Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Negara berkembang, termasuk Indonesia, masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama dan merupakan penyebab kematian ibu dan anak secara tidak langsung. Angka kematian ibu dan bayi terutama bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yang tinggi pada hakekatnya juga ditentukan oleh status gizi ibu hamil. 1 Ibu hamil dengan status gizi buruk atau yang mengalami kurang energi kronis (KEK) cenderung melahirkan bayi BBLR dan dihadapkan pada resiko kematian yang lebih besar dibanding dengan bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan berat lahir yang normal. 1,2,3 Seorang ibu hamil umumnya akan melahirkan bayi yang sehat bila tingkat kesehatan dan gizinya berada pada kondisi yang baik. Ibu sehat umumnya akan melahirkan bayi yang sehat. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan ibu adalah gizi ibu (DepkesRI,2000). Masalah gizi yang sering dihadapi ibu hamil yaitu KEK dan anemia gizi. Data menunjukkan bahwa sepertiga (35,65 %) Wanita Usia Subur (WUS) menderita KEK, masalah ini mengakibatkan pada saat hamil akan menghambat pertumbuhan janin sehingga menimbulkan resiko pada bayi berupa BBLR (Depkes RI, 1
31

Mini Project New

Jan 28, 2016

Download

Documents

VoNda Apriliani

project
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

PROPOSAL PENELITIAN

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangDi Negara berkembang, termasuk Indonesia, masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama dan merupakan penyebab kematian ibu dan anak secara tidak langsung. Angka kematian ibu dan bayi terutama bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yang tinggi pada hakekatnya juga ditentukan oleh status gizi ibu hamil.1 Ibu hamil dengan status gizi buruk atau yang mengalami kurang energi kronis (KEK) cenderung melahirkan bayi BBLR dan dihadapkan pada resiko kematian yang lebih besar dibanding dengan bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan berat lahir yang normal.1,2,3Seorang ibu hamil umumnya akan melahirkan bayi yang sehat bila tingkat

kesehatan dan gizinya berada pada kondisi yang baik. Ibu sehat umumnya akan melahirkan bayi yang sehat. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan ibu adalah gizi ibu (DepkesRI,2000). Masalah gizi yang sering dihadapi ibu hamil yaitu KEK dan anemia gizi. Data menunjukkan bahwa sepertiga (35,65 %) Wanita Usia Subur (WUS) menderita KEK, masalah ini mengakibatkan pada saat hamil akan menghambat pertumbuhan janin sehingga menimbulkan resiko pada bayi berupa

BBLR (Depkes RI, 2002). 6,7,8Berat badan bayi lahir dapat diduga berdasarkan penilaian status gizi ibu selama hamil. Oleh karena itu perlu adanya metode deteksi dini secara sederhana yang dapat mencerminkan pertumbuhan janin intrauterin dengan demikian dapat dilakukan perbaikan gizi ibu dalam kehamilan. 4Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menilai status gizi ibu hamil antara lain memantau pertambahan berat badan ibu selama hamil, mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA) dalam kehamilan, dan pemeriksaan spesimen berupa urine, tinja, darah, hati dan otot yang diuji secara laboratoris. Pertambahan berat badan selama hamil sekitar 11,5 16 kg untuk wanita yang mempunyai indeks massa tubuh prahamil normal. Proses-proses fisiologis kumulatif menghasilkan penambahan

9 kg yang berupa janin, plasenta, air ketuban, hipertrofi uterus, payudara, peningkatan volume darah, serta retensi cairan ekstrasel dan intrasel. Sisa 3,5 kg tampaknya sebagian besar berupa lemak simpanan tubuh ibu. Pertambahan berat badan ini juga menggambarkanpertumbuhanjanin. PengukuranLILA dimaksudkanuntuk mengetahui apakah seseorang menderita KEK. Pada pemeriksaan laboratorium yang dinilai adalah kadar Hb, cholesterol, dan albumin,yang juga dapat menggambarkan

status gizi ibu. 9,10

Masa kehamilan adalah masa dimana seorang wanita memerlukan berbagai unsur gizi yang jauh lebih banyak daripada yang diperlukan dalam keadaan biasa.11Disamping untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya sendiri berbagai zat gizi itu juga diperlukanuntukpertumbuhandanperkembanganjaninyangadadidalam kandungannya, sebab defisiensi gizi selama kehamilan dapat memberikan efek yang

merugikan bagi ibu maupun bayinya.11,12,13,14,15Gizi yang baik mempunyai peranan yang cukup besar pada pembentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), karena kekurangan gizi berdampak negatif pada kesehatan dan dapat menghambat kualitas SDM. Bila kekurangan gizi terjadi pada ibu hamil maka akan berakibat buruk baik bagi ibu itu sendiri maupun anak yang dilahirkannya.Salah satu parameter untuk menilai status gizi ibu hamil adalah LILA.

Parameter ini sudah digunakan secara umum di Indonesia untuk menjaring ibu hamil yang berpotensi melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR). Dibandingkan dengan indikator antropometri lainnya, LILA paling praktis penggunaanya di lapangan, dan oleh sebab itu beberapa penelitian merekomendasikan LILA sebagai salah satu metode untuk dapat memprediksikan hasil kehamilan.11,12,13,14,15Angka BBLR di Indonesia nampak bervariasi. Dari penelitian kejadian BBLR pada tahun 1984 sebesar 14,6% di daerah pedesaan dan 17,5% di rumah sakit. Hasil penelitian multisenter di 7 daerah diperoleh angka BBLR dengan rentang 2,1% -17,2%. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1991 angka BBLR sekitar 7,5%.15Budijanto dan Didik (2000) dikutip dari Mutalazimah menunjukkan status gizi ibu hamil dapat diukur secara antropometri/pengukuran bagian-bagian tubuh seperti LILA (Lingkar Lengan Atas). Dinyatakan KEK bila LILA kurang dari 23,5 cm. LILA yang rendah merupakan faktor yang dominan terhadap risiko terjadinya

BBLR dengan Odd Ratio sebesar 8,24.16Mutalazimah(2005) menunjukkan ada hubungan antara LILA ibu hamil dengan berat bayi lahir. Implikasi ukuran LILA terhadap berat bayi lahir adalah bahwa LILA menggambarkan keadaan konsumsi makan terutama konsumsi energidan protein dalam jangka panjang.16J uminten (2006) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara berat badan lahir dengan status gizi ibu hamil berdasarkan ukuran lingkar lengan atas, dimana ibu dengan LILA < 23,5 cm melahirkan bayi dengan berat badanlahir lebih rendah dibanding ibu dengan LILA 23,5 cm .17

1.2 Rumusan MasalahDinegara-negaraberkembangdimanasumberdayasangatterbatas, dibutuhkan suatu teknologi sederhana yang dapat digunakan di lapangan dalam mengukur status gizidan kesehatan masyarakat. Dibandingkan dengan indikator antropometri yang lain, pengukuran LILA merupakan salah satu instrumen yang dapat disiapkan secara mudah dengan dana yang tidak mahal serta tidak membutuhkan pelatihan intensif dalam ketrampilan menggunakannya.Pengukuran LILA telah digunakan sebagai alat mendeteksi keadaan gizi balita, dan juga digunakan sebagai alat untuk menjaring ibu hamil dalam hal status gizi. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang pengukuran LILA untuk keperluan validitas dan reliabilitasnya. Rumusan masalah penelitian adalah Hubungan Status Gizi Ibu Hamil Berdasarkan Pengukuran LILA dengan Berat Badan Bayi Lahir Wilayah Kerja Puskesmas Paringin

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk memperoleh informasi tentang Hubungan Status Gizi Ibu Hamil Berdasarkan Pengukuran LILA dengan Berat Badan Bayi Wilayah Kerja Puskesmas Paringin

1.4 Manfaat PenelitianMetode deteksi dini hubungan status gizi ibu hamil dengan keadaan janin intra uterinyang mudah dilakukan, dengan dana yang tidak mahal yaitu pengukuran Lingkar Lengan Atas ( LILA ) Ibu hamil.

Hasil penelitian ini merupakan masukan pada pihak Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan dalam rangka menurunkan insiden ( angka kejadian) berat badan lahir rendah dan melalui program perbaikan gizi dan kesehatan ibu hamil.

1.5 Hipotesa Penelitian

Ada hubungan antara ukuran LILA terhadap berat badan bayi lahir.

BAB II

TINJ UAN PUSTAKA

2.1 K EBUTUHAN GIZI PADA IBU HAMIL

Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna.9,16Dalam kehamilan, pada dasarnya semua zat gizi memerlukan tambahan, namun yang seringkali menjadi kekurangan adalah energi protein dan beberapa

mineral seperti zat besi dan kalsium. 1,9Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan kira-kira

80.000 kalori selama masa kurang lebih 280 hari. Hal ini berarti perlu tambahan sebanyak kurang lebih 300 kalori setiap hari selama hamil.

Kebutuhan energi pada trimester I meningkat secara minimal. Kemudian sepanjang trimester II dan III kebutuhan energi terus meningkat sampai akhir kehamilan. Energi tambahan selama trimester II diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu seperti penambahan volume darah, pertumbuhan uterus, dan payudara, serta penumpukan lemak. Selama trimester III energi tambahan digunakan untuk

pertumbuhan janin dan plasenta.9Karena banyaknya perbedaan kebutuhan energi selama hamil, maka WHO menganjurkan jumlah tambahan sebesar 150 Kkal sehari pada trimester I, 350 Kkal sehari pada trimester II dan III. Di Kanada, penambahan untuk trimester I sebesar

100 Kkal dan 300 Kkal untuk trimester II dan III. Sementara di Indonesia berdasarkan rekomendasi Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998 ditentukan angka 285 Kkal perhari selama kehamilan. Angka ini tentunya tidak termasuk penambahan akibat perubahan temperatur ruangan, kegiatan fisik, dan pertumbuhan. Patokan ini berlaku bagi mereka yang tidak merubah kegiatan fisik

selama hamil.15,16,17Sama halnya dengan energi, kebutuhan ibu hamil akan protein juga meningkat, bahkan mencapai 68 % dari sebelum hamil. Jumlah protein yang harus tersedia sampai akhir kehamilan diperkirakan sebanyak 925 g yang tertimbun dalam jaringan ibu, plasenta, serta janin. Di Indonesia berdasarkan rekomendasi Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998 menganjurkan penambahan protein 12 g/hari selama kehamilan. Dengan demikian dalam satu hari asupan protein dapat mencapai 75-100 g (sekitar 12 % dari jumlah total kalori); atau sekitar 1,3 g/kgBB/hari pada gravida mature, 1,5 g/kg BB/hari (usia 15-18 tahun), dan 1,7 g/kg BB/hari (di bawah 15 tahun).Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe atau zat Besi. Jumlah Fe pada bayi baru lahir kira-kira 300 mg dan jumlah yang diperlukan ibu untuk mencegah anemia akibat meningkatnya volume darah adalah 500 mg. Selama kehamilan seorang ibu hamil menyimpan zat besi kurang lebih 1.000 mg termasuk untuk keperluan janin, plasenta dan hemoglobin ibu sendiri. Berdasarkan rekomendasi Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi Tahun 1998, seorang ibu hamil perlu tambahan besirata-rata 20 mg perhari.Sedangkan kebutuhan sebelum hamil atau pada kondisi normal rata-rata 26 mg per hari (umur 20 45 tahun). Seorang ibu hamil yang menderita kekurangan gizi, secara umum asupan makro dan mikro nutriennya juga berkurang. Dalam proses hematopoesis, selain zat besi, juga diperlukan sejumlah makro nutrien seperti protein dan sejumlah mikro nutrien lainnya, sehingga seorang yang menderita gizi kurang dapat dipastikan menderita anemia gizi. Anemia gizi adalah kekurangan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah yang disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb tersebut. Di Indonesia sebagian besar anemia ini disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe) hingga disebut Anemia Kekurangan Zat Besi atau Anemia Gizi Besi.9,13,152.2 Gizi Kurang pada Ibu Hamil11,13,15Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkanmasalah, baik pada ibu maupun janin, seperti diuraikan berikut ini.1.Terhadap IbuGizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara lain: anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi.

2.Terhadap Persalinan

Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (premature), pendarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat.

3.Terhadap JaninKekurangangizipadaibuhamildapatmempengaruhiproses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran (abortus), bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum , dan berat badan lahir rendah (BBLR).2.3 Penilaian Status Gizi Ibu1,2,3,13,15,18Wanita Usia Subur (WUS) dan ibu hamil dengan status gizi yang baik mempunyai kemungkinan lebih besar untuk melahirkan bayi yang sehat. Seperti pada pengertian status gizi secara umum, maka status gizi ibuhamil pun adalah suatu keadaan fisik yang merupakan hasil dari konsumsi, absorpsi dan penggunaan berbagai macam zat gizi baik makro maupun mikro. Oleh karena proses kehamilan menyebabkan perubahan fisiologi termasuk perubahan hormon dan bertambahnya volume darah untuk perkembangan janin, maka masukan zat gizi ibu hamil juga harus

ditambah guna mencukupi kebutuhan tersebut. (Depkes RI, 1996).Penilaian status gizi ibu dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh, antara lain umur, berat badan, panjang badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak bawah kulit. Penilaian status gizi klinis didasarkan perubahan-perubahan yang terjadi dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi, dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat pada permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penentuan gizi secara biokimia merupakan pemeriksaan spesimen (urine, tinja, darah, hati dan otot) yang diuji secara laboratoris. Sedangkan penentuan status gizi secara biofisik adalah suatu metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi,

khususnya jaringan dan melihat perubahan struktur jaringan.15Penilaian status gizi secara tidak langsung dibagi menjadi 3 yaitu: survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi 18. Survei konsumsi makanan dilakukan dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Statistik vital menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi faktor fisik,

biologis dan lingkungan.2.4 Berat Bayi LahirPada umumnya bayi dilahirkan setelah dikandung kurang lebih 40 minggu dalam rahim ibu. Secara umum berat bayi lahir yang normal adalah antara 2500 gr sampai 4000 gr, dan bila di bawah atau kurang dari 2500 gram dikatakan Berat Badan Lahir Rendah. Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature baby dengan low birth weight baby (bayi dengan berat lahir rendah =BBLR). Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir dikatakan bayi prematur. Keadaan ini dapat disebabkan oleh :1) masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai ( masa kehamilan dihitung mulai hari pertama haid terakhir dari haid yang teratur); 2) bayi small for gestational age (SGA):

bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa kehamilannya (kecil

untuk masa kehamilan = KMK ) ; 3) Kedua-duanya19,20,27.Dari pengertian diatas maka bayi dengan BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu Prematur murni dan Dismaturitas.22,262.4.1. Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan,

atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan.2.4.2. Disamaturitas atau Kecil Masa Kehamilan adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan sesungguhnya untuk masa kehamilan. Hal ini karena janin mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilan (KMK)

2.5 Lingkar Lengan Atas (LILA)Lingkar lengan atas adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran secara praktis yang digunakan untuk memeriksa ukuran lingkar lengan atas.

Menurut I Dewa Nyoman S (2002) pengukuran LILA adalah salah satu deteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat awam untuk mengetahui kelompok beresiko KEK.22 Depkes RI (2000) menetapkan nilai ambang batas LILA Wanita Usia Subur (WUS) dan ibu hamil dengan resiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm.62.5.1 Tujuan pengukuran LILA6Tujuan pengukuran LILA adalah :- Mengetahui risiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu, dan untuk menapis wanita yang mempunyai risiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR.)

- Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih berperan dalam pencegahan dan penanggulangan KEK.

- Mengembangkan gagasan-gagasan baru di kalangan masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.

- Meningkatkan peran petugas lintas sektor dalam upaya perbaikan gizi WUS yang menderita KEK.

- Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang menderitaKEK.

2.5.2 Cara pengukuran LILA1. Pengukuran dilakukan pada lengan kiri dengan pita LILA dan ditandai dengan sentimeter, dengan batas 23,5 cm (batas antara merah dan putih)

2.

Tetapkan posisi bahu dan siku. Lengan harus dalam posisi bebas lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang atau kencang.

3. Letakkan pita antara bahu dan siku. Alat pengukur harus dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau berlipat-lipat sehingga permukaan tidak rata.

4. Tentukan titik tengah lengan.

5. Lingkarkan pita LILA.Jangan terlalu ketat atau longgar.

6. Baca skala pengukuran.

2.5.3 Hubungan LILA Ibu hamil dengan Berat Bayi LahirSalah satu cara untuk mengetahui apakah ibu hamil menderita atau tidak menderita KEK adalah dari ukuran LILA, jika ukuran LILA kurang dari 23,5 cm maka ibu hamil tersebut dikatakan KEK atau gizi kurang dan beresiko melahirkan bayi dengan BBLR.

Dari hasil penelitian Ngare dan Neuman pada 148 wanita hamil di Kenya tahun 1998 menyimpulkan bahwa faktor-faktor prediktor BBLR antara lain, ukuran BMI, LILA, kadar Hb dan masukan gizi. Bila masukan zat gizi kurang memadai maka

akan meningkatkan risiko terjadinya BBLR.7,8,10Penambahan berat badan adalah akibat perubahan metabolik yang menyebabkan bertambahnya air dalam sel dan penumpukan lemak dan protein. Adanya asumsi bahwa pada trimester I dan II terjadi penimbunan cadangan lemak antara lain lemak bawah kulit sedang pada trimester III terjadi pemakaian cadangan lemak yang maksimal maka dengan demikian ada perubahan ukuran lingkar lengan atas sesuai dengan perubahan lemak bawah kulit dan ada hubungannya dengan berat badan lahir.

Bhargava dkk (2000)11 dalam penelitiannya di Kenya menyimpulkan bahwastatus gizi ibu mempunyai hubungan yang positif dengan berat bayi lahir. Temuan tersebut didukung oleh hasil penelitian Humphrey dan Holzheimer (2000)12 yang menyatakan bahwa status gizi yang rendah mempunyai korelasi dengan BBLR. Demikian pula hasil penelitian yang dilakukan oleh Rodrigues dan Barros (1998)13 menemukan bahwa aktifitas ibu hamil dan status gizinya sangat penting terhadap risiko bayi prematur atau BBLR. Jadi status gizi normal dan kenaikan berat badan yang ideal pada ibu hamil berhubungan dengan penurunan komplikasi bayi perinatal dan optimalisasi berat badan lahir. Hasil penelitian di Indonesia seperti dilakukan Budijanto dkk (2000)15 di Madiun, Jawa Timur menemukan bahwa risiko terhadap kejadian berat bayi lahir rendah ada kaitan ukuran lingkar lengan atas dan pekerjaan berat. Temuan ini mendukung penelitian sebelumnya oleh Purdyastuti di RS Fatmawati Jakarta (1994)dikutip dari 16 yang menyimpulkan adanya hubungan antara status gizi ibu yang dinilai dari LILA dengan berat bayi lahir.

skema Tindak Lanjut pengukuran LILA7PENGUKURAN LILA WUS (Wanita Usa Subur)

< 23,5 cm

23,5 cmRESIKO KEK

BUKAN RESIKO KEKAnjuran :- Makan cukup denganpedoman Umum Gizi

Seimbang

- Hidup sehat

- Tunda kehamilan

- Bila hamil segera rujuk sedini mungkin

- Diberi penyuluhan

Anjuran :- Pertahankan kondisikesehatan

- Bila hamil , periksa kehamilan kepada petugas kesehatan

2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi berat bayi lahirBerat badan lahir merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor melalui suatu proses yang berlangsung selama berada dalam kandungan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir adalah sebagai berikut :26,29,2.6.1. Faktor Lingkungan InternalYaitu meliputi umur ibu, jarak kelahiran, paritas , kadar hemoglobin, status gizi ibu hamil, pemeriksaan kehamilan dan penyakit pada saat kehamilan.

2.6.2. Faktor Lingkungan Eksternal

Yaitu meliputi kondisi lingkungan , asupan zat gizi dan tingkat sosial ekonomi ibuhamil.

2.6.3. Faktor penggunaan sarana kesehatan yang berhubungan dengan frekuensi pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (ANC)

Faktor yang secara langsung atau internal mempengaruhi berat bayi lahir antara lain sebagai berikut :

2.6.1.1. Usia Ibu hamil

Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir. Kehamilan dibawah umur 16 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi, 2-4 kali lebih tinggi di bandingkan dengan kehamilan pada wanita yang cukup umur. Pada umur yang masih muda, perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi fisiologinya belum optimal. Selain itu emosi dan kejiwaannya belum cukup matang, sehingga pada saat kehamilan ibu tersebut belum dapat menanggapi kehamilannya secara sempurna dan sering terjadi komplikasi. Selain itu semakin muda usia ibu hamil, maka akan terjadi bahaya bayi lahir kurang bulan, perdarahan dan bayi BBLR26,27.

Meski kehamilan dibawah umur sangat berisiko tetapi kehamilan diatas usia 35 tahun juga tidak dianjurkan karena sangat berbahaya. Mengingat mulai usia ini sering muncul penyakit seperti hipertensi, tumor jinak peranakan, organ kandungan sudah menua dan jalan lahir telah kaku. Kesulitan dan bahaya yang akan terjadi pada kehamilan diatas usia 35 tahun ini adalah preeklamsia, ketuban pecah dini,

perdarahan, persalinan tidak lancar dan berat bayi lahir.212.6.1.2. Jarak Kehamilan/KelahiranMenurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi keluarga berencana (BKKBN) jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun atau lebih, kerena jarak kelahiran yang pendek akan menyebabkan seorang ibu belum cukup untuk memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan sebelumnya. Ini merupakan salah satu faktor penyebab kelemahan dan kematian ibu serta bayi yang dilahirkan. Risiko proses reproduksi

dapat ditekan apabila jarak minimal antara kelahiran 2 tahun.202.6.1.3. ParitasParitas secara luas mencakup gravida/jumlah kehamilan, prematur/jumlah kelahiran, dan abortus/jumlah keguguran. Sedang dalam arti khusus yaitu jumlah atau banyaknya anak yang dilahirkan. Paritas dikatakan tinggi bila seorang ibu/wanita melahirkan anak ke empat atau lebih. Seorang wanita yang sudah mempunyai tiga anak dan terjadi kehamilan lagi keadaan kesehatannya akan mulai menurun, sering mengalami kurang darah (anemia), terjadi perdarahan lewat jalan lahir dan letak bayi

sungsang ataupun melintang.242.6.1.4. Kadar Hemoglobin (Hb)

Kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil sangat mempengaruhi berat bayi yang dilahirkan. Seorang ibu hamil dikatakan menderita anemia bila kadar hemoglobinnya dibawah 12 gr/dl.33 Data Depkes RI diketahui bahwa 24,5% ibu hamil menderita anemia. Anemia pada ibu hamil akan menambah risiko mendapatkan bayi berat lahir

rendah (BBLR), risiko perdarahan sebelum dan pada saat persalinan, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil tersebut menderita anemia berat. Hal ini disebabkan karena kurangnya suplai darah nutrisi akan oksigen pada

plasenta yang akan berpengaruh pada fungsi plasenta terhadap janin.72.6.1.5. Status Gizi Ibu HamilStatus gizi dapat diartikan sebagai keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Berdasarkan pengertian diatas status gizi ibu hamil berarti keadaan sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi sewaktu hamil. Status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Selain itu gizi ibu hamil menentukan berat bayi yang dilahirkan, maka pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan. Pengukuran antropometri merupakan salah satu cara untuk menilai status gizi ibu hamil. Ukuran antropometri ibu hamil yang paling sering digunakan adalah kenaikan berat badan ibu hamil dan ukuran lingkar lengan atas (LLA) selama

kehamilan).1,3,8,18Sebagai ukuran sekaligus pengawasan bagi kecukupan gizi ibu hamil bisa di lihat dari kenaikan berat badannya. Ibu yang kurus dan selama kehamilan disertai penambahan berat badan yang rendah atau turun sampai 10 kg, mempunyai resiko paling tinggi untuk melahirkan bayi dengan BBLR. Sehingga ibu hamil harus mengalami kenaikan berat badan berkisar 11-12,5 Kg atau 20% dari berat badan

sebelum hamil.3,4,7Lingkar Lengan Atas (LILA) adalah antropometri yang dapat menggambarkan keadaan status gizi ibu hamil dan untuk mengetahui resiko Kekurangan Energi Kalori (KEK) atau gizi kurang. Ibu yang memiliki ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) di bawah 23,5 cm berisiko melahirkan bayi BBLR. Pengukuran LILA lebih praktis

untuk mengetahui status gizi ibu hamil karena alat ukurnya sederhana dan mudah dibawa kemana saja, dan dapat dipakai untuk ibu dengan kenaikan berat badan yang

ekstrim.16,17,18Faktor-faktoryangmempengaruhiberatbayilahirsecaratidak

langsung/eksternal dapat dijelaskan sebagai berikut :1. Faktor lingkungan yang meliputi kebersihan dan kesehatan lingkungan serta ketinggian tempat tinggal.

2. Faktor ekonomi dan sosial meliputi jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu hamil.

BAB 3

METODE PENELITIAN

A. Desaian Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik observasional dengan pendekatan desain cross sectional. Yang artinya variable resiko dan kasus yang terjadi pada obyek penelitian diukur dan dikumpulkan secara simultan, sesaat atau satu kali saja dalam satu kali waktu.

B. Kerangka Kerja Penelitian

Kerangka kerja penelitian adalah tahapan atau langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan untuk mengumpulkan data yang diteliti untuk mencapai tujuan penelitian.

SHAPE \* MERGEFORMAT

Gambar:3.1 Kerangka Kerja Penelitian

C. Populasi dan Sampel1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti (Notoatmodjo, 2002 :79). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang bersalin di wilayah kerja Puskesmas Paringin Kabupaten Balangan yang tercatat di Kohort Ibu Hamil selama bulan Februari sebanyak 30 kelahiran.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah ibu hamil yang bersalin di wilayah Puskesmas Paringin Kabupaten Balangan dan tercatat di buku register Bidan dan memiliki buku KIA selama bulan Februari.C. Cara Pengumpulan DataCara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mencatat dan merekap data-data secara langsung dari dokumen rekam medik atau kartu pemeriksaan kehamilan dan registrasi persalinan ibu. Data tersebut meliputi : nama, umur, gravida, ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) dan berat badan lahir bayi. Data-data tersebut kemudian dipindahkan ke dalam master tabel yang disiapkan oleh peneliti.D. Identifikasi VariabelVariabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu. Variable penelitian ini meliputi :1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain. Suatu kegiatan stimulasi yang dimanipulasi oleh peneliti, menciptakan suatu dampak pada variabel dependen. Biasanya dimanipulasi, diamati dan diukur untuk diketahui hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel lain (Nursalam, 2003:102).Variabel bebas dalam penelitian ini adalah; Umur Kehamilan, Gravida, LILA.2. Variabel TerikatVariabel terikat adalah faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam, 2003:102). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah : Berat Bayi Lahir (BBL)E. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah merupakan penjelasan semua variable dan istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitia (Setiadi;2007)Tabel :3.1 Definisi Operasional Penelitian

Variable DifinisiParameterAlat UkurSkalaSkor

Karakteristik Ibu

Paretas

Umur Kehamilan

Independen

Status Gizi

Didasarkan dari jumlah anak yg dilahirkan

Penghitungan lama kehamilan sampai pada persalian didasarkan HPHT, dari buku KIA

Adalah Ukuran Lingkar Lengan Atas Ibu hamil Trimester III menggunakan LILA meter yang tercatat pada buku KIA

Aterm, Prematur, Sirutinus

Dihitung dalam Minggu

Besar Lingkar Lengan Atas.

Buku KIA

Buku KIA

LILA MeterOrdinal

Ordinal

NominalPrimi Para

Anak ke I

Multi

Anak ke 2-4

Grande

Anak >5Prematur 40 mgg

KEK:< 23,5 cm

NonKEK:23,5 cm

Dependen

Berat Bayi Lahir

Adalah ukuran berat badan bayi yang diukur langsung setelah bayi lahir oleh petugas menggunakan timbangan bayi dan tercatat pada buku KIABerat BadanTimbanganRasio

F. Pengolahan Data

1. Pengolahan dan Analisis data

Prosedur pengolahan dan analisis data hasil penelitian sesuai langkah berikut :

a. Editing: langkah ini bertujuan untuk meneliti kembali setiap hasil pencatatan sudah sesuai dengan ketepatan pengukuran dan sesuai dengan tujuan penelitian.

b. Coding: langkah ini bertujuan untuk memeberikan kode-kode sebagai pengganti identitas.c. Tabulating: langkah ini bertujuan untuk memudahkan proses perhitungan dan penyajian data dalam bentuk distribusi frekuensi

d. Analisis data untuk mengetahui prevalens BBLR menggunakan bantuan tabel silang. Sedangkan untuk mengetahui gambaran masing-masing variabel menggunakan pendekatan statitik univariat yaitu; tendency central untuk data interval dan distribusi frekuensi untuk data kategorikal.

Untuk menguji hipotesis dengan menggunakan pendekatan uji statistic multivariate regresi linear dengan ( < 0,05.

Populasi:Seluruh ibu hamil yang bersalin di wilayah kerja Puskesmas Paringin Balangan selama bulan Januari-Maret 2015sebanyak.....

Sampel: Dengan (Teknik total sampling)

Pengumpulan data:Melalui data sekunder registrasi kohort ibu hamil

Pengolahan data Editing,coding,tabulating,analising

Analisis Data: Analisis Univariat dan Bivariat

19