DIKTAT MANAJEMEN OPERASIONAL Dr. Musdalifah Azis, SE., M.Si Jilid 2
DIKTAT
MANAJEMEN OPERASIONAL
Dr. Musdalifah Azis, SE., M.Si
Jilid 2
PRAKATA
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat
Allah SWT, yang telah melimpahkan Taufiq dan Hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Diktat ini .
Diktat Manajemen Operasional ini ditujukan bagi para
akademisi dan praktisi manajemen dan keuangan agar lebih
memahi seluk beluk manajemen operasional yang mempunyai
kaitan dengan bidang ilmu manajemen lainnya seperti
keterkaitan dengan bidang akuntansi, keuangan, pemasaran,
SDM sehingga menjadi bahan pertimbangan keputusan
manajemen operasinal. Diktat ini juga ditujukan pula bagi
mahasiswa S1, S2 maupun S3, dan para manajer operasinal,
non-keuangan, dan praktisi bisnis sebagai upaya kajian teoritik
bagi pengembangan teori dan literature pustaka mengenai
manajemen operasional.
Semoga segala bantuan yang diberikan kepada penulis
mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT dan semoga
kesederhanaan penulisan ini akan dapat memberikan manfaat
dan kebaikan bagi kita semua.
Samarinda, 1 Agustus 2014
Dr. Musdalifah Azis, SE., M.Si
DAFTAR ISI
BAB 1. STRATEGI OPERASI UNTUK BARANG
DAN JASA ......................................................... 5
1. Mengidentifikasi Misi Dan strategi ................................................................................................. 6
2. Keputusan Manajemen Operasi ....................................................................................................... 7
3. Isu -Isu Strategi Operasi .................................................................................................................... 9
4. Penerapan STRATEGI ................................................................................................................. 11
BAB 2. OPERASI DAN PRODUKTIFITAS ........... 13
1. Pengertian Dan Ruang Lingkup ................................................................................................ 14
2. Sistem Produksi/Operasi ........................................................................................................... 16
3. Ukuran Keberhasilan Sistem Produksi/Operasi ..................................................................... 21
BAB 3. DESAIN BARANG DAN JASA .................. 23
1. Karakteristik Jasa ............................................................................................................................ 24
2 Seleksi Barang Dan Jasa .................................................................................................................. 28
3. Desain Produk Jasa ......................................................................................................................... 55
BAB 4. DESAIN TATA LETAK ................................ 60
1. Pengertian Tata Letak .................................................................................................................. 60
2. Pendekatan Dalam Menyelesaikan Tata Letak ........................................................................ 62
BAB 5. PENGENDALIAN PROSES
STATISTIKAL ................................................ 88
1. Pengertian Pengendalian proses Statistikal ................................................................................. 88
2. Pengertian Kualitas dalam konteks SPC....................................................................................... 89
3. Penggunaan SPC dalam Manajemen Bisnis Total ....................................................................... 92
4. Definisi Variasi dalam Konteks SPC ........................................................................................... 100
BAB 6. PERSEDIAAN .............................................. 104
1. Pengertian Pengendalian Persediaan ...................................................................................... 104
2. Fungsi Dan Jenis Persediaan .................................................................................................... 106
3. Manajemen Persediaan ............................................................................................................. 112
4. Model-Model Persediaan .......................................................................................................... 121
5. Model-Model Untuk Permintaan Independen ..................................................................... 123
6. Model Probabilistik Dan Persediaan Pengaman ................................................................... 137
7. Model Persediaan Dependen ................................................................................................... 143
BAB 7. JUST IN TIME (JIT) DAN LEAN
PRODUCTION SYSTEMS ......................... 154
1. Pengertian Just In Time (Jit)...................................................................................................... 154
2. Kontribusi Jit Pada Keunggulan Kompetitif .......................................................................... 156
3. Faktor Kunci Sukses Dalam Just In Time ............................................................................... 158
4. Just In Time Di Sektor Jasa ........................................................................................................ 161
BAB 8. PEMILIHAN LOKASI ................................ 163
1. Pengertian Pabrik dan Industri ................................................................................................ 163
2. Teori Penentuan Lokasi Pabrik Menurut Beberapa Ahli ..................................................... 163
BAB 9. PENJADWALAN AGGREGAT ................ 174
1. Pengertian Perencanaan Agregat ............................................................................................. 174
2. Biaya yang Terlibat Dalam Perencanaan Agregat ................................................................. 176
3. Strategi Perencanaan Agregat .................................................................................................. 179
4. Metode – Metode Perencanaan Agregat ................................................................................. 189
BAB 10. PENJADWALAN JANGKA PENDEK ... 201
1. Kepentingan Strategis Penjadwalan Jangka Pendek ............................................................ 201
2. Penjadwalan Maju Dan Mundur ............................................................................................. 202
3. Kriteria Penjadwalan ................................................................................................................. 204
4. Metode Penugasan ..................................................................................................................... 211
5. Penjadwalan Produksi Berulang .............................................................................................. 218
DAFTAR PUSTAKA ................................................ 220
BAB 1. STRATEGI OPERASI UNTUK
BARANG DAN JASA
Tujuan Instruksional Khusus :
Mampu memahami mengenai
Identifikasi atau Definisi Misi, Strategi, Sepuluh
keputusan Manajemen Operasional
Deskripsi Pendekatan-pendekatan spesifik yang
digunakan oleh MO untuk mencapai konsep strategik.
Dalam upaya manajemen operasi yang efektif harus
mempunyai misi dan strategi sehingga tahu kemana harus
melangkah dan tahu bagaimana sampai disana. Keberhasilan
ekonomi dan kelangsungan hidup suatu perusahaan, adalah
hasil dari mengidentifikasi misi untuk memuaskan kebutuhan
dan keinginan pelanggan.kebutuhan dan keinginan pelanggan
sangat beragam, dari produk-produk berwujud (ban yang
aman tanpa cacat), hingga produk estetika (garis warna dan
karya seni diruang tunggu dokter agar pasien merasa nyaman),
dan psikologis (sambutan bersahabat dari pramuniaga ketika
diminta bantuannya). Yang jelas strategi setiap perusahaan
berbeda-beda. strategi dibangun dibawah bayang-bayang
tantangan dan peluang dalam lingkungan, dan kekuatan
kelemahan organisasi. Akhirnya, setiap strategi adalah sebuah
upaya untuk menjawab perntanyaan penting bagi seluruh
perusahaan .
1. Mengidentifikasi Misi Dan strategi
1.1 Misi
Untuk mendefinisikan misi organisasi sebagai sasaranya, apa
yang akan perusahaan sumbangkan untuk
masyarakat.pernyataan ini memberikan batasan dan fokus
untuk organisasi dan konsep yang akan menjadi landasan
organisasi untuk bergerak.misi menyatakan latar. Misi
menyatakan latar-belakang keberadaan organisasi.
Mengembangkan strategi yang baik adalah sulit, tapi akan jauh
lebih mudah jika misi sudah didefinisikan dengan baik. Misi
juga dianggap sebagai inti strategi apa yang ingin dicapai
strategi. Setelah misi organisasi ditetapkan, masing-masing
bidang fungsional dalam perusahaan menetapkan misi
pendukungnya. Yang dimaksud ´bidang fungsional adalah
bidang yang dibtuhkan oleh perusahaan, seperti: marketing,
keuangan/akuntansi, dan produksi/operasi.
1.2 Strategi
Bila misi sudah ditetapkan,strategi dan penerapanya bisa
dimulai. Strategi adalah rencana aksi organisasi untuk
mencapai misi. Setiap bidang fungsional memiliki strategi
untuk mencapai misinya. Michael porter menegaskan bahwa
perusahaan mencapai misi dalam tiga cara konseptual :
1) Diferensiasi,
2) Kepeloporan biaya,
3) Respon yang cepat.
Atau dengan kata lain, pelanggan menginginkan barang dan
jasa yang:
(1) lebih baik atau setidaknya berbeda,
(2) lebih murah, dan
(3)lebih cepat.
Manajer-manajer operasi menerjemahkan konsep- konsep
strategik ini menjadi tugas-tugas berwujud yang harus
dituntaskan.
2. Keputusan Manajemen Operasi
Diferensiasi, kepeloporan biaya, dan tanggapan yang cepat
paling baik dicapai apabila manajer operasi membuat
keputusan yang efektif berdasarkan sepuluh bidang pengaruh.
Inilah yang dikenal dengan keputusan-keputusan operasi.
Sepuluh keputusan manajeman operasi yang mendukung misi
dan menerapkan strategi adalah :
1. Mutu, harapan mutu pelanggan harus ditentukan dan
kebijakan dan prosedur dibangun untuk mengidentifikasi
serta mencapai mutu yang ditetapkan.
2. Desain barang dan jasa, merancang barang dan jasa
mendefinisikan sebagian besar proses tranformasi.
3. Desain proses dan kapasitas, pilihan proses tersedia untuk
produk barang dan jasa.
4. Seleksi lokasi, keputusan lokasi fasilitas baik untuk
perusahaan manufaktur maupun jasa bisa menentukan kebe
rhasilan pe rusahaan.
5. Desain-tata letak, kebutuhan kapasitas, tingkat personel,
keputusan pembelian, dan kebutuhan persediaan
mempengaruhi tata-letak.
6. Manusia dan system kerja, manusia adalah bagian integral
dan mahal dari desain system total.
7. Manajemen dan rantai pasokan, keputusan ini menentukan
apa yang akan dibuat dan apa yang mau dibeli.
8. Persediaan, keputusan persediaan bisa dioptimalkan hanya
bila keputusan pelanggan, pemasok, jadwal produksi, dan
perencanaan SDM dipertimbangkan.
9. Penjadwalan, jadwal produksi yang layak dan efisien harus
dikembangkan, permintaan terhadap SDM dan fasilitas
harus ditentukan dan dikendalikan.
10. Pemeliharaan, keputusan harus dibuat berkaitan dengan
tingkat pemeliharaan yang diinginkan.
3. Isu -Isu Strategi Operasi
Setelah perusahaan menetapkan misi, mengembangkan dan
menetapkan strategi tertentu menuntut manajer operasi untuk
mempertimbangkan sejumlah isu. Kita kaji isu-isu dalam tiga
cara yaitu :
3.1 Riset
Tentang strategi manajemen operasi yang efektif. Hal ini
sebagai ukuran keberhasilan, PIMS mampu mengidentifikasi
beberapa karakteristik dari perusahaan yang memiliki ROI
yang tinggi. Diantara karakteristik yang mempengaruhi
keputusan MO strategic adalah :
Mutu produk yang tinggi ( relative terhadap persaingan)
Pemanfaatan kapasitas yang tinggi.
Efektifitas ope rasi yang tinggi (rasio produktivitas
pekerjaan yang diharapkan terhadap aktualisasinya).
Intensitas investasi yang rendah (jumlah modal yang
dibutuhkan untuk menghasilkan dalam pejualan).
Biaya langsung per unit yang rendah ( relative terhadap
persaingan).
3.2 Prakondisi
Ini untuk mengembangkan Strategi Manajemen Operasional
yang efektif. Manajer operasi perlu memahami prakondisi
berikut :
1. Lingkungan sekarang dan yang sedang berubah, yaitu
kondisi ekonomi dan teknologi dimana perusahaan
berusaha menetapkan strateginya.
2. Permintaan kompetitif, yang menuntut manajer operasi
mengidentifikasi para pesaing sekaligus kekuatan dan
kelemahan mereka sendiri.
3. Mengetahui strategi persaingan, sehingga fungsi operasi
bisa dirancang dan diterapkan untuk mendukung strategi.
4. Daur-hidup produk, yang menunjuk akan seperti apa
strategi operasi nanti. Manajer operasi harus
mengidentifikasi posisi setiap produk dalam daur-hidup
produknya.
3.3 Dinamika
Untuk pengembangan strategi Manajemen Operasional.
Strategi berubah karena dua alasan, pertama strategi bersifat
dinamis karena perubahan dalam organisasi. Semua bidang
dalam perusahaan bisa berubah, perubahn strategi terjadi
dalam berbagai bidang termasuk pembelian, keuangan,
teknologi, usia produk. Kedua, strategi adalah dinamis karena
perubahan dalam lingkungan.
4. Penerapan STRATEGI
Perusahaan- perusahaan mengevaluasi kekuatan dan
kelemahanya sebagaimana peluang dan tantangan dari
lingkunganya. Kemudian mereka memposisikan diri mereka
sendiri melalui keputusan-keputusan mereka untuk memiliki
keunggulan bersaing. Gagasanya adalah untuk
memaksimalkan peluang dan meminimalkan tantangan.
Mengidentifikasi Tugas-tugas Penting
Karena tidak ada perusahaan yang melakukan segalanya
dengan baik, penerapan strategi yang berhasil membutuhkan
identifikasi tugas-tugas penting untuk mencapai sukses. Tugas-
tugas penting perlu diseleksi tidak hanya untuk mencapai misi,
tetapi juga mempertimbangkan kekuatan internal perusahaan.
Sebagian besar perusahaan mengembangkan kompetensi unik
yang membuat mereka mampu bersaing dengan sukses dan
mencapai posisinya saat ini.
4.1 Membangun dan Mengisi Organisasi
Tugas manajer operasi adalah proses tiga tahap. Sekali strategi
dikembangkan, tahap kedua adalah mengelompokkan
aktivitas kedalam struktur organisasi. Tahap ketiga adalah
mengisinya dengan personel yang akan melaksanakan
pekerjaan. Manajer bekerja sama dengan para bawahannya
untuk menyusun rencana, anggaran, dan program yang akan
menerapkan strategi untuk mencapai misi dengan sukses.
Manajer operasi memberikan sarana yang mengubah input
menjadi output. Transformasi mungkin dalam bentuk
penyimpanan, transportasi, manufaktur, penyebaran ,
informasi, dan pemanfaatan produk dan jasa. Tugas manajer
operasi adalah menerapkan strategi Manajemen Operasional
yang akan meningkatkan produktivitas system transformasi
dan membe ikan keunggulan bersaing. Untuk menjamin
kontribusi Manajemen Operasional maksimum terhadap
organisasi, deparetemen operasi perlu memfokuskan diri pada
tugas-tugas penting yang dianggap kritis bagi keberhasilanya.
BAB 2. OPERASI DAN PRODUKTIFITAS
Tujuan Instruksional Khusus
Mampu memahami mengenai :
Pengertian dan Ruang Lingkup MO
Sistem Produksi dan Operasional
Ukuran Keberhasilan Sistem Produksi / Operasi
Akhir-akhir ini manajemen operasi menjadi sorotan utama
tidak hanya dikalangan bisnis saja, tapi juga dikalangan
universitas. Kebangkitan minat manajemen operasi ini
terwujud dalam berbagai bentuk, pertama perhatikan mutu,
mutu yang paling baik merupakan kunci keunggulan bersaing.
Operasi tidak hanya semua barang untuk semua orang tetapi
juga harus mamiliki tujuan dan tugas yang diarahkan pada
strategi bisnis yang menyeluruh.
Manajemen operasi yang dalam sistem pembelajaranya
mendefinisikan barang dan jasa sebagai aspek proses produksi
sangat berpengaruh dengan manajemen ini,hal tersebut dapat
di rumuskan pada input-proses-output. Yang dalam
pengertiannya adalah suatu perusahaan atau organisasi dalam
melakukan tugas produksinya melalui tahapan tersebut.
Manajer sebagai aktor utama dalam manajemen operasi
tidak kalah pentingnya juga, baik dalam mengorganisasi,
merencanakan, serta mengaplikasikan rencana tersebut dalam
proses di suatu perusahaan ataupun organisasi yang nantinya
menghasilkan produksi serta tujuan akhir sesuai dengan
perencanaan awal. Kemudian keterangan yang lebih lengkap
dapat di lihat dalam bab-bab berikutnya
1. Pengertian Dan Ruang Lingkup
Banyak pengertian/pemahaman manajemen operasi yang telah
diberikan para ahli. Dua pendapat ahli yang patut dikaji
adalah,
1. Manajemen Operasi adalah serangkaian kegiatan yang
membuat barang dan jasa melalui perubahan dari
masukan menjadi keluaran.
a. Serangkaian aktifitas
b. Barang dan Jasa
c. Perubahan dari masukan menjadi keluaran
2. Manajemen Operasi adalah sekumpulan aktifitas untuk
membangun (to create), mempertahankan (to survive) dan
menumbuhkan kembangkan (to growth) sistem
produksi/operasi yang telah dimodifikasi)
a. Sekumpulan aktifitas
b. Membangun, mempertahankan dan menumbuh
kembangkan
c. Sistem produksi/operasi
3. Apabila mengacu pada tugas-tugas manajemen, maka
aktifitas manajemen operasi yang dimaksud dalam kedua
definisi diatas adalah aktifitas Perencanaan,
Pengorganisasian, Pelaksanaan dan Pengendalian.
Keempat aktifitas manajemen tersebut dilakukan untuk
mendukung tanggung jawab membangun,
mempertahankan dan menumbuhkembangkan sistem
produksi/ operasi yang meng-ubah masukan menjadi
keluaran. Ruang lingkup manajemen operasi meliputi 2
kelompok besar , yaitu disain sistem dan perencanaan dan
pengendalian dengan rincian sebagai berikut :
4. Disain sistem produksi/operasi, terdiri dari :
a. Disain barang/jasa ( What to produce)
b. Disain kapasitas jangka panjang (How much)
c. Disain proses produksi/operasi, Analisis kerja dan
pengukuran kerja, Disain layout dan keamanan kerja
(How)
5. Penetapan Lokasi fasilitas (Where)
6. Perencanaan dan Pengendalian produksi/operasi
a. Perkiraaan kebutuhan dan perencanaan agregat
b. Perencanaan dan pengendalian produksi
c. Perencanaan dan pengendalian kualitas
d. Perencanaan dan pengendalian persediaan
e. Perawatan dan keandalan
1. Sistem Produksi/Operasi
Produksi (menghasilkan) sebagai lawan kata dari konsumsi
(menghabiskan) adalah proses perubahan
masukan(inputs) menjadi keluaran(outputs) atau proses
penciptaan nilai yang menghasilkan barang/Goods. Istilah
operasi digunakan apabila keluaran yang dihasilkan berupa
jasa/sevices (Catatan : Pengertian Produk/Product meliputi
Barang/Goods dan Jasa/service)
Dengan demikian sistem produksi/operasi merupakan
Kesatuan yang terdiri dari subsistem input/masukan,
subsistem transformasi dan subsistem keluaran. Adanya
subsistem kontrol merupakan konsekuensi dari keberadaan
sistem produksi/operasi sebagai sebuah sistem terbuka yang
harus selalu dinamis terhadap perubahan yang terjadi pada
subsistem masukan ataupun subsistem keluaran (Diagram B-1)
Sistem produksi/operasi yang dikenal sangat beragam dan
dapat diklasifikasikan berdasarkan ketiga subsistem yang
membentuknya.
1. Sistem Produksi/Operasi berdasarkan klasifikasi ouput,
terdiri dari sistem produksi yang menghasilkan barang atau
jasa. Beberapa ciri jasa yang membedakannya dengan barang
adalah
a. Tidak berwujud, artinya keluaran yang dihasilkan dari
suatu sistem operasi tidak dapat dirasakan oleh kelima
pancaindera manusia namun dirasakan manfaatnya.
b. Diproduksi dan dikonsumsi pada saat yang bersamaan,
artinya jasa yang dihasilkan pada saat tertentu oleh sistem
operasi/pemberi jasa tidak dapat disimpan terlebih dulu
melainkan langsung dinikmati oleh pemakai
c. Unik, uraian dan waktu jasa yang diterima setiap kosumen
tidak sama disesuaikan dengan kebutuhan pemakai
sehingga sulit untuk dilakukan standarisasi
d. Interaksi antara penghasil jasa dengan pemakai jasa sangat
tinggi dan akan mempengaruhi kualitas jasa .
Berdasarkan keempat hal tersebut, ciri-ciri barang dan jasa
dapat dirinci seperti ditunjukkan dalam Diagram B-2
Diagram B-2 Ciri-Ciri Barang dan Jasa
Barang Jasa
Berwujud Tidak berwujud
Bisa Dijual kembali Sulit untuk dijual kembali
Bisa disimpan Umumnya tidak bisa disimpan
Produksi terpisah Produksi dan konsumsi
dari konsumsi bisa terjadi bersamaan
Beberapa aspek mutu bisa diukur
Banyak aspek mutu sulit diukur
Penjualan berbeda dari produksi
Penjualan menjadi bagian dari produksi
Interaksi pelanggan rendah Interkasi pelanggan tinggi
Bisa dipindahkan/ diangkut
Penyedia jasa (bukan jasanya) bisa diangkut
Mudah untuk menlakukan otomasi
Sulit untuk melakukan otomasi
Sistem produksi yang menghasilkan barang dapat dibedakan
yang menghasilkan barang produksi seperti pabrik komputer,
pabrik mesin giling dan yang menghasilkan barang konsumsi
seperti pabrik pakaian dan pabrik peralatan rumah tangga
Sistem operasi yang menghasilkan Jasa dapat dikelompokkan
atas jasa standard, misalnya perusahaan asuransi, atau jasa
yang tidak standar, misalnya perawatan kesehatan dan
konsultan hukum.
1. Sistem operasi yang menghasilkan jasa dapat juga
dikelompokkan atas dominasi penggunaan alat untuk
menghasilkan jasa, yaitu peralatan atau manusia,
Beberapa contoh yang dapat disebutkan adalah :
a. Berbasiskan peralatan, yang dapat dirinci lagi
menjadi :
i. Peralatan otomatis, misalnya Jasa pencucian
mobil.
ii. Peralatan yang dikendalikan oleh Tenaga
Terlatih (Skilled Operators), misalnya jasa
penerbangan.
iii. Peralatan yang dikendalaikan oleh Tenaga semi
terlatih (Relatively Unskilled Labour), misalnya
Jasa Taxi, Bioskop
b. Berbasiskan Manusia, yang dapat dirinci lagi
menjadi :
i. Manusia tidak terlatih (Unskilled Labour),
misalnya jasa keamanan.
ii. Manusia terlatih (Skillled labour), misalnya jasa
catering.
iii. Profesional, misalnya Konsultan, Akuntan
2. Sistem Produksi/ Operasi berdasarkan klasifikasi proses
pengubahan masukan menjadi keluaran (transformasi),
yaitu :
a. Produksi Masal (Mass production), adalah
serangkaian proses yang diperlukan untuk
menghasilkan unit satuan standar dalam waktu yang
relatif singkat dalam jumlah banyak. contoh : pabrik
lampu, televisi.
b. Industri Proses, kegiatan yang menghasilkan unit
homogen, misalnya pabrik pengolahan minyak,
tepung, kertas.
c. Proyek, kegiatan yang dilakukan relatif lama dalam
periode tertentu (ada titik awal dan akhir dari
keseluruhan kegiatan) dalam jumlah yang relatif
kecil, misalnya membuat jembatan.
d. Job Shop, kegiatan untuk menghasilkan barang/jasa
berdasarkan pesanan dan umumnya dalam jumlah
yang relatif kecil, misalnya membuat 500 kursi
kuliah untuk Universitas INDONUSA Esa Unggul
Masukan/Inputs yang diperlukan dalam poduksi/operasi
terdiri dari :
1. Manusia, baik kemampuan fisik maupun non fisik seperti
pengetahuan dan kemampuannya.
2. Fisik yang dapat dibedakan atas bahan baku dan
mesin/peralatan.
3. Dana/Uang, serta.
4. Informasi.
Berdasarkan komponen input dominan yang
ditransformasikan tersebut, maka sistem Produksi/Operasi
dapat diklasifikasikan berdasarkan penggunaan bahan
baku (Sistem yang mengolah bahan yang disediakan alam,
misalnya pabrik baja, pertanian nanas, Sistem yang mengolah
bahan alam yang telah diolah untuk menjadi barang modal,
misalnya pabrik generator, serta Sistem yang mengolah bahan
alam yang telah diolah untuk menjadi barang konsumsi,
misalnya pabrik pengalengan nanas), penggunaan dana (Bank
dan lembaga keuangan bukan bank) dan penggunaan manusia
(Sekolah/Perguruan Tinggi, Rumah sakit, Keamanan).
2. Ukuran Keberhasilan Sistem Produksi/Operasi
Keberhasilan sistem produksi/operasi secara eksplisit
dinyatakan oleh Stonebraker dalam defiinisi tentang
manajemen operasi ”Operation Management is defined as
the effective management of value adding transformation
processes to efficiently integrate resources and achieve
specified performance measures toward product/ service,
process technology and market goals”
Efektif merupakan ukuran keberhasilan pencapaian
tujuan.
Efisiensi merupakan ukuran keberhasilan penggunaan
sumber daya.
Produktif merupakan ukuran keberhasilan penggunaan
sumber daya (efisien) dan pencapaian tujuan (efektif).
BAB 3. DESAIN BARANG DAN JASA
Tujuan Instruksional Khusus
Mampu memahami mengenai :
Hakikat dari Aspek Manajemen Operasional Desain
Barang dan Jasa
Fungsi Manajemen Operasional Desain Barang dan Jasa
Desain Produk dan Jasa
Dalam pemasaran, produk mempunyai arti yang luas, yaitu
suatu kesatuan yang ditawarkan pada pasar baik yang
berwujud maupun tidak berwujud. Produk yang berwujud
biasa disebut barang (goods) dan produk yang tidak berwujud
biasa disebut jasa ( service ). Seperti yang diungkapkan oleh
Kotler dan Armstrong (1993:494) jasa adalah setiap kegiatan
atau manfaat yang ditawarkan kepada pihak lain, yang pada
dasarnya tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan
sesuatu.
Proses produksinya mungkin juga tidak dikaitkan dengan
suatu produk fisik. Sementara itu Robert D. Reid (1989:29)
memberikan penjelasan mengenai jasa adalah sesuatu yang
tidak berwujud, tidak seperti produk yang berwujud Jasa
bukan barang fisik, tetapi sesuatu yang menghadirkan kegiatan
atau perbuatan. Kehadirannya ini umumnya dilakukan atas
dasar personal sering berhadap-hadapan langsung antara
individu. Christian Gonroos (1990:27) mencoba memadukan
pengertian jasa sebagai aktivitas dari suatu hakikat yang tidak
berwujud yang berinteraksi antara konsumen dan pemberi jasa
dan/sumber daya fisik atau barang dan/ system yang
memberikan jasa, yang memberikan solusi bagi masalah-
masalah konsumen.
1. Karakteristik Jasa
Dari pengertian tentang jasa, dapat dikatakan bahwa jasa,
mempunyai beberapa karkteristik. Menurut Philip Kotler
(1994:466), ada empat karekteristik utama jasa yang
berpengaruh besar pada perencanaan program pemasaran
yaitu :
1. Intangibility (tidak berwujud). Jasa bersifat intangible,
artinya jasa tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, didengar,
atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi. Bila barang
merupakan suatu objek, alat, material, atau benda; maka
jasa justru merupakan perbuatan, tindakan, pengalaman,
proses, kinerja ( performance), atau usaha.
2. Inseparability (tidak dapat dipisahkan). Kegiatan jasa tidak
dapat dipisahkan dari pemberi jasa, baik perorangan
ataupun organisasi serta perangkat mesin/teknologi.
3. Variability (berubah-ubah/aneka ragam). Bahwa kualitas
jasa yang diberikan oleh manusia dan mesin/peralatan
berbeda beda, tergantung pada siapa yang memberi,
bagaimana, memberikannya, serta waktu dan tempat jasa
tersebut diberikan.
4. Perishability (tidak tahan lama). Bahwa jasa tidak bisa
disimpan untuk kemudian dijual atau digunakan, sehingga
pada dasarnya jasa langsung dikonsumsi pada saat diberi.
Daya tahan suatu jasa tidak akan menjadi masalah jika
permintaan selalu ada dan mantap karena menghasilkan
jasa di muka dengan mudah. Bila permintaan turun, maka
masalah yang sulit akan segera muncul.
Sementara itu Lovelock (1984:30) menyatakan bahwa jasa
mempunyai tiga karakteristik utama :
1. More intangible than tangible (cenderung tidak berwujud).
Jasa merupakan perbuatan, penampilan, atau suatu usaha
sehingga bila konsumen membeli jasa maka umumnya jasa
tersebut tidak berwujud, tetapi bila konsumen membeli
suatu barang maka pada umumnya barang tersebut
berwujud sehingga dapat dipakai atau ditempatkan disuatu
tempat.
2. Simultaneous production and consumption (produksi dan
konsumsi serentak). Jasa diproduksi dan dikonsumsi dalam
waktu yang sama artinya penghasil jasa hadir secara fisik
pada saat konsumsi berlangsung.
3. Less standardized and uniform (kurang terstandarisasi dan
seragam). Industri jasa cenderung dibedakan berdasarkan
orang (people based) dan peralatan (equipment based).
Hasil jasa orang kurang memiliki standarisasi dibandingkan
dengan hasil jasa yang menggunakan peralatan.
Dengan karakteristik jasa seperti diatas maka bagi konsumen
akan menimbulkan kesulitan yang lebih besar dalam
mengevaluasi kualitas jasa (service quality ) dibanding kualitas
barang (good quality). Bagaimana konsumen mengevaluasi
investasi jasa /pelayanan yang ditawarkan lebih rumit dan
beragam dari pada mereka mengevaluasi penggunaan
bahan/material. Konsumen tidak mengevaluasi kualitas jasa
hanya pada hasilnya saja, tetapi juga mempertimbangkan
penyampaiannya.
Dari beberapa pengalaman menunjukan bahwa atas pemberian
suatu kualitas jasa/pelayanan tertentu akan menimbulkan
penilaian yang berbeda dari setiap konsumen, karena
tergantung dari bagaimana konsumen mengharapkan kualitas
jasa/pelayanan tersebut. Sehingga kualitas jasa/pelayanan
yang diterima konsumen (perceived service quality) diartikan
oleh Valerie A. Zeithmal, dkk (1990:19) sebagai perbedaan
antara harapan atau keinginan konsumen (expected service)
dengan persepsi mereka (perceived service).
Dapat dilihat bahwa dalam menganalisis kualitas pelayanan,
terdapat lima titik yang berpotensi untuk memunculkan
adanya kesenjangan (gap), yaitu :
Customer Gap : Kesenjangan antara kualitas pelayanan yang
diharapkan dengan yang dirasakan konsumen.
Gap 1 : Kemampuan penyedia jasa dalam memahami
kualitas pelayanan yang diharapkan konsumen.
Gap 2 : Kemampuan penyedia jasa dalam merancang
bentuk dan standard pelayanan
Gap 3 : Kemampuan penyedia jasa dalam memberikan
pelayanan sesuai dengan standard yang telah ditetapkan.
Gap 4 : Kesesuaian pelayanan dengan yang dijanjikan.
Dengan melakukan analisis dan melakukan perbaikan-
perbaikan pada area dimana masih terdapat kesenjangan maka
kualitas pelayanan dapat ditingkatkan sehingga akhirnya jal ini
tercermin dari kepuasan konsumen.
2 Seleksi Barang Dan Jasa
2.1 Pilihan Produk
Pilihan manajemen : Seleksi, Ketentuan dan Desain atas
Barang dan Jasa yang akan dijual
Seleksi produk : kegiatan pemilihan barang dan jasa yang
akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumen
Contoh : RS mengkhususkan pada jenis pasien tertentu
dibutuhkan keputusan untuk memilih jenis pelayanan yang
akan ditawarkan
Keputusan produk mempunyai implikasi besar pada fungsi
operasi/produksi karena keputusan produk akan
mempengaruhi: biaya peralatan, modal, desain tata letak,
kebutuhan ruang, keahlian orang-orang, bahan mentah dan
Proses.
2.2 Munculnya Produk Baru
Lima faktor yang mempengaruhi peluang pasar :
1. Perubahan ekonomi : jangka panjang, kekayaan masyarakat;
jangka pendek : merubah siklus dan harga
2. Perubahan sosiologi dan demografi : merubah ukuran
rumah, apartemen dan mobil
3. Perubahan teknologi : memungkinkan segala sesuatu
berubah
4. Perubahan politik : perubahan persetujuan perdagangan,
tarif dan kontrak pemerintah
5. Perubahan lain-lain : muncul dari dinamika pasar, standar
profesi, pemasok dan penyalur.
Manajer operasi harus menyadari faktor-faktor tersebut dan
mengantisipasi perubahan terhadap adanya peluang untuk :
produk baru, volume produk dan bauran produk
2.3 Kehidupan Suatu Produk
Siklus hidup produk (product life-cycle) terdiri atas 4 fase:
Perkenalan
karena produk pada fase ini masih sedang ‘disesuaikan’
dengan pasar. Biasanya pada kondisi ini sering dilakukan (1)
penelitian (2) pengembangan produk, (3) modifikasi dan
perbaikan proses, dan (4) pengembangan pemasok.
Pertumbuhan
design mulai stabil dan diperlukan peramalan kebutuhan
kapasitas yang efektif. Penambahan kapasitas yang sudah ada
untuk menampung peningkatan permintaan produk mungkin
diperlukan.
Kedewasaan
pada saat produk dewasa, pesaing mulai bermunculan.
Produksi dalam jumlah besar serta inovasi sangat dibutuhkan
pada fase ini.
Penurunan
produk yang hampir mati biasanya produk yang buruk bagi
investasi sumber daya dan kemampuan manajerial.
Siklus hidup berbeda-beda antar satu produk dengan produk
lain
Beberapa jam saja : Koran
Satu minggu : Tabloid
Beberapa bulan : Mode
Beberapa tahun : Televisi
Beberapa decade : Internet
Tugas Manajer Operasi : mendesain sistem yg dapat membantu
mengenalkan produk baru dengan sukses. Organisasi perlu
terus-menerus memperkenalkan produk baru agar dapat
bertahan hidup.
Delapan Tahap Pengembangan Produk
1. Ide : bersumber dari perubahan lingkungan teknologi,
demografi, ekonomi, politik, dsb
2. Persyaratan yang harus dipenuhi di pasar : pendekatan
yang diperlukan untuk memuaskan konsumen
3. Spesifikasi fungsional : bagaimana cara kerja produk
tersebut
4. Spesifikasi produk : bagaimana produk akan dibuat
5. Ulasan desain : bagaimana produk akan dibuat secara
ekonomis dan kualitas
6. Pengujian pasar : apakah produk memenuhi keinginan
pasar
7. Pengenalan produk : produk diantar ke konsumen
8. Evaluasi : berhasil atau tidak
(catatan : 2 s/d 8 termasuk dalam lingkup Kelompok
Pengembangan Produk, sedangkan 3 s/6 termasuk dalam
lingkup Kelompok Rancangan untuk Manufacturability dan
Rekayasa Nilai).
2.4 Kompetisi Berbasis Waktu
Siklus hidup produk makin singkat pengembangan produk
jadi penting
Pengembangan produk yang cepat, lebih menguntungkan,
lebih unggul
Keunggulan berbasis waktu (Time-based Competitiveness)
Tabel Waktu Yang Dibutuhkan untuk Pengembangan
Produk Otomotif (Mobil)
Produsen
Mobil
Rata-rata
(Bulan)
Target
(Bulan)
Waktu
Tercepat(Bulan)
Mazda 21 15-18 17 (Capella)
Toyota 27 18 15 (Starlet)
Mitsubishi 24 18 19 (FTO)
Nissan 30 20 Tidak ada
Honda 36 24 24 (CRV)
Chrysler 29 24 24 (Sebring)
Ford 37 24 18 (EER)
GM 46 38 24 (Yukon,
Tahoe)
2.3 Dimensi Kualitas Jasa
Melalui serangkaian penelitian terhadap berbagai macam
industri jasa Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (1985) berhasil
mengidentifikasi sepuluh dimensi pokok kualitas jasa :
1. Reliabilitas, meliputi dua aspek utama, yaitu kosistensi
kinerja (performance) dan sifat dapat dipercaya (
dependability). Hal ini berarti perusahaan mampu
menyampaikan jasanya secara benar sejak awal (right from
the first time), memenuhi janjinya secara akurat dan andal
(misalnya, menyampaikan jasa sesuai dengan janji yang
disepakati), menyampaikan data (record) secara tepat, dan
mengirimkan tagihan yang akurat.
2. Responssivitas atau daya tanggap, yaitu kesediaan dan
kesiapan para karyawan untuk membantu para pelanggan
dan menyampaikan jasa secara cepat. Beberapa contoh
diantaranya : ketepatan waktu pelayanan, pengiriman slip
transaksi secepatnya, kecepatan menghubungi kembali
pelanggan, dan penyampaian layanan secara cepat.
3. Kompetensi, yaitu penguasaan keterampilan dan
pengetahuan yang dibutuhkan agar dapat menyampaikan
jasa sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Termasuk
didalamnya adalah pengetahuan dan keterampilan
karyawan kontak, pengetahuan dan keterampilan personil
dukungan operasional, dan kapabilitas riset organisasi.
4. Akses, meliputi kemudahan untuk dihubungi atau ditemui
(approachability) dan kemudahan kontak. Hal ini berarti
lokasi fasilitas jasa mudah dijangkau, waktu mengantri atau
menunggu tidak terlalu lama, saluran komunikasi
perusahaan mudah dihubungi (contohnya, telepon, surat ,
email, fax, dan seterusnya), dan jam operasi nyaman.
5. Kesopanan (courtesy), meliputi sikap santun, respek, atensi,
dan keramahan para karyawan kontak (seperti resepsionis,
operator telepon, bell person, teller bank, kasir, dan lain-
lain).
6. Komunikasi, artinya menyampaiakan informasi kepada
pelanggan dalam bahasa yang mudah mereka pahami, serta
selalu mendengarkan saran dan keluhan pelanggan.
Termasuk didalamnya adalah penjelasan mengenai
jasa/layanan yang ditawarkan, biaya jasa, trade off an tara
jasa dan biaya, serta proses penanganan masalah potensial
yang mungkin timbul.
7. Kredibilitas, yaitu sifat jujur dan dapat dipercaya.
Kredibilitas mencangkup nama perusahaan, reputasi
perusahaan, karakter pribadi karyawan kontak, dan
interaksi dengan pelanggan (hard selling versus soft selling
approach).
8. Jaminan (assurance), yakni perilaku para karyawan mampu
menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap
perusahaan dan perusahaan bias menciptakan rasa aman
bagi para pelanggannya. Jaminan juga berarti bahwa para
karyawan selalu bersikap sopan dan menguasai
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk
menangani setiap pertanyaan atau masalah pelanggan.
9. Empati (empathy), berarti perusahaan memahami masalah
para pelanggannya dan bertindak demi kepentingan
pelanggan, serta memberikan perhatian personal kepada
para pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman.
10. Bukti fisik (tangibles), berkenaan dengan daya tarik fasilitas
fisik, perlengkapan, dan material yang digunakan
perusahaan, serta penampilan karyawan.
2.4 Prinsip-Prinsip Kualitas / Mutu Jasa
Dalam rangka menciptakan gaya manajemen dan lingkungan
yang kondusif bagi organisasi jasa untuk menyempurnakan
kualitas, organisasi bersangkutan harus mampu
mengimplementasikan enam prinsip utama yang berlaku bagi
perusahaan manufaktur maupun organisasi jasa. Keenam
prinsip ini sangat bermanfaat dalam membentuk
mempertahankan lingkungan yang tepat untuk melaksanakan
penyempurnaan kualitas secara berkesinambungan dengan
didukung oleh para pemasok, karyawan, dan pelanggan.
Keenam prinsip tersebut terdiri atas (Wolkins, dikutip dalam
Scheuing & Christopher, 1993):
1. Kepemimpinan. Strategi kualitas perusahaan harus
merupakan inisiatif dan komitmen dari manajemen puncak.
Manajemen puncak harus memimpin dan mengarahkan
organisasinya dalam upaya peningkatan kinerja kualitas.
Tanpa adanya kepemimpinan dari manajemen puncak,
usaha peningkatan kualitas hanya akan berdampak kecil.
2. Pendidikan. Semua karyawan perusahaan, mulai dari
manajer puncak sampai karyawan operasional, wajib
mendapatkan pendidikan mengenai kualitas. Aspek-aspek
yang perlu mendapatkan penekanan dalam pendidikan
tersebut antara lain konsep kualitas sebagai strategi bisnis,
alat dan teknik implementasi strategi kualitas, dan peranan
eksekutif dalam implementasi strategi kualitas.
3. Perencanaan strategik. Proses perencanaan strategik harus
mencakup pengukuran dan tujuan kualitas yang digunakan
dalam mengarahkan perusahaan untuk mencapai visi dan
misinya.
4. Review. Proses review merupakan satu-satunya alat yang
paling efektif bagi manajemen untuk mengubah perilaku
organisasi. Proses ini menggambarkan mekanisme yang
menjamin adanya perhatian terus-menerus terhadap upaya
mewujudkan sasaransasaran kualitas.
5. Komunikasi. Implementasi strategi kualitas dalam
organisasi dipengaruhi oleh proses komunikasi organisasi,
baik dengan karyawan, pelanggan, maupun stakeholder
lainnya.
6. Total Human Reward. Reward dan recognition merupakan
aspek krusial dalam implementasi strategi kualitas. Setiap
karyawan berprestasi perlu diberi imbalan dan prestasinya
harus diakui. Dengan cara seperti ini, motivasi, semangat
kerja, rasa bangga dan rasa memiliki ( sense of belonging )
setiap anggota organisasi dapat meningkat, yang pada
akhirnya berkontribusi pada peningkatan produktifitas dan
profitabilitas bagi perusahaan, serta kepuasan dan loyalitas
pelanggan.
2.5 Strategi Pemasaran Perusahaan Jasa
1. Pemasaran Eksternal. Strategi pemasaran eksternal ini
dikenal dengan 7 P (product, price, place, promotion,
process, personil, and physical facility ).
2. Pemasaran Internal. Untuk pemasaran jasa tidak cukup
hanya dengan pemasaran eksternal (7 P) tetapi harus diikuti
pula dengan peningkatan kualitas atau keterampilan para
personil yang ada dalam perusahaan.Selain itu juga harus
ada kekompakan atau suatu tim yang tangguh dari personil
yang ada dalam perusahaan tersebut, khususnya dalam
menghadapi para pelanggan sehingga membawa kesan
tersendiri yang meyakinkan pelanggan.
3. Pemasaran Interaktif (Interaktif Marketing). Kepuasan
konsumen tidak hanya terletak pada mutu jasa, misalnya,
restorannya yang megah dan makanannya yang bergizi.
Tetapi, juga harus dipadukan dengan melakukan service
quality improvements upaya peningkatan pelayanan benar-
benar meyakinkan.
Secara ringkas dapatlah disimpulkan bahwa pengelolaan jasa
menghadapi tugas-tugas pokok, yaitu :
1. Meningkatkan Differensiasi Kompetitif Mereka (Increasing
Their Competitive Differntiation). Di dalam menghadapi
persaingan yang semakin tajam, perusahaan dapat
menciptakan inovatif dan citra yang berbeda dibandingkan
dengan pesaingnya. Penciptaan inovatif ini harus
dikembangkan sesuai dengan keinginan konsumen dan
secara agresif harus lebih dahulu dari pesaing dan bukan
meniru pesaing.
2. Meningkatkan Mutu Jasa. Kunci keberhasilan dalam
pemasaran jasa adalah memenuhi atau melebihi
pengharapan konsumen sasaran mengenai mutu jasa.
Pengharapan konsumen tersebut suatu citra di mata
konsumen, sehingga menjadi buah pembicaraan rekan-
rekan konsumen lainnya. Pelayanan yang memuaskan
merupakan salah satu bentuk pengharapan konsumen
tersebut.
Ada 10 faktor dalam service quality, yaitu :
Kesiapan sarana jasa (access)
Komunikasi harus baik (communication)
Karyawan yang terampil (competence)
Hubungan baik dengan konsumen (courtesy)
Perusahaan dan karyawan harus berorientasi pada
konsumen (credibility)
Harus konsisten dan cermat (responsiveness)
Cepat tanggap (responsiveness)
Keamanan konsumen terjaga (security)
Harus bisa dilihat (tangibles)
Memahami keinginan konsumen (understanding
knowing the costumer)
3. Meningkatkan produktifitas yaitu : Bekerja keras dengan
keterampilan yang tinggi, meningkatkan kuantitas,
menindustrikan jasa, maksudnya lebih memperluas aktivitas
bisnis jasa tersebut dengan menggunakan peralatan yang lebih
canggih. Memodernisasi peralatan jasa yang dibutuhkan,
merancang jasa yang lebih efektif, produktifitas tinggi tanpa
mengurangi mutu, memberikan insentif pada pelanggan.
Keuntungan yang dicapai dengan menghasilkan produk atau
pelayanan bermutu. Pertama, Peningkatan Pasar (Market
Gain). Mutu produk atau pelayanan yang meningkat akan
membuat produk (baik barang maupun jasa) tersebut makin
dikenal sehingga permintaan pasar meningkat dan
keuntungan perusahaan juga meningkat. Keuntungan kedua
adalah Penghematan Biaya (Cost Saving). Mutu produk yang
meningkat akan menurunkan biaya produksi atau service.
2.6 Total Quality Management Pada Industri Jasa
Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management) akan
dapat tercapai bila perusahaan atau organisasi dapat
melaksanakan kegiatannya dengan berpedoman pada atribut
efisiensi yang meliputi :
1. Dukungan (commitment). Organisasi jasa harus
mendukung pada penyediaan jasa untuk mengembangkan
organisasi. Manajemen juga harus mendukung pada
penyediaan jasa secara efisien dan menguntungkan.
2. Konsistensi (consistency). Jasa atau pelayanan bukan
merupakan jenis usaha yang hanya dipengaruhi
permintaan pelanggan dan menyesuaikan dengan
karakteristik pelanggan. Jasa harus mempunyai konsisten
dalam performasi, misalnya ketepatan waktu, kebersihan
ruangan, kesabaran dalam memberikan ketepatan waktu,
kesabaran dalam memberikan pelayanan dan sebagainya.
3. Kemampuan (competence). Sebagai organisasi dimana
mutu pelayanan atau jasa yang ditawarkan sangat
dipengaruhi keahlian karyawan pemberi jasa sangat
membutuhkan karyawan yang ahli.
4. Hubungan (contact). Sesuai dengan karakteristik organisasi
jasa yang mengadakan hubungan atau kontak langsung
dengan pelanggan, maka masalah menjaga hubungan yang
baik dengan pelanggan perlu mendapatkan prioritas.
Hubungan yang baik ini perlu dijalin selain antara
karyawan pemberi jasa dengan pemberi jasa juga antar
bagian dalam organisasi jasa itu sendiri.
5. Komunikasi (communication). Spesifikasi jasa atau
pelayanan yang diinginkan pelanggan yang perlu dicapai
untuk dapat mewujudkan mutu pelayanan atau jasa
tersebut harus didukung dengan komunikasi yang baik
antara pelanggan dengan pihak pemberi jasa. Hal ini
disebabkan mutu jasa yang ditawarkan sangat tergantung
dari spesifikasi pelanggan tersebut.
6. Kepercayaan (credibility). Organisasi jasa harus dapat
dipercaya, dan antara pemberi jasa dengan penerima jasa
juga harus ada rasa saling percaya.
7. Perasaan (compassion). Perasaan yang dimaksud di sini
adalah perasan simpati akan kebutuhan dan harapan
pelanggan, selain juga perasaan pihak manajemen kepada
karyawan organisasi yang memberikan jasa secara
langsung pada pelanggan.
8. Kesopanan (courtesy). Adanya hubungan langsung
antara pemberi jasa dengan penerima jasa menuntut
adanya sikap sopan santun dari pihak pemberi jasa.
Pelanggan akan lebih menyukai pemberi jasa yang
memperhatikan sopan santun dalam memberikan
pelayanan.
9. Kerjasama (co-operation). Kerjasama dengan pelanggan
akan membantu organisasi penyedia jasa pelanggan.
Kerjasama ini juga perlu dibina secara terus menerus antar
pemberi jasa dengan penerima jasa dan pemberi jasa (antar
karyawan dan antara manajer dengan karyawan).
10. Kemampuan (capability). Diartikan bahwa pemberi jasa
harus mempunyai kemampuan untuk mengambil tindakan
atau keputusan yang berkaitan dengan jasa yang
ditawarkan. Sedangkan competence berarti kemampuan
untuk melaksanakan tugas yang harus dilaksanakan.
11. Kepercayaan (confidence). Kepercayaan di sini berarti rasa
percaya diri dari perusahaan atau organisasi pemberi jasa
bahwa organisasi tersebut mampu memberikan jasa yang
terbaik bagi pelanggan. Kepercayaan diri ini penting
karena dapat meningkatkan kemampuan organisasi untuk
memberikan pelayanan yang terbaik. Walaupun demikian,
percaya diri juga harus disertai dengan mawas diri dan
penyesuaian diri dengan lingkungan sekitarnya.
12. Kritikan (criticism). Kritikan dalam hal berarti bahwa
perusahaan atau organisasi pemberi jasa tidak boleh
menghindari kritikan yang bersifat membangun, apalagi
kritikan itu berasal dari pelanggannya. Kritikan dapat
berasal dari berbagai macam sumber, misalnya pelanggan,
pesaing, bagian atau departemen lain, pimpinan, bahkan
bawahan atau karyawan.
Selain keduabelas atribut di atas, pelaksanaan TQM pada
organisasi jasa juga menuntut siklus yang berjalan secara terus
menerus yang meliputi perencanaan (plan), Pendidikan atau
pelatihan (train), tindakan (review).Apabila digambarkan maka
akan menyerupai lingkaran yang tidak pernah terputus. Kunci
keberhasilan dalam penyediaan jasa kepada para pelanggan
antara lain :
1. Menetapkan siapakah pelanggan organisasi atau
perusahaan jasa tersebut.
2. Menanyakan kepada para pelanggan apa yang menjadi
keinginan dan harapannya.
3. Memberitahukan secara jujur kepada pelanggan apa yang
mampu diberikan kepada mereka.
2.7 Konsep dasar TQM
Konsep dasar TQM antara lain :
Memfokuskan pada produk (yang dalam hal ini adalah jasa
yang ditawarkan) dan pelanggan.
Kepemimpinan dalam organisasi jasa yang mendukung
pelaksanaan filosofi TQM.
Budaya organisasi (yaitu budaya organisasi yang
berorientasi mutu).
Komunikasi yang efektif antar seluruh personil dalam
organisasi maupun antara para personil organisasi dengan
pelanggan.
Pengetahuan atau keahlian karyawan dalam melaksanakan
filosofi TQM
Tanggung jawab para karyawan
Manajemen berdasarkan data dan fakta
Sudut pandang jangka panjang.
A. Teknik-teknik dalam TQM :
Pengendalian proses secara statistik (statistical process
control)
Penyelesaian masalah secara terstruktur
Perbaikan secara terus-menerus dan berkesinambungan
Manajemen mutu
Perencanaan mutu
B. Langkah-langkah untuk melaksanakan TQM :
Mengadakan penilaian dan perencanaan mengenai
kemungkinan penerapan filosofi TQM
Penerapan dan pengorganisasian filosofi TQM dalam
organisasi jasa
Perubahan budaya (dari yang berorientasi standar menjadi
berorientasi mutu)
Sistem pemberian upah dan penghargaan.
Pengembangan kepemimpinan, yaitu kepemimpinan
dalam hal mutu atau kepemimpinan yang berorientasi
mutu.
Membangun tim, yaitu tim kerja dalam berbagai
departemen atau bagian.
Melaksanakan sistem penyewaan maupun promosi untuk
meningkatkan performansi organisasi.
Kesiapan manajemen.
Teknik analisis
Pendidikan dan pelatihan.
Filosofi TQM memang dapat diterapkan untuk semua bidang,
asal ada dukungan dari semua pihak dalam organisasi, dengan
konsep kuncinya adalah kepemimpinan (leadership),
perubahan budaya (culture change), dan pemberdayaan
karyawan (employee empowerment).
Keterlibatan karyawan dalam bentuk kerja tim yang kita kenal
dengan nama gugus kendali mutu (quality control circle).
Namun yang perlu diingat di sini adalah bahwa gugus kendali
mutu ini hanya akan terbentuk bila filosofi TQM telah dapat
dilaksanakan dengan baik. Kesalahan yang ada di Indonesia
adalah gugus kendali mutu dibentuk secara paksa, dengan
kata lain karyawan harus membentuk gugus kendali mutu
walaupun perusahaan belum melaksanakan filosofi Total
Quality Management.
2.8 Six Sigma Pada Perusahaan Jasa
Six Sigma adalah usaha yang terus menerus untuk mengurangi
pemborosan, menurunkan variansi dan mencegah cacat. Six
sigma merupakan sebuah konsep bisnis yang berusaha untuk
menjawab permintaan pelanggan terhadap kualitas yang
terbaik dan proses bisnis yang tanpa cacat. Kepuasan
pelanggan dan peningkatannya menjadi prioritas tertinggi, dan
Six sigma berusaha menghilangkan ketidakpastian pencapaian
tujuan bisnis. Untuk lebih mudahnya, Six sigma dapat
dijelaskan dalam dua perspektif, yaitu perspektif statistik dan
perspektif metodologi.
Perspektif Statistik, sigma dalam statistik dikenal sebagai
standar deviasi yang menyatakan nilai simpangan terhadap
nilai tengah. Suatu proses dikatakan baik apabila berjalan pada
suatu rentang yang disepakati. rentang tersebut memiliki batas,
batas atas atau USL (Upper Specification Limit) dan batas
bawah atau LSL (Lower Specification Limit) proses yang terjadi
diluar rentang disebut cacat (defect). Proses Six Sigma adalah
proses yang hanya menghasilkan DPMO (defect permillion
opportunity).
Six Sigma merupakan pendekatan menyeluruh untuk
menyelesaikan masalah dan peningkatan proses melalui fase
DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control). DMAIC
merupakan jantung analisis six sigma yang menjamin voice of
costumer berjalan dalam keseluruhan proses sehingga produk
yang dihasilkan memuaskan pelanggan.
Define adalah fase menentukan masalah, menetapkan
persyaratan-persyaratan pelanggan, mengetahui CTQ
(Critical to Quality). Fase ini tidak banyak menggunakan
statistik, tools statistik yang sering dipakai pada fase ini
adalah diagram cause & effect dan diagram pareto. kedua
tool statistik tersebut digunakan untuk mengidentifikasi
masalah dan menentukan prioritas masalah.
Measure adalah fase mengukur tingkat kecacatan
pelanggan (Y). Fase mengukur tingkat kinerja saat ini,
sebelum mengukur tingkat kinerja biasanya terlebih
dahulu melakukan analisis terhadap sistem pengukuran
yang digunakan.
Analyze adalah fase menganalisis faktor-faktor penyebab
masalah/cacat (X). Masalah-masalah yang timbul
terkadang sangat kompleks sehingga membuat kita
bingung mana yang akan kita selesaikan.
Improve adalah fase meningkatkan proses (X) dan
menghilangkan faktor-faktor penyebab cacat. Pada fase
improve banyak melibatkan uji Design of Experiment
(DoE). DoE merupakan suatu uji dengan mengubah-ubah
variabel faktor sehingga penyebab perubahan pada
variabel respon diketahui.
Control adalah fase mengontrol kinerja proses (X) dan
menjamin cacat tidak muncul. Tool yang umum digunakan
adalah diagram kontrol.
2.9 Pengembangan Produk
2.9.1 Pendekatan
Kelompok kerja pengembangan produk :
bertanggungjawab untuk mengubah produk (marketability,
manufacturability dan serviceability). Rekayasa serempak
(consurent engineering) menyangkut pengembangan produk
yang lebih cepat dengan dilakukannya tindakan terpadu atas
berbagai aspek pengembangan produk
Kelompok kerja desain untuk produksi
Kelompok kerja perekayasa nilai dan kenadalan produksi
: peningkatan desain dan spesifikasi pada tahap penelitian,
pengembangan, perancangan dan produksi
Manfaat desain rekayasa nilai dan keandalan produk :
Penurunan kerumitan produk
Standarisasi tambahan atas produk
Peningkatan aspek fungsional produk
Desain metode kerja yang lebih baik
Keamanan kerja yang lebih baik
Peningkatan keandalan produk
Rancangan untuk memperoleh produk yang handal
Kelompok kerja yang sukses mempunyai :
Dukungan dari manajemen puncak
Kepemimpinan yang memenuhi syarat dan
berpengalaman
Organisasi formal dari kelompok tersebut
Program pelatihan untuk mengajarkan keahlian dan
teknik pengembangan produk
Kelompok yang beragam dan bekerjasama
Pengalokasian staf, pendanaan, dan bantuan penjualan
yang cukup
Rancangan Mutu Handal menuntut bahwa suatu produk harus
didesain agar variasinya kecil dlam produksi atau dalam
proses perakitan tidak berdampak negatif pada produk.
2.10 Nilai Produk
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan nilai
produk, yaitu :
a. Manajer operasi harus memberi perhatian khusus pada unit
produk yang prospeknya paling baik
b. Prinsip Pareto : sumberdaya harus diinvestasikan pada
sejumlah pos penting yang sedikit
c. Analisis Produk Berdasarkan Nilai : mengidentifikasi
produk yang diurut ke bawah mulai dari kontribusinya
yang terbesar.
d. Laporan urutan produk berdasarkan nilainnya
memungkinkan manajemen mengevaluasi strategi alternatif
yang mungkin diterapkan untuk setiap produk, temasuk :
Arus kas yang meningkat, Peningkatan penetrasi pasar,
Penurunan biaya.
e. Laporan urutan produk juga memberitahu manajemen
produk mana yang tidak seharusnya dijual dan yang
investasinya perlu ditambah.
2.11 Definisi dan Dokumentasi Produk
Definisi barang atau jasa sesuai fungsinya (apa yang bisa
dimanfaatkan oleh konsumen), Produk dirancang agar fungsi
yang dapat dimanfaatkan konsumen dapat dicapai, sehingga
pilihan yang dihadapi manajemen : bagaimana cara produk
melakukan fungsinya seperti :
Spesifikasi umum barang dan jasa diperlukan untuk
memastikan produksi yang efisien
Tataletak peralatan dan kualifikasi SDM ditentukan
setelah dilakukan pendefinisian, perancangan dan
pendokumentasian barang dan jasa
Setiap organisasi membutuhkan dokumen untuk
mendefinisikan produknya
Komponen produk dinyatakan dengan gambar teknik
(engineering drawing) yang menampilkan dimensi,
toleransi, bahan mentah dan bentuk jadi dari suatu
komponen dan kemudian dimasukkan ke dalam struktur
produk (bill-of-material)
1. Membuat atau Membeli
Keputusan untuk membuat sendiri atau membeli
komponen, dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa :
Keputusan membuat : komponen apa yang akan
diproduksi
Keputusan membeli : komponen apa yang akan dibeli
Produk standar dapat dibeli dan tidak memerlukan
gambar teknik ataupun struktur produk karena
spesifikasinya dianggap cukup
2. Teknologi Kelompok
Gambar teknik yang modern mencakup aturan fasilitasi
teknologi kelompok.
Teknologi kelompok mengharuskan suatu kelompok
diidentifikasikan lewat skema pemberian kode yang
memberikan spesifikasi jenis proses dan parameter proses
tersebut
Penerapan teknologi kelompok mengarah kepada :
o Perbaikan desain
o Penurunan jumlah bahan mentah dan pembelian
o Penyederhanaan perencanaan dan pengendalian produksi
o Perbaikan jalur proses dan penggunaan mesin
o Pengembangan sel kerja
o Penurunan waktu pemasangan alat, bahan dalam proses
dan waktu produksi
Penerapan teknologi kelompok membantu seluruh
organisasi karena banyak biaya yang dapat dihemat
3. CAD/CAM (Computer Aided Design/Computer Aided
Manufacture)
Desain produk diperkaya dengan penggunaan CAD yang
menyatu dengan CAM
Manfaat CAD/CAM :
Mutu produk : CAD memberi peluang utk menyelidiki
lebih banyak alternatif, antisipasi masalah-masalah dan
bahaya
Waktu desain yang lebih pendek : semakin singkat desain
semakin murah biaya
Penurunan biaya produksi : penerapan yang lebih cepat
atas perubahan-perubahan desain sehingga menekan biaya
Ketersediaan database : konsolidasi data produk berati
penurunan biaya
Kisaran baru kemampuan : CAD/CAM menghilangkan
pekerjaan yang detil sehingga desainer dapat
berkonsentrasi pada aspek imajinasi dan konseptual
Selain CAD/CAM, VR (Virtual Reality) sangat membantu
dalam mendesain dan mengembangkan produk baru
Dokumentasi Produk
Selain produk harus diseleksi dan didesain, produk
tersebut juga harus disertai dengan dokumentasi.
Gambar perakitan : visualisasi produk berdimensi tiga
(gambar isometrik), lokasi relatif komponen digambar menurut
keterkaitan antar konponen untuk menunjukkan bagaimana
perakitan tersebut dilakukan.
Diagram perakitan : bentuk skematis cara merakit sebuah
produk. Komponen yang dibuat, dibeli atau dibuat dan dibeli
dapat ditunjukkan oleh suatu diagram perakitan.
Lembar rute/lembar proses : memuat daftar operasi
(termasuk perakitan dan inspeksi) yang diperlukan untuk
memproduksi komponen dengan bahan baku yang
dispesifikasi pada BoM (Bill-of-Material).
Perintah kerja : lembar instruksi untuk membuat sejumlah
produk tertentu dengan jadual tertentu
Pemberitahuan perubahan teknis : mengubah beberapa
aspek dari definisi atau dokumentasi produk.
Manajemen konfigurasi (membahas identifikasi,
pengendalian dan dokumentasi produk): sistem yang
digunakan untuk mengidentifikasi secara akurat konfigurasi
produk yang terencana dan berubah-ubah, dan tetap bisa
melakukan pengendalian dan keabsahan dari perubahan.
3. Desain Produk Jasa
Produk jasa terkait dengan interaksi konsumen, baik pada
tahap desain maupun tahap penyerahan produk.
Bagian besar dari biaya dan mutu jasa didefinisikan pada
tahap desain , desain yang menurunkan biaya dan
meningkatkan mutu produk.
Pendekatan pertama, desain produk sedemikian rupa
sehingga penyesuaian produk dengan keinginan konsumen
yg dapat dilakukan belakangan.
Pendekatan kedua, membuat modul produk agar
penyesuaian dilakukan dengan cara membolakbalik modul
tersebut.
Pendekatan ketiga, mendesain produk dengan membagi
jasa menjadi bagian-bagian kecil dab mengidentifikasikan
menjadi bagian yang bisa diotomatisasikan atau dikurangi
interaksinya dengan konsumen.
Pendekatan keempat, memfokuskan desain pada titik-titik
terkesan (moment of truth): saat yang menunjukkan kesan
mendalam yang bisa meningkatkan atau mengurangi
harapan konsumen.
3.1 Keandalan Produk
a) Tingginya keandalan produk memberikan dampak positif
pada kepuasan konsumen
b) Keandalan : probabilitas satu komponen (beberapa
komponen yang saling terkait) dapat berfungsi dengan tepat
dalam jangka waktu tertentu
c) Meningkatkan keandalan atau menurunkan kemungkinan
kegagalan dilakukan dengan cara :
o Meningkatkan keandalan komponen
o Memberikan unsur pendukung
Keandalan Komponen
Keandalan sistem : hasil perkalian keandalan masing-
masing komponennya. Kenadalan dicerminkan oleh
probabilitas.
Asumsinya : keandalan suatu komponen tidak tergantung
pada keandalan komponen lainnya
Rumusnya : Rs = R1 x R2 x R3 x … x Rn, dimana :
o Rs = Keandalan sistem
o 1, 2,3, ..,n = komponen sistem
Contoh : Sebuah bank memproses permohonan pinjaman
melalui tiga petugas yang diatur menjadi R1 , R2 , R3 , Rs,
dimana R1 = 0,90, R2=0,80 dan R3=0,99. Keandalan proses
pinjaman Rs = 0,90 x 0,80 x 0,99 = 0,713 atau 71,3%
Memberikan Unsur Pendukung
Unsur pendukung diberikan jika satu komponen gagal
berfungsi dan sistem mempunyai jalan ke komponen lain.
Untuk meningkatkan keandalan sistem , tambahkan
unsur pendukung sehingga kenadalan sistem = probabilitas
berfungsinya komponen pertama + probabilitas berfungsinya
komponen pendukung dikalikan dengan probabilitas
kebutuhan diadakannya komponen pendukung
Contoh : keandalan suatu sistem 0,80 dan unsur
pendukung berupa komponen lain dengan keandalan 0,80
bagaimana dengan keandalan sistem tersebut ? Rs = R1 +
(R2)(1-R2) = (0,80) + (0,80)(0,2) = 0,80 + 0,16 = 0,96
3.2 Transisi Ke Proses Produksi
Pada tahap ini, produk yang diinginkan konsumen telah
diseleksi, didesain dan didefinisikan.
Produk telah berubah dari ide menjadi definisi fungsional
kemudian menjadi prototype
Bagaimana kelanjutan pengembangan, produksi atau
malah tidak jadi apa-apa
Tugas manajemen modern adalah mengetahui proses
transisi ke proses produksi
Peningkatan kualitas atau mutu perusahaan jasa dalam upaya
membuat konsumen puas dan menjadi pelanggan tetap dapat
dilakukan dengan beberapa metode yaitu ; total quality
management, metode six sigma. Sedangkan dalam strategi
pemasaran dapat dilakukan dengan cara; pemasaran eksternal,
pemasaran internal dan pemasaran interaktif.
Pengelolaan jasa menghadapi tugas-tugas pokok, yaitu
: meningkatkan differensiasi kompetitif mereka (Increasing
Their Competitive Differentiation), meningkatkan mutu Jasa,
meningkatkan produktifitas.
Keuntungan yang dicapai dengan menghasilkan produk atau
pelayanan bermutu. Pertama, Peningkatan Pasar (Market
Gain). Mutu produk atau pelayanan yang meningkat akan
membuat produk (baik barang maupun jasa) tersebut makin
dikenal sehingga permintaan pasar meningkat dan
keuntungan perusahaan juga meningkat. Sebuah
kitchen/wardrobe yang bagus desainnya sekaligus tahan lama
akan makin banyak dikenal dan dicari orang. Demikian juga
rumah sakit atau bank yang memberikan pelayanan yang baik
kepada pasien atau nasabahnya akan makin didatangi orang
yang membutuhkan jasanya.
Keuntungan kedua adalah Penghematan Biaya (Cost Saving).
Mutu produk yang meningkat akan menurunkan biaya
produksi atau service. Cacat produk tentu akan
mengakibatkan penggantian ulang (rework) yang
membutuhkan tambahan biaya material, biaya tenaga kerja,
listrik,dll, yang mengurangi keuntungan perusahaan.
BAB 4. DESAIN TATA LETAK
Tujuan Instruksional Khusus
Mampu memahami mengenai :
Pengertian dan Jenis-jenis Tata Letak
Pendekatan Dalam Menyelesaikan Tata Letak
1. Pengertian Tata Letak
Tata letak adalah suatu keputusan penting yang menentukan
efisiensi operasi secara jangka panjang. Tata letak memiliki
banyak dampak strategis karena tata letak menentukan daya
saing perusahaan dalam hal kapasitas, proses, fleksibelitas,
biaya, kualitas lingkungan kerja, kontak dengan pelanggan dan
citra perusahaan. Tata letak yang efektif akan dapat menunjang
pelaksanaan strategi bisnis yang telah ditetapkan perusahaan
apakah diferensiasi, low cost atau respon yang cepat.
Hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan desain
tata letak adalah :
Utilisasi ruang, peralatan, dan orang yang lebih tinggi
Aliran informasi, barang atau orang yang lebih baik
Modal karyawan yang lebih baik, juga kondisi lingkungan
kerja yang lebih aman
Interaksi dengan pelanggan/klien yang lebih baik
Fleksibilitas
Untuk mendapatkan fleksibilitas dalam tata letak, para
manager melatih silang karyawan, merawat peralatan, menjaga
investasi tetap rendah, menempatkan sel kerja berdekatan, dan
menggunakan peralatan kecil yg mudah dipindahkan.
Sebuah tata letak yang efektif memfasilitasi terjadinya : aliran
bahan, manusia dan informasi di dalam-atau-antar wilayah.
Sebuah tata letak yang baik perlu menetapkan hal-hal berikut :
٥ Peralatan penangan bahan –
Manager harus memutuskan peralatan yang akan digunakan,
seperti ban berjalan, cranes, automated storage and retrieval
system, juga kereta otomatis untuk mengirim dan menyimpan
bahan.
٥ Kapasitas dan persyaratan luas ruang -
Desain tata letak dan penyediaan ruang hanya dapat dilakukan
saat persyaratan jumlah pekerja, mesin, dan perakitan
diketahui. Seperti persyaratan ruangan persegi empat minimal
berukuran 6 x 6 kaki, ditambah toilet, kantin, tangga, lift, juga
pencegahan masalah keamanan, kebisingan, debu,
temperature, dan ruangan peraltan dan mesin.
٥ Lingkungan hidup dan estetika –
Penentuan tata letak juga membutuhkan keputusan mengenai
jendela, penghijauan, dan tinggu atap untuk menyediakan
aliran udara, mengurangi kebisingan, dan menyediakan
keleluasaan pribadi.
٥ Aliran informasi –
Penentuan tata letak harus memperhatikan kelancaran
komunikasi antar divisi, misalnya jarak antar ruang, pembatas
setengah badan, atau ruang kantor terpisah.
٥ Biaya pergerakan antarwilayah kerja –
Pertimbangkan hal hal yang berkaitan dengan pemindahan
bahan dan kepentingan beberapa wilayah tertentun untuk
didekatkan satu sama lain.
2. Pendekatan Dalam Menyelesaikan Tata Letak
Terdapat enam pendekatan biasa digunakan oleh para manajer
dalam menyelesaikan permasalahan tata letak, yaitu :
1. Tata Letak Kantor
Adalah cara mengelompokkan pekerja, perlengkapan pekerja,
dan ruang dengan mempertimbangkan kenyamanan,
keamanan, dan pergerakan informasi. Hal yang membedakan
antar layout kantor dan pabrik adalah pada kepentingan
informasi. Tata letak dan fungsi kantor terus berubah akibat
perubahan teknologi. Walaupun begitu, analisis tata letak
kantor masih memerlukan pendekatan berbasis tugas,
korespondensi lewat kertas, kontrak, dokumen hukum,
dokumen klien, naskah cetak, gambar, dan desain masih
memegang peraan besar di banyak kantor.
Cara penyelesaian layout kantor adalah menggunakan analisa
diagram hubungan (relationship chart). Diagram yang
disiapkan untuk sebuah kantor desainer produk menyatakan
kepala bidang pemasaran haruslah (1) dekat dengan wilayah
desainer, (2) kurang dekat dengan sekretaris pusat, (3) tidak
dekat sama sekali dengan ruang fotokopi atau departemen
keuangan.
Pada layout ini ada dua kecenderungan yang perlu
diperhatikan. Pertama, teknologi seperti telepon seluler, pager,
fax, internet, laptop PDA menyebabkan layout perkantoran
menjadi makin fleksibel dengan memindahkan informasi
secara elektronik. Kedua, perusahaan modern menciptakan
kebutuhan dinamis akan ruang dan jasa. Kedua macam
kecenderungan ini mengakibatkan kebutuhan karyawan lebih
sedikit berada di kantor.
2. Tata Letak Toko Eceran
Merupakan sebuah pendekatan yang berkaitan dengan aliran
pengalokasian ruang dan merespon pada perilaku
konsumen. Layout ini didasarkan pada ide bahwa penjualan
dan keuntungan bervariasi kepada produk yang menarik
perhatian konsumen. Sehingga banyak manajer ritel mencoba
untuk mempertontonkan produk kepada konsumen sebanyak
mungkin. Penelitian membuktikan bahwa semakin besar
produk terlihat oleh konsumen maka penjualan akan semakin
tinggi dan tingkat pengembalian investasi semakin tinggi.
Untuk itu manajer operasional perusahaan ritel dapat
melakukan pengubahan pengaturan toko secara keseluruhan
atau alokasi tempat bagi beragam produk dalam toko.
Ada lima ide yang dapat dimanfaatkan dalam pengaturan toko
yaitu:
Tempatkan barang-barang yang sering dibeli di sekitar
batas luar toko.
Gunakan lokasi yang strategis untuk produk yang
menarik dan mempunyai nilai keuntungan besar seperti
kosmetika, asesories.
Distribusikan “produk kuat” yaitu yang menjadi alasan
utama para pengunjung berbelanja, pada kedua sisi
lorong dan letakkan secara tersebar untuk bisa dilihat
lebih banyak konsumen.
Gunakan lokasi ujung lorong karena memiliki tingkat
pertontonan yang tinggi.
Sampaikan misi toko dengan memilih posisi yang menjadi
penghentian pertama bagi consume (Servicescape).
Tujuan utama dari layout ini adalah “memaksimalkan
keuntungan luas lantai per kaki persegi”. Disamping itu ada
juga konsep yang masih diperdebatkan yaitu Biaya
Penempatan (Slotting Fees) yaitu biaya yang dibayar produsen
untuk menempatkan produk mereka pada rak di rantai ritel
atau supermarket. Disamping itu ada juga pertimbangan-
pertimbangan lain yang disebut dengan “servicescapes” yang
terdiri dari tiga elemen yaitu:
Kondisi yang berkenaan dengan lingkungan, yaitu
karakteristik latar belakang seperti tingkat kebisingan,
musik, pencahayaan, suhu, dan aroma.
Tata letak yang luas dan mempunyai fungsi, meliputi
rencana bagian penerimaan tamu, sirkulasi jalan karyawan
dan pelanggan, dan titik fokus.
Tanda-tanda, simbul dan patung yang merupakan
karakteristik desain bangunan yang memiliki arti social.
Servicescape adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh
booming dan Bitner untuk menekankan dampak lingkungan
fisik di mana suatu proses pelayanan berlangsung. Jika Anda
mencoba untuk menggambarkan perbedaan pelanggan
ditemui ketika memasuki cabang mengatakan seperti
McDonald’s dibandingkan dengan restoran keluarga kecil,
konsep servicescapes mungkin terbukti bermanfaat. Booming
dan Bitner menetapkan servicescape sebagai “lingkungan di
mana layanan ini berkumpul dan di mana penjual dan
pelanggan berinteraksi, dikombinasikan dengan komoditas
nyata bahwa kinerja atau memfasilitasi komunikasi layanan”.
Servicescape mungkin bisa disamakan dengan ‘pemandangan’.
Hal ini termasuk fasilitas eksterior (lanskap, desain eksterior,
signage, parkir, sekitar lingkungan) dan fasilitas interior
(interior desain & dekorasi, peralatan, signage, tata letak,
kualitas udara, suhu dan suasana). Servicescape bersama
dengan bukti fisik lainnya seperti kartu nama, alat tulis,
laporan penagihan, laporan, karyawan gaun, seragam, brosur,
halaman web dan bentuk servicescape virtual yang ‘Bukti fisik’
dalam pemasaran jasa.
3. Tata Letak Gudang
Storage atau warehouse atau inventory adalah gudang
penyimpanan untuk tempat menyimpan material baik bahan
baku, barang setengah jadi maupun barang jadi yang siap
dikirim ke pelanggan. Sebagian besar material disimpan di
gudang di lokasi tertentu sampai material tadi diperlukan
dalam proses produksi. Bentuk gudang tergantung ukuran dan
kuantitas komponen dalam persediaan dan karakter sistem
penanganan bahan dari produk atau kontainer yang
digunakan.
a. Fungsi inventory
٥ Memisahkan berbagai material untuk proses produksi
٥ Menyediakan material untuk pilihan pelanggan
٥ Mengambil keuntungan diskon
٥ Menjaga pengaruh inflasi
b. Receiving dan Shipping
Penempatan departemen penerimaan (Receiving) dan
pengiriman (Shipping) berpengaruh besar terhadap aliran
material. Departemen penerimaan tempat dimulainya aliran
material, sedang departemen pengiriman merupakan akhir
dari aliran material.
Sentralisasi departemen penerimaan dan pengiriman
mempunyai beberapa keuntungan, yaitu : memaksimalakan
penggunaan peralatan, memaksimalkan penggunaan personal,
efisiensi ruangan, dan pengurangan biaya fasilitas.
Tujuan tata letak gudang (warehouse layout) adalah untuk
menemukan titik optimal antara biaya penanganan bahan dan
biaya-biaya yang berkaitan dengan luas ruang dalam gedung.
Sebagai konsekuansinya adalah memaksimalkan penggunaan
sumber daya (ruang) dalam gudang, yaitu memanfaatkan
kapasitas secara penuh dengan biaya perawatan material
rendah. Biaya penanganan bahan adalah biaya-biaya yang
berkaitan dengan tranfortasi material masuk, penyimpanan,
dan transformasi bahan keluar untuk dimasukkan dalam
gudang. Biaya-biaya ini meliputi peralatan, orang, bahan, biaya
pengawasan, asuransi, dan penyusutan. Tata letak gudang
yang efektif juga meminimalkan kerusakan material dalam
gudang.
Intinya gudang diharapkan berfungsi untuk memaksimalkan
penggunaan sumber daya dan memaksimalkan pelayanaan
terhadap pelanggan dengan sumber yang terbatas. Maka
dalam perencanaan gudang dan sistem pergudangan
diperlukan hal-hal berikut ini :
Memaksimalkan penggunaan ruangan
Memaksimalkan penggunaan peralatan
Memaksimalkan penggunaan tenaga kerja
Memaksimalkan kemudahan dalam penerimaan seluruh
material dan pengiriman material
Memaksimalkan perlindungan terhadap material
c.Jenis Inventory
٥ Raw material (Bahan baku)
٥ Work-in-progress (Setengah Jadi)
٥ Maintenance/repair/operating supply
٥ Finished goods (Barang Jadi)
Dari beberapa jenis gudang di atas, penyimpanannya
dilakukan dengan beberapa cara. Antara lain dengan masa
waktu penyimpanan, yang dibedakan menjadi dua yaitu
gudang temporare yang berarti material yang disimpan hanya
untuk sementara, dan gudang semi permanent yaitu tempat
untuk penyimpanan material yang kemudian siap untuk
dilakukan pengiriman material.
1. Penyimpanan Sementara
Suatu proses produksi yang dilakukan dengan melewati
beberapa proses akan menghasilkan material setengah jadi,
yaitu material yang harus menunggu dilakukan proses
berikutnya. Barang setengah jadi ini yang telah diproses pada
suatu proses harus disimpan dahulu untuk melaksanakan
proses berikutnya. Untuk material setengah jadi proses
penyimpanan dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama,
material tersebut disimpan dalam tempat tertentu yang agak
lama untuk proses berikutnya sampai material tersebut
diperlukan kembali. Kedua, menaruh barang setengah jadi
tersebut dengan berada dekat mesin atau tempat kerja.
2. Penyimpanan Semi Permanent
Penyimpanan semi permanent merupakan penyimpanan
untuk material- material menunggu perintah untuk
dikeluarkan. Yang termasuk dalam penyimpanan ini adalah
material produk jadi, material sisa, skrap, dan barang buangan
yang masih sering dibutuhkan.
3.Fungsi penerimaan
Untuk kelancaran proses penerimaan maka beberapa fasilitas
diperlukan departemen penerimaan yaitu :
Area yang cukup untuk penempatan angkutan.
Dock door atau pintu dermaga sesuai dengan alat angkut
yang keluar masuk pabrik.
Dockboard : suatu alat sebagai jembatan penghubung antara
lantai dock dan lantai trailer, untuk memudahkan
perpindahan material dari trailer ke dock.
Area untuk pallet atau peti kemas material produk.
Area untuk penempatan produk sebelum dilakukan
pengiriman.
Suatu kantor untuk kegiatan administrasi.
1. Fasilitas lain : area untuk gang, jalan masuk, dan
sebagainya.
Fungsi Pengiriman
Terdapat beberapa faktor yang harus diperhitungkan dalam
proses pengiriman. Pertama, kondisi material yang akan
didistribusikan. Kedua, sifat fisik dari material tersebut.
Ketiga, metode penanganan / pemindahan material termasuk
alat pengangkutannya. Keempat, beban kerja: jumlah
pengiriman per satuan waktu, volume yang dibawa tiap kali
pengiriman, jumlah dan jadwal kedatangan alat angkut.
Terakhir adalah lokasi daerah pengiriman, dll.
Layout: Departemen Pengiriman
Area pengiriman meliputi area untuk pengepakan,
penimbangan, pelabelan, gang tempat parkir trailer, jalan
masuk dan kantor serta area istirahat untuk pengemudi trailer.
Bila area pengiriman dan penerimaan satu lokasi, maka luas
area yang digunakan sama ditambah area pengepakan dan
aktivitas pengiriman lainnya.
a. CROSS- DOCKING
Cross-docking adalah menghindari penempatan material atau
barang-barang dalam gudang dengan langsung memprosesnya
saat diterima. Artinya bahan dipindahkan langsung dari
penerima untuk pengiriman dan tidak ditempatkan dalam
penyimpanan di gudang. Dalam sebuah fasilitas manufaktur,
produk diterima langsung pada lini perakitan. Pada sebuah
pusat distribusi, muatan yang telah diberi label dan disusun
sebelumya tiba pada dok pengiriman untuk dirute ulang
sehingga menghindari aktivitas penerimaan secara formal,
perhitungan stok/penyimpanan, dan pemilihan pesanan.
Karena aktivitas ini tidak menambah nilai pada produk, jika
dihapuskan, penghematan biayanya akan sebesar 100%.
Walaupun Cross-Docking mengurangi biaya penanganan
bahan, persediaan, dan fasilitas, namun hal ini memerlukan
penjadwalan yang ketat dan juga identifikasi produk yang
datang secara akurat dengan sistem barcode.
b. RANDOM STOCKING
Automatic Identification System (AIS) biasanya berbentuk
barcode, mengerjakan identifikasi barang secara akurat dan
cepat. Jika AIS dipadukan dengan sistem informasi manajemen
yang efektif, maka manajer operasi dapat mengetahui jumlah
dan lokasi setiap unit yang ada. Informasi ini dapat digunakan
dengan operator manusia atau dengan ASRS untuk memuat
unit di mana pun di dalam gudang-secara acak. Jumlah dan
lokasi persediaan yang akurat berarti pemanfaatan fasilitas
keseluruhan secara potensial karena ruang tidak perlu
dipersiapkan untuk unit penjaga persediaan (stock-keeping
unit-SKU) atau keluarga komponen. Sistem random stocking
yang terkomputasi meliputi tugas-tugas berikut:
Membuat daftar lokasi “terbuka” atau yang tersedia.
Membuat catatan persediaan sekarang secara akurat dan
juga lokasinya.
Mengurutkan barang-barang dalam urutan tertentu untuk
meminimalkan waktu perjalanan yang dibutuhkan untuk
“mengambil” pesanan. Menggabungkan pesanan untuk
mengurangi waktu penjemputan.
Menugaskan barang atau sekumpulan barang tertentu,
seperti barang-barang yang sering digunakan pada
wilayah gudang tertentu sehingga jarak tempuh total
dalam gudang dapat diminimalkan.
Secara acak, sistem perhitungan persediann dapat
meningkatkan pemanfaatan fasilitas dan menurunkan biaya,
tenaga kerja, tetapi membutuhkan catatan yang akurat.
c. Customizing
Walaupun gudang diharapkan dapat menyimpan produk
sekecil mungkin dan menyimpannya dalam waktu sesingkat
mungkin, sekarang, permintaan yang ada adalah bagaimana
gudang dapat mengustomisasikan produk. Gudang dapat
menjadi tempat di mana nilai produk ditambahkan melalui
kustomisasi. Kustomisasi gudang biasanya merupakan cara
yang baik dalam menghasilkan keunggulan bersaing pada
pasar di mana terdapat perubahan produknya terjadi sangat
cepat. Sebagai contoh, gudang dapat menjadi tempat di mana
komponen computer dipasang, peranti lunaknya dimuat, dan
perbaikannya dilakukan. Gudang juga menyediakan label dan
pengemasan yang terkostumisasi untuk pedagang eceran
sehingga barang yang datang dapat langsung dipajang.
Saat ini, semakin banyak gudang yang ditempatkan
bersebelahan dengan bandara besar, seperti dalam fasilitas
yang dimiliki oleh terminal Federal Express di Memphis.
Menambahkan nilai gudang yang bersebelahan dengan
bandara besar memungkinkan dilakukannya pengiriman
dalam satu malam. Sebagai contoh, jika terminal computer
Anda rusak, penggantinya dapat dikirimkan kepada anda dari
sebuah gudang untuk diantarkan keesokan paginya. Saat
terminal lama Anda tiba kembali ke gudang, terminal itu akan
diperbaiki dan dikirim kepada orang lain lagi. aktivitas
penambahan nilai seperti ini pada “gudang semu”
mengontribusikan strategi-strategi kustomisasi, biaya rendah,
dan respons cepat.
4.Tata Letak dengan Posisi Tetap
Pada tata letak ini, proyek tetap berada di satu tempat,
sementara para pekerja dan peralatan datang ke tempat
tersebut. Contoh jenis proyek seperti ini adalah proyek
pembuatan kapal, jalan laying, jembatan, rumah dan meja
operasi di ruang operasi rumah sakit.
Jika tidak dikembangkan dengan baik, tata letak ini akan
bertambah kerumitannya dikarenakan tiga factor. Pertama,
terbatasnya tempat pada semua lokasi produksi. Kedua, setiap
tahapan yang berbeda pada proses konstruksi membutuhkan
bahan yang berbeda, oleh karena itu banyak hal menjadi
penting sejalan dengan perkembangan proyek. Ketiga, volume
bahan yang dibutuhkan bersifat dinamis sesuai perkembangan
proyek.
Karena permasalahan tata letak dengan posisi tetap sulit
dipecahkan di lokasi, strategi alternative yang ada adalah
melengkapi proyeknya sedapat mungkin di luar lokasi atau
berubah menjadi strategi yang lebih berorientasi pada produk.
Contoh penerapan tata letak dengan posisi tetap :
Pelayanan jasa dengan tata letak posisi tetap adalah ruang
operasi, pasien tetap diam di mejas, serta personel medis
dan peralatan dibawa ke lokasi.
Dalam pembuatan kapal, terdapat ruang terbatas di
sebelah tata letak dengan posisi tetap yang disebut
loading area platen. Ruang ini digunakan selama berbagai
periode waktu bagi setiap kontraktor.
Sebuah rumah yang dibangun dengan tata letak posisi
tetap akan dikerjakan di tempat dengan peralatan, bahan
dan pekerja yang dibawa ke lokasi untuk “rapat para
pedagang” untuk menentukan ruang untuk berbagai
periode waktu. Namun, foto rumah ini dibangun dalam
dua modul yang bergerak dalam sebuah pabrik. Rangka
tempat berpijak (scaffolding) dan alat pengangkat barang
berat (hoist) membuat pekerjaan menjadi lebih mudah,
cepat, mudah, dan lingkungan kerja yang berada dalam
ruangan juga menambah produktivitas.
5. Tata Letak Berorientasi Proses
Tata letak yang berorientasi pada proses (process-oriented
layout) dapat menangani beragam barang atau jasa secara
bersamaan. Ini merupakan cara tradisional untuk mendukung
sebuah strategi diferensiasi produk. Tata letak ini paling efisien
di saat produk yang memiliki persyaratan berbeda, atau di saat
penanganan pelanggan, pasi en atau klien dengan kebutuhan
yang berbeda. Tata letak yang berorientasi pada proses
biasanya memiliki strategi volume rendah dengan variasi
tinggi.
Pada tugas akhir ini hanya dibahas mengenai layout dari lokasi
departemen. Dengan penataan lokasi departemen yang baik,
diharapkan perusahaan mendapat keuntungan, antara lain :
- Biaya penanganan bahan baku menjadi minimal.
- Penggunaan ruangan yang efisien.
- Mencegah terjadinya kemacetan aliran bahan.
- Penggunaan tenaga kerja yang efisien.
- Mengurangi waktu yang diperlukan dalam proses pabrikasi
atau untuk melayani konsumen.
Dalam perancangan tata-letak berorientasi proses, taktik yang
paling umum adalah mendekatkan departemen-departemen
yang mempunyai interaksi tinggi sehingga meminimumkan
biaya penanganan material. Untuk menghitung biaya aliran
material dari satu departemen ke departemen lainnya, dapat
digunakan rumus matematika berikut ini :
Dengan
n= jumlah total pusat kerja atau departemen
Z = biaya total aliran material
Cij = biaya memindah satu material dari departemen i ke
departemen j , dengan i ≠ j .
Fij = aliran material dari departemen i ke departemen j ,
dengan I ≠ j
Dij = jarak departemen i ke departemen j ,dengan i ≠ j .
i, j = departemen-departemen individual atau nomor
departemen.
Perhitungan biaya aliran material dengan menggunakan
rumus di atas dapat dilakukan dengan perhitungan manual,
tetapi jika jumlah departemen yang harus ditangani banyak
maka perhitungan tersebut akan terasa menjemukan dan
membuangbuang waktu dan tenaga. Pada masa sekarang
banyak aplikasi komputer yang dibuat khusus untuk
menangani masalah tata-letak departemen seperti CRAFT
(Computerized Relative Alocation of Facilities Technique),
PREP (Plant Relayout And Evaluation Package), ALDEP
(Automated layout Design Program), CORELAP
(Computerized Relationship Layout Planning), dan masih
banyak lagi. Aplikasi komputer yang akan digunakan sebagai
referensi dalam pembuatan tugas akhir ini adalah aplikasi
CRAFT.
Kelebihan dan Kelemahan Tata Letak Berorientasi Pada
Proses
Kelebihan utama dari tata letak ini adalah adanya fleksibilitas
peralatan dan penugasan tenaga kerja. Sebagai contoh, jika
terjadi kerusakan pada satu mesin, proses produksi secara
keseluruhan tidak perlu berhenti; pekerjaan dapat dialihkan
pada mesin lain dalam departemen yang sama. Tata letak ini
juga sangat baik untuk menangani produksi komponen dalam
batch yang kecil, atau disebut job lot, dan untuk memproduksi
beragam komponen dalam ukuran dan bentuk yang berbeda.
Kelemahan tata letak ini terletak pada peralatan yang biasanya
memiliki kegunaan umum. Pesanan akan menghabiskan waktu
lebih lama untuk berpindah dalam sistem karena penjadwalan
yang sulit, penyetelan mesin yang berubah, dan penanganan
bahan yang unik. Sebagai tambahan, peralatan yang memiliki
kegunaan umum, membutuhkan tenaga kerja yang terampil,
dan persediaan barang setengah jadi menjadi lebih tinggi
karena adanya pelatihan dan pengalaman yang dibutuhkan,
dan jumlah barang setengah jadi yang tinggi membutuhkan
modal yang lebih banyak.
Tata Letak Ruang Gawat Darurat yang menunjukkan Rute dari
2 Pasien
6. Tata letak Sel Kerja
Pengaturan sel kerja digunakan di saat volume memerlukan
pengaturan khusus mesin dan peralatan. Dalam lingkungan
manufaktur, teknologi kelompok mengidentifikasi produk
yang memiliki karakteristik sama dan kemungkinkan tidak
hanya batch tertentu (sebagai contoh, beberapa unit dari
produk yang sama) tetapi juga sekumpulan batch, untuk
diproses dalam sel kerja tertentu. SeI kerja dapat dilihat sebagai
sebuah kasus khusus dan tata letak yang berorientasi pada
proses. Walaupun ide sel kerja pertama kali diperkenalkan oleh
R. E. Flanders pada tahun 1925, hanya dengan meningkatnya
penggunaan teknologi kelompok maka teknik tersebut semakin
teruji.
Ide sel kerja (work cell) adalah untuk mengatur ulang orang
dan mesin yang biasanya tersebar pada departemen proses
yang beragam dan sewaktu-waktu mengatur mereka dalam
sebuah kelompok kecil, sehingga mereka dapat memusatkan
perhatian dalam membuat satu produk atau sekumpulan
produk yang saling berkaitan. Oleh karena itu, sel kerja
dibangun di sekitar produk. Sel kerja ini dikonfigurasi ulang
sewaktu desain atau volume produk berubah.
Keunggulan Sel kerja adalah:
Mengurangi persediaan bahan setengah jadi karena Sel
kerja di-set untuk menghasilkan keseimbangan aliran dari
mesin ke mesin.
Ruang yang dibutuhkan lebih sedikit karena
berkurangnya persediaan bahan setengah jadi yang
diperlukan di antara mesin.
Mengurangi persediaan bahan baku dan barang jadi
karena adanya bahan setengah jadi yang lebih sedikit,
menyebabkan adanya pergerakan bahan yang lebih cepat
melalui sel kerja.
Mengurangi biaya tenaga kerja langsung karena adanya
peningkatan komunikasi antar karyawan, aliran bahan
yang lebih baik, dan penjadwalan yang lebih baik.
Meningkatkan partisipasi karyawan dalam organisasi dan
produk karena karyawan dapat menerima tanggung
jawab yang lebih dan kualitas produk yang dikaitkan
secara Iangsung kepada mereka dan sel kerja mereka.
Meningkatkan penggunaan peralatan dan mesin karena
adanya penjadwalan yang lebih baik dan aliran bahan
yang lebih cepat. Mengurangi modal pada mesin dan
peralatan karena tingkat pemanfaatan fasilitas yang baik
mengurangi jumlah mesin dan jumlah peralatan dan
perangkat.
Pada contoh rumah sakit rawat jalan dengan enam departemen
ini, CRAFT telah menyusun ulang tata letak awalnya (a)
dengan biaya sebesar $20.100 menjadi tata letak baru dengan
biaya sebesar $14.390 (b). CRAFT melakukan ini dengan
pengujian departemen secara berpasangan dan sistematis
untuk melihat apakah memindahkan mereka menjadi saling
berdekatan satu sama lain akan menurunkan biaya total.
Syarat Sel Kerja
Persyaratan produksi selular meliputi: dentifikasi produk,
sering kali dengan menggunakan kode teknologi kelompok
atau yang sejenisnya. Tingkat pelatihan dan fleksibilitas
karyawan yang tinggi. Sel kerja dibangun pertama kali oleh
dukungan staf, atau karyawan yang fleksibel dan imajinatif.
Pengujian (poka-yoke) terdapat pada setiap stasiun dalam sel.
Sel kerja setidaknya memiliki lima keuntungan dibandingkan
dengan fasilitas lini perakitan dan proses : Pertama, karena
tugas- tugas dapat dikelompokan maka pengujian dapat
dilakukan segera. Kedua, pekerja yang diperlukan lebih
sedikit. Ketiga, para pekerja dapat menjangkau wilayah kerja
secara lebih luas. Keempat, wilayah kerja dapat diseimbangkan
secara Iebih efisien. Kelima, komunikasi ditingkatkan.
Sekitar 40% dari pabrik di Amerika Serikat yang memiliki
karyawan kurang dari 100 orang menggunakan jenis sistem
selular, di mana 74% dan pabrik-pabrik besar yang disurvei
telah mengadopsi metode produksi selular. Sebagai contoh,
Bayside Controls di Queens, New York. Selama sepuluh tahun
terakhir telah meningkatkan penjualannya dari $300.000
menjadi $11 juta per tahun. Sebagian besar keuntungan ini
dikaitkan dengan peralihan perusahaan ini menjadi
manufaktur selular. Sebagaimana yang terlihat dalam kotak
Penerapan MO, Rowe Furnitur tadi memperoleh kesuksesan
yang serupa dengan sel kerja.
Mengisi dan Menyeimbangkan Sel Kerja
Jika sel kerja telah memiliki peralatan yang diperlukan dalam
urutan yang benar, tugas kita selanjutnya adalah mengisinya
dengan staf dan menyeimbangkannya. Produksi yang efisien
dalam sel kerja membutuhkan pengisian staf yang tepat. Hal
ini melibatkan dua langkah. Menentukan waktu takt yaitu laju
produksi barang yang dibutuhkan untuk memenuhi
permintaan pelanggan. Menentukan jumlah operator yang
dibutuhkan. Artinya kita bagi waktu operasi total dalam sel
kerja dengan waktu takt.
7. Tata Letak Berorientasi Produk
Tata letak yang berorientasi pada produk disusun di sekeliling
produk atau keluarga produk yang sama yang memiliki
volume tinggi dan bervariasi rendah. Produksi yang berulang
dan kontinu, menggunakan tata letak produk. Asumsi yang
digunakan adalah:
- Volume yang ada mencukupi untuk utilisasi peralatan yang
tinggi.
- Permintaan produk cukup stabil untuk memberikan
kepastian akan penanaman modal yang besar untuk
peralatan khusus.
- Produk distandarisasi atau mendekati sebuah fase dalam
siklus hidupnya, yang memberikan penilaian adanya
penanaman modal pada peralatan khusus.
- Pasokan bahan baku dan komponen mencukupi dan
mempunyai kualitas yang seragam (cukup terstandarisasi)
untuk memastikan bahwa mereka dapat dikerjakan dengan
peralatan khusus tersebut.
- Terdapat dua jenis tata letak yang berorientasi pada produk,
yaitu lini pabrikasi dan perakitan. Lini pabrikasi (fabrication
line) membuat komponen seperti ban mobil dan komponen
logam sebuah kulkas pada beberapa mesin. Lini perakitan
(assembly line) meletakan komponen yang dipabrikasi
secara bersamaan pada sekumpulan stasiun kerja. Kedua
lini ini merupakan proses yang berulang, dan dalam kedua
kasus, lini ini harus “seimbang”, yaitu waktu yang
dihabiskan untuk mengerjakan suatu pekerjaan harus sama
atau seimbang dengan waktu yang dihabiskan untuk
mengerjakan pekerjaan pada mesin berikutnya pada lini
pabrikasi, sebagaimana waktu yang dihabiskan pada satu
stasiun kerja oleh seoarang pekerja di lini perakitan harus
“seimbang” dengan waktu yang dihabiskan pada stasiun
kerja berikutnya yang dikerjakan oleh pekerja berikutnya.
Keuntungan utama dari tata letak yang berorientasi pada
produk
- Rendahnya biaya variabel per unit yang biasanya dikaitkan
dengan produk yang terstandarisasi dan bervolume tinggi.
- Biaya penanganan bahan yang rendah.
- Mengurangi persediaan barang setengah jadi.
- Proses pelatihan dan pengawasan yang lebih mudah.
- ,Hasil keluaran produksi yang lebih cepat.
Kelemahan tata letak yang berorientasi pada produk
Dibutuhkan volume yang tinggi, karena modal yang
diperlukan untuk menjalankan proses cukup besar.
Adanya pekerjaan yang harus berhenti pada setiap titik
mengakibatkan seluruh operasi pada lini yang sama juga
terganggu.
Fleksibilitas yang ada kurang saat menangani beragam
produk atau tingkat produksi yang berbeda.
Karena permasalahan lini pabrikasi dan lini perakitan
serupa, pembahasan kali ini ditujukan pada lini perakitan.
Pada sebuah lini perakitan, biasanya sebuah produk
berjalan melalui wahana yang otomatis, seperti sebuah
ban berjalan, melalui serangkaian stasiun kerja hingga
selesai. Ini merupakan cara mobil dirakit, televisi dan
pemanggang kue dibuat, dan roti lapis pada restoran
cepat saji dibuat. Tata letak yang berorientasi pada
produk menggunakan peralatan yang lebih otomatis dan
didesain secara khusus dari pada tata letak yang
berorientasi pada proses.
Penyeimbangan lini perakitan
Lini perakitan biasanya dilaksanakan untuk meminimalkan
ketidakseimbangan antara mesin atau karyawan dan
memenuhi output yang dibutuhkan dari lini perakitan. Untuk
dapat memproduksi pada tingkat tertentu, pihak manajemen
harus mengetahui perkakas, peralalatan, dan metode kerja
yang digunakan. Kemudian persyaratan waktu untuk setiap
tugas perakitan (seperti membuat lubang, mengencangkan
baut, atau mengecat komponen dengan cara menyemprot)
harus ditentukan. Manajemen juga harus mengetahui
hubungan prioritas antar – aktivitas – yaitu, urutan beragam
tugas yang harus dikerjakan.
Diagram preseden
Pemahaman : Diagram tersebut membantu menstruktur lini
perakitan dan stasiun kerja, serta membuat kita semakin
mudah memvisualisasikan langkah – langkah tugasnya.
Seimbangkan lini perakitan dengan memberikan tugas
perakitan tertentu pada setiap stasiun kerja. Keseimbangan
yang efisien dapat melengkapi perakitan yang dibutuhkan,
mengikuti urutan yang telah ditentukan, dan menjaga
supaya waktu kosong pada setiap stasiun kerja tetap
minimal. Berikut prosedur formal untuk mengerjakan hal
ini.
a) Mengidentifikasi daftar tugas utama.
b) Menghilangkan tugas – tugas yang telah diberikan
pada stasiun kerja tertentu.
c) Menghilangkan tugas – tugas yang memiliki
hubungan preseden yang tidak dapat dipenuhi.
d) Menghilangkan tugas – tugas yang tidak cukup
waktunya untuk dilaksanakan pada stasiun kerja.
e) Menggunakan salah satu “Heuristik” penyeimbang
lini yang dijelaskan pada tabel B. Terdapat lima
pilihan :
- Waktu pengerjaan terpanjang
- Tugas yang paling sering diikuti
- Bobot posisi berperingkat
- Waktu tugas terpendek
- Jumlah tugas lanjutan yang paling sedikit
Beberapa cara ini dapat dicoba untuk melihat heuristik yang
menghasilkan solusi terbaik yaitu jumlah stasiun kerja yang
paling sedikit dengan efisiensi yang tertinggi. Akan tetapi,
walaupun heuristik dapat memberikan solusi, tidak dijamin
bahwa solusi yang dihasilkan ini paling optimal.
BAB 5. PENGENDALIAN PROSES
STATISTIKAL
Tujuan Instruksional Khusus
Mampu memahami mengenai :
Pengertian dasar pengendalian proses statistikal
Pengertian Kualitas dalam konteks SPC
Penggunaan SPC dalam Manajemen Bisnis Total
Definisi Variasi dalam Konteks SPC
1. Pengertian Pengendalian proses Statistikal
Pengendalian proses Statistikal (Stastical Process Control = SPC)
adalah suatu system yang mulai digunakan sejak tahun 1970-
an untuk menjabarkan penggunaan teknik-teknik system
(statistical techniques) dalam memantau dan meningkatkan
performasni proses menghasilkan suatu produk berkualitas.
Pada tahun 1950-an sampai 1960-an digunakan system
Pengendalian kualitas Statistikal (Statistical Quality Control = SQC)
yang memiliki pengertian sama dengan Pengendalian Proses
Statistikal (Statistical Process Control = SPC).
Pengendalian kulitas merupakan aktivitas teknik dan
manajemen, melalui mana kita mengukur karakteristik kualitas
dari output (barang dan/atau jasa), kemudian
membandingkan hasil pengukuran itu dengan spesifikasi
output yang diinginkan pelanggan, serta mengambil tindakan
perbaikan yang tepat apabila ditemukan perbedaan antara
performasni system dan standar.
Berdasarkan uraian diatas, kita boleh mendefinisikan
pengendalian proses system (SPC) sebagai suatu metodologi
pengumpulan dan analisis data kualitas, serta penentuan dan
interprestasi pengukuran-pengukuran yang menjelaskan
tentang proses dalam suatu system industri, untuk
meningkatkan kualitas dari output guna memenuhi kebutuhan
dan ekspektasi pelanggan.
2. Pengertian Kualitas dalam konteks SPC
Dalam konteks pembahasan tentang pengendalian proses
statistikal, terminologi kualitas didefinisikan sebagai
konsistensi peningkatan atau perbaikan dan penurunan variasi
karakteristik dari suatu produk (barang dan/atau jasa) yang
dihasilkan, agar memenuhi kebutuhan yang telah
dispesifikasikan, guna meningkatkan kepuasan pelanggan
internal maupun eksternal.
Dengan demikian pengertian kualitas dalam konteks
pengendalian proses statistikal adalah bagaimana baiknya
suatu output (barang dan/atau jasa) itu memenuhi spesifikasi
dan toleransi yang ditetapkan oleh bagian desain dari suatu
perusahaan.
Spesifikasi dan toleransi yang ditetapkan oleh bagian desain
produk yang disebut sebagai kualitas desain (quality of desaign)
harus berorientasi kepada kebutuhan atau keinginan
konsumen (orientasi pasar).
Pada dasarnya suatu pengukuran performansi kualitas dapat
dilakukan pada tiga tingkat, yaitu : pada tingkat proses (proses
level), tingkat output (output level), dan tingkat outcome
(outcome level). Pengendalian proses statistikal (Statistical
Process Control = SPC) dapat diterapkan pada ketiga tingkat
pengukuran performasi kualitas itu. Ketiga tingkat
pengukuran performansi kualitas tersebut adalah :
a. Pengukuran pada tingkat proses, yang mengukur setiap
langkah atau aktivitas dalam proses dan karakteristik input
yang diserahkan oleh pemasok (supllier) yang mengendalikan
karakteristik output yang diinginkan. Tujuan dari pengukuran
pada tingkat ini adalah mengidentifikasi perilaku yang
mengatur setiap langkah dalam proses, dan menggunakan
ukuran-ukuran ini untuk mengendalikan operasi serta
memperkirakan output yang akan dihasilkan sebelum output
itu diproduksi atau diserahkan ke pelanggan. Beberapa contoh
ukuran pada tingkat proses yang menggambarkan performansi
kualitas adalah : lama waktu menjawab panggilan telepon,
banyaknya panggilan telepon yang tidak dikembalikan ke
pelanggan, konfirmasi terhadap waktu penyerahan yang
dijanjikan, persentasematerial cacat yang diterima dari
pemasok, siklus waktu produk (product cycle times), banyaknya
inventori barang setengah jadi (work-in-process inventory), dll.
b. Pengukuran pada tingkat output, yang mengukur
karakteristik output yang dihasilkan dibandingkan terhadap
spesifikasi karakteristikyang diinginkan pelanggan. Beberapa
contoh ukuran pada tingkat output adalah banyaknya unit
produk yang tidak memenuhi spesifikasi tertentu yang
ditetapkan (banyaknya produk cacat), tingkat efektivitas dan
efisiensi produksi, karakteristik kualitas dari produk yang
dihasilkan, dll.
c. Pengukuran pada tingkat outcome, yang mengukur
bagaimana baiknya suatu produk yang memenuhi kebutuhan
dan ekspektasi pelanggan, jadi mengukur tingkat kepuasan
pelanggan dalam mengkonsumsi produk yang diserahkan.
Pengukuran pada tingkat outcome merupakan tingkat tertinggi
dalam performansi kualitas. Beberapa contoh ukuran pada
tingkat tertinggi dalam pengukuran performansi kualitas.
Beberapa contoh ukuran pada tingkat outcome adalah :
banyaknya keluhan pelanggan yang diterima, banyaknya
produk yang dikenbalikan oleh pelangan, tingkat ketepatan
waktu sesuai dengan waktu yang dijanjikan, dll.
3. Penggunaan SPC dalam Manajemen Bisnis Total
Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat di pasar
global, Harington dan Harington (1995) mengemukakan bahwa
dewasa ini di Amerika Serikat telah mulai dikembangkan apa
yang disebut manajemen bisnis total (total busines manajemen,
TBM) dalam sistem industri modern.
Manajemen Bisnis total mengintegrasikan manajemen
produktivitas total (total productivity management, TPM),
manajemen kualitas total (total quality management, TQM),
manajemen sumber daya total (total technology management,
TRM), manajemen teknologi total (total technology management,
TQM), dan manajemen total biaya (total cost management, TCM),
melalui pengembangan sumber daya manusia yang andal
untuk memperoleh hasil optimum yang berorientasi pada
kepuasan pelanggan (customers’ satisfaction).
Sasaran akhir dari manajemen bisnis total adalah
meningkatkan kepuasan pelanggan melalui perbaikan proses
dari sistem industri secara terus-menerus (continouns process
improvement) menggunakan manajemen perbaikan total (total
improvement management). Konsep manajemen bisnis total yang
dikemukakan ini dapat ditunjukkan dalam Gambar 13
INPUT
Bahan baku
Bahan Setngah Jadi
Komponen
Dll. X1, X2,.., Xp
OUTPUT
Z1, Z2, .., Zq
Gambar 13 Diagram Hubungan Input-Output Proses Produksi
Suatu proses dalam sistem produksi dapat didefinisikan
sebagai integrasi sekuensial dari tenaga kerja, material,
informasi, metode kerja, dan mesin atau peralatan, dalam suatu
lingkungan guna menghasilkan nilai tambah bagi produk agar
dijual dengan harga kompetitif di pasar. Suatu proses
mengkonversi input terukur ke dalam output terukur melalui
sejumlah langkah sekuensial yang terorganisasi.
Definisi lain dari proses adalah suatu kumpulan tugas yang
dikaitkan melalui suatu alairan material dan informasi yang
Input
Terkontrol
PROSES
PRODUKSI
Input Tidak
Terkontrol
Pengukuran
Evaluasi
Pengendalian
mentransformasikan berbagai input ke dalam output yang
bermanfaat atau bernilai tambah tinggi. Suatu proses memiliki
kapabilitas atau kemampuan untuk menyimpan material (yang
diubah menjadi barang setengah jadi) dan informasi selama
transformasi berlangsung. Sebagai contoh tentang proses,
bayangkan sebuah pabrik perakitan yang menggunakan bahan
baku berbentuk parts dan komponen. Material ini secara
bersama-sama dengan peralatan modal, tenaga kerja, energi,
informasi, manajerial, dll., ditransformasikan ke dalam mobil.
Transformasi ini disebut sebagai perakitan akhir (final assembly)
dan outputnya berupa sebuah mobil. Contoh lain : sebuah
restoran menggunakan input dalam bentuk yang belum
diproses atau semiproses, energi, informasi, tenaga kerja,
perlatan masak, manjerial., untuk selanjutnya
ditransformasikan ke dalam makanan yang siap dihidangkan.
Salah satu cara yang umum digunakan untuk
menggamabarkan proses dari sistem produksi adalah diagram
alir proses (proses flow diagram). Diagram alir dari suatu
hipotesis ditunjukkan dalam Gambar 14
Perlu diperhatikan bahwa setiapa proses dari suatu sistem
produksi memiliki spesifikasi yang berbeda. Sebagai misal :
proses produksi semen berbeda dengan proses produksi ban.
Kendati demikian, secara umum terdapat tiga kategori untuk
semua aktivitas dalam proses. Ketiaga kategori itu adlah :
tugas-tugas (tasks), aliran-aliran (flow), dan peyimpanan
(storage).
Suatu tugas atau aktivitas dikatakan memiliki nilai tambah
apabila bahan-bahan beberapa input pada tugas itu akan
memberikan nilai tambah produk (barang dan/atau jasa)
sesuai yang diinginkan konsumen. Beberapa contoh dari tugas
yang memiliki nilai tambah : (1) pengoperasian peralatan bor
untuk mengubah sepotong logam tanpa cacat, (2) pengujian
material untuk meyakinkan bahwa material itu sesuai standar
yang ditetapkan, (3) menerbangkan sebuah pesawat terbang
dengan baik, (4) pembiusan dengan tepat terhadap pasien
sebleum operasi, (5) pendaftaran kembali mahasiswa suatu
tugas sering dibutuhkan penambahan tenaga kerja pada
produk dengan atau tanpa pengguna modal. Dalam beberapa
kasus, apabila bentuk otomatisasi dari proses telah terjadi,
modal dan/atau material sering mensubsitusikan tenaga kerja
dalam tugas tertentu.
LINGKUNGAN
Keterangan :
= Aliran Material Pesanan Konsumen
= Aliran Informasi atau Permintaan Pasar
Gambar 14. Diagram Alir Proses Hipotesis dari Sistem
produksi
Terdapat dua jenis aliran yang perlu dipertimbangkan dari
setiap proses dalam sistem produksi, yaitu : aliran material
atau barang setengah jadi dan aliran informasi. Aliran material
terdapat apabila material dipindahkan dari satu tugas ke tugas
Inventor
y Bahan
Baku
Tugas
A
Tugas
B
Tug
as C Tug
as D
Inventor
y
Work-in-
Process
(WIP)
Tug
as E
Inventory
Bahan
Jadi
Catatan
dan
Pengendalia
n
INPUT
OUTPUT
berikutnya, atau dari beberapa tugas ke tempat penyimpanan,
atau sebaliknya. Selama aliran material berlangsung, terjadi
penambahan tenaga kerja dan/atau modal karena
membutuhkan tenaga kerja dan/atau peralatan untuk
memindahkan material atau barang setengah jadi itu.
Perbedaan antara aliran (flow) dan tugas (tasks) adalah bahwa
aliran mengubah posisi dari barang dan/atau jasa (tidak
memberikan nilai tambah), sedangkan tugas mengubah
karakteristik (memberikan nilai tambah), sedangkan tugas
mengubah karakteristik (memberikan nilai tambah) pada
barang dan/atau jasa. Dalam sistem produksi modern, seperti
Just-In-Time (JIT), pergerakan atau perpindahan suatubarang
dari satu tempat ke tempat yang lain dalam proses produksi
diklasifikasikan sebagai pemborosan (waste). Karena itu, tata
letak (layout) mesin menjadi pertimbangan utama untuk
meminimumkan pemborosan karena pemindahan barang itu.
Aliran unformasi mengawali dan membantu dalam proses
produksi suatu barang dan/atau jasa. Instruksi-instruksi yang
diberikan dalam proses produksi, merupakan contoh dari
aliran informasi.
Kategori ketiga dari aktivitas dalam proses produksi adalah
penyimpanan (storage). Suatu penyimpanan terjadi apabila
tidak ada tugas yang dilakukan serta barang dan/atau jasa itu
sedang dipindahkan. Dengan kata lain, penyimpanan adalah
segala sesuatu yang bukan tugas atau aliran. Dalam sistem
produksi modern, seperti Just-In Time (JIT), Penyimpanan juga
dianggap sebagai pemborosan (waste) karena tidak
memberikan nilai tambah pada produk. Karena itu,
penyimpanan perlu dihilangkan atau diminimumkan.
Dari ketiga kategori aktivitas dalam proses dari sistem
produksi, yaitu : tugas, aliran, dan penyimpanan, tampak
bahwa hanya satu yang memberikan nilai tambah pada produk
– yaitu tugas. Aliran dan penyimpanan tidak memberikan nilai
tambah pad aproduk. Karena itu, dalam sistem produksi
modern, seperti Just-In Time (JST), aktivitas aliran dan
penyimpanan dalam suatu proses diusahakan untuk
dihiolangkan atau diminimumkan melalui perbaikan terus-
menerus (continouns improvement) pada proses produksi itu.
Dalam konteks pengendalian proses statistikal, untuk
mengetahui hubungan antar input dan output dalam proses
produksi, kita dapata mengajukan tiga pertanyaan berikut :
a. Input mana yang mempengaruhi parameter output y(y =
karakteristik kualitas dari output) ?
b. Bagaimana hubungan anatara input-input penting dan
parameter output y ?
c. Bagaimana parameter output y dikendalikan ?
4. Definisi Variasi dalam Konteks SPC
Pengukuran yang dilakukan terhadap performansi kualitas
saja tidak cukup, tetapi perlu juga menganalisis bagaimana
keadaan dalam suatu proses berdasarkan dari hasil
pengukuran kualitas itu. Dalam konteks pengendalian proses
statistikal, penting juga untuk mengetahui bagaimana suatu
proses itu bervariasi dalam menghasilkan output sehingga
dapat diambil tindakan-tindakan perbaikan terhadap proses
itu secara tepat.
Variasi adalah ketidakseragaman dalam sistem produksi atau
operasional sehingga menimbulkan perbedaan dalam kualitas
pada output (barang dan/atau jasa) yang dihasilkan. {Pada
dasarnya dikenal dua sumber atau penyebab timbulnya
variasi, yang diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Variasi penyebab khusus (Special-causes variation)
adalah kejadian-kejadian diluar sistem yang mempengaruhi
variasi dalam sistem. Penyebab khusus dapat bersumber dari
faktor-faktor : manusia, peralatan, material, lingkungan,
metode kerja, dll. Penyebab khusus ini mengambil pola-pola
nonacak (non random paterns) sehingga dapat
diidentifikasi/ditemukan, sebab mereka tidak selalu aktif
dalam proses tetapi memiliki pengaruh yang lebih kuat pada
proses sehingga menimbulkan variasi. Dalam konteks
pengendalian proses statistikal menggunakan peta-peta
kendali atau kontrol (control charts), jenis variasi ini sering
ditandai dengan titik-titik pengamatan yang melewati atau
keluar dari batas-batas pengendalian yang didefinisikan
(defined control limits).
2. Variasi penyebab umum (Common-causes Variation)
adalah faktor-faktor di dalam sistem atau yang melekat pada
proses yang menyebabkan timbulnya variasi dalam sistem
serta hasil-hasilnya. Penyebab umum sering disebut juga
sebagai penyebab acak (random causes) atau penyebab sistem
(system causes). Karena penyebab umum ini selalu melekat pada
sistem, untuk menghilangkan kita harus menelusuri elemen-
elemen dalam sistem itu dan hanya pihak manajemen yang
dapat memperbaikinya, karena pihak manajemenlah yang
mengendalikan sistem itu. Dalam konteks pengendalian proses
statistikal dengan menggunakan peta-peta kendali atau kontrol
(control charts), jenis variasi ini sering ditandai dengan titik-titik
pengamatan yang berada dalam batas-batas pengendalian
yang didefinisikan (defined control limits).
Suatu proses yang hanya mempunyai variasi penyebab umum
(common-causes variation) yang mempengaruhi output atau
outcomes merupakan proses yang stabil karena penyebab
sistem yang mempengaruhi variasi biasanya relatif stabil
sepanjang waktu. Variasi penyebab-umum dapat diperkirakan
dalam batas-batas pengendalian yang ditetapkan secara
statistikal. Sedangkan apabila variasi penyebab-khusus terjadi
dalam proses, maka akan menyebabkan proses itu menjadi
tidak stabil. Upaya-upaya menghilangkan variasi penyebab-
khusus akan membawa proses ke dalam pengendalian
statistikal.
Pemahaman dan pengendalian variasi merupakan inti dari
teori Deming. Dr. W. Edwards Deming menyatakan bahwa
sasaran dan sasaran dari pengendalian kualitas adalah
mengurangi variasi sebanyak mungkin. Pendekatannya adalah
menstandarisasikan proses dengan cara bahwa setiap orang
menggunakan prisedur kerja, material, dan peralatan yang
sama. Di samping itu pihak manajemen industri harus
mempelajari proses, mencari sumber-sumber potensial dari
variasi, mengumpulkan variasi, mengumpulkan data, dan
kemudian menghilangkan variasi penyebab khusus.
Sedangkan variasi penyebab umum merupakan tiondakan
konkret berikut sebagai bkti komitmen dari manajemen
industri untuk perbaikan proses terus menerus (continouns
improvement) setelah variasi penyebab-khusus dihilangkan dari
proses itu.
BAB 6. PERSEDIAAN
Tujuan Instruksional Khusus
Mampu memahami mengenai :
Pengertian Pengendalian Persediaan
Fungsi dan Jenis Persediaan
Manajemen Persedian
Model-Model Persediaan
Model-Model Untuk Permintaan Independen
Model Probabilistik dan Persediaan Pengaman
Model Persediaan Dependen
1. Pengertian Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan merupakan fungsi manajerial yang
sangat penting, karena persediaan fisik banyak perusahaan
melibatkan investasi rupiah terbesar dalam pos aktiva lancer.
Bila perusahaan menanamkan terlalu banyak dananya dalam
persediaan, menyebabkan biaya penyimpanan yang
berlebihan, dan mungkin mempunyai “opportunity cost” yang
lebih besar. Demikian pula, bila perusahaan tidak mempunyai
persediaan yang mencukupi, dapat mengakibatkan biaya –
biaya terjadinya kekurangan bahan.
Persediaan adalah segala sesuatu/sumber-sumber daya
organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap
pemenuhan permintaan dari sekumpulan produk phisikal
pada berbagai tahap proses transformasi dari bahan mentah ke
barang dalam proses, dan kemudian barang jadi ( Handoko,
1997: hal 333)
Persediaan merupakan salah satu aset yang paling mahal di
banyak perusahaan, mencerminkan sebanyak 40% dari total
modal yang diinvestasikan. Manajer operasi diseluruh dunia
telah lama menyadari bahwa manajemen persediaan yang baik
itu sangatlah penting. Di satu pihak, suatu perusahaan dapat
mengurangi biaya dengan cara menurunkan tingkat
persediaan di tangan. Di pihak lain, konsumen akan merasa
tidak puas bila suatu produk stoknya habis. Oleh karena itu,
perusahaan harus mencapai keseimbangan antara investasi
persediaan dan tingkat pelayanan konsumen.
Semua organisasi mempunyai beberapa jenis sistem
perencanaan dan pengendalian persediaan. Dalam hal produk-
produk fisik, organisasi harus menentukan apakah akan
membeli atau membuat sendiri produk mereka. Setelah hal ini
ditetapkan, langkah berikutnya adalah meramalkan
permintaan. Kemudian manajer operasi menetapkan
persediaan yang diperlukan untuk melayani permintaan
tersebut. Pada makalah ini, akan dibahas fungsi, jenis, dan
pengelolaan persediaan. Kemudian akan dibicarakan mengenai
metode Economic Order Quantity serta Analisis ABC yang
digunakan dalam manajemen persediaan.
2. Fungsi Dan Jenis Persediaan
Istilah persediaan ( Inventory ) adalah suatu istilah umum yang
menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya – sumber daya
organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap
pemenuhan permintaan. Permintaan akan sumber daya
mungkin internal ataupun eksternal. Ini meliputi persediaan
bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi atau produk
akhir, bahan pembantu atau pelengkap, dan komponen lain
yang menjadi keluaran produk perusahaan (Handoko, 1997,
hal: 333).
Sedangkan menurut Herjanto (1999, hal: 219) Persediaan
adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan
digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk
proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, dan
untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin. Persediaan
dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang dalam
proses, barang jadi, ataupun suku cadang.
Setiap perusahaan perlu mengadakan persediaan untuk
menjamin kelangsungan hidup usahanya. Untuk mengadakan
persediaan, dibutuhkan sejumlah uang yang diinvestasikan
dalam persediaan tersebut. Oleh karena itu, setiap perusahaan
haruslah dapat mempertahankan suatu jumlah persediaan
optimum yang dapat menjamin kebutuhan bagi kelancaran
kegiatan perusahaan dalam jumlah dan mutu yang tepat
dengan biaya yang serendah-rendahnya. Untuk mengatur
tersedianya suatu tingkat persediaan yang optimum, maka
diperlukan suatu sistem pengawasan persediaan. Tujuan dari
pengawasan persediaan ini adalah (Assauri, 1998):
a. Menjaga jangan sampai kehabisan persediaan yang
mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.
b. Menjaga agar pembentukan persediaan tidak terlalu besar
atau berlebih, sehingga biaya yang timbul oleh persediaan
tidak terlalu besar.
c. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari
karena mengakibatkan meningkatnya biaya pemesanan.
Jenis Persediaan
Persediaan dapat dikelompokkan menurut jenis dan posisi
barang tersebut di dalam urutan pengerjaan produk, yaitu
(Assauri, 1998):
1. Persediaan Bahan Baku (Raw Material Stock)
Merupakan persediaan dari barang-barang yang
dibutuhkan untuk proses produksi. Barang ini bisa
diperoleh dari sumber-sumber alam, atau dibeli
dari supplier yang menghasilkan barang tersebut.
2. Persediaan Bagian Produk (Purchased Parts)
Merupakan persediaan barang-barang yang terdiri dari
parts yang diterima dari perusahaan lain, yang secara
langsung diassembling dengan parts lain tanpa melalui
proses produksi.
3. Persediaan Bahan-Bahan Pembantu (Supplies Stock)
Merupakan persediaan barang-barang yang diperlukan
dalam proses produksi untuk membantu kelancaran
produksi, tetapi tidak merupakan bagian dari barang jadi.
4. Persediaan Barang Setengah Jadi (Work in Process)
Merupakan barang-barang yang belum berupa barang
jadi, akan tetapi masih diproses lebih lanjut sehingga
menjadi barang jadi.
5. Persediaan Barang Jadi (Finished Good)
Merupakan barang-barang yang selesai diproses atau
diolah dalam pabrik dan siap untuk disalurkan kepada
distributor, pengecer, atau langsung dijual ke pelanggan.
Fungsi – fungsi Persediaan
Efesiensi operasional suatu organisasi dapat ditingkatkan
karena berbagai fungsi penting persediaan. Pertama, harus
diingat bahwa persediaan adalah sekumpulan produk fisikal
pada berbagai tahap proses transformasi dari bahan mentah ke
barang dalam proses, dan kemudian barang jadi. Fungsi –
fungsi dari persediaan antara lain:
1. Fungsi “ Decoupling “
Fungsi penting persediaan adalah memungkinkan operasi –
operasi perusahaan internal dan eksternal mempunyai
kebebasan. Persediaan “ decouples” ini memungkinkan
perusahaan dapat memenuhi langganan tanpa terganggu
supplier.
Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak
akan sepenuhnya tergantung pada pengadaannya dalam hal
kuantitas dan waktu pengiriman. Persediaan barang dalam
proses diadakan agar departemen – departemen dan proses –
proses individual perusahaan terjaga kebebasannya.
Persediaan barang jadi diperlukan untuk memenuhi
permintaan produk yang tidak pasti dari para langganan.
Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi
permintaan konsumen yang tidak dapat diperkirakan atau
diramalkan disebut fluctuation stock.
2. Fungsi “Economic Lot Sizing”
Melalui penyimpanan persediaan, perusahaan dapat
memproduksi dan membeli sumber daya – sumber daya dalam
kuantitas yang dapat mengurangi biaya per unit. Persediaan
“Lot Size” ini perlu mempertimbangkan penghematan dalam
hal pembelian, biaya pengangkutan per unit lebih murah
karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas
yang lebih besar, dibandingkan dengan biaya – biaya yang
timbul karena besarnya persediaan ( biaya sewa gedung,
investasi, resiko dan sebagainya ).
3. Fungsi Antisipasi
Sering perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang
dapat diperkirakan dan diramalkan berdasar pengalaman atau
data – data masa lalu, yaitu permintaan musiman. Dalam hal
ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman.
Disamping itu, perusahaan juga sering menghadapi
ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan akan
barang selama periode permintaan kembali, sehingga
memerlukan kuantitas persediaan ekstra yang sering disebut
persediaan pengaman. Pada kenyataannya, persediaan
pengaman merupakan pelengkap fungsi “ decoupling “ yang
telah diuraikan diatas. Persediaan antisipasi ini penting agar
kelancaran proses produksi tidak terganggu.
Hal – Hal Yang Perlu Dipertimbangkan
1. Struktur biaya persediaan.
a. Biaya per unit (item cost)
b. Biaya penyiapan pemesanan (ordering cost)
- Biaya pembuatan perintah pembelian (purchasing order)
- Biaya pengiriman pemesanan
- Biaya transportasi
- Biaya penerimaan (Receiving cost)
- Jika diproduksi sendiri maka akan ada biaya penyiapan
(set up cost): surat menyurat dan biaya untuk menyiapkan
perlengkapan dan peralatan.
c. Biaya pengelolaan persediaan (Carrying cost)
- Biaya yang dinyatakan dan dihitung sebesar peluang
yang hilang apabila nilai persediaan digunakan untuk
investasi (Cost of capital).
- Biaya yang meliputi biaya gudang, asuransi, dan pajak
(Cost of storage). Biaya ini berubah sesuai dengan nilai
persediaan.
d. Biaya resiko kerusakan dan kehilangan (Cost of obsolescence,
deterioration and loss).
e. Biaya akibat kehabisan persediaan (Stockout cost)
2. Penentuan berapa besar dan kapan pemesanan harus
dilakukan.
3. Manajemen Persediaan
Manajer operasi membuat sistem-sistem untuk mengelola
persediaan. Ada dua unsur dari sistem tersebut yaitu (1)
bagaimana barang barang persediaan dapat diklasifikasikan
(analisis ABC) dan (2) seberapa akurat catatan persediaan
dapat dijaga. Kemudian kita akan mengamati kontrol
persediaan dalam sektor pelayanan
Analisis ABC
Analisis ABC membagi persediaan yang ada menjadi tiga
klasifikasi dengan basis volume dolar tahunan. Analisis ABC
adalah sebuah aplikasi persediaan dari prinsip pareto. Prinsip
pareto menyatakan terdapat “sedikit hal yang kritis dan
banyak yang sepele”. Gagasannya adalah untuk membuat
kebijakan kebijakan persediaan yang memfokuskan persediaan
pada bagian-bagian persediaan kritis yang sedikit dan tidak
pada banyak yang sepele. Untuk menentukan volume dolar
tahunan dari analisis ABC, kita mengukur permintaan tahunan
dari setiap barang persediaan dikalikan biaya perunitnya.
Analisis ABC membagi persediaan yang ada ke dalam tiga
kelompok berdasarkan volume tahunan dalam jumlah uang.
Analisis ABC merupakan penerapan persediaan dari Prinsip
Pareto. Prinsip Pareto menyatakan bahwa ada “beberapa yang
penting dan banyak yang sepele”. Pemikiran yang mendasari
prinsip ini adalah bagaimana memfokuskan sumber daya pada
bagian persediaan penting yang sedikit itu dan bukan pada
bagian persediaan yang banyak namun sepele.
Untuk menentukan nilai uang tahunan dari volume dalam
analisis ABC, dilakukan pengukuran permintaan tahunan dari
setiap butir persediaan dikalikan dengan biaya per unit. Butir
persediaan kelas A adalah persediaan-persediaan yang jumlah
nilai uang per tahunnya tinggi. Butir-butir persediaan
semacam ini mungkin hanya mewakili sekitar 15% dari butir-
butir persediaan total, tetapi mewakili 70% sampai 80% dari
total biaya persediaan. Butir persediaan kelas B adalah butir-
butir persediaan yang volume tahunannya (dalam nilai uang)
sedang. Butir-butir persediaan ini mungkin hanya mewakili
30% dari keseluruhan persediaan dan 15% sampai 25% dari
nilainya. Butir – butir persediaan yang volume tahunannya
kecil, dinamakan kelas C, yang mewakili hanya 5% dari
keseluruhan volume tahunan tetapi sekitar 55% dari
keseluruhan persediaan.
Kriteria selain volume tahunan dalam nilai uang dapat
menentukan klasifikasi butir persediaan. Misalnya, perubahan
teknis yang diantisipasi, masalah-masalah pengiriman,
masalah-masalah mutu, atau biaya per unit yang tinggi dapat
membawa butir persediaan yang menaik ke dalam klasifikasi
yang lebih tinggi. Keuntungan pembagian butir-butir
persediaan ke dalam kelas-kelas memungkinkan
ditetapkannya kebijakan dan pengendalian untuk setiap kelas
yang ada. Kebijakan yang dapat didasarkan pada analisis ABC
sebagai berikut:
1. Perkembangan sumber daya pembelian yang dibayarkan
kepada pemasok harus lebih tinggi untuk butir persediaan
A dibandingkan butir persediaan C.
2. Butir persediaan A, berlainan dengan butir persediaan B
dan C. Harus dikendalikan secara lebih ketat; mungkin
karena butir persediaan A ini ditempatkan di wilayah yang
lebih tertutup dan mungkin karena keakuratan catatan
persediaannya harus lebih sering diverifikasi.
3. Meramalkan butir persediaan A mungkin harus lebih
berhati-hati daripada meramalkan butir (kelas) persediaan
yang lain.
4. Peramalan yang lebih baik, pengendalian fisik, keandalan
pemasok, dan pengurangan besar stok pengaman dapat
dihasilkan oleh semua teknik manajemen persediaan
semacam analisis ABC.
Akurasi Catatan
Akurasi catatan sangat penting bagi manajemen untuk
mengetahui persediaan yang tersedia. Akurasi catatan adalah
sebuah unsur kritis dalam sistem produksi dan persediaan.
Akurasi catatan membuat manajemen fokus pada barang-
barang yang diperlukan daripada menetapkan untuk yakin
bahwa “beberapa dari semuanya” berada dalam persediaan.
Ketika sebuah organisasi dapat menentukan secara akurat apa
yang dimilikinya sekarang, organisasi tersebut dapat
mengambil keputusan yang tepat mengenai pemesanan,
penjadwalan, dan pengiriman.
Sama halnya dengan penyimpanan catatan masuk dan keluar,
keamanan ruang penyimpanan harus baik untuk dapat
menjamin akurasi. Sebuah ruang penyimpanan yang tertata
dengan baik akan memiliki akses yang
terbatas, housekeeping yang baik, dan area penyimpanan yang
menyimpan persediaan dalam jumlah yang tetap. Wadah-
wadah, rak-rak, dan bagian-bagian akan diberi label secara
akurat.
Perhitungan Siklus
Walaupun sebuah organisasi mungkin telah memuat usaha-
usaha besar untuk mencatat persediaan secara akurat, catatan-
catatan ini harus diverifikasi melalui audit berkelanjutan.
Audit-audit semacam ini dikenal dengan perhitungan
siklus (cycle counting). Berdasarkan sejarah, banyak
perusahaan melakukan persediaan fisik tahunan. Praktik ini
kerap harus dilakukan dengan menutup fasilitas dan
menugaskan orang-orang tidak berpengalaman untuk
menghitung bagian-bagian dan bahan. Catatan-catatan
persediaan seharusnya diverifikasi melalui perhitungan siklus.
Perhitungan siklus menggunakan klasifikasi persediaan yang
dikembangkan melalui anlisis ABC. Dengan prosedur-
prosedur perhitungan siklus, barang-barang dihitung, catatan-
catatan diverifikasi, dan ketidakakuratan didokumentasikan
secara periodik. Kemudian, penyebab ketidakakuratan dilacak
dan diambil tindakan perbaikan yang tepat untuk menjamin
integritas sistem persediaannya. Barang-barang A mungkin
akan sering dihitung satu bulan sekali; barang-barang B
mungkin akan dihitung setiap 3 bulan sekali; dan barang-
barang C mungkin akan dihitung setiap 6 bulan sekali. Contoh
2 mengilustrasikan cara menghitung jumlah barang dari setap
klasifikasi untuk dihitung setiap hari.
Contoh 2 Perhitungan Siklus di Sebuah Penghasilan
Truk
Cole Trucks, Inc., sebuah produsen truk sampah berkualitas
tinggi, memiliki sekitar 5.000 barang dalam persediaannya.
Mereka ingin menentukan banyaknya barang untuk dihitung
siklus setiap hari.
Pendekatan: Setelah menyewa Matt Clark, seorang mahasiswa
MO yang cerdas, perusahaan menentukan bahwa mereka
memiliki 500 barang A, 1.750 barang B, dan 2.750 barang C
selama musim panas. Kebijakan perusahaan yang berlaku
adalah untuk menghitung semua barang A setiap bulan (setiap
20 hari kerja), semua barang B setiap 3 bulan (setiap 60 hari
kerja), dan semua barang C setiap 6 bulan (setiap 120 hari
kerja). Kemudian, perusahaan mengalokasikan beberapa
barang untuk dihitung setiap hari.
Solusi :
Kelas
Barang
Kuantitas Kebijakan Perhitungan
Siklus
Jumlah barang
Dihitung per Hari
A 500 Setiap bulan (setiap 20
hari kerja)
500/20 = 25/hari
B 1.750 Setiap 3 bulan (setiap
60 hari kerja)
1.750/60 = 29/hari
C 2.750 Setiap 6 bulan (setiap
120 hari kerja)
2.750/120 = 23/hari
Tujuh puluh tujuh barang dihitung setiap harinya.
Pemahaman : audit harian dari 77 barang ini jauh lebih efisien
dan akurat dibandingkan melakukan sebuah perhitungan
persediaan besar-besaran setahun sekali.
Pada contoh di atas, barang tertentu yang akan dihitung secara
siklus dapat dpilih setiap hari secara berurutan atau acak.
Pilihan lainnya adalah untuk menghitung siklus barang-barang
setiap kali barang tersebut dipesan ulang.
Perhitungan siklus juga memiliki berbagai keuntungan berikut:
1. Menghindarkan penutupan dan interupsi produksi yang
diperlukan untuk inventarisasi fisik tahunan.
2. Menghilangkan penyesuaian persediaan tahunan.
3. Audit akurasi persediaan dilakukan oleh pegawai terlatih
4. Mempermudah pengidentifikasian dan penanggulangan
atas penyebab kesalahan
5. Menjaga akurasi catatan-catatan persediaan.
Kontrol Persediaan Pelayanan
Manajemen dari persediaan pelayanan layak mendapatkan
pertimbangan khusus. Sebagai contoh, persediaan ekstensif
yang disimpan dalam bisnis grosir dan eceran membuat
manajemen persediaan sangat penting dan seriing menjadi
faktor penentu dalam kemajuan manajer. Dalam bisnis
pelayanan makanan, contohnya, kontrol persediaan dapat
membuat perbedaaan antara kesuksesan dan kegagalan.
Lebih dari itu, persediaan yang berada dalam posisi transit
atau tidak digunakan dalam gudang sama saja dengan nilai
yang hilang. Sama halnya, kerusakan atau pencurian
sebelum terjual adalah kerugian. Dalam bisnis eceran,
persediaan yang tidak tercatat dlam kuitansi saat penjualan
dikenal dengan penyusutan. Penyusutan muncul dari
kerusakan dan pencurian, juga dari administrasi yang
ceroboh. Pencurian persediaan juga dikenal dengan
pilferage. Kerugian persediaan eceran sebesar 1% dari
penjualan dapat dianggap baik dengan mempertimbangkan
ahwa kerugian di banyak toko melebihi 3%. Beriku teknik-
teknik dalam akurasi dan kontrol persediaan.
1. Pemilhan, pelatihan, dan pendisiplinan yang baik
Hal-hal ini tidaklah mudah, tetapi sangat diperlukan dalm
operasi-operasi pelayanan makanan, grosir, dan eceran di
mana pegawai memiliki akses ke barang yang langsung
dikonsumsi.
2. Kontrol yang ketat dari pengiriman yang datang
Tugas ini diselesaikan oleh banyak perusahaan melalui
penggunaan barcode dan sistem radio frequency ID (RFID)
yang membaca setiap pengiriman yang datang dan
memeriksa jumlah hitungan terhadap pesanan pembelian
secara otomatis. Jika dirancang dengan tepat, sistem ini sulit
dikalahkan. Setiap barang memiliki stock keeping unit yang
unik.
3. Kontrol yang efektif atas semua barang yang meninggalkan
fasilitas
Tugas ini diselesaikan dengn barcode pada barang yang
dikirimkan, pita magnetis pada barang, atau melalui
observasi langsung. Observasi langsung dapat dijaga oleh
pegawai pada pintu keluar dan dlam daerah-daerah yang
berpotensi kerguian tinggi atau dapat berbentuk cermin
satu arah dan pengawasan video. Operasi eceran yang
sukses memerlukan kontrol tingkat toko yang sangat baik
dengan persediaan yang akurat di lokasinya yang sesuai.
Baru-baru ini, sebuah studi menemukan bahwa konsumen
dan pelayan toko tidak dapat menemukan 16% dari barang-
barang di salah satu pengecer terbesar Amerika Serikat –
bukan karena barangnya habis, melaiinkan mereka salah
meletakkannya (dalam ruangan belakang, daerah
penyimpanan, atau di lorong yang salah). Melalui
perkiraaan peneliti, pengecer-pengecer besar kehilangan
10% sampai 25% dari keuntungan totalnya karena catatan-
catatan persediaan yang buruk atau tidak akurat.
4. Model-Model Persediaan
Sekarang, kita melihat bergam model persediaan dan biaya
terkait dengan persediaan.
Permintaan Independen versus Permintaan Dependen
Model-model kontrol persediaan mengasumsikan bahwa
permintaan untuk sebuah barang independen dari atau
dependen pada permintaan akan barang lain. Sebagai contoh,
permintaan untuk kopi independen terhadap permintaan
untuk garam. Akan tetapi, permintaan gula dependen terhadap
permintaan kopi.
Biaya Penyimpanan, Pemesanan, dan Penyetelan
Biaya penyimpanan (holding cost) mencakup biaya dengan
menyimpan persediaan selama waktu tertentu. Oleh karena
itu, biaya penyimpanan juga mencakup biaya barang usang
dan biaya yang terkait dengan penyimpanan, seperti asuransi,
pegawai tambahan, dan pembayaran bunga. Tabel di bawah ini
akan menunjukkan jenis-jenis biaya yang harus dievaluasi
untuk menentukan besarnya biaya penyimpanan. Banyak
perusahaan yang tidak berhasil menyertakan semua biaya
penyimpanan persediaan. Akibatnya, biaya penyimpanan
persediaan sering ditetapkan kurang dari sebenarnya.
Menentukan Biaya Penyimpanan Persediaan
Biaya pemesanan(ordering cost) mencakup biaya dari
persediaan, formulir, proses pesanan, pembelian, dukungan
administrasi, dan seterusnya. Ketika pesanan sedang
diproduksi, biaya pesanan juga ada, tetapi mereka adalah
bagan dari biaya penyetelan. Biaya penyetelan (setup cost)
adalah biaya untuk mempersiapkan sebuah mesin atau proses
untuk membuat sebuah pesanan. Ini menyertakan waktu dan
tenaga kerja untuk membersihkan serta mengganti peralatan
atau alat penahan. Manajer operasi dapat menurunkan biaya
pemesanan dengan mengurangi biaya penyetelan serta
menggunakan prosedur yang efisien, seperti pemesanan dan
pembayaran elektronik.
Dalam banyak lingkungan kerja, biaya penyetelan sangatlah
berkatan dengan waktu penyetelan(setup time). Penyetelan
biasanya memerlukan sejumlah pekerjaan yang harus
dilakukan sebelum penyetelan benar-benar dimulai di pusat
kerja. Dengan perencanaan yang tepat, banyak persiapan yang
diperlukan untuk melakukan sebuah penyetelan dapat
dilakukan tanpa harus mematikan mesin atau proses. Dengan
demikian, waktu penyetelan cukup banyak yang dikurangi.
Mesin-mesin dan proses-proses yang secara tradisional akan
memakan waktu berjam-jam untuk dipasang, sekarang dapat
dipasang dalam waktu kurang dari satu menit seiring dengan
semakin imajinatifnya pabrik-pabrik kelas dunia. Mengurangi
waktu penyetelan adalah cara yang sangat baik untuk
mengurangi investasi persediaan dan meningkatkan
produktivitas.
5. Model-Model Untuk Permintaan Independen
Berikut ini adalah tiga model permintaan independen:
1. Model kuantitas pesanan ekonomis yang mendasar.
2. Model kuantitas pesanan produksi.
3. Model diskon kuantitas.
Model Kuantitas Pesanan Ekonomis
Adalah salah satu teknik control persediaan yang tertua dan
paling dikenal. Teknik ini relatif mudah digunakan, tetapi
berdasarkan pada beberapa asumsi:
- Jumlah permintaan diketahui, konstan, dan independen.
- Waktu tunggu diketahui dan konstan.
- Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai
seluruhnya.
- Tidak tersedia diskon kuantitas.
- Biaya variabel hanya biaya untuk menyiapakan atau
melakukan pemesanan dan biaya menyimpan persediaan
dalam waktu tertentu.
- Kehabisan persediaan dapat sepenuhnya dihindari jika
pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat.
Karena permintaan bersifat konstan sepanjang waktu,
persediaan menurun pada laju yang sama sepanjang waktu.
Setiap kali persediaan mencapai 0, pesanan varu dibuat serta
diterima, dan tingkat persediaan melompat lagi ke Q unit.
Proses ini terus berputar sepanjang waktu.
Meminimalkan Biaya
Model persediaan umumnya meminimalkan biaya total. Biaya
paling signifikan adalah biaya penyetelan dan biaya
penyimpanan. Jadi, jika kita meminimalkan biaya penyetelan
dan biaya penyimpanan maka biaya total akan menjadi
minimal. Seiring dengan meningkatnya kuantitas yang
dipesan, maka jumlah pemesanan per tahunnya akan
menurun. Namun, seiring dengan meningkatnya kuantitas
pesanan, biaya penyimpanan akan meningkat karena jumlah
persediaan rata-rata yang harus diurus lebih banyak.
Dengan model EOQ, kuantitas pesanan optimal akan muncul
pada satu titik dimana biaya penyetelan totalnya sama dengan
biaya penyimpanan total. Dengan menggunakan variabel-
variabel berikut kita dapat menentukan biaya penyetelan dan
penyimpanan dan menyelesaikan untuk Q*.
Q = Jumlah unit per pesanan
Q* = Jumlah optimum unit per pesanan (EOQ)
D = Permintaan tahunan dalam unit untuk barang
persediaan
S = Biaya penyetelan atau pemesanan untuk setiap
pesanan
H = Biaya penyimpanan atau penyimpana per unit per
tahun
Model Robust
Salah satu keuntungan model EOQ adalah model Robust.
Model ini memberikan jawaban yang memuaskan, bahkan
dengan variasi yang cukup besar dalam parameter-
parameternya. Dalam model ini, biaya total dari EOQ hanya
mengalami sedikit perubahan di sekitar nilai minimumnya.
Variasi dalam biaya penyetelan, biaya penyimpanan,
permintaan atau bahkan EOQ menghasilkan selisih yang relatif
kecil dalam biaya total.
Contoh:
EOQ adalah sebuah model yang Robust
Pihak manajemen Perusahaan X menaksir permintaan tahunan
totalnya lebih rendah 50% (misalnya permintaan actual untuk
jarum adalah 1.500) dengan menggunakan Q yang sama.
Bagaimana dampaknya terhadap biaya persediaan
tahunannya?
Solusi:
Jika kita mengetahui bahwa permintaannya adalah 1.500
dengan EOQ 244,9 unit, kita akan mengeluarkan:
Biaya tahunan = (S) (H)
= (Rp 10.000,00) + (Rp 500,00)
= (6,125) (Rp 10.000,00) + (122,45)(Rp 500,00)
= (Rp 61250,00) + (Rp 61225,00)
= Rp 122.475,00
Titik-titik Pemesanan Ulang
Waktu antara penempatan dan penerimaan sebuah pesanan,
disebut waktu tunggu atau waktu pengantaran, bisa selama
beberapa jam atau beberapa bulan. Jadi keputusan kapan harus
memesan biasanya dinyatakan dengan sebuah titik pemesanan
ulang (reoder point-ROP), yaitu tingkat persediaan dimana
ketika persediaan telah mencapai tingkat tersebut, pemesanan
harus dilakukan.
ROP = (Permintaan per hari) x (Waktu tunggu untuk pesanan
baru dalam hari)
= d x L
Persamaan ini mengasumsikan permintaan selama waktu
tunggu dan waktu tunggu itu sendiri adalah konstan. Ketika
kasusnya tidak seperti ini, persediaan tambahan (persediaan
pengaman/safety stock) haruslah ditambahkan.
Contoh soal
Sebuah distributor Apple melayani permintaan 8.000 iPad
setiap tahun. Perusahaan beroperasi selama 250 Hari kerja
dalam setahun. Rata-ratanya, pengantaran sebuah pesanan
memakan 3 hari kerja. Perusahaan ingin menghitung ROP-nya.
D = 32 unit
ROP = titik pemesanan ulang = d x L = 32 unit per hari x 3
hari = 96 unit
Jadi, ketika persediaan iPad turun sampai 96 unit, pemesanan
harus dilakukan. Pesanannya akan tiba 3 hari kemudian, tepat
saat persediaan distributornya habis.
Model Kuantitas Pesanan Produksi
. METODA EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY)
Metoda Economic Order Quantity (EOQ) adalah metoda yang
dapat dipergunakan baik untuk barang – barang yang dibeli
maupun yang diproduksi sendiri. Model EOQ adalah nama
yang biasa digunakan untuk barang – barang yang dibeli,
sedangkan ELS ( Economic Lot Size ) digunakan untuk barang
– barang yang diproduksi secara internal. Perbedaan pokoknya
adalah bahwa, untuk ELS, biaya pemesanan ( ordering cost )
meliputi biaya penyiapan pesanan untuk dikrimkan ke pabrik
dan biaya penyiapan mesin – mesin ( setup cost ) yang
diperlukan untuk mengerjakan pesanan.
Model EOQ digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan
persediaan yang meminimumkan biaya langsung
penyimpanann persediaan dan biaya kebalikannya ( inverse
cost ) pemesanan persediaan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum menghitung EOQ:
D : Besar laju permintaan (demand rate) dalam unit per
tahun.
S : Biaya setiap kali pemesanan (ordering cost) dalam
rupiah per pesanan
C : Biaya per unit dalam rupiah per unit
i : Biaya pengelolaan (carrying cost) adalah persentase
terhadap nilai persediaan per tahun.
Q : Ukuran paket pesanan (lot size) dalam unit
TC : Biaya total persediaan dalam rupiah per tahun.
Biaya pemesanan per tahun (Ordering cost):
OC = S (D/Q)
Biaya pengelolaan persediaan per tahun (Carrying cost)
CC = ic (Q/2)
Maka, total biaya persediaan:
TC = S (D/Q) + ic (Q/2)
Model EOQ di atas dapat diterapkan bila anggapan –
anggapan berikut ini dipenuhi:
Permintaan akan produk konstan, seragam, dan diketahui
(deterministik)
Harga/unit produk konstan
Biaya simpan/unit/th konstan
Biaya pesan/order konstan
Wakttu antara pesanan dilakukan dan barang diterima (lead
time/L) konstan
Tidak terjadi kekurangan barang/back order
4. CONTOH KASUS
Model Economic Order Quantity
5. Contoh Kasus 1
Diketahui sebuah perusahaan memiliki kebutuhan bahan baku
sebesar 10.000 unit per tahun. Biaya pemesanan untuk
pengadaan bahan tersebut adalah sebesar Rp 150,-/order.
Biaya simpan yang terjadi sebesar Rp 0,75/u/tahun. Hari kerja
per tahun adalah 350 hari. Waktu tunggu (lead time) untuk
pengiriman bahan tersebut selama 10 hari
Pertanyaan:
Hitunglah EOQ
Berapa total biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
pengadaan bahan tersebut
Berapa kali perusahaan melakukan pemesanan dalam 1
tahun
Berapa lama EOQ akan habis dikonsumsi perusahaan
Tentukan reorder point (titik pemesanan kembali)
Bagan persediaan perusahaan
Jawab
EOQ = 2x150x10.000 = 2000 unit
0.75
TC = HxQ/2 + S.D/Q = (0.75 x 2000/2) + (150 x
10000/2000)
= Rp 750,- + Rp 750,- = Rp 1500,-
Jumlah pemesanan/th = D/Q
= 10000/2000 = 5 kali
Durasi habisnya EOQ = 350/5 = 70 hari
Reorder point = L. D/hari kerja setahun
= 10 x (10000/350) = 285. 7 hari
2) Contoh Kasus 2
Suatu perusahaan memiliki kebutuhan material sebesar 100.000
unit per tahun. Biaya pesan $35/order. Biaya simpan sebesar
20% dari harga beli material. Pihak supplier menawarkan suatu
penawaran khusus untuk pengadaan material tersebut dalam
bentuk harga potongan. Adapun syaratnya adalah sbb:
Kuantitas pembelian Harga
4000 – 7999 unit $1.80
Lebih dari 8000 unit $1.70
Pertanyaan:
Di unit berapakah sebaiknya perusahaan melakukan
pembelian.
Kuantitas pembelian paling sedikit 8000 unit
Harga beli (C) = $1.70
H = $1.70 x 0.2 = $0.34
EOQ = 2 x 35 x 100000 = 4537.43 unit (tidak feasible)
0.34
TC = 100000 x $1.70 + 0.34 x (8000/2) + 35 x
(100000/8000)
= $ 171,795.5
Kuantitas pembelian 4000 – 7999 unit
harga beli = $180
H = $1.80 x 0.2 = $0.36
EOQ = 2 x 35 x 100000 = 4409.59 = 4409.59 unit
0.36
TC = 100000 x $1.80 + 0.36 x (4409.59/2) + 35 x
(100000/4409.59)
= $181,587.5
Jadi yang dipilih adalah kuantitas pembelian 8000 unit karena
memiliki total biaya terkeci.
Model kuantitas pesanan produksi adalah sebuah teknik
kuantitas pesanan yang diterapkan untuk pesanan-pesanan
produksi. Model ini berguna ketika persediaan menumpuk
secara berkelanjutan selama waktu tertentu, dan saat asumsi
kuantitas peranan ekonomi tradisional.
Q = jumlah unit per pesanan
H = biaya penyimpanan per unit per tahun
p = laju produksi harian
d = laju permintaan harian atau laju penggunaan
t = lamanya produksi berjalan dalam hari
S = biaya pemesanan atau penyetelan per pesanan atau per
penyetelan
Biaya penyetelan = (D/Q)S
Biaya penyimpanan = ½ HQ[1 – (d/p)]
Contoh soal
Monster, Inc. Membuat dan menjual dop special untuk pasar
purnajual mobil eceran. Peramalan Monster untuk rodanya
adalah 1.000 unit tahun depan dengan permintaan harian rata-
rata 4 unit. Bagaimanapun juga, proses produksinya paling
efisien pada 8 unit per hari. Perusahaan ingin menyelesaikan
untuk jumlah optimum jumlah unit per pesanan. Pabrik ini
menjadwalkan produksi hanya sperlunya selama 250 hari kerja
per tahun.
Permintaan tahunan = D = 1.000 unit
Biaya penyetelan = S = $10
Biaya penyimpanan = H = $0,50 per unit per tahun
Laju produksi harian = p = 8 unit per hari
Laju permintaan harian = d = 4 unit per hari
Perbedaan antara model kuantitas pesanan produksi dan
model EOQ dasar adalah biaya penyimpanan tahunan yang
dikurangi dalam model kuantitas pesanan produksi.
Model Diskon Kuantitas
Diskon kuantitas adalah potongan harga untuk barang yang
dibeli dalam jumlah besar. Pertukaran utama ketika
mempertimbangkan diskon kuantitas adalah antara biaya
produk yang berkurang dan biaya penyimpanan yang
bertambah.
Biaya total = Biaya penyetelan + Biaya penyimpanan + Biaya
produk
TC = S + + PD
Q = kuantitas yang dipesan
D = permintaan tahunan dalam unit
S = biaya pemesanan atau penyetelan per pesanan atau per
penyetelan
P = biaya per unit
H = biaya penyimpanan per unit per tahun
Karena ada beberapa diskon, ada 4 langkah yang dilibatkan
dalam menentukan kuantitas yang akan meminimalkan biaya
persediaan tahunan totalnya.
Langkah 1: untuk setiap diskon hitunglah nilai untuk ukuran
pesanan optimal Q* dengan menggunakan persamaan berikut.
Langkah 2 : untuk diskon berapa pun, jika kuantitas
pesanannya terlalu rendah untuk mendapatkan diskon,
sesuaikan kuantitas pesanan ke atas ke kuantitas terendah
yang akan memenuhi dsikonnya.
Angka
Diskon
Kuantitas Diskon Diskon % Harga Diskon
(P)
1 0 sampai 999 Tdk ada diskon $5,00
2 1.000 sampai
1.999
4 $4,80
3 2.000 dan
selebihnya
5 $4,75
Langkah 3 : Dengan menggunakan persamaan biaya total
sebelumnya, hitung biaya total untuk setiap Q* yang
ditentukan pada langkah 1 dan 2. Jika harus menyesuaikan Q*
ke atas karena Q* berada di bawah rentang kuantitas yang
diizinkan, pastikan menggunakan nilai yang telah disusaikan
untuk Q*.
Langkah 4 : Pilih Q* yang menghasilkan biaya total terendah
yang telah dihitung pada langkah 3. Ini adalah kuantitas yang
akan meminimalkan biaya totalnya.
Contoh soal
Ann’s Discount Store menyimpan mobil balap mainan. Akhir-
akhir ini, took memberikan daftrar diskon kuantitas untuk
mobil-mobil ini. Daftar kuantitas ini ditunjukkan pada tabal
12.2. jadi biaya normal untuk mobil balap mainan adalah $5,00.
Untuk pesanan di antara 1.000 dan 1.999 unit, biaya unitnya
turun menjadi $4,80, untuk pesanan 2.000 unit atau lebih, biaya
unitnya hanya $4,75. Lebih lanjut lagi, biaya pemesanan adalah
$49,00 per pesanan, sebagai persen dari biaya, I, adalah 20%
atau 0,2. Berapa kuantitas pesanan yang akan meminimalkan
biaya persediaan totalnya?
Langkah pertama :
Q₁* = = 700 mobil per pesanan
Q₂* = = 714 mobil per pesanan
Q₃* = = 718 mobil per pesanan
Langkah kedua : menyesuaikan ke atas ke nilai-nilai Q* yang
berada di bawah rentang diskon yang diizinkan
Q₁* = 700
Q₂*= 1.000 disesuaikan
Q₃* = 2.000 disesuaikan
Langkah ketiga : perhitungan biaya total
Angka
Diskon
Harga
Satuan
Kuantitas
Pesanan
Biaya
Produk
Tahunan
Biaya
Pemesanan
Tahunan
Biaya
Penyimpanan
Tahunan
Total
1 $5,00 700 $25.000 $350 $25.700
2 $4,80 1.000 $24.000 $245 $24.725
3 $4,75 2.000 $23.750 $122,50 $24.822,5
Langkah keempat : memilih kuantitas pesanan dengan biaya
total terendah. Dari table diatas dapat dilihat bahwa kuantitas
pesanan 1.000 mobil balap mainan akan meminimalkan biaya
totalnya. Perlu dilihat juga biaya total untuk memesan 2.000
mobil hanyalah sedikit lebih besar dari biaya total untuk
pemesanan 1.000 mobil. Jadi, jika biaya diskon ketifa ditutnkan
menjadi $4,65 sebagai contoh, maka kuantitas ini mungkin
akan meminimalkan biaya persediaan total.
Faktor biaya ketiga dari model diskon kuantitas, biaya produk
tahunan, sekarang merupakan variable oenting dengan
dampak pada biaya dan keputusan terakhit. Diperlukan
peningkatan yang cukup besar pada biaya pesenan dan
penyimpanan untuk mengompensasi batas harga kuantitas
besar.
6. Model Probabilistik Dan Persediaan Pengaman
Model probabilistik adalah sebuah model statistik yang dapat
digunakan ketika permintaan produk atau variabel lainnya
tidak dikietahui, tetapi dapat di spesifikasikan dengan
menggunakan sebuah distribusi probabilitas.
Hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen adalah
menjaga tingkat pelayanan yang cukup dalam menghadapi
permintaan yang tidak pasti. Tingkat pelayanan adalah
komplemen dari probabilitas kehabisan persediaan.
Permintaan yang tidak pasti meningkatkan kemungkinan
kehabisan persediaan. Salah satu metode untuk mengurangi
kehabisan persediaan adalah menyimpan unit-unit tambahan
dalam persediaan. Persediaan seperti ini biasanya disebut
persediaan pengaman. Ini melibatkan penambahan sejumlah
unit sebagai penyangga sampai ROP.
Disertakannya persediaan pengaman (ss) mengubah
persamaannya menjadi :
ROP = d xL + ss
d = permintaan harian
L = waktu tunggu pesanan, atau jumlah hari kerja yang
dibutuhkan untuk mengantarkan sebuah pesanan
Jumlah persediaan pengaman yang dijaga bergantung pada
biaya yang ditimbulkan jika terjadi kehabisan persediaan dan
biaya penyimpanan persediaan tambahan. Biaya kehabisan
persediaan tahunan dihitung sebagai berikut.
Biaya kehabisan persediaan tahunan = Jumlah kekurangan
unitnya untuk setiap tingkat permintaan x Probabilitas
tingkat permintaan tersebut x Biaya kehabisan
persediaan/unit x Jumlah pesanan per tahun
Ketika kita sulit atau tidak mungkin menentukan biaya karena
kehabisan persediaan, seorang manajer mungkin memutuskan
untuk mengikuti kebijakan menjaga persediaan pengaman
yang cukup untuk memenuhi tingkat pelayanan pelanggan
yang telah ditentukan. Dengan mengasumsikan bahwa
permintaan selama waktu tunggu (periode pemesanaan ulang)
mengikuti kurva normal, hanya mean dan standar deviasi yang
diperlukan untuk menentukan kebutuhan persediaan untuk
tingkat pelayanan yang ditentukan. Data penjualan biasanya
cukup untuk menghitung mean dan standar deviasinya.
ROP = permintaan yang diperkirakan selama waktu tunggu
+ Z
Z = jumlah standar deviasi
= standar deviasi dari permintaan selama waktu minggu
Model-model Probabilistik Lainnya
Jika data pada waktu tunggu tidak diketahui, rumus-
rumus tersebut tidak dapat digunakan. Walaupun demikian,
ada tiga model yang dapat digunakan. Kita perlu menentukan
model yang harus digunakan untuk tiga situasi :
1. Permintaannya variabel dan waktu tunggunya konstan.
2. Waktu tunggunya variabel dan permintaannya konstan.
3. Permintaan dan waktu tunggunya variabel
Rumus :
Permintaan Variabel dan Waktu Tunggunya Konstan
(ketika hanya ppermintaannya yang bersifat variabel),
maka:
ROP = (Permintaan harian rata-rata x Waktu tunggu dalam
hari) + Z
= Standar deviasi dari permintaan selama waktu tunggu
= Waktu tunggu
= Standar deviasi dari permintaan perhari
Waktu Tunggunya Variabel dan Permintaannya Konstan
(ketika permintaannya konstan dan hanya waktu
tunggunya yang variabel), maka :
ROP = (Permintaan harian x Waktu tunggu rata-rata dalam
hari) + Z (Permintaan hari) x
= Standar deviasi dari waktu tunggu dalam hari
Permintaan dan Waktu Tunggunya Variabel (ketika
permintaan dan waktu tunggunya variabel), maka :
ROP = (Permintaan harian rata-rata x Waktu tunggu rata-rata)
+ Z
= Standar deviasi dari permintaan per hari
= Standar deviasi dari waktu tunggu dalam hari
=
Sistem Periode Tetap
Model-model persediaan yang telah kita pertimbangkan sejauh
ini adalah sistem kuantitas tetap atau sistem Q. Artinya, jumlah
tetap yang sama ditambahkan pada persediaan setiap kali
sebuah pesanan untuk sebuah barang ditempatkan.
Untuk menggunakan model kuantitas tetap, persediaan harus
dipantau secara berkelanjutan. Ini disebut sistem persediaan
perpetual. Setiap kali barang ditambahkan atau diambil dari
persediaan, catatan harus diperbarui untuk menjamin ROPnya
belum tercapai.
Pada sistem periode tetap atau sistem P, di lain pihak,
persediaan di pesan pada akhir periode tertentu. Barulah dan
hanya jika demikian, persediaan yang akan dihitun. Jumlah
yang dipesan hanyalah sebanyak yang diperlukan untuk
mencapai tingkat target yang telah ditentukan.
Sistem-sistem periode tetap memiliki beberapa asumsi yang
sama seperti sistem kuantitas tetap EOQ dasar.
Biaya biaya yang relevan hanya biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan
Waktu tunggu diketahui
Barang-barang saling independen.
Rangkuman
1. Persediaan adalah segala sesuatu/sumber-sumber daya
organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap
pemenuhan permintaan dari sekumpulan produk phisikal
pada berbagai tahap proses transformasi dari bahan
mentah ke barang dalam proses, dan kemudian barang jadi
2. Jenis – jenis Persediaan
a. Persediaan Bahan Baku (Raw Material Stock)
b. Persediaan Bagian Produk (Purchased Parts)
c. Persediaan Bahan-Bahan Pembantu (Supplies Stock)
d. Persediaan Barang Setengah Jadi (Work in Process)
e. bahan Persediaan Barang Jadi (Finished Good)
3. Fungsi Persediaan antara lain:
a. Sebagai penyangga proses produksi sehingga proses
operasi dapat berjalan terus
b. Menetapkan banyaknya barang yang harus disimpan
sebagai sumber daya agar tetap ada
c. Sebagai pengganggu inflasi
d. Menghindari kekurangan/kelebihan
4. Metode – metode dalam Manajemen Persediaan
a. Metoda EOQ ( Economic Order Quantity )
b. Metoda Sistim Pemeriksaan Terus Menerus
c. Metoda Sistim Pemeriksaan Periodik
d. Metode
e. Metode ABC
5. Model EOQ digunakan untuk menentukan kuantitas
pesanan persediaan yang meminimumkan biaya langsung
penyimpanann persediaan dan biaya kebalikannya ( inverse
cost ) pemesanan persediaan.
6. Analisis ABC membagi persediaan yang ada ke dalam tiga
kelompok berdasarkan volume tahunan dalam jumlah uang.
Kelas A merupakan barang – barang dalam jumlah unit
berkisar 15 sampai 20%, kelas B merupakan barang – barang
dengan jumlah fisik 30 sampai 40% dan kelas C merupakan
barang – barang dengan jumlah fisik 40 sampai 60%.
7. Model Persediaan Dependen
Permintaan dependen berarti permintaan suatu produk
berkaitan dengan permintaan untuk produk lainnya.
Permintaan untuk produk bersifat dependen terjadi bila
hubungan antarproduk dapat ditentukan. Misalnya, bagi
produsen mobil permintaan ban mobil dan radiator tergantung
produksi mobil itu sendiri. Oleh karenanya bila manajemen
telah membuat peramalan tentang permintaan barang jad,
maka jumlah yang diperlukan akan setiap komponen dapat
dihitung, karena komponen semuanya bersifat dependen.
Model Persediaan Independen : permintaan suatu produk
tidak berkaitan dengan permintaan untuk produk lain.
Contoh : permintaan terhadap kulkas independen dengan
permintaan terhadap produk lain.
Model Persediaan Dependen : permintaan suatu produk
berkaitan dengan permintaan produk lain
Contoh : permintaan thd ban tergantung pada permintaan thd
mobil
Model Dependen lebih disukai dibandingkan Model
Independen
Di lingkungan Operasi/Produksi dikenal sebagai MRP
(Material Requiremen Planning atau MRP-2= Manufacturing
Resource Planning)
Teknik Permintaan Dependen
Apabila dalam permintaan independen digunakan model
persediaan seperti konsep EOQ (Economic Order Quantity),
POQ (Production Order Quantity) dan Quantity Discount,
maka dalam permintaan dependen menggunakan teknik yang
dikenal dengan MRP (Material Requirement Planning).
Persyaratan agar Model Persediaan Dependen efektif
Model Inventory Dependen atau lebih dikenal dengan MRP
akan menjadi efektif, mensyaratkan manajer operasi harus
mengetahui:
MPS (Master Production Schedule), pengertiannya adalah
pembuatan jadwal secara terperinci tentang apa material
atau komponen apa yang harus tersedia untuk membuat
suatu produk ? Jadwal harus mengikuti rencana produksi
yang telah ditentukan untuk semua output dalam suatu
satuan waktu tertentu, yang didalamnya sudah termasuk
variasi input, rencana keuangan, permintaan konsumen,
kapabilitas rekayasa, fluktuasi persediaan, kinerja
pemasok dan pertimbangan lainnya.
TOPIK19
Jadwal utama dapat diwujudkan dalam:
- Produk akhir yang proses produksinya berkelanjutan
(memproduksi agar dapat penyimpan).
- Pesanan konsumen dalam perusahaan yang menggunakan
job shop.
- Modul dalam perusahaan yang proses produksinya
berulang.
b. BOM (Bill Of Material), adalah sebuah daftar jumlah
komponen, campuran bahan, dan bahan baku yang diperlukan
untuk membuat suatu produk. Bill Of Material tidak hanya
menspesifikasikan produksi, tapi juga berguna untuk
pembebanan biaya, dan dapat dipakai sebagai daftar bahan
yang harus dikeluarkan untuk karyawan produksi atau
perakitan. Bill Of Material digunakan dengan cara ini, biasanya
dinamakan daftar pilih.
Adapun jenis BOM adalah:
- Modular Bills yaitu bill of material yang dapat diatur di
seputar modul produk, modul merupakan komponen yang
dapat diproduksi dan dirakit menjadi satu unit produk.
- Bill untuk perencanaan diciptakan agar dapat menugaskan
induk buatan kepada bill of materialnya. Sedangkan
Phantom Bill adalah bill of material untuk komponen,
biasanya sub-sub perakitan yang hanya ada untuk
sementara waktu.
- Low-level coding atas suatu bahan dalam bill of material
diperlukan apabila ada produk yang serupa supaya dapat
membedakannya diberikan kode.
c. Ketersediaan Persediaan, berapa stok yang ada ? Berbagai
pengetahuan mengenai apa yang ada dalam persediaan
merupakan hasil dari manajemen persediaan yang baik, Karen
ahal ini sangat diperlukan dalam system MRP sehingga
akurasinya sangat menentukan keberhasilan MRP.
d. Order pembelian yang sudah jatuh waktu. Pada saat
pesanan pembelian dibuat, catatan mengenai pesanan-pesanan
itu dan tanggal pengiriman terjadwal harus tersedia di bagian
produksi sehingga pelaksanaan MRP dapat efektif.
e. Lead times, berapa lama waktu untuk mendapatkan
komponen. Oleh karena iru manajemen harus menentukan
kapan produk diperlukan, sehingga dapat menentukan waktu
pembelian, produksi dan perakitan.
MANFAAT MRP
Permintaan dependen membuat penjadwalan dan perencanaan
persediaan menjadi kompleks, sekaligus menguntungkan.
Beberapa manfaat MRP adalah:
1. Peningkatan pelayanan dan kepuasan konsumen.
2. Peningkatan pemanfaatan fasilitas dan tenaga kerja.
3. Perencanaan dan penjadwalan persediaan yang lebih baik.
4. Tanggapan yang lebih cepatterhadap perubahan dan
pergeseran pasar.
5. Tingkat persediaan menururn tanpa menguranipelayana
kepada konsumen.
STUKTUR MRP
Kebanyakan system MRP terkomputerisasi, analisisnya bersifat
langsung dan serupa antara system terkomputerisasi satu
dengan laainnya.
MANAJEMEN MRP
Rencana kebutuhan bahan baku bersifat tidak statis. Karena
system MRP semakin terintegrasi dengan konsep JIT maka
dibahas dua hal yaitu:
MRP Dinamis
Jika terjadi perubahan bill of material dengan cara merubah
rancangan, jadwal dan proses produksi, maka system MRP
berubah yaitu pada saat perubahan terhadap MPS (Master
Production Schedule). Tanpa menghiraukan penyebab
perubahan, model MRP dapat dimanipulasi untuk
merefleksikan perubahan yang terjadi sehingga jadwal dapat
diperbaharui.
Perubahan seringkali terjadi secara berkala yang biasa disebut
system nervousness yang dapat menimbulkan bencana di
bagian pembelian dan produksi. Oleh karena itu
konsekuensinya karyawan di bagian operasional diharapkan
dapat mengurangi ervousness dengan mengevaluasi
kebutuhan dan pengaruh perubahan sebelum membatalkan
permintaan ke bagian lain.
Untuk membatasi system nervousness, tersedia dua alat yaitu:
Pagar waktu (Time fences) dan Pegging.
MRP dan JIT
MRP dapat dinyatakan sebagai teknik perencanaan dan
penjadwalan, sedangkan JIT dapat dinyatakan sebagai cara
menggerakkan bahan baku secara cepat. Kedua konsep
tersebut dapat diintegrasikan secara efektif dengan melalui:
1. Tahap pertama, paket MRP dikurangi misalnya yang semula
mingguan menjadi harian atau jam-jaman. Paket dalam hal
ini diartikan sebagai unit waktu dalam system MRP.
2. Tahap kedua, rencana penerimaan yang merupakan bagian
rencana pemesanan perusahaan dalam system MRP
dikomunikasikan melalui perakitan untuk tujuan produksi
secara berurutan.
3. Tahap ketiga, pergerakan persediaan di pabrik berdasarkan
JIT.
4. Tahap keempat, setelah produksi selesai, dipindahkan ke
persediaan seperti biasa. Penerimaan produk ini
menurunkan jumlah yang dibutuhakan untuk rencana
pemesanan selanjutnya pada system MRP.
5. Tahap terakhir menggunakan back flush yang berarti
menggunakan bill ogf material untuk mengurangi
persediaan, berdasarkan pada penyelesaian produksi suatu
produk.
Penggabungan MRP dan JIT menghasilkan jadwal utama yang
baik dan gambaran kebutuhan yang akurat dari system
MRP dan penurunan persediaan barang dalam proses.
Meski demikian, penggunaan system MRP dengan paket
kecil saja sudah bisa sangat efektifdalam mengurangi
persediaan.
TEHNIK LOT SIZING
Tujuan dari sistem MRP adalah menghasilkan unit-unit pada
saat dibutuhkan, tanpa stock pengamandan tanpa antisipasi
pesanan mendatang berikutya. Prosedur demikian konsisten
dengan asas ukuran lot yang kecil, rutin, persediaan rendah
dan permintaan dependen. Akan tetapi apabila biaya
pemesanan nya signifikan atau manajemen tidak dapat
menerapkan falsafah JIT maka lot standar bisa jadi merupakan
teknih yang berbiaya banyak. Berikut kita bahas beberapa
teknik penentuan ukuran lot yaitu:
Lot for lot
Penentuan lot ini digunakan untuk memproduksi sejumlah
yang diperlukan,dan dapat pula untuk menentukan biaya.
EOQ (Economic Order Quantity)
Seperti model yang digunakan dalam persediaan independent,
maka cara ini lebih disukai apabila permintaannya relative
independent dan konstan.
Part Period Balancing
Merupakan pendekatan yang lebih dimanis dalam
menyeimbangkan biaya pemasangan dan penahanan. Cara ini
menggunakan informasi tambahan dengan mengubah ukuran
lot agar tercermin
Wagner-Whitin Algorith
Merupakan tehnik penghitungan yang mengasumsikan
horizon waktu yang finite yang pada akhirnya ada
penambahan net requirement untuk mencapai strategi
pemesanan.
E. PERLUASAN MRP
Akhir-akhir ini telah banyak terjadi pengembangan konsep
MRP, pada bagian ini akan dibahas secara singkat tiga
pengembangan tersebet, yaitu:
Close loop MRP
Adalah sebuah system yang memeberikan umpan balik pada
perencanaan kapasitas, jadwal produksi induk dan rencana
produksi sehingga perencanaan dapat di jadga validitasnya
untuk sepanjang waktu.
Capacity Planning
Dengan mengacu pada pengertian Close-loop MRP, umpan
balik tentang beban kerja diperoleh dari tiap pusat kerja.
Pelaporannya disebut Load Report yang menggambarkan
persyaratan sumber daya dalam pusat kerja untuk semua
pekerjaan yang berjalan yang dialamatkan pada pusat kerja.
Konsep Capacity Planning merupakan pengembangan
closeloop MRP dimana perencana produksi menjalankan
pekerjaan diantara periode waktu dalam pesanan secara beban
yang halus (smooth) atau pada akhirnya membawanya dalam
kapasitas.
MRP II
Adalah suatu system yang mengikuti, dengan MRP pada
tempatnya, yang mana data persediaan dapat ditambahkan
oleh variabel sumber daya lainnya, dalam kasus ini MRP
menjadi material resource planning (perencanaan sumber daya
material).
F. MRP DI BIDANG JASA
Dalam sektor jasa banyalk permintaan yang bersifat dependen
dimana permintaan tersebut merupakan diturunkan dari
permintaan jasa lainnya. Contoh usaha restoran, permintaan
akan bahan makanan seperti sayuran, bumbu, dan bahan
lainnya, tergantung dari besarnya permintaan akan makanan
yang dipesan oleh konsumen restoran tersebut.
Demikian pula MRP juga dapat diterapkan di sektor jasa yang
lain seperti rumah sakit, yang material seperti obat-obatan,
peralatan dan lainnya tergantiung dari pasien yang dating dan
ditangani pihak rumah sakit.
G. DISTRIBUTION RESOURCE PLANNING
Apabila teknik dependen digunakan dalam suplly chain, maka
kita mengenal Distribution Resource Planning. Pengertian DRP
adalah Rencana penambahan stok secara fase waktu untuk
semua tingkat jaringan distribusi.
Prosedur DRP harus dapat dimengerti katrena analog dengan
MRP, sehingga harus mengikuti:
Gross requirement, dimana sama dengan permintaan yang
diekspektasi atau peramalan penjualan.
Tingkat minimum persediaan menyesuaikan tingkat
pelayanan.
Lead time nya akurat.
Definisi struktur distribusi.
DRP mendorong persediaan melalui system, yang mana
dorongan tersebut dilakukan oleh order tingkat atas atau ritel.
Alokasi dibuat tingkat atas dari ketersediaan persediaan dan
produksi setelah disesuaikan dengan pengiriman yang
ekonomis. Tujuan DRP adalah penambahan kecil dan sering
dalam batasan pesanan dan pesanan yang ekonomis.
H. ENTERPRISE RESOURCE PLANNING
Merupakan system informasi untuk mengidentifikasi dan
merencanakan sisi sumber daya yang dibutuhkan perusahaan
untuk digunakan, dibuat, dikirim dan dihitung bagi keperluan
pesanan konsumen.
Tujuan dari system ERP adalah untuk koordinasi bisnis
perusahaan secara kesaluruhan. ERP merupakan software yang
ada dalam perusahaan untuk:
Otomatisasi dan integrasi banyak proses bisnis.
Membagi data base yang umum dan praktek bisnis melalui
enterprise.
Menghasilkan informasi yang real time.
BAB 7. JUST IN TIME (JIT) DAN LEAN PRODUCTION SYSTEMS
Tujuan Instruksional Khusus :
Mampu memahami mengenai
Pengertian Just In Time
Kontribusi Jit Pada Keunggulan Kompetitif
Faktor Kunci Sukses Dalam Just In Time
Just In Time Di Sektor Jasa
1. Pengertian Just In Time (Jit)
Merupakan falsafah pemecahan masalah yang berkelanjutan
dan memang harus dihadapi yang dapat menyebabkan sesuatu
terbuang percuma. Karena banyak manfaat dari JIT maka
konsep ini sangayt penting untuk dipelajari. Yang dilakukan
dalam JIT adalah pengurangan kesia-siaan dan pengurangan
variabilitas.
Pengurangan Kesia-siaan
Kesia-siaan dalam proses produksi barang maupun jasa adalah
pemberian penjelasan mengenai sesuatu yang tidak menambah
nilai produk, baik yang disimpan, diperiksa, terlambah
diproduksi, mengantre maupun yang rusak. Lebih jauh lagi,
setiap kegiatan yang menurut konsumen tidak menambah nilai
produk merupakan suatu kesia-siaan. JIT mempercepat proses
produksi sehingga memungkinkan penghantaran produk
kepada konsumen lebih cepat dan persediaan dalam prosespun
menurun jumlahnya, sehingga memungkinkan pemanfaatan
yang lebih produktif pada asset yang sebelumnya disimpan
dalam persediaan.
Pengurangan Variabilitas
Menurut konsep JIT, untuk menjalankan pergerakan bahan
baku maka manajer mengurangi
variabilitas yang disebabkan factor internal maupun eksternal.
Variabilitas adalah setiap penyimpangan dari proses optimal
yang mengantarkan produk sempurna tepat waktu setiap saat.
Semakin kecil variabilitas semakin kecil pula kesia-siaan yang
terjadi. Kebanyakan, terjadinya variabilitas timbul karena
perusahaan mentolerir kesiasiaan, atau karena manajemen
yang jelek, yang diantaranya dapat dirinci sebagai berikut:
a. Karyawan, fasilitas dan pemasok memproduksi unit-unit
produk yang tidak sesuai dengan standar, terlambat atau
jumlah tidak sesuai.
b. Engineering drawing atau spesifikasi tidak akurat.
c. Bagian produksi mencoba memproduksi sebelum spesifikasi
lengkap.
d. Permintaan konsumen tidak diketahui.
Walaupun ada beberapa penyebab variabilitas, seringkali
variabilitas tidak terlihat karena persediaan menyembunyikan
masalah. Oleh karena itu konsep JIT diperlukan.
Oleh karena itu konsep yang mendasari JIT adalah system
“tarik” yaitu memproduksi satu unit lalu ditarik ke tempat
yang memerlukannya pada saat diperlukan.
Banyak perusahaan masih menggerakkan bahan baku melalui
fasilitas dengan cara “dorong”yaitu pesanan ditumpuk di
departemen pemrosesan agar dapat dikerjakan pada setiap ada
kesempatan. Jadi bahan baku didorong ke stasiun kerja hulu
tanpa memandang persediaan sumber daya. Sistem tarik dan
dorong merupakan antitesis dari konsep JIT.
2. Kontribusi Jit Pada Keunggulan Kompetitif
Dengan menggunakan konsep JIT, diharapkan akan dapat
menunjang tercapainya keunggulan kompetitif sehingga
perusahaan dapat tangguh dalam persaingannya di pasar dan
kelangsungan hidup perusahaan dapat terjamin.
Berikut merupakan ilustrasi dari penjelasan tersebut:
Konsep JIT menunjang Keunggulan Kompetitif:
Pemasok : Untuk mengurangi jumlah sumber
pasokannya. Agar membina hubungan yan
mendukung.Pengiriman barang yang bermutu tepat waktu.
Tata letak : Tata letak sel kerja dengan kegiatan pengujian
di tiap tahap proses.Teknologi kelompok.Mesin-mesin yang
dapat dipindah dan diganti.Pengaturan lingkungan kerja
tingkat tinggi dan kerapihan.Pengurangan tempat untuk
menyimpan persediaan. Mengirim langsung ke area kerja.
Persediaan : Ukuran lot yang kecilWaktu pemasangan
yang pendek.Kotak khusus yang menyimpan sejumlah
komponen tertentu.
Penjadwalan : Penyimpanagn dari jadwal tidak ada
Penjadwalan bertingkat.Pemasok diinformasikan mengenal
jadwal perusahaan.Tehnik Kanban.
Pemeliharaan : Rutinitas harian. Keterlibatan operator
mesin.Produksi
Berkualitas : Pengendalian proses statistik. Mutu yang
dijaga oleh pemasok.Mutu di dalam perusahaan
Pemberdayaan
Karyawan : Pelatihan silang Klasifikasi kerja sedikit
agar ada fleksibilitas yang pasti.Dukungan pelatihan.
Komitmen : Dukungan manajemen, karyawan dan
pemasok.
Hasilnya:
1. Penguranagn antrean dan keterlambatan, sehingga proses
produksi semakin cepat, assetbisa digunakan lebih
produktif, perusahaan dapat memenangkan pesanan.
2. Peningkatan mutu sehingga kesia-siaan berkurang dan dapat
memenangkan pesanan.
3. Penurunan biaya sehingga laba meningkat atau harga jual
bisa diturunkan.
4. Pengurangan variabilitas di tempat kerja sehingga kesia-
siaan berkurang dan memenangkan pesanan.
5. Pengurangan kegiatan pengerjaan ulang sehingga
memenangkan persaingan Yang diharapkan akan terjadi :
Tanggapan terhadap konsumen lebih cepat, biaya lebih rendah
mutu lebih tinggi dan ini merupakan keunggulan
kompetitif.
3. Faktor Kunci Sukses Dalam Just In Time
Dengan memperhatikan ilustrasi berupa penjelasan konsep JIT
menunjang tercapainya Keunggulan kompetitif maka dapat
disimpulkan bahwa ada tujuh factor kesuksesan JIT
yaitu:
Suppliers
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
a. Kedatangan material dan produk akhir termasuk kesia-siaan.
b. Pembeli dan pemasok membentuk kemitraan.
c. Kemitraan JIT mengeliminir:
- Kegiatan yang tidak penting.
- Persediaan dalam perjalanan.
- Pemasok yang jelek
Layout
Tata letak memungkinkan pengurangan kesia-siaan yang lain,
yaitu pergerakan. Misalnya
pergerakan bahan baku maupun manusia menjadi fleksibel.
JIT mempersyaratkan:
a. Sel kerja untuk product family.
b. Pergerakan atau perubahan mesin.
c. Jarak yang pendek.
d. Tempat yang kecil untuk persediaan.
e. Pengiriman langsung ke area kerja.
Inventory
Persediaan dalam system produksi dan distribusi sering
dadakan untuk berjaga-jaga. Tehnik persediaan yang efektif
memerlukan Just In Time bukan Just In Case. Persediaan Just
In Time merupakan persediaan minimal yang diperlukan
untuk mempertahankan operasi system yang sempurna yaitu
jumlah yang tepat tiba pada saat yang diperlukan bukan
sebelum atau sesudah.
Schedulling
Jadwal yang efektif dikomunikasikan di dalam organisasi dan
kepada pemasok, maka akan
sangat mendukung penerapan JIT. Penjadwalan yang lebih
baik juga meningkatkan kemampuan untuk memenuhi
pesanan konsumen., menurunkan persediaan dan mengurangi
barang dalam proses.
JIT mensyaratkan:
a. Mengkomunikasikan penjadwakan kepada supplier.
b. Jadwal bertingkat.
c. Menekankan bagian dari skedul paling dekat dengan jatuh
tempo.
d. lot kecil.
e. Tehnik Kanban.
Preventive Maintenance
Pemeliharaan dilakukan dalam rangka untuk menjaga hal-hal
yang diinginkan supaya tidak terjadi atau tindakan
pencegahan. Misalnya dengan cara pemeliharaan rutin pada
fasilitas yang digunaka, maupun pelatihan karyawan secara
terus-menerus agar dapat beradaptasi dengan perubahan yang
terjadi.
Kualitas
Hubngan JIT dengan Mutu adallah kuat sekali, karena
berhubungan dalam tiga hal yaitu:
a. JIT mengurangi biaya perolehan mutu yang baik karena
biaya produk sisa, pengerjaan ulang, investasi persediaan
menurun.
b. JIT meningkatkan mutu dengan mengurangi antrean dan
waktu antara. JIT juga membatasi jumlah sumber kesalahan
potensial.
c. Mutu yang baik berarti lebih sedikit cadangan sehingga JIT
labih mudah diterapkan.
Employee Empowerment
Karyawan yang diberdayakan dapat terlibat dalam isu-isu
operasi harian yang merupakan falsafah JIT. Pemberdayaan
karyawan mengikuti nasehat manajemen bahwa tidak ada
orang yang lebih tahu mengenai suatu pekerjaan selain
karyawan pelaksana pekerjaan itu sendiri. Dapat dilakukan
dengan pelatihan silang maupun job enrichment.
4. Just In Time Di Sektor Jasa
Dalam bagian ini tehnik JIT yang diterapkan pada sektor jasa
meliputi berbagai hal
diantaranya:
Pemasok, Misalnya usaha restoran sangat berhubungan
dengan pemasok bahan makanan dan minuman yang mereka
butuhkan.
Tata Letak, Tata letak menciptakan perbedaan pengambilan
koper maskapai penerbangan dimana konsumen
mengharapkan koper-kopernya didapat tepat pada waktunya.
Persediaan, Setiap pialang saham mengarahkan persediaan
mendekati nol karena transaksi jual atau beli yang tidak
dijalankan tidak dapat diterima oleh para klien.
Jadwal, Di konter tiket maskapai penerbangan focus system JIT
adalah permintaan konsumen. Permintaan dipenuhi bukan
dengan persediaan produk terwujud tetapi dengan karyawan
maskapai penerbangan itu sendiri. Melalui penjadwalan yang
rumit karyawan di konter tiket tepat waktu manakala
konsumen memerlukannya. Pelayanan jasa diberikan dengan
dasar JIT, sehingga jadwal merupakan sesuatu yang penting
sekali.
BAB 8. PEMILIHAN LOKASI
Tujuan Instruksional Khusus
Mampu memahami mengenai :
Pengertian Pabrik dan Industri
Teori Penentuan Lokasi Pabrik Menurut Beberapa Ahli
1. Pengertian Pabrik dan Industri
Pabrik adalah setiap tempat dimana faktor-faktor manusia,
mesin dan peralatan, material, energy, modal, informasi, dan
sumber daya alam, dll dikelola secara bersama dalam suatu
system produksi guna menghasilkan suatu produk secara
efektif, efisien, dan aman.
2. Teori Penentuan Lokasi Pabrik Menurut Beberapa
Ahli
1. Teori Kimball
a. Dekat dengan bahan mentah
b. Dekat dengan pasar
c. Terdapat penyediaan air yang lancer
d. Tenaga kerja yang mudah
e. Iklim yang baik
f. Investasi
2. Teori Splenger dan Kleir
a. Faktor Primer : bahan mentah, pasar, transport, buruh,
tenaga/power
b. Faktor sekunder : fasilitas air, iklim, pajak perkreditan
(investasi).
3. Teori Alfred Webber
Yaitu mendasarkan teorinya bahwa pemilihan lokasi industry
didasarkan atas dasar prinsip minimisasi biaya.
Dasar pemilihan lokasi pabrik menurut Webber:
a. Market Oriented , yaitu industry ditempatkan dekat dengan
pasar.
b. Raw Material Oriented, yaitu industri ditempatkan dekat
dengan persimpangan antara pasar dan bahan mentahnya.
c. Other Oriented, yaitu industry didekatkan dekat dengan
pelabuhan, jalan raya, ongkos buruh.
C. Faktor-Faktor Dalam Penentuan Lokasi Pabrik
1. Faktor Primer
• Letak dari pasar
Alasan utama perusahaan mendirikan pabriknya dekat
dengan daerah pasaran hasil produksinya agar supaya dapat
cepat melayani konsumen atau barang hasilnya dapat cepat
sampai di pasar.
• Letak dari sumber-sumber bahan mentah
Perusahaan berkepentingan untuk selalu dapat memperoleh
jumlah bahan yang dibutuhkan dengan mudah, layak
harganya, kontiniu, dan biaya pengangkutan yang rendah serta
tidak rusak, sehingga apabila diproses atau diolah nantinya
menjadi barang jadi, biaya produksinya dapat ditekan dan
kualitas yang dihasilkan adalah baik. Adanya perusahaan
berkecenderungan meletakkan pabriknya di daerah yang dekat
dengan sumber bahan mentahnya didasarkan atas dasar
peritmbangan biaya pengangkutan ke pabrik adalah besar atau
mahal karena volume dan berat serta jarak, apabila jarak
pabrik agak jauh.
• Fasilitas pengangkutan
Distribusi Yakult menggunakan mobil box yang terdapat
cooler box dan disebarkan ke supermarket serta menggunakan
jasa yakult lady yang mengantarkan produk yakult ke rumah-
rumah
• Supply dari buruh atau tenaga kerja yang tersedia
Jadi pemilihan suatu daerah untuk tempat lokasi suatu
perusahaan atau pabrik ditentukan oleh :
1. Adanya skill buruh yang diperlukan atau dibutuhkan
2. Terdapatnya kuantitas yang cukup dari buruh yang
diperlukan
3. Besar kecilnya atau tinggi rendahnya tingkat upah di
daerah tersebut.
• Tersedianya Pembangkit Tenaga Listrik
Pabrik yang membutuhkan tenaga listrik yang besar akan
memilih lokasinya di daerah yang mempunya atau dekat
sumber tenaga listrik. Bila tidak, maka pabrik harus
mendirikan pembangkit tenaga listrik sendiri. Dimana
dibutuhkan investasi yang besar. Dan perlu kita ketahui bahwa
lebih murah untuk menyewa listrik atau power daripada
mengadakannya sendiri dengan mendirikan pembangkit
listrik.
D. Tahap-Tahap Pemilihan serta Metode Penilaian Lokasi
Suatu Pabrik
1. Tahap Pertama
Melihat kemungkinan daerah-daerah alternative, yang perlu
diperhatikan:
Jenis proses
Yakult adalah minuman susu Fermentasi. Penemu susu
fermentasi ini adalah ahli mikrobiologi Jepang bernama
Dr.Minoru Shirota. Beliau berasal dari Kyoto Imperial
University-Jepang. Pada Tahun 1921 Dr.Minoru
Shirota meneliti bakteri baik dan berguna yang kemudian
dinamakan L.casei Shirota strain. Bakteri ini berhasil
dikembangbiakan pada tahun 1930. Pengenalan bakteri ini
dilakukan pada tahun 1935.
Pusat penelitian susu fermentasi ini berada di Yakult Central
Institut yang didirikan tahun 1967. Tiga ratus tenaga ahli
melakukan penelitian tentang manfaat bakteri yang
menguntungkan bagi manusia. Keunggulan Yakult antara lain
: aman bagi manusia, tahan asam lambung, bakteri tetap hidup
sampai di usus kecil.
Jenis Produk
Yakult terdiri dari 2 jenis yaitu Yakult Original dan Yakult Ace.
Yakult Original mengandung lebih dari 6,5 milyar bakteri
L.casei Shirota strain sedangkan Yakult Ace mengandung lebih
dari 30 milyar L.casei Shirota strain ditambah dengan kalsium
dan vitamin. Yakult Ace ini sangat dianjurkan bagi lansia dan
orang-orang yang sedang dalam kondisi kesehatan menurun.
Sumber bahan mentah
Dalam pembuatan Yakult, bahan baku yang digunakan adalah
bakteri, susu bubuk, glukosa, dan air. Sedangkan bahan yang
digunakan untuk membuat botolnya adalahpolysteren, dan
tutupnya dibuat menggunakan aluminium foil. Bahan-bahan
tersebut didapatkan dari berbagai macam sumber, seperti
misalnya air didapatkan dari mata air gunung gede. Untuk
menghasilkan Yakult, perusahaan melakukan beberapa tahap
proses produksi :
1. Pembibitan : proses pembibitan ini dilakukan secara
manual. Saat pembibitan, susu bubuk disteril sehingga
warnanya berubah menjadi coklat. Kemudian suhunya
didinginkan dan dimasukkan ke tempat penampungan
besar dan didiamkan selama satu hari.
2. Fermentasi : pada tahap ini gula mengalami proses HTST
(High Temper Short Time), dan susu mengalami proses UHT
( Ultra High Temper). Waktu penampungan saat fermentasi
adalah tujuh hari.
3. Pencampuran gula dan air : pada tahap ini, gua dan air di
mix menjadi satu. Media yang digunakan adalah mesin
yang berfungsi mengaduk gula pasir dan air sampai
membentuk gumpalan-gumpalan halus. Hasil dari tahap ini
adalah yakult konsentrat, kemudian dimasukkan ke
blending pump dan ditambahkan air dan hasil akhirnya
adalah yakult.
4. Proses pencetakan botol menggunakan 15 mesin. Setiap
mesin menghasilkan 18 botol, sehingga dalam satu jam
dapat menghasilkan 11.000 botol.
5. Penyimpanan botol dilakukan dengan filter udara.
6. Pada tahap terakhir ini menggunakan banyak sekali mesin,
diantaranya adalah selector mesin dan mesin printing.
Semua botol akan diisi yakult dan ditutup dan kemudian
diseleksi.
7. Pengemasan : terdiri dari proses packing, repacking, dan
mesin akan menyusun produk akhir.
PT Yakult juga menggunakan strategi tata letak sel kerja,
dimana mengorganisasikan ulang tenaga kerjanya dan mesin
yang biasanya tersebar pada departemen beragam sehingga
dapat memusatkan perhatian dalam membuat suatu produk
yang saling berkaitan. PT Yakult memproduksi suatu produk
yang mempunyai karakteristik sama dan memungkinkan
untuk diproses dalam sel kerja tertentu.
Perencanaa kapasitas PT Yakult mempertimbangkan
empat hal, yaitu peramalan permintaan secara akurat, adanya
perubahan teknologi dan peningkatan kapasitas, tingkat
operasi yang optimal, dan adanya perubahan-perubahan lain.
PT Yakult memiliki kapasitas yaitu sekitar 3.300.000 botol/
hari. Namun produksi yang dilakukan setiap harinya dapat
berubah sesuai dengan permintaan yang ada.
Tempat pemasaran
Yakult Ace langsung diimpor dari Malaysia serta hanya dijual
di super market yang besar seperti Giant, Hypermart, dan
Carefour.
Sistem Pemasaran Yakult di Indonesia
a. Sistem Direct Sales
Sistem ini digunakan untuk mendistribusikan Yakult ke toko-
toko, supermarket, koperasi, kantin. Distribusu dilakukan
dengan menggunakan mobil berpendingin. Sampai Mei 2007,
PT. Yakult Indonesia Perasada mempunyai 37 cabang atau
tempat kegiatan usaha (TKU) yang melayani outlet-outlet yang
tersebar di Jawa, Bali, Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi.
b. Sistem Yakult Lady
Melalui system ini Yakult didistribusikan olah ibu-ibu rumah
tangga kepada masyarakat di lingkungan tempat tinggal
mereka. Ketika melayani masyarakat, Yakult Lady juga
melakukan propaganda yang berisi tentang penjelasan
mengenai manfaat Yakult. Saat ini PT. Yakult Indonesia
Persada memiliki kurang lebih 1.100 Yakult Lady yang tersebar
di 93 center-center di seluruh Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang, Bekasi, Serang, Cilegon, Bandung, Purwakarta,
Cirebon, Semarang, Yogyakarta, Medan, Bali, dan Palembang.
2. Tahap Kedua
Melihat pengalaman orang lain sendiri.
Menentukan kekhususan pabrik tersebut, seperti mengenai
lokasi, pengangkutan, dll.
3. Tahap Ketiga
Mempertibangkan dan menilai masyarakat untuk daerah
lokasi pabrik yang dianggap paling menguntungkan.
PEMECAHAN MASALAH
1. Object
PT.Yakult Persada
2. Tempat
Cicurug, Sukabumi
3. Metode Penentuan Lokasi
PT.Yakult merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak
dalam bidang produksi susu fermentasi. Perusahaan ini
didirikan pada tanggal 2 Februari 1990. Pabrik Yakult mulai
berproduksi pada bulan Januari tahun 1991 dengan
menggunakan dana Penanaman Modal Asing 100% dari Yakult
Jepang. Awalnya pabrik Yakult berada di Jakarta. Akan tetapi
karena jumlah air bersih semakin sulit di Jakarta maka pabrik
ini dipindahkan ke Sukabumi. Lokasi pabrik Yakult ini berada
di Desa Pewawahan Cicurug Sukabumi, Jawa Barat, dengan
luas tahan 50.000 m2 dan luas bangunan 12.925 m2. Kapasitas
produksi PT.Yakult adalah 3.300.000 botol/hari. Kapasitas
produksi yang dilakukan tergantung permintaan pasar.
PT.Yakult mulai menerima kunjungan pabrik sejak tahun 1992.
Pengunjung PT.Yakult ini biasanya dari SMP, SMA,
Universitas, dan umum.
Strategi Perusahaan
1. Membuat ide-ide yang baru
2. Membuat rasa-rasa yang lain
3. Membuat undian berhadia kepada konsumen
4. Membuat mutu lebih maju
5. Memperluas perusahaan
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari makalah ini, diantaranya :
1. Lokasi yang baik dapat menunjang efesiensi dan efektivitas
suatu pabrik
2. Banyak sekali variable yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan lokasi suatu pabrik dengan tujuan mendapat
keuntungan ekonomis sesuai dengan tujuan perusahaan.
3. Penentuan lokasi pabrik yang baik dapat berakibat pada
lancarnya proses produksi pabrik tersebut.
4. Yakult adalah minuman susu Fermentasi. Penemu susu
fermentasi ini adalah ahli mikrobiologi Jepang bernama
Dr.Minoru Shirota. Yakult merupakan minuman susu
probiotik serta memiliki beberapa manfaat bagi tubuh.
Bahan-bahan dasar pembuatan yakult adalah susu skim,
bakteri lactobacillus casei shirota, gula dll. Botol yakult dibuat
dengan jenis plastik polistiren yang food grade karena
dipercaya akan meminimalisir migrasi kepada produk.
Untuk penyimpanan, yakult haruslah disimpan dalam
keadaan dingin dengan suhu 00-100 celcius karena untuk
menjaga fungsi dari bakteri lactobascillus shirota agar
berfungsi maksimal. Distribusi Yakult menggunakan mobil
box yang terdapat cooler box dan disebarkan ke
supermarket serta menggunakan jasa yakult lady yang
mengantarkan produk yakult ke rumah-rumah.
BAB 9. PENJADWALAN AGGREGAT
Tujuan Instruksional Khusus
Mampu memahami mengenai :
Pengertian Perencanaan Aggregat
Biaya yang Terlibat Dalam Perencanaan Agregat
Strategi Perencanaan Agregat
Metode – Metode Perencanaan Agregat
1. Pengertian Perencanaan Agregat
Perencanaan Agregat (agregat planning) juga dikenal sebagai
Penjadwalan Agregat adalah Suatu pendekatan yang biasanya
dilakukan olehpara manajer operasi untuk menentukan
kuantitas dan waktu produksi pada jangka menengah
(biasanya antara 3 hingga 18 bulan ke depan). Perencanaan
agregat dapat digunakan dalam menentukan jalan terbaik
untuk memenuhi permintaan yang diprediksi dengan
menyesuaikan nilai produksi, tingkat tenaga kerja, tingkat
persediaan, pekerjaan lembur, tingkat subkontrak, danvariabel
lain yang dapat dikendalikan.
Keputusan Penjadwalan menyangkut perumusan rencana
bulanan dankuartalan yang mengutamakan masalah
mencocokkan produktifitas dengan permintaan yang
fluktuatif. Oleh karenanya perencanaan Agregat termasuk
dalam rencana jangka menengah.
Tujuan Perencanaan Agregat
Pada dasarnya tujuan dari perencanaan agregat adalah
berusaha untuk memperoleh suatu pemecahan yang optimal
dalam biaya atau keuntungan pada periode perencanaan.
Namun bagaimanapun juga, terdapat permasalahan strategis
lain yang mungkin lebih penting daripada biaya rendah.
Permasalahan strategis yang dimaksud itu antara lain
mengurangi permasalahan tingkat ketenagakerjaan, menekan
tingkat persediaan, atau memenuhi tingkat pelayanan yang
lebih tinggi. Bagi perusahaan manufaktur, jadwal agregat
bertujuan menghubungkan sasaran strategis perusahaan
dengan rencana produksi, tetapi untuk perusahaan jasa,
penjadwalan agregat bertujuan menghubungkan sasaran
dengan jadwal pekerja.Ada empat hal yang diperlukan dalam
perencanaan agregat antara lain:
Keseluruhan unit yang logis untuk mengukur penjualan
dan output
Prediksi permintaan untuk suatu periode perencanaan
jangka menengah yang layak pada waktu agregat.
Metode untuk menentukan biaya
Model yang mengombinasikan prediksi dan biaya sehingga
keputusan penjadwalan dapat dibuat untuk periode
perencanaan
Sifat Perencanaan Agregat
Perencanaan agregat menurut istilah agregat berarti
mengombinasikan sumber daya yang sesuai ke dalam jangka
waktu keseluruhan. Dengan prediksi permintaan, kapasitas
fasilitas, tingkat persediaan, ukuran tenaga kerja, dan input
yang saling berhubungan, perencana harus memilih tingkat
output untuk sebuah fasilitas selama 3 hingga 18 bulan yang
akan datang. Dalam perencanaan agregat, rencana produksi
tidak menguraikan per produk tetapi menyangkut berapa
banyak produk yang akan dihasilkan tanpa
mempermasalahkan jenis dari produk tersebut. Sebagai contoh
pada perusahaan pembuat mobil, hanya memperhitungkan
berapa banyak mobil yang akan dibuat, tetapi bukan berapa
banyak mobil dua pintu atau empat pintu atau berapa banyak
mobil berwarna merah atau biru.
2. Biaya yang Terlibat Dalam Perencanaan Agregat
Biaya-biaya yang terlibat dalam perencanaan agregat antara
lain :
Hiring Cost (biaya penambahan tenaga kerja)
Penambahan tenaga kerja menimbulkan biaya-biaya untuk
iklan, proses seleksi dan training. Biaya training merupakan
biaya yang besar apabila tenaga kerja yang direkrut adalah
tenaga kerja yang belum berpengalaman.
Firing Cost (Biaya pemberhentian tenaga kerja)
Pemberhentian tenaga kerja biasanya terjadi karena semakin
rendahnya permintaan akan produk yang dihasilkan,
sehingga tingkat produksi menurun dengan drastic.
Pemberhentian ini mengakibatkan perusahaan harus
mengeluarkan uang pesangon bagi karyawan yang di-PHK,
menurunnya moral kerja dan produktivitas karyawan yang
masih bekerja, dan tekanan yang bersifat social. Semua
akibat ini dianggap sebagai biaya pemberhentian tenaga
kerja yang akan ditanggungperusahaan.
Overtime Cost dan Undertime Cost (biaya lembur dan biaya
menganggur)
Penggunaan waktu lembur bertujuan untuk meningkatkan
output produksi, tetapi konsekwensinya perusahaan harus
mengeluarkan biaya tambahan lembur yang biasanya 150%
dari biaya kerja regular. Disamping biaya tersebut, adanya
lembur akan memperbesar tingkat absen karyawan karena
capek. Kebalikan dari kondisi diatas adalah bila perusahaan
mempunyai kelebihan tenaga kerja dibandingkan dengan
jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan
produksi. Tenaga kerja berlebih ini kadang-kadang
bisa dialokasikan untuk kegiatan lain yang produktif
meskipun tidak selamanya efektif. Bila tidak dapat
dilakukan alokasi yang efektif, maka perusahaan dianggap
menanggung biaya menganggur yang besarnya merupakan
perkalian antara jumlah jam kerja yang tidak terpakai
dengan tingkat upah dan tunjangan lainnya.
Inventory Cost dan Backorder Cost (biaya persediaan dan
biaya kehabisan persediaan)
Persediaan mempunyai fungsi mengantisipasi timbulnya
kenaikan permintaan pada saat-saat tertentu. Konsekwensi
dari kebijaksanaan persediaan bagi perusahaan adalah
timbulnya biaya penyimpanan(inventory cost/holding cost)
yang berupa biaya tertahannya modal,pajak, asuransi,
kerusakan bahan, dan biaya sewa gudang. Kebalikan dari
kondisi diatas, kebijaksanaan tidak mengadakan persediaan
seolah-olah menguntungkan, tetapi sebenarnya dapat
menimbulkan kerugian dalam bentuk biaya kehabisan
persediaan. biaya kehabisan persediaan ini dihitung
berdasarkan berapa barang diminta yang tidak tersedia.
Kondisi ini pada system MTO(Make to order
=Memproduksii berdasarkan pesanan) akan mengakibatkan
jadwal jadwal penterahan order terlambat, sedangkan pada
system MTS (make to stock =Memproduksi untuk
memenuhi persediaan) akan mengakibatkan beralihnya
pelanggan pada produk lain. Kekecewaan pelanggan karena
tidak tersedianya barang yang diinginkan akan
diperhitungkan sebagai kerugian bagi perusahaan, dimana
kerugian tersebut akan dikelompokkan sebagai biaya
kehabisan persediaan. Biaya kehabisan persediaan ini sama
nilainya dengan biaya pemesanan kembali bila konsumen
masih bersedia menunggu.
Subcontract Cost (biaya subkontrak)
Pada saat permintaan melebihi kemampuan kapasitas
regular,biasanya perusahaan mensubkontrakan kelebihan
permintaan yang tidak bisa ditanganinya sendiri kepada
perusahaan lain. Konsekuensi dari kebijaksanaan ini adalah
timbulnya biaya subkontrak, dimana biasanya biaya
mensubkontrakan ini lebih mahal dibandingkan
memproduksi sendiri dan adanya resiko terjadinya
kelambatan penyerahan dari kontraktor.
3. Strategi Perencanaan Agregat
Terdapat delapan pilihan secara lebih terinci. Lima pilihan
pertama disebut pilihan kapasitas (capacity option) atau
disebut strategi perencanaan agregat secara murni (Pure
Strategy) sebab pilihan ini tidak berusaha untuk mengubah
permintaan tetapi untuk menyerap fluktuasi dalam
permintaan. Tiga pilihan yang terakhir adalah pilihan
permintaan (demand option) dimana perusahaan berusaha
untuk mengurangi perubahan pola permintaan selama periode
perencanaan. Strategi-strategi ini melibatkan manipulasi
persediaan, nilai produksi, tingkat tenaga kerja,kapasitas, dan
variabel lain yang dapat dikendalikan
Pilihan Kapasitas / Pure Strategy
Sebuah perusahaan dapat memilih pilihan kapasitas
dasar(produksi) berikut:
1. Mengubah tingkat persediaan
Para manajer dapat meningkatkan persediaan selama periode
permintaan rendah untuk memenuhi permintaan yang tinggi
di masa mendatang. Jika strategi ini dipilih, maka biaya-biaya
yang berkaitan dengan penyimpanan, asuransi, penanganan,
keusangan, pencurian, dan modal yang diinvestasikan akan
meningkat. (Biaya-biaya ini pada umumnya berkisar 15%
hingga 40% dari nilai sebuah barang setiap tahunnya). Pada
sisi lain, ketika perusahaan memasuki masa dimana
permintaan meningkat, maka kekurangan yang terjadi dapat
mengakibatkan tidak terjadinya penjualan yang disebabkan
waktu tunggu yang lebih panjang dan pelayanan pelanggan
yang lebih buruk.
2 . Meragamkan jumlah tenaga kerja
Dilakukan dengan cara mengkaryakan atau
memberhentikan.Salah satu cara untuk memenuhi permintaan
adalah dengan mengkaryakan atau memberhentikan para
pekerja produksi untuk menyesuaikan tingkat produksi.
Bagaimanapun, sering karyawan baru memerlukan pelatihan,
dan produktivitas rata-rata menurun untuk sementara karena
mereka menjadi terbiasa. Pemberhentian atau PHK, tentu saja,
menurunkan moral semua pekerja dan dapat mendorong ke
arah produktivitas yang lebih rendah.
3. Meragamkan tingkat produksi melalui lembur atau
waktu kosong
Terkadang tenaga kerja dapat dijaga tetap konstan dengan
meragamkan waktu kerja, mengurangi banyaknya jam kerja
ketika permintaan rendah dan menambah jam kerja pada saat
permintaan naik. Sekalipun begitu, ketika permintaan sedang
tinggi, terdapat keterbatasan seberapa banyak lembur yang
dapat dilakukan. Upah lembur membutuhkan lebih banyak
uang, dan terlalu banyak lembur dapat membuat titik
produktivitas pekerja secara keseluruhan merosot. Lembur
juga dapat menyiratkan naiknya biaya overhead yang
diperlukan untuk menjaga agar fasilitas dapat tetap
berjalan.Pada sisi lain, disaat permintaan menurun, perusahaan
harus mengurangi waktu kosong pekerja-yang biasanya
merupakan proses yang sulit.
4. Subkontrak
Sebuah perusahaan dapat memperoleh kapasitas sementara
dengan melakukan subkontrak selama periode permintaan
tinggi.Bagaimana pun, subkontrak, memiliki beberapa
kekurangan antaralain :
- Mahal
- Membawa resiko dengan membuka pintu klien bagi pesaing
- Seringkali susah mendapatkan pemasok subkontrak yang
sempurna, yang selalu dapat mengirimkan produk bermutu
tepat waktu.
5. Penggunaan karyawan paruh waktu
Terutama di sector jasa, karyawan paruh waktu dapat mengisi
kebutuhan tenaga kerja tidak terampil. Praktik ini umum
dilakukan direstoran, toko eceran, dan supermarket.
Pilihan Permintaan
Pilihan permintaan dasar adalah sebagai berikut :
6. Mempengaruhi permintaan.
Ketika permintaan rendah, sebuah perusahaan dapat mencoba
untuk meningkatkan permintaan melalui iklan, promosi,
kewiraniagaan, dan diskon. Perusahaan penerbangan dan hotel
telah lama menawarkan diskon akhir pekan dan tarif musim
sepi; perusahaan telepon membebankan biaya yang lebih
murah pada malam hari; beberapa perguruan tinggi member
diskon bagi warga senior; dan pendingin udara dijual lebih
murah pada waktu musim dingin. Bagaimana pun, bahkan
iklan khusus, promosi, penjualan, dan penetapan harga tidak
selalu mampu menyeimbangkan permintaan dengan kapasitas
produksi.
7. Tunggakan pesanan selama periode permintaan tinggi.
Tunggakan pesanan adalah pesanan barang atau jasa yang
diterima perusahaan tetapi tidak mampu (secara sengaja atau
kebetulan) untuk dipenuhi pada saat itu. Jika pelanggan mau
menunggu tanpa kehilangan kehendak baik mereka maupun
pesanannya, tunggakan pesanan adalah strategi yang mungkin
dijalankan. Banyak perusahaan menggunakan tunggakan
pesanan,tetapi pendekatan ini sering mengakibatkan hilangnya
penjualan.
8. Perpaduan produk dan jasa yang counterseasonal
(dengan musimyang berbeda).Sebuah teknik
pelancar masalah aktif yang secara luas digunakan para
pengusaha manufaktur adalah mengembangkan sebuah
produk yang merupakan perpaduan dari barang
counterseasonal. Contohnya adalah perusahaan yang membuat
pemanas dan pendingin ruangan atau mesin pemotong
rumput dan penyingkir salju. Bagaimanapun, perusahaan yang
menerapkan pendekatan ini mungkin mendapati diri mereka
terlibat dengan produk atau jasa di luar area keahlian atau
target pasar mereka.
Strategi Campuran ( mixed Strategy )
Walupun setiap lima pilihan kapasitas dan tiga pilihan
permintaan dapat menghasilkan sebuah jadwal agregat yang
efektif, beberapa kombinasi diantara pilihan kapasitas dan
pilihan permintaan mungkinakan lebih baik
Kebanyakan pengusaha manufaktur berasumsi bahwa
penggunaan pilihan permintaan telah diteliti secara
menyeluruh oleh bagian pemasaran dan pilihan-pilihan yang
layak itu digabungkan dengan prediksi permintaan. Manajer
operasi lalu membuat rencana agregat berdasarkan pada
prediksi itu. Bagaimanapun, dengan menggunakan lima
pilihan kapasitas dalam otoritasnya, manager operasi masih
memiliki banyak kemungkinan rencana. Rencana ini dapat
terdiri dari :
strategi perburuan (chase strategy)
Sebuah strategi perburuan mencoba untuk mencapai tingkat
output bagi setiap periode yang memenuhi prediksi
permintaan untuk periode tersebut. Strategi ini dapat
terpenuhi dengan berbagai jalan. Sebagai contoh, manager
operasi dapat memvariasikan tingkat tenaga kerja dengan
merekrut atau menghentikan karyawan , atau dapat
memvariasikan produks idengan waktu lembur, waktu
kosong, karyawan paruh waktu,atau subkontrak.
strategi penjadwalan bertingkat (level-scheduling
strategy).
Sebuah rencana agregat di mana produksi harian tetap
samadari periode ke periode. Perusahaan seperti Toyota dan
Nissan mempertahankan tingkat produksi pada tingkatan yang
seragam dan mungkin membiarkan persediaan barang jadi
naik atau turun untuk menopang perbedaan permintaan dan
produksi atau menemukan pekerjaan alternatif bagi karyawan.
Penjadwalan bertingkat akan bekerja dengan baik ketika
permintaan stabil.
Keuntungan dan Kerugian Masing-Masing Strategi
Perencanaan Agregat
Pilihan Keunggulan Kerugian Beberapa
Komentar
Mengubah
tingkat
persediaan
Perubahan
sumber daya
manusia
terjadi secara
bertahap atau
tidak ada
perubahan
produksi
secara tiba-
tiba
Biaya
penyimpana
n persediaan
dapat
meningkat.
Kekurangan
persediaan
dapat
menyebabka
n kehilangan
pernjualan
Diterapkan
terutama
untuk
produksi dan
operasi,
bukan jasa
Meragamkan
jumlah tenaga
kerja dengan
merekrut atau
memberhentik
an karyawan
Menghindari
biaya
alternative
lain
Biaya
perekrutan,
PHK, dan
pelatihan
mungkin
berjumlah
besar.
Digunakan di
mana jumlah
angkatan
kerja besar
Meragamkan
tingkat
produksi
melalui waktu
lembur atau
waktu kosong
Menyesuaikan
fluktuasi
musiman tan
pa biaya
perekrutan /
pelatihan
Upah lembur
mahal;
karyawan
lelah;
mungkin
tidak dapat
memenuhi
permintaan
Memungkink
an fleksibilitas
dalam
rencana
agregat
Subkontrak Membolehkan
adanya
fleksibilitas
dan
memuluskan
output
perusahaan
Kehilangan
pengendalian
mutu;
mengurangi
keuntungan;
kehilangan
bisnis di
masa datang
Diterapkan
terutama
dalam
penentuan
produksi
Menggunakan
karyawan
paruh waktu
Lebih murah
dan lebih
fleksibel
daripada
karyawan
penuh waktu
Biaya
perputaran
karyawan/
pelatihan
tinggi; sulit
membuat
penjadwalan
Baik untuk
pekerjaan
yang tidak
membutuhka
n
keterampilan
di wilayah
dengan
jumlah tenaga
kerja
sementara yg
bnyak
Mempengaruhi
permintaan
Mencoba
untuk
menggunakan
kapasitas
berlebih;
diskon
menarik
pelanggan
baru
Ketidakpasti
an
permintaan,
sulit untuk
menyesuaika
n permintaan
pada
pasokan
ssecara tepat
Menciptakan
ide-ide
pemasaran,
sering
digunakan
overbook (
permintaan
melebihi
pasokan)
dalam
beberapa jenis
usaha
Tunggakan
pesanan
selama periode
permintaan
tinggi
Dapat
menghindari
lembur,
menjaga
kapasitas
tetap konstan
Pelanggan
harus mau
menunggu,
tetapi
kehendak
baik akan
Banyak
perusahaan
melakukan
tunggakan
pesanan
hilang
Perpaduan
produk dan
jasa
counterseasona
l
Sumber daya
yang
dimanfaatkan
secara penuh;
memungkinka
n tenaga kerja
stabil
Mungkin
membutuhka
n keahlian
atau
peralatan
diluar
keahlian
perusahaan
Sangat
berisiko
untuk
menemukan
produk atau
jasa dengan
pola
permintaan
yang
berlawanan
4. Metode – Metode Perencanaan Agregat
Banyak metode yang telah dikembangkan untuk perencanaan
agregatini tetapi pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi
dua kelompok yaitu:
a. Dengan pendekatan Optimasi :
– progamma linier
– aturan HMMS (Linier Decision Rule)
– search Decision Rule, dll
b. Dengan pendekatan Heuristik :
– metode grafik
– metode koefisien manajemen
– metode parametric, dll
Tidak semua metode ini akan dijelaskan pada buku ini Namun
pada prinsipnya semua metode yang ada akan menghasilkan
kecepatan produksi pada periode perencanaan yang dibuat,
jumlah tenaga kerja yang digunakan, serta tingkat persediaan
yang terjadi.
1. Metode grafik dan diagram (graphical and charting
techniques)
Metode ini sangat sering dipakai karena mudah dipahami dan
digunakan. Pada dasarnya, rencana ini menggunakan beberapa
variable secara bersamaan agar perencana dapat
membandingkan permintaan yang diproyeksikan dengan
kapasitas yang ada.
Pendekatan yang digunakan adalah “ trial and error “ yang
tidak menjamin terciptanya rencana produksi yang optimal,
tetapi penghitungan yang dibutuhkan hanya sedikit dan dapat
dilakukan oleh staf yang palingdasar pekerjaannya (karyawan
administrasi).
Tahapan dalam metode ini adalah:
A. Tentukan permintaan pada tiap periode.
B. Tentukan berapa kapasitas pada waktu biasa, waktu
lembur, dan tindakan subkontrak untuk tiap periode
C. Tentukan biaya tenaga kerja, biaya rekrutmen dan biaya
pemberhentian karyawan serta biaya penahanan
persediaan.
D. Pertimbangkan kebijakan perusahaan yang dapat
diterapkan pada para pekerja dan tingkatan persediaan.
E. Kembangkan rencana alternative dan amati biaya
totalnya.
2. Pendekatan Matematis Dalam Perencanaan
Beberapa pendekatan matematis terhadap perencanaan agregat
telah banyak dikembangkan diantaranya:
A. Metode Transportasi Dalam Program Linear Jika masalah
perencanaan agregat dipandang sebagai masalah alokasi
kapasitas operasi untuk memenuhi permintaan yang
diperkirakan, maka rencana agregat dapat dirumuskan
dalam format program linear.
B. Linear Decision Rule Merupakan model perencanaan
agregat yang berupaya untuk mengoptimalkan tingkat
produksi dan tingkat jumlah tenaga kerja sepanjang
periode tertentu.
Contoh Perhitungan Metode Grafik dan Diagram
1. Gambarkan histogram permintaan dan tentukan
kecepatan produksi (Pt) rata-rata yang diperlukan untuk
memenuhi permintaan.
2. Gambarkan grafik permintaan kumulatif terhadap waktu
serta grafik permintaan rata-rata kumulatif terhadap
waktu. Identifikasikan periode–periode tempat terjadinya
kekurangan barang (back order) dan periode-periode
adanya kelebihan barang (inventory).
3. Tentukan strategi yang akan digunakan untuk
menanggulangi kekurangan dan kelebihan barang
tersebut.
4. Hitung ongkos yang ditimbulkan oleh setiap strategi dan
pilih yang memberikan ongkos terkecil.
Contoh berikut ini akan memberikan gambaran metode grafis
Perusahaan ABC telah meramalkan permintaan akan
produknya secara agregat yang dapat diliihat pada Tabel
sebagai berikut :
Periode Permintaan Kumulatif
Permintaan
1 220 220
2 170 390
3 400 790
4 600 1.390
5 380 1.770
6 200 1.970
7 130 2.100
8 300 2.400
Kecepatan Produksi
Histogram dan kumulatif permintaan di atas menggambarkan
bagaimana permintaan menyimpang dari rata-rata kebutuhan.
Dengan menggunakan strategi murni beberapa alternatif yang
dapat dilakukan yaitu :
1. Alternatif 1 : Mengendalikan jumlah tenaga kerja
Alternatif ini melibatkan penambahan dan pengurangan
jumlah tenagakerja sesuai dengan kebutuhan. Laju produksi
akan sama dengan permintaan. Biaya rencana ini yaitu Rp
138.000,-
Periode Permintaan Biaya
Penambahan
Tenaga
Kerja
Biaya
Pengurangan
Tenaga
Kerja
Biaya
Total
1 220 - - -
2 170 - 500 500
3 400 23.000 - 23.000
4 600 20.000 - 20.000
5 380 - 33.000 33.000
6 200 - 27.000 27.000
7 130 - 10.500 10.500
8 300 17.000 - 17.000
Total 138.000
2. Alternatif 2 : Mengendalikan jumlah persediaan
Jika perusahaan tidak ingin melakukan perubahan jumlah
tenaga kerja,maka strategi yang dapat dilakukan yaitu
memproduksi dengan laju rata rata permintaan dan fluktuasi
permintaan dipenuhi menggunakan persediaan. Rencana ini
dihitung pada tabel berikut dan berdasarkan perhitungan di
bawah, kekurangan maksimum sebesar 270 unit terjadi pada
periode 5. Karena adanya ketidakpastian dalam peramalan
maka kekurangan ini dipenuhi mulai dari periode pertama.
Biaya rencana total Rp.96.500,-,
Peri
ode
Permi
ntaas
Kum
ulatif
Permi
ntaan
Kece
patan
Prod
uksi
Kum
ulatif
Prod
uksi
Perse
diaan
Penye
suaian
Persed
iaan
(270
Biaya
Perse
diaan
unit)
1 220 220 300 300 80 350 17.50
0
2 170 390 300 600 210 480 24.00
0
3 400 790 300 900 110 380 19.00
0
4 600 1.390 300 .200 -190 80 4.000
5 380 1.770 300 1.500 -270 0 0
6 200 1.970 300 1.800 -170 100 5.000
7 130 2.100 300 2.100 0 240 13.50
0
8 300 2.400 300 2.400 0 270 13.50
0
Tot
al
96.50
0
3. Alternatif 3: Subkontrak
Perusahaan menginginkan memproduksi sejumlah permintaan
minimum dan sisa permintaan dipenuhi dengan
subkontrak.Biaya rencana total Rp.108.000,-
Periode Permintaan Kecepatan
Produksi
Subkontrak Biaya
Total
1 220 130 90 7.200
2 170 130 40 3.200
3 400 130 270 21.600
4 600 130 470 37.600
5 380 130 250 20.000
6 200 130 70 5.600
7 130 130 0 0
8 300 130 170 13.600
Total 108.300
4. Alternatif 4 : Strategi Hibrid
Strategi hibrid dilakukan dengan menggabungkan beberapa
strategi murni dengan kebijaksanaan sebagai berikut :
1. Laju produksi konstan sebesar 200 unit/3 bulan dan
dimungkinkan untuk melakukan lembur sebesar 25 % jika
permintaan melebihi laju produksi.
2. Jika dengan lembur belum terpenuhi, penambahan-
pengurangan tenaga kerja akan dilakukan.
Perhitungan setiap langkah kebijaksanaan diatas dapat dilhat
pada tabel berikut,:
Periode
Permintaan
Produksi jam normal
Kebutuhan tambahan setelah jam normal
Produksi jam lembur
Kebutuhan jam normal + jam lembur
Biaya persediaan
Biaya lembur
Biaya perubahan tenaga kerja
Total Biaya
1 220 200 20 50 -30 1.500 1.000
0 2.500
2 170 200 -30 - -30 3.000 0 0 3.000
3 400 200 200 50 150 0 1.000
9.000 10.000
4 60 200 400 50 350 0 1.000
26.000
27.000
5 380 200 180 50 30 0 1.000
33.000
34.000
6 200 200 0 - - 0 0 19.500
19.500
7 130 200 -70 - -70 3.500 0 0 3.500
8 300 200 100 50 50 1.000 1.000
0 2.000
Total
101.500
Strategi Biaya Total
Mengendalikan
jumlah tenaga
kerja
138.000
Mengendalikan
jumlahPersediaan
96.500
Subkontrak 108.300
Strategi Hibrid 101.500
Berdasarkan hasil perhitungan Tabel diatas, biaya rencana total
Rp 101500,-. Jika dilakukan analisa, alternative 2 yaitu
mengendalikan jumlah persediaan ternyata lebih murah
dibandingkan melakukan penambahan pengurangan tenaga
kerja, subkontrak, maupun strategi hibrid. Berdasarkan hasil
diatas, beberapa kombinasi strategi murni masih dapat
dilakukan. Walaupun metode grafik tidak memberi solusi
optimum, tetapi sangat membantu sebagai pegangan untuk
melakukan operasi harian.
Contoh Perencanaan Agregat Metode Tabular ( model
transportasi )
Metode transportasi digunakan untuk model program linier.
Berikut ini akan dibahas suatu kasus menggunakan model
transportasi dengan data-data :
Permintaan :
Periode 1 2 3 4
Permintaan 500 800 1700 900
Kapasitas :
Pasokan Yang Ada
Periode Jam
Normal
Jam
Lembur
Subkontrak
1 700 250 500
2 800 250 500
3 900 250 500
4 500 250 500
Persediaan Awal : 100 unit
Persediaan akhir yang diinginkan : 150 unit
Biaya lembur : Rp 125/unit
Biaya Subkontrak : Rp 150/unit
Biaya jam Normal : Rp 100/unit
Biaya Persediaan :Rp20/unit/periode
Penyelesaian :
Keterangan :
1. Total Cost : 400(100) + 300 (140) + 800(100) + 250(145) +
900(100) + 250(125) + 500(100) + 350(125)
= 445.750
2. Yang diproduksi adalah :
Periode Rencana Produksi Permintaan
1 700 500
2 1.050 800
3 1.150 1.700
4 1.250 900
Berarti yang diproduksi ≠ ∑ Permintaan
System produksi tidak Back Order sehingga kebutuhan pada
periode I tidak mungkin dipenuhi oleh periode 2.
Jadwal produksi induksinya adalah :
Kwartal I 700 unit
II 1.050 unit
III 1.150 unit
IV 1.250 unit
BAB 10. PENJADWALAN JANGKA
PENDEK
Tujuan Instruksional Khusus
Mampu memahami mengenai :
Kepentingan Strategi Penjadwalan Jangka Pendek
Penjadwalan Maju Dan Mundur
Kriteria Penjadwalan
Metode Penugasan
Penjadwalan Produksi Berulang
1. Kepentingan Strategis Penjadwalan Jangka Pendek
Kepentingan strategis penjadwalan adalah
a. Penjadwalan yang efektif berarti pergerakan barang dan
jasa pada sebuah fasilitas menjadi lebuh cepat. Ini juga
berarti perusahaan menggunakan asset secara lebih efektif
sehingga menciptakan kapasitas yang lebih besar untuk
setiap dolar yang ditanamkan, yang selanjutnya
menghasilkan biaya yang lebih rendah.
b. Kapasitas tambahan, pergerakan yang lebih cepat, dan
fleksibilitaas terkait menghasilkan pengiriman yang lebih
cepat sehingga memberikan pelayanan pelanggan yang
lbih baik.
c. Penjadwalan yang baik juga berperan pada komitmen yang
realistis sehingga menghasilkan pengiriman yang dapat
diandalkan.
Penjadwalan jangka pendek menerjemahkan keputusan
kapasitas, perencanaan agregat (jangka menengah) serta jadwal
induk ke dalam urutan pekerjaan dan penugasan tertentu atas
keryawan, material, dan permesinan. Isu penjadwalan barang
dan jasa dalam jangka pendek yaitu memenuhi permintaan
karyawan dan peralatan tertentu dalam basis harian atau jam.
Tujuan penjadwalan adalah mengalokasikan dan
memprioritaaskan permintaanyang dihasilkan oleh perkiraan
atau pesanan pelanggan pada fasilitas yang ada. Dua factor
penting dalam melakukan alokasi dan prioritas ini adalah (1)
jenis penjadwalan, maju atau mundur, dan (2) kriteria prioritas.
2. Penjadwalan Maju Dan Mundur
Penjadwalan mencakup penugasan batas waktu pada
pekerjaan tertentu, tetapi banyak pekerjaan yang bersaing
secara bersamaan dengan menggunakan sumber daya yang
sama. Untuk membantu mengatasi berbagai kesulitan dalam
penjadwalan, teknik penjadwalan dapat digolongkan sebagai
(1) penjadwalan maju dan (2) penjadwalan mundur.
a. Penjadwalan Maju
Penjadwalan mauju (forward scheduling) memulai jadwal
persyaratan setelah suatu pekerjaan diketahui. Penjadwalan
maju digunakan dalan berbagai organisasi, seperti rumah sakit,
klinik, rumah makan mewah, dan produsen peralatan
mesin.dalam fasilitas ini, pekerjaan dilakukan sesuai dengan
pesanan pelanggan, dan biasanya minta dikirim sesegera
mungkin. Penjadwalan maju umumnya dirancang untuk
menghasilkan sebuah jadwal yang dapat dipenuhi, sekalipun
hal ini berarti batas waktunya tidak dapat dipenuhi. Dalam
banyak kejadian, penjadwalan maju menyebabkan
penumpukan barang setengah jadi.
b. Penjadwalan Mundur
Penjadwalan mundur (backward scheduling) dimulai dari
batas waktu, dan menjadwalkan operasi yang terakhir terlebih
dahulu. Kemudian, urutan pekerjaan dijadwalkan satu demi
satu dalam susunan terbalik. Dengan mengurangi waktu
tunggu (lead time) untuk setiap barang, diperoleh waktu
mulai. Bagaimana pun juga, sumber daya yang diperlukan
untuk mrmrnuhi jadwal mungkin tidak ada. Penjadwalan
mundur digunakan dalam banyak lingkungan manufaktur,
seperti hal nya dalam lingkungan jasa yang menyajikan sebuah
perjamuan atau penjadwalan operasi pembedahan. Dalam
praktiknya, suatu kombinasi dari penjadwalan maju dan
mundur sering digunakan untuk menemukan titik temu antara
yang dapat dipenuh dan batas waktu pelanggan.
3. Kriteria Penjadwalan
Teknik penjadwalan yang benar bergantung pada volume
pesanan, sifat alami operasi, dan kompleksitas pekerjaan secara
keseluruhan, serta kepentingan dari keempat kriteria. Berikut
keempat kriteria tersebut.
1. Meminimalkan waktu penyelesaian. Kriteria ini dievaluasi
dengan menentukan waktu penyelesaian rata-rata untuk
setiap pekerjaan.
2. Memaksimalkan utilisasi. Kriteria ini dievaluasi dengan
menghitung persentase waktu suatu fasilitas digunakan.
3. Meminimalkan waktu persediaan barang setengah jadi (
work in process – WIP ). Kriteria ini dievaluasi dengan
menentukan jumlah pekerjaan rata-rata dalam sistem.
Hubungan antara banyaknya pekerjaan dalam sistem dan
persediaan WIP akan tinggi. Oleh karena itu, jika terdapat
lebih sedikit pekerjaan dalam sistem, maka persediaan yang
ada lebih rendah.
4. Meminimalkan waktu tunggu pelanggan. Kriteria ini
dievaluasi dengan menentukan jumlah keterlambatan rata-
rata.
Keempat kriteria di atas digunakan dalam bab ini;
sebagaimana dalam industri, untuk mengevaluasi kinerja
penjadwalan. Selain itu, pendekatan penjadwalan yang baik
harus sederhana, jelas, mudah dipahami, mudah dilakukan,
fleksibel, dan realistis.
Proses berbeda membutuhkan pendekatan penjadwalan yang
berbeda :
Fasilitas yang terfokus pada proses (bengkel kerja)
Fokus penjadwalan adalah menghasilkan sebuah penjadwalan
maju yang awalnya dicapai dengan batas waktu MRP dan
diperbaiki dengan teknik penjadwalan kapasitas terbatas yang
dibahas pada bab ini. Fsilitas ini meliputi sebagian besar
produksi dunia. Contohnya adalah pengecoran logam,
perusahaan mesin, lemari kabinet, percetakan, sejumlah
restoran, dan industri pakaian.
Sel kerja ( work cell – terfokus pada fasilitas yang mengelola
serangkaian komponen yang serupa )
Fokus penjadwalan adalah menghasilkan sebuah penjadwalan
maju. MRP menghasilkan batas waktu, dan
penjadwalan/pengiriman perincian selanjutnya dibuat pada
sel kerja dengan aturan kanban dan prioritas. Contohnya
adalah sel kerja pada perusahaan manufaktur ambulans
Wheeled Coach, pembuat mesin pesawat Standard Aero, dan
pembuat kartu ucapan Hallmark.
Fasilitas berulang (lini perakitan)
Fokus penjadwalannya adalah menghasilkan penjadwalan
maju yang dicapai dengan menyeimbangkan lini dengan
teknik lini perakitan traditional. Teknik tarikan, seperti JIT dan
kanban, memberikan isyarat agar komponen dijadwalkan
untuk menunjang lini perakitan. Fasilitas berulang mencakup
lini perakitan bagi ragam produk yang luas dari mobil hingga
peralatan rumah tangga dan komputer. Masalah penjadwalan
ini merupakan tantangan, tetapi biasanya terjadi hanya pada
proses yang beru atau ketika terjadi perubahan produk atau
model.
Fasilitas yang terfokus pada produk (terus-menerus)
Fasilitas ini menghasilkan produk dengan jumlah sangat besar
dan ragam yang terbatas, seperti kertas pada mesin besar di
International Paper, bir pada tempat pembuatan bir Di
Anheuser-Busch, atau baja gulungan di pabrik Nucor.
Penjadwalan menghasilkan sebuah penjadwalan maju yang
dapat memenuhi permintaan konstan yang layak dengan
kapasitas tetap yang ada. Kapasitas di sejumlah fasilitas
biasanya dibatasi oleh investasi modal jangka panjang.
Kapasitas fasilitas ini biasanya diketahui, sekaligus waktu
penyetelan dan waktu operasi untuk produk dengan
jangkauan tebatas. Hal ini menyebabkan penjadwalan lebih
mudah dilakukan.
Penjadwalan Pusat Kerja Yang Terfokus Pada Proses
Fasilitas yang terfokus pada proses (fasilitas intermitten atau
bengkel kerja) merupakan sistem dengan variasi tinggi atau
volume rendah yang biasanya dijumpai ada organisasi
manufaktur dan jasa. Untuk menjalankan sebuah fasilitas
secara seimbang dan efisien, manajer memerlukan sebuah
sistem perencanaan dan pengendalian produksi.
Sistem tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menjadwalkan pesanan yang datang tanpa melampaui
keterbatasan kapasitas pusat kerja masing-masing.
2. Memeriksa ketersediaan peralatan dan bahan sebelum
mengeluarkan pesanan ke suatu departemen.
3. Menentukan batas waktu untuk setiap pekerjaan dan
memeriksa kemajuan pekerjaan terhadap batas waktu dan
waktu tunggu dari pemesanan.
4. Memeriksa bahan setengah jadi selagi pekerjaan dilakukan.
5. Memberikan umpan balik pada aktivitas pabrik dan
produksi.
6. Memberikan statistik efisien pekerjaan dan mengawasi
operator untuk kepentingan analisis pengupahan dan
distribusi tenaga kerja.
Pembebanan Pekerjaan
Pembebanan (loading) berarti penugasan pekerjaan pada pusat
kerja atau pusat pemrosesan. Para manager operasi
menugaskan pekerjaan pada pusat kerja sedemikian hingga
biaya, waktu luang atau waktu penyelesaian dijaga tetap
minimal. Pusat kerja dapat berupa dua bentuk. Pertama,
berorientasi pada kapasitas; kedua, berkaitan dengan
penugasan pekerjaan tertentu bagi pusat-pusat kerja.
Pertama, pembebanan akan diuji dari segi kapasitas melalui
sebuah teknik yang dikenal sebagai pengendalian input-
output. Kemudian akan disajikan dua pendekatan yang
digunakaan dalam pembebanan : diagram Gantt dan metode
penugasan pemrograman linier.
Pengendalian Input-Output
Pengendalian input-output adalah sebuah teknik yang
membuat karyawan operasi dapat mengelola aliran fasilitas
kerja. Jika pekerjaan tiba lebih cepat daripada yang sedang
diproses, maka fasilitas tersebut dibebani secara berlebihan dan
terjadi backlog. Pembebanan yang berlebihan menyebabkan
kepadatan dalam fasilitas yang mengakibatkan timbulnya
masalah inefisiensi dan kualitas. Jika pekerjaan tiba lebih
lambat daripada yang sedang diproses, fasilitasyang kurang
terbebani menghasilkan kapasitas yang kosong dan
pemborosan sumber daya.
Pengendalian input-output dapat dilakukan dengan sebuah
sistem kartu ConWIP yang mengendalikan jumlah pekerja
dalam suatu pusat kerja. ConWIP adalah singkatan untuk
constan work in process. Kartu ConWIP berjalan bersama suatu
pekerjaan melalui pusat kerja. Ketika pekerjaan selesai, kartu
dikeluarkan dan dikembalikan ke stasiun kerja awal,
mengotorisasi masuknya batch baru ke dalam pusat kerja.
Secara efektif, kartu ConWIP membatasi jumlah kerja dalam
pusat kerja, mengendalikan waktu tunggu dan memantau
backlog.
Pilihan yang tersedia bagi karyawan bagian operasi untuk
mengatur aliran fasilitas kerja mencakup:
1. Memperbaiki kinerja
2. Meningkatkan kapasitas
3. Meningkatkan atau mengurangi input pada pusat kerja
dengan cara (a) mengalihkan pekerjaan ke atau dari pusat kerja
lainnya, (b) meningkatkan atau mengurangi subkontrak, (c)
memproduksi lebih sedikit atau lebih banyak.
Memproduksi lebih sedikit bukanlah solusi yang disenangi
para manager tetapi keuntungan yang didapatkan sangat
berarti. pertama, tingkat pelayanan pelanggan bisa meningkat
karena barang dapat diproduksi tepat waktu. Kedua, efisiensi
dapat benar-benar meningkat karena terdapat lebih sedikit
WIP yang bertebaran dalam pusat kerja yang menambahkan
biaya rutin. Ketiga, kualitas dapat meningkat karena lebih
sedikit WIP berarti lebih sedikit permalahan yang tersembunyi.
Diagram Gantt
Diagram Gantt (Gantt chart) merupakan alat peraga visual yang
bermanfaat dalam pembebanan dan penjadwalan. Nama
diagram tersebut berasal dari Henry Gantt, yang ditemukan
pada akhir tahun 1800-an. Diagram Gantt menunjukkan
penggunaan sumber daya, seperti pusat kerja dan tenaga kerja.
Ketika digunakan dalam pembebanan, diagram Gantt
menunjukkan pembebanan dan waktu luang pada beberapa
departemen, mesin atau fasilitas. Diagram Gantt menunjukkan
beban kerja dalam sistem sedemikian rupa sehingga manager
mengetahui penyesuaian yang tepat. Sebagai contoh, ketika
sebuah pusat kerja dibebani secara berlebihan maka karyawan
dari pusat kerja yang memiliki beban rendah dapat
dipindahkan sementara agar dapat meningkatkan jumlah
tenaga kerja.
4. Metode Penugasan
Metode Penugasan (assigment method) mencakup proses
pelimpahan tugas atau pekerjaan pada sumber daya.
Contohnya adalah penugasan pekerjaan pada mesin, kontrak
pada pemberi penawaran, karyawan pada proyek, dan
karyawan pemasaran pada wilayah tertentu. Metode
penugasan ini paling sering bertujuan meminimalkan biaya
total atau waktu yang diperlukan untuk melaksanakan tugas
yang ada. Satu karakteristik permasalahan penugasan yang
penting adalah hanya ada satu pekerjaan yang ditugaskan
untuk satu mesin.
Pengurutan Pekerjaan
Penjadwalan memberikan dasar untuk membebankan
pekerjaan pada pusat kerja. Pembebanan adalah sebuah teknik
pengendalian kapasitas yang menyoroti masalah pemberian
beban yang terlalu berat dan ringan.Pengurutan ( sequencing –
disebut pembagian tugas atau dispatching ) menentukan urutan
pekerjaan yang harus dilakukan pada setiap pusat kerja.
Aturan Prioritas untuk Membagikan Tugas
Aturan prioritas ( priority rule ) memberikan panduan untuk
mengurutkan pekerjaan yang harus dilakukan. Aturan ini
terutama diterapkan untuk aturan fasilitas yang terfokus pada
proses, seperti klinik, percetakan, dan bengkel kerja. Beberapa
aturan prioritas yang paling terkenal akan dibahas. Aturan
prioritas mencoba untuk meminimalkan waktu penyelesaian,
jumlah pekerjaan dalam sistem, dan keterlambatan pekerjaan
seraya memaksimalkan penggunaan fasilitas.
Berikut aturan prioritas yang paling populer.
FCFS ( first come, first served ): yang pertama datang, yang
pertama dilayani. Pekerjaan pertama yang datang di sebuah
pusat kerja diproses terlebih dahulu.
SPT ( shortest processing time ): waktu pemrosesan
terpendek. Pekerjaan yang memiliki waktu pemrosesan
terpendek ditangani dan diselesaikan terlebih dahulu.
EDD ( earliest due date ): batas waktu paling awal.
Pekerjaan dengan batas waktu yang paling awal dikerjakan
terlebih dahulu.
LPT ( longest processing time ): waktu pemrosesan
terpanjang. Pekerjaan yang memiliki waktu pemrosesan
lebih panjang, lebih besar biasanya sangat penting dan
diutamakan terlebih dahulu.
Tidak ada satu pun aturan pengurutan yang unggul dalam
semua kriteria. Pengalaman menunjukkan hal berikut.
1. SPT biasanya merupakan teknik terbaik untuk
meminimalkan aliran pekerjaan dan meminimalkan jumlah
pekerjaan rata-rata dalam sistem. Kelemahan utamanya adalah
pekerjaan yang memiliki waktu pemrosesan panjang dapat
tidak dikerjakan secara terus menerus, karena pekerjaan yang
memiliki waktu pemrosesan pendek selalu didahulukan.
Pelanggan dapat melihat hal ini secara samar, dan penyesuaian
berkalal untuk pekerjaan yang panjang harus dilakukan.
2. FCFS tidak menghasilkan kinerja yang baik pada hampir
semua kriteria ( tetapi juga tidak begitu buruk ).
Bagaimanapun, FCFS memiliki kelebihan karena terlihat adil
oleh pelanggan; suatu hal yang sangat penting dalam sistem
jasa.
3. EDD meminimalkan keterlambatan maksimal yang
mungkin perlu untuk pekerjaan yang memiliki penalti setelah
tanggal tertentu. Secara umum, EDD bekerja baik ketika
keterlambatan menjadi sebuah isu.
Rasio Kritis
Jenis aturan pengurutan yang lain adalah rasio kritis. Rasio
Kritis (critical ratio-CR) merupakan sebuah angka indeks yang
dihitung dengan membagi waktu yang tersisa hingga batas
waktu pekerjaan dengan waktu pekerjaan yang tersisa.
Berlawanan dengan aturan prioritas, rasio kritis sangat dinamis
dan mudah diperbarui. CR cenderung memiliki kinerja yang
lebih baik daripada FCFS, SPT, EDD atau LPT pada kriteria
keterlambatan pekerjaan rata-rata.
Rasio kritis memberikan prioritas pada pekerjaan yang harus
dilakukan agar tetap menepati jadwal. Sebuah pekerjaan
dengan rasio kritis yang rendah ( kurang dari 1,0 ) berarti
telambat dari jadwal. Jika CR tepat 1,0; berarti pekerjaan sesuai
dengan jadwal. CR yang lebih besar dari 1,0 berarti
pekerjaannya mendahului jadwal dan punya waktu luang.
Rumus rasio kritis adalah
Pada kebanyakan sistem penjadwalan produksi, aturan CR
membantu melaksanakan hal berikut.
1. Menentukan status pekerjaan tertentu
2. Menerapkan prioritas relatif di antara pekerjaan dengan
dasar kesamaan.
3. Menghubungkan persediaan dan pekerjaan berdasarkan
pesanan dengan dasar kesamaan.
4. Menyesuaikan prioritas (dan memperbaiki jadwal) secara
otomatis terhadap adanya perubahan baik dalam hal
permintaan maupun status kemajuan pekerjaan.
5. Menelusuri kemajuan pekerjaan secara dinamis.
Aturan Johnson
Aturan Johnson bisa digunakan untuk meminimalkan waktu
pemrosesan untuk mengurutkan suatu kelompok pekerjaan
melalui dua fasilitas.
Tahap Aturan Johnson:
1. Semua pekerjaan harus dicantumkan dan masingmasing
waktu yg dibutuhkan oleh sebuah mesin harus ditunjukkan.
2. Pilih pekerjaan dg waktu aktifitas yg paling pendek.
3. Sekali suatu pekerjaan telah dijadwalkan, sisihkanlah
pekerjaan itu.
4. Terapkan tahap 2 dan tahab 3 ke perkerjaan yg tersisa,
bekerja kea rah pusat urutan itu.
Keterbatasan Aturan Yg Berbasis Sistem:
1. Penjadwalan adalah dinamis dengan demikian aturan perlu
untuk direvisi menyesuaikan perubahan-perubahan dalam
proses, peralatan, bauran produk tersebut.
2. Aturan tidak melihat ke hulu atau ke hilir, sumber daya yg
menganggur dan kemampatan sumber daya di departemen
yg lain mungkin saja tidak diakui.
3. Aturan tidak melihat lewatnya dari tanggal jatuh tempo.
Penjadwalan Kapasitas Terbatas
Penjadwalan kapasitas terbatas (finite capacity scheduling)
adalah penjadwalan jangka pendek yang terkomputerisasi
untuk mengatasi kelemahan sistem yang berdasarkan aturan
tertentu dengan menyajikan perhitungan interaktif secara
grafis kepada pengguna data (users).
Selain pilihan aturan prioritas saat ini sejumlah sistem FCS juga
mengkombinasikan “sistem pakar” atau teknik simulasi dan
memungkinkan penjadwal untuk membebankan biaya pada
berbagai pilihan yang berbeda. Penjadwal memiliki fleksibilitas
untuk menangani situasi apapun termasuk perubahan
pesanan, pekerja, ataupun mesin.
Data awal untuk sistem penjadwalan terbatas biasanya
merupakan output dari sistem MRP. Sistem ini seketika
memberikan informasi kepada perencana ketika material
dibutuhkan, mengabaikan masalah dalam hal kapasitas. Dan
output dari MRP dikombinasikan dengan perputaran arsip,
batas waktu, kapasitas pusat kerja, peralatan, dan ketersediaan
sumber daya lainnya untuk akhirnya menghasilkan data yang
dibutuhkan oleh FCS secara efektif.
Teori Batasan
Teori batasan adalah suatu ilmu yang berkaitan dengan segala
sesuatu yang membatasi kemampuan organisasi untuk
mencapai tujuannya. Batasannya dapat berupa bentuk fisik
(ketersediaan proses produksi atau karyawan dan bahan baku
atau persediaan). Throughtput atau volume adalah suatu
konsep penting dalam sistem operasi yang dimana jumlah unit
yang diproses melalui fasilitas dan terjual.
Mengelola batasan-batasan, yaitu :
1. Mengidentifikasi batasan.
2. Membuat rencana mengatasi batasan.
3. Memusatkan tujuan pada sumberdaya setelah membuat
rencana batasan.
4. Mengurangi dampak selanjutnya dari batasan yang telah
dituju.
5. Setelah batasan telah teratasi dengan baik, lakukan
identifikasi batasan baru.
Batasan-batasan ini digunakan dalam perusahaan manufaktur
dan perusahaan jasa.
Sistem kerja pada bottleneck adalah batasan yang membatasi
output produksi dan memiliki kapasitas yang lebih sedikit
dibandingkan pusat kerja sebelumnya atau berikutnya nanti.
Dikarenakan bottleneck mengahambat laju volume dalam
produksi. Dan pada konsekuensinya sistem ini terdapat dalam
proses, sebagai contoh terdapat pada rumah sakit, rumah
makan, hingga ke dalam sebuah pabrik.
Beberapa teknik menghadapi sistem bottleneck :
1) Meningkatkan kapasitas pada batasan.
2) Memperhatikan SDM yang digunakan dan memusatkan
kerja yang menyebabkan terjadinya suatu batasan.
3) Membuat perputaran berulang, prosedur pemrosesan, atau
subkontraktor alternatif yang lebih baik.
4) Memindahkan pemeriksaan dan pemgujian ketempat lain
sebelum terjadi bottleneck, guna mengurangi cacat
potensial.
5) Menjadwalkan throughtput untuk menyesuaikan kapasitas
saat terjadinya bottleneck, yakni mengurangi pemusatan
kerja pada kegiatan yang berisiko terjadinya bottleneck.
5. Penjadwalan Produksi Berulang
Produsen berulang ingin memenuhi permintaan pelanggan,
mengurangi investasi persediaan, mengurangi ukuran lot
dengan peralatan dan proses yang ada. Sebuah teknik untuk
mencapai tujuan ini adalah menggunakan sebuah jadwal
penggunaan material bertingkat. Penggunaan material
bertingkat berarti penggunaan lot yang lebih sering,
berkualitas tinggi, dan berukuran kecil yang berperan untuk
produksi just-in-time.
Kelebihan penggunaan material secara bertingkat :
1. Mengurangi tingkat persediaan yang membebaskan modal
untuk penggunaan yang lain.
2. Mempercepat volume produksi.
3. Memperbaiki kualitas komponen sehingga meningkat
kualitas produk
4. Mengurangi kebutuhan luas lantai
5. Memperbaiki komunikasi pekerja sebab mereka menjadi
semakin berdekatan.
6. Melancarkan proses produksi karena lot yang besar tidak
“menyembunyikan” permasalahan.
Anggap sebuah produsen berjalan menjalankan batch bulanan
yang berukuran besar: Dengan menggunakan jadwal
penggunaan material bertingkat, manajemen akan dapat
memendekkan siklus bulanan ini menjadi siklusn mingguan,
harian, bahkan siklus per jam
DAFTAR PUSTAKA
Aminudin, Prinsip-Prinsip Riset Operasi, Erlangga, 2005
Dimyati. Tjutju, Operations Research Model – model Pengambilan
Keputusan, Sinar Baru Algensindo, Bandung, 2003.
Eddy Herjanto, 2003. Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi
Kedua Grasindo. Jakarta
Handoko, Dasar – dasar Manajemen Produksi Dan Operasi. BPFE,
Yogyakarta, 1997.
Hamdy Taha, Operation Research An Introduction, Edisi 4,
Macmillan, New York
Heizer. J & Render B, 2004. Operations Management, Seventh
Edition (IE) Prentice Hall. USA.
Indrio Gitosudarmo, 2002. Manajemen Operasi. BPFE-
Yogyakarta
Jasfar, Farida. 2005. Manajemen Jasa – Pendekatan Terpadu. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Lupiyoadi, Rambat. 2001. Manajemen Pemasaran Jasa – Teori dan
Praktek. Jakarta: Salemba Empat
Mardiatmo, Drs, 2006. Kewirausahaan. Jakarta:Yudistira
Munjiati Munawaraoh, dkk,. 2004. Manajemen Operasi. Unit
Penerbiatan Fakultas Ekonomi. (UPFE-UMY) Yogyakarta.
Nurul Diena Novania, ST, Materi Kuliah Penerapan TQM Pada
Industri Jasa, Scribd.
Richard Bronson, Theory and Problem of Operation Research ,
McGraw-Hill, Singapore.
Subagyo Pangestu, Marwan Asri, dan T. Hani Handoko. Dasar-
Dasar Operation Research, Yogyakarta: PT. BPFE-
Yogyakarta, 2000.
Suardi, Rudy, Sistem Manajemen Mutu ISO 9000 : 2000
:Penerapannya untuk Mencapai TQM, Jakarta,Penerbit
PPM,2001, Scribd.
www.http://mkmop.wordpress.com/2009/04/03/materi-
pertemuan-keempat-desain-barang-dan-jasa/
www.yakult.id/Cari/modul/kewirausahaan-smk-kelas-
xii.html
http://id.wikipedia.org/wik/administrasi
http://id.wikipedia.org/wik/index
http://nadyameprista.blogspot.com/2012_11_01_archive.html
http://khairulsantiank.blogspot.com/
http://ankbinzee.blogspot.com/
Yulian Zamit, Manajemen Kuantitatif, BPFE, Yogyakarta
TENTANG PENULIS
Dr. Musdalifah Azis, A.Md, SE., M.Si lahir di
Ujung Pandang tanggal 1 Mei 1980 adalah alumni SMU Negeri
05 Bandung lulus tahun 1999, Alumni Fakultas Teknik D3
Arsitektur Universitas Hasanuddin di Makassar lulus tahun
2002, Alumni Fakultas Ekonomi Manajemen Universitas
Hasanuddin di Makassar lulus tahun 2004, Kemudian tahun
2009 menyelesaikan studi S2 di Program Magister Sains,
Konsentrasi Manajemen dan Keuangan di Universitas
Hasanuddin di Makassar.
Studi jenjang pendidikan S3 pada Program Pascsarjana Ilmu Ekonomi Universitas
Hasanuddin di Makassar lulus tahun 2013.
Penulis menjadi dosen tetap sejak tahun 2005 di Universitas Mulawarman
Samarinda dan diberi amanat untuk memegang jabatan Ketua Program Studi
Manajemen dan Keuangan Universitas Mulawarman. Dari pengalaman
mengajar S1 dan S2 MM Universitas Mulawarman di Samarinda serta
menulis jurnal dan mengkaji jurnal – jurnal nasional maupun internasional
memotivasi penulis untuk membukukan ide dan inspirasi mengenai ESENSI
DAN HIRARKI RISIKO-RETURN PASAR, dari sudut pandang perilaku investor.
Saat ini, penulis tinggal bersama suami tercinta, Muhammad Amin dan anak
kesayangan mereka Fahrul Rozy Amin, Faradillah Putri dan Farel Aditya Amin.
Penulis dapat dihubungi via email : [email protected].