Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minuman berkarbonasi sering dikonsumsi oleh masyarakat. Minuman berkarbonasi terdiri dari Carbonated water (air soda), Bahan pemanis, Bahan perasa, Asam, Kafein dan Pewarna (Australian Beverages Council, 2004). Minuman berkarbonasi mempunyai efek samping pada kesehatan yang masyarakat sering abaikan. Salah satunya dalam kesehatan gigi yaitu pada demineralisasi enamel. Enamel terdiri dari bahan anorganik (mineral) dan organik. Sekitar 90% bahan enamel pada manusia dewasa adalah bahan anorganik. Sisanya 4% dari substansinya adalah matriks organik (framework) dan air. Enamel adalah jaringan terkeras dari tubuh, kandungan mineral yang jauh melebihi kandungan mineral dentin (70%), dari sementum (50%), atau tulang (50%) (Melfi and Alley, 2000). Sedangkan demineralisasi merupakan proses hilangnya ion-ion mineral dari enamel gigi. Kandungan mineral utama dari enamel adalah hydroxyapatite (HA) yang terdiri dari Ca 10 (PO 4 ) 6 (OH) 2 . Sejumlah ion mineral dapat hilang dari hidroksiapatit tanpa merusak integritas 1
21

minuman berkarbonasi

Oct 28, 2015

Download

Documents

makalah minuman berkarbonasi terhadap gigi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: minuman berkarbonasi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minuman berkarbonasi sering dikonsumsi oleh masyarakat. Minuman

berkarbonasi terdiri dari Carbonated water (air soda), Bahan pemanis, Bahan

perasa, Asam, Kafein dan Pewarna (Australian Beverages Council, 2004).

Minuman berkarbonasi mempunyai efek samping pada kesehatan yang

masyarakat sering abaikan. Salah satunya dalam kesehatan gigi yaitu pada

demineralisasi enamel.

Enamel terdiri dari bahan anorganik (mineral) dan organik. Sekitar 90% bahan

enamel pada manusia dewasa adalah bahan anorganik. Sisanya 4% dari

substansinya adalah matriks organik (framework) dan air. Enamel adalah jaringan

terkeras dari tubuh, kandungan mineral yang jauh melebihi kandungan mineral

dentin (70%), dari sementum (50%), atau tulang (50%) (Melfi and Alley, 2000).

Sedangkan demineralisasi merupakan proses hilangnya ion-ion mineral dari

enamel gigi. Kandungan mineral utama dari enamel adalah hydroxyapatite (HA)

yang terdiri dari Ca10(PO4)6(OH)2. Sejumlah ion mineral dapat hilang dari

hidroksiapatit tanpa merusak integritas strukturalnya. Enamel yang

terdemineralisasi lebih peka terhadap panas, dingin, tekanan, serta rasa sakit

dibanding enamel normal (Fitriafnida,2008).

1.2 Rumusan Masalah

Apakah efek minuman berkarbonasi terhadap demineralisasi enamel?

1.3 Tujuan Penulisan

Mengetahui efek minuman berkarbonasi terhadap demineralisasi enamel.

1

Page 2: minuman berkarbonasi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Enamel

Enamel terdiri dari bahan anorganik (mineral) dan organik. Sekitar 90%

bahan enamel pada manusia dewasa adalah bahan anorganik. Sisanya 4% dari

substansinya adalah matriks organik (framework) dan air. Enamel adalah jaringan

terkeras dari tubuh, kandungan mineral yang jauh melebihi kandungan mineral

dentin (70%), dari sementum (50%), atau tulang (50%) (Melfi and Alley, 2000).

Enamel mengandung jutaan rod atau prisma yang berjalan dari

dentinoenamel junction menuju permukaan gigi. Prisma tersebut diperkirakan

berdiameter 4 - 7 μm pada gigi sulung dan 6 – 8 μm pada gigi permanen. Di

antara setiap prisma terdapat matriks protein. Selama pembentukan mahkota,

matriks organik hampir selalu terlibat dalam menentukan ukuran dan orientasi

kristal. Materi organik yang mengelilingi kristal dan mengisi ruangan yang ada di

antara kristal-kristal tersebut adalah enamelin. Enamelin adalah protein

bermolekul tinggi yang terdiri dari asam aspartat, serin, glisin, prolin, dan asam

glutamat. Protein ini terus menetap pada email yang telah dewasa (Fitriafnida,

2008).

2.1.1 Struktur Enamel

Enamel Rod (Prisma Enamel)

2

Page 3: minuman berkarbonasi

Struktur dasar email adalah enamel rod atau prisma email yang berjalan

tegak lurus terhadap dentino enamel junction (DEJ). Bentuk penampang

melintang prisma email adalah seperti lubang kunci dengan bagian kepala

(cylindrical shaped rod) dan daerah interprisma (interrod). Pada prisma email,

terdapat kristal – kristal apatit. Kristal – kristal apatit yang terdapat pada

pertengahan kepala prisma email berjalan paralel atau sejajar terhadap sumbu

longitudinal prisma tersebut. Arah susunan kristal yang berbeda pada bagian

kepala dan interprismatik email menyebabkan perbedaan kelarutan kristal email

terhadap asam. Asam (ion H+

) yang datang pada yang sejajar dengan sumbu

kristal akan lebih mudah melakukan substitusi ion OH yang terletak pada sumbu

kristal HA, dibandingkan apabila datang dari arah tegak lurus sisi panjang kristal

(Melfi and Alley, 2000).

Figure 1 Batang enamel dari permukaan enamel dengan etsa asam, diambil dengan SEM (http://www.iob.uio.no)

Striae of Retzius (Garis Retzius)

3

Page 4: minuman berkarbonasi

Garis Retzius adalah garis pertumbuhan incremental email. Secara

longitudinal terlihat sebagai pita-pita gelap yang merefleksikan bidang berbentuk

email yang berturut-turut. Secara melintang terlihat seperti cincin konsentris.

Struktur dari garis Retzius ini masih belum jelas. Garis ini terlihat secara jelas

pada gigi permanen, tetapi kurang jelas pada gigi susu setelah lahir dan jarang

pada gigi susu sebelum lahir (Fitriafnida, 2008).

Figure 2 Retzius dan Dentino Enamel Junction (Fitriafnida, 2008)

Bands of Hunter-Schreger (Garis Hunter-Schreger)

Garis yang terlihat sebagai garis terang gelap ini merupakan fenomena

optis yang disebabkan pergantian arah batang (Fitriafnida, 2008).

2.1.2 Proses pembentukan enamel

Proses pembentukan enamel dikenal dengan sebutan Amelogenesis.

Amelogenesis sebenarnya dimulai setelah awal pembentukan dentin, tapi lebih

mudah untuk mempertimbangkan bangunan kontur enamel gigi lebih dulu. Ada

lima tahapan dalam siklus kehidupan ameloblast yang penting : (UOP, 2006)

1. Sebelum diferensiasi odontoblasts, sel-sel epitel enamel bagian dalam

berproliferasi untuk membentuk bentuk dasar gigi, yaitu mereka membentuk

kontur dentinoenamel junction. Pada akhir tahap ini mereka menjadi pasca-

mitotik, berakhir dengan sel yang terdiferensiasi (ameloblasts).

2. Diferensiasi ameloblast dimulai dengan pemanjangan sel-sel epitel enamel

dalam, dan reorientasi organel intraseluler. Kebanyakan sel epitel yang

terpolarisasi, mereka memiliki ujung basal yang duduk di membran basal dan

4

Page 5: minuman berkarbonasi

akhir apikal yang terlibat dalam sekresi, penyerapan dll. Seperti sel-sel epitel

enamel bagian dalam berdiferensiasi ke preameloblasts, 'kutub sekretorik' yang

diorientasikan terhadap membran basal, yaitu menuju DEJ. Proses ini disebut

'repolarisasi'.

3. Dengan pembentukan dan mineralisasi dentin, para preameloblasts menjadi

sepenuhnya terdiferensiasi sekretorik ameloblasts dan mereka mulai

mengeluarkan enamel matriks. Diferensiasi ameloblasts dimulai di ujung cusp dan

incisal edge, dan hasil bawah puncak lereng ke leher rahim mahkota. Enamel

pembentukan matriks terjadi pada siklus diurnal, dengan sekitar 4μm enamel

terbentuk setiap hari, dan matriks segera termineralisasi menjadi sekitar 30%

mineral dari berat. Setiap ameloblast sekretorik terus mensintesis matriks sampai

seluruh ketebalan enamel itu diprogram untuk mensekresi terbentuk.

4. Setelah sintesis dan sekresi matriks telah selesai, sekretorik ameloblast

berdiferensiasi menjadi 'maturasi ameloblast'. Pematangan ameloblast

bertanggung jawab atas mineralisasi lanjutan enamel untuk akhirnya kekerasan,

sekitar 96% mineral dari berat. Maturasi ameloblast sebenarnya siklus antara dua

bentuk morfologi yang berbeda, yang disebut ameloblasts ruffle-ended dan

ameloblasts smooth-ended.

5. Ketika proses maturasi sudah selesai, ameloblasts berdiferensiasi, dan bersama-

sama dengan sisa-sisa stratum intermedium, retikulum stellatte dan enamel epitel

bagian luar, bentukan tersebut mengalami penurunan enamel epithelium.

2.1.3 Proses demineralisasi enamel

Demineralisasi merupakan proses hilangnya ion-ion mineral dari enamel

gigi. Kandungan mineral utama dari enamel adalah hydroxyapatite (HA) yang

terdiri dari Ca10(PO4)6(OH)2. Sejumlah ion mineral dapat hilang dari

hidroksiapatit tanpa merusak integritas strukturalnya. Enamel yang

terdemineralisasi lebih peka terhadap panas, dingin, tekanan, serta rasa sakit

dibanding enamel normal (Fitriafnida,2008).

Pada lingkungan netral, HA seimbang dengan lingkungan saliva yang

5

Page 6: minuman berkarbonasi

tersaturasi dengan ion Ca2+

dan PO43-

. HA reaktif terhadap ion hidrogen dengan

pH ≤ 5.5 yang merupakan pH kritis untuk HA. H+

bereaksi dengan kelompok

fosfat dalam lingkungan saliva yang dekat dengan permukaan kristal secara cepat.

Proses itu dapat dideskripsikan sebagai konversi PO43-

menjadi HPO42-

dengan

tambahan H+

dan pada waktu yang sama H+

disangga (mengalami buffering).

HPO42-

kemudian tidak dapat berkontribusi terhadap keseimbangan HA normal

sehingga kristal HA larut. Hal ini disebut dengan demineralisasi (McIntyre, 2005).

Reaksi demineralisasi dapat diuraikan sebagai berikut:

8H+

+ (Ca10(PO4)6(OH)2) -

6(HPO4) + 10Ca2+

+ 2H2O

Perubahan morfologis pasca demineralisasi yang dilihat menggunakan

SEM menunjukkan pembesaran jalur interkristalin. Kehilangan mineral setelah

serangan inisial karies berasal dari area interprismatik dan sekeliling prisma

(Fitriafnida, 2008).

2.2. Minuman Berkarbonasi

2.2.1. Kandungan minuman berkarbonasi

Jenis-jenis kandungan yang terdapat dalam soft drink menurut Australian

Beverages Council (2004), meliputi antara lain:

1. Carbonated water (air soda)

Air soda merupakan kandungan utama yang terdapat dalam soft drink yaitu

sekitar 86%. Air soda berperan sebagai salah satu sumber air pada tubuh

manusia. Di dalam air soda, terdapat kandungan gas berupa karbon dioksida

(CO2).

2. Bahan pemanis

6

Page 7: minuman berkarbonasi

Rasa manis yang terdapat dalam soft drink dapat berasal dari sukrosa atau

pemanis buatan. Sukrosa merupakan perpaduan antara fruktosa dan glukosa

yang termasuk dalam karbohidrat. Jumlah sukrosa yang terdapat dalam soft

drink sekitar 10%. Pemanis buatan yang sering dipakai dalam soft drink ialah

aspartam. Aspartam dibentuk dari perpaduan asam aspartat dengan fenilalanin

dan bersifat 200 kali lebih manis dari gula sehingga hanya sedikit jumlah

aspartam yang terkandung dalam soft drink.

3. Bahan perasa

Bahan perasa terdiri dari bahan perasa alami dan bahan perasa buatan. Bahan

perasa alami berasal dari buah-buahan, sayuran, kacang, daun, tanaman

herbal, dan bahan alami lainnya. Bahan perasa buatan digunakan agar soft

drink memberi rasa yang lebih baik.

4. Asam

Asam berperan dalam menambah kesegaran dan kualitas pada soft drink.

Asam yang dipergunakan yaitu asam sitrat dan asam fosfor.

5. Kafein

Kafein berperan dalam meningkatkan rasa yang terkandung dalam soft drink.

Kafein yang terkandung dalam soft drink berjumlah 1⁄4 sampai1⁄3 dari jumlah

kafein yang terkandung dalam kopi.

6. Pewarna

Pewarna bersamaan dengan gas CO2 merupakan bagian dari karakteristik soft

drink. Pewarna terdiri dari pewarna alami dan pewarna buatan yang dapat

digunakan.

2.2.2. Efek minuman berkarbonasi secara umum

1. Terkena asam urat di jari kaki

7

Page 8: minuman berkarbonasi

Studi dari University of British Columbia menyatakan, hanya perlu dua

porsi atau lebih dari minuman soda per hari untuk menyebabkan asam urat di

kaki. Penyebabnya adalah kandungan fruktosa yang dapat meningkatkan asam

urat. Pria peminum soda lebih tinggi mengalami risiko ini hingga 85 persen

dibanding wanita (Haris and Tambunan, 2009).

2. Mengeroposkan tulang

Konsumsi soft drink meningkat yang diikuti dengan penurunan konsumsi

susu menyebabkan seseorang dapat mengalami penurunan asupan kalsium. Hal ini

meningkatkan resiko terjadinya osteoporosis, terutama perempuan dan mengarah

pada kejadian fraktur tulang (Jacobson, 2008).

3.Merapuhkan gigi

Soda dapat mengikis lapisan enamel gigi dengan kandungan asam sitrat

yang dimilikinya. Zat ini cukup asam. Studi yang dimuat Journal British Dental

mengungkapkan, empat porsi soda per hari meningkatkan pengikisan pada gigi

hingga 252 persen. Ini bisa menyebabkan gigi sensitif dan sakit (Fitriafnida,

2008).

4. Diabetes

Konsumsi makanan dan minuman yang mengandung fruktosa memiliki

sejumlah kecil insulin dibandingkan dengan asupan karbohidrat. Pada penelitian

hewan, konsumsi fruktosa dapat menimbulkan resistensi insulin, impaired glucose

tolerance, hiperinsulinemia, hipertriasilgliserolemia, dan hipertensi (Wolff dan

Dansinger, 2008). Keadaan-keadaan ini dapat menyebabkan timbulnya diabetes.

Diabetes ialah suatu sindrom kronik terjadinya gangguan metabolisme

karbohidrat, lemak, dan protein akibat ketidakcukupan sekresi insulin atau

resistensi insulin pada jaringan yang dituju (Dorland, 2002).

8

Page 9: minuman berkarbonasi

Dalam suatu studi yang melibatkan 91249 wanita dan dilakukan selama

delapan tahun, terjadi peningkatan dua kali lipat penyakit diabetes pada mereka

yang mengonsumsi satu atau lebih soft drink per hari dibandingkan dengan yang

mengonsumsi kurang dari satu soft drink per bulan (Vartanian et al, 2007).

5. Memicu kanker pankreas

Minum dua porsi soda per hari meningkatkan risiko kanker pankreas

hingga dua kali lipat. Ini adalah jenis kanker yang sulit diobati. Efek saat pankreas

bermasalah adalah pankreas gagal memroduksi insulin yang bisa membakar

kelebihan gula pada tubuh. Jika sudah begini, penyakit akan merembet ke diabetes

tipe 2 dan kemungkinan komplikasi penyakit lainnya. Faktor tinggi gula diduga

kuat menjadi penyebab masalah di pankreas (Mueller, 2010).

6. Kelebihan Berat Badan (Overweight) dan Obesitas

Overweight merupakan keadaan gizi lebih, dinyatakan dengan Indeks

Massa Tubuh (IMT) lebih besar dari 23 di daerah Asia Pasifik. Suatu keadaan

yang melebihi overweight dinamakan obesitas (WHO, 2000). Obesitas ialah

peningkatan berat badan sebagai akibat akumulasi lemak berlebihan dalam tubuh

yang melebihi batas kebutuhan skeletal dan fisik (Dorland, 2002).

Pada anak-anak dan remaja, obesitas berkaitan dengan intoleransi glukosa,

hipertensi, dan dislipidemia. Konsumsi sugar-sweetened soft drink dapat menjadi

faktor penting terhadap kejadian obesitas remaja (Giammattei et al, 2003). He et

al (2010) melakukan studi intervensi berupa pengurangan 1,5 kaleng konsumsi

soft drink setiap minggu selama satu tahun dan didapati hasil bahwa anak

mengalami penurunan terhadap berat badan dan obesitas sekitar 7,7%.

2.3. Pengaruh minuman berkarbonasi terhadap demineralisasi gigi

Demineralisasi enamel adalah rusaknya hidroksi apatit gigi yang

merupakan komponen utama enamel akibat proses kimia. Kondisi demineralisasi

enamel terjadi bila pH larutan disekeliling permukaan enamel lebih rendah dari

5,5, (umumnya pH minuman ringan berkisar 2,3–3,6) dan konsentrasi asam yang

9

Page 10: minuman berkarbonasi

tidak berdisosiasi itu lebih tinggi di permukaan enamel, daripada di dalam enamel.

Demineralisasi enamel terjadi melalui proses difusi, yaitu proses perpindahan

molekul atau ion yang larut dalam air ke atau dari dalam enamel ke saliva karena

ada perbedaan konsentrasi dari keasaman minuman di permukaan dengan di

dalam enamel gigi (Prasetyo, 2005).

Keasaman minuman (HL) yang mempunyai konsentrasi tinggi, dan pH

awal minuman yang rendah akan berdifusi ke dalam enamel, melalui kisi kristal

dan prisma tubuli enamel yang mengandung air dan matriks organik atau protein.

Kerugian keasaman pada minuman kemungkinan lebih bermakna dibanding

kerugian yang diakibatkan kandungan gulanya (Prasetyo, 2005).

Minuman ringan yang berbahaya bagi enamel adalah minuman yang

mengandung karbohidrat yang mudah difermentasi, sangat asam dan mempunyai

adesi termodinamik yang sangat tinggi, sehingga minuman ini tidak mudah

dihilangkan oleh saliva (Ireland et al, 2000). Hal ini disebabkan oleh beberapa

faktor yang mempengaruhi proses demineralisasi, yaitu jenis dan konsentrasi

asam minuman yang tidak berdisosiasi, kandungan karbohidrat dalam minuman,

pH dan kapasitas dapar minuman serta kandungan fosfat dan fluor yang ada dalam

minuman (Lussi et al, 2000).

Sebagaimana diketahui bahwa enamel sebagian besar terdiri dari

hidroksiapatit (CalO (PO4)6 (OH)2) atau Fluoroapatit (CalO (PO4)6 F2), kedua

unsur tersebut dalam uasana asam akan larut menjadi Ca2+; PO4-9 dan F-, OH-.

Ion H+ akan beraksi dengan gugus PO4-9, F-, atau OH- membentuk HSO4

-;

H2SO4- HF atau H2O, sedangkan yang kompleks terbentuk CaHSO4; CaPO4 dan

CaHPO4 (Ireland et al, 2000).

Kecepatan melarutnya enamel dipengaruhi oleh derajat keasaman (pH),

konsentrasi asam, waktu melarut dan kehadiran ion sejenis kalsium, dan fosfat.

Minuman ringan yang menyebabkan demineralisasi enamel gigi adalah minuman

10

Page 11: minuman berkarbonasi

yang mempunyai pH rendah dan kapasitas dapar tinggi. Kapasitas dapar adalah

jumlah basa yang diperlukan untuk menaikkan pH minuman ke pH netral. Reaksi

kimia pelepasan ion kalsium dari enamel gigi dalam medium yang bersifat asam,

yaitu pada pH 4,5 sampai 6 merupakan reaksi orde nol. Adapun pengaruh pH

terhadap koefisien laju reaksi menunjukkan, bahwa semakin kecil atau semakin

asam media, maka makin tinggi laju reaksi pelepasan ion kalsium dari enamel gigi

(Prasetyo, 2005).

Reaksi kimia pelepasan ion kalsium dari enamel gigi dalam suasana asam

ditunjukkan dengan persamaan reaksi sebagai berikut: (Prasetyo, 2005)

Figure 3 reaksi kimia pelepasan ion kalsium dari enamel dalam suasana asam (Prasetyo, 2005)

Mengingat bahwa kalsium merupakan komponen utama dalam struktur

gigi, dan demineralisasi enamel terjadi akibat lepasan ion kalsium dari enamel

gigi, maka pengaruh asam pada enamel gigi merupakan reaksi penguraian.

Demineralisasi yang terus-menerus akan membentuk pori-pori kecil atau porositas

pada permukaan enamel yang sebelumnya tidak ada. Porositas akan menyebabkan

kekerasan permukaan enamel gigi akan berkurang (Prasetyo, 2005).

11

Page 12: minuman berkarbonasi

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Minuman ringan yang berbahaya bagi enamel adalah minuman yang mengandung

karbohidrat yang mudah difermentasi, sangat asam dan mempunyai adesi

termodinamik yang sangat tinggi (minuman berkarbonasi), sehingga minuman ini

tidak mudah dihilangkan oleh saliva. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor

yang mempengaruhi proses demineralisasi, yaitu jenis dan konsentrasi asam

minuman yang tidak berdisosiasi, kandungan karbohidrat dalam minuman, pH

dan kapasitas dapar minuman serta kandungan fosfat dan fluor yang ada dalam

minuman.

3.2 Saran

Pembaca dapat mencegah agar suasana di dalam rongga mulut tidak terlalu asam,

baik yang dihasilkan oleh bakteri atau makanan atau minuman, sehingga dapat

mencegah pelepasan ion kalsium dari enamel gigi. Mengurangi proses

demineralisasi dapat dilakukan dengan menghentikan difusi asam, yaitu

mengurangi kontak asam dengan gigi, misal mengurangi intake asam atau minum

minuman ringan dengan memakai sedotan, cara lain yaitu dengan menghentikan

12

Page 13: minuman berkarbonasi

terbentuknya persenyawaan kompleks kalsium fosfat dengan meningkatkan

ketahanan enamel melalui fluoridasi air minum atau topikal aplikasi dengan fluor

atau penambahan ion fluor dalam minuman.

DAFTAR PUSTAKA

Australian Beverages Council, 2004. What is a Soft Drink?, Australia. Available

from:http://www.australianbevarages.org/scripts/cgiip.exe/WService=ASP0002/

cc ms.r?PageId=10053.htm. accessed May, 2013.

Dorland, WAN 2002, Dalam: Hartanto, H. et al. Kamus Kedokteran Dorland.

Edisi 29. Jakarta: EGC.

Fitriafnida 2008, Pengaruh Xylitol Terhadap Proses Remineralisasi Email Gigi:

Uji Kekerasan Email Gigi , Jakarta: FKG UI.

Giammattei, J, Blix, G, Marshak, HH, Wollitzer, AO and Pettitt J 2003, Television

Watching and Soft Drink Consumption: Associations With Obesity in 11- to 13-

Year-Old Schoolchildren, American Medical Association, Available from:

http://archpedi.ama-assn.org/cgi/reprint/157/9/882.pdf., accessed May, 2013.

Haris, Syafruddin and Tambunan, Taralan 2009, Hipertensi pada Sindrom

Metabolik, Sari Pediatri, Vol. 11, No. 4, available from

http://www.idai.or.id/saripediatri/pdfile/11-4-6.pdf. , accessed May, 2013.

He, FJ, Marrero, NM and MacGregor, GA 2010, Salt Intake Is Related to Soft

Drink Consumption in Children and Adolescents: A Link To Obesity?,

Hypertension JAHA, Available from:

http://hyper.ahajournals.org/cgi/content/full/51/3/629.pdf. Accessed May, 2013.

13

Page 14: minuman berkarbonasi

Ireland AJ, Guinness NM, Sherriff M. An Investigation Into The Ability Of Soft

Drink To Adhere To Enamel, Caries Res, vol.29, pp.470–6.

Jacobson, M.F., 2008. Liquid Candy -- How Soft Drinks Are Harming Americans'

Health, Diet and Diabetes Homepage. Available from:

http://www.karlloren.com/diet/p24.htm. Accessed May, 2013.

Lussi, A, Jaeggi, T and Ucharer, UJ 2000, Predition Of The Erosive Potential Of

Some Beverages, Caries Res , vol.29, pp.349–54.

McIntyre, JM, Dental Caries-The Major Cause of Tooth Damages. Pada Graham,

JM and Hume, WR 2005, Preservation an Restoration of Tooth Structure, 2nd ed.

,Queensland: Knowledge Books and Software, pp.21-33.

Melfi, RC and Alley, KE 2000, Permar’s Oral Embryology and Microscopic

Anatomy, Pennsylvania: Lippincott Williams &Wilkins.

Mueller, NT, Odegaard, A, Anderson, K, Yuan, JM, Gross, M, Koh, WP and

Pereira, MA 2010, Soft Drink and Juice Consumption and Risk of Pancreatic

Cancer: The Singapore Chinese Health Study, Cancer Epidemiol Biomarkers

Prev, vol.19, p.447.

Prasetyo, EA 2005, Keasaman Minuman Ringan Menurunkan Kekerasan

Permukaan Gigi, Dental Journal, vol.38, pp. 60-63.

UOP School of Dentistry 2006, Amelogenesis, Dentinogenesis and Root

Formation, available from

http://pacificdds2009.com/courses/Q2/human_anatomy2/concise%20oral

%20histo/6%20Amelogenesis,%20Dentinogenesis%20and%20Root

%20Formation.pdf, accessed May, 2013.

Vartanian, LR, Schwartz, MB and Brownell, KD 2007, Effects of Soft Drink

Consumption on Nutrition and Health: A Systematic Review and Meta- Analysis,

American Journal of Public Health, Available from:

http://ajph.aphapublications.org/cgi/content/short/97/4/667.pdf, accessed May,

2013.

14

Page 15: minuman berkarbonasi

WHO, 2000. The Asia-Pacific Perspective: Redefining Obesity and It’s

Treatment, International Association for The Study of Obesity. Available from:

http://www.diabetes.com.au/pdf/obesity_report.pdf, accessed May 2013.

Wolff, E. and Dansinger ML 2008, Soft Drinks and Weight Gain: How Strong Is

the Link?, Medscape J Med, Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2562148.htm. , accessed May

2013.

15