Top Banner

of 141

Misteri Selat Penyeludup

Feb 28, 2018

Download

Documents

JasmineKitchen
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    1/141

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    2/141

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    3/141

    Chapter 1BUKTI PALSU

    Teleponberdering. Frank dan Joe Hardy mendongak sejenakMereka sedang asyik bermain catur di ruang duduk, di rumah merekdi kota Bayport.

    "Jangan-jangan untuk kita," kata Frank."Kita akan segera tahu," kata Joe. "Bibi Gertrude sudah

    mengangkatnya di kamar tengah."Gertrude Hardy, yang tinggal pada keluarga itu sejak lama,

    menjenguk dari balik pintu. "Frank, pak Wester ingin berbicaradengan engkau."

    "Pak Wester?"

    "Engkau tentu ingat, pemilik bank yang sudah pensiun itu. Iajuga dikenal sebagai pengumpul benda-benda seni."

    "O ya, betul. terimakasih, bibi." Frank beranjak dari dudukny

    pergi ke kamar besar. Ia mengangkat gagang telepon."Pak Wester? Di sini Frank Hardy.""Aku ingin bertemu dengan engkau dan Joe," kata suara di

    dalam telepon. "Dapatkah kalian segera datang kemari?""Tentu, pak! Ada apa sebenarnya?"

    "Aku sedang mencari beberapa penjahat. Engkau dan adikmumungkin akan tertarik. Aku ingin bertemu dengan kalian, sebelum a

    memanggil polisi!"Pak Wester menutup pembicaraan, dan Frank kembali ke kam

    duduk. Ia mengatakan kepada adiknya, apa yang dikatakan oleh

    penggemar barang antik itu."Wah!" kata Joe. Rupanya maling-maling itu telah membuat

    kalap! Ayo kita berangkat!"

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    4/141

    Kedua pemuda itu lari keluar. Frank yang berumurdelapanbelas, duduk di belakang kemudi mobil sport kuning merek

    Pemuda berambut hitam itu setahun lebih tua dari Joe, adiknya yanpirang. Joe lalu duduk di sampingnya. Kedua pemuda tersebut sang

    dikenal sampai ke luar kota tempat tinggalnya, sebagai detektif ama

    yang sangat cerdik.Frank mengemudikan mobilnya melalui Jalan Elm ke jalan

    raya. Tak lama kemudian mereka tiba di rumah Raymond Wester, d

    luaran kota Bayport. Rumah itu hampir seperti istana. Dikelilingihalaman luas berumput dan pohon-pohon besar.

    Frank memarkir mobilnya di jalan masuk halaman. Ia danadiknya melihat seorang nyonya, memandangi mereka dari jendela

    ruang atas. Nyonya itu mengangkat tangannya, dan mereka melihatsesuatu yang tajam mengkilat di tangannya.

    Joe menahan napas. "Nyonya itu seperti memegang sebilah

    belati!""Ya, nampaknya," kakaknya mengiakan. "Aku heran, menga

    ia berbuat demikian."

    Nyonya itu bergerak dari jendela, dan menghilang daripandangan. Kakak beradik itu turun dari mobil, langsung menuju kpintu depan. Joe hendak membunyikan bel. Tetapi belum sempat

    tangannya menekan tombol, pintu terbuka sedikit. Benda tajammengkilat itu nampak di celah pintu!

    Secara naluriah mereka mundur! Ketika pintu terbuka lebar,mereka berhadapan dengan nyonya yang nampak di jendela tadi.

    Tangan kanannya memegang sebilah pisau pembuka surat, dan tangkirinya memegang setumpuk surat.

    "Aku melihat kalian datang," kata nyonya itu. "Karena itu ak

    turun untuk membukakan pintu. Aku nyonya Summers, pengurusrumah tangga. Tuan Wester telah menunggu kalian."

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    5/141

    Ia mengantarkan mereka melintas kamar besar, menuju kekamar kerja tuannya.

    Raymond Wester, yang bertubuh kecil berambut putih, dudubelakang meja tulis besar. Sejumlah lukisan tergantung di dinding.

    Hanya di atas perapian nampak suatu tempat yang kosong. Sebagian

    dari tembok, berwarna lebih tua dari sekelilingnya, menandakan,bahwa belum lama di tempat itu masih tergantung sebuah lukisan.

    Pak Wester mempersilakan mereka duduk pada kursi di depa

    meja tulisnya."Kukira kalian ingin tahu, mengapa aku minta kalian datang

    kemari," ia memulai pembicaraan."Betul, pak," Frank mengaku. "Kecuali, bahwa anda

    menyebutkan penjahat-penjahat."Pak Wester mengangguk. "Mereka telah merampok aku.""Apa saja yang hilang?"

    Pak Wester menunjuk ke tempat kosong di atas perapian."Lukisan yang biasanya tergantung di situ telah hilang. Berupa potr

    Simon Bolivar, yang sangat tinggi harganya. Kukira kalian tahu sia

    Simon Bolivar itu."Joe tersenyum. "Kita mempelajarinya dari pelajaran Sejarah sekolah. Ia merupakan George Washington-nya Amerika Selatan. I

    telah menghantam bangsa Sepanyol, seperti Washington memukulbangsa Inggris."

    "Karena itu ia disebut Liberator, Pembebas bangsa," sambunkakaknya.

    "Kalian menguasai pelajaran Sejarah," pak Wester memuji."Nah, lukisan Bolivar-ku itu telah hilang. Lenyap begitu saja!"

    "Kapan hal itu terjadi, pak? tanya Frank.

    "Dua minggu yang lalu. Aku sedang ada di Eropa. Ketika akpulang siang tadi, lukisan itu telah hilang."

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    6/141

    "Anda tak punya persangkaan, siapa yang telahmengambilnya?" tanya Frank.

    "Engg,kuceritakan saja apa yang telah terjadi. Sebelum akuberangkat bulan lalu, aku menyuruh sekertarisku, Mark Morphy,

    untuk mengambil lukisan itu. Ia juga kusuruh mengirimkannya kep

    adikku Harrison yang tinggal di Key Blanco, Florida. Sejak dulu,Harrison menginginkan lukisan itu. Karena itu, bulan lalu aku sepauntuk memberikannya kepada dia."

    "Dengan cara bagaimana lukisan itu dikirimkan?" tanya Fran"Lukisan itu terlalu berharga untuk dikirimkan melalui pos a

    perusahaan pengiriman barang. Aku minta kepada Morphy, agarmenyewa dua orang untuk menjaganya dengan mobil ke Florida.

    Morphy sendiri harus ikut, untuk ikut mengawasi lukisan itu setiapwaktu."

    "Apakah dapat terus bermobil sampai ke Key Blanco?" tanya

    joe."Tidak. Hanya sampai di Key West. Dari sana harus

    menggunakan perahu. Sebelum keberangkatanku ke Eropa, aku

    menelepon Harrison. Kukatakan, bahwa lukisan itu akan segeradikirim kepadanya. Tetapi ketika aku pulang hari ini,ia menelepon mengatakan bahwa lukisan itu tak pernah datang!"

    "Apakah anda telah melapor kepada polisi?," tanya Frank."Mungkin terjadi kecelakaan. Polisi tentu dapat menemukan mobil

    antara sini dengan Florida. "Pak Wester menggeleng. "Seperti yang kukatakan di telepon

    aku lebih senang menghubungi kalian dulu. Bagaimana pun, jikamobil itu mengalami kecelakaan, Morphy tentu menelepon!"

    "Anda tak mendengar berita sama sekali tentang sekertaris

    anda?"

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    7/141

    "Tak sepatah kata pun! Aku kawatir, jangan-jangan ia telahdiculik oleh dua orang sewaan itu. Harap kalian dapat mengerti, aku

    tak pernah mencurigai dia terlibat dalam suatu kejahatan.""Apakah Morphy mempunyai identitas dua orang sewaan itu

    tanya Joe. "Misalnya, dengan meninggalkan nama?"

    "Ya," kata pak Wester. "Ia meninggalkan potret mereka.""Itu bagus!" kata Frank. "Dengan demikian, kami dapat perg

    kepada pak Collig di markas kepolisian, untuk mencocokkan potret

    dengan yang ada di berkas-berkas mereka.""Kukira tak perlu hal itu," kata pak Wester seperti acuh tak

    acuh. "Aku yakin, kalian sendiri tentu dapat mengenalinya!""Mengapa, pak?" tanya Joe dengan heran.

    Pensiunan pemilik bank itu mengeluarkan sebuah potret darilaci, dan memberikan kepada Frank dan Joe. "Ini!"

    Kedua detektif muda itu terperanjat memandangi potret

    tersebut, sebab mereka menghadapi potretnya sendiri!

    Ebukulawas.blogspot.com

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    8/141

    Chapter 2TAK PUNYA ALIBI

    "Morphysungguh cerdik, pak Wester!" kata Joe akhirnya."Kami belum pernah melihat lukisan itu. Bahkan bertemu denganMorphy pun belum pernah!"

    "Di samping itu, kami adalah detektif! Bukan orang sewaan!sambung kakaknya tegas.

    "Yang jelas, bukan penjahat!" Joe menambah.Rupa-rupanya pak Wester tak tergoyahkan. "Kalian dapat saj

    menggunakan nama baik kalian sebagai penumpas kejahatan itu,justru sebagai kedok! Semua orang di Bayport tahu, bahwa kaliantelah berhasil memecahkan banyak perkara. Mungkin saja kalian

    berpendapat, tentu tak akan dicurigai! Itu foto kalian, bukan!""Memang," Frank mengaku. "Tetapi itu tak membuktikan ap

    apa. Saya mengenali foto itu. Dibuat oleh Andy Anderson dari

    suratkabar Bayport Timer pada suatu wawancara. Morphy tentumendapatkannya dari arsip suratkabar itu!"Pak Wester hanya mengangkat bahu. "Seandainya itu betul, i

    tetap menyebutkan kalian sebagai orang sewaannya. Di mana kalianberada dua minggu yang lalu, ketika lukisan itu dicuri orang?"

    "Kami sedang berlibur di Maine," jawab Frank. "Olahraga jakaki sepanjang Appalachian Trail. Olahraga kaki yang ..."

    "Itu kata kalian!" sela pak Wester tetap curiga. "Ada yangmelihat kalian?"

    Memang tidak," Frank mengaku. "Kami memang tak

    mempunyai alibi semacam itu. Kami memang tidak terlibat!""Kami kira, ia hendak melemparkan kecurigaan kepada kami

    Joe menjelaskan. "Bagi kami, dialah tersangka pertama!"

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    9/141

    "Tetapi kalian dapat saja bersekongkol dengan dia!" pak Wemendebat. "Mungkin saja ia menghilang dengan lukisan itu, dan

    membiarkan kalian sebagai kambing hitamnya!"Frank dan Joe saling berpandangan. Baru kali dalam hidup

    mereka, dicurigai sebagai penjahat!

    "Coba kita periksa, apakah pencuri yang sesungguhnya itumeninggalkan jejak," usul Joe. "Kami harus tahu sebanyak-banyakndari peristiwa pencurian ini. Apakah ada yang dapat menceritakan,

    bagaimana terjadinya?""Nyonya Summers," kata pak Wester. "Seperti kalian belum

    tahu saja!"Pak Wester memanggil pengurus rumah tangga. Nyonya itu

    masuk ke kamar kerja, dan memandangi kakak beradik itu dengancuriga. Majikannya minta diceritakan, tentang hilangnya lukisan itu

    "Ketika tuan Wester ada di Eropa," nyonya itu menjelaskan,

    "tuan Morphy yang bertanggung jawab di sini. Ia mengatakan kepasaya, bahwa ia mendapat perintah untuk mengambil lukisan itu, dan

    membawanya ke tuan Harrison Wester. Katanya, ia telah menyewa

    dua orang suruhan, untuk membawanya dengan mobil ke Key BlanIa juga meninggalkan petunjuk-petunjuk yang terperinci di dalamlaci."

    "Itulah kami," Joe menyambung. "Susahnya, Morphy takpernah memberitahu kepada kami mengenai rencana-rencananya!

    Apakah ia mengatakan yang lain-lain lagi?""Aku tak tahu sama sekali tentang rencana itu!" tukas pengur

    rumah tangga itu."Tentu saja tidak," kata Frank menenteramkan. "Kami hanya

    mengharap, agar nyonya menceritakan apa yang terjadi setelah itu.

    "Hari berikutnya, tuan Morphy memberi libur sehari kepadasemua karyawan di sini. Ketika kami masuk kembali, lukisan itu

    sudah tidak ada. "

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    10/141

    "Morphy sendiri juga tidak ada?""Betul," jawab nyonya itu. "Aku juga tak melihat dia lagi sej

    itu."Pak Wester memandang kedua pemuda itu dengan tajam. "A

    tetap berpendirian, bahwa kalian mungkin terlibat. Kalau memang

    tidak, kalian harus dapat membuktikannya!"Joe berpendapat, "Bagaimana kalau Morphy hanya berpura-

    pura saja mengirimkan lukisan itu? Tetapi sebenarnya hanya

    menyembunyikannya saja di sini?""Apakah kami boleh memeriksa rumah ini?" Frank

    menyambung, setelah menangkap maksud adiknya."Silakan," kata pensiunan pemilik bank itu. "Nyonya Summe

    akan mengantar kalian berkeliling. Lukisan itu kira-kira berukuranenampuluh kali seratus duapuluh senti. Tentu mudah ditemukan, jikmemang masih ada disini."

    Frank dan Joe memutuskan, untuk memulai pemeriksaan daratas terus ke bawah. Mereka mengikuti nyonya Summers naik ke

    loteng. Tempat itu berdebu, memanjang di bagian lantai atas.

    Penerangan yang ada, hanya dari dua buah jendela kecil yang terdadi langit-langit atap yang miring. Dari pemeriksaan yang singkatmereka yakin, bahwa lukisan yang hilang itu tak ada di rumah

    tersebut. Nyonya Summers menunjukkan ke bagian lantai dua, temtinggal para pembantu rumah tangga. Tak ada sesuatu pun yang

    mereka temukan. Di lantai kamar pak Wester pun tak ada hasilnya."Kita sia-sia menemui tempat kosong!" kata Frank kecewa.

    "Kesempatan terakhir hanya tinggal ruangan bawah tanah," kJoe. "Mari kita."

    "Tak ada sesuatu di sana!" nyonya Summers menyela. "Aku

    sendiri telah melihatnya."

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    11/141

    "Kita harus membuat laporan yang lengkap," kata Frankmembujuk. "Apakah anda berkeberatan, jika kita melihatnya

    sebentar?"Nyonya itu mengangkat bahu, lalu membuka pintu ruangan

    bawah. Semuanya turun melalui tangga yang goyah.

    Ruangan bawah tanah itu berdinding batu bata yang terbuat dabu arang yang dipres, dan lantainya dari semen. Pada suatu sudutterdapat sebuah tungku dan alat pemanas air. Di dekatnya ada sebu

    bangku kerja, memanjang ke seluruh dinding."Tuan Wester menggunakan meja itu untuk memperbaiki

    lukisan-lukisannya," nyonya itu menjelaskan.Pada sudut yang paling gelap, Joe mendapatkan sebuah gelan

    gelang besi, tergantung pada dinding. "Untuk apakah ini?" ia bertan"Aku tak tahu!" tukas nyonya itu. "Nah, bisakah kita kembal

    sekarang ?"

    "Tunggu sebentar," kata Frank. Ia sedang memperhatikangelang besi itu. "Nampaknya seperti pegangan pembuka pintu.

    Mungkin ada sebuah pintu pada dinding ini."

    Ia memutar gelang-gelang itu, lalu menariknya kuat-kuat.Sebagian dari batu bata abu arang itu bergerak ke samping!"Ruangan rahasia!" seru Frank. "Jangan-jangan lukisan itu ad

    di sini!"Kedua pemuda itu masuk. Mereka berada di dalam sebuah

    ruangan kecil, yang dinding belakangnya hanya mendapat cahaya druang bawah tanah.

    "Wow!" seru Joe. "Siapa yang membuat ini? Untuk apa?"Frank mengangkat bahu. "Yang membuat rumah ini pula,

    kukira. Barangkali pak Wester tahu, untuk apa gunanya."

    Mereka memeriksa dinding-dindingnya dengan teliti. Merekabegitu asyik mengamati, sehingga tanpa mereka sadari pintu dindin

    di belakang mereka menutup. Ruangan itu menjadi bertambah gela

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    12/141

    karena satu-satunya penerangan telah tertahan oleh pintu yangtertutup.

    Klik! Mereka mendengar pintu terkunci, dan mereka beradadalam ruangan yang gelap gulita!

    Frank melompat ke pintu dan berusaha membukanya, tetapi

    kedua tangannya hanya bertahan oleh dinding yang kokoh!"Nyonya Summers!" ia berseru. "Tolong keluarkan kami!"

    Nyonya itu tak menanggapi.

    "Seharusnya ia mendengar suara kita!" kata Joe tegas. "Pintutak seberapa tebal."

    "Stt! Kata Frank, sambil berusaha mendengarkan suara langkkaki nyonya Summers. Tetapi yang ada hanya kesunyian!

    Dengan kalap, Frank meraba-raba ke sekeliling dalam kegelapan,mencari-cari, kalau-kalau terdapat pegangan pembuka pintu. Tetapijari-jarinya hanya merasakan batu bata abu arang.

    "Joe!" serunya. "Kita terperangkap!""Barangkali masih ada jalan keluar yang lain," kata adiknya

    memberi semangat. Ia berjalan menyusuri sepanjang dinding, mera

    raba mencari lubang jalan keluar. Tiba-tiba kakinya menginjak temyang kosong! Sambil memekik ia jatuh ke dalam lobang."Joe! Engkau tak apa-apa?" seru kakaknya khawatir.

    Tak ada jawaban! Frank berdiri tertegun diam, mencobamengusir rasa panik yang menyergap. Frank melompat turun ke sis

    adiknya, lalu menggoyang-goyangkan tubuh yang tak bergerak itu.Tiba-tiba ia teringat, bahwa ia membawa lampu senter kecil di saku

    belakang celananya. Ia menyalakannya, dan mengarahkan sinarnyaarah suara adiknya.

    Cahaya senter itu menerangi tangga empat tingkat dari kayu,

    dan Joe meringkuk di bawah tangga! Joe membuka matanya, merabraba kepalanya, lalu mencoba bangun.

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    13/141

    "Lain kali, kalau aku hendak loncat indah, aku harus melihatdulu, ada airnya atau tidak," Joe menggerutu. "Untung tidak cedera

    hanya benjol sedikit di kepala."Frank mengarahkan cahaya senternya ke depan. Mereka

    melihat, ternyata mereka berada di dalam sebuah terowongan semp

    tapi tak seberapa panjang, lantainya miring ke atas."Barangkali ada pintu di depan itu," katanya. "Mari kita lihat

    Ia mendahului sambil berjalan membungkuk, karena langit-langit

    semakin rendah. Tetapi setelah diselidiki, di depan hanya ada dindiyang menghalang.

    "Jalan terakhir bagi kita," kata Frank. "Kita berada di dalamterowongan buntu!"

    Joe meraba-raba langit-langit yang rendah itu. Tiba-tiba jari-jarinya meraba sebuah gerendel, yang masuk ke dalam kaitannyadengan kuat.

    "Nanti dulu," katanya. "Ini mungkin jalan keluar." Dengansekuat tenaga ia menarik gerendel dari kaitannya, lalu mendorong

    keatas. Sebagian dari langit-langit itu menguak terbuka ke atas,

    memasukkan cahaya dari luar. Mereka menjadi silau dan terpaksamengedip-ngedipkan mata, setelah sekian lama ada di dalamkegelapan. Mereka memanjat ke atas, dan tiba di semak-semak sisi

    rumah, dekat dengan jalan masuk.Joe menurunkan pintu, kembali menutup lubang. Kini tempa

    itu menjadi samar, tak kentara dalam semak-semak."Suatu cara yang bagus untuk menyembunyikan jalan rahasia

    kata Frank. "He! Apa ini?" Kakinya tersandung sesuatu di semak-semak. Ia membungkuk, dan memungut sebuah pisau lipat yangtangkainya berwarna kuning. Salah satu sisinya bertuliskan huruf I

    "Singkatan nama pemiliknya?" kata Frank dengan gairah,sambil menunjukkan kepada adiknya. "Mari kita selidiki, apakah

    cocok dengan nama salah seorang penghuni rumah."

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    14/141

    Mereka memutar menuju ke pintu depan, lalu membunyikanbel. Nyonya Summers membuka pintu dan nampak terkejut meliha

    mereka."Pintu ruangan bawah tanah itu menutup sendiri," katanya.

    "Aku tak dapat membukanya, lalu pergi mencari bantuan. Aku hend

    minta tolong kepada tuan Wester, tetapi beliau sedang menelepon.""Kami menemukan jalan keluar yang lain," kata Frank

    memberitahu. Kemudian ia memandangi nyonya itu dengan tajam.

    "Apakah singkatan nama I.N. mempunyai sesuatu makna tertentu banda, nyonya Summers?"

    Nyonya itu nampak terkejut, tetapi menggelengkan kepala."Disini tak ada orang yang mempunyai singkatan nama demikian,"

    katanya dengan pasti."Bolehkah kami menemui pak Wester?" tanya Joe."Tentu saja." Nyonya itu mempersilakan mereka masuk. Ked

    pemuda itu lalu datang kepada pak Wester di kamar kerjanya.Pak Wester sedang meletakkan gagang telepon ketika merek

    masuk. Ia terkejut mendengar adanya jalan rahasia di ruang bawah

    tanah. "Aku tak pernah tahu akan hal itu!" katanya. "Yah, tetapi rumini memang dibangun lebih dari seratus tahun yang lalu."Frank mendapat suatu pikiran. "Pak Wester, jika sekertaris an

    memang terlibat dalam pencurian, tentunya ada barang-barang lainyang ikut tercuri. Apakah anda merasa ada barang lain yang hilang

    Pak Wester menggeleng. Tetapi ia menyuruh nyonya Summeuntuk memeriksanya. Tak lama nyonya itu kembali. Nampaknya

    bingung. "Saya tak menyadari sebelumnya, tuan," katanya. "Tetapikendi perak yang besar itu ternyata tak ada di tempatnya. Demikianpula dua buah tempat lilin dari emas."

    "Seseorang, mungkin Morphy, telah merampok anda tanpa aketahui," komentar Joe.

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    15/141

    "Aku heran," kata pak Wester. "Mengapa ia tak mencurilukisan-lukisan lain yang lebih berharga?"

    "Mungkin ia berpikir, bahwa itu akan terlalu menyolok," kataJoe memberi alasan.

    Nyonya Summers mengangguk. "Kendi dan tempat lilin itu

    tidak dipajangkan," katanya. "Saya saja tak menyadari, tuan, kalausaya tidak memeriksanya!"

    "Apakah kalian menemukan petunjuk-petunjuk dari

    pemeriksaan kalian tadi?tanya pak Wester."Hanya ini," kata Frank. Ia menunjukkan sebilah pisau lipat.

    Pengumpul benda seni itu tak mengenalinya. Ia pun takmengenal singkatan nama I.N. Kakak beradik itu lalu memeriksa

    dinding di atas perapian, bekas tempat lukisan Bolivar digantungkaSuatu tempat pada dinding itu menarik perhatian Frank. Iamemeriksanya dengan teliti. "Ini ada sidik jari yang cukup jelas,"

    katanya. "Joe, tolong ambilkan kotak kita di mobil.""Oke," kata Joe sambil berangkat. Ia kembali dengan sebuah

    kotak kecil, lalu menaburkan semacam serbuk pada tempat yang

    dicurigai tersebut. Kemudian ia memotretnya dengan sebuah kamermini, sebelum sidik jari itu diangkatnya dengan sejenis tape yangkhusus.

    Ia kembali ke dekat pak Wester. "Jika anda tak berkeberatan,saya akan mencari sidik jari Morphy di kamarnya. Kita lihat nanti,

    apakah cocok dengan sidik jari yang tadi."Pak Wester mengijinkan, dan Joe meninggalkan kamar kerja

    Frank memandang dengan penuh pikiran ke dinding yang kosong datas perapian. "Saya heran. Mengapa orang yang mengambil lukisaitu, tidak memakai sarung tangan?"

    Pak Wester memandang tajam kepadanya. "Seharusnya engktahu. Kawat penggantung lukisan itu diikatkan pada sebuah paku.

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    16/141

    Jadi, pencuri itu harus menggunakan jari-jarinya untukmelepaskannya."

    Mereka mempercakapkan peristiwa itu sampai Joe kembali."Saya berhasil mendapatkan sid ik jari yang bagus pada pisau

    cukur yang digunakan oleh Morphy," kata Joe. "Sekarang kami dap

    membawanya kepada pak Collig untuk dicocokkan. Pak Wester, kaakan kembali lagi kemari jika memang cocok. Kalau tidak, polisi teakan tahu sidik siapa, setelah mencocokkannya dengan berkas-berk

    sidik jari di kantor polisi."Pak Wester mengangguk. "Sementara kalian ada di sana, tolo

    laporkan bahwa rumahku kecurian.""Dengan senang hati, pak. Kami akan melapor untuk anda,"

    kata Frank.Pak Wester memandangi dia. "Jangan lupa untuk mengataka

    bahwa kemungkinan tersangka pertama adalah Frank dan Joe Hard

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    17/141

    Chapter 3JERITAN MINTA TOLONG

    Frankdan Joe memandangi penggemar benda-benda seni ituRupanya, ia masih saja percaya bahwa merekalah yang bersalah!

    "Kami harus menemukan Mark Morphy untuk membersihkan

    diri kami, pak," kata Frank perlahan-lahan. "Bagaimana romanwajahnya, pak?"

    Pak Wester mengambil sebuah potret dari laci mejanya, lalumemberikannya kepada Frank. "Inilah dia."

    "Apakah anda dapat memberitahu lebih lanjut tentang dia?"tanya Frank selanjutnya. "Apakah dia mempunyai keluarga atauteman? Di mana tinggalnya sebelum bekerja pada anda? Siapa yang

    mengajukan dia kepada anda?"Pak Wester mengangkat bahu. "Ia telah bekerja padanya sela

    setahun. Aku menerima dia setelah majikannya, seorang kenalanku

    meninggal. Aku tak tahu sedikit pun tentang keluarganya. Atau darmana asalnya. Ia tak pernah menyebutnya, dan aku juga tak pernahmenanyakannya."

    Pak Wester tak dapat memberikan informasi lebih jauh. Kareitu, kakak-adik itu mempercakapkan peristiwa yang aneh itu.

    "Bagaimana perasaanmu? Dikatakan sebagai seorangpenjahat?" tanya Joe menggerutu. "Pak Wester mencurigai kita

    dengan penuh keyakinan. Mengapa ia harus bertemu dengan kita,sebelum melapor kepada polisi?"

    Frank mengangguk. "Aku juga tak mempercayai pengurus

    rumah tangganya itu. Aku yakin, bahwa ia tahu tentang jalan rahasiitu, dan dengan sengaja menutup pintu ruang bawah tanah."

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    18/141

    Joe mengangkat bahu. "Katanya, ia hendak memanggil pakWester, tetapi pak Wester sedang menelepon. Kita melihat sendiri,

    bahwa pak Wester memang sedang menelepon.""Dapat saja ia mendengar telepon berdering, lau dibuat

    alasan!" kata Frank dengan tetap pada pendiriannya. Ia memarkir

    mobilnya di depan kantor Kepala Polisi Collig. Mereka lalu masukdan menjumpai teman lama mereka, yang telah banyak membantumereka dalam memecahkan perkara.

    Kepala polisi itu jangkung-tegap dengan pipi merah sehat. Iasedang duduk di meja tulisnya ketika mereka masuk. "Halo, anak-

    anak! Ada keperluan apa?" ia bertanya dengan ramah.Joe meletakkan kedua sidik jari di atas meja. "Kami ingin

    melihat, apakah kedua sidik jari ini cocok satu sama lainnya."Kepala Polisi itu mengerling ke arah mereka. "Kalian sedang

    menangani suatu perkara lagi, bukan? Maukah mengatakannya

    kepadaku?"Kakak beradik itu menceritakan tentang kunjungan mereka k

    rumah Raymond Wester. Mereka juga menyebutkan, bahwa merek

    berdua dicurigai terlibat dalam pencurian sebuah lukisan.Pak Collig bersiul. "Ini menempatkan kalian ke dalamkesulitan, ya? Nah, lihat saja, apakah aku dapat membebaskan kalia

    dari tuduhan itu."Ia mengantarkan mereka ke laboratorium kriminal. Kedua sid

    jari itu diletakkan di bawah sebuah mikroskop kembar, lalu disetel,agar kedua tepi sidik itu berdampingan. Ia meneliti sejenak dengan

    seksama, lalu berkata: "Tidak sama. Coba, lihat sendiri."Frank dan Joe memang telah trampil dalam hal sidik jari.

    Mereka berganti-ganti melihatnya.

    "Sidik Morphy hanya melingkar satu kali," kata Joe. "Sidikyang dari dinding melingkar dua."

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    19/141

    "Ya. Kedua sidik ini berasal dari dua orang yang berbeda,"Frank mengiakan. "Aku heran, sidik siapa yang satu ini?"

    "Mari kita lihat, apakah kami mempunyai arsip dari sidik ini,kata pak Collig. Ia menuju ke sebuah almari, lalu membalik-balik

    berkas-berkas sidik jari. Beberapa saat kemudian ia menggeleng. "T

    ada di sini. Ia belum dikenal di kalangan kriminal dari daerah ini. Aakan mengirimkannya ke FBI di Washington. Barangkali merekadapat menyidiknya bagi kalian."

    Pak Collig mengatakan, bahwa ia akan melihat sendiri perkarpencurian itu di rumah Wester. Kakak beradik itu lalu pulang. Hati

    mereka lega atas bantuan pak kepala polisi.Ayah mereka, seorang pensiunan anggota Kepolisian Kota N

    York, kini telah menjadi detektif swasta. Ia baru saja pulang beberamenit yang lalu.

    "Aku tahu Key Blanco," katanya, setelah mendengar cerita

    anak-anaknya. "Sebuah pusat penyelundupan di Teluk Meksiko danLaut Karibia. Tentang Frank dan Joe Hardy dikatakan sebagai

    penjahat, ini hal yang baru di keluarga kita!" Ia tertawa berderai.

    Bu Hardy mengernyitkan alis tanda khawatir. "Kukira, perkaini sangat berbahaya," katanya dengan resah.Bibi Gertrude mendengus. "Laura, hal demikian ini selalu saj

    terjadi," katanya. "Frank dan Joe memang pandai mencari bahaya dmana-mana. Bahkan di rumah seorang pemilik bank yang terhorma

    "Mungkin Wester itu sendiri penjahatnya," kata Joe sambiltersenyum. "Ia mencuri lukisannya sendiri!"

    Bibi Gertrude menggelengkan kepala sambil memberengut.Kemudian lalu tersenyum. "Sebelum kalian mengambil kesimpulanyang bukan-bukan lagi, aku punya sepotong kue coklat untuk kalian

    Biarpun sifatnya keras, ia sebenarnya menyayangi keduakemenakannya itu. Ia senang memanjakan mereka dengan

    kepandaiannya memasak.

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    20/141

    Kemudian telepon berdering. Pak Collig yang menelepon. "Atelah mendapat laporan dari FBI mengenai sidik jari yang kedua itu

    katanya kepada Joe yang menerima telepon. "Ternyata sidik jariseseorang yang bernama Ignas Nitron. Dulu dikenal sebagai pencur

    yang suka membongkar rumah. Akhir-akhir ini sering terlihat di Ke

    Blanco.""Key Blanco!" seru Joe. "Ke sana pula pak Wester

    mengirimkan lukisannya! Terimakasih, pak Collig!"

    Joe meletakkan gagang telepon, lalu menceritakanperkembangan baru tersebut kepada yang lain-lain.

    "Aku pernah mendengar nama Nitron," kata pak Hardy. "Iadicurigai sebagai pimpinan komplotan penyelundup. Tetapi belum

    pernah tertangkap basah dengan barang selundupannya. Mencurilukisan seperti yang dilakukan di rumah Wester, memang termasukkebiasaannya. Karena berupa potret Simon Bolivar, ia dengan mud

    akan menemukan pembeli yang kaya di Amerika Latin.""Inisial, atau singkatan nama di gagang pisau itu tentu

    miliknya!" kata Frank bersemangat. "Mungkin pisau itu terjatuh,

    ketika ia membantu membawa lukisan itu melalui jalan rahasia!"Joe tertegun. "Tetapi mengapa penjahat dari Key Blancoberoperasi di Bayport?"

    "Mungkin Harrison Wester pernah membicarakan lukisan itudan Nitron mendengarnya," Frank berteori. "Maka ia datang ke Key

    Bayport, lalu mencurinya."Mungkin dengan bantuan Morphy," Joe menyambung.

    "Mungkin pula ada orang ketiga. Sebab Morphy disuruh mencari duorang sewaan!"

    "Nanti dulu!" ayahnya memperingatkan. "Jangan buru-buru

    mengambil kesimpulan. Nitron, mungkin dengan bantuan anteknyadapat pula menyingkirkan Morphy. Lalu meletakkan potretmu di la

    Wester."

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    21/141

    "Aku menyangsikan hal itu," kata Joe. "Mengapa Morphymemberi cuti sehari kepada para pembantu, jika memang tak mau

    menyembunyikan sesuatu?"Pak Hardy mengangguk perlahan-lahan. "Ya. Engkau

    mempunyai titik kuat di sini. Tetapi bagaimana pun, ini merupakan

    teka-teki yang rumit. Yang paling baik bagi kalian ialah, pergi ke KBlanco dan memulai penyelidikan di sana."

    "Kita akan bekerja di bawah tanah. Menyamar sebagai

    penyelundup," Frank mengusulkan. "Aku berharap pula, dapatbertemu dengan Nitron."

    "Sambil memasang perangkap untuk Morphy juga!" sambunJoe.

    Pak Fenton setuju akan rencana itu. Tetapi ia memperingatkaanak-anaknya, agar selalu berhati-hati.

    Telepon berdering lagi. Frank menyambutnya. Ternyata

    Raymond Wester. Frank menggapai adiknya, untuk mengambiltelepon sambungan.

    "Aku ada di Hotel Bayport!" kata pak Wester dengan jengkel

    "Mengapa kalian belum kemari juga?""Untuk apa, pak Wester?""Lho, engkau yang minta kepadaku untuk bertemu di sini!"

    tukas penggemar barang antik itu."Tetapi kami tak menelepon anda! Sejak meninggalkan rum

    anda!" Frank mengelak. "Kami tak pernah menyebut nama HotelBayport!"

    "Frank Hardy! Engkau menelepon sejamyang lalu!" kata pakWester menyalahkan. "Aku mengharap kedatanganmu bersama Joesini. Kukira, kalian telah menemukan lukisanku! Nah, aku ada di

    kamar 707!"Frank tertegun. Dari pada berdebat di telepon, ia malah berka

    "Oke! Kami segera datang."

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    22/141

    "Dari mana ia mendapat pikiran, bahwa engkau meminta diauntuk pergi ke hotel?" tanya Joe heran.

    "Ada orang yang menelepon dia, menirukan suaraku," kataFrank dengan geram. "Ayo! Kita harus menyelidikinya!"

    Kakak beradik itu lari keluar dari pintu. Tetapi ayahnya

    menghentikannya. "Kalian harus menyelidiki hal ini. Itu aku setujukatanya. "Tetapi waspadalah. Kalian mungkin diumpan agar masukperangkap!"

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    23/141

    Chapter 4UMPAN BUAYA

    Frankmengangguk sambil berpikir. "Benar, ayah," katanya."Kalau kami tak kembali dalam setengah jam, susullah kami. Maukayah?"

    "Tentu," ayahnya berjanji. Kedua pemuda itu berangkat.Ketika mereka tiba di hotel, penerima tamu mengatakan, bah

    mereka diminta untuk menelepon pak Wester dulu, jangan langsungke kamarnya. Frank segera menyadari, bahwa siapa pun orangnya,

    hendak berjaga-jaga lebih dulu kalau mereka berdua datang."Tak perlu," katanya sembarangan. "Kami telah berbicara

    dengan dia beberapa menit yang lalu!

    Dengan segera ia dan Joe pergi ke elevator. Tetapi begitu pinelevator menutup, mereka sempat melihat penerima tamu itu memu

    nomor telepon!

    "Ia menelepon juga ke kamar!" kata Frank singkat. Mereka nke tingkat tujuh, dan mengetuk pintu kamar 707. Jawabannya berupsuara mengerang yang menakutkan. Joe mendobrak pintu, dan mata

    mereka segera membelalak. Raymond Wester menggeletak di lantakedua tangannya terikat di belakang. Dua orang sedang melarikan d

    melalui jendela!Mereka berkedok dengan kaus kaki. Frank dan Joe sempat

    melihat, salah seorang bertubuh gemuk bercelana kotak-kotak. Yanseorang lagi jangkung tetapi berotot. Orang yang kedua ini sedangnaik ke jendela, ketika ia melihat kedatangan kedua pemuda itu. Ia

    meraih sebuah lampu dari meja di dekat tempat tidur, lalumelemparkannya kepada mereka. Kemudian ia menyusul temannya

    merosot turun dari tangga kebakaran.

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    24/141

    Lampu itu menimpa Joe, hingga ia hilang keseimbangannya,jatuh ke lantai di samping pak Wester.

    "Frank, kejar dia!" ia masih sempat berseru.Frank memutar, menghindari tubuh pak Wester dan adiknya,

    berlari ke jendela. Ia membungkuk melihat ke bawah. Dilihatnya,

    buronan itu merosot turun di tangga kebakaran, lalu lari ke tempatparkir di sebelah gedung.

    Beberapa detik kemudian, Frank juga telah mencapai tanah,

    berlari mengejar. la mendengar deru mesin, dan sebuah sedan meledari tempat parkir, menuju tepat ke arah dia!

    Frank yang memang seorang olahragawan, melompat ke pagkawat. Kakinya segera mendapat pijakan, sementara jari-jarinya

    berkait erat-erat pada jaringan kawat.Mobil menghambur lewat, hanya beberapa senti dari tubuhny

    la melihat kedua wajah yang tertutup kaus kaki. Mata yang buas

    memandangi dia, sementara mobil itu menggelinding ke jalan.Beberapa detik kemudian telah menghilang.

    Frank melompat turun. "Wow!" pikirnya. "Sedikit lagi, aku

    sudah duduk bersama mereka di mobil!"Dengan gemetar ia kembali masuk ke hotel. Penerima tamumelihatnya dengan heran. "Darimana anda datang? Saya kira."

    Frank tak menjawab. Ia langsung menuju ke elevator dan naike tingkat tujuh.

    Di kamar pak Wester, ia melihat adiknya bersama pak Westeduduk-duduk di tempat tidur, menunggu dia.

    "Bangsat-bangsat itu lari dengan mobil," katanya. "Hampir smereka menabrak aku. Apa yang terjadi dengan anda, pak?"

    Pensiunan pemilik bank itu nampak murung dan bingung. "A

    datang ke hotel ini, setelah menerima teleponmu," ia mulai bercerit"Karena kalian tak ada, aku menelepon untuk mencari keterangan

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    25/141

    dimana kalian berada. Baru saja aku meletakkan gagang telepon,kedua orang itu melompat masuk dari jendela."

    "Apakah anda mengenali mereka?" tanya Joe.Pak Wester menggeleng. "Tidak. Karena memakai kedok.

    Mereka memerintahkan aku, menyuruh kalian pergi kalau kalian

    menelepon dari lobby. Mereka menakut-nakuti, bahwa nyawaku takberharga sesen pun kalau aku tak menghentikan kalian dalam perkaini."

    Dengan gugup ia mengambil saputangan dan menyeka dahin"Kemudian penerima tamu itu menelepon, bahwa kalian datang dan

    langsung ke atas. Mereka tak menyangka hal ini terjadi, lalu menjadpanik. Mereka mengikat tanganku lalu lari melalui jendela."

    "Nah, pak. Apakah anda masih mencurigai kami?" tanya Joeingin tahu.

    "Mengapa tidak?" tukas pak Wester. "Kalian ingin melepask

    diri dari perkara ini. Lalu menggunakan siasat ini biar nampak bersMemancing aku kemari, lalu menyuruh kedua badut itu untuk

    menganiaya aku!"

    "Lalu, untuk apa kami datang kemari?" Joe membantah. "Kamemang seperti yang anda katakan, kami enak-enak saja tinggal dirumah dan minta maaf! Daripada berlari-lari ke hotel, dan mendapa

    hadiah sebuah lampu di kepala!""Atau hampir ditabrak mobil!" Frank menyambung geram.

    Pak Wester hanya mengangkat bahu. "Pokoknya, hanya adasatu jalan untuk menghentikan kecurigaanku."

    "Apa Pak?"Tetap menangani perkara ini, dan memecahkannya!" kata

    pensiunan pemilik bank itu dengan tegas.

    "Oke!" Frank berjanji. "Kami memang akan segera berangkake Key Blanco untuk memulai penyelidikan."

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    26/141

    "Nah! Itu bagus! Harrison mempunyai rumah di sana. Di atasebuah batu karang, di sebelah timur sebuah pulau yang mengawas

    Teluk Penyelundup. Aku akan menelepon dia, bahwa kalian akandatang."

    "Terimakasih," kata Frank. "Kami akan memberitahu anda

    begitu kami tiba."Raymond Wester mengangguk, lalu meninggalkan hotel. Joe

    bersama kakaknya pulang ke rumah. Di jalan, mereka

    memperbincangkan peristiwa tadi."Aku tak mengerti," kata Joe, "Mengapa para penjahat itu tid

    ke rumah pak Wester saja, dan memaksa agar kita melepaskan tugakita? Mengapa harus mengatur jebakan di hotel segala?"

    "Agar pak Wester tetap mencurigai kita," Frank menjelaskan"Ingat, ia masih saja ngotot, bahwa akulah yang menelepon dia agadatang ke hotel. Bangsat-bangsat itu mengharap, bahwa ia tetap

    percaya bahwa kitalah yang mengatur jebakan!""Kukira engkau benar."

    Tiba di rumah, mereka mengambil beberapa buku dari

    perpustakaan ayah mereka, dibawanya ke kamar duduk, dan merekmulai membaca tentang daerah Florida selatan. Mereka menemukanbahwa Key Blanco terletak di dekat Key West di Teluk Meksiko.

    "Pada zaman dahulu tempat itu merupakan sarang penyamunJoe membaca dari ensiklopedi.

    "Sekarang menjadi pusat penyelundupan, meskipun PengawaPantai telah berusaha keras untuk menghentikan lalu lintas ilegal in

    Frank mempelajari buku lain. "Menyebutkan, bahwa KeyBlanco mempunyai sejumlah teluk kecil-kecil, yang digunakan olehpara penyelundup untuk memasukkan barang-barang terlarang.

    Karena itu Pengawal Pantai sangat repot untuk menanggulanginya.Tiba-tiba diluar terdengar suara berdentum keras. Mereka

    terkejut, mengira suara tembakan. Mereka menjadi lega, ketika suar

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    27/141

    itu disusul oleh suara letusan-letusan yang lain, karena hanya suaraknalpot.

    Frank tersenyum. "Itu tentu Chet dengan mobil tuanya!"Chet Morton adalah teman akrab mereka, seorang pemuda ya

    gemuk bulat, tinggal pada suatu pertanian di luar kota Bayport. Ia ju

    sering mengikuti kakak beradik itu dalam penyelidikan-penyelidikamereka. Meskipun ia menilai makanan di atas segala-galanya, namkedua temannya tahu, bahwa ia tak pernah meninggalkan mereka b

    menghadapi bahaya. Joe menuju ke jendela dan melihat keluar.Sebuah mobil tua memasuki jalan masuk ke halaman. Setiap putara

    rodanya disertai ledakan dari knalpot. Chet mengendarainya sepertiseorang koboi sedang menunggang kuda binal. Wajahnya yang

    berjerawat menunjukkan ketegangan ketika ia menghentikankendaraannya di depan rumah.

    Melihat ada teman yang duduk di samping Chet, Joe berkata

    pada kakaknya: "Biff bersama dengan dia!Biff Hooper merupakan bintang lapangan di SMA Bayport. I

    juga biasa menggunakan tinjunya jika Frank dan Joe membutuhkan

    bantuan bila menghadapi keadaan yang panas. Ia pun sering pulamenyertai mereka dalam beberapa penyelidikan.Biff melompat turun, dan berjalan dengan kedua tangannya

    memegangi pinggangnya, serta berpura-pura pincang. Melihat Joekeluar dari pintu, ia mengeluh: "Bawalah aku ke dokter! Tempurun

    lututku lepas, naik tumpukan besi tua ini!""Naik saja lagi!" Joe membanyol. "Nanti Tempurung lututmu

    akan melompat sendiri kembali ke asalnya!"Chet kesulitan untuk melepaskan tubuhnya dari bawah batan

    kemudi. "Teruskan mengigau!" katanya kepada kedua temannya.

    "Ini mobil yang tercepat di Bayport. Aku dapat menembusdinding suara dengan mobil ini!"

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    28/141

    "Engkau akan mengalami patah as sebelum mencapai separojalan!" kata Biff.

    Joe dan kedua temannya lalu masuk ke tempat Frank.Melihat buku-buku tentang Florida Keys yang ada di meja, C

    melirik kepada kedua temannya. "Apa ini? Hendak berlibur?"

    "Berani bertaruh! Kalian tentu sedang menghadapi perkaralagi!" kata Biff.

    "Engkau benar!" kata Frank: "Bahkan dimulainya dari Baypo

    sini." Dengan singkat ia menceritakan tentang pencurian di rumah pWester.

    "Ha? Bolehkah aku ikut?" tanya Chet bergairah."Daftar pula namaku!" sambung Biff. Ia mengacung-acungka

    tinjunya di udara. "Aku ingin beberapa ronde dengan para penjahatitu!"

    "Kita mungkin akan menghadapi komplotan penyelundup," J

    memperingatkan."Penyelundup atau tukang sulap, sama saja!" kata Chet. "Jika

    menghadapi komplotan, kalian membutuhkan tenaga bantuan."

    Frank dan Joe membenarkan. Empat orang tentu akan lebih bdari pada dua orang di Key Blanco nanti. Chet dan Biff akan merekterima dengan senang hati, bila orang tua mereka mengijinkan.

    "Kami tanyakan dulu. Kami akan kembali dengan segera!" Cberjanji. Ia dan Biff segera berlari-lari keluar.

    Frank dan Joe masuk ke dalam kamar kerja ayah mereka untuberunding.

    "Kuharap saja Chet dan Biff dapat ikut," kata pak Hardy. "Dapa yang kudengar, Key Blanco adalah tempat yang keras. Kalianakan membutuhkan tenaga bantuan. Di samping itu, aku akan

    memberitahu polisi Key. Blanco, bahwa kalian akan menyamarsebagai penyelundup."

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    29/141

    Chet dan Biff menelepon, bahwa mereka boleh ikut. Keempapemuda itu bersepakat, akan bertemu di lapangan terbang esok pag

    ****Penerbangan ke Miami berangkat tepat pada waktunya. Mere

    mendapat tempat duduk di bagian belakang, dan mereka duduk

    dengan santai. Negara-negara bagian di Pantai Timur mereka lalui,dan pesawat terus menderu menuju ke Florida.

    Setengah jam setelah keberangkatan, Frank berdiri untuk

    mengambil minuman. Ketika kembali, ia meletakkan minumannyadengan tegang. "He! Lihat itu dua orang yang duduk di depan! Yan

    satu jangkung berotot, yang lain gemuk. Ia pun mengenakan celanakotak-kotak, persis seperti yang dipakai orang yang kita jumpai di

    Hotel Bayport!"Joe bersiul. "Celana demikian nampak mengerikan pada tubu

    seperti dia! Aku sangsi, apakah selera orang itu sedemikian jelekny

    "Apa yang kalian katakan itu?" tanya Chet. "Apakah keduaorang itu sama dengan orang-orang yang mengikat Raymond

    Wester?"

    "Mungkin juga!""Aku jadi ingin mendengar apa yang mereka percakapkan,"kata Joe. "Tetapi kalau kami yang mendekati, mereka tentu mengen

    kami.""Mereka tak akan mengenali Biff dan Chet," kata Frank.

    "Bagaimana, teman-teman? Mau melakukan tugas detektif sedikit?Biff bangkit dengan tersenyum. "Kebetulan tak ada orang ya

    duduk di belakangnya," katanya. "Aku akan mencoba.""Terimakasih teman!"Telunjuk dan ibu jari Biff membentuk tanda O, menandakan

    semuanya akan beres. Dengan berlagak acuh tak acuh ia ngeloyor dgang, lalu duduk di kursi yang kosong. Kedua orang di depannya

    sedang saling mendekatkan kepala, bercakap-cakap perlahan-lahan

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    30/141

    "Melibatkan kedua anak Hardy itu adalah tolol," kata si gemmenggerutu. "Morphy salah besar meninggalkan potret mereka di l

    dan mengatakan bahwa mereka itu orang sewaannya.""Ia mengira, akan dapat memperdayakan orang," kata si

    jangkung. "Morphy mengira, bahwa Wester akan melapor kepada

    polisi agar kedua anak itu ditangkap. Celakanya, ia justru mintabantuan dari kedua anak tersebut!"

    Si gemuk menggertakkan gigi. "Engkau kan tahu juga, Tom,

    bahwa akal kita untuk menakut-nakuti mereka, supaya melepaskanperkara itu pun telah gagal pula."

    "Betul. Daripada menyerah, mereka justru semakin gigihmelakukan tugas. Seperti anjing buldog saja! Mereka memang suda

    terkenal, tak lekas menyerah begitu saja. Bagaimana kalau merekamengetahui, bahwa aku dan Nitron yang mencuri lukisan itu?"

    "Mereka akan mengetahui lebih banyak lagi dari pada itu!

    Misalnya saja, mereka juga mengetahui segala operasi penyelundupkita? Aku tetap berpendapat, sebaiknya mereka kita habisi saja,

    sewaktu di Bayport itu! Siasat menakut-nakuti, seperti yang

    diperintahkan oleh boss itu, hanya berlaku untuk burung!"Tom menghela napas. "Yah. Tetapi kita harus patuh padaperintah. Kalau anak-anak Hardy itu merintangi kita lagi, kita

    lemparkan saja mereka itu sebagai umpan buaya!"

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    31/141

    Chapter 5PENGHADANGAN

    Biffmengepalkan tinjunya mendengar kata-kata busuk itu. "pikiranmu!" ia berpikir. Ia meneruskan mendengarkan denganseksama apa yang mereka percakapkan selanjutnya.

    "Lebih cepat kita menghantam kedua anak Hardy itu, aku lebsenang!" kata si gemuk.

    "Begini saja, Fatso. Kalau kedua Hardy itu menyulitkan kitakata Tom, "kita culik saja mereka, lalu kita bawa ...."

    Biff semakin membungkuk ke depan untuk menangkap kata-kata mereka lebih jelas. Tom melihat suatu gerakan dari sudutmatanya. Dengan mendadak ia berpaling ke belakang, menatap waj

    Biff!Tepat pada waktu itu pesawat bergetar, meluncur ke bawah

    dengan hidungnya tertuju ke atas. Biff terlempar dari kursinya,

    sementara pesawat menjadi miring ke satu sisi. Sedetik kemudian Bjatuh di tengah gang.Tom dan Fatso membentur dinding pemisah, sementara

    terdengar teriakan-teriakan yang campur baur dari para penumpangPesawat terus meluncur menurun.

    "Kita akan jatuh berantakan!" teriak Fatso ketakutan.Untunglah pilot segera dapat menguasai pesawat. Pesawat

    mulai mendatar, dan sedetik kemudian mulai melesat ke atas untukmencapai ketinggian yang aman. Para penumpang menjadi tenangkembali, dan kedua orang itu bersandar kembali sambil menghela

    napas lega.Biff bangkit dengan goyah untuk berdiri, dilihati oleh Tom

    dengan penuh kecurigaan.

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    32/141

    "He! Engkau nguping pembicaraan kami, ya!" si jangkungmendelik dengan geram.

    Saya kehilangan keseimbangan, ketika pesawat itu meluncurbawah," jawab Biff minta maaf. "Saya terbentur pada kursi di

    belakang anda, lalu jatuh terguling di gang pemisah. Saya tak

    mendengar apa-apa yang anda percakapkan.""Nah, sekarang cepat duduk di tempatmu sana!" Tom

    memperingatkan.

    "Pakailah sabuk pengamanmu!" sambung Fatso. "Dengandemikian engkau tetap di tempatmu. Dari pada gentayangan sampa

    kemari!"Biff menyeringai, seolah-olah bingung. Ia kembali ke belaka

    Dengan singkat ia lalu menceritakan apa yang didengarnya."Jadi, mereka itu betul orang-orang yang di hotel itu," kata

    Frank. "Mereka juga penyelundup! Bagaimana pendapat kalian?"

    "Si jangkung itu, si Tom, ikut dalam pencurian lukisan," kataChet. "Jadi, ia dan Nitronlah orang sewaan Morphy itu."

    "Morphy juga sudah jelas ikut dalam komplotan mereka,"

    sambung Joe."Aku ingin tahu, siapa boss-nya itu," kata Chet. "Tentunyapimpinan tertinggi di kalangan kaum penyelundup."

    Frank bingung. "Tetapi, mengapa mereka berbicara tentangbuaya? Di Key Blanco tidak ada buaya! Yang ada hanya di

    Everglades.""Kita bayangi saja mereka, nanti di Miami,"usul Joe.

    "Barangkali mereka dapat menuntun kita, untuk mengetahui temanteman penyelundupnya!"

    Tiba-tiba Chet menengadah, dan melihat kedua orang itu

    berjalan di gang pemisah."Frank, Joe, awas!" ia mendesis.

    Kakak beradik itu segera menangkap isyarat itu.

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    33/141

    Joe buru-buru mengambil sehelai surat kabar, dan sehelai laguntuk kakaknya. Mereka meletakkan koran itu menutupi wajahnya,

    lalu berpura-pura tidur.Kedua orang itu makin dekat, lalu berhenti sejajar dengan

    mereka. Biff telah bersiap-siap mengepalkan tinjunya. Ia akan

    memberitahu teman-temannya, untuk memulai perkelahian, tetapipada saat itu juga Tom memanggil pramugari.

    "Mana itu bantal-bantal untuk tempat duduk di depan?"

    "Ya! Bagaimana anda mengharapkan kami dapat tidur?" Fatikut membentak.

    Nona yang cantik itu tersenyum menyabarkan. "Saya akanmembawakan bantal-bantal itu sekarang juga!"

    Kedua orang itu kembali ke tempat mereka, diperhatikan olepemuda-pemuda kita dengan perasaan lega. "Sudah aman," kata Bi

    Frank dan Joe menyingkirkan koran mereka.

    "Mereka tak melihat kalian," kata Chet. "Untung kalian tepatpada waktunya menutup wajah kalian!"

    Joe melihat ke surat kabar yang dipeganginya, lalu tertawa

    perlahan. "Bayangkan! Ini halaman olahraga. Aku, Joe Hardy,diselamatkan oleh angka-angka hasil pertandingan baseball!"Tiba-tiba mata Chet berbinar. "Kulihat hidangan segera

    diedarkan. Harap siap teman-teman!"Pramugari mendorong gerobak dari belakang. Ia membagika

    nampan berisi sari buah, ayam goreng, sayuran dan sepotong kue taapel.

    Tiga pemuda makan dengan santai, hanya Chet melahap denpenuh semangat. Dalam sekejap isi nampan telah lenyap. Setelahmenelan potongan kue yang terakhir, ia lalu bersandar ke kursinya,

    menepuk-nepuk perutnya, menutup mata dan tidur!Frank tertawa. "Chet dan makanan memang tak terpisahkan!

    "Persis seperti roti dan mentega," Biff menyambung.

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    34/141

    Pesawat melintasi perbatasan Florida. Tak lama kemudian,tampak Miami Trail nampak meliuk-liuk di bawah.

    Ketika pesawat mendarat di Miami, Frank dan Joe sekali lagimenutup wajahnya dengan koran. Kedua penyelundup itu keluar

    melalui pintu belakang. Keempat pemuda itu menunggu, hingga To

    dan Fatso telah lewat, lalu berdiri di antrian paling belakang. Dengademikian, mereka dapat tetap mengawasi kedua orang itu tanpamereka ketahui.

    Dua orang itu berjalan melalui lobby, menuju ke tempatpenyewaan mobil. Sementara mereka memenuhi administrasi sewa

    mobil, Frank melakukan hal yang sama pada tempat penyewaan molain. Kemudian keempat pemuda itu mengendarai mobil mereka pa

    jarak yang aman di belakang mobil orang-orang itu. Para penyelunditu mengendarai sebuah mobil kecil berwarna biru, dan mulai keluadari terminal.

    Di mobil yang lain, Biff yang memegang kemudi. Chet dududi sampingnya. Frank dan Joe duduk di belakang, agar tak mudah

    dilihat orang dari luar.

    "Aku punya firasat, bahwa mereka itu menuju ke Key Blancopula," kata Frank, ketika mobil biru itu menuju ke arah selatan,melintasi Miami Springs dan Coral Gables.

    "Itu bagus!" kata Joe. "Jadi kita tak perlu membuang waktu.Apa yang kita lakukan, hanyalah mengikuti mereka!"

    "Itu lebih mudah dikatakan dari pada dikerjakan," Biffmenggerutu. "Lalu lintas begini padat!"

    Ia mengemudikan mobilnya melalui Coral Gables, membayamobil biru. Ia tetap mempertahankan jarak, agar jangan menimbulkkecurigaan.

    Pada suatu kesempatan, lampu lalu lintas menyala kuning, damobil biru melaju lewat. Biff berusaha mengikutinya, tetapi lampu

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    35/141

    lalu lintas berubah merah. Ia menginjak rem dengan mendadak, danmobil para penyelundup menghilang di depan mereka!

    "Tikus busuk! Kita kehilangan jejak mereka!" seru Biff kece"Apa yang kita lakukan sekarang?"

    "Lupakan saja mereka itu," usul Chet. "Siapa sih yang

    membutuhkan mereka? Aku akan memecahkan perkara ini, begitusampai di Key Blanco!"

    Teman-temannya, yang sudah terbiasa mendengar Chet

    membual, hanya tertawa. Tetapi mereka menyambut baik usul itu,karena memang tak ada pilihan lain! Mereka meninggalkan Miami

    Selatan, Kendall dan Perrine, lalu berhenti untuk makan pada sebuawarung di Cutler Ridge. Setelah itu mereka menuju ke selatan lagi

    melalui jalan raya. Dengan cepat mereka telah hampir sampai di dekota Homestead.

    Tiba-tiba mobil biru nampak lagi di depan mereka.

    "Itu dia mereka!" seru Biff. "Kita telah dapat mengejarnya.""Jangan kehilangan jejak mereka lagi," Joe memperingatkan.

    Biff menginjak gas, hingga kini mereka lebih dekat jaraknya

    dari semula. "Aku harus mengikuti mereka dengan ketat," katanya."Untung sebentar lagi akan mulai gelap. Jadi mereka tak akan mudamengetahui kita."

    Sementara kedua mobil berpacu, Frank berkata: "Aku heran,mengapa mereka nampaknya tergesa-gesa!"

    "Aku merasa, bahwa kita segera mengetahui alasannya," kataChet seperti meramal.

    Kini tak ada lagi sebuah mobil pun di antara mereka, dan kedmobil segera memasuki kota Homestead. Mobil biru langsung menuke pusat kota, dan Biff tetap lengket mengikuti.

    Tiba-tiba mobil kecil itu membelok ke kanan, memutar disebuah tikungan, lalu hilang dari pandangan. Hal itu terjadi begitu

    mendadak, hingga Biff hampir saja melewati tikungan tersebut. Ia

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    36/141

    membanting kemudi ke kanan sambil menginjak rem, hingga keemroda bersuit-suit di aspal.

    Mereka berada di dalam sebuah gang yang gelap. Di kiri kanterdapat tembok yang tinggi. Sebuah lampu senter menyala di tenga

    jalan, hingga Biff terpaksa menghentikan mobilnya. Sebuah mobil

    diparkir kira-kira duapuluh meter di depan mereka.Lampu senter itu bergerak-gerak, dan cahayanya menerangi

    wajah Biff, kemudian wajah Chet. Dari kegelapan terdengar suara

    Tom mendamprat:"Hei, engkau telah cukup jauh membuntuti kami! Sekarang

    berakhirlah perjalananmu, bersama temanmu si gemuk itu!"

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    37/141

    Chapter 6PETUNJUK MENGEJUTKAN

    "Penghadangan!" Joe berbisik kepada kakaknya. "Tetapimereka belum melihat kita. Menunduk!"

    Mereka turun, meringkuk di lantai mobil. Segera pula cahaya

    senter menyapu tempat duduk belakang. Melihat tempat yang kosoTom kembali berpaling kepada Biff dan Chet.

    "Kami lihat kalian selalu mengikuti kami di jalan besar,"tukasnya. "Sekarang kalian terjebak. Nah, kini apa yang hendak kal

    lakukan?"Sadar, bahwa mereka menghadapi orang-orang yang berbaha

    Biff berusaha membantah dan mengelak dari jebakan.

    "Kami tak mengikuti kalian," jawabnya seperti tak bersalah."Sesungguhnya kami sedang menuju ke Florida Keys untuk berlibu

    Bibi saya tinggal di sana, minta agar kami menginap di sana untuk

    beberapa minggu."Chet segera menangkap maksud temannya. "Kami asyikberbicara tentang Everglades. Jadi saya kira, teman saya ini tak sad

    masuk ke dalam gang. Saya dengar Everglades sungguh indah.Banyak buaya di sana!"

    Tom mendehem kebingungan. "Hmm. Apa yang kau ketahuitentang buaya?"

    "O, banyak orang yang senang bertarung melawan buaya!"jawab Chet dengan tersenyum tolol. "Itulah yang ingin saya lakukaIngin membentuk regu gulat melawan buaya."

    "Tidak lucu!" Tom membentak.

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    38/141

    Biff terus berceloteh. "Eh! Engkau dapat ditangkap parapemburu gelap," katanya kepada Chet. "Di sana banyak pemburu

    gelap, di Everglades!""Pemburu gelap?" tanya Tom dengan tajam.

    "Betul! Mereka menembaki buaya, lalu menjual kulitnya! Sa

    pernah membacanya di dalam majalah Mere..""Cukup!" Tom meledak. "Ayo, keluar dari mobil!"Biff ragu-ragu, tetapi Chet menyikut pinggangnya. "Jangan

    mengambil risiko!" ia berbisik mendesak. "Orang itu mungkinmembawa pestol. "

    Ia keluar dari mobil, memutar ke samping Biff. Merekabertanya-tanya dalam hati, apa yang akan terjadi selanjutnya.

    Sementara itu, Frank dan Joe menunggu di bagian belakang dengannapas tertahan.

    "Kami akan membawa kalian ke pantai untuk mandi!" kata

    Tom kepada Biff dan Chet. "Untuk selamanya, di dasar laut!""Tetapi, kami tak berbuat apa-apa!" kata Chet gemetar.

    "Tutup mulut! Masuk ke mobil yang itu, lekas!"

    Malam sudah sedemikian gelap untuk dapat melihat. Tetapisuara berkotreknya logam menunjukkan, bahwa orang itu benar-benbersenjata. Kunci pengaman pada pestol telah dibuka. Kedua pemu

    itu tak punya pilihan lain kecuali menurut. Dengan gugup dan takutmereka menuju ke sedan biru, digiring oleh penangkapnya.

    "Kita tak dapat membiarkan Chet dan Biff diculik ," bisik Jokepada kakaknya.

    "Tentu saja tidak," bisik Frank kembali. "Mari!" Dengan diamdiam ia keluar dari mobil, diikuti oleh Joe. Untung, Biff membiarkapintu mobil setengah terbuka.

    Dengan mengendap-endap kakak beradik itu mengejar Tomdari belakang. Dan mendadak mereka menjegal dan menangkap To

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    39/141

    Mendengar suara gaduh, Chet dan Biff berbalik, lalu menceburkandiri dalam pergumulan.

    Frank menangkap pergelangan tangan lawannya. Dengan suabergelatakan pestol Tom jatuh menimpa batu. Keempat pemuda itu

    baru saja mulai ada di atas angin, ketika Fatso sadar, bahwa temann

    mendapat kesulitan.Dengan cepat ia memasukkan persneling mundur, lalu melaj

    dengan mesin menggerung-gerung.

    "Awas!" seru Frank. "Ia hendak melindas kita!"Keempat pemuda itu melompat ke tepi, merapatkan diri pada

    dinding. Tom melompat ke arah yang berlawanan, tangannyamenggapai-gapai agar Fatso menolongnya.

    Mobil kecil itu berhenti mendadak, hanya beberapa meter dapara pemuda. Tom membuka pintu. Dalam cahaya lampu dalam yamenyala sekejap, para pemuda itu melihat Fatso memandangi mere

    dengan mata menyala-nyala."Lekas jalan!" kata Tom sambil menggertakkan gigi. "Merek

    berempat, tidak hanya berdua!" Pintu dibanting menutup, dan Fatso

    menginjak gas. Sambil menghamburkan debu, mobil biru melesatmaju di gang.Dengan terbatuk-batuk keempat pemuda itu menuju ke mobi

    mereka, sambil memandangi lampu belakang mobil lawannyamenghilang di tikungan.

    "Mereka telah menikung," Biff menggerutu. "Tak ada jalan luntuk mengejar mereka."

    Frank mengangguk, "Sayang sekali" Ia terhenti sejenak.Kakinya tersandung sesuatu yang berbunyi seperti logam beradudengan batu. Ia membungkuk dan meraba-raba di kegelapan.

    Akhirnya jari-jarinya menemukan pestol Tom yang terjatuh. Iamengambilnya, dan membawanya masuk ke dalam mobil. Dengan

    lampu dalam ia memeriksanya, dilihati oleh teman-temannya. Joe

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    40/141

    mengambil alat-alat untuk memeriksa sidik jari dari kotaknya, lalumenaburkan semacam serbuk pada gagang pestol. Tetapi harapan

    untuk menemukan sidik jari tak berhasil."Tom memakai sarung tangan!" katanya.

    Biff menggigil. "Penjahat profesional! Untung kita tak berbu

    yang bukan-bukan ketika ditodong!""Nah, ini merupakan barang bukti," kata Joe."Kita harus memeriksanya di kantor polisi," kata Frank.

    "Barangkali mereka dapat mengenali pemiliknya.""Aku usul," kata Chet. "Itu kita lakukan besok pagi saja. Kita

    harus beristirahat dulu. Aku sudah loyo!""Aku heran, mengapa orang itu marah dan gelisah ketika Bif

    menyebut-nyebut pemburu gelap!" kata Chet. "Padahal itu kan hanyomong kosong."

    Frank mengangkat bahu. "Siapa tahu? Tetapi bagaimana pun

    kini mereka tahu, bahwa kita mengejar-ngejar mereka. Jadipenyamaran kita telah terbuka."

    "Apa tindakan kita selanjutnya?" tanya Chet.

    "Kita pikirkan nanti," jawab Frank, "Sekarang lebih baik kitatidur."Malam itu, Chet bermimpi dikejar buaya. Ia sedang berada

    dirawa-rawa Everglades, berlari sekencang-kencangnya dikejarbeberapa ekor buaya. Rahang yang panjang itu terbuka menakutkan

    Ia tersandung dan jatuh, dan dalam sekejap buaya-buaya itumenerkam dia.

    Sambil berteriak tertahan Chet terbangun. Ternyata hari sudaterang. Ia menggeleng-gelengkan kepala dengan gemetar. Matanyaberkedip-kedip sebentar, lalu turun dari tempat tidur. Teman-

    temannya ternyata sedang berpakaian.

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    41/141

    Setelah sarapan, mereka bermobil menuju ke kantor polisi.Frank dan Joe yang masuk, sementara Biff dan Chet menunggu di

    mobil.Seorang letnan polisi menerima mereka di meja kerjanya. "A

    telah mendengar tentang ayah kalian. Juga perkara-perkara yang

    pernah kalian pecahkan," kata pak letnan dengan tersenyum. "Apayang sekarang kalian tangani?"

    Frank mengeluarkan pestol dari sakunya, lalu diberikan kepa

    pak letnan. Letnan itu memeriksanya dengan teliti. Setelah mendenbagaimana Frank mendapatkan senjata tersebut, ia pergi ke almari

    berkas-berkas ijin senjata. Dengan teliti ia membuka-buka halamansetiap berkas.

    "Kalian beruntung," katanya kemudian. Ia mengeluarkansehelai kartu, dan mengacungkannya kepada Frank dan Joe.

    "Lho! Ini tercatat atas nama Harrison Wester dari Key Blanc

    seru Frank."Ia adalah adik dari orang yang menyuruh kami untuk

    menemukan lukisannya yang hilang," Joe menjelaskan. Ia lalu

    menceritakan perkara itu kepada pak letnan."Kami akan membawa pestol ini kepada pak Wester," katanykemudian. "Tentunya telah dicuri orang."

    Letnan itu mengangguk. "Tuan Harrison Wester terkenal baiknamanya. Tetapi aku tak dapat mengembalikan pestol ini, kalau ia

    tidak melaporkan kehilangan. Tolong katakan kepadanya, agar iamenelepon kemari kalau kalian sampai di sana."

    "Baik, pak," kata Frank berjanji. Kemudian mereka berpamitdan menuju ke mobil. Segera pula mereka melaju lagi di Route I. Jyang memegang kemudi, sedangkan Frank yang mencari jalan dari

    peta.

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    42/141

    "Aku ingin tahu, apakah pak Wester memang kehilangan pesitu," kata Chet. "Jangan-jangan ia mengenal orang-orang yang terlib

    dalam perkara kita ini.""Mereka mungkin membelinya dari pasar gelap," kata Frarik

    "Maksudmu, ada orang yang mencurinya dari pak Wester, la

    menjualnya?"Frank mengangguk. "Banyak penjahat yang berbuat demikiaJoe menginjak gas lebih dalam, dan mobil semakin cepat ket

    mendekati ujung selatan daerah Florida."Yang jelas, pestol itu memberikan petunjuk ke arah Key

    Blanco. Sulitnya, kita tak tahu ke mana tujuan kita dari sana nanti!Perkara ini benar-benar penuh rahasia!"

    "Berbahaya pula, dilihat dari sudut pertemuan dengan Tom dFatso yang terakhir ini," sambung Biff.

    "Kalau masih ada bahaya lagi, aku jangan diikutkan ah!" kata

    Chet buru-buru.Joe tertawa. "Jangan begitu! Kami membutuhkan engkau. Ka

    tahu, engkaulah yang paling pemberani di Bayport!"

    Chet tertawa kecil. "Oke! Aku yang akan menggasak penjahapenjahat itu," ia berjanji. "Tetapi kalian harus selalu di dekatku. Aktak kuat menghadapi lima orang sekaligus!"

    Banyolan Chet itu membuat teman-temannya tertawa. Dengasemangat tinggi mereka melanjutkan perjalanan. Mereka tiba pada

    suatu jembatan panjang, yang menjulur dari daratan Florida ke tenglaut.

    "Di mana kita sekarang ini?" tanya Biff."Kita sedang menyeberangi Intracoastal Water-way," kata

    Frank. "Key Blanco berada tepat di hadapan kita. Ini adalah jembat

    antar pulau yang terpanjang di daerah Florida Keys ini."Joe membelok ke selatan di Jalan Raya Laut, yang

    menghubungkan rangkaian pulau-pulau tersebut. Mereka melaju da

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    43/141

    jembatan yang satu ke jembatan yang lain, sambil menikmati sinarmatahari, udara yang hangat serta air yang biru-hijau di kiri kanan

    mereka.Jalan Raya Laut ini merupakan jalan raya di atas laut yang

    terpanjang di dunia," kata Joe. "Setidaknya, itulah yang tertulis di

    ensiklopedi.""Bagus untuk olahraga menyelam," kata Chet, melihat luasny

    perairan.

    "Tetapi kita kemari untuk memecahkan suatu perkara," Joememperingatkan. "Bukan untuk berlibur!"

    "Yaaah!" seru Chet kecewa. "Apakah kita tak dapat menyelasetelah menangkap penjahat?" Frank tertawa. "Barangkali."

    Kapal-kapal Angkatan Laut meluncur di laut, meninggalkanjejak putih berbuih. Pesawat-pesawat AL mendengung-dengung diudara. Suatu formasi Phantom mendesing begitu rendah, seperti

    hendak terjun ke laut. Desingan mesin jet itu memekakkan telingabagi mereka yang ada di dalam mobil. Dengan beruntun, pilot-pilot

    menerbangkan pesawat mereka membentuk busur melengkung, lalu

    melesat di kejauhan. Dalam sekejap saja, mereka telah hilang daripandangan di langit yang cerah.Mereka menyeberangi jembatan ke arah Key West, pulau yan

    terakhir. Dengan perlahan mereka memasuki jalan-jalan sempit diantara deretan rumah-rumah yang rapat. Dekat di ujung selatan,

    mereka melihat papan bertuliskan: Pangkalan Angkatan Laut KeyWest.

    Tepat pada saat itu Chet melihat sebuah mobil biru, meluncujalan samping. "He!" serunya. "itu dia mobil penyelundup itu!"

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    44/141

    Chapter 7BAYANGAN MENGINTIP DI MALAM HARI

    "Mana" tanya Joe."Di tikungan itu!" kata Chet, sambil menunjuk ke tempat ket

    ia melihat mobil kecil berwarna biru.

    Dengan cepat Joe membelok ke jalan samping tersebut. Meremelihat mobil biru itu menuju ke tempat parkir. Atas kemauan Che

    Joe mengikutinya, dan berhenti di dekatnya. Si gemuk segeramembuka pintu.

    "Tunggu sebentar!" seru Frank, setelah mengamati mobiltersebut. Tetapi Chet telah ada di luar, melangkah lebar-lebar ke mobiru. Kedua tinjunya dikepalkan, dan diangkat ketika ia berdiri di

    samping pintu depannya.Pintu itu terbuka, dan keluarlah seorang perwira AL !

    Mata Chet membelalak bulat dan mulutnya ternganga lebar.

    Dengan kebingungan tinjunya diturunkan."Ada keperluan apa?" tanya perwira itu. Wajah Chet memera"Ah, ehtidak pak!" ia menggagap. "Saya kira, eh, tuan orang lain

    Perwira itu hanya mengangkat bahu, lalu masuk ke markas AL.Chet kembali ke tempat teman-temannya, wajahnya merah

    bagaikan udang rebus?"Engkau seharusnya berhenti, ketika kupanggil," kata Frank.

    "Aku melihat nomor mobilnya, bukan nomor mobil yang kita cari!"Chet hanya mengangguk dengan lesu. "Lain kali, kubiarkan

    kalian saja yang mengejar penjahat!"

    Mereka melanjutkan perjalanan melalui Key West. Di sanamereka menemukan suatu tempat penyewaan mobil, lalu

    menyerahkan mobil mereka.

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    45/141

    "Bagaimana kami bisa sampai di Key Blanco?" tanya Joekepada penjaganya.

    "Dengan ferry. Tiga blok lagi ke timur, lalu belok kiri ke arahpantai. Kapal ferry itu akan menurunkan kalian di Kota Blanco."

    Di dermaga, ferry itu sudah siap untuk berangkat. Dengan

    segera mereka membeli tiket lalu naik ke kapal. Kira-kira duapuluhorang lagi berdiri di pagar, atau duduk-duduk di bangku-bangkupanjang di geladak.

    Ferry berangkat, menuju ke perairan bebas. Key West segeramereka tinggalkan, dan kapal mulai menerjang ombak yang semaki

    besar, karena angin yang semakin kencang.Keempat pemuda itu masuk ke sebuah bilik di geladak utama

    dan berdiri di dekat jendela, jauh dari orang-orang lainnya. Ketikamereka sedang berbisik-bisik membicarakan perkara lukisan, suatubadai tropik mulai menyerang. Kapal menjadi oleng, naik turun

    dihempas ombak. Ombak-ombak yang besar memecah di haluan,menyiram air ke jendela-jendela.

    Chet menjadi pucat dan gemetar, setiap kapal itu membelah

    ombak. Dengan perut mual, ia dengan sebelah tangan memegangipinggang, dan yang sebelah lagi berpegangan pada ambang jendela"Kukira, sebaiknya aku duduk saja," katanya dengan parau.

    Dengan terhuyung-huyung ia berjalan ke sederetan kursi yankosong. Ia menghempaskan diri di kursi, lalu bersandar ke belakang

    Tak lama kemudian ia tertidur! Suara mendengkur yang teratur segterdengar di ruangan itu.

    "Chet mendengkur," kata Frank sambil tertawa. "Jangan lupamembangunkan dia kalau sudah sampai!"

    Tetapi ternyata ia telah bangun sendiri, ketika kapal masuk k

    dermaga di Kota Blanco. Badai telah reda, dan Chet bergegas keantrian yang paling depan, diikuti oleh teman-temannya.

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    46/141

    Frank bertanya kepada penjaga karcis, bagaimana caranya dasampai di Teluk Penyelundup.

    "Satu mil ke utara," jawab orang itu. Betul, di sana ada sebuarumah yang besar di atas batu karang, rumah keluarga Wester. Kali

    dapat berjalan kaki sepanjang pantai."

    Mereka berjalan kaki berkelompok. Tetapi tak lama kemudiaChet sudah tertinggal. Ia berusaha keras untuk menempatkan kakinydi atas pasir. Peluhnya bercucuran dan ia mulai mendengus-dengus

    kepayahan."Ini sih pembunuhan!" ia mengeluh.

    "Tahan, Chet, " kata Frank, "Kita hampir sampai."Joe menunjuk ke sebuah rumah di atas batu karang. "Itu tentu

    rumah Wester."Tangga dari balok-balok kayu menanjak terjal ke atas. Setela

    sampai di atas, mereka berada di serambi belakang sebuah rumah

    besar, yang lantainya terbuat dari batu alam. Dari sana mereka dapamemandang luas ke Teluk Penyelundup. Teluk itu dibatasi oleh pan

    yang sempit, melingkar dari bawah batu karang sampai daratan lain

    seberang.Mereka memutar menuju ke pintu depan. Rumah itumenghadap pada suatu belukar pohon bakau dan tumbuhan tropis

    lainnya.Frank menekan bel. Seorang pembantu wanita mengantar

    mereka ke kamar duduk, pak Harrison sedang memeriksa sederetanlukisan di dinding. Ia bertubuh sedang, berambut putih dan berjalan

    pincang, bertopang pada sebuah tongkat yang kuat."Aku terluka sewaktu berolahraga selam," ia menjelaskan.

    "Karena itu aku tak dapat melakukan perjalanan dengan baik.

    Kakakku Raymond mengatakan, bahwa kedua anak Hardy akandatang kemari. Tetapi sekarang yang kulihat ada empat orang!"

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    47/141

    "Bantuan, pak," kata Frank. "Chet Morton dan Biff Hopper.Saya harap anda tak berkeberatan."

    "Tentu saja tidak. Aku mempunyai cukup banyak kamar,"katpak Wester sambil tertawa kecil. "Asal saja kalian dapat menemuka

    kembali lukisanku. Ketika Raymond menelepon dari Bayport, ia

    mengatakan bahwa potret Simon Bolivar sedang menuju kemari,dibawa oleh dua orang suruhan. Aku sampai tak sabar menunggu.Tetapi gambar itu tak pernah sampai. Demikian pula orang-orang

    suruhannya, mereka tentu telah mencurinya.""Apakah anda mengira, bahwa lukisan itu sudah sampai di

    sini?" tanya Joe.Pak Wester mengangkat bahu. "Itu mungkin saja. Pulau ini

    sangat terkenal akan penyelundupannya. Tindakan yang paling muduntuk para pencuri ialah membawanya dari sini ke suatu tempat dimana mereka dapat menjualnya. Sekarang mungkin sudah keluar la

    dari Key Blanco. Kalau memang demikian, tolonglah bawa kembalkemari. Bagaimana pun, aku mengharap kalian dapat

    menemukannya."

    "Kami mendapat petunjuk yang tepat," Joe mengungkapkan."Salah seorang pencurinya meninggalkan sidik jari ketika menurunlukisan dari dinding. Namanya Ignas Nitron. Apakah anda mengen

    dia, barangkali?"Pak Wester menggeleng. "Belum pernah mendengar nama it

    "Ada petunjuk lain lagi," Frank menambahkan. "Kamimenemukan pestol anda di Homestead."

    "Pak Wester nampak terkejut. "Apa maksudmu? Pestolku?"Frank menjelaskan tentang Tom, si jangkung yang menjadi

    teman Nitron pada waktu mencuri. Ia menuturkan, bagaimana Tom

    dan Fatso telah dikirim ke Bayport, untuk menakut-nakuti mereka,agar mau melepaskan perkara yang mereka tangani. Demikian pula

    ketika mereka telah menyerang Raymond Wester di Hotel Bayport

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    48/141

    Kemudian, para penjahat itu telah mereka bayangi berempat, sejakdari Miami sampai di Homestead. Di sanalah Tom menjatuhkan

    pestolnya, ketika bergumul dengan mereka berempat di sebuah gan"Kami membawa pestol itu ke kantor polisi. Mereka

    memberitahu, bahwa pestol itu terdaftar atas nama anda," detektif

    muda itu mengakhiri ceritanya.Pak Wester kelihatan agak ketakutan. Ia membuka lacinya d

    ternyata kosong. "Aku tak tahu sama sekali tentang mereka ini,"

    katanya. "Aku juga tak tahu, bagaimana mereka dapat memilikipestolku. Aku tak merasa kehilangan, karena beberapa minggu

    terakhir ini aku tak lagi berlatih menembak. Hanya untuk itulahgunanya pestol itu. Selain itu, ia selalu kusimpan di sini," katanya

    sambil menunjuk ke laci. "Aku tak dapat membayangkan, siapa yandapat mencurinya!"

    "Bagaimana tentang Morphy?"

    "Sekertaris kakakku itu? Tak mungkin!""Ia bersekongkol dengan para pencuri," Biff menjelaskan. "T

    sendiri mengungkapkan hal itu kepada Fatso di pesawat."

    "Morphy juga tak pernah kelihatan lagi semenjak hilangnyalukisan itu," sambung Joe pula.Pak Wester bingung. "Semua ini merupakan hal yang baru

    bagiku," katanya. Kini ia kelihatan gugup. "Aku tak pernah curigaterhadap Morphy. Wah, sulit mempercayai orang lain sekarang ini!

    "Ini adalah Teluk Penyelundup," kata Chet. "Apakah anda juberpendapat, bahwa para penyelundup beroperasi dari wilayah ini?

    "Yah, sekarang tidak lagi, Chet," jawab pak Wester. "Sebutanitu diberikan pada zaman bajak laut dulu. Saat ini, tak seorang pundapat membawa barang terlarang dengan leluasa. Mereka segera

    terlihat dari rumahku ini.""Tetapi pulau ini masih dikenal sebagai tempat untuk

    melakukan hal-hal yang tidak sah," kata pak Wester, melihat

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    49/141

    perubahan wajah Chet. "Hanya saja, penyelundupan itu dilakukan dtempat-tempat terpencil, jauh dari keramaian."

    "Kita harus memeriksa tempat-tempat itu!" kata Chet.Pak Wester mengangguk. "Kuharap saja kalian akan berhasil

    katanya. "Kalian lihat gambar pemandangan di atas perapian itu?

    Besarnya sama dengan potret Simon Bolivar. Sebenarnya aku inginmemasang lukisan itu di sana, sejajar dengan pemandangan itu. Tensaja, kalau kalian berhasil menemukan potret Bolivar itu!

    Sesungguhnya, aku sudah seperti melihat potret itu terpampang disitu, sekarang ini," kata pak Wester, sambil tersenyum kecil tak

    kentara."Kami akan menemukannya!" kata Chet seperti setengah

    bersumpah.Wester mengantarkan mereka berkeliling rumah, sambil

    terpincang-pincang bertopang pada tongkatnya. Ia menunjukkan

    kamar-kamar bagi mereka di lantai dua. "Sampai nanti di meja makSetelah itu, kalian kupersilakan memulai memecahkan rahasia

    hilangnya lukisan itu."

    Dengan terpincang-pincang ia turun, sementara tamu-tamu itmemeriksa kamar mereka. Kemudian mereka berkumpul di kamarFrank, untuk membicarakan rencana mereka.

    "Kita harus merahasiakan semua tindakan kita," Frankmemperingatkan. "Kita akan menyamar sebagai penyelundup, tanp

    memberitahu kepada Wester. Sebab ia mungkin akan merusak renckita. Semakin kurang ia terlibat, semakin baik."

    "Itu bukan masalah," kata Joe. "Apa yang ia inginkan, hanyamenemukan gambar itu. Bagaimana cara kita melakukannya, ia takakan perduli."

    Teman-temannya setuju. Bel tanda untuk makan berbunyi, dmereka menuju ke kamar makan. Lapar karena perjalanan yang jau

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    50/141

    maka dengan bersemangat mereka menyerbu ayam goreng dan kuekue yang tersedia.

    "Aku usul," kata pak Wester, "Kalian mulai sajapenyelidikannya di Kota Blanco, mungkin akan mendapatkan

    petunjuk petunjuk di sana."

    "Itu ide yang baik," kata Frank."Kalian tentu lebih tahu tentang pekerjaan detektif daripada

    aku," sambung pak Wester. "Nah, anggaplah rumah ini sebagai

    markas kalian. Di almari es itu selalu ada makanan kecil. Kalian jugboleh menggunakan kaset stereo di kamar tengah kalau ingin."

    Ia berdiri dari meja, lalu terpincang-pincang masuk ke kamarkerjanya. Keempat pemuda itu menuju ke kamar tengah,

    mendengarkan musik country sampai ngantuk. Kemudian merekamasuk ke kamar tidur masing-masing.

    Di tengah malam, Frank tiba-tiba terbangun, mendengar

    langkah-langkah orang di kamar besar.Sebuah bayangan mengendap-endap menuju ke tangga!

    "Akan kulihat, apa yang hendak dilakukan orang itu," pikir

    Frank. "Tentunya pencuri!"Dengan diam-diam ia mengikutinya. Bayangan itu turun danmasuk ke kamar tengah.

    "Barangkali ia hendak mencuri lukisan-lukisan yang ada didinding," pikir Frank. Tetapi bayangan itu terus menuju ke dapur,

    melalui kamar makan! "Jangan-jangan ia telah berhasil mencuri!"pikir Frank. "Ia tentu akan melarikan diri melalui pintu belakang. A

    harus mencegatnya!"Dalam sekejap, detektif muda itu melesat ke pintu belakang,

    lalu menguncinya. Bayangan yang mencurigakan itu kini berdiri di

    dekat almari es!"Chet" seru Frank.

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    51/141

    Chet tertawa cekikikan. "Aku mencari makanan, seperti yangdikatakan oleh pak Wester. Aku yakin, engkau pun mengikuti aku

    untuk tujuan yang sama! Engkau ingin makan juga!""Makanan!" kata Frank marah. "Kukira engkau seorang

    pencuri!"

    Chet tertawa. "Apakah aku seperti maling?""Mengapa tidak? Maling juga ada yang gemuk! ""Sudahlah! Jangan katakan aku gemuk. Yang tepat ialah pen

    gizi!""Chet," kata Frank dengan jengkel. "Ini sudah lewat jam tiga

    malam. Aku tak mau berdebat tentang bentuk tubuhmu. Tetapi akumengharap, janganlah aku dibangunkan kalau tak perlu!"

    Chet mengambil dua potong kue dari almari es, lalu diletakkapada sebuah piring. "Ini, ambillah sepotong. Ini akan membuatmumerasa lebih segar."

    Frank tak dapat menahan tertawanya. "Obat mujarab modelMorton untuk segala jenis penyakit! Terimakasih!"

    Setelah selesai makan, mereka membersihkan dapur, lalu

    kembali tidur. Beberapa saat kemudian, Frank terbangun lagi. Iamendengar langkah-langkah kaki. "Aku heran! Apa saja yangdilakukan Chet di rumahnya sendiri," pikirnya. "Setiap kali bangun

    untuk makan!" Ia enggan untuk meninggalkan tempat tidur. Tetapinaluri detektifnya tak mengijinkan dirinya kembali tidur. Jangan-

    jangan bukan Chet! Ia bangkit, lalu membuka pintu. Bayangan yanmencuri-curi sudah nampak di tangga!

    Frank mengikutinya dengan diam-diam. Ia tak maumembangunkan yang lain-lain. Baru saja ia hendak mendahului Chke lemari es, dilihatnya bayangan itu menuju ke pintu depan, lalu

    membukanya!Fajar baru mulai merekah, dan keremangan itu memungkinka

    Frank untuk melihat dengan cukup nyata, "He!" serunya. "Berhenti

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    52/141

    Orang itu berbalik sejenak, lalu lari keluar dari pintu sambilmembantingnya hingga tertutup kembali.

    "Mark Morphy!" seru Frank tertahan.

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    53/141

    Chapter 8PENYAMARAN YANG CERDIK

    Untuksesaat, tertutupnya pintu itu menghentikan pengejaranFrank. Ketika ia sampai di luar, Morphy telah mulai menuruni tangmenuju ke pantai. Frank mengejar secepat-cepatnya, turun ke Teluk

    Penyelundup. Morphy lari menuju ke sebuah perahu bermotor tempyang ditarik ke atas pasir. Karena tak bersepatu, Frank lebih

    beruntung. Ia berhasil memperkecil jarak, dan akhirnya menangkapMorphy di tepi air.

    Keduanya jatuh bergulingan dalam pergumulan yang seru.Morphy berhasil melepaskan diri, lalu melompat bangun hendak laTetapi kaki Frank berhasil menggaetnya, dan sekali lagi Frank

    menubruknya. Berkelahi mati-matian. Akhirnya Morphy merauppasir, lalu dihamburkannya ke wajah Frank!

    Menjadi buta sesaat, Frank mengusap-usap matanya yang

    pedih. Ketika dapat membuka mata kembali, ia melihat Morphysedang mendorong perahunya ke dalam air, lalu melompatmenaikinya. Mesin tempel segera dihidupkan. Perahu menjauh dari

    tepi, membelok ke kiri mengitari karang, lalu menghilang. Hanyasuaranya yang terdengar makin menjauh!

    Frank menjadi kalap! Dengan mata pedih, ia memandang keburonannya. Ia marah terhadap diri sendiri, gagal menangkap

    musuhnya. Ia kembali ke rumah, lalu membasuh wajahnya yangpenuh pasir di kamar mandi. Tak seorang pun yang sudah bangun,kecuali pembantu rumah tangga. Frank berganti pakaian, lalu menu

    ke kamar duduk. Ia berusaha menenangkan diri dengan membaca-baca majalah.

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    54/141

    Ketika pak Wester dan teman-teman turun untuk sarapan, iamemberitahukan apa yang telah terjadi. Pak Wester terkejut sekali.

    "Morphy belum pernah kemari sebelum ini! Aku hanya mengenalndi rumah Raymond di Bayport. Apakah engkau merasa pasti

    mengenali dia?"

    "Kakak anda menunjukkan potretnya kepada kami. Tak ragulagi, dialah orang yang saya kejar tadi pagi."

    "Tetapi mengapa dia kemari?"

    "Ia tahu, bahwa anda mempunyai banyak lukisan yangberharga," Joe menyela. "Barangkali ia hendak mencuri lagi."

    "Tetapi untuk apa ia berada di atas?" tanya Chet."Barangkali ia mencari lukisanku karya Degas!" kata pak

    Wester dengan tegang. "Ia adalah milikku yang paling berharga! Dulama sekali gambar itu kugantungkan di kamar makan. Tetapi kinikugantungkan di kamar tidurku. Sebab aku senang sekali melihatny

    sebelum tidur.""Apakah Morphy tahu tentang lukisan itu?" tanya Frank.

    "Mungkin sekali Raymond pernah mengatakan, ketika

    menceritakan kesenangan kami akan lukisan-lukisan," jawab pakWester."Nah, terserah kalian anak-anak muda, untuk menyelidikinya

    Chet, kudengar engkau mengalami kesulitan berjalan di sepanjangpantai. Engkau tentu senang mengetahui, ada jalan setapak di

    sepanjang puncak batu karang.""Apakah anda tidak menelepon polisi, tentang peristiwa

    Morphy pagi tadi?" tanya Frank.Pak Wester bimbang sebentar. "Aku kurang jelas apa yang a

    mereka kerjakan tentang barang yang hilang. Aku akan

    memikirkannya. Sementara itu, aku menggantungkan seluruhnyakepada kalian, untuk menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi."

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    55/141

    Dengan berkata demikian, ia terpincang-pincang menuju ke kamarkerjanya.

    Pemuda-pemuda tersebut menyelesaikan sarapan mereka,kemudian berangkat menuju ke Kota Blanco. Di sepanjang jalan

    mereka mempercakapkan, bagaimana mereka akan menyamar,

    kemudian menemui para penyelundup."Kita menyamar saja sebagai pelaut," Frank mengusulkan."Ide yang bagus," kata Joe. "Dengan demikian, kita dapat

    berkeliaran di pantai, di antara para penyelundup. Tanpa dicurigai!"Bagaimana dengan wajah kita?" tanya Chet. "Wajah kita tel

    dikenali oleh Tom dan Fatso!"'"Itu sudah kupikirkan," jawab Frank. "Ketika tadi aku seoran

    diri di kamar duduk, aku membaca-baca di buku telepon. Di MarkeStreet ada sebuah toko yang menjual perlengkapan panggung"

    "Chet tertawa cekikikan. "Ide yang hebat!"

    "Kita dapat membuat wajahmu sedemikian rupa hingga ibumsendiri tak akan mengenalinya lagi!" kata Frank. "Sayang sekali, ka

    tak dapat mengubah bentuk tubuhmu!"

    Chet melemparkan pandangan matanya kepada Frank. "Pelaujuga ada yang gemuk! Tahukah engkau?"Frank tertawa. "Kukira, istilahnya yang tepat penuh gizi!"

    ****Di sebuah toko perlengkapan Angkatan Bersenjata, mereka

    membeli pakaian pelaut dan ransel-ransel. Ransel itu untuk tempatmenyimpan pakaian mereka sehari-hari. Kemudian mereka menuju

    Market Street. Mereka membeli cat rambut, janggut dan kumis palsuntuk Chet. Kemudian mengenakan penyamaran tersebut di sebuahsudut yang sepi pada suatu taman. Setelah siap, mereka berjalan

    menuju ke pantai, mereka yakin tidak diikuti orang.Di pelabuhan, banyak kapal yang sedang mengangkat muata

    diangkat oleh kuli-kuli pelabuhan.

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    56/141

    Sementara para pedagang mencatat barang-barang muatan.Pelaut-pelaut bersantai-santai di pantai, dan para penonton berjalan

    jalan berkeliling, melihat-lihat pemandangan yang mengasyikkan."Berjalanlah yang wajar," bisik Frank memperingatkan tema

    temannya. "Ceritanya, kita mempunyai barang-barang yang berharg

    dan sedang mencari pembeli. Akur?""Kita akan selalu mempercakapkan hal itu," kata Joe. "Denga

    harapan, ada orang yang mendengarnya, lalu tertarik untuk menaw

    "Jika kita mendapat mangsa," usul Biff, "katakan saja kitamempunyai mesin hitung elektronik. Kudengar, barang-barang itu

    yang paling laku sekarang."Mereka mengatur siasat, lalu membaurkan diri dalam kegiata

    yang membisingkan di pelabuhan. Mereka berjalan-jalan sambilbercakap keras-keras, mengenai muatan berharga yang hendak merjual. Sejumlah pelaut, kuli pelabuhan dan pengusaha berpaling dan

    mendengarkan. Tetapi tak ada yang ikut berbicara.Akhirnya mereka berhenti di ujung pelabuhan. Mereka

    mendapatkan sebuah bangku panjang, lalu meletakkan ransel-ranse

    mereka. Mereka duduk sambil membicarakan tindakan merekaselanjutnya."Mari kita coba di warung kopi dan rumah makan," usul Fran

    "Di sana biasanya para pelaut berkumpul, duduk-duduk selamamereka mendarat."

    Semua setuju. Tetapi ketika mereka hendak berdiri, Joemendengar suara bergemerisik di semak-semak di belakang mereka

    Ia berpaling, dan melihat seseorang sedang mengintai mereka diantara ranting-ranting belukar.

    Orang itu sadar bahwa telah ketahuan, lalu melepaskan rantin

    ranting yang disibakkannya. Joe melompat menerobos semak-semadiikuti oleh yang lain-lain.

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    57/141

    Buronan itu lari melalui jalan kecil di luar daerah pelabuhan.Setelah mencapai gedung yang paling dekat, yaitu sebuah rumah

    makan, ia masuk dari pintu belakang. Joe menyusul, berlari-lari diantara tungku-tungku dan meja masak, membuat takut koki kepala

    pembantu-pembantunya yang sedang bekerja.

    Buronan itu membelok melalui pintu angin, masuk ke dalamruang makan. Ia berlari-lari di antara meja-meja, mendorong pelayakepala ke samping,lalu keluar melalui pintu putar. Setelah melewat

    jendela pajangan, ia menghilang.Joe berada di urutan kedua. Tetapi sekarang, pelayan kepala

    berdiri di depannya, dengan kedua tangannya terangkat ke atas. FraBiff dan Chet berhenti di belakang Joe.

    "Kau pikir, rumah makan ini milik nenek moyangmu ya? tanpelayan itu.

    "Kami sedang mengejar seorang buronan," Joe menerangkan

    Pelayan kepala itu menjadi pucat! "Apakah ia telah mengambuang dari kasir?"

    "Belum," kata Joe marah. "Tetapi mungkin saja, kalau tidak

    kami tangkap. Dia tentu melarikan diri, kalau engkau tak memberijalan!"Orang itu menyisih ke samping. "Teruskan mengejar! Kalau

    mencuri sendok-garpuku, awas, aku akan mengajukan tuduhan!"Keempat pemuda itu keluar ke trotoar, menengok ke sana

    kemari. Tetapi si penguping itu tak nampak batang hidungnya."Dasar sial, Joe menggerutu. "Menurut engkau, siapa dia itu?

    Frank mengangkat bahu. "Mungkin ia mendengar yang kitabicarakan sebelumnya, lalu menjadi curiga."

    "Kalau ia mau berdagang, tak perlu ia lari," kata Biff.

    "Betul," Frank mengaku. "Tetapi dari penglihatanku, iaberwajah sangat jujur. Ia juga membawa alat potret, dikalungkan d

    leher. Kukira ia seorang wartawan muda, yang sedang mengejar be

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    58/141

    hangat. Ketika kita bangkit hendak menangkap dia, ia menjadiketakutan."

    Joe mengangguk. "Aku juga tak percaya, bahwa Tom, Fatsoatau Morphy telah mengenali kita dalam penyamaran begini. Jadi,

    mereka tentu tidak menyuruh orang untuk memata-matai kita."

    "Kita juga tak dibayangi orang, ketika sedang memakai janggdan segala tetek-bengek ini," Chet menyambung.

    Mereka kembali ke bangku. Baru saja mereka hendak

    mengambil ransel-ransel mereka, terdengar suara gemerisik di semsemak seperti tadi.

    "Stt," bisik Frank. "Itu dia lagi. Kali ini kita memecah menjadua. Kita coba, apakah dapat menjebaknya di tengah-tengah."

    Dengan cepat Biff dan Chet memutar mengelilingi semak.Ketika mereka telah tak nampak, Frank dan Joe berjalan lurus menuke semak-semak, tempat datangnya suara. Sesosok tubuh nampak

    dibelakang ranting-ranting. Empat sekawan serentak menyerbu, danorang asing itu terbanting ke tanah.

    "Oke, pandir!" Chet berkata dengan mengertak gigi. "Kali in

    engkau tertangkap juga!""Siapa itu Pandir?" tanya tawanan mereka. Pada saat itu jugamereka sadar, bahwa ia bukan orang yang tadi mereka kejar.

    "Ada orang yang memata-matai kami, beberapa menit yanglalu. Kami kira, engkaulah orang itu," Frank menjelaskan.

    "Bukan aku. Aku ingin membicarakan tentang barang-barangyang kausebut di pelabuhan tadi. Barangkali saja kita dapat

    melakukan hubungan dagang, itu maksudku. Tetapi kalian malahanmenghantam aku!"

    Dengan hati-hati mereka melepaskan tawanan mereka, yang

    segera merayap bangun. Ternyata ia sebaya dengan mereka,mengenakan pakaian pelaut.

    "Maafkan, atas kesalahan kami," kata Frank. "Siapa engkau?

  • 7/25/2019 Misteri Selat Penyeludup

    59/141

    "Junior Seetro. Aku tak sempat berbicara dengan kalian tadi,karena terlalu banyak orang. Tetapi aku tahu, kalau seorang pelaut

    bertingkah laku seperti kalian, ia tentu akan menjual barang. Karenitu aku mengikuti kalian. Bagaimana? Ingin membicarakan hal itu?

    "Tentu," jawab Joe. "Mari duduk di sini."

    Ia mengajak ke bangku. Di sekitarnya tak ada orang yang dapmendengar mereka.

    "Aku juga lihat orang yang mencuri dengar kalian tadi," kata

    Junior tanpa ditanya. "Nampaknya seperti seorang pramuka. Aku jumengejar dia. Nah, katakan. Apa yang kalian punyai?"

    "Kalkulator elektronik," jawab Frank.Junior manggut-manggut. "Aku tahu seseorang yang mau

    membeli barang demikian. Bayarannya bagus. Ingin bertemu dengadia?"

    "Tentu! Mengapa tidak?" jawab Biff sembarangan.

    "Oke. Tunggu saja di sini. Aku akan menelepon." Junior Seepergi ke telepon umum yang terdekat. Ia berbicara beberapa menit,

    lalu kembali ke bangku.

    "Beres!" katanya. "Kita pergi dengan mobilku."Ia mengajak ke sebuah Cadillac tua di tempat parkir. Frank dJoe saling berpandangan. Keduanya berpikiran yang sama.