Top Banner
1 LAPORAN PRAKTIKUM SECTION MILLING Oleh: Budi Susanto 0220090085 Program Studi: TPHP POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA Jl. Gaya Motor Raya No.8 Sunter II, Jakarta Utara 14330 2010
30

Milling Makalah-budi Susanto

Jun 27, 2015

Download

Documents

Budi Susanto

laporan milling.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Milling Makalah-budi Susanto

1

LAPORAN PRAKTIKUM

SECTION MILLING

Oleh:

Budi Susanto

0220090085

Program Studi: TPHP

POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA

Jl. Gaya Motor Raya No.8 Sunter II, Jakarta Utara 14330

2010

Page 2: Milling Makalah-budi Susanto

2

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan kata alhamdullilah dan tidak lupa memanjatkan puji dan

syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya,

sehingga tersusun dan terselesainya laporan ini.

Laporan ini tersusun atas bantuan dari instruktur-instruktur Polman Astra, kakak-

kakak TMM tingkat 2, serta teman-teman saya. Untuk itu saya ucapkan terimakasih atas

bantuan, bimbingan, penjelasan, maupun dorongan yang telah diberkan sehingga laporan

ini dapat disusun dengan baik.

Serta tidak lupa rasa sayang dan terima kasih yang ingin saya ucapkan kepada orang

tua saya, yang telah banyak memberikan fasilitas, dorongan, kasih sayang dan perhatian

yang tidak terhitung kepada saya. Tidak banyak yang dapat saya berikan kepada mereka

kecuali rasa sayang, perhatian, kebanggaan serta kesuksesan saya.

Dalam penulisan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, saya

mengharapkan saran atau kritikan membangun demi perbaikan yang akan datang.

Akhir kata, saya ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu

penyusunan laporan ini.

Jakarta, Desember 2010

Penyusun

Page 3: Milling Makalah-budi Susanto

3

DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………………… 2

Daftar Isi………………………………………………………………………………. 3

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….. 4

1.1. Definisi……………………………………………………………..…… 4

1.2. Prinsip Kerja……...……………………………………………………... 4

1.3. Mesin Milling……..…………………………………………………….. 4

BAB II MILLING…………………………………………………………………….. 8

2.1. Komponen Milling……………………………………………………… 8

2.2. Bagian-Bagian Utama Mesin Milling…………………………………… 10

2.3. Langkah-Langkah Kerja………………………………………………… 11

BAB III ALAT POTONG…………………………………………………………….. 13

3.1. Cutter (Alat Potong)…………………………………………………….. 13

BAB IV PUTARAN MESIN…………………………………………………………. 20

BAB V SOP (STANDAR OPERATION PROCEDURE)……………………………. 22

5.1 Proses Inventarisasi……………………………………………………... 22

5.2 Langkah SOP……………………………………………………………. 23

5.3 Cleaning Mesin………………………………………………………….. 25

5.4 Safety Procedure………………………………………………………… 26

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………….………... 28

6.1. KESIMPULAN………………………………………………………… 28

6.2. SARAN………………………………………………………………… 28

BAB VII PENUTUP………………………………………………………………….. 29

Page 4: Milling Makalah-budi Susanto

4

Daftar Pustaka………………………………………………………………………… 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.4. Definisi

Milling merupakan suatu proses pengikisan material untuk membuat suatu

bentukan. Prosedur permillingan yang tepat, pemilihan perkakas yang cocok dan

ketepatan tinggi memungkinkan pembuatan benda kerja akan meperoleh hasil yang

maksimal. Namun dalam pengerjaannya, benda kerja harus memiliki kualitas permukaan

yang baik. Hasil dari prosses milling dapat berupa kasar maupun halus.

1.5. Prinsip Kerja

Prinsip dasar dari mesin milling adalah pergerakkan alat potong atau cutter

berputar di tempat sedangkan benda kerja bergerak ke arah cutter sehingga terjadi

penyayatan benda kerja oleh cutter.

1.6. Mesin Milling

Mesin milling adalah mesin perkakas pembuat suatu permukaan benda kerja

menjadi rata baik horizontal maupun vertikal serta permukaan sudut atau permukaan

miring. Mesin ini juga dapat mengerjakan pekerjaan-pekerjaan khusus seperti : membuat

roda gigi, spiral, uril dan masih banyak lagi.

Salah satu contoh dari mesin milling yaitu mesin milling vertikal (tegak). Pada

mesin milling vertikal (tegak) kepala mesin dapat diputar ke arah kanan, kiri, depan dan

belakang dimana spindel mesin terpasang tegak terhadap kepala mesin. Mesin jenis ini

menggunakan cutter yang tegak lurus.

Seperti yang telah dielaskan pada prinsip kerja, pada mesin milling alat potong bergerak

berputar pada sumbunya. Gerakan-gerakannya ada tiga macam, yaitu:

1. Main Motion

Page 5: Milling Makalah-budi Susanto

5

Gerakan main cutting yaitu dengan berputarnya cutter atau alat potong

pada sumbunya. Dengan gerakan ini sisi potong cutter akan memotong benda

kerja secara terus menerus. Untuk melakukan gerakan ini maka spindle harus

terpasang dengan baik (tidak kocak atau tidak bergetar) pada bantalan mesin.

2. Feed Motion (Gerakan Pemakanan)

Gerakan Pemakanan adalah gerakan penyayatan yang teratur sehingga

tercapai ukuran dan bentuk yang diinginkan. Gerakan ini dapat dilakukan dengan

dua cara, yaitu:

a. Manual, dilakukan oleh tangan operator dengan cara memutar hadel yang ada

pada mesin, terletak pada sumbu x. Gerakannya ke arah kanan dan kiri.

b. Otomatis, ditimbulkan oleh putaran motor yang diteruskan oleh pulley

ataupun roda gigi ke meja kerja. Gerakan secara otomatis ini akan

menghasilkan permukaan benda kerja menjadi lebih baik dibandingkan

dengan manual karena gerakan pemakanannya yang konstan.

Untuk melakukan gerakan ini spindle-spindle dengan roda pemutar

dipakai untuk menggerakan meja mesin dengan tangan.

3. Setting Motion (Penempatan Benda Kerja)

Untuk mesin-mesin manual atau semi otomatis gerakan ini dilakukan

dengan cara memutar hadel yang ada pada mesin. Sedangkan untuk mesin-mesin

yang canggih seperti CNC gerakannya dilakukan dengan menekan tombol

tertentu yang ada pada mesin dan kedalaman pemakanan akan ditunjukkan pada

layer monitor.

Didalam mesin milling terdapat beberapa jenis pemakanan antara lain:

1. Pemakanan sisi ( side cutting )

Pemakanan jenis ini mempunyai posisi cutter yang vertical terhadap benda

kerja dan melakukan pemakanan dari samping.

mata potong selubung (side milling cutter )

Page 6: Milling Makalah-budi Susanto

6

digunakan untuk pemakanan sisi (side cutting)

2. Pemakanan muka ( face cutting )

Pemakanan jenis ini cutter memakan dari muka cutter

mata potong muka ( face milling cutter )

digunakan untuk pemakanan muka pada benda kerja

Selain jenis pemakanan mesin milling juga memiliki type pemakanan antara lain:

1. Conventional milling ( up-cut )

Pada pemakanan type ini mula-mula cutter akan mengenai benda kerja

sedikit demi sedikit. sebelum semua gigi memotong, gigi akan mengenai

pemukaan benda kerja maka akan timbul getaran dan tenaga potong akan

cenderung mengangkat benda kerja. Arah pemakanan cutter berlawanan arah

dengan gerakan pemakanan. Conventional milling (up-cut) memiliki beberapa

sifat dan karakteristik antara lain:

- Beban pemakanan dari minimum ke maksimum.

- Hasil permukaan kurang baik sebab pada beban maksimum akan terjadi

hentakan.

- Umur pakai cutter kurang lama karena terdapat gesekan sisi potong sebelum

menyayat.

- Benda kerja harus terpegang kuat supaya tidak terangkat.

- Bisa dipakai untuk semua jenis mesin.

2. Climbing milling ( down-cut

Page 7: Milling Makalah-budi Susanto

7

Pada pemakanan type ini cutter akan mengenai bagian yang paling

tebal dan benda kerja akan menerima tekanan cutter dengan kuat. Proses ini cocok

untuk mengerjakan benda kerja yang tipis atau pemotongan, dengan syarat mesin

harus dirancang sedemikian rupa sehingga spindle meja tidak mempunyai

spelling. Kalau syarat diatas tidak terpenuhi, benda kerja akan tertarik kearah

cutter (tertekan kebawah). Climbing (down-cut) milling memiliki beberapa sifat

dan karakteristik antara lain:

- Beban pemakanan dari maximum ke minimum

- Tidak ada hentakan sehingga hasil permukaan halus

- Benda kerja aman / tidak terangkat

- Dapat untuk mengerjakan benda-benda yang tipis

- Mesin yang dipakai harus kokoh & tidak kocak

- Cutter akan lebih awet

Page 8: Milling Makalah-budi Susanto

8

BAB II

MILLING

2.4. Komponen Milling

Saat melakukan praktikum ada beberapa alat yang dibutuhkan untuk

mempermudah proses milling, antara lain:

NO KOMPONEN /

PERALATAN

FUNGSI

1 Soft hammer Memparalelkan benda kerja di swivel vice dan

membuka collet arbor di mesin milling.

2 Kikir/File Mendebur benda kerja agar swivel vice tidak rusak

dan tidak baret.

3 Parallel Block Alat bantu alas untuk benda kerja. Cek terlebih dahulu

parallel block yang akan kita gunakan dengan caliper.

4 End Mill Cutter Roughing Mengurangi allowance dari material mentah sampai

mendekati ukuran yang diinginkan.

5 End Mill Cutter Finishing

Memasukkan ukuran dan menghaluskan permukaan

benda kerja. Maksimal pemakanan ½ mm.

6 Measuring Tool (Alat Ukur)

a. Caliper Mengukur benda kerja yang ukurannya umum atau

khusus tetapi khusus yang allowance-nya agak besar

(>0,02mm)

Page 9: Milling Makalah-budi Susanto

9

b. Micrometer Mengukur benda kerja yang presisi atau mengukur

benda kerja dengan toleransi ISO

9 Swivel Vice

Tanggem yang bisa diputar ke arah mendatar.

10 Side Lock Arbor

Digunakan untuk mencekam alat potong yang

bertangkai silindris dengan diameter tertentu.

11 Sleeve Arbor

Digunakan untuk mencekam alat potong yang

bertangkai taper.

12 Shell Mill Arbor

Digunakan untuk mencekam Shell End Mill cutter

(SEMC).

13 Collet Arbor

Pencekam alat potong yang berfungsi untuk

memegang alat potong yang bertangkai silindris.

14 Collet Pencekam cutter bersama collet arbor.

Page 10: Milling Makalah-budi Susanto

10

15 Drill Chuck Arbor

Digunakan hanya untuk mencekam Twist Drill yang

bertangkai silindris.

2.2. Bagian-Bagian Utama Mesin Milling:

Adapun bagian-bagian utama dari mesin milling, antara lain:

Page 11: Milling Makalah-budi Susanto

11

2.3. Langkah-Langkah Kerja

Langkah-langkah kerja saat menggunakan mesin milling:

1. Inventaris, yaitu suatu langkah untuk mengecek peralatan-peralatan yang akan

digunakan dalam proses milling. Dilakukan sebelum memulai dan sesudah kerja.

2. Membersihkan mesin dari olie,debu dan chip terutama pada meja, handle, dan

handwheel dengan menggunakan kain lap yang disebut majun. Dilakukan

sebelum memulai dan sesudah kerja.

3. Memeriksa ketinggian level olie di dua tempat yaitu pada olie eretan dan olie

head. Dilakukan sebelum memulai dan sesudah kerja.

4. Memeriksa ketinggian permukaaan coolant. Standard ketinggian olie yaitu diatas

olie eretan. Dilakukan sebelum memulai dan sesudah kerja.

5. Menggunakan clamping sistem yang baik dengan memakai vice pencekam yang

sesuai dengan benda kerja. Dilakukan sebelum memulai pengerjaan.

6. Membersihkan vice,arbor, dan alat potong dari debu dan chip. Dilakukan sebelum

memulai pengerjaan.

7. Memeriksa kondisi alat potong dalam keadaan tajam dan bebas retakan.

Dilakukan sebelum dan sesudah dipasang pada arbor.

8. Memeriksa material benda kerja dengan cara mengecheck ukuran dan jenis

material. Dilakukan sebelum memulai pengerjaan.

9. Menggunakan RPM dan feedrate yang benar sesuai dengan jenis material benda

kerja dan alat potong. Dilakukan pada saat pemotongan material.

10. Mengganti RPM (Radius Per Menit) bila diperlukan pada saat proses dengan cara

mengubah kedudukan belt tetapi tetap sejajar atas-bawah. Pada saat pergantian

RPM, spindel harus dalam keadaan berhenti.

11. Merawat alat dan kerapihan harus dilakukan setiap saat terutama alat ukur harus

selalu bersih dan terpisah daribenda lain.

12. Mengukur hasil proses milling sesuai dengan tuntutan dan mesin harus dalam

keadaan diam atau tidak berputar. Dilakukan selama proses milling berlangsung.

Page 12: Milling Makalah-budi Susanto

12

13. Memerhatikan keselamatan kerja agar terhindar dari kecelakaan kerja selama

proses milling dengan memakai alat-alat safety, seperti kacamata dan safety shoes

serta jangan memegang benda kerja selama proses berlangsung.

14. Cleaning terutama pada mesin, MTC dan lingkungan harus bersih dari chip dan

tumpahan benda lain (olie, coolant) dengan menggunakan kuas dan juga majun.

Memberikan lapisan minyak pada bagian yang tidak dicat. Dilakukan sesudah

selesai menggunakan mesin.

Adapun langkah-langkah pemotongan benda kerja, antara lain:

1. Mengukur benda kerja.

2. Memeriksa cutter yang akan digunakan agar memperoleh hasil yang baik.

3. Memasang cutter Roughing pada head.

4. Untuk mempermudah pengukuran dipasang paralel blok dibawah benda kerja dan

dicekam dengan swivel vice.

5. Mengencangkan benda kerja pada paralel blok dengan soft hammer hingga paralel

blok tidak bisa bergerak lagi.

6. Memposisikan cutter diatas benda kerja dengan memutar eretan sumbu x dan

sumbu y

7. Menyalakan mesin dengan menekan tombol on/off dan juga menyalakan tombol

coolant.

8. Membuat refrensi dengan maksud membuat titik awal/titik 0

9. Membuat ukuran yang telah ditentukan dengan memutar eretan sumbu Z.

10. Memutar hadel pada sumbu x sehingga bergeser dan memotong benda kerja.

11. Menyisakan 0,X mm dari hasil yang ditentukan untuk melakukan proses

finishing.

12. Melakukan proses finishing dengan mengganti cutter roughing menjadi cutter

finishing. Ulangi kembali langkah 6 sampai dengan 10.

Page 13: Milling Makalah-budi Susanto

13

BAB III

ALAT POTONG

3.1. Cutter (Alat Potong)

Ada tiga hal yang akan dibahas mengenai cutter yaitu material cutter, tipe

cutter, dan jenis cutter.

1. Material Cutter

Dalam menggunakan mesin milling, selain material benda kerja, kita juga

harus memperhatikan material cutter yang akan digunakan. Material alat potong sangat

beragam berdasarkan sifat bahan yang dikandungnya.

Sifat dasar bahan yang dipakai pada cutter antara lain:

o Keras dan kuat tetapi tidak getas

o Tahan terhadap panas yang tinggi

o Tahan aus

o Ulet tidak rapuh

Berikut adalah material yang digunakan untuk membuat cutter:

High Carbon Steel

Bahan cutter yang paling lunak dengan daya tahan panas terhadap panas hingga 220oC.

Biasannya digunakan untuk mengerjakan material yang lunak seperti kayu atau plastik.

Kecepatan potongnya mencapai 0.15 m/s.

High Speed Steel (HSS)

Page 14: Milling Makalah-budi Susanto

14

Material ini tahan terhadap panas hingga ± 600oC. Biasanya sering dilapisi dengan

titanium agar tidak cepat aus. Kecepatan potongnya dapat mencapai 0.8 – 1.8 m/s.

Cast Alloy

Material ini dapat tahan pada temperatur sampai dengan 760oC. Kecepatan potong

material mampu 60% lebih cepat dari kecepatan potong High Speed Steel.

Cemented Carbide (Cermet)

Material ini lebih keras dibanding High Speed Steel. Kecepatan potongnya dapat

mencapai 150 m/min. Harga menjadi lebih mahal.

Ceramic

Terbuat dari Alumunium Oxide (Al2O3) sehingga menjadi sangat padat dan keras,

kecepatan potongnya dapat mencapai 600 m/min. Tahan terhadap temperatur yang tinggi.

Diamond

Material alami yang paling keras. Bahan ini untuk proses super finishing dan pengerjaan

presisi. Tahan terhadap suhu hingga 900oC.

Material yang sering digunakan pada alat potong atau cutter antara lain:

Tool Steel

- Adalah baja dengan kandungan karbon 0,5-1,5 %

- CS ( cutting speed) 12 m/min

- Tahan panas sampai 250° C

- Harga relative murah

- Biasanya digunakan untuk pengerjaan lunak (kayu, plastic dan

sejenisnya)

- Mudah aus bila dipakai untuk material keras

-Pencampuran G, Mn, W, V dapat menaikan kemampuan alat potong

dan lebih ulet (tidak mudah aus).

Page 15: Milling Makalah-budi Susanto

15

High Alloyed Steel

- Dikenal juga sebagai HSS ( high speed steel )

- Mengandung karbon, chromium, vanadium, molybdenum, wolfram,

atau tungsten.

- CS 20 m/min

- Kelebihan : - mampu menahan beban kejut

- kemampuan potong lebih baik dari tool steel

- tahan panas sampai dengan 600° C

- Kelemahan:- sensitif terhadap over heat

- lebih mahal dari tool steel, karena mahal kadang hanya

mata

potongnya saja yang dari HSS yang kemudian diletakan

pada tangkainya (disolder/ dibrazing).

- Paduan utama HSS

- wolfram ( disebut T.HSS)

- molybdenum ( disebut M.HSS )

Cemented carbide ( hart metal)

- Bahan penyusun : tungsten, molybdenum, cobalt, wolfram, titanium,

dan Carbon.

- CS 150 m/min

- Kelebihan:- kekerasan bahan tinggi

- compression strength tinggi

- tahan panas sampai 900° C

- desintas besar 11-15 j/cm³

- konduktivitas termis tinggi

- tahan aus

- Kelemahan:- sifat ductility rendah

- kurang tahan terhadap beban kejut

- harga cukup mahal sehingga sering dibuat sisipan

(tip/insert)

Page 16: Milling Makalah-budi Susanto

16

keramik

- bahannya adalah aluminium oksida yang sangat padat dan keras.

- CS ± 600 m/min

- Kelebihan:- sangat keras

- tahan aus

- tahan suhu tinggi

- compression strength tinggi 350 kg/mm²

- Kelemahan:- sangat rapuh

- tidak tahan beban kejut

Diamond

- Merupakan bahan yang sangat keras

- Jarang dipakai karena sangat mahal

- Kelebihan: - tahan aus

- tahan panas sampai 900° C

- Kelemahan:- harga sangat mahal

- hanya untuk proses finishing

2. Tipe Cutter

Cutter yang digunakan pada mesin milling ada tiga tipe yang masing-masing

mempunyai perbedaan sudut, besar gigi dan sudut potongnya:

a. Tipe H (keras)

Digunakan untuk material yang mempunyai keuletan sampai 100 kpmm2.

Mempunyai sudut potong besar.

Sudut spiral 25o.

Jumlah giginya banyak.

Pemakanan tiap giginya kecil.

b. Tipe N (normal)

Digunakan untuk baja biasa yang mempunyai keuletan sampai 80 kpmm2.

Sudut potongnya tidak begitu besar.

Sudut spiral 30o.

Page 17: Milling Makalah-budi Susanto

17

Jumlah giginya lebih sedikit.

Pemakanan tiap giginya lebih besar.

c. Tipe W (lunak)

Digunakan untuk bahan yang lunak.

Sudut potongnya kecil.

Sudut spiral 35o.

Jumlah giginya sedikit.

Pemakanan tiap giginya besar.

Berdasarkan kontruksi permukaan cutter, cutter dibagi menjadi tiga macam

antara lain:

1. Solid cutter

Seluruh giginya menjadi satu dengan body atau gigi potongnya berasal dari

material asal/bodynya

2. Typed solid cutter

Seperti halnya solid cutter, hanya giginya saja yang terbuat dari cemented

carbide atau stelite tipis yang dipasang pada body dengan cara dibrassing

sehingga harga cutter dapat ditekan.

3. Inserted teeth cutter

Gigi cutter dipasang pada body yang terbuat dari material yang tidak mahal

dan pisau potong dipegang secara mekanikal dan bila giginya patah/gempil

dapat diganti dengan mudah

Berdasarkan cara pencekamannya cutter dibagi menjadi tiga macam antara

lain:

1. Arbor type cutter

Jenis ini pada tangkainya dilengkapi dengan lubang atau alur pasak. Alur ini

berguna untuk pemasangan pada arbor mesin milling sehinggga cutter terpasang

dengan kuat.

2. Shank type cutter

Page 18: Milling Makalah-budi Susanto

18

Cutter ini terdiri dari tangkai yang menjadi satu dengan alat potongnya. tangkai

tersebut bisa silindris atau tirus.

3. Facing type cutter

Cutter ini dipegang dengan mengunakan short arbor dan untuk pemakanan

permukaan yang rata.

Berdasarkan arah putarannya cutter dibagi menjadi dua macam antara lain :

1. Right hand rotational cutter

Cutter ini dalam pengunaannya berputar berlawanan arah dengan arah jarum

jam, dan cutter type ini banyak digunakan.

2. Left hand rotational cutter

Cutter ini dalam pemakaiannya berputar searah jarum jam, dan cutter ini

jarang dipakai sehingga sulit didapatkan dipasaran.

Berdasarkan pemakaiannya cutter dibagi menjadi dua macam antara lain:

1. Roughing cutter

Cutter yang alur spiralnya terputus untuk mengurangi gaya potong yang besar

ketika proses roughing.

2. Finishing cutter

Cutter yang alur spiralnya tidak terputus dan hanya dipakai untuk proses finishing

dengan depth of cut yang kecil dan menuntut kehalusan.

Berdasarkan pola alur cutter dapat dibagi dalam tiga macam antara lain:

1. Pola alur lurus

Cocok dipakai untuk pengerjaan material dengan hasil sayatan pendek-pendek

dan chips akan mudah keluar.

2. Pola alur miring/spiral

Terdapat dua macam yaitu spiral kiri dan spiral kanan, biasanya dipakai untuk

benda kerja besar dan pemakanan yang tebal.

3. Pola alur profil

Biasanya dipakai untuk membuat permukaan khusus/profil, misalnya gear, radius,

ulir dll. Cutter ini dapat diasah tetapi hanya pada permukaan potongnya saja,

karena apabila bagian lain yang diasah dapat mengakibatkan perubahan bentuk

profil dari cutter.

Page 19: Milling Makalah-budi Susanto

19

3. Jenis Cutter

Cutter Jenis Mantel (Plain Milling Cutter)

Alat potong ini digunakan di mesin Milling Horizontal. Biasanya digunakan

untuk mengerjakan permukaan yang datar, alur yang lebar tetapi dangkal, dan alur

yang bertangga.

Cutter Bersudut

Alat Potong jenis ini menyeruapi alat potong sisi dan muka, akan tetapi satu

atau kedua sisinya diasah membentuk sudut pada sumbu. Alat potong jenis ini

digunakan untuk pengerjaan sudut pada sisi benda kerja dan pengerjaan alur sudut

yang lurus pada permukaan melingkar.

Alat Potong Muka

Alat potong ini digunakan untuk menghasilkan permukaan yang

rata. Kelebihan alat potong muka ini adalah hasil dari pemakanannya lebih halus

karena setiap gigi pada cutter jenis ini bekerja secara merata dan kontinu.

Cutter Muka dapat digunakan untuk pembuatan bidang yang bertangga,

meyudut, dan rata.

Page 20: Milling Makalah-budi Susanto

20

BAB IV

PUTARAN MESIN

Rumus putaran mesin:

N = 1000 x CS

D x π

Keterangan:

N = Kecepatan Putaran (rpm)

CS = Cutting Speed (m/menit)

D = Diameter benda kerja (mm)

Π = 3,14

Besarnya Cs. Dipengaruhi oleh :

1. Material alat potong / ketajaman

2. Material benda kerja

3. Kedalaman pemakanan

4. Jenis pencekaman

5. Jenis pengerjaan

6. Kondisi Mesin

7. Penggunaan zat aditif (coolant)

Page 21: Milling Makalah-budi Susanto

21

Bahan Kecepatan Potong (ft/min)

Pisau Baja Karbon Pisau HSS karbid

Besi tuang 40-60 80-100 250-325

Baja lunak 30-40 80-100 150-250

Baja perkakas 20-30 60-80 100-150

Perunggu 30-80 80-100 200-425

Kuningan 100-200 200-400 360-600

Alumunium 400-600 600-1000 1000-2000

Page 22: Milling Makalah-budi Susanto

22

BAB V

SOP ( STANDARD OPERATION PROCEDURE )

Sebelum memulai pengerjaan dengan mesin miling maka hal yang harus

diperhatikan adalah standard operation procedure (sop). SOP adalah langkah-langkah

yang harus dilakukan sebelum memulai bekerja dengan mesin milling, agar kondisi

mesin dan segala hal yang berkaitan dengan mesin milling dapat diketahui dan berjalan

dengan baik serta meminimalisir terjadinya kecelakaan pada saat bekerja dengan mesin

atau lebih kepada aspek safety sang operator.

SOP yang dilakukan terdiri dari perawatan mesin yang dilakukan secara

berkala,yaitu perawatan harian,perawatan mingguan,dan perawatan bulanan.

SOP juga meliputi beberapa hal diantaranya proses inventarisasi, langkah SOP dan

cleaning mesin. SOP dilakukan bertujuan untuk mengetahui kondisi mesin, memelihara

keawetan mesin, dan menjaga agar mesin dalam kondisi yang baik pada saat pengerjaan.

5.4 Proses Inventarisasi Langkah awal yang harus kita lakukan sebelum memulai pengerjaan dengan

mesin milling adalah inventarisasi. Inventarisasi adalah proses pengecekan kembali

peralatan dan segala atribut mesin, apakah terjadi kehilangan atau kerusakan.

Hal yang harus dilakukan pada saat inventarisasi

- Cek apakah semua aksessoris pada mesin sudah lengkap sesuai yang tertera pada tabel

yang diberikan instruktur.

- Tuliskan pada selembar kertas apabila ada aksessoris yang hilang ataupun yang rusak.

- Simpan aksessoris mesin sesuai tempat yang telah diberikan agar mempermudah pada

saat kita akan mengunakannya.

- Bersihkan aksessoris yang masih kotor dari minyak dan chips

- Laporkan kepada instruktur apabila ada penyimpangan pada mesin atau kerusakan yang

vital.

- Laporkan kepada instruktur apabila sudah selesai dalam inventarisasi

Proses inventarisasi dilakukan setiap kali kita akan bekerja dengan mesin milling.

Invetarisasi dilakukan sebelum kita memulai bekerja dan sesudah kita bekerja.

Page 23: Milling Makalah-budi Susanto

23

5.4 . Langkah SOP Dibawah ini akan disajikan tabel SOP ( Standard Operation Procedure )

STANDARD OPERATION PROCEDURE

No URUTAN KERJA STANDARD SIKLUS KETERANGAN

1 Bersihkan mesin

dari olie debu dan

chips

Meja , handle,

handwheel bersih

Setiap pagi

sebelum

mulai kerja

Memakai kain

lap / majun

2 Periksa ketinggian

level olie ( ada 2

tempat)

- diatas lower level

(olie eretan)

- diatas garis merah

( olie head )

Setiap pagi

sebelum

mulai kerja

Jenis olie: turalik

52

Jenis olie : Tonna

68 / Tellus 46

3 Periksa ketinggian

permukaan coolant

Diatas lower level Setiap pagi

sebelum

mulai kerja

Gunakan coolant

yang tersedia

4 Gunakan clamping

system yang baik

Memakai

vice/pencekam yang

sesuai benda kerja

Sebelum

mulai

pengerjaan

Bila perlu

gunakan paralel

block

5 Bersihkan vice,

arbor, dan alat

potong

Bersih dari debu atau

chips

Sebelum

mulai

pengerjaan

Memakai kain

lap dan rabaan

jari

6 Periksa kondisi alat

potong

Alat potong tajam

dan bebas retakan

Sebelum dan

sesudah

dipasang pada

arbor

Periksa secara

visual

7 Periksa material

benda kerja

Sesuai tuntutan

gambar kerja

Sebelum

mulai

pengerjaan

Check ukuran

dan jenis material

8 Gunakan Rpm dan

feedrate yang benar

Sesuai dengan jenis

material benda kerja

Pada saat

pemotongan

Dilihat dari tabel

CS (kec. Potong)

Page 24: Milling Makalah-budi Susanto

24

dan alat potong material

9 Pergantian Rpm -ubah kedudukan

belt dengan

mengendurkan belt

disamping mesin

sesuai tabel

- spindle harus

berhenti

- belt harus sejajar

atas- bawah

Bila perlu

pada saat

proses

Rpm : I ≤ 500

Rpm : I I ≥ 400

10 Perawatan alat dan

kerapihan

Alat ukur selalu

dalam keadaan

bersih dan terpisah

dari benda lain

Setiap saat -alat ukur tidak

ditumpuk

-pisahkan antara

alat ukur & alat

potong

11 Ukur hasil proses

milling

Ukuran sesuai

tuntutan

Selama proses

milling

Pengukuran

dilakukan saat

mesin DIAM /

TIDAK

BERPUTAR

12 Keselamatan kerja Terhindar dari

kecelakaan kerja

Selama proses

milling

-memakai

kacamata dan

safety shoes

-jangan

memegang

benda kerja

selama proses

berlangsung

13 Cleaning mesin Mesin, MTC dan

lingkungan besih

dari chips dan

Sesudah

selesai

memakai

-gunakan kuas

untuk

membersihkan

Page 25: Milling Makalah-budi Susanto

25

tumpukan benda lain

(olie, coolant)

mesin chips

-bersihkan dgn

lap / majun

- beri lapisan

minyak pada

bagian mesin

yang tidak dicat

Langkah- langkah SOP diatas harus dilakukan dengan benar agar tidak terjadi hal-

hal yang tidak kita inginkan, misalnya rusaknya mesin pada saat proses pengefraisan

berjalan atau kehabisan coolant dalam pengerjaan. Hal-hal ini tidak perlu terjadi, apabila

kita telah dengan benar mengikuti langkah standard operation procedure yang ada.

5.4 Cleaning Mesin Cleaning mesin dilakukan setelah kita selesai bekerja dengan mesin milling.

Cleaning mesin terdiri dari :

Sebelum membersihkan mesin pastikan mesin dalam keadaan mati dan semua alat

potong serta benda kerja telah dilepas dari mesin.

Bersihkan mesin dari chips yang masih menempel pada bagian mesin dengan

mengunakan kuas, serta chips yang ada di bak penampungan dengan karet

pembersih.

Keringkan bagian-bagian mesin dari coolant dengan kain lap/majun.

Berikan tipis pelumas pada bagian mesin yang tidak tertutup oleh cat.

Masukan coolant yang ada dibak kedalam bak penampungan coolant dengan karet

pembersih.

Bersihkan bak dari sisa-sisa coolant yang masih ada dengan lap/kain majun.

Bersihkan lantai dari chips dan coolant dengan pel atau sapu

Bersihan meja kerja dari alat-alat yang telah digunakan, masukan kedalam lemari

penyimpanan.

Kunci lemari mesin dan kembalikan kunci ke key box

Page 26: Milling Makalah-budi Susanto

26

Buang chips yang terkumpul dan kain lap yang telah digunakan kedalam tong

yang telah disediakan sesuai jenisnya ( kain dibuang pada tong yang khusus buat

kain dan chips pada tong yang khusus logam )

5.4 Safety Procedure

Safety procedure atau procedure keamanan adalah sebuah instruksi atau petunjuk

saat melakukan pengerjaan dengan mesin milling, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak

kita inginkan. Safety procedure dibuat agar sang operator tidak mengalami kecelakaan

pada saat melakukan pengerjaan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat memulai dan mengoperasikan mesin milling.

Rambut dan kuku tidak boleh panjang,. apabila panjang hal ini bisa menyebabkan

rambut masuk kedalam putaran cutter. bagi wanita disarankan untuk memakai

topi.

Mengunakan safety shoes, dengan safety shoes kita akan terlindungi dari benda

berat yang jatuh ataupun kemungkinan tersetrum oleh hubungan arus pendek.

Mengunakan pakaian kerja praktek, dengan pakaian ini kita akan terhindar dari

serpihan chips yang tajam.

Pakailah kacamata pengaman, hal ini dilakukan untuk menghindari mata dari

serpihan chips yang melayang.

Jangan tinggalkan spanner pada drawbar, hal ini bisa menyebabkan spanner

melayang ketika mesin berputar dan bisa mengenai orang lain ataupun kita

sendiri.

Kencangkan tangem secukupnya dan jangan mengunakan alat bantu seperti palu

untuk mengencangkan tangem.

Pisahkan alat ukur dengan benda yang lainnya.

Jangan ragu bertanya pada instruktur apabila ada sesuatu yang tidak diketahui.

Gunakan alat-alat dengan betul sesuai fungsinya.

Jangan mengunakan alat yang tidak tahu cara kerja dan fungsi

Jangan mengunakan cutter atau alat potong yang telah tumpul atau rusak

Simpan atau masukan kedalam lemari, alat-alat yang tidak dipakai dan rapikan

meja kerja.

Page 27: Milling Makalah-budi Susanto

27

Hati-hati mengunakan perlengkapan

Hindari berlaku ceroboh didalam pengerjaan dengan mesin milling.

Jangan tergesa-gesa didalam bekerja.

Jangan melempar sesuatu benda.

Jangan meninggalkan mesin dalam keadaan berputar.

Jangan bersandar pada mesin dalam keadaan hidup ataupun mati.

Matikan mesin setiap hendak menganti pengerjaan, Atau aktifkan tombol

emergency yang tersedia.

Matikan mesin segera bila ada sesuatu yang salah.

Jangan melampaui batas daya mesin dalam menambah feeding atau putaran

spindle hal ini bisa menyebabkan kerusakan pada mesin.

Cekamlah benda kerja seefektif mungkin agar benda kerja tidak terangkat pada

saat melakukan pengerjaan.

Usahakan benda kerja dipasang diatas vice sehingga rahang vice tidak termakan

oleh cutter. Gunakan paralel block untuk menyeimbangkan benda kerja.

Periksa setiap alat tercekam dengan baik sebelum menjalankan mesin.

Jangan mendekatkan anggota tubuh atau meraba cutter yang sedang berputar.

Jangan membersihkan chips dengan tangan, tetapi gunakanlah kuas atau karet pembersih

Page 28: Milling Makalah-budi Susanto

28

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

6.3. KESIMPULAN

Hasil dari praktikum milling diperoleh data sebagai berikut:

1. Tuntutan benda kerja yang seharusnya berukuran 86mm menjadi 93mm. Hal ini

terjadi karena kurang teliti dalam mengukur kedalaman pemakanan alat potong/cutter.

2. Selama melakukan praktik ditemui kendala dalam ketelitian dalam mengukur

kedalaman pemakanan cutter sehingga tidak menghasilkan material benda kerja yang

sesuai .

6.4. SARAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran yang

mungkin dapat berguna bagi pembaca yang ingin melakukan praktikum Milling F3

Achiera, antara lain:

1. Lakukan inventaris terlebih dahulu untuk mempermudah ketika proses Milling

berlangsung.

2. Setiap mahasiswa diharapkan lebih menjaga dan memperhatikan kebersihan

lingkungan tempat praktek dan bekerja tanpa melupakan keselamatan baik bagi

operator, lingkungan dan mesin.

3. Mahasiswa diharapkan selalu aktif dan bertanya kepada instruktur atau pembimbing

tentang apa saja yang belum diketahuinya.

4. Usahakan setiap bekerja harus berdasarkan SOP (Standard Operation Prosedure)

Page 29: Milling Makalah-budi Susanto

29

BAB VI

PENUTUP

Demikian laporan ini saya susun dengan harapan pembaca dapat menguasai

proses milling dari teori-teori yang mendukung serta pemahaman yang luas tentang teori

tersebut dengan tidak melupakan adanya keselamatan kerja yang tetap harus

diperhatikan.

Penulis mohon maaf jika ada kesalahan pada penulisan serta penyusunan laporan

ini, karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya

membangun. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca di masa sekarang

ataupun di masa yang akan datang.

Page 30: Milling Makalah-budi Susanto

30

DAFTAR PUSTAKA

Sumber laporan:

Sumber Internet:

en.wikipedia.org/wiki/Milling_machine

www-me.mit.edu/Lectures/MachineTools/mill/intro.html