BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Campak adalah penyakit yang bersifat akut dan menular yang disebabkan oleh virus morbili. Campak merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya gejala seperti demam, pilek, batuk, mata yang sakit dan merah, serta ruam yang meluas ke seluruh tubuh yang berlangsung selama 4 hingga 7 hari. Apabila penyakit ini tidak tertangani dengan baik, maka komplikasi yang terjadi dapat berupa infeksi telinga, diare, pneumonia dan radang otak. 1 Campak merupakan salah satu penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi dan masih masalah kesehatan di Indonesia. Campak dalam sejarah anak telah dikenal sebagai penyebab utama kematian anak di negara berkembang termasuk Indonesia., meskipun adanya vaksin telah dikembangkan lebih dari 30 tahun yang lalu, virus campak ini menyerang 50 juta orang setiap tahun. 1,4 juta kematian anak diakibatkan karena penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) dan 38 1
mini project ini berisi tentang data angka kejadian campak di kecamatan Pangkalan Kerinci, Kab. Pelalawan-Riau tahun 2012
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Campak adalah penyakit yang bersifat akut dan
menular yang disebabkan oleh virus morbili. Campak merupakan
penyakit yang ditandai dengan adanya gejala seperti demam, pilek,
batuk, mata yang sakit dan merah, serta ruam yang meluas ke
seluruh tubuh yang berlangsung selama 4 hingga 7 hari. Apabila
penyakit ini tidak tertangani dengan baik, maka komplikasi yang
terjadi dapat berupa infeksi telinga, diare, pneumonia dan radang
otak.1
Campak merupakan salah satu penyakit infeksi yang dapat
dicegah dengan imunisasi dan masih masalah kesehatan di
Indonesia. Campak dalam sejarah anak telah dikenal sebagai
penyebab utama kematian anak di negara berkembang termasuk
Indonesia., meskipun adanya vaksin telah dikembangkan lebih dari
30 tahun yang lalu, virus campak ini menyerang 50 juta orang
setiap tahun. 1,4 juta kematian anak diakibatkan karena penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) dan 38 % kematian
karena PD3I disebabkan oleh penyakit campak.1
Program imunisasi campak di Indonesia dimulai pada tahun
1982, kemudian pada tahun 1991 berhasil dicapai status imunisasi
dasar lengkap atau Universal Child Immunization (UCI) secara
nasional. Sejak tahun 2000 imunisasi campak kesempatan kedua
diberikan kepada anak sekolah kelas I-VI (Catch Up) secara
bertahap yang kemudian dilanjutkan dengan pemberian imunisasi
campak secara rutin kepada anak sekolah dasar kelas I SD (BIAS).
Untuk mempercepat tercapainya perlindungan campak pada anak,
1
sejak tahun 2005 sampai Agustus 2007 dilakukan kegiatan Crash
Program campak terhadap anak usia 6- 59 bulan dan anak usia
sekolah dasar di seluruh provinsi dalam 5 tahap.2 Angka kejadian
campak di Indonesia sejak tahun 1990 sampai 2002 masih tinggi
sekitar 3000-4000 per tahun 3
Dari data pengawasan UNICEF terakhir tahun 2010
menunjukkan cakupan imunisasi campak total di 11 propinsi
mencapai hampir 90%. Bahkan 4 propinsi seperti Riau, Sumatera
Selatan, Kepulauan Riau dan NTT mencapai 95% target untuk
imunisasi campak. Hanya Papua Barat yang mencapai di bawah
80% target. Total lebih dari 3,2 juta anak usia 9-59 bulan telah
diimunisasi campak. Program UCI campak secara nasional pada
tahun 1990 minimal 80%. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2008, di Indonesia cakupan imunisasi
campak sebesar 81,6%. Cakupan imunisasi campak di Propinsi
Riau tahun 2010 sebesar 89,65% menurun jika dibandingkan
dengan tahun 2009 yaitu sebesar 93,66%.3
Dari data statistik WHO pada tahun 2010 menyebutkan bahwa
1% kematian pada anak usia dibawah lima tahun disebabkan oleh
campak.3 Indonesia termasuk negara berkembang yang insiden
kasus campaknya cukup tinggi. Dari profil kesehatan Republik
Indonesia pada tahun 2010 dilaporkan Incidence Rate campak di
Indonesia sebesar 0,73 per 10.000 penduduk. Sedangkan CFR
pada KLB campak pada tahun 2010 adalah 0,233.3
Menurut Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
Nasional pada tahun 2007 prevalensi campak klinis selama 12
bulan terakhir di Indonesia adalah 1,2 %. Menurut Data dari Dinas
Kesehatan Provinsi Riau, jumlah Penderita Campak di Riau
tergolong masih tinggi yakni, mencapai angka 521 kasus selama
tahun 2011 hingga Oktober . Puskesmas kerinci Berseri
melaporkan bahwa terjadi peningkatan kasus campak, pada tahun
2010 sebanyak 5 kasus, tahun 2011 sebanyak 8 kasus, tahun 2012
2
sebanyak 11 kasus, dan pada tahun 2013 hingga Februari terdapat
13 kasus.4
B. Permasalahan
Dari latar belakang diatas diketahui adanya peningkatan kasus
campak di Puskesmas “BERSERI” Kecamatan Pangkalan Kerinci,
Kabupaten Pelalawan dari tahun 2010 – Februari 2013.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan
peningkatan kasus campak di Puskesmas “BERSERI”
Pangkalan Kerinci tahun 2010 – Februari 2013.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya distribusi penyakit campak di Puskesmas
“BERSERI” Pangkalan Kerinci tahun 2010 – Februari 2013.
b. Diketahuinya jumlah penyakit campak berdasarkan umur di
Puskesmas “BERSERI” Pangkalan Kerinci tahun 2010 –
Februari 2013.
c. Diketahuinya jumlah penyakit campak berdasarkan jenis
kelamin di Puskesmas “BERSERI” Pangkalan Kerinci tahun
2010 – Februari 2013.
d. Diketahuinya jumlah penyakit campak berdasarkan tempat di
Puskesmas “BERSERI” Pangkalan Kerinci tahun 2010 –
Februari 2013.
e. Diketahuinya jumlah penyakit campak berdasarkan waktu di
Puskesmas “BERSERI” Pangkalan Kerinci tahun 2010 –
Februari 2013.
3
f. Diketahuinya jumlah penyakit campak berdasarkan status
imunisasi di Puskesmas “BERSERI” Pangkalan Kerinci
tahun 2010 – Februari 2013.
g. Diketahuinya distribusi pemetaan wilayah campak di
Puskesmas “BERSERI” Pangkalan Kerinci tahun 2010 –
Februari 2013.
h. Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan
peningkatan kasus campak di Puskesmas “BERSERI”
Pangkalan Kerinci tahun 2010 – Februari 2013
D. Manfaat
1. Bagi Puskesmas
a. Untuk mendapatkan informasi yang dapat memberikan
masukan agar terjadi penurunan jumlah kasus campak di
Puskesmas “BERSERI” Pangkalan Kerinci.
b. Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
dan meningkatkan kemampuan petugas dalam melakukan
diagnosa dini, pengobatan yang tepat, rujukan dan upaya
untuk mengurangi faktor risiko serta penularan penyakit
campak.
.
2. Bagi masyarakat
a. Mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik di
Puskesmas.
b. Memperoleh pengetahuan dan informasi tentang penyakit
campak sehingga dapat mengubah perilaku masyarakat
untuk hidup sehat.
c. Mengetahui pentingnya imunisasi campak dan pemberian
vitamin A.
d. Sebagai media komunikasi, informasi dan edukasi tentang
Penyakit campak.
4
E. Sasaran
Semua orang di wilayah kerja Puskesmas “BERSERI”
Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan.
BAB II
5
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Campak adalah suatu penyakit akut yang sangat menular,
disebabkan oleh infeksi virus yang umumnya menyerang anak.
ditandai oleh tiga stadium: (1) stadium inkubasi sekitar 10 – 14 hari;
(2) stadium prodromal dengan enantem ( bercak koplik ) pada
mukosa bukkal dan faring, demam ringan sampai sedangm
konjungtivitis ringan, coryza, dan batuk yang semakin berat; dan (3)
stadium akhir dengan ruam macular yang muncul berturut – turut
pada leher dan muka, tubuh, lengan dan kaki yang disertai oleh
demam tinggi.1
B. EPIDEMIOLOGI
Penyakit campak dikenal juga sebagai Morbili atau measles,
merupakan penyakit yang sangat menular (infeksius) yang
disebabkan oleg virus moblili, 90 % anak yang tidak kebal akan
terserang peyakit campak.2
Di seluruh dunia diperkirakan terjadi penurunan 56% kasus
campak yang dilaporkan yaitu 852.937 kasus pada tahun 2000
menjadi 373.421 kasus pada tahun 2006. Sejak vaksinasi campak
diberikan secara luas, terjadi perubahan epidemiologi campak
terutaa di negara berkembang. Dengan tingginya cakupan
imunisasi, terjadi penurunan campak.2
Pada 24 Mei 2011 Centers for Disease Control melaporkan
bahwa Amerika Serikat telah memiliki 118 kasus campak sejauh
tahun ini. Dari 118 kasus, 105 (89%) dari 118 pasien belum
divaksinasi.5
Di Indonesia, menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
morbili menduduki tempat ke-5 dalam urutan macam penyakit
utama pada bayi (0,7%) dan tempat ke-5 dalam urutan 10 macam
penyakit utama pada anak usia 1-4 tahun (0,77%).1
6
Kejadian luar biasa morbili lebih sering terjadi di daerah pedesaan
terutama daerah yang sulit dijangkau oleh pelayanan kesehatan,
khususnya dalam program imunisasi1
Angka kejadian campak di Indonesia sejak tahun 1990 sampai
2002 masih tinggi sekitar 3000-4000 per tahun demikian juga
frekuensi terjadinya kejadian luar biasa tampak meningkat dari 23
kali per tahun menjadi 174, namun case fatality rate telah dapat
diturunkan dari 5,5% menjadi 1,2%. Umur terbanyak menderita
campak adalah <12 bulan, diikuti kelompok umur 1-4 dan 5-14
tahun.3
Bayi mendapat imunitas transplasenta dari ibu yang telah
menderita campak atau imunisasi campak. Imunitas ini biasanya
sempurna selama umur 4 – 6 bulan pertama dan menghilang pada
frekuensi yang bervariasi. Walaupun kadar antibodi ibu secara
umum tidak dapat dideteksi pada bayi dengan uji yang biasa
dilakukan sesudah umur 9 bulan, beberapa proteksi menetap, yang
mengganggu pemberian imunisasi sebelum umur 15 bulan. Walau
cakupan imunisasi cukup tinggi, KLB campak mungkin saja masih
akan terjadi yang diantaranya disebabkan adanya akumulasi anak-
anak rentan ditambah 15 % anak yang tidak terbentuk imunitas.2
1. Daerah risiko campak 2,9
Yang dimaksud daerah risiko campak yaitu daerah yang
berpotensi terjadinya KLB campak, dilihat dari:
a. Daerah dengan cakupan imunisasi yang rendah (<80%)
b. Lokasi yang padat dan kumuh
c. Daerah rawan gizi
d. Daerah sulit dijangkau atau jauh dari pelayanan kesehatan
e. Daerah dimana budaya masyarakatnya tidak menerima
imunisasi
C. ETIOLOGI 7
7
Virus berada di sekret nasofaring dan di dalam darah, minimal
selama masa tunas dan dalam waktu yang singkat sesudah
timbulnya ruam. Virus tetap aktif minimal selama 34 jam pada
temperatur kamar, 15 minggu di dalam pengawetan beku, minimal
4 minggu disimpan dalam temperatur 35°C, dan beberapa hari
pada suhu 0°C. Virus tidak aktif pada pH rendah.
D. CARA PENULARAN 7
Campak menyebar melalui respirasi (kontak dengan cairan dari
hidung orang yang terinfeksi dan mulut, baik secara langsung atau
melalui transmisi aerosol), dan sangat menular. Masa inkubasi
terjadi asimtomatik 10-14 hari dari paparan awal. Penderita campak
biasanya dapat menularkan penyakit dari saat sebelum gejala
timbul sampai empat hari setelah ruam timbul.
E. PATOGENESIS 7
Patogenesis Campak tanpa Penyulit
Tabel 1. Patogenesis campak tanpa penyulit
Hari Manifestasi
0 Virus campak dalam droplet kontak dengan permukaan epitel
nasofaring atau kemungkinan konjungtiva infeksi pada sel
epitel dan multipikasi virus.
1-2 Penyebaran infeksi ke jaringan limfatik regional
2-3 Viremia primer
3-5 Multiplikasi virus campak pada epitel saluran nafas di tempat
infeksi pertama dan pada RES regional maupun daerah yang
jauh
5-7 Viremia sekunder
8
7-11 Manifestasi pada kulit dan tempat lain yang bervirus, termasuk
saluran nafas
11-14 Virus pada darah, saluran nafas dan organ lain
15-17 Viremia berkurang lalu hilang, virus pada organ menghilang.
Gambar 1. Patogenesis campak
F. ANAMNESIS 6
9
1. Adanya demam tinggi terus menerus 38,5°C atau lebih disertai
batuk, pilek, nyeri menelan, mata merah dan silau bila terkena
cahaya (fotofobia), seringkali diikuti diare.
2. Pada hari ke 4-5 demam timbul ruam kulit, didahului oleh suhu
yang meningkat lebih tinggi dari semula. Pada saat itu anak
mulai mengalami kejang demam.
3. Saat ruam timbul, batuk dan diare dapat bertambah parah
sehingga anak mengalami sesak nafas atau dehidrasi. Adanya
kulit kehitaman dan bersisik (hiperpigmentasi) dapat merupakan
tanda penyembuhan.
G. PEMERIKSAAN FISIK 6
Gejala klinis terjadi setelah masa tunas 10-12 hari terdiri dari 3
stadium:
1. Stadium prodromal : berlangsung 2-4 hari, ditandai dengan
demam yang diikuti dengan batuk, pilek, faring merah, nyeri
menelan, stomatitis dan konjungtivitis. Tanda patognomonik
timbulnya enantema mukosa pipi depan molar tiga disebut
bercak koplik
2. Stadium erupsi : ditandai dengan timbulnya ruam
makulopapular yang bertahan selama 5-6 hari. Timbulnya ruam
dimulai dari batas rambut dibrlakang telinga kemudian
menyebar ke wajah, leher dan akhirnya ekstremitas.
3. Stadium penyembuhan (konvalesen): setelah 3 hari ruam
berangsur-angsur menghilang sesuai urutan timbulnya. Ruam
kulit menjadi kehitaman dan mengelupas yang akan menghilang
setelah 1-2 minggu.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG 6
10
Darah tepi : jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada
komplikasi infeksi bakteri
Pemeriksaan untuk komplikasi :
1. Ensepalopati dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal,
kadar elektrolit darah dan analisis gas darah
2. Enteritis : feses lengkap.
3. Bronkopneumonia : dilakukan pemeriksaan rontgen thorak
dan analisa gas darah.
I. DIAGNOSIS 6
Diagnosis dibuat dari gambaran klinis, selama stadium
prodromal, sel raksasa multinuklear dapat ditemukan pada apusan
mukosa hidung. Virus dapat diisolasi pada biakan jaringan. Angka
leukosit cenderung rendah dengan limfositosis relatif. Pungsi
lumbal pada penderita dengan ensefalitis campak biasanya
menunjukkan kenaikan protein dan sedikit kenaikan limfosit. Kadar
glukosa normal. Bercak koplik dan hiperpigmentasi adalah
patognomonis untuk rubeola/campak.
J. DIFERENSIAL DIAGNOSIS 2
Diagnosis banding penyakit campak yang perlu dipertimbangkan
adalah:
1. Rubella (Campak Jerman), terdapat pembesaran kelenjar
getah bening di belakang telinga.
2. DHF atau DBD, dalam 2-3 hari bisa terjadi mimisan, turniket
test (Rumple Leede) positif, perdarahan diikuti shock,
laboratorium menunjukkan trombosit < 100.000/ml dan
serologis positif IgM DHF.
3. Varisella (cacar air), ditemukan vesikula atau gelembung
berisi cairan.
11
4. Alergi obat, kemerahan di tubuh setelah minum obat/
disuntik, serta gatal-gatal.
5. Miliaria atau keringat buntet : gatal-gatal, bintik kemerahan..
6. Eksantema subitum (campak mini) karena sangat mirip,
kelainannya bersifat diskrit makulopapular berwarna merah
tua dan biasanya timbul di daerah dada pada awalnya
kemudian menyebar ke muka dan ekstremitas. Beda utama
dengan campak adalah tidak adanyabercak koplik.
K. KOMPLIKASI 2,5,6
Sebagian besar penderita campak akan sembuh, komplikasi
sering terjadi pada anak usia < 5 tahun dan penderita dewasa usia
>20 tahun. Kasus campak pada penderita malnutrisi dan defisiensi
Vitamin A serta imun defisiensi (HIV), campak dapat menjadi lebih
berat atau fatal. Komplikasi yang sering terjadi yaitu :
2. Enteritis
3. Konjungtivitis
4. Laringitis akut
5. Bronkopneumonia
6. Ensefalitis
7. SSPE (Subacute Sclerosing Panencephalitis)
8. Otitis media
L. PENATALAKSANAAN 2,5,6
1. Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan. Anak harus
diberikan cukup cairan dan kalori, sedangkan pengobatan
bersifat simtomatik, dengan pemberian cairan yang cukup,
suplemen nutrisi, antipiretik, antitusif, ekspektoran, dan
antikonvulsan bila diperlukan. Sedangkan pada campak dengan
penyulit, pasien perlu dirawat map. Di rumah sakit pasien
12
campat dirawat di bangsal isolasi sistem pernafasan, diperlukan
perbaikan keadaan umum dengan memperbaiki kebutuhan
cairan dan diet yang memadai.
2. Diet makanan cukup cairan, kalori yang memadai. Jenis
makanan disesuaikan dengan tingkat kesadaran pasien dan