ANAMNESA Data Umum Tgl Masuk RS : 05-08-2015 Jam Masuk RS : 10.00 WIB Nama Pasien : Ny.I Umur : 45 Tahun Pendidikan : SD Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Nama Suami : Tn. S Umur Suami : Almarhum Pendidikan Suami : SD Pekerjaan Suami : Buruh Keluhan Utama Pendarahan Anamnesa Khusus P 5 A 0 membawa rujukan dari poli Obsgyn untuk jadwal operasi mioma uteri sejak 10 bulan yang lalu.Pasien mengalami perdarahan sejak 10 bulan yang lalu dan telah dijadwalkan operasi pada Agustus 2015. Pasien rutin kontrol perdarahan tiap bulan. Anamnesa Umum (Riwayat Kesehatan Sekarang) P 5 A o Rutin kontrol pendarahan setiap bulan di Poli Obsgyn
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANAMNESA
Data Umum
Tgl Masuk RS : 05-08-2015
Jam Masuk RS : 10.00 WIB
Nama Pasien : Ny.I
Umur : 45 Tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Nama Suami : Tn. S
Umur Suami : Almarhum
Pendidikan Suami : SD
Pekerjaan Suami : Buruh
Keluhan Utama
Pendarahan
Anamnesa Khusus
P5A0 membawa rujukan dari poli Obsgyn untuk jadwal operasi mioma uteri sejak 10 bulan yang lalu.Pasien mengalami perdarahan sejak 10 bulan yang lalu dan telah dijadwalkan operasi pada Agustus 2015. Pasien rutin kontrol perdarahan tiap bulan.
Anamnesa Umum (Riwayat Kesehatan Sekarang)
P5Ao
Rutin kontrol pendarahan setiap bulan di Poli Obsgyn
Dimulai operasi. Jenis operasi Histerektomi totalis Dilakukan a/antiseptik abdomen dan sekitarnya, dilakukan insisi mediana inferior
sepanjang kurang lebih 10 sm (yang diperluas secara indiferen) Setelah peritoneum dibuka tampak uterus membesar sesuai gravida 18-19minggu,
permukaan rata.
Ditemukan massa. Kesan : Mioma Uteri Dipasang kassa perut untuk melindungi usus dan retraktor abdomen Ligamentum rotundum kanan dan kiri diklem, dipotong, dan diikat Plika vesikouterina diidentifikasi kemudian disayat konkaf ke arah ligamentum
propium kiri dan kanan, dibuat jendela pada bagian avaskular Ligamentum infundibulopelvikum kiri dan kanan diklem, dipotong, dan diikat. Arteri uterina diidentifikasi, kemudian diklem, dipotong dan diikat dengan double
ligasi kiri dan kanan. Dibuat cuff dengan setinggi batas arteri uterina dancuff belakang setinggi 1 cm diatas
ligamentum sakrouterina. Ligamentum kardinal, ligamentum sakrouterina diklem, dipotong, dan diikat kiri dan
kanan di dalam cuff. Portio diidentifikasi, kemudian dengan 2 buah klem bengkok puncak vagina disayat sehingga uterus dapat diangkat seluruhnya.
Puncak vagina dijahit satu – satu dengan mengikutsertakan ligamentum sakrouterina, ligamentum kardinal kiri dan kanan pada kedua ujung – ujungnya. Perdarahan dirawat.
Setelah yakin tidak ada perdarahan lagi, cuff depan dan belakang dijahit satu-satu. Rongga abdomen dibersihkan dari darah dan bekuan darah. Dilakukan pembilasan
rongga abdomen dengan NaCl 0,9%. Kassa perut diangkat. Luka operasi dijahit lapis demi lapis Perdarahan selama operasi : kurang lebih 400 cc Diuresis selama operasi : kurang lebih 200 cc Massatumor dibelah di luar, tampak kumparan putih berukuran 5 x 3 xm di
miometrium. Kesan: mioma uteri intramural
DIAGNOSIS PASCA BEDAH
Mioma uteri intramural post histerektomi totalis.
PENGOBATAN PASCA BEDAH
Observasi KU, TTV, Pendarahan, setiap 15 menit sekali Cefotaksim 2 x 1 gr inj Metronidazol 3 x 500 gr IV Kaltrophen Supp 2x1 Puasa s/d BU +
Abdomen: datar lembut, DM (-) NT (-) nyeri luka (+) PS/PP (-/-)
TFU: Tidak teraba
BU: (+)
LO: Kering
P/ - Cefadroxcyl 2 x 500 mg
- Metronidazole 3x500 mg
- Asam Mefenamat 3 x 500 mg
- BLPL
BAB/ BAK: -/+
A/ Mioma uteri intramural post histerektomi totalis.
PERMASALAHAN
1. Apakah diagnosis dan prosedur diagnostik pasien pada kasus ini sudah benar ?
2. Apakah tindakan yang dilakukan pada pasien ini sudah benar ?
3. Bagaimana prognosis pasien ini ?
PEMBAHASAN KASUS
1. APAKAH DIAGNOSIS DAN PROSEDUR DIAGNOSTIK PADA KASUS INI SUDAH BENAR?
Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi padat kenyal, batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau multipel. Tumor ini juga dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri, atau uterine fibroid.
Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20 – 30% dari seluruh wanita. Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39 – 11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Wanita yang sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk berkembangnya mioma ini dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya satu kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau hanya hamil satu kali. Prevalensi meningkat apabila ditemukan riwayat keluarga, ras, kegemukan dan nullipara
A. ETIOLOGI
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan penyakit multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dan sebuah sel neoplastik tunggal. Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor disamping faktor predisposisi genetik adalah estrogen, progesteron dan human growth hormon.
1. Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Seringkali terdapat petumbuhan tumor yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat menopouse dan pengangkatan ovarium. Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas., 17B hidroxydesidrogenase: enzim ini
mengubah estradiol menjadi estron. Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan miomatous, yang jugamempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak daripada miometrium normal.
2. Progesteron
Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu : mengaktifkan 17B hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
3. Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu HPL, terlihat pada periode ini, memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leimioma selama kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan estrogen.
Ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :
1. Umur : mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun.
2. Paritas : lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertil, atau apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi.
3. Faktor ras dan genetik : pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadiaan mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.
4. Fungsi ovarium : diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.
Pembahasan
Faktor predisposisi pada pasien tersebut kemungkinan karena umur pasien 45 tahun dimana tumor ini paling sering memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun. Riwayat belum memiliki anak tidak dirasakan ibu, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertil, atau apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi. Diperkirakan ada korelasi antara hormon
estrogen dengan pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.
B. KLASIFIKASI
Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena
1. Lokasi
• Cervical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi.
• Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius.
• Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala.
Secara makroskopik , fibroid atau myoma berbentuk bulat atau oval, dengan konsistensi kenyal dan gambaran khas seperti konde. Myoma ini dapat tunggal, tapi lebih sering berkelompok dalam ukuran dan letak yang berbeda.
Gambar 1, Klasifikasi Mioma Uteri
2. Lapisan Uterus
Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
Mioma Uteri Submukosa
Mioma submukosa dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui saluran serviks disebut mioma geburt.
Hal ini dapaat menyebabkan dismenore, namun ketika telah dikeluarkan dari serviks dan menjadi nekrotik, akan memberikan gejala pelepasan darah yang tidak regular dan dapat disalahartikan dengan kanker serviks.
Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural walaupun ditemukan cukup besar tetapi sering kali memberikan keluhan yang tidak berarti.
Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga sebagai terapinya dilakukan histerektomi.
Gambar 2. Gambaran USG mioma submukosa, tampak gambaran
massa hipoekhoik yang menekan endometrial line
Mioma Uteri Subserosa
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan disebut sebagai mioma intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium di sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik.
Gambar 3. Gambaran USG mioma subserous, tampak gambaran
massa hipoekhoik yang menonjol ke luar dinding uterus
Mioma Uteri Intramural
Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel apabila masih kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma submukosa.
Di dalam otot rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan). Secara makroskopis terlihat uterus berbenjol-benjol dengan permukaan halus. Pada potongan, tampak tumor berwarna putih dengan struktur mirip potongan daging ikan. Tumor berbatas tegas dan berbeda dengan miometrium yang sehat, sehingga tumor mudah dilepaskan. Konsistensi kenyal, bila terjadi degenerasi kistik maka konsistensi menjadi lunak. Bila terjadi kalsifikasi maka konsistensi menjadi keras. Secara histologik tumor ditandai oleh gambaran kelompok otot polos yang membentuk pusaran, meniru gambaran kelompok sel otot polos miometrium. Fokus fibrosis, kalsifikasi, nekrosis iskemik dari sel yang mati. Setelah menopause, sel-sel otot polos cenderung mengalami atrofi, ada kalanya diganti oleh jaringan ikat. Pada mioma uteri dapat terjadi perubahan sekunder yang sebagian besar bersifat degenerasi.
Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma. Perubahan ini terjadi secara sekunder dari atropi postmenopausal, infeksi, perubahan dalam sirkulasi atau transformasi maligna.
Gambar 3. Gambaran USG mioma intramural, tampak gambaran
massa hipoekhoik yang berada di dalam dinding uterus
Pembahasan
Mioma submukosum tumbuh di bawah endometrium dan disinilah pendarahan uterus yang paling banyak, sehingga myoma submukosa ini paling sering menyebabkan perdarahan uteri yang banyak dan iregular (menometrorrhagia). Jika dilihat dari gejala klinis pasien yaitu ibu merasa benjolan pada perut bagian bawah disertai gangguan haid berupa menoragia yaitu perdarahan haid yang lebih banyak dari normal yaitu 3 – 4 pembalut/hari , atau lebih lama dari normal (lebih dari 7 hari). Selain itu riwayat belum memiliki anak dirasakan ibu. Dapat disimpulkan kemungkinan mioma uteri submukosum.
B. GEJALA KLINIS
Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada (serviks, intramural, submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Perdarahan abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenorea, menoragia dan dapat juga terjadi metroragia
2. Rasa nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan.
Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan, pula pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenore.
3. Gejala dan tanda penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe dipanggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
4. Infertilitas dan abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars intertisialis tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus.
Pembahasan
Gejala-gejala pada pasien tersebut antara lain ibu merasa benjolan pada perut bagian bawah disertai gangguan haid berupa menoragia yaitu perdarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau lebih lama dari normal (lebih dari 7 hari), darah banyak (3-4 pembalut/ hari) , dismenore dirasakan ibu 2-3 hari pada awal menstruasi.
Selain itu riwayat belum memiliki anak tidak dirasakan ibu. Sebab kelainan ini terletak pada kondisi dalam uterus, misalnya adanya mioma uteri dengan permukaan endometrium lebih luas dari biasa dan dengan kontraktilitas yang terganggu. Gejala yang lain yaitu rasa penuh dan berat pada perut bagian bawah namun tidak disertai gangguan BAK seperti disuria dan retensio urine. Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri sehingga menimbulkan gejala dan tanda penekanan.
C. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya, faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat diduga dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak teratur, gerakan bebas, tidak sakit.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat perdarahan uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan laboratorium yang perlu dilakukan adalah Darah Lengkap terutama untuk mencari kadar Hb. Pemeriksaaan lab lain disesuaikan dengan keluhan pasien.
b. Imaging
1) Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen pada uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada abdomen bawah dan pelvis dan kadang terlihat tumor dengan kalsifikasi.
2) Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuh ke arah kavum uteri pada pasien infertil.
3) MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma uteri, namun biaya pemeriksaan lebih mahal
Pembahasan
Diagnosa mioma uteri ditegakan berdasarkan gejala yang timbul, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang ada. Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada (serviks, intramural, submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala-gejala pada pasien tersebut antara lain ibu merasa benjolan pada perut bagian bawah disertai gangguan haid berupa menoragia yaitu perdarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau lebih lama dari normal (lebih dari 7 hari).
Selain itu riwayat belum memiliki anak tidak dirasakan ibu. Sebab kelainan ini terletak pada kondisi dalam uterus, misalnya adanya mioma uteri dengan permukaan endometrium lebih luas dari biasa dan dengan kontraktilitas yang terganggu. Gejala yang lain yaitu rasa penuh dan berat pada perut bagian bawah namun tidak disertai gangguan BAK
seperti disuria dan retensio urine. Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri sehingga menimbulkan gejala dan tanda penekanan.
Pemeriksaan fisik pada pasien ini didapatkan status vital yang baik, yang berarti hemodinamik pasien masih baik. Kemudian juga ditemukan fundus uteri tampak cembung . Hal ini karena adanya massa mioma yang tumbuh pada uterus.
Pada palpasi abdomen teraba massa mioma berukuran 2 jari dibawah pusat yang berkonsistensi padat, kenyal dan bersifat immobile. Konsistensi dari mioma bervariasi dari keras hingga lembek. Dari pemeriksaan dalam ditemukan besar serta konsistensi corpus uteri sesuai dengan kehamilam 18-19 minggu Sebelumnya pasien telah melakukan USG di poli kebidanan dan dikatakan bahwa mioma uteri.
Dapat ditarik kesimpulan diagnosis pasien tersebut adalah mioma uteri melalui hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan. Kemudian dari pemeriksaan fisik ditemukan ditemukan fundus uteri 2 jari dibawah pusat. Pencitraan dengan USG semakin memperkuat diagnosis mioma uteri dimana terdapat uterus yang membesar .
D. DIAGNOSIS BANDING
1.Adenomiosis
2.Neoplasma ovarium
3. Kehamilan
2. APAKAH TINDAKAN YANG DILAKUKAN PADA KASUS INI SUDAH BENAR?
A. Konservatif
Penderita dengan mioma kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan pengobatan, tetapi harus diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma lebih besar dari kehamilan 10-12 minggu, tumor yang berkembang cepat, terjadi torsi pada tangkai, perlu diambil tindakan operasi.
B. Terapi medikamentosa
Terapi yang dapat memperkecil volume atau menghentikan pertumbuhan mioma uteri secara menetap belum tersedia padasaat ini. Terapi medikamentosa masih merupakan terapi tambahan atau terapi pengganti sementara dari operatif.
GnRH analog
Efek maksimal dari GnRHa baru terlihat setelah 3 bulan dimana cara kerjanya menekan produksi estrogen dengan sangat kuat, sehingga kadarnya dalam darah menyerupai kadar estrogen wanita usia menopause. Setiap mioma uteri memberikan hasil yang berbeda-
beda terhadap pemberian GnRHa. Mioma submukosa dan mioma intramural merupakan mioma uteri yang paling rensponsif terhadap pemberian GnRH ini. Efek maksimum dalam mengurangi ukuran tumor diobservasi dalam 12 minggu. Pemberian GnRHa (buseriline acetate) selama 16 minggu pada mioma uteri menghasilkan degenerasi hialin di miometrium hingga uterus dalam keseluruhannya menjadi lebih kecil.
Keuntungan pemberian pengobatan medikamentosa dengan GnRHa adalah:
1. Mengurangi volume uterus dan volume mioma uteri.
2. Mengurangi anemia akibat perdarahan.
3. Mengurangi perdarahan pada saat operasi.
4. Tidak diperlukan insisi yang luas pada uterus saat pengangkatan mioma.
5. Mempermudah tindakan histerektomi vaginal.
6. Mempermudah pengangkatan mioma submukosa dengan histeroskopi
Danazol, obat sintetik yang sama dengan testoteron, dapat menyusutkan myoma, mengurangi ukuran uterus, menghentikan menstruasi dan memperbaiki anemia. Terdapat efek samping seperti pertambahan berat badan, dysphoria (depresi), jerawat, sakit kepala, suara yang berat. Efek samping tersebut membuat banyak wanita enggan memakai obat ini.
Pengobatan lain seperti kontrasepsi oral atau progestin dapat membantu mengontrol perdarahan menstruasi tapi tidak dapat mengurangi ukuran myoma. NSAID, yang bukan pengobatan hormonal, efektif untuk perdarahan vagina yang berat yang tidak berhubungan dengan myoma.
C. Terapi Pembedahan
Terapi pembedahan dilakukan dengan indikasi :
1. Perdarahan pervaginam abnormal yang memberat
2. Ukuran tumor yang besar
3. Ada kecurigaan perubahan ke arah keganasan terutama jika pertambahan ukuran tumor setelah menopause
4. Retensio urin
5. Tumor yang menghalangi proses persalinan
6. Adanya torsi.
1. MIOMEKTOMI
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkutan uterus, miomektomi dilakukan dengan pertimbangan jika diharapkan pada proses selanjutnya penderita masih menginginkan keturunan. Apabila miomektomi dikerjakan karena alasan keinginan memperoleh keturunan, maka kemungkinan akan terjadinya kehamilan setelah miomektomi berkisar ± 30% sampai 50%. Selain alasan tersebut, miomektomi juga dilakukan pada kasus mioma yang mengganggu proses persalinan. Metode lain dari miomektomi adalah dengan ekstirpasi yang dilanjutkan dengan curetage. Metode ini dilakukan pada kasus mioma geburt dengan melakukan ekstirpasi lewat vagina.
Miomektomi dilakukan bila :
Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12 – 14 minggu.
Pertumbuhan tumor cepat.
Mioma subserosa bertangkai dan torsi.
Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya.
Hipermenorea pada mioma submukosa.
Penekanan pada organ sekitarnya.
Mioma kecil ketika tuba dibuka.
2. LAPAROSKOPI
Satu atau beberapa mioma diangkat menggunakan tehnik laparaskopi atau endoskopi. Laparaskopi dilakukan dengan membuat insisi kecil pada dinding abdomen dan memasukkan laparaskop ke dalamnya. Keuntungannya adalah pasien tidak perlu rawat inap dan penyembuhannya lebih cepat daripada laparatomi. Kerugiaannya adalah dibutuhkan waktu yang lama untuk mengangkat mioma yang besar dari abdomen.Tampilan dari laparoskopik pelvis yang menunjukkan adanya mioma uteri.
3. ENUKLIASI MIOMA
Dilakukan pada penderita infertil atau yang masih menginginkan anak atau mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas. Sejauh ini tampaknya aman, efektif, dan masih menjadi pilihan terbaik. Enukleasi sebaiknya tidak dilakukan bila ada kemungkinan terjadi karsinoma endometrium atau sarkoma uterus, juga dihindari pada masa kehamilan.Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor dengan tangkai dan jelas yang dengan mudah dapat dijepit dan diikat. Bila miomektomi menyebabkan cacat yang menembus atau sangat berdekatan dengan endometrium, kehamilan berikutnya harus dilahirkan dengan sectio caesarea.
4. HISTEREKTOMI
Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya merupakan tindakan terpilih. Histerektomi dikerjakan pada pasien dengan gejala dan keluhan yang jelas mengganggu. Histerektomi bisa dilakukan pervaginam pada ukuran tumor yang kecil. Tetapi pada umumnya histerektomi dilakukan perabdomial karena lebih mudah dan pengangkatan sarang mioma dapat dilakukan lebih bersih dan teliti. Radioterapi bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita mengalami menopause
Pembahasan
Penatalaksanaan mioma pada pasien ini dengan melakukan konsul terhadap bagian anastesi, dan penyakit dalam untuk mengevaluasi keadaan pasien yang akan di operasi. Dari hasil rontgen terhadap thoraks tidak didapatkan adanya masalah pada jantung dan paru. Dari bagian penyakit dalam telah melakukan penilaian lengkap terhadap hasil laboratorium serta pemeriksaan yang menyeluruh, termasuk melakukan pemeriksaan Elektrokardiografi .
Tumor yang berkembang cepat, terjadi torsi pada tangkai, atau timbul komplikasi dilakukan tindakan pembedahan. Jika fungsi reproduksi masih diperlukan ( masih menginginkan anak) dan teknis memungkinkan dilakukan miomektomi. Tetapi apabila fungsi reproduksi sudah tidak diprlukan, pertumbuhan tumor cepat dapat dilakukan histerektomi. Terapi pembedahan pada pasien ini direncanakan Histrektomi totalis elektif hal ini disebabkan ukuran miom hampir sesuai dengan usia kehamilan 20 minggu. Selain untuk mengendalikan perdarahan pasien mengeluhkan pertumbuhan tumor tumbuh secara cepat dan ukuran massa sangat besar.
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkutan uterus, miomektomi dilakukan dengan pertimbangan jika diharapkan pada proses selanjutnya penderita masih menginginkan keturunan, miomektomi juga dilakukan pada kasus mioma yang mengganggu proses persalinan. Metode lain dari miomektomi adalah dengan ekstirpasi yang dilanjutkan dengan curetage. Metode ini dilakukan pada kasus mioma geburt dengan melakukan ekstirpasi lewat vagina.
Penderita dengan mioma kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan pengobatan, tetapi harus diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma lebih besar dari kehamilan 10-12 minggu, dandilakukan pengawasan berkala setiap 6 bulan sekali.
Terapi yang dapat memperkecil volume atau menghentikan pertumbuhan mioma uteri secara menetap belum tersedia padasaat ini. Terapi medikamentosa masih merupakan terapi tambahan atau terapi pengganti sementara dari operatif.
D KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi pada mioma uteri :
1. Degenerasi ganas.
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh mioma; serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
2. Torsi (putaran tangkai).
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi.
3. Nekrosis dan infeksi.
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena
gangguan sirkulasi darah .
3. Bagaimana prognosis pada pasien ini ?
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh mioma; serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Pada kasus mima uteri yang dilakukan miomektomi, mioma yang kambuh kembali (rekurens) setelah miomectomi terjadi pada 15-40% pasien dan 2/3-nya memerlukan tindakan lebih lanjut.
Pembahasan:
Prognosis pada pasien ini adalah :
Quo ad vitam : ad bonam, kondisi os setelah dilakukan histerektomi keadaan tanda vital os baik T: 100/80 mmHg, N : 80 x/menit R: 20 x/menit, S: 36,8 C
Qoo ad functionam :
Fungsi menstruasi : ad malam, karena telah dilakukan histerektomi os tidak dapat menstruasi lagi .
Fungsi reproduksi : ad malam, os tidak bisa hamil karena telah dilakukan pengangkatan uterus.
Fungsi sexual : ad bonam, karena tidak ada intervensi pada genitalia eksterna.
Quo ad sanationam : ad bonam , karena os dapat menjalani kehidupan sehari-hari dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo, S. Tumor Jinak pada Alat-alat genital. Ilmu Kandungan. Edisi Kedua 2009 . Jakarta . P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal 338 – 345
2. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNPAD. Tumor Alat Kandungan . Ginekologi edisi 2 , 2010 . Bandung : Elstar Offset. Hal : 154 – 161
3. Wijayanegara, Hidayat et al. 1997. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RS Hasan Sadikin, Myoma Uteri . Hal : 90-92