Page 1
PENGARUH MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PENJAS SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI
KOTA PEKALONGAN TAHUN 2005
SKRIPSI
Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata I untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
Nama : Didik Siswanto
NIM : 6101401035
Jurusan : Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Fakultas : Ilmu Keolahragaan
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2006
Page 2
PERSETUJUAN
Skripsi telah disetujui untuk diajukan panitia penguji skripsi Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Uen Hartiwan, M.Pd. Dra. Henny Setyowati, M.Si. NIP.131281216 NIP.132003071
Mengetahui,
Ketua Jurusan PJKR
Drs. Harry Pramono, M.Si. NIP. 1314696638
Page 3
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13 Lampiran 14 Lampiran 15 Lampiran 16 Lampiran 17 Lampiran 18 Lampiran 19 Lampiran 20 Lampiran 22 Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13 Lampiran 14 Lampiran 15 Lampiran 16 Lampiran 17 Lampiran 18 Lampiran 19 Lampiran 20 Lampiran 22 Iv iv 1 2 3 4 5 6 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Iv iv iv
Page 6
SARI
Didik Siswanto, 2005. “Pengaruh Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Penjas Siswa Madrasah Aliyah Negeri Kota Pekalongan Tahun 2005”.. Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh minat belajar terhadap hasil belajar penjas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh minat belajar terhadap hasil belajar penjas siswa Madrasah Aliyah Negeri Kota Pekalongan tahun 2005.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif kuantitatif. Populasi didalam penelitian ini adalah siswa MAN Kota Pekalongan, dimana dalam pengambilan sampelnya dilakukan dengan proporsional random sampling. Proporsi yang dipakai sebesar 10 % pada setiap MAN, sehingga jumlah siswa yang digunakan dalam sampel sebesar 312 siswa. Sedangkan random samplingnya dengan menggunakan cara undian, dengan demikian peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subyek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel, sedangkan instrumen yang dipakai adalah kuesioner yang telah dikembangkan. Untuk menghitung validitas angket dengan menggunakan korelasi product moment dimana hasil perhitungan reliabilitas rxy dikonsultasikan dengan harga r tabel dengan taraf signifikan 5 %. Jika harga r xy dihitung lebih besar dari r tabel, maka dikatakan item soal atau instrumen tersebut valid dengan nilai validitas 0,361. Sedangkan untuk mencari reliabilitas dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus alpha, dan untuk mencari ada tidaknya pengaruh minat belajar siswa pada pelajaran penjas dengan menggunakan analisis regresi.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa minat belajar Penjas siswa termasuk kategori tinggi dengan persentase skor 73,21%. Rata-rata hasil belajar Penjas adalah 7,0 dan termasuk kategori baik. Hasil analisis regresi diperoleh persamaan regresi Y = 4,136 + 0,02599X2, dengan diperoleh Fhitung = 205,751> Ftabel = 3,87. Hal ini berarti ada pengaruh minat belajar siswa pada pelajaran penjas terhadap hasil belajar Penjas. Besarnya tersebut berdasarkan hasil perhitungan koefisien determinasi (R2) sebesar 39,9%.
Mengacu dari hasil penelitian tersebut dimana minat belajar siswa pada pelajaran penjas berpengaruh terhadap hasil belajar Penjas, maka penulis mengajukan saran agar hasil belajar dapat meningkat, maka perlu memperhatikan minat belajarnya. Untuk meningkatkan minat belajar dapat dilakukan dengan memantapkan tujuan belajar sebagai salah satu faktor penunjang kesuksesan, dengan cara mengkemas materi pelajaran yang lebih menarik, sehingga siswa meu mengikuti dan mempelajari materi yang diberikan oleh guru yang akhirnya akan diperoleh hasil belajar yang maksimal.
Page 7
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyeleesaikan skripsi ini dengan baik.
skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak,
untuk itu dengan segala kerendahan hati perkenankanlah penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :
1. Dekan FIK UNNES yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Ketua jurusan PJKR FIK UNNES yang telah memberikan dorongan dan
semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Drs. Uen Hartiwan, M.pd selaku pembimbing utama yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan dan petunjuk hingga terselesainya skripsi ini.
4. Dra. Henny Setyowati, M.si selaku pembimbing pendamping yang telah
banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan petunjuk hingga
terselesainya skripsi ini.
5. Bapak dan ibu dosen serta semua staf tata usaha FIK UNNES yang telah
memberikan bekal ilmu pengetahuan dan layanan serta informasi kepada
penulis hinga skripsi ini dapat diselesaikan.
6. Kepala MAN 1, 2, dan 3 Pekalongan yang telah memberikan ijin kepada
penulis untuk melakukan penelitian, sehingga tercapai kelancaran dalam
menyelesaikan skripsi.
7. Teman-teman PJKR, warga Rendez-Vous Camp, mas ipung sekeluarga dan
juga Pak Bambang sekeluarga yang telah banyak membantu penulis.
Page 8
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa pengetahuan yang penulis miliki masih sangat
kurang, sehingga penulisan skripsi juga masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan demi
sempurnanya skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca terutama bagi pendidik.
Semarang, Maret 2005
Penulis
Page 9
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
1. “ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan “ ( Qs. Al-Insyiroh : 6 )
2. “ Siapa yang ingin terkabul atau dibebaskan dari kesulitan, hendaknya ia
membantu mengatasi kesulitan orang lain “. ( H.R Ahmad )
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada :
1. Ibunda tercinta dan almarhumah ayahanda yang
selalu memberikan nasehat.
2. Kakak dan adikku serta semua keponakanku.
3. Pak Bambang sekeluarga yang telah banyak
membantu saya.
4. Mas ipung sekeluarga dan temen-temen Rendez-
Vous Camp.
5. Almamater UNNES.
Page 10
DAFTAR ISI
JUDUL HALAMAN....................................................................................... i
SARI ................................................................................................................ ii
PENGESAHAN .............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... ix
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
1.2 Permasalahan ........................................................................... 7
1.3 Penegasan Istilah ..................................................................... 8
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................... 8
1.5 Manfaat penelitian ................................................................... 9
BAB II. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS ........................................ 10
2.1 Landasan Teori ......................................................................... 10
2.1.1 Minat .................................................................................... 10
2.1.2 Landasan Ilmiah Pendidikan Jasmani ................................... 17
2.1.3 Konsep Belajar dan Mengajar............................................... 21
2.1.4 Hubungan Antara Minat Belajar Dengan Hasil Belajar........ 32
2.2 Hipotesis .................................................................................... 33
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................ 34
3.1 Populasi .................................................................................... 34
3.2 Sampel ...................................................................................... 34
Page 11
3.3 Variabel Penelitian ................................................................... 35
3.4 Metode Pengumpulan Data ...................................................... 36
3.5 Analisis uji Instrumen .............................................................. 37
3.6 Metode Analisis Data ................................................................ 40
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................... 42
4.1 Hasil Penelitian ......................................................................... 42
4.2 Pembahasan .............................................................................. 52
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 54
5.1 Kesimpulan ............................................................................... 54
5.2 Saran.......................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 55
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Page 12
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Distribusi Hasil Belajar Siswa Madrasah Aliyah Negeri Kota
Pekalongan Tahun Pelajaran 2005/2006............................................ 50
Tabel 2. Koefisien Korelasi Minat Belajar Penjas Dengan Hasil Belajar Penjas 51
Tabel 3. Koefisien Regresi Minat Belajar Penjas Dengan Hasil Belajar Penjas 52
Page 13
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Distribusi Frekuensi Minat Belajar Penjas Siswan Madrasah
Aliyah Negeri Kota Pekalongan Tahun Pelajaran 2005/2006 ....... 43
Gambar 2. Distribusi Sikap Siswa pada Pelajaran Penjas ............................... 44
Gambar 3. Distribusi Kemauan Siswa Belajar Penjas .................................... 45
Gambar 4. Distribusi Ketertarikan Siswa pada Pelajaran Penjas.................... 46
Gambar 5. Distribusi dorongan Siswa dalam Belajar Penjas.......................... 47
Gambar 6. Distribusi Ketekunan Siswa dalam Belajar Penjas ....................... 48
Gambar 7. Bagan Bobot Persentase Skor Tiap-tiap Aspek Minat Belajar ..... 49
Gambar 8. Distribusi Hasil Belajar Penjas Siswa Madrasah Aliyah Negeri
Kota Pekalongan Tahun Pelajaran 2005/2006 ............................. 50
Page 14
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat usulan penetapan pembimbing .......................................... 61
Lampiran 2. . Surat keputusan penetapan pembimbing ……………………. . .62
Lampiran 3. . Surat permohonan ijin penelitian ............................................. 63
Lampiran 4. Surat keterangan pelaksanaan penelitian .................................... .64
Lampiran 5. Kisi-kisi instrume penelitian angket minat belajar mengikuti
pelajaran penjas................................................................................................ 64
Lampiran 6. Uji coba instrumen angket minat belajar siswa mengikuti
Pelajaran penjas................................................................................................ 68
Lampiran 7. Hasil uji coba angket minat belajar siswa mengikuti pelajaran
Penjas .............................................................................................................. 74
Lampiran 8. Analisis validitas dan reliabilitas angket peelitian ......................76
Lampiran 9. Contoh perhitungan reliabilitas .................................................. 78
Lampiran 10 Contoh perhitungan Validitas .................................................... 79
Lampiran 11. kisi-kisi instrumen penelitian angket minat belajar siswa
mengikuti pelajaran penjas .............................................................................. 80
Lampiran 12. Instrumen angket minat belajar siswa.........................................81
Lampiran 13. Data hasil penelitian ................................................................ 85
Lampiran 14. Dokumentasi penelitian .............................................................104
Page 15
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan pada dasarnya merupakan rekontruksi aneka pengalaman
dan peristiwa yang dialami individu agar segala sesuatu yang baru menjadi
lebih terarah dan bermakna. Morse (1964) membedakan pengertian istilah
Pendidikan Liberal (Liberal Education) dengan Pendidikan Umum (General
Education). Dia mengakatakan bahwa Pendidikan Liberal lebih berorientasi
pada bidang studi dan menekankan penguasaan materinya. Tujuan utamanya
adalah penguasaan materi pembelajaran secara mendalam dan bahkan jika
mungkin sampai tuntas. Sementara itu, Pendidikan Umum lebih bersifat
memperhatikan “pelakunya” dari pada bidang studi atau materinya. Tujuan
utamanya adalah mencapai perkembangan individu secara menyeluruh.
Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakam pendidikan melalui
aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan
individu secara menyeluruh. Namun perolehan keterampilan dan perkembangan
lain yang berisi jasmani itu juga sekaligus sebagai tujuan. Melalui pendidikan
jasmani, siswa disosialisasikan kedalam aktivitas jasmani termasuk
keterampilan berolahraga. Oleh karena itu tidaklah mengherankan apa bila
banyak yang meyakini dan mengatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan
Page 16
2
bagian dari pendidikan menyeluruh dan sekaligus memiliki potensi yang
strategis untuk mendidik.
Pendidikan jasmani dilakukan dengan sarana jasmani yakni aktivitas
jasmani yang pada umumnya (meskipun tidak selalu) dilakukan dengan tempo
yang cukup tinggi dan terutama gerakan-gerakan besar ketangkasan dan
keterampilan yang tidak perlu terlalu cepat, terlalu halus, dan sempurna atau
berkualitas tinggi, agar diperoleh manfaat bagi anak-anak didik. Meskipun
sarana pendidikan tersebut fisikal, manfaat bagi anak-anak didik mencakup
bidang-bidang non-fisikal seperti intelektual, sosial, estetik dalam kawasan-
kawasan kognitif maupun afektif.
Dengan perkataan lain pendidikan jasmani berusaha untuk
mengembangkan pribadi secara keseluruhan dengan sarana jasmani yang
merupakan saham, khususnya yang tidak diperoleh dari usaha-usaha pendidikan
yang lain karena hasil pendidikan dari pengalaman jasmani tidak terbatas pada
perkembangan tubuh atau fisik. Pendidikan jasmani berkewajiban
meningkatkan jiwa dan raga yang mempengaruhi semua aspek kehidupan
sehari-hari seseorang atau keseluruhan pribadi seseorang. Pendidikan jasmani
menggunakan pendekatan keseluruhan yang mencakup semua kawasan baik
organik, motorik, kognitif, maupun afektif, karena manusia dipandang
seutuhnya.
Page 17
3
Namun demikian pelaksanaan pendidikan jasmani di Indonesia terasa
masih belum cukup memuaskan apa bila dibandingkan dengan mata pelajaran
yang lain atau dibandingkan dengan perannya sebagai bagian dari pendidikan
secara umum. Kelemahan itu tampak dalam beberapa aspek seperti :
a. Faktor ketenagaan khususnya guru yang menangani bidang studi tersebut
selain jumlahnya memang masih kekurangan, kualifikasinya juga masih
rendah (sebagian guru generalis) atau tidak sesuai dengan tugasnya.
b. Infrastruktur olahraga pendukung, termasuk sarana dan prasarana yang
memungkinkan siswa untuk memperoleh kesempatan yang lebih banyak
untuk aktif bergerak atau bermain sesuai dengan fitrahnya.
c. Kekurangan dana untuk menyelenggarakan program yang akan
menghasilkan perubahan bermakna dan hasil belajar yang diharapkan.
d. Pemahaman dan penguasaan dasar-dasar pendidikan jasmani secara
mendalam perlu dimiliki oleh setiap penyelenggara pendidikan jasmani.
Upaya ini juga berkaitan dengan penyelarasan landasan teoritis dengan
penerapan dilapangan. Konseptual dan penyelenggaraannya.
e. Minat belajar siswa itu sendiri juga bisa merupakan masalah keadaan
psikologis yang dapat mempengaruhi proses belajar mengajar di sekolah.
Dunia pendidikan tidak akan berkembang tanpa memperbaiki proses
belajar mengajar yang mampu mengembangkan daya kreativitas dan aktivitas
siswa, sehingga siswa memperoleh hasil yang maksimal. Oleh karena itu belajar
sangatlah penting bagi siswa untuk memperoleh hasil yang maksimal.
Page 18
4
Belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh individu untuk
mengadakan perubahan dalam dirinya secara keseluruhan, baik pengetahuan,
ketrampilan maupun interaksi dengan lingkungan. Oleh karena itu keberhasilan
belajar bukan hanya tergantung kepada kecemerlangan otak, tetapi sikap
kebiasaan dan pengetahuan awal diduga juga mempunyai andil yang cukup
besar dalam menentukan keberhasilan siswa, begitu juga dengan minat siswa itu
sendiri, karena dengan adanya minat seseorang dalam melakukan suatu kegiatan
akan menjalankannya dengan penuh semangat untuk mencapai tujuannya dan
akhir kegiatan dia akan merasakan manfaat akan apa yang sudah dilakukan.
Kecuali hal-hal yang disebutkan diatas, ada atau tidaknya hambatan dalam
belajar merupakan hal yang mungkin juga berpengaruh terhadap keberhasilan
balajar pada siswa.
Pelajaran penjas merupakan salah satu mata pelajaran dari sekolah yang
mulai diajarkan pada sekolah dasar sampai sekolah menengah umum bahkan
sampai ke perguruan tinggi. Disekolah dasar pelajaran penjas belum diajarkan
secara khusus, tetapi secara tidak langsung mereka telah mengenal dan
mempelajari ilmu penjas. Bagi siswa sekolah menengah umum mungkin
pelajaran penjas sudah tidak asing lagi karena mereka telah memperoleh
pengetahuan dasar tentang pelajaran penjas dengan baik, maka tidak sedikit
diantara mereka yang merasakan bahwa pelajaran penjas sulit dipahami,
sehingga dengan demikian siswa mau melakukan dan mempelajari pelajaran
penjas.
Page 19
5
Dengan berdasarkan pemikiran di atas maka prestasi belajar penjas perlu
adanya penataan dari berbagai segi antara lain dalam kaitannya dengan
pengetahuan dasar siswa, cara belajar siswa dan juga kesiapan yang
bersangkutan sebelum mengikuti suatu pelajaran. Dunia pendidikan tidak akan
berkembang tanpa memperbaiki proses belajar mengajar yang mampu
mengembangkan tanpa memperbaiki proses belajar mengajar yang mampu
mengembangkan daya kreativitas dan aktivitas siswa, sehingga memperoleh
hasil yang maksimal.
Menciptakan kegiatan belajar mengajar yang mampu mengembangkan
aktivitas dan hasil belajar yang maksimal merupakan sebagian tugas pengajar.
Tetapi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya mutu pendidikan
siswa adalah minat belajar siswa. Minat belajar merupakan masalah anak didik
yang diterima baik disekolah maupun dirumah. Minat juga merupakan keadaan
psikologis yang dapat mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar siswa.
Kalau seseorang mempelajari sesuatu dengan penuh minat, maka diharapkan
hasilnya akan lebih baik. Sebaliknya bila tidak berminat jangan diharapkan akan
berhasil baik dalam mempelajari hal tersebut (Tim Pengembangan MKDK IKIP
Semarang,1989:150).
Salah satu prinsip dalam melaksanakan pendidikan adalah peserta didik
secara aktif mengambil bagian dalam kegiatan pendidikan yang dilaksanakan.
Untuk dapat terlaksananya suatu kegiatan harus ada dorongan untuk
melaksanakan kegiatan itu. Dengan kata lain untuk dapat melakukan sesuatu
Page 20
6
kegiatan harus ada rasa minat terlebih dahulu didalam diri seseorang.
Disamping itu minat siswa sangat diperlukan untuk menunjang jalannya proses
belajar mengajar pendidikan jasmani. Berdasarkan studi pendahuluan, ternyata
tidak semua siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) kota Pekalongan aktif
dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani. Ada yang males-malesan, ada
yang kurang serius dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani, bahkan ada
diantaranya dengan berbagai dalih berusaha untuk tidak mengikuti pelajaran
pendidikan jasmani.
Berdasarkan kecendurungan perilaku siswa, kemungkinan faktor minat
merupakan salah satu faktor penyebab terhadap ketidak aktifan sebagian besar
siswa dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani, ini berarti minat siswa
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) kota Pekalongan dalam mengikuti pelajaran
pendidikan jasmani dikategorikan masih rendah. Ada indikasi lain yang dapat
mempengaruhi kurangnya minat siswa dalam mengikuti pelajaran pendidikan
jasmani diantaranya dari sarana dan prasarana yang terbatas, dari siswa sendiri
yang kurang tertarik dengan pelajaran pendidikan jasmani, kemungkinan juga
dari pihak guru pendidikan jasmani yang terlalu otoriter dalam mengajar.
Adapun faktor lain yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar yaitu
kecerdasan, kerajinan, keadaan sosial, ekonomi, fasilitas belajar, kondisi
lingkungan siswa dan minat siswa itu sendiri.
Page 21
7
Penyebab kurangnya minat belajar pendidikan jasmani dapat ditinjau
dari proses belajar pendidikan jasmani di sekolah. Sejumlah guru memandang
hanya dari satu segi saja yaitu berapa banyak bahan pelajaran yang akan
dibahas. Sedangkan pertanyaan yang bersifat psikologis seperti minat belajar
dikesampingkan. Padahal kita tahu bahwa pelajaran penjas merupakan mata
pelajaran yang bersifat konkret, sehingga siswa perlu mendapatkan rangsangan
minat agar belajarnya lebih giat.
Faktor lain yang mempengaruhi mutu pendidikan adalah aktivitas
belajar. Aktivitas belajar penjas juga berbeda-beda, hal ini disebabkan karena
faktor yang mendukung aktivitas juga berbeda-beda. Dengan aktivitas
pendidikan jasmani yang berbeda-beda, maka penguasaan terhadap pelajaran
pendidikan jasmani juga berbeda-beda. Semakin tinggi aktivitas belajar
penjdidikan jasmaninya, maka penguasaan terhadap pendidikan jasmaninya
juga akan semakin bagus. Belajar pendidikan jasmani akan terjadi dengan
lancar apabila belajar itu dilakukan dengan kontinyu. Dengan aktivitas belajar
yang mantap maka hasil belajarnya akan lebih baik.
Kenyataannya bahwa dalam proses balajar mengajar, minat dan aktivitas
belajar yang optimal sangat diperlukan oleh anak didik dalam usahanya untuk
mencapai hasil belajar yang optimal. Lembaga pendidikan khususnya sekolah
mempunyai tanggung jawab yang cukup besar dalam mengantisipasi masalah
semacam itu, sehingga perlu adanya penelitian yang cermat untuk mengungkap
fakta apa adanya. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
Page 22
8
apakah ada pengaruhnya minat belajar siswa pada pelajaran penjas terhadap
hasil belajar siswa pada pelajaran penjas siswa Madrasah Aliyah Negeri kota
Pekalongan. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan
bagi berbagai pihak yang terkait, terutama berkenaan dengan minat belajar
siswa terhadap hasil belajar siswa pada pelajaran penjas.
Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk mengambil judul :
“Pengaruh minat belajar terhadap hasil belajar penjas siswa Madrasah Aliyah
Negeri Kota Pekalongan tahun 2005 “
I.2 Permasalahan
1.2.1 Apakah ada pengaruh minat belajar terhadap hasil belajar penjas siswa
Madrasah Aliyah Negeri kota Pekalongan tahun 2005 ?
1.2.2 Berapa besar pengaruh minat belajar terhadap hasil belajar penjas siswa
Madrasah Aliyah Negeri Kota Pekalongan tahun 2005 ?
1.3 Penegasan Istilah
Untuk menghindari terjadinya perbedaan arti istilah maka perlu adanya
batasan-batasan masalah untuk memberikan gambaran yang jelas tentang arah
dan tujuan penelitian. Beberapa istilah yang dimaksudkan adalah :
1.3.1 Pengaruh
Pengaruh mempunyai pengertian bahwa ada keterkaitan atau hal yang dapat
mempengaruhi hal tersebut.
Page 23
9
1.3.2 Minat
Minat diartikan sebagai kecendurungan yang menetap atau subyek merasa
tretarik pada bidang yang ditekuni dan merasa senang berkecimpung dalam
bidang tersebut. Minat mengikuti penjas yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah kecendurungan untuk berusaha mengikuti kegiatan belajar dalam mata
pelajaran penjas.
1.3.3 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai melalui suatu usaha dengan
latihan-latihan atau sejumlah evaluasi yang diadakan oleh guru. Untuk
membuktikan bahwa siswa telah menyerap atau menguasai materi yang telah
disampaikan selama proses belajar mengajar berlangsung. Hasil belajar
merupakan hasil yang diperoleh selama proses belajar, baik teori maupun
praktek dalam pelajaran penjas.
I.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh minat belajar terhadap hasil belajar
penjas siswa Madrasah Aliyah Negeri kota Pekalongan tahun 2005.
1.4.2 Untuk mengetahui berapa besar pengaruh minat belajar terhadap hasil belajar
penjas siswa Madrasah Aliyah Negeri Kota Pekalongan tahun 2005.
Page 24
10
I.5 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat sebagai
berikut :
1.5.1 Memberikan sumbangan pemikiran dan pengetahuan dalam bidang
olahraga mengenai pengaruh minat belajar siswa pada pelajaran penjas
terhadap hasil belajar siswa pada pelajaran penjas dalam proses belajar
mengajar di sekolah.
1.5.2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak
yang berwenang dalam merumuskan kurikulum khususnya dalam mata
pelajaran penjas.
1.5.3 Agar siswa lebih meningkatkan minat belajarnya bukan hanya pada
pelajaran penjas saja, tetapi juga pada mata pelajaran yang lainnya.
Page 25
11
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1 LANDASAN TEORI
2.1.1 Minat
2.1.1.1 Pengertian Minat
Minat merupakan masalah yang penting dalam pendidikan, apa lagi
dikaitkan dengan aktivitas seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Minat yang
ada pada diri seseorang akan memberikan gambaran dalam aktivitas untuk
mencapai tujuan. Di dalam belajar banyak siswa yang kurang berminat dan
yang berminat terhadap pelajaran termasuk didalamnya adalah aktivitas praktek
maupun teori untuk mencapai suatu tujuannya. Dengan diketahuinya minat
seseorang akan dapat menentukan aktivitas apa saja yang dipilihnya dan akan
melakukannya dengan senang hati.
Minat sangat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan
pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa tidak
akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik tersendiri
baginya. Sehingga siswa segan untuk belajar, siswa tidak memperoleh kepuasan
dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah
dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Minat
merupakan salah satu aspek psikis yang membantu dan mendorong seseorang
Page 26
12
untuk memenuhi kebutuhannya, maka minat harus ada dalam diri seseorang,
sebab minat merupakan modal dasar untuk mencapai tujuan. Dengan demikian
minat harus menjadi pangkal permulaan dari pada semua aktivitas.
Beberapa pengertian minat antara lain :
a. Menurut Hilgard dalam bukunya Slameto (2003:57) “ minat adalah
kecendurungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai
dengan rasa senang “.
b. Menurut Crow and Crow dalam bukunya Abd. Rachman Abror (1935:135) “
Minat atau interest bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong
kita cenderung atau merasa tertarik pada orang, benda, atau kegiatan “.
c. Menurut Drs. Slameto (2003:180) “ minat adalah suatu rasa lebih suka dan
rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh “.
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan tersebut diatas, peneliti
dapat menarik kesimpulan bahwa minat adalah kecendurungan hati seseorang
yang terarah kepada suatu obyek tertentu yang dinyatakan dalam berbagai
tindakan, karena adanya suatu perhatian dan perasaan tertarik pada obyek.
2.1.1.2 Ciri-Ciri Minat
Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian.
Minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta
mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi, minat terhadap sesuatu
merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya. Walaupun minat
Page 27
13
terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari
hal tersebut. Asumsi umum menyatakan bahwa minat akan membantu
seseorang mempelajarinya.
Dorongan-dorongan yang ada pada diri anak, menggambarkan perlunya
perlakuan yang luas sehingga ciri-ciri dan minat anak tergambar lebih terinci
dan faktual, sesuai dengan usia dan kedewasaan mereka. Dengan demikian ciri-
ciri dan minat anak akan menjadi pedoman penyelenggaraan program
pendidikan jasmani dan arahannya dapat dikategorikan kedalam domain hasil
belajar yaitu : psikomotor, afektif, kognitif dan domain yang lainnya.
Dengan begitu kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya
minat dan perhatian siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang
relatif menetap pada diri sesorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap
belajar, sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang
diminatinya. Misalnya seorang siswa menaruh minat terhadap bidang olahraga,
maka siswa tersebut akan berusaha untuk mengetahui lebih banyak tentang
olahraga.
Dengan digunakannya sebagai pedoman, maka pandangan dan
pengembangan program akan sesuai dengan ketepatan masa belajar, urutan,
kecepatan dan ragam kegiatan yang akhirnya akan mendapatkan hasil yang
diinginkannya. Dalam hal ini dianjurkan untuk tidak menggunakannya
pendekatan yang telah terbiasa yaitu pilihan kegiatan berdasarkan anjuran guru
sebab pendekatan yang demikian akan berdampak terhadap keterbatasan
Page 28
14
pandangan siswa, karena kalau berdasarkan anjuran dari guru seolah-olah
kegiatan itu sekedar memenuhi kebutuhan guru, bukan kebutuhan siswa.
2.1.1.3 Bentuk-Bentuk Minat
Minat dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
1. Minat Primitif
Minat primitif disebut juga minat yang bersifat biologis, seperti
kebutuhan makan, bebas bergaul dan sebagainya. Jadi pada jenis minat ini
meliputi kesadaran tentang kebutuhan yang langsung dapat memuaskan
dorongan untuk mempertahankan organisme.
2 Minat Kultural
Minat kultural disebut juga minat sosial yaitu berasal atau diperoleh
dari proses belajar. Jadi kultural disini lebih tinggi nilainya dari pada
minat primitif.
2.1.1.4 Unsur-Unsur Minat
Seseorang dikatakan berminat terhadap sesuatu bila individu itu
memiliki beberapa unsur antara lain :
1. Sikap
2. Kemauan
3. Ketertarikan
4. Dorongan
5. Ketekunan
6. Perhatian
Page 29
15
(Abd. Rachman Abror, 1989)
Dari keenam unsur minat tersebut dapat dibuat indikator-indikator
yang dapat digunakan dalam pembuatan angket minat, sehingga angket
yang dibuat megacu pada unsur-unsur minat yang telah dikembangkan.
2.1.1.5 Macam-Macam Minat
Menurut Dewa Ketut Sukardi yang mengutip pendapat Carl Safran,
dikemukakan bahwa ada 3 cara yang dapat digunakan untuk menentukan
minat antara lain :
1. Minat Yang Diekspresikan / Expressed Interest
Seseorang dapat mengungkapkan minat atau pilihannya dengan kata-
kata tertentu. Misal : seseorang mungkin mengatakan bahwa dirinya tertarik
dalam mengumpulkan mata uang logam dan perangko.
2 Minat Yang Diwujudkan / Manifest Interest
Seseoarang dapat mengungkapkan minat bukan melalui kata-kata
malainkan dengan tindakan atau perbuatan yaitu ikut serta berperan aktif
dalam suatu kegiatan. Misal : kegiatan pramuka, drama, dan sebagainya
yang menarik minatnya.
3 Minat Yang Diinvestarisasikan / Inventord Interest
Seseorang menilai minatnya agar dapat diukur dengan menjawab
terhadap sejumlah pertanyaan tertentu atau urutan pilihannya untuk
Page 30
16
kelompok aktivitas tertentu. Pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur minat
seseorang disusun dengan menggunakan metode engket.
2.1.1.6 Faktor-Faktor Yang Menimbulkan Minat
Apa bila ada individu mempunyai minat terhadap suatu obyek atau
aktivitas, maka ia akan berhubungan secara aktif dengan obyek atau
aktivitas yang menarik perhatiannya itu. Ada beberapa langkah untuk
menimbulkan minat belajar pada siswa, diantaranya adalah :
1. Arahkan perhatian siswa pada tujuan yang hendak dicapai.
2. Kenalilah unsur-unsur “permainan” dalam aktivitas belajar.
3. Rencanakan aktivitas belajar dan ikutilah rencana itu.
4. Pastikan tujuan belajar saat ini, misalnya menyelesaikan pekerjaan rumah
atau laporan.
5. Dapatkan “kepuasan” setelah menyelesaikan jadwal belajar.
6. Bersikaplah positif menghadapi kegiatan belajar.
7. Latihlah “kebebasan” emosi selama belajar.
8. Gunakanlah seluruh kemampuan untuk mencapai target belajar setiap
hari.
9. Tanggulangilah gangguan-gangguan selama belajar.
10. Berperan aktif dalam diskusi pelajaran di sekolah.
11. Dapatkan bahan-bahan yang mendukung aktivitas belajar.
12. Carilah pengajar atau guru yang dapat mengevaluasi hasil belajar.
(Y.B Sudarmanto,1993:4)
Page 31
17
Menurut Crow and Crow minat terhadap suatu obyek atau aktivitas
ditimbulkan oleh beberapa faktor yaitu :
1. The Factor Of Inner Urges ( Faktor Dorongan Dari Dalam )
Minat timbul karena pengaruh dari dalam untuk memenuhi semua
kebutuhan, baik kebutuhan jasmani maupun rohani.
2. The Factor Of Social Motives ( Faktor Motif Dalam Lingkungan Sosial)
Minat timbul karena pengaruh kebutuhan dalam masyarakat
sekitar dilingkungan hidupnya bersama-sama orang lain.
3. The Factor Of Emotional ( Faktor Emosi )
Minat timbul karena pengaruh emosi dari orang yang
bersangkutan, artinya seseorang yang melaksanakan dengan perasaan
yang senang, maka akan membuahkan hasil yang memuaskan dan
sekaligus memperbesar minatnya terhadap suatu kegiatan tersebut.
Menurut Abu Ahmadi ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi
minat yaitu sebagai berikut :
1. Pembawaan
Adanya pembawaan tertentu yang berhubungan dengan obyek
yang direaksi, sedikit banyak akan timbul minat terhadap obyek tertentu
tersebut dan kebiasaan. Meskipun merasa tidak ada bakat pembawaan
tentang sesuatu bidang. Tetapi karena hasil dari latihan kebiasaan dapat
menyebabkan munculnya minat terhadap bidang tertentu.
Page 32
18
2. Kebutuhan
Adanya kebutuhan tentang sesuatu memungkinkan timbulnya
minat terhadap obyek tersebut. Kebutuhan merupakan dorongan, sedang
dorongan itu mempunyai tujuan yang harus dicurahkan kepadanya.
Dengan demikian minat terhadap hal-hal tersebut pasti ada.
3. Kewajiban
Dalam menjalankan suatu kewajiban, maka tanggungan terhadap
sesuatu itu harus dipenuhi oleh orang yang bersangkutan. Bagi orang
yang bersangkutan, jika menyadari atas kewajibannya sekaligus
menyadari penuh atas kewajibannya itu cocok atau tidak, menyenangkan
atau tidak dia akan menjalankan kewajibannya dengan penuh minat.
4. Suasana Jiwa
Keadaan batin, perasaan pikiran dan sebagainya sangat
mempengaruhi minat kita, yang mungkin dapat membuat atau
mendorong dan sekaligus menghambat.
5. Suasana Disekitar
Adanya bermacam-macam perangsang disekitar kita, seperti
kegaduhan, kekacauan, temperatur, sosial ekonomi, keindahan, dan
sebagainya dapat mempengaruhi minat kita.
6. Kuat Tidaknya Perangsang
Seberapa besar kuatnya perangsang suatu obyek sangat
mempengaruhi minat kita, kalau obyek itu memberikan perangsang yang
Page 33
19
besar dan kuat kemungkinan minat kita terhadap obyek tersebut cukup
besar, sedangkan apa bila obyek itu hanya memberikan perangsang yang
kecil, maka kemungkinan minat yang timbul juga akan kecil.
2.1.2 Landasan Ilmiah Pendidikan Jasmani
Pandangan pendidikan modern menganggap bahwa manusia
merupakan satu kesatuan yang utuh (Holistik) yang mengandung arti bahwa
jiwa dan raga merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Sejalan dengan konsep tersebut maka pendidikan jasmani
diartikan sebagai proses pendidikan melalui aktivitas jasmani dan sekaligus
merupakan proses pendidikan untuk meningkatkan kemampuan jasmani.
Sudah barang tentu, penyelenggaraan pendidikan jasmani harus selalu
sejalan dengan konsep tersebut. Hubungan antara tujuan umum pendidikan,
tujuan pendidikan jasmani, dan penyelenggaraannya harus terjalin dengan
harmonis. Dengan demikian akan nampak bahwa pendidikan jasmani
menempati posisi yang strategis bagi pengembangan manusia secara utuh
dan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan. Untuk
dapat menyelenggarakan pendidikan jasmani sesuai dengan konsep dan
tuntutannya, maka para pengajar pendidikan jasmani selain harus
memahami secara medalam tentang konsep dasarnya, aktivitas jasmani itu
sendiri, dan juga landasan ilmiahnya.
Page 34
20
2.1.2.1 Aktivitas Jasmani
Aktivitas jasmani dapat kita telusuri dari beberapa sudut pandang yang
antara lain meliputi :
a. Aktivitas jasmani sebagai perilaku gerak manusia yang berada dibawah
payung konsep gerak (Movement Science).
b. Aktivitas jasmani sebagai olahraga yang ditujukan berdasarkan disiplin
olahraga (Sport Discipline).
Selain aktivitas jasmani itu sendiri, para penyelenggara pendidikan
jasmani dituntut harus memahami secara mendalam beberapa disiplin
lainnya yang berada dibawah payung pendidikan jasmani. Beberapa
diantaranya adalah : Sport Medicine, Training Theory, Sport Biomekanik,
Sport Psikologi, Sport Pedagogi, Sport Sosiologi, Sport History, dan Sport
Philisopy.
2.1.2.2 Pendidikan Jasmani
Pendidikan Jasmani adalah bagian integral dari pendidikan dan
merupakan alat pendidikan. Pendidikan Jasmani merupakan usaha
pendidikan dengan menggunakan aktivitas otot-otot besar hingga proses
pendidikan yang berlangsung tidak terhambat oleh gangguan kesehatan dan
pertumbuhan badan. Sebagai bagian integral dari proses pendidikan
keseluruhan. Pendidikan jasmani merupakan usaha yang bertujuan untuk
mengembangkan kawasan organik, neuromuskuler, intelektual dan sosial.
jasmani adalah kata sifat yang berasal dari kata jasad yang berarti tubuh atau
Page 35
21
badan. Dengan pandangan ini maka pendidikan jasmani berkaitan dengan
perasaan, hubungan pribadi, tingkah laku kelompok, perkembangan mental
dan sosial, intelektual dan estetika. Pendidikan jasmani, meskipun berusaha
untuk mendidik manusia melalui sarana jasmani dengan aktivitas-aktivitas
jasmani atau aktivitas fisik tetap berkepentingan dengan tujuan pendidikan
yang tidak semuanya jasmani atau fisik.
2.1.2.3 Tujuan Pendidikan Dari Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani adalah pergaulan pedagogik dalam dunia gerak
dan penghayatan jasmani. Juga dikatakan bahwa guru pendidikan jasmani
mencoba mencapai tujuannya mengajarkan dan memajukan aktivitas-
aktivitas jasmani. Pendidikan jasmani menampakan dirinya keluar sebagai
pengajaran dalam latihan jasmani atau sebagai pengajaran gerak. Isi dari
aspek pendidikan ini ditentukan oleh intensi-intensi pedagogik atau tujuan
pendidikan yang dipakai sebagai pegangan oleh guru pendidikan jasmani.
Sesuai dengan berbagai modalitas dari hubungan manusia dengan dunianya,
dengan benda-benda, dengan orang lain dan dengan dirinya sendiri maka
tujuan-tujuan yang dapat diraih adalah sebagai berikut:
1. Pembentukan Gerak
a. Memenuhi serta mempertahankan keinginan gerak.
b. Penghayatan ruang, waktu dan bentuk serta pengembangan perasaan
irama.
c. Mengenal kemungkinan gerak diri sendiri.
Page 36
22
d. Memiliki keyakinan gerak dan mengembangkan perasaan sikap.
e. Memperkaya dan memperluas kemampuan gerak dengan melakukan
pengalaman gerak.
2. Pembentukan Prestasi
a. Mengembangkan kemampuan kerja optimal dengan mengajarkan
ketangkasan-ketangkasan.
b. Belajar mengarahkan diri pada pencapaian prestasi (Kemauan,
Konsentrasi, Keuletan, Kewaspadaan, Kepercayaan pada diri
sendiri).
c. Penguasaan emosi.
d. Belajar mengenal kemampuan dan keterbatasan diri.
e. Meningkatkan sikap tepat terhadap nilai yang nyata dari tingkat dan
bidang prestasi, dalam kehidupan sehari-hari, dalam masyarakat dan
dalam olahraga.
3. Pembentukan Sosial
a. Pengakuan dan penerimaan peraturan-peraturan dan norma-norma
bersama.
b. Mengikut sertakan kedalam struktur kelompok fungsional, belajar
bekerja sama, menerima pemimpin dan memberikan pimpinan.
c. Pengembangan perasaan kemasyarakatan dan pengakuan terhadap
orang lain sebagai pribadi-pribadi.
Page 37
23
d. Belajar bertanggung jawab terhadap yang lain, memberi pertolongan,
memberi perlindungan dan berkorban.
e. Belajar mengenal dan mengalami bentuk-bentuk pelepas lelah secara
aktif untuk pengisian waktu senggang.
4. Pertumbuhan Badan
a. Peningkatan syarat-syarat yang diperlukan untuk dapat tumbuh,
bersikap dan bergerak dengan baik dan untuk dapat berprestasi
secara optimal (kuatan dan mobilitas, pelepasan ketegangan dan
kesiap siagaan).
b. Meningkatkan kesehatan jasmani dan rasa tanggung jawab terhadap
kesehatan diri dengan menbiasakan cara-cara hidup sehat.
Tak ada pendidikan jasmani yang tidak bertujuan pendidikan. Tak
ada pendidikan yang lengkap tanpa pendidikan jasmani, sebab gerak adalah
dasar untuk belajar mengenal dunia dan diri sendiri. Akhirnya perlu
diperhatikan batasan-batasan yang dikemukakan oleh UNESCO dalam
“International Charter Of Physical Education and Sport“ berikut ini
“Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai
individu mampu sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar
dan sistimatik melalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka memperoleh
peningkatan kemampuan dari ketrampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan
dan pembentukan watak “.
Page 38
24
2.1.3. Konsep Belajar dan Mengajar
Bila terjadi proses belajar mengajar, maka bersama itu pula terjadi
proses belajar. Kalau sudah terjadi suatu proses atau saling berinteraksi antara
yang mengajar dan yang belajar, sebenarnya berada pada suatu kondisi yang
unik, sebab secara sengaja atau tidak sengaja masing-masing pihak berada
dalam suasana belajar. Perlu ditegaskan bahwa setiap saat dalam kehidupan
terjadi suatu proses belajar mengajar baik sengaja maupun tidak disengaja,
disadari atau tidak disadari. Dari proses belajar mengajar ini akan diperoleh
suatu hasil, yang pada umumnya disebut hasil pengajaran, atau dengan istilah
tujuan pembelajaran atau hasil belajar. Tetapi agar memperoleh hasil yang
maksimal maka proses belajar mengajar harus dilakukan dengan sadar serta
terorganisasi secara baik. Didalam proses belajar mengajar, guru sebagai
pengajar dan siswa sebagai subyek belajar, dituntut adanya profil kualifikasi
tertentu dalam hal pengetahuan, kemampuan sikap dan tata nilai serta sifat-sifat
pribadi, agar proses itu dapat berlangsung dengan efektif dan efisien.
2.1.3.1 Makna Belajar
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku pada diri
seseorang dengan demikian belajar itu berlangsung dengan mengikuti langkah-
langkah dan tahap-tahap tertentu, sehingga dapat mencapai suatu hasil belajar
yang diinginkan. Hasil belajar tersebut dapat diamati dalam tingkah laku orang
yang belajar itu. Ada pengertian lain dan cukup banyak, baik yang dilihat secara
mikro maupun secara makro, dilihat dalam arti luas maupun terbatas atau
Page 39
25
khusus. Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan
psikofisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti
sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu
pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya
kepribadian seutuhnya. Releven dengan ini maka ada pengertian bahwa belajar
adalah “ penambahan pengetahuan “. Definisi atau konsep ini dalam praktek
banyak dianut disekolah-sekolah, para guru berusaha memberikan ilmu
pengetahuan sebanyak-banyaknya dan siswa giat untuk mengumpulkan atau
menerimanya. Dalam kasus yang demikian, guru hanya berperan sebagai
“ pengajar “, selanjutnya ada yang mendefinisikan bahwa “ belajar adalah
berubah “. Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah
tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-
individu yang belajar. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa belajar itu
sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psikofisik untuk menuju keperkembangan
pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan
karsa, ranah kognitif, efektif dan psiko motorik.
2.1.3.2 Tingkatan-Tingkatan Perbuatan Belajar
Kemampuan – kemampuan berupa pengetahuan, sikap dan ketrampilan
siswa diperoleh melalui tingkatan perbuatan belajar tertentu, tingkat perbuatan
belajar yang dimaksud adalah menemukan satu perangkat kemampuan
intelektual yang ditata sedemikian sehingga dapat memberikan gambaran
tentang sejumlah kemampuan yang dapat dialihkan dari belajar tingkat rendah
Page 40
26
ke belajar tingkat yang lebih tinggi. Belajar tingkat rendah merupakan dasar
untuk menguasai kemampuan tingkat yang lebih tinggi. Dengan demikian
terdapatlah tingkatan-tingkatan perbuatan belajar. Perbuatan belajar yang mula-
mula dikuasai adalah kemampuan sederhana dan masih umum makin lama
perbuatan belajar meningkat pada yang lebih khusus dan kemudian menuju
pada penguasaan perbuatan belajar yang makin rumit.
Pertanyaan pokok yang timbul kepada kita adalah apa manfaatnya kita
mengetahui adanya tingkatan-tingkatan perbuatan belajar itu ?. Tingkatan
perbuatan belajar ternyata memegang peranan penting dalam kegiatan belajar
mengajar.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan guru adalah :
a. Berhasil tidaknya proses belajar mengajar yang dikelola guru sebagian
tergantung pada penguasaan belajar yang rendah. Belajar aturan atau prinsip
hanya berhasil apa bila konsep-konsep yang relevan dengan prinsip yang
akan dipelajari sudah dikuasai siswa.
b. Setiap perbuatan belajar yang diperoleh pada suatu tingkatan akan
senantiasa bermanfaat untuk mempelajari konsep atau perbuatan belajar
yang lebih tinggi.
c. Tingkatan belajar yang demikian mempunyai arti penting bagi siswa dalam
menemukan satu perangkat kemampuan intelektual yang siap ditransfer atau
dialihkan terhadap usaha mempelajari kemampuan-kemampuan yang lebih
tinggi tingkatannya.
Page 41
27
d. Tingkatan perbuatan belajar berhubungan erat dengan kondisi-kondisi
belajar intern bukan dengan kondisi belajar ekstern.
e. Tingkatan perbuatan belajar yang tinggi tingkatannya diperoleh dengan tipe
perbuatan belajar yang makin meningkat pula.
2.1.3.3 Hasil Dari Perbuatan Belajar
1 Kebiasaan sebagai hasil perbuatan belajar
kebiasaan sebagai hasil perbuatan belajar diperoleh dari suatu
kebiasaan siswa menyapa orang tua, guru, teman dengan selamat pagi ?.
kebiasaan merupakan cara berbuat atau bertindak yang dimiliki seseorang
dan diperoleh melalui proses belajar, cara tersebut bersifat tetap, seragam
dan otomatis. Kebiasaan demikian tidak kita peroleh dengan begitu saja
tetapi diperoleh dengan latihan berulang kali sehingga menjadi sesuatu yang
berlaku secara otomatis walaupun tanpa kita sadari.
2. Ketrampilan sebagai hasil perbuatan belajar
Setiap perbuatan atau tingkah laku yang tampak sebagai akibat
kegiatan otot yang digerakkan oleh sistem syaraf dapat dikategorikan dalam
bentuk ketrampilan. Ada yang menyatakan kebiasaan dengan ketrampilan
namun demikian pada dasarnya kedua berbeda. Perbedaannya terletak pada :
a. Perbuatan kebiasaan terjadi secara otomatis dan tanpa disadari, sedang
ketrampilan adalah perbuatan yang terjadi dengan sadar dan diperlukan
perhatian khusus.
Page 42
28
b. Kebiasaan merupakan cara bertindak yang sama atau seragam, sedang
ketrampilan dapat berbeda-beda menurut waktu dan keadaan.
c. Ketrampilan dapat berfungsi dengan tepat apabila usaha atau latihan
terus menerus diadakan, sedang pada kebiasaan usaha demikian tidak
diperlukan.
Ketrampilan dimulai dengan gerakan kasar yang tidak terkoordinir.
Makin lama gerakan tersebut makin diperluas dengan koordinasi, diskriminasi
(perbedaan), dan integrasi (perpaduan) sehingga terkuasailah sesuatu
ketrampilan yang diperlukan. Latihan gerak permulaan sesuatu ketrampilan
akan sangat menentukan apakah ketrampilan itu akan dikuasai secara tepat dan
baik atau tidak. Bahwa perbuatan belajar dalam ketrampilan merupakan suatu
proses belajar melalui akumulasi dan kulminasi kordinasi serta integrasi
gerakan-gerakan.
Proses belajar akan menghasilkan hasil belajar, namun harus juga
diingat sesuai dengan tujuan pembelajaran itu dirumuskan secara jelas dan baik.
Belum tentu hasil pengajaran yang diperoleh mesti optimal karena hasil yang
baik itu dipengaruhi oleh komponen-komponen yang lain dan terutama
bagaimana aktivitas siswa sebagai subyek belajar. Suatu proses belajar
mengajar dikatakan baik bila proses tersebut dapat membangkitkan kegiatan
belajar yang efektif. Dalam hal ini perlu disadari masalah yang menentukan
bukan metode atau prosedur yang digunakan dalam pengajaran, bukan kolot
atau modernnya pengajaran atau bukan pula konvensional atau progresifnya
Page 43
29
pengajaran. Semua itu mungkin penting artinya, tetapi tidak merupakan
pertimbangan akhir, karena itu hanya berkaitan dengan “alat“ bukan “tujuan“
pengajaran. Bagi pengukuran sukses pengajaran, memang syarat utama adalah
“hasilnya“. Tetapi harus diingat bahwa dalam menilai atau menerjemahkan
“hasil“ itu pun harus secara cermat dan tepat yaitu dengan memperhatikan
bagaimana “prosesnya“. Dalam proses inilah siswa akan beraktifitas, dengan
proses yang tidak baik atau benar. Mungkin hasil yang dicapainya pun tidak
akan baik, atau kalau boleh dikatakan hasil itu adalah hasil semu.
Adapun hasil pengajaran itu dikatakan betul-betul baik, apabila memiliki
ciri-ciri :
a. Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa.
Kalau hasil pengajaran itu tidak tahan lama dan cepat menghilang maka
hasil pengajaran itu berarti tidak efektif.
b. Hasil itu merupakan pengetahuan “ asli “ atau “ otentik “. Pengetahuan hasil
proses belajar mengajar itu bagi siswa seolah-olah telah merupakan bagian
kepribadian bagi diri setiap siswa, sehingga akan dapat mempengaruhi
pandangan dan caranya mendekati suatu permasalahan. Sebab pengetahuan
itu dihayati dan penuh makna bagi dirinya.
Dengan demikian permasalahan yang dihadapi oleh pengajaran yang
dipandang baik untuk menghasilkan produk yang baik, adalah bagaimana
mengorganisasikan proses belajar untuk mencapai pengetahuan otentik dan
tahan lama. Karena mengajar merupakan kegiatan mengorganisasikan proses
Page 44
30
belajar secara baik, maka guru sebagai pengajar harus berperan sebagai
organisator yang baik pula. Perlu ditambahkan, bagi seorang guru atau pengajar
harus menyadari bahwa belajar adalah ingin “ mengerti “. Belajar adalah
mencari, menemukan dan melihat pokok permasalahannya. Belajar juga
dikatakan sebagai upaya memecahkan persoalan yang dihadapi. Hal ini
membawa konsekuensi kegiatan mengajar dalam proses pengajarannya juga
harus menyesuaikan kondisi yang problematis dan guru membimbingnya.
Kemudian pengajaran yang dikatakan berhasil baik itu berdasarkan pada
pengakuan bahwa belajar secara esensial merupakan proses yang bermakna,
bukan suatu yang berlangsung secara mekanis belaka, tidak sekedar rutinisme.
Menurut penelitian psikologis, mengungkapkan adanya sejumlah aspek yang
khas sifatnya dari yang dikatakan belajar penuh makna. Belajar yang penuh
makna itu adalah :
1. Belajar menururt esensinya memiliki tujuan .
Belajar memiliki makna yang penuh, dalam arti siswa atau subyek belajar,
memperhatikan makna tersebut.
2. Dasar proses belajar adalah sesuatu yang bersifat eksplorasi serta
menemukan dan bukan merupakan pengulangan rutin.
3. Hasil belajar yang dicapai itu selalu memunculkan pemahaman atau
pengertian, menimbulkan reaksi atau jawaban yang dapat dipahami dan
diterima oleh akal.
Page 45
31
4. Hasil belajar itu tidak terikat pada situasi ditempat, tetapi dapat juga
digunakan oleh situasi lain.
2.1.3.4 Faktor-Faktor Yang Bempengaruhi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi
dua golongan yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor
yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern
adalah faktor yang ada diluar individu.
1. Faktor-Faktor Intern
Faktor-faktor intern ini terbagi menjadi tiga faktor yaitu : faktor
jasmaniah, faktor psikologi, dan faktor kelelahan.
a. Faktor Jasmaniah
1) Faktor Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta
bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan
atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang
terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat,
mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun
ada gangguan-gangguan atau kelainan-kelainan fungsi alat inderanya
serta tubuhnya.
Page 46
32
2) Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik
atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Keadaan cacat
tubuh juga berpengaruh terhadap belajar. Siswa yang cacat, belajarnya
juga agak terganggu. Semestinya siswa yang mengalami cacat tubuh
itu hendaknya belajar pada lembaga pendidikan yang khusus.
b. Faktor Psikologis
1) Inteligensi
Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu
kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang
baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-
konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan
mempelajarinya dengan cepat. Inteligensi besar pengaruhnya terhadap
kemajuan belajar siswa dilihat dari siswa yang memiliki inteligensi
yang rendah terhadap belajar.
2) Perhatian
Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun
semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda atau hal) atau
sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil balajar yang baik,
maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang
dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa,
maka timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.
Page 47
33
3) Minat
Minat adalah kecendurungan yang tetap untuk memperhatikan
dan mengenang beberapa kegiatan. Minat juga besar pengaruhnya
terhadap belajar, karena bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai
dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-
baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.
4) Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Jika bahan pelajaran
yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya
lebih baik karena ia senang belajar, begitu sebaliknya terhadap siswa
yang bakatnya kurang didalam belajar.
5) Motif
Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat
mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya
mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian,
merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan atau
menunjang belajar.
6) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan
seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan
kecakapan baru, sehingga anak yang sudah siap (matang) belajarnya
akan lebih berhasil dari pada anak yang belum siap (matang).
Page 48
34
c. Faktor Kelelahan
Kelelahan pada seseorang dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis). Agar
siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai
terjadi kelelahan dalam belajarnya karena kelelahan itu mempengaruhi
siswa dalam belajar.
2. Faktor-Faktor Ekstern
Faktor-faktor ekstren yang berpengaruh terhadap belajar
dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan
faktor masyarakat.
a. Faktor Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa
cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumag
tangga dan juga keadaan ekonomi keluarga.
b. Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakuo beberapa
hal diantaranya adalah metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan
siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu
sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas
rumah.
Page 49
35
c. Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh
terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa
didalam masyarakat sehingga siswa dapat dipengaruhi oleh kegiatan-
kegiatan yang ada didalam masyarakat.
2.1.4 Hubungan Antara Minat Belajar Dengan Hasil Belajar
Berdasarkan teori di atas, jelaslah bagi kita bahwa minat dapat berperan
sebagai pendorong bagi siswa untuk memperoleh hasil yang baik. Dalam hal ini
siswa yang mempunyai minat yang kuat dalam belajar dapat dikenali dari
perhatian, kemauan dan konsentrasi. Sebaliknya siswa yang mempunyai minat
rendah juga mudah dikenali dar tingkah laku yang tidak sungguh-sungguh,
cepat bosan,dan berusaha menghindari dari kegiatan-kegiatan belajar. Peran
serta yang ditimbulkan karena adanya minat dapat mempengaruhi aktivitas
belajarnya yang pada akhirnya merupakan suatu usaha untuk mencapai hasil
belajar yang maksimal. Sehingga dapat dikatakan bahwa minat belajar penjas
berhubungan dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran penjas. Karena
semakin tinggi minat belajar siswa, maka akan semakin tinggi pula gairah
belajarnya, selanjutnya akan memperbesar usaha belajar siswa, sehingga pada
akhirnya semakin tinggi pula hasil belajar yang dicapai siswa terrsebut.
Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan
perhatian siswa dalam belajar. Oleh karena itu guru dihadapkan terutama
dengan penemuan minat sesudah diperoleh pada suatu tingkat belajar, sehingga
Page 50
36
dia dapat merencanakan pelajarannya untuk menemukan tingkat perbedaan
perhatian-perhatian yang timbul dari pengalaman-pengalaman. Lebih jauh
didorong kearah untuk merencanakan sedemikian rupa bimbingannya dalam
belajar dimana dia menghendaki mungkinnya tiap-tiap pelajar untuk
mengembangkan minatnya terhadap apa yang tengah dipelajarinya selama dia
melanjutkan studinya.
William James 1890 (dalam bukunya Slameto, 1987:22) melihat bahwa
minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan belajar
siswa. Jadi efektif faktor yang menentukan keterlibatan siswa secara aktif dalam
belajar. Mengingat pentingnya minat dalam belajar, seorang tokoh pendidikan
dari belgia, yakni Ovide Declory (1871-1932) mendasarkan sistem
pendidikannya pada pusat minat anak.
Mursell dalam bukunya Successful Teaching, memberikan suatu
klasifikasi yang berguna bagi guru dalam memberikan pelajaran kepada
siswanya. Ia mengemukakan 22 macam minat yang diantaranya ialah bahwa
anak memiliki minat terhadap belajar. Dengan demikian, pada hakikatnya setiap
anak berminat terhadap belajar, dan guru sendiri hendaknya berusaha
membangkitkan minat anak dalam belajar.
Page 51
37
B. Hipotesis
Hipotesis sebagai dugaan sementara atau pendapat yang lemah,
sehingga perlu dibuktikan dulu kebenarannya. Rumusan hipotesis yang
diambil sebagai dasar dugaan sementara bahwa, minat belajar siswa
mempengaruhi hasil belajar siswa dalam mengikuti pelajaran penjas
Page 52
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Populasi
Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. (Suharsimi
Arikunto, 1998:115). Penelitian populasi dilakukan apa bila peneliti ingin
meneliti semua elemen yang ada. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa MAN kota Pekalongan tahun 2005 yang berjumlah :
Tabel 1. Jumlah Populasi
Sekolah Jumlah Siswa
MAN 1 1090 Siswa
MAN 2 1300 Siswa
MAN 3 730 Siswa
Jumlah 3120 Siswa
Sumber : Data Penelitian 2005
3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi
Arikunto, 1998:117). Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan
dengan proposional random sampling, proporsi yang dipakai sebesar 10 %
pada setiap MAN (Suharsimi Arikunto, 1998:120).
Page 53
39
Tabel 2. Jumlah Sampel
Sekolah Jumlah Siswa Proporsi 10%
MAN 1 1090 Siswa 190 Siswa
MAN 2 1300 Siswa 130 Siswa
MAN 3 730 Siswa 73 Siswa
JUMLAH 3120 Siswa 312 Siswa
Sumber : Data penelitian 2005
Adapun teknik random samplingnya (sampel acak), yaitu peneliti
mencampur subyek-subyek didalam populasi sehingga semua subyek
dianggap sama. Dengan demikian peneliti memberi hak yang sama kepada
setiap subyek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel.
Sedangkan cara yang digunakan adalah dengan cara undian, karena bagi
peneliti cukup sederhana dan kemungkinan kesalahan dapat dihindari.
Cara undiannya yaitu pada kertas kecil-kecil kita tuliskan subyek, satu
nomor untuk tiap kertas sesuai dengan jumlah siswa di kelas, kemudian
kertas ini kita gulung dengan tanpa prasangka, setelah itu kita mengambil
gulungan kertas satu persatu sesuai dengan jumlah sampel yang telah
ditentukan. Nomor yang tertera pada kertas yang terambil itu kemudian
dicocokkan dengan nama anak yang tercantum didalam buku presensi
kelas. Anak itulah yang menjadi subyek sampel penelitian. Jadi dalam
pengambilan teknik random sampling ini, sampel yang diambil oleh
Page 54
40
peneliti tiap kelasnya yaitu jumlah sampel siswa tiap sekolah dibagi
dengan jumlah kelas tiap sekolah.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 1998:99). Penelitian ini
terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah
objek atau gejala-gejala dalam penelitian yang bebas dan tidak tergantung
dengan hal-hal lain dilambangkan dengan (X) dan variabel terikat adalah
objek atau gejala-gejala yang keberadaannya tergantung atau terikat
dengan hal-hal lain yang mempengaruhi dilambangkan dengan (Y).
berdasarkan judul penelitian, maka terdapat dua variabel yaitu :
1. Variabel bebas (X) yakni : minat belajar siswa pada pelajaran penjas.
2. Variabel terikat (Y) yakni : hasil belajar siswa pada pelajaran penjas.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dari penelitian ini adalah :
a. Metode Angket (Kuesioner)
Kuesioner yaitu : sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 1998:140).
Page 55
41
Metode angket ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar minat
belajar siswa terhadap hasil belajar pada pelajaran Penjas.
Metode angket yang digunakan adalah angket langsung, yaitu
daftar pertanyaan diberikan langsung pada siswa untuk diminta pendapat
tentang keadaannya sendiri. Dalam hal ini angket yang digunakan adalah
tipe angket pilihan. Kriteria pemberian skor pada alternatif jawaban
untuk setiap item angket adalah sebagai berikut :
Untuk tiap item angket dengan 4 alternatif jawaban yaitu :
1. Skor 4 untuk jawaban a
2. Skor 3 untuk jawaban b
3. Skor 2 untuk jawaban c
4. Skor 1 untuk jawaban d
b. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan daftar
nama dan jumlah siswa yang menjadi anggota sampel dalam
penelitian.
3.5 Metode Penyusunan Instrumen
3.5.1 Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan alat bantu dalam pengumpulan data.
Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini yaitu instrumen minat
Page 56
42
belajar siswa mengikuti mata pelajaran penjas yang berupa angket.
Sedangkan untuk instrumen hasil belajar siswa diperoleh dari nilai raport.
3.5.2 Analisis Uji Coba Instrumen
1. Validitas Item
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat
kualitas atau kesahihan suatu instrumen (Suharsimi Arikunto, 1998)
untuk mengukur validitas digunakan rumus korelasi product moment
yaitu :
xyΓ = ( )( )( ) ( ) ( )( )[ ]2222 ΣΥ−ΝΣΥΣΧ−ΝΣΧ
ΣΥΣΧ−ΝΣΧΥ
Dimana :
xyΓ = Koefisien korelasi tiap item
Ν = Jumlah subyek
ΣΧ = Jumlah skor item
ΣΥ = Jumlah skor total
(Suharsimi Arikunto, 1998:256)
Berdasarkan hasil uji validitas angket penelitian pada
lampiran menunjukan bahwa dari 40 butir soal angket yang diuji
cobakan terdapat 37 butir angket yang valid yaitu pada nomor
2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23,24,25,27,28
29,30,31,32,33,34,36,37,38,39,40, karena memiliki harga rxy > rtabel =
Page 57
43
0,361 untuk α = 5% dengan N = 30 dan terdapat 3 butir angket yang
tidak valid yaitu nomor 1,26,35 karena memiliki harga гxy < r tabel =
0,361 untuk α = 5% dengan N = 30. Selanjutnya dari 37 butir soal
yang valid tersebut penomorannya diurutkan kembali dan dapat
digunakan untuk pengambilan data penelitian.
Hasil perhitungan reliabilitas xyr dikonsultasikan dengan
harga Γ kritik product moment dengan taraf nyata 5 %. Jika harga
xyr dihitung lebih besar dari r tabel, maka dikatakan item soal atau
instrument tersebut valid dengan nilai validitas 0,361
2 Reliabilitas angket
Reliabilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa
instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat
pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik (Suharsimi
Arikunto, 1998). Didalam penelitian ini untuk mencari reliabilitas alat
ukur digunakan teknik dengan menggunakan rumus Alpha :
⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡ Σ−⎥⎦
⎤⎢⎣⎡
Ι−=Γ 21
tb
σκκ σσ
Χ
Dimana :
Χr = Reliabilitas
κ = Banyak butir pertanyaan / Banyak soal
σσbΣ = Jumlah varians butir
Page 58
44
2tσ = Varians total
(Suharsimi Arikunto, 1998)
Sedang untuk mencari varians butir dengan rumus :
( ) ( )
ΝΝΧΣ
−ΧΣ=
22
2σ
keterangan =
σ = Varians tiap butir
x = Jumlah skor butir
N = Jumlah responden
(Suharsimi arikunto,2002)
Berdasarkan hasil uji reliabilitas angket penelitian pada
lampiran diperoleh harga r11 = 0,921 dikarenakan harga r
diinterpretasikan tinggi dalam taraf signifikan 5% dengan N = 30
diperoleh rtabel = 0,361 maka harga r11 > r tabel dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa angket tersebut reliabel dan dapat digunakan untuk
pengambilan data penelitian. Perhitungan di atas menunjukan bahwa
dari 40 butir soal hanya 37 butir soal yang valid dan reliabel, sehingga
ke 37 butir soal itu yang dapat digunakan untuk pengambilam data
penelitian. Untuk yang ketiga soal dinyatakan in-valid karena r11 <
rtabel sehingga ketiga soal tersebut tidak dapat digunakan untuk
pengambilan data penelitian..
Page 59
45
3.6 Metode Analisis Data
Untuk memperoleh suatu kesimpulan tentang masalah yan akan
diteliti, untuk itu apabila semua data sudah terkumpul, maka langkah
selanjutnya adalah mengolah data dari hasil tersebut untuk memperoleh suatu
kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan.
Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan analisis deskriptif persentase dan analisis regresi korelasi
sederhana dan ganda.
3.6.1 Analisis Deskriptif Persentase
Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan variabel pada
penelitian, yang terdiri dari tingkat kesegaran jasmani, minat belajar, dan hasil
belajar. Adapun rumusnya adalah :
% = Nn x 100%
Keterangan :
% = Nilai persentase / hasil
n = Jumlah frekuensi tiap kategori
N = Jumlah seluruh responden
(Mohammad Ali, 1994 : 124)
Page 60
46
3.6.2 Analisis Regresi
Analisis regresi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
ada tidaknya pengaruh minat belajar siswa pada pelajaran penjas terhadap hasil
belajar penjas. Adapun rumus regresinya adalah : Υ = a + bx (Sudjana, 1989 :
312). Perhitungan analisis regresi ini menggunakan komputerisasi dengan sistim
SPSS versi 11 (Syahri Alhusen, 2003 : 182).
Page 61
47
DAFTAR PUSTAKA
A.M, Sardiman. 1986. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : CV. Rajawali.
Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Ateng, Abdulkadir. 1992. Asas Dan Landasan Pendidikan Jasmani. Jakarta : Dirtjen Dikti.
Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai pustaka.
Husdarta, Drs. 2000. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : Depdikbud.
Lutan, Rusli. 2000. Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan. Jakarta : Dirtjen Dikti.
Natawidjaya, Rochman. 1978. Psikologi Pendidikan. Jakarta : C.V. Mutiara.
Slameto, Drs. 2003. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Soejoedi, Imam. 1979. Pengantar Buku Pegangan Guru Olahraga SPG.
Jakarata : Depdikbud. Sudarmanto, Y.B. 1993. Tuntutan Metodologi Belajar. Jakarta : PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia. Sudjana. 1989. Metode Statistika. Bandung : Tarsito. Suherman, Adang. 2000. Dasar-Dasar Penjaskes. Jakarta : Dirtjen Pendidikan
Dasar Dan Menengah. Sukardi, Dewa Ketut. 1989. Perkembangan Minat. Jakarta : Aksara Baru.
Suryabrata, Sumadi. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
. 2001. Arena. Semarang : C.V. IKIP Semarang Press. . 1996. Al-Qur’an. Surabaya : Duta Ilmu.
Page 62
48
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Uen Hartiwan, M.pd Dra. Henny Setyowati, M.si NIP.131281216 NIP.132003071 Mengetahui
Ketua Jurusan PJKR
Drs. Harry Pramono, M.si NIP.131469638
Page 63
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.2 Deskripsi Variabel Minat Belajar Penjas
Gambaran minat belajar Penjas siswa Madrasah Aliyah Negeri Kota
Pekalongan tahun pelajaran 2005/2006 berdasarkan data yang diperoleh melalui
penyebaran angket seperti terlampir diperoleh rata-rata skor sebesar 104,5 dengan
bobot persentase 73,21% dan termasuk kategori baik. Ditinjau dari pernyataan
masing-masing siswa tentang minat belajarnya diperoleh hasil seperti disajikan pada
gambar 1 berikut :
Gambar 1
Distribusi Frekuensi Minat Belajar Penjas Siswan Madrasah Aliyah Negeri Kota Pekalongan Tahun Pelajaran 2005/2006
Page 64
43
Berdasarkan hasil penelitian pada gambar 1 tersebut di atas dapat diketahui
bahwa terdapat 10,90% siswa yang memiliki minat belajar dalam kategori sangat
baik, 75,00% memiliki minat belajar dalam kategori baik, 14,10% dalam kategori
cukup baik dan tidak ada satupun siswa yang memiliki minat belajar kurang baik.
Dengan demikian menunjukkan bahwa minat belajar Penjas siswa Madrasah Aliyah
Negeri Kota Pekalongan tahun pelajaran 2005/2006 secara umum adalah baik.
Gambaran minat belajar Penjas siswa Madrasah Aliyah Negeri Kota
Pekalongan tahun pelajaran 2005/2006 dari masing-masing indikator yaitu sikap,
kemauan, ketertarikan, dorongan dan ketekunan dapat disajikan sebagai berikut :
1. Sikap
Berdasarkan hasil penelitian pada lampiran diperoleh rata-rata skor sikap
siswa pada mata pelajaran Penjas sebesar 19,1 dengan persentase 79,45% dan
termasuk kategori baik. Dilihat dari sikap masing-masing siswa pada pelajaran
Penjas diperoleh hasil seperti terangkum pada gambar 2 berikut :
Gambar 2
Distribusi Sikap Siswa pada Pelajaran Penjas
Page 65
44
Berdasarkan hasil penelitian pada gambar 2 di atas terdapat 29,81% siswa
yang memiliki sikap pada pelanajaran Penjas yang sangat baik, 63,78% dalam
kategori baik, 5,77% dalam kategori cukup baik dan 0,64% dalam kategori
kurang baik. Dengan demikian menunjukkan bahwa sikap siswa Madrasah Aliyah
Negeri Kota Pekalongan tahun pelajaran 2005/2006 pada pelajaran Penjas secara
umum dapat dinyatakan sudah baik.
2. Kemauan
Berdasarkan hasil penelitian pada lampiran diperoleh rata-rata skor
kemauan siswa dalam belajar Penjas sebesar 33,6 dengan persentase 76,25% dan
termasuk kategori baik. Dilihat dari kemauan masing-masing siswa dalam
belajara penjas diperoleh hasil seperti terangkum pada gambar 3 berikut :
Gambar 3
Distribusi Kemauan Siswa Belajar Penjas
Berdasarkan gambar 3 di atas terdapat 16,35% siswa yang memiliki
kemauan belajar Penjas dalam kategori sangat baik, 61,54% siswa dalam kategori
Page 66
45
baik, 20,83% siswa dalam kategori cukup baik dan 1,28% siswa dalam kategori
kurang baik. Dengan demikian menunjukkan bahwa kemauan siswa Madrasah
Aliyah Negeri Kota Pekalongan tahun pelajaran 2005/2006 mengikuti pelajaran
Penjas secara umum dapat dinyatakan sudah baik.
3. Ketertarikan
Berdasarkan data hasil penelitian pada lampiran diperoleh rata-rata skor
ketertarikan siswa pada belajar Penjas sebesar 27,6 dengan persentase 68,89%
dan termasuk kategori baik. Dilihat dari ketertarikan masing-masing siswa pada
belajar Penjas diperoleh hasil seperti terangkum pada gambar 4 berikut :
Gambar 4
Distribusi Ketertarikan Siswa pada Pelajaran Penjas
Berdasarkan hasil penelitian pada gambar 4 di atas terdapat 11,86% siswa
yang memiliki ketertarikan pada mata pelajaran Penjas dalam kategori sangat
baik, 51,28% dalam kategori baik, 25,96% dalam kategori cukup baik dan 10,
Page 67
46
90% dalam kategori cukup baik. Dengan demikian menunjukkan bahwa
ketertarikan siswa Madrasah Aliyah Negeri Kota Pekalongan tahun pelajaran
2005/2006 pada pelajaran Penjas secara umum dapat dinyatakan sudah baik.
4. Dorongan
Berdasarkan hasil penelitian pada lampiran diperoleh rata-rata skor
dororang belajar Penjas siswa sebesar 20,1 dengan persentase 71,77%. Dilihat
dari dorongan masing-masing siswa dalam belajar Penjaskes diperoleh hasil
seperti terangkum pada gambar 5 berikut :
Gambar 5
Distribusi dorongan Siswa dalam Belajar Penjas
Berdasarkan hasil penelitian pada gambar 5 tersebut di atas terdapat
23,08% siswa memiliki dorongan dalam belajar Penjas yang termasuk kategori
sangat baik, 69,55% termasuk kategori baik, dan 7,37% termasuk kategori cukup
baik. Dengan demikian menunjukkan bahwa dorongan siswa Madrasah Aliyah
Page 68
47
Negeri Kota Pekalongan tahun pelajaran 2005/2006 dalam belajar Penjas secara
umum dapat dinyatakan sudah baik.
5. Ketekunan
Berdasarkan hasil penelitian pada lampiran diperoleh rata-rata skor
ketekunan siswa dalam belajaran Penjas sebesar 8,1 dengan persentase 67,36%
dan termasuk kategori baik. Dilihat dari ketekunan masing-masing siswa
diperoleh hasil seperti terangkum pada gambar 6 berikut :
Gambar 6
Distribusi Ketekunan Siswa dalam Belajar Penjas
Berdasarkan hasil penelitian pada gambar 6 tersebut di atas terdapat 6,09%
siswa yang memiliki ketekunan dalam belajar Penjas yang masuk kategori sangat
baik, 73,08% masuk kategori baik, 19,23% masuk kategori cukup baik dan 1,60%
masuk kategori kurang baik. Dengan demikian menunjukkan bahwa ketekunana
siswa Madrasah Aliyah Negeri Kota Pekalongan tahun pelajaran 2005/2006
dalam belajar Penjas secara umum dapat dinyatakan sudah baik.
Page 69
48
Berdasarkan hasil analisis tiap faktor minat belajar siswa Madrasah Aliyah
Negeri Kota Pekalongan tahun pelajaran 2005/2006 dalam mata pelajaran Penjas
yang telah disajikan di atas dapat dijelaskan bahwa fakor yang paling dominan dalam
menunjang tingginya minat belajr siswa adalah fakor sikap (79,45%), kemudian
faktor kemauan (76,25%), faktor dorongan (71,77%), faktor ketertarikan (68,89%)
dan yang terakhir adalah faktor ketekunan (67,36%) yang seluruhnya telah masuk
dalam kategori baik. Lebih jelasnya hasil penelitian dari tiap faktor minat belajar
Penjas siswa dapat dilihat pada gambar 7 berikut.
Gambar 7
Bagan Bobot Persentase Skor Tiap-tiap Aspek Minat Belajar
Keterangan :
F-1 : Sikap F-3 : Ketertarikan F-5 : Ketekunan F-2 : Ketekunan F-4 : Dorongan
4.1.2 Deskripsi Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar Penjas siswa Madrasah Aliyah Negeri Kota Pekalongan tahun
pelajaran 2005/2006 berdasarkan nilai raport diperoleh rata-rata sebesar 7,0 dan
Page 70
49
termasuk kategori baik. Lebih jelasnya berikut ini disajikan hasil belajar dari masing-
masing yang disajikan dalam tabel distribusi bergolong berikut ini :
Tabel 1
Distribusi Hasil Belajar Siswa Madrasah Aliyah Negeri Kota Pekalongan Tahun Pelajaran 2005/2006
Hasil Belajar Frekuensi (f) Persentase (%)
Baik sekali (8,5 – 10) 1 0.32
Baik (7,0 – 8,4) 258 82.69
Cukup (5,5 – 6,9) 53 16.99
Kurang (0,0 – 5,4) 0 0.00
Total 312 100
Sumber : Data Penelitian 2005
Lebih jelasnya data distribusi frekuensi bergolong Madrasah Aliyah Negeri
Kota Pekalongan tahun pelajaran 2005/2006 dapat dilihat pada gambar 8 berikut ini.
Gambar 8
Distribusi Hasil Belajar Penjas Siswa Madrasah Aliyah Negeri Kota Pekalongan Tahun Pelajaran 2005/2006
Page 71
50
Berdasarkan gambar 8 di atas menunjukkan bahwa dari 312 siswa, terdapat 1
siswa (0,32%) yang mempunyai hasil belajar sangat baik, 258 siswa (82,69%) yang
memiliki hasil belajar baik dan 53 siswa (10,99%) yang memiliki hasil belajar cuup
baik. Dengan demikian sacara umum dapat dijelaskan bahwa hasil belajar penjas
siswa Madrasah Aliyah Negeri Kota Pekalongan tahun pelajaran 2005/2006 tersebut
telah masuk dalam kategori baik.
4.1.4 Pengaruh Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Penjas
Guna mengetahui ada tidaknya pengaruh antara minat belajar siswa pada
pelajaran penjas terhadap hasil belajar penjas siswa Madrasah Aliyah Negeri Kota
Pekalongan tahun pelajaran 2005/2006 maka dilakukan analisis data dengan analisis
regresi dengan hasil seperti disajikan pada output SPSS berikut ini.
Tabel 2.
Koefisien Regresi Minat Belajar Penjas dengan Hasil Belajar Penjas
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 7 di atas maka, bentuk penaruh antara
minat belajar siswa pada pelajaran penjas terhadap hasil belajar penjas dapat
dinyatakan Y = 4,136 + 0,02599X2. Uji keberartian persamaan regresi tersebut
dilakukan dengan uji F dan diperoleh Fhitung = 205,751> Ftabel = 3,87. Hal ini berarti
Page 72
51
persamaan regresi tersebut signifikan sehingga Ha yang berbunyi “Ada pengaruh
minat belajar siswa pada pelajaran penjas terhadap hasil belajar Penjas siswa
Madrasah Aliyah Negeri Kota Pekalongan tahun pelajaran 2005/2006”, diterima.
Dari hasil analisis diperoleh pula koefisien korelasi antara minat belajar siswa pada
pelajaran penjas terhadap hasil belajar Penjas seperti disajikan pada output SPSS
berikut ini.
Tabel 3
Koefisien Korelasi Antara Minat Belajar Dengan Hasil Belajar Penjas
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 3 tersebut diperoleh koefisien korelasi
antara minat belajar dengan hasil belajar penjas sebesar 0,632. Uji keberatian
koefisien korelasi tersebut dilakukan dengan cara mengkonsultasi harga rhitung dengan
r product moment pada α = 5% dengan N = 312 sebesar 0,113. Karena koefisien
korelasi tersebut lebih besar dari rtabel, berarti koefisien korelasi tersebut signifikan.
Harga koefisien korelasi sebesar 0,632 menunjukkan bahwa hubungan antara minat
belajar dengan hasil belajar penjas termasuk kategori cukup kuat.
Besarnya pengaruh atau kontribusi yang diberikan oleh minat belajar siswa
pada pelajaran penjas terhadap hasil belajar penjas dapat diketahui dari harga
koefisien determinasi atau R2. Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran
diperoleh harga R2 = 0,399. Dengan demikian besarnya pengaruh minat belajar penjas
adalah 39,9% dan selebihnya hasil belajar penjas siswa dipengaruhi oleh faktor lain
selain perhatian minat belajar penjas sebesar 60,1%.
Page 73
52
4.2 Pembahasan
Dengan minat yang tinggi, siswa akan terdorong untuk bekerja mencapai
sasaran dan tujuannya karena yakin dan sadar akan kebaikan, kepentingan dan
manfaatnya. Bagi siswa, minat ini sangat penting karena dapat menggerakkan
perilaku siswa kearah yang positif sehingga mampu menghadapi segala tuntutan,
kesulitan serta menanggung resiko dalam studinya. Minat dapat menentukan baik
tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar minat dan motivasinya akan
semakin besar kesuksesan belajarnya. Minat sebagai faktor batin berfungsi
menimbulkan, mendasari, dan mengarahkan perbuatan belajar. Seorang yang besar
minatnya akan giat berusaha, tampak gigih, tidak mau menyerah, serta giat membaca
untuk meningkatkan prestasi serta memecahkan masalah yang dihadapinya.
Sebaliknya mereka yang minatnya rendah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa,
perhatiannya tidak tertuju pada mata pelajaran yang akibatnya siswa akan mengalami
kesulitan belajar. Minat menggerakkan organisme mengarahkan tindakan serta
memilih tujuan belajar yang dirasa paling berguna bagi kehidupan individu.
Berdasarkan deskripsi data hasil penelitian menunjukkan bahwa minat belajar
penjas siswa Madrasah Aliyah Negeri Kota Pekalongan tahun pelajaran 2005/2006
tersebut telah baik. Dari kelima faktor pendukung menunjukkan bahwa faktor sikap
menjadi pendukung tingginya minat yang paling besar sedangkan faktor ketekunan
menjadi faktor pendukung yang paling rendah.
Baiknya minat siswa Madrasah Aliyah Negeri Kota Pekalongan pada mata
pelajaran penjas ternyata berdampak poditif terhadap hasil belajar yang dicapainya.
Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis regresi yang memperoleh Fhitung = 205,751>
Page 74
53
Ftabel = 3,87. persamaan regresi Y = 4,136 + 0,02599X2 mengamdung arti bahwa
setiap terjadi kenaikan minat belajar penjas sebesar 1 satuan, maka akan diikuti pula
dengan meningkatnya hasil belajar penjas sebesar 0,2599 satuan pada konstanta 4,136
dan sebaliknya setiap terjadi penurunan minat belajar pemjas sebesar 1 satuan, maka
akan diikuti pula dengan menurutnya hasil belajar penjas sebesar 0,2599 satuan pada
konstanta 4,136. Dengan kata lain untuk memperoleh hasil belajar yang tinggi
dibutuhkan minat belajar yang tinggi, begitu juga dengan sebaliknya.
Besarnya pengaruh minat belajar penjas terhadap hasil belajar penjas cukup
besar yaitu 39,9%. Dengan demikian Minat sangat besar pengaruhnya terhadap hasil
belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa,
siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya,
sehingga siswa enggan untuk belajar dan tidak memperoleh kepuasan kepuasan dari
pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik siswa lebih mudah dipelajari dan
disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar. Hal tersebut seperkuat oleh
pendapat Tarigan (1989 : 94) yang menyatakan bahwa minat merupakan ciri-ciri
keinginan yang dilakukan melalui tindakan oleh seorang individu yang dicobanya
melalui objek yang dipilihnya, kegiatannya, ketrampilannya yang ditujukan pada hal
yang disukai. Dengan tingginya minat maka diyakini hasil kegiatan yang dilakukan
akan memperoleh hasil yang optimal karena dilakukan dengan sungguh-sungguh.
Page 75
54
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasar dari hasil penelitian dan pembahasannya dapat peneliti simpulkan
sebagal berikut:
1. Ada pengaruh minat belajar siswa pada pelajaran penjas terhadap hasil belajar
Penjas siswa Madrasah Aliyah Negeri Kota Pekalongan tahun pelajaran
2005/2006.
2. Besarnya pengaruh minat belajar siswa pada pelajaran penjas terhadap hasil
belajar Penjas siswa Madrasah Aliyah Negeri Kota Pekalongan tahun pelajaran
2005/2006 tersebut yaitu 39,9%.
5.2. Saran
Dari hasil kesimpulan penelitian maka penulis mengajukan saran sebagai
berikut:
1. Untuk mendapatkan hasil belajar yang tinggi, maka perlu memperhatikan minat
belajarnya. Untuk meningkatkan minat belajar dapat dilakukan dengan
memantapkan tujuan belajar sebagai salah satu faktor penunjang kesuksesan.
2. Bagi peneliti lain yang hendak mengadakan penelitian sejenis, hendaknya
menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan referesi agar diperoleh hasil yang
lebih optimal.