Top Banner
Model Pembelajaran Project Based Learning dan Kurikulum 2013 Apa kabar pembaca setia blog penelitian tindakan kelas? Semoga kita semua selalu dalam lindunganNya untuk mengemban tugas mulia memajukan pendidikan anak bangsa untuk menyongsong era generasi emas di masa datang. Kali ini, kami ingin berbagi mengenai model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) dalam kaitannya dengan pendekatan saintifik (scientific approach) dan implementasi Kurikulum 2013. Yuk disimak. Project Based Learning (Model Pembelajaran Berbasis Proyek) Apakah model pembelajaran berbasis proyek itu? Model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) adalah sebuah model pembelajaran yang menggunakan proyek (kegiatan) sebagai inti pembelajaran. Dalam kegiatan ini, siswa melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, dan sintesis informasi untuk memperoleh berbagai hasil belajar (pengetahuan, keterampilan, dan sikap). Saat ini pembelajaran di sekolah-sekolah kita masih lebih terfokus pada hasil belajar berupa pengetahuan (knowledge) semata. Itupun sangat dangkal, hanya sampai pada tingkatan ingatan (C1) dan pemahaman (C2) dan belum banyak menyentuh aspek aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6). Ini berarti pada umumnya, pembelajaran di sekolah belum mengajak siswa untuk menerapkan, mengolah setiap unsur-unsur konsep yang dipelajariuntuk membuat (sintesis) generaliasi, dan belum mengajak siswa mengevaluasi (berpikir kritis) terhadap konsep-konsep dan prinsip- prinsip yang telah dipelajarinya. Sementara itu, aspek keterampilan (psikomotor) dan sikap (attitude) juga banyak terabaikan. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
76

Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

Feb 11, 2016

Download

Documents

Noviarti

ya
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

Model Pembelajaran Project Based Learning dan Kurikulum 2013

Apa kabar pembaca setia blog penelitian tindakan kelas? Semoga kita semua selalu dalam lindunganNya untuk mengemban tugas mulia memajukan pendidikan anak bangsa untuk menyongsong era generasi emas di masa datang. Kali ini, kami ingin berbagi mengenai model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) dalam kaitannya dengan pendekatan saintifik (scientific approach) dan implementasi Kurikulum 2013. Yuk disimak.

Project Based Learning (Model Pembelajaran Berbasis Proyek)

Apakah model pembelajaran berbasis proyek itu? Model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) adalah sebuah model pembelajaran yang menggunakan proyek (kegiatan) sebagai inti pembelajaran. Dalam kegiatan ini, siswa melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, dan sintesis informasi untuk memperoleh berbagai hasil belajar (pengetahuan, keterampilan, dan sikap).

Saat ini pembelajaran di sekolah-sekolah kita masih lebih terfokus pada hasil belajar berupa pengetahuan (knowledge) semata. Itupun sangat dangkal, hanya sampai pada tingkatan ingatan (C1) dan pemahaman (C2) dan belum banyak menyentuh aspek aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6). Ini berarti pada umumnya, pembelajaran di sekolah belum mengajak siswa untuk menerapkan, mengolah setiap unsur-unsur konsep yang dipelajariuntuk membuat (sintesis) generaliasi, dan belum mengajak siswa mengevaluasi (berpikir kritis) terhadap konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang telah dipelajarinya. Sementara itu, aspek keterampilan (psikomotor) dan sikap (attitude) juga banyak terabaikan.

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)

Di dalam pelaksanaannya, model pembelajaran berbasis proyek memiliki langkah-langkah (sintaks) yang menjadi ciri khasnya dan membedakannya dari model pembelajaran lain seperti model pembelajaran penemuan (discovery learning model) dan model pembelajaran berdasarkan masalah (problem based learning model). Adapun langkah-langkah itu adalah; (1) menentukan pertanyaan dasar; (2) membuat desain proyek; (3) menyusun penjadwalan; (4) memonitor kemajuan proyek; (5) penilaian hasil; (6) evaluasi pengalaman.

Model pembelajaran berbasis proyek selalu dimulai dengan menemukan apa sebenarnya pertanyaan mendasar, yang nantinya akan menjadi dasar untuk memberikan tugas proyek bagi siswa (melakukan aktivitas). Tentu saja topik yang dipakai harus pula berhubungan dengan dunia nyata.

Page 2: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

Selanjutnya dengan dibantu guru, kelompok-kelompok siswa akan merancang aktivitas yang akan dilakukan pada proyek mereka masing-masing. Semakin besar keterlibatan dan ide-ide siswa (kelompok siswa) yang digunakan dalam proyek itu, akan semakin besar pula rasa memiliki mereka terhadap proyek tersebut. Selanjutnya, guru dan siswa menentukan batasan waktu yang diberikan dalam penyelesaian tugas (aktivitas) proyek mereka.

Dalam berjalannya waktu, siswa melaksanakan seluruh aktivitas mulai dari persiapan pelaksanaan proyek mereka hingga melaporkannya sementara guru memonitor dan memantau perkembangan proyek kelompok-kelompok siswa dan memberikan pembimbingan yang dibutuhkan. Pada tahap berikutnya, setelah siswa melaporkan hasil proyek yang mereka lakukan, guru menilai pencapaian yang siswa peroleh baik dari segi pengetahuan (knowledge terkait konsep yang relevan dengan topik), hingga keterampilan dan sikap yang mengiringinya. Terkahir, guru kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk merefleksi semua kegiatan (aktivitas) dalam pembelajaran berbasis proyek yang telah mereka lakukan agar di lain kesempatan pembelajaran dan aktivitas penyelesaian proyek menjadi lebih baik lagi.

ManfaatYang Dapat Diraih

Banyak sekali manfaat yang dapat diraih melalui penerapan model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) ini, misalnya: (1) siswa menjadi pebelajar aktif; (2) pembelajaran menjadi lebih interaktif atau multiarah; (3) pembelajaran menjadi student centred); (4) guru berperan sebagai fasilitator; (5) mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa; (6) memberikan kesempatan siswa memanajemen sendiri kegiatan atau aktivitas penyelesaian tugas sehingga melatih mereka menjadi mandiri; (7) dapat memberikan pemahaman konsep atau pengetahuan secara lebih mendalam kepada siswa; dsb.

Penilaian Dalam Model Pembelajaran Project Based Learning

Karena pembelajaran berbasis proyek dapat memberikan hasil belajar dalam bentuk pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill atau psikomotor), dan sikap (attitude atau afektif), maka penilaiannyapun dilakukan untuk ketiga ranah ini. Bentuk penilaian dapat berupa tes atau nontes. Sebaiknya penilaian yang dilakukan untuk model pembelajaran berbasis proyek ini lebih mengutamakan aspek kemampuan siswa dalam mengelola aktivitas-aktivitas mereka dalam penyelesaian proyek yang dipilih dan dirancangnya, relevansi atau kesesuaian proyek dengan topik pembelajaran yang sedang dipelajari hingga keaslian (orisinalitas) proyek yang mereka garap.

Model Pembelajaran Berbasis Proyek dan Kurikulum 2013

Page 3: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

Dalam rasional perubahan kurikulum sebelumnya (KTSP/Kurikulum 2006) ke Kurikulum2013 disebutkan bahwa perkembangan pengetahuan dan pedagogi dalam hal ini neurologi, psikologi, observation based (discovery) learning dan collaborative learning adalah salah satu alasan pentingnya perubahan kurikulum. Hal ini tentu berimplikasi pada model-model pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan mengajar di sekolah. Salah satu model pembelajaran yang dianjurkan untuk digunakan adalah model pembelajaran berbasis proyek (project based learning). Hal ini tentunya bukan tanpa alasan, karena mengingat karakteristik-karakteristik unggul dari model pembelajaran ini yang mampu mengakomodasi alasan tersebut di atas.

Selain itu pembelajaran tentunya harus diubah dari kecenderungan lama (satu arah) agar menjadi lebih interaktif (multiarah). Melalui model pembelajaran ini, siswa juga akan dapat diharapkan menjadi aktif menyelidiki (belajar) dengan menyajikan dunia nyata (bukan abstrak) kepada mereka. Di dalam model pembelajaran ini, siswa akan bekerja secara tim (berkelompok) kooperatif dan mengubah pemikiran faktual semata menjadi pemikiran yang lebih kritis dan analitis.

Salah Satu Model Pembelajaran dalam Pendekatan Saintifik

Model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru sehingga secara otomatis guru berarti juga menggunakan pendekatan saintifik (scientific approach) dalam pembelajarannya. Pendekatan saintifik adalah pendekatan pembelajaran di mana siswa memperoleh pengetahuan berdasarkan cara kerja ilmiah. Melalui pendekatan saintifik ini siswa akan diajak meniti jembatan emas sehingga ia tidak hanya mendapatkan ilmu pengetahuan (knowledge) semata tetapi juga akan mendapatkan keterampilan dan sikap-sikap yang dibutuhkan dalam kehidupannya kelak. Saat belajar menggunakan model pembelajaran berbasis proyek ini, siswa dapat berlatih menalar secara induktif (inductive reasoning). Sebagai salah satu model pembelajaran dalam pendekatan saintifik, project based learning (model pembelajaran berbasis proyek) sangat sesuai dengan Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 Lampiran IV mengenai proses pembelajaran yang harus memuat 5M, yaitu: (1) mengamati; (2) menanya; (3) mengumpulkan informasi; (4) mengasosiasi; dan (5) mengkomunikasikan.

Kurikulum 2013 dan Pembelajaran Aktif Termaktub Dalam Project Based Learning

Dalam model pembelajaran berbasis proyek ini, siswa melakukan pembelajaran aktif. Mereka benar-benar akan dibuat aktif baik secara hands on (melalui kegiatan-kegiatan fisik), maupun secara minds on (melalui kegiatan-kegiatan berpikir/secara mental). Karena itulah, ruh dari pelaksanaaan model pembelajaran berbasis proyek ini sesuai sekali dengan amanat Kurikulum 2013. Siswa, melalui

Page 4: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

pembelajaran aktif akan melakukan aktifitas 5M (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan).

Demikian tulisan mengenai Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) dalam kaitannya dengan Kurikulum 2013 dari blog kesayangan kita Penelitian Tindakan Kelas. Semoga bermanfaat.

RUMAH ELEKTRON

Selasa, 19 November 2013

4 model pembelajaran untuk kurikulum 2013

BAB I

PENDAHULUAN

Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam mengorganisasikan kelas pada umumnya atau dalam menyajikan bahan pelajaran pada khususnya, yang merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan.Metode pembelajaran tidak hanya berfungsi sebagai cara untuk menyampaikan materi saja, melainkan berfungsi juga untuk pemberian dorongan, pengungkap tumbuhnya minat belajar, penyampaian bahan belajar, pencipta iklim belajar yang kondusif, tenaga untuk melahirkan kreativitas, pendorong untuk penilaian diri dalam proses dan hasil belajar, dan pendorong dalam melengkapi kelemahan hasil belajar

Pembelajaran yang efektif salah satunya ditentukan oleh pemilihan metode pembelajaran, saat guru menyusun rencana pembelajaran yang dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Kemahiran guru untuk memilih metode pembelajaran yang serasi dengan kebutuhan ditentukan oleh pengalamannya, keluasan pemahaman guru tentang bahan pelajaran, tersedianya media, pemahaman guru tentang karakteristik siswa, dan karakteristik belajar. Dimana penggunaan metode pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain tujuan, anak didik, situasi, fasilitas, dan pribadi guru.

Metode pembelajaran apapun yang digunakan oleh guru menurut Majid, A. (2005:136) hendaknya dapat mengakomodasi menyeluruh terhadap prinsip-prinsip pembelajaran.

Pertama, berpusat pada anak didik (student oriented). Guru harus memandang anak didik sebagai sesuatu yang unik, tidak ada dua orang anak didik yang sama, sekalipun mereka kembar. Suatu kesalahan jika guru memperlakukan mereka secara sama. Gaya belajar (learning style) anak didik harus diperhatikan.

Page 5: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

Kedua, belajar dengan melakukan (learning by doing). Supaya proses belajar menyenangkan guru harus menyediakan kesempatan kepada anak didik untuk melakukan apa yang dipelajarinya, sehingga ia memperoleh pengalaman nyata.

Ketiga, mengembangkan kemampuan sosial. Proses pembelajaran dan pendidikan selain sebagai wahana untuk memperoleh pengetahuan, juga sebagai sarana untuk berinteraksi sosial (learning to live together).

Keempat, mengembangkan keingintahuan dan imajinasi. Proses pembelajaran dan pengetahuan harus dapat memancing rasa ingin tahu anak didik. Juga mampu memompa daya imajinasi anak didik untuk berpikir kritis dan kreatif. Kelima, mengembangkan kreativitas dan keterampilan memecahkan masalah.

BAB II

PEMBAHASAN

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaktidaknya tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, dkk, 2000:7).

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa untuk bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain.

Model Pembelajaran Kooperatif, dibatasi sebagai lingkungan belajar dimana siswa bekerja sama dalam suatu kelompok kecil yang kemampuannya berbeda-beda untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik. Pembelajaran kooperatif dapat diartikan sebagai model pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa dalam kelompok kecil, mempelajari materi pelajaran dan mengerjakan tugas.

Model pembelajaran ini memanfaatkan bantuan siswa lain untuk meningkatkan pemahaman dan penguasaan bahan pelajaran, karena terkadang siswa lebih paham akan hal yang disampaikan

Page 6: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

temannya daripada guru serta bahasa yang digunakan siswa kadang lebih mudah dipahami oleh siswa lainnya. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir dalam kegiatan belajar. Kelompok siswa tersebut harus saling bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompoknya. Dengan demikian model pembelajaran kooperatif lebih dari sekedar bekerja dalam kelompok. (Slavin, 2008: 113)

Jenis-Jenis Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (2008: 11), model pembelajaran kooperatif terdiri atas lima jenis atau tipe. Secara ringkas kelima model pembelajaran kooperatif tersebut dijelaskan sebagai berikut.

Student Teams Achievement Division (STAD), tipe ini lebih menekankan pada interaksi dan aktivitas diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai hasil yang maksimal

Teams Game Tournament (TGT), model ini hampir sama dengan model STAD tetapi menggantikan kuis dengan tornamen mingguan, dimana antar kelompok memainkan game untuk menentukan skor kelompok mereka. Teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain

Group Investigation, dalam model ini siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa, pembagian kelompok dapat dibentuk berdasarkan perkawanan atau berdasarkan keterkaitan akan sebuah materi tanpa melanggar cirri-ciri cooperative learning. Pada model ini siswa diberi sub topik yang ingin mereka pelajari dan topic yang biasanya telah ditentukan guru, setelah itu guru dan siswa merumuskan tujuan, langkah-langkah belajar berdasarkan sub topic dan materi yang dipilih

Jigsaw, merupakan salah satu tipe pembelajaran yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Dalam model ini terdapat tahap-tahap dalam menyelenggarakannya, yaitu pembentukan kelompok-kelompok kecil yang dilakukan oleh guru berdasarkan pertimbangan tertentu

Sedangkan dua pendekatan lain yang dirancang untuk kelas-kelas rendah adalah:

5. Team Assited Individualization (TAI), digunakan pada pembelajaran matematika untuk tingkat 3-6 (setingkat TK).Dalam model ini para siswa memasuki sekuen individual berdasarkan tes penempatan dan kemudian melanjutkan dengan tingkat kemaampuannya sendiri. Secara umum, anggota kelompokm bekerja dengan unit pelajaran berbeda. Teman satu tim saling memeriksa hasil kerja masing-masing menggunakan lembar jawaban dan saling membantu dalam menyelesaikan masalah

Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), digunakan pada pembelajaran membaca dan menulis pada tingkatan 2-8 (setingkat TK sampai SD). dalam model ini siswa lebih banyak mengikuti serangkaian pengajaran guru, para-penilaian tim, dan kuis. Penghargaan untuk tim dan sertifikat akan diberikan kepada tim berdasarkan kinerja rata-rata dari semua anggota tim dalam semua kegiatan

Model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan (Arends, 1997: 110-111).

Page 7: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

a. Struktur tugas mengacu pada cara pengaturan pembelajaran dan jenis kegiatan siswa dalam kelas

b. Struktur tujuan, yaitu sejumlah kebutuhan yang ingin dicapai oleh siswa dan guru pada akhir pembelajaran atau saat siswa menyelesaikan pekerjaannya.

Ada tiga macam struktur tujuan, yaitu:

1. Struktur tujuan individualistik

2. Struktur tujuan kompetitif

3. Struktur tujuan kooperatif

c. Struktur penghargaan kooperatif, yaitu penghargaan yang diberikan pada kelompok jika keberhasilan kelompok sebagai akibat keberhasilan bersama anggota kelompok.

Ciri-Ciri dan Tahapan pada Model Kooperatif

Menurut Arends (1997: 111), pembelajaran yang menggunakan model kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

· siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi belajar,

· kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah,

· jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda,

· penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu.

Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Langkah

Indikator

Tingkah Laku Guru

Langkah 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa.

Langkah 2

Menyajikan informasi

Page 8: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

Guru menyajikan informasi kepada siswa

Langkah 3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menginformasikan pengelompokan siswa

Langkah 4

Membimbing kelompok belajar

Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompokkelompok belajar

Langkah 5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan

Langkah 6

Memberikan penghargaan

Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok.

PROBLEM BASED-LEARNING

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut peserta didik mendapat pengetahuan penting, yang membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki model belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Pengertian Pembelajaran Problem Based-learning

Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world).

Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan.

Page 9: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

Langkah- langkah Problem Based Learning (PBL)

Terdapat lima langkah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau Problem Based Learning (PBL). Bobot atau kedalaman setiap langkahnya disesuaikan dengan mata pelajaran.

Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah: Konsep Dasar (Basic Concept)

Jika dipandang perlu, fasilitator dapat memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’ yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran. Lebih jauh, hal ini diperlukan untuk memastikan peserta didik memperoleh kunci utama materi pembelajaran, sehingga tidak ada kemungkinan terlewatkan oleh peserta didik seperti yang dapat terjadi jika peserta didik mempelajari secara mandiri. Konsep yang diberikan tidak perlu detail, diutamakan dalam bentuk garis besar saja, sehingga peserta didik dapat mengembangkannya secara mandiri secara mendalam.

Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah: Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)

Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan dan dalam kelompoknya, peserta didik melakukan berbagai kegiatan. Pertama, brainstorming yang dilaksanakan dengan cara semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat. Setiap anggota kelompok memiliki hak yang sama dalam memberikan dan menyampaikan ide dalam diskusi serta mendokumentasikan secara tertulis pendapat masing-masing dalam kertas kerja.

Selain itu, setiap kelompok harus mencari istilah yang kurang dikenal dalam skenario tersebut dan berusaha mendiskusikan maksud dan artinya. Jika ada peserta didik yang mengetahui artinya, segera menjelaskan kepada teman yang lain. Jika ada bagian yang belum dapat dipecahkan dalam kelompok tersebut, ditulis dalam permasalahan kelompok. Selanjutnya, jika ada bagian yang belum dapat dipecahkan dalam kelompok tersebut, ditulis sebagai isu dalam permasalahan kelompok.

Kedua, melakukan seleksi alternatif untuk memilih pendapat yang lebih fokus. Ketiga, menentukan permasalahan dan melakukan pembagian tugas dalam kelompok untuk mencari referensi penyelesaian dari isu permasalahan yang didapat. Fasilitator memvalidasi pilihan-pilihan yang diambil peserta didik. Jika tujuan yang diinginkan oleh fasilitator belum disinggung oleh peserta didik, fasilitator mengusulkannya dengan memberikan alasannya. Pada akhir langkah peserta didik diharapkan memiliki gambaran yang jelas tentang apa saja yang mereka ketahui, apa saja yang mereka tidak ketahui, dan pengetahuan apa saja yang diperlukan untuk menjembataninya. Untuk memastikan setiap peserta didik mengikuti langkah ini, maka pendefinisian masalah dilakukan dengan mengikuti petunjuk.

Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah: Pembelajaran Mandiri (Self Learning)

Setelah mengetahui tugasnya, masing-masing peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan. Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar peserta didik mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di

Page 10: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

kelas, dan (2) informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.

Di luar pertemuan dengan fasilitator, peserta didik bebas untuk mengadakan pertemuan dan melakukan berbagai kegiatan. Dalam pertemuan tersebut peserta didik akan saling bertukar informasi yang telah dikumpulkannya dan pengetahuan yang telah mereka bangun. Peserta didik juga harus mengorganisasi informasi yang didiskusikan, sehingga anggota kelompok lain dapat memahami relevansi terhadap permasalahan yang dihadapi.

Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah: Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)

Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.

Tiap kelompok menentukan ketua diskusi dan tiap peserta didik menyampaikan hasil pembelajaran mandiri dengan cara mengintegrasikan hasil pembelajaran mandiri untuk mendapatkan kesimpulan kelompok. Langkah selanjutnya presentasi hasil dalam pleno (kelas besar) dengan mengakomodasi masukan dari pleno, menentukan kesimpulan akhir, dan dokumentasi akhir. Untuk memastikan setiap peserta didik mengikuti langkah ini maka dilakukan dengan mengikuti petunjuk.

Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah: Penilaian (Assessment)

Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.

Sintaks Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)

Tahap

Kegiatan Guru

Kegiatan Siswa

Tahap I

Orientasi siswa kepada masalah

Page 11: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan kebutuhan yang diperlukan dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya

Siswa menginventarisasi dan mempersiapkan kebutuhan yang diperlukan dalam proses pembelajaran. Siswa berada dalam kelompok yang telah ditetapkan

Tahap 2

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut

Siswa membatasi permasalahannya yang akan dikaji

Tahap 3

Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

Siswa melakukan inkuiri, investigasi, dan bertanya untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan yang dihadapi

Tahap 4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan laporan serta membantu siswa untuk berbagai tugas dalam kelompoknya

Siswa menyusun laporan dalam kelompok dan menyajikannya dihadapan kelas dan berdiskusi dalam kelas

Tahap 5

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan

Siswa mengikuti tes dan menyerahkan tugas-tugas sebagai bahan evaluasi proses belajar

Contoh Pembelajaran Problem Based Learning

Page 12: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, peserta didik terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian peserta didik diminta mencatat masalah-masalah yang muncul. Setelah itu tugas guru adalah meransang peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan pendapat yang berbeda dari mereka.

Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar. Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan peserta didik, antara lain di sekolah, keluarga dan masyarakat. Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar diluar kelas. Peserta didik diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan peserta didik dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembelajaran.

Contoh Pembelajaran Problem Based Learning:

Fase (1) Mengorientasikan Peserta Didik pada Masalah

Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Dalam penggunaan PBL, tahapan ini sangat penting dimana guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang harus dilakukan oleh peserta didik dan juga oleh guru. serta dijelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk memberikan motivasi agar peserta didik dapat mengerti dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Ada empat hal yang perlu dilakukan dalam proses ini, yaitu sebagai berikut.

Tujuan utama pengajaran tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi peserta didik yang mandiri.

Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak “benar“, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan.

Selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), peserta didik didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi. Guru akan bertindak sebagai pembimbing yang siap membantu, namun peserta didik harus berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan temannya.

Selama tahap analisis dan penjelasan, peserta didik akan didorong untuk menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan. Tidak ada ide yang akan ditertawakan oleh guru atau teman sekelas. Semua peserta didik diberi peluang untuk menyumbang kepada penyelidikan dan menyampaikan ide-ide mereka.

Contoh Pembelajaran Berbasis Masalah:

Fase (2) Mengorganisasikan Peserta Didik untuk Belajar

Di samping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, pembelajaran PBL juga mendorong peserta didik belajar berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota. Oleh sebab itu, guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok peserta didik dimana masing-masing kelompok akan

Page 13: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

memilih dan memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip pengelompokan peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagainya. Guru sangat penting memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama pembelajaran.

Setelah peserta didik diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk kelompok belajar selanjutnya guru dan peserta didik menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah mengupayakan agar semua peserta didik aktif terlibat dalam sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan penyelesaian terhadap permasalahan tersebut.

Contoh Pembelajaran Problem Based Learning:

Fase (3) Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelompok

Penyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya tentu melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong peserta didik untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar peserta didik mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri.

Guru membantu peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, dan ia seharusnya mengajukan pertanyaan pada peserta didik untuk berifikir tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan.

Setelah peserta didik mengumpulkan cukup data dan memberikan permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelesan, dan pemecahan. Selama pengajaran pada fase ini, guru mendorong peserta didik untuk menyampikan semua ide-idenya dan menerima secara penuh ide tersebut. Guru juga harus mengajukan pertanyaan yang membuat peserta didik berpikir tentang kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta tentang kualitas informasi yang dikumpulkan.

Contoh Pembelajaran Berbasis Masalah:

Fase (4) Mengembangkan dan Menyajikan Artifak (Hasil Karya) dan Mempamerkannya

Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artifak (hasil karya) dan pameran. Artifak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu video tape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia. Tentunya kecanggihan artifak sangat dipengaruhi tingkat berpikir peserta didik. Langkah selanjutnya adalah mempamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan

Page 14: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

peserta didik-peserta didik lainnya, guru-guru, orang tua, dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau memberikan umpan balik.

Contoh Pembelajaran Berbasis Masalah:

Fase (5) Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah

Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta peserta didik untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya.

PROJECT BASED- LEARNING

Pengertian Pembelajaran Project Based Learning/PjBL

Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning/PjBL) adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya.

Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PjBL merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.

Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.

Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dikatakan sebagai operasionalisasi konsep “Pendidikan Berbasis Produksi” yang dikembangkan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK sebagai institusi yang berfungsi untuk menyiapkan lulusan untuk bekerja di dunia usaha dan industri harus dapat membekali peserta didiknya dengan “kompetensi terstandar” yang dibutuhkan untuk bekerja dibidang masing-masing. Dengan pembelajaran “berbasis produksi” peserta didik di SMK diperkenalkan dengan suasana dan makna kerja yang sesungguhnya di dunia kerja. Dengan demikian model pembelajaran yang cocok untuk SMK adalah pembelajaran berbasis proyek.

Ciri – ciri dan Prinsip Pembelajaran Project Based Learning/PjBL

Page 15: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

Ada lima Kriteria apakah suatu pembelajaran berproyek termasuk pembelajaran berbasis proyek , lima criteria itu yaitu :

a. Keterpusatan ( centrality)

Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek adalah pusat atau inti kurikulum, bukan pelengkap kurikulum ,didalam pembelajaran proyek adalah strategi pembelajaran, pelajaran mengalami dan belajar konsep – konsep inti suatu disiplin ilmu melalui proyek. Model ini merupakan pusat strategi pembelajaran, dimana siswa belajar konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek. Oleh karna itu, kerja proyek bukan merupakan praktik tambahan dan aplikasi praktis dari konsep yang sedang dipelajari , melainkan menjadi sentral kegiatan pembelajaran dikelas.

b. Berfokus pada pertanyaan atau masalah

Proyek dalam PBL adalah berfokus pada pertanyaan atau masalah , yang mendorong pelajar menjalani (dalam kerja keras ) konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti atau pokok dari disiplin.

c. Investigasi konstruktif atau desain

Proyek melibatkan pelajaran dalam investigasi konstruktif dapat berupadesain, pengambilan keputusan, penemuan masalah, pemecahan masalah, deskoveri akan tetapi aktifitas inti dari proyek ini harus meliputi transformasi dan kontruksi pengetahuan

d. Bersifat otonomi pembelajaran

Lebih mengutamakan otonomi, pilihan waktu kerja dan tanggung jawab pelajaran terhadap proyek

e. Bersifat realisme

Pembelajaran berebasis proyek melibatkan tantangan kehidupan nyata , berfokus pada pertanyaanatau masalah autentik bukan simulative dan pemecahannya berpotensi untuk diterapkan dilapangan yang sesungguhnya.

Pelaksanaan pembelajaran berbasis Project Based Learning/PjBL

Page 16: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

Berdasarkan kegiatan pengajar dan pelajar dalam pendekatan PBL, maka PBL yang akan dibuat di dalam lingkungan web terbagi dalam tiga tahapan yakni persiapan, pembelajaran dan evaluasi, tetapi dari tiga tahapan tersebut dapat dideskripsikan menjadi enam tahapan sebagai berikut

a. Persiapan

Pengajar merancang desain atau membuat kerangka proyek yang bermanfaat dalam menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh pelajar dalam mengembangkan pemikiran terhadap proyek tersebut sesuai dengan kerangka yang ada, dan menyediakan sumber yang dapat membantu pengerjaannya. Hal ini akan mendukung keberhasilan pelajar dalam menyelesaikan suatu proyek dan cukup membantu dalam menjawab pertanyaan, beraktifitas dan berkarya. Kerangka menjadi sesuatu yang penting untuk dibaca dan digunakan oleh pelajar. Oleh karenanya, pengajar harus melakukan perannya dengan baik dalam menganalisa dan mengintegrasikan kurikulum, mengumpulkan pertanyaan, mencari web site atau sumber yang dapat membantu pelajar dalam menyelesaikan proyek, dan menyimpannya di dalam web.

b. Penugasan/menentukan topik.

Sesuai dengan tugas proyek yang diberikan oleh pengajar maupun pilihan sendiri, pelajar akan memperoleh dan membaca kerangka proyek, lalu berupaya mencari sumber yang dapat membantu. Dengan berdasar pada referensi alamat web yang berisi materi relevan, pelajar dengan cepat dan langsung mendapatkan materi yang berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan proyek. Lalu pelajar berupaya berpikir dengan kemampuannya berdasar pada pengalaman yang dimiliki, membuat pemetaan topik, dan mengembangkan gagasannya dalam menentukan sub topik suatu proyek.

c. Merencanakan kegiatan.

Pelajar bekerja dalam proyek individual, kelompok dalam satu kelas atau antar kelas. Pelajar menentukan kegiatan dan langkah yang akan diambil sesuai dengan sub topiknya, merencanakan waktu pengerjaan dari semua sub topik dan menyimpannya di dalam web. Jika bekerja dalam kelompok, tiap anggota harus mengikuti aturan dan memiliki rasa tanggungjawab. Sedangkan pengajar berkewajiban menyampaikan isi dari rencana proyeknya kepada orang tua, sehingga orang tua dapat ikut serta membantu dan mendukung anaknya dalam menyelesaikan proyek.

d. Investigasi dan penyajian.

Investigasi disini termasuk kegiatan : menanyakan pada ahlinya melalui e-mail, memeriksa web site, dan saling tukar pengalaman dan pengetahuan serta melakukan survei melalui web. Dalam perkembangannya, terkadang berisi observasi, eksperimen, dan field trips. Diskusi dapat dilakukan secara sinkron dan asinkron melalui chating. Lalu penyajian hasil dapat berupa gambar, tulisan,

Page 17: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

diagram matematika, pemetaan dan lain-lain. Secara rutin, orang tua dan pengajar berkomunikasi untuk memantau kegiatan dan prestasi yang dicapai oleh pelajar.

e. Finishing.

Pelajar membuat laporan, presentasi, halaman web, gambar, dan lain-lain. Sebagai hasil dari kegiatannya. Lalu pengajar dan pelajar membuat catatan terhadap proyek untuk pengembangan selanjutnya. Peserta menerima feedback atas apa yang dibuatnya dari kelompok, teman, dan pengajar. Fasilitas feedback online disajikan untuk memungkinkan setiap individu secara langsung berkomentar dan memberikan kontribusi, dan agar dilihat dan bermanfaat bagi orang lain.

f. Monitoring/Evaluasi.

Pengajar menilai semua proses pengerjaan proyek yang dilakukan oleh tiap pelajar berdasar pada partisipasi dan produktifitasnya dalam pengerjaan proyek.

Karakteristik Pembelajaran Project Based Learning/PjBL

peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja;

adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik;

peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan;

peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan;

proses evaluasi dijalankan secara kontinyu;

peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan;

produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif; dan

situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.

Langkah-langkah Pembelajaran Project Based Learning/PjBL

[1] Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question)

Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Pengajar berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk para peserta didik.

Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek:

[2] Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)

Page 18: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Dengan emikian peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.

Langkah-langkah Pembelajaran berbasis Project Based Learning/PjBL :

[3] Menyusun Jadwal (Create a Schedule)

Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.

Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek:

[4] Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the Project)

Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta didik pada setiap roses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.

Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek:

[5] Menguji Hasil (Assess the Outcome)

Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.

Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek:

[6] Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)

Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.

Sintaks pembelajaran project based learning:

Page 19: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY

Pengertian pembelajaran inquiry

Pembelajaran berdasarkan inquiry merupakan seni penciptaan situasi-situasi sedemikian rupa sehingga siswa mengambil peran sebagai ilmuwan. Dalam situasi-situasi ini siswa berinisiatif untuk mengamati dan menanyakan gejala alam, mengajukan penjelasan-penjelasan tentang apa yang mereka lihat, merancang dan melakukan pengujian untuk menunjang atau menentang teori-teori mereka, menganalisis data, menarik kesimpulan dari data eksperimen, merancang dan membangun model, atau setiap kontribusi dari kegiatan tersebut di atas.

Seperti yang dikutip oleh Suryosubroto dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa, Inquiry merupakan perluasan proses discovery, yang digunakan lebih mendalam, inkuiry yang dalam bahasa InggrisInquiry berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi.

Gulo, (2005) menyatakan bahwa, strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

Macam-macam Model Pembelajaran Inkuiri

Beberapa macam model pembelajaran inkuiri diantaranya:

a. Inkuiri Terbimbing (Guide Inquiry)

Pembelajaran inkuri terbimbing merupakan suatu model pembelajaran

inkuiri yang dalam prosesnya guru menyediakan bimbingan dan petunjuk yang

cukup luas kepada siswa. Sebagian besar perencanaanya dibuat oleh guru, siswa

tidak merumuskan suatu masalah.

b. Modified Inquiry

Page 20: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

Model pembelajaran tipe ini guru tidak memberikan permasalahan, kemudian siswa ditugasi untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan,percobaan,atau prosedur penelitian untuk memperoleh jawabannya.Disamping itu guru memperoleh narasumber yang tugasnya hanya memberikan yang diperlukan untuk menghindari kegagalan dalam memecahkan masalah.

c. Free Inquiry

Model ini harus mengidentifikasi dan merumuskan macam-macam problema yang

Dipelajari dan dipecahkan. Jenis model ini lebih bebas dari padayang kedua jenis sebelumnya.

d. Inquiry Role Approach

Model pembelajaran inkuiri model ini melibatkan dalam tim-tim yang

masing-masing terdiri atas empat untuk memecahkan masalah yang diberikan.

Masing-masing anggota memegang peranan berbeda, yaitu sebagai koordinator

tim, penasehat teknis, pencatat data, dan evaluator proses.

e. Invitation Into Inquiry

Model inkuiri jenis ini siswa dilibatkan dalam proses pemecahan masalah

dengan cara-cara yang lazim ditempuh oleh para ilmuan, suatu undangan

(invitation) memberikan suatu problema kepada para siswa dan melalui

pertanyaan masalah yang lebih direncanakan dengan hati-hati mengundang siswa

untuk melakukan beberapa kegiatan atau kalau ini mungkin semua kegiatan.

Page 21: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

f. Pictorial Riddle Inquiry

Model ini merupakan metode mengarang yang dapat mengembangkan

motivasi dan minat siswa dalam diskusi kelompok kecil atau besar. Gambar,

peragaan, atau situasi sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara

bertikir kritis dan kreatif para siswa. Biasanya, suatu riddle berupa gambar

dipapan tulis, poster, atau diproyeksikan dari suatu transparansi, kemudian guru

mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan riddle itu.

g. Syneclis Lesson Inquiry

Model jenis ini memusatkan keterlibatan siswa untuk membuat berbagai macam bentuk kiasan, supaya dapat membaca intelegensinya dan mengembangkan kreatifitasnya. Hal ini dapat dilaksanakan karena dapat membantu siswa dalam berfikir untuk memandang suatu problema sehingga dapat menunjang timbulnya ide-ide kreatif.

h. Value clarifikation

Model pembelajaran jenis inquiry ini siswa yang difokuskan pada

pemberian penjelasan tentang suatu tata aturan nilai-nilai pada suatu proses-proses

pembelajaran.Jerome Bruner, seorang profesor psikologi dan Harvard University di

Amerika Serikat menyatakan beberapa keuntungan sebagai berikut :

1. Siswa akan mengerti konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih baik.

2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi-situasi proses

belajar yang baru.

3. Mendorong siswa agar dapat berfikir.

4. Mendorong siswa untuk berfikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.

5. Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik.

Page 22: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

6. Situasi proses belajar menjadi lebih menantang.

Pelaksanaan tahapan Pembelajaran Inkuiri

Gulo (2005) menyatakan bahwa, inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan keterampilan.

Secara umum proses pembelajaran SPI dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

1. Orientasi

Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah:

a. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa

b. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan

c. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.

2. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.

3. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.

Page 23: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

4. Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.

5. Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

6. Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

Langkah – langkah menerapkan model pembelajaran inquiry didalam kelas :

1. Membentuk kelompok-kelompok inkuiri. Masing-masing kelompok dibentuk berdasarkan rentang intelektal dan keterampilan-keterampilan social

2. Memperkenalkan topik-topik inkuiri kepada semua kelompok. Tiap kelompok diharapkan memahami dan berminat mempelajarinya.

3. Membentuk posisi tentang kebijakan yang bertalian dengan topik, yakni pernyataan apa yang harus dikerjakan. Mungkin terdapat satu atau lebih solusi yang diusulkan terhadap masalah pokok.

4. Merumuskan semua istilah yang terkandung di dalam proposisi kebijakan.

5. Menyelidiki validitas logis dan konsisten internal pada proposisi dan unsur-unsur penunjangnya.

6. Mengumpulkan evidensi (bukti) untuk menunjang unsur-unsur proposes

7. Menganalisis solusi solusi yang diusulkan dan mencari posisi kelompok

8. Menilai proses kelompok.

Page 24: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

Kemudian pendekatan inkuiri terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya intervensi guru terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswanya.

Pembelajaran dengan Metode Inkuiri Suchman

Pembelajaran inkuiri dengan metode Suchman menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada siswa sebagai alternative untuk prosedur pengumpulan data.

Inkuiri Suchman seperti yang dikutip oleh Kardi dalam Trianto(2009) mempunyai kelebihan, yaitu :

1. Penelitian dapat diselesaikan dalam waktu satu periode pertemuan. Waktu yang singkat ini memungkinkan siswa dapat mengalami siklus inkuiri dengan cepat, dan pelatihan mereka akan terampil melakukan inkuiri.

2. Lebih efektif dalam semua bidang di dalam kurikulum.

Perbedaan utama antar inkuiri Suchman dengan Inkuiri umum terletak pada proses pengumpulan data.

Suchman mengembangkan suatu motode penemuan baru yang menuntun siswa mengumpulkan data melalui bertanya, maka dari itu model pembelajaran inkuiri menurut Schuman harus memperhatikan :

1. Struktur Sosial Pembelajaran. Suasana kelas yang nyaman merupakan hal yang penting dalam pembelajaran inkuiri Suchman karena pertanyaan-pertanyaan harus berasal dari siswa agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Kerja sama guru dengan siswa, siswa dengan siswa diperlukan juga adanya dorongan secara aktif dari guru dan teman. Dua atau lebih siswa yang bekerja sama dalam berfikir dan bertanya, akan lebih baik hasilnya jika dibanding bila siswa bekerja sendiri.

2. Peran Guru. Pembelajaran inkuiri Suchman, peran guru memonitor pertanyaan siswa untuk mencegah agar proses inkuiri, tidak sama dengan permainan tebakan. Hal ini memerlukan dua aturan penting, yaitu : Pertanyaan harus dapat dijawab “ya” atau “tidak” dan harus diucapkan dengan suatu cara siswa dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan melakukan pengamatan; Pertanyaan harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak mengakibatkan guru memberikan jawaban pertanyaan tersebut, tetapi mengarahkan siswa untuk menemukan jawabannya sendiri.

3. Sintaks Pembelajaran Inkuiri. Dalam upaya menanamkan konsep , misalnya konsep IPA Biologi pokok bahasan saling ketergantungan pada siswa, tidak cukup hanya sekedar ceramah. Pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk tahu dan terlibat secara aktif dalam menemukan konsep-konsep dari fakta-fakta yang dilihat dari lingkungan dengan bimbingan guru.

Page 25: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

Pada penelitian ini tahapan pembelajaran yang digunakan mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Eggen & Kauchak dalam Trianto (2009). Adapun tahapan pembelajaran inkuiri sebagai berikut:

Tahap Pembejaran Inkuiri

Fase

Perilaku Guru

1. Menyajikan pertanyaan atau masalah

Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan di papan. Guru membagi siswa dalam kelompok.

2. Membuat hipotesis

Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memproiritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan.

3. Merancang percobaan

Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan . Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan

4. Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi

Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan

5. Megumpulkan dan menganilisis data

Guru memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.

6. Membuat kesimpulan

Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan.

Gulo dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa, strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri

BAB III

Page 26: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

KESIMPULAN

Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa untuk bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain.

Pembelajaran berbasis masalah (PBM) atau Problem-Based Learning (PBL) adalah metode pembelajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata yang tidak terstruktur

dengan baik sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah dan memperoleh pengetahuan.

Pembelajaran Berbasis Masalah bertujuan untuk memotivasi belajar siswa agar menjadi mandiri, membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan pemecahan masalah, membuat kemungkinan transfers pengetahuan baru, belajar peranan orang dewasa yang otentik.

Pembelajaran berbasis proyek / tugas adalah sebuah metode penyajian bahan pembelajaran yang diberikan oleh guru kepada peserta didik berupa seperangkat tugas yang harus dikerjakan peserta didik, baik secara individual maupun secara kelompok.

Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan efisiensi pembelajaran dan memberikan kesempatan peserta didik melakukan sendiri kegiatan belajar yang ditugaskan. empat prinsip berikut ini akan membantu siswa dalam perjalana mereka menjadi pembelajar mandiri yang efektif.

Strategi pembelajaran inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, keterarahan kegiatan secara maksimal dalam proses kegiatan belajar , mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri. Namun dalam penerapannya, pembelajaran inkuiri ini memiliki kelemahan seperti adanya kesulitan dalam mengontrol siswa, ketidaksesuaian kebiasaan siswa dalam belajar, kadang memerlukan waktu yang panjang dalam pengimplementasiannya, dan sulitnya dalam implementasi yang dilakukan oleh guru bila keberhasilan belajar bergantung pada siswa.

Langkah-langkah pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, merumuskan kesimpulan.Sintaks Pembelajaran Inkuiri. Dalam upaya menanamkan konsep , misalnya konsep IPA Biologi pokok bahasan saling ketergantungan pada siswa, tidak cukup hanya sekedar ceramah. Pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk tahu dan terlibat secara aktif dalam menemukan konsep-konsep dari fakta-fakta yang dilihat dari lingkungan dengan bimbingan guru.

Page 27: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

DAFTAR PUSTAKA

Slavin, Robert E. (2008). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Indah.

Isjoni. (2009). Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.

http://blog.edmentum.com. [18 September 2013]

Lie, Anita. (2004). Cooperatif Learning. Jakarta:Gramedia.

Jones, Raymond. 2002. Think Pair Share. (online). Tersedia : http://curry.edschool.virginia.edu. [14 Februari 2012]

Lucas, George .(2005). Instructional Module Project Based Learning. http://www.edutopia. org/modules/ PBL/whatpbl.php. Diakses tanggal 13 Juli 2010.

Arifin, Zaenal. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Diposkan oleh DEVI ASTRIANA HTS di 23.33

Kirimkan Ini lewat Email

BlogThis!

Berbagi ke Twitter

Berbagi ke Facebook

Bagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lama Beranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog

▼ 2013 (3)

Page 28: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

▼ November (3)

4 model pembelajaran untuk kurikulum 2013

Soal-soal Analitik II (Destilasi)

TUGAS ( JENIS ALAT -ALAT PRAKTIKUM KIMIA BESERTA F...

Mengenai Saya

DEVI ASTRIANA HTS

Lihat profil lengkapku

Template Travel. Diberdayakan oleh Blogger.

MODEL – MODEL PEMBELAJARAN

1. PBL ( Problem Based Learning )a. PengertianMenurut Dewey (dalam Trianto, 2007: 67) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada sisswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsikan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik. Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan akan menjadikan kepadanya bahan dan materi guna memperoleh pengertian serta bisa dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya.Menurut Arends, 1997 (dalam Trianto, 2007: 68), pengajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Model pembelajaran ini juga mengacu pada model pembelajaran yang lain, seperti “pembelajaran berdasarkan proyek (project-based instruction)”, “pembelajaran berdasarkan pengalaman (experience-based instruction)”, belajar otentik (authentic learning)”, dan “pembelajaran bermakna (anchored instruction)”.Problem Based Learning (PBL) merupakan metoda pembelajaran berdasarkan pada prinsip penggunaan kasus (masalah) sebagai titik pangkal untuk mendapatkan dan mengintegrasikan ilmu pengetahuan yang baru (HS. Barrows, 1982). Secara umum pengertian PBL adalah salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah.

Page 29: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

b. Ciri-Ciri PBL ( Problem based Learning )Model pembelajaran berbasis masalah mempunyai karakteristik sebagai berikut :1. Pengajuan pertanyaan atau masalahPembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan pengajaran disekitar pertanyaan dan masalah yang keduanya secara social penting dan secara pribadi bermakna bagi siswa.2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplinMasalah yang diselidiki telah benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyak hal.3. Penyelidikan autentikPembelajaran berbasis masalah melakukan penyelidikan nyata terhadap masalah nyata.4. Menghasilkan produk atau karya dan memamerkannyaPembelajatan berbasis masalah menuntut siswa menghasilkan produk tertentu dalam karya nyata dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk pemecahan masalah yang mereka temukan.5. KerjasamaPembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama memberikan motivasi yang berkelanjutan dan terlibat dalam tugas-tugas kompleks.

c. Kelebihan dan kelemahan PBL ( Problem Based Learning )Kelebihan : Kelebihan yang paling menonjol penerapan PBM adalah memberikan kesempatan kepada pebelajar untuk memecahkan masalah-masalah menurut cara-cara atau gaya belajar individu masing-masing. Sebagaimana telah kita ketahui ragam cara mengembangkan kemampuan intelektual yaitu dengan cara mengetahui gaya belajar masing-masing individu (pebelajar ), kita diharapkan dapat membantu menyesuaikan dengan pendekatan yang kita pakai dalam pembelajaran. Keuntungan yang lain berkenaan dengan penerapan PBM ini adalah pengembangan keterampilan berpikir kritis (critical thinking skills). Pebelajar dilatih untuk mengembangkan cara-cara menemukan (discovery) untuk memecahkan masalah. Masalah yang disajikan sebagai fokus pembelajaran yang dapat diselesaikan melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman – pengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi kelompok, disamping pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah seperti membuat hipotesis,merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, menginterpretasikan data, membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi, membuat laporan.Kelemahan : Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa itu tidak mudah. Oleh karena guru dituntut untuk memiliki kemampuan dan keterampilan memilih suatu masalah yang sesuai dengan tingkat umur, kemampuan, dan latar belakang pengetahuan/pengalaman siswa. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir untuk memecahkan permasalahan secara individu maupun kelompok yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan tantangan atau bahkan kesulitan tersendiri bagi siswa. Proses pembelajaran memerlukan waktu yang lama dan biaya yang mahal.

d. Tujuan PBL ( Problem Based Learning ) : Membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual serta belajar berbagai peran orang dewasa. Pembelajaran

Page 30: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

berbasis masalah juga membuat siswa menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri. Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah secara kerjasama yang dilakukan dalam pembelajaran berbasis masalah mendorong munculnya berbagai keterampilan inquiri dan dialog, dengan demikian akan berkembang keterampilan social dan berpikir.

e. Melaksanakan PBL ( Problem Based Learning )Pembelajaran Berbasis Masalah biasanya terdiri dari lima tahapan utama yang dimulai dari guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Secara singkat kelima tahapan pembelajaran PBL adalah seperti berikut :Sintaksis Untuk PBLFase Perilaku Guru

Fase I :Orientasi siswa pada masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya. 

Fase 2 :Mengorganisasi siswa untuk meneliti.

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

Fase 3:Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok 

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.. Fase 4 :Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

Fase 5 :Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Deskripsi dengan lebih terperinci :Fase 1: Mengorientasikan siswa pada masalahPembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas -aktivitas yang akan dilakukan. Dalam penggunaan PBL, tahapan ini sangat penting dimana guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang harus dilakukan oleh siswa dan juga oleh guru. Disamping proses yang akan berlangsung, sangat penting juga dijelaskan bagaimana

Page 31: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk memberikan motivasi agar siswa .Sutrisno (2006) menekankan empat hal penting pada proses ini, yaitu: Tujuan utama pengajaran ini tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi siswa yang mandiri, Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak “benar“, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan, Selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi. Guru akan bertindak sebagai pembimbing yang siap membantu, namun siswa harus berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan temannya, Selama tahap analisis dan penjelasan, siswa akan didorong untuk menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan. Tidak ada ide yang akan ditertawakan oleh guru atau teman sekelas. Semua siswa diberi peluang untuk menyumbang kepada penyelidikan dan menyampaikan ide-ide mereka.

Fase 2: Mengorganisasikan siswa untuk menelitiDisamping mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah, pembelajaran PBL juga mendorong siswa/siswa belajar berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama antar anggota. Oleh sebab itu, guru/ dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok siswa dimana masing-masing kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip pengelompokan siswa dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagainya. Guru sangat penting memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama pembelajaran.Setelah siswa diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk kelompok belajar selanjutnya guru dan siswa menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah mengupayakan agar semua siswa aktif terlibat dalam sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan penyelesaian terhadap permasalahan tersebut.

Fase 3: Membantu penyelidikan mandiri dan kelompokPenyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya tentu melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar siswa mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri. Pada fase ini seharusnya lebih dari sekedar membaca tentang masalah-masalah dalam buku-buku. Guru membantu siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, dan ia seharusnya mengajukan pertanyaan pada siswa untuk berifikir tentang massalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan.Setelah siswa mengumpulkan cukup data dan memberikan permasalahan tentang

Page 32: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelesan, dan pemecahan. Selama pengajaran pada fase ini, guru mendorong siswa untuk menyampikan semua ide-idenya dan menerima secara penuh ide tersebut. Guru juga harus mengajukan pertanyaan yang membuat siswa berfikir tentang kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta tentang kualitas informasi yang dikumpulkan. 

Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan artifak (hasil karya) dan mempamerkannyaTahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artifak (hasil karya) dan pameran. Artifak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu videotape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia. Tentunya kecanggihan artifak sangat dipengaruhi tingkat berfikir siswa. Langkah selanjutnya adalah mempamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan siswa-siswa lainnya, guru-guru, orangtua, dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau memberikan umpan balik.

Fase 5: Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalahFase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan kete-rampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta siswa untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya..

2. PS ( Problem Solving )a. Pengertian Problem SolvingMetode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.

b. Ciri – ciri Model Problem SolvingMetode pembelajaran problem solving memiliki sejumlah karateristik yang membedakannya dengan model pembelajaran yang lainnya yaitu :a. pembelajaran bersifat student centered, b. pembelajaran terjadi pada kelompok-kelompok kecil, c. dosen atau guru berperan sebagai fasilitator dan moderator, d. masalah menjadi fokus dan merupakan sarana untuk mengembangkan ketrampilan problem solving, 

c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Problem SolvingKelebihan : Siswa memiliki keterampilan memecahkan masalah. Hal ini merupakan bekal dalam menghadapi dan memecahkan masalah baik di dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun di tempat kerjanya kelak. Merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif, rasional, logis, dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya siswa banyak menggunakan mentalnya dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dan pendekatan dalam rangka mencari pemecahannya.

Page 33: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

Pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupanKarena siswa telah terbiasa memecahkan masalah dengan langkah-langkah metode pemecahan masalah, maka mereka menjadi terbiasa pula untuk menghadapi dan memecahkan permasalahan dalam kehidupan yang semakin kompleks. Menimbulkan keberanian pada diri siswa untuk mengemukakan pendapat dan ide-idenya.Kelemahan : Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa itu tidak mudah. Oleh karena guru dituntut untuk memiliki kemampuan dan keterampilan memilih suatu masalah yang sesuai dengan tingkat umur, kemampuan, dan latar belakang pengetahuan/pengalaman siswa. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi gari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir untuk memecahkan permasalahan secara individu maupun kelompok yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan tantangan atau bahkan kesulitan tersendiri bagi siswa. Proses pembelajaran memerlukan waktu yang lama sehingga terpaksa mengambil waktu mata pelajaran yang lain. Kurang sistematis apabila metode ini diterapkan untuk menyampaikan bahan baru.

d. Penerapan model Problem SolvingMenurut Johnson dan Jhonson (Husein Achmad, dkk.1981) pemecahanmasalah sebagai metode mengajar IPS mempunyai langkah-langkah sebagaiberikut:1. Definisi masalah,Guru hendaknya mengarahkan siswanya untuk memberikan batasan - batasanterhadap pengertian-pengertian yang terkandung di dalam masalah. Untuk perumusan masalah dianjurkan menggunakan langkah -langkah sebagai berikut.a. Semua pernyataan ditampung/ditulis di papan tulis. Kemukakan sebanyak dan sekonkrit mungkin dengan mengemukakan orang, tempat, sumber, dan jangan mempersoalkan ketepatannya.b. Rumuskan kembali setiap pernyataan tersebut sehingga mendapatkan gambaran yang ideal dan aktual. Keluarkan definisi-definisi yang tidak memiliki sumber-sumber yang cukup untuk dipecahkan secara kelompok. Pilihlah satu definisi yang oleh kelompok dianggap paling tepat. Masalah yang dipilih harus bersifat penting (important), dapat dipecahkan (soluble), dan mendesak (urgent).2. Menganalisa Masalah Pada bagian ini, siswa dituntut untuk bisa menganalisa atau melakukan diagnosa terhadap sebuah masalah, kejadian, peristiwa atau situasi supaya kita bisa fokus pada masalah yang sebenarnya. Seringkali orang dalam melakukan pemecahan masalah terjebak pada gejala-gejala yang timbul dari masalah tersebut. Agar siswa bisa memfokuskan perhatian pada masalah sebenarnya, dan bukan pada gejala-gejala yang muncul, maka dalam proses mendefenisikan suatu masalah, diperlukan upaya mencari informasi yang diperlukan sebanyak-banyaknya. Dengan demikian diharapkan, siswa bisa mendefinisikan masalahnya dengan tepat dan benar. Berikut ini adalah beberapa karakteristik dari pendefenisian masalah yang baik : Fakta dipisahkan dari opini atau spekulasi.  Data objektif harus dipisah-kan dari persepsi.  Semua pihak yang terlibat diperlukan sebagai sumber informasi.  Masalah harus dinyatakan secara tegas. Hal ini seringkali dapat meng-hindarkan kita dari pembuatan defenisi yang tidak jelas. 3. merumuskan alternatif dan rencana pemecahannya,

Page 34: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

Pada tahap ini adalah merumuskan sebanyak-banyaknya alternatif pemecahan masalah. Setelah itu mencari faktor-faktor pendukung dan faktor penghambatnya. Oleh karena itu kelompok harus kreatif, berpikir divergen, memahami pertentangan ide, dan mempunyai daya temu yang tinggi.4. penetapan strategi pemecahan masalah yang dipilih, Setelah berbagai alternatif pemecahan masalah diperoleh, maka pada tahapini kelompok memutuskan:c. memilih alternatif yang sesuai dengan masalah,d. memilih alternatif yang mempunyai banyak factor pendukung dan sedikit factor penghambatnya, dane. meninjau keuntungan atau efek samping terhadap setiap alternatif bila diterapkan.5. evaluasi keberhasilan strategi yang dicapai.Alternatif-alternatif yang mempunyai alasan rasional, logis, praktis, serta tepat bila diterapkan, diangkat menjadi keputusan atau cara untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Hasil akhir dari evaluasi harus dapat menunjukkan:• masalah apa yang sudah dipecahkan;• seberapa jauh pemecahannya;• masalah apa yang belum terpecahkan; dan• masalah baru apa yang timbul sebagai akibat pemecahan ini.

Dalam penerapannya, metode pemecahan masalah ini dilaksanakan secara kelompok, guru berfungsi sebagai pengarah dan motifator, sedangkan semua pendapat digali dari siswa. Semua pendapat ditampung, kemudian diseleksi dengan mencari alasan-alasan yang rasional, logis, dan tepat. Apabila ada sesuatu yang tidak dapat digali dari siswa, barulah guru memberikan informasi. Pelaksanaan metode pemecahan masalah ini akan berhasil dengan baik apabila siswa telah menguasai bahan dan telah menguasai langkah-langkahnya tahap demi tahap.Berdasar hasil penelitian bahwa anak didik melaksanakan problem solvingpada permulaan kelas tiga (Cheppy HC,tt:100). Sesuai dengan perkembangananak usia SD yang masih dalam tingkatan operasional konkrit, mempunyai rasa ingin tahu yang besar, ini merupakan kunci pokok dalam belajarnya. Selanjutnya Cheppy mengatakan bahwa pada tingkatan usia tersebut siswa sebenarnya sudah dapat mengumpulkan data, mengembangkan konsep, menemukan, dan menilai generalisasi dalam lapangan ekonomi dan geografi. Hanya saja siswa tidak selalu mengikuti pola-pola atau langkah-langkah metode pemecahan masalah.

e. Peran Permasalahan di dalam model Problem solving a. Permasalahan sebagai pemandu, dalam hal ini permasalahan menjadi acuan konkret yang harus menjadi perhatian siswa. Bacaan dan materi diberikan sejalan dengan permasalahan. Permasalahan menjadi kerangka berpikir bagi siswa dalam mengerjakan tugas.b. Permasalahan sebagai kesatuan dan alat evaluasi, di sini permasalahan diberikan setelah tugas-tugas dan penjelasan diberikan. Tujuan utamanya memberikan kesempatan pada siswa untuk menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh dalam memecahkan masalah.c. Permasalahan sebagai contoh, di sini permasalahan adalah salah satu contoh dan bagian dari bahan belajar siswa. Permasalahan digunakan untuk menggambarkan teori, konsep atau prinsip dan dibahas dalam diskusi antara guru dan siswa.d. Permasalahan sebagai sarana untuk memfasilitasi terjadinya proses, dalam hal ini fokusnya adalah kemampuan berpikir kritis dalam hubungannya dengan permasalahan. Permasalahan menjadi alat untuk melatih siswa dalam bernalar dan berpikir kritis.

Page 35: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

e. Permasalahan sebagai stimulus dalam aktivitas belajar, dalam hal ini fokusnya adalah pengembangan ketrampilan pemecahan masalah dari kasus-kasus serupa. Ketrampilan tidak diajarkan oleh guru tetapi ditemukan dan dikembangkan sendiri oleh siswa melalui aktivitas pemecahan masalah ( Paulina Panen, 2005:86-87 ).

3. SNOWBALL THROWINGa. Pengertian Snowball ThrowingModel pembelajaran Snowball Throwing ialah model pembelajaran yang penerapanya yaitu membuat sebuah pertanyaan yang dituliskan pada kertas kemudian diremas menyerupai bola salju lalu dilemparkan kepada siswa lainya dan siswa lain yang mendapat bola kertas lalu membuka dan menjawab pertanyaannya.b. Tujuan Menggunakan Model Snowball ThrowingModel Pembelajaran Snowball Throwing melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. c. Penerapan Model Snowball ThrowingLangkah-langkah:1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan 2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya 4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok 5) Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit 6) Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian 7) Evaluasi 8) Penutup 

d. Kelebihan dan Kelemahan Model Snowball ThrowingKelebihan:1. Melatih kesiapan siswa.2. Saling memberikan pengetahuan.3. Melatih mental dan konsentrasi siswaKekurangan: 1. Pengetahuan tidak luas hanya berkutat pada pengetahuan sekitar siswa.2. Tidak efektif.

Diposkan oleh hAniK CuTe di 05.16 TIDAK ADA KOMENTAR:

Bagian 1

Page 36: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

Pendekatan dalam pembelajaran sangat banyak, salah satu diantaranya adalah pendekatan Heuristik. Pendekatan ini dapat diartikan sebagai pendekatan pembelajaran yang menyajikan sejumlah data dan siswa diminta untuk membuat kesimpulan dengan menggunakan data tersebut. Prinsip pendekatan heuristik ini antara lain:

aktivitas peserta didik menjadi fokus perhatian utama dala belajar.

berpikir logis adalah cara yang paling utama dalam menemukan sesuatu

proses mengetahui dari sesuatu sudah diketahui menuju kepada yang belum diketahui adalah jalan penalaran yang paling rasional dalam pembelajaran di sekolah

pengalaman yang penuh tujuan adalah tonggak dari usaha pembelajaran peserta didik ke arah belajar berbuat, bkerja, dan berusaha

perkembangan mental seseorang berlangsung selama ia berpikir dan belajar mandiri

EMBELAJARAN TEMATIK merupakan implementasi dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dasar pertimbangan pelaksanaan pembelajaran tematik ini merujuk pada tiga landasan, yaitu: landasan filosofis, psikologis, dan yuridis.

Ditinjau dari pengertiannya, pembelajaran adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan, atau sikap baru pada saat seseorang individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan. Menurut Yunanto (2004:4), “Pembelajaran merupakan pendekatan belajar yang memberi ruang kepada anak untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar.”

“Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraa” Depdiknas (2007:226). Selanjutnya menurut Kunandar (2007:311), “Tema merupakan alat atau wadah untuk mengedepankan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh.” Dalam pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik dan membuat pemmbelajaran yang melibatkan beberapa mata

Page 37: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Jadi, pembelajaran tematik adalah pembelajatan terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi yang terdapat di dalam beberapa mata pelajaran dan diberikan dalam satu kali tatap muka.

Pembelajaran tematik dikemas dalam suatu tema atau bisa disebut dengan istilah tematik. Pendekatan tematik ini merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, kemahiran dan nilai pembelajaran serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Dengan kata lain pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, peserta didik akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak proses latihan/hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. Pendekatan pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).

Dalam pelaksanaannya, pendekatan pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama peserta didik dengan memperhatikan keterkaitannya dengan isi mata pelajaran. Tema dalam pembelajaran tematik menjadi sentral yang harus dikembangkan. Tema tersebut diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya: 1) peserta didik mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu, 2) Peserta didik mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama; 3) pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; 4) kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik; 5) Peserta didik lebih mampu merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas; 6) Peserta didik mampu lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain; 7) guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.

Pembelajaran tematik mempunyai ciri khas dan karakteristik tersendiri. Adapun ciri khas pembelajaran tematik di antaranya: 1) pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa sekolah dasar; 2) kegiatan yang dipilih dalam pembelajaran tematik bertitik tolak dari minat dan kebutuhan siswa; 3) kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi peserta didik sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama; 4) membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa; 5) menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui peserta didik di lingkungannya; dan 6) mengembangkan keterampilan sosial siswa, misalnya: kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

Page 38: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

Penggabungan beberapa kompetensi dasar, indikator serta isi mata pelajaran dalam pembelajaran tematik akan terjadi penghematan karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan. Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan merupakan tujuan akhir. Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi pelajaran secara utuh pula. Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat.

Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Tematik

Menurut Kunandar (2007:315), Pembelajaran tematik mempunyai kelebihan yakni:

Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik.

Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.

Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna.

Mengembangkan keterampilan berpikir peserta didiksesuai dengan persoalan yang dihadapi.

Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama

Memiliki sikap toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan peserta didik.

Selain kelebihan di atas pembelajaran tematik memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan pembelajaran tematik tersebut terjadi apabila dilakukan oleh guru tunggal. Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran tema sehingga dalam pembelajaran tematik akan merasa sulit untuk mengaitkan tema dengan mateti pokok setiap mata pelajaran. Di samping itu, jika skenario pembelajaran tidak menggunakan metode yang inovatif maka pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tidak akan tercapai karena akan menjadi sebuah narasi yang kering tanpa ma

KONSEP DASAR PEMBELAJARAN TEMATIK

Ditulis pada Mei 17, 2013

KONSEP DASAR PEMBELAJARAN TEMATIK

A. PENGERTIAN PEMBELAJARAN TEMATIK

Pembelajaran tematik berasal dari kata integrated teaching and learning atau integrated curriculum approach yang konsepnya telah lama dikemukakan oleh Jhon dewey sebagai usaha mengintegrasikan perkembangan dan pertumbuhan siswa dan kemampuan perkembangannya

Page 39: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

( Beans, 1993 ; udin sa’ud dkk, 2006 ). Jacob (1993) memandang pembelajaran tematik sebagai suatu pendekatan kurikulum interdisipliner (integrated curriculum approach). Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran pembelajaran suatu proses untuk mengaitkan dan memadukan materi ajar dalam suatu mata pelajaran atau antar mata pelajaran dengan semua aspek perkembangan anak, serta kebutuhan dan tuntutan lingkungan social keluarga.

Definisi lain tentang pendekatan tematik adalah pendekatan holistic, yang mengkombinasikan aspek epistemology, social, psikologi, dan pendekatan pedagogic untuk mendidik anak, yaitu menghubungkan antara otak dan raga, antara pribadi dan pribadi, antara individu dan komunitas, dan antara domain-domain pengetahuan ( Udin Sa’ud dkk, 2006 )

Wolfinger ( 1994:133 ) mengemukakan dua istilah yang secara teoritis memiliki hubungan yang sangat erat, yaitu integrated curriculum (kurikulum tematik) dan intregated learning (pembelajaran tematik). Kurikulum tematik adalah kurikulum yang menggabungkan sejumlah disiplin ilmu melalui pemaduan isi, ketrampilan, dan sikap.

Perbedaan yang mendasar dari konsepsi kurikulum tematik dan pembelajaran tematik terletak pada perencanaan dan pelaksanaannya. Idealnya, pembelajaran tematikseharusnya bertolak pada kurikulum tematik, tetapi kenyataan menunjukan bahwa banyak kurikulum yangmemisahkan mata pelajaran yang satu dengan lainnya (separated subject curriculum) menuntut pembelajran yang sifatnya tamatik (integrated learning).

Pembelajaran tematik sebagai suatu konsep dapat diartikan sebagai pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaranuntuk memberikanpangalaman yang bermakna bagi siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami.

Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan yang berorientasi pada praktik pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak. Pembelajaran ini berangakat dari teori pembelajaran yang menolak proses latihan/ hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak. Teori belajarini dimotori oleh para tokoh psikologi Gestalt, (termasuk teori Piaget) yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna dan menekankan juga pentingnya program pembelajaran yang berorientasi pada kebutuhan perkembangan anak.

B. KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN TEMATIK

Beberapa karakteristik yang perlu anda pahami dari pembelajaran tematik, coba perhatikan uraian dibawah ini:

1. pembelajaran tematik berpusat pada siswa ( student centered ). Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Peran guru lebih banyak sebagai fasilitator yaitu memberika kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitasbelajar.

Page 40: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

2. Pembelajaran tematik dapatmemberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yangnyata (konkrit) sebagai dasar untuk mamahami hal-hal yang lebih abstrak.

3. Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Bahkan dalam pewlaksanaan di keles-kelas awal madrasah ibtidaiyah (MI), focus pembelajaran diarahkan kepada pambahsan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

4. Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

5. Pembelajaran tematik bersikap luwes (fleksibel), sebab guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.

6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Dengan demikian, siswa diberikan kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.

C. LANDASAN PEMBELAJARAN TEMATIK

Pembelajaran pada hakekatnya menempati posisi / kedudukan yang sangat strategis dalam keseluruhan kegiatan pendidikan, dalam arti akan sangat menjadi penentu terhadap keberhasilan pendidikan. Dengan posisi yang pentingitu, msks proses pembelajaran tidak bias dilakukan secara sembarangan, dibutuhkan berbagai landasan atau dasar yang kokoh dan kuat. Landasan-landasan tersebut pada hakekatnya adalah factor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan oleh para guru pada waktu merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses dan hasil pembelajaran.

Landasan-landasan yang perlu mendapatkan perhatian guru dalam pembelajaran tematik meliputi landasan filosofis, landasan psikologis, dan landasan praktis.

a. Landasan filosofis

Landasan filosofis dimaksudkan pentingnya aspek filsafat dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, bahkan landasan filsafat ini menjadi landasan utama yang melandasi aspek-aspek lainnya. Perumusan tujuan / kompetensi dan isi / materi pembelajaran tematik pada dasarnya bergantung pada pertimbangan-pertimbangan filosofis.secara filosofis, kemunculan pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat sebagai berikut :

1. Aliran progresivisme beranggapan bahwa pembelajaran pada umumnya perlu sekali ditekankan pada :

a. Pembentukan kreatifitas

b. Pemberian sejumlah kegiatan

c. Suasana yang alamiah(natural)

Page 41: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

d. Memperhatiakn pengalaman siswa

Dengan kata lain proses pembelajaran itu bersifat mekanistis(Ellis 1993). Aliran ini juga memandang bahwa dalam proses belajar, siswa sering dihadapkan pada persoalan-persoalan yang harus mendapatkan pemecahan atau bersifat “problem solving”.

2. Aliran kontruktivisme melihat pengalaman langsung siswa (directexperiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Bagi kontruktivisme, pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada siswa, tetapi harus diinterprestasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Siswa harus mengkontruksi pengetahuan sendiri. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Pengetahuan tidak lepas dari subyek yang sedang belajar, penegtahuan lebih dianggap sebagai proses pembentukan (kontruksi) yang terus menerus, terus berkembang dan berubah.

3. Aliran humanisme melihat siswa dari segi:

a. Keunikan / kekhasanya

b. Potensinya

c. Motivasi yang dimilikinya

Implikasi dari hal tersebut dalam kegiatan pembelajaran yaitu :

~ Layanan pembelajaran selain bersifat klasikal, juga bersifat individual.

~ Pengakuan adanya siswa yang lambat (slow learner) dan siswa yang cepat.

~ Penyikapan yang unik terhadap siswa baik yang menyangkut factor personal / individual maupun yang menyangkut factor lingkungan social / kemasyarakatan.

b. Landasan Psikologis

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, oleh sebab itu dalam melaksanakan pembelajaran tematik harus dilandasi oleh psikologi sebagai acuan dalam menentukan apa dan bagaimana perilaku itu harus dikembangkan. Siswa adalahindividu yang berada dalam proses perkembangan, seperti perkembangan fisik / jasmani, intelektual, social, emosional, dan moral. Tugas utama guru adalah mengoptimalkan perkembangan siswa tersebut.

Pandangan-pandangan psikologis yang melandasi pembelajaran tematik dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Pada dasarnya masing-masing siswa membangun realitas sendiei. Dengan kata lain, pengalaman langsung siswa adalah kunci dari pembelajaran yang berarti bukan pengalaman oaring lain atau guru yang di transfer melalui berbagai bentuk media.

2. Pikiran seseorang pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk mencari pola dan hubungan antara gagasan-gagasan yang ada. Pembelajaran tematik memungkinkan siswa untuk menemukan pola dan hubungan tersebut dari berbagai disiplain ilmu.

Page 42: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

3. Pada dasarnya seoarang siswa adalah seorang individu dengan berbagai kemampuan yang dimilikinya dan mempunyai kesempatan untuk berkembang. Dengan demikian, peran guru bukanlah satu-satunyapihak yang paling menentukan, tetapi lebih bertindak sebagaii “tut wuri handayani”.

4. Kesseluruhan perkembangan anak adalah tematik dan anak melihat sekitar dirinya dan sekitarnya secara utuh (holistic).

c. Landasan praktis

Landasan praktis diperlukan karena pada dasarnya guru harus melaksanakan pembelajran tematik secara aplikatif dalam kelas. Sehubungan dengan hal ini maka dalam pelaksanaanya pembelajaran tematik juga dilandasi landasan praktis sebagai berikut :

1. Perkembangan ilmu pengetahuan begitu cepat sehingga terlalu banyak informasi yang dimuat dalam kurikulum.

2. Hampir semua pelajaran di sekolah diberikan secara terpisah satu sama lain, padahal seharusnya saling terkait.

3. Permasalahan yang muncul dalam pembelajaran sekarang ini cenderung lebih bersifat lintas mata pelajaran (interdisipliner) sehingga diperlukan usaha kolaboratif antara berbagai mata pelajaran untuk memecahkannya.

4. Kesenjangan yang terjadi antara teori dan praktik dapat dipersempit dengan pembelajaran yang dirancang secara tematik sehingga siswa akan mampu berpikirteoritis dan pada saat yang sama msmpu berpikir praktis.

D. PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN TEMATIK

Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran tematik diantaranya :

1. dalam proses penggalian tema-tema perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan untuk memadukan mata pelajaran.

b. Tema harus bermakna, maksudnya tema yang dipilih intuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya.

c. Tema harus disesuaikan dengan perkembangan siswa.

d. Tema yang dikembangkan harus mampu menunjukan sebgian minat siswa.

e. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa yang terjadi didalam rentang waktu belajar.

f. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat.

Page 43: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

g. Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.

2. Dalam proses pelaksanaan pembelajaran tematik perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. Guru hendaknya bersikap otoriter “single actor” yang mendominasi aktivitas dalam proses pembelajaran.

b. Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerjasama kelompok.

c. Guru perlu bersikap akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam perencanaan pembelajaran.

3. Dalam proses penilaian pembelajaran tematik perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penilaian diri (self evaluation) disamping bentuk penilaian lain.

b. Guru perlu mengajak para siswa untuk menilai perolehan yang telah dicapai berdasarkan criteria keberhasilan pencapaian tujuan atau kompetensi yang telah disepakati.

E. KEUNGGULAN DAN KELEMAHANPEMBELAJARAN TEMATIK

Pembeljaran tematik memiliki keunggulan antara lain :

1. Pengalaman dan kegiatan belajar akan selalu relevan dan tingkat perkembangan siswa.

2. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik sesuai dengan dan berolak dari minat dan kebutuhan anak.

3. Seluruh kegiatan lebih bermakna bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama.

4. Pembelajaran tematik dapat menumbuhkembangkan ketrampilan berpikirsiswa.

5. Menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkunganya.

6. Menumbuhkembangkan ketrampilan social siswa seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan respek terhadap gagasan orang lain.

Kelemahan pembelajaran tematik menurut udin Sa’ud dkk (2006) kelemahan-kelemahannya sebagai berikut :

1. Dilihat dari aspek guru, pembelajaran tematik menuntut tersedianya peran guru yang memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, kreatifitas tinggi,ketrampilan metodologik yang handal, kepercayaan diri dan etos akademik yang tinggi, dan berani untuk mengemas dan

Page 44: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

mengembangkan materi. Tanpa adanya kemampuan diatas, pelaksanaan pembelajaran tematik sulit diwujudkan.

2. Dilihat dari aspek siswa, pembelajaran tematik termasuk memiliki peluang untuk mengembangkan kreatifitas akademik yang menuntut kemampuan belajar siswa yang relative “baik” baik dalam aspek intelegensi maupun kreatifitasnya. Hal tersebut karena model pembelajaran tematik menekankan pada pengembangan kemampuan analitik(memjiwai), kemampuan asosiatif(menghubung-hubungkan) dan kamampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali). Bila kondisi diatas tidak dimiliki siswa, maka maka pelaksanaan model tersebut sulit diterapkan

3. Dilihat dari aspek sarana dan sumber pembelajaran, pembelajaran tematik memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan berguna seperti yang dapat menunjang dan memperkaya serta mempermudah pengembangan wawasan dan pengetahuan yang diperlukan.misalnya perpustakaan, bila hal ini tidak dipenuhi maka akan sulit menerapkan model pembelajaran tersebut.

4. Dilihat dari aspek kurikulum, pembelajaran tematik memerlukan jenis kurikulum yang terbuka untuk pengembangannya.

5. Dilihat dari system penilaian dan pengukurannya, pembelajaran tematik membutuhkan system penilaian dan pengukuran (objek, indicator, dan prosedur)yang terpadu.

6. Dilihat dari suasana penekanan proses pembelajaran, pembelajaran tematik cenderung mengakibatkan penghilangan pengutamaan salah satu atau lebih mata pelajaran.

F. MANFAAT PEMBELAJARAN TEMATIK

1. Dengan menggabungkan berbagai mata pelajaran akan terjadi penghematan karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan

2. Siswa dapat melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat dari pada tujuan akhir itu sendiri.

3. pembelajaran tematik dapat meningkatkan taraf kecakapan berfikir siswa.

4. kemungkinan pembelajaran yang terpisah-pisah sedikit sekali terjadi, karena siswa dilengkapi dengan pengalaman belajar yang lebih tematik.

5. pembelajran tematik memberikan penerapan-penerapan dunia nyata sehingga dapat mempertinggi kesempatan transfer pembelajaran (transfer of learning).

6. Dengan pemanduan pembelajaran antar mata pelajaran diharapkan penguasan matri pembelajaran akan semakin meningkat.

7. pengalaman belajar antar mata pelajaran sangat positif untuk membentuk pendekatan menyeluruh pembelajaran terhadap ilmu pengetahuan.

Page 45: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

8. Motivasi belajar dapat ditingkatkan dan diperbaiki.

9. Pembelajaran tematik membantu menciptakan struktur kognitif.

10. melalui pembelajaran tematik terjadi kerjasama yang lebuh meningakatantara para guru, para siswa, guru-siswa dan siswa-orang/nara sumber lain;belajar menjadi lebih menyenangkan, belajar dalam situasi lebih nyata dan dalam konteks yang bermakna.

BAB III

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN TEMATI

Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan belajar bagi siswa. Pengalaman belajar yang menunjukan keterkaitan unsure-unsur konseptual menjadikan pembelajaran lebih efektif.

Perolehan keutuhan belajar, pengetahuan, dan kebulatan pandangan tentang kehidupan nyata hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran tematik(terpadu) (William dalam Udin Sa’ud, 2006).

Ditinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan, topic dan unit tematisnya, Forgaty(1991) mengemukakan bahwa ada sepuluh cara atau modeldalam merencanakan pembelajaran tematik :

1. Model penggalan ( fragmented ) memisah-misahkan disiplin ilmu atas mata pelajaran-mata pelajaran, seperti matematika, bahasa Indonesia, IPA, dan sebagainya.

2. Model keterhubungan (Connected) dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir pembelaaajaran dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu.

3. Model sarang (Nested) merupakan pemaduan bentuk penguasaan konsep ketrampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran.

4. Model urutan / rangkaian (Sequenced) merupakan model pemaduan topic-topik antar mata pelajaran yang berbeda secara pararel.

5. Model bagian (Shared) merupakan pemaduan pembelajaran akibat adanya”overlapping”konsep atau ide pada dua mata pelajaran atau lebih.

6. Model jarring laba-laba (Webbed) model ini bertolak dari pendekatan tematis sebagai pemadu bahan dan kegiatan pembelajaran.

7. Model galur (Thereaded) merupakan model pemaduan bentuk ketrampilan.

8. Model ketematikan (Integrated) merupakan pemaduan sejumlah topic dari mata pelajaran yang berbeda, tetapi esensinyasama dalam sebuah topic tertentu.

9. Model celupan (Immerrsed) model ini dirancang untuk membantu siswa dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan pemakaiannya.

Page 46: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

10. Model jaringan (Networked) merupakan model pemaduan pembelajaran yang mengandalkan kemungkinan, pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk ketrampilan baru setelah siswa mengadakanstudy lapangandalam situasi, kondisi maupun konteks yang berbeda-beda.

BAB IV

KESIMPULAN

Model pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang menunjukan kaitan unsure-unsur konseptual baik didalam maupun antar mata pelajaran, untuk memberi peluang bagi terjadinya pembelajaran yang efektif dan untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi anak.

Pembelajaran tematik sebagai pendekatan baru merupakan seperangkat wawasan dan aktifitas berpikir dalam merancang butur-butir pembelajaran yang ditujukan untuk menguntai tema, topic maupun pemahaman dan ketrampilan yang diperoleh siswa sebagai pembelajaran secara utuh dan padu. Atau dengan pengertian lain pembelajaran tematik adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan, merakit atau menghubungkan sejumlah konsep dari berbagai mata pelajaran yang beranjak dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan siswa secara stimulan.

Pengertian Pendekatan IntegratifPendekatan Integratif atau terpadu adalah rancangan kebijaksanaan pengajaran bahasa dengan menyajikan bahan-bahan pelajaran secara terpadu, yaitu dengan menyatukan, menghubungkan, atau mengaitkan bahan pelajaran sehingga tidak ada yang berdiri sendiri atau terpisah-pisah. Pendekatan terpadu terdiri dari dua macam :

a.  Integratif InternalYaitu keterkaitan yang terjadi antar bahan pelajaran itu sendiri, misalnya pada waktu pelajaran bahasa dengan fokus menulis kita bisa mengaitkan dengan membaca dan mendengarkan juga.

b. Integratif EksternalYaitu keterkaitan antara bidang studi yang satu dengan bidang studi yang lain, misalnya bidang studi bahasa dengan sains dengan tema lingkungan maka kita bisa meminta siswa/murid membuat karangan atau puisi tentang banjir untuk pelajaran bahasanya untuk  pelajaran sainsnya kita bisa menghubungkan dengan reboisasi atau bisa juga pencemaran sungai.Pendekatan pembelajaran terpadu adalah seperangkat asumsi yang berisikan wawasan dan aktifitas berfikir dalam merencanakan pembelajaran dengan memadukan pengetahuan, pengalaman dan

Page 47: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

keterampilan sebagai area isi kegiatan belajar mengajar. Fogarty dalam buku “How to Integrate the curricula” menyatakan bahwa pembelajaran terpadu merupakan :

1. The vertical spiral represents the “spiraling” curricula built into most text materials as.

2. The horizontal band reprsents the breadth and depth of learning in a given subject. 

3. The circle represents the integration of skill, themes, concepts, and topicsaccros dislipines.

Sumber: http://musbir.blogspot.com/2013/02/pendekatan-integratif.html#ixzz3NHp95rEq

Minggu, 11 Maret 2012

Pembelajaran Matematika dengan pendekatan realistik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Beberapa kali, siswa dari Indonesia memenangkan ajang kompetisi matematika ataupun mata pelajaran lainnya. Bahwa itu adalah sebauah prestasi, kita tidak bisa memungkiri. Tetapi kita juga tidak bisa menutup mata terhadap kenyataan sesungguhnya. Para pemenang kompetisi itu bukanlah siswa yang bisa mewakili kemampuan siswa Indonesia pada umumnya. Dalam artian, kesenjangan antara para siswa pemenang kompetisi internasional itu dengan kebanyakan siswa di Indonesia sangatlah besar.

Apalagi pada saat ini mutu pendidikan di indonesia sangat memperhatikan. Khususnya matematika, Terlebih lagi hingga saat ini matematika masih merupakan monster yang sangat menakutkan bagi sebagian besar siswa.Matematika sebagai induk dari ilmu pengetahuan, seharusnya tidak ditakuti. Dan memang tidak ada yang perlu ditakutkan dari matematika.

Permasalahan ini tidak bisa hanya dilihat dalam satu sudut pandang saja. Maksudnya Kita tidak boleh menilai dilema mutu pendidikan matematika ini hanya disebabkan oleh matematika yang sulit.

Jika sudut pandang kita tentang matematika telah diluruskan, maka yang perlu kita lakukan selanjutnya adalah menentukan pendekatan apa saja yang paling efektif untuk pembelajaran matematika tertentu, bagaimana palikasinya dalam aktivitas pembelajaran, dan bagaimana metode pengujiannya.

Page 48: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

1.2 Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :

1. Pengertian pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik

2. bagaimana pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik

1.3Tujuan

1. Mengetahui pengertian pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembelajaran Matematika Realistik

Pembelajaran matematika realistik adalah padanan Realistic Mathematics Education (RME), sebuah pendekatan pembelajaran matematika yang dikembangkan di frudenthal di belanda. Gravemeijer (1992:82) mengungkapkan Realistic mathematics education is rooted in freudenthal’s interpretation of mathematicsas an activity.

Ungkapan Gravemeijer di atas menunjukkan bahwa pembelajaran matematika realistik dikembangkan berdasar pandangan Freudenthal yang menyatakan matematika sebagai suatu aktivitas. Lebih lanjut Gravemeijer (1994: 82) menjelaskan bahwa yang dapat digolongkan sebagai aktivitas tersebut meliputi aktivitas pemecahan masalah, mencari masalah dan mengorganisasi pokok persoalan. Menurut Freudenthal aktivitas-aktivitas itu disebut matematisasi.

Pendidikan matematika realistik ( RME ) diketahui sebagai pendekatan yang telah berhasil di Netherlands. Salah satu filososfi yang mendasari pendekatan realistik adalah bahwa matematika bukanlah satu kumpulan aturan sifat- sifat yang sudah lengkap yang harus siswa sadari .Menurut Treffers ( dalam Fauzan, 2002: 33-34 ) mengungkapakan bahwa ide kunci dari pembelajran matematika realistik yang menekankan perlunya kesempatan bagi siswa untuk menemukan kembali matematika dengan bantuan orang dewasa ( guru ). Selain itu disebutkan pula bahwa pengetahuan matematika formal dapat dikembangkan ( ditemukan kembali ) berdasar pengetahuan informal yang dimiliki siswa.

Pernyataan-pernyataan yang dikemukakan di atas menjelaskan suatu cara pandang terhadap pembelajaran matamatika yang ditempatkan sebagai suatu proses bagi siswa untuk menemukan sendiri pengetahuan matematika berdasar pengetahuan informal yang dimilikinya. Dalam pandangan ini matematika disajikan bukan sebagai barang “jadi” yang dapat dipindahkan oleh guru ke dalam pikiran siswa.Terkait dengan aktivitas matematisasi dalam belajar matematika, Freudenthal (dalam Panhuizen, 1996: 11) menyebutkan dua jenis matematisasi yaitu matematisasi horisontal dan vertikal dengan

Page 49: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

penjelasan seperti berikut ini.Pernyataan di atas menjelaskan bahwa matematisasi horisontal menyangkut proses transformasi masalah nyata/ sehari-hari ke dalam bentuk simbol.

Sedangkan matematisasi vertikal merupakan proses yang terjadi dalam lingkup simbol matematika itu sendiri. Contoh matematisasi horisontal adalah pengidentifikasian, perumusan dan pemvisualisasian masalah dengan cara-cara yang berbeda oleh siswa. Sedangkan contoh matematisasi vertikal adalah presentasi hubungan-hubungan dalam rumus, menghaluskan dan menyesuaikan model matematika, penggunaan model-model yang berbeda, perumusan model matematika dan penggeneralisasi.

Pendekatan RME ini didasari oleh fakta bahwa matematika bukanlah stau kumpulan aturan atau sifat-sifat yang sudah lengkap yang harus siswa pelajari. Freudenthal ( dalam TIM MKPBM, 2001:125) menyatakan “matematika bukan merupakan suatu objek yang siap – saji untuk siswa, melainkan bahwa matematika adalah “suatu pelajaran yang dinamis yang dapat dipelajari dengan cara mengerjakannya.

Adapun Matematika realistik (MR) adalah matematika yangdisajikan sebagai suatu proses kegiatan manusia, bukan sebagai suatu produk jadi. Bahan pelajaran yang disajikan melalui bahan cerita yang sesuai dengan lingkungan siswa (kontekstual) (Zigma Edisi, 14, 12 Oktober 2007).

Sedangkan pendapat lain menyatakan bahwa Realistic Mathematics Education (PMR) merupakan teori belajar mengajar dalam pendidikan matematika.

Menurut Soedjadi (2001: 3) pembelajaran matematika realistik mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut:

1. Menggunakan konteks, artinya dalam pembelajaran matematika realistik lingkungan keseharian atau pengetahuan yang telaha dimiliki siswa dapat dijadikan sebagai bagian materi belajar yang kontekstual bagi siswa.

2. Menggunakan model, artinya permasalahan atau ide dalam matematika dapat dinyatakan dalam bentuk model, baik model dari situasi nyata maupun model yang mengarah ketingkat abstrak.

3. Menggunakan kontribusi siswa, artinya pemecahan masalah atau penemuan konsep yang didasarkan pada sumbangan gagasan siswa.

4. Interaktif, artinya aktivitas proses pembelajaran dibangun oleh interaksi siswa,siswa dengan guru. Siswa dengan lingkungannya dan sebagainya.Intertwin,artinya topik – topik yang berbeda dapat diintegrasikan sehingga dapat memunculkan pemahaman tentang sustu konsepsecara serentak.

Dengan mengkaji secara mendalam prinsisp dan karakteristik pembelajaran matematika realistik tampak bahwa pendekatan ini dikembangkan berlandaskan pda filsafat kontruktivisme. Paham ini berpandangan bahwa pengetahuan dibangun sendiri oleh orang yang belajar secara aktif. Penanaman sustu konsep tidak dapat dilakukan dengan mentransferkan konsep itu dari satu orang ke orang lain. Tetapi seseorang yang sedang belajar semestinya diberi keleluasaan dan dorongan untuk mengekspresikan pikirannya dalam mengkonstruk pengetahuan itu untuk dirinya sendiri. Aktivitas ini dapat terjadi dengan cara memberikan permasalahan kepada siswa. Permasalahan

Page 50: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

tersebut adalah permasalahan yang telh diakrabi siswa dalam kehidupannya. Sebagai akibat dari peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika realistik adalah berkurangnya domminasi guru. Dalam pendekata ini guru lebih berfungsi sebagai fasilitator.

Langkah – langkah pembelajaran matematika realistik adalah :

Meninjau karekteristik interaktif dalam pembelajran matematika realistik diatas tampak perlu sebuah rancangan pembelajaran yang mampu membangun interaksi antara siswa dengan siswa,siswa dengan guru , dan siswa dengan lingkungannya.

Dalam hal ini, Asiki (2001:3) berpandangan perlunyaguru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan ide- idenya melalui persentasi individu, kerja kelompok, diskusi kelompok,maupun diskusi kelas. Negoisasi dan evalusi sesama siswa dan juga denga guru adalah faktor belajar yang penting dalam pembelajran konstruktif ini.

Implikasi dari adanya aspek sosial yang cukup tinggi dalam aktivitas belajar siswa tersebut maka guru perlu menentukan metodemengajar yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan tersebut. Salah satu metode mengajar yang dapat memnuhi tujuan tersebut adlah memasukkan kegiatan diskusi dalam pembelajaran siswa. Aktivitas diskusi dipandang mampu mendorong dan melancarkan interaksi antara anggota kelas.

Menurut kemp (1994:169) diskusi adalah bentuk pengajaran tatap muka yang paling umum dugunakan untuk saling tukar informasi, pikiran dan pendapat. Lebiha dari itu dalam sebuah diskusi proses belajar berlangsung tidak hanya kegiatan yang bersifat mengingat informasi belaka, namun juga memungkinkan proses berfikir secara analisis,sintesis dan evaluasi. Selanjutnya perlu pula ditentukan bentuk diskusi yang hendak dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi kelas yang ada. Karena pembelajran dalam rangka penelitian ini dilaksanakan dalam sebuah kelas yang pada umumnya beranggotakan 40 sampai 44 dengan penempatan siswa yang sulit untuk memebentuk kelompok diskusi besar, maka interaksi antar siswa dimunculkan melalui diskusi kelompok kecil secara berpasangan selain diskusi kelas.

2.2 Inovasi Pembelajaran Matematika

Romberg ( 1992 ) mengtakan bahwa dalam pendidikan khususnya dalam pendidikan matematika, individu atau kelompok dapat membuat suatu produk baru untuk memperbaiki suatu pembelajaran, produk ini mungkin berupa produk materi pembelajaran baru,teknik pembelajaran baru, ataupun program pembelajaran baru. Ada empat tahap utama dalam pengembangan ini yaitu : desain hasil, kreasi hasil, im[plementasi hasil, dan penggunaan hasil.

Bentuk inovasi tersebut dimaksudkanuntuk mengoptimalkan hasil proses belajar mengajar, yang ditandai dengan meningkatnya kemampuan siswa dalam menyerapa konsep – konsep , prosedur dan algoritma matematika.

Pengembangan pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik merupakan salah satu usaha meningkatkan kemampuan siswa memahami matematika. Usaha – usaha ini dilakukan sehubungan dengan adanya perbedaan’ materi’ yang dicita- citakan oleh kurikulum tertulis (intented curriculum) dengan ‘materi yang diajarkan’ (implemented curriculum), serta perbedaan antara ‘materi yang diajarkan’ dengan materi yang di pelajari siswa (realised curriculum) (Niss,1996).

Page 51: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

2.3 Pendekatan Realistik di antara Pendekatan Lainnya dalam Pendidikan Matematika

Secara umum terdapat empat pendekatan pembelajaran matematika yang dikenal, Treffers (1991) membaginya dalam mechanistic, structuralistic, emperistic, dan realistic.

Menurut filosofi mechanistic bahwa manusia ibarat komputer, sehingga dapat diprogram dengan cara drill untuk mengerjakan hitungan atau olgaritma tertentu dan menampilkan aljabar pada level yang paling sederhana atau bahkan mungkin dalam penyeleasaian geometri serta berbagai masalah, membedakan dengan mengenali pola – pola dan proses yang berulang – ulang.

Dalam filosofi sructuralistic, yang secara historis berakar pada pengajaran geometri tradisional, bahwa matematika dan sistemnya terstruktur secara baik. Manusia dengan kemuliannya, belajar dengan pandangan dan pengertian dalam berbagai rational, ia diangap sanggup menampilkan deduksi –deduksi yang lebih efisien dengan cara menggunakan subjek materi sistematik dan terstruktur secara baik.

Menurut filosofi empiristik bahwa dunia adalah kenyataan. Dalam pandangan ini,kepada siswa disediakan berbagai material yang sesuai dengan dunia kehidupan para siswa. Para siswa mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan pengalamanyang berguna, namun sayangnya para siswa tidak dengan segera mensistemasikan dan merasionalkan pengalaman.

Dalam filosofi realistic, kepada siswa diberikan tugas- tugas yang mendekati kenyataan, yaitu yang dari dalam siswa akan memperluas dunia kehidupannya. Kemajuan individu maupun kelompok dalam proses belajar- seberapa jauh dan seberapa – cepat – akan menentukan spektrum perbedaan dari hasil belajar dan posisi individu tersebut.

2.4 Prinsip – prinsip Pembelajaran Realistik

Terdapat lima prinsip utama dalam ‘ kurikulum’ matematika realistik:

1. Didominasi oleh masalah- masalah dalam konteks, melayani dua hal yaitu sebagai sumber dan sebagi terapan konsep matematika.

2. Perhatian diberikan pada pengembangan model –model, situasi, sikema,dan simbol –simbol.

3. Sumbangan dari para siswa, sehingga siswa dapat membuat pembelajaran menjadi konstruktif dan produktif, artinya siswa memproduksi sendiri dan mengkonstruksi sendiri ( yang mungkin berupa algoritma, rule atau aturan), sehingga dapat membimbing para siswa dari level matematika informal menuju matematika formal.

4. Interaksi sebagai karakteristik dari proses pembelajaran matematika

5. ‘intertwinning’ ( membuat jalinan ) antar topik atau antar pokok atau antar strandt

2.5 Pertimbangan Menggunakan Pendekatan Realistik

Pada dasarnya pendekatan realistik membimbing siswa untuk “ menemukan kembali” konsep – konsep matematika yang pernah ditemukan oleh paera ahli matematika atau bila

Page 52: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

memungkinkan siswa dapat menemukan sama sekali hala yang belum pernah di temukan. Ini dikenal sebagai guided reinvention (Freudenthal,1991).

Implementasi pembelajaran matematika dengan pendekatan dilakukan oleh mahasiswa yang telah memahami bagaimana pembelajaran realistik disampaikan, dan bagaimana prinsisp – prinsip pembelajaran realistik dilakukan.

Dikaitkan dengan prinsip- prinsip pembelajran dalam pendekatan matematika realistik. Berikut ini merupakan rambu- rambu penerapannya:

1. Bagaimana “ guru “ menyampaikan matematika kkontekstual sebagi starting point pembelajaran

2. Bagaimana “ guru “ menstimulasi, membimbing, dan memfasilitasi agar prosedur, algoritma, simbol, skema, dan model yang dibuat oleh siswa mengarahkan mereka untuk sampai kepada matematika formal

3. Bagaiman “ guru “ memberi atau mengarahkan kelas, kelompok, maupun individu untuk menciptakan free production, menciptakan caranya sendiri dalam menyelesaikan soal atau menginterpretasikan problem kontekstual, sehingga tercipta berbagai macam pendekatan, atau metode penyelesaian, atau algoritma

4. Bagaiaman “ guru “ membuata kelas bekerja secara interaktif sehingga terjadi interaksi diantara mereka antara siswa dengan siswa dalam kelompok kecil dan antrata anggota- anggota kelompok dalam prestasi umum, serta antara siswa dan guru

5. Bagaimana guru membuat jalinan antara topik dengan topik lain, antara konsep dengan konsep lain, dan antara satu simbol denngan simbol yang lain didalam rangkain topik matematika.

Pendekatan realistik perlu dipertimbangkan untuk dijadikan alternatif dalam pembelajarn matematika. Namun perlu diingta bhawa masalah kontekstual yang diungkapkan tidak selamanya berasala dari aktivitas sehari – hari, melainkan juga bis dari konteks yang dapat di- imajinasika dalam pikiran siswa.

2.6 Contoh desain pembelajaran menggunakan pendekatan realistik matematika

Berapa takar ( suntikan) banyaknya minyak wangi dari satu botol besar ? Jelaskan !

8  X          =

Page 53: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

         =                

=

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pembelajaran matematika realistik adalah padanan Realistic Mathematics Education (RME), sebuah pendekatan pembelajaran matematika yang dikembangkan di frudenthal di belanda. Gravemeijer (1992:82) mengungkapkan Realistic mathematics education is rooted in freudenthal’s interpretation of mathematicsas an activity.

Adapun Matematika realistik (MR) adalah matematika yang disajikan sebagai suatu proses kegiatan manusia, bukan sebagai suatu produk jadi. Bahan pelajaran yang disajikan melalui bahan cerita yang sesuai dengan lingkungan siswa (kontekstual) (Zigma Edisi, 14, 12 Oktober 2007).

Sedangkan pendapat lain menyatakan bahwa Realistic Mathematics Education (PMR) merupakan teori belajar mengajar dalam pendidikan matematika.

Untuk mengoptomalkan hasil belajar mengajar, Romberg mengemukakan inovasi produk baru untuk memperbaiki suatu pembelajaran, produk ini mungkin berupa produk materi pembelajaran baru, teknik pembelajaran baru, ataupun program pembelajaran baru. Ada empat

Page 54: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

tahap utama dalam pengembangan ini yaitu : desain hasil, kreasi hasil, implementasi hasil, dan penggunaan hasil.

Pengertian Metode Integratif

Pendekatan integratif dapat diartikan sebagai penyatuan berbagai aspek ke dalam satu keutuhan yang padu. Salah satu pendekatan yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar bahasa Indonesia dalam Kurikulum Bahasa Indonesia adalah pendekatan integratif (Imam Syafi’ie, Mam’ur Saadie, Roekhan. 2001: 2.19).

Pendekatan Integratif dapat dimaknakan sebagai pendekatan yang menyatukan beberapa aspek ke dalam satu proses. Integratif terbagi menjadi interbidang studi dan antarbidang studi. Interbidang studi artinya beberapa aspek dalam satu bidang studi diintegrasikan. Misalnya, mendengarkan diintegrasikan dengan berbicara dan menulis. Menulis diintegrasikan dengan berbicara dan membaca. Materi kebahasaan diintegrasikan dengan keterampilan bahasa. Integratif antarbidang studi merupakan pengintegrasian bahan dari beberapa bidang studi. Misalnya, bahasa Indonesia dengan matematika atau dengan bidang studi lainnya.

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, integratif interbidang studi lebih banyak digunakan. Saat mengajarkan kalimat, guru tidak secara langsung menyodorkan materi kalimat ke siswa tetapi diawali dengan membaca atau yang lainnya. Perpindahannya diatur secara tipis. Bahkan, guru yang pandai mengintegrasikan penyampaian materi dapat menyebabkan siswa tidak merasakan perpindahan materi. Integratif sangat diharapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Pengintegrasiannya diaplikasikan sesuai dengan kompetensi dasar yang perlu dimiliki siswa. Materi tidak dipisah-pisahkan. Materi ajar justru merupakan kesatuan yang perlu dikemas secara menarik.

II.2   Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran Bahasa

Dalam proses belajar mengajar, kita mengenal istilah pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Istilah-istilah tersebut sering digunakan dengan pengertian yang sama, artinya orang menggunakan istilah metode dengan pengertian yang sama dengan pendekatan, demikian pula dengan istilah teknik dan metode. Sebenarnya, ketiga istilah tersebut mempunyai

Page 55: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

makna yang berbeda, walaupun dalam penerapannya ketiga-tiganya saling berkaitan. Tentang hal ini, Ramelan (1982) mengutip pendapat Anthony yang mengatakan bahwa pendekatan ini mengacu pada seperangkat asumsi yang saling berkaitan, dan berhubungan dengan sifat bahasa serta pengajaran bahasa. Pendekatan merupakan dasar teoritis untuk suatu metode.

Asumsi-asumsi tersebut diatas menimbulkan adanya pendekatan-pendekatan yang berbeda yakni :

1.            Pendekatan yang mendasari pendapat bahwa belajar berbahasa, berarti berusaha membiasakan diri menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Tekanannya pada pembiasaan.

2.            Pendekatan yang didasari pendapat bahwa belajar berbahasa, berarti berusaha untuk memperoleh kemampuan berkomunikasi secara lisan. Tekanan pembelajarannya pada kemampuan berbicara.

3.            Pendekatan yang didasari pendapat bahwa pembelajara bahasa, yang harus diutamakan ialah pemahaman akan kaidah-kaidah yang mendasari ujaran, tekanan pembelajaran pada aspek kognitif bahasa bukan pada kemampuan menggunakan bahasa.

a.        Metode

Metode pembelajaran bahasa ialah rencana pembelajaran bahasa, yang mencakup pemilihan, penentuan, dan penyusunan secara sistematis bahan yang diajarkan, serta kemungkinan pengadaan remedi dan bagaimana pengembangannya. Pemilihan, penentuan, dan penyusunan bahan ajar secara sistematis, dimaksudkan agar bahan ajar tersebut mudah diserap dan dikuasai oleh siswa. Semua itu didasarkan pada pendekatan yang dianut, dengan kata lain, pendekatan merupakan penentu metode yang digunakan.

Metode, mencakup pemilihan dan penetuan bahan ajar serta kemungkinan pengadaan remedi dan pengembangan bahan ajar tersebut. Dalam hal ini guru menetapkan tujuan yang hendak dicapai. Kemudian ia mulai memilih bahan ajar. Sesudah itu bahan ajar tersebut disusun menurut urutan tingkat kesukarannya. Disamping itu guru juga merencanakan pula cara mengevaluasi, mengadakan remedi serta pengembangan bahan ajar tersebut.

Page 56: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

b.            Tekhnik

Teknik pembelajaran merupakan cara guru menyampaikan bahan ajar yang telah disusun (dalam metode), berdasarkan pendekatan yang dianut. Teknik yang digunakan oleh guru bergantung pada kemampuan guru itu mencari akal atau siasat agar proses belajar mengajar dapat berjalan lancar dan berhasil dengan baik. Dalam menetukan teknik pembelajaran ini, guru perlu mempertimbangkan situasi kelas, lingkungan, kondisi siswa, sifat-sifat siswa, dan kondisi-kondisi lainnya. Untuk metode yang sama, dapat digunakan teknik pembelajaran yang berbeda-beda, tergantung pada berbagai faktor tersebut.

Dari uraian diatas dapat dikatakan teknik pembelajaran adalah siasat yang dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk memperoleh hasil yang optimal.

II.3     Pendekatan-pendekatan Dalam Pembelajaran Bahasa

Pendekatan yang telah lama diterapkan dalam pembelajaran bahasa, anatar lain ialah pendekatan tujuan dan pendekatan struktural. Kemudian menyusul pendekatan yang dipandang lebih sesuai dengan hakekat dan fungsi bahasa, yakni pendekatan komunitatif dan pendekatan terpadu.

a.      Pendekatan Tujuan

Pendekatan tujuan ini dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam setiap kegiatan belajar mengajar, yang harus dipikirkan dan ditetapkan terlebih dahulu ialah tujuan yang hendak dicapai. Dengan memperhatikan tujuan yang telah ditetapkan itu dapat ditentukan metode mana yang akan digunakan dan teknik pengajaran yang bagaimana yang diterapkan agar tujuan pembelajaran tersebut dapat dicapai. Jadi proses belajar mengajar ditentukan oleh tujuan yang ditetapkan, untuk mencapai tujuan itu sendiri. Berdasarkan pendekatan tujuan, maka yang penting adalah tercapainya tujuan. Adapun proses pembelajarannya, bagaimana metodenya, bagaimana teknik pembelajarannya tidak merupakan masalah penting.

Penerapan pendekatan tujuan ini sering dikaitkan dengan “cara belajar tuntas”. Berarti suatu kegiatan belajar mengajar dianggap berhasil, apabila sedikit-dikitnya 85 % dari jumlah siswa yang mengikuti pelajaran itu menguasai minimal 75 % dari bahan ajar yang diberikan guru. Penentuan keberhasilan itu didasarkan hasil tes sumatif. jika sekurang-kurangnya 85 % Dari

Page 57: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

jumlah siswa dapat mengerjakan atau dapat menjawab dengan betul minimal 75 % dari soal yang diberikan oleh guru maka pelajaran dapat dianggap berhasil.

b.      Pendekatan Struktural

Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran bahasa, yang dilandasi oleh asumsi yang menganggap bahasa sebagai seperangkat kaidah. Atas dasar anggapan tersebut timbul pemikiran bahwa pembelajaran bahasa harus diutamakan penguasaan kaidah-kaidah bahasa atau tata bahasa. Oleh sebab itu pembelajaran bahasa perlu dititik beratkan pada pengetahuan tentang struktur bahasa yang tercakup dalam fonologi, morfologi, dan sintaksis. Dalam hal ini pengetahuan tentang pola-pola kalimat, pola kata, dan suku kata menjadi sangat penting, jelas, bahwa aspek kognitif bahasa diutamakan. Disamping kelemahan, pendekatan ini juga memiliki kelebihan. Dengan pendekatan struktural siswa akan menjadi cermat dalam menyusun kalimat, karena mereka memahami kaidah-kaidahnya.

c.          Pendekatan Komunikatif

Pendekatan komunikatif berorientasi pada proses belajar- mengajar bahasa berdasarkan tugas dan fungsi berkomunikasi. Prinsip dasar pendekatan komunikatif ialah: a) materi harus terdiri dari bahasa sebagai alat komunikasi, b) desain materi harus menekankan proses belajar-mengajar dan bukan pokok bahasan, dan c) materi harus memberi dorongan kepada pelajar untuk berkomunikasi secara wajar ( Siahaan dalam Pateda, 1991:86).

d.         Pendekatan Terpadu

Pendekatan Integratif atau terpadu adalah rancangan kebijaksanaan pengajaran bahsa dengan menyajikan bahan-bahan pelajaran secara terpadu, yaitu dengan menyatukan,menghubungkan,atau mengaitkan bahan pelajaran sehingga tidak ada yang berdiri sendiri atau terpisah-pisah.

Pendekatan terpadu terdiri dari dua macam :

a.       Integratif Internal yaitu keterkaitan yang terjadi antar bahan pelajaran itu sendiri, misalnya pada waktu pelajaran bahasa dengan fokus menulis kita bisa mengaitkan dengan membaca dan mendengarkan juga.

Page 58: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

b.      Integratif Eksternal yaitu keterkaitan antara bidang studi yang satu dengan bidang studi yang lain, misalnya bidang studi bahasa dengan sains dengan tema lingkungan maka kita bisa meminta siswa membuat karangan atau puisi tentang banjir untuk pelajaran bahasanya untuk pelajaran sainsnya kita bisa menghubungkan dengan reboisasi atau bisa juga pencemaran sungai.

Pendekatan pembelajaran terpadu adalah seperangkat asumsi yang berisikan wawasan dan aktifitas berfikir dalam merencanakan pembelajaran dengan memadukan pengetahuan, pengalaman dan keterampilan sebagai area isi kegiatan belajar mengajar. Pendekatan pembelajaran terpadu,menurut Aminuddin (1994), merupakan perencanaan dan proses pembelajaran yang ditujukan untuk menguntai tema, topik, pemahaman, dan pengalaman belajar secara terpadu. Pembelajaran terpadu itu sebagai wawasan dan bentuk kegiatan berfikir ketika guru merencanakan kegiatan belajar mengajar dengan berlandas tumpu pada prinsip-prinsip:

1.      Humanisme

Manusia secara fitrah memiliki bekal yang sama dalam upaya memahami sesuatu. Implikasi wawasan tersebut dalam kegiatan pendidikan

a. Guru bukan satu-satunya sumber informasi

b.Siswa disikapi sebagai subjek belajar yang kreatif mampu menemukan pemahaman sendiri.

c. Dalam proses belajar mengajar, guru lebih banyak bertindak sebagai model, teman pendamping, pemotivasi, penyedia bahan pembelajaran, aktor yang juga bertindak sebagai pebelajar.

2.         Progresifisme

Prilaku manusia dilandasi motif dan minat tertentu. Implikasi wawasan tersebut dalam kegiatan pendidikan :

Page 59: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

a.    Isi pembelajaran harus memiliki kegunaan bagi pebelajar secara aktual.

b.   Dalam kegiatan belajarnya siswa harus menyadari manfaat pengusaan isi pembelajaran itu bagi kehidupannya.

c.    pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan, pengalaman dan pengetahuan pebelajar.

3.         Rekonstruksionisme

Manusia selain memiliki kesamaan juga memiliki kekhasan. Implikasi wawasan tersebut dalam kegiatan pendidikan :

a.       Layanan pembelajaran selain bersifat klasikal juga bersifat individual

b.      Pebelajar selain ada yang menguasai isi pembelajaran secara cepat juga ada yang menguasai isi secara lambat

c.       perlu disikapi sebagai subjek yang unik, baik itu menyangkut proses merasa, berfikir dan karakteristik individualnya sebagai hasil bentukan lingkungan keluarga, teman bermain, maupun lingkungan kehidupan sosial masyarakatnya.

II.4   Ciri-Ciri Pendekatan Integratif

Ciri-ciri pendekatan integrative dalam (Zuchdi, 1997) itu antara lain:

berpusat pada siswa,

memberikan pengalaman langsung pada anak,

pemisahan antarbidang studi tidak begitu jelas,

Page 60: Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Kurikulum 2013

menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam satu proses pembelajaran,

bersifat luwes, dan

hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.