MODEL INTEGRASI TERNAK ITIK (Cairina domesticus) DAN TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI (BERBASIS KEARIFAN LOKAL) INTEGRATION MODELS OF DUCK’S (Cairina domesticus) AND RICE PLANTS (Oryza sativa L.) ON GROWTH AND PRODUCTION (BASED ON LOCAL WISDOM) ARIYADIN ARIF P4500215014 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018
105
Embed
MODEL INTEGRASI TERNAK ITIK (Cairina domesticus) DAN ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ii
MODEL INTEGRASI TERNAK ITIK (Cairina domesticus)
DAN TANAMAN PADI (Oryza sativa L.)
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
(BERBASIS KEARIFAN LOKAL)
INTEGRATION MODELS OF DUCK’S (Cairina domesticus) AND RICE PLANTS (Oryza sativa L.)
ON GROWTH AND PRODUCTION (BASED ON LOCAL WISDOM)
ARIYADIN ARIF
P4500215014
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
iii
MODEL INTEGRASI TERNAK ITIK (Cairina domesticus)
DAN TANAMAN PADI (Oryza sativa L.)
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
(BERBASIS KEARIFAN LOKAL)
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi
Agroteknologi
Disusun dan diajukan oleh
Ariyadin Arif
kepada
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
iv
v
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Ariyadin Arif
Nomor Pokok Mahasiswa : P4500215014
Program Studi : Agroteknologi
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini
benar-benar merupakan karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil
alihan tulisan atau pemikiran orang lain.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa
sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia
menerima sangsi atas perbuatan tersebut.
Makassar, Februari 2018
Yang menyatakan,
Ariyadin Arif
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan penyusunan tesis yang berjudul Model Integrasi Ternak Itik
(Cairina domesticus) dan Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, penulisan tesis ini tidak akan terselesaikan dengan baik,
karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
tulus kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Kaimuddin, M.Si. dan Dr. Ir. Hernusye Husni, M.Sc.
selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan
pikirannya demi membimbing penulis sejak awal penelitian hingga
selesainya tesis ini.
2. Prof. Dr. Ir. Kahar Mustari, MS, Dr. Ir. Nasaruddin, M.S. dan
Dr. Ir. Amir Yassi, M.Si. selaku penguji yang memberikan masukan
dalam penulisan sampai dapat menyelesaikan tesis ini.
3. Ayahanda Alm. Arif. M dan Ibunda Hj. Tasmah yang telah
membesarkan, mendidik penulis dengan kasih sayang dan atas
segala kesabaran, nasehat dan jerih payah serta doanya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
vii
4. Terima kasih terkhusus kepada Istri tercinta Ernawati, S.Sos, Anak-
anak saya Amelia Meylinda, Muh. Nur Adnan Quraysi, Muh. Adrian
Arif dan Arinda Maulidya yang selalu memberikan semangat, cinta
dan perhatiannya hingga tesis ini selesai.
5. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Sulaiman SP., MP.
atas semua bantuan, dan nasihat yang diberikan kepada penulis
hingga tesis ini selesai. dan
6. Terima kasih atas semua semangat, dukungan dan komentar
membangun dari teman-teman Agroteknologi angkatan 2015,
Benih, POPT Kecamatan Ganra dan aparat Dinas Perikanan dan
Ketahanan Pangan Kabupaten Soppeng khususnya pada Bidang
Ketersediaan dan Distribusi Pangan, diharapkan semoga tesis ini
bermanfaat bagi yang membutuhkannya... Amin
Makassar, Februari 2018
Penulis
viii
ABSTRAK
ARIYADIN ARIF. Model Integrasi Ternak Itik (Cairina domesticus) dan Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi. (dibimbing oleh Kaimuddin dan Hernusye Husni).
Usaha peningkatan produksi padi dilakukan melalui program Intensifikasi dan Ekstensifikasi dengan melakukan perbaikan teknologi, percepatan tanam dan manajemen pengelolaan lahan serta integrasi terpadu dan berkelanjutan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh : (1) sistem tanam terhadap pertumbuhan dan produksi padi, (2) populasi itik terhadap pertumbuhan dan produksi padi; dan (3) interaksi populasi itik dan sistem tanam terhadap pertumbuhan dan dan produksi padi. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Enrekeng Kecamatan Ganra, Kabupaten Soppeng Sulawesi Selatan pada bulan April - Agustus 2017. Penelitian dilaksanakan dalam bentuk percobaan menggunakan rancangan petak terpisah. Petak utama adalah populasi ternak itik yang terdiri dari kontrol, 5 ekor per 100 m2, 10 ekor per 100 m2 dan 15 ekor per 100 m2. Sebagai anak petak adalah sistem tanam terdiri atas jajar legowo 2:1, legowo 3:1, legowo 4:1 dan tegel setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi perlakuan antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan populasi itik 15 ekor per 100 m2 memperlihatkan interaksi perlakuan terbaik terhadap jumlah rumpun terserang hama (0,00 rumpun), penyebaran gulma berdaun lebar (0,33 tanaman per petak), persentase munculnya varietas lain (3,33 %), persentase gabah hampa (0,00 %); Sistem tanam jajar legowo 2:1 merupakan sistem tanam terbaik untuk jumlah anakan (18,44 anakan per rumpun), jumlah anakan produktif (14,11 anakan per rumpun), penyebaran gulma berdaun sempit (3,50 tanaman per petak), panjang malai (25,49 cm), pesentase malai berisi (89,60 %) dan produksi (10,03 ton per ha); Populasi itik 15 ekor per 100 m2 merupakan populasi terbaik untuk penyebaran gulma berdaun sempit (1,08 tanaman per petak), jumlah cabang (12,65 cabang per malai), bobot 1000 biji (27,18 g) dan produksi (9,99 ton per ha). Kata Kunci : sistem tanam, itik, padi.
ix
ABSTRACT
ARIYADIN ARIF. Integration models of duck’s (Cairina domesticus) and rice plants (Oryza sativa L.) on growth and Production (Supervised by Kaimuddin and Hernusye Husni).
Efforts to increase rice production through Intensification and Extensification program by improving technology, planting acceleration and land management and integrated and sustainable integration.
The aim of the study is to observe the effect of (1) planting system on rice growth and production, (2) duck population on rice growth and production, (3) duck population and planting system interaction on seed purity, pest infestation and weed caverage. The research was conducted in Enrekeng village, Ganra Subdistrict, Soppeng Regency, South Sulawesi from April to Agustus 2017. The experimental design was Split Plot Design. The main plot is duck livestock consisting of no ducks as control, 5 ducks in100 m2, 10 ducks in 100 m2 and 15 ducks in 100 m2. The sub plot is plantating system consists of row planting (jajar legowo) 2:1, 3:1, 4:1 and square planting system (tegel). Each treatment is combination was repeated three times.
The results indicated that treatment interaction between the system of planting row legowo 2 : 1 with 15 duck populations in 100 m2 is the best treatment interaction for number of plants attaked by pests (0.00 plants), the spread of broadleaf weeds (0.33 wedd plants in plot) percentage of other varieties (3.33%), and percentage of empty grain (0.00%). Legowo 2 : 1 row planting system the best planting system for number of tillers (18.44 tiller per stand), productive tillers (14.11 tillers per stand), spread of narrow-leaved weeds (3.50 plants per plants), and length of panicle (25,49 cm), percentage of panicle bearing grain (89,60%) and yield (10,03 ton per ha). Duck population of 15 ducks per 100 m2 is the best population for spread of narrow-leaved weed (1.08 plants per plot ), number of panicle branches (12.65 branches per panicle) weight of 1000 seeds (27.18 g) and yield (9.99 tons per ha).
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................. ii
HALAMAN PENGAJUAN .................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS .................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................... vi
ABSTRAK .......................................................................................... viii
ABSTRAK .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xiii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................ 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sekilas Tanaman Padi ............................................................ 8
B. Syarat Tumbuh Padi ................................................................ 10
C. Sistem Tanam .......................................................................... 11
D. Integrasi usaha Padi - Itik ......................................................... 12
E. Sistem Pertanian Terpadu dan Berkelanjutan .......................... 15
F. Kearifan Lokal .......................................................................... 16
G. Kerangka Pikir .......................................................................... 18
H. Hipotesis .................................................................................. 19
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu ................................................................. 20
B. Alat dan Bahan ....................................................................... 20
C. Rancangan Penelitian ............................................................ 20
D. Pelaksanaan Penelitian ........................................................... 21
E. Parameter Pengamatan .......................................................... 24
F. Analisis Data ........................................................................... 26
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ........................................................................................ 28
B. Pembahasan ........................................................................... 42
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................. 58
B. Saran ...................................................................................... 59
xi
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 60
Gambar 6 menunjukkan bahwa kehadiran itik memberikan
pengaruh terhadap penyebaran gulma berdaun lebar dari gambar tersebut
dapat dilihat sistem tanam Legowo 3:1 memberikan pengaruh terhadap
penyebaran gulma lebih sedikit jika dibandingkan sistem tanam lainnya
namun ditambah dengan kehadiran itik akan lebih memperkecil karena
selain sebagai predator hama juga dapat menekan pertumbuhan gulma
karena gulma tersebut dapat dijadikan makanan oleh itik. Hal ini
dibuktikan dengan persamaan y3:1 = 0.0233x2 - 0.5167x + 3.5833;
r = 0.985* yang artinya bahwa pada sistem tanam Legowo 3:1 setiap
pemberian populasi itik sebanyak 11,08 ekor per 100 m2 akan menekan
penyebaran gulma sebanyak 0,71 tanaman.petak-1 dan apabila dilakukan
penambahan populasi akan berpengaruh pada pergerakan dan
persediaan paka itik ditengah pertanaman padi.
Gambar 7. Hubungan antara populasi itik dengan sistem tanam pada pengamatan jumlah rumpun terserang hama; a) sebelum dan b) setelah pelepasan itik (r= 0,950;0,990).
Gambar 7 menunjukkan bahwa itik sebagai predator alami hama yang
meyerang tanaman padi sebelum pelepasan itik semua sistem tanam
terserang hama namun setelah pelepasan itik penurunan signifikan terjadi
pada setiap sistem tanam dapat dilihat serangan hama setiap rumpun sistem
a b
45
tanam jajar Legowo 2:1 paling sedikit terserang hama adapun
persamanmnya y2:1 = 0.0267x2 - 0.56x + 2.5333; r = 0.966*. Hal ini
menunjukkan bahwa pada penambahan itik sebanyak 10,48 ekor per 100 m2
maka akan menurunkan hama sebesar 0,40 rumpun dan apabila
ditambahkan itik akan berpengaruh terhadap itik baik dari segi biologi dan
fisik.
Itik di tengah pertanaman padi dapat menjaga kemurnian varietas
tanaman karena potensi adanya varietas lain yang dibawa oleh burung
dapat di minimalisir oleh itik karena dapat menjadi pakan itik sehingga
kemurnian varietas dapat terjaga. Itik juga senang memakan tumbuhan
seperti gumla. Itik akan lebih aktif bergerak keseluruh sudut petakan
sawah pada kondisi demikian keberadaan gulma menjadi makan itik
demikian pula OPT lainnya. Lebih lanjut dengan keberadaan itik selama
24 jam per hari dilahan sawah menyebabkan gulma dan berbagai OPT
tidak berkesempatan berkembang biak (Mahfudz et al, 2001).
Gambar 8. Grafik korelasi antara parameter produksi dengan persentase malai hampa dan rendemen (r= 0,497;0,623).
Interaksi antara populasi itik dengan sistem tanam memberikan
pengaruh terhadap persentase malai hampa disebabkan feses dari itik
46
yang digunakan oleh tanaman padi sebagai sumber nutrisi, semakin
berkurangnya persentase malai hampa akan meningkatkan produksi
tanaman padi (Gambar 8). Hal tersebut dapat menekan penggunaan
pupuk non organik yang berlebihan sehingga input untuk produksi gabah
dapat di minimalisir serta petani dapat penghasilan tambahan dari
penjualan telur dan daging itik. Hal ini sependapat dengan Basuki dan
Setyapermas (2012), bahwa introduksi itik dalam pertanaman padi akan
memberikan keuntungan peningkatan produksi padi sehingga peningkatan
pendapatan petani sebagai akibat meningkatnya efisiensi tenaga kerja.
Keberadaan itik juga dapat menjadi predator untuk pertanaman
padi pada fase pengisian biji karena dapat menjadi pakan bagi itik.
sehingga pada fase tersebut ternak itik dikeluarkan dari pertanaman padi
agar proses pengisian biji tidak terganggu sehingga produksi tanaman
padi tidak mengalami penurunan.
Kearifan lokal petani di Kabupaten Soppeng dengan beternak itik
yang dilepas di persawahan sudah lama dilakukan secara turun temurun
namun akan optimal jika petani memperhatikan kepadatan itik serta
sistem tanam yang tepat untuk ternak itik. Dari hasil penelitian dapat
menjadi acuan untuk masyarakat petani Soppeng yang beternak itik agar
mengunakan populasi itik 15 ekor per 100 m2 dan sistem tanam Legowo
2:1 selain dapat meningkatkan produksi padi juga dapat meminimalisir
biaya ternak itik karena pemberian pakan diberikan pada waktu sore hari.
Adapun kuliner lokal dari masyarakat Bugis Makassar berbahan itik
seperti Palekko yang menjadi primadona kuliner wisatawan lokal,
47
sehingga menambah minat masyarakat lokal untuk beternak itik di
persawahan, oleh sebab itu penggunaan kepadatan itik maka akan
menjaga kestabilan penyediaan serta permintaan itik.
Penggunaan sistem tanam Legowo 2:1 yang di integrasikan
dengan populasi itik 15 ekor per 100 m2 dapat meningkatkan produksi
padi serta pendapatan petani hal ini dikarenakan penambahan
penghasilan dari ternak itik yang bisa dijual namun dalam ternak itik dapat
diproduksi telur jadi dengan adanya ternak itik pendapatan petani dapat
meningkat dengan penjualan daging itik serta penjualan telur adapun
keuntungan lainnya sumbangsi bahan organik ketanah dapat dipenuhi,
sehingga dengan model integrasi padi dengan ternak itik sangat
disarankan untuk digunakan petani agar sistem perekonomian dikalangan
petani meningkat.
Sistem tanam
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan sistem tanam
dengan populasi itik mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman
padi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu lingkungan
pertanaman padi, nutrisi yang tersedia dan potensi genetik yang terdapat
pada tanaman. Sistem tanam sangat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman padi karena dapat menciptakan kondisi lingkungan untuk
tanaman padi sehingga intensitas cahaya matahari yang diterima oleh
tanaman padi menjadi optimum.
48
Penggunaan sistem tanam Legowo 2:1 sangat mempengaruhi
kualitas penyinaran yang diterima oleh tanaman padi, kualitas penyinaran
berkaitan dengan panjang gelombang yang diterima oleh daun, terkaitan
panjang gelombang berhubungan dengan warna cahaya. Warna cahaya
yang diterima oleh daun yaitu cahaya merah (radiasi merah) dan cahaya
inframerah (radiasi inframerah). Pada umumnya cahaya matahari
langsung banyak mengandung radiasi merah. Kemudian cahaya yang
diterima oleh daun terbagi tiga yaitu cahaya yang terserap (terarbsorbsi),
cahaya yang di pantulkan, dan cahaya yang diterusnya (refleksi) yang
berubah menjadi cahaya inframerah. Sistem tanam jajar Legowo 2:1 yang
memiliki ruang kosong mengakibatkan jumlah iradiasi inframerah dominan
dibandingkan dengan radiasi merah, maka alokasi asimilat dihasilkan
fotosintesis akan lebih banyak ke bagian atas tanaman akibatnya proses
pertumbuhan menjadi optimum dapat dilihat pada tabel 2 menunjukkan
perlakuan sistem tanam jajar Legowo 2:1 memberikan jumlah anakan dan
anakan produktif tertinggi. Banyaknya jumlah anakan yang terbentuk
mempengaruhi lebarnya kanopi tanaman padi sehingga dapat
menyebabkan radiasi merah yang diterima lebih dominan dibandingkan
dengan radiasi inframerah, maka alokasi asimilat yang dihasilkan
fotosintesis akan digunakan untuk perkembangan akar untuk mencari
nutrisi yang berada didalam tanah kemudian di translokasikan untuk
pengisian biji. Oleh sebab itu, dengan sistem tanam Legowo dua satu
dapat meningkatkan produksi.
49
Sistem tanam 2:1 memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan
dan produksi tanaman padi karena setiap dua baris terdapat ruang kosong
sehingga setiap pertanaman padi mendapatkan cahaya matahari yang
optimum seperti halnya tanaman padi yang berada pada pinggir sawah.
Tingginya intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman padi akan
mengoptimalkan pertumbuhan dan produksi tanaman padi. Semakin
banyak intensitas sinar matahariyang mengenai tanaman maka proses
metabolismeterutama fotosintesis tanaman yang terjadi di daun akan
semakin tinggi sehingga akan didapatkankualitas tanaman yang baik
ditinjau dari segipertumbuhan dan hasil (Sirappa, 2011).
Penyebaran gulma dapat ditekan dengan penggunaan budidaya
padi yang tepat, dengan penggunaan sistem tanam Legowo 2:1 dapat
menekan pertumbuhan gulma (Tabel 6). Sistem tanam 2:1 memberikan
pengaruh terhadap jumlah anakan yang dihasilkan karena pada sistem
tanam Legowo 2:1 penerimaan cahaya matahari oleh daun lebih optimum
jika dibandingkan dengan sistem tanam lainnya. Tingginya intensitas
cahaya yang diterima oleh tanaman padi akan menghasilkan asimilat yang
optimum yang didistribusikan pada pembelahan sel dalam hal ini
pembentukan anakan. Banyaknya anakan yang terbentuk (Tabel 2) akan
memperlebar kanopi tananam padi sehingga cahaya yang sampai pada
tanah berkurang sehingga pertumbuhan gulma dapat dikendalikan. Hal ini
seiring dengan pendapat Pima (2009) bahwa gulma menyaingi tanaman
terutama dalam memperoleh air, hara dan cahaya. Lebarnya kanopi
50
tanaman padi akan menekan cahaya yang diperoleh gulma sehingga
tanaman gulma menjadi kerdil.
Gambar 9. Grafik korelasi antara parameter produksi dengan jumlah
anakan dan anakan produktif (r= 0,497;0,623).
Gambar 10. Grafik korelasi antara parameter produksi dengan gulma
berdaun sempit dan panjang malai(r= 0,497;0,623).
51
Gambar 11. Grafik korelasi antara parameter produksi dengan jumlah biji malai (r= 0,497;0,623).
Gambar 9, 10 dan 11 menunjukkan adanya korelasi positif antara
jumlah anakan, anakan produktif panjang malai dan jumlah biji malai
dengan produksi sedangkan jumlah gulma berdaun sempit berkorelasi
negatif. Semakin banyak jumlah anakan yang dihasilkan maka peluang
untuk menghasilkan jumlah anakan produktif dapat tercapai yang setiap
rumpunnya memiliki panjang malai yang panjang sehingga akan
menghasilkan jumlah biji malai banyak dengan berkurannya gulma yang
merupakan saingan bagi tanaman padi dalam penggunaan hara yang
berada dalam tanah, dengan hal tersebut pertumbuhan pada fase
generatif menjadi optimal sehingga akan meningkatkan produksi padi.
Tingginya jumlah anakan dan anakan produktif dipengaruhi nutrisi
yang tersedia karena dengan jarak tanam sistem Legowo yang memiliki
baris yang kosong dapat mengurangi persaingan untuk mendapatkan
cahaya matahari yang optimum serta perebutan unsur hara. Pada jarak
tanam yang lebih rapat persaingan untuk mendapatkan unsur hara,
52
cahaya mataharidan CO2 lebih besar karena populasi tanaman lebih
banyak dan daun saling menutupi, sehinggapertumbuhan dan produksi
per individu menurun, tetapi penurunan produksi ini akan diimbangioleh
peningkatan populasi tanaman, sehingga produksi persatuan luas
meningkat. Padapengujian dengan Legowo 2:1 mampu meningkatkan
hasilpadi (12-22%) dibandingkan dengan sistem tanam tegell
(Suriapermana ,2002).
Penggunaan sistem tanam jajar Legowo 2:1 akan mengoptimalkan
fase generatif, pembentukan anakan produktif berkaitan dengan
tersedianya nutrisi dan penerimaan cahaya matahari yang dibutuhkan
oleh tanaman padi. Dengan penerimaan cahaya matahari yang optimum
akan merangsang pemanjangan malai, panjangnya malai akan
meningkatkan jumlah biji lama satuan malai sehingga jumlah gabah dalam
satuan rumpun akan meningkat. Hal ini sesuai pendapat Alridiwirsah dkk
(2015), bahwa tanaman yang mendapatkan intensitas cahaya yang
optimal akan menghasilkan asimilat yang optimum yang digunakan untuk
pembentukan anakan. Seiring dengan pendapat Alnopi (2004) bahwa,
pembentukan anakan, pertumbuhan dan produksi tergantung dari dua
faktor yaitu faktor keturunan (faktor dalam) diantaranya faktor genetis,
lamanya pertumbuhan tanaman, kultivar dan faktor luar meliputi cahaya,
suhu, kelembaban, kesuburan tanah, serta pertumbuhan tunas.
Sistem tanam jajar Legowo 2:1 akan menguragi persaingan
perebutan cahaya matahari karena sistem tanam Legowo 2:1 merupakan
53
modifikasi pertanaman padi seolah-olah rumpun tanaman berada pada
bagian pinggir sehingga tanaman padi mendapatkan effek samping
pematang (border effect). Serta mengurangi persaingan unsur hara
karena adanya ruang kosong barisan yang terdapat pada sistem tanam
Legowo. Dengan proses tersebut asimilat yang dihasilkan dari proses
fotosintesis akan di distribusikan pada pengisian biji sehingga dapat
meningkatkan malai berisi. Tingginya malai berisi yang di dukung
tingginya jumlah anakan dan anakan produktif, panjang malai yang
berkaitan dengan jumlah biji yang terbentuk akan meningkatkan produksi
pertanaman padi (Tabel 12). Hal ini sesuai pendapat Kusyaeri dan Sri
(2014) sistem tanam jajar legowo 2:1 mampu mengoptimalkan
pembentukan dan pengisian gabah melalui intensitas sinar matahari yang
diterima. Jumlah gabah per malai berkorelasi positif dengan persentase
gabah berisi dan produksi artinya semakin tinggi persentase gabah berisi
maka semakin tinggi peluang untuk menghasilkan produksi (Lestari 2007).
Populasi Itik
Kebiasaan petani melepaskan itik pada saat setelah panen
menjelang penanaman selanjutnya akan menjaga kemurnian varietas
yang ditanam, karena itik dapat memakan limbah dari hasil panen padi
sebelumnya. Serta sebagai pengendali dan pemutus rantai kehidupan dan
hama yang akan menyerang pertanaman selanjutnya.
54
Gambar 12. Hubungan antara populasi itik dengan sistem tanam pada pengamatan munculnya varietas lain (r= 0,950;0,990).
Gambar 12 menunjukkan bahwa persentase munculnya varietas
lain berkaitan dengan pelepasan itik sebelum dilakukan penanaman untuk
menjamin kemurnian varietas. Itik yang dilepas akan memakan padi yang
jatuh pada saat dilakukan pemanenan pertanaman sebelumnya sehingga
kecil kemungkinan terjadinya munculnya varietas lain, gambar diatas
membuktikan bahwa pelepasan itik dapat menekan munculnya varietas
lainnya dengan persamaan y2:1 = -0.0333x2 + 0.1667x + 8.3333; r = 1**
yaitu pada populasi 2,50 ekor per 100 m2 akan menekan munculnya
varietas lainnya sebesar 8,54% dan apabila dilakukan penambahan
populasi itik munculnya varietas lain akan dapat dikurangi.
Keberadaan itik dalam pertanaman padi dapat berfungsi sebagai
pengendali hama dan gulma bagi tanaman padi. Selain sebagai
pengendali hama juga sebagai sumber nutrisi untuk tanaman padi karena
dari kotoran yang dikeluarkan oleh itik. Populasi 15 ekor per 100 m2 dapat
menekan penyebaran gulma karena dapat menjadi sumber makanan bagi
55
itik. Hal ini sesuai dengan pendapat Abduh dan Nurhayu (2004), bahwa
gulma maupun serangga pengganggu tanaman padi seperti keong, siput,
belalang dan lainnya yang merupakan makanan itik.
Kebiasaan itik yang memakan cacing dan larva yang berada dalam
tahah sehingga tanah dicocor-cocor yang memberikan dampak posistif
bagi tanaman padi karena dengan kebiasaan itik tersebut dapat
mengakibatkan pertukaran oksigen dalam tanah dengan baik. Hal tersebut
akan melancarkan sirkulasi oksigen dalam tanah yang berguna untuk
pertumbuhan tanaman padi. Hal ini sependapat dengan Dennis et al
(2000), bahwa oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme yang
menghasilkan energi didalam sel, sehingga konsentrasi oksigen yang
sangat rendah di perakaran menyebabkan terganggunya aktivitas
metabolik dan produksi energi. Oksigen berfungsi sebagai akseptor
elektron dalam jalur fosforilasi oksidatif yang menghasilkan ATP yang
merupakansumber energi utama dalam metabolisme seluler (Agus, 2007).
Keberadaan itik di tengah pertanaman padi akan membantu
penyediaan nutrisi bagi tanaman, tersedianya nutrisi bagi tanaman akan
mengoptimalkan pertumbuhan dan produksi tanaman padi, sehingga
potensi genetik pada tanaman padi menjadi maksimal dalam hal jumlah
cabang malai, hal ini sependapat Redhanie (2008) bahwa kotoran itik
dapat menambah unsur hara yang dapat diserap oleh akar tanaman.
Selain itu pupuk kandang berpengaruh baik terhadap sifat fisik, kimia,dan
biologi tanah.Dengan hal tersebut tersedianya nutrisi dalam tanah akan
56
meningkatkan bobot 1000 biji tanaman padi.Hal ini seiring dengan
Hariningsih (2016), bahwa meningkatnya bobot kering tanaman di
pengaruhi oleh tersedianya nutrisi bagi tanaman padi. Pemberian bahan
organik akan berpengaruh terhadap peningkatan bobot satuan gabah.
Efisiensi penggunaan cahaya serta kompetisiantar tanaman dalam
menggunakan air dan unsur hara memberikanhasil yang berbeda dan
pengaruh yang nyata.
Gambar 13. Grafik korelasi antara parameter produksi dengan jumlah cabang malai dan bobot 1000 biji (r= 0,497;0,623).
Bobot 1000 biji (Tabel 11) berkorelasi positif (Gambar 13) dengan
produksi karena dalam satuan biji akan mempengaruhi bobot yang
keseluruhan biji tanaman. Produksi dipengaruhi dua faktor yaitu faktor
internal meliputi potensi genetik yang terkandung dalam varietas tanaman
yang dan faktor eksternal yaitu intensitas cahaya yang diterima oleh
tanaman serta nutrisi yang tersedia bagi tanaman. Penyedia nutrisi yang
dilakukan oleh itik melalui pembuangan feses di pertanaman padi akan di
gunakan pada proses pertumbuhan dan produksi serta meningkatkan
57
nutrisi dalam tanah. Tersedianya nutrisi bagi tanaman akan memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap tinggitanaman, warna daun, gabah
berisi permalai, Bobot 1000 biji, dan hasil produksigabah kering panen
serta kadar N-Tanah dan kadar N-daun (Soplanit dan Nukuhaly, 2012).
Populasi itik 10 ekor per 100 m2 memberikan pengaruh terhadap
pertambahan bobot badan itik (Tabel 13). Hal ini disebabkan oleh
tercukupinya makan tambahan yang tersedia bagi itik. Terbatasnya
pergerakan itik juga dapat mempengaruhi kondisi fisikologi itik sehingga
pertambahan itik tidak optimum. Sumber makanan yang didapatkan itik
dalam pertanaman padi yaitu hama penggangggu yang terdapat pada
pertanaman padi. Jika dibandingkan dengan populasi 15 ekor per 100 m2
(12,30 gr per hari1) pertambahan bobot badannya mengalami penurunan
jika dibandingkan dengan populasi itik 10 ekor per 100 m2 (13,99 gr per
hari). Disebabkan oleh semakin sempitnya pergerakan itik serta
penyediaan pakan tambahan bagi ituk kurang optimal. Hal ini sependapat
dengan Alf dan Nanda (2009) bahwa Kepadatan itik akan berpengaruh
terhadap kenyamanan temak. Semakin tinggi tingkat kepadatan itik akan
mengakibatkan terjadi persaingan atau perebutan pakan yang disebabkan
oleh ruang sempit dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan itik
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Sistem tanam jajar Legowo 2:1 merupakan sistem tanam terbaik
untuk jumlah anakan 18,44 anakan per rumpun, jumlah anakan
produktif 14,11 anakan per rumpun, penyebaran gulma berdaun
sempit 3,50 tanaman per petak, panjang malai 25,49 cm,
pesentase malai berisi 89,60 % dan produksi 10,03 ton per ha.
2. Populasi itik 15 ekor per 100 m2 merupakan populasi terbaik untuk
penyebaran gulma berdaun sempit 1,08 tanaman per
petak, jumlah cabang 12,65 cabang per malai, bobot 1000 biji 27,18
g dan produksi 9,99 ton per ha.
3. Interaksi perlakuan antara sistem tanam jajar Legowo 2:1 dengan
Populasi itik 15 ekor per 100 m2 merupakan interaksi perlakuan
terbaik terhadap jumlah rumpun terserang hama sangat minim
(0,00 rumpun), penyebaran gulma berdaun lebar 0,33 tanaman per
petak, persentase munculnya varietas lain 3,33 %, persentase
gabah hampa 0,00 %.
59
B. Saran
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan acuan untuk
penelitian selanjutnya dan juga dapat digunakan oleh masyarakat petani
dalam rangka mempertahankan kearifan lokal dengan mengintegrasikan
sistem tanam yang terbaik (Legowo 2:1) dan populasi itik yang sesuai
dengan pertanaman (15 ekor) sehingga dapat menunjang program
pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat petani.
Integrasi ternak itik dan tanaman padi dapat menjaga kemurnian
varietas tanaman padi pada pertanaman sebelumnya. Oleh sebab
integrasi ternak ititk dengan padi tersebut dapat digunakan dalam sistem
perbenihan padi.
60
DAFTAR PUSTAKA
Abduh U.E., dan Nurhayu A. 2004. Integrasi Ternak Itik dengan Sistem
Usahatani Berbasis Padi di Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan.
Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman-Ternak. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. hal.234-239
Abdulrachman S., Made J.M., Nurwulan A., Indra G., Priatna S., dan Agus G. 2013. Sistem Tanam Legowo. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian.edisi 978-979-540-073-8. 32 hal.
Abu M., Achmad S.A., Deki Z., dan La Ode J. 2017. Pengembangan
Usaha Terpadu Padi Sawah dan Ternak Unggas Alternatif
Kecukupan Pangan dan Pendapatan bagi Masyarakat di Wilayah
Peri Urban. J. Jitro. Vol.4. No.2. hal. 49-61
Agus S.R. 2007. Ketahanan Tananam Padi Terhadap Kondisi
Terendam:Pemahaman Terhadap Karakter Fisiologis Untuk
Mendapatkan Kultivar Padi Yang Toleran Di Lahan Rawa Lebak.
Kongres Ilmu Pengetahuan Wilayah Indonesia Bagian Barat.
Palembang. 7 hal.
Alf A. dan Nanda F. 2009. Performans Itik Pedaging (Lokal X Peking)
Fase Starter Pada Tingkat Kepadatan Kandang Yang Berbeda Di
Desa Laboijaya Kabupaten Kampar. Jumal Petemakan Vol 6 No 1.
hal.71-77
Alnopri. 2004. Variabilitas genetik dan heritabilitas sifat-sifat pertumbuhan
bibit tujuh genotipe kopi robusta arabika, jurnal-jurnal ilmu pertanian
indonesia. Volume. 6, nomor 2. hal.91-96
Alridiwirsah, H., Hamidah., Erwin M.H., Muchtar Y. 2015. Uji Toleransi
Beberapa Varietas Padi (Oryza sativa L.) Terhadap Naungan.
Hossain, S. T., H. Sugimoto, G. J. U. Ahmed, Md. R. Islam. 2011. Effect of
integrated rice-duck farming on rice yield, farm productivity, and
rice-provisioning ability of farmers. Asian Journal of Agriculture and
Development 2(1): 79-86.
Ikhwani, R. P. Gagad, P. Eman dan A.K. Makarim. 2013. Peningkatan Produktivitas Padi Melalui Penerapan Jarak Tanam Jajar Legowo. Jurnal Iptek Tanaman Pangan. Vol. 8. No. 2. hal.72-79
62
Ismail I. G. dan Djajanegara A. 2004. Kerangka Dasar Pengembangan
SUT Tanaman Ternak (Draft). Proyek PAATP, Jakarta. hal.6
Kariyasa K. 2003. Hasil Laporan Pra Survei Kelembagaan Tanaman-
Ternak Terpadu dalam Sistem dan Usaha Agrinisnis. Proyek
PAATP, Departemen Pertanian, Jakarta. hal.11
Kusyaeri H. K. dan Sri M. 2014. Aplikasi Sistem Tanam Jajar Legowo
Untuk MeningkatkanProduktivitas Padi Sawah. Jurnal Agros Vol.16.
No.2. hal.285-291
Lestari, A.P. dan Y. Nugraha. 2007. Keragaan Genetik Hasil dan
Kompone Hasil Galur-Galur Padi Hasil Kulturanter. Jurnal
Penelitian Pertanian Tanaman Pangan25(1): 8-13
Mahfudz L.D., Sarengat W., Adiningsih S.M., Sijprijatna E., dan
Srigandono B. 2004. Pemeliharaan sistem terpadu dengan
tanaman padi terhadap performans dan kualitas karkas itik lokal
jantan umur 10 minggu. Pros . Seminar dan Ekspose Nasional
Sistem Integrasi Tanaman-Ternak . Denpasar. Puslitbang
Peternakan . BPTP Bali dan Casren. hlm . 548-553 .
Makarim AK., dan Ikhwani. 2008. Respon Komponen Hasil Varietas Padi
terhadap Perlakuan Agronomis, J. Penelitian Pertanian Tanaman
Pangan, 27:148-153.
Pasandaran, E., Djjanegara, A., Kariyas, K., & Kasryno F. 2006. Integrasi
Tanaman Ternak di Indonesia. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Jakarta. hal.6
Pima N.D. 2009. Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode
Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung
(Zea mays L.) Varietas DK3. Skripsi Departemen Budidaya
Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.
111 hal.
Permana S. 1995. Teknologi Usahatani Mina Padi Azolla Dengan Cara
Tanam Jajar Legowo. Mimbar Sarasehan Sistem Usahatani
Berbasis Padi di Jawa Tengah. BPTP Ungaran. hal.9
63
Polakitan D., Dp. M Arie, H. E. Femi, dan V.V.J.Panelewen. 2015..
Keuntungan Usahatani Padi Sawah dan Ternak Itik Di Pesisir
Danau Tondano Kabupaten Minahasa. Jurnal Zootek (“Zootrek”
Wahyu. 2007. Makna Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Sumberdaya
Alam dan Lingkungan di Kalimantan Selatan (dalam pengelolaan
sumberdaya alam dan pemberdayaan masyarakat dalam perspektif
Budaya dan Kearifan Lokal). Universitas Lambung Mangkurat
Press. Banjarmasin. hal.14
Wahyuti T.B. 2012. Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan
Hasil dan Upaya Meningkat Hasil Padi Varietas Unggul, (Disertasi)
Bogor, Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. hal.4
Wasito dan Khairah. 2004. Peranan itik diintegrasikan dengan padi lahan
sawah irigasi untuk mengendalikan keong emas di Sumatera Utara.
Pros . Seminar dan Ekspose Nasional Sistem Integrasi Tanaman-
Ternak. Denpasar, Bali. hal.1-9
Zuraidah, R. 2004 . Profil pengusahaan ternak itik pada sistem usahatani
di lahan rawa lebak (Studi kasus di desa Hulu Sungai Tengah,
Kalimantan Selatan). Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan
dan Veteriner. Bogor. hal.1-12
65
LAMPIRAN
Lampiran 1. Deskripsi Varietas Mekongga.
Nomor seleksi : S4663-5D-KN-5-3-3
Asal persilangan : A2790/2*IR64 Golongan : Cere Umur tanaman : 116-125 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 91-106 cm Anakan produktif : 13-16 batang Warna kaki : Hijau Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna daun : Hijau Muka daun : Agak kasar Posisi daun : Tegak Daun bendera : Tegak Bentuk gabah : Ramping panjang Warna gabah : Kuning bersih Kerontokan : Sedang Tekstur nasi : Pulen Kadar amilosa : 23 % Indeks glikemik : 88 Bobot 1000 butir : 28 g Rata-rata hasil : 6,0 t/ha Potensi hasil : 8,4 t/ha Ketahanan terhadapHama : • Agak tahan terhadap wereng coklat
biotipe 2 dan 3. Penyakit : • Agak tahan terhadap hawar daun bakteri
strain IV Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah dataran
rendahsampai ketinggian 500 mdp lInstansi pengusul : Balitpa dan BPTP Sultra Pemulia : Z. A. Simanullang, Idris Hadade, Aan
A.Daradjat, dan Sahardi Tim peneliti : B. Suprihatno, Y. Samaullah, Atito DS.,
IsmailB. P., Triny S. Kadir, dan A. Rifki Teknisi : M. Suherman , Abd. Rauf Sery, Uan D.,
S.Toyib S. M., Edi S. MK,M. Sailan, Sail Hanafi, Z. Arifin,Suryono, Didi dan Neneng S.
Dilepas tahun : 2004
66
Lampiran 2. Deskripsi Varietas Inpari 7.
Nomor seleksi : RUTTST(^B-15-1-2-2-2-1)
Asal persilangan : S3054-2D-12-2/Utri Merah-2 Golongan : Cere indica Umur tanaman : 110-115 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 104 ±7 cm Anakan produktif : 16 batang± 3 anakan Warna kaki : Hijau Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Putih Warna lidah daun : Hijau Warna helai daun : Hijau Muka daun : Agak kasar Posisi daun : Tegak Daun bendera : Tegak Bentuk gabah : panjang (p = 7,06mm;l = 2,20mm; p/l =
3,21) Warna gabah : Kuning bersih Kerontokan : Sedang Tekstur nasi : Pulen Kadar amilosa : 20,78 % Bobot 1000 butir : 27.4 g Rata-rata hasil : 6,23 t/ha GKG Potensi hasil : 8,7 t/ha GKG Ketahanan terhadapHama : • Agak tahan terhadap wereng coklat
biotipe 1, 2 dan 3. Penyakit : • Agak tahan terhadap hawar daun bakteri
strain III Agak rentan strain IV dan VIII, rentan
virus tungo inokulum 073 dan 031
Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah dataran rendahsampai ketinggian 600 mdp
lInstansi pengusul : BB Padi, Loka Tungro dan BPTP Sulsel Pemulia/Peneliti : Aan A.Drajat, Nafisah, dan B.Suprihatno/
INyoman Widiarta, Jumanto, Burhanuddin, A.Yasin Said, Sahardi, A.Muliadi, R.Heru Praptana, Baehaki SE, Triny SK, P.Wibowo, C.Gunarsih, Ali Imron, Idris Hadade
Tim peneliti : Abd. Rauf Serry, dan Abd.Hanid Teknisi : Thoyib S.Ma’ruf, Maman Suherman, Meru,
Uan Sudjanang, Suwarsa, Dede Munawar, Abd. Rauf Serry, dan Abd.Hanid.
Dilepas tahun : 2008
67
Lampiran 3. Deskripsi Varietas Lusi
Nomor seleksi : B4183h-Kp-1
Asal persilangan : Persilangan IR38/Pelita I-1//IR4744-128-4-4/Pelita I-1
Golongan : Cere indica kadang-kadang berbulu Umur tanaman : 135 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 125 cm Anakan produktif : Banyak Warna kaki : Hijau Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Posisi daun : Tegak Daun bendera : Agak miring Kerebahan : Tahan Bentuk gabah : sedang Warna gabah : Kuning bersih Kerontokan : Mudah Rasa nasi : Ketan Kadar amilosa : 6 % Bobot 1000 butir : 28 g Potensi hasil : 4,0-6,0 t/ha GKG Ketahanan terhadapHama : • Cukup tahan terhadap wereng coklat
biotipe 1 dan 2. Penyakit : • Cukup tahan penyakit hawar daun
bakteri Agak tahan virus tungro
Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah dataran rendahsampai ketinggian 500 mdp
Pemulia/Peneliti : Suyamto, Rusmanadi, I.Supeno, Sony Suharsono dan Z.Hararap
Tim peneliti : Abd. Rauf Serry, dan Abd.Hanid Teknisi : Dilepas tahun : 1989
68
Lampiran 4. Deskripsi Ternak Itik
Itik adalah anggota lain dari keluarga Burung (Anatidae / burung air) dan
terkait erat dengan angsa dan soang. Itik umumnya dikenal sebagai
“unggas air” karena menghabiskan banyak waktu di tempat berair. Ada
banyak spesies Itik, tapi umumnya memiliki leher dan sayap yang lebih
pendek daripada unggas air lainnya, dan mereka juga memiliki tubuh yang
tegap. Itik juga memiliki warna cokelat kusam agar bisa bersembunyi dari
musuh lebih baik, dan bulunya sangat tahan air. Itik memiliki dua kaki
berselaput yang didesain untuk berenang. Kaki berselaput itu berfungsi
seperti dayung dan mereka bergoyang-goyang bukannya berjalan karena
kaki mereka. Sebagian besar itik bersuara “quack”, dan mulutnya itu
disebut juga “bill” yang datang dalam bentuk dan ukuran yang berbeda.
Bentuk bill serta bentuk tubuh akan menentukan bagaimana bebek