Top Banner
& PWK IV, 11 MEI 2011 MINGGU XIII
48

Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

Jul 04, 2015

Download

Documents

radinia
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

&

PWK IV, 11 MEI 2011

MINGGU XIII

Page 2: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das
Page 3: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

(DAS) menurut Dictionary of Scientific and Technical Term, DAS (Watershed) diartikan sebagai suatu kawasan yang mengalirkan air kesatu sungai utama. Dikemukakan oleh Manan (1978) bahwa DAS adalah suatu wilayah penerima air hujan yang dibatasi oleh punggung bukit atau gunung, dimana semua curah hujan yang jatuh diatasnya akan mengalir di sungai utama dan akhirnya bermuara kelaut. Daerah Aliran Sungai (DAS) = daerah sekitar aliran sungai atau sekelilingnya dimana jika terjadi hujan, airnya mengalir ke sungai tersebut.

Macam-macam DASDAS GemukYaitu DAS yang luas sehingga memilih daya tampung air yang

besar.DAS ini cenderung mengalami luapan air yang besar pada waktu

hujan besar yang terjadi di bagian hulu.

DAS KurusYaitu DAS yang relative kecil sehingga daya tampung air hujan

juga sedikit.DAS ini tidak mengalami luapan air yang begitu besar pada saat

hujan turun di bagian hulu

Page 4: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

Fungsi DASDalam rangka memberikan gambaran keterkaitan secara menyeluruh dalam pengelolaan DAS, terlebih dahulu diperlukan batasan-batasan mengenai DAS berdasarkan fungsi, yaitu pertamaDAS bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi yang dikelola untuk mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar tidak terdegradasi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air (debit), dan curah hujan. Kedua DAS bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kuantitas air, kualitas air, kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta terkait pada prasarana pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk, dan danau.KetigaDAS bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang diindikasikan melalui kuantitas dan kualitas air, kemampuan menyalurkan air, ketinggian curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta pengelolaan air limbah.

Page 5: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

Usaha-usaha menjaga kelestarian lingkungan DAS:1. Mengusahakan DAS daerah hulu sebagai penyangga, dapat

tertutup, oleh vegetasi pelindung, dengan tujuan: menjaga agar debit sungai antara musim penghujan dan kemarau dapat terkendali, menjaga supaya terhindar banjir, menjaga supaya daerah bagian hulu tidak terjadi erosi yang kuat.

2. Mengusahakan DAS bagian hilir dapat terhindar dari berbagai bentuk polusi.

Kerusakan Daerah Aliran Sungai di Indonesia

Kerusakan DAS semakin mengalami kerusakan lingkungan dari tahun ke tahun. Kerusakan lingkungan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) meliputi kerusakan pada aspek biofisik ataupun kualitas air.Saat ini sebagian Daerah Aliran Sungai di Indonesia mengalami kerusakan sebagai akibat dari perubahan tata guna lahan, pertambahan jumlah penduduk serta kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pelestarian lingkungan DAS. Gejala Kerusakan lingkungan Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat dilihat dari penyusutan luas hutan dan kerusakan lahan terutama kawasan lindung di sekitar Daerah Aliran Sungai.

Page 6: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

Dampak Kerusakan DAS. Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang terjadi mengakibatkan kondisi kuantitas (debit) air sungai menjadi fluktuatif antara musim penghujan dan kemarau. Selain itu juga penurunan cadangan air serta tingginya laju sendimentasi dan erosi. Dampak yang dirasakan kemudian adalah terjadinya banjir di musim penghujan dan kekeringan di musim kemarau.

Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) pun mengakibatkan menurunnya kualitas air sungai yang mengalami pencemaran yang diakibatkan oleh erosi dari lahan kritis, limbah rumah tangga, limbah industri, limbah pertanian (perkebunan) dan limbah pertambangan. Pencemaran air sungai di Indonesia juga telah menjadi masalah tersendiri yang sangat serius.

Salah satu DAS yang perlu perhatian adalah : Sungai Brantas; Provinsi Jawa Timur dengan Daerah Aliran Sungai seluas 1.553.235 ha.

Page 7: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

Penyebab Degradasi Kondisi DasKeadaan alam geomorfologi (geologi, tanah, dan topografi) yang rentan terjadi erosi, banjir, tanah longsor dan kekeringan (kemampuan lahan/daya dukung wilayah)Iklim/curah hujan tinggi yang potensial  menimbulkan daya merusak lahan/ tanah (erosivitas tinggi)Aktivitas manusia ( Penebangan hutan ilegal/pencurian kayu hutan, Kebakaran hutan, Perambahan hutan, Eksploitasi hutan dan lahan berlebihan ( HPH, tambang,kebun, industri,  permukiman, jalan, pertanian dll.), Penggunaan / pemanfaatan lahan tidak menerapkan

kaidah konservasi tanah dan  air)

Page 8: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

PENGELOLAAN DAS TERPADU

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) secara Terpadu merupakan sebuah pendekatan holistik dalam mengelola sumberdaya alam yang bertujuan untuk meningkatkan kehidupan masyarakat dalam mengelola sumberdaya alam secara berkesinambungan. Di daerah dataran tinggi curah hujan yang jatuh akan mengalir dan berkumpul pada beberapa parit, anak sungai, dan kemudian menuju ke sebuah sungai. Keseluruhan daerah yang menyediakan air bagi anak sungai dan sungai-sungai tersebut merupakan daerah tangkapan air (Catchment area), dikenal sebagai Daerah Aliran Sungai (DAS). DAS merupakan unit hydro-geologis yang meliputi daerah dalam

sebuah tempat penyaluran air. Air hujan yang jatuh di daerah ini mengalir melalui suatu pola aliran permukaan menuju suatu titik yang disebut outlet aliran air. Untuk tujuan pengelolaan dan perlindungan, DAS dibagi menjadi tiga bagian, yaitu DAS bagian hulu, DAS bagian tengah dan DAS bagian hilir. Daerah hulu merupakan daerah yang berada dekat dengan aliran sungai yang merupakan tempat tertinggi dalam suatu DAS, sedangkan daerah hilir adalah daerah yang dekat dengan jalan ke luar air bagi setiap DAS dan daerah tengah adalah daerah yang terletak di antara daerah hulu dan daerah hilir.

Page 9: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

Tujuan pengelolaan DAS terpadu adalah membantu masyarakat mengembangkan visinya tentang apa yang mereka inginkan terhadap DAS yang berada di daerah mereka, misalnya dalam 10 tahun ke depan, dan mencari strategi untuk mencapai visi tersebut. Program ini hanya menyediakan sumberdaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan strategi yang secara kritis dipicu oleh faktor pemicu dan mengembangkan kelembagaan masyarakat yang dibutuhkan untuk memenuhi visi tersebut.

Maksud pengelolaan DAS terpadu adalah suatu pendekatan yang melibatkan teknologi tepat guna dan strategi sosial untuk memaksimalkan pengembangan lahan, hutan, air dan sumebrdaya manusia dalam suatu daerah aliran sungai, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia secara berkesinambungan. Dengan kata lain pengelolaan DAS ini bertujuan agar generasi masa depan dapat menikmati sumberdaya alam yang lebih sehat dan lebih produktif dari generasi sekarang. Di masa mendatang penduduk jangan lagi dianggap hanya penerima manfaat, tetapi mereka harus ikut berpartisipasi aktif mulai dari perencanaan, pembuatan anggaran dan pelaksanaan kegiatan di lapangan.

Page 10: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

Manfaat Pengelolaan DASEkonomi meningkatLingkungan baikSosial mantap

Peranan Pengelolaan DasDAS sebagai ekosistem alam , merupakan unit hidrologi (tata air) :Air  berperan sebagai integratorAir merupakan indikator terbaik untuk pengelolaan DASKarena peran dan fungsi  air tersebut, maka DAS sangat tepat sebagai unit pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengendalian rehabilitasi hutan dan lahan (RHL)Karena DAS sebagai unit hidrologi, maka Pengelolaan DAS dapat  memadukan kepentingan:Antar kelompok masyarakat di daerah hulu dan hilir DAS,Antar wilayah administrasiAntar instansi/lembaga terkaitAntar disiplin ilmu/profesiAntar aktivitas di hulu dan hilir DAS

Page 11: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

Lingkup Pengelolaan DASSasaran wilayah pengelolaan DAS adalah wilayah DAS yang utuh sebagai satu kesatuan ekosistem yang membentang dari hulu hingga hilir. Penentuan sasaran wilayah DAS secara utuh ini dimaksudkan agar upaya pengelolaan sumberdaya alam dapat dilakukan secara menyeluruh dan terpadu berdasarkan satu kesatuan perencanaan yang telah mempertimbangkan keterkaitan antar komponen-komponen penyusun ekosistem DAS (biogeofisik dan sosekbud) termasuk pengaturan kelembagaan dan kegiatan monitoring dan evaluasi. Kegiatan yang disebutkan terakhir berfungsi sebagai instrumen pengelolaan yang akan menentukan apakah kegiatan yang dilakukan telah/tidak mencapai sasaran.

Page 12: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

Ruang lingkup pengelolaan DAS secara umum meliputi perencanaan, pengorganisasian, implementasi/pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi terhadap upaya - upaya pokok berikut:a) Pengelolaan ruang melalui usaha pengaturan penggunaan lahan (landuse) dan konservasi tanah dalam arti yang luas.b) Pengelolaan sumberdaya air melalui konservasi, pengembangan, penggunaan dan pengendalian daya rusak air.c) Pengelolaan vegetasi yang meliputi pengelolaan hutan dan jenis vegetasi darat lainnya yang memiliki fungsi produksi dan perlindungan terhadap tanah dan air.d) Pembinaan kesadaran dan kemampuan manusia termasuk pengembangan kapasitas kelembagaan dalam pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana, sehingga ikut berperan dalam upaya pengelolaan DAS.

Page 13: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

Permasalahan Pengelolaan DAS

Pengelolaan DAS tidak lain daripada kegiatan penata-gunaan lahan dalam ruang lingkup DAS

Permasalahan  pengelolaan  DAS  dapat   dilakukan  melalui  suatu  pengkajian komponen-komponen DAS dan penelusuran  hubungan  antar komponen yang saling berkaitan, sehingga tindakan pengelolaan dan pengendalian yang dilakukan tidak hanya bersifat parsial dan sektoral, tetapi sudah terarah pada penyebab utama kerusakan dan akibat yang  ditimbulkan, serta   dilakukan secara terpadu. Salah satu persoalan pengelolaan DAS dalam konteks wilayah adalah letak hulu sungai yang biasanya berada pada suatu kabupaten tertentu dan melewati beberapa kabupaten serta daerah hilirnya berada di kabupaten lainnya. Oleh karena itu, daerah daerah yang dilalui harus memandang DAS sebagai suatu sistem terintegrasi, serta menjadi tanggung  jawab bersama.Dengan demikian bila ada bencana, apakah itu banjir maupun kekeringan, penanggulangannya dapat dilakukan secara menyeluruh yang meliputi DAS mulai dari daerah hulu sampai hilir

Page 14: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

Jelmaan kendala-kendala sosial-ekonomi tersebut di atas, yang gayut dengan pengelolaan atau pengembangan DAS, ialah:Degradasi hutan dan lahanBanjir, kekeringan, Tanah longsor, erosi dan   sedimentasi di sungai/saluran/ waduk/danauPencemaran air dan tanah Keterpaduan dan koordinasi antar sektor, antar instansi lemahKonflik antar kepentingan  antar    daerah hulu hilir DASTingkat pendapatan dan partisipasi penduduk rendah Dana pemerintah terbatas

Page 15: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

Komponen Pengelolaan DAS. Program pengelolaan DAS terpadu adalah sebuah paket yang menyatukan semua komponen DAS berdasarkan prioritas masyarakatnya. Program ini memiliki komponen-komponen sebagai berikut

1. Pengembangan Sumberdaya Alam: Lahan, Hutan dan AirPenduduk yang tinggal dalam DAS dan menggunakan sumberdaya alam tersebut

merupakan bagian penting dari program pengelolaan DAS. Mereka merupakan sumber utama dan perlu menginvestasikan dananya demi kemajuan pengelolaan DAS.

2. Tindakan pengendalian untuk meminimumkan laju degradasi dan memperbaiki sumberdaya alamTindakan ini termasuk pengendalian lahan yang dapat ditanami (baik milik pribadi yang ditanami ataupun lahan tidur milik pribadi), lahan tidur, aliran air dan kelembagaan sosial. Tindakan ini juga meliputi perbaikan sumberdaya alam seperti pohon, tanaman semusim, hutan, air permukaan, dll.

Page 16: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

3. Pengelolaan Sumberdaya Alam: Lahan, Hutan dan AirPengelolaan sumberdaya alam sama pentingnya dengan menumbuhkannya. :

Pengelolaan tanah yang efektif memerlukan pengelolaan kesuburannya secara terpadu untuk mempertahankan tingkat produktivitas tanaman pangan. Talud saja tidak cukup.

Pengelolaan air yang meliputi kegiatan untuk meningkatkan penggunaan air tanah (green water) dan air permukaan (blue water) secara efisien seperti pengontrolan irigasi yang berlebihan, penggunaan sistem irigasi drip (menetes) atau pot (lubang didalam tanah), penanaman bersistem tadah hujan, penanaman yang tidak membutuhkan banyak air dll.

Pengelolaan sumberdaya alam seperti hutan lestari, penampungan limbah organik, penampungan air hujan dll, meliputi penyusunan strategi yang melibatkan penduduk yang mengelola sumberdaya alam tersebut (perlindungan hutan dengan menggunakan dana dan proyek tidaklah cukup).

4. Diversifikasi Mata Pencaharian

Page 17: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

PERISTILAHANBeberapa istilah yang perlu dipahami dan disepakati bersama dalam pengelolaan DAS adalah sebagai berikut:a)Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang dibatasi oleh pemisah topografis yang berfungsi menampung air yang berasal dari curah hujan, menyimpan dan mengalirkannya melalui ke danau atau ke laut secara alami.b) Sub DAS adalah bagian DAS yang menerima air hujan dan mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai utama. Setiap DAS terbagi habis ke dalam Sub DAS – Sub DAS.c) Satuan Wilayah Sungai (SWS) adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumberdaya air dalam satu atau lebih DAS dan atau satu atau lebih pulau-pulau kecil , termasuk cekungan air bawah tanah yang berada di bawahnya.d) Pengelolaan DAS adalah upaya manusia di dalam mengendalikan hubungan timbal balik antara sumberdaya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala aktifitasnya, dengan tujuan membina kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatkan manfaat sumberdaya alam bagi manusia secara berkelanjutan.

Page 18: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

f) Pengelolaan DAS Secara Terpadu adalah suatu proses formulasi dan implementasi kebijakan dan kegiatan yang menyangkut pengelolaan sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan manusia dalam suatu DAS secara utuh dengan mempertimbangkan aspek-aspek fisik, sosial, ekonomi dan kelembagaan di dalam dan sekitar DAS untuk mencapai tujuan yang diinginkan.g) Rencana Pengelolaan DAS merupakan konsep pembangunan yang mengakomodasikan berbagai peraturan perundang yang berlaku dan dijabarkan secara menyeluruh dan terpadu dalam suatu rencana berjangka pendek, menengah maupun panjang yang memuat perumusan masalah spesifik di dalam DAS, sasaran dan tujuan pengelolaan, arahan kegiatan dalam pemanfaatan, peningkatan dan pelestarian sumberdaya alam air, tanah dan vegetasi, pengembangan sumberdaya manusia, arahan model pengelolaan DAS, serta sistem monitoring dan evaluasi kegiatan pengelolaan DAS.h) Lahan kritis adalah lahan yang keadaan biofisiknya sedemikian rupa sehingga lahan tersebut tidak dapat berfungsi secara baik sesuai dengan peruntukannya sebagai media produksi maupun sebagai media tata air.

Page 19: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

IMPLEMENTASI PENGELOLAAN DASPengelolaan Terpadu DAS pada dasarnya merupakan pengelolaan partisipasi berbagai sektor/sub sektor yang berkepentigan dalam pemanfaatan sumberdaya alam pada suatu DAS, sehingga di antara mereka saling mempercayai, ada keterbukaan, mempunyai rasa tanggung jawab dan saling mempunyai ketergantungan (inter-dependency). Demikian pula dengan biaya kegiatan pengelolaan DAS, selayaknya tidak lagi seluruhnya dibebankan kepada pemerintah tetapi harus ditanggung oleh semua pihak yang memanfaatkan dan semua yang berkepentingan dengan kelestariannya.Untuk dapat menjamin kelestarian DAS, pelaksanaan pengelolaan DAS harus mengikuti prinsipprinsip dasar hidrologi. Dalam sistem ekologi DAS, komponen masukan utama terdiri atas curah hujan sedang komponen keluaran terdiri atas debit aliran dan muatan sedimen, termasuk unsur hara dan bahan pencemar di dalamnya. DAS yang terdiri atas komponen-komponen vegetasi, tanah, topografi, air/sungai, dan manusia berfungsi sebagai prosesor.

Page 20: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

Kegiatan yang relevan dengan pengelolaan DAS untuk menjamin kelestariannya berikut ini.Pengelolaan Daerah Tangkapan Air (catchment area)Bentuk kegiatan pemanfaatan dan konservasi sumberdaya alam di DTA diutamakan untuk meningkatkan produktivitas lahan dalam memenuhi kebutuhan barang dan jasa bagi masyarakat dan sekaligus memelihara kelestarian ekosistem DAS. Kegiatan tersebut dilakukan melalui tataguna lahan (pengaturan tataruang), penggunaan lahan sesui dengan peruntukannya (kesesuaian lahan, rehabilitasi hutan dan lahan yang telah rusak, penerapan teknik-teknik konservasi tanah, pembangunan struktur untuk pengendalian daya rusak air, erosi dan longsor. Dilakukan pula kegiatan monitoring kondisi daerah tangkapan air dan evaluasi terhadap pelaksanaan rencana pengelolaan DAS.

Page 21: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

Pengelolaan Sumberdaya Air1. Manajemen Kuantitas Air (Penyediaan Air)a. Pembangunan Sumberdaya Airb. Prediksi Kekeringanc. Penanggulangan Kekeringand. Perijinan Penggunaan Aire. Alokasi Air f. Distribusi Air

2. Manajemen Kualitas Aira. Perencanaan Pengendalian Kualitas Airb. Pemantauan dan Pengendalian Kualitas Airc. Penyediaan Debit Pemeliharaan Sungaid. Peningkatan Daya Dukung Sungaie. Bersama dengan instansi/dinas terkait menyelenggarakan koordinasi penyiapan program dan implementasi pengendalian pencemaran dan limbah domestik, industri dan pertanian.

Page 22: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

Pemeliharaan Prasarana Pengairana. Pemeliharaan Preventifb. Pemeliharaan Korektifc. Pemeliharaan Daruratd. Pengamatan Instrumen Keamanan Bendungan.Pengendalian Banjira. Pemantauan dan Prediksi Banjirb. Pengaturan (distribusi) dan Pencegahan Banjirc. Penanggulangan Banjird. Perbaikan Kerusakan Akibat Banjir

Pengelolaan Lingkungan Sungaia. Perencanaan Peruntukan Lahan Daerah Sempadan Sungaib. Pengendalian Penggunaan Lahan Sempadan Sungaic. Pelestarian biota aird. Pengembangan pariwisata, olah raga, dan trasnportasi air

Page 23: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

Pemberdayaan Masyarakata. Program penguatan ekonomi masyarakat melalui pengembangan perdesaan, sehingga pendapatan petani meningkat.b. Program pengembangan pertanian konservasi, sehingga dapat berfungsi produksi dan pelestarian sumber daya tanah dan air.c. Penyuluhan dan transfer teknologi untuk menunjang program pertanian konservasi dan peningkatan kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam upaya pengelolaan DAS.d. Pengembangan berbagai bentuk insentif (rangsangan) baik insentif langsung maupun tidak langsung, dalam bentuk bantuan teknis, pinjaman, yang dapat memacu peningkatan produksi pertanian dan usaha konservasi tanah dan air.e. Upaya mengembangkan kemandirian dan memperkuat posisi tawar menawar masyarakat lapisan bawah, sehingga mampu memperluas keberdayaan masyarakat dan berkembangnya ekonomi rakyat.f. Memonitor dan evaluasi terhadap perkembangan sosial ekonomi masyarakat, serta tingkat kesadaran masyarakat dalam ikut berperan serta dalam pengelolaan DAS.

Page 24: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

BENCANA DASBanjir (flood) adalah debit aliran air sungai yang secara relative lebih besar dari biasanya/normal akibat hujan yang turun di hulu atau disuatu tempat tertentu secara terus menerus, sehingga tidak dapat ditampung oleh alur sungai yang ada, maka air melimpah keluar dan menggenangi daerah sekitarnya.Banjir merupakan suatu peristiwa alam biasa, kemudian menjadi suatu masalah apabila sudah mengganggu kehidupan dan penghidupan manusia serta mengancam keselamatan Dalam memformulasikan banjir, parameter-parameter yang terkait dibedakan antara karateristik potensi air banjir dan kerentanan daerah rawan banjir. Potensi banjir terkait dengan sumber (asal) penyebab air banjir itu terjadi dimana hal ini berkaitan dengan factor meterologis dan kerakteristik DAS-nya. Sehingga paameter-parameter yang digunakan untuk memformulasikan kerentanan potensi banjir dilakukan melalui estimasi berdasarkan kondisi alami manajemen daerah tangkapan airnya atau pengukuran langsung dari nilai debit spesifik maksimum tahunannya.

Page 25: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

Tanah longsor (landslide) merupakan salah satu bentuk erosi yang pengangkutan atau pemindahan masa tanahnya terjadi pada suatu saat secara tiba-tiba dalam volume yang besar (sekaligus). Oleh Brook dkk. (1991) disebutkan bahwa tanah longsor adalah salah satu bentuk dari gerakan masa tanah, batuan dan reruntuhan batu/tanah yang terjadi seketika bergerak menuju lereng bawah yang dikendalikan oleh gaya gravitasi dan meluncur di atas suatu lapisan kedap yang jenuh air (bidang luncur). Tanah longsor terjadi jika dipenuhi 3 keadaan yaitu lereng cukup curang, terdapat bidang peluncur di bawah permukaan tanah yang kedap air dan terdapat cukup air (dari hujan) dalam tanah di ata lapisan kedap (bidang luncur) sehingga tanah jenuh air. Air hujan yang jatuh di atas permukaan tanah yang kemudian menjenuhi tanah sangat menentukan kestabilan lereng, yaitu melalui menurunnya ketahanan geser tanah yang jauh lebih besar daripada penurunan tekanan geser tanah, sehingga faktor keamanan lereng menurun tajam, menyebabkan lereng rawan longsor.

Page 26: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

Kabupaten SemarangLokasi rawan bencana di Kabupaten Semarang meliputi beberapa wilayah kecamatan, yaitu Kec. Pringapus, Kec. Ungaran, Kec. Bawen, Kec. Banyubiru, Kec. Getasan, Kec. Bringin dan Kec. Bergas. Kejadian bencana di Kabupaten Semarang dominan tanah longsor, dengan dua kali kejadian banjir dalam kurun waktu 5 tahun terakhir yaitu pada tahun 2002 di Ds. Rembes, Kec. Bringin, dan tahun 2006 di Ds. Susukan, Kec. Ungaran. Bencana dengan korban cukup besar terjadi di Kec. Banyubiru berupa kejadian bencana tanah longsor yang mengakibatkan rumah roboh.Dari kondisi biofisik lokasi bencana untuk Kec. Banyubiru bentuk lahan berupa pegunungan/perbukitan dan kipas lahar, penggunaan lahan dominan pemukiman, sawah dan tegalan dengan sedikit hutan di bagian atas, jenis tanah alluvial dan regosol, tingkat kelerengan bervariasi dari landai (0 – 8%) sampai sangat curam (>45%), dengan curah hujan 2000 – 3000 mm/th. Dari kondisi biofisik dapat dianalisis daerah kejadian bencana tanah longsor tersebut dipengaruhi kelerengan yang curam, penggunaan lahan bagian atas hutan yang terganggu dengan tegalan, curah hujan cukup tinggi dan jenis tanah batuan dengan solum tanah yang tipis sehingga akan memperberat beban tanah untuk menahan terjadinya longsor. Pada peta daerah rawan tanah longsor dapat dilihat persebaran lokasi yang berada di bagian atas yang merupakan lereng pegunungan.

Page 27: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

Kabupaten DemakLokasi rawan bencana di Kabupaten Demak meliputi beberapa wilayah kecamatan yaitu Kec. Karangawen, Kec. Mranggen, Kec. Karangtengah, Kec. Bonang, Kec. Gajah, Kec. Mijen, Kec. Sayung, Kec. Kebonagung, Kec. Demak, Kec. Guntur, Kec. Wedung dan Kec. Wonosalam. Kejadian bencana di Kabupaten Demak seluruhnya merupakan kejadian banjir dengan korban cukup besar terjadi pada Kec. Karangtengah dan Kec. Bonang berupa tergenangnya pemukiman, areal persawahan serta kerusakan fasilitas umum lainnya.Dari kondisi biofisik lokasi bencana untuk Kec. Karangtengah bentuk lahan berupa dataran alluvial, jenis tanah alluvial, penggunaan lahan dominan pemukiman, sawah dan tegalan, dengan tingkat kelerengan landai (0 – 8%) dan curah hujan 2000 – 2500 mm/th.  Untuk Kec. Bonang bentuk lahan berupa dataran alluvial, jenis tanah alluvial, penggunaan lahan dominan pemukiman, sawah dan tegalan, dengan tingkat kelerengan landai (0 – 8%) dan curah hujan 2000 – 2500 mm/th. Dari kondisi biofisik dapat dianalisis daerah kejadian bencana banjir dengan kelerengan landai yang mana dapat mengindikasikan adanya flood plain atau dataran banjir, ditambah faktor pemanfaatan lahan berupa pemukiman tanpa tutupan vegetasi permanen yang bagus. Jenis tanah alluvial menunjukkan adanya endapan tanah akibat banjir. Pada peta daerah rawan banjir dapat dilihat persebaran lokasi yang dilewati sungai, baik sungai utama maupun anak sungai.

Page 28: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

Pada estimasi kerawanan bencana digunakan parameter besar hujan harian yang dituangkan dalam curah hujan tahunan, bentuk DAS, gradien sungai, kerapatan drainase dan juga kelerengan. Sedangkan parameter managemen meliputi penggunaan lahan. Pengandalian banjir pada daerah tangkapan air secara aksimal dapat dilakukan dengan cara penghutanan, tetapi kemungkinan kejadian bencana banjir masih bisa terjadi karena sifat alaminya yang tidak mungkin untuk bisa dikendalikan melalui pengelolaan DAS seperti faktor curah hujan, kondisi tanah serta kelerengan.Estimasi rawan longsor lebih dipengaruhi lereng lahan, faktor geologi dan jenis tanah. Sedangkan parameter managemen meliputi penggunaan lahan, infrastruktur dan kepadatan pemukiman. Tanah longsor yang terjadi pada tebing sungai dan atau aliran air bisa menyumbat palung sungai, terutama pada palung sungai sempit. Sumbatan ini akan membentuk bendungan/waduk alam sehingga di bagian hulu bendungan akan terjadi akumulasi air dan sedimen.Apabila air sudah memenuhi tubuh bendungan atau dengan kata lain air sudah penuh, sehingga adanya hujan yang jatuh di wilayah sebelah hulu cukup tinggi akan meningkatkan volume aliran (runoff) yang juga akan menambah volume air bendungan. Akibat dari keadaan tersebut, maka bendungan alami yang terbentuk sementara dari hasil material longsoran (tanah dan kayu pepohonan) tidak mampu menampung volume aliran air dan kemudian akan mengalir dan mengikis di atas badan bendung penyumbat palung sungai, sehingga meruntuhkan badan bendung (waduk jebol). Akumulasi dari volume air dalam waduk yang besar ditambah dengan aliran banjir mengakibatkan banjir bandang (flush flood) yang memiliki daya rusak sangat besar.

Page 29: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

Kesimpulan Parameter estimasi banjir terkait dengan sumber (asal) penyebab air banjir itu terjadi dimana hal ini berkaitan dengan factor meterologis dan kerakteristik DAS-nya, sehingga paameter dilakukan melalui estimasi berdasarkan kondisi alami manajemen daerah tangkapan airnya.Tanah longsor terjadi jika lereng cukup curang, terdapat bidang peluncur di bawah permukaan tanah yang kedap air dan terdapat cukup air (dari hujan) dalam tanah di ata lapisan kedap (bidang luncur) sehingga tanah jenuh air. Frekuensi kejadian bencana banjir tinggi meliputi Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Demak, Kabupaten Jepara, Kabupaten Kudus, Kabupaten Pati, Kabupaten Rembang, dan Kabupaten Kendal dengan kejadian bencana banjir dominant pada tiap tahunnya. Frekuensi kejadian bencana tanah longsor tinggsi meliputi wilayah Kabupaten Pemalang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Semarang.Untuk Kabupaten Brebes dan Kota Semarang memiliki tingkat kerawanan yang relative sama antara kejadian bencana banjir dan tanah longsor.Kabupaten Blora, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Batang, Kabupaten Tegal, Kota Tegal dan Kota Pekalongan memiliki frekuensi kejadian bencana yang relative lebih rendah dibandingkan kabupaten lain.Rehabilitasi lahan dapat berpengaruh pada penurunan kejadian bencana.

Page 30: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das
Page 31: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

Bencana : suatu kejadian (alam atau ulah manusia), tiba-tiba atau perlahan, yang menimpa dengan hebatnya, sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan yang luar biasa

Bahaya – Bencana – Kerentanan ----Ketahanan/Kemampuan menanggulangi

Konsep Resiko :

Resiko Bencana : Kemungkinan terjadinya kerugian akibat suatu bencana.Besarnya resiko bencana dapat dinyatakan dalam besarnya kerugian yang terjadi (harta, jiwa, cedera, kerusakanlingkungan) untuk suatu besaran kejadian tertentu

Page 32: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

Resiko Bencana pada sutau daerah bergantung kepada faktor-faktor : Alam/geografi/geologi (kemungkinan terjadinya

fenomena alam) dan sosial/politik/ekonomi/teknologi (kemungkinan terjadinya fenomena ulah manusia)

kerentanan masyarakat yang terpapar terhadap fenomena (kondisi dan banyaknya)

kerentanan fisik daerah (kondisi lingkungan, dan kuantitas serta kualitas bangunan)

konteks strategis daerah (PKN, PKW, PKL, dll.) kesiapsiagaan masyarakat setempat untuk respon

tanggap darurat dan membangun kembali, Dll.

Page 33: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

Bebarapa Jenis Potensi bencana :Alam : gempabumi, letusan gunung api, banjir, tanah longsor, kekeringan, angin kencang/badai, …Kesehatan : epidemi/letusan wabah penyakit, HIV/AID, Flu Burung, …Sosial : kerusuhan sosial, perang, konflik masyarakat sipil, terorisme, aktivitas gang/mafia…Ekonomi: hiperinflasi, kolaps ekonomi, hutang/financial crisis, masa transisi ekonomi, pengangguran, gagal panen…Politik: Kegagalan politik, kudeta……Lingkungan: polusi, deforestasi, radiasi nuklir, kegagalan teknologi/industri…….Kesalahan/ulah manusia : kebakaran kota….Tipe Kerentanan :Kerentanan SosialKerentanan KelembagaanKerentanan SistemKerentanan EkonomiKerentanan Lingkungan Kerentanan akibat praktik-praktik yang tidak berprinsip sustainable development

Page 34: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

Tipe Ketahanan :Kelengkapan dan kesiapan fasilitas kesehatan dan tenaga medisKelengkapan dan kesiapsiagaan institusi penanggulangan bencana Ketersediaan cadangan logistik yang cukupKehidupan sosial ekonomi yang kondusifLingkungan fisik yang tidak terlalu padatTersedianya jalur / tempat evakuasil.Mitigasi Bencana :

“Tindakan yang ditujukan untuk mengurangi dampak dari suatu bencana (alam atau ulah-manusia) terhadap suatu komunitas, kawasan, wilayah”

Beberapa akibat bencana dapat dicegah, Akibat-akibat lainnya akan tetap terjadi tetapi dapat diubah atau dikurangi dengan tindakan yang tepat

Page 35: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

Kerangka Hukum dan Perundangan Insentif-DisinsentifPendidikan dan PelatihanPeningkatan Kesadaran Masyarakat Rencana Tata Ruang dan Tata guna tanah yang sesuaiPengembangan Kelembagaan: organisasi, leadership,

mekanisme prosedural, koordinasi/ kolaborasi/ kooperasiSistem Peringatan DiniPeningkatan Kesiap-siagaan: rute dan daerah evakuasi,

pelatihan tenaga SAR, mekanisme pemberian bantuan, mekanisme pemulihan

AsuransiMitigasi StrukturalBangunan pengelak/pengalih banjir (waduk, retarding

basin, tanggul, drainase, gorong-gorong, banjir kanal/sudetan)

Perkuatan bangunan, peninggian dasar, bangunan, peninggian lantai/plint

Sistem polder, pompa, pintu air pasang, Sumur resapan, injeksi

Tanggul laut / sea wall , Kantong lahar

Mitigasi Non Struktural

Page 36: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

Penataan Ruang Wilayah = Usaha Mitigasi Bencana

Mencegah/menghindari/menghilangkan hazard/bahaya terhadap wilayah/kawasan (~ bisakah untuk bahaya alam?)Mengurangi kerentanan wilayah/kawasanMeningkatkan ketahanan wilayah/kawasan

Rencana Tata Ruang Wilayah = Alat Mitigasi Bencana Non-StrukturalMenata ruang kawasan:Optimasi sumber daya dalam ruangSinergi aktivitas/kegiatan pemanfaatan ruangMinimasi konflik antar sumber daya dan antar stakeholders tata ruang

Pemanfaatan Ruang yang Salah & Dampaknya

Hilangnya fungsi lindung hidro-orologis kawasanMenurunnya kemampuan resapanPemanfaatan kawasan rawan longsorPembangunan di daerah sesar/patahanAncaman banjir terhadap bangunan di bantaran sungai (flood plain)Ancaman tsunami untuk lokasi rawan tsunamiHilangnya daerah buffer penyangga kebakaran

Page 37: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

Prinsip Pemanfaatan Tata Ruang untuk Mitigasi Bencana

Penataan Ruang perlu didasari pengenalan dan pemahaman atas risiko kebencanaan di kawasan yang ditataUntuk itu perlu kajian ancaman/bahaya, kerentanan dan kajian risiko, dilengkapi dengan zonasi ancaman/bahayaPengaturan pemanfaatan ruang yang memiliki ancaman bencana, misal penataan fungsi ruang, aturan membangun, pembatasan penggunaanPengembangan struktur ruang dengan memperhatikan kebutuhan prasarana/fasilitas kritis (transportasi, kesehatan/medik, pendidikan, listrik, telekomunikasi, air bersih) dengan memperhatikan prinsip “redundancy”Penyediaan jalur-jalur evakuasi dan bantuan darurat untuk antisipasi keadaan darurat

Page 38: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

Penyediaan ruang terbuka sebagai daerah evakuasi korban bencana dan sebagai daerah penyangga/buffer untuk mencegah perluasan bencana (kebakaran/longsor/banjir)Penataan ruang yang kompatibel bagi langkah-langkah mitigasi berbagai bencana sekaligus, baik bencana alam maupun bencana bersumber dari kegiatan manusia/kegagalan teknologiInstitusi legal melalui produk-produk pengaturan yang diimplementasi dan dilaksanakan secara konsisten, dengan penegakan hukum

Page 39: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

Pemanfaatan Ruang untuk Mitigasi Bencana HidrologiPengaturan untuk daerah pengembangan baruPengaturan kepadatan penduduk/bangunanPencegahan untuk fungsi tertentuRelokasi elemen yang menghambat jalannya airPengaturan bahan bangunanPenyediaan jalur evakuasiPenyediaan prasarana kritis

Pemanfaatan Ruang untuk Mitigasi Bencana Geologi (gempa, longsor, Peraturan bangunan berdasarkan karakteristik kawasan (jenis konstruksi/bahan bangunan, tinggi bangunan..)

Regulasi fungsi lahan : jumlahkepadatan penduduk jenis pemanfaatan (bergantung sensitifitas dan tingkat

kepentingan fungsi) tata letak (termasuk lebar jalan, ruang terbuka..) ketinggian bangunan

Page 40: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

Sistim infrastruktur untuk mengurangi risiko bencanaUntuk daerah rawan longsor, pengaturan ruang bertujuan untuk :

Mengurangi dampak melalui pembatasan pemanfaatan lahan untuk pemanfaatan yang berisiko rendah (misal dilarang untuk perumahan dan rumah sakit)

Mengurangi kemungkinan mengaktifkan gerakan tanah/longsor seperti membatasi kegiatan:Membuka tutupan lahanMemotong tebingMembangun bangunan berat di atas tanah rawan

longsorMenampung atau meresapkan air di tanah mudah

jenuh airdll

Page 41: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

Sistim infrastruktur untuk mengurangi risiko bencana Adanya warning system Escape routes/jalur penyelamatan Jaringan tertutup/Closed loops (jaringan air dan listrik),

mencegah putusnya layanan Interkoneksi regional dari sistem infrastruktur (air, listrik) Menambah jumlah jaringan jalan ke suatu kawasan, sebagai

redundancy

Apakah daerah kita sudah siap menghadapi bencana ? Siapkah kegiatan penataan ruang kita (perencanaan tata ruang,

pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang) berfungsi sekaligus sebagai usaha mitigasi bencana?

Page 42: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

Kawasan Rawan BencanaKawasan Rawan Bencana

Indonesia merupakan wilayah pertemuan tiga lempeng tektonik

terbesar di dunia (Megaplate), yaitu Lempeng Eurasia, Indo-

Australia, dan Pasifik Dengan Lempeng Eurasia yang cenderung

diam berbenturan dengan Lempeng Indo-Australia dan Pasifik

yang lebih dinamis (Convergent Plate Boundaries). Indonesia

juga terletak pada busur gunungapi dunia (Ring of Fire) yang

merupakan salah satu bentuk aktivitas vulkanis sebagai akibat

dari pergerakan lempeng tektonik dunia. Gunungapi dan gempa

bumi keduanya merupakan produk perbenturan lempeng

tektonik, perbenturan tersebut mengasilkan zona gempa bumi

dan busur gunungapi aktif. Pada umumnya zona gempa bumi

berpasangan letaknya dengan busur gunungapi. Untuk

kawasan rawan bencana di Indonesia, akibat adanya pertemuan

tiga lempeng dan adanya busur gunungapi dunia dapat dilihat

secara khusus untuk wilayah Jawa Timur.

Page 43: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

Kawasan rawan bencana tanah longsorKawasan rawan bencana tanah longsorKawasan rawan bencana tanah longsor adalah kawasan dengan kerentanan tinggi untuk terkena bencana tanah longsor, terutama jika kegiatan manusia menimbulkan gangguan pada lereng kawasan ini. Kawasan ini menempati puncak-puncak dan tubuh lajur gunung api tengah. Kondisi lereng yang terjal, lapisan tanah yang tebal, daya kohesinya kecil (tidak kompak), kejenuhan air tinggi (adanya mata air), dan lajur patahan (sesar) menjadikan kawasan ini rawan longsor, yang dipercepat oleh kegiatan manusia yang tidak memperhatikan lingkungan

Kawasan rawan gempa bumiKawasan rawan gempa bumiKawasan rawan gempa bumi adalah kawasan yang diidentifikasikan sering dan mempunyai potensi terancam bahaya gempa bumi tektonik maupun vulkanik, lebih dari 5 skala Reichter. Kawasan rawan gempa bumi ditentukan dalam tingkat kabupaten/kota. Lokasinya: pertama daerah pantai selatan akibat gelombang tsunami, karena pusat gempa kebanyakan di Samudra Indonesia, kedua daerah dataran aluvial karena tanahnya masih lepas/belum kompak, ketiga daerah gunung api kuarter karena batuan belum kompak dan daerah yang banyak terjadi patahan.

Page 44: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

Kawasan rawan letusan gunung berapiKawasan rawan letusan gunung berapiKawasan rawan letusan gunung berapi merupakan kawasan yang sering dan atau mempunyai potensi terancam bahaya letusan gunung api, baik secara langsung maupun tidak langsung yang meliputi daerah terlarang, daerah bahaya I, dan daerah bahaya II. Beberapa daerah di Jawa Timur yang rawan letusan gunung berapi (Tabel. 3), adalah:

Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Bondowoso, dan Kabupaten Jember: kawasan rawan letusan Gunung Raung dan Gunung Merapi.

Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Jember: kawasan rawan letusan Gunung Tarub.

Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Malang : kawasan rawan letusan Gunung Semeru.

Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Mojokerto, dan Kabupaten Malang: kawasan rawan letusan Gunung Welirang.

Kabupaten Malang, Kabupaten Blitar, Kediri: rawan letusan Gunung Kelud

Page 45: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

Kawasan rawan gerakan tanahKawasan rawan gerakan tanahKawasan rawan gerakan tanah adalah kawasan yang sering dan atau mempunyai potensi tinggi terhadap gerakan massa tanah dan batuan ke tempat yang lebih rendah, yakni yang memiliki sifat tanah lunak-gembur dengan ketebalan lebih dari 1 m, yang mempunyai kelerengan lebih dari 15%, serta merupakan patahan. Lokasinya pada lereng-lereng gunung api kuarter terutama pada hulu-hulu sungai dan mata air, karena batuannya belum kompak, kelerengannya tinggi serta banyak patahan.

Tingkat Kerentanan Tanah (Tinggi)Secara umum zona ini mempunyai kemiringan lereng > 30o tersusun oleh

bongkah batuan yang mudah lepas, terutama aliran “blocky” lava ataupun tanah gembur (lempung-lanau pasiran) hasil pelapukan satuan pirolkastika dan aliran piroplastika, endapan bahan rombakan ataupun endapan kolufial. Ketebalan tanah > 1 meter, penggunaan lahan saat ini berupa permukiman, ladang atau tanah kosong/tandus.

Page 46: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

Tingkat Kerentanan Tanah (Menengah)Secara umum zona ini mempunyai kemiringan lereng lebih besar (20o – 40o), tersusun oleh batuan yang relatif rentan sering mudah bergerak bersifat relatif lepas dan gembur pada permukaan lereng. Aliran lava, aliran piroplastika yang lapuk dan terkekarkan, dan tebal tanah kurang dari 4 meter. Penggunaan lahan saat ini berupa hutan produksi atau tegalan.Tingkat Kerentanan Tanah (Rendah)Secara umum zona ini mempunyai kelerengan < 20o, meskipun tersusun oleh batuan mudah bergerak namun relatif stabil, berupa tanah lempung pasiran hasil pelapukan piroplastik jatuhan dan piroplastik aliran, serta tebal tanah kurang dari 2 meter. Penggunaan lahan saat ini sebagian besar sawah atau tegalan.

Page 47: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das

Tingkat Kerentanan Tanah (Sangat Rendah)Secara umum zona ini mempunyai kemiringan 10o, tersusun olah batuan yang tidak menunjukan rentan bergerak, berupa blocky lava, piroplastik jatuhan dan piroplastik aliran atau batuan masif/kompak, serta tebal tanah kurang dari 1 meter. Penggunaan lahan saat ini sebagian besar berupa permukiman dan sawah Aliran Bahan RombakanSecara umum aliran bahan rombakan terjadi bila terdapat akumulasi matrial lahar atau hasil longsoran pada lembah sungai yang relatif sempit pada bagian hulu dan akibat curah hujan yang tinggi. Umumnya terletak dalam lembah sungai atau di depan mulut lembah sungai.

Page 48: Minggu Xiii Pwk IV Pengelolaan Das