MODUL DASAR JARINGAN - · PDF fileBAB 2 Network Fundamental (Part 2), Konfigurasi IOS , Basic Switch Konsep dan Konfigurasi ... Cara ini lebih mendekati pengertian remote, karena IOS

Praktikum Dasar Jaringan 2014

2

MODUL DASAR JARINGAN

@September 2014 – Universitas Telkom

Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang keras mengutip dan memperbanyak sebagian atau

seluruh modul ini tanpa seijin penyusun.

Tim Penyusun :

Ida Bagus Krisna Wedanta Prasada

Okta Puspita Dwi Anggorowati

Fadly Muhammad

Tegar Pamungkas

Theresia Yudith Dwi Prisila

Abdul Fatah Al Latif

Aries Arieffandy Sumarso

Algadilan Susanto

Dumauli Novitasari Boru Simanjuntak

Akbar Maulana Dafik Torica

Naufal Afra Firdaus

Tim Dosen Pengajar :

M. Teguh Kurniawan, S.T., M.T.

Umar Yunan K. S. H, S.T., M.T.

Dwi Aryanta, S.T., M.T.

Penanggung Jawab :

Murahartawaty, S.T., M.T.

Ketua Program Studi Sistem Informasi

Didukung Oleh :

Program Studi Sistem Informasi

Fakultas Rekayasa Industri

Telkom Engineering School

Universitas Telkom

2014

Copyright © 2014 Laboratorium Sistem Operasi dan Jaringan Komputer


3

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... 3

BAB 1 Network Fundamental (Part 1) and Introduction to Packet Tracer ............................................. 5

I. Tujuan Praktikum ........................................................................................................................ 5

II. Alat dan Bahan ............................................................................................................................ 5

III. Landasan Teori ........................................................................................................................ 5

IV. Langkah Praktikum ................................................................................................................. 9

V. Studi Kasus ............................................................................................................................... 14

BAB 2 Network Fundamental (Part 2), Konfigurasi IOS , Basic Switch Konsep dan Konfigurasi

Router .................................................................................................................................................... 16

I. Tujuan Praktikum ...................................................................................................................... 16

II. Alat dan Bahan .......................................................................................................................... 16

III. Landasan Teori ...................................................................................................................... 16

IV. Langkah Praktikum ............................................................................................................... 26

V. Studi Kasus ............................................................................................................................... 31

BAB 3 Cabling, Network Access & Ethernet ....................................................................................... 33


II. Alat dan Bahan .......................................................................................................................... 33



V. Studi Kasus ............................................................................................................................... 40

BAB 4 IP Address & Subnetting .......................................................................................................... 41


II. Alat dan Bahan .......................................................................................................................... 41



V. Studi Kasus ............................................................................................................................... 48

BAB 5 Konfigurasi Server dan Telnet .................................................................................................. 49


II. Alat dan Bahan .......................................................................................................................... 49



4


V. Studi Kasus ............................................................................................................................... 58

BAB 6 Routing Konsep & Static Routing ............................................................................................ 59


II. Alat dan Bahan .......................................................................................................................... 59



V. Studi Kasus ............................................................................................................................... 68

Daftar Pustaka ....................................................................................................................................... 69


5

BAB 1

Network Fundamental (Part 1) and

Introduction to Packet Tracer

I. Tujuan Praktikum

1.1 Praktikan mampu menguasai teori jaringan.

1.2 Praktikan mampu menguasai teori konseptual piranti cisco

1.3 Praktikan mampu mengoperasikan piranti cisco

II. Alat dan Bahan

2.1 Set PC Dekstop/Notebook

2.2 OS berbasis Windows (XP/Vista/7/8)

2.3 Cisco Packet Tracer 6.1

III. Landasan Teori

3.1 OSI Layer

1.1 OSI Layer

3.1.1 Pengertian

Open System Interconnection (OSI) merupakan sebuah model

untuk komunikasi computer yang terdiri dari 7 layer atau lapisan (OSI

7 layer). OSI Layer digunakan untuk menjelaskan cara kerja jaringan

computer secara logika. Lembaga yang mempublikasikan model OSI

adalah ISO pada tahun 1984.

OSI 7 layer ini terbagi menjadi 2 yaitu upper layers dan lower

layer. Upper Layers (layer lebih tinggi) merupakan layer OSI yang

berhubungan dengan lingkungan aplikasi. Semakin tinggi, layer ini

semakin dekat berinteraksi dengan user.


6

Lower Layer (layer lebih rendah) merupakan layer OSI yang

menangani isu transportasi data. Layer-layer ini lebih dekat kea rah

mesin, terutama physical layer yang langsung menangani media fisik

jaringan, missal kabel, dan bertanggung jawab terhadap penempatan

informasi dalam media.

Keterangan OSI layer

1. Physical Layer, berfungsi untuk mendefinisikan media

transmisi jaringan, metode pensinyalan dan sinkronisasi bit

2. Data Link Layer, befungsi untuk menentukan bagaimana bit-bit data

dikelompokkan menjadi format yang disebut sebagai frame

3. Network Layer, berfungsi mendefinisikan pengalamatan IP,

membuat header dan paket kemudian melakukan routing.

4. Transport Layer, berfungsi untuk memecah data ke dalam paket data

serta memberikan nomor urut ke paket-paket tersebut sehingga dapat

disusun kembali pada sisi tujuan setelah diterima. 5. Sesion Layer, berfungsi untuk mendefinisikan bagaimana koneksi

dapat dibuat, dipelihara, atau dihancurkan.

6. Presentation Layer, berfungsi untuk mentranslasikan data yang

hendak ditransmisikan oleh aplikasi ke dalam format yang dapat

ditransmisikan melalui jaringan.

7. Application Layer, berfungsi sebagai antarmuka dengan aplikasi

dengan fungsionalitas jaringan, mengatur bagaimana aplikasi dapat

mengakses jaringan, dan kemudian membuat pesan-pesan kesalahan.

3.1 Pengenalan Paket Tracer

Cisco Packet Tracer adalah sebuah alat simulator jaringan yang

dikembangkan oleh Cisco. Software ini memungkinkan siswa untuk

bereksperimen dengan perangkat jaringan. Packet tracer menyediakan

simulasi, virtualisasi, penilaian, dan pembelajaran mengenai konsep teknologi.

Untuk mendapatkan software ini sangatlah mudah, karena kita dapat

mendapatkannya gratis diinternet.

Sebelum melanjutkan tutorial ini ada baiknya praktikan memenuhi

beberapa syarat untuk dapat mengikuti tuorial ini adalah sebagai berikut :

Minimal sebuah PC, untuk sistem operasinya dapat menggunakan

Windows ataupun Linux (Packet tracer juga ada yang versi Linux).

Software pakcet tracer yang telah terinstall di komputer masing-

masing


7

Memiliki sedikit kemampuan mengenai jaringan, minimal mengerti

tentang IP address dan subnetting

3.2 Lembar Kerja Packet Tracer

Gambar 2.1 Lembar Kerja Pada Packet Tracer 6.0

Berikut ini merupakan device yang dipakai di Cisco Packet tracer 6.0 antara lain :

a. Router, berfungsi sebagai penghubung 2 atau lebih jaringan untuk meneruskan

data dari satu jaringan ke jaringan yang lain

Gambar 1.2 Tab DeviceRouter (kiri), Beberapa jenis router yg ada (kanan)

b. Switch, merupakan sebuah alat yang menyaring/filter dan

melewatkan(mengijinkan lewat) paket yang ada di sebuah LAN

LEMBAR KERJA

Toolbar

Device Sub Device Properties

Toolbar

Router Jenis-jenis router


8

Gambar 1.3 Tab Device switch (kiri), beberapa jenis-jenis switch (kanan)

c. End Device, merupakan perangkat jaringan yang menjadi titik awal informasi

dibuat dan menjadi akhir perjalanan informasi (tujuan pengiriman data).

Gambar 1.4 End Device (kiri), beberapa jenis end device (kanan)

d. Kabel

Gambar 1.5 Connections / Kabel – (a) console, (b) Kabel Straight, (c) Kabel

Crossover, (d) kabel DTE, (e) kabel DCE

a. Console : digunakan untuk menghubungkan pc dengan perangkat jaringan yang akan

dikonfigurasi

1. PC – Router

2. PC – Switch

b. Straight : digunakan untuk menghubungka device – device yang berbeda, misal :

1. PC – Hub

Switch Jenis – jenis switch

End Device Jenis-jenis End device

a c b d e


9

2. PC - Switch

3. Router – Hub

4. Router – Switch

c. Cross : digunakan untuk menghubungkan device-device yang sama, misal :

1. Switch – Switch

2. PC- PC

3. Router – PC

4. Switch – Hub

d. Serial DCE (Data Circuit Equipment) adalah perangkat yang terletak diantara Data

Terminal Equipment dan Data Circuit Transmisi.

Hal ini juga disebut peralatan komunikasi data dan operator peralatan data. DCE

melakukan fungsi seperti sinyal konversi, coding , dan garis clocking dan dapat

menjadi bagian dari peralatan DTE

e. Serial DTE (Data Terminal Equipment) adalah instrumen terakhir yang mengubah

informasi menjadi sinyal atau sinyal yang diterima reconverts. Ini juga dapat disebut

sirkuit ekor . Sebuah perangkat DTE berkomunikasi dengan data circuit-terminating

equipment (DCE).

3.3 Fitur Packet Tracer

Packet Tracer terbaru yaitu versi 5.3. Dalam versi ini dapat mensimulasikan Application

Layer protocols, Routing dasar RIP, OSPF, and EIGRP, sampai tingkat yang dibutuhkan pada

kurikulum CCNA yang berlaku, sehingga bila dilihat sekilas software ini bertujuan untuk

kelas CCNA. Taget Packet Tracer yaitu menyediakan simulasi jaringan yang real, namun

terdapat beberapa batasan berupa penghilangan beberapa perintah yang digunakan pada alat

aslinya yaitu pengurangan command pada Cisco IOS. Dan juga Packet Tracer tidak bisa

digunakan untuk memodelkan jaringan produktif/aktif. Dengan keluarnya versi 5.3, beberapa

fitur ditambahkan, termasuk fitur BGP.

IV. Langkah Praktikum

4.1 Langkah-Langkah Praktikum

1. Bukalah aplikasi packet tracer dan buatlah skenario model jaringan seperti

gambar berikut.

2. Untuk memilih device yang digunakan kita dapat dengan cara mendrag

device ke tengah lembar kerja

http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Application_Layer&action=edit&redlink=1

http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Application_Layer&action=edit&redlink=1

http://id.wikipedia.org/wiki/Routing_Information_Protocol

http://id.wikipedia.org/wiki/OSPF

http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=EIGRP&action=edit&redlink=1

http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=CCNA&action=edit&redlink=1

http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=CCNA&action=edit&redlink=1

http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Cisco_IOS&action=edit&redlink=1

http://id.wikipedia.org/wiki/BGP


10

Gambar 1.6 Device yg dipilih dan drag ke lembar

3. Hubungkan masing-masing device dengan kabel yang sesuai , sehingga

terlihat seperti berikut :

Gambar 1.7 Skenario Jaringan

4. Mengkonfigurasi alamat IP pada host

a. Klik PC0 pilih config →setting dan isi gateway dengan 192.168.1.1


11

Gambar 1.8Global Setting

b. Pilih FastEthernet dan isi alamat IP dengan 192.168.1.10/24 dengan

subnetmask 255.255.255.0, jangan lupa aktifkan port status.


12

Gambar 1.9FastEthernet Setting Tab

5. Simulasi

Proses simulasi digunakan untuk menunjukan apakah jaringan yg

sudah dibuat saling terhubung atau tidak. Sebelum menjalankan proses ini,

pastikan bahwa antar device sudah terkoneksi dengan benar, yaitu ping ke

device tujuan

Contoh : ping 192.168.1.1

Proses simulasi dilakukan dengan mengirim paket dari device pengirim

ke device tujuan. Klik gambar paket surat di sebelah kanan tengah menu

utama, drag dan klik pada sisi device pengirim. Akan muncul menu Create

PDU


13

Gambar 1.10 Menu Create Complex PDU

Jenis-jenis paket yang dapat dikirim meliputi paket ARP, Telnet, TCP, UDP,

ICMP dan masih banyak yang lain. Klik tombol Edit Filters, pilih salah satu dengan

menonaktifkan tanda centang yang ada, dan untuk memulai simulasi, Klik Tombol

Auto Capture / Play

Gambar 1.11 Pilihan Edit Filters


14

6. Memilih Modul Interface

Gambar 1.12 Modul Interface

V. Studi Kasus

Buatlah skenario jaringan seperti gambar berikut ini :

Hubungkan masing-masing perangkat dengan kabel yang sesuai dengan aturan, kemudian

hubungakan router Sisjar1 dengan Router Sisjar2. Berikan alamat IP pada perangkat agar

A

B


15

dapat saling terhubung. Antara Router hubungkan menggunakan kabel serial DCE.

IP PC 0 : 192.168.1.2 dengan subnetmask 255.255.255.0

IP PC 1 : 192.168.2.2 dengan subnetmask 255.255.255.0


16

BAB 2

Network Fundamental (Part 2),

Konfigurasi IOS , Basic Switch

Konsep dan Konfigurasi Router

I. Tujuan Praktikum

1.1 Pratikan mampu menguasai teori konseptual piranti cisco

1.2 Praktikan mampu menguasai perintah dasar pada router

1.3 Praktikan dapat membuat konfigurasi dalam simulator (packet tracer)

1.4 Praktikan mampu mengoperasikan piranti cisco

II. Alat dan Bahan

2.1 Set PC/Desktop

2.2 OS berbasis (XP/Vista/7/8)

2.3 Cisco Packet Tracer

III. Landasan Teori

3.1 Pengenalan Cisco IOS (Internetwork Operating System)

Dalam sebuah router sama dengan komputer membutuhkan sebuah

operating system agar dapat dijalankan. Khusus untuk cisco network device,

telah disediakan sistem operasi yang secara umum dapat digunakan untuk

device cisco, dan dengan ada nya cisco IOS kita dapat mengkonfigurasi router

cisco sesuai keperluan.

Cisco IOS adalah sistem operasi multitasking yang terintegrasi dengan

routing, switching, internetworking, dan fungsi telekomunikasi. Cisco IOS

dapat dioperasikan dengan sebuah interfaces khusus yang dibuat oleh cisco,

dan berbasis CLI (Command Line Interface), dan ukuran IOS ini tidak terlalu

besar dan tersimpan dalam sebuah flash memory.

Sama dengan PC, router atau switch tidak akan berfungsi tanpa operating

system. Tanpa operating system, hardware tidak akan berguna. Cisco IOS

mempunyai kemampuan:

Dasar routing dan fungsi switching

Akses ke jaringan dijamin keamannya

Beroperasi di skala jaringan


17

Gambar 2.1 Tampilan Awal IOS setelah selesai booting

3.2 Tahap Pengoperasian IOS

Setelah mengetahui dan mengenal IOS, kini saatnya kita untuk belajar

bagaimana cara untuk mengoperasikan router dengan konfigurasi melalui IOS,

kita akan mempelajari beberapa tahap

Ada 3cara untuk mengakses IOS :

1. Console

Disediakan port console untuk mengakses IOS secara langsung dari

router. Walaupun ini untuk mengkonfigurasi secara jarak jauh (remote), tetapi

console satu-satunya cara mengkonfigurasi jika router mengalami hang atau

error.

2. Telnet/SSH

Cara ini dikategorikan remote, dalam arti harfiah IOS tidak diakses

secara langsung tetapi melalui jaringan lokal (LAN) yang terhubung langsung

dengan router. Bisa juga diartikan melakukan remote terhadap default

gateway.


18

3. AUX Port

Cara ini lebih mendekati pengertian remote, karena IOS bisa diakses

dari jarak yang sangat jauh menggunakan koneksi dial-up dengan modem

yang tersambung ke router. Disisi lain, Aux dapat dijadikan alternatif jika

terjadi kerusakan pada port console.

IOS Configuration Mode

Gambar 2.2 Hierarki IOS configuration mode

Gambar 2.3 CLI command modes


19

3.3 Router

3.3.1 Definisi Router

Gambar 2.4 Router

Router adalah sebuah device yang berfungsi untuk meneruskan

paket-paket dari sebuah network ke network yang lainnya (baik LAN

ke LAN atau LAN ke WAN) sehingga host-host yang ada pada sebuah

network bisa berkomunikasi dengan host-host yang ada pada network

yang lain.

Network Interface adalah sebuah Interface yang berfungsi

untuk menyambungkan sebuah host ke network. Network Interface

adalah perangkat keras yang bekerja pada layer 1 dari Model OSI.

Network Interface dibutuhkan oleh Router untuk menghubungkan

Router dengan sebuah LAN atau WAN. Karena Router bertugas

menyambungkan network-network, sebuah router harus mempunyai

minimal 2 network interface. Dengan konfigurasi minimal ini, router

tersebut bisa menghubungkan 2 network, karena masing-masing

network membutuhkan satu network interface yang terhubung ke

Router.

3.3.2 Fungsi

- Router sering digunakan untuk menghubungkan beberapa network.

Baik network yang sama maupun berbeda dari segi teknologinya.

- Router juga digunakan untuk membagi network besar menjadi

beberapa buah subnetwork (network-network kecil).

- Router juga berfungsi untuk menstransmisikan informasi dari satu

jaringan ke jaringan lain yang sistem kerjanya seperti bridge.

- Router juga berfungsi untuk menhubungkan jaringa lokal kesebuah

koneksi DSL biasa juga disebut DSL router. (Tidak Penting, 2013)

3.3.3 Jenis-Jenis Router

Secara umum, router dibagi menjadi dua buah jenis, yakni:

Static Router (router statis) : adalah sebuah router yang memiliki

tabel routing statis yang di setting secara manual oleh para

administrator jaringan.

Dynamic Router (router dinamis) : adalah sebuah router yang

memiliki dan membuat tabel routing dinamis, dengan mendengarkan

lalu lintas jaringan dan juga dengan saling berhubungan

dengan router lainnya.


20

Router Broadband : jika ingin menggunakan layanan VOIP yaitu

voice over internet protocol, kita akan memerlukan router

broadband. Salah satu ini akan mengijinkan berkomunikasi melalui

layanan internet ke saluran telepon sehingga memunginkan

membuat panggilan melalui internet.

Router Wireless : adalah sebuah router yang digunakan tanpa

menggunakan kabel. (Zulhikam, 2014)

3.3.4 Perintah Dasar Konfigurasi Router

Konfigurasi Dasar Router Cisco

Pertama kali masuk ke command line router Cisco, masuk dalam mode

user dengan tanda prompt ">" lalu tanda “Router>”

Ketikkan perintah enable untuk masuk ke mode privilege EXEC.

Router>enable (bisa disingkat dengan ena saja)

Router#

Pada mode ini user diberi ijin user untuk melakukan perubahan

konfigurasi pada router.

prompt Router akan berubah dari ">" menjadi "#" pada mode ini.

Ketikkan perintah configure terminal (bisa disingkat dengan config t

saja) untuk melanjutkan masuk ke mode Global (terminal), tempat

mulai mengkonfigurasi router,

Router#config t

Router(config)#

Dalam mode ini anda bisa mengkonfigurasi fitur-fitur router yang

bersifat umum, seperti nama, password, username dan lain-lain.

Konfigurasi dasar Router Cisco Mengamankan Router dengan Password

Untuk menyulitkan orang yang tidak berhak mengubah dan mengacau

konfigurasi router, maka router tersebut perlu dilindungi dengan kata sandi

(password). Jika password diaktifkan pada console, maka user tidak bisa

begitu saja mendapatkan akses ke router melalui console tanpa menuliskan

password console terlebih dahulu. Untuk melakukan hal ini, diperlukan

perintah line console 0 diikuti dengan perintah login dan password dalam

konfigurasi router. Sedangkan Password untuk Virtual Terminal akan

digunakan ketika user ingin mendapatkan akses melalui jaringan dengan

applikasi telnet. Password Virtual Terminal ini harus dikonfigurasi sebelum

user bisa mendapatkan akses melalui jaringan. Tanpa password, koneksi

melalui jaringan akan ditolak oleh router dan router akan memberikan pesan

berikut:


21

Password required, but none set

Command Keterangan

Router(config)#hostname Dasjar Router(config)#hostname Dasjar

Dasjar(config)#enable secret Sisjar Untuk memberi password untuk masuk ke

mode privelege EXEC dengan kode

password jarkom2

Dasjar(config)#line console 0

Dasjar(config-line)#password Sisfo

Dasjar(config-line)#login

Untuk masuk ke line (jalur koneksi) console

(hanya ada satu line, yaitu line 0), dan

memberi kode password kelas untuk bisa

masuk ke jalur console

Dasjar(config)#line vty 0 4

Dasjar(config-line)#password rahasia

Dasjar(config-line)#login

Untuk masuk ke jalur koneksi vty (virtual

terminal) sebanyak 5 jalur, yaitu jalur 0 s.d.

4, dengan kode password rahasia. Jalur vty

ini digunakan untuk mengakses router

menggunakan koneksiTelnet (defaultnya)

atau SSH

Konfigurasi Dasar Router Cisco (3)

Pemberian banner motd (message-of-theday) untuk memunculkan pesan

kepada user yang mengakses router.

Dasjar(config)#banner motd # pesan #

Misalnya: RtA(config)#banner motd# Router ini dikhususkan untuk

Admin Resmi saja

Berikan Perintah Exit untuk keluar dari suatu mode.

Dasjar(config)#exit

Dasjar#

Konfigurasi Interface Fast Ethernet Router

Command Keterangan

Dasjar(config)#interface Fa0/0 Masuk ke interface FastEthernet 0/0

Dasjar(config-if)#ip address 192.168.1.1

255.255.255.0

Memberi alamat IP interface Fa0/0

Dasjar(config-if)#no shutdown Mengaktifkan interface Fa0/0

Dasjar(config-if)#description Menuju

LAN X

Memberi deskripsi interface Fa0/0

dengan keterangan “Menuju LAN X”

Dasjar(config-if)exit

Dasjar(config)#exit

Dasjar#show ip interface brief

Digunakan untuk melihat konfigurasi

IP dari setiap interface Router beserta

dengan status aktifnya

Konfigurasi Serial Interface

Serial interface adalah interface yang seringkali digunakan untuk

koneksi ke WAN (Wide Area Network). Koneksi serial membutuhkan

clocking untuk sinkronisasi. Dan oleh karena itu, hubungan serial ini harus


22

mempunyai 2 sisi, yaitu DCE (data circuitterminating equipment_ dan DTE

(data terminal equipment). DCE menyediakan clocking dan DTE akan

mengikuti clock yang diberikan oleh DCE.

Pada prakteknya, DCE biasanya disediakan oleh service provider yang

biasanya adalah merupakan koneksi ke CSU/DSU. Router sendiri biasanya

hanyalah berperan sebagai DTE sehingga router tersebut tidak perlu

menyediakan clocking. Walaupun demikian, cisco router juga bisa berperan

sebagai DCE yang menyediakan clocking. Fungsi ini biasanya dipakai untuk

uji coba router dimana kita bias menghubungkan 2 buah router back to back

sehingga salah satu router harus berfungsi sebagai DCE agar koneksi bisa

terjadi.

Konfigurasi pada interface serial DTE

Command Keterangan

Dasjar(config)#interface serial 0 Masuk ke interface serial 0

Dasjar(config-if)#ip address 192.168.2.1

255.255.255.0

Memberi alamat IP interface serial 0

Dasjar(config-if)#no shutdown Mengaktifkan interface Fa0/0

Dasjar(config-if)exit

Dasjar(config)#exit

Dasjar#show ip interface brief

Digunakan untuk melihat konfigurasi

IP dari setiap interface Router beserta

dengan status aktifnya

Sedangkan pada interface serial DCE tambahkan command clock rate

setelah pemberian IP address kenapa hanya salah satu dari 2 interface yang

menghubungkan 2 router yang di konfigurasi clock rate ?"

ada 2 istilah pada networking, yaitu DCE dan DTE

DCE : Data Communications Equipment

DTE : Data Terminal Equipment

DCE berfungsi untuk memberikan jalur untuk komunikasi sedangkan DTE

adalah device/perangkat yang menjadi akhir dari komunikasi tersebut

Menyimpan dan mengambil Konfigurasi

Berbagai konfigurasi yang telah kita tuliskan dengan perintah

configure terminal hanya akan disimpan pada RAM yang merupakan memory

volatile. Jika konfigurasi ini tidak disimpan di NVRAM, maka konfigurasi

tersebut akan hilang ketika router dimatikan atau direstart. Secara default,

Router akan mengambil konfigurasi dari NVRAM saat start up,

meletakkannya di RAM, dan kemudian menggunakan konfigurasi yang ada

pada RAM untuk beroperasi. (Persada, 2014)


23

3.4 Switch

Gambar 2.5 Switch

Merupakan perangkat keras jaringan yang memungkinkan terjadinya

distribusi paket data secara lebih teratur antar computer dalam jaringan dan

dapat memilih data yang harus didahulukan sehingga bisa mengurangi traffic

pada jaringan. Disebabkan karena Switch sudah mengenali MAC address dan

bekerja pada OSI Layer 2 yaitu Data Link Layer.

Switch adalah perangkat jaringan komputer yang berfungsi sebagai

konektor / penghubung . Dilihat dari fungsinya , terlihat mirip dengan Hub .

Perbedaan kedua alat ini adalah soal besaran luas jaringan yang dapat

dikerjakan dan besaran kecepatan transfer data . Switch memiliki cakupan luas

jaringan yang lebih besar dari Hub , dan Switch juga memiliki kecepatan yang

lebih tinggi dibanding dengan Hub .

Sampai saat ini besaran kecepatan transfer data tertinggi Hub adalah

100 Mbps . Sementara Switch telah dikembangkan untuk dapat melakukan

fungsinya dengan kecepatan diatas 100 Mbps . Bahkan ada yang hampir

mendekati kecepatan 1Gbps . Perbedaan Switch dan Hub juga terletak di

tempat keduanya bekerja .

Switch bekerja pada Layer 2 dan Layer 3 . Sementara Hub bekerja pada Layer

1 . Switch bekerja berdasarkan alamat MAC pada NIC ( Network Interface

Card ) . Hal ini bertujuan untuk mengetahui kemana paket data itu akan

dikirim dan diterima . Sistem ini juga dibentuk agar tidak terjadi tabrakan pada

jalur pengiriman data (collision ) antara port satu dengan yang lain. (Jaringan

Komputer : Pengertian Switch, Hub, & Router, 2012)

Command Keterangan

Dasjar#show running-config Untuk melihat hasil konfigurasi router

yang tersimpan dalam file runningconfig

di SDRAM router

Dasjar#show ip route Untuk melihat tabel routing yang

digunakan Router guna menentukan

jalur terbaik packet

Dasjar#show interface Untuk melihat informasi tentang

interface-interface Router beserta

dengan statusnya

Dasjar#copy running-config startup-config Untuk meng-copy file running-config ke file

startup-config yang tersimpan di NVRAM

http://www.eircomictdirect.ie/images/2960-48.gif




24

3.4.1 Jenis – Jenis Switch :

1. Non Managable Switch, Adalah switch yang tidak dapat di

managed, switch tersebut sudah siap pakai tinggal pasang dan

switch sudah bisa digunakan tanpa perlu di seting. Untuk non

manageable switch apabila terjadi masalah dengan jaringan kita,

kita tidak akan bisa melakukan troubleshooting dengan mudah

karena switch nya tidak bisa diapa-apakan. Problem yang paling

sering terjadi diantaranya ip address conflict, tidak bisa konek dll.

Ip address conflict, apabila jaringan sudah mulai tersebar

diberbagai area, akan sangat sulit melakukan troubleshooting

computer mana yang menyebabkan masalah tersebut.

2. Managable Switch, Adalah switch yang bisa di atur untuk

kebutuhan jaringan tertentu, ada beberapa perbedaan mendasar

yang membedakan antara switch manageable dengan switch non

manageable.perbedaan tersebut dominan bisa di lihat dari

kelebihan dan keunggulan yang dimiliki oleh switch manageable

itu sendiri.

Kelebihan Managable Switch :

- Mendukung penyempitan broadcast jaringan dengan VLAN

- Pengaturan access user dengan access list

- Membuat keamanan network lebih terjamin

- Bisa melakukan pengaturan port yang ada.

- Mudah memonitoring trafick maintenance network karena dapat

diakses tanpa harus berada di dekat switch. (Jenis - Jenis Switch,

2012)

3.4.2 Perintah Dasar Switch

Memasuki privileged EXEC mode

Untuk pindah ke mode privileged atau mode admin atau mode root di

linux yang ditunjukkan dengan tanda #

switch>enable

Jika ingin kembali ke user EXEC mode ketikkan

switch>disable atau

switch>exit

Untuk masuk ketingkat Global Switch#config t

Switch(config)#

Membuat Banner Switch> enable


25

Switch#config t

Switch(config)#Banner MOTD “Cisco sys”

Switch(config)#Exit

Switch#logout

Menampilkan running configuration switch>enable

switch#show running-config

Running-configuration disimpan sementara di RAM. Jika switch

dimatikan maka semua informasi running-configuration akan terhapus

Menentukan password mode privileged

Yaitu pembuatan password pada saat user biasa akan masuk ke mode privileged

Switch>enable

Switch#configure terminal

Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.

Switch(config)#enable password TIDAKDIENKRIPSI

Switch(config)#enable secret DIENKRIPSI

Switch(config)#^Z

%SYS-5-CONFIG_I: Configured from console by console

Switch#disable

Switch>enable

Password:

Menentukan hostname

Switch>en

Switch#conf t


Switch(config)#hostname Catalyst

Catalyst(config)#^Z

Catalyst#

Mereboot switch

Switch#reboot


26

Menyimpan hasil konfigurasi

Semua perintah yang kita ketikkan itu disimpan dalam memory

sementara(RAM), jadi sewaktu switch atau Switch direboot maka konfigurasi

akan hilang, untuk itu disarankan agar kita menyimpan konfigurasi yang

sedang dilakukan(copy dari ram ke nvram)

Switch#copy running-config startup-config (copy dari ram ke

nvram)

Memberi IP address interface Switch#conf t


Switch(config)#interface fastEthernet 0/0

Switch(config-if)#ip address 192.168.10.1 255.255.255.0

Switch(config-if)#no shutdown (untuk menenable/meng-up

interface).


4.1 Konfigurasi Pada Switch

Memberi Nama Hostname

Switch>enable

Switch#configure terminal



27

Switch(config)#hostname SISJAR

SISJAR(config)#exit

SISJAR#


SISJAR#

Membuat Banner

SISJAR>enable

SISJAR#configure terminal


SISJAR(config)#banner MOTD "Praktikum Dasar Jaringan"

SISJAR(config)#exit

SISJAR#


SISJAR#

Menentukan Password Mode Privileged

SISJAR>

SISJAR>enable

SISJAR#configure terminal


SISJAR(config)#enable password DASJAR

SISJAR(config)#enable secret DASJAR

SISJAR(config)#exit

SISJAR#


SISJAR>

SISJAR>enable

Password:


28

Menampilkan Running Configuration

SISJAR>enable

SISJAR#show running-config

Menyimpan Hasil Konfigurasi

SISJAR#copy running-config startup-config

4.2 Konfigurasi Pada Router

Memberi Nama Hostname pada Router0

Router>enable

Router#configure terminal


Router(config)#hostname Router0

Router0(config)#exit

Router0#


Router0#

Memberi Nama Hostname pada Router1

Router>enable




29

Router(config)#hostname Router1


Router1#


Router1#

Membuat Banner pada Router

Router0#configure terminal


Router0(config)#banner MOTD #Praktikum Modul 2 Dasar Jaringan#


Router0#


Router0#

Menentukan Password Mode Privileged



Router0(config)#enable secret rahasia


Router0#


Router0>enable

Password:

Memberi IP Interface Serial pada Router 0

Router0#



Router0(config)#interface se2/0

Router0(config-if)#ip address 192.168.99.1 255.255.255.252

Router0(config-if)#no shutdown

%LINK-5-CHANGED: Interface Serial2/0, changed state to up

Router0(config-if)#exit


30

Router0(config)#

Memberi IP Interface Serial pada Router 1

Router1>enable



Router1(config)#interface serial 2/0



Router1(config-if)#



Router1(config)#

Memberi IP Interface FastEthernet pada Router 0

Router0#



Router0(config)#interface fa0/0



%LINK-5-CHANGED: Interface FastEthernet0/0, changed state to up

%LINEPROTO-5-UPDOWN: Line protocol on Interface FastEthernet0/0,

changed state to up


Router0(config)#

Memberi IP Interface FastEthernet pada Router 1

Router1>enable



Router1(config)#interface fa0/0



Router1(config-if)#




31

changed state to up


Router1(config)#

Menyimpan Hasil Konfigurasi

Router0#copy running-config startup-config

Menampilkan Running Configuration

Router0>enable

Router0#show running-config

V. Studi Kasus

Buatlah topologi seperti pada gambar dibawah ini !

Lakukanlah konfigurasi sesuai dengan soal dibawah ini :

1. Beri nama hostname pada Router dan Switch, dengan ketentuan sebagai berikut !

- Router 0 = Dasjar

- Router 1 = Sisop

- Switch 0 = Jarkom

- Switch 1 = KSI

2. Beri password pada Router dan Switch untuk masuk ke mode privelege EXEC,

dengan ketentuan password sebagai berikut !

- Password untuk Router 0 = “routerenkripsi”

- Password untuk Router 1 = “enkripsirouter”

- Password untuk Switch 0 = “switchenkripsi”

- Password untuk Switch 1 = “enkripsiswitch”


32

3. Beri banner untuk semua router dan switch dengan isi tulisan “Modul 2 Dasjar”

4. Beri IP pada interface Router :

IP Router 0 Fa1/0: 192.168.1.1 dengan subnetmask 255.255.255.252




5. Beri IP pada seluruh PC sesuai dengan network nya !

IP PC 0 : 192.168.1.6 dengan subnetmask 255.255.255.248 dan gateway :

192.168.1.5


192.168.1.5


192.168.1.5


192.168.1.13


192.168.1.13


192.168.1.13


33

BAB 3

Cabling, Network Access & Ethernet

I. Tujuan Praktikum

1.1 Praktikan mampu membedakan jenis jenis kabel jaringan

1.2 Praktikan mampu melakukan Crimping kabel dengan baik dan benar

1.3 Praktikan mampu menghubungkan device dengan menggunakan kabel UTP.

II. Alat dan Bahan


2.2 Kabel UTP

2.3 Konektor RJ-45

2.4 Krimping tools

2.5 Gunting/Pisau

2.6 LAN Tester

III. Landasan Teori

3.1 Jenis Kabel

3.1.1 Kabel Tembaga

Kabel tembaga terbagi atas UTP (Unshielded Twisted Pair) dan

STP (Shielded Twisted Pair). Perbedaan dari keduanya adalah

adanya pelindung dan tidak adanya pelindung pada bagian inti

konduktornya. Kabel UTP terdiri dari 4 pasang kabel dengan jalinan

yang berbeda-beda tiap incinya. Semakin rapat jalinan tersebut,

tingkat transimisi dan harganya semakin tinggi. Kabel UTP ini

menggunakan konektor RJ-45 yang biasa digunakan untuk Ethernet,

ISDN, atau sambungan telepon. Dengan kabel UTP, kita dapat

mengirimkan data lebih banyak dibandingkan LAN. Sedangkan,

kabel STP terdiri dari sepasang kabel yang dilindungi oleh timah,

dan masing-masing kabel tersebut dibungkus oleh pelindung.

Gambar 3.1 Kabel Tembaga

3.1.2 Kabel Koaksial

Kabel koaksial ditemukan oleh Oliver Heaviside. Merupakan

kabel yang terdiri dari dua buah konduktor, yaitu terletak di tengah

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/6/6e/Cable_utp.JPG




34

yang terbuat dari tembaga keras yang dilapisi dengan isolator dan

melingkar di luar isolator pertama dan tertutup oleh isolator luar.

Kabel koaksial memiliki 3 bagian utama, yakni pelindung luar,

pelindung berupa anyaman tembaga, dan isolator plastik.

Gambar 3.2 Kabel Koaksial

Kabel koaksial memiliki kapasitas pita lebar (bandwidth) 10

Mbps dan kapasitas node 30 node. Kabel koaksial sering dipakai

sebagai jalur transmisi untuk frekuensi sinyal radio. Beberapa jenis

kabel koaksial, yaitu :

a. Kabel coaxial RG-62A/U : merupakan kabel berwarna hitam

dengan inti berupa kabel serabut. Ukuran kabel ini kurang lebih

0.25 inch (6 mm).

b. Thin coaxial cable: merupakan kabel koaksial berdiameter rata-

rata 5mm yang berwarna gelap dan banyak digunakan

dikalangan radio amatir.

c. Thick coaxial cable: merupakan kabel berdiameter rata-rata

12mm dan sering dikenal sebagai yellow cable.

3.1.3 Kabel Serat Optik (Fiber Optic)

Kabel serat optik merupakan sebuah kabel yang terbuat dari

kaca atau plastik yang berfungsi untuk mentransmisikan sinyal

cahaya. Kabel serat optik berukuran sangat tipis dan berdiameter

sehelai rambut manusia yang saat ini paling banyak digunakan

sebagai media transimisi dalam teknologi komunikasi modern.

Bagian-bagian utama serat optik tersebut adalah bagian inti

tempat merambatnya gelombang cahaya, lapisan selimut yang

mengelilingi bagian inti dengan indeks bias yang lebih kecil, dan

lapisan jake yang melindungi bagian inti dan selimut dengan plastik

yang elastis. Komponen utama sistem serat optik terdiri dari

transmitter (Laser Diode dan Laser Emmiting Diode), information

channel yang berupa serat optik, dan receiver.

Berkas: RG-59.jpg

Berkas: RG-59.jpg

Berkas: RG-59.jpg


35

3.2 Kabel Straight-Throught vs Cross-over

3.2.1 Kabel Straight

Kabel straight adalah istilah untuk kabel yang menggunakan

standar yang sama pada kedua ujung kabelnya, bisa EIA/TIA 568A

atau EIA/TIA 568B pada kedua ujung kabel. Sederhananya, urutan

warna pada kedua ujung kabel sama. Pada kabel straight, pin 1 di

salah satu ujung kabel terhubung ke pin 1 pada ujung lainnya, pin 2

terhubung ke pin 2 di ujung lainnya, dan seterusnya.

Susunan warna pada kabel straight (Gambar 5.3 Susunan Kabel

Straight):

1. Putih Orange

2. Orange

3. Putih Hijau

4. Biru

5. Putih Biru

6. Hijau

7. Putih Coklat

8. Coklat

3.2.2 Kabel Cross-over

Kabel crossover menggunakan EIA/TIA 568A pada salah satu

ujung kabelnya dan EIA/TIA 568B pada ujung kabel lainnya.

Susunan warna pada kabel cross over (Gambar 5.4 Susunan

Kabel Cross-over) :

Ujung Kabel 1 :

1. Putih Orange

2. Orange

3. Putih Hijau

4. Biru

5. Putih Biru

6. Hijau

7. Putih Coklat

8. Coklat

http://3.bp.blogspot.com/-cafeodHhPuc/UeBjIGE9pMI/AAAAAAAAA6w/AzmaTu4XYF8/s320/Straight.JPG





36

Ujung Kabel 2 :

1. Putih Hijau

2. Hijau

3. Putih Orange

4. Biru

5. Putih Biru

6. Orange

7. Putih Coklat

8. Coklat

Untuk lebih memperjelas perbedaan kabel straight dan cross bisa kita

lihat gambar di bawah ini:


4.1 Crimping Cable

Berikut akan dijelaskan bagaimana cara melakukan crimping kabel yang

benar.

1. Robek kabel luar kira-kira sekitar 1 inchi, perhatikan jangan sampai

kabel yang di dalam terpotong. (Gambar 5.9)


37

2. Kupas kabel yang diluar dengan sangat hati-hati jangan sampai

membuat putus kabel yang di dalam. (Gambar 5.10)

3. Setelah mengupas kabel luar langkah selanjutnya pisahkan kabel

tersebut dan di luruskan pada tiap-tiap kabel agar pada saat di crimping

menghasilkan kabel yang berkualitas. (Gambar 5.11)

4. Pisahkan kabel warna orange ke kiri dan ke kanan warna cokelat lalu

kita pisahkan pasangan warna hijau dan putih hijau. putih hijau ke

sebelah kiri Dan hijau ke sebelah kanan lalu tinggal mengurai

pasangan warna biru di bagian tengah agar proses penguraian kabel

lebih mudah dan efisien. (Gambar 5.12)


38

5. Jika di lihat pada gambar di bawah terlihat jelas hasil penguraian

sesuai petunjuk yang dijelaskan. tidak sulit dan tidak memakan waktu

banyak. (Gambar 5.13)

6. Luruskan masing-masing kabel konduktor ke urutan yang sesuai

dengan standar pengkabelan. (Gambar 5.14)

7. Langkah selanjutnya kita potong semua kabel konduktor dengan cara

di rapatkan semua kabel yang tadi sudah di luruskan, usahakan agar

potong secara rata dengan sudut 90 derajat sekitar 1/2 inchi dari kabel

luar, jangan potong kabel terlalu pendek agar nanti nya dapat

mencengkram kontak konduktor pada RJ45. (Gambar 5.15)


39

8. Lihat gambar di atas pastikan potongan rata dan clear tanpa ada yang

pendek pada masing-masing kabel. (Gambar 5.16)

9. Langkah selanjutnya masukan kabel konduktor ke RJ45 pastikan kabel

konduktor di pegang secara kuat agar kabel-kabel tersebut tidak

mengalami pergeseran susunan(kabel tidak rata) dan masukan kabel

dengan urutan awal warna orange dari kiri dan pin RJ45 menghadap ke

atas. (Gambar 5.17)

10. Pastikan kabel konduktor menempel pada kontak konduktor pada RJ45

bisa di lihat pada gambar di bawah. (Gambar 5.18)


40

11. Masuk pada tahap peng-crimpingan.pada tahap ini pastikan kembali

hasil dari memasukan kabel ke RJ45 dan dorong kabel dan usahakan

sampai ke dalam kontak RJ45 pada setiap kabel konduktor lalu tekan

alat crimpping sampai berbunyi “klik” pada RJ45. (Gambar 5.19)

12. Silahkan cek di LAN tester, kalau kabel terpasang dengan baik maka

lampu pada lan tester akan menyala (Gambar 5.20)

V. Studi Kasus

Didalam suatu ruangan terdapat dua PC dan satu Switch. Anda ditugaskan untuk

menghubungkan PC tersebut ke Switch menggunakan kabel UTP. Lakukan Crimping

kabel yang sesuai untuk kedua perangkat tersebut.


41

BAB 4

IP Address & Subnetting

I. Tujuan Praktikum

1.1 Praktikan mampu menguasai teori jaringan.

1.2 Praktikan mampu menguasai teori subnet (CIDR & VLSM).

1.3 Praktikan dapat memetakan subnet pada topologi jaringan

II. Alat dan Bahan

2.1 Set PC Desktop/Notebook

2.2 OS berbasis Windows (XP/Vista/7/8)

III. Landasan Teori

3.1 IP (Internet Protocol)

3.1.1 Pengalamatan IP

Terdapat 2 pengalamatan untuk setiap perangkat :

1. MAC address sebagai physical address

2. IP address sebagai logical address

IP address terdiri dari IPv4 (32 bit) dan IPv6 (128 bit). IPv4

merupakan IP pengalamatan yang sudah umum di gunakan. Tidak

seperti IPv6 yang merupakan salah satu jenis pengalamatan baru dan

dibuat untuk menggantikan IPv4 yang sekarang ini hamper habis.

3.1.2 IPv4

IPv4 merupakan Internet Protocol versi 4 yang memiliki 32 bit

addresses. Dalam IPv4 terdapat 5 kelas pengalamatan yaitu kelas

A,B,C,D, dan E. IPv4 menyediakan pelayanan pengiriman paket untuk

TCP, UDP, ICMP, dan IGMP.


42

Kelas Pengalamatan IPv4

Gambar 4.1 Kelas Pengalamatan IPv4

Kelas A

- Digit ke-1 bernilai 1

- Octet ke-1 merupakan Network ID (alamat jaringan) , Oktet

ke-2,3,4 merupakan Host ID.

Kelas B

- Digit ke-1 bernilai 1 dan digit ke-2 bernilai 0

- Octet ke-1 dan 2 merupakan Network ID, sedangkan Octet

ke-3 dan 4 merupakan Host ID

Kelas C

- Digit ke-1 dan 2 bernilai 1 , dan digit ke-3 bernilai 0

- Octet ke-1,2, dan 3 merupakan Network ID, sedangkan Oktet

ke-4 merupakan Host ID

Kelas D

- Digit ke-1,2, dan 3 bernilai 1 , dan digit ke-4 bernilai 0

- Dipergunakan sebagai multicast

Kelas E

- Digit ke-1,2,3, dan 4 bernilai 1 , dan digit ke-5 bernilai 0

- Dipergunakan untuk riset


43

Alamat IPv4 terbagi menjadi beberapa jenis, yakni sebagai berikut:

- Alamat Unicast merupakan alamat IPv4 yang ditentukan untuk

sebuah antarmuka jaringan yang dihubungkan ke sebuah

InternetworkIP. Alamat unicast digunakan dalam komunikasi

point-to-point atau one-to-one.

- Alamat Broadcast merupakan alamat IPv4 yang didesain agar

diprosesoleh setiap nodeIP dalam segmen jaringan yang

sama. Alamat broadcast digunakan dalam komunikasi one-to-

everyone. Biasanya dipakai pada penyiaran gelombang radio,

televisi, serta penyebaran lainnya.

- Alamat Multicast merupakan alamat IPv4 yang didesain agar

diprosesoleh satu atau beberapa node dalam segmen jaringan

yang sama atau berbeda. Alamat multicast digunakan dalam

komunikasi one-to-many.

3.1.3 Konversi Bilangan

Konversi Bilangan digunakan untuk mengubah bentuk decimal, biner,

dan hexadecimal. Keterampilan ini diperlukan oleh siapa saja yang

mempelajari jaringan computer. Berikut merupakan macam-macam

system bilangan :

Gambar 4.2 Macam-macam Sistem Bilangan

Agar lebih mudah dipahami silahkan kerjakan soal berikut ini :

Ubahlah ke dalam bentuk Biner, Hexadecimal, dan Oktal :

192.151.47.27(10) = … .

Biner 11000000.10010111.00101111.00011011

Oktal 300.227.057.033

Hexadecimal 60.97.2F.1B


44

3.1.4 IP Private

IP Private merupakan ip address yang digunakan untuk jaringan

intranet dan tidak dikenal di internet. Yang termasuk ke dalam ip

private adalah sebagai berikut:

Gambar 4.3Tabel Range IP Private

3.1.5 IP Public

IP Public merupakan ip address yang digunakan untuk jaringan

internet. Biasanya digunakan disisi internet service provider (ISP).

Yang termasuk ip public adalah semua ip selain ip private.

3.2 Subnetting

Subnetting merupakan teknik membagi atau memecah network menjadi

beberapa sub-network yang lebih kecil.

Gambar 4.4 Subnet Mask

3.2.1 Cara menentukan alamat Network Identifier

Untuk menentukan network identifier dari sebuah alamat IP dengan

menggunakan sebuah subnet mask tertentu, dapat dilakukan dengan

menggunakan sebuah operasi matematika, yaitu dengan menggunakan

operasi logika perbandingan AND (AND comparison). Di dalam

sebuah AND comparison, nilai dari dua hal yang diperbandingkan akan

bernilai true hanya ketika dua item tersebut bernilai true; dan menjadi

false jika salah satunya false. Dengan mengaplikasikan prinsip ini ke

dalam bit-bit, nilai 1 akan didapat jika kedua bit yang diperbandingkan

bernilai 1, dan nilai 0 jika ada salah satu di antara nilai yang

diperbandingkan bernilai 0.


45

Contoh :

Alamat IP 10000011 01101011 10100100 00011010 (131.107.164.026)

Subnet Mask 11111111 11111111 11110000 00000000 (255.255.240.000)

Network ID 10000011 01101011 10100000 00000000 (131.107.160.000)

3.2.2 CIDR

Classless Interdomain Domain Routing (CIDR) merupakan sebuah cara

alternatif untuk mengklasifikasikan alamat-alamat berbeda dengan

sistem klasifikasi ke dalam kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, dan

kelas E.CIDR merupakan mekanisme routing yang lebih efisien

dibandingkan dengan cara yang asli, yakni dengan membagi alamat IP

jaringan ke dalam kelas-kelas A, B, dan C.

Gambar 4.5CIDR

Catatan penting dalam subnetting ini adalah penggunaan oktat pada

subnet mask dimana :

IP Address kelas C yang dapat dilakukan CIDR-nya adalah

pada oktat terakhir karena pada IP Address kelas C subnet

maskdefault-nya adalah 255.255.255.0

IP Address kelas B yang dapat dilakukan CIDR-nya adalah

pada 2 oktat terakhir karena pada IP Address kelas B subnet

mask default-nya adalah 255.255.0.0

IP Address kelas A yang dapat dilakukan CIDR-nya adalah


46

pada 3 oktat terakhir karena IP Address kelas A subnet mask

default-nya adalah 255.0.0.0

3.2.3 VLSM

Variabel Length Subnet Mask (VLSM) merupakan teknik kedua selain

CIDR untuk memecah subnet dalam suatu jaringan komputer menjadi

subnet-subnet yang lebih kecil. Untuk menyederhanakan VLSM adalah

dengan memecah alamat IP ke subnet dan mengalokasikan sesuai

dengan kebutuhan individu pada jaringan.

Tujuan VLSM itu sendiri yaitu :

1. Untuk mengoptimalkan pemakaian IP address

2. Memperbaiki kekurangan dalam metoda konvensional subnetting

3. Menyesuaikan dengan kebutuhan IP address yang diinginkan

3.2.4 Supernetting

Supernetting adalah proses menggabungkan dua atau lebih blok IP

address menjadi satu kesatuan. Jika proses subnetting dapat membagi sebuah

network menjadi beberapa subnet, maka supernetting merupakan proses

kebalikannya. Supernetting menggabungkan beberapa network yang

berdekatan sehingga terbentukalah sebuah supernet. Pada umumnya

diterapkan pada network yang cukup besar untuk memudahkan proses

rounting. Supernetting disebut juga Classless Inter-Domain Rounting atau

CIDR. Manfaat dari supernetting, adalah mengupdate router dengan cara

efisien, yaitu mengirimkan informasi banyak route dalam satu pemberitahuan

sehingga menghemat bandwidth dan meminimalkan pekerjaan router.



47

Pada jaringan di atas dengan IP 192.168.16.0/24 terdapat :

1. Router 0 = 2 host




5. Client a = 50 host

6. Client b = 35 host

7. Client c = 10 host

8. Internet

Bagaimana range network pada jaringan tersebut agar pemakaian IP address

optimal?

Penyelesaian :

Agar mengoptimalkan pemakaian IP address maka kita menggunakan VLSM :

Urutkan terlebih dahulu dari host terbesar sampe terkecil. Pertama adalah client a

dengan host 50 maka kita menggunakan prefix 26 karena /26 dapat menampung

host sebanyak 62 host. Apabila kita menggunakan /25 maka host yang dapat

digunakan 126 dan itu membuang sia-sia host yang ada. Apabila kita

menggunakan /27 host yang dapat digunakan 30 maka kurang dari host yang ada

di client. Maka yang tepat kita menggunakan /26.

Nama Hos

t

Prefix/

Subne

t

Mask

IP Network IP Pertama IP Terakhir IP Broadcast

Client

a 50 /26 192.168.16.0 192.168.16.1 192.168.16.62 192.168.16.63

Client

b 35 /26 192.168.16.64 192.168.16.65

192.168.16.12

6

192.168.16.12

7

Client

c 10 /28

192.168.16.12

8

192.168.16.12

9

192.168.16.14

2

192.168.16.14

3

Route

r 0 2 /30

192.168.16.14

4

192.168.16.14

5

192.168.16.14

6

192.168.16.14

7

Route

r 1 2 /30

192.168.16.14

8

192.168.16.14

9

192.168.16.15

0

192.168.16.15

1


48

Route

r 2 2 /30

192.168.16.15

2

192.168.16.15

3

192.168.16.15

4

192.168.16.15

5

Route

r 9 2 /30

192.168.16.15

6

192.168.16.15

7

192.168.16.15

8

192.168.16.15

9

V. Studi Kasus

Dalam studi kasus ini, terdapat suatu perusahaan yang memiliki 127 unit

komputer dengan IP address 192.127.27.0/24 memerlukan range network

untuk jaringan komputer, dimana komputer tersebut terdistribusi ke dalam 3

divisi, yaitu:

1. HRD = 27 unit

2. Marketing = 83 unit

3. Controlling = 17 unit

Subnettingkan jaringan perusahaan tersebut agar penggunaan IP address

optimal!


49

BAB 5

Konfigurasi Server dan Telnet

I. Tujuan Praktikum

1.1 Praktikan memahami DHCP, HTTP, dan DNS pada server

1.2 Praktikan dapat membuat konfigurasi dalam simulator (packet tracer) dan

mengoperasikan piranti cisco (Router) dengan cara Telnet

1.3 Praktikan mampu melakukan konfigurasi DHCP, HTTP, dan DNS pada server

II. Alat dan Bahan

2.1 Set PC/Desktop

2.2 OS berbasis (XP/Vista/7/8)

2.3 Cisco Packet Tracer

III. Landasan Teori

3.1 Pengenalan Server

Server adalah sebuah sistem komputer yang menyediakan jenis

layanan tertentu dalam sebuah jaringan komputer, atau dengan kata lain server

dapat melayani semua komputer atau terminal yang terhubung dengan server.

Fungsi server secara umum yaitu :

Menyimpan aplikasi dan database yang dibutuhkan oleh komputer

yang terhubung

Memberikan keamanan dengan fitur security yang berbasis server

Memberikan perlindungan firewall pada seluruh jaringan komputer

Server juga memberikan berbagai macam layanan sistem operasi jaringan, dan

dalam modul ini yang akan dibahas lebih lanjut adalah mengenai DHCP, DNS,

dan HTTP.

3.1.2 DHCP Server

DHCP atau Dinamyc Host Configuration Protocol adalah

sebuah layanan yang secara otomatis memberikan nomor IP kepada

komputer yang memintanya. Komputer yang memberikan nomor IP

disebut sebagai DHCP server, sedangkan komputer yang meminta

nomor IP disebut sebagai DHCP Client.


50

Gambar 5.1 DHCP Server memberikan nomor ip kepada client

secara otomatis

Cara kerja DHCP sebagai berikut :

Pada saat DHCP client dihidupkan , maka komputer tersebut

melakukan request ke DHCP-Server untuk mendapatkan nomor IP.

DHCP menjawab dengan memberikan nomor IP yang ada di database

DHCP. Setelah DHCP Server memberikan nomor IP, dengan

meminjamkan nomor IP yang ada ke DHCP-Client dan mencoret

nomor IP tersebut dari daftar pool.

3.1.3 DNS

Domain Name System (DNS) adalah Distribute Database

System yang digunakan untuk pencarian nama komputer (name

resolution) di jaringan yang menggunakan TCP/IP (Transmission

Control Protocol / Internet Protocol).

Fungsi DNS yaitu untuk menerjemahkan nama Domain

menjadi deretan angka IP. Contohnya bila kita akan membuka atau

merequest url Domain tertentu, biasanya kita menggunakan deretan

nama atau huruf karena lebih mudah dihafal seperti esc-creation.com,

google.com, yahoo.com , facebook.com dan sebagainya. DNS bkerja

dengan melakukan encode atau menerjemahkan dari domain

google.com ke dalam bentuk deretan angka unik yaitu berupa IP misal

google.com IP nya adalah 208.67.219.231.

Gambar 5.2 DNS menterjemahkan Google menjadi 8.8.8.8


51

3.1.4 HTTP

HTTP adalah sebuah protokol meminta/menjawab antara client

dan server. Sebuah client HTTP seperti web browser, biasanya

memulai permintaan dengan membuat hubungan TCP/IP ke port

tertentu di tuan rumah yang jauh (biasanya port 80). Domain Name

System (DNS) adalah distribute database system yang digunakan untuk

pencarian nama komputer (name resolution) di jaringan yang

mengunakan TCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet

Protocol).

3.2 Pengenalan Telnet

Telnet (Telecommunication Network) adalah protokol client-server

yang memungkinkan adanya akses remote login komputer tujuan dalam

sebuah jaringan. Telnet juga dapat diartikan sebagai virtual/emulasi terminal

yang menggunakan protokol telnet untuk dapat mengakses komputer tujuan

secara remote.

Koneksi telnet juga biasa digunakan untuk mengakses router dari jarak

jauh yang masih dalam jaringan tersebut. Dengan menggunakan telnet, para

administrator tidak perlu mendatangi router yang bermasalah dan melakukan

pengecekan satu per satu. Mereka bisa melakukan pengecekan terhadap router

menggunakan komputer client yang terkoneksi dengan router yang akan di

konfigurasi.

Unauthorized telnet access login

Router vty lines : 0 4 Example :

Switch vty lines : 0 15 Router (config) # line vty 0 4

Router (config-line) # password class

Router (config-line) # login


Langkah-langkah praktikum :

4.1 Bukalah aplikasi packet tracer dan buatlah skenario model jaringan seperti

gambar berikut

4.2 Hubungkan masing-masing device dengan kabel yang sesuai, sehingga terlihat

seperti :


52

Gambar 5.3Topologi Jaringan

4.3 Untuk konfigurasi IP pada masing - masing PC akan dilakukan dengan cara

DHCP Server. Langkah untuk setting DHCP adalah sebagai berikut :

3.1 Setting IP pada Server-A

Gambar 5.4 Setting IP pada Server-A

3.2 Lalu Setting DHCP nya, ubah PoolName, Default Gateway, DNS Server, serta

Start IP Addressnya


53

Gambar 5.5 Setting DHCP Server0

3.3 Untuk melihat apakah setting DHCP telah berhasil atau tidak dengan cara

melihat settingan pada PC A

Caranya klik pada PCA, lalu buka Desktop > IP Configuration. Disini kita

tidak mengkonfigurasi IP dengan static, melainkan DHCP, maka pilih DHCP.

Jika berhasil akan terlihat tampilan seperti ini :

Gambar 5.6 Setting IP PC A secara DHCP

4.4 Setelah melakukan konfigurasi untuk masing - masing PC dengan DHCP Server,

maka akan dilakukan setting pada Router dengan cara Telnet

4.1 Lakukanlah konfigurasi pada Router0

4.2 Klik pada gambar router hingga muncul form dan pilih menu CLI, sehingga


54

aka nada tampilan seperti berikut :

Gambar 5.7 CLI Router

4.3 Pada dialog yang muncul ketik NO, lalu tekan enter.

Gambar 5.8 CLI Router

a. Mengganti nama router dengan RTR- A:

Router(config)#hostname RTR-A

sisjar1(config)#

Menonaktifkan DNS:

sisjar1(config)#no ip domain-lookup

sisjar1(config)#


55

b. Mengatur password pada EXEC mode :

Sintack: enable secret password

sisjar1(config)#enable secret sisjar

sisjar1(config)#

Continue with configuration dialog? [yes/no]: no

Router>enable

Router# configure terminal

Router(config)# interface fastEthernet 1/0

Router(config-if)# no shutdown

Router(config-if)#ipaddress 192.168.1.1 255.255.255.0

Router(config-if)# exit

Router(config)# exit

c. Mengaktifkan Telnet


Router(config)# line vty 0 4

Router(config-line)# password sisjar

Router(config-line)# login

Router(config-line)# exit

Router(config)# enable password sisjarlab

Router(config)# exit

4.4 Lakukan konfigurasi IP dengan cara Telnet melalui PC dengan IP address 192.168.1.5

PC A (192.168.1.5)

PC> telnet 192.168.1.1

Trying 192.168.1.1 ... Open

User Access Verification

Password :

Router> enable

Password :



Router (config) # interface fastethernet 0/0

Router (config-if)# ip address 192.168.1.1 255.255.255.0

Router (config-if) # no shutdown

Router (config-if) # Exit


56

4.5 Selanjutnya akan dilakukan konfigurasi untuk Web Server

4.6 Setting HTTP nya dan ubah statusnya menjadi ON, seperti ini :

Gambar 5.9 Setting HTTP pada Web Server

4.7 Untuk melihat apakah Web Server telah berhasil, lewat PC5 menuju ke Desktop >

Web Browser. Pada kotak URL masukkan IP dari Web Browser yaitu 192.168.1.2 ,

maka akan muncul tampilan seperti berikut :


57

Gambar 5.10 Tampilan pada Web Browser

4.8 Setting DNS Server

4.8.1 Setting DNS nya. menjadi seperti ini ;

Gambar 5.11 Setting DNS pada DNS Server

4.8.2 Lakukan pengecekan lewat salah satu PC, masuk ke Desktop > Web

Browser. Pada kotak URL masukkan www.sisjar.com


58

Gambar 5.12 Tampilan pada Web Browser

V. Studi Kasus

Terdapat sebuah perusahaan dimana perusahaan tersebut memiliki 2 divisi.

Setiap divisi menggunakan 1 router dan 1 server yang sama sehingga PC PC bisa

terhubung dengan baik. Router tersebut bernama RoutDiv sedangkan server tersebut

bernama DHCP server. IP server tersebut 192.168.1.254/24. Settinglah router dan

server tersebut sehingga PC PC tersebut memiliki IP dan dapat berkomunikasi (ping)

dengan PC lainnya.


59

BAB 6

Routing Konsep & Static Routing

I. Tujuan Praktikum

1.1 Praktikan mampu mengkonfigurasi router pada jaringan sederhana.

1.2 Praktikan mampu menjalankan perintah-perintah dasar router.

1.3 Praktikan mampu mengkonfigurasi dan mengaktifkan interface Serial dan

FastEthernet.

1.4 Praktikan mampu mengkonfigurasi default static route

II. Alat dan Bahan


2.2 OS berbasis Windows (XP/Vista/7)

2.3 Kabel UTP

2.4 Kabel Serial

2.5 Router Cisco

2.6 Prolific Usb to Serial

III. Landasan Teori

3.1 Router

3.3.1 Fungsi

Router sering digunakan untuk menghubungkan beberapa network.

Baik network yang sama maupun berbeda dari segi teknologinya.

Router juga digunakan untuk membagi network besar menjadi

beberapa buah subnetwork (network-network kecil).

Gambar 6.1 Router

3.1.2 Jenis-Jenis Router

Secara umum, router dibagi menjadi dua buah jenis, yakni:

static router (router statis): adalah sebuah router yang memiliki

tabel routing statis yang di setting secara manual oleh para

administrator jaringan.

dynamic router (router dinamis): adalah sebuah router yang

memiliki dan membuat tabel routing dinamis, dengan

mendengarkan lalu lintas jaringan dan juga dengan saling

berhubungan dengan router lainnya.

3.2 Routing

Sebuah router memiliki kemampuan routing. Routing adalah sebuah proses

untuk meneruskan paket-paket dari satu jaringan ke jaringan lainnya melalui

sebuah antar-jaringan (internetwork). Artinya router dapat mengetahui kemana


60

rute perjalanan informasi (yang disebut packet) akan dilewatkan. Apakah

ditujukan untuk host lain yang satu network atau berbeda network. Jika paket-

paket ditujukan untuk host pada network yang lain maka router akan

meneruskannya ke network tersebut. Sebaliknya, jika paket-paket ditujukan

untuk host yang satu network maka router akan menghalangi paket-paket

keluar, sehingga paket-paket tersebut tidak “membanjiri” network yang lain.

Terdapat dua macam routing, yaitu:

Routing Statis

Routing Dynamis

3.3 Routing Statis

3.3.1 Pengertian

Routing statis memerlukan campur tangan network administrator

dalam penentuan rute. Routing statis adalah bentuk routing yang terjadi

ketika router menggunakan entri routing yang dikonfigurasi secara

manual oleh network administrator. Routing statis tidak seperti routing

dinamis, rute statis tetap dan tidak berubah jika jaringan berubah.

3.3.2 Kegunaan

Routing statis memiliki kegunaan sebagai berikut :

Routing statis dapat digunakan untuk menentukan jalur keluar dari

router ketika tidak ada rute lain yang tersedia atau diperlukan. Ini

disebut default route.

Routing statis dapat digunakan untuk jaringan kecil yang

membutuhkan hanya satu atau dua rute.

Routing statis sering digunakan untuk membantu mengirim

informasi routing dari satu routing protocol ke routing protocok

yang lain (routing redistribusi)

3.3.3 Kekurangan

Routing statis memiliki kekurangan sebagai berikut :

Rute statis dikonfigurasi secara manual sehingga tingkat kesalahan

input oleh administrator tinggi

Rute statis harus dikonfigurasi pada setiap router dalam jaringan,

sehingga memakan waktu lama jika ada banyak router dan re-

konfigurasi bisa lambat dan tidak efisien.

Jika salah satu jalur routing terputus maka router tidak bisa

mencari alternative jalan baru untuk meneruskan paket yang

dikirim

3.3.4 Command Routing Statis

Penggunaan Next Hop


61

Kelebihan menggunakan next hop dapat mencegah terjadinya error

dalam meneruskan paket ke router tujuan karena router telah

mengetahui next hop, yaitu IP Address router tujuan. Kekurangan

jika menggunakan next hop akan mengalami multiple lookup atau

lookup yang berulang

Penggunaan Exit Local Interface

Kelebihan menggunakan exit local interface adalah proses lookup

hanya akan terjadi satu kali karena router akan langsung

meneruskan paket ke network tujuan melalui interface yang sesuai

pada routing table. Kekurangannya kemungkinan akan terjadi error

ketika meneruskan paket.

3.4 Default Routing

Merupakan routing statis khusus yang digunakan ketika rute dari

sumber/tujuan tidak dikenali atau tidak terdapat informasi yang cukup dalam

table routing tujuan.


Gambar 6.2 Praktikum


62

Device Interface IP Address Subnet Mask Default

Gateway

R1 Fa0/0 192.168.1.1 255.255.255.0 N/A

Se2/0 192.168.5.1 255.255.255.0 N/A

R2

Fa0/0 192.168.2.1 255.255.255.0 N/A

Se2/0 192.168.4.1 255.255.255.0 N/A

Se3/0 192.168.5.2 255.255.255.0 N/A

R3 Fa0/0 192.168.3.1 255.255.255.0 N/A

Se3/0 192.168.4.2 255.255.255.0 N/A

PC1 NIC 192.168.1.10 255.255.255.0 192.168.1.1

PC2 NIC 192.168.2.10 255.255.255.0 192.168.2.1

PC3 NIC 192.168.3.10 255.255.255.0 192.168.3.1

1. Pada router masuk dalam mode privilege lalu ubah hostname dan berikan enable

secret dengan password “sisjar”

Router>enable



Router(config)#hostname R1

R1(config)#enable secret sisjar

Ulangi pada setiap router yang digunakan, dengan nama yang sesuai Address

Table

2. Konfigurasi setiap interface pada R1 sesuai dengan Addressing Table

R1(config)#interface fastEthernet 0/0

R1(config-if)#ip address 192.168.1.1 255.255.255.0

R1(config-if)#no shutdown

R1(config-if)#




63

changed state to up

R1(config-if)#exit

R1(config)#interface serial 2/0



%LINK-5-CHANGED: Interface Serial2/0, changed state to down

R1(config-if)#clock rate 64000

R1(config-if)#exit





R2(config-if)#



changed state to up

R2(config-if)#exit




R2(config-if)#


R2(config-if)#exit




%LINK-5-CHANGED: Interface Serial2/0, changed state to down

R2(config-if)#clock rate 64000

R2(config-if)#exit






64

R3(config-if)#



changed state to up

R3(config-if)#exit




R3(config-if)#


R3(config-if)#exit

5. Setting IP Address pada setiap PC sesuai Address Table


65

6. Konfigurasikan Static Routing pada R1 ke network 192.168.2.0/24,

192.168.4.0/24 dan 192.168.3.0/24 dengan menggunakan alamat Next-Hop

R1(config)#ip route 192.168.2.0 255.255.255.0 192.168.5.2

R1(config)#ip route 192.168.3.0 255.255.255.0 192.168.5.2

R1(config)#ip route 192.168.4.0 255.255.255.0 192.168.5.2


66

R1(config)#exit

7. Cek tabel Routing pada R1

R1#show ip route

Codes: C - connected, S - static, I - IGRP, R - RIP, M - mobile,

B - BGP

D - EIGRP, EX - EIGRP external, O - OSPF, IA - OSPF inter

area

N1 - OSPF NSSA external type 1, N2 - OSPF NSSA external

type 2

E1 - OSPF external type 1, E2 - OSPF external type 2, E -

EGP

i - IS-IS, L1 - IS-IS level-1, L2 - IS-IS level-2, ia -

IS-IS inter area

* - candidate default, U - per-user static route, o - ODR

P - periodic downloaded static route

Gateway of last resort is not set

C 192.168.1.0/24 is directly connected, FastEthernet0/0

S 192.168.2.0/24 [1/0] via 192.168.5.2

S 192.168.3.0/24 [1/0] via 192.168.5.2

S 192.168.4.0/24 [1/0] via 192.168.5.2

C 192.168.5.0/24 is directly connected, Serial2/0

8. Konfigurasikan Static Routing pada R2 ke network 192.168.1.0/24 dan

192.168.3.0/24 dengan menggunakan alamat Next-Hop

R2(config)#ip route 192.168.1.0 255.255.255.0 192.168.5.1

R2(config)#ip route 192.168.3.0 255.255.255.0 192.168.4.2

R2(config)#exit

9. Cek tabel routing pada R2

R2#show ip route


B - BGP


area


type 2


67


EGP


IS-IS inter area




S 192.168.1.0/24 [1/0] via 192.168.5.1


S 192.168.3.0/24 [1/0] via 192.168.4.2



10. Konfigurasikan Static Routing pada R3 ke network 192.168.1.0/24,

192.168.2.0/24 dan 192.168.5.0/24 dengan menggunakan alamat Next-Hop

R3(config)#ip route 192.168.1.0 255.255.255.0 192.168.4.1

R3(config)#ip route 192.168.2.0 255.255.255.0 192.168.4.1

R3(config)#ip route 192.168.5.0 255.255.255.0 192.168.4.1

R3(config)#exit

11. Cek tabel Routing pada R1

R3#show ip route


B - BGP


area


type 2


EGP


IS-IS inter area




68


S 192.168.1.0/24 [1/0] via 192.168.4.1

S 192.168.2.0/24 [1/0] via 192.168.4.1



S 192.168.5.0/24 [1/0] via 192.168.4.1

12. Cek konektivitas dengan Ping dari PC1 ke PC2, PC1 ke PC3, dan PC2 ke PC3

V. Studi Kasus

Berikut contoh gambar topologi jaringan di Telkom University. Dengan mempelajari materi,

cobalah untuk mengkonfigurasi setiap router dengan menggunakan static routing agar setiap

router dalam jaringan tersebut bisa terhubung satu sama lain.


69

Daftar Pustaka

[1]© 1992-2012 Cisco SystemsInc.Internet Protocols．[Online]2010．

http://docwiki.cisco.com/wiki/Internet_Protocols．

[2]2011DirektoratPembinaan Sekolah Menengah KejuruanBELAJAR DAN MENGENAL IP

ADDRESS, SUBNETTING, DAN VLSM．http://www.ditpsmk.net/?page=artikel;110．

[Online]Desember 2012．http://www.ditpsmk.net/?page=artikel;110．

[3]Cisco Cisco IOS IP Routing BFD Configuration Guide Book Release 15.1．s.l.，Cisco，2014．

[4]SaputroJ. Praktikum CCNA di Komputer Sendiri Menggunakan GNS3．Jakarta，Mediakita，

2010．

[5]Sisjar Modul Praktikum Dasar Jaringan 2013．Bandung，Laboratorium Sistem Operasi dan

Jaringan Komputer，2013．

[6]SofanaIwan CISCO CCNA & Jaringan Komputer．Bandung，Informatika Bandung，2010．

MODUL DASAR JARINGAN - · PDF fileBAB 2 Network Fundamental (Part 2), Konfigurasi IOS , Basic Switch Konsep dan Konfigurasi ... Cara ini lebih mendekati pengertian remote, karena IOS

Documents