Top Banner
MODUL 2 APK DAN BIOMEKANIKA BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Penanganan material secara manual seperti pengangkutan proses produksi yang menggunakan tenaga manusia masih banyak digunakan di sebagian perusahaan di indonesia. Selain mudah untuk dilakukan, pengangkutan material secara manual juga tidak mengeluarkan biaya penanganan yang terlalu tinggi. Namun terkadang perusahaan lupa untuk memperhatikan akibat dari pengangkutan material secara manual tersebut bagi kenyamanan dan kesehatan pekerja atau operator. Pada saat melakukan pekerjaan para pekerja sering merasakan keluhan pada bagian-bagian tertentu. Hal ini akan mempengaruhi kemampuan pekerja dalam melakukan aktivitasnya. Tingginya tingkat cedera akibat aktivitas pengangkatan dan pemindahan beban akan berdampak buruk bagi perusahaan yaitu berupa penurunan produktivitas kerja perusahaan melalui beban biaya pengobatan yang besar. Tubuh manusia dirancang untuk melakukan aktivitas serhari-hari, adanya masa otot yang bobotnya lebih dari separuh tubuh memungkinkan manusia untuk dapat menggerakkan tubuh dan melakukan kerja. Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima oleh seseorang harus sesuai dan seimbang terhadap kemampuan fisik, koknitif, maupun keterbatasan manusia menerima beban tersebut. Biomekanika adalah ilmu yang menggunakan hukum-hukum fisika dan konsep- konsep mekanika untuk mendeskripsikan gerakan dan gaya pada berbagai macam bagian tubuh ketika melakukan aktivitas. Faktor ini sangat berhubungan dengan pekerjaan yang bersifat material handling, seperti pengangkatan dan pemindahan secara manual, atau pekerjaan lain yang dominan menggunakan otot tubuh. Meskipun kemajuan teknologi telah banyak membantu aktivitas manusia, namun tetap LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 45
149

MODUL Biomekanika

Aug 05, 2015

Download

Documents

Unna Aisy
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

BAB IPENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Penanganan material secara manual seperti pengangkutan proses produksi yang

menggunakan tenaga manusia masih banyak digunakan di sebagian perusahaan di

indonesia. Selain mudah untuk dilakukan, pengangkutan material secara manual juga

tidak mengeluarkan biaya penanganan yang terlalu tinggi. Namun terkadang

perusahaan lupa untuk memperhatikan akibat dari pengangkutan material secara

manual tersebut bagi kenyamanan dan kesehatan pekerja atau operator. Pada saat

melakukan pekerjaan para pekerja sering merasakan keluhan pada bagian-bagian

tertentu. Hal ini akan mempengaruhi kemampuan pekerja dalam melakukan

aktivitasnya. Tingginya tingkat cedera akibat aktivitas pengangkatan dan pemindahan

beban akan berdampak buruk bagi perusahaan yaitu berupa penurunan produktivitas

kerja perusahaan melalui beban biaya pengobatan yang besar.

Tubuh manusia dirancang untuk melakukan aktivitas serhari-hari, adanya masa

otot yang bobotnya lebih dari separuh tubuh memungkinkan manusia untuk dapat

menggerakkan tubuh dan melakukan kerja. Dari sudut pandang ergonomi, setiap

beban kerja yang diterima oleh seseorang harus sesuai dan seimbang terhadap

kemampuan fisik, koknitif, maupun keterbatasan manusia menerima beban tersebut.

Biomekanika adalah ilmu yang menggunakan hukum-hukum fisika dan konsep-

konsep mekanika untuk mendeskripsikan gerakan dan gaya pada berbagai macam

bagian tubuh ketika melakukan aktivitas. Faktor ini sangat berhubungan dengan

pekerjaan yang bersifat material handling, seperti pengangkatan dan pemindahan

secara manual, atau pekerjaan lain yang dominan menggunakan otot tubuh. Meskipun

kemajuan teknologi telah banyak membantu aktivitas manusia, namun tetap saja ada

beberapa pekerjaan manual yang tidak dapat dihilangkan dengan pertimbangan biaya

maupun kemudahan. Pekerjaan ini membutuhkan usaha fisik sedang hingga besar

dalam durasi waktu kerja tertentu.

Biomekanika merupakan studi tentang karakteristik - karakteristik tubuh manusia

dalam istilah mekanik. Biomekanika dioperasikan pada tubuh manusia baik saat tubuh

dalam keadaan statis ataupun dalam keadaan dinamis. Contoh dari penerapan ilmu

biomekanika adalah untuk menjelaskan efek getaran dan dampak yang timbul akibat

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

45

Page 2: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

kerja, menyelidiki karakteristik kolom tulang belakang, menguji penggunaan alat

prosthetic, dan lain-lain.

1.2Tujuan Praktikum

1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Mampu menganalisa postur kerja dengan menggunakan metode RULA, REBA, dan

OWAS,

2. Menggunakan konsep RULA, REBA, dan OWAS dalam mendeteksi postur kerja atau

faktor resiko dalam suatu pekerjaan,

3. Mampu melakukan pengukuran kerja fisik dan memanfaatkannya dalam

perancangan metode kerja berdasarkan prinsip-prinsip biomekanika,

4. Mengetahui besar beban kerja pada saat mengangkat beban kerja secara manual,

5. Mampu memahami keterbatasan manusia terhadap beban kerja yang dibebankan

pada anggota tubuh manusia,

6. Mengetahui alat-alat yang digunakan dalam pengukuran kerja fisik berdasarkan

prinsip-prinsip biomekanika.

1.2.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Mampu menaksir skor dan menganalisa postur kerja dengan metode RULA, REBA,

dan OWAS,

2. Mampu menganalisa tingkat kecelakaan yang mungkin terjadi yang diakibatkan

oleh postur kerja tertentu,

3. Mampu mengaplikasikan metode RWL (Recommended Weight Limit) dan LI (Lifting

Index) dalam menghitung beban kerja pada saat mengangkat beban kerja secara

manual,

4. Mampu menganalisa perbaikan system kerja, merancang gerakan pemindahan

benda kerja yang ergonomis, melakukan perbaikan dalam postur kerja, dan

memberikan rekomendasi metode kerja yang lebih baik dari metode yang sudah

ada.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

46

Page 3: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1Definisi Biomekanika

Biomekanika adalah ilmu yang menggunakan hukum-hukum fisika dan konsep-

konsep mekanika untuk mendeskripsikan gerakan dan gaya pada berbagai macam

bagian tubuh ketika melakukan aktivitas. Biomekanika merupakan salah satu dari

empat bidang penelitian informasi hasil ergonomi. Yaitu penelitian tentang kekuatan

fisik manusia yang mencakup kekuatan atau daya fisik manusia ketika bekerja dan

mempelajari bagaimana cara kerja serta peralatan harus dirancang agar sesuai

dengan kemampuan fisik manusia ketika melakukan aktivitas kerja tersebut. Dalam

biomekanik ini banyak disiplin ilmu yang mendasari dan berkaitan untuk dapat

menopang perkembangan biomekanik. Disiplin ilmu ini tidak terlepas dari

kompleksnya masalah yang ditangani oleh biomekanik ini. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat bagan (Gambar 2.1) di bawah ini:

Gambar 2.1 Diagram Ilmu BiomekanikaSumber: Contini dan Drill, 1966

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

47

Page 4: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Faktor ini sangat berhubungan dengan pekerjaan yang bersifat material handling,

seperti pengangkatan dan pemindahan secara manual, atau pekerjaan lain yang

dominant menggunakan otot tubuh. Meskipun kemajuan teknologi telah banyak

membantu aktivitas manusia, namun tetap saja ada beberapa pekerjaan manual yang

tidak dapat dihilangkan dengan pertimbangan biaya maupun kemudahan. Pekerjaan

ini membutuhkan usaha fisik sedang hingga besar dalam durasi waktu kerja tertentu,

misalnya penanganan atau pemindahan material secara manual. Usaha fisik ini

banyak mengakibatkan kecelakaan kerja ataupun low back pain, yang menjadi isu

besar di negara-negara industri belakangan ini. Biomekanika merupakan studi tentang

karakteristik-karakteristik tubuh manusia dalam istilah mekanik. Biomekanika

dioperasikan pada tubuh manusia baik saat tubuh dalam keadaan statis ataupun

dalam keadaan dinamis. Contoh dari penerapan ilmu biomekanika adalah untuk

menjelaskan efek getaran dan dampak yang timbul akibat kerja, menyelidiki

karakteristik kolom tulang belakang, menguji penggunaan alat prosthetic, dll.

2.2Konsep Biomekanika

Biomekanika diklasifikasikan menjadi dua, yaitu general biomechanics dan

occupational biomechanics.

2.2.1 General Biomechanic

Adalah bagian dari Biomekanika yang berbicara mengenai hukum–hukum dan

konsep–konsep dasar yang mempengaruhi tubuh organik manusia baik dalam posisi

diam maupun bergerak general biomechanics dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Biostatics adalah bagian dari biomekanika umum yang hanya menganalisis tubuh

pada posisi diam atau bergerak pada garis lurus dengan kecepatan seragam

(uniform).

2. Biodinamic adalah bagian dari biomekanik umum yang berkaitan dengan

gambaran gerakan–gerakan tubuh tanpa mempertimbangkan gaya yang terjadi

(kinematik) dan gerakan yang disebabkan gaya yang bekerja dalam tubuh

(kinetik) (Tayyari, 1997).

2.2.2 Occupational Biomechanic

Didefinisikan sebagai bagian dari biomekanik terapan yang mempelajari interaksi

fisik antara pekerja dengan mesin, material dan peralatan dengan tujuan untuk

meminimumkan keluhan pada sistem kerangka otot agar produktifitas kerja dapat

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

48

Page 5: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

meningkat. Setelah melihat klasifikasi diatas maka dalam praktikum kita ini dapat kita

kategorikan dalam Biomekanik Occupational Biomechanic. Untuk lebih jelasnya disini

akan kita bahas tentang anatomi tubuh yang menjadi dasar perhitungan dan

penganalisaan biomekanik. Dalam biomekanik ini banyak melibatkan bagian bagian

tubuh yang berkolaborasi untuk menghasilkan gerak yang akan dilakukan oleh organ

tubuh yakni kolaborasi antara tulang, jaringan penghubung (Connective Tissue) dan

otot.

2.3Prinsip-prinsip Biomekanika

Dasar dari prinsip kerja Biomekanika adalah Hukum Newton yang terdiri dari:

1. Hukum I Newton

Bunyi Hukum I Newton: Selama jumlah gaya yang bekerja pada sebuah benda

sama dengan nol (ΣF = 0) maka benda akan berada dalam keadaan diam atau

bergerak secara lurus beraturan (Kecepatannya konstan).

Konsep dari hukum ini dikenal dengan kelembaman (Inersia) yaitu sifat suatu

benda untuk cenderung mempertahankan kedudukannya. Benda yang diam

cenderung untuk diam dan benda yang bergerak cenderung untuk terus bergerak.

Contoh: ketika tubuh dalam keadaan istirahat semua otot dan organ lain juga dalam

keadaan relaks. Maka ketika kita akan menggerakkannya harus dimulai dari perlahan

lahan (perlu pemanasan). Jika secara tiba-tiba digerakkan maka kemungkinan akan

mengakibatkan cedera pada organ tersebut.

2. Hukum II Newton

Jika sebuah benda diberikan gaya maka benda tersebut akan bergerak dan

mengalami Percepatan. Percepatan gerak sebuah benda berbanding lurus dengan

besarnya gaya yang bekerja dan berbanding terbalik dengan besar masanya.

F = m.a

F = gaya (newton)

m = massa (kilogram)

a = percepatan (meter/sekon2)

Konsep berat sama dengan gaya grafitasi berat merupakan hasil kali antara masa

dengan percepatan grafitasi (w = mg). Contoh: Gaya otot yang diperlukan akan lebih

besar ketika mengangkat beban yang berat dibandingkan dengan ketika mengangkat

beban yang ringan, ketika mendorong sebuah sebuah kereta pasien atau kursi dorong

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

49

Page 6: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

gaya yang diperlukan lebih besar ketika mendorong pasien yang berbadan besar

dibandingkan dengan ketika mendorong pasien yang bertubuh kecil.

3. Hukum III Newton

Jika sebuah benda melakukan gaya pada benda lain maka benda tersebut akan

mendapatkan balasan gaya yang besarnya sama tetapi arahnya berlawanan. Hukum

ini dikenal dengan hukum

aksi dan reaksi. Contoh: ketika telapak kaki menginjak tanah dan mendorong kearah

belakang maka tanah akan membalas dengan memberikan gaya yang besarnya

dengan arah kedepan sehingga badan akan terdorong maju.

Prinsip-prinsip biomekanika dalam pengangkatan beban:

1. Sesuaikan berat dengan kemapanan pekerja dengan mempertimbangkan

frekuensi pemindahan.

2. Manfaatkan dua atau lebih pekerja untuk memindahkan barang yang berat.

3. Ubahlah aktivitas jika mungkin sehingga lebih mudah, ringan dan tidak berbahaya.

4. Minimasi jarak horizontal gerakan antara tempat mulai dan berakhir pada

pemindahan barang.

5. Material terletak tidak lebih tinggi dari bahu.

6. Kurangi frekuensi pemindahan.

7. Berikan waktu istirahat.

8. Berlakukan rotasi kerja terhadap pekerjaan yang sedikit membutuhkan tenaga.

9. Rancang kontainer agar mempunyai pegangan yang dapat dipegang dekat

dengan tubuh.

10. Benda yang berat ditempatkan setinggi lutut agar dalam pemindahan tidak

menimbulkan cidera punggung.

Dalam biomekanika, banyak melibatkan bagian-bagian tubuh yang berkolaborasi

untuk menghasilkan gerak yang akan dilakukan oleh organ tubuh.

2.4Manual Material Handling

Meskipun telah banyak mesin yang digunakan pada berbagai industri untuk

mengerjakan tugas pemindahan, namun jarang terjadi otomasi sempurna di dalam

industri. Disamping pula adanya pertimbangan ekonomis seperti tingginya harga

mesin otomasi atau juga situasi praktis yang hanya memerlukan peralatan sederhana.

Sebagai konsekuensinya adalah melakukan kegiatan manual di berbagai tempat kerja.

Bentuk kegiatan manual yang dominan dalam industri adalah Manual Material

Handling (MMH).

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

50

Page 7: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Definisi Manual Material Handling (MMH) adalah suatu kegiatan transportasi yang

dilakukan oleh satu pekerja atau lebih dengan melakukan kegiatan pengangkatan,

penurunan, mendorong, menarik, mengangkut, dan memindahkan barang. Selama ini

pengertian MMH hanya sebatas pada kegiatan lifting dan lowering yang melihat aspek

kekuatan vertikal. Padahal kegiatan MMH tidak terbatas pada kegiatan tersebut

diatas, masih ada kegiatan pushing. Kegiatan MMH yang sering dilakukan oleh pekerja

di dalam industri antara lain:

1. Kegiatan pengangkatan benda (Lifting Task)

2. Kegiatan pengantaran benda (Carrying Task)

3. Kegiatan mendorong benda (Pushing Task)

4. Kegiatan menarik benda (Pulling Task)

Pemilihan manusia sebagai tenaga kerja dalam melakukan kegiatan penanganan

material bukanlah tanpa sebab. Penanganan material secara manual memiliki

beberapa keuntungan sebagai berikut:

1. Fleksibel dalam gerakan sehingga memberikan kemudahan pemindahan beban

pada ruang terbatas dan pekerjaan yang tidak beraturan.

2. Untuk beban ringan akan lebih murah bila dibandingkan menggunakan mesin.

Tidak semua material dapat dipindahkan dengan alat.

Beberapa parameter yang harus diperhatikan dalam manual material handling

adalah sebagai berikut:

1. Beban yang harus diangkat

2. Perbandingan antara berat beban dan orangnya

3. Jarak horizontal dari beban terhadap orangnya

4. Ukuran beban yang akan diangkat (beban yang berdimensi besar akan

mempunyai jarak CG (Center of Gravity) yang lebih jauh dari tubuh dan bisa

mengganggu jarak pandangnya).

2.5Faktor Resiko dan Bahaya Resiko

Dalam pemidahan material secara manual terdapat faktor resiko dan bahaya

resiko, yaitu sebagai berikut:

2.5.1 Faktor Resiko

Beberapa faktor yang berpengaruh dalam pemindahan material adalah sebagai

berikut:

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

51

Page 8: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

1. Berat beban yang harus diangkat dan perbandingannya terhadap berat badan

operator.

2. Jarak horizontal dan beban relatif terhadap operator.

3. Ukuran beban yang harus diangkat (beban yang berukuran besar) akan memiliki

pusat massa (center of gravity) yang letaknya jauh dari badan operator, hal

tersebut akan menghalangi pandangan operator.

4. Ketinggian beban yang harus diangkat dan jarak perpindahan beban (mengangkat

beban dari permukaan lantai akan relatif lebih sulit daripada mengangkat beban

dari ketinggian permukaan pinggang).

5. Beban puntir (twisting load) pada badan operator selama aktivitas angkat beban.

6. Prediksi terhadap berat beban yang diangkat. Hal ini adalah untuk mengantisipasi

beban yang lebih berat dari yang diperkirakan.

7. Stabilitas beban yang diangkat.

8. Kemudahan untuk dijangkau pekerja.

9. Berbagai macam rintangan yang menghalangi ataupun keterbatasan postur tubuh

yang berada pada suatu tempat kerja.

10. Kondisi kerja yang meliputi: pencahayaan, tempetatur, kebisingan dan kelicinan

lantai.

11. Frekuensi angkat yaitu banyaknya aktivitas angkat.

12. Metode angkat yang benar (tidak boleh mengangkat beban secara tiba-tiba).

13. Tidak terkoordinasinya kelompok kerja (lifting team).

14. Diangkatnya suatu beban dalam suatu periode. Hal ini adalah sama dengan

membawa beban pada jarak tertentu dan memberi beban pada vertebral disc (VD)

dan intervertebral disc (ID) pada vertebral colomn di daerah punggung.

2.5.2 Bahaya Resiko

Faktor resiko terpenting dari pengabaian faktor ergonomi dalam tempat kerja

adalah MSD’s (Muscoloskeletal Disorders). MSD’s ini memungkinkan timbul dalam

waktu yang cukup lama (adanya kumulatif resiko). Adapun faktor-faktor komulatif

yang menyebabkan resiko tersebut, yaitu:

1. Repetitive Motion

Melakukan gerakan yang sama berulang-ulang. Resiko yang timbul bergantung

dari berapa kali aktivitas tersebut dilakukan, kecepatan dalam gerakan / perpindahan,

dan banyaknya otot yang terlibat dalam kerja tersebut.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

52

Page 9: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Gerakan yang berulang-ulang ini akan menimbulkan ketegangan pada syaraf dan

otot yang berakumulatif. Dampak resiko ini akan semakin meningkat jika dilakukan

denga postur yang kaku dan penggunaan usaha yang terlalu besar.

2. Awkward Postures

Sikap tubuh sangat menentukan sekali pada tekanan yang diterima otot pada saat

aktivitas dilakukan. Awkward postures meliputi repetitif reaching, twisting, bending,

kneeling, squatting, working overhead dengan tangan atau lengan, dan menahan

benda dengan posisi tetap. Sebagai contoh terdapat tekanan yang berlebih pada

bagian low back dalam aktivitas mengangkat benda, yang ditunjukkan pada gambar

berikut.

Gambar 2.2 Awkward PosturesSumber : Anonim, 2007, http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/tmi/2007/jiunkpe-ns-s1-2007-

25403095-9066-welding_line-chapter2.pdf.

3. Contact Stresses

Tekanan pada bagian tubuh karena sisi tepi atau ujung dari benda yang berkontak

langsung. Hal ini dapat menghambat fungsi kerja syaraf maupun aliran darah.

Contohnya: kontak yang berulang-ulang dengan sisi yang keras atau tajam pada

meja secara kontinu.

Gambar 2.3 Contact Stresses

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

53

Page 10: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Sumber : Anonim, 2007, http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/tmi/2007/jiunkpe-ns-s1-2007-25403095-9066-welding_line-chapter2.pdf.

4. Vibration

Getaran ini terjadi ketika spesifik bagian dari tubuh atau seluruh tubuh kontak

dengan benda yang bergetar seperti penggunaan power handtool dan pengoperasian

forklift mengangkat beban.

Gambar 2.4 Hand-Arm VibrationSumber : Anonim, 2007, http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/tmi/2007/jiunkpe-ns-s1-2007-

25403095-9066-welding_line-chapter2.pdf.

Gambar 2.5 Whole Body VibrationSumber : Anonim, 2007,http://digilib.petra.ac.id/jiun kpe/s1/tmi/2007/jiunkpe-ns-s1-2007-

25403095-9066-welding_line-chapter2.pdf.

5. Forcefull Exertions (termasuk lifting, pushing, pulling)

Force adalah jumlah usaha fisik yang digunakan untuk melakukan pekerjaan

seperti mengangkat benda berat. Jumlah tenaga bergantung pada tipe pegangan yang

digunakan, berat objek, durasi aktivitas, postur tubuh, dan jenis aktivitasnya.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

54

Page 11: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Gambar 2.6 Lifting Bulky LoadsSumber : Anonim, 2007, http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/tmi/2007/jiunkpe-ns-s1-2007-

25403095-9066-welding_line-chapter2.pdf.

6. Duration

Durasi menunjukkan jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan pekerjaan.

Semakin lama durasi dalam melakukan pekerjaan yang sama, maka akan semakin

tinggi resiko yang diterima dan semakin lama juga waktu yang diperlukan untuk

pemulihan tenaga pekerja.

7. Kondisi lain, seperti:

a. Temperatur dingin atau panas

b. Jam istirahat untuk pemulihan

c. Dan lain-lain

2.6Sistem Musculoskeletal

Pekerjaan penanganan material secara manual (Manual Material Handling) yang

terdiri dari mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik dan membawa

merupakan sumber utama komplain karyawan di industri (Ayoub & Dempsey,

1999).Aktivitas manual material handling (MMH) yang tidak tepat dapat menimbulkan

kerugian bahkan kecelakaan pada karyawan. Akibat yang ditimbulkan dari aktivitas

MMH yang tidak benar salah satunya adalah keluhan muskoloskeletal. Keluhan

muskoloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh

seseorang mulai dari keluhan yang sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot

menerima beban statis secara berulang dalam jangka waktu yang lama akan dapat

menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan

inilah yang biasanya disebut sebagai muskoloskeletal disorder (MSDs) atau cedera

pada sistem muskuloskeletal (Grandjean, 1993).

Tingginya tingkat cidera atau kecelakaan kerja selain merugikan secara langsung

yaitu sakit yang diderita oleh pekerja, kecelakaan tersebut juga akan berdampak

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

55

Page 12: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

buruk terhadap kinerja perusahaan yaitu berupa penurunan produktivitas perusahaan,

baik melalui beban biaya pengobatan yang cukup tinggi dan juga ketidakhadiran

pekerja serta penurunan dalam kualitas kerja.

2.6.1 Sistem Tulang dan Rangka

Tulang adalah alat untuk meredam dan mendistribusikan gaya/tegangan yang ada

padanya. Tulang yang besar dan panjang berfungsi untuk memberikan perbandingan

terhadap beban yang terjadi pada tulang tersebut. Kolaborasi antar tulang dapat

menghasilkan gerakan yang dilakukan oleh organ tubuh. Tulang adalah alat untuk

meredam dan mendistribusikan gaya/tegangan yang ada padanya. Tulang yang besar

dan panjang berfungsi untuk memberikan perbandingan terhadap beban yang terjadi

pada tulang tersebut. Dalam aplikasinya, biomekanik selalu berhubungan dengan

kerangka manusia.

Gambar 2.7 Pandangan depan dan belakang dari sistem tulang manusiaSumber : Nurmianto, (2005:11)

Tulang juga selalu terikat dengan otot, dan jaringan penghubung (Connective

Tissue) yakni ligamen,cartilage dan Tendon. Fungsi otot disini untuk menjaga posisi

tubuh agar tetap sikap sempurna.

Untuk dapat memenuhi desain atau  perancangan produk baru maka diperlukan

suatu peralatan yang sesuai dengan kebutuhan manusia, sehingga dibutuhkan

pengetahuan mengenai kerangka pada manusia, Hal ini dilakukan agar diketahui

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

56

Page 13: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

karakter kerangka manusia dan sistem otot yang menyertainya. Karakteristik otot

terutama berkaitan dengan dimensi dan kapasitasnya.

Rangka-rangka yang ada pada manusia sebenarnya merupakan suatu hubungan

atau garis-garis pada sistem pergerakan tubuh manusia ( link ), dimana pada rangka

ini akan menempel otot-otot yang bekerja secara sinergis dan antagonis. Rangka pada

manusia terdiri dari tulang-tulang yang bersatu membentuk sebuah sistem

pergerakan yang dikendalikan oleh otot. Rangka ini berfungsi sebagai alat untuk

meredam dan mendistribusi gaya atau tegangan yang ada.

2.6.2 Sistem Otot

Membahas masalah otot striatik yaitu otot sadar. Otot terbentuk atas visber

(fibre), dengan ukuran panjang dari 10-40 mm dan berdiameter 0,01 - 0,1 mm dan

sumber energi otot berasal dari pemecahan senyawa kaya energi melalui proses

aerob maupun anaerob.

1. Anaerobic

Yaitu proses perubahan ATP menjadi ADP dan energi tanpa bantuan oksigen.

Glikogen yang terdapat dalam otot terpecah menjadi energi, dan membentuk asam

laktat. Dalam proses ini asam laktat akan memberikan indikasi adanya kelelahan otot

secara lokal, karena kurangnya jumlah oksigen yang disebabkan oleh kurangnya

jumlah suplai darah yang dipompa dari jantung. Misalnya jika ada gerakan yang

sifatnya tiba-tiba (mendadak), lari jarak dekat (sprint), dan lain sebagainya. Sebab lain

adalah karena pencegahan kebutuhan aliran darah yang mengandung oksigen dengan

adanya beban otot statis. Ataupun karena aliran darah yang tidak cukup mensuplai

oksigen dan glikogen akan melepaskan asam laktat.

2. Aerobic

Yaitu proses perubahan ATP menjadi ADP dan enegi dengan bantuan oksigen yang

cukup. Asam laktat yang dihasilkan oleh kontraksi otot dioksidasi dengan cepat

menjadi CO2 dan H2O dalam kondisi aerobic. Sehingga beban pekerjaan yang tidak

terlalu melelahkan akan dapat berlangsung cukup lama. Di samping itu aliran darah

yang cukup akan mensuplai lemak, karbohidrat dan oksigen ke dalam otot. Akibat dari

kondisi kerja yang terlalu lama akan menyebabkan kadar glikogen dalam darah akan

menurun drastis di bawah norma, dan kebalikannya kadar asam laktat akan

meningkat, dan jika sudah demikian maka cara terbaik adalah menghentikan

pekerjaan, kemudian istirahat dan makan makanan yang bergizi untuk membentuk

kadar gula dalam darah.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

57

Page 14: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Hal tersebut di atas adalah merupakan proses kontraksi otot yang telah

disederhanakan analisa pembangkit energinya, dan sekaligus menandakan arti

pentingnya aliran darah untuk otot.

Gambar 2.8 Struktur Otot ManusiaSumber: Nurmianto, 2005:14

2.6.3 Sistem Persendian

Persendian (artikulasi) merupakan hubungan antartulang sehingga tulang dapat

digerakkan. Beberapa komponen penunjang sendi adalah sebagai berikut:

1. Kapsula sendi adalah lapisan berserabut yang melapisi sendi. Di bagian dalamnya

terdapat rongga.

2. Ligamen (ligamentum) adalah jaringan pengikat yang mengikat luar ujung tulang

yang saling membentuk persendian. Ligamentum juga berfungsi mencegah

dislokasi.

3. Tulang rawan hialin (kartilago hialin) adalah jaringan tulang rawan yang menutupi

kedua ujung tulang. Berguna untuk menjaga benturan.

4. Cairan sinovial adalah cairan pelumas pada kapsula sendi.

Ada berbagai macam tipe persendian, yaitu:

1. Sinartrosis

Sinartrosis adalah persendian yang tidak memperbolehkan pergerakan. Dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Sinartrosis sinfibrosis

Sinartrosis yang tulangnya dihubungkan jaringan ikat fibrosa. Contoh:

persendian tulang tengkorak.

b. Sinartrosis sinkondrosis

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

58

Page 15: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Sinartrosis yang dihubungkan oleh tulang rawan. Contoh: hubungan

antarsegmen pada tulang belakang.

2. Diartrosis

Diartrosis adalah persendian yang memungkinkan terjadinya gerakan. Dapat

dikelompokkan menjadi:

a. Sendi peluru

Persendian yang memungkinkan pergerakan ke segala arah. Contoh:

hubungan tulang lengan atas dengan tulang belikat.

b. Sendi pelana

Persendian yang memungkinkan beberapa gerakan rotasi, namun tidak ke

segala arah. Contoh: hubungan tulang telapak tangan dan jari tangan.

c. Sendi putar

Persendian yang memungkinkan gerakan berputar (rotasi). Contoh:

hubungan tulang tengkorak dengan tulang belakang I (atlas).

d. Sendi luncur

Persendian yang memungkinkan gerak rotasi pada satu bidang datar.

Contoh: hubungan tulang pergerlangan kaki.

e. Sendi engsel

Persendian yang memungkinkan gerakan satu arah. Contoh: sendi siku

antara tulang lengan atas dan tulang hasta.

3. Amfiartosis

Persendian yang dihubungkan oleh jaringan tulang rawan sehingga

memungkinkan terjadinya sedikit gerakan.

a. Sindesmosis

Tulang dihubungkan oleh jaringan ikat serabut dan ligamen.

Contoh:persendian antara fibula dan tibia.

b. Simfisis

Tulang dihubungkan oleh jaringan tulang rawan yang berbentuk seperi

cakram. Contoh: hubungan antara ruas-ruas tulang belakang.

2.6.4 Keluhan Terhadap Sistem Muskuloskeletal

Pekerjaan penanganan material secara manual (Manual Material Handling) yang

terdiri dari mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik dan membawa

merupakan sumber utama komplain karyawan di industri (Ayoub & Dempsey,

1999).Aktivitas manual material handling (MMH) yang tidak tepat dapat menimbulkan

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

59

Page 16: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

kerugian bahkan kecelakaan pada karyawan. Akibat yang ditimbulkan dari aktivitas

MMH yang tidak benar salah satunya adalah keluhan muskoloskeletal. Keluhan

muskoloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot

skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan yang sangat ringan sampai

sangat sakit.

Apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam jangka waktu yang

lama akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan

tendon. Keluhan inilah yang biasanya disebut sebagai muskoloskeletal disorder

(MSDs) atau cedera pada sistem muskuloskeletal (Grandjean, 1993). Tingginya tingkat

cidera atau kecelakaan kerja selain merugikan secara langsung yaitu sakit yang

diderita oleh pekerja, kecelakaan tersebut juga akan berdampak buruk terhadap

kinerja perusahaan yaitu berupa penurunan produktivitas perusahaan, baik melalui

beban biaya pengobatan yang cukup tinggi dan juga ketidakhadiran pekerja serta

penurunan dalam kualitas kerja.

Ada tiga keluhan utama yang sering dikeluhkan penderita yang mengalami

gangguan muskuloskeletal, yaitu:

1. Perubahan bentuk (Deformitas)

a. Bengkak

Pada umumnya terjadi karena radang, tumor, pasca trauma, dan lain-lain

b. Bengkok, misalnya:

1) Varus, yaitu kelainan tulang bengkok keluar

2) Valgus, yaitu kelainan tulang bengkok ke dalam seperti kaki X

3) Genu varum, yaitu kaki seperti O

c. Pendek

Kelainan tulang yang dapat dibandingkan dengan kontralateral yang

normal

2. Gangguan Fungsi (Disfungsi), yaitu penurunan/hilangnya fungsi

a. Afungsi (tidak bisa digerakkan sama sekali)

b. Kaku (stiffness)

c. Cacat (disability)

d. Gerakan tak stabil (instability)

3. Riwayat Penyakit Dahulu

a. Riwayat trauma sebelumnya

b. Riwayat infeksi tulang dan sendi seperti osteomielitis/arthritis

c. Riwayat pembengkakan/tumor yang diderita

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

60

Page 17: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

d. Riwayat kelainan kongenital muskuloskeletal seperti CTEV

e. Riwayat penyakit –penyakit diturunkan seperti skoliosis, dan lain-lain

2.7Cidera

Cidera kerja adalah kecelakaan yang terjadi di tempat dan saat bekerja. Menurut

Bird and Germain (1990), cidera kerja adalah kejadian tidak diharapkan yang

mengakibatkan kesakitan (cidera dan korban jiwa) pada pekerja/orang.

Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 3 tahun 1998 tentang Tata Cara

Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan, kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak

dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan

atau harta benda. Tempat kerja merupakan ruangan atau lapangan tertutup atau

terbuka, bergerak atau di mana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki

tenaga kerja untuk keperluan usaha dan di mana terdapat sumber cahaya.

2.7.1 Faktor Resiko Cidera

Faktor resiko diasosiasikan dengan jumlah tugas yang dapat menyebabkan cidera

muskuloskeletal. Faktor resiko digunakan untuk menganalisa tugas manual (manual

task). Manual task atau manual material handling memiliki interaksi yang kompleks

antara pekerja dan lingkungan kerja. Cara penggolongan faktor resiko cidera di

berbagai negara tidak sama. Namun ada kesamaan umum, faktor resiko kemudian

dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu :

1. Tekanan langsung kepada tubuh.

Hal ini meliputi faktor seperti tingkat tekanan pada muscular, postur/sikap

kerja, pengulangan pekerjaan, getaran peralatan dan lama waktu kerja.

2. Kontribusi faktor resiko yang secara langsung mempengaruhi tuntutan kerja.

Hal ini meliputi layout area kerja, penggunaan alat, penangan beban. Jika

komponen ini di desain ulang pengaruh dari tekanan dapat dikurangi.

3. Memodifikasi faktor resiko dapat memberi masukan pada perubahan sikap kerja

sehingga akibat dari faktor resiko dapat dikurangi.

Cidera akibat kerja terjadi tanpa disangka-sangka dalam waktu sekejap mata.

Benneth (1991) mengemukakan bahwa di dalam setiap kejadian cidera kerja, empat

faktor bergerak dalam satu kesatuan berantai.

1. Faktor Manusia

a. Umur

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

61

Page 18: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Usia muda relatif mudah terkena kecelakaan kerja dibandingkan dengan

usia lanjut yang mungkin dikarenakan sikap ceroboh dan tergesa-gesa.

Pengkajian usia dan cidera akibat kerja menunjukkan angka kecelakaan yang

pada umumnya lebih rendah dengan bertambahnya usia, tetapi tingkat

keparahan cidera dan penyembuhannya lebih serius. Angka kejadian cidera

lebih tinggi pada pekerja muda yaitu kurang dari 24 tahun (<24 tahun)

dibandingkan pada pekerja lanjut usia (WHO, 1993).

b. Jenis kelamin

Tingkat cidera akibat kerja pada perempuan akan lebih tinggi daripada

laki-laki. Perbedaan kekuatan fisik antara perempuan dengan kekuatan fisik

laki-laki adalah 65%. Secara umum, kapasitas kerja perempuan rata-rata

sekitar 30 % lebih rendah daripada laki-laki. Tugas yang berkaitan dengan

gerak berpindah dengan gerak berpindah, laki-laki mempunyai waktu reaksi

lebih cepat daripada perempuan, baik pergerakan tangan, kaki, dan lengan.

c. Koordinasi otot

Koordinasi otot berpengaruh terhadap keselamatan pekerja. Diperkirakan

kekakuan dan reaksi yang lambat berperan dalam terjadinya cidera kerja.

d. Kecenderungan cidera

Konsep populer dalam penyebab cidera adalah “accident prone theory”.

Teori ini didasarkan pada pengamatan bahwa ada pekerja yang lebih besar

mengalami cidera dibandingkan pekerja lainnya. Hal ini disebabkan karena

ciri-ciri yang ada dalam pribadi yang bersangkutan.

e. Pengalaman kerja

Semakin banyak pengalaman kerja dari seseorang, maka semakin kecil

kemungkinan terjadinya cidera akibat kerja. Pengalaman untuk kewaspadaan

terhadap cidera kerja bertambah baik sesuai dengan usia, masa kerja atau

lamanya bekerja di tempat yang bersangkutan.

f. Tingkat pendidikan

Pendidikan formal dan pendidikan non-formal akan mempengaruhi

peningkatan pengetahuan pekerja dalam menerima informasi dan perubahan,

baik secara langsung maupun tidak langsung. Tuntutan pekerjaan atau job

requirements pada seorang pekerja adalah:

1) Pengetahuan (pengetahuan dasar dan spesifik tentang pekerjaan)

2) Fungsional (keterampilan dasar dan spesifik dalam mengerjakan suatu

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

62

Page 19: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

pekerjaan)

3) Afektif (kemampuan dasar dan spesifikasi dalam suatu pekerjaan)

g. Kelelahan

Kelelahan dapat menimbulkan kecelakaan kerja pada suatu industri.

Kelelahan merupakan suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup lagi

untuk melakukan aktivitasnya. Kelelahan ini ditandai dengan adanya

penurunan fungsi-fungsi kesadaran otak dan perubahan pada organ di luar

kesadaran. Kelelahan disebabkan oleh beberapa hal, antara lain kurang

istirahat, terlalu lama bekerja, pekerjaan rutin tanpa variasi, lingkungan kerja

yang buruk, serta adanya konflik. (Silalahi, 1991).

2. Faktor lingkungan

Lokasi/tempat kerja adalah tempat dilakukannya pekerjaan bagi suatu usah,

dimana terdapat tenaga kerja yang bekerja, dan kemungkinan adanya bahaya

kerja di tempat itu (Silalahi, 1991). Desain dari lokasi kerja yang tidak ergonomis

dapat menimbulkan cidera kerja. Tempat kerja yang baik apabila lingkungan kerja

aman dan sehat.

3. Faktor bahaya

4. Faktor peralatan dan perlengkapan

Proses produksi adalah bagian dari perencanaan produksi. Langkah penting

dalam perencanaan adalah memilih peralatan dan perlengkapan yang efektif

sesuai dengan apa yang diproduksinya. Pada dasarnya peralatan/perlengkapan

mempunyai bagian-bagian kritis yang dapat menimbulkan keadaan bahaya, yaitu :

a. Bagian fungsional

b. Bagian operasional

Bagian mesin yang berbahaya harus ditiadakan dengan jalan mengubah

konstruksi, memberi alat perlindungan. Peralatan dan perlengkapan yang dominan

menyebabkan kecelakaan kerja, antara lain :

a. Peralatan/perlengkapan yang menimbulkan kebisingan

b. Peralatan/perlengkapan dengan penerangan yang tidak efektif

c. Peralatan/perlengkapan dengan temperatur tinggi ataupun terlalu rendah

d. Peralatan/perlengkapan yang mengandung bahan-bahan kimia berbahaya

e. Peralatan/perlengkapan dengan efek radiasi yang tinggi

f. Peralatan/perlengkapan yang tidak dilengkapi dengan pelindung, dll.

Sumber cidera kerja merupakan asal dari timbulnya kecelakaan, bisa berawal

dari jenis peralatan/perlengkapannya, berawal dari faktor human error, dimana

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

63

Page 20: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

sumber dari kecelakaan merambat ke tempat-tempat lain, sehingga menimbulkan

kecelakaan kerja.

2.7.2 Macam Cidera

Secara umum, terdapat tiga macam cidera dalam dunia kerja, yaitu sakit pada

tulang belakang bagian bawah, sakit pada tulang belakang bagian atas, dan sakit

pada tangan dan pergelangan tangan.

1. Sakit pada Tulang Belakang Bagian Bawah

Sebanyak 90% orang akan merasakan sakit tulang belakang pada beberapa

titik di dalam kehidupannya. Mereka merasakan sakit tulang belakang pada

bagian bawah untuk kedua kalinya sebagai alasan utama untuk melakukan

perawatan medis. Sakit tulang belakang bagian bawah ini mewabah di Negara

besar seperti Amerika Serikat. Hal itu sudah diperkirakan dan insiden timbulnya

Lower Back Pain (LBP) per tahun adalah 5% dari populasi.

Sekitar 70% dan 90% dari orang – orang mengalami peristiwa kambuhnya rasa

nyeri, dan sepertiga pasien mengalami nyeri yang persisten, rekuren, dan

intermitten dari rasa

nyeri yang pertama. Kesulitan menyembuhkan jaringan tertentu (seperti

spondylolisthesis), proses degeneratif yang berkelanjutan, dan banyak pasien

yang tidak memperkecil faktor resiko potensial. Semua ini dapat berperan dalam

memperparah terjadinya LBP.

Hal ini yang terpisah tetapi dengan sakit tulang belakang bagian bawah adalah

cidera tulang belakang. Ini biasanya secara akut, peristiwa mendadak sakit tulang

belakang atau “penyakit pegal pada pinggang” berhubungan dengan suatu

peristiwa yang spesifik. Cidera seperti itu pada umumnya tidak dianggap sebagai

MSDs yang dihubungkan dengan gerakan berulang. Meskipun demikian, ada juga

cidera seperti itu yang menyebabkan rasa sakit apabila melakukan gerakan

berulang tertentu. Perawatan dari sakit tulang belakang bagian bawah in harus

dibedakan untuk masing-masing pasien. Karena penyebab timbulnya rasa sakit

pada tiap-tiap pasien itu berbeda-beda. Sementara ada bukti ilmiah yang

mendukung intervensi spesifik, seperti koreksi postur tubuh, posisi tubuh pasien,

latihan umum, dan teknik-teknik fisioterapi spesifik yang mungkin akan sangat

bermanfaat.

2. Sakit pada Tulang Belakang Bagian Atas

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

64

Page 21: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Beberapa individu melaporkan adanya rasa sakit pada tulang belakang bagian

atas

dan tengah. Tulang thorax (thoracic spine) dirancang untuk mendukung organ

penting didalamnya dan sangat kuat. Jarang sekali mengalami gejala-gejala

degeneratif karena pergerakannya kecil dan sangat stabil. Tentu saja trauma atau

cidera dari ketegangan bisa menyebabkan rasa nyeri. Meski struktur - struktur dari

tulang belakang jarang cidera, tetapi beberapa kondisi-kondisi seperti

osteoporosis dapat mempengaruhi kondisi spesifik seperti tekanan yang

mematahkan. Tulang thorax sering dilibatkan dalam skoliosis yang idiopatik atau

kebongkokan. Hal ini kemudian dapat berkembang menjadi kondisi yang

menyakitkan, meski sumber dan penyebab yang tepat sering belum jelas. Mungkin

hal tersebut merupakan penyebab yang sering timbul pada bagian pertengahan

tulang belakang, tetapi sekali lagi sangatlah sulit untuk dapat mendiagnosa

dengan tepat nyeri otot dari otot-otot postural dan otot-otot tulang belikat.

Kontribusi dari postur yang abnormal, postur statis, kekuatan dan daya tahan yang

lemah dan menyeluruh mempengaruhi keadaan individu dan perlu untuk

diperhitungkan. Beberapa usaha rehabilitasi harus melibatkan otot-otot yang

besar, termasuk peregangan, latihan-latihan penguatan, aktivitas fungsional, dan

perhatian pada postur tubuh.

3. Sakit pada Tangan dan Pergelangan Tangan

MSDs dari tangan dan pergelangan tangan dapat terjadi dalam bermacam-

macam bentuk seperti, kelainan trauma kumulatif, cidera karena ketegangan,

trauma mikro karena pekerjaan berulang, sindrom penggunaan berlebih, sindrom

terowongan karpus (carpal tunnel syndrome) dan kelainan karena tekanan yang

berulang. Hal dominan yang menjadi penyebab kelainan gerakan berulang adalah

gerakan-gerakan pembelokan dan perluasan dari pergelangan tangan dan jari-jari.

Secara kronis gerakan berulang tersebut terutama pada posisi pinch menjadi

penyebab terbanyak. Hal umum lain yang menyokong faktor-faktor terjadinya

cidera pada tangan dan pergelangan tangan termasuk gerakan-gerakan di mana

pergelangan tangan itu menyimpang dari posisi netral menjadi posisi yang

abnormal ataupun tidak biasa; bekerja untuk periode waktu yang lama tanpa

istirahat atau pertukaran otot-otot tangan dan lengan bawah; tekanan mekanik

pada persarafan dari genggaman pada tepi tajam dari instrument, pekerjaan yang

membutuhkan kekuatan berlebih dan memperluas penggunaan dari instrumen-

instrumen yang bergetar seperti Dental handpieces.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

65

Page 22: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

2.7.3 Upaya Mencegah Cidera

Adapun upaya mencegah cidera antara lain :

1. sediakan kalori secukupnya untuk input tubuh

2. bekerja menggunakan metode kerja yang baik

3. memperhatikan kemampuan tubuh.

4. memperhatikan waktu kerja yang teratur

5. mengatur lingkungan fisik sebaik-baiknya

2.8Kelelahan

Dalam biomekanik kita akan berurusan dengan salah satu kejadian yang

dinamakan kelelahan. Kelelahan ini tidak lepas dari biomekanik karena dalam

aplikasinya biomekanik melihat orang secara mekanik, tetapi kodrat kemanusiaan

pada manusia tidak dapat dikesampingkan sehingga manusia/pekerja mempunyai

keterbatasan yaitu salah satunya keadaan yang dinamakan lelah. Kelelahan adalah

proses menurunnya efisiensi performansi kerja dan berkurangnya kekuatan atau

ketahanan fisik tubuh manusia untuk melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan.

Dalam bahasan lain, kelelahan didefinisikan sebagai suatu pola yang timbul pada

suatu keadaan yang secara umum terjadi pada setiap individu yang telah tidak

sanggup lagi untuk melakukan aktivitasnya. Ada beberapa macam kelelahan yang

diakibatkan oleh beberapa faktor, seperti:

1. Lelah otot, yang diindikasikan dengan munculnya gejala kesakitan ketika otot

harus menerima beban berlebihan.

2. Lelah visual, yaitu lelah yang diakibatkan ketegangan yang terjadi pada organ

visual (mata) yang terkonsentrasi secara terus menerus pada suatu objek.

3. Lelah mental, yaitu kelelahan yang datang melalui kerja mental seperti berfikir

sering juga disebut sebagai lelah otak.

4. Lelah monotonis, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh aktivitas kerja yang

bersifat rutin, monoton, ataupun lingkungan kerja yang menjemukan.

Sedangkan kelelahan yang disebabkan oleh sejumlah faktor yang berlangsung

secara terus menerus dan terakumulasi, akan menyebabkan apa yang disebut dengan

lelah kronis. Di mana gejala-gejala yang tampak jelas akibat lelah kronis dapat

dicirikan seperti:

1. Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi kurang toleran atau

asosial terhadap orang lain.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

66

Page 23: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

2. Munculnya sikap apatis terhadap pekerjaan.

3. Depresi yang berat.

2.8.1.Proses Terjadinya Kelelahan

Kelelahan terjadi karena terkumpulnya produk-produk sisa dalam otot dan

peredaran darah, dimana produk-produk sisa ini bersifat membatasi kelangsungan

aktivitas otot dan mempengaruhi serat-serat syaraf dan sistem syaraf pusat sehingga

orang menjadi lambat bekerja. Makanan yang mengandung glikogen mengalir dalam

tubuh melalui peredaran darah. Setiap kontraksi dari otot selalu diikuti oleh kimia

(oksidasi glukosa) yang merubah glikogen menjadi tenaga, panas dan asam laktat

(produk sisa).

Pada dasarnya kelelahan timbul karena terakumulasinya produk sisa dalam otot

dan tidak seimbangnya antara kerja dan proses pemulihan. Secara lebih jelas terdapat

3 penyebab timbulnya kelelahan fisik, yaitu:

1. Oksidase glukosa dalam otot menimbulkan CO2 ,saerolactic, phosphati dan

sebagainya, dimana zat-zat tersebut terikat dalam darah yang kemudian

dikeluarkan waktu bernafas. Kelelahan terjadi apabila pembentukan zat-zat

tersebut tidak seimbang dengan proses pengeluaran, sehingga timbul

penimbunan dalam jaringan otot yang mengganggu kegiatan otot selanjutnya.

2. Karbohidrat didapat dari makanan dirubah jadi glukosa dan disimpan dihati dalam

bentuk glukogen. Setiap cm2 darah normal akan membawa 1 mm glukosa, berarti

setiap sirkulasi darah hanya membawa 0,1% dari sejumlah glikogen yang ada

dalam hati karena bekerja persediaan glikogen akan menipis dan kelelahan akan

timbul apabila konsentrasi glikogen dalam hati tinggal 0,7%.

3. Dalam keadaan normal jumlah udara yang masuk dalam pernafasan kira-kira 4

Lt/menit, sedangkan dalam keadaan kerja keras dibutuhkan udara kira-kira 15

Lt/menit. Ini berarti pada suatu tingkat kerja tertentu akan dijumpai suatu keadaan

dimana jumlah oksigen yang masuk melalui pernafasan lebih kecil dari tingkat

kebutuhan. Jika hal ini terjadi

maka kelelahan yang timbul dikarenakan reaksi oksidasi dalam tubuh yaitu untuk

mengurangi asam laktat menjadi air dan karbon dioksida agar dikeluarkan dari

tubuh, menjadi tidak seimbang dengan pembentukan asam laktat itu sendiri

(asam laktat terakumulasi dalam otot dalam peredaran darah).

2.8.2 Gejala-gejala Terjadinya Kelelahan

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

67

Page 24: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Secara pasti datangnya kelelahan yang menimpa pada diri seseorang akan sulit

untuk diidentifikasikan secara jelas. Mengukur lingkungan kelelahan seseorang

bukanlah pekerjaan yang mudah. Prestasi ataupun performansi kerja yang bisa

mengevaluasi tingkatan kelelahan. Kelelahan dapat kita lihat melalui indikasi-indikasi

(gejala-gejala) sebagai berikut:

1. Perhatian pekerja yang menurun.

2. Perasaan berat dikepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki terasa berat menguap,

pikiran merasa kacau, mata merasa berat, kaku dan canggung dalam gerakan

tidak seimbang dalam berdiri terasa berbaring.

3. Merasa susah berpikir, menjadi gugup tidak dapat konsentrasi tidak dapat

mempunyai perhatian terhadap sesuatu, cenderung lupa, kurang kepercayaan,

cemas terhadap sesuatu tidak dapat mengontrol sikap, dan tidak tekun dalam

pekerjaan.

4. Sakit kekakuan bahu nyeri di pinggang pernafasan merasa tertekan suara serat,

haus, terasa pening , spasme dari kelopak mata, tremor pada anggota badan

merasa kurang sehat badan.

2.8.3 Upaya Mengurangi Kelelahan

Problematika kelelahan akhirnya membawa manajemen untuk selalu berupaya

mencari jalan keluar. Karena apabila kelelahan tidak segera ditangani secara serius

akan menghambat produktivitas kerja dan bisa menyebabkan kecelakaan kerja.

Adapun upaya-upaya untuk mengurangi kelelahan adalah sebagai berikut:

1. Sediakan kalori secukupnya sebagai input untuk tubuh.

2. Bekerja menggunakan metode kerja yang baik. Misalkan bekerja dengan

menggunakan prinsip ekonomi gerakan.

3. Memperhatikan kemampuan tubuh, artinya mengeluarkan tenaga tidak melebihi

pemasukannya dengan memperhatikan batasan- batasannya.

4. Memperhatikan waktu kerja yang teratur. Berarti harus dilakukan pengaturan

terhadap jam kerja, waktu istirahat, dan sarana-sarananya. Masa libur dan

rekreasi.

5. Mengatur lingkungan fisik sebaik-baiknya, seperti temperatur, kelembaban,

sirkulasi udara, pencahayaan kebisingan getaran, bau/wangi-wangian, dll.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

68

Page 25: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

6. Berusaha untuk mengurangi monotoni warna dan dekorasi ruangan kerja,

menyediakan musik, menyediakan waktu-waktu olah raga, dll.

2.8.4 Penyebab Kelelahan

Kelelahan yang terjadi dapat disebabkan berbagai hal, penyebab kelelahan secara

garis besar adalah:

1. Penyakit tertentu

Adanya penyakit tertentu seperti flu, anemia, diabetes mellitus, gangguan

tidur atau gangguan kelenjar tiroid dapat menyebabkan seseorang mengalami

kelelahan.

2. Psikologis

Seperti depresi, kecemasan, stres dan kesedihan

3. Gaya Hidup

Seperti kurang tidur, terlalu banyak tidur, konsumsi alkohol, diet yang salah,

kurang olahraga dan kurang nutrisi.

4. Kondisi Kerja

Misalnya: kerja shift, suasana tempat kerja yang buruk, workaholic (kecanduan

kerja), suhu maupun penyinaran ruang kerja, kebisingan, beban kerja, juga

pekerjaan yang monoton.

2.9Metode-metode Analisis Postur Kerja

Untuk mengetahui baik tidaknya postur kerja dapat dianalisis dengan

menggunakan metode-metode analisis postur kerja, yaitu Rapid Upper Limb

Assessment (RULA), Rapid Entire Body Assessment (REBA), dan Metode Analitik.

2.9.2 Metode RULA

Rapid Upper Limb Assessment (RULA) adalah sebuah metode untuk menilai

postur, gaya dan gerakan suatu aktivitas kerja yang berkaitan dengan penggunaan

anggota tubuh bagian atas (upper limb). Metode ini dikembangkan untuk menyelidiki

resiko kelainan yang akan dialami oleh seorang pekerja dalam melakukan aktivitas

kerja yang memanfaatkan anggota tubuh bagian atas (upper limb).

Metode ini menggunakan diagram postur tubuh dan tiga tabel penilaian untuk

memberikan evaluasi terhadap faktor resiko yang akan dialami oleh pekerja. Faktor-

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

69

Page 26: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

faktor resiko yang diselidiki dalam metode ini adalah yang telah dideskripsikan oleh

McPhee sebagai faktor beban eksternal (external load factors), yaitu :

1. Jumlah gerakan

2. Kerja otot statis

3. Gaya/kekuatan

4. Penentuan postur kerja oleh peralatan

5. Waktu kerja tanpa istirahat

Setiap individu pekerja pasti mempunyai perbedaan-perbedaan, yaitu postur kerja,

kecepatan gerakan, akurasi gerakan, frekuensi dan lamanya delay, umur dan

pengalaman, dan faktor sosial. Oleh sebab itu, RULA didesain untuk membahas

faktor-faktor resiko di atas terutama pada 4 faktor eksternal pertama. Adapun tujuan

dari metode ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai metode yang dapat dengan cepat mengurangi resiko cidera pada pekerja,

khususnya yang berkaitan dengan tubuh bagian atas.

2. Mengidentifikasi bagian tubuh yang mengalami kelelahan dan kemungkinan

terbesar mengalami cidera.

3. Memberikan hasil analisis dan perbaikan.

Prosedur dalam pengembangan metode RULA meliputi tiga tahap, yaitu:

1. Pengembangan metode untuk merekam postur kerja

Untuk menghasilkan sebuah metode kerja yang cepat untuk digunakan, tubuh

dibagi dalam segmen-segmen yang membentuk dua kelompok atau grup yaitu

grup A dan B. Grup A meliputi bagian lengan atas dan bawah, serta pergelangan

tangan. Sementara grup B meliputi leher, punggung, dan kaki. Hal ini untuk

memastikan bahwa

seluruh postur tubuh terekam, sehingga segala kejanggalan atau batasan postur

oleh kaki, punggung atau leher yang mungkin saja mempengaruhi postur anggota

tubuh bagian atas dapat tercakup dalam penilaian.

a. Grup A

1) Lengan bagian atas

Jangkauan gerakan untuk lengan bagian atas (upper arm) dinilai dan

diberi skor berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh Tichauer, Chaffin,

Herberts et al, Schuldt et al, dan Harms-Ringdahl & Schuldt. Skornya

sebagai berikut :

a) 1 untuk ekstensi 20° dan fleksi 20°

b) 2 untuk ekstensi lebih dari 20° atau fleksi antara 20-45°

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

70

Page 27: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

c) 3 untuk fleksi antara 45-90°

d) 4 untuk fleksi lebih dari 90°

Jika bahu terangkat, skor dari postur di atas ditambahkan 1. Jika

lengan bagian atas abduksi maka skor postur juga ditambahkan 1.

Sedangkan bila operator bersandar atau berat lengan disangga atau diberi

penyangga, skor postur di atas dikurangkan 1.

Gambar 2.9 Standar RULA untuk postur lengan bagian atasSumber : Anonim,2005,http://www.google.co.id/its.ac.id/16624005-fisiologi.pdf.

2) Lengan bagian bawah

Jangkauan untuk lengan bagian bawah (lower arm) dikembangkan

berdasarkan penelitian Grandjean dan Tichauer. Skornya sebagai berikut :

a) 1 untuk fleksi 60-100°

b) 2 untuk fleksi kurang dari 60° atau lebih dari 100°

Jika lengan bagian bawah bekerja melewati garis tengah (midline)

tubuh atau berada di luar sisi tubuh, maka skor postur di atas ditambahkan

1.

Gambar 2.10 Standar RULA untuk postur lengan bagian bawahSumber : Anonim,2005,http://www.google.co.id/its.ac.id/16624005-fisiologi.pdf.

3) Pergelangan tangan

Panduan untuk pergelangan tangan (wrist) yang diterbitkan oleh

Health and Safety Executive digunakan untuk menghasilkan skor postur

berikut:

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

71

Page 28: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

a) 1 jika pada posisi netral

b) 2 untuk fleksi dan ekstensi 0-15°

c) 3 untuk fleksi dan ekstensi lebih dari 15°

Jika pergelangan tangan dalam gerakan ulnar maupun radial, maka

skor postur ditambahkan 1.

Gambar 2.11 Standar RULA untuk postur pergelangan tanganSumber : Anonim,2005,http://www.google.co.id/its.ac.id/16624005-fisiologi.pdf.

Pronasi dan supinasi pergelangan tangan ditentukan menyertai postur

netral berdasarkan Tichauer. Skornya sebagai berikut :

a) 1 jika pergelangan tangan berputar dalam jangkauan tengah

b) 2 jika pergelangan tangan berputar dekat atau pada akhir jangkauan

b. Grup B

1) Leher

Jangkauan postur untuk leher (neck) didasarkan pada studi yang

dilakukan oleh Chaffin dan Kilbom et al. Skor dan jangkauannya sebagai

berikut:

a) 1 untuk fleksi 0-10°

b) 2 untuk fleksi 10-20°

c) 3 untuk fleksi lebih dari 20°

d) 4 bila dalam posisi ekstensi

Jika leher berputar, skor postur ditambahkan 1. Jika leher bergerak ke

samping, skor postur ditambahkan 1.

Gambar 2.12 Standar RULA untuk postur leherSumber : Anonim,2005,http://www.google.co.id/its.ac.id/16624005-fisiologi.pdf.

2) Punggung

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

72

Page 29: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Jangkauan gerakan punggung (trunk) dikembangkan dari Drury,

Grandjean dan Grandjean et al.

Skor posturnya sebagai berikut :

a) 1 jika duduk dan tersangga baik dengan sudut antara pinggul dan

punggung 90° atau lebih

b) 2 untuk fleksi 0-20°

c) 3 untuk fleksi 20-60°

d) 4 untuk fleksi lebih dari 60°

Jika punggung memuntir, maka skor postur ditambahkan 1. Jika

punggung melentur ke samping, maka skor postur ditambahkan 1.

Gambar 2.13 Standar RULA untuk postur punggungSumber : Anonim,2005,http://www.google.co.id/its.ac.id/16624005-fisiologi.pdf.

3) Kaki

Skor postur kaki (legs) ditentukan sebagai berikut :

a) 1 jika kaki dan telapak kaki tersangga dengan baik ketika duduk

dengan berat yang seimbang.

b) 1 jika berdiri dengan berat tubuh terdistribusi secara merata pada

kedua kaki, dengan ruang untuk mengganti posisi.

c) 2 jika kaki dan telapak kaki tidak tersangga atau berat tidak merata

seimbang.

2. Pengembangan sistem skor untuk pengelompokan bagian tubuh.

Sebuah skor tunggal dibutuhkan dari Grup A dan B yang dapat mewakili tingkat

pembebanan postur dari sistem muskuloskeletal kaitannya dengan kombinasi postur

bagian tubuh.Rekaman video yang dihasilkan dari postur Grup A yang meliputi lengan

atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan putaran pergelangan tangan diamati

dan ditentukan skor untuk masing-masing postur. Kemudian skor tersebut dimasukkan

dalam tabel A untuk memperoleh skor A.

Tabel 2.1 Skor Postur Grup A (Tabel A)

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

73

Page 30: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Sumber : Anonim,2005,http://www.google.co.id/its.ac.id/16624005-fisiologi.pdf.

Rekaman video yang dihasilkan dari postur Grup B yaitu leher, punggung dan kaki

diamati dan ditentukan skor untuk masing-masing postur. Kemudian skor tersebut

dimasukkan ke dalam tabel B untuk memperoleh skor B.

Tabel 2.2 Skor Postur Grup B (Tabel B)

Sumber : Anonim,2005,http://www.google.co.id/its.ac.id/16624005-fisiologi.pdf.

Sistem penilaian dilanjutkan dengan melibatkan otot (mucle) dan tenaga (force)

yang digunakan. Skor yang melibatkan penggunaan otot dikembangkan berdasarkan

penelitian Drury, yaitu tambahkan (+) 1 jika postur statis (dipertahankan dalam

waktu 1 menit) atau penggunaan postur tersebut berulang lebih dari 4 kali dalam 1

menit.

Skor untuk penggunaan tenaga (beban) dikembangkan berdasarkan penelitian

Putz-Anderson dan Stevenson dan Baida, yaitu sebagai berikut:

a. Jika pembebanan sesekali atau tenaga kurang dari 2 Kg dan ditahan maka

skor tidak ditambah.

b. Tambahkan (+) 1 jika beban sesekali antara 2 – 10 Kg.

c. Tambahkan (+) 2 jika beban 2 – 10 Kg bersifat statis atau berulang-ulang atau

beban sesekali namun lebih dari 10 Kg.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

74

Page 31: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

d. Tambahkan (+) 3 jika beban (tenaga) lebih dari 10 Kg dialami secara statis

atau berulang dan atau jika pembebanan seberapapun besarnya dialami

dengan sentakan cepat.

Skor penggunaan otot (muscle) dan skor tenaga (force) pada Grup tubuh bagian A

dan B diukur dan dicatat dalam kotak-kotak yang tersedia kemudian ditambahkan

dengan skor yang berasal dari tabel A dan B seperti pada lembar skor berikut :

Gambar 2.14 Diagram penilaian RULASumber : Anonim,2005,http://www.google.co.id/its.ac.id/16624005-fisiologi.pdf.

Hasil penjumlahan skor penggunaan otot (muscle) dan tenaga (force) dengan Skor

Postur A menghasilkan Skor C. Sedangkan penjumlahan dengan Skor Postur B

menghasilkan Skor D.

3. Pengembangan Grand Score dan Action List

Tahap ini bertujuan untuk menggabungkan Skor C dan Skor D menjadi suatu

grand score tunggal yang dapat memberikan panduan terhadap prioritas penyelidikan

/ investigasi berikutnya. Tiap kemungkinan kombinasi Skor C dan Skor D telah

diberikan peringkat, yang disebut grand score dari 1-7 berdasarkan estimasi resiko

cidera yang berkaitan dengan

pembebanan musculoskeletal.

Gambar 2.15 Grand Score (Tabel C)Sumber : Anonim,2005,http://www.google.co.id/its.ac.id/16624005-fisiologi.pdf.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

75

Page 32: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Berdasarkan grand score dari Tabel C, tindakan yang akan dilakukan dapat

dibedakan menjadi 4 action level berikut :

a. Action Level 1

Skor 1 atau 2 menunjukkan bahwa postur dapat diterima selama tidak

dijaga atau berulang untuk waktu yang lama.

b. Action Level 2

Skor 3 atau 4 menunjukkan bahwa penyelidikan lebih jauh dibutuhkan dan

mungkin saja perubahan diperlukan.

c. Action Level 3

Skor 5 atau 6 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan

dibutuhkan segera.

d. Action Level 4

Skor 7 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).

Tabel 2.3 Action LevelAction Level

Nilai Tingkat kepentingan Perbaikan

12

3

4

1 atau 23 atau 4

5 atau 6

7

- Tidak Perlu Perbaikan- Diperlukan perbaikan- Implementasi dari perbaikan- Dilakukan perbaikan- Implementasi dan perbaikan

dilaksanakan secepatnya- Dilakukan perbaikan- Implementasi dan perbaikan

mendesak untuk dilaksanakanSumber : Anonim,2005,http://www.google.co.id/its.ac.id/16624005-fisiologi.pdf.

Aplikasi Metode RULA adalah sebagai berikut:

1. Alat untuk melakukan analisis awal yang mampu menentukan seberapa jauh risiko

pekerja untuk terpengaruh oleh faktor-faktor penyebab cedera,yaitu:

a. Postur

b. Kontraksi otot statis

c. Gerakan repetitive

d. Gaya

2. Menentukan prioritas pekerjaan berdasarkan faktor risiko cedera. Hal ini dilakukan

dengan membandingkan nilai tugas-tugas yang berbeda yang dievaluasi

menggunakan RULA.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

76

Page 33: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

3. Menemukan tindakan yang paling efektif untuk pekerjaan yang memiliki risiko

relatif tinggi. Analisis dapat menentukan kontribusi tiap faktor terhadap suatu

pekerjaan secara keseluruhan dengan cara melalui nilai tiap faktor risiko.

4. Menemukan sejauh mana penngaruh suatu modifikasi atas pekerjaan. Perbaikan

secara kuantitatif dapat diukur dengan cara membandingkan penilaian sebelum

dan sesudah modifikasi diterapkan.

Gambar 2.16 RULA Employee Assesment WorksheetSumber : Anonim,2005,http://www.google.co.id/its.ac.id/16624005-fisiologi.pdf.

2.9.3 Metode REBA

Sebuah metode dalam bidang ergonomi yang digunakan secara cepat untuk

menilai postur leher, punggung, lengan, pergelangan tangan dan kaki seorang pekerja

luka-luka yang dialami di tempat kerja dikenal sebagai Musculos Keletal Disorder

(MSDS). MSDS juga didefinisikan sebagai gangguan dan penyakit pada otot yang telah

terbukti atau dihipotesa yang disebabkan dengan pekerjaan.

REBA merupakan suatu metode penelitian untuk penilaian tubuh dengan cepat

secara keseluruhan. Metode ini tidak membutuhkan peralatan spesial dalam penilaian

postur punggung, leher, kaki, dan lengan tangan dan pergelangan tangan. Setiap

pergerakan diberi dengan skor yang telah ditetapkan.

REBA dikembangkan sebagai suatu metode untuk menilai postur kerja yang

merupakan faktor resiko (risk factor). Metode ini didesain untuk menilai pekerja dan

mengetahui Muscules keletal yangg kemungkinan dapat menimbulkan gangguan pada

anggota tubuh.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

77

Page 34: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Dalam usaha untuk penilaian 4 (empat) faktor beban eksternal, jumlah gerakan,

kerja otot statis, tenaga/ kekuatan, dan postur, REBA dikembangkan untuk:

1. Memberikan sebuah metode penyaringan suatu populasi kerja yang beresiko

menyebabkan gangguan pada anggota tubuh,

2. Mengidentifikasi usaha otot yang berhubungan dengan postur kerja, penggunaan

tenaga dan kerja yang berulang-ulang yang dapat menimbulkan kelelahan

(fatigue) otot,

3. Memberikan hasil yang dapat digabungkan dengan sebuah metode penilaian

ergonomi, yaitu epidemiologi, fisik, mental, lingkungan dan faktor organisasi.

Untuk melakukan penilaian postur dan pergerakan kerja dengan menggunakan

metode REBA melalui tahapan–tahapan sebagai berikut (Hignett dan McAtamney,

2000) :

1. Untuk mendapatkan gambaran sikap (postur) pekerja dari leher, punggung,

lengan, pergelangan tangan hingga kaki secara terperinci dilakukan dengan

merekam atau memotret postur tubuh pekerja. Hal ini dilakukan supaya peneliti

mendapatkan data postur tubuh secara detail (valid), sehingga dari hasil rekaman

dan hasil foto bisa didapatkan data akurat untuk tahap perhitungan serta analisis

selanjutnya.

2. Penentuan sudut–sudut dari bagian tubuh pekerja. Setelah didapatkan hasil

rekaman dan foto postur tubuh dari pekerja dilakukan perhitungan besar sudut

dari masing – masing segmen tubuh yang meliputi punggung (batang tubuh),

leher, lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan kaki. Pada metode

REBA segmen – segmen tubuh tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu grup A

dan B. Grup A meliputi punggung (batang tubuh), leher dan kaki. Sementara grup

B meliputi lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan. Dari data sudut

segmen tubuh pada masing–masing grup dapat diketahui skornya, kemudian

dengan skor tersebut digunakan untuk melihat tabel A untuk grup A dan tabel B

untuk grup B agar diperoleh skor untuk masing–masing tabel.

Berikut merupakan tabel A dan tabel B untuk skoring pada metode REBA :

Tabel 2.4 Tabel A pada Metode REBA

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

78

Page 35: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Sumber: Nur W,2009,http://nur-w.blogspot.com/2009/05/rapid-entire-body-assessment-reba.html.

Tabel 2.5 Tabel B pada Metode REBA

Sumber: Nur W,2009,http://nur-w.blogspot.com/2009/05/rapid-entire-body-assessment-reba.html.

Tabel 2.6 Tabel C pada Metode REBA

Sumber: Nur W,2009,http://nur-w.blogspot.com/2009/05/rapid-entire-body-assessment-reba.html.

Tabel 2.7 Level Resiko dan Tindakan

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

79

Page 36: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Sumber: Nur W,2009,http://nur-w.blogspot.com/2009/05/rapid-entire-body-assessment-reba.html.

Langkah-langkah yang diperlukan dalam menerapkan metode REBA, antara lain:

1. Mengambil data gambar posisi tubuh ketika bekerja.

2. Menentukan bagian-bagian tubuh yang akan diamati, antara lain batang

tubuh, pergelangan tangan, leher, kaki, lengan atas, dan lengan bawah.

3. Penentuan nilai untuk masing-masing postur tubuh dan penentuan  activity

score.

4. Penjumlahan nilai dari masing-masing kategori untuk memperoleh nilai

REBA.

5. Penentuan level resiko dan pengambilan keputusan untuk perbaikan.

6. Membuat desain metode, fasilitas dan lingkungan kerja.

7. Implementasi dan evaluasi desain metode, fasilitas, dan lingkungan kerja.

8. Penilaian ulang dengan menggunakan metode REBA untuk desain baru yang

telah diimplementasikan.

9. Evaluasi perbandingan nilai REBA  untuk kondisi sebelum dan setelah

implementasi desain perbaikan.

Keuntungan dari metode REBA, antara lain:

1. Metode ini dapat menganalisa pekerjaan berdasarkan posisi tubuh dengan

cepat.

2. Menganalisa faktor-faktor resiko yang ada dalam melakukan pekerjaan.

3. Metode ini cukup peka untuk menganalisa pekerjaan dan beban kerja

berdasarkan posisi tubuh ketika bekerja.

4. Teknik penilaian membagi tubuh kedalam bagian-bagian  tertentu yang

kemudian diberi kode-kode secara individual berdasarkan bidang-bidang

geraknya untuk kemudian diberikan nilai.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

80

Page 37: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Gambar 2.17 REBA Employee Assesment WorksheetSumber : Anonim,2005,http://www.google.co.id/its.ac.id/16624005-fisiologi.pdf.

2.9.4 Metode OWAS

Ovako Work Posture Analysis System (OWAS) dimulai pada tahun tujuh puluhan di

perusahaan Ovako Oy Finlandia (sekarang Fundia Wire). Metode ini dikembangkan

oleh Karhu dan kawan-kawannya di Laboratorium Kesehatan Buruh Finlandia (Institute

of Occupational Health). Lembaga ini mengkaji tentang pengaruh sikap kerja terhadap

gangguan kesehatan seperti sakit pada punggung, leher, bahu, kaki, lengan, dan

rematik. Penelitian tersebut memfokuskan hubungan antara postur kerja dengan berat

beban.

Metode ini sesuai dengan penelitian tentang sikap kerja yang mencakup

pergerakan tubuh secara keseluruhan (Darmawan dan Hermawati, 2004). Metode

OWAS juga sesuai dengan penelitian yang mengidentifikasi sikap kerja dinamis yang

berbahaya ketika para pekerja sedang melakukan pekerjaan (Coutney Dkk, 1998).

Sehingga dapat dikatakan bahwa metode OWAS ini berguna untuk memperbaiki

kondisi pekerja dalam bekerja , sehingga perfomance kerja dapat ditingkatkan terus .

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

81

Page 38: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Hasil yang diperoleh dari metode OWAS digunakan untuk merancang metode

perbaikan kerja guna meningkatkan produktifitas. Metode ini dapat diterapkan pada

suatu area :

1. Pembangunan stasiun kerja atau sebuah metode kerja, untuk mengurangi beban

gangguan otot (musculoskeletal) agar lebih nyaman dan lebih produktif.

2. Pengukuran ergonomi untuk beban postur

3. Pelayanan kesehatan yang mengalami sakit dalam suatu pekerjaan

Prosedur OWAS dilakukan dengan melakukan observasi untuk mengambil data

postur, beban, fase kerja untuk kemudian dibuat kode berdasarkan data tersebut.

Evaluasi penilaian didasarkan pada skor dari tingkat bahaya postur kerja yang ada dan

selanjutnya dihubungkan dengan kategori tindakan yang harus diambil.

Metode ini mengkodekan sikap (postur) kerja pada bagian punggung (belakang),

tangan, kaki, dan berat beban. Setiap postur tubuh tersebut terdiri dari 4 postur

bagian belakang, 3 postur lengan, 7 postur kaki, sedangkan berat beban yang

dikerjakan juga dilakukan penilaian mengandung 3 skala poin.

Klasifikasi sikap dan kriteria OWAS tersebut digambarkan seperti gambar di bawah

ini:

1. Bagian Belakang (Back)

Membungkuk : Penilaian sikap kerja diklasifikasikan membungkuk jika terjadi

sudut yang terbentuk pada punggung minimal sebesar 20o atau lebih. Begitu pula

sebaliknya jika perubahan sudut kurang dari 20o, maka dinilai tidak membungkuk.

Adapun posisi leher dan kaki tidak termasuk dalam penilaian batang tubuh

(punggung).Berikut ini gambar postur tubuh bagian belakang :

Gambar 2.18 Postur tubuh bagian belakang (Back)Sumber: Alexander San Lohat, 2009, http://gurumuda.com/bse/metode-analisa-postur-kerja-

owas.

Tabel 2.8 Skor Postur Tubuh Bagian BelakangPergerakan Skor

Lurus atau tegak 1Bungkuk ke depan 2Miring ke samping 3

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

82

Page 39: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Bungkuk ke depan dan miring ke samping

4

Sumber : Alexander San Lohat, 2009, http://gurumuda.com/bse/metode-analisa-postur-kerja-owas.

2. Bagian Lengan (Arms)

Yang dimaksud sebagai lengan adalah dari lengan atas sampai tangan.

Penilaian

terhadap posisi lengan yang perlu diperhatikan adalah posisi tangan.

Gambar 2.19 Postur tubuh bagian lenganSumber : Alexander San Lohat, 2009, http://gurumuda.com/bse/metode-analisa-postur-kerja-

owas.

Tabel 2.9 Skor Postur Tubuh Bagian LenganPergerakan Skor

Kedua tangan di bawah bahu 1Satu tangan pada atau di atas bahu 2`Kedua tangan pada atau di atas bahu

3

Sumber : Alexander San Lohat, 2009 http://gurumuda.com/bse/metode-analisa-postur-kerja-owas.

3. Bagian Kaki (Legs)

Berikut sikap :

a. Duduk, pada sikap ini adalah duduk dikursi dan semacamnya.

b. Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus adalah kedua kaki dalam posisi lurus

atau tidak bengkok dimana beban tubuh menumpu kedua kaki.

c. Berdiri bertumpu pada satu kaki lurus adalah beban tubuh bertumpu pada

satu kaki yang lurus (menggunakan saru pusat gravitasi lurus), dan satu kaki

yang lain dalam keadaan menggantung (tidak menyentuh lantai). Dalam hal

ini kaki yang menggantung untuk menyeimbangkan tubuh dan bila jari kaki

yang menyentuh lantai termasuk sikap ini.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

83

Page 40: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

d. Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan lutut ditekuk Pada sikap ini adalah

keadaan poatur setengah duduk yang yelah umum diketahui yaitu keadaan

lutut ditekuk dan beban tubuh bertumpu pada kedua kaki.

e. Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk Pada sikap ini dalam

keadaan ini berat tubuh bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk

(menggunakan pusat gravitasi pada satu kaki dengan lutut ditekuk).

f. Berlutut pada satu atau kedua lutut, pada sikap ini dalam keadaan satu atau

kedua lutut menempel pada lantai.

g. Berjalan, pada sikap ini adalah gerakan kaki yang dilakukan termasuk gerakan

ke depan, belakang, menyamping, dan naik turun tangga.

Gambar 2.20 Postur tubuh bagian kakiSumber : Alexander San Lohat, 2009http://gurumuda.com/bse/metode-analisa-postur-kerja-

owas.

Tabel 2.10 Skor Postur Tubuh Bagian KakiPergerakan Skor

Duduk 1Berdiri dengan kedua kaki lurus 2Berdiri dengan bertumpu pada satu kaki lurus

3

Berdiri atau jongkok dengan kedua lutut 4Berdiri atau jongkok dengan satu lutut 5Berlutut pada satu atau dua lutut 6Berjalan atau bergerak 7

Sumber : Alexander San Lohat, 2009 http://gurumuda.com/bse/metode-analisa-postur-kerja-owas.

4. Beban (Load)

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

84

Page 41: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Dalam hal ini yang membedakan adalah berat beban yang diterima dalam

satuan kilogram (Kg). Berat beban yang diangkat lebih kecil atau sama dengan 10

kg lebih besar dari 10 Kg dan lebih kecil atau sama dengan 20 Kg, lebih besar dari

20 Kg.

Tabel 2.11 Skor Berat Beban (Load)Beban Skor

<10 kg (kurang dari 10 kilogram) 1<20 kg (lebih dari 10 kilogram dan kurang dari 20 kilogram)

2

>20 kg (lebih dari 20 kilogram) 3Sumber : Alexander San Lohat, 2009http://gurumuda.com/bse/metode-analisa-postur-kerja-owas.

Hasil dari analisa sikap kerja OWAS terdiri dari empat level skala sikap kerja yang

berbahaya bagi para pekerja. Berikut ini merupakan kategori tindakan kerja OWAS

secara keseluruhan, berdasarkan kombinasi klasifikasi sikap dari punggung, lengan,

kaki, dan beban berat :

a. Kategori 1 : Pada sikap ini tidak menimbulkan masalah pada sistem

musculoskeletal dan tidak diperlukan perbaikan.

b. Kategori 2 : Pada sikap ini berbahaya pada sistem musculoskeletal (sikap kerja

mengakibatkan pengaruh ketegangan yang signifikan) dan perlu dilakukan

perbaikan di masa yang akan datang.

c. Kategori 3 : Pada sikap ini berbahaya bagi sistem musculoskeletal (sikap kerja

mengakibatkan pengaruh ketegangan yang sangat signifikan) dan perlu perbaikan

sesegera mungkin.

d. Kategori 4 : Pada sikap ini berbahaya bagi sistem musculoskeletal (sikap ini

mengakibatkan resiko yang jelas) dan perlu perbaikan secara langsung atau saat

itu juga. Berikut merupakan contoh tabel untuk menganalisa pergerakan :

Tabel 2.12 Kategori Tindakan Kerja OWAS

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

85

Page 42: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Sumber : Alexander San Lohat, 2009 http://gurumuda.com/bse/metode-analisa-postur-kerja-owas.

Tabel di atas menjelaskan mengenai klasifikasi postur-postur kerja ke dalam

kategori tindakan. Sebagai contoh postur kerja dengan kode 2352, maka postur kerja

ini merupakan postur kerja dengan kategori tindakan dengan derajat perbaikan level

4, yaitu pada sikap ini berbahaya bagi sistem musculoskeletal (sikap kerja ini

mengakibatkan resiko yang jelas). Perlu perbaikan secara langsung/saat ini.

2.9.5 Metode Analitik

2.9.5.1 Action Limit (AL) dan Maximum Permissible Limit (MPL)

Rekomendasi NIOSH didasarkan pada perbaikan atas persamaan NIOSH yang

dikeluarkan pada tahun 1981. Persamaan terdahulu dibagi menjadi dua level batas

pembebanan :

1. Action Limit (AL), yaitu yang memuat batas pembebanan untuk sebagian besar

individu.

AL = 90(6/H)(1-01/V-30)(0,7+D)(1-F/Fmax)(2-1)

Sumber: www.pdf-search.com/bgfniosh087.pdf.

2. Maximum Permissible Limit (MPL), yaitu yang memuat batas pembebanan

maksimum dimana di atas limit tersebut makin banyak individu akan mengalami

kecelakaan.

MPL = 3AL (2-2)Sumber: www.pdf-search.com/bgfniosh087.pdf.

Berikut ini adalah tabel mengenai kriteria pembebanan:

Tabel 2.13 Kriteria Pembebanan oleh NIOSHTinjauan Kriteria Desain Nilai Batas

Biomekanika

Gaya Tekan Cakram Max.

3,4 kN (770 lbs)

Fisiologis Energi Ekspenditure Max.

2.2 – 4.7 kcal/min

Psikofisikal Berat max. yang dapat diterima

Diterima 75% pekerja wanita dan 99% pekerja

priaSumber: www.pdf-search.com/bgfniosh087.pdf.

Persamaan NIOSH yang terbaru yang dikeluarkan pada tahun 1991 menggunakan

metode Recommended Weight Limit (RWL)

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

86

Page 43: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

2.9.5.2 Recommended Weight Limit (RWL) dan Lifting Index (LI)

RWL merupakan persamaan pembebasan yang direkomendasikan oleh NIOSH

(National Institude Ochupational Safety and Health) pada tahun 1991 di Amerika

Serikat. RWL adalah batas beban yang dapat dipindahkan oleh pekerja industri dalam

jangka waktu tertentu (tidak lebih dari 8 jam) tanpa menimbulkan resiko terjadinya

cedera tulang belakang.

Persamaan NIOSH berlaku pada keadaan (Waters, et al: 1994):

1. Beban yang diberikan adalah beban statis, tidak ada penambahan, ataupun

pengurangan beban di tengah-tengah pekerjaan.

2. Beban diangkat dengan kedua tangan.

3. Pengangkatan atau penurunan beban dilakukan dalam jangka waktu maximal 8

jam.

4. Pengangkatan atau penurunan beban tidak boleh dilakukan saat duduk / berlutut.

5. Tempat kerja tidak sempit.

Persamaan untuk menentukan beban yang direkomendasikan untuk diangkat

seorang pekerja dalam kondisi tertentu menurut NIOSH adalah sebagai berikut

(Waters, et al: 1994):

RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM (2-3)Sumber: www.pdf-search.com/bgfniosh087.pdf.

Keterangan:

LC : (Lifting Constanta) konstanta pembebanan = 23 kg

HM : (Horizontal Multiplier) faktor pengali horizontal = 25/H

VM : (Vertical Multiplier) faktor pengali vertical = 1-0,003[V-75]

DM : (Distance Multiplier) faktor pengali perpindahan = 0,82+4,5/D

AM : (Asymmetric Multiplier) faktor pengali asimetrik = 1-0,0032A(0)

FM : (Frequency Multiplier) faktor pengali frekuensi

CM : (Coupling Multiplier) faktor pengali kompling (handle)

Catatan:

H : Jarak horizontal posisi tangan yang memegang beban dengan titik pusat tubuh

V : Jarak vertikal posisi tangan yang memegang beban terhadap lantai

D : Jarak perpindahan secara vertical antara tempat asal sanpai tujuan

A : Sudut simetri putaran yang dibentuk antara tangan dan kaki

Berikut ini adalah penjelasan dari persamaan NIOSH:

1. Horizontal Multiplier (HM)

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

87

Page 44: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

HM didapat dari nilai H (horizontal location) yaitu jarak antara tangan dengan

titik tengah pergelangan kaki bagian dalam kaki. Bahwa semakin besar jarak

horizontal beban terhadap tulang belakang, maka semakin besar pula gaya tekan

terhadap lempeng (disc) dan menurunkan batas maksimum beban yang

diperbolehkan diangkat. Tegangan pada tulang belakang selama pengangkatan

beban secara umum meningkat secara proporsional dengan jarak horizontal

antara beban dengan tulang belakang.

HM = 25/H (2-4)

Sumber: www.pdf-search.com/rwl-451ab.pdf. a. Jika H > 63 cm, HM = 0

b. Jika H < 25 cm, HM = 1

2. Vertical Multiplier (VM)

VM didapat dari nilai V (vertical location) yaitu jarak antara tinggi vertical

dengan lantai. Komite NIOSH 1991 merekomendasikan bahwa faktor vertikal

memberikan penurunan sebesar 22.5% terhadap nilai beban yang boleh diangkat

diatas 75 cm dari lantai adalah berdasarkan data empiris dari studi psikofisik,

bahwa maksimum beban yang boleh diangkat (MAWL) oleh pekerja akan menurun

sejalan dengan peningkatan vertikal yang lebih tinggi dari 75 cm dari lantai.

VM = 1-0,003[V-75] (2-5)www.pdf-search.com/rwl-451ab.pdf .

a. Jika V > 175 cm, VM = 0

b. Jika V = 0 cm, VM = 0,78

c. Untuk pengangkatan dengan ketinggian awal di atas 69 cm

VM = 1 – 0,0132 [V - 69] (2-6) www.pdf-search.com/rwl-451ab.pdf.

d. Untuk pengangkatan dengan ketinggian awal di bawah 69 cm

VM = 1 – 0,0145 [69 - V] (2-7) www.pdf-search.com/rwl-451ab.pdf.

3. Distance Multiplier (DM)

DM didapat dari nilai D (vertical traple distance) yaitu jarak vertikal antara titik

awal beban sebelum diangkat ke titik tujuan beban diletakkan. Dari hasil studi

psikofisik oleh Aquilano (1980) dan khalil (1985) memperkirakan terjadinya

penurunan 15 % terhadap MAWL ketika total jarak perpindahan mendekati

maksimum (beban diangkat dari lantai ke bahu).

DM = 0,82+4,5/D (2-8)www.pdf-search.com/rwl-451ab.pdf.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

88

Page 45: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

a. Jika D > 175 cm, DM = 0

b. Jika D < 25 cm, DM = 1

4. Asymmetric Multiplier (AM)

AM didapat dari nilai A (Asymmetric) yaitu sudut yang dibentuk tubuh saat

memindahkan beban. Pengangkatan asimetri akan ditemukan pada kondisi

sebagai berikut :

a. Posisi origin dan destination membentuk sudut antara keduanya.

b. Pengangkatan dilakukan untuk mempertahankan keseimbangan tubuh karena

adanya rintangan pada tempat kerja atau permukaan lantai kerja yang tidak

teratur.

c. Gerakan mengangkat memotong posisi tubuh, misalnya saat membelokkan

beban dari satu lokasi kelokasi yang lainnya.

d. Standar produktivitas diperlukan dalam mereduksi waktu pengangkatan.

Secara umum pengangkatan dengan asimetri ini harus dihindari, jika tidak

maka nilai RWL akan lebih dari pada pengangkatan dengan posisi pengangkatan

secara asimetri.

AM = 1-0,0032A(0) (2-9)Sumber: www.pdf-search.com/rwl-451ab.pdf.

a. Jika A > 1350, AM = 0

b. Jika A = 00, AM = 0

c. Jika 00 ≤ A ≤ 300 , AM = 1 – (0,005A)

d. Jika 300 < A 600 , AM = 1 – (0,031A)

e. Jika A > 600 , AM = 1 – (0,025A)

Keterangan : A = Sudut asimetri yang dibentuk

Sudut asimetri adalah sudut yang menunjukan sejauh mana benda

dipindahkan dari depan (bidang mid – sagital) tubuh pekerja ke tujuan. Sudut

asimetri terbentuk antara garis asimetri dengan garis sagital yang diproyeksikan

pada bidang atas.

5. Untuk Frequency Multiplier (FM)

Untuk Frekuensi Pengali ditentukan dengan menggunakan tabel FM dibawah

ini dengan mengetahui frekuensi angkatan tiap menitnya dan juga nilai V dalam

inchi.

a. Durasi pendek : 1 jam atau kurang

b. Durasi sedang : antara 1-2 jam

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

89

Page 46: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

c. Durasi panjang : antara 2-8 jam

Tabel 2.14 Frequency MultipliersFrekuensi Lifts/min

≤ 1 jam ≤ 2 jam ≤ 8 jam

V < 75 V ≥ 75V < 75

V ≥ 75V < 75

V ≥ 75

0,2 1,00 1,00 0,95 0,95 0,85 0,850,5 0,97 0,97 0,92 0,92 0,81 0,811 0,94 0,94 0,88 0,88 0,75 0,752 0,91 0,91 0,84 0,84 0,65 0,653 0,88 0,88 0,79 0,79 0,55 0,554 0,84 0,84 0,72 0,72 0,45 0,455 0,80 0,80 0,60 0,60 0,35 0,356 0,75 0,75 0,50 0,50 0,27 0,277 0,70 0,70 0,42 0,42 0,22 0,228 0,60 0,60 0,35 0,35 0,18 0,189 0,52 0,52 0,30 0,30 0,00 0,1510 0,45 0,45 0,26 0,26 0,00 0,1311 0,41 0,41 0,00 0,23 0,00 0,0012 0,37 0,37 0,00 0,21 0,00 0,0013 0,00 0,34 0,00 0,00 0,00 0,0014 0,00 0,31 0,00 0,00 0,00 0,00

Sumber : Tarwaka, (2004:126)

Keterangan:

V pada tabel diatas diganti dari 75 menjadi 69 untuk orang Indonesia

6. Coupling Multiplier (CM) adalah:

Untuk Faktor Pengali kopling (handle) dapat ditentukan pada tabel berikut.

Tabel 2.15 Coupling Multiplier

 V < 75 atau 69

(Ind) cmV > 75 atau 69

(Ind) cm  Coupling Coupling Multiplier

Good 1,00 1,00Fair 0,95 1,00Poor 0,9 0,9

Sumber : Tarwaka, (2004:127)

a. Kriteria Good, adalah :

1) Kontainer atau Box merupakan design optimal, pegangan bahannya tidak

licin.

2) Benda yang didalamnya tidak mudah tumpah.

3) Tangan dapat dengan nyaman meraih box tersebut.

b. Kriteria Fair, adalah :

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

90

Page 47: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

1) Kontainer atau Box tidak mempunyai pegangan.

2) Tangan tidak dapat meraih dengan mudah.

c. Kriteria Poor, adalah :

1) Box tidak mempunyai Handle/pegangan.

2) Sulit dipegang (licin, tajam, dll).

3) Berisi barang yang tidak stabil (pecah, jatuh, tumpah, dll).

4) Memerlukan sarung tangan untuk mengangkatnya.

7. Load Constanta (LC)

LC adalah berat maksimum yang direkomendasikan untuk pengangkatan

beban satandar dalam kondisi optimal (posisi sagital pengangkatan dengan

frekuensi yang tidak terlalu sering, kopling baik, jarak pemindahan = 25 cm, dan

lain sebagainya). Pemilihan konstanta beban berdasarkan pada kriteria psikofisik

dan biomekanika. Mengestimasi bahwa pengangkatan beban ekivalen dengan

konstanta beban dalam kondisi ideal ( dimana semua faktor pengali sama dengan

1.0 ) dan dapat diterima oleh 75 % pekerja wanita dan 90 % pekerja pria dan gaya

tekan terhadap ruas-ruas tulang belakang kurang dari 3.4 kN. Pada persamaan

yang telah direvisi, konstanta beban reduksi dri 40 kg menjadi 23 kg. Reduksi ini

dilakukan karena bertambahnya jarak minimum horizontal dari 15 cm pada

persamaan 1991. Konstanta beban direvisi ini 17 kg lebih kecil nilainya dari

persamaan 1981, namun dengan direvisinya pula jarak minimum horizontal

menjadi 25 cm maka reduksi konstanta beban menjadi hanya 1 kg.

Setelah nilai RWL diketahui, selanjutnya perhitungan Lifting Index, untuk

mengetahui index pengangkatan yang tidak mengandung resiko cidera tulang

belakang. Lifting indeks merupakan perbandingan antara berat beban (load target

dengan RWL). Lifting index (Li) merupakan nilai relatif dari tingkat tegangan fisik

dalam suatu kegiatan pengangkatan manual nilai estimasi tingkat tegangan fisik

tersebut dinyatakan sebagai hasil bagi antara nilai beban angkatan dengan nilai RWL,

dengan persamaan:

LI = L/ RWL (2-10)Sumber: www.pdf-search.com/rwl-451ab.pdf.

Dimana:

LI : Lifting Index

L : Berat Beban

RWL : Recommended Weight Limit

Interpretasi dari nilai LI:

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

91

Page 48: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

1. LI dapat digunakan untuk memprioritaskan perancangan ulang secara ergonomis

dengan cara mengurutkan pekerjaan berdasarkan besaran LI dan dapat digunakan

untuk mengestimasi besaran relatif dari tekanan fisik suatu tugas.

2. Tugas-tugas dengan nilai LI > 1.0 mengakibatkan peningkatan risiko cidera

punggung bawah (akibat pengangkatan) pada sebagian pekerja.

3. RWL dapat digunakan untuk merekomendasikan berat beban yang akan membuat

pekerjaan menjadi lebih aman.

Semua elemen kerja yang telah terhitung LI-nya, diklasifikasi dalam tiga bagian,

yaitu:

1. LI < 1 : Low Stressful Task. Pekerja relatif aman

2. LI 1 : Moderate Stressful Task. Mempunyai resiko nyeri pinggang (low back

pain)

3. LI 3 : High Stressful Task. Mempunyai resiko cidera pinggang (low back injury)

Dimana resiko yang tinggi harus menjadi prioritas utama terlebih dahulu untuk

secepatnya dilakukan perbaikan.

2.10Perbaikan Ergonomi

Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pekerjaan serta meningkatkan nilai-

nilai tertentu yang diinginkan dari pekerjaan tersebut diperlukan suatu usaha

perubahan dari sistem kerja yang lama dengan pertimbangan ergonomik yang biasa

disebut dengan perbaikan ergonomi.

2.10.1 Beberapa Pendekatan untuk Mengurangi Resiko

Kebutuhan untuk mengangkat secara manual (tanpa alat) haruslah benar-benar

diteliti secara ergonomis. Penelitian ini akan mengakibatkan adanya standarisasi

dalam aktivitas angkat manusia.

Standar kemampuan angkat tersebut tidak hanya meliputi arah beban, akan tetapi

berisi pula tentang ketinggian dan jarak operator terhadap beban yang diangkat.

Akhirnya, pelatihan dalam mengangkat beban dan metode angkat terbaik haruslah

diimplementasikan.

Pendekatan ergonomi akan ditekankan pada penelitian kemampuan dan

keterbatasan manusia-baik secara fisik maupun mental psikologisnya dan interaksinya

dalam sistem manusia mesin yang integral. Secara sistematis pendekatan ergonomis

akan memanfaatkan informasi tersebut untuk tujuan rancang bangun, sehingga akan

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

92

Page 49: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

dapat tercipta produk sistem atau lingkungan kerja yang lebih sesuai dengan

manusia. Mc Cormicks dan Sanders (1987) membagi ergonomi ke dalam tiga

pendekatan

1. Fokus Utama

Fokus utama ergonomi adalah mempertimbangkan manusia dalam

perancangan benda kerja, prosedur kerja, dan lingkungan kerja. Fokus ergonomi

adalah interaksi manusia dengan produk, peralatan, fasilitas, lingkungan dan

prosedur dari pekerjaan dan kehidupan sehari-harinya. Ergonomi lebih ditekankan

pada faktor manusianya dibandingkan ilmu teknik yang lebih menekankan pada

faktor-faktor nonteknis.

2. Tujuan

Ergonomi mempunyai dua tujuan utama yaitu meningkatkan efektifitas dan

efisiensi pekerjaan dan aktifitas-aktifitas lainnya serta meningkatkan nilai-nilai

tertentu yang diinginkan dari pekerjaan tersebut, termasuk memperbaiki

keamanan, mengurangi kelelahan dan stres, meningkatkan kenyamanan,

penerimaan pengguna yang besar dan memperbaiki kualitas hidup.

3. Pendekatan Utama

Pendekatan utama mencakup aplikasi sistematik dari informasi yang relevan

tentang kemampuan, keterbatasan, karakteristik, perilaku dan motivasi manusia

terhadap desain produk dan prosedur yang digunakan serta lingkungan tempat

menggunakannya.

2.10.2 Penyelesaian untuk Pemindahan Material secara Teknis

Beberapa penyelesaian secara teknis untuk pemindahan material secara manual

adalah sebagai berikut:

1. Pindahkan beban yang berat dari mesin ke mesin yang telah dirancang dengan

menggunakan ban berjalan (roller).

2. Gunakan meja yang dapat digerakkan naik turun untuk menjada agar bagian

permukaan dari meja dapat langsung dipakai untuk memasukkan lembaran logam

ataupun benda kerja lainnya ke dalam mesin.

3. Tempatkan benda kerja yang besar pada permukaan yang lebih tinggi dan

turunkan dengan bantuan gaya gravitasi.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

93

Page 50: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

4. Berikan peralatan yang dapat mengangkat, misalnya: pada ujung belakang truk

untuk memudahkan pengangkatan material, dengan demikian tidak diperlukan

lagi alat angkat (crane).

5. Rancanglah overhead monorail dan hoist diutamakan yang menggunakan power

(tenaga) baik untuk gerakan vertikal maupun horizontal.

6. Rancanglah hoist atau fork-truck yang dikeling pada permukaan lantai,

diutamakan yang menggunakan power.

7. Desainlah kotak (tempat benda kerja) dengan disertai handle yang ergonomis

sehingga mudah pada waktu diangkat.

8. Aturlah peralatan fasilitas sehingga semakin memudahkan metodologi angkat

benda pada ketinggian permukaan pinggang.

9. Berilah tanda atau angka pada beban sesuai dengan beratnya.

10. Siapkan trolley dan pengungkit (lever) untuk mengangkat ujung dari drum

(dengan volume 200 liter).

11. Bebaskan area kerja dari gerakan dan peralatan material yang mengganggu jalur

akses dari operator.

12. Hindarkan lantai kerja dari sesuatu yang dapat menghambat jalan atau membuat

jalan licin sehingga akan membahayakan operator pada saat memindahkan

material.

13. Buatlah suatu ruang kerja yang cukup untuk gerakan dinamis bebas operator.

14. Tempatkan semua material sedekat mungkin dengan operator.

2.10.3 Batasan Beban yang Boleh Diangkat

Terdapat 4 batasan dari beban yang boleh diangkat, yaitu:

2.10.3.1 Batasan Legal (Legal Limitation)

Batasan angkat ini dipakai sebagai batasan angkat secara internasional. Adapun

variabelnya adalah sebagai berikut:

1. Pria di bawah usia 16 tahun, maksimum angkat adalah 14 kg.

2. Pria usia di antara 16-18 tahun, maksimum angkat adalah 18 kg.

3. Pria usia lebih dari 18 tahun, tidak ada batasan angkat.

4. Wanita di antara usia 16-18 tahun tahun, maksimum angkat adalah 11 kg.

5. Pria di bawah usia 16 tahun, maksimum angkat adalah 16 kg.

Batasan angkat ini dapat membantu untuk mengurangi rasa nyeri, ngilu pada

tulang belakan bagi para wanita. Batasan angkat ini akan mengurangi

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

94

Page 51: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

ketidaknyamanan kerja pada tulang belakang, terutama bagi operator untuk

pekerjaan berat.

Terdapat rekomendasi lain yang telah dibuat oleh Komisi Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (the Health and Safety Commission) di Inggris tahun 1982.

Selanjutnya pada bulan Desember 1986, the National Occupational Health and

Safety Commision (Worksafe Australia) mengeluarkan lembaran kerja (a Discussion

Paper and Draft Code of Practice) untuk pemindahan material yang aman.

Kemudian pada bulan Agustus 1988, Departemen Buruh di Negara bagian Victoria

(Australia) mengeluarkan peraturan dan lembar kerja untuk metodologi Pemindahan

Material. Lembar kerja ini benar-benar bermanfaat untuk meningkatkan keselamatan

pada Pemindahan Material Secara Manual.

Didalamnya terdapat tiga bagian, yaitu :

1. Identifikasi Resiko

2. Metodologi Evaluasi Resiko

3. Pengendalian Resiko

Adapun pada bagian Evaluasi Resiko berisikan beberapa petunjuk antara lain:

1. Aktivitas kerja dengan posisi duduk, tidak direkomendasikan untuk mengangkat

atau membawa suatu objek yang melebihi dari 4,5 Kg.

2. Jika objek yang diangkat lebih dari batas 16 – 20 kilogram maka diharuskan lebih

berhati-hati dalam evaluasi resikonya. Selain itu, juga dibutuhkan sistem

pengendalian atau pengukuran yang sesuai.

3. Pekerja yang sudah angkat lanjut tidak boleh membawa atau mengangkat,

menurunkan atau menaikkan beban yang lebih dari 55 kilogram tanpa bantuan

peralatan apapun. Hal

ini dapat dipermudah dengan cara mengadakan pelatihan (training) untuk

penerapan metodelogi cara angkut yang benar.

4. Resiko beratnya beban yang dipindahkan jika dihubungkan dengan faktor resiko

pada soal jongkok. Ketinggian objek pada awal dari aktivitas angkat, jarak

ketinggian objek (vertikal), jarak horizontal antara beban dan operator serta

frekuensi angkat (jumlah aktivitas angkat). Hal-hal tersebut diatas dapat

dievaluasi dengan menggunakan prosedur perhitungan yang telah dikodekan.

Prosedur ini memberikan nilai ekuivalen yang disebut dengan “Action Limit”

(batasan tindakan) yang dikeluarkan oleh NIOSH (National Institute of Occupational

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

95

Page 52: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Safety and Health) Amerika Serikat yaitu institusi nasional untuk keselamatan dan

kesehatan kerja. Jika beban yang harus diangkat melebihi batas ini maka

pengembalian resiko harus segera diimplementasikan.

2.10.3.2 Batasan Biomekanika

Nilai dari analisa Biomekanika adalah rentang postur atau posisi aktivitas kerja,

ukuran beban dan manusia yang dievaluasi. Sedangkan kriteria keselamatan adalah

berdasar pada beban tekan (compression load) pada intervebral disk antara lumbar

nomor lima dan sacrum nomor satu (L5/S1).

Kebanyakan penyakit-penyakit tulang belakang adalah hernia pada intervertebral

disk, yaitu keluarnya inti intervertebral (pulpy nucleus) yang disebabkan oleh

rusaknya lapisan pembungkus intervertebral disk.

Adams and Hulton (1981) juga telah menguji tekan pada tulang belakang (spines)

dengan berbagai variabel gerak fleksi (flexion).

Mereka dalam penelitiannya menemukan bahwa :

1. Hernia dapat terjadi jika tulang belakang berada pada posisi hiperfleksi

(hyperflexion).

2. Gerakan fleksi yang sedikit dapat meningkatkan kekuatan, akan tetapi sebaliknya

hiperfleksi akan menurunkan kekuatannya.

Batasan gaya angkat maksimum yang diijinkan (the maximum permissible limit)

yang direkomendasikan oleh NIOSH (1981) adalah berdasarkan gaya tekan sebesar

6500 newton pada L5/S1. Namun hanya 25% pria dan 1% wanita yang diperkirakan

mampu melewati batasan gaya angkat ini. Batasan gaya angkat normal (the action

limit) yang direkomendasikan ole NIOSH dan berdasarkan gaya tekan sebesar 3500

newton pada L5/S1. Ada 99% pria dan 75% wanita yang mampu mengangkat beban

batas ini. Batasan ini amatlah bervariasi dan bergantung pada berat badan dan jarak

horizontal antara beban dan pekerja.

2.10.3.3 Batasan Fisiologi

Metode pendekatan ini dengan mempertimbangkan rata-rata beban metabolisme

dari aktivitas angkat yang berulang (repetitive lifting). Sebagaimana juga dapat

ditentukan dari jumlah konsumsi oksigen. Hal ini haruslah benar-benar diperhatikan

terutama dalam rangka untuk menentukan batasan angkat. Kelelahan kerja yang

terjadi akibat dari aktivitas yang berulang-ulang (repetitive lifting) akan meningkatkan

resiko rasa nyeri pada tulang belakang (back injuries). Repetitive lifting dapat

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

96

Page 53: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

menyebabkan Cumulative Trauma Injuries atau Repetitive Strain Injuries (Stevenson,

1987).

Ada beberapa bukti bahwa semakin banyak jumlah material yang diangkat dalam

sehari oleh seseorang, akan lebih cepat mengurangi ketebalan intervertebral disc

(elemen di antara segmen tulang belakang). Fenomena ini menggambarkan bahwa

pengukuran yang akurat terhadap tinggi tenaga kerja dapat digunakan untuk

mengevaluasi beban kerja (Corlett,1987).

Metode lain secara fisiologi adalah dengan cara pengukuran langsung terhadap

tekanan yang ada di dalam perut atau IAP (Intra Abdominal Pressure) selama aktivitas

angkat. Dari sini pula dikeluarkan beberapa batasan gaya terhadap kerja manual yang

mengakibatkan factor jarak beban relative terhadap operatornya.

Teknik Pill-Tekanan (Pressure Pill) dapat digunakan pula sebagai pembanding

antara beberapa metode angkat. Sebuah contoh disini adalah pada perbandingan

antara dua metode untuk mengangkat pasien dirumah sakit, yaitu:

1. Metode Angkat Orthodox

2. Metode Angkat Bahu (Shoulder lift)

Pada kenyataannya, metode yang kedua telah dipakai secara internasional selama

bertahun-tahun. Metodanya ditunjukkan pada gambar 2. Yaitu perbedaan besarnya

tekanan sebagai fungsi waktu. Pada gambar tersebut dibedakan antara Angkat

Orthodox dan Angkat Bahu, yang mana metoda angkat bahu menghasilkan tekanan

dalam perut atau IAP yang

lebih rendah. Hal itu didapat karena pada metode orthodox, tenaga para medis

menggunakan dua tangan sekaligus dalam mengangkat pasien. Sedangkan pada

metoda angkat bahu hanya menggunakan satu tangan, dan tangan yang lain

ditumpukkan terhadap tempat tidur pasien.

2.10.3.4 Batasan Psiko-Fisik

Metode ini berdasarkan pada sejumlah eksperimen yang berupaya untuk

mendapatkan berat pada berbagai keadaan dan ketinggian bebean yang berbeda-

beda.

Ada 3 macam kategori posisi angkat yang didapatkan :

1. Dari permukaan lantai ke ketinggian genggaman tangn (knuckle height).

2. Dari ketinggian genggaman tangan (knuckle height) ke ketinggian bahu (shoukder

height).

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

97

Page 54: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

3. Dari ketinggian bahu (shoulder height) ke maksimum jangkauan tangan vertikal

(vertical arm reach).

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

98

Page 55: MODUL Biomekanika

START

Identifikasi masalah dan penentuan objek penelitian

Studi pustaka

Pengambilan data

Pengolahan data

Analisis

RULA OWASREBA

A

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

BAB IIIMETODOLOGI PRAKTIKUM

3.1Diagram Alir Praktikum

Dalam praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi pada modul APK dan

Biomekanika ini, terdapat tiga macam praktikum yang dilakukan, yaitu Analisis Postur

Kerja, Biomekanika I, dan Biomekanika II. Berikut merupakan diagram alir praktikum :

3.1.1 Diagram Alir Praktikum Analisis Postur Kerja

Berikut merupakan diagram alir praktikum Analisis Postur Kerja:

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

99

Page 56: MODUL Biomekanika

Kesimpulan dan saran

END

Perbaikan postur kerja

RULA OWASREBA

A

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Gambar 3.1 Diagram Alir Praktikum Analisis Postur KerjaSumber: Pengolahan Data

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

100

Page 57: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

101

Page 58: MODUL Biomekanika

START

Identifikasi masalah dan penentuan objek penelitian

Studi pustaka

Pengambilan data

Pengolahan data

Analisis

Kesimpulan dan saran

END

RWL LI

Perbaikan postur kerja

RWL LI

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

3.1.2 Diagram Alir Praktikum Biomekanika I

Berikut merupakan diagram alir praktikum Biomekanika I:

Gambar 3.2 Diagram Alir Praktikum Biomekanika ISumber: Pengolahan Data

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

102

Page 59: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

3.1.2 Diagram Alir Praktikum Biomekanika II

Berikut merupakan diagram alir praktikum Biomekanika II:

Gambar 3.3 Diagram Alir Praktikum Biomekanika IISumber: Data yang diolah

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

103

START

Identifikasi masalah dan penentuan objek penelitian

Studi pustaka

Pengambilan data

Pengolahan data

Analisis

Kesimpulan dan saran

END

Hand Grip Strength Pull Back Strength

Page 60: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

3.2Peralatan Praktikum

3.2.1 Peralatan Praktikum Analisis Postur Kerja

Peralatan praktikum yang digunakan, yaitu:

1. Lembar pengamatan RULA

2. Lembar pengamatan REBA

3. Lembar pengamatan OWAS

4. Alat ukur (penggaris dan meteran)

5. Alat tulis

6. Kamera atau handcam

3.2.2 Peralatan Praktikum Biomekanika I

Peralatan praktikum yang digunakan, yaitu:

1. Lembar pengamatan RWL

2. Alat ukur

3. Alat sudut ukur

4. Alat ukur berat

5. Alat tulis

6. Kamera atau handycam

3.2.3 Peralatan Praktikum Biomekanika II

Peralatan praktikum yang digunakan, yaitu:

1. Lembar pengamatan kekuatan genggam

2. Lembar pengamatan kekuatan tarik

3. Digital Hand Grip Dynamoneter

4. Digital Pull Back Dynamometer

5. Kursi

6. Alat ukur (penggaris atau meteran)

7. Alat tulis

3.3Prosedur Pelaksanaan Praktikum

3.3.1 Prosedur Pelaksanaan Praktikum Analisis Postur Kerja

Prosedur pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan berupa lembar pengamatan RULA,

REBA, dan OWAS serta alat tulis.

2. Tiap kelompok mengobservasi pekerjaan yang ada di lapangan.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

104

Page 61: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

3. Merekam aktivitas pekerja.

4. Melaksanakan pengamatan terhadap objek melalui video.

5. Mencatat hasil pengamatan dalam lembar pengamatan RULA, REBA, dan OWAS.

6. Melakukan perhitungan RULA, REBA, dan OWAS.

7. Membuat laporan praktikum, analisis data, serta perbaikan sistem kerja.

3.3.2 Prosedur Pelaksanaan Praktikum Biomekanika I

Prosedur pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan berupa lembar pengamatan RWL dan LI

serta alat tulis.

2. Tiap kelompok mengobservasi pekerjaan yang ada di lapangan.

3. Merekam aktivitas pekerja.

4. Melaksanakan pengamatan terhadap objek melalui video.

5. Mencatat hasil pengamatan dalam lembar pengamatan RWL dan LI.

6. Melakukan perhitungan RWL dan LI di awal dan akhir pengangkatan.

7. Membuat laporan praktikum, analisis data, serta perbaikan sistem kerja.

3.3.3 Prosedur Pelaksanaan Praktikum Biomekanika II

Untuk Hand Grip Test, prosedur pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

1. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan dan lembar pengamatan serta alat

tulis.

2. Masing-masing anggota kelompok melakukan pengukuran kekuatan genggam

dengan digital hand grip dynamometer. Pengukuran dilakukan dalam 3 posisi

tubuh yang berbeda dan 3 variasi ukuran diameter genggam dengan replikasi

sebanyak 3 kali per kombinasi posisi.

3. Mencatat hasil pengukuran dalam lembar pengamatan.

Sedangkan untuk Back Strength Test, prosedur pelaksanaannya adalah sebagai

berikut:

1. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan dan lembar pengamatan serta alat

tulis.

2. Masing-masing anggota kelompok melakukan pengukuran kekuatan tarikan

dengan digital pull back strength dynamometer. Pengukuran dilakukan dalam 3

posisi tubuh yang berbeda dan dengan replikasi sebanyak 3 kali per posisi.

3. Mencatat hasil pengukuran dalam lembar pengamatan.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

105

Page 62: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

106

Page 63: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Pengumpulan Data

Pengambilan data ini dilakukan dengan cara merekam aktivitas pekerja dengan

menggunakan kamera digital. Beban yang dibawa oleh pekerja adalah 1 karung

semen atau sebesar 50 kilogram. Data yang dikumpulkan berupa data Hand Grip

Strength dan Pull Back Strength. Selain itu, dikumpulkan pula data postur kerja

pengangkatan satu karung semen untuk menganalisis RWL LI, RULA, REBA, dan

OWAS.

Gambar 4.1 Satu Karung Semen 50kgSumber: www.semengresik.com

4.1.1 Pengumpulan Data APK

Pengumpulan data analisis postur kerja berupa gambar dari aktivitas pekerja yang

sedang mengangkat semen. Data ini digunakan untuk melakukan analisis postur kerja

dengan menggunakan metode RULA, REBA, dan OWAS.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

107

Page 64: MODUL Biomekanika

10000

200

200

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Gambar 4.2 Pengangkatan SemenSumber: Pengambilan Data

4.1.2 Pengumpulan Data Biomekanika I

Pengumpulan data biomekanika I berupa gambar dari aktivitas pekerja saat akan

mengangkat dan meletakkan semen. Data ini digunakan untuk melakukan analisis

biomekanika dengan menggunakan metode RWL dan LI.

a. RWL Origin

Gambar 4.3 Postur Tubuh Pekerja saat Mengangkat SemenSumber: Pengambilan Data

Tabel 4.1 Variabel Perhitungan RWL OriginVariabel Nilai

Jarak horisontal ( H ) 26 cmJarak Vertical ( V ) 0 cmJarak Perpindahan ( D )

26 cm

Sudut Asimetri ( A ) 00

Frekuensi 4 kali/menitDurasi <1 jam

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

108

Page 65: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Pegangan Fair (cukup)Sumber: pengolahan data

b. RWL Destinaton

Gambar 4.4 Postur Tubuh Pekerja saat Meletakkan SemenSumber: Pengambilan Data

Tabel 4.2 Variabel Perhitungan RWL DesstinationVariabel Nilai

Jarak horisontal ( H ) 35 cmJarak Vertical ( V ) 25 cmJarak Perpindahan ( D )

10 cm

Sudut Asimetri ( A ) 00

Frekuensi 4 kali/menitDurasi <1 jamPegangan Fair (cukup)

Sumber: pengolahan data

4.1.3 Pengumpulan Data Biomekanika IITerdapat dua macam data pada pengumpulan data biomekanika II, yaitu data

hand grip strength dan data pull back strength dari putra maupun putri.

4.1.3.1 Pengumpulan Data Kekuatan Genggam

Di bawah ini adalah data pengamatan putra dengan menggunakan Hand Grip

Strength dengan variasi posisi tubuh dan diameter hand grip.

1. Data Kekuatan Genggam Putra

Tabel 4.3 Data Pengamatan Putra dengan Menggunakan Hand Grip Strength Posisi 1

NO

NAMAPOSISI 1

D1 D2 D31 2 3 1 2 3 1 2 3

1 Hafidz 16, 26 27, 24, 36, 35, 26, 25, 26

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

109

Page 66: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

8 6 5 6 1 2 4

2 Afif32,

533,

333,

2 3536,

833,

534,

335,

734,

5Sumber: pengolahan data

Tabel 4.4 Data Pengamatan Putra dengan Menggunakan Hand Grip Strength Posisi 2

NO

NAMAPOSISI 2

D1 D2 D31 2 3 1 2 3 1 2 3

1 Hafidz27,

425,

827,

434,

133,

634,

322,

723,

421,

8

2 Afif33,

431,

733,

734,

132,

631,

932,

330,

530,

2 Sumber: pengolahan data

Tabel 4.5 Data Pengamatan Putra dengan Menggunakan Hand Grip Strength Posisi 3

NO

NAMAPOSISI 3

D1 D2 D31 2 3 1 2 3 1 2 3

1 Hafidz27,

327,

328,

335,

336,

434,

128,

326,

630,

5

2 Afif31,

929,

430,

531,

429,

732,

726,

925,

526,

6 Sumber: pengolahan data

Tabel 4.6 Data Pengamatan Putra dengan Menggunakan Hand Grip Strength Posisi 4

NO

NAMAPOSISI 4

D1 D2 D31 2 3 1 2 3 1 2 3

1 Hafidz27,

025,

628,

235,

228,

734,

127,

827,

826,

6

2 Afif 3024,

227,

729,

928,

928,

928,

728,

925,

3Sumber: pengolahan data

2. Data Kekuatan Genggam Putri

Tabel 4.7 Data Pengamatan Putri dengan Menggunakan Hand Grip Strength Posisi 1

NO

NAMAPOSISI 1

D1 D2 D31 2 3 1 2 3 1 2 3

1 Della13,

811,

610,

420,

119,

116,

915,

917,

218,

1

2 Inggrid18,

721,

3 2024,

923,

221,

821,

621,

520,

7Sumber: pengolahan data

Tabel 4.8 Data Pengamatan Putri dengan Menggunakan Hand Grip Strength Posisi 2

NO

NAMAPOSISI 2

D1 D2 D31 2 3 1 2 3 1 2 3

1 Della8,7 10,

37,8 17,

617,

515,

415,

416 14,

9

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

110

Page 67: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

2 Inggrid21,

1 1917,

921,

3 2221,

118,

218,

218,

6 Sumber: pengolahan data

Tabel 4.9 Data Pengamatan Putri dengan Menggunakan Hand Grip Strength Posisi 3

NO

NAMAPOSISI 3

D1 D2 D31 2 3 1 2 3 1 2 3

1 Della12,

312,

29,6 20,

218,2

17,4

18,4

17,3

14,6

2 Inggrid20,

7 2018,

822,

321,

622,

320,

319,

718,

1Sumber: pengolahan data

Tabel 4.10 Data Pengamatan Putri dengan Menggunakan Hand Grip Strength Posisi 4

NO

NAMAPOSISI 4

D1 D2 D31 2 3 1 2 3 1 2 3

1 Della10 10,

98 17,

317,

916,

815,

613,

415

2 Inggrid19,

4 2019,

618,

920,

518,

818,

417,

217,

4Sumber: pengolahan data

4.1.3.2 Pengumpulan Data PullbackDi bawah ini adalah data hasil pengamatan putra dengan menggunakan Pull Back

Strength dengan variasi sudut punggung.

1. Data Pullback Putra

Tabel 4.11 Data Pengamatan Putra dengan Menggunakan Pull Back Strength

NO NamaPOSISI 1 POSISI 2 POSISI 3 POSISI 4 POSISI 5 POSISI 6

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

1 Hafidz 25 23 24 81 90 97 81 101 96 31 29 28 92 10

1 97 61 61 65

2 Afif 28 20 20 53 67 68 67 77 80 37 37 37 64 80 71 46 46 48

Sumber: pengolahan data

2. Data Pullback Putri

Tabel 4.12 Data Pengamatan Putri dengan Menggunakan Pull Back Strength

NO NamaPOSISI 1 POSISI 2 POSISI 3 POSISI 4 POSISI 5 POSISI 6

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

1 Della14

11

10

24

26

27

25

29

33

12

12

13

26

29

28

15

17

14

2Inggri

d14

14

14

26

33

30

42

43

47

19

17

18

35

38

38

20

21

20

Sumber: pengolahan data

4.2Pengolahan dan Analisis Data

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

111

Page 68: MODUL Biomekanika

10000

200

200

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Pengolahan dan analisis yang dilakukan ialah pengolahan analisis postur kerja,

biomekanika I, dan biomekanika II.

4.2.1 Pengolahan dan Analisis Data APK

Pengolahan analisis postur kerja pada kegiatan pengangkatan galon air mineral

dilakukan dengan tiga metode, yaitu metode RULA, REBA, dan OWAS.

4.2.1.1 Pengolahan dan Analisis Data Menggunakan Metode RULA

Dalam pengolahan data menggunakan metode RULA, bagian tubuh yang menjadi

fokus pengamatan tubuh bagian atas yang meliputi adalah lengan bagian atas (upper

arm), lengan bagian bawah (lower arm), pergelangan tangan, leher, badan (tubuh

bagian atas), kaki serta beban yang dibawa. Postur bagian-bagian tubuh tersebut

kemudian diukur untuk mengetahui sudut-sudut yang terbentuk. Pengukuran sudut

tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 4.5 Pengangkatan SemenSumber: Pengambilan Data

Pada gambar di atas, dapat dilihat bahwa postur leher membentuk sudut 100,

lengan bagian atas membentuk sudut 200, lengan bagian bawah membentuk sudut

200, dan badan pekerja membentuk posisi tegak atau 00.

Hasil pengukuran sudut postur-postur tubuh tersebut selanjutnya dikodekan dalam

lembar pengamatan RULA seperti di bawah ini:

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

112

Page 69: MODUL Biomekanika

MODUL 2 APK DAN BIOMEKANIKA

Gambar 4.6 Lembar Pengamatan RULASumber: Pengolahan Data

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

113

Page 70: MODUL Biomekanika

10000

200

1200

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Dari lembar pengamatan RULA tersebut didapatkan hasil bahwa postur kerja

dalam aktivitas pengangkatan batu bata tersebut bernilai 7 (tujuh) sehingga

postur kerja ini masuk dalam kategori 4 yaitu postur kerja menunjukkan bahwa

penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin.

Pada postur kerja ini, posisi yang mungkin menimbulkan cedera adalah

postur lengan. Postur ini dapat mengakibatkan ketegangan pada otot

lengan karena berat beban menumpu ke lengan. Pekerja harus sesegera

mungkin melakukan perubahan postur kerja karena apabila hal ini

dibiarkan maka kemungkinan besar akan terjadi cedera pada lengan

akibat menegang karena benda yang diangkat terlalu berat.

4.2.1.2 Pengolahan dan Analisis Data Menggunakan Metode REBA

Dalam pengolahan data menggunakan metode REBA, bagian tubuh yang

menjadi fokus pengamatan adalah lengan bagian atas (upper arm), lengan

bagian bawah (lower arm), pergelangan tangan, leher, badan (tubuh bagian

atas), kaki, beban yang dibawa, serta faktor coupling. Pada metode REBA,

kenyamanan genggaman pekerja dalam membawa beban turut diperhitungkan

sebagai bahan pertimbangan apakah postur tubuh tersebut baik atau tidak.

Postur bagian-bagian tubuh tersebut kemudian diukur untuk mengetahui

sudut-sudut yang terbentuk, hal ini sama dengan yang dilakukan pada

pengolahan dan analisi data sebelumnya yaitu menggunakan metode RULA.

Pengukuran sudut tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

114

Page 71: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Gambar 4.7 Pengangkatan SemenSumber: Pengambilan Data

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

115

Page 72: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Pada gambar di atas, dapat dilihat bahwa postur leher membentuk sudut 100,

lengan bagian atas membentuk sudut 200, lengan bagian bawah membentuk

sudut 600, dan badan pekerja membentuk posisi tegak atau 00.

Hasil pengukuran sudut postur-postur tubuh tersebut selanjutnya dikodekan

dalam lembar pengamatan REBA seperti di bawah ini:

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

116

Page 73: MODUL Biomekanika

MODUL 2 APK DAN BIOMEKANIKA

Gambar 4.8 Lembar Pengamatan RULASumber: Pengolahan Data

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

117

Page 74: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Dari lembar pengamatan REBA di atas, dapat kita lihat bahwa postur tubuh

pekerja saat mengangkat batu bata memiliki nilai 5. Hal ini berarti bahwa postur

tubuh tersebut masuk dalam kategori 3 yang berarti cukup beresiko

menimbulkan cedera dan perlu untuk diperbaiki sesegera mungkin.

Pada postur ini, letak ketidaknyamanan berada pada sudut yang dibentuk

oleh pergelangan tangan. Apabila sudut yang terbentuk terlalu besar, maka

penekukan tulang-tulang persendian akan menyebabkan ketegangan otot

apabila menggunakan postur ini dalam waktu yang cukup lama atau berulang-

ulang.

Selain itu, posisi yang juga dapat menimbulkan cedera adalah posisi

tumpuan pada kaki. Pekerja mengangkat beban dengan hanya bertumpu ke satu

kaki. Posisi ini dapat menyebabkan terjadinya cedera pada pinggul.

4.2.1.3 Pengolahan dan Analisis Data Menggunakan Metode OWAS

Analisis data menggunakan metode yang dikembangkan oleh perusahaan

Ovako Oy Finlandia ini memfokuskan permasalahan postur tubuh pekerja dengan

jumlah beban yang dikerjakan (dibawa).

Bagian tubuh yang diamati adalah tulang punggung, lengan, dan kaki.

Postur-postur tubuh pekerja hasil dari pengamatan selanjutnya dikodekan sesuai

dengan kode-kode dalam metode OWAS dan selanjutnya diisikan pada tabel

OWAS seperti berikut ini :

Tabel 4.13 Tabel OWAS

Sumber: Pengolahan Data

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

118

Page 75: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Dari tabel OWAS di atas, dapat dilihat bahwa nilai postur tubuh pekerja yang

diamati adalah 1. Hal ini berarti postur tubuh tersebut merupakan postur tubuh

yang baik dan tidak menimbulkan resiko cedera bagi pekerja.

4.2.2 Pengolahan dan Analisis Data Biomekanika I

Pada biomekanika I, terdapat dua jenis pengolahan data, yaitu pengolahan

RWL dan LI origin dan pengolahan RWL dan LI destination.

4.2.2.1 Pengolahan dan Analisis Data Menggunakan RWL dan LI

(Origin)

Pengolahan RWL dan LI origin menggunakan data dari kegiatan pekerja saat

mengambil satu karung semen.

Tabel 4.14 Perhitungan RWL OriginVariabel Nilai

Jarak horisontal ( H ) 26 cmJarak Vertical ( V ) 0 cmJarak Perpindahan ( D )

26 cm

Sudut Asimetri ( A ) 00

Frekuensi 4 kali/menitDurasi <1 jamPegangan Poor (buruk)

Sumber: pengolahan data

1. Load Constant (LC) = 23 kg

2. Horizontal Multiplier (HM)

HM = 25/H

HM = 25 : 26

= 0,96 cm

3. Vertical Multiplier (VM)

VM = 1 – 0,003 [V - 69]

= 1 – 0,003 [0- 69]

= 1 – 0,003 ( 69 )

= 0,793 cm

4. Distance Multiplier (DM)

DM = 0,82 + ( 4,5/D )

= 0,82 + ( 4,5/26 )

= 0,993 cm

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

119

Page 76: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

5. Asymmetric Multiplier (AM)

AM = 1 – (0,0032 x A)

= 1 – (0,0032 x 0)

= 1

6. Frequency Multiplier (FM)

f = 60/15 = 4

Dari tabel dapat diketahui FM=0,84

7. Coupling Multiplier (CM)

Kriteria Kopling dikatakan poor karena semen tidak mempunyai pegangan

sehingga tangan tidak dapat meraihnya dengan mudah, maka dari tabel

dapat diketahui nilai CM = 1

8. RWL

RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM

= 23 x 0,96 x 0,793 x 0,993 x 1 x 0,84 x 1

= 14,60kg

9. Lifting Index

Beban / Load Weight (L) = 50 kg

LI = L/ RWL

= 50 / 14,60

= 3,42

LI = 3,42 LI ≥ 3

Lifting Index pada pengangkatan awal adalah sebesar 3,42; sehingga

termasuk kategori High Stressful Task yaitu pekerja mempunyai resiko

cedera pinggang.

4.2.2.2 Pengolahan RWL dan LI Destination

Pengolahan RWL dan LI destination menggunakan data dari kegiatan

pekerja saat meletakkan satu karung semen.

Tabel 4.15 Variabel Perhitungan RWL DestinationVariabel Nilai

Jarak horisontal ( H ) 35 cmJarak Vertical ( V ) 25 cmJarak Perpindahan ( D )

10 cm

Sudut Asimetri ( A ) 00

Frekuensi 4 kali/menitDurasi <1 jamPegangan Poor (buruk)

Sumber: pengolahan data

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

120

Page 77: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

1. Load Constant (LC) = 23 kg

2. Horizontal Multiplier (HM)

HM = 25/H

HM = 25 : 35

= 0,714 cm

3. Vertical Multiplier (VM)

VM = 1 – 0,003 [V - 69]

= 1 – 0,003 [25- 69]

= 1 – 0,003 (44)

= 0,868 cm

4. Distance Multiplier (DM)

DM = 0,82+ ( 4,5/D )

= 0,82+ ( 4,5/10 )

= 1,27 cm

5. Asymmetric Multiplier (AM)

AM = 1 – (0,0032 x A)

= 1 – (0,0032 x 0)

= 1

6. Frequency Multiplier (FM)

f = 60/15 = 4

Dari tabel dapat diketahui FM = 0,84

7. Coupling Multiplier (CM)

Kriteria Kopling dikatakan Poor karena semen tidak mempunyai pegangan

sehingga tangan tidak dapat meraihnya dengan mudah, maka dari tabel

dapat diketahui nilai CM = 1

8. RWL

RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM

= 23 x 0,714 x 0,868 x 1,27x 1 x 0,84 x 1

= 15,20kg

9. Lifting Index

Beban / Load Weight (L) = 50 kg

LI = L/ RWL

= 50 / 15,20

= 3,288

LI = 3,288 LI ≥ 3

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

121

Page 78: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Lifting Index pada pengangkatan awal adalah sebesar 3,288; sehingga

termasuk kategori High Stressful Task yaitu pekerja mempunyai resiko cedera

pinggang. Oleh karena itu, diperlukan upaya perbaikan untuk memperkecil resiko

cedera pinggang yang akan terjadi. Hal lain yang harus diperhatikan adalah

posisi tubuh pekerja saat meletakkan semen, yaitu pekerja meletakkan beban

(semen) dengan cara membungkukkan tubuh. Hal ini dapat meningkatkan resiko

cedera. Jika pekerja terbiasa (berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama)

membungkukkan tubuh saat meletakkan beban, maka hal tersebut dapat

menimbulkan cedera pinggang.

4.2.3 Pengolahan dan Analisis Data Biomekanika II

Hubungan antara diameter genggam dengan kekuatan genggam dapat

dijabarkan dengan tabel dan grafik, sebagai berikut:

4.2.3.1 Pengolahan dan Analisis Data Kekuatan Genggam

Berikut adalah table dan grafik hasil pengolahan dari kekuatan genggam

1. Grafik dan table hubungan antara diameter genggam pada masing-masing

posisi dengan kekuatan genggam pada putra.

Tabel 4.16 Perhitungan Kekuatan Genggam PutraNama

OperatorReplika

siPosisi 1 Posisi 2

D1 D2 D3 D1 D2 D3

Hafidz Akbar

1 16.8 24.5 26.2 27.4

34.1 22.7

2 26 36.6 25.4 25.8

33.6 23.4

3 27.6 35.1 26 27.4

34.3 21.8

Afif Fahmi

132.5 35 34.3

33.4 34.1 32.3

233.3 36.8 35.7

31.7 32.6 30.5

333.2 33.5 34.5

33.7 31.9 30.2

rata-rata

28.23

33.58

30.35

29.9

33.43

26.82

Sumber: Pengolahan Data

Tabel 4.17 Perhitungan Kekuatan Genggam PutraNama

OperatorReplikas

iPosisi 3 Posisi 4

D1 D2 D3 D1 D2 D3Hafidz 1 27.3 35.3 28.

327 35.2 27.8

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

122

Page 79: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Akbar2 27.3 36.4

26.6

25.6 28.7 27.8

3 28.3 34.130.5

28.2 34.1 26.6

Afif Fahmi

1 31.9 31.426.

9 30 29.9 28.7

2 29.4 29.725.

5 24.2 28.9 28.9

3 30.5 32.726.

6 27.7 28.9 25.3rata-rata

29.12

33.27

27.4

27.17

30.95

27.57

Sumber : Pengolahan Data

Dari table di atas dapat dibuat menjadi grafik berikut :

1 2 3

posisi 1 28.2333333333332 33.5833333333333 30.35

posisi 2 29.9 33.4333333333333 26.8166666666667

posisi 3 29.1166666666667 33.2666666666665 27.4

posisi 4 27.1166666666667 30.95 27.5166666666667

2.57.5

12.517.522.527.532.537.5

Grafik kekuatan Genggam Putra

Keku

atan

Tar

ik

Gambar 4.9 Grafik Kekuatan Genggam PutraSumber : Pengolahan Data

Pada grafik tersebut, dapat dilihat nilai rata-rata tertinggi pada D2 (5,5 cm)-

posisi 1 (tubuh berdiri tegak, tangan terjulur ke bawah) dengan rata-rata sebesar

33,58. Nilai rata-rata terendah adalah pada D3 (4 cm)-posisi 2 (tubuh berdiri

tegak, tangan ke depan pada jangkauan maksimum) dengan nilai rata-rata

sebesar 26,82.

2. Grafik dan tabel hubungan antara diameter genggam pada masing-masing

posisi dengan kekuatan genggam pada putri.

Tabel 4.18 Perhitungan Kekuatan Genggam PutriNama Operat

or

Replikasi

Posisi 1 Posisi 2 Posisi 3 Posisi 4

D1 D2 D3 D1 D2 D3 D1 D2 D3 D1 D2 D3

Della Ginza

1 13.8

20.1

15.9

8.7 27.6

15.4

12.3

20.2

18.4

10 17.3

15.6

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

123

Page 80: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

2 11.6

19.1

17.2

10.3

17.5 16

12.2

18.2

17.3

10.9

17.9

13.4

3 10.4

16.9

18.1 7.8

15.4

14.9 9.6

17.4

14.6 8

16.8 15

Inggrit

1 18.7

24.9

21.6

21.1

21.3

18.2

20.7

22.3

20.3

19.4

18.9

18.4

2 21.3

23.2

21.5 19 22

18.2 20

21.6

19.7 20

20.5

17.2

3 2021.

820.

717.

921.

118.

618.

822.

318.

119.

618.

817.

4rata-rata

15.967 21

19.167

14.133

20.817

16.883

15.6

20.333

18.067

14.65

18.367

16.167

Sumber : Pengolahan Data

Dari table di atas kemudian dapat dibuat grafik sebagai berikut :

D1 D2 D3

po-sisi 1

15.9666666666667

21 19.1666666666667

po-sisi 2

14.1333333333333

20.8166666666667

16.8833333333332

po-sisi 3

15.6 20.3333333333332

18.0666666666667

po-sisi 4

14.65 18.3666666666667

16.1666666666667

2.5

12.5

22.5

Grafik Kekuatan Genggam Putri

Ke

kuat

an T

arik

Gambar 4.10 Grafik Kekuatan Genggam PutriSumber : Pengolahan Data

Pada grafik tersebut, dapat dilihat nilai rata-rata tertinggi pada D2 (5,5 cm)-

posisi 1 (tubuh berdiri tegak, tangan terjulur ke bawah) dengan rata-rata sebesar

21. Nilai rata-rata terendah adalah pada D1 (7 cm)-posisi 2 (tubuh duduk dengan

badan tegak, tangan ke depan pada jangkauan maksimum) dengan nilai rata-

rata sebesar 14,133.

3. Grafik Perbandingan Kekuatan Genggam Putra-Putri pada Posisi 1

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

124

Page 81: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

D1 D2 D3

Pu-tra1

28.2333333333332

33.5833333333333

30.35

Pu-tri1

15.9666666666667

21 19.1666666666667

2.512.522.532.5

Grafik Kekuatan Genggam Putra -Putri pada Posisi 1

Axis Title

Gambar 4.11 Grafik Perbandingan Kekuatan Genggam Posisi 1Sumber : Pengolahan Data

Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kekuatan genggam antara

putra dan putri tidak sama, tetapi rata-rata kekuatan genggam terendah dan

tertinggi keduanya sama. Yakni, pada rata-rata tertinggi ialah pada D2 dimana

nilainya untuk putra adalah 33,583 dan untuk putri adalah 21, sedangkan nilai

terendah untuk putra 28,233 dan untuk putrid adalah 15,967.

4. Grafik Kekuatan Genggam Putra-Putri pada Posisi 2

D1 D2 D3

pu-tra

29.9 33.4333333333333

26.8166666666667

pu-tri

14.1333333333333

20.8166666666667

16.8833333333332

2.512.522.532.5

Grafik Kekuatan Genggam Putra-Putri pada Posisi 2

Keku

atan

Tar

ik

Gambar 4.12 Grafik Perbandingan Kekuatan Genggam Posisi 2Sumber : Pengolahan Data

Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kekuatan genggam dengan

rata-rata tertinggi ialah pada D2 dimana nilainya untuk putra adalah 33,433 dan

untuk putri adalah 20,817 sedangkan nilai terendah untuk putra pada D3 dengan

nilai 26,817 dan untuk putrid adalah 16,883.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

125

Page 82: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

5. Grafik Kekuatan Genggam Putra-Putri pada Posisi 3

D1 D2 D3

pu-tra

29.1166666666667

33.2666666666664

27.4

pu-tri

15.6 20.3333333333332

18.0666666666667

2.512.522.532.5

Grafik Kekuatan Genggam Putra-Putri pada Posisi 3

Keku

atan

Tar

ik

Gambar 4.13 Grafik Perbandingan Kekuatan Genggam Posisi 3Sumber : Pengolahan Data

Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kekuatan genggam dengan

rata-rata tertinggi ialah pada D2 dimana nilainya untuk putra adalah 33,267 dan

untuk putri adalah 20,333 sedangkan nilai terendah untuk putra pada D3 dengan

nilai 27,4 dan untuk putri pada D1 dengan nilai 15,6.

6. Grafik Kekuatan Genggam Putra-Putri pada Posisi 4

D1 D2 D3

pu-tra

27.1166666666667

30.95 27.5166666666667

pu-tri

14.65 18.3666666666667

16.1666666666667

2.512.522.532.5

Kekuatan Genggam Putra-Putri pada Posisi 4

Keku

atan

Tar

ik

Gambar 4.14 Grafik Perbandingan Kekuatan Genggam Posisi 4Sumber : Pengolahan Data

Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kekuatan genggam dengan

rata-rata tertinggi ialah pada D2 dimana nilainya untuk putra adalah 30,95 dan

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

126

Page 83: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

untuk putri adalah 18,367 sedangkan nilai terendah untuk putra pada D1 dengan

nilai 27,117 dan untuk putrid pada D1 dengan nilai 14,65.

4.2.3.2 Pengolahan dan Analisis Data Pullback

Pengolahan data pull back yaitu dengan menganalisis perhitungan sudut

pada bagian tubuh, perhitungan gaya dan momen yang ada dalam masing-

masing posisi antara kekuatan genggam putra dan putri.

4.2.3.2.1 Perhitungan Sudut

Perhitungan sudut untuk masing-masing putra mapun putri dapat dilihat

pada gambar berikut :

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

127

Page 84: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

128

Page 85: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Gambar 4.15 Enam Posisi PullBack Putra dan PutriSumber: Pengolahan Data

Tabel 4.19 Rekap Sudut PutraNam

aBagian Tubuh

Posisi1 2 3 4 5 6

Hafidz

Lengan Bawah 0o 0o

90o

70o

90o 0o

Lengan Atas17o 0o

30o 0o

25o 0o

Punggung0o

37o

55o

90o

75o

25o

Gayuh

Lengan Bawah 0o 0o 0o

40o 0o

78o

Lengan Atas0o 0o 0o

81o 0o

71o

Punggung0o

48o

34o

90o

13o

90o

Sumber : Pengolahan Data

Tabel 4.20 Rekap sudut PutriNam

aBagian Tubuh

Posisi1 2 3 4 5 6

Della

Lengan Bawah

0o 0o

50o

15o

90o 0o

Lengan Atas0o 0o 0o 0o

30o 0o

Punggung0o

45o

30o

65o

55o

30o

Inggrit

Lengan Bawah

0o 0o 0o

43o 0o

90o

Lengan Atas 0o

0o 0o 70o

0o 51o

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

129

Page 86: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Punggung0o

49o

38o

90o

16o

90o

Sumber : Pengolahan Data

4.2.3.2.2 Perhitungan Momen untuk Masing-masing Posisi

4.2.3.2.2.1 Perhitungan Momen Putra

1. Posisi 1

Lengan Bawah

∑Fx = 0

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

Fa = Wa × g

=(24 : 2) × 10

=120 N

Fab = (Wab)× g

=(2,3% × 63,6) ×10

=14,628 N

∑Fy = 0

Fa + Fab – Fb = 0

Fb = Fa + Fab

Fb = 120 + 14,628

= 134,628 N

Da = 26,5% × tinggi responden

= 26,5% ×1.85

=0.49 m

Dab = 41% ×Da

=41%×0.49

=0.2

∑M =0

Fa × Da x + Fab × Dab x – Mb =0

Mb = (120 × 0.49 x + 14,628 × 0.2

= 61,276

Lengan atas

∑Fx = 0

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

Fbc = (Wbc)× g

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

130

Page 87: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

=(2,8% × 63,6) ×10

=17,808 N

∑Fy = 0

Fb - Fbc – Fc = 0

Fc = Fb - Fbc

=134,628 – 17,808

= 116,82 N

Db = 17.4% x 1.85

= 0,3219

Dbc = 48% x 0,3219

= 0,155

∑M =0

Mc = Mb x cos 17 – Mbc x cos 17

Mc = (61,276 x 0,3219 x 0,96) – (17,808 x 0.155 x 0.96)

= 21,59 Nm

Punggung

∑Fx = 0

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

Fcd = (Wcd)× g

=(58,4% × 63,6) ×10

=371,42 N

∑Fy = 0

2Fc + Fcd -Fd = 0

Fd = 2Fc + Fcd

=(2× 116,82) + 371,42

= 605,06 N

Dc = 28,8% × tinggi responden

= 28,8% ×1.85

=0,533

Dcd = 46% ×Dc

=46%×0.533

=0,245 m

∑M =0

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

131

Page 88: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Md = 2Fc × cos ∂ × Dc + Fcd × cos ∂ × Dcd

= (2x116,82x0.99x0,533) + (371,42x1x0,245 )

= 124,53 + 90,998

= 215,528

Posisi 2

Lengan bawah

∑Fx = 0

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

Fa = Wa × g

=(89,33:2) × 10

=446,65

Fab = (Wab)× g

=(2,3% × 63,6) ×10 =17,808 N

∑Fy = 0

Fa + Fab – Fb = 0

Fb = Fa + Fab

Fb = 446,65 + 17,808

=464,458 N

Da = 26,5% × tinggi responden

= 26,5% ×1.85

=0.49 m

Dab = 41% ×Da

=41%×0.49

=0,2

∑M =0

Fa × Da x cos 90 + Fab × Dab x cos 90 – Mb=0

Mb = (446,65 × 0,49 x 0) + (17,808 × 0,2 x 0)

= 0

Lengan atas

∑Fx = 0

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

Fbc = (Wbc)× g

=(2,8% × 63,6) ×10 =17,808 N

∑Fy = 0

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

132

Page 89: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Fb - Fbc – Fc = 0

Fc = Fb - Fbc

=464,458 –17,808

= 446,65 N

Db = 17.4% x 1.85

= 0.533

Dbc = 48% x 0.533

= 0.245

∑M =0

∑M =0

Mc + Fbc×Dbcx cos 25 - Fb×Db cos 25=0

Mc=(464,458 ×0.533x 0.906) – (17,808×0.245x 0.906)

=224,459+3,954 = 228,413 Nm

Punggung

∑Fx = 0

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

Fcd = (Wcd)× g

=(58,4% × 63,6) ×10

=371,42 N

∑Fy = 0

2Fc + Fcd -Fd = 0

Fd = 2Fc + Fcd

=(2× 446,65) + 371,42

= 1264,72 N

Dc = 28,8% × tinggi responden

= 28,8% ×1.85

=0.533

Dcd = 46% ×Dc

=46%×0.533

=0.245 m

∑M =0

Md = 2Fc × cos 30 × Dc + Fcd × cos 30 × Dcd

=2x446,65X0.866x0.533 + 371,42x0.866x0,245

=491,132 Nm

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

133

Page 90: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

2. Posisi 3

Lengan bawah

∑Fx = 0

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

Fa = Wa × g

= (92,67:2) × 10

=463,35

Fab = (Wab)× g

=(2,3% × 63,6) ×10

=17,808 N

∑Fy = 0

Fa + Fab – Fb = 0

Fb = Fa + Fab

Fb = 463,35 + 17,808

=481,158 N

Da = 26,5% × tinggi responden

= 26,5% ×1.85

=0.49 m

Dab = 41% ×Da

=41%×0.49

=0.2

∑M =0

Fa × Da x cos 90 + Fab × Dab x cos 80– Mb =0

Mb = 463,35 × 0.49 x 0 + 17.808 × 0.2 x 0

= 0

Lengan atas

∑Fx = 0

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

Fbc = (Wbc)× g

=(2,8% × 63,6) ×10

=17,808N

∑Fy = 0

Fb - Fbc – Fc = 0

Fc = Fb - Fbc

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

134

Page 91: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

=481,158 - 17,808

= 463,35 N

Db = 17.4% x 1.85

= 0.533

Dbc = 48% x 0.533

= 0.245

∑M =0

Mc + Fbc×Dbcx cos 30 - Fb×Db cos 26=0

Mc=(481,158×0.533x 0.866) – (17,808×0,245 x 0.866)

=225,87 Nm

Punggung

∑Fx = 0

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

Fcd = (Wcd)× g

=(58,4% × 63,6) ×10

=371,42 N

∑Fy = 0

2Fc + Fcd -Fd = 0

Fd = 2Fc + Fcd

=(2×463,65) + 371,42

= 1298,72 N

Dc = 28,8% × tinggi responden

= 28,8% ×1.85

=0.533

Dcd = 46% ×Dc

=46%×0.533

=0.245 m

∑M =0

Md = 2Fc × cos 55 × Dc + Fcd × cos 55 × Dcd

= 2x463,635x0.574x0.533 + 371,42x0,574x0.245

= 335,924 Nm

3. Posisi 4

Lengan bawah

∑Fx = 0

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

135

Page 92: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

Fa = Wa × g

=29.33 × 10

=146,65

Fab = (Wab)× g

=(2,3% × 63,6) ×10

=17,808 N

∑Fy = 0

Fa + Fab – Fb = 0

Fb = Fa + Fab

Fb = (146,65) + 17,808

= 164,458 N

Da = 26,5% × tinggi responden

= 26,5% ×1.85

=0.49 m

Dab = 41% ×Da

=41%×0.49

=0.2

∑M =0

Fa × Da x cos 70 + Fab × Dab x cos 70 – Mb =0

Mb = 146,65 × 0.49 x 0.342 + 17,808 × 0.2 x 0.342

= 25,794 Nm

Lengan atas

∑Fx = 0

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

Fbc = (Wbc)× g

=(2,8% × 63,6) ×10

=17,808 N

∑Fy = 0

Fb - Fbc – Fc = 0

Fc = Fb - Fbc

=164,458 - 17,808 =146.65 N

Db = 17.4% x 1.85

= 0.321

Dbc = 48% x 0.321

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

136

Page 93: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

= 0,155

∑M =0

Mc + Fbc×Dbc - Fb×Db=0

Mc=(164,458 ×0,321) – (17,808×0,155)

=55,551 Nm

Punggung

∑Fx = 0

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

Fcd = (Wcd)× g

=(58,4% × 63,6) ×10

= 371,42 N

∑Fy = 0

2Fc + Fcd -Fd = 0

Fd = 2Fc + Fcd

=(2× 146.65) + 371,42

= 664,72 N

Dc = 28,8% × tinggi responden

= 28,8% ×1.85 =0.533

Dcd = 46% ×Dc

=46%×0.533

=0.245 m

∑M =0

Md = 2Fc × cos 90 × Dc + Fcd × cos 90 × Dcd

= 2x146.65x0 + 371,42x0.245 x 0

= 0

4. Posisi 5

Lengan Atas

∑Fx = 0

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

Fa = Wa × g

= (96,67:2)× 10

=483,35 N

Fab = Wab× g

=2,3% × 63,6 ×10

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

137

Page 94: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

=14,628

∑Fy = 0

Fa + Fab – Fb = 0

Fb = Fa + Fab

Fb = 483,35 + 14,628

= 497,978 N

Da = 26,5% × 1,85 = 0,49

Dab = 41% × 0,49 = 0,2

∑M =0

(Fa × Da) + (Fab × Dab) – Mb=0

Mb = (483,35 × 0,49 x cos 90) + (14,628 × 0,2 x cos 90)

= 0 Nm

Lengan atas

∑Fx = 0

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

Fbc = Wbc× g

=2,8% × 63,6 × 10 =17,808

∑Fy = 0

Fbc+Fc-Fb=0

Fc = Fb - Fbc

=497,978 – 17,808= 139.41 N

Db = 17,4% × tinggi responden

= 17,4% ×1,85

= 0,322 m

Dbc = 48% ×Db

=48%×0,322

=0,155 m

∑M =0

Mc + (Fbc×Dbc x cos25) – (Fb×Dbxcos 25)=0

Mc =(497,978×0,322x0.906) – (17,808×0,134 x0.906)

=147,438 Nm

Punggung

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

138

Page 95: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

∑Fx = 0

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

Fcd = Wcd× g

=58,4% × 63,6 ×10

=371,42 N

∑Fy = 0

2Fc + Fcd -Fd = 0

Fd = 2Fc + Fcd

=(2×139,41 ) + 371,42

= 650,24 N

Dc = 28,8% × tinggi responden

= 28,8% ×1,85

=0.533 m

Dcd = 46% ×Db

=46%×0,455

=0,245 m

∑M =0

Md = (2Fc × cos 7 × Dc) + (Fcd × cos 75 × Dcd)

= (2x139,41×0.259x0,533)+(371,42x0.259×0,245)

= 62,059 Nm

5. Posisi 6

∑Fx = 0

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

Fa = Wa × g

= (62,33:2) × 10

= 311,65 N

Fab = Wab× g

=2,3% × 63,6 ×10

=14,628

∑Fy = 0

Fa + Fab – Fb = 0

Fb = Fa + Fab

Fb = 311,65 + 14,628

= 326,278 N

Da = 26,5% × 1,85 = 0,49

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

139

Page 96: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Dab = 41% × 0,426 = 0,2

∑M =0

(Fa × cos 0×Da) + (Fab × cos0 ×Dab) – Mb=0

Mb = (311,65× 1 ×0,49) + (14,628 ×1× 0,2)

= 155,634 Nm

Lengan atas

∑Fx = 0

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

Fbc = Wbc× g

=2,8% × 63,6 × 10

=17,808

∑Fy = 0

Fbc+Fc-Fb=0

Fc = Fb - Fbc

=326,278 – 17,808 = 308,47 N

Db = 17,4% × tinggi responden

= 17,4% ×1,85

=0.322 m

Dbc = 48% ×Db

=48%×0,322

=0,155 m

∑M =0

Mc + Fbc cos α×Dbc – Fb cos α ×Db=0

Mc=( 326,278× 1 ×0,322) - (17,808× 1×0,155)

= 289,995 Nm

Punggung

∑Fx = 0

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

Fcd = Wcd× g

=58,4% × 63,6 ×10

=371,424 N

∑Fy = 0

2Fc + Fcd -Fd = 0

Fd = 2Fc + Fcd

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

140

Page 97: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

=(2× 308,47) + 371,42

=988,36 N

Dc = 28,8% × tinggi responden

= 28,8% ×1,85

=0.533 m

Dcd = 46% ×Db

=46%×0,533

=0,245 m

∑M =0

Md = (2Fc × cos25 × Dc) + (Fcd × cos25 × Dcd)

= (308,47 × 1 × 0.464) +(371,42 × 1× 0,245)

= 324,128 Nm

4.2.3.2.2.2 Perhitungan Momen Putri

1. Posisi 1

Lengan bawah

∑Fx = 0

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

Fa = Wa × g

= (11,67:2) × 10

= 58,35

Fab = Wab× g

=2,3% × 46,3 ×10 =10,65 N

∑Fy = 0

Fa + Fab – Fb = 0

Fb = Fa + Fab

Fb = 58,35 + 10,65

= 69 N

Da = 26,5% × tinggi responden

= 26,5% ×1,52

= 0,4 m

Dab = 41% ×Da

=41%×0,4

=0.164 m

∑M =0

Fa × Da + Fab × Dab – Mb =0

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

141

Page 98: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Mb = (58,35 × 0,4) + (10,65 × 0,164)

= 25,087 Nm

Lengan atas

∑Fx = 0

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

Fbc = Wbc× g

=2,8% × 46,3 ×10

=12,964

∑Fy = 0

Fc + Fbc – Fb = 0

Fc = Fb - Fbc

= 69 – 12,964

= 56,036 N

Db = 17,4% × tinggi responden

= 17,4% ×1,52 = 0.26 m

Dbc = 48% ×Db

=48%×0,26 = 0,108 m

∑M =0

Mc + Fbc × Dbc – Fb×Db =0

Mc = Mb - Mbc

Mc = (69 x 0.26) – (12,964 x 0.108 )

= 19,34 Nm

Punggung

∑Fx = 0

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

Fcd = Wcd× g

=58,4% × 46,3 ×10

=270,39

∑Fy = 0

2Fc + Fcd -Fd = 0

Fd = 2Fc + Fcd

=(2×56,036) + 270,39

=382,462

Dc = 28,8% × tinggi responden

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

142

Page 99: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

= 28,8% ×1,52

=0.438 m

Dcd = 46% ×Db

=46%×0,438

=0,201 m

∑M =0

2Fc × Dc + Fcd × Dcd –Md =0

Md = (2x56,036×0.438) + (270,39×0,201)

= 103,436

2. Posisi 2

Lengan bawah

∑Fx = 0

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

Fa = Wa × g

=(25,67:2) × 10

=128,35

Fab = Wab× g

=2,3% × 46,3 ×10

=12,964

∑Fy = 0

Fa + Fab – Fb = 0

Fb = Fa + Fab

Fb = 128,35+10,65

=117,7

Da = 26,5% × 1,52 = 0,4

Dab = 41% × 0,426 = 0,164

∑M =0

Fa × Da x cos 90 + Fab × Dab x cos 90 – Mb=0

Mb = (128,35 × 0,4 x 0) + (10,65 × 0,164 x 0)

= 0

Lengan atas

∑Fx = 0

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

Fbc = Wbc× g

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

143

Page 100: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

=2,8% × 46,3 × 10

=12.964

∑Fy = 0

Fc+Fbc-Fb=0

Fc = Fb - Fbc

= 117,7-12,964

= 104,736

Db = 17,4% × tinggi responden

= 17,4% ×1,52

= 0,264

Dbc = 48% ×Db

=48%×0,264

=0,127

∑M =0

Mc + Fbc×Dbcx cos 30 - Fb×Db cos 30=0

Mc=(117,7×0,127 x 0.866) – (12,964×0,127 x 0.866)

=14,37

Punggung

∑Fx = 0

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

Fcd = Wcd× g

=58,4% × 46,3 ×10 =270,39 N

∑Fy = 0

2Fc + Fcd -Fd = 0

Fd = 2Fc + Fcd

=(2 x 104,736) + 270,39

= 479,862 N

Dc = 28,8% × tinggi responden

= 28,8% × 1.52

=0,438 m

Dcd = 46% ×Dc

=46%×0.438

=0.2 m

∑M =0

Md =(2Fc × cos a × Dc) + (Fcd × cos a × Dcd)

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

144

Page 101: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

= ((2 x 104,736) × 0.71× 0.0438) +(270,39× 0.71 ×0.438)

= 90,60 Nm

3. Posisi 3

Lengan bawah

∑Fx = 0

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

Fa = Wa × g

=(29:2)× 10

=145 N

Fab = Wab× g

=2,3% × 46,3 ×10

=10,65

∑Fy = 0

Fa + Fab – Fb = 0

Fb = Fa + Fab

Fb = 145 +10,65

=155.65 N

Da = 26,5% × 1,52 = 0,4

Dab = 41% × 0,4 = 0,165

∑M =0

Fa × Da x cos 50 + Fab × Dab x cos 50 – Mb=0

Mb = (145 × 0.4 x 0.64) + ( 10,65 × 0.165 x 0.4)

=37,82 Nm

Lengan atas

∑Fx = 0

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

Fbc = Wbc× g

=2,8% × 46,3 × 10

=12,964

∑Fy = 0

Fbc+Fc-Fb=0

Fc = Fb - Fbc

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

145

Page 102: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

=155.65 – 12,964 = 142,686

Db = 17,4% × tinggi responden

= 17,4% ×1,52

=0.26 m

Dbc = 48% ×Db

=48%×0,26

=0,127 m

∑M =0

Mc + Fbc×Dbc - Fb×Db = 0

Mc + (12,964× 0.127) - (155,65 × 0.26)

Mc = 38,82 Nm

Punggung

∑Fx = 0

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

Fcd = Wcd× g

=58,4% × 46,3 ×10

=270,39 N

∑Fy = 0

2Fc + Fcd -Fd = 0

Fd = 2Fc + Fcd

=(2× 142,686) + 270,39

= 556,126

Dc = 28,8% × tinggi responden

= 28,8% ×1,52

=0.44 m

Dcd = 46% ×Db

=46%×0,44 = 0,2 m

∑M =0

Md = 2Fc × cos 47 × Dc + Fcd × cos 47 × Dcd

= ( 2 × 142,686 x 0.87 × 0.44) +(270,39 × 0.87 × 0.2)

= 156,288 Nm

4. Posisi 4

Lengan bawah

∑Fx = 0

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

146

Page 103: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

Fa = Wa × g

=(12,33:2) × 10

= 61,65 N

Fab = Wab× g

=2,3% × 46,3 ×10

=10,65

∑Fy = 0

Fa + Fab – Fb = 0

Fb = Fa + Fab

Fb = 61,65 + 10,65

=72,3

Da = 26,5% × 1,52 = 0,4

Dab = 41% × 0,426 = 0,165

∑M = 0

Fa × cos 15 ×Da + Fab × cos 15 ×Dab – Mb=0

Mb = (61,65 x 0.97 x 0.4 ) + (10,65 x 0.97 x 0.165)

= 25,62 Nm

Lengan atas

∑Fx = 0

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

Fbc = Wbc× g

=2,8% × 46,3 × 10

=12,964

∑Fy = 0

Fbc+Fc-Fb=0

Fc = Fb – Fbc

= 72,3 + 12,964

= 85,264 N

Db = 17,4% × tinggi responden

= 17,4% ×1,52

= 0.26 m

Dbc = 48% ×Db

=48%×0,26

=0,127 m

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

147

Page 104: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

∑M =0

Mc + Fbc ×Dbc – Fb ×Db=0

Mc = (12,964 × 0,26) - ( 72,3 × 0,127)

= 30,95 Nm

Punggung

∑Fx = 0

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

Fcd = Wcd× g

=58,4% × 46,3 ×10

=270,39 N

∑Fy = 0

2Fc + Fcd -Fd = 0

Fd = 2Fc + Fcd

=(2 x 85,264) +270,39

=440,19 N

Dc = 28,8% × tinggi responden

= 28,8% ×1,52

=0.44 m

Dcd = 46% ×Db

= 46%×0,44

= 0,2 m

∑M =0

Md = (2Fc × cos 65 × Dc) + (Fcd × cos 65 × Dcd)

= (2 x 85,264 x 0,42 x 0.44) +(270,39 ×0,42 x 0,2)

= 54,226 Nm

5. Posisi 5

Lengan bawah

∑Fx = 0

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

Fa = Wa × g

=(27,67 : 2) × 10

=138,35 N

Fab = Wab× g

=2,3% × 46,3 ×10

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

148

Page 105: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

=10,65

∑Fy = 0

Fa + Fab – Fb = 0

Fb = Fa + Fab

Fb = 138,35 + 10,65

=149

Da = 26,5% × 1,52 = 0,44

Dab = 41% × 0,426 = 0,165

∑M =0

(Fa × Da) + (Fab × Dab) – Mb=0

Mb = (138,35 × 0,44 x cos 90) + (10,65 × 0,165 x cos 90)

= 0

Lengan atas

∑Fx = 0

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

Fbc = Wbc× g

=2,8% × 46.3 × 10

=12,964

∑Fy = 0

Fbc+Fc-Fb=0

Fc = Fb - Fbc

=149– 12,964= 136,036

Db = 17,4% × tinggi responden

= 17,4% ×1,52

=0.26 m

Dbc = 48% ×Db

=48%×0,26

=0,127 m

∑M =0

Mc + (Fbc×Dbc x cos 30) – (Fb×Db x cos 30)=0

Mc = (149 × 0,26 x 0.87) – (12,964× 0,127 x 0.87)

= 35,136 Nm

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

149

Page 106: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Punggung

∑Fx = 0

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

Fcd = Wcd× g

=58,4% × 46,3 ×10

=270,39 N

∑Fy = 0

2Fc + Fcd -Fd = 0

Fd = 2Fc + Fcd

=(2×136,036 ) + 270,39

= 542,462 N

Dc = 28,8% × tinggi responden

= 28,8% ×1,52

= 0,44 m

Dcd = 46% ×Db

=46%×0,44

=0,2 m

∑M =0

Md = (2Fc × cos 55 × Dc) + (Fcd × cos 55× Dcd)

= (272,072× 0,57 × 0,44) +(270,39 x 0.57 × 0,2)

= 99,06 Nm

6. Posisi 6

Lengan bawah

∑Fx = 0

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

Fa = Wa × g

=(15,33 : 2)× 10

=76.65 N

Fab = Wab× g

=2,3% × 46,3 ×10

=10,65

∑Fy = 0

Fa + Fab – Fb = 0

Fb = Fa + Fab

Fb = 76,65 + 10,65

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

150

Page 107: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

=87,3

Da = 26,5% × 1,52 = 0,4

Dab = 41% × 0,4 = 0,165

∑M =0

(Fa × Da) + (Fab ×Dab) – Mb=0

Mb = (76,65 × 0,4) + (10,65 x 0,165)

= 32,42 Nm

Lengan atas

∑Fx = 0

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

Fbc = Wbc× g

= 2,8% × 46,3 × 10

= 12,964

∑Fy = 0

Fbc+Fc-Fb=0

Fc = Fb - Fbc

= 87,3 – 12,964 = 74,336

Db = 17,4% × tinggi responden

= 17,4% ×1,52 =0.26 m

Dbc = 48% ×Db

=48%×0,26 =0,127 m

∑M =0

Mc + Fbc cos α × Dbc – Fb cos α × Db=0

Mc =(87,3 × 1 × 0,26) - (12,964× 1 × 0,127)

= 24,34 Nm

Punggung

∑Fx = 0

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

Fcd = Wcd× g

=58,4% × 46,3 ×10 =270,39 N

∑Fy = 0

2Fc + Fcd -Fd = 0

Fd = 2Fc + Fcd

=(2× 74,336) + 270,39

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

151

Page 108: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

= 419,062

Dc = 28,8% × tinggi responden

= 28,8% ×1,52

=0.44 m

Dcd = 46% ×Db

=46%×0,44

=0,2 m

∑M =0

Md = (2Fc × cos 30 × Dc) + (Fcd × cos 0 × Dcd)

= (148,672 × 0,87 × 0.44) +(270,39 × 1× 0,2)

= 110,99 Nm

Tabel 4.21 Hasil Perhitungan Panjang Dan Berat Tubuh Praktikan Putra

No

Segmen Tubuh

Prosentase Panjang Segmen (dari tinggi

badan)

Prosentase Berat Segmen (dari berat

badan)

Prosentase Pusat Massa (dari

panjang segmen)Hafidz Gayuh Hafidz Gayuh Hafidz Gayuh

1 Lengan Bawah 0,49   0,466  14,628  14,26  0,2  0,1912 Lengan Atas  0,32  0,306  17,808  17,36  0,155  0,1473 Punggung  0,53  0,507  371,42  362,08  0,245  0,233

Sumber: Pengolahan Data

Tabel 4.22 Hasil Perhitungan Panjang Dan Berat Tubuh Praktikan Putri

No

Segmen Tubuh

Prosentase Panjang Segmen (dari tinggi

badan)

Prosentase Berat Segmen (dari berat

badan)

Prosentase Pusat Massa (dari

panjang segmen)Della Inggrid Della Inggrid Della Inggrid

1Lengan Bawah  0,4  0,427  10,65  13,34  0,165  0,175

2 Lengan Atas  0,26  0,28  12,964  16,24  0,127  0,135

3 Punggung  0,44  0,463  270,39  338,72  0,2  0,214Sumber: Pengolahan Data

Setelah menghitung berat dan panjang segmen tubuh, maka dilakukan

perhitungan gaya dan momen pada masing-masing segmen dan pada masing-

masing posisi. Rekap data gaya dan momen masing-masing posisi dapat dilihat

pada Tabel 4.23 dan Tabel 4.24 berikut :

Tabel 4.23 Rekap Data Gaya dan Momen pada Praktikan PutraNama Operat

or

Posisi 1 Posisi 2 Posisi 3

Fb Mb Fc Mc Fb Mb Fc Mc Fb Mb Fc Mc

Hafidz 134,63

61,28

116,82

21,59

464,46 0,00 446,6

5228,4

1481,1

6 0,00 463,35

225,87

Gayuh 127,26

55,43

109,90

36,46

327,26

148,71

309,90 97,77 387,2

6176,6

9369,9

0116,1

6

Sumber: Pengolahan Data

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

152

Page 109: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Tabel 4.24 Rekap Data Gaya dan Momen pada Praktikan PutraNama

Operator

Posisi 4 Posisi 5 Posisi 6

Fb Mb Fc Mc Fb Mb Fc Mc Fb Mb Fc Mc

Hafidz 164,46

25,79

146,65

55,55

497,98 0,00 139,4

1147,4

4326,2

8155,6

3308,4

7290,0

0

Gayuh 199,26

68,18

181,90 9,13 372,2

6169,7

0354,9

0111,5

6247,2

6 23,06 229,90 23,80

Sumber: Pengolahan Data

Tabel 4.25 Rekap Data Gaya dan Momen pada Praktikan PutriNama Operat

or

Posisi 1 Posisi 2 Posisi 3

Fb Mb Fc Mc Fb Mb Fc Mc Fb Mb Fc Mc

Della69,0

025,0

956,0

419,3

4117,7

00,00

104,38

19,34

155,65

37,82

142,69

38,82

Inggrid83,3

432,2

067,1

021,1

8161,3

465,4

8145,1

043,0

6233,3

496,2

0217,1

063,2

5Sumber: Pengolahan Data

Tabel 4.26 Rekap Data Gaya dan Momen pada Praktikan PutriNama

OperatorPosisi 4 Posisi 5 Posisi 6

Fb Mb Fc Mc Fb Mb Fc Mc Fb Mb Fc Mc

Della 72,30 25,62

85,26

30,95

149,00 0,00 136,0

435,1

4 87,30 32,42

74,34

24,34

Inggrid 103,34

29,78

87,10 9,16 198,3

481,2

6182,1

053,4

3114,8

4 0,00 98,60

18,88

Sumber: Pengolahan Data

Rekap data gaya momen pada segmen punggung praktikan putra adalah sebagai berikut:

Tabel 4.28 Rekap Data Gaya Momen pada Segmen Punggung Praktikan PutraNama

Operator

Posisi 1 Posisi 2 Posisi 3 Posisi 4 Posisi 5 Posisi 6

Fd Md Fd Md Fd Md Fd Md Fd Md Fd Md

Hafidz 605,06

215,53

1264,72

491,13

1298,72

335,92

664,72

0,00

650,24 62,06 988,3

6324,1

3

Gayuh 581,88

195,84

981,88

266,66

1101,88

380,85

725,88

0,00

1071,88

432,66

821,88 0,00

Rata-rata

593,47

205,68

1123,30

378,89

1200,30

358,39

695,30

0,00

861,06

247,36

905,12

162,06

FD/MD 2,89 2,96 3,35 0,00 3,48 5,58

Sumber : Pengolahan Data

Dapat dilihat pada tabel di atas, bahwa nilai Fd terbesar dimiliki oleh posisi 3,

dilanjutkan dengan posisi 2, 6, 5, 4, dan 1. Sedangkan Md terkecil dimiliki oleh

posisi 4 dan Fd/Md terbesar adalah pada posisi 6. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa posisi terbaik berdasarkan penelitian yang kami lakukan adalah pada

posisi 6.

Sedangkan rekap data gaya momen pada segmen punggung praktikan putri adalah sebagai berikut:

Tabel 4.8 Rekap Data Gaya Momen pada Segmen Punggung Praktikan PutriNama

OperatorPosisi 1 Posisi 2 Posisi 3 Posisi 4 Posisi 5 Posisi 6

Fd Md Fd Md Fd Md Fd Md Fd Md Fd Md

Della 382,46

103,44

479,86 90,60 556,1

3156,2

9440,1

954,2

3542,4

6 99,06 419,06

110,99

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

153

Page 110: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Inggrid 472,92

134,47

628,92

135,67

772,92

215,58

512,92 0,00 702,9

2231,7

2535,9

2 0,00

Rata-rata

427,69

118,95

554,39

113,13

664,52

185,93

476,56

27,11

622,69

165,39

477,49 55,50

FD/MD 3,60 4,90 3,57 17,58 3,77 8,60

Dapat dilihat pada tabel di atas, bahwa nilai Fd terbesar dimiliki oleh posisi 3,

dilanjutkan dengan posisi 5, 2, 6, 4, dan 1. Sedangkan Md terkecil dimiliki oleh

posisi 4 dan Fd/Md terbesar adalah pada posisi 5. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa posisi terbaik berdasarkan penelitian yang kami lakukan adalah pada

posisi 6.

4.3Perbaikan Ergonomi

4.3.1 Perbaikan Analisis Postur Kerja

Pada pengolahan dan analisis postur kerja kami dapatkan data bahwa

postur kerja yang dilakukan oleh para pekerja saat ini kurang baik sehingga

dapat mengakibatkan terjadinya resiko cedera lengan dan pinggang. Oleh karena

itu, kami berupaya melakukan beberapa perbaikan untuk memperkecil resiko

cedera yang akan terjadi.

4.3.1.1Perbaikan Analisis Postur Kerja dengan Metode RULA

Dari analisis dengan metode RULA, kita dapat menarik kesimpulan bahwa

postur kerja tersebut memerlukan penyelidikan dan perubahan sesegera

mungkin. Maka, kami merancang postur kerja yang dapat mengatasi masalah-

masalah yang dapat timbul apabila tetap menggunakan posisi sebelumnya

seperti cedera lengan. Berikut merupakan postur kerja yang kami rancang untuk

melakukan perbaikan:

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

154

Page 111: MODUL Biomekanika

100

200

00

100

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Gambar 4.16 Perbaikan Postur Tubuh 1sumber: Pengolahan Data

Dari gambar di atas dilihat bahwa perbaikan yang kami lakukan adalah

dengan menggubah sudut yang terbentuk pada lengan, yaitu dari sudut sebesar

200 menjadi 100. Hal ini dilakukan agar penekukan lengan tidak terlalu lebar

sehingga dapat mencegah terjadinya cedera pada otot lengan. Selain itu, beban

yang sebelumnya adalah satu karung semen dengan berat 50 kilogram, kami

perbaiki dengan cara mengurangi beban yang dibawa menjadi 1/5 karung semen

atau setara dengan 10 kilogram.

Selanjutnya, desain perbaikan postur tubuh yang kami rancang ini harus

dianalisis menggunakan metode RULA seperti analisis yang dilakukan pada

postur kerja sebelumnya. Berikut merupakan hasil pengkodean sudut-sudut pada

postur tubuh dalam lembar pengamatan RULA:

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

155

Page 112: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

156

Page 113: MODUL Biomekanika

MODUL 2 APK DAN BIOMEKANIKA

Gambar 4.17 Lembar Pengamatan RULASumber: Pengolahan Data

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

157

Page 114: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Dari lembar pengamatan tersebut didapatkan nilai sebesar 3, sehingga

postur perbaikan yang dirancang ini masuk dalam kategori 2, yaitu postur kerja

yang menunjukkan bahwa penyelidikan lebih lanjut dibutuhkan dan mungkin saja

perubahan diperlukan. Postur tubuh yang baru ini memiliki level atau kategori

yang lebih baik dari postur sebelumnya. Sehingga diharapkan dengan

penggunaan postur tubuh yang baru ini, pekerja dapat lebih nyaman dan

keselamatan kerja dapat ditingkatkan.

4.3.1.2 Perbaikan Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA

Dari analisis dengan metode REBA, kita dapat menarik kesimpulan bahwa

postur kerja tersebut cukup beresiko menimbulkan cedera dan perlu untuk

diperbaiki sesegera mungkin. Maka, kami merancang postur kerja yang dapat

mengatasi masalah-masalah yang dapat timbul apabila tetap menggunakan

posisi sebelumnya seperti cedera lengan dan pinggul. Berikut merupakan postur

kerja yang kami rancang untuk melakukan perbaikan:

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

158

Page 115: MODUL Biomekanika

100

200

900

00

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Gambar 4.18 Perbaikan Postur Tubuh 2Sumber: Pengolahan Data

Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa perubahan yang kami

lakukan adalah dengan mengubah sudut yang dibentuk oleh pergelangan

tangan dari 1200 arah ke bagian tubuh atas menjadi 900. Rancangan

postur tubuh tersebut kemudian dianalisis lagi seperti analisis yang

dilakukan pada postur tubuh sebelumnya. Berikut merupakan lembar

pengamatan REBA yang telah diisi dengan kode postur tubuh:

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

159

Page 116: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

160

Page 117: MODUL Biomekanika

MODUL 2 APK DAN BIOMEKANIKA

Gambar 4.19 Lembar Pengamatan REBASumber: Pengolahan Data

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

161

Page 118: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Dapat dilihat bahwa nilai postur tubuh yang telah diperbaiki adalah 3. Hal ini

berarti postur tubuh yang baru masuk dalam kategori 2 yaitu postur tubuh

dengan resiko kecil, perubahan mungkin diperlukan. Postur tubuh yang baru ini

memiliki level atau kategori yang lebih baik dari postur sebelumnya. Sehingga

diharapkan dengan penggunaan postur tubuh yang baru ini, pekerja dapat lebih

nyaman dan keselamatan kerja dapat ditingkatkan.

4.3.1.3 Perbaikan Analisis Postur Kerja dengan Metode OWAS

Analisa data menggunakan metode OWAS menunjukkan bahwa postur tubuh

pekerja telah memenuhi kategori 1 atau baik. Sehingga tidak lagi perlu

melakukan perbaikan-perbaikan postur tubuh. Perbedaan kategori yang

dihasilkan oleh ketiga metode tidak menjadi sebuah masalah karena ketiganya

memiliki titik fokus yang berbeda-beda. Pada metode RULA, bagian tubuh atas

merupakan fokus utama yang diteliti, sedangkan pada metode REBA yang

diamati adalah postur tubuh secara keseluruhan, dan pada OWAS penelitian

dititik beratkan pada hubungan antar postur tubuh dengan jumlah beban.

4.3.2 Perbaikan Biomekanika I

Pada biomekanika I, terdapat dua jenis pengolahan data, yaitu pengolahan

RWL dan LI origin dan pengolahan RWL dan LI destination.

4.3.2.1 Perbaikan Biomekanika I RWL dan LI (Origin)

Pengolahan RWL dan LI origin menggunakan data dari kegiatan pekerja saat

mengambil 1/5 karung semen.

Tabel 4.29 Perhitungan RWL OriginVariabel Nilai

Jarak horisontal ( H ) 26 cmJarak Vertical ( V ) 0 cmJarak Perpindahan ( D )

26 cm

Sudut Asimetri ( A ) 00

Frekuensi 4 kali/menitDurasi <1 jamPegangan poor (buruk)

Sumber: pengolahan data

1. Load Constant (LC) = 23 kg

2. Horizontal Multiplier (HM)

HM = 25/H

HM = 25 : 26

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

162

Page 119: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

= 0,96 cm

3. Vertical Multiplier (VM)

VM = 1 – 0,003 [V - 69]

= 1 – 0,003 [0- 69]

= 1 – 0,003 ( 69 ) = 0,793 cm

4. Distance Multiplier (DM)

DM = 0,82 + ( 4,5/D )

= 0,82 + ( 4,5/26 )

= 0,993 cm

5. Asymmetric Multiplier (AM)

AM = 1 – (0,0032 x A)

= 1 – (0,0032 x 0)

= 1

6. Frequency Multiplier (FM)

f = 60/15 = 4

Dari tabel dapat diketahui FM=0,84

7. Coupling Multiplier (CM)

Kriteria Kopling dikatakan poor karena semen tidak mempunyai pegangan

sehingga tangan tidak dapat meraihnya dengan mudah, maka dari tabel dapat

diketahui nilai CM = 1

8. RWL

RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM

= 23 x 0,96 x 0,793 x 0,993x 1 x 0,84 x 1

= 14,6kg

9. Lifting Index

Beban / Load Weight (L) = 10 kg

LI = L/ RWL

= 10 / 14,6

= 0,684

LI = 0,684 LI < 1

Lifting Index pada pengangkatan awal adalah sebesar 0,684; sehingga

termasuk kategori Low Stressful Task yaitu pekerja relatif aman. Pada

Biomekanika I ini, kami memberikan perubahan pada berat beban yang dibawa

oleh pekerja yaitu dari satu karung semen seberat 50kg menjadi 1/5 karung

semen atau seberat 10kg. Hal ini kami lakukan guna menghindari terjadinya

resiko cedera pinggang.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

163

Page 120: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

4.3.2.2 Perbaikan Biomekanika I RWL dan LI Destination

Pengolahan RWL dan LI destination menggunakan data dari kegiatan

pekerja saat meletakkan 1/5 karung semen.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

164

Page 121: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

Tabel 4.30 Variabel Perhitungan RWL DestinationVariabel Nilai

Jarak horisontal ( H ) 35 cmJarak Vertical ( V ) 25 cmJarak Perpindahan ( D )

10 cm

Sudut Asimetri ( A ) 00

Frekuensi 4 kali/menitDurasi <1 jamPegangan poor (buruk)

Sumber: pengolahan data

1. Load Constant (LC) = 23 kg

2. Horizontal Multiplier (HM)

HM = 25/H

HM = 25 : 35

= 0,714 cm

3. Vertical Multiplier (VM)

VM = 1 – 0,003 [V - 69]

= 1 – 0,003 [25- 69]

= 1 – 0,003 (44)

= 0,868 cm

4. Distance Multiplier (DM)

DM = 0,82+ ( 4,5/D )

= 0,82+ ( 4,5/10 )

= 1,27 cm

5. Asymmetric Multiplier (AM)

AM = 1 – (0,0032 x A)

= 1 – (0,0032 x 0)

= 1

6. Frequency Multiplier (FM)

f = 60/15 = 4

Dari tabel dapat diketahui FM = 0,84

7. Coupling Multiplier (CM)

Kriteria Kopling dikatakan poor karena semen tidak mempunyai pegangan

sehingga tangan tidak dapat meraihnya dengan mudah, maka dari tabel dapat

diketahui nilai CM = 1

8. RWL

RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM

= 23 x 0,714 x 0,868 x 1,27 x 1 x 0,84 x 1

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

165

Page 122: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

= 15,20kg

9. Lifting Index

Beban / Load Weight (L) = 10 kg

LI = L/ RWL

= 10 / 15,20

= 0,657

LI = 0,657 LI < 1

Lifting Index pada pengangkatan awal adalah sebesar 0,657; sehingga

termasuk kategori Low Stressful Task yaitu pekerja relatif aman. Pada

Biomekanika I ini, kami memberikan perubahan pada berat beban yang dibawa

oleh pekerja yaitu dari satu karung semen seberat 50kg menjadi 1/5 karung

semen atau seberat 10kg. Hal ini kami lakukan guna menghindari terjadinya

resiko cedera pinggang.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

166

Page 123: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

167

Page 124: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

BAB V PENUTUP

5.1Kesimpulan

Kesimpulan pada praktikum analisis postur kerja dan biomekanika ini antara

lain:

1. Untuk mengetahui postur kerja yang baik dapat dianalisis dengan

menggunakan metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA), Rapid Entire

Body Assessment (REBA) dan Ovako Work Posture Analysis System (OWAS).

2. Untuk menganalisis ukuran beban yang diangkat dapat digunakan metode

Recommended Weight Limit (RWL).

3. Berdasarkan data analisis postur kerja dapat disimpulkan bahwa perlu

diadakan perbaikan postur kerja karena diperoleh final score pada RULA dan

REBA yang dapat mengakibatkan cedera otot lengan dan pinggang.

Sedangkan pada OWAS tidak perlu dilakukan perbaikan karena final score

sudah menunjukkan postur tubuh yang baik dan tidak menimbulkan resiko

cedera bagi pekerja.

4. Berdasarkan analisis biomekanika I dapat disimpulkan bahwa pada posisi

origin dan destination perlu perbaikan, karena diperoleh nilai LI yang lebih

dari 3 yaitu 3,42 dan 3,28 sehingga dapat menimbulkan cidera.

5. Berdasarkan analisis Biomekanika II : Hand Grip Strength dapat disimpulkan

bahwa pada posisi kedua yaitu sikap duduk dengan tangan terulur ke depan

lebih memiliki kekuatan yang lebih besar daripada posisi pertama, kedua,

dan ketiga terutama pada diameter 2.

6. Pada analisis Biomekanika II : Pull Back Strength dapat disimpulkan bahwa

pada saat posisi berdiri tegak adalah pada saat seseorang menghasilkan

kekuatan terbesar.

7. Berdasarkan kedua metode pengukuran Biomekanika II dapat disimpulkan

bahwa jenis kelamin dan tinggi maupun berat badan mempengaruhi

kekuatan tarik dan genggam.

8. Berdasarkan perbaikan ergonomi yang dilakukan pada perbaikan postur kerja

dengan RULA maka diperoleh final score yang menunjukkan kategori 2, yaitu

postur kerja yang menunjukkan bahwa penyelidikan lebih lanjut dibutuhkan

dan mungkin saja perubahan diperlukan. Sedangkan pada perbaikan postur

kerja dengan REBA maka diperoleh final score yang menunjukkan kategori 2

yaitu postur tubuh dengan resiko kecil, perubahan mungkin diperlukan. Nilai

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

168

Page 125: MODUL Biomekanika

MODUL 2APK DAN

BIOMEKANIKA

ini lebih baik dibandingkan dengan analisis sebelumnya, sehingga dapat

meminimalkan tingkat terjadinya cedera.

9. Berdasarkan perbaikan ergonomi yang dilakukan pada analisis biomekanika I

dapat disimpulkan bahwa pada posisi origin dan destination sudah

menunjukkan kondisi yang baik, karena diperoleh nilai LI yang kurang dari 1

yaitu 0,68 dan 0,65 sehingga termasuk kategori Low Stressful Task yaitu

pekerja relatif aman. Kami melakukan perbaikan dengan memberikan

perubahan pada berat beban yang dibawa oleh pekerja yaitu dari satu karung

semen seberat 50kg menjadi 1/5 karung semen atau seberat 10kg.

5.2Saran

Saran pada praktikum analisis postur kerja dan biomekanika ini antara lain:

1. Dalam penggunaan Digital Hand Grip Dynamometer dan Digital Pull Back

Dynamometer sebaiknya sudah mempelajari cara menggunakannya.

2. Pada analisis RULA, REBA, dan OWAS sebaiknya membaca worksheet terlebih

dulu sehingga dapat mengetahui dan mengambil gambar pada posisi yang

tepat dan dapat menganalisis dengan mudah.

3. Sebelum pengambilan data dengan video, sebaiknya praktikan lebih

memahami lagi analisis RULA, REBA dan OWAS serta Biomekanika I sehingga

tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan video.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

169