BAB II DASAR TEORI 2.1. Mineral Dalam Batuan 2.1.1. Batuan Beku Batuan beku atau igneous rock adalah batuan yang terbentuk dari proses pembekuan magma di bawah permukaan bumi atau hasil pembekuan lava di permukaan bumi. Bila membeku di bawah permukaan bumi, maka terbentuklah batuan beku dalam atau batuan beku intrusif atau sering diisebut sebagai batuan beku plutonik. Sedangkan bila magma membeku di permukaan bumi maka akan terbentuk batuan beku luar atau batuan beku ekstrusif atau sering disebut batuan beku vulkanik a. Stuktur Struktur batuan beku adalah bentuk batuan beku dalam skala besar. Suatu bentuk struktur batuan sangat erat sekali dengan waktu, proses, dan tempat terbentuknya. Macam-macam struktur batuan beku: 1. Struktur Masif Struktur ini tidak mempunyai fragmen batuan lain di dalam tubuhnya. Kenampakan
Menjelaskan tentang keberadaan mineral yang menyusun batuan di lapisan kulit bumi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Mineral Dalam Batuan
2.1.1. Batuan Beku
Batuan beku atau igneous rock adalah batuan yang terbentuk dari
proses pembekuan magma di bawah permukaan bumi atau hasil
pembekuan lava di permukaan bumi. Bila membeku di bawah
permukaan bumi, maka terbentuklah batuan beku dalam atau batuan
beku intrusif atau sering diisebut sebagai batuan beku plutonik.
Sedangkan bila magma membeku di permukaan bumi maka akan
terbentuk batuan beku luar atau batuan beku ekstrusif atau sering
disebut batuan beku vulkanik
a. Stuktur
Struktur batuan beku adalah bentuk batuan beku dalam skala
besar. Suatu bentuk struktur batuan sangat erat sekali dengan
waktu, proses, dan tempat terbentuknya.
Macam-macam struktur batuan beku:
1. Struktur Masif
Struktur ini tidak mempunyai fragmen batuan lain di dalam
tubuhnya. Kenampakan struktur masih berupa batuan pejal,
tanpa retakan-retakan ataupun lubang-lubang gas.
2. Struktur Bantal
Struktur batu seperti ini dicirikan oleh massa dengan
kenampakan seperti kubah-kubah yang saling bersusun dan
tumpang tindih, dimana ukuran dari bentuk ini pada umumnya
antara 30-60 cm. Biasanya jaraknya berdekatan dan terisi oleh
bahan-bahan yang berkomposisi sama dengan “bantal”
tersebut., dan juga sedimen-sedimen klastik. Karena adanya
sedimen klastik ini, maka struktur bantal dapat terbentuk di
dalam air dan umunya terbentuk di laut dalam.
Proses terbentuknya struktur bantal adalah sebagai
berikut:
a. Adanya desakan magma dari dasar laut yang memiliki
kemiringan sudut yang kecil sehingga terdapat suatu retakan .
b. Magma lalu keluar dari retakan tersebut. Magma yang keluar
terlebih dahulu secara langsung akan bertemu dengan air laut
dengan suhu yang dingin sehingga akan mengerak, sedangkan
di dalamnya masih dalam kondisi liat. Akibatnya terjadi
retakan pada bagian permukaannya.
c. Pola seperti itu akan terus terlulang seiring dengan keluarnya
magma dari retakan tersebut sehingga membentuk suatu
lapisan bantal.
3. Struktur Vesikuler
Ketika magma mengalir menuju permukaan bumi, terdapat
gas-gas yang keluar setelah tekanan menurun. Keluarnya gas-gas
dari lava akan menghasilkan lubang-lubang yang berbentuk bulat,
elips, silinder, atau tidak beraturan, sehingga ketika lava tersebut
membeku akan membentuk rongga-rongga di dalamnya. Lava
yang sebagian besar terdiri dari lubang-lubang yang tidak
beraturan disebut Terak. Terak yang terjadi pada magma basa akan
menghasilkan batuan beku Skoriaan, sedangkan pada magma asam
akan menghasilkan batuan beku Pumisan atau biasa disebut batu
apung.
4. Struktur Aliran
Lava yang dalam perjalannya menuju permukaan bumi,
tidak ada yang dalam keadaan homogen. Keheterogenan inilah
yang menyebabkan terbentuknya suatu aliran. Aliran tersebut
digambarkan dengan bentuk goresan. Goresan-goresan pada
batuan beku tersebut menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan
dalam komposisi dan tekstur mineralnya. Bentuk mineral dalam
batuan yang mempunyai bentuk memanjang atau pipih akan
condong menjadi sejajar dengan arah aliran lava.
5. Struktur Kekar
Kekar biasanya terdapat pada semua jenis batuan yang
terjadi karena adanya proses pendinginan, tetapi ada juga yang
terjadi karena adanya retakan yang disebabkan oleh gaya tektonik
yang terjadi sesudah batuan itu membeku.
Kekar terbagi menjadi 2:
d. Kekar Tiang
Kekar ini terjadi akibat adanya pendinginan dan
penyusutan yang merata di dalam magma. Kekar tiang pada
umumnya terdapat pada batuan basal, tetapi kadang-kadang
juga terdapat pada batuan beku jenis lainnya.
e. Kekar Lempeng
Kekar lempeng terajdi akibat adanya erosi yang sangat
ekstrem. Kekar ini umumnya terbentuk pada batuan-batuan
aliran lava.
6. Struktur Amigdaloidal
Ini adalah struktur pada batuan beku dimana lubang-lubang
gas yang ada telah terisi oleh mineral-mineral sekunder.
7. Struktur Weldeel
Adalah struktur pada batuan beku dengan kenampakan
lubang-lubang dimana lubang tersebut bukanlah lubang gas tetapi
bekas mineral yang terlepas dari batuan induknya akibat suatu
proses pencucian.
b. Tekstur
Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang
erat antar mineral-mineral sebagai bagian dari batuan dan antara
mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk massa dasar
dari batuan Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh
tiga hal yang penting, yaitu:
a. Kristalinitas
Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan
beku pada waktu terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas
dalam fungsinya digunakan untuk menunjukkan berapa
banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk
kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan
pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya
berlangsung lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika
pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya akan halus,
akan tetapi jika pendinginannya berlangsung dengan cepat
sekali maka kristalnya berbentuk amorf.
Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat
kristalisasi, yaitu:
1) Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya
tersusun oleh kristal. Tekstur holokristalin adalah
karakteristik batuan plutonik, yaitu mikrokristalin yang
telah membeku di dekat permukaan.
2) Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari
massa gelas dan sebagian lagi terdiri dari massa kristal.
3) Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari
massa gelas. Tekstur holohialin banyak terbentuk sebagai
lava (obsidian), dike dan sill, atau sebagai fasies yang
lebih kecil dari tubuh batuan.
b. Granularitas
Granularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran)
pada batuan beku. Pada umumnya dikenal dua kelompok
tekstur ukuran butir, yaitu:
1) Fanerik/fanerokristalin. Besar kristal-kristal dari golongan
ini dapat dibedakan satu sama lain secara megaskopis
dengan mata biasa. Kristal-kristal jenis fanerik ini dapat
dibedakan menjadi:
Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari
1 mm.
Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir
antara 1 – 5 mm.
Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5
– 30 mm.
Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter
butir lebih dari 30 mm.
2) Afanitik. Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat
dibedakan dengan mata biasa sehingga diperlukan bantuan
mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun
oleh kristal, gelas atau keduanya. Dalam analisa
mikroskopis dapat dibedakan:
Mikrokristalin, apabila mineral-mineral pada batuan
beku bisa diamati dengan bantuan mikroskop dengan
ukuran butiran sekitar 0,1 – 0,01 mm.
Kriptokristalin, apabila mineral-mineral dalam batuan
beku terlalu kecil untuk diamati meskipun dengan
bantuan mikroskop. Ukuran butiran berkisar antara
0,01 – 0,002 mm.
Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan beku tersusun
oleh gelas
3) Bentuk Kristal
Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam
batuan, jadi bukan sifat batuan secara keseluruhan.
Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk
kristal, yaitu:
Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli
dari bidang kristal.
Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya
sudah tidak terlihat lagi.
Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai
bidang kristal asli.
Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat
bentuk kristal, yaitu:
Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga
dimensinya sama panjang.
Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih
panjang dari satu dimensi yang lain.
Prismitik, apabila bentuk kristal satu dimensi lebih
panjang dari dua dimensi yang lain.
Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.
4) Hubungan Antar Kristal
Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi
didefinisikan sebagai hubungan antara kristal/mineral yang
satu dengan yang lain dalam suatu batuan.
Secara garis besar, relasi dapat dibagi menjadi dua,
yaitu:
Equigranular, yaitu apabila secara relatif ukuran
kristalnya yang membentuk batuan berukuran sama
besar. Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya, maka
equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:
a) Panidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian
besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-
mineral yang euhedral.
b) Hipidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian
besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-
mineral yang subhedral.
c) Allotriomorfik granular, yaitu apabila sebagian
besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-
mineral yang anhedral.
Inequigranular, yaitu apabila ukuran butir kristalnya
sebagai pembentuk batuan tidak sama besar. Mineral
yang besar disebut fenokris dan yang lain disebut
massa dasar atau matrik yang bisa berupa mineral atau
gelas.
c. Klasifikasi Batuan Beku
Pada umunya digunakan 2 sistem klasifikasi dalam
menentukan nama dari batuan beku berdasarkan kuantitas dan jenis
mineral yang terkandung ddalamnya. Sistem klasifikasi tersebut
dikenal dengan klasifikasi Travis dan klasifikasi Thorpe and
Brown.
Tabel 2.1 Klasifikasi batuan beku Thrope and Brown (1985)
Tabel 2.1 Klasifikasi batuan beku Thrope and Brown (1985)
2.1.2. Batuan Sedimen
Batuan sedimen merupakan batuan yang tersusun dari material-
material hasil pelapukan batuan induk, baik aktivitas geologi atau
proses kimia, fisika maupun kerja dari organisme. Pada umumnya
batuan sedimen pada lapangan panas bumi terjadi akibat sedimentasi
bahan lepas hasil suatu erupsi gunung api.
a. Struktur
Kebanyakan sedimen ditranspor oleh arus yang akhirnya
diendapkan, sehingga cirri utamanya adalah berlapis. Batas antara
satu lapisan dengan lapisan yang lainnya disebut bidang pelapisan.
Bidang pelapisan dapat terjadi akibat adanya perbedaan: warna,
besar butir, dan jenis batuan antara dua lapisan.
Struktur sedimen lain yang umum dijumpai pada batuan
sedimen adalah lapisan bersusun atau graded bedding dan lapisan
silang-siur atau cross bedding, gelembur gelombang, dan rekah
kerut.
Terjadinya struktur-struktur sedimen di atas disebabkan oleh
mekanisme pengendapan dan kondisi serta lingkungan
pengendapan tertentu. Dengan mempelajari struktur sedimen yang
dijumpai saat ini, dapat diketahui mekanisme dan lingkungan
pengendapan pada masa lampau saat sedimen terbentuk.
b. Tekstur
Batuan sedimen pada umumnya memiliki tekstur berbentuk
batuan yang runcing tajam, terutama dikenal sebagai “glasshard”
serta adanya batu apung.
c. Komposisi
1. Mineral Sialis
a. Kuarsa yang hanya ditemukan pada batuan gunung
api yang kaya kandungan silikia atau bersifat asam.
b. Feldspar, baik K-Feldspar. Na-Feldspar, maupun
Ca-Feldspar.
c. Feldspar merupakan kelompok mineral yang
terjadi jika kondisi larutan magma dalam keadaan
tidak atau kurang jenuh akan kandungan silika.
2. Minreal Ferromagnesia
Mineral-mineral Ferromagnesia merupakan keompok
mineral yang kaya akan kandungan ikatan Fe-Mg silikat dan
kadang disusul dengan Ca-Silikat. Kelompok mineral tersebut
adalah:
a. Piroksen, merupakan mineral penting dalam batuan
gunung berapi
b. Olivin, mineral yang kaya akan besi dan magnesium dan
miskin silika.
3. Mineral Tambahan
a. Homblende
b. Biloit
c. Magnetit
d. Limenit
2.1.3. Batuan Metamorf
Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan induk
yang lain, dapat berupa batuan beku, batuan sedimen, maupun batuan
metamorf sendiri yang telah mengalami proses/perubahan mineralogi,
tekstur maupun struktur sebagai akibat pengaruh temperatur dan
tekanan yang tinggi.
a. Struktur
1. Foliasi
Yaitu struktur yang ditunjukan oleh adanya penjajaran mineral-
mineral penyusun batuan metamorf. Struktur ini meliputi:
2. Struktur Slatycleavage
Adalah peralihan dari sedimen yang berubah ke metamorf,
merupakan derajat rendah dari lempung. Meneralnya
berukuran halus dengan memperlihatkan belahan-belahan yang
rapat.
3. Struktur Filitik
Adalah struktur yang hampir mirip dengan struktur
Slatyclavage, hanya mineral dan kesejajarannya sudah mulai
agak kasar.
4. Struktur Skitstosa
Adalah struktur dimana mineral pipih lebih dominan terhadap
mineral butiran. Struktur ini biasanya dihasilkan oleh proses
metamorfosa regional, yang sangat khas berupa kepingan-
kepingan yang jelas dari mineral pipih.
5. Struktur Gneitosa
Adalah struktur dimana jumlah mineral-mineral yang granural
realtif lebih banyak dari mineral-mineral pipih. Struktur ini
memiliki sifat bended dan mewakili metamorfosa regional
derajat tinggi.
o Nonfoliasi
Adalah struktur yang tidak memperlihatkan adanya penjajaran
mineral penyusunan batuan metamorf. Struktur ini terbagi atas:
1) Struktur Hornfelsik
2) Struktur Milonitik
3) Struktur Kataklastik
4) Struktur Pilonitik
5) Struktur Flaser
6) Struktur Augen
7) Struktur Granulosa
8) Struktur Liniasi
b. Tekstur
1. Hornfels
a. Tidak menunjukan schistosity
b. Tekstur granoblastik
c. Struktur granular
2. Slate
a. Batuan metamorf berbutir halus
b. Struktur saltycleavage
c. Sebagai hasil dari metamorfosa regional
3. Phyllite
a. Batuan metamorf berbutir halus
b. Memperlihatkan schistosity
c. Mulai terlihat segregation banding
d. Memperlihatkan kilap karena timbulnya mineral
muskovit dan klorit
e. Butiran lebih kasar
4. Sekis
a. Batuan metamorf yang sangat schistosity
b. Butiran kasar
c. Struktur close schistose
5. Amphibolite
a. Butiran kasar
b. Hasil metamorfosa berderajat medium tinggi
c. Schistosity timbul akibat orientasi dari mineral-
mineral prismatik
6. Gneiss
a. Butiran kasar
b. Struktur open schistose
c. Hasil metamorfosa regional
7. Granulite
a. Batuan metamorf tanpa mika
b. Tidak ada schistosy
c. Tekstur granublastik
d. Hasil metamorfosa fasies granulit
8. Marble
a. Batuan metamorf terdiri dari karbonat
b. Tekstur granublastik
c. Schistosy tidak ada
9. Milonit
a. Batuan berbutir halus
b. Sebagai hasil penggerusan yang kuat
c. Sebagai hasil metamorfosa kataklastik
10. Kataklastik
a. Butiran kasar
b. Penggerusan kuat
c. Tidak ada rekonstitusi kimia
11. Filonit
a. Terjadi rekristalisasi
b. Butiran halus
c. Sebagai hasil penggerusan
Komposisi
Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari
batuan sebelumnya, sehingga ada beberapa mineral dari
batuan asalnya terdapat pula dalam batuan metamorf.
Mineral tersebut adalah:
1. Mineral yang terdapat pada batuan metamorf-beku: