Top Banner
REFERAT KISTA OVARIUM Disusun oleh: Kelly Khesya 030.10.150 Pembimbing: dr. Eddi Junaidi, Sp.OG, SH, MKes 1
46

Mioma (Autosaved)

Feb 06, 2016

Download

Documents

ntadudul

cyst
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Mioma (Autosaved)

REFERAT

KISTA OVARIUM

Disusun oleh:

Kelly Khesya

030.10.150

Pembimbing:

dr. Eddi Junaidi, Sp.OG, SH, MKes

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA, JUNI 2015

1

Page 2: Mioma (Autosaved)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas setiap pimpinan dan pemeliharaanNya

sehingga penulis dapat menyelesaikan referat ini sebagai salah satu tugas dalam kepaniteraan

klinik bagian Ilmu Kebidanan dan Kandungan. Dalam penyusunan laporan ini, penulis sangat

menyadari keterbatasannya dan tanpa rekan-rekan sekalian, referat ini tidak akan

terselesaikan. Penulis sangat bersyukur untuk pembimbing yang sudah membantu

menyelesaikan referat ini, karena itu pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Dr. Eddi Junaidi Sp,OG, SH, MKes selaku pembimbing referat saya.

2. Rekan-rekan kepaniteraan klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan RSUD Budhi Asih,

atas bantuan dan dukungannya.

Penulis menyadari bahwa masih sangat banyak hal yang kurang dalam referat ini, untuk

itu penulis memohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangannya. Penulis tetap berharap

referat ini dapat berguna bagi masyarakat maupun bagi ilmu pengetahuan di bidang

kedokteran. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi memperoleh

hasil yang lebih baik di dalam penyempurnaan laporan ini. Semoga bermanfaat.

Jakarta, Juni 2015

Penulis

2

Page 3: Mioma (Autosaved)

LEMBAR PERSETUJUAN

Presentasi referat dengan judul

“KISTA OVARIUM”

Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing, sebagai syarat untuk menyelesaikan

kepaniteraan klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan di RSUD Budhi Asih periode 16 Maret

2015 sampai dengan 23 Mei 2015.

Jakarta, April 2015

dr. Eddi Junaidi, Sp.OG, SH, MKes

3

Page 4: Mioma (Autosaved)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................. 2

Lembar Persetujuan .......................................................................................................... 3

Daftar Isi ........................................................................................................................... 4

BAB I – PENDAHULUAN ............................................................................................ 5

BAB II – TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 6

A. Anatomi Organ Reproduksi Wanita................................................................. 6

B. Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita................................................................ 11

C. Definisi ............................................................................................................ 13

D. Epidemiologi ................................................................................................... 14

E. Etiologi ............................................................................................................. 14

F. Faktor Risiko .................................................................................................... 14

G. Patofisiologi ..................................................................................................... 15

H. Klasifikasi ........................................................................................................ 16

I. Kista Ovarium dan Kehamilan .......................................................................... 23

J. Diagnosis .......................................................................................................... 24

K. Diagnosis Banding .......................................................................................... 25

L. Terapi ............................................................................................................... 26

M. Komplikasi ...................................................................................................... 26

N. Prognosis ......................................................................................................... 27

BAB III – KESIMPULAN ............................................................................................. 28

Daftar Pustaka .................................................................................................................. 29

4

Page 5: Mioma (Autosaved)

BAB I

PENDAHULUAN

Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering

dijumpai pada masa reproduksinya. Sebagian besar kista terbentuk karena perubahan kadar

hormon yang terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan sel telur dari ovarium. Kista

ovarium merupakan benjolan yang membesar, seperti balon yang berisi cairan yang tumbuh

di indung telur. Kista tersebut disebut juga kista fungsional karena terbentuk selama siklus

menstruasi normal atau setelah telur dilepaskan sewaktu ovulasi. Kista akan mengkerut dan

menyusut setelah beberapa waktu (setelah 1-3 bulan).1 Kebanyakan kista tidak berbahaya tapi

beberapa dapat menyebabkan masalah seperti pecah, perdarahan, nyeri atau sampai harus

dilakukan tindakan pembedahan.

Angka kejadian kista ovarium di Indonesia belum diketahui pasti karena pencatatan

yang kurang baik, namun sebagai gambarannya, di RS Dharmais ditemukan kira0kira 30

penderita setiap tahun. Nasdaldy (2009) dalam penelitiannya mengatakan bahwa menurut

hasil penelitian di RS Cipto Mangunkusumo terdata pada tahun 2008 terdapat 428 kasus kista

endometriosis, 20% meninggal dunia dan 65% diantaranya adalah wanita karir yang telah

berumah tangga. Pada tahun 2009, terdapat 768 kasus, 25% diantaranya meninggal dan 70%

diantaranya adaah wanita karir yang berumah tangga.2

Meskipun 70-80% kasus kista ovarium akan menyusut dengan sendirinya, namun

kemungkinan untuk terjadinya keganasan masih ada. Pasien hamil dengan kista berdiameter

<6 cm memiliki resiko terjadi keganasan <1%, kebanyakan kista akan menysut dalam masa

16-20 minggu gestasi, dengan 96% menyusut dengan sendirinya.3 Pada pasien post

menopause dengan kista unilokular, keganasan berkembang 0,3% dari kasus. Pada kista

kompleks multiple, kemungkinan berkembang menjadi malignansi sebesar 36%.4

Tidak jarang tentang penegakkan diagnosis tidak dapat diperoleh kepastian sebelum

dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan analisis yang tajam dari gejala-

gejala yang ditemukan dapat membantu dalam pembuatan differensial diagnosis.

Pemeriksaan penunjang yang biasa digunakan adalah USG dan laparaskopi.

5

Page 6: Mioma (Autosaved)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Organ Reproduksi Wanita

1. Genitalia Eksterna5

Vulva (puksa) atau pudenda meliputi seluruh struktur eksternal yang dapat dilihat

mulai dari pubis sampai perineum, yaitu mons veneris, labia mayora, dan labia minora,

klitoris, selaput dara (hymen), vestibulum, muara uretra, berbagai kelenjar, dan struktur

vaskular.

Mons veneris atau mons pubis, disebut juga gunung venus, merupakan bagian yang

menonjol di bagian depan simfisis, terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat.

Setelah dewasa tertutup oleh rambut yang bentuknya segitiga. Pada perempuan umumnya

batas atas rambut melintang sampai pinggir atas simfisis, sedangkan batas bawah sampai ke

sekitar anus dan paha.

Labia mayora merupakan kelanjutan dari mons veneris, terdiri atas bagian kanan dan

kiri, berbentuk lonjong mengecil ke bawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa dnegan

yang ada di mons veneris. Ke bawah dan belakang, kedua labia mayora bertemu dan

membentuk kommisura posterior. Labia mayora analog dengan skrotum pada pria.

Ligamentum rotundum berakhir di batas atas labia mayora.

Labia minora (bibir kecil atau nymphae) merupakan lipatan di bagian dalam labia

mayora, tanpa rambut. Dibagian atas klitoris, labia minora bertemu membentuk prepusium

klitoris dan di bagian bawahnya bertemu membentuk frenulum klitoris, labia minora ini

mengelilingi orifisium vagina. Ke belakang kedua bibir kecil juga bersatu dan membentuk

fossa navikulare. Kulit yang meliputi bibir kecil banyak mengandung kalenjar sebasea, dan

juga ujung-ujung saraf yang menyebabkanbibir kecil sangat sensitif. Jaringan ikatnya

mengandung banyak pembuluh darah dan otot polos yang mengakibatkan bibir ini dapat

mengembang.

Klitoris merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil,

mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitif dan

analog dengan penis pada laki-laki.Klitoris berukuran kira-kira sebesar biji kacang hijau,

tertutup preputium kloridis dan terdiri atas glands klitoridism korpus klitoridism dan dua

krura yang menggantungkan klitoris ke os pubis. Glands klitoris terdiri atas jaringan yang

dapat mengembang, penuh dengan urat saraf, sehingga sangat sensitif.

6

Page 7: Mioma (Autosaved)

Vestibulum berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari depan ke belakang dan

dibatasi di depan oleh klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir kecil dan di belakang oleh

perineum. Kurang lebih 1-1,5 cm di bawah klitoris, ditemukan orifisium uretra eksternum

berbentuk membujur 4-5 mm dan tidak jarang sukar ditemukan oleh karena tertutup lipatan

selaput vagina. Di kanan dan kiri bawah lubang kemih, dapat dilihat dua ostia Skene. Saluran

Skene (duktus parauretral) analog dengan kalenjar prostat pria. Di kiri dan kanan bawah

dekat fossa navikulare, terdapat kalenjar Bartholin yang berdiameter kurang lebih 1 cm, di

bawah otot konstiktor kunni dan mempunyai saluran kecil panjang 1,5-2 cm yang bermuara d

vestibulum, tidak jauh dari fossa navikulare.

Bulbus Vestibuli sinistra et dextra merupakan pengumpulan vena terletak di bawah

selaput lendir vestibulum, dekat ramus ossis pubis. Panjangnya 3-4 cm, lebarnya 1-2 cm, dan

tebalnya 0,5-1 cm, mengandung banyak pembuluh darah, sebagian tertutup muskulus iskio

kavernosus dab muskulus konstriktor vagina.

Introitus vagina mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Pada virgo,

dilindungi oleh labia minor yang hanya dapat dilihat jika bibir kecil ini dibuka. Introitus

vagina ditutupi oleh hymen. Hiatus himenalis (lubang selaput dara) berukuran seujung jari

hingga yang mudah dilalui oleh dua jari.

Perineum terletak antara vulva dan vagina, panjang rata-rata 4 cm. Jaringan yang

mendukung perineum terutama ialah diafragma pelvis dan diafragma urogenitalis. Diafragma

pelvis terdiri atas otot levator ani dan otot koksigis posterior serta fasia yang menutupi kedua

otot ini. Diafragma urogenitalis terletak eksternal dari diafragma pelvis, yaitu di daerah

segitiga antara tuber isciadica dan simfisis pubis. Diafragma urogenitalis meliputi muskulus

transversus perinei profunda, otot konstriktor uretra dan fasia internal maupun eksternal yang

menutupinya. Perineum mendapat pasokan darah terutama dari arteri pudenda interna dan

cabang-cabangnya, persarafan perineum terutama oleh nervus pudenda dan cabangnya. Otot

levator ani kiri dan kanan bertemu di tengah diantara anus dan vagina yang diperkuat oleh

tendon sentral perineum. Di tempat ini bertemu otot bulbokavernosus, muskulus transversus,

perinei superfisialis, dan sfingter ani eksternal. Struktur ini membentuk perineal body yang

memberikan dukungan bagi perineum.

2. Genitalia Interna5

Vagian (liang senggama) merupakan penghubung antara introitus vagina dan vagina.

Arahnya sejajar dengan arah dari pinggir simfisis ke promontorium. Dinding depan dan

belakang berdekatan satu sama lain, masing-masing panjangnya antara 6-8 cm dan 7-10 cm.

7

Page 8: Mioma (Autosaved)

Bentuk vagina sebelah dalam berlipat, disebut rugae. Ditengahnya ada bagian yang lebih

keras disebut kolumna rugarum. Epitel vagina terdiri dari epitel gepeng yang tidak bertanduk,

dibawahnya terdapat jaringan ikat yang mengandung banyak pembuluh darah. Di bawah

jaringan ikat terdapat otot-otot dengan susunan yang sesuai dengan susunan otot usus. Bagian

dalamnya terdiri atas muskulus sirkularis dan bagian luarnya muskulus longitudinalis. Di

sebelah luar otot ini terdapat fasia , bagian atas vagina berasal dari duktus Mulleri sedangkan

bagian bawah dibentuk oleh sinus urogenitalis.

Uterus adalah suatu struktur otot yang cukup kuat, bagian luarnya ditutupi oleh

peritoneum sedangkan rongga dalamnya dilapisi oleh mukosa uterus. Dalam keadaan tidak

hamil, uterus terletak dalam rongga panggul kecil di antara kandung kemih dan dubur. Uterus

berbentuk seperti bola lampu pijar atau buah pear, besar uterus berbeda-beda, bergantung

pada usia dan pernah melahirkan anak atau belum. Ukurannya kira-kira sebesar telur ayam

kampung. Pada nulipara ukurannya 5,5-8 cm x 3,5-4 cm x 2-2,5 cm, multipara 9-9,5 cm x

5,5-6 cm x 3-3,5 cm. Beratnya 40-50 gram pada nulipara dan 60-70 gram pada multipara.

Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksi.

Uterus mempunyai rongga yang terdiri dari tiga bagian besar yaitu, badan uterus

(korpus uteri) berbentuk segitiga, leher uterus (serviks uteri) berbentuk silinder, dan rongga

uterus (kavum uteri). Bagian uterus antara kedua pangkal tuba, yang disebut fundus uteri,

merupakan bagian proksimal uterus. Korpus uteri merupakan bagian terbesar yang

mempunyai fungsi sebagai tempat janin berkembang. Rongga pada kavum uteri disebut

kavum uteri. Serviks uteri terdiri atas (1) pars vaginalis servisis uteri yag dinamakan porsio,

(2) pars supravaginalis servisis uteri yaitu bagian serviks yang berada di atas vagina. Saluran

dalam serviks dinamakan kanalis servikalis, berbentuk saluran tonjolan dengan panjang 2,5

cm. Saluran ini dilapisi kalenjar serviks, berbentuk sel torak bersilia dan berfungsi sebagai

reseptakulum seminis. Pintu saluran serviks sebelah dalam disebut ostium uteri internum, dan

pintu di vagina disebut ostium uteri eksternum.

Uterus terapung dalam rongga pelvis namun terfiksasi dengan baik oleh jaringan ikat

dan ligamen yang menyokong. Ligamen yang menfiksasi adalah sebagai berikut :

- Ligamentum kardinale Mackenrodt menghubungkan supravaginal dengan tulang pelvis,

dan merupakan tempat masuknya arteri uterina, serta dekat tempat menyilangnya ureter.

Berfungsi mempertahankan kedudukan rahim sehingga tetap pada posisinya. Terdiri atas

jaringan ikat tebal yang berjalan dari serviks dan puncak vagina ke arah lateral dinding

pelvis. Di dalamnya terdapat banyak pembuluh darah termasuk vena dan arteri uterina.

8

Page 9: Mioma (Autosaved)

- Ligamentum latum adalah lapisan longgar sehingga dapat mengikuti pembesaran

kehamilan. Merupakan pelipatan peritoneum di tepi lateral uterus, menuju pelvis sehingga

membagi ruangan pelvis menjadi bagian anterior dan posterior. 2/3 bagian tengahnya

menutupi mesosalping, yang mengandung tuba Fallopii, dan 1/3 bagian lateralnya

khususnya dari tepi bawah fimbriae tuba, terdapat penebalan menjadi ligamentum

infundibulopelvikum. Di bagian bawah dekat serviks terjadi penebalan menjadi satu

dengan jaringan ikat tulang pelvis menjadi ligamentum kardinale Mackenrodt.

- Ligamentum rotundum kiri dan kanan, yaitu ligamentum yang menahan uterus dalam

antefleksi, berada di bagian depan dan sedikit bawah insersio tuba Fallopii, ditutupi oleh

peritoneum parietale dan menjadi lanjutan ligamentum latum menuju kanalis inguinalis,

dan berakhir di ujung labium mayus. Besarnya sekitar 3-5 mm, karena kehamilan

ligamentum rotundum ikut mengalami hipertrofi panjang dan tebalnya.

- Ligamentum sakrouterina kiri dan kanan, yaitu ligamentum yang berfungsi menahan

uterus supaya tidak banyak bergerak. Terletak posterolateral supravaginal dan serviks

melingkari rektum menuju tulang sakrum S2 dan S3. Terdiri dari jaringan ikat dan otot

polos dan ditutupi oleh peritoneum, menjadi batas lateral kavum Douglas.

- Ligamentum infundibulo-pelvikum yaitu ligamentum yang menahan tuba fallopi. Berjalan

dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Di dalamnya ditemukan urat saraf, saluran limfe,

arteri dan vena ovarika.

Secara histologik dari dalam ke luar, uterus terdiri dari (1) endometrium di korpus

uteri dan endoserviks di serviks uteri; (2) otot-otot polos (miometrium) dan (3) lapisan serosa

(jaringan ikat dan mesotel), atau adventisia (jaringan ikat) dapat dijumpai di bagian luar yang

disebut perimetrium. Endometrium terdiri dari epitel kubik, kalenjar dan jaringan dengan

banyak pembuluh darah yang berkelok-kelok. Endometrium melapisi seluruh kavum uteri

dan mempunyai arti penting dalam siklus haid. Sel-sel epitel pelapisnya merupakan gabungan

selapis sel-sel silindris sekretoris dan sel bersilia. Epitel kelenjar uterus serupa dengan epitel

superfisial, namun sel bersilia jarang dijumpai di dalam kelenjar. Jaringan ikat lamina propria

kaya akan fibroblas dan mengandung banyak substansi dasar. Serat jaringan ikatnya terutama

berasal dari kolagen tipe III. Lapisan endometrium dapat dibagi menjadi 2 zona: 1) lapisan

basal yang paling dalam, dan berdekatan dengan miometrium; lapisan ini mengandung

lamina propria dan bagian awal kelenjar uterus, 2) lapisan fungsional mengandung sisa

lamina propria dan sisa kelenjar, selain epitel permukaan. Ketika lapisan fungsional

mengalami perubahan besar selama siklus menstruasi, lapisan basal hampir tak mengalami

perubahan. Miometrium adalah lapisan paling tebal di uterus, terdiri atas berkas-berkas

9

Page 10: Mioma (Autosaved)

serabut otot polos yang dipisahkan oleh jaringan ikat. Berkas otot polos ini membentuk 4

lapisan yang tidak berbatas tegas. Lapisan pertama dan keempat terutama terdiri atas serat

yang tersusun memanjang, yaitu sejajar dengan sumbu panjang organ. Lapisan tengah

mengandung pembuluh darah yang lebih besar. Selama kehamilan, miometrium akan

mengalami masa pertumbuhan pesat akibat adanya hiperplasia (bertambahnya jumlah sel otot

polos) dan hipertrofi (bertambahnya ukuran sel).

Saluran telur (tuba falopii) adalah saluran yang keluar dari kornu rahim kanan dan

kiri, panjangnya 12-13 cm, diameter -8 mm. Bagian luarnya diliputi oleh peritoneum visceral

yang merupakan bagian dari ligamentum latum. Bagian dalam saluran dilapisi silia, yaitu

rambut getar yang befungsi untuk menyalurkan telur dan hasil konsepsi. Saluran telur terdiri

dari empat bagian yaitu, pars interstisialis (intramuralis), pars isimika (bagian tengah saluran

telur yang sempit), pars ampularis (tempat pembuahan/konsepsi terjadi), dan infundibulum

(merupakan ujung tuba yang terbuka ke rongga perut). Fungi saluran telur adalah sebagai

saluran telur, menangkap dan membawa ovum yang dilepaskan oleh indung telur, dan tempat

terjadinya pembuahan (konsepsi/fertilisasi).

Indung telur (ovarium) terdapat dua indung telur, masing-masing di kanan dan di

kiri rahim, mesovarium menggantung ovarium di bagian belakang ligamentum latum kiri dan

kanan. Bentuknya seperti buah almond, sebesar ibu jari tangan (jempol) berukuran 2,5-5 cm x

1,5-2 cm x 0,6-1 cm. Indung telur ini posisinya ditunjang oleh mesovarium, liga ovarika, dan

liga infundibulopelvikum. Strukturnya ovarium terdiri dari (1) kulit (korteks) atau zona

parenkimatosa yang terdiri dari tunika albuginea (epitel berbentuk kubik), jaringan ikat di

sela-sela jaringan lain, stroma (folikel primordial, dan folikel de Graaf), dan sel-sel Warthard,

dan (2) medulla, bagian di sebelah dalam korteks tempat terdapatnya stroma dengan

pembuluh darah, serabut saraf dan sedikit otot polos. Diperkirakan pada perempuan terdapat

kira-kira 100000 folikel primer. Tiap bulan akan keluar satu atau dua folikel yang kemudian

akan berkembang menjadi folikel Graaf. Folikel-folikel ini terletak pada korteks ovari.

Folikel De Graaf yang matang terdiri dari ovum (suatu sel besar dengan diameter 0,1 mm

yang mempunyai nukleus dengan anyaman kromatin yang jelas sekali dan satu nukleolus),

stratum granulosum (terdiri atas sel granulosa, yakni sel bulat kecil dengan inti jelas pada

pewarnaan dan mengelilingi ovum) , teka interna (lapisan yang melingkari stratum

granulosum dengan sel-sel lebih kecil daripada sel granulosa) dan teka interna (diluar teka

interna yang terbentuk oleh stroma ovarium yang terdesak). Ovarium diperdarahi oleh arteri

ovarika kanan dan kiri yang merupakan cabang dari aorta desendens. Vena sebagai drainase

mengikuti perjalanan arteri ovarica sebagai vena ovarika kanan dan kiri.

10

Page 11: Mioma (Autosaved)

B. Fisiologi Reproduksi Wanita6,7

Manusia merupakan spesies yang mempunyai siklus reproduksi bulanan, atau setiap

28. Siklus haid terjadi sebagai akibat pertumbuhan dan pengelupasan lapisan endometrium

uterus. Setelah ovulasi, pertumbuhan endometrium terhenti, kalenjar atau glandula menjadi

lebih aktif atau fase sekresi. Perubahan endometrium dikontrol oleh ovarium. Ovarium

berfungsi menghasilkan ovum dan mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron. Estrogen

pada wanita bertanggungjawab untuk berbagai fungsi, yaitu pematangan dan pemeliharaan

seluruh sistem reproduksi wanita serta pembentukan karakteristik seks sekunder wanita.

Progesteron penting untuk mempersiapkan lingkungan yang sesuai untuk janin yang sedang

tumbuh, termasuk mempersiapkan endometrium.4 Rata-rata siklus 28 hari dan terdiri atas (1)

fase folikular, (2)ovulasi dan (3) pasca ovulasi atau fase luteal. Siklus normal karena (1)

adanya hypotalamus-pituitary-ovarian endocrine axis, (2) adanya respon folikel dalam

ovarium dan (3) fungsi uterus.

Pematangan folikel dan ovulasi dikontrol oleh hypotalamus-pituitary-ovarian

endocrine axis. Hipotalamus memacu kalenjar hipofisis dengan mensekresi gonadotropin-

releasing hormone (GnRh) suatu deka-peptide yang disekresi secara pulsatil oleh

hipotalamus. GnRh memacu sintesis dan pelepasan follicle-stimulating hormone (FSH) dan

luteinizing hormone (LH), FSH adalah hormon glikoprotein yang memacu pemtangan folikel

selama fase folikular dari siklus. FSH juga membantu LH memacu sekresi hormon steroid

terutama estrogen oleh sel granulosa dari folikel matang. LH juga ikut dalam steroidegenesis

dalam folikel dan berperan penting dalam ovulasi yang bergantung pada mid-cycle dari LH.

Produksi progesteron oleh korpus luteum juga dipengaruhi oleh LH.

Siklus Ovarium

1. Fase Folikular

Pada awal fase (hari 1-8), kadar LH dan FSH relatif tinggi dan memacu

perkembangan 10-20 folikel dengan satu folikel dominan. Relatif tingginya LH dan FSH

merupakan trigger turunnya estrogen dan progesteron pada akhir siklus. Pada saat ukuran

folikel meningkat (hari 9-14), lokalisasi cairan tampak sekitar sel granulosa dan menjadi

konfluen, memberikan peningkatan pengisian cairan di ruang sentral (antrum) yang

merupakan transformasi folikel primer menjadi folikel Graaf, di mana oosit menempati posisi

eksentrik, dikelilingi oleh 2 sampai 3 lapis sel granulosa yang disebut kumulus oofurus.

Perubahan hormon berhubungan dengan pematangan folikel : kenaikan progresif dari

produksi estrogen oleh sel granulosa dari folikel yang berkembang. Kadar estrogen yang

11

Page 12: Mioma (Autosaved)

meningkat, pelepasan GnRh ditekan guna mencegah hiperstimulasi dari ovarium dan

pematangan banyak folikel.

2. Fase Ovulasi

Ovulasi adalah pembesaran folikel secara cepat yang diikuti dengan protrusi dari

permukaan korteks ovarium dan pecahnya folikel dengan ekstrusinya oosit yang di tempeli

oleh kumulus ooforus. Perubahan hormon : estrogen meningkatkan sekresi LH (melalui

hipotalamus) mengakibatkan meningkatnya produksi androgen dan estrogen. Segera sebelum

ovulasi (hari 14), terjadi penurunan kadar estradiol yang cepat dan peningkatan produksi

progesteron.

3. Fase Luteal

Fase luteal terjadi pada hari ke 15-28 dimana folikel yang telah ruptur membentuk

korpus luteum (proses luteinisasi) yang menghasilkan progesteron dan estradiol. Jika tidak

terjadi kehamilan maka korpus luteum menjadi korpus albikans. Pada fase ini, kadar GnRh

mencapai nadir dan tetap rendah sampai terjadi regresi korpus luteum pada hari ke 26-28.

Jika terjadi konsepsi dan implantasi, korpus luteum tidak regresi karena dipertahankan oleh

GnRh yang dihasilkan trofoblas. Jika tidak terjadi, maka korpus akan regresi dan terjadilah

haid. Setelah kadar steroid turun, diikuti peningkatan GnRh untuk siklus berikutnya.

Siklus Uterus

Dengan diproduksinya hormon steroid oleh ovarium secara siklik akan menginduksi

perubahan pada uterus yang melibatkan endometrium dan mukosa serviks.

Endometrium terdiri dari 2 lapis yaitu lapisan superfisial yang mengelupas saat haid

dan lapisan basal yang tidak ikut dalam proses haid, namun ikut dalam regenerasi lapisan

superfisial untuk siklus berikutnya. Fase proliferasi. Selama fase folikular di ovarium,

endometrium di bawah pengaruh estrogen. Pada fase sekretoris, yaitu setelah ovulasi,

progesteron menginduksi perubahan sekresi endometrium.

Fase Haid. Normal fase luteal selama 14 hari, pada akhr fase ini terjadi regresi korpus

luteum karena penurunan estrogen dan progesteron ovarium. Penurunan ini diikuti oleh

kontraksi sporadik intens dari bagian arteri spiralis lalu endometrium menjadi iskemik dan

nekrosis, terjadi pengelupasan lapisan superfisial endometrium dan terjadilah perdarahan.

Mukus serviks. Pada perempuan terdapat kontinuitas langsung antara alat genitalia

bagian bawah dan kavum peritonei yang berkaitan dengan akses sperma menuju ovum dan

fertilisasi dalam tuba fallopi. Mukus serviks sendiri berfungsi sebagai barrie selama siklus

haid berkaitan dengan resiko infeksi ascendens. Pada awal fase folikular mukus viskus dan

impermeable. Pada akhir fase folikular, estrogen meningkt memacu perubahan komposisi

12

Page 13: Mioma (Autosaved)

mukus, kadar air meningkat secara progresif sehingga mucus banyak mengandung air.

Setelah ovulasi, progesteron diproduksi oleh korpus luteum menyebabkan mukus kembali

menjadi impermeabel.

C. Definisi Kista Ovarium

Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur

yang dibungkus oleh semacam semacam selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari

ovarium.

Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal, folikel de graff atau

korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan dari epithelium ovarium

(Dorland,2002).

Sifat Kista :

1. Kista Fisiologis

Sesuai siklus menstruasi, di ovarium timbul folikel dan folikelnya berkembang, dan

gambaranya seperti kista. Biasanya kista tersebut berukuran dibawah 4 cm, dapat dideteksi

dengan menggunakan pemeriksaan USG, dan dalam 3 bulan akan hilang. Jadi ,kista yang

bersifat fisiologis tidak perlu operasi, karena tidak berbahaya dan tidak menyebabkan

keganasan, tetapi perlu diamati apakah kista tersebut mengalami pembesaran atau tidak. Kista

yang bersifat fisiologis ini dialami oleh orang di usia reproduksi karena masih mengalami

menstruasi. Biasanya kista fisiologis tidak menimbulkan nyeri pada saat haid. Beberapa jenis

kista fisiologis diantaranya adalah kista korpus luteal, kista folikular, kista teka-lutein.8

2. Kista Patologis

Pada kista patologis, pembesaran bisa terjadi relatif cepat, yang kadang tidak disadari

penderita. Karena, kista tersebut sering muncul tanpa gejala seperti penyakit umumnya.

Gejala gejala seperti perut yang agak membuncit serta bagian bawah perut yang terasa tidak

enak biasanya baru dirasakan saat ukuranya sudah cukup besar. Jika sudah demikian biasanya

perlu dilakukan tindakan pengangkatan melalui proses laparoskopi.9,10

Ada lagi jenis kista abnormal pada ovarium. Jenis ini ada yang bersifat jinak dan

ganas. Bersifat jinak jika bisa berupa spot dan benjolan yang tidak menyebar. Meski jinak

13

Page 14: Mioma (Autosaved)

kista ini dapat berubah menjadi ganas. Tetapi sampai saat ini, belum diketahui dengan pasti

penyebab perubahan sifat tersebut. Kista ganas yang mengarah ke kanker biasanya bersekat

sekat dan dinding sel tebal dan tidak teratur. Tidak seperti kista fisiologis yang hanya berisi

cairan, kista abnormal memperlihatkan campuran cairan dan jaringan solid dan dapat bersifat

ganas.

D. Epidemiologi

Kista ovarium sering ditemukan pada pemeriksaan sonogram transvaginal pada

wanita pre-menopause dan 18% pada wanita post-menopause (satu atau lebih folikel Graaf

berkembang pada setiap siklus menstruasi, yang muncul sebagai kista pada gambaran).11,12,13

kebanyakan kista ini merupakan kista fisiologis dan tidak ganas. Insiden karsinoma ovarium

berkisar 15 kasus dari 100000 wanita per tahunnya. Di United State, karsinoma ovarium

didiagnosa pada lebih dari 21000 wanita, dan menyebabkan 14600 kematian.14 sebagian besar

kasus keganasan merupakan kistadenokarsinoma epitel ovarium.

Kistadenokarsinoma epitel ovarium merupakan satu-satunya kista ovarium yang

berkaitan dengan ras. Wanita Eropa dan North America lebih banyak terkena dibandingkan

dengan wanita Asia, Afrika dan Amerika latin. Insiden paling rendah pada wanita Vietnam,

Cina dan Korean.15 kista ovarium fisiologis umumnya terjadi pada wanita usia reproduktif,

dan jarang saat setelah menopause. Kista luteal terjadi setelah ovulasi pada wanita usia

reproduktif. Sebagian besar kista neoplastik terjadi pada usia reproduktif.

E. Etiologi

Penyebab terjadinya kista ovarium adalah disfungsi Axis Hipotalamus-Pituitari-

Ovarium, dimana terjadi perubahan mekanisme feedback dari estrogen pada hipotalamus-

pituitari dapat menyebabkan penyimpangan pelepasan GnRH/LH dan pembentukan kista

F. Faktor Risiko

Pengobatan infertilitas

Pasien dalam pengobatan infertilitas dengan induksi ovulasi menggunakan

gonadotropin atau agen lain, seperti clomiphene citrate atau letrozole, memiliki resiko kista

ovarium sebagai akibat dari sindrom stimulasi berlebihan.

Tamoxifen

Tamoxifen (antagonis estrogen) dapat menyebabkan kista ovarium fungsional

yang biasanya akan menghilang seiring dengan diberhentikannya pengobatan.

14

Page 15: Mioma (Autosaved)

Kehamilan

Pada wanita hamil, kista dapat terbentuk pada trimester ke dua dimana kadar hCG

mencapai puncaknya. 16

Hipotiroidisme

Hipotiroid dapat memicu pertumbuhan kista ovarium akibat adanya kesamaan antara

subunit alfa dari thyroid-stimulating hormone (TSH) dengan hCG. 17

Gonadotropin maternal

Efek transplasenta dari gonadotropin selama masa hamil dapat menyebabkan

perkembangan kista ovarum pada fetus. 18

Merokok

Merokok mempengaruhi hormon gonadotropin, hormon ovarium dan fungsi ovarium.

Merokok mempengaruhi level gonadotropin, yang dipercaya menyebabkan perkembangan

kista. Dibandingkan dengan yang bukan perokok, perokok mempunyai level LH lebih rendah

dan FSH yang lebih tinggi.19

Ligasi tuba

Hal ini berkaitan dengan sindrom post ligasi di mana terjadi disfungsi pada ovarium.20

G. Patofisiologi 21

Disfungsi ovarium seperti pada kasus kista sering terjadi pada masa post-partum

ketika terjadi transisi dari kondisi non-cyclic selama kehamilan menuju masa siklus. Secara

umum teori yang sudah diterima bahwa kista ovarium terjadi karena disfungsi axis

hipotalamus-pituitari-ovarium. Disfungsi ini dapat disebabkan oleh beberapa etiologi, seperti

genetik, fenotif dan faktor lingkungan. Selain defek pada axis, hal ini juga dapat disebabkan

oleh defek primer pada ovarium tersebut atau keduanya.

Disfungsi Axis Hipotalamus-Pituitari-Ovarium

Teori ini mengatakan bahwa terjadi perubahan pelepasan LH, LH pre-ovulasi juga

tidak ada, kekurangan yang cukup besar atau pematangan folikel dominan pada saat yang

salah, menyebabkan terbentuknya kista. Pelepasan LH yang menyimpang ini nampaknya

bukan disebabkan oleh jumlah GnRh yang lebih sedikit pada hipotalamus, atau akibat dari

penurunan jumlah reseptor GnRh atau LH di pituitari. Perubahan mekanisme feedback dari

estrogen pada hipotalamus-pituitari dapat menyebabkan penyimpangan pelepasan GnRH/LH

dan pembentukan kista. Pelepasan GnRH/LH besar-besaran terjadi selama pertumbuhan

folikel, ketika tidak ada folikel yang mampu melakukan ovulasi, sehingga hipotalamus

menjadi tidak responsif terhadap efek timbal balik dari oestradiol yang akan menghasilkan

15

Page 16: Mioma (Autosaved)

kista. Untuk mengembalikan mekanisme feedback ini, hipotalamus perlu mengekspos

proogesteron.

Perubahan mekanisme timbal balik dan pelepasan GnRH/LH dapat menjadi faktor

yang mengganggu pada tingkat hipotalamus-pituitari. Konsentrasi progesteron suprabasal

menghalangi LH, menginhibisi ovulasi, namun meningkatkan frekuensi LH-pulse. Hal ini

menyebabkan tidak terjadinya ovulasi, folikel persisten membesar, masa hidup lebih lama,

dan peningkatan kadar oestradiol perifer. Selain peran progesteron dalam patogenesis, faktor

seperti stres, infeksi intrauterin juga dipertimbangkan sebagaoi faktor resiko kista.

Disfungsi Ovarium atau Folikel

Disfungsi primer pada folikel dapat mengganggu axis Hipotalamus-Pituitari-Ovarium.

Mulanya, perubahan pada ekspresi reseptor LH dapat menyebabkan tidak terjadinya ovulasi.

Faktor lain yang telah diteliti berkaitan dengan reseptor β oestradio (ER- β). Pada tikus,

reseptor ini penting untuk perkembangan folikel, meningkatkan ekspresi mRNA reseptor LH,

dan enzim steroidogenik spesifik.

Selain itu, matrix metalloproteinase (MMP) juga berkaitan dengan pembentukan

kista. MMP berperan pada remodeling dinding folikel dan ruptur folikel pada saat ovulasi.

MMP merupakan bentuk aktif dari proMMP yang diaktivasi oleh LH. Kadar proMMP-2 dan

9 yang tinggi ditemukan pada cairan folikel kista dibandingkan dengan cairan folikel pada

folikel dominan.

H. Klasifikasi 22,23,24,25

1. Kista ovarium non-neoplastik (fungsionil)

a. Kista Follikel

    Kista ini berasal dari follikel yang menjadi besar semasa proses atresia folliculi.

Setiap bulan sejumlah besar follikel menjadi mati, disertai kematian ovum, disusul dengan

degenerasi dari epitel follikel. Pada masa ini tampaknya sebagai kista-kista kecil. Tidak

jarang ruangan follikel diisi dengan cairan yang banyak, sehingga terbentuklah kista yang

besar, yang dapat ditemukan pada pemeriksaan klinis. Biasanya besarnya tidak melebihi

sebuah jeruk. Sering terjadi pada pubertas, climacterium, dan sesudah salpingektomi.

16

Page 17: Mioma (Autosaved)

Gejala-gejala

Kista jenis ini tidak memberikan gejala yang karakteristik, bahkan kadang-kadang

tidak menunjukkan gejala-gejala apapun. Bila mencapai ukuran yang cukup besar, kista

tersebut dapat memberikan rasa penuh dan tidak enak pada daerah yang dikenai. Seperti pada

semua tumor ovarii dapat menyebabkan torsi. Kadang-kadang walaupun jarang, dapat terjadi

rupture spontan, dengan disertai tanda-tanda perdarahan intra abdominal sehingga gambaran

klinisnya dapat menyerupai suatu kehamilan ektopik yang terganggu. Yang paling sering

terjadi ialah cairan kista tersebut mengalami resorpsi secara spontan setelah satu atau dua

siklus.

Terapi

Biasanya tak memerlukan terapi karena mengalami resorpsi spontan. Bila harus

diadakan operasi oleh karena adanya salah satu gangguan klinis atau oleh karena indikasi

lain, sebaiknya tindakannya disesuaikan dengan keadaan. Bila kista kecil dapat dilakukan

punksi atau eksisi saja. Bila besar sebaiknya di enucleasi dengan meninggalkan jaringan

ovarium yang normal.

b. Kista Lutein

Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang di luar kehamilan. Kista lutein

yang sesungguhnya, umumnya berasal dari corpus luteum haematoma. Perdarahan ke dalam

ruang corpus selalu terjadi pada masa vaskularisasi. Bila perdarahan ini sangat banyak

jumlahnya, terjadilah corpus luteum haematoma, yang berdinding tipis dan berwarna

kekuning-kuningan. Secara perlahan-lahan terjadi resorpsi dari unsur-unsur darah, sehingga

akhirnya tinggallah cairan yang jernih, atau sedikit bercampur darah. Pada saat yang sama

dibentuklah jaringan fibroblast pada bagian dalam lapisan lutein sehingga pada kista corpus

lutein yang tua, sel-sel lutein terbenam dalam jaringan-jaringan perut.

Gejala-gejala

Pada beberapa kasus sering menyerupai kehamilan ektopik. Haid kadang-kadang

terlambat, diikuti dengan perdarahan sedikit yang terus menerus, disertai rasa sakit pada

bagian perut bawah. Pada pemeriksaan klinis ditemukan benjolan yang sakit. Ada yang

menganggap kista ini sebagai korpus luteum persistens, dimana oleh sesuatu sebab tidak

terjadi regresi. Suatu jenis yang jarang dari kista lutein ialah yang ditemukan pada mola

hydatidosa atau chorio epithelioma. Dalam beberapa kasus dari jenis ini, dindingnya dibentuk

17

Page 18: Mioma (Autosaved)

oleh sel granulose yang mengalami luteinisasi, tetapi pada umumnya kista dibntuk oleh sel

theca lutein dan jaringan ikat.

c. Stein Levental ovary         

Biasanya kedua ovarium membesar dan bersifat polykistik, permukaan rata, berwarna

keabu-abuan dan berdinding tebal. Pada pemeriksaan mikroskopis akan tampak tunica yang

tebal dan fibrotik. Dibawahnya tampak follikel dalam bermacam-macam stadium, tetapi tidak

ditemukan corpus luteum. Secara klinis memberikan gejala yang disebut Stein-Leventhal

Syndrom, yaitu yang terdiri dari hirsutisme, sterilitas, obesitas dan oligomenorrhoe.

Kecenderungan virilisasi mungkin disebabkan hyperplasi dari tunica interna yang

menghasilkan zat androgenic. Kelainan ini merupakan penyakit herediter yang autosomal

dominant.

d. Germinal inclusion cyst

Terjadi oleh karena invaginasi dari epitel germinal dari ovarium. Biasanya terjadi

pada wanita tua. Tidak pernah memberi gejala-gejala yang berarti.

e. Kista endometrial

Kista ini terdapat pada endometriosis yang berlokasi di ovarium yang disebut sebagai

kista endometrial atau kista coklat. Dalam ovarium berukuran kecil sampai sebesar tinju yang

berisi darah sampai coklat.

Darah tersebut dapat keluar sedikit-sedikit karena luka pada dinding kista yang dapat

menyebabkan perlengketan antara permukaan ovarium dengan uterus. Kadang dapat mengalir

dalam jumlah yang banyak ke dalam rongga peritoneum dan menimbulkan akut abdomen.

2. Kista ovarium yang neoplastik atau proliferatif

a. Kistoma ovarii simpleks

Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali

bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di dalam kista jernih, serus,

dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel kubik. Berhubung dengan

adanya tangkai, dapat terjadi torsi (putaran tangkai) dengan gejala-gejala mendadak. Diduga

bahwa kista ini suatu jenis kistadenoma serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya

berhubung dengan tekanan cairan dalam kista. Terapi terdiri atas pengangkatan kista dengan

18

Page 19: Mioma (Autosaved)

reseksi ovarium, akan tetapi jaringan yang dikeluarkan harus segera diperiksa secara

histologik untuk mengetahui apakah ada keganasan.

b. Kistadenoma Ovarii Musinosum

Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Menurut Meyer, ia mungkin berasal dari

suatu teratoma di mana dalam pertumbuhannya, satu elemen mengalahkan elemen-elemen

lain. Ada penulis yang berpendapat bahwa tumor berasal dari lapisan germinativum, sedang

penulis lain menduga tumor ini mempunyai asal yang sama dengan tumor Brenner.

Gejala

      Tumor lazimnya berbentuk multilokuler; oleh karena itu, permukaan berbagala

(lobulated). Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran yang amat besar. Pada tumor yang besar

tidak lagi dapat ditemukan jaringan ovarium yang normal. Tumor biasanya unilateral, akan

tetapi dapat juga ditemui yang bilateral.

Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai; kadang-kadang dapat terjadi torsi

yang mengakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini dapat menyebabkan perdarahan dalam

kista dan perubahan degeneratif, yang memudahkan timbulnya perlekatan kista dengan

omentum, usus-usus dan peritoneum parietale.

Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan; yang terakhir ini

khususnya bila terjadi perdarahan atau perubahan degeneratif di dalam kista. Pada

pembukaan terdapat cairan lendir yang khas, kental seperti gelatin, melekat dan berwarna

kuning sampai coklat tergantung dari percampurannya dengan darah.

Pada pemeriksaan mikroskopik tampak dinding kista dilapisi oleh epitel torak tinggi

dengan inti pada dasar sel; terdapat di antaranya sel-sel yang membundar karena terisi lendir

(goblet cells). Sel-sel epitel yang terdapat dalam satu lapisan mempunyai potensi untuk

tumbuh seperti struktur kelenjar: kelenjar-kelenjar menjadi kista-kista baru, yang

menyebabkan kista menjadi multilokuler. Jika terjadi sobekan pada dinding kista, maka sel-

sel epitel dapat tersebar pada permukaan peritoneum rongga perut, dan dengan sekresinya

menyebabkan pseudomiksoma peritonei. Akibat pseudomiksoma peritonei ialah timbulnya

penyakit menahun dengan musin terus bertambah dan menyebabkan banyak perlekatan.

Akhirnya, penderita meninggal karena ileus dan atau inanisi. Pada kista kadang-kadang dapat

ditemukan daerah padat, dan pertumbuhan papiler. Tempat-tempat tersebut perlu diteliti

19

Page 20: Mioma (Autosaved)

dengan seksama oleh karena di situ dapat ditemukan tanda-tanda ganas. Keganasan ini

terdapat dalam kira-kira 5-10% dari kistadenoma musinosum.

Penanganan

Penanganan terdiri atas pengangkatan tumor. Jika pada operasi tumor sudah cukup

besar sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal, biasanya dilakukan

pengangkatan ovarium beserta tuba (salpingo-ooforektomi). Pada waktu mengangkat kista

sedapat-dapatnya diusahakan mengangkatnya in toto tanpa mengadakan pungsi dahulu, untuk

mencegah timbulnya pseudomiksoma peritonei karena tercecernya isi kista. Jika berhubung

dengan besarnya kista perlu dilakukan pungsi untuk mengecilkan tumor, lubang pungsi harus

ditutup dengan rapi sebelum mengeluarkan tumor dari rongga perut. Setelah kista diangkat,

harus dilakukan pemeriksaan histologik di tempat-tempat yang mencurigakan terhadap

kemungkinan keganasan. Waktu operasi, ovarium yang lain perlu diperiksa pula.

c. Kistadenoma Ovarii Serosum

Pada umumnya para penulis berpendapat bahwa kista ini berasal dari epitel

permukaan ovarium (germinal epithelium).

Gejala

Pada umumnya kista jenis ini tak mencapai ukuran yang amat besar dibandingkan

dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin, akan tetapi dapat pula

berrbagala karena kista serosum pun dapat berbentuk multilokuler, meskipun lazimnya

berongga satu. Warna kista putih keabu-abuan. Ciri khas kista ini adalah potensi

pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista sebesar 50%, dan keluar pada permukaan kista

sebesar 5%. Isi kista cair, kuning, dan kadang-kadang coklat karena campuran darah. Tidak

jarang kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler (solid

papilloma). Pada umumnya dapat dikatakan bahwa tidak mungkin membedakan gambaran

makroskopik kistadenoma serosum papiliferum yang ganas dari yang jinak, bahkan

pemeriksaan mikroskopik pun tidak selalu memberi kepastian. Pada pemeriksaan

mikroskopik terdapat dinding kista yang dilapisi oleh epitel kubik atau epitel torak yang

rendah, dengan sitoplasma eosinofil dan inti sel yang besar dan gelap warnanya. Karena

tumor ini barasal dari epitel permukaan ovarium (germinal ephithelium), maka bentuk epitel

pada papil dapat beraneka ragam tetapi sebagian besar epitelnya terdiri atas epitel bulu getar,

seperti epitel tuba.

20

Page 21: Mioma (Autosaved)

Pada jaringan papiler dapat ditemukan pengendapan kalsium dalam stromanya yang

dinamakan psamoma. Adanya psamoma biasanya menunjukkan bahwa kista adalah

kistadenoma ovarii serosum papilliferum, tetapi tidak bahwa tumor itu ganas. Apabila

ditemukan pertumbuhan papilifer, proliferasi dan stratifikasi epitel, serta anaplasia dan

mitosis pada sel-sel, kistadenoma serosum secara mikroskopik digolongkan kedalam

kelompok tumor ganas. Akan tetapi, garis pemisah antara kistadenoma ovarii papiliferum

yang jelas ganas kadang-kadang sukar ditentukan. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan

bahwa potensi keganasan yang dilaporkan sangat berbeda-beda. Walaupun demikian, dapat

dikatakan bahwa 30% - 35% dari kistadenoma serosum mengalami perubahan keganasan.

Bila pada suatu kasus terdapat implantasi pada peritoneum disertai dengan asites, maka

prognosis penyakit itu kurang baik, meskipun diagnosis histopatologis pertumbuhan itu

mungkin jinak (histopatologically benign). Klinis kasus tersebut menurut pengalaman harus

dianggap sebagai neoplasma ovarium yang ganas (clinically malignant).

Terapi

Terapi pada umumnya sama seperti pada kistadenoma musinosum. Hanya, berhubung

dengan lebih besarnya kemungkinan keganasan, perlu dilakukan pemeriksaan yang teliti

terhadap tumor yang dikeluarkan. Bahkan kadang-kadang perlu diperiksa sediaan yang

dibekukan (frozen section) pada saat operasi, untuk menentukan tindakan selanjutnya pada

waktu operasi.

d. Kista Endometrioid

Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada dinding dalam terdapat

satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium. Kista ini, yang ditemukan

oleh Sartesson dalam tahun 1969, tidak ada hubungannya dengan endometriosis ovarii.

e. Kista Dermoid

Sebenarnya kista dermoid ialah satu teratoma kistik yang jinak dimana struktur-

struktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epitel kulit, rambut, gigi dan

produk glandula sebasea berwarna putih kuning menyerupai lemak nampak lebih menonjol

daripada elemen-elemen entoderm dan mesoderm. Tentang histogenesis kista dermoid, teori

yang paling banyak dianut ialah bahwa tumor berasal dari sel telur melalui proses

partenogenesis.

21

Page 22: Mioma (Autosaved)

Gejala

Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista dermoid. Dinding kista kelihatan putih,

keabu-abuan, dan agak tipis. Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, di bagian lain padat.

Sepintas lalu kelihatan seperti kista berongga satu, akan tetapi bila dibelah, biasanya nampak

satu kista besar dengan ruangan kecil-kecil dalam dindingnya. Pada umumnya terdapat satu

daerah pada dinding bagian dalam yang menonjol dan padat.

Tumor mengandung elemen-elemen ektodermal, mesodermal dan entodermal. Maka

dapat ditemukan kulit, rambut, kelenjar sebasea, gigi (ektodermal), tulang rawan, serat otot

jaringan ikat (mesodermal), dan mukosa traktus gastrointestinalis, epitel saluran pernapasan,

dan jaringan tiroid (entodermal). Bahan yang terdapat dalam rongga kista ialah produk dari

kelenjar sebasea berupa massa lembek seperti lemak, bercampur dengan rambut. Rambut ini

terdapat beberapa serat saja, tetapi dapat pula merupakan gelondongan seperti konde.

Pada kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai dengan gejala nyeri mendadak di perut

bagian bawah. Ada kemungkinan pula terjadinya sobekan dinding kista dengan akibat

pengeluaran isi kista dalam rongga peritoneum. Perubahan keganasan agak jarang, kira-kira

dalam 1,5% dari semua kista dermoid, dan biasanya pada wanita lewat menopause. Yang

tersering adalah karsinoma epidermoid yang tumbuh dari salah satu elemen ektodermal. Ada

kemungkina pula bahwa satu elemen tumbuh lebih cepat dan menyebabkan terjadinya tumor

yang khas.

Termasuk di sini:

1. Struma ovarium

Tumor ini terutama terdiri atas jaringan tiroid, dan kadang-kadang dapat

menyebabkan hipertiroidi. Antara 1960 dan 1964 di RS. Dr. Soetomo Surabaya pernah

ditemukan 5 kasus struma ovarium, semuanay tak berfungsi dan tidak ganas. Hariadi selam 5

tahun (1963-1968) menemukan 3 kasus struma ovarium (= 0,5%), Djaswadi selam 10 tahun

(1965-1974) hanya mencatat satu kasus (= 0,5%); sedangkan Gunawan selama 3 tahun

(1974-1977) melaporkan satu kasus (= 0,2%).

2. Kistadenoma ovarii musinosum dan kistadenoma ovarii serosum

Kista-kista dapat dianggap sebagai adenoma yang bertasal dari satu elemen dari

epitelium germinativum.

22

Page 23: Mioma (Autosaved)

3. Koriokarsinoma

Tumor ganas ini jarang ditemukan dan untuk diagosis harus dibuktikan adanya

hormon koriogonadotropin.

I. Kista Ovarium dan Kehamilan26

Kista ovarium pada kehamilan dapat menyebabkan nyeri perut akut karena terpuntir

atau ruptur. Kista ovarium paling sering ditemukan terpuntir atau ruptur pada kehamilan

trimester pertama. Apabila pada pemeriksaan kehamilan rutin didapatkan kista, maka

penanganan adalah sebagai berikut :

Jika ukuran kista lebih dari 10 cm dan asimptomatik : jika terdeteksi pada

trimester pertama, maka dilakukan observasi pertumbuhannya atau komplikasi.

Jika pada trimester kedua, lakukan pengangkatan dengan laparatomi untuk

mencegah komplikasi.

Jika ukuran kista antara 5-10 cm, follow up, laparatomi dilakukan jika ukuran

tidak mengecil atau membesar.

Jika ukuran kurang dari 5 cm, pada umumnya akan menghilang dan tidak

memerlukan penanganan.

1. Ruptur kista

Insiden kista ovarium yang ruptur dalam kehamilan bervariasi, sekitar 1:81 sampai

1:1000.

Diagnosis : biasanya ada riwayat trauma ringan seperti jatuh, hubungan seksual, atau

pemeriksaan vaginal. Ruptur juga dapat terjadi spontan. Ibu merasa nyeri perut bagian bawah

tiba-tiba, nyeri perut akut/tanda rangsangan peritoneum. Pemeriksaan darah sering

menunjukkan kadar hemoglobin yang menurun, sonografi menunjukkan adanya cairan bebas

pada cavum douglasi.

Pengelolahan : laparatomi, dengan meninggalkan jaringan ovarium sebanyak

mungkin.

2. Torsi Kista

Kasus torsi kista jarang terjadi, insiden pada remaja lebih sering, dan kehamilan

merupakan faktor predisposisi terjadinya torsi kista (20% pada kehamilan, terutama trimester

23

Page 24: Mioma (Autosaved)

pertama). Kista torsi kebanyakan adalah kista dermoid dan bagian kanan lebih sering

mengalami torsi (3:2).

Diagnosis : nyeri perut akut bagian bawah, berat, kolik, unilateral dan nyeri panggul,

terdapat mual dan muntah, demam ringan, teraba massa pada perut bagian bawah yang nyeri

tekan. Jika terdapat nekrosis adneksa akan didapatkan demam tinggi dan leukositosis.

Sonografi menunjukkan adanya kista ovarium.

Penanganan : operatif dilakukan untuk memperbaiki puntiran dan meninggalkan

ovarium yang baik. Jika didapati nekrosis adneksa, lakukan salpingo-ooforektomi. Bila

terjadi torsi parsial, lakukan perbaikan puntiran, konservatif, kistektomi, dan tinggalkan

ovarium yang baik.

J. Diagnosis

1. Ultrasonografi (USG)

Alat peraba (transducer) digunakan untuk memastikan keberadaan kista, membantu

mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista cairan atau padat. Kista berisi cairan

cenderung lebih jinak, kista berisi material padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.

Dari gambaran USG dapat terlihat:

a. Akan terlihat sebagai struktur kistik yang bulat (kadang-kadang oval) dan terlihat

sangat echolucent dengan dinding yang tipis/tegas/licin, dan di tepi belakang kista nampak

bayangan echo yang lebih putih dari dinding depannya.

b. Kista ini dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta) atau multilokuler (bersepta).

c. Bintik-bintik echo yang halus-halus (internal echoes) di dalam kista yang berasal

dari elemen-elemen darah di dalam kista.

Gambar 1. Kista pada USG

24

Page 25: Mioma (Autosaved)

2. Pemeriksaan Lab

Pemeriksaan lab dapat berguna sebagai screening maupun diagnosis apakah tumor

tersebut bersifat jinak atau ganas. Berikut pemeriksaan yang umum dilakukan untuk

mendiagnosis kista ovarium.

Pemeriksaan Beta-HCG Pemeriksaan ini digunakan untuk screening awal apakah

wanita tersebut hamil atau tidak.

Pemeriksaan Darah Lengkap Untuk sebuah penyakit keganasan, dapat diperkirakan

melalui LED. Parameter lain seperti leukosit, HB, HT juga dapat membantu pemeriksa

menilai keadaan pasien. Hb dan hematokrit dapat digunakan untuk evaluasi anemia yang

dapat disebabkan oleh perdarahan akut, sel darah putih dapat juga meningkat bukan hanya

pada keadaan komplikasi kista ovarium (terutama torsi), namun juga pada infeksi, kondisi

patologis abdomen seperti apendisitis.

Urinalisis Urinalisis penting untuk mencari apakah ada kemungkinan lain dari

kondisi nyeri pada abdomen atau pelvis, baik batu saluran kemih, atau infeksi dan untuk

menyingkirkan diagnosis banding.

Kadar hormon (seperti estradiol, LH, FSH)

Pemeriksaan Tumor Marker Tumor marker spesifik pada

keganasan ovarium adalah CA125. CEA juga dapat diperiksa, namun CEA kurang spesifik

karena marker ini juga mewakili keganasan kolorektal, uterus dan ovarium.

3. Pemeriksaan Patologi Anatomi

Merupakan pemeriksaan untuk memastikan tingkat keganasan dari tumor ovarium.

Pemeriksaan ini biasanya dilakukan bersama dengan proses operasi, kemudian sampel

difiksasi dan diperiksa dibawah mikroskop.

K. Diagnosis Banding27

Selama pemeriksaan, sangat penting bahwa penyebab nyeri perut atau nyeri panggul

yang berhubungan dengan morbiditas yang tinggi harus dikecualikan sebelum kista ovarium

didiagnosis. Hal ini termasuk mengesampingkan masalah emergency ginekologi dan urologi

pada perempuan seperti kehamilan ektopik, torsi ovarium, atau bahkan abses tubo-ovarium,

serta penyebab perut nyeri perut bagian bawah seperti radang usus buntu. Berikut adalah

diagnosis banding yang mungkin :

Salpingitis akut : biasanya terjadi pada awal kehamilan sampai minggu ke 10

kehamilan, penyebabnya dapat infeksi gonokokus atau infeksi pada abortus tertinggal

25

Page 26: Mioma (Autosaved)

(inkomplet). Nyeri biasanya terasa pada kedua fosa iliaka dan terus-menerus, disertai

demam dan nyeri tekan perut, serta takikardi.

Kehamilan ektopik terganggu : nyeri perut disertai perdarahan dengan darah warna

coklat kehitaman, dengan jumlah sedikit. Nyeri perut biasanya pada satu sisi, sejalan

dengan beratnya perdarahan intraabdomen, nyeri dapat meluas ke seluruh pelvis.

Appendisitis akut : peradangan pada appendix dengan gejala nyeri perut yng bergeser

ke proksimal dan lateral sesuai pertambahan usia kehamilan, disertai anoreksia, mual,

muntah, diare/konstipasi, dan demam. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan

leukositosis.

L. Terapi

1. Observasi dan Manajemen Gejala

Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau) selama 1-2

bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan sendirinya setelah satu atau dua

siklus haid. Tindakan ini diambil jika tidak curiga ganas. Apabila terdapat nyeri, maka dapat

diberikan obat-obatan simptomatik seperti penghilang nyeri NSAID.

2. Operasi

Jika kista membesar, maka dilakukan tindakan pembedahan, yakni dilakukan

pengambilan kista dengan tindakan laparoskopi atau laparotomi. Biasanya kista yang ganas

tumbuh dengan cepat dan pasien mengalami penurunan berat badan yang signifikan. Akan

tetapi kepastian suatu kista itu bersifat jinak atau ganas jika telah dilakukan pemeriksaan

Patologi Anatomi setelah dilakukan pengangkatan kista itu sendiri melalui operasi. Biasanya

untuk laparoskopi diperbolehkan pulang pada hari ke-3 atau ke-4, sedangkan untuk

laparotomi diperbolehkan pulang pada hari ke-8 atau ke-9.

Indikasi umum operasi pada tumor ovarium melalu screening USG umumnya

dilakukan apabila besar tumor melebihi 5cm baik dengan gejala maupun tanpa gejala. Hal

tersebut diikuti dengan pemeriksaan patologi anatomi untuk memastikan keganasan sel dari

tumor tersebut.

M. Prognosis

Prognosis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak tersebut dapat tumbuh di jaringan

sisa ovarium atau di ovarium kontralateral, namun 70-80% kista folikular menyembuh

26

Page 27: Mioma (Autosaved)

dengan sendirinya. Apabila sudah dilakukan operasi, angka kejadian kista berulang cukup

kecil yaitu 13%.

Pada pasien hamil dengan kista berdiameter < 6 cm memiliki resiko malignansi <1 %.

Sebagian besar kista ini meyembuh dalam usia gestasi 16-20 minggu.28 Pada pasien

postmenopause dengan kista tanpa sekat, kemungkinan menjadi ganas sebesar 0.3%. Pada

kista multiloculated dan komples, resiko malignansi menjadi 36%. Jika didapatkan kanker,

maka penyebaran regional atau jauh dapat terjadi pada 70% kasus dan hanya 25% kasus yang

tetap pada stadium I.29

Kematian disebabkan karena karsinoma ovari ganas berhubungan dengan stadium

saat terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan ini sering ditemukan sudah

dalam stadium akhir. Angka harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata 41.6%. Pada kelompok

yang berbeda dengan tumor yang kurang agresif dan potensial malignansi kecil, memiliki

angka harapan hidup dalam 5 tahun sebesar 86.2% .30

27

Page 28: Mioma (Autosaved)

BAB III

KESIMPULAN

Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering

dijumpai pada masa reproduksinya. Sebagian besar kista terbentuk karena perubahan kadar

hormon yang terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan sel telur dari ovarium. Kista

ovarium merupakan benjolan yang membesar, seperti balon yang berisi cairan yang tumbuh

di indung telur. Meskipun 70-80% kasus kista ovarium akan menyusut dengan sendirinya,

namun kemungkinan untuk terjadinya keganasan masih ada sehingga setiap pasien dengan

kista ovarium harus menjalani follow up untuk mengetahui perkembangan kista dan

menentukan langkah selanjutnya.

28

Page 29: Mioma (Autosaved)

DAFTAR PUSTAKA

1. Yatim,F, 2005. Penyakit Kandungan. Jakarta : Penerbit Pustaka Populer Obor.2. Triyanto, Endang, 2009. Hubungan Antara Dukungan Suami Dengan Tingkat Stres

Istri yang Menderita Kista Ovarium di Purwokerto. Jurnal Keperawatan Jendral Soedirman Purwokerto. Volume 4, No.2 Juli 2009

3. McDonald JM, Modesitt SC. The incidental postmenopausal adnexal mass. Clin Obstet Gynecol. Sep 2006;49(3):506-16.

4. Giuntoli RL 2nd, Vang RS, Bristow RE. Evaluation and management of adnexal masses during pregnancy.Clin Obstet Gynecol. Sep 2006;49(3):492-505.

5. Anwar A, Baziad A, Prabowo P. Ilmu Kandungan. 3rd ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2011.

6. Sherwood L. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. 6nd ed. Jakarta: EGC; 2010.7. Wiknjosastro, H. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo; 1999.8. Medscape Reference , Ovarium Anatomy, Available at

http://emedicine.medscape.com/article/1949171-overview#aw2aab6b39. Wiknjosastro H. Buku Ilmu Kandungan Edisi 2., editor: Saifuddin A.B,dkk. Jakarta:

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.1999: 13-1410. Sjamsuhidayat, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, l 1027; Jakarta, 199811. Bottomley C, Bourne T. Diagnosis and management of ovarian cyst accidents. Best

Pract Res Clin Obstet Gynaecol. Oct 2009;23(5):711-24.12. Schmeler KM, Mayo-Smith WW, Peipert JF, Weitzen S, Manuel MD, Gordinier ME.

Adnexal masses in pregnancy: surgery compared with observation. Obstet Gynecol. May 2005;105(5 Pt 1):1098-103.

13. McDonald JM, Modesitt SC. The incidental postmenopausal adnexal mass. Clin Obstet Gynecol. Sep 2006;49(3):506-16.

14. American Cancer Society. Cancer Facts and Figures 2009. Estimated New Cancer Cases and Deaths by Sex, US, 2009. American Cancer Society. 

15. Miller BA, Kolonel LN, Bernstein L, et al. Racial/Ethnic Patterns of Cancer in the United States 1988-1992. Bethesda, Md: National Cancer Institute; 1996

16. Stany MP, Hamilton CA. Benign disorders of the ovary. Obstet Gynecol Clin North Am. Jun 2008;35(2):271-84

17. Schmeler KM, Mayo-Smith WW, Peipert JF, Weitzen S, Manuel MD, Gordinier ME. Adnexal masses in pregnancy: surgery compared with observation. Obstet Gynecol. May 2005;105(5 Pt 1):1098-103.

18. Heling KS, Chaoui R, Kirchmair F, Stadie S, Bollmann R. Fetal ovarian cysts: prenatal diagnosis, management and postnatal outcome. Ultrasound Obstet Gynecol. Jul 2002;20(1):47-50.

19. Holt VL, Cushing-Haugen KL, Daling JR. Risk of functional ovarian cyst: effects of smoking and marijuana use according to body mass index. Am J Epidemiol. Mar 15 2005;161(6):520-5. [Medline].

20. Holt VL, Cushing-Haugen KL, Daling JR. Oral contraceptives, tubal sterilization, and functional ovarian cyst risk. Obstet Gynecol. Aug 2003;102(2):252-8. 

21. Vanholder T, Opsomer G, Kruif AD. Aetiology and pathogenesis of cystic ovarian follicles in dairy cattle: a review. Department of Reproduction, Obstetrics and Herd Health, Faculty of Veterinary Medicine, Ghent University. Reprod. Nutr. Dev. 46 (2006) 105–119

29

Page 30: Mioma (Autosaved)

22. Wiknjosastro H. Buku Ilmu Kandungan Edisi 2., editor: Saifuddin A.B,dkk. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.1999: 13-14

23. Sjamsuhidayat, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, l 1027; Jakarta, 199824. Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta: Media

Aesculapius. 2000.25. Schorge et al. William’s Gynecology [Digital E-Book] Gynecologic Oncology

Section. Ovarian Tumors and Cancer. McGraw-Hills..200826. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan : Nyeri Perut Akut pada Kehamilan.Edisi 4.

Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2003 : 664-666. 27. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan : Nyeri Perut Akut pada Kehamilan.Edisi 4.

Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2003 : 660-664. 28. Giuntoli RL 2nd, Vang RS, Bristow RE. Evaluation and management of adnexal

masses during pregnancy.Clin Obstet Gynecol. Sep 2006;49(3):492-505. 29. McDonald JM, Modesitt SC. The incidental postmenopausal adnexal mass. Clin

Obstet Gynecol. Sep 2006;49(3):506-16. 30. Glanc P, Salem S, Farine D. Adnexal masses in the pregnant patient: a diagnostic and

management challenge. Ultrasound Q. Dec 2008;24(4):225-40

30