Top Banner
MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN PENDEKATAN EKOHIDRAULIKA DI LOKASI KELURAHAN SEMPUR KOTA BOGOR Oleh : SUCI NUR AINI ZAIDA F152080021 SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
102

MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

Mar 07, 2019

Download

Documents

duonghuong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN PENDEKATAN

EKOHIDRAULIKA DI LOKASI KELURAHAN SEMPUR

KOTA BOGOR

Oleh :

SUCI NUR AINI ZAIDA

F152080021

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Page 2: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Model Bantaran

Sungai Ciliwung dengan Pendekatan Ekohidraulika di Lokasi Kelurahan Sempur,

Kota Bogor adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing

akademik dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan

tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari hanya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam tesis

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Maret 2012

Suci Nur Aini Zaida

NRP F152080021

Page 3: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

ABSTRACT

SUCI NUR AINI ZAIDA. Model of Ciliwung Riverbank with the Ecohydraulics

Approach in Kelurahan Sempur, Bogor. Supervised by ERIZAL, M. YANUAR,

dan PRASTOWO.

The effort to control and flood prevention can be started with managing

and structuring the area of the river, as known river restoration. River restoration

is an attempt to restore the functions of the river physically, ecologically, socially

and economically so that it becomes a natural stream (nature-like river) and

resemble the initial conditions in order to reduce the danger of flooding and

damage the river. The purpose of this study are : 1) Identifyied the damage along

the riverbanks of the Ciliwung River in Kelurahan Sempur, 2) Made the river

restoration concept with ecohydraulics approach.

The result of this research was design of riverbank restoration with eco-

hydraulics approach using plants. From the research, it is found that Ciliwung

River which passing Kelurahan Sempur have a significant function for flooding

retention. Based on the research, there is some damage to the river in this section,

for example the erosion and sedimentation in the downstream. This is because the

slope of the riverbed is very small. The design of river management is by adding

vegetation on the riverbanks and flood plain areas.

Keywords: river restoration, ecohydraulics, roughness coeficient, plants

Page 4: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

RINGKASAN

SUCI NUR AINI ZAIDA. Model Bantaran Sungai Ciliwung dengan Pendekatan

Ekohidraulika di Lokasi Kelurahan Sempur, Kota Bogor. Dibimbing oleh

ERIZAL, M. YANUAR, dan PRASTOWO.

Upaya pengendalian dan pencegahan banjir dapat dimulai dengan

pengelolaan dan penataan kawasan sungai atau yang dikenal dengan istilah

restorasi sungai. Restorasi sungai adalah upaya mengembalikan fungsi-fungsi

sungai baik secara fisik, ekologi, sosial maupun ekonomi sehingga menjadi sungai

yang alami (nature-like river) dan menyerupai kondisi awalnya dalam rangka

mengurangi bahaya banjir dan kerusakan sungai yang lebih parah. Tujuan dari

penelitian ini adalah: 1) Mengidentifikasi kerusakan sepanjang bantaran Sungai

Ciliwung yang melintas di lokasi Kelurahan Sempur Kota Bogor, 2) Membuat

konsep perencanaan restorasi bantaran Sungai dengan pendekatan Ekohidraulika.

Pengelolaan sungai secara berkelanjutan yang berbasis konsep

ekohidraulika dapat dilaksanakan dengan memperhitungkan kondisi eksisting

sungai yaitu kondisi hidraulika dan ekologi. Kondisi hidraulika terkait dengan

profil sungai, muka air banjir dan luas genangan. Sedang kondisi ekologi terkait

dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep pengelolaan sungai

diterapkan dengan melakukan rekayasa hidraulika pada sungai yaitu dengan

memperbesar penampangnya dan memperkecil kecepatan air serta melakukan

penataan pada bantaran sungai.

Penelitian ini dilakukan di Sungai Ciliwung yang melewati Kelurahan

Sempur, Bogor sepanjang ± 1 Km. Penelitian dilakukan dengan pengukuran

langsung di lapang. Pengambilan data di lapangan antara lain untuk pengambilan

sampel tanah, pembuatan profil hidraulik sungai dan pengukuran faktor friksi

tanaman. Profil hidraulik sungai dianalisis dengan tujuan untuk memperoleh

gambaran tentang luas penampang sungai pada potongan tertentu, kecepatan air

dan debit. Hasil perhitungan profil tersebut dapat dijadikan dasar dalam penentuan

luas areal banjir dan muka air banjir pada sungai. Hasil akhir dari penelitian ini

yaitu berupa konsep restorasi bantaran sungai dengan pendekatan ekohidraulika

dan penggunaan tanaman.

Untuk penentuan bantaran sungai di Kota Bogor didasarkan pada

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2006 tentang Pengelolaan

Kawasan Lindung. Yang dimaksud dengan bantaran atau sempadan sungai adalah

kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk pada sungai

buatan/kanal/saluran/irigasi yang mempunyai manfaat penting untuk

mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Lebar bantaran sungai di lokasi

penelitian seharusnya atau sekurang-kurangnya 15 meter dihitung dari tepi sungai.

Dan untuk sungai dengan kedalaman lebih dari 3 meter maka seharusnya memiliki

bantaran atau sempadan sungai sekurang-kurangnya 20 meter. Namun kondisi di

lapangan menunjukkan bahwa sempadan sungai tidak sesuai dengan peraturan

daerah tersebut.

Dalam penelitian ini daerah penelitian yaitu Sungai Ciliwung yang

mengalir melewati Kelurahan Sempur sepanjang 1 km dibagi menjadi 4 segmen

wilayah penelitian. Pembagian ini didasarkan pada wilayah yang lebih di atas

sampai ke wilayah yang lebih di bawah dari Sungai Ciliwung yang mengalir di

Page 5: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

Kelurahan Sempur tersebut. Adapun keempat segmen tersebut adalah Segmen 1,

yaitu wilayah antara Jembatan Jl. Jalak Harupat sampai dengan Jembatan Lebak

Kantin; Segmen 2, yaitu wilayah antara Jembatan Lebak Kantin sampai dengan

Jembatan Sempur Kidul; Segmen 3, yaitu wilayah antara Jembatan Sempur Kidul

sampai dengan Jembatan Sempur Kaler; dan Segmen 4, yaitu wilayah antara

Jembatan Sempur Kaler sampai dengan Lebak Pilar. Selanjutnya pada bantaran

sungai yang melintas di Kelurahan Sempur dapat dibagi menjadi beberapa tipe

berdasarkan tutupan vegetasi yang berbeda yaitu Tipe A merupakan hamparan

atau bantaran yang bervegetasi riparian masih utuh; Tipe B merupakan hamparan

atau bantaran dengan vegetasi riparian yang telah terokupasi oleh penduduk 21-

54% dan Tipe C merupakan hamparan atau bantaran dengan vegetasi riparian

yang terokupasi oleh penduduk lebih dari 70%. Bantaran Sungai Ciliwung di

Kelurahan Sempur termasuk bantaran dengan Tipe B dan Tipe C.

Analisis hidraulika dilakukan untuk memperoleh seberapa besar debit

yang dapat ditampung oleh sungai sebelum terjadi banjir. Dengan diketahui

kecepatan aliran dan luas penampang sungai pada kedua lokasi pengukuran

tersebut, dapat diketahui debit pada masing-masing titik pengamatan. Kondisi

tebing Sungai Ciliwung di lokasi penelitian dideskripsikan dengan kejadian erosi

atau tidak erosi. Gambaran kejadian erosi tebing di Segmen 3 dan Segmen 4

terjadi di sisi kiri dan kanan sungai. Kondisi morfologi sungai pada wilayah

pengukuran sepanjang 1 km terdapat 33% dari panjang sungai yang dasarnya

dibentuk oleh batuan besar dengan ukuran 5 – 20 mm. Nilai koefisien kekasaran

di sepanjang sungai bervariasi. Hal ini tergantung pada beberapa faktor

diantaranya ketidakteraturan sungai, perubahan tata guna lahan, urbanisasi, erosi

dan sedimentasi.

Kondisi Sungai Ciliwung menuntut adanya tindakan pengelolaan. Konsep

pengelolaan sungai secara ekohidraulik dapat dilakukan dengan melakukan

pengaturan tataguna lahan di bantaran sungai yang dapat memperkecil kecepatan

air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain

pengelolaan sungai pada setiap lokasi. Desain pengelolaan sungai dengan konsep

ekohidraulik adalah mendesain vegetasi tanaman pada bantaran sungai. Adapun

pengaruh vegetasi pada bantaran dan dataran banjir sungai tergantung pada

tingkat kekasarannya. Desain pengelolaan sungai yang dibuat dengan

menambahkan vegetasi pada bantaran sungai dan tebing sungai untuk

menurunkan kecepatan aliran pada saat banjir. Sebagai bahan pertimbangan dalam

hal biaya dan adaptasi dengan lingkungan lokal lebih cepat, maka disarankan

menggunakan vegetasi yang ada saat ini di lokasi.

Kata Kunci : restorasi sungai, ekohidraulika, koefisien kekasaran, tanaman

Page 6: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

©Hak cipta milik IPB, tahun 2012

Hak cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini

tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penulisan

laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu

masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang

wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian

atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa

izin IPB

Page 7: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN PENDEKATAN

EKOHIDRAULIKA DI LOKASI KELURAHAN SEMPUR, KOTA BOGOR

SUCI NUR AINI ZAIDA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada

Program Studi Teknik Sipil dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Page 8: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

Penguji Luar Komisi : Dr. Ir. Yuli Suharnoto, M.Eng

Page 9: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Model Bantaran Sungai Ciliwung Dengan Pendekatan

Ekohidraulika Di Lokasi Kelurahan Sempur,

Kota Bogor

Nama : Suci Nur Aini Zaida

NRP : F152080021

Mayor : Teknik Sipil dan Lingkungan

Disetujui

Komisi Pembimbing,

Dr. Ir. Erizal, M. Agr

Ketua

Dr. Ir. Prastowo, M. Eng Dr. Ir. M. Yanuar J. Purwanto, MS

Anggota Anggota

Mengetahui,

Ketua Mayor Teknik Sipil dan Lingkungan Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Nora H. Panjaitan, DEA Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian : 19 Januari 2012 Tanggal Lulus :

Page 10: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

PRAKATA

Puji syukur diucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan taufik

dan hidayah-Nya hingga penulisan tesis: MODEL BANTARAN SUNGAI

CILIWUNG DENGAN PENDEKATAN EKOHIDRAULIKA DI LOKASI

KELURAHAN SEMPUR KOTA BOGOR dapat diselesaikan. Tesis ini disusun

guna memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Program

Magister di Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian dan tesis ini dapat terlaksana dan terwujud melalui proses

arahan, bimbingan, bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Komisi

Pembimbing selalu memberikan dorongan, arahan, dan saran selama proses

penelitian dan penyusunan tesis ini berlangsung. Berbagai pihak juga telah banyak

membantu mulai dari saat proses penelitian berlangsung hingga tersusunnya tesis

ini. Dengan ketulusan hati disampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Dr. Ir. Erizal, M.Agr, selaku Ketua Komisi Pembimbing akademik atas

bimbingan, arahan, dan nasehatnya.

2. Dr. Ir. M. Yanuar J. Purwanto, MS dan Dr. Ir. Prastowo, M.Eng sebagai

anggota Komisi Pembimbing atas bimbingan dan arahannya.

3. Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA sebagai Ketua Program Studi SIL yang

dengan penuh perhatian dan dedikasi tinggi senantiasa mendorong para

mahasiswa untuk dapat menyelesaikan studi dengan baik.

4. Dr. Ir. Yuli Suharnoto, M.Eng selaku dosen penguji di luar komisi atas segala

masukan dan perbaikan yang diberikan.

5. Ir. Izhar Chaidir, MA selaku Kepala Bidang Perencanaan Ruang Kota Dinas

Tata Ruang Provinsi DKI Jakarta yang senantiasa memberi perhatian dan

motivasi demi selesainya tesis ini.

6. Teman-teman SIL Angkatan 2008, Pak Tusi, Pak Taufik, Mba Donna, Titin

dan Wahid, terimakasih atas inspirasi, dan semangat yang telah diberikan.

7. Teman-teman Bidang Perencanaan Ruang Kota, Dinas Tata Ruang Provinsi

DKI Jakarta, khususnya Seksi Perencanaan Mikro Ruang Kota yang telah

membantu mengolah data dan memberikan semangat.

Page 11: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

Kepada Ibunda (almarhumah) Sri Daryati dan ayahanda Sjamsul Hadi

dipersembahkan rasa hormat dan cinta yang mendalam. Juga kepada kakak-kakak

Susi Nur Era Badia, SE, Hadzik Muhanik Prabowo, Amd. dan Muhammad

Wahyu Hendra Maysuri, SE atas segala perhatian dan motivasinya. Suami tercinta

Alim Setiawan S, STP, M.Si dan ananda Ayesha Humaira Majid, yang merupakan

inspirator dan pendorong bagi selesainya tesis ini.

Disadari masih banyak yang harus disempurnakan dalam tesis ini. Untuk

itu, diharapkan kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaannya.

Semoga tesis ini dapat bermanfaat khususnya bagi perkembangan pengetahuan

restorasi sungai.

Bogor, Maret 2012

Penulis

Page 12: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara dari orang tua

tercinta Bapak Sjamsul Hadi dan Almarhumah Ibu Sri Daryati. Penulis dilahirkan

pada tanggal 30 Maret 1983 di Kota Boyolali, Jawa Tengah.

Pada tahun 1994, penulis menamatkan pendidikan dasar di SD Negeri

Mojo 1 Boyolali. Pada tahun 1997 penulis menamatkan pendidikan menengah di

SMP Negeri 1 Andong dan pada tahun 2000 lulus dari SMU Batik 1 Surakarta.

Melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), penulis diterima untuk

melanjutkan pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2000 dan

belajar di Fakultas Pertanian, jurusan Arsitektur Lanskap hingga lulus pada tahun

2005. Selanjutnya pada tahun 2008 penulis melanjutkan program master di

program studi Teknik Sipil dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana, Institut

Pertanian Bogor. Saat ini penulis bertugas di Dinas Tata Ruang Pemerintah

Provinsi DKI Jakarta.

Penulis menikah dengan Alim Setiawan S, STP, MSi pada tanggal 6 Juli

2008 dan telah dikaruniai seorang putri bernama Ayesha Humaira Majid yang

lahir pada tanggal 2 April 2009.

Page 13: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

xii

DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA .................................................................................................. x

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvii

PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1

1.2. Rumusan Permasalahan ........................................................ 3

1.3. Tujuan Penelitian .................................................................. 4

1.4. Hipotesis ................................................................................ 5

1.5. Manfaat Penelitian ................................................................ 5

TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 6

2.1. Sungai Ciliwung ................................................................... 6

2.2. Longsoran Tebing ................................................................ 7

2.3. Stabilisasi Tebing ................................................................ 8

2.4. Restorasi Sungai .................................................................. 9

2.5. Vegetasi riparian dan floodplain dan pengaruhnya

terhadap hidrologi aliran .................................................... 11

2.6. Ekohidraulika Sungai ........................................................ 18

METODE PENELITIAN .......................................................................... 24

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 24

3.2. Metode Penelitian .............................................................. 25

3.2.1. Survey Sungai .......................................................... 25

3.2.2. Survey Tanaman ..................................................... 26

3.2.3. Studi Literatur .......................................................... 26

3.2.4. Analisis dan Strategi Restorasi ................................ 26

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ....................................... 28

4.1. Gambaran Umum DAS Ciliwung ...................................... 28

4.1.1. Bentuk dan Wilayah DAS Ciliwung ......................... 28

4.1.2. Pembagian DAS Ciliwung ....................................... 29

4.1.3. Penggunaan Lahan .................................................... 30

Page 14: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

xiii

4.2. Sungai Ciliwung di KelurahanSempur ................................ 33

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 35

5.1. Batas Sempadan atau Bantaran Sungai .............................. 35

5.2. Penentuan Tipe Bantaran Sungai Ciliwung di

Kelurahan Sempur .............................................................. 37

5.3. AnalisisKondisi Tebing Sungai, DasarSungai Dan

Tata Guna Lahan Pada Bantaran Sungai .............................. 41

5.3.1. Kondisi Tebing Sungai ............................................. 41

5.3.2. Kondisi Dasar Sungai ............................................... 43

5.3.3. Tata Guna Lahan Pada Bantaran Sungai ................... 44

5.3.4. Vegetasi di Bantaran Sungai ..................................... 45

5.4. Analisa Hidraulika Sungai .................................................. 46

5.5. Perhitungan Koefisien Kekasaran ....................................... 55

5.6. Desain Pengelolaan Sungai Berbasis Konsep

Ekohidraulika ...................................................................... 62

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 70

6.1. Kesimpulan ........................................................................... 70

6.2. Saran ..................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 72

LAMPIRAN ............................................................................................. 76

Page 15: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Pengaruh jenis vegetasi di bantaran sungai terhadap run

off ............................................................................................................... 12

2. Karakteristik tanaman penguat tebing berdasarkan umur .......................... 17

3. Penentuan tipe bantaran ............................................................................ 39

4. Jenis-jenis vegetasi pada bantaran Sungai Ciliwung di

Kelurahan Sempur ..................................................................................... 45

5. Profil hidraulik Sungai Ciliwung di Kelurahan Sempur ........................... 46

6. Kedalaman Sungai Ciliwung ..................................................................... 47

7. Kecepatan aliran sungai pada saat pengukuran ......................................... 48

8. Kecepatan Aliran di lokasi penelitian ....................................................... 49

9. Nilai koefisien kekasaran pada kondisi tidak banjir ................................. 55

10. Nilai koefisien kekasaran berdasarkan jenis kekasaran

permukaan ................................................................................................. 57

11. Nilai koefisien kekasaran kumulatif .......................................................... 57

12. Simulasi debit banjir di Segmen 1 ............................................................ 58

13. Simulasi debit banjir di Segmen 2 ............................................................ 58

14. Simulasi debit banjir di Segmen 3 ............................................................ 58

15. Simulasi debit banjir di Segmen 4 ............................................................ 59

16. Perubahan nilai koefisien kekasaran pada kondisi banjir

di Segmen 2 ............................................................................................... 62

Page 16: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Bagan perumusan masalah ........................................................................ 4

2. Desain kanal dua tingkat ........................................................................... 10

3. Bagian-bagian dari sebuah sistem akar tanaman ...................................... 16

4. Bentuk atau morfologi suatu sistem akar .................................................. 16

5. Kuat tarik dari beberapa jenis tanaman ..................................................... 17

6. Integralisasi komponen ekologi-hidraulik (profil sungai) .......................... 22

7. Peta lokasi penelitian ................................................................................. 24

8. Tahapan analisis hidraulika ....................................................................... 25

9. Opsi desain kanal sungai ........................................................................... 26

10. Penutupan lahan di DAS Ciliwung Tahun 2001 ....................................... 38

11. Tata guna lahan di DAS Ciliwung Tahun 1996 ........................................ 31

12. Tata guna lahan di DAS Ciliwung Tahun 2001 – 2002 ............................ 31

13. Prosentase tutupan vegetasi dan bangunan ............................................... 39

14. Lokasi Segmen 1 merupakan Tipe C bantaran Sungai

Ciliwung di Kelurahan Sempur ................................................................. 40

15. Lokasi Segmen 2 yang merupakan Tipe B bantaran

Sungai Ciliwung di Kelurahan Sempur dan Lokasi

Segmen 3 yang merupakan Tipe C bantaran Sungai

Ciliwung di Kelurahan Sempur ................................................................. 40

16. Lokasi Segmen 4 yang termasuk dalam Tipe C

bantaran Sungai Ciliwung di Kelurahan Sempur ...................................... 41

17. Kejadian erosi tebing di Sungai Ciliwung di Kelurahan

Sempur ...................................................................................................... 42

18. Variasi kondisi dasar sungai Ciliwung di Kelurahan

Sempur ...................................................................................................... 43

19. Distribusi tata guna lahan pada bantaran sungai ....................................... 44

20. Sungai Ciliwung di Lokasi Segmen 1 ....................................................... 49

21. Sungai Ciliwung di Lokasi Segmen 2 ....................................................... 50

22. Sungai Ciliwung di Lokasi Segmen 3 ....................................................... 50

23. Sungai Ciliwung di Lokasi Segmen 4 ....................................................... 50

24. Penampang melintang Sungai Ciliwung di Segmen 1 ............................... 51

25. Penampang melintang Sungai Ciliwung di Segmen 2 .............................. 52

Page 17: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

xvi

26. Penampang melintang Sungai Ciliwung di Segmen 3 ............................... 53

27. Penampang melintang Sungai Ciliwung di Segmen 4 .............................. 54

28. Hubungan antara tinggi muka air dengan debit sungai ............................. 60

29. Hubungan antara koefisien kekasaran eksisting dengan

debit sungai ............................................................................................... 61

30. Desain pengelolaan sungai dengan konsep

ekohidraulika pada bantaran Sungai Ciliwung di

Kelurahan Sempur ..................................................................................... 64

31. Desain pengelolaan sungai dengan konsep

ekohidraulika di lokasi Segmen 1 ............................................................. 65

32. Desain pengelolaan sungai dengan konsep

ekohidraulika di lokasi Segmen 2 ............................................................. 66

33. Desain pengelolaan sungai dengan konsep

ekohidraulika di lokasi Segmen 3 ............................................................. 67

34. Desain pengelolaan sungai dengan konsep

ekohidraulika di lokasi Segmen 4 ............................................................. 68

35. Contoh desain pengelolaan sungai dengan konsep

ekohidraulik ............................................................................................... 69

Page 18: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Debit sungai pada lokasi penelitian ............................................................ 76

2. Simulasi debit banjir di Segmen 1 .............................................................. 77

3. Simulasi debit banjir di Segmen 2 ............................................................... 79

4. Simulasi debit benjir di Segmen 3 .............................................................. 81

5. Simulasi debit banjir di Segmen 4 .............................................................. 83

Page 19: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemanfaatan sumber daya alam yang semakin meningkat tanpa

memperhitungkan kemampuan lingkungan telah menimbulkan berbagai masalah.

Salah satu masalah lingkungan di Indonesia adalah degradasi fungsi ekosistem

daerah aliran sungai. Dalam Undang Undang Nomor 7 tahun 2004 tentang

Pengelolaan Sumber Daya Air diuraikan bahwa daerah aliran sungai adalah suatu

wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak

sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang

berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat

merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan

yang masih terpengaruh aktivitas daratan.

Fungsi ekosistem tersebut sangat penting terhadap ketersediaan sumber

daya air. Namun demikian, fungsi ini menurun akibat kegiatan manusia.

Peningkatan jumlah DAS kritis yaitu data pada tahun 1984 tercatat 22 DAS yang

mencapai status kritis, tahun 1992 meningkat menjadi 39, dan tahun 1998

menjadi 59 DAS. Pada 2005, jumlah DAS yang kritis di Indonesia mencapai 62

DAS dan pada tahun 2008 tercatat sebanyak 291 DAS kritis yaitu di Pulau Jawa

sebanyak 116 DAS dari 141 DAS, sedang di luar Pulau Jawa terdapat 175 DAS

yang rusak dari 326 DAS (Murtilaksono, 2009).

Adapun kriteria penetapan DAS kritis antara lain dipengaruhi oleh

prosentase penutupan lahan, tingginya laju erosi tahunan, besarnya rasio debit

sungai maksimum dan debit minimum, serta kandungan lumpur (sediment load)

yang berlebihan (Suripin, 2002). Perubahan fisik yang terjadi di DAS akan

berpengaruh langsung terhadap kemampuan retensi DAS terhadap banjir.

Menurut Maryono (2002), terdapat limafaktor penyebab banjir. Kelimafaktor

tersebut adalah faktor tingginya curah hujan, perubahan fisik di sekitar Daerah

Aliran Sungai (DAS), kesalahan pembangunan alur sungai, pendangkalan sungai,

dan tata wilayah dan pembangunan sarana-prasarana di daerah-daerah rawan

banjir. Dari kelima faktor tersebut, terhadap keempat faktor terakhir dapat

Page 20: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

2

dilakukan tindakan koreksi. Fenomena DAS kritis pun menuntut adanya

pengelolaan sungai yang tepat sehingga dampak kerusakan lingkungan terhadap

kehidupan manusia dapat diperkecil.

Hasil penelitian beberapa kejadian banjir menunjukkan bahwa banjir

terjadi apabila lebih dari 60 persen curah hujan tidak dapat disimpan oleh DAS

dengan kecepatan aliran permukaan lebih dari 1.2 meter/detik. Penurunan besaran

banjir secara bertahap kecepatan aliran permukaan harus diturunkan menjadi

lebih kecil dari 0.7 meter/detik agar cukup waktu bagi tanah dan vegetasi untuk

menyerap air hujan. Apabila kecepatan limpasan dapat diturunkan menjadi kurang

dari 0.1 meter/detik maka air hujan akan menjadi aliran bawah permukaan.

Bahkan jika dapat diturunkan lagi menjadi kurang dari 0.01 meter/detik dapat

menjadi penyumbang terbentuknya mata air tanah. Untuk menurunkan kecepatan

aliran permukaan dan volume limpasan harus dilakukan pemanenan aliran

permukaan (run off harvesting) baik secara sipil teknis maupun vegetatif.

Supaya penurunan kecepatan aliran permukaan pemanen dan aliran permukaan

efektif, maka lahan di zona prioritas harus bervegetasi, sehingga penanaman di

zona ini menjadi agenda utama.

Pembangunan sungai dengan konsep hidraulik murni berupa pembetonan

dinding dan pengerasan tampang sungai banyak dijumpai di sungai-sungai yang

melalui Bogor. Sebagai contoh Sungai Ciliwung yang melewati Kebun Raya

Bogor -sungai yang dianggap penyebab banjir di Jakarta- juga tidak luput dari

kanalisasi di sepanjang alur sungai. Pola penanganan banjir yang dilakukan

dengan mengusahakan air banjir secepat-cepatnya dikuras kehilir, tanpa

memperhitungkan banjir yang akan terjadi di hilir, merupakan kesalahan

pembangunan alur sungai yang harus dilakukan koreksi.

Pendapat umum bahwa kanalisasi sungai dianggap dapat menanggulangi

banjir serta longsor, akan tetapi dengan berkembangnya keilmuan baru yaitu

ekohidrologi dan ekohidraulika, kanalisasi sungai banyak ditinggalkan, dan

restorasi sungai dilakukan untuk mengembalikan fungsi alami sungai (lihat

Maryono, 2002; Stromberg, 2001; Huang et al., 2009; Mulatsih dan Kirno,

2007). Maryono (2002) mengemukakan terjadinya banjir tahunan di banyak

negara maju dapat disebabkan oleh kesalahan perencanaan alur sungai. Pola

Page 21: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

3

penanganan banjir dengan pendekatan Ekohidraulika untuk mengatasi longsoran

dapat diterapkan di Sungai Ciliwung, yaitu melihat permasalahan sungai sebagai

suatu sistem yang terdiri dari komponen fisik dan non fisik, biotic maupun

abiotik, dari hulu sampai hilir sungai.

Setiap kali Jakarta dilanda banjir, Kota Bogor selalu dicap sebagai

penyebabnya. Pembangungan hotel dan lapangan golf serta Rumah Potong

Hewan di bantaran sungai adalah beberapa kasus perubahan fisik DAS di Kota

Bogor. Belum lagi banyaknya perumahan di bantaran dan tebing sungai. Hal ini

menyebabkan retensi DAS tersebut berkurang secara drastis. Seluruh air hujan

akan dilepaskan DAS ke arah hilir yang pada akhirnya menyebabkan banjir di

daerah hilir (Maryono, 2002). Selain itu, kebiasaan warga perumahan di bantaran

dan tebing sungai membuang sampah ke sungai menyebabkan pendangkalan

sungai. Banjir menyebabkan kerugian materiil yang tidak sedikit sehingga perlu

dilakukan tindakan pengelolaan sungai. Sehubungan dengan upaya pengendalian

dan pencegahan banjir ini dapat dimulai dengan pengelolaan dan penataan

kawasan sungai atau yang dikenal dengan istilah restorasi sungai. Restorasi sungai

adalah upaya mengembalikan fungsi-fungsi sungai baik secara fisik, ekologi,

sosial maupun ekonomi sehingga menjadi sungai yang alami (nature-like river)

dan menyerupai kondisi awalnya dalam rangka mengurangi bahaya banjir dan

kerusakan sungai yang lebih parah.

1.2. Rumusan Permasalahan

Pengelolaan sungai secara berkelanjutan yang berbasis konsep

ekohidraulika dapat dilaksanakan dengan memperhitungkan kondisi eksisting

sungai yaitu kondisi hidraulika dan ekologi. Kondisi hidraulika terkait dengan

profil sungai, muka air banjir dan luas genangan. Sedang kondisi ekologi terkait

dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep pengelolaan sungai

diterapkan dengan melakukan rekayasa hidraulika pada sungai yaitu dengan

memperbesar penampangnya dan memperkecil kecepatan air serta melakukan

penataan pada bantaran sungai. Selain itu, konsep pengelolaan sungai secara

ekohidraulika juga dapat diterapkan dengan partisipasi masyarakat.

Page 22: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

4

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah penelitian adalah :

1. Bagaimana kondisi bantaran sungai yang ada?

2. Seberapa besar muka air banjir, luas genangan yang terjadi serta tata guna

lahan pada bantaran sungai?

3. Bagaimana model restorasi bantaran sungai dengan pendekatan konsep

ekohidraulika?

Gambaran tentang rumusan masalah dalam penelitian ini secara detail diuraikan

pada Gambar 1 :

Gambar 1. Bagan perumusan masalah

1.3. Tujuan Penelitian

a. Mengidentifikasi kerusakan sepanjang bantaran Sungai Ciliwung yang

melintas di lokasi Kelurahan Sempur Kota Bogor.

b. Membuat konsep pengelolaan bantaran Sungai dengan pendekatan

Ekohidraulika.

TGL pada bantaran sungai Profil hidrolik sungai

Kedalaman, lebar,

kemiringan lereng,

kemiringan sungai , lebar

genangan

Restorasi sungai dengan konsep ekohidraulika

Model restorasi sungai dengan konsep

ekohidraulika

Vegetasi lereng dan vegetasi

bantaran

Page 23: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

5

1.4. Hipotesis

a. Pembangunan Sungai Ciliwung dengan konsep hidraulika murni menyebabkan

menurunnya fungsi retensi banjir

b. Ekohidraulika dan eko-engineering dapat diterapkan untuk mengatasi erosi

dinding sungai.

c. Kompilasi data fisik dan biologi sungai dapat digunakan untuk membuat

perencanaan restorasi Sungai Ciliwung di Kelurahan Sempur

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat antara lain sebagai

berikut :

a. Manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, sebagai bahan rujukan dan

pengkajian lebih lanjut terhadap model restorasi bantaran sungai yang

mengintegrasikan aspek sosial ekonomi, ekologi dan teknologi.

b. Sebagai masukan bagi pemerintah daerah untuk landasan pengelolaan

sungai secara berkelanjutan.

c. Memberikan data-data yang dibutuhkan untuk melakukan restorasi Sungai

Ciliwung di lokasi KelurahanSempur, Bogor

d. Membantu masyarakat Kelurahan Sempur mengatasi erosi dinding Sungai

Ciliwung dengan dana yang terjangkau

e. Memberikan rancangan restorasi Sungai Ciliwung di Kelurahan Sempur,

Bogor

Page 24: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sungai Ciliwung

Berdasarkan pemantauan terhadap kualitas air sungai di Indonesia pada

tahun 2004 oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup menunjukkan air sungai

telah tercampuri dengan limbah domestik, limbah industri, limbah pertanian, dan

limbah peternakan. Dari seluruh sungai yang dipantau, hilir Sungai Ciliwung

mendapatkan tekanan polusi terberat. Bagian hulu sungai tercemari dengan fecal

coli dan total coliform yang melebihi baku mutu yang ditetapkan. Bakteri tersebut

berpengaruh sangat besar terhadap status mutu air sungai.Bila parameter itu dapat

dikendalikan, status mutu air sungai dapat meningkat menjadi lebih baik. Berdasar

parameter biologi (fecal coli dan total coliform), DO (dissolfed oxygen), BOD

(biochemical oxygen demand), dan COD (chemical oxygen demand), tidak ada

segmen Sungai Ciliwung yang mutu airnya memenuhi kriteria kelas I, yang layak

digunakan sebagai air baku untuk air minum.

Sungai Ciliwung dibagi dalam lima segmen menurut wilayah administratif

yang dilintasi, yakni segmen 1 (Kabupaten Bogor), segmen 2 (Kota Bogor),

segmen 3 (Kabupaten Bogor), segmen 4 (Kota Depok), dan segmen 5 (DKI

Jakarta). Pada segmen 1 di titik pemantauan Cisarua (Kabupaten Bogor), air

Sungai Ciliwung masuk kriteria kelas II yaitu kualitas airnya dapat digunakan

untuk prasarana/sarana rekreasi air, perikanan, peternakan, dan pertamanan. Pada

Segmen 2 (Ciawi, Kota Bogor) dan 4 (Cimanggis, Kota Depok), kondisi kualitas

airnya termasuk kelas IV yang pemanfaatannya hanya layak untuk mengairi

pertamanan. Segmen 3 di Cibinong (Kabupaten Bogor) berkualitas kelas III, bisa

untuk perikanan, peternakan, dan pertamanan. Sedangkan segmen 5 di wilayah

DKI Jakarta, tidak termasuk dalam kelas mana pun sehingga tidak layak

dimanfaatkan untuk kegiatan apa pun. Dengan teknologi tinggi, kualitas air dapat

ditingkatkan.

Persoalan umum yang dihadapi di sepanjang aliran Sungai Ciliwung adalah

pencemaran limbah domestik, limbah industri, limbah peternakan, erosi, dan

kurangnya resapan air.Saat ini sedang dibahas upaya peningkatan kualitas sungai

Page 25: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

7

di Indonesia yang kondisinya kritis. Proyek percontohan untuk sekitar 19 sungai

kritis itu dilakukan pada Sungai Ciliwung, dan sebanyak 12 institusi terkait telah

menyepakati sebuah program terpadu peningkatan kualitas air Sungai Ciliwung.

Fokus utamanya adalah mengatasi beban pencemaran serta memulihkan dan

meluaskan daerah konservasi.

Dalam jangka panjang, menurut rencana induk (master plan) yang

disepakati, seluruh segmen Sungai Ciliwung akan menjadi kelas I, yang artinya

dapat digunakan sebagai air baku air minum. Namun, dalam 15 tahun ke depan

diperkirakan kualitas air kelas I hanya bisa tercapai sampai pada segmen 4 (Kota

Depok), dan pada saat itu segmen 5 (DKI Jakarta) baru sampai pada kelas II, baru

layak digunakan untuk sarana rekreasi air dan perikanan.

Perlu tambahan sedikitnya lima tahun lagi untuk meningkatkan kualitas air

Sungai Ciliwung di Jakarta menjadi kelas I. Itu pun bila pemerintah daerah

berhasil membenahi tata ruang, membebaskan bantaran sungai dari permukiman,

dan yang lebih penting adalah kesadaran warga untuk tidak membuang sampah ke

sungai.

2.2. Longsoran tebing

Longsoran tebing dan erosi pada dinding penahan tanah merupakan

konsekuensi dari meningkatnya kecepatan air dan debit air yang melewati suatu

wilayah tertentu di sungai. Meningkatnya kecepatan aliran dengan pembangunan

fisik dengan sudetan, pelurusan kanal, pembetonan tebing merupakan usaha

campur tangan manusia untuk mempercepat pembuangan air banjir. Akan tetapi

hal tersebut berdampak pada terjadinya percepatan arus air yang menuju hilir.

Peningkatan kecepatan aliran akan berdampak pada peningkatan erosi dasar

sungai dan tanah longsor di kanan-kiri sungai (Maryono 2000a). Menurut

sebabnya, longsoran tebing dapat dibedakan menjadi: longsoran karena abrasi,

longsoran karena banjir/kenaikan kecepatan aliran dan longsoran karena berat

tanah (sliding).

Page 26: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

8

2.3. Stabilisasi tebing

Stabilisasi tebing sungai merupakan salah satu cara untuk melihat campur

tangan manusia terhadap sungai. Meskipun erosi bersifat alami, tingkat erosi

dapat dipercepat oleh kegiatan manusia misalkan dengan menghilangkan tanaman

riparian, stabilisasi tebing, atau dengan manipulasi kanal sungai di bagian

hulu.Pengukuran untuk menstabilkan tebing dapat diklasifikasikan menjadi 3

kategori; armor, struktur kanal, dan metode vegetasi.

a. Armor

Ada dua bentuk yaitu bank armor dan levees.Bank armor adalah selimut

bahan resisten yang ditempatkan sepanjang tebing sungai.Riprap merupakan

bentuk yang umum dari bank armor. Jika air menerjang permukaan keras riprap

maka air tersebut tidak dapat membersihkan tebing sungai sehingga erosi tebing

ditekan. Levees adalah struktur yang terdiri dari batuan atau material yang

dibangun di dataran banjir.Levees mencegah dan menekan erosive force dari

aliran banjir.

b. Struktur kanal

Adalah dinding yang dibangun pada sisi aktif dari kanal sungai.Tujuannya

untuk menghindarkan sungai dari longsoran tebing. Yang termasuk struktur ini

antara lainbarbs, jetties, vanes, dan weirs. Sepintas struktur ini mirip bank armor

karena menggunakan sedikit batuan, tidak terlalu merusak fungsi alami sungai dan

habitat riparian, dan lebih banyak dataran banjir yang berfungsi menopang

sungai.Akan tetapi efek kanalisasi memberikan dampak yang lebih serius daripada

bank armor.

Dalam jangka panjang bangunan hidrolika murni (armor dan struktur

kanal) akan meningkatkan erosi di daerah hilir dan mempercepat aliran air. Dalam

pandangan hidrolika murni sungai dipandang sebagai suatu saluran hidraulik

pembuangan air kelebihan menuju ke laut (Maryono 2000a).Dengan konsep ini,

semua sungai sebaiknya diluruskan atau ditalud sehingga air secara cepat dapat

mengalir ke hilir.Selanjutnya Maryono (2000a) menggambarkan dampak buruk

dari rekayasa hidraulik murni yang terjadi di Amerika. Pelurusan Sungai

Page 27: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

9

Kissimmee, Florida yang semula bermeander sepanjang 150Km diluruskan

menjadi 70Km menyebabkan kepunahan satwa hingga 75%. Akibat lain yaitu

menurunnya kualitas air di Danau Okeechoobee. Pelurusan Sungai Rhine di Eropa

menyebabkan hilangnya ikan Salmon.Untuk kasus Indonesia, pelurusan

Bengawan Solo di Kab.Sukoharjo telah menyebabkan hancurnya flora dan fauna

di riparian sungai, sungai yang terputus menjadi sungai mati tempat bersarangnya

nyamuk.Sehingga dalam pengelolaan DAS terpadu yang berwawasan lingkungan

hal tersebut tidak sustainable.

c. Metode vegetasi

Yaitu menggunakan batang pohon yang dipasang membentuk sudut

sehingga dapat mengalihkan arus sungai menjauh dari tebing. Metode ini juga

menstabilkan tebing yang meliputi: rootwads, tree revetments, dan live vegetation.

Meskipun rootwads dan tree revetments “lebih halus” dari riprap atau struktur

kanal, metode tersebut berprinsip sama yaitu mengganggu fungsi alami sungai

untuk mengurangi erosi tebing. Penanaman vegetasi alami riparian adalah tolak

ukur terbaik yang selaras dengan fungsi alami sungai.

2.4. Restorasi sungai

Aliran air dalam sistem hidrologi fluvial berperan dalam 4 hal: longitudinal,

lateral, vertikal dan temporal. Kanalisasi sungai banyak diterapkan untuk

membuat kanal lebih dalam dan lurus untuk memaksimumkan aliran air,

mengurangi koneksi lateral antara floodplain/riparian sistem dengan sungai

(Huang et al., 2009). Dalam konsep ekohidrologi, pertukaran air antara sungai dan

riparian merupakan faktor kunci untuk menjamin fungsi sungai dan ekosistem

riparian.Sehingga restorasi yang berlangsung selama ini berusaha untuk membuka

dinamika fisik yang selama ini dibeton atau diberi penguat tebing lainya untuk

menghubungkan kembali sungai dengan riparian.

Restorasi sungai selalu menghadapi kendala: ketersediaan lahan (terkait

dengan tata ruang) dan fasilitas struktur yang ada. Terkait dengan ketersediaan

lahan, masalah yang dihadapi yaitu daerah riparian telah menjadi area pemukiman

atau daerah non-vegetasi.Sedangkan kendala struktur berhubungan dengan

Page 28: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

10

bangunan struktur pada sungai seperti kanalisasi dengan beton, riprap dan

sejenisnya.

Huang et al. (2009) melakukan restorasi sungai di GraveCreek, Ohio State

University sepanjang 0.8 Km dengan dua tahapan yaitu restorasi kanal sungai

(stream restoration) dan restorasi riparian.

a. Restorasi kanal sungai

Tahapan restorasi yaitu;

Desain kanal dua tingkat (Gambar 2) untuk restorasi proses alluvial

alami dan menciptakan sistem yang berkelanjutan. Sistem ini dapat

memperbaiki fungsi drainase dan fungsi ekologis sekaligus.

Gambar 2.Desain kanal dua tingkat.

Opsi desain kanal yang tergantung pada dimensi sungai dan dimensi area

floodplain. Opsi desain terdiri dari self design dan desain perluasan

floodplain (floodplain expansion design). Maksud dari self design yaitu

floodplain dan kanal sungai terbentuk secara alami tanpa campur tangan

manusia. Sedangkan desain yang kedua ada peran manusia untuk

merencanakan luasan area floodplain dan kanal.

Desain pola aliran sungai yaitu pemilihan area dimana pola aliran

dirancang meandering dan straight pattern

Vegetasi yang digunakan sesuai dengan keperluan desain

Page 29: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

11

b. Restorasi riparian

Untuk restorasi riparian diperlukan data historis penggunaan

lahan.Selanjutnya survey dilakukan untuk mengetahui tipe tanah, bulk density,

dan prosentase bahan organik tanah.

2.5. Vegetasi riparian dan floodplain dan pengaruhnya terhadap hidrologi

aliran

Pada bantaran sungai, penutupan vegetasinya spesifik “riparian”,

membentuk satuan ekologik terkecil (Swol, 1986), dipengaruhi oleh bentuk

fisiografi dan jenis batuannya (Sandy, 1976).Menurut Hough (1978) bantaran

sungai merupakan jalur koridor hijau, di samping merupakan ekoton antara

ekosistem daratan dan perairan, juga merupakan ekoton antara ekosistem riparian

dengan ekosistem daratan (Hough, 1978; dan Swol 1986).Bantaran sungai dalam

lansekap ekologi perkotaan, merupakan elemen struktur lansekap dalam bentuk

koridor hijau (vegetasi riparian), selain memberikan manfaat kesejukan dan

keindahan (Hough, 1978), juga memainkan pernanan fungsinya atas jasa bio-eko-

hidrologis di wilayah perkotaan (Hough, 1978; Forman dan Gordon, 1986).

Secara hidrologis, seperti halnya peranan fungsi vegetasi secara umum

telah banyak diungkap oleh beberapa akhli hidrologi (Forman dan Gordon, 1986;

Reis 1990), namun secara spesifik lebih mampu dalam pengaturan tata air.

Besaran laju limpasan air pada waktu musim penghujan dapat dikendalikan oleh

jajaran pepohonan yang rapat, hingga luapan air akan tercegah, namun sebaliknya

pada musim kemarau potensi air tanah tersedia dapat menjamin lajunya debit

aliran sungai yang bermanfaat bagi kepentingan hidup biota perairan. Arsyad

(1989), menyebutkan bahwa tutupan vegetasi berperan dalam siklus hidrologi,

dalam proses infiltrasi dan perkolasi melalui sistem perakaran, hingga terjaminnya

pelestarian air tanah dalam (ground water) yang sangat esensial dalam pengaturan

tata air secara alamiah. Adapun pengaruh jenis vegetasi di bantaran sungai

terhadap limpasan air (run off) adalah seperti pada Tabel 1.

Page 30: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

12

Tabel 1. Pengaruh jenis vegetasi di bantaran sungai terhadap run off

Riparian Zone Pengurangan : 100 x (Input - Output)/Input

Lebar (m) Vegetasi Sedimen (%) Nitrogen (%) Phosphorus

(%)

4.6*a Herbs 61.0 4.0 28.5

9.2*a Herbs 74.6 22.7 24.2

19.0*b Trees 89.8 74.3 70.0

23.6*a Herbs + tress*c 96.0 75.3 78.5

28.2*a Herbs + Tress*d 97.4 80.1 77.2

Catatan : a) input : sediment 7.3mg/L, nitrogen 14.1 mg/L, phosphorus 11.3 mg/L

b) input : sediment 6.5 mg/L, nitrogen 27.6 mg/L, phosphorus 5.0 mg/L

c) lebar herbs 4.6 m dan poho/tree 19 m

d) lebar herbs 9.2 m dan pohon/tree 19 m

Sumber : Modifikasi dari Lowrance et al. 1995

Vegetasi riparian yang berada di bantaran sungai kian berkurang baik dari

jumlah maupun jenisnya akibat berbagai aktivitas manusia.Kegiatan

mengendalikan arus sungai seringkali menghilangkan vegetasi riparian ini.Upaya

memindahkan arus sungai yang berkelok-kelok hingga menjadi arus lurus telah

menyebabkan deforestasi vegetasi riparian (Johnson et al., 1995). Aktivitas lain

yang menghancurkan vegetasi riparian yaitu pertambangan, jalan, pembuangan

sampah, urbanisasi dan kehutanan (Johnson et al., 1995; Petts, 1996; Salinas et

al., 2000;). Upaya menghilangkan rawa banjir untuk mencegah banjir dan

pemanfaatan tanah di rawa banjir untuk pertanian turut menghilangkan vegetasi

riparian (Sparks, 1995).

Di Indonesia, hilangnya vegetasi riparian juga disebabkan oleh kegiatan

pemindahan aliran sungai. Selain itu disebabkan lahan yang berada di rawa banjir

dimanfaatkan untuk pertanian, pemukiman, dan irigasi.Pertambahan penduduk

akibat urbanisasi telah meningkatkan jumlah penduduk di perkotaan.Penduduk

yang tidak dapat membeli rumah memanfaatkan lahan basah di bantaran sungai

yang menyebabkan hilangnya vegetasi riparian.

Page 31: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

13

Vegetasi riparian adalah vegetasi yang tumbuh di tepian sungai. Vegetasi

ini memiliki banyak fungsi antara lain menjaga kualitas air sungai, habitat

kehidupan liar, menjaga longsor dan mengatur pertumbuhan flora akuatik baik

tingkat tinggi maupun tingkat rendah. Fungsi vegetasi riparian dalam menjaga

kualitas air sungai telah banyak dilaporkan (Bayley, 1995; Binkley et al., 1999;

Jones et al., 1999; Loomis et al., 2000; Sparks, 1995). Air yang masuk ke sungai

yang berasal dari pertanian dan pemukiman penuh dengan bahan-bahan pencemar

misalnya pestisida, pupuk dan minyak. Pencemar tersebut sebelum memasuki

sungai akan diserap oleh vegetasi riparian dan diubah menjadi bahan-bahan yang

tidak berbahaya. Hal tersebut membantu meningkatkan kualitas air sungai. Dalam

hal ini, vegetasi riparian berperan dalam purifikasi alamiah air sungai.

Sayangnya, vegetasi riparian telah hilang sehingga fungsinya sebagai

pengendali kualitas air sungai juga turut hilang. Penurunan kualitas air sungai di

Indonesia terus terjadi seiring dengan pertambahan penduduk dan pertumbuhan

industri. Peningkatan konsentrasi di sungai-sungai juga dapat disebabkan oleh

hilangnya tumbuhan yang dapat menyaring pencemar tersebut. Jika vegetasi

riparian di bantaran sungai dipertahankan maka kualitas air sungai juga dapat

dipertahankan. Kualitas air sungai akan meningkat jika vegetasi riparian juga

meningkat. Peningkatan konsentrasi N dan P akibat pupuk dari kegiatan pertanian

dan pemukiman terjadi di sungai yang tidak memiliki vegetasi riparian.

Kandungan nitrat yang terlalu banyak di air sungai akan membahayakan

kesehatan manusia yang meminumnya (Binkley et al., 1999).

Vegetasi riparian juga mengendalikan erosi tebing sungai.Akar tumbuhan

yang hidup di tepian sungai mencengkeram tanah di tepian sungai.Vegetasi

riparian juga mengendalikan air permukaan. Mekanisme tersebut dapat mencegah

longsoran tebing sungai yang sangat sering terjadi saat turun hujan (Jones et al.,

1999; Loomis et al., 2000)

Vegetasi riparian mampu menyerap padatan terlarut yang dibawa air

permukaan.Deforestasi di bagian atas sungai telah menyebabkan erosi

tanah.Butiran tanah dibawa oleh air permukaan menuju sungai.Akar-akar vegetasi

riparian dapat mengikat padatan terlarut tersebut sehingga air sungai tampak

jernih.Partikel tanah yang tertangkap oleh vegetasi riparian mencegah terjadinya

Page 32: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

14

sedimentasi di sungai. Hal ini sangat menguntungkan hewan-hewan seperti ikan

yang menyukai dasar sungai tidak berlumpur (Jones et al., 1999; Loomis et

al.,2000).

Vegetasi riparian sangat bermanfaat dalam mengatur suhu air dan

mengendalikan masuknya cahaya matahari ke sungai (Loomis et al., 2000; Mitsch

& Gosselink, 1993). Cahaya yang masuk akan meingkatkan suhu permukaan air

sungai. Hal ini sangat membahayakan kehidupan akuatik yang telah beradaptasi

dengan suhu rendah.Jika suhu air sungai meningkat maka hanya beberapa hewan

saja yang dapat hidup. Peningkatan suhu air akan mengurangi keanekaragaman

jenis biota akuatik.

Cahaya matahari sangat dibutuhkan oleh tumbuhan akuatik dan alga untuk

kegiatan fotosintesis.Kehadiran vegetasi riparian dapat mengurangi cahaya yang

masuk ke sungai.Cahaya menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan organism

fotosintetik tersebut.Jika cahaya kurang akibat kehadiran vegetasi riparian maka

pertumbuhan organisme fotosintetik dapat dikendalikan. Namun, jika cahaya

terlalu banyak maka pertumbuhan organisme tersebut akan sangat cepat (Loomis

et al., 2000). Peningkatan organisme fotosintetik yang berlebihan akan

membahayakan kehidupan hewan-hewan akuatik. Organisme fotosintetik akan

menghabiskanoksigen terlarut dalam air saat melakukan respirasi. Penurunan

oksigen akan merugikan hewan-hewan akuatik seperti ikan yang membutuhkan

oksigen dalam melakukan kegiatan metabolisme. Selain itu, oksigen terlarut

dengan jumlah sedikit akan mengurangi laju dekomposisi materi organik (Bayley,

1995). Jika hal ini terjadi maka pencemar organik akan sulit diuraikan sehingga

akan menurunkan kualitas air sungai.

Vegetasi yang tumbuh di tepian sungai bermacam-macam jenisnya baik itu

berupa pohon, semak, herba dan rumput. Vegetasi riparian di S.Gangsal, misalnya

kasai (Pometia pinnata), ketapang (Terminalia catappa), gumbahang (Colocasia

antiquorum), kumpai (Hymenachne aurita) dan teberau (Saccharum sp.) (Siahaan,

2000).Vegetasi riparian ini menjadi sumber materi organik yang penting bagi

organisme akuatik.Bagian-bagian vegetasi misalnya buah, biji, bunga dan daun

yang jatuh ke sungai menjadi sumber organik allochthonous yang sangat

diperlukan dalam produktivitas perikanan sungai (Allan, 1995; Johnson et al.,

Page 33: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

15

1995). Vegetasi riparian juga sangat dibutuhkan hewan-hewan sebagai tempat

mencari perlindungan, kawin dan memijah (Jones et al., 1999; Loomis et al.,

2000; Mitsch & Gosselink, 1993; Salinas et al., 2000; Sparks, 1995).

Tanaman di daerah riparian berfungsi untuk: memperkaya keragaman

hayati, nutrient enrichment (akan menyaring contaminant), mengurangi kecepatan

aliran, menciptakan daur makanan dan menyediakan tempat lindung bagi biota

riparian. Akar tanaman di tebing dapat berfungsi sebagai „buttressing’ bagi tanah

sehingga partikel tanah dapat tertahan.Mulatsih dan Kirno (2007) menyatakan

struktur akar vegetasi dapat berpengaruh pada stabilitas tanah terutama dengan

meningkatkan kuat geser tanah melalui perkuatan akar. Kekuatan akar ini

tergantung dari jenis akar dan kondisi tanah.

Tanaman sebagai pelindung tebing sungai yang tahan terhadap serangan

arus aliran air tergantung salah satunya adalah dari bentuk akar tanaman. Bentuk

akar serabut yang berkembang ke dalam akan lebih kuat dari pada akar serabut

yang berkembang mengambang di lapisan tanah bagian atas. Bentuk akar tunjang

yang berkembang ke dalam akan lebih kuat dari pada akar tunjang yang

berkembang yang mengambang di lapisan tanah bagian atas. Jenis tanaman dan

bentuk akar tersebut dikriteriakan sbb (Mulatsih dan Kirno, 2007):

a) Rumput Gajah (Pennisetum purpureum), bentuk akar serabut berkembang

kedalam

b) Rumput Alang-alang, (Imperata cylindrical), bentuk akar serabut, putih kotor

berkembang dan mengambang di lapisan tanah bagian atas

c) Karangkungan (Ipomoea crassicaulis), bentuk akar tunjang berkembang

mengambang di lapisan tanah bagian atas

d) Rumput Glagah (Saccharum spontaneum), bentuk akar serabut berkembang

kedalam

e) Akar Wangi (Andropogon zizanioides), bentuk akar serabut tumbuh lebat

menancap kebawah dapat mencapai ± 3 meter

f) Pandan berduri (Pandanus furcatus), bentuk akar serabut, coklat berkembang

mengambang di lapisan tanah bagian atas

g) Pandan wangi (Pandanus amaryllifolius), bentuk akar tunggang, putih

kekuningan berkembang mengambang di lapisan tanah bagian atas.

Page 34: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

16

Beberapa istilah khusus telah diambil untuk menjelaskan bagian-bagian

dari sebuah sistim akar tanaman. Tap root (akar pokok vertikal) merupakan

bagian akar utama vertikal yang letaknya tepat dibawah batang tanaman,

lateral root (akar pokok horisontal) merupakan bagian akar utama dibawah

batang namun arahnya horisontal, sedangkan sinker root merupakan bagian

akar vertikal yang merupakan percabangan dari akar batang atau akar lateral

(Gambar 3). Secara umum akar yang kuat adalah akar yang menerobos dalam ke

arah vertikal atau sinker roots yang menembus permukaan geser adalah

meningkatkan tingkat stabilitas tanah terhadap sliding. Secara keseluruhan bentuk

atau morfologi suatu sistim akar dapat pula dikelompokkan kedalam tiga bentuk

dasar akar yaitu bentuk dasar taproot, heartroot dan plateroot (Gambar 4).

Gambar 3. Bagian-bagian dari sebuah sistem akar tanaman

(Mulatsih dan Kirno, 2007)

Gambar 4. Bentuk atau morpologi suatu sistem akar (Mulatsih dan Kirno, 2007)

Upaya penghijauan kembali bantaran sungai tidaklah mudah

dilaksanakan.Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam upaya relokasi

aktivitas manusia di tepian sungai.Faktor tersebut misalnya faktor ekonomi dan

social penduduk.Walaupun demikian, upaya mengembalikan vegetasi riparian

tetap penting untuk dilaksanakan agar manfaat sungai dan rawa banjir dapat

Page 35: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

17

dipertahankan untuk kesejahteraan manusia.Juga untuk mempertahankan

kelestarian hidupan liar yang sangat tergantung pada vegetasi riparian.

Table 2. Karakteristik tanaman penguat tebing berdasarkan umur (Mulatsih dan

Kirno, 2007)

No Jenis Tanaman

Umur Tanaman

1 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 12 Bulan

Tunas Akar Kuat

Tarik Tunas Akar

Kuat

Tarik Tunas Akar

Kuat

Tarik Tunas Akar

Kuat

Tarik

(cm) (cm) (kg) (cm) (cm) (kg) (cm) (cm) (kg) (cm) (cm) (kg)

1 Rumput gajah 15 10 24 50 20 75 100 38 100 130 55 115

2 Alang - alang 5 3 3 15 10 7 30 15 14 50 25 21

3 Karangkungan 2 5 4 20 30 13 100 50 20 95 75 32

4 Glagah 1 3 15 35 21 54 100 20 93 115 55 107

5 Akar Wangi 4 7 5 20 30 25 50 55 37 90 76 56

6 Pandan Berduri 6 16 4 19 45 29 50 53 35 83 70 48

7 Pandan Wangi 5 14 4 11 17 12 48 38 28 76 60 42

Mulatsih dan Kirno (2007) telah mengidentifikasi jenis-jenis tanaman

penguat tebing berdasarkan kekuatan tarik tanaman.Rumput gajah dan gelagah

direkomendasikan sebagai tanaman penguat tebing.Tabel 2 menyajikan

karekteristik tanaman dimaksud dan Gambar 5 menyajikan grafik kekuatan tarik

tanaman.

Gambar 5. Kuat tarik dari beberapa jenis tanaman berdasarkan umur

(Mulatsih dan Kirno, 2007)

Page 36: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

18

Dataran banjir sungai identik dengan vegetasi riparian. Dataran banjir

berikut vegetasi yang kompleks didalamnya berfungsi untuk:

a. Mengurangi tinggi banjir dengan mengurangi, menyimpan, dan melepas

perlahan air banjir.

b. Menurunkan kecepatan aliran sungai dan erosi tanah

c. Memperbaiki kualitas air dengan cara menyaring dan mengurangi nutrien,

pestisida, garam, sedimen, sampah organik, dan polutan lainnya yang

bergerak ke sungai.

d. Menyediakan tempat ikan dan habitat liar yang paling baik

Informasi kecepatan sungai diperlukan untuk menentukan jenis tanaman

yang akanditanam di area dataran banjir. Adanya tanaman akan mengurangi

kecepatan aliran sungai pada saat aliran tinggi (banjir) sehingga daya rusak banjir

dapat dikurangi. Vegetasi pada floodplain dapat menurunkan kecepatan aliran

pada kasus aliran tinggi dan memperbaiki pertukaran antara sungai dengan

riparian (Huang et al., 2009). Selain bermanfaat untuk memperkuat tebing,

tanaman tersebut punya nilai ekonomi antara lain: sebagai pakan ternak (rumput

gajah, alang-alang), kayu bakar (Krangkungan), kerajinan tangan (pandan berduri,

akar wangi), bahan bumbu masak (pandan wangi).

2.6. Ekohidraulika Sungai

Ekohidraulika berasal dari kata ecological hydraulics sehingga konsep

ekohidraulika adalah konsep pengelolaan sungai yang bertujuan untuk

menanggulangi banjir secara ekologis. Herricks dan Suen (2003) menguraikan

bahwa ekohidraulika merupakan konsep yang mengintegrasikan prinsip-prinsip

ekologi dalam analisa hidrolika lingkungan yang memperhitungkan keberadaan

organisme pada saluran. Selanjutnya Dong (2009) menguraikan bahwa rekayasa

ekohidraulika adalah cabang dari ilmu rekayasa hidraulik.Prinsip-prinsip dan

metode teknik pada rekayasa hidraulik dikaitkan dengan syarat kesehatan dan

keberlanjutan ekosistem akuatik.

Page 37: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

19

Paradigma pembangunan sungai pada saat ini belum memperhatikan

faktor-faktor lingkungan sebagai masukan yang diperlukan dalam rekayasa

strukturnya.Rekayasa pembangunan sungai dirancang hanya berdasarkan kajian-

kajian fisik hidraulik tanpa memperhatikan aspek-aspek ekosistem yang berlaku

pada sebuah sistem perairan sungai (Maryono, 2005).Kondisi yang ada

menunjukkan bahwa upaya pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air sering

memberikan dampak berubahnya kondisi fisik sungai dari kondisi

alamiahnya.misalnya untuk tujuan pengendalian banjir, alur sungai mungkin harus

dipindah atau diluruskan atau diubah slope dasarnya dan dibuat dengan konstruksi

beton atau batu kali pada tebing atau dasar sungai.

Dengan adanya permasalahan tersebut di atas, maka dalam pengembangan

dan pemanfaatan sumber daya air yang disertai dengan pendirian bangunan-

bangunan air pada sungai, perlu dipikirkan upaya-upaya pelestarian alam guna

mendukung kelestarian populasi ikan dan organisme perairan lainnya. Dengan

laju perkembangan kesadaran lingkungan dan kesadaran berfikir holistik dunia

internasional dewasa ini serta ditemukannya berbagai dampak negatif yang sangat

besar dari rekayasa hidraulik murni.Maka pola pikir rekayasa hidraulik secara

parsial mulai ditinggalkan.Kemudian berkembang pola rekayasa interdisipliner

baru dengan memadukan antara rekayasa hidraulik dan pertimbangan

ekologi/lingkungan pada setiap penyelesaian masalah keairan. Teknologi atau

rekayasa bangunan air yang ramah lingkungan yang mendasarkan pada konsep-

konsep eko-hidraulik (eco hydraulics) perlu dikembangkan tanpa mengurangi

tujuan pengembangan atau pemanfaatan sumber daya air yang

bersangkutan.Untuk tujuan tersebut perlu diupayakan sosialisasi atau pengenalan

konsep design bangunan air yang ramah lingkungan kepada masyarakat dan

pemerintah, baik daerah maupun pusat, terutama instansi pengelola sungai dan

instansi terkait lainnya

Ekohidraulik merupakan ilmu interdisipliner yang memadukan antara

komponen ekologi dan komponen hidrolika (Maryono, 2005).Perpaduan dua

disiplin tersebut justru dalam perkembangannya dapat saling sinergis mutualisme

yang menguntungkan secara ekologis dan hidraulis.Pendekatan interdisipliner

Page 38: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

20

eko-hidraulik ini dipandang sebagai suatu pola pendekatan yang bisa diterima dan

serta memiliki efek kelanjutan yang tinggi, karena memasukan faktor ekologi.

Dalam konsep eko-hidraulik tidak ada satu faktor apapun yang tidak

penting.Maka diperlukan banyak data pendukung seperti data social, fisik

hidraulik, ekologi.Pada konsep hidraulik murni hanya memperhatikan dua unsur

yaitu aliran air dan aliran sedimen.Sedangkan pada konsep eko-hidraulik

disamping dua itu juga memperhatikan pula komponen vegetasi.Dalam

perkembanganya eko-hidraulik, telah menghasilkan rekayasa-rekayasa baru yang

dapat digunakan dalam penyelesaian masalah keairan dengan memanfaatkan

faktor ekologi yang ada. Penerapan eko-engineering dengan konsep ekohidraulik

dapat diterapkan misalnya penanganan longsoran tebing dengan melakukan

penanaman bambu, rumput dan karangkungan atau perlindungan tebing dengan

menggunakan ikatan batang atau dengan batu tanah yang ada. Dan bisa juga

dengan menggunakan bending rendah pada dasar sungai dengan kayu mati yang

akan membuat menurunnya tingkat erosi di dasar sungai.

Dalam kaitan dengan eko-hidraulik, konservasi atau pemeliharaan sungai

didefinisikan sebagai upaya untuk menjaga keberlangsungan mekanisme

ekosistem sungai (perpaduan antara habitat dan organisme sungai) secara mikro

maupun secara makro dari hulu hingga hilir, sehingga sungai dapat bermanfaat

dan dimanfaatkan secara berkelanjutan. Komponen yang menjadi dasar dalam

pemeliharaan sungai terdiri dari:

1. Komponen hidraulik, meliputi berbagai hal yang berhubungan dengan aliran

air dan sedimen. Misalnya yang paling dominan adalah debit aliran, kecepatan

aliran, tinggi permukaan, tekanan air, turbulensi makro, distribusi kecepatan

mikro pada lokasi tertentu dan lain-lain. Dalam konsep eko hidraulik aliran

bukan hanya berhububungan energi potensial tetapi juga dengan flora dan

fauna di sekitar sungai dan juga mata air di sekitar sungai

2. Komponen sedimen dan morfologi sungai semua sedimen yang ada di sungai

termasuk sedimen organik dan anorganik

3. Komponen ekologi, yaitu segala komponen biotic yang hidup di sungai (flora

dan fauna )

Page 39: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

21

4. Komponen sosial, yaitu persepsi masyarakat yang ada disekitar bantaran sungai

terhadap komponen-komponen di atas pemeliharaan sungai intergratif.

Konsep restorasi sungai dengan pendekatan ekohidraulika berbeda dengan

konsep konvensional penanganan masalah sungai yang selama ini banyak dianut

seperti pembuatan talud, dinding parapet, pembangunan tanggul, pelurusan,

sudetan, relokasi sungai, pembangunan bendung tanpa fish way, dan lain

sebagainya.Konsep integralistik antara ekologi dan hidraulik, semua faktor yang

terkait perlu mendapatkan perhatian dengan porsi yang sesuai sehingga tidak ada

komponen dalam ekosistem sungai yang hancur. Kehancuran salah satu rantai

ekosistem sungai (misalnya flora) maka akan menyebabkan kehancuran

komponen yang lain misalnya fauna, retensi hidraulik, dan erosi tebing sungai.

Gambar 6 menunjukkan komponen-komponen penyusun sungai.

Page 40: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

22

Gambar 6. Integralisasi komponen ekohidraulika (profil sungai)

Gambaran berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa restorasi sungai

dengan pendekatan ekohidraulika dapat diterapkan dengan penanaman vegetasi

pada bantaran sungai. Hal ini akan mempengaruhi fungsi ekologi sungai,

sebagaimana diuraikan oleh Newson (2002) menguraikan bahwa hidromorfologi

ekosistem sungai merupakan unsur dinamis. Dinamika dari kondisi fisik habitat

fluktuatif mempengaruhi kawasan bantaran sungai (river bed and bank), hidrolika

saluran, aliran permukaan, aliran dasar dan angkutan sedimen. Peningkatan dan

restorasi habitat pada bantaran sungai akan meningkatkan stabilitas sungai dan

Integralistik

Ekologi dan

Hidraulik

Kimia

Fisik Hidraulik

Biologi

Sosial

1. Karakteristik fisik sungai dan perubahannya

2. Profil melintang dan memanjang

3. Topografi alur dan dasar sungai

4. Fluktuasi debit, muka air, sedimen

5. Sempadan sungai (bantaran banjir, longsor,

ekologi, dan bantaran keamanan)

6. Karakteristik hujan – aliran

1. BOD, COD, pH, CT, Fe, Mn, dll

2. Sumber limbah cair dan padat

3. Frekuensi debit limbah cair dan volume limbah

padat

1. Jenis, formasi dan jumlah flora atau vegetasi

2. Jenis dan jumlah fauna pada sempadan sungai

3. Jenis dan jumlah fauna pada badan sungai

1. Permukiman dan aktivitas terkait dengan sungai

2. Sosial, ekonomi dan budaya masyarakat

3. Persepsi masyarakat

Page 41: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

23

pola meandering. Sehingga kontribusi geomorfologis dalam pengelolaan sungai

akan mempengaruhi pola aliran dan angkutan aliran.

Sebagai bagian pengelolaan sumber daya air, maka pengelolaan sungai

yang memperhitungkan lingkungan fisik dinilai mampu mempertahankan

dinamika sungai sebagai ekosistem yang stabil. Mathuwatta dan Chemin (2002)

menguraikan bahwa perencanaan sumber daya air tergantung pada lingkungan

fisik yaitu vegetasi dan kondisi hidrologi sungai.Pertumbuhan vegetasi baik secara

alami maupun dengan campur tangan manusia berpengaruh terhadap dinamika

sungai. Zonasi pertumbuhan vegetasi lebih baik dibandingkan dengan zonasi

agroekologi eksisting dan pemetaan land use pada permukaan sungai.

Page 42: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

24

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian terdiri dua bagian; survey lapangan dan pengukuran. Survey

lapang dilakukan di Sungai Ciliwung yang melewati Kelurahan Sempur, Bogor

sepanjang ± 1 km. Pengambilan data di lapangan antara lain untuk pengambilan

sampel tanah, pengukuran kecepatan aliran sungai, pengukuran kedalaman sungai,

pengukuran lebar sungai untuk pembuatan profil hidraulik sungai dan perhitungan

faktor friksi tanaman.

Gambar 7. Peta lokasi penelitian

Page 43: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

25

3.2. Metode Penelitian

3.2.1. Survey sungai

Profil hidraulik sungai dianalisis dengan tujuan untuk memperoleh

gambaran tentang luas penampang sungai pada potongan tertentu, kecepatan air

dan debit.Hasil perhitungan profil tersebut dapat dijadikan dasar dalam penentuan

luas areal banjir dan muka air banjir pada sungai.

Potongan melintang sungai diukur dengan menggunakan theodolith dan

water pass, sedang kecepatan air diukur dengan menggunakan current meter

sebanyak tiga kali pada setiap lokasi. Informasi tinggi muka air secara cepat dapat

diamati dari bekas genangan yang terjadi.

Analisis hidraulika dilakukan untuk memperoleh muka air banjir untuk

berbagai periode di setiap lokasi penelitian.Adapun tahapan yang dilakukan pada

analisis disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8. Tahapan analisis hidraulika

Perhitungan Luas

Penampang

Sungai

Data :

Lebar sungai

Kedalaman sungai

Sungai

Tinggi tanggul

Perhitungan

geometri

Luas

Penampang

sungai (A)

(Rumus Manning)

Nilai koefisien kekasaran

untuk setiap titik

pembacaan

Simulasi

kapasitas banjir

Perhitungan

kecepatan air (V)

Pengukuran kecepatan air aktual

menggunakan current meter

Perhitungan

kapasitas sungai

(Q) Q = V.A

Page 44: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

26

3.2.2. Survey tanaman

Survey dilakukan untuk mendapatkan informasi jenis tumbuhan lokal yang

hidup di daerah riparian dan floodplain Sungai Ciliwung. Jenis vegetasi pelindung

tebing yang dipilih dapat memenuhi kriteria yang disebutkan oleh Mulatsih dan

Kirno (2007) yaitu: ada manfaat ekonomi, kemudahan mencari bibit, tingkat

ketahanan hidup, dan fisik tanaman termasuk bentuk akar yang terkait dengan

kuat tarik terhadap serangan arus sungai.

3.2.3. Studi literatur

Dilakukan untuk mengetahui kekuatan tarik tanaman tertentu.Mulatsih dan

Kirno (2007) merekomendasikan rumput gajah dan gelagah untuk penguat tebing

di Kali Andong Bengawan Solo. Informasi tentang flow resistance akan

dikompilasi dari publikasi ilmiah terutama untuk kasus Indonesia.

3.2.4. Analisis dan strategi restorasi

Opsi desain kanal

Gambar 9 menyajikan opsi pilihan desain kanal yang akan

direkomendasikan.

Gambar 9. Opsi desain kanal sungai

Pemilihan vegetasi

Dari data survey vegetasi dan informasi faktor friksi atau kekuatan kuat

tarik tanaman yang diperoleh melalui pengukuran dan studi literatur, maka

dilakukan pemilihan tanaman lokal dan tanaman non-lokal untuk restorasi

bantaran sungai sesuai kebutuhan setempat. Pemilihan tanaman lokal lebih

diutamakan untuk pelindung tebing karena vegetasi yang hidup di suatu tempat

sangat spesifik tergantung pada faktor tanah, dinamika aliran air, penyinaran

matahari serta temperatur dan iklim mikro lainnya. Untuk kepentingan

Page 45: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

27

pengembangan daerah Kelurahan Sempur, tanaman non-lokal yang bernilai

ekonomi tinggi juga dapat dikembangkan dengan syarat menyesuaikan karakter

lokal seperti dinamika aliran, iklim mikro dan jenis tanah. Tanaman yang dipilih

harus dapat mengurangi kecepatan arus pada saat banjir.

Sedangkan restorasi di riparian bertujuan untuk mendapatkan kombinasi

tanaman yang cocok untuk mengatasi erosi di riparian dan mengurangi kecepatan

aliran air yang masuk ke tebing sehingga tebing sungai tetap terjaga. Jenis

tanaman harus mampu memperkuat tebing sungai. Untuk daerah riparian, tanaman

yang dipilih dapat mengurangi erosi dan kecepatan aliran permukaan. Hasil akhir

dari penelitian ini yaitu berupa desain restorasi bantaran sungai dengan

pendekatan ekohidraulika dengan menggunakan tanaman.

Page 46: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

28

BAB IV

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum DAS Ciliwung

4.1.1. Bentuk dan Wilayah DAS Ciliwung

DAS Ciliwung dari mulai hulu sampai titik patusan di Teluk Jakarta

meliputi areal seluas 347 km2. Panjang sungai utamanya adalah 117 km. Menurut

toposekuensnya DAS Ciliwung dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu: hulu, tengah

dan hilir, masing-masing dengan stasiun pengamatan arus sungai di Bendung

Katulampa Bogor, Ratujaya Depok, dan Pintu Air Manggarai Jakarta Selatan

(Pawitan, 2002). Masing-masing bagian tersebut mempunyai karakteristik fisik,

penggunaan lahan, dan sosial ekonomi masyarakat yang sedikit banyak berbeda.

Distribusi penutupan lahan di DAS Ciliwung dapat dilihat pada Gambar 10 yang

diperoleh berdasarkan hasil penafsiran citra satelit Landsat ETM tahun 2001 oleh

Fakultas Kehutanan IPB.

Gambar 10. Penutupan lahan di DAS Ciliwung Tahun 2001

(Fakultas Kehutanan IPB, 2001)

Page 47: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

29

Berdasarkan wilayah administrasi, DAS Ciliwung (dari hulu sampai hilir)

melingkupi Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, dan Propinsi DKI

Jakarta dengan deliniasi wilayah sebagai berikut :

a. Bagian hulu DAS Ciliwung sebagian besar termasuk wilayah Kabupaten

Bogor (Kecamatan Megamendung, Cisarua dan Ciawi) dan sebagian kecil

Kota Bogor (Kecamatan Kota Bogor Timur dan Kota Bogor Selatan).

b. Bagian tengah DAS Ciliwung termasuk wilayah Kabupaten Bogor

(Kecamatan Sukaraja, Cibinong, Bojonggede dan Cimanggis), Kota Bogor

(Kecamatan Kota Bogor Timur, Kecamatan Bogor Tengah, Kecamatan Bogor

Utara, dan Tanah Sareal) dan Kota Administratif Depok (Kecamatan Pancoran

Mas, Sukmajaya dan Beji).

c. Bagian hilir sampai dengan Pintu Air Manggarai termasuk wilayah

administrasi Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat, lebih ke hilir dari Pintu Air

Manggarai, termasuk saluran buatan Kanal Barat, Sungai Ciliwung ini

melintasi wilayah administrasi Jakarta Pusat, Jakarta Barat dan Jakarta Utara.

4.1.2. Pembagian DAS Ciliwung

1. Bagian Hulu DAS Ciliwung

Bagian hulu DAS Ciliwung mencakup areal seluas 146 km2 yang

merupakan daerah pegunungan dengan elevasi antara 300 m sampai 3.000 m dpl.

Di bagian hulu paling sedikit terdapat 7 Sub DAS, yaitu: Tugu, Cisarua, Cibogo,

Cisukabirus, Ciesek, Ciseuseupan, danKatulampa. Bagian hulu dicirikan oleh

sungai pegunungan yang berarus deras, variasi kemiringan lereng yang tinggi,

dengan kemiringan lereng 2-15% (70,5 km2 ), 15-45% (52,9km

2), dan sisanya

lebih dari 45%. Di bagian hulu masih banyak dijumpai mata air yang bergantung

pada komposisi litografi dan kelulusan batuan.

2. Bagian Tengah DAS Ciliwung

Bagian tengah mencakup areal seluas 94 km2 merupakan daerah

bergelombang danberbukit-bukit dengan variasi elevasi antara 100 m sampai 300

m di atas permukaan laut. Di bagian tengah terdapat dua anak sungai, yaitu:

Page 48: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

30

Cikumpay dan Ciluar, yang keduanya bermuara di sungai Ciliwung. Bagian

tengah Ciliwung didominasi area dengan kemiringan lereng 2-15%.

3. Bagian Hilir DAS Ciliwung

Bagian hilir sampai stasiun pengamatan Kebon Baru/Manggarai mencakup

areal seluas 82 km2 merupakan dataran rendah bertopografi landai dengan elevasi

antara 0 m sampai 100 m dpl. Bagian hilir didominasi area dengan kemiringan

lereng 0-2 %, dengan arus sungai yang tenang. Bagian lebih hilir dari Manggarai

dicirikan oleh jaringan drainase, yang sudah dilengkapi dengan Kanal Barat

sebagai penangkal banjir berupa saluran kolektor. Dalam kondisi demikian batas

DAS menjadi tidak tegas.

4.1.3. Penggunaan Lahan

Kondisi penggunaan lahan, dalam hal ini tingkat penutupan lahan

merupakan indikator penting dalam mengenali kondisi keseluruhan DAS. Hal ini

berkaitan dengan terpeliharanya daerah resapan air, pengurangan aliran

permukaan serta pengendalian erosi saat musim penghujan dan mencegah

kekeringan saat musim kemarau.

Berdasarkan hasil kajian Direktorat Rehabilitasi Lahan dan Konservasi

Tanah, Ditjen RRL, Departemen Kehutanan (1997), pola penggunaan lahan di

wilayah DAS Ciliwung bagian hulu danbagian tengah secara garis besar

dibedakan menjadi 4 (empat) jenis pemanfaatan lahan yaitu hutan, pertanian,

pemukiman (termasuk diantaranya industri, perdagangan, dll), dan lain-lain

(termasuk situ). Baik DAS bagian hulu maupun bagian tengah masih didominasi

oleh kawasan pertanian yaitu masing-masing sebesar 63,9% dan 72,2%. Akan

tetapi, DAS bagian hulu masih terdapat kawasan hutan sekitar 25 % sedangkan

DAS bagian tengah sudah tidak mempunyai kawasan hutan sama

sekali.Berdasarkan penggunaan lahan tahun 1996, ternyata daerah permukiman

(11.590 ha) merupakan penggunaan lahan terluas di DAS Ciliwung dan diikuti

secara berurutan oleh pertanian tegalan (7.770 ha), kebun campuran (5.730), hutan

(5.094 ha), sawah (1.665 ha), dan penggunaan lainnya (724 ha).

Page 49: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

31

Gambar 11. Tata guna lahan di DAS Ciliwung Tahun 1996

Sedangkan berdasarkan penggunaan lahan tahun 2001-2002, jenis

pemanfaatan lahannya semakin bertambah yaitu antara lain sawah, tegalan,

perkebunan, kebun campuran, hutan, pemukiman, dan kawasan industri. Pada

tahun 2001, daerah pemukiman masih merupakan penggunaan lahan terluas dari

DAS Ciliwung namun prosentasenya meningkat drastis yaitu menjadi 64%,

sedangkan luasan hutan menurun secara drastis yaitu menjadi hanya 0,17%.

Prosentase penggunaan lahan pada tahun 2001-2002 dapat dilihat dalam Gambar

12 berikut.

Gambar 12. Tata guna lahan di DAS Ciliwung Tahun 2001 – 2002

Page 50: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

32

Karena setiap tipe penggunaan lahan mempunyai kemampuan yang

berbeda dalam menginfiltrasikan (meresapkan) air hujan ke dalam tanah, maka

jumlah air hujan yang meresap ke dalam tanah dan yang mengalir di atas

permukaan tanah akan berbeda pada setiap tipe penggunaan lahan. Proporsi air

hujan yang mengalir di atas permukaan tanah pada setiap penggunaan lahan

dikenal dengan istilah koefisien aliran permukaan atau koefisien

limpasan.Besarnya koefisien aliran permukaan itu memang masih dipengaruhi

oleh tipe tanah dan pengelolaan (manajemen) lahan. Perbedaan manajemen lahan

dan permukaan lahan, menyebabkan nilai koefisien limpasan di daerah

permukiman berkisar dari 25-40 % di pinggiran kota dan pedesaan, 35-70 % di

perkotaan, 50-90 % di daerah industri, 50-95 % di daerah perkotaan dan

perdagangan. Di daerah pertanian besarnya koefisien limpasan berkisar 21-65 %,

daerah penggembalaan 17-23 %, dan di daerah hutan adalah 2-15 %.Berdasarkan

luas dan nilai koefisien limpasan daerah permukiman adalah yang terbesar, maka

kontribusi daerah permukiman adalah yang terbesar mengakibatkan banjir

Ciliwung, disusul oleh daerah pertanian (tegalan dan kebun campuran).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh mahasiswa PS DAS IPB

melalui simulasi model, dengan data penggunaan lahan tahun 1996 dan curah

hujan 88 mm pada 11 Februari 1996, maka debit Stasiun Katulampa hanya 205

m3 debit di Stasiun Ratujaya 320 m3dan debit diStasiunManggarai383m3.Data

tersebut menunjukkan bahwa kontribusi bagian hulu sekitar 33 %, tengah 35 %,

dan hilir 32 %.

Proyeksi penggunaan lahan sampai tahun 2012 yang didasarkan pada

kecenderungan perubahan 1990-1996 menunjukkan bahwa daerah permukiman

akan meningkat menjadi 48 %, tetapi kebun campuran dan tegalan menurun

menjadi hanya 12 % dan 17 %. Hal ini akan meningkatkan koefisien limpasan

meningkat menjadi 48 % di bagian hulu, 60 % di bagian tengah, dan 65 % di

bagian hilir.

Perubahan penggunaan lahan dari pertanian (tegalan dan kebun campuran)

menjadi permukiman di bagian tengah dan hilir DAS Ciliwung tampaknya lebih

cepat daripada proyeksi tahun 2012 karena besarnya tekanan penduduk. Hal ini

Page 51: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

33

akan mengakibatkan kontribusi bagian tengah DAS terhadap banjir Jakarta

semakin besar. Apabila tidak ada inisiatif mengatasi perubahan itu, maka aliran

Ciliwung akan menjadi lebih tidak terkendali. Jakarta dapat terhindar dari amukan

banjir yang lebih dahsyat dengan cara Sungai Ciliwung harus diatur dengan debit

aliran di Stasiun Ratujaya Depok tidak melebihi 350 m3.

4.2. Sungai Ciliwung di Kelurahan Sempur

Kelurahan Sempur merupakan salah satu wilayah yang yang dilalui oleh

Sungai Ciliwung.Pada beberapa kejadian banjir Sungai Ciliwung, Kelurahan

Sempur termasuk wilayah yang memiliki dampak yang paling parah karena

melintasi perkampungan, perumahan padat, dan pemukiman-pemukiman

kumuh.Sepanjang kanan kiri Sungai Ciliwung yang melintas di Sempur sebagian

besar adalah pemukiman padat penduduk.Dari masa ke masa, jumlah penduduk

yang bermukim dan berusaha di sepanjang tepian Ciliwung tersebut terus tumbuh

dan berkembang.Kini, daya dukung Ciliwung bagi kehidupan manusia yang hidup

di sepanjang tepiannya tampaknya sudah melampaui ambang batas.Okupasi lahan

bahkan sampai ke badan sungai yang dipastikan bakal dibanjiri air kala sungai

meluap pada musim hujan.

Sungai Ciliwung yang melintas di Kelurahan Sempur sudah tidak

memiliki bantaran sungai yang ideal.Bantaran sungai di sebelah sisi timur Sungai

Ciliwung ini telah penuh dengan perumahan padat penduduk. Sedangkan bantaran

sebelah barat Sungai Ciliwung hanya sekitar 1 meter. Hasil survey yang dilakukan

menunjukkan sungai Ciliwung ini pun telah mengalami banyak yang mengalami

penyempitan dan pendangkalan yang mengakibatkan Sungai Ciliwung memiliki

potensi terbesar penyebab banjir.Dinding atau tebing sungaipun banyak yang telah

mengalami penggerusan dikarenakan aliran yang deras. Dari sisi kualitas air, air

sungai itu bahkan tak layak lagi dipakai untuk konsumsi sehari-hari (mandi, cuci

dan sanitasi) .

Pada Bulan Januari 2010, banjir bandang melanda sebagian wilayah Bogor

yang disebabkan oleh meluapnya Sungai Ciliwung. Akibat luapan air Sungai

Ciliwung tersebut menyebabkan longsor tebing sungai yang mengakibatkan

beberapa rumah masyarakat yang dibangun dipinggir aliran sungai Ciliwung

Page 52: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

34

hanyut bersama aliran air. Longsor terjadi di sepanjang aliran sungai Ciliwung

diantaranya kawasan Lebak Kantin.Ketinggian air Sungai Ciliwung pada saat itu

adalah 3 meter. Banjir yang terjadi tersebut diperkirakan menjadi banjir terbesar

selama kurun waktu 10 tahun terakhir.

Page 53: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

35

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Batas Sempadan atau Bantaran Sungai

Dalam UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, dinyatakan

bahwa sungai merupakan salah satu bentuk alur air permukaan yang harus

dikelola secara menyeluruh, terpadu berwawasan lingkungan hidup dengan

mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan untuk sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat. Dengan demikian sungai harus dilindungi dan

dijaga kelestariannya, ditingkatkan fungsi dan kemanfaatannya, dan dikendalikan

dampak negatif terhadap lingkungannya. Dalam rangka mewujudkan kemanfaatan

sungai serta mengendalikan kerusakan sungai, perlu ditetapkan garis sempadan

sungai, yaitu garis batas perlindungan sungai. Garis sempadan sungai ini

selanjutnya akan menjadi acuan pokok dalam kegiatan pemanfaatan dan

perlindungan sungai serta sebagai batas permukiman di wilayah sepanjang sungai.

Lebar sempadan sungai, dapat ditentukan berdasarkan hitungan banjir

rencana dan berdasarkan kajian fisik ekologi, hidraulik dan morphologi sungai

langsung di lapangan. Penentuan lebar sempadan sungai dengan metode banjir

rencana pada umumnya mengalami kesulitan implementasi di masyarakat, karena

masyarakat kesulitan dalam memahami arti hitungan banjir rencana. Sementara di

era otonomi, pihak yang berwenang tidak dapat mengimplementasikan segala

sesuatu tanpa persetujuan masyarakat. Penentuan berdasarkan data ekologi,

morphologi dan hidraulik, dapat lebih mudah dimengerti oleh masyarakat, karena

batasan morphologi, ekologi dan hidraulik dapat dilihat secara langsung di

lapangan.

Untuk penentuan sempadan sungai di Kota Bogor didasarkan pada

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2006 tentang Pengelolaan

Kawasan Lindung. Yang dimaksud dengan Sempadan Sungai adalah Sempadan

Sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk pada sungai

buatan/kanal/saluran/irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk

mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Penetapan sempadan sungai ini

dimaksudkan untuk pengamanan prasarana fisik sungai/saluran serta penataan dan

Page 54: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

36

penertiban terutama akibat keberadaan pengembangan bangunan-bangunan yang

dapat berakibat terganggunya daerah aliran air dalam saluran. Perlindungan

terhadap sempadan sungai dilakukan untuk melindungi fungsi sungai darikegiatan

manusia yang dapat mengganggu dan merusak kondisi sungai serta mengamankan

aliran sungai.

Dalam peraturan tersebut, pada Bagian Kedua tentang Kawasan

Perlindungan Setempat Paragraf 2 tentang Sepadan Sungai Pasal 14 menyatakan

bahwa kriteria sempadan sungai untuk wilayah Provinsi Jawa Barat adalah

sebagai berikut :

1. Sekurang-kurangnya 5 meter diukur dari sebelah luar sepanjang kaki tanggul

pada sungai bertanggul di kawasan perdesaan dan sekurang-kurangnya 3

meter diukur dari sebelah luar sepanjang kaki tanggul pada sungai bertanggul

di kawasan perkotaan;

2. Sekurang-kurangnya 10 meter dihitung dari tepi sungai untuk sungai tidak

bertanggul di dalam kawasan perkotaan yang mempunyai kedalaman tidak

lebih besar dari 3 meter;

3. Sekurang-kurangnya 15 meter dihitung dari tepi sungai untuk sungai tidak

bertanggul di dalam kawasan perkotaan yang mempunyai kedalaman lebih

besar dari 3 meter sampai dengan 20 meter;

4. Sekurang-kurangnya 30 meter dihitung dari tepi sungai untuk sungai tidak

bertanggul di dalam kawasan perkotaan yang mempunyai kedalaman

maksimum lebih dari 20 meter;

5. Sekurang-kurangnya 100 meter dari tepi sungai untuk sungai yang

terpengaruh pasang surut air laut;

6. Garis sempadan sungai tidak bertanggul yang berbatasan dengan jalan, adalah

tepi bahu jalan yang bersangkutan.

Berdasarkan Perda Provinsi Jawa Barat No 2 Tahun 2006 tersebut, Sungai

Ciliwung yang melewati Kelurahan Sempur seharusnya memiliki sempadan atau

bantaran sungai ssekurang-kurangnya 15 meter di hitung dari tepi sungai. Namun

berdasarkan pengamatan di lapangan, daerah penelitian yaitu Sungai Ciliwung

yang melintas di Kelurahan Sempur tidak memenuhi peraturan tersebut. Pada

Page 55: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

37

sempadan sebelah kiri sungai, pada daerah ini sudah tidak memiliki sempadan

sungai karena bangunan berdiri secara langsung di tepi sungai. Sedangkan

sempadan di sebelah kanan meskipun masih memiliki sempadan sungai sekitar 2

meter sampai dengan 3 meter, namun tetap tidak memenuhi kriteria sempadan

menurut peraturan tersebut.

5.2. Penentuan Tipe Bantaran Sungai Ciliwung di Kelurahan Sempur

Sempadan sungai atau bantaran sungai merupakan kawasan (buffer)

penyangga daerah pengelolaan air berfungsi sebagai tanggul sungai, berada pada

kanan dan kiri badan sungai. Penutupan vegetasinya spesifik riparian, membentuk

satuan ekologik terkecil (Swol, 1986), dipengaruhi oleh bentuk fisiografi dan jenis

batuannya. Bantaran sungai merupakan jalur koridor hijau, di samping merupakan

ekoton antara ekosistem daratan dan perairan, juga merupakan ekoton antara

ekosistem riparian dengan ekosistem daratan (Swol 1986).

Terganggunya ekositem bantaran sungai menyebabkan peranan fungsinya

terganggu, pada hal seperti halnya hutan, komunitas vegetasi riparian secara

teoritis berfungsi sebagai pusat terjadinya keanekaragaman genetik, dan tempat

berlangsungnya evolusi secara alamiah. Lebih jauh bahwa dampak penting

pengembangan wilayah terhadap kondisi fisik bantaran sungai menyebabkan

perubahan-perubahan terhadap habitat dan proses-proses yang terjadi di

dalamnya. Perubahan yang terjadi dicirikan oleh bentuk-bentuk degradasi habitat,

akibat okupasi penduduk seperti yang terjadi di bantaran sungai.

Dalam penelitian ini, daerah penelitian yaitu Sungai Ciliwung yang

mengalir melewati Kelurahan Sempur sepanjang 1 km dibagi menjadi 4 segmen

wilayah penelitian. Pembagian ini didasarkan pada wilayah yang lebih hulu

sampai ke hilir dari Sungai Ciliwung yang mengalir di Kelurahan Sempur.

Adapaun keempat segmen tersebut adalah :

1. Segmen 1, yaitu wilayah antara Jembatan Jl. Jalak Harupat sampai dengan

Jembatan Lebak Kantin;

2. Segmen 2, yaitu wilayah antara Jembatan Lebak Kantin sampai dengan

Jembatan Sempur Kidul;

Page 56: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

38

3. Segmen 3, yaitu wilayah antara Jembatan Sempur Kidul sampai dengan

Jembatan Sempur Kaler;

4. Segmen 4, yaitu wilayah antara Jembatan Sempur Kaler sampai dengan Lebak

Pilar.

Selanjutnya pada bantaran Sungai Cilliwung yang melintas di Kelurahan

Sempur dapat dibagi menjadi beberapa tipe berdasarkan penutupan vegetasi yang

berbeda. Hal ini didasarkan pada pendapat yang menyebutkan bahwa

terkendalinya neraca keseimbangan air sangat ditentukan oleh penutupan vegetasi

dan ketersediaan serasah di lapisan tanah teratas, karena berpengaruh langsung

terhadap premabilitas dan porositas tanahnya. Adapun ketiga tipe tersebut yaitu :

1. Tipe A merupakan hamparan atau bantaran yang bervegetasi riparianmasih

utuh.

2. Tipe B merupakan hamparan atau bantaran dengan vegetasi riparian yang

telahterokupasi oleh penduduk 21-54%.

3. Tipe C merupakan hamparan atau bantaran dengan vegetasi riparian yang

terokupasi oleh penduduk lebih dari 70%.

Tipe A merupakan tipe bantaran dengan tutupan vegetasi yang masih utuh,

sedangkan pada Tipe B dan Tipe C cenderung dipengaruhi oleh okupasi

pemukiman penduduk yang berpengaruh langsung terhadap luasan bantaran

hingga terganggunya peluang infiltrasi air kedalam tanah.

Sehubungan dalam penentuan tipe bantaran ini yang didasarkan pada

prosentase tutupan vegetasi dan tutupan bangunan yang ada di sepanjang kanan

dan kiri sungai, maka berdasarkan data yang ada dapat dibuat perbandingan

tutupan vegetasi dan bangunan pada masing-masing segmen area penelitian

seperti disajikan pada Gambar 13 berikut.

Page 57: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

39

Gambar 13. Prosentase tutupan vegetasi dan bangunan

Dari gambar di atas maka dapat dibuat kesimpulan mengenai tipe bantaran

Sungai Ciliwung yang melintas Kelurahan. Dimana bantaran sungai di sepanjang

lokasi tersebut adalah termasuk dengan Tipe B dan Tipe C. Yang termasuk dalam

Tipe B yaitu lokasi di Segmen 3, sedangkan yang termasuk dalam Tipe C adalah

lokasi Srgmen 1, Segmen 2 dan Segmen 4. Adapun pembagian tipe bantaran

Sungai Ciliwung di Kelurahan Sempur seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Penentuan tipe bantaran

No. Lokasi Tipe Bantaran

Tipe A Tipe B Tipe C

1. Segmen 1 - - √

2. Segmen 2 - - √

3. Segmen 3 - √ -

4. Segmen 4 - - √

Untuk lebih jelas mengetahui kondisi di lapangan mengenai perbandingan

tutupan vegetasi dan banguan yang ada di bantaran Sungai Ciliwung di Kelurahan

Sempur dapat dilihat pada Gambar 14 sampai dengan Gambar 16 berikut.

Page 58: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

40

Gambar 14. Lokasi Segmen 1 merupakan Tipe C bantaran Sungai Ciliwung di

Kelurahan Sempur

Gambar 15. Lokasi Segmen 2 yang merupakan Tipe C Bantaran Sungai Ciliwung

di Kelurahan Sempur dan Lokasi Segmen 3 yang merupakan Tipe B Bantaran

Sungai Ciliwung di Kelurahan Sempur

Lapangan Sempur

Page 59: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

41

Gambar 16. Lokasi Segmen 4 yang termasuk dalam Tipe C bantaran Sungai

Ciliwung di Kelurahan Sempur

5.3. Analisis Kondisi Tebing Sungai, Dasar Sungai Dan Tata Guna Lahan

Pada Bantaran Sungai

5.3.1. Kondisi Tebing Sungai

Bentang alam yang menghubungkan antara dasar sungai dengan tanggul

sungai disebut dengan tebing sungai. Tebing sungai umumnya membentuk lereng

atau sudut lereng. Semakin terjal akan semakin besar sudut lereng yang terbentuk.

Tebing sungai merupakan habitat dari komunitas vegetasi riparian, kadangkala

sangat rawan longsor karena batuan dasarnya sering berbentuk cadas.

Kondisi tebing dalam pengelolaan sungai merupakan salah satu indikator

penting. Newson (2002) menguraikan bahwa dalam kegiatan pengelolaan sungai

(river engineering project) terdapat empat hal yang dipertimbangkan yaitu disain

saluran, penampang melintang sungai, perlindungan erosi tebing dan perlindungan

aliran sungai. Stabilitas tebing (bank stability) disebutkan mempengaruhi dua

aspek yaitu penampang melintang dan erosi tebing.

Terjadinya erosi tebing dipengaruhi akibat kondisi tanah yang jenuh

pada musim hujan dan menyebabkan meningkatnya massa tanah. Akibatnya

beban pada tanah meningkat dan akan terjadi kelongsoran. Erosi tebing sungai

juga dipengaruhi oleh kecepatan air, vegetasi di sepanjang tebing sungai, kegiatan

GOR Pajajaran

Page 60: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

42

bercocok tanam di pinggir sungai, kedalaman dan lebar sungai, bentuk alur sungai

dan tekstur tanah. (Asdak, 2004).

Kondisi tebing Sungai Ciliwung yang melintas di Kelurahan Sempur

dideskripsikan dengan kejadian erosi dan tidak erosi. Kejadian erosi tebing dapat

diamati dua cara yaitu berdasarkan adanya akar pohon yang nampak pada tebing

sungai (Walker, et al, 1992) serta kondisi tidak adanya vegetasi pada tebing.

Berdasarkan hasil pengamatan pada beberapa titik pembacaan, diperoleh

gambaran bahwa pada sisi kanan sungai erosi tebing yang terjadi lebih besar

dibandingkan pada sisi kiri sungai. Hal ini diantaranya karena pada sisi sebelah

kiri sungai telah dilakukan perlindungan tebing. Secara detail kejadian erosi

tebing disepanjang sungai dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 17. Kejadian erosi tebing Sungai Ciliwung di Kelurahan Sempur

Gambaran kejadian erosi tebing di Segmen 2 dan Segmen 4 terjadi di sisi

kiri dan kanan sungai. Kondisi morfologi sungai pada lokasi ini terdapat belokan

dimana merupakan faktor utama penyebab erosi tebing. Kondisi morfologi sungai

yang memiliki belokan inimengakibatkan aliran air yang terjadi mengarah ke

daerah tertentu di sisi luar belokan. Pada kondisi ini, aliran air akan berusaha

bergerak keluar, sehingga kecepatan air di sisi luar belokan akan lebih besar

dibanding di sisi dalam belokan. Akibatnya, pada sungai yang memiliki tebing

Page 61: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

43

dengan kondisi tanah yang tidak stabil akan cenderung terjadi kelongsoran pada

tebing di bagian luar belokan sungai. Proses kelongsoran tebing ini terjadi akibat

adanya proses gerusan yang terus menerus di dasar tebing sebagai reaksi

perubahan dasar terhadap kondisi pola aliran di belokan.

5.3.2. Kondisi Dasar Sungai

Dasar sungai tersusun oleh material yang terangkut secara alamiah oleh

aliran air dan mengendap pada daerah tertentu. Forman dan Gordon (1983)

menyebutkan bahwa dasar sungai sangat bervariasi, dan sering mencerminkan

batuan dasar yang keras. Jarang ditemukan bagian yang rata, kadangkala

bentuknya bergelombang, landai atau dari bentuk keduanya; sering terendapkan

material yang terbawa oleh aliran sungai (endapan lumpur). Tebal tipisnya dasar

sungai sangat dipengaruhi oleh batuan dasarnya.

Kondisi dasar sungai Ciliwung di Kelurahan Sempur bervariasi. Pada

wilayah pengukuran sepanjang 1 kilometer terdapat 33% panjang sungai yang

dasarnya terbentuk oleh batuan besar dengan ukuran 5 mm – 20 mm. Hal ini

sesuai dengan Gambar 18.

Gambar 18. Variasi kondisi dasar Sungai Ciliwung di Kelurahan Sempur

Page 62: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

44

Adapun perbedaan sedimen dasar dapat diuraikan bahwa semakin ke

hilir, maka sedimen sungai semakin halus. Dasar sungai pada lokasi Segmen 1

yang terletak di hulu sungai didominasi oleh batuan dengan diameter yang lebih

besar 20 mm. Dasar sungai pada lokasi Segmen 2 didominasi dengan batuan

kerikil diameter 5 mm hingga 20 mm.

5.3.3. Tata Guna Lahan Pada Bantaran Sungai

Bantaran sungai merupakan daerah yang rawan banjir namun dengan

letaknya yang strategis dan terdekat dengan sumber air, maka bantaran

dimanfaatkan oleh masyarakat. Kondisi tata guna lahan pada bantaran sungai di

sepanjang Sungai Ciliwung yang melintas Kelurahan Sempur terbagi atas empat

jenis yaitu tanah kosong/semak, kebun dan pemukiman, dan tidak ditemukan

adanya hutan di bantaran sungai. Adapun distribusi pemanfaatan lahan pada

bantaran sungai di sisi kiri dan kanan sungai disajikan pada Gambar 19.

Gambar 19. Distribusi tata guna lahan pada bantaran sungai

Pada gambar 19 nampak bahwa bantaran sungai Ciliwung di Kelurahan

Sempur sebagian besar lahan digunakan untuk pemukiman. Pada sisi kanan

sungai, lahan pemukiman sebesar 82%, sedang pada sisi kiri lahan pemukiman

sebanyak 91%. Kebun atau tanah kosong juga masih dapat ditemukan pada sisi

kanan kiri bantaran. Pada sisi kiri bantaran, kebun atau tanah kosong sebagian

Page 63: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

45

berada di lokasi Segmen 3 dan Segmen 4. Sedangkan di sisi sebelah kanan

bantaran sungai, tanah kosong masih dapat ditemukan di lokasi Segmen 4.

Tanah kosong merupakan lahan yang tidak dikelola secara intensif oleh

masyarakat. Pada bantaran sungai Ciliwung di sepanjang Kelurahan Sempur tanah

kosong pada umumnya ditumbuhi oleh semak belukar atau tanaman bambu.

Sedangkan kebun dikelola oleh masyarakat di bantaran sungai yang pada

umumnya menanam tanaman jagung dan pisang.

5.3.4. Vegetasi di Bantaran Sungai

Vegetasi di sepanjang bantaran sungai dan dataran banjir terdapat

beberapa jenis vegetasi. Beberapa jenis vegetasi yang ada di bantaran dan daratan

banjir seperti pada Tabel 4.

Tabel 4. Jenis-jenis vegetasi pada bantaran Sungai Ciliwung di Kelurahan Sempur

No. Jenis Suku Nama Lokal Kegunaan

1. Agathis damara Araucariaceae Damar TP & TK

2. Areca cathecu L. Arecaceae Pinang TB

3. Artocarpus heterophyllus Moraceae Nangka TB & TK

4. Calliandra calothyrsus Fabaceae Kaliandra TP

5. Casuarina sumatrana Casuarinaceae Cemara TP

6. Cocos nucifera Arecaceae Kelapa TB & TK

7. Erythryna fusca Fabaceae Dadap TP

8. Ficus benjamina Moraceae Beringin TP

9. Gigantochloa apus Poaceae Bambu tali

10. Hevea brassiliensis Euphorbiaceae Karet TG

11. Lagerstroemia flos-reginae Lythraceae Bungur TP

12. Mangifera caesia Anacardiaceae Kemang TB

13. Mangifera indica Anacardiaceae Mangga TB

14. Muntingia calabura Elaeocarpaceae Ceri TP

15. Nephelium lappaceum Sapindaceae Rambutan TB & TK

16. Pterocarpus indicus Fabaceae Angsana TP

17. Swietenia mahagoni Meliaceae Mahoni TB & TK

Page 64: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

46

18. Tamarindus indica Fabaceae Asam Jawa TB

19. Tectona grandis Verbenaceae Jati TB

Keterangan :

TB : Tanaman Buah

TK : Tanaman Kayu

TP : Tanaman Peneduh

5.4. Analisis Hidraulika Sungai

Analisis hidraulika dilakukan untuk memperoleh seberapa besar debit

yang dapat ditampung oleh sungai sebelum terjadi banjir. Sebagai saluran terbuka,

maka sungai yang memiliki penampang alami diidealisasikan dengan bentuk

trapesium. Pengukuran lebar saluran dilakukan di empat titik pengamatan. Hasil

pengukuran lapangan menujukkan variasi karakteristik penampang sungai pada

daerah hulu, tengah dan daerah hilir sebagaimana disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Profil hidraulik Sungai Ciliwung di Kelurahan Sempur

Lokasi Tipe

Bantaran

Lebar Sungai (meter) Kemiringan

(%)

Luas

Penampang

(m2)

Lebar

Dasar

Lebar

Atas

Segmen 1 Tipe C 29,4 35,8 2,9 14,50

Segmen 2 Tipe C 11,7 35,7 1,2 12,61

Segmen 3 Tipe B 20 27,8 0,9 36,16

Segmen 4 Tipe C 12 40,5 1,6 5.44

Tabel 5 menunjukkan bahwa lebar sungai pada lokasi Segmen 1 yang

berada pada daerah hulu lebih besar dibandingkan dengan lebar sungai pada lokasi

Segmen 2. Hal ini disebabkan karena pada daerah Segmen 1 nampak terjadi erosi

tebing yang tinggi sedang pada daerah Segmen 2 terjadi banyak tumpukan

sediman batuan sehingga lebar sungai menyempit. Pada daerah Segmen 4 terjadi

pengikisan akibat erosi tebing tanpa adanya tindakan perkuatan sehingga terjadi

pelebaran sungai.

Page 65: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

47

Tabel di atas juga menunjukkan bahwa lokasi Segmen 1 dan Segmen 2

memiliki luas penampang sungai yang relatif sama, sedangkan pada lokasi

Segmen 3 luas penampang mengalami peningkatan, dan di lokasi Segmen 4

memiliki luas penampang yang lebih rendah dibandingkan di lokasi lainnya.

Karakteristik hidraulika lain adalah kemiringan sungai. Dasar sungai dari

hulu ke hilir memperlihatkan perbedaan tinggi (elevasi), dan pada jarak tertentu

atau keseluruhan sering disebut dengan istilah “gradien sungai” yang memberikan

gambaran berapa persen rataan kelerengan sungai dari bagian hulu kebagian hilir.

Besaran nilai gradien berpengaruh besar terhadap laju aliran air. Daerah dengan

kemiringan memanjang yang tinggi akan menyebabkan terjadinya kecepatan yang

tinggi dan memungkinkan terjadinya erosi tebing. Sedangkan pada daerah dengan

kemiringan kecil akan menyebabkan terjadinya sedimentasi. Dari Tabel 5

Sepanjang lokasi Segmen 2 menuju ke Segmen 3 memang tidak ditemukan

tumpukan sedimentasi. Kecepatan air di sepanjang lokasi ini terhitung cepat

sehingga di beberapa titik terdapat erosi dinding akibat tergerus air.

Kondisi hidraulika lain yang juga mempengaruhi kapasitas sungai adalah

kedalaman sungai. Hasil pengukuran di lapangan dapat dilihat pada Tabel 6

berikut yang menunjukkan bahwa kedalaman sungai bervariasi. Data tersebut juga

menunjukkan bahwa lokasi yang lebih di bawah yaitu di Segmen 2 dan Segmen 3

lebih dalam dibandingkan dengan kedalaman sungai di lokasi Segmen 1, dan pada

lokasi Segmen 4 sungai kembali mengalami pendangkalan.

Tabel 6. Kedalaman Sungai Ciliwung

No Titik

Pengamatan

Kedalaman (m)

Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3 Segmen 4

1 1 1.25 1.40 2,205 0.27

2 2 0.73 1.45 2.545 0.53

3 3 0.35 1.11 2.555 0.53

4 4 0.64 0.80 1.775 -

5 5 0.29 0.50 0.895 -

6 6 0.19 - - -

7 7 0.27 - - -

Page 66: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

48

Kemiringan sungai akan berpengaruh terhadap kecepatan aliran.

Kecepatan aliran diseluruh penampang melintang sungai dalam satu sungai

tidaklah seragam. Semakin tidak teratur tampang saluran maka semakin tidak

seragam distribusi kecepatan alirannya. Sehingga kecepatan rata-rata yang

diperoleh dapat memiliki derajat penyimpangan besar dengan kecepatan real yang

ada. Besarnya kecepatan rata-rata secara kasar dapat ditentukan dengan mengukur

kecepatan di permukaan air. Pengukuran kecepatan aliran dalam penelitian ini

dilakukan menggunakan current meter. Hasil pengukuran kecepatan aliran pada

kedua penampang melintang sungai disajikan dalam Tabel 7.

Tabel 7. Kecepatan aliran sungai pada saat pengukuran

Bagian Kecepatan Air (V) m/det

Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3 Segmen 4

1 0,731 1,286 0,52 1,87

2 0,860 0,943 0,49 2,56

3 1,089 1,473 0,48 1,623

4 1,370 1,226 0,3 -

5 1,348 - 0,11 -

6 2,161 - - -

Berdasarkan tabel di atas, diketahui kecepatan aliran dan luas penampang

sungai pada kedua lokasi pengukuran tersebut, maka dengan menggunakan

hitungan hidraulis sungai dapat ditentukan debit pada masing-masing titik

pengamatan.

(5.1)

Dimana Q adalah debit air (m3/det), V adalah kecepatan aliran sungai (m/det) dan

A adalah luas penampang sungai (m2). Adapun hasil perhitungan dapat dilihat

pada Lampiran.

Berdasarkan nilai debit sungai yang telah diperoleh, dengan menggunakan

persamaan (5.1) dapat diperoleh kecepatan (Vm) yaitu sebagai berikut :

Page 67: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

49

(5.2)

(5.3)

Tabel 8. Kecepatan aliran pada lokasi penelitian

No. Lokasi Luas Penampang

(m2)

Debit

(m3/det)

Kecepatan

Rata-rata

(m/det)

1 Segmen 1 14,50 15,61 1,08

2 Segmen 2 12,61 15,34 1,22

3 Segmen 3 36,16 15,97 0,42

4 Segmen 4 5,44 11,21 2,06

Adapun gambaran kondisi sungai Ciliwung yang melintas Kelurahan

Senpur seperti pada Gambar 20 – 23 sebagai berikut :

Gambar 20.Sungai Ciliwung di Lokasi Segmen 1

Page 68: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

50

Gambar 21. Sungai Ciliwung di Lokasi Segmen 2

Gambar 22. Sungai Ciliwung di Lokasi Segmen 3

Gambar 23. Sungai Ciliwung di Lokasi Segmen 4

Sedangkan Gambar 24 – 27 berikut merupakan penampang melintang

sungai yang menggambarkan kondisi sungai di masing- masing segmen.

Page 69: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

51

Gambar 24. Penampang melintang Sungai Ciliwung di Segmen 1

51

Page 70: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

52

Gambar 25. Penampang melintang Sungai Ciliwung di Segmen 2

52

Page 71: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

53

Gambar 26. Penampang melintang Sungai Ciliwung di Segmen 3

53

Page 72: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

54

Gambar 27. Penampang melintang Sungai Ciliwung di Segmen 4

54

Page 73: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

55

5.5. Perhitungan Koefisien Kekasaran

Sungai sebagai saluran alamiah memiliki kondisi kekasaran dinding yang

tidak seragam, sedang variabel ini mempengaruhi kecepatan air di sungai. Nilai

koefisien kekasaran di sepanjang sungai bervariasi. Hal ini tergantung pada

beberapa faktor diantaranya ketidakteraturan sungai, perubahan tata guna lahan,

urbanisasi, erosi dan sedimentasi.

Sungai alamiah umumnya memiliki angka kekasaran dinding yang tinggi.

Jika dibandingkan dengan sungai yang telah diluruskan.Sungai alamiah memiliki

kemampuan mengalirkan debit lebih kecil pada tinggi muka air yang sama.

Pada penelitian ini, angka kekasaran dinding ditentukan dengan

menggunakan rumus Manning-Strickler (Maryono, 2005), yaitu sebagai berikut :

(5.4)

(5.5)

Dimana, n adalah koefisien kekasaran, V adalah kecepatan aliran (m/det), R

adalah jari-jari hidraulis (m) dan i adalah kemiringan saluran.

Berdasarkan persamaan 5.5, diperoleh koefisien kekasaran seperti pada Tabel 9

berikut.

Tabel 9. Nilai koefisien kekasaran pada kondisi tidak banjir

No Lokasi Koefisien Kekasaran (n)

1. Segmen 1 0,437

2. Segmen 2 0,173

3. Segmen 3 1,992

4. Segmen 4 0,096

Tabel 9 di atas menunjukkan bahwa tingkat kekasaran pada Sungai

Ciliwung yang melintas di Kelurahan Sempur berada diantara 0,096 hingga 1,992.

Pada kondisi tidak banjir di lokasi Segmen 3 memiliki koefisien kekasaran paling

tinggi yaitu 1,992. Hal ini memungkinkan bahwa di lokasi tersebut memiliki

Page 74: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

56

hambatan yang lebih besar di bandingkan dengan lokasi lainnya. Sedangkan di

lokasi Segmen 4 memiliki koefisien paling kecil. Koefisien kekasaran yang besar

menunjukkan bahwa pada lokasi tersebut memiliki hambatan yang besar.

Selanjutnya pada kejadian banjir, berdasarkan pengamatan bekas

genangan di lapangan dan hasil wawancara dengan masyarakat yang tinggal di

sekitar bantaran Sungai Ciliwung di Kelurahan Sempur bahwa kejadian banjir,

muka air banjir adalah 4,20 – 6,29 meter dan berdasarkan hasil data pengamatan

di stasiun Katulampa, pada kejadian banjir debit sungai adalah sebesar 740 m3/det.

Dengan data yang diperoleh maka dapat dibuat simulasi mengenai debit banjir

yang terjadi di lokasi penelitian. Simulasi dilakukan berdasarkan rumus Manning

dan Stickler (persamaan 5.5).

Nilai koefisien kekasaran yang digunakan dalam perhitungan ini adalah

nilai koefisien kekasaran eksisting pada saat pengukuran di lapangan dan nilai

koefisien kekasaran kumulatif berdasarkan referensi dari berbagai sumber.

Penentuan koefisien kekasaran kumulatif ini pada dasarnya tidak ada cara yang

tertentu. Pada tingkat pengetahuan saat ini, memilih suatu nilai koefisien

kekasaran berarti meperkirakan hambatan aliran pada saluran tertentu yang benar-

benar tidak dapat diperhitungkan sehingga memerlukan sedikit latihan penentuan

teknis serta pengalaman dan setiap orang akan memiliki hasil yang berbeda.

Adapun dalam penelitian ini nilai koefisien kekasaran kumulatif ditentukan

berdasarkan jenis kekasaran permukaan dengan ketinggian muka air yang berbeda

pada masing-masing segmen. Jika dalam satu segmen dengan ketinggian muka air

yang berbeda memiliki nilai koefisien kekasaran yang sama maka nilai koefisien

kekasaran kumulatif dapat lamgsung menggunakan nilai koefisien kekasaran yang

telah diketahui tersebut. Namun jika dalam suatu segmen dengan ketinggian muka

air yang berbeda memiliki nilai koefisien kekasaran yang berbeda-beda maka

penentuan nilai koefisien kekasaran kumulatif adalah nilai koefisien kekasaran

rata-rata yaitu dengan menjumlahkan seluruh nilai koefisien kekasaran pada

masing-masing ketinggian dibagi dengan jumlah bagian ketinggian. Selanjutnya

untuk mempermudah dalam penentuan nilai koefisien keksaran kumulatif yang

akan digunakan, Tabel 10 berikut menyajikan nilai koefisien kekasaran

berdasarkan jenis kekasaran permukaan.

Page 75: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

57

Tabel 10. Nilai koefisien kekasaran berdasarkan jenis kekasaran permukaan

No Jenis kekasaran permukaan Nilai koefisien

kekasaran (n)

1 Bersih lurus, terisi penuh, tanpa rekahan atau

ceruk dalam 0,030

2 Seperti di atas, banyak batu-batu, tanaman

pengganggu 0,035

3 Bersih, berkelok-kelok, berceruk, bertebing 0,040

4 Seperti di atas, dengan tanaman pengganggu,

batu-batu 0,045

5 Seperti di atas, tidak terisi penuh, banyak

kemiringan dan penampang yang kurang efektif 0,048

6 Seperti nomor 4, berbatu lebih banyak 0,050

7 Tenang pada bagian lurus, tanaman pengganggu,

ceruk dalam 0,070

8 Banyak tanaman pengganggu, ceruk dalam atau

jalan air penuh kayu dan ranting 0,100

Sumber : Ven Te Chow (1985)

Berdasarkan nilai koefisien kekasaran pada tabel di atas, maka dibuat

perhitungan nilai koefisien kekasaran kumulatif yang didasarkan pada perbedaan

ketinggian muka air.

Tabel 11. Nilai koefisien kekasaran kumulatif

No Tinggi Muka

Air (cm)

Nilai koefisien kekasaran kumulatif

Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3 Segmen 4

1 0 – 100 0,269 0,173 1,992 0,066

2 100 – 200 0,100 0,173 1,992 0,035

3 200 – 300 0,079 0,109 1,800 0,035

4 300 – 400 0,035 0,050 0,070 0,035

5 400 – 500 0,032 0,041 0,049 0,035

6 500 – 600 0,030 0,030 0,030 0,030

Page 76: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

58

Adapun hasil simulasi debit banjir pada masing-masing segmen dapat

dilihat pada tabel berikut dan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 2.

Tabel 12. Simulasi debit banjir di Segmen 1

h (cm) A

(m2)

i R Q

(m3/det)

n

kumulatif

V

(m/det)

100 28,684 0,029 0,898 0,417 0,269 0,015

200 43,884 0,029 1,334 8,462 0,100 0,144

300 58,584 0,029 1,729 32,353 0,079 0,368

400 73,284 0,029 2,100 155,589 0,035 1,325

500 87,984 0,029 2,452 300,211 0,032 2,045

600 102,684 0,029 2,784 502,140 0,030 2,850

Tabel 13. Simulasi debit banjir di Segmen 2

h (cm) A

(m2)

i R Q

(m3/det)

n

kumulatif

V

(m/det)

100 9,170 0,012 0,63 0,042 0,173 0,005

200 18,352 0,012 1,26 0,337 0,173 0,018

300 30,032 0,012 1,68 1,555 0,109 0,052

400 41,712 0,012 1,93 6,215 0,050 0,149

500 172,710 0,012 6,31 605,555 0,041 1,942

600 344,500 0,012 10,43 2498,427 0,030 7,252

Tabel 14. Simulasi debit banjir di Segmen 3

h (cm) A

(m2)

i R Q

(m3/det)

n

kumulatif V (m/det)

100 14,464 0,009 0,63 0,004 1,992 < 0,001

200 28,928 0,009 1,26 0,034 1,992 0,001

300 47,368 0,009 1,51 2,314 1,800 0,049

400 68,096 0,009 2,04 6,073 0,070 0,089

500 105,803 0,009 2,99 47,294 0,049 0,536

600 164,295 0,009 4,40 159,038 0,030 0,968

Page 77: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

59

Tabel 15. Simulasi debit banjir di Segmen 4

h (cm) A

(m2)

i R Q

(m3/det)

n eksisting V (m/det)

100 31,356 0,016 0,77 0,751 0,066 0,024

200 70,856 0,016 1,66 14,876 0,035 0,210

300 110,356 0,016 2,47 51,297 0,035 0,465

400 149,856 0,016 3,21 117,648 0,035 0,785

500 189,356 0,016 3,89 218,313 0,035 1,153

600 228,856 0,016 4,51 413,774 0,030 1,808

Dari Tabel 13 menunjukkan bahwa di lokasi Segmen 2 debit banjir terjadi

pada ketinggian di atas 500 cm dengan debit sebesar 781,156 m3/det dan

kecepatan 2,271 m/det (Lampiran 2). Pada Tabel 12, Tabel 14 dan Tabel 15

sampai pada 600 cm belum mencapai debit banjir. Hal ini dikarenakan pada

Segmen 1, Segmen 3 dan Segmen 4 terjadi pelebaran sungai dan kedalaman yang

lebih tinggi sehingga debit banjir banjir masih dapat tertampung.

Keempat tabel diatas juga menggambarkan bahwa semakin tinggi muka air

sungai maka nilai koefisien kekasaran nya semakin kecil. Hal ini menunjukkan

bahwa semakin ke atas, permukaan sungai semakin halus atau tanpa hambatan.

Selain itu juga bahwa semakin tinggi muka air maka semakin besar kecepatan dan

debit air (Gambar 28). Sehingga bisa dikatakan bahwa pada saat sungai dalam

keadaan banjir, maka kecepatan air yang terjadi sangat besar.

Page 78: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

60

(a)

(b)

Gambar 28. Hubungan antara tinggi muka air dengan debit sungai untuk lokasi

(a) Segmen 1, Segmen 3 dan Segmen 4; (b) Segmen 2

Selanjutnya dapat dibuat gambaran mengenai hubungan antara nilai

koefisien kekasaran dan debit sungai seperti terlihat pada Gambar 29 berikut.

Page 79: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

61

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 29. Hubungan antara koefisien kekasaran eksisting dan debit sungai

untuk lokasi (a) Segmen 1; (b) Segmen 2; (c) Segmen 3 dan (d) Segmen 4

Untuk megurangi besaran kecepatan aliran dan debit pada saat sungai

dalam keadaan banjir maka pada lokasi Segmen 2 maka dapat dilakukan dengan

memperbesar nilai koefisien kekasaran. Dengan memperbesar nilai koefisien

kekasaran tersebut, maka kecepatan air pada saat banjir akan berkurang sehingga

air bisa lebih lama tertahan dan memungkinkan untuk berinfiltrasi ke dalam tanah,

sehingga bisa mengurangi debit banjir dan dapat mengurangi atau mencegah

kerusakan yang lebih besar (Tabel 16).

Page 80: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

62

Tabel 16. Perubahan nilai koefisien kekasaran pada kondisi banjir di Segmen 2

h

(cm)

A

(m2)

i R Q

(m3/det)

n

kumulatif

V

(m/det)

n

design

V

design

(m/det)

Q

design

(m3/det)

100 9,170 0,012 0,63 0,042 0,173 0,005 - - -

200 18,352 0,012 1,26 0,337 0,173 0,018 - - -

300 30,032 0,012 1,68 1,555 0,109 0,052 - - -

400 41,712 0,012 1,93 6,215 0,050 0,149 - - -

500 172,710 0,012 6,31 605,555 0,041 1,942 - - -

600 344,500 0,012 10,43 2498,427 0,030 7,252 0,120 1,813 624,607

Pada Tabel 16, banjir terjadi pada ketinggian diatas 500 cm. Pada

ketinggian muka air 600 cm, debit air banjir mencapai 2498,427 m3/det dengan

kecepatan 7,252 m/det dan nilai koefisien kekasaran 0,030. Untuk dapat

mengurangi kecepatan air dan debit air maka nilai koefisien kekasaran harus

diperbesar. Nilai koefisien kekasaran yang baru diperbesar menjadi 0,120

sehingga kecepatan aliran berkurang menjadi 1,831 m/det dan debit banjir

berkurang menjadi 624,607 m3/det. Nilai koefisien kekasaran tersebut dapat

diperbesar dengan memperbesar hambatan yang ada di sungai yaitu dengan

menambahkan tanaman

5.6. Desain Pengelolaan Sungai Berbasis Konsep Ekohidraulika

Kondisi Sungai Ciliwung menuntut adanya tindakan pengelolaan. Konsep

pengelolaan sungai secara ekohidraulik dapat dilakukan dengan melakukan

pengaturan tataguna lahan di bantaran sungai yang dapat memperkecil kecepatan

air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain

pengelolaan sungai pada setiap lokasi. Desain pengelolaan sungai dengan konsep

ekohidraulik adalah mendesain vegetasi tanaman pada bantaran sungai dan area

dataran banjir, dan menjadikannya sebagai areal banjir. Adapun pengaruh vegetasi

pada bantaran dan dataran banjir sungai tergantung pada tingkat kekasarannya.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa semakin besar diameter pohon,

maka kekasaran daerah bantaran semakin tinggi pula. Akibatnya kecepatan air

Page 81: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

63

juga dapat direduksi. Hal ini sesuai dengan uraian Maryono (2005) bahwa pada

sungai alamiah berbentuk mendekati trapesium, dimana bagian bantarannya

bervegetasi lebat, akan terjadi interaksi yang lebar dan proses kehilangan energi

akibat gesekan kecepatan dari antar tampang. Aliran yang relatif cepat pada

sungai utama mendesak ke daerah bantaran dan keluar lagi dengan kecepatan

yang lebih rendah. Adanya daerah interaksi ini maka akan terjadi reduksi

kecepatan secara keseluruhan.

Tingkat kekasaran daerah bantaran dipengaruhi oleh diameter vegetasi,

jarak tanaman dan lebar bantaran sungai. Pada penelitian ini, pelebaran bantaran

sungai akan sangat sulit dilakukan karena sepanjang kanan kiri sungai sudah

merupakan kawasan permukiman padat penduduk. Oleh karena itu, desain

pengelolaan sungai berbasis ekohidraulika, dilakukan dengan menafaatkan area

dataran banjir (floodplain) dengan semaksimal mungkin.

Salah satu hal yang dapat dilakukan di lokasi penelitian ini, dengan

kondisi yang sama (luas penampang dan debit banjir yang sama) tetapi dapat

menahan air selama mungkin di hulu sehingga bisa terserap atau infiltrasi ke

dalam tanah maka harus menurunkan kecepatan air. Hal ini dapat dilakukan

dengan memperbesar koefisien kekasaran yang telah ada dengan cara

menambahkan hambatan pada tebing sungai maupun pada bantaran sungai

terutama pada lokasi Segmen 1 dan Segmen 2.

Desain pengelolaan sungai yang dibuat dengan menambahkan vegetasi

pada area dataran banjir untuk menurunkan kecepatan aliran pada saat banjir.

Sebagai bahan pertimbangan dalam hal biaya dan adaptasi cepat dan sukses dari

lingkungan lokal, disarankan menggunakan vegetasi yang saat ini dilokasi.

Page 82: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

64

LEGENDA

Gambar 30. Desain pengelolaan sungai

dengan konsep ekohidraulika pada

bantaran Sungai Ciliwung di Kelurahan

Sempur

SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

64

Page 83: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

65

Gambar 31. Desain pengelolaan sungai dengan konsep ekohidraulika di lokasi Segmen 1

65

Penambahan tanaman di

area dataran banjir

Penambahan tanaman di

bantaran sungai Badan sungai

Page 84: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

66

Gambar 32. Desain pengelolaan sungai dengan konsep ekohidraulika di lokasi Segmen 2

66 62

Penambahan tanaman di

bantaran sungai

Penambahan tanaman di

area dataran banjir

Badan sungai

Penambahan balok-balok

kayu untuk mengurangi

kecepatan aliran air

Page 85: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

67

Gambar 43. Desain pengelolaan sungai dengan konsep ekohidraulika di lokasi Segmen 3

Penambahan tanaman di

bantaran sungai

Penambahan tanaman di

area dataran banjir

Badan sungai

67

Page 86: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

68

Gambar 34. Desain pengelolaan sungai dengan konsep ekohidraulika di lokasi Segmen 4

68

Penambahan tanaman di

bantaran sungai Penambahan tanaman di

area dataran banjir Badan sungai

Pemasangan batu-batu

besar untuk mengurangi

kecepatan aliran air

Page 87: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

69

Gambar 35.Contoh desain pengelolaan sungai dengan konsep ekohidraulika

69

Page 88: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

70

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka dapat dibuat

beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut :

1. Bantaran atau sempadan Sungai Ciliwung di sepanjang Kelurahan Sempur

telah mengalami kerusakan. Hal ini ditandai dengan kondisi sempadan atau

bantaran sungai yang telah mengalami perubahan. Pada sisi sebelah kiri sungai

sudah tidak memiliki sempadan sungai. Hal ini melanggar Peraturan Daerah

Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung,

dimana di lokasi tersebut seharusnya memiliki sempadan atau bantaran sungai

sekurang-kurangnya 15 meter dihitung dari tepi sungai. Dan untuk sungai

dengan kedalaman lebih dari 3 meter maka seharusnya memiliki senpadan atau

bantaran sungai sekurang-kurangnya 20 meter. Kerusakan bantaran Sungai

Ciliwung juga terlihat dari kondisitebing Sungai Ciliwung yang melintas di

Kelurahan Sempur juga telah mengalami kejadian erosi. Erosi tebing sungai

mencapai 84% di sisi kanan sungai dan mencapai 45% di sisi kiri sungai.

Sedangkan berdasarkan tata guna lahan, bantaran sungai Ciliwung di

Kelurahan Sempur sebagian besar lahan digunakan untuk pemukiman. Pada

sisi kanan sungai, lahan pemukiman sebesar 82%, sedang pada sisi kiri lahan

pemukiman sebanyak 91%.

2. Tingkat kekasaran daerah bantaran dipengaruhi oleh diameter vegetasi, jarak

tanaman dan lebar bantaran sungai. Pada penelitian ini, pelebaran bantaran

sungai akan sangat sulit dilakukan karena sepanjang kanan kiri sungai sudah

merupakan kawasan permukiman padat penduduk. Oleh karena itu, desain

pengelolaan sungai berbasis ekohidraulika, dilakukan dengan memanfaatkan

area dataran banjir (floodplain) dengan semaksimal mungkin. Salah satu hal

yang dapat dilakukan di lokasi penelitian ini, dengan kondisi yang sama (luas

penampang dan debit banjir yang sama) tetapi dapat menahan air selama

mungkin di hulu sehingga bisa terserap atau infiltrasi ke dalam tanah maka

harus menurunkan kecepatan air. Hal ini dapat dilakukan dengan memperbesar

Page 89: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

71

koefisien kekasaran yang telah ada dengan cara menambahkan hambatan pada

tebing sungai maupun pada bantaran sungai. Desain pengelolaan sungai

dengan konsep ekohidraulika menggunakan area dataran banjir dengan

optimal. Hal ini dilakukan karena di sepanjang kanan kiri sungai Ciliwung

yang melintas Kelurahan Sempur, tidak memiliki bantaran sungai. Desain

pengelolaan sungai ini dilakukan dengan menambahkan vegetasi di area

dataran banjir.

6.2. Saran

Sesuai dengan konsep integralistik antara ekologi dan hidraulik dimana

terdapat empat faktor yang harus diperhatikan yaitu fisik hidraulika, kimia,

biologi dan sosial, maka dalam penelitian ini hanya memasukkan satu faktor saja

yaitu fisik hidraulika. Selain itu, hasil dari penelitian hanya sampai pada seberapa

besar nilai koefisien kekasaran yang dapat dibuat untuk mengurangi kecepatan

sungai pada keadaan banjir, sehingga air dapat tertahan lebih lama dan debit air

terkurangi untuk mencegah kerusakan yang lebih besar.

Untuk lebih menyempurnakannya perlu ada penelitian lanjutan yang

mengintegrasikan seluruh faktor yang ada dan penelitian lanjutan sehingga dapat

diketahui berapa banyak tanaman dan seberapa rapat jarak tanam yang diperlukan

untuk memperbesar nilai koefisien kekasaran bahkan sampai kepada jenis

tanaman yang digunakan.

Page 90: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

72

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB. Bogor.

Asdak. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta.

Asdak, Chay. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Cetakan

ke-4. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Backer, C.A. 1907. Flora van Batavia. Mededeelingen uitgaande van het

Departement van Landbouw No.4 Dicotyledones Diapetalae (Thalamiflorae

en Disciflorae). G. Kolff & Co., Batavia.

Backer, C.A. & R.C. Bakhuizen van den Brink. 1968. Flora of Java

(Spermatophytes only). Vol. III. Angiospermae, Families 191-238 Addenda

et corrigenda, General index to volume I-III. Wolters-Noordhoff N.V.,

Groningen.

Bailey, P.B. 1995. Understanding Large River-Floodplain Ecosystems:

Significant Economic Advantages and Increased Biodiversity and Stability

would Result from Restoration an Impaired Systems. BioScience. 45

(3):153-167.

Balcom, B.J. & R.H. Yahner. 1996. Microhabitat and landscape characteristics

associated with the threatened allegheny woodrat. Conservation Biology

10(2): 515-525.

Binkley, D.,H. Burnham & H.L.Allen. 1999. Water Quality Impacts of Forest

Fertilization with Nitrogen and Phosphorous. 121:191-213.

Briggs, M.K. 1996. Riparian ecosystem recovery in arid lands: Strategies and

references. The University of Arizona Press, Tucson.

Chow, V. T. 1959. Open Channel Hydraulics. McGraw-Hill Book Company.

Departemen Pekerjaan Umum RI. 1993. Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993

tentang garis sempadan sungai, daerah manfaat sungai, daerah penguasaan

sungai dan bekas sungai. Departemen PU. Jakarta.

Dong, Z. 2009. Ecological Compensation for Dammed Rivers.

http.www.hydro_dong_englishppt. (diakses: 5 Desember 2009).

Goeltenboth, F. 1996. Environmental destruction and overpopulation as triggers

of migration the example of Indonesia. Applied Geography and

Development 47: 7-15.

Grime, J.P. 1979. Plant strategies and vegetation processes. John Wiley & Sons,

Chichester.

Heinrich, D., Hergt, M., 1998: dtv-Atlas Okologie (Atlas Ekologi), Deutscher

Taschenbuch Verlag, Munchen.

Page 91: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

73

Helmiö T. 2004. Flow resistance due to lateral momentum transfer in partially

vegetated rivers. Water Resources Research, VOL. 40, XXXXXX,

doi:10.1029/2004WR003058.

Huang JC, WJ Mitsch, and Li Zhang. 2009. Ecological restoration design of a

stream on a college campus in Central Ohio. Ecological engineering 3 5:

329–340.

Irianto, 2006. Pengelolaan Sumber Daya Lahan dan Air, Agro Inovasi, Jakarta.

Jaji Abdurrosyid dan Kirno, 2002. Banjir Bandang, Penyebab dan Solusinya di

Situbondo Jawa Timur. Jurnal Teknik Gelagar, Fakultas Teknik Universitas

Muhammadiyah Surakarta, Vol.13 No.03 Desember 2002, Surakarta.

Järvelä J. 2003. Influence of vegetation on flow structure in floodplains and

wetlands. In: Sánchez-Arcilla, A. And Bateman, A. (eds.). RCEM 2003.

IAHR, Madrid. P. 845–856.ISBN 9080564966.

Järvelä J. 2004. Determination of flow resistance caused by non-submerged

woody vegetation. Intl. J. River Basin Management Vol. 2, No. 1 (2004),

pp. 61-70.

Johnson, B.L., W.B.Richardson & T.J.Naimo. 1995. Past, Present, and Future

Concepts in Large River Ecology: How Rivers Function and How Human

Activities Influence River Processes. BioScience. 45 (3): 134-141.

Jones, E.B.D., G.S.Helfman, J.O.Harper & P.V.Bolstad. 1999. Effects of Riparian

Forest Removal on Fish Assemblages in Southern Appalachian Streams.

Conservation Biology. 13 (6):1454-1465.

Kodoatie, Robert J. dan Sugiyanto, 2002. Banjir, Beberapa penyebab dan metode

pengendaliannya dalam perspektif Lingkungan, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta.

Loomis, J., P.Kent, L.Strange, K.Fausch & A.Covich. 2000. Measuring The Total

Economic Value of Restoring Ecosystem Services in an Impaired River

Basin: Results from Contingent Valuation Survey. Ecological Economics.

33:103-117.

Luthfi, 2007. Metode Inventaris Sumber Daya Lahan, Andi OffSet. Yogyakarta.

Maryono, A., 2000 : Pembangunan Sungai, Dampak dan Restorasi Sungai (Studi

Kasus di Jerman), Makalah pada Workshop Perencanaan dan

Pengendalian Banjir, BAPPEDA Provinsi DIY, 12 – 13 September 2000,

Yogyakarta.

Maryono, Agus. 2002a. Eko-Hidraulik Pembangunan Sungai (Ecological

Hydraulics of River Development): Menanggulangi banjir dan kerusakan

lingkungan wilayah sungai. Program Magister Sistem Teknik, Fakultas

Teknik UGM, Indonesia.

Maryono, Agus. 2002b. Banjir yang Berlangsung Terus-Menerus di Indonesia.

Artikel pada Harian Kompas, dimuat tanggal 20 Januari 2002. Jakarta,

Indonesia.

Page 92: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

74

Maryono, A., 2005 : Eko Hidraulik Pembangunan Sungai: Menanggulangi Banjir

Dan Kerusakan Lingkungan Wilayah Sungai (edisi 2), Program Magister

Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Maryono A., 2007 : Restorasi Sungai, Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta.

Mathuwatta, Lal, dan Chemin, Yan, 2002, Vegetation Growth Zonation of Sri

Lanka for Improved Water Resources Planning, Agricultural Water

Management. www.elsevier.com.

Mulatsih US dan Kirno. 2007. Penelitian jenis tanaman bio-engineering yang

efektif sebagai pelindung tebing sungai. PIT HATHI XXIV. Makasar, 31

Agustus – 2 September, 2007.

Mulyanto, 2007. Sungai, Fungsi dan Sifat-Sifatnya. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Murtilaksono, Kukuh, 2009, Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan

Lingkungan di Daerah Alirab Sungai, Makalah dibawakan pada Lokakarya

RPJMN 2010 – 2014, Kementerian Negara Lingkungan Hidup RI.

Newson, D. Malcom, 2002, Geomorphological Concepts and Tools For

Sustainable River Ecosystem Management. Aquatic Conservation. Marine

and Freshwater Ecosystem Wiley Interscience

(www.interscience.wiley.com).

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 26 Tahun 2006 tentang Penglolaan

Kawasan Lindung.

Quinby, P.A., S. Willot & T. Lee. 2000. Determining the average width of the

riparian zone in theCassels-Rabbit lakes area of Temagami, Ontario using

Understory Indicator Species. Ancient Forest Exploration & Research,

Toronto.

Salinas, M.J., G.Blanca & A.T.Romero. 2000. Environmental Conservation. 27

(1): 24-35.

Seta, AK. 1991. Konservasi Sumberdaya Tanah dan Air. Kalam Mulia, Jakarta.

Sparks, R.E.1995. Need for Ecosystem Management of Large Rivers and Their

Floodplans: These Phenomenally Productive Ecosystems Produce Fish and

Wildlife and Preserve Species. BioScience. 45 (3):168-182.

Stromberg JC. 2001. Restoration of riparian vegetation in the south-western

United States: importance of flow regimes and fluvial dynamism. Journal of

Arid Environments (49): 17-34. doi:10.1006/jare.2001.0833, available

online at http://www.idealibrary.com

Suripin, 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Penerbit Andi Offset.

Swol, J.H. 1986. Restoration of riparian wetlands along channelized river: Oxbow

Lakes and theMiddle Missouri. Dalam: Berger, J.J. (ed.). Environmental

restoration: Science andstrategies for restoring the earth. Island Press,

Washington D.C.: 294-305.

Page 93: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

75

Swol, J.H. 1990. Restoration of riparian wetlands along channelized river: Oxbow

Lakes and the Middle Missouri. Dalam: Berger, J.J. (ed.). 1990.

Environmental restoration: Science and strategies for restoring the earth.

Island Press, Washington D.C.: 294-305.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Sumber daya Air.

Walker, B., Carpenter, S., Anderies, J., Abel, N., Cumming, G., Janssen, M.,

Lebel, L., Norberg, J., Peterson, G.D., Pritchard, R., 2002. Resilience

management in social-ecological systems: a working hypothesis for a

participatory approach. Conserv. Ecol.6, 14.

Page 94: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

76

Lampiran 1. Debit sungai pada lokasi penelitian

No Lokasi LuasPenampang

A (m2)

Kecepatan

V (m/dtk)

Q

(m3/dtk)

1 Segmen 1

4,85 0,73 3,55

2,65 0,86 2,27

2,43 1,09 2,64

2,28 1,37 3,12

1,18 1,35 1,58

1,13 2,16 2,43

Total 14,50

15,60

2 Segmen 2

4,17 1,29 5,36

3,74 0,94 3,53

2,79 1,47 4,11

1,90 1,23 2,33

Total 12,61

15,34

3 Segmen 3

9,50 0,52 4,940

10,20 0,49 4,998

8,66 0,48 4,157

5,34 0,3 1,602

2,46 0,11 0,271

Total 36,16 15,967

4 Segmen 4

1,60 1,87 2,992

2,12 2,56 5,427

1,72 1,623 2,792

Total 5,44 11,211

Page 95: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

77

Lampiran 2. Simulasi debit banjir di Segmen 1

h A i R Q n kumulatif V

10 2,901 0,029 1,970 0,125 0,269 0,043

20 5,617 0,029 3,940 0,964 0,269 0,172

30 8,703 0,029 5,910 3,362 0,269 0,386

40 11,804 0,029 7,880 8,107 0,269 0,687

50 14,504 0,029 9,860 15,596 0,269 1,075

60 17,805 0,029 2,350 1,358 0,269 0,076

70 20,176 0,029 1,480 0,610 0,269 0,030

80 23,012 0,029 1,170 0,435 0,269 0,019

90 25,848 0,029 1,000 0,357 0,269 0,014

100 28,684 0,029 0,898 0,320 0,269 0,011

110 31,524 0,029 0,981 0,419 0,100 0,013

120 34,764 0,029 1,076 0,556 0,100 0,016

130 37,804 0,029 1,163 0,706 0,100 0,019

140 40,644 0,029 1,243 0,867 0,100 0,021

150 43,884 0,029 1,334 1,079 0,100 0,025

160 46,824 0,029 1,414 1,293 0,100 0,028

170 49,764 0,029 1,494 1,535 0,100 0,031

180 52,704 0,029 1,574 1,804 0,100 0,034

190 55,644 0,029 1,654 2,103 0,100 0,038

200 58,584 0,029 1,729 2,418 0,100 0,041

210 61,524 0,029 1,803 2,761 0,079 0,045

220 64,464 0,029 1,877 3,135 0,079 0,049

230 67,404 0,029 1,951 3,542 0,079 0,053

240 70,344 0,029 2,025 3,982 0,079 0,057

250 73,284 0,029 2,100 31,256 0,079 0,427

260 76,224 0,029 2,170 34,713 0,079 0,455

270 79,164 0,029 2,240 38,414 0,079 0,485

280 82,104 0,029 2,310 42,369 0,079 0,516

290 85,044 0,029 2,380 46,586 0,079 0,548

300 87,984 0,029 2,452 36,512 0,079 0,415

Page 96: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

78

Lampiran 2. Lanjutan

310 90,924 0,029 2,516 39,742 0,035 0,437

320 93,864 0,029 2,582 43,208 0,035 0,460

330 96,804 0,029 2,648 46,868 0,035 0,484

340 99,744 0,029 2,714 50,729 0,035 0,509

350 102,684 0,029 2,784 54,937 0,035 0,535

360 105,624 0,029 2,848 59,138 0,035 0,560

370 108,564 0,029 2,912 63,547 0,035 0,585

380 111,504 0,029 2,976 68,169 0,035 0,611

390 114,444 0,029 3,040 73,009 0,035 0,638

400 117,384 0,029 3,098 77,795 0,035 0,663

410 120,324 0,029 3,160 82,961 0,032 0,689

420 123,264 0,029 3,220 88,246 0,032 0,716

430 126,204 0,029 3,280 93,750 0,032 0,743

440 129,144 0,029 3,340 99,475 0,032 0,770

450 132,084 0,029 3,396 210,415 0,032 1,593

460 135,024 0,029 3,456 222,709 0,032 1,649

470 137,964 0,029 3,512 234,992 0,032 1,703

480 140,904 0,029 3,568 247,715 0,032 1,758

490 143,844 0,029 3,624 260,884 0,032 1,814

500 146,784 0,029 3,680 384,270 0,032 2,618

510 149,724 0,029 3,734 403,596 0,030 2,696

520 152,664 0,029 3,788 423,510 0,030 2,774

530 155,604 0,029 3,842 444,061 0,030 2,854

540 158,544 0,029 3,896 465,259 0,030 2,935

550 161,484 0,029 3,949 486,948 0,030 3,015

560 164,424 0,029 4,002 509,127 0,030 3,096

570 167,364 0,029 4,054 531,785 0,030 3,177

580 170,304 0,029 4,106 555,098 0,030 3,259

590 173,244 0,029 4,158 579,074 0,030 3,343

600 176,184 0,029 4,206 753,210 0,030 4,275

Page 97: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

79

Lampiran 3. Simulasi debit banjir di Segmen 2

h A i R Q n kumulatif V

10 0,917 0,012 0,06 0,000042 0,173 0,000046

20 1,834 0,012 0,13 0,000337 0,173 0,000184

30 2,751 0,012 0,19 0,001136 0,173 0,000413

40 3,668 0,012 0,25 0,002693 0,173 0,000734

50 4,585 0,012 0,32 0,005259 0,173 0,001147

60 5,502 0,012 0,38 0,009088 0,173 0,001652

70 6,419 0,012 0,44 0,014432 0,173 0,002248

80 7,336 0,012 0,50 0,021543 0,173 0,002937

90 8,253 0,012 0,57 0,030673 0,173 0,003717

100 9,170 0,012 0,63 0,042076 0,173 0,004588

110 10,087 0,012 0,69 0,056003 0,173 0,005552

120 11,004 0,012 0,76 0,072707 0,173 0,006607

130 11,921 0,012 0,82 0,092441 0,173 0,007754

140 12,838 0,012 0,88 0,115457 0,173 0,008993

150 13,755 0,012 0,95 0,142 0,173 0,010

160 14,672 0,012 1,01 0,172 0,173 0,012

170 15,589 0,012 1,07 0,207 0,173 0,013

180 16,506 0,012 1,13 0,245 0,173 0,015

190 17,423 0,012 1,20 0,289 0,173 0,017

200 18,352 0,012 1,26 0,337 0,173 0,018

210 19,520 0,012 1,30 0,380 0,109 0,019

220 20,688 0,012 1,34 0,427 0,109 0,021

230 21,856 0,012 1,37 0,477 0,109 0,022

240 23,024 0,012 1,41 0,531 0,109 0,023

250 24,192 0,012 1,45 2,035 0,109 0,084

260 25,360 0,012 1,50 2,270 0,109 0,090

270 26,528 0,012 1,54 2,523 0,109 0,095

280 27,696 0,012 1,59 2,794 0,109 0,101

290 28,864 0,012 1,63 3,083 0,109 0,107

300 30,032 0,012 1,68 2,422 0,109 0,081

Page 98: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

80

Lampiran 3. Lanjutan

310 31,200 0,012 1,71 2,607 0,050 0,084

320 32,368 0,012 1,74 2,800 0,050 0,087

330 33,536 0,012 1,77 3,002 0,050 0,090

340 34,704 0,012 1,80 3,213 0,050 0,093

350 35,872 0,012 1,83 3,432 0,050 0,096

360 37,040 0,012 1,85 3,622 0,050 0,098

370 38,208 0,012 1,87 3,817 0,050 0,100

380 39,376 0,012 1,89 4,019 0,050 0,102

390 40,544 0,012 1,91 4,226 0,050 0,104

400 41,712 0,012 1,93 4,439 0,050 0,106

410 48,032 0,012 2,18 6,546 0,041 0,136

420 54,352 0,012 2,44 9,230 0,041 0,170

430 60,672 0,012 2,69 12,562 0,041 0,207

440 66,992 0,012 2,95 16,612 0,041 0,248

450 73,315 0,012 3,20 42,900 0,041 0,585

460 93,191 0,012 3,82 77,789 0,041 0,835

470 113,070 0,012 4,44 127,602 0,041 1,129

480 132,949 0,012 5,07 194,974 0,041 1,467

490 152,828 0,012 5,69 282,543 0,041 1,849

500 172,710 0,012 6,31 550,131 0,041 3,185

510 190,786 0,012 6,90 726,666 0,030 3,809

520 208,865 0,012 7,49 937,388 0,030 4,488

530 226,944 0,012 8,08 1185,309 0,030 5,223

540 245,023 0,012 8,67 1473,449 0,030 6,014

550 263,105 0,012 9,26 1804,850 0,030 6,860

560 279,381 0,012 9,49 2014,584 0,030 7,211

570 295,660 0,012 9,73 2238,359 0,030 7,571

580 311,939 0,012 9,96 2476,582 0,030 7,939

590 328,218 0,012 10,20 2729,682 0,030 8,317

600 344,500 0,012 10,43 3747,640 0,030 10,878

Page 99: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

81

Lampiran 4. Simulasi debit banjir di Segmen 3

h A i R Q n kumulatif V

10 1,446 0,009 0,06 0,0000043 1,992 0,000003

20 2,893 0,009 0,13 0,00003 1,992 0,00001

30 4,339 0,009 0,19 0,00012 1,992 0,00003

40 5,786 0,009 0,25 0,00027 1,992 0,00005

50 7,232 0,009 0,31 0,00054 1,992 0,00007

60 8,678 0,009 0,38 0,00093 1,992 0,00011

70 10,125 0,009 0,44 0,00147 1,992 0,00015

80 11,571 0,009 0,50 0,00220 1,992 0,00019

90 13,018 0,009 0,57 0,00313 1,992 0,00024

100 14,464 0,009 0,63 0,00430 1,992 0,00030

110 15,910 0,009 0,69 0,00572 1,992 0,00036

120 17,357 0,009 0,75 0,00742 1,992 0,00043

130 18,803 0,009 0,82 0,00944 1,992 0,00050

140 20,250 0,009 0,88 0,01179 1,992 0,00058

150 21,696 0,009 0,94 0,01450 1,992 0,00067

160 23,142 0,009 1,00 0,01759 1,992 0,00076

170 24,589 0,009 1,07 0,02110 1,992 0,00086

180 26,035 0,009 1,13 0,02505 1,992 0,00096

190 27,482 0,009 1,19 0,02946 1,992 0,00107

200 28,928 0,009 1,26 0,03436 1,992 0,00119

210 30,374 0,009 1,32 0,03978 1,800 0,00131

220 31,821 0,009 1,38 0,04574 1,800 0,00144

230 33,267 0,009 1,44 0,05226 1,800 0,00157

240 34,714 0,009 1,51 0,05938 1,800 0,00171

250 36,160 0,009 1,57 0,067 1,800 0,002

260 38,402 0,009 1,58 0,072 1,800 0,002

270 40,643 0,009 1,59 0,078 1,800 0,002

280 42,884 0,009 1,61 0,083 1,800 0,002

290 45,125 0,009 1,62 0,089 1,800 0,002

300 47,368 0,009 1,51 2,314 1,800 0,049

Page 100: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

82

Lampiran 4. Lanjutan

310 49,366 0,009 1,56 2,581 0,070 0,052

320 51,366 0,009 1,61 2,867 0,070 0,056

330 53,366 0,009 1,67 3,174 0,070 0,059

340 55,366 0,009 1,72 3,502 0,070 0,063

350 57,368 0,009 1,77 3,851 0,070 0,067

360 59,512 0,009 1,82 4,243 0,070 0,071

370 61,658 0,009 1,88 4,660 0,070 0,076

380 63,804 0,009 1,93 5,103 0,070 0,080

390 65,950 0,009 1,99 5,574 0,070 0,085

400 68,096 0,009 2,04 6,073 0,070 0,089

410 71,408 0,009 2,12 6,903 0,049 0,097

420 74,720 0,009 2,21 7,806 0,049 0,104

430 78,032 0,009 2,29 8,784 0,049 0,113

440 81,344 0,009 2,38 9,840 0,049 0,121

450 84,657 0,009 2,46 21,956 0,049 0,259

460 88,885 0,009 2,57 25,082 0,049 0,282

470 93,114 0,009 2,67 28,491 0,049 0,306

480 97,343 0,009 2,78 32,195 0,049 0,331

490 101,572 0,009 2,88 36,207 0,049 0,356

500 105,803 0,009 2,99 56,753 0,049 0,536

510 111,670 0,009 3,14 65,893 0,030 0,590

520 117,539 0,009 3,28 75,964 0,030 0,646

530 123,408 0,009 3,43 87,011 0,030 0,705

540 129,277 0,009 3,57 99,079 0,030 0,766

550 135,149 0,009 3,72 112,215 0,030 0,830

560 140,975 0,009 3,86 125,767 0,030 0,892

570 146,804 0,009 3,99 140,369 0,030 0,956

580 152,633 0,009 4,13 156,055 0,030 1,022

590 158,462 0,009 4,26 172,866 0,030 1,091

600 164,295 0,009 4,40 238,556 0,030 1,452

Page 101: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

83

Lampiran 5. Simulasi debit banjir di Segmen 4

h A i R Q n kumulatif V

10 1,079 0,016 0,09 0,00024 0,066 0,00023

20 2,158 0,016 0,18 0,002 0,066 0,001

30 3,237 0,016 0,27 0,007 0,066 0,002

40 4,317 0,016 0,36 0,016 0,066 0,004

50 5,396 0,016 0,45 0,030 0,066 0,006

60 10,588 0,016 0,51 0,213 0,066 0,020

70 15,780 0,016 0,58 0,402 0,066 0,025

80 20,972 0,016 0,64 0,659 0,066 0,031

90 26,164 0,016 0,71 0,994 0,066 0,038

100 31,356 0,016 0,77 1,416 0,066 0,045

110 35,306 0,016 0,86 1,999 0,035 0,057

120 39,256 0,016 0,95 2,722 0,035 0,069

130 43,206 0,016 1,05 3,602 0,035 0,083

140 47,156 0,016 1,14 4,653 0,035 0,099

150 51,106 0,016 1,23 5,891 0,035 0,115

160 55,056 0,016 1,32 7,265 0,035 0,132

170 59,006 0,016 1,40 8,837 0,035 0,150

180 62,956 0,016 1,49 10,620 0,035 0,169

190 66,906 0,016 1,57 12,629 0,035 0,189

200 70,856 0,016 1,66 14,876 0,035 0,210

210 74,806 0,016 1,74 17,296 0,035 0,231

220 78,756 0,016 1,82 19,963 0,035 0,253

230 82,706 0,016 1,91 22,892 0,035 0,277

240 86,656 0,016 1,99 26,093 0,035 0,301

250 90,606 0,016 2,07 20,706 0,035 0,229

260 94,556 0,016 2,15 23,311 0,035 0,247

270 98,506 0,016 2,23 26,126 0,035 0,265

280 102,456 0,016 2,31 29,158 0,035 0,285

290 106,406 0,016 2,39 32,416 0,035 0,305

300 110,356 0,016 2,47 25,648 0,035 0,232

Page 102: MODEL BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DENGAN … · dengan vegetasi pada tebing dan bantaran sungai. Konsep ... air.Selanjutnya berdasarkan hasil analisis hidraulika maka dibuat desain ...

84

Lampiran 5. Lanjutan

310 114,306 0,016 2,55 28,226 0,035 0,247

320 118,256 0,016 2,62 30,971 0,035 0,262

330 122,206 0,016 2,70 33,888 0,035 0,277

340 126,156 0,016 2,77 36,982 0,035 0,293

350 130,106 0,016 2,85 40,259 0,035 0,309

360 134,056 0,016 2,92 43,603 0,035 0,325

370 138,006 0,016 2,99 47,127 0,035 0,341

380 141,956 0,016 3,07 50,836 0,035 0,358

390 145,906 0,016 3,14 54,733 0,035 0,375

400 149,856 0,016 3,21 58,824 0,035 0,393

410 153,806 0,016 3,28 63,036 0,035 0,410

420 157,756 0,016 3,35 67,444 0,035 0,428

430 161,706 0,016 3,42 72,052 0,035 0,446

440 165,656 0,016 3,49 76,865 0,035 0,464

450 169,606 0,016 3,56 163,773 0,035 0,966

460 173,556 0,016 3,63 173,858 0,035 1,002P

470 177,506 0,016 3,69 184,347 0,035 1,039

480 181,456 0,016 3,76 195,248 0,035 1,076

490 185,406 0,016 3,82 206,567 0,035 1,114

500 189,356 0,016 3,89 305,638 0,035 1,614

510 193,306 0,016 3,95 322,365 0,030 1,668

520 197,256 0,016 4,02 339,687 0,030 1,722

530 201,206 0,016 4,08 357,615 0,030 1,777

540 205,156 0,016 4,15 376,159 0,030 1,834

550 209,106 0,016 4,21 395,330 0,030 1,891

600 228,856 0,016 4,51 620,661 0,030 2,712