BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Imunisasi telah diakui sebagai upaya pencegahan suatu penyakit infeksi yang paling sempurna dan berdampak pada peningkatan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, kebutuhan akan vaksin makin meningkat seiring dengan keinginan dunia untuk mencegah berbagai penyakit yang dapat menimbulkan kecacatan dan kematian. Peningkatan kebutuhan vaksin telah ditunjang dengan upaya perbaikan dalam produksi vaksin guna meningkatkan efektifitas dan keamanan. Bulan Imunisasi Anak Sekolah atau disingkat BIAS adalah bentuk kegiatan operasional dari imunisasi lanjutan pada anak sekolah yang dilaksanakan pada bulan tertentu setiap tahunnya dengan sasaran seluruh anak- anak usia Sekolah Dasar (SD) atau sederajat (MI/SDLB) kelas 1, 2, dan 3 di seluruh Indonesia. BIAS dilaksanakan di seluruh Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) negeri dan swasta, Institusi pendidikan setara SD lainnya (Pondok Pesantren, Seminari, SDLB). Tujuan diadakannya BIAS ini tentunya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat yang nantinya akan menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Penyakit menular masih merupakan masalah di Indonesia, dengan tersedianya 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Imunisasi telah diakui sebagai upaya pencegahan suatu penyakit infeksi yang
paling sempurna dan berdampak pada peningkatan kesehatan masyarakat. Oleh
karena itu, kebutuhan akan vaksin makin meningkat seiring dengan keinginan
dunia untuk mencegah berbagai penyakit yang dapat menimbulkan kecacatan dan
kematian. Peningkatan kebutuhan vaksin telah ditunjang dengan upaya perbaikan
dalam produksi vaksin guna meningkatkan efektifitas dan keamanan.
Bulan Imunisasi Anak Sekolah atau disingkat BIAS adalah bentuk
kegiatan operasional dari imunisasi lanjutan pada anak sekolah yang dilaksanakan
pada bulan tertentu setiap tahunnya dengan sasaran seluruh anak-anak usia
Sekolah Dasar (SD) atau sederajat (MI/SDLB) kelas 1, 2, dan 3 di seluruh
Indonesia. BIAS dilaksanakan di seluruh Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah
Ibtidaiyah (MI) negeri dan swasta, Institusi pendidikan setara SD lainnya (Pondok
Pesantren, Seminari, SDLB). Tujuan diadakannya BIAS ini tentunya untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat yang nantinya akan menjadi sumber daya
manusia yang berkualitas. Penyakit menular masih merupakan masalah di
Indonesia, dengan tersedianya vaksin yang dapat mencegah penyakit menular
tertentu maka pencegahan berpindahnya penyakit dari satu daerah ke daerah lain
dapat dilakukan secara relative singkat dan program yang dipilih adalah imunisasi.
Imunisasi yang telah diperoleh pada waktu bayi belum cukup untuk
melindungi terhadap penyakit PD3I (Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi) sampai usia anak sekolah. Hal ini disebabkan karena sejak anak mulai
memasuki usia sekolah dasar terjadi penurunan terhadap tingkat kekebalan yang
diperoleh saat imunisasi ketika bayi. Oleh sebab itu, pemerintah menyelenggara-
kan imunisasi ulangan pada anak usia sekolah dasar atau sederajat (MI/SDLB)
yang pelaksanaannya serentak di Indonesia dengan nama Bulan Imunisasi Anak
Sekolah (BIAS).
1
Penyelenggaraan BIAS ini berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI
nomor 1059/Menkes/SK/IX/2004 dan mengacu pada himbauan UNICEF, WHO
dan UNFPA tahun 1999 untuk mencapai target Eliminasi Tetanus Maternal dan
Neonatal (MNTE) pada tahun 2005 di negara berkembang (insiden dibawah 1 per
1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun).
BIAS dilaksanakan dua kali setahun yaitu, bulan September untuk
pemberian imunisasi Campak pada anak kelas satu dan bulan November untuk
pemberian imunisasi DT pada anak kelas satu, TT pada anak kelas dua dan tiga.
Seiring dengan cakupan imunisasi yang tinggi, maka penggunaan vaksin
juga meningkat sehingga reaksi vaksinasi yang tidak diinginkan juga meningkat.
Hal yang penting dalam menghadapi reaksi vaksinasi yang tidak diinginkan ialah:
Apakah kejadian tersebut berhubungan dengan vaksin yang diberikan? Ataukah
bersamaan dengan penyakit lain yang telah diderita sebelum pemberian vaksin
(koinsidensi)? Seringkali hal ini tidak dapat ditentukan dengan tepat sehingga oleh
WHO digolongkan dalam kelompok adverse events following immunisation
(AEFI) atau kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI). Kejadian ikutan pasca
imunisasi (KIPI) adalah suatu kejadian sakit yang terjadi setelah menerima
imunisasi yang diduga disebabkan oleh imunisasi. Untuk mengetahui hubungan
antara pemberian imunisasi dengan KIPI diperlukan pelaporan dan pencatatan
semua reaksi yang tidak diinginkan yang timbul setelah pemberian imunisasi.
Surveilans KIPI sangat membantu program imunisasi, khususnya untuk
memperkuat keyakinan masyarakat akan pentingnya imunisasi sebagai upaya
pencegahan penyakit yang paling efektif.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
Bagaimana mengenali KIPI?
Apakah KIPI dapat dicegah dan bagaimana cara pencegahannya?
Bagaimana cara pemantauan pasca imunisasi yang baik?
Bagaimana mengatasi KIPI bila hal tersebut terjadi?
2
1.3. Tujuan penulisan
Untuk memberikan pengetahuan dan informasi mengenai deteksi KIPI, cara
pencegahannya, pemantauan dan pencatatan reaksi dari imunisasi serta strategi
mengatasi bila KIPI telah terjadi
1.4. Manfaat
Dengan penulisan mini project ini diharapkan seluruh masyarakat pada
umumnya dan tenaga kesehatan pada khususnya lebih memahami kepentingan
imunisasi serta KIPI yang mungkin terjadi
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Imunisasi
2.1.1. Pengertian
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Imunisasi adalah
suatu tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke
dalam tubuh manuasia. Kebal adalah suatu keadaan dimana tubuh mempunyai
daya kemampuan mengadakan pencegahan penyakit dalam rangka menghadapi
serangan kuman tertentu, namun kebal atau resisten terhadap suatu penyakit
belum tentu kebal terhadap penyakit lain.
Vaksin adalah suatu bahan yang berasal dari kuman atau virus yang
menjadi penyebab penyakit, namun telah dilemahkan atau dimatikan, atau diambil
sebagian, atau mungkin tiruan dari kuman penyebab penyakit, yang secara sengaja
dimasukkan ke dalam tubuh seseorang atau kelompok orang dengan tujuan
merangsang timbulnya zat antipenyakit tertentu pada orang-orang tersebut.
2.1.2. Manfaat Imunisasi
Untuk anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit
dan kemungkinan cacat atau kematian.
Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan
bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua
yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang
nyaman.
Untuk negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa
yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.
2.1.3. Reaksi Antigen-Antibodi
4
Prof. Dr. A. H. Markum menjelaskan mengenai proses terjadinya imunitas
seperti di bawah ini :
Dalam bidang imunologi kuman atau racun kuman (toksin) disebut sebagai
antigen. Secara khusus antigen tersebut merupakan bagian protein kuman atau
protein racunnya. Bila antigen untuk pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia,
maka sebagai reaksinya tubuh akan membentuk zat anti. Bila antigen itu kuman,
zat anti yang dibuat tubuh disebut antibodi. Zat anti terhadap racun kuman disebut
antitoksin. Berhasil tidaknya tubuh anak memusnahkan antigen atau kuman,
bergantung kepada jumlah zat anti yang dibentuk.
Pada umumnya tubuh anak tidak akan mampu melawan antigen yang kuat.
Antigen yang kuat ialah jenis kuman ganas/virulen. Karena itu anak akan menjadi
sakit bila terjangkit kuman ganas.
Jadi pada dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk
antibodi/antitoksin terhadap antigen, tidaklah terlalu kuat. Tubuh belum
mempunyai “pengalaman” untuk mengatasinya. Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-
3 dan berikutnya, tubuh anak sudah pandai membuat zat anti. Pembentukannya
pun sangat cepat. Dalam waktu yang singkat setelah antigen atau kuman masuk ke
dalam tubuh, akan dibentuk jumlah zat anti yang cukup tinggi.
Dari uraian tersebut maka hal yang terpenting ialah bahwa dengan
imunisasi anak dapat terhindar dari ancaman penyakit yang ganas tanpa bantuan
pengobatan. Dengan dasar reaksi antigen-antibodi ini tubuh akan memberikan
reaksi perlawanan terhadap benda asing dari luar (kuman, virus, racun dan bahan
kimia) yang mungkin akan merusak tubuh. Akan tetapi setelah beberapa
bulan/tahun jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang karena diubah oleh
tubuh, sehingga imunitas tubuh pun akan menurun. Agar tubuh tetap kebal
diperlukan perangsangan kembali oleh antigen artinya anak tersebut harus
mendapatkan suntikan/imunisasi ulang.
2.1.4 Jenis-jenis imunisasi
5
Imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa agar tidak menimbulkan efek-efek
yang merugikan. Imunisasi ada 2 macam, yaitu:
a. Imunisasi aktif
Merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah dilemahakan
(vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan
memberikan suatu ingatan terhadap antigen ini, sehingga ketika terpapar
lagi tubuh dapat mengenali dan meresponnya. Contoh imunisasi aktif
adalah imunisasi polio dan campak. Dalam imunisasi aktif, terdapat
beberapa unsur-unsur vaksin, yaitu:
Vaksin, dapat berupa organisme yang secara keseluruhan
dimatikan, eksotoksin yang didetoksifikasi saja, atau endotoksin
yang terikat pada protein pembawa seperti polisakarida, dan vaksin
dapat juga berasal dari ekstrak komponen-komponen organisme
dari suatu antigen. Dasarnya adalah antigen harus merupakan
bagian dari organisme yang dijadikan vaksin.
Pengawet, stabilisator atau antibiotik. Merupakan zat yang
digunakan agar vaksin tetap dalam keadaan lemah atau
menstabilkan antigen dan mencegah tumbuhnya mikroba. Bahan-
bahan yang digunakan seperti air raksa dan antibiotik yang biasa
digunakan
Cairan pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur
jaringan yang digunakan sebagai media tumbuh antigen, misalnya
antigen telur, protein serum, dan bahan kultur sel.
Adjuvan, terdiri dari garam alumunium yang berfungsi mening-
katkan sistem imun dari antigen. Ketika antigen terpapar dengan
antibodi tubuh, antigen dapat melakukan perlawanan juga, dalam
hal ini semakin tinggi perlawanan maka semakin tinggi
peningkatan antibodi tubuh.
b. Imunisasi pasif
Merupakan suatu proses meningkatkan kekebalan tubuh dengan cara
pemberian zat imunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu
6
proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang
didapat bayi dari ibu melalui plasenta) atau binatang (bisa ular) yang
digunakan untuk mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang
terinfeksi. Contoh imunisasi pasif adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus
Serum) pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contoh lain adalah
yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima
berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah plasenta selama masa
kandungan, misalnya antibodi terhadap campak.
2.1.5. Imunisasi di Indonesia
Di Indonesia imunisasi adalah program kesehatan yang diatur oleh
Departemen Kesehatan. Dalam pelaksanaannya selain dilakukan oleh unit
pelayanan kesehatan pemerintah, pelayanan imunisasi juga dilakukan oleh swasta
dan masyarakat dengan prinsip keterpaduan dan kebersamaan antara berbagai
pihak. Pemerintah dan badan dunia seperti WHO maupun para ahli nasional
menetapkan sasaran jumlah penerima imunisasi, kelompok umur serta tata cara
bagaimana memberikan vaksin kepada anak-anak atau kelompok umur penerima
vaksin lainnya. Target jumlah sasaran anak yang harus mendapat imunisasi amat
penting untuk diketahui dan ditetapkan. Kaitannya dengan status herd immunity
atau kekebalan kelompok dalam satu wilayah. Institusi swasta yang turut dalam
memberikan imunisasi harus memberikan laporan tentang jumlah orang yang
mendapat imunisasi. Pelaporan diperlukan untuk mengetahui apakah imunitas
kelompok tercapai atau tidak.
Dalam catatan internasional, pada akhir tahun 1990-an, Indonesia
memiliki reputasi pencapaian program imunisasi yang mengesankan, berkat
sistem pelayanan yang efektif. Namun sejak dimulainya desentralisasi tampak
adanya gambaran penurunan dibeberapa daerah.
Program imunisasi di Indonesia memiliki tujuan menurunkan angka
kejadian penyakit dan angka kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi. Secara spesifik program imunisasi di Indonesia memiliki target
cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di seluruh desa
atau kelurahan pada tahun 2010.
7
Sesuai dengan program pemerintah (Departemen Kesehatan) tentang
Program Pengembangan Imunisasi (PPI), maka anak mendapatkan perlindungan
terhadap 4 jenis vaksin penyakit utama, yaitu penyakit TBC, difteri, tetanus, batuk
rejan, poliomyelitis dan campak.
Jenis Vaksin Manfaat Kandungan
BCG Memberikan kekebalan secara aktif terhadap
tuberculosis (TBC). Tuberkulosis (TBC) adalah
suatu penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium
tuberculosis). Penyakit TBC ini dapat
vaksin bentuk beku kering yang
mengandung
mycobacterium
bovis hidup yang sudah
dilemahkan dari strain Paris no
1173.P2 (Vademecum DPT Memberikan kekebalan secara
simultan
terhadap difteri, tetanus dan batuk rejan.
1. Difteri merupakan penyakit infeksi yang
disebabkan olehCorynebacterium
diphtheria. Penyakit ini merangsang saluran
pernafasan terutama terjadi pada balita.
2. Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit
infeksi akut yang disebabkan oleh
Bordotella pertusis pada saluran pernafasan.
Penyakit ini merupakan penyakit
Vaksin jerap DPT
(Difteri
Pertusis Tetanus) adalah vaksin
yang terdiri dari toxoid, difteri
dan tetanus yang dimurnikan
serta bakteri pertusis yang telah
diinaktivasi dan teradsorbsi
kedalam 3 mg/ml aluminium
fosfat.
Polio Memberikan kekebalan aktif
terhadap
poliomyelitis.
Poliomielitis adalah penyakit yang disebabkan
oleh virus polio. Telah dikenal 3 jenis virus
polio, yaitu tipe I, II dan III. Virus
Vaksin Oral Polio adalah vaksin
polio trivalent yang terdiri dari
suspense virus poliomyelitis tipe
1,2 dan 3 (strain sabin) yang
sudah dilemahkan.
8
Hepatitis B Memberikan kekebalan aktif terhadap hepaitis
B.Penyakit hepatitis B merupakan penyakit
vaksin virus recombinan yang
telah diinaktivasikan dan bersifat
2.2. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
2.2.1. Definisi KIPI
Menurut Komite Nasional Pengkajian dan Penaggulangan KIPI (KN PP KIPI),
KIPI adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa 1 bulan
setelah imunisasi. Pada keadaan tertentu lama pengamatan KIPI dapat mencapai
masa 42 hari (arthritis kronik pasca vaksinasi rubella), atau bahkan 42 hari
(infeksi virus campak vaccine-strain pada pasien imunodefisiensi pasca vaksinasi
campak, dan polio paralitik serta infeksi virus polio vaccine-strain pada resipien
non imunodefisiensi atau resipien imunodefisiensi pasca vaksinasi polio).
Pada umumnya reaksi terhadap obat dan vaksin dapat merupakan reaksi
simpang (adverse events), atau kejadian lain yang bukan terjadi akibat efek
langsung vaksin. Reaksi simpang vaksin antara lain dapat berupa efek