Top Banner
BAB I PENDAHULUAN Masa balita merupakan masa yang paling penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada masa ini, diperlukan vitamin dan mineral dalam jumlah yang tinggi untuk pertumbuhan fisik, perkembangan otak dan kecerdasan, serta daya tahan tubuh terhadap penyakit. Kekurangan vitamin dan mineral pada balita akan mengakibatkan balita mudah sakit, terhambat tumbuh,serta terganggu perkembangan otak dan kecerdasannya. 1 Dalam status gizi, Indonesia masih berada pada masalah gizi yang cukup kompleks. Asupan gizi seimbang pada balita, yaitu makronutrien (air, karbohidrat, protein, dan lemak) dan mikronutrien (vitamin dan mineral) merupakan hal yang perlu diperhatikan asupannya sehingga status gizi balita tersebut dapat baik. Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007 dan 2010 didapatkan bahwa prevalensi gizi buruk balita secara nasional adalah 5,4% (2007) dan 4,9% (2010). Hasil tersebut menunjukkan bahwa prevalensi gizi buruk balita hanya mengalami penurunan 0,5% selang tahun 2007-2010. Untuk prevalensi gizi kurang
29

Mini project Taburia

Nov 26, 2015

Download

Documents

laporan mini project
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Mini project Taburia

BAB I

PENDAHULUAN

Masa balita merupakan masa yang paling penting dalam proses

pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada masa ini, diperlukan vitamin dan

mineral dalam jumlah yang tinggi untuk pertumbuhan fisik, perkembangan otak

dan kecerdasan, serta daya tahan tubuh terhadap penyakit. Kekurangan vitamin

dan mineral pada balita akan mengakibatkan balita mudah sakit, terhambat

tumbuh,serta terganggu perkembangan otak dan kecerdasannya.1

Dalam status gizi, Indonesia masih berada pada masalah gizi yang cukup

kompleks. Asupan gizi seimbang pada balita, yaitu makronutrien (air, karbohidrat,

protein, dan lemak) dan mikronutrien (vitamin dan mineral) merupakan hal yang

perlu diperhatikan asupannya sehingga status gizi balita tersebut dapat baik.

Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007 dan 2010 didapatkan bahwa

prevalensi gizi buruk balita secara nasional adalah 5,4% (2007) dan 4,9%

(2010). Hasil tersebut menunjukkan bahwa prevalensi gizi buruk balita hanya

mengalami penurunan 0,5% selang tahun 2007-2010. Untuk prevalensi gizi

kurang tidak mengalami perubahan, yaitu 13,0% tahun 2007 dan tahun

2010.2,3

Pencapaian program perbaikan gizi (20%) dan target Millenium

Development Goals (MDGs) pada tahun 2015 (18,5%) telah tercapai pada tahun

2007. Namun, pencapaian tersebut belum merata di 33 provinsi. Bila mengacu

pada target MDGs, baru 14 provinsi yang sudah melampaui target, sedangkan

RPJM sudah 16 provinsi yang melampaui target.2

Studi-studi di banyak negara berkembang mengungkapkan bahwa penyebab

utama terjadinya gizi kurang dan hambatan pertumbuhan dan perkembangan pada

anak-anak usia 3-15 bulan berkaitan dengan rendahnya pemberian ASI dan

buruknya praktek pemberian makanan pendamping ASI. Di Indonesia, hanya 8%

bayi yang mendapat ASI eksklusif sampai usia 6 bulan. Di samping itu, tidak

sesuainya pola asuh yang diberikan sehingga beberapa zat gizi tidak dapat

mencukupi kebutuhan khususnya energi dan zat gizi mikro.4

Page 2: Mini project Taburia

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengembangkan sprinkle

dalam program intervensi perbaikan gizi bagi balita, yang diberi nama Taburia.

Taburia merupakan pengembangan produk lokal Micronutrient Powder (MNP)

atau Bubuk Tabur Gizi (BTG) yang menjadi strategi dalam mengatasi

masalah anemia, kurang zat besi, ataupun kekurangan zat gizi mikro lainnya

dengan sasaran pada usia balita. Studi efikasi tentang Taburia telah dilakukan di

beberapa negara. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa Taburia mampu

menurunkan anemia dan memperbaiki status gizi secara bermakna pada anak

balita yang mengkonsumsi Taburia dalam jumlah cukup.

Menurut data Puskesmas Tanjung pada tahun 2012 persentase status gizi

balita berdasarkan BB/U di wilayah kerja Puskesmas Tanjung adalah gizi buruk

0,85%, status gizi kurang 4,50%, status gizi baik 93,80 %, dan status gizi lebih

0,85 %. Untuk mengurangi angka tersebut diharapkan program pemberian

Taburia dapat membantu sehingga target MDGs Indonesia dapat tercapai dan

generasi penerus Indonesia semakin sehat dan cerdas.5

Page 3: Mini project Taburia

BAB II

PERMASALAHAN

Riskesdas tahun 2007 dan 2010 menunjukkan bahwa prevalensi gizi

buruk balita secara nasional adalah 5,4% (2007) dan 4,9% (2010). Hasil

tersebut menunjukkan bahwa prevalensi gizi buruk balita hanya mengalami

penurunan 0,5% selang tahun 2007-2010. Untuk prevalensi gizi kurang tidak

mengalami perubahan, yaitu 13,0%. Selain itu riskesdas ini juga menunjukkan

asupan bahan makanan lokal yang dikonsumsi masyarakat miskin masih rendah

akan kandungan zat gizi mikro sehingga ASI yang dihasilkan ibu kurang

mengandung zat gizi mikro pada balita. Hal ini berdampak pada balita dan akan

menderita defisiensi zat gizi mikro.2,3

Menurut data Puskesmas Tanjung pada tahun 2012 persentase status gizi

balita berdasarkan BB/U di wilayah kerja Puskesmas Tanjung adalah gizi buruk

0,85%, status gizi kurang 4,50%, status gizi baik 93,80 %, dan status gizi lebih

0,85 %. Menurut TB/U didapatkan persentase balita sangat

pendek (severity stunted) 1,35% dan stunted 6,98%.5

Upaya yang sudah dilakukan dalam mengatasi kekurangan zat gizi mikro

pada bayi usia di atas 6 bulan adalah dengan pemberian makanan pendamping

ASI (MP-ASI) baik lokal maupun pabrikan. Namun, ada beberapa kendala yang

menyebabkan pemberian MP-ASI menjadi tidak optimal, yaitu karena MP-ASI

lokal yang dibuat di rumah ternyata kurang bervariasi dalam jenis maupun

jumlahnya, sedangkan MP-ASI pabrikan yang dijual bebas tidak terjangkau oleh

keluarga miskin.

Oleh sebab itu diperlukan solusi lainnya agar dapat mengatasi defisiensi

zat gizi mikro. Solusi tersebut adalah program pemberian pemberian

multivitamin dan mineral dalam bentuk bubuk tabur gizi yang disebut Taburia.

Program ini diberikan pada pada balita usia 6-59 bulan dengan prioritas pada

balita usia 6-24 bulan. Penentuan usia balita tersebut didasari dengan alasan

bahwa pada usia tersebut merupakan periode emas (Golden Periode) dalam

memperbaiki status zat gizi mikro.

Page 4: Mini project Taburia

Program pemberian Taburia pada balita telah dikembangkan oleh

Pemerintah Repubik Indonesia melalui Kementerian Kesehatan sejak tahun 2006.

Taburia tersebut mengandung multi zat gizi mikro berisi 12 (dua belas) macam

vitamin dan 4 (empat) jenis mineral yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh

kembang balita serta mencegah terjadinya anemia. Studi efikasi Taburia dalam

menurunkan anemia dan memperbaiki status gizi sudah dilakukan di berbagai

negara akan tetapi belum pernah dilakukan di kabupaten Brebes. Oleh karena itu

peneliti melakukan penelitian sederhana sebagai acuan mengenai efikasi taburia

sebagai dasar penelitian ke depannya. Hal ini dilakukan agar angka gizi buruk dan

gizi kurang semakin menurun dan status gizi balita di Brebes terutama di wilayah

kerja Puskesmas Tanjung semakin baik.

Page 5: Mini project Taburia

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

Taburia

Taburia adalah tambahan multivitamin dan mineral untuk memenuhi

kebutuhan gizi dan tumbuh kembang balita, dengan sasaran usia 6-59 bulan

dan prioritas balita usia 6-24 bulan. Adapun manfaat taburia adalah sebagai

berikut:6

• Nafsu makan anak meningkat.

• Anak tidak mudah sakit.

• Anak tumbuh dan berkembang sesuai umur.

• Anak tidak kurang darah sehingga lebih cerdas dan ceria.

Taburia mengandung 12 macam vitamin dan 4 macam mineral yang

sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak balita dan mencegah

terjadinya anemia (kurang darah). Komposisi vitamin dan mineral yang

terkandung dalam taburia antara lain adalah sebagai berikut:6

Vitamin

1. Vitamin A (417 mcg)

memelihara kesehatan mata, kekebalan tubuh, dan

meningkatkan pertumbuhan anak.

2. Vitamin B1 (0,5 mg)

meningkatkan nafsu makan, pertumbuhan, fungsi pencernaan,

dan saraf.

3. Vitamin B2 (0,5 mg)

memelihara kesehatan kulit, fungsi penglihatan, mencegah

pecah-pecah pada sudut bibir dan pertumbuhan.

4. Vitamin B3 (5 mg)

meningkatkan nafsu makan, kesehatan kulit, dan daya ingat.

5. Vitamin B6 (0,5 mg)

membantu pembentukan sel darah merah, pertumbuhan, dan

mencegah gangguan fungsi otak.

Page 6: Mini project Taburia

6. Vitamin B12 (1 mcg)

meningkatkan nafsu makan, fungsi saraf, pembentukan sel

darah merah, dan mencegah gangguan mental.

7. Vitamin D(5 mcg)

membantu pertumbuhan tulang dan gigi serta mencegah

gangguan gigi rapuh.

8. Vitamin E (6 mg)

membantu pembentukan sel darah merah serta mencegah

gangguan bicara dan penglihatan.

9. Vitamin C (30 mg)

mencegah sariawan dan perdarahan gusi, meningkatkan daya

tahan tubuh terhadap penyakit, serta mencegah kelesuan dan

kurang darah.

10. Vitamin K (20 mcg)

membantu pembekuan darah, pembentukan dan perbaikan

tulang.

11. Asam Folat (150 mcg)

membantu pembentukan sel darah merah serta mencegah

penyakit (infeksi) dan kelelahan.

12. Asam Pantotenat (3 mg)

mencegah kelelahan dan mengatasi sulit tidur pada anak.

Mineral

1. Iodium (50 mcg)

membantu pertumbuhan dan perkembangan mental, serta

mencegah kretinisme (anak cebol dan terbelakang mental).

2. Seng (5 mg)

meningkatkan pertumbuhan, fungsi saraf dan otak, serta nafsu

makan.

3. Selenium (20 mcg)

Page 7: Mini project Taburia

meningkatkan daya tahan tubuh dan kesehatan.

4. Zat Besi (10 mg)

meningkatkan nafsu makan dan mencegah anemia (kurang

darah) dengan gejala 5 L (letih, lemah, lesu, lelah dan lalai).

Taburia yang didapatkan dari program pemerintah dikemas dalam

kemasan box. Pada satu kemasan box taburia berisi 30 saset taburia. Dalam

satu bulan anak mendapat Taburia sebanyak 15 saset dengan pemberian

selama 4 bulan. Jadi, satu orang anak mendapatkan 60 saset untuk empat

bulan. Adapun panduan pemakaian taburia yaitu:6

- Taburia diberikan pada anak setiap dua hari sekali sebanyak 1 (satu)

saset.

- Satu saset taburia sebaiknya dihabiskan sekaligus pada saat makan

pagi.

- Taburia tidak boleh diberikan kepada bayi di bawah usia 6 bulan,

agar bayi tetap mendapat ASI Eksklusif.

- Makanan yang sudah dicampur Taburia harus segera/langsung

dimakan dan dihabiskan anak.

Selain panduan pemakainan taburia, perlu dijelaskan pula cara pemberiannya,

yaitu:6

- Sobek saset Taburia lalu taburkan pada makanan utama (nasi, bubur,

jagung, kentang, ubi, sagu dll) yang akan dimakan anak saat makan

pagi.

- Makanan yang sudah dicampur Taburia harus segera dimakan dan

dihabiskan oleh anak.

- Taburia tidak boleh dicampur dengan makanan berair (sayuran

berkuah) dan minuman (air, teh, susu), karena akan mengubah warna

makanan serta kandungan taburia dan dikhawatirkan anak tidak

dapat menghabiskan

- Taburia tidak boleh dicampur dengan makanan panas karena akan

menimbulkan kandungan vitamin atau mineral rusak serta timbul

rasa dan bau yang kurang enak.

Page 8: Mini project Taburia

Terdapat beberapa kejadian yang dapat dialami selama pemberian taburia

yang perlu diketahui, yaitu:6

- Ada kemungkinan tinja anak berwarna hitam, yang disebabkan adanya

zat besi pada Taburia.

- Bila terjadi diare atau gangguan kesehatan lainnya, dianjurkan dirujuk

ke puskesmas atau pelayanan kesehatan terdekat.

- Apabila setelah dicampur Taburia, warna dan rasa makanan sedikit

berubah, tidak perlu dikhawatirkan karena perubahan itu tidak

mengurangi manfaat Taburia

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan Taburia adalah:6

• Tempat penyimpanan harus bersih

• Hindarkan dari sinar matahari langsung

• Simpan di tempat sejuk, kering, dan tidak lembab

• Perhatikan tanggal kadaluarsa

Kegiatan Sosialisasi Taburia

Sosialisasi merupakan bagian yang sangat penting untuk meningkatkan

cakupan pemberian taburia. Sosialisasi perlu dilakukan dalam rangka

menggerakkan seluruh lapisan masyarakat agar mendukung kegiatan

pemberian taburia. Adapun tujuan sosialisasi tersebut adalah:

- Menyebarluaskan informasi tentang taburia

- Memperoleh dukungan dari lintas program dan lintas sektor terkait

- Memperoleh dukungan dari organisasi kemasyarakatandan organisasi

profesi

- Menggalang kemitraan intensif dengan media masa dan kelompok

potensial

- Menggalang kepedulian pengelola Program Gizi dan KIA

- Meningkatkan pengetahuan dan kepedulian masyarakat

Sasaran sosialisai taburia terdapat dua macam, yaitu:

- Sasaran langsung: Ibu yang mempunyai anak usia 6-59 bulan.

Page 9: Mini project Taburia

- Sasaran tidak langsung: organisasi masyarakat, kader pemegang

kebijakan dan pengelola Program Gizi dan KIA

Kegiatan sosialisasi Taburia ini terdapat berbagai macam cara yaitu dengan:

- penyebaran informasi secara formal dan informal seperti melalui

pelatihan, seminar, atau penyuluhan.

- penyebaran media KIE seperti buku saku, poster, leaflet, radio,

ataupun televisi.

- penyebaran informasi dengan cara menyisipkan pada kegiatan lain

Selain itu, perlu diketahui tiga pendekatan terhadap kegiatan sosialisasi

Taburia, yaitu:

1. Pendekatan individu melalui konseling

2. Pendekatan kelompok melalui penyuluhan

3. Pendekatan massa, melalui penyebarluasan informasi yang dapat

menjangkau masyarakat luas, seperti: radio, televisi, dan lain-lain

Efektifitas Program Taburia

Beberapa studi efikasi sudah dilakukan untuk mengevaluasi program

pemberian taburia. Wahyuni (2011) di Lombok meneliti Pengaruh Taburia

Terhadap Status Anemia dan Status Gizi Balita Gizi Kurang di Kabupaten

Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dari penelitian tersebut didapatkan

perbedaan yang bermakna rata-rata kadar hemoglobin subjek setelah perlakuan.

Terjadi perubahan status anemia dari anemia menjadi tidak anemia yang tertinggi

pada kelompok taburia yaitu 96% pada kelompok umur 24-36 bulan, dan

perubahan status gizi yang lebih baik pada akhir perlakuan yang terjadi pada

kelompok taburia+biskuit dari kurus menjadi normal sebesar 100%.7

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muh. Khidri A di kabupaten

Jeneponto, Sulawesi selatan tentang pengaruh pemberian taburia terhadap kadar

hemoglobin pada balita menunujukkan adanya peningkatan setelah pemberian

taburia. Hasil yang diperoleh hemoglobin awal balita adalah 10,88±1,17 mg/dl

Page 10: Mini project Taburia

dan berubah menjadi 11,24±1,07 mg/dl. Hasil analisis statistic menunjukkan

adanya peningkatan kadar Hb secara signifikan setelah pemberian taburia.8

Penelitian lain yang dilakukan oleh Nadia juga menunjukkan peningkatan.

Penelitian yang dilakukan adalah mengetehui pengaruh pemberian taburia

terhadap kasus stunting pada anak 12-36 bulan. Hasil yang didapatkan adalah

suplementasi taburia selama 2 bulan meningkatkan rata-rata tinggi anak dari 76,2

cm menjadi 79,3 (pada kelompok perlakuan), sedangkan 76,5 cm menjadi 78,4

cm (pada kelompok control). Dengan demikian pemberian taburia dapat

meningkatkan skor z indeks TB/U pada anak stunting usia 12-36 bulan.9

Page 11: Mini project Taburia

BAB IV

KEGIATAN INTERVENSI

Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan I

Hari/Tanggal : Kamis, 11 November 2013

Waktu : Pukul 09.30 WIB

Tempat : Desa Pangaradan

Kegiatan : - Penyuluhan tentang Gizi Seimbang Balita

- Penjaringan balita (BB dan LLA)

- Konseling dengan orangtua dengan balita sasaran

pemberian Taburia

- Pemberian Taburia

- Dokumentasi

Jumlah sampel : 10 balita

Kriteria sampel :

Kriteria inklusi

Kriteria 1 : balita dengan berat badan tidak naik selama 2 bulan berturut

turut / mendatar (KMS)

Kriteria 2 : balita dengan berat badan di bawah garis merah (KMS)

Kriteria 3 : balita dengan berat badan turun dan diikuti perpindahan warna

grafik (KMS)

Kriteria eksklusi

Balita tidak datang ke pengukuran kedua

Balita menggunakan vitamin lain selain taburia

Page 12: Mini project Taburia

Kegiatan II (Evaluasi)

Hari/Tanggal : Kamis, 12 Desember 2013

Waktu : Pukul 09.30 WIB

Tempat : Desa Pangaradan

Kegiatan : - Penjaringan balita (BB dan LLA)

- Evaluasi Pemberian Taburia pada peserta Taburia

- Dokumentasi

- Pemberian kuesioner mengenai pemakaian taburia

Jumlah sampel : 7 balita (dropped out 3 balita)

Page 13: Mini project Taburia

BAB V

HASIL

Dari penjaringan awal didapatkan 10 orang anak yang memenuhi kriteria

inklusi sampel menurut KMS yaitu :

Kriteria 1 : balita dengan berat badan tidak naik selama 2 bulan berturut

turut / mendatar (KMS)

Kriteria 2 : balita dengan berat badan di bawah garis merah (KMS)

Kriteria 3 : balita dengan berat badan turun dan diikuti perpindahan warna

grafik (KMS)

Pada saat evaluasi 3 orang dikeluarkan (dieksklusi) dari penelitian karena

tidak datang pada saat penimbangan. Data lebih lengkap mengenai hasil penelitian

dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil pengukuran BB dan LLA sebelum dan sesudah pemberian Taburia

No Nama Anak

Umur (bulan)

Nama Ibu

Kriteria11/11/2013 12/12/2013 Perubahan

BB (kg)

LLA (cm)

BB (kg)

LLA (cm)

BB (kg) % LLA (cm)

%

1 N 21 Ny T 1 8 14 8,5 14 0,5 6,25% 0 0,00%2 D 16 Ny S 1 8 15 8 15 0 0,00% 0 0,00%3 B 31 Ny S 1 10,5 13 11 14 0,5 4,76% 1 7,69%4 D 24 Ny D 3 9,5 13 9,5 13,5 0 0,00% 0,5 3,85%5 A 19 Ny K 3 10 15,5 Drop out6 P 54 Ny N 2 11 14 11,5 14,5 0,5 4,55% 0,5 3,57%7 A 44 Ny J 2 10 14 11 14,5 1 10,00% 0,5 3,57%8 J 39 Ny S 1 10 14,5 11 14,5 1 10,00% 0 0,00%9 F 23 Ny T 2 9,5 14 Drop out

10 N 36 Ny N 2 10 14,5 Drop out Rata-rata 9,65 14,15 10,071 14,28 0,5 5,08% 0,36 2,67%

BAB VI

Page 14: Mini project Taburia

PEMBAHASAN

Posyandu Desa Pangaradan pada hari Senin 11 November 2013 dimulai

dengan penyuluhan mengenai gizi seimbang pada balita. Kemudian penjaringan

balita sesuai kriteria dilakukan oleh tim dokter internship. Dari hasil penjaringan

didapatkan 10 balita yang memenuhi kategori untuk diberikan taburia. Adapun

kategori balita yang telah ditetapkan untuk menjadi sasaran dalam pemberian

Taburia secara khusus, adalah balita dengan berat badan tidak naik selama 2 bulan

berturut-turut/mendatar (KMS), balita dengan berat badan di bawah garis merah

(KMS), serta balita dengan berat badan turun dan diikuti perpindahan warna

grafik (KMS).

Pemberian Taburia ini dilakukan selama 1 bulan. Edukasi mengenai syarat

dan ketentuan pemakaian Taburia telah disampaikan saat tahap konseling. Pada

kesempatan itu juga ibu balita sasaran Taburia diajari dan didukung untuk

berperan aktif dalam menyukseskan pemberian Taburia pada balitanya sehingga

diharapkan hasil yang diinginkan dapat tercapai. Selama pemberian Taburia oleh

ibu pasien tersebut, ibu pasien juga diminta untuk mengamati perubahan

pola/kebiasaan yang timbul antara lain yaitu peningkatan nafsu makan anak,

perubahan konsistensi BAB (jadi sulit BAB atau mencret), perubahan warna BAB

yang dapat berubah menjadi agak hitam oleh karena mengandung zat besi (Fe).

Ibu pasien juga diajarkan untuk pencatat penggunaan Taburia di kalender karena

Taburia diberikan 2 hari sekali (1 sachet).

Evaluasi pemberian Taburia di Desa Pangaradan dilaksanakan saat

posyandu pada tanggal 12 Desember 2013. Dari hasil evaluasi ternyata 3 orang

balita tidak hadir saat pengukuran sehingga dieksklusi dari penelitian. Untuk

sampel yang hadir (7 orang) didapatkan hasil yang sesuai dengan hipotesis

sebelumnya. Terjadi peningkatan berat badan rata-rata sebesar 0,5 kg (5,08 %)

dibandingkan dengan berat badan sebelum pemberian Taburia. Untuk pengukuran

linkar lengan atas (LLA) didapatkan peningkatan 0,36 cm (2,67 %).

Page 15: Mini project Taburia

Berdasarkan hasil wawancara dan pengisian kuesioner sebagai evaluasi

pemberian Taburia, ibu balita tersebut menemukan adanya beberapa perubahan

pola/kebiasaan selama pemberian Taburia, seperti BAB keras, warna berubah

menjadi agak hitam, akan tetapi karena sudah dilakukan edukasi sebelumnya ibu

balita tidak takut dan terus melanjutkan pemberian Taburia sampai 1 bulan. Pada

balita yang mengalami perubahan konsistensi ibu balita memberi buah dan makan

berserat.

Penelitian Taburia di Desa Pangaradan dapat disimpulkan sesuai dengan

hipotesis awal dan sejalan dengan penelitian efikasi sebelumnya karena ada

peningkatan BB dan LLA sebelum dan sesudah diberikan Taburia. Adapun

keterbatasan penelitian ini antara lain jumlah sampel yang hanya sedikit (10

orang) dan waktu pemberian Taburia yang singkat ( hanya selama 1 bulan )

sehingga bias yang mempengaruhi belum dapat dihilangkan. Keterbatasan waktu

pemberian diakibatkan karena tanggal kadaluarsa Taburia yang didapat dari

Puskesmas Tanjung adalah Desember 2013.

Page 16: Mini project Taburia

BAB VII

SIMPULAN

Taburia adalah asupan tambahan yang mengandung zat gizi mikro, yaitu

multivitamin (12 vitamin) dan mineral (4 mineral) yang dibutuhkan untuk

memenuhi kebutuhan gizi dan tumbuh kembang balita usia 6-59 bulan, dengan

prioritas balita usia 6-24 bulan. Program Taburia merupakan salah satu strategi

dalam upaya peningkatan status gizi balita. Angka keberhasilan program

Taburia sangat ditentukan oleh kepatuhan terhadap program tersebut serta

peran serta semua pihak.

Dari hasil evaluasi pengukuran Berat Badan (BB) dan Lingkar Lengan

Atas (LLA) yang dilakukan sebelum dan sesudah pemberian Taburia selama 1

bulan kepada 10 orang balita didapatkan hasil yang sesuai dengan hipotesis dan

penelitian sebelumnya. Terjadi peningkatan berat badan rata-rata sebesar 0,5 kg

(5,08 %) dibandingkan dengan berat badan sebelum pemberian Taburia. Untuk

pengukuran linkar lengan atas (LLA) didapatkan peningkatan 0,36 cm (2,67 %).

Tiga orang balita tidak hadir saat pengukuran sehingga dieksklusi dari penelitian.

Tingkat kepatuhan ibu di desa Pangaradan terhadap program ini cukup

baik. Berdasarkan hasil wawancara dan pengisian kuesioner sebagai evaluasi

pemberian Taburia, ibu balita tersebut menemukan adanya beberapa perubahan

pola/kebiasaan selama pemberian Taburia, seperti BAB keras, warna berubah

menjadi agak hitam, akan tetapi karena sudah dilakukan edukasi sebelumnya ibu

balita tidak takut dan terus melanjutkan pemberian Taburia sampai 1 bulan. Pada

balita yang mengalami perubahan konsistensi ibu balita memberi buah dan makan

berserat.

Adapun keterbatasan penelitian ini antara lain jumlah sampel yang hanya

sedikit (10 orang) dan waktu pemberian Taburia yang singkat ( hanya selama 1

bulan ) sehingga bias yang mempengaruhi belum dapat dihilangkan. Keterbatasan

waktu pemberian diakibatkan karena tanggal kadaluarsa Taburia yang didapat dari

Puskesmas Tanjung adalah Desember 2013.

Page 17: Mini project Taburia

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk dapat menghilangkan bias yang

terjadi pada penelitian kali ini baik dari segi jumlah sampel ataupun waktu

pemberian. Akan tetapi penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar. Para ibu

yang sudah menjalani program Taburia selama 1 bulan dapat dijadikan contoh

untuk masyarakat yang lain. Selain itu diperlukan komitmen antara semua pihak

untuk menyukseskan program ini antara lain tenaga kesehatan, kader, aparat desa,

serta pemerintah. Pemerintah dalam hal ini mengenai ketersediaan Taburia di

Puskesmas. Kesuksesan program Taburia dapat menjadi langkah nyata sebagai

peningkatan status gizi balita bila dapat terlaksana secara merata di lingkup

terkecil pelayanan kesehatan, misalnya Posyandu. Dengan peningkatan balita

sehat pun, pembangunan kesehatan Indonesia pun dapat meningkat.

Page 18: Mini project Taburia

Daftar Pustaka

1. Kementerian Kesehatan RI. 2010. Panduan Pemberian Taburia Bagi Kader.

Jakarta: Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Jenderal Bina Gizi

Masyarakat.

2. Departemen Kesehatan RI. 2008. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar.

Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

3. Departemen Kesehatan RI. 2011. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar.

Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

4. Departemen Kesehatan RI. 2004. Pedoman Pelaksanaan Pendistribusian dan

Pengelolaan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Jakarta: Dirjen Bina

Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat.

5. Puskesmas Tanjung. 2012. Laporan Bagian Gizi Puskesmas Tanjung Tahun

2012. Tanjung.

6. Depkes RI. 2012. Apa dan Mengapa Tentang Taburia Panduan Praktis bagi

Kader http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream//123456789/1761/2/

BK2012-376.pdf

7. Kunayarti, Wahyuni. 2011. Pengaruh Taburia Terhadap Status Anemia dan

Status Gizi Balita Gizi Kurang di Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa

Tenggara Barat.

http://etd.ugm.ac.id/index.php?

mod=download&sub=DownloadFile&act=view&typ=html&file=3252-H-

2011.pdf&ftyp=4&id=54364

Page 19: Mini project Taburia

8. Khidri, M. A et all. 2013. Efektivitas Taburia Terhadap Kadar Hemoglobin

dan Feritin Pada Balita di Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan.

http://journal.unhas.ac.id/index.php/mgmi/article/download/445/387

9. Oktarina, H Nadia dan Kartasurya I Martha. 2012. Pengaruh pemberian

Micronutrient Sprinkle Terhadap StatusAntropometri BB/U, TB/U, dan BB/TB

Anak Stunting Usia 12-36 Bulan.

http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnc/article/view/2099/2119

Page 20: Mini project Taburia

Lampiran