Top Banner
MINI PROJECT SOSIALISASI DAN PELATIHAN DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK DI PUSKESMAS MURUNG PUDAK, KABUPATEN TABALONG KALIMANTAN SELATAN Disusun oleh: dr. Rahmania Kannesia Dahuri Pembimbing: dr. H. Syaifullah NIP : 19760125 2006041010
46

Mini Project

Dec 11, 2014

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Mini Project

MINI PROJECT

SOSIALISASI DAN PELATIHAN

DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK

DI PUSKESMAS MURUNG PUDAK, KABUPATEN TABALONG

KALIMANTAN SELATAN

Disusun oleh:

dr. Rahmania Kannesia Dahuri

Pembimbing:

dr. H. Syaifullah

NIP : 19760125 2006041010

Puskesmas Murung Pudak

Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan

Program Dokter Internship Periode November 2012 - Oktober 2013

Page 2: Mini Project

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................................1

DAFTAR ISI..................................................................................................................................2

1. PENDAHULUAN....................................................................................................................1

1.1. Latar Belakang...................................................................................................................1

1.2.Rumusan Masalah...............................................................................................................4

1.3.Tujuan.................................................................................................................................4

1.3.1.Tujuan Umum..........................................................................................................4

1.3.2.Tujuan Khusus.........................................................................................................4

1.4.Manfaat...............................................................................................................................5

1.4.1.Manfaat bagi Penulis................................................................................................5

1.4.2.Manfaat bagi Puskesmas..........................................................................................5

1.4.3.Manfaat bagi Masyarakat.........................................................................................5

2. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................6

2.1.Pusat Kesehatan Masyarakat ( Puskesmas ).......................................................................6

2.1.1.Gambaran Umum Puskesmas...................................................................................6

2.1.2.Profil Puskesmas Murung Pudak..............................................................................7

3. PENGKAJIAN MASALAH..................................................................................................22

3.1.Identifikasi Penyebab Masalah.........................................................................................22

Analisis Masalah.....................................................................................................................24

4. PEMECAHAN MASALAH..................................................................................................25

4.1.Intervensi Pemecahan Masalah Berdasarkan Penyebab Masalah....................................25

4.2.Perincian Intervensi Pemecahan Masalah........................................................................27

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

2

Page 3: Mini Project

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan masyarakat merupakan persoalan signifikan yang harus menjadi

perhatian pemerintah dan tenaga kesehatan. Salah satu bagian dari program kesehatan

masyarakat adalah kesehatan anak usia dini, termasuk pemahaman mengenai

karakteristik tumbuh kembang anak usia dini dan keterampilan dalam mendeteksi secara

dini disfungsi tumbuh kembang anak.2 Pada dasarnya setiap anak akan melewati proses

tumbuh kembang sesuai dengan tahapan usianya. Untuk memantau tumbuh kembang

anak dengan baik maka para orangtua, tenaga kesehatan, pendidik, kader dan tenaga

lainnya perlu mengetahui sekaligus mengenali ciri-ciri serta prinsip tumbuh kembang

anak. Sesuai dengan proses tumbuh kembang, pemantauan perlu dilakukan sejak awal

yaitu sewaktu dalam kandungan sampai dewasa. Dengan pemantauan yang baik akan

dapat dideteksi adanya penyimpangan secara dini sehingga tindakan intervensi dan

koreksi yang dilakukan akan mendapatkan hasil yang lebih memuaskan. 1,2

Pembinaan tumbuh kembang anak merupakan salah satu upaya prioritas dalam

mempersiapkan anak Indonesia menjadi calon generasi penerus bangsa yang sehat,

cerdas, tangguh dan berbudi luhur. Mengingat jumlah anak di Indonesia sangat besar,

yaitu sekitar 10 persen dari seluruh populasi, maka sebagai calon penerus bangsa,

kualitas tumbuh kembang anak di Indonesia perlu mendapat perhatian serius, yaitu

mendapat gizi yang baik, stimulasi yang memadai serta terjangkau oleh pelayanan

kesehatan berkualitas termasuk deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh

kembang. 3

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas ) sebagai ujung tombak pelayanan

kesehatan masyarakat merupakan salah satu tataran pelaksanaan pendidikan dan

pemantauan kesehatan masyarakat. Pemantauan dan deteksi tumbuh kembang anak usia

dini merupakan bagian dari tugas tenaga kesehatan puskesmas di wilayah kerjanya

masing-masing. Tugas tersebut menjadi sangat penting dan kompleks karena persoalan

tumbuh kembang anak bukan semata terarah pada pertumbuhan dan kesehatan fisik saja,

melainkan juga komprehensif pada perkembangan psikis anak usia dini. Kesalahan atau

3

Page 4: Mini Project

disfungsi yang terjadi pada salah satu faktor, baik fisik ataupun psikis akan mengganggu

faktor lainnya. Apabila tidak dilakukan pemantauan dan dan deteksi tumbuh kembang

anak usia dini secara benar dan cermat, maka disfungsi tersebut dimungkinkan akan

menjadi kelainan permanen pada diri anak. 1,2,3

Mengingat pentingnya tugas tenaga kesehatan puskesmas dalam pemantauan dan

deteksi tumbuh kembang anak usia dini, maka pemahaman dan keterampilan setiap

petugas tenaga kesehatan puskesmas dalam konsep teknis deteksi dan intervensi dini

tumbuh kembang anak menjadi sangat penting. Atas latar belakang tersebut penulis

bermaksud melaksanakan mini project sosialisasi dan pelatihan deteksi dan intervensi

dini tumbuh kembang anak kepada tenaga kesehatan di puskesmas Murung Pudak.

Melalui upaya tersebut diharapkan puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan

kesehatan masyarakat dapat turut mempersiapkan anak Indonesia menjadi calon generasi

penerus bangsa yang sehat, cerdas, tangguh dan berbudi luhur.

1.2 Rumusan Masalah

- Bagaimana upaya stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak di

puskesmas Murung Pudak ?

- Bagaimana proses deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak yang dapat

memantau secara cermat proses tumbuh kembang anak usia dini beserta kemungkinan

disfungsi yang ada di puskesmas Murung Pudak ?

- Bagaimana pemahaman tenaga kesehatan di puskesmas Murung Pudak mengenai

program deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak di puskesmas Murung

Pudak ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

- Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat di puskesmas Murung Pudak

- Puskesmas Murung Pudak dapat turut mempersiapkan anak Indonesia menjadi calon

generasi penerus bangsa yang sehat, cerdas, tangguh dan berbudi luhur.

1.3.2 Tujuan Khusus

- Terlaksananya program deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak di

puskesmas Murung Pudak.

4

Page 5: Mini Project

- Meningkatkan pemahaman dan keterampilan para tenaga kesehatan di puskemas

Murung Pudak, dalam hal pengetahuan mengenai karakteristik tumbuh kembang anak

usia dini.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat bagi Penulis

- Berperan serta dalam upaya deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak

- Mengaplikasikan pengetahuan mengenai program deteksi dan intervensi dini tumbuh

kembang anak

- Melaksanakan mini project dalam rangka program internship dokter Indonesia

1.4.2 Manfaat bagi Puskesmas

- Menambah pemahaman dan keterampilan para tenaga kesehatan puskesmas mengenai

karakteristik dan deteksi tumbuh kembang anak usia dini.

- Bertambahnya pemahaman dan keterampilan para tenaga kesehatan puskesmas

mengenai deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak akan mendukung upaya

pemantauan kesehatan dan pengendalian disfungsi tumbuh kembang anak usia dini

1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat

- Masyarakat terfasilitasi dalam program deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang

anak.

- Program deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak juga diharapkan dapat

mencegah dan meminimalisasi adanya efek negatif yang akan dialami anak dari

disfungsi tumbuh kembang, seperti gangguan dan kecacatan tertentu, baik fisik

maupun psikis.

5

Page 6: Mini Project

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pusat Kesehatan Masyarakat ( Puskesmas )

2.1.1 Gambaran Umum Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang

bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.

Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan kesehatan meliputi

pembangunan yang berwawasan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan keluarga

serta pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bermutu.2

Wilayah kerja adalah batasan wilayah kerja Puskesmas dalam melaksanakan

tugas dan fungsi pembangunan kesehatan, yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota berdasarkan keadaan geografis, demografi, sarana transportasi, masalah

kesehatan setempat, keadaan sumber daya, beban kerja Puskesmas dan lain-lain. Selain

itu juga harus memperhatikan upaya untuk meningkatkan koordinasi, memperjelas

tanggung jawab pembangunan dalam wilayah kecamatan, meningkatkan sinergisme

pembangunan dalam wilayah kecamatan, meningkatkan sinergisme kegiatan dan

meningkatkan kinerja. Apabila dalam satu wilayah kecamatan terdapat lebih dari satu

Puskesmas maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat menunjuk salah satu

Puskesmas sebagai koordinator pembangunan kesehatan di kecamatan. 2

Puskesmas memiliki tanggung jawab dalam hal mempromosikan kesehatan

kepada seluruh masyarakat sebagai upaya untuk memberikan pengalaman belajar,

menyediakan media informasi, dan melakukan edukasi baik untuk perorangan,

kelompok, dan masyarakan guna meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku

masyarakat. Dengan berjalanannya program kesehatan yang dijalankan oleh setiap

Puskesmas, di harapkan pada akhirnya akan berpengaruh pada perubahan kepada setiap

individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara prilaku sehat serta

berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.3

6

Page 7: Mini Project

2.1.2 Profil Puskesmas Murung Pudak

Jumlah Puskesmas di Kabupaten Tabalong adalah sebanyak 16 buah yang

terdiri dari 13 buah puskesmas rawat jalan dan puskesmas perawatan sebanyak 3 buah.

Puskesmas Murung Pudak merupakan salah satu puskesmas rawat jalan yang berada di

Kabupaten Tabalong, Kecamatan Murung Pudak, tepatnya di Jalan Rahayu Pangkalan

71571. Kecamatan Murung Pudak memiliki luas wilayah 118,72 km2 dan terdiri atas 10

desa/kelurahan, yaitu:3,4

1. Sulingan

2. Pembataan

3. Mabuun

4. Maburai

5. Belimbing Raya

6. Belimbing

7. Kapar

8. Masukau

9. Kasiau

10. Kasiau Raya

2.1.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Wilayah Kerja

Puskesmas Murung Pudak

A. Jumlah Penduduk Laki-Laki Berdasarkan Usia

No

.Desa/Kelurahan

Usia (Tahun)

< 1 1-4 5-1415-

44

45-

64≥ 65 Jumlah

1. Belimbing Raya 82 360 409 1.527 1.334 120 3.832

2. Belimbing 70 210 236 965 957 116 2.554

3. Kapar 40 138 230 711 689 113 1.921

7

Page 8: Mini Project

4. Masukau 18 48 82 221 169 89 627

5. Kasiau Raya 4 29 87 67 33 51 271

Jumlah 214 7851.04

43.491 3.182 489 9.205

Tabel 1. Jumlah Penduduk Laki-Laki Berdasarkan Usia 4

Diambil dari: Puskemas Murung Pudak. Profil Puskesmas Murung Pudak Tahun

2011.

B. Jumlah Penduduk Perempuan Berdasarkan Usia

No

.Desa/Kelurahan

Usia (Tahun)

< 1 1-4 5-14 15-44 45-64 ≥ 65 Jumlah

1. Belimbing Raya 62 338 325 1.631 1.514 107 3.977

2. Belimbing 34 195 310 877 823 110 2.349

3. Kapar 61 150 263 638 701 130 1.943

4. Masukau 23 50 103 144 256 110 686

5. Kasiau Raya 7 35 29 91 69 70 301

Jumlah 187 7681.03

03.381 3.363 527 9.256

Tabel 2. Jumlah Penduduk Perempuan Berdasarkan Usia 4

Diambil dari: Puskemas Murung Pudak. Profil Puskesmas Murung Pudak Tahun 2011.

C. Jumlah Tenaga Kesehatan Puskesmas Murung Pudak4

No. Petugas Kesehatan Jumlah

1. Dokter Spesialis 0

8

Page 9: Mini Project

2. Dokter Umum 2

3. Dokter Gigi 1

4. Perawat 9

5. Bidan Puskesmas 3

6. Bidan Desa 9

7. Apoteker dan S1 Farmasi 0

8. Asisten Apoteker 2

9. Analis 2

10. Kesehatan Masyarakat S1 0

11. Kesehatan Masyarakat S2 0

12. Sanitarian 3

13. Gizi 2

14. Keterapian Fisik 0

15. Keteknisian Medis 0

Jumlah 33

Tabel 3. Tenaga Kesehatan Puskesmas Murung Pudak

Diambil dari: Puskemas Murung Pudak. Profil Puskesmas Murung Pudak Tahun 2011. 4

2.2 Tumbuh Kembang Anak dan Faktor yang Mempengaruhinya

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran-ukuran fisik anak, terutama tinggi

(panjang) badan. Berat badan lebih erat kaitannya dengan status gizi dan keseimbangan

cairan (dehidrasi, retensi cairan), namun dapat digunakan sebagai data tambahan untuk

menilai pertumbuhan anak. Pertambahan lingkar kepala juga perlu dipantau, karena

dapat berkaitan dengan perkembangan anak. Perkembangan adalah bertambahnya

9

Page 10: Mini Project

kemampuan fungsi-fungsi individu antara lain: kemampuan gerak kasar dan halus,

pendengaran, penglihatan, komunikasi, bicara, emosi sosial, kemandirian, intelegensia,

bahkan perkembangan moral. 1,6

Gangguan tumbuh kembang terjadi jika ada faktor genetik dan atau karena faktor

lingkungan yang tidak mampu mencukupi kebutuhan dasar tumbuh kembang anak. Peran

lingkungan sangat penting untuk mencukupi kebutuhan dasar tumbuh kembang anak

yaitu kebutuhan biopsikosial, terdiri dari kebutuhan biomedis/’asuh’ (nutrisi, imunisasi,

higiene, pengobatan, pakaian, tempat tinggal, sanitasi lingkungan dan lain-lain) dan

kebutuhan psikososial/asih dan asah (kasih sayang, penghargaan, komunikasi, stimulasi

bicara, gerak, sosial, moral, intelegensi dan lain-lain) sejak masa konsepsi sampai akhir

remaja. Deteksi dini gangguan tumbuh kembang balita sebaiknya dilakukan dengan

anamnesis, pemeriksaan fisis dan skrining perkembangan yang sistematis agar lebih

objektif. 1,3,6

2.3 Definisi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak

Deteksi dini merupakan upaya penjaringan yang dilaksanakan secara

komprehensif untuk menemukan penyimpangan tumbuh kembang dan mengetahui serta

mengenal faktor resiko (fisik, biomedik, psikososial) pada balita, yang disebut juga anak

usia dini. Sedangkan intervensi yang dimaksud adalah suatu kegiatan penanganan segera

terhadap adanya penyimpangan tumbuh kembang dengan cara yang sesuai dengan

keadaan misalnya perbaikan gizi, stimulasi perkembangan atau merujuk ke pelayanan

kesehatan yang sesuai, sehingga anak dapat mencapai kemampuan yang optimal sesuai

dengan umumya. 3,6

2.4 Fungsi Deteksi dini Tumbuh Kembang Anak

Fungsi dari deteksi dini tumbuh kembang anak adalah untuk mengetahui

penyimpangan tumbuh kembang anak secara dini, sehingga upaya pencegahan, upaya

stimulasi, dan upaya penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan indikasi

yang jelas sedini mungkin pada masa-masa kritis proses tumbuh kembang. Upaya-upaya

tersebut diberikan sesuai dengan umur perkembangan anak, dengan demikian dapat

tercapai kondisi tumbuh kembang yang optimal. 6

2.5 Jenis Kegiatan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak

10

Page 11: Mini Project

Pada pelayanan dasar, terdapat 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat

dikerjakan, yaitu: 1,3

a. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk mengetahui status gizi

anak, serta lingkar kepala.

b. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui terdapat

penyimpangan dalam perkembangan, daya lihat, dan daya dengar.

c. Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk mengetatahui adanya

masalah mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian, serta

hiperaktivitas.

Berdasarkan buku Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini

Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar, jenis deteksi dini

penyimpangan tumbuh kembang anak adalah sebagai berikut:1

Umur

Anak

Jenis Deteksi Tumbuh Kembang yang Harus Dilakukan

Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan

Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan

Deteksi Dini Penyimpangan Mental

Emosional

BB/TB LK KPSP TDD TDL KMME CHAT* GPPH*

0 bulan ✔ ✔

3 bulan ✔ ✔ ✔ ✔

6 bulan ✔ ✔ ✔ ✔

9 bulan ✔ ✔ ✔ ✔

12 bulan ✔ ✔ ✔ ✔

15 bulan ✔ ✔

18 bulan ✔ ✔ ✔ ✔ ✔

21 bulan ✔ ✔ ✔

24 bulan ✔ ✔ ✔ ✔ ✔

30 bulan ✔ ✔ ✔ ✔

36 bulan ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔

42 bulan ✔ ✔ ✔ ✔ ✔

11

Page 12: Mini Project

48 bulan ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔

54 bulan ✔ ✔ ✔ ✔ ✔

60 bulan ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔

66 bulan ✔ ✔ ✔ ✔ ✔

72 bulan ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔

Keterangan:

BB/TB : Berat Badan terhadap Tinggi Badan

LK : Lingkar Kepala

KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan

TDD : Tes Daya Dengar

TDL : Tes Daya Lihat

KMME : Kuesioner Masalah Mental Emosional

CHAT : Checklist for Autism in Toddlers

GPPH : Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas

Tanda * : Tes dilakukan atas indikasi

Tabel 4. Jenis Deteksi Dini Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak

Diambil dari: Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI, 2006. Hal. 40

2.5.1 Deteksi dini Penyimpangan Pertumbuhan

Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dapat dilakukan pada semua tingkat

pelayanan. Deteksi dini ini dilakukan dengan mengukur tinggi badan, berat badan, dan

lingkar kepala. Adapun pelaksana dan alat yang digunakan adalah sebagai berikut : 1,3

Tingkat Pelayanan Pelaksana Alat yang Digunakan

Keluarga Masyarakat

Orang tua Kader kesehatan Petugas PADU, BKB, TPA,

dan guru TK

KMS Timbangan dacin

Puskesmas DokterBidanPerawat

Tabel BB/TBGrafik LKTimbangan

12

Page 13: Mini Project

Ahli GiziPetugas Lainnya

Alat ukur tinggi badanPita pengukur lingkar kepala

Keterangan:

PADU : Pendidikan Anak Usia Dini

BKB : Bina Keluarga Balita

TPA : Tempat Penitipan Anak

TK : Taman Kanak-Kanak

LK : Lingkar Kepala

Tabel 5. Pelaksana dan Alat yang Digunakan pada Deteksi Dini Pertumbuhan

Diambil dari: Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementerian

Kesehatan RI, 2006. Hal. 41

A. Pengukuran Berat Badan Terhadap Tinggi Badan ( BB/TB )

Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi anak, normal,

kurus, kurus sekali atau gemuk.Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan dengan jadwal

deteksi dini tumbuh kembang anak ( DDTK ). Pengukuran dan penilaian BB/TB

dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih. 3,7

- Pengukuran Berat Badan/BB :

o Menggunakan timbangan bayi

Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sampai umur 2 tahun

atau selama anak masih bisa berbaring/duduk tenang.

Letakan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah bergoyang

Lihat posisi jarum atau angka harus merujuk ke angka 0

Bayi sebaiknya telanjang, tanpa topi, kaus kaki, sarung tangan

Baringkan bayi dengan hati-hati diatas timbangan

Lihat jarum timbangan sampai berhenti

Baca angka yang ditunjukan oleh jarum timbanngan atau angka timbangan

Jika bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di

tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan kekiri

o Menggunakan timbangan injak

13

Page 14: Mini Project

Letakan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak mudah bergerak

Lihat posisi jarum atau angka harus merujuk ke angka 0

Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai alas

kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung, dan tidak memegang sesuatu

Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi

Lihat jarum timbangan sampai berhenti

Baca angka yang ditunjukan oleh jarum timbangan atau angka timbangan

Jika anak terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di

tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.

- Pengukuran panjang badan (PB) atau Tinggi Badan (TB)

o Cara mengukur dengan posisi berbaring

Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang

Bayi dibaringkan terlentang pada alas yang datar

Kepala bayi menempel pada angka 0

Petugas 1 : kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap menempel pada

pembatas angka 0 ( pembatas kepala )

Petugas 2 : tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus, tangan kanan

meluruskan batas kaki ke telapak kaki

Petugas 2 membaca angka di tepi luar pengukur

14

Page 15: Mini Project

Gambar 1. Posisi anak dan petugas ketika dilakukan pengukuran panjang badan

o Cara mengukur dengan posisi berdiri

Anak tidak memakai sandal atau sepatu

Berdiri tegak menghadap kedepan

Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur

Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun

Baca angka pada batas tersebut

15

Page 16: Mini Project

Gambar 2. Posisi berdiri anak saat diukur tinggi badan

o Penggunaan Tabel BB/TB ( Direktorat Gizi Masyarakat )

Ukur tinggi/panjang dan timbang berat badan anak, sesuai cara di atas

Lihat kolom tinggi/panjang badan anak yang sesuai dengan hasil pengukuran

Pilih kolom berat badan untuk laki-laki ( kiri ) atau perempuan ( kanan ) sesuai jenis

kelamin anak, cari angka berat badan yang terdekat dengan berat badan anak

Dari angka berat bdan tersebut, lihat bagian atas kolom untuk mengetahui angka

standar deviasi ( SD )

Interpretasi :

Normal : -2 SD s/d 2 SD atau Gizi baik

Kurus : < -2 SD s/d -3 SD atau Gizi kurang

Kurus sekali : < -3 SD atau Gizi buruk

Gemuk : > 2 SD atau Gizi lebih

B. Pengukuran Lingkaran Kepala Anak ( LKA )

Pengukuran lingkar kepala anak dalah cara yang biasa dipakai untuk

mengetahui perkembangan otak anak. Biasanya besar tengkorak mengikuti

perkembangan otak, sehingga jika ada hambatan pada perkembangan tengkorak maka

perkembangan otak anak juga terhambat. LKA dapat dipakai sebagai salah satu alat

pemantau perkembangan kecerdasan anak. 7

Tujuan pengukuran LKA adalah untuk mengetahui lingkaran kepala anak

dalam batas normal atau diluar batas normal. Jadwal disesuaikan dengan umur anak.

Umur 0-11 bulan, pengukuran dilakukan setiap tiga bulan. Pada anak yang lebih besar

umur 12-27 bulan, pengukuran dilakukan setiap enam bulan. Pengukuran dan

penilaian lingkaran kepala anak dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih. 7

o Cara mengukur lingkar kepala anak

Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi, menutupi alis

mata, diatas kedua telinga, dan bagian belakang kepala yang menonjol, tarik

agak kencang.

16

Page 17: Mini Project

Baca angka pada pertemuan dengan angka 0

Tanyakan tanggal lahir bayi / anak, hitung umur bayi / anak

Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut umur dan

jenis kelamin anak

Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan ukuran

sekarang

Gambar 3. Cara Pengukuran Lingkar Kepala Anak

Interpretasi :

Jika ukuran lingkaran kepala anak berada di dalam “jalur hijau” maka lingkaran

kepala anak normal

Jika ukuran lingkaran kepala anak berada diluar “jalur hijau” maka lingkaran kepala

anak tidak normal

Lingkaran kepala anak tidak normal ada 2, yaitu makrosefal jika berada diatas “jalur

hijau” dan mikrosefal jika berada dibawah “jalur hijau”.

Intervensi :

Jika ditemukan makrosefal maupun mikrosefal segera dirujuk ke rumah sakit

2.5.2 Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak

Deteksi ini dilakukan di semua tingkat pelayanan. Adapun pelaksana dan alat yang

digunakan adalah sebagai berikut : 1

Tingkat Pelayanan Pelaksana Alat yang Digunakan

Keluarga Masyarakat

Orang tua Kader kesehatan, BKB,

TPA

Buku KIA

Petugas Pusat PADU KPSP

17

Page 18: Mini Project

terlatih Guru TK terlatih

TDL TDD

Puskesmas DokterBidanPerawat

KPSPTDLTDD

Keterangan:

PADU : Pendidikan Anak Usia Dini

BKB : Bina Keluarga Balita

TPA : Tempat Penitipan Anak

TK : Taman Kanak-Kanak

KIA : Kesehatan Ibu dan Anak

KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan

TDL : Tes Daya Lihat

TDD : Tes Daya Dengar

Tabel 6. Pelaksana dan Alat yang Digunakan pada Deteksi Dini Pertumbuhan

Diambil dari: Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI, 2006. Hal. 41

o Skrining Perkembangan

Menurut batasan WHO, skrining adalah prosedur yang relatif cepat, sederhana

dan murah untuk populasi yang asimtomatik tetapi mempunyai risiko tinggi atau

dicurigai mempunyai masalah. Blackman (1992) menganjurkan agar bayi atau anak

dengan risiko tinggi (berdasarkan anamnesis atau pemeriksaan fisik rutin) harus

dilakukan skrining perkembangan secara periodik. Sedangkan bayi atau anak dengan

risiko rendah dimulai dengan kuesioner praskrining yang diisi atau dijawab oleh

orangtua. Bila dari kuesioner dicurigai ada gangguan tumbuh kembang dilanjutkan

dengan skrining. 1,3

A. Skrining/ Pemeriksaan Perkembangan Anak Menggunakan Kuesioner Pra

Skrining Perkembangan ( KPSP )

Kuesioner ini diterjemahkan dan dimodifikasi dari Denver Prescreening

Developmental Questionnaire (PDQ) oleh tim Depkes RI yang terdiri dari beberapa

dokter spesialis anak, psikiater anak, neurolog, THT, mata dan lain-lain pada tahun 1986.

Tujuan skrining / pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP adalah untuk

18

Page 19: Mini Project

mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. 1,6

Jadwal skrining / pemeriksaan KPSP adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24,

30,36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan. Jika anak belum mencapai umur skrining tersebut,

minta ibu datang kembali pada umur skrining yang terdekat untuk pemeriksaan rutin.

Misalnya bayi umur 7 bulan, diminta datang kembali untuk skrining pada umur 9 bulan.

Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah tumbuh

kembang sedangkan umur anak bukan umur skrining maka pemeriksaan menggunakan

KPSP untuk umur skrining terdekat yang lebih muda. 6

o Alat / instrument yang digunakan adalah :

Formulir KPSP menurut umur, berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan

perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0-72 bulan.

Alat Bantu pemeriksaan berupa : pensil, kertas, bola sebesar bola tennis, kerincingan,

kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah, potongan biscuit

kecil berukuran 0,5-1 cm.

o Cara menggunakan KPSP : 1

Pada waktu pemeriksaan / skrining, anak harus dibawa.

Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir.Bila

umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh : bayi umur 3 bulan

16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan. Bila umur bayi 3 bulan 15 hari dibulatkan

menjadi 3 bulan.

Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.

KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu:Pertanyaan yang dijawab oleh

ibu/pengasuh anak, contoh: “Dapatkah bayi makan kue sendiri?”

Perintahkan kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas yang

tertulis pada KPSP. Contoh: “Pada posisi bayi anda telentang, tariklah bayi anda pada

pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk.”

Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh karena itu

pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan kepadanya.

Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persatu. Setiap pertanyaan hanya

ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir.

 Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak menjawab pertanyaan.

 Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.

19

Page 20: Mini Project

o Interpretasi hasil KPSP : 1

Hitunglah berapa jawaban Ya.

- Jawaban Ya : Bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak bisa atau pernah atau

sering atau kadang-kadang melakukannya.

- Jawaban Tidak : Bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak belum pernah

melakukan atau tidak pernah atau ibu/pengasuh anak tidak tahu.

 Jumlah jawaban Ya = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap

perkembangannya (S)

Jumlah jawaban Ya =7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)

Jumlah jawaban 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P)

Untuk jawaban “Tidak”, perlu dirinci jumlah jawaban tidak menurut jenis

keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan

kemandirian).

B. Tes Daya Dengar ( TDD )

Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan pendengaran

sejak dini agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar

dan bicara anak. 1,6

C. Tes Daya Lihat ( TDL )

Tujuan tes daya lihat adalah untuk mendeteksi secara dini kelainan daya lihat

agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk memperoleh

ketajaman daya lihat menjadi lebih besar. 1,6

2.5.3 Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional

Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah kegiatan/pemeriksaan

untuk menemukan gangguan secara dini adanya masalah emosional, autisme dan

gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera dilakukan

20

Page 21: Mini Project

tindakan intervensi. 1

Deteksi dini penyimpangan mental emosional bertujuan untuk menemukan

secara dini masalah mental emosional, autisme, serta gangguan pemusatan perhatian dan

hiperaktivitas. Bila penyimpangan mental emosional terlambat diketahui maka

intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak.

Deteksi ini dilakukan oleh tenaga kesehatan. 1,3,6

1) Deteksi dini masalah mental emosional pada anak pra sekolah.

Bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan/masalah mental

emosional pada anak pra sekolah.

2) Deteksi dini autis pada anak pra sekolah.

Bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya autis pada anak umur 18 bulan sampai 36

bulan.

2.6 Intervensi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak

Tujuan intervensi dan rujukan dini perkembangan anak adalah untuk mengoreksi,

memperbaiki dan mengatasi masalah atau penyimpangan perkembangan sehingga anak

dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensinya. Waktu yang

paling tepat untuk melakukan intervensi dan rujukan dini penyimpangan perkembangan

anak adalah sesegera mungkin ketika usia anak masih di bawah lima tahun. Tindakan

intervensi dini tersebut berupa stimulasi perkembangan terarah yang dilakukan secara

intensif di rumah selama 2 minggu, yang diikuti dengan evaluasi hasil intervensi

stimulasi perkembangan. 1,6

2.7 Rujukan Dini Penyimpangan Perkembangan Anak

Rujukan diperlukan jika masalah/penyimpangan perkembangan anak tidak dapat

ditangani meskipun sudah dilakukan tindakan intervensi. Rujukan penyimpangan

tumbuh kembang dilakukan secara berjenjang sebagai berikut : 1,6

1. Tingkat keluarga dan masyarakat

Keluarga dan masyarakat (orang tua, anggota keluarga lainnya dan kader) dianjurkan

untuk membawa anak ke tenaga kesehatan di Puskesmas dan jaringan atau Rumah

Sakit. Orang tua perlu diingatkan membawa catatan pemantauan tumbuh kembang

21

Page 22: Mini Project

buku KIA

2. Tingkat Puskesmas dan jaringannya

Pada rujukan dini, bidan, perawat di posyandu, Polindes, Pustu termasuk Puskesmas

keliling, melakukan tindakan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang sesuai

standar pelayanan. Bila kasus penyimpangan tersebut memerlukan penanganan lanjut,

maka dilakukan rujukan ke tim medis di Puskesmas.

3. Tingkat Rumah Sakit Rujukan

Bila kasus penyimpangan tersebut tidak dapat di tangani di Puskesmas maka perlu

dirujuk ke Rumah Sakit Kabupaten yang mempunyai fasilitas klinik tumbuh kembang

anak dengan dokter spesialis anak, ahli gizi serta laboratorium/pemeriksaan

penunjang diagnostic. Rumah Sakit Provinsi sebagai tempat rujukan sekunder

diharapkan memiliki klinik tumbuh kembang anak yang didukung oleh tim dokter

spesialis anak, kesehatan jiwa, kesehatan mata, THT, rehabilitasi medic, ahli terapi,

ahli gizi dan psikolog. 1,3,6

BAB III

PENGKAJIAN MASALAH

3.1 Identifikasi Penyebab Masalah

Masalah dapat diartikan sebagai selisih antara ekspektasi dengan kenyataan.

Dilihat dari sudut pandang sistem, masalah berarti kesenjangan antara tolok ukur

dengan hasil pencapaian. Untuk mengetahui masalah yang ada di Puskesmas Murung

Pudak penulis melakukan observasi dan wawancara dengan petugas tenaga kesehatan.

Penulis mendapatkan beberapa masalah yang terdapat di Puskesmas Murung Pudak.

22

Page 23: Mini Project

Salah satu masalah yang terdapat di Puskesmas Murung Pudak adalah sesuai

dengan topik mini project yang diangkat oleh penulis, yaitu mengenai program

deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak di Puskesmas Murung Pudak yang

belum terlaksana sesuai dengan standar. Berdasarkan hasil observasi, masalah

program deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang pada anak di Puskesmas

Murung Pudak dijabarkan sebagai berikut:

1. Sumber Daya Manusia ( Tenaga Kesehatan Puskesmas ) yang mayoritas masih

belum terlatih mengenai program deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang

anak usia dini.

Puskesmas murung pudak mempunyai tenaga kesehatan yang terdiri dari 2 dokter

umum, 7 perawat , 3 bidan puskesmas, 5 bidan desa dan 2 ahli gizi. Namun

berdasarkan hasil wawancara hanya 2 bidan yang telah mengikuti acara deteksi

dini tumbuh kembang anak, sedangkan bidan dan perawat lainnya di puskesmas

belum pernah mengikuti acara deteksi dini ataupun pelatihan mengenai program

deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak. Berdasarkan hasil wawancara

dan observasi penulis, mayoritas tenaga kesehatan di Puskesmas Murung Pudak

masih belum terlatih dalam program deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang

anak usia dini. Masih terdapat beberapa tenaga kesehatan yang belum paham

betul mengenai program deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak.

Program deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak yang dilakukan di

Puskesmas Murung Pudak masih hanya terbatas pada pengukuran berat badan

dan tinggi badan anak, sedangkan program deteksi dan intervensi dini lainnya,

seperti pengukuran lingkar kepala, skrining perkembangan anak masih belum

terlaksana.

2. Standar Operasional dalam melakukan deteksi dan intervensi dini tumbuh

kembang anak belum terlaksana dengan baik

Belum adanya Standard Operational Procedure (SOP) dalam melakukan deteksi

dan intervensi dini tumbuh kembang anak di Puskesmas Murung Pudak.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara Puskesmas masih belum memiliki

pedoman dalam program deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak.

Puskesmas juga belum memiliki pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi dan

intervensi dini tumbuh kembang anak yang dikeluarkan oleh Departemen

Kesehatan Republik Indonesia. Pada rekam medis pasien anak juga belum

23

Page 24: Mini Project

terlampir mengenai status deteksi dini tumbuh kembang anak, sehingga evaluasi

deteksi dan intervesi dini tumbuh kembang anak menjadi sulit terlaksana.

3. Instrumen untuk program deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak

yang masih belum lengkap di Puskesmas Murung Pudak

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh penulis.

Instrumen untuk melakukan program deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang

anak di Puskesmas Murung Pudak masih kurang lengkap. Puskesmas tidak

memiliki instrumen yang digunakan untuk skrining KPSP dan untuk tes daya

lihat. Puskesmas juga masih belum memiliki formulir KPSP atau KMME.

4. Kurangnya Sosialisasi dan publikasi mengenai pentingnya program deteksi

dan intervensi dini tumbuh kembang anak

Sebagian tenaga kesehatan di Puskesmas Murung Pudak masih belum paham

betul mengenai pentingnya program deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang

anak. Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong juga belum mensosialisasikan dan

mempublikasikan mengenai pentingnya program deteksi dan intervensi dini

tumbuh kembang anak kepada puskesmas ataupun masyarakat. Sehingga

kesadaran tenaga kesehatan di puskesmas dan masyarakat sekitar masih kurang

mengenai pentingnya program deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak.

3.2 Analisis Masalah

Analisis masalah dilakukan untuk menentukan penyebab dari masalah

program deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak di Puskesmas Murung

Pudak yang belum terlaksana sesuai standar. Kerangka konsep perlu dibuat untuk

mengetahui dan mengidentifikasi faktor-faktor penyebab masalah. Kerangka konsep

penyebab masalah disusun ke dalam diagram tulang ikan dengan masalah sebagai

keluaran suatu sistem yang melibatkan komponen masukan, komponen proses,

komponen lingkungan, dan komponen umpan balik.

Berdasarkan kerangka konsep dari masalah diatas, ditemukan penyebab

24

Page 25: Mini Project

masalah dari setiap komponen. Analisis masalah tersebut dijabarkan melalui kerangka

konsep sebagai berikut :

Gambar 4. Diagram fishbone, sebab-akibat masalah dalam program seteksi dan intervensi

dini tumbuh kembang anak

BAB IV

PEMECAHAN MASALAH

25

Page 26: Mini Project

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan kepuasan pasien di Puskesmas Murung

Pudak diperlukan program-program intervensi sebagai pemecahan masalah. Berdasarkan

pembahasan yang telah dibahas diatas, salah satu penyebab utama dari masalah program

deteksi dini tumbuh kembang anak adalah karena sumber daya manusia ( Tenaga Kesehatan

Puskesmas ) yang mayoritas masih belum terlatih mengenai program deteksi dan intervensi

dini tumbuh kembang anak usia dini. Sehingga dari masalah tersebut diperlukan suatu upaya

intervensi yang salah satunya ialah dalam program sosialisasi dan pelatihan deteksi dan

intervensi dini tumbuh kembang anak.

4.1 Intervensi Pemecahan Masalah Berdasarkan Penyebab Masalah

No Sebab masalah Intervensi pemecahan masalah

1 InputA. Man Mayoritas SDM di puskesmas

belum terlatih dalam program deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak.

B. Money Belum tersedianya anggaran

untuk pelaksanaan program deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak.

C. Method Belum adanya standar

operasional (SOP) dan pedoman mengenai program deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak.

D. Material Belum tersedianya instrumen

untuk pelaksanaan SDDTK.

A. Man Memberikan edukasi dan motivasi

kepada SDM tenaga kesehatan puskesmas mengenai pentingnya program deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak.

Mengadakan sosialisai dan pelatihan mengenai deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak di Puskesmas Murung Pudak.

B. Money Merencanakan rincian anggaran

untuk program deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak

C. Method Pembuatan SOP deteksi dan

intervensi dini tumbuh kembang anak dan penyediaan pedoman deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak.

D. Material Penyediaan instrumen pelaksanaan

SDDTK.2 Process

E. Plan

Belum adanya perencanaan

E. Plan

Membuat perencaan dengan dokter

26

Page 27: Mini Project

untuk melakukan program

deteksi dan intervensi dini

tumbuh kembang anak

F. Organization

Belum adanya pengurus dan

penanggung jawab untuk

program deteksi dan intervensi

dini tumbuh kembang anak

G. Actualization

Belum adanya sosialisasi

mengenai deteksi dan

intervensi dini tumbuh

kembang anak.

pembimbing, kepala puskesmas dan

tenaga kesehatan mengenai

program deteksi dan intervensi dini

tumbuh kembang anak.

F. Organization

Merencanakan pengurus dan

penanggung jawab untuk program

deteksi dan intervensi dini tumbuh

kembang anak.

G. Actualization

Sosialisasi dan edukasi tenaga

kesehatan puskesmas mengenai

program deteksi dan intervensi dini

tumbuh kembang anak.

3 Environment

Puskesmas belum memiliki

kerjasama dengan dinas

kesehatan mengenai program

deteksi dan intervensi dini

tumbuh kembang anak.

Merencanakan kerjasama dengan

dinas kesehatan terkait program

deteksi dan intervensi dini tumbuh

kembang anak.

4.2 Perincian Intervensi Pemecahan Masalah

Sosialisasi dan Pelatihan Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak

Tujuan : Puskesmas memiliki tenaga kesehatan yang terlatih dalam deteksi

dan intervensi dini tumbuh kembang anak.

27

Page 28: Mini Project

Pelaksana : dr. Rahmania Kannesia Dahuri ( Dokter Internship )

Sasaran : Seluruh tenaga kesehatan Puskesmas Murung Pudak

o Dokter di Puskesmas Murung Pudak sebanyak 2 orang

o Perawat di Puskesmas Murung Pudak sebanyak 7 orang

o Bidan di Puskesmas Murung Pudak sebanyak 3 orang

o Bidan desa di Puskesmas Murung Pudak sebanyak 5 orang

o Ahli gizi di Puskesmas Murung Pudak sebanyak 2 orang

Metode : Presentasi dan workshop yang bertema Deteksi dan Intervensi

Dini Tumbuh Kembang Anak.

Tempat : Puskesmas Murung Pudak

Waktu : Tentatif , Februari 2013

Fasilitas : Ruang presentasi, LCD proyektor, laptop

Anggaran : -

Kriteria Keberhasilan :

o Sasaran atau jumlah tenaga kesehatan yang hadir sebanyak

75%

o Terdapat peningkatan pengetahuan tenaga kesehatan

puskesmas yang diketahui dari hasil pretest dan posttest

Sosialisasi Melalui Media Edukasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh

Kembang Anak

Tujuan : Tenaga Kesehatan Puskesmas dan Orang tua pasien mengetahui

dan memahami pentingnya deteksi dan intervensi dini tumbuh

kembang anak.

Pelaksana : dr. Rahmania Kannesia Dahuri ( Dokter Internship )

dr. Fakhri Rahman ( Dokter Internship )

Sasaran : Seluruh tenaga kesehatan Puskesmas Murung Pudak dan pasien

di Puskesmas Murung Pudak.

Metode :

o Pembuatan flyer dan poster mengenai tumbuh kembang anak

dan pentingnya stimulasi, deteksi dini, dan intervensi tumbuh

kembang anak.

o Pembuatan flyer cara stimulasi anak usia 0- 6 bulan.

28

Page 29: Mini Project

o Pembuatan flyer cara stimulasi anak usia 7-12 bulan.

o Pembuatan flyer cara stimulasi anak usia 13-18 bulan.

o Pembuatan flyer cara stimulasi anak usia 19-24 bulan.

o Pembuatan flyer cara stimulasi anak usia 25-36 bulan.

o Pembuatan flyer cara stimulasi anak usia 37-48 bulan.

o Pembuatan flyer cara stimulasi anak usia 48- 60 bulan.

o Pembuatan flyer cara stimulasi anak usia 60-72 bulan.

o Pembuatan flyer waspada autisme, gangguan konsentrasi, dan

hiperaktivitas.

Tempat : Puskesmas Murung Pudak

Waktu : Tentatif , Februari 2013

Fasilitas : Poster dan Flyer

Anggaran : Rp. 150.000

Kriteria Keberhasilan :

o Puskesmas memiliki poster dan master copy atau softcopy flyer mengenai

tumbuh kembang anak dan pentingnya stimulasi, deteksi dini, dan

intervensi tumbuh kembang anak.

o Puskesmas memiliki master copy atau softcopy flyer cara stimulasi anak

usia 0- 6 bulan.

o Puskesmas memiliki master copy atau softcopy flyer cara stimulasi anak

usia 7-12 bulan.

o Puskesmas memiliki master copy atau softcopy flyer cara stimulasi anak

usia 13-18 bulan.

o Puskesmas memiliki master copy atau softcopy flyer cara stimulasi anak

usia 19-24 bulan.

o Puskesmas memiliki master copy atau softcopy flyer cara stimulasi anak

usia 25-36 bulan.

o Puskesmas memiliki master copy atau softcopy flyer cara stimulasi anak

usia 37-48 bulan.

o Puskesmas memiliki master copy atau softcopy flyer cara stimulasi

Puskesmas memiliki master copy atau softcopy anak usia 48- 60 bulan.

o Puskesmas memiliki master copy atau softcopy flyer cara stimulasi anak

usia 60-72 bulan.

29

Page 30: Mini Project

o Puskesmas memiliki master copy atau softcopy flyer waspada autisme,

gangguan konsentrasi, dan hiperaktivitas.

DAFTAR PUSTAKA

30

Page 31: Mini Project

1. Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini

Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementerian

Kesehatan RI, 2006.

2. Depkes RI. Pedoman Kerja Puskesmas Mengacu Indonesia Sehat 2010. Jakarta, 2003.

3. Djauhar Ismail. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak. Diundur dari:

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195604121983011-

ATANG_SETIAWAN/PERKEMBANGAN_ABK/

DETEKSI_DINI_TUMBUH_KEMBANG_ANAK.pdf pada tanggal 15 Desember 2012

pukul 09.53.

4. Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong. Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten

Tabalong 2011. Tabalong, 2011.

5. Puskesmas Murung Pudak. Profil Puskesmas Murung Pudak Tahun 2011. Tabalong, 2011.

6. Soedjatmiko. Deteksi Dini Gangguan Tumbuh Kembang Balita. Diunduh dari:

http://www.idai.or.id/saripediatri/pdfile/3-3-12.pdf pada tanggal 16 September 2012 pukul

9.26.

7. Riset Kesehatan Dasar 2007. Pedoman pengukuran dan Pemeriksaan. Badan Litbang dan

Pengembangan Kesehatan RI Departemen Kesehatan, Jakarta 2007.

31

Page 32: Mini Project

32