataupun kohort Sebagai suatu studi yang masuk ke dalam ranah epidemiologi kesehatan lingkungan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan selain melihat kecenderungan data juga digunakan untuk melihat adanya hubungan antara pajanan lingkungan dan dampak kesehatan (penyakit) Oleh karenanya dalam surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan diperlukan data-data sebagai berikut

1 Data geografis wilayah dilakukan dengan menggunakan GPS untuk penentuan koordinat lokasi dilakukan pengambilan sampel pengumpulan data

2 Data faktor risiko lingkungan meliputi data kualitas lingkungan (pengambilan dan pemeriksaan sampel) data kondisi lingkungan sanitasi yang dikumpulkan melalui observasi (pengisian cek lis) dan wawancara Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dbutuhkan data kualitas udara dalam ruang yang dilakukan dengan pengukuran dan data berkaitan dengan jenis lantai ventilasi bahan bakar memasak dan lain sebagainya

3 Data faktor risiko lingkungan meliputi data perilaku sampel (responden) yang juga merupakan faktor risiko dari penyakit berbasis lingkungan yang menjadi perhatian Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA selain data kualitas udara dalam ruang dan ventilasi perlu dikumpulkan data terkait dengan kebiasaan membuka jendela

4 Data pajanan meliputi data lama tinggal pola aktivitas pekerjaan data konsumsi makanan dan air dan lain sebagainya Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dibutuhkan data lama tinggal dan rata-rata lama berada di dalam rumah

Sebagai suatu studi surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dilakukan dengan desain

tertentu yang disesuaikan dengan tujuan permasalahan yang akan dikaji dan faktor-faktor lainnya Sebagaimana dijelaskan di atas surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional kasus kontrol dan kohort Penggunaan desain studi pada surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seperti pada tabel 11

Tabel 11 Perbandingan Desain Studi

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort Desain pemilihan sampel (sampling)

Random Bisa juga dipisah fixed disease sampling atau fixed exposure sampling

Sampel terpisah untuk kasus (sakit) dan kontrol (tidak sakit)

Sampel terpisah untuk terpajan dan tidak terpajan

Waktu periode pelaksanaan (arah pengusutan)

Satu titik waktu atau sesaat (non directional)

Retrospektif Prospektif Followup selama periode waktu tertentu

Kausalitas Hanya menjelaskan Kausalitas awal Kausalitas dengan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 4

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort hubungan antara faktor risiko kesehatan lingkungan dengan penyakit (namun bukan bersifat kausalitas)

bukti sekuensi temporal

Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai pengganti risiko

Odds sebagai pengganti risiko

Insidensi (R Risiko) Insidence rate

Perbandingan risiko Prevalence Ratio (PR) Odds Ratio (OR) Risiko Relatif (RR)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan lebih tepat menggunakan desain cross sectional dikarenakan dalam pemilihan sampling dilakukan secara random dan pengumpulan data lingkungan dan penyakit dilakukan pada satu waktu Output dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dengan desain cross sectional adalah hubungan (bukan kausalitas) antara faktor lingkungan dan penyakit Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bisa dilakukan dengan desain kasus kontrol bilamana titik tolak studi (pengusutan) dimulai dari adanya penyakit dan sampel dikelompokkan menjadi kasus (sampel yang menderita penyakit) dan kontrol (sehat) dan data faktor lingkungan sebelum kasus sakit tersedia Selain itu surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat menggunakan desain studi kohort (prospektif) dengan memantau secara terus menerus (hingga periode tertentu) kualitas lingkungan dan faktor lingkungan lainnya bersamaan dengan penyakitnya

Materi Sub Bahasan Tahapan Kegiatan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Tahapan kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seyogyanya terdiri dari survey pendahuluan dan pengumpulan data awal penyusunan instrumen survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pengolahan dan analisis data dan diseminasi Tahapan kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut

1 Survey pendahuluan dan pengumpulan data awal pengumpulan data awal dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal pada lokasi meliputi background data yang telah tersedia atau data lainnya yang berhubungan Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data sekunder dan juga perlu ditentukan lokasi yang akan menjadi titik pengambilan sampel

2 Penyusunan instrumen berdasarkan data awal yang dikumpulkan disusun instrumen untuk survey pengambilan dan pemeriksaan sampel Instrumen disusun berbentuk cek lis danatau kuisioner Untuk mendapatkan data sesuai yang diharapkan instrumen yang telah dibuat sebaiknya diuji coba terlebih dahulu

3 Survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data primer dan pengumpulan data menggunakan instrumen yang digunakan

4 Pengolahan dan analisis data data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis yang dapat dilakukan secara manual ataupun alat bantu lainnya (mis software pengolah data) Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data informasi disajikan dalam bentuk tabel grafik gambar dan peta yang terangkum dalam laporan

5 Diseminasi dimaksudkan untuk menyebarluaskan informasi dan temuan lapangan kepada para stakeholder

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 1

MODUL IV ANALISIS KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Prinsip Dasar Analisis Kualitas Kesehatan Lingkungan

Analisis adalah kajian atau penelitian yang dititikberatkan pada variabel tertentu untuk mengetahui keadaan atau kondisi sebenarnya termasuk juga yang berkaitan dengan sebab musabab terjadinya kondisi tersebut Dengan demikian analisis kualitas lingkungan merupakan suatu kegiatan yang menggunakan cara atau metode ilmiah guna mengetahui seperti apa kondisi atau kualitas kesehatan lingkungan pada suatu tempat waktu yang melibatkan juga masyarakat di tempat tersebut Umumnya analisis kualitas kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk kegiatan pengambilan dan pemeriksaan sampel pengawasan kualitas kesehatan lingkungan melalui kegiatan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi serta interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Analisis kualitas kesehatan lingkungan merupakan kegiatan yang harus mampu dilakukan oleh seorang pejabat kesehatan lingkungan ataupun fungsional sanitarian Perlunya dilakukan analisis ini adalah untuk menjadi bahan masukan ataupun dasar untuk melakukan manajemen risiko kesehatan lingkungan Implementasi dari manajemen risiko kesehatan lingkungan ini bisa dalam bentuk intervensi (pendekatan) teknologi pendekatan sosial melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat secara aktif dan melalui kerjasama jejaring kemitraan antar pihak yang berkepentingan (stakeholder)

Materi analisis kualitas kesehatan lingkungan dalam modul ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan juga keterampilan bagi peserta dalam menilai prosedur pengambilan dan pemeriksaan sampel serta interpretasi hasil pemeriksaan sampel yang dilakukan dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan Materi dalam modul ini bukan dimaksudkan agar peserta mampu melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel kesehatan lingkungan sendiri tanpa berkerjasama dengan laboratorium Materi Sub Bahasan Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Kesehatan Lingkungan

Pengambilan sampel kesehatan lingkungan hakikatnya dilakukan untuk memotret atau

menjadi acuan untuk menduga kualitas kesehatan lingkungan pada suatu media di suatu wilayah Secara garis besar pengambilan sampel bertujuan untuk mengumpulkan data rona awal kesehatan lingkungan dan memantau kondisi kesehatan lingkungan Dalam hal memantau kesehatan lingkungan pengambilan sampel dilakukan untuk menentukan status kualitas kesehatan lingkungan menentukan kebijakan kesehatan lingkungan menegakkan hukum kesehatan dan lingkungan dan melakukan penelitian kesehatan lingkungan

Kualitas kesehatan lingkungan merupakan hal yang kompleks dan begitu dinamis karena dipengaruhi begitu banyak variabelfaktor Untuk itu pengambilan sampel l kesehatan ingkungan yang bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan harus dilakukan dengan cermat tepat serta butuh perencanaan dan pengorganisasian yang baik Untuk menjamin pengambilan sampel dapat menjamin keterwakilan kualitas kesehatan lingkungan perlu diperhatikan beberapa aspek yaitu lokasi dan titik pengambilan sampel parameter kualitas lingkungan yang akan dipilih serta ukuran jumlah dan volume sampel yang akan diambil Perencanaan Pengambilan Sampel

Seperti halnya kegiatan dan program pengambilan sampel sesuai dengan yang diharapkan perlu direncanakan dengan baik Perencanaan pengambilan sampel ini bertujuan untuk memastikan dan menegaskan kembali tujuan pengambilan sampel kesehatan lingkungan memutuskan cara-cara

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 2

mencapai tujuan mengetahui secara tepat hal-hal yang perlu dilakukan pada saat pengambilan sampel menyiapkan sumber daya yang diperlukan dan menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pengambilan sampel Jelasnya unsur-unsur perencanaan pengambilan sampel meliputi

a) Tujuan pengambilan sampel harus dipastikan apakah dalam rangka pengumpulan data rona kesehatan lingkungan awal atau dalam rangka memantau kesehatan lingkungan

b) Merencanakan biaya pengambilan sampel dengan mempertimbangkan empat hal yaitu aksesibilitas lokasi dan titik pengambilan sampel jumlah jenis dan kompleksitas sampel frekuensi pengambilan sampel serta penjaminan dan pengendalian mutu di lapangan Selain empat hal yang perlu dipertimbangkan tersebut perlu diketahui komponen pembiayaan dalam pengambilan sampel yaitu depresiasi (penyusutan) nilai peralatan kalibrasi peralatan pemakaian bahan pengawet secara kimia danatau fisika penggunaan bahan habis pakai penggunaan wadah sampel transportasi ke lokasi pengambilan sampel akomodasi (bila perlu) honor pengambil sampel (lumpsum atau per diem) dan penyusunan laporan pengambilan sampel

c) Administrasi berkaitan dengan pengambilan sampel yang meliputi penyiapan surat tugas surat pemberitahuan perizinan brevet ataupun lencana kewenangan pencatatan pendokumentasian dan hal-hal pendukung lainnya

d) Perlu jaminan pengambil sampel pada saat pengambilan sampel merupakan personel yang kompeten danatau berwenang dengan kualifikasi (kompetensi) latar belakang pendidikan yang sesuai pengalaman di bidangnya terampil dan diakui ataupun tersertifikasi

e) Penentuan parameter pengujian terhadap sampel yang diambil sesuai dengan tujuan pengambilan sampel turut mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait serta disesuaikan dengan parameter indikatif suatu kegiatan atau wilayah tertentu Mis parameter indikatif pada industri Pulp dan kertas adalah pH BOD COD dan TSS sedangkan pada wilayah pertambangan emas parameter yang diambil adalah air raksa (Hg) dan sianida (CN-)

f) Penentuan media lingkungan yang akan dilakukan pengambilan sampel g) Merencanakan tipe sampel yang akan diambil apakah sampel sesaat (grab sample) sampel

gabungan (composite sample) sampel terpadu (integrated sample) atau sampel kontinyu (continous sample)

h) Peralatan pengambilan sampel harus direncanakan dengan baik Peralatan pengambilan sampel terdiri dari peralatan pengambil sampel (utama) peralatan pendukung dan peralatan K3 atau APD Peralatan pengambil sampel adalah peralatan yang fungsinya untuk mengambil sampel lingkungan dengan parameter yang direncanakan seperti HVAS (High Volume Air Sampler) LVS (Low Volume Sampler) MAS (Microbiology Air Sampler) dll Alat pendukung adalah alat yang fungsinya mendukung pengambilan sampel seperti peralatan pengukur parameter lapangan (pH meter termometer barometer kecepatan angin hygrometer dll) dokumen terkait (surat tugas surat izin dll) alat tulis untuk perekaman proses pengambilan sampel penunjuk arah (kompas) dan penunjuk lokasi (GPS) dll APD yang digunakan dalam pengambilan sampel meliputi sarung tangan masker helm ear plugmuff P3K dll

i) Perencanaan terhadap wadah sampel yang akan digunakan untuk pengamanan dan transpor sampel harus disesuaikan dengan karakteristik dan interaksi parameter sampel yang akan diuji dengan sifat bahan wadah Sebagai contoh pengambilan sampel DOBOD harus menggunakan botol BOD khusus yang menggunakan tutup asah sedangkan untuk sampel mikrobiologi digunakan wadah steril

j) Pengawetan sampel dilakukan sesuai dengan karakteristik parameter yang akan diuji pada sampel mis pengawetan sampel untuk parameter golongan logam pada air menggunakan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 3

asam nitrat pekat (HNO3 p) hingga pH lt 2 sedangkan untuk sampel sianida total pada air diawetkan menggunakan NaOH hingga pH gt 12 dan didinginkan 4oCplusmn2oC pada tempat gelap

k) Batas penyimpanan sampel disesuaikan dengan parameter yang akan diuji dan mengacu pada acuan standar seperti ASTM (The American Society for Testing and Materials) dll

l) Pengamanan sampel di lapangan meliputi pengemasan pengamanan pada label sampel (spidol waterproof label yang baik) informasi tambahan yang penting (titik jenis parameter uji pengawetan waktu dan nama pengambil sampel) sehingga mencegah interaksi sampel dengan lingkungan yang menyebabkan perubahan kualitasnya (kontaminasi degradasi dll)

m) Transportasi sampel yang juga berkaitan dengan batas penyimpanan sampel harus diperhatikan dengan seksama Selain itu moda transportasi yang digunakan untuk membawa sampel juga harus dipenuhi standar keamanannya seperti harus mematuhi peraturan penerbangan nasional dan internasional bila sampel dibawa menggunakan pesawat udara

n) Penyimpanan sampel dilakukan baik secara fisik maupun kimia seperti meminimalkan adsorbsi pengasaman mencegah metabolisme mikroorganisme menghindari hidrolisis serta pengendapan Faktor kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan dengan proses pengambilan sampel

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Penentuan Titik Sampel

Prinsip penentuan titik sampel harus mempertimbangkan keterwakilan populasi atau kualitas lingkungan kemampuan peralatan keselamatan pengambil sampel faktor klimatologi biaya dan kaidah-kaidah empiris Prinsip-prinsip penentuan titik sampel pada media lingkungan adalah sebagai berikut a) Pengambilan sampel air a)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 736 tahun 2010 tentang Pengawasan Kualitas Air Minum

Peraturan daerah setempat a)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah jerigen botol botol BOD botol steril timba steril coolbox dll Peralatan pendukung pH meter termometer sisa klor GPS peralatan untuk menjamin

tidak terjadi kontaminasi (krustang kapas alkohol) dll Pengawet Asam (HNO3 p H2SO4 p) basa (NaOH) dry ice dll APD sarung tangan masker jaket pelampung dll

a)3 Aspek yang dipertimbangkan Kedalaman air Homogenitas (untuk sampel air badan air) Arah dan kecepatan aliran air (untuk sampel air badan air)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 4

Keterkaitan dengan pajanan pada masyarakat (bila digunakan untuk penelitian kesehatan masyarakat)

Jarak antar sampel Keselamatan dan kemampuan sumber daya

a)4 Penentuan titik sampel Air sungai ditentukan yaitu

Uji homogenitas sungai dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu lalu lakukan uji parameter lapangan (suhu pH DOoksigen terlarut dan DHLDaya Hantar Listrik) Apabila hasil pengujian beberapa parameter pada beberapa sampel tersebut tidak berbeda jauh dengan variasi lt 10 maka disebut homogen atau tercampur sementara sehingga sampel yang diambil untuk mewakili air sungai tersebut bisa lebih sedikit

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel air sungai harus meliputi daerah hulu yang belum terkontaminasi daerah pemanfaatan sungai daerah yang potensial terkontaminasi daerah pertemuan dua sungai dan daerah hilir

Air tanah Pengambilan sampel dilakukan plusmn 20 cm dari dasar sumur gali dan dipastikan agar tidak

ada sedimen yang ikut terambil atau pada mulut kran tempat air keluar untuk sumur bor

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel dilakukan pada daerah meliputi daerah dimana air tanah digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari termasuk air minum dan di daerah yang berisiko terkontaminasi (dekat penimbunanpembuangan akhir sampah daerah pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif wilayah pesisir dimana terjadi intrusi air laut dll)

b) Pengambilan sampel udara ambien dan udara dalam ruang b)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan Peraturan daerah setempat

b)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Peralatan utama High Volume Air Sampler (HVAS) RAC Gas Sampler EPAM CO dan CO2

Detektor Low Volume Sampler Microbiology Air Sampler atau Lamotte BD Pump dan Sound Level Meter

Peralatan pendukung pengukur kecepatan angin arah angir termometer hygrometer dan luxmeter

Bahan yang digunakan filter HVAS dan LVS absorbant (So2 NO2 H2S NH3 dan O3) dan larutan garam (NaCl) fisiologis steril

b)3 Aspek yang dipertimbangkan Berhubungan dengan klimatologi arah dan kecepatan angin bunga angin (wind rose)

kelembaban musim dan suhu udara Berhubungan dengan asumsi konsentrasi parameter inversi udara dispersi jarak terbang

(distance) dan ukuran partikel Bilamana sumber pencemar adalah cerobong asap maka ketinggian ukuran partikel dan jarak terhadap pemukiman penduduk harus dipertimbangkan

Berhubungan dengan pajanan daerah padat penduduk jarak terhadap sumber pencemar (radius)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 5

b)4 Penentuan titik sampel Pengambilan sampel udara ambien harus menghindari daerah yang dekat dengan

bangunan dan tanaman yang diperkirakan dapat mengabsorbsi atau mengadsorbsi pencemar daerah yang terdapat pengganggu kimia yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Emisi kimiawi kendaraan bermotor dapat mengganggu pengukuran ozon) dan daerah yang terdapat pengganggu fisik yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Pengukuran total partikulat atau TSP dapat terganggu oleh adanya insinerator disekitar lokasi pengukuran)

Pada umumnya lokasi pengukuran (pengambilan sampel) dilakukan pada daerah yang mempunyai konsentrasi parameter tinggi daerah padat penduduk daerah yang diasumsikan menerima paparan pencemar dan daerah yang digunakan untuk memproyeksikan dampak kegiatan pembangunan

c) Pengambilan sampel sedimen c)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Wadah Plastik atau wadah lainnya untuk sedimen tanah atau lumpur Plastik dan botol

steril untuk makanan Peralatan Grab Sampler untuk pengambilan sludge pada daerah yang sulit danatau

dalam c)3 Aspek yang dipertimbangkan

Potensi dan sumber pencemaran Topografi Jenis vegetasi Perkiraan terjadinya pencemaran

c)4 Penentuan titik sampel Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang

cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel meliputi daerah yang tanahnya diperkirakan akan kontak dengan masyarakat daerah yang mewakili pencemaran tertentu berdasarkan karakteristik kegiatan di wilayah tersebut (tanah pada pertanian perkebunan pertambangan dll) dan daerah yang tanahnya diperkirakan dapat mengkontaminasi media lingkungan lainnya

d) Pengambilan sampel makanan d)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan d)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah Plastik atau wadah atau botol untuk makanan Untuk sampel makanan yang akan diperiksa parameter bakteriologisnya maka digunakan wadah steril

Peralatan sendok sendok steril pisau steril dan peralatanbahan yang mendukung pengambilan secara aseptis (Contoh Pembakar bunsen dengan spiritus)

d)3 Aspek yang dipertimbangkan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 37: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 3

pemeriksaan laboratorium kualitas air baku (air bersih) dan air olahan (air minum) Data hasil inspeksi sanitasi pada satu lokasi depot air minum yang sama dalam beberapa periode inspeksi merupakan basis data (database) yang dapat diinterpretasi dianalisis baik secara tunggal (hanya data satu depot tersebut) ataupun bersamaan dengan data inspeksi depot air minum yang lain dan didesiminasikan Selanjutnya hasil desiminasi tersebut dapat ditindaklanjuti dengan melakukan upaya diantaranya pembinaan pelatihan dan lain sebagainya

Materi Sub Bahasan Desain dan Metodologi Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan merupakan suatu studi yang dapat dilakukan dengan desain cross sectional kasus kontrol ataupun kohort Sebagai suatu studi yang masuk ke dalam ranah epidemiologi kesehatan lingkungan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan selain melihat kecenderungan data juga digunakan untuk melihat adanya hubungan antara pajanan lingkungan dan dampak kesehatan (penyakit) Oleh karenanya dalam surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan diperlukan data-data sebagai berikut

1 Data geografis wilayah dilakukan dengan menggunakan GPS untuk penentuan koordinat lokasi dilakukan pengambilan sampel pengumpulan data

2 Data faktor risiko lingkungan meliputi data kualitas lingkungan (pengambilan dan pemeriksaan sampel) data kondisi lingkungan sanitasi yang dikumpulkan melalui observasi (pengisian cek lis) dan wawancara Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dbutuhkan data kualitas udara dalam ruang yang dilakukan dengan pengukuran dan data berkaitan dengan jenis lantai ventilasi bahan bakar memasak dan lain sebagainya

3 Data faktor risiko lingkungan meliputi data perilaku sampel (responden) yang juga merupakan faktor risiko dari penyakit berbasis lingkungan yang menjadi perhatian Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA selain data kualitas udara dalam ruang dan ventilasi perlu dikumpulkan data terkait dengan kebiasaan membuka jendela

4 Data pajanan meliputi data lama tinggal pola aktivitas pekerjaan data konsumsi makanan dan air dan lain sebagainya Sebagai contoh dalam melakukan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan pemukiman yang dikaitkan dengan penyakit ISPA dibutuhkan data lama tinggal dan rata-rata lama berada di dalam rumah

Sebagai suatu studi surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dilakukan dengan desain

tertentu yang disesuaikan dengan tujuan permasalahan yang akan dikaji dan faktor-faktor lainnya Sebagaimana dijelaskan di atas surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional kasus kontrol dan kohort Penggunaan desain studi pada surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seperti pada tabel 11

Tabel 11 Perbandingan Desain Studi

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort Desain pemilihan sampel (sampling)

Random Bisa juga dipisah fixed disease sampling atau fixed exposure sampling

Sampel terpisah untuk kasus (sakit) dan kontrol (tidak sakit)

Sampel terpisah untuk terpajan dan tidak terpajan

Waktu periode pelaksanaan (arah pengusutan)

Satu titik waktu atau sesaat (non directional)

Retrospektif Prospektif Followup selama periode waktu tertentu

Kausalitas Hanya menjelaskan Kausalitas awal Kausalitas dengan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 4

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort hubungan antara faktor risiko kesehatan lingkungan dengan penyakit (namun bukan bersifat kausalitas)

bukti sekuensi temporal

Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai pengganti risiko

Odds sebagai pengganti risiko

Insidensi (R Risiko) Insidence rate

Perbandingan risiko Prevalence Ratio (PR) Odds Ratio (OR) Risiko Relatif (RR)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan lebih tepat menggunakan desain cross sectional dikarenakan dalam pemilihan sampling dilakukan secara random dan pengumpulan data lingkungan dan penyakit dilakukan pada satu waktu Output dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dengan desain cross sectional adalah hubungan (bukan kausalitas) antara faktor lingkungan dan penyakit Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bisa dilakukan dengan desain kasus kontrol bilamana titik tolak studi (pengusutan) dimulai dari adanya penyakit dan sampel dikelompokkan menjadi kasus (sampel yang menderita penyakit) dan kontrol (sehat) dan data faktor lingkungan sebelum kasus sakit tersedia Selain itu surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat menggunakan desain studi kohort (prospektif) dengan memantau secara terus menerus (hingga periode tertentu) kualitas lingkungan dan faktor lingkungan lainnya bersamaan dengan penyakitnya

Materi Sub Bahasan Tahapan Kegiatan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Tahapan kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seyogyanya terdiri dari survey pendahuluan dan pengumpulan data awal penyusunan instrumen survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pengolahan dan analisis data dan diseminasi Tahapan kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut

1 Survey pendahuluan dan pengumpulan data awal pengumpulan data awal dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal pada lokasi meliputi background data yang telah tersedia atau data lainnya yang berhubungan Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data sekunder dan juga perlu ditentukan lokasi yang akan menjadi titik pengambilan sampel

2 Penyusunan instrumen berdasarkan data awal yang dikumpulkan disusun instrumen untuk survey pengambilan dan pemeriksaan sampel Instrumen disusun berbentuk cek lis danatau kuisioner Untuk mendapatkan data sesuai yang diharapkan instrumen yang telah dibuat sebaiknya diuji coba terlebih dahulu

3 Survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data primer dan pengumpulan data menggunakan instrumen yang digunakan

4 Pengolahan dan analisis data data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis yang dapat dilakukan secara manual ataupun alat bantu lainnya (mis software pengolah data) Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data informasi disajikan dalam bentuk tabel grafik gambar dan peta yang terangkum dalam laporan

5 Diseminasi dimaksudkan untuk menyebarluaskan informasi dan temuan lapangan kepada para stakeholder

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 1

MODUL IV ANALISIS KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Prinsip Dasar Analisis Kualitas Kesehatan Lingkungan

Analisis adalah kajian atau penelitian yang dititikberatkan pada variabel tertentu untuk mengetahui keadaan atau kondisi sebenarnya termasuk juga yang berkaitan dengan sebab musabab terjadinya kondisi tersebut Dengan demikian analisis kualitas lingkungan merupakan suatu kegiatan yang menggunakan cara atau metode ilmiah guna mengetahui seperti apa kondisi atau kualitas kesehatan lingkungan pada suatu tempat waktu yang melibatkan juga masyarakat di tempat tersebut Umumnya analisis kualitas kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk kegiatan pengambilan dan pemeriksaan sampel pengawasan kualitas kesehatan lingkungan melalui kegiatan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi serta interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Analisis kualitas kesehatan lingkungan merupakan kegiatan yang harus mampu dilakukan oleh seorang pejabat kesehatan lingkungan ataupun fungsional sanitarian Perlunya dilakukan analisis ini adalah untuk menjadi bahan masukan ataupun dasar untuk melakukan manajemen risiko kesehatan lingkungan Implementasi dari manajemen risiko kesehatan lingkungan ini bisa dalam bentuk intervensi (pendekatan) teknologi pendekatan sosial melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat secara aktif dan melalui kerjasama jejaring kemitraan antar pihak yang berkepentingan (stakeholder)

Materi analisis kualitas kesehatan lingkungan dalam modul ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan juga keterampilan bagi peserta dalam menilai prosedur pengambilan dan pemeriksaan sampel serta interpretasi hasil pemeriksaan sampel yang dilakukan dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan Materi dalam modul ini bukan dimaksudkan agar peserta mampu melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel kesehatan lingkungan sendiri tanpa berkerjasama dengan laboratorium Materi Sub Bahasan Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Kesehatan Lingkungan

Pengambilan sampel kesehatan lingkungan hakikatnya dilakukan untuk memotret atau

menjadi acuan untuk menduga kualitas kesehatan lingkungan pada suatu media di suatu wilayah Secara garis besar pengambilan sampel bertujuan untuk mengumpulkan data rona awal kesehatan lingkungan dan memantau kondisi kesehatan lingkungan Dalam hal memantau kesehatan lingkungan pengambilan sampel dilakukan untuk menentukan status kualitas kesehatan lingkungan menentukan kebijakan kesehatan lingkungan menegakkan hukum kesehatan dan lingkungan dan melakukan penelitian kesehatan lingkungan

Kualitas kesehatan lingkungan merupakan hal yang kompleks dan begitu dinamis karena dipengaruhi begitu banyak variabelfaktor Untuk itu pengambilan sampel l kesehatan ingkungan yang bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan harus dilakukan dengan cermat tepat serta butuh perencanaan dan pengorganisasian yang baik Untuk menjamin pengambilan sampel dapat menjamin keterwakilan kualitas kesehatan lingkungan perlu diperhatikan beberapa aspek yaitu lokasi dan titik pengambilan sampel parameter kualitas lingkungan yang akan dipilih serta ukuran jumlah dan volume sampel yang akan diambil Perencanaan Pengambilan Sampel

Seperti halnya kegiatan dan program pengambilan sampel sesuai dengan yang diharapkan perlu direncanakan dengan baik Perencanaan pengambilan sampel ini bertujuan untuk memastikan dan menegaskan kembali tujuan pengambilan sampel kesehatan lingkungan memutuskan cara-cara

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 2

mencapai tujuan mengetahui secara tepat hal-hal yang perlu dilakukan pada saat pengambilan sampel menyiapkan sumber daya yang diperlukan dan menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pengambilan sampel Jelasnya unsur-unsur perencanaan pengambilan sampel meliputi

a) Tujuan pengambilan sampel harus dipastikan apakah dalam rangka pengumpulan data rona kesehatan lingkungan awal atau dalam rangka memantau kesehatan lingkungan

b) Merencanakan biaya pengambilan sampel dengan mempertimbangkan empat hal yaitu aksesibilitas lokasi dan titik pengambilan sampel jumlah jenis dan kompleksitas sampel frekuensi pengambilan sampel serta penjaminan dan pengendalian mutu di lapangan Selain empat hal yang perlu dipertimbangkan tersebut perlu diketahui komponen pembiayaan dalam pengambilan sampel yaitu depresiasi (penyusutan) nilai peralatan kalibrasi peralatan pemakaian bahan pengawet secara kimia danatau fisika penggunaan bahan habis pakai penggunaan wadah sampel transportasi ke lokasi pengambilan sampel akomodasi (bila perlu) honor pengambil sampel (lumpsum atau per diem) dan penyusunan laporan pengambilan sampel

c) Administrasi berkaitan dengan pengambilan sampel yang meliputi penyiapan surat tugas surat pemberitahuan perizinan brevet ataupun lencana kewenangan pencatatan pendokumentasian dan hal-hal pendukung lainnya

d) Perlu jaminan pengambil sampel pada saat pengambilan sampel merupakan personel yang kompeten danatau berwenang dengan kualifikasi (kompetensi) latar belakang pendidikan yang sesuai pengalaman di bidangnya terampil dan diakui ataupun tersertifikasi

e) Penentuan parameter pengujian terhadap sampel yang diambil sesuai dengan tujuan pengambilan sampel turut mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait serta disesuaikan dengan parameter indikatif suatu kegiatan atau wilayah tertentu Mis parameter indikatif pada industri Pulp dan kertas adalah pH BOD COD dan TSS sedangkan pada wilayah pertambangan emas parameter yang diambil adalah air raksa (Hg) dan sianida (CN-)

f) Penentuan media lingkungan yang akan dilakukan pengambilan sampel g) Merencanakan tipe sampel yang akan diambil apakah sampel sesaat (grab sample) sampel

gabungan (composite sample) sampel terpadu (integrated sample) atau sampel kontinyu (continous sample)

h) Peralatan pengambilan sampel harus direncanakan dengan baik Peralatan pengambilan sampel terdiri dari peralatan pengambil sampel (utama) peralatan pendukung dan peralatan K3 atau APD Peralatan pengambil sampel adalah peralatan yang fungsinya untuk mengambil sampel lingkungan dengan parameter yang direncanakan seperti HVAS (High Volume Air Sampler) LVS (Low Volume Sampler) MAS (Microbiology Air Sampler) dll Alat pendukung adalah alat yang fungsinya mendukung pengambilan sampel seperti peralatan pengukur parameter lapangan (pH meter termometer barometer kecepatan angin hygrometer dll) dokumen terkait (surat tugas surat izin dll) alat tulis untuk perekaman proses pengambilan sampel penunjuk arah (kompas) dan penunjuk lokasi (GPS) dll APD yang digunakan dalam pengambilan sampel meliputi sarung tangan masker helm ear plugmuff P3K dll

i) Perencanaan terhadap wadah sampel yang akan digunakan untuk pengamanan dan transpor sampel harus disesuaikan dengan karakteristik dan interaksi parameter sampel yang akan diuji dengan sifat bahan wadah Sebagai contoh pengambilan sampel DOBOD harus menggunakan botol BOD khusus yang menggunakan tutup asah sedangkan untuk sampel mikrobiologi digunakan wadah steril

j) Pengawetan sampel dilakukan sesuai dengan karakteristik parameter yang akan diuji pada sampel mis pengawetan sampel untuk parameter golongan logam pada air menggunakan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 3

asam nitrat pekat (HNO3 p) hingga pH lt 2 sedangkan untuk sampel sianida total pada air diawetkan menggunakan NaOH hingga pH gt 12 dan didinginkan 4oCplusmn2oC pada tempat gelap

k) Batas penyimpanan sampel disesuaikan dengan parameter yang akan diuji dan mengacu pada acuan standar seperti ASTM (The American Society for Testing and Materials) dll

l) Pengamanan sampel di lapangan meliputi pengemasan pengamanan pada label sampel (spidol waterproof label yang baik) informasi tambahan yang penting (titik jenis parameter uji pengawetan waktu dan nama pengambil sampel) sehingga mencegah interaksi sampel dengan lingkungan yang menyebabkan perubahan kualitasnya (kontaminasi degradasi dll)

m) Transportasi sampel yang juga berkaitan dengan batas penyimpanan sampel harus diperhatikan dengan seksama Selain itu moda transportasi yang digunakan untuk membawa sampel juga harus dipenuhi standar keamanannya seperti harus mematuhi peraturan penerbangan nasional dan internasional bila sampel dibawa menggunakan pesawat udara

n) Penyimpanan sampel dilakukan baik secara fisik maupun kimia seperti meminimalkan adsorbsi pengasaman mencegah metabolisme mikroorganisme menghindari hidrolisis serta pengendapan Faktor kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan dengan proses pengambilan sampel

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Penentuan Titik Sampel

Prinsip penentuan titik sampel harus mempertimbangkan keterwakilan populasi atau kualitas lingkungan kemampuan peralatan keselamatan pengambil sampel faktor klimatologi biaya dan kaidah-kaidah empiris Prinsip-prinsip penentuan titik sampel pada media lingkungan adalah sebagai berikut a) Pengambilan sampel air a)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 736 tahun 2010 tentang Pengawasan Kualitas Air Minum

Peraturan daerah setempat a)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah jerigen botol botol BOD botol steril timba steril coolbox dll Peralatan pendukung pH meter termometer sisa klor GPS peralatan untuk menjamin

tidak terjadi kontaminasi (krustang kapas alkohol) dll Pengawet Asam (HNO3 p H2SO4 p) basa (NaOH) dry ice dll APD sarung tangan masker jaket pelampung dll

a)3 Aspek yang dipertimbangkan Kedalaman air Homogenitas (untuk sampel air badan air) Arah dan kecepatan aliran air (untuk sampel air badan air)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 4

Keterkaitan dengan pajanan pada masyarakat (bila digunakan untuk penelitian kesehatan masyarakat)

Jarak antar sampel Keselamatan dan kemampuan sumber daya

a)4 Penentuan titik sampel Air sungai ditentukan yaitu

Uji homogenitas sungai dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu lalu lakukan uji parameter lapangan (suhu pH DOoksigen terlarut dan DHLDaya Hantar Listrik) Apabila hasil pengujian beberapa parameter pada beberapa sampel tersebut tidak berbeda jauh dengan variasi lt 10 maka disebut homogen atau tercampur sementara sehingga sampel yang diambil untuk mewakili air sungai tersebut bisa lebih sedikit

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel air sungai harus meliputi daerah hulu yang belum terkontaminasi daerah pemanfaatan sungai daerah yang potensial terkontaminasi daerah pertemuan dua sungai dan daerah hilir

Air tanah Pengambilan sampel dilakukan plusmn 20 cm dari dasar sumur gali dan dipastikan agar tidak

ada sedimen yang ikut terambil atau pada mulut kran tempat air keluar untuk sumur bor

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel dilakukan pada daerah meliputi daerah dimana air tanah digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari termasuk air minum dan di daerah yang berisiko terkontaminasi (dekat penimbunanpembuangan akhir sampah daerah pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif wilayah pesisir dimana terjadi intrusi air laut dll)

b) Pengambilan sampel udara ambien dan udara dalam ruang b)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan Peraturan daerah setempat

b)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Peralatan utama High Volume Air Sampler (HVAS) RAC Gas Sampler EPAM CO dan CO2

Detektor Low Volume Sampler Microbiology Air Sampler atau Lamotte BD Pump dan Sound Level Meter

Peralatan pendukung pengukur kecepatan angin arah angir termometer hygrometer dan luxmeter

Bahan yang digunakan filter HVAS dan LVS absorbant (So2 NO2 H2S NH3 dan O3) dan larutan garam (NaCl) fisiologis steril

b)3 Aspek yang dipertimbangkan Berhubungan dengan klimatologi arah dan kecepatan angin bunga angin (wind rose)

kelembaban musim dan suhu udara Berhubungan dengan asumsi konsentrasi parameter inversi udara dispersi jarak terbang

(distance) dan ukuran partikel Bilamana sumber pencemar adalah cerobong asap maka ketinggian ukuran partikel dan jarak terhadap pemukiman penduduk harus dipertimbangkan

Berhubungan dengan pajanan daerah padat penduduk jarak terhadap sumber pencemar (radius)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 5

b)4 Penentuan titik sampel Pengambilan sampel udara ambien harus menghindari daerah yang dekat dengan

bangunan dan tanaman yang diperkirakan dapat mengabsorbsi atau mengadsorbsi pencemar daerah yang terdapat pengganggu kimia yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Emisi kimiawi kendaraan bermotor dapat mengganggu pengukuran ozon) dan daerah yang terdapat pengganggu fisik yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Pengukuran total partikulat atau TSP dapat terganggu oleh adanya insinerator disekitar lokasi pengukuran)

Pada umumnya lokasi pengukuran (pengambilan sampel) dilakukan pada daerah yang mempunyai konsentrasi parameter tinggi daerah padat penduduk daerah yang diasumsikan menerima paparan pencemar dan daerah yang digunakan untuk memproyeksikan dampak kegiatan pembangunan

c) Pengambilan sampel sedimen c)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Wadah Plastik atau wadah lainnya untuk sedimen tanah atau lumpur Plastik dan botol

steril untuk makanan Peralatan Grab Sampler untuk pengambilan sludge pada daerah yang sulit danatau

dalam c)3 Aspek yang dipertimbangkan

Potensi dan sumber pencemaran Topografi Jenis vegetasi Perkiraan terjadinya pencemaran

c)4 Penentuan titik sampel Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang

cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel meliputi daerah yang tanahnya diperkirakan akan kontak dengan masyarakat daerah yang mewakili pencemaran tertentu berdasarkan karakteristik kegiatan di wilayah tersebut (tanah pada pertanian perkebunan pertambangan dll) dan daerah yang tanahnya diperkirakan dapat mengkontaminasi media lingkungan lainnya

d) Pengambilan sampel makanan d)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan d)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah Plastik atau wadah atau botol untuk makanan Untuk sampel makanan yang akan diperiksa parameter bakteriologisnya maka digunakan wadah steril

Peralatan sendok sendok steril pisau steril dan peralatanbahan yang mendukung pengambilan secara aseptis (Contoh Pembakar bunsen dengan spiritus)

d)3 Aspek yang dipertimbangkan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 38: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

III - 4

Kriteria Cross Sectional Kasus Kontrol Kohort hubungan antara faktor risiko kesehatan lingkungan dengan penyakit (namun bukan bersifat kausalitas)

bukti sekuensi temporal

Ukuran risiko Prevalensi (P) sebagai pengganti risiko

Odds sebagai pengganti risiko

Insidensi (R Risiko) Insidence rate

Perbandingan risiko Prevalence Ratio (PR) Odds Ratio (OR) Risiko Relatif (RR)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan lebih tepat menggunakan desain cross sectional dikarenakan dalam pemilihan sampling dilakukan secara random dan pengumpulan data lingkungan dan penyakit dilakukan pada satu waktu Output dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dengan desain cross sectional adalah hubungan (bukan kausalitas) antara faktor lingkungan dan penyakit Surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan bisa dilakukan dengan desain kasus kontrol bilamana titik tolak studi (pengusutan) dimulai dari adanya penyakit dan sampel dikelompokkan menjadi kasus (sampel yang menderita penyakit) dan kontrol (sehat) dan data faktor lingkungan sebelum kasus sakit tersedia Selain itu surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat menggunakan desain studi kohort (prospektif) dengan memantau secara terus menerus (hingga periode tertentu) kualitas lingkungan dan faktor lingkungan lainnya bersamaan dengan penyakitnya

Materi Sub Bahasan Tahapan Kegiatan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

Tahapan kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seyogyanya terdiri dari survey pendahuluan dan pengumpulan data awal penyusunan instrumen survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pengolahan dan analisis data dan diseminasi Tahapan kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut

1 Survey pendahuluan dan pengumpulan data awal pengumpulan data awal dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal pada lokasi meliputi background data yang telah tersedia atau data lainnya yang berhubungan Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data sekunder dan juga perlu ditentukan lokasi yang akan menjadi titik pengambilan sampel

2 Penyusunan instrumen berdasarkan data awal yang dikumpulkan disusun instrumen untuk survey pengambilan dan pemeriksaan sampel Instrumen disusun berbentuk cek lis danatau kuisioner Untuk mendapatkan data sesuai yang diharapkan instrumen yang telah dibuat sebaiknya diuji coba terlebih dahulu

3 Survey pengambilan dan pemeriksaan sampel pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data primer dan pengumpulan data menggunakan instrumen yang digunakan

4 Pengolahan dan analisis data data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis yang dapat dilakukan secara manual ataupun alat bantu lainnya (mis software pengolah data) Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data informasi disajikan dalam bentuk tabel grafik gambar dan peta yang terangkum dalam laporan

5 Diseminasi dimaksudkan untuk menyebarluaskan informasi dan temuan lapangan kepada para stakeholder

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 1

MODUL IV ANALISIS KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Prinsip Dasar Analisis Kualitas Kesehatan Lingkungan

Analisis adalah kajian atau penelitian yang dititikberatkan pada variabel tertentu untuk mengetahui keadaan atau kondisi sebenarnya termasuk juga yang berkaitan dengan sebab musabab terjadinya kondisi tersebut Dengan demikian analisis kualitas lingkungan merupakan suatu kegiatan yang menggunakan cara atau metode ilmiah guna mengetahui seperti apa kondisi atau kualitas kesehatan lingkungan pada suatu tempat waktu yang melibatkan juga masyarakat di tempat tersebut Umumnya analisis kualitas kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk kegiatan pengambilan dan pemeriksaan sampel pengawasan kualitas kesehatan lingkungan melalui kegiatan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi serta interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Analisis kualitas kesehatan lingkungan merupakan kegiatan yang harus mampu dilakukan oleh seorang pejabat kesehatan lingkungan ataupun fungsional sanitarian Perlunya dilakukan analisis ini adalah untuk menjadi bahan masukan ataupun dasar untuk melakukan manajemen risiko kesehatan lingkungan Implementasi dari manajemen risiko kesehatan lingkungan ini bisa dalam bentuk intervensi (pendekatan) teknologi pendekatan sosial melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat secara aktif dan melalui kerjasama jejaring kemitraan antar pihak yang berkepentingan (stakeholder)

Materi analisis kualitas kesehatan lingkungan dalam modul ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan juga keterampilan bagi peserta dalam menilai prosedur pengambilan dan pemeriksaan sampel serta interpretasi hasil pemeriksaan sampel yang dilakukan dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan Materi dalam modul ini bukan dimaksudkan agar peserta mampu melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel kesehatan lingkungan sendiri tanpa berkerjasama dengan laboratorium Materi Sub Bahasan Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Kesehatan Lingkungan

Pengambilan sampel kesehatan lingkungan hakikatnya dilakukan untuk memotret atau

menjadi acuan untuk menduga kualitas kesehatan lingkungan pada suatu media di suatu wilayah Secara garis besar pengambilan sampel bertujuan untuk mengumpulkan data rona awal kesehatan lingkungan dan memantau kondisi kesehatan lingkungan Dalam hal memantau kesehatan lingkungan pengambilan sampel dilakukan untuk menentukan status kualitas kesehatan lingkungan menentukan kebijakan kesehatan lingkungan menegakkan hukum kesehatan dan lingkungan dan melakukan penelitian kesehatan lingkungan

Kualitas kesehatan lingkungan merupakan hal yang kompleks dan begitu dinamis karena dipengaruhi begitu banyak variabelfaktor Untuk itu pengambilan sampel l kesehatan ingkungan yang bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan harus dilakukan dengan cermat tepat serta butuh perencanaan dan pengorganisasian yang baik Untuk menjamin pengambilan sampel dapat menjamin keterwakilan kualitas kesehatan lingkungan perlu diperhatikan beberapa aspek yaitu lokasi dan titik pengambilan sampel parameter kualitas lingkungan yang akan dipilih serta ukuran jumlah dan volume sampel yang akan diambil Perencanaan Pengambilan Sampel

Seperti halnya kegiatan dan program pengambilan sampel sesuai dengan yang diharapkan perlu direncanakan dengan baik Perencanaan pengambilan sampel ini bertujuan untuk memastikan dan menegaskan kembali tujuan pengambilan sampel kesehatan lingkungan memutuskan cara-cara

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 2

mencapai tujuan mengetahui secara tepat hal-hal yang perlu dilakukan pada saat pengambilan sampel menyiapkan sumber daya yang diperlukan dan menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pengambilan sampel Jelasnya unsur-unsur perencanaan pengambilan sampel meliputi

a) Tujuan pengambilan sampel harus dipastikan apakah dalam rangka pengumpulan data rona kesehatan lingkungan awal atau dalam rangka memantau kesehatan lingkungan

b) Merencanakan biaya pengambilan sampel dengan mempertimbangkan empat hal yaitu aksesibilitas lokasi dan titik pengambilan sampel jumlah jenis dan kompleksitas sampel frekuensi pengambilan sampel serta penjaminan dan pengendalian mutu di lapangan Selain empat hal yang perlu dipertimbangkan tersebut perlu diketahui komponen pembiayaan dalam pengambilan sampel yaitu depresiasi (penyusutan) nilai peralatan kalibrasi peralatan pemakaian bahan pengawet secara kimia danatau fisika penggunaan bahan habis pakai penggunaan wadah sampel transportasi ke lokasi pengambilan sampel akomodasi (bila perlu) honor pengambil sampel (lumpsum atau per diem) dan penyusunan laporan pengambilan sampel

c) Administrasi berkaitan dengan pengambilan sampel yang meliputi penyiapan surat tugas surat pemberitahuan perizinan brevet ataupun lencana kewenangan pencatatan pendokumentasian dan hal-hal pendukung lainnya

d) Perlu jaminan pengambil sampel pada saat pengambilan sampel merupakan personel yang kompeten danatau berwenang dengan kualifikasi (kompetensi) latar belakang pendidikan yang sesuai pengalaman di bidangnya terampil dan diakui ataupun tersertifikasi

e) Penentuan parameter pengujian terhadap sampel yang diambil sesuai dengan tujuan pengambilan sampel turut mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait serta disesuaikan dengan parameter indikatif suatu kegiatan atau wilayah tertentu Mis parameter indikatif pada industri Pulp dan kertas adalah pH BOD COD dan TSS sedangkan pada wilayah pertambangan emas parameter yang diambil adalah air raksa (Hg) dan sianida (CN-)

f) Penentuan media lingkungan yang akan dilakukan pengambilan sampel g) Merencanakan tipe sampel yang akan diambil apakah sampel sesaat (grab sample) sampel

gabungan (composite sample) sampel terpadu (integrated sample) atau sampel kontinyu (continous sample)

h) Peralatan pengambilan sampel harus direncanakan dengan baik Peralatan pengambilan sampel terdiri dari peralatan pengambil sampel (utama) peralatan pendukung dan peralatan K3 atau APD Peralatan pengambil sampel adalah peralatan yang fungsinya untuk mengambil sampel lingkungan dengan parameter yang direncanakan seperti HVAS (High Volume Air Sampler) LVS (Low Volume Sampler) MAS (Microbiology Air Sampler) dll Alat pendukung adalah alat yang fungsinya mendukung pengambilan sampel seperti peralatan pengukur parameter lapangan (pH meter termometer barometer kecepatan angin hygrometer dll) dokumen terkait (surat tugas surat izin dll) alat tulis untuk perekaman proses pengambilan sampel penunjuk arah (kompas) dan penunjuk lokasi (GPS) dll APD yang digunakan dalam pengambilan sampel meliputi sarung tangan masker helm ear plugmuff P3K dll

i) Perencanaan terhadap wadah sampel yang akan digunakan untuk pengamanan dan transpor sampel harus disesuaikan dengan karakteristik dan interaksi parameter sampel yang akan diuji dengan sifat bahan wadah Sebagai contoh pengambilan sampel DOBOD harus menggunakan botol BOD khusus yang menggunakan tutup asah sedangkan untuk sampel mikrobiologi digunakan wadah steril

j) Pengawetan sampel dilakukan sesuai dengan karakteristik parameter yang akan diuji pada sampel mis pengawetan sampel untuk parameter golongan logam pada air menggunakan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 3

asam nitrat pekat (HNO3 p) hingga pH lt 2 sedangkan untuk sampel sianida total pada air diawetkan menggunakan NaOH hingga pH gt 12 dan didinginkan 4oCplusmn2oC pada tempat gelap

k) Batas penyimpanan sampel disesuaikan dengan parameter yang akan diuji dan mengacu pada acuan standar seperti ASTM (The American Society for Testing and Materials) dll

l) Pengamanan sampel di lapangan meliputi pengemasan pengamanan pada label sampel (spidol waterproof label yang baik) informasi tambahan yang penting (titik jenis parameter uji pengawetan waktu dan nama pengambil sampel) sehingga mencegah interaksi sampel dengan lingkungan yang menyebabkan perubahan kualitasnya (kontaminasi degradasi dll)

m) Transportasi sampel yang juga berkaitan dengan batas penyimpanan sampel harus diperhatikan dengan seksama Selain itu moda transportasi yang digunakan untuk membawa sampel juga harus dipenuhi standar keamanannya seperti harus mematuhi peraturan penerbangan nasional dan internasional bila sampel dibawa menggunakan pesawat udara

n) Penyimpanan sampel dilakukan baik secara fisik maupun kimia seperti meminimalkan adsorbsi pengasaman mencegah metabolisme mikroorganisme menghindari hidrolisis serta pengendapan Faktor kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan dengan proses pengambilan sampel

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Penentuan Titik Sampel

Prinsip penentuan titik sampel harus mempertimbangkan keterwakilan populasi atau kualitas lingkungan kemampuan peralatan keselamatan pengambil sampel faktor klimatologi biaya dan kaidah-kaidah empiris Prinsip-prinsip penentuan titik sampel pada media lingkungan adalah sebagai berikut a) Pengambilan sampel air a)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 736 tahun 2010 tentang Pengawasan Kualitas Air Minum

Peraturan daerah setempat a)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah jerigen botol botol BOD botol steril timba steril coolbox dll Peralatan pendukung pH meter termometer sisa klor GPS peralatan untuk menjamin

tidak terjadi kontaminasi (krustang kapas alkohol) dll Pengawet Asam (HNO3 p H2SO4 p) basa (NaOH) dry ice dll APD sarung tangan masker jaket pelampung dll

a)3 Aspek yang dipertimbangkan Kedalaman air Homogenitas (untuk sampel air badan air) Arah dan kecepatan aliran air (untuk sampel air badan air)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 4

Keterkaitan dengan pajanan pada masyarakat (bila digunakan untuk penelitian kesehatan masyarakat)

Jarak antar sampel Keselamatan dan kemampuan sumber daya

a)4 Penentuan titik sampel Air sungai ditentukan yaitu

Uji homogenitas sungai dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu lalu lakukan uji parameter lapangan (suhu pH DOoksigen terlarut dan DHLDaya Hantar Listrik) Apabila hasil pengujian beberapa parameter pada beberapa sampel tersebut tidak berbeda jauh dengan variasi lt 10 maka disebut homogen atau tercampur sementara sehingga sampel yang diambil untuk mewakili air sungai tersebut bisa lebih sedikit

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel air sungai harus meliputi daerah hulu yang belum terkontaminasi daerah pemanfaatan sungai daerah yang potensial terkontaminasi daerah pertemuan dua sungai dan daerah hilir

Air tanah Pengambilan sampel dilakukan plusmn 20 cm dari dasar sumur gali dan dipastikan agar tidak

ada sedimen yang ikut terambil atau pada mulut kran tempat air keluar untuk sumur bor

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel dilakukan pada daerah meliputi daerah dimana air tanah digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari termasuk air minum dan di daerah yang berisiko terkontaminasi (dekat penimbunanpembuangan akhir sampah daerah pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif wilayah pesisir dimana terjadi intrusi air laut dll)

b) Pengambilan sampel udara ambien dan udara dalam ruang b)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan Peraturan daerah setempat

b)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Peralatan utama High Volume Air Sampler (HVAS) RAC Gas Sampler EPAM CO dan CO2

Detektor Low Volume Sampler Microbiology Air Sampler atau Lamotte BD Pump dan Sound Level Meter

Peralatan pendukung pengukur kecepatan angin arah angir termometer hygrometer dan luxmeter

Bahan yang digunakan filter HVAS dan LVS absorbant (So2 NO2 H2S NH3 dan O3) dan larutan garam (NaCl) fisiologis steril

b)3 Aspek yang dipertimbangkan Berhubungan dengan klimatologi arah dan kecepatan angin bunga angin (wind rose)

kelembaban musim dan suhu udara Berhubungan dengan asumsi konsentrasi parameter inversi udara dispersi jarak terbang

(distance) dan ukuran partikel Bilamana sumber pencemar adalah cerobong asap maka ketinggian ukuran partikel dan jarak terhadap pemukiman penduduk harus dipertimbangkan

Berhubungan dengan pajanan daerah padat penduduk jarak terhadap sumber pencemar (radius)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 5

b)4 Penentuan titik sampel Pengambilan sampel udara ambien harus menghindari daerah yang dekat dengan

bangunan dan tanaman yang diperkirakan dapat mengabsorbsi atau mengadsorbsi pencemar daerah yang terdapat pengganggu kimia yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Emisi kimiawi kendaraan bermotor dapat mengganggu pengukuran ozon) dan daerah yang terdapat pengganggu fisik yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Pengukuran total partikulat atau TSP dapat terganggu oleh adanya insinerator disekitar lokasi pengukuran)

Pada umumnya lokasi pengukuran (pengambilan sampel) dilakukan pada daerah yang mempunyai konsentrasi parameter tinggi daerah padat penduduk daerah yang diasumsikan menerima paparan pencemar dan daerah yang digunakan untuk memproyeksikan dampak kegiatan pembangunan

c) Pengambilan sampel sedimen c)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Wadah Plastik atau wadah lainnya untuk sedimen tanah atau lumpur Plastik dan botol

steril untuk makanan Peralatan Grab Sampler untuk pengambilan sludge pada daerah yang sulit danatau

dalam c)3 Aspek yang dipertimbangkan

Potensi dan sumber pencemaran Topografi Jenis vegetasi Perkiraan terjadinya pencemaran

c)4 Penentuan titik sampel Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang

cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel meliputi daerah yang tanahnya diperkirakan akan kontak dengan masyarakat daerah yang mewakili pencemaran tertentu berdasarkan karakteristik kegiatan di wilayah tersebut (tanah pada pertanian perkebunan pertambangan dll) dan daerah yang tanahnya diperkirakan dapat mengkontaminasi media lingkungan lainnya

d) Pengambilan sampel makanan d)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan d)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah Plastik atau wadah atau botol untuk makanan Untuk sampel makanan yang akan diperiksa parameter bakteriologisnya maka digunakan wadah steril

Peralatan sendok sendok steril pisau steril dan peralatanbahan yang mendukung pengambilan secara aseptis (Contoh Pembakar bunsen dengan spiritus)

d)3 Aspek yang dipertimbangkan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 39: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 1

MODUL IV ANALISIS KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN

Materi Sub Bahasan Prinsip Dasar Analisis Kualitas Kesehatan Lingkungan

Analisis adalah kajian atau penelitian yang dititikberatkan pada variabel tertentu untuk mengetahui keadaan atau kondisi sebenarnya termasuk juga yang berkaitan dengan sebab musabab terjadinya kondisi tersebut Dengan demikian analisis kualitas lingkungan merupakan suatu kegiatan yang menggunakan cara atau metode ilmiah guna mengetahui seperti apa kondisi atau kualitas kesehatan lingkungan pada suatu tempat waktu yang melibatkan juga masyarakat di tempat tersebut Umumnya analisis kualitas kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk kegiatan pengambilan dan pemeriksaan sampel pengawasan kualitas kesehatan lingkungan melalui kegiatan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi serta interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Analisis kualitas kesehatan lingkungan merupakan kegiatan yang harus mampu dilakukan oleh seorang pejabat kesehatan lingkungan ataupun fungsional sanitarian Perlunya dilakukan analisis ini adalah untuk menjadi bahan masukan ataupun dasar untuk melakukan manajemen risiko kesehatan lingkungan Implementasi dari manajemen risiko kesehatan lingkungan ini bisa dalam bentuk intervensi (pendekatan) teknologi pendekatan sosial melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat secara aktif dan melalui kerjasama jejaring kemitraan antar pihak yang berkepentingan (stakeholder)

Materi analisis kualitas kesehatan lingkungan dalam modul ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan juga keterampilan bagi peserta dalam menilai prosedur pengambilan dan pemeriksaan sampel serta interpretasi hasil pemeriksaan sampel yang dilakukan dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan Materi dalam modul ini bukan dimaksudkan agar peserta mampu melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel kesehatan lingkungan sendiri tanpa berkerjasama dengan laboratorium Materi Sub Bahasan Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Kesehatan Lingkungan

Pengambilan sampel kesehatan lingkungan hakikatnya dilakukan untuk memotret atau

menjadi acuan untuk menduga kualitas kesehatan lingkungan pada suatu media di suatu wilayah Secara garis besar pengambilan sampel bertujuan untuk mengumpulkan data rona awal kesehatan lingkungan dan memantau kondisi kesehatan lingkungan Dalam hal memantau kesehatan lingkungan pengambilan sampel dilakukan untuk menentukan status kualitas kesehatan lingkungan menentukan kebijakan kesehatan lingkungan menegakkan hukum kesehatan dan lingkungan dan melakukan penelitian kesehatan lingkungan

Kualitas kesehatan lingkungan merupakan hal yang kompleks dan begitu dinamis karena dipengaruhi begitu banyak variabelfaktor Untuk itu pengambilan sampel l kesehatan ingkungan yang bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan harus dilakukan dengan cermat tepat serta butuh perencanaan dan pengorganisasian yang baik Untuk menjamin pengambilan sampel dapat menjamin keterwakilan kualitas kesehatan lingkungan perlu diperhatikan beberapa aspek yaitu lokasi dan titik pengambilan sampel parameter kualitas lingkungan yang akan dipilih serta ukuran jumlah dan volume sampel yang akan diambil Perencanaan Pengambilan Sampel

Seperti halnya kegiatan dan program pengambilan sampel sesuai dengan yang diharapkan perlu direncanakan dengan baik Perencanaan pengambilan sampel ini bertujuan untuk memastikan dan menegaskan kembali tujuan pengambilan sampel kesehatan lingkungan memutuskan cara-cara

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 2

mencapai tujuan mengetahui secara tepat hal-hal yang perlu dilakukan pada saat pengambilan sampel menyiapkan sumber daya yang diperlukan dan menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pengambilan sampel Jelasnya unsur-unsur perencanaan pengambilan sampel meliputi

a) Tujuan pengambilan sampel harus dipastikan apakah dalam rangka pengumpulan data rona kesehatan lingkungan awal atau dalam rangka memantau kesehatan lingkungan

b) Merencanakan biaya pengambilan sampel dengan mempertimbangkan empat hal yaitu aksesibilitas lokasi dan titik pengambilan sampel jumlah jenis dan kompleksitas sampel frekuensi pengambilan sampel serta penjaminan dan pengendalian mutu di lapangan Selain empat hal yang perlu dipertimbangkan tersebut perlu diketahui komponen pembiayaan dalam pengambilan sampel yaitu depresiasi (penyusutan) nilai peralatan kalibrasi peralatan pemakaian bahan pengawet secara kimia danatau fisika penggunaan bahan habis pakai penggunaan wadah sampel transportasi ke lokasi pengambilan sampel akomodasi (bila perlu) honor pengambil sampel (lumpsum atau per diem) dan penyusunan laporan pengambilan sampel

c) Administrasi berkaitan dengan pengambilan sampel yang meliputi penyiapan surat tugas surat pemberitahuan perizinan brevet ataupun lencana kewenangan pencatatan pendokumentasian dan hal-hal pendukung lainnya

d) Perlu jaminan pengambil sampel pada saat pengambilan sampel merupakan personel yang kompeten danatau berwenang dengan kualifikasi (kompetensi) latar belakang pendidikan yang sesuai pengalaman di bidangnya terampil dan diakui ataupun tersertifikasi

e) Penentuan parameter pengujian terhadap sampel yang diambil sesuai dengan tujuan pengambilan sampel turut mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait serta disesuaikan dengan parameter indikatif suatu kegiatan atau wilayah tertentu Mis parameter indikatif pada industri Pulp dan kertas adalah pH BOD COD dan TSS sedangkan pada wilayah pertambangan emas parameter yang diambil adalah air raksa (Hg) dan sianida (CN-)

f) Penentuan media lingkungan yang akan dilakukan pengambilan sampel g) Merencanakan tipe sampel yang akan diambil apakah sampel sesaat (grab sample) sampel

gabungan (composite sample) sampel terpadu (integrated sample) atau sampel kontinyu (continous sample)

h) Peralatan pengambilan sampel harus direncanakan dengan baik Peralatan pengambilan sampel terdiri dari peralatan pengambil sampel (utama) peralatan pendukung dan peralatan K3 atau APD Peralatan pengambil sampel adalah peralatan yang fungsinya untuk mengambil sampel lingkungan dengan parameter yang direncanakan seperti HVAS (High Volume Air Sampler) LVS (Low Volume Sampler) MAS (Microbiology Air Sampler) dll Alat pendukung adalah alat yang fungsinya mendukung pengambilan sampel seperti peralatan pengukur parameter lapangan (pH meter termometer barometer kecepatan angin hygrometer dll) dokumen terkait (surat tugas surat izin dll) alat tulis untuk perekaman proses pengambilan sampel penunjuk arah (kompas) dan penunjuk lokasi (GPS) dll APD yang digunakan dalam pengambilan sampel meliputi sarung tangan masker helm ear plugmuff P3K dll

i) Perencanaan terhadap wadah sampel yang akan digunakan untuk pengamanan dan transpor sampel harus disesuaikan dengan karakteristik dan interaksi parameter sampel yang akan diuji dengan sifat bahan wadah Sebagai contoh pengambilan sampel DOBOD harus menggunakan botol BOD khusus yang menggunakan tutup asah sedangkan untuk sampel mikrobiologi digunakan wadah steril

j) Pengawetan sampel dilakukan sesuai dengan karakteristik parameter yang akan diuji pada sampel mis pengawetan sampel untuk parameter golongan logam pada air menggunakan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 3

asam nitrat pekat (HNO3 p) hingga pH lt 2 sedangkan untuk sampel sianida total pada air diawetkan menggunakan NaOH hingga pH gt 12 dan didinginkan 4oCplusmn2oC pada tempat gelap

k) Batas penyimpanan sampel disesuaikan dengan parameter yang akan diuji dan mengacu pada acuan standar seperti ASTM (The American Society for Testing and Materials) dll

l) Pengamanan sampel di lapangan meliputi pengemasan pengamanan pada label sampel (spidol waterproof label yang baik) informasi tambahan yang penting (titik jenis parameter uji pengawetan waktu dan nama pengambil sampel) sehingga mencegah interaksi sampel dengan lingkungan yang menyebabkan perubahan kualitasnya (kontaminasi degradasi dll)

m) Transportasi sampel yang juga berkaitan dengan batas penyimpanan sampel harus diperhatikan dengan seksama Selain itu moda transportasi yang digunakan untuk membawa sampel juga harus dipenuhi standar keamanannya seperti harus mematuhi peraturan penerbangan nasional dan internasional bila sampel dibawa menggunakan pesawat udara

n) Penyimpanan sampel dilakukan baik secara fisik maupun kimia seperti meminimalkan adsorbsi pengasaman mencegah metabolisme mikroorganisme menghindari hidrolisis serta pengendapan Faktor kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan dengan proses pengambilan sampel

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Penentuan Titik Sampel

Prinsip penentuan titik sampel harus mempertimbangkan keterwakilan populasi atau kualitas lingkungan kemampuan peralatan keselamatan pengambil sampel faktor klimatologi biaya dan kaidah-kaidah empiris Prinsip-prinsip penentuan titik sampel pada media lingkungan adalah sebagai berikut a) Pengambilan sampel air a)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 736 tahun 2010 tentang Pengawasan Kualitas Air Minum

Peraturan daerah setempat a)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah jerigen botol botol BOD botol steril timba steril coolbox dll Peralatan pendukung pH meter termometer sisa klor GPS peralatan untuk menjamin

tidak terjadi kontaminasi (krustang kapas alkohol) dll Pengawet Asam (HNO3 p H2SO4 p) basa (NaOH) dry ice dll APD sarung tangan masker jaket pelampung dll

a)3 Aspek yang dipertimbangkan Kedalaman air Homogenitas (untuk sampel air badan air) Arah dan kecepatan aliran air (untuk sampel air badan air)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 4

Keterkaitan dengan pajanan pada masyarakat (bila digunakan untuk penelitian kesehatan masyarakat)

Jarak antar sampel Keselamatan dan kemampuan sumber daya

a)4 Penentuan titik sampel Air sungai ditentukan yaitu

Uji homogenitas sungai dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu lalu lakukan uji parameter lapangan (suhu pH DOoksigen terlarut dan DHLDaya Hantar Listrik) Apabila hasil pengujian beberapa parameter pada beberapa sampel tersebut tidak berbeda jauh dengan variasi lt 10 maka disebut homogen atau tercampur sementara sehingga sampel yang diambil untuk mewakili air sungai tersebut bisa lebih sedikit

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel air sungai harus meliputi daerah hulu yang belum terkontaminasi daerah pemanfaatan sungai daerah yang potensial terkontaminasi daerah pertemuan dua sungai dan daerah hilir

Air tanah Pengambilan sampel dilakukan plusmn 20 cm dari dasar sumur gali dan dipastikan agar tidak

ada sedimen yang ikut terambil atau pada mulut kran tempat air keluar untuk sumur bor

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel dilakukan pada daerah meliputi daerah dimana air tanah digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari termasuk air minum dan di daerah yang berisiko terkontaminasi (dekat penimbunanpembuangan akhir sampah daerah pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif wilayah pesisir dimana terjadi intrusi air laut dll)

b) Pengambilan sampel udara ambien dan udara dalam ruang b)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan Peraturan daerah setempat

b)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Peralatan utama High Volume Air Sampler (HVAS) RAC Gas Sampler EPAM CO dan CO2

Detektor Low Volume Sampler Microbiology Air Sampler atau Lamotte BD Pump dan Sound Level Meter

Peralatan pendukung pengukur kecepatan angin arah angir termometer hygrometer dan luxmeter

Bahan yang digunakan filter HVAS dan LVS absorbant (So2 NO2 H2S NH3 dan O3) dan larutan garam (NaCl) fisiologis steril

b)3 Aspek yang dipertimbangkan Berhubungan dengan klimatologi arah dan kecepatan angin bunga angin (wind rose)

kelembaban musim dan suhu udara Berhubungan dengan asumsi konsentrasi parameter inversi udara dispersi jarak terbang

(distance) dan ukuran partikel Bilamana sumber pencemar adalah cerobong asap maka ketinggian ukuran partikel dan jarak terhadap pemukiman penduduk harus dipertimbangkan

Berhubungan dengan pajanan daerah padat penduduk jarak terhadap sumber pencemar (radius)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 5

b)4 Penentuan titik sampel Pengambilan sampel udara ambien harus menghindari daerah yang dekat dengan

bangunan dan tanaman yang diperkirakan dapat mengabsorbsi atau mengadsorbsi pencemar daerah yang terdapat pengganggu kimia yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Emisi kimiawi kendaraan bermotor dapat mengganggu pengukuran ozon) dan daerah yang terdapat pengganggu fisik yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Pengukuran total partikulat atau TSP dapat terganggu oleh adanya insinerator disekitar lokasi pengukuran)

Pada umumnya lokasi pengukuran (pengambilan sampel) dilakukan pada daerah yang mempunyai konsentrasi parameter tinggi daerah padat penduduk daerah yang diasumsikan menerima paparan pencemar dan daerah yang digunakan untuk memproyeksikan dampak kegiatan pembangunan

c) Pengambilan sampel sedimen c)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Wadah Plastik atau wadah lainnya untuk sedimen tanah atau lumpur Plastik dan botol

steril untuk makanan Peralatan Grab Sampler untuk pengambilan sludge pada daerah yang sulit danatau

dalam c)3 Aspek yang dipertimbangkan

Potensi dan sumber pencemaran Topografi Jenis vegetasi Perkiraan terjadinya pencemaran

c)4 Penentuan titik sampel Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang

cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel meliputi daerah yang tanahnya diperkirakan akan kontak dengan masyarakat daerah yang mewakili pencemaran tertentu berdasarkan karakteristik kegiatan di wilayah tersebut (tanah pada pertanian perkebunan pertambangan dll) dan daerah yang tanahnya diperkirakan dapat mengkontaminasi media lingkungan lainnya

d) Pengambilan sampel makanan d)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan d)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah Plastik atau wadah atau botol untuk makanan Untuk sampel makanan yang akan diperiksa parameter bakteriologisnya maka digunakan wadah steril

Peralatan sendok sendok steril pisau steril dan peralatanbahan yang mendukung pengambilan secara aseptis (Contoh Pembakar bunsen dengan spiritus)

d)3 Aspek yang dipertimbangkan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 40: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 2

mencapai tujuan mengetahui secara tepat hal-hal yang perlu dilakukan pada saat pengambilan sampel menyiapkan sumber daya yang diperlukan dan menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pengambilan sampel Jelasnya unsur-unsur perencanaan pengambilan sampel meliputi

a) Tujuan pengambilan sampel harus dipastikan apakah dalam rangka pengumpulan data rona kesehatan lingkungan awal atau dalam rangka memantau kesehatan lingkungan

b) Merencanakan biaya pengambilan sampel dengan mempertimbangkan empat hal yaitu aksesibilitas lokasi dan titik pengambilan sampel jumlah jenis dan kompleksitas sampel frekuensi pengambilan sampel serta penjaminan dan pengendalian mutu di lapangan Selain empat hal yang perlu dipertimbangkan tersebut perlu diketahui komponen pembiayaan dalam pengambilan sampel yaitu depresiasi (penyusutan) nilai peralatan kalibrasi peralatan pemakaian bahan pengawet secara kimia danatau fisika penggunaan bahan habis pakai penggunaan wadah sampel transportasi ke lokasi pengambilan sampel akomodasi (bila perlu) honor pengambil sampel (lumpsum atau per diem) dan penyusunan laporan pengambilan sampel

c) Administrasi berkaitan dengan pengambilan sampel yang meliputi penyiapan surat tugas surat pemberitahuan perizinan brevet ataupun lencana kewenangan pencatatan pendokumentasian dan hal-hal pendukung lainnya

d) Perlu jaminan pengambil sampel pada saat pengambilan sampel merupakan personel yang kompeten danatau berwenang dengan kualifikasi (kompetensi) latar belakang pendidikan yang sesuai pengalaman di bidangnya terampil dan diakui ataupun tersertifikasi

e) Penentuan parameter pengujian terhadap sampel yang diambil sesuai dengan tujuan pengambilan sampel turut mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait serta disesuaikan dengan parameter indikatif suatu kegiatan atau wilayah tertentu Mis parameter indikatif pada industri Pulp dan kertas adalah pH BOD COD dan TSS sedangkan pada wilayah pertambangan emas parameter yang diambil adalah air raksa (Hg) dan sianida (CN-)

f) Penentuan media lingkungan yang akan dilakukan pengambilan sampel g) Merencanakan tipe sampel yang akan diambil apakah sampel sesaat (grab sample) sampel

gabungan (composite sample) sampel terpadu (integrated sample) atau sampel kontinyu (continous sample)

h) Peralatan pengambilan sampel harus direncanakan dengan baik Peralatan pengambilan sampel terdiri dari peralatan pengambil sampel (utama) peralatan pendukung dan peralatan K3 atau APD Peralatan pengambil sampel adalah peralatan yang fungsinya untuk mengambil sampel lingkungan dengan parameter yang direncanakan seperti HVAS (High Volume Air Sampler) LVS (Low Volume Sampler) MAS (Microbiology Air Sampler) dll Alat pendukung adalah alat yang fungsinya mendukung pengambilan sampel seperti peralatan pengukur parameter lapangan (pH meter termometer barometer kecepatan angin hygrometer dll) dokumen terkait (surat tugas surat izin dll) alat tulis untuk perekaman proses pengambilan sampel penunjuk arah (kompas) dan penunjuk lokasi (GPS) dll APD yang digunakan dalam pengambilan sampel meliputi sarung tangan masker helm ear plugmuff P3K dll

i) Perencanaan terhadap wadah sampel yang akan digunakan untuk pengamanan dan transpor sampel harus disesuaikan dengan karakteristik dan interaksi parameter sampel yang akan diuji dengan sifat bahan wadah Sebagai contoh pengambilan sampel DOBOD harus menggunakan botol BOD khusus yang menggunakan tutup asah sedangkan untuk sampel mikrobiologi digunakan wadah steril

j) Pengawetan sampel dilakukan sesuai dengan karakteristik parameter yang akan diuji pada sampel mis pengawetan sampel untuk parameter golongan logam pada air menggunakan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 3

asam nitrat pekat (HNO3 p) hingga pH lt 2 sedangkan untuk sampel sianida total pada air diawetkan menggunakan NaOH hingga pH gt 12 dan didinginkan 4oCplusmn2oC pada tempat gelap

k) Batas penyimpanan sampel disesuaikan dengan parameter yang akan diuji dan mengacu pada acuan standar seperti ASTM (The American Society for Testing and Materials) dll

l) Pengamanan sampel di lapangan meliputi pengemasan pengamanan pada label sampel (spidol waterproof label yang baik) informasi tambahan yang penting (titik jenis parameter uji pengawetan waktu dan nama pengambil sampel) sehingga mencegah interaksi sampel dengan lingkungan yang menyebabkan perubahan kualitasnya (kontaminasi degradasi dll)

m) Transportasi sampel yang juga berkaitan dengan batas penyimpanan sampel harus diperhatikan dengan seksama Selain itu moda transportasi yang digunakan untuk membawa sampel juga harus dipenuhi standar keamanannya seperti harus mematuhi peraturan penerbangan nasional dan internasional bila sampel dibawa menggunakan pesawat udara

n) Penyimpanan sampel dilakukan baik secara fisik maupun kimia seperti meminimalkan adsorbsi pengasaman mencegah metabolisme mikroorganisme menghindari hidrolisis serta pengendapan Faktor kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan dengan proses pengambilan sampel

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Penentuan Titik Sampel

Prinsip penentuan titik sampel harus mempertimbangkan keterwakilan populasi atau kualitas lingkungan kemampuan peralatan keselamatan pengambil sampel faktor klimatologi biaya dan kaidah-kaidah empiris Prinsip-prinsip penentuan titik sampel pada media lingkungan adalah sebagai berikut a) Pengambilan sampel air a)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 736 tahun 2010 tentang Pengawasan Kualitas Air Minum

Peraturan daerah setempat a)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah jerigen botol botol BOD botol steril timba steril coolbox dll Peralatan pendukung pH meter termometer sisa klor GPS peralatan untuk menjamin

tidak terjadi kontaminasi (krustang kapas alkohol) dll Pengawet Asam (HNO3 p H2SO4 p) basa (NaOH) dry ice dll APD sarung tangan masker jaket pelampung dll

a)3 Aspek yang dipertimbangkan Kedalaman air Homogenitas (untuk sampel air badan air) Arah dan kecepatan aliran air (untuk sampel air badan air)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 4

Keterkaitan dengan pajanan pada masyarakat (bila digunakan untuk penelitian kesehatan masyarakat)

Jarak antar sampel Keselamatan dan kemampuan sumber daya

a)4 Penentuan titik sampel Air sungai ditentukan yaitu

Uji homogenitas sungai dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu lalu lakukan uji parameter lapangan (suhu pH DOoksigen terlarut dan DHLDaya Hantar Listrik) Apabila hasil pengujian beberapa parameter pada beberapa sampel tersebut tidak berbeda jauh dengan variasi lt 10 maka disebut homogen atau tercampur sementara sehingga sampel yang diambil untuk mewakili air sungai tersebut bisa lebih sedikit

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel air sungai harus meliputi daerah hulu yang belum terkontaminasi daerah pemanfaatan sungai daerah yang potensial terkontaminasi daerah pertemuan dua sungai dan daerah hilir

Air tanah Pengambilan sampel dilakukan plusmn 20 cm dari dasar sumur gali dan dipastikan agar tidak

ada sedimen yang ikut terambil atau pada mulut kran tempat air keluar untuk sumur bor

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel dilakukan pada daerah meliputi daerah dimana air tanah digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari termasuk air minum dan di daerah yang berisiko terkontaminasi (dekat penimbunanpembuangan akhir sampah daerah pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif wilayah pesisir dimana terjadi intrusi air laut dll)

b) Pengambilan sampel udara ambien dan udara dalam ruang b)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan Peraturan daerah setempat

b)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Peralatan utama High Volume Air Sampler (HVAS) RAC Gas Sampler EPAM CO dan CO2

Detektor Low Volume Sampler Microbiology Air Sampler atau Lamotte BD Pump dan Sound Level Meter

Peralatan pendukung pengukur kecepatan angin arah angir termometer hygrometer dan luxmeter

Bahan yang digunakan filter HVAS dan LVS absorbant (So2 NO2 H2S NH3 dan O3) dan larutan garam (NaCl) fisiologis steril

b)3 Aspek yang dipertimbangkan Berhubungan dengan klimatologi arah dan kecepatan angin bunga angin (wind rose)

kelembaban musim dan suhu udara Berhubungan dengan asumsi konsentrasi parameter inversi udara dispersi jarak terbang

(distance) dan ukuran partikel Bilamana sumber pencemar adalah cerobong asap maka ketinggian ukuran partikel dan jarak terhadap pemukiman penduduk harus dipertimbangkan

Berhubungan dengan pajanan daerah padat penduduk jarak terhadap sumber pencemar (radius)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 5

b)4 Penentuan titik sampel Pengambilan sampel udara ambien harus menghindari daerah yang dekat dengan

bangunan dan tanaman yang diperkirakan dapat mengabsorbsi atau mengadsorbsi pencemar daerah yang terdapat pengganggu kimia yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Emisi kimiawi kendaraan bermotor dapat mengganggu pengukuran ozon) dan daerah yang terdapat pengganggu fisik yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Pengukuran total partikulat atau TSP dapat terganggu oleh adanya insinerator disekitar lokasi pengukuran)

Pada umumnya lokasi pengukuran (pengambilan sampel) dilakukan pada daerah yang mempunyai konsentrasi parameter tinggi daerah padat penduduk daerah yang diasumsikan menerima paparan pencemar dan daerah yang digunakan untuk memproyeksikan dampak kegiatan pembangunan

c) Pengambilan sampel sedimen c)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Wadah Plastik atau wadah lainnya untuk sedimen tanah atau lumpur Plastik dan botol

steril untuk makanan Peralatan Grab Sampler untuk pengambilan sludge pada daerah yang sulit danatau

dalam c)3 Aspek yang dipertimbangkan

Potensi dan sumber pencemaran Topografi Jenis vegetasi Perkiraan terjadinya pencemaran

c)4 Penentuan titik sampel Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang

cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel meliputi daerah yang tanahnya diperkirakan akan kontak dengan masyarakat daerah yang mewakili pencemaran tertentu berdasarkan karakteristik kegiatan di wilayah tersebut (tanah pada pertanian perkebunan pertambangan dll) dan daerah yang tanahnya diperkirakan dapat mengkontaminasi media lingkungan lainnya

d) Pengambilan sampel makanan d)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan d)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah Plastik atau wadah atau botol untuk makanan Untuk sampel makanan yang akan diperiksa parameter bakteriologisnya maka digunakan wadah steril

Peralatan sendok sendok steril pisau steril dan peralatanbahan yang mendukung pengambilan secara aseptis (Contoh Pembakar bunsen dengan spiritus)

d)3 Aspek yang dipertimbangkan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 41: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 3

asam nitrat pekat (HNO3 p) hingga pH lt 2 sedangkan untuk sampel sianida total pada air diawetkan menggunakan NaOH hingga pH gt 12 dan didinginkan 4oCplusmn2oC pada tempat gelap

k) Batas penyimpanan sampel disesuaikan dengan parameter yang akan diuji dan mengacu pada acuan standar seperti ASTM (The American Society for Testing and Materials) dll

l) Pengamanan sampel di lapangan meliputi pengemasan pengamanan pada label sampel (spidol waterproof label yang baik) informasi tambahan yang penting (titik jenis parameter uji pengawetan waktu dan nama pengambil sampel) sehingga mencegah interaksi sampel dengan lingkungan yang menyebabkan perubahan kualitasnya (kontaminasi degradasi dll)

m) Transportasi sampel yang juga berkaitan dengan batas penyimpanan sampel harus diperhatikan dengan seksama Selain itu moda transportasi yang digunakan untuk membawa sampel juga harus dipenuhi standar keamanannya seperti harus mematuhi peraturan penerbangan nasional dan internasional bila sampel dibawa menggunakan pesawat udara

n) Penyimpanan sampel dilakukan baik secara fisik maupun kimia seperti meminimalkan adsorbsi pengasaman mencegah metabolisme mikroorganisme menghindari hidrolisis serta pengendapan Faktor kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan dengan proses pengambilan sampel

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Penentuan Titik Sampel

Prinsip penentuan titik sampel harus mempertimbangkan keterwakilan populasi atau kualitas lingkungan kemampuan peralatan keselamatan pengambil sampel faktor klimatologi biaya dan kaidah-kaidah empiris Prinsip-prinsip penentuan titik sampel pada media lingkungan adalah sebagai berikut a) Pengambilan sampel air a)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 736 tahun 2010 tentang Pengawasan Kualitas Air Minum

Peraturan daerah setempat a)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah jerigen botol botol BOD botol steril timba steril coolbox dll Peralatan pendukung pH meter termometer sisa klor GPS peralatan untuk menjamin

tidak terjadi kontaminasi (krustang kapas alkohol) dll Pengawet Asam (HNO3 p H2SO4 p) basa (NaOH) dry ice dll APD sarung tangan masker jaket pelampung dll

a)3 Aspek yang dipertimbangkan Kedalaman air Homogenitas (untuk sampel air badan air) Arah dan kecepatan aliran air (untuk sampel air badan air)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 4

Keterkaitan dengan pajanan pada masyarakat (bila digunakan untuk penelitian kesehatan masyarakat)

Jarak antar sampel Keselamatan dan kemampuan sumber daya

a)4 Penentuan titik sampel Air sungai ditentukan yaitu

Uji homogenitas sungai dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu lalu lakukan uji parameter lapangan (suhu pH DOoksigen terlarut dan DHLDaya Hantar Listrik) Apabila hasil pengujian beberapa parameter pada beberapa sampel tersebut tidak berbeda jauh dengan variasi lt 10 maka disebut homogen atau tercampur sementara sehingga sampel yang diambil untuk mewakili air sungai tersebut bisa lebih sedikit

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel air sungai harus meliputi daerah hulu yang belum terkontaminasi daerah pemanfaatan sungai daerah yang potensial terkontaminasi daerah pertemuan dua sungai dan daerah hilir

Air tanah Pengambilan sampel dilakukan plusmn 20 cm dari dasar sumur gali dan dipastikan agar tidak

ada sedimen yang ikut terambil atau pada mulut kran tempat air keluar untuk sumur bor

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel dilakukan pada daerah meliputi daerah dimana air tanah digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari termasuk air minum dan di daerah yang berisiko terkontaminasi (dekat penimbunanpembuangan akhir sampah daerah pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif wilayah pesisir dimana terjadi intrusi air laut dll)

b) Pengambilan sampel udara ambien dan udara dalam ruang b)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan Peraturan daerah setempat

b)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Peralatan utama High Volume Air Sampler (HVAS) RAC Gas Sampler EPAM CO dan CO2

Detektor Low Volume Sampler Microbiology Air Sampler atau Lamotte BD Pump dan Sound Level Meter

Peralatan pendukung pengukur kecepatan angin arah angir termometer hygrometer dan luxmeter

Bahan yang digunakan filter HVAS dan LVS absorbant (So2 NO2 H2S NH3 dan O3) dan larutan garam (NaCl) fisiologis steril

b)3 Aspek yang dipertimbangkan Berhubungan dengan klimatologi arah dan kecepatan angin bunga angin (wind rose)

kelembaban musim dan suhu udara Berhubungan dengan asumsi konsentrasi parameter inversi udara dispersi jarak terbang

(distance) dan ukuran partikel Bilamana sumber pencemar adalah cerobong asap maka ketinggian ukuran partikel dan jarak terhadap pemukiman penduduk harus dipertimbangkan

Berhubungan dengan pajanan daerah padat penduduk jarak terhadap sumber pencemar (radius)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 5

b)4 Penentuan titik sampel Pengambilan sampel udara ambien harus menghindari daerah yang dekat dengan

bangunan dan tanaman yang diperkirakan dapat mengabsorbsi atau mengadsorbsi pencemar daerah yang terdapat pengganggu kimia yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Emisi kimiawi kendaraan bermotor dapat mengganggu pengukuran ozon) dan daerah yang terdapat pengganggu fisik yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Pengukuran total partikulat atau TSP dapat terganggu oleh adanya insinerator disekitar lokasi pengukuran)

Pada umumnya lokasi pengukuran (pengambilan sampel) dilakukan pada daerah yang mempunyai konsentrasi parameter tinggi daerah padat penduduk daerah yang diasumsikan menerima paparan pencemar dan daerah yang digunakan untuk memproyeksikan dampak kegiatan pembangunan

c) Pengambilan sampel sedimen c)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Wadah Plastik atau wadah lainnya untuk sedimen tanah atau lumpur Plastik dan botol

steril untuk makanan Peralatan Grab Sampler untuk pengambilan sludge pada daerah yang sulit danatau

dalam c)3 Aspek yang dipertimbangkan

Potensi dan sumber pencemaran Topografi Jenis vegetasi Perkiraan terjadinya pencemaran

c)4 Penentuan titik sampel Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang

cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel meliputi daerah yang tanahnya diperkirakan akan kontak dengan masyarakat daerah yang mewakili pencemaran tertentu berdasarkan karakteristik kegiatan di wilayah tersebut (tanah pada pertanian perkebunan pertambangan dll) dan daerah yang tanahnya diperkirakan dapat mengkontaminasi media lingkungan lainnya

d) Pengambilan sampel makanan d)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan d)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah Plastik atau wadah atau botol untuk makanan Untuk sampel makanan yang akan diperiksa parameter bakteriologisnya maka digunakan wadah steril

Peralatan sendok sendok steril pisau steril dan peralatanbahan yang mendukung pengambilan secara aseptis (Contoh Pembakar bunsen dengan spiritus)

d)3 Aspek yang dipertimbangkan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 42: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 4

Keterkaitan dengan pajanan pada masyarakat (bila digunakan untuk penelitian kesehatan masyarakat)

Jarak antar sampel Keselamatan dan kemampuan sumber daya

a)4 Penentuan titik sampel Air sungai ditentukan yaitu

Uji homogenitas sungai dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu lalu lakukan uji parameter lapangan (suhu pH DOoksigen terlarut dan DHLDaya Hantar Listrik) Apabila hasil pengujian beberapa parameter pada beberapa sampel tersebut tidak berbeda jauh dengan variasi lt 10 maka disebut homogen atau tercampur sementara sehingga sampel yang diambil untuk mewakili air sungai tersebut bisa lebih sedikit

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel air sungai harus meliputi daerah hulu yang belum terkontaminasi daerah pemanfaatan sungai daerah yang potensial terkontaminasi daerah pertemuan dua sungai dan daerah hilir

Air tanah Pengambilan sampel dilakukan plusmn 20 cm dari dasar sumur gali dan dipastikan agar tidak

ada sedimen yang ikut terambil atau pada mulut kran tempat air keluar untuk sumur bor

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel dilakukan pada daerah meliputi daerah dimana air tanah digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari termasuk air minum dan di daerah yang berisiko terkontaminasi (dekat penimbunanpembuangan akhir sampah daerah pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif wilayah pesisir dimana terjadi intrusi air laut dll)

b) Pengambilan sampel udara ambien dan udara dalam ruang b)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan Peraturan daerah setempat

b)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Peralatan utama High Volume Air Sampler (HVAS) RAC Gas Sampler EPAM CO dan CO2

Detektor Low Volume Sampler Microbiology Air Sampler atau Lamotte BD Pump dan Sound Level Meter

Peralatan pendukung pengukur kecepatan angin arah angir termometer hygrometer dan luxmeter

Bahan yang digunakan filter HVAS dan LVS absorbant (So2 NO2 H2S NH3 dan O3) dan larutan garam (NaCl) fisiologis steril

b)3 Aspek yang dipertimbangkan Berhubungan dengan klimatologi arah dan kecepatan angin bunga angin (wind rose)

kelembaban musim dan suhu udara Berhubungan dengan asumsi konsentrasi parameter inversi udara dispersi jarak terbang

(distance) dan ukuran partikel Bilamana sumber pencemar adalah cerobong asap maka ketinggian ukuran partikel dan jarak terhadap pemukiman penduduk harus dipertimbangkan

Berhubungan dengan pajanan daerah padat penduduk jarak terhadap sumber pencemar (radius)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 5

b)4 Penentuan titik sampel Pengambilan sampel udara ambien harus menghindari daerah yang dekat dengan

bangunan dan tanaman yang diperkirakan dapat mengabsorbsi atau mengadsorbsi pencemar daerah yang terdapat pengganggu kimia yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Emisi kimiawi kendaraan bermotor dapat mengganggu pengukuran ozon) dan daerah yang terdapat pengganggu fisik yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Pengukuran total partikulat atau TSP dapat terganggu oleh adanya insinerator disekitar lokasi pengukuran)

Pada umumnya lokasi pengukuran (pengambilan sampel) dilakukan pada daerah yang mempunyai konsentrasi parameter tinggi daerah padat penduduk daerah yang diasumsikan menerima paparan pencemar dan daerah yang digunakan untuk memproyeksikan dampak kegiatan pembangunan

c) Pengambilan sampel sedimen c)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Wadah Plastik atau wadah lainnya untuk sedimen tanah atau lumpur Plastik dan botol

steril untuk makanan Peralatan Grab Sampler untuk pengambilan sludge pada daerah yang sulit danatau

dalam c)3 Aspek yang dipertimbangkan

Potensi dan sumber pencemaran Topografi Jenis vegetasi Perkiraan terjadinya pencemaran

c)4 Penentuan titik sampel Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang

cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel meliputi daerah yang tanahnya diperkirakan akan kontak dengan masyarakat daerah yang mewakili pencemaran tertentu berdasarkan karakteristik kegiatan di wilayah tersebut (tanah pada pertanian perkebunan pertambangan dll) dan daerah yang tanahnya diperkirakan dapat mengkontaminasi media lingkungan lainnya

d) Pengambilan sampel makanan d)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan d)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah Plastik atau wadah atau botol untuk makanan Untuk sampel makanan yang akan diperiksa parameter bakteriologisnya maka digunakan wadah steril

Peralatan sendok sendok steril pisau steril dan peralatanbahan yang mendukung pengambilan secara aseptis (Contoh Pembakar bunsen dengan spiritus)

d)3 Aspek yang dipertimbangkan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 43: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 5

b)4 Penentuan titik sampel Pengambilan sampel udara ambien harus menghindari daerah yang dekat dengan

bangunan dan tanaman yang diperkirakan dapat mengabsorbsi atau mengadsorbsi pencemar daerah yang terdapat pengganggu kimia yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Emisi kimiawi kendaraan bermotor dapat mengganggu pengukuran ozon) dan daerah yang terdapat pengganggu fisik yang mempengaruhi parameter yang diukur (contoh Pengukuran total partikulat atau TSP dapat terganggu oleh adanya insinerator disekitar lokasi pengukuran)

Pada umumnya lokasi pengukuran (pengambilan sampel) dilakukan pada daerah yang mempunyai konsentrasi parameter tinggi daerah padat penduduk daerah yang diasumsikan menerima paparan pencemar dan daerah yang digunakan untuk memproyeksikan dampak kegiatan pembangunan

c) Pengambilan sampel sedimen c)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

PP RI No 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP RI No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Wadah Plastik atau wadah lainnya untuk sedimen tanah atau lumpur Plastik dan botol

steril untuk makanan Peralatan Grab Sampler untuk pengambilan sludge pada daerah yang sulit danatau

dalam c)3 Aspek yang dipertimbangkan

Potensi dan sumber pencemaran Topografi Jenis vegetasi Perkiraan terjadinya pencemaran

c)4 Penentuan titik sampel Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang

cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

Pada umumnya lokasi pengambilan sampel meliputi daerah yang tanahnya diperkirakan akan kontak dengan masyarakat daerah yang mewakili pencemaran tertentu berdasarkan karakteristik kegiatan di wilayah tersebut (tanah pada pertanian perkebunan pertambangan dll) dan daerah yang tanahnya diperkirakan dapat mengkontaminasi media lingkungan lainnya

d) Pengambilan sampel makanan d)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan d)2 Peralatan dan bahan yang digunakan

Wadah Plastik atau wadah atau botol untuk makanan Untuk sampel makanan yang akan diperiksa parameter bakteriologisnya maka digunakan wadah steril

Peralatan sendok sendok steril pisau steril dan peralatanbahan yang mendukung pengambilan secara aseptis (Contoh Pembakar bunsen dengan spiritus)

d)3 Aspek yang dipertimbangkan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 44: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 6

Menu makanan yang akan diambil sebagai sampel Makanan yang paling sering dikonsumsi lebih diutamakan untuk diambil Makanan yang lebih tidak stabil harus diutamakan untuk diambil Contoh sampel makanan

gulai ikan kakap harus lebih diutamakan untuk diambil daripada sampel rendang yang dimasak kering

d)4 Penentuan sampel yang akan diambil Sampel makanan diambil dengan dua cara yaitu dengan cara menggabung beberapa menu

menjadi satu sampel untuk pemeriksaan total atau mengambil satu sampel makanan untuk masing-masing menu

Pada umumnya pengambilan sampel makanan dilakukan terhadap makanan yang paling disukai atau lebih sering dimakan dan lebih tidak stabil

e) Pengambilan sampel biomarker e)1 Peraturan perundangan sebagai acuan

Belum ada peraturan perundangan yang dapat dijadikan acuan pengambilan sampel biomarker secara keseluruhan

e)2 Peralatan dan bahan yang digunakan Sampel darah

Vacutainer dengan pengawet Torniket (Torniquet) Disposable Sterile Needle (jarum suntik steril sekali pakai) Alcohol swab Kain kasa dan plester Tempat penampungan limbah jarum habis pakai yang aman

Sampel urin Pot Plastik sebagai wadah urin

Sampel rambut Gunting Plastik kecil untuk wadah sampel rambut

e)3 Aspek yang dipertimbangkan Pengambilan sampel rambut

Pengambilan sampel darah umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengambilan sampel darah kapiler vena dan arteri namun yang akan digunakan dalam riset khusus (rikhus) pencemaran lingkungan ini adalah pengambilan sampel darah vena

Aspek legal responden yang akan diambil sampel darahnya perlu diinformasikan tujuan dan teknik pengambilan sampel perasaan yang akan dirasakannya pada saat pengambilan sampel dan harus dipastikan responden setuju untuk diambil darah dan bersedia menandatangani formulir informed consent

Aspek psikologis orang (responden) yang akan diambil sampel darahnya perasaan cemas khawatir akan sakit phobia disuntik

Aspek keamanan proses pengambilan sampel responden harus diyakinkan bahwa jarum dan peralatan lain yang digunakan untuk pengambilan darah steril dan hanya dipakai satu jarum untuk satu orang

Pengambilan sampel urin Pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengambilan

urin 24 jam sewaktu urin pagi urin pertengahan urin postprandial dan sampel urin dua gelas dan tiga gelas Adapun cara pengambilan sampel urin yang digunakan dalam rikhus adalah sampel urin sewaktu

Aspek etika proses pengambilan sampel urin dilakukan sendiri oleh responden setelah diinformasikan cara pengambilannya Adapun pengambilan sampel urin

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 45: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 7

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing responden atau tempat lain yang sesuai

Pengambilan sampel rambut Pengambilan sampel rambut dilakukan dengan memotong atau menggunting rambut

tanpa menghilangkan fungsi estetika rambut pada responden e)4 Penentuan sampel yang akan diambil

Pengambilan sampel dilakukan pada orang (responden) yang terpilih sesuai kriteria yang ditetapkan pada rikhus

Pengambilan sampel darah vena umumnya dilakukan pada pembuluh darah balik (vena) yang terdapat pada lipatan lengan Untuk pengambilan sampel rambut rambut digunting secara proporsional dari rambut bagian depan belakang samping kiri dan kanan dan rambut bagian atas lalu digabung menjadi satu sampel

Teknik Pengambilan Sampel 1 Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien a) Pengambilan sampel udara parameter partikulat (TSP PM10 PM25)

- Prinsip udara yang mengandung partikulat di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian ditumbukan ke permukaan filter maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang dibelokkan ( karena gaya inertia) sehingga partikel debu tersebut tertahan pada permukaan fiter Filter yang telah kontak dan mengandung partikulat tersebut akan diperiksa secara gravimetri di laboratorium

- Peralatan dan bahan yang digunakan HVAS LVS pump filter (fiberglass cellulose polyurthen foam disesuaikan dengan spesifikasi dan parameter yang akan diperiksa) dan impactor untuk menyeleksi ukuran partikel

b) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan absorbant (SO2 NO2 H2SNH3 dan O3) - Prinsip udara yang mengandung gas di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran

udara tertentu kemudian dikontakkan melalui absorbant spesifik (untuk masing-masing parameter) yang terisi pada tabung impinger maka gas masing-masing parameter akan terabsorb dan terkandung dalam larutan penyerap spesifik tersebut Masing-masing penyerap spesifik tersebut akan dianalisa sesuai dengan parameter dan metode sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan RAC Gas Sampler tabung impinger dan absorbant (larutan penyerap) spesifik sesuai dengan parameternya

c) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan detektor (CO) - Prinsip pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah

pada panjang 46 microm Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udaraAnalyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah tabung sampel dan reference detektor dan rekorder

- Peralatan dan bahan yang digunakan NDIR d) Pengambilan sampel udara parameter gas dengan adsorbant (gas-gas organik tertentu)

- Prinsip berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif TENAX-GC atau Amberlite XAD Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa hidrokarbon benzene toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben yang digunakan Sampel dilewatkan ke dalam tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( plusmn 0 3 litermenit) Waktu sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyaknya adsorben karbon aktif yang digunakan Untuk melepaskan hidrokarbon karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 46: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 8

kemudian disuntikan ke dalam GC Atau karbon aktif di bdquopurgingldquo dengan gas inert seperti N2 atau He kemudian dialirkan disuntikan ke dalam GC

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa dan tube 2 Teknik Pengambilan Sampel Udara dalam Ruang (Indoor) a) Pengambilan sampel udara dalam ruang parameter fisik kimia diberlakukan sama dengan

sampel udara ambien b) Pengambilan sampel jumlah kuman

- Prinsip udara yang mengandung kuman atau bakteri di hisap ditarik melalui nozzle dengan laju aliran udara tertentu kemudian kontakkan melewati tabung impinger yang berisi larutan NaCl fisiologis steril ataupun cawan petri steril maka kuman atau bakteri akan lengket di dalam media tersebut untuk selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiakkan dalam inkubator selama 24-48 jam Bilamana pada saat pengambilan sampel menggunakan cawan petri maka cawan tersebut dapat langsung dibiakkan dalam inkubator Setelah 24-48 jam maka jumlah koloni yang tumbuh akan dihitung dengan memperhitungkan variabel jumlah koloni pada cawan petri (baik sampel maupun kontrol) volume larutan NaCl fisiologis steril yang digunakan untuk mengambil sampel laju alir udara dan lama pengambilan sampel

- Peralatan dan bahan yang digunakan Pompa tabung impinger steril dan larutan NaCl fisiologis steril

3 Teknik Pengambilan Sampel Air a) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

- Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol steril

- Pengambilan sampel dilakukan sesaat hanya pada suatu waktu dan juga pada satu titik - Pengambilan sampel sesaat hanya dilakukan bila kualitas air pada lokasi pengambilan

diasumsikan homogen dan konstan Bilamana kondisinya heterogen dan fluktuatif pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan asumsi karakterkondisi kualitas air berdasarkan waktu sehingga didapat hasil representatif Akan tetapi pengambilan sampel semacam itu membutuhkan biaya yang besar

- Pengambilan sampel sesaat hanya mewakili kualitas di sekitar lokasi dimana sampel di ambil

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

- Sampel sesaat dapat diaplikasikan untuk parameter minyak dan lemak mikroorganisme dan parameter yang mudah berubah seperti suhu pH dan DO

b) Pengambilan sampel gabungan (composite) - Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah baik jerigen botol ataupun botol

steril - Pengambilan sampel gabungan dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih sampel

sesaat ke dalam satu wadah untuk dianalisa laboratorium

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 47: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 9

- Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam satu wadah) Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif konstan jika tidak maka dilakukan sampel proporsional

- Secara teknik pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa Sebaliknya pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel dengan tangan pengambil sampel

- Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman plusmn 20 cm dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke dalam sampel

4 Teknik Pengambilan Sampel Padatan a) Pengambilan sampel acak sederhana

- Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan variasi komposisi tanahnya rendah

- Sampel acak sederhana diambil pada lokasi yang dianggap representatif yang dekat dengan sumber pencemaran Jarak dan pola antar lokasi pada pengambilan sampel acak sederhana tidak sistematis dan kurang beraturan

- Titik sampel dapat diambil dengan 3 cara yaitu acak sederhana (dilakukan pada tanah yang cenderung homogen dan koefisien variabel komposisi tanahnya rendah seperti daerah persawahan perkebunan dll) acak stratifikasi (dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut) dan pengambilan sampel secara sistematis (dilakukan untuk mendapatkan presisi yang tinggi dimana sampel diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu)

b) Pengambilan sampel acak stratifikasi - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan

yang dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel acak stratifikasi dilakukan bila ada perbedaan komposisi tanah dimana pengambilan sampel dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masing mewakili karakter komposisi dari tanah tersebut

- Sampel acak stratifikasi diambil di lokasi yang dianggap representatif pada stratum yang dibedakan oleh variabel jenis sumber pencemaran topografi (perbedaan ketinggian) perbedaan kemiringan dan variabel lain yang dianggap perlu

c) Pengambilan sampel sistematis - Pengambilan sampel padatan tanah dapat dilakukan langsung menggunakan tangan yang

dilapisi dengan sarung tangan atau menggunakan alat (sekop) bila sampel diambil di

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 48: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 10

dataran sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan harus menggunakan grab sampler

- Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola tertentuSampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak tertentu dan mengikuti pola tertentu

5 Teknik Pengambilan Sampel Makanan

Pengambilan sampel makanan dilakukan dengan cara mengambil atau mencuplik sebagian kecil dari menu lalu dimasukkan ke dalam wadah sesuai dengan keperluan Untuk pemeriksaan total beberapa menu dapat digabung menjadi satu sampel namun untuk mengetahui secara spesifik kualitas makanan pada masing-masing menu sampel diambil dari masing-masing menu dan dimasukkan ke wadah yang berbeda Untuk memudahkan dalam pengemasan makanan untuk di bawa ke laboratorium serta memudahkan ekstraksi sebelum dilakukan pemeriksaan menu makanan yang akan dijadikan sampel dapat dipotong menjadi bagian kecil terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

Pengambilan sampel makanan untuk pemeriksaan parameter bakteriologis harus dilakukan dengan menggunakan peralatan (wadah pisau dan sendokgarpu) yang steril dan dilakukan secara aseptis yaitu pengambilan dilakukan di dekat pembakarlampu bunsen yang menyala

6 Teknik Pengambilan Sampel Biomarker (1) Pengambilan sampel darah vena

Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti Cara mengambil darah vena adalah a) Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 dan biarkan sampai mengering b) Pasang torniket sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat

jelas c) Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d) Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e) Tusuk jarum yang telah tertusuk hingga ke dalam vena dengan vacutainer f) Longgarkan torniket secara perlahan lalu vacutainer akan menghisap darah sesuai dengan

kebutuhan g) Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h) Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i) Cabut jarum lalu buang ke tempat pembuangan limbah jarum yang aman yang telah

disediakan j) Vacutainer berisi sampel darah dipastikan tidak bocor lalu lakukan pelabelan

(2) Pengambilan sampel urin sewaktu a) Responden diminta buang air kecil (kencing) ke dalam botol sampel yang telah disediakan b) Botol sampel ditutup kemudian dipastikan tidak bocor c) Lakukan pelabelan d) Pengambilan sampel rambut e) Putar atau pilin rambut responden dengan ketebalan kira-kira setebal batang korek api f) Gunting rambut yang telah dipilin sedekat mungkin dengan kulit kepala Pastikan tidak

melukai responden g) Gunting rambut seperti pada butir a) di bagian depan samping Belakang dan atas

(tengah) kepala responden lalu satukan sebagai satu sampel dan masukkan ke dalam plastik yang disediakan

h) Lakukan pelabelan

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 49: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 11

i) Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden pastikan tidak melukai kepala responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan rambut pasien menjadi lsquocolakrsquo atau terlihat jelek

7 Teknik penggunaan Global Positioning System (GPS)

Penentuan lokasi (koordinat) titik pengambilan sampel dilakukan dengan alat bantu GPS (global positioning System) Prinsip dan cara penggunaan GPS adalah sebagai berikut a) Nyalakan GPS dan masuk ke halaman yang memuat koordinat dan elevasi b) Tunggu hingga GPS mendapat respon dari satelit yang terdekat c) Pada saat display koordinat keluar tunggu hingga titik koordinat tidak berubah ndash ubah

(stabil) d) Catat titk koordinat dan cantumkan bersamaan dengan catatan identitas sampel

8 Teknik pencatatan identitas sampel dan pelabelan

Pencatatan identitas sampel a) Catat identitas sampel dengan tinta alat tulis yang jelas (nyata) dan tulisan cetak yang

mudah dibaca Contoh lsquoSAMPEL AIR BERSIHrsquo b) Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting nama responden

alamat responden titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel jenis pengawetan yang digunakan dan kondisi sampel pada formulir yang telah disediakan Contoh

Formulir Identitas Sampel Lingkungan

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN NAMA RESPONDEN TN ROZAK ABDULLAH ALAMAT RESPONDEN JL JALAN GG GANG RT 01RW01 DS

DESA KEC KECAMATAN KAB KABUPATEN PROV PROVINSI

TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT KONDISI SAMPEL BAIK

Catatkan informasi sebagai berikut jenis sampel kode sampel setting titik pengambilan sampel waktu pengambilan sampel dan jenis pengawetan yang digunakan pada label yang telah disediakan Contoh

Label

JENIS SAMPEL AIR MINUM KODE SAMPEL A1301 SETTING PERTAMBANGANPEMUKIMAN TITIK PENGAMBILAN TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM WAKTU PENGAMBILAN KAMIS 8 MARET 2012 1215 WIB PENGAWET ASAM NITRAT

Pelabelan a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label sebelum ditempel) dengan tinta alat

tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 50: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 12

c) Tempelkan label pada botolwadah pada tempat yang mudah dibaca d) Tempelkan selotif di atas label yang telah ditempel di botolwadah untuk mencegah tulisan

pada label rusak karena terkena air atau sobek 9 Teknik pengemasan dan pengamanan transportasi sampel

a) Pastikan tutup botol atau plastik tertutup rapat dan bocor b) Bungkus atau lapisi tutup botol atau plastik dengan plastik c) Susun sampel secara berurutan di dalam coolbox yang telah disediakan dan pastikan

semua mulut botol menghadap ke atas d) Sampel di dalam coolbox disusun serapat mungkin (compact) sehingga tidak ada celah

untuk mengurangi guncangan pada saat transportasi sampel e) Segel tutup coolbox dengan lakban atau bahan perekat lain lalu beri identitas f) Pastikan alat transportasi aman dan dapat mengirimkan sampel dengan baik sampai ke

laboratorium Teknik Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel merupakan kegiatan lanjutan dari pengambilan sampel Pemeriksaan sampel harus dilakukan dengan alat dan metoda yang tervalidasi petugas atau orang yang kompeten dan tersertifikasi serta didukung sistem manajemen yang terakreditasi Oleh karenanya pemeriksaan sampel seyogyanya dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi Sedangkan tugas seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian hanyalah melakukan pengambilan sampel dengan kaidah-kaidah yang benar serta menyerahkan sampel dalam kondisi yang baik ke laboratorium Adapun teknik pemeriksaan sampel yang dilakukan di laboratorium haruslah mengacu pada acuan yang diakui secara umum di Indonesia pemeriksaan sampel di laboratorium mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian dapat mempelajari teknik pemeriksaan sampel pada SNI masing-masing parameter Berikut daftar parameter pemeriksaan dan SNI yang menjadi acuannya Tabel 12 Parameter Pemeriksaan Sampel dan Acuannya

Cara Uji Parameter Acuan Kimia Air Uji pH air dengan pH meter SNI 06-698911-2004 Suhu SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 31 Kekeruhan SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 33 Salinitas SNI 06 ndash 2413 ndash 1991 butir 3122 Residu Terlarut (TDS) SNI 06-2413-1991 butir 37 Total Suspensi Soloid (TSS) SNI 06 -6989-3-2004 BOD SNI 06-2503 ndash 1991 Sulfat (SO4

2-) SNI ndash 06 ndash 2426 ndash1991 seng (Zn) SNI 06-2501-1991 Tembaga (Cu) SNI 06-2514-1991 Timbal ( Pb) SNI 06-2519 ndash 1991 Cadmium (Cd) SNI 06-2466-1991 Mangan (Mn) SNI 06-2497-1991 Besi (Fe) SNI 191127 - 1989 Clorida (Cl) SNI 06 -6989-19-2004 Kesadahan SNI 06-698912-2004 Amoniak (NH3) SNI 06- 6989[2]30- 2005

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 51: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 13

Cara Uji Parameter Acuan Nitrit (NO2-N) SNI 06-69899-2004 Flourida (F-) SNI 06- 698929- 2005 Nikel (Ni) SNI 06-698918-2004 Merkuri (Hg) SNI 06-2912-1992 Alumunium (Al) SNI 06- 698934- 2005 Selenium (Se) SNI 06-2475-1991 Chrom (Cr) terlarut SNI-06-698917-2004 Chrom Total (Cr) SNI-06-698917-2004 DHL SNI 06-69891-2004 Surfaktan Anionik (Deterjen) SNI 06- 698951- 2005 Arsen (As) SNI 06-2909-1992 Kimia Udara dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) di udara SNI 19 ndash 4844 - 1988 Amoniak (NH3) di Udara SNI - 19-71191-2005 Oksidan (O3) di Udara SNI 19-71198-2005 Partikel Tersuspensi Total (TSP) di Udara SNI 19-71193-2005 Timbal (Pb) di Udara SNI 19-71194-2005 Kimia Padatan Timbal (Pb) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004 Kadmium (Cd) dalam Sedimen SNI 06-69924-2004 Tembaga (Cu) dalam Sedimen SNI 06-69925-2004 Nikel (Ni) dalam Sedimen SNI 06-699262004 Mangan (Mn) dalam Sedimen SNI 06-699272004 Seng (Zn) dalam Sedimen SNI 06-69923-2004

Sumber BBTKLPP Jakarta (2008)

Materi Sub Bahasan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi Assessment ataupun Inspeksi Sanitasi

Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki

seorang fungsional sanitarian Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II serta melakukan pengambilan sampel dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II konsultasi kesehatan lingkungan dan Bimbingan Teknis

Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner Dalam melakukannya seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus memiliki lsquosensersquo kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang diawasinya Adapun data hasil dari observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi merupakan kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan sampel

Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi faktor subyektifitas personel sangat dominan untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 52: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 14

kuisioner sebagai instrumen atau alat bantunya Penyusunan instrumen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor berikut 1 Obyek dan komponen yang perlu diobservasi Sebagai contoh dalam melakukan observasi

assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya komponen yang perlu mendapat perhatian diantaranya jarak pemukiman terhadap jalan raya adatidaknya tanaman sebagai barriernya jenis kendaraan dominan yang melintasi jalan raya serta bahan bakar yang digunakan dan lain sebagainya

2 Parameter kualitas lingkungan dan baku mutu yang digunakan sebagai benchmark atau acuan Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman salah satu parameter yang perlu dicermati adalah debu khususnya parameter debu total (TSP) dan Particulate Matter 10 microm (PM10) untuk itu baku mutu yang digunakan adalah PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 230 microgm3 untuk TSP dan 150 microgm3 (PM10)

3 Penentuan urutan skala dalam pengkatagorian skor hasil observasi Dalam penentuan urutan skala perlu konsistensi jika kondisi yang lebih berisiko diberi skor rendah maka pada setiap pertanyaan atau obyek dan komponen yang diamati harus sama Untuk menentukan urutan skala dalam pengkatagorian dapat dilakukan baku mutu sebagai mediannya (jika data dikotomi) ataupun klas interval Sebagai contoh dalam melakukan observasi assessment ataupun inspeksi sanitasi terhadap kualitas udara ambien di obyek pemukiman dekat dengan jalan raya perlu diamati ventilasi pada rumah penduduk Penentuan urutan skala dari kondisi ventilasi dapat menggunakan rasio luas ventilasi terhadap luas lantai sehingga katagori disusun menjadi TMS (tidak memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati lt 10 luas lantai dan MS (memenuhi syarat) untuk luas ventilasi yang teramati ge 10 luas lantai

Instrumen berupa cek lis dan kuisioner terdiri dari pokok-pokok obyek yang perlu diobservasi assessment ataupun inspeksi ataupun berisikan butir-butir pertanyaan Masing-masing cek lis dan kuisioner berbeda satu sama lain bergantung dengan masalah apa yang akan dicermati obyek yang menjadi perhatian lokasi obyek atau waktu dilakukan observasi assessment ataupun inspeksi namun secara umum instrumen tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut 1 Identitas sampelresponden dan antropometri (digunakan dalam kajian ARKL) 2 Deskripsi lokasi dan waktu 3 Karakteristik umum 4 Faktor risiko berhubungan dengan lingkungan 5 Faktor risiko berhubungan dengan perilaku 6 Status kesehatan 7 Pola aktivitas (digunakan dalam kajian ARKL) danatau 8 Pola pajanan (digunakan dalam kajian ARKL)

Materi Sub Bahasan interpretasi hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan

Setelah sampel diperiksa secara laboratorium maka langkah selanjutnya adalah interpretasi

hasil pengolahan data analisis hasil pemeriksaan sampel dan penarikan kesimpulan Keterangan dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 53: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

IV - 15

Interpertasi hasil yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada

Pengolahan Data jika sampel yang diperiksa lebih dari satu maka data hasil pemeriksaan tersebut dapat diolah lebih lanjut Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya dengan mencari nilai minimal rata-rata dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan sampel Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku mutunya

Analisis hasil pemeriksaan sampel adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi danatau pengolahan data dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat tidak aman atau aman berisiko atau tidak berisiko atau data dianalisis kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data)

Penarikan kesimpulan setelah dilakukan interpretasi hasil pengolahan dan analisis data maka langkah terakhir adalah menyimpulkan Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 54: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 1

MODUL V KOMUNIKASI RISIKO

Materi Sub Bahasan Pengertian dan Unsur Komunikasi serta Komunikasi Efektif

Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan

atau bersama dengan dan satu Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain Pengertian lain dari komunikasi Upaya membuat pendapat menyatakan perasaan menyampaikan informasi agar dipahami oleh orang lain Berbagi informasi bertukar pendapatperasaan dsb ataupun suatu proses membangkitkan ingatan Bertolak dari pengertian tersebut komunikasi kita definisikan sebagai bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa membujuk mengajar amp negosiasi

Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator pesan channel dan komunikan Selain dari unsur tersebut dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7

Gambar 7 Proses dan Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi beserta atribut (keterangan) nya adalah sebagai berikut 1) Komunikator seorang komunikator yang baik bertanggungjawab untuk Mengirim pesan

dengan jelas Memilih saluran yang cocok dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik benar atau tidak (meminta umpan balik) Sebagai komunikator perlu diperhatikan siapa komunikannya apa pesannya dan bagaimana cara menyampaikan pesan ke komunikan (menyesuaikan tingkat pengetahuan komunikan)

2) Komunikan seorang komunikan yang baik harus berkonsentrasi dalam mendengarkan pesan dari komunikator sehingga seluruh pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti selanjutnya seorang komunikan juga berkewajiban memberikan umpan balik

3) Pesan adalah berita atau ide atau gagasan yang akan disampaikan Bentuk dari pesan dalam komunikasi bisa berbentuk perintah instruksi saran usul permintaan pengumuman dan lain sebagainya

4) Saluran proses komunikasi tidak terlepas dari saluran karenanya saluran dalam komunikasi dikatakan baik jika dapat menjamin pesan yang disampaikan oleh komunikator secara utuh diterima dengan baik benar oleh komunikator dan tujuan komunikasi dapat tercapai Saluran

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 55: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 2

dalam komunikasi dapat berupa media yang audible (dapat didengar) visual (dapat dilihat) dan audio-visual (dapat didengar sekaligus dilihat)

5) Proses Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah atau komunikasi timbal balik (dua arah)

Bentuk komunikasi adalah sebagai berikut Penyampaian

Lisan amp tertulis Elektronik (radio televisi telepon internet dlsb)

Kemasan Verbal agrave kata-kata (lisantertulis) Non Verbal agrave ekspresimimik wajah gerakan tangan mata amp bagian tubuh lainnya Cara berpakaian waktu amp tempat

Keresmian Formal amp Non Formal

Pasangan Intrapersonal amp Interpersonal

Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut

1 Mencapai pengertian satu sama lain 2 Membina kepercayaan 3 Mengkoordinir tindakan 4 Merencanakan strategi 5 Melakukan pembagian pekerjaan 6 Melakukan aktifitas kelompok 7 Berbagi rasa

Tujuan komunikasi adalah sebagai berikut

1 Informative kemampuan intelektual seseorang untuk bertindak rasional objektif dan konkrit

2 Persuasive Dalam rangka mempengaruhi orang lain dengan usaha untuk mengubah keyakinan nilai atau sikap mereka

3 Entertaiment Bertujuan untuk menghibur berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya berbentuk hiburan kesenian lawakan dan lain sebagainya

Faktor-faktor berpengaruh terhadap proses komunikasi adalah sebagai berikut

1 Pengetahuan Makin luas pengetahuan seseorang perbendaharaan kata makin banyak

2 Pengalaman Makin banyak pengalaman seseorang akan terbiasa menghadapi sesuatu

3 Intelegensi Makin tinggi IQ seseorang akan makin banyak perbendaharaan kata cara bicara sistematis amp lancar tidak terputus-putus

4 Kepribadian Seseorang yang pemalu amp kuper biasanya kurang lancar berbicara

5 Biologis Desis cadel bindeng gagap

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 56: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

V - 3

Materi Sub Bahasan Komunikasi Risiko Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat (populasi yang berisiko) pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko Bahasa yang digunakan haruslah bahasa umum dan mudah dipahami serta memuat seluruh informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang lsquoditutup - tutupirsquo Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang ada seperti media massa televisi radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan geographical information system (GIS)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok

Page 57: Modul Pelatihan ARKL Bapelkes Cikarang _Didi_(2)

Modul Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Tingkat Lanjut Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang 17 sd 26 September 2012

copy Didi Purnama SKM 2012 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta

DAFTAR PUSTAKA 1 BBTKLPPM Jakarta 2008 Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta BBTKLPPM Jakarta 2 Direktorat Jenderal PP dan PL 2011 Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Jakarta 3 Kolluru RV et al 1996 Risk Assessment and Management Handbook for Environmental

Health and Safety Professionals Mcgraw-Hill 4 Mullan N et al 2008 Environmental Health Surveillance A Feasibility Studi Environmental

Health Directorate Western Australia Department of Health 5 Purnama D 2007 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara

Buletin Nobell Vol 1 No1 Juni 2007 ndash Media Informasi BBTKLPPM Jakarta Jakarta 6 Rahman A 2007 Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program

Intensif Tingkat Dasar) Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok