Top Banner
PERCOBAAN I MODULASI AMPLITUDO 1.1 Tujuan Adapun tujuan dari percobaan ini antara lain sebagai berikut : 1. Dapat mengukur sinyal carrier dan sinyal modulasi menggunakan osiloskop dan menganalisis karakteristik sinyal yang diperoleh. 2. Dapat mengukur modulation depth (m )yang berbeda-beda pada sinyal AM. Akan ditentukan efek dari nilai dari m yang berbeda (> 1, <1). 3. Mengetahui sinyal modulasi direkonstruksi dari sinyal modulasi amplitudo. 1.2 Peralatan 1. Personal Computer 2. UniTrain Board 3. Modul SO4201-7L (Colpitts/Hartley Oscillator) 4. Modul SO4201-7U (AM Modulator/Demodulator) 5. Power Supplay 6. Jumper 7. Kabel
44

modul 1 resmi TERBARU FIX 9 JUNI 2015.docx

Dec 10, 2015

Download

Documents

ECho &#39;Ne
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: modul 1 resmi TERBARU FIX 9 JUNI 2015.docx

PERCOBAAN I

MODULASI AMPLITUDO

1.1 Tujuan

Adapun tujuan dari percobaan ini antara lain sebagai berikut :

1. Dapat mengukur sinyal carrier dan sinyal modulasi menggunakan osiloskop

dan menganalisis karakteristik sinyal yang diperoleh.

2. Dapat mengukur modulation depth (m )yang berbeda-beda pada sinyal AM.

Akan ditentukan efek dari nilai dari m yang berbeda (> 1, <1).

3. Mengetahui sinyal modulasi direkonstruksi dari sinyal modulasi amplitudo.

1.2 Peralatan

1. Personal Computer

2. UniTrain Board

3. Modul SO4201-7L (Colpitts/Hartley Oscillator)

4. Modul SO4201-7U (AM Modulator/Demodulator)

5. Power Supplay

6. Jumper

7. Kabel

1.3 Dasar Teori

Modulasi merupakan proses mengubah-ubah parameter suatu sinyal (sinyal

pembawa atau carrier) dengan menggunakan sinyal yang lain (yaitu sinyal

pemodulasi yang berupa sinyal informasi). Sinyal informasi dapat berbentuk sinyal

audio, sinyal video, atau sinyal yang lain.

Berdasarkan parameter sinyal yang diubah-ubah, modulasi dapat dibedakan

menjadi beberapa jenis:

Page 2: modul 1 resmi TERBARU FIX 9 JUNI 2015.docx

1. Modulasi amplitudo (AM, Amplitudo Modulation)

Pada modulasi amplitudo, sinyal pemodulasi atau sinyal informasi

mengubah-ubah amplitudo sinyal pembawa. Besarnya amplitudo sinyal

pembawa akan berbanding lurus dengan amplitudo sinyal pemodulasi.

2. Modulasi frekuensi (FM, Frequency Modulation)

Pada modulasi frekuensi, sinyal pemodulasi atau sinyal informasi

mengubah-ubah frekuensi sinyal pembawa. Besarnya frekuensi sinyal

pembawa akan berbanding lurus dengan amplitudo sinyal pemodulasi.

3. Modulasi Fasa (PM, Phase Modulation)

Pada modulasi fasa, sinyal pemodulasi atau sinyal informasi mengubah-ubah

fasa sinyal pembawa. Besarnya fasa sinyal pembawa akan berbanding lurus

dengan amplitudo sinyal pemodulasi.

Pada modul mata kuliah ini hanya akan dibahas tentang modulasi amplitudo

dan modulasi frekuensi, dan pada bab ini akan dibahas jenis modulasi yang

pertama.

1.3.1 Modulasi Amplitudo

Pada modulasi amplitudo, sinyal pemodulasi atau sinyal informasi

mengubah-ubah amplitudo sinyal pembawa. Besarnya amplitudo sinyal pembawa

akan berbanding lurus dengan amplitudo sinyal pemodulasi. Frekuensi sinyal

pembawa biasanya jauh lebih tinggi daripada frekuensi sinyal pemodulasi. Frekuensi

sinyal pemodulasi biasanya merupakan sinyal pada rentang frekuensi audio (AF,

Audio Frequency) yaitu antara 20 Hz sampai denan 20 Kh,. sedangkan frekuensi

sinyal pembawa biasanya berupa sinyal radio (RF, Radio Frequency) pada rentang

frekuensi tengah (MF, Mid-Frequency) yaitu antara 300 kHz sampai dengan 3 Mhz.

Untuk mempermudah pembahasan, hanya akan didiskusikan modulasi dengan sinyal

sinus.

Page 3: modul 1 resmi TERBARU FIX 9 JUNI 2015.docx

1.3.2 Prinsip Operasi Modulasi Amplitudo

Modulasi amplitudo terjadi dimana amplitudo sinya carrier berfrekuensi

tinggi ditumpangkan oleh sinyal berfrekuensi rendah yang bertindak sebagai curve

envelope untuk sinyal carrier yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.1 sinyal carrier

Modulasi amplitudo menggunakan dua frekuensi diskrit untuk menghasilkan

spektrum frekuensi dengan frekuensi sisi atas dan bawah masing-masing terletak di

atas dan di bawah frekuensi pembawa pada interval yang sesuai dengan frekuensi

modulasi.

1.3.3 Indeks Modulasi AM

Derajat modulasi merupakan parameter penting dan juga sering disebut

indeks modulasi AM, dinotasikan dengan m. Parameter ini merupakan perbandingan

antara amplitudo puncak sinyal pemodulasi (Vm) dengan amplitudo puncak sinyal

pembawa (Vc). Besarnya indeks modulasi mempunyai rentang antara 0 dan 1. Indeks

modulasi sebesar nol, berarti tidak ada pemodulasian, sedangkan indeks modulasi

sebesar satu merupakan pemodulasian maksimal yang dimungkinkan.

Page 4: modul 1 resmi TERBARU FIX 9 JUNI 2015.docx

1.3.4 Perhitungan Indeks Modulasi

Gambar 1.2 Sinyal termodulasi

Dari gambar sinyal termodulasi di atas,

.................................. (1.5)

................................... (1.6)

dengan persamaan 1.5 dan 1.6 di atas, maka persamaan 1.3 dapat dijabarkan menjadi,

..............................  (1.7)

persamaan 7 digunakan untuk menghitung indeks modulasi jika yang dketahui adalah

amplitudo maksimum dan amplitudo minimum sinyal termodulasi/sinyal hasil

modulasi AM.

Page 5: modul 1 resmi TERBARU FIX 9 JUNI 2015.docx

1.3.5 Modulation Depth

Salah satu parameter karakteristik yang paling penting dari modulasi

amplitudo adalah kedalaman modulasi "m", ditetapkan sebagai nilai absolut atau %.

Kedalaman modulasi adalah perbandingan antara amplitudo sinyal transmisi dan

sinyal pembawa. Karena selama modulasi amplitudo standar, amplitudo sinyal

pembawa adalah lebih tinggi dari sinyal yang diinginkan, kedalaman modulasi lebih

kecil dari "1" atau 100%.

Gambar 1.3 Sinyal Modulation Depth

Seperti digambarkan di atas, kedalaman modulasi juga dapat ditentukan dari

rasio amplitudo minimum dan maksimum sinyal AM. Hal ini memungkinkan

kedalaman modulasi harus dihitung dengan sangat mudah dengan bantuan dari

trapesium modulasi (lihat percobaan berikutnya). Jika selektif memudar (misalnya

selama transmisi radio) atau tidak diatur dengan benar pembawa amplitudo sangat

melemahkan frekuensi pembawa, kedalaman modulasi mungkin melebihi m = 1 atau

100%. Hal ini menyebabkan distorsi non-linear dalam sinyal didemodulasi.

Page 6: modul 1 resmi TERBARU FIX 9 JUNI 2015.docx
Page 7: modul 1 resmi TERBARU FIX 9 JUNI 2015.docx

1.4 Langkah percobaan

1.4.1 Perakitan Modul

1. Hidupkan PC yang sudah di sediakan

2. Hubungkan UniTrain Board dan port USB pada CPU PC menggunakan

kabel data

3. Sambungkan Power Supply pada UniTrain Board

4. Hidupkan Unitrain Board

1.4.2 Eksperimen Prinsip dari Modulasi Amplitudo

1. Pasang modul SO4201-7L (Colpitts/Hartley Oscillator) dan modul SO4201-

7U (AM Modulator/Demodulator) pada UniTrain Board

2. Pasang jumper pada HFin Colpitts Setting dan pada Oscillator x Setting.

3. Hubungkan ground Analog OUT dengan A- Analog IN dan ground dari

Hartley Oscillator.

4. Hubungkan ground Hartley Oscillator dan ground AM Modulator.

5. Hubungkan A+ pada Analog IN dengan HFout pada Hartley Oscillator dan

Oscil pada AM Modulator

Gambar 1.4 langkah 1

6. Atur frekuensi sinyal carrier menjadi 455kHz dan voltage 100mV dengan

potensiometer. Tampilkan sinyal carrier pada osiloskop dengan parameter

sebagai berikut

Page 8: modul 1 resmi TERBARU FIX 9 JUNI 2015.docx

Tabel 1.1 pengaturan pada osiloscope

7. Ubah dan tampilkan frekuensi sinyal carrier menjadi 600 kHz, 100mV serta

455 kHz, 200mV. Bandingkan ketiga karakteristik sinyal carrier tersebut.

8. Hubungkan A+ pada Analog IN dan AMout pada AM modulator untuk

menampilkan sinyal modulasi.

Gambar 1.5 langkah 2

9. Tampilkan sinyal modulasi pada osiloskop dengan parameter berikut

Tabel 1.2 tampilan pada oscilloscope

10. Bandingkan karakteristik antara sinyal carrier dan sinyal modulasi. k.

Hilangkan input-an sinyal carrier berfrekuensi tinggi “Oscil” dan pasang

sinyal sinusoidal berfrekuensi rendah “NF IN” pada AM Modulator.

Page 9: modul 1 resmi TERBARU FIX 9 JUNI 2015.docx

Gambar 1.6 langkah 3

11. Gunakan function generator (Instruments | Voltage Sources | Function

Generator). Setting function generator sesuai gambar dibawah dan

kemudian hidupkan dengan meng-klik tombol “POWER”.

Gambar 1.7 function generator

12. Tampilkan sinyal “AMout” melalui osiloskop dengan parameter berikut

X = 10 µs/DIV X/T (A)

Channel A = 50 mV/ DIV AC

Channel B = OFF

13. Tampilkan sinyal output dari modulator pada channel A dan sinyal

termodulasi pada channel B, dengan parameter berikut

X = 10μs/DIV X/T (A)

Channel A = 1 V/ DIV AC

Channel B = 1 V/DIV DC

Trigger = A

Page 10: modul 1 resmi TERBARU FIX 9 JUNI 2015.docx

Gambar 1.8 Langkah 4

1.4.3 Modulation Depth

1. Pasang modul SO4201-7L (Colpitts/Hartley Oscillator) dan modul

SO4201-7U (AM Modulator/Demodulator) pada UniTrain Board

2. Pasang jumper pada HFin Colpitts Setting dan pada Oscillator x Setting

3. Hubungkan B- dengan A- pada Analog IN dengan ground pada Analog

OUT

4. Hubungkan ground Hartley Oscillator dan ground AM Modulator.

5. Hubungkan S pada Analog OUT dengan B+ pada Analog IN dan NF IN 6.

Hubungkan A+ pada Analog IN dengan Oscil pada AMout

7. Hubungankan HFout pada Hartley Oscillator dengan Oscil pada AM

Modulator

Gambar 1.9 Langkah 5

Page 11: modul 1 resmi TERBARU FIX 9 JUNI 2015.docx

8. Gunakan function generator (Instruments | Voltage Sources | Function

Generator). Setting function generator seperti gambar dibawah dan

kemudian hidupkan dengan mengklik tombol “POWER”.

Gambar 1.10 Function Generator Amplitudo 20%

9. Tampilkan sinyal pada osiloskop dengan parameter berikut

Tabel 1.3 Sinyal Pada Oscilloscope

10. Atur amplitudo sinyal berfrekuensi rendah menjadi 10% dan 50%.

Bandingkan output sinyal yang ditampilkan pada osiloskop.

11. Hubungkan A+ pada Analog IN dengan LF dan B+ Analog IN dengan

AMout pada AM Modulator

Gambar 1.11 Langkah 6

Page 12: modul 1 resmi TERBARU FIX 9 JUNI 2015.docx

12. Tampilkan sinyal pada osiloskop dengan parameter berikut

Tabel 1.4 Tampilan Oscilloscope

13. Atur modulation depth sebesar 80% dan 100% serta tampilkan pada

osiloskop dengan parameter berikut.

X = 10μs/DIV X/T (A)

Channel A = 200 mV/ DIV DC

Channel B = 500 mV/DIV AC

1.4.4 Demodulation

1. Pasang modul SO4201-7L (Colpitts/Hartley Oscillator) dan modul

SO4201-7U (AM Modulator/Demodulator) pada UniTrain Board

2. Pasang jumper pada HFin Colpitts Setting dan pada Oscillator x Setting

3. Hubungkan A- pada Analog IN dan ground pada Analog OUT

4. Hubungkan ground Hartley Oscillator dan ground AM Modulator.

5. Hubungkan A+ dengan LFdemod dan AMin dengan AMout

6. Hubungankan HFout pada Hartley Oscillator dengan Oscil pada AM

Modulator

7. Hubungkan S pada Analog OUT dengan NF IN pada AM Modulator

Gambar 1.12 Langkah 7

Page 13: modul 1 resmi TERBARU FIX 9 JUNI 2015.docx

8. Gunakan function generator (Instruments | Voltage Sources | Function

Generator). Setting function generator seperti gambar dibawah dan

kemudian hidupkan dengan mengklik tombol “POWER”

Gambar 1.13 Tampilan Function Generator

9. Ukur sinyal pada AM detektor "LFdemod" output dan analisis hasilnya.

Tampilkan sinyal tersebut pada osiloskop dengan parameter.

Tabel 1.5 Tampilan Oscilloscope

Page 14: modul 1 resmi TERBARU FIX 9 JUNI 2015.docx

1.5 Gambar dan Data Hasil Percobaan

1.5.1 Percobaan Prinsip Dari Modulasi Amplitudo

Parameter

Time base : 2 μs/DIV

Channel A : 100 mV/DIV AC

Channel B : OFF

Trigger : A

Gambar 1.14 Sinyal Carrier dengan Frekuensi 455 kHz dan Voltage 100 mV

Parameter

Time base : 2 μs/DIV

Channel A : 100 mV/DIV AC

Channel B : OFF

Trigger : A

Gambar 1.15 Sinyal Carrier dengan Frekuensi 600 kHz dan Voltage 100 mV

Page 15: modul 1 resmi TERBARU FIX 9 JUNI 2015.docx

Parameter

Time base : 2 μs/DIV

Channel A : 500 mV/DIV AC

Channel B : OFF

Trigger : A

Gambar 1.16 Sinyal Carrier dengan Frekuensi 455 KHz dan Voltage 200 mV

P Parameter

Time base : 1 μs/DIV

Channel A : 100 mV/DIV AC

Channel B : OFF

Trigger : A

Gambar 1.17 Sinyal Modulasi Frekuensi 455 kHz dan Voltage 100 mV

Page 16: modul 1 resmi TERBARU FIX 9 JUNI 2015.docx

Parameter

Time base : 50 μs/DIV

Channel A : 1 V/DIV AC

Channel B : OFF

Trigger : A

Gambar 1.18 Sinyal Termodulasi dengan Persentase Amplitudo 20%

Parameter

Time base : 50 μs/DIV

Channel A : 1 V/DIV AC

Channel B : 1 V/DIV AC

Trigger : A

Gambar 1.19 Sinyal Termodulasi (Biru) dan Sinyal Informasi (Merah) dengan

Persentase Amplitudo 20%

Page 17: modul 1 resmi TERBARU FIX 9 JUNI 2015.docx

1.5.2 Percobaan Modulation Depth

Parameter

Time base : 50 μs/DIV

Channel A : 100 mV/DIV AC

Channel B : 500 mV/DIV AC

Trigger : B

Gambar 1.20 Sinyal Termodulasi (Merah) dan Sinyal Informasi (Biru) Dengan Persentase

Amplitudo 20% Display X-T

Parameter

Time base : 50 μs/DIV

Channel A : 500 mV/DIV AC

Channel B : 500 mV/DIV AC

Trigger : B

Gambar 1.21 Sinyal Termodulasi (Merah) dan Sinyal Informasi (Biru) Dengan Persentase

Amplitudo 10% Display X-T

Page 18: modul 1 resmi TERBARU FIX 9 JUNI 2015.docx

Parameter

Time base : 50 μs/DIV

Channel A : 500 mV/DIV AC

Channel B : 500 mV/DIV AC

Trigger : B

Gambar 1. 22 Sinyal Termodulasi (Merah) danSinyal Informasi (Biru) Dengan Persentase

Amplitudo 50% Display X-T

Parameter

Time base : 10 μs/DIV

Channel A : 500 mV/DIV AC

Channel B : 500 mV/DIV AC

Trigger : B

Gambar 1.23 Sinyal Termodulasi Dengan Persentase Amplitudo 20% Setelah Rangkaian

Diubah Display X-Y

Page 19: modul 1 resmi TERBARU FIX 9 JUNI 2015.docx

Parameter

Time base : 10 μs/DIV

Channel A : 500 mV/DIV AC

Channel B : 500 mV/DIV AC

Trigger : B

Gambar 1.24 Sinyal Termodulasi Dengan Persentase Amplitudo 80% Setelah Rangkaian

Diubah Display X-Y

Parameter

Time base : 10 μs/DIV

Channel A : 500 mV/DIV AC

Channel B : 500 mV/DIV AC

Trigger : B

Gambar 1.25 Sinyal Termodulasi Dengan Persentase Amplitudo 100% Setelah Rangkaian

Diubah Display X-Y

Page 20: modul 1 resmi TERBARU FIX 9 JUNI 2015.docx

1.5.3 Percobaan Demodulasi Amplitudo

Parameter

Time base : 50 μs/DIV

Channel A : 500 mV/DIV AC

Channel B : OFF

Trigger : A

Gambar 1.26 Gelombang Sinyal Demodulasi Yang Dengan Persentase Amplitudo 20%

Page 21: modul 1 resmi TERBARU FIX 9 JUNI 2015.docx

1.6 Analisis Hasil Percobaan

1.6.1 Prinsip Modulasi Amplitudo

1.6.1.1 Analisis Perbandingan Karakterikstik Sinyal Carrier

Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh perbedaan karakteristik pada

sinyal carrier dengan frekuensi 455 KHz dan 600 KHz serta voltage 100 mV dan

200 mV yang dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar 1.27 Sinyal Carrier dengan Frekuensi 455 KHz dan Voltage 100 mV

Gambar 1.28 Sinyal Carrier dengan Frekuensi 600 KHz dan Voltage 100 Mv

Gambar 1.29 Sinyal Carrier dengan Frekuensi 455 KHz dan Voltage 200 mV

Page 22: modul 1 resmi TERBARU FIX 9 JUNI 2015.docx

Perbedaan karakteristik bentuk sinyal carrier ini dipengaruhi oleh

perubahan pengaturan tuning pada potensiometer. Pengaturan frekuensi dan

amplitudo dengan cara memutar tuning ini akan memberikan perbedaan

karakteristik sinyal. Pada frekuensi, jika tuning frekuensi diputar ke kanan maka

gelombang sinyal carrier akan lebih rapat dan jika diputar ke kiri maka

gelombang sinyal carrier lebih renggang. Hal ini juga berlaku pada pengaturan

amplitudo. Jika tuning amplitudo diputar ke kanan maka amplitudo sinyal carrier

menjadi lebih besar, sebaliknya jika tuning amplitudo diputar ke kiri maka

amplitudo sinyal carrier menjadi lebih kecil.

Pada gambar 1.27 frekuensi sinyal carrier adalah 455 KHz, sedangkan

pada gambar 1.28 frekuensi sinyal carrier adalah 600 KHz, pengaturan pada

potensiometer dilakukan dengan cara memutar tuning frekuensi ke kanan untuk

menaikkan frekuensi sehingga menyebabkan tampilan frekuensi sinyal carrier

pada gambar 1.27 lebih rapat dibandingkan gambar 1.28. Namun pada gambar

1.29, sinyal carrier memiliki frekuensi sebesar 455 KHz, sehingga untuk

mengatur frekuensi yang bernilai 600 KHz menjadi 455 KHz adalah dengan

cara memutar tuning ke kiri untuk menurunkan frekuensi sehingga

menyebabkan tampilan frekuensi sinyal carrier pada gambar 1.39 lebih renggang

dibandingkan dengan gambar 1.28.

Pengaturan amplitudo yang berbeda pada potensiometer juga

mempengaruhi perbedaan amplitudo sinyal carrier. Pada gambar 1.27, 1.28, dan

1.29, sinyal carrier memiliki amplitudo secara berturut-turut yaitu 100 mV, 100

mV, dan 200 mV. Dengan memutar tuning amplitudo ke kanan untuk

menaikkan amplitudo maka tampilan amplitudo sinyal carrier menjadi lebih

besar. Namun untuk menurunkan amplitudo, tuning diputar ke kiri sehingga

menyebabkan tampilan amplitudo menjadi lebih kecil.

Page 23: modul 1 resmi TERBARU FIX 9 JUNI 2015.docx

1.6.1.2 Analisis Karakteristik Sinyal Carrier dan Sinyal Modulasi

Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh karakteristik pada sinyal

carrier dengan frekuensi 455 KHz dan voltage 100 mV serta sinyal modulasi

dengan frekuensi 455 KHz dan voltage 100 mV yang dapat dilihat pada gambar

berikut

Gambar 1.30 Sinyal Carrier Dengan Frekuensi 455 kHz dan Voltage 100 mV

Gambar 1.31 Sinyal Modulasi Dengan Frekuensi 455 kHz dan Voltage 100 mV

Dapat dilihat pada gambar 1.30 dan 1.31, tampilan sinyal carrier dan

sinyal modulasi tidak mengalami perbedaan. Karena pada gambar 1.31, sinyal

modulasi yang ditampilkan belum disisipi oleh sinyal informasi.

Page 24: modul 1 resmi TERBARU FIX 9 JUNI 2015.docx

1.6.1.3 Analisis Sinyal Termodulasi

Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh tampilan sinyal termodulasi

dengan indeks modulasi 20% yang dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar 1.32 Sinyal Termodulasi Dengan Persentase Amplitudo 20%

Gambar 1.33 Sinyal Termodulasi (Biru) dan Sinyal Informasi (Merah) dengan

Persentase Amplitudo 20%

Sinyal termodulasi adalah sinyal hasil proses modulasi dengan cara

mengubah-ubah amplitudo sinyal carrier sesuai dengan perubahan amplitudo

sinyal informasi. Sinyal termodulasi mengandung sinyal informasi dan sinyal

carrier.

Pada gambar 1.32 ditampilkan sinyal termodulasi dengan indeks

modulasi 20%. Sinyal termodulasi merupakan sinyal hasil modulasi yang

mengandung sinyal carrier dan amplitudo sinyal carriernya sudah menyesuaikan

dengan amplitudo sinyal informasi yang dimodulasi. Pada gambar 1.32 sinyal

informasi tidak ditampilkan, sehingga yang dapat dilihat pada gambar adalah

pengaruh indeks sinyal termodulasi berarti perbandingan antara amplitudo

sinyal modulasi dan sinyal carrier adalah 20%.

Berdasarkan data hasil percobaan yang diperoleh, gambar 1.33

menampilkan sinyal termodulasi dengan indeks modulasi 20% yang ditunjukkan

Page 25: modul 1 resmi TERBARU FIX 9 JUNI 2015.docx

oleh sinyal berwarna biru dan sinyal informasi yang ditunjukkan oleh sinyal

berwarna merah.

1.6.2 Modulation Depth

1.6.2.1 Modulation Depth Display X-T

Pada percobaan ini indeks modulasi yang digunakan adalah 20%, 10%,

dan 50%w. Indeks modulasi ini akan berpengaruh pada tampilan sinyal

termodulasi display X-T. Berikut adalah gambar hasil percobaan mengenai

modulation depthdisplay X-T.

Gambar 1.34 Sinyal Termodulasi (Merah) dan Sinyal Informasi (Biru) Dengan Persentase

Amplitudo 20% Display X-T

Gambar 1.35 Sinyal Termodulasi (Merah) dan Sinyal Informasi (Biru) Dengan Persentase

Amplitudo 10% Display X-T

Gambar 1. 36 Sinyal Termodulasi (Merah) danSinyal Informasi (Biru) dengan Persentase

Amplitudo 50% Display X-T

Page 26: modul 1 resmi TERBARU FIX 9 JUNI 2015.docx

Perbedaan besar amplitudo dipengaruhi oleh nilai indeks modulasinya.

Semakin besar nilai indeks modulasi maka amplitudo minimum dari sinyal

termodulasi menjadi semakin besar dan amplitudo maksimum dari sinyal

termodulasi menjadi semakin kecil.

Adanya perbedaan ini dipengaruhi oleh modulation depth atau

indeks modulasi. Indeks modulasi dapat mempengaruhi bentuk sinyal

termodulasi. Dengan indeks modulasi 10% tampilan sinyal pada gambar

1.35 memiliki amplitudo yang lebih kecil dan mendekati rata. Sinyal pada

gambar 1.34 memiliki amplitudo yang lebih besar dibandingkan dengan gambar

1.35 karena terpengaruh indeks modulasi yang lebih besar yaitu 20%. Pada

gambar 1.36, tampilan sinyal memiliki amplitudo yang paling besar karena

terpengaruh oleh indeks modulasi 50%. Maka semakin besar nilai indeks

modulasi, amplitudo minimum sinyal termodulasi semakin kecil dan amplitudo

maksimum sinyal termodulasi semakin besar.

1.6.2.2 Modulation Depth Display X-YBerdasarkan hasil percobaan, diperoleh pengaruh indeks modulasi

20%, 80%, dan 100% terhadap tampilan sinyal termodulasi display X-Y yang

dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 1.37 Sinyal Termodulasi Dengan Persentase Amplitudo 20%

Setelah Rangkaian Diubah Display X-Y

Page 27: modul 1 resmi TERBARU FIX 9 JUNI 2015.docx

Gambar 1.38 Sinyal Termodulasi Dengan Persentase Amplitudo 80%

Setelah Rangkaian Diubah Display X-Y

Gambar 1.39 Sinyal Termodulasi Dengan Persentase Amplitudo 100%

Setelah Rangkaian Diubah Display X-Y

Indeks modulasi akan berpengaruh pada tampilan sinyal termodulasi

display X-Y. Semakin besar nilai indeks modulasi maka bentuk sinyal semakin

renggang dan tampilan gelombang semakin panjang.

Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh terlihat bahwa terdapat

perbedaan tampilan karakteristik sinyal pada ketiga gambar diatas. Pada gambar

1.34 indeks modulasinya 20% dan gambar 1.38 indeks modulasinya 80%. Setelah

indeks modulasi 20% dinaikkan menjadi 80% maka bentuk gelombangnya

menjadi lebih renggang, frekuensinya berkurang dan panjang gelombangnya

bertambah. Pada gambar 1.39 indeks modulasi yang digunakan adalah 100%.

Setelah indeks modulasi 80% dinaikkan menjadi 100% maka bentuk

gelombangnya menjadi lebih renggang, frekuensinya berkurang dan panjang

gelombangnya bertambah. Sehingga gambar 1.39 dengan indeks modulasi 100%

Page 28: modul 1 resmi TERBARU FIX 9 JUNI 2015.docx

merupakan tampilan sinyal termodulasi dengan bentuk sinyal paling renggang,

frekuensi terkecil dan panjang gelombang terpanjang.

1.6.3 Demodulasi

Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh tampilan sinyal demodulasi

dengan indeks modulasi 20% yang dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar 1.40 Gelombang Sinyal Demodulasi Yang Masih Terpengaruh Oleh Sinyal

Carrier Dengan Persentase Amplitudo 20%

Demodulasi adalah proses yang bertujuan untuk mendapatkan sinyal asli

dengan cara memisahkan sinyal carrier dari sinyal informasi.Pada gambar 1.40

sinyal yang ditampilkan merupakan sinyal demodulasi amplitudo yang masih

terpengaruh oleh adanya efek dari sinyal carrier. Namun proses demodulasi pada

gambar 1.40 belum sempurna dikarenakan masih terpengaruh oleh sinyal carrier

dan noise. Sehingga pada tampilan gambar 1.40 gelombang sinyal tampak tidak

rata.

Page 29: modul 1 resmi TERBARU FIX 9 JUNI 2015.docx

1.7 Simpulan

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, terdapat beberapa kesimpulan

yaitu sebagai berikut :

1. Modulasi amplitudo adalah jenis modulasi dengan mengubah amplitudo

sinyal carrier sedangkan frekuensi dan fasenya tetap.

2. Parameter yang menentukan informasi yang dibawa oleh gelombang

yaitu amplitudo, frekuensi dan fasa.

3. Pengaturan frekuensi dan amplitudo dengan cara memutar tuning akan

memberikan perbedaan karakteristik pada sinyal. Pada frekuensi, jika

tuning frekuensi diputar ke kanan maka gelombang sinyal carrier akan

lebih rapat dan jika diputar ke kiri maka gelombang sinyal carrier lebih

renggang. Hal ini juga berlaku pada pengaturan amplitudo. Jika tuning

amplitudo diputar ke kanan maka amplitudo sinyal carrier menjadi lebih

besar, sebaliknya jika tuning amplitudo diputar ke kiri maka amplitudo

sinyal carrier menjadi lebih kecil.

4. Sinyal termodulasi adalah sinyal hasil proses modulasi dengan cara

mengubah-ubah amplitudo sinyal carrier sesuai dengan perubahan

amplitudo sinyal informasi. Sinyal termodulasi mengandung sinyal

informasi dan sinyal carrier. Pada data percobaan, sinyal carrierbelum

tercampur dengan sinyal informasi, sehingga tampilan sinyal carrierdan

sinyal modulasi tidak memiliki perbedaan.

5. Pada display X-T, semakin besar nilai indeks modulasi maka amplitudo

minimum dari sinyal termodulasi akan semakin besar dan amplitudo

maksimum dari sinyal termodulasiakan semakin kecil. Sebaliknya jika

semakin kecil nilai indeks modulasi, maka amplitudo minimum dari

sinyal termodulasi akan semakin kecil dan amplitudo maksimum dari

sinyal termodulasi akan semakin besar.

6. Pada display X-Y, semakin besar nilai indeks modulasi maka frekuensi

semakin menurun, bentuk sinyal semakin renggang dan panjang

gelombang semakin panjang.

Page 30: modul 1 resmi TERBARU FIX 9 JUNI 2015.docx

7. Demodulasi adalah proses yang bertujuan untuk mendapatkan sinyal asli

dengan cara memisahkan sinyal carrier dari sinyal informasi. Pada

percobaan ini sinyal demodulasi tidak dapat sepenuhnya sama dengan

sinyal informasi awal karena masih ada pengaruh dari noise.

Page 31: modul 1 resmi TERBARU FIX 9 JUNI 2015.docx

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Sinyal AM Vs. Sinyal FM.

http://ngs-electrical.blogspot.com/2013/04/sinyal-am-vs-sinyal fm.html.

Diakses pada tanggal 24 Mei 2015

Anonim. 2015 Modulasi Amplitudo.

http://elektronika-dasar.web.id/teori-elektronika/modulasi-amplitudo-

amplitudo-modulation-am/. Diakses pada tanggal 26 Mei 2015

Asroful.2011 Modulasi Amplitudo.

https://asroful.wordpress.com/2011/12/08/modulasi-amplitudo/. Diakses

pada tanggal 26 Mei 2015

Anonim. 2007 Gelombang FM dan AM.

https://micr0byt3.wordpress.com/2007/08/28/gelombang-fm-dan-am/.

Diakses pada tanggal 26 Mei 2015