BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kekurangan konsumsi pangan bukanlah hal baru, namun masalah ini tetap aktual terutama di negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia. Kehidupan manusia tak dapat dipisahkan dari masalah kekurangan konsumsi pangan , sehingga kita sering menemukan ketidak mampuan masyarakat dalam hal pengelolaan makanan yang baik sesuai dengan standar gizi kesehatan. Salah satu upaya yang mempunyai dampak cukup penting terhadap peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) adalah peningkatan status gizi yang merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas hidup dan produktivitas kerja. Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) khususnya Gondok telah lama dikenal di Indonesia.Hal ini terlihat dari adanya patung-patung tokoh pewayangan yang ditampilkan dengan leher yang membesar karena Gondok.Tidak hanya dalam pewayangan dalam kehidupan nyatapun di beberapa daerah dengan mudah dapat di jumpai penderita Gondok. Gangguan akibat kekurangan iodium (iodine deficiency disorder) adalah gangguan tubuh yang disebabkan oleh kekurangan iodium sehingga tubuh tidak dapat 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah kekurangan konsumsi pangan bukanlah hal baru, namun masalah ini
tetap aktual terutama di negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia.
Kehidupan manusia tak dapat dipisahkan dari masalah kekurangan konsumsi pangan
, sehingga kita sering menemukan ketidak mampuan masyarakat dalam hal
pengelolaan makanan yang baik sesuai dengan standar gizi kesehatan.
Salah satu upaya yang mempunyai dampak cukup penting terhadap
peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) adalah peningkatan status gizi
yang merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas hidup dan produktivitas
kerja.
Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) khususnya Gondok
telah lama dikenal di Indonesia.Hal ini terlihat dari adanya patung-patung tokoh
pewayangan yang ditampilkan dengan leher yang membesar karena Gondok.Tidak
hanya dalam pewayangan dalam kehidupan nyatapun di beberapa daerah dengan
mudah dapat di jumpai penderita Gondok.
Gangguan akibat kekurangan iodium (iodine deficiency disorder) adalah
gangguan tubuh yang disebabkan oleh kekurangan iodium sehingga tubuh tidak
dapat menghasilkan hormon tiroid. Kekurangan hormon tiroid mengakibatkan
timbul gondok, hipotiroid, kretin, gangguan reproduksi, kematian bayi dan
keterbelakangan mental. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) adalah
sekumpulan gejala atau kelainan yang ditimbulkan karena tubuh menderita
kekurangan iodium secara terus – menerus dalam waktu yang lama yang berdampak
pada pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup (manusia dan hewan)
(DepKes RI, 1996).
Masalah GAKI merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup luas
di dunia. Di Indonesia GAKI dewasa ini menjadi masalah nasional, karena berkaitan
dengan penurunan kualitas sumber daya manusia, yang akhirnya akan menghambat
tujuan pembangunan nasional. Diperkirakan 140 juta IQ point hilang akibat
kekurangan yodium, karena 42 juta penduduk hidup di daerah endemik, 10 juta
1
diantaranya menderita gondok, 3,5 juta menderita GAKY lain, dan terdapat 9000
bayi kretin di daerah-daerah tersebut. Tingkat endemisitas GAKI di Indonesia
(1998) tersebut melibatkan 334 (8,4%) kecamatan termasuk dalam endemic berat,
278 (7,0%) kecamatan termasuk endemik sedang, 1.167 (29,9%) termasuk endemik
riingan dan 2.184 (54,7%) termasuk pada daerah yang tergolong tidak endemik.
Pada awalnya, masalah GAKI hanya ditanggapi sebagai masalah gondok
yang terjadi di daerah endemik (endemic goiter), yang kurang memberi tekanan
pada dampak lain yang sebenarnya justru sangat merisaukan. Hal ini dapat dilihat
dari spektrum yang luas seperti pada wanita hamil dapat menimbulkan abortus,
sedangkan pada fetus dapat terjadi lahir mati, anomali kongenital, kematian angka
perinatal dan bayi meningkat, terjadinya kretin neurologik, kretin miksedema, dan
defek psikomotor. Dampak ini pada dasarnya melibatkan gangguan tumbuh
kembang manusia sejak awal dalam perkembangan fisik maupun mental. Masa yang
paling peka adalah masa pertumbuhan susunan saraf, masa pertumbuhan somatik,
masa pertumbuhan linier yang terjadi pada masa kehamilan bagi seorang wanita.
Dengan dampak yang luas tersebut, wajar bila pemerintah Indonesia memberikan
perhatian yang cukup besar dan serius pada masalah GAKI, mengingat dampak
negatif yang ditimbulkan oleh masa-lah ini diketahui secara langsung
mempengaruhi penurunan kualitas sumber daya manusia (Soeharyo dkk, 2002).
WHO menyebutkan bahwa secara global…iodine deficiency is the single
most important preventable cause of brain damage… Dari berbagai deklarasi
internasional dimana Indonesia juga ikut menandatangani, muncullah semboyan:
Every child has the right to an adequate supply iodine to ensure his (or her)
normal development……
…………………for the unborn child………………
Every mother has the right to an adequate iodine nutrition to ensure her
unborn child experiences normal mental development………………
Declarations from 1989, 1990, 1991, 1992
1.2 Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang yang telah diuraikan di atas tentang masalah
kekurangan konsumsi pangan yang merupakan salah satu permasalahan gizi yang
2
sangat serius, maka yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini yaitu
membahas tentang Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI).
1.3 Tujuan Penulisan
- Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang manfaat iodium dan
GAKI
- Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang GAKI dan
pencegahannya
- Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menggunakan garam
beriodium untuk konsumsi sehari-hari
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat Ilmiah
Mini Project ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan manfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang gizi, yaitu manfaat dan
akibat dari iodium. Disamping itu temuan ini diharapkan dapat menjadi referensi
bagi petugas kesehatan lainnya untuk penelitian lebih lanjut, atau hanya sebagai
salah satu sumber rujukan.
1.4.2 Manfaat Praktis
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya pemberian garam
beryodium. Menambah pengetahuan tentang berbagai penyakit gangguan akibat
kekurangan yodium, bagaimana gangguan ini terjadi, dan cara penanggulangannya.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Iodium
Iodium ditemukan pada tahun 1811 oleh Courtois. Iodium merupakan sebuah
anion monovalen. Keberadaannya dalam tubuh mamalia hanya sebagai hormon tiroid.
Hormon-hormon ini sangat penting selama pembentukan embrio dan untuk mengatur
kecepatan metabolis dan produksi kalori atau energi disemua kehidupan. Jumlah
iodium yang terdapat dalam makanan sebanyak jumlah ioda dan untuk sebagian kecil
secara kovalen mengikat asam amino. Iodium diserap sangat cepat oleh usus dan oleh
kelenjar tiroid di gunakan untuk memproduksi hormon thyroid. Saluran ekskresi utama
iodium adalah melalui saluran kencing (urin) dan cara ini merupakan indikator utama
pengukuran jumlah pemasukan dan status iodium. Tingkat ekskresi (status iodium)
yang rendah (25 – 20 mg I/g creatin) menunjukan risiko kekurangan iodium dan
bahkan tingkatan yang lebih rendah menunjukan risiko yang lebih berbahaya (Brody,
1999).
Iodium merupakan mineral yang termasuk unsur gizi esensial walaupun
jumlahnya sangat sedikit di dalam tubuh, yaitu hanya 0,00004% dari berat tubuh atau
sekitar 15-23 mg. Itulah sebabnya iodium sering disebut sebagai mineral mikro atau
trace element. Manusia tidak dapat membuat unsur iodium dalam tubuhnya seperti ia
membuat protein atau gula. Manusia harus mendapatkan iodium dari luar tubuhnya
(secara alamiah), yakni melalui serapan dari iodium yang terkandung dalam makanan
dan minuman (Siswono, 2003).
Kebutuhan tubuh akan iodium rata-rata mencapai 1-2 mikrogram per kilogram
berat badan per hari. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi menganjurkan konsumsi
iodium per hari berdasarkan kelompok umur. Sesungguhnya kebutuhan terhadap iodium
sangat kecil, pada orang dewasa hanya 150 mikrogram (1 mikrogram = seperseribu
miligram). Iodium diperlukan tubuh terutama untuk sintesis hormon tiroksin, yaitu
suatu hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid yang sangat dibutuhkan untuk proses
pertumbuhan, perkembangan, dan kecerdasan. Jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi
dalam waktu lama, kelenjar tiroid akan membesar untuk menangkap iodium, yang lebih
4
banyak dari darah. Pembesaran kelenjar tiroid tersebutlah yang sehari-hari kita kenal
sebagai penyakit gondok (Siswono, 2003).
Menurut Ganong (1989) apabila mengkonsumsi iodium 500 mg/hari, hanya
sebagian iodium (120 mg) yang masuk ke dalam kelenjar tiroid, dan dari kelenjar tiroid
disekresikan sekitar 80 mg yang terdapat dalam T3 dan T4, yang merupakan hormon
tiroid. Selanjutya T3 dan T4 mengalami metabolisme dalam hepar dan dalam jaringan
lainnya. Sehingga dari hepar dikeluarkan sekitar 60 mg ke dalam cairan empedu,
kemudian dikeluarkan ke dalam lumen usus dan sebagian mengalami sirkulasi yang
lepas dari reabsorbsi akan diekskresikan bersama feses dan urin.
2.2. Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Tiroid
Kelenjar tyroid terletak dibagian bawah leher, antara fascia koli media dan fascia
prevertebralis. Didalamruang yang sama terletak trakhea, esofagus, pembuluh darah
besar, dan syaraf. Kelenjar tyroid melekat pada trakhea sambil melingkarinya dua
pertiga sampai tiga perempat lingkaran. Keempat kelenjar paratyroid umumnya terletak
pada permukaan belakang kelenjar tyroid (De Jong & Syamsuhidayat, 1998).
Tyroid terdiri atas dua lobus, yang dihubungkan oleh istmus dan menutup cincin
trakhea 2 dan 3. Kapsul fibrosa menggantungkan kelenjar ini pada fasia pretrakhea
sehingga pada setiap gerakan menelan selalu diikuti dengan terangkatnya kelenjar
kearah kranial. Sifat ini digunakan dalam klinik untuk menentukan apakah suatu
bentukan di leher berhubungan dengan kelenjar tyroid atau tidak (Djokomoeljanto,
2001).
Vaskularisasi kelenjar tyroid berasal dari a. Tiroidea Superior (cabang dari a.
Karotis Eksterna) dan a. Tyroidea Inferior (cabang a. Subklavia). Setiap folikel lymfoid
diselubungi oleh jala-jala kapiler, dan jala-jala limfatik, sedangkan sistem venanya
berasal dari pleksus perifolikular (Djokomoeljanto, 2001).
Nodus Lymfatikus tyroid berhubungan secara bebas dengan pleksus trakhealis
yang kemudian ke arah nodus prelaring yang tepat di atas istmus, dan ke nl.
Pretrakhealis dan nl. Paratrakhealis, sebagian lagi bermuara ke nl. Brakhiosefalika dan
5
ada yang langsung ke duktus thoraksikus. Hubungan ini penting untuk menduga
penyebaran keganasan (Djokomoeljanto, 2001).
Fisiologi Hormon Tyroid
1. Kelenjar tyroid menghasilkan hormon tyroid utama yaitu Tiroksin (T4). Bentuk
aktif hormon ini adalah Triodotironin (T3), yang sebagian besar berasal dari
konversi hormon T4 di perifer, dan sebagian kecil langsung dibentuk oleh
kelenjar tyroid. Iodida inorganik yang diserap dari saluran cerna merupakan
bahan baku hormon tyroid. Iodida inorganik mengalami oksidasi menjadi bentuk
organik dan selanjutnya menjadi bagian dari tyrosin yang terdapat dalam
tyroglobulin sebagai monoiodotirosin (MIT) atau diiodotyrosin (DIT). Senyawa
DIT yang terbentuk dari MIT menghasilkan T3 atau T4 yang disimpan di dalam
koloid kelenjar tyroid. Sebagian besar T4 dilepaskan ke sirkulasi, sedangkan
sisanya tetap didalam kelenjar yang kemudian mengalami diiodinasi untuk
selanjutnya menjalani daur ulang. Dalam sirkulasi, hormon tyroid terikat pada
globulin, globulin pengikat tyroid (thyroid-binding globulin, TBG) atau
prealbumin pengikat tiroksin (Thyroxine-binding pre-albumine, TPBA) (De
Jong & Syamsuhidayat, 1998).
2. Sel tiroid adalah satu-satunya sel dalam tubuh manusia yang dapat menyerap
iodin atau yodium yang diambil melalui pencernaan makanan. Iodin ini akan
bergabung dengan asam amino tirosin yang kemudian akan diubah menjadi T3
(triiodotironin) dan T4 (triiodotiroksin). Dalam keadaan normal pengeluaran T4
sekitar 80% dan T3 15%. Sedangkan yang 5% adalah hormon-hormon lain
seperti T2.
T3 dan T4 membantu sel mengubah oksigen dan kalori menjadi tenaga (ATP =
adenosin tri fosfat). T3 bersifat lebih aktif daripada T4. T4 yang tidak aktif itu
diubah menjadi T3 oleh enzim 5-deiodinase yang ada di dalam hati dan ginjal.
Proses ini juga berlaku di organ-organ lain seperti hipotalamus yang berada di
otak tengah.
Hormon-hormon lain yang berkaitan dengan fungsi tiroid ialah TRH (thyroid
releasing hormon) dan TSH (thyroid stimulating hormon). Hormon-hormon ini
membentuk satu sistem aksis otak (hipotalamus dan pituitari)- kelenjar tiroid. TRH
6
dikeluarkan oleh hipotalamus yang kemudian merangsang kelenjar pituitari
mengeluarkan TSH. TSH yang dihasilkan akan merangasang tiroid untuk mengeluarkan
T3 dan T4. Oleh kerena itu hal yang mengganggu jalur di atas akan menyebabkan
produksi T3 dan T4.
Fungsi Hormon tiroid :
1. meningkatkan aktivitas metabolik seluler
2. hormon pertumbuhan,
3. mempengaruhi mekanisme tubuh yang spesifik (seperti pada metabolisme dan sistem
kardiovaskular), serta mempengaruhi sekresi sebagian besar kelenjar endokrin lain.
2.3. Epidemiologi
Sebagian besar iodium berada di samudera / lautan, karena iodium (melalui
pencairan salju dan hujan) pada permukaan tanah, kemudian dibawa oleh angin, aliran
sungai, dan banjir ke laut. Kondisi ini, terutama di daerah yang bergunung-gunung di
seluruh dunia, walau dapat juga terjadi di lembah sungai.
Iodium yang berada di tanah dan lautan dalam bentuk yodida. Ion yodida
dioksidasi oleh sinar matahari menjadi elemen iodium yang sangat mudah menguap,
sehingga setiap tahun kira-kira 400.000 ton iodium hilang dari permukaan laut. Kadar
iodium dalam air laut kira-kira 50 mikrogram/liter, di udara kira-kira 0,7
mikrogram/meter kubik.
Iodium yang berada dalam atmosfer akan kembali ke tanah melalui hujan,
dengan kadar dalam rentang 1,8 - 8,5 mikrogram/liter. Siklus iodium tersebut terus
berlangsung selama ini. Kembalinya iodium ke tanah sangat lambat dan dalam jumlah
sedikit dibandingkan saat lepasnya. Proses ini akan berulang terus menerus sehingga
tanah yang kekurangan iodium tersebut akan terus berkurang kadar iodiumnya.
Di sini tidak ada koreksi alamiah, dan defisiensi iodium akan menetap.
Akibatnya, populasi manusia dan hewan di daerah tersebut yang sepenuhnya tergantung
pada makanan yang tumbuh di daerah tersebut akan menjadi kekurangan iodium
Di Indonesia gondok sudah dikenal sejak jaman dahulu melalui tulisan tertua
yang terdapat pada prasasti di Bangli, Bali. Gondok dilaporkan sering ditemukan di
pulau Jawa dan luar Jawa. Sebelum jaman kemerdekaan banyak penelitian yang
7
mlaporkan gondok endemik di berbagai daerah baik di pulau jaw maupun di pulau
Sumatera. Pada permulaaan tahun 1900 seorang dokter melaporkangondok endemik
tinggi di Aceh. Pada ttahun 1922 dilaporkan bahwa pasien dari yang datang di
poliklinik Alas Sumatera Utara 60% diantaranya menerita gondok. Di berbagai daerah
dilaporkan gondok dengan prevalensi yang tinggi baik pada pria maupun wanita.
Diantara anak-anak usia 1-12 tahun banyak yang menderita kretin.
Pemetaan gondok endemik pertama dilakukan oleh Direktorat Gizi, Departemen
Kesehatan pada tahun 1980-82 di 25 propinsi tidak termasuk DKI Jakarta dan Irian Jaya
( Papua). Prevalensi gondok endemik di banyak desa 80%, kretin lebih dari 10% dan di
beberapa desa mencapai 15% merupakan angka yang tertinggi di dunia. Berdasar
pemetaan ini diperkirakan 30 juta penduduk tinggal di daerah kekurangan iodium, l0
juta di antaranya menderita gondok, 750 kretin endemik dan 3,5 juta menderita Gaki
lain.
Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan masalah
yang serius mengingat dampaknya secara langsung mempengaruhi kelangsungan hidup
dan kulitas manusia. Kelompok masyarakat yang sangat rawan terhadap masalah
dampak defisiensi iodium adalah wanita usia subur (WUS) ; ibu hamil ; anak balita dan
anak usia sekolah (Jalal, 1998).
2.4. Etiologi dan Patogenesis
Faktor – Faktor yang berhubungan dengan masalah GAKI antara lain :
Faktor Defisiensi Iodium dan Iodium Excess
Defisiensi iodium merupakan sebab pokok terjadinya masalah GAKI. Hal ini
disebabkan karena kelenjar tiroid melakukan proses adaptasi fisiologis terhadap
kekurangan unsur iodium dalam makanan dan minuman yang dikonsumsinya
(Djokomoeldjanto, 1994).
Hal ini dibuktikan oleh Marine dan Kimbell (1921) dengan pemberian iodium
pada anak usia sekolah di Akron (Ohio) dapat menurunkan gradasi pembesaran kelenjar
tiroid. Temuan lain oleh Dunn dan Van der Haal (1990) di Desa Jixian, Propinsi
Heilongjian (Cina) dimana pemberian iodium antara tahun 1978 dan 1986 dapat
menurunkan prevalensi gondok secara drastic dari 80 % (1978) menjadi 4,5 % (1986).
8
Iodium Excess terjadi apabila iodium yang dikonsumsi cukup besar secara terus
menerus, seperti yang dialami oleh masyarakat di Hokaido (Jepang) yang
mengkonsumsi ganggang laut dalam jumlah yang besar. Bila iodium dikonsumsi dalam
dosis tinggi akan terjadi hambatan hormogenesis, khususnya iodinisasi tirosin dan
proses coupling (Djokomoeldjanto, 1994).
Faktor Geografis dan Non Geografis
Menurut Djokomoeldjanto (1994) bahwa GAKI sangat erat hubungannya
dengan letak geografis suatu daerah, karena pada umumnya masalah ini sering dijumpai
di daerah pegunungan seperti pegunungan Himalaya, Alpen, Andres dan di Indonesia
gondok sering dijumpai di pegunungan seperti Bukit Barisan Di Sumatera dan
pegunungan Kapur Selatan.
Daerah yang biasanya mendapat suplai makanannya dari daerah lain sebagai
penghasil pangan, seperti daerah pegunungan yang notabenenya merupakan daerah
yang miskin kadar iodium dalam air dan tanahnya. Dalam jangka waktu yang lama
namun pasti daerah tersebut akan mengalami defisiensi iodium atau daerah endemik
iodium (Soegianto, 1996 dalam Koeswo, 1997).
Faktor Bahan Pangan Goiterogenik
Kekurangan iodium merupakan penyebab utama terjadinya gondok, namun tidak
dapat dipungkiri bahwa faktor lain juga ikut berperan. Salah satunya adalah bahan
pangan yang bersifat goiterogenik (Djokomoeldjanto, 1974). Williams (1974) dari hasil
risetnya mengatakan bahwa zat goiterogenik dalam bahan makanan yang dimakan
setiap hari akan menyebabkan zat iodium dalam tubuh tidak berguna, karena zat
goiterogenik tersebut merintangi absorbsi dan metabolisme mineral iodium yang telah
masuk ke dalam tubuh.
Goiterogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan zat iodium oleh
kelenjar gondok, sehingga konsentrasi iodium dalam kelenjar menjadi rendah. Selain
itu, zat goiterogenik dapat menghambat perubahan iodium dari bentuk anorganik ke
bentuk organik sehingga pembentukan hormon tiroksin terhambat (Linder, 1992).
Menurut Chapman (1982) goitrogen alami ada dalam jenis pangan seperti
kelompok Sianida (daun + umbi singkong , gaplek, gadung, rebung, daun ketela,
kecipir, dan terung) ; kelompok Mimosin (pete cina dan lamtoro) ; kelompok
9
Isothiosianat (daun pepaya) dan kelompok Asam (jeruk nipis, belimbing wuluh dan
cuka).
Faktor Zat Gizi Lain
Defisiensi protein dapat berpengaruh terhadap berbagai tahap pembentukan
hormon dari kelenjar thyroid terutama tahap transportasi hormon. Baik T3 maupun T4
terikat oleh protein dalam serum, hanya 0,3 % T4 dan 0,25 % T3 dalam keadaan bebas.
Sehingga defisiensi protein akan menyebabkan tingginya T3 dan T4 bebas, dengan
adanya mekanisme umpan balik pada TSH maka hormon dari kelenjar thyroid akhirnya
menurun.
2.5. Macam-macam Gangguan Akibat Kekurangan Iodium
1. Pada Fetus
- Abortus
- Steel Birth
- Kelainan Kematian Perinatal
- Kretin Neuroligi
- Kretin Myxedematosa
- Defek Psikomotor
2. Pada Neonatal
- Hipotiroid
- Gondok Neonatal
3. Pada Anak dan Remaja
- Juvenile Hipothyroidesm
- Gondok Gangguan Fungsi Mental
- Gangguan Perkembangan Fisik
- Kretin Myxedematosa dan Neurologi
4. Pada Dewasa
- Gondok dan segala Komplikasinya
- Hipotiroid
- Gangguan Fungsi Mental
10
Klasifikasi Gondok
1. Grade 0 : Normal
Dengan inspeksi tidak terlihat, baik datar maupun tengadah maksimal, dan
dengan palpasi tidak teraba.
2. Grade IA
Kelenjar Gondok tidak terlihat, baik datar maupun penderita tengadah maksimal,
dan palpasi teraba lebih besar dari ruas terakhir ibu jari penderita.
3. Grade IB
Kelenjar Gondok dengan inspeksi datar tidak terlihat, tetapi terlihat dengan
tengadah maksimal dan dengan palpasi teraba lebih besar dari Grade IA.
4. Grade II
Kelenjar Gondok dengan inspeksi terlihat dalam posisi datar dan dengan palpasi
teraba lebih besar dari Grade IB.
5. Grade III
Kelenjar Gondok cukup besar, dapat terlihat pada jarak 6 meter atau lebih.
Dampak kekuarangan iodium
1. Terhadap Pertumbuhan
- Pertumbuhan yang tidak normal.
- Pada keadaan yang parah terjadi kretinisme
- Keterlambatan perkembangan jiwa dan kecerdasan
- Tingkat kecerdasan yang rendah
- Mulut menganga dan lidah tampak dari luar
2. Kelangsungan Hidup
- Neonatus dan Ibu hamil
Ketika kita bicara mengenai neonatus dan ibu hamil maka terbayang proses
pertumbuhan fetus intrauterin, yang umumnya mengikuti satu pola. Perkembangan
otak dan intelegensi tepat mutlak perlu untuk manifestasi yang ‘sempurna’ di
kemudian hari.
Perkembangan fetus ibu hipotiroidisme primer yang hamil berbeda dengan
perkembangan fetus ibu hipotiroidisme yang disebabkan karena defisiensi yodium.
11
Patofisiologi yang jelas dan tegas belum terbukti hingga sekarang. Sumbangan
pengetahuan di atas tidak hanya penting untuk memahami dan mendalami peristiwa
yang terjadi di daerah dengan defisiensi berat saja (dengan adanya sindrom GAKI,
lebih-lebih mekanisme terjadinya kretin endemik baik miksudematosa maupun
kretin tipe nervosa) tetapi juga penting untuk upaya pencegahan.
- Pada Janin
Kekurangan yodium pada janin akibat Ibunya kekurangan yodium. Keadaan ini
akan menyebabkan besarnya angka kejadian lahir mati, abortus, dan cacat bawaan,
yang semuanya dapat dikurangi dengan pemberian yodium. Akibat lain yang lebih
berat pada janin yang kekurangan yodium adalah kretin endemic.
Kretin endemik ada dua tipe, yang banyak didapatkan adalah tipe nervosa, ditandai
dengan retardasi mental, bisu tuli, dan kelumpuhan spastik pada kedua tungkai.
Sebaliknya yang agak jarang terjadi adalah tipe hipotiroidisme yang ditandai dengan
kekurangan hormon tiroid dan kerdil.
Penelitian terakhir menunjukkan, transfer T4 dari ibu ke janin pada awal kehamilan
sangat penting untuk perkembangan otak janin. Bilamana ibu kekurangan yodium
sejak awal kehamilannya maka transfer T4 ke janin akan berkurang sebelum
kelenjar tiroid janin berfungsi.
Jadi perkembangan otak janin sangat tergantung pada hormon tiroid ibu pada
trimester pertama kehamilan, bilamana ibu kekurangan yodium maka akan berakibat
pada rendahnya kadar hormon tiroid pada ibu dan janin. Dalam trimester kedua dan
ketiga kehamilan, janin sudah dapat membuat hormon tiroid sendiri, namun karena
kekurangan yodium dalam masa ini maka juga akan berakibat pada kurangnya
pembentukan hormon tiroid, sehingga berakibat hipotiroidisme pada janin.
- Pada Saat Bayi Baru Lahir
Yang sangat penting diketahui pada saat ini, adalah fungsi tiroid pada bayi baru lahir
berhubungan erat dengan keadaan otak pada saat bayi tersebut lahir. Pada bayi baru
lahir, otak baru mencapai sepertiga, kemudian terus berkembang dengan cepat
sampai usia dua tahun. Hormon tiroid pembentukannya sangat tergantung pada
kecukupan yodium, dan hormon ini sangat penting untuk perkembangan otak
normal.
12
Di negara sedang berkembang dengan kekurangan yodium berat, penemuan kasus
ini dapat dilakukan dengan mengambil darah dari pembuluh darah balik talipusat
segera setelah bayi lahir untuk pemeriksaan kadar hormon T4 dan TSH. Disebut
hipotiroidisme neonatal, bila didapatkan kadar T4 kurang dari 3 mg/dl dan TSH
lebih dari 50 mU/mL.
Pada daerah dengan kekurangan yodium yang sangat berat, lebih dari 50%
penduduk mempunyai kadar yodium urin kurang dari 25 mg pergram kreatinin,
kejadian hipotiroidisme neonatal sekitar 75-115 per 1000 kelahiran. Yang sangat
mencolok, pada daerah yang kekurangan yodium ringan, kejadian gondok sangat
rendah dan tidak ada kretin, angka kejadian hipotiroidisme neonatal turun menjadi 6
per 1000 kelahiran.
Dari pengamatan ini disimpulkan, bila kekurangan yodium tidak dikoreksi maka
hipotiroidisme akan menetap sejak bayi sampai masa anak. Ini berakibat pada
retardasi perkembangan fisik dan mental, serta risiko kelainan mental sangat tinggi.
Pada populasi di daerah kekurangan yodium berat ditandai dengan adanya penderita
kretin yang sangat mencolok.
- Pada Masa Anak
Penelitian pada anak sekolah yang tinggal di daerah kekurangan yodium
menunjukkan prestasi sekolah dan IQ kurang dibandingkan dengan kelompok umur
yang sama yang berasal dari daerah yang berkecukupan yodium. Dari sini dapat