Top Banner
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi 1 Laporan Modul 1 Blok Kedokteran Okupasi Kelompok 3 : Arif Anggidinata Puspa Ayu Navratilova Erfika Yuliza Reka Metha Reviana Joseph Irwanto Jefta Kurnia Ary Gustry A.P M.Sulfikar Cahaya Cinta Utari Eva Yanti Sentosa Sinaga Monica Nasution Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Prodi Pendidikan Dokter Universitas Batam 2012
48

Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Aug 03, 2015

Download

Documents

Humaira Azmi

laporan modul 1
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

1

Laporan Modul 1

Blok Kedokteran Okupasi

Kelompok 3 :

Arif Anggidinata

Puspa Ayu Navratilova

Erfika Yuliza

Reka Metha Reviana

Joseph Irwanto

Jefta Kurnia

Ary Gustry A.P

M.Sulfikar

Cahaya Cinta Utari

Eva Yanti

Sentosa Sinaga

Monica Nasution

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Prodi Pendidikan Dokter

Universitas Batam

2012

Page 2: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

2

Daftar isi

Daftar Isi.................................................................................................................................2

Pendahuluan

Latar belakang ........................................................................................................................3

Metode Seven Jump

Skenario..................................................................................................................................4

Kata-kata Sulit ........................................................................................................................4

Keyword .................................................................................................................................4

Key problem ...........................................................................................................................5

Pertanyaan .............................................................................................................................5

Tujuan Pembelajaran ..............................................................................................................5

Sasaran Pembelajaran .............................................................................................................6

Mind Map ...............................................................................................................................6

Pembahasan

Anatomi dan fisiologi .......................................................................................................7

Kelainan Muskuloskeletal Akibat Kerja

Etiologi.............................................................................................................................11

Mekanisme Keluhan .........................................................................................................11

Penegakan diagnose..........................................................................................................14

Penatalaksanaan................................................................................................................17

Komplikasi dan Prognosis.................................................................................................18

Pencegahan.......................................................................................................................19

Keselamatan dan Kesehatan Kerja.....................................................................................20

Ergonomi..........................................................................................................................29

Daftar pustaka...................................................................................................................41

Page 3: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

3

PENDAHULUAN

Latar belakang

Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan unsur penting yang harus dimiliki oleh

suatu organisasi suatu perusahaan. Dalam manajemen Sumber Daya Manusia , manusia merupakan

faktor penting pendukung maju tidaknya suatu perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus

dapat mengelola dengan baik unsur manusia sebagai tenaga kerja dan asset berharga yang dimiliki

oleh perusahaan. Sehingga kesehatan dan keselamatan kerja haruslah dijamin oleh perusahaan

tersebut.

Gejala nyeri di daerah leher, bagian atas punggung, bahu , lengan atau tangan, merupakan

gejala yang seringkali timbul pada individu pekerja. Biasanya mulai dari suatu tempat tertentu

yang dapat menyebar ke seluruh anggota badan atas, kadang-kadang diikuti gangguan sensibilitas.

Biasanya rasa nyeri bertambah berat dengan adanya stress mental, sebaliknya berkurang pada saat

istirahat panjang. Biasanya gejala tersebut diakibatkan oleh ergonomi tempat kerja yang tidak

sesuai dengan prosedur, Gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh ancaman bahaya kerja

ergonomic secara kolektif dikenal sebagai Work related musculoskeletal disorder (WMSDs). Di

lingkungan industri , WMSDs termasuk kelompok penyakit musculoskeletal akibat kerja yang

paling sering dialami oleh pekerja .

Tujuan penulisan laporan modul ini adalah, karena merupakan salah satu kewajiban mahasiswa

untuk menyelesaikan tugas yang diberikan pada modul 1 Blok Okupasi.

Page 4: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

4

Skenario

Seorang wanita berusia 32 tahun datang dengan riwayat kekakuan dan nyeri pada leher dan

bahu kanan sejak 1 bulan sebelumnya.ia juga mengeluh adanya rasa letih pada lengan dan tangan

kanan disertai keram yang terjadi sesekali serta rasa baal pada jari tangan. Dari pemeriksaan fisik

ditemukan nyeri tekan otot trapezius bilateral (lebih dirasakan pada sisi kanan) dan nyeri tekan otot

ekstensor lengan bawah . leher terasa nyeri saat kepala di putar maksimal kea rah samping dan

dimiringkan . pemeriksaan neurologis normal.

Saat ditanya , ia mengaku bahwa untuk pekerjaan nya saat itu sebagai operator mesin

pembukuan, ia telah bekerja selama kira-kira 3 bulan.

Analisis tempat kerja menunjukan bahwa ia harus duduk miring kea rah kiri meja dengan leher

yang di tekuk kea rah depan. Lengan kanan di angkat dari meja sedangkan tangan meraba

keyboard pada mesin pembukuan. Ketinggian meja ditemukan terlalu tinggi terhadap kursi

sehingga ia harus mengangkat lengan kanan tinggi-tinggi dan memiringkan badannya sebagai

kompensasi masalah ketinggian tersebut.

Kata Sulit

Baal = kebal (tentang rasa) hilang nya rasa karena kedinginan , disuntik dan sebagainya

sehingga tidak lagi berasa dingin , sakit, dan sebagainya.

Keram = kejang otot (pada otot kaki dan perut) dan sebagainya

Otot trapezius = otot yang menyusun struktur punggung manusia

Otot ekstensor lengan bawah = otot ekstersor dan anduktor pada sandi pergelangan tangan

manusia

Kata Kunci

Waita 32 tahun

Keluhan :

o Rasa letih pada lengan dan tangan kanan

o Disertai keram yang terjadi sesekali serta rasa baal pada jari tangan

Riwayat : kekakuan dan nyeri pada leher dan bahu kanan sejak 1bulan sebelumnya

Page 5: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

5

Dari pemeriksaan fisik di dapat :

o Nyeri tekan otot trapezius bilateral (lbh diresakan pada sisi kanan)

o Nyeri tekan otot ekstensor lengan bawah

o Leher terasa nyeri saat kepala diputar ke samping

o Pemeriksaan neurologis normal

Pekerjaannya saat itu sebagai operator mesin pembukuan selama 3 bulan

Analisis tempat kerja ditemukan ketinggianmeja terlalu tinggi daripada kursi sehingga

harus mengangkat lengan tinggi-tinggi

Kunci Pemasalahan

Wanita 32 tahun mengalami nyeri leher , bahu dan lengan akibat kerja selama 3 bulan

Pertanyaan

1. Bagaimana anatomi otot trapezius dan otot ekstensor lengan bawah?

2. Bagaimana fisiologi kontraksi otot ?

3. Apa yang menyebabkan nyeri leher, bahu, dan lengan akibat kerja ?

4. Bagaimana mekanisme terjadinya (keluhan) nyeri leher, bahu dan lengan akibat kerja ?

5. Bagaimana pengaruh pekerjaan dengan keluhan nya ?

6. Bagaimana ergonomic tempat kerja ?

7. Bagaimana pemeriksaan penunjang lainnya?

8. Bagaimana pencegahan untuk menghindari keluhan ?

9. Bagaimana penatalaksanaan pada keluhan dan penyakitnya ?

10. Bagaimana dampak yang terjadi jika penyaitnya tidak segera diobati/ditangani?

11. Bagaimana keselamatan dan kesehatan kerja yang seharusnya ?

12. Bagaimana hak dan kewajiban tenaga kerja dan perusahaan ?

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari modul ini mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang

gangguan musculoskeletal akibat kerja

Page 6: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

6

Sasaran pembelajaran

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan , tentang :

1. Anatomi otot trapezius

2. Fisiologi kontraksi otot

3. Etiologi dan fak.predisposisi gangguan musculoskeletal akibat kerja

4. Mekanisme keluhan

5. Ergonomic tempat kerja

6. Penegakan diagnosa dari gangguan musculoskeletal akibat kerja

7. Penatalaksanaan dari gangguan musculoskeletal akibat kerja

8. Komplikasi dan prognosis dari gangguan musculoskeletal akibat kerja

9. Pencegahan dari gangguan musculoskeletal akibat kerja

10. Hak dan kewajiban tenaga kerja

11. Hak dan kewajiban pengusaha

12. Keselamatan dan kesehatan kerja

Mind Mapp

WRMDs (Work relatedMusculoskeletal

disorder)

Anatomi

PenegakanDioagnosa

fisiologi

Etiologi danFak.Predisposisi

Mekanisme

Penatalaksanaan

Pencegahan

K3

Hak dankewajiban

Tenaga kerjadan pengusaha

Ergonomitempat kerja

BasicScience

Komplikasidan

Prognosis

Page 7: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

7

PEMBAHASAN

ANATOMI

Otot trapezius.

Otot trapezius dibagi menjadi beberapa bagian :

a. Uppertrapezius

Origo : Squama ossia occipital diantara linea suprema dan linea nuchalis superior

Insertion : sepertiga acromeon clavikula

Fungsinya : menahan gelang bahu dan lengan agar tidak jatuh. Rotasi kepala ke arah

kontra lateral.

b. Middle Trapezius

Origo : Procesus spinatus pada vertebra dan cervical bawah dan thorakal atas

Insertion : Pada acromeon

Page 8: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

8

Fungsi : Menarik scapula dan rotasi scapula kea rah medial.

c. Lower Trapezius

Origo : Processus spinosus vertebra thorakal tengah sampai bawah.

Insertion : pada spina scapula

Fungsi : menarik scapula dan rotasi scapula ke arah kauda

M.ekstensor Lengan Bawah

a. M.ekstensor Carpi radialis Longus

Origo : crista supra condylaris lateralis humerus

Insertion : basis metacarpal 11

Innervasi : N.radialis C6 dan C7

Fungsi : ekstensi dan abduksi tangan

b.. M.Ekstensor Carpi radialis brevis

Page 9: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

9

Origo : epicondylus lateralis humeri

Insertion : basis metacarpal 3

Innervasi : R.profundus n.radialis C7 dan C8

a. M.ekstensor digitorum

Origo : epicondylus lateralis humeri

Innservasi : perluasan ekstensor keempat jari medial

Funsi : ekstensi keempat jari medial

b. M.ekstensor digiti minimi

Origo : epicondylus lateralis humeri

Insertion : perluasan ekstensor jari kelima

Fungsi : ekstensi jari kelima

c. M.ekstensor carpi ulnaris

Origo: epicondylus lateralis humeri

Insertion : basis metacarpal V.

Fungsi : ekstensi dan aduksi tangan.

FISIOLOGI

Kontraksi otot

- Potensial Aksi

1. Tahap Istirahat (-90 milivolt dalam membrane)

2. Tahap Depolarisai ( membrane permeable terhadap ion natrium (muatan positif) –

dari -90 milivolt makin mendekati positif.

3. Tahap Repolarisaai (kanal natrium mulai menutup) kalium terbuka – membuat

potensial membrane berangsur kembali ).

Mekanisme Kontraksi Otot

Page 10: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

10

1. Suatu potensial aksi berjalan di sepanjang sebuah saraf motorik sampai ke ujungnya

pada serabut otot.

2. Di setiap ujung, saraf mensekresi substansi neurotransmitter, yaitu astikolin ke celah

sinap.

3. Asetilkolin membuka kanal bergebang asetilkolin pada membrane serabut otot.

4. Terbukanya kanal- ion natrium berdifusi ke bagian dalam membrane serabut otot-

potensial aksi pada membrane.

5. Potensial aksi berjalan di sepanjang membrane serabut otot.

6. Potensial aksi menyebabkan reticulum sarkoplasma melepaskan sejumlah ion kalsium.

7. Ion-ion kalsium menimbulkan kekuatan tarik menarik antara filamin aktin dan myosin

– bergeser – kontraksi.

Page 11: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

11

Kelainan Muskuloskeletal Akibat Kerja

(Work Related Musculoskeletal Disorder, WMSDS)

WMSD adalah Kelainan muskuloskeletal (musculoskeletal disorder, MSD) meliputi saraf,

tendon, otot, dan struktur pendukung tubuh lainnya yang diakibatkan oleh pekerjaan.

Keadaan timbulnya WMSD pada pekerja umumnya diketahui dari keluhan pada otot pekerja

tersebut. Secara garis besar, keluhan pada otot dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu:

a. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi akibat otot dikenai suatu

beban, dan keluhan ini akan hilang bila pembebanan dihentikan.

b. Keluhan menetap (irreversible), yaitu keluhan otot yang walaupun pembebanan telah

dihentikan, sakit atau nyeri pada otot masih terasa.

A. ETIOLOGI

1. Pekerjaan yang sangat berulang

2. Pekerjaan yang membutuhkan sejumlah tenaga kerja atau menggunakan tenaga pada lengan

3. Postur yang janggal saat melakukan aktifitas tertentu

4. Tidak cukup waktu istirahat sehingga menjadi sangat letih

5. Tenaga kerja yang sudah berumur dengan daya tahan yang berkurang

6. Kelelahan saat bekerja

B. MEKANISME NYERI, KRAM, RASA BAAL DAN KEKAUAN

a. Mekanisme nyeri

secara sederhana dimulai dari transduksi stimuli akibat kerusakan jaringan dalam saraf sensorik

menjadi aktivitas listrik kemudian ditransmisikan melalui serabut saraf bermielin A delta dan saraf

tidak bermielin C ke kornu dorsalis medula spinalis, talamus, dan korteks serebri. Impuls listrik

tersebut dipersepsikan dan didiskriminasikan sebagai kualitas dan kuantitas nyeri setelah

mengalami modulasi sepanjang saraf perifer dan disusun saraf pusat. Rangsangan yang dapat

Page 12: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

12

membangkitkan nyeri dapat berupa rangsangan mekanik, suhu (panas atau dingin) danagen

kimiawi yang dilepaskan karena trauma/inflamasi.

Fenomena nyeri timbul karena adanya kemampuan system saraf untuk mengubah berbagai

stimuli mekanik, kimia, termal, elektris menjadi potensial aksi yang dijalarkan ke system

saraf pusat. Berdasarkan patofisiologinya nyeri terbagi dalam:

1. Nyeri nosiseptif atau nyeri inflamasi, yaitu nyeri yang timbul akibat adanya stimulus

mekanis terhadap nosiseptor.

2. Nyeri neuropatik, yaitu nyeri yang timbul akibat disfungsi primer pada system saraf

3. Nyeri idiopatik, nyeri di mana kelainan patologik tidak dapat ditemukan.

4. Nyeri spikologik

Berdasarkan faktor penyebab rasa nyeri ada yang sering dipakai dalam istilah nyeri

osteoneuromuskuler, yaitu :

1. Nociceptor mechanism.

2. Nerve or root compression.

3. Trauma ( deafferentation pain ).

4. Inappropiate function in the control of muscle contraction.

5. Psychosomatic mechanism

Refrensi lain mengatakan sensasi rasa nyeri dapat kita rasakan karena adanya suatu

mekanisme penghantaran impuls dalam tubuh kita. Nyeri berasal dari adanya jaringan yang rusak.

Jaringan yang rusak menginduksi biosintesis phospolipase menjadi asam arachidonat. Kemudian

asam arachidonat menghasilkan enzim Cyclooxygenase (COX) yang akan merangsang pelepasan

mediator nyeri berupa prostaglandin dan Tromboxant. Prostaglandin (PGE2) kemudian

mengaktifkan voltage gated channel sehingga terjadi perubahan potensial membran (Ion Na+

masuk kedalam sel), perubahan ini menghasilkan action potential, terjadi depolarisasi nociceptor

pada Free Nerve Ending. Transmisi impuls menjalar sepanjang saraf sensoris sampai ke dorsal

horn di spinal cord, bersilangan di medulla spinalis dan menuju Neospinothalamic tract (fast pain)

atau Paleospinothalamic tract (slow pain). Impuls kemudian masuk ke thalamus (yang merupakan

pusat emosi). Impuls kemudian menuju cortex cerebrum dan Interpretasi rasa nyeri pun terjadi.

Page 13: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

13

b. Rasa kebas/baal (numbness)

dapat dirasakan apabila mekanisme interpretasi sensasi nyeri dihambat karena ketidakstabilan

proses biokimiawi ion Na+. Sama halnya pada contoh dengan local anestesi mengahambat

pengeluaran ion Na+ dengan memblokir Na+ gated.

c. Hypertonus (Kaku) otot

dapat menyebabkan rasa sakit. Pada umumnya otot-otot yang terlibat adalah “postural system”.

Nosiseptif stimulus diterima oleh serabut-serabut afferent ke spinal cord, menghasilkan kontraksi

beberapa otot akibat “spinal motor reflexes”. Nosiseptif stimuli ini dapat dijumpai di beberapa

tempat seperti kulit visceral organ, bahkan otot sendiri. Reflek ini sendiri sebenarnya bermanfaat

bagi tubuh kita, misalnya “withdrawal reflex” merupakan mekanisme survival dari organisme.

Disamping berfungsi tersebut, kita juga sadari bahwa kontraksi-kontraksi tadi dapat

meningkatkan rasa sakit, melalui nosiseptor di dalam otot dan tendon. Makin sering dan kuat

nosiseptor tersebut terstimulasi, makin kuat reflek aktifitas terhadap otot-otot tersebut. Hal ini

akan meningkatkan rasa sakit, sehingga menimbulkan keadaan “vicious circle”,

kondisi ini akan diperburuk lagi dengan adanya ischemia local, sebagai akibat dari kontrksi

otot yang kuat dan terus menerus atau mikrosirkulasi yang tidak adekuat sebagai akibat dari

disregulasi system simpatik.

C. MEKANISME KRAM/BAAL OTOT

Ganong, menguraikan bahwa rangsang berulang yang diberikan sebelum masa relaksasi akan

menghasilkan penggiatan tambahan terhadap elemen kontraktil, dan tampak adanya respon berupa

peningkatan kontraksi. Fenomena ini dikenal sebagai penjumlahan kontraksi. Tegangan yang

terbentuk selama penjumlahan kontraksi jauh lebih besar dibandingkan dengan yang terjadi selama

kontraksi kedutan otot tunggal. Dengan rangsangan berulang yang cepat, penggiatan mekanisme

kontraktil terjadi berulang-ulang sebelum sampai pada masa relaksasi. Masing-masing respon

Page 14: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

14

tersebut bergabung menjadi satu kontraksi yang berkesinambungan yang dinamakan tetanik atau

kontraksi otot yang berlebihan (kram otot).

Setiap pulsa kalsium berlangsung sekitar 1/20 detik dan menghasilkan apa yang disebut

sebagai kedutan otot tunggal. Penjumlahan terjadi apabila kalsium dipertahankan dalam

kompartemen intrasel oleh rangsangan saraf berulang pada otot. Penjumlahan berarti masing-

masing kedutan menyebabkan penguatan kontraksi. Apabila stimulasi diperpanjang, maka

kedutan-kedutan individual akan menyatu sampai kekuatan kontraksi maksimum. Pada titik ini,

terjadi kram otot sampai dengan tetani yang ditandai oleh kontraksi mulus berkepanjangan.

Menurut Ganong, satu potensial aksi tunggal menyebabkan satu kontraksi singkat yang

kemudian diikuti relaksasi. Kontraksi singkat seperti ini disebut kontraksi kedutan otot. Potensial

aksi dan konstraksi diplot pada skala waktu yang sama. Kontraksi timbul kira-kira 2 mdet setelah

dimulainya depolarisasi membran, sebelum masa repolarisasi potensial aksi selesai. Lamanya

kontraksi kedutan beragam, sesuai dengan jenis otot yang dirangsang.

Jadi mekanisme kram dapat disimpulkan

Rangsang berulang yang diionkan sebelum masa relaksasimenghasilkan penggiatan

tambahan pada elemen kontraktil, dan tampak adanya respon berupa peningkatan kontraksi.

Tegangan yangterbentuk sebelum penambahan kontraksi lebih besar dari kontraksikedutan.

Dengan rangsangan yang hilang dengan cepat penggiliran mekanisme kontraksi terjadi

berulang-ulang sebelum mencapai masa relaksasi.

Masing-masing respon tersebut digabung jadi satu kontraksi berkesinambungan yang

dinamakan tetanik atau mekanisme otot berlebihan atau kram otot.

D.PENEGAKAN DIAGNOSA

Anamnesis

a) Anamnesis Umum : Identitas penderita

b) Anamnesis khusus:

Page 15: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

15

1.Keluhan utama penderita

2.Lokasi keluhan utama

3.Sifat keluhan utama

4.Lamanya keluhan

5.Faktor-faktor yang memperberat keluhan.

c) Inspeksi : Dilakukan dalam posisi statis dan dinamis penderita.

d) Tes Orientasi : Untuk melihat kemampuan aktivitas lengan.

e) Pemeriksaan Fungsi Dasar : Gerakan aktif, pasif dan tes isometrik melawan tahanan

sendi bahu.

f) Pemeriksaan Spesifik:

1.Tes intra artikular (Joint Play Movement) sendi bahu.

2.Tes kekuatan otot.

3.Tes koordinasi gerakan.

4.Tes sirkumferentia otot (lingkar otot) daerah bahu.

Pemeriksaan Penunjang

Rontgen

MRI

Penegakan diagnosis pada kasus

A. Carpal Tunnel Syndrome (CTS)

Page 16: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

16

Atau sindrom terowongan carpal mungkin merupakan contoh WMSD yang paling dikenal.

CTS ini merupakan kondisi WMSD di area pergelangan tangan hingga ujung jari. CTS terjadi

akibat gerakan repetitif dari pergelangan tangan yang menekuk, memegang benda kerja atau

perkakas dengan sangat erat, atau secara terus-menerus menekankan pergelangan tangan pada

benda kerja yang keras. Gejala-gejala umum pada CTS ini adalah pergelangan tangan yang mati

rasa, terasa kebas, terasa seperti terbakar, dan nyeri. Dalam beberapa kasus, bahkan timbul tonjolan

otot di dasar ibu jari, telapak tangan yang kering dan memucat, serta keadaan tangan yang sulit

digerakkan.

B. Raynaud’s syndrome

Atau yang lebih dikenal dengan white finger disease merupakan masalah WMSD di saraf dan

pembuluh darah tangan. Sindrom ini sering disebabkan oleh penggunaan peralatan kerja yang

menimbulkan getaran. Akibat getaran ini serta rendahnya temperatur lingkungan kerja, pekerja

kemudian mengalami mati rasa dan kebas pada jari-jari tangannya. Jemari pekerja kemudian

berubah menjadi putih pucat, kemudian biru, dan akhirnya merah. Keadaan mati rasa dan lemas

pada tangan ini kemudian membatasi gerakan pekerja untuk memegang benda kerja dengan baik

dan turut mengganggu kemampuan pekerja secara keseluruhan untuk bekerja dengan baik. Kondisi

pekerja yang merokok dapat memperburuk kondisi ini dengan mengurangi pasokan oksigen ke

dalam jari-jari tangan.

C. Thoraris outlet syndrome

Merupakan diagnosa WMSD lainnya. Sindrom ini berupa pengurangan aliran darah di daerah

bahu dan lengan, yang disebabkan oleh pekerjaan di atas kepala atau membawa beban berat di

tangan dengan posisi lengan yang lurus ke bawah terus-menerus. Diagnosa lainnya adalah Carpet

layer’s knee, yaitu sindrom WMSD yang disebabkan oleh lutut yang berulang kali bertumpu di

lantai, saat melakukan pekerjaan menggelar karpet.

E.PENATALAKSANAAN

Page 17: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

17

Penanganan nyeri punggung akan disesuaikan dengan kebutuhan spesifik, keadaan, dan

preferensi. Tergantung pada penyebab rasa sakit Anda, pengobatan dapat mencakup satu atau lebih

hal berikut:

1. Obat Dalam banyak kasus, pasien yang diresepkan pengobatan sebelum menerima bentuk-

bentuk lain dari terapi. Obat-obatan untuk nyeri dapat mencakup:

1. Penghilang rasa sakit non-aspirin

Obat-obatan ini, Seperti asetaminofen (Tylenol), meringankan nyeri ringan dan

kadang-kadang dikombinasikan denga nobat lain untuk memberikan pereda nyeri

yang lebih besar.

2. Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID)

Termasuk ibuprofen (Motrin) atau naproxen (Aleve, Naprosyn) – digunakan

untuk mengobati nyeri dan peradangan.

3. Kortikosteroid.

4. Obat nyeri opioid

Suntikan anestesi local

Kadang-kadang dikombinasikan dengan kortikosteroid, dapat disuntikkan di sekitar

akar saraf atau ke dalam otot dan sendi untuk meringankan iritasi, bengkak, dan kejang

otot.

Terapi fisik dan air.

Sebuah physiatrist (dokter yang mengkhususkan diri dalam rehabilitasi obat-obatan)

atau ahli terapi fisik mungkin meresepkan dirancang khusus program latihan untuk

meningkatkan fungsi dan mengurangi nyeri. Pilihan terapi lain fisik di klinik nyeri

mungkin termasuk terapi whirl pool, USG, dan dalam-otot pijat.

Page 18: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

18

StimulasiListrik .

Bentuk yang paling umum dari stimulasi listrik yang digunakan dalam manajemen

nyeri saraf stimulasi listrik transkutan (TENS), suatu teknik yang menggunakan kecil,

baterai-dioperasikan perangkat untuk merangsang serat saraf melalui kulit.

Akupunktur

Teknik relaksasi.

Selain konseling, kesehatan mental professional dapat mengajarkan Anda teknik self-

help seperti pelatihan relaksasi atau biofeedback untuk mengurangi stress dan meredakan

nyeri.

Bedah.

Meskipun kadang-kadang diperlukan operasi jelas untuk meringankan masalah yang

menyebabkan nyeri, ini adalah pengobatan pilihan terakhir.

F.KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS

Sebagian besar individudengan cederastres yang berulangsembuh sepenuhnyadandapat

menghindari cedera kembali dengan cara:

Mengubah cara mereka melakukan gerakan-gerakan berulang

Mengubah frekuensi dari gerakan yang mereka lakukan

Mengubah jumlah waktu antara mereka beristirahat dan melakukan gerakan.

Tanpa pengobatan, cedera yang berulang dapat mengakibat kancedera permanen dan hilangnya

fungsi didaerah yang terkena secara menyeluruh.

Dalam banyak kasus, gejala hilang dan pergi jika langkah-langkah yang diambil untuk

menghentikan atau mengurangi tugas yang berulang-ulang segera setelah gejala mulai

berkembangdilakukan. Namun, meskipun istirahat dan pengobatan beberapa orang mengalami

gejala yang menetap jangka panjang yang dapat melemahkanbagian yang terkena

Page 19: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

19

G.PENCEGAHAN

1. Selalu melakukan peregangan sebelum kegiatan fisik lainnya yang berat.

2. Jangan membungkuk ketika berdiri atau duduk. Ketika berdiri, jaga titik berat badan Anda

agar seimbang pada kaki Anda. Saat bekerja di rumah atau di kantor, pastikan permukaan

pekerjaan Anda berada pada ketinggian yang nyaman untuk Anda. Duduklah di kursi

dengan sandaran yang baik dan posisi dan ketinggian yang tepat untuk tugas tersebut.

3. Selingi duduk Anda dengan secara berkala berjalan-jalan atau melakukan peregangan otot

ringan untuk mengurangi ketegangan. Jika Anda harus duduk untuk jangka waktu yang

panjang, istirahatkan kaki Anda di bangku rendah atau tumpukan buku.

4. Kenakan sepatu yang nyaman dan bertumit rendah.

5. Tidurlah dengan miring untuk mengurangi tekanan pada tulang belakang Anda. Selalu tidur

di permukaan yang cukup padat, jangan terlalu empuk.

6. Mintalah bantuan orang lain bila Anda mengangkat benda yang berat.

7. Jangan mengangkat dengan membungkuk. Angkat objek dengan menekuk lutut Anda dan

berjongkok untuk mengambil objek. Jaga punggung lurus dan terus dekatkan objek ketubuh

Anda. Hindari memutar tubuh saat mengangkat. Lebih baik mendorong dari pada menarik

ketika Anda harus memindahkan benda berat.

8. Jaga nutrisi dan diet yang tepat untu kmengurangi dan mencegah berat badan berlebihan,

terutama lemak di sekitar pinggang. Diet harian yang cukup kalsium, fosfor, dan vitamin D

membantu menjaga pertumbuhan tulang baru.

9. Jika Anda merokok, berhentilah. Merokok mengurangi aliran darah ketulang punggung

bagian bawah dan menyebabkan cakram tulang belakang mengalami degenerasi.

10. Berolahragalah secara teratur. Gaya hidup aktif berkontribusi dalam mencegah nyeri

pinggang.

Page 20: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

20

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

A. Pengertian Kesehatan, Keselamatan, dan Keamanan Kerja

1. Keamanan Kerja

Keamanan kerja adalah unsur-unsur penunjang yang mendukung terciptanya suasana

kerja yang aman, baik berupa materil maupun nonmateril.

a. Unsur-unsur penunjang keamanan yang bersifat material diantaranya sebagai berikut.

1) Baju kerja

2) Helm

3) Kaca mata

4) Sarung tangan

5) Sepatu

b. Unsur-unsur penunjang keamanan yang bersifat nonmaterial adalah sebagai berikut.

1) Buku petunjuk penggunaan alat

2) Rambu-rambu dan isyarat bahaya.

3) Himbauan-himbauan

4) Petugas keamanan

2. Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat

pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani, maupun sosial,

dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang

disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum.

Kesehatan dalam ruang lingkup kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja tidak

hanya diartikan sebagai suatu keadaan bebas dari penyakit. Menurut Undang-Undang Pokok

Page 21: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

21

Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960, BAB I pasal 2, keadaan seha diartikan sebagai kesempurnaan

keadaan jasmani, rohani, dan kemasyarakatan.

3. Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya selama

melakukan pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan salah sau faktor yang harus

dilakukan selama bekerja. Tidak ada seorang pun didunia ini yang menginginkan terjadinya

kecelakaan. Keselamatan kerja sangat bergantung .pada enis, bentuk, dan lingkungan dimana

pekerjaan itu dilaksanakan.

Unsur-unsur penunjang keselamatan kerja adalah sebagai berikut:

a) Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja yang telah dijelaskan diatas.

b) Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja.

c) Teliti dalam bekerja

d) Melaksanakan Prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan kesehatan kerja.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kesehatan, keselamatan, dan keamanan

kerja adalah upaya perlindungan bagi tenaga kerja agar selalu dalam keadaan sehat dan selamat

selama bekerja di tempat kerja. Tempat kerja adalah ruang tertutup atau terbuka, bergerak atau

tetap, atau sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan usaha dan tempat terdapatnya sumber-

sumber bahaya.

Kecelakaan kerja dapat dibedakan menjadi kecelakaan yang disebabkan oleh :

1. Mesin

2. Alat angkutan

3. Peralatan kerja yang lain

4. Bahan kimia

5. Lingkungan kerja

6. Penyebab yang lain

B. Tujuan Kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja.

Page 22: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

22

Kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja bertujuan untuk menjamin kesempurnaan

atau kesehatan jasmani dan rohani tenaga kerja serta hasil karya dan budayanya.Secara singkat,

ruang lingkup kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja adalah sebagaai berikut :

a. Memelihara lingkungan kerja yang sehat.

b. Mencegah, dan mengobati kecelakaan yang disebabkan akibat pekerjaan sewaktu bekerja.

c. Mencegah dan mengobati keracunan yang ditimbulkan dari kerja

d. Memelihara moral, mencegah, dan mengobati keracunan yang timbul dari kerja.

e. Menyesuaikan kemampuan dengan pekerjaan, dan

f. Merehabilitasi pekerja yang cedera atau sakit akibat pekerjaan.

Keselamatan kerja mencakup pencegahan kecelakaan kerja dan perlindungan terhadap

terhadap tenaga kerja dari kemungkinan terjadinya kecelakaan sebagai akibat dari kondisi kerja

yang tidak aman dan atau tidak sehat.

Syarat-syarat kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja ditetapkan sejak tahap

perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian,

penggunaan, pemeliharaan, dan penyimpanan bahan, barang, produk teknis, dan aparat

produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.

C. Undang-undang Keselamatan Kerja

UU Keselamatan Kerja yang digunakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja,

menjamin suatu proses produksi berjalan teratur dan sesuai rencana, dan mengatur agar proses

produksi berjalan teratur dan sesuai rencana, dan mengatur agar proses produksi tidak

merugikan semua pihak. Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan keselamatan

dalam melakukan pekerjaannya untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta

produktivitas nasional.

UU Keselamatan Kerja yang berlaku di Indonesia sekarang adalah UU Keselamatan Kerja

(UUKK) No. 1 tahun 1970. Undang-undang ini merupakan undang-undang pokok yang memuat

Page 23: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

23

aturan-aturan dasar atau ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja di segala macam

tempat kerja yang berada di wilayah kekuasaan hukum NKRI.

Dasar hukum UU No. 1 tahun 1970 adalah UUD 1945 asal 27 (2) dan UU No. 14 tahun

1969. Pasal 27 (2) menyatakan bahwa: “Tiap-tiap warganegara berhak atas pekerjaan dan

penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Ini berarti setiap warga Negara berhak hidup

layak dengan pekerjaan yang upahnya cukup dan tidak menimbulkan kecelakaan/ penyakit. UU

No. 14 tahun 1969 menyebutkan bahwa tenaga kerja merupakan modal utama serta pelaksana dari

pembangunan.

Ruang lingkup pemberlakuan UUKK dibatasi oleh adanya 3 unsur yang harus dipenuhi secara

kumulatif terhadap tempat kerja. Tiga unsur yang harus dipenuhi adalah:

a. Tempat kerja di mana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.

b. Adanya tenaga kerja, dan

c. Ada bahaya di tempat kerja.

UUKK bersifat preventif, artinya dengan berlakunya undang-undang ini, diharapkan kecelakaan

kerja dapat dicegah. Inilah perbedaan prinsipil yang membedakan dengan undang-undang yang

berlaku sebelumnya. UUKK bertujuan untuk mencegah, mengurangi dan menjamin tenaga kerja

dan orang lain ditempat kerja untuk mendapatkan perlindungan, sumber produksi dapat dipakai

dan digunakan secara aefisien, dan proses produksi berjalan lancar.

D. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA R.I

NOMOR: PER.04/MEN/1993

TENTANG

JAMINAN KECELAKAAN KERJA

BAB II

HAK DAN KEWAJIBAN TENAGA KERJA

Pasal 2

Page 24: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

24

1) Tenaga Kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak mendapatkan jaminan kecelakaan kerja

yang terdiri dari :

a. pengangkutan dari tempat kejadian ke Rumah Sakit yang terdekat atau ke rumahnya;

b. pemeriksaan, pengobatan dan atau perawatan di Rumah Sakit

c. biaya pemakaman.

2) Selain jaminan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) juga diberikan santunan berupa uang

yang terdiri dari :

a. santunan sementara tidak mampu bekerja sebagai pengganti upah;

b. santunan cacad sebagian untuk selama-lamanya;

c. santunan cacad total untuk selama-lamanya

d. santunan kematian.

3) Besarnya Jaminan Kecelakaan Kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) adalah

sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.

Pasal 3

1) Dalam hal tenaga kerja meninggal dunia karena kecelakaan kerja maka santunan kematian

sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2) huruf d dibayarkan kepada janda atau duda atau

anak yang menjadi tanggungannya.

2) Dalam hal janda atau duda atau anak tidak ada maka Jaminan Kematian dibayar sekaligus

kepada keturunan sedarah yang ada dari tenaga kerja menurut garis lurus ke bawah dan garis

lurus ke atas dihitung sampai derajat kedua.

3) Dalam hal tenaga kerja tidak mempunyai keturunan sedarah sebagaimana dimaksud dalam ayat

(2), maka Jaminan Kematian dibayarkan sekaligus kepada pihak yang ditunjuk oleh tenaga

kerja dalam wasiatnya.

Page 25: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

25

4) Dalam hal tidak ada wasiat biaya pemakaman dibayarkan kepada pengusaha atau pihak lain

guna pengurusan pemakamn

5) Dalam hal janda atau anak lebih dari satu orang, maka santunan sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) dibagi rata dan sama banyaknya antara mereka.

Pasal 4

Tenaga kerja berkewajiban memberikan daftar susunan keluarga yang menjadi

tanggungannya kepada perusahaan termasuk perubahannya

Pasal 12:

Huruf d: Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan

kesehatan kerja yang diwajibkan.

Huruf e: Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimanasyarat keselamatan dan

kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali

dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih

dipertanggungjawabkan.

Kewajiban tenaga kerja :

Pasal 12:

Huruf a: memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau

ahli keselamatan kerja.

Huruf b: Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.

Huruf c: Memenuhi dan mentaati syarat-syarat keselamatan kerja dan kesehatan kerja yang

diwajibkan.

E. Kewajiban Pengusaha

Kewajiban pengusaha/pengurus adalah :

1. Pasal 3 ayat 1: Melaksanakan syarat-syarat keselamatan kerja untuk:

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

b. Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran.

c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.

Page 26: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

26

d. Memberikan kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau

kejadian-kejadian lain yang berbahaya.

e. Memberikan pertolongan pada kecelakaan.

f. Memberikan alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.

g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu,

kotoran, asap, gas, dan hembusan.

h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun

psikis, peracunan, infeksi, dan penularan.

i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.

j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang cukup.

k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.

l. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban.

m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, lingkungan, cara, dan proses kerjanya.

n. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan, dan

penyimpanan barang.

o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.

p. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.

q. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya

kecelakaan menjadi bertambah tinggi.

2. Pasal 8:

Ayat 1: Pengurus diwajibkan memeriksa kesehatan badan, kondisi mental, dan

kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan

sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan kepadanya.

Ayat 2: Pengurus diwajibkan memeriksa semua tenaga kerja yang berada di bawah

pimpinannya, secara berkala pada dokter yang ditunjuk oleh pengusaha dan dibenarkan

oleh direktur.

3. Pasal 9:

Page 27: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

27

Ayat 1: Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru

tentang:

a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerja.

b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerja.

c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan.

d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.

Ayat 2: Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia

yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat tersebut di atas.

Ayat 3: Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang

berada di bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan

kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian

pertolongan pertama pada kecelakaan.

Ayat 4: Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat dan ketentuan-

ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankan.

4. Pasal 10 ayat 1: Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Pembina

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) guna memperkembangkan kerjasama, saling pengertian,

dan partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja

untuk melaksanakan tugas kewajiban bersama di bidang K3, dalam rangka melancarkan usaha

berproduksi.

5. Pasal 11 ayat 1: Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam

tempat kerja yang dipimpinnya pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

6. Pasal 14: Pengurus diwajibkan:

a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat-

syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai undang-undang ini dan semua

peraturan pelaksananya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada

tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai

pengawas atau ahli keselamatan kerja.

Page 28: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

28

b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya semua gambar keselamatan kerja

yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang

mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli

keselamatan kerja.

c. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan

pada tenaga kerja berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang

lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang

diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja.

Page 29: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

29

ERGONOMI

A. Definisi Ergonomi

Ergonomi yaitu ilmu yang penerapanya berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan

lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktivitas dan efisiensi

yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan factor manusia seoptimal-optimalnya. (Dr.

Suma’mur P.K, M.Sc : 1989 hal 1 ). Ergonomi adalah komponen kegiatan dalam ruang lingkup

hiperkes yang antara lain meliputi penyerasian pekerjaan terhadap tenaga kerja secara timbale

balik untuk efisiensi dan kenyamanan kerja.

Contoh : suatu perusahaan kerajinan mengubah cara kerja duduk di lantai dengan bekerja di

meja kerja, mengatur tata ruangan menjadi lebih baik, mengadakan ventilasi, menambah

penerangan, mengadakan ruang makan, mengorganisasi waktu istirahat, menyelenggarakan

pertandingan olahraga, dan lain-lain. Dengan usaha ini, keluhan-keluhan tenaga kerja berkurang

dan produksi tidak pernah terganggu oleh masalah-masalah ketenagakerjaan. Dengan begitu,

produksi dapat mengimbangi perluasan dari pemasaran.

Ergonomi mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan manusia.

Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat

dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia

ialah untuk menurunkan stress atau tekanan yang akan dihadapi. Salah satu upaya yang dilakukan

antara lain menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan,

pengaturan suhu, cahaya dan kelembapan. Hal ini bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh

manusia. Ada salah satu definisi yang menyebutkan bahwa ergonomi bertujuan untuk “fitting the

job to the worker”. Ergonomi juga bertujuan sebagai ilmu terapan biologi manusia dan

hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar mendapatkan

kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan produktivitasnya. (ILO)

B. Tujuan Ergonomi

Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja di mulai dari yang sederhana dan

pada tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan ergonomi akan dapat meningkatkan efisiensi,

Page 30: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

30

efektivitas dan produktivitas kerja, serta dapat menciptakan system serta lingkungan yang cocok,

aman, nyaman dan sehat.

Adapun tujuan penerapan ergonomic adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental dengan meniadakan beban kerja

tambahan(fisik dan mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan meningkatkan

kepuasan kerja

2. Meningkatkan kesejahteraan social dengan jalan meningkatkan kualitas kontak sesame

pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan system kebersamaan

dalam tempat kerja.

3. Berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik, ekonomi,

antropologi dan budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan meningkatkan efisiensi

sistem manusia-mesin.

C. Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi:

1. Tehnik

2. Fisik

3. Pengalaman psikis

4. Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendian

5. Sosiologi

6. Fisiologi, kaitanya dengan temperature tubuh, oxygen up take, dan aktifitas otot

7. Desain, dll

D. Manfaat Ergonomi

1. Menurunnya angka kesakitan akibat kerja.

2. Menurunnya kecelakaan kerja.

3. Biaya pengobatan dan kompensasi berkurang.

4. Stress akibat kerja berkurang.

5. Produktivitas membaik.

6. Alur kerja bertambah baik.

7. Rasa aman karena bebas dari gangguan cedera.

Page 31: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

31

8. Kepuasan kerja meningkat

E. Metode-metode Ergonomi

1. Diagnosis

Dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja, penilaian

fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomi checklist dan pengukuran lingkungan kerja

lainnya. variasi akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks.

2. Treathment

Dapat dilakukan dengan cara perubahan posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela

yang sesuai, Membeli furniture sesuai dengan dimensi fisik pekerja

3. Follow up

Bisa dilakukan dengan cara menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri

bahu dan siku, keletihan, sakit kepala dan lain-lain.

F. Pengembangan penerapan ergonomi

1. Pengorganisasian kerja

Semua sikap tubuh membungkuk atau sikap tubuh yang tidak alamiah harus dihindari.

Fleksi tubuh atau kepala ke arah samping lebih melelahkan dari sedikit membungkuk

ke depan. Sikap tubuh yang disertai paling sedikit kontraksi otot statis dirasakan paling

nyaman.

Posisi ekstensi lengan yang terus-menerus baik ke depan, maupun ke samping harus

dihindari. Selain menimbulkan kelelahan, posisi lengan seperti itu sangat mengurangi

ketepatan kerjadan ketrampilan aktivitas tangan.

Selalu diusahakan agar bekerja dilakukan sambil duduk. Sikap kerja denagn

kemungkinan duduk dan berdiri silih berganti juga dianjurkan.

Kedua lengan harus bergerak bersama-sama atau dalam arah yang berlawanan. Bila

hanya satu lengan saja yang bergerak terus-menerus, maka otot-otot tubuh yang lainnya

akan berkontraksi statis. Gerakan berlawanan memungkinkan pula pengendalian saraf

yang lebih cermat terhadap kegiatan pekerjaan tangan.

Page 32: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

32

2. Bangku atau meja kerja

Pembuatan bangku dan meja kerja yang buruk atau mesin sering-sering adalah penyebab kerja

otot statis dan posisi tubuh yang tidak alamiah. Maka syarat-syarat bangku kerja yang benar adalah

sebagai berikut :

Tinggi area kerja harus sesuai sehingga pekerjaan dapat dilihat dengan mudah dengan jarak

optimal dan sikap duduk yang enak. Makin kecil ukuran benda, makin dekat jarak lihat

optimal dan makin tinggi area kerja.

Pegangan, handel, peralatan dan alat-alat pembantu kerja lainnya harus ditempatkan

sedemikian pada meja atau bangku kerja, agar gerakan-gerakan yang paling sering

dilakukan dalam keadaan fleksi.

Kerja otot statis dapat dihilangkan atau sangat berkurang dengan pemberian penunjang

siku, lengan bagian bawah, atau tangan. Topangan-topangan tersebut harus diberi bahan

lembut dan dapat di stel, sehingga sesuai bagi pemakainya.

3. Sikap kerja

Tempat duduk

Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga orang yang bekerja dengan sikap

duduk mendapatkan kenyamanan dan tidak mengalami penekanan-penekanan pada bagian

tubuh yang dapat mengganggu sirkulasi darah.

Meja kerja

Tinggi permukaan atas meja dibuat setinggi siku dan disesuaikan dengan sikap tubuh

pada saat bekerja.

Luas pandangan

Daerah pandangan yang jelas bila pekerja berdiri tegak dan diukur dari tinggi mata

adalah 0-30° vertical kebawah, dan 0-50° horizontal ke kanan dan ke kiri

4. Proses kerja

Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai

dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.

Page 33: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

33

5. Tata letak tempat kerja

Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang

berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.

6. Mengangkat beban

Bermacam cara dalam mengangkat beban yakni dengan kepala, bahu, tangan, punggung , dll.

Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian

akibat gerakan yang berlebihan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan mengangkat dan mengangkut adalah

sebagai berikkut :

1. Beban yang diperkenakan, jarak angkut dan intensitas pembebanan.

2. Kondisi lingkungan kerja yaitu keadaan medan yang licin, kasar, naik turun dll.

3. Keterampilan bekerja

4. Peralatan kerja beserta keamanannya

Cara-cara mengangkut dan mengangkat yang baik harus memenuhi 2 prinsip kinetis yaitu :

1. Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang keluar dan sebanyak mungkin otot

tulang belakang yang lebih lemah dibebaskan dari pembebanan

2. Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan.

Penerapan :

1. Pegangan harus tepat

2. Lengan harus berada sedekatnya pada badan dan dalam posisi lurus

3. Punggung harus diluruskan

4. Dagu ditarik segera setelah kepala bisa di tegakkan lagi seperti pada permulaan gerakan

5. Posisi kaki di buat sedemikian rupa sehingga mampu untuk mengimbangi momentum yang

terjadi dalam posisi mengangkat

6. Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap garis vertical yang melalui pusat

grafitas tubuh.

7. menjinjing beban

Tabel 1 beban yang diangkaat tidak melebihi aturan yang ditetapkan

Page 34: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

34

Jenis

kelamin

Umur(th) Beban yang disarankan (kg)

Laki-laki 16-18 15-20

>18 40

wanita 16-18 12-15

>18 15-20

G. Keluhan-keluhan di tempat kerja yang berkaitan dengan ergonomia.

Ketidaktepatan kursi kerja, menyebabkan keluhan kepala, leher, bahu, pinggang, bokong,

lengan, tangan, lutut, kaki, dan paha

1. Kelelahan fisik

Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan diperbaiki

performansnya seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat

dan tidur yang cukup.

a) Kelelahan yang sumber utamanya adalah mata (kelelahan visual)

Mata merupakan indera yang mempunyai peranan penting dalam penyelesaian

pekerjaan.

b) Kebisingan

Pengaruh kebisingan secara keseluruhan adalah:

Kerusakan pada indera pendengaran

Gangguan komunikasi dan timbulnya salah pengertian

Pengaruh faal seperti gangguan psikomotor, gangguan tidur dan efek-efek saraf otonom

Efek psikologis

2. Kelelahan yang patologis

Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-tiba dan berat

gejalanya.

3. Psikologis dan emotional fatique

Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis “mekanisme melarikan

Page 35: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

35

diri dari kenyataan” pada penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja akan

mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja.

Sebab –sebab

kelelahan:

1. Monotomi

2. Beban dan lama

kerja

3. Lingkungan

4. Faktor kejiwaan

5. Sakit , rasa sakit ,

gizi

Penyegaran:

1. Kepemimpi-nan

2. Manajemen

3. Pehatian terhadap keluarga

4. Perorgani-sasian kerja

5. Kesehatan dan kesejah-teraan ter-masuk upah dan

gizi

H. Waktu bekerja dan istirahat yang baik bagi pekerja

a) Lama bekerja

Lamanya pekerja dalam sehari yang baik pada umumnya 6 – 8 jam sisanya untuk istirahat

atau kehidupan dalam keluarga dan masyarakat. Dalam hal lamanya kerja melebihi ketentuan-

ketentuan yang ada, perlu diatur istirahat khusus dengan mengadakan organisasi kerja secara

khusus pula.pengaturan kerja demikian bertujuan agar kemampuan kerja dan kesegaran jasmani

serta rohani dapat dipertahankan.

b) Istirahat

Terdapat 4 jenis istirahat yaitu :

istirahat secara spontan adalah istirahat pendek setelah pembebanan

Page 36: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

36

istirahat curian terjadi jika beban kerja tidak di imbangi oleh kemampuan kerja.

Istirahat yang ditetapkan adalah istirahat atas dasar ketentuan perundang-undangan

Istirahat oleh karena proses kerja tergantung dari bekerjanya mesin peralatan atau

prosedur-prosedur kerja

I. Upaya kesehatan kerja

1) Gizi dan produktivitas

Dalam bekerja seorang pekerja dalam kehidupannya memerlukan kalori makanan yang cukup

demi menunjang aktivitas para pekerja. Adapun susunan yang baik bagi pekerja adalah sebagai

berikut :

a. Makan pokok, yakni :

1. Bahan makan yang lazim dimakan dengan porsi besar sehingga diharapkan dapat

menjamin tenaga (kalori) yang besar pula

2. Bahan makanan setempat, yang mudah didapatkan atau yang sesuai dengan selera

keluarga

3. Bahan-bahan ini berupa beras, jagung, sagu, ubi, dll

b. Lauk pauk, yakni :

1. Bahan makan yang lazim dapat menjamin pertumbuhan tubuh atau mengganti bagian

badan yang aus dan rusak

2. Bahan-bahan ini berupa kedelai, kacang, tempe, tahu, dll

c. Sayuran, yakni :

1. Bahan makan yang lazim dapat mempertahankan tubuh, dalam keadaan sehat atau

mempertahankan tubuh terhadap serangan atau penyakit

2. Sayuran yang berwarna lebih baik khasiatnya misalnya kangkung, bayam, wortel, tomat,

dll

d. Buah yakni;

1. Bahan makan yang gunya hampir seperti sayuran

2. Di Indonesia buah terkenal sebagai pencuci mulut

3. Setelah makan dan biasa dimakan dan sebagai maknan extra diluar waktu-waktu makan.

Sebaiknya buah-buahan yang sesuai dengan musimnya sebab relative lebih murah

Page 37: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

37

2) Penerangan dan dekorasi

Penerangan dan dekorasi yaitu keserasian fungsi mata terhadap pekerjaan dan kegairahan atas

dasar faktor kejiwaan.

Intensitas penerangan

Tabel 2 Pedoman intensitas penerangan

Pekerjaan Contoh-contoh Tingkat penerangan yang

perlu

Tidak teliti Penimbunan barang 80 – 70

Agak teliti Pemasangan (tidak teliti) 170 – 350

Teliti Membaca, menggambar 350 – 700

Sangat teliti Pemasangan(teliti) 700– 10.000

Warna di tempat kerja

Warna yang dipakai di tempat kerja sangat berpengaruh karena menimbulkan

penciptaan kontras warna agar tangkapan mata dan pengadaan lingkungan psikologis yang

optimal.

3) Pemeliharaan pendengaran dan penggunaan musik

a. Kebisingan,efek dan pencegahannya

Adapun pengaruh kebisingan secara keseluruhan adalah:

Kerusakan pada indera pendengaran

Gangguan komunikasi dan timbulnya salah pengertian

Pengaruh faal,seperti gangguan psikomotor, gangguan tidur, dan efek-efek saraf

otonom

Efek psikologis yaitu perasaan terganggu dan ketidaksenangan

b. Music dan pekerjaan

Musik dalam kerja diharapkan meningkatkan kegairahan dan kesegaran, tetapi musik

tidak dapat dipergunakan dalam pekerjaan yang memiliki kebisingan tinggi, karena pada

keadaan seperti itu music menambah besarnya gangguan. Musik dapat dimainkan pada saat

Page 38: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

38

sebelum bekerja, Ketika bekerja, pada waktu istirahat atau ketika pulang menurut

keperluan.

4) Olahraga dan kesegaran jasmani

Mengingat pentingnya kesegaran jasmani untuk kesehatan dan produktivitas maka

pembinaan kesegaran jasmani perlu mendapat perhatian yang lebih, sungguh-sungguh baik

berupa pelaksanaan, pembinaan kesegaran jasmani yang khusus maupun melalui berbagai

kegiatan olahraga. Pembinaan kesegaran jasmani perlu dilaksanakan sejak seleksi

karyawan yang berupa tes kesegaran jasmani. Misalnya, program aerobic dari cooper.

Page 39: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

39

Page 40: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

40

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

40

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

40

Page 41: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

41

DAFTAR PUSTAKA

Jayaratnam J, Buku Ajar Praktek Kedokteran Kerja.EGC : Jakarta , 2010

Harrington JM, Gill. Buku Saku Kesehatan Kerja. EGC : Jakarta , 2005

Ganong, W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.EGC : Jakarta

Guyton AC, Hall JE. Textbook of Medical Physiology. 11st ed. Pennsylvania: Elsevier

Saunder, 2006

______________, Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI

Himpunan Peraturan Perundang-undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 2000. Ditjen

Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan Depnakertrans RI.

Jakarta.

Kumpulan Peraturan Perundangan Pemerintah Mengenai Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

1999. PT Jamsostek. Jakarta.

Pungky W. (Editor). 2003. Himpunan Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Edisi

Kedua. Depnakertrans RI. Jakarta.

Yanri, Z., S. Harjani, dan M. Yusuf (Editor). 1999. Himpunan Peraturan Perundangan

Kesehatan Kerja. Edisi Kedua. PT Citratama Bangun Mandiri. Jakarta.

Yanri, Z. (Editor). 2002. Himpunan Peraturan Perundangan Kesehatan Kerja. Cetakan

Kedua. Dicetak oleh Sekretariat ASEANOSHNET. Jakarta.

Page 42: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

42

Lampiran 1

HASIL DISKUSI

1. Bagaimana penanganan sebagai dokter terhadap pasien seperti di kasus scenario?(puspa)

2. Apa tujuan dari K3?(sunaryo)

3. Bagaimana Mekannisme nyeri otot dengan posisi yang salah menutut scenario?(Asma)

4. Bagaimana hak karyawan dan kewajiban perusahaan dalam K3?(reka)

5. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada kasus ini?(lisna)

6. Bagaimana pencegahan agar tidak terjadi gangguan system musculoskeletal?(erfika)

Jawaban

1) Penanganan nya berikan obat-obatan ,bisa analgetik untuk mengatasi nyeri nya.

Kemudian disaran kan untuk istirahat, dan yang paling penting kita laporkan kepada

perusahaan untuk memperbaiki ergonomic tempat kerja nya sehingga karyawan nya tidak

mengeluh sakit lagi,

2) Kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja bertujuan untuk menjamin

kesempurnaan atau kesehatan jasmani dan rohani tenaga kerja serta hasil karya dan

budayanya.

Secara singkat, ruang lingkup kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja adalah

sebagaai berikut :

a. Memelihara lingkungan kerja yang sehat.

b. Mencegah, dan mengobati kecelakaan yang disebabkan akibat pekerjaan

sewaktu bekerja.

c. Mencegah dan mengobati keracunan yang ditimbulkan dari kerja

d. Memelihara moral, mencegah, dan mengobati keracunan yang timbul dari kerja.

Page 43: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

43

e. Menyesuaikan kemampuan dengan pekerjaan, dan Merehabilitasi pekerja yang

cedera atau sakit akibat pekerjaan.

3) Ganong, menguraikan bahwa rangsang berulang yang diberikan sebelum masa relaksasi

akan menghasilkan penggiatan tambahan terhadap elemen kontraktil, dan tampak adanya

respon berupa peningkatan kontraksi. Fenomena ini dikenal sebagai penjumlahan

kontraksi. Tegangan yang terbentuk selama penjumlahan kontraksi jauh lebih besar

dibandingkan dengan yang terjadi selama kontraksi kedutan otot tunggal. Dengan

rangsangan berulang yang cepat, penggiatan mekanisme kontraktil terjadi berulang-ulang

sebelum sampai pada masa relaksasi. Masing-masing respon tersebut bergabung menjadi

satu kontraksi yang berkesinambungan yang dinamakan tetanik atau kontraksi otot yang

berlebihan (kram otot).

Setiap pulsa kalsium berlangsung sekitar 1/20 detik dan menghasilkan apa yang disebut

sebagai kedutan otot tunggal. Penjumlahan terjadi apabila kalsium dipertahankan dalam

kompartemen intrasel oleh rangsangan saraf berulang pada otot. Penjumlahan berarti masing-

masing kedutan menyebabkan penguatan kontraksi. Apabila stimulasi diperpanjang, maka

kedutan-kedutan individual akan menyatu sampai kekuatan kontraksi maksimum. Pada titik ini,

terjadi kram otot sampai dengan tetani yang ditandai oleh kontraksi mulus berkepanjangan.

Menurut Ganong, satu potensial aksi tunggal menyebabkan satu kontraksi singkat yang

kemudian diikuti relaksasi. Kontraksi singkat seperti ini disebut kontraksi kedutan otot. Potensial

aksi dan konstraksi diplot pada skala waktu yang sama. Kontraksi timbul kira-kira 2 mdet setelah

dimulainya depolarisasi membran, sebelum masa repolarisasi potensial aksi selesai. Lamanya

kontraksi kedutan beragam, sesuai dengan jenis otot yang dirangsang.

Jadi mekanisme kram dapat disimpulkan

Rangsang berulang yang diionkan sebelum masa relaksasimenghasilkan penggiatan

tambahan pada elemen kontraktil, dan tampak adanya respon berupa peningkatan kontraksi.

Tegangan yangterbentuk sebelum penambahan kontraksi lebih besar dari kontraksikedutan.

Dengan rangsangan yang hilang dengan cepat penggiliran mekanisme kontraksi terjadi

berulang-ulang sebelum mencapai masa relaksasi.

Page 44: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

44

4) Masing-masing respon tersebut digabung jadi satu kontraksi berkesinambungan yang

dinamakan tetanik atau mekanisme otot berlebihan atau kram otot.

5) Hak karyawan

Pasal 2

Tenaga Kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak mendapatkan jaminan kecelakaan

kerja yang terdiri dari :

a. pengangkutan dari tempat kejadian ke Rumah Sakit yang terdekat atau ke rumahnya;

b. pemeriksaan, pengobatan dan atau perawatan di Rumah Sakit

c. biaya pemakaman.

4) Selain jaminan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) juga diberikan santunan berupa uang

yang terdiri dari :

a. santunan sementara tidak mampu bekerja sebagai pengganti upah;

b. santunan cacad sebagian untuk selama-lamanya;

c. santunan cacad total untuk selama-lamanya

d. santunan kematian.

5) Besarnya Jaminan Kecelakaan Kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) adalah

sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.

Pasal 3

1) Dalam hal tenaga kerja meninggal dunia karena kecelakaan kerja maka santunan kematian

sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2) huruf d dibayarkan kepada janda atau duda atau

anak yang menjadi tanggungannya.

Page 45: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

45

2) Dalam hal janda atau duda atau anak tidak ada maka Jaminan Kematian dibayar sekaligus

kepada keturunan sedarah yang ada dari tenaga kerja menurut garis lurus ke bawah dan garis

lurus ke atas dihitung sampai derajat kedua.

3) Dalam hal tenaga kerja tidak mempunyai keturunan sedarah sebagaimana dimaksud dalam ayat

(2), maka Jaminan Kematian dibayarkan sekaligus kepada pihak yang ditunjuk oleh tenaga

kerja dalam wasiatnya.

4) Dalam hal tidak ada wasiat biaya pemakaman dibayarkan kepada pengusaha atau pihak lain

guna pengurusan pemakamn

5) Dalam hal janda atau anak lebih dari satu orang, maka santunan sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) dibagi rata dan sama banyaknya antara mereka.

Pasal 4

Tenaga kerja berkewajiban memberikan daftar susunan keluarga yang menjadi tanggungannya

kepada perusahaan termasuk perubahannya

Pasal 12:

Huruf d: Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan

kerja yang diwajibkan.

Huruf e: Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimanasyarat keselamatan dan kesehatan

kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal

khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih

dipertanggungjawabkan.

Kewajiban Pengusaha

Kewajiban pengusaha/pengurus adalah :

1. Pasal 3 ayat 1: Melaksanakan syarat-syarat keselamatan kerja untuk:

Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran.

Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.

Page 46: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

46

Memberikan kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau

kejadian-kejadian lain yang berbahaya.

Memberikan pertolongan pada kecelakaan.

Memberikan alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.

Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu,

kotoran, asap, gas, dan hembusan.

Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun

psikis, peracunan, infeksi, dan penularan.

Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.

Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang cukup.

Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.

Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban.

Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, lingkungan, cara, dan proses kerjanya.

Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan, dan

penyimpanan barang.

Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.

Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.

Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya

kecelakaan menjadi bertambah tinggi.

2. Pasal 8:

Ayat 1: Pengurus diwajibkan memeriksa kesehatan badan, kondisi mental, dan kemampuan

fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat

pekerjaan yang diberikan kepadanya.

Ayat 2: Pengurus diwajibkan memeriksa semua tenaga kerja yang berada di bawah

pimpinannya, secara berkala pada dokter yang ditunjuk oleh pengusaha dan dibenarkan oleh

direktur.

3. Pasal 9:

Page 47: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

47

Ayat 1: Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru

tentang:

a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerja.

b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerja.

c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan.

d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.

Ayat 2: Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia yakin

bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat tersebut di atas.

Ayat 3: Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang

berada di bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta

peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama pada

kecelakaan.

Ayat 4: Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat dan ketentuan-

ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankan.

4. Pasal 10 ayat 1: Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Pembina

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) guna memperkembangkan kerjasama, saling pengertian,

dan partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja

untuk melaksanakan tugas kewajiban bersama di bidang K3, dalam rangka melancarkan usaha

berproduksi.

5. Pasal 11 ayat 1: Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam

tempat kerja yang dipimpinnya pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

6. Pasal 14: Pengurus diwajibkan:

d. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat-

syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai undang-undang ini dan semua

peraturan pelaksananya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada

tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai

pengawas atau ahli keselamatan kerja.

Page 48: Modul 1-Kel3 Blok Okupasi

Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi

48

e. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya semua gambar keselamatan kerja

yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang

mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli

keselamatan kerja.

f. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan

pada tenaga kerja berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang

lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang

diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja.

6) Pemeriksaan Radiologis

7) Pencegahan nya :

Pengidentifikasian besarnya masalah yang ada di lingkungan kerja

Anlisis terhadap lingkungan kerja, jadwal, dan kecepatan kerja kelompok kerja yang

beresiko mengalami penyakit ini, sikap/posisi kerja, peralatan yang digunakan.

Redesain tugas kerja untuk mengurangi stress fisik terhadap alat bantu para pekerja

harus dilaksanakan secara menyeluruh.

Intervensi ergonomi yang memadai, seperti:

o Memperbaiki lingkungan kerja, peralatan dan organisasi tugas kerja menurut

prinsip-prinsip ergonomi.

o Memberikan variasi untuk tugas-tugas yang beresiko menimbulkan penyakit ini.

Training/pelatihan perlu dilakukan secara reguler untuk memberikan masukan tentang;

perhatian terhadap tugas-tugas yang beresiko tinggi, cara kerja yang sehat, penggunaan

peralatan/mesin yang benar, maksud dan tata cara penggunaan alat perlindungan diri

yang baik.