Page 1
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
1
Laporan Modul 1
Blok Kedokteran Okupasi
Kelompok 3 :
Arif Anggidinata
Puspa Ayu Navratilova
Erfika Yuliza
Reka Metha Reviana
Joseph Irwanto
Jefta Kurnia
Ary Gustry A.P
M.Sulfikar
Cahaya Cinta Utari
Eva Yanti
Sentosa Sinaga
Monica Nasution
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Prodi Pendidikan Dokter
Universitas Batam
2012
Page 2
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
2
Daftar isi
Daftar Isi.................................................................................................................................2
Pendahuluan
Latar belakang ........................................................................................................................3
Metode Seven Jump
Skenario..................................................................................................................................4
Kata-kata Sulit ........................................................................................................................4
Keyword .................................................................................................................................4
Key problem ...........................................................................................................................5
Pertanyaan .............................................................................................................................5
Tujuan Pembelajaran ..............................................................................................................5
Sasaran Pembelajaran .............................................................................................................6
Mind Map ...............................................................................................................................6
Pembahasan
Anatomi dan fisiologi .......................................................................................................7
Kelainan Muskuloskeletal Akibat Kerja
Etiologi.............................................................................................................................11
Mekanisme Keluhan .........................................................................................................11
Penegakan diagnose..........................................................................................................14
Penatalaksanaan................................................................................................................17
Komplikasi dan Prognosis.................................................................................................18
Pencegahan.......................................................................................................................19
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.....................................................................................20
Ergonomi..........................................................................................................................29
Daftar pustaka...................................................................................................................41
Page 3
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
3
PENDAHULUAN
Latar belakang
Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan unsur penting yang harus dimiliki oleh
suatu organisasi suatu perusahaan. Dalam manajemen Sumber Daya Manusia , manusia merupakan
faktor penting pendukung maju tidaknya suatu perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus
dapat mengelola dengan baik unsur manusia sebagai tenaga kerja dan asset berharga yang dimiliki
oleh perusahaan. Sehingga kesehatan dan keselamatan kerja haruslah dijamin oleh perusahaan
tersebut.
Gejala nyeri di daerah leher, bagian atas punggung, bahu , lengan atau tangan, merupakan
gejala yang seringkali timbul pada individu pekerja. Biasanya mulai dari suatu tempat tertentu
yang dapat menyebar ke seluruh anggota badan atas, kadang-kadang diikuti gangguan sensibilitas.
Biasanya rasa nyeri bertambah berat dengan adanya stress mental, sebaliknya berkurang pada saat
istirahat panjang. Biasanya gejala tersebut diakibatkan oleh ergonomi tempat kerja yang tidak
sesuai dengan prosedur, Gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh ancaman bahaya kerja
ergonomic secara kolektif dikenal sebagai Work related musculoskeletal disorder (WMSDs). Di
lingkungan industri , WMSDs termasuk kelompok penyakit musculoskeletal akibat kerja yang
paling sering dialami oleh pekerja .
Tujuan penulisan laporan modul ini adalah, karena merupakan salah satu kewajiban mahasiswa
untuk menyelesaikan tugas yang diberikan pada modul 1 Blok Okupasi.
Page 4
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
4
Skenario
Seorang wanita berusia 32 tahun datang dengan riwayat kekakuan dan nyeri pada leher dan
bahu kanan sejak 1 bulan sebelumnya.ia juga mengeluh adanya rasa letih pada lengan dan tangan
kanan disertai keram yang terjadi sesekali serta rasa baal pada jari tangan. Dari pemeriksaan fisik
ditemukan nyeri tekan otot trapezius bilateral (lebih dirasakan pada sisi kanan) dan nyeri tekan otot
ekstensor lengan bawah . leher terasa nyeri saat kepala di putar maksimal kea rah samping dan
dimiringkan . pemeriksaan neurologis normal.
Saat ditanya , ia mengaku bahwa untuk pekerjaan nya saat itu sebagai operator mesin
pembukuan, ia telah bekerja selama kira-kira 3 bulan.
Analisis tempat kerja menunjukan bahwa ia harus duduk miring kea rah kiri meja dengan leher
yang di tekuk kea rah depan. Lengan kanan di angkat dari meja sedangkan tangan meraba
keyboard pada mesin pembukuan. Ketinggian meja ditemukan terlalu tinggi terhadap kursi
sehingga ia harus mengangkat lengan kanan tinggi-tinggi dan memiringkan badannya sebagai
kompensasi masalah ketinggian tersebut.
Kata Sulit
Baal = kebal (tentang rasa) hilang nya rasa karena kedinginan , disuntik dan sebagainya
sehingga tidak lagi berasa dingin , sakit, dan sebagainya.
Keram = kejang otot (pada otot kaki dan perut) dan sebagainya
Otot trapezius = otot yang menyusun struktur punggung manusia
Otot ekstensor lengan bawah = otot ekstersor dan anduktor pada sandi pergelangan tangan
manusia
Kata Kunci
Waita 32 tahun
Keluhan :
o Rasa letih pada lengan dan tangan kanan
o Disertai keram yang terjadi sesekali serta rasa baal pada jari tangan
Riwayat : kekakuan dan nyeri pada leher dan bahu kanan sejak 1bulan sebelumnya
Page 5
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
5
Dari pemeriksaan fisik di dapat :
o Nyeri tekan otot trapezius bilateral (lbh diresakan pada sisi kanan)
o Nyeri tekan otot ekstensor lengan bawah
o Leher terasa nyeri saat kepala diputar ke samping
o Pemeriksaan neurologis normal
Pekerjaannya saat itu sebagai operator mesin pembukuan selama 3 bulan
Analisis tempat kerja ditemukan ketinggianmeja terlalu tinggi daripada kursi sehingga
harus mengangkat lengan tinggi-tinggi
Kunci Pemasalahan
Wanita 32 tahun mengalami nyeri leher , bahu dan lengan akibat kerja selama 3 bulan
Pertanyaan
1. Bagaimana anatomi otot trapezius dan otot ekstensor lengan bawah?
2. Bagaimana fisiologi kontraksi otot ?
3. Apa yang menyebabkan nyeri leher, bahu, dan lengan akibat kerja ?
4. Bagaimana mekanisme terjadinya (keluhan) nyeri leher, bahu dan lengan akibat kerja ?
5. Bagaimana pengaruh pekerjaan dengan keluhan nya ?
6. Bagaimana ergonomic tempat kerja ?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang lainnya?
8. Bagaimana pencegahan untuk menghindari keluhan ?
9. Bagaimana penatalaksanaan pada keluhan dan penyakitnya ?
10. Bagaimana dampak yang terjadi jika penyaitnya tidak segera diobati/ditangani?
11. Bagaimana keselamatan dan kesehatan kerja yang seharusnya ?
12. Bagaimana hak dan kewajiban tenaga kerja dan perusahaan ?
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang
gangguan musculoskeletal akibat kerja
Page 6
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
6
Sasaran pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan , tentang :
1. Anatomi otot trapezius
2. Fisiologi kontraksi otot
3. Etiologi dan fak.predisposisi gangguan musculoskeletal akibat kerja
4. Mekanisme keluhan
5. Ergonomic tempat kerja
6. Penegakan diagnosa dari gangguan musculoskeletal akibat kerja
7. Penatalaksanaan dari gangguan musculoskeletal akibat kerja
8. Komplikasi dan prognosis dari gangguan musculoskeletal akibat kerja
9. Pencegahan dari gangguan musculoskeletal akibat kerja
10. Hak dan kewajiban tenaga kerja
11. Hak dan kewajiban pengusaha
12. Keselamatan dan kesehatan kerja
Mind Mapp
WRMDs (Work relatedMusculoskeletal
disorder)
Anatomi
PenegakanDioagnosa
fisiologi
Etiologi danFak.Predisposisi
Mekanisme
Penatalaksanaan
Pencegahan
K3
Hak dankewajiban
Tenaga kerjadan pengusaha
Ergonomitempat kerja
BasicScience
Komplikasidan
Prognosis
Page 7
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
7
PEMBAHASAN
ANATOMI
Otot trapezius.
Otot trapezius dibagi menjadi beberapa bagian :
a. Uppertrapezius
Origo : Squama ossia occipital diantara linea suprema dan linea nuchalis superior
Insertion : sepertiga acromeon clavikula
Fungsinya : menahan gelang bahu dan lengan agar tidak jatuh. Rotasi kepala ke arah
kontra lateral.
b. Middle Trapezius
Origo : Procesus spinatus pada vertebra dan cervical bawah dan thorakal atas
Insertion : Pada acromeon
Page 8
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
8
Fungsi : Menarik scapula dan rotasi scapula kea rah medial.
c. Lower Trapezius
Origo : Processus spinosus vertebra thorakal tengah sampai bawah.
Insertion : pada spina scapula
Fungsi : menarik scapula dan rotasi scapula ke arah kauda
M.ekstensor Lengan Bawah
a. M.ekstensor Carpi radialis Longus
Origo : crista supra condylaris lateralis humerus
Insertion : basis metacarpal 11
Innervasi : N.radialis C6 dan C7
Fungsi : ekstensi dan abduksi tangan
b.. M.Ekstensor Carpi radialis brevis
Page 9
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
9
Origo : epicondylus lateralis humeri
Insertion : basis metacarpal 3
Innervasi : R.profundus n.radialis C7 dan C8
a. M.ekstensor digitorum
Origo : epicondylus lateralis humeri
Innservasi : perluasan ekstensor keempat jari medial
Funsi : ekstensi keempat jari medial
b. M.ekstensor digiti minimi
Origo : epicondylus lateralis humeri
Insertion : perluasan ekstensor jari kelima
Fungsi : ekstensi jari kelima
c. M.ekstensor carpi ulnaris
Origo: epicondylus lateralis humeri
Insertion : basis metacarpal V.
Fungsi : ekstensi dan aduksi tangan.
FISIOLOGI
Kontraksi otot
- Potensial Aksi
1. Tahap Istirahat (-90 milivolt dalam membrane)
2. Tahap Depolarisai ( membrane permeable terhadap ion natrium (muatan positif) –
dari -90 milivolt makin mendekati positif.
3. Tahap Repolarisaai (kanal natrium mulai menutup) kalium terbuka – membuat
potensial membrane berangsur kembali ).
Mekanisme Kontraksi Otot
Page 10
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
10
1. Suatu potensial aksi berjalan di sepanjang sebuah saraf motorik sampai ke ujungnya
pada serabut otot.
2. Di setiap ujung, saraf mensekresi substansi neurotransmitter, yaitu astikolin ke celah
sinap.
3. Asetilkolin membuka kanal bergebang asetilkolin pada membrane serabut otot.
4. Terbukanya kanal- ion natrium berdifusi ke bagian dalam membrane serabut otot-
potensial aksi pada membrane.
5. Potensial aksi berjalan di sepanjang membrane serabut otot.
6. Potensial aksi menyebabkan reticulum sarkoplasma melepaskan sejumlah ion kalsium.
7. Ion-ion kalsium menimbulkan kekuatan tarik menarik antara filamin aktin dan myosin
– bergeser – kontraksi.
Page 11
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
11
Kelainan Muskuloskeletal Akibat Kerja
(Work Related Musculoskeletal Disorder, WMSDS)
WMSD adalah Kelainan muskuloskeletal (musculoskeletal disorder, MSD) meliputi saraf,
tendon, otot, dan struktur pendukung tubuh lainnya yang diakibatkan oleh pekerjaan.
Keadaan timbulnya WMSD pada pekerja umumnya diketahui dari keluhan pada otot pekerja
tersebut. Secara garis besar, keluhan pada otot dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu:
a. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi akibat otot dikenai suatu
beban, dan keluhan ini akan hilang bila pembebanan dihentikan.
b. Keluhan menetap (irreversible), yaitu keluhan otot yang walaupun pembebanan telah
dihentikan, sakit atau nyeri pada otot masih terasa.
A. ETIOLOGI
1. Pekerjaan yang sangat berulang
2. Pekerjaan yang membutuhkan sejumlah tenaga kerja atau menggunakan tenaga pada lengan
3. Postur yang janggal saat melakukan aktifitas tertentu
4. Tidak cukup waktu istirahat sehingga menjadi sangat letih
5. Tenaga kerja yang sudah berumur dengan daya tahan yang berkurang
6. Kelelahan saat bekerja
B. MEKANISME NYERI, KRAM, RASA BAAL DAN KEKAUAN
a. Mekanisme nyeri
secara sederhana dimulai dari transduksi stimuli akibat kerusakan jaringan dalam saraf sensorik
menjadi aktivitas listrik kemudian ditransmisikan melalui serabut saraf bermielin A delta dan saraf
tidak bermielin C ke kornu dorsalis medula spinalis, talamus, dan korteks serebri. Impuls listrik
tersebut dipersepsikan dan didiskriminasikan sebagai kualitas dan kuantitas nyeri setelah
mengalami modulasi sepanjang saraf perifer dan disusun saraf pusat. Rangsangan yang dapat
Page 12
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
12
membangkitkan nyeri dapat berupa rangsangan mekanik, suhu (panas atau dingin) danagen
kimiawi yang dilepaskan karena trauma/inflamasi.
Fenomena nyeri timbul karena adanya kemampuan system saraf untuk mengubah berbagai
stimuli mekanik, kimia, termal, elektris menjadi potensial aksi yang dijalarkan ke system
saraf pusat. Berdasarkan patofisiologinya nyeri terbagi dalam:
1. Nyeri nosiseptif atau nyeri inflamasi, yaitu nyeri yang timbul akibat adanya stimulus
mekanis terhadap nosiseptor.
2. Nyeri neuropatik, yaitu nyeri yang timbul akibat disfungsi primer pada system saraf
3. Nyeri idiopatik, nyeri di mana kelainan patologik tidak dapat ditemukan.
4. Nyeri spikologik
Berdasarkan faktor penyebab rasa nyeri ada yang sering dipakai dalam istilah nyeri
osteoneuromuskuler, yaitu :
1. Nociceptor mechanism.
2. Nerve or root compression.
3. Trauma ( deafferentation pain ).
4. Inappropiate function in the control of muscle contraction.
5. Psychosomatic mechanism
Refrensi lain mengatakan sensasi rasa nyeri dapat kita rasakan karena adanya suatu
mekanisme penghantaran impuls dalam tubuh kita. Nyeri berasal dari adanya jaringan yang rusak.
Jaringan yang rusak menginduksi biosintesis phospolipase menjadi asam arachidonat. Kemudian
asam arachidonat menghasilkan enzim Cyclooxygenase (COX) yang akan merangsang pelepasan
mediator nyeri berupa prostaglandin dan Tromboxant. Prostaglandin (PGE2) kemudian
mengaktifkan voltage gated channel sehingga terjadi perubahan potensial membran (Ion Na+
masuk kedalam sel), perubahan ini menghasilkan action potential, terjadi depolarisasi nociceptor
pada Free Nerve Ending. Transmisi impuls menjalar sepanjang saraf sensoris sampai ke dorsal
horn di spinal cord, bersilangan di medulla spinalis dan menuju Neospinothalamic tract (fast pain)
atau Paleospinothalamic tract (slow pain). Impuls kemudian masuk ke thalamus (yang merupakan
pusat emosi). Impuls kemudian menuju cortex cerebrum dan Interpretasi rasa nyeri pun terjadi.
Page 13
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
13
b. Rasa kebas/baal (numbness)
dapat dirasakan apabila mekanisme interpretasi sensasi nyeri dihambat karena ketidakstabilan
proses biokimiawi ion Na+. Sama halnya pada contoh dengan local anestesi mengahambat
pengeluaran ion Na+ dengan memblokir Na+ gated.
c. Hypertonus (Kaku) otot
dapat menyebabkan rasa sakit. Pada umumnya otot-otot yang terlibat adalah “postural system”.
Nosiseptif stimulus diterima oleh serabut-serabut afferent ke spinal cord, menghasilkan kontraksi
beberapa otot akibat “spinal motor reflexes”. Nosiseptif stimuli ini dapat dijumpai di beberapa
tempat seperti kulit visceral organ, bahkan otot sendiri. Reflek ini sendiri sebenarnya bermanfaat
bagi tubuh kita, misalnya “withdrawal reflex” merupakan mekanisme survival dari organisme.
Disamping berfungsi tersebut, kita juga sadari bahwa kontraksi-kontraksi tadi dapat
meningkatkan rasa sakit, melalui nosiseptor di dalam otot dan tendon. Makin sering dan kuat
nosiseptor tersebut terstimulasi, makin kuat reflek aktifitas terhadap otot-otot tersebut. Hal ini
akan meningkatkan rasa sakit, sehingga menimbulkan keadaan “vicious circle”,
kondisi ini akan diperburuk lagi dengan adanya ischemia local, sebagai akibat dari kontrksi
otot yang kuat dan terus menerus atau mikrosirkulasi yang tidak adekuat sebagai akibat dari
disregulasi system simpatik.
C. MEKANISME KRAM/BAAL OTOT
Ganong, menguraikan bahwa rangsang berulang yang diberikan sebelum masa relaksasi akan
menghasilkan penggiatan tambahan terhadap elemen kontraktil, dan tampak adanya respon berupa
peningkatan kontraksi. Fenomena ini dikenal sebagai penjumlahan kontraksi. Tegangan yang
terbentuk selama penjumlahan kontraksi jauh lebih besar dibandingkan dengan yang terjadi selama
kontraksi kedutan otot tunggal. Dengan rangsangan berulang yang cepat, penggiatan mekanisme
kontraktil terjadi berulang-ulang sebelum sampai pada masa relaksasi. Masing-masing respon
Page 14
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
14
tersebut bergabung menjadi satu kontraksi yang berkesinambungan yang dinamakan tetanik atau
kontraksi otot yang berlebihan (kram otot).
Setiap pulsa kalsium berlangsung sekitar 1/20 detik dan menghasilkan apa yang disebut
sebagai kedutan otot tunggal. Penjumlahan terjadi apabila kalsium dipertahankan dalam
kompartemen intrasel oleh rangsangan saraf berulang pada otot. Penjumlahan berarti masing-
masing kedutan menyebabkan penguatan kontraksi. Apabila stimulasi diperpanjang, maka
kedutan-kedutan individual akan menyatu sampai kekuatan kontraksi maksimum. Pada titik ini,
terjadi kram otot sampai dengan tetani yang ditandai oleh kontraksi mulus berkepanjangan.
Menurut Ganong, satu potensial aksi tunggal menyebabkan satu kontraksi singkat yang
kemudian diikuti relaksasi. Kontraksi singkat seperti ini disebut kontraksi kedutan otot. Potensial
aksi dan konstraksi diplot pada skala waktu yang sama. Kontraksi timbul kira-kira 2 mdet setelah
dimulainya depolarisasi membran, sebelum masa repolarisasi potensial aksi selesai. Lamanya
kontraksi kedutan beragam, sesuai dengan jenis otot yang dirangsang.
Jadi mekanisme kram dapat disimpulkan
Rangsang berulang yang diionkan sebelum masa relaksasimenghasilkan penggiatan
tambahan pada elemen kontraktil, dan tampak adanya respon berupa peningkatan kontraksi.
Tegangan yangterbentuk sebelum penambahan kontraksi lebih besar dari kontraksikedutan.
Dengan rangsangan yang hilang dengan cepat penggiliran mekanisme kontraksi terjadi
berulang-ulang sebelum mencapai masa relaksasi.
Masing-masing respon tersebut digabung jadi satu kontraksi berkesinambungan yang
dinamakan tetanik atau mekanisme otot berlebihan atau kram otot.
D.PENEGAKAN DIAGNOSA
Anamnesis
a) Anamnesis Umum : Identitas penderita
b) Anamnesis khusus:
Page 15
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
15
1.Keluhan utama penderita
2.Lokasi keluhan utama
3.Sifat keluhan utama
4.Lamanya keluhan
5.Faktor-faktor yang memperberat keluhan.
c) Inspeksi : Dilakukan dalam posisi statis dan dinamis penderita.
d) Tes Orientasi : Untuk melihat kemampuan aktivitas lengan.
e) Pemeriksaan Fungsi Dasar : Gerakan aktif, pasif dan tes isometrik melawan tahanan
sendi bahu.
f) Pemeriksaan Spesifik:
1.Tes intra artikular (Joint Play Movement) sendi bahu.
2.Tes kekuatan otot.
3.Tes koordinasi gerakan.
4.Tes sirkumferentia otot (lingkar otot) daerah bahu.
Pemeriksaan Penunjang
Rontgen
MRI
Penegakan diagnosis pada kasus
A. Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
Page 16
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
16
Atau sindrom terowongan carpal mungkin merupakan contoh WMSD yang paling dikenal.
CTS ini merupakan kondisi WMSD di area pergelangan tangan hingga ujung jari. CTS terjadi
akibat gerakan repetitif dari pergelangan tangan yang menekuk, memegang benda kerja atau
perkakas dengan sangat erat, atau secara terus-menerus menekankan pergelangan tangan pada
benda kerja yang keras. Gejala-gejala umum pada CTS ini adalah pergelangan tangan yang mati
rasa, terasa kebas, terasa seperti terbakar, dan nyeri. Dalam beberapa kasus, bahkan timbul tonjolan
otot di dasar ibu jari, telapak tangan yang kering dan memucat, serta keadaan tangan yang sulit
digerakkan.
B. Raynaud’s syndrome
Atau yang lebih dikenal dengan white finger disease merupakan masalah WMSD di saraf dan
pembuluh darah tangan. Sindrom ini sering disebabkan oleh penggunaan peralatan kerja yang
menimbulkan getaran. Akibat getaran ini serta rendahnya temperatur lingkungan kerja, pekerja
kemudian mengalami mati rasa dan kebas pada jari-jari tangannya. Jemari pekerja kemudian
berubah menjadi putih pucat, kemudian biru, dan akhirnya merah. Keadaan mati rasa dan lemas
pada tangan ini kemudian membatasi gerakan pekerja untuk memegang benda kerja dengan baik
dan turut mengganggu kemampuan pekerja secara keseluruhan untuk bekerja dengan baik. Kondisi
pekerja yang merokok dapat memperburuk kondisi ini dengan mengurangi pasokan oksigen ke
dalam jari-jari tangan.
C. Thoraris outlet syndrome
Merupakan diagnosa WMSD lainnya. Sindrom ini berupa pengurangan aliran darah di daerah
bahu dan lengan, yang disebabkan oleh pekerjaan di atas kepala atau membawa beban berat di
tangan dengan posisi lengan yang lurus ke bawah terus-menerus. Diagnosa lainnya adalah Carpet
layer’s knee, yaitu sindrom WMSD yang disebabkan oleh lutut yang berulang kali bertumpu di
lantai, saat melakukan pekerjaan menggelar karpet.
E.PENATALAKSANAAN
Page 17
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
17
Penanganan nyeri punggung akan disesuaikan dengan kebutuhan spesifik, keadaan, dan
preferensi. Tergantung pada penyebab rasa sakit Anda, pengobatan dapat mencakup satu atau lebih
hal berikut:
1. Obat Dalam banyak kasus, pasien yang diresepkan pengobatan sebelum menerima bentuk-
bentuk lain dari terapi. Obat-obatan untuk nyeri dapat mencakup:
1. Penghilang rasa sakit non-aspirin
Obat-obatan ini, Seperti asetaminofen (Tylenol), meringankan nyeri ringan dan
kadang-kadang dikombinasikan denga nobat lain untuk memberikan pereda nyeri
yang lebih besar.
2. Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID)
Termasuk ibuprofen (Motrin) atau naproxen (Aleve, Naprosyn) – digunakan
untuk mengobati nyeri dan peradangan.
3. Kortikosteroid.
4. Obat nyeri opioid
Suntikan anestesi local
Kadang-kadang dikombinasikan dengan kortikosteroid, dapat disuntikkan di sekitar
akar saraf atau ke dalam otot dan sendi untuk meringankan iritasi, bengkak, dan kejang
otot.
Terapi fisik dan air.
Sebuah physiatrist (dokter yang mengkhususkan diri dalam rehabilitasi obat-obatan)
atau ahli terapi fisik mungkin meresepkan dirancang khusus program latihan untuk
meningkatkan fungsi dan mengurangi nyeri. Pilihan terapi lain fisik di klinik nyeri
mungkin termasuk terapi whirl pool, USG, dan dalam-otot pijat.
Page 18
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
18
StimulasiListrik .
Bentuk yang paling umum dari stimulasi listrik yang digunakan dalam manajemen
nyeri saraf stimulasi listrik transkutan (TENS), suatu teknik yang menggunakan kecil,
baterai-dioperasikan perangkat untuk merangsang serat saraf melalui kulit.
Akupunktur
Teknik relaksasi.
Selain konseling, kesehatan mental professional dapat mengajarkan Anda teknik self-
help seperti pelatihan relaksasi atau biofeedback untuk mengurangi stress dan meredakan
nyeri.
Bedah.
Meskipun kadang-kadang diperlukan operasi jelas untuk meringankan masalah yang
menyebabkan nyeri, ini adalah pengobatan pilihan terakhir.
F.KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS
Sebagian besar individudengan cederastres yang berulangsembuh sepenuhnyadandapat
menghindari cedera kembali dengan cara:
Mengubah cara mereka melakukan gerakan-gerakan berulang
Mengubah frekuensi dari gerakan yang mereka lakukan
Mengubah jumlah waktu antara mereka beristirahat dan melakukan gerakan.
Tanpa pengobatan, cedera yang berulang dapat mengakibat kancedera permanen dan hilangnya
fungsi didaerah yang terkena secara menyeluruh.
Dalam banyak kasus, gejala hilang dan pergi jika langkah-langkah yang diambil untuk
menghentikan atau mengurangi tugas yang berulang-ulang segera setelah gejala mulai
berkembangdilakukan. Namun, meskipun istirahat dan pengobatan beberapa orang mengalami
gejala yang menetap jangka panjang yang dapat melemahkanbagian yang terkena
Page 19
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
19
G.PENCEGAHAN
1. Selalu melakukan peregangan sebelum kegiatan fisik lainnya yang berat.
2. Jangan membungkuk ketika berdiri atau duduk. Ketika berdiri, jaga titik berat badan Anda
agar seimbang pada kaki Anda. Saat bekerja di rumah atau di kantor, pastikan permukaan
pekerjaan Anda berada pada ketinggian yang nyaman untuk Anda. Duduklah di kursi
dengan sandaran yang baik dan posisi dan ketinggian yang tepat untuk tugas tersebut.
3. Selingi duduk Anda dengan secara berkala berjalan-jalan atau melakukan peregangan otot
ringan untuk mengurangi ketegangan. Jika Anda harus duduk untuk jangka waktu yang
panjang, istirahatkan kaki Anda di bangku rendah atau tumpukan buku.
4. Kenakan sepatu yang nyaman dan bertumit rendah.
5. Tidurlah dengan miring untuk mengurangi tekanan pada tulang belakang Anda. Selalu tidur
di permukaan yang cukup padat, jangan terlalu empuk.
6. Mintalah bantuan orang lain bila Anda mengangkat benda yang berat.
7. Jangan mengangkat dengan membungkuk. Angkat objek dengan menekuk lutut Anda dan
berjongkok untuk mengambil objek. Jaga punggung lurus dan terus dekatkan objek ketubuh
Anda. Hindari memutar tubuh saat mengangkat. Lebih baik mendorong dari pada menarik
ketika Anda harus memindahkan benda berat.
8. Jaga nutrisi dan diet yang tepat untu kmengurangi dan mencegah berat badan berlebihan,
terutama lemak di sekitar pinggang. Diet harian yang cukup kalsium, fosfor, dan vitamin D
membantu menjaga pertumbuhan tulang baru.
9. Jika Anda merokok, berhentilah. Merokok mengurangi aliran darah ketulang punggung
bagian bawah dan menyebabkan cakram tulang belakang mengalami degenerasi.
10. Berolahragalah secara teratur. Gaya hidup aktif berkontribusi dalam mencegah nyeri
pinggang.
Page 20
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
20
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
A. Pengertian Kesehatan, Keselamatan, dan Keamanan Kerja
1. Keamanan Kerja
Keamanan kerja adalah unsur-unsur penunjang yang mendukung terciptanya suasana
kerja yang aman, baik berupa materil maupun nonmateril.
a. Unsur-unsur penunjang keamanan yang bersifat material diantaranya sebagai berikut.
1) Baju kerja
2) Helm
3) Kaca mata
4) Sarung tangan
5) Sepatu
b. Unsur-unsur penunjang keamanan yang bersifat nonmaterial adalah sebagai berikut.
1) Buku petunjuk penggunaan alat
2) Rambu-rambu dan isyarat bahaya.
3) Himbauan-himbauan
4) Petugas keamanan
2. Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat
pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani, maupun sosial,
dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum.
Kesehatan dalam ruang lingkup kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja tidak
hanya diartikan sebagai suatu keadaan bebas dari penyakit. Menurut Undang-Undang Pokok
Page 21
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
21
Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960, BAB I pasal 2, keadaan seha diartikan sebagai kesempurnaan
keadaan jasmani, rohani, dan kemasyarakatan.
3. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya selama
melakukan pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan salah sau faktor yang harus
dilakukan selama bekerja. Tidak ada seorang pun didunia ini yang menginginkan terjadinya
kecelakaan. Keselamatan kerja sangat bergantung .pada enis, bentuk, dan lingkungan dimana
pekerjaan itu dilaksanakan.
Unsur-unsur penunjang keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
a) Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja yang telah dijelaskan diatas.
b) Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja.
c) Teliti dalam bekerja
d) Melaksanakan Prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan kesehatan kerja.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kesehatan, keselamatan, dan keamanan
kerja adalah upaya perlindungan bagi tenaga kerja agar selalu dalam keadaan sehat dan selamat
selama bekerja di tempat kerja. Tempat kerja adalah ruang tertutup atau terbuka, bergerak atau
tetap, atau sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan usaha dan tempat terdapatnya sumber-
sumber bahaya.
Kecelakaan kerja dapat dibedakan menjadi kecelakaan yang disebabkan oleh :
1. Mesin
2. Alat angkutan
3. Peralatan kerja yang lain
4. Bahan kimia
5. Lingkungan kerja
6. Penyebab yang lain
B. Tujuan Kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja.
Page 22
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
22
Kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja bertujuan untuk menjamin kesempurnaan
atau kesehatan jasmani dan rohani tenaga kerja serta hasil karya dan budayanya.Secara singkat,
ruang lingkup kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja adalah sebagaai berikut :
a. Memelihara lingkungan kerja yang sehat.
b. Mencegah, dan mengobati kecelakaan yang disebabkan akibat pekerjaan sewaktu bekerja.
c. Mencegah dan mengobati keracunan yang ditimbulkan dari kerja
d. Memelihara moral, mencegah, dan mengobati keracunan yang timbul dari kerja.
e. Menyesuaikan kemampuan dengan pekerjaan, dan
f. Merehabilitasi pekerja yang cedera atau sakit akibat pekerjaan.
Keselamatan kerja mencakup pencegahan kecelakaan kerja dan perlindungan terhadap
terhadap tenaga kerja dari kemungkinan terjadinya kecelakaan sebagai akibat dari kondisi kerja
yang tidak aman dan atau tidak sehat.
Syarat-syarat kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja ditetapkan sejak tahap
perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian,
penggunaan, pemeliharaan, dan penyimpanan bahan, barang, produk teknis, dan aparat
produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
C. Undang-undang Keselamatan Kerja
UU Keselamatan Kerja yang digunakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja,
menjamin suatu proses produksi berjalan teratur dan sesuai rencana, dan mengatur agar proses
produksi berjalan teratur dan sesuai rencana, dan mengatur agar proses produksi tidak
merugikan semua pihak. Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan keselamatan
dalam melakukan pekerjaannya untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta
produktivitas nasional.
UU Keselamatan Kerja yang berlaku di Indonesia sekarang adalah UU Keselamatan Kerja
(UUKK) No. 1 tahun 1970. Undang-undang ini merupakan undang-undang pokok yang memuat
Page 23
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
23
aturan-aturan dasar atau ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja di segala macam
tempat kerja yang berada di wilayah kekuasaan hukum NKRI.
Dasar hukum UU No. 1 tahun 1970 adalah UUD 1945 asal 27 (2) dan UU No. 14 tahun
1969. Pasal 27 (2) menyatakan bahwa: “Tiap-tiap warganegara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Ini berarti setiap warga Negara berhak hidup
layak dengan pekerjaan yang upahnya cukup dan tidak menimbulkan kecelakaan/ penyakit. UU
No. 14 tahun 1969 menyebutkan bahwa tenaga kerja merupakan modal utama serta pelaksana dari
pembangunan.
Ruang lingkup pemberlakuan UUKK dibatasi oleh adanya 3 unsur yang harus dipenuhi secara
kumulatif terhadap tempat kerja. Tiga unsur yang harus dipenuhi adalah:
a. Tempat kerja di mana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.
b. Adanya tenaga kerja, dan
c. Ada bahaya di tempat kerja.
UUKK bersifat preventif, artinya dengan berlakunya undang-undang ini, diharapkan kecelakaan
kerja dapat dicegah. Inilah perbedaan prinsipil yang membedakan dengan undang-undang yang
berlaku sebelumnya. UUKK bertujuan untuk mencegah, mengurangi dan menjamin tenaga kerja
dan orang lain ditempat kerja untuk mendapatkan perlindungan, sumber produksi dapat dipakai
dan digunakan secara aefisien, dan proses produksi berjalan lancar.
D. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA R.I
NOMOR: PER.04/MEN/1993
TENTANG
JAMINAN KECELAKAAN KERJA
BAB II
HAK DAN KEWAJIBAN TENAGA KERJA
Pasal 2
Page 24
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
24
1) Tenaga Kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak mendapatkan jaminan kecelakaan kerja
yang terdiri dari :
a. pengangkutan dari tempat kejadian ke Rumah Sakit yang terdekat atau ke rumahnya;
b. pemeriksaan, pengobatan dan atau perawatan di Rumah Sakit
c. biaya pemakaman.
2) Selain jaminan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) juga diberikan santunan berupa uang
yang terdiri dari :
a. santunan sementara tidak mampu bekerja sebagai pengganti upah;
b. santunan cacad sebagian untuk selama-lamanya;
c. santunan cacad total untuk selama-lamanya
d. santunan kematian.
3) Besarnya Jaminan Kecelakaan Kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.
Pasal 3
1) Dalam hal tenaga kerja meninggal dunia karena kecelakaan kerja maka santunan kematian
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2) huruf d dibayarkan kepada janda atau duda atau
anak yang menjadi tanggungannya.
2) Dalam hal janda atau duda atau anak tidak ada maka Jaminan Kematian dibayar sekaligus
kepada keturunan sedarah yang ada dari tenaga kerja menurut garis lurus ke bawah dan garis
lurus ke atas dihitung sampai derajat kedua.
3) Dalam hal tenaga kerja tidak mempunyai keturunan sedarah sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2), maka Jaminan Kematian dibayarkan sekaligus kepada pihak yang ditunjuk oleh tenaga
kerja dalam wasiatnya.
Page 25
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
25
4) Dalam hal tidak ada wasiat biaya pemakaman dibayarkan kepada pengusaha atau pihak lain
guna pengurusan pemakamn
5) Dalam hal janda atau anak lebih dari satu orang, maka santunan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dibagi rata dan sama banyaknya antara mereka.
Pasal 4
Tenaga kerja berkewajiban memberikan daftar susunan keluarga yang menjadi
tanggungannya kepada perusahaan termasuk perubahannya
Pasal 12:
Huruf d: Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan.
Huruf e: Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimanasyarat keselamatan dan
kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali
dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih
dipertanggungjawabkan.
Kewajiban tenaga kerja :
Pasal 12:
Huruf a: memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau
ahli keselamatan kerja.
Huruf b: Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.
Huruf c: Memenuhi dan mentaati syarat-syarat keselamatan kerja dan kesehatan kerja yang
diwajibkan.
E. Kewajiban Pengusaha
Kewajiban pengusaha/pengurus adalah :
1. Pasal 3 ayat 1: Melaksanakan syarat-syarat keselamatan kerja untuk:
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b. Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran.
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
Page 26
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
26
d. Memberikan kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
e. Memberikan pertolongan pada kecelakaan.
f. Memberikan alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, gas, dan hembusan.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun
psikis, peracunan, infeksi, dan penularan.
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang cukup.
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
l. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban.
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, lingkungan, cara, dan proses kerjanya.
n. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan, dan
penyimpanan barang.
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
p. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
q. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaan menjadi bertambah tinggi.
2. Pasal 8:
Ayat 1: Pengurus diwajibkan memeriksa kesehatan badan, kondisi mental, dan
kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan
sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan kepadanya.
Ayat 2: Pengurus diwajibkan memeriksa semua tenaga kerja yang berada di bawah
pimpinannya, secara berkala pada dokter yang ditunjuk oleh pengusaha dan dibenarkan
oleh direktur.
3. Pasal 9:
Page 27
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
27
Ayat 1: Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru
tentang:
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerja.
b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerja.
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan.
d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
Ayat 2: Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia
yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat tersebut di atas.
Ayat 3: Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang
berada di bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan
kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian
pertolongan pertama pada kecelakaan.
Ayat 4: Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat dan ketentuan-
ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankan.
4. Pasal 10 ayat 1: Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) guna memperkembangkan kerjasama, saling pengertian,
dan partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja
untuk melaksanakan tugas kewajiban bersama di bidang K3, dalam rangka melancarkan usaha
berproduksi.
5. Pasal 11 ayat 1: Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam
tempat kerja yang dipimpinnya pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
6. Pasal 14: Pengurus diwajibkan:
a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat-
syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai undang-undang ini dan semua
peraturan pelaksananya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada
tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai
pengawas atau ahli keselamatan kerja.
Page 28
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
28
b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya semua gambar keselamatan kerja
yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang
mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja.
c. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan
pada tenaga kerja berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang
lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang
diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja.
Page 29
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
29
ERGONOMI
A. Definisi Ergonomi
Ergonomi yaitu ilmu yang penerapanya berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan
lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktivitas dan efisiensi
yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan factor manusia seoptimal-optimalnya. (Dr.
Suma’mur P.K, M.Sc : 1989 hal 1 ). Ergonomi adalah komponen kegiatan dalam ruang lingkup
hiperkes yang antara lain meliputi penyerasian pekerjaan terhadap tenaga kerja secara timbale
balik untuk efisiensi dan kenyamanan kerja.
Contoh : suatu perusahaan kerajinan mengubah cara kerja duduk di lantai dengan bekerja di
meja kerja, mengatur tata ruangan menjadi lebih baik, mengadakan ventilasi, menambah
penerangan, mengadakan ruang makan, mengorganisasi waktu istirahat, menyelenggarakan
pertandingan olahraga, dan lain-lain. Dengan usaha ini, keluhan-keluhan tenaga kerja berkurang
dan produksi tidak pernah terganggu oleh masalah-masalah ketenagakerjaan. Dengan begitu,
produksi dapat mengimbangi perluasan dari pemasaran.
Ergonomi mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan manusia.
Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat
dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia
ialah untuk menurunkan stress atau tekanan yang akan dihadapi. Salah satu upaya yang dilakukan
antara lain menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan,
pengaturan suhu, cahaya dan kelembapan. Hal ini bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh
manusia. Ada salah satu definisi yang menyebutkan bahwa ergonomi bertujuan untuk “fitting the
job to the worker”. Ergonomi juga bertujuan sebagai ilmu terapan biologi manusia dan
hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar mendapatkan
kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan produktivitasnya. (ILO)
B. Tujuan Ergonomi
Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja di mulai dari yang sederhana dan
pada tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan ergonomi akan dapat meningkatkan efisiensi,
Page 30
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
30
efektivitas dan produktivitas kerja, serta dapat menciptakan system serta lingkungan yang cocok,
aman, nyaman dan sehat.
Adapun tujuan penerapan ergonomic adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental dengan meniadakan beban kerja
tambahan(fisik dan mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan meningkatkan
kepuasan kerja
2. Meningkatkan kesejahteraan social dengan jalan meningkatkan kualitas kontak sesame
pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan system kebersamaan
dalam tempat kerja.
3. Berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik, ekonomi,
antropologi dan budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan meningkatkan efisiensi
sistem manusia-mesin.
C. Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi:
1. Tehnik
2. Fisik
3. Pengalaman psikis
4. Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendian
5. Sosiologi
6. Fisiologi, kaitanya dengan temperature tubuh, oxygen up take, dan aktifitas otot
7. Desain, dll
D. Manfaat Ergonomi
1. Menurunnya angka kesakitan akibat kerja.
2. Menurunnya kecelakaan kerja.
3. Biaya pengobatan dan kompensasi berkurang.
4. Stress akibat kerja berkurang.
5. Produktivitas membaik.
6. Alur kerja bertambah baik.
7. Rasa aman karena bebas dari gangguan cedera.
Page 31
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
31
8. Kepuasan kerja meningkat
E. Metode-metode Ergonomi
1. Diagnosis
Dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja, penilaian
fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomi checklist dan pengukuran lingkungan kerja
lainnya. variasi akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks.
2. Treathment
Dapat dilakukan dengan cara perubahan posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela
yang sesuai, Membeli furniture sesuai dengan dimensi fisik pekerja
3. Follow up
Bisa dilakukan dengan cara menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri
bahu dan siku, keletihan, sakit kepala dan lain-lain.
F. Pengembangan penerapan ergonomi
1. Pengorganisasian kerja
Semua sikap tubuh membungkuk atau sikap tubuh yang tidak alamiah harus dihindari.
Fleksi tubuh atau kepala ke arah samping lebih melelahkan dari sedikit membungkuk
ke depan. Sikap tubuh yang disertai paling sedikit kontraksi otot statis dirasakan paling
nyaman.
Posisi ekstensi lengan yang terus-menerus baik ke depan, maupun ke samping harus
dihindari. Selain menimbulkan kelelahan, posisi lengan seperti itu sangat mengurangi
ketepatan kerjadan ketrampilan aktivitas tangan.
Selalu diusahakan agar bekerja dilakukan sambil duduk. Sikap kerja denagn
kemungkinan duduk dan berdiri silih berganti juga dianjurkan.
Kedua lengan harus bergerak bersama-sama atau dalam arah yang berlawanan. Bila
hanya satu lengan saja yang bergerak terus-menerus, maka otot-otot tubuh yang lainnya
akan berkontraksi statis. Gerakan berlawanan memungkinkan pula pengendalian saraf
yang lebih cermat terhadap kegiatan pekerjaan tangan.
Page 32
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
32
2. Bangku atau meja kerja
Pembuatan bangku dan meja kerja yang buruk atau mesin sering-sering adalah penyebab kerja
otot statis dan posisi tubuh yang tidak alamiah. Maka syarat-syarat bangku kerja yang benar adalah
sebagai berikut :
Tinggi area kerja harus sesuai sehingga pekerjaan dapat dilihat dengan mudah dengan jarak
optimal dan sikap duduk yang enak. Makin kecil ukuran benda, makin dekat jarak lihat
optimal dan makin tinggi area kerja.
Pegangan, handel, peralatan dan alat-alat pembantu kerja lainnya harus ditempatkan
sedemikian pada meja atau bangku kerja, agar gerakan-gerakan yang paling sering
dilakukan dalam keadaan fleksi.
Kerja otot statis dapat dihilangkan atau sangat berkurang dengan pemberian penunjang
siku, lengan bagian bawah, atau tangan. Topangan-topangan tersebut harus diberi bahan
lembut dan dapat di stel, sehingga sesuai bagi pemakainya.
3. Sikap kerja
Tempat duduk
Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga orang yang bekerja dengan sikap
duduk mendapatkan kenyamanan dan tidak mengalami penekanan-penekanan pada bagian
tubuh yang dapat mengganggu sirkulasi darah.
Meja kerja
Tinggi permukaan atas meja dibuat setinggi siku dan disesuaikan dengan sikap tubuh
pada saat bekerja.
Luas pandangan
Daerah pandangan yang jelas bila pekerja berdiri tegak dan diukur dari tinggi mata
adalah 0-30° vertical kebawah, dan 0-50° horizontal ke kanan dan ke kiri
4. Proses kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai
dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.
Page 33
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
33
5. Tata letak tempat kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang
berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.
6. Mengangkat beban
Bermacam cara dalam mengangkat beban yakni dengan kepala, bahu, tangan, punggung , dll.
Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian
akibat gerakan yang berlebihan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan mengangkat dan mengangkut adalah
sebagai berikkut :
1. Beban yang diperkenakan, jarak angkut dan intensitas pembebanan.
2. Kondisi lingkungan kerja yaitu keadaan medan yang licin, kasar, naik turun dll.
3. Keterampilan bekerja
4. Peralatan kerja beserta keamanannya
Cara-cara mengangkut dan mengangkat yang baik harus memenuhi 2 prinsip kinetis yaitu :
1. Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang keluar dan sebanyak mungkin otot
tulang belakang yang lebih lemah dibebaskan dari pembebanan
2. Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan.
Penerapan :
1. Pegangan harus tepat
2. Lengan harus berada sedekatnya pada badan dan dalam posisi lurus
3. Punggung harus diluruskan
4. Dagu ditarik segera setelah kepala bisa di tegakkan lagi seperti pada permulaan gerakan
5. Posisi kaki di buat sedemikian rupa sehingga mampu untuk mengimbangi momentum yang
terjadi dalam posisi mengangkat
6. Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap garis vertical yang melalui pusat
grafitas tubuh.
7. menjinjing beban
Tabel 1 beban yang diangkaat tidak melebihi aturan yang ditetapkan
Page 34
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
34
Jenis
kelamin
Umur(th) Beban yang disarankan (kg)
Laki-laki 16-18 15-20
>18 40
wanita 16-18 12-15
>18 15-20
G. Keluhan-keluhan di tempat kerja yang berkaitan dengan ergonomia.
Ketidaktepatan kursi kerja, menyebabkan keluhan kepala, leher, bahu, pinggang, bokong,
lengan, tangan, lutut, kaki, dan paha
1. Kelelahan fisik
Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan diperbaiki
performansnya seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat
dan tidur yang cukup.
a) Kelelahan yang sumber utamanya adalah mata (kelelahan visual)
Mata merupakan indera yang mempunyai peranan penting dalam penyelesaian
pekerjaan.
b) Kebisingan
Pengaruh kebisingan secara keseluruhan adalah:
Kerusakan pada indera pendengaran
Gangguan komunikasi dan timbulnya salah pengertian
Pengaruh faal seperti gangguan psikomotor, gangguan tidur dan efek-efek saraf otonom
Efek psikologis
2. Kelelahan yang patologis
Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-tiba dan berat
gejalanya.
3. Psikologis dan emotional fatique
Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis “mekanisme melarikan
Page 35
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
35
diri dari kenyataan” pada penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja akan
mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja.
Sebab –sebab
kelelahan:
1. Monotomi
2. Beban dan lama
kerja
3. Lingkungan
4. Faktor kejiwaan
5. Sakit , rasa sakit ,
gizi
Penyegaran:
1. Kepemimpi-nan
2. Manajemen
3. Pehatian terhadap keluarga
4. Perorgani-sasian kerja
5. Kesehatan dan kesejah-teraan ter-masuk upah dan
gizi
H. Waktu bekerja dan istirahat yang baik bagi pekerja
a) Lama bekerja
Lamanya pekerja dalam sehari yang baik pada umumnya 6 – 8 jam sisanya untuk istirahat
atau kehidupan dalam keluarga dan masyarakat. Dalam hal lamanya kerja melebihi ketentuan-
ketentuan yang ada, perlu diatur istirahat khusus dengan mengadakan organisasi kerja secara
khusus pula.pengaturan kerja demikian bertujuan agar kemampuan kerja dan kesegaran jasmani
serta rohani dapat dipertahankan.
b) Istirahat
Terdapat 4 jenis istirahat yaitu :
istirahat secara spontan adalah istirahat pendek setelah pembebanan
Page 36
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
36
istirahat curian terjadi jika beban kerja tidak di imbangi oleh kemampuan kerja.
Istirahat yang ditetapkan adalah istirahat atas dasar ketentuan perundang-undangan
Istirahat oleh karena proses kerja tergantung dari bekerjanya mesin peralatan atau
prosedur-prosedur kerja
I. Upaya kesehatan kerja
1) Gizi dan produktivitas
Dalam bekerja seorang pekerja dalam kehidupannya memerlukan kalori makanan yang cukup
demi menunjang aktivitas para pekerja. Adapun susunan yang baik bagi pekerja adalah sebagai
berikut :
a. Makan pokok, yakni :
1. Bahan makan yang lazim dimakan dengan porsi besar sehingga diharapkan dapat
menjamin tenaga (kalori) yang besar pula
2. Bahan makanan setempat, yang mudah didapatkan atau yang sesuai dengan selera
keluarga
3. Bahan-bahan ini berupa beras, jagung, sagu, ubi, dll
b. Lauk pauk, yakni :
1. Bahan makan yang lazim dapat menjamin pertumbuhan tubuh atau mengganti bagian
badan yang aus dan rusak
2. Bahan-bahan ini berupa kedelai, kacang, tempe, tahu, dll
c. Sayuran, yakni :
1. Bahan makan yang lazim dapat mempertahankan tubuh, dalam keadaan sehat atau
mempertahankan tubuh terhadap serangan atau penyakit
2. Sayuran yang berwarna lebih baik khasiatnya misalnya kangkung, bayam, wortel, tomat,
dll
d. Buah yakni;
1. Bahan makan yang gunya hampir seperti sayuran
2. Di Indonesia buah terkenal sebagai pencuci mulut
3. Setelah makan dan biasa dimakan dan sebagai maknan extra diluar waktu-waktu makan.
Sebaiknya buah-buahan yang sesuai dengan musimnya sebab relative lebih murah
Page 37
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
37
2) Penerangan dan dekorasi
Penerangan dan dekorasi yaitu keserasian fungsi mata terhadap pekerjaan dan kegairahan atas
dasar faktor kejiwaan.
Intensitas penerangan
Tabel 2 Pedoman intensitas penerangan
Pekerjaan Contoh-contoh Tingkat penerangan yang
perlu
Tidak teliti Penimbunan barang 80 – 70
Agak teliti Pemasangan (tidak teliti) 170 – 350
Teliti Membaca, menggambar 350 – 700
Sangat teliti Pemasangan(teliti) 700– 10.000
Warna di tempat kerja
Warna yang dipakai di tempat kerja sangat berpengaruh karena menimbulkan
penciptaan kontras warna agar tangkapan mata dan pengadaan lingkungan psikologis yang
optimal.
3) Pemeliharaan pendengaran dan penggunaan musik
a. Kebisingan,efek dan pencegahannya
Adapun pengaruh kebisingan secara keseluruhan adalah:
Kerusakan pada indera pendengaran
Gangguan komunikasi dan timbulnya salah pengertian
Pengaruh faal,seperti gangguan psikomotor, gangguan tidur, dan efek-efek saraf
otonom
Efek psikologis yaitu perasaan terganggu dan ketidaksenangan
b. Music dan pekerjaan
Musik dalam kerja diharapkan meningkatkan kegairahan dan kesegaran, tetapi musik
tidak dapat dipergunakan dalam pekerjaan yang memiliki kebisingan tinggi, karena pada
keadaan seperti itu music menambah besarnya gangguan. Musik dapat dimainkan pada saat
Page 38
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
38
sebelum bekerja, Ketika bekerja, pada waktu istirahat atau ketika pulang menurut
keperluan.
4) Olahraga dan kesegaran jasmani
Mengingat pentingnya kesegaran jasmani untuk kesehatan dan produktivitas maka
pembinaan kesegaran jasmani perlu mendapat perhatian yang lebih, sungguh-sungguh baik
berupa pelaksanaan, pembinaan kesegaran jasmani yang khusus maupun melalui berbagai
kegiatan olahraga. Pembinaan kesegaran jasmani perlu dilaksanakan sejak seleksi
karyawan yang berupa tes kesegaran jasmani. Misalnya, program aerobic dari cooper.
Page 39
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
39
Page 40
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
40
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
40
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
40
Page 41
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
41
DAFTAR PUSTAKA
Jayaratnam J, Buku Ajar Praktek Kedokteran Kerja.EGC : Jakarta , 2010
Harrington JM, Gill. Buku Saku Kesehatan Kerja. EGC : Jakarta , 2005
Ganong, W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.EGC : Jakarta
Guyton AC, Hall JE. Textbook of Medical Physiology. 11st ed. Pennsylvania: Elsevier
Saunder, 2006
______________, Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI
Himpunan Peraturan Perundang-undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 2000. Ditjen
Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan Depnakertrans RI.
Jakarta.
Kumpulan Peraturan Perundangan Pemerintah Mengenai Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
1999. PT Jamsostek. Jakarta.
Pungky W. (Editor). 2003. Himpunan Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Edisi
Kedua. Depnakertrans RI. Jakarta.
Yanri, Z., S. Harjani, dan M. Yusuf (Editor). 1999. Himpunan Peraturan Perundangan
Kesehatan Kerja. Edisi Kedua. PT Citratama Bangun Mandiri. Jakarta.
Yanri, Z. (Editor). 2002. Himpunan Peraturan Perundangan Kesehatan Kerja. Cetakan
Kedua. Dicetak oleh Sekretariat ASEANOSHNET. Jakarta.
Page 42
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
42
Lampiran 1
HASIL DISKUSI
1. Bagaimana penanganan sebagai dokter terhadap pasien seperti di kasus scenario?(puspa)
2. Apa tujuan dari K3?(sunaryo)
3. Bagaimana Mekannisme nyeri otot dengan posisi yang salah menutut scenario?(Asma)
4. Bagaimana hak karyawan dan kewajiban perusahaan dalam K3?(reka)
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada kasus ini?(lisna)
6. Bagaimana pencegahan agar tidak terjadi gangguan system musculoskeletal?(erfika)
Jawaban
1) Penanganan nya berikan obat-obatan ,bisa analgetik untuk mengatasi nyeri nya.
Kemudian disaran kan untuk istirahat, dan yang paling penting kita laporkan kepada
perusahaan untuk memperbaiki ergonomic tempat kerja nya sehingga karyawan nya tidak
mengeluh sakit lagi,
2) Kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja bertujuan untuk menjamin
kesempurnaan atau kesehatan jasmani dan rohani tenaga kerja serta hasil karya dan
budayanya.
Secara singkat, ruang lingkup kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja adalah
sebagaai berikut :
a. Memelihara lingkungan kerja yang sehat.
b. Mencegah, dan mengobati kecelakaan yang disebabkan akibat pekerjaan
sewaktu bekerja.
c. Mencegah dan mengobati keracunan yang ditimbulkan dari kerja
d. Memelihara moral, mencegah, dan mengobati keracunan yang timbul dari kerja.
Page 43
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
43
e. Menyesuaikan kemampuan dengan pekerjaan, dan Merehabilitasi pekerja yang
cedera atau sakit akibat pekerjaan.
3) Ganong, menguraikan bahwa rangsang berulang yang diberikan sebelum masa relaksasi
akan menghasilkan penggiatan tambahan terhadap elemen kontraktil, dan tampak adanya
respon berupa peningkatan kontraksi. Fenomena ini dikenal sebagai penjumlahan
kontraksi. Tegangan yang terbentuk selama penjumlahan kontraksi jauh lebih besar
dibandingkan dengan yang terjadi selama kontraksi kedutan otot tunggal. Dengan
rangsangan berulang yang cepat, penggiatan mekanisme kontraktil terjadi berulang-ulang
sebelum sampai pada masa relaksasi. Masing-masing respon tersebut bergabung menjadi
satu kontraksi yang berkesinambungan yang dinamakan tetanik atau kontraksi otot yang
berlebihan (kram otot).
Setiap pulsa kalsium berlangsung sekitar 1/20 detik dan menghasilkan apa yang disebut
sebagai kedutan otot tunggal. Penjumlahan terjadi apabila kalsium dipertahankan dalam
kompartemen intrasel oleh rangsangan saraf berulang pada otot. Penjumlahan berarti masing-
masing kedutan menyebabkan penguatan kontraksi. Apabila stimulasi diperpanjang, maka
kedutan-kedutan individual akan menyatu sampai kekuatan kontraksi maksimum. Pada titik ini,
terjadi kram otot sampai dengan tetani yang ditandai oleh kontraksi mulus berkepanjangan.
Menurut Ganong, satu potensial aksi tunggal menyebabkan satu kontraksi singkat yang
kemudian diikuti relaksasi. Kontraksi singkat seperti ini disebut kontraksi kedutan otot. Potensial
aksi dan konstraksi diplot pada skala waktu yang sama. Kontraksi timbul kira-kira 2 mdet setelah
dimulainya depolarisasi membran, sebelum masa repolarisasi potensial aksi selesai. Lamanya
kontraksi kedutan beragam, sesuai dengan jenis otot yang dirangsang.
Jadi mekanisme kram dapat disimpulkan
Rangsang berulang yang diionkan sebelum masa relaksasimenghasilkan penggiatan
tambahan pada elemen kontraktil, dan tampak adanya respon berupa peningkatan kontraksi.
Tegangan yangterbentuk sebelum penambahan kontraksi lebih besar dari kontraksikedutan.
Dengan rangsangan yang hilang dengan cepat penggiliran mekanisme kontraksi terjadi
berulang-ulang sebelum mencapai masa relaksasi.
Page 44
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
44
4) Masing-masing respon tersebut digabung jadi satu kontraksi berkesinambungan yang
dinamakan tetanik atau mekanisme otot berlebihan atau kram otot.
5) Hak karyawan
Pasal 2
Tenaga Kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak mendapatkan jaminan kecelakaan
kerja yang terdiri dari :
a. pengangkutan dari tempat kejadian ke Rumah Sakit yang terdekat atau ke rumahnya;
b. pemeriksaan, pengobatan dan atau perawatan di Rumah Sakit
c. biaya pemakaman.
4) Selain jaminan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) juga diberikan santunan berupa uang
yang terdiri dari :
a. santunan sementara tidak mampu bekerja sebagai pengganti upah;
b. santunan cacad sebagian untuk selama-lamanya;
c. santunan cacad total untuk selama-lamanya
d. santunan kematian.
5) Besarnya Jaminan Kecelakaan Kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.
Pasal 3
1) Dalam hal tenaga kerja meninggal dunia karena kecelakaan kerja maka santunan kematian
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2) huruf d dibayarkan kepada janda atau duda atau
anak yang menjadi tanggungannya.
Page 45
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
45
2) Dalam hal janda atau duda atau anak tidak ada maka Jaminan Kematian dibayar sekaligus
kepada keturunan sedarah yang ada dari tenaga kerja menurut garis lurus ke bawah dan garis
lurus ke atas dihitung sampai derajat kedua.
3) Dalam hal tenaga kerja tidak mempunyai keturunan sedarah sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2), maka Jaminan Kematian dibayarkan sekaligus kepada pihak yang ditunjuk oleh tenaga
kerja dalam wasiatnya.
4) Dalam hal tidak ada wasiat biaya pemakaman dibayarkan kepada pengusaha atau pihak lain
guna pengurusan pemakamn
5) Dalam hal janda atau anak lebih dari satu orang, maka santunan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dibagi rata dan sama banyaknya antara mereka.
Pasal 4
Tenaga kerja berkewajiban memberikan daftar susunan keluarga yang menjadi tanggungannya
kepada perusahaan termasuk perubahannya
Pasal 12:
Huruf d: Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan
kerja yang diwajibkan.
Huruf e: Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimanasyarat keselamatan dan kesehatan
kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal
khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih
dipertanggungjawabkan.
Kewajiban Pengusaha
Kewajiban pengusaha/pengurus adalah :
1. Pasal 3 ayat 1: Melaksanakan syarat-syarat keselamatan kerja untuk:
Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran.
Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
Page 46
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
46
Memberikan kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
Memberikan pertolongan pada kecelakaan.
Memberikan alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, gas, dan hembusan.
Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun
psikis, peracunan, infeksi, dan penularan.
Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang cukup.
Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban.
Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, lingkungan, cara, dan proses kerjanya.
Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan, dan
penyimpanan barang.
Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaan menjadi bertambah tinggi.
2. Pasal 8:
Ayat 1: Pengurus diwajibkan memeriksa kesehatan badan, kondisi mental, dan kemampuan
fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat
pekerjaan yang diberikan kepadanya.
Ayat 2: Pengurus diwajibkan memeriksa semua tenaga kerja yang berada di bawah
pimpinannya, secara berkala pada dokter yang ditunjuk oleh pengusaha dan dibenarkan oleh
direktur.
3. Pasal 9:
Page 47
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
47
Ayat 1: Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru
tentang:
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerja.
b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerja.
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan.
d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
Ayat 2: Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia yakin
bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat tersebut di atas.
Ayat 3: Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang
berada di bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta
peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama pada
kecelakaan.
Ayat 4: Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat dan ketentuan-
ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankan.
4. Pasal 10 ayat 1: Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) guna memperkembangkan kerjasama, saling pengertian,
dan partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja
untuk melaksanakan tugas kewajiban bersama di bidang K3, dalam rangka melancarkan usaha
berproduksi.
5. Pasal 11 ayat 1: Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam
tempat kerja yang dipimpinnya pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
6. Pasal 14: Pengurus diwajibkan:
d. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat-
syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai undang-undang ini dan semua
peraturan pelaksananya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada
tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai
pengawas atau ahli keselamatan kerja.
Page 48
Kelompok 3 – Kedokteran Okupasi
48
e. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya semua gambar keselamatan kerja
yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang
mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja.
f. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan
pada tenaga kerja berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang
lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang
diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja.
6) Pemeriksaan Radiologis
7) Pencegahan nya :
Pengidentifikasian besarnya masalah yang ada di lingkungan kerja
Anlisis terhadap lingkungan kerja, jadwal, dan kecepatan kerja kelompok kerja yang
beresiko mengalami penyakit ini, sikap/posisi kerja, peralatan yang digunakan.
Redesain tugas kerja untuk mengurangi stress fisik terhadap alat bantu para pekerja
harus dilaksanakan secara menyeluruh.
Intervensi ergonomi yang memadai, seperti:
o Memperbaiki lingkungan kerja, peralatan dan organisasi tugas kerja menurut
prinsip-prinsip ergonomi.
o Memberikan variasi untuk tugas-tugas yang beresiko menimbulkan penyakit ini.
Training/pelatihan perlu dilakukan secara reguler untuk memberikan masukan tentang;
perhatian terhadap tugas-tugas yang beresiko tinggi, cara kerja yang sehat, penggunaan
peralatan/mesin yang benar, maksud dan tata cara penggunaan alat perlindungan diri
yang baik.