BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi. Darah tinggi sering diberi gelar The Silent Killer karena hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi yang penyebab awalnya tidak diketahui atau tanpa gejala sama sekali, hipertensi bisa menyebabkan berbagai komplikasi terhadap beberapa penyakit lain, bahkan penyebab timbulnya penyakit jantung, stroke dan ginjal. Data WHO (2011) menunjukkan, di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4 % penghuni bumi mengidap hipertensi. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2 % di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di Negara berkembang, termasuk Indonesia. 1 Menurut WHO (2011), hipertensi membunuh hampir 8 juta orang setiap tahun, dimana hampir 1,5 juta adalah penduduk wilayah Asia Tenggara. Diperkirakan 1 dan 3 orang dewasa di Asia Tenggara menderita hipertensi. Menurut data Departemen Kesehatan, hipertensi dan penyakit jantung lain meliputi lebih dari sepertiga penyebab kematian, dimana hipertensi menjadi penyebab kematian kedua setelah stroke. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) dari 70% penderita hipertensi yang di ketahui hanya 25% yang mendapat pengobatan, dan hanya 12,5% yang diobati dengan baik (adequately treated cases) diperkirakan 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi. Darah tinggi
sering diberi gelar The Silent Killer karena hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi
yang penyebab awalnya tidak diketahui atau tanpa gejala sama sekali, hipertensi bisa
menyebabkan berbagai komplikasi terhadap beberapa penyakit lain, bahkan penyebab
timbulnya penyakit jantung, stroke dan ginjal. Data WHO (2011) menunjukkan, di seluruh
dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4 % penghuni bumi mengidap hipertensi. Angka ini
kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2 % di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap
hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di Negara berkembang,
termasuk Indonesia.1
Menurut WHO (2011), hipertensi membunuh hampir 8 juta orang setiap tahun,
dimana hampir 1,5 juta adalah penduduk wilayah Asia Tenggara. Diperkirakan 1 dan 3 orang
dewasa di Asia Tenggara menderita hipertensi. Menurut data Departemen Kesehatan,
hipertensi dan penyakit jantung lain meliputi lebih dari sepertiga penyebab kematian, dimana
hipertensi menjadi penyebab kematian kedua setelah stroke. Berdasarkan data World Health
Organization (WHO) dari 70% penderita hipertensi yang di ketahui hanya 25% yang
mendapat pengobatan, dan hanya 12,5% yang diobati dengan baik (adequately treated cases)
diperkirakan sampai tahun 2025 tingkat terjadinya tekanan darah tinggi akan bertambah 60%. 1,2
Menurut Hamid (2011), dalam Seminar The S Scientific Meeting on Hypertension
2011, tingkat prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7 persen dari total penduduk
dewasa. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013, prevalensi hipertensi di Indonesia
berdasarkan hasil pengukuran pada umur ≥ 18 tahun sebesar 25,8 persen. Jadi cakupan nakes
hanya 36,8 persen, sebagian besar (63,2%) kasus hipertensi di masyarakat tidak terdiagnosis.
Data secara nasional yang belum lengkap, sebagian besar penderita hipertensi di Indonesia
tidak terdeteksi, sementara mereka yang terdeteksi umumnya tidak menyadari kondisi
penyakitnya.1,2,3
1
Berdasarkan data dari rekapan kunjungan pasien Puskesmas Kebon Baru selama
tahun 2014, kasus hipertensi sebanyak 337 dari 10.643, dan hipertensi menduduki peringkat
10 dari 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Kebon Baru.4
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
terhadap penderita hipertensi dengan judul Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Penderita
Hipertensi dalam Upaya Mencapai Tekanan Darah Terkontrol di wilayah Puskesmas
Kelurahan Kebon Baru, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan.
Responden yang diambil pada mini project ini dari posbindu RW 11 Kelurahan
Kebon Baru, RW 07, RW 09 dan Puskesmas Kelurahan Kebon Baru. Sehingga sebagian
responden adalah wanita dan berusia lanjut.
1.2 Rumusan Masalah
Dari penjelasan di atas, dapat ditemukan permasalahan sebagai berikut:
Hipertensi menjadi penyebab kematian kedua setelah stroke.
Hipertensi menduduki peringkat ke 10 dari 10 penyakit terbanyak di Puskesmas
Kelurahan Kebon Baru
Kurangnya pengetahuan dan perilaku penderita hipertensi dalam upaya mencapai
tekanan darah terkontrol
1.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan perilaku penderita hipertensi
dalam upaya mencapai tekanan darah terkontrol di wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Kebon Baru, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan penderita hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Kebon Baru, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, Tahun
2015 dalam upaya mencapai tekanan darah terkontrol.
b. Diketahuinya gambaran tingkat perilaku penderita hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Kebon Baru, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, tahun 2015
dalam upaya mencapai tekanan darah terkontrol.
2
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman bagi penulis dalam
meneliti secara langsung di lapangan.
b. Untuk memenuhi salah satu tugas peneliti dalam menjalani program internsip
dokter umum Indonesia.
2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan agar masyarakat tahu dan mengerti tentang cara
mencapai tekanan darah terkontrol pada penyakit hipertensi.
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi Puskesmas Kelurahan Kebon
Baru, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan dalam rangka meningkatkan pelayanan
kesehatan khususnya penyakit hipertensi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Definisi Pengetahuan5
Menurut Notoatmodjo pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang tersebut melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga. Pengetahuan kognitif adalah domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (over behavior). Dari hasil pengalaman serta penelitian terbukti bahwa
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Penelitian yang dilakukan oleh Rogers (1974) mengungkapkan
bahwa sebelum seseorang mengadaptasi perilaku yang baru didalam diri orang tersebut
terjadi proses yang beruntun yaitu:
a. Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih
dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut disini
sikap subjek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya) hal ini
berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran
dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang, karena dari pengalaman dan penelitian yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
2.1.2 Tingkatan Pengetahuan5
Menurut Bloom (1987) dikutip oleh Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang dicakup
didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu (Know) diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
4
(recall), terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (Comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Aplication) diartikan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
d. Analisis (Analysis) merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Syntesis) menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemajuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek.
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan5
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu :
a. Pengalaman, dimana dapat diperoleh dari pengalaman diri sendiri atau orang lain.
Misalnya, jika seseorang pernah merawat seorang anggota keluarga yang sakit hipertensi,
umumnya menjadi lebih tahu tindakan yang harus dilakukan jika terkena hipertensi.
b. Tingkat pendidikan, dimana pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan
seseorang. Secara umum, seseorang yang memiliki pengetahuan yang tingi akan
mempunyai pengalaman yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat
pendidikannya lebih rendah.
c. Sumber informasi, keterpaparan seseorang terhadap informasi mempengaruhi tingkat
pengetahuaannya. Sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang,
misalnya televise, radio, Koran, buku, majalah dan internet.
2.1.4 Pengukuran Pengetahuan5
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita
ketahui dapat disesuaikan dengan tingkat domain diatas.
5
2.2 Perilaku
2.2.1 Definisi Perilaku5
Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia,
baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Menurut
Robert kwick (1974) perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat
diamati bahkan dapat dipelajari.
Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi
organisme terhadap lingkungannya. Skiner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa
perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau
faktorfaktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respons
terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dibedakan
menjadi dua yaitu :
1) Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang
bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis
kelamin, dan sebagainya.
2) Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan faktor dominan yang
mewarnai perilaku seseorang.
2.2.2 Determinan Perilaku5
Green (1980), mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat
kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok,
yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior causes).
Perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor, yakni :
Diet natrium Membatasi diet natrium tidak lebih dari 2400 mg/hari atau 100 meq/hari
2-8 mmHg
Penurunan Berat Badan Menjaga berat badan normal; BMI = 18,5-24,9 kg/
5-20 mmHg per 10 kg penururnan berat badan
Olahraga aerobik Olahraga aerobik secara teratur, bertujuan untuk melakukan aerobik 30 menit Latihan sehari-hari dalam seminggu. Disarankan pasien berjalan-jalan 1 mil per hari di atas tingkat aktivitas saat ini
4-9 mmHg
Diet DASH Diet yang kaya akan buah-buahan, sayuran, dan mengurangi jumlah lemak jenuh dan total
4-14 mmHg
Membatasi konsumsi alkohol Pria ≤2 minum per hari, wanita ≤1 minum per hari
2-4 mmHg
Jadi, modifikasi gaya hidup merupakan upaya untuk mengurangi tekanan darah,
mencegah atau memperlambat insiden dari hipertensi, meningkatkan efikasi obat
antihipertensi, dan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan
oleh JNC 7 adalah:
a. Diuretika, terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosteron Antagonist
b. Beta Blocker (BB)
c. Calcium Chanel Blocker atau Calcium antagonist (CCB)
d. Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (ACEI)
e. Angiotensin II Receptor Blocker atau Areceptor antagonist/blocker (ARB)
Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap, dan target
tekanan darah tercapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan untuk
menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang atau yang memberikan efikasi
24 jam dengan pemberian sekali sehari. Pilihan apakah memulai terapi dengan satu jenis obat
antihipertensi atau dengan kombinasi tergantung pada tekanan darah awal dan ada tidaknya
komplikasi. Jika terapi dimulai dengan satu jenis obat dan dalam dosis rendah, dan kemudian
tekanan darah belum mencapai target, maka langkah selanjutnya adalah meningkatkan dosis
obat tersebut, atau berpindah ke antihipertensif lain dengan dosis rendah. Efek samping
14
umumnya bisa dihindari dengan menggunakan dosis rendah, baik tunggal maupun kombinasi.
Sebagian besar pasien memerlukan kombinasi obat antihipertensi untuk mencapai target
tekanan darah, tetapi terapi kombinasi dapat meningkatkan biaya pengobatan dan
menurunkan kepatuhan pasien karena jumlah obat yang harus diminum bertambah.
Kombinasi obat yang telah terbukti efektif dan dapat ditolerensi pasien adalah :
a. CCB dan BB
b. CCB dan ACEI atau ARB
c. CCB dan diuretika
d. AB dan BB
e. Kadang diperlukan tiga atau empat kombinasi obat
Tabel 2.5. Tatalaksana Hipertensi Menurut JNC 7
Klasifikasi
Tekanan
Darah
TDS
(mmHg)
TDD
(mmHg)
Perbaikan Pola
Hidup
Terapi Obat Awal
Tanpa Indikasi
yang Memaksa
Dengan Indikasi
yang Memaksa
Normal < 120 < 80 Dianjurkan
Prehipertensi 120 - 139 Atau 80 –
89
Ya Tidak indikasi
obat
Obat-obatan
untuk indikasi
yang memaksa
Hipertensi
Derajat 1
140 - 159 Atau 90 –
99
Ya Diuretika jenis Thiazide untuk sebagian besar
kasus dapat dipertimbangkan
ACEI, ARB, BB, CCB, atau
kombinasi
Obat-obatan untuk indikasi yang memaksa
obat antihipertensi lain (diuretika, ACEI, ARB, BB, CCB) sesuai kebutuhan
Hipertensi
Derajat 2
≥ 160 Atau ≥ 100 Ya Kombinasi 2 obat untuk
sebagian besar kasus umumnya diuretika jenis Thiazide dan
ACEI atau ARB atau BB atau
CCB
15
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan
pengetahuan dan perilaku penderita hipertensi dalam upaya mencapai tekanan darah
terkontrol di Wilayah Puskesmas Kelurahan Kebon Baru, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan
Tahun 2015. Penelitian ini disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi terhadap variabel yang
diteliti yaiu variabel pengetahuan dan variabel perilaku.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di posbindu RW 11 Kelurahan Kebon Baru, RW 07,
RW 09 dan Puskesmas Kelurahan Kebon Baru.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan tanggal 11 Maret sampai 1 April 2015.
3.3 Populasi dan Subjek Penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai maka populasi dalam penelitian ini adalah
semua penderita hipertensi yang datang ke posbindu, pos lansia, dan Puskesmas kelurahan
Kebon Baru selama bulan Maret 2015 yang berjumlah 50 penderita.
3.3.2 Subjek Penelitian
Subjek Penelitian adalah populasi target yang masuk dalam kriteria inklusi
3.4. Kriteria Pemilihan Subjek Penelitian
3.4.1. Kriteria Inklusi
Penderita Hipertensi yang datang ke posbindu, pos lansia, dan Puskesmas Kebon
Baru
3.4.2. Kriteria Eksklusi
Penderita Hipertensi yang tidak kooperatif
16
3.5 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
3.5.1 Tehnik Pengumpulan Data
Data diperoleh dari pengisian kuesioner yang telah disiapkan oleh peneliti dengan
menggunakan teknik wawancara.
3.5.2 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian berupa kuesioner yang berisi pertanyaan tertulis tentang
pengetahuan dan perilaku penderita hipertensi dalam upaya mencapai tekanan darah
terkontrol. Pengetahuan reponden dianggap baik apabila benar dalam menjawab 12-14
pertanyaan, cukup bila benar 8-11 pertanyaan dan kurang bila hanya menjawab ≤ 7
pertanyaan. Perilaku responden dianggap baik apabila melakukan ≥ 7 perilaku untuk
mencapai tekanan darah terkontrol, dan kurang baik bila melakukan ≤ 6.
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data
3.6.1 Teknik Pengolahan Data
a. Pengolahan Data (editing)
Meneliti kembali apakah lembar kuesioner sudah cukup baik sehingga dapat di proses
lebih lanjut. Editing dapat dilakukan di tempat pengumpulan data sehingga jika terjadi
kesalahan maka upaya perbaikan dapat segera dilaksanakan.
b. Pengkodean (Coding)
Usaha mengklarifikasi jawaban-jawaban yang ada menurut macamnya, menjadi
bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode.
c. Pemasukan Data (Entry)
Memasukan data ke dalam perangkat komputer sesuai dengan kriteria.
d. Pembersihan Data (Cleaning data)
Data yang telah di masukan kedalam komputer diperiksa kembali untuk mengkoreksi
kemungkinan kesalahan.
3.6.2 Tehnik Analisis Data
Pada penelitian ini digunakan analisa univariat yaitu analisa yang dilakukan terhadap
setiap variabel dari hasil penelitian dalam analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan
persentase dari tiap variabel yang diteliti yaitu variabel pengetahuan, dan variable perilaku.
17
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. KEADAAN GEOGRAFIS
Kelurahan Kebon Baru merupakan salah satu dari tujuh Kelurahan Kecamatan Tebet dalam
lingkungan Kotamadya Jakarta Selatan dengan luas wilayah 129,66 Ha yang terdiri dari 14
RW, 153 RT dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
Utara : Kel. Bukit Duri
Timur : Kel. Bidari Cina
Selatan : Kel. Cikoko
Barat : Kel. Tebet Timur
4.2 . KEADAAN DEMOGRAFIS
1. Luas wilayah
No RW RT LUAS
1 1 10 7 HA
2 2 10 7 HA
3 3 10 27,66 HA
4 4 17 10 HA
5 5 9 4,5 HA
6 6 11 5,5 HA
7 7 14 7,5 HA
8 8 9 7 HA
9 9 10 7,5 HA
10 10 10 8 HA
11 11 10 9 HA
12 12 11 7 HA
13 13 12 8 HA
14 14 10 14 HA
TOTAL 14 153 129,66 HA
18
2. JUMLAH PENDUDUK TAHUN 2014
Jumlah penduduk : 41.272 orang
Status warga Negara :
WNI : 41.268 orang
WNA : 4 orang
Jenis kelamin :
o Perempuan : 20.899 orang
o Laki-laki : 20.373 orang
Kepadatan penduduk : 4 orang
Jumlah KK : 12.499 KK
3. JUMLAH PENDUDUK MENURUT GOLONGAN USIA DI KELURAHAN KEBON
BARU TAHUN 2014
Usia Laki-laki Perempuan Jumlah
0-4 1676 1616 3292
5-9 1951 1718 3669
10-14 1656 1627 3265
15-19 1586 1445 3031
20-24 1897 1767 3664
25-29 1729 1839 3568
30-34 1706 1899 3605
35-39 2013 1909 3922
40-44 1991 1847 3838
45-49 1425 1245 2670
50-54 1071 1079 2150
55-59 790 790 1580
60-64 585 617 1202
65-69 375 441 816
70-74 244 286 532
75- keatas 202 246 448
20.899 20.373 41.272
19
4.3 SUMBER DAYA KESEHATAN YANG ADA PUSKESMAS KEBON BARU TAHUN 2014
A. DATA KEPEGAWAIAN
NO TENAGA KESEHATAN
GOL/ STATUS KEPEGAWAIAN
PNS HONORER
1 Dokter Umum 2 / III C/ III B
2 Bidan 1 / III C
3 Perawat I / III D
4 Perawat I / II C
5 Dokter Gigi 1
6 Bidan 1
7 Perawat 1
8 Gizi 1
9 Asisten Apoteker 1
10 Tata Usaha 1
11 Loket 1
12 Cleaning Service 1
13 Penjaga Malam 1
JUMLAH 5 9
4.4 SARANA PELAYANAN KESEHATAN
Puskesmas Kelurahan Kebon Baru memiliki prasarana terdiri dari :
a. Luas tanah : 207m2
b. Luas bangunan : 116 m2
20
Dengan sarana :
No. Keterangan Jumlah
1 Daya Listrik 7700 watt
2 PAM dan Jet PAM 1 unit
3 Telepon 1 unit
4 Komputer 3 unit
5 Printer 2 unit
6 Sepeda motor 1 unit
4.5 Data 10 Penyakit Terbanyak Tahun 2014
No. Nama Penyakit Jumlah Persentase
1 Infeksi akut lain pada saluran
pernafasan bagian atas
4.774 44,9
2 Penyakit pada sistem otot dan
jaringan pengikat
1.191 11,2
3 Gastritis dan duodenitis 971 9,1
4 Penyakit kulit alergi 933 8,7
5 Penyakit pulpa dan jaringan
periapikal
724 6,8
6 Diare 574 5,4
7 Penyakit mata lain-lain 397 3,7
8 Gangguan gigi dan jaringan
penyangga lainnya
372 3,5
9 Gingivitis dan penyakit periodontal 370 3,5
10 Penyakit darah tinggi 337 3,2
Jumlah 10.643 100
21
4.6 Karakteristik Demografi Sampel
Berdasarkan hasil terhadap 50 sampel, didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki-Laki 15 30
Perempuan 35 70
Dari penelitian di dapatkan responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 15
orang (30%), dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 35 orang (70%).
Tabel 4.2 Pendidikan Terakhir Responden
Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase
Tidak Sekolah 1 2
SD 20 40
SMP 12 24
SMA/Sederajat 16 32
Perguruan Tinggi 1 2
Pendidikan terakhir responden bervariasi dari 1 orang tidak bersekolah, 20 orang
memiliki pendidikan terakhir SD, 12 orang tamat SMP, 16 orang tamat SMA, dan 1 orang
yang tamat Perguruan Tinggi.
Tabel 4.3 Pekerjaan Responden
Pekerjaan Jumlah Persentase
Peg. Swasta 2 4
Peg. Negeri 0 0
Wiraswasta 4 8
Pensiunan 5 10
Lain – lain 39 78
Pekerjaan responden bervariasi dari 2 orang peg. Swasta, 4 orang sebagai wiraswasta,
5 orang pensiunan, dan lain-lain sebanyak 39 orang.
22
Tabel 4.4 Riwayat Hipertensi
Riwayat Hipertensi Jumlah Persentase
Diri Sendiri 22 44
Orang Tua 28 56
Dari tabel di atas didapatkan responden yang memiliki riwayat hipertensi hanya di diri
sendiri sebanyak 22 orang (44%) dan responden yang memiliki riwayat hipertensi dari oran
tua sebanyak 28 orang (56%).
4.7 Hasil Penelitian
4.7.1 Gambaran Tingkat Pengetahuan Penderita Hipertensi
Tabel 4.5 Pengetahuan Responden Mengenai Hipertensi
Status Pengetahuan Jumlah Persentase
Baik 20 40
Cukup 25 50
Kurang 5 10
Tabel diatas memperlihatkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan
baik sejumlah 20 responden (40 %), cukup baik sejumlah 25 responden (50 %), dan sisanya
berpengetahuan kurang sejumlah 5 orang (10%).
23
Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Pada Pertanyaan Mengenai Pengetahuan
Soal
(Nomor)
*
Benar Salah
1 38 responden 12 responden
2 31 responden 19 responden
3 46 responden 4 responden
4 49 responden 1 responden
5 37 responden 13 responden
6 21 responden 29 responden
7 43 responden 7 responden
8 43 responden 7 responden
9 3 responden 47 responden
10 42 responden 8 responden
11 46 responden 4 responden
12 46 responden 4 responden
13 46 responden 4 responden
14 46 responden 4 responden
*soal terlampir
Dari tabel diatas didapatkan hampir semua responden, yaitu sebanyak 47 orang yang
salah menjawab di nomor 9 yaitu mengenai tidak semua pendeta hipertensi timbul gejala.
4.7.2 Gambaran Perilaku Penderita Hipertensi dalam Upaya Mencapai Tekanan Darah
Terkontrol
Tabel 4.7 Perilaku Responden dalam Mencapai Tekanan Darah Terkontrol
Nilai Jumlah Persentase
Baik 35 70
Kurang Baik 15 30
Tabel diatas memperlihatkan bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku baik
sejumlah 35 responden (70 %), dan sisanya kurang baik sejumlah 15 orang (30%).
24
Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Pada Pertanyaan Mengenai Perilaku
Soal
(Nomor) *
Melakukan Tidak Melakukan
1 30 responden 20 responden
2 40 responden 10 responden
3 33 responden 17 responden
4 27 responden 23 responden
5 26 responden 24 responden
6 15 responden 35 responden
7 48 responden 2 responden
8 35 responden 15 responden
9 33 responden 17 responden
10 38 responden 12 responden
11 30 responden 20 responden
12 41 responden 9 responden
*soal terlampir
Dari tabel di atas terlihat bahwa dari 50 responden yang diteliti sebanyak 20
responden yang tidak mengontrol tekanan darahnya secara rutin, dan sebanyak 23 responden
tidak meminum obat tekanan darah tingginya secara teratur. Selain itu hampir seluruh
responden tidak melakukan perilaku dalam upaya mencapai tekanan darah tinggi pada soal
nomor 6, yaitu kurangnya olahraga secara teratur.
4.7.3 Gambaran Perbandingan Pengetahuan Responden dan Perilaku Responden
dalam Upaya Mencapai Tekanan Darah Terkontrol
Tabel 4.9 Perbandingan Pengetahuan Responden dan Perilaku Responden
Pengetahuan
PerilakuTotal
Baik Kurang Baik
Baik 14 6 20
Cukup 17 8 25
Kurang 4 1 5
Total 35 15 50
25
Dari tabel diatas terlihat bahwa antara pengetahuan dan perilaku responden dalam
upaya mencapai tekanan darah terkontrol berbanding lurus.
4.8 Hasil Intervensi
Hasil intervensi mulai tanggal 11 Maret sampai 1 April 2015 didapatkan hasil 27
responden kontrol tekanan darah kembali setelah diberikan intervensi berupa penyuluhan.
Dari 27 responden tersebut terdapat 2 orang yang sebelumnya memiliki pengetahuan kurang,
dan 6 orang yang perilakunya kurang baik.
26
BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang berpengetahuan baik
sejumlah 20 responden (40%), cukup sebanyak 25 orang (25%) dan sisanya berpengetahuan
kurang sejumlah 5 responden (10%). Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar penderita
hipertensi sudah mempunyai pengetahuan cukup baik. Sebagian responden tidak mengetahui
bahwa hipertensi tidak selalu menimbulkan gejala dan hipertensi dapat terjadi diusia muda.
Kurangnya pengetahuan responden ini dapat disebabkan beberapa faktor antara lain:
rendahnya tingkat pendidikan responden yang pada umumnya hanya tamatan sekolah dasar,
kurangnya keaktifan responden dalam mengikuti penyuluhan kesehatan yang diadakan oleh
petugas kesehatan setempat dan ada beberapa responden yang sudah berusia lanjut (diatas 50
tahun) dimana kemampuan responden dalam menerima informasi kesehatan agak kurang.
Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007) peningkatan pengetahuan
mempunyai hubungan yang positif dengan perubahan variable perilaku. Pengetahuan dapat
diperoleh dari tingkat pendidikan seseorang realitas cara berfikir dan ruang lingkup
jangkauan berfikirnya semakin luas.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui responden yang baik upayanya dalam
mencapai tekanan darah terkontrol berjumlah 35 responden (70 %) dan respomden yang
kurang baik berjumlah 15 responden (30%). Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar
responden sudah cukup baik upayanya dalam mencapai tekanan darah terkontrol. Hal ini bisa
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : ada tidaknya kemauan dari responden untuk
sembuh/mengontrol kesehatannya, kurangnya kesadaran dari responden akan pentingnya
upaya mencapai tekanan darah yang terkontrol dan sulitnya meluangkan waktu untuk
memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan dan mengikuti penyuluhan kesehatan yang
diberikan oleh petugas kesehatan serta kurangnya dukungan keluarga dalam memotivasi
responden untuk melakukan usaha dalam mencapai tekanan darah terkontrol.
Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia,
baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Menurut
Robert kwick (1974) perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat
diamati bahkan dapat dipelajari. Menurut Notoatmodjo (2007) tindakan merupakan aplikasi
dari sikap seseorang individu yang juga tidak terlepas dari pengetahuan individu itu sendiri.
27
Selain itu perilaku seseorang juga dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain lingkungan,
sarana kesehatan dan perilaku petugas kesehatan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan penderita
hipertensi tentang upaya menciptakan tekanan darah terkontrol masih cukup baik, dan
perilaku penderita hipertensi dalam upaya menciptakan tekanan darah terkontrol juga sudah
cukup baik.
6.2 Saran
Perlu ditingkatkan sosialisasi tentang penyakit tekanan darah tinggi dan penyuluhan
mengenai upaya mencapai tekanan darah terkontrol dan tindakan apa saja yang harus
dilakukan jika tekanan darah meningkat serta menjelaskan pentingnya memeriksakan
tekanan darah secara teatur ke pelayanan kesehatan terdekat.
Ditingkatkan kegiatan seperti posbindu atau pos lansia untuk menjaring penderita
hipertensi dan memberikan penyuluhan atau motivasi untuk kontrol rutin tekanan
darah ke puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat.
28
BAB VII
DAFTAR PUSTAKA
1. Hanid, Seminar the 5th scientific meeting on hypertension 2011. Available from: http://www.to-day.co.id/read/2011/02/26/13140/astagaprevalensi_hipertensi_di_indonesia_sangat_tinggi.
2. Depkes RI. 2007. Pedoman Surveilans Epidemiologi Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah. Depkes, Jakarta : ii + 52 hlm.
3. Riskesda. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Depkes RI. Jakarta.4. Salwati S. Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Kebon Baru 2013. Jakarta.20145. Notoatmodjo, S. 2007.Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta6. Smeltzer, C. Suzanne, Bare G. Brenda., 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal –
Bedah. Alih Bahasa: dr. H. Y. Kuncara. Jakarta: EGC 7. Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : konsep, proses, dan
praktik edisi 4. Jakarta : EGC8. Gray, et al. (2005). Lecture Notes Kardiologi edisi 4. Jakarta: Erlangga Medical
Series.9. Kumar, P., and Clark, M., 2005. Clinical Medicine 6th ed. London, UK: Elseveir
Saunders.10. Beevers, D. G. 2002. Tekanan Darah. Jakarta : Dian Rakyat.11. Hariwijaya, M., & Sutanto. (2007). Pencegahan Dan Pengobatan Penyakit Kronis.
Jakarta : Edsa Mahkota.12. Gardner, D.S. Hypertension and impaired renal function accompany juvenileobesity:
the effect of prenatal diet. Kidney International. 200713. Soemantri, Djoko, Nugroho, J. 2006. Standar Diagnosis dan Terapi Penyakit Jantung
dan Pembuluh Darah. Edisi 4. Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.14. Dipiro, J.T., et al. 2005. Pharmacotherapy Handbook. Sixth edition. The Mc. Graw
Hill Company. USA.15. Macnair, Trisha. 2001. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : Erlangga16. Shankie, Susan. 2001. Hypertension In Focus. Pharmaceutical Pr. USA.17. Padmawinata, Kosasih. (2001). Pengendalian Hipertensi, Bandung: ITB18. Cohen, L.D., Townsend, R.R., 2008. In the Clinic Hypertension. Available from:
www.annals.org/intheclinic/ 19. Joint National Comitte on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High
Blood Pressure. 2003. Seventh Report of The Joint National Committe on Prevention,Detection,Evaluation,and Treatment of High Blood Pressure JNC Express(NIH Publication No.03-5233). Bethesda, MD:U.S.Department of Helath and Human Services.
20. Yogiantoro Mohammad, 2006. Hipertensi Esensial. In: Sudoyo, Aru.w., ed. Ilmu Penyakit Dalam Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI,