Mioma Uteri Mioma uteri, dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid ataupun leiomioma dan merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya. Mioma uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan dengan keganasan. Mioma bisa menyebabkan gejala yang luas termasuk perdarahan menstruasi yang banyak dan penekanan pada pelvis. Mioma uteri merupakan tumor pelvis yang terbanyak pada organ reproduksi wanita. Mioma terdapat pada lebih dari 30% perempuan 3 . Sering ditemukan pada wanita usia reproduksi ( 20 – 25 %), kejadiannya lebih tinggi pada usia diatas 35 tahun, yaitu mendekati angka 40 %. Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35 - 50 tahun, menunjukkan adanya hubungan mioma uteri dengan estrogen. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche dan menopause angka kejadian sekitar 10 %.. Di USA wanita kulit hitam 3-9 kali lebih tinggi menderita mioma uteri dibandingkan wanita berkulit putih. Sedangkan di Afrika,wanita kulit hitam sedikit sekali menderita mioma uteri. Di Indonesia angka kejadian mioma uteri ditemukan 2,39 % - 11,87 % dari semua penderita ginekologi yang dirawat. Mioma uteri dapat menimbulkan gejala klinis berupa menorrhagia dan dismenore. Selain itu juga dapat menimbulkan kompresi pasa traktus urinarius, sehingga dapat menimbulkan gangguan berkemih maupun tidak dapat menahan berkemih. Penatalaksanaan mioma uteri dapat dilakukan degan pemberian obat- obatan (medisinalis) maupun secara operatif. Pemberian GnRH aalog
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Mioma Uteri
Mioma uteri, dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid ataupun leiomioma dan
merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya.
Mioma uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan dengan keganasan. Mioma
bisa menyebabkan gejala yang luas termasuk perdarahan menstruasi yang banyak dan penekanan
pada pelvis.
Mioma uteri merupakan tumor pelvis yang terbanyak pada organ reproduksi wanita.
Mioma terdapat pada lebih dari 30% perempuan3. Sering ditemukan pada wanita usia reproduksi ( 20 – 25
%), kejadiannya lebih tinggi pada usia diatas 35 tahun, yaitu mendekati angka 40 %. Tingginya kejadian
mioma uteri antara usia 35 - 50 tahun, menunjukkan adanya hubungan mioma uteri dengan estrogen.
Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche dan menopause angka kejadian sekitar
10 %.. Di USA wanita kulit hitam 3-9 kali lebih tinggi menderita mioma uteri dibandingkan wanita
berkulit putih. Sedangkan di Afrika,wanita kulit hitam sedikit sekali menderita mioma uteri. Di Indonesia
angka kejadian mioma uteri ditemukan 2,39 % - 11,87 % dari semua penderita ginekologi yang dirawat.
Mioma uteri dapat menimbulkan gejala klinis berupa menorrhagia dan dismenore. Selain itu juga
dapat menimbulkan kompresi pasa traktus urinarius, sehingga dapat menimbulkan gangguan
berkemih maupun tidak dapat menahan berkemih.
Penatalaksanaan mioma uteri dapat dilakukan degan pemberian obat-obatan (medisinalis)
maupun secara operatif. Pemberian GnRH aalog merupakan terapi medisinalis yang bertujua
mengurangi gejala perdarahan yang terjadi dan mengurangi ukuran mioma. Sejak tahun 1946
Goodman, melaporkan terapi medikamentosa dengan pemberian hormon progesteron pada 7
wanita dengan mioma uteri, menyebabkan pengecilan ukuran mioma uteri. Peneliti Segaloff
tahun 1949 melaporkan gagal mengkonfirmasi fenomena ini. Pada tahun 1966 Goldzieher
mendemonstrasikan bahwa pertumbuhan mioma uteri dapat dihambat dengan pemberian dosis
besar progesteron. Coutinho mengobservasi pengecilan ukuran mioma dengan menggunakan anti
progestin gestrinon. Pada tahun 1983 De Cherney dan rekan-rekan mempresentasikan data awal
yang melaporkan bahwa terapi danazol dapat mengecilkan ukuran mioma uteri. Filicori dan
rekan-rekan tahun 1983 melaporkan bahwa pemakaian analog GnRH, untuk mengecilkan mioma
uteri. Pentalaksanaan operatif terhadap gejala-gejala yang timbul atau adanya pembesaran massa
mioma adaah histerektomi. Di Amerika Serikat, diperkirakan 600.00 histerektomi dilakukan tiap
tahunnya. Dengan semakin berkembangnya tekhnologi kedokteran, tindakan operatif pada
mioma uteri dapat dilakukan dengan bantuan alat laparoskopi maupun histeroskopi.
Definisi
Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi padat kenyal,
batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau multipel. Tumor ini juga
dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri, atau uterine fibroid. Mioma uteri
bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan dengan keganasan. Uterus miomatosus
adalah uterus yang ukurannya lebih besar daripada ukuran uterus yang normal yaitu antara 9-12
cm, dan dalam uterus itu sudah ada mioma uteri yang masih kecil.
Epidemiologi
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai
sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum
pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke, sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10%
mioma yang masih bertumbuh. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20 – 30% dari seluruh
wanita. Insidensnya meningkat seiring umur hingga hampir 40 % pada umur diatas 45 tahun,
jarang sekali ditemukan pada wanita berumur < 20 tahun. Beberapa penelitian USG menyatakan
adanya sedikitnya satu myoma kecil pada 51 % wanita. Penelitian lain menyatakan bahwa
sebanyak 3 dari 4 wanita memiliki myoma, tetapi kebanyakan tidak sadar karena tidak
menimbulkan tanda dan keluhan. Myoma yang menyebabkan masalah hanya satu dari empat
wanita yang memiliki myoma, tidak jarang dokter menemukan secara tidak sengaja selama
pemeriksaan dalam dan USG prenatal. Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39 – 11,7%
pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita
umur 35 – 45 tahun (kurang lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post
menopause. Wanita yang sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk
berkembangnya mioma ini dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya 1 kali
hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tak pernah hamil
atau hanya hamil 1 kali. Prevalensi meningkat apabila ditemukan riwayat keluarga, ras,
kegemukan dan nullipara.
Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri,
yaitu :
1. Umur
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada
wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis antara
35-45 tahun.
2. Paritas
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil, tetapi sampai saat
ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri
yang menyebabkan infertil, atau apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi.
3. Faktor ras dan genetic
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadiaan mioma uteri
tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat
keluarga ada yang menderita mioma.
4. Fungsi ovarium
Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma, dimana
mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang setelah kehamilan dan mengalami
regresi setelah menopause.
Etiologi
Mioma Uteri yang berasal dari sel otot polos miometrium, menurut teori onkogenik maka
patogenesa mioma uteri dibagi menjadi 2 faktor yaitu inisiator dan promotor. Faktor-faktor yang
menginisiasi pertumbuhan mioma uteri masih belum diketahui dengan pasti. Dari penelitian
menggunkan glucose-6-phosphatase dihydrogenase diketahui bahwa mioma berasal dari jaringan
yang uniseluler. Transformasi neoplastik dari miometrium menjadi mima melibatkan mutasi
somatik dari miometrium normal dan interaksi kompleks dari hormon steroid seks dan growth
factor lokal. Mutasi somatik ini merupakan peristiwa awal dalam proses pertumbuhan tumor.
Tidak didapatkan bukti bahwa hormon estrogen berperan sebagai penyebab mioma,
namun diketahui estrogen berpengaruh dalam pertumbuhan mioma. Mioma terdiri dari reseptor
estroge dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibanding dari miometrium sekitarnya namun
konsentrasinya lebih rendah dibanding endometrium. Hormon progesteron meningkatkan
aktifitas miotik dari mioma pada wanita muda namun mekanisme dan faktor pertumbuhan yang
terlibat tidak diketahui secara pasti. Progesteron memungkinkan pembesaran tumor dengan cara
down-regulation apoptosis dari tumor. Estrogen berperan dalam pembesaran tumor dengan
meningkatkan produksi matriks ekstraseluler.
Patofisiologi
Mioma merupakan monoclonal dengan tiap tumor merupakan hasil dari penggandaan
satu sel otot. Etiologi yang diajukan termasuk di dalamnya perkembangan dari sel otot uterus
atau arteri pada uterus, dari transformasi metaplastik sel jaringan ikat, dan dari sel-sel embrionik
sisa yang persisten. Penelitian terbaru telah mengidentifikasi sejumlah kecil gen yang mengalami
mutasi pada jaringan ikat tapi tidak pada sel miometrial normal. Penelitian menunjukkan bahwa
pada 40% penderita ditemukan aberasi kromosom yaitu t(12;14)(q15;q24).
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori genioblast. Percobaan
Lipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor
fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa
ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testoster. Pemberian agonis GnRH
dalam waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma. Efek
estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon mediasi oleh estrogen
terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor
progesteron, faktor pertumbuhan epidermal dan insulin like growth factor 1 yang distimulasi
oleh estrogen. Anderson dkk, telah mendemonstrasikan munculnya gen yang distimulasi oleh
estrogen lebih banyak pada mioma daripada miometrium normal dan mungkin penting pada
perkembangan mioma. Namun bukti-bukti masih kurang meyakinkan karena tumor ini tidak
mengalami regresi yang bermakna setelah menopause sebagaimana yang disangka. Lebih
daripada itu tumor ini kadang-kadang berkembang setelah menopause bahkan setelah
ooforektomi bilateral pada usia dini
Patologi Anatomi
Dari namanya, mioma uteri berasal dari
perkembangan otot polos dan jaringan ikat uterus.
Sering disebut dengan mioma karena dominan terdiri
dari jaringan otot, tetapi istilah fibromioma uteri lebih
tepat untuk mendeskripsikan struktur tersebut, karena
mioma uteri itu tersusun atas jaringan otot polos uterus
dan jaringan ikat.
Pada pembedahan mioma uteri tampak lebih
putih dari pada jaringan sekitarnya dan pada pemeriksaan mikroskopik tampak sel-sel otot polos
panjang yang tersusun seperti konde ( whorl like pattern ). Inti sel-sel juga panjang, dan sel-sel
bercampur dengan sel-sel jaringan ikat. Mioma dikelilingi oleh suatu pseudokapsul yang
memisahkannya dengan jaringan di sekitarnya. Arteri yang memberikan vaskularisasi pada
mioma uteri jumlahnya lebih sedikit jika dibandingkan dengan jaringan miometrium di
sekitarnya10.
Mioma uteri umumnya bersifat multiple,
berlobus yang tidak teratur maupun berbentuk
sferis. Mioma uteri biasanya berbatas jelas dengan
miometrium disekitarnya, sehingga pada tindakan
enukleasi mioma dapat dilepaskan dengan mudah
dari jaringan miometrium disekitarnya. Pada
pemeriksaan makroskopis dari potongan transversal
berwarna lebih pucat disbanding miometrium
disekelilingnya, halus, berbentuk lingkaran dan biasanya lebih keras disbanding jaringan sekitar,
dan terdapat pseudocapsule.
Klasifikasi mioma uteri
Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena.
Figure 2. Leiomyoma enucleated from a uterus. External surface on left; cut surface on right.
Available from Wikipedia . com
Figure 1.Uterine lipoleiomyoma, a type of leiomyoma. H&E stain.
1. Lokasi
Cervical (2,6%), umumnya tumbuh
ke arah vagina menyebabkan infeksi.
Isthmica (7,2%), lebih sering
menyebabkan nyeri dan gangguan
traktus urinarius.
Corporal (91%), merupakan lokasi
paling lazim, dan seringkali tanpa
gejala.
2. Lapisan Uterus
Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
Mioma Uteri Submukosa
Mioma submukosa dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui
saluran serviks disebut mioma geburt. Hal ini dapaat menyebabkan dismenore, namun
ketika telah dikeluarkan dari serviks dan menjadi nekrotik, akan memberikan gejala
pelepasan darah yang tidak regular dan dapat disalahartikan dengan kanker serviks. Dari
sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting dibandingkan
dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural walaupun
ditemukan cukup besar tetapi sering kali memberikan keluhan yang tidak berarti.
Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan
perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga sebagai terapinya
dilakukan histerektomi.
Mioma Uteri Subserosa
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula
sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan ke
arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan disebut sebagai mioma
intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai suatu
massa. Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium di sekitarnya
menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya
Figure 3. Jenis-jenis mioma uteri
tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga mioma akan terlepas dari uterus sebagai
massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis
parasitik.
Mioma Uteri Intramural
Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel apabila masih kecil tidak
merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol,
uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala
klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut
sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma subserosa dan kadang-kadang
sebagai mioma submukosa. Di dalam otot rahim dapat besar, padat (jaringan ikat
dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan). Secara makroskopis terlihat uterus
berbenjol-benjol dengan permukaan halus. Pada potongan, tampak tumor berwarna putih
dengan struktur mirip potongan daging ikan. Tumor berbatas tegas dan berbeda dengan
miometrium yang sehat, sehingga tumor mudah dilepaskan. Konsistensi kenyal, bila
terjadi degenerasi kistik maka konsistensi menjadi lunak.
Bila terjadi kalsifikasi maka konsistensi menjadi keras. Secara histologik tumor ditandai
oleh gambaran kelompok otot polos yang membentuk pusaran, meniru gambaran
kelompok sel otot polos miometrium. Fokus fibrosis, kalsifikasi, nekrosis iskemik dari sel
yang mati. Setelah menopause, sel-sel otot polos cenderung mengalami atrofi, ada
kalanya diganti oleh jaringan ikat. Pada mioma uteri dapat terjadi perubahan sekunder
yang sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian
darah pada sarang mioma. Perubahan ini terjadi secara sekunder dari atropi
postmenopausal, infeksi, perubahan dalam sirkulasi atau transformasi maligna.
Table 1. insidensi jenis- jenis mioma
Types Incidence
Subserous 64 (26%)
Intramural 45 (18%)
Intracavitary 5 (2.03%)
Sub-mucous 8 (3.2%)
Pedunculated
submucous
1 (0.40%)
Broad ligament 2 (0.81%)
Cervical 1 (0.40%)
Seedling Fibroids 65 (26.4%)
Multiple Fibroids 54 ( 21.9%)
Diunduh dari :
http://www.gghospital.in/Abnormal.htm
Gejala dan Tanda Klinis
Tanda dan gejala klinis dar mioma uteri hanya terjadi pada 35-50% pasien. Gejala yang
disebabkan oleh mioma uteri tergantung pada lokasi, ukuran dan jumlah mioma. Gejala dan
tanda yang paling sering adalah
a. Perdarahan uterus yang abnormal
Perdarahan uterus yang abnormal merupakan
gejala klinis yang paling sering terjadi dan paling
penting. Gejala ini terjadi pada 30 % pasien mioma
uteri . Wanita dengan mioma uteri mungkin akan
mengalami siklus perdarahan haid yang teratur dan
tidak teratur. Menorrhagia dan atau metrorrhagia
sering terjadi pada penderita mioma uteri. Perdarahan
abnormal ini dapat menyebabkan anemia defisiensi
besi.
Pada suatu penelitian yang mengevaluasi wanita dengan mioma uteri dengan atau tanpa
perdarahan abnormal, didapat data bahwa wanita dengan perdarahan abnormal secara bermaka
menderita mioma intramural (58% banding 13%) dan mioma submukosa (21% banding 1%)
dibanding dengan wanita penderita mioma uteri yang asimptomatik. Patofisiologi perdarahan