Page 1
PERCOBAAN I
MODULASI AMPLITUDO
1.1 Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini antara lain sebagai berikut :
1. Dapat mengukur sinyal carrier dan sinyal modulasi menggunakan osiloskop
dan menganalisis karakteristik sinyal yang diperoleh.
2. Dapat mengukur modulation depth (m )yang berbeda-beda pada sinyal AM.
Akan ditentukan efek dari nilai dari m yang berbeda (> 1, <1).
3. Mengetahui sinyal modulasi direkonstruksi dari sinyal modulasi amplitudo.
1.2 Peralatan
1. Personal Computer
2. UniTrain Board
3. Modul SO4201-7L (Colpitts/Hartley Oscillator)
4. Modul SO4201-7U (AM Modulator/Demodulator)
5. Power Supplay
6. Jumper
7. Kabel
1.3 Dasar Teori
Modulasi merupakan proses mengubah-ubah parameter suatu sinyal (sinyal
pembawa atau carrier) dengan menggunakan sinyal yang lain (yaitu sinyal
pemodulasi yang berupa sinyal informasi). Sinyal informasi dapat berbentuk sinyal
audio, sinyal video, atau sinyal yang lain.
Berdasarkan parameter sinyal yang diubah-ubah, modulasi dapat dibedakan
menjadi beberapa jenis:
Page 2
1. Modulasi amplitudo (AM, Amplitudo Modulation)
Pada modulasi amplitudo, sinyal pemodulasi atau sinyal informasi
mengubah-ubah amplitudo sinyal pembawa. Besarnya amplitudo sinyal
pembawa akan berbanding lurus dengan amplitudo sinyal pemodulasi.
2. Modulasi frekuensi (FM, Frequency Modulation)
Pada modulasi frekuensi, sinyal pemodulasi atau sinyal informasi
mengubah-ubah frekuensi sinyal pembawa. Besarnya frekuensi sinyal
pembawa akan berbanding lurus dengan amplitudo sinyal pemodulasi.
3. Modulasi Fasa (PM, Phase Modulation)
Pada modulasi fasa, sinyal pemodulasi atau sinyal informasi mengubah-ubah
fasa sinyal pembawa. Besarnya fasa sinyal pembawa akan berbanding lurus
dengan amplitudo sinyal pemodulasi.
Pada modul mata kuliah ini hanya akan dibahas tentang modulasi amplitudo
dan modulasi frekuensi, dan pada bab ini akan dibahas jenis modulasi yang
pertama.
1.3.1 Modulasi Amplitudo
Pada modulasi amplitudo, sinyal pemodulasi atau sinyal informasi
mengubah-ubah amplitudo sinyal pembawa. Besarnya amplitudo sinyal pembawa
akan berbanding lurus dengan amplitudo sinyal pemodulasi. Frekuensi sinyal
pembawa biasanya jauh lebih tinggi daripada frekuensi sinyal pemodulasi. Frekuensi
sinyal pemodulasi biasanya merupakan sinyal pada rentang frekuensi audio (AF,
Audio Frequency) yaitu antara 20 Hz sampai denan 20 Kh,. sedangkan frekuensi
sinyal pembawa biasanya berupa sinyal radio (RF, Radio Frequency) pada rentang
frekuensi tengah (MF, Mid-Frequency) yaitu antara 300 kHz sampai dengan 3 Mhz.
Untuk mempermudah pembahasan, hanya akan didiskusikan modulasi dengan sinyal
sinus.
Page 3
1.3.2 Prinsip Operasi Modulasi Amplitudo
Modulasi amplitudo terjadi dimana amplitudo sinya carrier berfrekuensi
tinggi ditumpangkan oleh sinyal berfrekuensi rendah yang bertindak sebagai curve
envelope untuk sinyal carrier yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1.1 sinyal carrier
Modulasi amplitudo menggunakan dua frekuensi diskrit untuk menghasilkan
spektrum frekuensi dengan frekuensi sisi atas dan bawah masing-masing terletak di
atas dan di bawah frekuensi pembawa pada interval yang sesuai dengan frekuensi
modulasi.
1.3.3 Indeks Modulasi AM
Derajat modulasi merupakan parameter penting dan juga sering disebut
indeks modulasi AM, dinotasikan dengan m. Parameter ini merupakan perbandingan
antara amplitudo puncak sinyal pemodulasi (Vm) dengan amplitudo puncak sinyal
pembawa (Vc). Besarnya indeks modulasi mempunyai rentang antara 0 dan 1. Indeks
modulasi sebesar nol, berarti tidak ada pemodulasian, sedangkan indeks modulasi
sebesar satu merupakan pemodulasian maksimal yang dimungkinkan.
Page 4
1.3.4 Perhitungan Indeks Modulasi
Gambar 1.2 Sinyal termodulasi
Dari gambar sinyal termodulasi di atas,
.................................. (1.5)
................................... (1.6)
dengan persamaan 1.5 dan 1.6 di atas, maka persamaan 1.3 dapat dijabarkan menjadi,
.............................. (1.7)
persamaan 7 digunakan untuk menghitung indeks modulasi jika yang dketahui adalah
amplitudo maksimum dan amplitudo minimum sinyal termodulasi/sinyal hasil
modulasi AM.
Page 5
1.3.5 Modulation Depth
Salah satu parameter karakteristik yang paling penting dari modulasi
amplitudo adalah kedalaman modulasi "m", ditetapkan sebagai nilai absolut atau %.
Kedalaman modulasi adalah perbandingan antara amplitudo sinyal transmisi dan
sinyal pembawa. Karena selama modulasi amplitudo standar, amplitudo sinyal
pembawa adalah lebih tinggi dari sinyal yang diinginkan, kedalaman modulasi lebih
kecil dari "1" atau 100%.
Gambar 1.3 Sinyal Modulation Depth
Seperti digambarkan di atas, kedalaman modulasi juga dapat ditentukan dari
rasio amplitudo minimum dan maksimum sinyal AM. Hal ini memungkinkan
kedalaman modulasi harus dihitung dengan sangat mudah dengan bantuan dari
trapesium modulasi (lihat percobaan berikutnya). Jika selektif memudar (misalnya
selama transmisi radio) atau tidak diatur dengan benar pembawa amplitudo sangat
melemahkan frekuensi pembawa, kedalaman modulasi mungkin melebihi m = 1 atau
100%. Hal ini menyebabkan distorsi non-linear dalam sinyal didemodulasi.
Page 7
1.4 Langkah percobaan
1.4.1 Perakitan Modul
1. Hidupkan PC yang sudah di sediakan
2. Hubungkan UniTrain Board dan port USB pada CPU PC menggunakan
kabel data
3. Sambungkan Power Supply pada UniTrain Board
4. Hidupkan Unitrain Board
1.4.2 Eksperimen Prinsip dari Modulasi Amplitudo
1. Pasang modul SO4201-7L (Colpitts/Hartley Oscillator) dan modul SO4201-
7U (AM Modulator/Demodulator) pada UniTrain Board
2. Pasang jumper pada HFin Colpitts Setting dan pada Oscillator x Setting.
3. Hubungkan ground Analog OUT dengan A- Analog IN dan ground dari
Hartley Oscillator.
4. Hubungkan ground Hartley Oscillator dan ground AM Modulator.
5. Hubungkan A+ pada Analog IN dengan HFout pada Hartley Oscillator dan
Oscil pada AM Modulator
Gambar 1.4 langkah 1
6. Atur frekuensi sinyal carrier menjadi 455kHz dan voltage 100mV dengan
potensiometer. Tampilkan sinyal carrier pada osiloskop dengan parameter
sebagai berikut
Page 8
Tabel 1.1 pengaturan pada osiloscope
7. Ubah dan tampilkan frekuensi sinyal carrier menjadi 600 kHz, 100mV serta
455 kHz, 200mV. Bandingkan ketiga karakteristik sinyal carrier tersebut.
8. Hubungkan A+ pada Analog IN dan AMout pada AM modulator untuk
menampilkan sinyal modulasi.
Gambar 1.5 langkah 2
9. Tampilkan sinyal modulasi pada osiloskop dengan parameter berikut
Tabel 1.2 tampilan pada oscilloscope
10. Bandingkan karakteristik antara sinyal carrier dan sinyal modulasi. k.
Hilangkan input-an sinyal carrier berfrekuensi tinggi “Oscil” dan pasang
sinyal sinusoidal berfrekuensi rendah “NF IN” pada AM Modulator.
Page 9
Gambar 1.6 langkah 3
11. Gunakan function generator (Instruments | Voltage Sources | Function
Generator). Setting function generator sesuai gambar dibawah dan
kemudian hidupkan dengan meng-klik tombol “POWER”.
Gambar 1.7 function generator
12. Tampilkan sinyal “AMout” melalui osiloskop dengan parameter berikut
X = 10 µs/DIV X/T (A)
Channel A = 50 mV/ DIV AC
Channel B = OFF
13. Tampilkan sinyal output dari modulator pada channel A dan sinyal
termodulasi pada channel B, dengan parameter berikut
X = 10μs/DIV X/T (A)
Channel A = 1 V/ DIV AC
Channel B = 1 V/DIV DC
Trigger = A
Page 10
Gambar 1.8 Langkah 4
1.4.3 Modulation Depth
1. Pasang modul SO4201-7L (Colpitts/Hartley Oscillator) dan modul
SO4201-7U (AM Modulator/Demodulator) pada UniTrain Board
2. Pasang jumper pada HFin Colpitts Setting dan pada Oscillator x Setting
3. Hubungkan B- dengan A- pada Analog IN dengan ground pada Analog
OUT
4. Hubungkan ground Hartley Oscillator dan ground AM Modulator.
5. Hubungkan S pada Analog OUT dengan B+ pada Analog IN dan NF IN 6.
Hubungkan A+ pada Analog IN dengan Oscil pada AMout
7. Hubungankan HFout pada Hartley Oscillator dengan Oscil pada AM
Modulator
Gambar 1.9 Langkah 5
Page 11
8. Gunakan function generator (Instruments | Voltage Sources | Function
Generator). Setting function generator seperti gambar dibawah dan
kemudian hidupkan dengan mengklik tombol “POWER”.
Gambar 1.10 Function Generator Amplitudo 20%
9. Tampilkan sinyal pada osiloskop dengan parameter berikut
Tabel 1.3 Sinyal Pada Oscilloscope
10. Atur amplitudo sinyal berfrekuensi rendah menjadi 10% dan 50%.
Bandingkan output sinyal yang ditampilkan pada osiloskop.
11. Hubungkan A+ pada Analog IN dengan LF dan B+ Analog IN dengan
AMout pada AM Modulator
Gambar 1.11 Langkah 6
Page 12
12. Tampilkan sinyal pada osiloskop dengan parameter berikut
Tabel 1.4 Tampilan Oscilloscope
13. Atur modulation depth sebesar 80% dan 100% serta tampilkan pada
osiloskop dengan parameter berikut.
X = 10μs/DIV X/T (A)
Channel A = 200 mV/ DIV DC
Channel B = 500 mV/DIV AC
1.4.4 Demodulation
1. Pasang modul SO4201-7L (Colpitts/Hartley Oscillator) dan modul
SO4201-7U (AM Modulator/Demodulator) pada UniTrain Board
2. Pasang jumper pada HFin Colpitts Setting dan pada Oscillator x Setting
3. Hubungkan A- pada Analog IN dan ground pada Analog OUT
4. Hubungkan ground Hartley Oscillator dan ground AM Modulator.
5. Hubungkan A+ dengan LFdemod dan AMin dengan AMout
6. Hubungankan HFout pada Hartley Oscillator dengan Oscil pada AM
Modulator
7. Hubungkan S pada Analog OUT dengan NF IN pada AM Modulator
Gambar 1.12 Langkah 7
Page 13
8. Gunakan function generator (Instruments | Voltage Sources | Function
Generator). Setting function generator seperti gambar dibawah dan
kemudian hidupkan dengan mengklik tombol “POWER”
Gambar 1.13 Tampilan Function Generator
9. Ukur sinyal pada AM detektor "LFdemod" output dan analisis hasilnya.
Tampilkan sinyal tersebut pada osiloskop dengan parameter.
Tabel 1.5 Tampilan Oscilloscope
Page 14
1.5 Gambar dan Data Hasil Percobaan
1.5.1 Percobaan Prinsip Dari Modulasi Amplitudo
Parameter
Time base : 2 μs/DIV
Channel A : 100 mV/DIV AC
Channel B : OFF
Trigger : A
Gambar 1.14 Sinyal Carrier dengan Frekuensi 455 kHz dan Voltage 100 mV
Parameter
Time base : 2 μs/DIV
Channel A : 100 mV/DIV AC
Channel B : OFF
Trigger : A
Gambar 1.15 Sinyal Carrier dengan Frekuensi 600 kHz dan Voltage 100 mV
Page 15
Parameter
Time base : 2 μs/DIV
Channel A : 500 mV/DIV AC
Channel B : OFF
Trigger : A
Gambar 1.16 Sinyal Carrier dengan Frekuensi 455 KHz dan Voltage 200 mV
P Parameter
Time base : 1 μs/DIV
Channel A : 100 mV/DIV AC
Channel B : OFF
Trigger : A
Gambar 1.17 Sinyal Modulasi Frekuensi 455 kHz dan Voltage 100 mV
Page 16
Parameter
Time base : 50 μs/DIV
Channel A : 1 V/DIV AC
Channel B : OFF
Trigger : A
Gambar 1.18 Sinyal Termodulasi dengan Persentase Amplitudo 20%
Parameter
Time base : 50 μs/DIV
Channel A : 1 V/DIV AC
Channel B : 1 V/DIV AC
Trigger : A
Gambar 1.19 Sinyal Termodulasi (Biru) dan Sinyal Informasi (Merah) dengan
Persentase Amplitudo 20%
Page 17
1.5.2 Percobaan Modulation Depth
Parameter
Time base : 50 μs/DIV
Channel A : 100 mV/DIV AC
Channel B : 500 mV/DIV AC
Trigger : B
Gambar 1.20 Sinyal Termodulasi (Merah) dan Sinyal Informasi (Biru) Dengan Persentase
Amplitudo 20% Display X-T
Parameter
Time base : 50 μs/DIV
Channel A : 500 mV/DIV AC
Channel B : 500 mV/DIV AC
Trigger : B
Gambar 1.21 Sinyal Termodulasi (Merah) dan Sinyal Informasi (Biru) Dengan Persentase
Amplitudo 10% Display X-T
Page 18
Parameter
Time base : 50 μs/DIV
Channel A : 500 mV/DIV AC
Channel B : 500 mV/DIV AC
Trigger : B
Gambar 1. 22 Sinyal Termodulasi (Merah) danSinyal Informasi (Biru) Dengan Persentase
Amplitudo 50% Display X-T
Parameter
Time base : 10 μs/DIV
Channel A : 500 mV/DIV AC
Channel B : 500 mV/DIV AC
Trigger : B
Gambar 1.23 Sinyal Termodulasi Dengan Persentase Amplitudo 20% Setelah Rangkaian
Diubah Display X-Y
Page 19
Parameter
Time base : 10 μs/DIV
Channel A : 500 mV/DIV AC
Channel B : 500 mV/DIV AC
Trigger : B
Gambar 1.24 Sinyal Termodulasi Dengan Persentase Amplitudo 80% Setelah Rangkaian
Diubah Display X-Y
Parameter
Time base : 10 μs/DIV
Channel A : 500 mV/DIV AC
Channel B : 500 mV/DIV AC
Trigger : B
Gambar 1.25 Sinyal Termodulasi Dengan Persentase Amplitudo 100% Setelah Rangkaian
Diubah Display X-Y
Page 20
1.5.3 Percobaan Demodulasi Amplitudo
Parameter
Time base : 50 μs/DIV
Channel A : 500 mV/DIV AC
Channel B : OFF
Trigger : A
Gambar 1.26 Gelombang Sinyal Demodulasi Yang Dengan Persentase Amplitudo 20%
Page 21
1.6 Analisis Hasil Percobaan
1.6.1 Prinsip Modulasi Amplitudo
1.6.1.1 Analisis Perbandingan Karakterikstik Sinyal Carrier
Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh perbedaan karakteristik pada
sinyal carrier dengan frekuensi 455 KHz dan 600 KHz serta voltage 100 mV dan
200 mV yang dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar 1.27 Sinyal Carrier dengan Frekuensi 455 KHz dan Voltage 100 mV
Gambar 1.28 Sinyal Carrier dengan Frekuensi 600 KHz dan Voltage 100 Mv
Gambar 1.29 Sinyal Carrier dengan Frekuensi 455 KHz dan Voltage 200 mV
Page 22
Perbedaan karakteristik bentuk sinyal carrier ini dipengaruhi oleh
perubahan pengaturan tuning pada potensiometer. Pengaturan frekuensi dan
amplitudo dengan cara memutar tuning ini akan memberikan perbedaan
karakteristik sinyal. Pada frekuensi, jika tuning frekuensi diputar ke kanan maka
gelombang sinyal carrier akan lebih rapat dan jika diputar ke kiri maka
gelombang sinyal carrier lebih renggang. Hal ini juga berlaku pada pengaturan
amplitudo. Jika tuning amplitudo diputar ke kanan maka amplitudo sinyal carrier
menjadi lebih besar, sebaliknya jika tuning amplitudo diputar ke kiri maka
amplitudo sinyal carrier menjadi lebih kecil.
Pada gambar 1.27 frekuensi sinyal carrier adalah 455 KHz, sedangkan
pada gambar 1.28 frekuensi sinyal carrier adalah 600 KHz, pengaturan pada
potensiometer dilakukan dengan cara memutar tuning frekuensi ke kanan untuk
menaikkan frekuensi sehingga menyebabkan tampilan frekuensi sinyal carrier
pada gambar 1.27 lebih rapat dibandingkan gambar 1.28. Namun pada gambar
1.29, sinyal carrier memiliki frekuensi sebesar 455 KHz, sehingga untuk
mengatur frekuensi yang bernilai 600 KHz menjadi 455 KHz adalah dengan
cara memutar tuning ke kiri untuk menurunkan frekuensi sehingga
menyebabkan tampilan frekuensi sinyal carrier pada gambar 1.39 lebih renggang
dibandingkan dengan gambar 1.28.
Pengaturan amplitudo yang berbeda pada potensiometer juga
mempengaruhi perbedaan amplitudo sinyal carrier. Pada gambar 1.27, 1.28, dan
1.29, sinyal carrier memiliki amplitudo secara berturut-turut yaitu 100 mV, 100
mV, dan 200 mV. Dengan memutar tuning amplitudo ke kanan untuk
menaikkan amplitudo maka tampilan amplitudo sinyal carrier menjadi lebih
besar. Namun untuk menurunkan amplitudo, tuning diputar ke kiri sehingga
menyebabkan tampilan amplitudo menjadi lebih kecil.
Page 23
1.6.1.2 Analisis Karakteristik Sinyal Carrier dan Sinyal Modulasi
Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh karakteristik pada sinyal
carrier dengan frekuensi 455 KHz dan voltage 100 mV serta sinyal modulasi
dengan frekuensi 455 KHz dan voltage 100 mV yang dapat dilihat pada gambar
berikut
Gambar 1.30 Sinyal Carrier Dengan Frekuensi 455 kHz dan Voltage 100 mV
Gambar 1.31 Sinyal Modulasi Dengan Frekuensi 455 kHz dan Voltage 100 mV
Dapat dilihat pada gambar 1.30 dan 1.31, tampilan sinyal carrier dan
sinyal modulasi tidak mengalami perbedaan. Karena pada gambar 1.31, sinyal
modulasi yang ditampilkan belum disisipi oleh sinyal informasi.
Page 24
1.6.1.3 Analisis Sinyal Termodulasi
Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh tampilan sinyal termodulasi
dengan indeks modulasi 20% yang dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar 1.32 Sinyal Termodulasi Dengan Persentase Amplitudo 20%
Gambar 1.33 Sinyal Termodulasi (Biru) dan Sinyal Informasi (Merah) dengan
Persentase Amplitudo 20%
Sinyal termodulasi adalah sinyal hasil proses modulasi dengan cara
mengubah-ubah amplitudo sinyal carrier sesuai dengan perubahan amplitudo
sinyal informasi. Sinyal termodulasi mengandung sinyal informasi dan sinyal
carrier.
Pada gambar 1.32 ditampilkan sinyal termodulasi dengan indeks
modulasi 20%. Sinyal termodulasi merupakan sinyal hasil modulasi yang
mengandung sinyal carrier dan amplitudo sinyal carriernya sudah menyesuaikan
dengan amplitudo sinyal informasi yang dimodulasi. Pada gambar 1.32 sinyal
informasi tidak ditampilkan, sehingga yang dapat dilihat pada gambar adalah
pengaruh indeks sinyal termodulasi berarti perbandingan antara amplitudo
sinyal modulasi dan sinyal carrier adalah 20%.
Berdasarkan data hasil percobaan yang diperoleh, gambar 1.33
menampilkan sinyal termodulasi dengan indeks modulasi 20% yang ditunjukkan
Page 25
oleh sinyal berwarna biru dan sinyal informasi yang ditunjukkan oleh sinyal
berwarna merah.
1.6.2 Modulation Depth
1.6.2.1 Modulation Depth Display X-T
Pada percobaan ini indeks modulasi yang digunakan adalah 20%, 10%,
dan 50%w. Indeks modulasi ini akan berpengaruh pada tampilan sinyal
termodulasi display X-T. Berikut adalah gambar hasil percobaan mengenai
modulation depthdisplay X-T.
Gambar 1.34 Sinyal Termodulasi (Merah) dan Sinyal Informasi (Biru) Dengan Persentase
Amplitudo 20% Display X-T
Gambar 1.35 Sinyal Termodulasi (Merah) dan Sinyal Informasi (Biru) Dengan Persentase
Amplitudo 10% Display X-T
Gambar 1. 36 Sinyal Termodulasi (Merah) danSinyal Informasi (Biru) dengan Persentase
Amplitudo 50% Display X-T
Page 26
Perbedaan besar amplitudo dipengaruhi oleh nilai indeks modulasinya.
Semakin besar nilai indeks modulasi maka amplitudo minimum dari sinyal
termodulasi menjadi semakin besar dan amplitudo maksimum dari sinyal
termodulasi menjadi semakin kecil.
Adanya perbedaan ini dipengaruhi oleh modulation depth atau
indeks modulasi. Indeks modulasi dapat mempengaruhi bentuk sinyal
termodulasi. Dengan indeks modulasi 10% tampilan sinyal pada gambar
1.35 memiliki amplitudo yang lebih kecil dan mendekati rata. Sinyal pada
gambar 1.34 memiliki amplitudo yang lebih besar dibandingkan dengan gambar
1.35 karena terpengaruh indeks modulasi yang lebih besar yaitu 20%. Pada
gambar 1.36, tampilan sinyal memiliki amplitudo yang paling besar karena
terpengaruh oleh indeks modulasi 50%. Maka semakin besar nilai indeks
modulasi, amplitudo minimum sinyal termodulasi semakin kecil dan amplitudo
maksimum sinyal termodulasi semakin besar.
1.6.2.2 Modulation Depth Display X-YBerdasarkan hasil percobaan, diperoleh pengaruh indeks modulasi
20%, 80%, dan 100% terhadap tampilan sinyal termodulasi display X-Y yang
dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 1.37 Sinyal Termodulasi Dengan Persentase Amplitudo 20%
Setelah Rangkaian Diubah Display X-Y
Page 27
Gambar 1.38 Sinyal Termodulasi Dengan Persentase Amplitudo 80%
Setelah Rangkaian Diubah Display X-Y
Gambar 1.39 Sinyal Termodulasi Dengan Persentase Amplitudo 100%
Setelah Rangkaian Diubah Display X-Y
Indeks modulasi akan berpengaruh pada tampilan sinyal termodulasi
display X-Y. Semakin besar nilai indeks modulasi maka bentuk sinyal semakin
renggang dan tampilan gelombang semakin panjang.
Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh terlihat bahwa terdapat
perbedaan tampilan karakteristik sinyal pada ketiga gambar diatas. Pada gambar
1.34 indeks modulasinya 20% dan gambar 1.38 indeks modulasinya 80%. Setelah
indeks modulasi 20% dinaikkan menjadi 80% maka bentuk gelombangnya
menjadi lebih renggang, frekuensinya berkurang dan panjang gelombangnya
bertambah. Pada gambar 1.39 indeks modulasi yang digunakan adalah 100%.
Setelah indeks modulasi 80% dinaikkan menjadi 100% maka bentuk
gelombangnya menjadi lebih renggang, frekuensinya berkurang dan panjang
gelombangnya bertambah. Sehingga gambar 1.39 dengan indeks modulasi 100%
Page 28
merupakan tampilan sinyal termodulasi dengan bentuk sinyal paling renggang,
frekuensi terkecil dan panjang gelombang terpanjang.
1.6.3 Demodulasi
Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh tampilan sinyal demodulasi
dengan indeks modulasi 20% yang dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar 1.40 Gelombang Sinyal Demodulasi Yang Masih Terpengaruh Oleh Sinyal
Carrier Dengan Persentase Amplitudo 20%
Demodulasi adalah proses yang bertujuan untuk mendapatkan sinyal asli
dengan cara memisahkan sinyal carrier dari sinyal informasi.Pada gambar 1.40
sinyal yang ditampilkan merupakan sinyal demodulasi amplitudo yang masih
terpengaruh oleh adanya efek dari sinyal carrier. Namun proses demodulasi pada
gambar 1.40 belum sempurna dikarenakan masih terpengaruh oleh sinyal carrier
dan noise. Sehingga pada tampilan gambar 1.40 gelombang sinyal tampak tidak
rata.
Page 29
1.7 Simpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, terdapat beberapa kesimpulan
yaitu sebagai berikut :
1. Modulasi amplitudo adalah jenis modulasi dengan mengubah amplitudo
sinyal carrier sedangkan frekuensi dan fasenya tetap.
2. Parameter yang menentukan informasi yang dibawa oleh gelombang
yaitu amplitudo, frekuensi dan fasa.
3. Pengaturan frekuensi dan amplitudo dengan cara memutar tuning akan
memberikan perbedaan karakteristik pada sinyal. Pada frekuensi, jika
tuning frekuensi diputar ke kanan maka gelombang sinyal carrier akan
lebih rapat dan jika diputar ke kiri maka gelombang sinyal carrier lebih
renggang. Hal ini juga berlaku pada pengaturan amplitudo. Jika tuning
amplitudo diputar ke kanan maka amplitudo sinyal carrier menjadi lebih
besar, sebaliknya jika tuning amplitudo diputar ke kiri maka amplitudo
sinyal carrier menjadi lebih kecil.
4. Sinyal termodulasi adalah sinyal hasil proses modulasi dengan cara
mengubah-ubah amplitudo sinyal carrier sesuai dengan perubahan
amplitudo sinyal informasi. Sinyal termodulasi mengandung sinyal
informasi dan sinyal carrier. Pada data percobaan, sinyal carrierbelum
tercampur dengan sinyal informasi, sehingga tampilan sinyal carrierdan
sinyal modulasi tidak memiliki perbedaan.
5. Pada display X-T, semakin besar nilai indeks modulasi maka amplitudo
minimum dari sinyal termodulasi akan semakin besar dan amplitudo
maksimum dari sinyal termodulasiakan semakin kecil. Sebaliknya jika
semakin kecil nilai indeks modulasi, maka amplitudo minimum dari
sinyal termodulasi akan semakin kecil dan amplitudo maksimum dari
sinyal termodulasi akan semakin besar.
6. Pada display X-Y, semakin besar nilai indeks modulasi maka frekuensi
semakin menurun, bentuk sinyal semakin renggang dan panjang
gelombang semakin panjang.
Page 30
7. Demodulasi adalah proses yang bertujuan untuk mendapatkan sinyal asli
dengan cara memisahkan sinyal carrier dari sinyal informasi. Pada
percobaan ini sinyal demodulasi tidak dapat sepenuhnya sama dengan
sinyal informasi awal karena masih ada pengaruh dari noise.
Page 31
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Sinyal AM Vs. Sinyal FM.
http://ngs-electrical.blogspot.com/2013/04/sinyal-am-vs-sinyal fm.html.
Diakses pada tanggal 24 Mei 2015
Anonim. 2015 Modulasi Amplitudo.
http://elektronika-dasar.web.id/teori-elektronika/modulasi-amplitudo-
amplitudo-modulation-am/. Diakses pada tanggal 26 Mei 2015
Asroful.2011 Modulasi Amplitudo.
https://asroful.wordpress.com/2011/12/08/modulasi-amplitudo/. Diakses
pada tanggal 26 Mei 2015
Anonim. 2007 Gelombang FM dan AM.
https://micr0byt3.wordpress.com/2007/08/28/gelombang-fm-dan-am/.
Diakses pada tanggal 26 Mei 2015