Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Campak adalah penyakit yang bersifat akut dan menular yang disebabkan oleh virus morbili. Campak merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya gejala seperti demam, pilek, batuk, mata yang sakit dan merah, serta ruam yang meluas ke seluruh tubuh yang berlangsung selama 4 hingga 7 hari. Apabila penyakit ini tidak tertangani dengan baik, maka komplikasi yang terjadi dapat berupa infeksi telinga, diare, pneumonia dan radang otak. 1 Campak merupakan salah satu penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi dan masih masalah kesehatan di Indonesia. Campak dalam sejarah anak telah dikenal sebagai penyebab utama kematian anak di negara berkembang termasuk Indonesia., meskipun adanya vaksin telah dikembangkan lebih dari 30 tahun yang lalu, virus campak ini menyerang 50 juta orang setiap tahun. 1,4 juta kematian anak diakibatkan karena penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) dan 38 1
61

mini project campak

Dec 30, 2015

Download

Documents

mini project ini berisi tentang data angka kejadian campak di kecamatan Pangkalan Kerinci, Kab. Pelalawan-Riau tahun 2012
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: mini project campak

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Campak adalah penyakit yang bersifat akut dan

menular yang disebabkan oleh virus morbili. Campak merupakan

penyakit yang ditandai dengan adanya gejala seperti demam, pilek,

batuk, mata yang sakit dan merah, serta ruam yang meluas ke

seluruh tubuh yang berlangsung selama 4 hingga 7 hari. Apabila

penyakit ini tidak tertangani dengan baik, maka komplikasi yang

terjadi dapat berupa infeksi telinga, diare, pneumonia dan radang

otak.1

Campak merupakan salah satu penyakit infeksi yang dapat

dicegah dengan imunisasi dan masih masalah kesehatan di

Indonesia. Campak dalam sejarah anak telah dikenal sebagai

penyebab utama kematian anak di negara berkembang termasuk

Indonesia., meskipun adanya vaksin telah dikembangkan lebih dari

30 tahun yang lalu, virus campak ini menyerang 50 juta orang

setiap tahun. 1,4 juta kematian anak diakibatkan karena penyakit

yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) dan 38 % kematian

karena PD3I disebabkan oleh penyakit campak.1

Program imunisasi campak di Indonesia dimulai pada tahun

1982, kemudian pada tahun 1991 berhasil dicapai status imunisasi

dasar lengkap atau Universal Child Immunization (UCI) secara

nasional. Sejak tahun 2000 imunisasi campak kesempatan kedua

diberikan kepada anak sekolah kelas I-VI (Catch Up) secara

bertahap yang kemudian dilanjutkan dengan pemberian imunisasi

campak secara rutin kepada anak sekolah dasar kelas I SD (BIAS).

Untuk mempercepat tercapainya perlindungan campak pada anak,

1

Page 2: mini project campak

sejak tahun 2005 sampai Agustus 2007 dilakukan kegiatan Crash

Program campak terhadap anak usia 6- 59 bulan dan anak usia

sekolah dasar di seluruh provinsi dalam 5 tahap.2 Angka kejadian

campak di Indonesia sejak tahun 1990 sampai 2002 masih tinggi

sekitar 3000-4000 per tahun 3

Dari data pengawasan UNICEF terakhir tahun 2010

menunjukkan cakupan imunisasi campak total di 11 propinsi

mencapai hampir 90%. Bahkan 4 propinsi seperti Riau, Sumatera

Selatan, Kepulauan Riau dan NTT mencapai 95% target untuk

imunisasi campak. Hanya Papua Barat yang mencapai di bawah

80% target. Total lebih dari 3,2 juta anak usia 9-59 bulan telah

diimunisasi campak. Program UCI campak secara nasional pada

tahun 1990 minimal 80%. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan

Dasar (Riskesdas) tahun 2008, di Indonesia cakupan imunisasi

campak sebesar 81,6%. Cakupan imunisasi campak di Propinsi

Riau tahun 2010 sebesar 89,65% menurun jika dibandingkan

dengan tahun 2009 yaitu sebesar 93,66%.3

Dari data statistik WHO pada tahun 2010 menyebutkan bahwa

1% kematian pada anak usia dibawah lima tahun disebabkan oleh

campak.3 Indonesia termasuk negara berkembang yang insiden

kasus campaknya cukup tinggi. Dari profil kesehatan Republik

Indonesia pada tahun 2010 dilaporkan Incidence Rate campak di

Indonesia sebesar 0,73 per 10.000 penduduk. Sedangkan CFR

pada KLB campak pada tahun 2010 adalah 0,233.3

Menurut Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)

Nasional pada tahun 2007 prevalensi campak klinis selama 12

bulan terakhir di Indonesia adalah 1,2 %. Menurut Data dari Dinas

Kesehatan Provinsi Riau, jumlah Penderita Campak di Riau

tergolong masih tinggi yakni, mencapai angka 521 kasus selama

tahun 2011 hingga Oktober . Puskesmas kerinci Berseri

melaporkan bahwa terjadi peningkatan kasus campak, pada tahun

2010 sebanyak 5 kasus, tahun 2011 sebanyak 8 kasus, tahun 2012

2

Page 3: mini project campak

sebanyak 11 kasus, dan pada tahun 2013 hingga Februari terdapat

13 kasus.4

B. Permasalahan

Dari latar belakang diatas diketahui adanya peningkatan kasus

campak di Puskesmas “BERSERI” Kecamatan Pangkalan Kerinci,

Kabupaten Pelalawan dari tahun 2010 – Februari 2013.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan

peningkatan kasus campak di Puskesmas “BERSERI”

Pangkalan Kerinci tahun 2010 – Februari 2013.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya distribusi penyakit campak di Puskesmas

“BERSERI” Pangkalan Kerinci tahun 2010 – Februari 2013.

b. Diketahuinya jumlah penyakit campak berdasarkan umur di

Puskesmas “BERSERI” Pangkalan Kerinci tahun 2010 –

Februari 2013.

c. Diketahuinya jumlah penyakit campak berdasarkan jenis

kelamin di Puskesmas “BERSERI” Pangkalan Kerinci tahun

2010 – Februari 2013.

d. Diketahuinya jumlah penyakit campak berdasarkan tempat di

Puskesmas “BERSERI” Pangkalan Kerinci tahun 2010 –

Februari 2013.

e. Diketahuinya jumlah penyakit campak berdasarkan waktu di

Puskesmas “BERSERI” Pangkalan Kerinci tahun 2010 –

Februari 2013.

3

Page 4: mini project campak

f. Diketahuinya jumlah penyakit campak berdasarkan status

imunisasi di Puskesmas “BERSERI” Pangkalan Kerinci

tahun 2010 – Februari 2013.

g. Diketahuinya distribusi pemetaan wilayah campak di

Puskesmas “BERSERI” Pangkalan Kerinci tahun 2010 –

Februari 2013.

h. Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan

peningkatan kasus campak di Puskesmas “BERSERI”

Pangkalan Kerinci tahun 2010 – Februari 2013

D. Manfaat

1. Bagi Puskesmas

a. Untuk mendapatkan informasi yang dapat memberikan

masukan agar terjadi penurunan jumlah kasus campak di

Puskesmas “BERSERI” Pangkalan Kerinci.

b. Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

dan meningkatkan kemampuan petugas dalam melakukan

diagnosa dini, pengobatan yang tepat, rujukan dan upaya

untuk mengurangi faktor risiko serta penularan penyakit

campak.

.

2. Bagi masyarakat

a. Mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik di

Puskesmas.

b. Memperoleh pengetahuan dan informasi tentang penyakit

campak sehingga dapat mengubah perilaku masyarakat

untuk hidup sehat.

c. Mengetahui pentingnya imunisasi campak dan pemberian

vitamin A.

d. Sebagai media komunikasi, informasi dan edukasi tentang

Penyakit campak.

4

Page 5: mini project campak

E. Sasaran

Semua orang di wilayah kerja Puskesmas “BERSERI”

Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan.

BAB II

5

Page 6: mini project campak

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Campak adalah suatu penyakit akut yang sangat menular,

disebabkan oleh infeksi virus yang umumnya menyerang anak.

ditandai oleh tiga stadium: (1) stadium inkubasi sekitar 10 – 14 hari;

(2) stadium prodromal dengan enantem ( bercak koplik ) pada

mukosa bukkal dan faring, demam ringan sampai sedangm

konjungtivitis ringan, coryza, dan batuk yang semakin berat; dan (3)

stadium akhir dengan ruam macular yang muncul berturut – turut

pada leher dan muka, tubuh, lengan dan kaki yang disertai oleh

demam tinggi.1

B. EPIDEMIOLOGI

Penyakit campak dikenal juga sebagai Morbili atau measles,

merupakan penyakit yang sangat menular (infeksius) yang

disebabkan oleg virus moblili, 90 % anak yang tidak kebal akan

terserang peyakit campak.2

Di seluruh dunia diperkirakan terjadi penurunan 56% kasus

campak yang dilaporkan yaitu 852.937 kasus pada tahun 2000

menjadi 373.421 kasus pada tahun 2006. Sejak vaksinasi campak

diberikan secara luas, terjadi perubahan epidemiologi campak

terutaa di negara berkembang. Dengan tingginya cakupan

imunisasi, terjadi penurunan campak.2

Pada 24 Mei 2011 Centers for Disease Control melaporkan

bahwa Amerika Serikat telah memiliki 118 kasus campak sejauh

tahun ini. Dari 118 kasus, 105 (89%) dari 118 pasien belum

divaksinasi.5

Di Indonesia, menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

morbili menduduki tempat ke-5 dalam urutan macam penyakit

utama pada bayi (0,7%) dan tempat ke-5 dalam urutan 10 macam

penyakit utama pada anak usia 1-4 tahun (0,77%).1

6

Page 7: mini project campak

Kejadian luar biasa morbili lebih sering terjadi di daerah pedesaan

terutama daerah yang sulit dijangkau oleh pelayanan kesehatan,

khususnya dalam program imunisasi1

Angka kejadian campak di Indonesia sejak tahun 1990 sampai

2002 masih tinggi sekitar 3000-4000 per tahun demikian juga

frekuensi terjadinya kejadian luar biasa tampak meningkat dari 23

kali per tahun menjadi 174, namun case fatality rate telah dapat

diturunkan dari 5,5% menjadi 1,2%. Umur terbanyak menderita

campak adalah <12 bulan, diikuti kelompok umur 1-4 dan 5-14

tahun.3

Bayi mendapat imunitas transplasenta dari ibu yang telah

menderita campak atau imunisasi campak. Imunitas ini biasanya

sempurna selama umur 4 – 6 bulan pertama dan menghilang pada

frekuensi yang bervariasi. Walaupun kadar antibodi ibu secara

umum tidak dapat dideteksi pada bayi dengan uji yang biasa

dilakukan sesudah umur 9 bulan, beberapa proteksi menetap, yang

mengganggu pemberian imunisasi sebelum umur 15 bulan. Walau

cakupan imunisasi cukup tinggi, KLB campak mungkin saja masih

akan terjadi yang diantaranya disebabkan adanya akumulasi anak-

anak rentan ditambah 15 % anak yang tidak terbentuk imunitas.2

1. Daerah risiko campak 2,9

Yang dimaksud daerah risiko campak yaitu daerah yang

berpotensi terjadinya KLB campak, dilihat dari:

a. Daerah dengan cakupan imunisasi yang rendah (<80%)

b. Lokasi yang padat dan kumuh

c. Daerah rawan gizi

d. Daerah sulit dijangkau atau jauh dari pelayanan kesehatan

e. Daerah dimana budaya masyarakatnya tidak menerima

imunisasi

C. ETIOLOGI 7

7

Page 8: mini project campak

Virus berada di sekret nasofaring dan di dalam darah, minimal

selama masa tunas dan dalam waktu yang singkat sesudah

timbulnya ruam. Virus tetap aktif minimal selama 34 jam pada

temperatur kamar, 15 minggu di dalam pengawetan beku, minimal

4 minggu disimpan dalam temperatur 35°C, dan beberapa hari

pada suhu 0°C. Virus tidak aktif pada pH rendah.

D. CARA PENULARAN 7

Campak menyebar melalui respirasi (kontak dengan cairan dari

hidung orang yang terinfeksi dan mulut, baik secara langsung atau

melalui transmisi aerosol), dan sangat menular. Masa inkubasi

terjadi asimtomatik 10-14 hari dari paparan awal. Penderita campak

biasanya dapat menularkan penyakit dari saat sebelum gejala

timbul sampai empat hari setelah ruam timbul.

E. PATOGENESIS 7

Patogenesis Campak tanpa Penyulit

Tabel 1. Patogenesis campak tanpa penyulit

Hari Manifestasi

0 Virus campak dalam droplet kontak dengan permukaan epitel

nasofaring atau kemungkinan konjungtiva infeksi pada sel

epitel dan multipikasi virus.

1-2 Penyebaran infeksi ke jaringan limfatik regional

2-3 Viremia primer

3-5 Multiplikasi virus campak pada epitel saluran nafas di tempat

infeksi pertama dan pada RES regional maupun daerah yang

jauh

5-7 Viremia sekunder

8

Page 9: mini project campak

7-11 Manifestasi pada kulit dan tempat lain yang bervirus, termasuk

saluran nafas

11-14 Virus pada darah, saluran nafas dan organ lain

15-17 Viremia berkurang lalu hilang, virus pada organ menghilang.

Gambar 1. Patogenesis campak

F. ANAMNESIS 6

9

Page 10: mini project campak

1. Adanya demam tinggi terus menerus 38,5°C atau lebih disertai

batuk, pilek, nyeri menelan, mata merah dan silau bila terkena

cahaya (fotofobia), seringkali diikuti diare.

2. Pada hari ke 4-5 demam timbul ruam kulit, didahului oleh suhu

yang meningkat lebih tinggi dari semula. Pada saat itu anak

mulai mengalami kejang demam.

3. Saat ruam timbul, batuk dan diare dapat bertambah parah

sehingga anak mengalami sesak nafas atau dehidrasi. Adanya

kulit kehitaman dan bersisik (hiperpigmentasi) dapat merupakan

tanda penyembuhan.

G. PEMERIKSAAN FISIK 6

Gejala klinis terjadi setelah masa tunas 10-12 hari terdiri dari 3

stadium:

1. Stadium prodromal : berlangsung 2-4 hari, ditandai dengan

demam yang diikuti dengan batuk, pilek, faring merah, nyeri

menelan, stomatitis dan konjungtivitis. Tanda patognomonik

timbulnya enantema mukosa pipi depan molar tiga disebut

bercak koplik

2. Stadium erupsi : ditandai dengan timbulnya ruam

makulopapular yang bertahan selama 5-6 hari. Timbulnya ruam

dimulai dari batas rambut dibrlakang telinga kemudian

menyebar ke wajah, leher dan akhirnya ekstremitas.

3. Stadium penyembuhan (konvalesen): setelah 3 hari ruam

berangsur-angsur menghilang sesuai urutan timbulnya. Ruam

kulit menjadi kehitaman dan mengelupas yang akan menghilang

setelah 1-2 minggu.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG 6

10

Page 11: mini project campak

Darah tepi : jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada

komplikasi infeksi bakteri

Pemeriksaan untuk komplikasi :

1. Ensepalopati dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal,

kadar elektrolit darah dan analisis gas darah

2. Enteritis : feses lengkap.

3. Bronkopneumonia : dilakukan pemeriksaan rontgen thorak

dan analisa gas darah.

I. DIAGNOSIS 6

Diagnosis dibuat dari gambaran klinis, selama stadium

prodromal, sel raksasa multinuklear dapat ditemukan pada apusan

mukosa hidung. Virus dapat diisolasi pada biakan jaringan. Angka

leukosit cenderung rendah dengan limfositosis relatif. Pungsi

lumbal pada penderita dengan ensefalitis campak biasanya

menunjukkan kenaikan protein dan sedikit kenaikan limfosit. Kadar

glukosa normal. Bercak koplik dan hiperpigmentasi adalah

patognomonis untuk rubeola/campak.

J. DIFERENSIAL DIAGNOSIS 2

Diagnosis banding penyakit campak yang perlu dipertimbangkan

adalah:

1. Rubella (Campak Jerman), terdapat pembesaran kelenjar

getah bening di belakang telinga.

2. DHF atau DBD, dalam 2-3 hari bisa terjadi mimisan, turniket

test (Rumple Leede) positif, perdarahan diikuti shock,

laboratorium menunjukkan trombosit < 100.000/ml dan

serologis positif IgM DHF.

3. Varisella (cacar air), ditemukan vesikula atau gelembung

berisi cairan.

11

Page 12: mini project campak

4. Alergi obat, kemerahan di tubuh setelah minum obat/

disuntik, serta gatal-gatal.

5. Miliaria atau keringat buntet : gatal-gatal, bintik kemerahan..

6. Eksantema subitum (campak mini) karena sangat mirip,

kelainannya bersifat diskrit makulopapular berwarna merah

tua dan biasanya timbul di daerah dada pada awalnya

kemudian menyebar ke muka dan ekstremitas. Beda utama

dengan campak adalah tidak adanyabercak koplik.

K. KOMPLIKASI 2,5,6

Sebagian besar penderita campak akan sembuh, komplikasi

sering terjadi pada anak usia < 5 tahun dan penderita dewasa usia

>20 tahun. Kasus campak pada penderita malnutrisi dan defisiensi

Vitamin A serta imun defisiensi (HIV), campak dapat menjadi lebih

berat atau fatal. Komplikasi yang sering terjadi yaitu :

2. Enteritis

3. Konjungtivitis

4. Laringitis akut

5. Bronkopneumonia

6. Ensefalitis

7. SSPE (Subacute Sclerosing Panencephalitis)

8. Otitis media

L. PENATALAKSANAAN 2,5,6

1. Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan. Anak harus

diberikan cukup cairan dan kalori, sedangkan pengobatan

bersifat simtomatik, dengan pemberian cairan yang cukup,

suplemen nutrisi, antipiretik, antitusif, ekspektoran, dan

antikonvulsan bila diperlukan. Sedangkan pada campak dengan

penyulit, pasien perlu dirawat map. Di rumah sakit pasien

12

Page 13: mini project campak

campat dirawat di bangsal isolasi sistem pernafasan, diperlukan

perbaikan keadaan umum dengan memperbaiki kebutuhan

cairan dan diet yang memadai.

2. Diet makanan cukup cairan, kalori yang memadai. Jenis

makanan disesuaikan dengan tingkat kesadaran pasien dan

ada tidaknya komplikasi.

3. Indikasi rawat : hiperpireksia (suhu > 39°C), dehidrasi, kejang,

asupan oral sulit,atau adanya komplikasi

4. Tanpa komplikasi:

a. Tirah baring di tempat tidur

b. Vitamin A 100.000 IU per oral diberikan satu kali, apabila

terdapat malnutrisi dilanjutkan 1500 IU tiap hari

1) Usia 6 bulan – 1 tahun : 100.000 unit dosis tunggal p.o.

2) Usia > 1 thn : 200.000 unit dosis tunggal p.o.

3) Dosis dapat diulang pada hari ke-2 dan 4 minggu

kemudian bila telah didapat tanda defisiensi vitamin A.

4) Vitamin A diberikan untuk membantu pertumbuhan epitel

saluran nafas yang rusak, menurunkan morbiditas

campak juga berguna untuk meningkatkan titer IgG dan

jumlah limfosit total.

5. Dengan komplikasi :

a. Bronkopneumonia

1) Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis intravena

dikombinasikan dengan kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari

Intravena dalam 4 dosis, sampai gejala sesak berkurang

dan pasien dapat minum obat per oral selama 7-10 hari.

2) Oksigen 2 liter/menit.

3) Koreksi gangguan analisis gas darah dan elektrolit

b. Enteritis: koreksi dehidrasi sesuai derajat dehidrasi

c. Otitis media: disebabkan oleh karena infeksi sekunder,

sehingga perlu diberikan antibiotik kotrimoksazol-

sulfametokzasol (TMP 4 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis)

13

Page 14: mini project campak

d. Ensefalopati,

1) Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis intravena

dikombinasikan dengan kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari

2) Kortikosteroid : deksametason 1 mg/kbb/hari sebagai

dosis awal dilanjutkan 0,5 g/kgbb/hari dibagi dalam 3 dosis

sampai kesadaran membaik (bila pemberian lebih dari 5

hari dilakukan tappering off).

3) Jumlah cairan dikurangi menjadi ¾ kebutuhan serta

koreksi gangguan elektrolit.

M. PENCEGAHAN 1,7

Pencegahan terhadap penyakit campak diantaranya:

1. Menjaga kebersihan dan kesehatan

2. Menghindari kontak langsung dengan penderita lain

3. Imunisasi

Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak

yang dilemahkan adalah sebanyak 0,5 ml. Cara pemberian

yang dianjurkan adalah subkutan, walaupun dari data yang

terbatas dilaporkan bahwa pemberian secara

intramuskular tampaknya mempunyai efektivitas yang sama

dengan subkutan.

Indikasi kontra pemberian imunisasi campak berlaku bagi

mereka yang sedang menderita demam tinggi, sedang

mendapat terapi imunosupresi, hamil, memiliki riwayat alergi,

sedang memperoleh pengobatan imunoglobulin atau bahan-

bahan berasal dari darah.

Imunisasi tambahan MMR , vaksin MMR (Mumps

Measles Rubella) adalah campuran tiga jenis virus yang

dilemahkan, yang disuntikkan untuk imunisasi melawan

campak (measles), gondongan (mumps) dan rubella

(german measles). Vaksin MMR umumnya diberikan kepada

14

Page 15: mini project campak

anak usia 12-15 bulan dengan booster diberikan

sebelum memasuki usia sekolah (4-6 tahun).

Pemberian imunisasi aktif diberikan pada bayi berumur 9

bulan atau lebih. Program imunisasi campak secara luas baru

dikembangkan plaksanaannya pada tahun 1982. Strategi

reduksi campak terdiri atas :

a. Pengobatan pasien campak dengan memberikan vitamin

A.

b. Imunisasi campak :

1) PPI : diberikan pada umur 9 bulan, Imunisasi campak

dapat diberikan bersama vaksin MMR pada umur 12-

15 bulan.

2) Mass campaign, bersamaan dengan Pekan Imunisasi

Nasional.

3) Catch up immunization, diberikan pada anak sekolah

dasar kelas 1-6

c. Surveilans

N. PROGNOSIS 5,6

Prognosis baik pada anak dengan keadaan umum yang baik,

tetapi prognosis buruk bila keadaan umum buruk, anak yang

sedang menderita penyakit kronis, gizi kurang/buruk atau bila ada

komplikasi.

Sebagian besar sering terjadi komplikasi termasuk bronkitis, dan

panencephalitis yang berpotensi fatal. Juga, bahkan jika pasien

tidak peduli tentang kematian, orang tersebut dapat menyebarkan

penyakit ini kepada pasien immunocompromised, yang mempunyai

risiko kematian jauh lebih tinggi, karena komplikasi seperti

pneumonia.

15

Page 16: mini project campak

Biasanya sembuh dalam 7-10 hari setelah timbul ruam. Bila ada

penyulit infeksi sekunder/malnutrisi berat akan menyebabkan

penyakit berat. Kematian disebabkan karena penyulit (pneumonia

dan ensefalitis).

O. Definisi KLB Campak2,8

1. Tersangka KLB : adanya 5 atau lebih kasus klinis dalam waktu

4 minggu berturut-turut yang terjadi mengelompok dan

dibuktikan adanya hubungan epidemiologi.

2. Pasti KLB: apabila minimum 2 spesimen positif IgM campak dari

hasil pemeriksaan kasus pada tersangka KLB campak.

3. Penanggulangan KLB

a. Laporkan segera (dalam waktu 24 jam ) kasus-kasus

tersangka campak yang ditemukan dan lakukan kegiatan

imunisasi yang komprehensif bagi semua orang yang rentan

untuk mencegah penularan. Jika terjadi KLB campak di

tempat penitipan anak, sekolah dan perguruan tinggi,

maka terhadap semua orang yang tidak memiliki

Catatan vaksinasi pada waktu bayi dengan 2 dosis

dengan interval minimal 1 bulan harus diimunisasi, kecuali

jika mereka memiliki Catatan dari dokter  bahwa mereka

pernah menderita campak atau memiliki bukti

laboratorium tentang status imunisasinya.

b. Pemberian Vitamin A dosis tinggi diberikan pada penderita

usia 6 bulan- 5 tahun sebanyak 2 kapsul, yaitu kapsul

pertama diberikan saat penderita ditemukan, kapsul kedua

diberikan keesokan harinya sesuai umur penderita.

c. Apabila KLB terjadi di suatu institusi, penghuni baru harus

diberi vaksinasi atau IG.

d. Dinegara berkembang, CFR campak masih tinggi. Apabila

vaksin tersedia, pemberian vaksinasi pada awal suatu KLB

membantu mencegah penyebaran lebih lanjut. Apabila

16

Page 17: mini project campak

persediaan vaksin terbatas, prioritas harus diberikan kepada

anak-anak dengan risiko yang paling

e. Analisis data KLB

1) Attack Rate (AR) :

Attack Rate merupakan insiden rate, biasanya

dinyatakan dalam persen, digunakan pada populasi

terpapar terhadap campak pada periode waktu terbatas.

Attack rate menggambarkan jumlah kasus campak di

populasi terpapar dan luasnya epidemik

Cara Perhitungan :

2) Case – Fatality Rate (CFR)

Cara perhitungan Case Fatality Rate yaitu :

3) Efikasi Vaksin

Data yang didapat dari penyelidikan epidemiologi

memberikan informasi tentang efikasi vaksin yang

dihitung dengan cara sebagai berikut :

17

Attack Rate = Jumlah kasus campak pada kelompok umur x 100 %

Jumlah Populasi at risk (kelompok umur tersebut)

CFR = Jumlah kasus campak Meninggal x 100 %

Jumlah kasus campak

Efikasi Vaksin = AR Tak Imunisasi – AR Imunisasi x 100 %

AR Tak Imunisasi

Page 18: mini project campak

BAB III

METODE PENYELESAIAN MASALAH

A. Metode

1. Populasi dan sampel

a. Populasi : 37 orang.

b. Sampel : 12 orang.

2. Pengumpulan data

a. Data sekunder : Data yang diambil dari dokumen

puskesmas, status pasien, dan laporan dari puskesmas.

b. Data primer : Melakukan wawancara.

3. Pengolahan dan analisa data

a. Kualitatif deskriptif.

BAB IV

18

Page 19: mini project campak

HASIL

A. Data Umum

1. Data Geografi

a. Lokasi Gedung Puskesmas Kecamatan wilayah Pangkalan

Kerinci terletak di Jalan Kamboja no.4, Kabupaten

Pelalawan.

b. Wilayah Kerja

Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pangkalan Kerinci

meliputi:

c. Puskesmas Kecamatan Pangkalan Kerinci memiliki wilayah

kerja tiga kecamatan dan empat desa dengan luas wilayah

1.772 Ha.

d. Secara administratif, batas wilayah kerja Puskesmas

Pangkalan Kerinci :

1) Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Bandar

Sekijang

2) Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan

Pangkalan Kuras

3) Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan

Langgam

4) Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan

Pelalawan

2. Data Monografi

a. Jumlah penduduk Kecamatan Wilayah Pangkalan Kerinci

adalah 76.884 jiwa, yang terdiri dari:

1) Laki-laki : 40.229 orang

2) Perempuan: 36.655 orang

19

Page 20: mini project campak

b. Jumlah kepala keluarga: 17.762 KK

c. Jumlah Balita di Puskesmas Pangkalan Kerinci : 7.705 balita

d. Jumlah desa yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas

Kecamatan Pangkalan Kerinci adalah tiga kelurahan dan

empat desa dengan luas wilayah 1.772 Ha.

e. Sebagian besar penduduk memiliki tingkat pendidikan

sedang

f. Sebagian besar penduduk mempunyai mata pencaharian

sebagai karyawan.

g. Sebagian besar penduduk mayoritas beragama Islam .

3. Jenis Sarana Kesehatan

Jenis sarana kesehatan yang berada di wilayah kerja

Puskesmas Pangkalan Kerinci , antara lain : Balai Pengobatan,

rumah bersalin, apotik, toko obat, praktek dokter peroraangan,

rumah sakit.

B. Sumber Daya Kesehatan Yang Ada

1. Dokter : 1 orang

2. Perawat : 1 orang

3. Koordinator P2M : 1 orang

4. Petugas laboratorium : 3 orang

5. Petugas administrasi : 2 orang

6. Pemegang program campak : 1 orang

C. Sarana Pelayanan Kesehatan Yang Ada

1. Medis

a. Poliklinik set :

1) Stetoskop : 2 buah

2) Timbangan berat badan : 2 buah

3) Thermometer : 2 buah

20

Page 21: mini project campak

4) Tensimeter : 2 buah

5) Senter : 1 buah

b. Alat pemeriksaan darah lengkap : Tidak ada

c. Obat-obatan simptomatis untuk Campak: Cukup

d. Alat penyuluhan kesehatan masyarakat : Tidak ada

e. Formulir laporan : Cukup

f. Buku petunjuk program Campak : Ada

g. Bagan penatalaksanaan kasus campak : Tidak ada

2. Non medis

a. Gedung Puskesmas : 1 ruang

b. Ruang tunggu : 1 ruang

c. Ruang administrasi : 1 ruang

d. Ruang periksa : 1 ruang

e. Ruang tindakan : 1 ruang

f. Ruang laboratorium : 1 ruang

g. Kamar obat : 1 ruang

h. Perlengkapan administrasi : Cukup

D. Data Kesehatan Masyarakat (Sekunder)

1. Angka Kematian Bayi 5 per 1.335 bayi

2. Angka Kematian Balita 7.705 per 1000 kelahiran hidup

3. Insiden Penyakit campak 11 kasus dalam 1 tahun pada tahun

2012.

E. Gambaran Epidemiologi

21

Page 22: mini project campak

1. Penemuan Kasus campak di Wilayah Kerja di Puskesmas

“BERSERI” Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan tahun

2010 – februari 2013 Menurut waktu :

Tabel 2.Distribusi Kasus campak Berdasarkan Waktu Tahun 2010-

Februari 2013

Bulan Tahun

2010 2011 2012 Februari 2013

Januari - - - 1

Februari 2 - 1 12

Maret 2 1 1

April - 1 4

Mei - 1 -

Juni 1 2 1

Juli - 1 1

Agustus - 2 -

September - - 1

Oktober - - -

November - - -

Desember - - 2

Jumlah 5 8 11 13

22

Page 23: mini project campak

Grafik 1.Distribusi Kasus Campak Berdasarkan Waktu Tahun 2010-

Februari 2013

Berdasarkan grafik diatas tampak adanya peningkatan

jumlah kasus campak setiap tahunnya dari tahun 2010- Februari

2013.

2. Penemuan Kasus campak di Wilayah Kerja di Puskesmas

“BERSERI” Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan

berdasarkan kelompok umur tahun 2010- Febuari 2013

Tabel 3.Distribusi Kasus campak Berdasarkan kelompok umur

Tahun 2010- Februari 2013

Kelompok

umur

Tahun

2010 2011 2012 Febuari 2013

< 1 tahun - - - -

1-4 tahun 2 3 5 6

5-9 tahun 2 5 4 5

10-14 tahun 1 - 1 1

>14 tahun - - 1 -

23

Jumlah Kasus Campak

2010 – Februari 2013

Page 24: mini project campak

Grafik 2.Distribusi Kasus Campak Berdasarkan Kelompok Umur

Tahun 2010- Februari 2013

Berdasarkan grafik diatas, pada tahun 2010 kelompok usia

yang banyak terkena campak adalah usia 1-4 tahun dan usia 2-

9 tahun dengan persentase 40 %, pada tahun 2011 kelompok

usia yang banyak terkena campak adalah usia 5-9 tahun

dengan persentase 63 %, pada tahun 2012 kelompok usia yang

banyak terkena campak adalah usia 1-4 tahun dengan

persentase 45 % dan pada tahun 2013 hingga bulan februari

kelompok usia yang banyak terkena campak adalah usia 1-4

tahun dengan persentase 48 %

3. Penemuan Kasus campak di Wilayah Kerja di Puskesmas

“BERSERI” Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan

berdasarkan jenis kelamin tahun 2010- Febuari 2013

24

Kasus Campak Menurut Kelompok Umur

2010-Februari 2013

Page 25: mini project campak

Tabel 4.Distribusi Kasus campak Berdasarkan jenis kelamin Tahun

2010- Februari 2013

Jenis

kelamin

Tahun

2010 2011 2012 Febuari 2013

Laki-laki 2 4 3 7

Perempuan 3 4 11 6

Grafik 3.Distribusi Kasus Campak Berdasarkan Jenis Kelamin

Tahun 2010- Februari 2013

Berdasarkan grafik diatas, didapatkan lebih banyak anak

berjenis kelamin perempuan yang menderita campak

dibandingkan dengan anak berjenis kelamin laki-laki.

4. Penemuan Kasus campak di Wilayah Kerja di Puskesmas

“BERSERI” Pangkalan Kerinci, Kabupaten

Pelalawanberdasarkan Wilayah tahun 2010- Febuari 2013

25

Kasus Campak Menurut Kelompok Jenis Kelamin 2010-Februari 2013

Page 26: mini project campak

Tabel 5.Distribusi Kasus campak Berdasarkan wilayah Tahun 2010-

Februari 2013

Wilayah Tahun

2010 2011 2012 Febuari 2013

Kerinci

Timur

3 3 5 12

Kerinci Barat 0 1 1 0

Kota 2 2 5 1

Desa

Makmur

0 1 0 0

Mekar Jaya 0 1 0 0

Kuala

terusan

0 0 0 0

Rantau Baru 0 0 0 0

Grafik 4. Distribusi Kasus Campak Berdasarkan wilayah Tahun 2010-

Februari 2013

26

Page 27: mini project campak

Berdasarkan grafik diatas dari tahun 2010- Februari 2013

kasus campak paling banyak terjadi di Kerinci timur.

5. Penemuan Kasus campak di Wilayah Kerja di Puskesmas

“BERSERI” Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan

berdasarkan status imunisasi tahun 2010- Febuari 2013

Tabel 6.Distribusi Kasus campak Berdasarkan Status Imunisasi

Tahun 2010- Februari 2013

Status imunisasi Tahun

2010 2011 2012 Febuari 2013

Imunisasi 4 6 3 1

Tidak Imunisasi 1 2 8 11

Keterangan 1 masih berusia

7 bulan

Grafik 5.Distribusi Kasus Campak Berdasarkan Status Imunisasi Tahun

2010

27

Page 28: mini project campak

Grafik 6.Distribusi Kasus Campak Berdasarkan Status Imunisasi

Tahun 2011

Grafik 7.Distribusi Kasus Campak Berdasarkan Status Imunisasi

Tahun 2012

28

Page 29: mini project campak

Grafik 8.Distribusi Kasus Campak Berdasarkan Status Imunisasi

hingga Februari Tahun 2013

Berdasarkan Grafik diatas didapatkan bahwa anak yang

tidak diimunisasi lebih banyak terkena penyakit campak, dengan

persentase pada tahun 2012 sebesar 72,27 %, dan tahun 2013

hingga februari sebesar 91,67 %.

F. Pemetaan Wilayah Penyakit Campak

29

Page 30: mini project campak

KASUS CAMPAK TAHUN 2010

Gambar 2. Pemetaan Wilayah Campak Tahun 2010

KASUS CAMPAK TAHUN 2011

30

Page 31: mini project campak

Gambar 3. Pemetaan Wilayah Campak Tahun 2011

KASUS CAMPAK TAHUN 2012

31

Page 32: mini project campak

Gambar 4. Pemetaan Wilayah Campak Tahun 2012

G. Hasil Wawancara

1. Dengan petugas Puskesmas32

Page 33: mini project campak

Menurut hasil wawancara dengan pengelola program

campak, terjadinya peningkatan kasus campak disebabkan oleh

kurangnya sosialisasi yang dilakukan untuk meningkatkan

pengetahuan mengenai penyakit campak dan pentingnya

imunisasi campak serta kurangnya kerjasama dengan instansi

kesehatan lain (praktek swasta, Rumah Sakit) sehingga kasus

campak dan penanganannya tidak terdata.

2. Dengan orang tua pasien (responden)

Menurut hasil wawancara dengan orang tua pasien,

banyaknya anak yang menderita campak disebabkan oleh

masyarakat belum mengetahui tentang penyakit campak,

gejala, bahaya dan pentingnya imunisasi campak serta

kurangnya sosialisasi dari petugas kesehatan.

BAB V

33

Page 34: mini project campak

PEMBAHASAN

A. Gambaran Epidemiologi

1. Dari hasil penelitian didapatkan adanya peningkatan jumlah

kasus campak setiap tahunnya dari tahun 2010- Februari 2013.

2. Dari hasil penelitian didapatkan, pada tahun 2010 kelompok

usia yang banyak terkena campak adalah usia 1-4 tahun dan

usia 2-9 tahun dengan persentase 40 %, pada tahun 2011

kelompok usia yang banyak terkena campak adalah usia 5-9

tahun dengan persentase 63 %, pada tahun 2012 kelompok

usia yang banyak terkena campak adalah usia 1-4 tahun

dengan persentase 45 % dan pada tahun 2013 hingga bulan

februari kelompok usia yang banyak terkena campak adalah

usia 1-4 tahun dengan persentase 48 % Hal ini mungkin

disebabkan karena daya tahan tubuh yang lebih rendah pada

anak < 5 tahun.

3. Dari hasil penelitian didapatkan lebih banyak anak berjenis

kelamin perempuan yang menderita campak dibandingkan

dengan anak berjenis kelamin laki-laki.

4. Dari hasil penelitian didapatkan dari tahun 2010- Februari 2013

kasus campak paling banyak terjadi di Kerinci timur. Hal ini

mungkin disebabkan karena tempat tinggal di daerah tersebut

merupakan lingkungan yang padat huni sehingga kesehatan

dan sanitasi di lingkungan rumah kurang terjaga.

5. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa anak yang tidak

diimunisasi lebih banyak terkena penyakit campak, dengan

persentase pada tahun 2012 sebesar 72,27 %, dan tahun 2013

hingga februari sebesar 91,67 %. Hal ini dipengaruhi oleh

terbentuknya antibody terhadap virus morbili pada anak yang

telah diimunisasi.

B. Hasil Wawancara

1. Dengan petugas Puskesmas

34

Page 35: mini project campak

Menurut hasil wawancara dengan pengelola program

campak, terjadinya peningkatan kasus campak disebabkan oleh

kurangnya sosialisasi yang dilakukan untuk meningkatkan

pengetahuan mengenai penyakit campak dan pentingnya

imunisasi campak serta kurangnya kerjasama dengan instansi

kesehatan lain (praktek swasta, Rumah Sakit) sehingga kasus

campak dan penanganannya tidak terdata.

2. Dengan orang tua pasien (responden)

Menurut hasil wawancara dengan orang tua pasien,

banyaknya anak yang menderita campak disebabkan oleh

masyarakat belum mengetahui tentang penyakit campak,

gejala, bahaya dan pentingnya imunisasi campak serta

kurangnya sosialisasi dari petugas kesehatan

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kasus campak

di Puskesmas “BERSERI” Pangkalan Kerinci tahun 2010 –

Februari 2013 :

1. Daerah dimana budaya masyarakatnya tidak menerima

imunisasi

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa anak yang tidak

diimunisasi lebih banyak terkena penyakit campak, dengan

persentase pada tahun 2012 sebesar 72,27 %, dan tahun 2013

hingga februari sebesar 91,67 %. Hal ini dipengaruhi oleh

terbentuknya telah antibody terhadap virus morbili pada anak

yang telah diimunisasi sehingga ia akan menjadi lebih kebal

terhadap infeksi virus campak.

Berdasarkan hasil wawancara, dii wilayah Jl.Pasar Baru

(banyak terjadi kasus campak) warga di lingkungan tersebut

tidak menerima imunisasi mereka masih berkeyakinan bahwa

campak adalah penyakit yang biasa terjadi dan akan sembuh

dengan sendirinya. Sebagian warga tidak memberikan

35

Page 36: mini project campak

imunisasi karena takut anaknya akan demam setelah

diimunisasi, dan masih banyak hal lainnya.

Tabel 7. Laporan Hasil Immunisasi Campak Puskesmas

tahun 2012

Puskesmas Pencapaian imunisasi

Campak

Kerinci Timur 91.5 %

Kerinci Barat 94.7 %

Kerinci Kota 91 %

Kuala Terusan 100 %

Mekar Jaya 93.9 %

Makmur 92.1 %

Rantau Baru 91.7 %

Berdasarkan tabel di atas pencapaian imunisasi tahun 2012

di Kerinci Timur (Jl.Pasar Baru) sebesar 91.5 % lebih dari target

nasional yaitu >90 %, namun angka kasus campak di Kerinci

Timur masih tinggi, hal ini mungkin disebabkan oleh karena

mereka yang terkena penyakit campak tidak termasuk dalam

cakupan imunisasi campak tahun 2012 (dalam 91,5 %).

2. Lingkungan tempat tinggal yang padat dan kumuh

36

Page 37: mini project campak

Perumahan yang memenuhi syarat kesehatan merupakan

salah satu usaha untuk memperbaiki kesehatan. Kriteria rumah

sehat menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

2002, secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila

memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan,

penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari

kebisingan yang mengganggu.

b. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privasi yang

cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan

penghuni rumah.

c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit

antar penghuni rumah dengan penyediaan air bersih,

pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor

penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan,

cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan

minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan

penghawaan yang cukup. Luas bangunan yang optimum

adalah apabila dapat menyediakan 2,5 – 3 m2 untuk setiap

orang (tiap anggota keluarga).

37

Page 38: mini project campak

Gambar 5. Kondisi lingkungan di daerah pasar baru.

38

Page 39: mini project campak

Gambar 6. Kondisi rumah di daerah Jl. pasar baru

3. Status gizi buruk atau kurang

Anak dengan status gizi kurang/buruk prognosisnya akan buruk

karena status gizi mempengaruhi respon imunitas tubuh terhadap

virus morbili. Apabila respon imun tubuh yang kurang, tubuh tidak

akan dapat melawan infeksi virus morbili, sehingga bisa

menyebabkan komplikasi ke penyakit yang lainnya hingga kondisi

yang lebih buruk lagi

D. Hasil Evaluasi Program :

Terjadinya peningkatan kasus campak di Puskesmas

“BERSERI” Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan

dari tahun 2010 – Februari 2013 mungkin disebabkan karena

kurangnya sosialisasi mengenai penyakit campak, sehingga warga

39

Page 40: mini project campak

tidak memahami akan bahaya penyakit campak dan pentingnya

imunisasi sehingga kesadaran masyarakat untuk membawa

balitanya berobat ke tempat pelayanan kesehatan kurang.

E. Kegiatan yang dilakukan

Pada bulan februari terjadi peningkatan kasus campak yang

signifikan di wilayah Jl.Pasar Baru yaitu 12 kasus dalam waktu satu

minggu oleh karena itu dilakukan kunjungan rumah surveilans

campak serta diadakan penyuluhan dan pembagian vitamin A pada

wilayah tersebut.

Gambar 7. Kunjungan rumah bersama surveilans campak di

wilayah Jl.Pasar Baru

40

Page 41: mini project campak

Gambar 8. Penyuluhan campak di wilayah Jl.Pasar Baru

Gambar 9. Pembagian Vitamin A di wilayah Jl.Pasar Baru

F. Hasil Kegiatan

Telah dilaksanakan penyuluhan dan pembagian Vitamin A di

wilayah Jl.Pasar Baru yang di wilayah tersebut banyak terkena

41

Page 42: mini project campak

campak, masyarakat telah paham mengenai penyakit campak dan

pentingnya imunisasi untuk mencegah penyakit campak.

G. Rencana yang Akan Datang

1. Diadakan sweeping imunisasi untuk bayi yang belum

mendapatkan imunisasi campak di wilayah Jl.Pasar Baru

2. Rencana Pembentukan posyandu di wilayah Jl.Pasar Baru.

42

Page 43: mini project campak

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Dari hasil penelitian didapatkan adanya peningkatan jumlah

kasus campak setiap tahunnya dari tahun 2010- Februari 2013.

2. Dari hasil penelitian didapatkan, pada tahun 2010 kelompok

usia yang banyak terkena campak adalah usia 1-4 tahun dan

usia 2-9 tahun dengan persentase 40 %, pada tahun 2011

kelompok usia yang banyak terkena campak adalah usia 5-9

tahun dengan persentase 63 %, pada tahun 2012 kelompok

usia yang banyak terkena campak adalah usia 1-4 tahun

dengan persentase 45 % dan pada tahun 2013 hingga bulan

februari kelompok usia yang banyak terkena campak adalah

usia 1-4 tahun dengan persentase 48 % Hal ini mungkin

disebabkan karena daya tahan tubuh yang lebih rendah pada

anak < 5 tahun.

3. Dari hasil penelitian didapatkan lebih banyak anak berjenis

kelamin perempuan yang menderita campak dibandingkan

dengan anak berjenis kelamin laki-laki.

4. Dari hasil penelitian didapatkan dari tahun 2010- Februari 2013

kasus campak paling banyak terjadi di Kerinci timur. Hal ini

mungkin disebabkan karena tempat tinggal di daerah tersebut

merupakan lingkungan yang padat huni sehingga kesehatan

dan sanitasi di lingkungan rumah kurang terjaga.

5. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa anak yang tidak

diimunisasi lebih banyak terkena penyakit campak, dengan

persentase pada tahun 2012 sebesar 72,27 %, dan tahun 2013

hingga februari sebesar 91,67 %. Hal ini dipengaruhi oleh

43

Page 44: mini project campak

terbentuknya antibody terhadap virus morbili pada anak yang

telah diimunisasi.

6. Menurut hasil wawancara dengan pengelola program campak,

terjadinya peningkatan kasus campak disebabkan oleh

kurangnya sosialisasi yang dilakukan untuk meningkatkan

pengetahuan mengenai penyakit campak dan pentingnya

imunisasi campak serta kurangnya kerjasama dengan instansi

kesehatan lain (praktek swasta, Rumah Sakit) sehingga kasus

campak dan penanganannya tidak terdata.

7. Menurut hasil wawancara dengan orang tua pasien, banyaknya

anak yang menderita campak disebabkan oleh masyarakat

belum mengetahui tentang penyakit campak, gejala, bahaya

dan pentingnya imunisasi campak serta kurangnya sosialisasi

dari petugas kesehatan.

8. Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kasus campak di

Puskesmas “BERSERI” Pangkalan Kerinci tahun 2010 –

Februari 2013, diantaranya adalah daerah dimana budaya

masyarakatnya tidak menerima imunisasi, lingkungan tempat

tinggal yang padat dan kumuh, serta status gizi buruk atau

kurang.

9. Kegiatan yang dilakukan pada peningkatan kasus campak yang

terjadi di wilayah Jl.Pasar Baru diantaranya kunjungan rumah

dengan tim Surveilans campak Kabupaten Pelalawan dan

Propinsi Riau, Penyuluhan penyakit campak dan Imunisasi,

serta Pembagian Vitamin A di wilayah Jl.Pasar Baru.

10.Rencana yang Akan Datang

a. Diadakan sweeping imunisasi untuk bayi yang belum

mendapatkan imunisasi campak di wilayah Jl.Pasar Baru

b. Rencana Pembentukan posyandu di wilayah Jl.Pasar Baru.

44

Page 45: mini project campak

B. Saran

1. Memberikan penyuluhan baik individu maupun kelompok

(posyandu, puskesmas, pkk, arisan, wirid pengajian) mengenai

penyakit campak dan pentingnya imunisasi campak secara

rutin.

2. Memberikan pembaharuan pengetahuan kepada tenaga

kesehatan dan kader yang ada tentang penyakit campak agar

dapat menjadi tenaga-tenaga penyuluh dan mengadakan

penyuluhan kelompok tentang Penyakit campak.

3. Membentuk posyandu di wilayah yang tinggi kasus campaknya.

4. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai

pengertian dan kriteria rumah sehat, sehingga dapat

mengurangi risiko penularan penyakit campak

5. Membina hubungan dengan fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya

yang berada di Kecamatan Pangkalan Kerinci seperti Rumah

Sakit, praktek swasta, Praktek dokter umum, dan Praktek bidan

sehingga pendataan dan pencegahan terjadinya KLB bisa

terlaksana dengan baik.

45

Page 46: mini project campak

DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman, et al. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Volume 2 Edisi 15.

Jakarta. EGC

2. Dinas Kesehatan Kabupaten Pelalawan Bidang P2PL .2012. Petunjuk

Teknis Surveilans Campak.

3. http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm , Jurnal Kesehatan

Masyarakat, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 293 – 304

4. Laporan Tahunan Puskesmas Pangkalan Kerinci 2010. Hal.5-12.

5. Maldonado, Y. 2002. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta. EGC

6. RSCM, 2007. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan

Anak. Jakarta. Hlm. 150-152

7. Soegeng Soegijanto. 2001. Vaksinasi Campak. Dalam: I.G.N. Ranuh,

dkk. (ed) Buku Imunisasi di Indonesia. Jakarta. Pengurus Pusat Ikatan

Dokter Anak Indonesia. Hlm. 105

8. www.dinkes-sulsel.go.id , Pedoman Pencegahan KLB Campak

9. www.jabarprov.go.id , Perumahan dan Sanitasis

46